FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR...
Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
( Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)
Skripsi
Disusun oleh :
ERMA SUSILOWATI
K5407020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
( Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)
Oleh :
Erma Susilowati
K 5407020
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Rita Noviani, S.Si, M.Sc
NIP. 19560420 198303 1 003 NIP. 19751110 200312 2 013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : ................................................
Tanggal : ................................................
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si .......................
Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si .......................
Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ......................
Anggota II : Rita Noviani, M.Sc .......................
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Erma Susilowati, K5407020. “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN KONVENSIONAL
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA KOMPETENSI
DASAR ATMOSFER DAN PENGARUHYA TERHADAP KEHIDUPAN DI
MUKA BUMI (EKSPERIMEN KELAS X DI SMA NEGERI 5
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011)”. Skripsi, Surakarta : Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan
(pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA yang diajar dengan model
pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional pada mata
pelajaran geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di
muka bumi”, (2) model pembelajaran manakah yang lebih baik diantara model
pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil
belajar geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan di muka bumi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Populasinya
adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sampel
diambil dengan teknik purposive. Sampel yang dipilih adalah Kelas X-8, dan Kelas X-9.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, instrumen observasi dan
pengumpulan data hasil belajar siswa dengan menggunakan tes dalam bentuk pilihan
ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t.
Hasil penelitian menunjukkan : (1) Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar atmosfer dan
pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai dengan keputusan uji
hipotesis menggunakan uji t dengan t hitung sebesar 2,108 dan t tabel = 1,667 (t hitung > t tabel),
lihat halaman 72. (2) Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar geografi
siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di
muka bumi. Hal ini, ditunjukan dengan ditemukannya rerata skor postest kelas
eksperimen lebih tinggi daripada rerata kelas kontrol (75,625 > 71,528) lihat halaman 69.
Kata Kunci : Quantum Learning, Hasil Belajar Geografi, Atmosfer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Erma Susilowati, K5407020. “THE EFFECT OF USING QUANTUM AND
CONVENTIONAL LEARNING TO THE OUTCOME STUDY OF SENIOR HIGH
SCHOOL STUDENTS IN THE CASE OF BASIC COMPETENCY ATMOSPHERE
AND ITS INFLUENCE ON THE EARTH (STUDY CASE TO STUDENTS CLASS X
IN SENIOR HIGH SCHOOL 5 SURAKARTA, YEAR 2010/2011)”. Thesis, Surakarta:
Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011.
The purposes of this research are: (1) To determine whether there is a significant
impact between the students taught using quantum learning and those who are taught
using conventional learning, in the case of “Basic competency atmosphere and its
influence on the earth”. (2) To determine what model which is better than between
quantum and conventional learning applied to geography lesson on Senior High School
students in the case of “Basic competency atmosphere and its influence on the earth”.
This research used a quasi experimental research method. The population of the
research was all of students class X Senior High School 5 Surakarta, year 2010/2011.
The samples were taken by using purposive sampling technique. The selected samples are
students class X-8 and X-9. This research employed documentation and observation
information as the technique of collecting data. Then, the outcome study of students were
collected using multiple choice test. This research utilized t test as the technique of
analyzing data.
The result of this research are: (1) there is significant impact between the
students taught using quantum learning and those who are taught using conventional
learning on Geography lesson, in the case “Basic competency atmosphere and its
influence on the earth”. The result is in accordance with the decision of the hypothesis
test using t test with t calculate equal to 2,108, and t table = 1,667 (t calculate> t tables).
(2) quantum learning model is better than conventional learning model in improving the
outcome of high school students learning geography in atmospheric basic competence
and its influence on life on earth. It is shown by the postest result that the mean score of
experiment class is higher than the mean score of control class (75,625 >
71,528)seepage69.
Key Words : Quantum learning, result of learning geography, atmosphere
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Man jadda wa jadda; siapa yang bersungguh-sungguh pasti
akan berhasil ”
( Anonim )
“Seberapa pun besar permasalahan yang dihadapi, tetaplah
bersabar.
Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama
dengan
kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam
setiap
kesulitan itu ada kemudahan.”
(Anonim)
“ Gunakan kegagalan untuk menyiksa diri,supaya dia ingat
tidak boleh mengulangi itu lagi, kemudian cukupkanlah
marah itu dan mulai sayangi dan katakan untung aku punya
pribadi sebaik kamu yang akan menjadi pribadi yang lebih
kuat setelah kesalahan ini “.
(Mario Teguh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak, Ibu dan Eyang tercinta.
Mba Erna, Mba Naning, Mas Fuad, Mba Yuni,
Mas Joko, Ismi, Afra dan Gibran tersayang.
Cuy, Fyka, Okta, Hany, Lulu, Mintha, Nurul, Rini,
dan teman-teman Geo 2007 sahabat sejatiku.
Almamater yang kubanggakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum
Learning dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Pada Kompetensi
Dasar Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Di Muka Bumi” sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan
Geografi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut
membantu, terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan
memberikan ijin dan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program S1
Pendidikan Geografi, khususnya dalam penyususan skripsi ini.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan ijin untuk penelitian.
3. Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin, dukungan, serta petunjuk bagi penulis dalam meyelesaikan
skripsi ini.
4. Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
yang telah begitu sabar memberikan motivasi, saran, dan pembelajaran hidup
yang tidak mungkin akan penulis lupakan selamanya. Semoga penulis mampu
meneladani beliau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku pembimbing pertama yang telah begitu
sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan
bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
6. Rita Noviani, M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah begitu sabar
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi
penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Dr. Sarwono, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang begitu sabar telah
memberikan pengarahan maupun motivasi kepada penulis selama belajar di
UNS.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang
secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.
9. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang
telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
10. Ika Agustina Yaniastiwi, S.Pd selaku Guru Geografi SMA Negeri 5 Surakarta
yang telah memberikan bantuan, arahan dan masukan selama pengambilan
data.
11. Siswa – siswi SMA Negeri 5 Surakarta atas kerjasama yang telah diberikan
pada saat pengambilan data.
12. Teman-teman Geografi angkatan 2005, 2006, dan 2008 yang telah memberi
semangat dan motivasi dalam proses penelitian ini.
13. Mas Aji, Mas Yopi dan teman-teman di Varian yang telah banyak membatu
kelancaran penyusunan skripsi.
14. Teman-teman kos Al-Ashr dan kos Arimbi yang telah memberikan motivasi.
15. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu
kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL ....................................................................................................................... i
PENGAJUAN ............................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ....................................................................................................... iii
PENGESAHAN…………………………………………………………….. ........ iv
ABSTRAK ................................................................................................................. v
MOTTO ..................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ......... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN............... .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......... ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah..... ........................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah...... ......................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian...... .............................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian... ................................................................................ 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB II LANDASAN TEORI...... ............................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka............................................................................ 7
1. Pembelajaran Geografi.............................................................. ....... 7
2. Hasil Belajar ...................................................................................... 10
3. Model Pembelajaran .......................................................................... 14
B. Penelitian yang Relevan................................................................. 37
C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 39
D. Hipotesis Penelitian........................................................................ 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 43
1. Tempat Penelitian.................................................................... 43
2. Waktu Penelitian...................................................................... ...... 43
B. Metode dan Desain penelitian..................................................... 43
1. Desain Penelitian..................................................................... 44
2. Variabel Penelitian.................................................................. 45
C. Populasi dan Sampel..................................................................... 45
1. Populasi Penelitian................................................................... 45
2. Sampel Penelitian..................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 46
1. Instrumen Penelitian................................................................ ....... 46
2. Uji Coba Instrumen................................................................. ........ 47
E. Teknik Analisis Data................................................................... 50
1. Uji Prasyarat Analisis............................................................... 52
2. Pengujian Hipotesis.................................................................. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 55
A. Deskripsi Lokasi………………………………………….......... 55
B. Proses Pembelajaran……………………………………………. 57
C. Deskripsi Data……………………...………………………….. 60
1. Uji Soal…….……………………………………………….. 61
2. Hasil Belajar………………………………………………... 65
D. Uji Prasayarat Analisis……....................................................... 71
E. Pengujian Hipotesis……………………………………………. 71
1. Hipotesis Pertama…………………………………………. 71
2. Hipotesis Kedua…………………………………………… 72
F. Pembahasan Hasil Analisis Data………………………………. 72
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………………. 82
A. Kesimpulan……………………………………………………… 82
B. Implikasi Hasil Penelitian………………………………………. 82
1. Implikasi Teoritis……………………………………………. 82
2. Implikasi Praktis…………………………………………….. 83
C. Saran…………………………………………………………….. 83
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 84
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Penggolongan Ranah Kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom...... 12
Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan…………………………… 37
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………………….. 43
Tabel 3.2 Nonrandomized Pretest-Postest Kontrol Group Desaign……….. 44
Tabel 4.1 Daftar Sarana dan Prasarana Penunjang KBM SMA N 5 Surakarta 55
Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMA Negeri 5 Surakarta ….……………………… 56
Tabel 4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum Learning……… 57
Tabel 4.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional…………... 59
Tabel 4.5 Data Statistik Uji Validitas …………….………………………… 62
Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes………………………….. 62
Tabel 4.7 Indeks Kesukaran Instrumen Tes…………………………………. 63
Tabel 4.8 Daya Beda Butir Soal Instrumen Tes…………………………….. 63
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Observasi Dengan Skala Likert.......................... 64
Tabel 4.10Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen.................................... 65
Tabel 4.11Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen.. 65
Tabel 4.12 Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol........................................... 67
Tabel 4.13Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Kontrol …… 67
Tabel 4.14Data Statistik Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol……………. 69
Tabel 4.15Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol…………………………………….......................... 69
Tabel 4.16Rangkuman Hasil Analisis Uji t………………………………….. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Contoh Kerangka Konsep 1……………………………………. 24
Gambar 2.2 Contoh Kerangka Konsep 2.................................................. 25
Gambar 2.3 Bagan Alur Paradigma Penelitian……………………………... 41
Gambar 4.1 Rekapan Hasil Instrumen Observasi…………………………… 64
Gambar 4.2 Histogram Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksprimen……….... 66
Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol ………….. 68
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Nilai Postest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol…………………………………………………… 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Citra Lokasi SMA Negeri 5 Surakarta ………….. ............................. 89
Lampiran 2 Lokasi SMA Negeri 5 Surakarta……………………………... ........... 90
Lampiran 3 Silabus………………………………………………………… .......... 92
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen… ........ 97
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol……... .......... 117
Lampiran 6 Materi Atmosfer Kelas X SMA……………………………… ......... 135
Lampiran 7 Media Pembelajaran Atmosfer Kelas X SMA………………............. 172
Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Uji Prasyarat……………………………… .............. 207
Lampiran 9 Soal Uji Prasyarat ................................................................................ 215
Lampiran 10 Lembar Jawaban dan Kunci Jawaban Soal Uji Prasyarat…... ............ 219
Lampiran 11 Kisi – kisi Soal Pretest dan Postest………………………….. ............ 222
Lampiran 12 Soal Postest .......................................................................................... 223
Lampiran 13 Lembar Jawaban dan Kunci Jawaban Soal Postest ............................. 231
Lampiran 14 Uji Validitas ...................................................................................... 234
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Validitas Soal ......................................................... 241
Lampiran 16 Data Reliabilitas .................................................................................. 242
Lampiran 17 Uji Reliabilitas………………………………………………... .......... 246
Lampiran 18 Taraf Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal…………………. ........... 247
Lampiran 19 Data Induk…………………………………………………… ........... 252
Lampiran 20 Data Pretest………………………………………………….. .......... 253
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 21 Uji Kesamaan Kemampuan Awal……………………………. .......... 254
Lampiran 22 Data Postest…………………………………………………... .......... 255
Lampiran 23 Uji Kesamaan Variansi Postest………………………………. ........... 256
Lampiran 24 Perhitungan Uji T…………………………………………….. .......... 257
Lampiran 25 Instrumen Observasi………………………………………….. ........ 259
Lampiran 26 Hasil Rekapan Instrumen Observasi…………………………. ........ 268
Lampiran 27 Daftar Instrumen Musik .................................................................... 271
Lampiran 28 Daftar Siswa ........................................................................................ 273
Lampiran 29 Foto Penelitian……………....………………………………... .......... 278
Lampiran 30 Suplemen………………………………………….. ........................... 281
Lampiran 31 Perijinan ............................................................................................ 296
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan proses belajar mengajar dicirikan dengan tercapainya tujuan
pembelajaran. Proses belajar mengajar dinilai berhasil apabila hasil belajar siswa
lebih tinggi dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM), sebaliknya proses
belajar mengajar dinilai belum berhasil apabila pencapaian hasil belajar masih
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan siswa dalam
mempelajari setiap mata pelajaran yang diajarkan seperti mata pelajaran Geografi.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Geografi adalah
masalah pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa
kurang terdorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir sehingga mereka
cenderung pasif dan menyebabkan siswa merasa bosan (Sanjaya, 2007 : 1). Hal
senada diungkap oleh Haryono (dalam A‟La, 2010: 138) bahwa sekitar 5% siswa
pada kelas akselerasi menghadapi kebosanan dengan pelajaran yang ada sehingga
pembelajaran yang dilakukan guru menimbulkan teror bagi siswa. Kebosanan
siswa dalam pembelajaran tersebut disebabkan kurang menariknya model
pembelajaran yang digunakan guru. Apalagi sikap siswa yang mengesampingkan
pembelajaran Geografi karena dianggap hafalan semata menjadikan mereka malas
untuk memahaminya.
