Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di...

25
Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di Jakarta) Makalah Non-Seminar Dibuat oleh Feby Febrina 1006710722 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2014 Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Transcript of Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di...

Page 1: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

Fenomena Online Dating

(Studi pada Perempuan Muda di Jakarta)

Makalah Non-Seminar

Dibuat oleh

Feby Febrina

1006710722

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

2014

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 2: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

2

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 3: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

3

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 4: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

4

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 5: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

5

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 6: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

6

FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI

JAKARTA)

Feby Febrina

Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Perkembangan teknologi membawa perkembangan komunikasi interpersonal , salah satunya online

dating yang digunakan untuk mencari pasangan. Menggunakan pendekatan kualitatif, dengan studi literatur dan

observasi yang dilakukan kepada 1 pasangan, perempuan WNI berusia 21tahun dan laki-laki WNA berusia 26

tahun, penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana pelaku online dating mengurangi

ketidakpastian dalam menjalankan komunikasi hubungan interpersonalnya. Hasil penulisan menemukan bahwa

atraksi interpersonal diantara keduanya lebih cenderung kepada faktor personal. Semakin tinggi uncertainty yang

dirasakan, semakin sedikit self-disclosure yang dilakukan. Peningkatan pada uncertainty reduction juga terjadi

seiring meningkatnya uncertainty.

Kata kunci: Online dating, atraksi interpersonal, self-disclosure, uncertainty reduction theory, kualitatif.

ABSTRACT

The development of technology brings interpersonal communcation developments, one of them is online dating

that used for seeking partners. Using a qualitative approach, with literature study and observation, that had been

done to a couple, 21 years old Indonesian young woman and 26 years old Dutch young Man, this writing aims

to see how online dating participant reducing the uncertainty in their interpersonal communication and

relationship. The result is that interpersonal attraction between them more likely to be personal factors. The

higher the perceived level of uncertainty, the lower self-disclosure is done. The increase in uncertainty reduction

also occurred with increasing uncertainty.

Key words: Online dating, interpersonal attractions, self-disclosure, uncertainty reduction theory, qualitative.

PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial, berbagai komunikasi kita lakukan setiap hari, salah satu nya

ialah komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain, atau yang disebut dengan komunikasi

interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan communication that takes place between

two persons who have an established relationship, the people are in some way “connected”.1

Hubungan yang terjalin bisa saja sebatas memberi senyuman kepada orang di jalan, maupun

sampai hubungan yang melibatkan emosi atau sexual intimacy. Dalam ilmu komunikasi,

hubungan, pada dasarnya, terbentuk ketika terjadi pertukaran pesan; yaitu ketika dua individu

atau lebih memperhitungkan dan menyesuaikan tindakan verbal maupun non verbal, satu

1 Devito, Joseph A. The Interpersonal Communication Book (Boston: Pearson Education,Inc.2007)h. 5

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 7: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

7

sama lainnya. Proses pertukaran pesan ini, yang kita sebut sebagai komunikasi interpersonal,

merupakan sarana dimana semua jenis hubungan dimulai, berkembang, tumbuh, dan kadang

memburuk.2

Komunikasi interpersonal dan hubungan interpersonal merupakan sebuah kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan, sebab dalam berkomunikasi, yang terjadi bukan hanya

pertukaran pesan, tapi juga penentuan kadar hubungan interpersonal. Anita Taylor

menyatakan bahwa “Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi

hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Banyak penyebab dari rintangan

komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik diantara komunikan. Sebaliknya,

pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan,

jika terjadi hubungan yang jelek”.3 Tidak hanya itu, tahun 1967, Watzlawick, beavin, dan

Jackson, melahirkan sebuah istilah baru, yaitu Metakomunikasi, “Every communication has a

content and a relationship aspect, such that the latter classifies the former and is therefore

metacommunications”4

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, segala hal mengenai komunikasi pun turut

berkembang, salah satunya ialah media komunikasi. Kalau dahulu yang dimaksud dengan

bertatap muka ialah dua individu atau lebih berada di tempat yang sama, kini beratatap muka

bisa dilakukan melalui perantara komputer atau smartphone. Kita tidak perlu harus berada di

lokasi yang sama, cukup menggunakan satu messanger application, komputer/smartphone

dan jaringan internet, dua individu atau lebih bisa saling terhubung dan bertatapan satu sama

lain. Komunikasi kini dapat dilakukan tanpa mengenal batas waktu, batas wilayah, batas

jarak, maupun batasan lainnya. Bahkan, komunikasi antara dua orang yang saling tidak

mengenal pun dapat dilakukan hingga terjalinnya hubungan interpersonal yang intim, melalui

munculnya sejumlah website online dating, sosial media, e-mail, chat rooms, instant

messaging, newsgroups, dan lainnya.

Jauh sebelum munculnya internet, matchmaking dan perkenalan melalui perantara,

khususnya untuk memfasilitasi pernikahan, telah menjadi bagian the marriage-courtship

market. Dulu, Mak comblang hanya dicari oleh para orangtua yang ingin mencarikan jodoh

2 Rubent, Brent D & Stewart, Lea P, Communication and Human Behavior Fifth Edition (Boston: Pearson

Education, Inc. 2006) h.244

3 Rakhmat M.sc, Drs. Jalalludin, Psikologi Komunikasi.2001. h.119

4 Ibid,.

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 8: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

8

bagi anaknya. Kini, mak comblang telah menjadi industri tersendiri dan masih menawarkan

bantuan untuk mencari pasangan, bantuannya kini tidak hanya dicari oleh para orangtua

namun juga oleh orang dewasa itu sendiri yang kecewa dengan pilihan perantara lainnya. Lalu

pada awal tahun 1700-an, untuk pertama kalinya iklan personal untuk mencari jodoh dimuat

di koran, dan menjadi sangat populer pada tahun 1970-an, namun survei menunjukkan bahwa

hanya 1% orang Amerika yang bertemu jodohnya melalui iklan personal. Pada tahun 1980-an

muncul video-dating, para pencari jodoh akan membuat video profil mereka, foto-foto serta

interview singkat, lalu video ini akan ditunjukkan kepada orang-orang yang memiliki kriteria

pasangan sesuai dengan pemilik video. Selanjutnya muncul perusahan komersial yang

memang memfokuskan jasa nya untuk mencarikan pasangan, baik jasa offline maupun

online.5 Sejak internet pertama kali ditemukan, online dating sebenarnya sudah dapat

ditemukan, namun pada saat itu pengenalan online dating bersifat pemasangan iklan-iklan

dalam halaman web. Lalu mulai terciptalah websites yang mengakomodir orang-orang dari

penjuru dunia dengan cara memiliki akun dalam website tersebut dan dapat mencari teman-

teman dari bagian dunia lainnya. Diantara websites yang ada, yang terbesar diciptakan di

