Fery Agus Marlinton file3 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di...

77
1 1 IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA TERTIB PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : Fery Agus Marlinton K 6403025 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of Fery Agus Marlinton file3 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di...

1

1

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4

TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA

TERTIB PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KELURAHAN JOYOSURAN

KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

Fery Agus Marlinton K 6403025

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

2

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4

TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA

TERTIB PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KELURAHAN JOYOSURAN

KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

Oleh :

FERY AGUS MARLINTON

NIM K 6403025

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

3

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta,

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Ch. Baroroh M. Si NIP. 195207061980042001

Pembimbing II

Drs. H. Utomo. M.Pd NIP. 194911081979031001

4

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang

Ketua : Dr. Sri Haryati, M.Pd

Sekretaris : Drs. Hassan suryono, S.H, M.Pd, M.H

Anggota I : Dra. Ch. Baroroh M. Si

Anggota II : Drs. H. Utomo. M.Pd

Tanda Tangan

1 ............

2 ...............

3. ...........

4. ..............

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan,

Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

5

NIP. 19621126 198103 1 002

ABSTRAK

Fery Agus Marlinton. IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA TERTIB PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2009.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mendapatkan gambaran tentang Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.(2). Untuk mengetahui faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta (3) Untuk mengetahui kontribusi/manfaat yang diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena menekankan pada masalah proses dan pemecahan masalah. Strategi yang digunakan dengan menerapkan pendekatan terarah atau tunggal terpancang terhadap studi kasus tunggal. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang berarti memilih individu-individu yang dianggap benar-benar mengetahui informasi-informasi dan masalahnya secara mendalam, yakni orang-orang yang berkaitan langsung dengan penerapan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 di Kelurahan Joyosuran. Teknik pengumpulan data ditempuh melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini validitas data diperoleh dengan menggunakan trianggulasi data, sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan model interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Bahwa Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarata, belum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tersebut, dikarenakan ada penyimpangan yang terjadi dalam pasal 7 karena Kelurahan Joyosuran membutuhkan jumlah pengurus LPMK lebih banyak yaitu 41 orang dari maksimal 39 orang sesuai yang diatur dalam pasal 7, dengan maksud untuk mengakomodir kepentingan yang ada di masyarakat, (2)Hambatan yang terdapat dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata

6

Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarata, tidak terdapat hambatan yang mendasar, hanya kesulitan menerapkan keputusan walikota tersebut secara kaku terutama pasal 7. (3) Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu membantu kinerja pemerintahan Kelurahan Joyosuran dalam mengatasi masalah yang terdapat di sekitar masyarakat dan juga membantu memajukan masyarakat kelurahan Joyosuran di segala bidang baik ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.

Selanjutnya dalam penelitian ini disarankan dalam pembuatan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), harus meninjau karakteristik keadaan wilayah dan masyarakat yang akan dikenai peraturan tersebut, sehingga peraturan tersebut dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik, dengan demikian terjadinya kelebihan pengurus pada Kelurahan Joyosuran yang memiliki wilayah cukup luas dengan jumlah penduduk cukup padat dapat dihindari.

7

ABSTRACTION

Fery Agus Marlinton. IMPLEMENTATION DECISION OF MAYOR of SURAKARTA NUMBER 4 YEAR 2003 ABOUT GUIDE OF EXECUTION AND DICIPLINE ELECTION OF OFFICIAL MEMBER INSTITUTE ENABLENESS OF SOCIETY SUB-DISTRICT (LPMK) IN SUB-DISTRICT OF JOYOSURAN DISTRICT OF MARKET of KLIWON TOWN of SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Faculty Teachership And Science Education, University Eleven March Of Surakarta, Oktober 2009.

Target of this research [is] : (1) To get picture about implementation

decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK) in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta, (2) To know factor-factor or problem about implementation decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK) in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta, (3) To know contribution or given by benefit is LPMK to society in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta.

This research use descriptive method qualitative because emphasizing at the problem of troble-shooting and proceess. Used strategy by applying single or directional approach is stake to single case study. Sampling technique the used is sampling purposive meaning to choosen assumed individuals really is knowing of informations and problems him exhaustively. Namely direct interconected people who with applying of decision of mayor surakarta number 4 year 2003 in sub-district of Joyosuran.

Persuant to result of research can be concluded : (1) That implementation decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK) in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta uncummoted as according to decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003, because of there deviation that happened in

8

section 7 because sub-district of Joyosuran need official member 41 people from maximal 39 member, (2) problems in implementation decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK) in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta nothing problem important just abaout implementation in section 7, (3)contribution able to given LPMK that is assisting performance govermance in sub-district of Joyosuran.

Hereinafter .in this research [is]suggested in decision making of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK), have to evaluate characteristic situation of society and region to hit by the regulation can be executed and applied better, thereby the happenning of excess of official members [at] sub-district of Joyosuran owning region enough wide of with amount of solid resident enough can avoid.

MOTTO

” Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. ”

(An-Nahl:90)

” Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berbuat baik ” (Al-Baqarah:195)

9

HALAMAN PERSEMBAHAN

10

Teriring rasa syukur kepada Allah SWT,

Karya ini dipersembahkan kepada :

- Almarhum ayah tercinta Bapak Marsudi dan

Ibunda tercinta Tumini

- Kakak-kakak tercinta almarhumah Mbak

Asih, Mas Candra, almarhumah Mbak Ida,

Mas Muji, dan Mbak Lufi

- Dessy Adiriesta Rahmi

- Teman-teman prodi PPKn angkatan 2003

- Dan almamater

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanallah wa taalla, atas

berkat rahmatNYA skripsi ini dapat terselesaikan dalam rangka memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Berbagai hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini dapat teratasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak. untuk itu atas segala bentuk bantuan dan dorongannya, penulis sampaikan

terima kasih sebesar-besarnya. Semoga amal kebaikan semua pihak yang

membantu penyelesaian penulisan skripsi ini mendapatkan imbalan dari Allah

subhanallah wa taalla. Adapun pihak-pihak tersebut adalah yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penyusunan skripsi dan penelitian lapangan.

11

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

3. Ibu Dr. Sri Haryati, M.Pd, selaku Ketua Program Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Ch. Baroroh, M.si, pembimbing I yang telah mengarahkan dan

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. H. Utomo, M.pd, pembimbing II yang telah memberikan curahan

pikiran dalam mengarahkan penulis sampai tersusunnya skripsi ini.

6. Ibu Djammila, S.sos,MM, selaku Kepala Kelurahan Joyosuran Kecamatan

Pasar Kliwon Kota Surakarta yang telah mengijinkan penulis mengadakan

penelitian dalam lingkungan instansi yang dipimpinnya.

7. Bapak Sumadiyono, ST, selaku Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta atas waktu,

perhatian, dan bantuannya kepada penulis selama penelitian sehingga penulis

merasa sangat diterima dan dihargai.

8. Tokoh-Tokoh Masyarakat Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon

Kota Surakarta yang telah membantu penulis memperoleh kemudahan data.

9. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu tersusunnya skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, disadari benar adanya kekurangan dan

kelemahan, untuk itu demi kesempurnaan dan perbaikan kritik, saran, dan nasehat

sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan mampu menjadi ladang ibadah dan amal

sholeh bagi penulis. Amin.

12

Surakarta, 03 februari 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................

HALAMAN ABSTRAK ......................................................................................

HALAMAN ABSTRACTION................................................................................

HALAMAN MOTTO ..........................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................

KATA PENGANTAR .........................................................................................

I

ii

iii

iv

v

vii

ix

x

xi

13

DAFTAR ISI ........................................................................................................

DAFTAR TABEL ................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

B. Perumusan Masalah .....................................................................

C. Tujuan Penelitian .........................................................................

D. Manfaat Penelitian .......................................................................

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................

A. Tinjauan pustaka .........................................................................

1. Tinjauan Umum Tentang Pemerintahan Daerah...................

a. Pengertian Pemerintahan Daerah........................................

b. Asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah....................

c. Otonomi Daerah ...............................................................

2. Pembentukan Daerah Dan Kawasan Khusus Dalam Rangka

Pemberdayaan Masyarakat..................................................

3. Tinjauan Tentang Peraturan Daerah Dan Keputusan Kepala

Daerah.....................................................................................

4. Implementasi Kebijaksanaan..................................................

5. Tinjauan Tentang Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib

Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota

Surakarta.................................................................................

a. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan..........................................................................

b. Kedudukan, Tugas Dan Fungsi LPMK.............................

c. Susunan Organisasi dan Susunan Pengurus LPMK..........

xiii

xvi

xvii

xviii

1

1

5

5

6

7

7

7

7

8

8

9

11

16

21

21

22

22

14

d. Tata cara penetapan anggota LPMK dan Pemilihan

Pengurus LPMK...............................................................

B. Kerangka Pemikiran ....................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................

B. Bentuk dan Strategi Penelitian .....................................................

C. Sumber Data .................................................................................

D. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................

E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................

F. Validitas Data ..............................................................................

G. Teknik Analisa Data.....................................................................

H. Prosedur Penelitian ......................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN .........................................................................

A. Gambaran Umum lokasi penelitian ..............................................

1. Aspek Geografi Kelurahan Joyosuran..................................

2. Aspek Demografi Kelurahan Joyosuran ..............................

B. Deskripsi Masalah Penelitian .......................................................

1. Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib

Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota

Surakarta.......................................................................................

2. Faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.....................................

3. Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat

23

26

2 28

28

29

30

32

32

34

36

37

39

39

39

39

43

43

49

15

di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta

setelah diberlakukannya Surat Keputusan Walikota Surakarta

Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata

Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan masyarakat

Kelurahan (LPMK).......................................................................

a. Permasalahan Warga Kelurahan Joyosuran....................

b. Penyelesaian masalah Warga Kelurahan Joyosuran.......

c. Kontribusi LPMK terkait dengan Keputusan Walikota

Nomor 4 Tahun 2003......................................................

C. Temuan Studi ...............................................................................

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................

A. KESIMPULAN ............................................................................

B. IMPLIKASI .................................................................................

C. SARAN ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..

LAMPIRAN……………………………………………………………………

5454

5454

5455

5656

5757

5858

5858

5959

6060

6161

6262

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ...........................................................

Tabel 2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di

Kelurahan Joyosuran Desember 2008..........................................

Tabel 3. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan

Joyosuran Desember 2008 ( bagi umur 5 tahun ke atas )............

Tabel 4. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan

Joyosuran Desember 2008 ( bagi umur 10 tahun ke atas )..........

Tabel 5. Jumlah penduduk menurut agama di Kelurahan Joyosuran

Desember 2008............................................................................

28

40

40

41

42

16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran........................................................

Gambar 2. Analisis data model Interaktif ..................................................

27

37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar pertanyaan.................................................................

Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Kepala Kelurahan, Ketua LPMK,

dan Tokoh Masyarakat Kelurahan Joyosuran Kecamatan

Pasar Kliwon Kota Surakarta...............................................

Lampiran 3 Trianggulasi Data.................................................................

Lampiran 4 Pedoman ReduksiData.........................................................

Lampiran 5 Surat Edaran Sekretariat Daerah Kota Surakarta Nomor :

411.2/44/2007 Perihal Pemilihan Dan Pengangkatan

Pengurus LPMK 2007-2011 ...............................................

Lampiran 6 Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan

Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kelurahan (LPMK)......

Lampiran 7 Keputusan Walikota Surakarta Nomor:411.2/69/1/2007

Tentang Susunan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan Kota Surakarta Periode 2007 –2011..

Lampiran 8 Surat Keputusan Bersama Tentang Penetapan Panitia Dana

Pembangunan Kelurahan (DPK) Kelurahan Joyosuran

Tahun 2008 .......................................................................

Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada Dekan

62

63

75

78

79

80

92

95

17

FKIP UNS.......................................................................

Lampiran 10 Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan UNS Tentang Ijin Menyusun Skripsi ........

Lampiran 11 Surat Permohonan Research/Try Out Kepada Walikota

Surakarta........................................................................

Lampiran 12 Surat Permohonan Research/Try Out Kepada Kepala

Kelurahan Joyosuran Surakarta......................................

Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari

Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota

Surakarta...........................................................................

105

106

107

108

109

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembukaan UUD 1945 dimuat bahwa tujuan Negara Indonesia

ialah untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial. Tujuan Negara tersebut akan dapat terlaksana apabila terdapat

keserasian, keselarasan antara pemerintah baik di pusat maupun daerah, serta

seluruh lapisan masyarakat.

18

Selanjutnya dalam batang tubuh UUD 1945 yang sudah diamandemen,

pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah propinsi dan daerah itu dibagi atas Kabupaten kota, yang tiap-tiap

propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai Pemerintahan Daerah, yang diatur

dengan Undang-Undang. Mengenai Otonomi Daerah telah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000

Tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Dari pasal tersebut dapat

disimpulkan bahwa Indonesia menganut asas Desentralisasi dalam

penyelenggaraan Pemerintah Daerah atau yang disebut dengan Otonomi Daerah.