Masalah di atas menjadi salah satu penyebab belum tercapainya hasil
pembelajaran Geografi. Hasil belajar mata pelajaran Geografi yang rata-rata
belum memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) diantara mata
pelajaran yang lain, membuktikan kepada siswa SMA untuk mengakui bahwa
mata pelajaran Geografi termasuk mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman
sehingga siswa harus benar-benar memahami pokok bahasan yang diajarkan.
Berdasarkan deskripsi di atas, dipandang perlu adanya pengembangan
berbagai model, strategi, dan metode pembelajaran Geografi. Model pembelajaran
yang dapat menambah motivasi berprestasi siswa dan menumbuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif dan dinamis
sebagaimana tuntutan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Belajar bermakna diartikan sebagai proses
mengaitkan informasi-informasi baru pada konsep yang relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif siswa. Pembelajaran harus berpusat pada siswa sehingga
pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan. Oleh karena itu,
diperlukan inovasi model pembelajaran bermakna.
Quantum learning adalah pembelajaran yang mengoptimalkan belajar
dan motivasi berprestasi siswa. Model pembelajaran ini diibaratkan seperti
mengubah energi menjadi cahaya, seperti halnya pada teori kuantum (DePorter
dan Hernacki, 2008: 14). Dari proses tersebut, quantum learning menciptakan
konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif, selain
itu belajar dari lingkungan sekitar. Simulasi konsep belajar aktif diciptakan
dengan kegiatan: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang
dipelajari untuk keuntungan pembelajar, mengupayakan agar segalanya
terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan
konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar,
mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar,
membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” (Akhmad Sudrajat
dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com).
Model pembelajaran quantum learning yang lebih mengupayakan pada
keaktifan siswa mempunyai asas “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa prinsip
menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru membangun
jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih cepat, membuat
hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan
atau membuat rencana pengajaran yang dapat menyeberang ke dunia anak dengan
cara mengerti minat, hasrat dan pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa
sepenuhnya ke dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam penelitian yang akan dilakukan, kompetensi dasar (KD) yang
dipilih adalah Atmosfer dan Pengaruhnya terhadap kehidupan di Muka Bumi.
Pemilihan KD Atmosfer dalam penerapan model pembelajaran quantum learning
karena siswa dapat mempelajari materi sesuai dengan lingkungan yang ada
didekat mereka, seperti siswa dapat mempelajari bentuk-bentuk awan ketika
sedang menatap langit pada saat siang hari, siswa dapat mempelajari kondisi
cuaca dan iklim pada bulan april-oktober (musim kemarau) dan oktober-april
(musim penghujan). Selain itu, siswa dapat mengembangkan imajinasi dan
kreativitas seni melukisnya dengan kerangka konsep sehingga siswa diharapkan
lebih tertarik untuk mempelajari dan memahami pelajaran Geografi.
Pada KD ini, menggunakan dua model pembelajaran yaitu model
pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional.
Penerapan dua model pembelajaran ini didasarkan pada konsep sudut
pandang/pusat pembelajarannya. Model pembelajaran quantum learning yang
berpusat pada siswa dan model pembelajaran konvensional berpusat pada guru
dalam penerapannya pada KD Atmosfer pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa
akan lebih baik yang mana karena siswa sudah terbiasa dengan model
pembelajaran berpusat pada guru.
Penerapan model pembelajaran quantum learning dan konvensional akan
dilaksanakan di SMA N 5 Surakarta. Hal ini karena, pada saat dilakukan observasi
di kelas X SMA N 5 Surakarta rata-rata siswa merasa bosan dan
mengesampingkan pelajaran Geografi karena dianggap hafalan dan materi kurang
menarik sehingga nilai yang diperoleh rata-rata hanya sebatas nilai KKM (kriteria
ketuntasan minimal). Hal ini sesuai dengan hasil belajar semester ganjil tahun
ajaran 2010/2011 yaitu sebesar 6,8 (KKM 6,6).
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum
Learning dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Pada
Kompetensi Dasar Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan di Muka
Bumi (Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran
2010/2011)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran siswa kurang terdorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, hal ini karena adanya faktor eksternal (model
pembelajaran, guru, dan lingkungan) dan internal (motivasi, sikap, dan
prestasi) dalam diri siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar.
2. Kurang tertariknya siswa pada pelajaran Geografi karena materi Geografi
dianggap hafalan dan siswa cenderung mengesampingkan / menggampangkan
pelajaran Geografi daripada pelajaran eksakta.
3. Ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan guru dalam kompetensi
dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi akan
mengakibatkan siswa di SMA N 5 Surakarta merasa bosan dan cenderung
pasif sehingga hasil belajar siswa belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan
(KKM).
4. Penggunaan model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan guru dan
model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa perlu dilakukan
pengujian hasil belajar siswa khususnya pada kompetensi dasar atmosfer dan
pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, sebagaimana telah penulis uraikan di atas,
yaitu adanya faktor eksternal (model pembelajaran, guru dan lingkungan) dan
internal (motivasi, sikap, dan prestasi) siswa dalam mempengaruhi hasil belajar
agar masalah dapat dikaji dengan mendalam peneliti memandang perlu untuk
membatasi masalah dengan hanya melihat pada faktor eksternal mengenai
penggunaan model pembelajaran sehubungan dengan judul penelitian yaitu
pengaruh penggunaan model pembelajaran quantum learning dan model
pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA pada
kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka rumusan
masalah yang akan dikaji sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa
SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar
atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi?”
2. Apakah model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi
siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan di muka bumi?
E. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan
antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning
dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi
kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka
bumi”,
2. Mengetahui model pembelajaran yang lebih baik diantara model
pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional
terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer
dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat penelitian ini secara teoritis untuk menambah dan mengembangkan
wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Geografi serta
lebih mendukung ketepatan penggunaan model pembelajaran yang telah ada
sehubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Geografi.
c. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh model pembelajaran quantum learning terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Geografi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa yaitu memudahkan siswa memahami pelajaran Geografi
serta menarik perhatian siswa untuk memperdalam pelajaran Geografi.
b. Manfaat bagi guru yaitu menambah wawasan dalam menggunakan model
pembelajaran yang digunakan khususnya pada kompetensi dasar atmosfer dan
pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Geografi
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa (Sanjaya, 2007:
11). Pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan
siswa sebagai sumber kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi dengan asumsi yaitu pembelajaran mempermudah siswa mempelajari
segala sesuatu lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007: 11).
Pembelajaran dapat diaplikasikan melalui berbagai mata pelajaran seperti
Geografi. Menurut IGI (dalam http://belajargeo.blogspot.com) Geografi adalah
ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer (muka
bumi) dengan sudut pandang kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional)
dalam konteks keruangan (space), sedangkan menurut Hartshorne (dalam
Sumaatmadja, 2001: 9) Geografi sebagai bidang ilmu mencari penjelasan dan
interpretasi tentang karakter variabel dari suatu tempat ke tempat lain sebagai
hasil interaksi faktor-faktor Geografi yang mencirikan tempat-tempat di
permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia dan interaksi pemanfaatan
sumber daya lingkungan bagi kepentingan hidup manusia. Jadi pembelajaran
Geografi adalah suatu proses yang terencana dalam mempelajari gejala-gejala di
permukaan bumi secara keseluruhan. Gejala-gejala tersebut meliputi aspek fisik
(alam) dan aspek sosialnya, dengan memperhatikan interaksi, interelasi dan
integritas keruangannya.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, menurut
Sumaatmadja (2001: 12) Geografi dan studi Geografi berkenaan dengan: 1)
permukaan bumi (geosfer), 2) alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer,
biosfer), 3) umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), 4) penyebaran
keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, serta 5)
analisis hubungan keruangan gejala-gejala Geografi di permukaan bumi. Beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
studi Geografi yang dikemukakan di atas, dalam dunia pendidikan unsur-unsur
studi Geografi tertuang dalam suatu perencanaan pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa supaya tujuan pembelajaran tercapai.
a. Perencanaan Pembelajaran
Suatu proses pembelajaran tentunya harus dilandasi dengan adanya
perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan komponen
penting dari sistem pembelajaran secara utuh (Suwarna, 2006 : 33). Suatu
sistem harus memenuhi empat kriteria yaitu: 1) suatu bagian memiliki atau
dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil; 2) setiap bagian mempunyai
fungsi tersendiri; 3) dari setiap fungsi harus dilakukan secara bersama; dan 4)
fungsi yang dijalankan secara bersama mempunyai tujuan tertentu.
Model umum sistem pembelajaran tersusun atas komponen input,
proses dan output, bahkan dapat dilengkapi dengan outcame. Komponen
input dapat berupa siswa, materi, metode, alat, media pembelajaran, dan
perangkat pembelajaran. Komponen proses berupa tempat atau aktivitas
berinteraksinya berbagai input seperti masukan siswa, masukan berupa alat-
alat termasuk guru dan kurikulum. Untuk komponen output merupakan
cerminan langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran yang
berlangsung seperti hasil belajar siswa dan perubahan sikap siswa dalam
mengikuti KBM. Selain itu, Penggunaan metode dan media dalam suatu
kegiatan belajar mengajar sangatlah penting, khususnya pembelajaran
Geografi yang menekankan pada konsep keruangan, artinya siswa dituntut
tahu tentang suatu fenomena Geografi di suatu wilayah tertentu.
b. Kompetensi Dasar
Menurut Findi dan Crunkilton dalam Mulyasa (2006: 38) mengartikan
“Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas keterampilan, sikap
dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan”. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas keterampilan, sikap dan
apresiasi yang harus dimiliki oleh siswa untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Kompetensi dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
setiap mata pelajaran berbeda-beda tergantung dari pokok bahasan yang
diajarkan.
Berdasarkan studi Geografi, kompetensi dasar pada fenomena alam
atmosfer seperti cuaca dan iklim dipelajari di kelas X semester genap dengan
standar kompetensi menganalisi unsur-unsur geosfer, sedangkan kompetensi
dasarnya adalah atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka
bumi.
Menurut Seokardi, Lela dan Suryono (1983: 18) atmosfer adalah
selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi bumi. Dengan kata lain
Atmosfer merupakan lapisan udara yang mengelilingi bumi. Sifat-sifat dari
atmosfer antara lain : 1) memiliki massa dan tekanan; 2) dapat berpidah
tempat dan dapat mengembang dan menyusut; 3) tidak berasa, berwarna, dan
tidak berbau. Lapisan atmosfer terdiri atas bermacam-macam unsur seperti
nitrogen dengan jumlah 78%, oksigen 21%, argon 0,98% dan karbondioksida
0,03%. Lapisan atmosfer secara umum dibagi menjadi 5 bagian:
a. Troposfer : lapisan ini merupakan lapisan paling bawah dan merupakan
tempat pembentukan segala proses cuaca dan aktifitas
manusia.
b. Stratosfer : lapisan yang menunjukkan perubahan temperatur yang kecil
kearah vertikal.
c. Mesosfer : lapisan yang dapat memantulkan gelombang radio dan
televisi. Selain itu, di lapisan ini meteor yang jatuh kebumi
terbakar dan terurai sehingga tidak sampai ke permukaan
bumi.
d. Termosfer : lapisan yang ketinggiannya 80 km sampai batas antara
atmosfer dengan angkasa luar.
e. Ekosfer : lapisan yang menjadi batas antara atmosfer dengan angkasa
luar.
Dari kelima lapisan yang ada di atmosfer, lapisan troposferlah yang
paling banyak terjadi gejala-gejala alam seperti hujan, petir, angin, jalur
transportasi udara dan lain-lain, sedangkan pengaruh atmosfer terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kehidupan di muka bumi banyak sekali salah satunya adalah fenomena cuaca
dan iklim yang dapat mempengaruhi pola kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan. Pola kehidupan hewan yang dipengaruhi oleh cuaca dan iklim
misalnya hewan yang hidup di daerah dingin umumnya berbulu tebal dan
tubuhnya pendek.
