Farmakologi Dasar Obat Antiaritmia - Rien Novia
description
Transcript of Farmakologi Dasar Obat Antiaritmia - Rien Novia
TUGAS UJIAN ANESTESI
Penguji:
Dr. Teguh , Sp.AN
Disusun Oleh:
Rien Novia Maulida
08310259
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU ANESTESIOLOGI RSUD TASIKMALAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TASIKMALAYA
2012
FARMAKOLOGI DASAR OBAT ANTIARITMIA
Aritmia disebabkan karena aktivitas pacu jantung yang abnormal atau penyebaran impuls yang
abnormal. Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah :
Hambatan saluran natrium
Hambatan efek otonom simpatis
hambatan pada saluran kalsium
OBAT-OBAT ANTIARITMIA SPESIFIK
Obat antiaritmia telah lama dibagi atas empat golongan yang berbeda atas dasar mekanisme
kerjanya. Golongan I terdiri atas penghambat saluran natrium, semuanya memiliki sifat seperti
anestesi lokal. Golongan I sering dibagi menjadi sub bagian tergantung pada kelangsungan kerja
potensial; Golongan IA memperpanjang, IB memperpendek, dan IC tidak mempunyai efek atau
dapat meningkatkan sedikit berlangsungnya kerja potensial. Obat yang mengurangi aktivitas
adrenalin merupakan Golongan II. Golongan III terdiri atas obat yang memperpanjang periode
refrakter efektif oleh suatu mekanisme berbeda daripada hambatan saluran natrium.
OBAT PENGHAMBAT SALURAN NATRIUM (GOLONGAN 1A)
1. Kuinidin
2. Prokainamid
3. Disopiramid
4. Imipamin
5. Amiodaron
6. Lidokain
Lidokain (xylocaine, lignocain), yang diperkenalkan pada tahun 1948, sekarang merupakan
anestesik lokal yang paling banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan kedokteran gigi.
Merupakan anestetika lokal yang berguna untuk infiltrasi dan memblokir syaraf (nerve block).
Efek anestesi terjadi lebih cepat, kuat, dan ekstensif dibandingkan prokain dan merupakan obat
terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap prokain dan juga epinefrin.
Lidokain cepat menghasilkan, lebih intens, lebih tahan lama dan merupakan anastesi lebih
luas daripada prokain dengan konsentrasi yang sama. Tidak seperti prokain, senyawa ini
merupakan suatu senyawa aminoetilamida dan merupakan anggota prototipikal golongan
anestetik lokal amida. Lidokain adalah pilihan alternatif untuk individual yang sensitif terhadap
anestesi lokal tipe ester. Lidokain digunakan pada perawatan ventricular cardiac arrhytmias dan
tahanan jantung dengan fibrilasi ventrikular,
Lidokain memiliki indeks terapi yang luas dari penggunaan klinik sebagai anestesi lokal.
Ini digunakan pada sebagian besar aplikasi ketika diperlukan anestesi lokal dari durasi tingkat
menengah. Lidokain sering digunakan sebagai agen antiarrhytmia. Lidokain juga merupakan
obat antiaritmik golongan Ib yang digunakan pada pengobatan aritmia ventrikular, terutama
setelah infark miokard.
Lidokain memblok baik saluran Na+ jantung yang terbuka maupun yang tidak aktif. Blok
yang diinduksi lidokain menggambarkan besarnya kemungkinan bahwa protein saluran Na+
berada dalam konformasi nonkonduktif (tidak dapat menghantarkan) saat adanya obat.
Pemulihan dari blok terjadi sangat cepat, sehingga lidokain memberikan efek lebih besar di
jaringan yang terdepolarisasi (misalnya iskemia) dan/atau jaringan yang terkendali secara cepat.
Untuk penggunaan pengobatan aritmia ventrikular lidokain diberikan secara IV sebagai
lidokain HCl. Untuk dewasa dosis biasanya sekitar 1 sampai 1,5 mg/kg dapat diberikan dan
diulangi sampai 3 mg/kg. Lidokain juga digunakan untuk aritmia ventrikular lainnya pada pasien
dengan kondisi yang kurang stabil. Infus IV lanjutan biasa direkomendasikan setelah dosis awal
sekitar 1 sampai 4 mg/menit. Jarang dibutuhkan infus lanjutan lebih lama dari 24 jam. Pada
situasi gawat,lidokain HCl diberikan sebagai injeksi IM 300mgdiulangi bila perlu setelah 60
sampai 90menit.
JENIS-JENIS CAIRAN
I.Cairan Kristaloid
Keuntungan : mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan
sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut
dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.
Komposisi: :
Cairan kristaloid adalah cairan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula
dengan berbagai campuran. Efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Cairan ini bisa isotonik, hipotonik,dan hipertonik terhadap cairan
plasma.
Cairan kristaloid terdiri dari:
1. Cairan Hipotonik : Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh karena
itu penggunaannya ditujukan kepada kehilangan cairan intraseluler seperti pada dehidrasi kronik
dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada keadaan hipernatremi yang disebabkan
oleh kehilangan cairan pada diabetes insipidus. Cairan ini tidak dapat digunakan sebagai cairan
resusitasi pada kegawatan. Contohnya dextrosa 5%
2. Cairan Isotonik Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%),
ringer laktat dan plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi intravaskuler
yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar dari kehilangannya. Cairan ini
cukup efektif sebagai cairan resusitasi dan waktu yang diperlukanpun relatif lebih pendek
dibanding dengan cairan koloid.
3. Cairan Hipertonik : Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion
ekstraseluler utama. Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik
cairan intraseluler ke dalam ekstra seluler. Peristiwa ini dikenal dengan infus
internal. Disamping itu cairan natrium hipertonik mempunyai efek inotropik
positif antara lain memvasodilatasi pembuluh darah paru dan sistemik. Cairan ini
bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka bakar, edema
perifer dan mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan, contohnya NaCl 3%
Beberapa contoh cairan kristaloid :
a. Ringer Laktat (RL) Ringer Laktat pada larutan ini dimetabolisme di dalam hati dan
sebagian kecil metabolisme juga terjadi dalam ginjal. Sejauh ini Ringer Laktat
masih merupakan terapi pilihan karena komposisi elektrolitnya lebih mendekati
komposisi elektrolit plasma. Cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan
cairan ekstra seluler yang akut. Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena
diare murni dan demam berdarah dengue. Pada keadaan syok, dehidrasi atau DSS
pemberiannya bisa diguyur.
b. Ringer Asetat Cairan ini lebih cepat mengoreksi keadaan asidosis metabolik
dibandingkan Ringer Laktat, karena asetat dimetabolisir di dalam otot, Asetat
akan dimetabolisme menjadi bikarbonat dengan cara asetat bergabung dengan
ko-enzim A untuk membentuk asetil ko-A., reaksi ini dikatalisis oleh asetil ko-A
sintetase dan mengkonsumsi ion hidrogen dalam prosesnya. Cairan ini bisa
mengganti pemakaian Ringer Laktat.
c. Glukosa 5%, 10% dan 20% Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter ,
200 gr/liter.9 Glukosa 5% digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa
10% dan 20% digunakan pada keadaan hipoglikemi, gagal ginjal akut dengan anuria
dan gagal ginjal akut dengan oliguria .
d. NaCl 0,9% Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L
Klorida, yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal
untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, alkalosis
metabolik. Cairan ini digunakan pada demam berdarah dengue dan renjatan
kardiogenik juga pada sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium seperti
asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal dan luka bakar. Pada anak dan
bayi sakit penggunaan NaCl biasanya dikombinasikan dengan cairan lain, seperti
NaCl 0,9% dengan Glukosa 5 %.
II. Cairan Koloid
Keuntungan : Kebalikan dari Kristaloid
Mahal, Larutan stabil dan mudah disimpan untuk waktu yang lama, koloid bebas
dari zat-zat pirogen, antigen, dan toksik, tidak merobah diagnostik, tekanan
osmotik koloid (TOK) yang adekuat dicapai dengan waktu paruh beberapa jam, metabolisme dan
ekskresi koloid tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada resipien, tidak
mengakibatkan koagulopati, hemolisis, aglutinasi sel darah merah, atau gangguan cocok silang,
mengganti kehilangan volume darah dengan cepat, mengembalikan keseimbangan hemodinamik.
Komposisi : Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah, tinggal dalam
intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga
volume yang diberikan sama dengan volume darah. Cairan koloid dapat mengembalikan volume
plasma secara lebih efektif dan efisien dari pada kristaloid karena volume yang diberikan sama
dengan jumlah perdarahan dan lebih lama tinggal dalam pembuluh darah. Bila terjadi perdarahan
akut maka tubuh mempunyai kemampuan untuk berkompensasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengiriman oksigen ( O2 ) ke jaringan dengan jalan meningkatkan kardiak output
(CO) 300 % walaupun Hb turun sampai 5 gr% asalkan volume intravaskuler cukup.