ffr
-
Upload
taufik-nugraha -
Category
Documents
-
view
150 -
download
4
Transcript of ffr
FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING
Makalah ini ditujukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Akuntansi Topik Khusus
Dosen Pembimbing:
Hj. Poppy Sofia Koeswayo, S.E, M.Sc, Ak
Oleh:
Johan Antonius Rupang 120110100066
Kamil Budiman 120110100118
Taufik Nugraha Suryana 120110100130
Khairul Mukminin 120110100157
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jl. Dipati Ukur 35, Bandung 40132. Telp. 022 2509055
Home Page : www.fe.unpad.ac.id
2012
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Fraudulent Financial Reporting”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ibu Poppy Sofia Koeswoyo selaku dosen pembimbing mata kuliah Akuntansi Topik Khusus yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan pengarahan dan dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
2. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Bandung, September 2012 Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Pengguna dari laporan keuangan pun bermacam-macam, ada pengguna eksternal dan pengguna
internal. Pengguna eksternal antara lain investor, kreditor, pemasok, pemerintah, dan sebagainya.
Sedangkan pengguna internal adalah manajemen perusahaan, jajaran direksi, dan sebagainya.
Di Indonesia, pembuatan laporan keuangan mengacu pada Peraturan Standar Akuntansi
(PSAK) karena PSAK memuat segala sesuatu yang berkaitan dengan laporan keuangan. PSAK
ini dibuat dengan tujuan agar setiap laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan
berkualitas baik. Walaupun sudah ada peraturan yang mengatur tentang tata cara pembuatan
laporan keuangan, tetap saja ada kemungkinan muncul salah saji dalam laporan keuangan. Salah
saji dalam laporan keuangan dapat berupa kesalahan yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Kesalahan dalam laporan keuangan yang tidak disengaja dapat dikatakan sebagai
error, sedangkan kesalahan yang disengaja dapat dikatakan sebagai fraud atau kecurangan.
Fraud berarti penipuan yang disengaja oleh perusahaan untuk mencoba menyesatkan
pengguna laporan keuangan yang dipublikasikan, terutama investor dan kreditor. Fraud
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki tujuan khusus pada laporan keuangan dan
akan mendapatkan keuntungan atas tindakan fraud nya tersebut.
Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satu
asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan
kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut:
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud),
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan
investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non
financial.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation),
Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan
atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang
(fraudulent disbursement).
c. Korupsi (Corruption),
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE,
korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery),
pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).
Namun, dalam makalah ini pembahasannya akan lebih terfokus ke dalam fraud dalam
laporan keuangan.
BAB II ISI
DEFINISI FRAUD
Fraud adalah tindakan tidak jujur yang dilakukan pegawai sehingga memiliki manfaat personal bagi pegawai tersebut namun lebih pada atasannya. (Financial Accounting IFRS Edition, Kieso dkk)
Fraud adalah istilah umum, dan mencakup semua sarana yang mana unsur kecerdikan manusia dapat ditemukan, secara terpaksa dilakukan oleh individu, untuk mendapatkan keuntungan lebih lainnya dengan memberikan pernyataan palsu. Tidak ada aturan yang pasti dan invariable yang dapat ditetapkan sebagai proporsi umum dalam mendefinisikan fraud, termasuk surprise, trickery, cunning dan cara-cara yang tidak sehat lainnya. Batas satu-satunya dalam mendefinisikan fraud adalah mereka yang membatasi kecurangan manusia. (Fraud Examination, W. Steve Albrecth, dkk)
Fraud as a crime by The Michigan Criminal Law States Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can devise, which are restored to by one individual, to get an advantage over another by false representations. No definite invariable rule can be laid down as general proposition in defining fraud, as it includes surprise, trick, cunning, and unfair ways by which another is cheated. The only boundaries defining it are those which limit human knavery. (Fraud Auditing and Forensic Accounting, G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist)
Corporate fraud, adalah fraud yang dilakukan oleh, untuk, atau terhadap korporasi bisnis. (Fraud Auditing and Forensic Accounting, G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist) Management fraud, adalah kesengajaan dari penyajian yang keliru pada perusahaan atau level kinerja unit yang dilakukan oleh manajemen yang melihat manfaat seperti promosi, bonus, atau insentif serta “Status symbols”. (Fraud Auditing and Forensic Accounting, G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist)
FAKTOR TERJADINYA FRAUD Ada 3 faktor yang menyebabkan terjadinya fraud, yang bisa disebut Fraud Triangle, yaitu opportunity, financial pressure, dan rationalization. (Financial Accounting IFRS Edition, Kieso dkk)
Opportunity
Financial Pressure Rationalization
Faktor yang sering dilakukan adalah opportunity. Contohnya adalah tidak memadainya pengawasan aktivitas pegawai yang bisa menciptakan kesempatan untuk melakukan pencurian dan bisa memberanikan diri si pegawai karena mereka percaya mereka tidak akan ditangkap.
Faktor kedua adalah financial pressure. Pegawai melakukan ini karena masalah keuangan terutama mereka yang memiliki banyak hutang.
Faktor ketiga adalah rationalization. Contohnya adalah pegawai pada saatnya membenarkan fraud karena mereka percaya mereka dibayar rendah ketika atasannya mendapatkan banyak uang. Pegawai merasa pencurian yang dilakukannya benar karena mereka percaya mereka berhak mendapat bayaran lebih.
