Fiirdaus 1127040018 Dasar-dasar Budidaya Tanaman
description
Transcript of Fiirdaus 1127040018 Dasar-dasar Budidaya Tanaman
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk
dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta
pembesaran hewan ternak.
Secara sempit pertanian terkadang diartikan sebagai siklus pengolahan/pembudidayaan
sumber daya alam oleh manusia, khususnya dalam bidang pengelolaan sumber daya/budidaya
tanaman. Proses pembudidayaan jelas memerlukan beberapa factor pendukung agar
prosesnya berlangsung secara normal dan baik, semakin baik proses budidayanya maka akan
semakin maksimal dan berkualitas pula produk yang dihasilkan, begitupun sebaliknya,
apabila proses pemeliharaan tidak dilakukan secara baik, maka kualitas dari tanaman akan
juga ikut menurun, selain itu terdapat juga faktor teknis lainnya yang sangat berpengaruh
terhadap laju produktivitas tanaman.
Pengetahuan akan dasar-dasar budidaya tanaman begitu sangat penting, sebab hal
tersebut merupakan suatu skill yang dibutuhkan dalam pengembangan industri atau instansi
yang bergelut dibidang pertanian, agribisnis, maupun agrobisnis, sebab dengan adanya
pengetahuan tersebut individu dapat mengetahui secara seksama petunjuk atau pedoman
teknis dalam melakukan proses budidaya tanaman yang menunjang dalam pengembangan
proses budidaya tanaman, sehingga bahan baku (raw materials) yang diproduksinya memiliki
kualitas dan kuantitas yang lebih tinggi.
Kunjungan Lapang ( Field trip) merupakansaranauntukmembantumahasiswa
Pendidikan Teknologi Pertanian, dalammemahamidanmemberikangambaransecaranyata
tentang hal- hal mendasar yang menyangkut maslah pertanian. Selainitukunjungan Lapang
jugadapatmemberikanpembekalankepada
Mahasiswasecaralangsungmengenaikeadaansebenarnya semua sektor di bidang pertanian,
karenamahasiswapesertakunjungan lapang akandibimbingdandiberipenjelasanolehparapelaku
dan instansi-instansi yang berkaitan dengan bidang pertanian tersebut.
Oleh sebab itu, individu yang profesinya memiliki disiplin ilmu dibidang pertanian,
khususnya dalam pengelolaan dasar budidaya tanaman sangatlah penting untuk mengetahui
akan teori maupun praktek dalam siklus budidaya tanaman, sebab hal itu merupakan faktor
1
penentu atau pemberi peluang dalam peningkatan produksi dan kualitas dari tanaman yang
dibudidayakan.
B. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Field Trip ini adalah :
a. Untuk Mengetahui Bagaimana Kriteria Batang Bawah yang baik dalam melakukan
proses Okulasi Tanaman Jeruk ?
b. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Prosedur yang dilakukan agar bibit jagung dapat
berkecambah dengan baik ?
c. Untuk Mengetahui Bagaimana Persyaratan Iklim/Syarat Tumbuh dari Tanaman
Bawang ?
2. Kegunaan
Kegunaan dari kegiatan Field Tripmaupun Penulisan laporanini adalah :
a. Menambah Wawasan Penulis akan Teknis/Dasar-Dasar Budidaya Tanaman Hortikultura
dan jenis Tanaman Sereal.
b. Menjadi Acuan atau referensi bagi pembaca dalam pembuatan tugas atau laporan yang
sejenis atau memiliki keterkaitan dalam sumber pustakanya.
c. Dapat menjadi ajang bagi masyarakat untuk bertukar pikiran antara Warga dan
Mahasiswa sehingga dapat menyelesaiakan persoalan yang ada pada Masyarakat,
khususnya dalam hal budidaya tanaman bawang.
C. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah pada Laporan ini yaitu :
1. Bagaimana Kriteria Batang Bawah yang baik dalam melakukan proses Okulasi Tanaman
Jeruk ?
2. Bagaimanakah Prosedur yang dilakukan agar bibit jagung dapat berkecambah dengan
baik ?
3. Bagaimana Persyaratan Iklim/Syarat Tumbuh dari Tanaman Bawang ?
2
BAB II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan dari Field Trip ini dilakukan di :
1. UPTD Hortikultura
a. Hari/tanggal : Kamis, 14 November 2013
b. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi-Selatan
c. Waktu : 09. 30 – 11.30 WITA
2. Balitsereal Maros
a. Hari/tanggal : Kamis, 14 November 2013
b. Alamat : Kab. Maros, Sulawesi-Selatan
c. Waktu : 14.00 - 16.00 WITA
3. Perkebunan Bawang Enrekang
a. Hari/tanggal : Jum’at, 15 November 2013
b. Alamat : Kec.Anggeraja, Kab. Enrekang, Sulawesi-Selatan
c. Waktu : 09. 00 – 10.30 WITA
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada Field Trip ini, yaitu :
a. Camera
b. Baju Laboratorium
c. Pulpen
d. Notebook
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada Field Trip ini, yaitu Objek Pengamatan Berupa :
a. Tanaman Jeruk dalam Fase Okulasi dan Penyambungan
b. Tanaman Jagung
c. Tanaman Sorgum
d. Tanaman Salak
3
C. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur Pelaksanaan dalam Field Trip ini yaitu :
1. Sebelum dilakukan Field Trip, Mahasiswa Dikumpulkan dalam suatu ruangan dan diberi
pengarahan mengenai latar belakang dan tujuan dilakukannya Field Trip.
2. Saat dilakukan Field Trip, Mahasiswa bersama-sama mengunjungi satu persatu lokasi
tujuan menggunakan Bus
3. Pada hari pertama, yaitu tanggal 14 November 2013, Mahasiswa mengunjungi lokasi
pertama yaitu di UPTD Hortikultura pada pukul 09.30 dan selesai pada pukul 11.30
WITA. Saat berada disana Mahasiswa langsung dikumpulkan di areal UPTD dan
mendapat arahan dari kepala UPTD mengenai tugas yang dilakukan UPTD, setelah itu
mahasiswa diinstruksikan untuk membagi dirinya menjadi 5 kelompok, dan masing-
masing kelompok berpencar dalam melakukan penerimaan materi di lapang oleh
instruktur yang sudah ditugaskan di lima titik tempat sambil melakukan proses
dokumentasi, setelah itu masing-masing Mahasiswa melakukan Rolling dari instruktur
satu ke instruktur yang lainnya secara berkelanjutan, setelah dilakukan proses Rolling
mahasiswa pamit kepada civitas UPTD dan melanjutkan kunjungan ke Lokasi kedua.
4. Setibanya di Lokasi kedua yaitu di Balitsereal Maros pukul 14.00 WITA, Mahasiswa
diarahkan memasuki suatu Aula dan mendapat pengarahan Seputar Balitsereal dan uraian
singkat mengenai jagung dan sorgum yang dibudidayakan, setelah itu mahasiswa
digiring ke luar aula menuju Lokasi pembudidayaan Jagung dan Sorgum sambil
memperlihatkan beberapa varietas yang dikembangkan, di lokasi pembudidayaan
mahasiswa diberikan pengarahan mengenai petunjuk teknis dalam pembudidayaan
tanaman Jagung dan Sorgum, setelah itu Mahasiswa pamit kepada civitas Balitsereal
Maros dan melanjutkan kunjungan ke lokasi ketiga.
5. Lokasi ketiga yaitu berada di Kab.Enrekang yang berada 270 KM dari kota Makassar,
Mahasiswa bergegas ke sana sekiranya pukul 16.00 WITA, dan tiba di Kab. Enrekang
Pukul 23.30 WITA. Keesokan harinya pukul 09.30, Mahasiswa melakukan kunjungan ke
areal Perkebunan Bawang, setibanya disana Mahasiswa dipandu dan mendapat
penjelasan dari salah satu penyuluh pertanian yang ada di Kab.Enrekang, disana
Mahasiswa saling bertukar informasi dan bertanya kepada penyuluh sembari melakukan
proses dokumentasi terhadap bawang-bawang yang dibudidayakan yang berada di areal
sekitar perkebunan, Setelah itu Mahasiswa pamit kepada Penyuluh.
4
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. UPTD Hortikultura
Salah satu program dari UPTD Hortikultura yaitu melakukan proses perbanyakan
secara Vegetatif atau proses Perkembangbiakan Tanaman yang terjadi tanpa melalui proses
perkawinan, khususnya pada tanaman Jeruk yaitu dengan melakukan proses penyambungan
antara batang atas dan batang bawah dari tanaman jeruk sehingga menghasilkan individu
baru, Baik itu dengan Teknik Menempel/Okulasi maupun Menyambung.
Batang Bawah dan Batang Atas sangat menentukan terhadap keberhasilan proses
Perbanyakan Vegetatif, oleh karena itu ada terdapat kriteria tertentu dari kedua faktor
tersebut yang mesti dijadikan tolak ukur sebelum menggunakanannya.
Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah harus mempunyai ciri-ciri yaitu
Sistem perakaran harus cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada keadaan tanah yang
kurang mendukung, Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan,
sehingga dapat hidup bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu, Batang dan akar cukup
kuat sehingga mampu menahan batang atas terutama pada jenis tanaman berbuah lebat, dan
Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang berbentuk sebagai
hasil sambungan
Sedangkan untuk batang atas mesti memiliki sifat yaitu Berasal dari pohon yang
sehat, terutama bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, Berasal dari
pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan, Tidak mengurangi kualitas
batang bawah, pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan.
Berikut ini uraian mengenai Teknik Okulasi dan Menyambung Tanaman Jeruk.
1. Okulasi Tanaman Jeruk
Okulasi diketahui secara umum yaitu teknik menyambung antara batang atas dan
batang bawah dengan sedemikian rupa, khususnya pada tanaman jeruk. Untuk mengetahui
secara mendalam hal tersebut, berikut ini merupakan uraian mengenai Okulasi pada tanaman
Jeruk
a. Pengertian
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, Oculatie (Belanda) atau Budding
(Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika
dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu
lebih baik dari pada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada
tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan
5
penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi
mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan
sebagai batang bawah. Sedangkan tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata
tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas
Untuk membuat bibit jeruk berupa okulasi atau sambungan (grafting) perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini.
1) Mempunyai sendiri pohon induk untuk batang bawah dan atas, sehingga tidak dari
orang lain.
2) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang cara meng-okulasi dan
menyambung.
3) Mempunyai pengetahuan tentang berbagai macam hama dan penyakit serta tentang
cara penanggulangannya.
4) Cukup mempunyai alat-alat yang diperlukan, yaitu pisau tempel/pangkas, gunting
pangkas, gunting pangkas, dan alat-alat pertanian lainnya.
5) Cukup tersedianya pupuk kandang dan pupuk buatan.
6) Mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda dan menyeleksi semai (seedling) yang
baik (vegetatif) untuk batang bawah
b. Prosedur Okulasi
Sebelum Melakukan Okulasi, ada beberapa macam persiapan dan prosedur yang
mesti dilakukan, diantaranya sebagai berikut :
1) Persiapan Batang Bawah
Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah dikupas
dari kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya sel-sel kambium
aktif dalam pembelahan diri dan akan segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil
dari kayunya (Pracaya, 2009).
Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara okulasi yang kita pilih.
Misalnya kita melakukan irisan dengan benntuk huruf T. Irisan ini kita buat pada bagian
kulit yang halus. Kurang lebih pada batang 20 cm di ats permukaan tanah. Dalam
membuat irisan ini kita harus hati-hati, irisan tidak boleh terlalu dalam. Kedalaman yang
baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya
dapat mengakibatkan kegagalan okulasi (Wudianto, 2001).
6
2) Pengambilan Mata Tunas
Untuk mata tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan
memenuhi beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan gejala-gejala
menguning dan mutasi. Mengambil ranting itu jangan diwaktu siang hari, sebab keadaan
ranting waktu itu kurang baik (Joesoef, 1993).
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan 3 cara, dengan demikian dapat
diperoleh mata tempel yang sesuai dengan cara yang digunakan. Etiga macam bentuk
pengambilan mata tunas yaitu segi empat, sayatan, dan bulat. Bentuk segi empat
diperoleh dengan mengiris secara horizontal 1,5 cm di atas dan di bawah mata, kemudian
unung-ujung irisan kita hubungkan sehingga membentuk segi empat (Wudianto, 2001).
3) Penyisipan Mata Tunas
Langkah ini harus kita lakukan secara hati-hati. Pokok keberhasilan dari okulasi
adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang kita peroleh kita sisipkan di
bawah kulit batang pokok yang telah diiris. Atau bila menggunakan pisau haji ali bulatan
mata tunas ini kita tempelkan tepat pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya.
Dalam penyisipan atau penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang
menempel pada kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan
(Wudianto, 2001).
Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih baik
yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih pipih. Untuk
mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa perlakuan, yakni: setelah
ranting mata tempel diambil dari pohon induk, untuk menghindari penguapan yang
berlebihan, daun pada ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya, ranting mata
tempel perlu dibuang. Selanjutnya ranting mata tempel dicuci dengan air, kemudian
direndam dengan klorox 10% selama 1 menit. Selanjutnya dikeringanginkan dan
direndam dalam benomil 1% atau benlate selama 1 menit, kemudian dikeringanginkan
lagi (jangan lebih 15 menit).
4) Pengikatan Tempelan
Adapun pada bibit okulasi, potongan batang bagian bawah merupakan batang
hasil persemaian biji. Sementara batang bagian atas berasal dari ’mata tempel’ pohon
induk yang tumbuh menyamping. Pada tempat ’mata tempel’, kulitnya masih
menampakkan bekas tempelan yang nyata.
Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh ranting mata tempel yang pangkalnya
berbentuk bulat tetapi bagian atas/pucuk masih berbentuk segi tiga, maka mate tempel
7
yang terletak pada bagian bawah dapat ditempel dengan okulasi biasa. Sedangkan untuk
bagian tengah dan ujungnya dapat digunakan okulasi irisan dan okulasi T
Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan pita plastik polivinil klorida.
Ukuran dari pita plastik yang digunakan umumnya panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan
tebalnya 1 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan
sistem genting. Yang perlu diperhatikan dalam pengikatan ini adalah bagian mata tempel
jangan diikat terlalu keras sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan.
Mata ini bisa saja tidak diikat, tetapi bahayanya bila kena hujan akan membusuk
(Wudianto, 2001).
5) Pembukaan Sayatan
Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba saatnya
melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lau mata
tempelannya dilihat. Apabila warna mata tempelan itu telah menjadi hijau kemerahan
atau hitam, ini berarti pengokulasian kita tidak berhasil atau mata tempelannya tidak
berhasil. Tetapi jika mata tempelan masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat
dengan batang pokok, ini pertanda bahwa okulasi kita berhasil (Wudianto, 2001).
Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan dalam waktu yang secepat-
cepatnya. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang sudah dikelupas kulitnya
akan menjadi kering dan tempelan itu akan gagal pula/tidak jadi (Joesoef, 1993).
6) Pemotongan Batang Pokok
Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, selanjutnya adalah
memotong batang pokok. Pemotongan batang pokok ada tiga cara, kita tinggal memilih
dari ketiga cara tersebut.
a) Batang pokok langsung dipotong 1 cm diats mata tempelan, dengan bentuk
potongan miring ke belakang sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh
ke bawah dan tidak akan ”mangkal” pada tempelan mata.
b) Batang pokok dipotong 10 cm diatas mata tempelan. Dengan tujuan agar
apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat batang
agar dapat tumbuh tegak lurus. Apabila tunas telah tumbuh sampai 30 cm,
maka batang pokok ini akan kita potong dangan ketinggian 1 cm diats mata
tempelan.
c) Pada pemotongan ketiga tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman pemotongn
cukup setengah dari diameter batang pokok, kemudian batang pokok
direbahkan.
8
(Wudianto, 2001).
2. Teknik Penyambungan (Grafting)Tanaman Jeruk
Grafting diketahui secara umum merupakan salah satu dari sekian banyak teknik
perbanyakan Vegetatif, yaitu berupa teknik menyambung antara batang atas dan batang
bawah dengan sedemikian rupa, khususnya pada tanaman jeruk. Untuk mengetahui secara
mendalam hal tersebut, berikut ini merupakan uraian mengenai Okulasi pada tanaman Jeruk
a. Pengertian
Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang
bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai
persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu
bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah
merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672)
dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad
yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam
dari seni grafting ini.
b. Prosedur Penyambungan
1) Persiapkan semua alat dan bahan untuk di sambung.
2) Entress atau batang atas, daunnya dibuang, disisakan pangkal tangkai daun sekitar 1
milimeter dari batang.
3) Potong batang bawah secara horisontal, lurus, dan usahakan pemotongan sekali
tebas langsung putus.
4) Buatlah sayatan berbentuk huruf V pada batang bawah dimulai dari tempat hasil
potongan horisontal.
5) Buat potongan huruf V terbalik untuk entrees atau batang atas, kemudian potong
bagian atasnya sehingga entress berukuran panjang 2-3 cm, dan terdapat beberapa
ruas.
6) Rekatkan batang atas pada batang bawah mengikuti alur huruf V. Pastikan bahwa
kedua potongan huruf V sebidang sehingga ketika direkatkan, tidak ada rongga.
7) Ikat bidang sambungan dengan plastik pengikat, dan ditutup dengan plastik penutup.
Sebaiknya plastik transparan
8) 2 (dua) minggu setelah penyambungan, buka plastik penutup. Sedangkan plastik
pengikat masih dibiarkan menempel. Plastik pengikat dapat dibuka setelah 3-4
bulan. Keberhasilan ditandai dengan munculnya tunas dari ruas batang atas, sekitar
9
2-3 milimeter saat penyambungan telah 2 minggu. Selanjutnya tanaman yang sehat,
akan berbunga setelah 2-3 bulan dari saat penyambungan.
Balai Serealia Maros
1. Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan
manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai
sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga
merupakan bahan baku makanan ternak.
Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan
pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak
goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak.
a. Teknis Budidaya Tanaman Jagung
1) Benih
a) Selalu mempergunakan benih segar yang berkualitas dengan tingkat
b) berkecambahnya 85 %.
c) Gunakan varietas benih yang telah mengalami perbaikan clan diakui oleh
d) Pemerintah, belilah benih dari perusahaan benih.
e) Benih harus dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat.
f) Jumlah benih yang dianjurkan untuk setiap ha adalah 25 kg.
g) Hindari terjadinya kecambah yang jelek, serangan serangga, penyakit,
h) burung dan hewan pengerat.
2) Jarak Tanam
a) Jarak antar bedengan 75 -80 cm
b) Jarak antar tanaman pada bedengan 20 -25 cm
c) Kerapatan yang dianjurkan 53.333 tanaman / ha.
3) Pelaksanaan Penanaman
a) Persiapan Lahan
(1) Pemberian pupuk alami dan kompos pada lahan
(2) Buat bedengan rendah dengan jarak antar bedeng 75 cm
b) Waktu tanam dan kedalaman tanam
(1) Waktu tanam pada saat musim hujan tiba
10
(2) Masukan 1 benih pada tiap lubangKedalaman tanam tergantung pada jenis
tanah, kelembapan dan suhu. Pada kondisi penanaman yang baik kedalaman
ideal adalah 5 cm.Agar dapat berkecambah dengan baik, setelah benih
ditaburkan, benih ditekan -tekan dengan kaki. Benih dapat masuk lebih
dalam pada tanah berpasir dari padatanah berlempung
(3) Tentukan lubang untuk pupuk dasar dengan menggunakan cangkir pupuk
setelah benih ditaburkan. Pada kondisi suhu udara 24 -34 °C dan tanah
berkelembaban ideal, maka benih jagung akan dapat berkecambah 4 -5 hari
setelah ditaburkan.
b. Pemeliharaan
1) Pemupukan yang dianjurkan, untuk pupuk organic ( pupuk kandang/ kompos ) 20
ton / ha. Sedangkan untuk pupuk anorganik: Urea 300 kg /ha, TSP 100 kg / ha, KCI
50 kg / ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20
ton / ha pupuk organic, 100 kg/ha Urea, 100 kg TSP, daD 50 kg / ha KCl dengan
membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan
jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan diberikan 3 minggu
setelah tanam berupa Urea 100 kg / ha, diteruskan pupuk susulan kedua pada tanaman
berumur 5 minggu sejumlah 100 kg Urea / ha.
2) Penyiangan pertama dilakukan segera setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan
cara pengerjaan tanah secara dangkal pada tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan
kedua dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sekaligus dilakukan
pembumbunan pada barisan tanaman jagung.
2. Tanaman Sorgum
Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi
pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung, hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah
yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mempunyai
prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena
didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas.
Sorgum juga sangat potensial untuk diangkat menjadi komoditas agroindustri karena
mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering dan sawah pada
musim kering/ kemarau, resiko kegagalan kecil dan pembiayaan (input) usahataninya relatif
rendah. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas
11
antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku
untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya.
a. Teknis Budidaya Sorgum
1) Persiapan Tanam
Meskipun budidaya sorgum secara umum sangat mudah dan sorgum lebih mudah
tumbuh dibanding tanaman lainnya, tetapi untuk mengoptimalkan hasil dan secara usaha
tani bisa lebih menguntungkan, maka diperlukan teknologi budidaya/ Pengeloaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) yang tepat. Pada prinsipnya sorgum dapat
tumbuh pada semua jenis tanah, bahkan di tanah yang kurang subur atau minim pasokan
air, tanaman sorgum masih dapat tumbuh. Semua tanah yang sesuai untuk pertanaman
jagung, juga dapat digunakan untuk pertanamanan sorgum. Hal yang perlu perhatian
dalam persiapan adalah menentukan waktu tanam. Prinsipnya sorgum untuk diambil
bijinya, sebaiknya waktu panen bukan pada musim penghujan. Hal penting lain yang
harus diperhatikan dalam persiapan lahan tanam adalah :
a) Ketinggian tempat optimum untuk pertanaman sorgum kurang lebih 0–500
dpl. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu
berbunga dari tanaman sorgum. Temperatur 25oC – 27oC adalah suhu terbaik
untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan untuk pertumbuhannya perlu suhu
sekitar 23oC – 30oC;
b) Hindari pemakaian tanah yang masam dengan kandungan Al, Fe maupun Mg
yang tinggi, seperti tanah podzolik merah kuning, karena sorgum tidak tahan
tanah masam. pH optimum tanah untuk pertumbuhannya sekitar 6.0 – 7.5.
c) Memperhatikan tekstur tanah. Untuk lahan beririgasi dengan kelembaban tinggi
biasanya tekstur tanahnya sedang sampai berat dan perlu dilakukan pencangkulan
pada baris-baris yang akan disgunakan sebagai lubang tanam. Tetapi untuk tanah
yang berstektur sedang sampai ringan, pengolahan lahan dapat dilakukan
seminimum mungkin tanpa mengurangi hasil. Secara umum hasil akan meningkat
sekitar 20% – 30% bila dilakukan pengolahan tanah sempurna untuk tanah yang
berstektur sedang sampai berat.
2) Penanaman
a) Pengairan
Sorgum tanaman yang tahan kering, sehingga pengairan bukan masalah yang
utama dalam pertanaman sorgum. Kebutuhan akan air yang paling banyak hanya
diperlukan pada awal-awal pertumbuhan (1 – 2 minggu setelah tanam).
Adapun periode kritis tanaman sorgum adalah pada masa perkecambahan, berbunga
dan waktu pengisian biji. Pada kondisi ketersediaan air sangat terbatas pada waktu
12
tanam, guludan atau larikan-larikan untuk lubang tanam sebaiknya disiram terlebih
dahulu sebelum tanam sampai cukup basah (20 – 50 cm). Kondisi kelembaban tanah
di jaga terus sampai perkecambahan. Penyiraman dapat dilakukan selang 2 – 3 hari
sekali bila sama sekali tidak turun hujan pada awal pertumbuhan. Air dalam tanah
sampai kedalaman kurang lebih 2.5 cm, maksimum dapat memenuhi kebutuhan air
selama 3 – 4 hari bagi tanaman sorgum pada periode pembentukan biji.
b) Pengolahan tanah dan penanaman
(1) Bisa dilakukan minimum tillage dengan mongolah tanah pada barisan tanam
saja. Pengolahan tanah sebaiknya 1 – 2 minggu sebelum tanam.
