fey /;?SI /p -...
Transcript of fey /;?SI /p -...
fey /;?SI /p
GAMBARAN SELF-ESTEEM DAN GAYA HIDUP
DEWASA MUDA PENGHUNI APAR.TEMEN
Disusun Oleh :
Rahma Wulan Shafrini
103070029113
Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKJ~RTA 1429 H / 2008 M
GAMBARAN SELF-ESTEEM DAN GAYA HIDUP DEWASA MUDAPENGHUNIAPARTEMEN
Skripsi diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
RAHMA WULAN SHAFRINI
NIM: 103070029113
Di bawah Bimbingan
Pembimbing II
DR. Lily Surayya E.P., M.Env.Stud. NIP.150375182
~~v )/7'26 Gazi Saloom. M.Si.
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HllDAYATULLAH
JAKARTA 1428 HI 2007
II
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul GAMBARAN SELF-ESTEEM DAN GAYA HIDUP
DEWASA MUDA PENGHUNI APARTEMEN telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada tanggal 22 Januari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 22 Januari 2008
Sidang Munaqasyah
gkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota
(
M.Si Dra. Zahrdm
Anggota:
Penguji II Poogoji n i-{f
~.?--~~-
Neneng Tati Sumiati. M.Si.Psi NIP. 150300679
Pembimbing I
DR. Lily Surayya E.P., M.Env.Stud. NIP. 150375182
lkhwan Lutfi, M. Si
Pembimbin9 II
iii
MOTTO
I\izb1Zrha$i1an dan k!lgagalan dalam hidup tide,k tllrgantung
pada siapa diri kita t(ltapi t!lrgantung bagaimana kita
m!lnghargai diri kita.
flo onJZ ean makJZ goa jnfJZrjor wjfhoat goarpJZrmh;a;jon
(tidak ada s(lorang pun yang m1Zmbuat anda m1Zrasa r1Zndah
diri tanpa PllfS!ltujuan anda).
Jlwaja ini al1u peMendialiflan Ufltuli
C4fa/i, ili.u, adili-adililiu, milaft fw!Umg, milaft utt, dmt <!aSu3w ...
(A) Fakultas Psikologi (B) Desember 2007 (C) Rahma Wulan Shafrini
ABSTRAK
(D) Gamba ran Self-esteem dan Ga ya Hid up Dewasa Muda Penghuni Apartemen
(E) iv+138 (F) Dewasa muda yang baru memasuki dunia perkuliahan mungkin merasa lebih dewasa, lebih banyak pelajaran yang dapat dipilih, lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama teman-teman sebaya, lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup, menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua dan tantangan intelektual oleh tugas akademik (kuliah). Orang dewasa muda yang melanjutkan pendidikan universitasnya, memilih untuk tinggal jauh dari orang tua, dan salah satu pilihannya memilih apartemen sebagai tempat tinggalnya juga mengandung penghargaan terhadap diri sendiri. Salah satu keuntungan apartemen adalah menawarkan berbagai kenyamanan yang juga mengutamakan kemudahan seperti akses ke lokasi yang mudah dijangkau, baik ke pusat bisnis, hiburan, olahraga, perbelanjaan, pendidikan, hingga klinik
Self-esteem adalah suatu perasaan di mana seseoran(J merasa dirinya berharga dan merasa bangga terhadap dirinya. Orang yang memiliki selfesteem yang positif mempunyai pandangan yang jelas mengenai tujuan hidup dan jati diri mereka. Self-esteem seseoran!~ akan sangat mempengaruhi seluruh aspek dalam hidupnya. Begitu pula dengan gaya hidup yang dimiliki oleh para subjek. Gaya hidup dipahami sebagai cara dari masing-masing subjek menjalankan kehidupannya untuk dipersepsikan oleh orang lain. Self-esteem memiliki enam aspek, yaitu Menj<:1lani hidup penuh kesadaran, Penerimaan diri, Bertanggung jawab terhadap diri sendiri, Bertindak tegas, Menjalani hidup penuh tujuan, lntegritas personal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap self-esteem dan gaya hidup yang dimiliki oleh mahasiswa penghuni apartemen berusia dewasa muda.
Penelitian ini dilakukan melalui proses wawancara dan observasi yang dilakukan paling sedikit dua kali. Wawancara dilakukan dengan metode deep interview yang bertujuan untuk mengungkap segala hal yang sedang diteliti. Pertanyaan dibuat sejumlah 68 dengan teknik probbing atau penggalian
\I
lanjutan bila diperlukan saat wawancara berlangsung. Observasi dilakukan sebagai kegiatan wawancara.
Subjek penelitian ini adalah empat orang mahasiswa Universitas Pelita Harapan (UPH) berusia antara 18 sampai 25 tahun dan sudah menghuni apartemen minimal 1 tahun. Pengambilan subjek dilakukan secara snowball sampling. Keempat subjek memiliki jurusan kuliah yang berbeda-beda. Alasan tinggal di apartemen yang mereka kemukakan juga bervariasi.
Hasil yang didapat oleh penulis bahwa self-esteem orang dewasa muda penghuni apartemen mengalami perubahan. Hal tersebut mereka rasakan bukan karena di mana mereka tinggal namun lebih banyak dikarenakan oleh lingkungan dan pergaulan dengan teman sehari-hari. Alasan mereka memilih untuk tinggal di apartemen sebagai tempat kos karena letal< apartemen yang bersebelahan dengan kampus dan bersebrangan dengan pusat perbelanjaan.
Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Untuk itu disarankan agar pada penelitian selanjutnya waktu yang digunakan lebih lama dan pertanyaanpertanyaan yang diajukan lebih mendalam.
(G) Bahan bacaan : 40 (1973-2007) + Situs internet : 3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil'alamin, tiada rasa syukur yang lebih tinggi dan lebih layak penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kesehatan, serta kasih sayangNya yang tak terhingga kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat ters•elesaikan dengan baik. Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari doron~1an dan bantuan berbagai pihak yang telah membantu kelancaran selama proses penulisan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada: 1. Dra. Netty Hartati, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. DR. Lily Surayya Ekaputri P., M.Env.Stud., Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, saran-saran, dorongan, dan kemudahan lainnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Gazi Saloom, M.Si., Pembimbing II yang telah membenkan saran-saran, pengarahan, dorongan semangat serta kemudahan lainnya sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis begitu banyak ilmu sebagai dasar dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ayah dan lbu, Zulkifli Umar & Agustina Rahayu, orang tua yang sangat hebat, yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan materi, dan menjadi inspirasi penulis untuk terus maju.
6. Para petugas perpustakaan-perpustakaan yang telah banyak membantu. 7. !bu lntan dan !bu Arianti Patria selaku Tenant Relc:1tion Officer dan
General Affair dari Apartemen Golf Karawaci Tangerang yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di Apartemen Golf Karawaci, sehingga penelitian dapat dilaksanakan dengan lancar.
8. Untuk Mieke, Fery, dan Surya. Terima kasih atas bantuannya yang telah menjadi penghubung penulis dengan para subjek penelitian.
9. HL, JN, KT, dan JM yang telah menjadi subjek penelitian, terima kasih alas wal<tu dan bantuannya sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian.
\/ii
10. Frau Han, terima kasih telah membantu dalam memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.
11. Mbah Kakung dan Mbah Uti, serta adik-adikku Agam dan Kiki terima kasih telah menghadirkan canda dan tawa dalam keluarga.
12.CaSuKu, Mas Ronggo Permono, yang telah banyak memberiku l<asih sayang, perhatian, do'a, keikhlasan, dan dukungan dari segala macam segi. Semoga semuanya tetap selalu ada dan kita bisa membangun impian bersama.
13. Ina, Fanny, Nia, Lietha, Zora, Andien, Ajeng, Dwi lndriastuti, kalian adalah sahabat-sahabat terbaikku, tempat berbagi segala suka dan duka. I love you all.
14. Teman-teman seperjuangan, kelas C angkatan 2003, lntan, lka, lrin, Fira, Alq, Ridwan "Joni", Dedi, lndah, Fiqih, Meda, Fatma, Titi, Yoga, Adang, juga Ashry Rizqan. Terima kasih atas dorongan semangat dan do'anya.
15. Keluarga Bp. M. Kabul, terima kasih atas pemberian dukungan dan do'anya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masil1 terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis menerima kritikan maupun saran-saran yang dapat membangun.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembacanya, dan dunia psikologi sesuai dengan tujuan penulisan.
Jakarta, Desember 2007
Penulis
DAFTAR ISi
Halaman Judul. ............................................................................ i Halaman Persetujuan ..................................................................... ii Halaman Pengesahan .................................................................... iii Motto .......................................................................................... iv Lembar Persembahan .................................................................... v Abstrak ....................................................................................... vi Kata Pengantar ............................................................................. vii Daftar lsi....... ... . .. . .. . .. . ... .. . ... . . .... .. . .. .... .. . ... .. . ... .. . .. ... . ... .. . .. ... . .. .... .. ix Daftar T abel................................................................................. xi DaftarBagan ................................................................................ xii Daftar Lampiran ............................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................... 1 1.1 LatarBelakang Masalah ........................................... 1 1 .2 ldentifikasi Masalah ................................................. 6 1.3 Pembatasan dan Perumasan Masalah ........................ 7 ·1.4 Tujuan Penelitian ................................................... 11 1.5 Sistematika Penulisan .............................................. 12
BAB 2 LANDASAN TEORI. ..................................................... 14 2. 1 Self-Esteem ........................................................... 14
2.1.1 Definisi Self-Esteem ......................................... 14 2.1.2 Aspek-aspek dalam Self-Esteem ......................... 24 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Esteem ...... 26
2.2 Dewasa Muda ....................................................... 29 2.2.1 Definisi Dewasa Muda ...................................... 29 2.2.2 Rentang Usia Dewasa Muda .............................. 31 2.2.3 Ciri-ciri Dewasa Muda ....................................... 31 2.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda .......... 34
2.3 Apartemen ............................................................. 35 2.3.1 Definisi Apartemen ........................................... 35
2.4 Gaya Hidup ........................................................... 37 2.4.1 Definisi Gaya Hidup ......................................... 37 2.4.2 Pengukuran Gaya Hidup ................................... 39 2.4.3 Segmentasi Gaya Hidup .................................... 42
2.5 Kerangka Berpikir ................................................... 44
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Kategorisasi Gaya Hid up AIO ....................................................... 41 2. Blue print wawancara gambaran self-esteem ................................... 52 3. Blue print wawancara segmentasi gaya hidup .................................. 53 4. Gamba ran um um subjek........................................................... .. 56 5. Gamba ran subjek berdasarkan jenis kelamin ................................... 57 6. Gambaran subjek berdasarkan usia ............................................... 58 7. Persentase gaya hidup ................................................................ 58 8. Faktor-faktor self-esteem ............................................................. 59 9. Perbandinga antar subjek ............................................................ 131
DAFT AR BAGAN
Bagan
1. Self-seteem dan gaya hid up dewasa muda penghuni apartemen .......... 46 2. Alur gambaran self-esteem dan gaya hidup HL ................................. 74 3. Alur gambaran self-esteem dan gaya hidup JN ................................. 93 4. Alur gambaran self-esteem dan gaya hid up KT ................................. 107 5. Alur gambaran self-esteem dan gaya hid up JM ................................ 126
OAFTAR LAMPIRAN
Lampi ran
1. Pernyataan kesediaan ............................................................... 142 2. Lembar Observasi. ................................................................... 143 3. Surat izin penelitian .................................................................. 144 4. Surat bukti penelitian ................................................................ 145
1.1 Latar Belakang
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap individu memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda.
Perbedaan inilah yang menjadikan setiap individu juga memiliki dan
mengembangkan gaya hid up yang berbeda-beda. Gaya hidup juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berfungsi sebagai karakteristik, di
mana secara individu melekat yang dibentuk dan terbentuk melalui interaksi
sosial, selama individu tersebut mengalami perpindahan siklus hidup seperti
emosi, motivasi, persepsi, pembelajaran, aktivitas pemasairan, budaya, nilai,
demografi, status sosial, dan kelompok.
Kenniston (1970) dalam Santrock (1995) berpendapat bahwa kaum muda
tidak menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya suatu saat akan
menentukan masa dewasanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
berhubungan dengan mayarakat, pekerjaan dan peran sosial, serta gaya
hidup. f<aum dewasa muda berbeda dengan remaja, karena adanya
perjuangan antara membangun pribadi yang mandiri dan rnenjadi terlibat
secara sosial. Hal ini berlawanan dengan perjuangan remaja untuk
menclefinisikan dirinya.
2
Bagi mereka yang menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas atau
sederajatnya , pindah dari rumah dan mendapatkan karir, masa transisi
menuju masa dewasa nampak telah terjadi. Kemampuan untuk membuat
keputusan adalah salah satu ciri lain yang tidak sepenuhnya terbangun pada
dewasa muda. Yang dimaksudkan adalah membuat keputusan tentang karir,
nilai-nilai, relationship, dan tentang gaya hidup.
Pada waktu muda, seseorang mungkin mencoba banyak peran yang
berbeda, berpikir tentang berbagai gaya hidup dan mempertimbangkan
berbagai hubungan yang ada. lndividu yang beranjak dewasa biasanya
membuat keputusan tentang hal-hal tersebut, terutama dalam bidang gaya
hidup dan karir. Dewasa muda yang baru memasuki dunia perkuliahan
mungkin merasa lebih dewasa, lebih banyak pelajaran yang dapat dipilih,
lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama teman-teman sebaya, lebih
banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya l1idup, menikmati
kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua dan tantangan
intelektual oleh tugas akademik (kuliah). Orang dewasa muda yang tinggal
jauh dari orang tua memiliki beberapa keuntungan, di antaranya adalah
waktu untuk mengambil keputusan secara mandiri, mengatur jadwal dan
kepentingan sendiri, kesempatan untuk mengeksplorasi tempat baru,
mencoba hal-hal baru, dan adanya privasi (Santrock, 1905).
Usia dewasa muda memiliki ciri yang menonjol nampak clalam adanya
peletakkan dasar dalam banyak aspek kehidupannya, melonjaknya
persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan dengan remaja akhir dan
terdapatnya ketegangan emosi. Namun demikian, hal penyesuaian diri
merupakan hal yang utama dalam usia dewasa muda. H.S. Becker, dalam
Personal Changes in Adult Life menyatakan bahwa dewasa muda
merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang
baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Manusia dewasa muda
diharapkan memainkan peranan-peranan baru, serta mengembangkan
sikap-sikap, minat-minat dan nilai-nilai dalam memelihara peranan
peranannya yang baru tersebut (Mappiare, 1983).
Pendapat yang sama dinyatakan oleh Santrock (1995), bahwa seseorang
yang memasuki usia dewasa muda dalam tahap perkembangannya sedang
mengalami krisis mengenai penetapan masa depannya. lni berhubungan
dengan orang dewasa muda menghadapi tantangan intelektual oleh tugas
tugas akademik.
3
4
Orang dewasa muda yang melanjutkan pendidikan universitasnya, memilih
untuk tinggal jauh dari orang tua, dan salah satu pilihannya memilih
apartemen sebagai tempat tinggalnya mengandung penghargaan terhadap
diri sendiri. Salah satu keuntungan apartemen adalah meriawarkan berbagai
kenyamanan yang juga mengutamakan kemudahan seperti akses ke lokasi
yang mudah dijangkau, baik ke pusat bisnis, hiburan, olat1raga,
perbelanjaan, pendidikan, hingga klinik (2006,
http://www.republika.eo.id/koran). Namun, tinggal di apartemen kita harus
melakukan segala sesuatunya secara mandiri dan sadar bahwa kita juga
harus selalu menghargai privasi orang lain (tetangganya).
Dalam masyarakat tedapat opini bahwa bila seseorang tinggal di apartemen
merupakan orang yang berasal dari kelas sosial menengah ke atas. Selain
itu masyarakatjuga menilai bahwa kehidupan di apartemen sangat
metropolis dan jauh dari kesederhanaan. Gaya hidup yang metropolis ini
didukung dengan lingkungan sosial di sekitar apa1iemen itu sendiri. Merujuk
kepada pengertiannya, apartemen dibangun dengan segala fasilitas yang
sangat memadai, memiliki nilai privasi bagi penghuninya, dan apartemen
juga merupakan salah satu bentuk dari gaya hidup. Tinggal di apartemen
sangat mempengaruhi self-esteem serta gaya hidup dari penghuninya. Sifat
kebebasan dan kemandirian yang dimiliki oleh orang dewasa muda yang
tinggal jauh dari orang tua dengan bagaimana ia dapat menghargai dirinya
sebagai seorang individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, sukses,
bahagia, berharga, layak berpikir, dan menghadapi tuntur.an hidup dengan
tinggal di apartemen yang dapat dengan bebas melakukan semua ha! yang
diinginkannya.
5
Oleh karena itu, menurut Goble (1987), self-esteem atau dalam Bahasa
Indonesia diartil<an sebagai harga diri, meliputi kebutuhan akan kepercayaan
diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan,
dan kebebasan. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih
percaya diri serta lebih mampu, maka ia juga lebih produktif. Sebaliknya bila
harga dirinya kurang maka ia akan diliputi rasa rendah diri serta rasa tidal<
berdaya yang selanjutnya dapat menimbulkan rasa putus asa. Menurutnya
juga, harga diri yang paling stabil adalah harga diri yang paling sehat,
tumbuh dari penghargaan yang wajar dari orang-orang lain, bukan karena
nama, kemahsyuran, serta sanjungan kosong. Hal senada diungkapkan oleh
Coopersmith (1967) bahwa individu yang mempunyai self-esteem positif
yaitu individu yang memiliki sifat-sifat mandiri, kreatif, yakin pada penilaian
serta gagasan-gagasannya sendiri, berani, berani menentukan sesuatu
sendiri, memiliki kestabilan psikologis, tidak cemas dan leb.ih berorientasi
pada l<eberhasilan. lndividu semacam ini memandang dirinya kompeten dan
memiliki harapan besar di masa depan yang biasanya lalu menumbuhkan
motivasi yang tinggi. Penghargaan terhadap diri sendiri pada orang dewasa
6
muda yang hidup sendiri atau jauh dari orang tua, mengambil keputusan
secara mandiri, mengatur jadwal dan kepentingan sendiri, kesempatan untuk
mengeksplorasi tempat baru, mencoba hal-hal baru, dan adanya privasi
menambah sifat khas tersendiri dari setiap individu, termasuk di antaranya
memilih tempat tinggal.
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di alas, penulis mengicientifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana self-esteem dan gaya hidup dewasa muda penghuni
apartemen?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi self-esteem dan gaya hidup
orang dewasa muda penghuni apartemen?
3. Mengapa mahasiswa dewasa muda memilih apartemen sebagai salah
satu dari gaya hidupnya?
4. Gaya hidup apa yang dipilih dan dikembangkan oleh orang dewasa muda
penghuni apartemen?
5. Apa yang mempengaruhi orang dewasa muda penghuni apartemen
dalam pemilihan gaya hidupnya?
1.3. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya dan terarahnya penelitian rnengenai self
esteem dan gaya hidup orang dewasa muda penghuni apartemen maka
penulis perlu melakukan pembatasan masalah.
7
Berdasarkan pendapat dari Coopersmith (1967) bahwa individu yang
mempunyai self-esteem positif yaitu individu yang memiliki sifat-sifat mandiri,
kreatif, yakin pada penilaian serta gagasan-gagasannya sendiri, berani,
bersikap berdikari secara sosial (berani menentukan sesuatu sendiri),
memiliki kestabilan psikologis, tidak cemas dan lebih bero1·ientasi pada
keberhasilan. lndividu semacam ini memandang dirinya kompeten dan
memiliki harapan besar di masa depan yang biasanya lalu menumbuhkan
motivasi yang tinggi.
Sedangkan orang-orang yang memiliki self-esteem yang ni9gatif adalah
mereka yang kurang percaya pada diri mereka sendiri dan lebih segan
segan dalam menyatakan diri mereka dalam suatu kelompok, khususnya jika
mereka memiliki gagasan-gagasan baru atau ide-ide kreatil'. Mereka
cenderung mendengarkan daripada berpartisipasi, mereka sangat peka dan
sibuk dengan pikiran dan perasaan mereka sendiri. Orang yang memiliki self-
8
esteem yang negatif kurang stabil dalam menjalin hubun!~an-hubungan antar
pribadi dan sering kurang aktif dalam masalah-masalah kemasyarakatan
(Goble, 1987).
Menurut Menurut Susianto (1993), gaya hidup adalah perilaku seseorang
yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat, dan opini khususnya yang berkaitan
dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Ga.ya hidup adalah
frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingl<ah laku dan
konsekuensinya akan membentuk pola perilal<u tertentu. Terutama
bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup
sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentul< image1 di mata orang
lain, berkaitan dengan status sosial yang diproyeksikannya. Untuk
merefleksil<an image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang
sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Oleh karena itu, Susianto (1993) membagi 6 segmentasi gaya hidup.
Segmentasi tersebut adalah sebagai berikut:
Segmen 1: Hura-hura
Tipe orang pada kelompok ini adalah mereka lebih menyukai kegiatan yang
sifatnya "hura-hura" dibandingkan dengan kegiatan sosial yang sifatnya
membantu orang lain. Dalam mengikuti suatu kegiatan mereka tidak ingin
serius terlibat. Mereka senang dengan l<eramaian lwta.
Segmen 2: Hedonis
Subjek dalam segmen ini adalah orang-orang yang seba·;;iian besar
perhatiannya ditujukan pada lingkungan di luar rumah. Mereka tidak punya
minat pada sanak saudara ataupun keadaan rumah. Jika ada sedikit
masalah, subjek tersebut langsung keluar rumah. Mereka ingin menjadi
pusat perhatian. Oleh karena itu mereka tidak segan-segan untuk membeli
barang yang mahal dan wal<tu luangnya mereka gunakan untuk 'main''.
Mereka berasal dari keluarga yang sangat mampu dan mereka mendapat
uang saku dan fasilitas yang serba kecukupan.
Segmen 3: Rumahan
Pada kelompok ini adalah individu yang banyak menghabiskan waktu di
rumah. Penuh perhatian pada keluarga dan lingkungan rumah, kurang aktif
dalam bergaul. Biasanya banyak menghabiskan waktu luangnya untuk
membaca. Waktu luangnya atau pada saat liburan banyak digunakan
bersama keluarga mencari ketenangan yang jauh dari keramaian kota.
lndividu tersebut penuh perhitungan dalam membelanjakan uangnya.
Segmen 4: Sportif
9
Tipe orang dalam segmen ini adalah tipe orang yang senang berolahraga.
Mereka menyediakan waktu khusus dan berusaha mendapat prestasi dalam
berolahraga, berusaha untuk tampil mandiri, tidak teralu mementingkan
penampilannya.
10
Segmen 5: Kebanyakan
Tipe orang pada segmen ini adalah orang-orang yang cenderung hati-hati
dalam bertingkah laku. Mereka adalah orang-orang yang cenderung tidak
ingin bertentangan dengan mayoritas, sehingga mereka l<Urang berani untuk
menjadi inisiator.
Segmen 6: Sosial
Subjek dalam kelompok ini adalah orang-orang yang peka terhadap
kebutuhan orang lain. Banyak melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang
sifatnya sosial. Mereka adalah orang-orang yang produktif, sampai waktu
luangpun dipakai untuk kegiatan yang bermanfaat.
Mahasiswa dewasa muda, berusia antara 18-25 tahun dengan alasan yang
diungkapkan oleh Jeffrey Arnett (2000) dalam Santrock (2002), rentang usia
18-25 tahun dapat dikatakan usia keluar dari remaja, individu sudah
meninggalkan ketergantungannya sebagai anak-anak tetapi belum
sepenuhnya bertanggung jawab sebagai seorang dewasa. Mereka memilil<i
peranan dalam mengeksplorasi apa yang ingin mereka lakukan dalam
hidupnya, terutama dalam hal pel<erjaan dan cinta.
11
1.3.2. Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah penulis ingin melihat:
1. Bagaimana gambaran self-esteem dan gaya hidup mahasiswa penghuni
apartemen?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi self-esteem dan gaya hidup
mahasiswa penghuni apartemen?
3. Mengapa mahasiswa dewasa muda memilih apartemen sebagai salah
satu dari gaya hidupnya?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada latar belakang dan perumusan masalah maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor
dari self-esteem dan gaya hidup mahasiswa dewasa muda penghuni
apartemen.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat teorotis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai harga diri dan faktor
faktor yang mempengaruhi harga diri.
12
Adapun manfaat praktis yang dapat diambil adalah dapat memberikan
informasi dan masukan bagi penghuni apartemen mengenai self-esteem dan
gaya hidup orang dewasa muda khususnya penghuni apartemen, selain itu
mahasiswa dewasa muda dapat mengembangkan self-esteem yang positif.
Serta sebagai bahan pertimbangan bagi orang dewasa rnuda, khususnya
mahasiswa, untuk membuat keputusan dalam pemilihan 9aya hidup.
