Fery Agus Marlinton file3 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di...
Transcript of Fery Agus Marlinton file3 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di...
1
1
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4
TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA
TERTIB PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KELURAHAN JOYOSURAN
KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
Fery Agus Marlinton K 6403025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4
TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA
TERTIB PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KELURAHAN JOYOSURAN
KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA
Oleh :
FERY AGUS MARLINTON
NIM K 6403025
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. Ch. Baroroh M. Si NIP. 195207061980042001
Pembimbing II
Drs. H. Utomo. M.Pd NIP. 194911081979031001
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Ketua : Dr. Sri Haryati, M.Pd
Sekretaris : Drs. Hassan suryono, S.H, M.Pd, M.H
Anggota I : Dra. Ch. Baroroh M. Si
Anggota II : Drs. H. Utomo. M.Pd
Tanda Tangan
1 ............
2 ...............
3. ...........
4. ..............
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dekan,
Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
5
NIP. 19621126 198103 1 002
ABSTRAK
Fery Agus Marlinton. IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA TERTIB PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2009.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mendapatkan gambaran tentang Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.(2). Untuk mengetahui faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta (3) Untuk mengetahui kontribusi/manfaat yang diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena menekankan pada masalah proses dan pemecahan masalah. Strategi yang digunakan dengan menerapkan pendekatan terarah atau tunggal terpancang terhadap studi kasus tunggal. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang berarti memilih individu-individu yang dianggap benar-benar mengetahui informasi-informasi dan masalahnya secara mendalam, yakni orang-orang yang berkaitan langsung dengan penerapan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 di Kelurahan Joyosuran. Teknik pengumpulan data ditempuh melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini validitas data diperoleh dengan menggunakan trianggulasi data, sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Bahwa Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarata, belum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tersebut, dikarenakan ada penyimpangan yang terjadi dalam pasal 7 karena Kelurahan Joyosuran membutuhkan jumlah pengurus LPMK lebih banyak yaitu 41 orang dari maksimal 39 orang sesuai yang diatur dalam pasal 7, dengan maksud untuk mengakomodir kepentingan yang ada di masyarakat, (2)Hambatan yang terdapat dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata
6
Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarata, tidak terdapat hambatan yang mendasar, hanya kesulitan menerapkan keputusan walikota tersebut secara kaku terutama pasal 7. (3) Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu membantu kinerja pemerintahan Kelurahan Joyosuran dalam mengatasi masalah yang terdapat di sekitar masyarakat dan juga membantu memajukan masyarakat kelurahan Joyosuran di segala bidang baik ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.
Selanjutnya dalam penelitian ini disarankan dalam pembuatan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), harus meninjau karakteristik keadaan wilayah dan masyarakat yang akan dikenai peraturan tersebut, sehingga peraturan tersebut dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik, dengan demikian terjadinya kelebihan pengurus pada Kelurahan Joyosuran yang memiliki wilayah cukup luas dengan jumlah penduduk cukup padat dapat dihindari.
7
ABSTRACTION
Fery Agus Marlinton. IMPLEMENTATION DECISION OF MAYOR of SURAKARTA NUMBER 4 YEAR 2003 ABOUT GUIDE OF EXECUTION AND DICIPLINE ELECTION OF OFFICIAL MEMBER INSTITUTE ENABLENESS OF SOCIETY SUB-DISTRICT (LPMK) IN SUB-DISTRICT OF JOYOSURAN DISTRICT OF MARKET of KLIWON TOWN of SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Faculty Teachership And Science Education, University Eleven March Of Surakarta, Oktober 2009.
Target of this research [is] : (1) To get picture about implementation
decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK) in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta, (2) To know factor-factor or problem about implementation decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK) in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta, (3) To know contribution or given by benefit is LPMK to society in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta.
This research use descriptive method qualitative because emphasizing at the problem of troble-shooting and proceess. Used strategy by applying single or directional approach is stake to single case study. Sampling technique the used is sampling purposive meaning to choosen assumed individuals really is knowing of informations and problems him exhaustively. Namely direct interconected people who with applying of decision of mayor surakarta number 4 year 2003 in sub-district of Joyosuran.
Persuant to result of research can be concluded : (1) That implementation decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK) in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta uncummoted as according to decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003, because of there deviation that happened in
8
section 7 because sub-district of Joyosuran need official member 41 people from maximal 39 member, (2) problems in implementation decision of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK) in sub-district of Joyosuran district of market of kliwon town of Surakarta nothing problem important just abaout implementation in section 7, (3)contribution able to given LPMK that is assisting performance govermance in sub-district of Joyosuran.
Hereinafter .in this research [is]suggested in decision making of mayor of Surakarta number 4 year 2003 about guide of execution and dicipline election of official member institute enableness of society sub-district (LPMK), have to evaluate characteristic situation of society and region to hit by the regulation can be executed and applied better, thereby the happenning of excess of official members [at] sub-district of Joyosuran owning region enough wide of with amount of solid resident enough can avoid.
MOTTO
” Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. ”
(An-Nahl:90)
” Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik ” (Al-Baqarah:195)
10
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT,
Karya ini dipersembahkan kepada :
- Almarhum ayah tercinta Bapak Marsudi dan
Ibunda tercinta Tumini
- Kakak-kakak tercinta almarhumah Mbak
Asih, Mas Candra, almarhumah Mbak Ida,
Mas Muji, dan Mbak Lufi
- Dessy Adiriesta Rahmi
- Teman-teman prodi PPKn angkatan 2003
- Dan almamater
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanallah wa taalla, atas
berkat rahmatNYA skripsi ini dapat terselesaikan dalam rangka memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Berbagai hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini dapat teratasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. untuk itu atas segala bentuk bantuan dan dorongannya, penulis sampaikan
terima kasih sebesar-besarnya. Semoga amal kebaikan semua pihak yang
membantu penyelesaian penulisan skripsi ini mendapatkan imbalan dari Allah
subhanallah wa taalla. Adapun pihak-pihak tersebut adalah yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penyusunan skripsi dan penelitian lapangan.
11
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
3. Ibu Dr. Sri Haryati, M.Pd, selaku Ketua Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Ibu Dra. Ch. Baroroh, M.si, pembimbing I yang telah mengarahkan dan
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. H. Utomo, M.pd, pembimbing II yang telah memberikan curahan
pikiran dalam mengarahkan penulis sampai tersusunnya skripsi ini.
6. Ibu Djammila, S.sos,MM, selaku Kepala Kelurahan Joyosuran Kecamatan
Pasar Kliwon Kota Surakarta yang telah mengijinkan penulis mengadakan
penelitian dalam lingkungan instansi yang dipimpinnya.
7. Bapak Sumadiyono, ST, selaku Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta atas waktu,
perhatian, dan bantuannya kepada penulis selama penelitian sehingga penulis
merasa sangat diterima dan dihargai.
8. Tokoh-Tokoh Masyarakat Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon
Kota Surakarta yang telah membantu penulis memperoleh kemudahan data.
9. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu tersusunnya skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, disadari benar adanya kekurangan dan
kelemahan, untuk itu demi kesempurnaan dan perbaikan kritik, saran, dan nasehat
sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan mampu menjadi ladang ibadah dan amal
sholeh bagi penulis. Amin.
12
Surakarta, 03 februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
HALAMAN ABSTRAK ......................................................................................
HALAMAN ABSTRACTION................................................................................
HALAMAN MOTTO ..........................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
I
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
13
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
B. Perumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................
A. Tinjauan pustaka .........................................................................
1. Tinjauan Umum Tentang Pemerintahan Daerah...................
a. Pengertian Pemerintahan Daerah........................................
b. Asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah....................
c. Otonomi Daerah ...............................................................
2. Pembentukan Daerah Dan Kawasan Khusus Dalam Rangka
Pemberdayaan Masyarakat..................................................
3. Tinjauan Tentang Peraturan Daerah Dan Keputusan Kepala
Daerah.....................................................................................
4. Implementasi Kebijaksanaan..................................................
5. Tinjauan Tentang Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib
Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota
Surakarta.................................................................................
a. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan..........................................................................
b. Kedudukan, Tugas Dan Fungsi LPMK.............................
c. Susunan Organisasi dan Susunan Pengurus LPMK..........
xiii
xvi
xvii
xviii
1
1
5
5
6
7
7
7
7
8
8
9
11
16
21
21
22
22
14
d. Tata cara penetapan anggota LPMK dan Pemilihan
Pengurus LPMK...............................................................
B. Kerangka Pemikiran ....................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .....................................................
C. Sumber Data .................................................................................
D. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
F. Validitas Data ..............................................................................
G. Teknik Analisa Data.....................................................................
H. Prosedur Penelitian ......................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN .........................................................................
A. Gambaran Umum lokasi penelitian ..............................................
1. Aspek Geografi Kelurahan Joyosuran..................................
2. Aspek Demografi Kelurahan Joyosuran ..............................
B. Deskripsi Masalah Penelitian .......................................................
1. Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib
Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota
Surakarta.......................................................................................
2. Faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.....................................
3. Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat
23
26
2 28
28
29
30
32
32
34
36
37
39
39
39
39
43
43
49
15
di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta
setelah diberlakukannya Surat Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata
Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan masyarakat
Kelurahan (LPMK).......................................................................
a. Permasalahan Warga Kelurahan Joyosuran....................
b. Penyelesaian masalah Warga Kelurahan Joyosuran.......
c. Kontribusi LPMK terkait dengan Keputusan Walikota
Nomor 4 Tahun 2003......................................................
C. Temuan Studi ...............................................................................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................
A. KESIMPULAN ............................................................................
B. IMPLIKASI .................................................................................
C. SARAN ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
LAMPIRAN……………………………………………………………………
5454
5454
5455
5656
5757
5858
5858
5959
6060
6161
6262
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ...........................................................
Tabel 2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Kelurahan Joyosuran Desember 2008..........................................
Tabel 3. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan
Joyosuran Desember 2008 ( bagi umur 5 tahun ke atas )............
Tabel 4. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan
Joyosuran Desember 2008 ( bagi umur 10 tahun ke atas )..........
Tabel 5. Jumlah penduduk menurut agama di Kelurahan Joyosuran
Desember 2008............................................................................
28
40
40
41
42
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran........................................................
Gambar 2. Analisis data model Interaktif ..................................................
27
37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar pertanyaan.................................................................
Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Kepala Kelurahan, Ketua LPMK,
dan Tokoh Masyarakat Kelurahan Joyosuran Kecamatan
Pasar Kliwon Kota Surakarta...............................................
Lampiran 3 Trianggulasi Data.................................................................
Lampiran 4 Pedoman ReduksiData.........................................................
Lampiran 5 Surat Edaran Sekretariat Daerah Kota Surakarta Nomor :
411.2/44/2007 Perihal Pemilihan Dan Pengangkatan
Pengurus LPMK 2007-2011 ...............................................
Lampiran 6 Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan
Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kelurahan (LPMK)......
Lampiran 7 Keputusan Walikota Surakarta Nomor:411.2/69/1/2007
Tentang Susunan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Kota Surakarta Periode 2007 –2011..
Lampiran 8 Surat Keputusan Bersama Tentang Penetapan Panitia Dana
Pembangunan Kelurahan (DPK) Kelurahan Joyosuran
Tahun 2008 .......................................................................
Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada Dekan
62
63
75
78
79
80
92
95
17
FKIP UNS.......................................................................
Lampiran 10 Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan UNS Tentang Ijin Menyusun Skripsi ........
Lampiran 11 Surat Permohonan Research/Try Out Kepada Walikota
Surakarta........................................................................
Lampiran 12 Surat Permohonan Research/Try Out Kepada Kepala
Kelurahan Joyosuran Surakarta......................................
Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari
Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota
Surakarta...........................................................................
105
106
107
108
109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembukaan UUD 1945 dimuat bahwa tujuan Negara Indonesia
ialah untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Tujuan Negara tersebut akan dapat terlaksana apabila terdapat
keserasian, keselarasan antara pemerintah baik di pusat maupun daerah, serta
seluruh lapisan masyarakat.
18
Selanjutnya dalam batang tubuh UUD 1945 yang sudah diamandemen,
pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah propinsi dan daerah itu dibagi atas Kabupaten kota, yang tiap-tiap
propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai Pemerintahan Daerah, yang diatur
dengan Undang-Undang. Mengenai Otonomi Daerah telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000
Tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Dari pasal tersebut dapat
disimpulkan bahwa Indonesia menganut asas Desentralisasi dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah atau yang disebut dengan Otonomi Daerah.
Mengenai Otonomi Daerah telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dicanti dengan PERPPU Nomor 3 Tahun 2005 perubahan
ke-1 atas UU Nomor 32 tahun 2004 kemudian diganti lagi dengan UU Nomor 12
tahun 2008 perubahan ke-2 atas UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah karena mengikuti dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan
tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti, dan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom.
