Filsafat Hukum Bab 1 Nature of Jurisprudence
-
Upload
ayu-rifa-abdillah -
Category
Documents
-
view
160 -
download
22
description
Transcript of Filsafat Hukum Bab 1 Nature of Jurisprudence
Nama : AYU RIFA ABDILLAH
NPM : 1006687133
FILSAFAT HUKUM
10 September 2013
Resume Bab 1 “Nature of Jurisprudence”
Pengertian jurisprudence sangat erat kaitannya ideologi para ahli hukum yang
mengemukakannya karena memiliki gagasan sendiri tentang materi pelajaran dan batas yang
tepat dari Jurisprudence. Hal ini sebagaimana quot hominess tot sententiae. Bila dilihat dari
eksistensinya ada perdebatan apakah jurisprudence masuk ke dalam kategori ilmu
pengetahuan sosial atau bukan. Menurut Austin dan Bentham jurisprudence merupakan ilmu
pengetahuan sosial.
Pembahasan utama dari nature of jurisprudence adalah ilmu hukum dimana ilmu
hukum memiliki karakteristik yang normatif, artinya hukum itu bukan merupakan kumpulan
pernyataan mengenai fakta, tetapi merupakan kumpulan norma atau peraturan yang mengatur
mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Jurisprudence melibatkan studi teoritis dan pertanyaan umum tentang sifat hukum
dan sistem hukum, tentang hubungan hukum dengan keadilan dan moralitas dan tentang sifat
sosial hukum. Diskusi yang tepat dari pertanyaan seperti ini melibatkan pemahaman dan
penggunaan teori-teori filosofis dan sosiologis dan temuan dalam aplikasi mereka dengan
hukum.1 Sebuah studi ilmu hukum (jurisprudence) harus mendorong siswa untuk
mempertanyakan asumsi dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang sifat dan
bekerjanya hukum.
Seperti yang telah dikemukakan di atas pembahasan jurisprudence juga merupakan
ilmu pengetahuan. Namun bagaimana hukum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan?
Dapatkah metodologinya dibandingkan dengan natural science? Dan apakah pengetahuan
tersebut bersifat objektif atau bergantung terhadap nilai-nilai yang ada dan keberpihakan?
John Stuart Mill menjawab hal ini atas pandangannya dalam A System of Logic. Mill
beranggapan bahwa ada unsur ilmiah dalam hukum masyarakat, bahwa hukum casual diatur
manusia dalam masyarakat serta ilmu pengetahuan fisik.2
1 ? Nature of Jurisprudence : The Relevance of Jurisprudence, dalam buku ajar Filsafat Hukum (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012) hlm. 4
2 ? John Stuart Mill, System of Logic (1843), bab 8
1
Perbedaan antara hukum sebagai ilmu pengetahuan dan science terletak pada sifat
science yang empiris dan absolut, tetapi hal ini telah ditolak dan dianggap tidak sepenuhnya
benar. Alasan akan pernyataan ini adalah sebagai berikut:
1. ilmu pengetahuan alam sifatnya tidak mekanistik;
2. ada alasan ilmiah untuk percaya bahwa dalam untuk percaya bahwa dalam setiap
peristiwa tetap ada unsur ketidakpastian atau kesempatan bahwa dunia fisik tidak
dapat menjelaskan hanya dalam jangka hukum deterministik diprediksi;
3. verifikasi tidak selalu atau tidak selalu mungkin;
ketiga hal tersebut artinya science tidak pula bebas dari nilai atau pandangan moral dan tetap
terpengaruh nilai-nilai tertentu. Meskipun science tidak terbebas dari nilai-nilai tertentu
sebagaimana hukum, namun apa yang dipelajari oleh hukum bukanlah sebagaimana natural
science. Metode yang digunakan dalam natural science meskipun dapat diterapkan pada
disiplin hukum, namun sulit untuk dilakukan karena hukum memiliki metodenya sendiri yang
berbeda dengan natural science.
Ketika hukum ditekankan sebagai ilmu, hal tersebut dapat menyebabkan pengabaian
atau bahkan penolakan aspek penting dari konsep hukum, khususnya bila hukum dipandang
sebagai studi pola faktual perilaku. Sebenarnya hukum tidak dengan sendirinya merupakan
pola faktual perilaku, mereka adalah aturan atau norma, yang menyarankan sederet peraturan
dan sanksi. Aturan tersebut hanya menyatakan apa yang harus atau seharusnya terjadi. Sanksi
tidak terhubung dalam arti empiris dengan aturan atau pelanggaran, tetapi sebagai
konsekuensi dari ketidakpatuhan. Inilah perbedaan yang dinyatakan oleh Kant antara sein
(yang terjadi) dan sollen (yang seharusnya terjadi).3 Sollen atau ought mewakili cara berfikir
normatif, Sein atau Is mewakili cara berfikir yang empiris.
Dalam mempelajari jurisprudence sendiri perlu dipelajari terkait dengan dua
hal,yaitu:
1. jurisprudence sebagai ilmu yang mempelajari prinsip hukum yang berlaku dalam
berbagai sistem hukum yang ada, atau disebut dengan general jurisprudence or
general principles of positive law.4 Dijelaskan bahwa dalam berbagai sistem
hukum yang berbeda, pada dasarnya terdapat persamaan yang mendasar.
3 ? Nature of Jurisprudence: Normative Character of Law, dalam buku ajar Filsafat Hukum (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012) hlm. 12
4 ? J. Austin, “The Uses of The Study of Jurisprudence” (ed. H.L.A. Hart, 1954), dalam buku ajar Filsafat Hukum (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012) hlm 21
2
2. jurisprudence sebagai ilmu yang mempelajari prinsip hukum pada sistem hukum
tertentu atau particural jurisprudence.5
Berdasarkan jabaran di atas, tidak ada penjelasan yang baku mengenai pengertian
dari jurisprudence. Namun dapat dilihat lingkup pembahasannya bahwasannya jurisprudence
merupakan disiplin hukum yang erat kaitannya dengan ideologi, dan ideologi sendiri bersifat
subjektif. Dalam disiplin ilmu hukum dapat dipelajari bagaimana setiap pemikir menulis
pemikirannya tentang dunia yang ideal atau tentang bagaimana dunia kehidupan itu
seharusnya berjalan. Jurisprudence sendiri menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam kehidupan, mengenai bagaimana masyarakat seharusnya bertindak atau bersikap
terhadap permasalahan tersebut.
5 ? Ibid.,hlm 22
3