FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

85
26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 1 A. PENDAHULUAN Menurut ajaran Islam, perkawinan adalah sunnah Allah SWT. yang berlaku umum bagi semua makhluk. Dan Allah SWT. Berfirman (yang artinya): اَ مَ وِ هِ مْ لِ عِ ب لاِ ُ عَ ضَ ت لاَ ى وَ ثْ نُ ْ نِ مُ لِ مْ حَ ت اَ مَ ا وً ( ج َ وْ زَ ْ مُ كَ لَ عَ ( جَ ّ مُ 0 ثٍ هَ فْ طُ تْ نِ مَ ّ مُ 0 ثٍ ( ب َ رُ تْ نِ مْ مُ كَ قَ لَ جُ َ ّ َ وٌ ر> يِ سَ A يِ َ ّ ىَ لَ عَ E كِ لَ ذَ ّ نِ ٍ ( ابَ تِ ك> ىِ ف لاِ ِ هِ رُ مُ عْ نِ مُ صَ قْ نُ > ن لاَ وٍ رَ ّ مَ عُ مْ نِ مُ رَ ّ مَ عُ > ب“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lohmahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”. ( QS. Fathir, 35:11) Wahbah Az-Zuhaili, guru besar Ilmu Fikih di Universitas Dimasykus, Siria (1932 M--) dalam bukunya, Al-Fiqhul Islam wa ‘Adillatuhu, menyatakan bahwa menurut hukum Islam, perkawinan atau pernikahan adalah akad atau perjanjian atau ikatan yang menghalalkan seorang pria dan seorang wanita hidup bersama sebagai suami-istri. Al-Qur’an menyebutkannya dengan istilah: Mitsâqan Ghalîzhan (perjanjian yang kuat) sebagai berikut: اً W ظ> يِ لَ ع اً اقَ 0 ت> يِ مْ مُ كْ تِ مَ نْ ذَ جَ َ وٍ صْ عَ ( ب ىَ لِ ْ مُ كُ ضْ عَ ( ب ىَ ضْ فَ ْ ذَ قَ وُ هَ ونُ ذُ جْ اَ تَ فْ > نَ كَ و“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri- Standar Kompetensi (SK) 4. Memahami hukum Islam tentang tentang Kompetensi Dasar (KD) 4.1. Menjelaskan ketentuan Hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya 4.2. Menjelaskan ketentuan Perkawinan menerut perundang –undangan di Indonesia 4.3. Menjelaskan konsep Islam tentang perceraian, iddah, rujuk dan hikmahnya

Transcript of FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

Page 1: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 1

A. PENDAHULUANMenurut ajaran Islam, perkawinan adalah sunnah Allah SWT. yang berlaku umum

bagi semua makhluk. Dan Allah SWT. Berfirman (yang artinya):

�ث�ى �ن أ من� �ح�مل� ت و�م�ا و�اج�ا �ز� أ �م� �ك ج�ع�ل �م� ث �ط�ف�ة� ن من� �م� ث اب� �ر� ت من� �م� �ق�ك ل خ� �ه� و�اللن� إ �اب� ت ك في ال إ ع�م�ره من� �ق�ص� �ن ي و�ال م�ع�م�ر� من� �ع�م�ر� ي و�م�ا �مه عل ب ال إ �ض�ع� ت و�ال

ير4 �س ي �ه الل ع�ل�ى ك� ذ�ل

“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lohmahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”.( QS. Fathir, 35:11)

Wahbah Az-Zuhaili, guru besar Ilmu Fikih di Universitas Dimasykus, Siria (1932 M--) dalam bukunya, Al-Fiqhul Islam wa ‘Adillatuhu, menyatakan bahwa menurut hukum Islam, perkawinan atau pernikahan adalah akad atau perjanjian atau ikatan yang menghalalkan seorang pria dan seorang wanita hidup bersama sebagai suami-istri. Al-Qur’an menyebutkannya dengan istilah: Mitsâqan Ghalîzhan (perjanjian yang kuat) sebagai berikut:

�اق�ا ميث �م� �ك من �خ�ذ�ن� و�أ �ع�ض� ب �ى ل إ �م� �ع�ض�ك ب �ف�ض�ى أ و�ق�د� �ه� �خ�ذ�ون �أ ت �ف� �ي و�كيظ�ا غ�ل

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”. , (QS. An-Nisa’, 4: 21)

Islam sangat menganjurkan pernikahan. Sebab, dengan pernikahan itu manusia akan berkembang biak sehingga kehidupan umat manusia dapat dilestarikan. Tanpa pernikahan, regenerasi akan terhenti, kehidupan manusia akan terputus, dunia akan sepi dan tidak berarti. Dalam hal ini, Allah SWT. Berfirman:

و�ح�ف�د�ة� ين� �ن ب �م� و�اجك �ز� أ من� �م� �ك ل و�ج�ع�ل� و�اج�ا �ز� أ �م� ك �ف�س �ن أ من� �م� �ك ل ج�ع�ل� �ه� و�الل�ات Eب الط�ي من� �م� ق�ك ز� و�ر�

ون� �ف�ر� �ك ي ه�م� �ه الل ع�م�ة ن و�ب �ون� �ؤ�من ي �اطل �ب ال ف�ب� أ

“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik.

Standar Kompetensi (SK)

4. Memahami hukum Islam tentang tentang hukum keluarga

Kompetensi Dasar (KD)

4.1. Menjelaskan ketentuan Hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya

4.2. Menjelaskan ketentuan Perkawinan menerut perundang –undangan di

Indonesia

4.3. Menjelaskan konsep Islam tentang perceraian, iddah, rujuk dan hikmahnya

4.4. Menjelaskan ketentuan Islam tentang pengasuhan anak (hadhanah)

Page 2: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 2

Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah ?" (QS. An Nahl, 16: 72)

Islam adalah agama fitrah, tidak membelunggu perasaan cinta manusia kepada lawan jenisnya. Akan tetapi Islam memerintahkan manusia untuk menjaga perasaan cinta itu, merawat dan melindunginya dari segala perbuatan yang kotor dan hina. Oleh karena itu, Islam menetapkan institusi pernikahan untuk memelihara kesucian cinta dua anak manusia yang berlainan jenis.

Kita semua mengetahui, bahwa dalam melaksanakan setiap perintah, Allah SWT. pasti memberikan sejumlah pahala. Begitu juga dalam perenikahan, Allah memberikan pahala bagi mereka yang melangsungkannya. Allah memisalkan hubungan dua jenis manusia yang diikat dalam tali pernikahan bagaikan pakaian yang melekat pada tubuh pemakainya. Sebagai pakaian, antara baju dan pemakai tentu saling melengkapi dan saling membutuhkan. Manusia tidak akan sempurna tanpa pakaian. Demikian juga seorang lalaki tidak akan (belum) sempurna tanpa adanya seorang istri.

Bentuk hubungan yang saling melengkapi itu hanya ada dalam lembaga perkawinan. Tanpa perkawinan, tidak akan pernah ada proses saling melengkapi antara laki-laki dan perempuan. Allah SWT. Berfirman:

�م� �ك �ن �ي ب و�ج�ع�ل� �ه�ا �ي ل إ �وا �ن ك �س� ت ل ا و�اج� �ز� أ �م� ك �ف�س �ن أ من� �م� �ك ل �ق� ل خ� �ن� أ ه �ات �ي آ و�من�ح�م�ة� و�ر� م�و�د�ة�

ون� �ر� �ف�ك �ت ي � ق�و�م ل �ات� �ي آل� ك� ذ�ل في ن� إ“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (QS. Ar-Rum, 30: 21)

Para remaja yang sudah cukup umur dan dewasa tetapi masih membujang dianjurkan untuk segera menikah. Begitu juga hamba sahaya yang dipandang sudah pantas. Mereka tidak usah khawatir mengalami kesulitan ekonomi. Orang yang melaksanakan perkawinan dipandang telah melakukan separuh dari agamanya. Rasulullah SAW. bersabda:

�لباقي ا �ص�ف الن في الله� �ق �ت �ي ف�ل �مان ي �إل ا ص�ف� ن �م�ل� �ك ت اس� ف�ق�د� و�ج� �ز� ت م�ن�

“Barangsiapa yang menikah (beristri), maka sempurnalah separuh imannya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah untuk melaksanakan separuh sisanya”. (Ath-Thabarani, Mu’jamul Ausath, hds no. 7314. Ini hadits dha’if.)

Ada hadits lain yang berbunyi:

" �م�م األ بكم ر4 م�كاث Eي فإن ."تزو�ج�وا“Menikahlah kalian semua. Sesungguhnya aku senang kalian menjadi umat terbanyak”

Dan masih banyak hadits yang semakna dan menganjurkan pernikahan.

B. Hukum Nikah

Dalam kitab Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusydi mengemukakan, bahwa terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang hukum pernikahan, sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang akan melangsungkan pernikahan tersebut. Pernikahan bagi seseorang dapat dikatakan wajib baginya, sedangkan bagi orang lain dapat juga sunnah hukumnya, malah juga ada yang haram, atau mubah, sebagai berikut:

1. Mubah

Page 3: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 3

Imam Asy-Syafi’I mengatakan, bahwa hukum melakukan pernikahan adalah ibahah atau boleh bagi orang yang tidak khawatir akan melakukan zina jika tidak menikah, atau tidak takut berbuat aniaya bila ia menikah. Hal ini berarti setiap orang halal, atau mempunyai hak untuk melakukan suatu pernikahan dan berhak pula untuk tidak melakukannya. Setiap orang, lelaki atau wanita bila memenuhi persyaratan perkawinan, maka boleh baginya melakukan perkawinan. Ini sesuai dengan firman Allah SWT. :

اء Eس� الن من� �م� �ك ل ط�اب� م�ا �كح�وا ف�ان �ام�ى �ت �ي ال في �ق�سط�وا ت �ال� أ �م� خف�ت ن� و�إ�م� �ك �م�ان ي

� أ �ت� �ك م�ل م�ا و�� أ ف�و�احد�ة� �وا �ع�دل ت �ال� أ �م� ف�ت خ ن� ف�إ �اع� ب و�ر� ث� �ال� و�ث �ى �ن م�ث

�وا �ع�ول ت �ال� أ �ى �د�ن أ ك� ذ�ل

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”(QS. An-Nisa’, 4: 43)

2. WajibMenurut sebagian besar Fukaha’, hukum melakukan pernikahan yang asalnya mubah dapat berubah menjadi wajib, manakala seseorang merasa sangat khawatir akan melakukan perbuatan zina jika ia tidak melangsungkan pernikahan. Perbuatan tersebut sangat tercela dan terlarang karena merupakan dosa besar menurut ajaran Islam. Oleh karena itu, ia wajib menikah jika memenuhi segala persyaratan untuk melakukannya. Bila ia adalah orang yang cukup dewasa dari segi umur, jasmaniah sehat walafiat dan akal pikirannyapun sempurna. Perintah Allah berkenaan dengan pernikahan itu antara lain disebutkan dalam Al-Qur’an, antaranya:

اء� ف�ق�ر� �وا �ون �ك ي ن� إ �م� ك م�ائ و�إ �م� �ادك ب ع من� حين� و�الص�ال �م� �ك من �ام�ى �ي األ� �كح�وا �ن و�أه ف�ض�ل من� �ه� الل هم� �غ�ن ي

يم4 ع�ل ع4 و�اس �ه� و�الل“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(QS. An Nur, 24: 32)

Perintah itu dikemukakan setelah Allah SWT. memperingatkan agar setiap laki-laki menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dari perbuatan rendah dan tercela seperti dikemukakan dalam dua ayat sebelumnya yaitu dalam surat An-Nur (24) ayat 30-31.

3. SunnahSeseorang yang telah mencapai tingkat dewasa, memiliki tingkat jasmani dan rohani yang sehat, cukup layak hatinya cenderung dan mempunyai hasrat untuk menikah, memiliki harta kekayaan yang memadai atau memilki pekerjaan yang dapat diandalkan untuk membiayai dan member nafkah dalam hidup berumahtangga, disunnshksn untuk melakukan pernikahan. Pendapat ini dikemukakan oleh jumhur ulama selain Syafi’i (lihat: Al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu, Wahbah Az-Zuhaili) Dalam keadaan seperti, melakukan pernikahan adalah lebih baik daripada tidak menikah. Dalam pernikahan itu, ia dapat menyalurkan dorongan naluri biologisnya secara baik (sex-impuls).

4. Haram

Page 4: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 4

Melakukan suatu pernikahan akan menjadi haram, jika dalam perbuatan itu seseorang mempunyai iktikad yang tidak terpuji, seperti untuk menyakiti atau menganiaya istrinya. Begitu juga seseorang yang berniat sekedar untuk mempermainkan pasangannya, maka haram baginya melakukan pernikahan. Orang seperti itu bahkan wajib meninggalkan pernikahan.Haram pula melakukan pernikahan bagi seorang laki-laki yang nyata-nyata tidak mampu memberikan nafkah lahir maupun batin terhadap istrinya, jika keadaan seperti itu justru akan mengakibatkan seorang istri hidup dalam penderitaan. Firman Allah SWT. menyebutkan:

ه ف�ض�ل من� �ه� الل �ه�م� ي �غ�ن ي �ى ت ح� �اح�ا ك ن �جد�ون� ي ال� �ذين� ال �ع�فف ت �س� �ي و�ل“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An Nur, 24: 33)

Haram pula hukumnya melakukan pernikahan, jika seorang laki-laki membohongi calon istrinya dengan menyebutkan keturunan, harta kekayaan, dan pekerjaan secara palsu. Begitu pula haram bagi perempuan yang menyadari dirinya tidak mampu memenuhi hak-hak suaminya tetapi ia tidak mau menjelaskan hal itu kepada calon suaminya sebelum pernikahan dilangsungkannya.

5. MakruhOrang yang mempunyai cukup hasrat untuk melakukan pernikahan, telah memenuhi kedewasaan umur dengan jasmani yang sehat dan rohani yang sempurna, tetapi ia tidak mampu memberi nafkah dan membiayai rumahtangga karena tidak mempunyai harta kekayaan atau tidak mempunyai sumber penghasilan, maka makruh baginya melakukan perkawinan. Begitu pula bagi laki-laki yang lemah syahwat, sungguhpun istrinya rela untuk tidak menerima nafkah batin, maka makruh baginya melakukan perkawinan. Demikian Sayyid Sabiq menjelaskan dalam bukunya, Fiqhus Sunnah.

C. TUJUAN PERKAWINAN

Tujuan dasar perkawinan adalah untuk mengembangbiakkan keturunan manusia secara sah, sebagaimana firman Allah SWT.:

ه�ا و�ج� ز� �ه�ا من �ق� ل و�خ� و�احد�ة� �ف�س� ن مEن �م �ق�ك ل خ� �ذي ال �م� �ك ب ر� � �ق�وا ات �اس� الن cه�ا ي� أ �ا ي

ن� إ ح�ام� ر�� و�األ ه ب �ون� اءل �س� ت �ذي ال dه� الل � �ق�وا و�ات اء س� و�ن � يرا �ث ك � رج�اال �ه�م�ا من �ث� و�ب

اآلية ] - النساء سورة � قيبا ر� �م� �ك �ي ع�ل �ان� ك dه� [1الل

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.(QS. An-Nisa’, 4: 1)

Dalam ayat lain, Allah SWT. menyebutkan, sbb.:

�ك�م �ن �ي ب و�ج�ع�ل� �ه�ا �ي ل إ �وا �ن ك �س� Eت ل � و�اجا �ز� أ �م� ك �نف�س أ مEن� �م �ك ل �ق� ل خ� �ن� أ ه �ات آي و�من�اآلية ] – الروم سورة ون� �ر� �ف�ك �ت ي � Eق�و�م ل �ات� ي آل� ك� ذ�ل في ن� إ ح�م�ة� و�ر� [21م�و�د�ة�

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

Page 5: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 5

dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Tujuan perkawinan tersebut adalah untuk menciptakan mawaddah wa rahmah dalam keluarga, rumahtangga yang tenteram, penuh kasih sayang dan bahagia lahir dan batin.

Tujuan perkawinan tersebut tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat biologis yang menghalalkan hubungan seksual antara kedua belah pihak, tetapi lebih luas dari itu, yaitu meliputi segala aspek kehidupan, baik lahiriah maupun batiniah.

Sejalan dengan tujuannya, perkawinan mempunyai sejumlah hikmah atau keuntungan bagi pelakunya. Sayid Sabiq dalam bukunya, Fiqhus Sunnah mengemukakan sbb.:

1. Dapat menyalurkan naluri seksualnya dengan cara sah dan terpuji.

2. Memelihara dan memperbanyak keturunan dengan terhormat, sehingga dapat menjaga kelestarian hidup manusia.

3. Naluri keibuan dan kebapakkan akan saling melengkapi dalam kehidupan rumahtannga bersama anak-anak.

4. Melahirkan organisasi dan pembagian tugas yang jelas dalam keluarga.

5. Memupuk rasa tanggung jawab yang satu terhadap yang lainnya dalam keluarga, sehingga akan meningkatkan sikap disiplin, rajin, kerja keras dan meningkatkan produksi untuk memperoleh penghasilan dan menambah kekayaan keluarga.

6. Terbentuknya tali kekeluargaan dan silatur-rahmi antar keluarga, sehingga akan memupuk rasa social dan melahirkan masyarakat yang kuat dan bahagia.

7. Umur rata-rata orang yang menikah relative lebih panjang dibanding umur rata-rata orang yang tidak menikah.

D. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN

Suatu pernikahan dapat dikatakan sah menurut hukum Islam manakala memenuhi rukun dan syaratnya. Sehingga tidak terpenuhinya mengenai rukun dan atau syarat pernikahan, akan berakibat pernikahan tersebut tidak sah. Rukun pernikahan adalah merupakan unsur yang harus ada dalam pernikahan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 14 menyebutkan, bahwa rukun atau unsur yang harus dipenuhi sewaktu pernikahan dilangsungkan adalah:

a. Calon Suami,b. Calon Isteri,c. Wali nikah,d. Dua orang saksi dan,e. Ijab dan Kabul.

Sedangkan menurut Jumhur Ulama, bahwa rukun nikah adalah: a. Calon suamib. Calon istric. Wali.d. Shighat (ijab dan qabul)

Sedangkan unsur saksi dalam pernikahan dipandang sebagai syarat, seperti adanya mahar atau maskawin. Rukun dalam pernikahan memerlukan adanya persyaratan supaya suatu pernikahan dipandang sah. Jika rukun tidak memenuhi persyaratan, maka dapat mengakibatkan batalnya suatu pernikahan, sehingga pernikahan tersebut tidak mempunyai akibat hukum. Untuk syarat-syarat bagi masing masing rukun pernikahan sebagai di bawah ini.