Mengenai Otonomi Daerah telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dicanti dengan PERPPU Nomor 3 Tahun 2005 perubahan

ke-1 atas UU Nomor 32 tahun 2004 kemudian diganti lagi dengan UU Nomor 12

tahun 2008 perubahan ke-2 atas UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah karena mengikuti dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan

tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti, dan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Propinsi sebagai

Daerah Otonom.

Pada pemerintah daerah terdapat dua lembaga kekuasaan, yakni Lembaga

Legislatif Daerah yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Lembaga

Eksekutif Daerah yaitu Kepala Daerah dan Perangkat daerah lainnya. Pemerintah

kabupaten/Kota memiliki perangkat daerah yaitu kecamatan. Kecamatan dipimpin

oleh seorang Camat. Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan

pemerintahan dari Bupati/ Walikota. Dalam upaya meningkatkan dan

mempercepat pelayanan kepada masyarakat bercirikan perkotaan dibentuk

Kelurahan sebagai Unit Pemerintahan Kelurahan yang berada di dalam Daerah

Kabupaten/Kota. Kelurahan yaitu wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah

kota di bawah Camat. Lurah adalah kepala Kelurahan. Lurah menerima

pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari kecamatan.

19

Dalam lingkungan kelurahan diperlukan suatu lembaga yang berfungsi

sebagai mitra pemerintah kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi

demokrasi masyarakat di bidang pembangunan dan keberadaan lembaga tersebut

memberi motivasi pembangunan daerah yang kondusif dalam pemberdayaan

masyarakat.

Untuk merealisasikan pembentukan suatu lembaga yang berfungsi

sebagai mitra Pemerintahan Kelurahan, maka perlu dibentuk suatu peraturan yang

menetapkan keberadaan lembaga tersebut. Pembentukan peraturan di daerah

tersebut berdasarkan pada pasal 18 UUD 1945 yang telah diamandemen yaitu

dalam ayat (6) disebutkan bahwa Pemerintah Daerah berhak untuk menetapkan

peraturan Daerah dan Peraturan lain untuk melaksanakan Otonomi dan tugas

pembantuan. Peraturan lain disini maksudnya peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah daerah sebagai pelaksana dari peraturan daerah, yaitu berupa

Keputusan Kepala Daerah dan Intruksi Kepala daerah yang kemudian akan

digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan otonomi daerah. Peraturan-

peraturan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di daerah

dengan memberikan keleluasaan warga masyarakat di daerah untuk mengatur,

mengurus rumah tangga mereka sendiri dan untuk meningkatkan pemberdayaan

sumber daya masyarakat di daerah.

Pemerintah Kota Surakarta telah menjalankan kewenangan daerah dalam

membentuk suatu produk hukum salah satu diantaranya dengan menetapkan

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Mengingat untuk mengupayakan

pembangunan berbasis masyarakat yang demokratis, aspiratif, serta

mengedepankan asas akuntabilitas publik, maka perlu dibentuk suatu lembaga

yang berfungsi meningkatkan pemberdayaan masyarakat di tingkat bawah

(Kelurahan). Dalam hal ini dibentuklah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan yang disingkat LPMK. Untuk melaksanakan peraturan daerah Kota

Surakarta Nomor 7 tahun 2002 Tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (LPMK), perlu dikeluarkan Keputusan Walikota sebagai pelaksanaan

dari Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2002 tersebut yaitu dengan

20

ditetapkannya dan diberlakukannya Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 tentang Petunjuk pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) maka perlu

disosialisasikan dan pemasyarakatan produk hukum tersebut agar dapat dipahami

oleh masyarakat luas dan dilaksanakan bersama secara bertanggung jawab baik

oleh pemerintah Kota Surakarta maupun masyarakat Kota Surakarta agar dapat

berfungsi secara efektif.

Dengan ditetapkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003

tentang Petunjuk pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), satu hal yang perlu diperhatikan

adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan

sesuai dengan Pancasila sila ke-4 ayat (9) yang berbunyi ” Keputusan yang

diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang

Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran

dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama ”

yang mengandung arti bahwa semua kebijakan yang dibuat harus dapat

dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kebijakan tersebut

dibuat demi kepentingan bersama dalam hal ini kepentingan masyarakat yang

diutamakan. Dan Pancasila sila ke-4 ayat (10) yang berbunyi ” Memberikan

kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

permusyawaratan ”. yang mengandung arti bahwa masyarakat dapat

menyampaikan atau mempercayakan aspirasinya kepada lembaga masyarakat

yang ada dalam hal ini LPMK sebagai wadahnya. Sebagai wadah aspirasi

masyarakat LPMK diharapkan banyak membantu kepentingan-kepentingan

masyarakat daerah, maka dari itu setiap ada rapat seharusnya banyak dihadiri

pengurus-pengurus LPMK yang jadi wakil dari tiap-tiap RW, tetapi faktanya

setiap rapat hanya dihadiri beberapa pengurus saja. hal ini perlu dilihat kembali

Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Kemudian dalam pelaksanaannya

ataupun implementasinya keputusan walikota tersebut diatas harus sesuai dengan

21

aturan yang ada, karena kebijakan yang dibuat dengan sangat baik, oleh ahli

sekalipun tidaklah punya arti apabila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan

yang ada dalam peraturan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul :

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4

TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA TERTIB

PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(LPMK) KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON

KOTA SURAKARTA.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting karena akan memberikan arah dalam

membahas permasalahan yang sedang diteliti, sehingga penelitian dapat lebih

mendalam dan sesuai sasaran yang ditentukan. Berdasarkan uraian dan latar

belakang diatas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun

2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan

Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta ?

2. Faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan

Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di

Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta ?

3. Kontribusi / manfaat yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di

Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta setelah

diberlakukannya Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003

Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) ?

C. Tujuan Penelitian.

22

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang Implementasi Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata

Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK)

Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata

Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta ?

3. Untuk mengetahui kontribusi/manfaat yang diberikan LPMK kepada

masyarakat di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan.

b. Untuk memberikan masukan bagi Kelurahan Joyosuran, Pemerintahan

Kota Surakarta, Lembaga-lembaga daerah dalam menentukan dan

melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk lebih mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir

dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam

menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

b. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

1

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Pemerintahan Daerah

a. Pengertian Pemerintahan Daerah

Secara etimologis, pemerintahan berasal dari perkataan pemerintah,

sedangkan pemerintah berasal dari perkataan perintah. Menurut kamus kata-kata

tersebut mempunyai arti sebagai berikut :

1) Perintah adalah perkataaan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu;

2) Pemerintahan adalah kekuasaan memerintah suatu Negara (Daerah Negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah suatu Negara (seperti kabinet merupakan suatu pemerintah);

3) Pemerintah adalah perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah (Pamudji, 1988: 3)

Ada pula yang berpendapat bahwa Pemerintah adalah bagian dari Pemerintahan. Suatu Pemerintahan dipahami sebagai tatanan yang mengatur kegiatan orang. Tatanan disini dalam pengertian yang tidak saja menyangkut organisasi penyelenggara (pemerintah), melainkan juga nilai-nilai yang menstrukturkan kehidupan masyarakat. Dalam konteks negara, Pemerintahan dimengerti sebagai proses pengelolaan politik untuk mengatur sumber daya umum bagi kepentingan publik. Pemerintah adalah komite yang menjalankan pemerintahan. Namun pemerintahan tidak sekedar berisi Pemerintah (eksekutif) , melainkan juga unsur Legislatif dan Yudikatif (I. Widarta, 2001: 30)

Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa“If the people cannot trust their

government to do the job for which it exists =to protect them and the promote their

common welfare=all else is lost” (Barack Obama, http://www.brainyquote .com,

2009 ) yang artinya bahwa jika orang-orang tidak dapat percaya mereka ke

pemerintah untuk melakukan pekerjaan yang ada untuk melindungi mereka dan

mereka untuk memajukan kesejahteraan umum semua orang lain yang hilang .

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa “Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut

7

8

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Pemerintahan Daerah adalah Kepala Dinas beserta Perangkat Daerah Otonom yang

lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. Dalam Pemerintahan Daerah terdapat dua

lembaga kekuasaan, yaitu dalam pemerintahan daerah terdapat dua lembaga

kekusaan, yaitu Lembaga Legislatif Daerah yaitu Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah(DPRD) dan Lembaga Eksekutif Daerah yaitu Kepala Daerah dan Perangkat

Daerah. DPRD sebagai Badan Legistatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi

mitra Pemerintah Daerah.

b. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah menurut Penjelasan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 adalah:

1) Asas Desentralisasi, adalah penyerahan wewenang Pemerintahan oleh

Pemerintahan kepala Daerah Otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Asas Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di

wilayah tertentu.

3) Asas Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah

dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta

dari pemerintahkabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu

yang disertai pembiayaan, saran dan prasarana serta sumber daya manusia dengan

kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada

yang menugaskan.

c. Otonomi Daerah

Otonomi berasal dari bahasa Yunani: Autos dan Nomos. “Autos berarti sendiri.

Nomos berarti aturan. Dengan begitu, otonomi pada dasarnya memuat makna:

kebebasan dan kemandirian. Otonomi Daerah berarti kekuasaan dan kemandirian

9

daerah dalam menentukan langkah-langkah sendiri” (I. Widarta, 2001: 2). Sementara

itu ada yang menyebutkan bahwa “Otonomi berarti pemerintahan sendiri. Otonomi

daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku”

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1996: 631)

Selain itu ada yang berpendapat bahwa Maksud dari kewenangan otonomi yang luas

nyata dan bertanggung jawab adalah sebagai berikut :

“1) Kewenangan otonomi luas adalah kekuasaan daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua

bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar

negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama

serta kewenangan dibidang lainnya yang akan ditetapkan oleh

Peraturan Pemerintah. Disamping itu keleluasaan otonomi mencakup

pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian,dan

evaluasi

2) Yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang

secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang

di daerah

3) Sedangkan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraanya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan

maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk

memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional”. (Deddy Supriady

Bratakusumah dan Dadang Solihin, 2001: 3-4)

2. Pembentukan daerah dan kawasan khusus dalam rangka

pemberdayaan masyarakat

Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan

pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

10

disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Untuk itu maka

pembentukan daerah harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti kemampuan

ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek

sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta pertimbangan dan syarat

lain yang memungkinkan daerah itu dapat menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan

dibentuknya daerah dan diberikannya otonomi daerah.

Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonom untuk

menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus dan

untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya dalam bentuk kawasan cagar

budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis, pengembangan teknologi

tinggi seperti pengembangan teknologi nuklir, peluncuran peluru kendali,

pengembangan prasarana komunikasi, telekomunikasi, transportasi, pelabuhan dan

daerah perdagangan bebas, pangkalan militer, serta wilayah eksploitasi, konservasi

bahan galian strategis, penelitian dan pengembangan sumber daya nasional,

laboratorium sosial, lembaga pemasyarakatan spesifik. Pemerintah wajib

mengikutsertakan pemerintah daerah dalam pembentukan kawasan khusus tersebut.

Dalam rangka pelaksanaan asas Desentralisasi dibentuk dan disusun daerah

propinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang berwenang mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat. Daerah-daerah sebagaimana dimaksud masing-masing berdiri

sendiri dan tidak mempunyai hubungan hirarki. Ini berarti bahwa Pemerintahan

Daerah memiliki eksistensi, sejalan dengan keberadaan daerah sebagai organisasi

kekuasaan daerah yang bertugas menyelenggarakan urusan daerah sesuai dengan

aspirasi masyarakat setempat.

Pemerintah kota dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pelayanaan

kepada masyarakat bercirikan perkotaan membentuk kelurahan. Pemerintahan

kelurahan berada di dalam daerah kabupaten dan/atau daerah kota. kelurahan

merupakan perangkat kecamatan yang dipimpin oleh kepala kelurahan. Lurah

diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat oleh Walikota/Bupati atas

usul Camat. Lurah menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah dari

Camat.

11

Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah otonomi tengah membangun

daerah yang kondusif untuk mengupayakan pemberdayaan masyarakat secara

optimal. Pemberdayaan merupakan pemberian wewenang, pendelegasian wewenang

atau pemberian otonomi ke jajaran bawah. “Inti dari pemberdayaan adalah

membangkitkan segala kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan. Pencapaian

tujuan melalui pertumbuhan motivasi, inisiatif dan kreativitas”. (HAW.Widjaja, 2002:

77).

Uraian tadi membuka cakrawala pikir kita bahwa Otonomi daerah tidak hanya sebagai hak dan wewenang, tetapi lebih merupakan kewajiban dan tanggung jawab, sehingga bagi daerah dituntut mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia, kelembagaan ketatalaksanaan, kuallitas personal (birokrat) kelayakan organisasi dan kecanggihan administrasi(HAW.Widjaja, 2002: 77). Pemberdayaan daerah harus mampu memberi kesempatan kepada

masyarakatnya untuk menunjukan ciri sebagai masyarakat membangun. Dalam

rangka memberdayakan masyarakat kelurahan dibutuhkan suatu wadah yang

berfungsi menampung dan mewujukan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di

bidang pembangunan. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surakarta mengupayakan

pembentukan suatu lembaga yang diharapkan dapat dijadikan Mitra Pemerintah

Kelurahan. Lembaga tersebut sebagai wadah yang akan mengupayakan pembangunan

berbasis masyarakat yang demokratis, aspiratif serta mengedepankan asas

akuntabilitas publik. Selanjutnya lembaga tersebut disebut dengan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).

