Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

20
TUGAS KULIAH FISIOLOGI (uji ishihara & uji ketajaman pengelihatan ) Oleh : IKA OKTAVIA PRATIWI 04121303059

description

idjoiajdiahdaw dwajidhkwhfu dcadbjuehfkwh efijhkihhuhdw wehweihdwejdoewej uwejhduwehdeiwhf ewhdiwedhiwehfd ewhdiwehfiwehfcuewhf decuhkuesdcbkewhf dhkidchfiewholew wjedowjd;wjdxojwjdll whndxkdsbdcjdbc edbcjhbdcjdubchkdjechbf edcjhbdkewhfkewhcbjdbcdhcbdjhbc jdcbhhjdsbchjkdsbc hdjhckdhcd dcbjdkchbjdbcjbdcjd djhbcdjcbjbcjdbcjdsbc

Transcript of Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

Page 1: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

TUGAS KULIAH FISIOLOGI

(uji ishihara & uji ketajaman pengelihatan )

Oleh :

IKA OKTAVIA PRATIWI

04121303059

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2012

Page 2: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

BAB I

PENDAHULUAN

B.     Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya teknologi di era globalisasi ini maka meningkat pulalah

ilmu pengetahuan diberbagai bidang baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun

dalam bidang–bidang sosial budaya. Terkhusus dalam bidang pendidikan kita mempelajari

berbagai macam ilmu seperti ilmu biologi, fisika, kimia, matematika dan banyak lagi ilmu

lainnya. Ilmu biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahkluk hidup dan seluk beluk

kehidupannya.

Orang tua perlu waspada dan segera memeriksakan anaknya bila tidak bisa membedakan

warna atau salah menyebutkan warna meski sudah sering diajarkan. Perhatikan juga riwayat

keluarga, apakah ada anggota keluarga yang mengalami buta warna. Orangtua bisa melakukan

pemeriksaan buta warna sendiri di rumah. Caranya, campurkan benang wol beraneka warna.

Kemudian, minta anak mengambil benang warna tertentu. Jika ia tampak bingung, maka sekecil

apa pun kecurigaan, tak ada salahnya untuk dikonsultasikan pada dokter mata. Untuk

memastikan kasus buta warna, dokter mata umumnya akan melakukan tes hara dengan buku

berisi kombinasi berbagai warna. Biasanya juga akan dilakukan tes penunjang, seperti

pemeriksaan organ mata, dan sebagainya. Kerusakan itu secara umum tak hanya terkait dengan

keluhan buta warna, tetapi juga pada hal lain, semisal ketajaman penglihatan, luas pandang, dan

sebagainya.

Buta warna merupakan gangguan penglihatan di mana seseorang tidak dapat

membedakan warna. Pada orang yang mengalami buta warna total, ia hanya dapat mengenal

warna putih. Buta warna ini merupakan kelainan penglihatan menurun, sehingga tidak dapat

disembuhkan

Buta warna hijau merah adalah karakteristik gen terikat X yang sudah dikenal dan

bersifat resesif terhadap penglihatan normal. Seorang perempuan yang memiliki dua kromosom

X, kemungkinan besar homozigot resesif terhadap karakteristik buta warna. Laki-laki yang

hanya memilki satu kromosom X akan dipengaruhi oleh satu gen resesif saja karena ia tidak

memiliki alel dominan untuk mengganti gen resesif.

Page 3: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

Mengingat akan pentingnya materi pengenalan organ-organ pada manusia sebagai dasar

untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Manusia secara mendalam maka perlu kiranya pemahaman

yang benar mengenai materi ini dan hal inilah yang melatar belakangi praktikum ini dengan

judul . Pengenalan organ-organ pada manusia .

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praltikum ini yaitu untuk mengetahui apakah probandus yang diuji

menderita buta warna

C. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari kegiatan praktikum ini yaitu bisa dijadikan

sebagai bahan ajar bila kita kelak mengajar nanti dan bisa menjadi bahan referensi bagi kita.

Page 4: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

   Butawarna adalah penyakit keturunan yang disebabkan oleh gen resesif c (asal dari

perkataan ingris color blind) karena gennya terdapat dalam kromosom X sedangkan perempuan

memiliki 2 kromosom X. maka seorang perempuan dapat normal homozigotik (CC), normal

heterozigotitik (Cc) atau yang amat jarang dijumpai homozigotik (cc) sehingga butawarna. Laki-

laki hanya memiliki sebuah kromosom X saja, sehingga ia hanya dapat normal (C-) atau

butawarna (c-) saja. Seorang perempuan normal yang kawin dengan seorang laki-laki butawarna

(c-) akan mempunyai anak normal, baik laki-laki maupun perempuan (Suryo, 2005).