Page 6: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 6

1. Calon Suami-istria. Batas Umur

Islam tidak menentukan batas umur minimal bagi calon suami atau istri. Namun, Al-Qur’an memberi isyarat bahwa kedua calon mempelai harus telah mencapai umur dewasa. Allah SWT berfirman:

ف�اد�ف�ع�وا د�ا ش� ر� �ه�م� من �م� ت �س� �ن آ ن� ف�إ �اح� Eك الن �غ�وا �ل ب ذ�ا إ �ى ت ح� �ام�ى �ت �ي ال �وا �ل �ت و�اب�وه�ا �ل �ك �أ ت و�ال� �ه�م� م�و�ال

� أ �هم� �ي ل hا إ ي غ�ن �ان� ك و�م�ن� وا �ر� �ب �ك ي �ن� أ ا د�ار� و�ب اف�ا ر� س� إ �هم� �ي ل إ �م� د�ف�ع�ت ذ�ا ف�إ وف �م�ع�ر� ال ب �ل� �ك �أ �ي ف�ل ا ف�قير� �ان� ك و�م�ن� �ع�فف� ت �س� �ي ف�ل

�ا يب ح�س �ه الل ب �ف�ى و�ك �هم� �ي ع�ل هد�وا �ش� ف�أ �ه�م� م�و�ال� أ

“Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka Telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS. An-Nisa’, 4: 6)

Kalimat: … cukup umur untuk kawin (cetak tebal), pada ayat tersebut bararti bahwa untuk melangsungkan pernikahan diperlukan tingkat umur tertentu atau kedewasaan untuk menikah.

Hukum Islam tidak menutup kemungkinan penentuan batas umur minimal berdasarkan ijmak atau kesepakatan para ulama mengingat kemaslahatan bagi pernikahan. Oleh karena itu, batas umur minimal untuk melangsungkan pernikahan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kewajaran menurut situasi dan kondisi masyarakat setempat.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia, menentukan umur calon suami sekurang-kurangnya berusia 19 tahun, dan calon istri berumur minimal 16 tahun. (Kompilasi ukum Islam, bagian II pasal 15 ayat 1 dan 2) Tapi, bila kedua calon mempelai kurang dari 21 tahun, mereka harus dapat ijin orang tuanya. Dan izin orangtua tidak diperlukan lagi, baik bagi calon suami maupun calon istri, bila mereka sudah genap umur 21 tahun.

b. Persetujuan antara calon suami-istriSuatu pernikahan dipandang sah bila dilaksanakan atas persetujuan keduabelah pihak. Kerelaan laki-laki dan perempuan serta persetujuan mereka untuk mengikat hidup berkeluarga merupakan rukun pokok dalam pernikahan, demikian kata Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah-nya. Persetujuan keduabelah pihak harus sudah jelas sebelum akad nikah diberlangsungkan. Bentuk persetujuan dari mempelai laki-laki harus dinyatakan dengan tegas, baik secara tertulis maupun secara lisan. Sedangkan persetujuan dari calon mempelai perempuan dapat berupa pernyataan tegas, dengan isyarat atau dengan cara diam selama tidak ada penolakan dengan tegas. Kompilasi Hukum Islam menyebutkan sebagai berikut: Pasal 16(1). Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai.(2). Bentuk persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa pernyataan tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas. (Kompilasi Hukum Islam pasal 16). Ada pernyataan Nabi SAW yang menyebutkan, seperti berikut:

Page 7: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 7

: - - cح�ق� أ Eب� �ي الث ق�ال� وسلم عليه الله صلى ى� �ب الن �ن� أ �اس� ع�ب �ن اب ع�ن�ه�ا �وت ك س� �ه�ا ذ�ن و�إ م�ر�

� �أ ت �س� ت �ر� ك �ب و�ال Eه�ا ي و�ل من� ه�ا �ف�س ن ب

Dari Ibnu Abbas, Nabi SAW. bersabda: “Seorang janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya. Dan seorang perawan diajak berembuk, tetapi izinnya adalah diamnya”( Muslim, Shahih Muslim, IV: 141)

Ada lagi hadits dari Ibnu Abbas yang menjelaskan,

�اه�ا �ب أ �ن� أ ت� �ر� ف�ذ�ك �م� ل و�س� �ه �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى ي� �ب الن �ت� �ت أ ا �ر� ك ب �ة� اري ج� �ن� أ�م� ل و�س� �ه �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه الل ول� س� ر� ه�ا �ر� ي ف�خ� �اره�ة4 ك و�هي� ، و�ج�ه�ا ز�

Bahwa ada seorang perawan datang pada Nabi SAW. melaporkan bahwa ia dinikahkan oleh bapakknya dengan lelaki yang tidak disukainya. Lalu, Nabi SAW. memberinya alternative yang baik. (Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, I: 638)

Wahbah Az-Zuhaili mengemukakan, bahwa jumhur ulama, kecuali ulama Hanafiyah memandang bahwa pernikahan yang dilakukan dengan cara paksaan atau tidak mendapat persetujuan dari salah satu atau bahkan keduabelah pihak, adalah tidak sah; dan yang ternyata dilakukan dengan cara paksaan adalah batal, sesuai dengan hadits Rasulullah SAW. :

« - م�تى - � أ ع�ن� �ج�او�ز� ت �ه� الل ن� إ وسلم عليه الله صلى �ه الل ول� س� ر� ق�ال�

�ان� ي Eس� و�الن� �خ�ط�أ ال

�ه �ي ع�ل �ره�وا �ك ت اس� و�م�اRasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya Allah memaafkan perbuatan umatku karena kesalahan, karena lupa dan karena dipaksa” (HR. Ibnu Majah, Al-Baihaqiy, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. (Lihat juga: Maktabah Syamilah edisi -2)

c. Tidak terdapat halangan PernikahanSuatu pernikahan dapat dilangsungkan manakala antara calon suami dan istri tidak ada penghalang. Sedangkan halangan pernikahan adalah karena: (1). Pertalian darah (nasab), (2). Semenda, (3). Persusuan, (4). dalam masa iddah, (5). talak tiga, (6). waktu ihram. Larangan perkawinan yang terdapat dalam Nash Al-Qur’an ada 14 kategori:

1) 7 (tujuh) larangan dari segi nasab:a) Ibu kandung, nenek dan seterusnya ke atasb) Anak perempuan, cucu perempuan seterusnya ke bawahc) Saudara perempuan kandungd) Saudara bapakk yang perempuan e) Saudara ibu yang perempuanf) Anak perempuan saudara laki-laki kandungg) Anak perempuan saudara perempuan kandung.

2) 2 (dua) larangan dari segi susuan: a) Ibu susuanb) Saudara perempuan sepesusuan.

3) 4 (empat) larangan dari segi perkawinan:a) Ibu dari istri (mertua)b) Anak perempuan dari istri (anak tiri)c) Istri dari bapakk (ibu tiri).d) Istri dari anak (menantu).

4) 1 (satu) larangan dari segi poligami, yaitu saudara perempuan dari istri. Tidak diperkenankan istri bersama bibiknya atau uncunya.

Page 8: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 8

Dalam Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (Ensiklopedi Fikih Kuwait) disebutkan secara terperinci wanita yang haram untuk dinikah. Ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam:

A. Haram secara permanen/ abadi.

B. Haram secara kondisional /tidak permanen.

A. 1. Wanita yang diharamkan untuk dinikah secara abadi, ada 3 (tiga) kelompok:a. Karena kekerabatan,b. Karena perkawinan,c. Karena Persusuan.

A.1.a. Haram karena kekerabatan ada 4 (empat):1) Orangtua, yaitu: Ibu, nenek (dari pihak ibu atau bapakk) ke atas. 2) Anak perempuan, cucu perempuan sampai ke bawah. Dan anak perempuan

secara biologis, yakni hasil perzinaan. Demikian menurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali. Tapi, menurut mazhab Syafi’I dan Ibnu Majisyun salah seorang ulama Malikiyah tidak menjadikannya haram. Karena status anak adalah sesuai prosedur legalitas syari’at.

3) Anak perempuan dari saudara (laki-laki atau perempuan)4) Anak perempuan dari saudara kandung, seayah atau seibu sampai ke bawah.

Yakni cucu keponakan.5) Bibi atau saudara perempuan ayah atau ibu, baik sekandung, seayah atau seibu.

Sedangkan anak-anak perempuan (bibi)-nya itu tidak diharamkan.

A.1.b. Haram karena Perkawinan ada 4 (empat):1) Istri ayah ke atas, seperti istri kakek, baik dari jalur ayah atau ibu. 2) Ibu dari istri, atau nenek istri baik dari jalur bapakk atau ibu, selama si istri

telah berhubungan sebagai layaknya suami- istri.3) Anak perempuan dari istri, yaitu anak tiri; dan cucu perempuan dari anak tiri

sampai ke bawah, dengan syarat khusus seperti tersebut di atas. 4) Istri dari anak laki-laki (menantu perempuan), atau istri dari cucu, baik dari

jalur anak laki-laki atau perempuan.

A.1.c. Haram karena Persusuan 1) Ibu persusuan, ibu dari ibu persusuan, seperti nenek dari jalur ayah atau ibu

sampai ke atas. 2) Anak perempuan dari ibu persusuan ( saudara perempuan sepersusuan) ke

bawah, atau anak perempuannya suami yang menjadi penyebab adanya persusuan, sampai ke bawah.

3) Saudara perempuan dari orangtua (ayah/ ibu) persusuan, anak-anak wanitanya sampai ke bawah,

4) Bibi (dari pihak ayah atau ibu) sepersusuan

B. Wanita yang haram dinikah karena kondisi tertentu, seperti di bawah ini: 1. Wanita yang masih dalam status istri orang, atau wanita yang masih dalam masa

iddah.2. Wanita yang melakukan tindakan perzinaan, kecuali oleh lelaki yang menzinahinya. 3. Wanita yang ditalak tiga bagi lelaki yang mentalaknya. 4. Wanita yang tidak seagama Islam5. Wanita yang murtad6. Menghimpun / memadu wanita bersaudara, atau bibinya menjadi istri, atau wanita

dan keponakannya menjadi istri.7. Menghimpun istri melebihi empat orang wanita 8. Istri yang mendapat sumpah li’an bagi lelaki (suami) yang meli’annya.

Page 9: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 9

C. Pernikahan terlarang:Ada beberapa pernikahan yang dilarang dalam Islam, seperti berikut: 1. Nikah Mut’ah

Nikah Mut’ah adalah pernikahan dengan menyebutkan batas waktu tertentu dalam akadnya dengan tujuan pemuasan nafsu atau pelampiasan syahwat..

2. Nikah SyigharPernikahan dua pasang (empat orang) dengan menjadikan dua wanita sebagai maharnya untuk masing-masing suami. Dengan kata lain, nikah syighar adalah dua orang laki-laki tukar menukar perempuan (anaknya sendiri atau adiknya) untuk dijadikan istri dengan tanpa mahar.

3. Nikah MuhallilNikah dalam rangka menghalalkan pihak lain (mantan suami) dapat menikahi lagi mantan istrinya. Istilah lain disebut nikah cina buta

4. Nikah SilangMaksud pernikahan silang di sini adalah pernikahan oleh seorang muslim dengan orang yang non-muslim. Lelaki muslim dilarang menikahi wanita non-muslim. Sedangkan menikahi wanita Ahli Kitab, menurut Asy-Syafi’i, Malik, dan Ahmad melarangnya; dan Abu Hanifah membolehkannya. Dan wanita muslim dilarang menikah dengan lelaki non-muslim.

5. Nikah AkhdanPernikahan ini dimaksudkan untuk menjadikan wanita sebagai gundik atau piaraan, atau selir. Atau sebaliknya, justru laki-laki itulah yang menjadi gundik bagi perempuan.

6. Nikah BadalNikah Badal adalah bentuk pertukaran istri seperti layaknya barang dagangan, bahkan biasanya dengan tukar-tambah, atau hanya pertukaran ‘tikar’ untuk dapat mencicipi enaknya milik orang lain.

7. Nikah Istibdha’Yaitu suami-istri yang dalam perkawinannya menginginkan anak dari orang lain, karena alasan tertentu yang mungkin si suami tidak mampu membuahi istrinya. Kemudian suami memerintahkan istrinya untuk disetubuhi lelaki lain, sampai hamil.

8. Nikah RahthBila ada sekelompok orang menyetubuhi seorang wanita, lalu wanita itu hamil dan melahirkan, maka wanita tersebut memanggil para laki-laki yang menyetubuhinya untuk dipilih sebagai bapakk si anak. Sedangkan orang yang ditunjuk itu tidak boleh menolaknya.

9. Nikah BaghayaYaitu pernikahan seorang pelacur yang tidak menolak lelaki yang menggaulinya. Bila ia telah melahirkan anak, ia memanggil semua lelaki yang menyetubuhinya untuk mengakui sebagai anaknya dengan cara memanggil seorang ahli genetic dengan cara mempersamakan anak dengan bapakknya. Lelaki yang terpilih tidak boleh menolaknya.

10. Nikah SirriPernikahan ini dipandang bertentangan dengan aturan UU Perkawinan No.1 Tahun 1974, sehingga dihukum haram, di samping tidak sesuai dengan kaidah Maslahah Mursalah.

D. KhidbahKata khitbah dalam terminology arab memiliki 2 akar kata. Yang pertama al-khithab

yang (الخطاب) berarti pembicaraan dan yang kedua al-khathb yang (الخطب)

Page 10: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 10

artinya persoalan, kepentingan dan keadaan. Jadi, jika dilihat dari segi bahasa khitbah adalah pinangan atau permintaan seseorang (laki-laki) kepada perempuan tertentu untuk menikahinya. Makna khitbah menurut istilah syariat tidak keluar dari makna bahasa tadi.

Sesungguhnya Allah menjadikan khitbah sebagai salah satu syariat agama Islam. Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain (Muttafaq 'alaihi). Dalam khitbah disunnahkan melihat wajah yang akan dipinang (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Darimi).

Dalam islam, seorang laki-laki berhak meminang perempuan yang diinginkan menjadi istrinya, demikian pula seorang perempuan boleh meminang laki-laki yang diinginkan menjadi suaminya.

Khitbah dalam pandangan syariat bukanlah suatu akad atau transaksi antara laki-laki yang meminang dengan perempuan yang dipinang atau pihak walinya. Khitbah bukanlah suatu ikatan perjanjian antara kedua belah pihak untuk melaksanakan pernikahan. Khitbah tidak lebih dari sekedar permintaan atau permohonan untuk menikah. Khitbah sudah sah dan sempurna hanya dengan ungkapan permintaan itu saja, tanpa memerlukan syarat berupa jawaban pihak yang dipinang. Sedangkan akad baru dianggap sah apabila ada ijab dan qabul (ungkapan serah terima) kedua belah pihak.

Syarat yang dipinangPerempuan boleh dipinang oleh laki-laki (begitu juga sebaliknya) apabila memenuhi 2

syarat berikut ini :1. Pada waktu dipinang perempuan itu tidak memiliki halangan syar’i, yang melarang

dilangsungkannya pernikahan contoh, wanita yang sedang dalam masa iddah.2. Belum dipinang laki-laki lain secara sah. Tata cara meminang1. Laki-laki meminang melalui wali perempuan2. Laki-laki meminang langsung kepada perempuan janda3. Perempuan meminang laki-laki saleh Perempuan boleh meminang laki-laki secara

langsung oleh dirinya sendiri atau melalui perantara pihak lain agar menyampaikan pinangan kepada seorang laki-laki untuk menjadi suaminya.

4. Khitbah dengan sindiran dimasa iddah (karena suaminya meninggal) Sindiran itu misalnya seorang laki-laki mengatakan kepada seorang janda: “Saya ingin menikah dengan perempuan shalehah”, atau “mudah-mudahan Allah memudahkan saya untuk mendapat istri shalehahah”.

Hikmah Khitbah Karena khitbah memberi peluang untuk saling ta'arruf / berkenalan dari segi lahir maupun batin sebelum dilangsungkan pernikahan. Hukum khitbah adalah "harus" tetapi Imam As-Syafie(dalam buku Mughni Almuhtaj) mengatakan hukumnya adalah "al-istihbab / sunat". Dan Dr. Abd. Karim Zaidan(dalam buku Almufassal fi Ahkam Al Mar'ah mengatakan bahawa hukum "al-istihbab / sunat" ini lebih aula (utama / baik) dari hukum "harus" tadi.Waktu untuk mengkhitbah (dari mulai masa ta'aruf maupun sampai masa walimah) tidak ditentukan, satu catatannya adalah lebih cepat lebih baik.Dengan demikian perlu adanya khitbah sebagai langkah awal menuju perkawinan, namun harus memperhatikan hal-hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya sebagai berikut :1. Punya rencana kapan penikahan akan diadakan, jangan sampai jarak antara khitbah

dan perkawinan terlalu lama.2. Sudah yakin siap mengikatkan diri pada satu orang.

Page 11: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 11

3. Menikah dengan motivasi yang positif.4. Kesiapan kedua belah pihak menhadapi limpahan tanggung jawab.5. Status pendidikan dan penghasilan pasangan.

E. Wali NikahKedudukan wali dalam pernikahan adalah sebagai rukun, menurut mazhab Malik dan Asy-Syafi’i, sehingga pernikahan tidak sah tanpa wali. Nabi SAW. bersabda:

قال� : �ه�م�ا ع�ن �ع�ال�ى ت �ه� الل رضي� �بيه أ ع�ن� موسى أبي بن دة� �ر� ب �بي أ و�ع�ن��ح�م�د� : " " أ رواه بو�لي� إال نكاح ال لdم و�س� �ه �ي ع�ل الله ص�لdى �ه الل رسول� قال�

ال س� باإلر� dه� ع�ل� وأ dان� ب ح وابن� cرمذيE والت Eالمديني ابن� و�ص�حdح�ه� �ع�ة ب واألر�

Dari Abu Burdah Ibnu Abu Musa, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Tidak sah nikah kecuali dengan wali." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Ibnu al-Madiny, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban. Sebagian menilainya hadits mursal.Syarat sebagai wali:1. Balig dan berakal2. Merdeka3. Islam4. Adil5. Laki-laki6. Pintar7. Tidak sedang ihram8. tidak terpaksa.

F. SaksiSaksi dalam pernikahan terdiri dari dua orang laki-laki yang adil dari kaum muslim. Ini diterangkan oleh Al-Qur’an sbb.:

ه ب �وع�ظ� ي �م� ك ذ�ل �ه ل ل ه�اد�ة� الش� �قيم�وا و�أ �م� �ك من ع�د�ل� ذ�و�ي� هد�وا �ش� و�أ “... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah”. (Ath-Thalaq, 65: 2)

Adil, yaitu orang yang tidak pernah melakukan dosa besar, jujur pada diri sendiri dan orang lain, serta bertakwa kepada Allah SWT.

G. Kewajiban Suami-Istri:1. Hak dan kewajiban bersama antara Suami- Istri

a. Suami- istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21)

b. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10)

c. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)d. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih).

2. Kewajiban Suami Kepada Istri .Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: a. Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal),

Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. b. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya

dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)c. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-

Thalaq: 7)d. Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)e. Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)

Page 12: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 12

f. Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)

g. Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).

h. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)

i. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)

j. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)k. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)l. Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu

kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)

3. Kewajiban Isteri Kepada SuamiDiantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:a. Menyerahkan dirinya,b. Mentaati suami,c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suamie. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)f. Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam

kesibukan. (Nasa’ i, Muttafaqun Alaih)g. Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt.

mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)

h. Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)

i. Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.: “Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)

j. Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)k. Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan

suami(Thabrani)l. Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya

(saat suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)m. Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1) Banyak anak (2) Sedikit harta

(3) Tetangga yang buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan Al-Bashri)n. Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama

empat bulan sepuluh hari. (Muttafaqun Alaih)

4.2. Ketentuan Perkawinan Menurut Perundang –Undangan Di Indonesia

Dalam hal perkawinan yang berlangsung dikalangan umat Islam di Indonesia telah diatur oleh UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (14 bab 67 pasal). UU ini disempurnakan dengan keputusan Menteri Agama RI No. 154 Tahun 1991 tentang pelaksanaan Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991 Tanggal 10 Juni 1991 mengenai Kompilasi Hukum Islam di bidang hukum Perkawinan.