1.5. Sistematika Penulisan
Pada penulisan ini penulis menggunakan APA (American Psychological
Association) Style sesuai dengan acuan pedoman dan penyusunan skripsi
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004. Hasil penelitian
ditulis dan disusun menjadi lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam penulisan bab ini, penulis melakukan pembahasan mengenai latar
belakang penelitian yang di dalamnya mencantumkan identifikasi masalah,
pembatasan masalah, selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam
perumusan masalah dan terakhir dijelaskan tujuan peneliti;:in, manfaat
penelitian serta sistematika penulisan pada penelitian ini.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
13
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengertian self-esteem, faktor-faktor
yang mempengaruhi self-esteem dan enam pilar self-esteem, pengertian
dewasa muda, ciri-ciri dewasa muda dan tugas-tugas perkembangannya,
pengertian gaya hidup dan segmentasi gaya hidup, serta pengertian dari
apartemen.
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai langkah-langkah yang diambil delam
penelitian meliputi pendekatan penelitian, metode penelitian, populasi,
pengambilan sampel dan teknik pengambilan sampel, metode dan instrumen
pengumpulan data.
BAB 4: ANALISIS DATA
Membahas gambaran umum dan hasil penelitian, yaitu dengan menyajikan
data yang diperoleh, analisis, dan interpretasi data.
BAB 5 : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan
saran-saran yang dianjurkan demi keperluan penelitian selanjutnya.
BAB2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan. Pertama yang akan dibahas mengenai definisi self-esteem,
aspek-aspek self-esteem, dan faktor-faktor yang mempen!Jaruhi self-esteem.
Selanjutnya diuraikan secara singkat mengenai definisi dewasa muda,
pembagian usia dewasa muda, ciri-ciri, serta tugas-tugas perkembangan
dewasa muda, serta definisi apartemen.
Dijelaskan pula definisi gaya hidup dan segmentasinya. Pada bagian akhir
akan dirumuskan kerangka berpikir dari penulis mengenai self-esteem
dewasa muda penghuni apartemen berdasarkan gaya hidup.
2.1. Self-Esteem
2.1.2. Definisi Self-Esteem
Dari beberapa buku didapat beberapa definisi self-esteem yang dirumuskan
para ahli, di antaranya sebagai berikut:
Santrock (1995) mendefinisikan self-esteem atau harga diri adalah dimensi
evaluatif global dari diri. Harga diri juga diacu sebagai nilai cliri atau citra diri.
Seorang individu dapat merasa bahwa ia tidak hanya sebagai seorang
manusia tetapi juga sebagai seorang manusia yang berharga.
Frey clan Carlock (1984) mengungkapkan mengenai self-e~steem:
15
"Self-esteem ada/ah suatu pengevaluasian, mengacu pada ha!
negatif, ha/ positif, ha/ netral, penilaian ambigu yan9 mana self-esteem
merupakan bagian dari self-concept."
Sedangkan Johnson dan Swindley (1999) secara singkat menjelaskan
bahwa:
"Self-esteem adalah perasaan berharga mengenai diri sendiri; nilai
yang ada di dalam diri."
Hal senada juga diungkapkan oleh Minchinton (1993),
"Self-esteem adalah nilai yang ada pada diri kita. Self-esteem
merupakan penilaian dari keberhargaan diri sebagai manusia,
berdasarkan pada setuju atau tidak setuju dari diri kita dan peri/aku
kita."
Terlihat bahwa secara umum konsep self-esteem berkaitan era! dengan
unsur penilaian. Berne dan Savary (1988) menambahkan lebih Janjut bahwa
harga diri merupakan suatu penilaian seseorang terhadap dirinya sendirj, bisa
16
menimbulkan perasaan percaya diri tetapi juga bisa menyebabkan perasaan
rendah diri.
Goble (1987), menjelaskan bahwa harga diri meliputi kebutuhan akan
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan.
Konsep self-esteem seperti yang sudah dijelaskan sebelurnnya oleh Frey dan
Carlock berkaitan juga dengan konsep diri. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hurlock (1980), self-esteem merupakan salah satu komponen konsep diri,
tepatnya komponen sikap individu terhadap dirinya sendiri. Jadi self-esteem
merupakan bagian dari konsep diri seseorang.
Misalnya, dua orang mungkin sama-sama memiliki konsep diri bahwa
wajahnya berjerawat dan bertubuh gendut. Namun yang satu dapat
menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa saja, sementara yang
satunya lagi merasa tidak senang dengan keadaannya tersebut. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa adanya penilaian yang berbeda-beda pada setiap
individu walaupun keadaannya relatif sama. Perasaan berharga atau tidak
berharga, suka atau tidak suka yang ditimbulkan dari penilaian itulah yang
disebut self-esteem. Coopersmith (1967) dalam Gilmore (1 Gl74)
mengemukakan bahwa:
17
"By self-esteem we refer to the evaluation which the individual makes and customarily maintains with regard to himself; it expresses an attitude of approval or disapproval, and indicates the extent to which the individual believes himself to be capable, significant, successful, and worthy. In short, self-esteem is a personal judgment of worthiness that is expressed in the attitudes the individual hold toward himself. It is subjective experience which the individual conveys to others by verbal reports and other overt expressive behavior."
Dari uraian di alas terlihat bahwa self-esteem mengindikagi pada diri individu
menilai seberapa jauh ia meyakini bahwa dirinya mampu, bermakna, berhasil,
dan bermanfaat. Self-esteem juga merupakan pengalaman subjektif yang
disarnpaikan kepada orang lain dalarn bentuk kata-kata maupun perilaku
ekspresif lainnya.
Untuk menerangkan self-esteem seseorang, menurut Branden (2001), harga
diri merupakan perpaduan antara kepercayaan diri (self-confidence) dan
penghormatan diri (se/f-respecQ. Harga diri menggarnbarkan keputusan
seseorang secara implisit atas kemampuannya dalam mengatasi tantangan-
tantangan kehidupan dan hak-haknya untuk menikmati kebahagiaan.
Dari definisi-definisi self-esteem yang sudah diutarakan di atas maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa self-esteem adalah pandangan atau penilaian
seseorang mengenai dirinya sendiri, dapat berupa penilaian positif ataupun
negatif, yang ditandai dengan menghormati diri, menikmati tantangan dan
perubahan, bertanggung jawab, bersikap tegas, bersikap efisien, mempunyai
rasa memiliki, sebagai penentu perilaku dan perasaan berharga dalam
hubungan kemanusiaan.
18
Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih
mampu, maka ia juga lebih produktif. Harga diri yang stabil, karenanya juga
yang paling sehat, tumbuh dari penghargaan yang wajar dari orang-orang
lain, bukan karena nama, kemahsyuran, serta sanjungan kosong (Goble,
1987). Branden (2007) dalam bukunya yang berjudul "Enam Pilar
Penghargaan Diri" (terj) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara harga diri yang sehat dengan karakter orang lain yang secara
langsung mendukung pencapaian dan kebahagiaan seseorang. Harga diri
yang sehat jug a berhubungan dengan rasionalitas, realistis., intuitif, kreatif,
mandiri, fleksibel, kemampuan untuk mengelola perubahan, keinginan untuk
mengakui kesalahan, kebaikan dan sikap kooperatif. Sedangkan harga diri
yang tidak sehat berhubungan dengan ketidakrasionalan, tidak realistis, keras
kepala, takut terhadap sesuatu yang baru, memberontak, mengeluh
berlebihan, atau memusuhi orang lain.
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (BPPSDMK) dalam situs internet
(http://www.bopsdmk.depkes.go.id/?show=detailnews) menulis bahwa self
esteem ditinjau dari kondisinya dibedakan dalam dua kondisi, yaitu strong
19
(kuat) dan weak (lemah). Orang yang mempunyai self-es.teem yang kuat
akan mampu membina relasi yang baik dan sehat dengan orang lain,
bersikap sopan dan menjadikan dirinya menjadi orang yang berhasil. Ciri-cini
orang yang memiliki self-esteem yang kuat adalah:
1. Self Confidence (percaya diri),
yaitu menghadapi segala sesuatu dengan penuh percaya diri dan tidak
mudah putus asa.
2. Goal Oriented (mengacu has ii akhir),
yaitu ketika ingin melaksanakan sesuatu selalu memikirkan langkah
langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuanny,9 itu dengan
memikirkan segala konsekuensi yang diperkirakan akan muncul serta
memikirkan alternatif lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Apreciative (menghargai),
yaitu merasa cukup dan selalu bisa menghargai yang ada disekelilingnya
serta dapat membagi kesenangannya dengan orang lain.
4. Contented (puas/ senang),
yaitu bisa menerima dirinya apa adanya dengan segala kelemahan dan
kelebihannya serta mempunyai toleransi yang tinggi atas kelemahan
orang lain dan mau belajar dari orang lain.
Sebaliknya individu yang memiliki self-esteem yang lemah memiliki citra diri
negatif dan konsep diri yang buruk. Semuanya akan menjadi penghalang
20
kemampuannya sendiri dalam membentuk satu l1ubungan antar individu agar
nyaman dan baik untuk dirinya. Bahkan seringkali menghukum dirinya sendiri
atas ketidakmampuannya dan terlarut dalam penyesalan. Sikap yang tidak
tegas dalam melakukan berbagai tindakan akibat adanya rasa takut membuat
orang lain tersinggung, merasa diperintah atau digurui yang membuat diri
menjadi benci dan merasa dikucilkan.
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki self-esteem yang lemah, adalah:
1. Critical (selalu mencela), yaitu biasanya selalu mencela orang lain,
banyak keinginannya dan seringkali tidak terpenuhi, senang memperbesar
masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mau mengakui
kekurangannya.
2. Self centered (mementingkan diri sendiri), yaitu biasanya egois, tidak
peduli dengan kebutuhan orang lain atau perasaan orang lain, segala
sesuatunya berpusat pada dirinya sendiri, tidak ada tenggang rasa
dengan lainnya yang akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi. Perilaku ini
akan menjauhkan dirinya dan orang-orang disekelilingnya.
3. Cynical (sinis/suka mengolok-olok), yaitu senang meledek orang lain
dengan omongan yang sinis, sering menyalahartikan pemikiran, kegiatan,
kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain juga tidak senang
padanya.
21
4. Diffident (malu-malu), yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak
pernah bisa membuktikan kelebihannya dan seringkali gaga! dalarn
melakukan sesuatu. Hal-hal serta kesalahan kecil seringkali
diperhitungkan terlalu serius dan dilihat sebagai bukti fcetidakmarnpuan
dirinya. Walaupun rnemiliki bakat dan kemampuan seperti orang lain, tapi
gaga! untuk bisa mernperlihatkan tanggung jawabnya dan juga gaga!
dalam memanfaatkan kelebihannya karena sudah mernbayangkan
kegagalan yang ada dihadapannya.
Menurut Darmawangsa (2007), self-esteem dapat diartikan sebagai suatu
perasaan dimana seseorang merasa dirinya berharga dan merasa bangga
terhadap dirinya. Orang yang rnemiliki self-esteem yang tinggi mempunyai
pandangan yang sangat jelas mengenai tujuan hid up dan jati diri mereka.
Tingkat self-esteem seseorang akan sangat mempengaruhi seluruh aspek
dalam l1idupnya. Seorang yang memiliki self-esteem yang rendah akan
mempunyai harapan yang rendah pula terhadap pencapaian suksesnya. Jika
seseorang memiliki self-esteem yang rendah dan mengataf(an, "Saya tidak
senang dengan diri saya," atau "Saya adalah seorang pecundang", orang lain
akan menangkap sinyal tersebut dan memperlakukannya s1~perti yang ia
inginkan. Hal yang sama berlaku jika seseorang memiliki se·lf-esteem yang
tinggi, individu tersebut akan merasa bahwa dia adalah seorang yang dapat
rnencapai kesuksesan yang ia inginkan dan secara tidak langsung orang lain
pun akan melihat dan memberilcan perlakuan yang sama seperti yang
diinginkannya.
22
Coopersmith (1967) menemukan bahwa individu yang mempunyai self
esteem yang tinggi memiliki sifat-sifat mandiri, kreatif, yakin pada penilaian
serta gagasan-gagasannya sendiri, berani, berdikari secara sosial (berani
menentukan sesuatu sendiri), memiliki kestabilan psikologis, tidak cemas dan
lebih berorientasi pada keberhasilan. lndividu semacam ini memandang
dirinya kompeten dan memiliki harapan besar di masa depan yang biasanya
lalu menumbuhkan motivasi yang lebih tinggi. Orang-orang yang memiliki
self-esteem tinggi biasanya /ebih bahagia dan lebih efektif dalam kehidupan
sehari-l1ari (dalam Goble, 1987).
Seseorang memiliki self-esteem atau harga diri yang sehat, individu tersebut
mengenal dan dapat menerima dirinya sendiri dengan segala
keterbatasannya, dangan kata lain individu tersebut tidak merasa malu
dengan keterbatasannya, tetapl tidak mudah baginya memandang dirinya
sebagai bagian realitas. Harga diri yang sehat adalah kemampuan untuk
melihat diri sendiri berharga, berkemampuan penuh kasih sayang dan
menarik, memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang
berharga dalam hubungan. Orang yang memiliki rasa harga diri biasanya
juga memiliki rasa percaya diri, mereka dapat membina hubungan yang sehat
23
dengan orang lain, melihat diri mereka sebagai orang yang berhasil. Rasa
harga dirl seseorang akan berkembang apabila ia mengetahul bahwa orang
lain menghargainya dan suka berbagi pengalaman dengannya (Berne, 1988).
Sebaliknya, seseorang yang memiliki self-esteem yang rendah menurut
Berne (1988) adalah individu yang bersikap inferioritas, canggung, lemah,
pasif, dan tergantung pad a orang lain. Penilaian diri yang negatif akan
menimbulkan rasa putus asa, perasaan sia-sia atau gaga/ dan perasaan
rendah diri dalam menghadapi orang lain. Selanjutnya dijelaskan bahwa
orang yang memiliki harga diri yang rendah kurang percaya pada dirinya
sendiri dan lebih segan-segan menyatakan diri mereka dalam suatu
kelompok, khususnya jika mereka memiliki gagasan-gagasan baru atau ide
ide kreatif. Mereka cenderung mendengarkan daripada berpartisipasi, mereka
sangat peka dan sibuk dengan pikiran dan perasaan mereka sendiri. Mereka
kurang berhasil dalam menjalin hubungan-hubungan antar pribadi dan sering
kurang aktif dalam masa/ah-masalah kemasyarakatan (Goble, 1987).
Menu rut Branden (2001 ), self-esteem hanya dapat dimiliki jika ada
penerimaan diri atau self-acceptance. Artinya, individu dapcit meni/ai dirinya
secara positif setelah ia dapat menerima dirinya dengan seuala kekurangan
dan kelebihannya.
2.1.2. Aspek-aspek dalarn Self-Esteem
Minchinton (1993) dalam bukunya yang berjudul Maximun Self-esteem
menguraikan tiga aspek dari self-esteem, yaitu:
1. Perasaan tentang diri sendiri
Seorang individu menerima apapun yang ada pada dirinya, merasa
nyaman dengan dirinya, apapun keadaannya. Self-est13em yang tinggi
digambarkan dengan penerimaan diri oleh individu tersebut dan
mengapresiasikan nilai-nilai sebagai manusia seutuhnya. Self-esteem
yang rendah terbentuk dari keyakinannya bahwa dirinya memiliki
keberhargaan diri yang kecil, sehingga rnembuat individu tersebut takut
untuk mencoba suatu ha!.
2. Perasaan tentang kehidupan
24
Self-esteem tinggi dinyatakan dengan menerima tanggung jawab dan
memiliki perasaan untuk mengontrol setiap bagian dari kehidupan.
Seseorang tidak menyalahkan dirinya sendiri atas semua permasalahan.
lndividu tersebut membuat harapan yang realistis dan tujuan yang dapat
diraih. Self-esteem yang rendah terwujud dari kehidupan dan apa yang
ada di dalarnnya sering di luar kendali. Seseorang dengan self-esteem
yang rendah selalu rnerasa tidak berdaya dan lemah.
3. Hubungan dengan orang lain
lndividu dengan self-esteem tinggi rnemiliki toleransi dan menghonnati
setiap orang. Tidak memaksa mananamkan keyakinan-keyakinan atau
nilai-nilai yang ia miliki pada orang lain karena ia tidak membutuhkan
penerimaan dari orang lain untuk membuatnya merasa berguna. Self
esteem rendah mencerminkan kekurangan kehormatan yang mendasar
untuk orang lain. Tidak bertoleransi kepada orang lain dan yakin orang
lain akan mengikuti kemauannya.
25
Branden (2007), menggunakan istilah 6 Pilar Self-Esteem dalam menjelaskan
aspek-aspek dari self-esteem. Enam pilar tersebut, yaitu:
1. Menjalani hidup penuh kesadaran.
Secara sadar dan peka terhapdap segala sesuatu yang menjadi bagian
dari tingkah laku, tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan sasararan hidup sebaik
mungkin apapun dengan kemampuan yang dimiliki oleh kita sesuai
dengan apa yang kita lihat dan ketahui.
2. Penerimaan diri.
Penolakan terhadap hubungan yang tidak menguntungk:an bagi diri
individu, yaitu dengan menerima, berprihatin dengan tidak mendorong
perilaku yang tidak diinginkan tetapi mengurangi terjadinya pengulangan.
3. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Bertangggung jawab agar tercapainya keinginan, pilihan-pilihan,
perbuatan, tingkah laku, kebahagiaan diri, menerima pili11an nilai-nilai
yang dianut seseorang, dan meningkatkan rasa percaya diri.
4. Bertindak tegas.
Kesediaan l.!ntuk tegas terhadap prinsip diri sendiri, m1:mjadi diri sendiri
secara terbuka, dan membawa diri dengan penuh menghargai terhadap
hubungan antar manusia.
5. Menjalani hidup penuh makna atau tujuan.
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk pencapaian sasaran hidup
yang sudah dipilih; sasaran belajar, menghidupi keluarga, bekerja,
memulai usaha baru, menyelesaikan masalah, menjaga hubungan
keharmonisan.
6. lntegritas personal.
26
lntegritas dari harapan-harapan kita sendiri, kepercayaan, kualitas hidup,
keyakinan, dan perilaku.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem
Pernyataan Coopersmith dalam Goble (1987) memberikan penjelasan bahwa
self-esteem berkaitan juga dengan harapan-harapan seseorang. Sejumlah
orang memiliki harapan yang teralu tinggi dibandingkan dengan kemampuan
nyata mereka, dan walaupun penampilan mereka itu baik di mata orang
orang lain, nam1,m kurang memuaskan di mata mereka senclirL Tidak teralu
mengherankan bahwa individu yang memiliki self-esteem tinggi biasanya
berasal dari orang tua yang juga memiliki self-esteem tinggi, lialliun
menurutnya juga hubungan ini·tidak bisa·teralu ·drpastikan.
27
Menurut Brecht (2000), Faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem adalah
sebagai berikut:
1. Orang tua
Orang tua adalah sumber yang sangat mempengaruhi kualitas self
esteem anak-anaknya. Dengan maksud-maksud yang baik, banyak orang
tua yang penuh perhatian dan kasih sayang sebenarnya justru merusak
self-esteem anak-anak mereka tanpa mereka sadari.
Menurut Coopersmith dalam Goble (1987), keluarga-keluarga mandiri
mengungkapkan perbedaan-perbedaan pendapat ataupun
l<etidaksetujuan secara terbuka cenderung memiliki keyakinan-keyal<inan
yang teguh, tetapi juga mempu dan tegas dalam memirnpin. Mereka tidak
akan pernah menoleransikan perlakukan-perlakuan yang sembrono atau
tidak sopan.
2. Tingkah laku sosial
Dengan siapa seorang individu bergaul dapat sangat mi;mpengaruhi self
esteem. Self-esteem dapat ditingkatkan melalui kelompok, teman-teman,
yang menerima diri kita apa adanya (Brecht, 2000).
3. Budaya
Myers (1999) menggarisbawahi ada peran budaya dalam pembentukkan
pandangan individu terhadap dirinya. Budaya kolektivisme, dalam hal ini
di Indonesia di mana budaya menangis hanya dimiliki oleh kaum
28
perempuan dibandingkan kaum laki-laki sangat mempengaruhi
pandangan seseorang tentang dirinya.
4. Prestasi
jika seorang individu telah mengembangkan suatu poia tertentu untuk
berprestasi dalam sejumlali bidang, maka ia cenderung akan percaya
bahvva dirinya mampu, bisa, dan akan merasa senang dengan dirinya.
Kemampuan untuk menetapkan tujuan yang rea!istis dan penghargaan
terhadap diri sendiri apa setiap langkah pencapaiannya juga merupakan
pendorong meningkatnya self-esteem.
5. Diri sendiri
Sumber paling penting yang mempengaruhi self-esteem adalah diri
sendiri. Seorang individu dapat meningl<atkan atau menurunkan harga
dirinya kapanpun ia inginkan (Brecht, 2000). Hal ini sajalan dengan
pendapat yang diungkapkan o!eh Branden (2001), jika harga diri
merupakan penilaian bahwa, suatu pikiran yang meyakini dirinya sendiri -
" maka tidak seorang pun yang dapat membangkitkan pengalaman seperti
ini kecuali diriku sendiri."
1-.. ~~·-·················-········1 l iJIN • ., .. ,.;"' i•llff! 1;i·~r1·1 -_ _,., uJ11\\ri , f,'l
---····----·-·-·-·~-~~·-~~""··~·~·~--~-~-
29
2.2. Dewasa Muda
2.2.1. Definisi Dewasa Muda
H.S. Becker, dalam Personal Changes in Adult Life menyatakan bahwa
dewasa muda merupakan suatu masa penyesuaian terhadap po/a-po/a
kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Manusia
dewasa muda diharapkan memainl<an peranan-peranan baru, serta
mengembangkan sikap-sikap, minat-minat dan nilai-nilai dalam memelihara
peranan-peranannya yang baru tersebut (Mappiare, 1983).
Pengertian dewasa muda dalam beberapa buku psikologi perkembangan
menggunakan istilah adulthood. Hurlock (1980) menggunakan istilah adult
yang berasal dari kata kerja latin yang berarti "tumbuh menjadi kedewasaan."
Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhan dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya.
Kemudian Hurlock (1980) mendefinisikan masa dewasa muda atau dewasa
dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru
dan dan harapan-harapan sosial baru. Orang-orang dewasa muda
diharapkan memainkan peran baru seperti peran suami atau isteri, orang tua;
30
pencari nafkah, dan rnengernbangkan sikap-sikap baru, k1ainginanan-
keinginan, dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru.
Hal senada juga diungkapkan oleh Mappiare (1983) bahwa dewasa boleh
dikenakan kepada individu-individu yang telah rnerniliki kekuatan tubuh
secara rnaksirnal dan siap bereproduksi dan telah diharapl<an, rnerniliki
kesiapan kognitif, afektif, dan psikornotor, serta dapat diharapkan rnernainkan
peranannya bersarna dengan individu lain dalarn rnasyaral<at.
Santrock (1995) dalarn bul<unya yang berjudul Life-Span Development
rnenjelaskan bahwa kaurn rnuda (dewasa rnuda) rnerniliki pribadi yang
rnandiri dan terlibat secara sosial. Sefain itu, kaurn rnuda sudah dapat
mernbuat keputusan mengenai karir, nilai-nilai, keluarga, dan hubungan.
Menurut Papalia dan Olds (1986) rnendefinisikan dewasa rnuda sebagai
berikut:
" ... mereka membuat ban yak keputusan yang akan mempengaruhi sisa hidup mereka, mengenai kesehatan mereka, kebahagiaan mereka, dan kesuksesan mereka. Orang-Orang kebanyakan meningga/kan rumah orangtua mereka, memiliki pekerjaan yang pertama, menikah, mempunyai dan mengasuh anak-anak. Semuanya itu adalah transisi yang utama."
Selanjutnya Feldman ( 1996) rnenjelaskan secara sederhana bahwa
seseorang dapat dikatakan dewasa apabila ia telah sernpurna perturnbuhan
fisiknya dan mencapai kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan
berperan bersama-sama orang dewasa lainnya. Umumnya psikolog
menetapkan usia sekitar 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan
berlangsung sampai sekitar usia 40-45 tahun (dalam Mubin dan Cahyadi,
2006).
31
Penyesuaian diri dalam masa dewasa muda biasanya menemui banyak
kesulitan dan mengapa banyak anak muda dalam kategori ini merasakan
tahun-tahun awal masa dewasa sedemikian sulit, sehingga mereka mencoba
memperpanjang ketergantungan mereka dengan mempertahankan status
siswa atau mahasiswa (Hurlock, 1980).
2.2.2. Rentang Usia Dewasa Muda
Jeffrey Arnett (2000) mengungkapkan bahwa usia 18-25 tal1un dapat
dikatakan usia keluar dari remaja, dengan kata lain individu tersebut sudah
dapat disebut sebagai usia dewasa muda (dalam Santrock, 2002).
2.2.3. Ciri-ciri Dewasa Muda
Usia dewasa muda memiliki ciri yang menonjol nampak dalam adanya
peletakan dasar dalam banyak aspek kehidupannya, melonjaknya persoalan
hidup yang dihadapi dibandingkan dengan remaja akhir dan terdapatnya
ketegangan emosi. Namun demikian, hal penyesuaian diri merupakan hal
yang utama dalam usia dewasa muda.
