Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

24
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism Oleh: Isnaldi Utih

description

Bahan Presentasi Sejarah Hukum

Transcript of Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Page 1: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Latar belakang munculnya sociological

jurisprudence dan legal realism

Oleh:

Isnaldi Utih

Page 2: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Berkembangnya berbagai aliran dalam filsafat hukum menunjukkan

pemikiran yang tidak henti-hentinya dalam ilmu hukum. Dengan

mengetahui pemikiran-pemikiran tersebut kita banyak mendapat

masukan yang sekaligus menghargai pendapat orang lain. Adalah

hal yang wajar dalam tataran ilmiah suatu pemikiriran pada saat

tertentu tidak sesuai dengan zamannya, dan segera disangkal oleh

pemikiran berikutnya. Namun demikian, pemikiran yang lama

tetaplah menjadi suatu karya yang berharga untuk dikaji terus-

menerus, dan tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti

pemikiran lama tersebut tampil ke depan dengan wajah barunya.

Page 3: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Aliran sociological jurisprudence timbul dari proses dialektika antara

tesis Positivisme Hukum dan antitesis Mazhab Sejarah. Positivisme

Hukum memandang tiada hukum kecuali perintah yang diberikan

penguasa (law is a command of lawgivers), Mazhab Sejarah

menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan

masyarakat. Positivisme Hukum mementingkan akal, sementara

aliran Mazhab Sejarah lebih mementingkan pengalaman, dan

sociological jurisprudence menganggap keduanya sama penting.

Menurut aliran sociological yurisprudence, hukum yang baik haruslah

hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran

ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the positive law)

dan hukum yang hidup (the living law).

Page 4: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Para penganut aliran sosiologi di bidang ilmu hukum, dibedakan antara

yang menggunakan sociology of law sebagai kajiannya, dan yang

menggunakan sociological jurisprudence sebagai kajiannya.

Sociology of law lahir di Italia, pertama kali dikenalkan oleh Anzilotty.

Sehingga berkonotasi Eropa Daratan, sedangkan sociological

jurisprudence lahir di Amerika Serikat, sehingga berkonotasi Anglo

Saxon,

Sociology of law adalah sosiologi tentang hukum, karena itu ia

merupakan cabang sosiologi. Sedangkan sociological jurisprudence

adalah ilmu hukum sosiologi, karena itu merupakan cabang ilmu

hukum.

Page 5: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Sociological jurisprudence adalah suatu studi yang berkarakter

khas tertib hukum, yaitu merupakan aspek ilmu hukum yang

sebenarnya, yaitu cabang dari ilmu-ilmu normatif, yang bertujuan

mengefektifkan perundang-undangan dalam pelaksanaannya,

didasarkan pada nilai-nilai yang subjektif.

Sociology of law adalah suatu studi yang memandang hukum

sebagai alat pengendalian sosial, merupakan ilmu deskriptif yang

memanfaatkan teknik-teknik empiris. Hal itu berkaitan dengan

pertanyaan mengapa perangkat hukum dan tugas-tugasnya

dibuat, sosiologi hukum memandang hukum sebagai produk suatu

sistem sosial dan sebagai alat untuk mengendalikan dan

mengubah sistem itu.

Page 6: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

1. Sosiologisme hukum memandang hukum sebagai kenyataan

sosial. Sikap dasar kaum sosiologis hukum adalah kecurigaan.

Memandang hukum law in action

2. Sosiologisme hukum memandang bahwa hukum itu tidak otonom.

Tapi dipengaruhi oleh faktor-faktor non hukum dalam masyarakat

seperti, faktor ekonomi, politik budaya, sosial dan lain-lain.

3. Sosiologisme hukum memandang hukum sebagai das sein (dalam

kenyataannya)

4. Sosiologisme Hukum berpandangan empiris.

5. Metode yang digunakan oleh penganut sosiologisme hukum adalah

deskriptif.