Yang perlu diketahui dalam Kompilasi Hukum Islam di Bidang hukum Perkawinan, antara lain sbb.:

1. Pengertian dan tujuan perkawinan:

Page 13: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 13

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. (ps.2)Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. (ps.3)Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. (ps.4).

2. Sahnya PerkawinanDi Indonesia, sahnya suatu perkawinan:

a. Apabila dilakukan menurut Hukum masing-masing Agamanya dan Kepercayaan ( pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 )

b. Tiap - tiap Perkawinan dicatat menurut Peraturan Per-Undang-Undangan yang berlaku ( pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 )

Syarat Pencatatan perkawinan:1. Warga Negara Indonesia (WNI)

Mengisi formulir pendaftaran dari Dinas. FC. KTP & KK Mempelai Surat Pengantar dari Lurah diketahui Camat Surat pernyataan belum pernah menikah bermaterai cukup diketahui oleh Lurah

dan Camat. Surat Persetujuan orang tua bermaterai cukup diketahui Lurah dan Camat. FC. Akta Kelahiran WNI masing-masing mempelai yang dilegalisir oleh instansi

yang berwenang. FC. KTP 2 orang saksi. Akta Perceraian / Akta Kematian mantan suami / istri bagi yang pernah menikah. FC. Akta kematian atau surat keterangan kematian orang tua apabila sudah

meninggal. Pas Foto ukuran 4 x 6 cm hitam putih berdampingan sebanyak 5 lembar. Surat keterangan pemberkatan nikah dari Pemuka Agama / kepercayaan. Surat Keterangan Imunisasi dari Puskesmas atau Rumah Sakit Pemerintah. FC. Surat Baptis. Surat Keterangan tentang hasil pengumuman perkawinan. Surat Ijin dari komandan bagi anggota TNI / Polri Bagi WNA melampirkan surat ijin dari kedutaan yang bersangkutan dan

dokumen imigrasi yang dilegalisir.2. Bagi Warga Negara Asing (WNA) :

Melampirkan surat ijin dari kedutaan yang bersangkutan dan dokumen imigrasi yang dilegalisir.

Penetapan Pengadilan bagi pencatatan beda agama.Ketentuan Pencatatan perkawinan:

Perkawinan dicatat oleh Instansi Pelaksana dimana peristiwa perkawinan menurut tatacara agama dan kepercayaan itu terjadi

Jangka waktu pelaporan paling lambat 60 (enampuluh) hari. Perkawinan di Luar Negeri wajib dicatatkan di KBRI setempat domisili,

dilaporkan kepada Instansi pelaksana paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

.PENCATATAN PERKAWINANTiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan yang berlaku (pasal 2 ayat 1 Undang-

Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974). Bagi mereka yang melakukan perkawinan menurut agama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA). (Lihat: Kompilasi

Page 14: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 14

Hukum Islam di bidang Perkawinan, pasal 5 dan 6). Sedang bagi yang beragama Katholik, Kristen, Budha, Hindu, pencatatan itu dilakukan di Kantor Catatan Sipil (KCS).

Sedangkan bagi Penganut Kepercayaan Sampai saat ini belum ada kebijakan yang jelas tentang pencatatan perkawinan bagi penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN) dalam putusannya nomor 024/G.TUN/1997. PTUN Jkt, menyatakan bahwa KCS tidak berwenang menolak pencatatan penganut kepercayaan. Sampai saat ini ternyata KCS tidak mau melaksanakan putusan-putusan tersebut dan KCS menyatakan tunduk pada keputusan Menteri Dalam Negeri yang pada pokoknya melarang KCS mencatat perkawinan penganut kepercayaan.

Akibat Hukum Tidak Dicatatnya Perkawinana. Perkawinan Dianggap tidak Sah

Meski perkawinan dilakukan menurut agama dan kepercayaan, namun di mata negara perkawinan Anda dianggap tidak sah jika belum dicatat oleh Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil.

b. Anak Hanya Mempunyai Hubungan Perdata dengan Ibu dan Keluarga IbuAnak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan atau perkawinan yang tidak tercatat, selain dianggap anak tidak sah, juga hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu atau keluarga ibu (Pasal 42 dan 43 Undang-Undang Perkawinan). Sedang hubungan perdata dengan ayahnya tidak ada.

c. Anak dan Ibunya tidak Berhak atas Nafkah dan WarisanAkibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat adalah, baik isteri maupun anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut tidak berhak menuntut nafkah ataupun warisan dari ayahnya. Namun demikian, Mahkamah Agung RI dalam perkara Nugraha Besoes melawan Desrina dan putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam perkara Heria Mulyani dan Robby Kusuma Harta, saat itu mengabulkan gugatan nafkah bagi anak hasil hubungan kedua pasangan tersebut.

PENGESAHAN PERKAWINANBagi ummat Islam, tersedia prosedur hukum untuk mengesahkan perkawinan yang belum tercatat tersebut, yaitu dengan pengajuan Itsbat Nikah. Dalam Kompilasi Hukum Islam di bidang Perkawinan pada pasal 7 ayat 2 dan 3 dinyatakan, bahwa dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

CATATKAN PERKAWINAN ANDAPencatatan perkawinan amatlah penting, terutama untuk mendapatkan hak-hak Anda, seperti warisan dan nafkah bagi anak-anak Anda. Jadi sebaiknya, sebelum Anda memutuskan menjalani sebuah perkawinan di bawah tangan (nikah syiri’), pikirkanlah terlebih dahulu. Jika masih ada kesempatan untuk menjalani perkawinan secara resmi, artinya perkawinan menurut negara yang dicatatkan di KUA atau KCS, pilihan ini jauh lebih baik. Karena jika tidak, ini akan membuat Anda kesulitan ketika menuntut hak-hak Anda.

AKTA NIKAHTentang Akta Nikah disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam di bidang Perkawinan, pada Pasal 7 ayat :(1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah.(2) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama(3) Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan :

(a) Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;

Page 15: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 15

(b) Hilangnya Akta Nikah;(c) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawian;(d) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No.1 Tahun

1974 dan;(e) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan

perkawinan menurut Undang-Undang No.1 Thaun 1974;

KAWIN HAMILDisebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam di bidang Perkawinan pada pasal 53 ayat 1, 2. dan 3 sbb.:1) Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang

menghamilinya.2) Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dialangsungkan

tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.3) Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan

perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.Tapi, bila wanita hamil diluar nikah tersebut dikawinkan dengan laki-laki yang tidak menghamilinya, sahkah perkawinannya itu ? Para ulama berbeda pendapat1. Pendapat Jumhur (mayoritas) ulamaJumhurul fuqaha' (mayoritas ahli fiqih) mengatakan bahwa yang dipahami dari ayat (QS. An-Nur: 3) tersebut bukanlah haram mutlak untuk menikahi wanita yang pernah berzina. Bahkan mereka membolehkan menikahi wanita yang pezina sekalipun. Para fuqaha memiliki tiga alasan dalam hal ini:

Kata/ lafaz 'hurrima' ( م Eح�ر , diharamkan) dalam ayat tersebut bukanlah

pengharaman secara mutlak, tapi untuk tanzih (sebagai pembersihan, harga diri). Kalau memang diharamkan, maka lebih kepada kasus yang khusus saat ayat itu

diturunkan. Ayat itu telah dibatalkan ketentuan hukumnya (dinasakh) dengan ayat lainnya yaitu

QS. An-Nur: 32Pendapat ini merupakan pendapat Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhuma. Mereka membolehkan seseorang untuk menikahi wanita pezina. Seseorang pernah berzina tidaklah mengharamkan dirinya dari menikah secara sah.

2. Pendapat Yang MengharamkanSebagian kecil ulama ada yang berpendapat mengharamkan tindakan menikahi wanita yang pernah dizinainya sendiri. Di antaranya adalah Aisyah, Ali bin Abi Thalib, Al-Barra' dan Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhum ajmain. Di antara tokoh di zaman sekarang yang ikut mengharamkan adalah Syeikh Al-Utsaimin rahmahullah.3. Pendapat PertengahanSedangkan pendapat yang pertengahan adalah pendapat Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau mengharamkan seseorang menikah dengan wanita yang masih suka berzina dan belum bertaubat. Kalaupun mereka menikah, maka nikahnya tidak syah. Namun bila wanita itu sudah berhenti dari dosanya dan bertaubat, maka tidak ada larangan untuk menikahinya. Dan bila mereka menikah, maka nikahnya syah secara syar'i.Nampaknya pendapat ini agak menengah dan sesuai dengan asas prikemanusiaan. Karena seseorang yang sudah bertaubat berhak untuk bisa hidup normal dan mendapatkan pasangan yang baik.Sedangkan dalam penegakan syariah dan hukum hudud hanya bisa dilakukan oleh ulil amri (pemerintah) maka hukum rajam, cambuk, dan yang lain belum bisa dilakukan. Sebagai gantinya, tobat dari zina bisa dengan penyesalan, meninggalkan perbuatan tersebut, dan bertekad untuk tidak mengulangi.

Page 16: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 16

Dan hukum pernikahan di antara mereka sudah sah, asalkan telah terpenuhi syarat dan rukunnya. Tidak Perlu Diulang. Kalau kita mengunakan pendapat mayoritas ulama yang mengatakan pernikahan mereka sah, maka karena akad nikah mereka sudah sah, sebenarnya tidak ada lagi keharusan untuk mengulangi akad nikah setelah bayinya lahir. Karena pada hakikatnya pernikahan mereka sudah sah. Tidak perlu lagi ada pernikahan ulang.Buat apa diulang kalau pernikahan mereka sudah sah. Dan sejak mereka menikah, tentunya mereka telah melakukan hubungan suami isteri secara sah. Hukumnya bukan zina.Status Anak:Adapun masalah status anak, menurut sebagian ulama, jika anak ini lahir 6 bulan setelah akad nikah, maka si anak secara otomatis sah dinasabkan pada ayahnya tanpa harus ada ikrar tersendiri.Namun jika si jabang bayi lahir sebelum bulan keenam setelah pernikahan, maka ayahnya dipandang perlu untuk melakukan ikrar, yaitu menyatakan secara tegas bahwa si anak memang benar-benar dari darah dagingnya. Itu saja bedanya.Sedangkan bila menikah dengan laki-laki yang menzinahinya, tidak perlu dilakukanistibra' karena kalaupun ada janin dalam perutnya, sudah bisa dipastikan bahwa janin itu anak dari orang yang menzinahinya yang kini sudah resmi menjadi suami ibunya.

KONSEP TENTANG TALAK/ CERAI, IDDAH, RUJUK DAN HIKMAHNYA

A. TALAK1. Talak

Pengertian Perceraian Talak atau perceraian adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Sedangkan menurut islam sendiri, talak atau perceraian terambil dari kata “ithlaq” yang menurut bahasa artinya “melepaskan atau meninggalkan”.menurut istilah syara’, talak yaitu “melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri” Al-Jaziry mendefinisikan talak atau perceraian yaitu menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu. Sedangkan menurut Abu Zakaria Al Anshari, talak yaitu melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.

2. Macam-macam Talaka. Talak Sunni

Talak sunni adalah talak yang legal, sesuai dengan syariat.Yaitu apabila seorang suami mentalak isterinya yang telah disetubuhi dengan talak satu pada saat suci, yang belum disetubuhinya.

b. Talak Bid’ahYaitu talak yang tidak sesuai dengan syariat. Seperti seorang suami mentalak tiga pada istrinya dengan satu kata. Atau mentalak tiga secara terulang-ulang dalam satu majlis. Seperti kalimat: Aku talak kamu. Aku talak kamu. Aku talak kamu. Jumhur Ulama’ berpendapat, bahwa talak bid’ah ini jelas bertentangan dengan syariat islam, dan hukumnya haram. Pelakunya berdosa, walau talaknya terjadi. (Lihat: Fiqhus Sunnah, Sayid sabiq). Yang bentuknya ada beberapa macam, yaitu: Apabila seorang suami menceraikan isterinya ketika sedang dalam keadaan haid

atau nifas. Ketika dalam keadaan suci, sedang ia telah menyetubuhinya pada masa suci

tersebut. Seorang suami mentalak tiga isterinya dengan tiga kalimat dalam satu waktu.

Page 17: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 17

c. Talak Ba’inTalak ba’in yaitu talak yang putus penuh dalam arti tidak memungkinkan suami kembali lagi kepada isterinya kecuali dengan nikah baru.

d. Talak Raj’iTalak raj’i yaitu talak yang mana si suami diberi hak untuk kembali kepada isterinya tanpa melalui nikah baru.selama isterinya dalam masa iddah.dan merupakan talak satu atau dua tanpa didahului tebusan dari pihak isteri.

e. Talak sharihYaitu talak dimana suami tidak lagi membutuhkan adanya niat, akan tetapi cukup dengan mengucapkan kata talak secara sharih (tegas).

f. Talak SindiranYaitu talak yang memerlukan adanya niat pada diri suami. Karena, kata-kata yang diucapkan tidak menunjukkan pengertian talak.

g. Talak Munjaz dan Mu’allaqTalak munjaz adalah talak yang diberlakukan terhadap isteri tanpa adanya penangguhan. Sedangkan talak mu’allaq adalah talak yang digantungkan oleh suami dengan suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh isterinya pada masa mendatang.

h. Talak Takhyir dan TamlikTalak takhyir adalah dua pilhan yang diajukan oleh suami kepada isterinya, yaitu melanjutkan rumah tangga atau cerai. Sedangkan talak tamlik adalah talak dimana seorang suami mengatakan kepada isterinya:”aku serahkan urusanmu kepadamu”.

i. Talak dengan PengharamanYaitu talak yang mana jika seorang suami mengatakan kepada isterinya:”kamu haram bagiku”. Jika dengan ucapan tersebut ia berniat sebagai talak, maka berlakulah talak baginya.

j. Talak Wakalah dan KitabahTalak wakalah yaitu jika seorang suami mewakilkan kepada seseorang untuk mentalak isterinya atau menuliskan surat kepada isterinya yang memberitahukan perihal perceraiannya. Sedangkan talak kitabah ialah talak yang terdapat pada tulisan yang menduduki posisi ucapan, ketika suami tidak bisa hadir atau menghadap istrinya secara langsung.

k. Taklik-TalakSetelah akad nikah, biasanya si suami disuruh mengucapkan sighat taklik-talak, yaitu talak yang digantungkan dengan syarat atau perjanjian. Ini diatur dalam Kompilasi Hukum Islam bidang Perkawinan pada pasal 45, 46. asal tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dan taklik talak bukan suatu keharusan. Misalnya suami mengucapkan untuk istrinya: “Bila selama tiga bulan berturut-turut saya tidak memberi nafkah kepadamu, berarti saya telah mentalak engkau”. Taklik-talak dipandang sah.

l. Talak HaramYaitu apabila suami mentalak tiga isterinya dalam satu kalimat. atau mentalak dalam tiga kalimat, akan tetapi dalam satu majlis.

3. Rukun TalakRukun talak ada 3: (1). Suami, (2). Istri. (3). Shighat/ ucapan talak. Masing-masing

rukun tersebut dipersyaratkan bagi:a. Suami:

Ada ikatan perkawinan yang sah dengan istri Balig Berakal/ tidak gila Kehendak sendiri/ Tidak terpaksa.

b. Istri: Masih terikat perkawinan yang sah dengan suami yang mentalaknya Masih dalam iddah talak raj’i yang dijatuhkan sebelumnya.

c. Shighat talak

Page 18: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 18

Shighat/ lafal talak ada dua: Sharih/ jelas

Kata talak yang jelas adalah lafal yang digunakan mentalak istri dapat dipahami maksudnya dengan jelas, seperti: “Aku ceraikan kamu”, atau “Aku talak kamu”, dll.

Kinayah/ sindiranKata sindiran talak, yaitu kata-kata yang diucapkan suami pada istrinya yang mempunyai makna ganda (ambiguitas). Seperti kata: “Sudah, kamu pergi saja dari rumah”. Kalimat ini dapat dimaknai: 1. Pergi tanpa kembali; 2. Pergi untuk mencari makanan. Dan talak bentuk ini harus ada niat talak.

4. Hikmah TalakAda beberapa hikmah tentang talak:

Manakala pihak suami (baca: mantan) merasa menyesal atas keputusannya, lantaran masih senang dengan istrinya. Ia dapat kembali memperbaiki bahtera perkawinannya.

Talak adalah satu rahmat dari Allah kepada hamba-Nya yang membuka pintu penyelesaian terakhir kepada perselisihan dan pertengkaran antara suami- isteri apabila tiada jalan yang lain lagi yang boleh menyelamatkan mereka.

Dengan sebab salah seorang suami/ isteri mengidap penyakit yang berat yang tidak tertanggung serta tidak mungkin akan sembuh.

Dengan sebab kemandulan oleh salah seorang suami/ isteri yang tidak mungkin sembuh yang membawa kepada hilang kasih sayang, menimbulkan kemarahan dan kebencian.

Apabila ikatan dan hubungan kemesraan dan kasih sayang antara suami- isteri semakin meruncing, tidak lagi sehaluan dan tiada lagi kesefahaman, malah sering berlaku pertengkaran dan pergaduhan sehingga tiada lagi jalan penyelesaian.

B. FASAKH1. Pengertian Fasakh

Fasakh ialah pembatalan ikatan perkawinan oleh pengadilan agama berdasarkan dakwaan (tuntutan) istri atau suami yang dapat dibenarkan oleh pengadilan agama atau karena pernikahan yang telah terlanjur menyalahi hukum perkawinan, seperti pengadilan agama telah memutuskan fasakh karena suami istri itu masih bersaudara dekat.Dalam BAB VI Pasal 37 Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa, “Batalnya suatu perkawinan hanya dapat diputuskan oleh Pengadilan”. Dalam UU Perkawinan, tidak disebutkan pula tentang istilah fasakh, melainkan pembatalan perkawinan. Pada BAB IV Pasal 22 UU Perkawinan No 1 Tahun 1974, disebutkan, “Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan”. Sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 dan UU Perkawinan, di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga tidak disebutkan sama sekali tentang istilah fasakh, melainkan pembatalan perkawinan. Dalam KHI ini juga tidak diberikan pengertian secara rinci mengenai definisi pembatalan perkawinan, akan tetapi, dari penjelasan-penjelasan pada BAB XI pasal 70 KHI, dapat diambil kesimpulan bahwa pembatalan perkawinan adalah batalnya suatu perkawinan yang penyebab batalnya baru diketahui atau baru terjadi setelah perkawinan tersebut sah diakui menurut hukum agama Islam maupun oleh hukum Negara Indonesia.