3. Tinjauan tentang Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah

Menurut Irawan Soejito yang dikutip oleh Rosjidi Ranggawidjaja(1998: 66).

“Peraturan Daerah adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan

Persetujuan DPRD dan harus memenuhi syarat-syarat formal tertentu dapat

mempunyai kekuatan hukum dan mengikat”. Sementara ada pendapat yang lain

memberikan batasan pengertian “peraturan daerah adalah produk hukum dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah, yaitu dalam rangka melaksanakan hak dan

12

kewajiban untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah” (Rosjidi

Ranggawidjaja, 1998: 66).

Dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat (6) sesudah amandemen disebutkan bahwa

Pemerintah Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan Peraturan-peraturan

lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

Peraturan-peraturan lain disini maksudnya “peraturan pelaksana dari Peraturan Daerah yang telah ditetapkan, dalam hal ini Keputusan Kepala Daerah dan Intruksi Kepala Daerah. Pemerintahan daerah bertujuan untuk mengatur kehidupan bersama, melindungi hak dan kewajiban manusia dalam masyarakat, dan menjaga keselamatan dan tata tertib masyarakat di daerah yang bersangkutan. Sehingga dengan demikian pada dasarny peraturan daerah adalah merupakan sarana demokrasi dan sarana komunikasi timbal balik antara Kepala Daerah dengan masyarakat di daerahnya” (Djoko Prakoso, 1985: 48). Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundangan pasal 7, maka kita temui hierarki dari keputusan mengenai

kebijaksanaan publik dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

b. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ,

c. Peraturan Pemerintah,

d. Peraturan Presiden,

e. Peraturan Daerah.

Peraturan daerah sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 Undang-Undang

Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan peraturan Perundangan meliputi :

a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi bersama dengan Gubernur,

b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota bersama dengan Bupati/Walikota,

c. Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat, dibuat oleh Badan Perwakilan

Desa atau nama lainnya bersama Kepala Desa atau nama lainnya.

Suatu Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang ada

13

diatasnya, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Pasal 145 ayat jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, yaitu :

a. Perda disampaikan kepada pemerintah paling lama 7 (tujuh) hari setelah

ditetapkan.

b. Perda sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang bertentangan

dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi dapat dibatalkan oleh pemerintah.

c. Keputusan pembatalan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari

sejak diterimanya perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

d. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3), Kepala Daerah harus memberhentikan

pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD bersama Kepala Daerah

mencabut Perda dimaksud.

e. Apabila provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima keputusan

pembatalan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan alasan

yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, Kepala

Daerah dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung.

f. Apabila keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikabulkan

sebagian atau seluruhnya, putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan

Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

g. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk

membatalkan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (3), perda dimaksud

dinyatakan berlaku.

Peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur

diundangkan dengan menempatkan dalam Lembaran Daerah. Pengundangan

Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur dilakukan

menurut cara yang sah dan agar mempunyai kekuatan hukum dam mengikat.

Untuk lebih memberlakukan dan menerapkan Peraturan Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah tersebut perlu disosialisasikan dan dimasyarakatkan.

Implementasi Keputusan Kepala Daerah merupakan upaya untuk melaksanakan

14

pemberlakuan Keputusan Kepala Daerah di masyarakat agar dipatuhi dan

dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh para pihak yang terlibat sesuai dengan

isi dari aturan tersebut.

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) sebagai pelaksanaan yang ada di atasnya, yaitu :

a. UUD 1945 pasal 18 ayat (6) setelah amandemen menyebutkan pemerintah

Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan Peraturan-Peraturan lain

untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Peraturan-peraturan

disini maksudnya Peraturan pelaksanaaan dari Peraturan Daerah yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, yaitu dapat berupa Keputusan Kepala

Daerah dan Intruksi Kepala Daerah.

b. UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PERPPU Nomor 3 Tahun 2005 perubahan

ke-1 jo UU Nomor 12 tahun 2008 perubahan ke-2 atas UU Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 146 menyebutkan bahwa

untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan atas kuasa Peraturan

Perundang-undangan, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah

dan atau keputusan kepala daerah. peraturan kepala daerah dan atau

keputusan kepala daerah dilarang bertentangan dengan kepentingan umum,

peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi.

Dengan adanya pasal tersebut pemerintah Kota Surakarta Telah

mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2002

tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).

Kemudian untuk pelaksanaannya dibuatlah Keputusan Walikota Surakarta

Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (LPMK).

c. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang penataan Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain Lembaga Masyarakat Desa

(LMD). Keputusan Presiden (Keppres) ini sebagai salah satu pedoman

penyusunan peraturan daerah Kabupaten/ kota mengenai pedoman umum

pembentukan Lembaga Kemasyarakatan. Dengan Keppres ini diharapkan

15

bahwa masyarakat di desa dan kelurahan memiliki keleluasaan membentuk

atau menata lembaga kemasyarakatan yang sudah ada sesuai kebutuhan

berdasarkan musyawarah masyarakat dengan mengacu pada peraturan

Daerah bagi masyarakat kelurahan.

Pasal 2 ayat (3) keputusan presiden Nomor 49 Tahun 2001 menyebutkan

bahwa Tata cara pembentukan dan susunan organisasi Lembaga Ketahanan

Masyarakat Desa (LKMD) atau sebutan lain Lembaga Masyarakat Desa

(LMD) ditentukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Desa dan

Kelurahan berdasarkan musyawarah masyarakat.

Pasal 2 ayat (4) keputusan Presiden Nomor 49 tahun 2001 menyebutkan

bahwa Pengurusan LKMD atau sebutan lain Lembaga Masyrakat Desa

(LMD) dipilih secara demokratis dari anggota masyarakat yang

mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya

pemberdayaan masyarakat.

d. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2002 Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).

Peraturan Daerah ini sebagai pelaksanaan atas amanat Keppres Nomor 49

Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau

sebutan lain Lembaga Masyarakat Desa (LMD). Untuk mengupayakan

pembangunan berbasis masyarakat yang demokratis, aspiratif serta

mengedapankan asas akuntanbilitas publik perlu dibentuk Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). LPMK inilah yang

merupakan lembaga yang berperan sebagai mitra pemerintah Kelurahan

dalam menampung aspirasi kebutuhan masyarakat di bidang

pembangunan.

e. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang petunjuk

Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurusan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7

Tahun 2002 tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan perlu

ditetapkan dengan Keputusan Walikota, untuk mengatur mekanisme dan

16

prosedur pelaksanaan di lapangan. Agar keputusan Walikota tersebut dapat

berlaku dan diterapkan dengan baik di masyarakat, maka perlu

diimplementasikan. Dalam implementasi tersebut harus diperhatikan,

apakah dapat dilaksanakan, bagaimana pelaksanaannya, apakah sudah

sesuai dengan apa yang diharapakan oleh Keputusan Walikota Surakarta

tersebut.

4. Implementasi Kebijaksanaan

Implementasi merupakan hal yang penting dalam keseluruhan tahap

kebijakan, tujuannya untuk melihat realitas yang terjadi pada saat pelaksanaan

program, apakah para pelaku kebijakan telah memenuhi prosedur yang ditetapkan

dalam kebijakan, apakah hasilnya telah benar-benar sampai ke tangan kelompok

sasaran, sehingga mampu menimbulkan manfaat seperti yang diharapkan.

Ada yang berpendapat bahwa“Public policy implementation consists of

organized activities by government directed to ward the achievement of goals and

objectives articulated in authorized policy statement” (Wayne Hayes, http://www.

Geocities . com, 2001 ) yang artinya bahwa kebijakan publik terdiri dari pelaksanaan

kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah yang ditujukan ke arah pencapaian

tujuan-tujuan dan kebijaksanaan yang disampaikan dalam pernyataan resmi.

Implementasi keputusan walikota merupakan suatu upaya untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu.

Dengan demikian, yang diperlukan dalam implementasi ini adalah tindakan-tindakan

seperti umpamanya tindakan-tindakan yang sah atau implementasi suatu rencana

peruntukan.

Menurut Solihin(1991:123) Implementasi kebijaksanaan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah sesuatu program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijaksanaan Negara, baik itu menyangkut usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa Ada pendapat yang lain menyebutkan bahwa Implementasi adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi

17

segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya, kapan waktu mulai dan berakhirnya dan bagaimana cara harus diselesaikan (Pariata Westra, 1997 : 155).

Bintoro Tjokromidjojo membagi tahap-tahap pembentukan kebijaksanaan

publik sebagai berikut :”

” a. policy germination, yaitu penyusunan konsep pertama dari suatu

kebijaksanaan,

b. policy recommendation, yaitu rekomendasi mengenai suatu

kebijaksanaan,

c. policy analisis, yaitu analisis kebijaksanaan, dimana berbagai

informasi dan penelaahan dilakukan terhadap adanya suatu

rekomendasi suatu kebijaksanaan, yang biasanya juga

mempertimbangkan berbagai implikasi pelaksanaannya,

d. policy formulation, yaitu formulasi atau perumusan daripada

kebijaksanaannya,

e. policy decision, atau disebut juga policy approval, yaitu

pengembangan keputusan atau persetujuan formal terhadap suatu

kebijaksanaan, yang biasanya hal ini kemudian disahkan dalam

bentuk peraturan perundang-undangan,

f. policy implementation, yaitu pelaksanaan kebijaksanaan,

g. policy evaluation, yaitu evaluasi atau penilaian pelaksanaan

kebijaksanaan”. (Bambang Sunggono, 1994: 145).

Sebab-musabab yang mungkin timbul atau faktor-faktor yang mempengaruhi

proses implementasi dan menjadi dasar dari kegagalan implementasi suatu kebijakan

publik tentunya berbeda satu sama lainnya, akan tetapi yang jelas hal itu berkaitan

erat dengan beberapa aspek yaitu isi dari kebijakan yang harus diimplementasikan,

tingkat informasi dari para pelaku yang terlibat dalam implementasinya, banyak

dukungan kebijakan yang diimplementasi, dan pada akhirnya pembagian dari potensi-

potensi yang ada. Menurut Bambang Sunggono(1994: 149-153) Secara singkat aspek-

aspek tersebut diuraikan berikut ini adalah : a. Isi dari suatu kebijaksanaan, b.

18

Pemberian dalam hal informasi, c. Pemberian dukungan kebijakansanaan, d.

Pembagian tiap-tiap potensi.

Aspek-aspek dalam bidang hukum dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Isi dari suatu Kebijaksanaan

Isi dari kebijaksanaan yang akan dilaksanakan dapat mempersulit

implementasinya dengan berbagai cara. Pada pokoknya hal ini dapat dirinci

sebagai berikut, Pertama, implementasi kebijaksanaan publik dapat gagal

karena masih samarnya isi kebijaksanaan, Kedua, karena kurangnya ketetapan

intern maupun ekstern dari kebijaksanaan yang akan dilaksanakan. Pada

suasana ”ketidaktetapan” maka dapat menimbulkan terjadinya konflik antara

unsur-unsur suatu kebijaksanaan. Ketiga, kebijaksanaan yang akan

diimplementasikan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan-kekurangan

yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari timbulnya kegagalan

implementasi suatu kebijaksanaan publik dapat terjadi karena adanya

kekurangan-kekurangan yang menyangkut sumber daya-sumber daya

pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana, dan tenaga

manusia.

b. Pemberian dalam hal informasi

Implementasi suatu kebijaksanaan publik mengasumsikan bahwa para

pemegang peran yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau

sangat berkaitan untuk dapat memainkan peranannya dengan baik. Informasi

ini dalam kenyataannya justru sering tidak ada, misalnya akibat adanya

gangguan dalam struktur komunikasi.

Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang

kurang lengkap atau kurang tepat, baik kepada obyek kebijaksanan maupun

kepada para pelaksana, dari isi kebijaksanaan yang akan dilaksanakannya dan

hasil-hasil dari kebijaksanaan tersebut.

c. Pemberian dukungan kebijaksanaan

Pelaksanaan suatu kebijaksanaan publik akan sangat sulit apabila pada

pengimplementasiannya tidak cukup dukungan untuk kebijaksanaan tersebut.

Dalam hal ini, antara lain turut memainkan peran adalah faktor kepentingan

19

sendiri dan tujuan-tujuan dari para pelaksana, atau pengharapan-pengharapan

mereka tentang efektivitas sarana-sarana yang dipilih, kesungguhan dari

situasi masalah, latar belakang historis, tradisi, kebiasaan-kebiasaan rutin,

serta juga pendapat-pendapat mengenai cara bagaimana pengimplementasian

tersebut harus diorganisasikan.

d. Pembagian tiap-tiap potensi

Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu

kebijaksanaan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi di antara para

pelaku (aktor) yang terlibat dalam implementasi. Sementara itu, struktur dari

organisasi pelaksana dapat juga mengakibatkan masalah-masalah, apabila

pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan

pembagian tugas, atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan yang

kurang jelas.

