Farling-bioremediasi

23

Click here to load reader

Transcript of Farling-bioremediasi

Page 1: Farling-bioremediasi

BIOREMEDIASI LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN

SISTEM SIMULASI TANAMAN AIR

Makalah Ini Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Farmasi Lingkungan

Disusun Oleh:

Asri Trisnawaty 260110070084

Gita Susanti 260110070140

Yosef Langlang W. 260110080008

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2010

Page 2: Farling-bioremediasi

A. Latar Belakang

Meningkatnya aktivitas manusia di rumah tangga menyebabkan semakin besarnya

volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume limbah rumah tangga

meningkat 5 juta m3 pertahun, dengan peningkatan kandungan rata-rata 50% (Haryoto,

1999).

Konsekuensinya adalah beban badan air yang selama ini dijadikan tempat

pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin berat, termasuk terganggunya

komponen lain seperti saluran air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan

tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi

manusia dan lingkungan. Salah satu pemikiran yang dapat dikembangkan, adalah

pemanfaatan sumberdaya alam yang telah diketahui memiliki kaitan erat dengan proses

penjernihan limbah rumah tangga, dalam hal ini berbagai jenis tanaman air yang tumbuh

pada kolam-kolam atau genangan air disekitar permukiman.

Tanaman air merupakan bagian dari vegetasi penghuni bumi ini, yang media

tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya meliputi perairan air tawar, payau sampai ke

lautan dengan beraneka ragam jenis, bentuk dan sifatnya.

Kemampuan tanaman air menjernihkan limbah cair akhir-akhir ini banyak

mendapat perhatian. Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir

komponen-komponen tertentu di dalam perairan, dan hal tersebut sangat bermanfaat dalam

proses pengolahan limbah cair. Cara ini disebut dengan bioremediasi.

Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk

mengurangi polutan dilingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi

oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia

polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,

biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,

strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya

dan tidak beracun.

Dengan menerapkan sistem bioremediasi dilingkungan kita, maka kita dapat

mengurangi pencemaran air akibat limbah rumah tangga yang setiap tahunnya meningkat.

Page 3: Farling-bioremediasi

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah memberikan solusi lain kepada masyarakat

untuk mengurangi pencemaran air yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga dikawasan

jatinangor.

Manfaat lain yang ingin dicapai dengan dibuatnya karya tulis ini adalah masyarakat

dapat memaksimalkan tanaman air yang ada dilingkungan sekitar sebagai media untuk

melakukan sistem bioremediasi yang ramah lingkungan.

C. Gagasan

C.1. Limbah

Pada dasarnya makhluk hidup menempati lingkungan yang ada disekitarnya yang

disesuaikan dengan tempat hidupnya, tetapi kebanyakan lingkungan yang mereka tempati

mereka sendiri merusakanya, mungkin tidak secara langsung tetapi dengan tindakan yang

mereka lakukan mereka telah merusak, misalnya :

1. Penggunaan bahan bakar yang berlebihan, pendirian pabrik-pabrik dan penggunaan

kendaraan-kendaraan angkutan banyak memerlukan bahan bakar, sisa-sisa bahan bakar

dapat menimbulkan pencemaran udara yang sangat mengganggu kesehatan.

2. Perburuhan terhadap hewan-hewan liar dihutan. Perburuan hewan-hewan liar merupakan

salah satu tindakan manusia yang dapat merusak keseimbangan alam. Masih banyak juga

tindakan manusia yang dapat merusak keseimbangan alam, seperti maracun ikan, karang-

karang dipantai, dsb (Genot, 2008).

Dari sedikit keterangan diatas, limbah dapat diartikan sebagai bahan yang tidak

mempunyai nilai atau tidak ada harganya dan juga limbah yang pada lingkungan kita

disebabkan oleh beberapa cara seperti diatas. Selain itu limbah-limbah yang ada juga dapat

merusak lingkungan hidup tempat tinggal kita (Genot, 2008).

Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses

produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk

limbah dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah, ada

yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (Limbah B3) (Astutik, 2010).

Limbah beracun terdiri dari:

Page 4: Farling-bioremediasi

1. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan

gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.

2. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang apabila berdekatan dengan api, percikan

api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan apabila telah

menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.

3. Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau

menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

4. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan

lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh

melalui pernapasan, kulit, atau mulut.

5. Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit

atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang

diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi (Astutik, 2010).

C.2. Macam-Macam Limbah

Berdasarkan asalnya, limbah padat dapat digolongkan sebagai :

1. Limbah organik

2. Limbah anorganik.

Limbah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya dari

dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah dan daun. Selain itu limbah rumah tangga yang ada

akan menyebabkan terjadinya pencemaran, terutama libah ini berpengaruh pada

pencemaran air karena dalam limbah rumah tangga mengandung berbagai zat kimia yang

jumlah dan macamnya banyak sekali. Seperti zat-zat organik baik yang larut , misalnya :

detergen, sabun, zat warna, asam, basa, dll (Genot, 2008).

Oleh sebab itu banyak manusia yang mengeluh akibat limbah rumah tangga.

Padahal mereka tidak menyadari kalau timbulnya limbah ini disebabkan oleh mereka

sendiri. Limbah rumah tangga sangat berpengaruh bagi perairan / sungai-sungai yang ada

disekitar tempat tinggal kita. Karena adanya limbah ini, kadang terjadi pencemaran air di

sungai-sungai sekitar rumah kami (Genot, 2008).

Page 5: Farling-bioremediasi

Disini mungkin masih ada air bersih walaupun sering terjadi pencemaran air,

namun pada umumnya makhluk hidup yang tinggal di desa, mereka pada dasarnya sangat

ketergantungan dengan air-air yang ada pada sungai-sungai sekitar dan karena limbah

rumah tangga kadang harus mengalami gangguan kesehatan. Oleh karena itu kita harus

dapat menjaga dan memanfaatkan air yang ada, misalnya menjauhkan dan mencegah

adanya limbah ini (Genot, 2008).

C.3. Efeknya Limbah Terhadap Manusia dan Lingkugan

Lokasi dan pengolahan limbah yang kurang memadai (pembuangan limbah yang

tidak kontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme yang manarik bagi

berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang daat menjangkit penyakit, misalnya bahaya

kesehatan pada manusia seperti :

Penyakit diare, tifus, bahkan demam berdarah karena virus yang berasal dari sampah dengan

pengelolahan tidak tepat dapat bercampur air minum.

Tetapi kadang juga limbah ini dapat diminum penyakit jamur (Genot, 2008).

Limbah rumah tangga selain membayangkan kesehatan manusia, limbah ini juga

sangat berpengaruh terhadap kelestarian dan lingkungan yang ada di sekitar kita yaitu

penggunaan sebun detergen untuk mencuci. Air cucian itu kemudian dibuang keselokan

dan merembes ke air tanah, air selokan mengalir ke sungai dan seterusnya kelaut. Karena

adanya limbah-limbah rumah tangga ini itu akan sangat membayangkan kelestarian

lingkungan disekitar yang ada (Genot, 2008).

Penguraian limbah yang dibuang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan

gas cair. Selain itu gas ini sangat berbahaya kareba gas ini dapat meledak dan mengancam

kelestarian lingkungan (Genot, 2008).

C.4. Limbah Rumah Tangga

Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan seperti mandi, mencuci, dan berbagai

aktivitas lain yang kita anggap sepele namun menghasilkan sisa buangan, ternyata dapat

membahayakan bagi manusia dan lingkungan khususnya lingkungan laut. Dari sekian

banyak aktivitas manusia ternyata yang paling berbahaya adalah limbah rumah tangga.

Walaupun kita tidak hidup di wilayah pesisir dan banyak limbah industri yang tidak diolah

Page 6: Farling-bioremediasi

juga dapat membahayakan perairan laut, tetapi melihat banyaknya penduduk Indonesia

dengan limbah rumah tangga yang tidak diolah serta dihasilkan setiap hari. Dapat dikatakan

kerusakan karena limbah rumah tangga lebih besar daripada limbah industri (Astutik,

2010).

Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah

rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi,

minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran

sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut

terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir.

Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit

penyakit, bakteri, dan jamur (Novita, 2010).

Limbah rumah tangga yang dirasa sangat berbahaya bagi lingkungan antara lain

limbah bahan kimia baik dari MCK, emisi gas CO2 maupun aktivitas lain dan sampah

plastik. Limbah plastik merupakan salah satu musuh besar yang banyak diperangi oleh

berbagai pihak yang peduli terhadap lingkungan. Secara umum ada tiga jenis input utama

limbah rumah tangga ke laut yaitu langsung pembuangan limbah ke laut, air hujan, dan

polutan yang dilepaskan dari atmosfer (Astutik, 2010).

Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan.

Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika

pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna

kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya

pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Dikota-kota, air got berwarna

kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Didalamair got yangdemikian tidak ada

organisme hidup kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah

rumah tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang

ada (Novita, 2010).

Page 7: Farling-bioremediasi

Berikut adalah dampak negatif dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam

lingkungan laut:

1. Eutrofikasi, penyebab terbesar adalah sungai yang bermuara di laut, limbah yang terbawa

salah satunya adalah  bahan kimia yang digunakan sebagai pupuk dalam pertanian maupun

limbah dari peternakan dan manusia.  Salah satu yang paling sering ditemukan adalah

detergen. Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah

alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena

terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami kematian

secara massal,  serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2 karena terlalu banyak

organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi

perairan menjadi anoxic dan menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan

tersebut.

2. Peningkatan emisi CO2 akibat dari banyaknya kendaraan, penggunaan listrik berlebihan,

serta buangan industri akan memberi efek peningkatan kadar keasaman laut. Peningkatan

CO2 tentu akan berakibat buruk bagi manusia terkait dengan kesehatan pernafasan. Salah

satu fungsi laut adalah sebagai penyerap dan penetral CO2 terbesar di bumi. Saat CO2 di

atmosfir meningkat maka laut juga akan menyerap lebih banyak CO2 yang mengakibatkan

meningkatnya derajat keasaman laut. Hal ini mempengaruhi kemampuan karang dan hewan

bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang. Jika hal ini berlangsung secara terus

menerus maka hewan-hewan tersebut akan punah dalam jangka waktu dekat.

3. Plastik, yang menjadi masalah terbesar dan paling berbahaya. Banyak hewan yang hidup

pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak jarang plastik yang terdapat di laut akan

tampak seperti makanan bagi hewan laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada

Page 8: Farling-bioremediasi

pada organ pencernaan hewan ini,  sehingga menyumbat saluran pencernaan dan

menyebabkan kematian melalui kelaparan atau infeksi. Plastik terakumulasi karena mereka

tidak mudah terurai, mereka akan photodegrade (terurai oleh cahaya matahari) pada

paparan sinar matahari, tetapi  hanya dapat terjadi dalam kondisi kering. Sedangkan dalam

air plastik hanya akan terpecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, namun tetap

polimer, bahkan sampai ke tingkat molekuler. Ketika partikel-partikel plastik mengambang

hingga seukuran zooplankton dan dikonsumsi oleh hewan lain yang lebih besar, dengan

cara inilah plastik masuk ke dalam  rantai makanan. Banyak dari potongan plastik ini

berakhir di perut burung-burung laut dan hewan laut lain termasuk penyu. Bahan beracun

yang digunakan dalam pembuatan bahan plastik dapat terurai dan masuk ke lingkungan

ketika terkena air. Racun ini bersifat hidrofobik (berikatan dengan air) dan menyebar di

permukaan laut. Dengan demikian plastik jauh lebih mematikan di laut daripada di darat.

