Farling-bioremediasi
Click here to load reader
-
Upload
asri-trisnawaty -
Category
Documents
-
view
323 -
download
6
Transcript of Farling-bioremediasi
BIOREMEDIASI LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN
SISTEM SIMULASI TANAMAN AIR
Makalah Ini Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Farmasi Lingkungan
Disusun Oleh:
Asri Trisnawaty 260110070084
Gita Susanti 260110070140
Yosef Langlang W. 260110080008
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
A. Latar Belakang
Meningkatnya aktivitas manusia di rumah tangga menyebabkan semakin besarnya
volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume limbah rumah tangga
meningkat 5 juta m3 pertahun, dengan peningkatan kandungan rata-rata 50% (Haryoto,
1999).
Konsekuensinya adalah beban badan air yang selama ini dijadikan tempat
pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin berat, termasuk terganggunya
komponen lain seperti saluran air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan
tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi
manusia dan lingkungan. Salah satu pemikiran yang dapat dikembangkan, adalah
pemanfaatan sumberdaya alam yang telah diketahui memiliki kaitan erat dengan proses
penjernihan limbah rumah tangga, dalam hal ini berbagai jenis tanaman air yang tumbuh
pada kolam-kolam atau genangan air disekitar permukiman.
Tanaman air merupakan bagian dari vegetasi penghuni bumi ini, yang media
tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya meliputi perairan air tawar, payau sampai ke
lautan dengan beraneka ragam jenis, bentuk dan sifatnya.
Kemampuan tanaman air menjernihkan limbah cair akhir-akhir ini banyak
mendapat perhatian. Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir
komponen-komponen tertentu di dalam perairan, dan hal tersebut sangat bermanfaat dalam
proses pengolahan limbah cair. Cara ini disebut dengan bioremediasi.
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan dilingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya
dan tidak beracun.
Dengan menerapkan sistem bioremediasi dilingkungan kita, maka kita dapat
mengurangi pencemaran air akibat limbah rumah tangga yang setiap tahunnya meningkat.
B. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah memberikan solusi lain kepada masyarakat
untuk mengurangi pencemaran air yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga dikawasan
jatinangor.
Manfaat lain yang ingin dicapai dengan dibuatnya karya tulis ini adalah masyarakat
dapat memaksimalkan tanaman air yang ada dilingkungan sekitar sebagai media untuk
melakukan sistem bioremediasi yang ramah lingkungan.
C. Gagasan
C.1. Limbah
Pada dasarnya makhluk hidup menempati lingkungan yang ada disekitarnya yang
disesuaikan dengan tempat hidupnya, tetapi kebanyakan lingkungan yang mereka tempati
mereka sendiri merusakanya, mungkin tidak secara langsung tetapi dengan tindakan yang
mereka lakukan mereka telah merusak, misalnya :
1. Penggunaan bahan bakar yang berlebihan, pendirian pabrik-pabrik dan penggunaan
kendaraan-kendaraan angkutan banyak memerlukan bahan bakar, sisa-sisa bahan bakar
dapat menimbulkan pencemaran udara yang sangat mengganggu kesehatan.
2. Perburuhan terhadap hewan-hewan liar dihutan. Perburuan hewan-hewan liar merupakan
salah satu tindakan manusia yang dapat merusak keseimbangan alam. Masih banyak juga
tindakan manusia yang dapat merusak keseimbangan alam, seperti maracun ikan, karang-
karang dipantai, dsb (Genot, 2008).
Dari sedikit keterangan diatas, limbah dapat diartikan sebagai bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak ada harganya dan juga limbah yang pada lingkungan kita
disebabkan oleh beberapa cara seperti diatas. Selain itu limbah-limbah yang ada juga dapat
merusak lingkungan hidup tempat tinggal kita (Genot, 2008).
Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk
limbah dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah, ada
yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3) (Astutik, 2010).
Limbah beracun terdiri dari:
1. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan
gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
2. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang apabila berdekatan dengan api, percikan
api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan apabila telah
menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
3. Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
4. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit, atau mulut.
5. Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit
atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi (Astutik, 2010).
C.2. Macam-Macam Limbah
Berdasarkan asalnya, limbah padat dapat digolongkan sebagai :
1. Limbah organik
2. Limbah anorganik.
Limbah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya dari
dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah dan daun. Selain itu limbah rumah tangga yang ada
akan menyebabkan terjadinya pencemaran, terutama libah ini berpengaruh pada
pencemaran air karena dalam limbah rumah tangga mengandung berbagai zat kimia yang
jumlah dan macamnya banyak sekali. Seperti zat-zat organik baik yang larut , misalnya :
detergen, sabun, zat warna, asam, basa, dll (Genot, 2008).