Sementara itu ”hukum diartikan sebagai Keputusan Pejabat, misalnya

Keputusan Hakim merupakan hukum, keputusan seorang Kepala Desa adalah

hukum”. (Soerjono Seokamto, 1986 : 84). Dari konsep hukum tersebut penulis

menganalogikan bahwa hukum dapat berwujud suatu Peraturan Perundang-undangan

yang dibuat oleh Pejabat dalam hal ini adalah Walikota yang mengeluarkan

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 tahun 2003 tentang petunjuk peleksanaan

dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK). Produk hukum harus dilaksanakan dengan baik. Produk hukum yang dibuat

dengan sangat baik, oleh ahli sekalipun, tidaklah mempunyai arti apabila dalam

pengimplementasiaannya tidaklah seperti yang diharapkan. Produk hukum yang

diterapkan akan lebih menjadi efektif apabila dilakukan implementasi, dengan

pensosialisasian dan pemasyarakatan. Produk hukum akan menjadi lebih efektif

dalam perbuatan maupun pelaksanaannya bila didukung oleh sarana-sarana yang

memadai.

Secara teoritis, pada umumnya dibedakan adanya tiga macam hal berlakunya

hukum, yaitu :

” a. Berlakunya secara juridis.

20

b. Berlakunya secara sosiologis, yang berintikan pada efektivitas hukum.

c. Berlakunya secara filosofis, artinya bahwa hukum tersebut sesuai dengan

cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi”. (Bambang Sunggono,

1994: 156).

Menurut Bambang Sunggono(1994: 158) Agar suatu aturan hukum dapat

dilaksanakan dan berfungsi jika dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut : a. Peraturan

dalam bidang hukum itu sendiri, b. Para petugas dan penegak di bidang hukum, c.

Pemberian fasilitas dalam bidang hukum, d. Individu-individu yang ada dalam

masyarakat “.

Pengertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Peraturan dalam bidang hukum itu sendiri

Dalam peraturan hukum sendiri, ada kemungkinan terdapat ketidakcocokan

peraturan hukum mengenai bidang hukum tertentu, ketidakcocokan dengan

peraturan hukum yang tidak tertulis atau kebiasaan-kebiasaan yang berlaku

dalam masyarakat, apakah penerbitan peraturan hukum tersebut sudah sesuai

dengan persyaratan yuridis yang ada.

b. Para petugas dan penegak di bidang hukum

Perilaku dan moralitas para penegak hukum juga dipertanyakan, para petugas

penegak hukum (secara formal) yang mencakup hakim, jaksa, polisi, penasehat

hukum dan sebagainya harus memiliki moral yang baik dan mulia dalam

menegakkan peraturan hukum. Jika terjadi hal yang sebaliknya maka akan

terjadi gangguan dan hambatan dalam system penegakkan hukum.

c. Pemberian fasilitas dalam bidang hukum

Merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan dan diharapkan dapat

mendukung pelaksanaan suatu peraturan hukum, fasilitas yang dimaksud disini

terutama adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Bila

peraturan suatu hukum sudah baik dan memenuhi persyaratan yuridis yang ada

dan ditunjang oleh moralitas para penegak hukum yang juga baik, namun bila

tidak ditunjang oleh fasilitas yang memadai maka hal tersebut akan

menyebabkan timbulnya hambatan serta gangguan dalam pelaksanaan sebuah

peraturan hukum.

21

d. Individu-individu yang ada dalam masyarakat

Dalam hal ini warga masyarakat berhubungan dengan masalah kesadaran dan

kepatuhan hukum sebagai salah satu indikator berfungsinya aturan hukum di

dalam masyarakat. Warga masyarakat merupakan objek dari suatu aturan

hukum paling tidak harus mengetahui adanya suatu hukum yang mengaturnya.

5. Tinjauan tentang Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003

tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)

a. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

Pasal 1 ayat (7) menyebutkan bahwa Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan yang selanjutnya disingkat dengan LPMK adalah Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai wadah yang dibentuk atas prakarsa

masyarakat sebagai Mitra Pemerintah Kelurahan dalam menampung dan

mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di bidang pembangunan.

Yang melatarbelakangi Pemerintah Kota Surakarta memandang perlunya

dibentuk LPMK adalah untuk mengupayakan pembangunan berbasis masyarakat

yang demokratis, aspiratif, serta mengedepankan asas akuntabilitas. Latar

belakang tersebut sekaligus merupakan tujuan dari pembentukan LPMK itu

sendiri.

b. Kedudukan Tugas dan Fungsi LPMK

Pasal 3 menyebutkan bahwa kedudukan LPMK di Kelurahan sebagai

wujud pelaksanaan pembangunan berbasis masyarakat yang bersifat lokal. LPMK

mempunyai tugas sebagaimana diatur dalam pasal 4 Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003, sebagai berikut:

1) Memfasilitasi kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan;

2) Menyusun garis besar kebijakan-kebijakan program pembangunan;

3) Memberikan usul dan saran kepada Lurah dalam kegiatan pembangunan dan

kemasyarakatan;

22

4) Mengupayakan peningkatan kerjasama dengan lembaga lain dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam pasal 5 Keputusan Walikota Nomor 4 Tahun 2003, menyebutkan

LPMK mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan Masyarakat

Kelurahan;

2) Pengkoordinasian perencanaan pembangunan;

3) Pengkoordinasian perencanaan lembaga kemasyarakatan;

4) Perencanaan kegiatan pembangunan secara partisipatif dan terpadu;

5) Penggalian dan pemanfaatan sumber daya kelembagaan untuk pembangunan

di kelurahan.

c. Susunan Organisasi dan Susunan Pengurus LPMK

Bab II Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tentang

Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) mengatur mengenai Susunan

Organisasi dan Kepengurusan LPMK. Pada pasal 7 menyebutkan bahwa Susunan

Organisasi LPMK adalah sebagai berikut:

1) 1 (satu) orang Ketua;

2) 1 (satu) orang Wakil Ketua I;

3) 1 (satu) orang Wakil Ketua II;

4) 1 (satu) orang Sekretaris I;

5) 1 (satu) orang Sekretaris II;

6) 1 (satu) orang Bendahara I;

7) 1 (satu) orang Bendahara II;

8) Sedikit-dikitnya 1 (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang untuk

Seksi Agama.

9) Sedikit-dikitnya 1 (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang untuk

Seksi-seksi PKK dan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga, Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Perekonomian dan Koperasi,

23

Kesenian dan Budaya, Keamanan, Kesejahteraan Sosial, Kesehatan, Informasi

dan Komunikasi.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Keputusan Walikota

Surakarta telah mengamanatkan beberapa jumlah orang yang masuk dalam

kepengurusan. Secara kasar kurang lebih dibutuhkan 37 (tiga puluh tujuh) orang

untuk masuk kepengurusan. Untuk menjadi pengurus LPMK harus memenuhi

persyaratan sebagaimana disebutkan dalam pasal 8. Pasal 8 menyebutkan bahwa

menjadi anggota dan Pengurus LPMK harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1) Bertawakal Kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2) Warga Negara Indonesia Republik Indonesia yang sekurang-kurangnya

berusia 21 tahun atau sudah kawin;

3) Berpendidikan serendah-rendahnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau

Sederajat;

4) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

5) Tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindakan pidana;

6) Mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya;

7) Sanggup menyediakan waktunya dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab sebagai pengurus LPMK;

8) Berdomisili sekurang-kurangnya 3 tahun secara terus-menerus di kelurahan

setempat.

Apabila persyaratan tersebut telah terpenuhi, lurah berkewajiban

menetapkan calon anggota LPMK menjadi anggota LPMK secara tertulis.

d. Tata Cara Penetapan Anggota LPMK dan Pemilihan Pengurus LPMK

Pada dasarnya pengaturan umum tentang keanggotaan dan kepengurusan

LPMK telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 7

Tahun 2002 tentang lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).

24

Pada keputusan walikota Nomor 4 Tahun 2003 ini lebih memperjelas hal-hal yang

umum yang belum diatur oleh peraturan daerah tersebut.

1) Tata cara Penetapan Anggota LPMK

Untuk menjadi anggota LPMK harus melewati musyawarah para

Kepala Keluarga dalam rapat RT untuk memilih sebanyak-banyaknya 2 orang

bakal calon anggota, kemudian wakil RT terpilih akan diusulkan ke tingkat

RW untuk menjadi anggota LPMK, pada akhirnya setiap RT akan diwakili 2

anggota LPMK. Pasal 18 mengatur tentang penetapan anggota LPMK, yaitu

anggota LPMK terdiri dari 2 orang anggota dari RW yang dipilih berdasarkan

usulan bakal calon anggota LPMK dari RT dan diusulkan oleh ketua RW

Calon anggota tersebut diperiksa persyaratannya oleh Lurah sesuai pasal 8.

2) Tata Cara Pemilihan Pengurus LPMK

Sebagaimana layaknya suatu lembaga atau organisasi tentunya

membutuhkan sekelompok orang yang akan mengelola, merencanakan dan

mengurus semua kegiatan organisasi demi kelangsungan dan eksistensi

organisasi tersebut, yaitu disebut dengan pengurus. Oleh karena itu

dibutuhkan pengurus LPMK yang berasal dari tokoh Masyarakat yang

merupakan perwakilan dari masyarakat setempat melalui rapat dan

selanjutnya diusulkan di tingkat Kelurahan melalui RW.

Tata cara pemilihan pengurus LPMK diatur dalam pasal 19 s/d pasal 22

adalah sebagai berikut:

a) Pasal 19 menyebutkan bahwa Pemilihan ketua dan Pengurus LPMK

dilakukan secara musyawarah dalam rapat dengan difasilitasi oleh lurah.

Rapat pemilihan Ketua LPMK dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari

jumlah anggota LPMK yang ditetapkan oleh lurah. Apabila kuarum rapat

tidak terpenuhi, atas persetujuan forum rapat dapat ditunda 15 menit dan

apabila tetap tidak terpenuhi, atas persetujuan forum, rapat dinyatakan sah

dan dapat menyelenggarakan Pemilihan Ketua dan Pengurus LPMK.

b) Pasal 20 mengatur tentang Pemilihan Ketua LPMK dipimpin oleh anggota

LPMK yang tertua usianya dengan dibantu oleh anggota LPMK termuda

usianya dari anggota LPMK yang hadir. Rapat pemilihan ketua LPMK

25

dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat dari dan

oleh anggota LPMK. Jika tidak berhasil dilakukan pemungutan.

c) Pasal 21 mengatur tentang pemilihan pengurus LPMK. Rapat pemilihan

pengurus dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

Jika tidak berhasil dilakukan melalui pemungutan suara, berdasarkan

kesepakatan forum. Jika tidak berhasil juga, ketua berhak menunjuk

langsung salah satu calon pengurus.

Kepengurusan LPMK harus mencrminkan keterwakilan dari tiap RW.

Pengurus seksi agama harus mengakomodasikan keterwakilan dari tiap agama

yang dianut masyarakat di kelurahan. Hasil pemilihan dibuat berita acara oleh

ketua LPMK, lurah melaporkan hasilnya ke Pemerintah kota. Kemudian

ditetapkan dan dilantik oleh Walikota.

Dalam penjelasan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun

2003 menyebutkan bahwa Ketua RT dan Ketua RW tidak dapat merangkap

jabatan sebagai pengurus LPMK. Dalam hal jumlah kepengurusan LPMK,

apabila jumlah anggota LPMK tidak mencukupi untuk mengusung

Kepengurusan LPMK, ketua LPMK dapat menunjuk Pengurus bukan dari

Bakal Calon Anggota yang diusulkan RT, yaitu bisa ditunjuk dari Pengurus

bukan dari pengurus organisasi-organisasi yang ada, hidup dan diakui oleh

masyarakat di Kelurahan. Ketua LPMK berhak untuk menunjuk Anggota

seksi Agama yang tidak terwakili dalam anggota LPMK.

Hasil pemilihan pengurus LPMK diatur dalam pasal 22, bahwa hasil

pemilihan yang telah dilakukan diloparkan kepada Lurah dalam bentuk Berita

Acara dengan lampiran daftar hadir, oleh Ketua LPMK. Lurah melaporkan

hasil kepada Pemerintahan kota. Walikota atau pejabat yang ditunjuk

menetapkan kepengurusan sesuai dengan pasal 7 keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 tahun 2003, dalam bentuk Keputusan walikota. Walikota

atau pejabat yang ditunjuk melantik kepengurusan LPMK dalam sesuatu

upacara di kelurahan dengan difasilitasi oleh Lurah.

