FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

52
i FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN EMBRIO PADA UMUR TELUR TETAS BURUNG PUYUH YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh: RAHMAT RAMADHAN I 111 11 905 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

Page 1: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

i

FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN

EMBRIO PADA UMUR TELUR TETAS BURUNG PUYUH YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh:

RAHMAT RAMADHAN

I 111 11 905

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

ii

FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN

EMBRIO PADA UMUR TELUR TETAS BURUNG PUYUH YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh:

RAHMAT RAMADHAN

I 111 11 905

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rahmat Ramadhan

NIM : I 111 11 905

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil

dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan

dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Makassar, Januari 2018

Rahmat Ramadhan

I 111 11 905

Page 4: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

iv

Page 5: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

v

ABSTRAK

RAHMAT RAMADHAN (I 111 11 905). Fertilitas, Daya Tetas, Berat Tetas dan Umur

Kematian Embrio pada Umur Telur TetasBurung Puyuh yang Berbeda. Dibimbing oleh

Wempie Pakiding sebagai pembimbing utama dan Ambo Ako sebagai pembimbing

anggota.

Suatu penelitian telah dilakukan untuk melihat fertilitas, daya tetas, berat tetas

dan umur kematian embrio pada umur telur tetas burung puyuh yang berbeda. Penelitian

dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(RAK), dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan yaitu umur telur tetas

yang terdiri atas: U1 = Umur telur tetas 1 hari, U2 = Umur telur tetas 4 hari, U3 = Umur

telur tetas 7 hari, U4 = Umur telur tetas 10 hari dan U5 = Umur telur tetas 13 hari.

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 300 butir telur burung puyuh dan tiga

unit mesin tetas manual dengan kapasitas 300 butir telur. Hasil penelitian

mengindikasikan bahwa perlakuan umur telur tetas 1 – 13 hari tidak memberi pengaruh

terhadap fertilitas telur burung puyuh yang di tetaskan menggunakan mesin tetas, tetapi

terdapat kecenderungan bahwa daya tetas, berat tetas dan umur kematian embrio

meningkat pada perlakuan umur telur tetas yang tidak lebih dari 7 hari.

Kata Kunci : Fertilitas, Daya Tetas, Berat Tetas, Umur Kematian Embrio, Umur

Telur Tetas, Burung Puyuh

Page 6: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

vi

ABSTRACK

RAHMAT RAMADHAN (I 111 11 905). Fertility, Hatchability, Haching Weight and

Time of Embryonic Death of Hatching QuailEgg of Different Ages. Under quidance by

Wempie Pakiding as Supervisor and Ambo Ako as Co-Supervisor.

A study was conducted to investigate fertility, hatchability, haching weight and

timeof embryonic death of hatching quail egg of different age. The experiment was

conducted experimentally using the basic design of randomized block design (RAK),

with 5 treatments and 3 replications. The treatmentsapplied were age of hatchingeggs,

consisting of : U1 = 1 day age of hatching eggs, U2 = 4 days age of hatching eggs, U3=

7 days age of hatching eggs, U4 = 10days age of hatching eggs and U5 = 13 days age of

hatching eggs. The material used in this study was 300 quail eggs and three units

incubator of manual system with 300 eggs in capacity. The result of this study

indicatedthat the treatment age of hatching eggs 1-13 day did not effect the fertility of

quail eggs, but there was a tandency that the hatchability, haching weight and time of

embryonic deaths increased in the treatments of hatching egg that is not more than 7

days.

Keywords : Fertility, Hatchability, Haching Weight, Time of embryonic death, age

of hatching eggs, Quail.

Page 7: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…………………………………………

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan hidayah dan petunjuk bagi umat manusia, demikian juga Salawat dan

Salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi suri tauladan yang patut kita

contoh dalam kehidupan kita sehari- hari karena limpahan rahmat dan karunia-Nyalah,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin dengan judul “Fertilitas, Daya Tetas, Berat Tetas, Dan Umur Kematian

Embrio Pada Umur Telur Tetas Burung Puyuh Yang Berbeda” meskipun dalam

bentuk yang sederhana.

Berbagai kesulitan Penulis hadapi dalam penyusunan tulisan ini, namun berkat

bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Pada kesempatan ini,

dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kerja sama

dan bantuan yang diberikan oleh:

1. Sembah sujudku kepada Ayahanda Almarhum Muh. Siri dan Ibunda Hj.

Kartini tercinta yang telah mengajarkan banyak hal, memberikan motivasi,

dukungan, materi dan doa yang tak henti-hentinya untuk penulis.

Page 8: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

viii

2. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding,

M.Sc. sebagai pembimbing utama, dan bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc.

sebagai pembimbing anggota yang telah bersedia meluangkan waktu dan

memberikan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini, serta mengajarkan banyak hal tentang kedisiplinan.

3. Bapak Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt., M.P. sebagai Penasehat Akademik

yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang berate bagi penulis.

4. Terima kasih kepada Dekan, Wakil Dekan I, II, III Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin dan seluruh Staf yang telah menerima dan membantu

penulis dalam Proses akademik.

5. Bapak Prof. Dr. Mumammad Yusuf, S.Pt. sebagai Ketua Jurusan/Departemen

Produksi Ternak dan Bapak Dr. Muhammad Ichsan A. Dagong, S.Pt., M.Si.

sebagai Sekretaris Jurusan/Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA.,DES., Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni

Prawira Rahardja., M.Sc., dan Bapak Dr. Muhammad Ichsan A. Dagong,

S.Pt., M.Si. sebagai Dosen Pembahas yang telah memberikan saran dalam

proses perbaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah sabar membimbing Penulis selama masa

perkuliahan.

8. Kawan-kawan Solandeven 11 yang selalu menemani dalam suka dan duka.

9. Lembaga Himaprotek_UH dan Materpala_UH yang telah banyak memberi

wadah terhadap penulis untuk berproses dan belajar.

Page 9: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

ix

10. Kepada Kakanda Spider 03, Hamster 04, Lebah 05, Colagen 06, Rumput 07,

Bakteri 08, Merpati 09, Lion 10, dan Adinda Flock Mentality 12, Larfa 13,

Ant 14, Rantai 15.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas

bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

maupun pembaca

AAMIIN YA ROBBAL AALAMIN.

Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Januari

2018

Rahmat Ramadhan

Page 10: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

Tujuan Umum Burung Puyuh (Coturnix coturnix Japonica) ........ 3

Telur Tetas .................................................................................... 5

Penyimpanan Telur Tetas .............................................................. 6

Penetasan Telur ............................................................................. 7

Fertilitas ………………………………………………………….. 9

Daya Tetas Telur ………………………………………………… 10

Kematian Embrio ………………………………………………. . 12

Berat Tetas ……………………………………………………… 15

METODE PENELITIAN……………………………………………… . 17

Waktu & Tempat Penelitian ……………………………………… 17

Materi Penelitian ………………………………………………… 17

Page 11: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

xi

Rancangan Penilitian ……………………………………………… 17

Prosedur Penelitian ………………………………………………. 18

Parameter Yang Diukur ………………………………………….. . 20

Analisis Data ................................................................................... . 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. . 22

Fertilitas........................................................................................... . 22

Daya Tetas ....................................................................................... . 23

Berat Tetas ..................................................................................... . 25

Umur Kematian Embrio .................................................................. . 27

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. . 31

Kesimpulan ..................................................................................... . 31

Saran ................................................................................................ . 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ . 32

LAMPIRAN ............................................................................................... . 35

Page 12: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Burung dan Telur Puyuh ...................................................................... 4

2. Pengaruh Umur Telur Tetas yang Berbeda terhadap Fertilitas Telur

Burung Puyuh ...................................................................................... 22

3. Pengaruh Umur Telur Tetas yang Berbeda terhadap Daya Tetas

Telur Burung Puyuh ............................................................................ 24

4. Pengaruh Umur Telur Tetas yang Berbeda terhadap Berat Tetas

Telur BurungPuyuh ............................................................................. 26

5. Pengaruh Umur Telur Tetas yang Berbeda terhadap Umur Kematian

Embrio Telur Burung Puyuh .............................................................. 28

Page 13: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

1

PENDAHULUAN

Puyuh merupakan salah satu jenis unggas penghasil telur yang populer sebagai

sumber protein hewani. Burung puyuh mampu menghasilkan 250 butir sampai 300

butir telur selama periode satu tahundengan berat 10 g/butir (hampir 7% berat

badannya). Ukuran tubuh yang kecil sangat menguntungkan karena dengan lahan

yang tidak terlalu luas dapat dipelihara dalam jumlah yang besar. Keuntungan lainnya

adalah kemampuan tumbuh dan perkembangbiakan yang sangat cepat.Dalam waktu

45 hari, puyuh sudah mampu berproduksi dan dalam satu tahun dapat dihasilkan 3-4

keturunan (Listiyowati, dkk, 2000).