Sebagai kelanjutan dari masa remaja, masa dewasa muda memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: (Mappiare, 1983)
1. Usia produktif
32
Menjadi orang tua sebagai ayah atau ibu merupakan satu di antara
peranan yang sangat penting dalam hidupnya. Apabila seseorang telah
mulai memasuki hidup berumah tangga dalam akhir masa remaja, maka
orang dewasa yang bersangkutan mempersiapkan diri mengambil
peranannya sebagai orang dewasa sejak usia dua puluhan sampai akhir
tiga puluhan.
2. Usia memantapkan letak kedudukan
Masa dewasa muda merupakan usia pemantapan letak kedudukan.
Hurlock mengatakannya sebagai periode "pengaturan" (settle down).
Dengan pemantapan kedudukannya seseorang berkembang pola
hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang
sampai akhir hayat.
3. Usia banyak masalah
Dalam masa dewasa muda banyak persoalan yang baru dimulai.
Persoalan-persoalan pokok yang terjadi dalam masa dewasa muda dapat
berupa permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan jabatan,
permasalahan yang berhubungan dengan pemilihan teman hidup,
permasalahan yang berhubungan dengan hal-hal keuangan.
4. Tegang dalam hal emosi
Ketegangan-ketegangan emosi yang terjadi pada masa dewasa muda
adalah ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan
persoalan yang dialaminya seperti persoalan pernikahan, jabatan,
keuangan, dan sebagainya. Ketegangan emosi terseb11t muncul secara
be1iingkat, selaras dengan intensitas persoalan yang dihadapinya dan
sejauh mana seseorang dapat mengatasi masalah-ma1:.alah yang
dihadapinya tersebut.
33
Dari uraian mengenai ciri-ciri dewasa muda yang diungkapkan oleh Mappiare
di alas, Hurlock (1980) menambahkan ciri-ciri dewasa muda, yaitu: masa
keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan
nilai, penyesuaian diri dengan cara hidup baru, dan masa k.reatif.
Seseorang yang matang menurut Anderson memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(dalam Mubin dan Cahyadi, 2006)
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego.
2. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja
yang efisien.
3. Dapat mengendalikan perasaan pribadinya.
34
4. Mempunyai sikap yang objektif.
5. Menerima kritik dan saran.
6. Bertanggung jawab.
7. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistis dan
baru.
2.2.4. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda
Tugas-tugas perkembangan dewasa muda dipusatkan pada harapan
harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih
seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau isteri,
membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola rumah
tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara, dan bergabung
dalam suatu kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 1980).
Sependapat dengan Hurlock, R. J. Havinghurst (1953) dalam Mappiare
(1983), menemukan rumusan tugas-tugas perkembangan clalam masa
dewasa muda, sebagai berikut:
1. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau isteri).
2. Belajar hidup bersama dangan suami atau isteri.
3. Mulai hid up dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
4. Belajar mengasuh anak.
5. Mengelola rumah tangga.
6. Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
7. Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak.
8. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilaii-nilai pahamnya.
Dari rumusan mengenai tugas-tugas perkembangan dewasa muda di atas,
penulis memilih beberapa dari tugas-tugas perkembangan tersebut yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu memilih teman
bergaul sebagai calon pasangan hidup, mulai hidup dalam keluarga atau
berkeluarga, bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak, dan
memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
2.3. Apartemen
2.3.1. Definisi Apartemen
Di Indonesia apartemen, kondominium, flat dikenal dengan istilah rumah
susun. Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 1985 pasal 1 ayat 1:
35
"Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi da/am bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama."
Mengacu pada Undang-undang No. 16 Tahun 1985 pasal 1 ayat 1 tesebut,
Soebagjo (1993) mengartikan rumah susun sebagai suatu pengertian yang
juridis dari bangunan gedung bertingkat, yang mengandung sistem
kepemilikan perseorangan dan hak bersama, yang digunakan untuk hunian
atau bukan hunian, secara mandiri ataupun secara terpadu sebagai satu
kesatuan sistem pembangunan.
36
Menurut Sidharta, Djamali, Sabarini, Parthiana, dan Gunawan (1980), rumah
susun adalah bangunan bertingkat yang dibagi dalam bagian-bagian di mana
setiap bagian distrukturkan sedemikian rupa hingga masing-masing bagian
itu secara fungsional mewujudkan suatu kesatuan yang berdiri sendiri
sebagai suatu perumahan yang lengkap.
Dari pengertian rumah susun yang diutarakan kemudian muncul istilah
apartemen yang menurut Soebagjo (1993) pada dasarnya adalah suatu
sistem yang terdiri dari kepemilikan yang terpisah-pisah atati unit-unit
individual dalam bangunan berunit majemuk.
Menurut Komarudin (1997), saat ini di Indonesia dikenal dengan beberapa
tipe rumah susun, antara lain:
1. Rumah susun mewah yang penghuninya sebagian besar tenaga kerja
asing.
2. Rumah susun golongan menengah yang dihuni oleh masyarakat
berpenghasilan menengah ke alas.
3. Rumah susun sederhana yang dihuni oleh masyarakat golongan
berpenghasilan menengah ke bawah.
37
4. Rumah susun murah yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah
ke bawah.
Jadi, pada prinsipnya apartemen, kondominium, flat pada dasarnya adalah
rumah susun mewah.
2.4. Gaya Hidup
2.4.1. Definisi Gaya Hidup
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995):
"Lifestyle adalah suatu ringkasan membangun po/a teladan dalam
hidup yang digambarkan o/eh individu dalam meluangkan waktu dan
uangnya. Gaya hidup mencerminkan aktivitas, mine.if, dan pendapat
seseorang."
Hal ini hampir sama dengan definisi yang diungkapkan oleh Mowen (1998):
"Lifestyle menandakan bagaimana seorang individu hidup, bagaimana
mereka membelanjakan uang mereka, dan bagaimana mereka
menga/okasikan waktu mereka."
Alfred Adler menemukan istilah lifestyle pada 50 tahun yang lalu untuk
menunjukkan seseorang membentuk dirinya dan jalan yang diambil untuk
meraihnya. Selanjutnya Loudon dan Bitta (1993) mendefinisikan lifestyle:
" .... suatu po/a teladan yang unik dari hidup seseorang yang
mempengaruhi dan cerminan perilaku konsumsi se.seorang."
38
Menurut Susanto (2006), gaya hidup adalah perilaku sesef)rang yang
ditunjukkan dalam aktivitas, minat, dan opini khususnya yang berkaitan
dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup adalah
frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan
konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. T1~rutama
bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehing~1a gaya hidup
sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain,
berkaitan dengan status sosial yang diproyeksikannya. Untuk merefleksikan
image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yan(I sangat berperan
dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Kajian tentang gaya hidup banyak dilakukan oleh berbagai bidang ilmu. llmu
psikologi konsumen menggunakan analisis gaya hidup untuk mendapatkan
gambaran kepribadian yang dapat diterapkan dalam penentuan strategi
pemasaran dan promosi. Dalam psikologi, gaya hidup umumnya dipahami
sebagai tata cara atau kebiasaan pribadi dan unik dari individu.
Takwin (2006) berpendapat bahwa gaya hidup dipahami gebagai adaptasi
aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan
untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Kepribadian dianggap
sebagai penentu gaya hidup. Oleh karena itu, kepribadian setiap manusia
adalah unik, begitu pula dengan gaya hidup. Gaya hidup clipahami sebagai
tata cara yang mencerminkan sikap-sikap dan nilai dari seseorang (clalam
Alfathri Adlin, 2006).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan gaya hidup adalah pola tingkah laku individu yang unik yang
berkaitan dengan penggunaan waktu dan uang yang merupakan cara
individu menjalani hidupnya, berkaitan dengan citra diri seseorang, dan
bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain.
2.4.2. Pengukuran Gaya Hidup
39
Dengan mengukur gaya hidup peneliti bidang pemasaran clapat lebih
mengkhususkan segmen targetnya. Gaya hidup digunakan untuk segmentasi
pasar karena memberikan pandangan luas dan kehidupan sehari-hari tentang
konsumen. Segmentasi gaya hidup mulai mengelompokkan orang-orang
terhadap produk, mengklasifikasikan mereka kedalam tipe !Jaya hidup yang
berbeda-beda.
40
Menurut Engel dkk (1995), pendekatan yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terjadi pada konsumen dengan
mengukur gaya hidupnya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Psikografis
Psikografis adalah teknik utama yang digunakan oleh peneliti perilaku
konsumen sebagai ukuran operasional dari gaya hidup. Engel dkk (1995)
mendefinisikan psychographics adalah suatu istilah yang sering
digunakan sebagai pengganti pengukuran AIO, atau pernyataan untuk
menguraikan aktivitas, minat, dan opini dari konsumen.
2. AIO (activities, interests, and opinions)
Beberapa peneliti menggunakan 'A' untuk mengartikan Attitudes, tetapi
aktifitas merupakan pengukuran gaya hidup yang lebih baik karena
aktifitas mengukur apa yang dilakukan oleh individu.
Komponen AIO didefinisikan oleh Reynolds dan Darden (dalam Engel
dkk, 1995) sebagai berikut:
"An activity is a manifest action such as viewing a medium, shopping in a store, or telling a neighbor about a new service. Although these acts are usually observable, the reasons for the actions are seldom subject to direct measurement. An interest in some object, event, or topic is the degree of excitement that accompanies both special and continuing attention to it. An opinion is a spoken or written "answer" that a person gives in response to stimulus situations in which some "question" is raised. It is used to describe interpretations of other people, anticipations concerning future events, and appraisals of the rewarding or punishing concequences of alternative course of action."
41
Dari uraian di atas terlihat bahwa aktifitas sebagai tindakan nyata seseorang
walaupun aktifitas ini biasanya dapat diamati, alasan untu~: aktifitas tersebut
jarang dapat diukur secara langsung. Interest atau minat adalah tingkat
kesenangan akan topik yang menyertai perhatian khusus rnaupun terus-
menerus pada seseorang. Opini adalah jawaban lisan atau tertulis yang
diberikan individu sebagai respon terhadap stimulus sema<:am pertanyaan
yang diajukan, juga digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan,
dan evaluasi serta kepercayaan dari mengenal maksud orang lain.
Tabel 2.1. Kategori Gaya Hid up AIO (Engel dkk, 19!~5, ha! 453)
AKTIFITAS MINAT OPINI
Pekerjaan Keluarga Diri pribadi
Ho bi Rumah lsu sosial
Kegiatan sosial Pekerjaan Politik
Liburan Komunitas Bisnis
Hi bu ran Rekreasi Ekonomi
Keanggotaan klub Mode Pendidikan
Komunitas Makanan Prociuk
Berbelanja Media Masa depan
Olahraga Prestasi Kebudayaan " Sumber: Joseph T. Plummer, ·rhe Concept and Appftcation of Life Style Segmentatron, Journal of Merketing 38
{January 1974), 34. Reprinted from The Journal of Marketing Published by The American Marketing Association.
2.4.3 Segmentasi Gaya Hidup
Susianto (1993) membuat segmentasi atau pengelompokkan gaya hidup
berdasarkan 6 segmen. Segmentasi tersebut adalah sebagai berikut:
Segmen 1: Hura-hura
Tipe orang pada kelompok ini adalah mereka yang selalu terlibat dengan
orang lain. Mereka lebih menyukai kegiatan yang sifatnya "hura-hura"
dibandingkan dengan kegiatan sosial yang sifatnya membantu orang lain.
Dalam mengikuti suatu kegiatan mereka tidak ingin serius terlibat. Mereka
senang dengan keramaian kota.
Segmen 2: Hedonis
42
Subjek dalam segmen ini adalah orang-orang yang mengarahkan
aktivitasnya untuk mencapai kenikmatan hidup. Sebagian besar perhatiannya
ditujukan pada Jingkungan di Juar rumah. Jika ada sedikit rnasalah, subjek
tersebut langsung keluar rumah. Mereka mudah rnendapatkan teman tetapi
masih "memilih-millh" dalam berteman, ingin menjadi pusat perhatian. Oleh
karena itu mereka tidak segan-segan untuk membeli barang yang mahal dan
waktu luangnya mereka gunakan untuk "main". Mereka dai'i keluarga yang
sangat mampu dan mereka mendapat uang saku dan fasilitas yang serba
kecukupan.
Segmen 3: Rumahan
Pada kelompok ini adalah individu yang banyak menghabis.kan waktu di
rumah. Penuh perhatian pada keluarga dan lingkungan rurnah, kurang aktif
43
dalam bergaul. Biasanya banyak menghabiskan waktu luangnya untuk
membaca. Waktu luangnya atau pada saat liburan banyak digunakan
bersama keluarga mencari ketenangan dari keramaian kola. lndividu tersebut
pernuh perhitungan dalam membelanjakan uangnya.
Segmen 4: Sportif
Tipe orang dalam segmen ini adalah tipe orang yang senang berolahraga.
Mereka menyediakan waktu khusus dan berusaha mendapat prestasi dalam
berolal1raga, berusaha untuk tampil mandiri, tidak teralu mementingkan
penampilannya. Mereka juga terbuka terhadap kritikan dan cukup punya
perhatian pada keadaan rumah.
Segmen 5: Orang Kebanyakan
Tipe orang pada segmen ini adalah orang-orang yang bertipe cenderung hati
hati dalam bertingkah laku. Mereka adalah orang-orang yang cenderung tidak
ingin bertentangan dengan mayoritas, sehingga mereka kurang berani untuk
menjadi inisiator.
Segmen 6: Sosial
Subjek dalam kelompok ini adalah orang-orang yang peka terhadap
kebutuhan orang lain. Banyak melibatkan diri pada l<egiatan-kegiatan yang
sifatnya sosial. Mereka adalah orang-orang yang produktif, sampai waktu
luangpun dipakai untuk kegiatan yang bermanfaat.
44
2.5. Kerangka Berpikir
Setiap individu memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda.
Perbedaan inilah yang menjadikan setiap individu juga meimiliki penghargaan
alas dirinya sendiri dan mengembangkan gaya hidup yanu berbeda-beda.
Penghargaan diri orang dewasa muda yang memilih tinggal jauh dari orang
tua, mereka dapat mengambil keputusan secara mandiri, mengatur jadwal
dan kepentingan sendiri, kesempatan untuk mengeksplorasi tempat baru,
mencoba hal-hal baru, dan adanya privasi menambah sifat khas tersendiri
dari setiap individu, termasuk di antaranya memilih aparternen sebagai
ternpat tinggal.
Konsep penghargaan terhdap diri sendiri ini mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Goble (1987), menjelaskan bahwa harga diri meliputi
kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan,
prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan.
Menurut Minchinton (1993) salah satu aspek dalam self-esteem adalah
hubungan dengan orang lain, dengan kata lain individu melakukan sosialisasi
dengan orang lain. Takwin (2006) memahami gaya hidup s13bagai adaptasi
aktif individu terhadap kondisi sosial untuk memenuhi kebutuhan
bersosialisasi dengan orang lain.
45
Oleh karena itu, pemilihan gaya hidup seorang individu beirkaitan dengan
penghargaan diri yang dimiliki oleh setiap individu. Bagaimana seorang
individu menghargai dirinya sendiri berdasarkan gaya hidup yang ia pilih dan
ia jalani. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi self-e•steem dan gaya
hidup orang dewasa muda penghuni apartemen, serta mengapa mahasiswa
dewasa muda memilih apartemen sebagai salah satu dari gaya hidupnya.
Dari gambaran di atas tampak cukup jelas bahwa pemilihan gaya hidup akan
memberikan beberapa pengaruh terhadap self-esteem pacla dewasa muda,
seperti meningkatnya rasa percaya diri, kemandirian, yakin pada penilaian
dan gagasan-gagasannya, membina hubungan yang sehat dengan orang
lain, serta berani menentukan sesuatu sendiri, sehingga individu tersebut
memandang dirinya sebagai manusia yang berkompeten dan merasa dirinya
sebagai manusia yang berharga.
Pemilihan gaya hidup ditambah dengan faktor lingkungan, teman-teman,
kegiatan sehari-hari memiliki pengaruh terhadap self-esteem dewasa muda
penghuni apartemen. Untuk meringkas uraian dari kerangka berpikir di atas
dapat dilihat pada bagan 2.1 di bawah ini.
46
Bagan 2.1 Self-Esteem dan Gaya Hidup Dewasa Muda Penghuni Apartemen
DEWASA DNGGALDI MUDA 'ARTE MEN
SELF-ESTEEM
' '
SELF-ESTEEM ~F-ESTEEM POSIT IF NEGATIF
- Percaya diri - Rendall diri - Merasa berharga - Merasa tidak berharga - Memiliki kebanggaan - Tidak memiliki
kebanggaan
• Hura-hura • Hedonis
GAYA • Rumar1an HIDUP • Sportif
• Orang kebanyakan • Sosial
BAB3
METODOLOGI PENELITIAl\I
Pembahasan dalam bab ini meliputi penjabaran mengenar jenis penelitian.
metode pengumpulan data, subjek penelitian, dan prosedur pengumpulan
data. Di mana data yang diperoleh dalam penelitian ini akan menjawab
pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana gambaran self-esteem dan gaya
hidup orang dewasa muda penghuni apartemen.
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian
Data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tentang gambaran
self-esteem dan gaya hidup orang dewasa muda penghuni apartemen. Dari
ungkapan tersebut jelas bahwa yang dikehendaki adalah suatu informasi
dalam bentuk deskripsi. Karena informasi tersebut dalam bentuk deskripsi,
maka penulis berusaha untuk menemukan makna yang berada dalam konsep
tersebut, sehingga penelitian ini lebih sesuai jika menggunakan pendekatan
kualitatif.
48
3.1.2. Metode Penelitian
Self-esteem dan gaya hidup yang dimiliki oleh orang dewasa muda penghuni
apartemen yang terjadi pada individu biasanya sangat bersifat subjektif, maka
dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan
menggunakan metode studi kasus yang merupakan salah satu bagian dari
penelitian kualitatif. Di dalam studi kasus, data atau hasilnya tidak disajikan
menggunakan angka-angka atau data statistik, melainkan mengolah dan
menghasilkan data yang sifatnya deskriptif.
Studi kasus sangat bermanfaat ketika penulis merasa perlu memahami suatu
kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu,
ataupun situasi-situasi unik secara mendalam, dan dapat rnenggambarkan
secara lengkap berbagai gejala dan proses prilaku manusia serta peristiwa
peristiwa khusus.
Metode studi kasus memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari
pendekatan studi kasus ini dapat diperoleh pemahaman secara menyeluruh
dan mendalam tentang fenomena yang akan diteliti. Dengan menggali lebih
dalam mengenai kepribadian seseorang, yaitu dengan mernperhatikan
keadaannya sekarang, pengalamannya di masa lalu, latar belakang dan
lingkungannya, kita dapat mengetahui mengapa seseorang bertingkah laku
49
seperti itu (Sevilla, 1993). Kekurangannya adalah penelitian ini memerlukan
waktu yang agak lama dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.
3.1.3. Definisi Operasional dan lndikator
Berdasarkan landasan teori yang ada maka yang menjadi variabel dalam
penelitian ini adalah self-esteem dan gaya hidup.
Berdasarkan konsep-konsep teori pada bab sebelumnya maka penulis
merumuskan definisi operasional yang merupakan pengert.ian secara
operasional mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Self-Esteem atau harga diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya
sendiri, yang ditandai dengan menghormati diri sendiri, bertanggung
jawab, bersikap tegas, dan perasaan berharga yang melnjadi penentu
perilaku.
Aspek yang menjadi definisi self-esteem berasal dari Branden (2007).
yaitu menjalani hidup penuh kesadaran (sadarterhadap tujuan, tingkah
laku, dan nilai hidup), penerimaan diri (menerima diri apa adanya),
bertanggung jawab terhadap diri sendiri, bertindak tegas (tegas terhadap
prinsip sendiri secara terbuka), menjalani hidup penuh tujuan, dan
integritas personal (harapan-harapan diri, kepercayaan, dan perilaku).
50
2. Gaya hidup adalah pola tingkah laku individu yang unik, berkaitan dengan
penggunaan waktu dan uangnya, serta citra diri seseorang yang ingin
dipersepsikan oleh orang lain.
Berdasarkan pendapat dari Susianto (1993), teradapat 6 segmen gaya
hidup, yaitu: hura-hura, hedonis, rumahan, sportif, orang kebanyakan, dan
sosial.
3.2. Pengambilan Subjek
Penulis menggunakan 4 orang untuk dijadikan subjek pene,Jitian.
Pengambilan subjek pada penelitian ini dilakukan secara non-probability
sampling, dilakukan dengan sistem bola salju atau berantai (snowball
sampling). Pada teknik bola salju ini pengambilan sampel dilakukan secara
berantai dengan meminta informasi tentang calon subjek penelitian pada
orang yang sudah diwawancara atau dihubungi sebelumnya, demikian
seterusnya (Nasution, 1995).
Dalam pelaksanaannya penulis melakukan contact person pada salah satu
penghuni apartemen. Melalui contact person penulis dihubungkan dengan
para calon subjek penelitian, setelah itu baru dilakukan proses wawancara
terhadap para subjek tersebut.
51
Subjek yang diambil mempunyai ciri-ciri karakteristik yan9 sudah ditentukan,
kriteria tesebut sebagai berikut:
1. Mahasiswa pribumi berusia 18-25 tahun
2. Tinggal jauh dari orang tua
3. Belum menikah
4. Sudah menghuni apartemen selama 1 tahun.
3.3. Pengumpulan Data
3.3.1. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini ingin mengetahui self-esteem dan gaya hidup para subjek,
maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, yaitu
wawancara yang menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara
tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan opened-closed-probing, bertujuan
untuk menjaga agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian
(Suharsimi, 2002). Wawancara tersebut bersifat fleksibel, banyak mengupas
informasi, dan dapat diadaptasi dengan situasi individual. Semua hal tersebut
merupakan kelebihan dari wawancara.
Selain menggunakan wawancara, penulis juga menggunakan metode
observasi atau pengamatan sebagai penunjang. Observasi memungkinkan
penulis memperoleh data tentang hal-hal yang dengan berbagai sebab tidak
52
dapat diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam proses
wawancara.
Hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah penampilan fisik subjek,
sikap terhadap pewawancara, ekspresi verbal, serta ekspresi non-verbal.
3.3.2. lnstrumen Pengumpulan Data
Arikunto Suharsimi (2002) menjelaskan bahwa lnstrumen penelitian adalah
ala! atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam men!Jumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Untuk
mempermudah penulis dalam pengumpulan data, maka pe•nulis
menggunakan alat bantu dalam mengumpulkan data, yaitu pedoman
wawancara, lembar observasi, dan tape recorder.
Berikut adalah blue print tentang gambaran self-esteem:
Tabel 3.1 Blue print wawancara gambaran se/f-13steem
No. Komponen lndikator 1. Menjalani hidup penuh a. Menyadari dan menghargai fakta-fakta
kesadaran realistis. b. Menyadari kelebihan clan kekurangan
diri. c. Menyadari kesalahan-kesalahan dan
berusaha untuk memeerbaikinva.
53
d. Membuka diri atas kritikan dari orang lain -- ·--
2. Penerimaan diri. a. Menerima fakta-fakta diri sendiri b. Memaafkan dan menghargai diri
sendiri. d. Menilai dan mencintai diri sendiri. --e. Memegang kendali atas emosi diri.
3. Bertanggung jawab a. Bertanggung jawab atas terhadap diri sendiri. memprioritaskan waktu.
b. Bertanggung jawab atas perbuatan dan tinal<ah laku. c. Bertanggung jawab atas pilihan nilai-nilai. --
4. Bertindak tegas. a. Tegas terhadap prinsip diri sendiri. b. Bebas mengungka12kan 12endaQat. d. Membawa diri dengan menghargai hubungan antar manusia.
5. Menjalani hidup penuh a. Memiliki produktivitas (berkompetisi,
_J_tujuan. prestasi, bekeria, membuka usaha). b. Pencapaian sasaran belaiar (cita-cita). c. Disiolin diri.
6. 11ntegrasi personal. a. Haraoan-haraoan diri vana realistis.
I b. Kepercavaan diri. --c. Keberhargaan dalam l1idup.
Untuk memperoleh data mengenai segmentasi gaya hidup, penulis
menggunakan pedoman wawancara mengenai segmentasi gaya hidup.
Adapun blue printwawancara segmentasi gaya hidup adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Blue print wawancara segmentasi gaya hidup
No ·--"'' -----···-----~-----·- -·--- inctikator-----~, Komponen
1. Aktivitas sehari-hari a. Selalu terlibat dengan orang lain. b. Senang pada keramaian kota. d. Perhatian lebih besar pada lingkungan I di luar rumah.
54
,-;:; Ho bi a. Beraktivitas untuk mencapai 12. kenikmatan hidUQ. --b. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan sosial. c. Mengikuti organisasi cli dalam maupun di luar kami::ius. d. Senang dan menyediakan waktu
----~-·-
khusus untuk berolah ra1ia. 3. Peran teman dan a. Banyak menghabiskan waktu di rumah
keluarga (apartemen)
b. Memiliki kedekatan emosional dengan teman dekat atau sahabat. c. Penuh perhatian pada keluarga dan memiliki kedekatan emo8ional dengan anggota l<eluarga.
4. Waktu luang a. Meluangkan waktu untuk kegiatan yang bermanfaat. b. Berkegiatan di akhir pekan bersama teman atau keluarga. c. Melakukan perawatan tubuh secara khusus.
