FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN...

93
RELEVANSI KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41 DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN PADA MAPEL BIOLOGI MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Jenjang Strata Satu (SI) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan PAI Oleh: Oleh: RINI FAUZIATI NIM : 063811032 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN...

Page 1: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

RELEVANSI KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41

DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN PADA MAPEL BIOLOGI

MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Jenjang Strata Satu (SI) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan PAI

Oleh:

Oleh:

RINI FAUZIATI

NIM : 063811032

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rini Fauziati

Nim : 063811032

Jurusan/Program Studi : Tadris Biologi

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

.

Semarang, 27 Mei 2011

Saya yang menyatakan,

Rini Fauziati

NIM: 063811032

Page 3: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

iii

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH JL. Prof. Dr. HAMKA (Kampus ) Ngalian Semarang

Telp. (024) 7601291 Fax.7615387

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41

dengan Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi

Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Nama : Rini Fauziati

NIM : 063811032

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Biologi

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

Semarang, 15 Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Drs. Wahyudi, M.Pd. Lianah, M.Pd

NIP. 19680314 199503 1001 NIP. 19590313 198103 2007

Penguji I, Penguji II,

Nur Khasanah, S.Pd Dr. Ahwan Fanani, M.Ag

NIP. 19751113 200501 2001 NIP. 19780930 200312 1001

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs.Listyono, M.Pd Drs Achmad Sudja'i, M.Ag

NIP. 19691016 200801 1 008 NIP. 19511005 197612 1 001

Page 4: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 27 Mei 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum

Ayat 41 dengan Pelestarian Lingkungan Pada Mapel

Biologi Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Nama : Rini Fauziati

NIM : 063811032

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Biologi

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing I,

Drs.Listyono, M.Pd

NIP. 19691016 200801 1 008

Page 5: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 27 Mei 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum

Ayat 41 dengan Pelestarian Lingkungan Pada Mapel

Biologi Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Nama : Rini Fauziati

NIM : 063811032

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Biologi

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing II,

Drs Achmad Sudja'i, M.Ag

NIP. 19511005 197612 1 001

Page 6: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

vi

ABSTRAK

Judul: Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan

Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok

Pencemaran Lingkungan

Penulis: Rini Fauziati

NIM : 063811032

Yang menjadi rumusan masalah yaitu bagaimana anjuran al-Qur'an

tentang pelestarian lingkungan? Bagaimana integrasi kandungan al-Qur'an

Surat al-Baqarah Ayat 205, al-A'raf Ayat 56, ar-Rum Ayat 41, al-Rahman

Ayat 19-20, al-Jatsiyah Ayat 13, Ibrahim Ayat 34, al-Hijr Ayat 85 dengan

Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok Pencemaran

Lingkungan?

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data primer

yaitu al-Qur'an Surat al-Baqarah Ayat 205, al-A'raf Ayat 56, ar-Rum Ayat 41,

al-Rahman Ayat 19-20, al-Jatsiyah Ayat 13, Ibrahim Ayat 34, al-Hijr Ayat 85.

Dalam mengumpulkan data melalui riset kepustakaan (library research).

Dalam membahas dan menelaah data, peneliti menggunakan metode deskriptif

analitis.

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa anjuran al-Qur'an tentang

pelestarian lingkungan, bahwa al-Qur’an banyak mengandung muatan dan

isyarat pendidikan, termasuk di dalamnya persoalan pencemaran lingkungan

hidup yang menjadi salah satu bagian materi pelajaran biologi. Al-Qur'an dan

Sunnah secara bersama-sama telah memberikan perhatian yang mendalam

terhadap masalah lingkungan. Perhatian ini tentu sangat menarik untuk

diketahui oleh para peneliti yang obyektif. Konsep al-Qur'an tentang

lingkungan dalam pengertian luas merupakan upaya untuk merevitalisasi misi

asal ekologi, back to basic ecology. Misi asal ekologi adalah untuk mengkaji

keterhubungan timbal balik antar komponen dalam ekosistem. Dalam hal ini

tidak terbatas hanya komponen manusia dan ekosistemnya, melainkan seluruh

komponen dalam ekosistem. Visi lingkungan yang utuh menyeluruh, holistik

integralistik. Visi lingkungan yang holistik integralistik diproyeksikan mampu

menjadi garda depan dalam pengembangan kesadaran lingkungan guna

melestarikan keseimbangan ekosistem. Sebab seluruh komponen dalam

ekosistem diperhatikan kepentingannya secara proporsional tidak ada yang

dipentingkan dan tidak ada pula yang diterlantarkan oleh visi lingkungan

Islam yang holistik integralistik. Dalam rangka menggali manfaat dari

lingkungan, tidak boleh diabaikan pula upaya untuk melestarikan lingkungan

itu sendiri. hendaklah dijaga keseimbangan ekologi dan dihindari pencemaran,

diupayakan agar kekayaan alam itu dipergunakan sehemat mungkin. Bumi ini

dikatakan bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari

anak cucu kita. Selaku peminjam kita harus pandai dan adil, tidak ceroboh,

supaya barang pinjaman itu dapat kita kembalikan sebagaimana aslinya, atau

mungkin lebih baik lagi.

Page 7: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, bahwa atas

taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Skripsi yang berjudul “Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat

41 dengan Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok

Pencemaran Lingkungan”, ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis

banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Bapak Rektor IAIN Walisongo, yang telah memimpin lembaga tersebut

dengan baik.

2. Bapak Dr. Suja'i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Bapak Drs.Listyono, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs

Achmad Sudja'i, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan izin dan

layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen, staf dan karyawan di lingkungan civitas akademik Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan pelayanan yang

baik serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Page 8: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

viii

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum

mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

Penulis

Page 9: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN ................................................................................................ ii

PENGESAHAN ................................................................................................ iii

NOTA PEMBIMBING ................................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Penegasan Istilah ......................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9

E. Kajian Pustaka ............................................................................. 9

F. Metode Penelitian........................................................................ 12

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP

A. Nilai-Nilai Pelestarian Lingkungan Hidup …............................. 14

B. Lingkungan Hidup ................................................................. 21

1. Pengertian Lingkungan Hidup ................................................ 21

2. Pencemaran Lingkungan Hidup .............................................. 25

3. Kerusakan Lingkungan Hidup ................................................ 29

BAB III: KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41

A. Ayat-Ayat yang Berhubungan dengan Pelestarian Lingkungan . 36

B. Pelestarian Lingkungan dalam al-Qur'an .................................... 41

C. Tafsir terhadap Pelestarian Lingkungan dalam Surat Ar-Rum

Ayat 41 ....................................................................................... 49

Page 10: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

x

BABIV: ANALISIS RELEVANSI KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-

RUM DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN PADA MAPEL

BIOLOGI MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. Analisis Kandungan al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 tentang

Pelestarian Lingkungan ...... ........................................................ 58

B. Relevansi Kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan

Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok

Pencemaran Lingkungan .. ……………………………………..67

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 77

B. Saran-Saran ................................................................................. 78

C. Penutup ....................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang disahkan pada tanggal 11 Juni 2003, antara lain

didasari oleh mendesaknya proses demokratisasi pendidikan, desentralisasi

pendidikan, pentingnya keterlibatan dan peran serta masyarakat, wawasan

kesetaraan, keseimbangan dan kualitas peserta didik. Salah satu pasal dalam

undang-undang tersebut menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan

hendaknya dilakukan dengan mengedepankan prinsip demokrasi. Lebih

terperinci Bab III, Pasal 4 ayat 1 menyebutkan bahwa: "pendidikan

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural

dan kemajemukan bangsa."1

"Amanah undang-undang tersebut pada akhirnya melahirkan

keniscayaan bahwa pelaksanaan pendidikan di sekolah harus

memperhatikan keragaman peserta didik, baik dalam konteks

kemampuan berpikir, kreativitas, keterampilan. Bahkan, tidak boleh

mengabaikan adanya keragaman etnis dan budaya yang dimiliki oleh

peserta didik. Dengan kata lain, dalam proses pendidikan

(pembelajaran) perlu mengedepankan proses yang demokratis dan

tidak diskriminatif. Di samping itu, jika dipahami secara filosofis,

pendidikan pada hakikatnya adalah "kehidupan". Oleh karena itu,

kegiatan atau aktifitas pembelajarannya pun harus dapat membekali

peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency)

yang sesuai atau selaras dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan

peserta didik. Pemecahan masalah secara reflektif sangat penting

dilakukan dalam proses pembelajaran melalui kerja sama yang

sinergis dan demokratis. Bahkan, dalam rumusan UNESCO

disebutkan bahwa pendidikan haruss diletakkan pada empat pilar,

yakni (1) belajar mengetahui (learning to know); (2) belajar

1Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia

Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Bandung: Nuansa Aulia, 2009), hlm. 8.

Page 12: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

2

melakukan (learning to do); (3) belajar hidup kebersamaan (learning

to live together); (4) belajar menjadi diri sendiri (learning to be)."2

Tujuan pendidikan menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab.3

Tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas memiliki hubungan

yang erat dengan al-Qur'an dan hadis yang mempersoalkan masalah

lingkungan hidup. Dalam al-Qur'an dan hadis bahwa manusia harus

melestarikan lingkungan karena menjadi indikasi sebagai warga negara yang

bertanggung jawab. Sedangkan warga negara yang bertanggung jawab

merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian

pendidikan nasional bertujuan agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam berbuat dan

beraktivitas untuk mencapai keilmuan tidak terlepas dari al-Qur'an dan hadis.

Keempat pilar yang telah disebutkan sebelumnya, tidak boleh

bertentangan dengan al-Qur'an sebagai sumber hukum utama. Dalam al-

Qur'an secara global terdapat isyarat dan nilai-nilai pendidikan biologi. Al-

Qur'an sebagaimana dikatakan Manna Khalil al-Qattan dalam kitabnya

Mabahis fi Ulum al-Qur'an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya

selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. la diturunkan Allah kepada

Rasulullah, Muhammad Saw untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang

2Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005), hlm. 149. 3Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: BP.

Cipta Jaya, 2003), hlm. 7.

Page 13: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

3

gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.4

Semua isi Al-Qur'an merupakan syari'at, pilar dan azas agama Islam, serta

dapat memberikan pengertian yang komprehensif untuk menjelaskan suatu

argumentasi.5

Al-Qur’an banyak mengandung muatan dan isyarat pendidikan,

termasuk di dalamnya persoalan pencemaran lingkungan hidup yang menjadi

salah satu bagian materi pelajaran biologi. Dalam al-Qur'an Surat al-Baqarah

Ayat 205, al-A'raf Ayat 56, ar-Rum Ayat 41, al-Rahman Ayat 19-20, al-

Jatsiyah Ayat 13, Ibrahim Ayat 34, al-Hijr Ayat 85 sebagai berikut:

نهج هبسة باإلثم فحزالع هذتأخ ق اللهات يل لهإذا قوادهالم لبئسو م

)٢٠٥: البقرة(Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan

padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak

menyukai kebinasaan (QS. al-Baqarah: 205).

ي األروا ففسدال تو تمحعا إن رطمفا ووخ وهعادا وهالحإص دعض بسننيحالم نم قريب ٥٦: األعراف( الله(

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan.

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat

baik. (QS. al-A'raf: 56).

ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي )٤١: الروم( عملوا لعلهم يرجعون

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

perbuatan mereka, agar mereka kembali. (QS. ar-Rum: 41).

4Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,

1973), hlm. 1. 5Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur'an dan Paradigma Peradaban, Terj. M. Thohir dan

Team Titian llahi, (Yogyakarta: Dinamika, 1996), hlm. 16.

Page 14: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

4

انيقلتن ييرحالب جر١٩{م {يغبلا ي خزرا بمهنيب١٩: الرمحن( ان( Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,

antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing (QS. al-

Rahman: 19-20).

ذلك وسخر لكم ما في السماوات وما في الأرض جميعا منه إن في )١٣: اجلاثية( لآيات لقوم يتفكرون

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di

bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS.al-Jatsiyah: 13)

وآتاكم من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمت الله ال تحصوها إن اإلنسان كفار ٣٤: إبراهيم( لظلوم(

Dan Dia telah memberikan kepadamu dan segala apa yang kamu mohonkan

kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu

menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat

mengingkari (QS. Ibrahim: 34).

وما خلقنا السماوات واألرض وما بينهما إال بالحق وإن الساعة آلتية فح الصيلفاصمالج ٨٥: احلجر( فح(

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara

keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat itu pasti akan

datang, maka maafkanlah dengan cara yang baik (QS. al-Hijr: 85).

Pada ayat-ayat di atas ditegaskan bahwa kerusakan di darat dan di laut

disebabkan perbuatan tangan manusia. Ayat tersebut dapat dijadikan motivasi

untuk memelihara lingkungan hidup dari bahaya pencemaran. Para ahli

banyak yang menaruh perhatian tentang kerusakan yang terjadi di darat karena

bekas buatan manusia ialah apa yang mereka namai polusi, yang berarti

pengotoran udara, akibat asap dari zat-zat pembakar, minyak tanah, bensin,

solar dan sebagainya. Bagaimana bahaya dari asap pabrik-pabrik yang besar-

besar bersama dengan asap mobil dan kendaraan bermotor yang jadi

Page 15: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

5

kendaraan orang ke mana-mana. Udara yang telah kotor itu dihisap tiap saat,

sehingga paru-paru manusia penuh dengan kotoran.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi mengangkat tema ini

dengan judul: Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan

Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok Pencemaran

Lingkungan

B. Penegasan Istilah

Agar pembahasan tema dalam skripsi ini menjadi terarah, jelas dan

mengena yang dimaksud, maka perlu dikemukakan batasan-batasan judul

yang masih perlu mendapatkan penjelasan secara rinci.

1. Al-Qur'an

Al-Qur'an sebagaimana dikatakan Manna Khalil al-Qattan dalam

kitabnya Mabahis fi Ulum al-Qur'an adalah mukjizat Islam yang kekal

dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia

diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad Saw untuk

mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta

membimbing mereka ke jalan yang lurus.6 Semua isi Al-Qur’an

merupakan syari’at, pilar dan azas agama Islam, serta dapat memberikan

pengertian yang komprehensif untuk menjelaskan suatu argumentasi

dalam menetapkan suatu produk hukum, sehingga sulit disanggah

kebenarannya oleh siapa pun.7

2. Lingkungan Hidup

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup selalu mempergunakan istilah "lingkungan hidup" di

dalam berbagai ketentuannya. Pasal 1 ayat (1) dari Undang-undang itu

memuat rumusan tentang lingkungan hidup sebagai berikut!:

6Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,

1973), hlm. 9. 7Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan

Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996), hlm. 16.

Page 16: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

6

"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya

keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.8

Rumusan ini sebenarnya adalah penyederhanaan atau hasil

kompromis daripada beberapa perumusan yang dikenal sebelumnya.

Lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada dalam ruang

yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Secara teoritis

ruang itu tidak terbatas jumlahnya, oleh karena misalnya matahari dan bin

tang termasuk di dalamnya. Namun secara praktis kita selalu memberi

batas pada ruang lingkungan itu. Menurut kebutuhan kita batas itu dapat

ditentukan oleh faktor alam seperti jurang, sungai atau laut, faktor

ekonomi, faktor politik atau faktor lain. Tingkah laku manusia juga

merupakan bagian lingkungan kita, oleh karena itu lingkungan hidup

harus diartikan secara luas, yaitu tidak saja lingkungan fisik dan biologi,

melainkan juga lingkungan ekonomi, sosial dan budaya".9

3. Pencemaran Lingkungan Hidup

Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari

waktu ke waktu ialah "pencemaran" dan perusakan lingkungan. Ekosistem

dari suatu lingkungan dapat terganggu kelestariannya oleh karena

pencemaran dan perusakan lingkungan. Orang sering mencampur-

adukkan antara pengertian pencemaran dan perusakan lingkungan padahal

antara keduanya terdapat perbedaan. Undang-undang juga membedakan

antara keduanya:

a. Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam

lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan turun sampai

ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau

8Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, .Jilid.I. Hukum

Lingkungan Nusantara, (Bandung: Binacipta, 1982), hlm. 2. 9Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, tth), hlm. 48

Page 17: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

7

tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1 ayat

12 Undang-undang No. 23 Tahun 1997).10

b. Perusakan lingkungan: adalah tindakan yang menimbulkan perubahan

langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati

lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak

berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang

berkesinambungan (pasal 1 ayat 14 Undang-undang No. 23 Tahun

1997).11

Perbedaan itu memang tidak "terlalu" prinsipil karena setiap orang

melakukan perusakan lingkungan otomatis juga melakukan pencemaran.

dan sebaliknya. Bedanya hanya terletak pada intensitas perbuatan yang

dilakukan terhadap lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh

lingkungan akibat perbuatan tersebut.

