fisioologii
-
Upload
giannaoshin -
Category
Documents
-
view
219 -
download
3
description
Transcript of fisioologii
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
Penglihatan dan Waktu Reaksi
DISUSUN OLEH :
Kelompok : D 5
Ketua Kelompok : Claudia Narendar
Anggota :1. Inge Pradita2. Claudia R.G3. Gian Oktavianto 4. Steven M Fuliman5. Ria B. Widyarta6. Evalone V Pattileamonia7. Stephanie Vania Embang
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA2011
Tanda Tangan Kelompok
(Claudia Narender) ( Inge Pradita ) 102010209 102010234
(Claudia Rosela .G) (Gian Oktavianto) 102010211 102010216
(Steven M Fuliman) ( Evalone VPattileamonia ) 102010195 102010244
(Ria B. Widyarta) ( Stephanie Vania Embang) 102010232 102010188
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui luas lapang pandang, pemeriksaan, buta warna, dan wakti
reaksi.
Alat yang digunakan
1. Perimeter
2. Lidi berwarna putih, merah, hijau,kuning dan biru
3. Formulir
4. Buku psedoisokromatik Ishihara
5. Mistar pengukur
Cara Kerja
A. Pemeriksaan luas pandang atau Perimeter
1. Suruh orang percobaan duduk membelakangi cahaya menghadap alat
perimeter
2. Tutup mata kiri orang percobaan dengan sapu tangan
3. Letakkan dagu orang pecobaan di tempat sandaran dagu yang dapat
diatur tingginya,
sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian atas
batang vertikel sandaran dagu.
4. Siapkan formulir
5. Suruh orang percobaan memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi
di tengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan orang percobaan
harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.
6. Gunakan benda yang dapat digeser (lidi yang ada bulatan berwarna-
warni) pada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang.
Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (+/- 5mm) pada
benda dihentikan.
7. Gerakan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusurui putih itu
menyusuri busur dari tepi kiri orang percobaam ke tengah. Tepat pada
saat orang percobaan melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda
dihentikan
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir
dengan tepat
9. Ulangi tindakan no.7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa
mengubah posisi busur
10. Ulangi tindakan no. 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 sesuai
arah jarum jam dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal
11. Kembalikan busur pada posisi seperti semula. Pada posisi ini tidak
perlu dilakukan pencatatan lagi
12. Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah memutar busur tiap kali 30
berlawanan arah jarum jam dari pemeriksa, sampai tercapai posisi
busur 60 dari bidang horizontal
13. Periksa juga lapang pandang orang percobaan untuk berbagai warna
lain: merah, hijau, kuning dan biru, dengan cara yang sama seperti
diatas. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri
hanya dengan bulatan berwarna putih.
Subjek percobaan : Steven
Landasan teori :
Lapang pandang Lapang pandang adalah suatu batas penglihatan tanpa adanya
pergerakan bola mata. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan alat perimetri.
Perimetri adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk melihat luasnya
kerusakan syaraf mata. Selama pemeriksaan ini Anda akan diminta untuk
melihat suatu titik di tengah
layar dan menekan tombol ketika Anda melihat munculnya titik-titik cahaya
di sekitar layar (modern), manual cara pemeriksaan dengan perimetri yaitu:
probandus meletakan dagunya di bagian depan perimetri, bagian mata yang
akan diperiksa adalah mata yang lurus dengan perimetri, pemeriksa menarik
garis berwarna pada papan, tarik garis sampai probandus mengetahui warna
yang digariskan pemeriksa, Lakukan pada setiap lingkaran, setelah papan
penuh hubungkan garis-garis tersebut.
Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung
dilator involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil
adalah ruangan ditengah – tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam
merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk
memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk
penglihatan dekat. Iris terletak sebagian dibagian depan lensa dan sebagian di
depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot polos. Fungsi iris yakni
mengendalikan jumlah cahaya yang masuk.