2. Sebab-sebab Fasakh:Sebab-sebab disebabkan oleh suami/ isteri:

Page 19: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 19

a. Suami tidak memberi nafkah, menyediakan tempat tinggal, atau tidak membayar mas kahwin isterinya.

b. Tidak diketahui kedudukan suami, sama ada masih hidup atau mati selama bertahun-tahun lamanya.

c. Salah seorang daripada suami atau isteri menjadi cacat sebagaimana yang dibenarkan oleh hukum syarak.

d. Murtad salah seorang daripada suami atau isteri atau kedua-duanya.

e. Masuk Islam salah seorang daripada suami atau isteri dan tidak diikuti oleb seorang lagi dalam masa idah.

f. Berlakunya persetubuhan syubhat disebabkan salah sangka.

g. Suami zalim, iaitu selalu menganiaya isteri seperti memukul, mengugut, atau tidak melayan isteri dengan baik dan adil

h. Tidak bernafsu sebagai seorang lelaki

i. Kecacatan syarie pada suami dan isteri  

j. Suami mempunyai penyakit yg merbahaya spt AIDS, SARS, JE, Siplis dsb.

2. Hikmah Fasakha. Mengelakkan isteri dianiayai dan disiksa oleh suami.b. Menunjukkan keadilan Allah kepada hambanya. Jika suami diberikan talak, isteri

diberikan fasakh.

c. Memberi peluang isteri berpisah drp suaminya dan memulakan hidup baru

C. KHULU’1. Pengertian Khulu’

Al-Khulu’ dalam bahasa Indonesia disebut dengan: 1). perceraian atas permintaan pihak perempuan dengan membayar sejumlah uang atau mengembalikan maskawin yang diterimanya; 2). tebus talak. Dengan kata lain: Gugatan cerai. Kata Al-Khulu’ berasal

dari kata ( الثوب .khul’u ats-tsauwbi, dengan arti: Maknanya melepas pakaian‘ ( خلع

Kemudian makna ini digunakan istilah bagi wanita yang meminta suaminya untuk melepas dirinya dari ikatan pernikahan. Adapaun Syaikh Al-Bassam berpendapat, Al-Khulu ialah perceraian suami-isteri dengan pembayaran yang diambil suami dari isterinya, atau selainnya dengan lafazh yang khusus”

2. Hukum Al-Khulu’

Al-Khulu disyariatkan dalam syari’at Islam berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ه ب �د�ت� اف�ت فيم�ا �هم�ا �ي ع�ل �اح� ن ج� ف�ال �ه الل ح�د�ود� �قيم�ا ي �ال أ �م� خف�ت ن� ف�إ“...Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya...” ]Al-Baqarah : 229[

3. Ketentuan Hukum Al-KhuluAda beberapa ketentuan hukum tentang Khulu’ seperti berikut:a. Mubah (Diperbolehkan).

Page 20: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 20

Ketentuannya, sang wanita sudah benci tinggal bersama suaminya, karena kebencian dan takut tidak dapat menunaikan hak suaminya tersebut dan tidak dapat menegakkan batasan-batasan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mentaati suaminya. Syaikh Al-Bassam mengatakan, diperbolehkan Al-Khulu (gugat cerai) bagi wanita, apabila sang isteri membenci akhlak suaminya atau khawatir berbuat dosa karena tidak dapat menunaikan haknya. Apabila sang suami mencintainya, maka disunnahkan bagi sang isteri untuk bersabar dan tidak memilih perceraian.

b. Diharamkan Khulu’, Hal Ini Karena Dua Keadaan.

Bila suami menyusahkan isteri dan memutus hubungan komunikasi dengannya, atau sengaja tidak memberikan hak-hak istri agar mau membayar tebusan kepadanya dengan jalan gugat cerai. Ini berarti, pihak suami merekayasa agar ia digugat cerai oleh istrinya. Ini suatu dosa besar.

�ه� من �خ�ذ�وا �أ ت ف�ال ا �ط�ار� قن ح�د�اه�ن� إ �م� �ت �ي و�آت و�ج� ز� �ان� م�ك و�ج� ز� �د�ال� ب ت اس� �م� د�ت ر�� أ ن� و�إ�ا �ئ ي ش�

�ا ين م�ب �م�ا ث و�إ �ا �ان �ه�ت ب �ه� �خ�ذ�ون �أ �ت أ

Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata? (QS. An Nisa’ 4: 20)

Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.

Bila istri minta carai kepada suaminya tanpa alasan yang sah dengan cara gugat, padahal hubungan suami-istri keadaannya baik dan tidak ada perselisihan.

c. SunnahApabila suami berlaku mufarrith (meremehkan) hak-hak Allah, maka sang isteri disunnahkan Al-Khulu. Demikian menurut madzhab Ahmad bin Hanbal.

d. WajibTerkadang Al-Khulu menjadi wajib pada sebagiaan keadaan. Misalnya terhadap orang yang tidak pernah melakukan shalat, padahal telah diingatkan. Demikian juga seandainya sang suami memiliki keyakinan atau perbuatan yang dapat menyebabkan keyakinan sang isteri keluar dari Islam dan menjadikannya murtad.

e. Hikmah Khulu’Mengenai hikmah khulu’, Al Jurjawi menuturkan:Sebenarnya, Khulu’di benci oleh syariat Islam, seperti halnya talak. Semua akal sehat dan perasaan sehat menolak khulu’. Hanya saja Allah Yang Maha Bijaksana memperbolehkannya untuk menolak bahaya ketika tidak mampu menegakan hukum-hukum Allah.Hikmah yang terkandung di dalamnya adalah manolak bahaya yaitu apabila perpecahan antara suami istri telah memuncak dan dikhawatirkan keduanya tidak dapat menjaga syari’at-syariat dalam kehidupan suami istri, maka khulu dengan cara yang telah di tetapkan oleh Allah merupakan penolakan terjadinya permusuhan dan untuk menegakan hukum-hukum Allah.

D. LI’AN

Page 21: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 21

a. Arti Li’an:Kata li’an, dari bahasa Arab yang berarti: saling melaknat yang terjadi di antara dua orang atau lebih). Sedang, menurut istilah syar’i, li’an ialah sumpah dengan redaksi tertentu yang diucapkan suami bahwa isterinya telah berzina atau ia menolak bayi yang lahir dari isterinya sebagai anak kandungnya, dan kemudian sang isteri pun bersumpah bahwa tuduhan suaminya yang dialamatkan kepada dirinya itu bohong.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dirumuskan, bahwa: Lian adalah sumpah seorang suami dengan tuduhan bahwa istrinya berzina, sebaliknya istrinya juga bersumpah dengan tuduhan bahwa suaminya bohong (masing-masing mengucapkannya empat kali, sedangkan yang kelima mereka berikrar bersedia mendapat laknat Allah jika berdosta) sehingga suami istri itu bercerai dan haram menikah kembali seumur hidup.

Tentang Li’an ini diterangkan dalam QS. An-Nur ayat 6-10, sbb.

�ح�دهم� أ ه�اد�ة� ف�ش� ه�م� �ف�س� �ن أ ال إ ه�د�اء� ش� �ه�م� ل �ن� �ك ي �م� و�ل و�اج�ه�م� �ز� أ م�ون� �ر� ي �ذين� و�الالص�ادقين� �من� ل �ه� ن إ �ه الل ب ه�اد�ات� ش� �ع� ب ر�

� 6أين� �اذب �ك ال من� �ان� ك ن� إ �ه �ي ع�ل �ه الل �ة� �ع�ن ل �ن� أ ة� �خ�امس� 7و�ال

ين� �اذب �ك ال �من� ل �ه� ن إ �ه الل ب ه�اد�ات� ش� �ع� ب ر�� أ ه�د� �ش� 8ت

الص�ادقين� من� �ان� ك ن� إ �ه�ا �ي ع�ل �ه الل غ�ض�ب� �ن� أ ة� �خ�امس� 9و�الح�كيم4 �و�اب4 ت �ه� الل �ن� و�أ �ه� ح�م�ت و�ر� �م� �ك �ي ع�ل �ه الل 10ف�ض�ل�

Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. ayat 6Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. ayat 7Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta, dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. ayat 8-9Dan andai kata tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andai kata) Allah bukan Penerima Tobat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan).ayat 10

b. Akibat hukum Li’anApabila suami isteri melakukan mula’anah atau li’an, maka berakibat hukum seperti berikut :1) Keduanya harus diceraikan,2) Keduanya haram ruju’ untuk selama-lamanya.3) Wanita yang bermula’anah berhak memiliki mahar.4) Anak yang lahir dari isteri yang bermula’anah, harus diserahkan kepada sang isteri

(ibunya).5) Isteri yang bermula’anah berhak menjadi ahli waris anaknya dan begitu juga

sebaliknya.

E. ILA’a. Arti Ila’

Yaitu apabila seseorang suami bersumpah dengan nama Allah SWT atau dengan menyebut sifat Allah SWT untuk tidak bersetubuh dengan isterinya selama empat bulan atau lebih atau dengan tidak menyebut batas waktunya. Firman Allah SWT.:

Page 22: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 22

غ�ف�ور4 �ه� الل ن� ف�إ ف�اء�وا ن� ف�إ ه�ر� �ش� أ �ع�ة ب ر�� أ cص� ب �ر� ت هم� ائ س� ن من� �ون� �ؤ�ل ي �ذين� ل ل

حيم4 ر�يم4 ع�ل ميع4 س� �ه� الل ن� ف�إ الط�الق� م�وا ع�ز� ن� و�إ

“Kepada orang-orang yang bersumpah tidak akan mencampuri isteri mereka, diberikan tempoh untuk empat bulan. Setelah itu jika mereka kembali (mencampurinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani. Dan jika mereka berazam hendak menjatuhkan talaq (menceraikan isteri), maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar “lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah: 226-227)

b. Akibat Hukum Ila’:Sumpah suami tersebut hendaklah ditunggu sampai empat bulan. Jika sebelum empat bulan, suami kembali kepada istrinya dengan baik, maka ia terkena denda membayar kifarat sumpah. Bila sampai empat bulan tidak kembali kepada istrinya, maka sebagian ahli fiqih ada yang berpendapat, bahwa dengan berlalunya waktu otomatis talaqnya jatuh, tanpa menunggu keputusan hakim. (Fatwa Yusuf Qardhowi).

F. ZHIHARa. Arti Zhihar

Zhihar (ظهار)dari kata Arab yang berarti: punggung. Sedang menurut istilah syariat,

zhihar adalah ungkapan suami terhadap istrinya, “Bagiku, kamu seperti punggung ibuku”, dengan maksud dia hendak mengharamkan istrinya bagi dirinya.Dalam Islam, men-zhihar istri adalah perkara yang diharamkan. Seorang suami yang mengeluarkan ucapan itu tidak boleh lagi mencampuri istrinya dan tidak pula bermesraan dengannya melalui bagian anggota tubuhnya yang mana saja sebelum dia menebusnya dengan membayar kafarah sebagaimana ketentuan agama. Masalah ini tersebut dalam Al-Qur’an QS. Al-Mujadalah, 58: 3-4:

ون�والذين �ظ�اهر� هم� من� ي ائ س� �م� ن �ع�ود�ون� ث م�ا ي �وا ل �ح�رير� ق�ال �ة� ف�ت ق�ب �ل من� ر� ق�ب

�ن� ا أ �م�اس� �ت �م� ي ك �وع�ظ�ون� ذ�ل ه ت �ه� ب م�ا و�الل �ون� ب �ع�م�ل ير4 ت ب خ�هم� و�ق�د� �ل �ذين� من� ق�ب ت� ال �ب �م�ا ك �وا ك ت �ب �ه� ك ول س� �ه� و�ر� ادcون� الل �ح� �ذين� ي ن� ال إ

�افرين� �ك ل �ات� و�ل Eن �ي �ات� ب �ا آي �ن ل �ز� �ن يم4 أ �ل ع�ذ�اب4 أ

“Orang-orang yang menzihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.Barang siapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih”. (QS. Al-Mujadalah, 58: 3-4)

b. Akibat hukum Zhihar:Orang yang men-zhihar istrinya dalam jangka waktu sehari atau sebulan, misalnya dia berkata, “Bagiku engkau seperti punggung ibuku selama sebulan” dan dia menepati sumpahnya, maka dia tidak terkena denda. Namun manakala dia mencampuri istrinya sebelum berakhirnya waktu yang telah ditetapkannya, maka dia wajib membayar kafarah zhihar.Allah mengkatagorikan zhihar sebagai perkataan yang munkar dan dusta. Allah juga mengingkari orang yang men-zhihar istrinya, sebagaimana firmannya, “Orang yang

Page 23: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 23

men-zhihar istrinya di antara kamu (menganggap istrinya sebagai ibunya), padahal tiadalah istri mereka itu ibunya. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang munkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS Al Mujadilah ]58[: 2).Kaum Muslim sebaiknya berhati-hati dengan kalimat yang menjurus ke arah zhihar. Termasuk bila mengucapkannya di saat marah atau dalam pertengkaran antara suami-istri.Kebanyakan ulama fikih berpendapat, segala perbuatan yang dilakukan di saat marah, termasuk talak dan zhihar, harus dipertanggungjawabkan. mereka berhujjah pada sebuah hadis yang menceritakan tentang Khaulah binti Tha’labah, isteri Aus bin Ash-Shamit. Suami Khaulah telah marah lalu dia men-zhihar dirinya. Khaulah lalu pergi menemui Nabi SAW. dan memberitahukan perkaranya sambil berkata, “Dia tidak bermaksud untuk mentalakku.”Maka Nabi SAW. bersabda, “Aku tidak tahu melainkan engkau sebenarnya telah menjadi haram baginya”.Di dalam hadis ini Rasulullah telah menjadikan zhihar sebagai talak, dan talak itu jatuh walaupun diucapkan dalam keadaan marah. Akan tetapi jika seseorang itu marah sehingga dia hilang akal, talak itu tidak berlaku. Dalam keadaan ini dia menyerupai orang gila, maka berlaku hukum ‘tidak jatuh talak yang lahir dari seorang gila’.

c. Kafarat Zhihar:Kifarat Zhihar ini dikerjakan secara urut, sbb.:1. Memerdekakan budak mukmin2. Puasa dua bulan berturut-turut3. Memberi makan 60 orang miskin.

B. IDDAH1. Arti Iddah

Menurut bahasa, iddah (Arab) berarti hitungan. Yaitu masa tunggu bagi wanita untuk mengetahui ada- tidaknya janin dalam kandungan. Sedangkan menurut istilah yaitu masa tunggu bagi si istri yang telah diceraikan oleh suaminya dimana istri belum boleh kawin lagi dengan laki-laki lain (bukan suaminya) sebelum masa iddah itu habis dan masa iddah ini juga merupakan masa berfikir bagi suami apakah ia untuk meneruskan perceraian tersebut atau kembali bekas istrinya.

2. Macam-macam Iddah:Masa iddah ini terbagi atas 4 macam, yaitu :a. Iddah masa kehamilan, yaitu waktunya sampai masa kelahiran kandungan yang

dikarenakan thalaq ba’in (perceraian yang mengakibatkan tidak kembali kepada suaminya) atau talaq raj’i (perceraian yang dapat kembali kepada suaminya) dalam keadaan hidup atau wafat.

b. Iddah muthlaqah (masa perceraian), yaitu masa iddah yang terhitung masa haidh, maka wanita menunggu tiga quru’ (masa suci) Yaitu 3 kali masa haidh.

c. Perempuan yang tidak terkena haidh, yakni ada dua jenis perempuan yaitu perempuan usia dini yang tidak/belum terkena haidh dan perempuan usia tua yang telah berhenti masa haidhnya (menopause), iddahnya adalah selama 3 (tiga) bulan.

d. Istri yang ditinggal suaminya karena wafat, baik wanita yang telah disetubuhi maupun yang belum disetubuhi, usia muda maupun usia tua dan TIDAK TERMASUK WANITA HAMIL. Karena masa iddah bagi wanita hamil apabila mereka sampai melahirkan, seperti yang telah dijelaskan diatas.

RUJUK1. Arti Rujuk

Page 24: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 24

Menurut bahasa, Rujuk dari kata Arab .yang berarti: pulang atau kembali (الرجوع)

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, bahwa rujuk adalah kembalinya suami kepada istrinya yang ditalak, talak satu atau talak dua, ketika istri masih dalam masa iddah. Dalam istilah syara’, ruju' yaitu kembalinya seorang suami kepada istrinya yang ditalak raj'i. tanpa melalui perkawinan dalam masa iddah. Syariat tentang ruju' ini merupakan indikasi bahwa islam menghendaki bahwa suatu perkawinan hendaklah berlangsung selamanya. Oleh karena itu, kendati telah terjadi pemutusan hubugan perkawinan, Allah SWT. Masih memberi prioritas utama kepada suaminya untuk menyambung kembali tali perkawinan yang nyaris terputus sebelum kesempatan itu diberikan kepada orang lain setelah berakhirnya masa iddah.

2. Dasar hukum Rujuk:Allah SWT. berfirman:

�ق� ل خ� م�ا �م�ن� �ت �ك ي �ن� أ �ه�ن� ل cلح� ي و�ال وء� ق�ر� �ة� �الث ث هن� �ف�س �ن أ ب �ص�ن� ب �ر� �ت ي �ق�ات� �م�ط�ل و�الفي �ه� الل

ك� ذ�ل في دEهن� ر� ب cح�ق� أ �ه�ن� �ت �ع�ول و�ب اآلخر �و�م �ي و�ال �ه الل ب �ؤ�من� ي �ن� ك ن� إ ح�امهن� ر�� أ

اد�وا ر�� أ ن� إ

�ه� و�الل ج�ة4 د�ر� �هن� �ي ع�ل ج�ال Eلر و�ل وف �م�ع�ر� ال ب �هن� �ي ع�ل �ذي ال �ل� مث �ه�ن� و�ل ص�الح�ا إح�كيم4 ع�زيز4

“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Baqarah, 2: 228).

3. Hukum Rujuka. Wajib: bagi suami yang mentalak salah seorang istrinya, sebelum dia sempurnakan

pembagian waktunya terhadap istri yang di talak.b. Haram; bila rujuknya itu justru menyakiti si istri.c. Makruh; jika perceraian lebih baik dan berfaedah bagi keduanya (suami-isteri)d. Jaiz; (boleh) ini adalah hukum ruju' yang asli.e. Sunnah; jika yang dimaksud suami untuk memperbaiki keadaan istrinya , atau

karena ruju itu lebih berfaeah bagi keduanya ( suami-istri).4. Rukun dan syarat Ruju'

a. Dari pihak Isteri: 1) Sudah berhubungan layaknya suami-istri (dukhul). 2) Terjadinya rujuk harus pada waktu istri masih dalam keadaan iddah.3) Kejelasan istri yang dikehendaki untuk dirujuk.4) Keadaan thalaq bersifat raj'i (talak I atau II).

b. Dari pihak Suami: di syaratkan bagi suami berkehendak sendiri, artinya bukan di paksa.

5. Saksi dalam Rujuk:Saksi tentang ruju’ diperselisihkan oleh ulama. Ada yang mewajibkan dan ada yang berpendapat sunnat.

6. Shighat/ lafal.Sighat (lafaz); sighat ada dua:

1) Dengan cara sharih (berterang-terangan), seperti dikatakakan:"saya kembali kepada istri saya". Atau: " saya rujuk kepada kamu"

Page 25: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 25

2) Dengan cara sendirian, seperti katanya: " saya pegang engkau", atau: ”saya kawin engkau” atau dengan redaksi lain yang semakna.