Dampak dari adanya cuaca dan iklim yaitu dampak positif dan negatif.
Dampak positif seperti manfaat iklim dan cuaca dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh terhadap bidang pertanian, bidang perikanan, bidang
perhubungan atau transportasi, bidang pariwisata, dan bidang industri,
sedangkan dampak negatif yaitu pengaruh pemanasan global yang
menyebabkan terjadinya angin la Nina dan El nino serta mencairnya es di
kutub.
2. Hasil Belajar
Menurut Witherington dalam Annurahman (2009:35) belajar yaitu suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, sedangkan
pengertian secara umum belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman (Anurahman, 2009:35).
Untuk dapat mengetahui sejauh mana seseorang menerima belajarnya
maka perlu dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut disebut dengan hasil
belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Dimyanti dan Mujiono, 2006)
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah salah satunya
adalah ranah kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari 6 aspek perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi.
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
mengahadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan
prinsip.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik
misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program kerja.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil
karangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirangkum sebagai berikut:
Tabel 2.1. Penggolongan Ranah Kognitif (Pengetahuan) Berdasarkan
Taksonomi Bloom
RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
Kategori jenis
perilaku
Kemampuan internal Kata kerja operasional
Pengetahuan
(C1)
Mengetahui………
Misalnya : Istilah
Fakta
Aturan
Urutan
Metode
Mengidentifikasi
Menyebutkan
Memberi nama pada
Menyusun daftar
Menggaris bawahi
Menjodohkan
Memilih
Memberikan definisi
Pemahaman
(C2)
Menterjemahkan
Menafsirkan
Memperkirakan
Menentukan……..
Misalnya : Metode
Prosedur
Memahami……..
Misalnya : Konsep
Kaidah
Prinsip
Kaitan antara
Fakta
Isi pokok
Mengartikan
Menginteprestasikan……
Misalnya : Tabel
Grafik
Bagan
Menjelaskan
Menguraikan
Merumuskan
Merangkum
Mengubah
Memberikan contoh tentang
Menyadur
Meramalkan
Memperkirakan
Menerangkan
Penerapan
(C3)
Memecahkan masalah
Membuat bagan & grafik
Menggunakan………….
Misalnya : Metode/prosedur
Konsep
Kaidah
Prinsip
Memperhitungkan
Membuktikan
Menghasilkan
Menunjukan
Melengkapi
Menyediakan
Menyesuaikan
Menemukan
Analisa
(C4)
Mengenali kesalahan
Membedakan………..
Misalnya:Fakta dari
interprestasi
Memisahkan
Menerima
Menyisihkan
Menghubungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Data dari kesimpulan
Menganalisa…………
Misalnya : Struktur dasar
Bagian-bagian
Hubungan antara
Memilih
Membandingkan
Mempertentangkan
Membagi
Membuat diagram/skema
Menunjukan hubungan antara
Sintesa
(C5)
Menghasilkan……………
Misalnya : Klasifikasi
Karangan
Kerangka teoritis
Menyusun…………..
Misalnya : Rencana
Skema
Program kerja
Mengkategorikan
Mengkombinasikan
Mengarang Menciptakan
Mendesain Mengatur
Menyusun kenmbali
Merangkaikan
Menghubungkan
Menyimpulkan Merancangkan
Membuat pola
Evaluasi
(C6)
Menilai berdasarkan norma
internal….
Misalnya : Hasil karya seni
Mutu karangan
Mutu ceramah
Program
Penataran menilai
berdasarkan norma eksternal..
Misalnya : Hasil karya seni
Mutu karangan
Mutu pekerjaan
penataran
Mempertimbangkan……………
Misalnya : Baik-buruknya
Pro-kontanya
Untung ruginya
Memperhitungkan
Membuktikan Menghasilkan
Menunjukan Melengkapi
Menyediakan Menyesuaikan
Menemukan
Menurut Anwar ( 2006: 84) Untuk dapat mempelajari suatu materi
dengan baik diperlukan struktur kognitif yang baik. Struktur kognitif
menurut Dahar (dalam Anwar , 2006: 84) adalah organisasi informasi yang
meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa. Struktur kognitif yang baik akan
mendukung peristiwa belajar dan memudahkan mengingat apa yang telah
dipelajari, karena struktur kognitif yang baik akan memudahkan seseorang
belajar dengan jalan membantu pebelajar untuk memasukan sejumlah
informasi dan konsep (Sastrawijaya dalam Anwar, 2006:84).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Hasil belajar yang mencakup ranah kognitif tersebut dapat diukur melalui
evaluasi hasil belajar. Menurut Annurahman (2009: 159), evaluasi adalah
kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauhmana hendaknya tujuan telah
tercapai, sedangkan evaluasi hasil belajar lebih menekankan kepada diperolehnya
informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran
yang ditetapkan.
3. Model Pembelajaran
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan siswa sebagai
sumber dari kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
dengan asumsi pembelajaran mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu
lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007 : 11).
Menurut Sumantri dan Permana (2001: 114) model merupakan cara-cara
yang di tempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya
prestasi belajar anak yang memuaskan. Setiap model pembelajaran mempunyai
karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Model pembelajaran terbentuk dari satu kesatuan yang utuh antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran (Sudrajat,
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Sanjaya, 2007: 125). Dilihat dari
sudut pandang pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
guru (teacher centered approach).
Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan
ke dalam strategi pembelajaran. Kemp (dalam Sanjaya, 2007: 124)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara baik dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David,
Sanjaya (2007: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning
dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Sanjaya, 2007: 125). Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Gulo, 2004: 3). Jadi,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: ceramah; demonstrasi; diskusi; simulasi;
laboratorium; pengalaman lapangan; brainstorming; debat, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik (Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada
kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual
(Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, ada dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor,
sementara yang satunya lagi kurang diselingi humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan dari setiap guru, sesuai dengan
kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu model pembelajaran, metode, dan teknik pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weil (dalam Sumaatmadja, 2001: 101) model
pembelajaran adalah:
“A model teaching is a plan or pattern that can be use to shape curriculum
(longterm courses of studies), to design instructional materials, and to guide
instruction in the classroom and other settings.”
Berdasarkan konsep tersebut, model pembelajaran dapat digunakan untuk
menyusun kurikulum, merancang bahan pelajaran dan menuntun pelajaran di
dalam kelas atau pada kondisi lainnya. Model pembelajaran ini merupakan suatu
pola yang disusun bagi kepentingan pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tujuan
yang harus dicapai serta disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, sehingga
model pembelajaran harus memenuhi persyaratan yang berkenaan dengan
pengorganisasian tujuan, materi pelajaran, pengalaman belajar, dan evaluasinya.
Aspek-aspek tersebut yang memberikan ciri terhadap jenis atau bentuk model
pengajaran yang akan dikembangkan (Sumaatmadja, 2001: 101).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Model pembelajaran yang paling banyak digunakan guru adalah model
pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada keaktifan guru dan
belum banyak juga guru yang menggunakan model pembelajaran quantum
learning yang lebih menekankan pada keaktifan siswa. Kedua model
pembelajaran akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Model Quantum Learning
Belajar memerlukan model yang tepat. Model belajar yang tepat
memungkinkan siswa lebih baik dan efisien. Model belajar disesuaikan
dengan materi pelajaran yang dipelajari dan juga disesuaikan dengan kondisi
siswa. Berbagai model pembelajaran banyak dikembangkan salah satunya
adalah model quantum learning yang lebih menekankan pada keaktifan
siswa.
Menurut DePorter dan Henarcki (2008 : 16) quantum learning ialah
interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dengan kata lain
quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Metode quantum
learning termasuk metode belajar yang terbukti baik untuk semua umur.
Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik
berkebangsaan Bulgaria dengan melakukan eksperimen yang disebutnya
suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan
pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan
sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa
teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik
dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang
menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni
pengajaran sugesti bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan
proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang
memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan
upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara
berpikir positif, dan emosi yang sehat.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan
perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan
guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan
positif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling baik.
Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari
setiap orang (DePorter dan Hernacki, 2008).
Otak manusia dibagi menjadi dua belahan yaitu belahan kanan dan
belahan kiri. Berdasarkan eksperimen dua belahan otak menunjukkan bahwa
masing-masing otak bertangung jawab atas cara berpikir yang berbeda-beda
dan mengkhususkan diri pada kemampuan-kemampuan tertentu. Walaupun
penyilangan memang terjadi. Otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan
rasional, sehingga sisi ini sangat teratur, walaupun berdasarkan realitas otak
kiri mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis seperti eksperi verbal,
menulis, membaca dan simbolisme. Berbeda dengan otak kiri, otak kanan
bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikirnya sesuai
dengan kemampuan nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran yang
berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk, pola,
musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Otak manusia mempunyai jutaan sel saraf yang disebut dengan neuron,
yang dapat berinteraksi dengan sel-sel lain disepanjang cabang yang disebut
dendrit. Penghubung antar dendrit disebut dengan mielin. Mielin adalah
protein lemak yang dikeluarkan oleh otak untuk melapisi hubungan antara
dendrit ketika kita mempelajari suatu informasi baru. Berdasarkan sel-sel
saraf otak yang dimiliki manusia, pengulangan informasi akan memudahkan
otak menyerap lebih banyak informasi dan lebih mudah dalam mengingat
informasi karena sel-sel saraf menjadi terhubung. Tanpa pengulangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berkala, mielin akan hilang (DePorter dan Hernacki, 2008). Menurut
Confucious (dalam Beaulieu, 2008) “Apa yang kudengar aku lupa. Apa yang
kulihat aku ingat. Apa yang kulakukan aku paham”. Beberapa peryataan
inilah yang mendasari model quantum learning memasukkan tahap
pengulangan pada berlangsungnya proses pembelajaran.
Model quantum learning berpijak pada cara belajar yang nyaman dan
menyenangkan dengan asas utamanya “Bawalah dunia mereka ke dunia kita,
dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa
prinsip menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru
membangun jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih
cepat, membuat hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya
pengalihan pengetahuan atau membuat rencana pengajaran yang dapat
menyeberang ke dunia anak dengan cara mengerti minat, hasrat dan
pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa sepenuhnya ke dalam proses
pembelajaran (Pupuh dan Sutikno, 2007: 106).
Dalam model pembelajaran quantum learning, siswa dituntut untuk
aktif dan lebih mengerti manfaat apa yang akan diperoleh pada saat mereka
mempelajari sesuatu hal yang biasa disingkat dengan “AMBAK” (Apa
Manfaatnya Bagiku) karena dengan begitu siswa akan lebih termotivasi untuk
melakukannya dan mempelajarinya lebih dalam sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai. Untuk dapat memunculkan motivasi maka perlu
dilakukan penciptaan minat terlebih dahulu. Menciptakan minat hanya bisa
dilakukan oleh pribadi yang bersangkutan sehingga dalam suatu proses
pembelajaran bagaimana cara untuk menumbuhkan minat siswa, guru perlu
melakukan inovasi pembelajaran lebih menarik lagi dari sebelumnya. Setelah
tujuan tercapai berdasarkan “AMBAK” yang diperoleh, maka perlu dilakukan
perayaan. Perayaan bertujuan untuk menumbuhkan percaya diri dan
memotivasi diri untuk pekerjaan berikutnya agar lebih sempurna. Perayaan
bisa dilakukan dengan cara pesta, namun dalam proses belajar mengajar
perayaan cukup dilakukan dengan bertepuk tangan, mengucapkan wow, hore
dan yes serta kata-kata motivasi yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Untuk lebih mendukung tercipta dan tercapainya suatu tujuan
pembelajaran, perlu dilakukan penataan pentas atau lingkungan belajar yang
tepat. Dalam model quantum learning, penataan ruang kelas dibuat dengan
suasana yang santai dan senyaman mungkin dengan cara memutar musik
supaya terasa santai, terjaga dan siap untuk berkonsentrasi.
Alasan penggunaan iringan musik sangat penting karena sebenarnya
berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa. Selama melakukan
pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung
meningkat, gelombang-gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi
tegang. Namun, dengan iringan musik membuat pikiran selalu siap dan
mampu berkonsentrasi dan denyut nandi dan tekanan darah menjadi menurun,
gelombang otak melambat serta otot-otot relaks. Selain itu, pemutaran musik
yang lembut sebagai “latar belakang” pada saat siswa memasuki kelas dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya dan dapat
meningkatkan tingkat energi fisik sehingga musik berfungsi sebagai penata
hati siswa, pengubah keadaan mental siswa, dan pendukung lingkungan
belajar siswa pada saat siswa memiliki banyak pikiran sehingga musik akan
membantu siswa fokus pada pelajaran, bekerja lebih baik dan mengingat lebih
banyak (Susilowati, 2009: 71-73)
1) Metode Quantum Learning
Ada dua metode dalam model pembelajaran quntum learning yang
cukup baik dalam membantu siswa lebih memahami dan mengingat,
yaitu kerangka konsep dan catatan TS (Tulis Susun).
a) Kerangka konsep
Menurut Atmojo (dalam http://www.susilochem04.co.cc) Mind
map atau pemetaan pikiran merupakan satu bentuk metode belajar
yang baik untuk memahami kerangka konsep materi pelajaran.
Namun, dalam penelitian ini istilah peta pikiran diubah menjadi
kerangka konsep yang diambil dari pengertian peta pikiran menurut
Atmojo karena istilah peta dalam peta pikiran berbeda dengan
istilah peta dalam konsep Geografi yang artinya suatu gambaran dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di
atas bidang datar melalui suatu system proyeksi (Sinaga, 1995:1).
Kerangka konsep dapat diartikan abstraksi atau gambaran yang
dibangun dengan menggeneralisasi suatu pengertian yang
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur secara langsung
sehingga agar dapat diamati harus dijabarkan dalam variabel-
variabel yang berupa bagan atau kerangka yang sistematis.
(Suparyanto dalam http://dr-suparyanto.blogspot.com).
Kerangka konsep merupakan salah satu metode belajar yang
dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an yang
didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode karena kerangka
konsep ini berupa urutan langkah-langkah yang sistematis. Otak
mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk,
suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola
dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Otak tidak
menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi
kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan
dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang
telah kita pelajari sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk
kerangka konsep. Kerangka konsep dapat membangkitkan ide-ide
orisinil dan memicu ingatan yang mudah karena dapat mengaktifkan
kedua belah otak sehingga pikiran tidak akan menjadi mandeg.
Kerangka konsep adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak
terhadap pemikiran linear. Kerangka konsep menggapai ke segala
arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut (Michael
Michalko dalam Buzan, 2007: 2). Senada dengan pendapat tersebut,
Buzan (2007: 103) mengungkapkan bahwa kerangka konsep adalah
alat berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak.
Kerangka konsep memungkinkan otak menggunakan semua gambar
dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak
dirancang seperti yang secara internal selalu digunakan otak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Kerangka konsep (kerangka konsep), yaitu cara yang paling mudah
untuk memasukan dan mengambil informasi dari otak. Kerangka
konsep merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses
berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang
berasal dari pemkiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan
kunci-kunci universal.
Untuk dapat membuat kerangka konsep maka harus
diperhatikan langkah-langkah dalam mempraktekkan kerangka
konsep. Namun sebelum membuat sebuah kerangka konsep
diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena
dan pensil warna, otak serta imajinasi. Buzan (2007: 15)
mengemukakan tujuh langkah untuk membuat kerangka konsep.
Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah
memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah
dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
(2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena
sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu otak
menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih
menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak
berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.
(3) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama
menariknya dengan gambar. Warna membuat kerangka konsep
lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan
menyenangkan.
(4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan
hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu
dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut
asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah
dimengerti dan diingat.
(5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.
Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-
cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang
pohon jauh lebih menarik bagi mata.
(6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena
kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas
kepada kerangka konsep.
(7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena seperti gambar sentral, setiap
gambar bermakna seribu kata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berikut ada beberapa contoh kerangka konsep.
mbar 2.1. Contoh Kerangka Konsep 1
(Buzan, 2007: 131)
Gambar 2.1. Contoh Kerangka Konsep 1
(Buzan, 2007: 131)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 2.2. Contoh Kerangka Konsep 2
(Buzan, 2007: 35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b) Catatan TS (Tulis Susun)
Catatan TS merupakan singakatan dari Catatan Tulis dan
Susun. Tulis dan susun maksudnya adalah mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh guru seraya menuliskan poin-poin utamanya. Salah
satu ciri dari catatan TS ini adalah memudahkan dalam mencatat
pemikiran dan kesimpulan dari infromasi yang diterima. Dalam hal
ini, catatan TS mengkoordinasikan kedua aktivitas mental untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Langkah-langkah dalam membuat
catatan TS sebagai berikut.
(1) Gunakan selembar kertas bisa bergaris atau tidak bergaris dan
gambarlah garis secara vertikal, kira-kira sepertiga bagian dari
tepi kanan. Sisi iri kertas untuk menuliskan catatan sedangkan
sisi kanan untuk menyususn catatan.
(2) Di sisi kiri tulis apa yang dikatakan pembicara yang berupa
point-point penting, istilah, diagram, dan bagan-bagan,
sedangkan di sisi kanan, catat pikiran, perasaan, reaksi,
pertanyaan-pertanyaan apapun yang muncul. Dalam menyusun
catatan TS boleh menggunakan simbol-simbol.
Menulis pikiran dengan cara ini membantu memusatkan
konsentrasi dan mengalihkan kembali pikiran atau pusat perhatian
kepada pembicara atau guru.
Berdasarkan kedua metode di atas, dapat membantu siswa
menciptakan minat dan motivasi dalam mengikuti proses belajar
mengajar, sehingga siswa lebih mengerti dan memahami pokok
bahasan yang dismapiakan.
2) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum
Learning
Setiap model pembelajaran pembelajaran memiliki keunggulan dan
kelemahannya. Demikian halnya dengan model pembelajaran quantum
learning. Menurut DePorter, Reardon, dan Nourie, 2008: 11; DePorter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dan Hernacki, 2008: 14; dan Djoko Saryono (dalam
http://pkab.wordpress.com /2008/04/02/pembelajaran-quantum/), model
pembelajaran quantum leraning memiliki keunggulan yang menjadi
karakteristik umum model pembelajaran ini. Beberapa karakteristik
umum yang tampak membentuk quantum learning sebagai berikut.
(1) Quantum learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan
pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari
berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat
dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat
dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum.
Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
(2) Quantum learning lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-
empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar
menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya
motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang
secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak
ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai.
Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua
menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat
dalam perspektif humanistis.
(3) Quantum learning lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-
empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Quantum learning
lebih menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan
pembelajaran yang baik dan optimal dan memudahkan keberhasilan
tujuan pembelajaran.
(4) Quantum learning berupaya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar
dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dalam pandangan quantum learning, lingkungan fisikal-mental dan
kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan
saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan
pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan
memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
(5) Quantum learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan
bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam
quantum learning. Karena itu, quantum learning memberikan tekanan
pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang
bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang
sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang
dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah
pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan
pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi
cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses
pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting
dalam quantum learning.
(6) Quantum learning sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan
pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya,
menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus
berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala
hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran
harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat,
cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan
musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman,
penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala
sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus
dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola
sebaik-baiknya.
(7) Quantum learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-
buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman,
segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan
dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan
membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan,
dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan
atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di
sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja
secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaran.
(8) Quantum learning sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak
bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti
tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang
memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan
pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator.
(9) Quantum learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang
menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang
lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup.
(10) Quantum learning memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi
fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan
dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran;
tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena
pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi
adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar.
(11) Quantum learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu,
proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus
memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses
pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya
menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai
dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses
pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa
kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan
atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses
pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan
hadiah (punishment dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha
harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu
terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan.
(12) Quantum learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan
dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi.
(13) Quantum learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam
proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran
membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya
lebih optimal.
Selain keunggulan dari model pembelajaran quantum learning di
atas, model pembelajaran ini memiliki beberapa kelemahan. Menurut
Varid Kriastianto (dalam http://varidkristianto.blogspot.com /2009/05/
metode-modelpembelajaran-model-pembelajaran.html) kelemahan model
pembelajaran quantum learning sebagai berikut.
(1) Penerapan model pembelajaran ini menuntut perubahan pola berpikir
para pelaksana pembelajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran sebagaimana
karakteristik umum di atas.
(2) Model pembelajaran ini hanya memperkuat satu spesifikasi satu
bidang ilmu. Hal ini akan memperlemah daya ingatan siswa.
(3) Model pembelajaran hanya tertuju kepada kasus yang telah nyata dan
dialami, artinya permasalahan yang diberikan kepada siswa
merupakan kejadian-kejadian yang ada di sekitar siswa atau bahkan
siswa pernah mengalami kejadian tersebut.
(4) Quantum learning cenderung “memangkas” realitas alam raya yang
begitu kompleks dengan ribuan bidang ilmu.
(5) Menjauhnya nilai-nilai religiutas dalam menelaah ilmu pengetahuan
3) Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Quantum Learning
Langkah-langkah pembelajaran dengan quantum learning adalah
dengan konsep TANDUR (Tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan,
ulangi dan rayakan). Berikut penjelasannya:
(1) Prosedur Tumbuhkan
Prinsip utama dalam prosedur ini adalah “sertakan diri mereka, pikat
mereka, puaskan AMBAK (apa manfaatnya bagiku)”. Penerapan
prosedur ini dalam pembelajaran berbasis quantum learning dapat
dilakukan dengan berbagai aktivitas. Aktivitas yang dapat dipilih
adalah dapat berupa aktivitas menyanyi, bertepuk tangan, dan
bermain. Pada pembelajaran KD Atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka bumi, siswa memeperhatikan gambar-
gambar yang ditayangkan melalui powerpoint oleh guru.
(2) Prosedur Alami
Prinsip utama dalam prosedur ini adalah “Berikan mereka
pengalaman belajar, tumbuhkan „kebutuhan untuk mengetahui‟.
Pada prosedur ini siswa mulai memasuki proses belajar dalam
pembelajaran atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
muka bumi. Mereka diberi kesempatan untuk membuat kerangka
konsep atau catatan TS.
(3) Prosedur Namai
Prosedur namai dalam pembelajaran atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka bumi merupakan prosedur yang sangat
penting. Siswa dapat diberikan “data” tepat saat minat memuncak.
Mereka dapat mengaktualisasikan dirinya menemukan konsep-
konsep. Konsep tersebut adalah pemberian nama dari gambar yang
ditunjukkan guru.
(4) Prosedur Demonstrasikan
Dalam prosedur ini, guru memberikan kesempatan bagi mereka
untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru sehingga mereka
menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Aktivitas
dalam prosedur ini berwujud aktivitas gerak yang diwujudkan dalam
kinerja atau performansi. Sifat istimewanya adalah siswa dapat
memiliki kemampuan secara sempurna melalui praktik atau
dilatihkan. Dalam hal ini, siswa mendemosntrasikan hasil kerja
mereka di depan teman-teman.
(5) Prosedur Ulangi
Seperti telah diuraikan di atas, aktivitas gerak dapat menjadikan
siswa memiliki keterampilan yang sempurna, khususnya dalam
memahami suatu materi pelajaran. Dalam prosedur ulangi, semua
siswa dibimbing guru mengulangi pokok bahasan yang telah
dibahas.
(6) Prosedur Rayakan
Prosedur rayakan dalam penerapan TANDUR melahirkan aspek
sikap. Dikatakan demikian karena dalam prosedur R tersebut siswa
diberi respons-respons khusus dari guru maupun dari siswa-siswa
lain di kelasnya secara serentak. Respons tersebut berbentuk
applause, gerakan toss yang diberikan guru kepada siswanya dan
memberi seruan dengan kata-kata serentak disertai gerakan dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tangan. Perayaan tersebut akan menambatkan belajar dengan asosiasi
positif.
b. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran
yang lebih dikenal dengan model pembelajaran klasik atau tradisional.
Menurut Ketut Juliantra (dalam http://edukasi.kompasiana.com/2009
/12/20/modelpembelajaran-pembelajaran-konvensional/) sumber belajar
dalam model pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi
verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli, sehingga
model pembelajaran konvensional sering diartikan dengan model
pembelajaran yang bersifat satu arah saja. Maksudnya hampir seluruh
kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem
diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga
pendidikan sesuai dengan ketentuan kurikulum yang telah ditetapkan,
tanpa ada usaha untuk mencari dan menetapkan strategi belajar mengajar
yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu.
Model pembelajaran konvensional atau tradisional bukan berarti
tidak bermanfaat, tetapi kurang dapat menumbuhkan potensi berpikir,
sikap dan ketrampilan siswa. Adapun kelemahan dan kelebihan
pembelajaran konvensional menurut Sunarto (dalam http://sunartombs.
wordpress.com) sebagai berikut:
Kelebihan pengajaran model pembelajaran konvensional lebih baik
untuk:
1) Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.
2) Menyampaikan informasi dengan cepat.
3) Membangkitkan minat akan informasi.
4) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
Namun demikian model pembelajaran tersebut mempunyai beberapa
kelemahan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan
mendengarkan.
2) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik
dengan apa yang dipelajari.
3) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang
kritis.
4) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu
sama dan tidak bersifat pribadi.
Pada pinsipnya model pembelajaran konvensional merupakan
model pembelajaran yang disesuaikan dengan perencanaan kurikulum
sekolah yang berlandaskan kurikulum dari Depdiknas. Metode
pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah.
Salah satunya model pembelajaran konvensional yang paling
banyak digunakan guru adalah metode ceramah. Metode ceramah
menurut Suwarna (2006: 106) adalah penerapan dan penuturan secara
lisan oleh guru terhadap kelasnya, yang mana dalam pelaksanaannya
guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian
yang disampaikan kepada siswa.
Dalam metode ceramah peran guru sangat dominan yaitu guru
sebagai subjek penyampai informasi serta sebagai pusat perhatian.
Komunikasi yang terjadi cenderung satu arah (one way traffic
comunication). Dalam hal ini, peran serta siswa dalam kegiatan belajar
mengajar dengan metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti
dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru, maka proses
pembelajaran menjadi membosankan dan kurang menarik.
Metode ceramah sama dengan strategi pembelajaran ekspositori
yang lebih menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Ada beberapa langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dalam menerapkan metode ceramah yang bersifat ekspositoris menurut
Sanjaya (2007: 183), yaitu:
(1) Persiapan (preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran, tujuan yang ingin dicapai dalam tahap persiapan
adalah mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif,
membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, merangsang
dan menggugah rasa ingin tahu siswa, dan menciptakan suasana dan
iklim pembelajaran yang terbuka.
(2) Penyajian (presentatioon)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi
pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan dengan
memperhatikan penggunaan bahasa, intonasi suara, dan menjaga
kontak mata dengan siswa.
(3) Menghubungkan (correlation)
Langkah korelasi merupakan langkah menghubungkan materi
pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang
memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam
struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
(4) Menyimpulkan (generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari
materi pelajaran yang telah disajikan.
(5) Penerapan (aplication)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa
setelah mereka menyimak penjelasan guru. Dalam langkah ini, guru
dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman
materi pelajaran oleh siswa dengan cara melakukan evaluasi dan
penugasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan langkah-langkah di atas, metode ceramah mempunyai
kelebihan dan kelemahan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kelebihan metode ceramah menurut Zaini, Bermawy, dan Ayu (2008:
90-91) yaitu metode yang baik jika digunakan untuk menyampaikan
informasi dan baik jika dipakai untuk pengajaran pada tingkatan yang
rendah yaitu pengetahuan dan pemahaman, dari pembelajaran ranah
kognitif, terutama pada kelas besar, sedangkan kelemahan dari metode
ceramah yang hanya mengandalkan indera pendengaran sebagai alat
belajar yang dominan yaitu mudah terganggu oleh hal-hal visual dan
rentan terhadap kebisingan dan faktor otak yang cepat melupakan
informasi yang didapatkan dianggap sebagai hal yang dominan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Tabel 2.2. Perbandingan Penelitian Yang Relevan
No Nama Peneliti dan Judul Penelitian Tujuan Metode Data Hasil
1 Aris Haryanto K5403018
Pengaruh metode pembelajaran Quantum
Teaching terhadap hasil belajar siswa mata
pelajaran Geografi kompetensi dasar permsalahan
kependudukan dan upaya penanggulangannya di
Indonesia (Eksperimen di kelas VIII SMP Negeri
10 Surakarta tahun ajaran 2007-2008)
1. Untuk mengetahui pembelajaran
yang lebih baik antara metode
pembelajaran quantum teaching
dengan metode pembelajaran
ceramah dalam meningkatkan hasil
belajar.
Metode
eksperimen
dengan
analisis data
uji statistik.
Tes Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan penggunaan antara metode pembelajaran
Quantum Teaching dibandingkan dengan metode
pembelajaran ceramah terhadap hasil belajar siswa yang
ditunjukkan dengan hasil analisis uji t (tobs > t tab = 1,880
> 1, 6450 pada taraf signifikansi sebesar 5 %.
2 Margiyanto S810505009
Pengaruh penggunaan metode Quantum Learning
dan metode Ekspositori terhadap presentasi
belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran matematika (penelitian pada siswa
SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara)
1. Mengetahui metode Quantum
learning dan metode ekspositori
terhadap prestai belajar matematika
siswa.
2. Mengetahui pengaruh motivasi
belajar terhadap prestasi belajar
matematika siswa
3. Mengetahui interaksi pengaruh
antara metode pembelajaran dan
motivasi belajar terhadap prestasi
belajar siswa
Metode
eksperimen
dengan
desain
faktorial 2x2
dan teknik
analisis
varians
(annava) dua
jalur.
Tes dan
angket
1) ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode
quantum learning dengan metode ekspositori terhadap
prestasi beljaar matematika (f hitung = 34,314 > f tabel
= 3,96).
2) Ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah 9 f hitung = 19,414 > f
tabel = 3,96).
3) tidak ada interakti pengaruh antara penggunaan metode
pembelajarn dan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar matematika siswa ( f hitung = 0,393 < f tabel =
3,91).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3 Erma Susilowati K5407020
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar
Geografi Siswa SMA Pada Kompetensi Dasar
Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan
di Muka Bumi (Eksperimen Kelas X Di SMA
Negeri 5 Surakarta)
1. Untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara siswa yang
diajar dengan model pem-
belajaran quantum learning dan
siswa yang diajar dengan model
pembalajaran konvensional pada
KD Atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka
bumi
2. Untuk mengetahui manakah
model pembelajaran yang lebih
baik antara model pembelajaran
quantum learning dan model
pembelajaran konvensional
terhadap hasil belajar Geografi
siswa SMA pada kompetensi
dasar atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka
bumi.
Metode
quasi
eksperimen
dengan
rancangan
prestes-
postest dan
teknik
analisis uji t
Doku-
mentasi,
Obser-
vasi dan
tes
1. Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa
SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum
learning dan siswa SMA yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran
Geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai
dengan keputusan uji hipotesis menggunakan uji t
dengan t hitung sebesar 2.108, dan t tabel = 1,667 (t hitung > t
tabel).
2. Model pembelajaran quantum learning lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA
pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai
dengan hasil rerata postest kelas eksperimen yang lebih
baik dibandingkan dengan kelas control (75,625 >
71,528)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
C. KERANGKA BERPIKIR
Pengembangan kepribadian seorang manusia tidak lepas dari peran
pendidikan khususnya pendidikan secara formal seperti SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi. Pada tingkat SMA, siswa kelas X tingkat kematangan
kepribadiannya masih dalam masa transisi antara masa praremaja ke masa remaja.
Perkembangan masa transisi pada siswa SMA mempengaruhi motivasi belajar dan
cara berpikir sehingga berpengaruh pula tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam
penelitian ini, objek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X SMA N 5
Surakarta yang berjumlah dua kelas. Masing-masing kelas digunakan sebagai
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil akhir dari kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol adalah hasil belajar.
Keberhasilan suatu hasil belajar siswa tidak lepas dari peran guru dalam
memainkan model pembalajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang
menarik tentunya banyak diminati banyak siswa sehingga gairah belajar siswa
meningkat. Dengan meningkatnya gairah belajar siswa maka hasil belajarpun ikut
meningkat.
Salah satu model pembalajaran yang menarik adalah model pembelajaran
quantum learning. Model ini merupakan model pembelajaran yang menekankan
pada keaktifan siswa. Banyak metode-metode yang dapat digunakan seperti game,
asah otak, musik, kerangka konsep dan TS. Metode pembelajaran quantum
learning disusun dalam suatu konsep sedemikian rupa agar tujuan pembelajaran
tercapai. Konsep pembelajaran quantum learning lebih dikenal dengan nama
TANDUR. TANDUR merupakan rancangan pengajaran yang akan dilakukan
dengan memperhatikan teknik penerapan dan pemilihan metode. Dalam konsep
quantum learning juga menggunakan instrumen musik untuk membangkitkan
semangat belajar siswa agar lebih termotivasi.
Namun, disisi lain masih banyak guru yang menggunakan model
pembelajaran konvensional seperti ceramah. Metode ceramah ini merupakan
metode mengajar yang paling klasik dan paling banyak digunakan oleh guru.
Dalam hal ini, guru semata-mata hanya memindahkan pengetahuan yang
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dimilikinya kepada siswa sehingga menjadikan siswa pasif. Dalam model ini
kemungkinan guru untuk melibatkan siswa sangat kecil sekali sehingga akan
mengakibatkan kejenuhan dan kebosanan pada siswa, selain itu siswa kurang
dirangsang dalam memecahkan masalah. Salah satu alasan masih banyaknya guru
menggunakan metode konvensional seperti ceramah dan diskusi adalah penerapan
model konvensional sangatlah mudah, tidak memerlukan biaya yang mahal, dan
cepat untuk menyelesaikan pokok bahasan yang sangat banyak.
Mata pelajaran Geografi di kelas X terbagi menjadi beberapa kompetensi
dasar, salah satunya adalah Atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di
muka bumi. Pada kompetensi dasar atmosfer, penggunaan model pembelajaran
quantum learning dan model pembelajaran konvensional tentunya mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran
Geografi adalah penggunan model pembelajaran. Pada mata pelajaran Geografi
belum tentu kompetensi dasar yang satu dengan kompetensi dasar yang lain cocok
dalam penggunaan model pembelajaran yang sama. Bisa saja, kompetensi dasar
atmosfer dan pengaruhya terhadap kehidupan di muka bumi mempunyai hasil
belajar siswa yang lebih tinggi jika menggunakan model pembelajaran quantum
learning dibandingkan dengan model konvensional. Atau bahkan sebaliknya,
model pembelajaran quantum learning tidak berhasil dalam meningkatan hasil
belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Untuk lebih jelas dapat digambarkan alur paradigma penelitiannya sebagai
berikut:
Gambar 2.3. Bagan Alur Paradigma Penelitian
Instrumen musik, kerangka
konsep dan catatan TS
Model pembelajaran
quntum learning
Model pembelajaran
konvensional
Ceramah
Postest
(Kemampuan setelah diberi perlakuan)
Hasil belajar
Kelompok Eksperimen > Kelompok Kontrol
Kelompok Kontrol Kelas X9
Kelompok Eksperimen Kelas X8
Siswa Kelas X
SMA N 5 Surakarta
Dua Kelas X
Kelas X8 dan X9
Pretest
(Kemampuan awal)
KD atmoser dan pengaruhnya terhadap
kehidupan di muka bumi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
D. RUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA
yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar
atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
2. Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan
model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA
pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di
muka bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Surakarta Jalan Letjen Sutoyo
18 Surakarta, kelas X tahun ajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu kompetensi dasar yaitu atmosfer dan
pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi pada semester genap tahun
pelajaran 2010/2011, sebanyak 3 kali tatap muka.
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jadwal kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Agst‟01–
Sept „01
Okt‟01-
Nov‟01
Des‟01-
Jan‟11
Feb‟11-
Maret „11
April‟11-
Juni‟11
1 Pengajuan Judul X
2 Penulisan proposal
penelitian X X X
3 Penyusunan instrumen
penelitian X X
4 Pengumpulan data X x
5 Penulisan laporan
penelitian x X
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental
(eksperimen semu). Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989: 43) penggunaan metode
penelitian quasi eksperimental dimaksudkan bahwa pembelajaran di kelas dalam
situasi interaksi antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan
akan sulit dilakukan pengontrolan sehingga desain yang cocok digunakan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
desain dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Maksudnya
kelas yang akan dijadikan penelitian tidak mungkin dilakukan pengubahan-
pengubahan tetapi harus sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah dua kelas yaitu satu kelas untuk
kelas kontrol dan satu kelas untuk kelas eksperimen. Masing-masing kelas akan
dikenai pretest dan postest. Dalam hal ini rancangan yang digunakan adalah
pretest-postest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Subjek penelitian dikelompokkan dalam dua kelas, yaitu 1 kelas
eksperimen dan 1 kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, siswa mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran quantum learning dengan metode
kerangka konsep dan catatan TS, sedangkan pada kelas kontrol siswa mengikuti
proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional dengan media
buku LKS. Untuk mengukur hasil belajar kedua kelompok, digunakan alat yang
sama yaitu tes. Hasil kedua pengukuran tersebut kemudian dibandingkan dan
dianalisis. Sebelum diberikan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretest kepada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal.