Kontaminan hidrofobik juga dapat terakumulasi pada jaringan lemak, sehingga racun

plastik diketahui mengganggu sistem endokrin ketika dikonsumsi, serta dapat menekan

sistem kekebalan tubuh atau menurunkan tingkat reproduksi (Astutik, 2010).

C.5. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga

Pada berbagai tempat di tanah air, limbah cair rumah tangga belum terjangkau oleh

teknologi pengolahan limbah. Selain biaya yang mahal dan penerapan yang sulit, masih

kuatnya pemikiran dan anggapan sebagian besar masyarakat bahwa pembuangan limbah

rumah tangga secara langsung ke lingkungan tidak akan menimbulkan dampak yang serius.

Dalam kondisi demikian, diperlukan suatu sistem pengolahan limbah rumah tangga yang

selain murah dan mudah diterapkan, juga dapat memberi hasil yang optimal dalam

mengolah dan mengendalikan limbah rumah tangga sehingga dampaknya terhadap

lingkungan dapat dikurangi. Salah satu pemikiran yang dapat dikembangkan, adalah

pemanfaatan sumber daya alam yang telah diketahui memiliki kaitan erat dengan proses

penjernihan limbah rumah tangga, dalam hal ini berbagai jenis tanaman air yang tumbuh

pada kolam-kolam atau genangan air di sekitar permukiman.

Tanaman air merupakan bagian dari vegetasi penghuni bumi ini, yang media

tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya meliputi perairan air tawar, payau sampai ke

lautan dengan beraneka ragam jenis, bentuk dan sifatnya. Jika memperhatikan sifat dan

Page 9: Farling-bioremediasi

posisi hidupnya di perairan, tanaman air dapat dibedakan dalam 4 jenis, yaitu; tanaman air

yang hidup pada bagian tepian perairan, disebut marginal aquatic plant; tanaman air yang

hidup pada bagian permukaan perairan, disebut floating aquatic plant; tanaman air yang

hidup melayang di dalam perairan, disebut submerge aquatic plant; dan tanaman air yang

tumbuh pada dasar perairan, disebut the deep aquatic plant.

Kemampuan tanaman air menjernihkan limbah cair akhir-akhir ini banyak

mendapat perhatian. Berbagai penemuan tentang hal tersebut telah dikemukakan oleh para

peneliti, baik yang menyangkut proses terjadinya penjernihan limbah, maupun tingkat

kemampuan beberapa jenis tanaman air. Hal tersebut antara lain dikemukakan oleh Stowell

(2000) yang menyatakan bahwa tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk

menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam perairan, dan hal tersebut sangat

bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair. Selanjutnya Suriawiria (2003)

mengemukakan bahwa penataan tanaman air di dalam suatu bedengan-bedengan kecil

dalam kolam pengolahan dapat berfungsi sebagai saringan hidup bagi limbah cair yang

dilewatkan pada bedengan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan tanaman air

untuk menyaring bahan-bahan yang larut di dalam limbah cair potensial untuk dijadikan

bagian dari usaha pengolahan limbah cair. Demikian pula yang dikemukakan oleh Reed

(2005) bahwa proses pengolahan limbah cair dalam kolam yang menggunakan tanaman air

terjadi proses penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses

pertukaran dan penyerapan ion, dan tanaman air juga berperan dalam menstabilkan

pengaruh iklim, angin, cahaya matahari dan suhu.

Berdasarkan berbagai fakta dan penemuan tersebut, maka peluang untuk

memanfaatkan tanaman air pada proses bioremediasi limbah rumah tangga sangat

memungkinkan dengan menggunakan tanaman Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nympahea

firecrest), Kiambang (Spirodella polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla ferticillata).

Bioremediasi dengan simulasi tanaman air dapat meningkatkan kualitas limbah

rumah tangga, yang meliputi kualitas fisik, kimia dan mikrobiologis. Parameter limbah

yang diuji mengalami peningkatan kualitas dari kondisi yang tidak memenuhi syarat

menjadi memenuhi syarat sesuai baku mutu yang telah ditetapkan (Yusuf, 2008).