Mengenai ruju’, disebutkan dalam Kompilasi hukum Islam pada pasal 163 sampai dengan pasal 166, sedangkan tentang prosedur ruju' di atur dalam pasal-pasal 167 sampai pasal 169.

7. Hikmah Ruju’Ada beberapa hikmah rujuk, di antaranya berikut ini:a. Membangun kembali keretakan yang pernah terjadi dalam rumahtangga.b. Menghindarkan perpecahan antar kerabat kedua belah pihak.c. Membangun kasih sayang anak-anak mereka.d. Menghindarkan diri dari kegagalan pendidikan anak.e. Memperbaiki hubungan suami-istri.

D. KETENTUAN ISLAM TENTANG PENGASUHAN ANAK (HADHANAH)

1. Pengertian HadhanahMenurut bahasa, Hadhanah dari kata Arab yang berarti: meletakkan sesuatu dekat dengan tulang rusuk seperti menggendong, atau meletakkan sesuatu dalam pangkuan. Sedangkan menurut istilah adalah tugas menjaga dan mengasuh atau mendidik bayi atau anak kecil sejak ia lahir sampai mampu menjaga dan mengatur dirinya sendiri.Kewajiban melakukan hadhanah (pengasuhan) anak terletak dipundak kedua orang tuanya. Prinsip tersebut berjalan lancar bilamana kedua orang tua tetap dalam hubungan sebagai suami- isteri. Yang menjadi persoalan adalah apabila kedua orang tua si anak telah berpisah cerai, maka pihak manakah yang lebih berhak terhadap anak itu. Dalam kaitannya dengan masalah ini ada dua periode bagi anak yang perlu dikemukakan:a. Periode Sebelum Mumayiz

Periode ini adalah dari waktu lahir sampai menjelang umur tujuh atau delapan tahun. Pada masa tersebut pada galibnya seorang anak belum lagi mumayiz atau belum bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi dirinya sendiri. Pada periode ini, setelah dilengkapi syarat-syarat pengasuh, maka pihak ibu lebih berhak terhadap anak untuk melakukan hadanah/ pengasuhan.

b. Periode MumayizMasa mumayiz adalah dari umur tujuh tahun sampai menjelang balig berakal. Pada masa ini seorang anak secara sederhana telah mempu membedakan antara yang berbahaya dan yang bermanfaat bagi dirinya. Oleh sebab itu, ia sudah dianggap dapat menjatuhkan pilihannya sendiri apakah ia ikut ibu atau ikut ayahnya. Dengan demikian ia diberi hak pilih menentukan sikapnya.

2. Syarat bagi pihak yang mempunyai hak asuh anakAda beberapa persyaratan bagi yang melakukan pengasuhan/ hadhanah, seperti di bawah ini: a. Sudah balig dan berakal sehat;b. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan mendidik anak yang

diasuh dan tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang bisa mengakibatkan tugas hadhanah menjadi terlantar;

c. Seseorang yang melakukan hadhanah hendaklah dapat dipercaya memegang amanah, sehingga dengan itu lebih menjamin pemeliharaan anak;

d. Jika yang akan melakukan hadhanah itu ibu kandung dari anak yang akan diasuh, disyaratkan tidak kawin dengan lelaki lain kecuali laki-laki lain tersebut adalah kerabat dekat si anak atau rela menerima kenyataan;

e. Beragama Islam.3. Hadhanah Menurut Kompilasi Hukum Islam

Page 26: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 26

Dalam Kompilasi Hukum Islam yang merupakan bagian upaya dalam rangka mencari pola fikih yang bersifat khas Indonesia atau fikih yang bersifat kontekstual, masalah hadanah diatur dalam Pasal 105 dan Pasal 156 :Pasal 105Dalam hal terjadinya perceraian :a. Pemeliharaan anak yang belum mumayiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak

ibunya;b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayiz diserahkan kepada anak untuk memilih di

antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya;c. Biaya pemeliharaan ditanggung ayahnya.Pasal 156Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :a. Anak yang belum mumayiz berhak mendapatkan hadanah dari ibunya, kecuali bila

ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh :1. Wanita-wanita dalam garis lurus dari ibu;2. Ayah;3. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah;4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan;5. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu;6. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.

b. Anak yang sudah mumayiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya…;

Jadi menurut Kompilasi Hukum Islam, anak yang belum mumayiz atau belum berumur 12 tahun mendapat hadanah dari ibunya dan setelah mumayiz, anak dapat memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya.

7. Akhir masa Pengasuhan:Jika anak sudah tidak memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sehari-hari dan sudah mencapai usia tamyiz, maka masa pengasuhan telah berakhir. Setelah berakhir masa pengasuhan, si anak tersebut diperbolehkan memilih untuk menetap tinggal bersama salah satu dari kedua orangtuanya bila kedua orangtuanya bercerai; atau sesuai dengan keputusan pengadilan.Imam Syafi’i berpendapat, bahwa pengurusan anak tidak ada batasan yang jelas kapan berakhirnya. Namun, bila ia telah dewasa dipersilahkan baginya untuk memilih kepada ibu atau bapakknhya. Meskipun pilihan jatuh pada ibunya, bapakknya tetap yang menanggung beban pembiayaan, sesuai dengan ketentuan pengadilan.

=========

I. Kegiatan/ TugasCobalah anda mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing dengan topic di bawah ini: A. Asas monogamy dalam perkawinan Islam B. Poligami dalam pandangan IslamC. Perkawinan antara seorang muslim dengan non-muslimD. Talak sebagai solusi perkawinanE. Problematika perkawinan dini.

II. Pekerjaan Rumah (PR)1. Sebutkan masa iddah wanita yang ditinggal mati suaminya !2. Sebutkan pandangan ulama tentang wanita hamil di luar nikah dengan status

anaknya ?3. Sebutkan peranan wali dalam pernikahan ?4. Bagaimana status hukum dari nikah sirri ?5. Bagaimana hukumnya kawin kontrak ?

Page 27: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 27

A. Pilihlah jawaban yang tepat pada opsi a, b, c, d atau e

1. Pada dasarnya hukum perkawinan adalah:a. Wajibb. Sunnahc. Makruhd. Haram

e. Boleh/ ja’iz2. Manakala seseorang merasa khawatir melakukan perbuatan zina, maka perkawinan

manjadi :a. Wajibb. Haramc. Sunnahd. Makruhe. Boleh/ ja’iz

3. Dalam al-Qur’an, akad perkawinan disebutkan sebagai ikatan yang kuat dengan istilah:a. Mitsaqan Jazmanb. Mitsaqan Ghalizhanc. Mirfaqan Ghalizhand. Mitsaqan Dhaifane. Mitsaqan Tsaqilan

4. ه و�من� �ات �ي �ن� آ �ق� أ ل �م� خ� �ك �م� من� ل ك �ف�س �ن ا أ و�اج� �ز� �وا أ �ن ك �س� ت �ه�ا ل �ي ل �م� و�ج�ع�ل� إ �ك �ن �ي ب ح�م�ة� م�و�د�ة� و�ر�

ن� ك� في إ �ات� ذ�ل �ي � آل� ق�و�م ون� ل �ر� �ف�ك �ت يDalam ayat tersebut terkandung tujuan perkawinan, yaitu:a. Memenuhi kebutuhan hidup biologisb. Menempati dunia dengan perbanyakan anak-keturunanc. Cinta dan kasih sayangd. Untuk mengasah daya pikere. Betul semua.

5. ه و�من� �ات �ي �ن� آ �ق� أ ل �م� خ� �ك �م� من� ل ك �ف�س �ن و�اج� أ �ز� اأKata yang bergaris bawah bentuk jamak dari mufradnya:

a. زيجb. زوجاتc. زووجd. زوجe. وجوج

6. Unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam perkawinan adalah sebagai berikut:a. Calon Suami, dan Calon Isteri,b. Wali Nikahc. Dua orang saksid. Ijab dan Kabul.e. Betul semua.

7. Usia minimal perkawinan bagi wanita menurut Kompilasi Hukum Islam adalah:a. 10 tahunb. 16 tahun

EVALUASI (MIDSEMESTER

Page 28: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 28

c. 20 tahund. 25 tahune. 30 tahun.

8. Usia minimal perkawinan yang tidak memerlukan ijin dari orang tuanya adalah: a. 16 tahunb. 19 tahunc. 21 tahund. 25 tahun.e. 28 tahun.

9. Anak perempuan dari istri adalah tidak boleh dinikah. Ini halangan dari segi:a. Dari segi nasabb. Dari segi perkawinanc. Dari segi persusuand. Dari segi persaudaraane. Dari segi perhitungan

10. Di bawah ini adalah termasuk pernikahan terlarang:

a. Dari segi perkawinanb. Dari segi persusuanc. Dari segi persaudaraand. Dari segi lahir.e. Dari segi batin.

1. Jelaskan apa yang disebut dengan nikah muhallil ?2. Sebutkan syarat-syarat pernikahan !3. Apa yang disebut dengan sumpah zhihar ?4. Apa yang dinamakan dengan talak raj’i5. Apa yang dinamakan dengan Mahram ?

A.1. Dalam kehidupan berumahtangga, suami-istri sering terjadi cekcok berkepanjangan

sehingga berakhir fatal. Talak tak dapat dihindarkan. Hukum asal talak adalah:A. MakruhB. SunnahC. HaramD. WajibE. Mubah

2. Salah satu syarat seorang suami menjatuhkan talak adalahA. Ada ikatan perkawinan yang sah dengan istriB. BaligC. Berakal/ tidak gilaD. Kehendak sendiri/ Tidak terpaksa.E. Betul semua.

3. Dalam perceraian ada yang namanya TALAK TEBUS. Yang dimaksud dengan istilah itu adalah:A. Talak ba’inB. Talak raj’iC. Khulu’D. Khuruj

JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT INI

ULANGAN HARIAN

Page 29: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 29

E. Li’an

4. Perhatikan ayat ini: ن� �م� ف�إ �ال خف�ت �قيم�ا أ �ه ح�د�ود� ي �اح� ف�ال الل ن �هم�ا ج� �ي فيم�ا ع�ل

�د�ت� ه اف�ت بAyat tersebut adalah tentang kasus;A. Talak ba’inB. Li’anC. Talak raj’iD. Khulu’E. Khuruj

5. Jika seorang suami menuduhan istrinya berzina dengan tanpa saksi, dan diiringi dengan sumpah. Peristiwa seperti ini dinamakan: A. Li’anB. La’inC. Mal’unD. Mal’anE. Mul’in.

6. Akibat yang timbul dari kasus Li’an sangat fatal. Di antaranya adalah:A. Boleh ruju’B. Tidak boleh ruju’ untuk selamanyaC. Boleh mengadakan surat-menyuratD. Tidak boleh mengadakan kontak person melalui SMSE. Boleh dinikah orang lain.

7. Perceraian yang terjadi karena suami sudah tidak sanggup memberi nafkah kepada istrinya adalah: A. MakruhB. SunnahC. HaramD. WajibE. Mubah

8. Perkawinan pesanan dengan wanita dari suami yang telah mentalak tiga disebut dengan:A. Cina butaB. Cinta butaC. Petai cina D. Baju cina E. Gadung cina.

9. Status hukum nikah sirri adalah: A. Sah dan halalB. Tidak sah dan haramC. Sah tapi haramD. Sah tapi makruhE. tidak sah dan tetap haram

10. Bagi seorang muslim, pernikahan hendaklah dicatat di tempat:A. KUDB. KUAC. KPUD. KPKE. KKK

11. Saksi dalam perkawinan dipandang sebagai keharusan. Di bawah ini salah satu syarat sebagai saksi:A. AdilB. Jujur

Page 30: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 30

C. BenarD. Tidak pernah melakukan dosa besarE. Benar semua.

12. Bila diketahui setelah akad nikah, suami-istri masih ada hubungan darah, maka pernikahannya adalah:A. SahB. FasidC. BatalD. SyubhatE. Boleh.

13. Di bawah ini termasuk mahram sebab persusuan, kecuali:A. Ibu persusuan, B. ibu dari ibu persusuan, seperti nenek dari jalur ayahC. Anak perempuan dari ibu persusuanD. Saudara perempuan dari orangtua (ayah/ ibu) yang suka minum susuE. Bibi (dari pihak ayah atau ibu) sepersusuan

14. Perempuan yang ditalak bain sughra (talak satu atau dua) boleh dirujuk:A. di masa iddah B. dengan akad nikah baruC. tidak usah nikah baruD. nikah baru di asa iddahE. Betul semua.

15. Yang berhak mengasuh anak balita sewaktu terjadi perceraian, adalah:A. AyahB. KakekC. IbuD. NenkE. Saudara.

16. Zhihar menurut arti bahasa adalah:A. PunggungB. Waktu ZhuhurC. LahirD. JelasE. terang benderang.

17. Contoh Zhihar seperti berikut:A. Bagimu, aku adalah seperti punggung ibukuB. Bagiku, kamu seperti punggung ibukuC. Bagimu, akamu adalah seperti punggung ibumuD. Baginya, aku adalah seperti punggung ibukuE. Bagimu, di adalah seperti punggung ibuku

18. Akibat hukum dari sumpah Zhihar bila tidak menepati janjinya:A. Memerdekakan budak mukminB. Puasa dua bulan berturut-turutC. Memberi makan 60 orang miskin.D. Memberi makan 60 orang fakirE. Betul semua.

19. Maksud yang terkandung dalam pelaksanaan Iddah bagi wanita yang ditalak, adalah:A. Untuk mengetahui ada-tidaknya menstruasi wanitaB. Untuk mengetahui janinnya. C. Untuk mengetahui ada-tidaknya janin dalam kandungan.D. Hanya sekedar menjalani syari’at. E. Untuk kepentingan penelitian tentang bayi.

Page 31: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 31

20. Iddah wanita yang ditalak sudah pernah tidak mengalami menstruasi: A. Kelahiran anak yang dikandungnyaB. Selama 3 (tiga) bulan.C. Selama 3 (tiga) kali suci.D. Selama 4 (empat) bulan sepuluh hariE. Selama 4 (empat) bulan setengah.

==========================================B. Isilah definisi berikut ini:

1. Perkawinan, menurut hukum Islam adalah: ...........................................2. Zhihar adalah .................................................................................... 3. Iddah adalah ......................................................................................4. Rujuk adalah .....................................................................................5. Hadhanah adalah ...............................................................................

============================C. Jawablah dengan singkat:

1. Sebutkan rukun pernikahan !Jawab: .....................................................................................................

..................................................................................................... 2. Sebutkan macam-macam sebab seorang wanita haram dinikah !

Jawab: ..........................................................................................................................................................................................................

3. Sebutkan syarat -syarat wali nikah !Jawab: ....................................................................................................

....................................................................................................4. Siapakah wali hakim itu !

Jawab: ........................................................................................................................................................................................................

5. Sebutkan perbedaan antara Wali nasab dengan wali hakim !Jawab: ...................................................................................................

..................................................................................................

1. Sebutkan kewajiban suami terhadap istrinya !2. Sebutkan kewajiban istri terhadap suaminya !

1. �ذين� ون� ال �ظ�اهر� �م� ي �ك هم� من� من ائ س� هم� ه�ن� م�ا ن م�ه�ات� ن� أ �ه�م� إ م�ه�ات

� ال أ إي �ه�م� الالئ �د�ن و�ل

�ه�م� ن �ون� و�إ �ق�ول �ي ا ل �ر� �ك �ق�و�ل من� م�ن ا ال ور� ن� و�ز� �ه� و�إ �ع�ف�وw الل �م� ف�م�ن� غ�ف�ور4 ل ل

د� �ج �ام� ي ف�صي

�ن ي ه�ر� �ن ش� ع�ي �اب �ت �ل من� م�ت �ن� ق�ب ا أ �م�اس� �ت �م� ف�م�ن� ي �طع� ل ت �س� ط�ع�ام� ي Eين� ف�إ ت س�ا ين ك ك� مس� ذ�ل

�وا �ؤ�من �ه لت الل ه ب ول س� �ك� و�ر� ل �ه ح�د�ود� و�ت �افرين� الل �ك ل يم4 ع�ذ�اب4 و�ل �ل أ

TES LISAN

Praktek menentukan hukum

Page 32: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 32

Apa hukum yang dapat diperoleh dari ayat di atas !

2. Praktekkan lafal zhihar yang terkena kafarat !

1. Sebutkan rukun talak !Jawab: ...............................................................................................................

...............................................................................................................2. Sebutkan apa yang dinamakan dengan talak sunni ?

Jawab: ............................................................................................................................................................................................................................

3. Apa yang kamu ketahui tentang talak bain kubra ?Jawab: ..............................................................................................................

..............................................................................................................4. Apa yang dimaksud dengan talak raj’i ?

Jawab: ............................................................................................................................................................................................................................

5. Sebutkan tujuan perkawinan !Jawab: .............................................................................................................

.............................................................................................................

1. Apa yang dimaksud dengan Talak Ta’lik ?Jawab: .............................................................................................................

.............................................................................................................2. Sebutkan apa yang dimaksud dengan talak bid’i

Jawab: ..........................................................................................................................................................................................................................

3. Apakah perkawinan itu harus ada persetujuan antara calon kedua mempelai ?Jawab: .............................................................................................................

.............................................................................................................4. Sebutkan halangan perkawinan dari pihak nasab !

Jawab: ..........................................................................................................................................................................................................................

5. Sebutkan keharaman nikah secara abadi ?Jawab: .............................................................................................................

.............................................................................................................

1. Pengertian kata: nikah, dalam Al-Qur’an kebanyakan diartikan sebagai;A. PersetubuhanB. LamaranC. Hubungan laki-laki dan perempuanD. Akad nikahE. Perselingkuhan.

2. Dalam menjaga kemuliaan kedudukan manusia...A. Allah membebaskan hubungan laki-laki dan perempuan tanpa ikatan

perkawinan.

PERBAIKAN

PENGAYAAN

Latihan Ulangan

Tengah Semester

Page 33: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 33

B. Allah membuat peraturan untuk hubungan laki-laki dan perempuan yang disebut: Nikah.

C. Allah memerintahkan manusia untuk membuat undang-undang tentang perkawinan.

D. Allah menurunkan Adam dan Hawa untuk perkembangbiakan manusia di muka bumi.

E. Allah menganjurkan laki-laki dan perempuan untuk saling kenal.

3. Orang (lelaki) yang sudah mampu secara materi dan jasmani dan dikhawatirkan melakukan perzinaan, maka nikah baginya adalah:

A. WajibB. HaramC. SunahD. MakruhE. ja’iz/ mubah.

4. Allah SWT. berfirman: ن�E ي �اس ز� لن ه�و�ات ح�بc ل اء من� الش� Eس� الن (Dijadikan

indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita...)Ayat tersebut bila dihubungkan dengan tujuan pernikahan, maka salah satu tujuan perkawinan adalah;

A. Dapat menyalurkan naluri seksualnya dengan cara sah dan terpuji.B. Memelihara dan memperbanyak keturunan dengan terhormat, sehingga dapat

menjaga kelestarian hidup manusia.C. Melahirkan organisasi dan pembagian tugas yang jelas dalam keluarga. D. Terbentuknya tali kekeluargaan dan silatur-rahmi antar keluarga,E. Umur rata-rata orang yang menikah relative lebih panjang.

