FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …/Upaya-meningkatkan...dibutuhkan untuk proses pembelajaran...
Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …/Upaya-meningkatkan...dibutuhkan untuk proses pembelajaran...
i
UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA DALAM BELAJAR
IPS KOMPETENSI DASAR MENEMUTUNJUKKAN NAMA IBUKOTA
PROVINSI DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
COOPERATIVE LEARNING METODE STAD PADA SISWA KELAS IV
SDN DUKUHBENDA 03 KECAMATAN BUMIJAWA
KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2009 / 2010
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh : PURMINDARTO NIM X2707019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA DALAM BELAJAR
IPS KOMPETENSI DASAR MENEMUTUNJUKKAN NAMA IBUKOTA
PROVINSI DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
COOPERATIVE LEARNING METODE STAD PADA SISWA KELAS IV
SDN DUKUHBENDA 03 KECAMATAN BUMIJAWA
KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Oleh :
PURMINDARTO
NIM X2707019
Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas telah disetujui untuk dipertahankan di
hadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juni 2010
Dosen Pembimbing Supervisor
Drs. USADA, M.Pd TAPSIR
NIP. 19510908 198003 1 002 NIP.19650512 200401 1 002
iv
PENGESAHAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan di hadapan
Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal:
Tim Penguji Laporan PTK
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd ..............................
Sekretaris : Taufiq Lilo, S.T.,M.T ..............................
Anggota I : Drs. Usada, M.Pd ..............................
Anggota II : Prof.Dr. Retno Winarni, M.Pd ..............................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA DALAM BELAJAR IPS KOMPETENSI DASAR MENEMUTUNJUKKAN NAMA IBUKOTA PROVINSI DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN DUKUHBENDA 03 KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Oleh Purmindarto
Kata kunci : menemutunjukkan, cooperative learning, meningkat
Siswa kelas IV di SD Negeri Dukuhbenda 03 masih kesulitan dalam menemutunjukkan nama ibukota provinsi di Indonesia. Karenanya perlu di lakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah penggunaan pendekatan koperative learning dapat meningkatkan ketrampilan belajar siswa khususnya meningkatkan keterampilan siswa dalam menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia.
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan langkah setiap siklus adalah : perencanaan,tindakan,observasi,dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Dukuhbenda 03 , Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Tahun Ajaran 2009/2010. Waktu Penelitian selama 6 bulan dari bulan januari sampai dengan bulan Juni 2010.
Pengumpulan data dengan observasi langsung selama tindakan dan hasil tes kemampuan siswa. Hasilnya menunjukkan : (1)Pendekatan yang tepat dibutuhkan untuk proses pembelajaran pelajaran IPS, (2) Penggunaan pendekatan cooperative learning dapat meningkatkan keterangan belajar siswa khususnya meningkatkan keterampilan siswa dalam menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia. (3) Kendalanya adalah keterbatasan waktu, bahan/alatperaga, serta kemampuan guru dan siswa.
Kesimpulan : pendekatan cooperative learning dapat meningkatkan keterangan belajar siswa khususnya meningkatkan keterampilan siswa dalam menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia.. Pemilihan pendekatan yang tepat sesuai kompetensi yang ingin dicapai sangat diperlukan dalam proses pembelajaran .
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberi karunia, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Ketrampilan Siswa Dalam Belajar IPS Kompetensi Dasar
Menemutunjukkan Nama Ibukota Provinsi Di Indonesia Dengan Menggunakan
Model Cooperative Learning Metode Stad Pada Siswa Kelas IV SDN
Dukuhbenda 03 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009 /
2010 “ dengan baik.
Laporan Penelitian tindakan kelas (PTK) diajukan sebagai salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Ilmu Pendidikan
, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ,Universitas Sebelas Maret , Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS.
3. Drs. Usada, M.Pd, selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan dengan
sabar.
4. Risnani Eti P, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Dukuhbenda 03,
Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.
5. Tapsir, selaku guru SD Negeri Dukuhbenda 03, Kecamatan Bumijawa,
Kabupaten Tegal.
Penulis berharap PTK ini bermanfaat bagi siswa kelas IV SD Negeri
Dukuhbenda 03 dan memberi solusi bagi rekan-rekan guru yang menghadapi
permasalahan dalam pembelajaran IPS.
Kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan dengan senang hati. Surakarta, Juni 2010 Penulis,
Purmindarto NIM X2707019
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL ( Depan )…………………………………………………………….... i
SAMPUL ( Dalam )…………………………………………………………….... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. iii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….. iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan dan Pemecahannya …………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 6
D. Manfaat Penelitian …….…………………………………………. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA (LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR,
HIPOTESIS TINDAKAN)
A. Kajian Teori ………………………………………………………. 8
B. Kerangka Berpikir …………………………………………………13
C. Hipotesis Tindakan……………………………………………….. 15
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….. 16
B. Subyek Penelitian …………………………………………………16
C. Prosedur Penelitian ………………………………………………..17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian…………………………………………………... 21
B. Pembahasan………………………………………………………. 30
viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ……………………………………………………….. 34
B. Saran ……………………………………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 35
LAMPIRAN …………………………………………………………………... 36
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Rekap pendapat siswa tentang mata pelajaran IPS .………………...23
2. Tabel 2. Rekapitulasi Ringkasan Jawaban Hasil Wawancara ….…………….23
3. Tabel 3. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I .................................29
4. ..........................................................................................................Tabel
4. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ................................33
5. Tabel 5. Rekapitulasi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan II.33
x
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Bagan kerangka berpikir PTK
2. Gambar 2. Siklus PTK untuk e-TA PJJ S-1 PGSD
3. Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi SD Negeri Dukuhbenda 03
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
dasar disamping mata pelajaran lain. Pembelajaran pelajaran IPS
mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dengan humaniora yang bertujuan
membina anak didik dan mengembangkan kemampuan mental intelektual
menjadi warga negara yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
Banyak kritik yang ditujukan pada pembelajaran pelajaran IPS, apakah
karena membosankan, jenuh, lebih menekankan pada hafalan, siswa yang
pasif, dan aktifitas pembelajaran yang didominasi guru. Hal ini menyebabkan
IPS menjadi mata pelajaran nomor dua disamping mata pelajaran lainnya.
Dalam implementasi pembelajaran pelajaran IPS di sekolah khususnya
pada materi pokok Menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia tahun
ajaran 2008 / 2009 yang diikuti oleh 44 siswa dengan KKM 60 diperoleh
hasil ketuntasan belajar 50 %. Artinya dari 44 siswa ternyata hanya 22 siswa
yang mendapatkan nilai di atas 60. Pada saat itu sesuai hasil observasi dan
saran teman sejawat, saya memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada
pembelajaran pelajaran IPS untuk materi pokok Menemutunjukkan Ibukota
provinsi di Indonesia.
Dari kerangka kerja IPS tersebut maka dapat didefinisikan bahwa IPS
adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
( Syaiful Munir, 2005 : 1.24 ).
Secara umum tujuan pendidikan IPS di SD ( Nursid Sumaatmaja, 1986
: 48 ) adalah membekali anak didik dengan :
1. Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di
masyarakat.
xii
2. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
3. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan
berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
4. Kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap
lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya.
5. Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai
dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat,
perkembangan ilmu dan teknologi.
Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS tersebut maka tugas utama guru
adalah mengembangkan materi pelajaran dengan tepat dan sesuai dengan
tingkat kemampuan dan perkembangan siswa serta sesuai dengan tuntutan
kurikulum.
Kenyataan di lapangan agaknya berbeda dengan harapan di atas.
Pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Dukuhbenda 03 selama ini lebih
banyak menerapkan model konvensional ( ekspositori ) yang menekankan
dominasi guru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini memiliki
beberapa kelemahan antara lain :
1. Pembelajaran lebih menekankan pada hafalan.
2. Siswa kurang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Menghambat perkembangan siswa dalam mengemukakan ide dan
gagasan.
4. Kegiatan pembelajaran didominasi guru, sehingga kreatifitas siswa sangat
rendah.
5. Sumber informasi hanya dari buku paket pelajaran dan guru.
6. Siswa belum terlatih untuk belajar dan bekerja sama dalam diskusi dan
kerja kelompok.
Hal ini berakibat mata pelajaran IPS kurang disukai dan dinomorduakan
dibanding mata pelajaran lain.
Disamping itu kondisi kelas IV SD Negeri Dukuhbenda 03 kurang
mendukung tercapainya pembelajaran yang ideal. Hal ini dapat digambarkan
antara lain :
xiii
1. Mayoritas siswa memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah
yang cenderung kurang antusias terhadap masalah peningkatan prestasi.
Hal ini dapat dilihat dari minimnya jumlah siswa yang memiliki buku
pelajaran sendiri. Juga kurang adanya respon positif dari pihak orang tua
terhadap perkembangan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat menghambat
upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa.
2. Ruang kelas IV SD Negeri Dukuhbenda 03 memiliki media pembelajaran
dan alat peraga yang sangat terbatas. Alat peraga yang dimilikipun banyak
yang kondisinya sudah rusak. Keterbatasan ini mempengaruhi kualitas dan
hasil pembelajaran sehingga proses pembelajaran kurang efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Keadaan yang demikian menyebabkan beberapa permasalahan yang
dihadapi dalam pembelajaran selama ini antara lain :
1. Siswa kurang memahami konsep IPS dengan baik karena pembelajaran
verbalisme.
2. Siswa kurang aktif dan kreatif dalam belajar karena belum terbiasa
menyampaikan ide atau gagasan.
3. Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa karena memahami manfaat
ilmu yang dipelajari.
4. Kurangnya kompetensi guru sehingga proses pembelajaran kurang
berhasil mencapai tujuan.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut karena kurangnya pemahaman
tentang menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia yang diakibatkan
oleh kondisi kelas dan siswa yang kurang kondusif.
Kondisi kelas dan siswa kelas IV sekarang ( tahun pelajaran 2009/2010
) relatif hampir sama dengan tahun lalu. Jika dibiarkan tanpa ada tindakan
pembaharuan, tentunya dapat terjadi lagi menurunnya hasil belajar pada
materi pelajaran yang sama.
Untuk mengantisipasi hal itu, maka perlu diadakan suatu penelitian
tindakan kelas sebagai suatu cara untuk mencari solusi untuk pemecahan
masalah di atas.
xiv
Dasar utama dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ( PTK ) adalah
untuk perbaikan proses pembelajaran ( Mc.Niff dalam Retno Winarni,
2009,17 ). Dan tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan
dan peningkatan layanan profesional guru dalam proses belajar mengajar
( Retno Winarni, 2009, 17 ). Sehingga dengan adanya pelaksanaan PTK
diharapkan menjadi solusi dalam meningkatkan pemahaman materi
menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia.
Dalam PTK ini peneliti mengembangkan model pembelajaran dan
metode serta teknik mengajar yang tepat untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai. Penerapan model pembelajaran, metode, dan teknik mengajar yang
tepat diharapkan dapat membelajarkan siswa menurut arah yang diharapkan
secara manusiawi, efektif, efisien, dan optimal ( Kosasih, 1995/1996: 3 ).
Model pembelajaran akan digunakan adalah pembelajaran Cooperative
Learning metode STAD.
Model Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah
satu bentuk pembelajaran inovatif yang berdasarkan faham konstruktivis.
Model ini dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan
sikap tolong menolong dalam perilaku sosial ( Stahl dalam Isjoni, 2009, 12 ).
Model Cooperative Learning dalam lingkup pendekatan konstruksional
ini menekankan pada kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan
sendiri dengan pengalaman empiris ( Isjoni, 2009, 30 )
Karenanya peneliti akan melaksanakan PTK mengatasi masalah
meningkatkan belajar Menemutunjukkan Ibukota provinsi di Indonesia.
Adapun model pembelajaran yang digunakan dalam PTK tersebut
adalah menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning. Alasan
teoritis yang mendasarinya adalah :
Model pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan belajar
siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku
sosial ( Stahl : 1994 )
Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa ( Suryadi : 1999 )
xv
Menurut Anita Lie ( 2000 ) Cooperative Learning dapat diistilahkan
sebagai pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang
member kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain
dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Model Cooperative Learning terdiri dari empat metode yaitu : 1)
Metode STAD, 2) Metode Jigsaw, 3) Metode GI, dan 4) Metode Struktural.
Dalam PTK ini peneliti memilih model Cooperative Learning dengan
metode STAD. Pemilihan terhadap metode STAD karena merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan menekankan
pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi
dan saling membantu dalam meenguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi belajar maksimal ( Slavin dalam Isjoni, 2009, 51 ).
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan PTK ini yaitu :
1. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi globalisasi.
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model
Cooperative Learning metode STAD.
3. Mengatasi hambatan-hambatan yang muncul pada pembelajaran dengan
menggunakan model Cooperative Learning metode STAD.
Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi solusi
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan memperbaiki praktik
pembelajaran serta meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola
pembelajaran yang berkualitas.
PTK ini dilaksanakan pada siswa kelas IV untuk tahun ajaran 2009 /
2010 dengan harapan dapat meningkatkan ketrampilan belajar tentang
menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia, sehingga dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
A. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
xvi
a. Apakah penggunaan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan keterampilan menemutunjukkan nama ibukota
provinsi di Indonesia?
b. Bagaimana penggunaan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan keterampilan menemutunjukkan nama ibukota
provinsi di Indonesia?
2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas akan digunakan model
pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran inovatif yang
akan diterapkan adalah model Cooperative Learning metode STAD.
Model Cooperative Learning dengan metode STAD yang
dikembangkan oleh Slavin ( Isjoni, 2009: 51 ) menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal.
Demikian halnya untuk menyelesaikan rumusan masalah di atas,
guru melakukan pembelajaran melalui Model Pembelajaran STAD dengan
metode STAD, dengan harapan ketrampilan belajar siswa meningkat.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui apakah model Cooperative Learning metode STAD dapat
meningkatkan ketrampilan menemutunjukkan nama ibukota provinsi di
Indonesia.
2. Mengetahui bagaimana penggunaan model Cooperative Learning metode
STAD dalam meningkatkan ketrampilan menemutunjukkan nama ibukota
provinsi di Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran pelajaran IPS dengan
Model Pembelajaran STAD menjadikan pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa.
C. Manfaat Penelitian
xvii
Manfaat hasil penelitian ini khususnya untuk perbaikan kualitas
pendidikan dan/ atau pembelajaran berupa terwujudnya pembelajaran yang
saling asah, asih, dan asuh.
Adapun manfaatnya bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu :
1. Siswa
Meningkatkan minat belajar siswa dan memudahkannya dalam
mempelajari IPS, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
siswa dalam menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia.
2. Guru
Menumbuhkan kreativitas guru dengan menggunakan Model
Pembelajaran STAD dalam pembelajaran pelajaran IPS.
3. Sekolah / SD Negeri Dukuhbenda 03
Meningkatkan pemberdayaan Model Pembelajaran STAD agar
ketrampilan belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan
pada pelajaran yang lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Belajar, Pembelajaran, dan Materi Pelajaran
Belajar
Menurut Suharsimi Arikunto (1990, 19) mengartikan bahwa
“belajar merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk
mengadakan perubahan terhadap diri manusia dengan maksud
memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan,
ketrampilan ataupun sikap”.
Pembelajaran
xviii
Dalam KBBI ( 1996, 14-15 ) kata “pembelajaran” berasal dari kata
“ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang lain supaya
diketahui/dituruti. Sedangkan ‘pembelajaran” diartikan sebagai proses,
cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Istilah “ pembelajaran” merupakan terjemahan dari kata
“instruction “ yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan
belajar mengajar ( Wina Sanjaya, 2005, 78 ). Pembelajaran itu sendiri
dapat disebut sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar peserta didik dengan mempertimbangkan
kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
internal dalam diri peserta didik ( Winkel dalam M.Sobry Sutikno, 2009,
31 ).
Menurut rumusan Unesco ( 1996 ) seperti yang dikutip oleh Wina
Sanjaya ( 2005, 97-98 ) pembelajaran mempunyai empat pilar yaitu : a.
learning to know, b. learning to do, c. learning to be, d.learning to live
together.
a. learning to know artinya belajar tidak hanya berorientasi kepada
produk dan hasil, tetapi juga harus berorientasi pada proses belajar.
b. learning to do artinya belajar berorientasi kepada pengalaman untuk
melakukan sesuatu.
c. learning to be artinya belajar untuk membentuk manusia menjadi
dirinya sendiri.
d. learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama dan
bekerja sama dengan orang lain.
Sedangkan menurut Lindgreen ( dalam M.Sobry Sutikno, 2009: 32
) sistem pembelajaran ada 3 aspek yaitu : 1) Siswa, 2) Proses belajar,
3) Situasi belajar. Dalam hal ini ketiga aspek tersebut saling berkaitan
dalam mencapai tujuan belajar.
Materi Pelajaran
Materi pelajaran dapat diartikan sebagai inti dalam kegiatan
pembelajaran karena memang materi pelajaran itulah yang diupayakan
xix
untuk dikuasai siswa ( Suharsimi Arikunto dalam M.Sobry Sutikno, 2009,
37 ).
Belajar, pembelajaran, dan materi pelajaran merupakan ketiga
aspek yang saling berkaitan dalam proses kegiatan belajar mengajar di
kelas. Ketiganya saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan belajar
yang diinginkan.
Kemampuan Mengajar Guru
Untuk memperoleh keberhasilan belajar harus memperhatikan
karekteristik-karekteristik dalam belajar. Cara mengajar haruslah mengena
pada ketercapaian sasaran, berupa efektifitas dan efesiensi. Guru harus
menggali potensi-potensi yang ada pada siswa. Maknanya proses belajar
berlangsung secara terus menerus dan harus melibatkan siswa secara aktif
serta materi pelajaran itu diorganisasi dengan baik sehingga bermakna
bagi siswa.
Menurut Soedijarto (1993:58) menyatakan bahwa profesionalisme
seorang guru ditentukan dari indikator-indikator antara lain : 1. menyusun
rencana strategis kegiatan belajar mengajar. 2. melaksanakan dan
mengelola prose belajar secara dinamis dan taktis. 3. mendiagnosis
masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar. 4. menilai kemajuan belajar dan memanfaatkannya untuk
membantu dan mendorong pelajar untuk mengikuti proses belajar
selanjutnya dengan sistem evaluasi yang adekuit (memadai). 5. memilih
alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan belajar mengajar.
Berdasarkan dari beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan
bahwa untuk dapat menciptakan suatu sistem lingkungan belajar yang
kondusif, guru dipersyaratkan memiliki kemampuan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar yaitu : 1. kemampuan merencanakan program
belajar mengajar, 2. kemampuan mengelola proses belajar mengajar,
3. kemampuan melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut.
2. Pemahaman Materi Menemutunjukkan nama ibukota provinsi di Indonesia
Pemahaman berasal dari kata dasar “paham” yang artinya
pengertian; pengetahuan; pendapat; pandai dan mengerti benar ( Hoetomo,
xx
M.A., 2005, 360-361 ). Kata pemahaman itu sendiri artinya proses,
perbuatan, cara memahami atau memahamkan sesuatu ( KBBI, 1996,
714). Dalam mata pelajaran IPS di SD dipelajari berbagai macam konsep-
konsep yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan. Yang dimulai dari
konsep paling sederhana sampai pada konsep yang kompleks.
Secara definitif, konsep itu sendiri menurut Moore ( S.P. Taneo,
2009, 3-118 ) adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran suatu
pemikiran, suatu ide atau gagasan. Khusus dalam pembelajaran IPS
konsep yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan manusia dan
masyarakat.
Pemahaman tentang konsep menemutunjukkan nama ibukota
provinsi di Indonesia harus dipahami untuk mempersiapkan siswa agar
mampu menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Model Cooperative Learning
Model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar
dikatakan efektif jika pembelajaran itu dapat menumbuhkan dan
mencerahkan gairah serta dorongan siswa untuk semangat dan aktif.
Untuk itu guru harus bisa mengembangkan materi yang akan diajarkan
menjadi materi yang bermakna dan menarik serta dapat mencari hubungan
antara materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal yang telah
dimiliki siswa.
Salah satu model pembelajaran yang bernaung dalam pendekatan
konstruktivisme yaitu Cooperative Learning. Konstruktivisme mulai
digagas oleh Mark Baldawin dan dikembangkan serta diperdalam oleh
Jean Piaget adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman ( Wina Sanjaya,
2005, 118 ).
Menurut Utari seperti yang dikutip oleh Isjoni ( 2009, 34-35 )
menyatakan bahwa dalam pendekatan konstruktivisme, pengetahuan baru
tidak diberikan dalam bentuk jadi ( final ), tetapi peserta didik
membentuk pengetahuannya sendiri dengan interaksi dengan
lingkungannya dalam proses asimilasi dan akomodasi. Istilah Cooperative
xxi
Learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama
pembelajaran koperatif.
Cooperative Learning sendiri merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 – 6 orang dengan
struktur kelompok yang heterogen ( Slavin dalam Isjoni, 2009, 12 ).
Menurut Johnson dan Johnson (dalam Mulyono Abdurahman,
1999, 123) ada empat elemen dasar dalam model Cooperative Learning
yaitu : a. saling ketergantungan positif, b. interaksi tatap muka ,
c. akuntabilitas individual, d. ketrampilan dalam menjalin hubungan
interpersonal.
Dari hasil penelitian Johnson dan Johnson dalam bukunya Nur,
dkk, (2003, 63) menunjukkan adanya berbagai keunggulan Cooperative
Learning, yaitu : a. memudahkan siswa dalam melakukan penyesuaian
soal, b. Mengembangkan siswa melakukan penyesuaian soal ,
c. memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial dan pandangan, d. meningkatkan rasa saling
percaya kepada sesama manusia, e. meningkatkan kesediaan
menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, f. meningkatkan
motivasi belajar intrinsik, g. meningkatkan sikap positif terhadap belajar
dan pengalaman belajar, h. meningkatkan hubungan posotif antara siswa
dengan gurdan personil sekolah, i. meningkatkan pandangan siswa
terhadap guru yang bukan hanya pengajar tapi juga pendidik
Model Cooperative Learning tidak hanya unggul dalam membantu
siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu
teman ( Isjoni, 2009, 13 ).
Adapun ciri-ciri Cooperative Learning ( Isjoni, 2009, 20 ) adalah :
a. setiap anggota memiliki peran, b. hubungan interaksi langsung di antara
siswa, c. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga teman kelompoknya, d. guru membantu mengembangkan
xxii
keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, e. guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Dengan model Cooperative Learning ini minimal ada tiga tujuan
pembelajaran penting yang dapat diperoleh, antara lain : a. meningkatkan
hasil belajar akademik, b. penerimaan terhadap perbedaan individu,
c. pengembangan keterampilan sosial.
4. Cooperative Learning dengan metode STAD
Model Cooperative Learning terdiri dari empat metode yaitu
: a. Metode STAD, b. Metode Jigsaw, c. Metode GI, d. Metode Struktural.
Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya sendiri. Untuk penelitian ini akan digunakan model
pembelajaran Cooperative Learning dengan metode STAD. Karena
metode STAD mempunyai ciri sederhana, mudah dilaksanakan, dan sesuai
untuk karakteristik siswa tingkat sekolah dasar.
Metode STAD pertama kali dikembangkan oleh Slavin, dan
merupakan salah satu tipe dalam model Cooperative Learning yang
menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi belajar maksimal ( Slavin dalam Isjoni,
2009, 51).
Penerapan Model Cooperative Learning dengan metode STAD
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
globalisasi pada mata pelajaran IPS, serta dapat mengatasi hambatan-
hambatan yang dialami dalam pembelajaran pada materi tersebut.
Adapun tahap-tahap dalam Metode STAD yaitu : a.
penyampaian tujuan pembelajaran dan memberi motivasi belajar, b.
penyampaian materi atau informasi, c. mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar, d. membimbing kelompok bekerja dan
belajar, e. evaluasi, f. memberikan penghargaan pada kelompok.
B. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan PTK dilaksanakan berdasarkan masalah yang
ditemukan ( Input ) pada pembelajaran untuk materi pokok globalisasi.
xxiii
Berdasarkan analisis situasi maka dirancang prosedur pelaksanaan PTK yang
dilaksanakan berbentuk siklus. Pelaksanaan PTK ini menggunakan model
siklus yang direncanakan selama dua siklus.
Dalam proses pembelajaran IPS pada materi globalisasi akan
menerapkan model Cooperative Learning metode STAD.
Evaluasi/penilaian proses dan penilaian hasil pada siklus I
digunakan sebagai umpan balik ( feed back ) untuk kegiatan pembelajaran
pada siklus I. Kemudian diadakan refleksi untuk mengetahui sejauhmana
keberhasilan ( Output ) model Cooperative Learning metode STAD dalam
memecahkan masalah seperti pada rumusan masalah di atas.
Hasil refleksi pada siklus I menjadi dasar perbaikan ( Input ) untuk
membuat rancangan PTK pada siklus II.
Pembelaaran pada siklus II dilaksanakan untuk mengetahui
efektifitas pembelajaran pada siklus II ( Output ).
Berdasarkan hasil evaluasi diadakan refleksi untuk siklus II untuk
mengetahui efektifitas model Cooperative Learning metode STAD dalam
memecahkan masalah pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini dibuat bagan kerangka pikir :
Gambar 1. Bagan kerangka berpikir PTK
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mata
pelajaran IPS yaitu Cooperative Learning. Model Pembelajaran ini tepat
sekali digunakan karena Cooperative Learning dapat meningkatkan belajar
siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku
sosial. ( Stahl : 1994 ).
PERBAIKAN SIKLUS II
FEED BACK OUT PUT EVALUASI
PROSES :
PEMBELAJARAN IPS
DENGAN MODEL
COOPERATIVE LEARNING
METODE STAD
INPUT SIKLUS I
xxiv
Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4 – 6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen ( Slavin :
1985 ).
Pada bagian lain menurut Sunal dan Hans ( 2000 ) Cooperative Learning
merupakan cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang
untuk member dorongan pada peserta didik agar bekerja sama dalam
pembelajaran. Bahkan menurut Juliati ( 2000 ) Cooperative Learening lebih
tepat digunakan dalam pembelajaran pelajaran IPS.
Semua yang disampaikan para pakar tersebut di atas merupakan penegasan
bahwa Model Cooperative Learning tepat sekali diterapkan pada mata
pelajaran IPS. Hal ini karena pembelajaran pelajaran IPS bertujuan
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan bermasyarakat yang
baik melalui kerja sama. Dalam pelaksanaannya Cooperative Learning
menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik,
dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan
sekitarnya.
Dari semua yang dipaparkan di atas maka tepatlah kiranya model
Cooperative Learning digunakan dalam PTK yang mengambil permasalahan
bagaimana meningkatkan pemahaman materi menemutunjukkan ibukota
provinsi di Indonesia pada siswa kelas IV SD Dukuhbenda 03.
C. Hipotesis Tindakan
Pemahaman siswa terhadap materi menemutunjukkan nama ibukota
provinsi di Indonesia pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri
Dukuhbenda 03 kecamatan Bumijawa kabupaten Tegal dapat ditingkatkan
dengan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD
xxv
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
SD Negeri Dukuhbenda 03 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.
2. Waktu Penelitian
Bulan Januari sampai dengan Juni 2010
Jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
BULAN NO JENIS KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI JUN
1 Observasi dan identifikasi masalah
X
2 Penyusunan rancangan tindakan X
3 Pelaksanaan PTK siklus 1 X
4 Refleksi dan analisis hasil siklus 1 X
5 Pelaksanaan PTK siklus 2 X
6 Refleksi dan analisis hasil siklus 2 X
7 Penyusunan laporan PTK X X
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan PTK
B. Subyek Penelitian
xxvi
1. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek Penelitian : Siswa kelas IV SD Negeri Dukuhbenda 03
Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009/2010.
Jumlah siswa 44 anak.
Obyek Penelitian : Penggunaan model Cooperative Learning metode
STAD dalam memahami materi menemutunjukkan
nama ibukota provinsi di Indonesia.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari
empat kegiatan penting yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Pelaksanaannya secara berulang dan berkelanjutan sesuai dengan
hasil refleksi. Untuk penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari dua pertemuan. Dalam satu pertemuan terdiri dari dua jam
pelajaran. Setiap satu jam pelajaran 35 menit. Gambaran pelaksanaan PTK
dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar2. Siklus PTK untuk e-TA PJJ S-1 PGSD
(diambil dari Buku Panduan Tugas Akhir e-Tugas Akhir, 2008, 11 )
Keterangan :
Plan : perencanaan
Act : pelaksanaan
Observe : observasi
Reflect : refleksi
xxvii
Reflected Plan : perencanaan hasil refleksi
RANCANGAN SIKLUS
Penelitian tindakan ini dilakukan melalui dua siklus. Adapun
mengenai pelaksanaan tindakan seecara umum melalui tahapan sebagai
berikut :
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, kegiatan yang akan dilakukan adalah :
(1). Mengidentifikasi Masalah.
(2). Merancang pelaksanaan tindakan.
(3). Menyusun format observasi dan instrumen penelitian.
(4). Menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan.
b. Tahap Implementasi Tindakan
Adapun rencana tindakan yang disepakati adalah sebagai berikut :
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan
- Merancang skenario pembelajaran dan menyusun RPP
- Menyiapkaan media pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran pada siklus I sesuai RPP yang disusun.
3. Tahap Observasi
Observasi sangat diperlukan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran selanjutnya.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis, dan memaknai hasil
pelaksanaan pada siklus I untuk memperoleh kesimpulan guna
perbaikan pada siklus I.
SIKLUS II
1. Tahap Perencanaan
xxviii
- Merancang skenario pembelajaran dan menyusun RPP
- Menyiapkaan media pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran pada siklus I sesuai RPP yang disusun.
3. Tahap Observasi
Observasi sangat diperlukan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran selanjutnya.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis, dan memaknai hasil
pelaksanaan pada siklus II untuk memperoleh kesimpulan guna
perbaikan pada siklus II.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah kuisioner, wawancara, catatan lapangan (lembar observasi), dan
tes, serta penugasan. Kuisioner, lembar observasi, dan wawancara
digunakan untuk mengungkap sikap siswa terhadap pembelajaran
pelajaran IPS yang dialami. Tes dan penugasan digunakan untuk
mengungkap tingkat penguasaan siswa dalam materi pokok
Menemutunjukkan ibukota provinsi di Indonesia.
Teknis Analisis Data Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis dskriptif kuantitatif untuk mengetahui adanya perbedaan
tingkat penguasaan siswa terhadap materi IPS antara sebelum dan sesudah
tindakan. Selain itu digunakan juga teknik analisis deskriptif kualitatif
untuk mengetahui secara lebih memadai proses pembelajaran pelajaran
IPS.
Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil penelitian pada setiap
siklus diperlukan suatu indikator dapat menjadi tolok ukur keberhasilan
pembelajaran. Indikator keberhasilan tersebut digunakan untuk mengukur
xxix
tingkat ketercapaian proses belajar dan hasil belajar pada setiap siklus. Uraian
selengkapnya seperti berikut ini :
1. Indikator Keberhasilan Proses.
- 75 % siswa mampu memahami materi menemutunjukkan nama
ibukota provinsi di Indonesia
- 75 % siswa aktif dalam pembelajaran dan kerja kelompok.
2. Indikator Keberhasilan Hasil
- 80 % hasil evaluasi siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
( KKM 6,2 )
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
a. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri Dukuhbenda 03 merupakan salah satu sekolah tingkat
dasar di samping ke lima sekolah lain yang terletak di tepi jalan yang
menghubungkan desa Bumijawa dengan Kecamatan Sirampok Kabupaten
Brebes. Sekolah tersebut masuk dalam wilayah desa Dukuhbenda
kecamatan Bumijawa kabupaten Tegal.
SD Negeri Dukuhbenda 03 terdiri 1 ruang kantor, 6 ruang kelas, 1
ruang UKS dan perpustakaan, 1 ruang WC serta halaman yang luas.
xxx
Ruang kelas IV SD Negeri Dukuhbenda 03 memiliki ukuran 8 m x
6 m dengan struktur bangunan model lama yang memiliki daun jendela
agak tinggi dari lantai sehingga pencahayaan ruangan kurang sekali.
Fasilitas ruangan kelas ada papan tulis, almari dan seperangkat media
pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Dukuhbenda 03 dimulai
jam 07.00 sampai dengan 12.10 WIB, dengan jadwal pelajaran yang
disusun berdasarkan berdasarkan kurikulum KTSP. Sedangkan untuk
kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan di luar jam kegiatan belajar
mengajar.
Pada tahun ajaran 2009/2010 SD Negeri Dukuhbenda 03 terdiri
dari 167 siswa yang terdiri dari : kelas I 31 siswa, kelas II 17 siswa, kelas
III 30 siswa, kelas IV 44 siswa, kelas V 28 siswa, dan kelas IV 17 siswa.
b. Struktur Organisasi SD Negeri Dukuhbenda 03
Tahun Ajaran 2009/2010 SD Negeri Dukuhbenda 03 dipimpin
oleh seorang Kepala Sekolah, dan memiliki dewan guru yang terdiri dari
seorang kepala sekolah, 6 guru kelas, 4 guru wiyata bakti sebagai guru
mata pelajaran ( Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Bahasa Inggris ) serta 3
guru magang ( guru wiyata bakti yang ikut belajar berstatus bukan warga
sekolah tetap ). Jadi jumlah personil seluruhnya ada 14 orang.
Adapun struktur organisasi SD Negeri Dukuhbenda 03 sebagai
berikut :
Guru Kelas I Indah
Guru Kelas II Nuraeni
Guru Kelas III Nurhayati
Guru Kelas IV Purmindarto
Guru Kelas V Sakat S
Guru Kelas IV Tapsir
Kepala Sekolah Risnani Eti P, S.Pd
xxxi
Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi SD Negeri Dukuhbenda 03
2. Identifikasi kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran untuk siklus I :
Pelaksanaan pembelajaran untuk PTK pada siklus I dilaksanakan pada
hari Selasa, 23 Maret 2010.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran telah diadakan pengumpulan
pendapat siswa tentang pelajaran IPS pada tanggal 10 Februari 2010.
Rangkuman hasil pengumpulan pendapat siswa tersebut adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Rekap pendapat siswa tentang mata pelajaran IPS
No Pernyataan Pendapat Frekuensi Persentase ( % )
1 Menyukai pelajaran IPS 25 57 %
2 Tidak menyukai pelajaran IPS 19 43 %
Jumlah 44 100 %
Dari hasil rangkuman tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa
kelas IV SD Negeri Dukuhbenda 03 menyukai mata pelajaran IPS ( 57 % )
dan sebagian kecil tidak menyukai mata pelajaran IPS ( 43 % ).
Dalam wawancara dengan siswa kelas IV yang dilakukan sebelum
proses pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Rekapitulasi Ringkasan Jawaban Hasil Wawancara
Persentase Ringkasan Jawaban No Pertanyaan
Kategori A Kategori B Kategori C
Suka Tidak Suka Netral 1 Apakah kamu menyukai
pelajaran IPS ? 25 57 % 19 43 % - -
2 Apakah kamu pernah
mendengar istilah provinsi ?
Pernah Tidak
Pernah
Sering
Guru PAI Sumarno
Goru Penjasorkes Dian Wiradetama
Guru SBK Frestiantomi
Guru Bhs.Inggris Indarti
xxxii
30 68 % 10 23 % 4 9 %
Dahulu Kemarin Sekarang 3 Kalau pernah, kapan kamu
mendengar istilah provinsi ? 25 57 % 10 23 % 9 20 %
Suka Tidak Suka Netral 4 Apakah kamu suka
mempelajari tentang
provinsi ?
25 57 % 10 23 % 9 20 %
Suka Tidak Suka Netral 5 Apakah kamu suka bekerja
sama dalam belajar dan
bekerja ?
20 45 % 10 23 % 14 32 %
Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dapat diidentifikasi
kendala dan masalah yang muncul pada pembelajaran yaitu :
a. Ada beberapa siswa yang lamban belajar.
b. Jumlah media dan alat peraga yang terbatas
c. Tidak semua siswa dapat ikut serta menggunakan alat peraga dengan
bebas.
d. Siswa kurang terlatih dalam menggunakan alat peraga.
e. Ada beberapa siswa yang kurang aktif selama pembelajaran.
f. Siswa kurang terbiasa mengajukan pertanyaan dan pendapat selama
diskusi.
g. Kurangnya alat peraga realistik sehingga mengurangi kebermaknaan dalam
belajar.
h. Guru belum terlatih menerapkan model pembelajaran inovatif khususnya
Cooperative Learning metode STAD.
Semua kendala dan masalah yang telah diidentifikasi menjadi acuan
utama bagi peneliti untuk menyusun strategi penyelesaian masalah dengan
berkonsultasi dengan kepala sekolah dan supervisor.
3. Rancangan dan implementasi strategi penyelesaian masalah
Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I :
Dengan mengacu pada kendala dan masalah yang telah dirumuskan di
atas, maka peneliti mengkonsultasikan dengan kepala sekolah dan supervisor.
Dari konsultasi tersebut maka diputuskan untuk mengadakan PTK dengan
xxxiii
menerapkan model Cooperative Learning metode STAD. Pelaksanaannya
terbagi menjadi dua siklus yang saling berkelanjutan. Setiap siklus terdiri dari
dua pertemuan. Adapun rancangan dan implementasi strategi penyelesaian
masalah pada siklus I yaitu :
Siklus I
a. Perencanaan
Pertemuan pada siklus I dilaksanakan selama 70 menit. Tindakan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
3. Menyiapkan Lembar Kerja
4. Menyiapkan Lembar Evaluasi
5. Menyiapkan lembar observasi untuk superIVsor.
b. Pelaksanaan
1) Pra Pembelajaran
· Siswa dan guru berdo’a bersama.
· Guru mengabsen siswa
· Guru dan siswa menyiapkan media dan alat peraga yang diperlukan.
2) Kegiatan Awal
· Apersepsi : Siswa bertanya jawab dengan guru tentang suatu hal
yang mengarah pada materi pelajaran.
· Guru memberi motivasi belajar dengan menjelaskan manfaat
mempelajari globalisasi.
· Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang
akan dicapai.
3) Kegiatan Inti
· Siswa membaca sekilas inti materi pelajaran pada buku sumber.
· Guru menjelaskan inti materi pelajaran yang akan dipelajari.
· Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4 sampai 5 anak dengan kemampuan yang beragam ( kelompok
ditentukan oleh guru ).
xxxiv
· Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.
· Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas diskusi masing-
masing kelompok.
· Siswa dengan berkelompok mengerjakan tugas diskusinya masing-
masing.
· Guru membimbing siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.
· Masing-masing kelompok dengan bergiliran menunjuk salah satu
anggotanya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas.
· Kelompok-kelompok lain memberi tanggapan dan kritik terhadap
hasil diskusi kelompok yang sedang presentasi.
· Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi
bersama-sama.
· Masing-masing kelompok saling menukar hasil kerja diskusinya
untuk dipelajari bersama.
· Siswa mengerjakan tes tertulis tentang materi yang telah dipelajari.
· Siswa menyerahkan hasil tes kepada guru.
4) Kegiatan Akhir
· Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
· Guru memberi penegasan materi yang telah dipelajari bersama.
· Guru memberi penghargaan kelompok berupa predikat kejuaraan
dan hadiah sesuai dengan hasil penilaian.
· Tindak lanjut pada pertemuan ini dengan memberi tugas PR.
· Tindak lanjut yaitu bagi siswa yang hasil nilai belum mencapai
KKM diberi perbaikan, sedangkan bagi siswa yang hasil nilainya
sudah mencapai KKM diberi pengayaan
c. Pengamatan/observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran siklus I peneliti berkolaborasi
dengan supervisor sebagai pengamat/observer. Tugas observer adalah
mengamati jalannya pembelajaran pada siklus I dengan panduan lembar
observasi, yang telah tersedia. Adapun hal-hal yang akan dinilai dalam
pengamatan meliputi :
xxxv
1) Pra Pembelajaran
2) Kegiatan Membuka pelajaran
3) Kegiatan Inti Pembelajaran
· Pelaksanaan materi pelajaran
· Strategi pola pembelajaran
· Pemanfaatan media pembelajaran
· Penilaian proses dan hasil belajar
· Penggunaan bahasa
4) Penutup
Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam
proses belajar mengajar meliputi :
1. Banyaknya siswa yang bertanya (dilihat dari jumlah anak yang
tunjuk jari untuk bertanya)
2. Banyak siswa yang menjawab pertanyaan (dilihat dari
partisipasi/tunjuk jari siswa untuk menjawab)
3. Banyak siswa yang ingin maju ke depan kelas.
4. Banyak siswa yang mengerjakan tugas
5. Banyak siswa yang melamun
6. Banyak siswa yang mengerjakan tugas lain
7. Banyak siswa yang mengganggu teman
8. Banyak siswa yang keluyuran di luar kelas
Untuk lebih jelasnya, bentuk format lembar observasi dapat dilihat
pada bagian hasil penelitian dan lampiran.
d. Refleksi
Pengumpulan data dilakukan bersama oleh guru sebagai peneliti
dan supervisor.yang diperoleh melalui observasi selama proses
pembelajaran pada siklus I.
Pembelajaran pada siklus I setelah diadakan penilaian proses dan
penilaian hasil belajar sudah menunjukkan kemajuan bila dibandingkan
nilai yang dicapai oleh siswa kelas IV pada tahun ajaran 2008/2009.
Hasil Refleksi dan Analisis Data pada Siklus I
xxxvi
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan supervisor dengan
memperhatikan saran guru teman sejawat serta kepala sekolah. Refleksi pada
siklus I mengacu pada data yang dikumpulkan selama pembelajaran. Data
tersebut meliputi data kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui untuk
mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pokok
menemutunjukkan nama ibukota provinsi di Indonesia melalui model
Cooperative Learning metode STAD. Sedangkan data kualitatif digunakan
untuk mengetahui tingkat kualitas proses pembelajaran melalui model
Cooperative Learning metode STAD. Adapun hasill refleksi yang dilakukan
oleh peneliti dan supervisor yaitu :
1. Nilai proses dan hasil
Berdasarkan kriteria :
a. Indikator Keberhasilan Proses.
- 75 % siswa mampu memahami materi menemutunjukkan nama
ibukota provinsi di Indonesia
- 75 % siswa aktif dalam pembelajaran dan kerja kelompok.
b. Indikator Keberhasilan Hasil
- 80 % hasil evaluasi siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
( KKM 6,2 )
Maka dapat diketahui bahwa hasil perolehan nilai siswa melampaui target
yang ditentukan. Peningkatan hasil nilai yang diperoleh pada siklus I
menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning metode
STAD pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan pemahaman siswa
pada materi menemutunjukkan nama ibukota provinsi di Indonesia.
2. Aktifitas belajar siswa
Dari hasil perolehan data cek list individual tentang aktifitas belajar siswa
dan aktifitas diskusi kelompok dapat diketahui bahwa sebagian besar
siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan melaksanakan
semua tugas dengan baik. Hal ini menunjukkan siswa antusias dan
menyukai pembelajaran model Cooperative Learning metode STAD.
3. Aktifitas guru
xxxvii
Hasil observasi aktifitas guru yang dilakukan oleh supervisor
menunjukkan :
a. Rata-rata nilai 84.
b. Persentase keberhasilan mengelola pembelajaran 84 %
Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa guru cukup berhasil
mengimplementasikan model Cooperative Learning metode STAD pada
mata pelajaran IPS pada materi pokok menemutunjukkan nama ibukota
provinsi di Indonesia.
Tabel 3. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
No KKM Jumlah
Nilai Tuntas
Jumlah Nilai
Belum Tuntas
Persentase
Ketuntasan
1.
62
34
10
77,3 %
Kekurangan pada siklus I
Dari semua keberhasilan tersebut, ada pula beberapa kekurangan yang
muncul selama pelaksanaan siklus I. Kekurangan atau kelemahan tersebut
antara lain :
1. Masih ada beberapa siswa yang hasil nilainya masih di bawah KKM.
2. Waktu yang tersedia terbatas sehingga ada aktifitas belajar yang
pelaksanaannya kurang maksimal.
3. Penggunaan media dan alat peraga kurang optimal dan merata karena
persediaan terbatas.
4. Kehadiran supervisor sedikit mempengaruhi aktifitas belajar siswa,
karena perhatian siswa terbagi oleh keberadaan supervisor.
5. Kelompok diskusi yang terbentuk kurang maksimal karena
pembentukan kelompok ditentukan oleh guru.
6. Masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dan kreatif dalam
mengikuti aktifitas belajar.
Rekomendasi untuk pembelajaran pada siklus II :
xxxviii
1. Perlu disusun RPP perbaikan untuk siklus II dengan memperhatikan
semua kekurangan yang muncul pada siklus I.
2. Peneliti harus memperbaiki alokasi waktu untuk setiap poin kegiatan
belajar.
3. Bila memungkinkan media dan alat peraga perlu ditambah dan lebih
variatif.
4. Pembentukan kelompok diskusi hendaknya lebih banyak melibatkan
siswa.
5. Sumber belajar perlu diperbanyak lagi.
6. Siswa perlu lebih dipersiapkan dengan menjelaskan tentang kehadiran
supervisor dan adanya pemotretan.
4. Perbaikan rancangan pembelajaran untuk siklus II :
Rancangan pembelajaran untuk suklus II disusun berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I dengan mengacu pada kendala dan masalah yang
ditemukan pada siklus I serta usulan dari superIVsor dengan tetap menerapkan
model Cooperative Learning metode STAD pada pembelajarannya.
Siklus II
a. Perencanaan
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II
2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
3. Menyiapkan Lembar Kerja
4. Menyiapkan Lembar Evaluasi
5. Menyiapkan lembar observasi untuk supervisor.
b. Pelaksanaan
1) Pra Pembelajaran
· Siswa dan guru berdo’a bersama.
· Guru mengabsen siswa
· Guru dan siswa menyiapkan media dan alat peraga yang diperlukan.
2) Kegiatan Awal
xxxix
· Apersepsi : Siswa bertanya jawab dengan guru tentang suatu hal
yang mengarah pada materi pelajaran.
· Guru memberi motivasi belajar dengan menjelaskan manfaat
mempelajari menemutunjukkan nama ibukota provinsi di Indonesia.
· Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang
akan dicapai.
3) Kegiatan Inti
· Siswa membaca sekilas inti materi pelajaran pada buku sumber.
· Guru menjelaskan inti materi pelajaran yang akan dipelajari.
· Siswa membentuk kelompok sendiri menjadi beberapa kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 anak dengan kemampuan
yang beragam ( kelompok ditentukan sendiri oleh siswa ).
· Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.
· Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas diskusi masing-
masing kelompok.
· Siswa dengan berkelompok mengerjakan tugas diskusinya masing-
masing.
· Guru membimbing siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.
· Masing-masing kelompok dengan bergiliran menunjuk salah satu
anggotanya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas.
· Kelompok-kelompok lain memberi tanggapan dan kritik terhadap
hasil diskusi kelompok yang sedang presentasi.
· Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi
bersama-sama.
· Masing-masing kelompok saling menukar hasil diskusinya untuk
dipelajari bersama.
· Siswa mengerjakan tes tertulis tentang materi yang telah dipelajari.
· Siswa menyerahkan hasil tes kepada guru.
4) Kegiatan Akhir
· Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
· Guru memberi penegasan materi yang telah dipelajari bersama.
xl
· Guru memberi penghargaan kelompok berupa predikat kejuaraan
dan hadiah sesuai dengan hasil penilaian.
· Tindak lanjut pada pertemuan ini dengan memberi tugas PR.
· Tindak lanjut yaitu bagi siswa yang hasil nilai belum mencapai
KKM diberi perbaikan, sedangkan bagi siswa yang hasil nilainya
sudah mencapai KKM diberi pengayaan
c. Pengamatan/observasi
Pada pelaksanaan siklus II peneliti berkolaborasi dengan
supervisor sebagai pengamat/observer. Tugas supervisor adalah
mengamati proses pembelajaran pada siklus II dengan panduan lembar
observasi yang telah tersedia.
d. Refleksi
Refleksi pada pelaksanaan siklus II dilakukan bersama oleh guru
sebagai peneliti dan supervisor untuk mengetahui hasil penelitian pada
siklus II yang diperoleh melalui observasi pada proses pembelajaran.
Tabel 4. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No KKM Jumlah
Nilai Tuntas
Jumlah Nilai
Belum Tuntas
Presentase
Ketuntasan
1.
62
40
4
90,9 %
Tabel 5. Rekapitulasi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan II
No Jumlah Siswa KKM Kegiatan Presentase
Ketuntasan
1 44 6,2 Kondisi awal 50 %
2 44 6,2 Siklus I 77,3 %
3 44 6,2 Siklus II 90,9 %
xli
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar pada
kondisi awal sebelum diadakan PTK yang hanya 50 %, siklus I ke siklus II
meningkat13,7 %
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan :
1. Penggunaan pendekatan cooperative learning pada pembelajaran pelajaran
IPS dapat meningkatkan ketrampilan menemutunjukkan nama ibukota
provinsi di Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhbenda 03
,kecamatan Bumijawa, kabupaten Tegal, Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Dengan Penggunaan pendekatan cooperative learning pada pembelajaran
pelajaran IPS, kompetensi dasar menemutunjukkan nama ibukota provinsi
di Indonesia, hasil belajar siswa semakin meningkat .
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah :
1. Perencanaan Pembelajaran sangat mutlak diperlukan sebelum proses
pembelajaran.
2. Guru harus memiliki kemampuan dalam menganalisa masalah di kelas
untuk selanjutnya mencari solusi.
xlii
3. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dapat membantu guru
dalam proses pembelajaran.
4. Sesuai karakteristik siswa SD ,guru harus mampu menciptakan kondisi
belajar yang menyenangkan agar siswa lebih tertarik dalam belajar.
5. Alat peraga sangat dibutuhkan untuk menarik perhatian siswa dan
menghindari verbalisme.
6. Guru harus mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa.
7. Penilaian baik proses maupun akhir pembelajaran harus dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi.
8. Setiap akhir proses pembelajaran harus diadakan tindak lanjut.
xliii
DAFTAR PUSTAKA
Badem. ( 2001 ). Masalah dan Solusi Pembelajaran IPS dengan Pendekatan
Cooperative Learning. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial. IPS.
Ibrahim,et.al. ( 200 ). Pembelajaran STAD. Surabaya. Universitas Negeri
Surabaya Press
Isjoni. ( 2009 ). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Bandung. Alfabeta.
Djahiri, A. ( 1983 ). Pengajaran Studi Sosial IPS. Bandung. LPPP IPS IKIP.
Lie, Anita. ( 2005 ). Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo.
Somantri, M.N. ( 2001 ). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung.
PPS-UPI dan Remaja Rosda Karya.
Slavin, R.E. ( 1992 ). Cooperative Learning, USA, Allyn and Bacoin.
Retno Winarni. ( 2009 : 17 ). Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga. Widiasari
Press.