Page 10: Farling-bioremediasi

Komposisi tanaman air dan pengenceran limbah berinteraksi dalam memberikan

efek terhadap peningkatan kualitas limbah rumah tangga pada proses bioremdiasi. Efek

bioremediasi yang optimal terjadi pada percobaan yang menggunakan empat jenis tanaman

air, yaitu Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nymphaea firecrest), Kiambang (Spirodella

polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla verticillata) (Yusuf, 2008).

Kualitas limbah rumah tangga yang telah melalui proses bioremediasi dengan

simulasi tanaman air, pada umumnya telah memenuhi syarat untuk dilepas ke lingkungan,

baik ditinjau dari kualitas fisik dan kimia, maupun kualitas mikrobiologis (Yusuf, 2008).

D. KESIMPULAN

Sudah saatnya bioremediasi dengan simulasi tanaman air dilakukan dengan

menggunakan empat jenis tanaman air, yaitu Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nymphaea

firecrest), Kiambang (Spirodella polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla verticillata) karena

memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat mengurangi pencemaran dan bau tidak

sedap menjadi hilang dan estetika lingkungan kian cantik dengan “sentuhan dekoratif”

tanaman air, apalagi saat berbunga.

Page 11: Farling-bioremediasi

DAFTAR PUSTAKA

Astutik, Sri. 2010. Limbah Rumah Tangga Berbahaya Bagi Manusia dan Lingkungan Laut.

http://ksupointer.com/2010/limbah-rumah-tangga-berbahaya-bagi manusia-dan-

lingkungan-laut.

Genot. 2008. Efek Limbah Terhadap Lingkungan.

http://blinksutan.blogspot.com/2008/04/efek-limbah-terhadap-lingkungan.html.

Haryoto, K. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengolahan Limbah dalam Menghadapi Tantangan

Global. Di dalam : Teknologi Pengolahan Limbah dan Pemulihan Kerusakan

Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional, Jakarta 13 Juli 1999, BPPT, Jakarta.

Novita. 2010. Limbah Rumah Tangga dan Pencemaran.

http://noviresbioku.blogspot.com/2010/05/limbah-rumah-tangga-dan-pencemaran.html.

Reed, S.C., E.J. Midlebrooks and R.W Crites. 2005. Natural System of Waste Management

and Treatment McGraw Hill Book Company, New York.

Stowel, R.R., J.C. Ludwig and G. Thobanoglous. 2000. Towad the Rational Design of Aquatic

Treatments of Wastewater, Departement of Civil Engineering and Land, Air and

Wastewater Resources, University of California, California.

Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara

Biologis, Penerbit Alumni, Bandung.

Yusuf, Guntur. 2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dengan Sistem Simulasi

Tanaman Air.`http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/17%20%20bioremediasi%20limbah

%20rumah%20tangga.pdf.

Page 12: Farling-bioremediasi

LAMPIRAN PERTANYAAN

1. Data kuantitatif dari tanaman yang digunakan untuk bioremediasi dan kualitas air yang

dihasilkan

2. Apakah di got-got akan ditanami tanaman? Bagaimana aplikasinya untuk di daerah

yang tidak ada kolam penampungan? Apakah ada efeknya?

3. Spesifikasi dari tanaman yang digunakan?

4. Kenapa tanaman bisa menyerap polutan? Bagaimana prosesnya? Apakan setelah mati

lalu dicabut dan diganti?

5. Apakah akan dibuat kolam penampungan? Atau ditanam disaluran-saluran?

JAWABAN

1. Data kuantitatif:

- Adanya penurunan suhu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa suhu limbah rumah

tangga setelah mengalami proses bioremediasi adalah sebesar 250C yang merupakan suhu

normal perairan.

- Penurunan kekeruhan dan padatan tersuspensi. Menurut percobaan penurunan

kekeruhan terbesar adalah 78,24%. Sedangkan penurunan padatan tersuspensi adalah

66,95%. Kekeruhan limbah setelah proses bioremediasi adalah 27,99 NTU dan padatan

tersuspensi adalah39,89 mg/l. tingkat kekeruhan lebih dari 20 NTU masih berbahaya.