5. Menggunakan uang a. Penuh perhitungan dalam menaaunakan uang b. Tidak segan membeli barang mahal dan bermerk agar menjacli pusat perhatian. c. Mengalokasikan dana tertentu untuk perawatan tubuh secara ~:husus.
Pedoman wawancara berlaku sebagai acuan dalam proses wawancara agar
tidak menyimpang dari tujuan penelitian, mengingatkan kernbali pada aspek-
aspek yang perlu digali dari subjek, serta memudahkan penulis untuk
mengelompokkan dalam melakukan analisis data. Pedoman wawancara ini
disusun berdasarkan konsep-konsep teoritis yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti.
55
Lembar observasi digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting,
menerangkan lebih lanjut data yang berpengaruh dalam proses wawancara.
Hal-hal yang dicatat dalam lembar observasi adalah identitas subjek, tempat
berlangsungnya wawancara, lamanya wawancarci berlangsung hal-hal yang
terjadi selama wawancara yang mungkin berpengaruh kepada hasil
wawancara, penampilan subjek secara keseluruhan, respon-respon subjek
dalam menyampaikan informasi atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan,
serta sikap subjek terhadap pewawancara.
Alat perekam digunakan untuk memudahkan penulis mengulang kembali
hasil wawancara agar memungkinkan memperoleh data yc:1ng utuh sesuai
dengan yang disampaikan oleh subjek dalam wawancara.
BAB4
HASIL DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Subjek
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek
I Karakteristik I Subjek
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek4
! Nama HL JN KT JM ' I r-··------- - ..
! Usia 19 tahun 20 tahun 20 tahun 22 tahun i
i Anak Anak ke 3 Anak ke 2 Anak ke 2 Anak ke 3 I ke .... dari. ... dari 3 dari 2 dari 4 dari 3 '1 bersaudara --i: Agama Kristen Islam Kristen Kristen
i i Jenis kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki
" ...
! Jurusan Akutansi Jurnalistik Design Design ' Interior Interior i i Semester 5 3 7 7 i ~
: Tempat Denpasar Sukabumi Pontianak Bog or 1 tinggal asal · Alasan Dekat Dekat Dekat Tidak sengaja tinggal di dengan dengan dengan apartemen kampus kampus kampus
i Lama tinggal 2 tahun 1 tahun 3 tahun 3 tahun ' c_.__ ______ - --
57
Dari tabel di atas dilihat bahwa dari keempat subjek penelitian berasal luar
Kota Jakarta. Selain itu terdapat 2 orang yang sedang menjalankan kuliahnya
pada semester VII serta berasal dari fakultas dan jurusan yang sama. Secara
keseluruhan terdapat 3 orang subjek memiliki alasan memilih dan tinggal di
apartemen berdasarkan letak yang startegis (dekat dengan kampus) dan 1
orang memiliki alasan memilih dan tinggal di apa1iemen atas
ketidaksengajaan.
1. Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 1
2. Perempuan 3 -·----
Total 4
Dari tabel di atas dilihat bahwa berdasarkan jenis kelaminnya, secara
keseluruhan subjek penelitian ini didominasi oleh perempu.an sebanyak 3
orang, sedangkan untuk laki-laki sebanyak 1 orang dengan persentase.
2. Subjek Berdasarkan Usia
Tabel 4.3 Gambaran subjek berdasarkan usia
No. Usia Jumlah --
1. 18-21 tahun 3
2. 21-25 tahun 1 ---··--- ----·-~-----~
Total 4
Dari tabel di atas dilihat bahwa berdasarkan usia subjek penelitian, secara
keseluruhan subjek penelitian ini didominasi oleh usia 18 s;ampai 21 tahun
sebanyak 3 orang, sedangkan untuk usia 21 sampai 25 tallun sebanyak 1
orang.
4.2. Presentasi Data
1. Persentase Segmentasi Gaya Hidup dan Self-Esteem
Tabel 4.4 Persentase Gaya Hidup
No_ Segmentase Jumlah 1. Hura-hura 1 2. Hedon is 1 3. Rumahan 2 4_ Sportif 0 5. Orang kebanvakan 0 6. Orang untuk orang lain 0
Total 4
Dari bagan tersebut menunjukkan bahwa gaya hidup yang diperoleh dari
subjek penelitian adalah gaya hidup rumahan sebanyak 2 orang dan gaya
58
59
hidup yang persentasenya rendah adalah gaya hidup hura-hura dan hedonis
(masing-masing satu orang).
Tabel 4.5 Faktor-faktor Self-Esteem
No. Faktor HL JN KT JM 1. Orang tua (keluarga) - v - v
2. Tingkah laku sosial v v v v
3. Budaya - - - -4. Prestasi v - - -5. Diri sendiri - - v -
Dari bagan tersebut menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan
mempengaruhi self-esteem adalah faktor tingkah laku sosial, dalam hal ini
mencakup lingkungan sekitar, kelompok, teman-teman sepergaulan, dan
kegiatan pertemanan yang dilakukan subjek, serta faktor dominan
selanjutnya yang mempengaruhi self-esteem adalah faktor orang tua atau
keluarga.
4.3. Analisis Subjek
4.3.1. Analisis Subjek 1
Matahari pagi bersinar sangat cerah pada Hari Sabtu pukul 10. Hari itu
penulis melakukan wawancara dengan seorang gadis berinisial HL. Penulis
melakukan wawancara di apartemen HL yang berada di Richmond Tower.
Gadis ini langsung menyambut penulis sambil berkata, "Aduh ... sori
yaa .... hehehehe .... Aku baru bangun niy pas ditelpon tadi. Yuk ... masuk.
Duduk dulu yaa ... " la masuk kembali ke kamarnya untuk beberapa men it.
Sambil menunggu HL keluar kamar, penulis sedikit mengamati keadaan
ruang tamu di apartemen HL. Ruang tamu tersebut menyatu dengan ruang
makan dan di sisi sebelah kiri dari pintu masuk terdapat dapur dan kamar
mandi yang bersebelahan. Unit apartemen yang dihuni oleh HL terdapat 3
kamar tidur dengan ukuran yang berbeda-beda. Secara keiseluruhan
apartemen yang ditempati oleh HL terlihat terawat dengan sangat baik,
tergambar dari ruang tamu yang bersih, tenang, rapi, dan nyaman.
4.3.1.1. Gambaran Kehidupan Subjek
60
HL adalah seorang mahasiswi semester 5 Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi dari Universitas Pelita Harapan (UPH). Sehari-harinya ia
menjalankan kegiatan kuliah dari Hari Senin hingga Hari Kamis. Anak ke 3
dari tiga bersaudara ini dari kecil hingga ia SMA tinggal bersama orang tua
dan kakak-kakaknya yang berada di Pulau Bali. Namun sekarang HL menjadi
seorang mahasisiwi yang mengharuskannya tinggal jauh dari keluarga,
khususnya orang tua, dan sahabat-sahabatnya semasa SIVIA. Dari awal ia
menjadi seorang mahasiswi, HL memilih untuk tinggal di apartemen
sederhana yang berada tepat di sebelah gedung kampus UPH dan sudah
menempati apartemen tersebut selama 2 tahun 3 bulan. Kegiatan sehari
harinya HL lalui bersama teman-teman atau kekasihnya. Jadwal kuliah yang
61
tidal< teralu padat juga membuat HL cukup banyak memiliki waktu luang.
Karena cukup memiliki waktu luang sehari-hari dan akhir pekan kegiatan
perkuliahan pun juga libur maka HL tidak jarang menghabiskan waktu luang
tersebut untuk berjalan-jalan di mall atau hanya sekedar rnengajak teman-
temannya datang ke unit apartemen yang ia sewa untuk rnenonton film
kesukaan mereka atau sekedar beristirahat dari segala kegiatannya selama
satu minggu di apartemennya.
"Alw kalo ke mall pa/ingan cuma nonton aja sama temen2. tapi sebenernya aku lebih seneng diem di aparlemen aja." (22 September 2007)
Selain pergi ke mall untuk berakhir pekan, HL juga memiliki tempat favorit
yang menjdi pilihannya untuk ia kunjingi bersama teman-teman. Tempat
favorit HL untuk berkumpul di dekat lingkungan apartemennya, yaitu di
Benton atau di Taman Sari hanya sekedar untuk menyaksikan life music atau
ngobrol-ngobrol, biasanya ia lalui bersama teman atau kekasihnya.
Ke rind uannya pada orang tua dan sahabat-sahabatnya semasa SMA jug a
membuat HL terkadang merencanakan untuk pulang ke Bali melepas rindu,
berkumpul bersama keluarga, dan meluangkan waktu bersama teman-taman
lamanya.
62
4.3.1.2. Hobi
HL memiliki kemahiran dalam memainkan alat musik piano. Kemahirannya
berawal dari hobi yang tidak sengaja ditularkan oleh ibunclanya sewaktu HL
masih anak-anak. lbunda HL yang seorang guru piano memgajarkan HL
bermain piano dan HL pun akhirnya memiliki hobi yang sama. Seketika HL
langsung menanggapi bahwa ia pernah menjadi salah satu peserta
pendukung konser piano pada saat ia masih kanak-kanak. lni menjadi suatu
prestasi tersendiri bagi HL dalam bidang musik. Namun keterbatasan waktu
dan fasilitas yang kurang mendukung HL untuk terus mengasah kemampuan
dari hobinya tersebut, sekarang ini HL tidal< lagi bermain piano seperti dulu
dan ia pun meragukan kemampuannya bermain piano tidal< sebagus pada
saat ia masih kecil.
4.3.1.3. Peran Teman dan Keluarga
Dalam berkegiatan sehari-hari HL biasa melaluinya bersama teman-teman
terdekatnya. Namun ia menyatakan,
"Walaupun aku pun ya temen deket ta pi aku ga punya sahabat di sini. Sahabatku yaaa .... temen-temen aku waktu di Bali." (22 September 2007)
HL memiliki kriteria untuk memilih teman baik. Baginya teman yang baik itu
adalah teman yang memiliki ketulusan hati untuk berteman, bukan teman
yang l1anya sekedar mengambil keuntungan tetapi baginya teman juga
tempat berkeluh kesah.
"Kriterianya, yaa itu ... aku cari temen yang pure, bener-bener pengen temenan sama aku. Bukan cuma kalo lagi butuh aja baru cari aku, yang kaya gitu aku ga mau." (22 September 2007)
Hubungan HL dengan teman-teman satu unit apartemen cukup individual,
63
dalam arti jika mereka sudah kembali ke apartemen mereka langsung masuk
ke kamar masing-masing.
Di antara anggota keluarga HL memiliki hubungan yang sangat dekat dengan
mamanya, begitu ia memanggil ibunya dengan sebutan mama. HL bisa
sangat terbuka dengan ibunya mengenai banyak hal. HL pun tidak segan-
segan untuk curhat mengenai hubungan dengan kekasihnya.
4.3.1.4. Menggunakan Uang
Setiap bulannya HL menerima kiriman uang saku bulanan dari orang tuanya.
Uang saku tersebut ia gunakan untuk membayar uang sewa bulanan
apartemen, membayar listrik dan gaji pembantu, membeli makanan sehari-
hari, serta membeli kebutuhan pribadi. Adapun kebutuhan pribadi yang ia beli
adalah kebutuhan seperti perlengkapan mandi, buku-buku f(uiiah, sampai
l<epada kebutuhannya membeli barang-barang fashion.
64
4.3.1.5. Alasan Tinggal Di Apartemen
Tinggal di apartemen bagi HL merupakan suatu hal yang IJaru karena
sebelumnya ia belum pernah tinggal jauh dari keluarganya. HL pun menyikapi
lingkungan barunya dengan senang hati. Dari awal tinggal di apartemen ia
bertemu dengan teman satu unit apartemen yang menyenangkan dan tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan lingkungan
barunya tersebut.
Image apartemen yang bebas sempat membuat orang tua HL sedikit
khawatir. Kedua orang tua HL melihat keamanan apartemEm sifatnya hanya
menyeluruh, maksudnya satuan pengamanan dari apartemen bertugas hanya
mengawasi kendaraan yang masuk dan keluar dari komple~ks apartemen.
Karena sifat apartemen yang individual membuat petugas l{eamanan juga
harus menghargai privasi dari masing-masing penghuni apartemen. Menurut
HL rumah kos yang ada di perumahan pun sebenarnya tidak berbeda jauh
dengan apartemen hanya saja bentuk dan lingkungannya yang berbeda.
"Kato rumah kosan dibilang gak bebas .. .juga gak ... Menurut aku bebas itu tergantung dari orangnya masing-masing." (22 SEiptember 2007)
Alasan HL memilih apartemen daripada rumah kos adalah pertimbangan efisiensi dan efektifitas waktu, sangat dekat dengan kampus.
"Du/u dah mau ngekos di perumahan tapi ka/o di sana aku harus naik bis du/u kalo mau ke kampus, repotjadinya. Yaudah aku pilih di apartemen aja. Kato di apartemen kan deket ke mana-mana. Kato mau
65
ke kampus tingga/ ja/an aja, gak musti repot-repot harus naik bis." (22 September 2007)
Dengan tinggal di apartemen HL mengakui bahwa ia merniliki kebebasan
tersendiri. Kebebasannya ia utarakan dalam contoh yang ia alami selama ia
menempati apartemen. Petugas keamanan yang berjaga tidak memberikan
tanda khusus bagi orang yang bukan penghuni apartemen. Namun bagi HL
kebebasan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai ha! tergantung dari
individu masing-masing bagaimana ia manggunal<an kebebasannya.
"lya ... di sini emang bebas. Tapi ka/o aku bilang sih ... kita dah bayar mahal untuk tinggal di apartemen masa setiap orang yang dateng masih juga diawasin sampe ke dalem apartemen ... yang ada nanti orang-orang pada males dateng ke apartemen karena itu kan salah satu bentuk privasi." (22 September 2007)
4.3.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup
HL mengartikan gaya hidup sebagai cara seseorang menjalani hidupnya.
"Ga ya hidup itu .... apa ya ... ?? menurut aku sih gaya hid up itu cara hid up kita yang kita jalanin. Gimana kita ngelaksanainnya sehari-hari." (22 September 2007)
HL juga menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup, yaitu
faktor lingkungan dan pertemanan. Namun bagi HL faktor yang sangat
mempengaruhi gaya hidupnya adalah teman. Dengan siapa ia berteman
maka HL cenderung mengikutinya. Contohnya, HL pernah memiliki teman
yang senang mengajaknya pergi ketempat-tempat hiburan di Jakarta, salah
satunya ke tempat karaoke. Namun pertemanan mereka tidak berlangsung
66
lama. Ada kejadian tertentu yang membuat mereka tidak lagi berteman dekat.
Setelah mereka tidak lagi berteman dekat, HL menyadari bahwa
menghabiskan waktu luangnya hanya di apartemen ternyata membuatnya
lebih nyaman.
Selama HL menjadi seorang mahasiswi ada perubahan gaya hidup yang ia
jalani. HL merasa lebih individual dibandingkan dengan dulu ketika ia masih
SMA. Dalam menyikapi hidup HL menjadi sedikit dewasa /<arena semakin
beragam teman-teman yang ia temui di lingkungan apartemen ataupun di
kampus.
4.3.1.7. Menjalani Hidup Penuh Kesadaran
Ke/ebihannya da/am bidang non-akademik adalah kemampuannya bermain
piano namun kemampuannya itu tidak ia kembangkan lebih lanjut. Kelebihan
da/am bidang akademik HL pun tidak menjelaskan secara rinci karena ia
berpikir bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan dalam ha/ akademik. HL
cukup manga/ami kesulitan dalam menjawab ketika ia ditanya apa yang
menjadi kekurangannya. Butuh waktu sekitar satu menit untuk HL
mendapatkan kata-kata yang pas untuk mengutarakan kek1Jrangannya. la
menuturkan yang menjadi kekurangannya adalah sikap plin-p/an atau mudah
dipengaruhi o/eh teman-temannya.
67
Tak jarang pula HL mendapat kritikan dari orang tua dan temen-temannya.
Dalam menerima kritikan tersebut ia sikapi dengan sangat terbuka. Menurut
HL kritikan adalah sebuah masukan untuk ia menjadi orang yang lebih baik
lagi walaupun terkadang kritikan itu terasakan "pedas" dan menyakitkan hati,
HL tetap akan menunjukkan bahwa dirinya dapat berubah menjadi individu
yang lebih baik lagi.
4.3.1.8. Bertindak Tegas
Dalam kehidupan pertemanannya ia mengalami beberapa kejadian yang
membuatnya belajar untuk membuat ketegasan dalam diri. Pada awal ia
menjadi mahasiswi ia berteman dekat dengan salah satu teman sekelasnya.
HL menilai bahwa temannya ini seru untuk diajak ngobrol. Lambat laun teman
dekatnya mulai menunjukkan sifat yang suka semena-mena pada HL.
Berteman dengannya membuat HL tidak lagi memiliki waktu luang yang
dapat ia gunakan sekedar untuk beristirahat di apartemennya. Kerenggangan
hubungan pertemanan mereka dimanfaatkan HL untuk membangun
ketegasan dalam dirinya. la belajar untuk berkata "tidak" bi!a teman dekatnya
mengajak HL untuk pergi disaat ia membutuhkan waktu untuk sendiri.
Permasalahan dengan teman dekatnya ini sempat membuat HL merasa
down. Namun ia cepat bangkit dari kesedihannya itu dan mencoba untuk
bercerita pada teman yang lain. Teman-temannya yang lain memberikan
68
masukan untuk mencari teman yang bisa menghargai pendapat dan privasi
pada diri HL.
4.3.1.9. Penerimaan Diri
Setelah kejadian itu, HL termasuk orang yang tidak teralu memikirkan
masalah teralu lama. Setiap ia menghadapi suatu masalah, hal pertama yang
ia rasakan adalah cuek. la tidak ingin lagi terbebani dengan kesedihan dan
terus memikirkan masalahnya.
"Aku sebenernya termasuk orang yang sabar. hehehe ... tapi fiat-fiat juga sih kondisinya. Aku jadi emosi, ga sabaran kalo ada orang yang le/et, nunggu orang kelamaan. Jadi kalo aku /agi emosi aku jangan ditanya-tanya, nanti juga reda sendiri emosinya." (2:2 September 2007)
Penulis menanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan sikapnya jika ia
melakukan kesalahan. HL menjelaskan bahwa ketika ia melakukan suatu
kesalahan baik kesalahan kecil ataupun kesalahan yang dianggapnya besar,
HL cenderung untuk meyalahkan dirinya sendiri. Bentuk dari menyalahkan
diri sendiri HL berkata dalam hati pada dirinya sendiri atau HL
mengungkapkannya dengan menangis.
Sekarang ini HL menilai dirinya sendiri sebagai orang yang kurang memiliki
l<epercayaan diri. Bersama teman-teman SMA subjek HL merasakan
kepercayaan diri yang tinggi, berbeda ketika ia sudah menjadi seorang
mahasiswi dan memiliki teman-teman dekat yang baru. HL menuturkan
bahwa kehidupan pertemanannya sekarang lebih individual.
69
Pada dasarnya HL adalah orang menerima diri apa adanya ia menerima
dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. la bersyukur pada
Tuhan atas apa yang sudah ia miliki selama ini. Gadis perpotongan rambut
pendek ini juga mengatakan bahwa ia mencintai dirinya. HL mencintai dirinya
dengan cara menjaga sikap di depan orang lain.
Secara tidak langsung dari pernyataannya mengenai perteimanan
mengungkapkan bahwa HL memiliki ketakutan untuk dijauhi dan ditinggalkan
oleh teman-temannya. Pernyataan tersebut diperkuat dengan ungkapannya
yang menuturkan bahwa HL merasa berharga bila ia dapat melakukan sendiri
kegiatan sehari-harinya dan tidak mengikuti temannya-temannya. HL
beranggapan bila ia sedikit menjauh dari teman-temannya maka teman
teman HL akan merasa sedikit kehilagan dirinya dan menganggap bahwa HL
sudah bisa mandiri.
4.3.1.10. Bertanggung Jawab Pada Diri Sendiri
Selama 2 tahun tinggal di apartemen, HL memang melalui l<egiatannya tanpa
pengawasan langsung dari orang tuanya. Oleh karena itu, bagi HL ia
bertanggung jawab penuh atas semua kegiatan dan sikap yang ia lakukan di
70
luar ataupun di dalam apartemen. HL mendapatkan kepercayaan penuh dari
orang tuanya untuk tinggal mandiri guna menyelesaikan pendidikan tingginya
sehingga HL tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.
4.3.1.11. Menjalani Hidup Penuh Tujuan
Ketika ditanya mengenai prestasi-prestasi apa saja yang sudah ia raih
selama ini, HL sempat berpikir sambil menutupi mulutnya dengan beberapa
jari dan mengalihkan pandangan matanya ke arah langit-langit apartemen.
Hanya beberapa detik HL berpikir untuk menjawab. HL mengakui bahwa
dirinya tidak memiliki prestasi dalam bidang akademik namun dengan
kemahirannya bermain piano penulis membantunya mengingat kembali
dengan mengungkapkan kemampuannya bermain piano. Mungkin saja ia
mengukir prestasi melalui kemampuannya tersebut dengan mengikuti
perlombaan. Seketika HL menanggapi bahwa pernah menjadi salah satu
peserta pandukung konser piano pada saat ia masih kanak .. kanak.
Dalam menentukan cita-citanya, HL bukan orang yang memiliki cita-cita
khusus. la hanya ingin suatu kelak nanti ia memiliki pekerjaan yang dapat
menghasilkan uang banyak. Di benaknnya terpikirkan untuk meneruskan
usaha orang tuanya yang bergerak dibidang penjualan peralatan butik, salon,
atau supermarket. Dua orang kakanya juga sudah bekerja dan mengikuti
jejak orang tuanya. Namun sebelum ia meneruskan usaha orang tuanya
tersebut ada keinginan dalam diri HL untul< melanjutkan pendidikan di luar
negeri bila ia sudah mendapatkan gelar 81 nya nanti.
71
Pada saat HL menjawab pertanyaan mengenai prestasi al<ademik, ada salah
satu teman satu apartemen HL yang keluar kamar. Temannya ini seorang
perempuan yang memiliki tinggi badan tidak teralu tinggi dan postur tubuh
yang kecil. Gadis ini memiliki mata yang besar, berambut panjang terurai,
beralis mata tebal, dan berhidung mancung. Saat itu ia me:ngenakan busana
tidur tidak berlengan berwarna ungu tua dan beraksen tunik di bagian depan.
Kesan pertama yang muncul di benal< penulis adalah gadi:s ini berparas
cantik dan sepertinya menarik bila ia dijadikan subjek penHlitian oleh penulis.
4.3.1.12. lntegritas Personal
HL mengutarakan pendapatnya mengenai harga diri. HL membutuhkan
beberapa detil< untuk berpikir. Akhirnya ia mengatakan bahwa harga diri
adalah bagaimana pandangan orang lain terhadap kita, sel'.)erapa besar kita
dipandang oleh orang lain. HL juga menjelaskan contoh dari harga diri dan
kembali lagi ia berbikir beberapa detik. la bertopang dagu sepertinya ia
berpikir untuk mencari kata-kata yang tepat untuk mengun~1kapkannya.
Selama ia tinggal di apartemen HL tidal< merasakan adanya perubahan harga
diri dalam dirinya. Hanya saja lingkungan yang berbeda dengan semasa ia
72
SMA. Selama ia tinggal di apartemen dan berkuliah sekarang HL merasakan
lingkungan yang sangat individual.
"Hhmmmm .... aku gak ngerasa ada perubahan harga diri. Biasa aja tuh ... sekarang kebanyakan individual, jarang juga yang kumpul-kumpul sama orang." (22 September 2007)
Letak kepercayaan diri HL berada pada saat HL dimintai pertolongan oleh
teman-temannya untuk membantu mereka menerjemahkan tugas Bahasa
lnggris. Teman-teman HL menganggap bahwa kemampuan Bahasa
lnggrisnya paling baik di antara lingkungan pertemanan mt~reka. HL merasa
bahwa ia dianggap memiliki kemampuan dan dibutuhkan oleh teman-teman
walaupun HL sendiri mengakui kemampuan Bahasa lnggrisnya tidak teralu
baik.
Sebaliknya, bentuk dari ketidakpercayaan dirinya yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan penampilannya. HL memiliki teman-t1~man yang pintar
bersolek ketika mereka ke kampus ataupun pergi jalan-jalan ke mall. Namun
HL kurang memiliki kemampuan bersolek seperti teman-ternannya. Oleh
karena itu, ia bisa merasa tidak percaya diri seharian bila ada teman yang
mengritik penampilan dirinya ketika ia ke kampus ataupun sedang berjalan
beriringan dengan teman-temannya yang berpenampilan sangat cantik dan
menarik.
73
Situasi yang dapat membuat HL merasa rendah diri adalal1 situasi ketika HL
merasa tertinggal pelajaran dibandingkan teman-temannya. HL menyesali
mengapa ia tidak belajar untuk menyusul pelajaran yang t1~rtinggal. Selain itu,
HL juga merasakan rendah diri pada situasi yang berbeda. la menjadi sangat
minder dibandingkan dengan teman-temannya dalam masalah tinggi badan.
