FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB...

73
INVERSI 2D DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN BIDANG GELINCIR TANAH SEBAGAI REFERENSI PEMBANGUNAN JALAN LINTAS WAJO - MOROWALI SULAWESI TENGAH (Skripsi) Oleh : Widya Seto Aji FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

INVERSI 2D DATA GEOLISTRIK UNTUK

MENENTUKAN BIDANG GELINCIR TANAH SEBAGAI

REFERENSI PEMBANGUNAN JALAN LINTAS WAJO - MOROWALI

SULAWESI TENGAH

(Skripsi)

Oleh :

Widya Seto Aji

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

ABSTRACT

2D INVERSION OF RESISITIVITY DATA

TO DETERMINE LAND SLIDE AS REFERENCE

FOR ROAD CONTRUCTION IN WAJO – MOROWALI

SULAWESI TENGAH

By

WIDYA SETO AJI

Government of Central Sulawesi especially Morowali will make an infrastructure

construction of road construction from Wajo to Morowali. Because of the unstable land structure

in the area, a sliding plane research is needed to do with geophysical exploration methods which

is, resistivity method to prevent the land slide.

Geophysics methods with wenner – slumberger methods was done in the research area

for 11 point, 22 line, and for each of the line using 16 electrode, with electrode spacing is 10

meter. Research area had a resistivity value between 1,4 Ωm to 43651 Ωm, where the lower

resistivity value represent the wet layer and the higher resistivity indicates the dryer layer. Land

slide had a strict relation with the presence of a wet clay in the area with the resistivity value

between 60 Ωmeter to 90 Ωmeter as basement and sandy tuff or clay sand on the layer above in

scale from 5 meter – 15 meter and the thickness from 3 meter – 5 meter.

2D inversion modelling using RES2DINV software with least square inversion filter

which leads the land slide that cut through the road towards the north, where the topography

value in the north of the research area is lower than the south of the research area.

Keyword : Land slide, resistivity, Morowali

Page 3: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

ABSTRAK

INVERSI 2D DATA GEOLISTRIK UNTUK

MENENTUKAN BIDANG GELINCIR TANAH SEBAGAI

REFERENSI PEMBANGUNAN JALAN LINTAS WAJO - MOROWALI

SULAWESI TENGAH

Oleh

WIDYA SETO AJI

Pemerintah Sulawesi Tengah tepatnya Kabupaten Morowali akan

melakukan pembangunan infrastruktur jalan raya dari Wajo menuju Morowali.

Karena struktur tanah di daerah tersebut tidak setabil perlu dilakukan penelitian

bidang gelincir dengan menggunakan metode eksplorasi geofisika, yaitu metode

geolistrik untuk menanggulanginya

Metode geolistrik dengan metoda Wenner-Schulumberger dilakukan di

daerah penelitian sebanyak 11 titik, 22 line, dengan masing-masing line

menggunakan 16 elektroda dan jarak antara elektroda 10 meter. Daerah penelitian

memiliki nilai resistivitas antara 1,4 Ωmeter hingga 43651 Ωmeter, dimana nilai

resistivitas yang lebih rendah mewakili lapisan yang lebih basah dan resistivitas

yang lebih tinggi mengindikasikan lapisan yang lebih kering. Bidang gelincir erat

hubungannya dengan terdapat wet clay di daerah tersebut dengan nilai resistivitas

60 Ωmeter hingga 90 Ωmeter sebagai basement dan sandy tuff atau clay sand

dilapisan atasnya pada kedalaman 5 meter – 15 meter dan memiliki ketebalan 3

meter – 5 meter.

Pemodelan inversi 2D menggunakan software RES2DINV dengan filter

least square inversion yang menunjukan arah bidang gelincir yang memotong

badan jalan ke arah utara, dimana nilai topografi di utara daerah penelitian lebih

rendah dari selatan daerah penelitian.

Kata Kunci : Bidang gelincir, geolistrik, Morowali

Page 4: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

INVERSI 2D DATA GEOLISTRIK UNTUK

MENENTUKAN BIDANG GELINCIR TANAH SEBAGAI

REFERENSI PEMBANGUNAN JALAN LINTAS WAJO -

MOROWALI SULAWESI TENGAH

Oleh :

WIDYA SETO AJI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan
Page 6: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan
Page 7: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan
Page 8: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

RIWAYAT HIDUP

Penulis, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17

Oktober 1990, merupakan anak ketiga dari pasangan

Bapak Purwawidyana dan Ibu Syamsidar.

Pada tahun 1996, Penulis mengawali pendidikan formal

di TK Al-Azhar Bandar Lampung, kemudian tahun

1997-2003 di Sekolah Dasar Negeri 2 Way halim

Bandar Lampung dan 2003-2006 Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama Negeri 19 Bandar Lampung dan Sekolah Menengah Atas Negeri 8

Bandar Lampung pada tahun 2006-2009. Tahun 2009, Penulis melanjutkan studi

di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geofisika Strata 1 melalui jalur SNMPTN

Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti beberapa organisasi baik internal

maupun eksternal kampus antara lain, HIMA BHUWANA (Himpunan mahasiswa

Bhuwana) sebagai kepala biro Danus 2011-2012, anggota HMGI (Himpunanan

Mahasiswa Geofisika Indonesia) periode 2010-2014, anggota AAPG (American

Assosiation Petroleum Geology) periode 2013-2014, anggota SEG-UNILA

(Society of Explroration Geophysics) 2014. Pada tahun 2013 penulis mengikuti

seminar jurnal nasional yang diadakan dikti UNILA sebagai pemakalah. Pada

Page 9: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

tahun 2013 penulis juga melaksanakan Kerja Praktek (KP) di pusat survei geologi

(PSG) Bandung selama sebulan. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah

menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

software HRS.

Page 10: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT , kupersembahkan

karya pertamaku ini untuk keluarga besar yang selalu

mendukung dan menyayangiku.

Dan untuk sahabat-sahabat yang selalu setia menemani dan

mendukungku.

Page 11: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

SANWACANA

Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta atas

ridho junjungan kita Nabi Muhammad SAW, skripsi yang berjudul “Inversi 2D

Data Geolistrik Untuk Menentukan Bidang Gelincir Tanah Sebagai

Referensi Pembangunan Jalan Lintas Wajo – Morowali Sulawesi Tengah”

terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi merupakan syarat memperoleh

gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

Selama penulisan, Penulis banyak menerima bantuan baik ilmu, bimbingan,

petunjuk, materil, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini,

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S.Si., M.Si, selaku dosen Pembimbing Utama

yang telah memberikan ilmu akademik yang luas dan nasihat yang berharga,

bimbingan dan motivasi serta bersedia meluangkan waktu kepada Penulis.

2. Bapak Syamsulijal Rasimeng, S.Si., M.T., selaku dosen Pembimbing Kedua

yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga memberikan bimbingan,

kritik dan saran dalam pembuatan karya tulis ini.

3. Bapak Rustadi, S.Si., M.Si., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Dosen Penguji

yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam pembuatan karya

tulis ini, serta ilmu pengetahuan yang menambah wawasan Penulis.

4. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, M.T., selaku Ketua Jurusan dan Bapak Dr.

Ahmad Zaenudin, M.T., selaku Sekretaris Jurusan Teknik Geofisika yang telah

memberikan kemudahan dalam proses akademik di kampus

Page 12: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

5. Bapak Moh. Sarkowi , M.Si., dan Bapak Ordas Dewanto, M.T., selaku dosen

Pembimbing Akademik yang selama ini telah mengarahkan dan membimbing

Penulis.

6. Seluruh dosen atas semua ilmu pengetahuan dan bimbingan moral yang Penulis

peroleh selama perkuliahan.

7. Sahabat yang tiada henti memberi motivasi selama masa perkuliahan Ryan

Tanjung Priseptian, Rahmat, Ade Setiawan, Bima Fajar, Amri, Fernando,

Syayid atas segala waktu, tenaga, nasihat dan pengalaman yang telah dibagi

bersama Penulis.

8. Sahabat-sahabat yang selalu menemani angkatan 2009 atas segala yang kita

lewatkan bersama dan telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

9. Seluruh fans wanita di teknik geofisika yang mencintai saya dengan selama ini

kalian semua telah memberikan saya semangat dan kasih sayang.

10. Penjahat-penjahat yang selama ini telah membenci saya, saya ucapkan

banyak terima kasih, karna anda saya jadi lebih kuat dan tegar untuk

menghadapin cobaan yang anda berikan kepada saya.

11. Seluruh mahasiswa Teknik Geofisika Angkatan 2008-2015 atas

kebersamaannya.

12. Seluruh fans pria di teknik geofisika yang merindukan keberadaan saya setiap

harinya yang membuat hidup kita semua menjadi lebih ceria.

13. Seluruh sahabat-sahabat saya diluar sana yang selalu memberikan dukungan

dan motivasi dalam pengerjaan sekripsi saya ini

14. Seorang wanita yang selalu memberikan semangat, nasehat, dan kebahagiaan

diakhir perkuliahan ini, saya ucapkaan banyak terima kasih

15. Keluarga Besar yang selalu mendukung Penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Bandar Lampung, Maret 2014

Penulis

Widya Seto Aji

Page 13: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2

1.3. Batasan Masalah ....................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4

2.1.Pendahuluan .............................................................................. 4

2.2.Topografi Daerah Penelitian ...................................................... 5

2.3.Geologi ....................................................................................... 6

2.4.Fisiografi dan Geomorfologi Regional ..................................... 7

2.5.Tektonik Regional .................................................................... 9

2.6.Kerangka Tektonik Sulawesi .................................................... 10

2.7.Perkembangan Tektonik Sulawesi ............................................ 13

III. TEORI DASAR .............................................................................. 17

3.1. Metode Geolistrik ..................................................................... 17

3.2. Tahanan Jenis Batuan ............................................................... 21

3.3. Hukum Ohm .............................................................................. 23

3.4. Konfigurasi Dipole - Dipole ..................................................... 28

Page 14: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

ii

3.5. Konfigurasi Dipole-Dipole ....................................................... 29

3.6. Pemodelan 2D ........................................................................... 44

IV. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 47

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 47

4.2. Alat dan Bahan .......................................................................... 48

4.3. Pengolahan Data ....................................................................... 48

4.4. Diagram Alir Penelitian ............................................................ 50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 51

5.1. Akuisisi Data ............................................................................. 51

5.2. Prosesing Data .......................................................................... 51

5.3. Model 2D Geolistrik dan Cross Section ................................... 52

5.3.1. Lintasan SG01 .............................................................. 52

5.3.2. Lintasan SG02 .............................................................. 55

5.3.3. Lintasan SG03 .............................................................. 57

5.3.4. Lintasan SG04 .............................................................. 59

5.3.5. Lintasan SG05 .............................................................. 61

5.3.6. Lintasan SG06 .............................................................. 63

5.3.7. Lintasan SG07 .............................................................. 66

5.3.8. Lintasan SG08 .............................................................. 68

5.3.9. Lintasan SG09 .............................................................. 70

5.3.10. Lintasan SG10 .............................................................. 72

5.3.11. Lintasan SG11 .............................................................. 75

VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 78

6.1. Simpulan ................................................................................... 78

6.2. Saran ......................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tahanan Jenis Batuan Beku dan Metamorf ........................................... 17

Tabel 2. Tahanan Jenis Sedimen ......................................................................... 18

Tabel 3. Jadwal Kegiatan .................................................................................... 41

Page 16: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Topografi Daerah Penelitian ............................................................. 4

Gambar 2. Daerah Penelitian Wajo – Morowali Sulawesi Tengah .................... 5

Gambar 3. Citra Satelit penelitian ...................................................................... 6

Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian ......................................................... 7

Gambar 5. Tektono – Stratigrafi Sulawesi .......................................................... 9

Gambar 6. Pola Aliran Arus Dua Elektroda Dengan Polaritas Berlawanan ..... 13

Gambar 7. Konduktifitas Beberapa Larutan Garam Sebagai Fungsi Salinitas ... 16

Gambar 8. Konduktifitas Larutan Nacl Sebagai Fungsi Salinitas ...................... 17

Gambar 9. Susunan Elektroda Pada Konfigurasi Dipole - dipole ...................... 19

Gambar 10. Susunan Elektroda Pada Konfigurasi Wenner ................................ 21

Gambar 11. Susunan Elektroda Pada Konfigurasi Schlumberger ...................... 21

Gambar 12. Kurva Resistivitas Semu Teoritis Untuk Mapping ......................... 23

Gambar 13. Beberapa Tipe Kurva Sonding Sebagai Menentukan kedalaman ... 23

Gambar 14. Teknik Pengukuran Dalam Bentuk Citra 2D Menggunakan

Konfigurasi Wenner dan Schlumberger .............................................................. 25

Page 17: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

Gambar 15. Interpretasi Kurva Sonding Schlumberger ..................................... 27

Gambar 16. Interpretasi Kurva Sonding Schlumberger Untuk Kasus Dua Lapis

Jika Kurva Sonding tak Lengkap ......................................................................... 30

Gambar 17. Penampang Lintasan 2D ................................................................. 36

Gambar 18. Editing atau Koreksi Data ............................................................... 36

Gambar 19. Hasil Inversi dan Resistivitas .......................................................... 37

Gambar 20. Diagram Alir ................................................................................... 37

Gambar 21. Lintasan SG 01 A ............................................................................ 39

Gambar 22. Lintasan SG 01 B ............................................................................ 40

Gambar 23. Skema Kedalaman Perlapisan SG 01 ............................................. 41

Gambar 24. Cross Section SG 01 ....................................................................... 42

Gambar 25. Lintasan SG 02 A............................................................................. 43

Gambar 26. Lintasan SG 02 B ............................................................................. 44

Gambar 27. Skema Kedalaman Perlapisan SG 02 .............................................. 45

Gambar 28. Cross Section SG 02 ........................................................................ 47

Gambar 29. Lintasan SG 03 A............................................................................. 48

Gambar 30. Lintasan SG 03 B ............................................................................. 49

Gambar 31. Skema Kedalaman Perlapisan SG 03 .............................................. 50

Gambar 32. Cross Section SG 03 ........................................................................ 51

Gambar 33. Lintasan SG 04 A............................................................................. 52

Gambar 34. Lintasan SG 04 B ............................................................................. 53

Gambar 35. Skema Kedalaman Perlapisan SG 04 .............................................. 54

Gambar 36. Cross Section SG 04 ........................................................................ 55

Gambar 37. Lintasan SG 05 A............................................................................. 57

Page 18: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

Gambar 38. Lintasan SG 05 B ............................................................................. 58

Gambar 39. Skema Kedalaman Perlapisan SG 05 .............................................. 59

Gambar 40. Cross Section SG 05 ...................................................................... 60

Gambar 41. Lintasan SG 06 A............................................................................. 62

Gambar 42. Lintasan SG 06 B ............................................................................. 63

Gambar 43. Skema Kedalaman Perlapisan SG 06 .............................................. 54

Gambar 44. Cross Section SG 06 ...................................................................... 54

Gambar 45. Lintasan SG 07 A............................................................................. 55

Gambar 46. Lintasan SG 07 B ............................................................................. 55

Gambar 47. Skema Kedalaman Perlapisan SG 07 ............................................ 56

Gambar 48. Cross Section SG 07 ...............................................................56

Gambar 45. Lintasan SG 08 A............................................................................. 57

Gambar 46. Lintasan SG 08 B ............................................................................. 57

Gambar 47. Skema Kedalaman Perlapisan SG 08 ............................................ 58

Gambar 48. Cross Section SG 08 ...............................................................59

Gambar 45. Lintasan SG 09 A............................................................................. 59

Gambar 46. Lintasan SG 09 B ............................................................................. 60

Gambar 47. Skema Kedalaman Perlapisan SG 09 ............................................ 60

Gambar 48. Cross Section SG 09 ...............................................................61

Gambar 45. Lintasan SG 010 A........................................................................... 61

Gambar 46. Lintasan SG 010 B ........................................................................... 62

Gambar 47. Skema Kedalaman Perlapisan SG 010 .......................................... 63

Gambar 48. Cross Section SG 010 .............................................................63

Gambar 45. Lintasan SG 011 A........................................................................... 64

Page 19: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

Gambar 46. Lintasan SG 011 B ........................................................................... 65

Gambar 47. Skema Kedalaman Perlapisan SG 011 .......................................... 66

Gambar 48. Cross Section SG 011 .............................................................66

Page 20: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sulawesi merupakan pulau yang terletak dibagian tengah Indonesia dan

mempunyai bentuk unik menyerupai huruf ''K'' akibat adanya tumbukan tiga

lempeng (Pacifik, Eruasia, Hindia Australia). Kegiatan tektonik ini

menyebabkan struktur yang sangat rumit dan menghasilkan produk batuan

yang bervariasi dan campur aduk (melange). Jika dilihat dari perbedaan

stratigrafi, struktur maupun perkembangan geologinya Pulau Sulawesi

dibagi menjadi tiga mandala geologi yakni Mandala Sulawesi Barat,

Mandala Banggai-Sula dan Mandala Sulawesi Timur (Hamilton, 1979;

Sukamto 1975a; 1975b; Smith, 1983).

Poin utama dalam pembangunan adalah tersedianya infrastruktur yang

mendukung sepertinya jalan raya. Oleh sebab itu pemerintah Sulawesi

Tengah tepatnya Kabupaten Morowali akan melakukan pembangunan jalan

raya dari Wojo menuju Morowali. Dengan struktur jalan yang sering terjadi

longsor karena struktur tanah yang tidak stabil maka perlu dilakukan

penelitian bidang gelincir tanah untuk menanggulanginya. Bidang gelincir

dapat diidentifikasikan dengan Metode Eksplorasi Geofisika, yaitu Metode

Geolistik. Dimana Metode Geolistrik menggunakan sifat kelistrikan untuk

Page 21: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

2

mempelajari bawah permukaan. Bidang gelincir erat hubungannya dengan

terdapatnya wet clay didaerah tersebut. Dengan daerah penelitian yang

dangkal, metode ini cukup efektif untuk memetakan bidang gelincir. Metode

Geolistrik sendiri terbagi atas 3 garis besar yakni metode potensial, Metode

elektromagnetik, dan Metode Radio Frequensi. Berdasarkan sifatnya

Geolistrik terbagi atas metode Aktif dan Metode Pasif. Metode aktif

menggunakan sumber arus yang diinjeksikan ke dalam bumi dan

menangkap beda potensial hasil dari injeksi arus. Metode Pasif adalah

metoda geolistrik yang mempelajari sifat kelistrikan dari sumber alam.

Metoda geolistrik terdiri dari bermacam metoda yang berbeda satu dan

lainnya, baik pada tata cara pengerjaannya, akurasi, kendala dan kriteria

sifat kelistrikan yang digunakan. Penelitian ini memerlukan metode

geolistrik multi chanel di daerah Morowali Sulawesi Tengah yang kemudian

diolah untuk memetakan bidang gelincir tanah pada jalan raya di Morowali.

Data geolistrik akan diolah menggunakan software RES2DINV dengan

konfigurasi elektroda Schlumberger untuk mendapatkan anomali bawah

permukaan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Mengetahui kedalaman dan ketebalan bidang gelincir daerah penelitian

dengan geolistrik 2D untuk keperluan geoteknologi pembangunan jalan

Page 22: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

3

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengolahan data geolistrik untuk mendapatkan

nilai resistivitas, analisis bidang gelincir, dan analisis struktur bawah

permukaan secara 2D berdasarkan hasil dari pemodelan RES2DINV di

daerah Morowali, Sulawesi Tengah.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kedalaman dan

ketebalan bidang gelincir daerah Morowali dan sekitarnya.

Page 23: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Sulawesi merupakan pulau yang terletak dibagian tengah Indonesia dan

mempunyai bentuk unik menyerupai huruf “K” akibat adanya tumbukan tiga

lempeng (Pacifik, Eruasia, Hindia Australia). Kegiatan tektonik ini

menyebabkan struktur yang sangat rumit dan menghasilkanproduk batuan

yang bervariasi dan campur aduk (mélange). Jika dilihat dari perbedaan

stratigrafi, struktur maupun perkembangan geologinya Pulau Sulawesi dibagi

menjadi tiga mandala geologi yakni mandala Sulawesi Barat, Mandala

Banggai-Sula dan Mandala Sulawesi Timur (Hamilton, 1979; Sukamto,

1975a; 1975b; Smith, 1983).

Jalur Sulawesi Timur merupakan jalur ofiolit dan sedimen trimbrikasi serta

molasse. Pada Lengan Tenggara Sulawesi (segmen selatan) didominasi oleh

batuan ultramafic (Van Bemmelen, 1970; Hamilton, 1979; Smith, 1983),

hasburgit dan serpentin hasburgit (Silver dkk, 1983). Sedangkan pada Lengan

Timur Sulawesi (segmen utara) merupakan sekuen ofiolit lengkap, berupa

hasburgit, gabro, sekuen dikediabas dan basalt, yang merupakan hasil dari

tumbukan antara platform Sula dan Sulawesi pada Kala Miosen Tengah

Page 24: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

5

sampai Miosen Akhir (Hamilton, 1979; Smith, 1983), serta batuan sedimen

pelagos dan klastik yang berhubungan dengan batuan ultramafik (Silver dkk,

1983).

2.2. Topografi Daerah Penelitian

Gambar 1. Topografi Daerah Penelitian

Page 25: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

6

Lokasi penelitian geolistrik pada penelitian ini terletak di Kabupaten

Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah seperti yang dapat dilihat pada Gambar

1 dan Gambar 2. Secara geografis daerah penelitian ini terletak pada zona

UTM-X 245700 – 319646 dan UTM-Y 9752081 – 9796108.

Gambar 2. Daerah penelitian geolistrik daerah Wajo-Morowali, Sulawesi

Tengah (Bakosurtanal, 2002).

U

Page 26: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

7

Gambar 3. Citra satelit daerah penelitian (Google Earth, 2015).

Page 27: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

8

2.3. Geologi

Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian

Fisiografi Dan Geomorfologi Regional

Page 28: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

9

Pulau Sulawesi mempunyai luas sekitar 172.000 km2

, dan bila digabung

dengan pula-pulau kecil di sekitarnya kira-kira 188.000 km2 . Bentuknya

menyerupai huruf k dengan empat cabang atau lengan yang sempit,

dipisahkan oleh teluk-teluk yang dalam, dan menyatu di bagian tengah pulau.

Van Bummelen (1949) membagi fisiografi daerah Sulawesi menjadi tujuh

bagian, yaitu Lengan Utara, Lengan Timur, Kepulauan Banggai, Lengan

Tenggara, Kepulauan Buton dan Pulau Tukang Besi, Lengan Selatan dan

Sulawesi Tengah. Secara fisiografis tersebut Kabupaten Morowali berada di

Sulawesi bagian tengah. Sulawesi Tengah merupakan pusat percabangan

lengan-lengan Sulawesi. Di sebelah timur laut Sulawesi tengah dibatasi oleh

garis baratlaut-tenggara dari Dongala melalui Parigi dan Lemoro sampai

Teluk Tomori. Di sebelah tenggara dibatasi oleh garis baratdaya-timurlaut

dari Majene melalui Palopo ke Dongi di Teluk Tomori

2.4. Tektonik Regional

Pulau Sulawesi terletak pada batas tenggara Paparan Sunda, inti benua yang

setabil dari Lempeng Eurasia tenggara (Hutchison, 1989 dalam Coffield dkk,

1993). Pulau ini terbentuk di sepanjang zona tumbukan Neogen antara

Lempeng Eurasia dan fragmen mikro-kontinen yang berasal Lempeng

Australia-India (Hamilton, 1970 dalam Coffiled dkk, 1993). Empat lengan

Sulawesi membentuk propensi megatektonik yang berbeda. Lengan utara

terdiri dari batuan busur vulkanik yang berhubungan dengan subduksi

Lempeng Laut Maluku ke arah barat pada Paleogen Akhir sampai Neogen

(Jezek dkk, 1981 dalam Coffiled dkk,1993). Lengan timur dan tenggara

Page 29: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

10

terdiri dari batuan metamorf dan ofiolit yang terobduksi selama Miosen

(Smith dan Silver, 1991; Parkinson, 1991 dalam Coffiled dkk, 1993). Lengan

selatan didominasi oleh batuan vulkanik dan plutonik Miosen dan yang lebih

muda membentuk jalur magmatik (Katili, 1978 dalam Coffiled dkk, 1993).

Tatanan geologi dan perkembangan tektonik dari jaman Kapur sampai

Neogen untuk wilayah Sulawesi bagian Barat, mempunyai kesamaan dengan

Kalimantan Tenggara dan Jawa Tengah. Pada Kapur Akhir – Awal Tersier

(Paleosen), Sulawesi Selatan dan Tengah, masih merupakan bagian dari

daratan Kalimantan, sebagai bagian dari kepingan kerak-benua yang berasal

dari benua raksasa Gondwana di selatan yang bergerak ke utara bersama India

dan Mergui, yang kemudian bertumbukan dengan jalur subduksi Luh-Ulo –

Meratus. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Sulawesi bagian Barat

dan Timur merupakan busur kembar (volkanik dan non-volkanik) yang

merupakan bagian dari satu sistem interaksi konvergen dengan arah subduksi

ke Barat. Dalam hal seperti ini, maka Sulawesi bagian Barat merupakan busur

magmatiknya seperti yang digambarkan oleh Katili (1984).

Pola tektonik regional saat ini didominasi oleh sesar geser dan sesar anjak.

Sesar Palu-Koro merupakan sesar geser mengiri, terbentang sejauh 750 km

(Tjia, 1973). Arah pergerakan dari sesar ini berhubungan dengan Sistem

Sesar Sorong di Irian Jaya melalui Sesar Balantak, Sesar Matano-Buru

Selatan. Di selatan Sesar Palu-Koro bergabung dengan Sesar Lawanopo,

Sesar Kolaka dan Sesar Kabanea (Simandjuntak, 1993 dalam Priadi, 2000).

Sesar ini membatasi jalur ofiolit pada hanging wall dari mikro-kontinen di

Page 30: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

11

foot wall. Sesar Anjak Poso merupakan kontak struktur antara Busur

Metamorf Sulawesi Tengah dan Busur Magmatik Sulawesi Barat (Bemmelen,

1949). Sesar ini mengangkat metamorf tekanan tinggi dari kedalaman zona

Benioff ke atas busurmagmatik pada saat Neogen.

2.5. Kerangka Tektonik Sulawesi

Gambar 5. Tektono-stratigrafi Sulawesi (Calvert and Hall, 2003)

Berdasarkan tektonostratigrafinya, Calvert membagi Sulawesi menjadi 5

provinsi tektonik (Gambar 3), yaitu Busur Magmatik Sulawesi Utara, Busur

Plutono-Vulkanik Sulawesi Barat, Jalur Metamorf Sulawesi Tengah, Ofiolit

Sulawesi Timur dan fragmen-fragmen mikrokontinen.

Daerah ini dicirikan oleh batuan Tersier Pluto-volkanik berasosiasi dengan

sedimen berumur Tersier dan Kuarter (Sukamto, 1975 dalam Sukamto dan

Simandjuntak, 1981). Sulawesi Utara mempunyai ciri-ciri busur volkanik

dengan batuan dasar “kerak-samudra”, sedangkan Sulawesi Barat justru

Page 31: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

12

memperlihatkan kesamaan dengan unsur-unsur “kerak-benua”, yang terdiri

dari batuan sedimen berumur Kapur-Tersier yang terlipat kuat dan diterobos

oleh batuan beku granodiorit dan diorit.(Sukamto, 1978 dalam Sukamto dan

Simandjuntak 1981).

Batuan plutonik terdiri dari batuan granitik – dioritik dari Miosen Akhir –

Pleistosen, batuan volkanik umumnya adalah kalk-alkalin dan sedikit batuan

alkali dengan kisaran umur dari Paleosen – Pleistosen, meskipun gunung api

masih aktif dibagian utara provinsi. Sedimen laut dan volkanoklastik

terendapkan secara berkala selama Paleosen – Holosen. Pada bagian selatan

batuan Tersier diendapkan di atas sikuen tebal dari “flysch” Kapur Akhir.

Sedimen ini memiliki ketebalan lebih dari 2000 m dan terletak di atas

kompleks melange (Sukamto, 1981). Endapan flysch terendapkan secara

menerus dari Kapur Akhir hingga Eosen pada bagian utara dan kemungkinan

hadir sikuen sedimen yang diendapkan pada cekungan depan busur.

Daerah ini disusun oleh ofiolit yang berasosiasi dengan sedimen Pelagic

Mesozoikum dan melange pada bagian timur, dan batuan metamorf pada

bagian barat. Ofiolit secara luas terdiri dari dunit, harzburgit, lerzolit, werhlit,

serpentinit dan sedikit garbo, diabas, basallt, dan diorit (Soeria-Atmaja dkk,

1972 dalam Sukamto dan Simandjuntak, 1981). Sedimen pelagic terdiri dari

karbonat, rijang radiolaria dan lempung merah yang terendapkan pada Jura

hingga Kapur Akhir. Batuan melange tersingkap di bagian tengah tersusun

oleh blok ofiolit, sedimen pelagic dan metamorf, dalam matrik dari lempung

merah red scaly clay (Simandjuntak, 1980 dalam Sukamto dan simndjuntak,

Page 32: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

13

1981). Batuan metamorf di bagian barat tersusun oleh bermacam jenis sekis,

dengan beraneka jenis dalam amfibol-epidot, glaukofan-lawsonit atau fasies

greenschist (de Roever, 1974 dalam Sukamto dan simandjuntak, 1981).

Fragmen-Fragmen Mikrokontinen

Fragmen-fragmen benua meliputi Banggai-Sula dan Buton, dipercaya berasal

dari bagian utara lempeng Benua Australia (Pigram dkk, 1985 dalam Priadi,

2000). Fragmen tersebut kemungkinan terpisah dari lempeng benua Australia

saat Jura dan bergeser kearah baratlaut.

Fragmen benua ini dicirikan oleh komplek batuan dasar batuan metamorf

Karbon dan batuan plutonik Perm-Trias, yang terletak dibawah kontinen

Mesozoik yang berasal dari suksesi sedimen yang mengandung ammonites,

belemnites dan pelecypods (Sukamto, 1974 dalam Sukamto dan

Simandjuntak, 1981). Sikuen batuan klastik kasar yang kemungkinan

berumur Trias Akhir dan ditindih secara selaras oleh klastik halus dari Jura

dan batuan karbonat Kapur. Detritus granit dari provinsi ini tersebar hingga

ke Jalur Ofiolit Sulawesi Timur.

2.6. Perkembangan Tektonik Sulawesi

Perkembangan tektonik Sulawesi bagian barat dan timur sangat berkaitan

dengan perkembangan tektonik Banggai-Sula (Sukamto dan Simandjuntak,

1981). Perkembangan tektonik Sulawesi bagian barat juga berhubungan erat

dengan pemekaran selat Makasar. Menurut Hall (2002 dalam Fraser dkk,

Page 33: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

14

2003), terdapat dua peristiwa penting pada Tersier di daerah ini, pertama,

rifting dan pemekaran dasar laut pada Paleogen yang menciptakan ruang

untuk pengendapan material klastik yang berasal dari deroofing Kalimantan,

dan yang kedua adalah peristiwa kompresional yang dimulai sejak Miosen,

menyebabkan perkembangan Jalur Lipatan Sulawesi Barat (JLSB) selama

Pliosen Awal. Kompresi ini masih aktif hingga sekarang, menyebabkan

pemendekan yang progresif pada Cekungan Makasar Utara

Kapur Akhir

Selama Kapur Akhir sikuen tebal sedimen bertipe flysch diendapkan didaerah

yang luas di sepanjang Daerah Sulawesi Bagian Barat. Sedimen ini ditindih

oleh kompleks melange di bagian selatan dan kompleks batuan dasar

metamorf di bagian tengah dan utara. Sedimen umumnya berasosiasi dengan

lava dan piroklastik yang mengindikasikan bahwa batuan ini berasal dari

busur kepulauan vulkanik dan diendapkan di daerah cekungan depan busur

(Sukamto dan Simandjuntak, 1981).

Pada saat yang sama, Daerah Sulawesi Bagian Timur berkembang sebagai

cekungan laut dalam, tempat sedimen pelagic diendapkan sejak zaman Jura di

atas batuan dasar ofiolit. Sangat mungkin jika cekungan laut dalam Kapur ini

dipisahkan oleh sebuah patung dari Daerah Sulawesi Bagian Barat. Palung

tersebut kemungkinan akibat subduksi ke arah barat, tempat Melange

Wasuponda berakumulasi (Simandjuntak, 1980 dalam Sukamto dan

Simandjuntak, 1981). Subduksi ini menyebabkan terjadinya magmatisme di

Page 34: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

15

sepanjang Daerah Sulawesi Bagian Barat. Batuan metamorf yang ada di

Sulawesi Bagian Barat diyakini terjadi selama subduksi Kapur ini.

Daerah Banggai-Sula merupakan bagian dari paparan benua sejak

Mesozoikum Awal, dimana diendapkan klastik berumur Trias Akhir Akhir

hingga Kapur. Batuan dasar benua terdiri dari batuan metamorf zaman karbon

dan plutonik Permo-Trias (Sukamto dan Simandjuntak, 1981).

Paleogen

Perkembangan sedimen bertipe flysch di Sulawesi Bagian Barat berhenti

dibagian selatannya, sementara di bagian utara masih berlanjut hingga Eosen.

Gunung aktif setempat selama Paleosen di bagian selatan dan selama Eosen

di bagian tengah dan utara. Pengendapan batuan karbonat terjadi di daerah

yang luas di selatan selama Eosen hingga Miosen yang mengindikasikan

bahwa bagian daerah tersebut adalah paparan yang setabil.

Sejak Paleosen, Sulawesi Bagian Timur mengalami shoaling dan diendapkan

batuan karbonat air-dangkal. Pengendapan batuan karbonat di daerah ini

berlanjut hingga Miosen Awal.

Di bagian barat Bangga-Sula, sikuen tebal karbonat bersisipan klastik

diendapkan di daerah yang luas. Karbonat ini diendapkan sampai Miosen

Tengah (Sukamto dan Simandjuntak, 1981).

Zona subduksi berkemiringan ke barat yang dimulai sejak zama Kapur

menghasilkan vulkanik Tersier Awal di Daerah Sulawesi Bagian Barat, dan

Page 35: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

16

proses shoaling laut di daerah Sulawesi Bagian Timur begitu pula di daerah

Banggai-Sula (Sukamto dan Simandjuntak, 1981).

Page 36: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

17

III. TEORI DASAR

3.1. Metode Geolistrik

Metode pengamatan geofisika pada dasarnya adalah mengamati gejala-

gejala gangguan yang terjadi pada keadaan normal. Gangguan ini dapat

bersifat statik dapat juga bersifat dinamik, yaitu gangguan yang

dipancarkan ke bawah permukaan bumi. Gejala gangguan yang terdapat

pada keadaan normal disebut dengan anomali. Metode Geolistrik

merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik

di dalam bumi dengan cara pendeteksian di permukaan bumi.

Diantaranya meliputi pengukuran potensial, pengukuran arus medan

elektromagnetik yang terjadi baik secara alami maupun akibat injeksi arus

ke dalam bumi. Oleh karena itu metode geolistrik mempunyai banyak

macam, termasuk di dalamnya yaitu: Metode Potensial Diri/Self Potential

(SP), Metode Resistivitas/Tahanan Jenis, Arus Telluric, Magnetotelluric,

Potensial terimbas (Reynold, 1997).

Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu dari metode geolistrik

yang mempelajari sifat resistivitas dari lapisan batuan di dalam bumi.

Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah

elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah

Page 37: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

18

elektroda potensial, hasilnya berupa beda potensial yang terukur pada

elektroda di permukaan. Dari beda potensial yang diukur dapat ditentukan

variasi resistivitas masing-masing lapisan di bawah titik pengukuran

(Reynold, 1997).

Di dalam metode geolistrik resistivitas ini terdapat 2 macam metode dalam

pengambilan datanya, yaitu : metode geolistrik resistivitas mapping dan

metode geolistrik resistivitas sounding. Metode resistivitas mapping

merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi

resistivitas lapisan tanah bawah permukaan secara horizontal. Sedangkan

metode geolistrik resistivitas sounding bertujuan untuk mempelajari

variasi resistivitas batuan di dalam permukaan bumi secara vertikal.

Penggunaan metode geolistrik pertama kali digunakan oleh Conrad

Schlumberger pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metode

geofisika untuk mengetahui perubahan resistivitas lapisan batuan di bawah

permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Dirrect

Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus

listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan

ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB

akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih

dalam (Damtoro, 2007).

Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan

tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan

tanah diukur dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui dua

Page 38: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

19

buah elektroda tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek daripada

jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi

lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut

berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi pada

kedalaman yang lebih besar.

Menurut Damtoro (2007) dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan

yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak

AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka

diperkirakan dari injeksi ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.

Umumnya metode geolistrik yang sering digunakan adalah yang

menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta

simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian

luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di bagian dalam. Gambar di

bawah ini adalah ilustrasi garis equipotential yang terjadi akibat injeksi

arus ditunjukkan pada dua titik arus yang berlawanan di permukaan bumi.

Gambar 6. Pola Aliran arus Dan Bidang Equipotent ial Antara Dua

Elektroda Arus Dengan Polaritas Berlawanan (Bahri, 2005).

Page 39: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

20

Pada Gambar 6 yang menyerupai setengah lingkaran dapat dilihat

sebaran arus pada permukaan akibat arus listrik yang dikirim ke bawah

permukaan. Garis tegas menunjukkan arus yang dikirim mengalami

respon oleh suatu lapisan yang homogen. Sedangkan arus putus-putus

menunjukkan arus normal dengan nilai yang sama. Garis-garis tersebut

disebut dengan garis equipotential. Dimana medan listrik titik sumber di

dalam bumi dianggap memiliki simetri bola (Rosyidah, 2005).

Metode geolistrik lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi y ang

sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman

lebih dari 2000 m atau 4000 m. Kegunaan metode ini untuk mengetahui

karakteristik lapisan bawah permukaan sampai kedalaman 300-500 m,

sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan aquifer

yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya

yang dicari adalah confined aquifer yaitu lapisan aquifer yang diapit

oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian

bawah dan bagian atas. Confined aquifer ini mempunyai recharge yang

relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak

terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat. Geolistrik ini dapat

mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas

dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk

mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi bangunan. Metode

geolistrik juga dapat untuk menduga adanya panas bumi atau geotermal di

bawah permukaan. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda

arus, dikenal beberapa jenis metode geolistrik resistivitas.

Page 40: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

21

3.2. Tahanan Jenis Batuan

Tahanan jenis merupakan sifat fisika yang menunjukkan kemampuan material

dalam menghambat aliran arus listrik (Marescot, 2009). Berdasarkan

kemampuan dalam menghantarkan arus listrik, material dikelompokkan

menjadi tiga yaitu konduktor, semikonduktor dan isolator. Konduktor

merupakan material yang dapat menghantarkan arus listrik karena banyak

memiliki elektron bebas, sebaliknya isolator merupakan material yang tidak

dapat menghantarkan arus listrik karena tidak memiliki elektron bebas.

Semikonduktor merupakan material dapat menghantarkan arus listrik, namun

tidak sebaik konduktor. Menurut Telford et al (1976:450), “Secara umum

berdasarkan nilai tahanan listriknya, batuan dan mineral dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu:

a. konduktor baik : 10-8

Ωm < ρ < 1 Ωm,

b. konduktor menengah : 1 Ωm < ρ < 107 Ωm,

c. isolator : ρ > 107 Ωm”.

Tabel 1. Tahanan Jenis Batuan Beku dan Batuan Metamorf

Batuan Tahanan Jenis (Ωm)

Granite

Granite porphyry

Feldspar porphyry

Albite

Syenite

Diorite

Diorite porphyry

Porphyrite

Carbonatized porphyry

Quartz porphyry

Quartz diorite

Porphyry (various)

Dacite

3×102 – 10

6

4,5×103(basah) – 1,3×10

6(kering)

4×103(basah)

3×102(basah) – 3,3×10

3(kering)

102 – 10

6

104 – 10

5

1,9×103(basah) – 2,8×10

4(kering)

10 – 5×104(basah) – 3,3×10

3(kering)

2,5×103(basah) – 6×10

4(kering)

3×102 – 3×10

5

2×104 – 2×10

6(basah) –

1,8×105(kering)

60×104

Page 41: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

22

Andesite

Diabase porphyry

Diabase (various)

Lavas

Gabbro

Basalt

Olivine norite

Peridotite

Hornfels

Schists

Tuffs

Graphite schists

Slates (various)

Gneiss (various)

Marmer

Skarn

Quartzites (various)

2×104(basah)

4,5×104(basah) – 1,7×10

2(kering)

103(basah) – 1,7×10

5(kering)

20 – 5×107

102 – 5×10

4

103 – 10

6

10 – 1,3×107(kering)

103 – 6×10

4(basah)

3×103(basah) – 6,5×10

3(kering)

8×103(basah) – 6×10

7(kering)

20 – 104

2×103(basah) – 10

5(kering)

10 – 102

6×102 – 4×10

7

6,8×104(basah) – 3×10

6(kering)

102 – 2,5×10

8(kering)

2,5×102(basah) – 2,5×10

8(kering)

10 – 2×108

(Sumber: Telford et al. 1976)

Tabel 2. Tahanan Jenis Batuan Sedimen

Batuan Tahanan Jenis (Ωm)

Consolidated shales

Argillites

Conglomerates

Sandstones

Limestones

Dolomite

Unconsolidated wet clay

Marls

Clays

Alluvium and sands

Oil sands

20 - 2×103

10 - 8×102

2×103 – 10

4

1 – 6,4×108

50 – 107

3,5×102 - 5×10

3

20

3 – 70

1 – 100

10 – 800

4 – 800

(Sumber: Telford et al. 1976)

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 diketahui bahwa batuan beku memiliki nilai

tahanan jenis paling tinggi dan batuan metamorf memiliki nilai tahanan jenis

yang lebih rendah daripada batuan beku namun lebih tinggi daripada batuan

sedimen, sedangkan batuan sedimen memiliki nilai tahanan jenis paling

rendah diantara batuan-batuan tersebut.

Page 42: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

23

3.3. Hukum Ohm

Hukum Ohm memberikan gambaran hubungan antara besarnya potensial

listrik (V), kuat arus (I) dan besarnya tahanan listrik suatu penghantar (R),

yang dpat dituliskan sebagai

IRV .= (1)

Sekarang tinjau hubungan antara rapat arus ( J

), medan listrik (

E ) dan

potensial listrik(V), dalam notasi skalar V = r.

E , sehingga:

ER

r

A

VI (2)

Rapat Arus

ER

r

A

IJ (3)

Besaran RA

rmerupakan besaran yang menunjukan karakteristik suatu bahan

penghantar. Besaran ini adalah besaran skalar yang biasa disebut sebagai

konduktivitas listrik bahan.

RA

rσ = (4)

Satuanya adalah 1/Ohm meter. Kebalikan dari konduktivitas adalah tahanan

jenis, yang dituliskan sebagai:

r

RA

σρ =

1= (5)

Dengan satuan ρ adalah Ohm meter.

Page 43: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

24

3.4. Hukum Archie

Mekanisme aliran listrik dalam batuan didominasi oleh proses konduksi

elektrolitik (electrolytic conduction) yaitu aliran praktikel bermuatan (ion)

terjadi pada air yang terdapat pada pori-pori batuan termasuk rekahan,

patahan dan shear zone yang berfungsi sebagai larutan elektrolit. Aliran

listrik melalui bagian padat (matriks) batuan umumnya sangat kecil.

Resistivitas batuan sangat dipengaruhi oleh adanya pori-pori dalam batuan

dan karakteristik fluida pengisi pori-pori tersebut. Jika pori-pori batuan berisi

udara, gas atau uap air yang tidak dapat mengalirkan listrik maka resistivitas

batuan tersebut akan sangat tinggi (resistif). Pori-pori dalam batuan

dinyatakan oleh besaran porositas yaitu fraksi atau perbandingan volume

ruang kosong dalam batuan terhadap volume keseluruhan batuan tersebut.

Porositas batuan umumnya dinyatakan dalam bentuk bilangan pecahan

(0,1,0,2 …) atau dalam prosentase (10%,20%,…).

Ion-ion yang mengalirkan arus listrik dihasilkan dari proses pelarutan

(dissosiasi) garam dalam air. Dalam hal ini garam yang dimaksut bukan

hanya NaCl tetapi termasuk jenis garam lainnya yang dapat melepaskan ion

ketika terlarut dalam air seperti KCl, KBr, MgCl2 dan sebagainya. Setiap ion

hanya dapat membawa muatan listrik dalam jumlah tertentu sehingga

semakin banyak ion yang tergantung dalam larutan garam maka semakin

banyak muatan listrik dan arus listrik yang dapat dialirkan. Kandungan ion

ditentukan oleh jumlah garam secara keseluruhan dalam larutan. Salinitas

didefinisikan sebagai jumlah garam (dalam gram) untuk setiap liter larutan.

Page 44: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

25

Dengan demikian resistivitas batuan juga merupakan fungsi dari salinitas air

atau larutan yang terkandung dalam pori-pori batuan (air formasi). Salinitas

air formasi menentukankemampuannya mengalirkan listrik yang dapat

dinyatakan pula oleh besaran resistivitas.

Resistivitas formasi batuan ρƒ sebagai fungsi porositas ϕ dan resistivitas air

formasi ρw dinyatakan oleh persamaan atau Hukum Archie yang diperoleh

secara empiric (melalu eksperimen). Persamaan Archie yang

memperhitungkan derajat saturasi adalah sebagai berikut:

ρƒ=ɑ ρw (6)

F=

= ɑ (7)

Dimana ɑ adalah konstanta (0.6 < ɑ <1.0), m adalah konstanta yang disebut

sebagai faktor sementasi (1.3 < m < 2.5) dan F disebut sebagai faktor

formasi. Semakin baik butiran penyusun batuan tersementasi (terutama pada

batuan sedimen) maka faktor sementasi m semakin besar. Hukum Archie

mengasumsikan bahwa seluruh pori-pori batuan terisi oleh air formasi atau

formasi batuan dikatakan dalam keadaan jenuh (saturasi). Persamaan Archie

yang memperhitungkan derajat saturasi adalah sebagai berikut:

ρ ƒ + ɑ ρw (8)

Dimana s menyatakan tingkat saturasi (prosentase pori-pori yang terisi air)

dan n ≈ 2.

Faktor lain yang mempengaruhi resistivitas suatu formasi batuan adalah

temperature. Secara umum resistivitas suatu material pada temperatur T

(dalam ºK) dinyatakan oleh persamaan:

Page 45: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

26

ρᵀ = ρo exp (-

) (9)

dimana ρᵀ adalah resistivitas pada 0 ºK, € adalah energi aktivasi dan k adalah

konstanta Boltzman. Besarnya energy aktivasi bergantung pada material

yang ditinjau. Mengingat mekanisme konduksi elektrolitik sangat dominan

maka faktor temperature hanya diperhitungkan pengaruhnya pada resistivitas

air formasi. Peningkatan temperature akan menurunkan viskositas larutan

yang dapat meningkatkan mobilitas ion-ion dalam larutan. Peningkatan

temperatur mengakibatkan penurunan resistivitas air formasi dan dinyatakan

oleh persamaan berikut:

ρt =

(10)

dimana ρt dan ρ18 masing-masing adalah resistivitas air pada ᵼ ºC dan 18 ºC,

ɑ adalah koefisien yang besarnya 0.025/ ºC untuk larutan NaCl. Pengaruh

temperature pada resistivitas batuan dapat diabaikan pada daerah-daerah

yang bukan daerah geothermal. Konduktivitas air formasi σʷ (dalam

siemens/meter) dapat diperkirakan berdasarkan salinitas S(dalam gram/liter)

T(dalam ºC) menggunakan persamaan empiric berikut:

σʷ = (1.17013 + 0.03299 ) (11)

Persamaan (2.7) di atas juga dapat digunakan untuk memperkirakan salinitas

suatu larutan garam berdasarkan harga konduktivitas dan temperaturnya.

Gambar 5 memperlihatkan kurva konduktivitas beberapa larutan garam

sebagai fungsi salinitas, sedangkan gambar 6 menunjukan variasi

konduktivitas larutan NaCl sebagai fungsi salinitas dan temperatur.

Page 46: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

27

Gambar 7. Konduktivitas beberapalarutan garam (beserta larutan asam dan

basa sebagai penghasil garam) sebagai fungsi dari salinitas

(Keller,1987).

Gambar 8. Konduktivitas larutan NaCl sebagai fungsi salinitas dan

temperatur (Keller, 1987).

Page 47: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

28

3.5. Konfigurasi Dipole-dipole

Konfigurasi Dipole-dipole merupakan salah satu konfigurasi dalam

eksplorasi geolistrik dimana jarak antara elektroda arus dengan jarak antara

elektroda potensial sama. Susunan elektroda pada konfigurasi Dipole-dipole

dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:

Gambar 9. Susunan Elektroda pada Konfigurasi Dipole-dipole

(Marescot. 2009)

Pengukuran secara manual dilakukan dengan cara mengubah jarak antara

elektroda arus dengan jarak elektroda potensial atau mengubah jarak na.

Konfigurasi Dipole-dipole dapat mencapai kedalaman yang lebih dalam

dibandingkan dengan konfigurasi Wenner, Schlumberger dan Square, selain

itu konfigurasi ini sangat baik untuk pengukuran CST (Constant Separation

Traversing) (Reynolds. 1997). Pengukuran CST lebih dikenal sebagai

metoda Profiling Horizontal yang digunakan untuk menentukan variasi nilai

tahanan jenis secara horizontal.

Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa jarak r1, r2, r3, dan r4 sebagai

berikut:

(12)

(13)

(14)

(15)

Page 48: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

29

Persamaan (12), (13), (14) dan (15) disubstitusikan ke Persamaan faktor

geometri K pada Persamaan (16) sehingga diperoleh faktor geometri K

untuk konfigurasi Dipole-dipole yaitu:

(16)

Persamaan (16) disubstitusikan ke Persamaan (17) sehingga diperoleh nilai

tahanan jenis semu untuk konfigurasi Dipole-dipole seperti Persamaan.

(17)

dimana a merupakan jarak antara dua elektroda arus atau jarak antara dua

elektroda potensial, sementara na merupakan jarak antara spasi elektroda

arus dengan spasi elektroda potensial.

3.6. Konfigurasi Pole-pole

Konfigurasi pole-pole merupakan kofigurasi elektroda elementer dimana

terdapat satu titik sumber arus dan satu titik ukur potensial. Untuk itu salah

satu elektroda arus (C2) dan elektroda potensial (P2) ditempatkan ditempat

yang cukup jauh relatif terhadap C1 dan P1 sehingga pengaruhnya dapat

diabaikan. Pada dasarnya faktor geometri dinyatakan oleh persamaan

umum di atas namun untuk konfigurasi elektroda pole-pole faktor

geometrinya dapat disederhanakan menjadi:

K = 2 π ɑ (18)

dimana ɑ adalah jarak antara C1 dan P1. Untuk memperoleh informasi

mengenai resistivitas pada kedalaman yang berbeda maka pengukuran

dilakukan dengan memvariasikan ɑ. Keuntungan konfigurasi pole-pole

adalah operasi lapangan yang lebih mudah, yaitu hanya perlu memindahkan

elektroda C1 dan P1 saja. Namun konfigurasi pole-pole sangat sensitive

Page 49: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

30

terhadap noise karena pengkuran melibatkan elektroda yang saling

berjauhan (C2 dan P2).

3.7. Konfigurasi Pole-dipole

Konfigurasi ini mirip dengan konfigurasi pole-pole, yaitu sumber arus

tunggal tetapi pengukuran beda potensial dilakukan pada elektroda P1 dan

P2 yang membentuk dipole (saling berdekatan) dengan jarak ɑ. Jarak antara

C1 dan P1 divariasikan sebagai kelipatan bilangan bulat (n) dari ɑ. Faktor

geometri konfigurasi elektroda pole-dipole dinyatakan oleh:

K = 2 π n (n + 1) ɑ (19)

Konfigurasi pole-dipole tidak simetris karena posisi sumber arus C1 dapat

berada disebelah kiri atau sebelah kanan dari dipole P1P2 dengan hasil yang

berbeda. Oleh karena itu konfigurasi pole-dipole umumnya digunakan

untuk mengetahui adanya kontras resistivitas secara lateral.

3.8. Konfigurasi Wenner

Konfigurasi ini diambil dari nama Frank Wenner yang mempelopori

penggunanya di Amerika Serikat. Pada konfigurasi Wenner jarak antara

keempat elektroda sama, yaitu ɑ dengan dipole potensial P1P2 berada

ditengah-tengah antara C1 dan C2. Faktor geometri konfigurasi elektroda

Wenner sama dengan faktor geometri konfigurasi elektroda pole-pole, yaitu:

K = 2 π ɑ. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian

pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif

besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini

Page 50: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

31

bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih

kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas

batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.

Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk

menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan

menjadi kurang akurat (Lilik, 1988).

Gambar 10. Konfigurasi Wenner (Lilik, 1988)

3.9. Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya,

sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan

kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak

MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar

dari 1/5 jarak AB.

Gambar 11. Konfigurasi Schlumberger (Lilik, 1988).

Page 51: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

32

Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan

pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif

jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai

karakteristik „high impedance‟ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa

mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau

dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai

tegangan listrik DC yang sangat tinggi. Sedangkan keunggulan konfigurasi

Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-

homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan

nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. (Lilik,

1988).

3.10. Mapping

Tujuan mapping adalah untuk mengetahui variasi resistivitas secara lateral.

Oleh karena itu teknik mapping dilakukan menggunakan konfigurasi

elektroda tertentu dengan jarak antara elektroda tetap. Seluruh susunan

elektroda dipindah mengikuti suatu lintasan. Berdasarkan hal tersebut

teknik mapping dikenal pula sebagai constant separation traversing (CST)

atau traversing dan kadang-kadang disebut pula sebagai teknik profiling.

Plot resistivitas semu sebagai fungsi posisi titik pengukuran dalam lintasan

tersebut secara kualitatif menggambarkan variasi lateral resistivitas bawah

permukaan. Data yang diperoleh mempresentasikan variasi lateral pada

kedalaman tertentu sesuai dengan jarak antar elektroda yang digunakan,

karena jarak antar elktroda berasosiasi dengan kedalaman jangkauan /

Page 52: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

33

kedalamaan investigasi tertentu. Untuk memperoleh informasi yang lebih

lengkap biasanya pengukuran juga dilakukan dengan beberapa jarak antar

elektroda yang berbeda.

Pada dasarnya semua konfigurasi elektroda dapat digunakan untuk

mapping meskipun setiap konfigurasi elektroda memiliki sensitivitas yang

berbeda. Konfigurasi pole-pole, pole-dipole dan dipole-dipole lebih banyak

digunakan untuk mapping karenarelatif lebih sensitif terhadap variasi

lateral. Mengingat jarak antar elektroda yang tetep konfigurasi Wenner

cukup peraktis untuk mapping karena pemindahan posisi titik pengukuran

tidak memerlukan pemindahan seluruh elektroda. Konfigurasi

Schlumberger relative jarang digunakan untuk mapping kurang sensitif

terhadap fariasi lateral, namun ada teknik survey tertentu (head-on) yang

menggunakannya untuk mapping.

Interpretasi data hasil mapping umumnya dilakukan secara kualitatif

terhadap kurva variasi resistivitas semu sebagai fungsi posisi titik

pengukuran pada lintasan. Interpretasi semi-kuantitatif dapat dilakuakn

melalui perhitungan kurva teoritis untuk variasi lateral sederhana misalnya

kontak vertikal atau dike vertikal menggunakan konsep optic sebagaimana

diuraikan sebelumnya. Gambar 10 memperlihatkan contoh kurva

resistivitas semu teoritis yang berasosiasi dengan kontak vertikal untuk

beberapa konfigurasi elektroda (Telford, 1990). Jika pengukuran dilakukan

pada beberapa lintasan yang tersebar pada suatu daerah maka dapat pula

Page 53: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

34

diplot peta kontur resistivitas semu yang juga menggambarkan secara

kualitatif variasi lateral resistivitas pada kedalaman tertentu.

Gambar 12. Kurva restisivitas semu teoritis untuk mapping kontak vertikal

(Telford, 1990).

3.11. Sounding

Istilah sounding diambil dari vertical electrical sounding (VES) yaitu

teknik pengukuran geolistrik yang bertujuan untuk memperkirakan variasi

resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman pada suatu titik pengukuran.

Mengingat jarak antar elektroda menentukan kedalaman investigasi maka

pada teknik sounding pengukuran dilakukan dengan jarak antar elektroda

bervariasi. Konfigurasi elektroda yang digunakan umumnya adalah

konfigurasi Wenner dan Schlumberger.

Page 54: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

35

Secara kualitatif variasi resistivitas terhadap kedalaman tercermin pada

kurva sounding, yaitu plot resistivitas semu sebagai fungsi dari ɑ (Wenner)

atau ɑ = AB/2 (Schlumberger). Sebagaimana telah dibahas untuk sistem

pengukuran elementer, resistivitas semu pada ɑ kecil mendekati harga

resistivitas lapisan pertama (dekat permukaan) sedangkan pada ɑ cukup

besar resistivitas semu mendekati harga resistivitas lapisan terakhir

(substratum). Variasi resistivitas semu diantara kedua harga asimtotik

tersebut menunjukan adanya lapisan-lapisan lain diantara lapisan dekat

permukaan dengan lapisan substratum. Disamping interpretasi semi-

kuantitatif menggunakan nilai asimtotik, secara lebih kuntitatif dapat

dilakukan perbandingan kurva sounding dengan kurva standar / kurva

teoritis baik secara manual maupun menggunakan computer.

Gambar 11 memperlihatkan empat tipe kurva sounding (konfigurasi

schlumberger, ρɑ vs, AB/2) sesuai dengan variasi resistivitas terhadap

kedalaman untuk kasus tiga lapisan : tipe H, tipe A, tipe K dan tipe Q.

Untuk kasus empat lapisan atau lebih kurva sounding merupakan gabungan

antar beberapa tipe utama tersebut.

Gambar 11 memperlihatkan empat tipe kurva sounding sesuai dengan

variasi resistivitas untuk kasus empat lapisan: tipe A, tipe H, tipe K, tipe Q.

Untuk empat lapisan lebih kurva sounding merupakan gabungan keempat

tipe tersebut.

Page 55: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

36

Gambar 13. Beberapa tipe kurva sounding yang menunjukan secara

kualitatif variasi resistivitas sebagai fungsi kedalaman

(Telford, 1990).

3.12. Imaging

Pemilihan konfigurasi elektroda dan teknik pengukuran geolistrik selain

ditentukan berdasarkan tujuan survey juga dibatasi oleh masalah-masalah

teknis di lapangan. Dengan menggunakan peralatan geolistrik digital yang

dikontrol oleh mikroprosesor serta dilengkapi dengan system multi-

elektroda dan multi-core cable pengukuran geolistrik dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Untuk konfigurasi elektroda apapun pengukuran

mapping dengan jarak antar elektroda yang berbeda-beda dapat dilakukan

Page 56: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

37

secara cepat sehingga informasi yang diperoleh adalah variasi resistivitas

secara lateral maupun vertikal. Teknik pencitraan ini dikenal pula dengan

istilah teknik tomografi.

Secara horizontal data hasil pengukuran merepresentasikan kondisi di titik

tengah susunan elektroda, sedangkan secara vertikal data tersebut

mempresentasikan kondisi di bawah titik pengukuran pada kedalamaan

yang sesuai dengan jarak antar elektroda. Jika pengukuran dilakukan pada

suatu lintasan maka hasilnya membentuk penampang atau profil 2-D yang

menggambarkan variasi resistivitas semu baik secara lateral (dalam arah

lintasan) maupun vertikal dalam bentuk kontur. Gambar 12 menunjukan

contoh (konfigurasi Wenner dan dipole-dipole) bagaimana data diukur dan

hasilnya diplot pada penampang resistivitas semu yang disebut sebagai

pseudosection. Sekala vertikal dinyatakan dalam bilangan bulat n yang

merupakan kelipatan jarak antar elektroda (ɑ). Untuk memberikan

gambaran mengenai kedalaman secara kualitatif biasanya sekala tersebut

dikonversikan menjadi kedalaman semu (pseudo-depth), yaitu hasil

perkalian (n x ɑ) dengan faktor sekala yang besarnya antara 0,3 – 1.

Interpretasi data hasil teknik pencitraan dilakukan secara kualitatif terhadap

pseudosection terutama untuk memperkiran adanya kontras resistivitas

secara lateral. Interpretasi kuantitatif hanya dapat dilakukan menggunakan

pemodelan / simulasi computer.

Page 57: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

38

a.

b.

Gambar 14. Teknik pengukuran dan presentasi data dalam bentuk citra

2D menggunakan konfigurasi elektroda (a) Wenner dan (b)

dipole-dipole (Telford, 1990)

3.13. Sounding dengan konfigurasi Schlumberger

Teknik pengukuran geolistrik yang cukup populer adalah sounding

menggunakan konfigurasi elektroda Schlumberger. Oleh karena itu

beberapa aspek mengenai sounding dengan konfigurasi Schlumberger akan

Page 58: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

39

dibahas secara khusus pada sub-sub ini. Beberapa aspek tersebut

diantaranya adalah sifat asimtotik kurva sounding Schlumberger pada

medium dua lapis, yang kemudian digunakan untuk interpretasi semi-

kuantitatif sederhana. Disamping itu akan dibahas interpretasi kuantitatif

kurva sounding dengan metode pencocokan kurva (curve matching) dan

aspek-aspek praktis pengukuran sounding menggunakan konfigurasi

Schlumberger.

Pada konfigurasi Schlumberger elektroda potensial MN dimaksudkan

untuk mengukur medan listrik yang merupakan gradien potensial. Pada

medium homogen medan listrik di titik tengah konfigurasi Schlumberger

yang berjarak ɑ dari dua sumber arus adalah :

E =

(20)

Jika pengukuran dilakukan bukan pada medium homogen maka resistivitas

semu konfigurasi Schlumberger dinyatakan oleh :

ρɑ =

E ρɑ

(

) (21)

Persamaan (22) menyatakan potensial pada jarak r dari sumber arus tunggal

sebesar I pada medium yang terdiri dua lapisan. Pada kasus ini gradient

potensial adalah :

=

( ∑

( (

)

)

) (22)

Gradien potensial di titik tengah konfigurasi Schulmberger yang berjarak ɑ

dari dua elektroda arus adalah persamaan (22) yang dievaluasi pada r = ɑ

dan dikalikan dengan 2 untuk memperhitungkan dua sumber arus identic.

Hasilnya disubtusikan pada persamaan (23) sehingga diperoleh :

Page 59: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

40

ρɑ = ρ𝟣( ∑

( (

)

)

) (23)

Interpretasi kualitatif kurva sounding Schlumberger dapat dilakukan

berdasarkan sifat asimtotik sebagaimana dibahas diatas. Interpretasi semi-

kuantitatif sederhana didasarkan pada sifat asimtotik kurva sounding

Schlumberger untuk medium dua lapis dimana lapisan substratum adalah

lapisan sangat resistif atau isolator. Pada kasus tersebut arus akan hanya

mengalir pada lapisan pertama dan pada jarak ɑ yang jauh lebih besar dari

ketebalan lapisan (z) rapat arus akan serba sama / uniform. Arus total pada

jarak ɑ dari sumber arus dapat dihitung melalui integrasi rapat arus yang

melalui permukaan ekuipotensial berbentuk cincin dengan jari-jari ɑ

dengan ketebalan z :

I = ∫ dA = ∫

r dZ dθ (24)

I = 2 π ɑ z J (25)

Berdasarkan hokum Ohm medan listrik di titik tengah konfigurasi

Schlumberger yang berjarak ɑ dari dua sumber arus adalah :

E = 2 ρ1 J E =

(26)

Substitusi persamaan (26) ke persamaan (25) menghasilkan :

ρɑ =

E ρɑ = ρ1

(27)

Kurva sounding adalah plot resistivitas semu ρɑ terhadap jarak antar

elektroda ɑ (atau AB/2) masing-masing dalam sekala logaritmik. Oleh

karena itu persamaan (28) lebih sesuai jika dituliskan sebagai :

Log ρɑ = log ρ1 + log

(28)

Page 60: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

41

Sebagaimana sudah dibahas sebelumnya kurva sounding secara asimtotik

mendekati harga resistivitas lapisan pertama jika ɑ<<z. Harga resistivitas

semu semakin meningkat sesuai dengan meningkatkannya ɑ. Persamaan

(29) dapat pula dituliskan sebagai berikut :

Log ρɑ = log ɑ - log S1 (29)

Dimana S1 = z/ ρ1 adalah konduktansi longitudinal (atau sering disebut

sebagai konduktansi dengan satuan Siemens) yang mengkarakterisasi

lapisan pertama. Segmen kurva sounding dimana ɑ>>z adalah garis lurus

yang membentuk sudut 45º terhadap sumbu horisontal. Pada kurva ini rasio

antara jarak antar elektroda terhadap resistivitas semu adalah konstan dan

menunjukan harga konduktansi :

=

= S1 (30)

Harga konduktansi lapisan pertama dapat pula diperkirakan dari

perpotongan segmen kurva sounding (yang membentuk sudut 45º terhadap

sumbu horisontal) dengan sumbu horisontal dimana ρɑ = 1 Ohm.m.

Dengan asumsi bahwa resistivitas lapisan pertama telah diketahui

berdasarkan asimtot kurva sounding pada ɑ<<z maka ketebalan lapisan

pertama dapat dihitung menggunakan persamaan (3.51). Secara grafis

ketebalan lapisan pertama dapat diperkirakan dari titik belok kurva

sounding sebelum membentuk sudut 45º terhadap sumbu horisontal

sebagaimana diperlihatkan pada gambar 13. Jika pada kurva sounding tidak

terdapat segmen kurva yang menunjukan adanya batuan dasar resistif maka

harga konduktansi dan ketebalan yang diperoleh dari kurva sounding

tersebut adalah harga-harga minimum (Gambar 14).

Page 61: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

42

Gambar 15. Interpretasi kurva sounding Schlumberger menggunakan

harga-harga asimtotik untuk kasus dua lapis (Telford,

1990).

Interpretasi semi-kuantitatif sederhana yang didasarkan pada sifat asimtotik

kurva sounding Schlumberger untuk medium dua lapis dapat

dikembangkan untuk kasus yang lebih umum. Tentu saja informasi yang

diperoleh sangat terbatas sesuai dengan karakter pendekatan atau reduksi

banyak lapisan menjadi dua lapisan. Meskipun demikian sebagai

interpretasi awal hasil semi-kuantitatif tersebut memberikan informasi yang

cukup bermanfaat untuk mengetahui karakteristik medium secara global

pada daerah penyelidikan.

Berdasarkan proses geologi dapat diasumsikan bahwa formasi batuan

(terutama batuan sedimen dan batuan vulkanik) selalu terbentuk di atas

suatu batuan dasar (basement) yang umumnya sangat resistif. Oleh karena

itu formasi batuan yang relative lebih konduktif membentuk lapisan

overburden yang dapat diasosiasikan sebagai lapisan pertama pada kasus

Page 62: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

43

dua lapis. Batuan dasar resistif dapat dianggap sebagai substratum isolator.

Jika pada kurva sounding terdapat segmen yang membentuk sudut 45º

terhadap sumbu horisontal maka harga konduktansi total seluruh lapisan

overburden dapat diketahui. Sebenernya besaran konduktansi merupakan

satu-satunya informasi yang dapat diperoleh dari pendekatan menggunakan

sifat asimtotik. Sebagai beseran komposit, yaitu hasil perkalian

konduktivitas dengan ketebalan atau hasil bagi ketebalan dengan

resistivitas, terdapat tak-hingga kombinasi resistivitas dan ketebalan yang

menghasilkan konduktivitas yang sama. Oleh karena itu pada data

geolistrik terdapat ambiguitas atau ekivalensi yang berkaitan dengan

konduktansi.

Meskipun demikian, jika resistivitas yang mewakili lapisan overburden

dapat dipilih secara “a priori” (diasumsikan) maka ketebalan total lapisan

overburden tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan atau secara

grafis sebagaimana pada kasus dua lapis. Ketebalan total lapisan

overburden yang juga adalah kedalaman batuan dasar resistif merupakan

informasi awal yang cukup berguna pada penyelidikan geolistrik. Pada

kasus dimana pengukuran geolistrik dilakukan pada sejumlah titik sounding

(pada suatu lintasan atau pada suatu area tertentu) maka variasi kedalaman

batuan dasar dapat digambarkan dalam bentuk penampang atau dipetakan.

Jika variasi konduktansi pada daerah pengukuran dianggap berasosiasi

dengan lapisan overburden dengan ketebalan tetap maka variasi

konduktansi tersebut dapat diasosiasikan sebagai variasi resistivitas.

Page 63: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

44

Dengan demikian dapat dipetakan daerah-daerah resistif maupun daerah-

daerah konduktif pada daerah survey.

Gambar 16. Interpretasi kurva sounding Schlumberger menggunakan

harga-harga asimtotik untuk kasus dua lapis jika kurva

sounding tak lengkap (Telford, 1990).

3.6. Pemodelan 2D

Hasil pengukuran dilapangan akan menghasilkan beberapa datum yakni yang

berada ditengah potensial seperti gambar di bawah ini, titik tersebut

merupakan hasil pengukuran dan akan saling mengkorelasikan terhadap titik

lain sehingga akan membuat sebuah penampang lintasan 2D.

Page 64: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

45

Gambar 17. Penampang Lintas 2D (Geotomo, 2003)

Sebelum melakukan pemodelan 2D maka dilakukan editing atau koreksi data

yang bertujuan untuk mengeliminasi data yang dianggap dapat merusak hasil

inversi, yakni data yang adanya defleksi positif dan negatif yang terlalu

curam seperti gambra di bawah ini

Gambar 18. Editing atau Koreksi Data(Geotomo, 2003)

Page 65: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

46

Dalam melakukan pemodelan 2D data geolistrik untuk memudahkan analisis

hasil penelitian, maka dilakukan inversi 2D dengan menampilkan hasil

sebaran resistivitas seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 19. Hasil Inversi dan Resistivitas(Geotomo, 2003)

Gambar di atas merupakan perpaduan antara resistivitas semu (sumbu x) dan

kedalaman semu (sumbu y), gambar ketiga dari gambar (8) adalah kedalam

sebenarnya hasil inversi dan resistivitas sebenarnya hasil inversi.

Page 66: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

40

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Mei

2015 di Laboratorium Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas

Lampung, Jalan Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung. Jadwal

kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Jadwal Kegiatan.

JADWAL PENELTIAN

Kegiatan

Bulan

1 2 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi literatur

Input Data

Pengolahan data

Pemodelan 2D

Presentasi Usul

Page 67: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

48

4.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Peta Provinsi Sulawesi Tengah

2. 1 perangkat laptop

3. Software yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Global

Mapper 12, Surfer10, Microsoft Office Exel, dan RES2DINV

4.3. Pengolahan Data

Dalam Penelitian ini dilakukakn pengumpulan landasan teori yang dapat

menunjang dalam pengolahan dan analisa serta interpretasi data geolistrik.

Penelusuran dilakukan pada buku-buku referensi dan artikel maupun jurnal

ilmiah.

Adapun langkah-langkah proses pada penelitian ini adalah:

1. Memasukkan data hasil pengukuran lapangan ke dalam data

pemrograman format ascii (format bahasa pemrograman) untuk

melakukan pengolahan menggunakan perangkat komputer.

2. Mengubah format data menjadi format software (RES2DINV.exe) yang

akan digunakan dan konfigurasi pengukuran.

3. Melakukan proses menggunakan software RES2DINV, dimulai dengan

membaca data, melakukan edit dan membuang terhadap titik

pengukuran yang penunjaman terlalu tinggi dan terlalu rendah.

4. Melakukan proses inversi menggunakan metode least-square untuk

mendapatkan hasil cepat untuk melihat hasil pengukuran dan metode

Page 68: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

49

inversi robust digunakan untuk mendapatkan detil penampang yang

memiliki model perlampisan curam.

5. Memasukkan data topografi untuk mendapatkan model yang sesuai

dengan ketinggian permukaan sesungguhnya.

6. Menganalisa hasil inversi untuk mendapatkan ketebalan dan kedalaman

bidang gelincir di bawah permukaan.

Page 69: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

50

4.4. Diagram Alir Penelitian

Untuk Lebih memahami penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir pada

Gambar 15.

NO

YES

YES

Gambar 20. Diagram Alir Penelitian

Input Data

Mulai

Reformat

Load Data

Editting Data

Least

Square

Inversion

Model 2D Input Topografi

Analisis

Kesimpulan

ascii

Page 70: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

78

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini antara lain:

1. Metode geolistrik pada penelitian menggunakan konfigurasi Wenner

Schlumberger dengan 16 elektroda dengan interval 10 meter dan dapat

menganalisis nilai resistivitas dibawah permukaan sekitar 30 meter.

2. Bidang gelincir diindikasikan sebagai wet clay di bawah material dan batu

seperti sandy tuff dan weathering soil / clay sand.

3. Nilai resistivitas wet clay sekitar 60 Ohmmeter sampai 90 Ohmmeter .

4. Bidang gelincir diindikasikan dikedalaman 5 – 15 meter

5. Bidang gelincir diindikasikan berketebalan 3 – 5 meter

6.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian/pengukuran geolistrik lebih lanjut pada area tersebut

untuk mengetahui lebih detail posisi bidang gelincir dan batas-batas patahan di

daerah penelitian.

Page 71: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

DAFTAR PUSTAKA

Azhar dan Handayani, G., 2004, Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi

Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara, Jurnal

Natur Indonesia.

Bahri. 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik Metoda

Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

ITS, Surabaya.

Calvert,S.J.,Hall,R.,2003. The cenozoic geology of the Lariang and Karama,

Western Sulawesi: New insight into the evolution of Makasar Straits

region, Indonesia., Proceedings Indonesia Petroleum Association (IPA)

30 Annual Convention.

Coffield, D.Q.S. C Bergman, R.A Garard, N. Guritno, N.B. Robinson, J. Talbot,

1993, Tectonic and Stratigraphy Evolution of Kalosi PSC and Associated

Development of a Tertiary Petroleum System, South Sulawesi, Indonesia,

Proc. IPA ke XXII, Jakarta.

Damtoro, J.2007. Metode Geofisika. Blog Damtoro Juswanto. Diakses 22

September 2015 di http://www.Beave3x.com/Damtoro/geofisika.html

Djuri, M, Samodra, H., Amin, T.C., dan Gafoer, S., 1996, Peta

Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Fraser, T.H., Jackson,B.A., Barber,P.M., Baillie, P., Keith, M.,2003, The West

Sulawesi Fold Belt and Other New Plays Within the North Makasar

Straits a Prospectivity Review, Proceeding 29, Indonesia Petroleum

Association.

Geotomo, 2003, Rapid 2-D Resistivity & IP inversion using the least-squares

method, Wenner (α,β,γ), dipole-dipole, inline pole-pole, pole- dipole,

equatorial dipole-dipole, Wenner-Schlumberger and non-conventional

arrays on land, underwater and cross-borehole surveys, Geotomo

Software, Malaysia.

Page 72: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

Hall,R.,2002. Cenozoic geological and plate tectonics evolution of the SE Asia

and the SW pacific: computer based reconstruction, model and

animations, Journal of Asian Earth Sciences

Katili, J, 1978, Past and Present Geotectonic Position of Sulawesi, Indonesia.

Tectonophysics 45.

Katili, A. Sudrajat,1984. The Devastating Eruption of Colo Vulcano, Una-una

Island, Central Sulawesi, Indonesia, Geol Jb, Hannover.

Lugiandari, E., 2008, Analisa Karakteristik Kelistrikan Tanah Pertanian

dengan Metode Geolistrik Resistivitas, Skripsi Jurusan Fisika,

FMIPA, Universitas Jember (UNEJ), Jember.

Priadi, B., 2000, Sulawesi, dalam Darman, H., and Sidi, F.H., ed., An Outline of

the Geology of Indonesia. Indonesia Association of Geologists.

Priyantari dan Wahyono, 2005, Penentuan Bidang Gelincir Tanah Longsor

Berdasar Sifat Kelistrikan Bumi, Jurnal Ilmu Dasar.

Reynolds, J.M., 1997. An Introduction to Applied and Environmental

Geophysics. New York: Jhon Geophysicsin Hidrogeological and Wiley and

Sons Ltd.

Simandjuntak, Surono, Situmorang, dan Sukido, 1993, Geologi Lembar Batui,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Sukamto,R.,1974, Geologi Daerah Kepulauan Banggai-Sula, Geologi Indonesia.

Sukamto, R., 1975, Perkembangan tektonik di Sulawesi dan daerah

sekitarnya : Suatu sintesis perkembangan berdasarkan tektonik lempeng,

Majalah IAGI.

Sukamto,R., 1978, The Structure of Sulawesi in the Light of Plate Tectonics,

Proc.Reg.Conf.Geol.Min.Res. Southeast Asia, Manila.

Suroso, T., T. Yulianto, dan G.Yulianto, 2006, Penggambaran Pseudosection

Bawah Permukaan Suatu Proses Evapotranspirasi Tanaman Jagung

Menggunakan Program Res2Dinv, Berkala Fisika, Vol.9, No.3, Juli 2006.

Telford, W.M., Gedaart, L.P., Sheriff, R.E., 1990, Applied Geophysics,

Cambridge, New York.

Tjia, H.D., 1973, Displacement Patterns of Stike- Slip Faults in Malysia-

Indonesia-Philippines; Geol. En Mijnbouw, vol. 52.

Page 73: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/22800/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Seismik Lanjut dengan menggunakan

William J. Johnson, 2003, Applications Of The Electrical Resistivity Method

For Detection Of Underground Mine Workings, Geophysical

Technologies for Detecting Underground Coal Mine Voids, Lexington,

KY.