Farhan Hadi-Learning Issue Skenario B Kelenjar Tiroid
-
Upload
farhan-hady-danuatmaja -
Category
Documents
-
view
220 -
download
1
description
Transcript of Farhan Hadi-Learning Issue Skenario B Kelenjar Tiroid
KELENJAR TIROID
1. Anatomi
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh
darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis
dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid,
tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena
jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di
latero dorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring.
Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia
media dan prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Anatomi kelenjar tiroid (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri karotis
superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua
arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala
dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri
atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di
sebelah lateral dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi
laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari
nervus laringeus superior (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
2. Fisiologi
Fungsi kelenjar tiroid antara lain:
a. Mempengaruhi metabolism sel, proses produksi panas, oksidasi di sel-sel
tubuh.
b. Mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi jaringan tubuh.
c. Berpengaruh dalam mengubah tiroksin.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Tiroksin
berfungsi untuk mempengaruhi metabolism sel, proses produksi poros oksidasi di
sel-sel tubuh kecuali otak dan sel limfe. Triiodotironin berfungsi untuk
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi jaringan tubuh.
Pembentukan hormon tiroid
a. Iodium + tirosin yang melekat pada tiroglobulin → Monoiodotirosin →
Iodinasi → Diiodotirosin
b. Monoiodotirosin + Diiodotirosin → Triiodotironin (T3)
c. Diiodotirosin + Diiodotirosin → Tetraiodotironin (T4)
Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku
hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga
mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang
dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid.
Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap
di dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid
akan terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin
(TBG) atau prealbumin pengikat albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA).
Hormon stimulator tiroid Thyroid Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan
terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus
anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan balik negatif sangat
penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan
akan terlihat adanya sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi
untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum
terhadap tulang (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon
tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus
anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin
Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus (Guyton & Hall, 2006).
Free Thyroxine (fT4) and Free Triiodothyronine (fT3)
Pengukuran fT4 dan fT3 mengganti pengukuran T3 dan T4. hasil laboratorium
yang dilakukan untuk mensubstitusi hormon free ketika T3 dan T4 telah dilakukan.
Pengukuran fT3 pada pasien dengan gejala hipotiroid kadang-kadang dapat
diindikasikan. Pemeriksaan ini dilakukan pada keadaan bila secara klinis diduga
hipertiroid dengan kadar TSH rendah, tetapi fT4 tidak termasuk. Pengukuran fT3
bukan indikasi pada hipotiroid.
Pengukuran TSH menjadi hasil test yang jelas dari fungsi tiroid pada banyak
keadaan. Nilai TSH berkisar antara rentang luar mayor dari kasus primer penyakit
tiroid. Jika TSH tidak normal, lihat nilai dari T4 bebas/ free T4 (fT4). Ketika ada
faktor resiko, lihat free T3 (fT3) ketika fT4 normal dan diduga ada tirotoksikosis.
Diagram pengaturan sekresi tiroid.
Secara umum, kadar hormon tiroid darah diatas kadar normal akan
menghambat pelepasan TRH dan TSH. Sebaliknya, kadar hormon tiroid darah yang
rendah akan merangsang pelepasan TRH dan TSH. Kadar TSH yang meningkat
berkaitan dengan peningkatan proliferasi sel tiroid dan perangsangan produksi T3
dan T4.
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori yaitu : (Sherwood, 2011)
a) Efek pada laju metabolisme
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara
keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi
O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
b) Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
c) Efek pada metabolisme perantara
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat
dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar
metabolik bersifat multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis
dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya
jumlah hormon juga dapat menginduksi efek yang bertentangan.
d) Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh
sistem saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
e) Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi
jantung sehingga curah jantung meningkat.
f) Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon pertumbuhan, tetapi
juga mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis
protein struktural baru dan pertumbuhan rangka.
g) Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf
terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk
aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
3. Histologi
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Jaringan
tiroid terdiri atas folikel yang berisi koloid. Kelenjar dibungkus oleh simpai jaringan
ikat longgar yang menjulurkan septa ke dalam parenkim (Jonqueira, 2007).
Unit struktural dari tiroid adalah folikel, yang tersusun rapat, berupa ruangan
bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk gepeng, kubus sampai
kolumnar. Konfigurasi dan besarnya sel-sel folikel tiroid ini dipengaruhi oleh
aktivitas fungsional kelenjar tiroid itu sendiri. Bila kelenjar dalam keadaan inaktif,
sel-sel folikel menjadi gepeng dan akan menjadi kubus atau kolumnar bila kelenjar
dalam keadaan aktif. Pada keadaan hipertiroidisme, sel-sel folikel menjadi
kolumnar dan sitoplasmanya terdiri dari vakuol-vakuol yang mengandung koloid
(Koss, 2006).
Gambaran histologi dari kelenjar tiroid (Jonqueira, 2007).
Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogen eosinofilik.
Variasi kepadatan dan warna daripada koloid ini juga memberikan gambaran
fungsional yang signifikan; koloid eosinofilik yang tipis berhubungan dengan
aktivitas fungsional, sedangkan koloid eosinofilik yang tebal dan banyak dijumpai
folikel dalam keadaan inaktif berhubungan dengan beberapa kasus keganasan. Pada
keadaan yang belum jelas diketahui penyebabnya, sel-sel folikel ini akan berubah
menjadi sel-sel yang besar dengan sitoplasma banyak dan eosinofilik, kadang-
kadang dengan inti hiperkromatik, yang dikenal sebagai oncocytes (bulky cells) atau
Hürthle cells (Koss, 2006).
Koloid terdiri atas tiroglobulin yaitu suatu glikoprotein yang mengandung
suatu asam amino teriodinisasi. Hormon kelenjar tiroid disimpan dalam folikel
sebagai koloid. Selain sel folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar juga terdapat
di kelenjar tiroid. Sel-sel ini terdapat di dalam epitel folikel atau diantara folikel.
Adanya banyak pembuluh darah di sekitar folikel, memudahkan mencurahkan
hormon ke dalam aliran darah (Jonqueira, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Asiyah, Siti Nur. 2010. Kelenjar Tiroid.
https://masul1988.files.wordpress.com/2012/10/pw-psi-faal.ppt. Diakses pada 22
Desember 2015.
Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Krishnan, BPG. 2014. Tinjauan Pustaka: Kelenjar Tiroid.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40586/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
pada 22 Desember 2015.
Pasaribu, ET. 2014. Tinjauan Pustaka: Kelenjar Tiroid.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40615/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
pada 22 Desember 2015.
Trihadi, Nugroho. 2014. Tinjauan Pustaka: Kelenjar Tiroid.
http://eprints.undip.ac.id/44851/3/Nugroho_Trihadi_22010110120107_BAB_2.pdf.
Diakses pada 22 Desember 2015.
Yunita, Mega. 2013. Tinjauan Pustaka: Kelenjar Tiroid.
http://eprints.undip.ac.id/44077/3/MEGA_YUNITA_G2A009033_BAB2KTI.pdf.
Diakses pada 22 Desember 2015.