HL memiliki tinggi badan sekitar 158 cm lebih pendek dibandingkan dengan
teman-teman lainnya yang memiliki tinggi badan di atas 160 cm sehingga bila
HL berjalan berdampingan dengan teman-teman lainnya HL merasa bahwa ia
memiliki tinggi badan terpendek. Beda halnya ketika HL masih bersekolah di
Bali. Teman-teman SMAnya terdahulu memiliki tinggi badan yang hampir
sama dengannya.
Selama dua tahun lebih HL tinggal di apartemen tidak membuatnya merasa
bangga atau merasa lebih percaya diri. la menuturkan bahwa yang
membuatnya bangga adalah ia berasal dari Bali yang semua orang bahkan
sampai ke luar negeri terkenalnya.
4.3.1.13. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-Esteem
Menurut HL yang mempengaruhi harga dirinya adalah teman dan kegiatan
pertemanannya. Hal ini terungkap dari pernyataannya demikian,
"Misa/nya aku tahu temen aku gak menghargai aku, .saat itu aku juga harus bisa mikir, ihhh .... kenapa ya dia gak menghargai aku. Aku harus
74
gimana biar aku dihargain dia berarti aku harus mangubah sikap biar dihargai sama dia." (22 September 2007)
Bagan 4.1 Alur Gambaran Self-Esteem dan Gaya Hidup HL
DEWASA o\JGGALD/ MUDA ARTEMEN
SELF-ESTEEM
SELF-ESTEEM 13F-ESTEEM POS!TIF EGATIF
- Percaya diri ketika - Rendah diri dimintai tolong oleh - Merasa tidak bernarga teman-temannya. - Tidak memiliki
- Memiliki kebanggaan kebang9aan yang terletak pada asal daerahnya.
GAYA HIDUP " ~[ • Rumah:=J
4.3.2. Analisis Subjek 2
Kali ini subjek yang penulis wawancarai adalah teman satu apartemen dari
subjak HL. Pada akhir wawancara penulis dengan HL, penulis berkenalan
dengan teman satu apartemen HL, JN inisialnya.
75
Beberapa menit kemudian JN keluar dari kamarnya dan langsung
menghampiri penulis dan berjabat tangan, "Aduh mba' ... sori banget nih ... aku
baru bangun .... Duduk dulu ya ... aku sarapan du/u. Maaf ni/1 mba' ... aku /agi
gak puasa. Hehehehe .... "
Siang itu jam dinding berwarna biru tua menunjukkan pukul 11 .45 WIB.
Sepuluh menit penulis menunggunya sarapan tiba-tiba dari arah salah satu
kamar terdengar dering telepon dan disambut dengan teriakan suara seorang
pria. Pria itu sambil membuka sedikit pintu agar suaranya t,isa terdengar
sampai keluar, "HL. . .!!! ada telepon nih. .. " Dari arah ruang rnakan HL lari
terburu-buru menuju kamarnya dan segera masuk ke dalarn kamar dan
dengan cepat HL menutup pintu kamarnya. Tidak lama seh:llah itu HL dan
pria tersebut keluar dari kamar dan langsung menu ju ruang makan.
Tepat pukul 12.00 peneliti dan JN melakukan wawancara. Begitu ia duduk,
JN dengan spontan menyilangkan kedua kakinya ke atas sofa. Di tangan
kirinya ia menggenggam segelas air minum dan di tangan kanannya
menggenggam sebungkus rokok beserta pemantik api. Di atas meja sudah
terdapat sebuah asbak berbentuk dadu berwarna kuning.
4.3.2.1. Gambaran Kehidupan Subjek
JN adalah seorang mahasiswi semester 3 jurusan Jurnalistik pada
76
Universitas Pelita Hara pan (UPH). la sudah menempati salah satu kamar di
apartemen selama 1 tahun 2 bulan. Anak kedua dari dua bersaudara ini
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sudah terbiasa berpindah-pindah
tempat tinggal. Ayahnya bekerja pada perusahaan minyak. yang
mengharuskannya bertugas dan tinggal di beberapa negara yang ditunjuk
sehingga membuat JN terbiasa hid up dan tinggal di aparte,men. Semasa
SMAnya JN juga sempat tinggal jauh dari orang tuanya karena ia bersekolah
di salah satu sekolah swasta islam yang ada di daerah Karawaci sehingga
membuat JN juga tidak asing lagi dengan lingkungan di daerah tersebut.
Statusnya sebagai mahasiswi, membuat JN menyusun jadwal k.uliah dan
menentukan jumlah SKS-nya sendiri. Dalam seminggu jadwal kuliahnya, JN
memiliki satu hari yang pada hari itu terdapatjeda waktu kuliah sekitar 4 jam.
JN memiliki sekitar 20 orang teman dekat yang berada satu kampus
dengannya sehingga jeda waktu kuliah yang panjang terselJut ia gunakan
untuk duduk-duduk di kantin, mengobrol, atau makan bersama dengan
teman-teman di kampus ataupun mereka mencari tempat lain di luar kampus.
IWi
Kegiatan JN setelah kegiatan perkuliahan selesai ia gunal<an untuk
mengobrol bersama teman-teman sebelum ia kembali ke apartemennya.
Setelah di apartemennya JN meluangkan wal<tu untuk menonton film,
menegerjakan tugas kuliahnya, atau pergi mencari makan.
Waktu luang ketika akhir pekan biasa JN gunakan untuk berjalan-jalan
bersama teman-temannya di mall atau sekedar minum kopi di cafe.
"Weekend biasanya pergi ke Jakarta. Kalo keluar P<~lingan kumpul bareng sama temen-temen, jalan bareng, ngopi-ngopi, ngobrolngobrol. Trus kalo ketemu sama temen biasanya ke PIM, Seney, ke Kemang, a tau gak ke rumah temen." (23 September 2007)
4.3.2.2. Hobi
77
Kegemarannya mencari makanan-makanan yang unik dan enak membuat JN
memiliki hobi berjalan-jalan mencari tempat-tempat yang menjajakan
makanan yang ia lakukan bersama keluarga ataupun teman-temannya. Tidak
heran setiap JN memiliki waktu luang pasti ia gunakan untuk memuaskan
hobinya tersebut.
4.3.2.3. Peran Teman dan Keluarga
Dari 20 orang teman dekatnya, ada 4 orang yang memiliki tiubungan yang
lebih dekat dengan JN. Dalam pertemanan JN memiliki kriteria tersendiri.
78
Baginya kriteria teman yang cocok bila orang tersebut tidak memiliki sifat
yang "aneh-aneh".
"Maksudnya yang sejalan sama aku mikirnya. Karena jujur aja .... aku orangnya suka main-main tapi aku tau kapan aku harus serius dan aku tau di mana batasan-batasan aku." (23 September 2007)
Bagi JN teman memiliki arti yang sangat besar. JN tinggal jauh dari keluarga
karena semua keluarganya bertempat tinggal di daerah Sukabumi, Jawa
Baral. Oleh karena itu JN menjadikan teman-temannya sebagai pengganti
keluarga selama ia berkuliah di universitas yang berada di wilayah Karawaci.
JN memilki hubungan yang sangat dekat dengan teman-temannya. Setiap
hari JN selalu melalui kegiatan bersama dengan 20 orang teman dekatnya.
Walaupun beberapa kali mereka memiliki permasalahan tetapi mereka
menyikapinya dengan dewasa. Kehidupannya yang santai dan selalu
dikelilingi oleh teman-teman yang banyak dan perl1atian padanya tercermin
dari pengalamannya yang mendapatkan kejutan dihari ulang tahunnya yang
ke 19 tahun. la pun lidak menyangka bahwa teman-teman sangat menyangi
dirinya.
Anak ke 2 dari 2 bersaudara ini memiliki hubungan yang dekat satu sama lain
dengan anggota keluarga lainnya. Namun hubungan dekatnya memiliki arti
yang berbeda-beda. Hubungan dekat yang terjalin antara JN dan ibundanya
sebatas sejauh mana JN memberikan perkembangan men9enai kesehatan
dan kebutuhan sehari-harinya. Dengan kakak perempuannya JN sangat
dekat sehingga membuat JN dapat terbuka menceritakan apa saja yang
sedang ia alami dan rasakan. Kedekatan JN dengan ayahandanya terletak
pada dunia pendidikan yang sedang dijalani oleh JN.
79
Setiap anggota keluarga JN memiliki aktifitas yang berbeda-beda dan mereka
berjauhan satu sama lain. Ayahnya yang tugas di luar negeri, lbu yang tinggal
di Sukabumi, kakak perempuannya juga tinggal dan bekerja di Sidney,
Australia, dan JN sendiri berkuliah di Karawaci. Bila ada kesempatan liburan
yang berbarengan waktunya seperti lebaran mereka gunakan untuk
mengobrol, bercerita tentang bagaimana kegiatan masing-masing dalam
pekerjaan atau perkuliahan.
4.3.2.4. Menggunakan Uang
Penulis memperhatikan tubuh JN nampak sangat terawat. l\ilulai dari ram but
hitam yang tebal, kulit secara keseluruhan khususnya kulit wajah yang bersih
dan mulus, kuku-kuku jari tangan yang terawat dan terselimuti dengan cat
kuku transparan. Hal ini menandakan bahwa JN termasuk orang yang
memperhatikan perawatan tubuhnya. Penampilan tubuhnya yang terawat
dengan baik ini memang didukung oleh kebiasaannya untuk merawat diri di
salon dan JN juga melakukan perawatan tubuhnya sendiri.
80
"Kadang-kadang aku suka ke salon. Jaman aku masih SMA aku seminggu bisa 3 kali ke salon, asal punya duit sedikit aku pergi nyalon, memanjakan diri. Pa/ingan kalo sekarang ke salon cuma untuk potong ram but a tau gak krimbat doang." (23 September 2007)
Ketika ditanya mengenai uang saku bulanannya ia habiskan untuk apa, JN
menjawab dengan tersipu-sipu dan sedikit mengembangkan senyum kecil di
sudut bibirnya bahwa ia gunakan untuk membeli rokok. JN juga menuturkan
bahwa satu bungkus rokok isi 16 batang habis dalam satu atau dua hari.
Kebiasaan merokok JN sudah dijalaninya sejak ia masih SMA. JN
menceritakan mengapa ia menjadi seorang perokok bahwa pengaruh
terbesar bagi dirinya datang dari kakak perempuannya yang merokok dan
pada saat itu sudah berkuliah. Bermula dari rasa penasaran yang dirasakan
oleh JN ditambah lagi dengan pengaruh yang kuat dari kakaknya, JN
memberanikan diri untuk mencoba menghisap batang rokok pertamanya.
Lambat laun merokok menjadi kebiasaannya sampai sekarang dan sudah
diketahui oleh ibundanya. Namun JN tetap merahasiakan clari ayahnya.
Sungguh mengejutkan bahwa ibunda JN tidak melarang JN untuk merokok.
Namun ibunda JN memperingatkannya untuk mengurangi jumlah batang
yang JN hisap setiap hari. Gadis bertubuh mungil ini juga mengatakan bahwa
ibundanya juga seorang perokok.
81
Selain untuk membeli rokok, uang saku yang JN dapat dari orang tua ia
gunakan untuk membeli keperluan pribadinya, seperti me111bayar uang sewa
apartemen, listirk bulanan, gaji pembantu, membeli perlengkapan kuliah,
makanan, susu, vitamin, produk perawatan tubuh,dan membeli pulsa
hand phone.
Uang saku bulanannya juga ia gunakan untuk berbelanja perlengkapan
make-up, membeli baju, tas, dan sepatu. Dalam membeli produk fashion
yang ia pakai sehari JN tidak mementingkan merk dari barang yang akan ia
beli. JN mengaku bahwa ia bukan individu yang harus berbelanja dan
mengenakan produk-produk fashion yang bermerk terkenal dan berharga
mahal. la juga tidak sungkan untuk memberitahu penulis bahwa ia juga sering
pergi ke pasar yang menjual barang-barang bekas seperti di Pasar Senen
dan Pasar Baru. JN juga tidak sungkan dan merasa gengsi bila ia
mengenakan baju yang ia beli dari pasar tersebut. Bahkan JN merasa
bangga bila ia mengenakan baju bekas dan mendapat respon yang baik dari
teman-temannya. Baginya menemukan dan meml?eli barang-barang unik
walaupun bekas memiliki kepuasan tersendiri.
Walaupun ia tidak merasa gengsi memiliki baju-baju bekas dan ia kenakan
sehari-hari, JN tetap menilai penampilan adalah bagian dari dirinya yang
harus ia perhatikan. Dengan kata Jain, bagi JN penampilan itu penting. Gadis
82
ini menjelaskan pendapatnya lebih lanjut bahwa penampilannya sehari-hari
harus dapat membuatnya nyaman untuk beraktifitas dan £Jaya
berpenampilannya dipengaruhi oleh lingkungan. Kebiasaannya untul<
bepergian atau berakhir pekan bersama teman-teman menjadikan JN enggan
mengenakan baju yang sama dalam satu atau dua minggu. ia juga
memisahkan pakaian-pakaian mana yang ia pakai ke kampus dan bepergian
bersama teman-temannya.
Kebiasaan JN untuk bepergian atau berakhir pekan bersarna teman-teman
terungkap bahwa ia juga tidak jarang mengunjungi tempaHempat disko yang
berada di Kota Jakarta. JN mengatakan bahwa dirinya dan teman-teman
pergi ke tempat disko dua kali dalam satu minggu atau bila ada acara-acara
tertentu namun pada saat bulan puasa ia mengunjungi ternpat disko satu kali
dalam dua minggu.
"Aku juga pisah-pisahin baju, oh .. .ini baju buat dipake ke kampus, ini baju untuk pergi ke ma/em minggu, ini baju buat ke cafe, sama ini buat pergi ke disko ..... hahahahaha ..... !!!" (23 September 2007)
Dalam memanjakan tubuhnya JN melakukan lulur untuk tubuh tiga kali dalam
satu minggu. Dan yang paling menjadi andalannya dalam berpenampilan
adalah bagian wajah dan rambut panjangnya yang hitam dan lebat. Oleh
karena itu, JN selalu menggunakan make-up dan mencatok rambutnya
sebelum ia pergi ke kampus ataupun pergi bersarna teman-temannya.
83
4.3.2.5. Alasan Tinggal Di Apartemen
Orang tua JN yang sering bertugas l<e luar negeri membuatnya beberapa kali
merasakan tinggal di apartemen. Pada saat JN kelas 1 SMA ia beserta
keluarganya pernah tinggal di Malaysia karena ayahnya SE>dang ditugaskan di
Malaysia. Mereka tinggal dalam satu apartemen yang sed13rhana.
Tinggal di apartemen memang bukan menjadi hal baru bagi JN namun tinggal
di apartemen sendiri tanpa keluarga itulah yang menjadi hal baru bagi JN. la
harus berbagi apartemen dengan beberapa orang yang baru kenal, ia juga
banyak belajar bagaimana menghadapi sifat-sifat orang yang berbeda-beda.
Karena bagi JN semakin sering ia bertemu dengan orang lain maka semakin
besar kemungkinannya mereka memiliki masalah.
JN menceritakan mengenai kebiasaan dan gaya hidup orang-orang yang
tinggal di apartemen. Kebanyakan dari mereka termasuk JN memilih tinggal
di apartemen, yaitu pertama, lokasi yang sangat dekat den1~an kampus
tempat mereka berkuliah; Kedua, mereka tidak perlu lagi repot-repot dan
berlama-lama menunggu bis untuk pulang atau sekedar memcari makan
malam mereka; Ketiga, kehidupan apartemen yang sangat individual;
Keempat, tinggal di apartemen membuat mereka merasa tidak diawasi
secara langsung oleh keluarga maupun pemilik apartemen (bagi yang
84
menyewa) dan pihak keamanan maupun management apartemen sehingga
mereka merasa bebas keluar masuk pada jam berapapun.
Selain keefektifan waktu dan lebih dekat dengan kampusnya, tinggal di
apartemen bagi JN juga merupakan salah satu bentuk dari gaya hidupnya.
"Mungkin kalo aku gak tinggal di apartemen, aku gc:1k bisa ngelakuin apa aja yang mau fakuin. Ada keterbatasan-keterbatasan aja." (23 September 2007)
4.3.2.6. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
Pengertiannya mengenai gaya hidup adalah bagaimana setiap orang
menjalankan hidupnya dengan caranya masing-masing. Faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup JN adalah lingkungan, teman-tE~man, dirinya
sendiri, dan ayahandanya. JN menjelaskan mengapa ia menjadikan ayahnya
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidupnya adalah
ketakutan JN jika ia mengecewakan ayahandanya.
JN menjelaskan bahwa ia mengalami perubahan gaya hidup dari sebelum ia
tinggal di apartemen dan akhirnya ia tinggal di apartemen t;anpa keluarganya.
Perubahan yang ia rasakan adalah perubahan mengenai k13bebasan waktu
yang ia miliki.
"Bisa dibilang ... aku kaya kuda Jepas dari kandang, /-lehehehe ..... walaupun ada kebebasan yang aku rasain sekarang,. aku tetep ngebatasin diri aku ... tapi aku bebas." (23 September 2007)
85
4.3.2.7. Menjalani Hidup Penuh Kesadaran
Suatu bakat yang diberikan Allah swr pada dirinya membuat JN memiliki
istilah sendiri dalam mengungkapkan kelebihannya. Kesenangannya menulis
puisi, karangan, atau cerita pendek menginspirasi JN mernilih jurusan
jurnalistik guna menyelesaikan pendidikan tingginya. Terbersit dalam diri JN
untuk mengirim tulisannya ke media cetak namun ia kurang memiliki
kepercayaan diri untuk itu sehingga tulisan-tulisan yang ia buat hanya
menjadi koleksi pribadinya. Sebaliknya, JN menuturkan kekurangannya
adalah ia termasuk orang yang moody dalarn bersikap. Sifat moody tersebut
dapat rnernpengaruhi dirinya mengawali aktifitasnya sehari-hari. Tidak jarang
pula ia rnendapatkan kritikan dari ternan-ternannya mengenai sikapnya yang
dipengaruhi oleh mood.
JN cukup rnerniliki penilaian yang teguh tentang dirinya. Ql,eh karena itu, JN
mengatakan bahwa dirinya sulit menerirna kritikan dari orang lain. la
berusaha untuk tetap mempertahankan pendapat mengenai dirinya sendiri
walaupun banyak kritikan yang ia dapatkan. Tetapi pada situasi lain, JN
rnernikirkan kritikan-kritikan yang datang pada dirinya. Pada akhirnya JN
rnenilai bahwa kritikan adalah salah satu bentuk dari proses pembelajaran.
86
4.3.2.8. Bertindak Tegas
Berhubungan dengan dirinya yang cukup sulit menerima kritikan dari orang
lain sehingga membuat JN bertahan pada pendapatnya mengenai dirinya
sendiri. Ada kalanya JN juga bersikap tegas untuk hal-hal tertentu.
Kesenangannya berjalan-jalan bersama teman-teman ke pusat perbelanjaan,
cafe, dan lainnya membuat JN mampu bersikap tegas pada dirinya untuk
tidak mengikuti kesenangannya. Hal tersebut disebabkan !<arena didukung
oleh rasa tanggung jawab yang besar terhadap kedua orang tuanya untuk
menjalankan kuliah dan mendapatkan prestasi yang tidak mengecewakan
orang tuanya.
4.3.2.9. Penerimaan Diri
Pada saat penulis menanyakan pertanyaan mengenai bagaimana ia menilai
dirinya sendiri. JN terdiam beberapa detil< seraya berpikir dan mencari kata
kata yang tepat untuk diungkapkan. Dengan singkat JN menilai dirinya
sebagai individu yang menyenangkan dan dewasa sebelurn waktunya. JN
menuturkan bahwa di mana pun dirinya berada, ia selalu dapat membuat
orang Jain senang berada di dekatnya.
Dari keseluruhan mengenai pandangannya tentang dirinya :sendiri, JN
mengakui bahwa ia menerima segala kelebihan dan kekurangannya.
87
"/ya. Aku terima kalo aku moody, aku terima diri aku apa adanya. Dan itu pun jadi salah satu opini aku, 'Ka/o misalnya gue kaya gini yaudah gue emang kaya gini,' gitu. Kalo orang ada yang gak terima dan gak suka, yaa .. . terserah ... Mungkin itu salah satu dari ke/wrangan aku juga sih." (24 September 2007)
JN merasakan berharga dan memiliki kebanggaan dalam hidupnya ketika ia
melakukan sesuatu yang baik dan membuktikan bahwa dirinya mampu
memegang kepercayaan yang diberikan oleh orang tuanya untuk kegiatan
yang baik dan mandiri dalam menjalankan aktifitas sehari-harinya sehingga
dirinya juga dihargai oleh orang lain.
Kebanggaannya dalam pertemanan terletak pada banyaknya jumlah teman
yang ia miliki. Hal ini menjelaskan dirinya dapat membuktikan bahwa JN
memang orang yang menyenangkan. Kebanggannya yang lain terletak pada
dirinya yang berasal dari daerah luar kota Jakarta yang memiliki pemikiran
yang maju, banyak mengetahui kehidupan perkotaan. Dirinya juga bangga
memiliki keluarga yang saling menjaga hubungan dekat walaupun mereka
saling berjauhan tempat tinggalnya.
Ada kalanya ketika JN mengahadapi masalah ia menyalahflan dirinya sendiri.
Baginya masalah akan menjadi hambatan jika ia menganggap hal tersebut
masalah besar. Namun beda halnya ketika ia menghadapi masalah yang
88
baginya itu adalah masalah kecil, sehingga masalah tersebut tidak teralu
menghambat dirinya.
JN termenung sambil mengembangkan senyum kecil di sudut bibirnya yang
mungil seraya ia berkata,
"Aduh ... Aku mau aku ngomong ini tapi off the record ya Kak ... " (24 September 2007)
JN merasa keberatan bila pembicaraan mengenai permasalahannya direl<am.
Untuk menjaga kerahasiaan dan kepercayaan dari subjek kepada penulis,
maka penulis menyetujui untuk tidak merekam pembicaraan pada saat itu.
4.3.2.10. Bertanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Dengan kesadaran yang penuh mengenai tugasnya menjadi seorang anak
yang harus menyelesaikan kuliahnya tepat waktu membuat JN memiliki
tanggung jawab terhadap orang tuanya. Selain itu JN juga menuturkan
bahwa tinggal jauh dari orang tua membuatnya memikul tanggung jawab atas
segala sesuatu yang ia lakukan tanpa pengawasan kedua orang tuanya.
4.3.2.11. Menjalani Hidup Penuh Tujuan
Secara akademis JN mengakui bahwa ia bukan mahasiswi yang menonjol di
kelasnya. Namun dari hasil indeks prestasi yang ia miliki untuk semester 3 ini
89
ia meraih IP sebesar 3,27. JN menuturkan bahwa dirinya bukan orang yang
meraih prestasi dalam bidang non-akademis.
Pada dasarnya JN tidak memberi patokan untuk cita-cita ataupun pekerjaan
apa yang akan ia geluti nanti. la berpendapat bahwa peke1·jaan apapun yang
akan menjadi profesinya kelak, JN tidak mempermasalahkannya. Asalkan ia
menjalankannya dengan baik dan senang di bidang pekerjaan tersebut.
4.3.2.12. lntegritas Personal
Pemahamannya tentang harga diri, ia menjawab bahwa harga diri itu
priceless. Yang ia maksud dengan istilah priceless adalah harga diri
merupakan prinsip yang harus dimiliki oleh setiap orang dan tidak dapat
dibandingkan dengan nilai apapun.
"Mama pernah bilang sama aku, 'Jangan pernah meminta apapun dari orang lain.' Menurut aku itu salah satu wujud dari harga diri aku." (24 September 2007)
Ketika penulis melontarkan pertanyaan mengenai situasi apa yang dapat
membuat harga diri JN meninggi, ia sempat kebingungan untuk
menjawabnya. Namun pada akhirnya JN menjawab bahwa situasi yang
membuat harga dirinya meninggi adalah pada saat kelebihannya diakui oleh
orang lain. Selain kelebihan yang ia sadari dengan sendirinya, JN merasa
berharga ketika kelebihannya yang tidak disadari diakui oleh orang lain.
90
Sebaliknya, situasi yang membuat JN merasa sangat tidak berharga pada
saat ia dimanfaatkan oleh orang lain untuk kepentingan yang sangat tidak
dapat ia tolerir.
"Oulu ada cowok yang ngedeketin aku. Eh .. .pas aku dah suka, dia ma/ah tiba-tiba menjauh dari aku. Nah ... saat itu aku ngerasa disakitin dan dibego-begoin sama dia. 'Wah ... rese banget tuh cowok! Coba kalo gue gak pemah ken al dia, kalo gue gak pemah jalan bareng sama dia ... gue gak bakal keliatan suka sama dia.' Gitu .... " (24 September 2007)
Situasi yang menjadi pemicu JN menjadi percaya diri bahkan bisa sangat
percaya diri adalah situasi baru di mana JN bertemu dengan orang-orang
baru dan juga situasi yang sifatnya kompetitif. Sebaliknya, situasi-situasi yang
dapat membuat JN merasa tidak percaya diri adalah situa~;i di mana JN
dalam mengerjakan sesuatu tidak maksimal sehingga membuatnya tidak
yakin. la merasa takutjika hasil pekerjaannya dibandingkan dengan hasil
pekerjaan orang lain yang lebih baik dari hasil kerjanya. Scitu hal lagi yang
dapat membuat JN merasa tidak percaya diri pada saat "I don't look good
and I don't feel good." Semboyan yang JN berlakukan pada dirinya ini
berkaitan dengan penampilannya bila ia pergi ke kampus maupun pergi
berjalan-jalan.