Inggris, website ini adalah kombinasi dari dua websites yang telah ada yang di daftarkan oleh

orang yang sama, yaitu kiss.com dan match.com. Setelah itu, keberadaan online dating

websites menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Di yahoo!, setidaknya terdapat 16

online dating websites. Pada tahun 1998, sebuah film hollywood di release, film ini berjudul

„You’ve Got Mail.‟ Memang film ini tidak secara keselurahan membahas tentang online

dating, namun di film ini, digambarkan bagaimana dua orang yang saling membenci dalam

kehidupan nyata ternyata saling jatuh cinta dalam kehidupan maya. Ini setidaknya

menunjukkan bahwa orang-orang memiliki perilaku yang berbeda dalam kehidupan nyata dan

dalam kehidupan maya.6 Menurut online dating magazine, hampir 20juta orang setidaknya

pernah mengunjungi website online dating tiap bulannya dan 120.000 pernikahan terjadi,

setidaknya berkat peran online dating services. 7

Survei yang cukup mengejutkan, sebagaimana dilansir oleh sebuah koran online,

bahwa online dating lebih berhasil daripada yang pernah dibayangkan orang-orang selama ini.

5 http://psi.sagepub.com/content/13/1/3.full.pdf+html diakses untuk mengetahui fenomena cari jodoh

sebelum munculnya online dating

6 http://brainz.org/history-online-dating/

7 http://www.onlinedatingmagazine.com/mediacenter/onlinedatingfacts.html

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 9: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

9

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jeff Gavin dari University of Bath, Dr. Adrian Scott dari

University of Bath, dan Dr. Jill Duffield dari University of the West of England, menunjukkan

bahwa 94% dari pasangan-pasangan yang menjalani online dating, setelah pertemuan pertama

mereka, pasti memutuskan untuk bertemu lagi untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya,

hubungan ini setidaknya berlangsung dan bertahan selama tujuh bulan- satu tahun, dan 18%

dari mereka dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun.8

Survei menunjukkan bahwa dibanding pelaku online dating perempuan, pelaku pria

jauh lebih bergantung secara emosional kepada e-partner nya dan lebih berkomitmen pada

hubungan tersebut. Semakin pasangan-pasangan ini terlibat dalam stimulus online dating,

tidak hanya sebatas mengirimkan e-mail, maka semakin mereka saling bergantung satu sama

lain dan semakin mereka saling mengerti secara emosional.9 Mereka yang saling bertukar

hadiah dan sering berbicara melalui telepon sebelum pertemuan mereka, memiliki hubungan

yang lebih berkomitmen dan lebih dalam artinya bagi mereka. Pada penelitiannya juga

ditemukan bahwa mereka yang menggunakan online dating, hampir tidak pernah

menggunakan webcam, alat yang memberikan mereka kesempatan untuk melakukan

komunikasi tatap wajah, dalam bulan-bulan pertama perkenalannya, mereka lebih memilih

untuk menyimpan identitas mereka dan mempertahankan keadaan anonim, sehingga

memberika mereka kesempatan untuk mengutarakan dan mengekspresikan emosi mereka

secara lebih leluasa, dibanding dalam kehidupan nyata. "We also found that people are shying

away from using webcams because they feel it's important not see their partners for some

time – there is something special about text-based relationships." Dr. Gavin percaya bahwa

alasan dari menggunakan telepon dan online chatting mengindikasikan sebuah hubungan

yang lebih dalam bahwa ini adalah metode komunikasi stimulan, dibanding menggunakan

email yang lebih formal.

Fokus masalah penelitian ini ialah peneliti ingin melihat komunikasi interpersonal

yang dimiliki pelaku online dating dengan segala batasan dan hambatan yang dimiliki

pasangan, yangmana tentunya berbeda dari hubungan offline. Adanya perbedaan antara

hubungan online dan offline membuat hubungan online menjadi suatu hal yang unik.

Pertanyaan yang mendasari penelitian ini ialah bagaimana pasangan mengatasi ketidakpastian

menjalankan hubungannya sehingga dapat mencapai level hubungan berikutnya.

8 http://www.sciencedaily.com/releases/2005/02/050218125144.htm

9 Ibid.,

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 10: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

10

Tinjauan Konseptual

Penulisan ini menggunakan beberapa teori dan konsep untuk menjelaskan bagaimana

pelaku online dating dalam melakukakan komunikasi interpersonalnya. Teori dan konsep

yang digunakan yaitu atraksi interpersonal untuk menjelaskan bagaimana hubungan dapat

terbangun dan Uncertainty Reduction Theory untuk menjelaskan the mantainance of

relationship dan bagaimana hubungan berkembang.

Atraksi Interpersonal

Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita

berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang

lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa

suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.10

Atraksi Interpersonal dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional, yaitu

Faktor Personal: Kesamaan karakteristik personal, tekanan emosi, harga diri yang

rendah, dan isolasi sosial

Faktor Situasional: Dayatarik fisik, ganjaran (Reward), familiarity, dan kedekatan

(Proximity)

Atraksi Interpersonal sangat berpengeruh dalam komunikasi Interpersonal.

Komunikasi Interpersonal dinyatakan efektif bila komunikasi merupakan hal yang

menyenangkan bagi komunikan. Selain itu, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Wolosin

(1975) bahwa komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai. Orang

akan cenderung untuk membuka diri jika lawan bicara dirasa memiliki kesamaan dengan

dirinya dan cenderung untuk menutup diri dan menghindari komunikasi jika lawan bicara

dibenci dan membuat orang tersebut tidak nyaman11

Uncertainty Reduction Theory

Teori yang dicetuskan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese ini ditujukan untuk

menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian diantara

orang-orang yang saling tidak mengenal ketika melakukan percakapan untuk pertama kali.