Selain di atas bisa diturunkan kembali variasi terjadinya fraud ke dalam beberapa variable :
1. Personal variables a. Aptitudes/abilities b. Attitudes/preferences c. Personal needs/wants d. Values/beliefs
2. Organizational variables a. Nature/scope of the job (meaningful work) b. Reward/recognition system c. Quality of management and supervision d. Interpersonal trust e. Motivational and ethical climate (ethics and values of superiors and co-workers)
3. External variables a. Degree of competition in the industry b. General economic conditionsSocietal values (ethics of competitors and of social and
political role models) (Fraud Auditing and Forensic Accounting, G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist)
Gejala fraud dapat dibedakan menjadi 6 kelompok:
1. Accounting Anomalies, 2. Internal control weakness, 3. Analytical anomalies, 4. Extravagant lifestyle, 5. Unusual behavior, 6. Tips and complaint. (Fraud Examination, W. Steve Albrecth, dkk)
Accounting Anomalies
a. Irregularities in source documents b. Fault journal entries c. Inaccuracies ledgers (Fraud Examination, W. Steve Albrecth, dkk)
Internal Control Weakness
a. Lack of segregation of duties b. Lack of physical safeguard c. Lack of proper documents and records (Fraud Examination, W. Steve Albrecth, dkk)
Analytical Fraud Symptoms
a. Significant increase or decrease in account b. Excess purchases c. Strange financial statement relationship, such as:
i. Increase revenues with decreased inventory
ii. Increase revenues with decreased receivable iii. Increase volume with decreased cost per unit (Fraud Examination, W. Steve
Albrecth, dkk)
Extravagant Lifestyle
a. Embezzlement b. Stealing (Fraud Examination, W. Steve Albrecth, dkk)
Unusual Behaviors
a. Stress (Fraud Examination, W. Steve Albrecth, dkk)
Tips and Complaints
a. Theft b. Concealment c. Conversation (Fraud Examination, W. Steve Albrecth, dkk)
Contoh-contoh fraud :
A. Account payable fabrication B. Bankruptcy fraud C. Business opportunity fraud D. Check forgery E. Concealment F. Consumer fraud G. Corporate fraud H. Corruption I. Credit card fraud J. Defalcation K. Embezzlement L. Expense account fraud M. False advertising N. False document O. False pretense P. Fictitious vendor, consumer, and employee Q. Fraudulent financial reporting R. Infringement of patents, copyrights, and trademarks S. Lures investment fund fraud, contohnya Ponzi’s Scheme T. Management fraud
U. Misrepresentation V. Overstatement of revenue W. Sales overstatements X. Tax fraud Y. Understatement of costs Z. Understatement of liabilities
(Fraud Auditing and Forensic Accounting, G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist)
HUBUNGAN ANTARA REVENUE DAN INVENTORY DENGAN FRAUD
(fraud examination steve albrecht)
A. Revenue Fraud
Akun yang paling sering dimanipulasi dalam fraudulent financial reporting adalah revenue dan receivables. Lebih dari setengah kasus fraudulent financial reporting melibatkan manipulasi data revenue dan receivables (penelitian disponsori oleh COSO).
Alasan Revenue paling lazim digunakan dalam manipulasi laporan keuangan:
1. Ketersediaan alternatif yang diterima untuk pendapatan
Setiap organisasi berbeda, revenue masing-masing organisasi pun berbeda-beda. Perbedaan jenis pendapatan membuat perbedaan pada Revenue Recognition. Revenue recognition yang berbeda akan membuat kriteria pencatatan revenue recognition dan metodenya berbeda-beda.
Contoh sederhana, ada perusahaan yang mengakui revenue ketika barang siap kirim, ada juga yang ketika barang sudah sampai di pembeli. Contoh lain, pengakuan pendapatan untuk perusahaan long-term contstruction contract tentu berbeda dengan perusahaan yang proses bisnisnya tidak memakan waktu lama.
Perbedaan membuat sulit dalam menentukan aturan Revenue recognition ini, berapa pendapatan yang harus diakui karena semua pengakuan tersebut benar. Dalam banyak situasi, judgement dari manajemen lah yang banyak berperan dalam menentukan kapan dan berapa revenue yang harus diakui. Hal ini membuka kesempatan bagi manajemen untuk melakukan fraud laporan keuangan.
2. Kemudahan memanipulasi net income menggunakan akun Revenue dan Recevables
Ketika perusahaan menambahkan akun piutang, akun pendapatan akan bertambah juga. Penambahan pendapatan ini membuat net income perusahaan meningkat juga.
Skema fraud pendapatan
• Related-party transactions : Hubungan istimewa terjadi ketika anak perusahaan tidak
mengungkapkan kepentingan keuangan dalam sebuah transaksi yang menyebabkan
kerugian ekonomi bagi perusahaan
• Sham sales : Pendapatan fiktif dilakukan dengan mencatat penjualan yang sebenarnya tidak terjadi. Penjualan ini dapat memakai nama pembeli yang ada atau nama fiktif.
• Bill-and-hold sales : Pesanan barang masih disimpan oleh si penjual biasanya karena si pembeli belum siap menerima barang. Namun oleh si penjual barang tersebut diakui sebagai pendapatan.
• Side agreements : Perubahan aturan penjualan yang dibuat tidak seperti biasanya. Fraud terjadi ketika perusahaan melibatkan aturan kontrak yang sudah terjadi.
• Consignment sales : Transaksi menjual barang titipan dari perusahaan lain. Penjualan konsinyasi ini membuat pendapatan meningkat dan terdapat biaya sesuai transaksi.
• Channel stuffing : cara yang supplier gunakan untuk mendorong pelanggan untuk membeli persediaan ekstra sehingga dapat meningkatkan penjualan tahun berjalan. praktek ini dapat meningkatkan penjualan ketika dinyatakan atau tersirat dalam side agreements (ex: membolehkan konsumen mengembalikan barang) yang tidak benar pengungkapannya atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga channel stuffing dapat dianggap curang ketika cadangan yang memadai tidak ditetapkan (untuk ekspektasi penjualan yang dikembalikan).
• Lapping or kiting : cara di mana penerimaan kas disalahgunakan untuk menyembunyikan piutang fiktif
• Redating or refreshing transactions : cara dimana tanggal penjualan dirubah, untuk menghindari tidak tertagihnya piutang.
• Liberal return policies : cara ini membolehkan customer untuk mengembalikan barang dan membatalkan penjualan. Hal ini menyulitkan pencatatan mengenai berapa pendapatan yang harus diakui.
• Partial shipment schemes : mengakui semua barang telah dikirim dan menjadi pendapatan padahal barang belum dikirim semua
• Improper cutoff : Kecurangan dalam laporan keuangan termasuk juga dilakukan dengan perbedaan waktu pengakuan, yaitu pencatatan pendapatan atau biaya dilakukan pada periode yang salah.
• Round-tripping : Penjualan asset yang sudah tidak digunakan dan perusahaan berjanji akan membeli asset lagi seharga yang sama. Namun pada akhirnya tidak terdapat benefit yang didapat perusahaan. Semua skema fraud pendapatan di atas bertujuan untuk meningkatkan pendapatan sehingga income menjadi naik.
