FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN...

54
PENDIDIKAN MATEMATIKA SD 1 ( Modul ) Oleh: M. Coesamin FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN...

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

PENDIDIKAN MATEMATIKA SD 1( Modul )

Oleh:M. Coesamin

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2010

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

PENDIDIKAN MATEMATIKA SD 1

Materi:

1. Bilangan Bulat dan Bilangan Pecaha. Bilangan Bulatb. Bilangan Pecah: Pecahan Biasa, Desimal, dan Persen

2. Model Matematikaa. Pemodelan Matematikab. Penyelesaian Model Matematika

3. Pengelolaan dataa Model-model penyajian datab Ukuran pemusatan datac Ukuran penyebaran data

4. Geometri Dasara. Bangun Datarb. Bangun Ruangc. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volumd. Sistem Koordinat

5. Transformasi geometria Translasib Refleksic Rotasid Dilatasi

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

BAB IBILANGAN BULAT DAN BILANGAN PECAH

A. Bilangan Bulat

1. Pengertian Bilangan Bulat

Pada pembahasan bilangan cacah telah dikemukakan bahwa operasi penjumlahan dan

perkalian pada bilangan cacah bersifat tertutup. Operasi pengurangan pada bilangan

cacah dapat dilakukan hanya jika besar pengurangnya tidak melebihi besar bilangan

yang dikurangi. Masalah timbul ketika pengurangnya lebih besar dari bilangan yang

dikurangi. Tidak ada bilangan cacah c yang memenuhi “6 c 4”. Pada operasi

pengurangan, tidak ada bilangan cacah d yang memenuhi “4 6 d”. Jadi operasi

pengurangan pada bilangan cacah bersifat tidak tertutup. Untuk mengatasi hal ini

diperlukan sistem bilangan lain, yang disebut bilangan bulat.

Untuk setiap bilangan cacah a selain 0 (nol), diciptakan dua simbol, yaitu “+a” dan

“-a”. Selanjutnya “+a” dnamakan positip a dan “-a” disebut negatip a. Dengan

demikian terbentuk dua himpunan bilangan, yaitu {+1, +2, +3, +4, +5, …} yang

disebut himpunan bilangan bulat positip dan {-1, -2, -3, -4, -5, …}.yang disebut

himpunan bulat negatip. Dalam penulisan selanjutnya tanda “+“ pada bilangan bulat

positip boleh tidak dicantumkan, sehingga himpunan bilangan bulat positip menjadi

{1, 2, 3, 4, 5, …}. Penulisan “4” misalnya, berarti “+4”.

Gabungan himpunan bilangan cacah dan {-1, -2, -3, -4, -5, …}membentuk himpunan

bilangan bulat. Jadi himpunan bilangan bulat terbentuk dari himpunan bilangan cacah

dan bilangan bulat negatip.Jika ditulis secara tabulasi, himpunan bilangan bulat adalah

sebagai berikut.

{… , -4 ,-3 ,-2 ,-1 ,0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,…}

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Jika diberikan ilustrasi bilangan bulat secara konkret, maka dapat diikuti ilustrasi

berikut.

Seseorang yang melangkah maju 1 langkah mengilustrasikan bilangan +1.

Seseorang yang melangkah maju 2 langkah mengilustrasikan bilangan +2.

Seseorang yang melangkah maju 3 langkah mengilustrasikan bilangan +3.

Seseorang yang melangkah maju 4 langkah mengilustrasikan bilangan +4.

Dan seterusnya

Seseorang yang melangkah mundur 1 langkah mengilustrasikan bilangan -1.

Seseorang yang melangkah mundur 2 langkah mengilustrasikan bilangan -2.

Seseorang yang melangkah mundur 3 langkah mengilustrasikan bilangan -3.

Seseorang yang melangkah mundur 4 langkah mengilustrasikan bilangan -4.

Dan seterusnya

Himpunan bilangan bulat juga dapat dipandang sebagai gabungan himpunan semua

bilangan bulat negati, himpunan bilangan nol, dan himpunan semua bilangan bulat

positip.

B = B- {0}B+

Himpunan bilangan cacah yang bukan nol, yaitu bilangan asli disebut juga bilangan

bilangan bulat positip. Dengan demikian himpunan bilangan bulat terdiri dari: (a)

himpunan bilangan asli, (b) himpunan bilangan nol, dan (c) himpunan bilangan bulat

negatip. Bilangan cacah disebut.

Bilangan bulat dapat digambarkan pada garis bilangan sebagai berikut.

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

-5 5 0 dan 5 -5 0

-4 4 0 dan 4 -4 0

-3 3 0 dan 3 -3 0

-2 2 0 dan 2 -2 0

-1 1 0 dan 1 -1 0

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

-9 9 0 dan 9 -9 0

-7 7 0 dan 7 -7 0

-6 6 0 dan 6 -6 0

Setiap penjumlahan di atas selalu menghasilkan 0 (nol). Dikatakan bahwa:

(a) -2 adalah lawan (invers penjumlahan) dari 2

(b) -5 adalah lawan (invers penjumlahan) dari 5

(c) -7 adalah lawan (invers penjumlahan) dari 7

(d) 8 adalah lawan (invers penjumlahan) dari -8

(e) 3 adalah lawan (invers penjumlahan) dari -3

Lawan dari bilangan bulat positip adalah bilangan bulat negatip, sebaliknya lawan

dari bilangan bulat negatip adalah bilangan bulat positip. Jarak noktah suatu bilangan

bulat positip ke noktah bilangan nol sama dengan jarak noktah lawan bilangan itu ke

noktah bilangan nol. Jarak -3 ke 0 sama dengan jarak dari 3 ke 0.

Pada bilangan bulat dikenal adanya relasi “sama dengan” dan relasi “urutan”. Jika ada

dua bilangan bulat a dan b, maka berlaku salah satu di antara: (i) a = b, (ii) a < b, atau

(iii) a > b. Sifat ini dinamakan sifat trikhotomi. Pada relasi “sama dengan” berlaku

sifat refleksif, simetris, dan transitif.

(1) Sifat refleksif

a = a, untuk setiap a bilangan bulat.

(2) Sifat Simetris

Jika a = b, maka b = a, untuk sebarang bilangan bulat a dan b.

(3) Sifat Transitif.

Jika a = b dan b = c maka a = c.

Jika a dan b adalah dua bilangan bulat yang berbeda dan pada garis bilangan posisi a

di sebelah kiri posisi b maka dikatakan:

(1) “a kurang dari b” ditulis dengan notasi “a < b”

(2) “ b lebih besar dari a” ditulis dengan notasi “a > b”

Jika tidak menggunakan garis bilangan maka relasi urutan didefinisikan sebagai

berikut.

Bilangan bulat a dikatakan kurang dari b (atau a < b) jika dan hanya jika ada

bilangan bulat positip c sehingga bca

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Contoh: 4 < 7 karena ada bilangan bulat 3 sehingga 734

Bilangan bulat a dikatakan lebih besar dari b (atau a > b) jika dan hanya jika b lebih

kecil dari a.

Pada sifat urutan bilangan bulat tidak berlaku sifat refleksif dan simetris, tetapi

berlaku sifat transitif (Jika a < b dan b < c maka a < c). Jika 4 < 7 dan 7 < 12 maka

4 < 12.

2. Operasi pada bilangan Bulat

Ada tiga operasi dasar (pokok) pada bilangan bulat, yaitu penjumlahan, pengurangan,

dan perkalian. Penjumlahan, pengurangan, dan perkalian pada bilangan bulat bersifat

tertutup, sedangkan operasi pembagian pada bilangan bulat tidak tertutup.

a. Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan bulat memuat bilangan cacah, berarti pengertian penjumlahan bilangan bulat

non negatip sama seperti pengertian penjumlahan pada bilangan cacah. Untuk setiap a

dan b bilangan bulat tak negatip, penjumlahan bulat bulat didefinisikan sebagai

berikut.

(a) )( baba

(b) )()( baba , jika a > b

(c) 0)( aa dan 0)( aa

(d) )()( abba , jika a < b

Sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat:

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(a) Tertutup

Setiap a dan b bilangan bulat selalu ada bilangan bulat c sehingga a + b = c.

Hasil penjumlahan dua bilangan bulat selalu merupakan bilangan bulat.

(b) Komutatif (pertukaran)

a + b = b + a, untuk setiap a dan b bilangan bulat.

Jika dua bilangan bulat dijumlahkan maka urutan letak suku-suku penjumlahan

tidak mempengaruhi hasil penjumlahan tersebut.

(c) Asosiatif (pengelompokan)

Jika a, b, dan c bilangan bulat maka (a + b ) + c = a + (b + c)

Dalam menjumlahkan bilangan-bilangan bulat, suku-suku mana-mana saja yang

dijumlahkan lebih dahulu tidak akan mempengaruhi hasil penjumlahan itu.

(d) Ada unsur identitas penjumlahan

Ada bilangan bulat 0 (nol) yang bersifat a + 0 = 0 + a = a untuk setiap bilangan

bulat a.

Pada himpunan bilangan bulat terdapat bilangan 0 (nol), dan setiap bilangan

bulat yang diditambah atau ditambahkan dengan 0 (nol) menghasilkan bilangan

yang sama dengan bilangan itu sendiri.

(e) Ada unsur invers penjumlahan

Setiap a bilangan bulat selalu ada bilangan bulat b sehingga a + b = b + a = 0.

Dikatakan bahwa b adalah invers penjumlahan (lawan) dari bilangan a. Biasanya

lawan dari a dilambangkan dengan -a sehingga a + -a = -a + a = 0.

(f) Kanselasi

Jika a + d = b + d maka a = b.

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Jika dua bilangan bulat masing-masing ditambah dengan bilangan yang sama

dan menghaslkan bilangan yang sama, maka kedua bilangan semula adalah

sama.

Teknik penjumlahan bilangan-bilangan bulat dapat dilakukan melalui pola bilangan.

Dibuat penjumlahan-penjumlahan dua bilangan bulat yang jawaban-jawabannya

berbentuk pola sehingga siswa dapat melanjutkan pola itu.

Contoh:

5 + 3 8 8 + 6 14 3 + 5 8 6 + 8 14

4 + 3 7 6 + 6 12 3 + 4 7 6 + 6 12

3 + 3 6 4 + 6 10 3 + 3 6 6 + 4 10

2 + 3 5 2 + 6 8 3 + 2 5 6 + 2 8

1 + 3 4 0 + 6 6 3 + 1 4 6 + 0 6

0 + 3 3 -2 + 6 4 3 + 0 3 6 + -2 4

-1 + 3 2 -4 + 6 2 3 + -1 2 6 + -4 2

-2 + 3 1 -6 + 6 0 3 + -2 1 6 + -6 0

-3 + 3 0 -8 + 6 -2 3 + -3 0 6 + -8 -2

-4 + 3 -1 -10 + 6 -4 3 + -4 -1 6 + -10 -4

-5 + 3 -2 -12 + 6 -6 3 + -5 -2 6 + -12 -6

Pada kelompok penjumlahan pertama dan ketiga, jika diperhatikan hasil-hasil

penjumlahannya maka diperoleh pola bilangan: 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, 0, -1, -2

Pada kelompok penjumlahan kelompok kedua dan keempat, jika diperhatikan hasil-

hasil penjumlahannya maka diperoleh pola bilangan: 14, 12, 10, 8, 6, 4, 2, 0, -2, -4,

-6.

Berdasarkan keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menjumlahkan dua

bilangan bulat yang berbeda tanda dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

(a) Mula-mula kedua bilangan dianggap positip

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(b) Pada langkah pertama tersebut dipilih bilangan yang lebih besar, tanda hasil

penjumlahan mengikuti tanda bilangan yang lebih besar tersebut sesuai

dengan bilangan semula sebelum dianggap positip.

(c) Berdasarkan langkah pertama dihitung selisih keduanya. Selisih tersebut

ditempatkan sebagai hasil penjumlahan dengan tanda mengikuti langkah

kedua di atas.

Penjumlahan dua bilangan bulat yang bertanda sama menyesuaikan dengan tabel

berikut.

+ -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

-5 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1

-4 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0

-3 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1

-2 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2

-1 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3

0 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

1 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

2 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7

4 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Berdasarkan tabel di atas, dapat diperoleh sebagai berikut.

-1 + -4 -5 -3 + -1 -4 -5 + -2 -7

-4 + -5 -9 -2 + -3 -5 2 + 4 6

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Selanjutnya penjumlahan dua bilangan bulat yang bertanda sama dilakukan sebagai

berikut.

(a) Mula-mula kedua bilangan yang akan dijumlahkan itu dianggap positip

(b) Kedua bilangan yang diperoleh pada langkah pertama itu dijumlahkan.

(c) Hasil pada langkah kedua itu merupakan hasil penjumlahan dengan tanda

mengikuti tanda bilangan-bilangan yang dijumlahkan.

Operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat dapat disajikan pada garis

bilangan. Prinsip yang digunakan untuk memperagakan operasi-operasi tersebut

adalah:

(a) Bilangan positip dinyatakan dengan anak panah menghadap ke kanan.

(b) Bilangan negatip dinyatakan dengan anak panah menghadap ke kiri.

(c) Operasi penjumlahan (+) dinyatakan dengan gerak maju

(d) Operasi pengurangan (–) dinyatakan dengan gerak mundur

Penjumlahan bilangan bulat ba yang diperagakan dengan garis bilangan

menggunakan prinsip sebagai berikut.

(a) Bilangan positip dinyatakan dengan anak panah arah ke kanan, dan bilangan

negatip dinyatakan dengan anak panah arah ke kiri.

(b) Anak panah yang mewakili bilangan pertama (yaitu bilangan a) digambarkan

dengan anak panah yang pangkalnya berimpit dengan posisi 0 (nol) pada garis

bilangan, dan ujungnya berada pada posisi yang sesuai bilangan a.

(c) Gerakan operasi dimulai dari ujung anak panah yang menyatakan bilangan a,

arahnya mengikuti tanda bilangan b dan. geraknya maju.

(d) Posisi setelah gerakan terakhir menyatakan hasil penjumlahan.

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Contoh:

(a) 24

-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7

Jadi 24 6

(b) )2(5

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Jadi )2(5 3

(c) 24

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

Jadi 24 -2

(d) )3(5

-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1

Jadi )3(5 -8

Pengurangan bilangan bulat ba yang diperagakan dengan garis bilangan

menggunakan prinsip sebagai berikut.

(a) Bilangan positip dinyatakan dengan anak panah arah ke kanan, dan bilangan

negatip dinyatakan dengan anak panah arah ke kiri.

(b) Anak panah yang mewakili bilangan pertama (yaitu bilangan a) digambarkan

dengan anak panah yang pangkalnya berimpit dengan posisi 0 (nol) pada garis

bilangan, dan ujungnya berada pada posisi yang sesuai bilangan a.

(c) Gerakan operasi dimulai dari ujung anak panah yang menyatakan bilangan a,

arahnya mengikuti tanda bilangan b dan. geraknya mundur.

(d) Posisi setelah gerakan terakhir menyatakan hasil pengurangan.

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Selanjutnya perhatikan contoh pengurangan berikut ini.

(a) 53 …

-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Jadi 53 -2

Bilangan pertama adalah 3, maka ujung anak panah tepat di atas poisi ”3” pada garis

bilangan. Bilangan kedua adalah 5 (positip) maka anak panah yang kedua menghadap

ke kanan. Operasinya pengurangan, maka panah yang kedua dibuat dengan proses

mundur dari arah anak panah yang kedua. Posisi setelah gerakan terakhir berada pada

posisi ”-2”, berarti 53 -2.

Berikut ini adalah contoh pengurangan bilangan bulat positip dengan bilangan bulat

negatip.

(b) )4(2 ….

-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Jadi )4(2 6.

Pengurangan dengan -4 (negatip) dilakukan dengan membuat anak panah arah ke kiri

dan proses pembuatannya mundur dengan start ujung anak panah pertama. Posisi

setelah gerakan terakhir berada pada posisi ”6”, berarti )4(2 6.

Berdasarkan peoses-proses tersebut dapat disimpulkan bahwa mengurangi dengan

suatu bilangan bulat berarti menjumlahkan dengan lawan bilangan bulat itu. Dengan

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

demikian kedua pengurangan di atas dpat dikerjakan sebagai penjumlahan seperti

berikut.

2)5(353

)4(2 6)4(2 atau )4(2 642

b. Perkalian

Pada bilangan cacah, perkalian dapat dipandang sebagai penjumlahan berulang,

seperti .20555554 Pada perkalian tersebut berlaku sifat komutatif,

seperti 4554 . Perkalian dengan bilangan bulat positip mendasarkan pada

penjumlahan berulang sebagai arti perkalian.

Contoh:

20)5()5()5()5()5(4 .

Perkalian bilangan bulat positip dengan bilangan bulat negatip dilakukan mula-mula

dengan menggunakan sifat komutatif perkalian, kemudian mendasarkan pada arti

perkalian sebagai penjumlahan berulang.

Contoh:

20)4()4()4()4()4(554

Penentuan hasil perkalian dua bilangan bulat negatip dapat ditentukan menggunakan

pola seperti berikut.

10)2(5

8)2(4

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

6)2(3

4)2(2

2)2(1

0)2(0

2)2(1

4)2(2

6)2(3

8)2(4

Berdasarkan fakta di atas dapat disimpulkan bahwa hasil kali dua bilangan bulat

negatip adalah bilangan bulat positip.

Operasi perkalian pada bilangan bulat memenuhi sifat-sifat berikut.

(1) Tertutup

Setiap bilangan bulat a dan b selalu ada bilangan bulat c sehingga a b = c.

Hasil perkalian dua bilangan bulat selalu merupakan bilangan bulat.

(2) Komutatif (pertukaran)

a b = b a, untuk setiap a dan b bilangan bulat.

Jika bilangan bulat dikalikan dengan bilangan bulat maka urutan letak faktor-

faktor perkalian tidak mempengaruhi hasil perkalian tersebut.

(3) Asosiatif (pengelompokan)

Jika a, b, dan c bilangan bulat maka (a b ) c = a (b c)

Dalam perkalian bilangan-bilangan bulat, faktor-faktor mana saja yang dihitung

lebih dahulu tidak akan mempengaruhi hasil perkalian itu.

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(4) Sfiat penyebaran (distributif) perkalian terhadap penjumlahan dan juga terhadap

pengurangan.

Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat selalu berlaku:

)()()( cabacba .

)()()( cabacba

(5) Ada unsur identitas perkalian

Ada bilangan bulat 1 (satu) yang bersifat a 1 = 1 a = a untuk setiap

bilangan bulat a.

Pada himpunan bilangan bulat terdapat bilangan 1 (satu), dan setiap bilangan

bulat yang dikalikan dengan 1 (satu) menghasilkan bilangan yang sama dengan

bilangan itu sendiri.

(6) Kanselasi

Jika a d b d maka a = b, asal a,b, dan c ketiganya tidak nol.

Jika dua bilangan bulat masing-masing dikalikan dengan bilangan yang sama

(selain nol) menghaslkan bilangan yang sama, maka kedua bilangan semula

adalah sama.

Pembagian pada bilangan bulat dapat dijelaskan sebagai berikut.

Jika a dan b adalah bilangan bulat dan b 0, maka a dibagi b, ditulis dengan notasi “

ba : ” adalah suatu bilangan bulat x, jika ada, yang bersifat b·x a.

Penentuan tanda untuk hasilbagi x perlu dipedomani definisi bahwa xba : jika dan

hanya jika b·x a. Dengan demikian hasilbagi dua bilangan bulat yang keduanya

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

bertanda sama, jika ada, adalah positip. Hasilbagi dua bilangan bulat yang keduanya

berbeda tanda, jika ada, adalah negatip.

Contoh:

-8:(-2) = 4 karena (-2) 4 = -8

42 : 7 = 6 karena 7 6 = 42

-12 : 3 = -4 karena 3 (-4) = -12

15 : (-3) = -5 karena (-3) (-5) = 15

Perlu diperhatikan bahwa pembagian pada bilangan bulat tidak bersifat tertutup.

Jelaskanlah mengapa. Bilangan 0 (nol) dibagi dengan bilangan bulat yang tidak nol

menghasilkan bilangan nol. Sedangkan pembagian bilangan bulat dengan 0 (nol)

adalah tidak didefinisikan (tidak terdefinisi).

B. Bilangan Pecah: Pecahan Biasa, Desimal dan Persen

1 Pecahan Biasa

a Konsep Bilangan Pecah

Istilah pecahan (fraction) dapat diartikan sebagai bilangan rasional, tetapi juga dapat

diartikan sebagai lambang bilangan untuk bilangan rasional. Pecahan sebagai bilangan

rasional dinamakan bilangan pecah.

Himpunan bilangan cacah adalah {0, 1, 2, 3, …}. Operasi penjumlahan dan perkalian

pada bilangan cacah bersifat tertutup. Hal ini berarti penjumlahan dua bilangan cacah

selalu menghasilkan suatu bilangan cacah, dan perkalian dua bilangan cacah selalu

menghasilkan suatu bilangan cacah. Di pihak lain, operasi pembagian pada bilangan

cacah tidak bersifat tertutup, maksudnya hasil pembagian dua bilangan cacah tidak

selalu merupakan bilangan cacah.

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Berkaitan dengan pembagian pada bilangan cacah diperlukan bilangan baru sebagai

perluasan bilangan cacah sehinga operasi pembagian bersifat tertutup pada bilangan

baru itu. Bilangan baru tersebut adalah bilangan pecah. Hasil dari pembagian 3 : 7 =

… adalah bilangan pecah. Ilustrasi berikut berkaitan dengan konsep bilangan pecah.

Sebuah apel dipotong dengan pisau menjadi 3 bagian yang sama. Tiap-tiap bagian

apel masing-masing memberikan gambaran tentang pecahan 1/3. Gabungan dua

bagian apel yang disatukan menggambarkan 2/3. Gabungan 3 apel yang disatukan

menggambarkan 3/3.

Suatu daerah lingkaran dibagi oleh sebuah diameternya menjadi dua bagian yang

sama. Masing-masing bagian memberikan gambaran tentang pecahan 1/2. Gabungan

kedua bagian tersebut menggambarkan pecahan 2/2.

Gambar 1

Ilustrasi di atas menggambarkan pecahan sebagai suatu bagian dari sebuah benda atau

bagian dari sesuatu yang utuh.

Selanjutnya perhatikan cerita berikut ini.

Gambar 2

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Banyak anggota suatu himpunan ada tiga. Yang hitam adalah satu per tiga bagian dari

seluruhnya, dan dilambangkan dengan 1/3. Yang putih adalah dua per tiga bagian dari

seluruhnya, dan dilambangkan dengan 2/3. Ilustrasi di atas menggambarkan pecahan

sebagai partisi atau bagian dari keseluruhan.

Bilangan pecah sebagai perluasan dari bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai

berikut. Bilangan pecah adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan

dua bilangan cacah a dan ,b lambangnya ditulis dalam bentukb

adengan b ≠ 0.

Suatu pecahan didefinisikan sebagai lambang atau nama dari suatu bilangan pecah

yang berbentukb

adengan a dan b nama-nama bilangan cacah dan b ≠ 0. Dalam hal

ini a disebut pembilang (numerator) dan b disebut penyebut (denumerator). Pecahan

yang pembilangnya satu dinamakan pecahan satuan.

Bilangan pecah yang diberi nama dengan pecahanb

adidefinisikan sebagai suatu nilai

x yang memenuhi a : b = x .

Contoh :

3 : 5 =5

3

2 : 3 = 2/3

1 : 4 = 1/4

b Pecahan Senilai

Pecahan-pecahan yang senilai dapat diperoleh dengan cara pembilang dan penyebut

pecahan yang diketahui dikalikan dengan bilangan yang sama. Cara lain untuk

memperoleh pecahan yang senilai yaitu dengan cara pembilang dan penyebut pecahan

yang diketahui dibagi dengan bilangan yang sama, tentu saja membaginya masih pada

batas di mana hasil baginya merupakan bilangan cacah.

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Gambar 3

Pada gambar di atas tampak bahwa 4/16, 2/8, dan 1/4 ditunjukkan oleh daerah yang

sama luasnya.

Pada garis bilangan biasanya suatu pecahan dinyatakan sebagai sebuah titik yang

terletak pada garis bilangan itu. Pecahan-pecahan yang senilai dinyatakan oleh sebuah

titik yang sama. Perhatikan Gambar 4 berikut.

‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗

20

21

22

‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗

40

41

42

43

44

‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

Gambar 4

c Menyederhanakan Pecahan

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Pecahan-pecahan tidak berubah nilainya jika pembilang dan penyebut masing-masing

dibagi dengan bilangan yang sama. Agar pembilang dan penyebut masing-masing

habis dibagi dengan bilangan yang sama maka keduanya haruslah mempunyai faktor

persekutuan. Jika pembilang dan penyebutnya tidak mempunyai faktor persekutuan

(maksudnya selain satu) berarti tidak dapat diperoleh pecahan senilai hanya dengan

membagi dengan bilangan yang sama. Pecahan yang demikian disebut sebagai

pecahan paling sederhana.

Jadi pecahan disederhanakan dengan cara pembilang dan penyebut masing-masing

dibagi dengan bilangan yang sama. Jika tidak dapat disederhanakan lagi berarti

pecahan itu disebut pecahan paling sederhana.

31

,52

,43

adalah pecahan-pecahan yang paling sederhana.

128

bukan pecahan paling sederhana sebab 8 dan 12 mempunyai factor persekutuan

(selain 1) yaitu 4. Pecahan ini dapat disedehanakan menjadi64

atau32

. Bentuk yang

paling sederhana dari128

adalah32

.

d Pecahan Senama (Sejenis)

Perhatikan pecahan41

,65

, dan127

. Ketiga pecahan tersebut masing-masing

penyebutnya berbeda. Ketiga pecahan tersebut dapat dinyatakan dalam penyebut yang

sama, yaitu:123

,1210

, dan127

karena41

=123

dan65

=1210

. Pecahan-pecahan yang

penyebutnya sama dikatakan senama.

Berikut adalah contoh pecahan senama.

(a)86

,83

,85

, dan82

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(b)123

dan1210

.

Pecahan-pecahan yang senama dapat dibanding-bandingkan satu dengan yang lain

berdasarkan pembilangnya.

Contoh:

125

126

21

31 karena

126

124

Dengan demikian pecahan dapat diurutkan berdasarkan nilainya.

21

,31

,43

dapat diurutkan menjadi43

,21

,31

karena129

126

124

.

Pecahan-pecahan yang tak senama dapat diubah bentuknya agar menjadi pecahan

yang senama. Hal ini dilakukan dengan cara masing-masing pecahan diubah

bentuknya sehingga penyebut yang baru adalah Kelipatan Persekutuan Terkecil

(KPK) dari penyebut-penyebut sebelumnya. Dengan demikian pecahan yang tak

senama juga dapat diurutkan berdasarkan nilainya. Pengurutan pecahan juga dapat

dilakukan berdasarkan posisinya pada garis bilangan. Pecahan yang posisinya berada

di sebelah kanan (pada garis bilangan) nilainya lebih besar daripada yang berada di

sebelah kiri.

Pecahan43

dan61

tidak senama karena penyebutnya berbeda. KPK(4,6) = 12,

sedangkan

43

=3433

=129

dan61

=2621

=122

. Maka kedua pecahan tersebut dapat dinyatakan

dalam pecahan senama sebagai129

dan122

.

e Pecahan Campuran

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Pecahan yang telah dibicarakan di atas adalah pecahan dengan pembilang lebih kecil

daripada penyebutnya. Sesuai dengan definisi bilangan pecah, penulisan pecahan

dapat berbentukb

adengan ba . Contoh:

211

,47

,7

19.

47

=4

3

4

4 =

43

1 =43

1

Gambar 5

43

1

11 : 2 = 5 sisa 1 maka2

11=

21

5

7 : 4 = 1 sisa 3 maka47

=43

1

19 : 7 = 2 sisa 5 maka7

19=

75

2

Pecahan dengan pembilang lebih besar daripada penyebutnya dapat disederhanakan

sehingga ada bagian bulat dan ada bagian yang tidak bulat. Pecahan yang demikian

disebut pecahan campuran.

f Operasi pada Pecahan

(1) Penjumlahan dan Pengurangan pada Pecahan

Pecahan-pecahan yang senama dapat saling dijumlahkan atau dikurangkan dengan

mudah. Operasi penjumlahan atau pengurangan dilakukan hanya pada pembilangnya

saja, sedangkan penyebiutnya tidak berubah.

Contoh:

73

+72

=7

23=

75

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Jika pecahan-pecahan tak senama akan dijumlahkan atau dikurangkan, maka salah

satu atau kedua pecahan itu mula-mula diubah sehingga keduanya menjadi pecahan

senama, kemudian penjumlahan atau pengurangan dapat dilakukan. Perlu diingat

bahwa hasil akhir hendaknya dinyatakan dalam bentuk yang paling sederhana.

43

+61

=129

+122

=12

29

=1211

(2) Perkalian pada Pecahan

Untuk memahami perkalian pecahan dapat diperhatikan contoh berikut.

Gambar 6

Pada Gambar 6, arsiran mendatar menyatakan pecahan 1/2, dan arsiran vertikal

menyatakan pecahan 1/3. Daerah yang mendapat arsiran mendatar dan juga arsiran

vertikal menyatakan hasil perkalian31

21 .

Ternyata luas daerah tersebut adalah61

.

31

21 dapat diartikan sebagai 1/2 dari 1/3. Jadi yang ada mula-mula

31

. Kemudian31

itu dibagi dua.

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Gambar 7

Aturan dalam penentuan hasil perkalian adalah “pembilang dikalikan dengan

pembilang dan penyebut dikalikan dengan penyebut”.

61

3211

31

21

158

3524

32

54

Jika dalam perkalian ada pecahan campuran, maka pecahan tersebut diubah dahulu ke

bentuk pecahan biasa.

1514

35141

314

51

32

451

(3) Pembagian Pecahan

Perhatikan pembagian21

:1 .

Jika satu satuan dibagi menjadi bagian-bagian setengahan maka akan menghasilkan

dua bagian setengahan. Jadi 221

:1

Perhatikan pembagian31

:1 .

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Jika satu satuan dibagi menjadi bagian-bagian sepertigaan maka akan menghasilkan

tiga bagian sepertigaan. Jadi 331

:1

Jika satu satuan dibagi menjadi bagian-bagian seperempatan maka akan menghasilkan

empat bagian seperempatan. Jadi 441

:1

Berdasarkan tiga kasus di atas tampak bahwa suatu pembagian hasilnya tidak berubah

jika pembaginya dibalik (pembilang dan penyebutnya saling dipertukarkan) dan tanda

“:” diganti dengan tanda “”. Dengan demikian tiga kasus di atas dapat ditulis

sebagai berikut.

212

121

12

121

:1

313

131

13

131

:1

414

141

14

141

:1

Prinsip di atas dapat diperluas untuk pembagian dengan pecahan jika bilangan yang

dibagi bukan bilangan bulat, sehingga diperoleh rumus umum sebagai berikut.

b

a:

d

c

c

d

b

a

Contoh:

32

: 75

57

32

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

=1514

32

: 75

57

32

=1514

2 Desimal dan Persen

a. Desimal

Sisitem numerasi yang banyak digunakan dalam matematika adalah sistem nilai

tempat. Berikut adalah contoh sistem nilai tempat.

Lambang bilangan “3746”.

Nilai tempat angka 3 adalah seribu, dan nama tempat

angka 3 adalah ribuan.

Nilai tempat angka 7 adalah seratus, dan nama tempat

angka 7 adalah ratusan.

Nilai tempat angka 4 adalah sepuluh, dan nama tempat

angka 4 adalah puluhan.

Nilai tempat angka 6 adalah satu, dan nama tempat angka

6 adalah satuan.

Nilai angka 3 adalah tiga ribu

Bentuk panjang dari lambang 3746 adalah sebagai

berikut.

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

3746 = 16104100710003

3746 = 3000 + 700 + 40 + 6

Perhatikan bahwa nilai tempat untuk 3, 7, 4, dan 6 berturut-turut adalah 1000, 100,

10,1.

Nilai tempat ini dapat dilanjutkan dengan:101

,100

1,

10001

, dan seterusnya. Bagian

yang lebih dari nol dan yang kurang dari nol dibatasi dengan tanda “,” (dibaca

“koma”).

3746,825 =1000

15

1001

2101

816104100710003

Angka-angka di sebelah kiri tanda koma menyatakan bagian bulat (bilangan bulat)

dan sebelah kanan menyatakan bagian pecahan.

Pecahan-pecahan satuan dalam bentuk desimal antara lain sebagai berikut.

0,1 yang berarti101

0,01 yang berarti100

1

0,001 yang berarti1000

1

0,0001 yang berarti10000

1

Perhatikan perubahan pecahan desimal ke pecahan biasa berikut.

0,7 =107

0,53 =10053

0,205 =1000205

0,0052 =10000

52

0,7219 =100007219

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Penulisan angka-angka di belakang koma yang berulang dapat disingkat dengan

memberi tanda ruas garis di atas bagian yang diulang-ulang itu.

1972,0...19197219191919,0

2197,0...2192197219219219,0

Pada prinsipnya pengubahan pecahan biasa ke bentuk desimal dilakukan dengan lebih

dahulu mencari nama lain dari pecahan itu yang penyebutnya sepuluh, seratus, seribu

dan seterusnya sesuai dengan kebutuhannya (membentuk sistem penulisan dengan

basis sepuluh).

Contoh:

(a) Ubahlah21

ke pecahan desimal.

Jawab:

5,0105

5251

21

(b) Ubahlah41

ke pecahan desimal.

Jawab:

25,010025

254251

41

Pengubahan pecahan biasa ke bentuk desimal tidak semua dapat dilakukan dengan

cara seperti tersebut di atas. Cara lain pengubahan pecahan biasa ke bentuk decimal

dapat dilakukan dengan pembagian bersusun. Hal ini akan membantu pengubahan

pecahan yang penyebutnya bukan factor dari sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya.

Kadang-kadang perubahan pecahan biasa ke pecahan decimal tidak ditulis hasilnya

dengan tepat, hanya beberapa angka di belakang koma sesuai dengan yang

diinginkan. Simaklah contoh-contoh berikut.

(c) Ubahlah43

ke pecahan desimal.

75,000,34

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

28

20

20

0

Jadi 75,043

Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada pecahan decimal

mudah dilakukan jika digunakan cara bersusun, seperti contoh-contoh berikut.

(a) 0,428 + 0,95 = ….

0,428

0,95 +

1,378

Jadi 0,428 + 0,95 = 1,378

(b) 7,249 – 0,167 = …

7,249

0,167 –

7,082

Jadi 7,249 – 0,167 = 7,082

(c) 0,83 0,7 = …

0,83

0,7

581

000

0,581

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Jadi 0,83 0,7 = 0,581

(d) 0,4372 : 0,06 = …

0,4372 : 0,06 =100100

06,04372,0

672,43

286,772,436

42

17

12

52

48

40

36

4

Jadi 3,7286,706,0

4372,0 .

b. Persentase

Bilangan pecah sebagai bagian dari sesuatu yang utuh dapat dinyatakan dengan

notasi yang berkaitan dengan pecahan berpenyebut seratus, yang disebut persen atau

persentase dan dilambangkan dengan “%” . Berikut adalah ilustrasi yang

menggambarkan persentase.

Pak Halim membeli 40 ekor ayam, 30 ekor diantaranya adalah betina. Ada berapa %

ayam betina yang dibeli pak Halim tersebut?

Jawab:

Persentase banyaknya ayam betina adalah %.75%1004030

Persentase =seluruhnya

sebagian %100

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Berikut adalah soal cerita yang berlkaitan dengan persen.

Contoh 14

Harga sebuah buku adalah Rp36.000,00. Pembelian 10 buah buku tersebut

memperoleh diskon %20 . Jika pak Halid membeli sepuluh buah buku tersebut,

hitunglah:

(a) besarnya diskon dalam rupiah.

(b) Jumlah yang harus dibayar oleh pak Halid.

Jawab:

(a) Harga buku seluruhnya = 10 Rp36.000,00

= Rp360.000,00

Besar diskon = 20% Rp360.000,00

=100

20 Rp360.000,00

= Rp72.000,00

Jadi besarnya diskon adalah Rp72.000,00

(b) Jumlah yang harus dibayar oleh pak Halid = Rp360.000,00 – Rp72.000,00

= Rp288.000,00

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

BAB IIMODEL MATEMATIKA

A. Pemodelan Matematika

Masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari ada yang dapat disusun dalam suatu

model matematik sehingga mudah dicari solusinya. Proses pembentukan model

matematika melalui tahap abstraksi dan idealisasi. Dalam proses ini diterapkan

prinsip-prinsip matematika yang relevan sehingga menghasilkan sebuah model

matematika yang diharapkan.

Suatu masalah tampak sederhana apabila dinyatakan secara matematik. Misalnya,

harga suatu barang dipengaruhi oleh biaya pengadaan dalam pembuatannya ( 1x )dan

besarnya biaya transformasi atau pengirimannya ( 2x ). Rumusan unsur-unsur tersebut

dapat dinyatakan bahwa harga barang adalah fungsi dari faktor-faktor 1x dan 2x .

Dalam bentuk model matematik hubungan ini dapat ditulis dengan H = f( 1x , 2x ) atau

secara singkat ditulis M = f (x) , dengan pemahaman bahwa variabel x mewakili

variable 1x dan 2x . Bentuk penulisan tersebut menunjukkan adanya simplikasi

(penyederhanaan) cara penulisan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel

lainnya. Proses untuk memperoleh model dari suatu masalah dikatakan pemodelan

matematika.

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Gagasan yang dinyatakan dalam bentuk fungsi matematika merupakan suatu

generalisasi. Fungsi matematika umumnya menyatakan bagaimana obyek-obyek

dalam suatu himpunan masalah berhubungan satu dengan yang lain. Formulasi

hubungan panjang lintasan (S), kecepatan (v), dan waktu (t) dari suatu benda yang

bergerak, misalnya, adalah S = f (v,t) = vt .

Beberapa hal penting dan perlu agar model yang dibuat sesuai dengan konsep masalah

antara lain: (a) masalah yang dibuat harus dipahami karakteristiknya dengan baik, (b)

disusun formulasi modelnya, (c) model itu divalidasi secara cermat, (d) solusi model

yang diperoleh diinterpretasikan, dan (e) diuji kebenarannya.

Pembentukan Model Matematik Sederhana

Dalam masalah yang sifatnya sederhana dapat dipilih strategi pemecahan sebagai

berikut.

(a) Baca masalah dengan cermat kemudian tentukan apa yang diketahui, dan apa yang

belum diketahui atau dicari. Tulis dengan lengkap informasi ini.

(b) Gunakan variabel untuk menyatakan apa yang dicari atau ditanyakan.

(c) Konstruksi diagram atau bagan untuk memudahkan atau menentukan hubungan

yang ada antara unsur-unsur dan variabel yang diketahui.

(d) Nyatakan model matematik yang dicari dalam bentuk persamaan atau

pertidaksamaan atau sistem persamaan.

Contoh:

Sebidang tanah berbentuk persegi panjang dengan selisih panjang dan lebar

sama dengan 5 m. Jika luas tanah 150 2m , formulasikanlah suatu fungsi untuk

menyatakan luas bidang tersebut.

Penyelesaian :

(a) Diketahui sebidang tanah berbentuk persegi panjang.

Selisih panjang dan lebar sama dengan 5 m.

Luas tanah tersebut 1502m .

Ditanyakan: Formulasi matematik yang menyatakan luas tanah tersebut.

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(b) Misalkan panjang tanah adalah x, sehingga lebar bidang tersebut adalah

x– 5. Sedangkan luas bidang adalah 1502m ,

dan luas tanah yang berbentuk persegi panjang ini adalah panjang kali lebar.

(c) Diagramnya adalah

Panjang x

Lebar x – 5

Luas L(x) Panjang kali lebar

(d) Formulasi fungsi untuk luas bidang adalah L(x) = x(x − 5).

Luas bidang sama dengan 1502m , maka diperoleh x(x − 5) = 150.

Jadi untuk masalah di atas diperoleh model matematika x(x − 5) = 150.

B. Penyelesaian Model Matematika

Model matematika yang diperoleh dari suatu masalah matematika yang diberikan,

selanjutnya dipecahkan dengan aturan-aturan yang ada untuk memperoleh nilai

variabelnya. Jika nilai variabel telah diperoleh, perlu diuji hasil itu atau dilakukan

interpretasi untuk mengetahui apakah nilai itu valid atau tidak valid. Hasil yang valid

akan menjawab secara tepat model matematikanya. Hasil seperti inilah yang disebut

solusi matematika. Jika nilai variabelnya tidak valid atau tidak memenuhi model

matematika maka solusi masalah belum ditemukan, dan perlu dilakukan pemecahan

ulang atas model matematikanya.

Berikut ini diberikan contoh masalah matematika dengan pemodelan beserta

penyelesaiannya.

Harga beras di toko ”MOROTO” Rp6000,00/kg dan harga jagung di toko tersebut

Rp7000,00/kg. Selfiana membeli beras dan jagung di toko tersebut, jumlah berat

keduanya 15 kg, dan jumlah yang harus dibayarkan untuk beras dan jagung tersebut

adalah Rp100.000,00. Tentukanlah berapa kg beras yang dibeli Selfiana.

Penyelesaian :

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Diketahui harga beras Rp6000,00/kg dan harga jagung Rp7000,00/kg. Jumlah beras

dan jagung yang dibeli = 15 kg. Jumlah yang harus dibayarkan = Rp100.000,00.

Ditanyakan: Jumlah beras yang dibeli Selfiana.

Misalkan berat beras yang dibeli Selfiana adalah x kg,

dan jagung yang dibelinya y kg.

Jumlah berat beras dan jagung 15 kg maka diperoleh persamaan x + y = 15.

Jumlah yang harus dibayarkan = Rp100.000,00 maka diperoleh persamaan

6000 x + 7000 y = 100000

Untuk mempermudah melihat masalah dibuat diagramnya sebagai berikut

BAB IIIPENGELOLAAN DATA

Statistika merupakan materi matematika yang banyak diterapkan dalam bidang-bi-

dang lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian peguasaan terhadap

statistika akan mempermudah seseorang memahami ilmu-ilmu lain maupun dalam

memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Keterangan yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dinamakan data,

Contoh data misalnya besar uang jajan dari 25 siswa dalam satu kelas dalam rupiah

pada tanggal 4 Juni 2010 adalah sebagai berikut.

2000 4000 1500 2000 2500 3500 5000 3000 2000 5000

2500 2500 3000 6000 1000 3000 3500 1500 3500 2500

4000 2500 1500 3000 2000

Data tersebut diperlukan untuk menggambarkan tentang keadaan uang jajan siswa di

kelas tersebut. Nilai terendah adalah 1000 dan tertinggi adalah 6000. Selisih kedua

data tersebut adalah 5000. Selisih nilai tersebut dinamakan jangkauan atau rentang,

atau range.

Ukuran Tendensi Sentral

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Data tersebut di atas memiliki banyak variasi berdasarkan nilainya. Namun nilai-nilai

tersebut berada pada suatu pusat atau kecenderungan tertentu. Nilai yang menjadi

pusat suatu distribusi disebut ukuran pemusatan atau ukuran tendensi sentral. Jenis-

jenis dalam ukuran tendensi sentral meliputi : modus, median (nilai tengah), dan mean

(rerata).

Modus adalah nilai yang paling sering muncul dibandingkan dengan nilai lainnya

dalam distribusi, artinya dalam serangkaian data, modus merupakan nilai yang

memiliki frekuensi tertinggi. Dalam perhitungan, modus sering disimbolkan dengan ”

Mo ”. Jadi pada data di atas, Mo = 2500.

Median adalah nilai yang posisinya di tengah-tengah dari data yang ada setelah nilai-

nilai itu diurutkan. Median sering disimbolkan dengan ” Md ”. Jika data pada contoh

di atas diurutkan, maka diperoleh data yang telah diurutkan sebagai berikut.

1000 1500 1500 1500 2000 2000 2000 2000 2500 2500

2500 2500 2500 3000 3000 3000 3000 3500 3500 3500

4000 4000 5000 5000 6000

Data yang telah diurutkan disebut statistik peringkat. Jika data di atas dibentangkan

dalam satu baris, tampak bahwa data yang berada tepat di tengah-tengah adalah 2500.

Jadi Md = 2500.

Mean (rerata) dihitung dengan cara jumlah keseluruhan nilai dalam distribusi dibagi

banyaknya data. Mean sering disimbolkan dengan ” Me ” atau “ x ” (dibaca x-bar).

Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, mean disebut juga rata-rata hitung.

Ukuran Dispersi

Ukuran dispersi dari sekelompok data meliputi: range (rentang), kuartil, simpangan

rata-rata, simpangan baku.

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Range yaitu jarak antara nilai yang tertinggi dengan nilai yang terendah, atau beda

antara skor tertinggi dan skor terendah. Kuartil merupakan nilai yang menjadi batas

sehingga data yang telah diurutkan terbagi menjadi empat bagian yang sama.

Selisih antara suatu nilai dari sekelompok data dengan rerata dinamakan simpangan

data. Jika setiap data dihitung simpangannya kemudian hasil-hasil tersebut dirata-

ratakan maka diperoleh simpangan rata-rata. Sebenarnya simpangan rata-rata kurang

baik untuk menggambarkan suatu ukuran disperai. Ukuran dispersi lebih baik jika

simpangan rata-rata diganti dengan simpangan baku. Kuadrat simpangan baku disebut

varian.

Perhatikan contoh berikut

Data : 9, 4, 7, 3, 10, 5, 7, 6, 4, 5, 6

Nilai terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 10, maka jangkauan data tersebut adalah

J = 10 – 3 = 7.

Jumlah semua nilai adalah 66 dan banyaknya nilai ada 11, maka nilai rata-ratanya

adalah x = 66 : 11 = 6.

Selisih masing-masing nilai dengan 6 berturut-turut adalah: 3, 2, 1,3, 4, 1, 0, 2, 1, 0.

Nilai-nilai tersebut dinamakan simpangan. Simpangan rata-ratanya adalah

(3+ 2+ 1+3+ 4+ 1+ 0+ 2+ 1+ 0) : 11 =11

61 .

Jika selisih-selisih nilai di atas dikuadratkan, maka diperoleh berturut-turut:

9, 4, 1, 9, 16, 1, 0, 4, 1, 0. Jumlah nilai-nilai tersebut adalah 45. Perlu diingat bahwa

banyaknya data ada 11. Rumus untuk varian adalah sebagai berikut.

1

)( 22

n

xxs i

Keterangan:

2s : Varians

s : Simpangan baku

ix : Data ke-i

x : Nilai rata-rata

n : banyaknya data

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Berdasarkan hitungan di atas diperoleh 2)( xxi = 45 dan n = 11.

Varians data di atas adalah

2s =10

45

111

45

= 4,5.

Simpangan baku data di atas adalah

s = 5,4 = 2,1213.

Statistik peringkat dari 9, 4, 7, 3, 10, 5, 7, 6, 4, 5, 6 adalah sebagai berikut.

3, 4, 4, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 9, 10.

Setelah data dirutkan ternyata ada tiga nilai yang menjadi batas sehingga data terbagi

menjadi empat bagian sama banyak. Ketiga nilai tersebut dinamakan kuartil, disingkat

IQ .

Kuartil pertama adalah 1Q = 4 dan kuartil kedua adalah 2Q = 6 serta kuartil ketiga

adalah 3Q = 7.

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

BAB IVGEOMETRI DASAR

A. Titik, Garis, dan Bidang

Suatu titik menyatakan letak atau posisi dari sesuatu yang tidak mempunyai ukuran,maka titik tidak mempunyai ukuran. Dikatakan bahwa titik berdimensi nol (takberdimensi). Dalam pembelajarannya, titik dapat digambar sebagai noktah, dan dapatdimodelkan dengan suatu benda yang berukuran bulat kecil. Titik diberi nama dengansatu huruf kapital, misalnya titik A, titik P, titik M.

. A .M

.P

Garis hanya mempunyai satu ukuran (dimensi), yaitu panjang. Garis tidak mempunyaitebal (tebalnya nol satuan). Garis berdimensi satu.Suatu garis digambar hanyasebagian (sepotong) saja tetapi maksudnya tak terbatas (Garis tidak mempunyaiujung). Garis diberi nama dengan satu huruf kecil atau dua huruf kapital.

Am

B

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Bagian dari garis yang dibatasi oleh dua titik disebut ruas garis.

A Q

B P

__Ruas garis AB ditulis dengan notasi AB

__Ruas garis PQ ditulis dengan notasi PQ

Bagian dari garis yang berujung pada satu titik dan bagian lain tidak berujung disebutsinar. Menggambar suatu sinar dapat dimulai dari suatu titik dan menuju arah takterbatas yang ditandai dengan tanda anak panah. Titik tersebut dinamakan titikpangkal.

Q DB C

AP

Suatu bidang (maksudnya bidang datar) dapat diperluas seluas-luasnya.Bidang digambarkan sebagai suatu kurva tertutup sederhana. Sebuah bidang dapatdiberi nama dengan satu huruf Yunani seperti: , , , , …. dan seterusnya, ataudengan huruf-huruf kapital sesuai dengan nama-nama titik-titik sudut bidang itu,misalnya bidang ABCD, biang PQRST.

RD C S

QBidang A B T

P

Titik, garis, dan bidang merupakan objek geometri yang bersifat abstrak, namundalam pembelajarannya dapat digunakan benda-benda konkret. Misalnya titik dapatdimodelkan dengan buah atau benda lain yang berbentuk bulat kecil sebesar kelerengatau lebih kecil lagi. Ruas garis dapat dimodelkan dengan sebatang lidi atau tongkat.Sebuah bidang dapat dimodelkan dengan sebuah triplek atau benda-benda lain yangtipis dan lebar.

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

1. Titik dan Garis

Jika titik-titik terletak pada satu garis (lurus), dikatakan titik-titik tersebut koliner.Dan garis-garis yang melalui satu titik yang sama disebut konkuren.

Kedudukan suatu titik terhadap suatu garis dapat terjadi kemungkinan berikut.

(1) Titik terletak pada garis.

Misalkan titik P terletak pada garis n.

n

. P

(2) Titik berada di luar garisMisalkan titik E di luar garis p.

p

. E

2. Dua Garis

Kedudukan dua garis pada bidang dapat terjadi sebagai berikut.(1) Dua buah garis sejajar.

Dua garis dikatakan sejajar jika kedua garis itu tidak mempunyai titikpersekutuan, tetapi sebidang. Misalnya garis m n.

mn

(2) Dua garis berpotongan

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Dua garis dikatakan berpotongan jika kedua garis itu mempunyai tepat satu titikPersekutuan. Dua garis yang berpotongan selalu sebidang.

a b Garis a dan b berpotongan di titik P.Titik P disebut titik potong.

P

(3) Dua garis berimpitPada dua garis yang berimpit semua titik pada masing-masing garis itu merupakantitik persekutuan dari kedua garis tersebut.

B. Sudut

Sudut dapat dibentuk dari dua sinar yang titik pangkalnya berimpit.Suatu sudut diberi nama dengan:(a) satu huruf kapital sesuai dengan nama titik sudutnya.(b) Tiga huruf kapital, nama titik sudutnya ditulis di tengah di antara dua huruf yang

lain.C K

N

A B L

Pada gambar di atas, huruf A dan K adalah nama titik sudut, maka tempatpenulisannya harus di tengah. Misalnya : (a) BAC, CAB, atau A; dan(b) MKN, NKM, dan K.

Satuan besar sudut dapat dinyatakan dalam derajat atau dalam radian. Satuan besarsudut dalam derajat dapat diukur dengan alat busur derajat.

Jika pusat suatu lingkaran dibagi menjadi empat bagian sama besar maka setiapbagian sudut pusat tersebut besarnya 90 atau /2 radian. Sudut yang besarnya 90disebut sudut siku-siku.

Macam-macam sudut:(a) Sudut siku-siku, yaitu sudut yang besarnya 90.(b) Sudut lancip, yaitu sudut yang besarnya antara 0 dan 90 derajat.(c) Sudut tumpul, yaitu sudut yang besarnya antara 90 dan 180 derajat.(d) Sudut lurus, yaitu sudut yang kedua kakinya membentuk garis lurus, atau sudut

yang besarnya 180.

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Sudut siku-siku Sudut lancip Sudut tumpul

B L K

Sudut lurus

Dua sudut yang jumlah besarnya 90 disebut saling berpenyiku. A = 65 dan B = 25 dikatakan saling berpenyiku karena 65 + 25 = 90.Dua sudut yang jumlah besarnya 180 disebut saling berpelurus. P = 86 dan K = 94 saling berpelurus karena jumlahnya 86 + 94 = 180.Sudut yang besarnya lebih dari 180 disebut sudut refleks.

Sudut Refleks

C. Segibanyak

Kurva tertutup sederhana yang terbentuk dari tiga atau lebih ruas garis dan membatasisuatu daerah cembung (konveks) disebut segibanyak (poligon). Berikut adalah contohpoligon.

Segi-3 Segi-4 Segi-5

Segibanyak yang semua sisinya sama panjang dan semua sudutnya sama besar disebutsegibanyak beraturan.Segitiga beraturan disebut juga segitiga samasisi, segiempat beraturan disebut jugapersegi (bujursangkar). Ada segienam beraturan, segitujuh beraturan, dan lain-lain.

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(1) Segitiga

Ada tiga macam segitiga menurut sifat sisi-sisinya, yaitu segitiga samakaki, segitigasamasisi, dan segitiga sebarang.

Segitiga samakaki segitiga samasisi segitiga sebarang

Segitiga samakaki adalah segitiga yang mempunyai dua sisi sama panjang.segitiga samasisi yaitu segitiga yang semua sisinya sama panjang. Segitiga samasisijuga merupakan segi-3 beraturan.Menurut sifat sudutnya ada tiga macam segitiga, yaitu segitiga siku-siku, segitigalancip, dan segitiga tumpul.

Segitiga siku-siku Segitiga lancip Segitiga tumpul

Ada segitiga siku-siku samakaki, dan ada segitiga siku-siku sembarang.Ada segitiga lancip samakaki, ada segitiga lancip samasisi, dan ada segitiga lancipsembarang. Pembaca dipersilakan membuat sendiri gambar segitiga-segitiga tersebut.

(2) Segiempat

Segiempat istimewa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu layang-layang,jajargenjang, dan trapesium.

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Layang-layang Trapesium Jajargenjang

Layang-layang adalah segiempat yang mempunyai sepasang-sepasang sisiberdampingan yang sama panjang.Jajargenjang adalah segiempat yang sepasang-sepasang sisinya sejajar.Trapesium adalah segiempat yang mempunyai tepat sepasang sisi sejajar.

Catatan: Ada sekelompok matematisi yang mendefinisikan trapesium sebagaisegiempat yang sepasang sisinya sejajar. Berdasarkan definisi tersebut,berarti jajargenjang juga merupakan trapesium.

a. Layang-layang

Sifat layang-layang:(1) Mempunyai sepasang-sepasang sisi yang berdampingan sama panjang(2) Paling sedikit ada dua sudut yang sama besar(3) Diagonal-diagonalnya saling tegaklurus.

Layang-layang yang semua sisinya samapanjang disebut belahketupat.Layang-layang yang semua sisinya samapanjang dan sudut-sudutnya siku-siku disebutpersegi (bujursangkar).

b. Jajargenjang

Sifat-sifat jajargenjang:(1) Sepasang-sepasang sisinya sejajar(2) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang(3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar(4) Dua sudut yang tidak berhadapan jumlahnya 180.

Perhatikan gambar berikut.

D C DC AB dan AD BCDC = AB dan AD = BCDAB = BCD atau A = CADC = ABC atau D = B

A B A + D = 180A + C = 180B + C = 180

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

D + C = 180

Jajargenjang yang semua sisinya sama panjang disebut juga belah ketupat.Jajargenjang yang sudut-sudutnya siku-siku disebut juga persegipanjang.Jajargenjang yang semua sisinya sama panjang dan sudut-sutunya siku-siku disebutjuga persegi (bujursangkar).

c. Trapesium

Sifat-sifat trapesium:(1) Mempunyai tepat sepasang sisi yang sejajar, yaitu sisi alas dan sisi atas.(2) Jumlah sudut alas dan sudut atas yang sepihak adalah 180.

D CPerhatikan trapesium ABCD di samping!DC ABD + A = 180

A B B + C = 180

Trapesium yang mempunyai sudut siku-siku disebut trapesium siku-siku.Trapesium yang sisi-sisi tegaknya sama panjang dan kedua sudut alasnya sama besardisebut trapesium samakaki.(Trapesium yang sisi tegaknya juga sejajar disebut juga jajargenjang (ada yang menganggapbahwa jajargenjang bukan merupakan trapesium).

d. Belahketupat

Belahketupat adalah segiempat yang semua sisinya sama panjang.Belahketupat merupakan layang-layang yang bersifat khusus, maka semua sifatlayang-layang juga berlaku pada belahketupat.Belahketupat merupakan jajargenjang, maka semua sifat jajargenjang juga berlakupada belahketupat.Belahketupat merupakan trapesium yang bersifat khusus, karena pada belahketupatterdapat sepasang sisi yang sejajar meskipun secara khusus sepasang sisi yang lainjuga sejajar, dan semua sisi sama panjang.

Sifat-sifat belahketupat:(1) Semua sisinya sama panjang(2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar(3) Dua sudut yang tidak berhadapan jumlahnya 180.

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(4) Sepasang-sepasang sisinya sejajar(5) Diagonal-diagonalnya saling tegakurus(6) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang(7) Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal yang membagi sudut itu

Belahketupat yang sudut-sudutnya siku-siku disebut juga persegi (bujursangkar).

e. Persegipanjang

Persegipanjang adalah segiempat yang semua sudutnya siku-siku.Persegipanjang dapat dipandang sebagai jajargenjang yang sudut-sudutnya siku-siku,dapat pula dipandang sebagai trapesium siku-siku samakaki.

Sifat-sifat persegipanjang:(1) Semua sudutnya siku-siku(2) Sepasang-sepasang sisinya sejajar dan sama panjang(3) Kedua diagonalnya sama panjang(4) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang

Persegipanjang yang panjang dan lebarnya sama disebut juga persegi (bujursangkar).Semua sifat jajargenjang juga berlaku pada persegipanjang.Semua sifat trapesium juga berlaku pada persegipanjang, karena persegipanjangmerupakan trapesium yang istimewa, yaitu trapesium siku-siku samakaki.

f. Persegi

Persegi atau bujursangkar adalah segiempat yang semua sisinya sama panjang dansudut-sudutnya siku-siku.

Bujursangkara dapat dipandang sebagai layang-layang,Dan jajargenjang

Sifat-sifat persegi (bujursangkar):

(1) Semua sudutnya siku-siku(2) Semua sisinya sama panjang(3) Sepasang-sepasang sisinya sejajar(4) Kedua diagonalnya sama panjang(5) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(6) Kedua diagonalnya saling tegaklurus(7) Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal yang membagi sudut itu

D. Lingkaran

Suatu segi-n dengan nilai n besar tak hingga dapat dipandang sebagai suatu lingkaran.Lingkaran dapat dipandang sebagai kumpulan semua titik yang berjarak samaterhapap suatu titik tertentu.

Unsur-unsur pada lingkaran antara lain:- Jari-jari (radius)- Garis tengah (diameter)- Sudut pusat- Sudut keliling- Busur- Talibusur- Apotema- Juring- tembereng

Jari-jari (radius = r) adalah ruas garis yang menghubungkan suatu titik pada lingkarandengan titik pusat lingkaran itu.Garistengah (diameter) adalah ruasgaris yang menghubungkan dua titik padalingkaran dan melalui titik pusat lingkaran itu.Ruas garis yang menghubungkan dua titik pada lingkaran disebut talibusur.Jadi diameter adalah talibusur yang melalui titik pusat lingkaran.Apotema adalah ruasgaris yang menghubungkan titik pusat lingkaran dengan titiktengah suatu talibusur pada lingkaran itu.Apotema dapat juga diartikan sebagai ruasgaris yang menghubungkan titik pusatlingkaran dengan talibusur dan tegaklurus terhadap talibusur itu.Juring lingkaran adalah bagian dari daerah lingkaran itu yang dibatasi oleh dua buahjari-jari dan sebuah busur yang menghubungkan salah satu ujung kedua jari-jari itu.Tembereng adalah bagian dari daerah lingkaran yang dibatasi oleh suatu busur dantalibusurnya.

E. Simetri

Dua macam simetri adalah simetri cermin dan simetri putar.Suatu bangun dikatakan mempunyai simetri cermin (simetris) jika dapat dilipathingga bagian yang satu dapat dengan tepat menutup bagian yang lain.Garislipatannya dinamakan sumbu simetri.

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Berikut adalah contoh bangun-bangun yang mempunyai simetri cermin (bangun-bangun yang simetris).

Segitiga beraturan (segitiga samasisi) mempunyai tiga sumbu simetri, segiempatberaturan (persegi) mempunyai empat sumbu simetri, dan layang-layang mempunyaisatu sumbu simetri.

Suatu bangun dikatakan mempunyai simetri putar jika ada titik pusat pemutaranbangun tersebut dan dengan putaran kurang dari satu putaran penuh (360) posisibangun tersebut dapat seperti semula .

Segitiga samasisi dapat diputar 1/3 putaran, 2/3 putaran, dan satu putaran penuh agarposisinya seperti posisi semula. Karena adanya tiga cara pemutaran tersebut makadikatakan bahwa segitiga samasisi mempunyai simetri putar tingkat tiga. Persegimempunyai simetri putar tingkat empat, dan segienam beraturan mempunyai simetriputar tingkat enam.

Lingkaran mempunyai simetri putar tingkat tak hingga. Bangun-bangun yang tidakdapat diputar kurang dari satu putaran penuh untuk posisi seperti semula dikatakantidak mempunyai simetri putar; dan dikatakan bahwa tingkat simetri putarnya adalahtingkat satu.

F. Pengubinan

Suatu daerah bangun segibanyak yang dapat disusun dengan bangun-bangun lain yangkongruen dengan bangun itu sehingga tanpa saling menindih dapat menutup bidang(datar) dengan sempurna disebut ubin. Proses penyusunan ubin-ubin sehinggamenutup bidang secara lengkap (komplet) disebut pengubinan.Ukuran sudut dalam segibanyak-segibanyak yang membentuk ubin haruslahmerupakan pembagi dari 360.

G. Bidang Koordinat

Dalam bahasan ini akan dibicarakan dua sistem koordinat pada bidang, yaitukoordinat Kutub (koordinat Polar) dan koordinat Cartesius.

(1) Koordinat PolarN(6, 45) P(r, )

6 r

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

45

Posisi suatu titik pada koordinat polar ditentukan oleh jarak titik itu terhadap pusatkoordinat dan besar sudut yang dibentuk oleh garis hubung titik itu dengan pusatkoordinat dan sumbu koordinat (Posisi sumbu koordinat adalah mendatar dari titikpusat koordinat ke arah kanan).

(2) Koordinat Cartesius

Sumbu koordinat Cartesius terbentuk dari sumbu absis (sumbu x) dan sumbu ordinat(sumbu y). Sumbu absis biasanya mendatar/horizontal, sedangkan sumbu ordinatbiasanya vertikal. Letak (posisi) suatu titik pada bidang Cartesius ditentukan olehabsis dan ordinat dari titik itu.

y

P(a,b)a = absisb = ordinatx = sumbu absis

x y = sumbu ordinat

Jarak antara titik A(x1,y1) dan titik B (x2,y2) pada bidang Cartesius dapat dihitungdengan rumus sebagai berikut.

221

221 )()( yyxxd

Contoh:

Tentukanlah jarak antara titik A(2,3) dan titik B(5,7) pada bidang Cartesius.

Jawab:Titik A(2,3) berarti x1 = 2 dan y1 = 3

Titik A(5,7) berarti x2 = 5 dan y2 = 7

22 )37()25( d

5

25

169

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

H. Bangun Ruang

Pada dasarnya pembelajaran bangun ruang menggunakan strategi yang tidak jauhberbeda dengan pembelajaran bangun bidang. Penggunaan alat peraga atau model-model yang konkret sangat membantu kelancaran siswa ketika mempelajari bangunruang. Ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa siswa perlu dilatih untukmampu memiliki daya tilik ruang yang baik. Menurut teori belajar piaget, anaksekolah tingkat dasar yang masih dalam tahap perkembangan operasi konkretmemerlukan sarana benda konkret untuk memahami konsep geometri, apalagi untukmemahami bangun ruang.Menurut Van Hiele, anak akan melalui lima tahap perkembangan dalam belajargeometri, yaitu sebagai berikut.(a) tahap pengenalan dan penamaan gambar-gambar(b) tahap penggambaran sifat-sifat(c) tahap klasifikasi dan generalisasi bangun melalui sifatnya(d) tahap pengembangan bukti melalui aksioma dan definisi.(e) Tahap dimana individu mampu bekerja dalam berbagai sistem geometri (tahap

rigor).

1. Pojok, Rusuk, dan Sisi

Untuk mengenal istilah pojok (titik sudut), rusuk, dan sisi, dapat diperhatikangambar berikut.

H G Bangun di samping adalah balok ABCD.EFGH.Bangun tersebut memiliki delapan pojok atau

E F delapan titik sudut, yaitu titik A, titik B, titik C,titik D, titik E, titik F, titik G, dan titik H.

D C Bangun tersebut mempunyai 12 rusuk, yaituAB, BC, DC, AD, EF, FG, HG, EH, AE, BF, CG,

A B dan DH.Bangun tersebut mempunyai enam sisi, yaitusisi ABCD, sisi EFGH, sisi ABFE, sisi DCGH,

sisi ADHE, dan sisi BCGF.

2. Kedudukan Titik dan Garis terhadap Bidang

Kedudukan titik terhadap bidang dapat seperti berikut.(a) Titik terletak pada bidang(b) Titik terletak di luar bidangKedudukan garis terhadap bidang dapat seperti berikut.(a) Garis terletak pada bidang(b) Garis menembus bidang, yaitu garis dan bidang itu mempunyai satu titik

persekutuan

Kedudukan dua garis dalam ruang dapat sebagai berikut.(a) Dua garis saling sejajar(b) Dua garis saling berpotongan

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(c) Dua garis saling bersilangan: Dua garis yang tidak mempunyai titik persekutuandan tidak sebidang dikatakan saling bersilangan.

m Garis m dan n saling bersilangan.

n

3. Kedudukan antara Dua Bidang

Kedudukan dua bidang dalam ruang dapat sebagai berikut.(a) Dua bidang saling sejajar, yaitu tidak mempunyai satu pun titik persekutuan.(b) Dua bidang saling berpotongan, yaitu mempunyai satu garis perpotongan.(c) Dua bidang yang berimpit, yaitu setiap titik pada masing-masing bidang itu

merupakan titik persekutuan dari kedua bidang tersebut.

4. Sudut dalam Ruang

Sudut antara garis dan bidang yaitu sudut yang dibentuk oleh garis itu denganproyeksinya pada bidang dimaksud.Sudut antara dua bidang adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis, satu garisterletak pada bidang yang satu, garis yang kedua terletak pada bidang yang keduadan kedua garis itu masing-masing tegaklurus terhadap garis potong kedua bidangdimaksud.

5. Bidang Banyak

Pada bidang kita kenal istilah poligon atau segi-n, pada ruang kita kenal istilahpolihedron atau bidang-n, yaitu gabungan dari daerah-daerah segi-n yang setiap duasisi dari setiap dua bidang selalu berimpit sehingga bidang-bidang itu menutuptanpa celah sebuah ruangan.

Beberapa polihedron adalah sebagai berikut.(a) Kubus(b) Balok (kotak)(c) Prisma

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

(d) Limas(e) Silinder (tabung)(f) Kerucut(g) Bola

Kubus Balok Prisma

Limas Silinder Kerucut

Bola

Anda dipersilakan menambahkan materi ini dengan rumus-rumus yangada untuk berbagai bangun ruang di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Muhsetyo, Gatot. 2005. Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:Universitas terbuka.

Sa’dijah, Cholis. 1999/1998. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Depdikbud DirjenDikti Proyek PGSD.

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …staff.unila.ac.id/coesamin/files/2013/05/Modul-Pend-Matematika-SD... · c. Pengukuran Panjang, Luas, dan Volum d. Sistem Koordinat 5. Transformasi

Karim, Muchtar A. dkk. 1996/1997. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: PenerbitDepdikbud Dirjen Dikti BPPPGSD