Pada pemerintah daerah terdapat dua lembaga kekuasaan, yakni Lembaga
Legislatif Daerah yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Lembaga
Eksekutif Daerah yaitu Kepala Daerah dan Perangkat daerah lainnya. Pemerintah
kabupaten/Kota memiliki perangkat daerah yaitu kecamatan. Kecamatan dipimpin
oleh seorang Camat. Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan
pemerintahan dari Bupati/ Walikota. Dalam upaya meningkatkan dan
mempercepat pelayanan kepada masyarakat bercirikan perkotaan dibentuk
Kelurahan sebagai Unit Pemerintahan Kelurahan yang berada di dalam Daerah
Kabupaten/Kota. Kelurahan yaitu wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah
kota di bawah Camat. Lurah adalah kepala Kelurahan. Lurah menerima
pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari kecamatan.
19
Dalam lingkungan kelurahan diperlukan suatu lembaga yang berfungsi
sebagai mitra pemerintah kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi
demokrasi masyarakat di bidang pembangunan dan keberadaan lembaga tersebut
memberi motivasi pembangunan daerah yang kondusif dalam pemberdayaan
masyarakat.
Untuk merealisasikan pembentukan suatu lembaga yang berfungsi
sebagai mitra Pemerintahan Kelurahan, maka perlu dibentuk suatu peraturan yang
menetapkan keberadaan lembaga tersebut. Pembentukan peraturan di daerah
tersebut berdasarkan pada pasal 18 UUD 1945 yang telah diamandemen yaitu
dalam ayat (6) disebutkan bahwa Pemerintah Daerah berhak untuk menetapkan
peraturan Daerah dan Peraturan lain untuk melaksanakan Otonomi dan tugas
pembantuan. Peraturan lain disini maksudnya peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah sebagai pelaksana dari peraturan daerah, yaitu berupa
Keputusan Kepala Daerah dan Intruksi Kepala daerah yang kemudian akan
digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan otonomi daerah. Peraturan-
peraturan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di daerah
dengan memberikan keleluasaan warga masyarakat di daerah untuk mengatur,
mengurus rumah tangga mereka sendiri dan untuk meningkatkan pemberdayaan
sumber daya masyarakat di daerah.
Pemerintah Kota Surakarta telah menjalankan kewenangan daerah dalam
membentuk suatu produk hukum salah satu diantaranya dengan menetapkan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Mengingat untuk mengupayakan
pembangunan berbasis masyarakat yang demokratis, aspiratif, serta
mengedepankan asas akuntabilitas publik, maka perlu dibentuk suatu lembaga
yang berfungsi meningkatkan pemberdayaan masyarakat di tingkat bawah
(Kelurahan). Dalam hal ini dibentuklah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan yang disingkat LPMK. Untuk melaksanakan peraturan daerah Kota
Surakarta Nomor 7 tahun 2002 Tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan (LPMK), perlu dikeluarkan Keputusan Walikota sebagai pelaksanaan
dari Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2002 tersebut yaitu dengan
20
ditetapkannya dan diberlakukannya Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 tentang Petunjuk pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) maka perlu
disosialisasikan dan pemasyarakatan produk hukum tersebut agar dapat dipahami
oleh masyarakat luas dan dilaksanakan bersama secara bertanggung jawab baik
oleh pemerintah Kota Surakarta maupun masyarakat Kota Surakarta agar dapat
berfungsi secara efektif.
Dengan ditetapkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003
tentang Petunjuk pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), satu hal yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan
sesuai dengan Pancasila sila ke-4 ayat (9) yang berbunyi ” Keputusan yang
diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama ”
yang mengandung arti bahwa semua kebijakan yang dibuat harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kebijakan tersebut
dibuat demi kepentingan bersama dalam hal ini kepentingan masyarakat yang
diutamakan. Dan Pancasila sila ke-4 ayat (10) yang berbunyi ” Memberikan
kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan ”. yang mengandung arti bahwa masyarakat dapat
menyampaikan atau mempercayakan aspirasinya kepada lembaga masyarakat
yang ada dalam hal ini LPMK sebagai wadahnya. Sebagai wadah aspirasi
masyarakat LPMK diharapkan banyak membantu kepentingan-kepentingan
masyarakat daerah, maka dari itu setiap ada rapat seharusnya banyak dihadiri
pengurus-pengurus LPMK yang jadi wakil dari tiap-tiap RW, tetapi faktanya
setiap rapat hanya dihadiri beberapa pengurus saja. hal ini perlu dilihat kembali
Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Kemudian dalam pelaksanaannya
ataupun implementasinya keputusan walikota tersebut diatas harus sesuai dengan
21
aturan yang ada, karena kebijakan yang dibuat dengan sangat baik, oleh ahli
sekalipun tidaklah punya arti apabila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan
yang ada dalam peraturan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul :
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4
TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TATA TERTIB
PEMILIHAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(LPMK) KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON
KOTA SURAKARTA.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting karena akan memberikan arah dalam
membahas permasalahan yang sedang diteliti, sehingga penelitian dapat lebih
mendalam dan sesuai sasaran yang ditentukan. Berdasarkan uraian dan latar
belakang diatas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun
2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan
Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta ?
2. Faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan
Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di
Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta ?
3. Kontribusi / manfaat yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di
Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta setelah
diberlakukannya Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003
Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) ?
C. Tujuan Penelitian.
22
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang Implementasi Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata
Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK)
Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata
Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta ?
3. Untuk mengetahui kontribusi/manfaat yang diberikan LPMK kepada
masyarakat di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.
b. Untuk memberikan masukan bagi Kelurahan Joyosuran, Pemerintahan
Kota Surakarta, Lembaga-lembaga daerah dalam menentukan dan
melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk lebih mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir
dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam
menerapkan ilmu yang telah diperoleh.
b. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
1
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum tentang Pemerintahan Daerah
a. Pengertian Pemerintahan Daerah
Secara etimologis, pemerintahan berasal dari perkataan pemerintah,
sedangkan pemerintah berasal dari perkataan perintah. Menurut kamus kata-kata
tersebut mempunyai arti sebagai berikut :
1) Perintah adalah perkataaan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu;
2) Pemerintahan adalah kekuasaan memerintah suatu Negara (Daerah Negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah suatu Negara (seperti kabinet merupakan suatu pemerintah);
3) Pemerintah adalah perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah (Pamudji, 1988: 3)
Ada pula yang berpendapat bahwa Pemerintah adalah bagian dari Pemerintahan. Suatu Pemerintahan dipahami sebagai tatanan yang mengatur kegiatan orang. Tatanan disini dalam pengertian yang tidak saja menyangkut organisasi penyelenggara (pemerintah), melainkan juga nilai-nilai yang menstrukturkan kehidupan masyarakat. Dalam konteks negara, Pemerintahan dimengerti sebagai proses pengelolaan politik untuk mengatur sumber daya umum bagi kepentingan publik. Pemerintah adalah komite yang menjalankan pemerintahan. Namun pemerintahan tidak sekedar berisi Pemerintah (eksekutif) , melainkan juga unsur Legislatif dan Yudikatif (I. Widarta, 2001: 30)
Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa“If the people cannot trust their
government to do the job for which it exists =to protect them and the promote their
common welfare=all else is lost” (Barack Obama, http://www.brainyquote .com,
2009 ) yang artinya bahwa jika orang-orang tidak dapat percaya mereka ke
pemerintah untuk melakukan pekerjaan yang ada untuk melindungi mereka dan
mereka untuk memajukan kesejahteraan umum semua orang lain yang hilang .
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa “Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut
7
8
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Pemerintahan Daerah adalah Kepala Dinas beserta Perangkat Daerah Otonom yang
lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. Dalam Pemerintahan Daerah terdapat dua
lembaga kekuasaan, yaitu dalam pemerintahan daerah terdapat dua lembaga
kekusaan, yaitu Lembaga Legislatif Daerah yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah(DPRD) dan Lembaga Eksekutif Daerah yaitu Kepala Daerah dan Perangkat
Daerah. DPRD sebagai Badan Legistatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi
mitra Pemerintah Daerah.
b. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah menurut Penjelasan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 adalah:
1) Asas Desentralisasi, adalah penyerahan wewenang Pemerintahan oleh
Pemerintahan kepala Daerah Otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Asas Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu.
3) Asas Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta
dari pemerintahkabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu
yang disertai pembiayaan, saran dan prasarana serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada
yang menugaskan.
c. Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari bahasa Yunani: Autos dan Nomos. “Autos berarti sendiri.
Nomos berarti aturan. Dengan begitu, otonomi pada dasarnya memuat makna:
kebebasan dan kemandirian. Otonomi Daerah berarti kekuasaan dan kemandirian
9
daerah dalam menentukan langkah-langkah sendiri” (I. Widarta, 2001: 2). Sementara
itu ada yang menyebutkan bahwa “Otonomi berarti pemerintahan sendiri. Otonomi
daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku”
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1996: 631)
Selain itu ada yang berpendapat bahwa Maksud dari kewenangan otonomi yang luas
nyata dan bertanggung jawab adalah sebagai berikut :
“1) Kewenangan otonomi luas adalah kekuasaan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua
bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama
serta kewenangan dibidang lainnya yang akan ditetapkan oleh
Peraturan Pemerintah. Disamping itu keleluasaan otonomi mencakup
pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian,dan
evaluasi
2) Yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang
secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang
di daerah
3) Sedangkan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraanya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan
maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional”. (Deddy Supriady
Bratakusumah dan Dadang Solihin, 2001: 3-4)
2. Pembentukan daerah dan kawasan khusus dalam rangka
pemberdayaan masyarakat
Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
10
disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Untuk itu maka
pembentukan daerah harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti kemampuan
ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek
sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta pertimbangan dan syarat
lain yang memungkinkan daerah itu dapat menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan
dibentuknya daerah dan diberikannya otonomi daerah.
Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonom untuk
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus dan
untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya dalam bentuk kawasan cagar
budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis, pengembangan teknologi
tinggi seperti pengembangan teknologi nuklir, peluncuran peluru kendali,
pengembangan prasarana komunikasi, telekomunikasi, transportasi, pelabuhan dan
daerah perdagangan bebas, pangkalan militer, serta wilayah eksploitasi, konservasi
bahan galian strategis, penelitian dan pengembangan sumber daya nasional,
laboratorium sosial, lembaga pemasyarakatan spesifik. Pemerintah wajib
mengikutsertakan pemerintah daerah dalam pembentukan kawasan khusus tersebut.
Dalam rangka pelaksanaan asas Desentralisasi dibentuk dan disusun daerah
propinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat. Daerah-daerah sebagaimana dimaksud masing-masing berdiri
sendiri dan tidak mempunyai hubungan hirarki. Ini berarti bahwa Pemerintahan
Daerah memiliki eksistensi, sejalan dengan keberadaan daerah sebagai organisasi
kekuasaan daerah yang bertugas menyelenggarakan urusan daerah sesuai dengan
aspirasi masyarakat setempat.
Pemerintah kota dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pelayanaan
kepada masyarakat bercirikan perkotaan membentuk kelurahan. Pemerintahan
kelurahan berada di dalam daerah kabupaten dan/atau daerah kota. kelurahan
merupakan perangkat kecamatan yang dipimpin oleh kepala kelurahan. Lurah
diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat oleh Walikota/Bupati atas
usul Camat. Lurah menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah dari
Camat.
11
Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah otonomi tengah membangun
daerah yang kondusif untuk mengupayakan pemberdayaan masyarakat secara
optimal. Pemberdayaan merupakan pemberian wewenang, pendelegasian wewenang
atau pemberian otonomi ke jajaran bawah. “Inti dari pemberdayaan adalah
membangkitkan segala kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan. Pencapaian
tujuan melalui pertumbuhan motivasi, inisiatif dan kreativitas”. (HAW.Widjaja, 2002:
77).
Uraian tadi membuka cakrawala pikir kita bahwa Otonomi daerah tidak hanya sebagai hak dan wewenang, tetapi lebih merupakan kewajiban dan tanggung jawab, sehingga bagi daerah dituntut mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia, kelembagaan ketatalaksanaan, kuallitas personal (birokrat) kelayakan organisasi dan kecanggihan administrasi(HAW.Widjaja, 2002: 77). Pemberdayaan daerah harus mampu memberi kesempatan kepada
masyarakatnya untuk menunjukan ciri sebagai masyarakat membangun. Dalam
rangka memberdayakan masyarakat kelurahan dibutuhkan suatu wadah yang
berfungsi menampung dan mewujukan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di
bidang pembangunan. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surakarta mengupayakan
pembentukan suatu lembaga yang diharapkan dapat dijadikan Mitra Pemerintah
Kelurahan. Lembaga tersebut sebagai wadah yang akan mengupayakan pembangunan
berbasis masyarakat yang demokratis, aspiratif serta mengedepankan asas
akuntabilitas publik. Selanjutnya lembaga tersebut disebut dengan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
3. Tinjauan tentang Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah
Menurut Irawan Soejito yang dikutip oleh Rosjidi Ranggawidjaja(1998: 66).
“Peraturan Daerah adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan
Persetujuan DPRD dan harus memenuhi syarat-syarat formal tertentu dapat
mempunyai kekuatan hukum dan mengikat”. Sementara ada pendapat yang lain
memberikan batasan pengertian “peraturan daerah adalah produk hukum dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah, yaitu dalam rangka melaksanakan hak dan
12
kewajiban untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah” (Rosjidi
Ranggawidjaja, 1998: 66).
Dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat (6) sesudah amandemen disebutkan bahwa
Pemerintah Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan Peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Peraturan-peraturan lain disini maksudnya “peraturan pelaksana dari Peraturan Daerah yang telah ditetapkan, dalam hal ini Keputusan Kepala Daerah dan Intruksi Kepala Daerah. Pemerintahan daerah bertujuan untuk mengatur kehidupan bersama, melindungi hak dan kewajiban manusia dalam masyarakat, dan menjaga keselamatan dan tata tertib masyarakat di daerah yang bersangkutan. Sehingga dengan demikian pada dasarny peraturan daerah adalah merupakan sarana demokrasi dan sarana komunikasi timbal balik antara Kepala Daerah dengan masyarakat di daerahnya” (Djoko Prakoso, 1985: 48). Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundangan pasal 7, maka kita temui hierarki dari keputusan mengenai
kebijaksanaan publik dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
b. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ,
c. Peraturan Pemerintah,
d. Peraturan Presiden,
e. Peraturan Daerah.
Peraturan daerah sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 Undang-Undang
Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan peraturan Perundangan meliputi :
a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi bersama dengan Gubernur,
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota bersama dengan Bupati/Walikota,
c. Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat, dibuat oleh Badan Perwakilan
Desa atau nama lainnya bersama Kepala Desa atau nama lainnya.
Suatu Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang ada
13
diatasnya, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pasal 145 ayat jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, yaitu :
a. Perda disampaikan kepada pemerintah paling lama 7 (tujuh) hari setelah
ditetapkan.
b. Perda sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dapat dibatalkan oleh pemerintah.
c. Keputusan pembatalan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari
sejak diterimanya perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
d. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Kepala Daerah harus memberhentikan
pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD bersama Kepala Daerah
mencabut Perda dimaksud.
e. Apabila provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima keputusan
pembatalan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan alasan
yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, Kepala
Daerah dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung.
f. Apabila keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikabulkan
sebagian atau seluruhnya, putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan
Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
g. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk
membatalkan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (3), perda dimaksud
dinyatakan berlaku.
Peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur
diundangkan dengan menempatkan dalam Lembaran Daerah. Pengundangan
Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur dilakukan
menurut cara yang sah dan agar mempunyai kekuatan hukum dam mengikat.
Untuk lebih memberlakukan dan menerapkan Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah tersebut perlu disosialisasikan dan dimasyarakatkan.
Implementasi Keputusan Kepala Daerah merupakan upaya untuk melaksanakan
14
pemberlakuan Keputusan Kepala Daerah di masyarakat agar dipatuhi dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh para pihak yang terlibat sesuai dengan
isi dari aturan tersebut.
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) sebagai pelaksanaan yang ada di atasnya, yaitu :
a. UUD 1945 pasal 18 ayat (6) setelah amandemen menyebutkan pemerintah
Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan Peraturan-Peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Peraturan-peraturan
disini maksudnya Peraturan pelaksanaaan dari Peraturan Daerah yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, yaitu dapat berupa Keputusan Kepala
Daerah dan Intruksi Kepala Daerah.
b. UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PERPPU Nomor 3 Tahun 2005 perubahan
ke-1 jo UU Nomor 12 tahun 2008 perubahan ke-2 atas UU Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 146 menyebutkan bahwa
untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan atas kuasa Peraturan
Perundang-undangan, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah
dan atau keputusan kepala daerah. peraturan kepala daerah dan atau
keputusan kepala daerah dilarang bertentangan dengan kepentingan umum,
peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi.
Dengan adanya pasal tersebut pemerintah Kota Surakarta Telah
mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2002
tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
Kemudian untuk pelaksanaannya dibuatlah Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan (LPMK).
c. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang penataan Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain Lembaga Masyarakat Desa
(LMD). Keputusan Presiden (Keppres) ini sebagai salah satu pedoman
penyusunan peraturan daerah Kabupaten/ kota mengenai pedoman umum
pembentukan Lembaga Kemasyarakatan. Dengan Keppres ini diharapkan
15
bahwa masyarakat di desa dan kelurahan memiliki keleluasaan membentuk
atau menata lembaga kemasyarakatan yang sudah ada sesuai kebutuhan
berdasarkan musyawarah masyarakat dengan mengacu pada peraturan
Daerah bagi masyarakat kelurahan.
Pasal 2 ayat (3) keputusan presiden Nomor 49 Tahun 2001 menyebutkan
bahwa Tata cara pembentukan dan susunan organisasi Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD) atau sebutan lain Lembaga Masyarakat Desa
(LMD) ditentukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Desa dan
Kelurahan berdasarkan musyawarah masyarakat.
Pasal 2 ayat (4) keputusan Presiden Nomor 49 tahun 2001 menyebutkan
bahwa Pengurusan LKMD atau sebutan lain Lembaga Masyrakat Desa
(LMD) dipilih secara demokratis dari anggota masyarakat yang
mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
d. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2002 Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
Peraturan Daerah ini sebagai pelaksanaan atas amanat Keppres Nomor 49
Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau
sebutan lain Lembaga Masyarakat Desa (LMD). Untuk mengupayakan
pembangunan berbasis masyarakat yang demokratis, aspiratif serta
mengedapankan asas akuntanbilitas publik perlu dibentuk Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). LPMK inilah yang
merupakan lembaga yang berperan sebagai mitra pemerintah Kelurahan
dalam menampung aspirasi kebutuhan masyarakat di bidang
pembangunan.
e. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang petunjuk
Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurusan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7
Tahun 2002 tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan perlu
ditetapkan dengan Keputusan Walikota, untuk mengatur mekanisme dan
16
prosedur pelaksanaan di lapangan. Agar keputusan Walikota tersebut dapat
berlaku dan diterapkan dengan baik di masyarakat, maka perlu
diimplementasikan. Dalam implementasi tersebut harus diperhatikan,
apakah dapat dilaksanakan, bagaimana pelaksanaannya, apakah sudah
sesuai dengan apa yang diharapakan oleh Keputusan Walikota Surakarta
tersebut.
4. Implementasi Kebijaksanaan
Implementasi merupakan hal yang penting dalam keseluruhan tahap
kebijakan, tujuannya untuk melihat realitas yang terjadi pada saat pelaksanaan
program, apakah para pelaku kebijakan telah memenuhi prosedur yang ditetapkan
dalam kebijakan, apakah hasilnya telah benar-benar sampai ke tangan kelompok
sasaran, sehingga mampu menimbulkan manfaat seperti yang diharapkan.
Ada yang berpendapat bahwa“Public policy implementation consists of
organized activities by government directed to ward the achievement of goals and
objectives articulated in authorized policy statement” (Wayne Hayes, http://www.
Geocities . com, 2001 ) yang artinya bahwa kebijakan publik terdiri dari pelaksanaan
kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah yang ditujukan ke arah pencapaian
tujuan-tujuan dan kebijaksanaan yang disampaikan dalam pernyataan resmi.
Implementasi keputusan walikota merupakan suatu upaya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu.
Dengan demikian, yang diperlukan dalam implementasi ini adalah tindakan-tindakan
seperti umpamanya tindakan-tindakan yang sah atau implementasi suatu rencana
peruntukan.
Menurut Solihin(1991:123) Implementasi kebijaksanaan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah sesuatu program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijaksanaan Negara, baik itu menyangkut usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa Ada pendapat yang lain menyebutkan bahwa Implementasi adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi
17
segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya, kapan waktu mulai dan berakhirnya dan bagaimana cara harus diselesaikan (Pariata Westra, 1997 : 155).
Bintoro Tjokromidjojo membagi tahap-tahap pembentukan kebijaksanaan
publik sebagai berikut :”
” a. policy germination, yaitu penyusunan konsep pertama dari suatu
kebijaksanaan,
b. policy recommendation, yaitu rekomendasi mengenai suatu
kebijaksanaan,
c. policy analisis, yaitu analisis kebijaksanaan, dimana berbagai
informasi dan penelaahan dilakukan terhadap adanya suatu
rekomendasi suatu kebijaksanaan, yang biasanya juga
mempertimbangkan berbagai implikasi pelaksanaannya,
d. policy formulation, yaitu formulasi atau perumusan daripada
kebijaksanaannya,
e. policy decision, atau disebut juga policy approval, yaitu
pengembangan keputusan atau persetujuan formal terhadap suatu
kebijaksanaan, yang biasanya hal ini kemudian disahkan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan,
f. policy implementation, yaitu pelaksanaan kebijaksanaan,
g. policy evaluation, yaitu evaluasi atau penilaian pelaksanaan
kebijaksanaan”. (Bambang Sunggono, 1994: 145).
Sebab-musabab yang mungkin timbul atau faktor-faktor yang mempengaruhi
proses implementasi dan menjadi dasar dari kegagalan implementasi suatu kebijakan
publik tentunya berbeda satu sama lainnya, akan tetapi yang jelas hal itu berkaitan
erat dengan beberapa aspek yaitu isi dari kebijakan yang harus diimplementasikan,
tingkat informasi dari para pelaku yang terlibat dalam implementasinya, banyak
dukungan kebijakan yang diimplementasi, dan pada akhirnya pembagian dari potensi-
potensi yang ada. Menurut Bambang Sunggono(1994: 149-153) Secara singkat aspek-
aspek tersebut diuraikan berikut ini adalah : a. Isi dari suatu kebijaksanaan, b.
18
Pemberian dalam hal informasi, c. Pemberian dukungan kebijakansanaan, d.
Pembagian tiap-tiap potensi.
Aspek-aspek dalam bidang hukum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Isi dari suatu Kebijaksanaan
Isi dari kebijaksanaan yang akan dilaksanakan dapat mempersulit
implementasinya dengan berbagai cara. Pada pokoknya hal ini dapat dirinci
sebagai berikut, Pertama, implementasi kebijaksanaan publik dapat gagal
karena masih samarnya isi kebijaksanaan, Kedua, karena kurangnya ketetapan
intern maupun ekstern dari kebijaksanaan yang akan dilaksanakan. Pada
suasana ”ketidaktetapan” maka dapat menimbulkan terjadinya konflik antara
unsur-unsur suatu kebijaksanaan. Ketiga, kebijaksanaan yang akan
diimplementasikan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan-kekurangan
yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari timbulnya kegagalan
implementasi suatu kebijaksanaan publik dapat terjadi karena adanya
kekurangan-kekurangan yang menyangkut sumber daya-sumber daya
pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana, dan tenaga
manusia.
b. Pemberian dalam hal informasi
Implementasi suatu kebijaksanaan publik mengasumsikan bahwa para
pemegang peran yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau
sangat berkaitan untuk dapat memainkan peranannya dengan baik. Informasi
ini dalam kenyataannya justru sering tidak ada, misalnya akibat adanya
gangguan dalam struktur komunikasi.
Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang
kurang lengkap atau kurang tepat, baik kepada obyek kebijaksanan maupun
kepada para pelaksana, dari isi kebijaksanaan yang akan dilaksanakannya dan
hasil-hasil dari kebijaksanaan tersebut.
c. Pemberian dukungan kebijaksanaan
Pelaksanaan suatu kebijaksanaan publik akan sangat sulit apabila pada
pengimplementasiannya tidak cukup dukungan untuk kebijaksanaan tersebut.
Dalam hal ini, antara lain turut memainkan peran adalah faktor kepentingan
19
sendiri dan tujuan-tujuan dari para pelaksana, atau pengharapan-pengharapan
mereka tentang efektivitas sarana-sarana yang dipilih, kesungguhan dari
situasi masalah, latar belakang historis, tradisi, kebiasaan-kebiasaan rutin,
serta juga pendapat-pendapat mengenai cara bagaimana pengimplementasian
tersebut harus diorganisasikan.
d. Pembagian tiap-tiap potensi
Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu
kebijaksanaan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi di antara para
pelaku (aktor) yang terlibat dalam implementasi. Sementara itu, struktur dari
organisasi pelaksana dapat juga mengakibatkan masalah-masalah, apabila
pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan
pembagian tugas, atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan yang
kurang jelas.