"Aku ngerasa gak PD banget pada saat aku lagi gak mood. Dah gitu ... aku juga ngerasa gak PD kalo aku ketemu man tan pacar aku dan pada saat itu aku bawa 'gandengan' yang tidak lebih oke dari mantan pacar, nah .... !tu juga bisa bikin aku minder. Perasaannya ciut aja depan man tan. Jadi .... I look good, I feel good, and I bring someone cute. Hehehehehe ...... " (24 September 2007)
4.3.2.13. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SE1lf-Esteem
Berdasarkan pernyataan-pernyataannya yang menjelaskan mengenai
penilaian dirinya JN menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi harga dirinya adalah kelebihan, lingkungan, keluarga, dan
teman-temannya. Sehingga JN memiliki harapan-harapan pada dirinya.
Harapan tersebut ia jabarkan dalam pernyataannya sebagai berikut,
91
"Harapan-harapan aku .. .. . Aku bisa jadi anak perempuan kebanggaan orang tua dan ke/uarga aku. Harapan aku se/ama ini aku bisa gak ngecewain orang tua aku. Harapan aku ... aku bisa tau kapan aku harus serius dan kapan aku gak perlu serius. Aku bisa ngebuktiin prestasi akademis aku. Aku bisa .... hmmmm .... ngejr;i/anin semuanya sesuai dengan yang seharusnya aku jalanin." (24 September 2007)
Di penghujung wawancara yang dilakukan penulis dan subjek JN, penulis
menanyakan pendapatnya mengenai mahasiswa yang tinggal di apartemen.
la pun menjawab dengan sudut pandangnya yang dewasa. Menurutnya
eksklusifitas itu bukan segala atribut yang ada pada orang yang tinggal di
aparternen. Seseorang tidak dinilai dari penampilan, harta benda, ataupun
status sosial ekonominya tetapi yang menjadi seseorang terlihat eksklusif
karena orang tersebut memiliki pembawaan yang baik dan dapat
menempatkan diri sesuai dengan lingkungan di mana ia berada.
Dengan tinggal di apartemen selama satu tahun lebih membuat JN mengakui
bahwa hal tersebut meningkatkan harga dirinya. Yang dimaksud JN dalam
92
hal ini adalah dirinya merasa bangga karena dapat membuktikan pada orang
tuanya dan orang lain bahwa ia mampu untuk mandiri walau ia tinggal jauh
dari orang tua. JN bangga menunjukkan diri pada orang tuanya bahwa ia
mampu untuk mengatur segala kegiatan kuliah, berbelanja bulanan dengan
jatah uang saku yang sudah ditentukan, menunjukkan batlwa dirinya masih
dapat bersenang-senang dengan teman-temannya tanpa mengganggu
kegiatan kuliah, tugas kuliah, dan prestasi akademiknya.
93
Bagan 4.2 Alur Gambaran Self-Esteem dan Gaya Hidup JN
DEWASA DNGGALDI MUDA PARTEMEN
SELF-ESTEEM
SELF-ESTEEM [3F-ESTEEM POSIT IF l\IEGATJF
• - Percaya diri - Rendal1 diri - Memiliki kelebihan - Merasa tidak berharga
dalam menulis - Tidak memiliki karangan kebanggaan
- Bangga memiliki teman banyak dan keluarga yang harmonis
GAYA I• Hura-h~ HIDUP
94
4.3.3. Analisis Subjek 3
Hari Kamis tepat pukul 14.00 WIB penulis melakukan wawancara dengan
seorang gadis berinisial KT. Subjek KT seorang mahasiswi Jurusan Design
Interior semester 7. la berasal dari salah satu sekolah swasta Kristen di
Pontianak, Kalimantan Bara!. Siang itu KT mengenakan k;aos berlengan
pendek berwarna putih, bergambar karakter kartun, dan mengenakan celana
jeans berwarna hijau tua. Rambut panjangnya ia tata dengan menguncir
setegah bagian dari rambutnya dan sisanya ia biarkan ter~rerai untuk
melihatkan bagian bawah rambutnya bergelombang. Saa! itu wawancara
kami lakukan di salah satu restaurant yang terletak di kompleks cafe dan
resto tepat berada di depan gedung apartemen tempat KT tinggal. KT dan
JM, mereka adalah teman satu kelas.
4.3.3.1. Gambaran Kehidupan Subjek
Subjek KT seorang mahasiswi Jurusan Design Interior semester 7. la berasal
dari salah satu sekolah swasta Kristen di Pontianak, Kalimantan Bara!. Gadis
berambut panjang ini menjabarkan bahwa ia memiliki jadwal kuliah dari Hari
Senin sampai Jumat. Kegiatannya itu sebagian besar adalc:1h kegiatan
perkuliahan. Pada semester ini KT sedang melaksanakan Kerja Praktek (KP)
di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur dan design
interior. Perusahaan tempat KT melaksanakan KP berada cli wilayah Tanjung
Duren, Jakarta Barat. Karena dirasakannya teralu jauh jaral< antara
apartemennya dengan kantor ia melaksakan KP maka ia pindah kos untuk
beberapa bu Ian selama ia KP.
95
Dalam berkegiatan sehari-hari KT membiasakan diri untuk melakukan semua
kegiatannya sendiri, misalnya ia ingin membeli makan siang atau ada
keinginan untuk pergi ke mall. Namun KT dan teman-teman satu
apartemennya secara kebetulan memiliki rutinitas yang hampir bersamaan
waktunya sehingga membuat mereka tidak jarang melakukan kegiatan
bersama-sama.
KT menuturkan bahwa dirinya tipe orang yang lebih senang berada di rumah.
Jika kegiatan kuliahnya dalam satu hari sudah selesai, KT langsung pulang
ke apartemennya yang berada tepat di sebelah kampus tempat ia berkuliah.
4.3.3.2. Hobi
Anak kedua dari empat bersaudara ini memiliki hobi yang berbeda dari subjek
penelitian lainnya. KT menyenangi dan menikmati kegiatan sendiri.
Maksudnya ia senang pergi berjalan-jalan ke mall sendiri tanpa harus
ditemani oleh temannya. Hobi lainnya yaitu KT senang membaca buku-buku
yang memiliki titel Best Seller atau Based on True Story. Dan hobinya bila
sedang berada di apartemen adalah menonton koleksi film DVD yang
sebagian besar ceritanya mengisahkan kehidupan yang bersifat duaniawi.
96
Waktu luang pada saat ada jeda kuliah KT menggunakannya untuk
berkumpul dan mengobrol bersama teman-temannya di pusat perbelanjaan
yang berada tepat di depan kampus, menonton TV atau film DVD di
apartemennya, atau hanya sekedar mengobrol di taman kampus.
4.3.3.3. Peran Teman dan Keluarga
KT memiliki kedekatan dengan teman satu unit apartemennya karena mereka
berasal dari daerah yang sama, yaitu Pontianak. KT mengutarakan bahwa ia
memiliki sahabat dan teman deket yang berbeda. la memiliki batasan tertentu
dengan teman dekatnya. Berbeda hubungan KT dengan sahabatnya, ia tidak
merasa sungkan dan dapat terbuka mengenai seluruh kehfdupan dan
masalah yang sedang ia alami.
KT menuturkan bahwa ia termasuk orang yang sulit menemukan teman dekat
dan sahabat baru. la sangat konsisten berhubungan dengan sahabatnya, KT
juga bercerita bahwa ia memiliki sahabat dari ia masih bersekolah di tingkat
SMA dan KT tidak ingin mencari sahabat baru di linkungan kuliahnya
sekarang. la sudah merasa sangat cocok dengan teman yang menjadi
sahabatnya dari SMA tersebut.
97
Sahabat memiliki peran penting dalam kehidupan KT. la rnengaku dapat
sangat terbuka dengan sahabatnya dibanding dengan orang tuanya sendiri.
Kapan saja KT memiliki masalah, ia pasti menceritakan masalahnya pada
sahabat.
Kedudukan keluarga dalam hidup KT berada pada tingkatan yang sangat
penting. Dalam satu hari KT dan keluarganya selalu memberitahukan kabar
masing-masing dengan menghubungi melalui telepon genggam atau saling
mengirim pesan singkat. Kedua orang tuanya yang sibuk bekerja membuat
KT memiliki kedekatan emosional yang sangat dekat dengan salah satu
adiknya.
4.3.3.4. Menggunakan Uang
Dalam mengisi waktu liburannya, KT biasa pulang ke kola kelahirannya di
Pontianak atau bila ada teman yang mengajaknya berlibur bersama, ia
menghabiskan liburan bersama dengan teman-ternannya.
la juga menjelaskan bahwa dirinya senang pergi ke salon dengan intensi
seminggu dua kali untuk melakukan perawatan rambutnya yang rusak karena
pelurusan rambut dan seringnya ia menggunakan pewarna rambut.
Setiap bulannya KT menerima kiriman uang saku dari oran!l tuanya yang ia
gunakan untuk membayar uang sewa apartemen, listrik apartemen, membeli
98
perlengkapan kuliah, dan berbelanja kebutuhan pribadinya seperti berbelanja
makanan kecil, produk perawatan tubuh, dan berbelanja untuk menambah
koleksi pakaiannya.
Dalam berbelanja baju, KT pada awalnya ia mementingka11 harga yang
murah namun menyampingkan kualitas dari produk yang ia beli. Lambat laun
ia beralih membeli produk berdasarkan kualitas walaupun i::lengan harga yang
tidak murah.
"Oulu gue suka betanja baju-baju murah kaya di Mangga Dua tuh ... tapi ternyata kualitasnyajuga gak bagus dan gak nyaman dipakenya. Jadinya sekarang kalo betanja baju cari yang bagus sekalian, gak papa deh mahal tapi bagus, nyaman dipake, dan awet gak cepet metar." (30 September 2007)
4.3.3.5. Alasan Tinggal Di Apartemen
Mahasiswi yang sudah tinggal di apartemen selama 3 tahun ini tidak menilai
bahwa tinggal di apartemen adalah salah satu bentuk dari ~1aya hidupnya.
Alasannya untuk tinggal di apartemen adalah letak apartemen yang
bersebelahan dengan gedung kampus dan berhadapan dengan pusat
perbelanjaan sehingga sangat memudahkannya untuk berkegiatan. Kerena
KT tinggal jauh dari orang tua dan sekarang tinggal di apartiemen
membuatnya lebih mandiri dari sebelum ia tinggal di aparternen.
99
Sejak awal ia menjadi mahasiswi, KT langsung menjatuhkan pilihan tempat
tinggal di apartemen. Alasan KT memilih untuk tinggal di apartemen adalah
karena letaknya bersebelahan dengan kampus yang sangat memudahkan
dirinya menjalankan kegiatan kuliah. Alasan lainnya adalah faktor keamanan
apartemen yang bersifat 24 jam setiap hari.
4.3.3.6. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hid up
Dengan gaya dan bahasanya yang khas, KT menyimpulkan pengertian gaya
hidup menurut pemahamannya. Baginya gaya hidup adalal1 bagaimana
seseorang memposisikan dirinya sendiri di masyarakat, bagaimana individu
tersebut melihat, menilai, dan menampill<an dirinya. KT memberil<an contoh
berdasarl<an pemahamannya tersebut,
"Kato orang itu lagi pengen menampilkan gaya yang casual, yaa ... dia menampilkannya. Kato misalnya dia nyaman dengan penilaian orang yang bilang bahwa dia adalah orang yang borjuis m<1ka mungkin saja dia bergaya hidup yang brand minded. Gitu ... " (30 September 2007)
Pemahamannya mengenai gaya hidup membuatnya memilil<i l<esimpulan
bahwa gaya hidup dipengaruhi oleh fal<tor didil<an dari orang tuanya yang
selalu mengajarkan dirinya untuk selalu menghargai setiap rupiah yang
dihasill<an orang tuanya buah hasil dari l<erja l<eras dalam menjalankan
usaha. Hal ini membuatnya berpikir bila KT ingin membeli si:suatu ia harus
memprioritaskan barang yang memang harus dan penting untuk dibeli. Selain
100
faktor didikan orang tua, faktor lainnya adalah teman-teman. Baginya teman-
teman sedikit banyak mempengaruhi gayanya dalam berpenampilan.
"Kalo temen-temen kita penampilannya modis otomatis kita kepengen juga berpenampilan modis kaya dia. Kadang-kadang ada juga pengaruh dari majalah. Gue suka liat-liat rubrik fas/1ionnya trus suka ada keinginan beli tas a tau baju yang kaya di majalah punya." (30 September 2007)
Apartemen adalah suasana baru bagi JN dan selama ia tinggal diapartemen
JN merasakan adanya perubahan gaya hidup yang ia jalani. KT adalah
seorang anak daerah yang datang ke Jakarta untuk meny1~fesaikan jenjang
pendidikan perguruan tinggi. Selama 3 tahun KT tinggal di apartemen, ia
merasakan adanya perubahan gaya hidup pada dirinya. Perubahan gaya
hidup tersebut terjadi karena pengaruh dari teman, pergaulan, dan
lingkungan baru yang berbeda dari sebelumnya. Teman dan lingkungan baru
yang ia alami membuat dirinya merasa sedikit ada kebeba:san dalam
mengatur waktu dan bentuk kegiatannya.
"Seka rang gak ada Jagi jam ma/em jadinya gue lebi/1 sering pergi trus pulangnya ma/em karena dulu gue kalo di rumah ao'a jam ma/em. Dah gitu, di apartemen susananya hening dan tenang b<mget. Bikin ngerasa nyaman." (30 September 2007)
Sifat apartemen yang individual memang benar adanya dan dirasakan juga
oleh gadis yang memiliki tubuh sintal ini. KT cukup selektif dalam menilai
orang lain. la mengatakan bahwa dalam menentukan teman dekat di dalam
apartemen, KT menilai teman satu unit apartemennya melalui kesan pertama
101
yang muncul dari sikap dan gaya berbicara orang tersebut. Bila ia merasakan
nyaman pada kesan pertama maka KT menilai bahwa dirinya akan dapat
berteman dekat dengan orang tersebut.
Apartemen adalah lingkungan baru bagi KT sehingga pada mulanya ia
mengira bahwa seluruh mahasiswa yang berkuliah di UPH memang tinggal
dalam satu gedung yang sama, ternyata anggapannya itu salah. Apartemen
seperti layaknya rumah kos namun bentuk, fasilitas, dan lingkungannya yang
berbeda. Sudah tiga tahun KT merasakan tinggal di apartE!men dan ia juga
tidak memungkiri bahwa memang ada nilai prestis bagi penghuninya
4.3.3.7'. Menjalani Hidup Penuh Kesadaran
Pengalaman dan kebiasaanya menilai orang dari kesan pertama dan ia
buktikan bahwa penilainnya itu adalah benar membuat KT merasa memiliki
kelebihan dalam menialai orang lain. la menjelaskan dengan penuh
keyakinan mengenai kelebihannya itu.
"Kelebihan gue, gue bisa menilai orang. Cieeee ..... hehehehe ..... maksudnya, ya itu dia kebanyakan gue meni/ai orang lain dari kesan pertama dan pada kenyataannya penilaian gue tentang orang itu sama dengan sifatnya, ditambah lagi informasi yang gue a'apetin dari tementemen yang lain tentang orang tersebut." (2 Oktober 2007)
102
Gema tawa terdengar di salah sudut restaurant pada siang itu. Penjelasan KT
yang menyatakan kelebihannya menunjukkan bahwa ia adalah orang yang
percaya diri.
4.3.3.8. Bertindak Tegas
KT merasa tidak memiliki keterbatasan dalam mengungkapkan pendapatnya
pada teman-teman ataupun orang tuanya. Mahasiswi design interior ini
menuturkan bahwa selama ia tinggal jauh dari orang tua, dirinya belajar untuk
tidak menyimpan sesuatu yang menyakitkan hati atau jika dirinya memiliki
pendapat maka ia langsung mengutarakan pendapatnya.
Kegemarannya membaca buku dan majalah membuat KT memiliki
pengetahuan lebih mengenai pengendalian emosi amarah. Bila emosi
amarahnya timbul, KT meredakan amarah dengan menghitung satu sampai
sepuluh dalam hati dibarengi dengan pengaturan nafas yang seimbang.
Mengapa ia berlaku demikian? KT mengatakan bahwa dirinya sering
mengalami penyesalan setelah ia meluapkan emosi marahnya dengan
membanting barang-barang yang ia miliki. Setelah melakukannya, KT
mengaku bahwa emosinya mereda, dan ia berprilaku yang sama bila emosi
amarahnya muncul.
4.3.3.9. Penerimaan Diri
---- ~' -·
UlMVUi ··1 I
··"'·•.Ni f11r1•;ctyr 1 ~, n,\fl.-i 1rt I
'"-'''"~"-.. ," "-•~»--.~-"~'"""'"·-.J,
103
Dalam mengutarakan penilaian akan dirinya sendiri, KT butuh beberapa detik
meyimpulkan dirinya dalam pernyataan. Sambil memandang ke arah meja
yang terletak majalah bisnis di atasnya KT menjawab sambil menopang dagu
dengan tangan kanannya di atas meja. Gadis ini menyimpulkan bahwa
dirinya adalah seorang yang pesimis, panikan, dan mudah emosi.
Mahasiswi yang memiliki hobi membaca ini mengaku panil< bila setiap kali ia
menemukan masalah. Rasa panik tersebut mengakibatkan dirinya menjadi
menilai masalah sebagai suatu hal yang buru, KT merasa putus asa, dan sulit
untuk berpikir mencari solusi yang tepat. Kepercayaan diri dari KT terpancar
ketika ia mengungkapkan pendapat mengenai penilaiannya terhadap
masalah yang ia miliki. la berpendapat bahwa masalah merupakan tantangan
yang dijalani dan diselesaikan. KT memiliki prinsip bahwa segala sesuatu
yang terjadi karena ada suatu alasan sehingga mempengaruhi
pandangannya terhadap masalah. la menilai bahwa di balik masalah ada sisi
baiknya. Rasa menyesal pada diri sendiri juga terjadi bila ia melakukan
kesalahan. Kepanikan yang ia rasakan ketika melal<ukan kesalahan
membuatnya berpikir negatif dan akhirnya berubah menjadi menyalahkan diri
sendiri bila ia melakukan kesalahan tersebut. Dari keseluruhan perasaan dan
penilaian tentang dirinya, KT mengaku menerima segala seHuatu yang ada
pada diri apa adanya.
104
4.3.3.10. Bertanggung Jawab Terhadap Diri Stmdiri
Bagi l<T yang menjadi tanggung jawab pada dirinya adalah dengan tinggal
jauh dari pengawasan kedua orang tuanya, KT bertanggung jawab atas
segala sikap, tindakan, dan prilaku yang ia lakukan. Temain-teman dan
kepercayaan yang diberikan kedua orang tuanya untuk tinggal terpisah dan
meyelesaikan pendidikan tingginya yang mendorong KT bertanggung jawab
pada diri sendiri.
4.3.3.11. Menjalani Hidup Penuh Tujuan
Berbicara mengenai cita-cita KT, ia menuturkan bahwa dirinya tidak memiliki
patokan dalam menentukan cita-citanya.
"Jalani yang terbaik, yang jelas ngelakuin sesuatu yang disuka." (2 Oktober 2007)
Namun ia memiliki harapan-harapan pada dirinya. KT men9atakan bahwa ia
berharap dapat melakukan sesuatu yang berarti, bersifat sosial, dan
membantu orang lain.
4.3.3.12. lntegritas Personal
KT nampak kesulitan menjawab pertanyaan mengenai pemahaman harga diri
menurut dirinya sendiri. la terlihat bingung mencari kata-kata untuk
menjelaskan harga diri. Dengan tersenyum dan tawa kecil t·erlontar dari bibir
mungilnya,
"Harga diri ... ? Prinsip ka/i ya ... aduh gue gak tau. 1-fehehe .... " (2 Oktober 2007)
Kesulitannya menemukan rangkaian kata menjadi kalimat yang
105
mengungkapkan pemahamannya tentang harga diri kembali terjadi ketika ia
menjelaskan situasi apa yang membuat dirinya merasa beirharga. KT berpikir
beberapa detik sambil melihat ke arah mesin kasir yang berada tepat di
belakang penulis. Akhirnya ia mengutarakan bahwa situas.i yang
membuatnya merasa berharga adalah ketika ia dapat melakukan sesuatu
untuk orang lain. KT memberikan contoh dari pengalamannya, yaitu ketika ia
memberikan sesuatu pada pengemis yang ia temui di jalan.
Kepercayaan diri bagi KT adalah salah satu bagian dari harga dirinya. Situasi
yang dapat membuatnya percaya diri adalah situasi di mana KT
menghasilkan sesuatu dan mendapat nilai bagus. Namun sebaliknya, bila KT
menghasilkan sesuatu dan mendapat yang nilai tidak sesuai dengan
keinginannya maka KT merasa rendah diri.
"Ketika gue menghasilkan sesuatu dan dapet nilai bag us. /tu bisa jadi pemicu gue untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bagus lagi. Tapi sebaliknya kalo gue menghasilkan sesuatu dan dap.et nilaijelek, gue ngerasa down banget. "(2 Oktober 2007)
KT juga pernah mengalami merasakan harga dirinya menurun. la
mengutarakan situasi yang membuat harga dirinya menurun ketika orang lain
menyinggung kelemahannya yang bersifat fisik. Berdasarkan pengalamannya
tersebut membuat pendapat KT mengenai penampilan itu penting, paling
tidak dirinya berpenampilan bersih dan rapi. Menurutnya penampilan rapi
bukan berarti mengenakan pakaian yang bermerk terkenal dan berharga
mah al.
106
Perasaan berharga bila KT memberikan sedikit bantuan untuk orang lain juga
merupakan bagian dari rasa bangga pada dirinya sendiri. Secara eksplisit ia
menjelaskan bahwa kebanggaannya terletak pada sifat rela berkorban untuk
orang lain.
4.3.3.13. Faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem
Berdasakran pernyataannya mengenai harga diri, bagaimana KT menilai
dirinya, penerimaan diri, dan lainnya KT menyimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi self-esteem baginya adalah lingkungan dan dirinya sendiri.
Hal ini terungkap dari pernyataannya yang menjelaskan bahwa ia merasa
sangat berharga ketika ia memberikan pertolongan dalam llentuk
memberikan beberapa ribu rupiah dari uangnya kepada pengemis yang
meminta-minta di jalanan. Dapat dikatakan KT cukup memiliki sense of social
pada orang lain.
107
Bagan 4.3 Alur Gambaran Self-Esteem dan Gaya Hidup KT
DEWASA o~GGALDI MUDA "-RTEMEN
SELF-ESTEEM
SELF-ESTEEM ~-ESTEEM POSITIF EGATJF
- Percaya diri - Rendat1 dili - Merasa berharga - Merasa tidak berharga
ketika dapat - Tidak memiliki memberikan sedikit kebanggaan dari uangnya untuk pengemis jalanan.
- Memiliki kebanggaan
' GAYA .. ~1 • Rumah~ HIDUP
108
4.3.4. Analisis Subjek 4
Hari Kamis tepat pukul 11.00 WIB penulis melakukan wawancara dengan
subjek berinisial JM. la seorang mahasiswa Jurusan Desi11n Interior semester
7. Siang itu JM mengenakan kaos berlengan pendek berwarna merah bata
dan mengenakan celanajeans berwarna biru tua. Rambut lurusnya ia tata
dengan gaya belah tengah dan ia membiarkan beberapa helai rambutnya
menjuntai ke depan menutupi sedikit alisnya. Saat itu wawancara dilakukan di
salah satu restaurant yang terletak di kompleks c<1fe dan n~sto tepat berada di
depan gedung apartemen tempat JM tinggal. Nampaknya sebelum penulis
tiba di lokasi wawancara, JM sedang menyantap makan siangnya. Penulis
mendapati satu piring makan yang di atasnya tersaji potongan daging
panggang dan beberapa iris kentang goreng. JM menyudahi santapan makan
siangnya ketika penulis datang.
4.3.4.1 Gambaran Kehldupan Subjek
JM adalah seorang mahasiswa semester 7 jurusan design interior pada
Universitas Pelita Harapan (UPH). JM adalah teman satu k•elas KT yang
sama-sama juga tinggal di salah datu unit apartemen yang berada
bersebelahan dengan Kampus UPH. Penulis menjadikan JM subjek
penelitian berdasarkan rekomendasi subjek KT. Semasa SMA, JM adalah
salah satu siswa sekolah swasta Kristen di Bogar, Jawa Barat. Pria berkaca
mata ini menjabarkan bahwa ia memiliki jadwal kuliah dari Hari Sen in sampai
109
Jum'at. Kegiatannya itu sebagian besar adalah kegiatan perkuliahan. Pada
saat ini JM sedang melaksanakan Kerja Praktek (KP) di salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur dan design interior.