5. Orang yang melakukan hidup bersama tanpa ikatan perkawinan akan timbul bencana. Di antaranya adalah;

A. GonorheB. SipilisC. Kencing nanahD. AIDSE. Betul semua.

6. Ada beberapa orang wanita yang dapat dinikahi, sbb.:A. Saudara perempuan kandungB. Ibu tiriC. MertuaD. Anak pembantuE. Saudara sesusuan.

7. Kedudukan mahar dalam perkawinan adalah sebagai:A. RukunB. SyaratC. KewajibanD. KewenanganE. Keharusan.

8. Sebelum melakukan akad nikah, seorang muslim terlebih dulu mengadakan pendekatan, seperti berikut:

A. KhitbahB. Pertonangan dengan cara tukar cincinC. Pacaran

Page 34: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 34

D. Pendekatan pada calon mertua E. Memberikan sesuatu barang pada mertua.

9. Pernikahan tanpa wali hukumnya adalah:A. HaramB. MakruhC. SunnahD. Tidak sahE. Mubah.

10. Dua orang saksi dalam perkawinan adalah salah satu:A. Rukun nikahB. Syarat nikahC. Syarat bagi mempelai wanitaD. rukun bagi ijab kabulE. Bukan persyaratan nkah.

11. Perceraian antara suami-istri dipandang sah, menurut UU Perkawinan No. 1 Th. 1974 adalah di depan:

A. Di depan Penghulu/ KUA.B. Di depan MasjidC. Di depan pengadilan AgamaD. Di Pengadilan NegariE. Di depan mertua wanita

12. Talak pada istri yang pernah didukhul dalam keadaan suci sebelum melakukan hubungan hembali disebut:

A. Talak sunnahB. Talak bid’ahC. Talak bukan sunnah dan bukan bid’ahD. Talak raj’iE. Talak ba’in shugra.

13. Kata-kata suami: “Kamu tertalak bila meninggalkan shalat”. Talak seperti ini jatuh manakala si istri meninggalkan shalat. Talak tersebut dinamakan:

A. Talak mu’allaqB. Talak ghairu mu’allaqC. Talak ba’inD. Talak raj’iE. Talak bid’ah.

14. Talak yang boleh dirujuk kembali sebelum iddah habis dinamakan:A. Talak mu’allaqB. Talak ghairu mu’allaqC. Talak ba’inD. Talak raj’iE. Talak bid’ah.

15. Wanita yang ditalak raj’i, berhak menerima:A. Belanja dan tempat tinggalB. Nafkah dan tempat tinggalC. Tempat tinggal tanpa belanjaD. Tempat tinggal sajaE. Belanja saja.

16. Wanita yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil, iddahnya adalah:A. 3 bulan 10 hariB. 4 bulanC. 3 kali suciD. 3 kali haidE. Waktu yang paling lama.

Page 35: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 35

17. Di bawah ini termasuk batalnya perkawinan:A. FasakhB. IddahC. RujukD. Khulu’E. Hadhanah.

18. Saudara perempuan kandung tidak boleh dinikah karena ...A. Sebab perkawinanB. Sebab nasabC. Sebab susuanD. Sebab dilarang agamaE. Sebab dilarang masyarakat.

19. Menantu haram untuk dinikah. Ini adalah larangan karena:A. Sebab perkawinanB. Sebab nasabC. Sebab susuanD. Sebab dilarang agamaE. Sebab dilarang masyarakat.

20. Anak dari ibu susuan adalah haram dinikah karena:A. Sebab perkawinanB. Sebab nasabC. Sebab susuanD. Sebab dilarang agamaE. Sebab dilarang masyarakat.

==========

A. HUKUM WARIS ISLAM

1. Ketentuan Mawaris

Standar Kompetensi (SK)

5. Memahami hukum Islam tentang Waris

Kompetensi Dasar (KD)

5.1. Menjelaskan ketentuan Hukum Waris dalam Islam

5.2. Menjelaskan keterkaitan Waris dengan Wasiat

5.3. Menunjukkan contoh cara pelaksanaan waris dan wasiat

halaman 33

INDIKATOR

Setelah mempelajari hukum Islam tentang hukum waris, diharapkan siswa/ peserta didik mampu:

1. menjelaskan ketentuan hukum waris dalam Islam2. menjelaskan tentang orang yang menjadi ahli waris menurut ketentuan

hukum Islam3. menjelaskan tentang ketentuan wasiat dan orang yang mendapatkan

wasiat

Page 36: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 36

Orang-orang Arab sebelum Islam hanya memberikan warisan kepada kaum lelaki saja sedang kaum perempuan tidak mendapatkannya, dan warisan hanya untuk mereka yang sudah dewasa, anak-anak tidak mendapatkannya pula. Disamping itu ada juga waris-mewaris yang didasarkan pada perjanjian. Maka Allah membatalkan itu semua dan menurunkan firman-Nya:

ف�و�ق� اء� س� ن �ن� ك ن� ف�إ �ن �ي �ي �ث األن Eح�ظ �ل� مث �ر لذ�ك ل �م� و�الدك� أ في �ه� الل �م� �وصيك ي

�ا �ث �ل ث �ه�ن� ف�ل �ن �ي �ت �ن اثد�س� cالس �ه�م�ا من و�احد� Eل� ك ل �ه �و�ي و�ألب Eص�ف� الن �ه�ا ف�ل و�احد�ة� �ت� �ان ك ن� و�إ ك� �ر� ت م�ا

ك� �ر� ت مم�ا�ه� ل �ان� ك ن� ف�إ cل�ث� الث ف�ألمEه �و�اه� ب

� أ �ه� و�و�رث �د4 و�ل �ه� ل �ن� �ك ي �م� ل ن� ف�إ �د4 و�ل �ه� ل �ان� ك ن� إال �م� �اؤ�ك �ن �ب و�أ �م� �اؤ�ك آب �ن� د�ي و�

� أ ه�ا ب �وصي ي �ة� و�صي �ع�د ب من� د�س� cالس ف�ألمEه خ�و�ة4 إ�م� �ك ل ب� �ق�ر� أ cه�م� ي

� أ ون� �د�ر� تح�كيم�ا ( يم�ا ع�ل �ان� ك �ه� الل ن� إ �ه الل من� ف�ريض�ة� �ف�ع�ا )11ن

�م� �ك ف�ل �د4 و�ل �ه�ن� ل �ان� ك ن� ف�إ �د4 و�ل �ه�ن� ل �ن� �ك ي �م� ل ن� إ �م� و�اج�ك �ز� أ ك� �ر� ت م�ا ص�ف� ن �م� �ك و�لن� إ �م� �ت ك �ر� ت مم�ا �ع� ب cالر �ه�ن� و�ل �ن� د�ي و�

� أ ه�ا ب �وصين� ي �ة� و�صي �ع�د ب من� �ن� ك �ر� ت مم�ا �ع� ب cالر �ة� و�صي �ع�د ب من� �م� �ت ك �ر� ت مم�ا cم�ن� الث �ه�ن� ف�ل �د4 و�ل �م� �ك ل �ان� ك ن� ف�إ �د4 و�ل �م� �ك ل �ن� �ك ي �م� ل

�خ�ت4 أ و�� أ �خ4 أ �ه� و�ل �ة4 أ ام�ر� و

� أ �ة� �الل ك ث� �ور� ي ج�ل4 ر� �ان� ك ن� و�إ �ن� د�ي و�� أ ه�ا ب �وص�ون� ت

�ث cل الث في �اء� ك ر� ش� ف�ه�م� ك� ذ�ل من� �ر� �ث ك� أ �وا �ان ك ن� ف�إ د�س� cالس �ه�م�ا من و�احد� Eل� ك ف�ل

يم4 ل ح� يم4 ع�ل �ه� و�الل �ه الل من� �ة� و�صي م�ض�ار| �ر� غ�ي �ن� د�ي و�� أ ه�ا ب �وص�ى ي �ة� و�صي �ع�د ب من�

)12( "Allah mensyari'atkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak-anakkmu. Yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari satu, maka bagi mereka duapertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja maka dia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapakk bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapakknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika orang yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa yang lebih dekat (banyak) manfa'atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. An-Nisa, 4: 11)“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudarat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (An-Nisa’, 4: 12)

Page 37: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 37

2. Keutamaan Ilmu Faraidh

- : ع� ة� - �ر� ي ه�ر� �ا �ب أ �ا ي وسلم عليه الله صلى �ه الل ول� س� ر� ق�ال� ق�ال� ة� �ر� ي ه�ر� ى ب� أ ن�

ء� ى� ش� و�ل�� أ و�ه�و� �س�ى �ن ي و�ه�و� �م �عل ال ص�ف� ن �ه� ن ف�إ Eم�وه�ا و�ع�ل ض� ائ �ف�ر� ال �م�وا �ع�ل ت

ع� �ز� �ت �ن يماجه ( ابن رواه ى م�ت

� أ ) من�

Dari Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasululloh SAW: "Pelajarilah Faroidh dan ajarkanlah ia kepada manusia. Sesungguhnya ia adalah separoh ilmu. Ia akan dilupakan. Dan ia adalah sesuatu yang pertama kali akan dicabut dari umatku”. (HR. Ibnu Majah). Dan masih banyak lafal hadits yang seperti ini.

Ilmu Faraidh, secara syar'ie dapat dikatakan sebagai ilmu tentang pembagian warisan, atau Ilmu Waris / Kewarisan.

3. Definisi Ilmu Fara’idhProf. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan ilmu fari’id sebagai ilmu yang mempelajari tentang orang-orang yang mewarisi dan tidak mewarisi, kadar yang diterima setiap ahli waris dan cara pembagiannya. Ilmu Fara’id/ ilmu warisan ini bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijmak Ulama, bukan yang bersumber dari hukum adat atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) sebagai hukum warisan Belanda.

4. Sebab-sebab adanya hak Kewarisan:a. Rukun Waris :

1) Pewaris (al-waarits) ialah orang yang mempunyai hubungan penyebab kewarisan dengan mayit sehingga dia memperoleh kewarisan.

2) Orang yang mewariskan (al-muwarrits): ialah mayit itu sendiri, baik nyata maupun dinyatakan mati secara hukum, seperti orang yang hilang dan dinyatakan mati.

3) Harta yang diwariskan (al-mauruuts): disebut pula peninggalan dan warisan. Yaitu harta atau hak yang dipindahkan dari yang mewariskan kepada pewaris.

b. Sebab mendapatkan Warisan:Ada tiga sebab :1) Nasab Hakiki (kerabat yang sebenarnya), firman Allah SWT:

يم4 ع�ل ي�ء� ش� Eل� ك ب �ه� الل ن� إ �ه الل �اب ت ك في �ع�ض� ب ب �ى و�ل� أ �ع�ض�ه�م� ب ح�ام األر� �و �ول و�أ

"Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagian lebih berhak terhadap sesamanya daripada yang bukan kerabat di dalam Kitab Allah (QS. Al-Anfal, 8 : 75)

2) Nasab Hukumi (wala = kerabat karena memerdekakan), sabda Rasulullah SAW:

«: - �ح�م�ة4 - ل �ء� �و�ال ال وسلم عليه الله صلى �ه الل ول� س� ر� ق�ال� ق�ال� �ح�س�ن ال ع�ن( الدارمي ( حبان، ابن الحاكم، رواه �وه�ب� ي � و�ال �اع� �ب ي � ال �س�ب الن �ح�م�ة �ل ك

"Wala itu adalah kerabat seperti kekerabatan karena nasab" (HR. Al-Hakim, Ibnu Hibban dan Ad-Darimiy).

3) Perkawinan yang Shahih, firman Allah SWT:

�م� �ك ف�ل �د4 و�ل �ه�ن� ل �ان� ك ن� ف�إ �د4 و�ل �ه�ن� ل �ن� �ك ي �م� ل ن� إ �م� و�اج�ك �ز� أ ك� �ر� ت م�ا ص�ف� ن �م� �ك و�ل�م� �ت ك �ر� ت مم�ا �ع� ب cالر �ه�ن� و�ل �ن� د�ي و�

� أ ه�ا ب �وصين� ي �ة� و�صي �ع�د ب من� �ن� ك �ر� ت مم�ا �ع� ب cالر

Page 38: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 38

�ع�د ب من� �م� �ت ك �ر� ت مم�ا cم�ن� الث �ه�ن� ف�ل �د4 و�ل �م� �ك ل �ان� ك ن� ف�إ �د4 و�ل �م� �ك ل �ن� �ك ي �م� ل ن� إ�ة� و�صي

�ن� د�ي و�� أ ه�ا ب �وص�ون� ت

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. (QS. An-Nisaa', 4: 12)

c. Halangan memperoleh WarisanOrang yang terhalang memperoleh warisan ada empat:

1) Perbudakan: Baik orang itu menjadi budak dengan sempurna atau tidak. Allah SWT. berfirman:

ء� ... ي� ش� ع�ل�ى �ق�در� ي ال �ا �وك م�م�ل �د�ا ع�ب �ال م�ث �ه� الل ب� ض�ر�

“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun....” (QS. An-Nahl, 16: 75).

2) Pembunuhan dengan sengaja yang diharamkan.Adapun pembunuhan yang tidak disengaja, terdapat selisih pendapat: Berkata Asy-Syafi'i: Setiap pembunuhan menghalangi pewarisan, sekalipun pembunuhan itu dilakukan oleh anak kecil atau orang gila, dan sekalipun dengan cara yang benar seperti had atau qishash. Mazhab Maliki berkata: Sesungguhnya pembunuhan yang menghalangi pewarisan itu adalah pembunuhan yang sengaja bermusuhan, baik langsung ataupun melalui perantaraan.

( . الدارمي : رواه � �ئا ي ش� �ول �م�ق�ت ال من� ل� �ق�ات ال �رث� ي � ال ق�ال� �اس� ع�ب �ن اب ع�ن“Dari Ibnu Abbas, berkata: “Seorang pembunuh tidak akan mewarisi sesuatu pun dari orang yang dibunuh”. (HR. Ad-Darimiy).

3) Berlainan Agama

Dengan demikian seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir, dan seorang kafir tidak mewarisi dari seorang muslim; karena hadits yang diriwayatkan oleh empat orang ahli hadits, dari Usamah bin Zaid, bahwa Nabi saw bersabda:

وسلم - - عليه الله صلى ى� �ب الن �ن� أ عنهما الله رضى �د� ي ز� �ن ب ام�ة� �س� أ ع�ن�م� : ل �م�س� ال �افر� �ك ال � و�ال ، �افر� �ك ال م� ل �م�س� ال �رث� ي � ال .ق�ال�

Dari Usamah bin Zaid RA., bahwa Nabi SAW. bersabda: "Seorang muslim tidak mewarisi dari seorang kafir, seorang kafirpun tidak mewarisi dari seorang muslim".

Adapun orang-orang yang bukan muslim, maka sebagian mereka mewarisi sebagian yang lain, karena mereka dianggap satu agama.

5. Harta peninggalan sebelum diwaris

Page 39: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 39

Hak-hak yang berhubungan dengan harta peninggalan itu ada empat. Keempatnya tidak sama kedudukannya, sebagiannya ada yang lebih kuat dari yang lain sehingga ia didahulukan atas yang lain untuk dikeluarkan dari peninggalan. Hak-hak tersebut menurut tertib berikut :

a. Biaya mengkafani dan memperlengkapinya menurut cara yang telah diatur dalam masalah jenazah

b. Melunasi hutangnya.Ibnu Hazm dan Asy-Syafi'i mendahulukan hutang kepada Allah seperti zakat dan kifarat, atas hutang kepada manusia.

c. Pelaksanaan wasiat dari sepertiga sisa harta semuanya sesudah hutang dibayar.Tapi, wasiat tidak boleh kepada ahli waris. Nabi SAW. bersabda:

الله - صلى �ه الل ول� س� ر� مع�ت� س� م�ام�ة�� أ �ا �ب أ مع�ت� س� م� ل م�س� �ن ب يل� ب ح� ر� ش� ع�ن�

- وسلم عليه : و�ارث� ل �ة� و�صي � ف�ال ح�ق�ه� ح�ق| ذى �ل� ك �ع�ط�ى أ ق�د� �ه� الل ن� إ �ق�ول� ( .ي أبو رواه

داود). Dari Syurahbil bin Muslim, berkata: Saya mendengar Abu Umamah, katanya: Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Sesunggunghnya Allah SWT. telah memberikan suatu hak kepada setiap yang mempunyai hak. Karena itu, tidak ada wasiat bagi ahli waris”. (HR. Abu Dawud).

d. Pembagian sisa harta di antara para ahli waris.Setelah harta peninggalan dipergunakan biaya penyelenggaraan jenazah, hutang dan wasiat, maka harta tersebut dibagi kepada para ahli waris.

6. Orang-orang yang berhak menerima warisan:Dari segi kelamin (gender), ahli waris ada dua: Lelaki dan perempuan. Yang laki-laki ada 15 orang, dan yang perempuan ada 10 orang.

a. Ahli waris dari pihak laki-laki:1) Anak laki-laki2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki, seterusnya ke bawah.3) Ayah/ Bapakk4) Kakek (ayahnya ayah) dan seterusnya ke atas.5) Saudara laki-laki sekandung.6) Saudara laki-laki seayah.7) Saudara laki-laki seibu. 8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung. 9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah. 10) Paman sekandung dengan ayah11) Paman (saudara laki-laki) seayah. 12) Anak laki-laki dari paman sekandung dengan ayah13) Anak laki-laki dari paman seayah dengan ayah14) Suami15) Orang laki-laki yang memerdekakan budak.

Bila ada orang yang meninggal dunia (istri) dan ahli warisnya ada semua seperti tersebut di atas, maka yang mendapat warisan hanyalah: (1). Suami, (2). Ayah, (3). anak laki-laki. Sedangkan yang lain adalah mahjub.

b. Ahli waris dari pihak perempuan:

Page 40: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 40

1) Anak perempuan 2) Anak perempuan dari anak laki-laki (alias cucu perempuan dari anak laki-

laki), seterusnya ke bawah.3) Ibu4) Nenek dari jalur ibu5) nenek dari jalur ayah6) Saudara perempuan sekandung7) Saudara perempuan seayah 8) Saudara perempuan seibu.9) Istri10) Seorang wanita yang memerdekakan budak.

Bila ada orang yang meninggal dunia (suami) dan ahli waris perempuan tersebut ada semua, maka yang mendapatkan harta warisan hanya: (1). Istri, (2). Anak perempuan, (3). Cucu perempuan dari anak laki-laki, (4). Ibu, (5). Saudara prempuan kandung. Sedangkan yang lain adalah mahjub.

Jika ahli waris semua ada, baik laki-laki atau perempuan, maka yang mendapat warisan hanyalah: (1). Suami/ istri, (2). Ayah, (3). Ibu, (4). Anak perempuan, (5) Anak laki-laki. Sedangkan yang lain adalah mahjub.