Ketika mengalami ketidakpastian, orang cenderung untuk menciptakan atau memperkirakan

10

Rakhmat M.Sc, Drs. Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, 2001. H.111

11 Ibid,.h.118

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 11: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

11

sendiri atas perilaku orang lain, pada saat itu, orang akan mengalami masa yang sulit,

sehingga orang akan termotivasi untuk mencari informasi mengenai orang tersebut. Menurut

Berger, kita membuat perencanaan untuk mencapai tujuan kita. Mulai dari bagaimana kita

akan berkomunikasi dengan orang lain sesuai dengan tujuan dan informasi atau data yang

telah kita miliki. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka kita akan semakin berhati-hati

dan cermat dalam merencanakan apa yang ingin kita lakukan dan sangat mengandalkan data

yang kita miliki. Dan pada saat kita merasa sangat tidak pasti, kita mulai mengalami krisis

kepercayaan terhadap rencana kita sendiri dan kita mulai membuat berbagai rencana

cadangan.12

Menurut Berger dan Calbrese, pengurangan ketidakpastian memiliki dua kategori,

yaitu proaktif (ketika seseorang berpikir mengenai pilihan komunikasi yang akan

dilakukannya sebelum ia betul-betul terlibat dalam percakapan dengan orang yang belum

dikenal) dan retroaktif (upaya-upaya untuk menjelaskan perilaku setelah percakapan

berlangsung)13

Teori ini memiliki beberapa asumsi, yaitu:

Orang-orang mengalamai/merasakan ketidakpastian dalam situasi

interpersonal

Ketidakpastian merupakan keadaan yang tidak disukai, menyebabkan

penekanan kognitif

Ketika dua orang yang saling tidak mengenal bertemu, perhatian utama mereka

ialah untuk mengurangi ketidakpastian diantara mereka dan meningkatkan hal

yang dapat diramalkan

Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses berkembang yang terjadi

melalui beberapa tahapan

Komunikasi interpersonal ialah alat utama dalam pengurangan ketidakpastian

Kuantitas dan sifat informasi yang orang-orang bagi, berubah seiring waktu

Memungkinkan untuk memprediksi hubungan orang-orang dalam cara seperti

hukum

12

Charles R. Berger dan Richard J. Calabrese, Some Exploration in Initial Interaction And Beyond: Toward A

Development Tehory of Interpersonal Communication Researh 1, 1975 h.99-112

13 Charles R. Berger dan Richard J. Calabrese, Some Exploration in Initial Interaction And Beyond: Toward A

Development Tehory of Interpersonal Communication Researh 1, 1975 h.106

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 12: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

12

URT merupakan sebuah teori yang terbentuk dari pengumpulan sejumlah aksioma atau

kebenaran yang ditarik dari penelitian yang telah dilakukan dan common sense. Teori ini

mengemukakan tujuh axioma, yang disimpulkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Axioma Uncertainty Reduction Theory

Metode Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaku online dating mengurangi

ketidakpastian dalam menjalankan hubungan interpersonalnya.

Metode pengumpulan data yang dilakukan ialah studi literatur dan pengamatan, yang

bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran realistik proses pengurangan ketidakpastian

pada pasangan pelaku online dating. Proses pengamatan dilakukan dengan cara turut serta

dalam satu kali percakapan antara kedua informan. Untuk mengkonfirmasi data, maka penulis

melakukan wawancara mendalam dengan kedua informan dan menggunakan pedoman

wawancara (terlampir).

Karakteristik informan dalam penelitian ini ialah pasangan, laki-laki dan perempuan,

berusia 20-30 tahun, telah dan sedang menjalani hubungan lebih dari 6 bulan.

Hasil Penelitian

Penulis telah melakukan observasi dan wawancara kepada dua orang informan,

keduanya ialah pasangan yang menjalani hubungan percintaanya secara online. Informan

pertama ialah AI, perempuan warga negara Indonesia berusia 21 tahun, anak kedua dari tiga

bersaudara, berdomisili di Jakarta, Indonesia. AI kini sedang menjalani pendidikan di bidang

Hospitality. Sejak remaja, AI memang memiliki ketertarikan dengan pria berwarga negara

asing, khususnya dari Eropa. AI sangat tertutup tentang hubungan online nya ini terhadap

orang-orang disekitarnya, dapat dikatakan tidak ada yang mengetahui hubungan nya ini,

namun AI cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Informan kedua

ialan pasangannya JM, laki-laki warga negara Belanda berusia 26 tahun merupakan seorang

Main Concept Relationsip Related Concept

↑ Uncertainty Negative ↓ Verbal Communication

↑ Uncertainty Negative ↓ Nonverbal Affiliative Expressiveness

↑ Uncertainty Positive ↑ Information Seeking

↑ Uncertainty Negative ↓ Intimacy Level of Communication

↑ Uncertainty Positive ↑ Reciprocity

↓ Uncertainty Negative ↑ Similarity

↑ Uncertainty Negative ↓ Liking

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 13: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

13

anak tunggal, dan bertempat tinggal di Groningen, Belanda. JM telah menyelasaikan

pendidikannya dibidang Manajemen dan kini bekerja dibidang asuransi. Sama halnya dengan

AI, JM juga merahasiakan hubungan online nya ini. JM sangat mudah diajak berbicara,

sehingga wawancara berjalan lancar.

Ketertarikan dan keinginan AI untuk menjalin hubungan dengan pria berwarganegara

asing menjadi alasan utama untuk memulai hubungan online. Dan bagi JM, yang mendasari

keputusannya untuk memulai hubungan online ialah untuk mencari pasangan, dengan tidak

menspesifikan suku atau ras. AI berpendapat bahwa online dating hanyalah salah satu sarana

alternatif untuk mencari pasangan, namun pandangan orang sekitarnya yang negatif akan

online dating dan tidak adanya orang-orang di sekitar AI yang menjalani hubungan yang

serupa, yang mengakibatkan AI merahasiakan hubungannya, selain itu fenomena online

dating di Indonesia memang tidak se-booming di negara lain seperti di Eropa, Amerika, atau

Australia. AI merasa jika ia harus menceritakan hubungannya ini, orang-orang disekitarnya

tidak akan mengerti dan akan memandang dirinya aneh sehingga menjauhi dirinya. Menurut

AI, orang-orang di sekitarnya memandang para pelaku online dating sebagai orang-orang

yang insecure terhadap dirinya sendiri dan orang-orang yang telah putus asa dalam mencari

pasangan. Lain halnya dengan JM, online dating merupakan hasil biasa yang ditemukan di

negaranya, walaupun sejumlah orang memandang aneh hubungan ini, namun karena banyak

orang yang melakukan, sehingga biasa saja bagi JM untuk dijalani. Berbeda dengan AI yang

merahasiakan hubungannya karena ketakutan akan pandangan orang sekitarnya, JM

merahasiakannya karena ia sama sekali tidak suka membicarakan hubungan pribadi nya

dengan orang lain, selain itu menurut JM, ia ingin hubungannya settle terlebih dahulu, baru ia

mau menceritakannya. Sama halnya dengan AI, JM melihat online dating hanya sebagai

perantara lain bertemu jodohnya, tidak ada yang membuatnya aneh dibanding hubungan yang

sebenarnya, dimana dua orang bisa saling merasakan keberadaan pasangannya secara fisik.

Menurut JM, justru disitulah tantangan dan itulah yang dapat membuat hubungan mereka kuat

jika nantinya akan dibawa kejenjang berikutnya.