Jenis transaksi yang digunakan di beberapa skema fraud
Transaksi Akun yang terkait Skema fraud 1. Menjual barang atau jasa ke customer
Piutang dan pendapatan 1. mencatat penjualan fiktif 2. mengakui pendapatan terlalu cepat 3. melebihkan nilai penjualan
2. Estimasi piutang tak tertagih
Bad debt expense and AFDA 4. mengurangkan nilai AFDA sehingga piutang naik
3. Menerima pengembalian barang dari customer
Sales return dan piutang 5. tidak mencatat pengembalian barang 6. mencatat pengembalian penjualan pada periode yang akan datang
4. Menghapus piutang AFDA dan piutang 7. tidak menghapus piutang 8. menghapus piutang di periode yang akan datang
5. Menerima kas setelah periode diskon
Kas dan piutang 9. mencatat bank transfer sebagai penerimaan dari customer 10. memanipulasi penerimaan kas dari related-party 11. mencatat transaksi fiktif
6. Menerima kas dalam periode diskon
Kas, sales discounts dan piutang
12. tidak mencatat sales discounts
Gejala-gejala adanya fraud dalam transaksi pendapatan diantaranya :
TRANSAKSI GEJALA ANALITIS GEJALA DOKUMEN atau AKUNTANSI
1. Menjual barang atau jasa ke customer
Gross profit ratio Mengecek subsidiary ledger
2. Estimasi piutang tak tertagih
Allowance for uncollectible account as a percentage of receivables
Mengecek subsidiary ledger
3. Menerima pengembalian barang dari customer
Sales returns percentage ratio
4. Menghapus piutang Account receivable turnover Mengecek subsidiary ledger 5. Menerima kas setelah periode diskon
Sales discounts ratio
6. Menerima kas dalam periode diskon
Jika, gejala-gejala tersebut ditemukan maka auditor akan melakukan prosedur audit sesuai dengan skema masing-masing fraud yaitu:
SKEMA FRAUD PROSEDUR AUDIT Mencatat penjualan fiktif 1. Memeriksa faktur penjualan yang
mendukung 2. Mengkaji dan file perusahaan, dan
perjanjian 3. Membandingkan financial statement
dengan non-financial statement Mengakui pendapatan terlalu cepat 1. Memeriksa faktur penjualan yang
mendukung 2. Mencocokkan tanggal dengan
shipment report Tidak melakukan penghapusan piutang (piutang yang harusnya dihapus tidak dihapus)
Melihat perubahan revenue dan piutang dari periode ke periode
Tidak mencatat pengembalian barang Mengkaji bukti-bukti transaksi yang dilakukan dengan customer
Memanipulasi kas dari related-party Mengkaji bukti-bukti transaksi yang dilakukan dari periode ke periode
Tidak mencatat sales discounts 1. Memeriksa faktur penjualan 2. Mencocokkan tanggal dengan kontrak
penjualan
B. Inventory and Cost of Goods Sold Fraud
Transaksi Akun terkait Skema Fraud Pembelian persediaan Persediaan, Hutang usaha • Menurunkan nilai
pembelian • Terlambat mencatat
pembelian • Tidak mencatat
pembelian Mengembalikan persediaan ke supplier
Hutang usaha,persediaan • Menaikkan nilai pengembalian
• Mencatat pengembalian di periode lebih cepat
Membayar supplier dalam periode diskon
Hutang usaha, persediaan, cash
• Menaikkan nilai diskon
• Tidak mengurangi nilai persediaan
Penjualan terjadi; pengakuan COGS
COGS, persediaan • Mencatat COGS sangat kecil
• Tidak mencatat COGS atau tidak mengurangi persediaan
Penentuan biaya persediaan Persediaan, COGS • Menggunakan biaya yang tidak benar
• Mencatat persediaan fiksi
Gejala-gejala adanya fraud dalam transaksi inventory diantaranya :
TRANSAKSI GEJALA ANALITIS GEJALA DOKUMEN ATAU AKUNTANSI
Pembelian persediaan Inventory turnover
1. Berapa jumlah yang harus dibayar perusahaan
2. Dimana perusahaan membeli persediaan tersebut
Mengembalikan persediaan ke supplier
Inventory turnover 1. Berapa jumlah yang dikembalikan
2. Apa alasan perusahaan mengembalikan persediaan tsb
Membayar supplier dalam periode diskon
Inventory turnover Berapa jumlah yang harus dibayar
Penjualan terjadi; pengakuan COGS
Number of days sales in inventory
1. Berapa jumlah penjualan yang terjadi
2. Berapa COGS Penentuan biaya persediaan Inventory turnover
Jika, gejala-gejala tersebut ditemukan maka auditor akan melakukan prosedur audit sesuai dengan skema masing-masing fraud yaitu:
SKEMA FRAUD PROSEDUR AUDIT Menurunkan nilai pembelian 1. Memeriksa faktur pembelian yang
mendukung 2. Mengkaji dan file perusahaan, dan
perjanjian Mengakui pengembalian pembelian di periode yang lebih cepat
1. Memeriksa faktur pembelian yang mendukung
2. Mencocokkan tanggal dengan data dari supplier
Menaikkan nilai diskon
Mengkaji mengenai kontrak pembelian dan membandingkannya dengan industri serupa
Tidak mencatat COGS atau tidak mengurangi persediaan
Mengkaji mengenai kontrak pembelian dan membandingkannya dengan industri serupa
Mencatat persediaan fiksi Mengkaji bukti-bukti transaksi yang dilakukan dari periode ke periode dan membandingkannya dengan bukti fisik
C. FRAUD DALAM KOMPONEN LIABILITAS
TRANSAKSI AKUN SKEMA FRAUD Pembelian persediaan Persediaan, utang usaha 1. Mencatat pada periode
setelah tanggal pelaporan
2. Tidak mencatat pembelian
3. Overstate pengembalian pembelian dan diskon pembelian
Mengakui accrued liabilities Beban gaji, beban pajak 1. Tidak mencatat 2. Mencatatnya di
periode setelah tanggal pelaporan
Menjual produk Piutang usaha, pendapatan, unearned revenue
1. Mencatat unearned revenue menjadi earned revenue
Komitmen di masa depan Beban garansi, utang garansi 1. Tidak mencatat utang garansi
2. Mencatatnya di periode setelah tanggal pelaporan
Meminjam uang Kas, notes payable, mortgage payable
1. Tidak mencatat kewajiban
2. Menghapus kewajiban sebagai utang tak tertagih
3. Klaim sebagai utang pribadi bukan sebagai utang perusahaan
Mengakui kewajiban kontingensi
Kerugian kontingensi 1. Tidak mencatat kewajiban kontingensi
2. Mencatat kewajiban kontongensi lebih rendah daripada yang seharusnya
Gejala-gejala adanya fraud dalam transaksi liabilitas diantaranya :
TRANSAKSI GEJALA ANALITIS GEJALA DOKUMEN atau AKUNTANSI
Pembelian persediaan 1. Acid test ratio (quick asset/current liabillities)
2. Current ratio (current asset/current liabillities)
3. Account payable/purchases
4. Account payable/COGS
5. Account payable/total liabilities
6. Account payable/inventory
1. Receiving report dekat akhir periode, tanpa invoice
2. Jumlah terdaftar di vendor bukan merupakan pembelian
3. Ketidakcocokan dalam tes cutoff
Mengakui accrued liabilities 1. Accrued liabilities/jumlah hari untuk di-accrue
2. Accrued liabilities/beban terkait
1. Pinjaman tanpa bunga 2. Sewa bangunan tanpa
beban sewa
Menjual produk Unearned revenue/revenue 1. Jurnal reklasifikasi dekat akhir periode yang meningkatkan earned revenue dan mengurangi unearned revenue
2. Perbedaan antara konfirmasi pelanggan dan perusahaan mengenai jumlah pendapatan yang telah diakui
Komitmen di masa depan Beban garansi/penjualan Ketidakkonsistenan antara kontrak konsumen dengan pencatatan beban
Meminjam uang 1. Interest expense/notes payable
