Filsafat Pengobatan Tradisional
Transcript of Filsafat Pengobatan Tradisional
Filsafat Pengobatan TradisionalAlfarobi
Salah satu ciri khas dari manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu
tentang berbagai hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada
dirinya, tetapi juga ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya, bahkan
sekarang ini rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu
ini tidak dibatasi oleh peradaban dan muncul sejak manusia lahir di muka
bumi ini. Semua umat manusia yang hidup di dunia mempunyai rasa ingin
tahu walaupun variasi dan takaran keingintahuannya berbeda-beda. Orang
tinggal di tempat peradaban yang masih terbelakang memiliki rasa ingin
yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat maju
(Soeparto, 2000).
Dengan rasa keingintahuanlah manusia dapt belajar memahami apa yang
terjadi pada diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya.Pengalaman-
pengalaman yang terjadi yang menimpa pada diri sendiri terekam dengan
baik dalam memori otak baik disadari maupun tanpa disadari.
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitar
terkadang bersifat sederhana dan juga kompleks. Rasa ingin tahu yang
bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin tahu tentang apa (Ontologis),
sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi kelanjutan
pemikiran tentang bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa
peristiwa itu terjadi (Epistemologis), serta manfaat apa yang didapat dari
mempelajari peristiwa tersebut (Aksiologis) (Suriasumantri, 1982).
Selain itu manusia juga selalu berusaha untuk mencari hal-hal lain yang
belum diketahui. Sebagai contoh adalah ketika orang merasa badanya panas
maka yang akan dilakukan manusia adalah berusaha agar terhindar dari
panas tersebut dengan cara berselimut atau minum yang hangat. Tetapi
1
tidak hanya berhenti sampai disitu saja, dalam perkembangan selanjutnya
berusaha untuk mencari tahu kenapa bisa terjadi badanya panas. Sampai
akhirnya tahu bahwa ada sesuatu yang menyebabkan panas dan akhirnya
bisa mencegah atau mengobati panas tersebut. Perjalanan hidup manusia
yang demikian itu dapat terjadi karena manusia mampu untuk berfikir dan
memecahkan masalah dalam hidupnya. Melalui fenoma-fenomena yang
terjadi manusia terus menerus berusaha dengan berfikir, menelaah,
berimajinasi, berkreasi, inovvasi dan mengimplementasikan hasilnya
kedalam kehidupan sehari-hari. Cara-cara yang ditempuh tersebut bisa
dikatakan sebagai berfilsafat. Berfilsafat berarti manusia selalu harus
berpikir, berdaya kreasi dan berusaha untuk selalu menemukan sesuatu
yang baru. Filsafat, menurut arti kata yang sebenarnya, adalah cinta akan
kebijaksanaan, dan karena itu filsafat seharusnya lebih dilihat sebagai
pandangan hidup: bagaimana seorang manusia memandang dunianya,
berpikir dan memahami dunia dan lingkungannya, dan bagaimana ia menata
hidupnya dalam dan bersama dengan dunianya.
Dalam bidang pengobatan, pengalaman sakit yang diderita seseorang
menyebabkan seseorang mencari tahu mengapa menjadi sakit, bagaimana
pencegahan dan pengobatannya. Tata cara pengobatan ini telah
berkembang lama hal ini dapat dilihat dengan catatan yang dibuat semisal
oleh Socrates.
Didalam kehidupan perawatan kesehatan merupakan sesuatu yang mahal,
apabila kita terserang suatu penyakit tidak segera ditangani dengan benar
maka akan dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk
ekonomi keluarga. Akibat krisis ekonomi yang terjadi selama ini juga
berpengaruh pada kenaikan harga obat-obatan. Oleh karena itu tidak ada
salahnya apabila kita mencoba penanganan kesehatan dengan
menggunakan bahan-bahan alami tanpa efek samping dan juga dari segi
biaya lebih ekonomis.kita bisa memanfaatkan berbagai jenis tanaman untuk
penanganan kesehatan kita. Maka dari itu informasi dan wawasan tentang
2
pengobatan tradisional sangat diperlukan untuk dapat memanfaatkan
tanaman yang sering kita jumpai di sekitar kita. Boleh jadi pemakaian
ramuan bahan-bahan ini bisa membantu meringankan penderitaan
sebebelum seseorang memperoleh pelayanan kesehatan yang tepat. mudah-
mudahan informasi ini bisa memberikan manfaat yang maksimal bagi kita
semua dalam menjaga kesehatan.