Page 7: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

1. Eugen Ehrlich (1862-1922)

Eugen Ehrlich dikenal sebagai the founding father of sociology

law. Ia adalah ahli hukum dari Austria dan tokoh pertama yang

meninjau hukum dari sudut sosiologi. Ajaran Ehrlich terkenal

dengan kalimatnya : “the center of gravity of legal development

lies not legislation, nor in juristic science, nor in judicial decision,

but in society itself”. Bagi Ehrlich perkembangan hukum itu tidak

terdapat dalam undang-undang, tidak juga dalam ilmu hukum, dan

juga tidak dalam putusan pengadilan, melainkan di dalam

masyarakat sendiri.

Page 8: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Ehrlich terkenal juga dengan konsep “living law” nya. Menurut

Ehrlich, ada dua sumber hukum:

1. Legal history and legal jurisprudence, yaitu penggunaan

preseden dan komentar tertulis.

2. Living law yang tumbuh dari kebiasaan mutakhir dalam

masyarakat.

Ehrlich juga membedakan kaidah-kaidah yang terdapat dalam

masyarakat ke dalam dua jenis:

1. Norm of decision, yaitu kaidah hukum.

2. Norm of conduct yaitu kaidah-kaidah sosial selain kaidah hukum,

yang muncul akibat pergaulan hidup sesama masyarakat.

Page 9: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Ehrlich beranggapan bahwa hukum tunduk pada kekuatan-

kekuatan sosial tertentu. Hukum sendiri tidak akan mungkin

efektif, oleh karena ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada

pengakuan sosial terhadap hukum, dan bukan karena

penerapannya secara resmi oleh negara. Sehingga bagi mereka

yang berperan sebagai pihak yang mengembangkan sistem

hukum harus mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-nilai

yang dianut dalam masyarakat bersangkutan. Kesadaran itu

harus ada pada setiap anggota profesi hukum yang bertugas

mengembangkan hukum yang hidup dan menentukan ruang

lingkup hukum positif dalam hubungannya dengan hukum yang

hidup.

Page 10: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

2. Roscoe Pound (1870-1964)

Roscoe Pound oleh banyak pakar dianggap sebagai the founding father

sosiological jurisprudence . Pound terkenal dengan teorinya bahwa

hukum adalah alat untuk memperbaharui (merekayasa) masyarakat

(law as a tool of social engineering). Kemudian Pound membuat

penggolongan atas kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi

oleh hukum sebagai berikut:

1. Kepentingan umum (public interest) :

- Kepentingan negara sebagai badan hukum

- Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat

2. Kepentingan masyarakat (social interest)

- Kepentingan akan kedamaian dan ketertiban

- Perlindungan lembaga-lembagai sosial

Page 11: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

- Pencegahan kemerosotan akhlak

- Pencegahan pelanggaran hak

- Kesejahteraan sosial

3. Kepentingan Pribadi (private interest)

- Kepentingan individu

- Kepentingan Keluarga

- Kepentingan Hak Milik

Dari klasifikasi diatas, pendekatan yang dilakukan Pound terhadap hukum sebagai jalan

ke arah tujuan sosial dan sebagai alat dalam perkembangan sosial, dan klasifikasi ini juga

membantu menjelaskan premis-premis hukum, sehingga membuat pembentuk undang-

undang, hakim dan pengajar hukum menyadari akan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang

terkait dalam tiap-tiap persoalan khusus (membantu hubungan antara prinsip hukum dan

praktiknya). Pemikiran Pound ini berangkat dari pemikiran tentang pengaruh timbal balik

antara hukum dan masyarakat.

Page 12: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Pandangan Pound mengenai teori “law as social engineering”

tercantum dalam karyanya “A Theory of Social Interest”. Dalam

karyanya ini Pound menyatakan fungsi hukum sangat luas termasuk

untuk rokonsiliasi, harmonisasi dan kompromi atas seluruh konflik

kepentingan dalam masyarakat (individu, publik dan negara), dengan

prinsip hanya untuk kepentingan yang terbanyak dengan

pengorbanan sekecil-kecilnya kepentingan orang lain, itulah yang

disebut law as social engineering atau a system of social engineering.

Sehingga konsep hukum yang dimaksud Pound adalah konsep hukum

masa depan yang memiliki visi yang jelas tentang bagaimana

menyelesaikan berbagai konflik kepentingan dalam kehidupan

masyarakat dan hubungannya dengan peranan negara dan individu.

Page 13: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Realisme Hukum berkembang bersamaan dengan Sosiological

Jurisprudence, yakni pada abad 20. Berikut latar belakang munculnya

realisme hukum:

1. Adanya gugatan terhadap nilai-nilai tradisional yang dipelihara dan

sudah mapan, yakni nilai-nilai yang memanggap bahwa hukum itu

ideal.

2. Karena berkembangnya ilmu-ilmu prilaku, seperti sosiologi dan

psikologi yang membuat masyarakat disetir oleh mitos-mitos seperti

agama.

3. Akibat adanya laporan-laporan hasil survei terhadap kinerja hukum

yakni aturan hukum dan penegak hukum

Page 14: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Realisme hukum adalah suatu aliran pemikiran yang dimulai di

Amerika Serikat. Tokoh terkenal dari realisme ini adalah Jhon

Chipman Gray, Oliver Wondell Holmes, Jerome Frank, dan Karl

Llewellyn. Realisme hukum berarti suatu studi tentang hukum sebagai

sesuatu yang benar-benar secara nyata dilaksanakan, ketimbang

sekedar hukum sebagai serentetan aturan yang termuat dalam

perundang-undangan. Basis filsufis dari realisme bersandar pada

keyakinan bahwa ketika kita berpersepsi, kita menyadari hal-hal yang

ada secara telepas dari kita. Karenanya, secara tersirat keyakinan ini

melibatkan suatu penolakan terhadap pandangan bahwa apa yang

dipersepsi tidak lebih daripada sekedar data yang bersifat perasaan

pribadi saja. Doktrin yang diterapkan pada penyelidikan terhadap

suatu fenomena, melibatkan aplikasi prosedur-prosedur objektif yang

tidak dipengaruhi oleh suatu cara yang bersifat sentimen / idealisme.

Page 15: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

1. Suatu penyelidikan ke dalam unsur-unsur khas dari kasus-

kasus,

2. Suatu kesadaran tentang faktor-faktor irrasional dan faktor-

faktor yang tidak logis dalam pembuatan putusan pengadilan,

3. Penaksiran tentang aturan-aturan hukum melalui evaluasi

terhadap konsekuensi-konsekuensi praktis dari aturan-aturan

tersebut,

4. Suatu perhatian terhadap hukum dalam kaitannya dengan

politik, ekonomi, dan lain-lain.

Page 16: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

1. Tidak ada mazhab realis; realisme adalah gerakan dari pemikiran

dan kerja tentang hukum. “Realism is not a philosophy, but a

technology... What realism was, and is, is a method nothing more”

2. Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat

untuk tujuan-tujuan sosial, sehingga tiap bagian harus diuji tujuannya

dan akibatnya. Realisme mengandung konsepsi tentang masyarakat

yang berubah lebih cepat daripada hukum.

3. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara

hukum yang ada dan yang seharusnya ada, untuk tujuan-tujuan studi

Page 17: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

4. Realisme tidak percaya pada kentuan-ketentuan dan konsepsi-

konsepsi hukum, sepanjang kententuan-ketentuan dan konsepsi

hukum menggambarkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh

pengadilan-pengadilan dan orang-orang. Realisme menerima definisi

peraturan-peraturan sebagai “ramalan-ramalan umum tentang apa

yang akan dilakukan oleh pengadilan-pengadilan”.

5. Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan

mengingatkan akibatnya.

Dengan demikian, Realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum

yang mengatur suatu perkara sampai ada putusan hakim terhadap

perkara itu. Apa yang dianggap sebagai hukum dalam buku-buku,

baru merupakan taksiran tentang bagaimana hakim akan

memutuskan.

Page 18: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Oliver Wendell Holmes (1841-1935)

Holmes dikenal sebagai “the founder of the realist shoud”. Kata-

katanya yang paling terkenal adalah “the life of the law has been,

not logic, but experience”. Aspek-aspek empiris dan pragmatis

dari hukum merupakan hal yang penting. Bagi Holmes, hukum

adalah apa yang diramalkan akan diputus dalam kenyataannya

oleh pengadilan.