26

B. Kerangka Pemikiran :

Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasari atas pentingnya implementasi

bagi setiap kebijakan. bagaimanapun baiknya suatu kebijakan dan dirumuskan

seorang ahli sekalipun tidak akan berarti jika susah atau gagal untuk

diimplementasikan, agar dapat tercapainya tujuan yang diinginkan, maka perlu

diidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan adanya sedikit

hambatan yang muncul dalam proses implementasi Keputusan Walikota Surakarta

Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan

Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. Suatu kebijakan dibuat untuk tercapainya

suatu tujuan dalam hal ini yang ingin dicapai yaitu LPMK dapat memberikan

kontribusi / manfaat kepada masyarakat dalam hal ini masyarakat Kelurahan

Joyosuran. Kebijakan akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai

dampak (manfaat) positif bagi anggota-anggota masyarakat. dengan perkataan lain,

tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat bersesuaian dengan apa

yang diingiinkan oleh pemerintah atau negara. dengan demikian, apabila perilaku atau

perbuatan mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara, maka

kebijakan tersebut menjadi tidak efektif dan tidak tercapainya suatu tujuan yang

menjadi dasar pembuatan kebijakan tersebut yaitu memberikan dampak positif bagi

kehidupan masyarakat dan memajukan kesejahteraan masyarakat.

Mengenai kerangka pemikiran ini secara skematis dapat digambarkan sebagai

berikut :

27

Ganbar 1. Kerangka pemikiran

Hambatan-hambatan yang ada

ImplementasiKeputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Proses implementasi

Kontribusi /manfaat LPMK

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan menggunakan wilayah Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Adapun alasan penulis memilih lokasi

tersebut karena lokasi penelitian tersebut tidak jauh dari tempat tinggal penulis

sehingga lebih mempermudah penulisan maupun penghematan biaya, waktu serta

perijinan riset dalam proses pengumpulan data.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 24 bulan, yang dimulai pada bulan

April 2008 sampai dengan April 2010, Berikut ini gambar alokasi waktu kegiatan

penelitian yang penulis lakukan:

Tabel 1 . Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan 2008 2009 2010

April Mei- Sept Okt Nov- Des Jan– Feb Mar– Des Jan- April

1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan

Proposal

3 Ijin Penelitian

4 Pengumpulan Data

5 Analisis Data

6 Penyusunan

Laporan

28

29

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Menurut Budgan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong(2004: 4) “Metodologi

kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Sedangkan pemilihan data pada penelitian ini bersifat deskriptif. Metode ini

digunakan karena dalam penelitian ini terpusat pada pemecahan masalah-masalah

yang ada pada masa sekarang dan data diperoleh, disusun, dianalisis dan disajikan

hasilnya merupakan suatu gambaran hasil penelitian secara sistematis, nyata dan

cermat. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno Surachmad(1992: 139) yang

mengatakan bahwa ciri-ciri penelitian deskriptif adalah:

“ a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemudian dianalisa."

Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam hal ini penulis menggunakan

bentuk penelitian deskriptif kualitatif dengan alasan bahwa peneliti melakukan

penelitian terhadap Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun

2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon

Kota Surakarta.

2. Strategi Penelitian

Setiap penelitian memerlukan penerapan strategi penelitian yang tepat agar

dapat menjawab permasalahan yang dikaji. Peneliti akan memilih strategi yang

digunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi, menyajikan hasil penelitian,

mendukung cara menetapkan jumlah sampel dan memilih instrumen penelitian yang

akan digunakan untuk mengumpulkan informasi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskipsi. Metode deskripsi penulis pilih

karena tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan deskriptif

itu sendiri, yaitu untuk membuat deskripsi secara sistematis, aktual dan akurat

30

mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu. Artinya deskripsi atau gambaran

tersebut dilakukan untuk mengungkap kebenaran realitas yang terjadi pada objek

penelitian. Sebagaimana dikatakan Suharsimi Arikunto bahwa “metode deskripsi

merupakan suatu metode penelitian yang dilaksanakan guna mengetahui kondisi yang

sebenarnya”. ( Suharsimi Arikunto, 1998 : 310 )

Menurut H.B. Sutopo (2002: 112) “Dalam penelitian kualitatif dikenal adanya

studi kasus tunggal dan studi kasus ganda. Secara lebih khusus baik studi kasus

tunggal maupun studi kasus ganda, masih dibedakan adanya jenis penelitian

terpancang ataupun holistik penuh”.

Berdasar pendapat tersebut, strategi penelitian dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada satu

karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.

b. Ganda terpancang yaitu penelitian tersebut mempersyarakatkan adanya sasaran lebih dari satu yang memiliki perbedan karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.

c. Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan. (H.B. Sutopo, 2002: 112)

Menurut Deddy Mulyana(2004:201)” Studi kasus adalah uraian dan

penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok,

suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial “.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan strategi tunggal terpancang

terhadap studi kasus tunggal. Maksudnya, tekanan kajian dikerahkan atau terfokus

pada tingkat pemahaman, pelaksanaan dan hambatan serta solusi pemecahan dalam

hal Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

C. Sumber Data

Menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong(2004: 157)

“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,

31

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya”. Berdasarkan

pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kata-kata dan tindakan dari orang-

orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber utama, sedangkan

dokumen dan lain-lainnya merupakan data tambahan.

Untuk memperoleh data informasi yang berkaitan dengan masalah dan tujuan

penelitian tersebut di atas, maka sumber data diambil dari:

1. Informan

Pengertian informan dalam penelitian kualitatif adalah seseorang yang

dipandang mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan

bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti yang berupa kata-kata. Peneliti

akan memilih informan yang mengetahui permasalahan yang dikaji dalam penelitian

sehingga diperoleh data yang obyektif. Dalam mengumpulkan data, pemilihan

informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan serta kemantapan peneliti

dalam memperoleh data. Di sini memilih informan yaitu :

a. Ibu Djammila, S.sos,M.M sebagai Kepala Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

b. Bapak Sumdiyono, ST sebagai Ketua LPMK Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

c. Tokoh-tokoh Masyarakat Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarta

2. Tempat

Tempat sebagai obyek penelitian merupakan sumber data yang tidak dapat

ditinggalkan, maka sesuai dengan judul penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan

Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Peristiwa yang dimaksud adalah

Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

3. Dokumen

Sumber data yang kedua atau data sekunder dalam penelitian ini adalah

dokumen. Dokumen disini dapat berupa surat dan agenda yang berkaitan dengan

suatu peristiwa tertentu.

32

Macam-macam dokumen yang digunakan disini meliputi seluruh dokumen

resmi tentang hal-hal yang terkait dengan Implementasi Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib

Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan

Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta., yaitu berupa:

a. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang petunjuk

Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurusan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK).

b. Data Monografi Kelurahan Joyosuran Kecamatan PasarKliwon Kota Surakarta

Tahun 2008.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah “purposive sampling” karena bersifat

selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang

digunakan, keingintauan peneliti, karakteristik empirisnya. Menurut Goetz dan Le

Comte dalam H.B Sutopo(2002 : 185) bahwa “purposive sampling yaitu teknik

mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu yang dianggap mengetahui

informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi

sumber data.”

Dalam hal ini peneliti akan memilih informan yang dianggap paling tau,

sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan

dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Pemilihan sampel semacam ini juga

memberi kesempatan untuk mengambil keputusan begitu peneliti mempunyai suatu

pikiran umum mengenai apa yang terjadi. Penelitian ini menggunakan sampel yang

paham benar tentang Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun

2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon

Kota Surakarta seperti kepala kelurahan , ketua LPMK, serta masyarakat setempat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Goetz & Le Compte dalam H.B. Sutopo(2002 : 58) “adapun strategi

pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat di kelompokkan ke

33

dalam dua cara, yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif

dan non interaktif”. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam, observer,

berperan dalam beberapa tingkatan, dan focus group discussion. Sedang yang non

interaktif meliputi mencatat dokumen atau arsip dan juga observasi tak berperan.

Untuk memperoleh dan menyusun data penelitian, biasanya digunakan teknik

wawancara, observasi, dan analisis dokumen.

1. Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi

dengan cara tanya jawab sepihak yang di kerjakan secara sistematis dan berdasarkan

kepada tujuan penelitian. H.B. Sutopo mengemukakan:

Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya di lakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. (H.B. Sutopo, 2002 :59). Dalam penelitian ini menggunakan teknik “wawancara mendalam” (Indepth

interviewing), dengan maksud agar dapat mengungkap permasalahan yang diteliti

melalui pertanyaan atau sikap, baik melalui nada bicara, mimik, ataupun sorot

matanya.

Adapun orang-orang yang diwawancarai adalah sebagai berikut :

a. Ibu Djammila, S.sos,M.M sebagai Kepala Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

b. Bapak Sumdiyono, ST sebagai Ketua LPMK Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

c. Tokoh-tokoh Masyarakat Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarta

Penyusunan pedoman wawancara dilakukan sebelum kegiatan wawancara

dilakukan dan dalam penyampaiannya tidak perlu ditanyakan secara berurutan karena

pedoman wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat

wawancara dilakukan ( adapun daftar pertanyaan pada lampiran 1 dan hasilnya pada

lampiran 2 ).

34

2. Analisis Dokumen Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai data yang dapat

digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan hal-hal yang akan

terjadi pada masa yang akan datang. Teknik dokumentasi dapat berupa arsip-arsip

yang berupa catatan-catatan yang relevan serta benda-benda fisik lainnya.

Menurut H.B. Sutopo (2002 : 54) yang berpendapat bahwa “ Dokumen dan

arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas

tertentu”.

Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan dengan cara mempelajari

buku-buku, laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen lainnya yang

relevan dengan permasalahan penelitian. Peneliti menganalisis Surat Keputusan

Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang petunjuk Pelaksanaan dan Tata

Tertib Pemilihan Pengurusan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK).

3. Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

menggali data dari sumber yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda serta

rekaman gambar. Namun dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan teknik

observasi untuk mengumpulkan data. Peneliti mencari atau mengumpulkan data dan

informasi sebagai bahan yang penting dalam riset karena merupakan bahan dari lokasi

penelitian melalui obsevarsi. Dalam hal ini yang menjadi objek observasi adalah

kantor Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

F. Validitas Data

Validitas data dalam suatu penelitian dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu:

1. Trianggulasi Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. Moleong(2004 : 330) berpendapat

bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding

terhadap data itu”.

Menurut H. B Sutopo menyebutkan bahwa ada 4 (empat) macam trianggulasi yaitu:

35

“ a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila di gali dari beberapa sumber data yang berbeda.

b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.

c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.

d. Trianggulasi Teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang di kaji”. (H. B. Sutopo, 2002 : 78-82).

Tahap ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh sesuai

dengan realitas di lokasi penelitian.

2. Informan Review Informan Review adalah laporan penelitian di review oleh informan khususnya

kegiatan informan untuk mengetahui apakah yang telah diteliti merupakan sesuatu

yang dapat disetujui mereka atau tidak.

3. Member Cek Menurut H.B. Sutopo (2002:85)”Member cek adalah orang yang melakukan

pemeriksaan terhadap suatu laporan dari peneliti yang lain untuk mendapatkan

pengertian yang tepat, atau melihat kekurangan-kekurangan yang ada untuk lebih

dimantapkan”

Pada penelitian ini kesahihan data diperoleh dengan menggunakan teknik

trianggulasi data, dimana data penelitian diambil dari berbagai sumber yang berbeda

yaitu informan, dokumen dan tempat untuk menghasilkan data yang sejenis.

Disamping itu, peneliti juga menggunakan teknik trianggulasi metode yaitu dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode

pengumpulan data yang berbeda, diantaranya dengan wawancara dengan instansi

terkait yaitu Kepala Kelurahan Joyosuran, Ketua LPMK, dan tokoh masyarakat serta

analisis dokumen yaitu Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003

Tentang petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurusan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).

Dengan demikian maka data yang satu dengan yang lainnya akan dapat saling

melengkapi dan sekaligus mengujinya sehingga dalam hasil akhir nantinya data yang

diperoleh mencerminkan suatu kenyataan di lapangan. Alasan untuk memilih

36

trianggulasi data dan trianggulasi metode adalah untuk meminimalisir kekurangan

dalam informasi yang diperoleh (hasil trianggulasi data lihat lampiran 3).

G. Teknik Analisis Data

“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan kesatuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat ditemukan hipotesis kerja”. (Lexy J. Moleong, 2004: 180). Teknik analisis data

pada penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif dimulai dari

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang

telah diuraikan di atas, yang terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi.

Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dan akan

dihentikan apabila data yang diperlukan telah memadai dalam pengambilan

keputusan.

2. Reduksi Data

Langkah ini merupakan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan

dan mengabstrasikan data yang ada. Melakukan reduksi data yaitu dengan mengambil

data yang sekiranya dapat diolah lebih lanjut untuk disajikan sebagai hasil laporan.

Sebagai salah satu bentuk analisis, maka mempertegas dan mengatur data yang telah

diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian merupakan hal yang harus dilakukan.

Dalam hal ini mempermudah peneliti untuk membuat perbaikan kesimpulan pada

akhir penelitian (terdapat pada lampiran 4).

3. Penyajian Data

Sebagai langkah selanjutnya, inti dari penyajian data ini adalah mengorganisir

infomasi secara sistematis untuk mempermudah penelitian dalam menggabungkan

dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun penggambaran proses dan

fenomena yang ada pada obyek penelitian. Dengan data yang tersaji akhirnya peneliti

akan menginterpretasikan fenomena yang ada dan membandingkan dengan teori yang

relevan.