"Istilah pencemaran sebagai istilah teknis dalam bahasa Indonesia

adalah merupakan suatu istilah yang baru. Dalam kamus-kamus lama

seperti Kamus W.J.S. Poerwadarminta memang ada dijumpai istilah

seperti cemar, mencemarkan, tercemar dan sebagainya. Tetapi kata

pencemaran tidak dijumpai. Istilah ini mulai dipergunakan sejak tahun

1970. Istilah "pencemaran" itu mulai digunakan untuk pertama kalinya

guna menterjemahkan arti istilah asing "pollution" pada Seminar Biologi

II di Ciawi Bogor pada tahun 1970.12

Sejak cetusan pertama di Ciawi itu,

nampak bahwa penggunaan istilah "pencemaran" tersebut mulai menjadi

menyebar dan merata dalam bahasa Indonesia yang memang sedang

mengembang. Istilah "pencemaran" malahan telah digunakan juga dalam

pidato resmi Kepala Negara Republik Indonesia di hadapan DPR pada

tanggal 16 Agustus 1972, Dalam Buku REPELITA II : 1974/75-1978/79

pada pasal 244 istilah pencemaran nampak digunakan dalam pengertian

seperti, telah disepakati pada, Seminar Biologi II di Ciawi Bogor pada

10

Siswanto, Himpunan Undang-Undang Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2011), hlm. 5 11Ibid., hlm. 6.

12Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, .Jilid.I. Hukum

Lingkungan Nusantara, (Bandung: Binacipta, 1982), hlm. 30.

Page 18: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

8

tahun 1970. Melalui REPELITA II itu menjadi makin tersebar

penggunaannya dan pemakaiannya dalam percakapan dan tulisan-

tulisan".13

Secara mendasar dalam "pencemaran" terkandung pengertian

pengotoran (Contamination) dan pemburukan (deterioration). Pengotoran

dan pemburukan terhadap sesuatu semakin lama akan kian

menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan sehingga akhirnya

dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi rumusan

permasalahan yaitu:

1. Bagaimana kandungan al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 tentang

pelestarian lingkungan?

2. Bagaimana relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan

Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok Pencemaran

Lingkungan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kandungan al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 tentang

pelestarian lingkungan

2. Untuk mengetahui relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41

dengan Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok

Pencemaran Lingkungan.

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan yang objektif dalam meningkatkan proses belajar

mengajar tentang pelestarian lingkungan

13Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, .Jilid.I. Hukum Lingkungan Nusantara,

(Bandung: Binacipta, 1982), hlm. 30.

Page 19: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

9

2. Mengetahui pelestarian lingkungan dalam al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41

pada mapel biologi materi pokok pencemaran lingkungan.

E. Kajian Pustaka

Sepanjang pengetahuan peneliti, belum dijumpai penelitian yang

membahas relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan

pelestarian lingkungan pada Mapel Biologi materi pokok Pencemaran

Lingkungan. Adapun penelitian yang membahas lingkungan hidup di

antaranya:

Skripsi yang disusun oleh Nadirin berjudul: Bimbingan Islam dalam

Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup dari Bahaya Pencemaran Menurut

Perspektif Dakwah. Dalam temuannya penyusun skripsi tersebut menjelaskan

bahwa semua kerusakan lingkungan hidup tidak lain merupakan akibat dari

keserakahan manusia, sehingga mengeksploitasi alam lingkungannya habis-

habisan. Oleh karena itu sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat

ulah manusia tersebut. Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut,

maka menurut penulis, timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup

adalah sebagai akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi

tanggungjawab sebagai khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan

dengan baik. Padahal manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan

makhluk-makhluk lain tidak memilikinya.

Konsep al-Qur'an sesuai dengan asas fitrah bimbingan Islam.

Bimbingan Islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk

mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak

tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia,

menurut Islam dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai

kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai Muslim atau

beragama Islam. Bimbingan membantu klien konseli untuk mengenal dan

memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala

pernah tersesat, misalnya merusak lingkungan hidup. Dengan bimbingan

Islam diharapkan individu atau kelompok orang menghayati arti pentingnya

Page 20: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

10

melestarikan lingkungan hidup sehingga dengan demikian akan mampu

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat karena bertingkah laku

sesuai dengan fitrahnya itu yaitu tidak merusak lingkungan hidup.

Tesis yang disusun Bintoro berjudul: Pertanggungjawaban Korporasi

terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1997. Pada intinya temuan peneliti memaparkan bahwa

pertanggungjawaban korporasi terhadap pencemaran lingkungan hidup

berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 menganut strict liability.

Inti dari konsep strict liability adalah bahwa dalam hal seseorang menjalankan

jenis kegiatan yang dapat digolongkan sebagai extrahazardous atau

ultrahazardous atau abnormally dangerous, ia diwajibkan memikul segala

kerugian yang ditimbulkan, walaupun ia telah bertindak sangat hati-hati

(utmost care) untuk mencegah segala bahaya atau kerugian tersebut, dan

walaupun kerugian itu, yang tidak dihubungkan dengan apa kesengajaannya.

Oleh karena itu, dalam strict liability terdapat suatu kewajiban tergugat untuk

memikul tanggung jawab atas kerugian, yang tidak dihubungkan dengan apa

kesalahannya. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 35 UU Nomor 23 Tahun

1997, dinyatakan sebagai berikut:

"Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan

kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun,

bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan,

dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika

pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan (ayat

(I)). Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari

kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup disebabkan salah satu alasan di

bawah ini, (a) adanya bencana alam atau peperangan; atau (b) adanya

keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau (c) adanya

tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup".

Dari berbagai pengaduan dan gugatan kasus-kasus pencemaran

maupun kerusakan lingkungan ditemukan berbagai penyebab terhambatnya

penyelesaian sengketa lingkungan sebagai berikut: a). tidak terdapatnya

Page 21: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

11

kelembagaan khusus, terutama di tingkat pemerintah daerah yang memiliki

mandat untuk menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terhadap

kasus-kasus lingkungan; b). tidak adanya prosedur-prosedur serta mekanisme

pengaduan, penelitian dan penuntutan ganti kerugian dalam kasus pencemaran

dan kerusakan lingkungan; c) tidak adanya wadah penyedia jasa penyelesaian

sengketa (service provider) di luar pengadilan melalui mediasi, konsolidasi,

atau arbitrase seperti yang dimiliki oleh Filipina, Jepang, Taiwan, dan Korea

Selatan; d). keterbatasan akses masyarakat korban maupun kelompok

kepentingan (organisasi lingkungan) ke lembaga pengadilan.

Dengan mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

posisi penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis susun.

Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu belum mengungkapkan tema

relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan pelestarian

lingkungan pada Mapel Biologi materi pokok pencemaran lingkungan.

F. Metode Penelitian

Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama

dalam menggunakan data. Apabila seseorang mengadakan penelitian kurang

tepat metode penelitiannya, maka akan mengalami kesulitan, bahkan tidak

akan menghasilkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan. Berkaitan dengan

hal ini Winarno Surachmad mengatakan bahwa metode merupakan cara utama

yang digunakan dalam mencapai tujuan.14

Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama

dalam menggunakan data. Apabila seorang mengadakan penelitian kurang

tepat metode penelitiannya, maka akan mengalami kesulitan, bahkan tidak

akan menghasilkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan. Berkaitan dengan

hal ini Winarno Surachmad mengatakan bahwa metode merupakan cara utama

yang digunakan dalam mencapai tujuan.15

14

Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian llmiah: Dasar-Dasar Metode dan

Teknik, (Bandung: Tarsito Rimbuan, 1995), hlm. 121. 15

Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian llmiah: Dasar-Dasar Metode dan

Teknik, (Bandung: Tarsito Rimbuan, 1995), hlm. 121..

Page 22: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

12

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut

Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai

penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.16

Analisis ini akan

digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun,

menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan

secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian, yaitu

menguraikan dan menjelaskan relevansi kandungan al-Qur'an Surat ar-

Rum Ayat 41 dengan pelestarian lingkungan pada Mapel Biologi materi

pokok pencemaran lingkungan.

2. Sumber Data

a. Data Primer yaitu al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41

b. Data Sekunder yaitu sejumlah literatur yang relevan dengan judul ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menempuh langkah-langkah

melalui riset kepustakaan (library research) yaitu penelitian kepustakaan

murni. Metode riset ini dipakai untuk mengkaji sumber-sumber tertulis.

Sebagai data primernya adalah al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41. Di

samping itu juga tanpa mengabaikan sumber-sumber lain dan tulisan valid

yang telah dipublikasikan untuk melengkapi data-data yang diperlukan.

Misalnya kitab-kitab, buku-buku, dan lain sebagainya yang ada kaitannya

dengan masalah yang penulis teliti sebagai data sekunder.

4. Metode Analisis Data

Dalam membahas dan menelaah data, penulis menggunakan

metode deskriptif analitis yang akan digunakan dalam usaha mencari dan

mengumpulkan data. menyusun, menggunakan serta menafsirkan data

yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti

16

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

R.osdakarya, 2000), hlm. 2

Page 23: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

13

terhadap suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan

pelestarian lingkungan dalam al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41.

Page 24: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP

A. Nilai-Nilai Pelestarian Lingkungan Hidup

Nilai merupakan tema baru dalam filsafat: aksiologi, cabang filsafat

yang mempelajarinya muncul pertama kali pada paroh kedua abad ke-IX.1

Menurut Riseri Frondizi, nilai itu merupakan kualitas yang tidak tergantung

pada benda; benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidak tergantungan ini

mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori.2

Menurut Langeveld, dalam bahasa sehari-hari, kata “barang sesuatu

mempunyai nilai”. Barang sesuatu yang dimaksudkan di sini dapat disebut

barang nilai. Dengan demikian, mempunyai nilai itu adalah soal penghargaan,

maka nilai adalah dihargai.3 Sejalan dengan itu, Juhaya Praja dengan singkat

mengatakan, nilai artinya harga. Sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang

karena ia berharga bagi dirinya. Pada umumnya orang mengatakan bahwa

nilai sesuatu benda melekat dan bukan di luar benda. Tetapi ada juga yang

berpendapat bahwa nilai ada di luar benda.4

Nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan)

yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (yakni manusia

yang meyakini). Sedangkan pengertian nilai menurut J.R. Fraenkel

sebagaimana dikutip Chabib Toha5 adalah a value is an idea a concept about

what some one thinks is important in life.

1Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 1. 2 Ibid., hlm. 1. 3Langeveld, Menuju Kepemikiran Filsafat, (Jakarta; PT.Pembangunan, tth), hlm.

196. Lihat juga Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006), hlm. 26 4Juhaya Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Prenada Media, 2005),

hlm. 59. 5Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 60

Page 25: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

15

Dengan demikian, pengertian ini menunjukkan atau memberi indikasi

bahwa hubungan atau relevansi antara subjek dengan objek memiliki arti yang

penting dalam kehidupan objek. Sebagai contoh segenggam garam lebih

berarti bagi masyarakat Dayak di pedalaman dari pada segenggam emas.

Sebab garam itu lebih berarti untuk mempertahankan kehidupan atau mati,

sedangkan emas semata-mata untuk perhiasan. Sedangkan bagi masyarakat

kota, sekarung garam tidak berarti dibandingkan dengan segenggam emas,

sebab emas lebih penting bagi orang kota.

Sidi Gazalba sebagaimana dikutif Chabib Toha, mengartikan nilai

sebagai berikut:

Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda

konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang

menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang

dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.6

Pengertian tersebut menunjukkan adanya hubungan antar subjek

penilaian dengan objek, sehingga adanya perbedaan nilai antara garam dengan

emas. Tuhan itu tidak bernilai bila tidak ada subjek yang memberi nilai, Tuhan

menjadi berarti setelah ada makhluk yang membutuhkan. Ketika Tuhan

sendirian, maka ia hanya berarti bagi diri-Nya sendiri. Garam menjadi berarti

seolah ada manusia yang membutuhkan rasa asin. Emas menjadi berarti

setelah ada manusia yang mencari perhiasan.

Namun demikian nilai-nilai semata-mata terletak kepada subjek

pemberi nilai, tetapi di dalam sesuatu tersebut mengandung hal yang bersifat

esensial yang menjadikan sesuatu itu bernilai. Tuhan mengandung semata sifat

kesempurnaan yang tiada taranya dari segenap makhluk apapun di jagat raya

ini; garam mengandung zat asin yang dibutuhkan manusia; dan emas

mengandung sesuatu yang tidak akan berkarat. Apabila unsur yang bersifat

esensial ini tidak ada, maka manusia juga tidak akan memberikan harga

terhadap sesuatu tersebut.

6Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 61.

Page 26: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

16

Menurut Louis O. Kattsof nilai diartikan sebagai berikut:

1. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi

kita dapat mengalami dan memahami secara langsung kualitas yang

terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-mata

subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti yang terletak pada esensi

objek itu.

2. Nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang berada

dalam kenyataan maupun pikiran dapat memperoleh nilai jika suatu ketika

berhubungan dengan subjek-subjek yang memiliki kepentingan.

Pengertian ini hampir sama dengan pengertian antara garam dan emas

tersebut di atas.

3. Sesuai dengan pendapat Dewey, nilai adalah sebagai hasil dari pemberian

nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan.

4. Nilai sebagai esensi nilai adalah hasil ciptaan yang tahu, nilai sudah ada

sejak semula, terdapat dalam setiap kenyataan namun tidak bereksistensi,

nilai itu bersifat objektif dan tetap.7

Dari pengertian tersebut, menurut Chabib Toha, nilai merupakan

esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.

Esensi belum berarti sebelum dibutuhkan oleh manusia, tetapi tidak berarti

adanya esensi karena adanya manusia yang membutuhkan. Hanya saja

kebermaknaan esensi tersebut semakin meningkat sesuai dengan peningkatan

daya tangkap dan pemaknaan manusia sendiri.

Hakekat kehidupan sosial kemasyarakatan adalah untuk perdamaian,

perdamaian hidup merupakan esensi kehidupan manusia. Esensi itu tidak

hilang walaupun kenyataannya banyak bangsa yang berperang. Nilai

perdamaian semakin tinggi selama manusia mampu memberikan makna

terhadap perdamaian, dan nilai perdamaian juga berkembang sesuai dengan

daya tangkap manusia tentang hakekat perdamaian.

7Louis Kattsof, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1986), hlm.333.

Page 27: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

17

Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, yang menyebabkan

terdapat bermacam-macam nilai, antara lain:

1. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham

Maslaw dapat dikelompokkan menjadi:

a) Nilai biologis,

b) Nilai keamanan.

c) Nilai cinta kasih

d) Nilai harga diri

e) Nilai jati diri.8

Kelima nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan

kebutuhan. Dari kebutuhan yang paling sederhana, yakni kebutuhan akan

tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta kasih, harga diri dan yang terakhir

kebutuhan jati diri.

Apabila kebutuhan dikaitkan dengan tata-nilai agama, akan

menimbulkan penafsiran yang keliru. Apakah untuk menemukan jati diri

sebagai orang muslim dan mukmin yang baik itu baru dapat terwujud

setelah kebutuhan yang lebih rendah tercukupi lebih dahulu? Misalnya

makan cukup, tidak ada yang merongrong dalam beragama, dicintai dan

dihormati kemudian orang itu baru dapat beriman dengan baik, tentunya

tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak tergantung pada kondisi

ekonomi maupun sosial budaya, tidak terpengaruh oleh dimensi ruang dan

waktu.

2. Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan

mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni:

a) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi, dan psikomotor.

b) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi

berafiliasi, motivasi berkuasa. 9

8Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 62-63. 9Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,

2008), hlm. 133.

Page 28: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

18

3. Pembagian nilai didasarkan atas sifat nilai itu dapat dibagi ke dalam (1)

nilai-nilai subjektif, (2) nilai-nilai objektif rasional, dan (3) nilai-nilai

objektif metafisik10 Nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi

subjek terhadap objek, hal ini sangat tergantung kepada masing-masing

pengalaman subjek tersebut. Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-

nilai yang merupakan esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui

melalui akal sehat. Seperti nilai kemerdekaan, setiap orang memiliki hak

untuk merdeka, nilai kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai

perdamaian dan sebagainya. Sedangkan nilai yang bersifat objektif

metafisik yakni nilai-nilai yang ternyata mampu menyusun kenyataan

objektif, seperti nilai-nilai agama.

4. Nilai bila dilihat dari sumbernya terdapat (1) nilai illahiyah (ubudiyah dan

muamalah), (2) nilai insaniyah. Nilai ilahiyah adalah nilai yang

bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan nilai insaniyah adalah

nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh

manusia pula.

5. Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya nilai dapat dibagi

menjadi (1) nilai-nilai universal dan (2) nilai-nilai lokal.11 Tidak tentu

semua nilai-nilai agama itu universal, demikian pula ada nilai-nilai

insaniyah yang bersifat universal. Dari segi keberlakuan masanya dapat

dibagi menjadi (1) nilai-nilai abadi, (2) nilai pasang surut dan (3) nilai

temporal. 12

6. Ditinjau dari segi hakekatnya nilai dapat dibagi menjadi (1) nilai hakiki

(root values) dan (2) nilai instrumental.13 Nilai-nilai yang hakiki itu

bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental dapat

bersifat lokal, pasang-surut, dan temporal.

10Louis Kattsof, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1986), hlm. 331. 11Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,

2008), hlm. 34. 12Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,

2008), hlm. 34. 13Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,

2008), hlm. 34.