2. Long term debt/shareholder’s equity
3. Berbagai debt/total asset
4. Total liabilities/total asset
5. Beban pension/beban gaji
6. Beban sewa/total aset tetap
1. Ada persetujuan utang tetapi tidak dicatat sebagai kewajiban
2. Kewajiban dicatat oleh bank tetapi tidak dicatat oleh perusahaan
3. Pembayaran sewa tanpa adanya utang sewa
Mengakui kewajiban kontingensi
- 1. adanya pengungkapan kewajiban kontingensi pada catatan 2. pembayaran dalam jumlah signifikan kepada pengacara
Jika, gejala-gejala tersebut ditemukan maka auditor akan melakukan prosedur audit sesuai dengan skema masing-masing fraud yaitu:
SKEMA FRAUD PROSEDUR AUDIT Mencatat pada periode setelah tanggal pelaporan
4. Membandingkan tanggal pada voucher dengan tanggal pada transaksi dalam jurnal
5. Mengkaji file perusahaan, dan perjanjian
Tidak mencatat pembelian 1. Menelusuri voucher kepada jurnal pembelian
2. Mengkaji file perusahaan, dan perjanjian
Overstate pengembalian pembelian dan diskon pembelian
Mengkaji file perusahaan, dan perjanjian
Tidak mencatat 1. Memperoleh konfirmasi bank mengenai notes dari bank
2. Review beban bunga kepada daftar kreditur
3. Menghitung kembali accrued interest payable
4. Membandingkan beban bunga tahun ini dengan tahun sebelumnya
5. Mengkaji file perusahaan, dan perjanjian
Mencatatnya di periode setelah tanggal 1. Menghitung kembali accrued interest
pelaporan payable 2. Membandingkan tanggal pada voucher
dengan tanggal pada transaksi dalam jurnal
3. Mengkaji file perusahaan, dan perjanjian
Mencatat unearned revenue menjadi earned revenue
1. Membandingkan tanggal pada voucher dengan tanggal pada transaksi dalam jurnal
2. Mengkaji file perusahaan, dan perjanjian
Tidak mencatat utang garansi Membandingkan tanggal pada voucher dengan tanggal pada transaksi dalam jurnal
Tidak mencatat kewajiban Membandingkan tanggal pada voucher dengan tanggal pada transaksi dalam jurnal
Menghapus kewajiban sebagai utang tak tertagih
1. Memperoleh konfirmasi dari bank 2. Review beban bunga kepada daftar
kreditur 3. Menghitung kembali accrued interest
payable Klaim sebagai utang pribadi bukan sebagai utang perusahaan
1. Memperoleh konfirmasi dari bank 2. Review beban bunga kepada daftar
kreditur 3. Menghitung kembali accrued interest
payable Tidak mencatat kewajiban kontingensi 1. Berdiskusi dengan ahli hukum
2. Mengkaji file perusahaan, dan perjanjian
Mencatat kewajiban kontongensi lebih rendah daripada yang seharusnya
1. Berdiskusi dengan ahli hukum 2. Mengkaji file perusahaan, dan
perjanjian
D. FRAUD DALAM KOMPONEN ASET
TIPE ASET OVERSTATEMENT
AKUN SKEMA FRAUD
Kapitalisasi biaya yang seharusnya menjadi beban
Beberapa biaya deffered dan aset intangible
Kapitalisasi beberapa biaya seperti, start-up cost, marketing cost, salaries, research and development cost, dll
Menggelembungkan nilai aset lewat merjer, akuisisi, dan manipulasi akun inter-company dan transaksi
Aset apapun 1. Menggunakan harga pasar dibandingkan harga buku
2. Mencatat aset fiktif atau menggelembungkan nilai aset
Overstate aset tetap Tanah, bangunan, peralatan 1. Mencatat lebih sedikit depresiasi daripada yang seharusnya
2. Bersekongkol dengan pihak luar untuk overstate aset
Kesalahan penyajian kas dan piutang usaha
Kas, marketable securities dan aset jangka pendek lainnya
Kesalahan penyajian marketable securities dengan bantuan pihak terkait
Overstate piutang usaha atau inventory untuk menyembunyikan pencurian kas oleh manajemen
Piutang usaha, persediaan Menyembunyikan pencurian kas atau aset lainnya dengan overstate receivable atau inventory
Gejala-gejala adanya fraud dalam aset diantaranya :
TIPE ASET OVERSTATEMENT
GEJALA ANALITIS GEJALA DOKUMEN atau AKUNTANSI
Kapitalisasi biaya yang seharusnya menjadi beban
1. Total deffered charges/total asset
2. Total deffered charges/total intangible asset
1. Penyesuaian pada saat akhir periode yang merubah hasil laporan keuangan secara signifikan
2. Ada dokumen mengenai aset tidak ditemukan
Menggelembungkan nilai aset lewat merjer, akuisisi, dan
Membandingkan nilai aset setelah merjer dengan aset
Mencari apakah sebelum dan setelah merjer konsisten dalam
manipulasi akun inter-company dan transaksi
aktualnya hal nilai aset, depresiasi
Overstate aset tetap 1. Total fixed asset/total asset
2. Total fixed asset/long term debt
3. Total fixed asset/long term debt
4. Depreciation expense/asset being depreciated
5. Accumulated depreciation/depreciable asset
1. Apakah transaksi dicatat mendekati akhir tahun
2. Apakah ada inkonsistensi dokumentasi dalam transaksi
3. Apakah ada perbedaan nilai aset di perusahaan dan penjual
Kesalahan penyajian kas dan piutang usaha
1. Current asset/current liabilities
2. Current asset except inventory and prepaid/current liabilities
3. Current asset/total asset
4. Marketable securities/current asset
5. Cash/current asset
Apakah ada perbedaan antara catatan bank, broker dan pihak independen lainnya dengan perusahaan
Overstate piutang usaha atau inventory untuk menyembunyikan pencurian kas oleh manajemen
- -
Jika, gejala-gejala tersebut ditemukan maka auditor akan melakukan prosedur audit sesuai dengan skema masing-masing fraud yaitu:
SKEMA FRAUD PROSEDUR AUDIT Kapitalisasi beberapa biaya seperti, start-up cost, marketing cost, salaries, research and development cost, dll
1. Verifikasi adanya tambahan biaya 2. Mengkomparasi neraca dan
kebijakannya dengan perusahaan sejenis
Menggunakan harga pasar dibandingkan harga buku
1. Mengkomparasi laporan keuangan sebelum dan setelah merjer
2. Mengkomparasi neraca dan kebijakannya dengan perusahaan sejenis
Mencatat aset fiktif atau menggelembungkan nilai aset
1. Mengkomparasi laporan keuangan sebelum dan setelah akuisisi
2. Mengkomparasi neraca dan kebijakannya dengan perusahaan sejenis
3. Review perjanjian sewa Mencatat lebih sedikit depresiasi daripada yang seharusnya
1. Membandingkan umur ekonomis asset dengan aset comparable lainnya dengan perusahaan yang comparable
2. Mengkomparasi neraca dan kebijakannya dengan perusahaan sejenis
Bersekongkol dengan pihak luar untuk overstate aset
1. Mengkomparasi neraca dan kebijakannya dengan perusahaan sejenis
2. Menguji dokumen perusahaan Kesalahan penyajian marketable securities dengan bantuan pihak terkait
1. Mengkomparasi neraca dan kebijakannya dengan perusahaan sejenis
Menyembunyikan pencurian kas atau aset lainnya dengan overstate receivable atau inventory
1. Mengkomparasi neraca dan kebijakannya dengan perusahaan sejenis
Definisi Fraudulent Financial Reporting
Pengertian Fraudulent financial reporting menurut Arens (2005: 310) adalah sebagai berikut:
Fraudulent financial reporting (kecurangan pelaporan keuangan) adalah salah saji atau
pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai
laporan itu.