Sedangkan padatan tersuspensi tidak boleh lebih dari 100 mg/l.

- Kenaikkan PH. Pada percobaan yaitu PH 7,2.

- Peningkatan oksigen terlarut, menurut percobaan mencapai 3,03 mg/l.

- Penurunan BOD dan COD. Menurut percobaan penurunan terbesar BOD yaitu 39,75%

dan COD sebesar 43,36%.

- Penurunan CO2 Sebesar 68,63%. Kandungan CO2 limbah turun menjadi 11,59 mg/l.

- Penurunan coliform dan E.coli. penurunan coliform sebesar 86,46%. E.coli turun

menjadi 0,1 x 104 sel/100ml ( Yusuf,2008).

2. Daerah yang memiliki kolam penampungan limbah adalah khusus untuk daerah

terpadu yang sudah menjalankan sistem bioremediasi ini, dan ini sudah dilakukan di

beberapa daerah. Untuk daerah yang tidak memiliki kolam penampungan limbah, sistem

Page 13: Farling-bioremediasi

bioremediasi ini bias dilakukan dengan cara menanam tanaman air pada saluran-saluran

air,selokan,atau got.

Tidak ada efek buruk,justru sistem ini akan meningkatkan kualitas air limbah.

3. Efek bioremediasi yang optimal terjadi pada percobaan yang menggunakan empat

jenis tanaman air, yaitu Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nymphaea firecrest), Kiambang

(Spirodella polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla verticillata) (Yusuf, 2008).

-Mendong Mendong adalah salah satu tumbuhan yang hidup di rawa, tanaman ini tumbuh

di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Untuk sistem bioremediasi

tanaman ini bias ditanam di rawa-rawa.

- Teratai dan ki ambang Tanaman tumbuh di permukaan air yang tenang. Untuk sistem

bioremediasi tanaman ini cocok ditanaman di kolam-kolam penampungan, selokan, atau

sungai yang alirannya tenang

- Hidrilla adalah tumbuhan air, baik terbenam maupun muncul di permukaan. Sehingga

cocok ditanam di selokan,got,kolam penampungan ataupun sungai.

4. Proses penyerapan polutan oleh tumbuhan ada tiga cara:

-Phytoacumulation (phytoextraction), yaitu tumbuhan menarik zat kontaminan dari media

sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan, proses ini disebut juga

Hyperacumulation. Akar tumbuhan menyerap polutan dan selanjutnya ditranslokasi ke

dalam organ tumbuhan. Proses ini adalah cocok digunakan untuk dekontaminasi zat-zat

anorganik.

- Rhizofiltration (rhizo=akar), adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan

oleh akar untuk menempel pada akar. Kontaminan di dalam air, setelah kontak dengan

akar akan diabsorpsi dan kemudian tumbuhan dipanen akarnya hingga menjadi jenuh

terhadap kontaminan. Akar tumbuhan mengadsorpsi atau presipitasi pada zone akar atau

mengabsorpsi larutan polutan sekitar akar ke dalam akar. Spesies tumbuhan yang

fungsional adalah rumput air seperti Cattail dan eceng gondok .

- Phytostabilization, yaitu penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak

mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil)

pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Proses ini akan

mengurangi mobilisasi kontaminan dan mencegah berpindahnya ke air tanah atau udara.

Page 14: Farling-bioremediasi

Teknik ini dapat digunakan untuk meningkatkan penutupan tajuk oleh tumbuhan yang

toleran terhadap jenis kontaminan di lokasi tersebut.

Pada proses bioremediasi ini tanaman akan bertahan hidup cukup lama. Tanaman yang

sudah mati akan diganti dengan yang baru.

5. Untuk daerah yang tidak memiliki kolam penampungan limbah, tanaman ditanam di

daluran-saluran air.