Usaha untuk memperbanyak burung puyuh dilakukan dengan carapenetasan

buatan dengan menggunakan mesin tetas oleh karena induk puyuh telah kehilangan

kemampuan untuk mengerami telurnya. Telur puyuh akan menetas setelah ditetaskan

selama 16-18 hari. Dengan tingkat fertilitas dan daya tetas yang cukup baik.

Keberhasilan menetaskan telur puyuh sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu

faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhinya

adalah fertilitas, sedangkan faktor eksternal meliputi mesin tetas, kelembaban, seleksi

telur tetas dan lama penyimpanan telur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tetas telur yang disimpan selama

enam hari lebih tinggi dibandingkan dengan telur tetas yang disimpan lebih dari tujuh

hari. Telur yang disimpan terlalu lama, pada kondisi lingkungan yang kurang baik

bisa menyebabkan penurunan berat dan kantung udara semakin membesar. Kadar

karbondioksida (CO2) dan air (H20) meningkat, sehingga isi telur semakin encer dan

Page 14: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

2

daya tetasnya menurun. Penyimpanan yang ideal untuk tetap mempertahankan daya

tetas telur adalah pada suhu 18-190C dan kelembapan 75-80% (Abidin, 2005).

Mendapatkan daya tetas yang tinggi dan hasil penetasan maka penyeleksian

terhadap telur tetas perlu dilakukan. Pemilihan telur yang kurang baik dapat menjadi

salah satu penyebab kegagalan dalam penetasan. Lama penyimpanan telur akan

mempengaruhi daya tetas karena lama penyimpanan akan menyebabkan penurunan

berat telur dan kantung udara semakain membesar.

Rendahnya tingkat fertilitas, daya tetas, berat tetas dan tingginya tingkat

kematian embrio merupakan tantangan bagi para peternak dalam menetaskan telur

menggunakan mesin tetas. Variasi lama penyimpanan telur yang berbeda menjadi

salah satu penyebab rendahnya daya tetas dan berat tetas. Namun kenyataannya,

peternak sering memilih telur untuk ditetaskan tanpa memperhatikan kualitas

eksterior telur tersebut terutama lama penyimpanan telur.

Berdasarakan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “ Fertilitas,

daya tetas, berat tetas dan umur kematian embrio pada umur telur tetas burung puyuh

yang berbeda ” dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh umur telur tetas terhadap

fertilitas, daya tetas, berat tetas dan umur kematian embrio pada telur burung puyuh

yang ditetaskan secara buatan dengan menggunakan mesin tetas. Sedangkan

kegunaan yang diharapkan adalah sebagai bahan referensi kepada para peternak dan

akademisi tentang kondisi kualitas telur pada umur telur tetas yang berbeda terhadap

keberhasilan dalam melakukan penetasan menggunakan mesin tetas.

Page 15: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

3

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Burung Puyuh (Coturnix coturnix Japonica)

Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, bentuk

ukuran tubuhnya relatif kecil dan memiliki postur kaki pendek. Burung puyuh

merupakan burung liar yang pertama kali dikembangkan/ternakkan di Amerika

Serikat pada tahun 1870. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Amerika yaitu Bob

White Quail dan Colinus Virgianus.sedangkan di China yaitu Blue Breasted Quaildan

Coturnix Chinensis (Tetty, 2002). Beberapa negara misalnya Jepang, China, Amerika

dan bagian negara Eropa, sebagian besar masyarakatnya telah mengkonsumsi telur

dan dagingnya. Peningkatan konsumsi telur dan daging puyuh disebabkan karena

burung puyuh bersifat dwiguna. Pengembangan burung puyuh terus dikembangkan

keseluruh penjuru dunia, namun di Indonesia pengembangan burung puyuh belum

sepenuhnya dilirik oleh masyarakat, padahal prospek peternakan burung puyuh

kedepannya sangat potensial dalam memenuhi kesejahteraan masyarakat, burung

puyuh mulai dikenal dan diternakkan di Indonesia sejak tahun 1979 ( Nugroho dan

Mayun, 1986).

Di Indonesia burung puyuh yang umum dipelihara oleh peternak adalah burung

puyuh Jepang (Coturnix-coturnix Japonica). Puyuh ini biasa ditemukan di hutan

belantara, hidupnya sering berpindah - pindah dari satu tempat ke tempat yang

lainnya. Bentuk badan puyuh betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Telur

coturnix bewarna coklat tua, biru, putih dengan bintik-bintik hitam, cokelat dan biru.

Menurut Helinna dan Mulyantoro (2002) menyatakan bahwa puyuh dapat bertelur

Page 16: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

4

sebanyak 300 butir/tahun. Produksi telur yang optimum dapat ditentukan oleh tiga

faktor utama yaitu breeding, feeding dan management.

Menurut Agromedia (2002), klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Aves

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Sub Famili : Phasianidae

Genus : Coturnix

Species : Coturnix coturnix Japonica

Gambar 1. Burung dan Telur Puyuh

Page 17: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

5

Telur Tetas

Telur tetas ini memiliki struktur atau bagian-bagian yang berperan penting

dalam perkembangan embrio sehingga telur dapat menetas, agar dapat menetas telur

tetas ini sangat tergantung pada keadaan telur dan cara penangannya (Nuryati dkk,

2003). Air menyusun sekitar 45%dari kerabang telur, isi telur mengandung sekitar

74%. Kandungan air pada albumen tinggi, bagian yang padat hampir seluruhnya

protein dan sejumlah kecil karbohidrat, sekitar separuh dari yolk berupa air, tetapi

bagian yang padat tersusun sebagian besar dari lemak, protein, vitamin, dan mineral

(Suprijatna dkk, 2005).

Telur yang baik untuk bibit adalah yang fertil (berisi benih), namun sampai

saat ini belum ada cara efektif untuk membedakan telur yang fertil dan infertil

sebelum ditetaskan, cara yang masih digunakan sampai sekarang yaitu meneropong

telur-telur tersebutbeberapa hari setelah telur berada didalam mesin tetas,

peneropongan dilakukan untukmengetahui adanya pembuluh darah dalam telur, bila

terdapat pembuluh darah berarti telur fertil.

Pada telur burung puyuh sulit dilakukan peneropongannya karena kulit telurnya

yang berbintik-bintik sehingga sangat sulit untuk melihat bagian dalam telur, oleh

karena itu pada proses penetasan telur puyuh tidak perlu dilakukan peneropongan.

Pemeriksaan telur burung puyuh dapat diamati secara langsung, misalnya retak, kulit

berlendir, berbau, dan sebagainya. Telur-telur puyuh yang cacat tersebut harus

disingkirkan (Jutawan, 2005).

Page 18: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

6

Ciri-ciri fisik yang dapat dijadikan patokan dalam memilih telur yang baik

untuk bibit diantaranya bukan berasal dari perkawinan saudara. Telur sebaiknya

diambil dari induk betina berumur 4-10 bulan dan dipelihara bersama pejantan

dengan perbandingan 3:1. Faktor yang mempengaruhi telur tetas setelah keluar dari

induk puyuh lebih banyak disebabkan oleh faktor teknis penanganannya, bentuk telur,

daya simpan telur, suhu, kelembapan. Daya simpan telur akan mengalami perubahan

kualitas seiring dengan lamanya penyimpanan. Semakin lama waktu penyimpanan

akan mengakibatkan terjadinya banyak penguapan cairan didalam telur dan

menyebabkan kantung udara semakin besar. Paimin (2004) mengatakan bahwa, Telur

tetas yang baik adalah yang letak ruang udaranya tetap yaitu dibagian ujung telur

yang tumpul. Ruang udara itu sangat erat hubungannya dengan posisi pertumbuhan

embrio dalam telur.

Penyimpanan Telur Tetas

Penyimpanan telur tetas harus memperhatikan suhu dan kelembapan

lingkungan. Sebaiknya telur disimpan pada suhu 12,8o C dengan kelembapan 60%,

oleh karena itu telur tetas yang dijual dipasar dalam keadaan terbuka dibawah sinar

matahari mempunyai daya tetas yang rendah, simpan telur dengan posisi bagian

tumpul diatas. Daya tetas menurun sangat cepat bila telur disimpan lebih dari 7 hari.

Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya tetas telur burung Puyuh. Abidin

(2005) menyatakan bahwa daya tetas telur disimpan selama 6 hari lebih tinggi

dibandingkan dengan telur tetas disimpan 7 hari. Telur yang disimpan terlalu lama,

apalagi dalam kondisi lingkungan yang kurang baik, bisa menyebabkan penurunan

berat telur dan kantung udaranya semakin berkurang (Andrianto, 2005). Telur

Page 19: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

7

sebaiknya ditempatkan pada egg tray dengan bagian tumpul diletakkan sebelah atas.

Hal ini untuk menjaga agar ruang udara dalam telur tetap berada didalam ujung

tumpul. Ruang udara ini sangat diperlukan untuk perkembangan embrio, posisi telur

harus diubah , apabila dalam 4-6 hari telur belum dimasukkan dalam mesin tetas,

maka posisi telur perlu diubah-ubah. Putar posisi telur sekali dalam sehari sampai

telur dimasukkan ke dalam mesin tetas.Total pemutaran 900,hal ini dilakukan untuk

mencegah agar kuning telur tidak menyentuh kulit telur dan merusak embrionya.

Penetasan Telur

Penetasan merupakan proses perekembangan embrio di dalam telur sampai

pecah menghasilkan anak. Dimana penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk

atau secara buatan (artificial) menggunakan mesin tetas. Bagi beberapa spesies

penetasan secara alami merupakan cara penetasan paling efisien. Namun, bagi ayam,

kalkun dan itik, cara penetasan buatan lebih menguntungkan untuk tujuan ekonomis.

Tingkat keberhasilan penetasan buatan tergantung dari banyak faktor, antara lain telur

tetas, mesin tetas dan tata laksana penetasan (manajemen) ( Suprijatna dkk., 2005 ).

Menetaskan telur sendiri mengandung pengertian suatu usaha untuk

menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas telur yang sistem atau cara

kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk ayam atau unggas lainnya

selama masa pengeraman. Oleh karena itu tidak heran jika banyak orang yang

menyebut alat ini dengan istilah mesin penetas telur dan ada sebagian orang yang

menggunakan istilah setter (ruang pengeraman) dan hatcher (ruang penetasan).

Sebaiknya telur yang ditetaskan berukuran normal yang beratnya 11-13 gram per

Page 20: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

8

butir. Ukuran normal tersebut dapat dicapai setelah induknya berumur 2,5 bulan.

Dengan demikian pengambilan telur tetas burung Puyuh dilaksanakan sejak induk

berumur 2,5-8 bulan (Sugiharto, 2005).

Menurut Sugiharto (2005), keberhasilan proses penetasan telur dipengarauhi

oleh beberapa faktor. Adapun faktor penentu yaitu meliputi sumber panas, air,

operator mesin tetas, dan pergerakan udara.

a. Sumber panas

Sumber panas dalam mesin harus terbebas dari ganguan selama proses

berjalan. Apabila mesin penetas masih menggunakan sumber panas dari minyak

tanah maka perlu diusahakan pengontrolan minyak tanah dan nyala apinya.

Apabila sudah menggunakan listrik sebagai sumber panas maka perlu cadangan

energy seperti diesel, generator atau genset.

b. Air

Air sangat dibutuhkan mesin penetas untuk mengatur kelembapan dalam

ruang. Tanpa air, kemungkinan kegagalan menjadi lebih besar. Air memang

berhubungan erat dengan daya tetas telur. Oleh karena itu pada saat memasuki

periode kritis, air selalu harus tersedia secara maksimal. Karena pada saat

periode kritis ruang sudah tidak dibuka lagi sehingga air perlu dipersiapkan

ketika memasuki periode kritis.

c. Operator

Operator adalah orang atau petugas yang melaksanakan atau melayani tugas

selama proses penetasan berlangsung. Operator haruslah orang yang terampil,

telaten, dan sabar. Seorang operator perlu untuk membuat catatan-catatan

Page 21: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

9

selama proses penetasan berlangsung. Hal ini berguna untuk perbandingan

setiap dilakukan penetasan dan sebagai bahan perbandingan pada pelaksaaan

penetasan selanjutnya. Beberapa hal yang harus dikerjakan selama proses

penetasan berlangsung antara lain : pengaturan suhu, pengaturan kelembaban,

pengaturan ventilasi, pemutaran telur, dan pengamatan periode kritis.

d. Pergerakan udara

Sirkulasi udara dalam ruangan harus diperhatikan. Banyaknya udara yang

masuk dan keluar harus seimbang.Hal ini dimaksudkan agar perputaran udara

dalam ruangan selalu terjadi dan ketersediaan udara yang bersih dalam ruangan

selalu tersedia. Udara yang bersih sangat baik bagi semua proses penetasan

telur puyuh yang akan ditetaskan.

Fertilitas

Nuryati et al. (2000) menyatakan bahwa agar telur dapat menetas jadi anak,

telur tersebut harus dalam keadaan fertil yang disebut dengan telur tetas. Telur tetas

merupakan telur yang telah dibuahi oleh sel kelamin jantan. Fertilitas adalah

persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan.

Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu

Calsium. Sumber mineral ini utamanya adalah Calsium yang terdapat dalam kerabang

telur. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Calsium selama periode

penetasan. Adanya peningkatan kadar Calsium pada telur fertil yang dieramkan ini

hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang telur melalui

membran kerabang. Apabila pakan induk defisiensi akan mineral maka berdampak

Page 22: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

10

pada fertilitas dari telur yang ditetaskan, hal ini juga berpengaruh pada pembentukan

embrio (Suprijatna dkk., 2005).

Fertilitas burung Puyuh juga dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1) Sperma; 2)

Pakan; 3) Umur pembibit; 4) Musim atau suhu; 5) Sifat kawin pejantan; 6) Waktu

perkawinan; 7) Produksi telur (Agromedia, 2002).

Daya Tetas Telur

Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil disebut daya tetas

(Card and Leslie, 1993). Daya tetas telur merupakan salah satu indicator didalam

menentukan keberhasilan suatu penetasan (Wibowo dkk., 1994). Daya tetas telur

yaitu banyakanya telur yang menetas dibandingkan dengan banyaknya telur yang

fertil dan dinyatakan dalam persen. Daya tetas telur dipengaruhi oleh penyiapan telur,

faktor genetik, suhu dan kelembabapan, umur induk, kebersihan telur, ukuran telur,

nutrisi dan fertilitas telur (Sutiyonodkk., 2006). Rasyaf (1993) menyatakan bahwa

untuk menghasilkan daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energi

tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral. Semua itu bertujuan untuk

mendukung pertumbuhan embrio saat telur ditetaskan.

Heuser (1975) menyatakan Calsium dan Phosphor dibutuhkan dalam jumlah

besar untuk pembentukan tulang dan kerabang telur. Daya tetas telur berkerabang

tipis akan rendah dan telur mudah pecah (Nugroho dan Manyun, 1982). Daya tetas

juga akan menurun apabila telur disimpan terlalu lama. Telur-telur yang disimpan

daya tetasnya akan menurun, kira-kira 3% tiap tambahan sehari. Telur yang disimpan

dalam kantung plastik PVC (polyvinylidene chloride) dapat tahan lebih lama, kira-

Page 23: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

11

kira 13-21 hari dibandingkan telur yang tidak disimpan dalam kantung plastik PVC.

Biasanya telur yang disimpan dalam kantung plastik ini daya tetasnya juga lebih

tinggi dari pada telur yang disimpan dalam ruangan terbuka (Nugroho dan Manyun,

1986).

Menurut Murtidjo (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas tersebut

adalah temperature, cara penyimpanan , umur telur, kebersihan kulit telur. Banyak

factor yang mempengaruhi rendahnya daya tetas, antara lain cara atau metode

penetasan,pengaturan suhu dan kelembabapan incubator, kebersihan telur,

pengumpulan dan penyimpanan telur, dan factor-faktor lain yang masih belum

diketahui (Setioko, 1998).

Menurut Safitri (2011), ada 4 faktor yang mempengaruhi daya tetas telur

unggas yaitu

a. Produksi telur

Unggas dengan produksi telur yang tinggi akan menghasilkan daya tetas

lebih baik dibandingkan dengan produksi yang rendah

b. Sistem perkawinan

Inbreeding (kawin keluarga) akan menurunkan daya tetas sedangkan

crossbreeding hasilnya masih dipengaruhi oleh sifat-sifat ganda yang

diturunkan oleh induk semula

c. Kondisi fisik telur tetas

fisik telur tetas seperti ukuran, berat, bentuk, kualitas kerabang telur dan isi

telur dipengaruhi daya tetas. Telur yang terlalu besar atau kecil tidak dapat

Page 24: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

12

menetas dengan baik. Begitu juga telur yang bentuknya tidak normal, kerabang

telur tipis dan keaadannya kotor, daya tetasnya tidak baik.

d. Penyimpanan, kelembaban, dan temperature

Untuk mendapatkan daya tetas yang tinggi diperlukan telur-telur yang baru.

Penyimpanan telur kurang dari 7 hari, daya tetasnya tinggi sedangkan jika

lebih daya tetasnya menurun. Hal ini disebabkan telur terlalu porius sehingga

akan mempengaruhi penyerapan panas selama penetasan. Selain itu temperature

dan kelembaban selama penetasan mempengaruhi daya tetas. Temperatur yang

dibutuhkan unggas selama penetasan umumnya hampir sama yaitu 380 sampai

410 dengan kelembaban 60-70%.

Kematian Embrio

Kematian embrio tidak terjadi secara merata selama masa pengeraman telur.

Sekitar 65% kematian embrio terjadi pada dua fase masa pengeraman, yaitu pada fase

awal, puncak kematian embrio terjadi hari ke empat, fase akhir, puncaknya terjadi

pada hari ke-16. Kematian embrio dini meningkat antara hari kedua dan keempat

masa pengeraman (Saefuddin,2000).Kematian embrio dapat terjadi karena pakan

induk mengalami defisiensi zat gizi seperti vitamin dan mineral, sehingga

metabolisme dan perkembangan embrio menjadi tidak optimal. Untuk mengatasi hal

ini, pada ransum induk perlu ditambahkan suplemen vitamin dan mineral yang

banyak dijual dipasaran.

Telur yang kotor juga merupakan salah satu faktor kematian embrio. Para ahli

melaporkan bahwa sekitar 0.5 % sampai 6% telur yang berasal dariinduk sehat

Page 25: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

13

mengandung E coli dan sekitar 1.75% dari embrio yang mati mengandung E coli

serotype pathogen. Sumber kematian embrio yang terpenting adalah akibat

pencemaran feses pada telur. Telur tetas yang berasal dari lingkungan yang kotor

dengan kualitas kerabang yang tipis akan mudah kemasukan E Coli dan dapat

mecapai yolksac. Sumber infeksi lain adalah ovarium atau oviduk yang terinfeksi

oleh bakteri tersebut.

Selain itu kematian embrio dapat terjadi karena prosedur penetasan yang tidak

sesuai seperti temperature incubator terlalu tinggi atau terlalu rendah, penyimpanan

telur yang terlalu lama, telur tidak diputar. Telur yang tidak diputar atau tidak dibalik

karena kelalaian atau matinya sumber listrik jelas akan mepengaruhi posisi embrio,

akibatnya embrio tidak dapat tumbuh normal dan akhirnya mati (Setiawan, 2010).

Husain (2012), menambahkan penyebab kematian embrio dalam telur pada

masa penetasan dengan menggunakan mesin tetasadalah sebagai berikut :

a. Induk terserang penyakit

Memiliki indukan sendiri memang lebih baik daripada membeli telur

ditempat lain yang tidak diketahui kualitas induknya.

b. Sebelum diinkubasi telur tidak diangin-ainginkan

Telur adalah benda hidup yang mengalami metabolisme dan mengeluarkan

panas. Pada saat pengangkutan dan penjualan dipasar, telur mengalami

kenaikan suhu karena pengemasan. Penumpukan dan penjemuran. Karena itu,

sebelum di masukkan kedalam mesin tetas, telur perlu diangin-anginkan

terlebih dahulu sekitar satu jam agar tidak terjadi perubahan suhu yang

signifikan.

Page 26: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

14

c. Suhu di dalam mesin tetas terlalu tinggi atau terlalu rendah

Suhu diruang inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 20 C dari

kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 360C-390C.

d. Padamnya sumber pemanas

Padamnya sumber pemanas dapat menurunkan suhu diruang inkubasi jika

suhu dimesin tetas mencapai 270 C selama 1-2 jam, maka embrio akan segera

mati.

e. Telur didalam mesin tetas tidak diputar

Telur yang tidak diputar atau dibalik karena kemalasan, kelalaian atau

matinya sumber listrik jelas akan mempengaruhi posisi embrio. Telur yang

dibalik atau diputarnya tidak beraturan dapat meyebabkan pelekatan pada satu

sisi. Akibatnya, embrio tidak akan dapat tumbuh normal dan akhirnya mati.

f. Kandungan CO2 yang terlalu tinggi

Aktifnya metabolisme embrio menyebabkan akumulasi CO2 didalam ruang

penetasan. Selain dapat menyebabkan kematian embrio, jumlah CO2 yang

terlalu banyak dapat menyebabkan DOQ (Day Old Quail) yang berhasil

menetas menjadi lemas dan lemah. Ventilasi atau aliran udara yang tidak baik

menjadi factor utama terjadinya penumpukan zat asam arang ini.

g. Telur disimpan pada suhu diatas 300C

Telur yang berada pada ruangan bersuhu diatas 300C, bagian putih telurnya

akan segera encer sehingga tali pengikat kuning telur mudah putus.

Page 27: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

15

h. Telur berumur lebih dari 5 hari

Putih telur mudah encer jika setelah berumur 5 hari telur belum juga

dimasukkan ke dalam mesin tetas.

Berat Tetas

Berat tetas adalah berat DOQ setelah menetas yang bulu badannya telah kering

dan sebelum diberi makan atau minum untuk pertama kalinya. Sudaryani dkk (1994)

mengatakan, berat telur tetas merupakan faktor utama yang mempengaruhi berat

tetas, selanjutnya dikatakan berat tetas yang normal adalah dua per tiga dari berat

telur dan apabila berat tetas kurang dari hasil perhitungan tersebut maka proses

penetasan bisa dikatakan belum berhasil. Berat telur tidak hanya berpengaruh

terhadap daya tetas saja tetapi juga sangat berpengaruh terhadap berat tetas, dimana

berat telur tetas yang tinggi akan menghasilkan berat tetas yang tinggi dan sebaliknya

(Rasyraf, 1984).