37

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan analisis rangkaian pengolahan data yang

berupa gejala yang terdapat di lapangan. Penyusunan catatan, pola dan arahan sebab

akibat dilakukan secara teratur. Artinya kesimpulan akhir yang ditulis merupakan

rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada

pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap

fenomena yang ada. Di samping itu dalam penarikan kesimpulan peneliti juga

mendiskusikan permasalahan dengan berbagai pihak yang relevan akhirnya terjadi

sebuah kesepakatan kesimpulan.

Proses analisis dengan model interaktif dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2 : analisis data model interaktif ( Mathew B. Miles dan Michael

Huberman, 1992: 20)

H. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: “ (1)

Persiapan, (2) Pengumpulan data, (3) Analisis data, dan (4) Penyusunan laporan

penelitian”(H. B. Sutopo, 2002 : 187-190).

Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Mengurus perijinan penelitian

b. Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data dan

menyusun jadwal kegiatan penelitian

1. Pengumpulan Data

2. Reduksi Data

3. Sajian Data

4. Penarikan Kesimpulan

38

2. Pengumpulan Data

a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara

mendalam, dan mencatat serta merekam dokumen

b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul

c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.

3. Analisis Data

a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian

b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross check kan

dengan temuan di lapangan

c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses

verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang dianggap

lebih ahli

d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4. Penyusunan Laporan Penelitian

a. Penyusunan laporan awal

b. Review laporan: pertemuan di adakan dengan mengundang kurang lebih 2 orang

yang cukup memahami penelitian untuk mendiskusikan laporan yang telah di

susun sementara

c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi

d. Penyusunan laporan akhir.

1

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Aspek Geografi Kelurahan Joyosuran

Kelurahan Joyosuran merupakan suatu wilayah di Kecamatan Pasarkliwon,

kota surakarta yang terletak pada ketinggian 92 meter dari permukaan laut, sehingga

kelurahan joyosuran termasuk dataran rendah. banyak curah hujan di Kelurahan

Joyosuran adalah 21,286 mm/tahun dengan suhu rata-rata 25 c., luas wilayah

Kelurahan Joyosuran adalah 54 Ha. adapun batas-batasnya sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan Pasar Kliwon

Sebelah Selatan : Kelurahan Joyontakan

Sebelah Barat : Kelurahan Danukusuman

Sebelah Timur : Kelurahan Semanggi

Jarak antara kelurahan dengan kecamatan adalah 100 M, sedangkan dengan

kota surakarta adalah 1,5 KM, dengan ibukota propinsi adalah 105 KM, jarak dari

ibukota negara adalah 600 KM.

2. Aspek Demografi Kelurahan Joyosuran

a. Komposisi Penduduk

1) Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kelurahan Joyosuran terdiri dari 12 ( dua belas ) RW,55 ( lima puluh

lima ) RT. berdasarkan data monografi dinamis pada bulan Desember 2008

jumlah penduduk Kelurahan Joyosuran sebanyak 11.445 jiwa dengan 2772

Kepala Keluarga.

2) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Dari data monografi dinamis yang diperoleh di Kantor Kelurahan

Joyosuran, sampai dengan Bulan Desember 2008 jumlah penduduk

Kelurahan Joyosuran menurut komposisi umur dan jenis kelamin adalah

sebagai berikut :

39

40

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di Kelurahan Joyosuran, Desember 2008

Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 0 – 4 5 – 9

10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59

61 +

368 483 274 290 831 846 722 861 851 61

371 410 441 557 805 557 989 803 802 149

739 893 715 847

1,636 1,403 1,711 1,664 1,653

210 Jumlah 5,587 5,884 11,471

Sumber : Data Monografi Kelurahan Joyosuran, Desember 2008

Tabel diatas menjelaskan bahwa usia 30-39 yang paling banyak,

yaitu 1.711, sedangkan golongan terbanyak kedua adalah kelompok umur 40-

49 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.664 jiwa. golongan yang memiliki

jumlah terkecil adalah kelompok umur 61+ dengan jumlah penduduk 210

jiwa.

3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Dari data monografi dinamis yang diperoleh di kantor Kelurahan

Joyosuran, sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah penduduk menurut

tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Joyosuran, Desember 2008 ( Bagi umur 5 tahun keatas )

Tamat Akademik / PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah

: : : : : : :

655 2,875 3,063 2,995

74 1,023

20 Jumlah : 10,705

Sumber : Data Monografi Kelurahan Joyosuran, Desember 2008

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan

Joyosuran yang tidak sekolah berjumlah 20 jiwa, belum tamat SD berjumlah

41

1.023 jiwa, tidak tamat SD berjumlah 74 jiwa, tamat SD berjumlah 2.995

jiwa, tamat SLTP berjumlah 3.063 jiwa, tamat SLTAberjumlah 2.875 jiwa,

dan tamat Akademik atau Perguruan Tinggi berjumlah 655 jiwa. dengan

demikian tingkat pendidikan di Kelurahan Joyosuran sudah cukup maju,

karena sebagian besar penduduk telah menamatkan pendidikan SLTA 3063

jiwa, sedangkan penduduk yang tidak sekolah hanya 20 jiwa.

4) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Dari data monografi dinamis yang diperoleh di kantor Kelurahan

Joyosuran, sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah penduduk menurut

Mata Pencaharian adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Joyosuran, Desember 2008 (bagi umur 10 tahun keatas)

1. Petani sendiri 2. Buruh tani 3. Nelayan 4. Pengusaha 5. Buruh Industri 6. Buruh Bangunan 7. Pedagang 8. Pengangkutan 9. PNS / TNI 10. Pensiunan 11. Lain-lain

: : : : : : : : : : :

0 0 0

48 1,403

599 339 120 289 146

1506 Jumlah : 3.450

Sumber : Data Monografi Kelurahan Joyosuran, Desember 2008

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan

Joyosuran memiliki pekerjaan yang tergolong lain-lain( golongan pelajar,

mahasiswa, pengangguran dan pencari kerja ) berjumlah 1506, dan golongan

terbesar kedua adalah golongan buruh industri yang berjumlah 1.403 jiwa.

5) Komposisi Penduduk Menurut Agama

Dari data monografi dinamis yang diperoleh di kantor Kelurahan

Joyosuran, sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah penduduk menurut

Agama adalah sebagai berikut :

42

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Joyosuran, Desember 2008

1. Islam 2. Kristen Katholik 3. Kristen Protestan 4. Budha 5. Hindu

: : : : :

7,611 1,860 1,915

70 15

Jumlah : 11,471 Sumber : Data Monografi Kelurahan Joyosuran, Desember 2008

Penduduk Kelurahan Joyosuran mayoritas memeluk agama islam,

yaitu sebesar 7.661 jiwa.

b. Sarana dan Prasarana

1) Sarana Transportasi

Sarana transportasi di Kelurahan Joyosuran cukup memadai

dibandingkan dengan komposisi penduduknya. sarana transportasi umum

meliputi becak sebanyak 60 buah, oplet-colt sebanyak 45 orang, taxi

sebanyak 10 buah, sedangkan sarana transportasi pribadi meliputi sepeda 650

buah, sepeda motor sebanyak 336 buah, mobil dinas sebanyak 1 buah, mobil

pribadi sebanyak 52 buah. dengan sarana transportasi baik umum maupun

pribadi akan memudahkan masyarakat untuk menjalankan aktivitas.

2) Sarana Perhubungan

Jarak Kelurahan Joyosuran dengan Kecamatan Pasar Kliwon adalah

100 M, dan jarak Kelurahan Joyosuran dengan Kota Surakarta 1,5 KM,

sarana perhubungan di Kelurahan Joyosuran terdiri dari jalan berjumlah 3

buah dan jembatan berjumlah 7 buah. jalan raya di Kelurahan Joyosuran

dilalui trayek umum yaitu bus antar kota maupun maupun dalam kota,

sehingga hubungan transportasi dari dan ke wilayah ini berjalan lancar.

3) Sarana Komunikasi

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, dengan komunikasi individu akan mendapatkan berbagai macam

informasi dan pengetahuan. sarana komunikasi di Kelurahan Joyosuran

meliputi pesawat televisi sebanyak 1700 buah dan radio 150 buah.

43

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

Menurut keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tentang

Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pasal 1 ayat (7) disebutkan bahwa Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang selanjutnya disingkat LPMK adalah

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Kelurahan sebagai wadah yang

dibentuk atas menampung dan mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi

masyarakat di bidang pembangunan. LPMK merupakan lembaga pengganti Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden

Nomor 49 tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau

sebutan lain.

Setelah diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 tahun 2002

tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), kemudian

Pemerintah Kota Surakarta menerbitkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) sebagai pelaksanaan dari

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 tahun 2003. dengan dikeluarkannya

Keputusan tersebut maka perlu dilakukan sosialisasi dan pemasyarakatan untuk

melaksanakan Keputusan Walikota Tersebut.

Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 tahun 2003 tentang

petunjuk pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) dilaksanakan di Kelurahan Joyosuran belum sesuai

dengan isi dan kehendak yang diamanatkan oleh Keputusan Walikota tersebut. Dari

penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis dihasilkan bahwa pemilihan Pengurus

LPMK di Kelurahan Joyosuran melakukan adanya penyimpangan dalam hal jumlah

kepengurusan yang melebihi sebagaimana sudah diatur dalam pasal 7 Keputusan

Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003.

44

Tahapan-tahapan dan Proses Pelaksanaan Pemilihan Pengurus LPMK di

Kelurahan Joyosuran adalah sebagai berikut :

a. Sosialisasi Kepala Kelurahan Joyosuran

Setelah surat edaran Sekretariat Daerah Kota Surakarta nomor:

411.2/44/2007 perihal pemilihan dan pengangkatan pengurus LPMK 2007-

2011(terdapat pada lampiran 5) diterima Kepala Kelurahan (Lurah) tanggal 22

Februari 2007, selanjutnya lurah mengundang para kepala (Rukun Tetangga) RT

dan RW (Rukun Warga) serta Tokoh Masyarakat untuk melakukan sosialisasi

terhadap Keputusan Walikota tersebut. Sosialisasi dilakukan oleh Lurah dalam

bentuk penyuluhan dan penerangan. Dalam sosialisasi tersebut setiap RT dan RW

akan menerima surat edaran dan blanko untuk melaksanakan musyawarah di

lingkungan masing-masing untuk memilih 2 (dua) orang bakal calon Anggota dan

Pengurus LPMK yang akan mewakili masing-masing RT. Blanko tersebut berupa

petunjuk dan tata tertib pelaksanaan musyawarah.

b. Musyawarah warga untuk menentukan anggota LPMK.

Masing-masing RT mengadakan musyawarah para Kepala Keluarga

dalam rapat RT untuk memilih sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang bakal calon

anggota, kemudian wakil RT terpilih akan diusulkan ke tingkat RW untuk

menjadi anggota LPMK, pelaksanaan pemilihan anggota LPMK dilakukan

dengan musyawarah mufakat, jika tidak berhasil maka dapat ditempuh denagn

pemungutan suara. Pada akhirnya setiap RW akan diwakili sebanyak-banyaknya

2 (dua) orang calon anggota LPMK.

Kelurahan menginventarisir hasil musyawarah masing-masing RW untuk

selanjutnya menetapkan sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang wakil setiap RW

sebagai calon anggota LPMK di kelurahan. Calon anggota tersebut diperiksa

persyaratannya oleh Lurah sesuai dengan pasal 8 keputusan walikota Surakarta

nomor 4 tahun 2003 tentang petunjuk pelaksanaan dan tata tertib pemilihan

pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK), baca lampiran.

Di kelurahan Joyosuran terdapat 12 RW, jumlah anggota LPMK yang ditetapkan

sebanyak 48 (empat puluh delapan) orang calon anggota yang merupakan wakil

dari setiap RW. Anggota LMPK terpilih ditetapkan dalam Surat Keputusan

45

Kepala Kelurahan Joyosuran (LPMK) kelurahan Joyosuran kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarta. Dalam surat keputusan kepala kelurahan tersebut

menetapkan anggota lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK)

tahun 2007 kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

Anggota LPMK kelurahan Joyosuran tahun 2007, selanjutnya mengadakan

musyawarah untuk membentuk kepengurusan LPMK sesuai peraturan perundang

yang berlaku.

c. Musyawarah untuk memilih pengurus LPMK

Sebelum melakukan pemilihan pengurus LPMK, kelurahan melaksanakan

musyawarah untuk membentuk panitia pemilihan pengurus LPMK. Panitia

diketuai oleh Lurah, dan beranggotakan Pegawai/Staff Kelurahan. Panitia ini

bermusyawarah untuk mengadakan musyawarah pemilihan ketua LPMK dan

pengurus LPMK lainnya. Musyawarah difasilitasi oleh Lurah. Berikut ini adalah

pemilihan pengurus LPMK yang dilaksanakan di kelurahan Joyosuran kecamatan

Pasar kliwon.

1) Rapat Pembentukan LPMK

a) Rapat I

Diadakan pada tanggal 9 bulan Maret tahun 2007, pada rapat I

ini mengalami kegagalan/tidak dapat dilangsungkan, dimana banyak

yang tidak hadir sehingga tidak memenuhi kourum. Pada kesempatan

ini yang hadir hanya 19 orang tokoh-tokoh dan pemuka-pemuka

masyarakat kelurahan Joyosuran dari 60 undangan yang disebarkan.

Syarat untuk terpenuhi kourum adalah 2/3 dari jumlah undangan.

b) Rapat II

Pertemuan ini diadakan pada tanggal 16 bulan Maret tahun

2007, pada Rapat II ini dapat berlangsung, dimana pada kesempatan

itu para tokoh-tokoh dan pemuka-pemuka masyarakat Kelurahan

Joyosuran yang hadir adalah 45 orang dari 60 undangan yang beredar,

sehingga telah dapat memenuhi kourum dan dapat dilanjutkan dengan

pembentukan pengurus LPMK.

2) Pemilihan Ketua LPMK

46

Rapat pemilihan ketua dipimpin oleh anggota LPMK yang tertua usianya

yaitu bapak Lamidin dengan dibantu oleh anggota LPMK yang termuda usianya dari

anggota LPMK yang hadir yaitu Inandar dan Susilo . Rapat pemilihan ketua LPMK

dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat dari dan oleh anggota

LPMK. Dalam pemilihan Ketua LPMK di Kelurahan Joyosuran, terdapat 10

(sepuluh) orang calon ketua merupakan perwakilan dari 5 (lima) lingkungan, masing-

masing 2 (dua) orang. Dari kesepuluh orang calon ketua tersebut terpilih 7 (tujuh)

orang yang menduduki pengurus inti. Kesepuluh calon tersebut adalah Sumadiyono,

ST. ,Ir. Samsul Hidayat, Msi. , Agus Anwari, Totok Hendro Baksono, Agus

suharyono, Dra. Krisnandari, Didik Priyo Mawardi, H. Muhammad Assegaf,

Isnandar, dan Susilo. Dan yang terpilih jadi ketua LPMK adalah Sumadiyono, ST.

3) Pemilihan Pengurus LPMK

Setelah ditentukan Ketua LPMK dan Pengurus inti ,selanjutnya Ketua

LPMK terpilih memimpin rapat pemilihan Pengurus LPMK. Rapat pemilihan

Pengurus LPMK dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

Apabila dalam musyawarah tidak tercapal kesepakatan, maka pemilihan Pengurus

LPMK dilakukan melalui pemungutan suara, berdasarkan kesepakatan forum.

Apabila pemungutan suara tersebut tidak berhasil juga Ketua LPMK dapat

menunjuk langsung salah satu calon Pengurus.

Susunan pengurus LPMK menurut Keputusan Walikota Surakarta

Nomor 4 tahun 2003(lihat lampiran 6) tentang petunjuk pelaksanaan dan Tata Tertib

pemilihan pengurus LPMK Pasal 7. Yaitu :

a) 1 (satu) orang Ketua,

b) 1 (satu) orang Wakil Ketua I,

c) 1 (satu) orang Wakil Ketua II,

d) 1 (satu) orang Sekretaris I,

e) 1 (satu) orang Sekretaris II,

f) 1 (satu) orang Bendahara I,

g) 1 (satu) orang Bendahara II,

h) Sedikit-dikitnya 1 (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang

untuk Seksi Agama;

47

i) Sedikit-dikitya I (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang

untuk Seksi-seksi PKK dan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan,

Pemuda dan Olahraga, Pembangunan dan Lingkungan Hidup,

Perekonomian dan Koperasi, Kesenian dan Budaya, Keamanan,

Kesejahteraan sosiai, Kesehatan, informasi dan komunikasi.

Susunan kepengurusan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah

pengurus LPMK sebanyak-banyaknya 39 (Tiga puluh sembilan) orang dengan syarat

seksi agama diwakili 5 (lima) orang dari 5 (lima) agama. Sementara itu hasil

pemilihan pengurus LPMK di kelurahan Joyosuran mencapai 41 orang, dengan

susunan sebagai berikut :

a) Ketua : Sumadiyono, ST

b) Wakil Ketua I : Ir. H. SamsuHidayat, MSi

c) Wakil Ketua II : Agus Anwari

d) Sekretaris I : Totok Hendro Baksono

e) Sekretaris II : Agus Suharyono

f) Bendahara I : Dra. Krisnandari

g) Bendahara II : Didik Priyo Mawardi

h) Seksi-Seksi

(1) Agama Islam : H. Muh Assegaf

Agama Kristen : Y. Subandyo

Agama Katholik : IGN. Gunadi

Agama Hindu & Budha : Ongko Hadi Suryo

(2) Pendidikan, Pemuda

dan Olah Raga : Budi Priyono

: Tri Wiyanto

: Joko Prasetyo

: Agus Sartono

: Sri Sulasti

(3) Pembangunan dan

Lingkungan Hidup : Isnandar

: Ir. Sutardi, MT

48

: Suyona

(4) Perekonomian dan Koperasi : Susilo

: Drs. Haryanto

(5) Kesenian dan Budaya : Purwanto,SSn

: Kadaryadi

: Sukisto

(6) Keamanan : Karman

: Soedjarwo

: Harjono

(7) Kesehatan : Bambang Suparto

: Ny. Subagyo

: Ny. Anilowati

(8) Informasi dan Komunikasi : Joko Santoso

: Drs. Admayo

: Sandi

(9) Kesejahteraan Sosial : Lamidin

: Suronoi

: Atik Srimartini

(10) PKK dan Pemberdayaan

Perempuan : Hartini Slamet

: Rahayu Sugito

: Bambang Mintarto

: Dra,. Kus Hardiyati

Susunan pengurus LPMK Kelurahan Joyosuran hasil musyawarah tersebut,

selanjutnya dilaporkan Lurah kepada Pemerintah Kota Surakarta. Walikota

menetapkan kepengurusan LPMK sesuai dengan pasal 7 Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib

Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)..

Selanjutnya ditetapkan dalam bentuk keputusan Walikota Surakarta, yaitu keputusan

Walikota Surakarta Nomor 411.2/ 69/ 1/ 2007 tentang Susunan Pengurus

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan se-Kota Surakarta periode 2007-2011

49

(lihat lampiran 7). Walikota atau pejabat yang ditunjuk melantik kepengurusan

LPMK dalam suatu upacara di Kelurahan Joyosuran dengan mengucapkan sumpah

dan janji. Pelaksanaan pelantikan difasilitasi oleh Lurah.

2. Faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota Surakarta

Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib

Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon

Kota Surakarta, pada dasarnya tidak menemui hambatan yang berarti. Dari faktor

warga masyarakat kelurahan dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta

Nomor 4 Tahun 2003 tersebut tdak mengalami hanmbatan. Warga kelurahan

joyosuran telah cukup sadar hukum dan telah menyalurkan aspirasinya dalam

melaksanakan pemilihan pengurus LPMK. Demikian pula faktor fasilitas yang

merupakan suatu sarana untuk mencapaitujuan dan pendukung pelaksanaan suatu

peraturan hukum. Fasilitas yang dimaksud disini terutama adalah sarana fisik yang

berfungsi sebagai faktor pendukung dalam melaksanakan Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 di Kelurahan Joyosuran sudah cukup memadai.

Namun dalam pelaksanaan ada penyimpangan atas keputusan walikota

tersebut yaitu menyimpang dari pasal 7. Menurut pasal 7 Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 (baca lampiran 6) menghendaki bahwa jumlah

pengurus LPMK sebanyak-banyaknya 39 (tiga puluh sembilan) orang dengan catatan

seksi agama diwakili 5 (lima) orang dari 5 (lima) agama yang ada di masyarakat.

Tetapi kenyataan di Kelurahan Joyosuran jumlah pengurus LPMK terdapat 41 (empat

puluh satu) orang dengan jumlah seksi agama 4 (empat) orang yang mewakili 5

agama. agama hindu dan budha diwakili oleh seorang pengurus hal ini dilakukan

karena warga yang menganut agama Hindu tidak ada yang mau menjadi pengurus

LPMK dengan alasan faktor usia yang rata-rata berusia lebih dari 60 tahun , tetapi

pada seksi-seksi lainnya yaitu pada seksi pendidikan, pemuda dan olah raga melebihi

50

dari yang diatur dalam pasal 7 yang seharusnya maksimal 3 orang pada kenyataanya

menjadi 5 orang, serta dalam seksi PKK dan Pemberdayaan Perempuan dari 3 orang

yang seharusnya menjadi 4 orang dalam kenyataannya.

Kelebihan jumlah pengurus LPMK tersebut memang menyimpang dari

pasal 7 Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petuinjuk

Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK), tetapi di Kelurahan Joyosuran kelebihan jumlah

pengurus LPMK tersebut merupakan langkah terbaik untuk mengakomodir semua

kepentingan yang ada di masyarakat mengingat luasnya wilayah Kelurahan Joyosuran

dengan jumlah penduduk yang cukup padat, jika Kelurahan Joyosuran melaksanakan

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 secara kaku, dirasakan kurang

mewakili kepentingan dan aspirasi masyarakat. dengan demikian Keputusan Walikota

Nomor 4 Tahun 2003 itu sendiri kurang mengakomodir kenyataan dan kepentingan

yang ada di masyarakat, karena yang tahu langsung keadaan di lapangan adalah

masyarakat itu sendiri. Jadi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

penyimpangan, yaitu :

a. Luas wilayah dan kepadatan penduduk di kelurahan joyosuran,

b. Kurang mengakomodir kenyataan dan kepentingan yang ada di

masyarakat terutama bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan,

c. Tugas dan fungsi dari LPMK agar berjalan efektif.

Dengan melihat fakta diatas yang menjadi hambatan pelaksanaan

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK) adalah kesulitan menerapkan keputusan walikota tersebut secara kaku

terutama untuk pasal 7, karena kondisi wilayah yang luas dan kepentingan

masyarakat Kelurahan Joyosuran yang membutuhkan jumlah Pengurus LPMK lebih

banyak dari yang diatur dalam pasal 7, dengan maksud untuk mengakomodir

kepentingan yang ada di masyarakat.

Adapun bermacam-macam pandangan atau tanggapan mengenai

penyimpangan ini,yaitu :

a. Kepala Kelurahan Joyosuran

51

Dalam hal ini Kepala Kelurahan Joyosuran memberikan pandangan atau

tanggapan terkait penyimpangan yang terjadi dalam Implementasi

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota

Surakarta yaitu bahwa penyimpangan tersebut terjadi atau timbul

dikarenakan untuk kepentingan warga atau masyarakat joyosuran maka hal

itu dapat dibenarkan atau didukung, karena pada dasarnya LPMK dibentuk

untuk kepentingan masyarakat (wawancara dengan ibu Djamilla pada hari

kamis tanggal 18 desember 2008, terdapat pada lampiran 2)

b. Ketua LPMK Kelurahan Joyosuran

Dalam hal ini Ketua LPMK Kelurahan Joyosuran memberikan

pandangan atau tanggapan terkait penyimpangan yang terjadi dalam

Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan

Pasarkliwon Kota Surakarta yaitu bahwa penyimpangan tersebut terjadi

untuk memaksimalkan kinerja dari pengurus LPMK agar LPMK

mempunyai tugas dan fungsi yang sesuai dalam isi surat Keputusan

Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan. (wawancara dengan bapak Sumadiyono padahari jum’at tanggal

19 desember 2008, terdapat pada lampiran 2)

c. Pemuka Masyarakat Kelurahan Joyosuran

Dalam hal ini Pemuka Masyarakat Kelurahan Joyosuran memberikan

pandangan atau tanggapan yang berbeda-beda terkait penyimpangan yang

terjadi dalam Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun

2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta yaitu ada yang menyetujui

penyimpangan tersebut dengan alasan kepentingan masyarakat lebih

52

terakomodir dengan baik, sedangkan yang tidak menyetujui memberikan

alasan suatu produk hukum harus ditaati dan dilaksanakan sesuai dengan

aturan yang ada.(wawancara dengan bapak Slamet Padmowiryono dan

bapak Bambang Murtiyoso pada hari sabtu tanggal 20 desember 2008,

terdapat pada lampiran 2)

Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta

sesuai atau cocok dengan teori yang ditulis Bambang Sunggono dalam bukunya

”Hukum Dan Kebijakan Publik” yang isinya :

Secara teoritis, pada umumnya dibedakan adanya tiga macam hal berlakunya

hukum, yaitu :

a. Berlakunya secara juridis. Mengenai hal ini terdapat pandangan-pandangan

sebagai berikut :

1) Hans Kelsen dalam teorinya, the pure theory of law menyatakan

bahwa hukum mempunyai keberlakuan juridis apabila

penentuannya berdasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatnya

( hal ini berdasarkan teorinya, Stuenbau Das Rechts );

2) Zevenbergen dalam Formele Encyclopedie Der Rechtswetenschap

menyatakan bahwa suatu kaidah hukum mempunyai keberlakuan

juridis apabila kaidah tersebut menurut cara-cara yang telah

ditetapkan ;

3) Logemann dalam Over De Theorie Van Een Stelling Staatsrecht

menyatakan bahwa suatu kaidah hukum mengikat apabila

menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dengan

akibatnya.

b. Berlakunya secara sosiologis, yang berintikan pada efektivitas hukum. Dalam

kaitan ini, terdapat dua teori pokok yang menyatakan bahwa :

1) Teori kekuasaan yang pada pokoknya menyatakan bahwa hukum

berlaku secara sosiologis apabila dipaksakan berlakunya oleh

53

penguasa, dan hal itu adalah terlepas dari masalah apakah masyarakat

menerimanya atau bahkan menolak;

2) Teori pengakuan yang berpokok pangkal pada pendirian bahwa

berlakunya hukum didasarkan pada penerimaan atau pengakuan

kepada siapa hukum tersebut berlaku .

c. Berlakunya secara filosofis, artinya bahwa hukum tersebut sesuai dengan cita-cita

hukum sebagai nilai positif yang tertinggi. (Bambang Sunggono, 1994: 156-157).

Hal tersebut dapat dikatakan sesuai antara realitas dengan teori artinya

Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta

dilaksanakan sesuai dengan isi dan kehendak dari surat keputusan tersebut meskipun

ada penyimpangan yang terjadi terkait adanya penambahan pengurus LPMK yang

bertujuan untuk mengakomodir kepentingan masyarakat, yang artinya bahwa hukum

tersebut sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi. Dan juga

hal tersebut tidak bertentangan dengan pancasila sila ke-4 ayat (10) yang berbunyi ”

memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

permusyawaratan ” yang mengandung arti bahwa masyarakat dapat menyampaikan

atau mempercayakan aspirasinya kepada lembaga masyarakat yang ada dalam hal ini

LPMK sebagai wadahnya. Penambahan pengurus LPMK dimaksudkan agar aspirasi

dari masyarakat dapat tersalurkan dengan efektif.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas Pemerintah Kota Surakarta dalam hal

ini Dinas Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan (DKR-PP} sebagai

instansi yang memantau pelaksanaan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun

2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Adalah dengan mengadakan

kesepakatan dengan masyarakat setempat mengikuti aspirasi dan kehendak

masyarakat kelurahan, tentunya harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi dari

kelurahan yang bersangkutan, karena yang tahu kondisi di lapangan adalah

masyarakat itu sendiri demi kebaikan masyarakat setempat. hal ini dilakukan

54

Pemerintah Kota Surakarta untuk mengupayakan pembangunan berbasis masyarakat

yang demokratis, aspiratif serta mengedepankan asas akuntabilitas publik.

3. Kontribusi yang diberikan LPMK kepada masyarakat Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya Surat

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

masyarakat Kelurahan (LPMK)

Setelah diberlakukannya Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus

Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) diharapkan LPMK mampu

memberikan kontribusi atau manfaat bagi perkembangan masyarakat Kelurahan

Joyosuran. LPMK dalam hal ini sebagai partner kerja pemerintahan Kelurahan

Joyosuran diharapkan juga mampu membantu kinerja dari pemerintah Kelurahan

Joyosuran.

a. Permasalahan Warga Kelurahan Joyosuran

Banyak terdapat permasalahan yang terjadi dalam masyarakat kelurahan

joyosuran yang harus segera dicarikan pemecahan atau solusinya. adapun

permasalahannya sebagai berikut :

1) Bidang Umum

a) Masih banyaknya warga masyarakat keluarga miskin yang belum

mendapatkan kartu sehat / Askeskin.

b) Masih minimnya kuantitas, kualitas serta fasilitas perpustakaan yang ada.

c) Masih kurangnya sarana / perlengkapan anggota linmas.

2) Bidang Ekonomi

a) Masih perlu penambahan modal koperasi yang sudah ada dan pra koperasi

yang ada di tingkat RW.

b) Kurangnya modal usaha untuk pedagang kaki lima / masyarakat

pengusaha kecil.

c) Kurang berkembangnya sektor peternakan / budidaya unggas / perikanan

yang ada karena terbatasnya modal yang dimiliki.

55

3) Bidang Sosial dan Budaya

a) Kurangnya kemampuan pembiayaan penduduk untuk anak usia sekolah

dari keluarga miskin.

b) Masih kurangnya sarana dan prasarana untuk kegiatan keagamaan,

c) Masih kurangnya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan seni

dan budaya yang ada,

4) Bidang fisk dan prasarana

a) Kurang lancarnya saluran air dijalan veteran dan saluran air di jalan-jalan

kampung maupun di sekitar sungai jenes,

b) Kurang berfungsinya sarana MCK yang sudah ada karena rusak akibat

banjir,

c) Rusaknya badan jalan, sehingga mengganggu kelancaran transportasi.

b. Penyelesaian Masalah Warga Kelurahan Joyosuran

Atas terdapatnya permasalahan-permasalahan yang ada di atas maka LPMK

bekerja sama dengan Pemerintahan Kelurahan Joyosuran untuk dapat menyelesaikan

masalah-masalah yang terdapat di masyarakat kelurahan Joyosuran. Adapun

pemecahan masalah yang terdapat di Kelurahan Joyosuran adalah sebagai berikut :

1) Bidang umum

a) Pembuatan kartu sehat / ASKESKIN yang berkoordinasi dengan Ketua

RT dan RW setempat,

b) Penambahan prasarana dan sarana perpustakaan yang meliputi pembelian

buku dan pembangunan fisik,

c) Penambahan dana insentif kegiatan operasional LINMAS,

2) Bidang perekonomian

a) Penambahan modal bagi Koperasi dan Pra Koperasi di tingkat RT/RW

dengan adanya penambahan modal simpan pinjam atau koperasi di 12

RW sebesar @ Rp 650.000

b) Pembelian mesin jahit bagi usaha ekonomi produktif dengan adanya

pemberian mesin jahit sebanyak 4 buah dengan harga @ RP 600.000

c) Pemberian stimulan / bantuan kepada para kelompok usaha peternak yang

ada.

56

3) Bidang Sosial dan Budaya

a) Pemberian bantuan bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin dengan

adanya pemberian beasiswa bagi 110 anak siswa SD @ Rp 75.000

b) Pembinaan dan pemberian bantuan / stimulan untuk kegiatan keagamaan

dengan adanya kegiatan TPA, sekolah minggu, kelompok pengajian, dan

kegiatan persekutuan doa;

c) Pemberian bantuan / stimulan untuk Perpustakaan Pokdarwis maupun

kegiatan kesenian yang ada,.

4) Bidang Fisik dan Prasarana

a) Pemberian bantuan / stimulan pembangunan untuk perbaikan saluran air,

penutupan saluran air, perbaikan jalan, maupun MCK yang rusak di

wilayah RT/RW;

b) Melanjutkan pembuatan Tamping dan taman di tepi sungai jenes,

c) Belum ada penyelesaian.

Dengan adanya fakta diatas maka Kontribusi yang dapat diberikan LPMK

kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta

setelah diberlakukannya Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003

Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu membantu kinerja pemerintahan

kelurahan joyosuran dalam mengatasi masalah yang terdapat di sekitar masyarakat

dan juga membantu memajukan masyarakat kelurahan di segala bidang, baik

ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.

c. Kontribusi LPMK terkait dengan Keputusan Walikota Nomor 4 Tahun 2003

Kontribusi yang dapat diberikan LPMK terkait dengan Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib

Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)adalah

Ketua LPMK bersama Kepala Kelurahan Joyosuran membuat Keputusan Bersama

Tentang Penetapan Panitia Dana Pembangunan Kelurahan (DPK) Kelurahan

Joyosuran Tahun 2008 yang bertujuan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas

pembangunan prasarana dan sarana Kelurahan Joyosuran (lihat lampiran 8).

57

C. Temuan Studi

1. Bahwa Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarata, belum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tersebut, dikarenakan adanya penyimpangan

yang terjadi dalam pasal 7 karena untuk kepentingan masyarakat Kelurahan

Joyosuran yang membutuhkan jumlah pengurus LPMK yaitu 41 orang, lebih

banyak dari yang diatur dalam pasal 7 maksimal 39 orang, dengan maksud untuk

mengakomodir kepentingan yang ada di masyarakat.

2. Hambatan yang terdapat dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta

Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan

Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan

Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarata, tidak terdapat hambatan

yang mendasar, hanya kesulitan menerapkan keputusan walikota tersebut secara

kaku terutama pasal 7.

3. Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan

Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya

Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu membantu kinerja pemerintahan Kelurahan

Joyosuran dalam mengatasi masalah yang terdapat di sekitar masyarakat dan juga

membantu memajukan masyarakat kelurahan di segala bidang, baik ekonomi,

umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.

58

BAB V

KESIMPULAN. IMPLIKASI DAN SARAN

Dalam hubungannya dengan ini Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarata, penulis telah memaparkannya pada Bab-bab sebelumnya, maka

berdasarkan seluruh uraian dalam skripsi ini dapat penulis buat suatu kesimpulan dan saran.

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat Penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota

Surakarata, belum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 tersebut, dikarenakan adanya penyimpangan yang terjadi dalam pasal 7

karena untuk kepentingan masyarakat Kelurahan Joyosuran yang membutuhkan jumlah

pengurus LPMK yaitu 41 orang, lebih banyak dari yang diatur dalam pasal 7 maksimal

39 orang, dengan maksud untuk mengakomodir kepentingan yang ada di masyarakat.

2. Hambatan yang terdapat dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarata, tidak terdapat hambatan yang mendasar, hanya kesulitan

menerapkan keputusan walikota tersebut secara kaku terutama pasal 7.

3. Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya Surat Keputusan

Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib

Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu

membantu kinerja pemerintahan Kelurahan Joyosuran dalam mengatasi masalah yang

terdapat di sekitar masyarakat dan juga membantu memajukan masyarakat kelurahan di

segala bidang, baik ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.

58

59

B. IMPLIKASI

1. Bahwa implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota

Surakarata, belum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 tersebut, dikarenakan adanya penyimpangan yang terjadi dalam pasal 7

karena untuk kepentingan masyarakat Kelurahan Joyosuran yang membutuhkan jumlah

pengurus LPMK yaitu 41 orang,lebih banyak dari yang diatur dalam pasal 7 maksimal 39

orang dengan maksud untuk mengakomodir kepentingan yang ada di masyarakat, solusi

yang terkait masalah ini bahwa pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan

dan diaktualisasikan nilai instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan

mengarahkan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan

aturan yang ada.

2. Hambatan yang terdapat dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4

Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar

Kliwon Kota Surakarata, tidak terdapat hambatan yang mendasar, hanya kesulitan

menerapkan keputusan walikota tersebut secara kaku terutama pasal 7.

3. Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya Surat Keputusan

Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib

Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu

membantu kinerja pemerintahan Kelurahan Joyosuran dalam mengatasi masalah yang

terdapat di sekitar masyarakat dan juga membantu memajukan masyarakat kelurahan di

segala bidang, baik ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.

C. SARAN

1. Dalam pembuatan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK), harus meninjau karakteristik keadaan wilayah dan

60

masyarakat yang akan dikenai peraturan tersebut, sehingga peraturan tersebut dapat

dilaksanakan dan diterapkan dengan baik, dengan demikian terjadinya kelebihan

pengurus pada Kelurahan Joyosuran yang memiliki wilayah cukup luas dengan jumlah

penduduk cukup padat dapat dihindari.

2. Kesadaran hukum dalam masyarakat dan ketegasan penegak hukum dalam hal ini

Pemerintah Kota Surakarta harus lebih ditingkatkan, disamping fasilitas dan muatan

aturan hukumnya yang diberlakukan, agar dalam pengimplementasikan suatu peraturan

dapat dilaksanakan secara baik dan efektif serta tercapainya tujuan yang diinginkan.

3. LPMK sebagai wadah aspirasi masyarakat difungsikan dan dimanfaatkan sebagaimana

seharusnya agar dapat membantu kinerja pemerintahan Kelurahan Joyosuran dalam

mengatasi masalah yang terdapat di sekitar masyarakat dan juga membantu memajukan

masyarakat kelurahan di segala bidang, baik ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun

fisik dan prasarana

61

DAFTAR PUSTAKA

Barack Obama. 2009. Definition of goverment http://www.brainyquote

.com/words/go/goverment 170081.html(15 juli 2009)

Bambang Sunggono. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta : Sinar Grafik

Deddy Mulyana, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Deddy Supriyadi Bratakusuma dan Dadang Solihin. 2001. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Djoko Prakoso. 1985. Proses Pembuatan Peraturan Daerah dan Beberapa Usaha Penyempurnaan. Jakarta : Ghalia Indonesia

HAW. Widjaja. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta : Raja Grafiondo Persada

H. B. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian . Surakarta : Sebelas Maret Press

I. Widarta. 2001. Cara Mudah Memahami Otonomi Daerah. Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama

Lexy J. Moleong. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Pamudji. 1988. Perbandingan Pemerintahan. Jakarta : Bina Aksara

Pariata Westra. 1997. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta : Gunung Agung

Rosjidi Ranggawidjaya. 1998. Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia. Bandung : Mandar Maju

Soerjono Soekamto. 1986. Pengantar Penyusunan Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press

Solichin Abdul Wahab. 1991. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto. 1998. Manejemen Penelitian. Jakarta : P2LPTK

Wayne Hayes. 2001. Definition of implementation policy. http://www. Geocities . com / profwork/pp/implement/define. Html ( 15 juli 2009 )

Winarno Surachmad. 1992. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito