fenilbutazon

2
Pada kasus ini penderita RA mengkonsumsi jamu yang mengandung fenilbutazon yang merupakan golongan Obat Anti – inflamasi non steroid (OAINS). Fenilbutazon adalah 3,5- diokso- 1,2- difenil-4- butilpirazolidin dan oksifenilbutazon adalah derivat oksifenilnya. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati artritis reumatoid dan sejenisnya sejak tahun 1949. 2 Farmakodinamik. Efek anti-inflamasi fenilbutazon untuk penyakit atritis reumatoid dan sejenisnya sama kuat dengan salisilat, tetapi efek toksiknya berbeda. Efek analgesik terhadap nyeri yang sebabnya nonreumatik lebih lemah dari salisilat. Fenilbutazon memperlihatkan retensi natrium klorida yang nyata, disertai dengan pengurangan diuresis dan dapat menimbulkan udem. Fenilbutazon memperlihatkan efek urikosurik ringan dengan menghambat reabsorpsi asam urat melalui tubuli. Farmakokinetik. Fenilbutazon diabsorpsi dengan cepat dan sempurna pada pemberian per oral. Kadar tertinggi dicapai dalam waktu 2 jam. Fenilbutazon dan oksifenbutazon diekskresi melalui ginjal secar lambat, karena ikatannya dengan protein plasma membatasi filtrasi glomerulus. Interaksi obat. Karena afinitasnya terhadap protein plasma lebih kuat daripada obat lain, maka fenilbutazon dan oksifenbutazon dapat menggeser obat lain dari ikatannya dengan protein. Pemakaian fenilbutazon dan oksifenbutazon bersama dengananti koagulan oral dan hipoglikemik oral haruslah diawasi secara ketat. Sediaan. Fenilbutazon tersedia sebagai tablet bersalut gula 100 mg dan 200 mg. Juga ada dalam bentuk suntikan. Indikasi. Dalam klinik fenilbutazon digunakan untuk mengobati penyakit pirai (gout) akut, arthritis rheumatoid dan gangguan sendi otot lainnya misalnya spondilitis ankilosa, osteoatritis. Karena toksisitasnya, fenilbutazon haya digunakan bila obat lain yang lebih aman tidak efektif lagi. Efek non terapi. Alergi terhadap fenilbutazon dan oksifentazon sering terjadi berupa reaksi kulit seperti urtikaria, udem angioneurotik, eritema nodosum, sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliativa dan lain-lain. Kedua obat ini mengiritasi lambung cukup kuat sehingga

Transcript of fenilbutazon

Page 1: fenilbutazon

Pada kasus ini penderita RA mengkonsumsi jamu yang mengandung fenilbutazon yang merupakan golongan Obat Anti – inflamasi non steroid (OAINS). Fenilbutazon adalah 3,5- diokso- 1,2- difenil-4- butilpirazolidin dan oksifenilbutazon adalah derivat oksifenilnya. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati artritis reumatoid dan sejenisnya sejak tahun 1949. 2

Farmakodinamik. Efek anti-inflamasi fenilbutazon untuk penyakit atritis reumatoid dan sejenisnya sama kuat dengan salisilat, tetapi efek toksiknya berbeda. Efek analgesik terhadap nyeri yang sebabnya nonreumatik lebih lemah dari salisilat. Fenilbutazon memperlihatkan retensi natrium klorida yang nyata, disertai dengan pengurangan diuresis dan dapat menimbulkan udem. Fenilbutazon memperlihatkan efek urikosurik ringan dengan menghambat reabsorpsi asam urat melalui tubuli. Farmakokinetik. Fenilbutazon diabsorpsi dengan cepat dan sempurna pada pemberian per oral. Kadar tertinggi dicapai dalam waktu 2 jam. Fenilbutazon dan oksifenbutazon diekskresi melalui ginjal secar lambat, karena ikatannya dengan protein plasma membatasi filtrasi glomerulus. Interaksi obat. Karena afinitasnya terhadap protein plasma lebih kuat daripada obat lain, maka fenilbutazon dan oksifenbutazon dapat menggeser obat lain dari ikatannya dengan protein. Pemakaian fenilbutazon dan oksifenbutazon bersama dengananti koagulan oral dan hipoglikemik oral haruslah diawasi secara ketat. Sediaan. Fenilbutazon tersedia sebagai tablet bersalut gula 100 mg dan 200 mg. Juga ada dalam bentuk suntikan. Indikasi. Dalam klinik fenilbutazon digunakan untuk mengobati penyakit pirai (gout) akut, arthritis rheumatoid dan gangguan sendi otot lainnya misalnya spondilitis ankilosa, osteoatritis. Karena toksisitasnya, fenilbutazon haya digunakan bila obat lain yang lebih aman tidak efektif  lagi. Efek non terapi. Alergi terhadap fenilbutazon dan oksifentazon sering terjadi berupa reaksi kulit seperti urtikaria, udem angioneurotik, eritema nodosum, sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliativa dan lain-lain. Kedua obat ini mengiritasi lambung cukup kuat sehingga sering menimbulkan keluhan pada epigastrium, bahkan dapat menyebabkan korosi lambung, tukak lambung akut atau kronik dan perdarahan lambung. Efek samping lain seperti vertigo, insomnia, euphoria, hematuria, dan penglihatan kabur pernah dilaporkan. Kontraindikasi. Fenilbutazon dan oksifentazon dikontraindikasikan pada penderita dengan hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan gangguan fungsi hati sehubungan dengan sifatnya yang menyebabkan retensi air dan natrium. 2