Rahayu (2005), menyatakan bahwa burung puyuh yang ditetaskan dari telur

yang kecil, beratnya akan lebih kecil dibandingkan dengan burung puyuh yang

berasal dari telur yang besar. Hal ini terjadi karena telur mengandung nutrisi seperti

vitamin, mineral dan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selama pengeraman.

Nutrisi ini juga berfungsi sebagai cadangan makanan untuk beberapa waktu setelah

anak burung puyuh menetas. Berat tetas meruapakan salah satu penentu keberhasilan

usaha penetasan. Untuk mendapatkan berat tetas yang baik perlu dilakukan seleksi

telur dengan baik seperti memilih telur dari induk yang sehat (Wibowo, 1994).

Page 28: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September

2017 di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu tiga unit mesin tetas manual,

berbentuk kotak dengan kapasitas 300 butir, timbangan dan sumber energi listrik.

Bahan yang digunakan adalah telur puyuh sebanyak 300 butir dan bahan

fumigasi (formalin).

Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan

Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 mesin tetas sebagai kelompok

ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 20 butir telur. Sebagai perlakuan yang

diterapkan yaitu umur telur (lama penyimpanan telur mulai dari peneluran sampai

masuk pada mesin tetas) yang terdiri atas:

U1 = Umur telur 1 hari

U2 = Umur telur 4 hari

U3 = Umur telur 7 hari

U4 = Umur telur 10 hari

U5 = Umur telur 13 hari

Page 29: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

17

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Mesin Tetas

Sebelum digunakan, mesin tetas terlebih dahulu dibersihkandan difumigasi

dengan menggunakan larutan formalin. Mesin dijalankan selama 1x24 jam untuk

mendapatkan temperatur yang stabil sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas.

Pengaturan kelembaban dilakukan dengan meletakkan talenan berisi air pada bagian

bawah tempat telur untuk mendapatkan kelembaban sekitar 70%.

2. Penyiapan Telur Tetas

Telur tetas yang digunakan bersumber dari burung puyuh produktif yang

dipelihara secara intensif dengan sex ratio 1:1. Telur yang digunakan diseleksi

berdasarkan bentuk eksterior untuk memilih telur-telur yang normal. Seleksi

dilakukan terhadap berat telur 10-11 g, bentuk oval, warna putih mempunyai bintil

hitam dan bersih.Sebelum penetasan, penampungan telur dilakukan terlebih dahulu

secara berurutan yang dimulai pada telur umur 13 hari (U5), 10 hari (U4), 7 hari

(U3), 4 hari (U2) dan 1 hari (U1) sehingga proses penetasan dapat dilaksanakan

secara bersamaan. Selama penyimpanan telur ditempatkan pada egg traydan

diletakkan pada suhu kamar.

3. Peletakan telur pada mesin tetas

Telur yang telah diseleksi dibersihkan dengan menggunkan kain halus dan air

hangat. Telur selanjutnya disusun dalam rak secara horizontal. Telur diberi tanda

sesuai dengan umur telur kemudian disusun kedalam rak telur yang telah diberi sekat

pemisah antar setiap perlakuan.

Page 30: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

18

4. Pembalikan Telur

a. Hari ke-1 s/d hari ke-2

Pada dua hari pertama, suhu dalam ruangan penetasan sebesar 37oC atau

100oF, ventilasi semuanya dalam keadaan tertutup rapat, dan pintu mesin penetas

senantiasa tertutup. Pada dua hari pertama, pembalikan telur belum dilakukan.

b. Hari ke-3 s/d hari ke-7

Pada hari ke-3 suhu ruangan masih sama, pada hari ini ventilasi mulai dibuka

¼ bagian, pada hari ke-4 ½ bagian, pada hari ke-5 dibuka ¾ bagian, kemudian pada

hari ke-6 semua ventilasi terbuka seluruhnya. Pada hari ke-3 pembalikan telur mulai

dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), pembalikan telur dilakukan dengan cara

memiringkan posisi rak telur didalam mesin tetas. Tujuan dari pembalikan ini adalah

supaya embrio telur tidak melekat disalah satu sisi telur yang bisa menyebabkan telur

tidak jadi menetas (mati).

c. Hari ke-8 s/d 14

Suhu ruangan dijaga stabil sama seperti sebelumnya, ventiasi semua terbuka

dan proses pembalikan telur masih tetap dilakukan

d. Hari ke-14 s/d hari ke-17

Mulai hari ke-14 pembalikan telur dihentikan sampai dengan penetasan.

Penetasan mulai terjadi pada hari ke-16 hingga hari ke-18.Pemindahan anak puyuh

ke kandang box dilakukan setelah buluh-buluh anak puyuh sudah mengering.

Page 31: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

19

Parameter yang Diukur

Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah:

1. Fertilitas Telur

Pada akhir penetasan, dilakukan penghitungan presentasi telur yang fertile pada

setiap perlakuan dengan cara memecahkan telur yang tidak menetas kemudian

menghitung jumlah telur yang mengalami pembuahan. Telur yang mengalami

pembuahan ditandai dengan terdapat embrio didalam telur. Persentase fertilitas

dihitung dengan menggunakan rumus menurut North and Bell (1990) sebagai berikut:

𝐹𝑒𝑟𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑓𝑒𝑟𝑡𝑖𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑟𝑎𝑚𝑖𝑥 100

2. Daya Tetas Telur

Penghitungan daya tetas dilakukan dengan menghitung jumlah telur yang

berhasil menetas dari jumlah telur yang fertil pada setiap perlakuan. Persentase daya

tetas dihitung dengan menggunakan rumus menurut North and Bell (1990) sebagai

berikut:

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑠 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑓𝑒𝑟𝑡𝑖𝑙𝑥 100

3. Berat Tetas

Berat tetas di ukur dengan menimbang anak burung puyuh yang baru menetas

setelah bulu badannya sudah kering, kemudian mencatat data pengukuran dan

mencari nilai rata-rata berat tetas dari setiap perlakuan. Data berat tetas yang

dianalisis dalam penelitian ini hanya perlakuan umur telur 1, 4 dan 7 hari yang

memenuhi syarat untuk diuji.

Page 32: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

20

4. Umur kematian embryo

Pada akhir penetasan (hari ke-18) dilakukan pemecahan terhadap telur yang

tidak menetas kemudian dilakukan pengamatan terhadap embrio. Embrio selanjutnya

diklasifikasikan kedalam 3 kelompok umur (minggu) kematian berdasarkan

perkembangan embryoyang dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu, Periode awal

penetasan (early period); Embrio belum terbentuk secara sempurna, Periode tengah

penetasan (middle period); Embrio telah terbentuk sempurna tetapi yolk masih berada

di luar tubuh dan Periode akhir penetasan(late period); Embrio telah terbentuk

sempurna dan yolk telah berada di dalam tubuh.

Analisa data

Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) 5 perlakuan dengan 3 kelompok sebagai ulangan. Sedangkan data

umur kematian embrio diolah secara deskriptif. Adapun model matematik yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + ßj+€ij dimana: i = 1,2,3,4,5

j = 1,2,3

Keterangan :

Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke – ij

µ = Nilai tengah sampel

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

ßj = Pengaruh kelompok ke-j

€ij = Galat percobaan dari perlakuan ke –i dan kelompok ke - j

Apabila analisis ragam menunjukan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan

dengan Uji Duncan (Gaspersz,1991).

Page 33: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fertilitas

Sinabutar (2009) mengartikan fertilitas sebagai persentase jumlah telur yang

memperlihatkan adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur yang ditetaskan

tanpa memperhatikan telur tersebut menetas atau tidak. Rata rata fertilitas telur

burung puyuh yang di tetaskan dengan umur telur tetas yang berbeda dapat dilihat

pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh Umur Telur Tetas yang Berbeda terhadap Fertilitas Telur

Burung Puyuh.