Adapun desain penelitian yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.2. Nonrandomized Pretestt-Postest Kontrol Group Desaign
Kelompok Pratest Perlakukan
(variabel bebas)
Postest
(variabel terikat)
Eksperimen
Kontrol
Y1
Y1
X
-
Y2
Y2
Sumber : Seniati, Yulianto, dan Bernadette ( 2009: 126)
Keterangan :
Y1 : Hasil tes awal (pratest)
Y2 : Hasil tes akhir (postest)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Variabel Penelitian
Sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan, terdapat dua macam
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel
yang dipilih untuk dicari pengaruhya terhadap variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran (model pembelajaran quantum
learning dan model pembelajaran konvensional), sedangkan variabel terikat
adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar Geografi siswa SMA pada
kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit
mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 1998 : 220). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta yang berjumlah sembilan
kelas, masing-masing kelasnya terdiri dari 36 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang
jumlahnya kurang dari jumlah populasi (Hadi, 1998: 221). Sampel penelitian yang
digunakan adalah dua kelas dari sembilan kelas X yang ada di SMA Negeri 5
Surakarta, yaitu kelas X8 dan kelas X9. Dalam penelitian ini untuk mengambil
dua kelas dari sembilan kelas yang ada di SMA N 5 Surakarta dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan
tujuan tertentu. Dipilihnya kelas X8 dan kelas X9 karena kedua kelas mempunyai
kemampuan seimbang dilihat dari hasil semesteran kemudian dibuktikan dengan
nilai pretest; kedua kelas mempunyai jumlah siswa yang sama yaitu 36 siswa; KD
yang dibahas sama yaitu atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka
bumi dan dalam ruang lingkup sekolah yang sama. Namun, untuk menentukan
kelas mana yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas mana yang akan
dijadikan kelas kontrol, kedua kelas dipilih dengan melakukan undian. Kelas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
keluar pertama pada saat dilakukan undian maka kelas tersebut yang akan
dijadikan kelas eksperimen.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dokumentasi,
Observasi, dan tes. Ketiga teknik pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut.
1. Metode dokumentasi untuk memenuhi data yang bersifat sekunder seperti
foto selama penelitian berlangsung, perijinan dan data administrasi sekolah.
2. Metode observasi digunakan untuk mengetahui / mengamati apakah model
pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran berlangsung
sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran yang dibuat atau belum.
3. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa kedua kelas
yaitu kelas ekperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran Geografi dengan
kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka
bumi.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang diambil adalah hasil
belajar Geografi siswa SMA kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka bumi dengan tes awal (pretest) dan tes akhir (postest)
ditinjau dari aspek kognitif yang diperoleh langsung dari siswa dengan
menggunakan tes objektif.
1. Instrumen Penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan, data yang
didapatkan adalah data pengamatan model pembelajaran pada saat
dilaksanakannya penelitian dari hasil observasi dan hasil belajar Geografi yang
diperoleh dari tes.
a. Observasi
Observasi merupakan alat pengumpul data yang banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan (Sudjana dan Ibrahim, 1989). Dalam penelitian ini, observasi
digunakan untuk mengamati kesesuaian model pembelajaran yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
guru selama berlangsungnya proses pembelajaran berlangsung. Instrumen
obeservasi berisi tentang aktifitas guru dan siswa pada saat proses
pembelajaran. Penilaian instrumen observasi dilakukan dengan menggunakan
skala likert. Skala likert merupakan alat ukur yang digunakan untuk menilai
instrumen salah satunya instrumen observasi. Skala likert menilai/mengukur
instrumen yang disajikan dengan menggunakan penilaian sangat kurang
setuju, kurang setuju, setuju, sangat setuju dan sangat-sangat setuju yang
disimbolkan dengan angka 1, 2, 3, 4, dan 5.
b. Tes
Menurut Arikunto (2006: 32) tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok. Tes yang dibuat merupakan tes penilaian kognitif dengan
menggunakan instrumen berupa soal-soal bentuk objektif dengan lima
alternatif jawaban a, b, c, d, dan e. Soal-soal tersebut digunakan pada saat
pretest dan postest, sehingga soal pretest dan postest isinya sama baik dalam
kalimat, urutan nomor dan strukturnya. Tujuannya untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan hasil belajar setelah diberi materi. Penggunaan soal-soal
pretest dan postest pada kelas quantum learning dan konvensional sama.
Langkah-langkah pembuatan tes objektif sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal tes
b. Menyusun soal-soal tes
c. Mengadakan uji coba tes untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal.
2. Uji Coba Instrumen
Untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas butir soal yang telah
dibuat maka perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu.
a. Uji Validitas Soal
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002: 158). Tes
dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak di ukur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Teknik yang digunakan dalam menentukan validitas item soal adalah dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product
moment sebagai berikut.
2222 YYNXXN
YXXYnrxy
(Arikunto, 2006: 72)
Keterangan :
rxy = kooefisien validitas suatu item
X = nilai tiap-tiap item dari semua responden
Y = Nilai total seluruh responden
N = Jumlah seluruh responden
Kriteria : rxy > r tabel (0,05), maka item dinyatakan valid
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek
yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek yang berbeda
pada waktu yang sama. Rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas yaitu
rumus KR 20.
Rumus KR 20
[
] *
∑
+
(Arikunto, 2006: 100)
Keterangan :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1 – p )
∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
k : banyaknya item
S : standart deviasi dari tes ( standart deviasi adalah akar varians)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Kriteria : Apabila r11 > rtabel (0,05) maka instrumen dinyatakan reliabel
Patokan yang digunakan:
0,00 ≤ rxy < 0,20 : sangat rendah
0,20 ≤ rxy < 0,40 : rendah
0,40 ≤ rxy < 0,60 : cukup
0,60 ≤ rxy < 0,80 : tinggi
0,80 ≤ rxy < 1,00 : sangat tinggi
(Arikunto, 2006: 75)
c. Indeks Kesukaran
Menurut Arikunto (2006: 207) indeks kesukaran adalah bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal. Soal yang baik untuk alat
ukur hasil belajar adalah soal yang mempunyai indeks kesukaran yang
memadai dalam artian soal tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
memecahkan masalah yang dihadapi dan akan menyebabkan siswa menjadi
putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Untuk
mengetahui indeks kesukaran dari masing-masing butir soal digunakan
rumus:
(Arikunto, 2006 : 210)
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi derajat kesukaran butir soal sebagai berikut:
Item dikategorikan sukar jika 0,00 < P ≤ 0,30
Item dikategorikan sedang jika 0,03 < P ≤ 0,70
Item dikategorikan mudah jika 0,70 < P ≤ 1,00
(Arikunto, 2006 : 210)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah
(Arikunto, 2006: 211). Rumus untuk menghitung daya pembeda sebagai
berikut.
(Arikunto, 2006 : 218)
Keterangan :
D : Daya pembeda
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
PA =
: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB =
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda:
0,00 ≤ D < 0,20 : Jelek
0,20 ≤ D < 0,40 : Cukup
0,40 ≤ D < 0,70 : Baik
0,70 ≤ D < 1,00 : Baik sekali
(Arikunto, 2006 : 218)
E. Teknik Analisis Data
Setelah terkumpul data, maka langkah selanjutnya adalah analisis data.
Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yang perlu dilakukan analisis data yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Hipotesis 1
Hipotesis pertama berbunyi “ada perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran quantum
learning dan siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan di muka bumi”. Hipotesis pertama mengunakan teknik analisis
data uji t (t test) karena data yang digunakan berupa data interval dengan
hipotesis komparatif dua sampel independen. Dua sampel independen
tersebut adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang hanya
dicari perbandingannya yaitu ada perbedaan atau tidak.
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis apakah hipotesis diterima atau
tidak. Syarat diterimanya hipotesis (Ha) apabila nilai t hitung > t tabel ( t
hitung merupakan harga mutlak, jadi tanda (+) atau (-) tidak
dilihat/diperhatikan). Dalam pengujian hipoetsis taraf signifikansi yang
digunakan adalah 5%.
2. Hipotesis 2
Hipotesis yang kedua berbunyi “ model pembelajaran quantum learning
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar
atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”.
Teknik analisis data yang digunakan pada hipotesis kedua sama dengan
hipotesis pertama yaitu uji t, hanya saja dalam hipotesis kedua uji t digunakan
untuk memperkuat dugaan bahwa quantum learning lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional, dan pada hakekatnya indikator
dari lebih baik adalah perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada saat
dilakukan postest. Apabila nilai rata-rata postest kelas eksperimen (model
pembelajaran quantum learning) lebih besar daripada nilai rata-rata kelas
kontrol (model pembelajaran kovensional) maka model pembelajaran
quantum learning dianggap lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Namun, sebelum dilakukan analisis dengan uji t maka perlu dilakukan uji
prasyarat analisis. Hal ini, dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelasnya
homogen atau tidak.
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan adalah uji homogenitas. Uji
homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians antara dua kelompok
yang dibandingkan atau untuk menguji apakah antara dua kelompok tersebut
mempunyai populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan
dengan menggunakan rumus uji Bartlett dengan prosedur:
a. Hipotesis
b. Taraf Signifikan (α)= 0,05
c. Statistik Uji
)
Dengan :
k : banyaknya populasi = banyaknya sampel
N : banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj : banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
fj : nj – 1 = derajat kebebasan untuk ; j = 1,2,…, k;
f : N – k = ∑
(
)
( )
;
( )
d. Dearah Kritik (DK) :{X2 | X
2 > X
2α ; k-1}
e. Keputusan Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
H0 ditolak jika X2 hitung terletak di daerah kritik
f. Kesimpulan
a) Variansi / populasi homogen jika H0 di terima
b) Variansi / populasi tidak homogen jika H0 di tolak
(Budiyono, 2009: 176)
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis nol (Ho), maka hipotesis statistik dirumuskan
sebagai berikut:
a. Hipotesis 1
Hipotesis pertama berbunyi “ada perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran quantum
learning dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional
pada komptensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka
bumi”. Hipotesis pertama apabila dirumuskan dengan hipotesis statistik
sebagai berikut:
Ho : A = B
Ha : A ≠ B
Keterangan :
A : Model quantum learning
B : Model konvensional
Maksud dari hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho : Tidak ada perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara
siswa SMA yang diajar dengan model quantum learning dan siswa
yang diajar dengan model konvensional untuk mata pelajaran
Geografi pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan di muka bumi.
Ha : Terdapat perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara
siswa SMA yang diajar dengan model quantum learning dan siswa
yang diajar dengan model konvensional untuk mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Geografi pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan di muka bumi.
b. Hipotesis 2
Hipotesis kedua berbunyi “ model pembelajaran quantum learning lebih
baik dibandingkan dengan model pembelajaaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar
atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”. Hipoteis
kedua jika dirumuskan dengan hipotesis ststistik sebagai berikut:
Ho : A < B
Ha : A ≥ B
Keterangan :
A : Model quantum learning
B : Model konvensional
Maksud dari hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho : Model pembelajaran quantum learning tidak lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil
belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan
pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
Ha : Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan
model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan
pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan adalah SMA Negeri 5 Surakarta. Secara
geografis SMA Negeri 5 Surakarta berada pada 7o33‟00‟‟LS dan 110
o49‟40”BT
dan terletak di Jalan Letjen Sutoyo nomor 18 Surakarta, Telepon: 0271 854751,
Fax: 0271 854751 Web: www.sma5solo.sch.id (Lampiran 1 dan lampiran 2).
SMA Negeri 5 Surakarta diresmikan sejak tanggal 1 September 1950 di Banjarsari
kemudian pada tahun 1977 SMA Negeri 5 Surakarta pindah ke Jl. Letjen Sutoyo
18 Surakarta sampai sekarang dengan luas 3000m2. Sarana dan prasarana
penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar secara umum cukup lengkap.
Adapun rincian sarana dan prasarana penunjang KBM terdapat dalam tabel 4.1
dibawah ini.