Oleh sebab itu banyak manusia yang mengeluh akibat limbah rumah tangga.
Padahal mereka tidak menyadari kalau timbulnya limbah ini disebabkan oleh mereka
sendiri. Limbah rumah tangga sangat berpengaruh bagi perairan / sungai-sungai yang ada
disekitar tempat tinggal kita. Karena adanya limbah ini, kadang terjadi pencemaran air di
sungai-sungai sekitar rumah kami (Genot, 2008).
Disini mungkin masih ada air bersih walaupun sering terjadi pencemaran air,
namun pada umumnya makhluk hidup yang tinggal di desa, mereka pada dasarnya sangat
ketergantungan dengan air-air yang ada pada sungai-sungai sekitar dan karena limbah
rumah tangga kadang harus mengalami gangguan kesehatan. Oleh karena itu kita harus
dapat menjaga dan memanfaatkan air yang ada, misalnya menjauhkan dan mencegah
adanya limbah ini (Genot, 2008).
C.3. Efeknya Limbah Terhadap Manusia dan Lingkugan
Lokasi dan pengolahan limbah yang kurang memadai (pembuangan limbah yang
tidak kontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme yang manarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang daat menjangkit penyakit, misalnya bahaya
kesehatan pada manusia seperti :
Penyakit diare, tifus, bahkan demam berdarah karena virus yang berasal dari sampah dengan
pengelolahan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Tetapi kadang juga limbah ini dapat diminum penyakit jamur (Genot, 2008).
Limbah rumah tangga selain membayangkan kesehatan manusia, limbah ini juga
sangat berpengaruh terhadap kelestarian dan lingkungan yang ada di sekitar kita yaitu
penggunaan sebun detergen untuk mencuci. Air cucian itu kemudian dibuang keselokan
dan merembes ke air tanah, air selokan mengalir ke sungai dan seterusnya kelaut. Karena
adanya limbah-limbah rumah tangga ini itu akan sangat membayangkan kelestarian
lingkungan disekitar yang ada (Genot, 2008).
Penguraian limbah yang dibuang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan
gas cair. Selain itu gas ini sangat berbahaya kareba gas ini dapat meledak dan mengancam
kelestarian lingkungan (Genot, 2008).
C.4. Limbah Rumah Tangga
Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan seperti mandi, mencuci, dan berbagai
aktivitas lain yang kita anggap sepele namun menghasilkan sisa buangan, ternyata dapat
membahayakan bagi manusia dan lingkungan khususnya lingkungan laut. Dari sekian
banyak aktivitas manusia ternyata yang paling berbahaya adalah limbah rumah tangga.
Walaupun kita tidak hidup di wilayah pesisir dan banyak limbah industri yang tidak diolah
juga dapat membahayakan perairan laut, tetapi melihat banyaknya penduduk Indonesia
dengan limbah rumah tangga yang tidak diolah serta dihasilkan setiap hari. Dapat dikatakan
kerusakan karena limbah rumah tangga lebih besar daripada limbah industri (Astutik,
2010).
Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah
rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi,
minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran
sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut
terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir.
Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit
penyakit, bakteri, dan jamur (Novita, 2010).
Limbah rumah tangga yang dirasa sangat berbahaya bagi lingkungan antara lain
limbah bahan kimia baik dari MCK, emisi gas CO2 maupun aktivitas lain dan sampah
plastik. Limbah plastik merupakan salah satu musuh besar yang banyak diperangi oleh
berbagai pihak yang peduli terhadap lingkungan. Secara umum ada tiga jenis input utama
limbah rumah tangga ke laut yaitu langsung pembuangan limbah ke laut, air hujan, dan
polutan yang dilepaskan dari atmosfer (Astutik, 2010).
Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan.
Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika
pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna
kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya
pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Dikota-kota, air got berwarna
kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Didalamair got yangdemikian tidak ada
organisme hidup kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah
rumah tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang
ada (Novita, 2010).
Berikut adalah dampak negatif dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam
lingkungan laut:
1. Eutrofikasi, penyebab terbesar adalah sungai yang bermuara di laut, limbah yang terbawa
salah satunya adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pupuk dalam pertanian maupun
limbah dari peternakan dan manusia. Salah satu yang paling sering ditemukan adalah
detergen. Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah
alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena
terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami kematian
secara massal, serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2 karena terlalu banyak
organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi
perairan menjadi anoxic dan menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan
tersebut.
2. Peningkatan emisi CO2 akibat dari banyaknya kendaraan, penggunaan listrik berlebihan,
serta buangan industri akan memberi efek peningkatan kadar keasaman laut. Peningkatan
CO2 tentu akan berakibat buruk bagi manusia terkait dengan kesehatan pernafasan. Salah
satu fungsi laut adalah sebagai penyerap dan penetral CO2 terbesar di bumi. Saat CO2 di
atmosfir meningkat maka laut juga akan menyerap lebih banyak CO2 yang mengakibatkan
meningkatnya derajat keasaman laut. Hal ini mempengaruhi kemampuan karang dan hewan
bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang. Jika hal ini berlangsung secara terus
menerus maka hewan-hewan tersebut akan punah dalam jangka waktu dekat.
3. Plastik, yang menjadi masalah terbesar dan paling berbahaya. Banyak hewan yang hidup
pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak jarang plastik yang terdapat di laut akan
tampak seperti makanan bagi hewan laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada
pada organ pencernaan hewan ini, sehingga menyumbat saluran pencernaan dan
menyebabkan kematian melalui kelaparan atau infeksi. Plastik terakumulasi karena mereka
tidak mudah terurai, mereka akan photodegrade (terurai oleh cahaya matahari) pada
paparan sinar matahari, tetapi hanya dapat terjadi dalam kondisi kering. Sedangkan dalam
air plastik hanya akan terpecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, namun tetap
polimer, bahkan sampai ke tingkat molekuler. Ketika partikel-partikel plastik mengambang
hingga seukuran zooplankton dan dikonsumsi oleh hewan lain yang lebih besar, dengan
cara inilah plastik masuk ke dalam rantai makanan. Banyak dari potongan plastik ini
berakhir di perut burung-burung laut dan hewan laut lain termasuk penyu. Bahan beracun
yang digunakan dalam pembuatan bahan plastik dapat terurai dan masuk ke lingkungan
ketika terkena air. Racun ini bersifat hidrofobik (berikatan dengan air) dan menyebar di
permukaan laut. Dengan demikian plastik jauh lebih mematikan di laut daripada di darat.
Kontaminan hidrofobik juga dapat terakumulasi pada jaringan lemak, sehingga racun
plastik diketahui mengganggu sistem endokrin ketika dikonsumsi, serta dapat menekan
sistem kekebalan tubuh atau menurunkan tingkat reproduksi (Astutik, 2010).
C.5. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga
Pada berbagai tempat di tanah air, limbah cair rumah tangga belum terjangkau oleh
teknologi pengolahan limbah. Selain biaya yang mahal dan penerapan yang sulit, masih
kuatnya pemikiran dan anggapan sebagian besar masyarakat bahwa pembuangan limbah
rumah tangga secara langsung ke lingkungan tidak akan menimbulkan dampak yang serius.
Dalam kondisi demikian, diperlukan suatu sistem pengolahan limbah rumah tangga yang
selain murah dan mudah diterapkan, juga dapat memberi hasil yang optimal dalam
mengolah dan mengendalikan limbah rumah tangga sehingga dampaknya terhadap
lingkungan dapat dikurangi. Salah satu pemikiran yang dapat dikembangkan, adalah
pemanfaatan sumber daya alam yang telah diketahui memiliki kaitan erat dengan proses
penjernihan limbah rumah tangga, dalam hal ini berbagai jenis tanaman air yang tumbuh
pada kolam-kolam atau genangan air di sekitar permukiman.
Tanaman air merupakan bagian dari vegetasi penghuni bumi ini, yang media
tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya meliputi perairan air tawar, payau sampai ke
lautan dengan beraneka ragam jenis, bentuk dan sifatnya. Jika memperhatikan sifat dan
posisi hidupnya di perairan, tanaman air dapat dibedakan dalam 4 jenis, yaitu; tanaman air
yang hidup pada bagian tepian perairan, disebut marginal aquatic plant; tanaman air yang
hidup pada bagian permukaan perairan, disebut floating aquatic plant; tanaman air yang
hidup melayang di dalam perairan, disebut submerge aquatic plant; dan tanaman air yang
tumbuh pada dasar perairan, disebut the deep aquatic plant.