Setiap orang mampu melontarkan pertanyaan tentang hidup dan
pengalamannya, dan senantiasa berusaha untuk menemukan jawaban atas
pelbagai pertanyaan dan persoalan hidupnya. Dan karena setiap orang dapat
bertanya dan memberikan jawaban, maka juga setiap orang dapat
berfilsafat. Filsafat tentu juga tidak bisa memberikan suatu jawaban absolut
yang berlaku untuk semua orang dalam setiap lingkungan dan fase sejarah.
Namun kenyataan bahwa filsafat masih sangat berguna dalam membantu
memecahkan banyak masalah dalam kehidupan manusia. Ia tampil sebagai
seorang dokter yang dapat mendiagnosis penyakit dan menunjukkan
permasalahan serta memberikan terapi yang tepat untuk penyakit itu. Ada
banyak pemikir berfilsafat dengan mendasarkan diri pada konteks sosial
ekonomis (seperti Karl Marx dan Adam Smith), ada yang berfilsafat dalam
konteks politis (Habermas, Chomsky), konteks pengetahuan dan ilmu
pengetahuan (Bachelaard, Foucault, Kuhn, Feyerabend), konteks psikologis
(Nietzsche, Buber, Freud), konteks seni, moral dan etika, dan lain
sebagainya.
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada
pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan bahan alam sebagai
obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak
berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar
Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen
3
Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang nDalem dan relief candi
Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan
tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sukandar E Y, 2006).
Secara filosofi, tanaman obat adalah ciptaan Tuhan YME. Sehingga kita
mengakui adanya kebenaran bahwa tanaman obat yang menjadi sebutan
bahan tanaman untuk pengobatan saat ini, pada mulanya hanya merupakan
komponen bahan dalam kultur pengobatan tradisional oleh masyarakat
sebelum obat modern ditemukan. Tanaman obat merupakan warisan budaya
sebagai usaha menjaga kesehatan yang ada pada setiap etnis di dunia ini.
Sejak zaman yang paling awal, obat tradisional yang kebanyakan berupa
obat herbal telah digunakan untuk mengobati penyakit. Misalnya Papirus
Ebers, yang disusun di Mesir sekitar abad ke-16 SM, memuat ratusan obat
rakyat untuk berbagai penyakit. Akan tetapi, pengobatan herbal biasanya
diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.
Meskipun ada yang berpendapat bahwa obat tradisional atau obat herba
lebih aman daripada obat-obat farmasi modern, obat tradisional bukannya
tidak berisiko. Peringatan dan rekomendasi apa saja yang hendaknya
dicamkan seseorang sewaktu mempertimbangkan pengobatan herbal atau
obat tradisional? Sebelum membahas mengenai risiko obat tradisional,
berikut ini adalah beberapa resep obat tradisional dan fakta pengobatan dari
masing-masing resep tersebut yang berkhasiat untuk mengatasi beberapa
jenis penyakit dan mengatasi problem untuk penampilan pribadi.
Tanaman obat dengan memberikan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui penelitian dan pengembangan. Dalam tanaman obat terkandung
kebenaran akan adanya senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan
saat ini dan waktu akan datang sejalan perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu kita juga mengakui ilmu pengetahuan
dan teknologi kefarmasian dan kedokteran berpegang pada paradigma
bahwa manfaat terapi obat bahan alam didasarkan pada interaksi antara zat
kimia yang terkandung didalamnya dengan sistem bilogis manusia atau
4
interaksi antara mikroorganisme (agent) yang menginfeksi manusia (host).