Page 29: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

19

Perbedaan macam-macam nilai ini mengakibatkan menjadikan

perbedaan dalam menentukan tujuan pendidikan nilai, perbedaan strategi yang

akan dikembangkan dalam pendidikan nilai, perbedaan metoda dan teknik

dalam pendidikan Islam. Di samping perbedaan nilai tersebut di atas yang

ditinjau dari sudut objek, lapangan, sumber dan kualitas/serta masa

keberlakuannya, nilai dapat berbeda dari segi tata strukturnya. Tentu hal ini

lebih ditentukan dari segi sumber, sifat dan hakekat nilai itu.14

Sistem nilai atau sistem moral yang dijadikan kerangka acuan yang

menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim ialah

nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah,

yang diturunkan kepada utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad saw.

Nilai dan moralitas Islami adalah bersifat menyeluruh, bulat dan

terpadu, tidak terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang satu sama lain

berdiri sendiri. Suatu kebulatan nilai dan moralitas itu mengandung aspek

normatif (kaidah, pedoman) dan operatif (menjadi landasan amal perbuatan).

Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti dilihat dari segi

normatif, yaitu baik dan buruk, benar dan salah, hak dan batil, diridhai dan

dikutuk oleh Allah SWT. Sedang bila dilihat dari segi operatif, nilai tersebut

mengandung lima pengertian kategori yang menjadi prinsip standardisasi

perilaku manusia, yaitu sebagai berikut: 15

1. Wajib atau fardu, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat pahala dan

bila ditinggalkan orang akan mendapat siksa Allah.

2. Sunat atau mustahab, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat pahala

dan bila ditinggalkan orang tidak akan disiksa.

3. Mubah atau jaiz, yaitu bila dikerjakan orang tidak akan disiksa dan tidak

diberi pahala dan bila ditinggalkan tidak pula disiksa oleh Allah dan juga

tidak diberi pahala.

4. Makruh, yaitu bila dikerjakan orang tidak disiksa, hanya tidak disukai oleh

Allah dan bila ditinggalkan, orang akan mendapatkan pahala.

14Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 63-65. 15H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005), hlm. 126

Page 30: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

20

5. Haram, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat siksa dan bila

ditinggalkan orang akan memperoleh pahala.

Kelima nilai kategorial yang operatif di atas berlaku dalam situasi dan

kondisi biasa. Dan bila manusia dalam situasi kondisi darurat (terpaksa),

pemberlakuan nilai-nilai tersebut bisa berubah. Sebagai contoh pada waktu

orang berada dalam situasi dan kondisi kelaparan karena tidak ada makanan

yang halal, maka orang diperbolehkan memakan makanan yang dalam

keadaan biasa haram, seperti daging babi, anjing, bangkai, dan sebagainya.

Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan

komponen atau subsistem adalah sebagai berikut.

1. Sistem nilai kultural yang senada dan senapas dengan Islam.

2. Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi

kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.

3. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang

didorong oleh fungsi-fungsi psikologisnya untuk berperilaku secara

terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya, yaitu Islam.

4. Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung

interrelasi atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini

timbul karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup

yang banyak diwamai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya.16

Perlu dijelaskan bahwa apa yang disebut "nilai" adalah suatu pola

normatif yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem

yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-

fungsi bagian-bagiannya.17 Nilai lebih mengutamakan berfungsinya

pemeliharaan pola dari sistem sosial. Sedangkan pengertian "norma" di sini

ialah suatu pola yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu

bagian (unit) atau kelompok unit yang beraspek khusus dan yang

membedakan dari tugas-tugas kelompok lainnya.18 Nilai adalah sesuatu yang

bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya

16H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005), hlm. 126

17H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005), hlm. 127.

18H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005), hlm. 128

Page 31: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

21

persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal

penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi. Jadi sesuatu

yang dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu telah ampai pada

taraf kebermaknanaannya nilai tersebut pada dirinya. Sehingga sesuatu

bernilai bagi diri seseorang belum tentu bernilai bagi orang lain. Nilai itu

sangat penting dalam kehidupan ini, serta terdapat suatu hubungan yang

penting antara subyek dengan obyek dalam kehidupan ini.19

B. Lingkungan Hidup

1. Pengertian Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan hidup mulai bergema pada tahun 1968 ketika

diangkat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa karena ditemukannya kasus-

kasus pencemaran lingkungan, antara lain, berupa kabut asap yang

mengganggu pernapasan di Los Angeles dan New York, Amerika Serikat,

kematian massal burung pemakan ikan di beberapa kawasan Eropa, yang

ternyata diakibatkan oleh kadar pestisida yang tinggi dalam tubuh burung-

burung itu, serta beberapa peristiwa pencemaran lain di Jepang. Itu di

negara-negara maju. Di negara-negara berkembang, terjadi juga

pencemaran lingkungan dalam bentuk erosi, kerusakan lahan, musnahnya

beberapa jenis flora dan fauna tertentu, penyakit menular, dan sebagainya.

Dari hari ke hari krisis tersebut semakin parah dan mengkhawatirkan

karena dari hari ke hari pula muncul berbagai macam pencemaran

lingkungan.20

Istilah Lingkungan yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah

merupakan terjemahan dari istilah "environment" dalam bahasa Inggris

atau "I' evironement" dalam bahasa Perancis, "Umwelt" dalam bahasa

Jerman, "millieu" dalam bahasa Belanda, "Alam sekitar" dalam bahasa

19Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,

2005), hlm. 98. 20M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.

366

Page 32: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

22

Malaysia, "kapaligiran" dalam bahasa Tagalog, atau "Sinvat-lom dalam

bahasa Thais.21

Istilah tersebut, secara teknis dimaksudkan dengan lingkungan

hidup atau lebih lengkap lagi lingkungan hidup manusia. Undang-undang

No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup selalu

mempergunakan istilah "lingkungan hidup" di dalam berbagai

ketentuannya. Pasal 1 ayat (1) dari Undang-undang itu memuat rumusan

tentang lingkungan hidup sebagai berikut!:

"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya

keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.22

Rumusan ini sebenarnya adalah penyederhanaan atau hasil

kompromis dari beberapa perumusan yang dikenal sebelumnya, antara

lain:

1) Michael Allaby:

Environment;

1) The physical, chemical and biotic condition surronding and

organism.

2) Intern, the interculaluir fluit which bathes body cell intertebrates

esp. The composition of this medium is maintend constant.

2) Seminar segi-segi hukum pengelolaan lingkungan hidup.

Lingkungan hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk

manusia dan tingkah lakunya yang ada dalam ruang yang kita tempati

yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan serta kesejahteraan

manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.

3) Emil Salim :

"Secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala

benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan

21Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni,

2005), hlm. 6. 22Supriadi, Hukum Lingkungan Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika,

2006, hlm. 338.

Page 33: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

23

yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk

kehidupan manusia. Batas ruang lingkungan menurut pengertian ini

bisa sangat luas, namun untuk praktisnya kita batasi ruang lingkungan

dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor

alam, faktor politik, faktor ekonomi,-faktor sosial dan lain-lain.23

4) St. Munadjat Danusaputra

"Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di

dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam

ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan

hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.24

5) Otto Soemarwoto :

"Lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada

dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.

Secara teoritis ruang itu tidak terbatas jumlahnya, oleh karena

misalnya matahari dan bin tang termasuk di dalamnya. Namun secara

praktis kita selalu memberi batas pada ruang lingkungan itu. Menurut

kebutuhan kita batas itu dapat ditentukan oleh faktor alam seperti

jurang, sungai atau laut, faktor ekonomi, faktor politik atau faktor lain.

Tingkah laku manusia juga merupakan Raglan lingkungan kita, oleh

karena itu lingkungan hidup harus diartikan secara luas, yaitu tidak

saja lingkungan fisik dan biologi, melainkan juga lingkungan

ekonomi, sosial dan budaya".25

Selanjutnya para ahli mengadakan pengelompokan lingkungan ini

atas beberapa macam, secara garis besarnya lingkungan hidup manusia itu

dapat digolongkan atas golongan:

a) Lingkungan fisik (physical Environment)

23Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2004), hlm. 17. 24Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku I: Umum, .(Bandung: Binacipta,

2006), hlm. 67. Abdurrahman, op.cit., hlm. 8. 25Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2005), hlm. 48

Page 34: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

24

Lingkungan fisik adalah segala sesuatu di sekitar kita yang

berbentuk benda mati seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, sinar

matahari dan lain-lain yang macamnya.

b) Lingkungan biologis (Biolocal Environment)

Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada di

sekitar manusia yang berupa organisme hidup lainnya selain dari

manusia sendiri, binatang, tumbuh-tumbuhan, jasad renik (plankton)

dan lain-lain.

c) Lingkungan Sosial (Social Environment)

Lingkungan sosial adalah manusia-manusia lain yang berada

disekitarnya seperti tetangga, teman dan lain-lain.26

M. Quraish Shihab menyatakan:

"Lingkungan adalah "semua yang mempengaruhi pertumbuhan

manusia atau hewan", sedangkan lingkungan alam adalah

"keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan

tingkah laku organisme", demikian Kamus Besar Bahasa

Indonesia menjelaskan. Yang dimaksud dengan Lingkungan

hidup adalah "Segala sesuatu yang berada di sekeliling

makhluk hidup (organisme) yang mempunyai pengaruh

timbal-balik terhadap makhluk hidup tersebut". Formulasi

"lingkungan hidup" yang dimasukkan dalam Pasal 1 Butir 1

Undang-Undang Lingkungan Hidup adalah: "Kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup

termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lainnya."27

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa manusia dalam

hidupnya mempunyai hubungan secara bertimbal balik dengan

lingkungannya. Manusia dalam hidupnya baik secara .pribadi maupun

sebagai kelompok masyarakat selalu berinteraksi dengan lingkungan

dimana ia hidup dalam artian manusia dengan berbagai aktivitasnya akan

26Fuad Amsyari, Prinsip-Prinsip Masalah Penomoran Lingkungan, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2009, hlm. 11-12. Abdurrahman, op.cit., hlm. 9. 27M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.

367.

Page 35: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

25

mempengaruhi lingkungannya dan perubahan lingkungan akan

mempengaruhi kehidupan manusia. Hubungan timbal balik antara

manusia dengan lingkungannya membentuk suatu sistem yang lazim

disebut dengan "Ekosistem". Dalam pasal 1 ayat 4 Undang-Undang No.

23 Tahun 1997 dirumuskan bahwa Ekosistem adalah tatanan unsur

lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling

mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan

produktivitas lingkungan hidup.

Lingkungan hidup saat ini telah menjadi sebuah aset bagi suatu

negara dalam melaksanakan pembangunan. Oleh karena itu, sangat wajar

kalau pemerintah melakukan perlindungan terhadapnya. Sebab kalau

terjadi perusakan atau pencemaran lingkungan hidup, maka pemerintah

dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan tindakan represif. Hal

ini dapat dibuktikan dengan tersedianya 3 (tiga) wadah atau sarana yang

dijadikan dalam menuntut pelanggaran terhadap lingkungan hidup, yaitu

sarana hukum administrasi, sarana hukum perdata, dan sarana hukum

pidana. Ketiga sarana hukum ini memegang peranan yang sangat penting

dalam penegakan hukum lingkungan hidup.28

2. Pencemaran Lingkungan Hidup

Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari

waktu ke waktu ialah "pencemaran" dan perusakan lingkungan. Ekosistem

dari suatu lingkungan dapat terganggu kelestariannya oleh karena

pencemaran dan perusakan lingkungan. Orang sering mencampur-

adukkan antara pengertian pencemaran dan perusakan lingkungan padahal

antara keduanya terdapat perbedaan. Undang-undang juga

memperbedakan antara keduanya:

a. Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk

hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan

28Supriadi, Hukum Lingkungan Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika,

2006, hlm. 285.

Page 36: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

26

atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses

alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1 ayat 12).29

b. Perusakan lingkungan: adalah tindakan yang menimbulkan perubahan

langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati

lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak

berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang

berkesinambungan (pasal 1 ayat 14).30

Perbedaan itu memang tidak "terlalu" prinsipil karena setiap orang

melakukan perusakan lingkungan otomatis juga melakukan pencemaran.

dan sebaliknya. Bedanya hanya terletak pada intensitas perbuatan yang

dilakukan terhadap lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh

lingkungan akibat perbuatan tersebut.

Istilah pencemaran sebagai istilah tehnis dalam bahasa Indonesia

adalah merupakan suatu istilah yang baru. Dalam kamus-kamus lama

seperti Kamus W.J.S. Poerwadarminta memang ada dijumpai istilah

seperti cemar, mencemarkan, tercemar dan sebagainya.31 Tetapi kata

pencemaran tidak dijumpai. Istilah ini mulai dipergunakan sejak tahun

1970. Menurut Aprilani Soegiarto istilah "pencemaran" itu mulai

digunakan untuk pertama kalinya guna menterjemahkan arti istilah asing

"pollution" pada Seminar Biologi II di Ciawi Bogor pada tahun 1970.

Sejak cetusan pertama di Ciawi itu, nampak bahwa penggunaan istilah

"pencemaran" tersebut mulai menjadi menyebar dan merata dalam bahasa

Indonesia yang memang sedang mengembang. Istilah "pencemaran"

malahan telah digunakan juga dalam pidato resmi Kepala Negara

Republik Indonesia di hadapan DPR pada tanggal 16 Agustus 1972,

29Tim Srikandi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Surabaya: CV. Srikandi, 2008), hlm. 3-4. 30Ibid

31W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai

Pustaka, 2006), hm. 194.

Page 37: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

27

Dalam Buku REPELITA II : 1974/75-1978/79 pada pasal 244 istilah

pencemaran nampak digunakan dalam pengertian seperti, telah disepakati

pada, Seminar Biologi II di Ciawi Bogor pada tahun 1970. Melalui

REPELITA II itu menjadi makin tersebar penggunaannya dan

pemakaiannya dalam percakapan dan tulisan-tulisan.32

Secara mendasar dalam "pencemaran" terkandung pengertian

pengotoran (contamination) dan pemburukan (deterioration). Pengotoran

dan pemburukan terhadap sesuatu semakin lama akan kian

menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan sehingga akhirnya

dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya.33

Dengan digunakannya istilah "pencemaran" menjadi istilah tehnis

ilmu lingkungan, sehingga terbentuk pengertian pencemaran lingkungan

maka istilah pencemaran lingkungan itu menurut Munadjat Danusaputro

berkembang menjadi "istilah ilmiah", yang seperti lazimnya diberikan

pembatasan-pembatasan secara pasti agar pengertiannya menjadi terang

dan jelas. Berdasarkan "pengertian ilmiah" itu kemudian istilah tersebut

digunakan dalam rangka ilmu-ilmu lain, seperti misalnya dalam ilmu

hukum, sehingga akibatnya terbentuklah "istilah hukumnya".

Demikianlah, istilah "pencemaran lingkungan" itu sekarang juga banyak

digunakan sebagai istilah hukum. Dalam berbagai macam peraturan

perundang-undangan di bidang lingkungan hidup, khususnya dalam

peraturan-peraturan perundang-undangan tentang pencemaran (Hukum

Pencemaran).34

Terhadap pengertian itu diberikan rumusan yang bermacam-

macam tergantung dari segi mana yang bersangkutan melihatnya. R.T.M.

Sutamihardja umpamanya merumuskan pencemaran adalah penambahan

32Soedjono, Pengaman Hukum terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Industri,

(Bandung: Alumni, 2006), hlm. 21. 33Aprilani Soegiarto, Bibliografi Beranotasi tentang Lingkungan Laut dan

Pencemaran Laut, (Jakarta: Lembaga Oceandogi Nasional, LIPI, 2005), hlm. IV.

Abdurrahman, op.cit., hlm. 96. 34Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, (Bandung:

Binacipta, 2009), hlm. 36. Abdurrahman, op.cit., hlm. 97.

Page 38: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

28

bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke

lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap

lingkungan itu.35

Sedangkan Munadjat Danusaputra merumuskan pencemaran

lingkungan sebagai suatu keadaan dalam mana suatu materi, energi dan

atau informasi masuk atau dimasukkan di dalam lingkungan oleh kegiatan

manusia dan/atau secara alami dalam batas-batas dasar atau kader tertentu,

hingga mengakibatkan terjadinya gangguan kerusakan dan atau penurunan

mutu lingkungan, sampai lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya, dilihat dari segi kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan

hayati.36 Tetapi kedua rumusan itu secara prinsip tidak begitu berbeda

dengan perumusan yang dijumpai di dalam Undang-undang No. 23 Tahun

1997.

Dalam pertumbuhan dan perkembangan istilah dan pengertian

"pencemaran lingkungan" ini maka terbentuklah pengertian-pengertian;

pencemaran tanah; pencemaran air, pencemaran laut, pencemaran udara,

pencemaran pandangan; pencemaran pendengaran, pencemaran masa dan

sebagainya. Malahan telah mulai merata juga pengertian tentang

"pencemaran kebudayaan" dan bahkan wakil Negara Kenya (Afrika)

pernah menaburkan pengertian tentang "Pencemaran Hati Nurani" (the

pollution of mind) sewaktu ia berbicara dalam Konferensi PBB tentang

lingkungan hidup manusia di Stocholm pada tahun 1972.37

Pencemaran lingkungan menurut golongannya pencemaran itu

dapat dibagi atas:

a. Kronis; di mana kerusakan terjadi secara progresif tetapi lambat;

b. kejutan atau akut; kerusakan mendadak dan berat, biasanya timbul dari

kecelakaan;

35Sutamihardja, Kualitas dan Pencemaran Lingkungan, (Bogor: Sekolah, Pasca

Sarjana, Bogor: IPS, 2004), hlm. 1. Abdurrahman, op.cit., hlm. 97. 36Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku V: Sektoral, (Bandung:

Binacipta, 2009), hlm. 36. 37Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni,

2005), hlm. 98

Page 39: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

29

c. Berbahaya; dengan kerugian biologis berat dan dalam hal ada

radioaktivitas terjadi kerusakan genetis.

d. katastrofis; di sini kematian organisme hidup banyak dan mungkin

organisme hidup menjadi punah.38

3. Kerusakan Lingkungan Hidup

Kerusakan bumi sudah terjadi sejak lama. Hal itu baru kini

disadari secara merata oleh manusia. Kerusakan bumi telah mewabah,

sejak dari kawasan lokal, regional hingga ke tingkat internasional. Muncul

pembicaraannya di bangku-bangku kuliah, seminar-seminar, bahkan di

pesantren dan Masjid-masjid. Dipertanyakan mengapa terjadi kerusakan

bumi berlangsung; dan apa jalan keluarnya? Melihat kenyataan

lingkungan di beberapa bagian dunia semakin rusak, juga menyadari masa

depan penghuni bumi yang semakin terancam keselamatannya, maka pada

Juni 1972 PBB mengadakan Konferensi Khusus Tentang Lingkungan

Hidup, yang dihadiri oleh wakil-wakil Pemerintah setingkat Menteri

Negara seluruh Dunia.39

Hasil Konferensi Khusus PBB tersebut diterima secara

menyeluruh. Pemerintah RI sendiri ikut menandatangani Konvensi 1972

itu. Sejak itu pula masalah Lingkungan Hidup menjadi masalah penting

ditanggapi pemerintah. Kemudian pada tahun 1978, yakni memasuki

Repelita ketiga, Presiden Mandataris MPR mengangkat seorang Menteri

yang khusus menangani masalah Lingkungan Hidup dalam Kabinet

Pembangunan III. Sejak itu penanganan masalah lingkungan terkesan

serius, baik oleh pemerintah, lembaga-lembaga sosial maupun oleh rakyat

Indonesia secara menyeluruh.40

38Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni,

2005), hlm. 98 39Abu Jamin Roham, et all, al-Islam dan Iptek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), hlm. 142 40Abu Jamin Roham, et all, al-Islam dan Iptek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), hlm. 142.

Page 40: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

30

Allah telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya. Alam

semesta yang indah dan menakjubkan ini adalah benar-benar hadir dan

sekaligus merupakan bukti keagungan penciptanya. Allah juga telah

menciptakan hukum-hukum yang berlaku umum yang menunjukkan

kemahakuasaan dan keesaan-Nya. Langit dan bumi dan segala isinya

diciptakan Allah secara serasi dan teratur.41

وهو الذي خلق السماوات واألرض بالحق ويوم يقول كن فيكون ةادهالشب ويالغ مالر عوي الصف نفخي موي لكالم لهو قالح لهقو

بريالخ يمكالح وه٧٣: األنعام(و(

"Dia adalah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan

benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu

terjadilah", dan milik Allah lah segala kekuasaun di waktu sangkakala

ditiup. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS.

Al-An'am: 73)".42

Oleh karena itu, alam mempunyai eksistensi yang riel dan obyektif

serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Alam raya sebagai

ciptaan dari sebaik-baik pencipta, yaitu Allah, maka alam mengandung

kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis.

كن لهي لملدا وذ وختي لمض والأرو اتاومالس لكم ي لهالذ )٢: الفرقان(شريك في الملك وخلق كل شيء فقدره تقديرا

"(Allah) yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langitdan bumi, dan Dia

tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam

keluasaun(Nya), dan.Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia

41M. Romly, Medan dan Bahan Dakwah, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005),

hlm. 76. 42R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 198.

Page 41: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

31

menetapkan ukuran-ukuran-Nya dengan serapi-rapinya. (QS. al-

Furqan: 2).43

ظن كال ذلاطا بمهنيا بمو ضالأراء وما السلقنا خموا وكفر ينالذ )٢٧: ص(فويل للذين كفروا من النار

"Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada

diantara keduanya sia-sia (tanpa hikmah dan palsu). Yang demikian

itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang

kafir itu karena mereka akan masuk neraka".44

Kemudian dalam ayat lain Allah menolak anggapan bahwa

diciptakannya alam ini hanya sekedar main-main, tanpa maksud dan

tujuan.

بنيا لاعمهنيا بمو ضالأرو اتاوما السلقنا خما } ٣٨{ وم )٣٩-٣٨: الدخان(خلقناهما إلا بالحق ولكن أكثرهم لا يعلمون

"Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di

antara keduanya dengan main-main. Kami tidak menciptakan

keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak

mengetahui". (QS ad-Dukhaan: 38-39).45

.

Pandangan Islam juga berbeda dengan penganut aliran

materialisme. Aliran materialisme memang menyatakan bahwa alam ini

benar-benar ada, riel dan obyektif. Namun eksistensi alam ini dalam

dugaan aliran materialisme adalah ada dengan sendirinya. Sedangkan

menurut pandangan Islam, alam raya ini diciptakan Allah, Tuhan Yang

43R.H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 559. 44R.H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 736. 45R.H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 811.

Page 42: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

32

Maha Esa. Allah yang menciptakan sekaligus memelihara alam ini serta

mengatur segala urusannya.

Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagai akibat

perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai

khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan dengan baik. Padahal

manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-

makhluk lain tidak memilikinya.

Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan

dengan kemajuan tersebut, perkembangan persenjataan dan alat perusak

lingkungan maju pula.

Banyak contoh yang dapat dilihat dari kerusakan lingkungan yang

diakibatkan ulah manusia. Misalnya banyak pohon atau hutan ditebang

dan dibakar tanpa ada usaha untuk menanamnya kembali. Bukit dan

gunung digali untuk menimbun daratan rendah yang akan dijadikan

pemukiman. Akibatnya banyak musibah terjadi seperti gangguan asap,

banjir, tanah longsor, dan sebagainya terjadi di mana-mana. Kemudian

binatang yang hidup di sungai ditangkap bukan dengan cara yang baik.

Tetapi karena keserakahan mereka menangkapnya dengan racun atau

dengan dinamit. Terumbu-terumbu karang dirusak pula. Akibatnya

merusak ekosistem.

Lingkungan bertambah parah dengan banyaknya kendaraan

bermotor dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara

(polusi). Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia

dan kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik seringkali dibuang

seenaknya ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula

kapal-kapal tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran,

sehingga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya air sungai dan laut

beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat

beracun, yang lebih dahsyat adalah kerusakan lingkungan akibat perang.

Page 43: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

33

Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup manusia akan

mengganggu keseimbangan lingkungan karena peran komponen

lingkungan berubah. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur

tangan manusia atau karena faktor alami. Dampak dari perubahannya

belum tentu sama, namun akhirnya manusia juga yang harus memikul

serta mengatasinya.

Perubahan lingkungan karena campur tangan manusia contohnya

adalah penebangan hutan, pembangunan permukiman, dan intensifikasi

pertanian. Penebangan hutan secara liar dapat mengurangi fungsi hutan

sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang.

Penggundulan hutan juga dapat menyebabkan terjadinya banjir dan erosi.

Akibat lain adalah munculnya harimau, babi hutan, dan ular di

permukiman penduduk karena habitat asli hewan tersebut semakin sempit.

Pembangunan permukiman pada daerah yang subur merupakan salah satu

tuntutan kebutuhan papan. Akan tetapi, tindakan ini dapat memicu

munculnya persoalan lain yang lebih serius. Semakin padat populasi

manusia, lahan yang semula produktif dapat menjadi tidak atau kurang

produktif lagi.

Pembangunan jalan di kampung dan desa dengan cara betonisasi

menyebabkan air sulit meresap ke dalam tanah. Akibatnya, daerah tersebut

rnudah mengalami banjir jika hujan lebat. Selain itu, tumbuhan di daerah

sekitarnya menjadi kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif

melakukan fotosintesis. Akibat lebih lanjut, kita merasakan keadaan

semakin panas akibat tumbuhan tidak dapat secara optimal memanfaatkan

CO.

Penerapan intensifikasi pertanian dengan panca usaha tani di satu

sisi meningkatkan produksi, sedangkan di sisi lain dapat merugikan.

Misalnya, penggunaan pupuk dan pestisida dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan. Contoh lainnya, pemakaian bibit unggul dalam

sistem pertanian monokultur dapat mengurangi keaneragaman. Dalam

sistem pertanian monokultur, satu kawasan lahan hanya ditanami dengan

Page 44: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

34

satu macam tanaman. Dengan sistem ini, ekosistem dalam keadaan tidak

stabil sehingga keseimbangan ekosistem sulit diperoleh. Dampak yang lain

akibat penerapan sistem ini adalah terjadinya ledakan populasi hama.

Perubahan lingkungan secara alami disebabkan oleh bencana alam, seperti

kebakaran hutan di musim kemarau, letusan gunung berapi, gempa bumi,

banjir, dan sebagainya.

Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena

beberapa hal, yaitu memiliki komponen yang lengkap, terjadi interaksi

antarkomponen, setiap komponen berperan sesuai dengan fungsinya,

terjadi pemindahan energi (arus energi), dan daur biogeokimia.

Keseimbangan lingkungan dapat terganggu jika terjadi berbagai

perubahan, misalnya berkurangnya fungsi dari komponen atau hilangnya

sebagian komponen sehingga memutus mata rantai dalam ekosistem.

Salah satu faktor penyebab terganggunya lingkungan adalah pencemaran

atau polusi.

Kegiatan manusia maupun proses alami dapat mengubah tatanan

lingkungan. Hal itu menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat

berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran lingkungan (polusi)

adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan

atau komponen lain ke dalam lingkungan. Polusi juga dapat diartikan

sebagai berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses

alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu. Hal

itu menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi

berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Undang-Undang Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut

polutan. Suatu zat dapat disebut polutan apabila jumlahnya melebihi

jumlah normal serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat.

Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara bermanfaat

bagi tumbuhan, tetapi lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek

merusak. Polutan dapat bersifat merusak untuk sementara, yaitu jika

Page 45: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

35

setelah bereaksi dengan zat di lingkungan menjadi tidak merusak lagi.

Polutan juga dapat merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya, timbel

(Pb) tidak merusak jika konsentrasinya rendah. Akan tetapi, dalam jangka

waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai ke tingkat

yang merusak.

Page 46: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

36

BAB III

KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41

A. Ayat-Ayat yang Berhubungan dengan Pelestarian Lingkungan

Al-Qur'an dan Sunnah secara bersama-sama telah memberikan

perhatian yang mendalam terhadap masalah lingkungan. Perhatian ini tentu

sangat menarik untuk diketahui oleh para peneliti yang obyektif. Disebutkan

dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 17;

قتلخ فون إلى الإبل كينظر١٧{أفلا ي{

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia

diciptakan (QS. Al-Ghasyiyah: 17).

Di sini Al-Qur'an menyebutkan unta, bukan hewan lain. Pertanyaan

ini menunjukkan pentingnya memperhatikan hewan-hewan yang antik dan

proses penciptaannya, juga keunikan dan manfaat yang dimiliki hewan

tersebut. Sebab, unta adalah hewan yang paling akrab dengan kehidupan

bangsa Arab; bangsa yang diajak bicara oleh Al-Qur'an sebelum bangsa-

bangsa lain. Penyebutan secara berulang-ulang nama-nama binatang tertentu

semisal unta, sapi dan kambing tanpa menyebutkan binatang lain yang

hidup di dunia, hanyalah karena Al-Qur'an ingin mengingatkan orang-orang

yang diserunya akan sumber daya hewani yang ada dalam lingkungan

mereka.1

Maksudnya, dengan begitu, diharapkan mereka dapat mengambil

manfaatnya dan mensyukuri nikmat Allah. Daging binatang-binatang itu

bisa dimakan dan susunya bisa diminum. "Bersih, menyenangkan dan

mudah diminum." Mereka juga dapat menikmatinya sebagai pemandangan

ketika binatang-binatang itu sedang pulang ke kandang atau pergi ke tempat

pengembalaan. Allah berfirman: "Dan kamu memperoleh pandangan yang

1Yusuf Al-Qardawi, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj.

Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 174

Page 47: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

37

indah darinya, ketika kamu membawanya ke kandang dan ketika kamu

melepaskannya ke tempat penggembalaan " (Al-Nahl: 6)

}٦{ولكم فيها جمال حني ترحيون وحني تسرحون Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika

kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu

melepaskannya ke tempat penggembalaan (QS. An-Nahl: 6).

Contoh lain ialah berita Al-Qur'an tentang lebahnya, rumahnya, jenis

dan manfaatnya, baik sebagai bahan minuman maupun obat-obatan. Hal ini

terdapat dalam Surat yang memakai namanya (An-Nahl). Al-Qur'an juga

menjelaskan tentang pohon kurma, anggur, tanaman dengan berbagai

macam buah, zaitun, dan delima yang serupa dan tidak sama (rasanya).2

Istilah yang digunakan oleh al-Qur'an untuk memperkenalkan istilah

lingkungan sebagai ruang kehidupan adalah kata al-bi'ah. Kata al-bi'ah

merupakan derivasi dari kata ba'a, yabu'u, bau'an, yang berarti kembali,

menempati wilayah, ruang kehidupan dan lingkungan. Secara faktual, yang

digunakan oleh al-Quran adalah kata derivan al-bi'ah bukan kata al-bi'ah itu

sendiri. Meski demikian, tidak mengurangi komitmen al-Qur'an pada

lingkungan, sebab makna substansial yang terkandung dalam ayat-ayat

terkait cukup mendukungnya. Secara kuantitatif, kata ba'a dan derivasinya

digunakan dalam al-Quran sebanyak 18 kali tersebar dalam 15 ayat.3

Sedangkan secara kualitatif, derivasi kata al-bi'ah dalam al-Qur'an tidak

selalu berkonotasi lingkungan sebagaimana kehidupan, tetapi juga

berkonotasi pada arti lain

Sesuai dengan konteksnya, derivasi kata al-bi'ah dalam ayat-ayat Al-

Quran tersebut di atas adalah bukan bermakna lingkungan, akan tetapi

bermakna berulangkali, lagi, memancing, mengundang dan pulang kembali.

Adapun derivasi kata al-bi'ah yang berkonotasi lingkungan sebagai

ruang kehidupan antara lain terdapat dalam Al-Qur'an:

2Yusuf Al-Qardawi, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj.

Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 175. 3Muhammad Fuâd Abdul Bâqy, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâz Al-Qur'ân al-Karîm,

(Beirut: Dâr al-Fikr, 1981), hlm. 177.

Page 48: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

38

)١٢١: آل عمران(وإذ غدوت من أهلك تبوئ المؤمنني مقاعد للقتال

Ingatlah... ketika pagi-pagi kau tinggalkan keluargamu untuk menempati

medan laga perang bersama orang-orang yang beriman....(QS. Al-Imran:

121)

... جعلكم خلفاء من بعد عاد وبوأكم في األرض واذكروا إذ )٧٤: األعراف(

Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-

pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat

bagimu di bumi....(QS. Al-'Araf: 74)

لقدق ودأ صوبيل مائرني إسا بأنو٩٣: يونس...( ب( Dan sesungguhnya kami menempatkan Bani Israil di tempat kediaman

yang bagus....(QS. Yunus: 93)

Berdasarkan data penggunaan arti derivasi kata al-bi'ah dalam Al-

Qur'an seperti terungkap di atas, tampak berkonotasi pada lingkungan

sebagai ruang kehidupan khususnya bagi spesies manusia. Penggunaan

konotasi derivasi kata al-bi'ah atau lingkungan sebagai ruang kehidupan

tampak pararel dengan tradisi ekologi yang lazim memahami bahwa

lingkungan merupakan segala sesuatu di luar suatu organisme. Segala

sesuatu diluar organisme adalah identik dengan ruang kehidupan. Dengan

demikian, ketika Al-Qur'an memperkenalkan lingkungan dengan istilah

ruang kehidupan, al-bi'ah, dapat dikatakan bahwa walaupun secara faktual

Al-Qur'an hadir jauh sebelum teori ekologi modern muncul, namun rumusan

pengungkapan istilah lingkungan dengan menggunakan istilah ruang

kehidupan, al-bi'ah, ternyata memiliki pijakan mapan selaras dengan teori

ekologi modern.

Bertitik tolak dari uraian tentang istilah yang digunakan oleh Al-

Qur'an untuk memperkenalkan konsep lingkungan dengan istilah seluruh

spesies, al-'alamin, jagad raya, al-sama ruang tempat atau bumi, al-ardl, dan

Page 49: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

39

lingkungan sebagai ruang kehidupan, al-bi'ah, dapat dikatakan bahwa

konsep lingkungan hidup menurut Al-Qur'an adalah lingkungan dalam arti

luas yakni meliputi lingkungan alam planet bumi, ruang angkasa dan

angkasa luar. Lingkungan dipahami bukan hanya meliputi lingkungan hidup

manusia, melainkan lingkungan hidup seluruh spesies baik yang ada di

ruang bumi maupun di ruang angkasa bahkan yang ada di ruang angkasa

luar. Sebab pada kenyataannya, keseimbangan ekosistem di ruang bumi juga

memiliki berhubungan dengan ekosistem di luar ruang bumi. Oleh karena

itu, menurut ajaran agama Islam manusia wajib menjaga kelestarian daya

dukung lingkungan bukan saja dalam lingkungan planet bumi, melainkan

juga di angkasa luar serta di luar angkasa. Konsep demikian diturunkan dari

visi ayat-ayat lingkungan antara lain:

ل لكمعي جاء الذاء بنمالساشا ورف ضالبقرة(األر( Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit

sebagai atap....(QS. Al-Baqarah: 22).

Kata kunci yang terdapat pada ayat ini adalah kalimat yang artinya:

"dan ruang atmospher sebagai pelindung bagimu". Kalimat tersebut

mengandung arti bahwa lapisan atmospher merupakan lapisan pelindung

seluruh spesies baik biotik maupun abiotik yang berada di lapisan bumi.

Perubahan dan kerusakan lapisan atmosphere berpengaruh pada seluruh

spesies yang ada di ruang bumi. Dengan kata lain, ekosistem yang berada di

ruang kehidupan bumi memiliki keterhubungan yang kuat dengan lapisan

atmospher.

)األنبياء...( وجعلنا السماء سقفا محفوظا

Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara...(QS.

Al-Ambiya': 32).

Kata kunci yang dijadikan rujukan dari ayat ini adalah pada kalimat

yang artinya: "Kami jadikan lapisan ozon di stratospher sebagai atap

pelindung yang aman". Kalimat tersebut memiliki muatan ekologis yang

Page 50: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

40

mapan, bahwa lapisan ozon merupakan lapisan pelindung bumi yang

terletak di bagian atas lapisan atmospher. Lapisan ozon berfungsi menahan

sinar ultraviolet dari sinar matahari menuju ke bumi. Sinar ultraviolet

merupakan sinar yang cukup berbahaya bagi seluruh komponen ekosistem

yang berada di bumi. Dengan demikian, keseimbangan ekosistem di ruang

kehidupan bumi memiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan ruang

angkasa.

Konsep Islam tentang lingkungan dalam pengertian luas merupakan

upaya untuk merevitalisasi misi asal ekologi, back to basic ecology. Misi

asal ekologi adalah untuk mengkaji keterhubungan timbal balik antar

komponen dalam ekosistem. Dalam hal ini tidak terbatas hanya komponen

manusia dan ekosistemnya, melainkan seluruh komponen dalam ekosistem.

Dengan demikian, visi Islam tentang lingkungan adalah visi lingkungan

yang utuh menyeluruh, holistik integralistik. Visi lingkungan yang holistik

integralistik diproyeksikan mampu menjadi garda depan dalam

pengembangan kesadaran lingkungan guna melestarikan keseimbangan

ekosistem. Sebab seluruh komponen dalam ekosistem diperhatikan

kepentingannya secara proporsional tidak ada yang dipentingkan dan tidak

ada pula yang diterlantarkan oleh visi lingkungan Islam yang holistik

integralistik.

B. Pelestarian Lingkungan dalam al-Qur'an

Secara etimologis kata pelestarian akar katanya adalah lestari

mendapat imbuhan pe-an. Kata lestari merupakan kata pungutan yang

diserap dari bahasa Jawa lestari. Kata lestari memiliki arti tetap selama-

lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sedia kala. Kemudian kata

melestarikan berarti menjadikan dan membiarkan sesuatu tetap tidak

berubah.4 Kemudian, kata lestari diberi imbuhan pe-an yang memiliki

makna leksikologis membuat jadi atau menjadikan sesuatu seperti pada kata

4W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai

Pustaka, 2006), hlm. 592.

Page 51: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

41

dasarnya. Oleh karena itu, pelestarian berarti membuat sesuatu jadi lestari

atau menjadikan sesuatu lestari, tetap selama-lamanya, kekal dan tidak

berubah.

Dengan ungkapan lain, pelestarian merupakan upaya mengabadikan,

memelihara dan melindungi sesuatu dari perubahan. Dalam bahasa Arab

pelestarian semakna dengan kata al-ib'ah atau al-ishlah yang berarti

menjadikan sesuatu tetap adanya. Menjaga keberadaannya karena dilandasi

rasa kasih dan sayang.5 Dengan demikian pelestarian lingkungan (ibqa' al-

bay'ah) berarti menjaga keberadaan lingkungan karena dilandasi rasa cinta

dan kasih sayang. Sedangkan secara istilahinologis, makna fungsional

ekologis kelompok kata pelestarian lingkungan, ishlah al-hayah,

dimaksudkan sebagai istilah yang memiliki arti spesifik yakni pelestarian

terhadap daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara terlanjutkan

pertumbuhan dan perkembangan yang diupayakan oleh pembangunan.6

Secara faktual yang dilestarikan bukan lingkungan itu sendiri,

melainkan daya dukung lingkungan. Karena, lingkungan sendiri adalah

bersifat dinamis selalu berubah, bahkan terlalu kecil peluang

melestarikannya dalam pengertian etimologis. Perubahan lingkungan dapat

terjadi secara alamiah, natural, maupun sebagai akibat perilaku ekologis

manusia, antropogenik. Perubahan lingkungan yang bersifat alami adalah

perubahan melalui proses geologis, volkanologis dan sebagainya.

Sedangkan perubahan lingkungan antropogenik adalah perubahan

lingkungan yang terjadi karena intervensi manusia terhadap lingkungan.

Perubahan tersebut ada yang direncanakan dan ada yang tidak direncanakan.

Perubahan lingkungan yang direncanakan lazim dikenal dengan istilah

pembangunan. Dengan demikian, pembangunan hakikatnya adalah

pengelolaan perubahan lingkungan yang dilakukan oleh manusia dengan

5Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam, (Beirut: Dâr al-Masyriq, 1986),

hlm. 45. 6Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2005), hlm. 77-82.

Page 52: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

42

tujuan untuk mengurangi resiko negatif lingkungan dan memperbesar

manfaat dan daya dukung lingkungan.7

Pelestarian merupakan padanan dari istilah perlindungan,

conservation lan Campbell memberi pencerahan tentang konservasi Apakah

konservasi itu istilahasuk ilmu pengetahuan, seni, sikap, pandangan hidup

ataukah filsafat? Inilah berbagai pertanyaan yang terkesan membingungkan

berkaitan dengan istilah konservasi. Istilah konservasi merupakan satu kata

tetapi memiliki banyak pemaknaan tergantung pemakai dan konteksnya.

Betapapun demikian ternyata terdapat kesepakatan di kalangan masyarakat

ekologi bahwa konservasi identik dengan perlindungan, preservation. Salah

satu definisi operasional menyatakan bahwa konservasi adalah penggunaan

secara nalar, intellect utilization.

Tegasnya, konservasi berarti penggunaan sumber daya alam dan

lingkungan berdasarkan perhitungan rasional, yang dimaksud dengan

perhitungan rasional di sini adalah rasional ekologis. Di samping itu,

terdapat definisi lebih umum yang menyatakan bahwa konservasi adalah

pemanfaatan secara bijaksana, wise use.

Dengan ungkapan beda, konservasi adalah pemanfaatan sumber daya

alam dan lingkungan yang diimbangi dengan upaya pemeliharaan daya

dukung lingkungan bagi kehidupan. Inilah yang dimaksud dengan

pemanfaatan secara bijak bestari.

Dalam hal ini Al-Qur'an menyadarkan manusia pada dua hal yang

sangat penting:

1. Supaya menikmati unsur keindahannya. Al-Qur'an menyebutkan: "Dan

(perhatikan pulalah) kematangannya." (Al-An'am: 99)

وهو الذي أنزل من السماء ماء فأخرجنا به نبات كل شيء فأخرجنا نية منه خضرا نخرج منه حبا متراكبا ومن النخل من طلعها قنوان دا

7Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2005), hlm. 79.

Page 53: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

43

وجنات من أعناب والزيتون والرمان مشتبها وغير متشابه انظروا }٩٩{إلى ثمره إذا أثمر وينعه إن في ذلكم آليات لقوم يؤمنون

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami

tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka

Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang

menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir

yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai

yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan zaitun dan delima

yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu

pohonnya berbuah dan kematangannya. Sesungguhnya pada yang

demikian itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman.

2. Supaya memanfaatkan unsur materinya, di samping harus menunaikan

kewajibannya kepada Allah. Allah berfirman: "Makanlah dari buahnya

(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya

di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin)

dan janganlah kamu berlebih-lebihan. " (Al-An'am: 141).8

عرالزل وخالنو اتوشرعم رغيو اتوشرعم اتنأ جي أنشالذ وهو رهن ثمكلوا م ابهشتم رغيابها وشتان ممالرون وتيالزو فا أكلهلتخم

سال تو هادصح موي قهوا حآتو رإذا أثم نيرفسالم بحال ي هرفوا إن}١٤١{

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan

yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang

bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa dan

tidak sama . Makanlah dari buahnya bila dia berbuah, dan

tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya ; dan janganlah kamu

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang

berlebih-lebihan.

Di samping itu al-Qur'an telah berkali-kali melarang manusia agar

tidak berbuat kerusakan di bumi. Setelah Allah ciptakan dengan baik dan

dipersiapkan untuk dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang

8Yusuf Qardawi, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj. Setiawan

Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 175.

Page 54: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

44

memakmurkannya. Allah tidak senang pada perusakan bumi dan pelakunya,

baik perusakan itu berupa pengotoran, ketidakadilan ataupun

penyalahgunaan lingkungan dari tujuan penciptaannya oleh Allah.

Perbuatan semacam ini merupakan salah satu bentuk sikap kufur nikmat

yang bisa mendatangkan siksa-Nya.9

Disepakati oleh para pakar lingkungan bahwa tujuan pengelolaan

lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia

dengan lingkungan hidup. Keselarasan dalam ajaran Islam mencakup empat

sisi, yaitu (a) keselarasan dengan Tuhan, (b) keselarasan dengan masyarakat,

(c) keselarasan dengan lingkungan alam, dan (d) keselarasan dengan diri

sendiri.

Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan Allah dalam

bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia. Allah yang

menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak melihat

pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.

Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak

seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan

kembali kepadamu tanpa menemukan satu cacat pun, dan penglihatanmu itu

pun dalam keadaan payah (QS Al-Mulk [67]: 3-4).10

Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang

keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem

sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada

beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi

pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan

tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)

air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian

luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt. Menciptakan juga sungai dengan

9As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj. Setiawan Budi Utomo,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 175. 10M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.

369.

Page 55: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

45

airyang segar tawar. Agar kedua air tersebut tidak bercampur sehingga

kesemuanya menjadi asin, diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih

tinggi dari lautan, sehingga walaupun air sungai yang jumlahnya tidak

sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia tidak dapat mengubah

keasinannya. Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai

karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah,

sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah

(pemisah) yang diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia

membiarkan kedua lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya

kemudian bertemu. Antara keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing

tidak saling menghendaki (bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).11

Islam memiliki sistem keyakinan yang cukup jelas bahwa Allah swt

telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan daya dukung bagi

kehidupan. Fakta spiritual menunjukkan bahwa Allah swt telah memberikan

fasilitas daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu,

secara teologis berpeluang dinyatakan bahwa ekoteologi Islam meyakini

pelestarian lingkungan istilahasuk bagian integral dari sistem keberimanan

seseorang. Hal ini didasarkan pada dua pendekatan yakni pendekatan

ekologis dan pendekatan teologis Islam. Secara ekologis, pelestarian

lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat ditawar oleh

siapa pun dan kapan pun bagi keberlangsungan kehidupan. Oleh karena itu,

pelestarian lingkungan mutlak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan

secara ekoteologis Islam, Allah swt secara definitif menyatakan secara

eksplisit akan kepedulian-Nya terhadap pelestarian lingkungan.12 Hal ini

antara lain diungkapkan dalam Al-Qur'an surat Luqman ayat 20:

1. Surat Luqman ayat 20

11M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.

370. 12Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur'an. (Disertasi:

Pascasarjana (Jakarta: PPs, S.3, IAIN Syarif Hidayatullah, 2006), hlm. 209.

Page 56: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

46

ألم تروا أن الله سخر لكم ما في السماوات وما في الأرض ي اللهل فادجن ياس مالن نمة وناطبة ورظاه همنع كمليغ عبأسو

)٢٠: لقمان(بغير علم ولا هدى ولا كتاب منري Tidakkah kau cermati bahwa Allah telah menjadikan sumberdaya

alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi

kebidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada

sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara

sembrono. Yakni mempertanyakan tanpa alasan ilmiah, landasan

etik dan referensi memadai (QS. Luqman: 20).

Pesan inti ayat ini terdapat pada kalimat yang artinya: "Tidakkah kau

cermati bahwa Allah swt telah menjadikan sumber daya alam dan

lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia secara

optimum".

Makna fungsional ekologis dari ungkapan ini dapat dinyatakan

bahwa ungkapan oratorik yang digunakan dalam ayat tersebut mengandung

arti keharusan yang lebih serius untuk dilakukan dibandingkan dengan

ungkapan perintah biasa. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan menuntut

perhatian serius dari manusia dan harus dilakukan. Dengan demikian, perlu

dirumuskan bahwa pelestarian lingkungan istilahasuk dalam sistem

keberimanan masyarakat beragama. Dalam pengertian bahwa sumber daya

alam dan lingkungan diciptakan oleh Allah sebagai daya dukung bagi

kehidupan secara optimum. Agar optimasi daya dukung lingkungan dapat

dipertahankan maka harus dilestarikan oleh manusia.13

2. Surat al-Jatsiyah ayat 13:

وات وما في الأرض جميعا منه إن في وسخر لكم ما في السما )١٣: اجلاثية(ذلك لآيات لقوم يتفكرون

13Ibid., hlm. 210.

Page 57: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

47

Dan Allah telah menjadikan sumberdaya alam dan lingkungan

sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Yang

demikian ha-nya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya

nalar memadai (QS. Al-Jatsiyah: 13)

Pokok pikiran ayat ini terdapat pada kalimat yang artinya: "...yang

demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar

memadai. Dalam perspektif ekoteologi Islam, yang dimaksud dengan orang-

orang yang memiliki daya nalar memadai dalam ayat ini adalah orang-orang

yang memiliki kesadaran lingkungan dan kearifan lingkungan serta

memiliki kepedulian lingkungan cukup tinggi. Selanjutnya, kesadaran,

kearifan dan kepedulian lingkungan tersebut dikristalisasikan dalam tindak

pelestarian lingkungan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa

pelestarian lingkungan sebagai kristalisasi dari kesadaran, kearifan dan

kepedulian lingkungan menjadi bagian integral dari keberimanan

masyarakat beragama Islam. Teologi pelestarian lingkungan dapat

dijabarkan dalam berbagai bentuk mulai dari perumusan supra struktur

ekologis, struktur ekologis maupun infra struktur yang berwawasan

lingkungan. Perumusan supra struktur ekologis antara lain dapat diciptakan

sistem teologi pelestarian lingkungan. Sedangkan penciptaan struktur

ekologis antara lain dapat dibuat rumusan tatanan hukum, pranata sosial,

lembaga sosial yang berwawasan lingkungan.

Adapun penjabaran infra struktur ekologis dapat dilakukan dengan

menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kondusif bagi pelestarian

lingkungan. Singkatnya, teologi pelestarian lingkungan merupakan teologi

reflektif bukan teologi verbalistis.

Berdasarkan pendalaman dan pengembangan makna fungsional

ekologis dari dua ayat Al-Qur'an tersebut di atas dapat diambil natijah

bahwa berdasarkan pendekatan rasional ekologis dan spiritual religius Islam

pengembangan kesadaran, kearifan dan kepedulian lingkungan menjadi

keniscayaan yang tidak dapat ditawar sedikitpun. Sebab, secara rasional

ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis, the

objective of environment Hal ini karena manusia merupakan makhluk

Page 58: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

48

lingkungan. Antara manusia dengan lingkungan memiliki keterhubungan

mutual simbiosis cukup kuat Manusia membutuhkan lingkungan sebagai

tempat melangsungkan kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia

tidak dapat hidup di luar lingkungan. Sebab, lingkungan telah menyediakan

fasilitas kehidupan bagi manusia berupa daya dukung lingkungan secara

optimum. Di sisi lain, lingkungan juga membutuhkan manusia. Sebab,

manusia merupakan makhluk yang paling berpeluang menjadi makhluk

yang bertanggungjawab dalam tindak pelestarian lingkungan. Dengan

ungkapan lain, manusia sebagai subyek pengelola lingkungan mampu

membuat perencanaan, mampu melaksanakan dan mampu mengawasi

tindak pelestarian lingkungan baik yang dilakukan oleh manusia sendiri

ataupun yang dilakukan oleh komponen lain.

Dengan demikian, pelestarian lingkungan memerlukan partisipasi

aktif dari manusia. Inilah relevansinya dinyatakan bahwa antara manusia

dengan lingkungan memiliki keterhubungan mutual simbiosis cukup kuat.

Yang dimaksud dengan pelestarian/kelestarian alam adalah upaya

melestarikan kemampuannya sehingga selalu serasi dan seimbang. Dengan

demikian, pelaksanaan tugas kekhalifahan (pembangunan) tidak boleh

mengakibatkan terganggunya keserasian dan keseimbangan yang menjadi

ciri alam raya sejak diciptakannya. Apabila dalam proses melaksanakan

tugas kekhalifahan (pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik,

maka segera harus dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling tidak

mengurangi sedapat mungkin dampak-dampak negatif itu. Inilah yang

diistilahkan oleh Al-Quran dengan ishlah (perbaikan).14

14M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.

377.

Page 59: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

49

C. Tafsir terhadap Pelestarian Lingkungan dalam Surat Ar-Rum Ayat 41

1. Surat Ar-Rum Ayat 41,

ضعم بيقهذياس لي الندأي تبا كسر بمحالبو ري البف ادالفس رظه )٤١: الروم(الذي عملوا لعلهم يرجعون

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (QS. Ar-

Rum: 41).15

Ditinjau dari asbab al-nuzul surat Ar-Rum ayat 41, maka Tafsir Ibnu

Katsir menjelaskan bahwa surat Ar-Rum ayat 41 itu menjadi petunjuk

bahwa berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan adalah karena

banyak perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya. Abul

Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah

di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya

kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan.16

Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, dalam Tafsîr al-Marâgî memberi

komentar terhadap surat Ar-Rum ayat 41, bahwa ayat itu menjadi isyarat

bahwa telah muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai akibat dari

peperangan dan penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-pesawat terbang,

kapal-kapal perang dan kapal-kapal selam. Hal itu tiada lain karena akibat

dari apa yang dilakukan oleh umat manusia berupa kezaliman, banyaknya

lenyapnya perasaan dari pengawasan Yang Maha Pencipta. Mereka

melupakan sama sekali akan hari hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari

kalangan sehingga menimbulkan berbagai macam kerusakan di muka bumi.

Karena tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari dalam diri mereka, dan

agama tidak dapat berfungsi lagi untuk mengekang kebinalan hawa

15R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 645. 16Ismâ'îl ibn Kasîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, juz 3, (Beirut:

Dâr al-Ma’rifah, 1978), hlm. 1438.

Page 60: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

50

nafsunya serta mencegah keliarannya. Akhirnya Allah SWT. merasakan

kepada mereka balasan dari sebagian apa yang telah mereka kerjakan berupa

kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan lalu yang berdosa. Barangkali mereka

mau kembali dari kesesatannya lalu bertaubat dan kembali kepada jalan

petunjuk. Mereka kembali ingat bahwa setelah kehidupan ini ada hari yang

pada hari itu semua manusia akan menjalani penghisaban amal

perbuatannya. Maka apabila ternyata perbuatannya buruk, maka

pembalasannya pun buruk pula. Sehingga keadilan menaungi masyarakat

semuanya, orang kuat merasa kasih sayang kepada orang yang lemah, dan

adalah manusia mempunyai hak yang sama di dalam menggunakan fasilitas-

fasilitas yang bersifat umum dan masyarakat semuanya bekerja dengan

kemampuan yang seoptimal mungkin.17

Sesudah Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan sebagai

akibat dari perbuatan tangan manusia sendiri, lalu Dia memberikan petunjuk

kepada mereka, bahwa orang-orang sebelum mereka pernah melakukan hal

yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka. Akhirnya mereka

tertimpa azab dari sisi-Nya, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat

orang-orang yang sesudah mereka dan sebagai perumpamaan-perumpamaan

bagi generasi selanjutnya.18

Terhadap keterangan dua ahli tafsir tersebut, Hamka dalam tafsirnya

menjelaskan bahwa kadang-kadang istilahenung kagum kita memikirkan

ayat ini. Sebab dia dapat saja ditafsirkan sesuai dengan perkembangan

zaman sekarang ini. Ahli-ahli fikir yang memikirkan apa yang akan terjadi

kelak, ilmu yang diberi nama "Futurologi", yang berarti pengetahuan

tentang yang akan kejadian karena memperhitungkan perkembangan yang

sekarang. Misalnya tentang kerusakan yang terjadi di darat karena bekas

buatan manusia ialah apa yang mereka namai polusi, yang berarti

pengotoran udara, akibat asap dari zat-zat pembakar, minyak tanah, bensin,

17Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi

Al-Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 101 18Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi

Al-Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 102

Page 61: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

51

solar dan sebagainya. Bagaimana bahaya dari asap pabrik-pabrik yang

besar-besar bersama dengan asap mobil dan kendaraan bermotor yang jadi

kendaraan orang ke mana-mana. Udara yang telah kotor itu dihisap tiap saat,

sehingga paru-paru manusia penuh dengan kotoran.

Kemudian diperhitungkan orang pula kerusakan yang timbul di

lautan. Air laut yang rusak karena kapal tangki yang besar-besar membawa

minyak tanah atau bensin pecah di laut. Demikian pula air dari pabrik-

pabrik kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan, kian lama

kian banyak. Hingga air laut penuh racun dan ikan-ikan jadi mati. Pernah

sungai Seine di Eropa menghempaskan bangkai seluruh ikan yang hidup

dalam air itu, terdampar ke tepi sungai jadi membusuk, tidak bisa dimakan.

Demikian pula pernah beratus ribu, berjuta ikan mati terdampar ke tepi

pantai Selat Teberau di antara Ujung Semenanjung Tanah Melayu dan pulau

Singapura. Besar kemungkinan bahwa ikan-ikan itu keracunan.19.

Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut, maka menurut

penulis, timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup adalah sebagai

akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab

sebagai khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan dengan baik.

Padahal manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-

makhluk lain tidak memilikinya.

Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan

dengan kemajuan tersebut, perkembangan persenjataan dan alat perusak

lingkungan maju pula. Banyak contoh yang dapat dilihat dari kerusakan

lingkungan yang diakibatkan ulah manusia. Misalnya banyak pohon atau

hutan ditebang dan dibakar tanpa ada usaha untuk menanamnya kembali.

Bukit dan gunung digali untuk menimbun daratan rendah yang akan

dijadikan pemukiman. Akibatnya banyak musibah terjadi seperti gangguan

asap, banjir, tanah longsor, dan sebagainya terjadi di mana-mana.

19Hamka, Tafsir Al Azhar, Jilid 21, (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1999), hlm. 95-

96.

Page 62: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

52

Kemudian binatang yang hidup di sungai ditangkap bukan dengan

cara yang baik. Tetapi karena keserakahan mereka menangkapnya dengan

racun atau dengan dinamit. Terumbu-terumbu karang dirusak pula.

Lingkungan bertambah parah dengan banyaknya kendaraan

bermotor dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara (polusi).

Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia dan

kehidupan sekelilingnya.

Limbah-limbah pabrik seringkali dibuang seenaknya ke sungai yang

akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang

membawa minyak sering mengalami kebocoran, sehingga minyaknya

tumpah ke laut. Akibatnya air sungai dan laut beracun yang menyebabkan

mati atau tercemarnya ikan dengan zat beracun, dan yang lebih dahsyat

adalah kerusakan lingkungan akibat perang.

Semua kerusakan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan

akibat dari keserakahan manusia, sehingga mengeksploitasi alam

lingkungannya habis-habisan. Oleh karena itu sejak awal Allah

memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia tersebut.

Demikianlah tuntunan Allah bagaimana seharusnya sikap manusia

terhadap lingkungan hidup dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada

taranya bagi orang yang senantiasa memelihara dan melestarikan

lingkungan hidup serta tidak membuat kerusakan.

Jika semua manusia bersikap terhadap lingkungan hidup sesuai

tuntunan Allah dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan ditimpa

malapetaka akibat ulahnya sendiri.

2. Surat al-Baqarah ayat 205:

وإذا تولى سعى في األرض ليفسد فيها ويهلك الحرث والنسل ادالفس بحال ي الله٢٠٥: البقرة(و(

Page 63: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

53

Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan

kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak,

dan Allah tidak menyukai kebinasaan (QS. Al-Baqarah: 205).20

3. Surat al-A'raf Ayat 56,

وال تفسدوا في األرض بعد إصالحها وادعوه خوفا وطمعا إن سننيحالم نم قريب الله تمح٥٦: األعراف(ر(

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan

harapan . Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang

yang berbuat baik (QS. Al-A'raf: 56).21

4. Surat al-Rahman Ayat 19-20,

جرم انيقلتن ييرح١٩{الب { انيغبلا ي خزرا بمهنيالرمحن(ب :٢٠-١٩(

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian

bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-

masing (QS. Al-Rahman: 19-20).22

5. Surat al-Jatsiyah Ayat 13,

وسخر لكم ما في السماوات وما في الأرض جميعا منه إن في )١٣: اجلاثية(ذلك لآيات لقوم يتفكرون

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang

di bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Al-

Jatsiyah: 13)23

6. Surat Ibrahim Ayat 34,

20R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 73. 21R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 222. 22R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 889. 23 R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 817.

Page 64: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

54

وآتاكم من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمت الله ال تحصوها إن )٣٤: إبراهيم(ظلوم كفار اإلنسان ل

Dan Dia telah memberikan kepadamu dan segala apa yang kamu

mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah,

tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu,

sangat zalim dan sangat mengingkari (QS. Ibrahim: 34).24

7. Surat Al-Hijr Ayat 85:

وما خلقنا السماوات واألرض وما بينهما إال بالحق وإن الساعة )٨٥: احلجر(آلتية فاصفح الصفح الجميل

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di

antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat itu

pasti akan datang, maka maafkanlah dengan cara yang baik" (QS. Al-

Hijr: 85).25

Disepakati oleh para pakar lingkungan bahwa tujuan pengelolaan

Lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia

dengan lingkungan hidup. Keselarasan dalam ajaran Islam mencakup empat

sisi, yaitu (a) keselarasan dengan Tuhan, (b) keselarasan dengan masyarakat,

(c) keselarasan dengan lingkungan alam, dan (d) keselarasan dengan diri

sendiri.

Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan Allah dalam

bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia. Allah yang

menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak melihat

pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.

Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak

seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan

24R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 384. 25R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 395.

Page 65: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

55

kembali kepadamu tanpa menemukan satu cacat pun, dan penglihatanmu itu

pun dalam keadaan payah (QS Al-Mulk [67]: 3-4).

Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang

keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem

sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada

beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi

pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan

tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)

air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian

luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt. Menciptakan juga sungai dengan

airyang segar tawar. Agar kedua air tersebut tidak bercampur sehingga

kesemuanya menjadi asin, diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih

tinggi dari lautan, sehingga walaupun air sungai yang jumlahnya tidak

sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia tidak dapat mengubah

keasinannya. Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai

karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah,

sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah

(pemisah) yang diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia

membiarkan kedua lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya

kemudian bertemu. Antara keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing

tidak saling menghendaki (bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).

Apabila menyikapi dan mencermati masing-masing surat-surat dan

ayat maka setiap surat dan ayat memiliki hubungan yang saling melengkapi,

memperjelas dan mendukung bahwa pelestarian lingkungan hidup

merupakan bagian yang dianjurkan al-Qur'an.

Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan Allah dalam

bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia. Allah yang

menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak melihat

pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.

Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak

Page 66: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

56

seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan

kembali kepadamu tanpa menemukan satu cacat pun, dan penglihatanmu itu

pun dalam keadaan payah (QS Al-Mulk (67): 3-4).

Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang

keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem

sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada

beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi

pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan

tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)

air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian

luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt. Menciptakan juga sungai dengan

airyang segar tawar. Agar kedua air tersebut tidak bercampur sehingga

kesemuanya menjadi asin, diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih

tinggi dari lautan, sehingga walaupun air sungai yang jumlahnya tidak

sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia tidak dapat mengubah

keasinannya. Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai

karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah,

sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah

(pemisah) yang diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia

membiarkan kedua lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya

kemudian bertemu. Antara keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing

tidak saling menghendaki (bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).

Pelestarian dimaksud bukan berarti kelanggengannya dalam keadaan

statis (tidak berubah), karena yang demikian itu tidak sejalan dengan

pengangkatan manusia sebagai khalifah. Yang dimaksud dengan

pelestarian/kelestarian alam adalah upaya melestarikan kemampuannya

sehingga selalu serasi dan seimbang. Dengan demikian, pelaksanaan tugas

kekhalifahan (pembangunan) tidak boleh mengakibatkan terganggunya

keserasian dan keseimbangan yang menjadi ciri alam raya sejak

diciptakannya. Apabila dalam proses melaksanakan tugas kekhalifahan

Page 67: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

57

(pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik, maka segera harus

dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi sedapat

mungkin dampak-dampak negatif itu. Inilah yang diistilahkan oleh Al-

Quran dengan ishlah (perbaikan).

Page 68: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

58

BAB IV

ANALISIS RELEVANSI KANDUNGAN AL-QUR'AN SURAT AR-RUM

AYAT 41 DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN PADA MAPEL

BIOLOGI MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. Analisis Kandungan al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 tentang

PELESTARIAN LINGKUNGAN

Pelestarian berarti membuat jadi atau menjadikan sesuatu lestari, tetap

selama-lamanya, kekal dan tidak berubah. Dengan ungkapan lain, pelestarian

merupakan upaya mengabadikan, memelihara dan melindungi sesuatu dari

perubahan. Sedangkan secara fungsional ekologis kelompok kata pelestarian

lingkungan dimaksudkan sebagai istilah yang memiliki arti spesifik yakni

pelestarian terhadap daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara

terlanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang diupayakan dalam

pembangunan.

Secara faktual yang dilestarikan bukan lingkungan itu sendiri

melainkan daya dukung lingkungan. Karena lingkungan sendiri adalah bersifat

dinamis selalu berubah bahkan terlalu kecil peluang melestarikannya.

Perubahan lingkungan bisa jadi bersifat alami, natural, atau akibat ulah

manusia. Perubahan lingkungan yang bersifat alami adalah perubahan melalui

proses geologis, vulkanologis dan sebagainya. Sedangkan proses perubahan

lingkungan yang anthropogenic adalah perubahan lingkungan yang terjadi

karena intervensi manusia terhadap lingkungan baik yang direncanakan

ataupun yang tidak direncanakan. Perubahan yang direncanakan lazim dikenal

dengan istilah pembangunan. Dengan demikian, pembangunan hakikatnya

adalah perubahan lingkungan yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan

untuk mengurangi risiko lingkungan dan memperbesar manfaat lingkungan.

Pembangunan bisa jadi berupa pengelolaan tata guna lingkungan, bahkan

dapat pula berupa pengubahan tata guna lingkungan, misalnya: pengubahan

Page 69: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

59

hutan menjadi lahan pertanian, pengubahan lahan pertanian menjadi daerah

industri atau pemukiman dan lain sebagainya. Dengan demikian,

dilaksanakannya pengelolaan atau pengubahan lingkungan yang merupakan

keniscayaan, tidak lain hanyalah dalam kerangka untuk melestarikan daya

dukung lingkungan bagi kehidupan.

Islam memberikan panduan yang cukup jelas bahwa sumber daya alam

dan lingkungan merupakan daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia.

Sebab fakta spiritual menunjukkan bahwa Allah swt telah memberikan

fasilitas daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu,

dalam perspektif al-Qur'an status hukum pelestarian lingkungan hukumnya

adalah wajib. Hal ini didasarkan pada dua pendekatan yakni pendekatan

ekologis dan pendekatan spiritual fiqhiyah Islamiyah. Secara ekologis

pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat

ditawar oleh siapapun dan kapanpun. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan

tidak boleh tidak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan secara spiritual

fiqhiyah Islamiyah Allah swt., ternyata memiliki kepedulian ekologis yang

paripurna. Hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam ayat-ayat al-Qur'an antara

lain:

a. Al-Qur'an surat Luqman ayat 20:

ألم تروا أن الله سخر لكم ما في السماوات وما في الأرض وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة ومن الناس من يجادل في الله بغير علم ولا

)٢٠: لقمان(هدى ولا كتاب منري "Tidakkah kamu cermati bahwa Allah telah menjadikan sumber daya

alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi

kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada

sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara

sembrono yakni tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi

memadai" (QS. Luqman: 20)

Ide dasar ayat ini terdapat pada kalimat:

Page 70: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

60

ألم تروا أن الله سخر لكم ما في السماوات وما في الأرض وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة

Tidakkah kau cermati bahwa Allah Swt telah menjadikan sumber

daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi

kehidupan manusia secara optimum. Oleh karena itu, pelestarian daya

dukung lingkungan menuntut perhatian serius dari umat manusia dan

wajib dilaksanakan.

b. Al-Qur'an surat al-Jatsiyah ayat 13:

ي الأرا فمو اتاومي السا فلكم م رخسو كي ذلإن ف هنيعا ممض ج )١٣: اجلاثية( لآيات لقوم يتفكرون

Dan (Allah) telah menjadikan semua sumber daya alam dan

lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bag! kehidupan

manusia. Yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang

memiliki perhatian serius pada lingkungan (QS. al-Jatsiyah: 13)

Ide dasar ayat ini terdapat pada kalimat:

ن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون

"...yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki

kepedulian lingkungan". Implementasi dari ungkapan ini adalah dapat

dikatakan bahwa pengembangan kesadaran peduli lingkungan wajib

dilakukan agar pelestarian daya dukung lingkungan dapat dilakukan oleh

manusia.

Berdasarkan pengembangan dan pendalaman makna dua ayat al-

Qur'an tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia sebagai

spesies berdimensi rasional ekologis dan spiritual religius wajib hukumnya

mengembangkan kesadaran pelestarian lingkungan. Sebab, secara rasional

ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak

dapat ditawar lagi. Hal ini karena manusia merupakan makhluk lingkungan.

Antara manusia dan lingkungan memiliki keterhubungan mutual simbiosis

Page 71: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

61

cukup kuat. Manusia membutuhkan lingkungan dan lingkungan

membutuhkan manusia. Lingkungan dibutuhkan oleh manusia sebagai ruang

kehidupan, manusia tidak dapat hidup di luar lingkungan. Sebab, secara

faktual lingkungan menyediakan fasilitas kehidupan bagi manusia yakni

berupa daya dukung sumber daya alam dan lingkungan secara memadai. Di

sisi lain, manusia sebagai makhluk rasional mampu mengelola lingkungan

secara bertanggung jawab. Dengan ungkapan lain, manusia sebagai subyek

pengelola lingkungan mampu membuat perencanaan, mampu melakukan

dan mengawasi tindak pelestarian lingkungan secara lestari yang

dilakukannya sendiri. Pengelolaan lingkungan secara lestari yang dilakukan

oleh manusia akan mempertinggi kualitas kelestarian lingkungan. Dengan

demikian, kelestarian lingkungan memerlukan partisipasi positif manusia.

Inilah relevansinya dinyatakan bahwa manusia dengan lingkungan memiliki

keterhubungan mutual simbiosis yang cukup kuat.

Secara implementatif, pelestarian lingkungan dapat dilakukan

melalui tiga ranah kegiatan yakni ranah perlindungan terhadap sistem

penyangga kehidupan, pemeliharaan terhadap keanekaragaman hayati dan

pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara lestari. Ketiga ranah

kegiatan tersebut akan dijabarkan rincian dan status hukumnya berikut ini.

Pertama, Perlindungan keseimbangan ekosistem. Ranah

perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan hakikatnya adalah

perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem. Yang dimaksud dengan

keseimbangan ekosistem adalah kondisi dinamis suatu ekosistem yang

didukung oleh fungsi ekologis masing-masing komponennya secara wajar

sehingga memiliki daya dukung lingkungan yang optimum. Misalnya, suatu

ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, materi dan informasi jika

masing-masing komponen tersebut berfungsi secara wajar maka akan terjadi

keseimbangan ekosistem. Sebaliknya, jika masing-masing komponen

tersebut berfungsi secara tidak wajar maka akan terjadi kerawanan

ekosistem. Sebab, berkurang atau berlebihnya fungsi ekologis komponen-

komponen dalam ekosistem dapat memperendah dan memperlemah daya

Page 72: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

62

dukung lingkungan bagi kehidupan. Oleh karena itu, melindungi

keseimbangan ekosistem berarti melindungi optimasi daya dukung

lingkungan bagi kehidupan. Sebaliknya, merusak keseimbangan ekosistem

berarti merusak optimasi daya dukung lingkungan bagi kehidupan. Dengan

demikian, dapat dinyatakan bahwa keseluruhan upaya perlindungan

terhadap sistem penyangga kehidupan berpeluang menempati status hukum

wajib.

Artinya, perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem karena

merupakan keniscayaan ekologis maka tidak boleh tidak harus dilakukan

oleh manusia. Jika perlindungan keseimbangan ekosistem dilakukan dengan

baik maka memberi barakah ekologis bagi manusia, pahala ekologis.

Sebaliknya, jika manusia tidak melindungi terhadap keseimbangan

ekosistem maka laknat ekologis akan menimpanya, dosa ekologis.

Selebihnya, perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem juga akan

diminta pertanggungjawabannya secara spiritual kelak di akhirat. Surga loka

adalah tempat bersemayamnya para pelindung keseimbangan ekosistem dan

neraka adalah tempat terkaparnya perusak keseimbangan ekosistem.

Penempatan status hukum wajib bagi perlindungan terhadap sistem

penyangga kehidupan memiliki multiarti. Maksudnya, selain berpahala bagi

yang melakukannya, juga merupakan upaya yang memang tidak boleh tidak

harus dilakukan dalam kehidupan. Dengan ungkapan lain, melindungi

penyangga kehidupan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat

ditawar. Sebaliknya, merusak atau tidak melindungi penyangga kehidupan

selain berarti berdosa bagi yang melakukannya, juga merupakan upaya yang

memang tidak boleh ada dalam kehidupan. Sebab, dalam perspektif

ekologis, upaya perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem didasarkan

pada suatu fakta bahwa kehidupan merupakan suatu sistem yang terdiri dari

berbagai komponen. Semua komponen ekosistem berproses dengan

interdependensi dan interkorelasi yang kuat antara satu komponen dengan

komponen lain.

Page 73: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

63

Adapun dalil yang dijadikan landasan hukum pewajiban

perlindungan terhadap penyangga kehidupan, keseimbangan ekosistem,

antara lain:

a. Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 32:

اسل النا قتمض فكأني األرف ادفس فس أور نيفسا بغل نن قتم )٣٢: املائدة(جميعا

"Barangsiapa yang membunuh spesies, bukan karena alasan hukum,

sama halnya dengan membunuh seluruh spesies" (QS. Al-Maidah:

32).

Kata kunci ayat ini adalah pada kalimat:

من قتل نفسا بغير نفس أو فساد في األرض فكأنما قتل الناس جميعا

Membunuh spesies tanpa alasan yuridis sama halnya dengan

membunuh seluruh spesies. Dengan ungkapan lain menghilangkan salah

satu komponen ekosistem sama halnya merusak keseimbangan ekosistem.

Dengan demikian, implikasi yuridis ayat ini adalah bahwa manusia wajib

menjaga kelestarian seluruh spesies dalam ekosistem. Sebab setiap spesies

memiliki unsur ekologis yang tidak dapat digantikan oleh spesies lainnya.

Dengan demikian, melindungi kelestarian ekosistem adalah wajib

hukumnya.

Kaitan ayat tersebut bahwa setiap orang yang merusak apalagi

membunuh komponen yang terdapat dalam lingkungan hidup maka berarti

merusak dan membunuh seluruh komponen yang terkait dengan

lingkungan hidup.

b. Al-Qur'an surat al-Isra' ayat 84:

قل كل يعمل على شاكلته فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيال )٨٤: اإلسراء(

"Katakanlah bahwa semua komponen ekosistem memiliki peran dan

fungsi ekologis masing-masing" (QS. al-Isra': 84) .

Page 74: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

64

c. Al-Qur'an surat al-Qamar ayat 49:

)٤٩: القمر(إنا كل شيء خلقناه بقدر

"Seluruh spesies telah ditetapkan fungsi ekologis masing-masing".

Ayat tersebut mengisyaratkan adanya hubungan saling

mempengaruhi, melengkapi dan menunjang keseimbangan ekosistem

d. Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 26:

ينا الذا فأمقها فوة فموضعا بثال مم ربضيي أن يحتسال ي إن اللهم قالح هون أنلمعوا فيناذا آمقولون موا فيكفر ينا الذأمو همبن ر

أراد الله بهـذا مثال يضل به كثريا ويهدي به كثريا وما يضل به إال نيق٢٦: البقرة(الفاس(

"Sungguh Allah tidak segan membuat peran dan fungsi ekologis

walau sekecil organisme dalam ekosistem. Hal ini diyakini oleh

orang-orang yang beriman yakni orang-orang yang memiliki

kearifan lingkungan. Sebaliknya, hal ini ditolak oleh orang-orang

kafir yakni orang yang tidak memiliki kearifan lingkungan, mereka

mempertanyakan peran dan fungsi ekologis organisme dalam

ekosistem, mereka itulah pembalak lingkungan" (QS. al-Baqarah:

26).

Kedua, Pelestarian Keanekaragaman Hayati Allah Swt.,

menciptakan alam binatang dan alam tumbuh-tumbuhan, flora dan Fauna

dengan beraneka ragamnya. Keanekaragaman flora dan fauna demikian, kini

dikenal dengan istilah keanekaragaman hayati. Kriteria penentuan tingginya

nilai keanekaragaman hayati dari flora dan fauna adalah tingkat kelangkaan

dan keunikannya. Semakin tinggi tingkat kelangkaan dan keunikannya,

semakin tinggi pula peringkat kualitas keanekaragamannya.

Keanekaragaman hayati merupakan anugerah dan kekayaan agung yang

perlu dan harus dilestarikan. Karena salah satu pilar pelestarian lingkungan

adalah pelestarian terhadap keanekaragaman hayati.

Page 75: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

65

Dalam perspektif al-Qur'an, pelestarian keanekaragaman hayati

adalah wajib hukumnya. Sebab keanekaragaman hayati merupakan satu

unsur penting dari lingkungan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata

lain, pelestarian lingkungan selain difokuskan pada pelestarian ekosistem

juga pada keanekaragaman hayati. Hal mi disebabkan oleh dua (dua) hal:

Pertama, keanekaragaman hayati adalah karunia Allah. Hal ini

didasarkan pada firman Allah swt dalam al-Qur'an:

a. Surat al-Rahman: 11-13:.

والحب ذو العصف } ١١{فيها فاكهة والنخل ذات الأكمام )١٣-١١: الرمحن(فبأي آلاء ربكما تكذبان } ١٢{والريحان

"Disana terdapat keanekaragaman hayati yang tak terbantahkan

manfaatnya"

b. Surat al-Waqi'ah: 28-33:

ودضخر مدي س٢٨{ف { ودنضطلح مو}٢٩ { وددمل مظولا مقطوعة } ٣٢{وفاكهة كثرية } ٣١{وماء مسكوب } ٣٠{

ةوعنملا م٣٣-٢٨: الواقعة(و( "Mereka berada di lingkungan yang berdaya dukung optimum.

Keanekaragaman flora yang tak terhingga nilainya"

Dari dua ayat di atas dapat dinyatakan bahwa keanekaragaman

hayati merupakan nikmat karunia agung yang wajib dilestarikan. Kedua,

pelestarian keanekaragaman hayati adalah wajib. Hal ini didasarkan pada

ayat hukum lingkungan antara lain:

a. Surat al-An'am ayat 41:

بل إياه تدعون فيكشف ما تدعون إليه إن شاء وتنسون ما تشركون )٤١: األنعام(

"Dialah Allah yang menciptakan keanekaragaman flora sebagai sumber

energi bagimu. Manfaatkan secara wajar jangan dieksplorasi secara

berlebihan. Tuhan sendiri tak suka berlebihan" (QS. al-An'am: 41).

Page 76: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

66

b. Surat al-Fatir ayat 27:

ألم تر أن الله أنزل من السماء ماء فأخرجنا به ثمرات مختلفا ألوانها هانألو فلتخم رمحو بيض ددال جالجب نمو ودس ابيبغرفاطر(ا و :

٢٧( "Ketahuilah Allah menurunkan hujan kemudian menumbuhkan

keanekaragaman hayati dengan menciptakan keindahan alam. Flora dan

fauna adalah keanekaragaman hayati. Hal ini hanya diketahui oleh orang

yang peduli lingkungan" (QS. al-Fatir: 27).

c. Surat al-Maidah ayat 32:

اسل النا قتمض فكأني األرف ادفس فس أور نيفسا بغل نن قتم )٣٢: املائدة(جميعا

"Barang siapa merusak apalagi memusnahkan keanekaragaman hayati,

hakikatnya ia merusak dan memusnahkan seluruh kehidupan. Sebaliknya,

barangsiapa melestarikan keanekaragaman hayati hakikatnya la

melestarikan lingkungan" (QS. al-Maidah: 32).

Berdasarkan tiga ayat di atas dapat dinyatakan bahwa pelestarian

keanekaragaman hayati adalah wajib hukumnya. Artinya, menjadi

keharusan ekologis yang wajib diindahkan oleh semua pihak untuk

melestarikan keanekaragaman hayati. Sebab, flora dan fauna yang langka

dan unik merupakan kekayaan lingkungan yang sangat mahal harga

ekologisnya. Dalam hal ini haram hukumnya merusak dan memusnahkan

hewan dan tumbuh-tumbuhan langka dan unik seperti badak bercula, orang

hutan, burung kepodang, bunga raflesia, taman laut dan biotanya. Selain

dapat dikenai sanksi pidana lingkungan, juga dapat dikenai hukuman

qishash yang diperluas bagi pelakunya.

Page 77: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

67

B. Relevansi Kandungan al-Qur'an Surat ar-Rum Ayat 41 dengan

Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi Materi Pokok Pencemaran

Lingkungan

Surat Ar-Rum Ayat 41,

ضعم بيقهذياس لي الندأي تبا كسر بمحالبو ري البف ادالفس رظه )٤١: الروم(الذي عملوا لعلهم يرجعون

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (QS. Ar-

Rum: 41).1

Ditinjau dari asbab al-nuzul surat Ar-Rum ayat 41, maka Tafsir Ibnu

Katsir menjelaskan bahwa surat Ar-Rum ayat 41 itu menjadi petunjuk

bahwa berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan adalah karena

banyak perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya. Abul

Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah

di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya

kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan.2

Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, dalam Tafsîr al-Marâgî memberi

komentar terhadap surat Ar-Rum ayat 41, bahwa ayat itu menjadi isyarat

bahwa telah muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai akibat dari

peperangan dan penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-pesawat terbang,

kapal-kapal perang dan kapal-kapal selam. Hal itu tiada lain karena akibat

dari apa yang dilakukan oleh umat manusia berupa kezaliman, banyaknya

lenyapnya perasaan dari pengawasan Yang Maha Pencipta. Mereka

melupakan sama sekali akan hari hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari

kalangan sehingga menimbulkan berbagai macam kerusakan di muka bumi.

Karena tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari dalam diri mereka, dan

1R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 645. 2Ismâ'îl ibn Kasîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, juz 3, (Beirut:

Dâr al-Ma’rifah, 1978), hlm. 1438.

Page 78: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

68

agama tidak dapat berfungsi lagi untuk mengekang kebinalan hawa

nafsunya serta mencegah keliarannya. Akhirnya Allah SWT. merasakan

kepada mereka balasan dari sebagian apa yang telah mereka kerjakan berupa

kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan lalu yang berdosa. Barangkali mereka

mau kembali dari kesesatannya lalu bertaubat dan kembali kepada jalan

petunjuk. Mereka kembali ingat bahwa setelah kehidupan ini ada hari yang

pada hari itu semua manusia akan menjalani penghisaban amal

perbuatannya. Maka apabila ternyata perbuatannya buruk, maka

pembalasannya pun buruk pula. Sehingga keadilan menaungi masyarakat

semuanya, orang kuat merasa kasih sayang kepada orang yang lemah, dan

adalah manusia mempunyai hak yang sama di dalam menggunakan fasilitas-

fasilitas yang bersifat umum dan masyarakat semuanya bekerja dengan

kemampuan yang seoptimal mungkin.3

Sesudah Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan sebagai

akibat dari perbuatan tangan manusia sendiri, lalu Dia memberikan petunjuk

kepada mereka, bahwa orang-orang sebelum mereka pernah melakukan hal

yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka. Akhirnya mereka

tertimpa azab dari sisi-Nya, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat

orang-orang yang sesudah mereka dan sebagai perumpamaan-perumpamaan

bagi generasi selanjutnya.4

Terhadap keterangan dua ahli tafsir tersebut, Hamka dalam tafsirnya

menjelaskan bahwa kadang-kadang ia kagum memikirkan ayat ini. Sebab

ayat tersebut dapat saja ditafsirkan sesuai dengan perkembangan zaman

sekarang ini. Ahli-ahli fikir yang memikirkan apa yang akan terjadi kelak,

ilmu yang diberi nama "Futurologi", yang berarti pengetahuan tentang yang

akan kejadian karena memperhitungkan perkembangan yang sekarang.

Misalnya tentang kerusakan yang terjadi di darat karena bekas buatan

manusia ialah apa yang mereka namai polusi, yang berarti pengotoran udara,

3Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi Al-

Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 101 4Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi Al-

Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 102.

Page 79: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

69

akibat asap dari zat-zat pembakar, minyak tanah, bensin, solar dan

sebagainya. Bagaimana bahaya dari asap pabrik-pabrik yang besar-besar

bersama dengan asap mobil dan kendaraan bermotor yang jadi kendaraan

orang ke mana-mana. Udara yang telah kotor itu dihisap tiap saat, sehingga

paru-paru manusia penuh dengan kotoran.

Apabila dipikirkan dan direnungi kerusakan yang timbul di lautan,

maka terlihat air laut yang rusak karena kapal tangki yang besar-besar

membawa minyak tanah atau bensin pecah di laut. Air dari pabrik-pabrik

kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan, makin banyak,

sehingga air laut penuh racun dan ikan-ikan jadi mati. Pernah sungai Seine

di Eropa menghempaskan bangkai seluruh ikan yang hidup dalam air itu,

terdampar ke tepi sungai sehingga membusuk, tidak bisa dimakan.

Demikian pula pernah beratus ribu, berjuta ikan mati terdampar ke tepi

pantai Selat Teberau di antara Ujung Semenanjung Tanah Melayu dan pulau

Singapura, besar kemungkinan bahwa ikan-ikan itu keracunan.5

Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut (Hamka, Ibnu

Kasir, al-Maraghi, maka dapat disimpulkan bahwa timbulnya kerusakan

alam atau lingkungan hidup adalah sebagai akibat perbuatan manusia.

Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi

banyak yang tidak melaksanakan dengan baik. Padahal manusia mempunyai

daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lain tidak

memilikinya.

Sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia

tersebut.

ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم )٤١: الروم(بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون

Telah nampak (nyata) kerusakan di darat dan di laut disebabkan

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

5Hamka, Tafsir Al Azhar, Jilid 21, (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1999), hlm. 95-

96.

Page 80: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

70

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang lurus). (QS. Ar-Rum: 41).

Demikianlah tuntunan Allah bagaimana seharusnya sikap manusia

terhadap lingkungan hidup dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada

taranya bagi orang yang senantiasa memelihara dan melestarikan

lingkungan hidup serta tidak membuat kerusakan.

Jika semua manusia bersikap terhadap lingkungan hidup sesuai

tuntunan Allah dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan ditimpa

malapetaka akibat ulahnya sendiri.

Surat al-Baqarah ayat 205:

وإذا تولى سعى في األرض ليفسد فيها ويهلك الحرث والنسل ادالفس بحال ي الله٢٠٥: البقرة(و(

Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan

kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak,

dan Allah tidak menyukai kebinasaan (QS. Al-Baqarah: 205).6

Surat al-A'raf Ayat 56,

وال تفسدوا في األرض بعد إصالحها وادعوه خوفا وطمعا إن نم قريب الله تمحر سننيح٥٦: األعراف(الم(

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan

harapan . Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang

yang berbuat baik (QS. Al-A'raf: 56).7

Surat al-Rahman Ayat 19-20,

انيقلتن ييرحالب جر١٩{م { انيغبلا ي خزرا بمهنيالرمحن(ب :٢٠-١٩(

6R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 73. 7R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 222.

Page 81: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

71

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian

bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-

masing (QS. Al-Rahman: 19-20).8

Surat al-Jatsiyah Ayat 13,

وسخر لكم ما في السماوات وما في الأرض جميعا منه إن في )١٣: اجلاثية(ذلك لآيات لقوم يتفكرون

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang

di bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Al-

Jatsiyah: 13)9

Surat Ibrahim Ayat 34,

تحصوها إن وآتاكم من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمت الله ال كفار ان لظلوم٣٤: إبراهيم(اإلنس(

Dan Dia telah memberikan kepadamu dan segala apa yang kamu

mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah,

tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu,

sangat zalim dan sangat mengingkari (QS. Ibrahim: 34).10

Surat Al-Hijr Ayat 85:

وما خلقنا السماوات واألرض وما بينهما إال بالحق وإن الساعة )٨٥: احلجر(آلتية فاصفح الصفح الجميل

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di

antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat itu

pasti akan datang, maka maafkanlah dengan cara yang baik" (QS. Al-

Hijr: 85).11

8R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 889. 9R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 817. 10R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 384. 11R..H.A. Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 395.

Page 82: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

72

Tujuan pengelolaan Lingkungan hidup adalah tercapainya

keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup.

Keselarasan dalam ajaran Islam mencakup empat sisi, yaitu (a) keselarasan

dengan Tuhan, (b) keselarasan dengan masyarakat, (c) keselarasan dengan

lingkungan alam, dan (d) keselarasan dengan diri sendiri.

Alam raya oleh Al-Qur'an dinyatakan sebagai diciptakan Allah

dalam bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia.

Allah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Manusia sekali-kali

tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak

seimbang. Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatan manusia

terhadap alam semesta ini tidak ditemukan satu cacat pun (QS Al-Mulk

(67): 3-4).

Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang

keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem

sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada

beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi

pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan

tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)

air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian

luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt menciptakan juga sungai agar air

tersebut tidak bercampur sehingga kesemuanya menjadi asin, diciptakannya

sungai dalam posisi yang lebih tinggi dari lautan, sehingga walaupun air

sungai yang jumlahnya tidak sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia

tidak dapat mengubah keasinannya.

Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai karena

pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah, sedangkan

sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah (pemisah) yang

diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia membiarkan kedua

lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya kemudian bertemu. Antara

Page 83: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

73

keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing tidak saling menghendaki

(bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).

Apabila menyikapi dan mencermati masing-masing surat-surat dan

ayat maka setiap surat dan ayat memiliki hubungan yang saling melengkapi,

memperjelas dan mendukung bahwa pelestarian lingkungan hidup

merupakan bagian yang dianjurkan al-Qur'an.

Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan Allah dalam

bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia. Allah yang

menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak melihat

pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.

Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak

seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan

kembali kepadamu tanpa menemukan satu cacat pun, dan penglihatanmu itu

pun dalam keadaan payah (QS Al-Mulk (67): 3-4).

Demikian satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang

keserasian alam semesta. Keserasian itulah yang menciptakan ekosistem

sehingga alam raya dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Keserasian dan keselarasan alam raya, antara lain, dapat dilihat pada

beberapa hakikat berikut. Manusia membutuhkan panas matahari, tetapi

pada saat yang sama panas tersebut mengakibatkan menguapnya air. Akan

tetapi, melalui pengaturan Ilahi (hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya)

air tersebut turun lagi dalam bentuk hujan. Di sisi lain, lautan sedemikian

luas, tetapi airnya terasa asin. Allah Swt. Menciptakan juga sungai dengan

air yang segar tawar. Agar kedua air tersebut tidak bercampur sehingga

kesemuanya menjadi asin, diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih

tinggi dari lautan, sehingga walaupun air sungai yang jumlahnya tidak

sebanyak air lautan itu mengalir ke lautan, ia tidak dapat mengubah

keasinannya. Sebaliknya, air laut tidak dapat juga mengasinkan sungai

karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah,

sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya. Itulah barzah

(pemisah) yang diuraikan oleh Al-Quran dalam Surah Al-Rahman, Dia

Page 84: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

74

membiarkan kedua lautan (laut dan sungai) mengalir, yang keduanya

kemudian bertemu. Antara keduanya ada pemisah, sehingga masing-masing

tidak saling menghendaki (bercampur) (QS. Al-Rahman [55]: 19-20).

Pelestarian dimaksud bukan berarti kelanggengannya dalam keadaan

statis (tidak berubah), karena yang demikian itu tidak sejalan dengan

pengangkatan manusia sebagai khalifah. Yang dimaksud dengan

pelestarian/kelestarian alam adalah upaya melestarikan kemampuannya

sehingga selalu serasi dan seimbang. Dengan demikian, pelaksanaan tugas

kekhalifahan (pembangunan) tidak boleh mengakibatkan terganggunya

keserasian dan keseimbangan yang menjadi ciri alam raya sejak

diciptakannya. Apabila dalam proses melaksanakan tugas kekhalifahan

(pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik, maka segera harus

dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi sedapat

mungkin dampak-dampak negatif itu. Inilah yang diistilahkan oleh Al-

Quran dengan ishlah (perbaikan).

Berdasarkan keterangan seluruh ayat di atas, dapat ditarik benang

merah bahwa dalam rangka menggali manfaat dari lingkungan, tidak boleh

diabaikan pula upaya untuk melestarikan lingkungan itu sendiri. Artinya,

hendaklah dijaga keseimbangan ekologi dan dihindari pencemaran serta

diupayakan agar kekayaan alam itu dipergunakan sehemat mungkin. Bumi

ini dikatakan bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan

pinjaman dari anak cucu kita. Selaku peminjam kita harus pandai dan adil,

tidak ceroboh, supaya barang pinjaman itu dapat kita kembalikan

sebagaimana aslinya, atau mungkin lebih baik lagi. Al-Qur'an

mengisyaratkan:

ذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقوا وليخش ال )٩: النساء( الله وليقولوا قوال سديدا

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak cucu yang lemah, mereka

khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh karena itu hendaklah

Page 85: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

75

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar". (Qs an-Nisa': 9).

Pengertian lemah dari ayat tersebut mempunyai banyak makna:

lemah, bisa saja karena manusia-manusia yang ditinggalkan itu tidak

memiliki skill, dan bisa pula karena alam yang telah habis dipergunakan

secara mewah, boros dan berlebihan, sehingga generasi berikutnya tidak

dapat lagi mengecapnya.

Yang lebih tegas diperingatkan lagi, agar manusia jangan melakukan

perusakan. Kerusakan di bumi bisa terjadi, karena perbuatan manusia yang

semena-mena terhadap lingkungan, dan bisa pula karena akibat penggunaan

kekayaan alam yang boros dan mubazir. Beberapa ayat dalam Al-Qur'an

telah memperingatkan manusia dalam hubungan ini:

لكةهإلى الت يكمدلقوا بأيال ت١٩٥: البقرة( و( "Dan Janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan" (Qs l-

Baqarah/2: 195).

لدنيا وأحسن وابتغ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من ا بحلا ي ض إن اللهي الأرف ادغ الفسبلا تو كإلي الله نسا أحكم

ينفسد٧٧: القصص( الم(

"Carilah dengan nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepadamu

kebahagiaan untuk kehidupan akhirat, dan Janganlah engkau

lupakan bahagiamu di dunia. Berbuat baiklah engkau kepada Allah

sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah

engkau berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah

tidak sama pada orang-orang yang berbuat kerusakan" (Qs al-

Qashash/28: 77).

)٧٦: األعراف(وال تفسدوا في األرض بعد إصالحها"Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini setelah Allah

memperbaikinya" (Qs al-A'raf/7:56).

Page 86: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

76

ل وسالنث ورالح كلهيا ويهف فسديض لي األرى فعلى سوإذا تو اللهادالفس بح٢٠٥: البقرة( ال ي(

"Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di muka bumi untuk

mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan

binatang-binatang ternak; dan Allah tidak menyukai kebinasaan"

(Qs al-Baqarah/2: 205).

Lihat pula Al-Rum: 41, Hud: 117, Al-Fajr: 11-13 dan bahkan lebih

dari 60 ayat lagi yang senada memperingatkan agar manusia selalu berbuat

baik dan menjauhi berbuat kerusakan terhadap lingkungan di muka bumi

ini. Tulisan ini kami tutup dengan mengemukakan ayat Al-Qur'an yang

menyatakan bahwa:

ولو أن أهل القرى آمنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء : األعراف( واألرض ولـكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون

٩٦( "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,

pastilah Kami akan melimpahkan kepada. Mereka berkah dari langit

dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka

Kami siksa mereka disebabkan perbuatan-perbuatannya" (Qs al-

A'raf/7: 96).

Page 87: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Anjuran al-Qur'an tentang pelestarian lingkungan, bahwa al-Qur’an

banyak mengandung muatan dan isyarat pendidikan, termasuk di

dalamnya persoalan pencemaran lingkungan hidup yang menjadi salah

satu bagian materi pelajaran biologi. Al-Qur'an dan Sunnah secara

bersama-sama telah memberikan perhatian yang mendalam terhadap

masalah lingkungan. Perhatian ini tentu sangat menarik untuk diketahui

oleh para peneliti yang obyektif. Konsep al-Qur'an tentang lingkungan

dalam pengertian luas merupakan upaya untuk merevitalisasi misi asal

ekologi, back to basic ecology. Misi asal ekologi adalah untuk mengkaji

keterhubungan timbal balik antar komponen dalam ekosistem. Dalam hal

ini tidak terbatas hanya komponen manusia dan ekosistemnya, melainkan

seluruh komponen dalam ekosistem. Dengan demikian, visi Islam tentang

lingkungan adalah visi lingkungan yang utuh menyeluruh, holistik

integralistik. Visi lingkungan yang holistik integralistik diproyeksikan

mampu menjadi garda depan dalam pengembangan kesadaran lingkungan

guna melestarikan keseimbangan ekosistem. Sebab seluruh komponen

dalam ekosistem diperhatikan kepentingannya secara proporsional tidak

ada yang dipentingkan dan tidak ada pula yang diterlantarkan oleh visi

lingkungan Islam yang holistik integralistik.

2. Berdasarkan keterangan seluruh ayat di atas, dapat ditarik benang merah

bahwa dalam rangka menggali manfaat dari lingkungan, tidak boleh

diabaikan pula upaya untuk melestarikan lingkungan itu sendiri. Artinya,

hendaklah dijaga keseimbangan ekologi dan dihindari pencemaran serta

diupayakan agar kekayaan alam itu dipergunakan sehemat mungkin. Bumi

Page 88: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

78

ini dikatakan bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan

pinjaman dari anak cucu kita. Selaku peminjam kita harus pandai dan adil,

tidak ceroboh, supaya barang pinjaman itu dapat kita kembalikan

sebagaimana aslinya, atau mungkin lebih baik lagi.

B. Saran-Saran

Kajian terhadap lingkungan hidup hendaknya dibuka lebih luas lagi

dengan harapan nilai pendidikan yang terkandung dalam setiap ayat dan surat

dapat terus menerus dijadikan pelajaran dalam rangka lebih mengintensifkan

pengamalan al-Qur'an.

C. Penutup

Segala puji bagi Allah SWT, dengan karunianya telah dapat disusun

tulisan yang jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam semoga tetap

dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

Dengan berjuang sekuat tenaga, disusun tulisan sederhana ini dengan

menyadari mungkin adanya kesalahan atau kekeliruan sebagai hasil

keterbatasan wawasan penulis, terlebih lagi bila ditinjau dari aspek metodologi

maupun kaidah bahasnya. Karenanya segala kritik dan saran yang bersifat

membangun menjadi harapan. Akhir kata penulis mengucapkan alhamdulillah

semoga tulisan di atas ada manfaatnya bagi pembaca budiman.

Page 89: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Mujiyono, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur'an. (Disertasi:

Pascasarjana (Jakarta: PPs, S.3, IAIN Syarif Hidayatullah, 2006).

Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni,

2005).

Amsyari, Fuad, Prinsip-Prinsip Masalah Penomoran Lingkungan, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2009)

Arifin, H.M., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005).

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan

Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996).

Bâqy, Muhammad Fuâd Abdul, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâz Al-Qur'ân al-

Karîm, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1981).

Danusaputra, Munadjat, Hukum Lingkungan Buku I: Umum, .(Bandung:

Binacipta, 2006).

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).

Dimasyqî, Ismâ'îl ibn Kasîr al-Qurasyî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, juz 3, (Beirut:

Dâr al-Ma’rifah, 1978).

Hamka, Tafsir Al Azhar, Jilid 21, (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1999).

Isna, Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,

2005).

Ma’luf, Louis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam, (Beirut: Dâr al-Masyriq,

1986).

Marâgî, Ahmad Mustafâ, Tafsîr al-Marâgî, (Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi,

1394 H/1974 M).

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

R.osdakarya, 2000).

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai

Pustaka, 2006).

Qardawi. Yusuf, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj. Setiawan

Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999).

Page 90: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

Qattan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,

1973).

Roham, Abu Jamin, et all, al-Islam dan Iptek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006).

Romly, M., Medan dan Bahan Dakwah, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005).

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005).

Shihab, M. Quraish, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007).

Siswanto, Himpunan Undang-Undang Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2011).

Soedjono, Pengaman Hukum terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Industri,

(Bandung: Alumni, 2006).

Soegiarto, Aprilani, Bibliografi Beranotasi tentang Lingkungan Laut dan

Pencemaran Laut, (Jakarta: Lembaga Oceandogi Nasional, LIPI, 2005)

Soemartono, Gatot P., Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2004).

Soemarwoto, Otto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2005).

Soenarjo, R..H.A., Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:CV.Asy-Syifa’,

1992).

Supriadi, Hukum Lingkungan Indonesia Sebuah Pengantar, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2006)

Surachmad, Winarno, Pengantar Penelitian llmiah: Dasar-Dasar Metode dan

Teknik, (Bandung: Tarsito Rimbuan, 1995).

Sutamihardja, Kualitas dan Pencemaran Lingkungan, (Bogor: Sekolah, Pasca

Sarjana, Bogor: IPS, 2004).

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia

Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Bandung: Nuansa

Aulia, 2009).

Page 91: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

Tim Srikandi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Surabaya: CV. Srikandi, 2008).

Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

BP. Cipta Jaya, 2003).

Page 92: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rini Fauziati

Tempat / Tanggal Lahir : Kudus, 16 Maret 1988

Alamat Asal : Desa Besito Kauman RT 6 RW 3 Gebog Kudus

Pendidikan : - MI Al-Khurriyah II Kudus lulus th. 2000

- MTsN Kudus lulus th. 2003

- MAN II Kudus lulus th. 2006

- Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

Angkatan 2006

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Rini Fauziati

Page 93: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/105/jtptiain-gdl...DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS

BIODATA DIRI DAN ORANG TUA

Nama : Siti Mutmainah

NIM : 063811032

Alamat : Jowan Dorolegi RT 14 RW 1 Godong Grobogan

Nama orang tua : Bapak Ahmad Fadholi dan Ibu Mujiyatun

Alamat : Jowan Dorolegi RT 14 RW 1 Godong Grobogan