Penyebab Fraudulent Financial Reporting
Fraud biasanya terjadi karena adanya faktor tekanan atau insentif untuk melakukan
kecurangan, dan terdapat peluang untuk melakukannya, serta didukung oleh penyimpangan
perilaku individu. Celakanya, kecurangan dalam pelaporan keuangan umumnya “diamini” oleh
pimpinan perusahaan. The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission
(COSO) dalam salah satu studinya menemukan bahwa kecurangan pelaporan keuangan
umumnya terkait dengan manajemen puncak, dan 72% dari kasus yang ada menunjukkan adanya
keterlibatan CEO. Kondisi ini umumnya terjadi pada perusahaan yang tidak memiliki Dewan
Komisaris dan Komite Audit yang kuat dan independen.
Management fraud akan terjadi apabila aspek:
a. Condition (situasinya memungkinkan, adanya peluang/ kesempatan untuk.melakukannya),
b. Motivation pada diri pelaku (adanya situasi yang sangat menekan sehingga mendorong
pelaku.melakukannya),dan
c. Attitude pelakunya (karakteristik Pribadi yang memang dasarnya penipu) tergabung
menjadi satu.
Menurut Ferdian & Na’im (2006), kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut
tindakan yang disajikan berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya
yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
b. Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan, peristiwa, transaksi,
atau informasi signifikan.
c. Salah penerapan secara senngaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara manajemen
perusahaan dengan akuntan publik. Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya kolusi tersebut,
yaitu perlunya perputaran (rotasi) akuntan publik dalam melakukan general audit suatu
perusahaan.
Salah satu cara manajemen dalam melakukan fraudulent financial reporting adalah dengan
melakukan creative accounting. Kecurangan dalam laporan keuangan yang mendukung
terjadinya creative accounting dapat diklasifikasikan dalam 5 kategori, yaitu:
1. Pendapatan fiktif
Pendapatan fiktif dilakukan dengan mencatat penjualan yang sebenarnya tidak terjadi.
Penjualan ini dapat memakai nama pembeli yang ada atau nama fiktif. Pada periode
berikutnya dilakukan jurnal balik (reversing entries) untuk koreksi atau
menyembunyikan penyimpangan. Metode lain yang digunakan adalah dengan mencatat
lebih besar dari penjualan yang sebenarnya.
2. Perbedaan waktu pengakuan
Kecurangan dalam laporan keuangan termasuk juga dilakukan dengan perbedaan waktu
pengakuan, yaitu pencatatan pendapatan atau biaya dilakukan pada periode yang salah.
Prinsip umum akuntansi adalah bahwa pendapatan dan biaya dalam kaitannya dengan
pendapatan tersebut harus dicatat dalam periode yang sama. Dalam hal penyimpangan
laporan keuangan, biaya dicatat dalam periode berikutnya, sehingga biaya tampak lebih
rendah.
a. Pengakuan pendapatan lebih awal (premature revenue recognition)
b. Pencatatan biaya pada periode yang salah (recording expenses in the wrong period)
3. Penyembunyian hutang dan biaya
Penyembunyian hutang akan berakibat menaikkan nilai ekuitas dan penyembunyian
biaya akan menaikkan pendapatan bersih dan pada akhirnya menaikkan ekuitas. Hal ini
dapat dilakukan dengan:
a. Menghilangkan biaya atau hutang
Hal ini dilakukan dengan penundaan pencatatan hingga periode berikutnya
b. Kapitalisasi biaya
Dilakukan dengan kapitalisasi atau biaya, yang sebenarnya tidak mempunyai manfaat
lebih dari satu periode
c. Cadangan pengembalian, dan jaminan
Resiko penjualan adalah adanya klaim dari pembeli dengan mengembalikan barang
karena cacat. Perusahaan juga mencadangkan untuk garansi penjualan. Dalam hal
kecurangan dalam laporan keuangan, klaim atas penjualan maupun biaya atas garansi
yang diberikan dicatat pada periode yang akan datang. Sehingga penjualan tampak
lebih tinggi dibanding sebenarnya dan biaya tampak lebih rendah
4. Pengungkapan yang tidak sesuai
Manajemen harus menjamin pengungkapan semua informasi penting dalam laporan
keuangan. Pengungkapan yang tidak sesuai meliputi:
a. Penyembunyian hutang
Perlunya pengungkapan jenis dan syarat-syarat hutang yang ada dalam neraca
b. Peristiwa kemudian (subsequent event)
Peristiwa terjadi atau menjadi dikenal periode setelah ditutup yang mempunyai
dampak signifikan terhadap laporan keuangan harus diungkapkan. Fraudsters secara
khas menghindari pengungkapan keputusan pengadilan dan pengambilan keputusan
yang mengurangi nilai-nilai aset yang dilaporkan, yang mengindikasikan kewajiban
yang tidak dicatat, atau bahwa dengan kurang baik mencerminkan integritas
manajemen
c. Transaksi hubungan istimewa (related-party transactions)
Hubungan istimewa terjadi ketika anak perusahaan tidak mengungkapkan
kepentingan keuangan dalam sebuah transaksi yang menyebabkan kerugian ekonomi
bagi perusahaan
d. Perubahan akuntansi (accounting changes)
Adalah hal yang sangat penting pengungkapan terhadap perubahan prosedur dan
kebijakan akuntansi yang terjadi
5. Penilaian aset yang tak tepat (improper asset valuation)
a. Penilaian persediaan (inventory valuation)
Kecurangan dalam penilaian persediaan dilakukan dengan meninggikan nilai
persediaan melalui adanya persediaan fiktif, kesalahan penilaian persediaan untuk
harga pokok penjualan, dan lainnya.