Hasil percobaan :
Mata kanan Putih Kuning Biru Merah Hijau
0 (Temporal) 70 95 84 65 47
180 (Nasal) 43 55 50 34 23
330 (Temporal) 70 73 75 55 47
150 (Nasal) 40 35 37 30 23
300 (Temporal) 80 15 50 15 15
120 (Nasal) 13 20 17 20 15
270 (Bawah) 40 55 30 20 20
90 (Atas) 15 20 15 25 20
240 (Nasal) 30 20 40 30 25
60 (temporal) 20 10 25 25 20
210 (Nasal) 30 40 40 30 20
30 (Temporal) 25 35 40 25 25
Mata kiri Putih
0 (Temporal) 55
180 (Nasal) 55
330 (Temporal) 55
150 (Nasal) 50
300 (Temporal) 60
120 (Nasal) 50
270 (Bawah) 45
90 (Atas) 70
60 (Temporal) 50
240 (Nasal) 65
30 (Temporal) 15
210 (Nasal) 55
Pembahasan :
Pada pemeriksaan luas lapang pandang pada mata terhadap berbagai warna yang
telah dilakukan diperoleh hasil luas lapang pandang total sebesar 4090. Pada standar
Minimum Legal Visual Field total Minimum Normal Field sebesar 5000. Jadi dapat
dikatakan tahap awal OP masih belajar, setelah melakukan percobaan terus menerus
OP sudah mulai terbiasa dan ketika dilakukan percobaan yang terakhir- akhir OP
menebak dengan tidak tepat waktu. Hal ini dapat dikatakan bahwa OP mengalami
kelelahan karena harus melakukan aktivitas yang sama. Dan sehingga hasil total dari
minimum normal field dibawah batas minimum yaitu 4090.
Kesimpulan :
B. PEMERIKSAAN BUTA WARNA
Tujuan : untuk mengetahui seseorang penderita buta warna atau tidak
Alat :
1. Buku ishihara
Cara kerja :
1. Suruh orang percobaan mengenali angka atau gambar yang terdapat
didalam buku psedoisokromatik Ishihara.
2. Catat hasil pemeriksaan saudara dalam formulir yang tersedia.
Subjek Percobaan : Ria
Hasil Percobaan :
No Jawaban OP
1 12
2 8
3 5
4 29
5 74
6 7
7 45
8 2
9 Benar
10 18
11 Benar
12 35
13 96
14 Benar
Pembahasan :
Menurut Ganong (2003) Buta warna merupakan penyakit keturunan yang
terekspres pada para pria, tetapi tidak pada wanita. Wanita secara genitis sebagai
carrier. Istilah buta warna atau colour blind sebetulnya salah pengertian dan
menyesatkan, karena seorang penderita buta warna tidak buta terhadap seluruh warna.
Akan lebih tepat bila disebut gejala defisiensi daya melihat warna tertentu saja atau
colour vision difiency. Orang yang mengalami buta warna tidak hanya melihat warna
hitam putih saja, tetapi yang terjadi adalah kelemahan/penurunan pada penglihatan
warna-warna tertentu misalnya kelemahan pada warna merah, hijau, kuning, dan biru.
Buta warna permanen biasanya terjadi karena faktor keturunan. Sedangkan orang
yang tidak mengalami buta warna dapat mengalami buta warna apabila terjadi faktor-
faktor tertentu seperti kecelakaan. Tipe buta warna ada 3 yaitu monokromat/buta
warna total (monochomacy), dikromat/buta warna parsial (dichromacy) dan anomaly
trikromat (anomalous trichromacy). Metode Ishihara Menurut Guyton (1997)
Metode ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk menentukan dengan cepat
suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan kartu bertitik-titik. Kartu ini
disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.
Pada gambar 1. orang normal akan melihat angka “74”, sedangkan penderita buta
warna merah-hijau akan melihat angka “21”.
Landasan Teori
Buta warna sebenarnya adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna
tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan warna-warna
tertentu saja. Meskipun demikian ada juga orang yang sama sekali tidak bisa melihat
warna jadi hanya tampak sebagai hitam, putih dan abu abu saja (kasus seperti ini
sangat jarang terjadi). Normalnya, sel kerucut (cone) di retina mata mempunyai
spektrum terhadap tiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang
mempunyai sel-sel kerucut yang sensitif untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan
normal.
Normalnya, sel kerucut (cone) di retina mata mempunyai spektrum terhadap tiga
warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai sel-sel kerucut
yang sensitif untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan normal. Pada orang
tertentu, mungkin hanya ada dua atau bahkan satu atau tidak ada sel kerucut yang
sensitif terhadap warna-warna tersebut. Pada kasus ini orang disebut buta warna. Jadi
buta warna biasanya menyangkut warna merah, biru atau hijau.