Dalam pengembangan fitofarmaseutikal, ada bagian yang harus sharing dan
kerjasama (interdependent) diantara keduanya. Para peneliti dari bidang
kedokteran harus mulai terlibat sejak obat dirancang untuk tujuan terapi dan
tidak hanya berperan pada ujung dari pengembangan obat herbal, yaitu
pada tahap uji klinik. Tujuan terapi obat bahan alam akan analog dengan
obat modern, yaitu peningkatan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Tanaman obat yang menjadi warisan budaya dimanfaatkan sebagai bahan
obat alam oleh manusia saat ini untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan selalu mengingat bahwa sebagai warisan
harus dilestarikan untuk generasi kemanusiaan dan generasi akan datang.
Pemanfaatan tanaman obat harus seiring dengan upaya pertanian yang
menjaga ketersediaannya, kelestarian dan keaslian jenisnya (species).
Sebagai upaya meningkatkan status obat tradisional menjadi sediaan
fitofarmaka maka sediaan tersebut harus dibuat dalam bentuk ekstrak atau
fraksi yang tersandar, serta memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
(1) jaminan quality (kualitas), di mana bahan simplisia dan produk akhir
harus memenuhi persyaratan tentang keajegan dari kandungan aktif
(senyawa marker), (2) jaminan safety (keamanan), dimana produk akhir
harus aman atau tidak toksik pada hewan coba yang dipersyaratkan dan
(3)jaminan efficacy (manfaat), di mana produk akhir harus menunjukkan
aktivitas biologis pada uji praklinik dengan hewan coba, dan menunjukkan
aktivitas biologis pada uji klinik dengan manusia.
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tanaman obat
tidak lagi valid dan nyaman jika digunakan dalam bentuk bahan utuh
(simplisia), namun dimanfaatkan dalam bentuk ekstrak, yaitu sari yang
dibuat dengan menggunakan pelarut yang sesuai dan aman. Dlaam bentuk
eksrak secara ilmu kefarmasian dan kedokteran dapat dijamin keajegan
(konstan) kendungan kimia melalui metode standarisasi. Standarisasi berati
5
upaya analisis dan pengaturan dalam proses farmasetik untuk menjamin
keajegan kandungan kimia sesuai nilai yang ditentukan dalam produk
sehingga dalam produk juga akan diperoleh kemanfaatan atau khasiat untuk
terapi.
Standarisasi juga berarti bahwa semua bahan, proses dan produk memenuhi
standar yang ditetapkan pemerintah melalui buku–buku acuan yang
diterbitkan. Proses ekstraksi tanaman obat pada tahap awal umumnya
menghasilkan sari encer (cair) kemudian baru dilakukan penguapan
pelarutnya. Dalam proses penguapan dimungkinkan akan mengendapnya
(tidak laut, mengkristal) berbagai senyawa berbagai senyawa dan akhirnya
seringkali dihasilkan sisa sebagai masa yang tidak homogen atau tidak
tercampur rata secara fisik. Untuk menghindari hal tersebut pada umumnya
digunakan bahan pengering, sehingga sebagai kahir proses penguapan akan
diperoleh masa kering. Dispersi solida merupakan konsep fisika dimana zat
padat terdispersi (terbagi homogen) sebagai partikel kecil atau masa
molekuler dalam suatu matrik berupa bahan polimer terpilih yang untuk
proses selanjutnya tidak mengganggu atau merubah nilai parameter
farmasetik dan bioavailabilitas. Konsep dispersi solida bersifat kewajiban
mutlak dalam obat ekstrak, karena akan memberikan jaminan bahwa zat
kandungan tanaman obat dalam ekstrak terbagi secara molekuler dalam
matriks terpilih serta akan dapat memperbaiki nilai parameter farmasetik
dan bioavaibilitas.
Sediaan obat bahan alam pada umumnya hanya dibatasi untuk penggunaan
per-oral dan obat luar (dermatologikal dan kosmetika). Manufaktur sediaan
harus memperhatikan konsep bahwa ekstrak adalah multikomponen zat
aktiv, sehingga perhatian akan sifat fisiko kimia dan stabilitas akan lebih
komplek dari pada obat modern. Sediaan padat pada umumnya akan
mempunyai stabilitas optimal jika dilakukan ”coating”, sedangkan sediaan
likuida akan mempunyai stabilitas optimal jika dalam bentuk emulsi atau
suspensi dalam matriks tertentu (liposome atau microencapsulated) dalam
6
wadah terlindung cahaya.
7