AI mengenal JM dari seorang teman yang juga melakukan online dating, saat itu

temannya dan JM sedang menjalin hubungan, namun JM melihat AI lebih atraktif, sehingga

mencoba memulai percakapan. AI dan JM awalnya menggunakan msn messenger sebagai

media dalam menjalani hubungan, kini berpindah menggunakan skype. Percakapan AI dan

JM selalu melibatkan penggunakan webcam, namun yang menarik di sini, selama empat tahun

hubungan berjalan, yang aktif menggunakan webcam hanyalah AI. Sedangkan JM hingga saat

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 14: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

14

ini belum pernah menggunakan webcam, menurut JM, ia tidak memiliki webcam dan tidak

ada alasan baginya untuk menggunakan webcam. Namun kedua nya bicara dengan

menggunakan mic, kapanpun ketika salah satu dari mereka atau keduanya sedang sendiri di

tempat mereka berada.

AI dan JM mengawali pembicaraan dengan pertanyaan „ASL?‟ atau age, sex, life.

Pertanyaan yang selalu ditanyakan untuk pertama kalinya bagi hampir seluruh pelaku online

dating. Pada tahap awal pembicaraan ini, self-disclosure yang dilakukan hanya sebatas

pengetahuan umum untuk menemukan atraksi intepersonal yang ada. Keduanya sebatas

membicarakan kegiatan sehari-hari dan hal-hal yang digemari. AI menemukan bahwa JM

ialah orang yang sangat kompetitif dari cerita JM mengenai kegiatannya dalam bertenis dan

kesukaannya terhadap sepak bola. Dan JM melihat AI sebagai seorang perempuan yang

menyukai tantangan melalui cara AI bercerita tentang kegemarannya akan F1 dan olahraga

ektrim. AI dan JM mengatakan bahwa mereka saling tertarik sejak pembicaraan pertama.

Menurut keduanya, pasangan mereka adalah individu yang mereka rasakan nyaman untuk

diajak berbicara berbagai hal. JM merasa AI bisa membuat dirinya tenang, good listener, dan

selalu membantu JM menemukan solusi untuk setiap masalah yang dihadapi JM. Dan bagi

AI, JM ialah sosok yang dewasa dan dapat mengemong dirinya, sosok yang menjadi kriteria

utama bagi AI dalam mencari pasangan.

Pada tahap awal pembicaraan, webcam dan mic belum digunakan sebagai media

menjalin hubungan, kedua alat ini baru digunakan setalah dua minggu pembicaraan. Setelah

penggunaan alat-alat ini untuk pertama kalinya, atraksi interpersonal semakin kuat bagi JM.

JM melihat AI sebagai perempuan yang cantik, selalu tersenyum, bertubuh bagus, dan

memiliki rambut tebal yang menjadi kesukaan JM. Sedangkan bagi AI, keraguan akan

identitas JM mulai muncul, karena JM tidak memiliki webcam sehingga AI tidak bisa melihat

JM melalui perantara layar, tapi hanya bisa melihat fotonya dan mendengar suaranya.

Keraguan muncul, apakah JM benar laki-laki yang ada di foto tersebut atau tidak, benarkah

usia JM sesuai dengan yang diinformasikan, karena setelah mendengar suaranya, AI merasa

bahwa suara JM bukanlah suara laki-laki berusia 22 tahun (empat tahun yang lalu).

Keraguan ini menimbulkan ketidakpastian yang makin besar bagi AI. AI mulai

mencoba meminimalisir informasi penting mengenai dirinya kepada JM, namun AI

mengalami dilema, karena jika ia ingin tau lebih banyak mengenai JM, maka AI harus

melakukan self-diclosure yang seimbang dengan yang dilakukan oleh JM. Kepercayaan AI

kepada JM mulai goyah dan kepercayaan selalu menjadi pemicu pertengkaran diantara

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 15: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

15

keduanya. AI seringkali memberi pertanyaan terselubung dalam percakapan mereka dalam

upaya untuk mengurangi ketidakpastian yang dirasakan oleh AI. Dan seringkali jawaban yang

diberikan justru membuat ketidakpastian itu semakin besar. Seperti pertanyaan mengenai

perkuliahan yang ditanyakan AI dengan tujuan mengungkap apakah JM berbohong mengenai

usianya. Suatu saat (setelah sempat lima bulan putus hubungan), AI menanyakan apakah JM

sudah lulus kuliah atau belum, dan “Not yet, one more year” oleh AI, namun satu minggu

kemudian ketika AI memberikan pertanyaan dengan penekanan, “So now you’ve graduated

and currently working, right? Where are you working now?” dan dijawab “Yeah, I’m working

now, in an insurance company”.

Pada tahun pertama menjalin hubungan, dinilai AI dan JM sebagai masa tersulit. AI

selalu merasa menjadi pihak yang lebih banyak berkorban karena selalu diselimuti rasa ragu

akan identitas JM. Namun, dari seluruh pertengkaran yang ada, ketergantungan akan satu

sama lainnya selalu membawa mereka kembali ke keadaan „baik-baik saja‟. AI dan JM

memiliki pemikiran bahwa „To know each other better is by conversing, not by seeing’

Setiap harinya percakapan akan dimulai dengan menanyakan kabar dan kegiatan hari

itu. Lalu semakin berjalannya waktu, pembicaraan AI dan JM mulai berkembang kepada

ranah yang lebih pribadi. AI dan JM mulai membicarakan detail tentang keluarga nya, tentang

kehidupannya, masalah yang sedang dihadapi, ketakutan dan kekhawatiran mereka terhadap

kehidupan mereka, dan masih banyak lainnya. Kini yang dibicarakan mulai perkembang

kepada harapan mereka mengenai masa depan, baik bagi kehidupan mereka masing-masing

maupun bagi hubungan mereka. AI dan JM mulai membicarakan mengenai kehidupan

pernikahan, seperti berapa banyak anak yang ingin dimiliki.

Dalam perjalanan hubungannya, AI mulai merubah cara berpikirnya dari

mempertanyakan identitas JM, ke berusaha menerima JM apa adanya, dan lebih

mementingkan kepribadia JM. AI kini berpikir bahwa fisik tidaklah menjadi sesuatu yang

penting, walaupun jika pada kenyataannya JM ialah seseorang yang berusia di atas 50,

mereka akan baik-baik saja, AI akan tetap menerima JM, karena yang dicintai dan menarik

bagi AI adalah pribadi JM bukan fisiknya.

Pembahasan

Jika dalam hubungan offline kita bisa mencari informasi mengenai pasangan melalui

pihak ketiga, lain halnya dengan hubungan online. Apabila tergabung dalam website online

dating, proses self-disclosure yang dilakukan pada awalnya ditentukan oleh norma dan

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 16: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

16

kebijakan masing-masing website serta keinginan individu untuk “present themselves as

unique individuals within the constraints of a technical system that encourage[s]

homogeneity, negotiating a desire to stand out with the need to blend in” (Ellison, Heino, &

Gibbs).14

Dengan obligasi yang dimiliki oleh masih-masing website, para pelaku online

dating dituntut untuk memberitahukan informasi personalnya, baik untuk menyesuaikan diri

dengan norma sosial maupun karena keinginan mereka sendiri untuk membentuk hubungan.

Mereka akan membuat profil mereka semenarik mungkin, untuk menarik perhatian pasangan

sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Namun bagi yang tidak bergabung dengan website online dating, self-diclosure sejak

awal dilakukan sendiri melalui perbincangan. Seperti JM dan AI, yang sejak awal sama sekali

tidak mengetahui informasi mengenai satu sama lain kecuali „JM adalah kekasih online teman

saya‟ bagi AI dan „AI adalah teman kekasih online saya‟ bagi JM. Maka disclosure pertama

dimulai melalui pertanyaan „ASL?‟ atau age, sex, life. Informasi yang diberikan AI kepada

JM ataupun sebaliknya sangat dibatasi pada awal hubungan. Self-disclosure yang dilakukan

diatur sedemikian rupa dengan tujuan untuk membentuk persepsi yang baik mengenai dirinya.

Ketika kedua pasangan menemukan titik nyaman antara satu dengan yang lain, makan self-

disclosure yang dilakukan semakin sering dan informasi yang diberikan semakin banyak.

Proses self-disclosure akan terhambat ketika salah satu pasangan melakukan hal yang

membuat kepercayaan di antara kedua nya menurun. Seperti yang dialami oleh AI mengenai

identitas JM. Ketika AI merasa JM tidak jujur, AI mulai membatasi informasi yang ia ungkap

mengenai diri nya. Pembicaraan hanya akan sebatas membicarakan cuaca atau berita yang

menarik pada hari itu.

Mengaitkan dengan teori atraksi komunikasi interpersonal yang menyatakan bahwa

salah satu faktor situasioanl yang mempengaruhi atrakasi interpersonal ialah daya tarik fisik,

inilah yang menjadi dasar awal mula hubungan interpersonal online atau online dating pada

umumnya dimulai. “We are more affected by attractive people by phisically unattractive

people, and unless we are specifically abused by them, we tend to like them better” (Aronson,

1972).15

Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal, yaitu:

1. Faktor personal, diantaranya:

14

Ianis Bucholtz.(2013).Diffused Intimacy: Trust and Self-disclosure in Online Relationships.

15 Drs. Jalaludin Rakhmat M.Sc, Psikologi Komunikasi, 2001. H.114

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 17: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

17

• Kesamaan karakteristik personal, AI dan JM pada minggu pertama pernah

membicarakan mengenai kasus pembuatan karikatur Nabi Muhammad oleh seniman Belanda,

dari pembicaraan ini AI menemukan titik ketertarikan terbesarnya kepada JM, AI menilai JM

merupakan pribadi berjiwa positif yang selalu melihat segala hal dari dua perspektif yang

berbeda. AI menyukai kecerdasan yang dimiliki JM. AI merasa menemukan banyak

kesamaan dalam pribadi JM, dan untuk perbedaan yang dimiliki, AI dan JM merasa mereka

bisa melengkapi satu sama lainnya.

• Tekanan emosional. Keinginan memiliki pasangan untuk berbagi perasaan. JM

mengungkapkan bahwa saat AI menyapa nya untuk pertama kali, JM sedang bertengkar

bertengkar dengan kekasihnya yang merupakan teman AI. JM merasa AI memberikan

dukungan moral yang besar dan memberikan sesuatu yang sangat JM butuhkan saat itu, yaitu

untuk didengarkan.

• Harga diri yang rendah. Hal ini tidak ditemukan pada kedua pasangan.

2. Faktor situasional, salah satunya ialah:

• Daya tarik fisik. Hal ini baru dirasakan oleh kedua pasangan setelah saling

bertukar foto dan kemudian menggunakan webcam, walaupun hanya satu pihak yang

menggunakannya. Sehingga dapat dikatakan dalam hubungan ini, daya tarik fisik bukanlah

hal utama yang menjadi atraksi diantara mereka.

Pola hubungan yang dimiliki pasangan dalam kehidupan nyata dan pada kehidupan

maya serupa namun dalam praktek nya saja yang berebeda. Sebagaimana yang telah dipelajari

dalam psikologi komunikasi, dalam sebuah hubungan, terdapat tahapan hubungan

interpersonal. Tahapan-tahapan ini terbagi kedalam tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap pertama : Acquaintance process

Tahap ini sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dalam online relationship,

perkenalan pertama kali selalu dimulai dengan „ASL?‟ (age, sex, life). Pada tahap ini

Uncertainty Reduction Strategy di mulai. Biasanya perempuan jauh lebih waspada untuk

menghindari terjadinya kasus phedophilia. Menurut Berger dan Calabrese, tahapan awal

pembicaraan disebut dengan entry phase, dimana pada tahap ini orang dipandu dengan aturan

atau norma yang bersifat eksplisit dan implisit. IA dan JM menceritakan, pada tahap ini,

pasangan akan terlibat percakapan ringan dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai lawan bicara dan tentunya untuk mengurangi ketidakpastian diantara mereka. IA

mengatakan bahwa ia memulai percakapan dengan bertanya bagaimana kabar hari ini dan apa

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 18: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

18

yang sedang dilakukan lawan bicara. Dari situ IA mulai membuka percakapan untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai lawan bicara, masuk kepada tahap berikutnya, yaitu

personal phase. Pada tahap ini, kedua individu akan lebih spontan dan mulai mengutarakan

informasi yang bersifat personal, tahap ini bisa terjadi pada awal perkenalan, tetapi

kemungkinan lebih besar terjadi setelah interaksi berikutnya.16

Dengan menanyakan kabar

dan kegiatan hari ini, IA bisa mendapatkan informasi seperti pekerjaan JM dan kegiatan

sehari-hari JM. Dalam hubungan online, tahap kedua lebih besar kemungkinannya untuk

dilakukan pada interaksi awal, karena orang cenderung untuk lebih mudah bercerita kepada

orang asing yang mana mereka anggap tidak akan bertemu lagi dengan mereka, atau pada

kasus hubungan online, komunikan berada di lokasi yang berbeda dan tidak mengenal

satupun orang dikehidupan komunikator sehingga komunikator merasa aman untuk

melakukan self-disclosure. Walaupun begitu, pada tahap ini, khususnya setelah terjadi

percakapan pertama menggunakan webcam dan mic, AI berusaha membatasi informasi yang

diberikan, mencoba membentuk persepsi JM mengenai dirinya, dan mencoba mencari tahu

lebih dalam mengenai JM. Setelah pembicaraan pertama kali, ketidakpastian tidak begitu saja

hilang, namun muncul ketidakpastian berikutnya, akankah mereka akan melanjutkan

interaksi pada masa yang akan datang atau tidak. Inilah yang disebut dengan exit phase, tahap

dimana kedua individu memutuskan untuk melanjutkan hubungan atau tidak.

2. Tahap kedua : Peneguhan hubungan

Penulis berpendapat tahap ini adalah tahap terpenting dalam setiap hubungan

khususnya hubungan online yang resikonya dan ketidakpastiannya amat besar. Pada tahap ini

dijelaskan 4 faktor penting memelihara keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol, respons yang

tepat, dan nada emosional yang tepat. Pada hubungan online, keakraban dan kontrol sering

kali memiliki proporsi yang berbeda antara perempuan dan laki-laki, ini disebabkan

perbedaan kebudayaan dan nilai-nilai yang dimiliki keduanya. Di Indonesia sudah menjadi

biasa jika laki-laki dapat mengatur pasangannya, namun tidak dengan di Eropa, laki-laki

membebaskan pasangannya untuk melakukan hal yang dianggapnya benar. Sebagai contoh,

bagi pasangan di Indonesia, perempuan akan meminta izin terlebih dahulu apabila akan pergi

keluar bersama teman-teman, lain halnya dengan di Eropa, perempuan hanya cukup

memberitahu tanpa menanyakan apakah diizinkan atau tidak. Begitu pula dengan keakraban,

JM menyatakan perempuan Indonesia (AI) lebih menginginkan banyak perhatian, menuntut

16

West-Turner. Introduction Communication Theory. H169

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 19: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

19

besarnya pengertian dan lebih manja dibanding mantan kekasihnya yang kebanyakan juga

sama-sama orang Eropa. Untuk respon yang tepat dan nada emosional yang tepat, inilah

menjadi kunci utama dari mengapa orang-orang bertahan cukup lama di hubungan online.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, penulis menemukan bahwa, langgengnya

hubungan online dating yang bersifat tertulis ini disebabkan oleh, penginterpretasian tulisan

yang dilakukan tiap-tiap pasangan. Pasangan-pasangan ini menginterpretasikan perkataan

yang dikirim oleh pasangannya ke dalam nada pembicaraan di otaknya sesuai dengan nada

bicara yang ia harapkan. Perkataan „No it’s okay. Just go’ diartikan berbeda oleh yang

menulisnya dan yang membacanya. Sebagaimana hal nya kita membaca buku, imajinasi dan

penginterpretasian tiap-tipa orang berbeda. Inilah yang membuat mengapa beberapa orang

bertahan dalam hubungan online, karena mereka sendiri yg menterjemahkan tulisan kepada

nada bicara sesuai dengan apa yang mereka harapkan saat itu, sehingga mereka akan selalu

menganggap bahwa pasangannya baik, supportive, dll.

3. Tahap ketiga : Pemutusan hubungan interpersonal

Pada tahap terakhir ini, tidak semua pasangan akan melalui proses ini, sebab apabila

konflik yang terjadi diantaranya dapat diselesaikan dengan baik maka, pemutusan hubungan

tidak perlu terjadi. Sumber konflik yang dianalisi oleh R.D Nye (1973) ialah kompetisi,

dominasi, kegagalan, provokasi, dan perbedaan nilai. Menurut AI, sumber konflik yang sering

terjadi ialah perbedaan nilai dan provokasi. Sama hal nya dengan hubungan pada kehidupan

nyata, apabila salah satu pasangan melakukan hal yang mengecewakan pasangan lainnya, ini

akan meninggalkan sakit hati pada salah satu pasangan tersebut dan, pasangan tersebut akan

terus mengungkit-ungkit masa lalu. Berbeda budaya, berbeda pula nilai yang ditanamkan, ini

menjadi kendala utama dalam hubungan online dating yang umumnya terdiri dari pasangan-

pasangan berbeda budaya. Tahap ini sempat dialami oleh AI dan JM, akibat besarnya

ketidakpastian yang dimiliki AI terhadap JM, dan perasaan insecure akan kesetiaan pasangan.

Dapat dikatakan bahwa uncertainty yang dimiliki pasangan yang melakukan online dating

jauh lebih besar dibanding pasangan yang melakukan real dating.

Jika merujuk pada apa yang dipelajari oleh Marianne Dainton dan Broke Aylor,

hubungan jarak jauh tanpa adanya tatap muka berkaitan dengan ketidakpastian relasional.

Ketidakpastian rasional didefiniskan sebagai “Lack of certainty about the future and the status

of the relationship” Uncertainty ini berbeda dengan individual uncertainty karena berada pada

level abstraksi yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dainton dan Aylor,

menunjukkan bahwa sebagaimana yang sudah diperkiran URT, semakin besar ketidakpastian

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 20: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

20

dalam hubungan, maka semakin besar kecemburuan, semaking berkurang kepercayaan, dan

semakin sedikit tindakan pemeliharaan. Kepercayaan merupakan alat penting untuk

mengurangi ketidakpastian hubungan. Pertemuan tatap muka juga penting untuk mengurangi

ketidakpastian. Namun, sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya, bahwa hubungan

online dan offline memiliki perbedaan wujud pasangan secara fisik, bagi hubungan online

hanya bisa face-to-face melalui perantara komputer atau smartphone, sehingga yang

dilibatkan hanyalah emosi dan membutuhkan kepercayaan yang tinggi untuk mengurangi

ketidakpastian yang ada. Mengacu kepada hubungan AI dan JM, untuk membangun

kepercayaan dan untuk dapat saling mengerti, self-disclosure harus terus dilakukan.

Sama halnya dengan hubungan lainnya, online dating pun melewati sejumlah upaya

uncertainty reduction, begitu pula dengan hubungan AI dan JM. Mengaitkan pengalaman AI

dan JM dengan tujuh aksioma URT, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ketidakpastian yang dimiliki oleh pasangan ini semakin berkurang seiring

meningkatkanya komunikasi verbal mereka. Semakin sering mereka berbicara

maka semakin berkurang ketidakpastian yang mereka. Namun, penulis melihat

ketika ketidakpastian mengenai suatu subjek berkurang, muncul ketidakpastian

untuk subjek lainnya.

2. Sama halnya dengan komunikasi verbal, semakin meningkat ungkapan non-

verbal, semakin berkurang ketidakpastian yang ada. Pada pasangan online

dating ini, ungkapan non-verbal yang dirasakan JM terhadap AI ialah tatapan

mata, intonasi suara, mimik wajah, dan gesture, dan bagi AI hanya intonasi

suara JM.

3. Ketidakpastian yang tinggi akan meningkatkan upaya untuk mencari informasi

mengenai perilaku orang lain. Aksioma ini dapat dikaitkan pada beberapa

tindakan AI dalam mengurangi ketidakpastian mengenai pasangannya. AI

menyatakan bahwa ia telah melakukan upaya dari yang minim hingga yang

menurutnya ekstrim. Jika bagi JM, untuk mencari tahu informasi mengenai AI

cukup mencari nya di berbagai social media, lain halnya dengan AI. AI telah

melakukan berbagai cara, diantaranya bertanya langsung ke JM, mencari akun

JM di berbagai sosial media, menyamar sebagai orang lain dan mengobrol

dengan JM, hingga berusaha membayar hacker untuk meng-hack akun email

JM, agar dapat melihat kepada siapa saja JM berbicara. AI menyatakan

tindakannya ini semata-mata untuk mengurangi ketidakpastian nya yang amat

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 21: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

21

besar mengenai pasangannya. Namun kini AI sudah menyerah dan berusaha

menerima pasangannya sesuai dengan informasi yang diberikan langsung oleh

JM.

4. Tingginya tingkat ketidakpastian menyebabkan turunnya tingkat keintiman ini

komunikasi. Berdasarkan observasi, hal ini terbukti saat AI merasa

ketidakpastian akan status atau kesetian JM meningkat, AI cenderung menjaga

jarak dan berbicara seperlunya saja.

5. Tingkat ketidakpastian yang tinggi menghasilkan tingkat resiprositas tinggi.

Untuk askioma ini, penulis menilai tinggi atau rendahnya tingkat resiprositas

tergantung kepada pribadi individu itu sendiri, bukan kepada tingkat

ketidakpastian. Jika melihat AI dan JM, JM tidak terlalu antusias dalam

menceritakan dirinya, sehingga tidak terlalu banyak informasi yang keluar,

namun karena AI adalah seorang yang talk-active, AI terus menceritakan

tentang dirinya walaupun tidak ada perilaku yang sama dari JM.

6. Kesamaan akan mengurangi ketidakpastian sedangkan perbedaan akan

meningkatkan ketidakpastian. Kesamaan akan membuat dua individu merasa

nyaman untuk melakukan pembicaraan. Hal ini juga dinyatakan oleh AI dan

JM. Menurut JM, kesamaan cara pandang atas sebuah topik membuat JM

nyaman berbicara dengan AI sehingga mudah bagi JM untuk membuka diri

dalam proses mengurangi ketidakpastian

7. Ketidakpastian yang meningkat akan mengurangi perasaan menyukai. Hal ini

terjadi karena perasaan insecure yang dirasakan, sehingga ketika

ketidakpastian semakin besar, orang akan menjadi ragu untuk membawa

komunikasi atau hubungan ke tahap berikutnya.

Menurut Berger (1979) dalam upaya untuk mengurangi ketidakpastian orang

menggunakan taktik yang berasal dari tiga kategori strategi.17

Yaitu startegi pasif, aktif dan

interaktif. Pasangan ini menggunakan kombinasi dari ketiganya, tergantung kepada situasi

yang ada.

1. Strategi pasif berlangsung ketika individu menjalani peran sebagai pengamat

diam-diam. Untuk strategi ini, hanya JM yang dapat melakukan. JM

melakukan hal ini untuk mempelajari reaksi yang ditunjukkan AI dalam

17

Ibid,. H.175

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 22: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

22

berbagai hal. Sehingga melalui pengamatan ini, JM dapat mengurangi

ketidakpastian, contohnya ketika JM bertanya “Are you okay?”, menurut JM,

AI sering tidak jujur mengenai hal ini, maka JM selalu mengamati raut wajah

dan gesture AI untuk melihat apakah yang dikatakan benar atau tidak. Selain

itu JM juga menilai reaksi AI atas berita-berita buruk yang diberikan JM

melalui pengamatan raut wajah dan gesture.

2. Selanjutnya strategi aktif, inilah yang dilakukan oleh keduanya, yaitu melalui

perantara internet, satu hal yang sama dilakukan ialah pemanfaatan sosial

media. AI lebih aktif dibanding JM, AI melakukan berbagai cara dari

pemanfaatan sosial media hingga pemanfaatan hacker. Tidak itu saja, AI

pernah meminta bantuan teman nya yang berada di kampus yang sama dengan

kampus yang diinformasikan JM sebagai tempat kuliahnya untuk memeriksa

benarkah ada JM di kampus tersebut.

3. Strategi interaktif ialah strategi yang lebih sering dilakukan dan dinilai efektif

oleh AI dan JM. Strategi ini disebut dengan confrontation oleh mereka berdua.

Strategi ini sebenernya berjalan seiring dengan berjalannya percakapan yang

dilakukan, sadar atau tidak

Ketiga strategi tersebut berperan penting dalam mengurangi ketidakpastian, namun

Berger percaya bahwa perilaku tertentu, seperti menanyakan hal sensitif dapat meningkatkan

ketidakpastian dari pada menguranginya.18

Namun upaya pengurangan ketidakpastian akan

berhenti pada suatu titik dimana pasangan berusaha mengesampingkan rasa ketidakpastian

tersebut dan lebih memfokuskan kepada situasi yang ada saat itu. Seperti yang dilakukan oleh

AI, kini disamping terus menanyakan dan berusaha secara aktif mencari tau dengan berbagai

macam cara, AI menerima apa ada nya keadaan yang ada demi berlangsung nya hubungan

dan selalu mempersiapkan dirinya akan kenyataan bahwa pasangannya jauh dari apa yang

diinformasikan kepada nya saat ini.

