Fi’il muta’addi

3
A. Pengertian Fi’il muta’addi Fiil muta’addi Adalah fi’il atau kata kerja yang membutuhkan satu objek atau dua objek. Hukum Fi’il Muta’addi adalah: menashobkan terhadap maf’ul bih yang tidak menjadi naibul faa’il. Pengertian maf’ul bih (objek) adalah: Isim yg dinashobkan yg dikenai langsung oleh pekerjaan FA’IL tanpa perantaraan, baik dalam kalam Mutsbat (kalimat positif) atau dalam kalam Manfi (kalimat negatif) Contoh fiil muta’addi: Fi’il Muta’adi Arti َ بَ تَ ك- ُ بُ تْ كَ يMenulis َ أَ رَ قَ رْ قَ يُ أMembaca َ بَ رَ ضُ بِ رْ ضَ يMemukul َ لَ كَ أُ لُ كْ أَ يMakan َ بِ رَ شُ بَ رْشَ يMinum َ لَ خَ د- ُ لُ خْدَ يMasuk Contoh: َ سْ ر الدٌدْ يَ زَ مِ هَف(Zaid memahami pelajaran) َ لَ سَ العٌ د مَ حُ مَ بِ رَش(Muhammad minum madu) َ زْ بُ خْ ال يِ لَ عَ لَ كَ أ(Ali makan roti) B.Cara Membuat Fi’il Muta’addi 1. Dibuat mengikuti wazan (pola) َ لعَ فContoh: َ نُ سَ ح> َ ن سَ حَ لُ هَ س> َ ل هَ س2. Dibuat mengikuti wazan (pola) َ لَ عْ فَ أContoh: َ جَ رَ خ> َ جَ رْ خَ أَ لُ مَك> َ لَ مْ كَ أFiil muta’addi itu membutuhkan fail yang melaksanakan pekerjaan, dan membutuhkan maf’ul bih selaku obyek dari perbuatan itu. Tanda fiil muta’addi adalah : menerima dhamir ha yang kembali kepada maf’ul bih , seperti: ijtahada ttolibu fakromahu ustdzuhu.artinya pelajar itu bersungguh- sungguh, lalu gurunya memuliakannya. Adapun ha dhomir yang kembali ke dzaraf dan mashdar maka tidak termasuk tanda-tanda yang menunjukkan kemuta’addian fiil apabila dhami ha tersebut bertemu dengan fi’il contoh: yaumal jum’atti sirtuhu (pada hari jum’at yang aku berja lan). Dhamir ha pada contoh yang pertama adalah berada pada kedudukan nasab,karena ha’ itu adalah maf’ul bih.dan pada contoh kedua ia berada pada kedudukan nasab ,karena ha’ itu adalah maf’ul muthlaq. Muta’addi dengan sendirinya dan muta’addi dengan yang l ain

Transcript of Fi’il muta’addi

Page 1: Fi’il muta’addi

A. Pengertian Fi’il muta’addi

Fiil muta’addi Adalah fi’il atau kata kerja yang membutuhkan satu objek atau dua objek. Hukum Fi’il Muta’addi adalah: menashobkan terhadap maf’ul bih yang tidak menjadi naibul

faa’il. Pengertian maf’ul bih (objek) adalah: Isim yg dinashobkan yg dikenai langsung oleh

pekerjaan FA’IL tanpa perantaraan, baik dalam kalam Mutsbat (kalimat positif) atau dalam kalam Manfi (kalimat negatif)

Contoh fiil muta’addi: Fi’il Muta’adi Arti Menulis يكتب - كتب

يقر – قرأ أ Membaca Memukul يضرب – ضرب

Makan يأكل – أكل Minum يشرب – شرب Masuk يدخل - دخل

Contoh:

زيدالدرس (Zaid memahami pelajaran)فهم

العسل د (Muhammad minum madu)شربمحم

الخبز (Ali makan roti)أكلعلي

B.Cara Membuat Fi’il Muta’addi

1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فعل

Contoh:

حسن <–حسن

ل <–سهل سه

2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أفعل

Contoh:

أخرج <–خرج

أكمل <–كمل

Fiil muta’addi itu membutuhkan fail yang melaksanakan pekerjaan, dan membutuhkan maf’ul bih selaku obyek dari perbuatan itu.

Tanda fiil muta’addi adalah : menerima dhamir ha yang kembali kepada maf’ul bih , seperti:

ijtahada ttolibu fakromahu ustdzuhu.artinya pelajar itu bersungguh- sungguh, lalu gurunya memuliakannya. Adapun ha dhomir yang kembali ke dzaraf dan mashdar maka tidak termasuk tanda-tanda

yang menunjukkan kemuta’addian fiil apabila dhami ha tersebut bertemu dengan fi’il contoh: yaumal jum’atti sirtuhu (pada hari jum’at yang aku berjalan).

Dhamir ha pada contoh yang pertama adalah berada pada kedudukan nasab,karena ha’ itu adalah maf’ul bih.dan pada contoh kedua ia berada pada kedudukan nasab ,karena ha’ itu adalah maf’ul muthlaq.