Perusahaan tempat JM melaksanakan KP berada di wilayah Tanjung Duren,
Jakarta Barat. Karena dirasakannya teralu jauh jarak antara apartemen
dengan kantor tempat ia melaksakan KP maka ia pindah kos sementara
untuk beberapa bulan selama ia KP. Sebelum ia pindah kosan di Tanjung
Duren, JM sudah tidak asing lagi dengan daerah tersebut r~arena banyak dari
teman-teman JM yang tinggal atau kos di wilayah tersebut yang mana JM
hampir setiap akhir pekan ia habiskan untuk hang-out bersama teman
temannya.
JM sangat menjaga ruang lingkup privasinya. la menyatakan salah satu
bagian dari privasinya adalah kamar tidurnya di apartemen yang mana orang
lain tidak boleh mencampuri. Bila kegiatan kuliah dalam satu hari sudah
selesai dan ada beberapa teman JM yang ingin berkunjung ke
apartemennya, JM memberikan berbagai alasan agar teman-temannya
mengurungkan niat untuk datang.
Orang tua JM bertempat tinggal di Kota Bogor. Terkadang libur akhir
pekannya ia gunakan untuk pulang ke Bogor agar dapat berkumpul bersama
keluarganya. Namun JM menyatakan bahwa libur akhir pekannya lebih sering
110
ia gunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya yang berada di
Jakarta. Nampaknya JM lebih menikmati hubungan perternanan dengan
teman-temannya yang berbeda kampus dibanding dengan teman-teman satu
kampus dengannya. JM bisa menghabiskan waktu akhir pekannya sampai
larut malam bahkan sampai subuh hanya untuk mengobrol di sebuah cafe
atau club.
"Lebih sering spent time sama temen-temen di Jakarla, jarang juga stay di Karawaci ... jadinya gue yang nyamperin mEireka deh ... kalo gue dah jalan bareng sama mereka, kita suka nongkrong dari cafe to cafe, ngobrol .. . , cuap-cuap sampe subuh. Kadang pergi clubbing. Kadang-kadang !oh ... Hehehe .. .. "(4 Oktober 2007)
Kesenangannya menghabiskan libur akhir pekan bersama dengan teman-
teman yang berbeda kampus dengannya membuat JM memiliki tempat favorit
untuk dikunjungi. Ada beberapa tempat yang menjadi pilihan JM dan teman-
teman, yaitu restaurantdan cate yang buka 24 jam di daemh Jalan Sudirman,
Jakarta. Alasannya memilih cafe tersebut, JM mengatakan bahwa mereka
tidak perlu lagi berpindah-pindah cate karena batas waktu operasional yang
terbatas sampai jam tertentu. JM menjelaskan lebih lanjut bahwa ia menyukai
lingkungan yang ramai namun apabila ia berkumpul di tempat favoritnya
untuk menghabiskan malam akhir pekan bersama teman-te•mannya, JM tidak
suka dengan jumlah teman yang teralu banyak. JM Jebih sering bepergian
dengan teman-teman yang jumlahnya tidak lebih dari 5 orang.
111
4.3.4.2. Hobi
JM memiliki hobi yang cukup unik. la memiliki peliharaan ikan karnivora
sejenis ikan arwana dan ikan karnivora lainnya. Baginya ada kesenangan dan
kepuasan tersendiri melihat ikan peliharaannya memakan umpan daging
yang diberikan atau memangsa ikan-ikan yang lebih kecil untuk dimakan.
"Gue seneng sama ikan tapi bukan ikan yang cantilr-cantik, gue suka ikan karnivora. Seneng aja dengan kebuasan ikan clan ngeliat ikanikan karnivor memangsa ikan-ikan lain. Huahahaha .... Tapijangan salah, biar gue suka pelihara ikan buas, gue ini sebenernya tipe orang yang melankolis." (4 Oktober 2007)
4.3.4.3. Peran Teman dan Keluarga
Wawancara sudah berlangsung sekitar 15 menit. JM men9atakan bahwa
dirinya merupakan pribadi yang tertutup. la menjelaskan bahwa ia sulit sekali
terbuka dalam berbagai hal dengan teman dekatnya. JM mengakui bahwa ia
tidak teralu mempunyai banyak teman. Dalam pertemanan, JM menganut
prinsip bahwa kualitas pertemanan yang lebih penting dibandingkan dengan
jumlah teman yang banyak namun hanya beberapa dari ternannya yang ia
merasa dekat. Dengan kata lain, ia lebih baik memiliki satu atau dua orang
teman dekat di mana dirinya dapat berbagi suka dan duka dibanding dengan
memiliki teman yang banyak tetapi ia tidak merasa dekat.
Hubungan pertemanan JM dengan teman-teman satu unit apartemennya
tidak dekat. Karena ia sangat menjaga privasi kamarnya, oheh karena itu JM
112
sengaja membatasi dirinya dengan teman-temannya. JM berkomunikasi
dengan teman-teman satu apartemen hanya sebatas mennbicarakan
pembayaran listrik bulanan dan gaji untuk pembanntu.
JM sangat selektif dalam pemilihan teman dekat. Oleh karena itu ia memiliki
kriteria yang cukup unik untuk memilih teman dekatnya. Kriteria tersebut
adalah teman harus dapat benar-benar tulus berteman dengannya tan pa ada
maksud memanfaatkan kelebihan atau kelemahan yang dimiliki JM, teman
juga dapat menyesuaikan diri dengan kesederhanaan yan!~ ada pada diri JM.
Dengan kata lain JM menjelaskan bahwa teman yang baik tidak memiliki
sikap manja yang tidak ingin berpanas-panas dan tidak kel~eratan bila
menggunakan kendaraan umum bila bepergian.
"Jujur nih yaa ... gue itu orangnya paling gak bisa ng1~bohong, kalo mau ngebohong pasti aja ketauan. Dan gue itu gak enakan sama orang. Nah ... temen yang deket sama gue itu gak memanfaatkan kelemahan gue itu, mereka bisa diajak susah !ah, pergi naik anakot misa/nya." (4 Oktober 2007)
Kriteria unik dalam mencari teman dekat dan sahabat bagi JM bukan dari
latar belakang yang sama tetapi ia lebih memilih teman yang bisa diajak
berbagi dalam keadaan susah. lni tercermin dari penjelasannya yang
menyatakan bahwa ia adalah orang yang tidak ketergantungan jika ingin
bepergian harus dengan kendaraan pribadi atau dengan jaBa taksi. JM lebih
sering bepergian dengan angkutan umum daripada kendaraan pribadi. Jika
113
ada teman dari latar belakang ekonomi yang lebih di bawahnya, JM juga tidak
menyukainya.
"Kadang mereka suka yang minta dibayarin ini itu kafo fagi jatan. Mereka memanfaatkan kefemahannya yang sulit meno/ak permintaan orang lain." (4 Oktober 2007)
Pada intinya JM memilih teman berdasarkan sifat dan sikap dari teman
tersebut yang dapat mengerti keadaannya, bisa berbagi sienang dan susah,
memiliki hati yang tulus, dan teman yang baik tidak menilai rendah orang lain.
Berdasarkan kriterianya mengenai teman yang baik, JM juga mengutarakan
arti dari teman baik. Baginya arti teman itu adalah tempat berbagi pada saat
ia merasa kesepian dan muncul perasaan kesendirian. Pa1ja saat seperti itu
JM benar-benar membutuhkan teman untuk berbagi.
Penulis menanyakan hubungan subjek dengan keluarganya. Anak terakhir
dari 3 bersaudara ini menuturkan bahwa orang tuanya bukan tipe orang tua
yang bisa diajak berbagi cerita mengenai permasalahan pribadi. Dalam
keluarga JM merasa paling dekat dengan ibundanya namun kedekatannya itu
bukan berarti JM tidak pernah berselisih pendapat dengan ibundanya. Yang
ia sayangkan dari ibundanya adalah sifat ceriwisnya yang s.ulit mengontrol
pembicaraannya. Tidak jarang ibunda JM menceritakan permasalahan JM
kepada anggota keluarga besarnya. Oleh karena itu, JM jU(Ja membatasi
114
pembicaraan dengan ibundanya. la tidak menceritakan permasalahan pribadi
yang sedang ia alami kecuali mengenai finansialnya selama di apartemen.
JM memiliki 2 orang kakak laki-laki. Kakak yang pertama sudah bekerja dan
tinggal di Kola Bandung sedangkan kakaknya yang kedua memiliki
kekurangan dalam tingkat IQ. JM menuturkan bahwa ia memiliki masalah
dalam keluarga namun bagi JM permasalahan keluarga itu sangat pribadi
dan ia tidak ingin menceritakannya kepada penulis.
4.3.4.4. Menggunakan Uang
Setiap bulannya JM menerima kiriman uang saku dari oranfl tuanya yang ia
gunakan untuk membayar uang sewa dan listrik apartemen, membeli
perlengkapan kuliah, kebutuhan pribadi seperti makanan, vitamin, pulsa HP,
biaya berakhir pekan bersama teman-teman, dan jika ada lebih di akhir bulan
JM gunakan untuk berbelanja pakaian.
"Gue lebih memilih makan di restaurant karena se/ain tempatnya nyaman, makanannya udah jelas dan kebersihannya yang penting. Trus kalo masih ada sisanya juga, baru deh ... gue pake bu at belanja baju-baju." ( 4 Oktober 2007)
Dalam membeli suatu barang, JM memilih pada sifat efisiensi dari barang
tersebut. JM mengilustrasikan pernyataannya dengan pengalaman yang
sudah ia lakukan,
"Misalnya nih ... gue beli sepatu. Gue pake sepatu itu sampe rusak, baruuuu .. .. a bis itu gue beli lagi sepatu baru. Sela ma sepatu lama masih bisa dipake, gue be/om beli sepatu baru /agi." (4 Oktober 2007)
115
Berdasarkan kegemarannya setiap akhir pekan pergi bersama teman-
temannya maka JM membeli barang-barang yang bermemk hanya untuk
dikenakan ke tempat-tempat tertentu.
Penampilannya yang rapi pada saat wawancara menunjuk:kan bahwa pria ini
memperhatikan kebersihan dan kerapiannya. Terlihat dari pilihan pakaian,
kuku jarinya yang terpangkas rapi, dan aroma tubuhnya yang wangi. JM
menjelaskan bagaimana ia menjaga penampilannya dengan gaya santai,
"Gue sih perawatan tubuh /ebih kepada kesehatan tubuh. Misalnya beli segala macem vitamin, mulai dari vitamin untuk mata, vitamin C, minyak kelapa VCO gitu ... trus beli susu kolostrum." (4 Oktober 2007)
Menurut mahasiswa jurusan design interior ini penampilan itu penting. Yang
dimaksud JM minimal dirinya harus bersih dan rapi. Tidak teralu penting
memakai pakaian yang bermerek terkenal atau baju dengan harga yang
mahal. Tetapi ia tidak memungkiri bahwa ia juga mengoleksi pakaian yang
bermerek terkenal dan koleksi pakaiannya itu hanya ia pakai pada waktu dan
tempat tertentu. Walaupun JM mengoleksi pakaian merek terkenal tetapi ia
juga tidak jarang membeli baju di pasar-pasar Kota Bandung dan Bogor yang
menjual baju-baju bekas.
"Jangan sa/ah ... gue juga suka beli baju bekas /oh ... Hehehe ... gak papa/ah ... yang penting modelnya bagus." (4 Oktober 2007)
Alokasi dana untuk berbelanja barang-barang fashion ia pis.ahkan sendiri dari
uang saku bulanannya.
116
"Buat belanja baju gue masih yang pi/ih-pilih. Maksimal harga baju yang gue beli seratus ribu tapi kalo gue makanan ikan atau segala sesuatu yang ikan gue butuhin, gue gak mikir-mikir. Walaupun harganya /ima ratus ribu tetep gue beli. Hehehe .. .. " ( 4 Oktober 2007)
4.3.4.5. Alasan Tinggal Di Apartemen
Apartemen adalah hal baru bagi JM walau demikian ia tidak merasa ada
kebanggaan tinggal di apartemen. Tinggal di apartemen p;ada awalnya bul<an
karena keinginannya sendiri. Mulanya ia sudah menyewa satu rumah kos
bersama 4 orang temannya yang juga sama-sama dari Kata Bogar namun
JM merasa kesulitan dalam transportasi untuk pergi ke l<arnpus. Kebet1:Jlan
JM memiliki sepupu yang berkuliah di Universitas yang sarna dengannya
yang sedang menyusun tugas akhir. Sepupu JM tinggal di apartemen yang
tepat berada di samping kampus. Sepupunya meminta JM untuk meneruskan
uang sewa apartemen dan memintanya tinggal di apartemEm dengan
pertimbangan sangat dekat dengan kampus dan JM menyEitujuinya.
Alasan utamanya untuk tinggal di apartemen adalah karena letaknya yang
bersebalahan dengan kampus dan berhadapan dengan mall sehingga
memudahkannya beraktivitas. JM juga tidal< memungkiri sifat apartemen
yang individual dan bebas. Semua orang dapat dengan bebas keluar masuk
unit apartemen tanpa mengenakan tanda tamu. Hal ini diekspresil<an JM
dengan perkataan yang terlontar,
117
"Apartemen emang bebas banget ya ... walaupun ada satpam, juga gak pernah nanya-nanya orang yang dateng dari /uar. <3ue sih gak heran kalo ada mahasiswa yang tinggal di apartemen ada yang ML, tapi itu sih ... tergantung sama masing-masing orang." (4 Oktober 2007)
Pada dasarnya JM lebih menyukai lingungan kos yang berupa rumah tinggal
karena suasana kos rumah tinggal di depannya banyak terdapat jajanan
tradisional. Tetapi ketika ia tinggal di wilayah Lippa Karawaci yang mana
semua pedagang keliling dilarang memasuki wilayah tersel~ut.
Kesibukkannya kerja praktek di daerah Tanjung Duren membuat ia tinggal di
kos rumah tinggal dan merasakan lingkungan yang tidak dapat ia temui jika ia
tinggal di apartemen.
"Hangat aja dengan suasana kosan yang rame. Kadang gue memang suka bimbang. Gue memang orang yang sangat menjaga privasi dan juga juga suasana yang rame dan bertetangga." (4 Oktober 2007)
4.3.4.6. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
JM menyimpulkan pengertian gaya hidup dengan bahasa dan suara
lembutnya namun tetap mencirikan suara seorang pria dewasa. la
mengatakan bahwa gaya hidup adalah bentuk adaptasi seseorang. JM
menjelaskan lebih lanjut bahwa gaya hidup itu dipengaruhi oleh lingkungan.
Pria kemayu ini memberikan contoh pengalaman yang terjadi pada seorang
temannya. Teman tersebut berada dalam lingkungan yang :>ebenarnya tidak
sesuai dengan kepribadiannya. Namun karena ada perasaan ingin memiliki
eksistensi di mata orang lain dan dianggap keberadaannya, ia berusaha
118
untuk menyamakan diri dengan gaya hidup hura-hura yang dianut oleh
kelompoknya.
Penjelasannya mengenai gaya hidup tersirat bahwa ada faktor yang
mempengaruhi gaya hidup. F aktor tersebut adalah lingkungan, teman
sepergaulan, dan individu yang bersangkutan.
JM mengalami perbedaan gaya hidup sebelum dan sesudah ia menjadi
seorang mahasiswa. Pada saat SMA gaya hidupnya cendt>rung kepada hal-
hal yang bersifat penampilan fisik. Setelah ia menjadi mahasiswa ia
menuturkan bahwa tidak semua gaya hidup SMAnya berubah tetapi lebih
bersifat kesehatan tubuhnya.
JM juga menjelaskan bahwa ia juga mengalami perubahan gaya hidup
sebelum dan sesudah tinggal di apartemen. Setelah JM tinggal di apartemen,
ia merasa lebih tertutup dan sering pulang malam. Karena ia membatasi
kedekatannya dengan teman-teman satu unit apartemen, JM merasakan
bahwa tinggal di apartemen sangat individual.
"Gue jadi lebih tertutup sama suka balik ma/em bahkan suka baru balik subuh, hehehehe ... Pokoknya bebas bangetdeh ka/o di apartemen." ( 4 Oktober 2007)
119
Selama 3 tahun JM tinggal di apartemen ia merasakan bahwa dirinya menjadi
lebih malas karena kemudahan dalam menjangkau tempat kuliah dan mall,
selain itu tersedianya layanan antar untuk pesanan makanan. Di sisi lain JM
merasa lebih mandiri karena di apartemennya tidak setiap hari pembantu
datang merapikan kamar dan mencuci pakaiannya. Terkadang ada saatnya
ia harus merapikan kamarnya sendiri.
Tinggal di apartemen yang sangat dekat dengan kampus tidak
mempengaruhi pola belajar yang sudah ia lakukan sewaktu SMA tetapi ia
merasakan adanya penurunan prestasi.
"Perubahan prestasi .. ? Ada sih .. .jadi menurun, hehehehe .... Gue sih ngerasa sama aja dengan waktu SMA du/u. Gue kan agak perfeksionis, tapi mungkin temen-temen kutiah sekarang /ebih banyak yang menonjol prestasinya jadi kesannya prestasi gue jadi menurun, padahal sih gue be/ajar seperti biasanya." (4 Oktobeir 2007)
4.3.4.7. Menjalani Hidup Penuh Kesadaran
Mahasiswa yang baru berulang tahun yang ke 20 pada Bulan Agustus ini
merasa tidak merasa memiliki kelebihan dalam dirinya. la selalu merasa
rendah diri, tidak memiliki keahlian tertentu.
"Kelebihan .. ? gak ada. Gue gak bisa apa-apa." (6 Olctober 2007)
Sebaliknya, ia mengakui bahwa ia banyak memiliki kelcurangan. la termasuk
orang yang sulit untulc mempercayai orang lain karena ia memiliki
120
pengalarnan buruk dengan hal itu. la rnerasa kebaikannya dirnanfaatkan oleh
orang lain sehingga orang tersebut berlaku sernena-rnena terhadap dirinya.
4.3.4.8. Bertindak Tegas
la rnengatakan bahwa salah satu kelernahannya adalah rasa segannya
terhadap orang lain berpengaruh pada ketrbukaannya untuk rnengungkapkan
pendapatnya pada orang-orang tertentu yang ia anggap lebih tinggi
derajatnya dibandingkan dirinya.
"Gue gak enakan orangnya. Takutnya, misa/nya dalam satu geng ada orang-orang yang disegenin, gue anggep derajatnya /ebih tinggi dari gue kadang gue suka ngerasa gak enak kalo mau ngungkapin pendapat gue." (6 Oktober 2007)
JM rnenjelasakan lebih lanjut pernyataannya rnengenai derajat orang lain
lebih tinggi dari dirinya. la rnenguratakan rnaksudnya bahwa orang tersebut ia
pandang rnerniliki kesan wibawa sehingga rnembuatnya sulit berusaha untuk
menjadikannya teman dekat dan JM segan untuk mengutarakan
pendapatnya.
4.3.4.9. Penerimaan Diri
JM menilai masalah sebagai hambatan. Mengapa demikian? Oulu ia pernah
memiliki pengalaman yang buruk mengenai belajar menyetir mobil. JM
menabrak tiang listrik sehingga membuat mobil orang tuanya rusak parah
121
setelah itu ia tidak ingin belajar menyetir mobil lagi. Dengan kata lain, JM
merasa trauma dengan permasalahannya pada saat itu.
Pria yang memiliki hobi memelihara ikan karnivora ini mengalami perubahan
dalam mengendalikan emosinya. Sekarang ini JM dapat menutupi emosinya.
Namun bila ia tidak tahan untuk menahannya ia langsung kembali ke
apartemennya dan meluapkannya dengan menangis.
Subjek JM mengatakan bahwa dirinya kerap kali bila melakukan kesalahan ia
lebih sering menyalahkan dirinya sendiri karena JIVI mengakuinya ada
hubungan dengan pikirannya yang selalu negatif.
"Hehehe .. ka/o gue bikin salah gue pasti menya/ahkan diri sendiri. Gak tau kenapa ... Mungkin karena guejuga ngerasa pesimisjadisuka ngerasa bodoh aja." (6 Oktober 2007)
Subjek JM memiliki penilaian mengenai dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia
menilai dirinya adalah seorang individu yang setia, jujur, perfeksionis, namun
ia juga menilai dirinya sebagai individu yang suka cemas, tidak memiliki
kepercayaan diri, berpikiran negatif, dan tidak mudah percaya pada orang
lain walaupun orang tersebut adalah ternan yang sudah ia lcenal sebelumnya.
Kesulitannya untuk percaya dengan orang lain dikarenakan pengalamannya
pada masa lalu yang ia merasa kelemahannya yang sering dimanfaatkan
122
oleh teman yang sudah ia percaya. Pengalaman itu pada akhirnya yang
menjadikannya selalu membuatjarak dengan orang lain.
Pada dasarnya JM menerima diri apa adanya namun terkadang ia merasa
mempertanyakan pada dirinya sendiri mengapa ia memiliki kelebihan atau
kelemahan seperti yang sudah ia jelaskan.
"Gue sih terima-terima aja diri gue kaya gini tapi kadang suka ngerasa, 'kenapa sih ... kok gue kaya gini yaa ... ?' gitu ... " (6 Oktober 2007)
4.3.4.10. Bertanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Sebagai seorang anak, JM memiliki tanggung jawab yang llarus ia jalankan
yaitu menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi jurusan desifTn interior dengan
hasil yang baik. Selain itu, JM juga memiliki tanggung jawab atas segala
sikap dan tindakannya selama tinggal jaull dari orang tuanya. JM
bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan oleh kedua orang
tuanya dan JM menggunakan kepercayaan tersebut dengan sebaik-baiknya.
4.3.4.11. Menjalani Hidup Penuh Tujuan
JM menuturkan bahwa ia tidak memiliki cita-cita khusus. la menganut prinsip
biarkan hidup yang akan membawa ke mana dirinya akan bekerja atau
menjadi seorang apa.
123
Pria kemayu ini menuturkan bahwa ia memiliki harapan-hc:irapan pada
dirinya. JM menuturkan harapannya bahwa ia dapat merubah sisi negatif
dirinya, dapat lebih terbuka lagi dengan orang lain ataupun dengan
keluarganya. la menambahkan bahwa dirinya juga memilik:i harapan untuk
mempertahankan pemikirannya yang masih 'kuno'. JM menjelaskan
pemikiran kunonya itu dengan contoh bila ia memiliki seorang kekasih, ia
akan tetap setia selamanya.
4.3.4.12. lntegritas Personal
Walaupun JM mengaku tidak memiliki kepercayaan diri, ia tetap mengalami
situasi yang membuatnya merasakan kepercayaan diri yang tinggi. Rasa
percaya dirinya timbul pada saat ia sedang berkumpul dan jalan bersama
sama dengan teman-temannya. Selain itu, JM juga mengalami situasi yang
berbeda yang dapat menimbulkan rasa percaya dirinya, yaitu ketika ia dipuji
oleh orang lain. Namun karena pikiran negatif dan rasa tidak percaya pada
orang lain timbul lebih kuat sehingga menjadikan pikiran pertama yang
muncul dibenaknya adalah orang tersebut memuji dirinya karena ada
kepentingan di balik pujiannya. Akibatnya JM tidak langsun9
mengekspresikan rasa percaya dirinya.
JM terlihat sedikit bingung dan butuh beberapa detik baginya menemukan
kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai harga
124
diri. Pemahaman JM mengenai harga diri ia ungkapkan dengan bahasanya
sendiri yang menjelaskan bahwa harga diri itu merupakan gengsi yang
dimiliki seseorang, bagaimana cara orang tersebut memandang dirinya
sendiri, dan orang tersebut menilai baik atau buruk dirinya sendiri.
Dengan penjelasan yang jelas mencerminkan kepribadian dirinya yang
cenderung negatif, JM tetap merasa bahwa dirinya cukup loerharga dalam
hidup. Situasi yang membuat dirinya merasa berharga adalah ketika orang
lain menerima dirinya dan ia dapat membuat orang tersebut merasa senang.
Sebaliknya, situasi yang dapat menurunkan harga dirinya adalah ketika ia
membuat orang lain merasa kecewa. Apabila ada orang lain yang
menyinggung kekurangannya berdasarkan latar belakang yang ia miliki, JM
merasa sangat terhina. Satu hal lagi yang dapat menurunkan harga dirinya
adalah ketika ia tidak diakui di dalam suatu kelompok.
"Rasanya sedih aja kalo kita gak dianggep di dalam suatu kelompok." (6 Oktober 2007)
Selama wawancara JM beberapa kali menyatakan secara tidal< langsung
bahwa dirinya merasa kurang berharga dalam hidup. Tergambar dari
pernyataan-pernyataannya mengenai bagaimana ia menilai dirinya sendiri,
kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. JM tidak pernah merasa bangga
pada diri sendiri karena menurutnya tidak ada yang pantas untuk
dibanggakan dari dirinya.
"Gak. Gak ada yang bisa dibanggain dari diri gue. Hmmmm ..... apa ya .... Sebenernya ada sih yang gue banggain dari diri gue .... Gue bangga pun ya ekspresi wajah yang selalu terlihat te1rsenyum." (6 Oktober 2007)
4.3.4.13. Faktor-faktor Vang Mempengaruhi Self-Esteem
Berdasarkan pernyataan-pernyataannya mengenai penilaian diri selama
125
wawancara, JM mengungkapkan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi
harga dirinya adalah lingkungan kegiatan sehari-harinya dan teman-teman
sepergaulan. Hal ini jelas diungkapkan oleh JM bahwa ia merasa dianggap
kehadirannya, merasa berharga, dan percaya diri bila JM berada di tengah-
tengah teman dekatnya. JM menambahkan faktor yang me1mpangaruhi gaya
hidup pada dirinya adalah latar belakang keluarga dan kehidupan masa
lampaunya.