b. Piutang (accounts receivable)
1. Adanya piutang fiktif
2. Kecurangan dalam penghapusan piutang
Penghapusan terhadap piutang yang tak tertagih tidak dilakukan karena akan
berpengaruh negatif terhadap pendapatan
c. Penggabungan usaha (business combinations)
Penggabungan perusahaan terjadi ketika dua atau lebih perusahaan menggabungkan
operasinya.
d. Aktiva tetap (fixed assets)
Penyimpangan terhadap nilai aktiva tetap pada umumnya dilakukan dengan:
a. Aset fiktif
b. Kecurangan dalam nilai aset
c. Understated aset
d. Kapitalisasi biaya non aset
e. Kesalahan klasifikasi aset
PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN FRAUD
Fraudulent financial reporting di suatu perusahaan merupakan hal yang akan berpengaruh
besar terhadap semua pihak yang mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan
keuangan tersebut. Oleh karena itu, akuntan publik harus bisa mencegah dan mendeteksi lebih
dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya fraud, biasanya ditunjukkan oleh
timbulnya gejala-gejala (symptoms) berupa red flag (fraud indicators), misalnya perilaku tidak
etis manajemen. Red flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan (fraud) yang
terjadi.
Menurut laporan dari The National Commission on Fraudulent Financial Reporting,
pencegahan (prevention) dan pendeteksian (detection) awal atas fraudulent financial
reporting harus dimulai saat penyiapan laporan keuangan.
Salah satu cara untuk mencegah timbulnya fraud yang diakibatkan kolusi antara manajemen
perusahaan dengan akuntan publik adalah pengaturan rotasi auditor (akuntan publik). Sesuai
Keputusan Menkeu (KMK) No. 359/KMK. 06/2003 tentang perubahan KMK No.
423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik tertanggal 21 Agustus 2003, telah diatur tentang
pembatasan dan rotasi terhadap akuntan publik. Pasal 6 ayat 4 Kepmenkeu tersebut dinyatakan
bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk lima tahun buku berturut-turut dan oleh
seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut-turut.
Hasil penelitian Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis yang menyatakan
bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan
dengan meningkatkan kefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas
manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi.
Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya risiko terdapat fraudulent
financial reporting di perusahaan, antara lain :
a. Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control).
b. Perusahaan tidak memiliki komite audit.
c. Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara manajemen (Director)
dengan karyawan perusahaan.
Tingginya fraud pada laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar mendorong
perusahaan publik untuk mengambil peran proaktif untuk mencegah penipuan ini. Strategi ini
harus dikembangkan untuk mendorong kehandalan laporan keuangan yang berkualitas, integritas,
serta efektivitas dan fungsi dari audit harus mencakup:
a. Review atas kerentanan Fraud
Kerentanan fraud harus direview secara baik, berkala dan terus-menerus. Perusahaan
harus membuka pintu informasi (hotline) untuk setiap laporan aktivitas fraud yang bisa
diakses oleh internal perusahaan (misal karyawan, internal auditor). Selain itu,
perusahaan harus membentuk semacam wishel blower. Selain Enron, WorldCom, banyak
perusahaan publik (misalnya Coca-Cola, United Technologies, Eastman Kodak) telah
membuat laporan kantor rahasia dan / atau ombudsman pada staf yang menerima setiap
informasi yang berkenaan dengan perusahaan termasuk urusan dugaan penipuan (Burke,
2002).
b. Kewaspadaan dan efektifitas corporate governance
Corporate governance menentukan cara yang diatur melalui akuntabilitas korporasi
untuk pengelolaan keuangan dan kinerja. Yang terlibat dalam Corporate governance
adalah dewan direksi, komite audit, tim manajemen, internal auditor, eksternal auditor,
dan badan-badan pemerintahan. Secara tradisional, fokus akan hal ini adalah
ditempatkannya peran dari auditor eksternal dalam laporan keuangan untuk mencegah
penipuan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, perhatian ditujukan pada seluruh tanggung
jawab corporate governance untuk menjamin kualitas, integritas, transparansi dan
keandalan laporan keuangan. Corporate governance melindungi minat investor,
menjamin integritas, kualitas, transparansi, dan kehandalan keuangan laporan, memantau
kecukupan dan efektivitas struktur pengendalian internal, dan memastikan kualitas fungsi
audit
c. Kewaspadaan komite audit
Peran Komite Audit telah berevolusi selama bertahun-tahun dan saat ini rekomendasi
dari Blue Ribbon Committee (BRC, 1999), yang baru dari aturan-aturan SEC dan
Persyaratan yang Sarbanes-Oxley Act of 2002, dapat dijelaskan sebagai pengawasan
dalam bidang corporate governance yang terbaik, laporan keuangan, struktur
pengendalian internal, dan fungsi audit. Untuk kedepannya komite audit yang pada
akhirnya diharapkan dapat mendukung kepentingan investor dan memenuhi akuntabilitas.
Perkembangan baru dalam struktur komite audit, komposisi, dan kualifikasi perusahaan
publik menjadi tantangan untuk meningkatkan pengawasan fungsi dan praktik komite
audit. Tantangan ini akan memberikan kesempatan corporate governance untuk
meningkatkan kualitas dan pelaporan keuangan yang terbaik bagi kepentingan investor
dan masalah keuangan. Anggota komite audit harus terpelajar, kuat dalam finansial untuk
mengajukan pertanyaan dan pengawasan organisasi internal yang kuat, proses pelaporan
keuangan, dan fungsi audit.
d. Penegakan prosedur
Beberapa prosedur hukum yang dilakukan baru-baru ini diterapkan untuk memerangi
penipuan. Pertama, SEC baru saja dianggap memerangi penipuan laporan keuangan oleh
perusahaan-perusahaan publik sebagai prioritas utama seperti yang dibuktikan oleh
sejumlah tuduhan penipuan baru-baru ini membawa persoalan bagi perusahaan, para
eksekutif, dan auditor.
e. Independensi Auditor
Kinerja attestation besar dan jaminan layanan keuangan selain audit (misalnya
layanan non-audit) dapat menimbulkan konflik kepentingan, dan pengguna dapat
mempertanyakan independensi auditor khususnya bila biaya untuk layanan seperti itu
signifikan melebihi biaya audit klien. Eksternal auditor harus memastikan bahwa
ketersediaan dan kinerja non-audit layanan tidak menghalangi mereka untuk bebas dan
mengaudit laporan keuangan dari perusahaan publik secara objektif.
f. Komunikasi antara dewan direksi dan komite audit
Komunikasi antara eksternal auditor dan dewan direksi yang jujur dan terbuka dari
para wakil komite audit dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan fokus
pada daerah-daerah yang dapat menunjukkan adanya potensi kegiatan penipuan/ fraud
keuangan. Keterlibatan komite audit dalam mengawasi proses audit menghasilkan
efektivitas audit. Namun, hubungan kerja antara eksternal audit dan dewan direksi serta
komite audit tidak boleh mempengaruhi objektifitas dan kemerdekaan auditor.
