Faring It Is
description
Transcript of Faring It Is
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangFaringitis kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis-Viral
(Faringitis karena Virus) adalah peradangan pharynx (bagian tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang disebabkan oleh virus. Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan perdadangan. Namun yang paling umum penyebab peradangan adalah virus. Ketika di tenggorokan tidak ditemukan bakteri penyebab gejala, kemungkinan besar faringitis disebabkan virus. Peradangan ini mengkibatkan sakit tenggorokan. Faringitis dapat terjadi sebagai bagian dari infeksi virus yang juga melibatkan sistem organ lain, seperti paru-paru atau usus.
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
B. Tujuan PenulisanMakalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar faringitis2. Mengetahui penanganan, pentalaksanaan faringitis3. Sebagai sumber informasi untuk mahasiswa4. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan faringitis.
1
BAB IIPEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DefinisiFaringitis adalah peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad
S,Dr,Sp.THT, 2000). Faringitis adalahinfeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent, 2004)
Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.(Wikipedia.com).
2. Etiologi Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab:
a. common cold/flub. Adenovirusc. virus influenza (A dan B).d. parainfluenza (tipe 1-4).e. adenovirus.f. ECHO.
Bakteri yang menyebabkan faringitis antara lain:a. Streptokokus grup Ab. Korinebakteriumc. Arkanobakteriumd. Streptococcus β hemolitikus.e. Streptococcus viridians.f. Streptococcus piyogenesg. Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
3. KlasifikasiBerdasarkan lama berlangsungnya
2
a. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
b. Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.
Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:a. Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti
membran mukosa.b. Faringitis atrofi merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi
(membran tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut).c. Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada
dinding faring.
4. PatofisiologiPenularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
3
5. Manifestasi klinisManifestasi klinis akut:1. Membran faring tampak merah2. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat3. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras4. Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan5. Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.6. Kesulitan menelan.
Manifestasi klinis kronis:1. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.2. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
6. Pemeriksaan Penunjanga. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
b. Pemeriksaan Biopsi. Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
c. Pemeriksaan Sputum. Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
4
7. Penatalaksanaana. Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima harib. Antipiretikc. Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektand. Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau
klindamisie. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangatf. pemberian kompres panas atau dingin pada leher untuk
meringankan nyeri.Pengobatan secara medikamentosa umumnya menggunakan:
a. Antimikroba.b. Antibiotik (dalam dosis terapeutik).c. Dapat pula dilakukan dengan cara irigasi hangat pada
tenggorokan.d. Pemberian cairan yang adekuat.e. Menghindari makanan pedas, berminyak, mengandung vetsin, es
juga disarankan.
8. Komplikasia. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.b. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.
c. SinusitisSinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa
sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi.
5
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian1) Data Dasar
1) Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
2) Riwayat Kesehatan, meliputi :1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:a) Alasan masuk rumah sakitb) Keluhan utama: nyeri saat menelan pada leher
6
2) Riwayat Kesehatan Masa LaluMengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.
3) Riwayat Kesehatan KeluargaMengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
3) Pemeriksaan fisik1) Inspeksi : kemerahan pada faring,adanya pembengkakan di daerah
leher2) Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri
tekan3) TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, RR
meningkat.
4) Pengkajian Pola Gordon1) Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kebiasaan makan makanan yang terpapar kuman/virus, makanan yang mengandung pengawet (karsinogenik), terpapar bahan-bahan kimia seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan limbah, asap kayu bakar.
2) Pola Nutrisi MetabolicBiasanya klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak cukupnya nutrisi karena nyeri saat menelan akibat inflamasi penyakit.
3) Pola EliminasiKaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi.
4) Pola aktivas latihanKaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Dapat mengalami gangguan bila inflamasinya parah.
5) Pola istirahat tidurKaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola istirahat.
7
6) Pola kognitif persepsiKaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi? Biasanya klien tidak mengalami gangguan. Namun bisa juga mengalami gangguan pada pendengaran jika infeksi menyebar sampai ke telinga melalui tuba eustachi.
7) Pola persepsi diri dan konsep diriKaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Konsep diri pasien terutama gambaran diri terhadap perubahan tubuh Apakah klien merasa rendah diri terhadap penyakit yang dideritanya ? Biasanya klien tidak ada ganguan.
8) Pola peran hubunganKaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?
9) Pola reproduksi dan seksualitasKaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan pada klien? Biasanya tidak mengalami gangguan.
10) Pola koping dan toleransi stressKaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?
11) Pola nilai dan kepercayaanKaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?
2. Diagnosa Keperawatan1. Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret.2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk menelan3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring4. Hipertermia berhubungan dengan peradangan
8
3. Rencana Keperawatan1) Dx: Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret ditandai dengan:DO: adanya sputum yang berlebihan, peningkatan frekuensi pernapasanTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat bernapas dengan lancer/efektif.Kriteria hasil:
a) Klien dapat mengeluarkan sputumb) Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20 x/menit)c) Klien mengatakan dapat bernapas dengan lancer
Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Lap NOC / Tujuan
NIC / Intervensi
1.
Nyeri acute b-d. peradanganBatasan karakteristik- Laporan secara
verbal atau non verbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-hati
- Muka topeng- Gangguan tidur
(mata sayu, tampak capak, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit penurunan persepsi waktu kerusakan proses berpikir,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri berkurang dengan kriteria hasil1. Pasien
melaporkan bahwa nyeri berkurang
2. Pasien melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi
3. Pasien mampu menggunakan metode non
Manajemen nyeri1. Lakukan pengkajiannyeri
secarakomprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dariketidaknyamanan
3. Gunakan teknikkomunikasi terapeutikuntuk mengetahuipengalaman nyeripasien.
4. Kaji kultur yang mem-pengaruhi respon nyeri.
5. Evaluasi pengalamannyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pa-sien dantim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrolnyeri masa lampau
7. Bantu pasien dankeluarga untuk mencari danmenemukan dukungan
8. Kontrol lingkunganyang dapatmempengaruhi nyeri seperti
9
penurunandengan orang lain dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,contoh : jalan-jalan,menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (sepertidiaphoresis, perubahantekanan darah,perubahan nafas, nadi dilatasi pupil).
- Perubahan autonomic dalam tonus (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresifcontoh gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang / berkeluh kesah.
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum.
farmakologi untuk mengurangi nyeri.
suhu ruangan,pencahayaan dan kebi-singan.
9. Kurangi faktorpresi-pitasi nyeri
10. Pilih dan lakukanpenanganan nyeri(farmakologi, nonfarmakologidinterpersonai).
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untukmenentukan intervensio.
12. Ajarkan tentangTeknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifankontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhandan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaanpasien tentangmanajemen nyeri
Administrasi analgetik1. Tentukan lokasi, karak-
teristik, kualitasdan derajat nyerisebelum pemberianobat
2. Cek instruksi doktertentang jenis obat,dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi darianalgesik ketikapemberian lebih darisatu.
5. Tentukan analgesik pilihan tergantung tipe dan beratnya nyeri.
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur.
10
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektifitasanalgesik, tanda dangejala (efek samping)
2.
Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cair an aktif, kegagalan dalam mekanisme penga-turan
Batasan karakteristik :- Kelemahan- Haus- Penurunan turgor kulit- Membran mucus/kulit kering- Nadi meningkat, tekanan darah menurun,tekanan nadi menurun- Penurunan pengisian kapiler- Perubahan status mental- penurunan urin output- Peningkatan konsentrasi urun- Peningkatan suhu tubuh- Hematokrit meningkat- Kehilangan berat badan mendadak.
Setelah dilakukan tindak-an perawatan selama 3 X 24 jam volume cairan dan elektrolit adequate / seimbang.
Hidrasi (0602)Kriteria hasil :- Hidrasi kulit adekuat- Tekanan darah dalam batas normal- Nadi teraba- Membran
mukosa lembab
- Turgor kulit normal- Berat
badan stabil dan dalam batas normal
- Kelopak mata tidak cekung
- Urin out put normal
Monitor Cairan (4130)111 1. Tentukan riwayat jenis dan
banyaknya intake cairan dan kebiasaan eleminasi 2.. Tentukan faktor resiko yang
meyebabkan ketidak-seimbangan cairan
(hipertermi, diuretic, kelainan ginjal, muntah,
poliuri, diare, diapore- sis, terpapar panas, infeksi)
3. Menimbang BB4. Monitor vital sign5. Monitor intake dan output6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi cairan bila di- perlukan7. Jaga keakuratan catatan in- take dan output8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus9. Monitor warna dan jumlah urin11. Monitor distensi vena leher, crackles di paru, odem peri- fer dan peningkatan berat badan.10. Monitor akses intrvena11. Monitor tanda dan gejala overload cairan12. Catat adanya vertigo13. Berikan cairan14. Pertahankan aliran infuse sesua advis
Manajemen Cairan (4120)1. Timbang beratat badan etiap hari
11
- Tidak demam
- Tidak asites, edema perifer
- tidak ada rasa haus yang sangat
- tidak ada napas pendek /kusmaul
Balance Cairan (0601)
Kriteria hasil
- Tekanan darah normal
- Nadi perifer teraba
- Tidak terjadi ortostatik hypotensio
n- Intake-
output seimbang
dalam 24 jam
- Serum, elektrolit dalam
batas normal.
