FASILITAS PEJALAN KAKI.pptx

13
FASILITAS PEJALAN KAKI I . PENDAHULUAN 1 . Di negara-negara sedang berkembang perhatian terhadap pejalan kaki masih tergolong rendah., terlihat beberapa permasalahan yang muncul, yaitu: jumlah kecelakaan yan g melibatk an pejal an kak i cuku p tinggiserta kurangnya penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki. 2 . Di Indonesia sendiri pejalan kaki diatur oleh UU No. 22 tahun 1992 tentang angkutan dan lalulintas jalan raya pada pasal 26 ayat 1,2. a. Ayat 1 : pejalan kaki wajib benjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki. b. Ayat 2 : Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 3 . Aktifi tas pejal an kak i merupaka n sala h sat u komponen dalam menganalisis kapasitas jalan terutama pada daerah perkotaan. 4 . Fungsi fasilitas pejalan kaki ditinjau dari : a. pejalan kaki, untuk memberi kesempatan bagi lalu lintas orang sehingga dapa t berpapasa n pada masing— masing arah atau menyiap dengan rasa aman dan nyaman b. lalul intas, untuk menghindani bercampurnya atau terjadinya konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan

Transcript of FASILITAS PEJALAN KAKI.pptx

FASILITAS PEJALAN KAKI

I. PENDAHULUAN

1. Di negara-negara sedang berkembang perhatian terhadap pejalan kaki

masih tergolong rendah., terlihat beberapa permasalahan yang muncul,

yaitu: jumlah kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukup

tinggiserta kurangnya penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki.

2. Di Indonesia sendiri pejalan kaki diatur oleh UU No. 22 tahun 1992

tentang angkutan dan lalulintas jalan raya pada pasal 26 ayat 1,2.

a. Ayat 1 : pejalan kaki wajib benjalan pada bagian jalan dan

menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan

bagi pejalan kaki.

b. Ayat 2 : Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat 1 diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3. Aktifitas pejalan kaki merupakan salah satu komponen dalam

menganalisis kapasitas jalan terutama pada daerah perkotaan.

4. Fungsi fasilitas pejalan kaki ditinjau dari :

a. pejalan kaki, untuk memberi kesempatan bagi lalu lintas

orang sehingga dapat berpapasan pada masing—masing

arah atau menyiap dengan rasa aman dan nyaman

b. lalul intas, untuk menghindani bercampurnya atau terjadinya konflik

antara pejalan kaki dengan kendaraan

2. KARAKTERISTIK PEJALAN KAKI

1. Pengertian pejalan kaki menurut Keputusan Dirjen perhubungan darat

No: SK 43/AJ 007/DRJd/97, yaitu: Orang yang melakukan aktifitas

berjalan kaki dan merupakan salah satu unsur pengguna jalan.

2. Pejalan kaki sering dikelompokkan menjadi : kelompok anak

anak/dewasa/tua, pergi ke sekolah/kampus/ pasar, bermain di jalan

dan lain-lain.

3. Beberapa karakteristik pejalan kaki , adalah

a. Kecepatan pejalan kaki (m/detik)

b. Aliran pejalan kaki (orang/menit) : jumlah pejalan kaki yang

melintasi suatu titik per satuan waktu.

c. Aliran per satuan lebar (orang/menit/meter) rata-rata aliran

pejalan kaki per satuan lebar efektif jalur jalan.

d. Kepadatan pejalan kaki (orang/m2) : jumlah rata-rata pejalan

kaki per satuan luas di dalam jalur berjalan kaki per satuan luas di

dalam jalur berjalan kaki per satuan luas di dalam jalur berjalan

kaki atau daerah antrian.

e. Ruangan pejalan kaki (m2/orang) : luas rata-rata yang tersedia

untuk setiap pejalan kaki.

4. Kiasifikasi ruang kota untuk berbagai pergerakan dapat dilihat

pada bagan berikut:

Gambar. Klasifikasi ruang kota berdasarkan mobilitasnya

3. FASILITAS PEJALAN KAKI

1. Tipe-tipe fasilitas

a. Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan darat No: SK

43/AJ 007/DRJD/97 fasilitas pejalan kaki terdiri atas: trotoar,

zebra cross, jembatan penyeberangan dan terowongan

penyeberangan.

b. Menurut Asian Development Bank (1996) jenis fasilitas pejalan

kaki adalah:

1) Fasiiitas pada samping jalan: footway, footpath shoulder

dan precincts pedestria

2) Fasilitas pada penyeberangan jalan : pedestrian refuge

islands, median jalan, zebra crossing, traffic signal

controlled pedestrian crossing (pelican crossing), raised

pedestrian crossing, grade separated pedestrian crossing

dan roundabout.

3) Fasilitas lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu

visibility, lighting dan guardrails

2. Lokasi yang membutuhkan fasilitas pejalan kaki

a. Daerah - daerah perkotaan secara umum dengan jumlahpenduduk tinggi

b. Jalan-jalan dengan rute angkutan umum yang tetap

c. Daerah-daerah yang memiliki aktifitas kontinyu yang tinggi,

misal : pasar, pertokoan

d. Lokasi-lokasi yang memiliki permintaan tinggi dengan periode

yang pendek, misal : stasiun KA, terminal bis,

sekolah/kampus, Rumah Sakit, lapangan olah raga. Lokasi

yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-har

tertentu, misal lapangan/gelanggang olah raga dan masjid.

3. Kriteria pernilihan fasilitas

a. Kriteria desain jalur pejalan kaki menurut Asian Development

bank:

Tabel 2.1. Kriteria Desain Jalur Pejalan Kaki

b. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki (HCM1994)

Tabel 2.2. Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki

c. Standar trotoar berdasarkan KM 65 tahun 1993

d. Kriteria penetapan jenis fasilitas penyeberangan

Disamping hubungan PV2 dinyatakan sebagai indikasi awal

perlunya penyediaan fasilitas penyeberangan perlu dipertimbangkan

juga

beberapa hal, antara lain :

a. Headway antara kendaraan

b. Frekuensi kecelakaan yang terjadi di lokasi tersebut.

c. Kapasitas jalan

d. Lebar jalan.

e. Peruntukkan jalan

f. Pemanfaaatan lahan di sepanjang jala

g. Jarak jalan pejalan kaki rata-rata (walking distance)

4. KESELAMATAN PEJALAN KAKI

1. Berdasarkan data di Zimbabwe, banyak pejalan kaki meninggal

pada saat menyeberang jalan dan berjalan di sisi jalan

2. Keselamatan pejalan kaki tidak lepas dan pengaruh tidak

idealnya kondisi jalan.

3. Perlindungan terbaik bagi pejalan kaki adalah dengan

menyediakan jalur pejalan kaki (footway) yang terpisah denganbadan jalan dan tidak boleh digunakan sebagai area parkir.

4. Beberapa upaya penanganan keselamatan pejalan kaki:

a. Tersedia fasilitas pejalan kaki yang bebas gangguan

b. pengaturan pada penyeberangan jalan

c. penyediaan jembatan penyeberangan lebih banyak

d. penyediaan pagar di tepi jalan untuk mencegah

pejalan kaki menyeberang semaunya

e. pencegahan kecepatan kendaraan yang tinggi

f. penyediaan rambu-rambu lalu lintas

g. patroli sekolah pada fasilitas penyeberangan anak-anak

sekolah

h. pengurangan kecepatan di zona lindungan anak-anak

i. pemasangan penerangan jalan di waktu malam

5. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan

Metode Analisa Komponen (Bina Marga, 1987) SKBI 2326 – 1987

1. Lalu Lintas

a. Jumlah jalur rencana dan koefisien distribusi kendaraan

dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10 (Daftar I dan II).

b. Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu

(setiap kendaraan) ditentukan menurut rumus berikut:

Angka Ekivalen (E) sumbu kendaraan dapat dilihat pada Tabel 11

(Daftar III)

Tabel 9

Daftar . Jumlah Jalur Berdasarkan Lebar Perkerasan

Tabel 10 Daftar II. Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

Jumlah JalurKendaraan Ringan *) Kendaraan Berat **)

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah1 jalur

2 jalur

3 jalur

4 jalur

5 jalur

6 jalur

1,00

0,60

0,40

--

--

--

1,00

0,50

0,40

0,30

0,22

0,20

1,00

0,70

0,50

--

--

--

1,00

0,50

0,475

0,45

0,425

0,40

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Jalur (n)

L 5,50 m

5,50 L < 8,25 m

8,25 L < 11,25 m

11,25 L < 15,00 m

15,00 L < 18,75 m

1 jalur

2 jalur

3 jalur

4 jalur

5 jalur

Tabel 11 Daftar III. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

c. LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana,

yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median ataumasing-masing arah pada jalan dengan median.

d. Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah merupakan jumlah

lintasan ekivalen sumbu gandar kendaraan, yang

dirumuskan berikut:

Beban Sumbu Angka Ekivalen (E)

Kg Lbs Sumbu tunggal Sumbu ganda

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

8.160

9.000

2205

4409

6614

8818

11023

13228

15432

17637

18000

19841

0,0002

0,0036

0,0183

0,0577

0,1410

0,2923

0,5415

0,9238

1,0000

1,4798

--

0,0003

0,0016

0,0050

0,0121

0,0251

0,0466

0,0794

0,0860

0,1273

dengan:

LHR : Lalulintas harian rata-rata

C : Koefisien distribusi kendaraan

i : faktor pertumbuhan

UR : umur rencana

UR/10 : faktor penyesuaian

2. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR

Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkangrafik korelasi, seperti pada (Gambar 1). Harga CBR di sini

adalah harga CBR lapangan atau CBR laboratorium.

3. Faktor Regional

Faktor Regional hanya dipengaruhi oleh bentuk alinyemen

(kelandaian dan tikungan), prosentase kendaraan berat dan iklim

(curah hujan) disajikan pada Tabel 12 (Daftar IV).

Gam bar. Korelasi CR dengan DDT

Daftar IV. Faktor Regional (R)

4. Indeks Permukaan (IP

Suatu angka yang menyatakan tingkat kerataan/kehalusan serta

kekokohan permukaan yang berhubungan dengan tingkat pelayananbagi lalulintas yang lewat.

IP = 1,0 : menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak

berat sehingga sangat mengganggu lalulintas kendaraan

IP = 1,5 : tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan

tidak putus)

IP = 2,0 : tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap

IP = 2,5 : permukaan jalan masih cukup stabil dan baik

Dalam menentukan indeks permukaan pada akhir umur rencana,

perlu dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan

jumlah lintas ekivalen rencana, disajikan pada Tabel 13 (Daftar V)

Tabel 13

Kelalaian I (< 6%) Kelalaian II (6 – 10%) Kelalaian III (> 12%)

% Kendaraan Berat % Kendaraan Berat % Kendaraan Berat30% > 30% 30% > 30% 30% > 30%

Iklim I

0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5

Iklum II

1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5

Daftar V. Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana (IP)

LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbutunggal. Sedangkan indeks permukaan awal umur rencana (IPo)

dapat dilihat pada Tabel 14 (Daftar VI)

Daftar VI. Indeks Permukaan Awal Umur Rencana (IPo)

LER = LintasEkivalen

Klasifikasi JalanLokal Kolektor Arteri Tol

< 10

10 – 100

100 – 1000

> 1000

1,0 – 1,5

1,5

1,5 – 2,0

-

1,5

1,5 – 2,0

2,0

2,0 – 2,5

1,5 – 2,0

2,0

2,0 – 2,5

2,5

-

-

-

2,5