Ket : U1 = Umur telur 1 hari, U2 = Umur telur 4 hari, U3 = Umur telur

7 hari, U4 = Umur telur 10 hari, U5 = Umur telur 13 hari.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rataan fertilitas pada perlakuan U1, U2,

U3, U4 dan U5 masing-masing 88.33, 90.00, 78.33, 83.33 dan 71.67 %. Hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa umur telur tetas yang berbeda tidak menunjukkan

pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap fertilitas telur burung puyuh. Hal ini

88.33 90.00

78.3383.33

71.67

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

U1 U2 U3 U4 U5

Fer

tili

tas

(%)

Perlakuan (Umur Telur)

Page 34: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

22

kemungkinan disebabkan oleh telur yang digunakan bersumber dari burung puyuh

yang diternakkan secara instensif dengan sex ratio yang sama sehingga menghasilkan

fertilitas yang relatif sama. Agromedia (2002) menyatakan bahwa fertilitas burung

puyuh dipengaruhi oleh faktor sperma, pakan, umur bibit, musim atau suhu, sifat

kawin pejantan, waktu perkawinan dan produksi telur. Ditambahkan oleh King’ori

(2011) bahwa faktor yang mempengaruhi fertilitas antara lain adalah nutrisi pakan,

motilitas sperma, dan persentase sel sperma yang abnormal atau mati.

Selama penyimpanan telur kemungkinan belum terjadi kerusakan telur yang

berdampak pada kematian embrio sebelum ditetaskan. Card danNesheim (1979)

menyatakanbahwasemakin lama telurdisimpan, serabut protein yang membentukjala

(ovumucin) akan rusak dan pecah karena kenaikan ph akibat terjadinya penguapan

karbondioksida. Lebih lanjut Meliyati dkk., (2012), mengemukakan bahwa semakin

bertambahnya umur telur tetas maka kualitas telur akan menurun. Demikian pula

North dan Bell (1990) melaporkan bahwa telur yang masih dalam keadaan segar akan

menghasilkan fertilitas yang tinggi karena fertilitas ditentukan oleh kualitas telur.

Daya Tetas

Daya tetas adalah persentase telur yang menetas dari telur yang fertil (Susanti

dkk., 2015). Daya tetas telur dipengaruhi oleh penyiapan telur, faktor genetik, suhu

dan kelembaban, umur induk, kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi dan fertilitas telur

(Sutiyono dkk., 2006). Hasil penelitian terhadap rata-rata daya tetas telur burung

puyuh yang di tetaskan dengan umur telur tetas yang berbeda dapat dilihat pada

Gambar 3.

Page 35: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

23

Gambar 3. Pengaruh Umur Telur Tetas yang Berbeda terhadap Daya Tetas Telur Burung

Puyuh.

Ket : U1 = Umur telur 1 hari, U2 = Umur telur 4 hari, U3 = Umur telur 7 hari,

U4 = Umur telur 10 hari, U5 = Umur telur 13 hari.Hurufyang berbeda

mengindikasikan pengaruh yang nyata (P<0.05).

Berdasarkan data hasil penelitian pada umur telur tetas yang berbeda

menunjukkan bahwa semakin singkat umur (hari) penyimpanan telur semakin tinggi

daya tetasnya. Rataan daya tetas terhadap umur telur tetas burung puyuh yang

berbeda (Gambar 3) memperlihatkan bahwaumur telur tetas 1 hari memiliki daya

tetas tertinggi (79,52%), dan daya tetas terendah diperoleh pada telur berumur 13 hari

(0,00%). Hasil analisis ragam pada umur telur tetas yang berbeda menunjukkan

pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap daya tetas telur burung puyuh. Hasil Uji

Duncan menunjukkan bahwa tingkat daya tetas tertinggi didapatkan pada perlakuan

U1 dan berbeda dengan U2, U3, U4dan U5. Sedangkan perlakuan U2 dan U3 berbeda

dengan U4 dan U5. Hal ini mungkin disebabkan oleh kualitas telur. Umur telur yang

singkat memiliki kualitas yang tinggi karena telur masih dalam keadaan segar.

79.52 c

43.01 b

51.03 b

5.88 a0.00 a

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

U1 U2 U3 U4 U5

Day

a Te

tas

(%)

Perlakuan (umur telur)

Page 36: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

24

Menurut Meliyati dkk., (2012), umur telur yang baik untuk penetasan yaitu tidak

lebih dari 7 hari karena akan menyebabkan daya tetas telur menurun dibanding

dengan telur tetas yang berumur 1-3 hari (telur segar). Lebih lanjut dikemukakan

bahwa telur segar memliki kualitas yang baik dibanding telur yang lama. Telur yang

segar memiliki kondisi isi telur yang baik seperti kondisi putih telur yang kental dan

tebal dengan kuning telur berada di tengah. Putih dan kuning telur merupakan bagian

terpenting telur karena keduanya banyak mengandung zat-zat gizi yang berguna

untuk menunjang kehidupan embrio. Selain itu, kondisi putih telur yang kental

dengan kuning telur yang berada di tengah akan menyebabkan bakteri yang terdapat

pada kerabang telur sulit mencapai posisi embrio yang berada dalam kuning telur.

Berat Tetas

Berat tetas adalah berat DOQ (Day Old Quail) setelah menetas yang bulu

badannya telah kering dan sebelum diberi makan atau minum untuk pertama

kalinya.Berat tetas merupakan indikator performa pertumbuhan dari anakan yang

dihasilkan. Hasil penelitian terhadap rata rata berat tetas telur burung puyuh yang di

tetaskan dengan umur telur tetas yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 37: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

25

Gambar 4. Pengaruh Umur Telur Tetas yang Berbeda terhadap Berat Tetas Telur Burung

Puyuh.

Ket : U1 = Umur telur 1 hari, U2 = Umur telur 4 hari, U3 = Umur telur 7

hari.Hurufyang berbeda mengindikasikan pengaruh yang nyata (P<0.05).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin singkat umur (hari)

penyimpanan telur semakin tinggi berat tetasnya. Rataan berat tetas terhadap umur

telur burung puyuh yang berbeda (Gambar 4) memperlihatkan bahwa berat tetas

tertinggi diperoleh pada perlakuan U1 (7.78 g/ekor) dan terendah pada perlakuan U3

(7.07 g/ekor). Hasil analisis ragam mengindikasikan bahwa umur telur tetas yang

berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap berat tetas burung

puyuh. Hasil Uji Duncan terhadap berat tetas memperlihatkan perlakuan U1 berbeda

dengan U3 namun, tidak berbeda dengan U2.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur telur yang singkat

menghasilkan berat tetas yang tinggi dan semakin lama umur telur maka semakin

rendah berat tetasyang dihasilkan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh umur telur

yang singkat (segar) mengalami sedikit susut telur diluar penetasan sedangkan umur

7.78 b 7.48 ab7.07 a

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

U1 U2 U3

Be

rat

teta

s (g

r/e

kor)

Perlakuan (Umur tetas)

Page 38: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

26

telur yang lama mengalami susut telur yang tinggi yaitu saat sebelum ditetaskan

maupun pada saat ditetaskan. Susut telur akan berdampak pada bobot tetas. Menurut

Iskandar (2003) terjadinya penyusutan bobot telur sebelum dan saat penetasan dapat

dilihat dari berkurangnya bobot telur akibat terjadi penguapan cairan dan zat-zat

organik. Susut telur yang tinggi akan berdampak negatif terhadap bobot tetas. Lebih

lanjut, Susanti dkk. (2015) menyatakan bahwa bobot tetas dipengaruhi oleh bobot

awal telur, suhu dan kelembababan. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa antara

bobot telur dan bobot tetas yang dihasilkan terdapat korelasi yang tinggi.

Umur Kematian Embrio

Mortalitas adalah persentase telur yang mati dari sekelompok telur fertil yang

ditetaskan. Untuk menghitung umur kematian embrio pada fase awal (early period),

fase tengah (middle period) dan fase akhir (late period) dilakukan pemecahan telur

dan mengamati perkembangan embrio di akhir periode penetasan (hari ke-18). Hasil

penelitian terhadap rata rata umur kematian embrio burung puyuh yang di tetaskan

dengan umur telur tetas yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 39: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

27

Gambar 5. Pengaruh Umur Telur Tetas yang Berbeda terhadap Umur Kematian

Embrio Telur Burung Puyuh. E = Early period, M = Midle period, L =

Late period

Hasil penelitian (Gambar 5) menunjukkan bahwa umur kematian embrio

kategori early period (E), umur telur 1 hari (U1) 0,00% memiliki persentase kematian

embrio yang lebih rendah dari semua perlakuan, diikuti lebih tinggi oleh umur telur 4

hari (U2) 28,87%, 7 hari (U3) 31,81%, 10 hari (U4) 72,80% dan 13 hari (U5) 95,69%

secara berturut-turut. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama umur telur maka

semakin tinggi kematian embrio pada kategori E yang ditandai dengan embrio

tumbuh dan berkembang secara normal, tetapi tidak memiliki upaya untuk menerobos

kerabang.

Pada kategori Middleperiod (M), U5 (4,30%), memiliki persentase kematian

yang lebih rendah diikuti lebih tinggi oleh U4 (20,04%), U1 (41,66%), U2 (53,81%)

dan U3 (54,04%). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama umur telur maka

semakin rendah kematian embrio pada kategori M yang ditandai dengan

0

41.67

58.33

28.87

53.81

17.32

31.82

54.04

14.13

72.81

20.05

7.14

95.69

4.310

0

20

40

60

80

100

120

E M L E M L E M L E M L E M L

U1 U2 U3 U4 U5

Perse

nta

si k

em

ati

an

(%

)

Perlakuan (Umur Telur)

Page 40: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

28

menunjukkan karakteristik paruh yang pipih dan lentur dengan oedema serta

pendarahan pada otot penetasan bagian belakang kepala.Dari telur yang dipecahkan

yang kemudian diamati, embrio yang mati pada fase middle ini umumnya karena

ketidakmampuan mengabsorbsi kuning telur. Hal ini sesuai dengan pendapat

Woodard (1973) yang mengemukakan bahwa kematian embrio umumnya disebabkan

oleh karena embrio tidak mampu membentuk organ-organ penting atau organ-organ

tersebut tidak berfungsi dengan baik. Kematian embrio terjadi akibat

ketidakmampuan menyerap albumen yang tersisa dan mengabsorbsi kantong yolk

(kuning telur).

Kemudian, pada kategori Lateperiod(L) embrio yang mati pada minggu ke 3.

Kematian pada kategori ini disebabkan karena kesalahan posisi selama berkembang

sehingga menghambat embrio tersebut untuk keluar dari kerabang. Rataan umur

kematian embrio kategori Late dengan umur telur tetas yang berbeda yaitu U5

(0,00%), memiliki persentase kematian yang lebih rendah, diikuti lebih tinggi oleh

U4 (7,14%), U3 (14,13%), U2 (17,31%) dan U1 (58,33%) hari secara berturut-turut.

Hal ini berbanding terbalik dengan kategori E. Dari telur yang diamati dan

dipecahkan banyaknya embrio yang mati pada fase late ini umumnya karena embrio

sudah terbentuk sempurna namun embrio lemah sehingga tidak mampu pipping,

malposisi dan juga beberapa terdapat jamur dalam telur. Pada masa akhir inkubasi,

juga terjadi perubahan fisiologis dari sistem pernafasan alantois yang menyebabkan

kebutuhan oksigen meningkat begitu pula karbondioksida yang dihasilkan juga

meningkat. Terlalu banyak karbondioksida dalam ruang penetasan dapat

menyebabkan kematian embrio apabila ventilasinya tidak baik. Ini sesuai dengan

Page 41: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

29

pendapat Freeman (1963) menyatakan bahwa sesaat sebelum pipping konsumsi

oksigen meningkat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin singkat (segar) umur telur

tetas maka semakin rendah kematian embrio lebih awal (early) dan semakin tinggi

kematian embrio pada kategori akhir (late). Begitupun sebaliknya terhadap umur telur

yang lama. Menurut, Husain (2012) bahwa faktor kematian embrio selama penetasan

dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu: induk terserang penyakit, telur tidak

diangin-anginkan sebelum diinkubasi, suhu di dalam mesin tetas terlalu tinggi atau

terlalu rendah, padamnya sumber pemanas, telur di dalam mesin tidak diputar, kadar

CO2terlalu tinggi didalam mesin tetas, umur telur tetas yang sudah lama.

Page 42: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

30

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Penyimpanan telur burung puyuhhingga 13 hari tidak mempengaruhi

tingkat fertilitas.

2. Daya tetas dan berat tetas telur burung puyuh semakin menurun seiring

dengan bertambahnya umur peyimpanan telur.

3. Umur kematian embrio pada periode awal penetasan (early period)

semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur penyimpanan,

sebaliknya kematian embrio pada periode akhir penetasan (late period)

meningkat pada umur penyimpanan telur yang lebih singkat.

Saran

Penetasan telur burung puyuh sebaiknya dilakukan pada telur dengan umur

penyimpanan tidak lebih dari satu minggu (7 hari).

Page 43: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

31

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2005. Meningkatkan Produktivitas Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Andrianto, T.T. 2005.Panduan Praktis Beternak Burung Puyuh, Absolut, Yogyakarta

Agromedia. 2002. Puyuh Si Mungil Yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka,

Jakarta.

Card, L. E and Leslie. 1993. Poultry Production. Lea and Febriger, Philadelphia.

Card, L.E. dan M.C. Nesheim. 1979. Poultry Production. 12th Edition. Lea and

Febriger, Philadelphia.

Freeman, B. M. 1963. Gaseous metabolism of the domestic chicken. Brit. Poultry

Science 4 : 275-278

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit Amrico. Bandung.

Heuser, G.F. 1975. Feeding Poultry.2 Ed. Jhon Willey and Son’s. New York.

Husain, M. 2012. Penyebab Kematian Embrio Pada Masa Penetasan dengan

MenggunakanMesinTetas.(htpp://husainahmad1987.blogspot.com/2012/06/pen

yebab-kematian-embrio-pada-masa.html,diakses pada tanggal 20 Mei 2017)

Iskandar, R. 2003. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur dan Frekuensi Pemutaran

Telur terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Telur Puyuh. Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Jutawan, A. 2005 . Mesin Tetas Listrik Dan Induk Buatan. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

King’ori, A. M. 2011. Review of the factors that influence egg fertility and

hatchability in Poultry. Int. J. Poult. Sci. 10: 483--492.

Listiyowati, E., dan K. Roospitasari. 2000. Burung Puyuh tata Laksana Budidaya

Secara Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.

Meliyati, N., K. Nova dan D. Nova. 2012. Pengaruh umur telur tetas itik

mojosari dengan penetasan kombinasi terhadap fertilitas dan daya tetas. Jurnal

Ilmiah Peternakan Terpadu. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Murtdijo, B. A. 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta.

Page 44: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

32

North, M. O dan D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th

Edition. By Van Nestrod Rainhold. New York.

Nugroho, danI.G.T. Manyun.1986. BeternakBurungPuyuh. EkaOffest, Semarang.

Nuryati, L., K. Sutarto dan S.P. Hardjosworo. 2003. Sukses Menetaskan Telur,

Penebar Swadaya, Jakarta.

Paimin, F, B. 2004. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Rahayu, H. S. 2005. Kualitas Telur Tetas Ayam Kampung dengan Waktu

Pengulangan Inseminasi Buatan Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rasyaf, M. 1984. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.

Saefuddin. 2000. Aberasi Kromosom dan Penurunan Daya Tetas Telur pada Dua

Populasi Ayam Petelur. UPI. Bandung.

Safitri, M. 2011. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas dan Daya Tetas

Telur Puyuh. Laporan Tugas Akhir. Fakultas Pertanian Universitas Syiah

Kuala. Banda Aceh.

Setiawan, R. 2010. Embrio Mati Dalam Telur. (Online), (http://mesin-tetas-

cuf.blogspot.com/2010/11/embrio-mati-dalam-telur.html.,diakses pada tanggal

20 Mei 2017).

Setioko, A. R. 1998. Penetasan Telur Itik di Indonesia. Balai Penelitian Ternak.

Bogor.

Sudaryani, T. H dan Santoso. 1994. Pembibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Sugiharto, R.E. 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia

Pustaka, Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanti, I., T. Kurtini dan D. Septinova. 2015. Pengaruh lama penyimpanan terhadap

fertilitas, susut tetas, daya tetas dan bobot tetas telur ayam arab. Jurnal Ilmiah

Peternakan Terpadu 3(4):185-190.

Page 45: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

33

Sutiyono, S.R. dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan Daya Tetas Telur dari Ayam

Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung yang

Diencerkan dengan Bahan Berbeda. Fakultas Peternakan Universitas

Diponegoro. Semarang.

Tetty, A. 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Wiboyo, Y.T dan Jafendi. 1994. Penentu Daya Tetas dengan Menggunakan Metode

Gravitasi Spesifik Pada Tingkat Berat Inisial Ayam Kampung yang Berbeda.

Buletin Peternakan. Vol. 18.

Woodard, A.E., H. Abplanalp, W.O. Wilson and P.Vohra. 1973. Japanese Quail

Husbandry in Laboratory. Departement Of Avian Science University Of

California.

Page 46: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

34

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Fertilitas Terlur Tetas Burung Puyuh dengan

Umur Telur yang Berbeda

Dependent Variable:Fertilitas

Perlakuan Kelompok Mean Std. Deviation N

Umur 1 Hari 1 85.0000 . 1

2 90.0000 . 1

3 90.0000 . 1

Total 88.3333 2.88675 3

Umur 4 Hari 1 80.0000 . 1

2 1.0000E2 . 1

3 90.0000 . 1

Total 90.0000 10.00000 3

Umur 7 Hari 1 85.0000 . 1

2 80.0000 . 1

3 70.0000 . 1

Total 78.3333 7.63763 3

Umur 10 Hari 1 85.0000 . 1

2 95.0000 . 1

3 70.0000 . 1

Total 83.3333 12.58306 3

Umur 13 Hari 1 80.0000 . 1

2 60.0000 . 1

3 75.0000 . 1

Total 71.6667 10.40833 3

Total 1 83.0000 2.73861 5

2 85.0000 15.81139 5

3 79.0000 10.24695 5

Total 82.3333 10.49943 15

Tests of Between-Subjects Effects

Page 47: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

35

Dependent Variable:Fertilitas

Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 770.000a 6 128.333 1.328 .346

Intercept 101681.667 1 101681.667 1.052E3 .000

Perlakuan 676.667 4 169.167 1.750 .232

Kelompok 93.333 2 46.667 .483 .634

Error 773.333 8 96.667

Total 103225.000 15

Corrected Total 1543.333 14

a. R Squared = ,499 (Adjusted R Squared = ,123)

Page 48: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

36

Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Daya Tetas Terlur Tetas Burung Puyuh dengan

Umur Telur yang Berbeda

Dependent Variable:Daya Tetas

Perlakuan Kelompok Mean Std. Deviation N

Umur 1 Hari 1 94.1100 . 1

2 88.8900 . 1

3 55.5600 . 1

Total 79.5200 20.91347 3

Umur 4 Hari 1 56.2500 . 1

2 45.0000 . 1

3 27.7800 . 1

Total 43.0100 14.33894 3

Umur 7 Hari 1 64.7100 . 1

2 31.2500 . 1

3 57.1400 . 1

Total 51.0333 17.54598 3

Umur 10

Hari

1 17.6400 . 1

2 .0000 . 1

3 .0000 . 1

Total 5.8800 10.18446 3

Umur 13

Hari

1

.0000 . 1

2 .0000 . 1

3 .0000 . 1

Total .0000 .00000 3

Total 1

46.5420 37.71114 5

2 33.0280 36.90783 5

3 28.0960 28.18109 5

Total 35.8887 32.97832 15

Page 49: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

37

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Daya Tetas

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 14028.865a 6 2338.144 15.625 .001

Intercept 19319.946 1 19319.946 129.110 .000

Perlakuan 13116.852 4 3279.213 21.914 .000

Kelompok 912.013 2 456.006 3.047 .104

Error 1197.114 8 149.639

Total 34545.924 15

Corrected Total 15225.979 14

a. R Squared = ,921 (Adjusted R Squared = ,862)

Uji Duncan

Daya Tetas

Perlakuan N

Subset

1 2 3

Duncana Umur 13 Hari 3 .0000

Umur 10 Hari 3 5.8800

Umur 4 Hari 3 43.0100

Umur 7 Hari 3 51.0333

Umur 1 Hari 3 79.5200

Sig. .572 .445 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 149,639.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Page 50: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

38

Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Berat Tetas Terlur Burung Puyuh dengan Umur

Telur yang Berbeda

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Berat Tetas

Perlakuan Kelompok Mean Std. Deviation N

Umur 1 Hari 1 7.6200 . 1

2 8.1000 . 1

3 7.6100 . 1

Total 7.7767 .28006 3

Umur 4 Hari 1 7.5900 . 1

2 7.3600 . 1

3 7.4800 . 1

Total 7.4767 .11504 3

Umur 7 Hari 1 7.0800 . 1

2 7.1500 . 1

3 6.9900 . 1

Total 7.0733 .08021 3

Total 1 7.4300 .30348 3

2 7.5367 .49903 3

3 7.3600 .32696 3

Total 7.4422 .34343 9

Tests of Between-Subjects Effects

Page 51: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

39

Dependent Variable:Berat Tetas

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .795a 4 .199 5.345 .067

Intercept 498.480 1 498.480 1.341E4 .000

Perlakuan .747 2 .374 10.051 .028

Kelompok .047 2 .024 .639 .574

Error .149 4 .037

Total 499.424 9

Corrected Total .944 8

a. R Squared = ,842 (Adjusted R Squared = ,685)

Berat Tetas

Duncan

Perlakuan N

Subset

1 2

3 3 7.0733

2 3 7.4767 7.4767

1 3 7.7767

Sig. .063 .129

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,037.

Page 52: FERTILITAS, DAYA TETAS, BERAT TETAS DAN UMUR KEMATIAN ...

40

RIWAYAT HIDUP

Rahmat Ramadhan. Lahir pada Tanggal 28 Maret 1992 di

Kadidi, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi

Selatan. Penulis adalah anak ke empat dari lima bersaudara dari

pasangan suami istri Muh. Siri dan Hj. Kartini. Penulis

mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 6 Maccorawalie pada tahun 1999

dan lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di

SMPN 4 Maccorawalie dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu melanjutkan sekolah di

SMK/SPP Negeri 1 Rappang dan lulus tahun 2011. Pada tahun 2011 melanjutkan

pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri tepatnya di Universitas Hasanuddin Fakultas

Peternakan melalui jalur POSK. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai

pengurus SEMA FAPET-UH (Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin) periode 2012-2014, HIMAPROTEK-UH (Himpunan Mahasiswa

Produksi Ternak Universitas Hasanuddin) periode 2013-2014, MATERPALA-UH

(Mahasiswa Peternakan Pencinta Alam Universitas Hasanuddin), IPMI SIDRAP

BKPT UNHAS (Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Sidenreng Rappang Badan

Kordinasi Perguruan Tinggi Universitas Hasanuddin), dan IPMI SIDRAP Cabang

Panca Rijang.