filosofi Tangga Pada Rumah Adat Bugis
-
Upload
riyanie-wieskyeandi -
Category
Documents
-
view
159 -
download
24
description
Transcript of filosofi Tangga Pada Rumah Adat Bugis
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
FILOSOFI TANGGA RUMAH TRADISIONAL BUGIS
SULAWESI SELATAN
Syafriyani
13202112020
Abstrak
Rumah tradisional atau rumah panggung hasil dari peninggalan nenek
moyang, lantai rumah tidak berpijak di permukaan tanah sehingga untuk
menghubungkannya diperlukan unsur tangga. Dimana tangga merupakan
suatu ungkapan keutuhan hidup dan kehidupan yang membedakan di
dalam dan di luar rumah sehingga tangga sebagai penghubung rumah
dan lingkungannya menjadi lengkap dan sempurna. Filosofi dan makna
dari konstruksi rumah panggung di Indonesia sangat beragam. Pada
rumah panggung adat bugis, tangga yang disebut dengan addeneng
memiliki batasan-batasan atau persyaratan yang hendaknya sesuai
dengan adat dan istiadat yang ada dan jika tidak mengikuti hal yang
sudah ditetapkan maka akan mendatang bahaya.
Kata kunci: Rumah tradisional, Tangga, Adat Bugis
1. PENDAHULUAN
Menghadirkan sebuah karya arsitektur yang bukan hanya sekedar
rancangan tetapi mampu menghadirkan jiwa di dalam rancangan,
hendaklah kita sebagai arsitek kembali merenung dan menjalahi arsitektur
masa lampau. Terdapat banyak hal yang bisa kita pelajari dari "belajar
pada masa lampau", bagaimana para nenek moyang kita merancang
suatu bangunan yang bukan hanya sekedar melindungi mereka namun
bangunan itu dapat difungsikan sesuai dengan kebutuhan dan
kebudayaan mereka serta bagaimana keserasian dan keselarasan yang
tercipta antara bangunan dan alam lingkungannya.
Salah satu peninggalan Arsitektur nenek moyang kita hingga saat
ini masih ada yaitu Rumah Panggung. Rumah yang bukan hanya sebagai
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
tempat tinggal namun terdapat makna dan tanda dan selaras serta serasi
dengan alam lingkungannya.
Rumah tradisional Indonesia yang dikenal dengan sebutan rumah
panggung yaitu lantai rumah tidak berpijak pada permukaan tanah
sehingga terlihat jelas akan adanya perbedaan kehidupan dalam dan luar
yang akan terjadi pada manusia.
Tanah merupakan suatu bagian yang unsur buatan alam dari bumi
yang merupakan tempat berpijak manusia dalam melakukan segala
aktivitas dalam membentuk suatu keakraban, kebersamaan, dan
keutuhan. Sedangkan rumah merupakan buatan manusia yang berfungsi
sebagai tempat tinggal dalam melakukan aktivitas yang lebih intim dengan
keluarganya.
Dalam buku "Pasang Surut Arsitektur Di Indonesia" karya Josef
Prijotomo (hal. 11), mengatakan bahwa manusia memiliki kehidupan
berbeda di dua dunia yaitu luar dan dalam. Kehidupan di dalam
dinyatakan dalam bentuk hunian, sedangkan di luar adalah alam
lingkungan. Untuk menghubungkan ikatan rumah dan lingkungan luarnya
maka diperlukan suatu unsur penghubung yang disebut dengan tangga.
Hadirnya tangga di rumah panggung adalah wujud dari konsep
penggenapan dalam kehidupan. Dalam artian bahwa tangga adalah
ungkapan dari bagaimanakah hidup dan kehidupan mendapatkan
keutuhannya; kesadaran bahwa ada kehidupan yang di luar dan yang ada
di dalam, namun keduanya harus saling berhubungan sehingga menjadi
lengkap dan sempurna.
Oleh karena itu, rumah panggung sangat erat dan tak bisa
dipungkiri bahwa tangga merupakan salah satu unsur terpenting dalam
penyempurnaan kehidupan manusia.
Tangga sebagai alat penghubung di rumah panggung memiliki
makna, jenis, dan lambang yang berbeda dari setiap adat istiadat di
Indonesia.
Pada Rumah panggung adat bugis yang dikenal dengan Bola Ugi,
Letak tangga hendaknya seiring dengan letak tangga tetangga sebelah.
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
Hindari tangga berhadapan dengan tetangga. Tinggi anak tangga sesuai
dengan ukuran kaki anggota keluarga biasanya kepala rumah tangga.
Kedua telapak kaki didempetkan dengan rapat lalu diukur melingkar akan
digunakan sebagai ukuran tinggi tanjakan. Bila hal ini dilanggar maka
akan mendatangkan bahaya berupa sering jatuh.1
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Rumah Tradisional
Rumah menurut Van Romondt (1965, dalam said, 2004) adalah
suatu shelter atau tempat berlindung manusia dalam menghadapi cuaca
panas, dingin, hujan, dan angin. Namun rumah yang dibangun oleh nenek
moyang kita bukan lah hanya sebagai sosok bangunan yang melindungi
penghuninya melainkan terkandung suatu makna dan tanda.
Suatu bangunan dengan struktur, cara pembuatan, bentuk, dan
fungsi serta ragam hias yang memiliki ciri khas tersendiri, diwariskan
secara turun-temurun dan dapat digunakan untuk melakukan kegiatan,
kehidupan oleh penduduk sekitarnya (Said,2004: 47). Rumah tradisional
dibangun dengan cara yang sama oleh beberapa generasi tanpa atau
sedikit sekali mengalami perubahan-perubahan sehingga rumah
tradisional terbentuk berdasarkan tradisi pada masyarakat (Said, 2004:
48).
Orang Bugis memandang rumah tidak hanya sekedar tempat
tinggal tetapi juga sebagai ruang pusat siklus kehidupan. Tempat manusia
dilahirkan, dibesarkan, kawin, dan meninggal. Karena itu, membangun
rumah haruslah didasarkan tradisi dan kepercayaan yang diwarisi secara
turun temurun dari leluhur. Orang Bugis membangun rumah tanpa
gambar. Pembangunan rumah dilaksanakan oeh Panrita Bola (ahli rumah)
dan Panre Bola (tukang rumah). Panrita Bola menangani hal-hal yang
bersifat spiritual, adat dan kepercayaan. Sedang Panre Bola mengerjakan
hal-hal bersifat teknis, mengolah bahan kayu menjadi komponen struktur
sampai rumah berdiri dan siap dihuni.
1 Proposal Disertasi Pasca Sarjana UGM Yogyakarta
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
2.2 Tangga
Kata tangga adalah kata yang menunjuk pada alat penghubung
antara tempat yang lebuh rendah dengan yang lebih tinggi, ataupun
sebaliknya juga menunjuk pada penghubung antara tempat yang satu
dengan yang lain.
Hadirnya tangga di rumah panggung adalah wujud dari konsep
penggenapan dalam kehidupan. Tangga adalah unsur yang
menghubungkan, melengkapkan, mengikatkan, dan menyempurnakan
kesatuan dan penyatuan dari rumah dan sebagai unsur yang
menghubungkan, melengkapkan, mengikatkan, dan menyempurnakan
kesatuan dan penyatuan dari rumah dengan alam semesta, dengan
lingkungan totalnya. Tangga adalah ungkapan dari bagaimanakah hidup
dan kehidupan mendapatkan keutuhannya; kesadaran bahwa ada
kehidupan yang di luar dan yang ada di dalam, namun keduanya harus
saling berhubungan sehingga menjadi lengkap dan sempurna.
Nenek moyang kita melahirkan sebutan "tangga" dengan
kesadaran bahwa kebersamaan adalah bagian yang tak terpisahkan dari
hidup dan kehidupan setiap insan dan setiap keluarga. Itulah pemikiran
leluhur kita yang berumah panggung dalam arsitektur tradisional.