Sementara itu ”hukum diartikan sebagai Keputusan Pejabat, misalnya
Keputusan Hakim merupakan hukum, keputusan seorang Kepala Desa adalah
hukum”. (Soerjono Seokamto, 1986 : 84). Dari konsep hukum tersebut penulis
menganalogikan bahwa hukum dapat berwujud suatu Peraturan Perundang-undangan
yang dibuat oleh Pejabat dalam hal ini adalah Walikota yang mengeluarkan
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 tahun 2003 tentang petunjuk peleksanaan
dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(LPMK). Produk hukum harus dilaksanakan dengan baik. Produk hukum yang dibuat
dengan sangat baik, oleh ahli sekalipun, tidaklah mempunyai arti apabila dalam
pengimplementasiaannya tidaklah seperti yang diharapkan. Produk hukum yang
diterapkan akan lebih menjadi efektif apabila dilakukan implementasi, dengan
pensosialisasian dan pemasyarakatan. Produk hukum akan menjadi lebih efektif
dalam perbuatan maupun pelaksanaannya bila didukung oleh sarana-sarana yang
memadai.
Secara teoritis, pada umumnya dibedakan adanya tiga macam hal berlakunya
hukum, yaitu :
” a. Berlakunya secara juridis.
20
b. Berlakunya secara sosiologis, yang berintikan pada efektivitas hukum.
c. Berlakunya secara filosofis, artinya bahwa hukum tersebut sesuai dengan
cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi”. (Bambang Sunggono,
1994: 156).
Menurut Bambang Sunggono(1994: 158) Agar suatu aturan hukum dapat
dilaksanakan dan berfungsi jika dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut : a. Peraturan
dalam bidang hukum itu sendiri, b. Para petugas dan penegak di bidang hukum, c.
Pemberian fasilitas dalam bidang hukum, d. Individu-individu yang ada dalam
masyarakat “.
Pengertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Peraturan dalam bidang hukum itu sendiri
Dalam peraturan hukum sendiri, ada kemungkinan terdapat ketidakcocokan
peraturan hukum mengenai bidang hukum tertentu, ketidakcocokan dengan
peraturan hukum yang tidak tertulis atau kebiasaan-kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat, apakah penerbitan peraturan hukum tersebut sudah sesuai
dengan persyaratan yuridis yang ada.
b. Para petugas dan penegak di bidang hukum
Perilaku dan moralitas para penegak hukum juga dipertanyakan, para petugas
penegak hukum (secara formal) yang mencakup hakim, jaksa, polisi, penasehat
hukum dan sebagainya harus memiliki moral yang baik dan mulia dalam
menegakkan peraturan hukum. Jika terjadi hal yang sebaliknya maka akan
terjadi gangguan dan hambatan dalam system penegakkan hukum.
c. Pemberian fasilitas dalam bidang hukum
Merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan dan diharapkan dapat
mendukung pelaksanaan suatu peraturan hukum, fasilitas yang dimaksud disini
terutama adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Bila
peraturan suatu hukum sudah baik dan memenuhi persyaratan yuridis yang ada
dan ditunjang oleh moralitas para penegak hukum yang juga baik, namun bila
tidak ditunjang oleh fasilitas yang memadai maka hal tersebut akan
menyebabkan timbulnya hambatan serta gangguan dalam pelaksanaan sebuah
peraturan hukum.
21
d. Individu-individu yang ada dalam masyarakat
Dalam hal ini warga masyarakat berhubungan dengan masalah kesadaran dan
kepatuhan hukum sebagai salah satu indikator berfungsinya aturan hukum di
dalam masyarakat. Warga masyarakat merupakan objek dari suatu aturan
hukum paling tidak harus mengetahui adanya suatu hukum yang mengaturnya.
5. Tinjauan tentang Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)
a. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
Pasal 1 ayat (7) menyebutkan bahwa Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan yang selanjutnya disingkat dengan LPMK adalah Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai wadah yang dibentuk atas prakarsa
masyarakat sebagai Mitra Pemerintah Kelurahan dalam menampung dan
mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di bidang pembangunan.
Yang melatarbelakangi Pemerintah Kota Surakarta memandang perlunya
dibentuk LPMK adalah untuk mengupayakan pembangunan berbasis masyarakat
yang demokratis, aspiratif, serta mengedepankan asas akuntabilitas. Latar
belakang tersebut sekaligus merupakan tujuan dari pembentukan LPMK itu
sendiri.
b. Kedudukan Tugas dan Fungsi LPMK
Pasal 3 menyebutkan bahwa kedudukan LPMK di Kelurahan sebagai
wujud pelaksanaan pembangunan berbasis masyarakat yang bersifat lokal. LPMK
mempunyai tugas sebagaimana diatur dalam pasal 4 Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003, sebagai berikut:
1) Memfasilitasi kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan;
2) Menyusun garis besar kebijakan-kebijakan program pembangunan;
3) Memberikan usul dan saran kepada Lurah dalam kegiatan pembangunan dan
kemasyarakatan;
22
4) Mengupayakan peningkatan kerjasama dengan lembaga lain dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam pasal 5 Keputusan Walikota Nomor 4 Tahun 2003, menyebutkan
LPMK mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan Masyarakat
Kelurahan;
2) Pengkoordinasian perencanaan pembangunan;
3) Pengkoordinasian perencanaan lembaga kemasyarakatan;
4) Perencanaan kegiatan pembangunan secara partisipatif dan terpadu;
5) Penggalian dan pemanfaatan sumber daya kelembagaan untuk pembangunan
di kelurahan.
c. Susunan Organisasi dan Susunan Pengurus LPMK
Bab II Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) mengatur mengenai Susunan
Organisasi dan Kepengurusan LPMK. Pada pasal 7 menyebutkan bahwa Susunan
Organisasi LPMK adalah sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Ketua;
2) 1 (satu) orang Wakil Ketua I;
3) 1 (satu) orang Wakil Ketua II;
4) 1 (satu) orang Sekretaris I;
5) 1 (satu) orang Sekretaris II;
6) 1 (satu) orang Bendahara I;
7) 1 (satu) orang Bendahara II;
8) Sedikit-dikitnya 1 (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang untuk
Seksi Agama.
9) Sedikit-dikitnya 1 (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang untuk
Seksi-seksi PKK dan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga, Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Perekonomian dan Koperasi,
23
Kesenian dan Budaya, Keamanan, Kesejahteraan Sosial, Kesehatan, Informasi
dan Komunikasi.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Keputusan Walikota
Surakarta telah mengamanatkan beberapa jumlah orang yang masuk dalam
kepengurusan. Secara kasar kurang lebih dibutuhkan 37 (tiga puluh tujuh) orang
untuk masuk kepengurusan. Untuk menjadi pengurus LPMK harus memenuhi
persyaratan sebagaimana disebutkan dalam pasal 8. Pasal 8 menyebutkan bahwa
menjadi anggota dan Pengurus LPMK harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Bertawakal Kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) Warga Negara Indonesia Republik Indonesia yang sekurang-kurangnya
berusia 21 tahun atau sudah kawin;
3) Berpendidikan serendah-rendahnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau
Sederajat;
4) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
5) Tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindakan pidana;
6) Mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya;
7) Sanggup menyediakan waktunya dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab sebagai pengurus LPMK;
8) Berdomisili sekurang-kurangnya 3 tahun secara terus-menerus di kelurahan
setempat.
Apabila persyaratan tersebut telah terpenuhi, lurah berkewajiban
menetapkan calon anggota LPMK menjadi anggota LPMK secara tertulis.
d. Tata Cara Penetapan Anggota LPMK dan Pemilihan Pengurus LPMK
Pada dasarnya pengaturan umum tentang keanggotaan dan kepengurusan
LPMK telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 7
Tahun 2002 tentang lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
24
Pada keputusan walikota Nomor 4 Tahun 2003 ini lebih memperjelas hal-hal yang
umum yang belum diatur oleh peraturan daerah tersebut.
1) Tata cara Penetapan Anggota LPMK
Untuk menjadi anggota LPMK harus melewati musyawarah para
Kepala Keluarga dalam rapat RT untuk memilih sebanyak-banyaknya 2 orang
bakal calon anggota, kemudian wakil RT terpilih akan diusulkan ke tingkat
RW untuk menjadi anggota LPMK, pada akhirnya setiap RT akan diwakili 2
anggota LPMK. Pasal 18 mengatur tentang penetapan anggota LPMK, yaitu
anggota LPMK terdiri dari 2 orang anggota dari RW yang dipilih berdasarkan
usulan bakal calon anggota LPMK dari RT dan diusulkan oleh ketua RW
Calon anggota tersebut diperiksa persyaratannya oleh Lurah sesuai pasal 8.
2) Tata Cara Pemilihan Pengurus LPMK
Sebagaimana layaknya suatu lembaga atau organisasi tentunya
membutuhkan sekelompok orang yang akan mengelola, merencanakan dan
mengurus semua kegiatan organisasi demi kelangsungan dan eksistensi
organisasi tersebut, yaitu disebut dengan pengurus. Oleh karena itu
dibutuhkan pengurus LPMK yang berasal dari tokoh Masyarakat yang
merupakan perwakilan dari masyarakat setempat melalui rapat dan
selanjutnya diusulkan di tingkat Kelurahan melalui RW.
Tata cara pemilihan pengurus LPMK diatur dalam pasal 19 s/d pasal 22
adalah sebagai berikut:
a) Pasal 19 menyebutkan bahwa Pemilihan ketua dan Pengurus LPMK
dilakukan secara musyawarah dalam rapat dengan difasilitasi oleh lurah.
Rapat pemilihan Ketua LPMK dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota LPMK yang ditetapkan oleh lurah. Apabila kuarum rapat
tidak terpenuhi, atas persetujuan forum rapat dapat ditunda 15 menit dan
apabila tetap tidak terpenuhi, atas persetujuan forum, rapat dinyatakan sah
dan dapat menyelenggarakan Pemilihan Ketua dan Pengurus LPMK.
b) Pasal 20 mengatur tentang Pemilihan Ketua LPMK dipimpin oleh anggota
LPMK yang tertua usianya dengan dibantu oleh anggota LPMK termuda
usianya dari anggota LPMK yang hadir. Rapat pemilihan ketua LPMK
25
dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat dari dan
oleh anggota LPMK. Jika tidak berhasil dilakukan pemungutan.
c) Pasal 21 mengatur tentang pemilihan pengurus LPMK. Rapat pemilihan
pengurus dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
Jika tidak berhasil dilakukan melalui pemungutan suara, berdasarkan
kesepakatan forum. Jika tidak berhasil juga, ketua berhak menunjuk
langsung salah satu calon pengurus.
Kepengurusan LPMK harus mencrminkan keterwakilan dari tiap RW.
Pengurus seksi agama harus mengakomodasikan keterwakilan dari tiap agama
yang dianut masyarakat di kelurahan. Hasil pemilihan dibuat berita acara oleh
ketua LPMK, lurah melaporkan hasilnya ke Pemerintah kota. Kemudian
ditetapkan dan dilantik oleh Walikota.
Dalam penjelasan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun
2003 menyebutkan bahwa Ketua RT dan Ketua RW tidak dapat merangkap
jabatan sebagai pengurus LPMK. Dalam hal jumlah kepengurusan LPMK,
apabila jumlah anggota LPMK tidak mencukupi untuk mengusung
Kepengurusan LPMK, ketua LPMK dapat menunjuk Pengurus bukan dari
Bakal Calon Anggota yang diusulkan RT, yaitu bisa ditunjuk dari Pengurus
bukan dari pengurus organisasi-organisasi yang ada, hidup dan diakui oleh
masyarakat di Kelurahan. Ketua LPMK berhak untuk menunjuk Anggota
seksi Agama yang tidak terwakili dalam anggota LPMK.
Hasil pemilihan pengurus LPMK diatur dalam pasal 22, bahwa hasil
pemilihan yang telah dilakukan diloparkan kepada Lurah dalam bentuk Berita
Acara dengan lampiran daftar hadir, oleh Ketua LPMK. Lurah melaporkan
hasil kepada Pemerintahan kota. Walikota atau pejabat yang ditunjuk
menetapkan kepengurusan sesuai dengan pasal 7 keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 tahun 2003, dalam bentuk Keputusan walikota. Walikota
atau pejabat yang ditunjuk melantik kepengurusan LPMK dalam sesuatu
upacara di kelurahan dengan difasilitasi oleh Lurah.
26
B. Kerangka Pemikiran :
Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasari atas pentingnya implementasi
bagi setiap kebijakan. bagaimanapun baiknya suatu kebijakan dan dirumuskan
seorang ahli sekalipun tidak akan berarti jika susah atau gagal untuk
diimplementasikan, agar dapat tercapainya tujuan yang diinginkan, maka perlu
diidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan adanya sedikit
hambatan yang muncul dalam proses implementasi Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan
Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. Suatu kebijakan dibuat untuk tercapainya
suatu tujuan dalam hal ini yang ingin dicapai yaitu LPMK dapat memberikan
kontribusi / manfaat kepada masyarakat dalam hal ini masyarakat Kelurahan
Joyosuran. Kebijakan akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai
dampak (manfaat) positif bagi anggota-anggota masyarakat. dengan perkataan lain,
tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat bersesuaian dengan apa
yang diingiinkan oleh pemerintah atau negara. dengan demikian, apabila perilaku atau
perbuatan mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara, maka
kebijakan tersebut menjadi tidak efektif dan tidak tercapainya suatu tujuan yang
menjadi dasar pembuatan kebijakan tersebut yaitu memberikan dampak positif bagi
kehidupan masyarakat dan memajukan kesejahteraan masyarakat.
Mengenai kerangka pemikiran ini secara skematis dapat digambarkan sebagai
berikut :
27
Ganbar 1. Kerangka pemikiran
Hambatan-hambatan yang ada
ImplementasiKeputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Proses implementasi
Kontribusi /manfaat LPMK
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan menggunakan wilayah Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Adapun alasan penulis memilih lokasi
tersebut karena lokasi penelitian tersebut tidak jauh dari tempat tinggal penulis
sehingga lebih mempermudah penulisan maupun penghematan biaya, waktu serta
perijinan riset dalam proses pengumpulan data.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 24 bulan, yang dimulai pada bulan
April 2008 sampai dengan April 2010, Berikut ini gambar alokasi waktu kegiatan
penelitian yang penulis lakukan:
Tabel 1 . Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan 2008 2009 2010
April Mei- Sept Okt Nov- Des Jan– Feb Mar– Des Jan- April
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Ijin Penelitian
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 Penyusunan
Laporan
28
29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Menurut Budgan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong(2004: 4) “Metodologi
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Sedangkan pemilihan data pada penelitian ini bersifat deskriptif. Metode ini
digunakan karena dalam penelitian ini terpusat pada pemecahan masalah-masalah
yang ada pada masa sekarang dan data diperoleh, disusun, dianalisis dan disajikan
hasilnya merupakan suatu gambaran hasil penelitian secara sistematis, nyata dan
cermat. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno Surachmad(1992: 139) yang
mengatakan bahwa ciri-ciri penelitian deskriptif adalah:
“ a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada
masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.
b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
kemudian dianalisa."
Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam hal ini penulis menggunakan
bentuk penelitian deskriptif kualitatif dengan alasan bahwa peneliti melakukan
penelitian terhadap Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun
2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon
Kota Surakarta.
2. Strategi Penelitian
Setiap penelitian memerlukan penerapan strategi penelitian yang tepat agar
dapat menjawab permasalahan yang dikaji. Peneliti akan memilih strategi yang
digunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi, menyajikan hasil penelitian,
mendukung cara menetapkan jumlah sampel dan memilih instrumen penelitian yang
akan digunakan untuk mengumpulkan informasi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskipsi. Metode deskripsi penulis pilih
karena tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan deskriptif
itu sendiri, yaitu untuk membuat deskripsi secara sistematis, aktual dan akurat
30
mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu. Artinya deskripsi atau gambaran
tersebut dilakukan untuk mengungkap kebenaran realitas yang terjadi pada objek
penelitian. Sebagaimana dikatakan Suharsimi Arikunto bahwa “metode deskripsi
merupakan suatu metode penelitian yang dilaksanakan guna mengetahui kondisi yang
sebenarnya”. ( Suharsimi Arikunto, 1998 : 310 )
Menurut H.B. Sutopo (2002: 112) “Dalam penelitian kualitatif dikenal adanya
studi kasus tunggal dan studi kasus ganda. Secara lebih khusus baik studi kasus
tunggal maupun studi kasus ganda, masih dibedakan adanya jenis penelitian
terpancang ataupun holistik penuh”.
Berdasar pendapat tersebut, strategi penelitian dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada satu
karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.
b. Ganda terpancang yaitu penelitian tersebut mempersyarakatkan adanya sasaran lebih dari satu yang memiliki perbedan karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.
c. Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan. (H.B. Sutopo, 2002: 112)
Menurut Deddy Mulyana(2004:201)” Studi kasus adalah uraian dan
penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok,
suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial “.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan strategi tunggal terpancang
terhadap studi kasus tunggal. Maksudnya, tekanan kajian dikerahkan atau terfokus
pada tingkat pemahaman, pelaksanaan dan hambatan serta solusi pemecahan dalam
hal Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
C. Sumber Data
Menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong(2004: 157)
“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
31
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya”. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kata-kata dan tindakan dari orang-
orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber utama, sedangkan
dokumen dan lain-lainnya merupakan data tambahan.
Untuk memperoleh data informasi yang berkaitan dengan masalah dan tujuan
penelitian tersebut di atas, maka sumber data diambil dari:
1. Informan
Pengertian informan dalam penelitian kualitatif adalah seseorang yang
dipandang mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan
bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti yang berupa kata-kata. Peneliti
akan memilih informan yang mengetahui permasalahan yang dikaji dalam penelitian
sehingga diperoleh data yang obyektif. Dalam mengumpulkan data, pemilihan
informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan serta kemantapan peneliti
dalam memperoleh data. Di sini memilih informan yaitu :
a. Ibu Djammila, S.sos,M.M sebagai Kepala Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
b. Bapak Sumdiyono, ST sebagai Ketua LPMK Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
c. Tokoh-tokoh Masyarakat Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarta
2. Tempat
Tempat sebagai obyek penelitian merupakan sumber data yang tidak dapat
ditinggalkan, maka sesuai dengan judul penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan
Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Peristiwa yang dimaksud adalah
Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
3. Dokumen
Sumber data yang kedua atau data sekunder dalam penelitian ini adalah
dokumen. Dokumen disini dapat berupa surat dan agenda yang berkaitan dengan
suatu peristiwa tertentu.
32
Macam-macam dokumen yang digunakan disini meliputi seluruh dokumen
resmi tentang hal-hal yang terkait dengan Implementasi Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib
Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan
Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta., yaitu berupa:
a. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang petunjuk
Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurusan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK).
b. Data Monografi Kelurahan Joyosuran Kecamatan PasarKliwon Kota Surakarta
Tahun 2008.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah “purposive sampling” karena bersifat
selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang
digunakan, keingintauan peneliti, karakteristik empirisnya. Menurut Goetz dan Le
Comte dalam H.B Sutopo(2002 : 185) bahwa “purposive sampling yaitu teknik
mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu yang dianggap mengetahui
informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi
sumber data.”
Dalam hal ini peneliti akan memilih informan yang dianggap paling tau,
sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan
dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Pemilihan sampel semacam ini juga
memberi kesempatan untuk mengambil keputusan begitu peneliti mempunyai suatu
pikiran umum mengenai apa yang terjadi. Penelitian ini menggunakan sampel yang
paham benar tentang Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun
2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon
Kota Surakarta seperti kepala kelurahan , ketua LPMK, serta masyarakat setempat.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Goetz & Le Compte dalam H.B. Sutopo(2002 : 58) “adapun strategi
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat di kelompokkan ke
33
dalam dua cara, yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif
dan non interaktif”. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam, observer,
berperan dalam beberapa tingkatan, dan focus group discussion. Sedang yang non
interaktif meliputi mencatat dokumen atau arsip dan juga observasi tak berperan.
Untuk memperoleh dan menyusun data penelitian, biasanya digunakan teknik
wawancara, observasi, dan analisis dokumen.
1. Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi
dengan cara tanya jawab sepihak yang di kerjakan secara sistematis dan berdasarkan
kepada tujuan penelitian. H.B. Sutopo mengemukakan:
Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya di lakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. (H.B. Sutopo, 2002 :59). Dalam penelitian ini menggunakan teknik “wawancara mendalam” (Indepth
interviewing), dengan maksud agar dapat mengungkap permasalahan yang diteliti
melalui pertanyaan atau sikap, baik melalui nada bicara, mimik, ataupun sorot
matanya.
Adapun orang-orang yang diwawancarai adalah sebagai berikut :
a. Ibu Djammila, S.sos,M.M sebagai Kepala Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
b. Bapak Sumdiyono, ST sebagai Ketua LPMK Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
c. Tokoh-tokoh Masyarakat Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarta
Penyusunan pedoman wawancara dilakukan sebelum kegiatan wawancara
dilakukan dan dalam penyampaiannya tidak perlu ditanyakan secara berurutan karena
pedoman wawancara dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat
wawancara dilakukan ( adapun daftar pertanyaan pada lampiran 1 dan hasilnya pada
lampiran 2 ).
34
2. Analisis Dokumen Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai data yang dapat
digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan hal-hal yang akan
terjadi pada masa yang akan datang. Teknik dokumentasi dapat berupa arsip-arsip
yang berupa catatan-catatan yang relevan serta benda-benda fisik lainnya.
Menurut H.B. Sutopo (2002 : 54) yang berpendapat bahwa “ Dokumen dan
arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas
tertentu”.
Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan dengan cara mempelajari
buku-buku, laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen lainnya yang
relevan dengan permasalahan penelitian. Peneliti menganalisis Surat Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang petunjuk Pelaksanaan dan Tata
Tertib Pemilihan Pengurusan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(LPMK).
3. Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
menggali data dari sumber yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda serta
rekaman gambar. Namun dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan teknik
observasi untuk mengumpulkan data. Peneliti mencari atau mengumpulkan data dan
informasi sebagai bahan yang penting dalam riset karena merupakan bahan dari lokasi
penelitian melalui obsevarsi. Dalam hal ini yang menjadi objek observasi adalah
kantor Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
F. Validitas Data
Validitas data dalam suatu penelitian dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Trianggulasi Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. Moleong(2004 : 330) berpendapat
bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding
terhadap data itu”.
Menurut H. B Sutopo menyebutkan bahwa ada 4 (empat) macam trianggulasi yaitu:
35
“ a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila di gali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
d. Trianggulasi Teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang di kaji”. (H. B. Sutopo, 2002 : 78-82).
Tahap ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh sesuai
dengan realitas di lokasi penelitian.
2. Informan Review Informan Review adalah laporan penelitian di review oleh informan khususnya
kegiatan informan untuk mengetahui apakah yang telah diteliti merupakan sesuatu
yang dapat disetujui mereka atau tidak.
3. Member Cek Menurut H.B. Sutopo (2002:85)”Member cek adalah orang yang melakukan
pemeriksaan terhadap suatu laporan dari peneliti yang lain untuk mendapatkan
pengertian yang tepat, atau melihat kekurangan-kekurangan yang ada untuk lebih
dimantapkan”
Pada penelitian ini kesahihan data diperoleh dengan menggunakan teknik
trianggulasi data, dimana data penelitian diambil dari berbagai sumber yang berbeda
yaitu informan, dokumen dan tempat untuk menghasilkan data yang sejenis.
Disamping itu, peneliti juga menggunakan teknik trianggulasi metode yaitu dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode
pengumpulan data yang berbeda, diantaranya dengan wawancara dengan instansi
terkait yaitu Kepala Kelurahan Joyosuran, Ketua LPMK, dan tokoh masyarakat serta
analisis dokumen yaitu Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003
Tentang petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurusan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).
Dengan demikian maka data yang satu dengan yang lainnya akan dapat saling
melengkapi dan sekaligus mengujinya sehingga dalam hasil akhir nantinya data yang
diperoleh mencerminkan suatu kenyataan di lapangan. Alasan untuk memilih
36
trianggulasi data dan trianggulasi metode adalah untuk meminimalisir kekurangan
dalam informasi yang diperoleh (hasil trianggulasi data lihat lampiran 3).
G. Teknik Analisis Data
“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan kesatuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat ditemukan hipotesis kerja”. (Lexy J. Moleong, 2004: 180). Teknik analisis data
pada penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif dimulai dari
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1. Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang
telah diuraikan di atas, yang terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dan akan
dihentikan apabila data yang diperlukan telah memadai dalam pengambilan
keputusan.
2. Reduksi Data
Langkah ini merupakan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan
dan mengabstrasikan data yang ada. Melakukan reduksi data yaitu dengan mengambil
data yang sekiranya dapat diolah lebih lanjut untuk disajikan sebagai hasil laporan.
Sebagai salah satu bentuk analisis, maka mempertegas dan mengatur data yang telah
diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian merupakan hal yang harus dilakukan.
Dalam hal ini mempermudah peneliti untuk membuat perbaikan kesimpulan pada
akhir penelitian (terdapat pada lampiran 4).
3. Penyajian Data
Sebagai langkah selanjutnya, inti dari penyajian data ini adalah mengorganisir
infomasi secara sistematis untuk mempermudah penelitian dalam menggabungkan
dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun penggambaran proses dan
fenomena yang ada pada obyek penelitian. Dengan data yang tersaji akhirnya peneliti
akan menginterpretasikan fenomena yang ada dan membandingkan dengan teori yang
relevan.
37
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan analisis rangkaian pengolahan data yang
berupa gejala yang terdapat di lapangan. Penyusunan catatan, pola dan arahan sebab
akibat dilakukan secara teratur. Artinya kesimpulan akhir yang ditulis merupakan
rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada
pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap
fenomena yang ada. Di samping itu dalam penarikan kesimpulan peneliti juga
mendiskusikan permasalahan dengan berbagai pihak yang relevan akhirnya terjadi
sebuah kesepakatan kesimpulan.
Proses analisis dengan model interaktif dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2 : analisis data model interaktif ( Mathew B. Miles dan Michael
Huberman, 1992: 20)
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: “ (1)
Persiapan, (2) Pengumpulan data, (3) Analisis data, dan (4) Penyusunan laporan
penelitian”(H. B. Sutopo, 2002 : 187-190).
Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Mengurus perijinan penelitian
b. Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data dan
menyusun jadwal kegiatan penelitian
1. Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
3. Sajian Data
4. Penarikan Kesimpulan
38
2. Pengumpulan Data
a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara
mendalam, dan mencatat serta merekam dokumen
b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.
3. Analisis Data
a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross check kan
dengan temuan di lapangan
c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses
verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang dianggap
lebih ahli
d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Penyusunan Laporan Penelitian
a. Penyusunan laporan awal
b. Review laporan: pertemuan di adakan dengan mengundang kurang lebih 2 orang
yang cukup memahami penelitian untuk mendiskusikan laporan yang telah di
susun sementara
c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi
d. Penyusunan laporan akhir.
1
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Aspek Geografi Kelurahan Joyosuran
Kelurahan Joyosuran merupakan suatu wilayah di Kecamatan Pasarkliwon,
kota surakarta yang terletak pada ketinggian 92 meter dari permukaan laut, sehingga
kelurahan joyosuran termasuk dataran rendah. banyak curah hujan di Kelurahan
Joyosuran adalah 21,286 mm/tahun dengan suhu rata-rata 25 c., luas wilayah
Kelurahan Joyosuran adalah 54 Ha. adapun batas-batasnya sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Pasar Kliwon
Sebelah Selatan : Kelurahan Joyontakan
Sebelah Barat : Kelurahan Danukusuman
Sebelah Timur : Kelurahan Semanggi
Jarak antara kelurahan dengan kecamatan adalah 100 M, sedangkan dengan
kota surakarta adalah 1,5 KM, dengan ibukota propinsi adalah 105 KM, jarak dari
ibukota negara adalah 600 KM.
2. Aspek Demografi Kelurahan Joyosuran
a. Komposisi Penduduk
1) Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kelurahan Joyosuran terdiri dari 12 ( dua belas ) RW,55 ( lima puluh
lima ) RT. berdasarkan data monografi dinamis pada bulan Desember 2008
jumlah penduduk Kelurahan Joyosuran sebanyak 11.445 jiwa dengan 2772
Kepala Keluarga.
2) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Dari data monografi dinamis yang diperoleh di Kantor Kelurahan
Joyosuran, sampai dengan Bulan Desember 2008 jumlah penduduk
Kelurahan Joyosuran menurut komposisi umur dan jenis kelamin adalah
sebagai berikut :
39
40
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di Kelurahan Joyosuran, Desember 2008
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 0 – 4 5 – 9
10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59
61 +
368 483 274 290 831 846 722 861 851 61
371 410 441 557 805 557 989 803 802 149
739 893 715 847
1,636 1,403 1,711 1,664 1,653
210 Jumlah 5,587 5,884 11,471
Sumber : Data Monografi Kelurahan Joyosuran, Desember 2008
Tabel diatas menjelaskan bahwa usia 30-39 yang paling banyak,
yaitu 1.711, sedangkan golongan terbanyak kedua adalah kelompok umur 40-
49 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.664 jiwa. golongan yang memiliki
jumlah terkecil adalah kelompok umur 61+ dengan jumlah penduduk 210
jiwa.
3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Dari data monografi dinamis yang diperoleh di kantor Kelurahan
Joyosuran, sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah penduduk menurut
tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Joyosuran, Desember 2008 ( Bagi umur 5 tahun keatas )
Tamat Akademik / PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah
: : : : : : :
655 2,875 3,063 2,995
74 1,023
20 Jumlah : 10,705
Sumber : Data Monografi Kelurahan Joyosuran, Desember 2008
Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan
Joyosuran yang tidak sekolah berjumlah 20 jiwa, belum tamat SD berjumlah
41
1.023 jiwa, tidak tamat SD berjumlah 74 jiwa, tamat SD berjumlah 2.995
jiwa, tamat SLTP berjumlah 3.063 jiwa, tamat SLTAberjumlah 2.875 jiwa,
dan tamat Akademik atau Perguruan Tinggi berjumlah 655 jiwa. dengan
demikian tingkat pendidikan di Kelurahan Joyosuran sudah cukup maju,
karena sebagian besar penduduk telah menamatkan pendidikan SLTA 3063
jiwa, sedangkan penduduk yang tidak sekolah hanya 20 jiwa.
4) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Dari data monografi dinamis yang diperoleh di kantor Kelurahan
Joyosuran, sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah penduduk menurut
Mata Pencaharian adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Joyosuran, Desember 2008 (bagi umur 10 tahun keatas)
1. Petani sendiri 2. Buruh tani 3. Nelayan 4. Pengusaha 5. Buruh Industri 6. Buruh Bangunan 7. Pedagang 8. Pengangkutan 9. PNS / TNI 10. Pensiunan 11. Lain-lain
: : : : : : : : : : :
0 0 0
48 1,403
599 339 120 289 146
1506 Jumlah : 3.450
Sumber : Data Monografi Kelurahan Joyosuran, Desember 2008
Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan
Joyosuran memiliki pekerjaan yang tergolong lain-lain( golongan pelajar,
mahasiswa, pengangguran dan pencari kerja ) berjumlah 1506, dan golongan
terbesar kedua adalah golongan buruh industri yang berjumlah 1.403 jiwa.
5) Komposisi Penduduk Menurut Agama
Dari data monografi dinamis yang diperoleh di kantor Kelurahan
Joyosuran, sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah penduduk menurut
Agama adalah sebagai berikut :
42
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Joyosuran, Desember 2008
1. Islam 2. Kristen Katholik 3. Kristen Protestan 4. Budha 5. Hindu
: : : : :
7,611 1,860 1,915
70 15
Jumlah : 11,471 Sumber : Data Monografi Kelurahan Joyosuran, Desember 2008
Penduduk Kelurahan Joyosuran mayoritas memeluk agama islam,
yaitu sebesar 7.661 jiwa.
b. Sarana dan Prasarana
1) Sarana Transportasi
Sarana transportasi di Kelurahan Joyosuran cukup memadai
dibandingkan dengan komposisi penduduknya. sarana transportasi umum
meliputi becak sebanyak 60 buah, oplet-colt sebanyak 45 orang, taxi
sebanyak 10 buah, sedangkan sarana transportasi pribadi meliputi sepeda 650
buah, sepeda motor sebanyak 336 buah, mobil dinas sebanyak 1 buah, mobil
pribadi sebanyak 52 buah. dengan sarana transportasi baik umum maupun
pribadi akan memudahkan masyarakat untuk menjalankan aktivitas.
2) Sarana Perhubungan
Jarak Kelurahan Joyosuran dengan Kecamatan Pasar Kliwon adalah
100 M, dan jarak Kelurahan Joyosuran dengan Kota Surakarta 1,5 KM,
sarana perhubungan di Kelurahan Joyosuran terdiri dari jalan berjumlah 3
buah dan jembatan berjumlah 7 buah. jalan raya di Kelurahan Joyosuran
dilalui trayek umum yaitu bus antar kota maupun maupun dalam kota,
sehingga hubungan transportasi dari dan ke wilayah ini berjalan lancar.
3) Sarana Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dengan komunikasi individu akan mendapatkan berbagai macam
informasi dan pengetahuan. sarana komunikasi di Kelurahan Joyosuran
meliputi pesawat televisi sebanyak 1700 buah dan radio 150 buah.
43
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
Menurut keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pasal 1 ayat (7) disebutkan bahwa Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang selanjutnya disingkat LPMK adalah
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Kelurahan sebagai wadah yang
dibentuk atas menampung dan mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi
masyarakat di bidang pembangunan. LPMK merupakan lembaga pengganti Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 49 tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau
sebutan lain.
Setelah diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 tahun 2002
tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), kemudian
Pemerintah Kota Surakarta menerbitkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) sebagai pelaksanaan dari
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 tahun 2003. dengan dikeluarkannya
Keputusan tersebut maka perlu dilakukan sosialisasi dan pemasyarakatan untuk
melaksanakan Keputusan Walikota Tersebut.
Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 tahun 2003 tentang
petunjuk pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) dilaksanakan di Kelurahan Joyosuran belum sesuai
dengan isi dan kehendak yang diamanatkan oleh Keputusan Walikota tersebut. Dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis dihasilkan bahwa pemilihan Pengurus
LPMK di Kelurahan Joyosuran melakukan adanya penyimpangan dalam hal jumlah
kepengurusan yang melebihi sebagaimana sudah diatur dalam pasal 7 Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003.
44
Tahapan-tahapan dan Proses Pelaksanaan Pemilihan Pengurus LPMK di
Kelurahan Joyosuran adalah sebagai berikut :
a. Sosialisasi Kepala Kelurahan Joyosuran
Setelah surat edaran Sekretariat Daerah Kota Surakarta nomor:
411.2/44/2007 perihal pemilihan dan pengangkatan pengurus LPMK 2007-
2011(terdapat pada lampiran 5) diterima Kepala Kelurahan (Lurah) tanggal 22
Februari 2007, selanjutnya lurah mengundang para kepala (Rukun Tetangga) RT
dan RW (Rukun Warga) serta Tokoh Masyarakat untuk melakukan sosialisasi
terhadap Keputusan Walikota tersebut. Sosialisasi dilakukan oleh Lurah dalam
bentuk penyuluhan dan penerangan. Dalam sosialisasi tersebut setiap RT dan RW
akan menerima surat edaran dan blanko untuk melaksanakan musyawarah di
lingkungan masing-masing untuk memilih 2 (dua) orang bakal calon Anggota dan
Pengurus LPMK yang akan mewakili masing-masing RT. Blanko tersebut berupa
petunjuk dan tata tertib pelaksanaan musyawarah.
b. Musyawarah warga untuk menentukan anggota LPMK.
Masing-masing RT mengadakan musyawarah para Kepala Keluarga
dalam rapat RT untuk memilih sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang bakal calon
anggota, kemudian wakil RT terpilih akan diusulkan ke tingkat RW untuk
menjadi anggota LPMK, pelaksanaan pemilihan anggota LPMK dilakukan
dengan musyawarah mufakat, jika tidak berhasil maka dapat ditempuh denagn
pemungutan suara. Pada akhirnya setiap RW akan diwakili sebanyak-banyaknya
2 (dua) orang calon anggota LPMK.
Kelurahan menginventarisir hasil musyawarah masing-masing RW untuk
selanjutnya menetapkan sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang wakil setiap RW
sebagai calon anggota LPMK di kelurahan. Calon anggota tersebut diperiksa
persyaratannya oleh Lurah sesuai dengan pasal 8 keputusan walikota Surakarta
nomor 4 tahun 2003 tentang petunjuk pelaksanaan dan tata tertib pemilihan
pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK), baca lampiran.
Di kelurahan Joyosuran terdapat 12 RW, jumlah anggota LPMK yang ditetapkan
sebanyak 48 (empat puluh delapan) orang calon anggota yang merupakan wakil
dari setiap RW. Anggota LMPK terpilih ditetapkan dalam Surat Keputusan
45
Kepala Kelurahan Joyosuran (LPMK) kelurahan Joyosuran kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarta. Dalam surat keputusan kepala kelurahan tersebut
menetapkan anggota lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK)
tahun 2007 kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
Anggota LPMK kelurahan Joyosuran tahun 2007, selanjutnya mengadakan
musyawarah untuk membentuk kepengurusan LPMK sesuai peraturan perundang
yang berlaku.
c. Musyawarah untuk memilih pengurus LPMK
Sebelum melakukan pemilihan pengurus LPMK, kelurahan melaksanakan
musyawarah untuk membentuk panitia pemilihan pengurus LPMK. Panitia
diketuai oleh Lurah, dan beranggotakan Pegawai/Staff Kelurahan. Panitia ini
bermusyawarah untuk mengadakan musyawarah pemilihan ketua LPMK dan
pengurus LPMK lainnya. Musyawarah difasilitasi oleh Lurah. Berikut ini adalah
pemilihan pengurus LPMK yang dilaksanakan di kelurahan Joyosuran kecamatan
Pasar kliwon.
1) Rapat Pembentukan LPMK
a) Rapat I
Diadakan pada tanggal 9 bulan Maret tahun 2007, pada rapat I
ini mengalami kegagalan/tidak dapat dilangsungkan, dimana banyak
yang tidak hadir sehingga tidak memenuhi kourum. Pada kesempatan
ini yang hadir hanya 19 orang tokoh-tokoh dan pemuka-pemuka
masyarakat kelurahan Joyosuran dari 60 undangan yang disebarkan.
Syarat untuk terpenuhi kourum adalah 2/3 dari jumlah undangan.
b) Rapat II
Pertemuan ini diadakan pada tanggal 16 bulan Maret tahun
2007, pada Rapat II ini dapat berlangsung, dimana pada kesempatan
itu para tokoh-tokoh dan pemuka-pemuka masyarakat Kelurahan
Joyosuran yang hadir adalah 45 orang dari 60 undangan yang beredar,
sehingga telah dapat memenuhi kourum dan dapat dilanjutkan dengan
pembentukan pengurus LPMK.