Muta’addi dengan sendirinya dan muta’addi dengan yang lain

Page 2: Fi’il muta’addi

Fiil muta’addi ada kalanya muta’addi sendiri adalah kata kerja yang sampainnya kepada maf’ul bih secara langsung, yakni tanpa memakai penghubung huruf jar , seperti: baroytu

kollama (aku meraut pensil). Adapun muta’addi oleh yang lain adalah muta’addi yang sampainya kepada maf’ul bih

dengan perantara huruf jar. Contoh : dahabtu bika (aku telah memberankatkan kamu) Dengan arti : adhabtuka (aku telah memberangkatkan kamu). Terkadang fiil muta’addi itu memerlukan dua maf’ul yang satu jelas, dan yang satunya lagi

tidak jelas.contoh:uddu lamina ti ilaa ahliha (sampaikanlah amanat-amanat itu kepada yang ahlinya. Lafal amanatu adalah maf’ul bih jelas, sedang lafal ahliha adalah maf’ul bih tidak

jelas. C. Fiil muta’addi terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Muta’addi kepada satu maf’ul

Contoh yang membutuhkan satu objek : menulis=(kataba) كتب

memukul=(dhoroba) ضرب menolong=(nashoro) نصر Contoh dalam kalimat

(kataba muhammadun arrisalata)= Muhammad menulis surat. 2. Muta’addi kepada dua maf’ul

Muta’addi kepada dua maf’ul terbagi menjadi dua: 1. Bagian yang menasabkan dua maf’ul, yang keduanya bukan mubtada’ dan khabar. 2. Muta.addi yang menasabkan kedua maf’ul yang asalnya mubtada’ dan khabar.

Contoh fi’il yang membutuhkan dua objek : mengajarkan=(allama‘) علم

memberi=(a’tho) أعطي memakaikan=(kasaa) كسا Contoh dalam kalimat

(wattakhodzallaahu ibrohiima kholiila)= dan Allah menjadikan ibrohim sebagai kholil 3. Fiil muta’addi kepada tiga maf’ul

Contoh fiil yang membutuhkan tiga objek: Haddasa (menceriterakan) Akhbara (mengkhabarkan)

Anglama (memberitahukan) Arra (meperlihatkan)

Adapun bentuk mudhari’nya adalah : yuriy,yunglimu, yukhbiru. Contoh: akhbartuhu iyyahu (saya mengkhabarkan kepadanya). Jika kita melihat kata-kata yang dipakai, baik yang tidak membutuhkan objek, atau

membutuhkan objek satu atau dua, bisa kita nalar dengan bahasa indonesia kita, sehingga untuk menentukan dia butuh satu objek atau dua objek, bisa kita ketahui dengan logika kita.

Caranya 1. Dengan menambahkan hamzah (أ) di depan kata sehingga membentuk pola (أفعل=af’ala) Contoh :

mengeluarkan=(akhroja) أخرج keluar menjadi=(khoroja) خرج memasukkan=(adkhola) أدخل masuk menjadi=(dakhola) دخل

2. Dengan menasdidkan ‘ain fi’ilnya menjadi فعل (fa’ ‘ala) Contoh : membaguskan=(hassana) حسن bagus menjadi =(hasuna) حسن

ج keluar menjadi=(khoroja) خرج mengeluarkan=(khorroja) خر 3. Dengan menambahkan huruf jar pada objeknya.

Contoh :

Page 3: Fi’il muta’addi

(dzahaballaahu binuurihim)=Allah menghilangkan cahaya mereka (ji’tu bihasanin)=aku datang dengan hasan

. D. Tanda-tanda Fi’il Muta’addi: 1. Dapat disambung dengan Ha Dhamir yg tidak merujuk pada Masdar (yakni Dhamir Maf’ul

Bih). 2. Dapat dibentuk shighat Isim Maf’ul Tam (tampa kebutuhan huruf jar). Contoh dapat bersambung dengan HA Dhamir yg tidak merujuk pada Masdar.

ضربتــهDhorobhutuu = aku memukulnya

Bukan sebagai tanda Fi’il Mutaadi, karena Ha dhamir merujuk pada Masdar sama, bisa disambung dengan Fi’il Muta’addi juga Fi’il Lazim, contoh: adh-dhorbu dhorobtuhuu ( pukulan itu aku yg memukulnya)

al- qyaamu qumtuhuu ( berdiri itu aku yg berdirinya) Demikian juga bersambung dengang Ha dhamir merujuk pada Zhorof (zaman/makan), tidak

boleh sebagai tanda Fi’il Muta’addi, sebab butuh tawassu’/taqdir huruf jar, contoh: Allailata qumtuhaa, wan-nahaaro shumtuhaa ( aku berdiri di malam hari dan aku berpuasa di siang hari).

Bab III Kesimpulan Fiil muta’addi adalah fiil yang membutuhkan satu objek atau dua objek. Hukum Fi’il Muta’addi adalah: menashobkan terhadap maf’ul bih yang tidak menjadi naibul faa’il.

Cara membuat fiil muta’addi: 1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فعل

2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أفعل fiil muta’addi terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Muta’addi kepada satu maf’ul

2. Muta’addi kepada dua maf’ul 3. Muta’addi kepada tiga maf’ul

. Tanda-tanda Fi’il Muta’addi: 1. Dapat disambung dengan Ha Dhamir yg tidak merujuk pada Masdar (yakni Dhamir Maf’ul Bih).

2. Dapat dibentuk shighat Isim Maf’ul Tam (tampa kebutuhan huruf jar).

DAFTAR PUSTAKA

Musthafa, syaikh. 2007. Tarjamah Jami’ud Durusil Arabiyyah. Jakarta: