FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

80
SKRIPSI RANCANG BANGUN SISTEM PENYALIRAN PADA PIT 1 PT BARA BATIN PRATAMA KECAMATAN BATIN XXIV KABUPATEN BATANG HARI PROVINSI JAMBI ROYAN DWINDA F1D114035 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

Transcript of FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

Page 1: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

SKRIPSI

RANCANG BANGUN SISTEM PENYALIRAN PADA PIT 1 PT BARA

BATIN PRATAMA KECAMATAN BATIN XXIV KABUPATEN

BATANG HARI PROVINSI JAMBI

ROYAN DWINDA

F1D114035

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 2: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

i

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis

atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti

tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak

asli, saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Jambi, Mei 2021

Yang menyatakan

ROYAN DWINDA

F1D114035

Page 3: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

ii

RANCANG BANGUN SISTEM PENYALIRAN PADA PIT 1 PT BARA

BATIN PRATAMA KECAMATAN BATIN XXIV KABUPATEN

BATANG HARI PROVINSI JAMBI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka

penulisan Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan

ROYAN DWINDA

F1D114035

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 4: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul RANCANG BANGUN SISTEM PENYALIRAN PADA

PIT 1 PT BARA BATIN PRATAMA KECAMATAN BATIN XXIV

KABUPATEN BATANG HARI PROVINSI JAMBI yang di susun oleh

ROYAN DWINDA, NIM : F1D114035 telah di pertahankan di depan tim

penguji pada tanggal 8 Januari 2021 dan di nyatakan LULUS.

Susunan Tim Penguji

Ketua : Ir. Gindo Tampubolon, M.S

Sekretaris : M. Ikrar. L, S.T., M. Eng.Sc

Anggota : 1. Ir. Yulia Morsa Said, M.T

2. Wahyudi Zahar, S.T.,M.T

3. Luthfi Wahyudi, S.T.,M.T

Disetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Gindo Tampubolon, M.S M. Ikrar. L, S.T., M. Eng.Sc

NIP. 195901151986031002 NIP. 198902142019031011

Diketahui:

Dekan Ketua Jurusan Teknik Kebumian

Fakultas Sains dan Teknologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Jambi Universitas Jambi

Prof. Drs. Damris, M.Sc., Ph.D Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T.

NIP. 196612311991021005 NIP. 197907062008122002

Page 5: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, dimana berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul β€œRancang Bangun Sistem Penyaliran pada pit 1 PT Bara

Batin Pratama (BBP) Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batang Hari Provinsi

Jambi”. Tujuan Penyusunan laporan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah

satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Teknik

Pertambangan Jurusan Teknik Kebumian Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Jambi.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda

tercinta M. Aliyani dan Ibunda Yusmarni tersayang yang dengan tulus dan ikhlas

telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang serta

memberikan dukungan perhatian moril maupun materil. Semoga Allah SWT

selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia dan Keberkahan di dunia dan

di akhirat atas budi baik yang telah ayah dan ibu berikan kepada penulis.

Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam

penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Damris M, M.Sc., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Jambi yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

penelitian.

2. Wahyudi Zahar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

3. Bapak Ir. Gindo Tampubolon, M.S dan bapak M. Ikrar. L, S.T., M. Eng.Sc

selaku pembimbing Utama dan Pembimbing pendamping yang telah memberi

bimbingan dalam penelitian dan penulisan skripsi.

4. Ir. Yulia Morsa Said, M.T, Wahyudi Zahar, S.T., M.T dan Luthfi Wahyudi, S.T.,

M.T selaku dosen penguji yang telah membantu dalam perbaikan skripsi.

5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Kebumian khususnya Program Studi Teknik

Pertambangan yang telah memberikan materi kuliah.

6. Fadly Budi Harry,S.T selaku Kepala Teknik Tambang PT Bara Batin Pratama

yang telah memberikan bimbingan selama penelitian.

7. Seluruh Karyawan serta jajaran dari PT Bara Batin Pratama telah membantu

dalam melaksanakan penelitian.

Page 6: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

iv

8. Teruntuk Saudara kandung Rio Setiawan, Rehan Triwanda, Rizkola Alfihki

yang telah mendoakan, mendukung dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

9. Terimakasih kepada Tanah 2014 yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat kepada penulis hingga sekarang.

10. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

mendoakan, membantu serta mendukung penulis secara langsung maupun

tidak langsung sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.

Page 7: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

v

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan membangun sistem penyaliran air

yang baik pada area penambangan berdasarkan besarnya air hujan pada PT.

Bara Batin Pratama, Kabupaten BatangHari, Provinsi Jambi. Upaya system

penyaliran ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas

penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada

saat musim penghujan. PT. Bara Batin Pratama memiliki curah hujan rata-rata

(2014-2018) sebesar 223,1 mm/bulan dan intensitas hujan yaitu sebesar 1,677

mm/jam. Sedangkan luas pit 1 yaitu 29103,97 m2 dengan Catchment Area

46496,564 m2 atau 0,0464 km2. Koefisien limpasan sebesar 0,9 karena daerah

tersebut termasuk jenis lahan terbuka daerah tambang dengan kemiringan >15%

Debit limpasan dapat di tentukan setelah di ketahui nilai catchment area,

intensitas hujan dan koefisien limpasan yaitu dengan nilai 68,4 m3/jam. volume

air yang terdapat di dalam sump sebesar 2497,968 m3. Pompa yang di gunakan

yaitu pompa Volvo Penta DND200 pada spesifikasinya memenuhi kebutuhan

akan jumlah air yang berada di sump. Dimensi sump yang harus dibuat

berukuran luas sisi atas 28,98 m x 28,98 m dan luas sisi alas dari sump

berukuran 20,98 m x 20,98 m dengan kedalaman 4 meter mampu menampung

air sebanyak 2497,968 m3. Rencana dimensi saluran yang sesuai dengan debit

pompa yaitu lebar dasar saluran 4,16 m, lebar permukaan saluran 8,32 m,

kedalaman saluran 3,61 m, kemiringan dinding saluran 600, panjang sisi miring

saluran 4,14 m . Dan untuk dimensi settling pond berukuran luas sisi alas 17,19

m dan luas sisi atas 23,19 m.

Kata kunci: Curah Hujan, catchment area, debit air.

Page 8: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

vi

SUMMARY

This research was conducted to design and build a good water drainage system in

the mining area on the basis of the amount of rainwater at PT. Bara Batin

Pratama, Batang Hari Regency, Jambi Province. This drainage system attempt is

intended to prevent any possible disruption of mining activities due to excessive

amounts of water, mainly during the rainy season. PT. Bara Batin Pratama has

an average rainfall (2014-2018) of 223.1 mm / month and a rain intensity of 1.677

mm / hour. While the area of Pit 1 is 29103.97 m2 with a catchment area of

46496.564 m2 or 0.0464 km2. The runoff coefficient is 0.9 because the area is an

open land type of mine area with a slope of> 15%. The runoff discharge can be

determined after knowing the catchment area value, rain intensity and runoff

coefficient that is with a value of 68.4 m3 / hour. the volume of water contained

in the sump is 2497,968 m3. The pump that used is the Volvo Penta DND200

pump whereby its specification has meet the need for the amount of water in the

sump. The dimension of the sump that must be made is 28.98 m x 28.98 m on

the side of the sump and the width of the base of the sump is 20.98 m x 20.98 m

with a depth of 4 meters which can accommodate 2497.968 m3 of water. The

drain dimension plan which is in accordance with the pump flow rate inter alia:

the width of drain base is 4.16 m, the width of drain surface is 8.32 m, the depth

of drain is 3.61 m, the slope of drain wall is 600, the length of the drain sloping is

4.14 m. And for the dimensions of the settling pond as follows the width of the

base is 17.19 m and the area of the top is 23.19 m.

Key words: rainfall, catchment area, water discharge

Page 9: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Royan Dwinda, Lahir di Kuala

Kapuas Provinsi Palangkaraya pada tanggal 11 Oktober

1996 merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis lahir dari pasangan suami istri bapak M Aliyani dan

ibu Yusmarni. Penulis sekarang bertempat tinggal di Jalan

Lettu Surachmat no 46 Kelurahan Sungai Putri Kecamatan

Danau Sipin, Kota Jambi Provinsi Jambi

Penulis menyelesaikan pendidikan SD Adhyaksa Kota Jambi, Kel. Sungai Putri

Kec. Danau Sipin lulus tahun 2008, SMP N 17 Kota Jambi lulus pada tahun 2011,

kemudian penuis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5 Kota Jambi lulus pada

tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Teknik Pertambangan di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Penulis

telah menyelesaikan tugas akhir dan menyusun skripsi dengan judul β€œRancang

Bangun Sistem Penyaliran pada pit 1 PT Bara Batin Pratama Kecamatan Batin

XXIV Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi”. dibawah bimbingan bapak Ir.

Gindo Tampubolon, M dan bapak M. Ikrar. L, S.T., M. Eng.Sc.

Page 10: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... i

HALAMAN JUDUL SKRIPSI ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. vi

SUMMARY ................................................................................................ vii

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ........................................... 2

1.3 Hipotesis ..................................................................................... 2

1.4 Tujuan......................................................................................... 2

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 3

1.6 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

2.1 Siklus Hidrologi ............................................................................ 4

2.2 Sistem Penyaliran Tambang .......................................................... 5

2.3 Faktor Faktor Penting dalam Sistem Penyaliran Tambang ............. 10

2.4 Sumuran (Sump)........................................................................... 15

2.5 Pompa .......................................................................................... 17

2.6 Saluran Terbuka........................................................................... 19

2.7 Kolam Pengendapan ..................................................................... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 25

3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................... 25

3.2 Peralatan Penelitian ...................................................................... 25

3.3 Metode Penelitian ......................................................................... 28

3.4 Alur Kerja Penelitian ..................................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 34

4.1 Curah Hujan ................................................................................ 34

4.2 Daerah Tangkapan Hujan ............................................................. 34

4.3 Perhitungan Debit Limpasan ......................................................... 36

4.4 Pompa .......................................................................................... 36

Page 11: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

ix

4.5 Evaluasi Kapasitas dan Dimensi Sump .......................................... 37

4.6 Rencana Dimensi Saluran Terbuka ............................................... 38

4.7 Kapasitas dan Rencana Dimensi Settling Pond .............................. 40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 43

LAMPIRAN ................................................................................................ 44

Page 12: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Periode Ulang Hujan Rencana ............................................................... 9

2. Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan ............................... 10

3. Nilai Koefisien Limpasan ....................................................................... 11

4. Pengukuran Debit Pompa Berdasarkan Panjang X Dengan Sisi Pendek Alat

Ukur 300 mm ....................................................................................... 15

5. Kemiringan Dinding Saluran Berbagai Jenis Bahan .............................. 18

6. Harga Koefisien Kekasaran Dinding Saluran Terbuka ............................ 18

7. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 23

8. Data Curah Hujan Bulian – Muara Tembesia ........................................ 30

9. Rencana Dimensi Saluran Berdasarkan Debit Pompa ............................ 38

10. Rekomendasi dimensi settling pond ....................................................... 40

11. Perhitungan Curah Hujan dengan Metode Gumbel ................................ 46

12. Perhitungan Koreksi Simpang .............................................................. 47

13. Intensitas Curah Hujan ........................................................................ 50

14. Durasi Jam Hujan ................................................................................ 51

15. Persentase Solid ................................................................................... 62

Page 13: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Hidrologi ................................................................................ 4

2. Metode Paritan ................................................................................. 5

3. Metode Kolam Terbuka ..................................................................... 6

4. Metode Adit ...................................................................................... 6

5. Grafik Penentuan Volume Sumuran Air Tambang ............................. 12

6. Frustum Of A Pyramid And Frustum Of Cone ......................................... 13

7. Pengukuran Debit Pompa dengan Metode Discharge ......................... 14

8. Penampang Saluran Terbuka Bentuk Persegi Panjang ....................... 16

9. Penampang Saluran Terbuka Bentuk Segitiga Panjang ..................... 17

10. Penampang Saluran Terbuka Bentuk Segitiga ................................... 17

11. Aliran Partikel di Kolam Pengendapan .............................................. 20

12. Zona Zona Kolam Pengendapan ........................................................ 21

13. Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 29

14. Tracking Catchment Area ....................................................................... 31

15. Luas Daerah Tangkapan Curah Hujan PT Bara Batin Pratama .......... 32

16. Pompa Rakit yang akan di pakai PT Bara Batin Pratama ................... 33

17. Panjang Lemparan air pada Pompa Rakit PT Bara Batin Pratama ...... 34

18. Hasil pengeplotan data panjang kekuatan air dan diameter pipa ....... 34

19. Rekomendasi Pompa oleh peneliti untuk PT Bara Batin Pratama ....... 36

20. Evaluasi Dimensi Saluran Tambang ................................................. 38

21. Rekomendasi dimensi Settling pond ...................................................... 40

22. Spesifikasi Excavator PC200-8 ......................................................... 45

23. Kondisi Catchment Area pada wilayah PT Bara Batin Pratama ........... 52

24. Catchment Area Pit ........................................................................... 53

25. Rekomendasi Pipa oleh peneliti untuk PT Bara Batin Pratama .......... 54

26. Sketsa Desain Sump Rekomendasi ................................................... 57

Page 14: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

xii

27. Luas Catchment area saluran .......................................................... 58

28. Rencana Dimensi Saluran Terhadap Debit Air pompa ....................... 60

29. Pengambilan Sampel Solid di Sump .................................................. 61

30. Pengamatan Hasil Pengendapan Solid ............................................... 62

Page 15: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT Bara Batin Pratama merupakan perusahaan tambang batubara yang

berlokasi di Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi.

Dalam kegiatan penambangan batubara, PT Bara Batin Pratama menggunakan

metode penambangan konvensional yang merupakan kombinasi antara

pengoperasian peralatan mekanis seperti excavator untuk pemuatan serta dump

truck untuk pengangkutan.

Dalam operasi penambangan perlu adanya sistem penyaliran yang

berfungsi untuk memastikan bahwa air hujan hingga limbah cair yang keluar

akibat dari proses penambangan dapat di cegah dan di alirkan dengan baik tanpa

menggangu aktivitas penambangan. Air tersebut akan di alirkan menuju ke sump

yang selanjutnya akan di olah di settling pond. Diharapkan air yang keluar dari

daerah penambangan sudah memenuhi baku mutu air yang terdapat dalam

KEPMEN Lingkungan Hidup No 113 Tahun 2003 dan tidak menimbulkan

kekeruhan pada sungai atau laut sebagai tempat pembuangan akhir.

Dengan ini perlu di lakukannya metode sistem penyaliran yang baik agar

tidak mengganggu aktivitas penambangan karena pada saat terjadinya hujan di

lokasi tambang terbuka air limpasan akan masuk ke area kerja penambangan

yang berasal dari sekitar tambang dapat mengakibatkan lantai tambang

tergenang air sehingga memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Sistem

penyaliran tambang merupakan suatu aspek yang harus diperhatikan dengan

baik agar tercapainya target produksi yang sesuai dan memiliki peranan penting

terutama pada musim penghujan. Sistem penyaliran tambang yang tidak baik

akan menghambat tercapainya target produksi.

PT Bara Batin Pratama ini baru melakukan kegiatan penambangan akan

tetapi pada perusahaan tersebut belum memiliki dimensi sump yang aktual

hanya saja berbentuk air yang terjebak pada daerah elevasi terendah , serta di

perlukannya saluran terbuka serta settling pond yang efektif untuk menampung

air ketika terjadi hujan. Menurut Syarifuddin dkk (2017) Air limpasan dapat

berpotensi masuk ke dalam area penambangan sehingga dapat mengganggu

aktivitas penambangan. Sistem penyaliran tambang inilah upaya yang akan di

terapkan pada kegiatan penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau

mengalirkan air yang masuk ke bukaan tambang sampai ke settling pond. Upaya

ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat

adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Salah

satu sumber air tambang antara lain air hujan, air limpasan,dan air tanah.

Page 16: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

2

Berdasarkan permasalahan ini maka penulis melakukan penelitian dengan

mengevaluasi setiap elemen yang ada. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan informasi kepada perusahaan dalam pengendalian dan

menangani air yang masuk ke dalam tambang sehingga tidak mengganggu

aktifitas penambangan. Adapun topik yang akan penulis bahas yakni β€œRancang

Bangun Sistem Penyaliran pada Pit 1 PT Bara Batin Pratama Desa Kotoboyo

Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi”.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu

sistem penyaliran tambang sangat berpengaruh terhadap proses penambangan

untuk itu dibutuhkan kajian teknis penyaliran yang baik dengan kondisi air pada

pit 1 PT Bara Batin Pratama. Oleh sebab itu, peneliti akan mengkaji secara teknis

sistem penyaliran pada area tambang PT Bara Batin Pratama ini.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa Intensitas curah hujan di PT Bara Batin Pratama

2. Berapa luas Catchment Area pada area Pit 1 PT Bara Batin Pratama

3. Berapa Debit Limpasan pada area Pit 1 di PT Bara Batin Pratama

4. Berapa dimensi sumuran (sump) yang sesuai terhadap debit limpasan Pit 1

PT Bara Batin Pratama

5. Berapa besar debit pompa yang akan digunakan pada PT Bara Batin Pratama

6. Berapa dimensi saluran terbuka yang sesuai terhadap debit pompa PT Bara

Batin Pratama

7. Berapa dimensi settling pond yang sesuai terhadap total volume air yang

masuk ke settling pond PT Bara Batin Pratama

1.3. Hipotesis

Adapun hipotesis awal peneliti sebelum melakukan penelitian yaitu dengan

mengupayakan sistem penyaliran yang baik pada area penambangan maka air

yang masuk pada area tambang dapat di cegah, di keringkan dan di alirkan

dengan baik tanpa mengganggu aktivitas penambangan pada pit 1 di PT Bara

Batin Pratama.

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Intensitas curah hujan di PT Bara Batin Pratama

2. Mengetahui luas catchment area pada area Pit 1

3. Mengetahui debit limpasan pada area Pit 1 di PT Bara Batin Pratama

Page 17: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

3

4. Mengetahui Dimensi sumuran (Sump) yang sesuai terhadap debit pompa PT

Bara Batin Pratama

5. Mengetahui Debit pompa terhadap volume air yang ada di sump pada lokasi

penelitian

6. Mengetahui dimensi saluran terbuka yang sesuai terhadap debit pompa PT

Bara Batin Pratama

7. Berapa dimensi settling pond yang sesuai terhadap total volume air yang

masuk ke settling pond PT Bara Batin Pratama

8. Memberikan solusi dan saran untuk mengatasi permasalahan pada

pembuatan settling pond di PT Bara Batin Pratama

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Data Curah hujan yang di gunakan selama kurun waktu 5 tahun terakhir

2. Penelitian di lakukan pada area Pit 1 PT Bara Batin Pratama

3. Penelitian di lakukan dengan mengabaikan aspek ekonomi

4. Penelitian di lakukan dengan mengabaikan air tanah dan sifat fisik tanah

dan head pompa.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya:

1. Bagi Mahasiswa dan Penulis

Meningkatkan kemampuan mahasiswa mengenai kajian teknis sistem

penyaliran pada area tambang untuk memastikan bahwa air yang masuk

pada area tambang dapat di cegah dan di alirkan dengan baik tanpa

mengganggu aktivitas penambangan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang

didapat selama menjalankan perkuliahan ke dunia kerja.

2. Bagi Tenaga Pengajar

Hasil analisis kegiatan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai sumber

referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih detail mengenai kegiatan

teknis pembuatan settlingpond disebuah perusahaan tambang.

3. Bagi Perusahaan

Hasil kegiatan pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan dapat

dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan untuk kegiatan

pertambangan selanjutnya.

Page 18: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi

Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari masa ke

masa. Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian peristiwa yang

berlangsung terus–menerus, proses tersebut tidak tahu kapan dan dari mana

berawalnya dan kapan pula akan berakhir. Serangkaian peristiwa tersebut

dinamakan siklus hidrologi (hydrologic cycle) (Gambar 1) Air menguap dari

permukaan samudera akibat energi panas matahari. Laju dan jumlah

penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat equator karena radiasi matahari

lebih kuat.

Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sumber : Suripin, 2004)

Tahapan siklus hidrologi (lihat Gambar 1) dimulai dari penguapan air pada

permukaan vegetasi dan tanah, di laut, atau badan–badan air lainnya yang

disebabkan oleh energi panas dari matahari. Uap air sebagai hasil proses

evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun

datar dan apabila keadaan memungkinkan, sebagian dari uap air akan turun

sebagai air hujan. Sebelum mencapai permukaan tanah, air tersebut akan

tertahan oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di

permukaan tajuk / daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian

lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela–sela daun (throughfall)

atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon (steamflow). Sebagian

kecil air hujan tidak akan pernah sampai di permukaan tanah, melainkan

terevaporasi kembali ke atmosfer selama dan setelah berlangsungnya hujan.

Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk

meresap ke dalam tanah. Air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan

tertampung sementara dalam cekungan–cekungan permukaan tanah untuk

kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (run

off), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam

Page 19: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

5

tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah.

Apabila kelembaban tanah sudah cukup jenuh, maka air hujan yang baru

masuk ke dalam tanah akan bergerak secara horisontal dan akan tetap tinggal

dalam lapisan tanah bagian atas. Selanjutnya, air tanah ini bergerak melalui

batuan atau lapisan tanah sampai akhirnya keluar ke permukaan sebagai

sumber mata air atau sebagai rembesan ke danau, waduk, sungai, atau laut.

2.2 Sistem Penyaliran Tambang

Sistem penyaliran tambang merupakan suatu upaya yang diterapkan pada

kegiatan penambangan untuk mencegah masuknya air ke dalam bukaan

tambang atau mengeluarkan air yang sudah ada di dalam bukaan tambang

supaya dialirkan ke luar tambang. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah

terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang

berlebihan, terutama pada saat musim penghujan.

Adapun upaya penanganan terhadap air yang dapat dilakukan pada

tambang terbuka adalah:

Mine Dewatering System.

Mine Dewatering System merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang

telah masuk ke dalam tambang / penggalian (terutama untuk penanganan air

hujan). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengeluarkan air yang

telah masuk ke tempat penggalian, yaitu:

Metode Paritan. Penyaliran dengan metode paritan merupakan cara yang paling

mudah yaitu dengan pembuatan paritan (saluran terbuka) pada lokasi

penambangan. Pembuatan paritan ini bertujuan untuk menampung air limpasan

yang menuju lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran–saluran

yang kemudian dialirkan ke suatu kolam penampungan atau dibuang langsung

ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Gambar 2. Metode Paritan (Sumber : Powers. J.P,1992)

Metode Kolam Terbuka. Metode ini diterapkan untuk membuang air limpasan

yang telah masuk ke daerah penambangan. Air dikumpulkan pada kolam

Page 20: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

6

terbuka, kemudian dipompa keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung

kedalaman penggalian.

Gambar 3. Metode Kolam Terbuka (Sumber : Powers. J.P,1992)

Metode Adit. Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang

terbuka yang mempunyai banyak jenjang dengan membuat saluran horisontal

yang menembus ke shaft. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal.

Gambar 4. Metode Adit (Sumber : Powers. J.P,1992)

2.3 Faktor Faktor Penting dalam Sistem Penyaliran Tambang

Faktor–faktor yang berpengaruh terhadap sistem penyaliran pada

tambang terbuka secara garis besar meliputi:

Curah Hujan. Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh pada luasan

wilayah tertentu. Satuan curah hujan adalah mm (millimeter), yang berarti pada

luas 1 m2 jumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 liter. Pengukuran curah hujan

dapat dilakukan dengan menggunakan alat penakar curah hujan.

Curah hujan merupakan salah satu faktor penting dalam sistem

penyaliran, karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi besar

Page 21: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

7

kecilnya debit air tambang yang harus di atasi. Besar curah hujan dapat

dinyatakan sebagai volume air hujan yang jatuh pada area tertentu, oleh karena

itu besarnya curah hujan dinyatakan dalam meter kubik per satuan luas, secara

umum dinyatakan dalam tinggi air (mm)

Hujan merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan uap

air di atmosfir yang terkondensasi dan jatuh dalam bentuk tetesan air. Sistem

penyaliran tambang dewasa ini lebih ditujukan pada penanganan air permukaan,

ini karena air yang masuk ke dalam lokasi tambang sebagian besar adalah air

hujan.

Air tambang akan ditampung dalam sumuran (sump), selanjutnya

dikeluarkan dengan pompa melalui selang plastik ke kolam pengendapan (Settling

Pond). Air limpasannya (overflow) akan dibuang atau dialirkan ke luar lokasi

tambang atau ke sungai terdekat dan lumpur endapannya (underflow)

dibersihkan secara berkala.

Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan data

curah hujan yang siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran.

Pengolahan data ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya

adalah metode Gumbell, yaitu suatu metode yang didasarkan atas distribusi

normal (distribusi harga ekstrim). Gumbel beranggapan bahwa distribusi

variabel-variabel hidrologis tidak terbatas, sehingga harus digunakan distribusi

dari harga-harga yang terbesar (harga maksimal).

Periode Ulang Hujan. Curah hujan biasanya terjadi menurut pola

tertentu dimana curah hujan tertentu biasanya akan berulang pada periode

tertentu yang dikenal dengan periode ulang hujan. Periode ulang hujan

didefinisikan sebagai waktu dimana curah hujan dengan besaran tertentu akan

disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tertentu. Misalnya periode

ulang hujan 10 tahun, maka peristiwa yang bersangkutan (hujan, banjir) akan

terjadi rata-rata sekali setiap periode 10 tahun. Terjadinya peristiwa tersebut

tidak harus 10 tahun, melainkan rata-rata sekali setiap periode 10 tahun, misal

10 kali dalam periode 100 tahun, 25 kali dalam periode 250 tahun dan

seterusnya. Menurut Suwandhi (2004) Periode ulang ini memberikan gambaran

bahwa semakin besar periode ulang semakin tinggi curah hujannya. Penetapan

periode ulang hujan sebenarnya lebih ditekankan pada masalah kebijaksanaan

yang perlu diambil sesuai dengan perencanaan. Pertimbangan dalam penentuan

periode ulang hujan tersebut adalah risiko yang dapat ditimbulkan bila curah

hujan melebihi curah hujan rencana.

Curah Hujan Rencana. Dalam perancangan sistem penyaliran untuk air

permukaan pada suatu tambang, hujan rencana merupakan suatu kriteria

Page 22: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

8

utama. Hujan rencana adalah hujan maksimum yang mungkin terjadi selama

umur dari sarana penirisan tersebut. Menurut Suwandhi (2004) Hujan rencana

ini ditentukan dari hasil analisa frekuensi data curah hujan, dan dinyatakan

dalam curah hujan dengan periode ulang tertentu. Salah satu metode dalam

analisa frekuensi yang sering digunakan dalam menganalisa data curah hujan

adalah metode distribusi ekstrim, atau juga dikenal dengan metode distribusi

Gumbel

Xt = X + 𝑆

𝑆𝑛 (Yt-Yn)

Dimana :

Xt : Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)

X : Curah hujan rata-rata (mm)

S : Simpangan Baku (Standar deviation)

Sn : Standar deviasi dari reduksi variate, nilainya tergantung jumlah data

Yt : nilai reduksi variate dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode

ulang tertentu

Yn : Koreksi rata-rata (reduced mean)

Simpangan baku dihitung dengan rumus (Sudjana, 1989):

𝑆 = βˆšβˆ‘(π‘₯ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)2

𝑛 βˆ’ 1

Dimana :

S : Standar deviasi

x : Nilai variat

οΏ½Μ…οΏ½ : Nilai rata-rata hitung variat

N : jumlah data

Nilai reduksi variat dihitung dengan menggunakan rumus

π‘Œπ‘‘ = βˆ’π‘™π‘› [βˆ’π‘™π‘› {𝑇 βˆ’ 1

𝑇}]

Dimana :

Y : Nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode tertentu

T : Periode ulang

Koreksi rata-rata (Reduced mean) dihitung menggunakan rumus :

π‘Œπ‘› = βˆ’π‘™π‘› [βˆ’π‘™π‘› {𝑛 + 1 βˆ’ π‘š

𝑛 + 1}]

Dimana :

Yn : Koreksi rata-rata (reduced mean)

Page 23: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

9

n : Jumlah data

m : Urutan data (1,2,3,......)

Nilai koreksi simpangan (reduced standard deviation) ditentukan dengan

rumus:

𝑆𝑛 = βˆšβˆ‘(π‘Œπ‘› βˆ’ π‘Œπ‘›Μ…Μ…Μ…Μ… )2

𝑛 βˆ’ 1

Dimana:

Sn : Standar deviasi dari reduksi variate, nilainya tergantung jumlah data

Yn : Koreksi rata-rata (reduced mean)

π‘Œπ‘›Μ…Μ…Μ…Μ… : Nilai rata-rata Yn

n : Jumlah data

Tabel 1. Periode Ulang Hujan Rencana

Keterangan Periode ulang hujan

Daerah terbuka 0,5

Sarana tambang 2 – 5

Lereng – lereng tambang dan

penimbunan 5 – 10

Sumuran utama 10 – 25

Penyaliran keliling tambang 25

Pemindahan aliran sungai 100

Intensitas Curah Hujan ( I )

Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif

singkat, biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Intensitas curah

hujan ditentukan berdasarkan rumus mononobe, karena data yang tersedia di

daerah penelitian hanya terdapat data curah hujan harian.

Rumus mononobe :

3/2

24 24

24

t

RI

Keterangan :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

t = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)

R24 = Curah hujan maksimum (mm).

Page 24: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

10

Keadaan curah hujan dan intensitas menurut Takeda diklasifikasikan

menjadi beberapa keadaan hujan. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2

berikut ini :

Tabel 2. Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan

Keadaan Curah

Hujan

Intensitas Curah

Hujan (mm ) Kondisi

1 jam 24 jam

Hujan sangat

ringan < 1 < 5

Tanah agak basah atau dibasahi

sedikit

Hujan ringan 1 – 5 5 – 20 Tanah menjadi basah semuanya

Hujan normal 5 -10 20 - 50 Bunyi curah hujan terdengar

Hujan lebat 10 -20 50 - 100

Air tergenang diseluruh

permukaan tanah

dan bunyi keras kedengaran dari

genangan

Hujan sangat

lebat > 20 > 100 Hujan seperti ditumpahkan

Air Limpasan

Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas

permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran air tersebut terjadi

karena curah hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi,

baik yang disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya

kelerengan, bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta vegetasi.

a. Aspek-aspek yang berpengaruh

1) Curah hujan :curah hujan, intensitas curah hujan dan frekuensi

hujan

2) Tanah :jenis dan bentuk toprografi

3) Tutupan :kepadatan, jenis dan macam vegetasi.

4) Luas daerah aliran :luas daerah tangkapan hujan yang mengalirkan

limpasan masuk kebukaan tambang.

b. Perkiraan debit Air Limpasan

Untuk memperkirakan debit air limpasan maksimal digunakan rumus

rasional, yaitu :

Q = 0,278. C . I . A

Keterangan :

Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)

Page 25: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

11

C = koefisien limpasan

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

A = Luas daerah tangkapan hujan(km2)

Pengaruh rumus ini mengasumsikan bahwa hujan merata diseluruh daerah

tangkapan hujan, dengan lama waktu sama dengan waktu konsentrasi (tc).

c. Koefisien limpasan (C)

Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan

besarnya limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada

tiap-tiap daerah tangkapan hujan.

Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda. Dalam penentuan koefisien

limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah :

1) Kerapatan vegetasi

Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil, karena

air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan akan

tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan memberi

nilai C yang besar.

2) Tata guna lahan

Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil daripada

daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan misalnya padi,

air hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah, sebelum akhirnya

menjadi limpasan permukaan.

3) Kemiringan tanah

Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C yang kecil,

dari pada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai curam untuk

keadaan yang sama.

Tabel 3. Nilai Koefisien Limpasan

Kemiringan Jenis lahan C

< 3% (datar)

Sawah, rawa

Hutan, perkebunan

Perumahan

0,2

0,3

0,4

3% - 15% (sedang)

Hutan, perkebunan

Perumahan

semak-semak agak jarang

Lahan terbuka

0,4

0,5

0,6

0,7

>15% (curam)

Hutan

Perumahan

Semak-semak agak jarang

Lahan terbuka daerah tambang

0,6

0,7

0,8

0,9

Page 26: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

12

Catchment Area

Daerah tangkapan hujan (Catchment area) merupakan suatu areal atau

daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari

titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup

yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti

kecenderungan arah gerak air (Suwandhi, 2004).

Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan

yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi terendah pada catchment area

tersebut. Pembatasan catchment area biasa dilakukan pada peta topografi dan

untuk perencanaan sistem penyaliran dianjurkan dengan menggunakan peta

rencana penambangan dan peta situasi tambang.

2.4 Sumuran (Sump)

Sumuran berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dipompa

keluar tambang. Dengan demikian dimensi sumuran ini sangat tergantung dari

jumlah air yang masuk serta keluar dari sumuran. Dalam pelaksanaan kegiatan

penambangan biasanya dibuat sumuran sementara yang disesuaikan dengan

keadaan kemajuan medan kerja (front) penambangan. Jumlah air yang masuk

kedalam sumuran merupakan jumlah air yang dialirkan oleh saluran-saluran,

jumlah limpasan permukaan yang langsung mengalir kesumuran serta curah

hujan yang langsung jatuh kesumuran. Sedangkan jumlah air yang keluar dapat

dianggap sebagai yang berhasil dipompa, karena penguapan dianggap tidak

terlalu berarti. Dengan melakukan optimalisasi antara input (masukan) dan

output (keluaran), maka dapat ditentukan volume dari sumuran.

Dimensi sumuran tambang tergantung pada kuantitas (debit) air limpasan,

kapasitas pompa, waktu pemompaan, kondisi lapangan seperti kondisi

penggalian terutama pada lantai tambang (floor) dan lapisan batubara serta jenis

tanah atau batuan di bukaan tambang. Volume sumuran ditentukan dengan

menggabungkan grafik intensitas hujan yang dihitung dengan teori Mononobe

versus waktu, dan grafik debit pemompaan versus waktu, dapat dilihat pada

gambar 5.

Gambar 5. Grafik Penentuan Volume Sumuran Air Tambang

Volume

Waktu pemompaan (Jam)

x = selisih vol. Terbesar

= volume sumuran

Vol. pemompaan (m3)

Vol. Air tambang (m3)

Page 27: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

13

Setelah ukuran sumuran diketahui tahap berikutnya adalah menentukan

lokasi sumuran pada bukaan tambang (Pit). Pada prinsipnya sumuran diletakkan

pada lantai tambang (Floor) yang paling rendah, jauh dari aktifitas penggalian

batubara, jenjang disekitarnya tidak mudah longsor, dekat dengan kolam

pengendapan, dan mudah untuk dibersihkan.

Volume sump, Kondisi sump dianggap sama seperti kerucut terpancug, sehingga

perhitungan Volume sump dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

Volume Inverted Frustum of Cone seperti yang dijelaskan pada gambar 6.

Gambar 6. Frustum Of A Pyramid And Frustum Of Cone

(sumber : Badhurahman, 2017)

Volume sump diibaratkan sama dengan Volume Inverted Frustum of Cone

yang dapat dihitung dengan persamaan (Badhurahman, 2017):

V =(π‘¨πŸ+π‘¨πŸ+ βˆšπ‘¨πŸ 𝒙 π‘¨πŸ

πŸ‘ x h

V = Volume Inverted Frustum of Cone (m3)

A1= Luas Alas (m)

A2= Luas Tutup (m)

H = tinggi(m)

2.5 Pompa

Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dari tambang. Sesuai dengan

prinsip kerjanya, pompa dibedakan atas:

Reciprocating Pump. Bekerja berdasarkan torak maju mundur secara

horizontal di dalam silinder. Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas

kecil dan umumnya dapat mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi.

Kerugiannya adalah beban yang berat serta perlu perawatan yang teliti. Pompa

jenis ini kurang sesuai untuk air berlumpur karena katup pompa akan cepat

rusak. Oleh karena itu jenis pompa ini kurang sesuai untuk digunakan di

tambang.

Page 28: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

14

Centrifugal Pump. Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di

dalam pompa. Air yang masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal

yang terjadi air akan dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran

pompa. Pompa jenis ini banyak digunakan di tambang, karena dapat melayani

air berlumpur, kapasitasnya besar dan perawatannya lebih muda.

Axial Pump. Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial

(sejajar poros) melalui kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling

kapal. Pompa ini dapat beroperasi secara vertikal maupun horizontal. Jenis

pompa ini digunakan untuk julang yang rendah.

Untuk memperkirakan debit pemompaan dihitung dengan Metode

Discharge. Langkah kerja metode ini yaitu buat alat ukur berbentuk β€œL” seperti

terlihat pada gambar. sisi yang pendek berukuran 4 (empat) inchi dan sisi yang

lebih panjang merupakan panjang kekuatan air (X) dinyatakan dalam satuan

mm. ketika air keluar dari pipa, letakan sisi L yang panjang pada bagian atas pipa

yang ditentukan pada saat sisi yang pendek menyentuh aliran air seperti yang

terlihat pada gambar 7, kemudian catat panjang X. Tabel 4 menampilkan

hubungan antara panjang X dan diameter pipa (d) yang menentukan besar debit

pompa.

Gambar 7. Pengukuran Debit Pompa Dengan Metode Discharge

(Sumber : Cassidy, 1973)

Nilai pengukuran debit pompa menggunakan alat ukur dengan panjang

sisi pendek 300 mm ditampilkan pada tabel 4.

Page 29: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

15

Tabel 4. Pengukuran Debit Pompa Berdasarkan Panjang X Dengan Sisi

Pendek Alat Ukur 300 mm

X

(mm)

d = 150 mm d = 200 mm d = 250 mm d = 300 mm

Ltr/dtk m3/jam Ltr/dtk m3/jam Ltr/dtk m3/jam Ltr/dtk m3/jam

300 22 80 39 139 61 218 87 313

350 26 93 45 162 71 255 101 364

400 30 107 51 185 81 291 116 418

450 33 120 58 208 91 327 128 461

500 36 131 64 231 101 364 145 522

550 40 144 71 254 111 400 159 572

600 45 160 77 278 121 436 174 626

650 48 173 83 300 131 472 188 677

700 52 186 90 324 141 508 202 727

750 56 200 96 347 151 544 216 778

800 59 213 103 369 162 582 232 835

850 63 226 109 392 172 618 244 878

900 67 240 115 415 182 654 256 922

950 70 251 122 439 192 690 273 983

1000 73 262 128 462 202 727 290 1.044

1050 77 275 135 485 212 763 304 1.094

1100 80 289 141 508 222 799 318 1.145

1150 85 305 148 532 232 835 333 1.199

1200 89 320 154 555 242 871 348 1.253

1250 93 333 161 578 252 907 362 1.303

1300 96 346 167 600 262 943 376 1.354

(Sumber : Cassidy, 1973)

2.6 Saluran Terbuka

Saluran terbuka berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air

menuju tempat penampungan (kolam pengendapan). Bentuk saluran terbuka

umumnya dipilih berdasarkan debit air, jenis / tipe material, dan kemudahan

dalam pembuatannya. Sumber air utama pada tambang terbuka adalah air

hujan.

Dalam sistem penyaliran terdapat beberapa bentuk penampang saluran

terbuka yang digunakan. Bentuk penampang saluran terbuka tersebut

diantaranya adalah bentuk persegi panjang, segitiga, dan trapesium. Beberapa

macam penampang saluran terbuka dengan rumus dan dimensinya:

Page 30: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

16

1. Bentuk persegi Panjang (lihat Gambar 8)

Luas Penampang basah (A) = 2h2

Lebar dasar saluran (B) = 2h

Keliling basah (P) = B + 2h = 4h

Jari-jari hidrolis (R) = Β½ h

Gambar 8. Penampang Saluran Terbuka bentuk Persegi Panjang

(Sumber : Suripin,2004)

2. Bentuk Segitiga (lihat Gambar 9)

Sudut Tengah = 900 (m=1)

Luas Penampang Basah (A) = h2

Keliling basah (P) = 2h √2

Jari-jari hidrolis (R) = 𝐑

𝟐√𝟐

Gambar 9. Penampang Saluran Terbuka bentuk Segitiga Panjang

(Sumber : Suripin,2004)

3. Bentuk Trapesium (lihat Gambar 10)

α=600 (m) = 𝟏

βˆšπŸ‘

Page 31: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

17

Luas Penampang basah (A) = h2√3

Lebar dasar saluran (B) = 2 [ βˆšπ’ŽπŸ + 𝟏 βˆ’ π’Ž ] h = 𝟐

πŸ‘ h βˆšπŸ‘

Keliling basah (P) = 2h βˆšπŸ‘

Jari-jari hidrolis (R) = Β½ h

Lebar Permukaan Saluran (b) = B + 2.m.h

Gambar 10. Penampang Saluran Terbuka bentuk Segitiga

Panjang (Sumber : Suripin,2004)

Dalam merancang bentuk saluran terbuka, beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain, dapat mengalirkan debit air yang direncanakan dan

mudah dalam penggalian saluran. Bentuk penampang saluran terbuka yang

paling sering digunakan dan umum dipakai adalah trapesium. Bentuk

trapesium dipilih dengan alasan yaitu mudah dalam pembuatannya, ekonomis,

efisien, mudah dalam perawatannya, dan stabilitas kemiringan dindingnya

dapat disesuaikan menurut keadaan daerah.

Kemiringan Saluran

Kemiringan memanjang dasar saluran biasanya diatur oleh keadaan

topografi dan tinggi energi yang diperlukan untuk mengalirkan air. Dalam

berbagai hal, kemiringan ini dapat pula tergantung pada kegunaan saluran.

Misalnya saluran yang digunakan sebagai distribusi air seperti yang dipakai

dalam irigasi, persediaan air minum, penambangan hidrolika dan proyek

pembangkit dengan tenaga air, memerlukan taraf yang tinggi pada titik

penghantar, sebab itu diusahakan kemiringan yang sekecil-kecilnya untuk

menjaga agar kehilangan tinggi tekan akan sekecil-kecilnya. Kemiringan dinding

saluran terutama tergantung pada jenis bahannya. Tabel 5 memuat kemiringan

yang dapat dipakai untuk berbagai jenis bahan.

Page 32: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

18

Tabel 5. Kemiringan Dinding Saluran Berbagai Jenis Bahan

Bahan Kemiringan dinding

Batu Hampir tegak lurus

Tanah gambut (peat), rawang (muck) 1 : ΒΌ Lempung teguh atau tanah berlapis

beton 1 : Β½ sampai 1 : 1

Tanah berlapis batu atau tanah bagi

saluran lebar 1:1

Lempung kaku atau tanah bagi parit kecil 1 : 1Β½

Tanah berpasir lepas 1 : 2

Lempung berpasir atau lempung berpori 1 : 3

Kemiringan dinding saluran tergantung pada macam material atau bahan yang

membentuk tubuh saluran. Harga koefisien kekasaran saluran terbuka menurut

Manning disajikan dalam bentuk tabel 6.

Tabel 6. Harga Koefisien Kekasaran Dinding Saluran Terbuka

Tipe Dinding Saluran n

Semen 0,01 – 0,014

Beton 0,011 – 0,016

Bata 0,012 – 0,02

Besi 0,013 – 0,017

Tanah 0,02 – 0,03

Gravel 0,022 – 0,035

Tanah yang ditanami 0,025 – 0,04

Penentuan debit aliran pada saluran terbuka dihitung menggunakan

rumus Manning, yaitu:

Q = 1

𝑛 . S1/2 . R2/3 . A

Keterangan:

Q = Debit air yang akan dialirkan (m3/s).

n = Koefisien kekasaran dinding saluran menurut Manning.

S = Kemiringan dasar saluran terbuka (%).

R = Jari–jari hidrolik (m).

A = Luas penampang basah saluran (m2).

2.7 Kolam Pengendapan

Kolam pengendapan berfungsi sebagai tempat menampung air tambang

sekaligus untuk mengendapkan partikel – partikel padatan yang ikut bersama air

Page 33: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

19

dari lokasi penambangan, kolam pengendapan ini dibuat dari lokasi terendah dari

suatu daerah penambangan sehingga air akan masuk ke settling pond secara

alami dan selanjutnya di alirkan kesungai melalui saluran pembuangan. Adanya

settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah penambangan sudah bersih

dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan pada sungai atau

laut sebagai tempat pembuangan akhir (Ardiansyah dan Napitupulu, 2017)

Pada umumnya Settling pond dirancang untuk menjaga agar tidak terjadi

pencemaran air yang disebabkan oleh partikel koloid. Dalam perencanaan kolam

pengendapan terdapat beberapa parameter yang harus dipertimbangkan antara

lain volume limpasan, kecepatan pengendapan, jenis material, dan lain

sebagainya. Dimensi settling pond dipengaruhi oleh debit air limpasan yang

masuk ke dalam settling pond dan juga kecepatan pengendapan (vt). Pada

perencanaan settling pond dibuat menjadi 3 kompartemen, yaitu zona masukan

(Inlet), zona sedimentasi, dan zona keluaran (Outlet) di mana debit akan

terdistribusi merata ke tiga settling pond.

Dalam merancang kolam pengendapan terdapat beberapa faktor yang

harus dipertimbangkan antara lain, debit air tambang, ukuran dan bentuk

butiran padatan yang masuk dan keluar, persen air, dan persen padatan. Hal

ini bertujuan untuk mendapat perhitungan yang optimal dan akurat pada saat

penerapan kolam pengendapan di lapangan.

Penentuan letak kolam pengendapan yang akan dibuat harus

memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Harus berada diluar area penambangan.

2. Harus berada di dalam IUP perusahaan.

3. Terletak di lokasi yang memiliki elevasi lebih rendah.

4. Terletak di daerah yang relatif stabil.

5. Relatif dekat dengan badan-badan air di permukaan tanah, seperti

sungai, rawa, danau, dan laut.

Air yang keluar dari daerah penambangan diharapkan sudah memenuhi

ambang batas yang diijinkan oleh perusahaan karena sudah melewati kolam

pengendapan, sehingga tidak menimbulkan komplain dari masyarakat dan juga

mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

Perhitungan Persentase Pengendapan

Page 34: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

20

Perhitungan persentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui

apakah kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsi untuk

mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air tambang .

Gambar 11. Aliran Partikel di Kolam Pengendapan (Sumber :

Currie,John M,1973)

Keterangan :

b = Lebar Kolam Pengendapan (m)

Vh = Kecepatan mendatar partikel (m/s)

Vt = Kecepatan Pengendapan (m/s)

H = Kedalaman Kolam Pengendapan (m)

1 = Panjang Kolam Pengendapan (m)

Zona Kolam Pengendapan

Bentuk kolam pengendapan biasanya hanya digambarkan secara

sederhana, yaitu berupa kolam berbentuk persegi panjang, tetapi sebenarnya

bentuk kolam pengendapan di lapangan dapat bermacam–macam, disesuaikan

dengan keperluan dan keadaaan lapangannya. Walaupun bentuknya

bermacam–macam, namun pada setiap kolam pengendapan akan selalu ada 4

zona penting yang terbentuk karena proses pengendapan material padatan.

Keempat zona tersebut adalah sebagai berikut:

Zona Masukan. Merupakan tempat masuknya aliran air berlumpur ke dalam

kolam pengendapan dengan anggapan campuran antara padatan dan cairan

terdistribusi secara merata.

Zona Pengendapan. Merupakan tempat partikel akan mengendap. Material

padat akan mengalami proses pengendapan di sepanjang saluran masing–

Page 35: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

21

masing.

Zona Endapan Lumpur. Merupakan tempat dimana partikel padatan dalam

cairan mengalami sedimentasi dan terkumpul pada bagian bawah saluran

pengendap.

Zona Keluaran. Merupakan tempat keluarnya buangan cairan yang relatif bersih,

zona ini terletak pada akhir saluran.

Bentuk dari kolam pengendapan agar dapat berfungsi lebih efektif harus

memenuhi beberapa persyaratan teknis, antara lain:

1. Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkelok–kelok (zig–zag),

agar kecepatan aliran air relatif rendah sehingga partikel padatan cepat

mengendap.

2. Geometri kolam pengendapan biasanya disesuaikan dengan ukuran alat

berat yang digunakan untuk membuat atau melakukan perawatan kolam

pengendapan.

Gambar 12. Zona Zona Kolam Pengendapan (Sumber :Partanto

Prodjosumarto)

Page 36: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

22

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di PT Bara Batin Pratama yang terletak di Desa

Kotoboyo, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi.

Lokasi penelitian dapat dicapai dengan menempuh jalur darat melalui jalan

provinsi yang berjarak Β±96 Km dengan waktu tempuh sekitar Β±3 jam

menggunakan kendaraan roda empat dari Kota Jambi. Adapun waktu

pelaksanaan kegiatan penelitian ini dlakukan selama satu bulan (1 bulan) yaitu

pada 16 September 2019 sampai dengan 18 Oktober 2019 di PT Bara Batin

Pratama.

3.2 Peralatan Penelitian

Adapun alat yang digunakan pada saat melakukan pengambilan data

sebagai berikut :

1. Kamera, digunakan untuk mengumpulkan foto-foto sebagai data pendukung.

2. GPS, di gunakan untuk menghitung luasan, elevasi dan catchment area pada

PT Bara Batin Pratama

3. Alat tulis, meliputi pena, pensil 2B, penggaris untuk mencatat data-data dan

membuat tabel sederhana untuk mencatat data pengukuran yang diambil dan

didapatkan dilapangan.

4. Kayu berbentuk L, Kayu ini dibuat dari papan berbentuk huruf L yang alat ini

digunakan sebagai alat ukur penentu kapasitas pompa secara aktual.

5. Botol air mineral dengan diameter 8 cm, yang digunakan untuk mengukur

volume endapan lumpur.

6. Helm safety, safety shoes dan safety vest, yang digunakan untuk melindungi

dari bahaya.

7. Perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan data.

Page 37: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

23

Tabel 7. Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Keterangan 1 2 3 4 5

1 Konsultasi

Diskusi semua hal mengenai penelitian mulai dari

penyusunan Proposal, revisi proposal, pegambilan dan

pengolahan data, penyusunan skripsi hingga sidang

dengan pembimbing 1 dan pembimbing 2

2 Penyusunan

Proposal

Penelitian

Penyusunan proposal penelitian yang dibimbimbing

oleh pembimbing dan pembimbing 2 tugas akhir

3 Seminar

Proposal

Penelitian

Evaluasi proposal penelitian sebelum dilakukan pengambilan data yang dibahas oleh pembimbing dan

penguji tugas akhir

4 Revisi

Proposal

Penelitian

Memperbaiki proposal penelitian berdasarkan saran

dari pembimbing dan penguji

5 Pengambilan

Data

Pengambilan data Debit Air limpasan,Dimensi Sump,

Debit Pompa

6 Pengolahan

Data

Pengolahan data, menghitung debit air limpasan

,Dimensi Sump,Intensitas curah hujan, mengetahui

luasan daerah tangkapan curah hujan dan dimensi

settling pond

7 Penyusunan

Skripsi

Menyusun Bab IV hingga lampiran yang dibimbing oleh

pembimbing 1 dan pembimbing 2 tugas akhir

8 Seminar

Hasil

Penelitian

Evaluasi data dan draf tugas akhir yang telah disusun

kepada pembimbing dan penguji tugas akhir

9 Revisi Hasil

Penelitian

Memperbaiki draf tugas akhir berdasarkan saran dan

masukan setelah dilakukan seminar hasil penelitian

10 Sidang

Mempresentasikan hasil akhir tugas akhir yang telah

diperbaiki didepan pembimbing dan penguji tugas

akhir

Page 38: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

24

3.3 Metode Penelitian

Penelitian tugas akhir ini menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif, merupakan metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan

data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan

metode statistik yang digunakan. penelitian deskriptif dalam penelitian tugas

akhir ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-

keterangan mengenai kondisi keadaan lapangan secara langsung yang dijadikan

sebagai landasan dalam analisis dan pengolahan data penelitian yang diambil

pada Pit 1 PT Bara Batin Pratama Kegiatan penelitian secara umum dilakukan

mengikuti langkah-langkah berikut :

Observasi Lapangan

Tahap observasi lapangan adalah melakukan pengamatan secara

langsung terhadap masalah yang dialami PT Bara Batin Pratama, observasi

dilakukan yaitu luasan catchment area, kondisi sump dan settling pond.

Studi Literatur

Studi literatur ini dilakukan untuk memperoleh dan mengumpulkan

informasi umum mengenai kegiatan sistem penyaliran tambang dengan merujuk

pada beberapa buku, penelitian tugas akhir serta jurnal yang berkaitan.

Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan sebelum dan saat penelitian. Data

yang dibutuhkan berupa data yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir

penyaliran tambang, yang mana terdapat dua data yang diambil oleh penulis,

yaitu:

Data Sekunder. Merupakan data pendukung dari data primer ataupun data yang

telah tersedia yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menguatkan data

primer yang didapatkan. Data sekunder yang dikumpulkan seperti:

1. Data curah hujan digunakan untuk menghitung curah hujan rencana dan

intensitas hujan yang nantinya akan berhubungan dengan debit air yang

masuk ke dalam Sump. Data curah hujan yang diperlukan adalah data curah

hujan periode 5 tahun yang didapatkan dari Pt Bara Batin Pratama.

2. Peta kontur adalah peta yang mempresentasikan elevasi tinggi rendahnya

suatu daerah tertentu. Peta kontur didapatkan dari citra satelit yang

kemudian di olah dengan peneliti dengan software global mapper.

Page 39: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

25

3. Spesifikasi pompa digunakan sebagai data tambahan dalam pelaporan, yang

meliputi jenis pompa yang digunakan, Selanjutnya data-data yang didapatkan

ini digunakan sebagai data pendukung dari kapasitas pompa yang akan

digunakan pada proses pemompaan.

Data Primer. Merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan

pengamatan langsung dilapangan dengan bimbingan pembimbing lapangan

beserta karyawan yang terkait. Data primer yang akan diambil oleh penulis

seperti:

1. Menghitung besar intensitas curah hujan dengan metode Monobe

3/2

24 24

24

t

RI

2. Menghitung luas Daerah Tangkapan Curah Hujan (Catchment Area) pada pit 1

dengan menggunakan GPS

3. Perhitungan Debit Limpasan dengan menggunakan rumus :

Q = 0,278 . C . I . A

4. Dimensi Sump. Dilakukan perhitungan dimensi sump yang sesuai terhadap

debit air limpasan pit 1 serta dapat mengetahui volume air yang tertampung

di dalam sump

5. Kapasitas pompa. Kapasitas pompa merupakan kemampuan pompa untuk

memompakan air yang ada di dalam sump dan dipindahkan ke dalam settling

pond dalam satuan waktu. Kapasitas pompa diukur dengan menggunakan

metode discharge. Prinsip kerja yang digunakan adalah dengan membuat kayu

pengukuran berbentuk L, dengan panjang sisi pendek vertikal adalah 350 mm

dan panjang sisi horizontal adalah 2000 mm. Selanjutnya pengambilan data

dilakukan pada outlet pipa dan diukur jangkauan air yang keluar dari outet

pipa dengan meletakkan kayu pengukuran tepat pada ujung sisi pendek kayu

dan bersentuhan dengan posisi air yang telah keluar dari outlet pipa.

6. Menentukan dimensi saluran terbuka. Perhitungan dimensi saluran terbuka

di dapatkan dari hasil perhitungan luasan Catchment Area saluran terbuka

dan debit pompa.

7. Perhitungan volume endapan lumpur atau persentase solid yang masuk

kedalam settling pond

8. Menentukan dimensi settling pond. Perhitungan dimensi settling pond di

dapatkan dari hasil perhitungan debit pompa dan debit limpasan saluran

terbuka.

Page 40: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

26

Pengolahan Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh kemudian diolah dengan

perhitungan menggunakan berbagai rumus seperti beberapa perhitungan secara

teoritis yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan rangkaian

perhitungan untuk penyelesaian masalah yang ada.

1. Data curah hujan diolah menggunakan microsoft excel. Curah hujan rencana

ditentukan dari hasil analisa data curah hujan selama 5 tahun terakhir, yang

diperoleh dari PT Bara Batin Pratama. Curah hujan yang sudah didapatkan

selanjutnya ditentukan rata-rata curah hujannya, simpangan baku data curah

hujan, nilai reduksi variat dan nilai koreksi simpangan menggunakan

microsoft excel, kemudian untuk nilai curah hujan rencana ditentukan dengan

menggunakan persamaan Gumbel .

Xt = X + 𝑺

𝑺𝒏 (Yt-Yn)

Dimana :

Xt : Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)

X : Curah hujan rata-rata (mm)

S : Simpangan Baku (Standar deviation)

Sn : Standar deviasi dari reduksi variate, nilainya tergantung jumlah

data

Yt : nilai reduksi variate dari variabel yang diharapkan terjadi pada

periode ulang tertentu

Yn : Koreksi rata-rata (reduced mean)

2. Intensitas curah hujan yang digunakan adalah 5 tahun terakhir yang

diperoleh dari PT Bara Batin Pratama. Dari data tersebut dapat ditentukan

intensitas curah hujan dengan menggunakan persamaan Monobe:

𝑰 =π‘ΉπŸπŸ’

πŸπŸ’(

πŸπŸ’

𝒕)

πŸπŸ‘

Dimana :

R24 : Curah hujan maksimum harian (mm/hari)

t : Durasi hujan rencana (jam)

I : Intensitas curah hujan (mm/jam)

3. Debit limpasan air hujan, didapat dari hasil perhitungan intensitas curah

hujan dan luas catchment area, kemudian ditentukan koefisien limpasan

berdasarkan kondisi catchment area sehingga dapat diperoleh debit limpasan

dengan menggunakan persamaan rasional seperti dibawah ini:

Q = 0,278 x C x I x A

Page 41: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

27

dimana :

Q = Debit limpasan (m3/detik)

C = Koefisien limpasan

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

A = Luas catchment area (km2)

Luas Catchment area di dapat dari peta topografi yang mana peneliti melihat

daerah yang memiliki elevasi tertinggi, sehingga peneliti dapat melihat arah air

mengalir dari daerah tertinggi menuju daerah terendah dari wilayah penelitian

tersebut. Awalnya peneliti mengukur luasan pit 1 menggunakan alat ukur GPS

dengan cara memplotting dengan berpindah jarak per 10 meter dan untuk

tikungan/belokan di ploting per 5 meter sehingga saat di tampilkan pada

perangkat lunak hasil yang di dapatkan lebih rapi dan akurat. Tujuan dari

perhitungan luasan pit tersebut yaitu untuk memudahkan peneliti dalam

mencari lokasi/daerah pasti pada penelitian tersebut. Setelah menghitung

luasan pit dengan menggunakan GPS, peneliti mengolah data GPS tersebut

dengan mencari original koordinat dari pit ke data citra satelit daerah

sarolangun. Selanjutnya peneliti dapat melihat elevasi tertinggi dan terendah

pada PT Bara Batin Pratama serta peneliti memploting catchment area pada

pit 1 dengan melihat daerah tertinggi dari pit tersebut.

4. Bentuk sump yang direkomendasikan oleh peneliti adalah berbentuk

trapesium. Bentuk trapesium ini memiliki penampang alas dan permukaan

berbentuk persegi dengan luas permukaan lebih besar dibandingkan luas alas

dan membentuk sudut 450

5. Debit pompa Aktual. Debit pompa diukur dengan menggunakan metode

discharge. Prinsip kerja yang digunakan adalah dengan membuat kayu

pengukuran berbentuk L, dengan panjang horizontal dari kayu tersebut

adalah 2000 mm dan panjang sisi vertikal adalah 350 mm. Pada saat air keluar

dari outlet pipa dan diukur jangkauan air yang keluar dari outet pipa dengan

meletakkan kayu pengukuran tepat pada ujung sisi pendek kayu dan

bersentuhan dengan posisi air yang telah keluar dari outlet pipa. Pengukuran

dilakukan sebanyak sepuluh kali pengukuran. Sedangkan perhitungan head

pompa dilakukan dengan mengukur panjang pipa dari sisi inlet sampai dengan

outlet menggunakan meteran.

6. Perencanaan saluran terbuka. Perencanaan saluran terbuka dihitung dengan

analisis parameter-parameter yang meliputi : kemiringan dinding saluran (m)

= 1/tan Ξ± , panjang bawah (b) = 𝟐{(𝟏 + π’ŽπŸ)𝟎.πŸ“ βˆ’ π’Ž} , jari-jari hidrolis (R) = 0.5 .

d, panjang atas (B) = b + 2m . d, panjang sisi luar saluran (a) = d/sin Ξ±, dan

Page 42: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

28

luas penampang saluran (A) = (b + m.d). selanjutnya akan diperoleh dimensi

saluran terbuka yang sesuai dengan debit air yang masuk ke dalam saluran

terbuka tersebut.

7. Volume endapan lumpur atau persentase solid yang masuk kedalam settling

pond, didapatkan dengan cara mengambil sampel air di sump dengan cara

mengaduk (blending) sehingga lumpur dan air tercampur menjadi satu.

peneliti menggunakan botol air mineral 600cc sebanyak 5 sampel dan

kemudian diendapkan selama 1 hari sampai material solid terlihat jelas dan

hitung tebal solid dan tebal air kemudian dihitung persentasi solid dan

persentasi air.

8. Perencanaan dimensi settling pond berdasarkan dengan debit air yang masuk

ke lokasi penambangan tepatnya yaitu debit air saluran terbuka dan debit air

pompa.

Analisis Data

Analisis hasil pengolahan data lebih lanjut dilakukan dengan

pertimbangan teoritis dan praktis untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Analisis data dilakukan pada semua data primer dan data sekunder yang telah

diambil dan diolah, sehingga data tersebut dapat dijadikan sebagai data yang

valid dalam penelitian tugas akhir ini.

Page 43: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

29

3.4 Alur Kerja Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan-tahapan untuk

menunjang kelancaran dari penelitian seperti ditunjukkan pada bagan dibawah

ini:

Gambar 13. Diagram Alir Penelitian

Rancang Bangun Sistem Penyaliran pada Pit 1 PT

Bara Batin Pratama

Studi literatur

Pengumpulan data

Observasi Lapangan

Ait Tanah

Kesimpulan

Analisis data

Pengolahan data

Data primer

1. Catchment Area

2. Debit Limpasan Air

3. Kapasitas pompa

4. Dimensi Sump 5. Dimensi saluran terbuka 6. Dimensi settling pond

Data sekunder

1. Data Curah Hujan 2. Keadaan umum daerah

penelitian

Page 44: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Curah Hujan

Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan PT Bara Batin

Pratama adalah air hujan. Sehingga besar kecilnya curah hujan yang terjadi di

sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi banyak sedikitnya air tambang

yang harus dikendalikan. Data hujan di peroleh dari stasiun pengukur curah

hujan terdekat yaitu PT Inti Indosawit Subur Kebun Bulian yang di nyatakan

dalam satuan millimeter (mm). Dalam penelitian ini pengolahan data curah hujan

di lakukan untuk mendapatkan besarnya nilai curah hujan rencana dan

intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan yang di dapat pada daerah PT

Bara Batin Pratama ini yaitu 1,677 mm/jam. Hujan rencana di tentukan dari

hasil analisis frekuensi data curah hujan 5 tahun terakhir yang tersedia, yaitu

dengan mengambil/mencatat curah hujan rata rata pada periode 2014-2018.

Berdasarkan data curah hujan, di peroleh data curah hujan rata-rata 223,1

mm/bulan.

Tabel 8. Data Curah Hujan PT Indosawit Subur Kebun Bulian

Bulan 2014 2015 2016 2017 2018

Januari 151 292 311 182 143

Februari 3 50 319 229 324

Maret 89 224 391 362 354

April 283 484 172 305 554

Mei 218 108 102 281 269

Juni 165 244 157 129 75

Juli 337 17 223 148 108

Agustus 130 64 153 281 59

September 37 8 101 256 128

Oktober 241 79 229 322 177

November 410 305 229 393 596

Desember 325 354 229 185 294

Total 2389 2229 2616 3073 3081

rata-rata 199.083333 185.75 218 256.0833 256.75

Rata-rata curah hujan 5 tahun terakhir 223.1

4.2 Daerah Tangkapan Hujan

Penentuan luas daerah tangkapan hujan dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan langsung di lapangan dengan mengukur luas daerah

menggunakan GPS (tracking) dan hasil tersebut akan di analisa dengan perangkat

lunak (software) Autocad 2016. Pada penelitian ini peneliti tidak mendapatkan

peta topografi dari perusahaan, akan tetapi peta tersebut di dapat dengan cara

Page 45: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

31

pengukuran luas daerah menggunakan GPS serta dengan melihat citra satelit

pada daerah PT Bara Batin Pratama yang mana peta tersebut merupakan data

sekunder pada penelitian ini. Awalnya peneliti mengukur luasan pit 1

menggunakan alat ukur GPS dengan cara memplotting dengan berpindah jarak

per 10 meter dan untuk tikungan/belokan di ploting per 5 meter sehingga saat di

tampilkan pada perangkat lunak hasil yang di dapatkan lebih rapi dan akurat.

Tujuan dari perhitungan luasan pit tersebut yaitu untuk memudahkan peneliti

dalam mencari lokasi/daerah pasti pada penelitian tersebut. Setelah menghitung

luasan pit dengan menggunakan GPS, peneliti mengolah data GPS tersebut

dengan mencari original koordinat dari pit ke data citra satelit daerah

Sarolangun. Selanjutnya peneliti dapat melihat elevasi tertinggi dan terendah

pada PT Bara Batin Pratama serta dilakukan ploting catchment area pada pit 1

dengan melihat daerah tertinggi dari pit tersebut. Luas Cathcment area Pit 1

adalah 46496,564 m2 atau 0,0464 km2 (gambar 15).

Gambar 14. Tracking Luasan Pit 1 (sumber : dokumentasi peneliti)

Catchment area hujan pada Pit 1 memiliki nilai koefisien limpasan 0,9,

disebabkan karena catchment area hujan termasuk ke dalam daerah yang curam

serta kemiringan dari area tersebut termasuk ke dalam lahan daerah tambang

yaitu >15% (Tabel 3) dan koefisien limpasan 0,9 dapat dikatakan air yang

melimpas di permukaan atau air limpasan sebesar 90% dan 10% sisanya dapat

diserap oleh tumbuhan-tumbuhan kecil yang ada disekitar catchment area.

Page 46: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

32

Gambar 15. Luas Daerah Tangkapan Curah Hujan PT Bara Batin Pratama

(sumber : Software Autocad 2007)

4.3 Perhitungan Debit Limpasan

Dalam menentukan debit limpasan air hujan, terlebih dahulu ditentukan

curah hujan rencana dan intensitas curah hujan. Curah hujan rencana

ditentukan dengan menggunakan metode Gumbel. Metode Gumbel ini digunakan

karena metode ini merupakan metode umum yang sering digunakan dalam

merencanakan curah hujan yang akan terjadi pada daerah penelitian.

Perhitungan debit air limpasan dapat di tentukan setelah di ketahui nilai

koefisien limpasan, luasan daerah tangkapan hujan dan intensitas curah hujan,

nilai intensitas curah hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus monobe

sebagai berikut :

3/2

24 24

24

t

RI

Pada perhitungannya Intensitas curah hujan yang terjadi pada daerah

penambangan pit 1 PT Bara Batin Pratama adalah sebagai berikut :

I = 𝑅24

24(

24

𝑑𝑐)

2/3

= 10,91

24(

24

3,32)

2/3

= 0,4545 (7,23)2/3

= 1,677 mm/jam

Page 47: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

33

Dan pada perhitungan debit limpasannya di hitungan dengan

menggunakan rumus rasional :

Q = 0,278 x C x I x A

Pada perhitungan debit limpasan, nilai koefisien limpasan pada pit 1 PT

Bara Batin Pratama adalah 0,9 karena daerah tersebut termasuk jenis lahan

terbuka daerah tambang dengan kemiringan >15%. Sehingga didapat nilai dari

debit limpasan air 68,4 m3/jam. dengan perhitungan sebagai berikut :

Q = C x I x A

= 0,9 x 1,677 mm/jam x 0,0464 km2

= 0,278 x 0,9 x 1,677 m/detik x 0,0464 m2

= 0.019 m3/detik

= 68,4 m3/jam

Berdasarkan perhitungan debit air limpasan tersebut dapat di tentukan

volume air yang terdapat di dalam sump sebesar 2497,968 m3, dengan

perhitungannya :

V = Q . t

= 68,4 m3/jam x 3,32 jam/hari

= 227,088 m3/hari

= 277,088 m3/hari x 11 hari = 2497,968 m3

4.4 Pompa

Gambar 16. Pompa Rakit yang akan di gunakan PT Bara Batin Pratama

Pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air dari sump pada pit 1 PT

Bara Batin Pratama ini menggunakan pompa rakit yang bertenaga dari mesin

truk. Ketika peneliti melakukan penelitian debit pompa air yang didapatkan oleh

peneliti dengan cara melakukan pengukuran menggunakan metode discharge

debit air yang dialirkan oleh pompa adalah 560,75 m3/jam). Dari hasil

Page 48: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

34

pengamatan dan pengukuran debit air pompa dapat dilihat bahwa panjang

kekuatan air (X) adalah 1210 mm. Namun pada tabel untuk panjang kekuatan

air 1210 tidak ada sehingga penulis memutuskan untuk melakukan interpolasi

terhadap nilai tersebut.

Gambar 17. Panjang Lemparan air pada Pompa Rakit PT Bara Batin Pratama

(Sumber : pengolahan peneliti)

Gambar 18. Hasil pengeplotan data panjang kekuatan air dan diameter pipa

(Sumber : pengolahan peneliti)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilakukan interpolasi seperti berikut :

Q1210 = Q1200 + {(πŸπŸπŸπŸŽβˆ’πŸπŸπŸŽπŸŽ

πŸπŸπŸ“πŸŽβˆ’πŸπŸπŸπŸŽ) 𝒙 (π‘ΈπŸπŸπŸ“πŸŽ βˆ’ π‘ΈπŸπŸπŸŽπŸŽ}

= 555 + {(𝟏𝟎

πŸ’πŸŽ) 𝒙 (πŸ“πŸ•πŸ– βˆ’ πŸ“πŸ“πŸ“)}

= 555 + (0,25 x 23)

Page 49: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

35

= 555 + 5,75

= 560,75 m3/jam

Jadi dari hasil interpolasi panjang lemparan air maka diperoleh debit pompa

pada PT Bara Batin Pratama adalah 560,75 m3/jam. Dari debit air yang

diperoleh diatas peneliti dapat menghitung kecepatan alir air didalam pipa

dengan cara seperti dibawah ini:

Q = 560,75 m3/jam = 0,1557 m3/detik

d = 220 mm = 0,22 m

r = 0,11

A = 𝝅 r2

= 3,14 . (0,11)2

= 3,14 . 0,0121

= 0,038 m2

Q = v . A

v = 𝑸

𝑨

= 𝟎,πŸπŸ“πŸ“πŸ•

𝟎,πŸŽπŸ‘πŸ–

= 4,097 m/s

Pada penelitian ini, peneliti menyarankan kepada perusahaan dengan

menggunakan pompa yang dapat mengeluarkan jumlah air yang terdapat di

dalam sump yaitu Pompa Volvo Penta DND 200 dan mengalir pada pipa HDPE

yang ukurannya berdiameter 200 mm :

Gambar 19. Rekomendasi pompa oleh peneliti untuk PT Bara Batin Pratama

Page 50: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

36

Menurut peneliti dengan memikirkan efek berkelanjutan aktivitas

penambangan hal ini tidak selamanya perusahaan memakai pompa rakit dari

mesin truk tersebut maka peneliti menyarankan kepada perusahaan untuk

menggunakan pompa Volvo Penta DND200 yang mana pada spesifikasinya

memenuhi kebutuhan akan jumlah air yang berada di sump. Akan tetapi debit

yang di ambil dari spesifikasi pompa Volvo Penta DND200 ini hanya 75% dari

debit aliran maksimal pada pompa, hal ini disebabkan karena banyak terjadi

gangguan dan kenyataannya di lapangan kinerja alat tidak 100% bekerja

maksimal. Pada pemompaan fluida yang dipompakan tidak berupa air murni,

akan tetapi mengandung partikel bawaan air pada saat mengalir menuju sump.

Ini dibuktikan dengan kondisi sump juga sudah pasti banyak terendapkan oleh

lumpur, sehingga banyak kejadiannya pompa terkadang dihentikan operasinya

karena inlet pipa dekat dengan lumpur. Berdasarkan debit air yang di peroleh

dari pompa tersebut di dapat nilai kecepatan alir air sebesar 5,493 m/s. Dan pada

pemilihan pipa peneliti menyarankan untuk menggunakan pipa HDPE yang

berukuran 200 mm (Lampiran 6).

4.5 Evaluasi Kapasitas dan Dimensi Sump

Pada kondisi pit 1 ini tidak memiliki dimensi yang pasti atau tidak

direncanakan sebelumnya karena dimensi sump mengikuti volume air yang

masuk ke dalam sump walaupun pada kondisi sekarang tidak begitu banyak air

yang berada di sump yang mana bulan September - Oktober merupakan kondisi

jarang hujan (kemarau). Kondisi sump yang tidak dilakukan perencanaan

sebelumnya akan menyebabkan air dan lumpur pada sump tidak terkontrol, hal

tersebut juga menghambat proses pemompaan apabila kondisi sump sudah

banyak terdapat lumpur. Jadi menurut peneliti sebaiknya sump yang ada pada

saat ini dilakukan perawatan seperti proses pengambilan lumpur yang

terendapkan di sump menggunakan excavator long-arms dengan cara mencampur

lumpur dengan overburden agar lumpur yang digali bisa maksimal dan tidak

terlalu lengket. Kemudian dilakukan pemompaan sehingga air pada sump

tersebut habis dan dilakukan perubahan dimensi sump dan letak sump. Letak

sump tidak berubah melainkan mengikuti elevasi terendah dari pit sedangkan

dimensinya yang harus dilakukan evaluasi berdasarkan debit air yang masuk ke

dalam pit dan kapasitas pompa yang digunakan agar kegiatan penambangan

dapat berjalan dengan baik.

Kapasitas dan dimensi sump yang baru dibuat dengan menganggap bahwa

dalam satu bulan tidak dilakukan pemompaan, pemompaan dilakukan ketika

dimensi tersebut sudah penuh. Parameter penentu kapasitas dan dimensi sump

yang baru adalah debit air yang masuk ke dalam sump selama 1 bulan, dimana

Page 51: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

37

debit air yang masuk ke dalam sump tersebut berasal dari debit limpasan air,

debit limpasan air selama satu bulan menghasilkan volume air sebesar 2497,968

m3 (Lampiran 5). Sehingga dari volume air tersebutlah yang peneliti gunakan

untuk menentukan dimensi sump yang baru yang ditempatkan pada elevasi yang

disesuakan dengan elevasi teredah pada pit dan dimensinya dilakukan evaluasi

berdasarkan kapasitas pompa dan debit air yang masuk.

Bentuk sump yang direkomendasikan oleh peneliti adalah berbentuk

trapesium, karena bentuk ini umum digunakan untuk sump. Yang mana untuk

bentuk trapesium ini memiliki penampang alas dan permukaan berbentuk

persegi dengan luas permukaan lebih besar dibandingkan luas alas dan

membentuk sudut 450. Kedalaman sump ditentukan berdasarkan kemudahan

jangkauan maksimum excavator yang digunakan pada pit 1 dalam proses

penambangan yaitu 4 m.

Berdasarkan perhitungannya (Lampiran 7) didapatkan dimensi sump

yang harus dibuat berukuran luas sisi atas 28,98 m x 28,98 m dan luas sisi alas

dari sump berukuran 20,98 m x 20,98 m dengan kedalaman 4 meter mampu

menampung air sebanyak 2497,968 m3. Dari jumlah air yang masuk ke dalam

sump baru yang diperhitungkan diatas yaitu 2560 m3 yang mana jumlah air ini

terkumpul ketika pompa tidak dioperasikan selama satu bulan dan air hanya

berasal dari limpasan air hujan saja.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi sump tidak

dilakukan perencanaan terlebih dahulu, sehingga peneliti menyarankan untuk

melakukan rancang bangun dimensi sump. Dimensi sump dilakukan perbaikan

dengan cara menganggap bahwa air yang masuk ke dalam sump berupa limpasan

air hujan selama satu bulan tanpa dilakukan pemompaan. Limpasan air hujan

tersebut yang menjadi patokan untuk volume sump. Dimensi sump yang baru

tersebut tiga kali lebih kecil dari dimensi sump sebelumnya sehingga area

penambangan akan semakin luas dan perawatan sump juga dapat dilakukan

lebih baik lagi, sehingga proses pemompaan tidak lagi tergantung terhadap

lumpur . Jadi pada evaluasi sump ini penulis hanya menyarankan untuk

melakukan perbaikan terhadap dimensi dan kapasitas sump saja, sedangkan

untuk letak sump bisa disesuaikan dengan elevasi terendah dari daerah tersebut.

4.6 Rencana Dimensi Saluran Tambang

Berdasarkan kondisi aktual saluran tambang pada saat ini, tidak mampu

menampung air jika di lakukannya pemompaan karena pada saat proses

pemompaan dilakukan outlet settling pond yang menghubungkan settling pond

dengan perairan bebas ditutup terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan bertujuan

agar air yang dikeluarkan menuju perairan bebas sebaiknya dilakukan penaatan

Page 52: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

38

terlebih dahulu sebelum dikeluarkan. Sehingga dengan ditutupnya outlet settling

pond maka pada saat settling pond penuh maka air pada saluran tambang tidak

dapat mengair dengan sempurna dan menyebabkannya melimpas. Dari uraian

tersebut maka peneliti melakukan evaluasi terhadap saluran tambang tersebut.

Peneliti mengevaluasi saluran tambang dengan bentuk trapesium karena

debit yang masuk ke dalam saluran tambang pada PT Bara Batin Pratama berasal

dari debit pompa. Debit pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air dan

mengalirkan air ke saluran tambang cukup besar yaitu 621 m3/jam. Bentuk

penampang saluran trapesium adalah paling sering digunakan dan umum

dipakai, sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam

perawatannya serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan menurut

keadaan daerah dan cocok digunakan pada debit air yang besar. Berdasarkan

kondisi lapangan debit pompa yang digunakan untuk mengalirkan air ke saluran

tambang cukup besar, sehingga peneliti memilih bentuk saluran tambang

berbentuk trapesium karena cocok digunakan pada debit yang besar, selain itu

juga mudah dalam pembuatannya dan perawatannya, efisien dan murah.

Berikut hasil rencana dimensi saluran tambang berdasarkan waktu

pengoperasian pompa :

Tabel 8. Rencana dimensi saluran berdasarkan debit pompa

Parameter dimensi saluran pada saat

pompa dihidupkan 8 jam Rekomendasi

Lebar dasar saluran (b) 4,16 m

Lebar permukaan saluran (B) 8,32 m

Kedalaman saluran (d) 3,61 m

Kemiringan dinding saluran (Ξ±) 60Β°

Panjang sisi miring saluran terbuka (a) 4,14 m

(sumber: pengolahan data peneliti)

Gambar 20. Evaluasi Dimensi Saluran Tambang (sumber:pengolahan data

peneliti)

Page 53: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

39

Pada gambar 20 dapat dilihat evaluasi dimensi saluran tambang, yang

mana dimensi tersebut di dapat berdasarkan besarnya volume air yang akan di

alirkan pada saluran tambang. Dari uraian diatas dapat dilihat dan disimpulkan

bahwa kondisi dimensi saluran tambang tersebut dapat menampung air dengan

maksimal selama pemompaan 8 jam/hari, sehingga direncanakan dimensi

saluran tambang berdasarkan debit air yang masuk ke dalam saluran tambang.

4.7 Kapasitas dan Rencana Dimensi Settling Pond

Pada PT Bara Batin Pratama ini perlu di lakukannya pembuatan settling

pond, karena pada perusahaan tersebut belum memiliki settling pond untuk

aliran air dari Pit 1 . Dari kondisi tersebut harus di upayakan pembuatan settling

pond yang mana air dari pit 1 tersebut sebelumnya jika tidak dialirkan kesungai

pasti akan menggangu dan menghambat proses penambangan tersebut maka

peneliti menyarankan untuk merencanakan dimensi seerta waktu perawatan

atau pengerukan settling pond sehingga kapasitas setlling pond nantinya tidak

menurun.

Pada kapasitas settling pond ditentukan dari berapa banyaknya material

solid yang terlarut dalam air hasil pemompaan dan juga disesuaikan dengan

rencana perawatan dari settling pond itu sendiri. Pada settling pond di PT Bara

Batin Pratama ini memiliki kadar solid yaitu 1,82% (lampiran 9). Kadar solid

tersebut didapatkan dari hasil pengambilan sampel peneliti di inlet settling pond

sebanyak 5 sampel yang diambil menggunakan botol minum mineral 600 cc.

Kapasitas settling pond juga ditentukan dengan jumlah debit air yang

masuk ke settling pond yang disesuaikan dengan kapasitas pompa, pada

penelitian ini dirancang dimensi settling pond berdasarkan debit pompa

maksimum yang masuk ke dalam settling pond jika dilakukan pemompaan

maksimal 8 jam perharinya. Lampiran 9 menunjukkan jumlah debit air yang

masuk, dimensi settling pond, kadar solid dan air serta waktu perawatan settling

pond.

Page 54: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

40

Tabel 10. Rekomendasi dimensi settling pond

Data dimensi settling pond rekomendasi

Debit pompa 8 jam 4968 m3/hari

Debit limpasan saluran 31,07 m3/hari

Total debit air yang masuk 4999,07 m3/hari

Debit solid 90,98 m3/hari

Debit air 4908,08 m3/hari

Dimensi settling pond Luas alas : 17,19 m x 17,19 m

Luas atas : 23,19 m x 23,19 m

Kapasitas setting pond

Tinggi : 3 m

1249,90 m3 /kolam

Waktu perawatan 55 hari

(sumber : pengolahan data peneliti)

Gambar 21. Rekomendasi Dimensi Settling pond

(sumber: pengolahan data peneliti)

Gambar 21 menunjukkan rencana dimensi settling pond yang

direncanakan oleh peneliti, dimana dimensi tersebut digunakan pada setiap

kolam yang terdapat pada settling pond yang ada pada saat ini dapat menampung

air dengan kapasitas 4999,6 m3. Air yang masuk ke dalam settling pond berasal

dari debit pompa dan debit limpasan hujan. Pada setiap air dipompakan

maksimal 8 jam/hari dapat memompa air sebesar 4968 m3/hari dengan debit

limpasan sebesar 31,07 m3/hari, sehingga debit total air yang masuk ke dalam

settling pond sebesar 4999,07 m3/hari. Maka dari itu dengan rancangan dimensi

tersebut air yang masuk ke dalam settling pond dapat mengalir dengan baik.

Debit air yang masuk kedalam settling pond bukan hanya air saja karna lumpur

Page 55: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

41

juga ikut terbawa masuk ke dalam settling pond. Persentasi lumpur yang terbawa

sudah dijelaskan diatas, dengan persentasi tersebut dapat diperoleh debit lumpur

atau solidnya adalah 90,98 m3/hari, sehingga di dapat waktu perawatan atau

pengerukan settling pond adalah 55 hari sekali (lampiran 9).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan dimensi settling pond yang

direkomendasikan berdasarkan jumlah debit air yang masuk ke dalam settling

pond dan juga ditentukan berdasarkan kadar solid yang ikut masuk ke dalam

settling pond yang nantinya akan berpengaruh terhadap kapasitas setting pond.

Dengan adanya solid yang terendapkan dalam settling pond tersebut maka perlu

dilakukan perawatan, yaitu proses penggalian lumpur yang terendapkan di dalam

settling pond sehingga kapasitas settling pond tidak menurun seperti yang sudah

direncanakan oleh penulis.

Page 56: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

42

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian Rencana Sistem Penyaliran pada pit 1

PT Bara Batin Pratama :

1. Besarnya Intensitas curah hujan yang di dapat pada daerah PT Bara Batin

Pratama ini yaitu 1,677 mm/jam. Pada hujan rencana di tentukan dari hasil

analisis frekuensi data curah hujan 5 tahun terakhir yang tersedia, yaitu

dengan mengambil/mencatat curah hujan rata rata pada periode 2014-2018.

Berdasarkan data curah hujan, di peroleh data curah hujan rata-rata

menggunakan metode gumbel yaitu 223,1 mm/tahun.

2. Kondisi daerah Sistem penyaliran tambang pada pit 1 PT Bara Batin Pratama

memiliki luas catchment area sebesar 46496,564 m2 atau 0,0464 km2.

3. Pada perhitungan debit limpasan, nilai koefisien limpasan pada pit 1 PT Bara

Batin Pratama adalah 0,9 karena daerah tersebut termasuk jenis lahan

terbuka daerah tambang dengan kemiringan >15%. Sehingga didapat nilai

dari debit limpasan air sebesar 68,4 m3/jam.

4. Pit 1 memiliki dimensi sump yang cukup besar sehingga dimensi sump

dievaluasi dengan menggunakan parameter total debit limpasan dalam satu

bulan yang menghasilkan volume air 2497,968 m3. Dari data tersebut dapat

dibuat dimensi sump ideal dengan membuat tinggi jagaan 50%, sehingga

dapat menghasilkan dimensi berukuran luas sisi atas 28,98 m x 28,98 m dan

luas sisi alas dari sump berukuran 20,98 m x 20,98 m dengan kedalaman 4

meter mampu menampung air sebanyak 2560 m3.

5. Pompa yang di rekomendasikan pada PT Bara Batin Pratama adalah pompa

Volvo Penta DND200 dengan debit 75% dari total debit aliran maksimum

pompa yaitu 621 m3/jam sudah mampu menangani jumlah debit air yang

masuk ke dalam sump, sehingga tidak perlu lagi diganti dengan pompa yang

lain.

6. Pada dimensi Saluran Tambang terlebih dahulu di ketahui debit air yang

masuk kedalam saluran tambang ada 2 yaitu debit pompa dan debit limpasan

dari saluran tambang. Debit pompa yang didapatkan 75% dari total debit

aliran maksimum pompa yaitu 621 m3/jam atau 0,1725 m3/detik. Sedangkan

untuk debit limpasan saluran tambang 0,0026 m3/detik atau 9,36 m3/jam.

Jadi total debit air maksimum saluran tambang adalah 0,1751 m3/detik atau

630,36 m3/jam. Dari data tersebut dapat dibuat dimensi saluran tambang

ideal, yaitu:

1. Lebar dasar saluran (b) = 4,16 m

2. Luas penampang basah saluran (A) = 22,56 m2

Page 57: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

43

3. Lebar permukaan saluran (B) = 8,32 m

4. Kedalaman saluran (d) = 3,61 m

5. Kemiringan dinding saluran (Ξ±) = 60Β°

6. Panjang sisi miring saluran terbuka (a) = 4,14 m

7. Berdasarkan pengamatan peneliti, air pada settling pond akan dilakukan

rencana pemompaan yaitu maksimal 8 jam/hari. Maka diperoleh dimensi

settling pond yang dibutuhkan adalah berukuran luas sisi atas 23,19 m x

23,19 m, ukuran luas sisi alas 17,19 m x 17,19 m dengan tinggi 3 m dengan

kapasitas 1249,76 m3/kolam dengan jumlah kolamnya ada 4. Kapasitas

settling pond mampu menampung air yang dipompa sebesar 4999,6 m3/hari

dengan kapasitas solid yang terbawa adalah 90,98 m3/hari , sehingga waktu

pengerukan direncana setiap 55 hari sekali.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah :

1. Dalam penelitian ini tidak melakukan pengukuran debit infiltrasi secara

langsung, sehingga untuk penelitian selanjutnya dilakukannya pengukuran

debit infiltrasi atau studi hidrogeologi.

2. Dalam penelitian ini tidak di dapatkannya peta topografi daerah penelitian dari

perusahaan sehingga peneliti tidak dapat menampilkan lokasi posisi daerah

yang di teliti.

3. Dalam penentuan bentuk saluran tambang peneliti tidak memperhatikan tipe

material, sehingga untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dalam penentuan

bentuk saluran tambang diperhatikan tipe material yang terdapat pada daerah

tersebut.

Page 58: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

44

DAFTAR PUSTAKA

Badhurahman, abie. 2017. Materi Praktikum Sistem Dewatering Tambang Terbuka

(Pemompaan dan Sumuran). Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Cassidy. 1973. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada

University Press, P.O. Box 14 Bulaksumur Yogyakarta 55281, hal. 7 – 8;

151 - 161.

Currie, John M. 1973, Unit Operations in Miineral Processing. Department of

Chemical and Metalurgical Technology. British Columbia. hal. 10-5 – 10-11;

11-1 – 11-2

Kurnia D, R Har, H Prabowo .2018. Evaluasi Kondisi Aktual Dan Perencanaan

Sistem Penyaliran Tambang Emas Di Pit Durian Site Bakan Pt J Resources

Bolaang Mongodow Kecamatan Lolayan Kotamobagu Sulawesi Utara.

Partanto Prodjosumarto. 1994. Rancangan Kolam Pengendapan sebagai

Pelengkap Sistem Penirisan Tambang. Presentasi Konggres Perhapi

Bandung.

Powers, J. Patrick. 1992. Construction Dewatering: New Methods and

Applications, Jhon Wiley and Sons. New York. hal 177-188; 253-256

Setiyadi, S Lourentius, E Ariella W. Menentukan Persamaan Kecepatan

Pengendapan pada Sedimentasi. Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya

Mandala

Sudjana. 1989. Metode Statistika. Tarsito, Bandung

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Offset.

Jalan Beo 38 – 40 Yogyakarta 55281, hal. 20 – 21; 50 – 53; 67-68; 77; 79

– 81; 147 – 151

Suwandhi, A., 2004. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang. Diklat

Perencanaan Tambang Terbuka, Unisba.

Syarifuddin, W Sri, N Arif. 2017. Kajian Sistem Penyaliran Pada Tambang Terbuka

Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Geomine Vol

5 : 84-89.

Page 59: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

45

Lampiran 1. Spesifikasi Alat

Gambar 22. Spesifikasi Excavator PC200-8

Page 60: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

46

Lampiran 2. Curah Hujan

Tabel 11. Perhitungan Curah Hujan dengan Metode Gumbel

no curah hujan X

Xi-X (Xi-X)Β² mm/bulan mm

1 596 223.1 372.9 139054.4

2 554 223.1 330.9 109494.8

3 484 223.1 260.9 68068.81

4 410 223.1 186.9 34931.61

5 393 223.1 169.9 28866.01

6 391 223.1 167.9 28190.41

7 362 223.1 138.9 19293.21

8 354 223.1 130.9 17134.81

9 354 223.1 130.9 17134.81

10 337 223.1 113.9 12973.21

11 325 223.1 101.9 10383.61

12 324 223.1 100.9 10180.81

13 322 223.1 98.9 9781.21

14 319 223.1 95.9 9196.81

15 311 223.1 87.9 7726.41

16 305 223.1 81.9 6707.61

17 305 223.1 81.9 6707.61

18 294 223.1 70.9 5026.81

19 292 223.1 68.9 4747.21

20 283 223.1 59.9 3588.01

21 281 223.1 57.9 3352.41

22 281 223.1 57.9 3352.41

23 269 223.1 45.9 2106.81

24 256 223.1 32.9 1082.41

25 244 223.1 20.9 436.81

26 241 223.1 17.9 320.41

27 229 223.1 5.9 34.81

28 229 223.1 5.9 34.81

29 229 223.1 5.9 34.81

30 229 223.1 5.9 34.81

31 224 223.1 0.9 0.81

32 223 223.1 -0.1 0.01

33 218 223.1 -5.1 26.01

34 185 223.1 -38.1 1451.61

Page 61: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

47

35 182 223.1 -41.1 1689.21

36 177 223.1 -46.1 2125.21

37 172 223.1 -51.1 2611.21

38 165 223.1 -58.1 3375.61

39 157 223.1 -66.1 4369.21

40 153 223.1 -70.1 4914.01

41 151 223.1 -72.1 5198.41

42 148 223.1 -75.1 5640.01

43 143 223.1 -80.1 6416.01

44 130 223.1 -93.1 8667.61

45 129 223.1 -94.1 8854.81

46 128 223.1 -95.1 9044.01

47 108 223.1 -115.1 13248.01

48 108 223.1 -115.1 13248.01

49 102 223.1 -121.1 14665.21

50 101 223.1 -122.1 14908.41

51 89 223.1 -134.1 17982.81

52 79 223.1 -144.1 20764.81

53 75 223.1 -148.1 21933.61

54 64 223.1 -159.1 25312.81

55 59 223.1 -164.1 26928.81

56 50 223.1 -173.1 29963.61

57 37 223.1 -186.1 34633.21

58 17 223.1 -206.1 42477.21

59 8 223.1 -215.1 46268.01

60 3 223.1 -220.1 48444.01

total 13388 995141

rata-rata 223.13333

max 596

min 3

(Sumber : Pengolahan Data Peneliti)

Tabel 12. Perhitungan Koreksi Simpang

no urutan sampel Yn π‘Œπ‘›Μ…Μ…Μ…Μ… Yn-π‘Œπ‘›Μ…Μ…Μ…Μ… (Yn-π‘Œπ‘›Μ…Μ…Μ…Μ… )2

1 1 4.1026 0.5521 3.5505 12.6062

2 2 3.4011 0.5521 2.8490 8.1168

Page 62: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

48

3 3 2.9872 0.5521 2.4351 5.9295

4 4 2.6909 0.5521 2.1388 4.5743

5 5 2.4590 0.5521 1.9069 3.6362

6 6 2.2678 0.5521 1.7157 2.9436

7 7 2.1046 0.5521 1.5525 2.4104

8 8 1.9620 0.5521 1.4099 1.9877

9 9 1.8349 0.5521 1.2828 1.6456

10 10 1.7201 0.5521 1.1680 1.3642

11 11 1.6152 0.5521 1.0631 1.1302

12 12 1.5184 0.5521 0.9663 0.9338

13 13 1.4285 0.5521 0.8764 0.7680

14 14 1.3443 0.5521 0.7922 0.6276

15 15 1.2650 0.5521 0.7129 0.5083

16 16 1.1900 0.5521 0.6379 0.4070

17 17 1.1188 0.5521 0.5667 0.3211

18 18 1.0508 0.5521 0.4987 0.2487

19 19 0.985629433 0.5521 0.4335 0.1879

20 20 0.923059092 0.5521 0.3710 0.1376

21 21 0.862763211 0.5521 0.3107 0.0965

22 22 0.804498454 0.5521 0.2524 0.0637

23 23 0.748051821 0.5521 0.1960 0.0384

24 24 0.693235281 0.5521 0.1411 0.0199

25 25 0.639881474 0.5521 0.0878 0.0077

26 26 0.587840222 0.5521 0.0357 0.0013

27 27 0.536975676 0.5521 -0.0151 0.0002

28 28 0.487163945 0.5521 -0.0649 0.0042

29 29 0.438291091 0.5521 -0.1138 0.0130

30 30 0.390251436 0.5521 -0.1618 0.0262

31 31 0.342946071 0.5521 -0.2092 0.0437

32 32 0.296281563 0.5521 -0.2558 0.0654

33 33 0.250168773 0.5521 -0.3019 0.0912

34 34 0.20452177 0.5521 -0.3476 0.1208

35 35 0.159256813 0.5521 -0.3928 0.1543

36 36 0.114291344 0.5521 -0.4378 0.1917

37 37 0.069542987 0.5521 -0.4826 0.2329

38 38 0.024928501 0.5521 -0.5272 0.2779

39 39 -0.01963733 0.5521 -0.5717 0.3269

40 40 -0.06424294 0.5521 -0.6163 0.3799

Page 63: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

49

41 41 -0.108981384 0.5521 -0.6611 0.4370

42 42 -0.15395199 0.5521 -0.7061 0.4985

43 43 -0.199262337 0.5521 -0.7514 0.5645

44 44 -0.245030687 0.5521 -0.7971 0.6354

45 45 -0.29138905 0.5521 -0.8435 0.7115

46 46 -0.338487108 0.5521 -0.8906 0.7931

47 47 -0.386497376 0.5521 -0.9386 0.8810

48 48 -0.435622118 0.5521 -0.9877 0.9756

49 49 -0.486102848 0.5521 -1.0382 1.0779

50 50 -0.538233722 0.5521 -1.0903 1.1888

51 51 -0.592380968 0.5521 -1.1445 1.3098

52 52 -0.649012041 0.5521 -1.2011 1.4427

53 53 -0.708741122 0.5521 -1.2608 1.5897

54 54 -0.772403602 0.5521 -1.3245 1.7543

55 55 -0.841185386 0.5521 -1.3933 1.9412

56 56 -0.9169 0.5521 -1.4690 2.1579

57 57 -1.0023 0.5521 -1.5544 2.4162

58 58 -1.1027 0.5521 -1.6548 2.7383

59 59 -1.228975618 0.5521 -1.7811 3.1722

60 60 -1.413635625 0.5521 -1.9657 3.8641

Total 33.1250 82.7903

rata-rata 0.5521 1.3798

(Sumber : Pengolahan Data Peneliti)

Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Gumbel

Metode yang digunakan dalam perhitungan data curah hujan adalah

metode distribusi Gumbel yang terdiri dari beberapa tahap dibawah ini:

Penentuan Simpangan Baku. Penentuan simpangan baku didapat dari

jumlah data curah hujan (n) yaitu 60 dan sigma dari hasil pengurangan curah

hujan dengan curah hujan rata-rata ((Xi-X)Β²) yaitu : 995141 mm/bulan (tabel 2)

𝑆 = βˆšβˆ‘(π‘₯ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)2

𝑛 βˆ’ 1

=√995141

60βˆ’1 = 129,87 mm/bulan

Perhitungan Koreksi Variansi. Periode ulang yang digunakan adalah

lima tahun maka T = 5, sehingga koreksi variansi adalah sebagai berikut:

Page 64: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

50

π‘Œπ‘‘ = βˆ’π‘™π‘› [βˆ’π‘™π‘› {𝑇 βˆ’ 1

𝑇}]

= βˆ’π‘™π‘› [βˆ’π‘™π‘› {5βˆ’1

5}]

= 1,49994

Perhitungan Koreksi Simpang. Koreksi simpang diperoleh dari jumlah

data curah hujan (n) yaitu 60, jumlah urutan data (m) yaitu 1 sampai 60, sehingga

dapat diperoleh koreksi rata-rata (Yn) dan π‘Œπ‘›Μ…Μ…Μ…Μ… , diketahui nilai (Yn-π‘Œπ‘›Μ…Μ…Μ…Μ… )2 adalah

82.7903 (Tabel 3) sehingga dapat ditentukan nilai koreksi simpang sebagai

berikut:

𝑆𝑛 = βˆšβˆ‘(π‘Œπ‘› βˆ’ π‘Œπ‘›Μ…Μ…Μ…Μ… )2

𝑛 βˆ’ 1

= βˆšπŸ–πŸ.πŸ•πŸ—πŸŽπŸ‘

60βˆ’1 = 1,18

Sehingga dari data diatas dapat ditentukan nilai curah hujan rencana

sebagai berikut:

Xt = X + 𝑆

𝑆𝑛 (Yt-Yn)

Xt = 223,1 + 129,87

1,18 (1,49994-0,5521)

Xt = 223,1 + 110,05 (0,94784)

Xt = 223,1 + 104,309792

Xt = 327,409792 mm/bulan

Xt= 327,409792 / 30 = 10,91 mm/hari

Lampiran 3. Intensitas Curah Hujan

Tabel 13. Durasi Hari Hujan

Daftar Hari Hujan

Bulan

Tahun

2014 2015 2016

HH HH HH

1 13 8 17

2 1 4 13

3 7 16 17

4 18 20 12

5 15 5 9

6 9 8 8

7 10 2 6

Page 65: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

51

8 12 5 11

9 4 1 9

10 10 4 20

11 20 19 17

12 18 12 10

Total 137 104 149 Rata Rata Hari Hujan 10.83333333

(Sumber : PT Bara Batin Pratama)

Tabel 14. Durasi Jam Hujan

Daftar Jam Hujan

Bulan

Tahun

2014 2015 2016

JH (menit) JH (menit) JH (menit)

1 2496 1536 2754

2 132 864 2808

3 1008 3072 4386

4 3132 4080 2664

5 2430 1110 1188

6 1728 1680 1392

7 1440 444 1152

8 1584 1170 1914

9 696 222 1836

10 1740 816 4440

11 2640 4902 4998

12 3996 2952 2340

Total 23022 22848 31872

Rata Rata Jam Hujan 2159.5

(Sumber : PT Bara Batin Pratama)

Page 66: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

52

Berdasarkan tabel 4 dan 5 yang menunjukkan hari hujan dan jam hujan

harian selama satu bulan sehingga dari data diatas dapat ditentukan intensitas

curah hujan sebagai berikut:

Diketahui : R24 : 10,91 mm/hari (Curah Hujan

Rencana)

Jam hujan rata-rata : 2159,5 menit = 35,992 jam

Hari hujan rata-rata : 10,83 hari

tc = π‘—π‘Žπ‘š β„Žπ‘’π‘—π‘Žπ‘› π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž

β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– β„Žπ‘’π‘—π‘Žπ‘› π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž

= 35,992

10,83

= 3,32 jam/hari

Intensitas curah hujan yang terjadi pada daerah penambangan pit 1 PT Bara

Batin Pratama adalah sebagai berikut :

I = 𝑅24

24(

24

𝑑𝑐)

2/3

= 10,91

24(

24

3,32)

2/3

= 0,4545 (7,23)2/3

= 1,677 mm/jam

Lampiran 4. Luas Catchment Area

Gambar 23. Kondisi Cathment pada wilayah PT Bara Batin Pratama

Page 67: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

53

Gambar 24. Catchment Area Pit

Lampiran 5. Debit Air Limpasan dan Volume Limpasan

1. Debit Air Limpasan dan Volume Limpasan di Pit

Debit limpasan permukaan yang terakumulasi pada sump dan harus

dipompakan dapat dihitung dengan rumus rasional sebagai berikut :

Q = 0,278 x C x I x A

dimana :

Q = Debit limpasan (m3/jam)

C = Koefesien limpasan (Curam > Lahan Terbuka Daerah Tambang) = 0,9

I = Intensitas curah hujan (m/jam) = 1,677 mm/jam

A = Luas catchment area (m2) = 46496,564 m2 = 0,0464 km2

Q = C x I x A

= 0,9 x 1,677 mm/jam x 0,0464 km2

= 0,278 x 0,9 x 1,677 m/detik x 0,0464 m2

= 0.019 m3/detik

= 68,4 m3/jam

Jadi dari debit air limpasan dapat ditentukan volume air yang terdapat didalam

sump yaitu :

Durasi hujan total (t) = 3,32 jam/hari

Hari hujan rata-rata = 10,83 hari = 11 hari

Page 68: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

54

Debit air limpasan (Q) = 68,4 m3/jam

Q = 𝑉

𝑑

V = Q . t

= 68,4 m3/jam x 3,32 jam/hari

= 227,088 m3/hari

= 277,088 m3/hari x 11 hari = 2497,968 m3

Lampiran 6. Pompa

Gambar 25. Rekomendasi pipa oleh peneliti untuk PT Bara Batin Pratama

Dari hasil spesifikasi perhitungan di lihat debit aliran maksimum yang di

peroleh oleh pompa Volvo Penta DND 200 yaitu 828 m3/jam. Akan tetapi peneliti

hanya mengambil 75% saja yaitu 621 m3/jam. Dari debit air yang diperoleh diatas

peneliti dapat menghitung kecepatan alir air didalam pipa dengan cara seperti

dibawah ini:

Q = 621 m3/jam = 0,1725 m3/detik

d = 200 mm = 0,2 m

r = 0,1

A = 𝝅 r2

= 3,14 . (0,1)2

= 3,14 . 0,01

= 0,0314 m2

Q = v . A

v = 𝑸

𝑨

Page 69: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

55

= 𝟎,πŸπŸ•πŸπŸ“

𝟎,πŸŽπŸ‘πŸπŸ’

= 5,493 m/s

Lampiran 7. Evaluasi Kapasitas dan Dimensi Sump

Kapasitas dan dimensi sump ditentukan dari jumlah debit air yang masuk

ke dalam sump selama 1 bulan tanpa dilakukan pemompaan. Debit yang masuk

ke dalam sump berasal dari debit limpasan air hujan selama satu bulan yang

sudah dijelaskan pada lampiran di atas yaitu sebesar 2497,968 m3.

Bentuk sump yang direkomendasikan oleh peneliti adalah berbentuk

trapesium. Bentuk trapesium ini memiliki penampang alas dan permukaan

berbentuk persegi dengan luas permukaan lebih besar dibandingkan luas alas

dan membentuk sudut 450. Untuk mendapatkan ukuran sisi permukaan sump

maka dapat digunakan persamaan matematika berikut ini dimana untuk

kedalaman di sump peneliti menentukan kedalaman 4 meter, yaitu dengan

melihat dari kemampuan excavator yang digunakan yaitu dapat menjangkau

dengan kedalaman lebih dari 4 meter, maka:

Luas atas = X2 m

Luas bawah = Y2 m

Tinggi = Z m

Volume total dari sump dapat dihitung dengan rumus:

Volume = (X2 + Y2 ) 0,5 Z.....................................................................(1)

X = 2W + Y

Tan 45Β° = Z/W

1 = 4/W

W = 4 meter

Maka X = 2W + Y

X = 2(4) + Y

X = 8 + Y..............................................................................(2)

Substitusikan nilai X pada persamaan 2 ke persamaan 1

Page 70: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

56

Volume = (X2 + Y2 ) 0,5 Z

= ((8+Y)2 + Y2 ) 0,5 (4)

= (Y2 + 16 Y + 64 + Y2) (2)

= (2Y2 + 16 Y + 64) (2)

Volume = 4Y2 + 32Y + 128

2497,968 = 4Y2 + 32Y + 128

0 = 4 Y2 + 32 Y + (128 – 2497,968).............................................(3)

Dari persamaan diatas dapat digunakan untuk mencari Y dengan memasukkan

nilai a, b dan c dari persamaan 3 dimana a = 4 ; b = 32 ; c = (128 – 2497,968) ke

rumus berikut ini :

Y12 = βˆ’b Β± βˆšπ‘2βˆ’ 4π‘Žπ‘

2π‘Ž

Y1 = βˆ’b+ βˆšπ‘2βˆ’ 4π‘Žπ‘

2π‘Ž

= βˆ’32 + √322βˆ’ 4 . 4 (128 – 2497,968 )

2 π‘₯ 4

= βˆ’32 + √1024βˆ’ 4 . 4.(βˆ’2369,968)

8

= βˆ’32 + √1024+38919,488

8

= βˆ’32 + √ 39943,488

8

= βˆ’32 + 199,858

8

= 167,858

8

= 20,98 m

Substitusikan Y1 ke persamaan 2

X = 8 + Y

= 8 + 20,98

= 28,98 m

Kemudian dilanjutkan dengan menguji nilai x dan y yang didapatkan dari

perhitungan diatas :

Volume = (28,98 2 + 20,98 2 ) 0,5 (4)

= (839,84 + 440,16) (2)

= 1280 (2)

= 2560 m3

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan dimensi sump yang harus dibuat

berukuran luas sisi atas 28,98 m x 28,98 m dan luas sisi alas dari sump

berukuran 20,98 m x 20,98 m dengan kedalaman 4 meter mampu menampung

2560 m3

Page 71: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

57

Gambar 26. Sketsa Desain Sump Rekomendasi Tampak Samping (sumber :

pengolahan data peneliti)

Lampiran 8. Saluran Terbuka

Rencana Dimensi Saluran

Rencana dimensi saluran yang buat dengan bentuk trapesium. Untuk

dimensi saluran penyaliran berbentuk trapesium dengan luas penampang

optimum dan mempunyai sudut kemiringan dinding saluran sebesar 600, maka:

m = 1

tan 𝛼

= 1

tan 60

= 1

1,73205 = 0,5774

Sehingga harga b/d dapat dihitung dengan rumus :

b/d = 2{(1 + π‘š2)0.5 βˆ’ π‘š}

b = 2{(1 + π‘š2)0.5 βˆ’ π‘š} d

= 2{(1 + 0,57742)0.5 βˆ’ 0,5774} d

= 2{(1 + 0,3334 )0.5 βˆ’ 0,5774} d

= 2{(1,3334)0.5 βˆ’ 0,5774} d

= 2 (1,1547 – 0,5774) d

= 2 (0,5773) d

= 1,1546 d

Dari persamaan diatas maka A dapat dihitung dengan rumus):

Page 72: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

58

A = (b + m.d) . d

= (1,1546 d + 0,5774 d) d

= 1,1546 d2 + 0,5774 d2

= 1,732 d2

Debit air yang masuk kedalam saluran tambang ada 2 yaitu : debit pompa dan

debit limpasan dari saluran tambang. Debit pompa yang didapatkan 75% dari

total debit aliran maksimum pompa yaitu 621 m3/jam atau 0,1725 m3/detik.

Sedangkan untuk debit limpasan saluran tambang dihitung dengan cara

menentukan luas catchment area dan intensitas curah hujan serta koefisien

limpasan, berikut perhitunganya :

Gambar 27. Luas Catchment area saluran (sumber : pengolahan data peneliti)

Debit Limpasan Saluran Tambang

Diketahui : luas catchment area (A) = 9364,50 m2 = 0,0093 km2

intensitas curah hujan (I) =1,677 mm/jam

koefisien limpasan (C) = 0,6

Qlimpasan = C x I x A

= 0,278 x 0,6 x 1,677 m3/jam x 0,0093 m2

= 0,0026 m3/detik = 9,36 m3/jam

Jadi total debit air maksimum saluran tambang adalah

Qtotal = Qpompa + Qlimpasan

= 0,1725 m3/detik + 0,0026 m3/detik

= 0,1751 m3/detik = 630,36 m3/jam

Page 73: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

59

Jadi dari perhitungan diatas dapat dikatakan debit yang harus dialirkan pada

saluran tambang adalah 0,1751 m3/detik atau 630,36 m3/jam, Kemiringan dasar

saluran ditentukan dengan pertimbangan bahwa suatu aliran dapat mengalir

secara alamiah S = 0.25 – 0.5% yang merupakan syarat agar tidak terjadi erosi

yang berlebihan dan pengendapan parikel padatan. Dalam perhitungan

menggunakan kemiringan dasar saluran sebesar 0.5 % dan koefisien kekerasan

dinding saluran manning untuk tanah ditanami adalah 0,025-0,040 sehingga

nilai n nya sebagai berikut :

n = (0,025 + 0,040) / 2

= 0,065 / 2

= 0,03

R = 0,5 d

Q = 1

nβˆ™ A. √S βˆ™ R

23⁄

630,36 = 1

0,03βˆ™ 1,732 𝑑2. √0,5 βˆ™ 0,5𝑑

23⁄

630,36 = 1Γ—1.732Γ—0.71Γ—0.5×𝑑

83

0,03

18,91 = 1,732 x 0,71 x 0,5 x 𝑑8

3⁄

18,91 = 0,61486 x 𝑑8

3⁄

𝑑8/3 = 18,91

0,61486

𝑑 = 30,7543/8

=3,61 m

Besar tinggi jagaan (Z) adalah 15% dari 3,5 m sehingga tinggi jagaan saluran

adalah sebagai berikut :

Tinggi jagaan (F) = 15% x 3,5

= 0,53 m

b = 1,1546 x d

= 1,1546 x 3,61

Page 74: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

60

= 4,16 m

A = 1,732 x 3,612

= 1,732 x 13,03

= 22,56 m2

B = b + (2.m x d)

= 4.16 + ( 2 . 0,5774 x 3,61)

= 4,16 + (4,16)

= 8,32 m

a = d/ sin 𝛼

= d/ sin 60

= 3,61 / 0,87

= 4,14 m

Maka, dimensi saluran rencana, yaitu:

7. Lebar dasar saluran (b) = 4,16 m

8. Luas penampang basah saluran (A) = 22,56 m2

9. Lebar permukaan saluran (B) = 8,32 m

10. Kedalaman saluran (d) = 3,61 m

11. Kemiringan dinding saluran (Ξ±) = 60Β°

12. Panjang sisi miring saluran terbuka (a) = 4,14 m

Gambar 28. Rencana Dimensi Saluran terhadap Debit Air Pompa

(sumber : pengolahan data peneliti)

Page 75: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

61

Lampiran 9. Rencana Dimensi Settling Pond

Debit Air yang Masuk kedalam Settling Pond

Adapun debit air yang masuk kedalam settling pond terdiri dari debit pompa dan

debit air limpasan pada saluran

Debit Pompa. Debit pompa yang digunakan adalah pompa Volvo Penta

DND200 dengan debit yaitu 621 m3/jam

Debit Limpasan Saluran Tambang. debit limpasan tambang dilihat dari

parameter catchment area dan intensitas curah hujan, debit air limpasan pada

saluran tambang adalah 0,0026 m3/detik atau 9,36 m3/jam, untuk debit air

limpasan saluran dalam satu hari hujan dapat ditentukan dengan cara

mengkalikan debit limpasan air dengan waktu hujan rata-rata perhari yaitu 3,32

jam/hari sehingga debit limpasan perhari adalah 31,07 m3/hari

Sehingga debit yang masuk kedalam settling pond adalah:

Qtotal = Qpompa + Qlimpasan

= 0,1725 m3/detik + 0,0026 m3/detik

= 0,1751 m3/detik = 630,36 m3/jam

Persentasi Solid yang Masuk kedalam Settling Pond

Pada penelitian ini dikarenakan belum adanya settling pond kadar solid

ditentukan dengan cara pengambilan sampel di sump menggunakan botol air

mineral 600 cc sebanyak 5 sampel. Dari 5 sampel tersebut dihitung diameter

botol, tebal solid dan tebal larutan (air), kemudian untuk volume solid dan larutan

dihitung menggunakan rumus volume botol yaitu πœ‹r2t.

Gambar 29. Pengambilan Sampel Solid di Sump

(sumber : pengolahan data peneliti)

Page 76: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

62

Gambar 30. Pengamatan Hasil Pengendapan Solid

(Sumber : Pengolahan data peneliti)

Tabel 15. Persentase solid

no

diameter

botol (cm)

jari-

jari botol

(cm)

tebal

solid (cm)

tebal

larutan (cm)

volume

larutan (air) (cc)

volum

e solid (cc)

persen solid (%)

1 6 3 0,2 14 395,64 5,65 1,42857

2 6 3 0,25 13,5 381,51 7,07 1,85185

3 6 3 0,3 14 395,64 8,48 2,14286

4 6 3 0,2 13,5 381,51 5,65 1,48148

5 6 3 0,3 13,5 381,51 8,48 2,22222

rata-

rata

6 3 0,25 13,7 387,16

2 7,065

1,825396825

(Sumber : Pengolahan data peneliti)

Berikut perhitungan persentasi solid :

Diketahui : jari-jari botol = 3 cm

tebal solid = 0,25 cm

tebal larutan = 13,7 cm

Vlarutan = πœ‹r2t

= 3,14 x 32 x 13,7

= 387,16 cm3 = 387,16 cc

Vsolid = πœ‹r2t

= 3,14 x 32 x 0,25

= 7,06 cm3 = 7,06 cc

Page 77: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

63

% solid =π‘‰π‘ π‘œπ‘™π‘–π‘‘

π‘‰π‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘› x 100%

= 7,06

387,16 x 100%

= 1,82 %

Settling Pond dibuat pada ujung saluran tambang. Settling Pond ini befungsi

sebagai tempat mengendapkan lumpur yang terdapat pada air sebelum air

tersebut dibuang ke sungai. Pada PT Bara Batin Pratama peneliti merencanakan

terdapat 4 kolam settling pond dengan dimensi tiap kolamnya sesuai terhadap

besarnya volume yang masuk dari saluran tambang. Kadar lumpur yang terdapat

pada air yang dipompakan dan dialirkan oleh saluran tambang ke settling pond

adalah 1,82 %, pada penelitian ini peneliti menyarankan bahwa kinerja pompa

pada PT Bara Batin Pratama yaitu 8 jam/hari. sehingga jumlah lumpur yang

terendapkan jika pompa dihidupkan maksimal 8 jam/hari:

Debit air selama jam kerja pompa 8 jam/hari

Q = Qpompa x 8 jam

= 621 m3/jam x 8 jam

= 4968 m3/hari

Debit total air yang masuk kedalam settling pond

Qtotal = Qpompa + Qsaluran

= 4968 m3/hari + 31,07 m3/hari

= 4999,07 m3/hari

Debit air dan solid

Qsolid = 1,82 % x Qtotal

= 1,82

100 x 4999,07 m3/hari

= 0,0182 x 4999,07 m3/hari = 90,98 m3/hari

Qair = (100% - 1,82%) x Qtotal

= 98,18% x 4999,07 m3/hari

= 98,18

100 x 4999,07 m3/hari

= 0,9818 x 4999,07 m3/hari

= 4908,08 m3/hari

Page 78: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

64

Debit total air yang masuk kedalam settling pond dengan kapasitas pompa

621 m3/jam dan waktu operasi pompa selama 8 jam serta ditambah dengan debit

air limpasan yang masuk kedalam saluran maka debit air yang masuk kedalam

settling pond adalah 4999,07m3/hari, settling pond dirancang menjadi 4 kolam

sehingga debit air yang masuk dibagi 4 maka debit air yang masuk ke dalam 1

settling pond adalah 1249,76 m3/hari. Sehingga untuk mendapatkan dimensi

settling pond dengan bentuk trapesium dengan kedalaman 3 m dan dengan sudut

trapesiumnya adalah 45Β° maka dapat digunakan persamaan matematika berikut

ini dengan kedalaman :

Luas atas = X2 m

Luas bawah = Y2 m

Tinggi = Z m

Volume total dari settling pond dapat dihitung dengan rumus:

Volume = (X2 + Y2 ) 0,5 Z.....................................................................(1)

X = 2W + Y

Tan 45Β° = Z/W

1 = 3/W

W = 3 meter

Maka X = 2W + Y

X = 2(3) + Y

X = 6 + Y..............................................................................(2)

Substitusikan nilai X pada persamaan 2 ke persamaan 1

Volume = (X2 + Y2 ) 0,5 Z

= ((6+Y)2 + Y2 ) 0,5 (3)

= (Y2 + 12 Y + 36 + Y2) (1,5)

= (2Y2 + 12 Y + 36) (1,5)

Volume = 3 Y2 + 18 Y + 54

1249,76 = 3 Y2 + 18 Y + 54

0 = 3 Y2 + 18Y + (54 – 1249,76)..............................................(3)

Page 79: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

65

Dari persamaan diatas dapat digunakan untuk mencari Y dengan memasukkan

nilai a, b dan c dari persamaan 3 dimana a = 3 ; b = 18 ; c = (54-1249,76) ke

rumus berikut ini :

Y12 = βˆ’b Β± βˆšπ‘2βˆ’ 4π‘Žπ‘

2π‘Ž

Y1 = βˆ’b+ βˆšπ‘2βˆ’ 4π‘Žπ‘

2π‘Ž

= βˆ’18 + √182βˆ’ 4 . 3 .(54βˆ’ 1249,76 )

2 .3

= βˆ’18 + √182βˆ’ 4 . 3 .(βˆ’1195,76)

6

= βˆ’18 + √182+14349,12

6

= βˆ’18 + √324+14349,12

6

= βˆ’18 + √14673,12

6

= βˆ’18+121,13

6

= 103,13

6

= 17,19 m

Substitusikan Y1 ke persamaan 2

X = 6 + Y

= 6 + 17,19

= 23,19 m

Kemudian dilanjutkan dengan menguji nilai x dan y yang didapatkan dari

perhitungan diatas :

Volume = (23,182 + 17,182) 0,5 (3)

= (537,31+295,15) (1,5)

= 832,46 (1,5)

= 1249,90 m3

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan dimensi settling pond yang harus

dibuat berukuran sisi atas 23,18 m x 23,18 m dan sisi alas dari sump berukuran

17,18 m x 17,18 m dengan kedalaman 3 meter mampu menampung air sebanyak

1249,90 m3 untuk 1 kolam settling pond.

Sehingga dari volume yang mampu ditampung oleh settling pond baru

maka dapat dihitung waktu perawatan settling pond dengan rumus berikut ini :

Waktu pengerukan = π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ 𝑠𝑒𝑑𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 π‘π‘œπ‘›π‘‘

π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘ π‘œπ‘™π‘–π‘‘ π‘‘π‘–π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘˜π‘Žπ‘›

= 4 π‘₯ 1249,90 m3

90,98 m3/hari

= 4999,6 m3

90,98 m3/hari

Page 80: FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2021

66

= 54,95 hari = 55 hari

Jadi setiap 55 hari sekali settling pond harus dikeruk untuk membuang lumpur

yang telah mengendap di dalam settling pond.