7. Ahli waris dilihat dari kepastian memperoleh bagiannya secara quota atau tidak, terbagai menjadi dua: (A. Ashhabul Furudh, dan B. Ashabah).

a. Ashhabul-furudh adalah semua ahli waris yang mendapat bagian (fardh, qouta) tertentu seperti tertulis dalam An-Nisa' ayat 11, 12, dan 176, yaitu 1/2 (setengah), 1/4 (seperempat), 1/8 (seperdelapan), 2/3 (dua pertiga), 1/3 (sepertiga), dan 1/6 (seperenam).

b. Ashhabul Furudh ada dua belas orang: 1) Empat laki-laki, yaitu:

a) Ayah, b) Kakek yang sah dan seterusnya ke atas, c) Saudara laki-laki seinu, dan d) Suami.

2) Dan delapan perempuan, yaitu:a) isteri, b) anak perempuan, c) saudara perempuan sekandung, d) saudara perempuan seayah, e) saudara perempuan seibu, f) anak perempuan dari anak laki-laki, g) ibu, h) dan nenek serta seterusnya sampai ke atas.

A. Bagian Ashhabul Furudh ( الفروض : (أصحابSecara terperinci, Ashhabul-furudh adalah sebagai berikut:

1. Bagian SETENGAH (1/2) harta. Ini ada lima orang, yaitu:a. Seorang anak perempuan (jika tidak bersama-sama dengan anak laki). b. Seorang cucu perempuan keturunan anak laki-laki (jika tidak ada cucu

perempuan atau cucu laki-laki keturunan anak laki-laki). c. Suami (jika tidak ada anak). d. Seorang saudara perempuan kandung (jika tidak ada saudara laki-laki

kandung).

Page 41: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 41

e. Seorang saudara perempuan sebapakk (jika tidak ada saudara laki-laki sebapakk).

2. Bagian SEPEREMPAT (1/4) harta adalah untuk dua orang ahli waris, yaitu:a. Suami (jika ada anak) dan b. Isteri (jika tidak ada anak).

3. Bagian SEPERDELAPAN (1/8) harta hanya diperuntukkan bagi seorang ahli waris, yaitu isteri jika memiliki anak.

4. Bagian DUA PERTIGA (2/3) harta. Ini ada empat macam, yaitu:a. Dua orang anak perempuan atau lebih (jika tidak ada anak laki-laki), b. Dua orang cucu perempuan atau lebih (jika tidak ada cucu laki-laki atau anak

perempuan), c. Dua orang saudara perempuan kandung atau lebih (jika tidak ada saudara laki-

laki kandung), dan d. Dua orang saudara perempuan sebapakk atau lebih (jika tidak ada saudara laki-

laki sebapakk, anak perempuan, cucu perempuan, dan saudara perempuan kandung).

5. Bagian SEPERTIGA (1/3) harta adalah untuk dua macam ahli waris, yaitu:a. Ibu (jika tidak ada anak, atau tidak ada dua orang saudara atau lebih, baik

sekandung, sebapakk, maupun seibu) danb. Dua orang atau lebih saudara seibu, baik laki-laki maupun perempuan.

6. Bagian SEPERENAM (1/6) harta adalah menjadi hak dari tujuh macam ahli waris: a. Bapakk (jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki), b. Ibu (jika ada anak, atau ada dua saudara atau lebih), c. Kakek (jika ada anak laki-laki, dan tidak ada bapakk), d. Nenek (jika tidak ada ibu), e. Saudara laki-laki seibu atau saudara perempuan seibu (jika seorang diri dan

tidak ada anak, bapakk, dan kakek), f. Cucu perempuan (jika bersama seorang anak perempuan), dan g. Saudara perempuan sebapakk (jika bersama dengan saudara perempuan

kandung).B. ASHABAH

a. Arti Ashabah'Ashobah adalah jamak dari 'aashib ((عصبة ( Yang dimaksud disini ialah .(عاصب mereka yang mendapatkan sisa sesudah Ashhabul Furudh ( الفروض (أصحابmengambil bagian-bagian yang ditentukan bagi mereka. Apabila tidak ada sisa sedikitpun dari mereka (ashhaabul furuudh), maka mereka ('ashobah) tidak mendapatkan apa-apa, kecuali bila 'Ashib itu seorang anak laki-laki, maka dia tidak akan mendapatkan bagian, bagaimanapun keadaannya.Dinamakan 'ashobah juga mereka yang berhak atas semua peninggalan bila tidak didapatkan seorangpun di antara ashhaabul furuudh, karena hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim, dari Ibnu 'Abbas, bahwa Nabi saw bersabda:

. مسلم صحيح �ر� ذ�ك ج�ل� ر� و�ل�ى� أل ف�ه�و� �قى� ب ف�م�ا ه�ا ه�ل

� أ ب ض� ائ �ف�ر� ال �حق�وا �ل أص 5ج( ،59(

"Berikanlah bagian-bagian yang telah ditentukan itu kepada pemiliknya yang berhak menurut nash; dan apa yang tersisa maka berikanlah kepada 'ashobah laki-laki yang terdekat kepada si mayit". Redaksi oleh Muslim.

b. PEMBAGIAN 'ASHOBAH'Ashobah itu dibagi menjadi dua bagian :

1. 'Ashobah Nasabiyah, 2. 'Ashobah Sababiyah.a) 'ASHOBAH NASABIYAH

Page 42: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 42

'Ashobah Nasabiyah ada tiga golongan :1) 'Ashobah bin nafsi2) 'Ashobah bil ghoiri3) 'Ashobah ma'al ghoiri.

'ASHOBAH BIN NAFSI 'Ashobah bin nafsi ialah semua orang laki-laki yang nasabnya dengan si mayit tidak diselingi oleh perempuan. 'Ashobah bin nafsi ada empat golongan:

Bunuwwah (keanakan), dianamakan juz-ul mayyit.

Ini meliputi: anak-anak laki-laki (ابن) dan anak laki-laki dari anak laki-laki (ابن .dan seterusnya ke bawah ( ابن

Ubuwwah (keayahan), dinamakan ashlul mayyit.

Ini meliputi: Ayah (أب) , kakek ( أب .dan seterusnya (أبو

Ukhuwwah (kesaudaraan), dinamakan juz-u abiih.

Ukhuwwah ini meliputu saudara-saudara laki-laki sekandung ( ألبوين , (أخ

saudara-saudara laki-laki seayah ( ألب ,(أخ anak laki-laki dari saudara laki-laki

sekandung ( ألبوين األخ ) anak-anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah ,(ابنألب األخ .dan seterusnya ke bawah ,(ابن

Umumah (kepamanan), dinamakan juz-ul jadd.

Ini meliputi paman sekandung ( ألبوين (العم , paman seayah ( ألب , (العمanak laki-laki paman sekandung ( ألبوين العم ) dan (ابن ألب العم .(ابن

Cara pewarisannya adalah bila didapatkan sejumlah orang dari satu tingkatan, maka yang paling berhak untuk mendapatkan warisan adalah mereka yang paling dekat kepada si mayit.

Dan bila terdapat sejumlah orang yang sama hubungan nasabnya dengan si mayit dari segi jihat dan derajat, maka yang paling berhak mendapatkan warisan adalah mereka yang paling kuat hubungan kekerabatannya dengan si mayit.

'ASHOBAH BIL GHOIR 'Ashobah bil ghoir adalah kelompok perempuan atau wanita yang mendapatkan bagian

setengah bila sendirian dan duapertiga bila lebih dari seorang. yang bersama dengan Mu’ashibnya. Perempuan-perempuan yang menjadi 'Ashobah bil ghoir ada empat :

Seorang anak perempuan atau anak-anak perempuan, ( بنتان (بنت، Seorang anak perempuan atau anak-anak perempuan dari anak laki-laki,

ابن، ابن بنت بنتا ))

Seorang saudara perempuan atau saudara-saudara perempuan sekandung, ألبوين أختان ، ( (أخت

Seorang saudara perempuan atau saudara-saudara perempuan seayah. (ألب أختان ، (أخت

Setiap golongan tersebut menjadi 'Ashobah bersama orang lain, yaitu saudara laki-lakinya (mu’ashibnya). Dengan ketentuan bahwa laki-laki memperoleh dua bagian daripada yang perempuan.

'ASHOBAH MA’AL GHOIRI ( الغير مع (عصبة

Page 43: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 43

'Ashobah ma’al ghoiri ialah setiap perempuan yang memerlukan perempuan lain untuk menjadi 'Ashobah. 'Ashobah ma’al ghoiri ini terbatas hanya pada dua golongan dari perempuan, yaitu :

Saudara perempuan sekandung atau saudara-saudara perempuan sekandung ( أو أختألبوين (أختان bersama dengan anak perempuan atau anak perempuan dari anak

laki-laki. ( ابن بنت أو (بنت Saudara perempuan seayah atau saudara-saudara perempuan seayah (

ألب أختان أو bersama dengan anak perempuan atau anak perempuan dari (أخت

anak laki-laki ( ابن بنت أو mereka mendapatkan sisa peninggalan sesudah ;(بنت

furudh.

'ASHOBAH SABABIYAH 'Ashib Sababi adalah maula (tuan) yang memerdekakan. Bila orang yang memerdekakan tidak ada, maka warisan itu bagi 'ashobahnya yang laki-laki.

HAJBU DAN HIRMAN

1. Pengertian:Hajbu/ Hijab menurut bahasa berarti man'u: menghalangi, mencegah. Maksudnya adalah terhalangnya seseorang tertentu dari semua atau sebagian warisannya karena adanya orang lain. Sedangkan Hirman ialah terhalangnya seseorang tertentu dari warisannya karena terjadi penghalang pewarisan.

2. Pembagian HajbuHajbu ada dua macam :a. Hajbu bil washfi, yaitu orang terhalang mendapatkan hak waris secara keseluruhan

karena berstatus pembunuh, murtad, atau menjadi budak. b. Hajbu bisy-Syakhshi, yakni: Gugurnya hak waris sebagian atau keseluruhan bagi

seseorang, karena ada orang lain yang justru lebih berhak menerimanya. Ini terbagi dua: 1) Hajbu Hirman. Yaitu, penghalang yang menggugurkan seluruh hak waris

seseorang, misal terhalangnya kakek karena ada bapakk. Ahli waris yang dapat terkena hajbu hirman adalah; Dari pihak Waris Lelaki a) Kakek apabila ada Bapak. kakek yang jauh akan terhalang dengan adanya

kakek yang dekat 

b) Saudara laki-laki sekandung (seibu- sebapak) ( ألبوين :bila ada (أخ

(1). bapak (2). anak laki-laki kandung

(3). cucu laki-laki dari anak laki-laki ( ابن (ابنc) Saudara L sebapak ( ألب  :apabila ada (أخ

(1). bapak (2). anak L (3). cucu L dari anak L (4). saudara L seibu sebapak (5). Saudara P seibu sebapak yang termasuk dalam golongan 'Asabah Ma'a Ghairihi 

d) Saudara L seibu dan Saudara P seibu ( ألم أخت apabila ada bersama (أخ،

dengan: (1) bapak (2) Kakek

Page 44: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 44

(3) anak L(4) cucu L dari anak L dan seterusnya ke bawah(5) anak P(6) cucu P dari anak L dan seterusnya ke bawah

e) Cucu laki-laki dari anak L ( ابن cucu yang ,(بن) apabila ada anak L ,(ابن

dekat akan menghalang cucu yang jauh (cicit) 

f) Anak saudara dari saudara L seibu-sebapak ( ألبوين األخ :apabila ada ,(ابن

(1) bapak                     (2) Kakek                     (3) anak L                     (4) cucu L dari anak L dan ke bawah                     (5) saudara L sebapak

g) anak saudara dari saudara L sebapak ( ألب األخ  :apabila ada (ابن

(1). Bapak (2). Kakek (3). Anak L (4). Cucu L dari anak L dan ke bawah  (5) saudara L sebapak  (6) anak saudara dari saudara L seibu sebapak

h) Bapak Saudara seibu-sebapak ( ألبوين  :apabila ada (العم

(1) bapak (2) Kakek                    (3) anak L (4) cucu L dari anak L dan ke bawah (5) saudara L sebapak (6) anak saudara dari saudara L seibu sebapak (7) anak saudara dari saudara L sebapak

i) Bapak Saudara sebapak ( ألب  apabila adanya sama ada (العم

(1) bapak (2) Kakek (3) anak L (4) cucu L dari anak L dan ke bawah (5) saudara L sebapak (6) anak saudara dari saudara L seibu sebapak (7) anak saudara dari saudara L sebapak (8) Bapak Saudara seibu sebapak

        j). Anak Bapak Saudara  (sepupu) seibu-sebapak ( ألبوين العم apabila (ابن

bersama dengan:                     (1). bapak                     (2) Kakek                     (3). anak L                     (4). cucu L dari anak L dan ke bawah                     (5). saudara L sebapak                     (6). anak saudara dari saudara L seibu sebapak                     (7). anak saudara dari saudara L sebapak                     (8). Bapak Saudara seibu sebapak                     (9). Bapak Saudara sebapak

Page 45: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 45

        k) Anak Bapak Saudara  (sepupu) sebapak ( ألب العم :apabila bersama (ابن

                    (1) bapak                     (2) Kakek                     (3) anak L                     (4) cucu L dari anak L dan ke bawah                     (5) saudara L sebapak                     (6) anak saudara dari saudara L seibu sebapak                     (7) anak saudara dari saudara L sebapak                     (8) Bapak Saudara seibu sebapak                     (9) Bapak Saudara sebapak                  (10) Anak Bapak Saudara  (sepupu) seibu sebapak 

     Waris Perempuan

a) Nenek ( أب أم أم، (أم) apabila ada ibu (أمb) Cucu P dari anak L ( ابن :apabila ada (بنت

1) anak L  (ابن)2) 2 orang atau lebih anak P ( أكثر او kecuali    dia menjadi 'asabah ,(بنتان

c) Saudara Perempuan seibu-sebapak ( ألبوين :apabila ada (أخت

1) bapak 2) anak L 

3) cucu L dari anak L dan ke bawah

d) Saudara Perempuan sebapak ( ألب :apabila ada (أخت

1) bapak2) anak L 

3) cucu L dari anak L dan ke bawah 

4) Saudara Perempuan seibu sebapak yang termasuk dalam golongan 'Asabah Ma'a Ghairihi 

5) 2 orang Saudara Perempuan seibu sebapak kecuali dia menjadi 'asabah.

e) Saudara Perempuan seibu apabila ada:

1) bapak 

2) kakek 3) anak L 

4) anak P 

5) cucu L dari anak L dan seterusnya ke bawah 

6) cucu P dari anak L dan seterusnya ke bawah 

 HAJBU NUQSHAN.c. Hajbu Nuqshan, atau dinamakan juga: Hajbu bisy Syakhshi, yakni terhalang

memperoleh bagian sempurna lantaran ada seseorang. Hajbu Nuqshon ini terjadi pada lima orang :

Page 46: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 46

1. Suami terhalang dari separuh menjadi seperempat di waktu ada anak laki-laki. (1/2 ¼)

2. Isteri terhalang dari seperempat menjadi seperdelapan di waktu ada anak lelaki ( ¼ 1/8)

3. Ibu terhalang dari sepertiga menjadi seperenam di waktu ada keturunan yang mewarisi. (1/3 1/6)

4. Anak perempuan dari anak laki-laki.5. Saudara perempuan seayah.

d. Hajbu Hirman, yakni terhalangnya seseorang ahli waris untuk memperoleh warisan, missal sebagai pembunuh. Atau bersama dengan seseorang tertentu, sehingga tidak mendapatkan sama sekali harta waris. Ahli waris yang tidak terkena hajbu hirman adalah :

1) Ayah 2) Ibu, 3) Anak laki-laki dan4) Anak perempuan ,5) Suami, atau6) Istri.

‘AUL DAN RAD

Dalam masalah Aul dan Rad, kaidahnya adalah:

1. Apabila dalam pembagian harta warisan di antara para ahli warisnya Dzawil furud menunjukkan bahwa angka pembilang lebih besar dari angka penyebut, maka angka penyebut dinaikkan sesuai dengan angka pembilang, dan baru sesudah itu harta warisnya dibagi secara Aul menurut angka pembilang.

2. Apabila dalam pembarian harta warisan di antara para ahli waris Dzawil furud menunjukkanbahwa angka pembilang lebih kecil dari angka penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris asabah, maka pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara rad, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris sedang sisanya dibagi berimbang di antara mereka.

CONTOH-CONTOH MASALAH 'AULContoh No. 1

Page 47: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 47

Contoh No. 2

Ahli warisAM=

6TAM= 8

Suami 1/2 3 3/8 3Ibu 1/6 1 1/8 1Saudara Prmp sekandung 1/2 3 3/8 3

Saudara Prmp seibu 1/6 1 1/8 1

Jumlah 8 8

CARA PEMECAHAN MASALAH-MASALAH 'AULCara pemecahan masalah Aul ialah harus mengetahui pokok masalah, yakni yang menimbulkan masalah itu, dan mengetahui saham-saham setiap ashhabul furudh serta mengabaikan pokonya. Kemudian bagian-bagian mereka dikumpulkan, dan kumpulan itu dijadikan sebagai pokok. Lalu peninggalan dibagi atas dasar itu. Dan dengan demikian, maka akan terjadi kekurangan bagi setiap orang sesuai dengan sahamnya. Di dalam masalah ini tidak ada kezaliman dan kecurangan. Misalnya, bagi suami dan dua orang saudara perempuan sekandung, maka pokok masalahnya adalah enam, untuk suami separuh, yaitu tiga, dan untuk dua orang saudara perempuan sekandung duapertiga, yaitu empat. Maka jumlahnya menjadi tujuh. Dan tujuh itulah yang menjadi dasar pembagian harta peninggalan. Lihat contoh berikut ini:

Contoh 'AUL

Ahli Waris AM

6 7Suami 1/2 3 3/7 32 orang saudara kandung

2/3 4 4/7 4

Jumlah 7 7

MisalMasalah

AUL

Ahli Waris

AM= 6

TAM= 10

Suami 1/2 3 3

2 orang saudara pr kandung

2/3 4 4

2 orang saudara pr seibu

1/3 2 2

Ibu 1/6 1 1Jumlah 10 10

Ket: AM = Aslul Mas'alah

TAM = Tashih Aslul Mas'alah/ koreksi Asal mas'alah

Page 48: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 48

B. Radd (الرد)Kata radd berarti i'aadah (االعادة): mengembalikan. Yang dimaksud radd menurut para

Ahli Fikih ialah pengembalian apa yang tersisa dari bagian dzawul furudh nasabiyah kepada mereka sesuai dengan besar kecilnya bagian mereka bila tidak ada orang lain yang berhak untuk menerimanya. Yang tidak menerima bagian Radd adalah suami atau istri.

Misal: Perhitungan RADD

Ahli Waris

AM= 6x 5

30Rad=

5 Ibu 1/6 1

55 1/5 + 1 6

2 anak pr 2/3 4 20 4/5 + 4 24 @ 12Jumlah 5 25 + 5 30 Rad 1 5

Ket: AM = Aslul Mas’alah

Contoh Rad

Ahli waris I Rad 4 II III IV AM= 12 x 4 48

Suami 1/4 3 12 12

Ibu 1/6 28

2/8 = 1/4

8+ 1 9

Anak Prmp tunggal

1/2 66/8 = 3/4

24 + 3 27

Jumlah 11

4448

Rad 1 4

Keterangan:

Untuk mengolah bagian Rad:

1. Jumlahkan bagian perolehan yang mendapatkan Rad.

Suami atau istri tidak memperoleh bagian Rad.