Penyakit buta warna diturungkan secara resesif, pada kromosom X bagian tak homolog.

Persentase buta warna di masyarakat berbagai pada berbagai suku bangsa. Pada orang cina

sekitar 6% pada laki-laki, pada orang negro mendekati 5 %, dan pada orang Indonesia 3,5% juga

pada laki-laki kaukasoid 8 % laki-laki 0,5 perempuan (Yatim, 2003).

            Buta warna terhadap warna merah dan hijau, disebabkan oleh gen resesif c. alel dominan

C, menentukan tidak buta warna (normal). Seorang perempuan normal homosigot bila kawin

dengan laki-laki yang butawarna, akan mempunyai keturunan yang semuanya normal, tetapi

yang perempuan membawa gen butawarna. Seorang wanita normal heterezigot (membawa gen

butawarna), bila kawin dengan laki-laki normal akan mempunyai anak dengan kemungkinan,

anak perempuan normal homosigot (normal), anak perempuan heterosigot (normal, tetapi

membawa gen butawarna), anak laki-laki normal dan anak laki-laki buta warna (Henuhili, 2002).

            Buta warna ini dapat ditemukan dengan uji ishira. Pada uji ishira dipergunakan

serangkaian gambar berwarna.Gambar-gambar berwarna itu dirancang sedemikian rupa secara

tepat dan cepat serta dapat memberikan penilaian terhadap kelainan persepsi warna (Taiyeb,

2010).

            Penderita tidak dapat membedakan warna merah dan hijau. Penyakit ini herediter dan

disebabkan oleh gen resesip c (berasal dari perkataan ingris colorblind) yang terdapat pada

kromosom X. Alelnya dominan C menentukan orang tidak butawarna (normal). Jika orang

perempuan normal (homozigot) kawin dengan seorang laki-laki butawarna, maka semua anaknya

akan normal.ini disebabkan karena ginospermium yang membawa gen dominan C, sehingga

zigot mempunyai genotip Cc. berhubung C dominan terhadap c, maka individu Cc adalah

normal. Keturunan yang menerima kromosom Y menjadi anak laki-laki (Suryo, 1992).

Page 5: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

            Apabila seorang perempuan normal menikah dengan laki-laki butawarna, maka semua

anak mereka akan normal. Tetapi sebaliknya, seorang perempuan butawarna yang menikah

dengan laki-laki normal, maka semua anak laki-laki akan butawarna. Pada kasus yang terakhir

tampak bahwa sifat keturunan butawarna diwariskan kepada keturunan laki-laki, dan sifat yang

dimiliki ayah diwariskan kepada keturunan perempuan (Suryo, 1996).

            Menurut Siniapar (2010), Bola mata dilapisi oleh tiga yaitu:

a. Sklera: pelindung bola mata paling luar, bagian depannya transparan disebut korena.

b. Koroid : lapisan yang banyak pembuluh darah, mencegah refleksi, banyak

mengandung pigmen.

c. Retina: tempat jatuh bayangan dan mengandung saraf fotoreseptor.

Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada

anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom

X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara

penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini

menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa

sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada

umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna

kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka

seorang wanita tsb menderita buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka

terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi

ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut (Anonim1,

2010).

Menurut Anonim (2010), buta warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.   Trikomasi

Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada

retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan

pada trikomasi:

a.       Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah

b.      Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita

c.       Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.

Page 6: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

2.   Dikromasi

Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:

a.       Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna

merah atau perpaduannya kurang

b.      Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau

c.       Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.

  Buta warna dibagi dalam dua kategori, yaitu buta warna total dan buta warna parsial.

Pada buta warna total, penyandangnya tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam dan putih.

Untungnya, kasus yang disebabkan ketiadaan pigmen warna pada sel retina ini sangat jarang

terjadi. Sementara itu, pada buta warna parsial, penyandang mengalami defisiensi (kekurangan)

pigmen dalam sel retina sehingga tidak bisa melihat warna tertentu saja. Gabungan defisiensi

merah dan hijau adalah gangguan yang paling sering terjadi, sedangkan defisiensi biru jarang

sekali. Yang perlu diluruskan, penderita buta warna bukan tidak bisa mengenali satu warna

tertentu, tetapi ia tak bisa mengenali kombinasi atau campuran warna. Ia bisa saja tahu warna-

warna dasar, seperti kuning, merah, dan biru, serta warna-warna sekunder, seperti hijau, jingga,

dan ungu. Namun, ketika warna-warna itu dikombinasikan lagi dengan warna lainnya, ia tidak

mampu mengenali atau bingung menentukan, apakah itu hijau tua atau biru, dan sebagainya

(Anonim3, 2009).

Page 7: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua

kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh

kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang

membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah

'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna.

Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana

wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan

faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor

buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel

batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya.

Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel

kerucut (Anonim1, 2009).

Menurut Anonim (2009), buta warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

3.        Trikomasi

Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada

retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan

pada trikomasi:

a.      Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah

b.       Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita

c.       Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.

4.   Dikromasi

Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:

a.      Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah

atau perpaduannya kurang

b.      Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau

Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.

Page 8: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

5.    Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini

ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna

hitam dan putih yang mampu diterima retina.

Untuk mengetes bahwa kita buta warna atau tidak itu dibutuhkan sebuah tes yang biasa disebut

Tes Ishihara. Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara.

Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan

di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang

didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut

disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang

buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-

isochromaticism). Pada orang normal, di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis tertentu.

Tetapi pada orang buta warna, yang tampak pada lingkaran akan berbeda seperti yang dilihat

oleh orang normal. Tes Ishihara biasanya dilengkapi oleh kunci jawaban untuk setiap lembarnya.

Hasil tes seseorang akan dibandingkan dengan kunci jawaban tersebut. (Prescott, 2002).

Pemerikasan Buta Warna

Pada uji coba pseudisokromaqtik  yang di susun titik dengan berbagai kecerahan dimana

seseor ang normal akan dapat mengenal gambar yang di bentuk, karena titik di buat dengan batas

yang jelas dengan latar belakangnya. Uji ishihara akan menemekuan cacat warna yang

didapatkan yang di tandai dengan gangguan penglihatan warna merah-hijau. Akan tetrapi tidak

menemukan diskromatopisia biru-kuning yang sering dapat penyakit yang mengenai jalur

penglihatan.

Gambar pola isokromatik yang dibaja penderita pada uji penglihatan buta warna di nilai

berdasar nilai yang di berikan oleh penerbit alatnya.

 Dalam waktu tiga detik, coba lihat angka berapa yang ada di dalam lingkaran yang

berbentuk seperti pie atau kue tart di samping ini. Jika kamu mengatakan 42 ! Yah, benar di

dalam lingkaran hijau di samping ini terdapat angka 42. Nah, jika kita masih bisa melihat bahwa

di dalam lingkaran ini terdapat angka 42 maka kemungkinan besar (masih mungkin) bisa

dikatakan kita tidak mengidap kelainan Buta Warna (Color Blind). Gambar di samping

merupakan salah satu gambar dari sekitar 40an gambar yang sering kali dijadikan sebagai

instrumen penguji apakah kita termasuk buta warna atau tidak. Satu set uji yang terkenal untuk

Page 9: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

pengujian buta warna adalah “Ishihara”. Tes untuk uji buta warna dengan set uji ini dikatakan

telah dapat mengindikasi apakah kita tergolong buta warna total atau buta warna partial.

Pengaruh Kelainan Mata Pada Penglihatan Warna  

Pengaruh warna yang dilihat :

  Xantopsia atau benda terlihat kuning. Hal ini dapat terjadi pada gangguan empedu,

maka sklera dan kornea berpigmen kuning. Pada beberapa jenis keracunan seperti santonin,

amilnitrat, asam pikrat, digitalis dan asam karbonat akan dapat memberikan gejala xantopsia.

  Erittopsia atau benda terlihat merah terlihat perdarahan ringan di dalam badan kaca

ataupun mata afakia

  Sianopsia atau benda terlihat biru, terdapat pada kekeruhan kornea atau badan kaca

dan afakia.

Pengaruh lingkungan terhadap penglihaatan warna

Kelainan penglihatan warna pada orang normal. Orang normal akan memperlihatkan

keadaan yang tidak normal pada keadaan tertentu. Berbagai obat kelainan mata dapat

mengakibatkan absorbsi sinar atau warna tertentu.Contoh:

  Obat anti malaria (meparin) akan mengakibatkan xantopsia ringan.

  Fuloresein akan mengakibatkan penglihatan berwarna kuning

  Semua obat topikal akan memberikan warna penglihatan berubah sementara.

  Perdarahan badan kaca memberikan kesan penglihatan eritropis (merah) pada lapang

penglihatan.

  Pasca bedah katarak atau afaikia akan memberikan kesan penglihatan berwarna

eritropsia, cyeanopsia, kloropsia, santopsia

  Akibat toksin, penyakit dan troma atau sinar yang berlebihan pada berbagai permukan

jalur penglihataan

  Penyinaran cahaya yang berlebihan atau sinar ultra violet akan mengakibatkan

eritropsia, kroropsia, dan leukopsia.

  Kangguan saraf penglihatan dan jalur penglihatan akan memberikan warna penglihatan

eritropsia, sianopsia, dan iantinopsia

  Ganguan korteks dan sentral penglihatan, bila akabat alkohol atau opium akan

mengakibatkan kromatopsia.

Page 10: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

Penglihatan dapat dalam bentuk berwarna atau kromatopsia, merupakan kesan

penerimaan warna tidak normal pada seluruh lapangan penglihatan sehinga penderita akan

melihat seperti melalui filter berwarna.

Di dapatkan istilah berikut:

               Nama                                                                                         Penglihatan berwarna

Eritropsia Merah

Xantopsia Kuning

Sianopsia Biru

Kloropsia Hijau

Glaokopsia Biru abu-abu

Iantinopsia Ungu

Leokopsia Putih

o   Gambaran warna dari sumber cahaya.

Penerangan ialah yang berasal dari gas merkuri atau natrium akan memberikan perbedan

warna yang kurang ataupun buruk. Warna merah akan terlihat kurang baik pada penerangan

demikian.

Pengaruh kontras.

 Anomali trikomat sementara dapat dibangkitan dengan memanjakan mata pada warna

tertentu bila mata di pajan dengan sinar merah beberapa waktu akan pada pemerikasan

peyesuayan dengan anomaloskop warna kuning menjadi abnormal segera setelah rangsangan

merah di hilangkan

Inrensitas sinar.

Pada penerengan kurang warna merah agak sukar dikenal.bila intensitas terlalu kuat akan

terjadi desaturasi warna.

Akibat jarak.

Benda kecil berwarna akn berubah warnanya bila dijauhkan dari pengamat, seperti

kuning menjadi putih, bitu menjadi hitam.

Menetap kondisi bayangan retina.

Warna akan memutih pada bayangan ynag menetap pada retina.

Page 11: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

Pengaruh buta warna terhadap kehidupan dalam masyarakat

  Hal-hal yang membingungkan penderita cacat warna kongenital.memilih warna baju

yang serasi. Pada laki-laki terutama pada dasinya

  Kepekan untuk membedakan warna tertentu berkurang, akibatnya pengamat

mengalami kesukaran di dalam kelas dalam analisa kimia saat peraktek.

  Sukar pada permainaan yang mempergunakan warna-warna.

  Tidak tegas memberikan warna yang kurang bercahaya

  Memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kesan terhadap warna

  Mempergunakan warna tidak sesuai waktu menggambar seperti warna rumput yang

hijau berwarna merah muda.

Perawatan dan anjuran pada penderita buta warna. Bila penderita masih muda maka ia

ataupun orang tuanya dinasehati akan kemungkinan keterbatasan perkerjan akibat kekurangan

penglihatan warna.

Bila cacat tidak terlalu berat maka nasehat adalah sebagai berikut:

1.      Pakai sinar yang kuat untuk mendapat diskriminasi yang baik.

2.      Memakai filter yang telah di sesuaikan untuk menghindarkan keraguan warna.dengan

kemungkinan di perlukan jenis lensa filter tertentu.

3.      Memberikan tanda tertentu pada pakaiyan yang warnanya membingungkan.

4.      Mencegah hal-hal yang dapat membingungkan penglihatan warna seperti

memperbesar benda atau menambah kecerahan warna.

5.      Mengajak teman berbelanja untuk memilih warna yang ingin dibeli.

Page 12: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

Lampiran :

Page 13: Fisiologi Pemeriksaan Buta Warna.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Buta Warna. www. Wikipedia.com. Makassar: Diakses Pada

Tanggal 20 Desember 2010.

Anonim2. 2010. Buta Warna. AsianBrain.com. Makassar: Diakses Pada Tanggal

            20 Desember 2010.

Anonim3. 2010. Buta Warna. Kompas.com. Makassar: Diakses Pada Tanggal 20

            Desember 2010.

Henuhili, Victoria, 2002. Genetika. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

Sianipar Prowel, 2010. Mudah dan Cepat Menghafal Biologi.Jakarta: Pustaka Book

Publisher.

Suryo, 1992. Genetika. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press

Suryo, 1996. Genetika.Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Suryo, 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Taiyeb Mushawir, 2010. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

Yatim Wildan, 2003. Genetika. Bandung: Tarsito.