The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The Treadway Commission)
merekomendasikan 4 (empat) tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya fraudulent
financial reporting, yaitu :
a. Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap integritas
proses pelaporan keuangan(financial reporting).
b. Mengidentifikasi dan memahami faktor - faktor yang mengarah ke fraudulent financial
reporting.
c. Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam perusahaan.
d. Mendesain dan mengimplementasikan internal control yang memadai untuk financial
reporting.
Menurut ACFE, pencegahan fraud dalam laporan keuangan sebaiknya difokuskan fokus
pada:
• Mengurangi tekanan situasional yang dapat mengarah ke terjadinya fraud
a. Tidak membuat target keuangan yang sangat sulit tercapai
b. Membuat kebijakan dan prosedur akuntansi yang jelas tanpa adanya klausal
pengecualian
c. Menghilangkan kendala operasional yang berdampak pada efektivitas kinerja
keuangan, seperti batasan working capital, volume produksi yang berlebihan, atau
kendala-kendala inventori
• Mengurangi timbulnya kesempatan untuk melakukan fraud
a. Melakukan pencatatan akuntansi secara akurat dan lengkap
b. Melakukan pengawasan atas transaksi bisnis dan hubungan interpersonal antara
supplier, konsumen, karyawan bagian pembelian, bagian penjualan, dan bagian
keuangan
c. Membuat sistem keamanan fisik untuk menjaga aset-aset perusahaan
d. Memisahkan fungsi (segregation of duties) agar kontrol atas suatu transaksi tidak
terpusat pada satu orang
e. Menjaga data karyawan masuk-keluar dengan akurat, termasuk melakukan background
checks terhadap karyawan baru
f. Memperkuat fungsi pengawasan untuk memastikan prosedur akuntansi dilaksanakan
dengan tepat
• Memperkuat integritas karyawan
a. Manajemen harus menunjukkan keteladanan dalam kejujuran
b. Kebijakan perusahaan harus memisahkan secara jelas apa saja yang dianggap perilaku
yang benar atau jujur, dan mana yang tidak
c. Perusahaan harus mempunyai kebijakan akuntansi yang jelas untuk isu-isu pencatatan
akuntansi yang masih kontroversial
d. Perusahaan harus mempunyai dan mengkomunikasikan dengan baik mengenai
kebijakan tertulis mengenai konsekuensi atas setiap pelanggaran fraud atau korupsi
yang terjadi.
Contoh kasus 1
KIMIA FARMA Permasalahan
Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Gambar.1 Logo Kimia Farma saat tahun 2000
Kronologis
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.
Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka
Sanksi&denda utk perusahaan:
Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.
Sanksi&denda untuk auditor:
Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Tabel.1 Laporan Laba Rugi Kimia Farma 2000 dan 2001
Tabel.2 Laporan Peubahan Ekuitas Kimia Farma 2001 dan 2000
Tabel.3 Neraca Kimia Farma 2001 dan 2000
Contoh Kasus 2
ENRON
Permasalahan
Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat.
Kronologis
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan. a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan. b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen. c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan pertimbangan
yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses peradilan
8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
9 .KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Februari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
11. Tanggal 28 Februari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
13. tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
16. tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron .
18. tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen
Kasus ini memberikan dampak di Amerika bahkan di Indonesia. Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:
•Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan publik •Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan publik • Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan mengenakan sanksi jika perlu • Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar professional di KAP • Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act • Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah jasa non audit yang dilarang :
1.Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan. 2. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan. 3. Jasa appraisal dan valuation 4. Opini fairness 5. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen 6. Broker, dealer, dan penasihat investasi
• Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee. • Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut. • KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor. • KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut “ para profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku”.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE), menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern (James : 2003).
Tabel.4 Unaudited Financial Highlights Enron di NYSE
Contoh kasus 3
Phar Mor Inc Permasalahan
Sejarah mencatat kasus phar mor inc sebagai kasus yang melegenda di kalangan auditor keuangan. Eksekutif Phar Mor sengaja melakukan fraud untuk mendapat keuntungan financial yang masuk ke dalam saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan. Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat dua laporan keuangan yakni, laporan inventory dan laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Dan kedua laporan ini kemudian dibuat ganda oleh pihak manajemen. Satu set laporan inventory berisi laporan inventory yang benar (true report), sedangkan satu set laporan lainnya berisi informasi tentang inventory yang di adjust dan ditujukan untuk auditor eksternal. Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisi tentang kerugian yang diderita oleh perusahaan ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan lainnya adalah laporan yang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendpat keuntungan yang berlimpah. Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrut staf dari akuntan publik (KAP) Cooper &Lybrand, staf –staf tersebut kemudian turut dimainkan dalam fraud tersebut dan sebagai imbalan telah membuat laporan ganda mereka diberikan kedudukan jabatan penting.
Kronologis
Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrut staf dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf tersebut yang kemudian dipromosikan menjadi Vice President bidang financial dan kontroler, yang dikemudian hari ternyata terbukti turut terlibat aktif dalam fraud tersebut.
Dalam kasus Phar Mor, salah satu syarat agar internal audit bisa berfungsi, yaitu fungsi control environment telah diberangus. Control environment sangat ditentukan oleh attituted dari manajemen. Idealnya, manajemen harus mendukung penuh aktivitas internal audit dan mendeklarasikan dukungan itu kesemua jajaran operasional perusahaan. Top manajemen Phar Mor, tidak menunjukkan attitude yang baik. Manajemen kemudian malah merekrut staf auditor dari KAP Cooper & Librand untuk turut dimainkan dalam fraud. Langkah ini bukan tanpa perencanaan matang. Staf mantan auditor kemudian dipromosikan menduduki jabatan penting, tetapi dengan imbalan harus membuat laporan-laporan keuangan ganda.
Sejauh ini manajemen Phar Mor telah membuktikan tentang teori : The Fraud Triangle. Yaitu teori yang menerangkan tentang penyebab fraud terjadi. Menurut teori ini, penyebab fraud terjadi akibat 3 hal : Insentive/Pressure, Opportunity dan Rationalization/Attitude.