Kesimpulan

Untuk sebagian orang, mereka menganggap orang-orang yang tergabung ke dalam

akun online dating sebagai orang-orang yang putus asa karena sulit mendapatkan kekasih atau

pasangan hidup dalam kehidupan nyata. Memang tidak dapat dipungkiri, dalam menjalani

18

Morissan, M.A. Psikologi Komunikasi

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 23: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

23

online dating ini tentunya mereka tidak dapat merasakan fisik pasangannya sebagaimana

pasangan-pasangan lain di kehidupan nyata, sehingga orang-orang berpikir, pasangan-

pasangan yang menjalani online dating ini hidup dalam kehidupan imajinasi mereka. Jika

melihat hasil studi literatur dan observasi, menjalin hubungan via online hanyalah sebagai

perantara lain dalam menemukan pasangan. Justru menurut penulis, fenomena ini merupakan

suatu peristiwa khusus bagaimana dua orang dapat menumbuhkan rasa cinta tanpa pernah

bertemu sebelumnya. Dan melalui studi literatur serta observasi, dapat disimpulkan bahwa:

Online dating hanyalah sebagai sarana lain dalam mencari pasangan

Atraksi interpersonal yang ada lebih cenderung kepada faktor personal

dibanding faktor situasional. Kesamaan karakteristik dan tekanan emosional

lebih berperan dibanding daya tarik fisik, berbanding dengan apa yang

dikatakan Aronson (1972)

Proses self-disclosure tergantung kepada darimana hubungan dimulai, jika

dimulai melalui online dating sites maka self-disclosure dilakukan sejak awal

registrasi, dengan sejumlah peraturan yang dimiliki sites tersebut dan menjadi

hak semua anggota sites untuk melihat. Lain halnya dengan tanpa fasilitas

sites, self-disclosure dilakukan oleh masing-masing individu sendiri

Uncertainty reduction dalam online dating memiliki perbedaan dari penelitain

Dainton dan Aylor yang menunjukkan bahwa, semakin besar ketidakpastian

dalam hubungan, maka semakin besar kecemburuan, semaking berkurang

kepercayaan, dan semakin sedikit tindakan pemeliharaan. Pada hubungan ini

tindakan pemeliharaan justru semakin besar dengan komunikasi yang terus

dilakukan satu sama lain dan penumbuhan kepercayaan yang besar.

Dua dari tujuh aksioma URT kurang tepat bila dikaitkan dengan online dating

Sejauh mana self-disclosure yang dilakukan, tergantung pada uncertainty yang

dirasakan. Semakin tinggi uncertainty, semakin rendah self-disclosure yang

dilakukan.

Dalam mengurangi ketidakpastiannya, ketiga strategi selalu dimanfaatkan dan

yang lebih sering dilakukan adalah strategi interaktif.

Upaya mengurangi ketidakpastian berhenti pada suatu titik jenuh dimana

pasangan sudah tidak lagi memikirkan „saya‟ dan „dia‟, tapi mulai

mementingkan „kita‟

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 24: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

24

Saran

Saran akademik, tulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian

komunikasi interpersonal dengan menggunakan new media dan psikologi komunikasi dalam

perkembangan hubungan. Diharapkan studi selanjutnya dapat menggunakan metode

penelitian yang lebih beragam, mengambil informan yang lebih bervariasi dalam hal usia,

latar belakang budaya, dll. Serta menggunakan konsep yang lebih beragam seperti konsep

trust, long distance relationship, dll. Selain itu, observasi sebaiknya dilakukan juga terhadap

pelaku online dating virtual dan non-virtual dan yang menggunakan perantara sites, sehingga

ada perbandingan yang relevan antara berbagai macam jenis online dating.

Saran praktis, sebaiknya masyarakat mencoba melihat fenomena online dating sebagai

sebuah fenomena pemanfaatan teknologi sebagai salah satu sarana dalam mencari pasangan,

tidak hanya sekedar memberikan pandangan negatif kepada para pelaku online dating.

Sehingga para pelaku online dating tidak lagi perlu menutupi hubungannya karena ketakutan

akan dikucilkan oleh masyarakat.

Daftar Referensi

Buku

Ruben, Brent D. & Stewart, Lea P.(2006). Communication and Human Behavior (5th

ed.).Boston: Pearson Education Inc.

Dindia, Kathryn & Duck, Steve.(2000).Communication and Personal Relationship.West

Sussex, Chichester: John Wiley & Sons Ltd

West, Richard & Turner, Lynn H.(2007).Introducing Communication Theory Analysis and

Application.New York: McGraw-Hill Companies Inc

Rakhmat M.Sc, Drs. Jalaluddin.(2001).Psikologi Komunikasi.Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya – Bandung

Morissan, M.A.(2010).Psikologi Komunikasi.Bogor: Ghalia Indonesia

Gamble, Teri Kwal & Gamble, Michael.(2005).Communication Works (8th ed.).New York:

McGraw-Hill Companies Inc

Jurnal

Jennifer L. Gibbs, Nicole B. Ellison and Chih-Hui Lai.(2010). First comes love, Then comes

Google: An Investigation of Uncertainty Reduction Strategyand Self Disclosure in Online

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014

Page 25: Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368898-MK-Feby Febrina.pdf6 FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI . JAKARTA)

25

Dating. Accessed on December 7th, 2013 from

https://www.msu.edu/~nellison/GibbsEllisonLai_2011_FirstComesLove.pdf

Ianis Bucholtz.(2013).Diffused Intimacy: Trust and Self-disclosure in Online Relationships.

Printed on December 7th, 2013

Couch, Danielle and Liamputtong, Prance.(2008). Online dating and Mating: The Use of the

Internet to Meet Sexual Partners. Printed on January 6th 2014.

Finkel, Eli J. Eastwick, Paul. Karney, Benjamin R. Resi, Harry T. And Sprecher,

Susan.(2012). Online Dating: A Critical Analysis From the Perspective of Psychological

Science. Accessed on January 11th 2014 from

http://psi.sagepub.com/content/13/1/3.full.pdf+html

Artikel Internet

http://www.sciencedaily.com/releases/2005/02/050218125144.htm Accessed on December

7th 2013

http://psi.sagepub.com/content/13/1/3.full.pdf+html Accessed on January 6th 2014

Lampiran

Perkenalkan saya, Mahasiswa Departemen Komunikasi FISIP UI program studi hubungan masyarakatyang

sedang melakukan penulisan jurnal berhubungan dengan tugas akhir syarat kelulusan.

Saya memohon kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan bersedia untuk diwawancara

dan menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Data yang didapatkan dari hasil wawancara ini akan dirahasiakan

dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik semata, serta tidak akan memunculkan efek negatif apapun kepada

anda sebagai partisipan dari penelitian ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Usia:

Jenis Kelamin:

Domisili:

a. Pertanyaan mengenai online dating

1. Sejak kapan dan sudah berapa lama anda menjalani

online dating?

2. Mengapa anda memilih online dating untuk menjalin

hubungan?

b. Pertanyaan mengenai atraksi inetreprsonal

1. Apa pendapat anda mengenai pasangan anda?

2. Mengapa anda memilih pasangan anda sebagai partner

dalam hubungan ini?

c. Pertanyaan mengenai self-disclosure

1. Bagaimana anda berkenalan dengan pasangan anda?

2. Menurut anda, bagaimana anda membuka informasi

mengenai diri anda terhadap pasangan?

d. Pertanyaan mengenai URT

1. Menurut anda, bagaimana informasi yang pasangan

anda berikan mengenai dirinya?

2. Bagaimana anda mengatasi lack of information yang

ada?

Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014