126
Bagan 4.4 Alur Gambaran Self-Esteem dan Gaya Hidup JM
DEWASA DJGGALDI MUDA ARTEMEN
'
SELF-ESTEEM
' • SELF-ESTEEM ~-ESTEEM
POSIT IF :::GATIF
' • - Percaya diri - Rendah diri - Merasa berharga - Merasa tidak memiliki - Memiliki kebanggaan kelebihan
- Tidak memiliki kebang9aan
GAYA : • Hedoni~ HIDUP
127
4.4. Perbandingan Analisis Antar Subjek
Empat orang subjek penelitian yang penulis wawancarai memiliki beragam
jawaban dan alasan seputar harga diri, gaya hidup, dan ke1hidupan di
apartemen. Masing-masing subjek miliki alasan yang kuat atas pemilihan
gaya hidup dan penilaian tentang dirinya sendiri.
Untuk lama tinggal di apartemen, para subjek sudah menempati apartemen
lebih dari satu tahun. Dari empat subjek penelitian hanya ada satu subjek
penelitian yang pernah tinggal di apartemen sebelumnya dan ketiga subjek
lainnya tinggal di apartemen adalah pengalaman pertama lcali. Mereka
semua berasal dari berbagai daerah di luar Kota Jakarta namun pada subjek
kedua ia pernah bersekolah dan tinggal selama satu tahun di Jakarta.
Keempat subjek penelitian berasal dari kampus yang sama namun berbeda
jurusan.
Selama proses pengambilan data lapangan penulis mengalami beberapa
kesulitan dalam menemukan responden yang sesuai dengan karakteristik
yang sudah penulis tentukan. Kenyataan yang terjadi di lap;angan, penulis
menemukan dua subjek yang sedikit berbeda namun tetap :sesuai dengan
karakteristik subjek penelitian, mereka tinggal di apartemen yang berbeda
dengan empat subjek yang pertama. Dua subjek penelitian ini tinggal di
128
apartemen bukan karena keinginan dan pilihannya sendiri namun
berdasarkan pilihan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak kampus.
Mengapa demikian? Karena responden tersebut adalah mahasiswa peserta
beasiswa yang diberikan oleh pihak kampus secara cuma··cuma. Beasiswa
tersebut diberikan pada sekolah-sekolah dan gereja-gereja yang berada di
luar Kota Jakarta. Pihak kampus ingin memberikan kesempatan bagi siswa
siswa berprestasi untuk mendapatkan pendidikan guru yang profesional dan
menempatkan mereka dalam apartemen yang berkonsep asrama.
Dengan segala kenyamanan, kebebasan, dan keamanan yang dirasakan
oleh HL, JN, KT, dan JM mereka mengaku senang untuk tinggal di
apartemen. Faktor utamanya adalah kebebasan dan kemandirian yang
dimiliki oleh setiap penghuninya. Oleh karena itu, setiap penghuni apartemen
bebas melakukan apa saja yang diinginkan dan merasakan kemandirian
yang jelas terjadi dalam diri masing-masing. Mereka tinggal jauh dari orang
tua dan tidak adanya kendaraan pribadi yang menyertai mmeka. Subjek
kedua, JN, mengaku bangga tinggal di apartemen karena ia merasa bebas
dan mandiri. Dengan bahasanya sendiri JN menjelaskan bahwa ia mandiri
dan bebas melakukan kegiatan yang ingin ia lakukan. JN ingin membuktikan
dan menunjukkan sikap mandiri tersebut pada kedua orang tuanya. Berbeda
dengan kasus subjek JM, ia sama sekali tidak merasa bangga tinggal di
apartemen. Baginya tinggal di apartemen bukan suatu hal yang harus
129
dibanggakan, ditambah lagi, menurut JM bentuk apartemein yang ia tempati
tidak teralu mencerminkan apartemen. Alasan lainnya JM tinggal di
apartemen bukan berdasarkan keputusannya dari awal m1rnjadi mahasiswa.
la lebih menyukai tinggal di kos perumahan karena ia menyenangi hangatnya
lingkungan bertetangga.
Bagi ke empat subjek penelitian yang tinggal di apartemen berdasarkan
pilihannya sendiri, mereka memliki alasan yang sama mengapa memilih
tinggal di apartemen. Alasan tersebut adalah letak apartemen yang strategis
dan banyak kendaraan umum yang lewat sehingga mudah dijangkau bila
tidak menggunakan kendaraan pribadi. Bila dilihat dari sudut pandang
efektifitas dan efisiensi, tinggal di apartemen memang mendukung mereka
untuk beraktifitas. Hanya dengan berjalan kaki mereka dapat menjangkau
lokasi kampus dan pusat perbelanjaan yang menjual banyak keperluannya
sehari-hari yang berhubungan dengan tugas kuliah ataupun kebutuhan
pribadi, seperti belanja bulanan sampai membeli produk-produk fashion.
Selain itu, dengan tinggal di apartemen, mereka menuturkan membuat hidup
lebih santai dibandingkan dengan tinggal di kos perumahan. Mereka
mendapatkan waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan diri di pagi
hari sebelum berangkat ke kampus. Mereka juga mengatak:an bahwa mereka
tidak perlu lagi berdesakkan dan berebut angkutan umum cli pagi hari untuk
pergi ke kampus.
130
Perbedaan yang sangatjauh penulis temukan mengenai kebebasan,
kenyamanan dan kebiasaan yang dilakukan oleh para mahasiswa yang
tinggal di apartemen dengan biaya dan keinginannya sencliri dengan para
mahasiswa yang tinggal di apartemen yang sudah ditunjuk oleh pihak UPH
untuk menjadi pengganti asrama sementara bagi mahasiswa peserta
beasiswa. Perbedaan tersebut terlihat dari diberlakukannya jam malam di
apartemen untuk para mahasiswa peserta beasiswa, diberlakukannya sistem
kartu identitas tertentu dengan keamanan yang sangat ketat untuk para
mahasiswa membuka pintu menuju lift apartemen. Oleh karena itu tidak
semua orang dapat memasuki unit apartemen tan pa pengawasan dari pihak
keamanan apartemen yang sedang berjaga.
Perbedaan lainnya tergambar dari penjelasan salah satu rnsponden
mahasiswi beasiswa bahwa di dalam satu unit apartemen tempat tinggalnya
terdapat tidak kurang dari sepuluh mahasiswi peserta beasiswa tinggal
bersama dengan menerapkan sistem asrama. Kehidupan a:partemen yang
individual dan bebas yang dirasakan oleh responden yang lainnya tidak
dirasakan dan dialami oleh responden peserta beasiswa. Namun perbedaan
tersebut tidak mempengaruhi mahasiswa peserta beasiswa menjalankan
aktifitasnya sehari-hari.
Tabel 4.6 Perbandingan Antar Subjek
No. Aspek Perbandingan Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 1. Lama tinggal di 2 tahun I 1 tahun 3 lahun 3 tahun
apartemen 2. Alasan tinggal di a) Apartemen merupakan a) Dekat dengan kampus. a) Apartemen a) Tidak sengaja.
apartemen hal baru. merupakan hal baru.
b) Dekat dengan kampus. b) Tidak harus b) Dekat dengan b) Tempat yang menggunakan kendaraan kampus. startegis. umum bila ke kampus.
c) Efisiensi dan efektifilas c) Kehidupan apartemen c) Tidak perlu bangun c) Tldak per1u waktu. yang sangat individual. pagi-pagi untuk menggunakan
pergi ke kampus. angkutan umum bila pergi ke kampus atau berbelanja.
d) Merasa memiliki kebebasan.
3. Menjalani hidup penuh Memiliki kelebihan dalam Kelebihannya dalam menulis Menyadari memiliki Merasa tidak memitiki kesadaran bermain piano. Menyadari puisi, karangan atau cerita kelebihan dalam menilai kelebihan atau
kekurangannya; muldah pendek. Mood yang orang lain dali kesan keahlian tertentu. terpengaruh oleh teman- berubah-ubah menjadi pertama. Selalu merasa rendah teman (plin-plan). kekurangannya. diri.
4. Penerimaan diri I Subjek menerima diri apa Subjek menerima segala Subjek menerima diri Subjek menerima diri adanya. Cenderung kelebihan dan bahwa ia seorang yang apa adanya namun menyalahkan diri sendiri kekurangannya. pesimis, panikan, dan juga mernpsrtanya~.an bita melakukan kesalahan. I Menyalahkan diri sendiri bila mudah emosi. Masalah "mengapa?". Menilai Mengungkapkannya melakukan kesalahan. adalah suatu hal yang masalah sebagai dengan menangis. Masalah adalah hambatan. buruk. Timbul hambatan. Selalu
penyesalan ketika menyalahkan diri melakukan kesalahan. setiap melakukan
kesalahan. 5. Bertanggung jawab Menggunakan I Menggunakan kepercayaan Bertanggung atas segala Menyelesaikan
kepercayaan orang tua orang lua dengan baik. sikap dan perilaku yang kuliahnya dibidang dengan baik. Menyelesaikan kuliahnya ia lakukan. design interior. Menyelesaikan pendidikan I tepat waktu. Menyelesaikan Bertanggung jawab tim:iginya. pendidikan tinnninva. alas seQala sikap dan
i prilaku yang I dilakukan.
6. Bertindak tegas I Ada rasa sungkan Sulit menerima kritikan dari Memiliki kebebasan sungkan untuk ternadap teman-temannya. orang lain. Mempertahankan dalam berpendapat. mengungkapkan
I Tidak dapat berkata "tidak" pendapatnya sendin. Konsisten dengan pendapatnya pada bila bertentangan dengan pendapatnya. orang lain. Sulit diri. menolak permintaan
atau ajakan dari teman.
7. Menjalani hidup penuh Tidak memiliki prestasi Tidak menonjol dalam Belum menentukan cita- Tidak memiliki ctta-tujuan dibidang akademik. bidang akademis maupun cita yang pasti. Bernarap cita khusus. Memiliki
Bercila-cita untuk non-akademis. Belum dapat melakukan harapan untuk meneruskan bisnis (usaha) menetapkan cita-citanya sesuatu yang berarti, mengubah sisi negatif orang tua. dengan pasti. membantu orang lain. dirinya dan dapat
lebih terbuka dengan orang lain.
8. lntegritas personal Ada kepercayaan diri yang Kepercayaan din muncul Kepercayaan din adalah Kepercayaan diri tinggi ketika dimintai tolong ketika ia bertemu dengan salah satu bentuk dari muncul kelika oleh teman-temannya. orang-orang baru dan harga dirinya. Harga berkumpul bersama Merasa minder dengan berkompetitif. Merasa tidak dirinya menurun ketika dengan teman-teman. penampilannya yang percaya diri ketika orang lain menyinggung Tidak pemah merasa dibandingkan dengan pekerjaannya dibandingkan kelemahannya yang bangga terhadap teman-temannya. dengan hasil orang lain bersifat fisik. dirinya sendiri.
Kebanggaannya tenetak pada ekspresi wajahnya yang selalu terlihat tersenyum.
9. Faktor-faktoryang Teman-teman dan Kelebihan yang dimiliki. Daoat memberikan Latar be!akang mempengaruhi self- lingkungan sekitar. lingkungan, keluarga, dan beberapa ribu rupiah keluarga dan esteem teman-teman dari uang sakunya untuk kehidupan masa
pengemis. Lingkungan lampaunya. dan dirinva sendiri.
10. Segmentase gaya hidup Lebih senang berada di Menghabiskan waktu Lebih senang berada di Tidak teralu berminat dalam apartemen. Memiliki luangnya dengan berkumpul apartemen untuk dengan kegiatan pernatian penuh pada bersama teman-teman dan sekedar menonton film keluarga. Akhir keluarga. Gaya hidup mengunjungi pusat hiburan bersama teman-teman. pekannya selalu ia rumahan. (mall. cafe. night club). Senang membaca buku. gunakan pergi ke I Sangat mementingkan Gaya hidup rumahan. tempat-tempat
penampilan. Gava hidup hiburan seperti cafe
hura-hura. yang buka 24 jam bersa1na teman-temannya. Gaya hiduo heclonis.
11. Faktor-faktoryang Lingkungan dan pergaulan T eman-teman, dirinya Didikan orang tua, Lingkungan mempengaruhi gaya dengan teman-teman. sendiri, dan orang lua pergaulan dengan beraktifitas sehari-hari hidup (ayah). teman-teman, dan media dan teman-teman
cetak. seoemaulan. 12. Perubahan self-esteem Merasa lebih dewasa dan Lebih mandiri dan dewasa Tinggal di apartemen Lebih dapat
dan gaya hidup mandiri. Lingkungan kuliah dari sebelumnya. M emiflki membuatnya lebih mengendalikan emosi dan apartemen yang kebebasan dalam mandiri. Ada kebebasan amarahnya. Tingkat sangat individu. beraktivitas dan mengatur dalam mengaturwaktu prestasi yang
1 waktu. dan bentuk kegiatan menurun karena ada
I persaingan yang lebih beral di lingkungan
! oerkuliahan.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Subjek penelitian dari penghuni apartemen cenderung memiliki self
esteem yang positif.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem dan gaya hidup mahasiswa
dewasa muda penghuni apartemen adalah lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kampus, teman-teman sepergaulan, dan keluarga.
3. Alasan mereka memilih untuk tinggal di apartemen sebagai tempat kos
adalah berdasarkan letak apartemen yang strategis.
5.2. Diskusi
Dari hasil penelitian didapat bahwa self-esteem dan gaya hidup dewasa
muda penghuni apartemen mengalami perubahan. Perubal1an tersebut
disebabkan oleh faktor teman-teman, keluarga, lingkungan .. dan individu itu
sendiri.
135
Dalam penelitian ini yang menjadi pengaruh individu memilih gaya hidup
tertentu dan memiliki self esteem positif atau negatif adalati lingkungan dan
pergaulan dengan teman-teman serta kebebasan yang dirasakan oleh
masing-masing subjek untuk melakukan semua hal yang diinginkan tanpa
ada interfensi dari orang lain. Sasaran penelitian adalah mahasiswa yang
tinggal jauh dari orang tua dan sudah menempati apartemein minimal satu
tahun. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana para mahasiswa menilai,
memandang, dan menghargai dirinya, dengan gaya hidup \rang ia pilih dan
kembangkan selama tinggal di apartemen.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelurnnya yang berjudul Gaya
Hidup Sebagai lndikator Kepercayaan Diri (Desy lsnaeni, 2004}. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa gaya hidup dipengaruhi kelompok
acuan. Perbedaan gaya hidup dengan kelompok acuan tertentu
menyebabkan seorang individu kesulitan menyesuaikan diri. Penyesuaian diri
. yang sulit pada seseorang akan mengakibatkan rendahnya kepercayaan diri,
serta terdapat perbedaan kepercayaan diri antara gaya hid up "gaul", "hura-
hura", "rumahan", "hedonis", "kebanyakan", dan "cuek".
Beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti adalah:
1. Kurangnya jumlah subjek yang diteliti sehingga penulis tidak dapat
menggeneralisasikan aspek self-esteem dan gaya hidup yang diteliti.
2. Kurangnya variabel yang diteliti sehingga tidak dapat menggafi aspek
yang berhubungan dengan self-esteem dan gaya hidup.
5.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan diskusi yang sudah diuraikan di atas maka
dikemukakan saran sebagai berikut:
5.3.1. Saran Teoritis
1. Kepada penefiti sefanjutnya sebaiknya mefakukan penggafian aspek
aspek lain selain gaya hidup yang berhubungan dengan self-esteem.
136
2. Penelitian selanjutnya agar memperbanyak jumlah subjElk dan
menggunakan kombinasi metode kuantitatif dan kuafitatif untuk dapat
membandingkan dan menggeneralisasi aspek self-este1im dan gaya hidup
yang diteliti.
5.3.2. Saran Praktis
1. Kepada para mahasiswa hendaknya memifiki self-esteem yang positif,
yakin pada penilaian serta gagasan-gagasannya sendiri, berani
menentukan sesuatu sendiri, tidak cemas dan febih berorientasi pada
i<eberhasilan.
137
2. Agar memudahkan mahasiswa UPH beraktivitas yang berhubungan
dengan perkuliahan dan membeli keperluan sehari-hari, tinggal di
apartemen adalah pilihan yang tepat karena letak apartemen yang sangat
strategis.
3. Bagi orang tua, keluarga adalah lingkungan pertama seorang individu.
Situasi keluarga yang tidak mendukung dapat mengha£,ilkan pribadi yang
memiliki harga diri yang kurang positif. Kebahagiaan dan dukungan dari
keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan antar anggota
keluarga yang harmonis.
4. Bagi dewasa muda, banyak hal yang dapat meningkatki3n self-esteem
atau harga diri. Jika kita memiliki menilai positif terhadap diri kita maka
rendah diri itu tidak akan ada.
5. Kepada pihak pembangun, apartemen nampaknya suda1h menjadi pilihan
bagi mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua untuk menjadikan tempat
kos. Oleh karena !tu, lingkungan di sekitar kampus memiliki potensi besar
untuk dibangun apartemen sederhana guna memudahkan para
mahasiswa menjalankan aktivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mappiare. 1983. Psikologi Orang Dewasa: Bagi penyt,suaian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Bagus Takwin. 2006. Habitus: Perlengkapan dan Kerangka Panduan Gaya Hidup. Dalam Alfathri Adlin (ed). Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas (35-54). Yogyakarta: Jalasutra.
B. Arief Sidharta (et.al). 1980. Pedoman Pengaturan Rumah Susun. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.
Berne, Patricia H. & Savary, Louis M. 1988. Membangun Harga Diri Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Borba, Michele. 1989. Esteem Builders. Rolling Hills Estate: Jalmar Press.
Branden, Nathaniel. How to Raise Your Self-Esteem, Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri, Hermes (terj). 2001. Jakarta: Delaprasta.
Branden, Nathaniel. The Six Pillars of Self-Esteem, 6 Pilar Penghargaan Diri, Kuswanto (terj). 2007. Semarang: Dahara Prize.
Brecht, Grant. 2000. Mengenal dan Mengembangkan Diri. .Jakarta: PT. Prenhallindo.
Darmadi Darmawangsa. 2007. Build Your Self Esteem. Pontianak: http://www.pontianakpost.com/berita/index
Desy lsnaeni. 2004. Gaya hidup Sebagai lndikator Kepercayaan Diri. Skripsi. Jakarta: http://www.psikologi-untar.com/psikologi/skripsi
Emi Yusmindar Yusoff & Yahaya Mahamood. 2005. Kemurungan dan Harga Diri di Kalangan Murid-murid Lutchkey Di Sekolah Kebangsaan Di Pantai Timur Semenanjung. Jurnal Anima Media Psikologi Indonesia vol.20 no.3. Surabaya: Laboratorium Psikologi Umum Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Engel, J.F, Blackwell, R.D, Miniard, P.W. 1995. Consumer Behavior. Philadelphia: Dryden Press.
E. Kristi Poerwandari. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3.
139
Felix 0. Soebagjo. 1993. Rumah Susun Di Jakarta dan Beberapa Permasalahannya. Hasif Seminar Perumahan dan Pemukiman: Sorotan Khusus Apartemen dan Aspek-aspek Hukum. Jakarta: Penyelenggara kantor Hukum Chandra Motik Yusuf Djemat dan Associates.
Frey, Diane. & Carlock, C. Jesse. 1984. Enhancing Self Esteem. Indiana: Accelerated Development Inc.
Gilmore, John V. 1974. The Productive Psychology. San Fransisco: The Albion Publishing Co.
Goble, Frank G. 1987. Mazhab Ketiga: Psiko/ogi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius.
Gracia Damayanti. 2006. Gambaran Self-esteem Pada Wanita Usia Dewasa Awai Yang Mengalami Perceraian. Skripsi. Jakarta: Fcikultas Psikologi Universitas Indonesia.
Harry Susianto. 1993. Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya M19ngenal Kebutuhan Anak Muda. Jurna/ Psikologi dan Masyarakat vol no Jakarta: Grasindo.
Hjelle, L.A & Ziegler, D.J. 1993. Personal Theories: Basic Assumption, Research, and Applications, Third Edition. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
H. Mubin & Ani Cahyadi. 2006. Psikologi Perkembangan. Ciputat: PT. Ciputat Press Group.
Hurlock, Elizabeth B. Developmental Psychology: A Life-Span Approach, Fifth Edition. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi ke 5, lstiwidayanti & Soejarwo (terj). 1980. Jakarta: Erlangga.
Johanna Erly W & Yanuarita Puji Hastuti (ed). 2004. Apartemen, Jakarta: Serial Rumah Spesial.
Johnson, Rex. & Swindley, David. 1999. Creating Confidence: The Secrets of Self-Esteem. Dorset: Element Books Limited.
140
Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kua/itatif. Bandung: Remadja Karya CV.
Loudon, David L. & Bitta, Albert J. Della. 1993. Consumer Behavior: Concepts and Applications, Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
M.A. Komarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Pemukiman. Jakarta: PT. Rakasindo.
Minchinton, Jerry. 1993. Maximum Self-Esteem: The Handbook for Reclaiming Your Sense of Self Worth. Kuala Lumpur: Golden Book Centre SON. BHD.
M. Noor HS. 1997. Himpunan lstilah Psikologi. Jakarta: Pedoman llmu Jaya.
Mowen, John.C, Minor, Michael. 1998. Consumer Behavior, Fifth Edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Myers, David G. 1993. Social Psychology. United State of America: McGrawJ-lill, Inc.
Ongky Sukasah H. 1993.Undang-undang No.16 Tahun 1985 dan Undangundang no.4 Tahun 1992 Ditinjau Dari Pengaturan Formalnya. Hasil Seminar Perumahan dan Pemukiman: Sorotan Khusus Apartemen dan Aspek-aspek Hukum. Jakarta: Penyelenggara kantor Hukum Chandra Motik Yusuf Djemat dan Associates.
Papalia, Diane E & Olds, Sally W. 2001. Human Development, Eighth Edition. New York City: McGraw-Hill, Inc.
Rafika Qatrunada. 2001. Self Esteem Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif J-lidayatullah.
Ratna Djuwita. 2000. Pemukiman Ideal Di Jakarta: Apartemen, Rumah Susun, atau Rumah Tunggal?. Jumal Psikologi Sosial vol 8 no 7. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Saifuddin Azwar. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pela jar.
Santrock, John W. Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup, Achmad & Juda (terj). 1995. Jakarta: Erlangga.
141
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development, Eight Ea'ition. New York: McGraw-Hill Companies.
Sevilla, G. Consuello, et. al. 1993. Pengantar Metode Pencilitian. Jakarta: UI Press.
Smith & Sutton, Brian. 1973. Child Psychology. New York: Appleton Century Crofts.
S. Nasution. 1995. Metode Research (Penelitian llmiah). Jakarta: Bumi Al<sara.
Sutarno NS. 2006. Cermin & Citra Diri. Jakarta: Jala Permata.
Yeyen. 2006. Wahai Wanita, Hargailah Diri Sendiri! Jakartc:t: http://www.republika.eo.id/koran_detail
Lampiran-l-amp1iran
143
LEMBAR OBSERVASI
: 1 /2/3/4 Tanggal: ........ . Subjek Tern pat Jam : ...... sampai .... .
Catalan Lapangan: 1. Keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain di sekitar
tempat wawancara.
2. Gambaran fisik dan penampilan subjek.
3. Ringkasan awal dan akhir wawancara yang tidak terekam (apa saja yang dilakukan oleh interviewer dan subjek).
4. Sikap subjek selama proses wawancara (suara, intonasi, sikap tubuh, antusiasme, sikap terhadap interviewer, dan sebagainya).
5. Gangguan dan hambatan selama wawancara.
6. Catalan khusus subjek.
PERIIIMPUNAN !'ENGH UNI I PEMILIK
· icl Scid nnGn flLVD 21'90 Lippa Karawzc1 ?800 rangerang 15811 Telp (021) 5461910 - 5461907 Fax (02_1) 5461370 -··-------··------·· - ·-. ------------·-·
SURAT KETERANGA~~ Ref. 4 /KGK/I/08
Kami 83dan Penge/o/a Kondominium Golf Karawaci, d1engan ini menerangkan
bahwa:
Noi11m: 1v•ahasiswa
Tempat/Tgl Lahir
Alar:1at
Rahma Wulan Shafrini
Jakarta, 26 Oktober 1984
Komi::lek Taman Kedaung blok A 7I11
Ciputat
Sehubungan dengan pen\'elesaian tugas akhir Skripsi yang berjudul "Self·
Esteem D11~w .: sa ~1uda Penghuni Apa1temeri Herdasarkan Gaya
Hid up". Mahasiswa tt1r seb Jt ben<ir tel ah melakukan penelitian di
/Condominium Golf Kar<1waci.
Demikian Surat Keterangan ini k2mi buat, untuk dapat dipergunakan
sebagairnana mestinya.
Karawaci, 16 Januari 2008
r~;;-Ariantil~@
GA