Insentive/Pressure adalah ketika manajemen atau karyawan mendapat insentive atau justru mendapat tekanan (presure) sehingga mereka “commited” untuk melakukan fraud. Opportunity adalah peluang terjadinya fraud akibat lemahnya atau tidak efektivenya control sehingga membuka peluang terjadinya fraud. Sedangkan Rationalization/Attitude menjelaskan teori yang menyatakan bahwa fraud terjadi karena kondisi nilai-nilai etika lokal yang membolehkan terjadinya fraud.
Dalam kasus Phar Mor, setidak-tidaknya top manajemen telah membuktikan satu dari tiga penyusun triangle, yaitu : top manajemen telah melakukan Insentive/Pressure.
Solusi
Dalam Kasus Phar Mor yang telah diuraikan sebelumnya, Pihak Top Management dan Auditor Internal telah melakukan fraud demi kepentingan pribadi mereka. Phar Mor terbukti telah melakukan fraud dengan memberikan insentive berupa imbalan kepada auditor internal (insentive). Auditor Internal dari suatu organisasi berfungsi sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior dan atau dewan. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagian audit internal harus dinyatakan dalam dokumen tertulis yang formal, misalnya dalam anggaran dasar organisasi. Anggaran dasar harus menjelaskan tentang tujuan bagian audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab dalam kegiatan yang mereka periksa. ‘Pemeriksaan internal harus dilaksanakan secara ahli dan dengan ketelitian professional’, maka auditor sebaiknya seseorang yang kompeten. Karena kompetennya sering sekali kelebihan auditor ini disalahgunakan. ‘Para pemeriksa internal harus mematuhi standar profesional dalam melakukan pemeriksaan’, semua itu terdapat dalam kode etik auditor internal. Kode etik menghendaki standar yang tinggi bagi kejujuran, sikap objektif, ketekunan, dan loyalitas, yang harus dipenuhi oleh pemeriksa internal. Hal-hal inilah yang sering dikesampingkan oleh manajemen dan auditor itu sendiri demi kepentingan mereka masing-masing. Solusinya tidak lain tidak bukan adalah “Katakan Tidak Pada Fraud!”.
Dalam hal ini auditorlah kuncinya, jika saja auditor menolak ajakan management membuat laporan keuangan ganda, maka fraud tak akan terjadi. Pihak manajemen sebaiknya tidak menjatuhkan perusahaannya sendiri dengan cara melakukan fraud, karena “Dimanapun letak bangkai pasti akan tercium baunya”.
Kesimpulan
Fraud yang dilakukan oleh eksekutif Phar Mor dilakukan dengan membuat 2 laporan ganda, yaitu laporan inventory dan laporan keuangan bulanan yang masing-masing telah dilakukan adjustment. Dalam kasus ini, internal audit tidak bisa berfungsi karena adanya control environment yang tidak dilakukan dengan baik oleh manajemen. Manajemen Phar Mor setidaknya telah membuktikan satu dari tiga unsur The fraud Triangle, yaitu : insentive berupa imbalan jabatan kepada auditor internal. Oleh karena itu, auditor internal harus benar-benar memegang teguh kode etik profesi dalam menjalankan tugasnya, salah satunya dalam hal ini adalah kemandirian atau independensi. Fungsi pemeriksaan internal haruslah terpisah dari kegiatan-kegiatan yang diperiksanya. Suatu kemandirian akan memungkinkan pelaksanaan pekerjaan para auditor internal secara bebas dan objektif. Tanpa kemandirian, hasil pemeriksaan internal yang diharapkan tidak akan dapat diwujudkan secara optimal
BAB III
PENUTUP
Penyajian dalam laporan keuangan dapat menimbulkan berbagai macam kesalahan. Secara umum dari aspek individu dibagi menjadi dua, yakni:
a. Kesalahan yang disengaja, dalam hal ini disebut fraud.
b. Kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan ini dapat dikatakan sebagai error.
Fraudulent financial reporting dapat disebabkan adanya kolusi antara manajemen
perusahaan dengan akuntan publik. Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya kolusi tersebut,
yaitu perlunya perputaran (rotasi) akuntan publik dalam melakukan general audit suatu
perusahaan. Hal ini wajib dilakukan agar nilai opini yang dikeluakan bebas bias. Dengan
demikian penjagaan indepensi sebuah KAP dapat dikuatkan.
Pendapatan fiktif, perbedaan waktu pengakuan, penyembunyian hutang, pengungkapan yang tidak sesuai, dan penilaian yang tidak sesuai merupakan teknik yang menjadi main point saat pengauditan. Tentu untuk melakukan creative accounting ini bukan lagi melibatkan low management, tetapi melibatkan tingkat midle hingga top management perusahaan atau instansi. Tujuannya pun ada berbagai macam, ada yang ingin meningkatkan kualitas dan citra perusahaan di pasar bursa, bahkan dengan maksud memperkaya diri sendiri pun praktek di lapangan ada sangat banyak.
Bentuk penindakan atas kecurigaan atas laporan keuangan bisa dilakukan dengan restatement audit dengan menggunakan jasa akuntan publik yang lain. Jika benar terjadi penyimpangan maka pihak-pihak yang dengan sengaja melakukan kecurangan tersebut bisa ditindak tidana beserta denda. Baik pihak manajemen, ataupun auditor yang sengaja atau gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110.
Di Indonesia, kekuatan hukumnya tertuang dalam berbagai macam peraturan. Seperti Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (yang menjerat PT Kimia Farma).
Oleh karena itu sebuah KAP maupun seorang auditor harus benar-benar 100% mempraktekkan SPAK (Standar Profesional Akuntan Publik) dalam menjaga keprofesionalan akuntan. Tidak hanya berkompeten di bidang akuntansi, independensi harus selalu diterapkan demi menghasilkan judgment yang tepat atas laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA Sumber
1. https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:KQ7WDaAa_lcJ:muhariefeffendi.files.wordp
ress.com/2007/11/makalah-1-fraudulent-financial-reporting-tanggung-jawab-auditor-
independen.doc+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgIqbcLIiB1dI55J-
crXO9V5Ch1ZxHSbWr3MgbuDmnO-
tK4GMEE5WwR_MtewfTpcAuCIzBBtxfCLC0STf85_lpdUNMM2NVW0yR3zMMIRYr-
kV2GHdtgs1KGX6Cb3gfRgiUbQ348&sig=AHIEtbR9yj_5Y6pXPdT2owCpxU_D15Ye2A
2. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, & Mark S. Beasley, (2008), Auditing dan Jasa Assurance
Jilid 1. Jakarta:Erlangga