Buta warna umumnya diturunkan. Ada juga yang didapat misalnya pada penyakit di
retina atau akibat keracunan. Sifat penurunannya bersifat X linked recessive. Ini
berarti, diturunkan lewat kromosom X. Pada laki laki, karena kromosom X nya cuma
satu, maka kelainan pada satu kromosom X ini sudah dapat mengakibatkan buta
warna. Sebaliknya pada perempuan, karena mempunyai 2 kromosom X, maka untuk
dapat timbul buta warna harus ada kelainan pada kedua kromosom X, yaitu dari
kedua orangtuanya. Hal ini menjelaskan bahwa buta warna hampir selalu ditemukan
pada laki-laki, sedangkan perempuan berfungsi sebagai karier (pembawa sifat, tapi
tidak terkena).
Pada retina manusia normal terdapat dua jenis sel yang sensitif terhadap cahaya. Ada
sel batang (rod cell) yang aktif pada cahaya rendah, kemudian ada sel kerucut (cone
cell) yang aktif pada cahaya yang intensitasnya tinggi (terang). Singkat kata, sel
kerucut inilah yang membuat kita dapat melihat warna-warna, membedakan warna.
Menurut sumber dari wikipedia, penyakit buta warna ada yang didapat karena faktor
keturunan, atau karena memang kita mengalami kelainan pada retina, saraf2 optik dan
mungkin ada gangguan pada otak. Persepsi yang salah pada masyarakat mengenai
penyakit buta warna adalah, bahwa buta warna sama sekali tidak bisa melihat warna,
yang ada hanyalah warna hitam putih. Persepsi ini tidak benar karena tipe buta warna
yang hanya dapat melihat warna hitam dan putih adalah satu tipe dari buta warna,
masih ada tipe penyakit buta warna lainnya. Seperti penyakit buta warna yang hanya
dapat melihat varian warna dari percampuran Merah dan Kuning saja (dichromatic),
ada yang tidak dapat membedakan warna ketika banyak warna dicampurkan, ada
yang tidak dapat membedakan gradasi warna. Dampak buruk dari penyakit buta
warna ini kebanyakan dirasakan saat akan melamar kerja, masuk ke suatu program
studi yang memang intensif dengan warna seperti :bidang kimia, teknik, angkatan
bersenjata, dokter, arsitektur.
Pada bagian tengah retina, terdapat photoreceptor atau cone (seperti kantung) yang
memungkinkan kita untuk bisa membedakan warna. Photoreceptor ini terdiri dari tiga
pigmen warna ; yaitu merah, hijau dan biru. Gangguan persepsi terhadap warna
terjadi apabila satu atau lebih dari pigmen tersebut tidak ada atau sangat kurang.
Mereka dengan persepsi warna normal disebut Trichromats. Mereka yang mengalami
defisiensi salah satu pigmen warna disebut dengan Anomalous Trichromats. Type ini
adalah yang paling sering ditemukan. Sedangkan mereka yang sama sekali tidak
memiliki salah satu dari pigmen warna itu disebut drichromat.
Tanda seorang mengalami buta warna tergandung pada beberapa factor; apakah
kondisinya disebabkan factor genetik, penyakit, dan tingkat buta warnanya; sebagian
atau total. Gejala umumnya adalah kesulitan membedakan warna merah dan hijau
(yang paling sering terjadi), atau kesulitan membedakan warna biru dan hijau (jarang
ditemukan).Gejala untuk kasus yang lebih serius berupa; objek terlihat dalam bentuk
bayangan abu-abu (kondisi ini sangat jarang ditemukan), dan penglihatan berkurang.
Klasifikasi buta warna :
1. Trikromasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel
kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang.
Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:
Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah
Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita
Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.
2. Dikromasi
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:
Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna
merah atau perpaduannya kurang
Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna
hijau
Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.
3. Monokromasi
Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum.
Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon
warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.
Gangguan persepsi warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus
yang disebut dengan Ishuhara Test Plate. Pada setiap gambar terdapat angka yang
dibentuk dari titik-titik berwarna. Gambar digantung di bawah pencahayaan yang
baik dan pasien diminta untuk mengidentifikasi angka yang ada pada gambar
tersebut. Ketika pada tahap ini ditemukan adanya kelainan, test yang lebih detail laggi
akan diberikan.
Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes
ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus
digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang.
Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik
dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga
membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta
warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-
isochromaticism).
Pada orang normal, di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis tertentu. Tetapi
pada orang buta warna, yang tampak pada lingkaran akan berbeda seperti yang dilihat
oleh orang normal.
Tes Ishihara biasanya dilengkapi oleh kunci jawaban untuk setiap lembarnya. Hasil
tes seseorang akan dibandingkan dengan kunci jawaban tersebut. Dari sini dapat
ditentukan apakah seseorang normal atau buta warna.
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah
gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat belajar
mengasosiasikan warna dengan objek tertentu.
Hasil pada praktikum :
Organik
Ketika OP diberikan kumpulan benang-benang wol warna-warni dan setiap warna
dicocokan dengan warna yang lain, hasilnya adalah OP dapat mencocokan semua
warna yang sesuai. hal ini menandakan bahwa sel-sel kerucut yang dimiliki OP masih
berfungsi dengan baik sehingga dapat disimpulkan bahwa OP tidak mengalami buta
warna.
Fungsional
Ketika OP diberikan kertas/plastik warna-warni untuk melihatnya dan setelah itu OP
diberikan buku Ishihara untuk membacanya, ternyata OP mampu membacanya den-
gan baik yang menandakan sel-sel kerucut dan sel-sel batang OP masih berfungsi
dengan baik, dan dapat disimpulkan bahwa OP tidak mengalami buta warna,
walaupun ada beberapa bacaan yang salah, tetapi tidak begitu berarti dalam menen-
tukan hasil.
Kesimpulan :
C. Waktu Reaksi
1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakan lengan bawah dan tangan
kanannya di tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap
untuk menjepit.
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam
dengan menempatkan garis tebal di antara dan setinggi ibu jari dan
telunjuk OP tanpa menyentuh jari-jari OP.
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan OP harus
menangkapnya selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5kali.
4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari 5 hasi yang
diperoleh)
Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?
Landasan teori :
Hasil praktikum :
I 0,20
II 0,16
III 0,15
IV 0,15
V 0,14
VI 0,16
Pembahasan:
Pada percobaan diatas, hasil rata-rata waktu reaksi yaitu 0,96 detik.
Karena dari hasil diatas terlihat kenaikan waktu reaksi, hal tersebut
dikarenakan OP mulai belajar dan mulai memahami apa yang
dilakukannya. Sehingga saat penangkapan mistar pengukur waktu
reaksi dapat dilakukan dengan cepat. Dan bila dilihat pada awal reaksi
yaitu 0,20 detik, itu dikarenakan OP masih belum terbiasa dan bingung
dengan yang akan dilakukannya.
c.b waktu reaksi Elektrik
Subjek percobaan : Gian
Hasil percobaan :
No Rangsang Cahaya Skor Rangsang Cahaya Skor
1 225,2 225,2 325,5 325,5
2 413,2 188 840,0 514,5
3 650,0 236,8 990,5 150,5
4 250,3 250,3 363,0 363,0
5 765,1 514,8 740,0 377
6 940,9 175,8 903,3 163
7 275,3 275,3 113,0 113,0
8 727,5 452,2 401,9 288,9
9 124 124 557,9 156
10 475,5 351,5 727,6 169,7
11 162,4 162,4 238,0 238,0
12 413,0 250,6 564,1 326,1
13 776,7 363,7 892,8 328,7
14 200,2 200,2 345,3 345,3
15 413,0 212,8 716 ,5 371,2
16 726,6 476,3 879,4 162,9
17 250,3 250,3 167,0 167,0
18 651,6 401,3 313,6 146,6
19 200,2 200,2 564,6 233
20 589,1 388,9 816,6 270
Pembahasan:
Pada percobaan diatas, data yang diambil yaitu dari nomor 6 sampai
15. Hal tersebut dikarenakan data dari nomor 6 sampai 15 lebih stabil
dibandingkan awal dan akhir. Pada awal yaitu dari nomor 1 sampai no
5, OP masih bingung dengan yang akan dilakukan dan masih
memahami apa yang sedang dilakukan. Pada tahap awal inilah OP
masih belajar. Berbeda dengan pada tahap akhir yaitu dari nomor 16
sampai nomor 20, OP mulai jenuh dengan yang dilakukan sehingga
kosentrasipun berkurang dan mempengaruhi waktu reaksi. Dan pada
tahap dari nomor 6 sampai nomor 15, hasil yang ditunjukan yaitu
waktu reaksi rangsang suara yaitu 256,85 milidetik atau sebesar 0,256
detik. Sedangkan, waktu reaksi rangsang cahaya total yaitu 246,79
milidetik atau sebesar 0,246 detik.
Hasil percobaan diatas tidak sepenuhnya akurat, hal itu disebabkan
pencatatan yang kurang baik dan mesin yang digunakan mengalami
beberapa kali error.
I. Kesimpulan