Fiqih bid’ah

11
FIQIH BID’AH Muhammad Jamhuri

description

Menjelaskan tentang pengertian bid'ah, macam dan hukumnya, serta perbedaan ulama tentang macam dan hukum bid'ah tersebut

Transcript of Fiqih bid’ah

Page 1: Fiqih bid’ah

FIQIH BID’AH

Muhammad Jamhuri

Page 2: Fiqih bid’ah

DEFINISI BID’AH Kata Bid’ah (البدعة) berasal dari bahasa Arab (بدع) yang

secara etimologi artinya, “yang pertama” atau “yang mengawali”. Seperti firman Allah swt:

إ�ال� ت�ب�ع�� أ �إ�ن �ب�ك�م و�ال� ب�ي ع�ل� �ي�ف ا م� أ�د�ر�ي ا و�م� ل� س� الر. �م�ن ب�د�ع3ا ك�ن�ت� ا م� �ق�ل

ب�ين: م� ن�ذ�ير: إ�ال� �ن�ا أ ا و�م� �ل�ي� إ ي�وح�ى ا م� Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-

rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.“(QS. Al-Ahqaf: 9)

Makna lain dari bid’ah adalah mengadakan sesuatu tanpa contoh sebelumnya. Firman Allah swt: ي�ك�ون� ف� �ك�ن ل�ه� ول� ي�ق� ا �ن�م� إ ف� ا م�ر3

أ� ق�ض�ى �ذ�ا إ و� ض� �ر� �و�األ او�ات� م� الس� ب�د�يع�

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah: 11

Page 3: Fiqih bid’ah

DEFINISI BID’AH Secara terminologi (istilah), para ulama memberikan makna

yang sangat beragam, namun memiliki substansi yang sama. Imam Nawawi:

وسلم عليه الله صلى الله رسول عهد فى يكن مالم احداث هي Bidah adalah melakukan atau melaksanakan sesuatu yang belum

pernah dilakukan di zaman Rasulullah saw” (Kitab Tahdzin al-Asma wa al-lughot, juz 3, hal 22)

Al-Hafidz Izzuddin bin Abdussalam: وسلم عليه الله صلى الله رسول عصر فى يعهد مالم فعل البدعة Bidah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal

(terjadi) pada masa Rasulullah saw (kitab al-Qowaid wa al-Ahkam di Mashalih al-Anam, Juz 2, hal 172)

Ibnu Hajar al-Asqalany: سابق مثال غير على أحدث ما أصله البدعة Bid’ah adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa mengikuti contoh

sebelumnya (kitab Fath al-Bari Syarh Shahioh al-Bukhori, Juz 4, hal 253)

Page 4: Fiqih bid’ah

HUKUM BID’AH DAN MACAM-MACAMNYA

Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hukum dan pembagian bid’ah Kelompok Pertama: Bid’ah hanya satu macam

tidak terbagi kepada beberapa bagian, dan hukumnya melakukan bid’ah tersebut adalah haram dan sesat.

Kelompok kedua: Bid’ah terbagi kepada dua bagian, bid’ah hasanah (yang baik) dan bida’ah sayyi’ah (yang buruk). Melakukan bid’ah hasanah hukumnya mubah bahkan ada yang sunnah. Sedangkan melakukan bida’ah sayyiah hukumnya berdosa dan haram

Page 5: Fiqih bid’ah

HUKUM BID’AH DAN MACAM-MACAMNYA

Kelompok pertama mendasarkan dalilnya pada hadits Nabi saw: وسلم عليه الله صلى الله رسول كن قال عنه الله رضي الله عبد بن جابر عن

وشر: محمد هدي الهدي أفضل و الله كتاب الحديث أصدق فان بعد أما يقولالنار فى ضاللة وكل ضاللة بدعة وكل بدعة محدتة وكل محدتنها األمور

Dari Jabir bin Abdullah ra berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “sesunggunya sebaik-baik perkataan yang benar adalah Kitabullah, dan seutama-utamanya petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jeleknya perkara adalah yang memperbaharuinya, dan setiap yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap yang sesat masuk neraka” (HR: Ahmad)

Dalam memahami hadits ini mereka tidak membagi bidah kepada hasanah dan sayyiah. Seperti perkataan Syeikh al- Utsaimin (ulama Arab Saudi):

Page 6: Fiqih bid’ah

HUKUM BID’AH DAN MACAM-MACAMNYA

Syeikh al- Utsaimin (ulama Arab Saudi): ) أدوات ) بأقوى مصورة شاملة عامة كلية ضاللة يدعة كل قوله

,) الى ) البدعة نقسم أن يصح الكلية هذه أفبعد كل والعموم الشمولصالح ) محمد يصح ال هذا أبدا خمسة؟ أقسام الى أو ثالثة أقسام

ص, / البتداع وخطر الشرع كمال فى االبداع (13الثيمين Hadist Nabi yang mengatakan “Semua bid’ah adalah

sesat” bersifat menyeluruh, umum, dan komprehensif yang tergambar dengan kata menyeluruh dan umum (yakni kullu; semua). Apakah setelah ketetapan menyeluruh ini, kita dibenarkan membagi bid’ah menjadi tiga bagioan atau lima bagian? Selamanya, hal ini tidak pernah dibenarkan (kitab al-Ibda’ fi Kamal al-Syar’ wa Khotr al-Ibtida’, hal 13)