Holmes menyatakan hukum adalah kelakuan aktual para hakim

(pattern of behaviors), dimana pattern of behaviors hakim

ditentukan oleh tiga faktor masing-masing:

Page 19: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

1. Kaidah-kaidah hukum yang dikonkritkan oleh hakim dengan metode

interpretasi dan konstruksi

2. Moral hidup pribadi hakim

3. Kepentingan sosial

Tiga faktor inilah yang mempengaruhi putusan hakim

Hal yang fundamental dari pemikiran Holmes, adalah bahwa para juris

tidak seharusnya puas dengan bentuk-bentuk dangkal dari kata-kata,

semata-mata hanya karena kata-kata bersangkutan telah sangat

sering digunakan dan telah diulang-ulang dari salah satu ujung “union”

ke ujung lainnya. Kita harus memikirkan hal-hal, bukannya kata-kata,

atau sekurang-kurangnya kita harus secara konstan menerjemahkan

kata-kata kita ke dalam fakta-fakta yang diwakilinya jika kita hendak

mengikuti sesuatu yang nyata dan benar.

Page 20: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Lundstedt

Lundstedt adalah seorang profesor hukum Swedia. Ia secara total menolak terhadap argumen yang bersifat metafisik. Apa yang tidak dapat dibuktikan secara fakta adalah merupakan sesuatu yang tidak valid. Kesalahan-kesalahan bahasa serta reaksi-reaksi yang murni bersifat emosional menjadi penyebab timbulnya banyak argumen yang tidak berguna berkaitan dengan nilai-nilai.

Menurut Lundstedt Hukum hanyalah merupakan fakta-fakta dari eksistensi sosial, selain daripada itu hanya sekedar ilusi. Hukum merupakan hal esensial jika masyarakat ingin bertahan, oleh karena pada dasarnya hukum merupakan persyaratan bagi kesejahteraan sosial.

Page 21: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Lebih lanjut Lundstedt, berpendapat bahwa suatu sistem hukum

mencerminkan aspirasi-aspirasi sosial yang secara sistematik

mengorganisir fakta sosial, maka tujuan-tujuan sistem itu akan

muncul pula secara jelas.

Page 22: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Aliran Realisme Skandinavia dan Amerika Serikat menolak “das

sollen” (the “ought”) dalam studi hukum dan juga menolak

spekulasi metafisik dalam penyelidikan kenyataan-kenyataan dari

sistem hukum. Realisme Amerika Serikat lebih menitikberatkan

pada aspek-aspek perilaku hakim daripada pertanyaan-

pertanyaan tentang hukum yang tumbuh dari perhatian pada sifat

hak-hak dan kewajiban-kewajiban subyek hukum. Yang menjadi

dasar dari filsafat Skandinavia adalah penolakan terhadap konsep

tentang pikiran (mind) yang mencakup fenomena-fenomena

mental, yang merupakan tidak lebih dari reaksi-reaksi otak.

Page 23: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Bagi kaum Realisme Skandinavia, yang disebut

“ide-ide”, semata-mata merupakan rasionalisasi-

rasionalisasi dari eksistentsi objektif, ide-ide itu

semata-mata ungkapan verbal dari reaksi-reaksi

terhadap fakta-fakta dan kondisi-kondisi

(lingkungan-lingkungan) eksternalnya.

Page 24: Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism

Abdul Halim Barkatullah & Teguh Prasetyo, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju

Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartat, ctk. Pertama, PT. RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2012.

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)

Termasuk Interpretasi Undang-undang (legisprudence), ctk. Keempat, Kencana Prenada

Media Group, Jakarta, 2012.

Achmad Ali & Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, ctk. Pertama,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012.

-------------------------------------------. Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, ctk.

Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012.

Achmad Sodik & Juniarso Ridwan, Tokoh-tokoh Ahli Pikir tentang Negara dan Hukum dari

Zaman Yunani Kuno sampai Abad 20, ctk. Pertama, Nuansa, Bandung, 2010.

Darji Darmodiharjo & Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat

Hukum Indonesia, ctk. Keenam, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006

Romli Atmasasmita, Teori Hukum Intergratif Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum

Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, ctk. Pertama, Genta Publishing,Yogyakarta, 2012.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, ctk. Ketujuh, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012