Kemampuan tanaman air menjernihkan limbah cair akhir-akhir ini banyak
mendapat perhatian. Berbagai penemuan tentang hal tersebut telah dikemukakan oleh para
peneliti, baik yang menyangkut proses terjadinya penjernihan limbah, maupun tingkat
kemampuan beberapa jenis tanaman air. Hal tersebut antara lain dikemukakan oleh Stowell
(2000) yang menyatakan bahwa tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk
menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam perairan, dan hal tersebut sangat
bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair. Selanjutnya Suriawiria (2003)
mengemukakan bahwa penataan tanaman air di dalam suatu bedengan-bedengan kecil
dalam kolam pengolahan dapat berfungsi sebagai saringan hidup bagi limbah cair yang
dilewatkan pada bedengan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan tanaman air
untuk menyaring bahan-bahan yang larut di dalam limbah cair potensial untuk dijadikan
bagian dari usaha pengolahan limbah cair. Demikian pula yang dikemukakan oleh Reed
(2005) bahwa proses pengolahan limbah cair dalam kolam yang menggunakan tanaman air
terjadi proses penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses
pertukaran dan penyerapan ion, dan tanaman air juga berperan dalam menstabilkan
pengaruh iklim, angin, cahaya matahari dan suhu.
Berdasarkan berbagai fakta dan penemuan tersebut, maka peluang untuk
memanfaatkan tanaman air pada proses bioremediasi limbah rumah tangga sangat
memungkinkan dengan menggunakan tanaman Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nympahea
firecrest), Kiambang (Spirodella polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla ferticillata).
Bioremediasi dengan simulasi tanaman air dapat meningkatkan kualitas limbah
rumah tangga, yang meliputi kualitas fisik, kimia dan mikrobiologis. Parameter limbah
yang diuji mengalami peningkatan kualitas dari kondisi yang tidak memenuhi syarat
menjadi memenuhi syarat sesuai baku mutu yang telah ditetapkan (Yusuf, 2008).
Komposisi tanaman air dan pengenceran limbah berinteraksi dalam memberikan
efek terhadap peningkatan kualitas limbah rumah tangga pada proses bioremdiasi. Efek
bioremediasi yang optimal terjadi pada percobaan yang menggunakan empat jenis tanaman
air, yaitu Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nymphaea firecrest), Kiambang (Spirodella
polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla verticillata) (Yusuf, 2008).
Kualitas limbah rumah tangga yang telah melalui proses bioremediasi dengan
simulasi tanaman air, pada umumnya telah memenuhi syarat untuk dilepas ke lingkungan,
baik ditinjau dari kualitas fisik dan kimia, maupun kualitas mikrobiologis (Yusuf, 2008).
D. KESIMPULAN
Sudah saatnya bioremediasi dengan simulasi tanaman air dilakukan dengan
menggunakan empat jenis tanaman air, yaitu Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nymphaea
firecrest), Kiambang (Spirodella polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla verticillata) karena
memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat mengurangi pencemaran dan bau tidak
sedap menjadi hilang dan estetika lingkungan kian cantik dengan “sentuhan dekoratif”
tanaman air, apalagi saat berbunga.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, Sri. 2010. Limbah Rumah Tangga Berbahaya Bagi Manusia dan Lingkungan Laut.
http://ksupointer.com/2010/limbah-rumah-tangga-berbahaya-bagi manusia-dan-
lingkungan-laut.
Genot. 2008. Efek Limbah Terhadap Lingkungan.
http://blinksutan.blogspot.com/2008/04/efek-limbah-terhadap-lingkungan.html.
Haryoto, K. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengolahan Limbah dalam Menghadapi Tantangan
Global. Di dalam : Teknologi Pengolahan Limbah dan Pemulihan Kerusakan
Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional, Jakarta 13 Juli 1999, BPPT, Jakarta.
Novita. 2010. Limbah Rumah Tangga dan Pencemaran.
http://noviresbioku.blogspot.com/2010/05/limbah-rumah-tangga-dan-pencemaran.html.
Reed, S.C., E.J. Midlebrooks and R.W Crites. 2005. Natural System of Waste Management
and Treatment McGraw Hill Book Company, New York.
Stowel, R.R., J.C. Ludwig and G. Thobanoglous. 2000. Towad the Rational Design of Aquatic
Treatments of Wastewater, Departement of Civil Engineering and Land, Air and
Wastewater Resources, University of California, California.
Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara
Biologis, Penerbit Alumni, Bandung.
Yusuf, Guntur. 2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dengan Sistem Simulasi
Tanaman Air.`http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/17%20%20bioremediasi%20limbah
%20rumah%20tangga.pdf.
LAMPIRAN PERTANYAAN
1. Data kuantitatif dari tanaman yang digunakan untuk bioremediasi dan kualitas air yang
dihasilkan
2. Apakah di got-got akan ditanami tanaman? Bagaimana aplikasinya untuk di daerah
yang tidak ada kolam penampungan? Apakah ada efeknya?