Rumah bukanlah sekedar sosok bangunan tapi benar-benar
sebuah bangunan yang penuh makna dan perlambang serta sekaligus
bagian yang menyatu dengan hidup dan kehidupan; rumah/bangunan
menjadi pernyataan bagi pemisahan dan sekaligus penyatuan diri dengan
alam lingkungannya. Sehingga jelas terlihat dari pemaparan di atas
tentang makna tangga pada rumah panggung.
2.3 Rumah Adat Bugis
Orang Bugis mengenal sistem tingkatan sosial yang dapat
mempengaruhi bentuk rumah mereka, yang ditandai dengan simbol-
simbol khusus. Berdasarkan pelapisan sosial tersebut maka bentuk rumah
tradisional orang dikenal dengan istilah Saoraja (Sallasa) dan Bola.
Saoraja berarti rumah besar, yakni rumah yang ditempati oleh keturunan
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
raja atau kaun bangsawan, sedangkan bola berarti rumah biasa, yakni
rumah tempat tinggal bagi rakyat biasa (Izarwisma Mardanas, dkk, 1985:
24)
Menurut pandangan hidup masyarakat Bugis zaman dahulu, alam
raya (makrokosmos) tersusun atas tiga tingkatan, yaitu alam atas (botting
langik), alam tengah (lino), dan alam bawah (uriliyu). Alam atas adalah
tempat para dewa yang dipimpin oleh satu dewa tertinggi bernama
Dewata Seuwae (Dewa Tunggal). Alam tengah adalah bumi yang dihuni
oleh para wakil dewa tertinggi untuk mengatur hubungan manusia dengan
dewa tertinggi, serta mengatur jalannya tata tertib kosmos. Alam bawah
adalah tempat yang paling dalam yaitu berada di bawah air. Berdasarkan
pandangan hidup tersebut, maka konstruksi rumah tradisional Bugis terdiri
dari tiga tingkatan dan masing-masing mempunyai fungsi (Mattulada
dalam Koentjaraningrat, 1999). Secara spatial vertikal dapat
dikelompokkan dalam tiga bagian berikut:
Gambar 2.1 Tiga bagian rumah Adat Bugis
Gambar 2.2 Rumah Adat Bugis
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
2.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
rasionalistik yang mengacu pada kajian pustaka atau landasan teori. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
didapatkan dari beberapa literatur yang berkaitan dengan judul penelitian
ini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Filosofi Tangga Rumah Adat Bugis
Letak tangga hendaknya seiring dengan letak tangga tetangga
sebelah. Hindari tangga berhadapan dengan tetangga. Tinggi anak tangga
sesuai dengan ukuran kaki anggota keluarga biasanya kepala rumah
tangga. Kedua telapak kaki didempetkan dengan rapat lalu diukur
melingkar akan digunakan sebagai ukuran tinggi tanjakan. Bila hal ini
dilanggar maka akan mendatangkan bahaya berupa sering jatuh.
Jika letak
tangga depan
berada
disebelah
kanan, maka
tangga
tetangga juga
harus berada
disebelah
kanan.
Gambar 3.1 Letak tangga di rumah adat Bugis
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
3.2 Jenis Tangga Rumah Adat Bugis
Untuk bisa menghubungkan rengkaeng, ale bola, dan awaso
diperlukan tangga. Tangga dalam rumah panggung Bugis ada tiga
macam, yaitu :
1. Safana, untuk alassa atau saoraja dan salassa baringeng.
Lazim terbuat dari bambu dengan lapisan/ dasar bambu
beranyam. Safana juga dapat digunakan oleh rakyat biasa,
yang membuat rumah tambahan (sarafo) bagi upacara
perkawinan karena pengantin dianggap sebagai raja sehari.
2. Tuka', yaitu tangga rumah Ata Simana yang mempunyai
hubungan darah dengan arung atau bangsawan. Disebut tuka'
karena pemiliknya men-daki darahnya. Bahasa Bugis yang
sinonim ialah tuppu, suatu istilah bahagian ade' (adat, hukum
kebiasaan) yang mengatur tentang hirarki ade'.