Page 7: Fiqih bid’ah

HUKUM BID’AH DAN MACAM-MACAMNYA

Kelompok kedua (mayoritas ulama) mendasarkan dalilnya pada hadits Nabi saw: : بعد أما يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول كن قال عنه الله رضي الله عبد بن جابر عن

محدتة وكل محدتنها األمور وشر محمد هدي الهدي أفضل و الله كتاب الحديث أصدق فانالنار فى ضاللة وكل ضاللة بدعة وكل بدعة

Dari Jabir bin Abdullah ra berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “sesunggunya sebaik-baik perkataan yang benar adalah Kitabullah, dan seutama-utamanya petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jeleknya perkara adalah yang memperbaharuinya, dan setiap yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap yang sesat masuk neraka” (HR: Ahmad)

Menurut golongan ini, bid’ah dimaknai dengan al-muhdatsatuha (membuatnya menjadi baru). Artinya adalah memperbaharui kitab Allah dan hadits Rasulullah saw, sehingga ajaran-ajarannya menjadi berubah yang akhirnya perbuatan baru itu bertentangan dan tidak termasuk dalam ajaran Nabi saw.

Perkataan Umar bin Khattab saat mengadakan sholat taraweh berjamaah yang pada masa Nabi saw dan Abu Bakar belum pernah ada:

هذه البدعة sebaik-baik bid’ah adalah ini “(sholat taraweh berjamaah)“ نعم

Page 8: Fiqih bid’ah

HUKUM BID’AH DAN MACAM-MACAMNYA

Berdasarkan hadits dan perkataan Umar bin Khottob ra tersebut, Menurut kelompok ini, bid’ah terbagi kepada bid’ah muhdats dan bid’ah ghoiru muhdats Bid’ah muhdats adalah bid’ah atau amalan atau kegiatan

baru yang bertentangan dan tidak termasuk ajaran Nabi saw seperti, merubah jumlah rakaat shalat, atau membuat pemahaman dan ajaran yang bertentangan dengan ajaran Nabi saw. Jenis Bid’ah ini disebut Bid’ah Sayyiah.

Bid’ah Ghoiru Muhdats atau bidah dan amalan serta kegiatan yang baru yang tidak bertentangan dan termasuk isi ajaran Nabi saw, seperti dijamaahkan sholat taraweh, pembukuan kitab al-Quran, penulisan hadist dan lain-lain. Bidah ini juga disebut dengan Bid’ah Hasanah.

Page 9: Fiqih bid’ah

HUKUM BID’AH DAN MACAM-MACAMNYA- Bahkan Syeikh al-Imam Izzuddin bin Abdissalam dalam kitab

Qowaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, juz 2, hal.133, membagi bid’ah menjadi lima bagian:

- ’ , مكروهة وبدعة مندوبة وبدعة محرمة وبدعة واجبة بدعة الى منقسمة وهيمباحة وبدعة

- Bidah terbagi menjadi bid’ah yang wajib, bidah yang haram, bidah yang sunnah, bidah yang makruh, dan bidah yang mubah.

- Contoh bidah yang wajib adalah menuntut ilmu tata bahasa Arab (Ilmu Nahwu dan Sharaf) untuk memahami kandungan isi al-Quran

Page 10: Fiqih bid’ah

BEBERAPA CONTOH “BID’AH HASANAH” YANG PERNAH TERJADI Shalat sunnat wudhu yang dilakukan sahabat Bilal bin Robah al-

Habsyi (Hadist Bukhori 1149, Muslim 6274), Ahmad 9670, An-Nasai 132, Ibnu Hibba 7085 dll)

Bacaan iftitah وأصيال بكرة الله وسبحان كثيرا لله والحمد كبيرا أكبر اللهyang dibaca seseorang dan Nabi saw bertanya siapa yang membaca? Lalu bersabda: telah dibuka pintu-pintu langit karena bacaan itu” (HR Muslim 1357, Tirmidzi 3592, Nasai 884, Ahmad 1561)

Shalat qiyamullail berjamaah, kisah Ibnu Abbas berjamaah diakhir malam bersama Nabi saw (HR: Ahmad 3061, Hakim 6279)

Membaca al-Quran dengan suara keras yang dilakukan Umar dan dengan suara rendah yang dilakukan Abu Bakar, ketika ditanya kepada Rasulullah saw, Jawab beliau : semuanya baik. (HR Ahmad 865, Al-Haitami Majma al-Zawid 2/544)

Pembukuan Al-Quran pada masa Abu Bakar ra (HR: Bukhori) Shalat Taraweh Berjamaah pada masa Umar bin Khattab (HR

Bukhori)

Page 11: Fiqih bid’ah

BEBERAPA CONTOH “BID’AH HASANAH” YANG PERNAH TERJADI Adzan dua kali pada shalat jum’at pada masa

Utsman bin Affan ra (HR: Bukhori) Shalat sunnah qobliyah dan ba’diyah pada sholat

Idul Fitri di masa Ali bin Abu Thalib ra. Ali berkata saat diam ditanya tentang itu dan setelah kaum muslimin melakukan dan menanyakannya: “Sesungguhnya Nabi saw tidak melakukan sholat sebelum maupun sesudahnya (id) barangsiapa yang ingin melakukakannya atau meninggalkannya, maka dipersilakan, apakah aku dipaksa melarang seorang hamba jika ia mau sholat? (HR Bazzar, al-Haitami pada Majma’ alZawaid 2/438)

Tanda baca pada kitab al-Quran pada masa Ali bin Abu Thalib hingga sekarang

Dan lain-lain