3. Spesifikasi dari tanaman yang digunakan?
4. Kenapa tanaman bisa menyerap polutan? Bagaimana prosesnya? Apakan setelah mati
lalu dicabut dan diganti?
5. Apakah akan dibuat kolam penampungan? Atau ditanam disaluran-saluran?
JAWABAN
1. Data kuantitatif:
- Adanya penurunan suhu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa suhu limbah rumah
tangga setelah mengalami proses bioremediasi adalah sebesar 250C yang merupakan suhu
normal perairan.
- Penurunan kekeruhan dan padatan tersuspensi. Menurut percobaan penurunan
kekeruhan terbesar adalah 78,24%. Sedangkan penurunan padatan tersuspensi adalah
66,95%. Kekeruhan limbah setelah proses bioremediasi adalah 27,99 NTU dan padatan
tersuspensi adalah39,89 mg/l. tingkat kekeruhan lebih dari 20 NTU masih berbahaya.
Sedangkan padatan tersuspensi tidak boleh lebih dari 100 mg/l.
- Kenaikkan PH. Pada percobaan yaitu PH 7,2.
- Peningkatan oksigen terlarut, menurut percobaan mencapai 3,03 mg/l.
- Penurunan BOD dan COD. Menurut percobaan penurunan terbesar BOD yaitu 39,75%
dan COD sebesar 43,36%.
- Penurunan CO2 Sebesar 68,63%. Kandungan CO2 limbah turun menjadi 11,59 mg/l.
- Penurunan coliform dan E.coli. penurunan coliform sebesar 86,46%. E.coli turun
menjadi 0,1 x 104 sel/100ml ( Yusuf,2008).
2. Daerah yang memiliki kolam penampungan limbah adalah khusus untuk daerah
terpadu yang sudah menjalankan sistem bioremediasi ini, dan ini sudah dilakukan di
beberapa daerah. Untuk daerah yang tidak memiliki kolam penampungan limbah, sistem
bioremediasi ini bias dilakukan dengan cara menanam tanaman air pada saluran-saluran
air,selokan,atau got.
Tidak ada efek buruk,justru sistem ini akan meningkatkan kualitas air limbah.
3. Efek bioremediasi yang optimal terjadi pada percobaan yang menggunakan empat
jenis tanaman air, yaitu Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nymphaea firecrest), Kiambang
(Spirodella polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla verticillata) (Yusuf, 2008).
-Mendong Mendong adalah salah satu tumbuhan yang hidup di rawa, tanaman ini tumbuh
di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Untuk sistem bioremediasi
tanaman ini bias ditanam di rawa-rawa.
- Teratai dan ki ambang Tanaman tumbuh di permukaan air yang tenang. Untuk sistem
bioremediasi tanaman ini cocok ditanaman di kolam-kolam penampungan, selokan, atau
sungai yang alirannya tenang
- Hidrilla adalah tumbuhan air, baik terbenam maupun muncul di permukaan. Sehingga
cocok ditanam di selokan,got,kolam penampungan ataupun sungai.
4. Proses penyerapan polutan oleh tumbuhan ada tiga cara:
-Phytoacumulation (phytoextraction), yaitu tumbuhan menarik zat kontaminan dari media
sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan, proses ini disebut juga
Hyperacumulation. Akar tumbuhan menyerap polutan dan selanjutnya ditranslokasi ke
dalam organ tumbuhan. Proses ini adalah cocok digunakan untuk dekontaminasi zat-zat
anorganik.
- Rhizofiltration (rhizo=akar), adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan
oleh akar untuk menempel pada akar. Kontaminan di dalam air, setelah kontak dengan
akar akan diabsorpsi dan kemudian tumbuhan dipanen akarnya hingga menjadi jenuh
terhadap kontaminan. Akar tumbuhan mengadsorpsi atau presipitasi pada zone akar atau
mengabsorpsi larutan polutan sekitar akar ke dalam akar. Spesies tumbuhan yang
fungsional adalah rumput air seperti Cattail dan eceng gondok .
- Phytostabilization, yaitu penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil)
pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Proses ini akan
mengurangi mobilisasi kontaminan dan mencegah berpindahnya ke air tanah atau udara.
Teknik ini dapat digunakan untuk meningkatkan penutupan tajuk oleh tumbuhan yang
toleran terhadap jenis kontaminan di lokasi tersebut.
Pada proses bioremediasi ini tanaman akan bertahan hidup cukup lama. Tanaman yang
sudah mati akan diganti dengan yang baru.
5. Untuk daerah yang tidak memiliki kolam penampungan limbah, tanaman ditanam di
daluran-saluran air.