(2) Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jarak tanam adalah: i)
jenis/varietas sorgum yang akan ditanam; ii) ketersediaan air dan kesuburan
lahan; iii) tujuan pemanfaatan dari tanaman sorgum; iv) pola tanam.
Dari dua hasil penelitian jarak tanam pada sorgum, peningkatan populasi
tanaman per ha telah dapat meningkatkan hasil biji sorgum. Secara umum lubang
tanam sorgum dibuat pada jarak 70 cm x 20 cm dengan dua tanaman per lubang
tanam atau 70 cm x 10 cm dengan satu tanaman per lubang tanam. Hasil biji sorgum
telah meningkat 1.5 kali pada jarak tanam 70cm x 10cm. Untuk lahan beririgasi baik
jarak tanam dapat dibuat sekitar 50 cm x 30 cm. Untuk tanah yang kurang subur dan
tidak beririgasi, sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar (75 cm x 25 cm)
atau populasi tanaman dikurangi per ha. Populasi optimum untuk jarak antar baris
tanam 70 cm dengan 1 – 2 tanaman/ lubang sekitar 142.857 – 285.714 tanaman/ ha.
(1) Kebutuhan biji per Ha secara umum ditentukan oleh komponen: (i) luas
lahan yang akan ditanami, (ii) jarak tanam, (iii) jumlah biji per lubang tanam,
(iii) persen daya kecambah benih, (iV) persen benih yang tumbuh, dan (v)
bobot benih per 1000 biji (gram). Untuk tanah dengan kondisi air kurang,
sebaiknya ditanam lebih banyak biji per lubang tanamnya, untuk
menghindari biji yang tidak tumbuh karena lingkungan yang tidak optimal.
Umumnya perbedaan persentase perkecambahan di laboratorium dan
lapangan biasanya berkisar sekitar 30% – 50% pada kondisi viabilitas benih
sangat baik. Untuk jarak tanam 70cm x 20cm dengan ukuran biji sedang,
membutuhkan biji sekitar ± 5 – 7 kg/Ha.
(2) Biji ditanam dengan cara ditugal dengan 3 – 4 biji per lubang tanamnya.
Setelah tanaman berumur 3 minggu bisa dilakukan penjarangan dengan
menyisakan 2 – 3 tanaman per lubang tanamnya.
13
b. Pemeliharaan
1) Pemupukan. Meskipun sorgum dapat tumbuh pada lahan kurang subur, namun
tanaman sorgum sangat tanggap terhadap pemberian pupuk kandang dan pupuk
nitrogen. Respon terbesar kedua adalah pada pemumupukan fosfor dan yang ketiga
adalah pada pemupukan kalium. Dosis pemupukan tergantung dari tingkat
kesuburan lahan, namun demikian secara umum dosis yang dapat dipakai untuk
lahan irigasi adalah 100 – 180 kg Nitrogen, 45 – 70 kg P2O5 dan K2O. Pemerintah
menganjurkan penggunaan 200 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl. Pupuk urea
diberikan dua kali yaitu 1/3 pada waktu tanam bersamaan dengan SP-36 dan KCl,
sisanya 2/3 pupuk Urea diberikan setelah tanaman berumur satu bulan. Pupuk
diberikan dengan cara dibuat larikan sejauh ± 7-15 cm sebelah kanan dan kiri dari
lubang tanam. Urea dan SP-36 dimasukkan dalam satu lubang, sedangkan KCl pada
lubang yang lainnya. Penambahan pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha telah
meningkatkan hasil biji sorgum.
2) Penyiangan dan Pembumbunan. Penyiangan hanya perlu dilakukan pada awal
pertanaman saja dan setelah tanaman cukup besar, penyiangan bisa tidak dilakukan.
3) Pengendalian Hama dan Penyakit. Dilakukan terutama pada hama dan penyakit
penting pada sorgum. Hama penting yang kemungkinan dapat menyerang pada
pertanaman sorgum dan pengendaliannya adalah :
(1) Valanga sp. (belalang) yang menggerek daun, dan hama Aphid yang menyerang
daun bendera saat pembentukan malai. Adapun pengendalian hama-hama ini
dilakukan dengan penyemprotan insektisida Curacron dengan konsentrasi 2
ml.L-1.
(2) Hama lainnya adalah burung yang menyerang malai yang sudah terbentuk biji.
Serangan hama ini berpengaruh besar terhadap pengurangan hasil tanaman
sorgum. Pengendalian hama burung dilakukan dengan cara menutup barisan
tanaman dengan kain saring yang dilekatkan pada bambu atau dengan cara
tradisional membuat orang-orangan.
B. Perkebunan Bawang Merah Enrekang
Bawang merah (Allium ascalonlcum) merupakan sayuran umbi yang cukup populer di
kalangan masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang tinggi, bawang merah juga berfungsi
sebagai penyedap rasa dan dapat juga digunakan sebagai bahan obat tradisional atau bahan
baku farmasi lainnya. Tanaman bawang merah banyak dibudidayakan di daerah dataran
rendah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan cuaca cerah. Musim tanam
biasanya pada bulan April – Oktober.
14
1. Teknis Budidaya Bawang Merah
a. Pra Tanam
1) Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang
sampai liat. Jenistanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 – 6.5, ketinggian 0-
400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320C
2) Pengolahan Tanah
Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180
cm.
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm
dan kedalaman 50 cm. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5
ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2
minggu.Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus
GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan
merata di atas bedengan. ‘
3) Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas
bedengan dan diaduk rata dengan tanah.Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK
(15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan. Siramkan
pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan
dengandosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :
a) alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan
induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk
menyiram bedengan.
b) alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super
Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 – 7 hari
4) Pemilihan Bibit
a) Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
b) Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam
ikatan (umbi masih ada daunnya)
c) Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak
keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
15
b. Fase Tanam
1) Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok Pada
Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron
2) Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASASimpan selama
2 hari sebelum tanam Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam
dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
c. Pemeliharaan
1) Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik
untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama
ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang Dilakukan
pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran
bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu
dirapikankembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar
saluran.
2) Pemupukan Pemeliharaan/Susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika
kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi
jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat.
Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujungdaun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan dilakukan 2 kali
16
BAB IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Persyaratan Batang Bawah yang baik agar Okulasi berhasil dicari tanaman yang kulitnya
mudah dikupas dari kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya
sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan segera membentuk jaringan baru
bila kulit diambil dari kayunya.
2. Agar bibit jagung dapat berkecambah dengan baik dilakukan proses penekanan dengan
kaki pada benih setelah benih ditaburkan dan umumnya benih dapat masuk lebih dalam
pada tanah berpasir dari pada tanah berlempung
3. Syarat Iklim/Syarat Tumbuh Bawang merah yaitu pada dasarnya akan dapat tumbuh dan
memiliki produktivitas yang tinggi pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai
liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 – 6.5, ketinggian 0-400 mdpl,
kelembaban 50-70 %, suhu 25-320C.
17
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo Siagian.Ilmu Pertanian Unja dalam http://anakpintarunja.blogspot.com/
2012/06/okulasi-1.html (Diakses pada tanggal 30 November 2013, pukul 23:45 WITA).
Wudianto, R., 2001. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Cet. XV. Penebar Swadaya,
Jakarta. Dalam http://kadutzatph.blogspot.com/2012/11/okulasi-jeruk.html
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul dalam http://anaszu.wordpress.
com/penelitian-sorgum/teknologi-bertanam-sorgum/ (Diakses pada tanggal 30
November 2013, pukul 23:52 WITA)
Pracaya, 2009 Dalam http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1156 (Diakses pada
tanggal 01 Desember 2013, pukul 08:32 WITA)
Joesoef, 1993 Dalam website http://bataviareload.wordpress.com/pertanian/ teknik-budidaya-
bawang-merah-yang-benar/ (Diakses pada tanggal 01 Desember 2013, pukul 09:43
WITA)
Anonim dalam http://tanamanpangan.deptan.go.id/doc_upload/Sorgum.pdf (Diakses pada
tanggal 01 Desember 2013, pukul 10:11 WITA)
18