Tabel 4.1. Daftar Sarana dan Prasarana Penunjang KBM SMA N 5 Surakarta
Jenis Sarpras Jumlah Kondisi Jenis Sarpras Jumlah Kondisi
Ruang kepala
sekolah
1 Baik Ruang Parkir 4 Baik
Ruang wakasek 1 Baik Kamar Mandi 24 Baik
Ruang tamu 1 Baik Kantin 4 Baik
Ruang kelas 28 Baik Ruang OSIS 1 Baik
Laboratorium 12 Baik Ruang
Multimedia
1 Baik
Perpustakaan 1 Baik Ruang Satpam 1 Baik
Ruang Guru 1 Baik Masjid 1 Baik
Aula 1 Baik Gudang 2 Baik
Ruang BK 1 Baik Ruang sapala,
pramuka
1 Baik
Koperasi 1 Baik Ruang Penjaga 2 Baik
Ruang UKS 1 Baik Ruang
keterampilan
1 Baik
Ruang Tata
Usaha
1 Baik Laptop 25 Baik
Ruang ganti 2 Baik LCD 20 Baik
Sumber: Buku Panduan SMA N 5 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Khusus untuk media pembelajaran Geografi di SMA N 5 Surakarta cukup
lengkap diantaranya globe, peta, media 3D seperti gunungapi, patahan dan lipatan
yang disimpan dalam laboratorium IPS serta buku, baik buku pegangan siswa
maupun buku Geografi yang lain yang disimpan di perpustakaan. Selain sarana
dan prasarana, kegiatan belajar mengajar didukung oleh tenaga pengajar yang
sudah berpengalaman dan bergelar sarjana (baik S1 maupun S2) dengan jumlah
80 guru yang terdiri 74 guru tetap dan 6 guru tidak tetap dan 21 Karyawan yang
terdiri dari 7 karyawan tetap dan 14 karyawan tidak tetap, khusus untuk guru
Geografi di SMA N 5 Surakarta ada 3 orang yaitu satu guru mengajar di kelas X
dan XII, satu guru mengajar di kelas XI dan satu guru mengajar di Kelas XII,
sedangkan jumlah siswa tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 970 siswa, dengan
rincian terdapat pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2. Jumlah Siswa SMA Negeri 5 Surakarta
Kelas Laki-laki Perempuan
X 126 196
Total 325
Kelas IA IS
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
XII 51 90 88 104
Total 141 192
XI 54 89 77 94
Total 143 171
Sumber: Dokumen SMA N 5 Surakarta
Kurikulum yang digunakan SMA N 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan dirancang oleh masing-masing sekolah
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam mata
pelajaran Geografi kelas X semester ganjil tahun ajaran 2010/2011, kompetensi
dasar menganalisis unsur-unsur geosfer dibagi menjadi 3 pokok bahasan yaitu 1)
Litosfer dan Pedosfer; 2) Atmosfer; dan 3) Hidrosfer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Proses Pembelajaran
Pada penelitian yang telah dilakukan kompetensi dasar yang dipilih
merupakan kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur geosfer dengan pokok
bahasan atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi yang
diajarkan sebanyak 3 kali tatap muka. Satu kali tatap muka 2 jam pelajaran. 1 jam
pelajaran 45 menit. Langkah-langkah satu kali tatap muka dari pertemuan pertama
sampai pertemuan ketiga terdapat dalam tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quntum Learning
Pertemuan ke- Model Pembelajaran Quantum Learning
Tahap Guru Siswa
I
Tumbuhkan Guru memutar iringan
musik
Guru memberi salam dan
mengabsen
Guru menjelaskan indikator
dan tujuan pembelajaran
Guru memberi instruksi
untuk berdiri dan
menghirup udara
Siswa mendengarkan
iringan musik
Siswa menjawab salam dan
tunjuk jari
Siswa memperhatikan
indikator dan tujuan yang
dijelaskan guru
Siswa berdiri dan
menghirup udara serta
menjawab pertanyaan guru.
Alami Guru menujukan gambar
tentang struktur lapisan
atmosfer dengan
powerpoint
Dan membagikan lembar
kerangka konsep
Siswa memperhatikan
gambar struktur lapisan
atmosfer
Siswa melengkapi kerangka
konsep dengan melihat
struktur lapisan atmosfer di
powerpoint.
Namai Guru menujukkan gambar
pesawat terbang, awan,
hujan dengan powerpoint
Siswa menyebutkan
kegunaan lapisan atmosfer
dalam catatan TS.
Demostrasikan Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil
pekerjaan siwa ke depan
Perwakilan dari siswa
mendemonstrasikan hasil
pekerjaannya di depan
teman-teman.
Ulangi Guru menginatkan kembali
materi yang baru dipelajari
Siswa mengingat kembali
materi yang baru dipelajari
dengan cara menjawab
pertanyaan dari guru
Rayakan Guru menambah materi
belajar siswa dengan
membuat peta curah hujan
di Indonesia
Guru bertepuk tangan untuk
merayakan keberhasilan
pembelajaran yang telah
dilakukan
Guru memberi salam
Siswa mencatat tambahan
materi yaitu membuat peta
curah hujan di Indonesia
Seluruh siwa bertepuk
tangan merayakan
keberhasilan pembelajaran
yang telah dilakukan
Siswa menjawab salam dari
guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
II
Tumbuhkan Guru memutar iringan
musik
Guru memberi salam dan
mengabsen
Guru menjelaskan indikator
dan tujuan pembelajaran
Guru mengulas materi
sebelumnya
Siswa mendengarkan
iringan musik
Siswa menjawab salam dan
tunjuk jari
Siswa memperhatikan
indikator dan tujuan yang
dijelaskan guru
Siswa memperhatian dan
memahami penjelasan guru
Alami Guru meminta siswa
membentuk kelompok yang
masing-masing kelompok
terdiri dari 4 siswa
Guru memberi soal rebutan
dan satu set paket yang
berisi satu soal dan satu
lembar kerangka konsep
serta lem.
Siswa membuat kelompok
yang terdiri dari 4 siswa
Siswa menjawab
pertanyaan dengan
mengacungkan jari dan
yang menjawab benar akan
diberi satu set paket yang
berisi satu soal, satu lembar
kerangka konsep dan lem.
Namai Guru mendampingi siswa
mengerjakan satu set paket
tentang klasifikasi iklim
berdasarkan persebaran
jenis vegetasi
Siswa merangkai satu jari
kerangka konsep sesuai
dengan isi paket yang
diperoleh dan menjawab
soal yang didapat berkaitan
dengan klasifikasi iklim
Demonstrasikan Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan
Perwakilan kelompok maju
kedepan untuk
mempresentasikan hasil
kerja mereka.
Ulangi Guru mengingatkan
kembali materi yang telah
dibahas
Guru melakukan evaluasi
Siswa memperhatkan dan
memahami penjelasan guru
Siswa menjawab
pertanyaan yang berikan
guru secara tertulis.
Rayakan Guru memberikan pujian
dengan bertepuk tangan
Guru menambah bahan
belajar siswa dengan
membuat kerangka konsep
untuk pertemuan ketiga
tentang global warming
Guru memberi salam
Siswa ikut bertepuk tangan
untuk merayakan
keberhasilan belajar mereka
Siswa mencatat dan
mendengarkan bahan
belajar tambahan yang
dibacakan guru
Siswa menjawab salam.
III
Tumbuhkan Guru memutar iringan
musik
Guru memberi salam dan
mengabsen
Guru menjelaskan indikator
dan tujuan pembelajaran
Guru mengingtakan
kembali materi yang telah
dipelajari seblumnya
Siswa mendengarkan
iringan musik
Siswa menjawab salam dan
tunjuk jari
Siswa memperhatikan
indikator dan tujuan yang
dijelaskan guru
Siswa memperhatikan
uraian materi yang
disampaiakan guru
Alami Guru menampilan video
global warming
Siswa memperhatiakn
video yang ditampilkan
guru melalui tayangan LCD
Namai Guru mendampingi siswa Siswa merangkum isi video
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
III
merangkum video dengan
catatan TS
dengan catatan TS dan
mencocokannya dengan
kerangka konsep yang telah
mereka buat di rumah.
Demonstrasikan Guru meminta siswa
mempresentasikan hasil
kerja siswa di depan teman-
teman
Perwakilan dari salah satu
siswa mempresentaikan
catatan TS dan Kerangka
konsep yang telah
dikerjakannya.
Ulangi Guru mengingatkan
kembali materi yang telah
dibahas
Guru melakukan evaluasi
Siswa memperhatikan dan
memahami penjelasan guru
Siswa menjawab
pertanyaan yang berikan
guru secara tertulis.
Rayakan Guru memberikan pujian
kepada seluruh siswa
dengan bertepuk tangan
Guru menutup pertemuan
dengan salam
Siswa ikut bertepuk tangan
untuk merayakan
keberhasilan belajar mereka
Siswa menjawab salam
guru.
Sumber: RPP Kelas Eksperimen
Tabel 4.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konvensional
Pertemuan ke- Model Pembelajaran Konvensional
Guru Siswa
I
Guru memberi salam dan
mengabsen
Siswa menjawab salam dan tunjuk
jari setelah dipanggil guru.
Guru menjelaskan indikator dan
tujuan yang akan dicapai
Siswa mendengarkan tujuan dan
indikator yang disampaikan guru
Guru mengkaitkan materi yang
akan dibahas dengan kejadian
yang ada di lingkungan sekitar
Siswa memperhatiakan dan
mdendengarkan cerita yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas
Guru menjelaskan materi
berkaitan dengan definisi,
struktur dan manfaat atmosfer
Siswa memperhatikan dan memahami
penjelasan guru dengan mencatat
point-point penting
Guru melakukan evaluasi Siswa menjawab soal-soal secara
tertulis yang diberikan guru
Guru merangkum materi yang
telah dibahas
Siswa memahami dan memperhatikan
rangkuman materi untuk
mengingatkan materi yang telah
dibahas
Guru memberi tugas membuat
peta persebaran curah hujan di
Indonesia
Siswa mencatat tugas yang diberikan
guru di buku tulis mereka
Guru mengakhiri pelajaran
dengan salam
Siswa menjawab salam guru untuk
mengakhiri pelajaran
II
Guru memberi salam dan
mengabsen
Siswa menjawab salam dan tunjuk
jari setelah dipanggil guru.
Guru menjelaskan indikator dan
tujuan yang akan dicapai
Siswa mendengarkan tujuan dan
indikator yang disampaikan guru
Guru membahas materi yang
dismapiakan pada pertemuan
sebelumnya
Siswa mendengarkan dan mengingat
kembali materi yang sudah diajarkan
pada pertemuan sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
II
Guru menjelaskan materi
berkaitan dengan klasifikasi iklim
berdasarkan persebaran vegetasi
Siswa memperhatikan dan memahami
penjelasan guru dengan mencatat
point-point penting berkaitan dengan
klasifikasi iklim berdasarkan
persebaran vegetasinya.
Guru melakukan evaluasi Siswa menjawab soal-soal secara
tertulis yang diberikan guru
Guru merangkum materi yang
telah dibahas
Siswa memahami dan memperhatikan
rangkuman materi untuk
mengingatkan materi yang telah
dibahas
Guru memberi tugas untuk
membuat artikel berkaitan dengan
global warming
Siswa mencatat tugas yang diberikan
guru di buku tulis mereka.
Guru mengakhiri pelajaran
dengan salam
Siswa menjawab salam guru untuk
mengakhiri pelajaran
III
Guru mengucapkan salam dan
mengabsen
Siswa menjawab salam dan tunjuk
jari setelah dipanggil guru.
Guru menjelaskan indikator dan
tujuan yang akan dicapai
Siswa mendengarkan tujuan dan
indikator yang disampaikan guru
Guru membahas materi yang
dismapiakan pada pertemuan
sebelumnya tentang klasifikasi
iklim
Siswa mendengarkan dan mengingat
kembali materi klasifikasi iklim
berdasrkan persebarannya
Guru menjelaskan materi
berkaitan dengan global warming
Siswa memperhatikan dan memahami
penjelasan guru dengan mencatat
point-point penting berkaitan dengan
global warming
Guru memberi kesempatan
kepada siswauntuk bertanya
Perwakilan siswa bertanya berkaitan
dengan isu ulat bulu
Guru melakukan evaluasi Siswa menjawab soal-soal secara
tertulis yang diberikan guru
Guru merangkum materi yang
telah dibahas
Siswa memahami dan memperhatikan
rangkuman materi untuk
mengingatkan materi yang telah
dibahas
Guru mengakhiri pelajaran
dengan salam
Siswa menjawab salam guru untuk
mengakhiri pelajaran
Sumber: RPP Kelas Kontrol
C. DESKRIPSI DATA
Pada penelitian ini melibatkan dua kelas yang ada di SMA Negeri 5
Surakarta yaitu kelas X8 dan kelas X9 sejumlah 72 siswa yang masing-masing
kelas terdiri dari 36 siswa pada tahun ajaran 2010/2011. Kelas X8 merupakan
kelas eksperimen dengan model pembelajaran quantum learning, sedangkan kelas
X9 merupakan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
1. Uji Soal
Sebelum kedua kelas diberi perlakuan model pembelajaran, masing-
masing kelas dikenai pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai
kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
Hasil pretest untuk mengetahui kemampuan awal dapat diketahui setelah
menghitung validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda instrumen tes
yang telah diujikan.