2. Hasil jumlah tersebut (no.1) jadikan penyebut.3. Perolehan Ahli waris pada angka Romawi I dijadikan

pembilang. Atau jadikan KPK-nya.

4. Setelah menemukan KPK Rad, lalu dibuat mengalikan Aslul Masalah. Dalam contoh 12 x 4 = 48

5. Angka Romawi III Rad yang ditambahkan pada ahli waris

6. Angka Romawi IV hasil akhir perolehan ahli waris.

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN WARISAN:1. Tentukan ahli warisnya lebih dulu, laki-laki ataukah perempuan.2. Tentukan perolehannya ashhabul furudh atau ashabah.3. Tentukan mana yang mahjub bil washfi/ ahli waris yang terkena hajbu hirman.4. Tentukan ahli waris apa semuanya dzawil furudh saja, atau ashabah semua, ataukah

terdiri dari dzawil furudh dan ashabah.

MASALAH-MASALAH KEWARISAN:

1. GharrawainIni ada dua perasalahan perwarisan:a. Suami, Ibu, Bapak:b. Istri, Ibu, Bapak:

Page 49: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 49

Ahli Waris AM AM

Ahli Waris AM AM

6 6 12 12Suami 1/2 3 1/2 3 Istri 1/4 3 1/4 3Ibu 1/3 2 1/3 sisa 1 Ibu 1/3 4 1/3 sisa 3Bapak sisa hrt 1 sisa hrt 2 Bapak sisa hrt 5 sisa hrt 6Jumlah 6 6 Jumlah 12 12

Perhatikan bagian Ibu dan Bapak dalam kedua masalah di atas. Ini adalah untuk mensesuaikan prinsip: Laki-laki memperoleh dua bagian dari perempuan (2; 1).

WASIATTentang Wasiat diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam pasal 194 - 204.

Sebelum harta benda dibagi untuk para ahli warisnya, harta peninggalan si mayit harus dikeluarkan untuk keperluan wasiatnya (kalau ada) atau hutangnya (kalau ada). Setelah itu barus dibagi untuk ahli warisnya, seperti tertulis dalam QS. An-Nisa’, 4: 11; Al-Maidah, 5: 106 dan hadits Nabi SAW.

�ن ع�ن� ضي� ع�م�ر� اب �ه� ر� �ه�م�ا الل �ن� ع�ن ول� أ س� �ه ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه الل �ي �م� ع�ل ل :ق�ال� و�س�� ام�رئ� ح�قc م�ا م ل �ه� م�س� ء4 ل ي� �ريد� ش� �ن� ي �وصي� أ يت� فيه ي �ب �ن ي �ي �ت �ل �ي �ه� إال� ل �ت و�و�صي

�ة4 �وب �ت �د�ه� م�ك ن ع

Hadis riwayat Ibnu Umar, ia berkata: Bahwa Rasulullah bersabda: Tidak baik bagi seorang muslim memiliki sesuatu yang ingin diwasiatkan bermalam dua malam, kecuali wasiatnya itu tertulis di sisinya. (Shahih Muslim No.3074)

Ada beberapa ketentuan dalam berwasiat, sbb.:1. Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tanpa

adanya paksaan dapat mewasiatkan sebagian harta bendanya kepada orang lain atau lembaga.

2. Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari pewasiat.3. Pemilikan terhadap harta benda bagi orang yang menerima wasiat baru dapat

dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal dunia.4. Wasiat dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis dihadapan dua

orang saksi, atau dihadapan Notaris.5. Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta warisan kecuali

apabila semua ahli waris menyetujui.6. Wasiat kepada ahli waris berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris dan dibuat secara

lisan di hadapan dua orang saksi atau tertulis di hadapan dua orang saksi di hadapan Notaris.

7. Dalam wasiat baik secara tertulis maupun lisan harus disebutkan dengan tegas dan jelas siapa- siapa atau lembaga apa yang ditunjuk akan menerima harta benda yang diwasiatkan.

BATAL WASIAT:1. Wasiat menjadi batal apabila calon penerima wasiat berdasarkan putusan Hakim yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap dihukum karena:a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat

kepada pewasiat;b. dipersalahkan secara memfitrnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewasiat

telahmelakukan sesuatu kejahatan yang diancam hukuman lima tahun penjara atau hukuman yanglebih berat;

c. dipersalahkan dengan kekerasan atau ancaman mencegah pewasiat untuk membuat atau mencabut atau merubah wasiat untuk kepentingan calon penerima wasiat;

Page 50: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 50

d. dipersalahkan telah menggelapkan atau merusak atau memalsukan surat wasiat dan pewasiat.

2. Wasiat menjadi batal apabila orang yang ditunjuk untuk menerima wasiat itu:a. tidak mengetahui adanya wasiat tersebut sampai meninggal dunia sebelum

meninggalnya pewasiat;b. mengetahui adanya wasiat tersebut, tapi ia menolak untuk menerimanya;c. mengetahui adanya wasiat itu, tetapi tidak pernah menyatakan menerima atau

menolak sampai ia meninggal sebelum meninggalnya pewasiat.3. Wasiat menjadi batal apabila yang diwasiatkan musnah.4. Wasiat yang berupa hasil dari suatu benda ataupun pemanfaatan suatu benda haris

diberikan jangka waktu tertentu.5. Pewasiat dapat mencabut wasiatnya selama calon penerima wasiat belum menyatakan

persetujuan atau sesudah menyatakan persetujuan tetapi kemudian menarik kembali.6. Pencabutan wasiat dapat dilakukan secara lisan dengan disaksikan oleh dua orang

saksi atau tertulis dengan disaksikan oleh dua prang saksi atau berdasarkan akte Notaris bila wasiat terdahulu dibuat secara lisan, dengan ketentuan:a. Bila wasiat dibuat secara tertulis, maka hanya dapat dicabut dengan cara tertulis

dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau berdasarkan akte Notaris.b. Bila wasiat dibuat berdasarkan akte Notaris, maka hanya dapat dicabut

berdasartkan akte Notaris.7. Harta wasiat yang berupa barang tak bergerak, bila karena suatu sebab yang sah

mengalamipenyusutan atau kerusakan yang terjadi sebelum pewasiat meninggal dunia, maka penerima wasiathanya akan menerima harta yang tersisa.

8. Apabila wasiat melebihi sepertiga dari harta warisan sedangkan ahli waris ada yang tidak menyetujui,maka wasiat hanya dilaksanakan sampai sepertiga harta warisnya.

9. Apabila wasiat ditujukan untuk berbagai kegiatan kebaikan sedangkan harta wasiat tidak mencukupi, maka ahli waris dapat menentukan kegiatan mana yang didahulukan pelaksanaannya.

10. Apabila surat wasiat dalam keadaan tertup, maka penyimpanannya di tempat Notaris yang membuatnya atau di tempat lain, termasuk surat-surat yang ada hubungannya.

11. Bilamana suatu surat wasiat dicabut sesuai dengan Pasal 199 maka surat wasiat yang telah dicabut itu diserahkan kembali kepada pewasiat.

12. Jika pewasiat meninggal dunia, maka surat wasiat yang tertutup dan disimpan pada Notaris,dibuka olehnya di hadapan ahli waris, disaksikan dua orang saksi dan dengan membuat berita acara pembukaan surat wasiat itu.

13. Jikas surat wasiat yang tertutup disimpan bukan pada Notaris maka penyimpan harus menyerahkan kepada Notaris setempat atau Kantor Urusan Agama setempat dan selanjutnya Notaris atau Kantor Urusan Agama tersebut membuka sebagaimana ditentukan.

14. Setelah semua isi serta maksud surat wasiat itu diketahui maka oleh Notaris atau Kantor Urusan Agama diserahkan kepada penerima wasiat guna penyelesaian selanjutnya.

TIDAK BERHAK MENERIMA WASIAT Wasiat tidak diperbolehkan kepada:

1. Orang yang melakukan pelayanan perawatan bagi seseorang2. Orang yang memberi tuntunan kerohanian sewaktu ia menderita sakit sehingga

meninggalnya, kecuali ditentukan dengan tegas dan jelas untuk membalas jasa.3. Wasiat tidak berlaku bagi Notaris dan saksi-saksi pembuat akte tersebut.4. Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-

banyaknya 1/3, begitu juga bapak angkatnya. ============

Page 51: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 51

A. Pilihlah jawaban yang tepat pada opsi a, b, c, d atau e

1. Ilmu yang pertama kali dihilangkan Allah dari muka bumi adalah ilmu:A. Fara’id/ warisB. BumiC. MatematikaD. FisikaE. Biologi

2. Ilmu waris adalah ilmu yang membahas tentang:A. Pembagian uang dan harta bendaB. Pembagian warisan, dan orang yang memperolehnyaC. Harta peninggalan dan keturunannyaD. Pembagian rugi -laba harta warisanE. Pengganti orang yang memberi warisan.

3. Orang muslim tidak berhak memperoleh warisan dari pewaris;A. FasikB. FakirC. KafirD. MunafikE. Mukallid

4. Tidak membagi harta warisan menurut ketentuan Allah dipandang sebagai;A. FasikB. FakirC. ZalimD. ZakkiE. Zindiq

5. Hukum mempelajari ilmu Fara’id adalah:A. Fardhu ainB. Fardhu kifayahC. SunnahD. MakruhE. Mubah.

6. Orang yang terhalang memperoleh warisan adalah;A. Membunuh pencuri.B. Bunuh diriC. Membunuh pewarisnyaD. Membunuh pacarnyaE. Membunuh orang kafir

7. Anak laki-laki termasuk ahli waris:A. Ashhabul FurudhB. Ashhabul AshabahC. Dzawul ArhamD. Dzawul WurudE. Dzawul Fulus.

8. Anak perempuan termasuk ahli waris:A. Dzawul Fulus.B. Ashabah bin NafsiC. Ashabah bil ghairD. Dzawul ArhamE. Dzawul Wurud

evaluasi

Page 52: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 52

9. Bapak, adalah ahli waris:A. Yang tidak dapat terhalang sama sekaliB. Yang dapat terkurangi haknyaC. Yang dapat haknya bila ada istriD. Yang terhalang karena ada kakekE. Betulnya semua.

10. Zaid adalah suami dari Laila. Kewarisan mereka ini karena:A. Hubungan nasabB. Hubungan perkawinanC. Hubungan perwala’anD. Hubungan kekerabatanE. Hubungan persaudaraan.

=============

1. Apa yang dikehendaki dengan Ilmu Mawaris ?Jawab: ........................................................................................................

........................................................................................................2. Apa tujuan mempelajari ilmu fara’id ?

Jawab: ................................................................................................................................................................................................................

3. Sebutkan orang-orang yang terhalang memperoleh warisan ?Jawab: ........................................................................................................

........................................................................................................4. Sebutkan sebab-sebab orang memperoleh warisan ?

Jawab: ................................................................................................................................................................................................................

5. Tulislah dalil/ nash yang menunjukkan seorang pembunuh tidak mendapatkan warisan !Jawab: ........................................................................................................

........................................................................................................===========

1. Siapakah Ashhabul Furudh yang mendapatkan bagian ½ (setengah) harta ?Jawab: ........................................................................................................

........................................................................................................2. Siapakah Ashhabul Furudh yang mendapatkan bagian ¼ (seperempat) harta ?

Jawab: ................................................................................................................................................................................................................

3. Siapakah Ashhabul Furudh yang mendapatkan bagian 1/8 (seperdelapan) harta ?Jawab: ........................................................................................................

........................................................................................................4. Siapakah Ashhabul Furudh yang mendapatkan bagian 2/3 (duapertiga) harta ?

Jawab: ................................................................................................................................................................................................................

JAWAB PERTANYAAN BERIKUT INI:

PENGAYAAN

Page 53: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 53

5. Siapakah Ashhabul Furudh yang mendapatkan bagian 1/6 (seperenam) harta ?Jawab: ........................................................................................................

........................................................................................................

1. Dalam al-Qur’an, akad perkawinan disebutkan sebagai ikatan yang kuat dengan istilah:A. Mitsaqan Tsaqilan.B. Mitsaqan JazmanC. Mitsaqan GhalizhanD. Mirfaqan GhalizhanE. Mitsaqan Dhaifan

2. Pada dasarnya hukum perkawinan adalah:A. WajibB. SunnahC. MakruhD. HaramE. Boleh/ ja’iz

3. Orang (lelaki) yang sudah mampu secara materi dan jasmani dan dikhawatirkan melakukan perzinaan, maka nikah baginya adalah:

A. WajibB. HaramC. SunahD. MakruhE. ja’iz/ mubah.

4. Orang yang melakukan hidup bersama tanpa ikatan perkawinan akan timbul bencana. Di antaranya adalah;

A. SipilisB. GonorheC. Kencing nanahD. AIDSE. Betul semua.

5. Unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam perkawinan adalah sebagai berikut:A. Calon Suami, dan Calon Isteri,B. Wali NikahC. Dua orang saksiD. Ijab dan Kabul.E. Betul semua.

6. Usia minimal perkawinan bagi wanita menurut Kompilasi Hukum Islam adalah:A. 10 tahunB. 16 tahunC. 20 tahunD. 25 tahunE. 30 tahun.

7. Anak perempuan dari istri adalah tidak boleh dinikah. Ini halangan dari segi:A. Dari segi nasabB. Dari segi perkawinanC. Dari segi persusuanD. Dari segi persaudaraanE. Dari segi perhitungan

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP

Page 54: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 54

8. Dalam kehidupan berumahtangga, suami-istri sering terjadi cekcok berkepanjangan sehingga berakhir fatal. Talak tak dapat dihindarkan. Hukum asal talak adalah:

A. MakruhB. SunnahC. HaramD. WajibE. Mubah

9. Perceraian antara suami-istri dipandang sah, menurut UU Perkawinan No. 1 Th. 1974 adalah di depan:

A. Di depan Penghulu/ KUA.B. Di depan MasjidC. Di depan pengadilan AgamaD. Di Pengadilan NegeriE. Di depan mertua wanita

10. Dalam perceraian ada yang namanya TALAK TEBUS. Yang dimaksud dengan istilah itu adalah:

A. Talak ba’inB. Talak raj’iC. Khulu’D. KhurujE. Li’an

11. Perhatikan ayat ini: ن� �م� ف�إ �ال خف�ت �قيم�ا أ �ه ح�د�ود� ي �اح� ف�ال الل ن �هم�ا ج� �ي فيم�ا ع�ل

�د�ت� ه اف�ت بAyat tersebut adalah tentang kasus;

A. Talak ba’inB. Li’anC. Talak raj’iD. Khulu’E. Khuruj

12. Akibat yang timbul dari kasus Li’an sangat fatal. Di antaranya adalah:A. Boleh ruju’B. Tidak boleh ruju’ untuk selamanyaC. Boleh mengadakan surat-menyuratD. Tidak boleh mengadakan kontak person melalui SMSE. Boleh dinikah orang lain.

13. Kata-kata suami: “Kamu tertalak bila meninggalkan shalat”. Talak seperti ini jatuh manakala si istri meninggalkan shalat. Talak tersebut dinamakan:

A. Talak mu’allaqB. Talak ghairu mu’allaqC. Talak ba’inD. Talak raj’iE. Talak bid’ah.

14. Perceraian yang terjadi karena suami sudah tidak sanggup memberi nafkah kepada istrinya adalah:

A. MakruhB. SunnahC. HaramD. WajibE. Mubah

15. Perkawinan pesanan dengan wanita dari suami yang telah mentalak tiga disebut dengan:

A. Cina buta

Page 55: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 55

B. Cinta butaC. Baju cinaD. Gadung cina.E. Petai cina

16. Status hukum nikah sirri adalah: A. Sah dan halalB. Tidak sah dan haramC. Sah tapi haramD. Sah tapi makruhE. Tidak sah dan tetap haram

17. Saksi dalam perkawinan dipandang sebagai keharusan. Di bawah ini salah satu syarat sebagai saksi:

A. AdilB. JujurC. BenarD. Tidak pernah melakukan dosa besarE. Benar semua.

18. Di bawah ini termasuk mahram sebab persusuan, kecuali:A. Ibu persusuan, B. ibu dari ibu persusuan, seperti nenek dari jalur ayahC. Anak perempuan dari ibu persusuanD. Saudara perempuan dari orangtua (ayah/ ibu) yang suka minum susuE. Bibi (dari pihak ayah atau ibu) sepersusuan

19. Perempuan yang ditalak bain sughra (talak satu atau dua) boleh dirujuk:A. di masa iddahB. dengan akad nikah baruC. tidak usah nikah baruD. nikah baru di asa iddahE. Betul semua.

20. Yang berhak mengasuh anak balita sewaktu terjadi perceraian, adalah:A. AyahB. KakekC. IbuD. NenkE. Saudara.

21. Zhihar menurut arti bahasa adalah:A. PunggungB. Waktu ZhuhurC. LahirD. JelasE. terang benderang.

22. Contoh Zhihar seperti berikut:A. Bagimu, aku adalah seperti punggung ibukuB. Bagiku, kamu seperti punggung ibukuC. Bagimu, akamu adalah seperti punggung ibumuD. Baginya, aku adalah seperti punggung ibukuE. Bagimu, di adalah seperti punggung ibuku

23. Maksud yang terkandung dalam pelaksanaan Iddah bagi wanita yang ditalak, adalah:A. Untuk mengetahui ada-tidaknya menstruasi wanitaB. Untuk mengetahui janinnya.C. Untuk mengetahui ada-tidaknya janin dalam kandungan.D. Hanya sekedar menjalani syari’at.E. Untuk kepentingan penelitian tentang bayi.

Page 56: FIKIH Lks SmII 25 Des 2010

26 Desember 2010 Ahad Pon ME Fikih XI smtr Genap 56

24. Di bawah ini termasuk batalnya perkawinan:A. FasakhB. IddahC. RujukD. Khulu’E. Hadhanah.

25. Wanita yang ditalak raj’i, berhak menerima:A. Belanja dan tempat tinggalB. Nafkah dan tempat tinggalC. Tempat tinggal tanpa belanjaD. Tempat tinggal sajaE. Belanja saja.

26. Pembunuhan tidak sengaja pada pewaris:A. Tidak dapat menerima warisanB. Dapat menerima warisanC. Dapat menerima warisan dengan syaratD. Dipenjara sehingga tidak merima warisanE. Anaknya yang dapat menerima warisan.

27. Ayah bila bersama dengan anak perempuan, memperoleh:A. 1/6 bagianB. 1/6 bagian + AshabahC. AshabahD. 1/3 bagianE. ¼ bagian.

28. Dalam kasus Gharrawain, ibu memperoleh:A. 1/3 bagianB. 1/6 bagianC. 1/3 sisaD. ¼ bagianE. 2/6 bagian.

29. Suami bersama anak dari istri, mendapat bagian:A. ½ hartaB. ¼ hartaC. AshabahD. ¼ sisaE. 1/8 harta.

30. Wasiat yang disampaikan orang sehari sebelum meninggal dunia, dapat dipandang sah bila disampaikan:

A. Secara lisanB. secara tertulisC. Secara jelasD. Pada penerima wasiat langsungE. Pada orang yang dapat dipercaya.

============