3. Addengeng, terdiri dari:
Addeneng yang mempunyai ibu tangga tiga buah khusus
untuk pabbicara, pembantu raja, arung lili' dan pejabat-
pejabat negeri di luar golongan bangsawan.
Addeneng yang mempunyai ibu tangga dua buah, khusus
untuk rakyat biasa dan abadi.
Gambar 3.2 tangga di rumah adat Bugis Saoraja dan Arung
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
3.3 Konstruksi Tangga Rumah Adat Bugis
Konstruksi tangga terdiri dari indo' addeng (induk tangga),
umumnya berukuran 4/25 cm, ana' addeng (anak tangga) berukuran 3/20
cm dan 3/25 cm dan accucureng (susunan tangga). Rumah biasa
memakai dua induk tangga dengan anak tangga 3 sampai 9 buah. Dari
segi penempatannya, tangga dibedakan atas dua macam, yakni tangga
depan dan tangga belakang. Induk tangga tidak boleh sama panjang,
induk tangga disebelah kiri (pada waktu naik kerumah) harus lebih
panjang. Jumlah anak tangga harus selalu ganjil. (Mardanas, dkk. 1986)
Tangga diletakkan di depan atau belakang, dengan ciri-ciri dipasang di ale
bola atau di lego-lego. Arahnya ada yang sesuai dengan panjang rumah
atau sesuai dengan lebar rumah. Tangga dibuat dengan menggunakan
material kayu kelas satu dengan sistem knock down
Addeng rumah Bugis ini
memliki sembilan
susunan anak tangga.
Gambar 3.3 Susunan tangga di rumah panggung adat Bugis
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
4. KESIMPULAN
Dalam rumah adat Bugis terdapat tiga tingkatan/bagian rumah yaitu
rengkaeng (atap), ale bola (badan rumah/tengah), dan awaso (bagian
bawah rumah). Untuk menghubungkan aktivitas orang bugis dari bawah
ke tengah rumah maka diperlukan tangga. Tangga pada rumah adat Bugis
biasanya terdapat dua, yaitu tangga depan biasanya terdapat lego-lego
dan menuju ke ruang tamu, sedangkan tangga belakang biasanya tangga
yang akan menuju ke kamar mandi (tata ruang rumah adat bugis
masyarakat biasa). Tangga pada rumah Adat Bugis terbuat dari kayu
kelas 1 dengan sistem knock down.
Rumah adat Bugis rakyat biasa ini
memiliki dua tangga induk depan.
Tangga pertama dengan tiga susunan
anak tangga dan tangga kedua dengan
sembilan susunan anak tangga. Tangga
ini menggunan sistem knock down.
Tangga pada bagian depan ini akan
menuju ke lego-lego (teras) sebelum
masuk ke ruang tamu.
Knock Down
Gambar 3.4 Konstruksi tangga di rumah panggung adat
Bugis
SYAFRIYANI 13202112020
Filosofi Tangga Rumah Tradisional BugisSulawesi Selatan53
[ ] Arsitekur Nusantara
DAFTAR PUSTAKA
Prijotomo, Josef (1988). Pasang Surut Arsitektur di Indonesia. Surabaya: PT. Tenda Artika.
Sumalyo, Yulianto (1993). Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press (UGM).
Snyder, James C. and Catanese, Anthony J. (1979). Pengantar Arsitektur. Jakarta: PT. Erlangga.
Izarwisma, dkk (1985). Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, Proyek Inventarisasi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan. Jakarta: Depdikbud.
Mashuri (2012). Perwujudan Kosmologi Pada Bangunan Rumah Tradisional Toraja. Palu: LANTING Journal of Architecture, Vol. 1 Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako Palu.
Yuli. Rumah Adat Suku Bugis Di Makassar. Tugas Arsitektur Vernakular Teknik Arsitektur Universitas 17 Agustus 45, Surabaya.