- Hmt dalam batas normal
- Tidak ada suara napas
dan monitor kecenderungannya.2. Timbang popok3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan output4. Pasang kateter kalau perlu5. Monitor status hidrasi
(kelembaban membrane mukosa, denyut nadi, tekanan darah)
6. Monitor vital sign7. Monitor tanda-tanda overhidrasi
/ kelebihan ca-iran (crackles, edema perifer, distensi vena le-her, asites, edema pulmo)
8. Berikan cairan intravena9. Monitor status nutrisi10. Berikan cairan intravena11. Berikan intake oral selama 24
jam12. Berikan cairan dengan selang
(NGT) kalau perlu13. Monitor respon pasien terhadap
terapi elektrolit14. Konsul dokter jika ada tanda
dan gejala kelebihan cairan
Manajemen Hipovolemia (4180)1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output2. Pertahankan patensi akses
intravena3. Monitor Hb dan Hct4. Monitor kehilangan cairan
(perdarahan, muntah, diare)5. Monitor tanda vital6. Monitor respon pasien terhadap
perubahan cairan7. Berikan cairan isotonic /
kristaloid (NaCl, RL) untuk rehidrasi ekstraseluler
8. Monitor tempat tusukan intravena dari tanda infiltrasi atau infeksi
9. Monitor IWL
12
tambahan- BB stabil- Tidak ada
asites, edema
perifer- Tidak ada
distensi vena
leher- Mata tidak
cekung- Tidak
bingung- Rasa haus
tidak berlebih
an- Membrane
mukosa lem-
bab- Hidrasi
kulit adekuat
(missal :diaporesis)10. Anjurkan pasien untuk
menghindari mengubah posisi dengan cepat, dari tidur
ke duduk atau berdiri 11. Monitor berat badan
1 12. Monitor tanda dehirasi ( turgor kulit menurun,
pengisi-an kapiler lambat, membrane mukosa
kering, urin output menurun, hipotensi, rasa
haus meningkat, nadi lemah 13. Dorong intake oral
(distribusikan cairan selama 24 jam dan beri cairan diantara
waktu makan) 14. Pertahankan aliran infuse 15. Posisi pasien Trendelenburg
ketika hipotensi jika perlu
Monitoring Elektrolit (2020)1. Monitor elektrolit serum2. Laporkan jika ada ketidakse- imbangan elektrolit3. Monitor tanda dan gejala ke- tidakseimbanga elektrolit (kejang, kram perut, tremor, mual dan muntah, letargi, ce- mas, bingung, disorientasi, kram otot, nyeri tulang, de- presi pernapasan, gangguan irama jantung, penuruna kesadaran : apatis, coma)
Manajemen Elektrolit (2000)1. Pertahankan cairan infuse yang
mengandung elektrolit2. Monitor kehilangan elektrolit
lewat suction nasogastrik, diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin4. Berikan diet makanan yang kaya
kalium5. Berikan lingkungan yang aman
13
bagi pasien yang mengalami gangguan neurologist atau neuromuskuler
6. Ajari pasien dan keluarga tentang tipe, penyebab, dan pengobatan ketidakseimbangan elektrolit
7. Konsul dokter bila tanda dan gejala ketidakseimbang-an elektrolit menetap.
8. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit.
10.Konsul dokter pemberian obat yang mengandung elektrolit (aldakton, kalsium glukonas, Kcl).
11.Berikan suplemen elektrolit baik lewat oral,
NGT, atau infuse sesuai resep3.
Hipertermi b.d. dehidrasipening-katan metabolik penyakitBatasan karakteristik :- Suhu tubuh >
normal- Kejang- Takikardi- Respirasi
meningkat- Diraba hangat- Kulit memerah
Setelah dilakukan tindakanperawatan 2 x 24 jam suhu badan pasien normalTermoregulasi (0800)Kriteria hasil :- Suhu
kulit normal
- Suhu badan 35,9°C-37,7°C
- Tidak ada sakit kepala
- Tidak ada nyeri
Pangaturan panas (3900)1. Monitor suhu tiap 2 jam.2. Monitor tekanan darah, nadi
dan respirasi.3. Monitor suhu dan warna kulit.4. Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipertermi.5. Anjurkan intake cairan dan
nutrisi yang adequate.6. Ajarkan pasien bagaimana
mencegah panas yang tinggi.7. Berikan obat antipiretik8. Berikan obat untuk mencegah
atau mengontrol menggigil.
Pengobatan Fungsi(3740)1. Monitor suhudengan
sering2. Monitor IWL3. Monitor suhu dan warna kulit4. Monitor tekanandarah, nadi
danrespirasi5. Monitor deraja
tpenurunan kesadaran6. Monitor kemampuanaktivitas7. Monitor leukosit, hematokrit
14
otot- Tidak
ada perubahan warna kulit
- Nadi, respirasi dalam batas normal.
- Hidrasi adequate
- Pasien menyatakan nyaman
- Tidak menggigil
- Tidak iritabel / gragapan / kejang
8. Monitor intake danoutput9. Monitor adanyaaritmia
jantung10. Dorong peningkatanintake
cairan11. Berikan cairanintravena12. Tingkatkan sirkulasiudara
dengan kipas angin13. Dorong ataulakukan
oral hygiene14. Berikan obat antipiretik untuk
mencegah pasienmenggigil15. Berikan
obat antibioticuntuk mengobati penyebab demam.
16. Berikan oksigen17. Kompres dingin
diselangkangan danaksila18. Anjurkan pasien untuktidak
memakai selimutclan memakai selimutdan memakai bajuberbahan dingin.
Manajemen lingkungan (6480)1. Berikan ruangansendiri
sesuaiindikasi2. Berikan tempattidur clan
kain/linen yangbersih dan nyaman
3. Batasi pengunjungMengontrol infeksi (6540)1. Anjurkan pasienUntuk
mencuci tangan2. Gunakan sabunUntuk
mencuci tangan3. Cuci tangansebelum d
an sesudah melakukan kegiatan perawatan Pasien
4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuaidengan protokol.
5. Berikan perawatan kulit di area yang odem
6. Dorong pasien Untukcukup istirahat
7. Lakukan pemasangan infuse dengan teknikaseptik
8. Anjurkan pasienminum
15
antibiotiksesuai resep.4.
Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (1975) berhubungandengan ketidakmampuanpemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsizat-zat gizi berhubungandengan faktor bioiogis,psikologis atau ekonomi.Batasan karakteristik :- Berat badan 20%
atau lebih dibawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RPA (Recommended daily allowance)
- Membrana mukosa dan konjungtiva pusat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah.
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan.
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
Setelah dilakukan tindakan ke-perawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasienterpenuhi dengan kriteriahasil :- Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
-
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan danmenelan
- Tidak terjadi penuruna
Monitor nutrisi1. BB pasien dalam batas normal2. Monitor
adanyapenurunan beratbadan3. Monitor tipe danjumlah
aktivitas yang biasa dilakukan4. Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan5. Monitor lingkunganselama
makan6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidakselama jam makan
7. Monitor kulit keringdan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, danmudah patah10. Monitor mual dan muntah11. Monitor kadaralbomin,
totalProtein, Hb dan Ht.12. Monitor makanankesukaan13. Monitor pertumbuhandan
perkembangan14. Monitor
pucat,kemerahan dankekeringan jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nutrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papula Iidah dan cavitas oval.
Manajemen nutrisi1. Hindari makanan yan
gmembuat alergi2. Hindari makanan yangtidak bis
a ditoleransioleh pasien3. Kolaborasi dengan ahligizi
untuk menentukankebutuhan kalori dan jenis makanan yang dibutuhkan.
4. Berikan makanansecara
16
- Miskonsepsi- Kehilangan BB
dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen- Tonus otot jelek- Nyeri abdomen
dengan atau tanpa patologi.
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare atau steatorhea- Kehilangan rambut
yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif- Kurangnya
informasi, miss informasi
nberat badan yang berarti.
selektif5. Berikan buah
segar(pisang) atau jus buah6. Berikan informasitentang
kebutuhannutrisi yang dibutuhkanpasien dan bagaimana cara makannya.
17
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis
(dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring.Kadang juga disebut sebagai radang
tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau
bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila
menelan makanan.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan
faringitis yaitu:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3. Gangguannutrisi (kurangdarikebutuhan) berhubungandengan intake yang
kurangdengankesulitanmenelan
4. Bersihan jalnan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
4.2 SARANKami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri
agar dapat meningkatkan lagi ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
khususnya dibidang Keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar.2005.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Price dan Wilson.1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi
2. Jakarta: EGC.
Tim Penyusun.1982.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta:Media Aesculapius.
19