2) Pemilihan Ketua LPMK
46
Rapat pemilihan ketua dipimpin oleh anggota LPMK yang tertua usianya
yaitu bapak Lamidin dengan dibantu oleh anggota LPMK yang termuda usianya dari
anggota LPMK yang hadir yaitu Inandar dan Susilo . Rapat pemilihan ketua LPMK
dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat dari dan oleh anggota
LPMK. Dalam pemilihan Ketua LPMK di Kelurahan Joyosuran, terdapat 10
(sepuluh) orang calon ketua merupakan perwakilan dari 5 (lima) lingkungan, masing-
masing 2 (dua) orang. Dari kesepuluh orang calon ketua tersebut terpilih 7 (tujuh)
orang yang menduduki pengurus inti. Kesepuluh calon tersebut adalah Sumadiyono,
ST. ,Ir. Samsul Hidayat, Msi. , Agus Anwari, Totok Hendro Baksono, Agus
suharyono, Dra. Krisnandari, Didik Priyo Mawardi, H. Muhammad Assegaf,
Isnandar, dan Susilo. Dan yang terpilih jadi ketua LPMK adalah Sumadiyono, ST.
3) Pemilihan Pengurus LPMK
Setelah ditentukan Ketua LPMK dan Pengurus inti ,selanjutnya Ketua
LPMK terpilih memimpin rapat pemilihan Pengurus LPMK. Rapat pemilihan
Pengurus LPMK dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
Apabila dalam musyawarah tidak tercapal kesepakatan, maka pemilihan Pengurus
LPMK dilakukan melalui pemungutan suara, berdasarkan kesepakatan forum.
Apabila pemungutan suara tersebut tidak berhasil juga Ketua LPMK dapat
menunjuk langsung salah satu calon Pengurus.
Susunan pengurus LPMK menurut Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 4 tahun 2003(lihat lampiran 6) tentang petunjuk pelaksanaan dan Tata Tertib
pemilihan pengurus LPMK Pasal 7. Yaitu :
a) 1 (satu) orang Ketua,
b) 1 (satu) orang Wakil Ketua I,
c) 1 (satu) orang Wakil Ketua II,
d) 1 (satu) orang Sekretaris I,
e) 1 (satu) orang Sekretaris II,
f) 1 (satu) orang Bendahara I,
g) 1 (satu) orang Bendahara II,
h) Sedikit-dikitnya 1 (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
untuk Seksi Agama;
47
i) Sedikit-dikitya I (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
untuk Seksi-seksi PKK dan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga, Pembangunan dan Lingkungan Hidup,
Perekonomian dan Koperasi, Kesenian dan Budaya, Keamanan,
Kesejahteraan sosiai, Kesehatan, informasi dan komunikasi.
Susunan kepengurusan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
pengurus LPMK sebanyak-banyaknya 39 (Tiga puluh sembilan) orang dengan syarat
seksi agama diwakili 5 (lima) orang dari 5 (lima) agama. Sementara itu hasil
pemilihan pengurus LPMK di kelurahan Joyosuran mencapai 41 orang, dengan
susunan sebagai berikut :
a) Ketua : Sumadiyono, ST
b) Wakil Ketua I : Ir. H. SamsuHidayat, MSi
c) Wakil Ketua II : Agus Anwari
d) Sekretaris I : Totok Hendro Baksono
e) Sekretaris II : Agus Suharyono
f) Bendahara I : Dra. Krisnandari
g) Bendahara II : Didik Priyo Mawardi
h) Seksi-Seksi
(1) Agama Islam : H. Muh Assegaf
Agama Kristen : Y. Subandyo
Agama Katholik : IGN. Gunadi
Agama Hindu & Budha : Ongko Hadi Suryo
(2) Pendidikan, Pemuda
dan Olah Raga : Budi Priyono
: Tri Wiyanto
: Joko Prasetyo
: Agus Sartono
: Sri Sulasti
(3) Pembangunan dan
Lingkungan Hidup : Isnandar
: Ir. Sutardi, MT
48
: Suyona
(4) Perekonomian dan Koperasi : Susilo
: Drs. Haryanto
(5) Kesenian dan Budaya : Purwanto,SSn
: Kadaryadi
: Sukisto
(6) Keamanan : Karman
: Soedjarwo
: Harjono
(7) Kesehatan : Bambang Suparto
: Ny. Subagyo
: Ny. Anilowati
(8) Informasi dan Komunikasi : Joko Santoso
: Drs. Admayo
: Sandi
(9) Kesejahteraan Sosial : Lamidin
: Suronoi
: Atik Srimartini
(10) PKK dan Pemberdayaan
Perempuan : Hartini Slamet
: Rahayu Sugito
: Bambang Mintarto
: Dra,. Kus Hardiyati
Susunan pengurus LPMK Kelurahan Joyosuran hasil musyawarah tersebut,
selanjutnya dilaporkan Lurah kepada Pemerintah Kota Surakarta. Walikota
menetapkan kepengurusan LPMK sesuai dengan pasal 7 Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib
Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)..
Selanjutnya ditetapkan dalam bentuk keputusan Walikota Surakarta, yaitu keputusan
Walikota Surakarta Nomor 411.2/ 69/ 1/ 2007 tentang Susunan Pengurus
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan se-Kota Surakarta periode 2007-2011
49
(lihat lampiran 7). Walikota atau pejabat yang ditunjuk melantik kepengurusan
LPMK dalam suatu upacara di Kelurahan Joyosuran dengan mengucapkan sumpah
dan janji. Pelaksanaan pelantikan difasilitasi oleh Lurah.
2. Faktor-faktor / hambatan pelaksanaan Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib
Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta
Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon
Kota Surakarta, pada dasarnya tidak menemui hambatan yang berarti. Dari faktor
warga masyarakat kelurahan dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 4 Tahun 2003 tersebut tdak mengalami hanmbatan. Warga kelurahan
joyosuran telah cukup sadar hukum dan telah menyalurkan aspirasinya dalam
melaksanakan pemilihan pengurus LPMK. Demikian pula faktor fasilitas yang
merupakan suatu sarana untuk mencapaitujuan dan pendukung pelaksanaan suatu
peraturan hukum. Fasilitas yang dimaksud disini terutama adalah sarana fisik yang
berfungsi sebagai faktor pendukung dalam melaksanakan Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 di Kelurahan Joyosuran sudah cukup memadai.
Namun dalam pelaksanaan ada penyimpangan atas keputusan walikota
tersebut yaitu menyimpang dari pasal 7. Menurut pasal 7 Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 (baca lampiran 6) menghendaki bahwa jumlah
pengurus LPMK sebanyak-banyaknya 39 (tiga puluh sembilan) orang dengan catatan
seksi agama diwakili 5 (lima) orang dari 5 (lima) agama yang ada di masyarakat.
Tetapi kenyataan di Kelurahan Joyosuran jumlah pengurus LPMK terdapat 41 (empat
puluh satu) orang dengan jumlah seksi agama 4 (empat) orang yang mewakili 5
agama. agama hindu dan budha diwakili oleh seorang pengurus hal ini dilakukan
karena warga yang menganut agama Hindu tidak ada yang mau menjadi pengurus
LPMK dengan alasan faktor usia yang rata-rata berusia lebih dari 60 tahun , tetapi
pada seksi-seksi lainnya yaitu pada seksi pendidikan, pemuda dan olah raga melebihi
50
dari yang diatur dalam pasal 7 yang seharusnya maksimal 3 orang pada kenyataanya
menjadi 5 orang, serta dalam seksi PKK dan Pemberdayaan Perempuan dari 3 orang
yang seharusnya menjadi 4 orang dalam kenyataannya.
Kelebihan jumlah pengurus LPMK tersebut memang menyimpang dari
pasal 7 Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petuinjuk
Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK), tetapi di Kelurahan Joyosuran kelebihan jumlah
pengurus LPMK tersebut merupakan langkah terbaik untuk mengakomodir semua
kepentingan yang ada di masyarakat mengingat luasnya wilayah Kelurahan Joyosuran
dengan jumlah penduduk yang cukup padat, jika Kelurahan Joyosuran melaksanakan
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 secara kaku, dirasakan kurang
mewakili kepentingan dan aspirasi masyarakat. dengan demikian Keputusan Walikota
Nomor 4 Tahun 2003 itu sendiri kurang mengakomodir kenyataan dan kepentingan
yang ada di masyarakat, karena yang tahu langsung keadaan di lapangan adalah
masyarakat itu sendiri. Jadi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan, yaitu :
a. Luas wilayah dan kepadatan penduduk di kelurahan joyosuran,
b. Kurang mengakomodir kenyataan dan kepentingan yang ada di
masyarakat terutama bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan,
c. Tugas dan fungsi dari LPMK agar berjalan efektif.
Dengan melihat fakta diatas yang menjadi hambatan pelaksanaan
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(LPMK) adalah kesulitan menerapkan keputusan walikota tersebut secara kaku
terutama untuk pasal 7, karena kondisi wilayah yang luas dan kepentingan
masyarakat Kelurahan Joyosuran yang membutuhkan jumlah Pengurus LPMK lebih
banyak dari yang diatur dalam pasal 7, dengan maksud untuk mengakomodir
kepentingan yang ada di masyarakat.
Adapun bermacam-macam pandangan atau tanggapan mengenai
penyimpangan ini,yaitu :
a. Kepala Kelurahan Joyosuran
51
Dalam hal ini Kepala Kelurahan Joyosuran memberikan pandangan atau
tanggapan terkait penyimpangan yang terjadi dalam Implementasi
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota
Surakarta yaitu bahwa penyimpangan tersebut terjadi atau timbul
dikarenakan untuk kepentingan warga atau masyarakat joyosuran maka hal
itu dapat dibenarkan atau didukung, karena pada dasarnya LPMK dibentuk
untuk kepentingan masyarakat (wawancara dengan ibu Djamilla pada hari
kamis tanggal 18 desember 2008, terdapat pada lampiran 2)
b. Ketua LPMK Kelurahan Joyosuran
Dalam hal ini Ketua LPMK Kelurahan Joyosuran memberikan
pandangan atau tanggapan terkait penyimpangan yang terjadi dalam
Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan
Pasarkliwon Kota Surakarta yaitu bahwa penyimpangan tersebut terjadi
untuk memaksimalkan kinerja dari pengurus LPMK agar LPMK
mempunyai tugas dan fungsi yang sesuai dalam isi surat Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan. (wawancara dengan bapak Sumadiyono padahari jum’at tanggal
19 desember 2008, terdapat pada lampiran 2)
c. Pemuka Masyarakat Kelurahan Joyosuran
Dalam hal ini Pemuka Masyarakat Kelurahan Joyosuran memberikan
pandangan atau tanggapan yang berbeda-beda terkait penyimpangan yang
terjadi dalam Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun
2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta yaitu ada yang menyetujui
penyimpangan tersebut dengan alasan kepentingan masyarakat lebih
52
terakomodir dengan baik, sedangkan yang tidak menyetujui memberikan
alasan suatu produk hukum harus ditaati dan dilaksanakan sesuai dengan
aturan yang ada.(wawancara dengan bapak Slamet Padmowiryono dan
bapak Bambang Murtiyoso pada hari sabtu tanggal 20 desember 2008,
terdapat pada lampiran 2)
Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta
sesuai atau cocok dengan teori yang ditulis Bambang Sunggono dalam bukunya
”Hukum Dan Kebijakan Publik” yang isinya :
Secara teoritis, pada umumnya dibedakan adanya tiga macam hal berlakunya
hukum, yaitu :
a. Berlakunya secara juridis. Mengenai hal ini terdapat pandangan-pandangan
sebagai berikut :
1) Hans Kelsen dalam teorinya, the pure theory of law menyatakan
bahwa hukum mempunyai keberlakuan juridis apabila
penentuannya berdasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatnya
( hal ini berdasarkan teorinya, Stuenbau Das Rechts );
2) Zevenbergen dalam Formele Encyclopedie Der Rechtswetenschap
menyatakan bahwa suatu kaidah hukum mempunyai keberlakuan
juridis apabila kaidah tersebut menurut cara-cara yang telah
ditetapkan ;
3) Logemann dalam Over De Theorie Van Een Stelling Staatsrecht
menyatakan bahwa suatu kaidah hukum mengikat apabila
menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dengan
akibatnya.
b. Berlakunya secara sosiologis, yang berintikan pada efektivitas hukum. Dalam
kaitan ini, terdapat dua teori pokok yang menyatakan bahwa :
1) Teori kekuasaan yang pada pokoknya menyatakan bahwa hukum
berlaku secara sosiologis apabila dipaksakan berlakunya oleh
53
penguasa, dan hal itu adalah terlepas dari masalah apakah masyarakat
menerimanya atau bahkan menolak;
2) Teori pengakuan yang berpokok pangkal pada pendirian bahwa
berlakunya hukum didasarkan pada penerimaan atau pengakuan
kepada siapa hukum tersebut berlaku .
c. Berlakunya secara filosofis, artinya bahwa hukum tersebut sesuai dengan cita-cita
hukum sebagai nilai positif yang tertinggi. (Bambang Sunggono, 1994: 156-157).
Hal tersebut dapat dikatakan sesuai antara realitas dengan teori artinya
Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPMK) Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta
dilaksanakan sesuai dengan isi dan kehendak dari surat keputusan tersebut meskipun
ada penyimpangan yang terjadi terkait adanya penambahan pengurus LPMK yang
bertujuan untuk mengakomodir kepentingan masyarakat, yang artinya bahwa hukum
tersebut sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi. Dan juga
hal tersebut tidak bertentangan dengan pancasila sila ke-4 ayat (10) yang berbunyi ”
memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan ” yang mengandung arti bahwa masyarakat dapat menyampaikan
atau mempercayakan aspirasinya kepada lembaga masyarakat yang ada dalam hal ini
LPMK sebagai wadahnya. Penambahan pengurus LPMK dimaksudkan agar aspirasi
dari masyarakat dapat tersalurkan dengan efektif.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas Pemerintah Kota Surakarta dalam hal
ini Dinas Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan (DKR-PP} sebagai
instansi yang memantau pelaksanaan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun
2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Adalah dengan mengadakan
kesepakatan dengan masyarakat setempat mengikuti aspirasi dan kehendak
masyarakat kelurahan, tentunya harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi dari
kelurahan yang bersangkutan, karena yang tahu kondisi di lapangan adalah
masyarakat itu sendiri demi kebaikan masyarakat setempat. hal ini dilakukan
54
Pemerintah Kota Surakarta untuk mengupayakan pembangunan berbasis masyarakat
yang demokratis, aspiratif serta mengedepankan asas akuntabilitas publik.
3. Kontribusi yang diberikan LPMK kepada masyarakat Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya Surat
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
masyarakat Kelurahan (LPMK)
Setelah diberlakukannya Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus
Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) diharapkan LPMK mampu
memberikan kontribusi atau manfaat bagi perkembangan masyarakat Kelurahan
Joyosuran. LPMK dalam hal ini sebagai partner kerja pemerintahan Kelurahan
Joyosuran diharapkan juga mampu membantu kinerja dari pemerintah Kelurahan
Joyosuran.
a. Permasalahan Warga Kelurahan Joyosuran
Banyak terdapat permasalahan yang terjadi dalam masyarakat kelurahan
joyosuran yang harus segera dicarikan pemecahan atau solusinya. adapun
permasalahannya sebagai berikut :
1) Bidang Umum
a) Masih banyaknya warga masyarakat keluarga miskin yang belum
mendapatkan kartu sehat / Askeskin.
b) Masih minimnya kuantitas, kualitas serta fasilitas perpustakaan yang ada.
c) Masih kurangnya sarana / perlengkapan anggota linmas.
2) Bidang Ekonomi
a) Masih perlu penambahan modal koperasi yang sudah ada dan pra koperasi
yang ada di tingkat RW.
b) Kurangnya modal usaha untuk pedagang kaki lima / masyarakat
pengusaha kecil.
c) Kurang berkembangnya sektor peternakan / budidaya unggas / perikanan
yang ada karena terbatasnya modal yang dimiliki.
55
3) Bidang Sosial dan Budaya
a) Kurangnya kemampuan pembiayaan penduduk untuk anak usia sekolah
dari keluarga miskin.
b) Masih kurangnya sarana dan prasarana untuk kegiatan keagamaan,
c) Masih kurangnya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan seni
dan budaya yang ada,
4) Bidang fisk dan prasarana
a) Kurang lancarnya saluran air dijalan veteran dan saluran air di jalan-jalan
kampung maupun di sekitar sungai jenes,
b) Kurang berfungsinya sarana MCK yang sudah ada karena rusak akibat
banjir,
c) Rusaknya badan jalan, sehingga mengganggu kelancaran transportasi.
b. Penyelesaian Masalah Warga Kelurahan Joyosuran
Atas terdapatnya permasalahan-permasalahan yang ada di atas maka LPMK
bekerja sama dengan Pemerintahan Kelurahan Joyosuran untuk dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang terdapat di masyarakat kelurahan Joyosuran. Adapun
pemecahan masalah yang terdapat di Kelurahan Joyosuran adalah sebagai berikut :
1) Bidang umum
a) Pembuatan kartu sehat / ASKESKIN yang berkoordinasi dengan Ketua
RT dan RW setempat,
b) Penambahan prasarana dan sarana perpustakaan yang meliputi pembelian
buku dan pembangunan fisik,
c) Penambahan dana insentif kegiatan operasional LINMAS,
2) Bidang perekonomian
a) Penambahan modal bagi Koperasi dan Pra Koperasi di tingkat RT/RW
dengan adanya penambahan modal simpan pinjam atau koperasi di 12
RW sebesar @ Rp 650.000
b) Pembelian mesin jahit bagi usaha ekonomi produktif dengan adanya
pemberian mesin jahit sebanyak 4 buah dengan harga @ RP 600.000
c) Pemberian stimulan / bantuan kepada para kelompok usaha peternak yang
ada.
56
3) Bidang Sosial dan Budaya
a) Pemberian bantuan bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin dengan
adanya pemberian beasiswa bagi 110 anak siswa SD @ Rp 75.000
b) Pembinaan dan pemberian bantuan / stimulan untuk kegiatan keagamaan
dengan adanya kegiatan TPA, sekolah minggu, kelompok pengajian, dan
kegiatan persekutuan doa;
c) Pemberian bantuan / stimulan untuk Perpustakaan Pokdarwis maupun
kegiatan kesenian yang ada,.
4) Bidang Fisik dan Prasarana
a) Pemberian bantuan / stimulan pembangunan untuk perbaikan saluran air,
penutupan saluran air, perbaikan jalan, maupun MCK yang rusak di
wilayah RT/RW;
b) Melanjutkan pembuatan Tamping dan taman di tepi sungai jenes,
c) Belum ada penyelesaian.
Dengan adanya fakta diatas maka Kontribusi yang dapat diberikan LPMK
kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta
setelah diberlakukannya Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003
Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu membantu kinerja pemerintahan
kelurahan joyosuran dalam mengatasi masalah yang terdapat di sekitar masyarakat
dan juga membantu memajukan masyarakat kelurahan di segala bidang, baik
ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.
c. Kontribusi LPMK terkait dengan Keputusan Walikota Nomor 4 Tahun 2003
Kontribusi yang dapat diberikan LPMK terkait dengan Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib
Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)adalah
Ketua LPMK bersama Kepala Kelurahan Joyosuran membuat Keputusan Bersama
Tentang Penetapan Panitia Dana Pembangunan Kelurahan (DPK) Kelurahan
Joyosuran Tahun 2008 yang bertujuan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas
pembangunan prasarana dan sarana Kelurahan Joyosuran (lihat lampiran 8).
57
C. Temuan Studi
1. Bahwa Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarata, belum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 tersebut, dikarenakan adanya penyimpangan
yang terjadi dalam pasal 7 karena untuk kepentingan masyarakat Kelurahan
Joyosuran yang membutuhkan jumlah pengurus LPMK yaitu 41 orang, lebih
banyak dari yang diatur dalam pasal 7 maksimal 39 orang, dengan maksud untuk
mengakomodir kepentingan yang ada di masyarakat.
2. Hambatan yang terdapat dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan
Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan
Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarata, tidak terdapat hambatan
yang mendasar, hanya kesulitan menerapkan keputusan walikota tersebut secara
kaku terutama pasal 7.
3. Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan
Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya
Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu membantu kinerja pemerintahan Kelurahan
Joyosuran dalam mengatasi masalah yang terdapat di sekitar masyarakat dan juga
membantu memajukan masyarakat kelurahan di segala bidang, baik ekonomi,
umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.
58
BAB V
KESIMPULAN. IMPLIKASI DAN SARAN
Dalam hubungannya dengan ini Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarata, penulis telah memaparkannya pada Bab-bab sebelumnya, maka
berdasarkan seluruh uraian dalam skripsi ini dapat penulis buat suatu kesimpulan dan saran.
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat Penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota
Surakarata, belum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 tersebut, dikarenakan adanya penyimpangan yang terjadi dalam pasal 7
karena untuk kepentingan masyarakat Kelurahan Joyosuran yang membutuhkan jumlah
pengurus LPMK yaitu 41 orang, lebih banyak dari yang diatur dalam pasal 7 maksimal
39 orang, dengan maksud untuk mengakomodir kepentingan yang ada di masyarakat.
2. Hambatan yang terdapat dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarata, tidak terdapat hambatan yang mendasar, hanya kesulitan
menerapkan keputusan walikota tersebut secara kaku terutama pasal 7.
3. Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya Surat Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib
Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu
membantu kinerja pemerintahan Kelurahan Joyosuran dalam mengatasi masalah yang
terdapat di sekitar masyarakat dan juga membantu memajukan masyarakat kelurahan di
segala bidang, baik ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.
58
59
B. IMPLIKASI
1. Bahwa implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota
Surakarata, belum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 tersebut, dikarenakan adanya penyimpangan yang terjadi dalam pasal 7
karena untuk kepentingan masyarakat Kelurahan Joyosuran yang membutuhkan jumlah
pengurus LPMK yaitu 41 orang,lebih banyak dari yang diatur dalam pasal 7 maksimal 39
orang dengan maksud untuk mengakomodir kepentingan yang ada di masyarakat, solusi
yang terkait masalah ini bahwa pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan
dan diaktualisasikan nilai instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan
mengarahkan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan
aturan yang ada.
2. Hambatan yang terdapat dalam implementasi Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarata, tidak terdapat hambatan yang mendasar, hanya kesulitan
menerapkan keputusan walikota tersebut secara kaku terutama pasal 7.
3. Kontribusi yang dapat diberikan LPMK kepada masyarakat di Kelurahan Joyosuran
Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta setelah diberlakukannya Surat Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib
Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) yaitu
membantu kinerja pemerintahan Kelurahan Joyosuran dalam mengatasi masalah yang
terdapat di sekitar masyarakat dan juga membantu memajukan masyarakat kelurahan di
segala bidang, baik ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun fisik dan prasarana.
C. SARAN
1. Dalam pembuatan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Tata Tertib Pemilihan Pengurus Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK), harus meninjau karakteristik keadaan wilayah dan
60
masyarakat yang akan dikenai peraturan tersebut, sehingga peraturan tersebut dapat
dilaksanakan dan diterapkan dengan baik, dengan demikian terjadinya kelebihan
pengurus pada Kelurahan Joyosuran yang memiliki wilayah cukup luas dengan jumlah
penduduk cukup padat dapat dihindari.
2. Kesadaran hukum dalam masyarakat dan ketegasan penegak hukum dalam hal ini
Pemerintah Kota Surakarta harus lebih ditingkatkan, disamping fasilitas dan muatan
aturan hukumnya yang diberlakukan, agar dalam pengimplementasikan suatu peraturan
dapat dilaksanakan secara baik dan efektif serta tercapainya tujuan yang diinginkan.
3. LPMK sebagai wadah aspirasi masyarakat difungsikan dan dimanfaatkan sebagaimana
seharusnya agar dapat membantu kinerja pemerintahan Kelurahan Joyosuran dalam
mengatasi masalah yang terdapat di sekitar masyarakat dan juga membantu memajukan
masyarakat kelurahan di segala bidang, baik ekonomi, umum, sosial dan budaya, maupun
fisik dan prasarana
61
DAFTAR PUSTAKA
Barack Obama. 2009. Definition of goverment http://www.brainyquote
.com/words/go/goverment 170081.html(15 juli 2009)
Bambang Sunggono. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta : Sinar Grafik
Deddy Mulyana, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Deddy Supriyadi Bratakusuma dan Dadang Solihin. 2001. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Djoko Prakoso. 1985. Proses Pembuatan Peraturan Daerah dan Beberapa Usaha Penyempurnaan. Jakarta : Ghalia Indonesia
HAW. Widjaja. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta : Raja Grafiondo Persada
H. B. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian . Surakarta : Sebelas Maret Press
I. Widarta. 2001. Cara Mudah Memahami Otonomi Daerah. Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama
Lexy J. Moleong. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Pamudji. 1988. Perbandingan Pemerintahan. Jakarta : Bina Aksara
Pariata Westra. 1997. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta : Gunung Agung
Rosjidi Ranggawidjaya. 1998. Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia. Bandung : Mandar Maju
Soerjono Soekamto. 1986. Pengantar Penyusunan Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press
Solichin Abdul Wahab. 1991. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto. 1998. Manejemen Penelitian. Jakarta : P2LPTK
Wayne Hayes. 2001. Definition of implementation policy. http://www. Geocities . com / profwork/pp/implement/define. Html ( 15 juli 2009 )
Winarno Surachmad. 1992. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito