FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filemelalui kolaborasi guru dan Kepala sekolah. Tujuannya...
Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN … filemelalui kolaborasi guru dan Kepala sekolah. Tujuannya...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL
COOPERATIVE TIPE JIGSAW DI KELAS 3 SD SLAWIWETAN 01 KABUPATEN TEGAL
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Nama : SLAMET NIM : X 2707022
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL
COOPERATIVE TIPE JIGSAW DI KELAS 3 SD SLAWIWETAN 01 KABUPATEN TEGAL
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
Nama : SLAMET
NIM : X 2707022
Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidik Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Laporan PTK
Nama Terang tanda tangan
Ketua : .......................................
Sekretaris : .......................................
Anggota I : .......................................
Anggota II : .......................................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Pembimbing, Supervisor,
Drs.CHUMDARI,M.Pd AGUS KHARIR.S.Pd NIP.195605121981111001 NIP.196712121991031013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABTRAKSI
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL COOPERATIVE TIPE JIGSAW
DI KELAS 3 SD SLAWIWETAN 01 KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh
Slamet
Dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika di SD harus diciptakan proses belajar mengajar secara aktif,kreatif,efektif dan menyenangkan dengan pemanfaatan sarana / sumber belajar yang relevan dan kontektual,serta didukung kompetensi guru untuk menciptakan dan menggunakan model pembelajaran inovatif.
Kondisi di SD menunjukan belum menggunakan alat peraga dan model pembelajaran innovatif untuk pembelajaran Matematika,termasuk di SD Negeri Slawiwetan 01 Kabupaten Tegal.karenanya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas melalui kolaborasi guru dan Kepala sekolah.
Tujuannya mendiskripsikan efektifitas penggunaan model pembelajaran cooperative Jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,khususnya dalam pembelajaran Matematika.Hipotesisnya,jika menggunakan model pembelajaran Kooperative Jigsaw maka motivasi siswa dalam pembelajaran matematika akan meningkat.
Penelitian Tindakan Kelas menggunakan metode diskriptif kualitatif model siklus dengan langkah : perencanaan, tindakan,observasi,dan refleksi.Subyeknya adalah siswa kelas III SD Negeri Slawiwetan 01,Kabupaten Tegal.waktunya semester II (Januari- Juni 2010) Pengumpulan data dengan observasi langsung selama tindakan dan hasil tes kemampuan siswa.Hasilnya (1) Untuk pembelajaran Matematika kelas III SD Slawiwetan 01 dibutuhkan model pembelajaran innovative yaitu Kooperative Jigsaw. (2) Penggunakan Model Pembelajarn cooperative Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. (3) Penggunakan Model Pembelajarn cooperative Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (4) Perbaikan pembelajaran Matematika kelas III SD Slawiwetan 01 dapat dilakukan melalui PTK sehingga proses pembelajaran maupun hasilnya meningkat lebih bermutu. (4) Kendalanya adalah bahan / alat peraga,tempat duduk serta kemampuan guru dan siswa.
Kesimpulan : Penanganan masalah motivasi belajar yang dihadapi siswa kelas III SD Negeri Slawiwetan 01 dalam pembelajaran Matematika perlu dilakukan secara terencana,sistematis dan berkelanjutan sehingga secara bertahap siswa mempunyai motivasi belajar dalam pembelajaran Matematika. Kata kunci: Motivasi, Pembelajaran Matematika, Cooperative.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Mutu pendidikan dan pembelajaran, khususnya sangat ditentukan oleh
proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, perbaikan dan peningkatan
kualitas pembelajaran berkelanjutan di kelas adalah suatu keniscayaan. Salah satu
strategi yang dapat ditempuh adalah melalui pelakasanaan penelitian tindakan
kelas ( PTK ).Menyadari hal inilah penulis berusaha mengimplementasikan PTK
di kelas yang menjadi tangung jawab penulis.
Berdasarkan pengalaman penulis mengajarkan mata pelajaran Matematika
di kelas III Sekolah Dasar Negeri Slawiwetan 01, Para siswa seringkali sangat
sulit memahami materi berhitung. Berbagai cara sudah pernah dilakukan penulis
termasuk alat peraga dilakukan penulis, tetapi tetap saja hasilnya belum
memuaskan .Akhirnya ,penulis berketetapan hati untuk melaksanakan PTK ,yang
berjudul “PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL COOPERATIVE TIPE
JIGSAW DI KELAS 3 SD SLAWIWETAN 01 KABUPATEN TEGAL TAHUN
PELAJARAN 2009/2010“, sebagaimana laporannya kini berada di tangan para
pembaca.
Sebagaimana umumnya PTK, penelitian ini dilakukan secara kolaboratif
dengan Bapak Agus Kharir, S.Pd,yaitu sejawat penulis yang menjadi guru kelas
IV.Di samping itu,penulis juga merasa sangat terbantu dengan dukungan Kepala
Sekolah di tempat penulis bertugas,bahkan beliau bersedia mengusahakan sarana
dan prasarana yang penulis perlukan.Oleh karena itu,pada tempatnyalah penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan PTK ini.
1. Bapak Drs. Chumdori, M.Pd, selaku pembimbing Penelitian Tindakan Kelas.
2. Bapak Suprapto, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Slawiwetan 01, Kec.
Slawi, Kab.Tegal.
3. Bapak Agus Kharir, S.Pd selaku kolaborator.
4. Bapak dan Ibu guru SD Negeri Slawiwetan 01, Kec. Slawi, Kab. Tegal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan tidak mengecilkan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam PTK ini,penulis tetap masih berharap kiranya para pembaca
masih berkenan memberikan kritik dan saran konstruktif untuk penyempurnaan
dan masukan bagi penulis ketika akan melakukan PTK yang lain
berikutnya.Semoga dengan demikian ,semakin banyak pihak-pihak yang
berkepentingan mendapatkan manfaat yang lebih berkualitas.
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul............................................................................................... i
Halaman Pengesahan .................................................................................... ii
Halaman Persetujuan .................................................................................... iii
Abstrak ..................................................................................................... iv
Kata Pengantar .............................................................................................. v
Daftar Isi ..................................................................................................... vii
Daftar Table .................................................................................................. ix
Daftar Gambar .............................................................................................. x
Daftar Lampiran ............................................................................................ xi
Bab I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
Bab II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ........... 6
A. Landasan Teori ...................................................................... 6
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 32
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 32
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .............................................. 35
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 35
B. Subjek Penelitian................................................................... 40
C. Prosedur Penelitian ............................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 44
A. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................ 44
B. Deskripsi Siklus I .................................................................. 45
C. Deskripsi Siklus II ................................................................. 47
D. Pembahasan Tiap Siklus dan antar Siklus ............................. 47
E. Hasil Penelitian ..................................................................... 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V PENUTUP ................................................................................... 60
A. Kesimpulan. .......................................................................... 60
B. Saran / Rekomendasi ............................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ................................................ 20
Tabel 2 Data Guru Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan, Status, dan
jumlah.......................................................................................... 37
Tabel 3 Keadaan siswa di SDN Slawiwetan 3 ......................................... 38
Tabel 4 Waktu Penelitian ......................................................................... 39
Tabel 5 Lembar Pengamatan Motivasi Siswa Siklus I ............................. 49
Tabel 6 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Dengan Model
Pembelajaran Cooperative Jigsaw .............................................. 51
Tabel 7 Daftar Nilai Matematika Kelas III SD Slawiwetan 01 Siklus I .. 52
Tabel 8 Lembar Pengamatan Motivasi Siswa Siklus II ........................... 54
Tabel 9 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Dengan Model
Cooperative Jigsaw .................................................................... 55
Tabel 10 Daftar Nilai Matematika Kelas III SD Slawiwetan 01 Siklus II . 56
Tabel 11 Perbandingan perkembangan Keberhasilan Tindakan dari
Pembelajaran Siklus I dan II ...................................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw .......................................................... 22
Gambar 2 Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw .................................... 23
Gambar 3 Kerangka Pikir ............................................................................ 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pembelajaran Siklus I
Lampiran 1 Rencana Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa
Lampiran 4 Lembar Pengamatan
Lampiran 5 Daftar Siswa Kelas III SD Slawiwetan 01
Lampiran 6 Daftar Nilai Matematika Kelas III SDN Slawiwetan 01
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman, setiap bangsa dituntut untuk
menjadi bangsa yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas
sangat diperlukan untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan cara
memperbaiki mutu pendidikan. Pendidikan merupakan suatu dasar
pembangunan watak, mental dan spiritual manusia, sehingga pendidikan suatu
bangsa dapat dijadikan tolak ukur kualitas bangsa.
Perbaikan mutu pendidikan di Indonesia selalu dilaksanakan dengan
berbagai cara. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah melalui peningkatan proses pembelajaran yang inovative.
Sekolah adalah bagian dari masyarakat yang merupakan tempat bagi
pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan jaman.
Pendidikan di sekolah tak bisa lepas dari proses kegiatan belajar mengajar
yang meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dan pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh kecakapan
pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Proses pelaksanaan pemberian
materi yang baik akan memudahkan siswa untuk memahami materi yang
sedang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran akan mudah dicapai.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di
SD. Dalam mempelajari matematika dibutuhkan motivasi yang tinggi karena
banyak materi yang berhubungan dengan konsep, ketrampilan dan pemecahan
masalah dalam hal hitung menghitung. Untuk itu guru harus dapat
menumbuhkan minat dan motivasi belajar pada siswa. Motivasi itu ada dua
yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik . Motivasi intrinsik adalah motivasi
yang timbul dari dalam diri siswa tanpa ada paksaan dorongan orang lain.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari
luar individu, apakah kerena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sehingga siswa mau melakukan sesuatu. Dalam rangka menumbuhkan
motivasi siswa guru dapat menggunakan beberapa cara diantaranya
pemberian pujian, hadiah, model dan metode pembelajaran yang inovatif.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran khususnya matematika masih
bersifat tradisional yaitu menggunakan metode yang berpusat pada guru (
ceramah) dan minimnya menggunakan media maupun alat peraga, bahkan
sama sekali tidak menggunakan hanya LKS saja sebagai pegangan guru. Hal
itu merupakan masalah yang harus diatasi.
Kondisi siswa kelas 3 SD Slawiwetan 01 yang jumlahnya 25 siswa
terdiri dari 20 laki-laki dan 5 perempuan motivasi dan minat belajar
matematika sangat rendah. Hal ini terlihat dari indikator sebagai berikut :
1. Setiap diberi pertanyaan hanya sekitar 3 (12 %) siswa yang mau
mengacungkan tangan untuk menjawab.
2. Setiap diberi kesempatan bertanya jarang yang mau bertanya.
3. Nilai matematika yang rendah hanya 8 (30 %) siswa diatas KKM.
4. Keaktifan belajar siswa yang masih rendah, banyak siswa bergurau dan
mengantuk saat pembelajaran.
Kurikulum KTSP yang berlaku sekarang hanya memberikan alokasi
waktu untuk pelajaran matematika 6 jam perminggu jauh dari proposional
yang mengharuskan siswa menguasai banyak kompetensi sehingga motivasi
siswa perlu sekali dipacu agar dapat belajar dengan sungguh-sungguh.
Evaluasi yang selama ini dilaksanakan sebatas tes tertulis itupun hanya
mengukur kognitif saja, ranah-ranah yang lain belum terukur. Dalam
pelajaran matematika banyak sekali kemampuan yang harus dievaluasi seperti
kognitif, afektif, dan psikomotorik agar siswa dapat menguasai kompetensi
yang ada pada pelajaran matematika. Permasalahan tersebut harus segera
diselesaikan sebab kalau tidak cepat dipecahkan akan menjadi hambatan
dalam meningkatkan prestai belajar siswa.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw karena model itu
akan memberikan nuansa baru dalam pembelajaran dengan melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
banyak siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif
menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat
belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga
dari sesama teman. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang hitoris,
serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia
dapat saling asah, asih, dan asuh
. Pada pembelajaran model ini keterlibatan guru dalam belajar mengajar
semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru
berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tangguang jawab serta siswa akan
merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam keompoknya. Mereka
dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai
pembimbing. Dalam model pembelajaran biasa atau tradisional guru menjadi
pusat kegiatan kelas. Sebaliknya,di dalam model Jigsaw, meskipun guru tetap
mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi
siswalah yang menjadi pusat kegiatan kelas.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas,maka peneliti
dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
a. Apakah Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika di kelas
3 SD Slawiwetan 01?
b. Seberapa besar peningkatan motivasi belajar siswa dengan pengunaan
Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw?
2. Pemecahan Masalah.
Dari berbagai masalah tersebut dapat dipecahkan melalui pengunaan
Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw dengan melalui beberapa
siklus dan ditunjang pemanfaatan media, alat peraga maupun instrumen
yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
E. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan Model
Pembelajaran Coopertive Tipe Jigsaw dalam pelajaran matematika .
2. Mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi belajar siswa dengan
pembelajaran Model Cooperative Tipe Jigsaw pada pelajaran matematika.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia
pendidikan (bidang studi Matematika) berupa gambaran mengenai sebuah
teori yang menyatakan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa dapat
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jig
Saw.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
Matematika.
2. Meningkatkan interaksi dan sosialisasi siswa dalam sebuah
pembelajarn.
3. Meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
Matematika.
b. Bagi Guru
1. Memperbaiki proses belajar mengajar sebagai tugas dan
tanggungjawab guru.
2. Memunculkan inovasi baru dalam pembelajaran yang selama ini
masih menggunakan model pembelajaran tradisional.
3. Meningkatkan produktivitas dalam karya tulis ilmiah untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
c. Bagi Sekolah
1. Meningkatkan pelayanan kepada peserta didik.
2. Meningkatkan sumber daya manusia ( SDM ) guru.
3. Secara umum prestasi sekolah menjadi meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Teori
1. Pengertian Matematika
Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan
aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih
luas daripada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dan
matematika.
Menurut Johnson dan Myklebust (Mulyono Abdurrahman 2003:
252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Lerner (Mulyono Abdurrahman 2003: 252), mengemukakan bahwa
matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa
universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Kline (Mulyono Abdurrahman 2003: 252), mengemukakan bahwa
matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanaya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
bernalar induktif.
Menurut Paling (Mulyono Abdurrahman 2003: 252), ide manusia
tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan
pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan matematika hanya
perhitungan yang mencakup tambah, kurang, bagi, dan kali; tetapi ada pula
yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri.
Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup segala sesuatu
yang berkaitan dengan berpikir logis. Selanjutnya, Paling mengemukakan
bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan.
Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga
cabang, yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri. Menurut Dali S.Naga
(Mulyono Abdurrahman 2003: 253), aritmatika atau berhitung ialah cabang
matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan
nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau
berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.
Dalam perkembangan aritmatika selanjutnya,penggunaan bilangan
sering diganti dengan abjad. Penggunaan abjad dalam aritmatika inilah yang
kemudian disebut aljabar Dali S. Naga (Mulyono Abdurrahman 2003: 253).
Aljabar ternyata tidak hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan
yang diketahui atau yang belum diketahui tetapi juga menggunakan
lambang-lambang yang lain, seperti titik. Berbeda dari aritmatika dan
aljabar, geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik
dan garis, Aleks Maryunis (Mulyono Abdurrahman 2003: 253).
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua
siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi.Ada alasan
tentang perlunya siswa belajar matematika Cornelius (Mulyono
Abdurrahman 2003: 253), mengemukakan lima alasan perlunya belajar
matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan
logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3)
sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4)
sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk
meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Lerner (Mulyono Abdurrahman 2003: 253), mengemukakan bahwa
kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1)
konsep, (2) ketrampilan, dan (3) pemecahan masalah. Konsep menunjuk
pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka
mampu mengklasifikasikan atau mengelompokan benda-benda atau ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.
Jika konsep menunjuk pada pemahaman dasar,maka ketrampilan menunjuk
pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Pemecahan masalah adalah
aplikasi dari konsep dan ketrampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya
melibatkan beberapa kombinasi konsep dan ketrampilan dalam suatu situasi
baru atau situasi yang berbeda.
Prinsip-prinsip Pengajaran Matematika :
1. Menyiapkan Anak untuk Belajar matematika
Banyak anak Berkesulitan belajar matematika yang penyebabnya adalah
kurangnya kesiapan anak untuk mempelajari bidang studi tersebut.
2. Maju dari Konkret ke abstrak
Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika
pengajaran mulai dari konkret ke abstrak.Guru hendaknya merancang
tiga tahapan belajar, (1) konkret, (2) representasional, dan (3)
abstrak.Pada tahap konkret ,siswa memanipulasi berbagai objek nyata
dalam belajar ketrampilan.Pada tahap representasional ,suatu gambar
dapat mewakili objek nyata. Pada tahap abstrak,angka akhirnya
menggantikan gambar atau simbol grafis.
3. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang
Jika siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep
secara otomatis,maka mereka memerlukan banyak latihan dan
ulangan.Ada banyak cara untuk menyediakan latihan,dan guru
hendaknya mengunakan metode yang bervariasi.
4. Generalisasi ke situasi baru
Siswa hendaknya memperoleh kesempatan yang cukup untuk
menggeneralisasikan ketrampilan mereka ke dalam banyak situasi.
5. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa.
Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang aka digunakan untuk
mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan
ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaan matematika dan operasi-
operasi yang dapat dilakukan oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
6. Membangun pondasi yang kokoh tentang konsep dan ketrampilan
matematika.
Belajar matematika harus dibangun atas pondasi yang kokoh tentang
konsep dan ketrampilan.
7. Menyajikan program matematika yang seimbang
Program matematika yang seimbang mencakup kombinasi antar tiga
elemen (1) konsep, (2) Ketrampilan, dan (3) pemecahan masalah.
8. Penggunaan kalkulator
Kalkulator dapat digunakan setelah siswa memiliki ketrampilan
kalkulasi. Dengan demikian,penggunaan kalkulator bukan untk
menanamkan ketrampilan kalkulasi tetapi menananmkan penalaran
matematika. Banyak siswa yang banyak terhenti dalam melakuka
komputasi atau perhitungan karena mereka tidak sampai pada aspek-
aspek penalaran dari suatu pelajaran. Dengan mengguanakan kalkulator
anak dapat terbebas dari memahami konsep matematis yang mendasari
perhitungan tersebut. Mudah dan murahnya kalkulator diperoleh,
kalkulator dapat digunakan untuk menghitung fakta-fakta dasar maupun
proses matematika yang kompleks,dan dapat digunakan untuk latihan
atau memeriksa pekerjaan sendiri.
a. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah
Di dalam GBPP mata pelajaran matematika SD disebutkan bahwa
tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:
a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari
b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui
kegiatan matematika.
c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lanjut di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. (Depdikbud,
1994:62)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP
pada SD/MI adalah sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
d. Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(Depdiknas, 2006 : 417).
b. Ruang Lingkup
Dalam Standar Isi Permendiknas No. 22 Tahun 2006 mata pelajaran
Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Bilangan
2. Geometri dan pengukuran
3. Pengolahan data.
4. Belajar
Belajar adalah suatu proses adaftasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progresif, Skinner (M Sobry sutikno 2009: 3).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (M.Sobry Sutikno 2009: 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
C.T. Morgan (M.Sobry Sutikno 2009: 4) mengartikan belajar sebagai suatu
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil
dari pengalaman yang lalu.
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,
pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearufan,dan
kearifan, menjadi keaktivan, Dave Meier (Martinis Yamin 2007 : 75).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud adalah
perubahan yang terjadi secara sadar dan tertuju untuk memperoleh sesuatu
yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan hasil belajar juga bersifat aktif
artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena
usaha dari individu itu sendiri.
Unsur-unsur Belajar
Cronbach (M.Sobry Sutikno 2009:5 ) mengemukakan adanya tujuh unsur
utama dalam proses belajar, yaitu :
1. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan ini muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.
2. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak
atau individu perlu memilki kesiapan,baik kesiapan fisik dan psikis,
kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu,maupun
penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
3. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar.Dalam situasi
belajar ini terlihat tempat,lingkungan sekitar,alat dan bahan yang
dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar
serta kondisi siswa yang belajar.
4. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi ,individu mengadakan
interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen
situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan
menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Respons. Berpegang pada hasil dari interpretasi apakah individu
mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan,maka ia
memberikan respon.
6. Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau
konsekuensi entah itu keberhasilan ataupun kegagalan,demikian juga
dengan respon atau usaha belajar siswa.Apabila siswa berhasil dalam
belajarnya ia akan merasa senang,puas dan akan meningkatkan
semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.
7. Reaksi terhadap kegagalan .Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang
diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa itu akan
menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap
kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa
menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar berikutnya,
tetapi juga sebaliknya, kegagalan membengkitkan semangat yang
berlipat ganda untuk menembus dan menutupi kegagalan tersebut.
Tujuan Belajar
Belajar merupakan kegiatan pokok dalam pendidikan. Berbagai
upaya yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, intinya adalah
upaya untuk membuat siswa belajar .Alangkah sia-sia upaya yang dilakukan
oleh guru jika drengannya siswa tidak mau belajar.Gagne (M.Sobry Sutikno
2009:7) menyebutkan ada lima macam hasil belajar berikut ini :
1. Ketrampilan intelektual atau ketrampilan prosedural yang mencakup
belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang
kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan oleh guru di
sekolah.
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-
masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing
individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu
dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang
relevan.
4. Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang didasari oleh emosi,kepercayaan-kepercayaan,serta faktor
intelektual.
Tujuan pembelajaran (M.Sobry Sutikno 2004:3) a). Pengumpulan
pengetahuan. b). Penanaman konsep dan kecekatan. c). Pembentukan sikap
dan perbuatan.
Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip belajar ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk
melakukan kegiatan belajar (M.Sobry Sutikno 2004:7 ).Siswa akan berhasil
dalam belajarnya jika memperhatikan prinsip-prinsip belajar.Prinsip belajar
akan menjadi pedoman bagi siswa dalam belajar.
Ada delapan prinsip belajar yang perlu diketahui (M.Sobry Sutikno 2004:8),
sebagai berikut :
1. Belajar perlu memiliki pengalaman dasar. Pada dasarnya seseorang akan
lebih mudah belajar sesuatu jika sebelumnya memiliki pengalaman yang
akan mempermudahya dalam memperoleh pengalaman baru.
2. Belajar harus bertujuan yang jelas dan terarah. Adanya tujuan-tujuan
yang akan membantu dalam menuntun guna tercapainya tujuan.
3. Belajar memerlukan situasi yang problematis. Situasi yang problematis
ini akan membantu membangkitkan motivasi belajar. Siswa akan
termotivasi untuk memecahkan problem tersebut. Semakin sukar
problem yang dihadapi,semakin,semakin keras usaha berpikir untuk
memecahkannya.
4. Belajar harus memiliki tekat dan kemauan yang keras dan tidak mudah
putus asa. Banyak orang yang gagal dalam belajar karena tidak memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tekat dan kemauan yang kuat untuk belajar. Bagi mereka,belajar hanya
sekedar duduk,dan diam. Tidak menutup kemungkinan orang tersebut
setelah belajar tidahk mempunyaipengetahuan apapun dari hasil
belajarnya. Putus asa juga akan mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar. Mudah putus asa menyebabkan gairah belajar menjadi berkurang
karena menganggap sesuatu yang dipelajarainya tersebut tidak sesuai
atau benar-benar tidak sanggup dipelajari sehingga muncul pertanyaan
”untuk apa saya belajar ?”
5. Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan. Ini akan
mempermudah dalam hal penerimaan serta pemahaman akan sesuatu
materi.seseorang yang mengalami kelemahan dalam belajar akan banyak
mendatangkan hasil yang membangun jika diberi bimbingan, arahan,
serta dorongan yang baik.
6. Belajar memerlukan latihan. Memperbanyak latihan dapat membantu
menguasai segala sesuatu yang dipelajari,mengurangi kelupaan,dan
memperkuat daya ingat.
7. Belajar memerlukan metode yang tepat. Metode yang tepat
memungkinkan siswa belajar lebih efektif dan efisien. Metode yang
dipakai dalam belajar dapat disesuaikan dengan materi pelajaran yang
kita pelajari dan juga sesuai dengan siswa ,yaitu metode yang membuat
dia cepat faham.
8. Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat. Karena faktor waktu
dan tempat ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar, faktor ini perlu mendapat perhatian
lebih serius.
4. Pembelajaran
Banyak definisi para ahli berkaitan dengan pembelajaran,di
antaranya Winkel (M.Sobry Sutikno 2009 : 31) mengartikan pembelajarn
sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang
berlangsung di dalam diri peserta didik. Dimyati dan Mudjiaono (M. Sobry
Sutikno 2009 : 31) mengartikan pembelajarn sebagai kegiatan yang
ditujukan untuk membelajarkan siswa.
Lindgren (M.Sobry Sutikno 2009 : 32) meyebutkan bahwa fokus
sistem pembelajarn mencakup tiga aspek, yaitu : siswa ,proses belajar, dan
situasi belajar.
Dalam proses pembelajarn,kedudukan guru sudah tidak dapat
dipandang sebagai penguasa tunggal dalam kelas atau sekolah ,tetapi
dianggap sebagai manager of learning. (pengelola belajar) yang perlu
senantiasa siap membimbing dan membantu para siswa dalam menempuh
perjalan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh menyeluruh.Dalam
mengelola pembelajarn, pendidik lebih dituntut untuk berfungsi dalam
melaksanakan empat macam tugas, berikut ini :
1. Merencakan ,baik untuk jangka panjang ( satu semester ) maupun jangka
pendek ( satu pertemuan )
2. Mengatur,yang dilakukan pada waktu implementasi.tugas ini adalah
mengenai apa yang mencakup renca dan pengetahuan tentang bentuk
dan macam kegiatan yang harud dilaksanakan dan bagaimana semua
komponen dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
3. Mengarahkan,karena memamng salah satu tugas pendidika dalaha
memberikan motivasi,mengarahkan,dan memberikan inspirasi kepada
siswa untuk belajar.
4. Mengevaluasi,Untuk mengetahui apakah perencanaan,pengaturan,dan
pengarahan dapat berjalan dengan baik atau masih perlu diperbaiki.untuk
itu pendidik ,harus mempunyai patokan mengenai penampilan [ara siswa
yang dianggap telah memadai,baik selama maupun setelah ia mendidik
mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Ciri-ciri pembelajaran menurut Oemar Hamalik ( M.Sobry sutikno 2009 :
34)
a. Rencana,ialah penataan ketenagaan,material,dan prosedur,yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana
khusus.
b. Kesalingtergantungan,antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang
serasi dalam suatu ke3seluruhan .Tiap unsur bersifat esensial,dan
masing-masing memberikan sumbanganya kepada sistem pembelajarn.
c. Tujuan,sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai.Sistem ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat
olekh manusia dan sistem yang alami
Ada beberapa komponen pembelajaran :
1. Tujuan pembelajaran
Tujuamn pembelajaran pada dasarnya adalah kemamapuan-kemampuan
yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar.
2. Materi pelajaran
Materi pelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat
perhatian oleh guru.Materi pelajarn merupakan medium untuk mencapai
tujuan pembelajaran yan dikonsumsi oleh siswa.Karena itu,penentuan
materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai,misalnya
berupa pengetahuan,ketrampilan,sikap,dan pengalaman lain.
3. Kegiatan belajar
Dalam kegiatan pembelajaran ,guru dan siswa terlibat dalam sebuah
interaksi dengan materi pelajaran sebagai mediumnya.Dalam
interaksinya itu siswalah yang lebih aktif dan bukan guru.
4. Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran ,metode diperlukan
oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5. Media
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
6. Sumber Belajar
Sumber Belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat dimana materi pelajaran terdapat.Menurut Nasution (( M.Sobry
sutikno 2009 : 39 ) sumber belajar dapat berasal dari masyarakat dan
kebudayaanya,perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
kebutuhan siswa.
7. Evaluasi
Menurut Wand dan Brown (M.Sobry sutikno 2009 : 40) Evaluasi adalah
suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatau.
5. Model
Menurut kamus Bahasa Indonesia model berarti pola acuan ragam,macam
dan sebagainya,barang tiruan yang kecil dan tepat seperti yang ditiru.
6. Cooperative Learning.
Cooperative Learning berasal dari kata cooperte yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (Isjoni 2009:15)
mengemukakan,”In coopertive learnng methods, students work together in
four member teams to master material initially presented by the teacher.”
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah
suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok kelomok kecil yang berjumlah 4-6 siswa secara kolaboratif
sehingg adapt merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Anita Lie (Isjoni 2009 :16) menyebut cooperative learning dengan
istiah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang
memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
lain dalam tugas-tugas terstruktur.Lebih jauh dikatakan Coopertive Learning
hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau satu tim yang
didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan dengan jumlah anngota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6
orang saja.
Dalam model cooperative learning dibutuhkan proses yang
melibatkan niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompoknya sehingga
masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerjasama dengan
anggota lainnya. Disamping itu, juga harus memiliki kiat-kiat bagaimana
caranya berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam pengelolaan
kelas model coopertive learning ini ada ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
yaitu pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan penataan
ruang kelas, Lie ( Isjoni 2009 : 64 )
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan, sebagai latihan hidup dimasyarakat. Pembelajaran koopertif
adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling
terkait. Elemen-elemen itu adalah :
1. Saling ketergantungan positif.
Dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan
positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : (a) saling
ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan menyelesaikan
tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling
ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan
dengan guru. Interksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini mencerminkan konsep pengajaran
teman sebaya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.
Penilaian ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya
disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa angota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata
hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus
memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok
didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara
individual ini dimaksud dengan akuntabilitas individual.
4. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide dan bukan menggkritik teman, berani mempertahankan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat
lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (
interpersonal relationship ) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja
diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan
memperoleh teguran dari guru juga dari sesama teman.
Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran
kooperatif adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 1
Sintaks Pembelajaran Kooperatif
7. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pandangan bahwa siswa membina
sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan
pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untukmembina
pengetahuan baru. Mengikuti Bruner ( Isjoni 2009 : 31), pembelajaran
secara konstruktivisme berlaku di mana siswa membina pengetahuan
dengan menguji ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang ada, kemudian mengimplikasikannya pada satu situasi
baru dan mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan
binaan intelektual yang akan diwujudkan. Secara lebih rinci, Driver dan
Bell ( Isjoni 2009 : 34 )mengemukakan, prinsip-prinsip Konstruktivisme
dalam pembelajaran, yaitu:
· Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung dari pengalaman
pembelajaran di ruangan kelas, tetapi tergantung pula pada
pengetahuan pelajar sebelumnya,
· Pembelajaran adalah mengkonstruksi konsep-konsep,
· Mengkonstruksi konsep adalah proses aktif dalam diri pelajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
· Konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi yang
selanjutnya konseptersebut diterima atauditolak,
· Siswalah yang sesungguhnya bertangung jawab terhadap cara dan
hasil pembelajaran mereka,
· Adanya semacam pola terhadap konsep-konsep yang dikonstruksi
pelajar dalam struktur kognitifnya.
8. JIGSAW
Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam
penyelenggaraanya.Tahap pertama siswa dikelopmpokkan dalam bentuk-
bentuk kelompok kecil .Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut
dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu.
Jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-masing harus
dibatasi ,agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara
efektif,karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan
produktivitasnya.Dalam hal ini Soejadi 2000 ( Isjoni 2009 : 55 )
mengemukakan jumlah anggota satu kelompok apabila makin besar ,dapat
mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antara para anggotanya.
Menurut Edward 1989 (Isjoni 2009), kelompok yang terdiri dari
empat orang terbukti sangat efektif.Sedangkan Sudjana 1989 (Isjoni 2009 :
55) mengemukakan beberapa siswa dihimpun dalam satu kelompok dapat
terdiri 4-6 siswa. Jumlah yang tepat menurut penelitian Slavin adalah 4-6 hal
itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa sepaham dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dibandingkan dengan kelompok yang
beranggotakan 2-4 siswa.
Dalam Jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk
mempelajari materi tertentu.Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dan
kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dan
kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.Selanjutnya materi
tersebut didiskusikan mempelajari serta mamahami setiap masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dijumpai sehingga perwakilan tersebt dapat memahami dan menguasai
materi tersebut.
Pada tahap ketiga,setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat
menguasai materi yang ditugaskannya,kemudian masing-masing perwakilan
tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman
satu kelompokya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.pada tahap
ini siswa akan banyak menemui permasalahan yang tahap kesukarannya
bervariasi.Pengalaman seperti ini sangat penting terhadap perkembangan
mental anak.Piaget dalam buku Ruseffendi 1991 (Isjoni 2009 : 56)
menyatakan, ”... bila menginginkan perkembangan mental maka lebih cepat
dapat masuk kepada tahap yang lebih tinggi,supaya anak diperkaya dengan
banyak pengalaman.” Lebih lanjut Ruseffendi mengemukakan, kecerdasan
manusia dapat ditingkatkan hingga batas optimalnya dengan pengayaan
melalui pengalaman.( Isjoni 2009 : 56 )
Pada tahap selanjutnya siswa diberi tes / kuis,hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami sustu
materi.Dengan demikian,secara umum penyelenggaraan model belajar
jigsaw dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan tenggung jawab
sisqwa sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu
persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai
berikut :
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
· Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok
asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan
dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut
kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke
kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw
(gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi
pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya
terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal
yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari
dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
Gambar 2. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
· Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
· Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
· Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya.
· Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
· Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi
baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut
serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan
mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat
menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model
pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran
Cooperative Learning.
2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru
terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir
orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
Cooperative Learning.
4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang
dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan
baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan.
2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan
kelas heterogen.
3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
Cooperative Learning.
4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan
informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
13. Motivasi
Istilah motivasi berpangkal dari kata “motif “ yang dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi kesiapsiagaan. Adapun menurut Mc.Donald
(M.Sobry Sutikno 2009:71). Motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling “ dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh
Mc.Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi, yakni :
i. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan
tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia,
misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul
motif lapar.
ii. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.Mula-
mula merupakan ketegangan psikologis,lalu merupakan suasana
emosi.Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif.
Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat
melihatnya dalam perbuatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
iii. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.Pribadi
yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu
tujuan.Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan dan memberi arah kegiatan belajar, sehingga
diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat diperlukan di dalam
kegiatn belajar mengajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
1. Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik (2001; 161) meliputi :
· Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.Tanpa
motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbutan seperti beljar.
· Sebagai pengarah.Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian
tujuan yang diinginkan.
· Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil ibarat
Winkel sebelum ini.Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
atau lambatnya suatu pekerjaan.
2. Jenis-jenis motivasi :
a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain. Contohnya
keinginan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu,
mengembangkan sikap untuk berhasil, mencapai cita-cita, dan
sebagainya.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengruh
dariluar individu, apakah karena ajakan, suruhan, atau paksaan dari
oarang lain sehingga dengan demikian siswa mau melakukan
sesuatu. Motivasi ekstrinsik diperlukan di sekolah sebab
pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai
dengan kebutuhan siswa. Kalau keadaan seperti ini,maka siswa yang
bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar, dan guru harus berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
membangkitkan motivasi belajar siswa sesuai dengan keadaan siswa
itu sendiri.
3. Prinsip-prinsip Motivasi.
Prinsip-prinsip disusun atas dasar penelitian yang seksama dalam
rangka mendorong motivasi belajar
Murid-murid di sekolah yang mengandung pandangan
demokratis dan dalam rangka menciptakan self discipline di kalangan
murid-murid. Kenneth H.Hover (Oemar Hamalik 2001: 161)
mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut:
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman.
Hukuman bersifat menghentikan sesuatu perbuatan,sedangkan pujian
bersifat menghargai apa yang telah dilakukan.Karena itu pujian lebih
besar nilainya bagi motivasi belajar murid.
b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis tertentu
yang harus mendapat kepuasan.Kebutuhan-kebutuhan itu
menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada
motivasi yang dipaksakan dari luar.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai keinginan) perlu
dilakukan usaha pemantauan (reinforcement)
e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.Guru
yang berminat tinggi dan antusias akan mengahsilkan murid-murid
yang berminat tinggi dan berantusia.
f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan –tujuan akan merangsang
motivasi.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan
minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas
itu dipaksakan oleh guru.
h. Pujian-pujian yang datangnay dari luar ( external reward ) kadang-
kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang
sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
i. Tehnik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif
untuk memelihara minat murid.
j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat
ekonomis.
k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid-murid
yanh kurang mungkin tidak ada artinya ( kurang berharga ) bagi
siswa yang tergolong pandai.
l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.
m Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar,dapat
juga lebih baik.
n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi
secara cepat menuju ke demoralisasi.
o. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang
berlainan.
p. Tekanan kelompok murid ( per group ) kebanyakan lebih efektif
dalam motivasi daripada tekanan / paksaan dari oarng dewasa.
q. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.
4. Strategi Menumbuhkan Motivasi.
Pembelajaran tidak bermakna jika para siswa tidak termotivasi untuk
belajar. Dengan demikian, guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk
meningkatkan motivasi belajar siswanya. Beberapa strategi yang dapat
dikembangkan oleh guru dalam upaya membangkitkan motivasi belajar
siswa dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut :
a. Menjelaskan tujuan belajar kepada siswa
b. Pemberian hadiah.
c. Saingan / kompetisi.
d. Pemberian pujian
e. Pemberian hukuman.
f. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.
g. Memberikan angka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
h. Pada saat penyampaian materi pelajaran, upayakan untuk menyelipi
dengan humor dan atau cerita-cerita lucu.
i. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun
kelompok.
j. Menggunakan model atau metode belajar yang bervariasi.
5. Komponen-komponen motivasi
Motivasi memiliki dua komponen,yakni komponen dalam ( inner
component),dan komponen luar ( outer component ).Komponen dalam
adalah perubahan dalam diri seseorang ,keadaan merasa tidak puas,dan
ketegangan psikologis. Komponen luar adalah apa yang diinginkan
seseorang,tujuan yang menjadi arah kelakuannya.Jadi,komponen dalam
ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan ,sedangkan komponen
luar ialah tujuan yang hendak dicapai.
6. Analisis dan tinjauan terhadap Motivasi
Antara kebutuhan-motivasi-perbuatan atau kelakuan,tujuan dan
kepuasan terdapat hubungan dan kaitan yang kuat.Setiap perbuatan
senantiasa berkat adanya dorongan motivasi.Timbulnya motivasi karena
seseorang merasakan sesuatu kebutuhan tertentu dan karenanya
perbuatan tadi terarah pada pencapaian tujuan tertentu pula.Apabila
tujuan telah tercapai maka ia akan merasa puas.Kelakuan yang telah
memberikan kepuiasan terhadap sesuatu kebutuhan akan cenderung
untuk diulang kembali,sehingga ia akan menjadi lebih kuat dan lebih
mantap .
7. Motivasi dan Kebutuhan
Kebutuhan adalah kecenderungan –kecenderungan permanen
dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan
kelakuan untuk mencapai tujuan.Kebutuhan ini timbul oleh karena
adanya perubahan (internal Change) dalam organisme atau disebabkan
oleh perangsang-perangsang kejadian di lingkungan organisme.Begitu
terjadi perubahan tadi maka begitu timbul energi yang mendasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kelakuan ke arah tujuan.Jadi,timbulnya kebutuhan inilah yang
menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang.
8. Motivasi dan Drive
Drive adalah sesuatu perubahan dalam struktur neurofisiologis
seseorang yang menjadi dasar organis dari perubahan energi,yang
disebut motivasi.Jadi timbulnya motivasi dikarenakan terjadinya
perubahan-perubahan neurofisiologis.Dikatakan oleh Morgan dan Stellar
(Oemar Hamalik 2001: 160), bahwa A drive is intuiting
neorophysiological condition that is a change in the neorophysiological
structure of person which is the organic basis for the energy change we
call motivasion.Jelas sekali hubungan antara motivasi dan drive dan
kebutuhan ternyata erat sekali.
9. Motivasi dan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu perbuatan
yang apabila tercapai akan memuaskan individu.Adanya tujuan yang
jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan dan ini akan
mendorong timbulnya motivasi .Jadi ,suatu tujuan dapat juga
membangkitkan timbulnya motivasi dalam diri seseorang. William
Burton (Oemar Hamalik 2001: 160) mengatakan bahwa Induvidual are
motivated by purposes and goals which make sense to those individuals
motivating then becomesthe subtle of seizing upon natural purposes
already exsisting,within the on going activities of the learners,or setting
the stage,manipulating the environment so that purposes meaningful to
the learner are brought to kight.
10. Motivasi dan Incentive
Incentive ialah ha-hal yang disediakan oleh lingkungan (guru)
dengan maksud merangsang murid bekerja lebih giat dan lebih baik,
misanya : kenaikan kelas,hadiah, dan lain-lain .Incentive dapat untuk
memuaskan atau tidak memuaskan kebutuhan individu.Incentive dapat
menjadi tujuan atau identik dengan tujuan.Jadi,terdapat hubungan yang
erat antara motivasi dan incentive.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Guru-guru sering kali menggunakan incentive untuk memberikan
motivasi kepada siswa didik untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Incentive ini akanbermanfaat apabila mengandung tujuan
yang akan memberikan kepuasan kepada kebutuhan psikologis
siswa.Karena itu guru harus kreatif dan imajinatif menyediakan
incentive tersebut.
11. Nilai Motivasi dalam Pengajaran
Adalah menjadi tanggung jawab guru gar pengajaran yang
diberikannya berhasil dengan baik .Keberhasilan ini banyak bergantung
pada usaha guru membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam garis
besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut .
a) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan
belajar murid.Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk
berhasil.
b) Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan,dorongan,motif,minat yang ada
pada murid.Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan
demokrasi dalam pendidikan.
c) Pengajaran yang bermotivasi menuntut krativitas dan imajinasi guru
untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang
relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi
belajar siswa.Guru senantiasa berusaha gar murid-murid akhirnya
memilki self motivasion yang baik.
d) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan
motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan
disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya
masalah disiplin di dalam kelas.
e) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas
mengajar.Penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja
melengkapi prosedur mengajar,tetapi juga menjadi faktor yamg
menentukan pengajaran yang efektif. Demikian penggunaan asas
motivasi adalah sangat esensial dalam proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi Emildadiany menyatakan
bahwa: Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan
melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di
masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana
belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative
Learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat
meningkatkan kreativitas siswa.
Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative
Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini
benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sampai saat ini pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik
Jigsaw belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia
sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari
dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa
berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah,
model pembelajaran Cooperative Learning perlu lebih sering digunakan
karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan
merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang digunakan penulis sebagai berikut :
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang
umumnya paling sulit dikuasai siswa jika dibandingkan dengan mata
pelajaran lain. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya perlu dicari inovasi
baru yang mampu memudahkan siswa dalam belajar matematika, disamping
dapat merangsang siswa untuk tertarik atau senang belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pembelajaran yang menekankan pada aktifitas siswa dalam menemukan
kembali ide dan konsep matematika melalui kerjasama, dapat membantu
siswa dalam belajar matematika sesuai proses berpikirnya. Dengan begitu,
motivasi, minat, dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran
yang syarat dengan kriteria di atas adalah pembelajaran dengan menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Kerangka berpikir dalam
penelitian ini, adalah dengan menggunakan model pembelajaran kerjasama
(kerja kelompok) tentu siswa akan lebih mudah menemukan kembali ide dan
konsep matematika yang dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran akan
lebih menyenangkan sehingga motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika dapat meningkat.
Dengan demikian, gambar kerangka berpikirnya sebagai berikut :
Gambar 3. Kerangka Pikir
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru belum menggunakan
model pembelajaran Jig
Saw
Guru menggunakan
model pembelajaran Jig
Saw
Motivasi dan hasil belajar
tinggi
Siswa : motivasi rendah hasil,
belajar rendah
Siklus 1 motivasi ,hasil belajar
belum maksimal
Siklus 2 motivasi,hasil
belajar,meningkatt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran matematika yang
disajikan dengan Model Pembelajaran Kooperative Jigsaw, siswa
menemukan sendiri ide dan konsep matematika melalui kerjasama sehingga
pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai hasil penelitian
mengenai peningkatan motivasi belajar pada pembelajaran Matematika
dengan model belajara Kooperative Jig Saw pada siswa kelas kelas III
pada semester 2 SD Negeri Slawiwetan 01 Kecamatan Slawi, maka akan
dijelaskan terlebih dahulu mengenai profil SD Negeri Slawiwetan 01
Kecamatan Slawi sebagai salah satu SD Negeri di Kabupaten Tegal.
Lokasi SD Negeri Slawiwetan 01 Kecamatan Slawi letaknya di Jalan
Brigjen Katamso No. 22, Slawi, Tegal terletak di kecamatan Slawi yang
cukup padat penduduk. Seperti sekolah lainnya, SD Negeri Slawiwetan 01
kecamatan Slawi dengan nilai akreditasi B juga telah menetapkan visi dan
misi guna menetapkan arah kebijakan sekolah di masa yang akan datang.
a. Visi dan Misi SD Negeri Slawi Kulon 07
Visi
UNGGUL DALAM PRESTASI,BERBUDI LUHUR BERGUNA
BAGI NUSA BANGSA DAN AGAMA.
Indikator Visi
1. Mencetak anak bangsa yang berprestasi.
2. Bersikap santun terhadap orang lain.
3. Berguna bagi nusa bangsa dan agama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Misi Sekolah
1. MENINGKATKAN NILAI RATA-RATA KELAS DAN NILAI
UJIAN SEKOLAH.
2. PENERAPAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI DAN CINTA
TANAH AIR.
Tujuan
Berdasarkan visi dan misi sekoalh, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa yang berkualitas
dengan dilandasi iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Untuk memberikan pelayanan pendidikan dasar terhadap semua
anak bangsa agar dapat mengenyam pendidikan secara layak dan
pembekalan berbagai kecakapan dasar yang cukup untuk cerdas
dan berperilaku baik sehingga menjadi anak bangsa yang handal.
3. Untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dengan
memberikan pengetahuan dan ketrampilan,secara menyeluruh
untuk bekal hidup mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Keadaan Guru dan Penjaga Sekolah
Tabel 2 Data Guru Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan, Status, dan jumlah
NO. NAMA
NIP JABATAN PANGKAT
GOL. RUANG
MENGAJAR
1 SUPRAPTO
195401231975011001 Kepala Sekolah
Pembina,
IV a -
2 SRI LUNGTRIYANTI Guru Kelas Pembina,
IV a Kelas II
3 KARTINI ,S.Pd Guru Kelas Pembina,
IV a Kelas VI
4 SRI JULIANI
196007191982012008 Guru Kelas
Pembina,
IV a Kelas I
5 SARIMIN
196004151982011013 Guru Kelas
Pembina,
IV a Kelas V
6 SITI MURDIYANTI Guru PAI Pembina,
IV a Kelas I-VI
7 AGUS KHARIR,S.Pd
196712121991031013 Guru Kelas
Penata
Muda, III/a Kelas IV
8 SLAMET
197112241993031005 Guru Kelas
Penata Tk I,
III d Kelas III
9 NURANTO
197107142005011008 Guru OR
Pengatur
II/C Kelas I-VI
10 PRANOTO
196104121983041004 Penjaga
Pengatur
II/C
11 SRI HENI S,S.Pd
Guru Mulok
Bhs. Inggris GTT Kelas I-VI
12 YUYUN EKA R Seni Tari GTT Kelas I-VI
13 RANI SETYA R GTT
14 DWI HASTIN GTT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c. Keadaan siswa
Tabel 3
Keadaan siswa di SDN Slawiwetan 3
No Kelas Jumlah
Kelas
Jumlah Siswa Keterangan
L P Jumlah
1. I 1 11 20 31
2. II 1 16 13 29
3. III 1 20 5 25
4. IV 1 14 12 26
5. V 1 14 18 32
6. VI 1 15 17 32
Jumlah 6 86 89 175
d. Sumber Daya Manusia (Guru, Staff Karyawan)
Jalur utama untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
adalah melalui pendidikan. Sumber Daya Manusia merupakan motor
utama penggerak pembangunan bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa
sangat ditentukan oleh mutu pendidikan yang ada. Globalisasi
menghadapkan tantangan besar bagi masa depan. Persaingan yang
tinggi di pasar global menuntut kompetensi yang tinggi di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di masa depan kerja akan syarat dengan
pengetahuan dan informasi. Kompetensi insani dalam bentuk SDM
yang berkualitas merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi.
Tantangan dan tuntunan di masa depan menyiratkan terjadinya
peralihan pembangunan dari sumber daya alam ke sumber daya
manusia. Persaingan yang semakin kompetitif di era global mendorong
tenaga kerja untuk produktif, trampil, mempunyai etos kerja yang
tinggi, disiplin dan mempunyai daya kreasi dan inovasi yang tinggi.
Untuk tetap hidup dan unggul dalam percaturan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
internasional, dunia pendidikan di Indonesia harus mampu
menghasilkan lulusan yang memenuhi 4 kompetensi yaitu (1)
Kompetensi akademik (2) Kompetensi professional. (3) Kompetensi
sikap dan Nilai. (4) Kompetensi untuk menghadapi perubahan.
Keunggulan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas
kepakaran yang ada, yaitu SDM yang berkemampuan lanjut, mampu
melakukan penelitihan yang mendasar, baik dalam rangka
pengembangan IPTEK maupun dalam rangka pemecahan masalah
pembangunan sekolah antara lain berkualitas, berbudi pekerti,
berdisplin, berwawasan seni dan berbudaya. Siswa berkembang secara
optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki, meningkatkan prestasi
hasil belajar siswa, menumbuhkan semangat keunggulan seluruh
warga siswa, meningkatkan disiplin siswa dan membentuk budi pekerti
luhur, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa meningkatkan perawatan, pemeliharaan, dan pengadaan
sarana prasarana penyelenggaraan pendidikan.
2. Waktu Penelitian
Tabel 4
Waktu Penelitian
No Kegiatan Jan Peb Mart April Mei Juni
1 Observasi V
2 Perencanaan V
3 Persiapan V
4 Siklus I V
5 Siklus II V
6 Penyusunan Laporan V V
7 Pelaporan V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan kajian utama dalam penelitian ini.
Penelitian ini lebih bersifat kualitatif sehingga keberadaan penelitian subjek
dirasa sangat penting Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III pada
semester II di SD Negeri Slawiwetan 01 Kecamatan Slawi Kabupaten
Tegal.Kelas ini memiliki 25 siswa dengan pendistribusian siswa laki-laki 20
dan 5 siswa perempuan.Adapun latar belakang dipilihnya kelas ini sebagai
objek penelitian adalah sebagai berikut :
1. Peneliti adalah guru di kelas III (kelas yang dijadikan objek) sehingga
sangat memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh selama ini, prestasi belajar matematika
sangat rendah sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkannya.
3. Berdasarkan beberapa teori bahwa penggunakan model pembalajaran Jig
Saw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas yang terdiri dari dua siklus .
Langkah-langkah dalam siklus terdiri dari :
Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 1 kali pertemuan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan refleksi awal berdasarkan hasil studi
pendahuluan. Adapun tahap yang dilakukan dalam perencanaan ini yaitu
sebagai berikut :
a. Membuat desain pembelajaran Matematika tentang berbagai sudut
dengan menggunakan model pembelajaran Kooperative Jig Saw.
b. Simulasi pembelajaran berdasarkan pada desain pembelajaran di atas.
c. Revisi desain pembelajaran berdasarkan masukan dari simulasi.
d. Menyusun instrumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Implementasi Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang telah
disimulasikan dan direvisi,yaitu penggunaan strategi pembelajaran ini
menitikberatkan pada penumbuhan dan peningkatan motivasi siswa
dengan mengunakan Model Pembelajaran Kooperative Jig Saw.
Pelaksanaan pada siklus pertama ini,diawali dengan apersepsi dan
pemberian motivasi dalam mengikuti pelajaran dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Tahap berikutnya penyampaian sekilas materi,pembentukan
kelompok,diskusi evaluasi dan dilanjutkan dengan pemberian pekerjaan
rumah.
3. Observasi dan Implementasi
Tahap observasi ini juga perlu dilakukan karena adanya data-data
pendukung penelitian yang tidak ditemukan pada saat proses pengumpulan
data, antara lain adalah pemanfaatan alat peraga siswa kelas III pada
semester 2 SD Negeri Slawiwetan 01 Kecamatan Slawi. Tahap observasi
dilakukan bersamaan dengan tahapan tindakan,guru peneliti sebagai
penyampai materi.Dalam tahap ini dilakukan pula data-data.Setiap
tindakan yang dilakukan guru dan siswa akan diamatioleh observer yaitu
peneliti dan teman sejawat dengan menggunakan pedoman
pengamatan.Pengamatan juga dilakukan ketika siswa mulai menunjukan
keaktifan dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar penialain
yang telah disediakan.
4. Analisis dan Refleksi
Tahap ini berisi diskusi dari peneliti, guru maupun observer.
Materi diskusi berisi menitikberatkan tentang kelebihan dan kekurangan
tindakan, sekaligus menemukan sikap yang harus dilakukan untuk siklus
selanjutnya. Pada tahap ini juga dilakukan analisis data, untuk mengetahui
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat ditentukan
apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Siklus I ini ternyata belum mampu manjawab tujuan penelitian
tindakan kelas,karena penggunaan model pembelajaran Kooperative Jig
Saw masih marupakan hal baru sehingga siswa masih merasa agak
bingung untuk melakukan pembelajaran.Namun siswa sudah menunjukkan
peningkatan keaktifan dan motivasinya.Dari segi prestasi ,siswa belum
menunjukkan hasil yang memuaskan,sehingga siklus I ini belum dikatakan
berhasil karena belum menjawab permasalahan oleh karena itu diperlukan
siklus selanjutnya yaitu siklus II.
Siklus II
Siklus ini dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
untuk sekali pertemuan.
1. Perencanaan
Berangkat dari temuan faktual siklus I yang dibahas dalam analisis dan
refleksi,maka perencanaan pada siklus II inimpada dasarnya hanya
menyempurnakan siklus I.Perbedaan yang dapat dikemukakan adalah
bahwa siklus II,observer dapat memperoleh laporan hasil pengamatan
secara utuh.
Pada tahap perencanaan ini,guru atau peneliti membuat perangkat
pembelajaran sebagaimana siklus I.
2. Tindakan
Tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan rancangan pembelajaran
yaitu pada rencana mengajar harian,seperti yang dilakukan pada siklus I
juga menggunakan model pembelajaran Kooperatif Jig Saw.Tetapi,pada
siklus II akan dilakukan perbaikan untuk lebih meningkatkan hasil yang
didapat pada siklus I.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada setiap perubahan perilaku yang dialami oleh
siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan membuat catatan
penting yang dapat dipakai sebagai data penelitian.Sebagaimana pada
siklus I, pengamatan dilakukan pula terhadap proses mengajar dengan
menggunakan pedoman pengamatan dan jurnal mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4. Refleksi
Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti kembali melakukan
refleksi terhadap hasil yang didapat pada tahap sebelumnya pada siklus II.
Tujuannya adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dalam
pembelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil sesuai dari paparan data dan temuan
penelitian yang telah diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperative Jig
Saw dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa terhadap
pembelajaran matematika di kelas III SD Negeri Slawiwetan 01
Kecamatan Slawi,Kabupaten Tegal dilakukan dengan menggunakan tiga
tahap yaitu: tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Selain menggunakan
model pembelajaran Kooperative Jig Saw ,pembelajaran juga disertai
dengan alat peraga untuk membantu pemahaman siswa terhadap konsep.
Tahap awal digunakan untuk menyampaikan tujuan dan langkah-
langkah pembelajaran, menjelaskan tugas siswa dan tugas kelompok yang
disampaikan secara lisan, serta membangkitkan pengetahuan awal dan
materi prasyarat yang diperlukan.
Tahap inti ditujukan untuk membantu siswa memahami materi ,
didahului dengan pembentukan kelompok. Setelah itu siswa melakukan
diskusi ke kelompol lain untuk mempelajari materi yang sama,kemudian
kembali ke kelompok asal . Dengan melakukan diskusi siswa dapat
bekerjasama, berbagi pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh, serta
untuk melatih siswa berani mengemukakan pendapat, bersedia mendengar
pendapat orang lain (teman), dan mau menerima perbedaan pendapat.
Kemudian untuk membentuk pemahaman siswa tentang materi yang
telah dipelajari guru memandu diskusi kelas.
Tahap akhir membimbing siswa untuk membuat rangkuman pelajaran.
2. Motivasi belajar meningkat untuk semua siswa dari siklus I ke siklus II.
Kenaikan motivasi belajar siswa secara klasikal mengalami kenaikan dari
63 menjadi 74 ( 17,46 % ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Kooperative Jig Saw pada siklus I adalah terdapat 48% siswa yang
mendapatkan skor lebih dari 62 dan pada siklus II terdapat 76% siswa
mendapatkan skor lebih dai 62.
4. Respon siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Kooperative Jig Saw adalah
positif.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah :
1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran Kooperative Jig Saw untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Guru harus selalu kreatif dan inovatif dalam melakukan proses belajar
mengajar.
3. Mengelola kelas dengan cara membentuk siswa secara kelompok dengan
memperhatikan tingkat kemampuan dan karakter setiap individu siswa.