a. Validitas Soal
Berdasarkan uji validitas soal secara empiris dari 50 soal diperoleh 40
soal yang valid (rxy > rtabel = 0,329). 10 butir soal yang tidak valid (drop)
adalah nomor 10, 13, 16, 23, 27, 28, 29, 31, 38, dan 39. Dari 10 butir soal
yang tidak valid (drop) tidak digunakan sehingga dari 50 soal yang dibuat
hanya 40 soal yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa
dan mengukur kemampuan siswa setelah dikenai perlakuan (postest). Adapun
tabel 4.5 data validitas soal sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.5. Data Statistik Uji Validitas
N0 rxy r table Validitas
N0 rxy r tabel Validitas
1 0,381 0,329 Valid
26 0,418 0,329 Valid
2 0,353 0,329 Valid
27 -0,036 0,329 Invalid
3 0,367 0,329 Valid
28 -0,040 0,329 Invalid
4 0,623 0,329 Valid
29 -0,112 0,329 Invalid
5 0,359 0,329 Valid
30 0,345 0,329 Valid
6 0,394 0,329 Valid
31 -0,025 0,329 Invalid
7 0,489 0,329 Valid
32 0,366 0,329 Valid
8 0,377 0,329 Valid
33 0,400 0,329 Valid
9 0,418 0,329 Valid
34 0,375 0,329 Valid
10 -0,116 0,329 Invalid
35 0,367 0,329 Valid
11 0,397 0,329 Valid
36 0,417 0,329 Valid
12 0,412 0,329 Valid
37 0,333 0,329 Valid
13 -0,227 0,329 Invalid
38 -0,084 0,329 Invalid
14 0,420 0,329 Valid
39 0,050 0,329 Invalid
15 0,366 0,329 Valid
40 0,397 0,329 Valid
16 -0,169 0,329 Invalid
41 0,423 0,329 Valid
17 0,377 0,329 Valid
42 0,348 0,329 Valid
18 0,366 0,329 Valid
43 0,421 0,329 Valid
19 0,408 0,329 Valid
44 0,469 0,329 Valid
20 0,350 0,329 Valid
45 0,329 0,329 Valid
21 0,342 0,329 Valid
46 0,387 0,329 Valid
22 0,340 0,329 Valid
47 0,347 0,329 Valid
23 -0,130 0,329 Invalid
48 0,379 0,329 Valid
24 0,505 0,329 Valid
49 0,349 0,329 Valid
25 0,372 0,329 Valid
50 0,353 0,329 Valid
Sumber: Data Hasil Olahan Uji Validitas
Uji validitas di atas menggunakan rumus korelasi product moment.
Sebagai contoh hasil perhitungan butir soal nomor 1 pada taraf signifikan 5%,
n = 36 dan rtabel = 0,329 diperoleh rxy sebesar 0,381 (lampiran 14). Hasil uji
validitas pada tabel 4.3 dapat disimpulkan dalam tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.6. Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes
Pokok
Bahasan Jml soal awal
Keputusan uji vaiditas Jml soal
akhir Valid Tidak valid
Atmosfer 50 40 10 40
Sumber: Data Rekapan Hasil Uji Validitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b. Reliabilitas
Dari 40 soal yang valid kemudian dilakukan uji reliabilitas. Dari hasil
perhitungan dengan taraf signifikan 5%, jumlah butir soal (k) = 40, dan rtabel =
0,329 diperoleh r11 = 0,865, karena r11 > rtabel maka instrumen dikatakan
reliabel (H1 diterima dan H0 Ditolak). Berdasarkan kriteria indeks reliabilias,
instrumen tes yang digunakan mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi.
Perhitungan uji reliabilitas instrumen tes disajikan pada lampiran 16 dan
lampiran 17.
c. Taraf Kesukaran
Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan jumlah soal 40 butir dapat
diketahui taraf kesukaran dari masing-masing butir soal sebagai berikut:
Tabel 4.7. Indeks Kesukaran Instrumen Tes
Jumlah soal Indeks kesukaran
Total Sukar Sedang Mudah
40 9 28 3 40
Sumber: Hasil Rekapan Taraf Kesukaran
Untuk perhitungan hasil uji reliabilitas yang lain disajikan dalam lampiran 18.
d. Daya Beda
Untuk mengetahui sejauh mana butir-butir soal dapat membedakan
kemampuan siswa yang satu dengan siswa lainnya, pada instrumen ini
dilakukan pengujian daya beda butir soal (lampiran 18). Berdasarkan hasil
yang diperoleh daya beda butir soal disajikan ke dalam tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.8. Daya Beda Butir Soal Instrumen Tes
Jumlah
butir
Daya beda Total
Jelek Cukup Baik Baik sekali
40 5 27 8 0 40
Sumber: Hasil Rekapan Uji Daya Beda Butir Soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
e. Hasil Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Ada tiga observer dalam penelitian ini. Penilaian observasi dilakukan dengan
cara mencari rata-rata dari masing-masing kriteria penilaian pada lembar
observasi (Lampiran 26). Hasil penilaian observer disajikan dalam tabel 4.7
berikut ini.
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Observasi Dengan Skala Likert
Kriteria
penilaian
Observer 1 Observer 2 Observer 3
QL Konv. QL Konv. QL Konv
I 67 % 78% 78% 73% 70% 73%
II 74% 72% 78% 70% 70% 63%
Sumber: Data Hasil Rekapan Intrumen Observasi
Gambar 4.1. Hasil Penilaian Instrumen Observasi Dengan Skala Likert
Sumber: Rekapan hasil Instrumen Observasi
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, selama proses belajar mengajar, tahap
persiapan dan langkah-langkah yang digunakan guru sudah sesuai dengan
rancangan pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Hal ini ditunjukkan
dengan rata-rata kriteria penilaian yang menunjukkan nilai 67%-78% yang
artinya sesuai.
0% 40% 60% 80% 100% 20%
STS TS CS S SS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. Hasil Belajar
a. Model Pemelajaran Quantum Learning
Kelas X8 sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran
quanatum learning mempunyai jumlah siswa sebanyak 36 siswa. Pada tahap
pretest hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai tertinggi = 87,5, nilai
terendah = 40, rata-rata = 62,153, nilai tengah = 56,25 dan standar deviasinya
14,119, sedangkan pada tahap postest hasil penilaian menunjukkan nilai
tertinggi = 95, nilai terendah = 60, rata-rata = 75,626, nilai tengah = 77,5, dan
standar deviasinya 9,246 (lampiran 22).
Berdasarkan data pretest dan postest kelas eksperimen dapat
disimpulkan dalam tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10. Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
Data Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Sd
Pretest 36 40 60 62,153 14,119
Postest 36 87,5 95 75,626 9,246
Sumber: Data hasil Olahan Pretest dan Postest
Untuk lebih jelas data hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi pada tabel 4.11 berikut ini.
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen
No Interval Frekuensi
Pretest Postest
1 40-48,5 5 0
2 49-56,5 13 0
3 57-64,5 2 4
4 65-72,5 7 11
5 73-80,5 4 12
6 81-88,5 5 7
7 89-96,5 0 2
Sumber: Data Olahan Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Untuk lebih mudah dipahami, maka nilai hasil belajar siswa kelas
eksperimen dengan model pembelajaran quantum learning disajikan dalam
bentuk histrogram dibawah ini.
Gambar 4.2. Histogram Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksprimen
Sumber: Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan bahwa persebaran tiap interval
nilai hasil belajar siswa antara pretest dan postest tidak sama, pada nilai
pretest kebanyakan siswa mendapat nilai antara 49-56,5 sebanyak 13 siswa
sedangkan pada nilai postest kebanyakan siswa mendapat nilai antara 73-80,5
sebanyak 12 siswa dari 36 siswa. Dilihat dari persebaran nilai dengan
perolehan siswa terbanyak, nilai rata-rata pretest dan postest berbeda. Nilai
rata-rata pretest 62,153 dan nilai rata-rata postest 75,625 sehingga
mempunyai selisih 13,472. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, pada
nilai pretest rata-rata siswa belum mencapai nilai KKM (belum tuntas)
sedangkan nilai KKMnya adalah 66. Namun setelah dilakukan perlakuan
dengan model pembelajaran quantum learning rata-rata siswa dapat mencapai
nilai KKM (sudah tuntas). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan
0
2
4
6
8
10
12
14
40-48,5 49-56,5 57-64,5 65-72,5 73-80,5 81-88,5 89-96,5
5
13
2
7
4 5
0 0 0
4
11 12
7
2
Fre
kue
nsi
Interval
Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
Pretest
Postest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pembelajaran yang telah disampaikan dengan model pembelajaran quantum
learning hasil belajar siswa dapat meningkat dan tuntas.
b. Model Pembelajaran Konvensional
Kelas X9 sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran
konvensional mempunyai jumlah siswa sebanyak 36 siswa dengan hasil
pretest menunjukan nilai tertinggi = 90, nilai terendah = 30, rata-rata = 58,958,
nilai tengah = 55 dan standar deviasinya 18,645 (lampiran 20), sedangkan
hasil postest menunjukan nilai tertinggi = 80, nilai terendah = 47,5, rata-rata
= 71,528, nilai tengah = 72,5 dan standar deviasinya 7,103 (lampiran 22).
Berdasarkan data pretest dan postest kelas kontrol dapat disimpulkan
dalam tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel 4.12. Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol
Data Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Sd
Pretest 36 90 30 58,958 18,645
Postest 36 80 47,5 71,528 7,103
Sumber: Data Hasil Olahan Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol
Untuk lebih jelas data hasil belajar siswa di sajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi pada tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Kontrol
No Interval Frekuensi
Pretets Postest
1 30-38,5 5 0
2 39-47,5 10 1
3 48-56,5 4 4
4 57-65,5 4 3
5 66-74,5 3 14
6 75-83,5 5 17
7 84-92,5 5 0
Sumber: Data Hasil Olahan Pretest dan Postest Kelas Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Untuk lebih mudah dipahami, maka nilai hasil belajar siswa kelas
eksperimen dengan model pembelajaran konvensional disajikan dalam bentuk
histrogram dibawah ini.
Gambar 4.3 . Histogram Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol
Sumber: Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar 4.3 menunjukkan bahwa persebaran tiap interval
nilai hasil belajar siswa antara pretest dan postest tidak sama, pada nilai
pretest kebanyakan siswa mendapat nilai antara 39-47,5 sebanyak 10 siswa
sedangkan pada nilai postest kebanyakan siswa mendapat nilai antara 75-83,5
sebanyak 17 siswa dari 36 siswa. Dilihat dari persebaran nilai dengan
perolehan siswa terbanyak, nilai rata-rata pretest dan postest berbeda. Nilai
rata-rata pretest 58,958 dan nilai rata-rata postest 71,528 sehingga mempunyai
selisih 12,57. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, pada nilai pretest
rata-rata siswa belum memenuhi nilai KKM (belum tuntas), sedangkan nilai
KKMnya adalah 66. Namun pada saat dilakukan postest rata-rata siswa
sudah mencapai nilai KKM (sudah tuntas). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
30-38,5 39-47,5 48-56,5 57-65,5 66-74,5 75-83,5 84-92,5
5
10
4 4 3
5 5
0 1
4 3
14
17
0
Fre
kue
nsi
Interval
Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol
Pretest
Postest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tujuan pembelajaran yang telah disampaikan dengan model pembelajaran
konvensional sudah tercapai dan hasilnya meningkat.
c. Perbandingan Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Deskripsi statistik nilai postest kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan pada Tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14. Data Statistik Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Postest N Mean SD Nilai Min Nilai Max
Eksperimen 36 75,625 9,246 60 95
Kontrol 36 71,528 7,103 47,5 80
Sumber: Data Hasil Olahan Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Distribusi frekuensi nilai postest kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan dalam tabel 4.15 berikut.
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Nilai Postest
Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
No Interval Frekuensi
Eksperimen Kontrol
1 47-53,5 0 2
2 54-60,5 3 0
3 61-67,5 6 7
4 68-74,5 6 10
5 75-81,5 12 17
6 82-88,5 7 0
7 89-95 2 0
Sumber: Data Olahan nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Untuk lebih mudah dipahami, maka nilai postest (nilai hasil belajar)
siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat disajikan dalam bentuk histrogram
dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Nilai Postest
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Sumber: Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan gambar 4.4 antara nilai postest kelas eksperimen dan kelas
kontrol terdapat perbedaan. Nilai postest kelas eksperimen persebarannya
lebih merata dilihat dari rentang nilainya (standar deviasi) yang lebih besar
yaitu 9,246 dan kebanyakan siswa mendapat nilai pada interval 75-81,5
sebanyak 12 siswa sedangkan pada kelas kontrol persebarannya tidak merata
dilihat dari rentang nilainya (standar deviasi) yaitu sebesar 7,103 dan
kebanyakan siswa mendapat nilai pada interval 75-81,5 sebanyak 17 siswa.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran qauntum
learning hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa dilihat
dari tidak ada siswa yang mendapat nilai 82 ke atas pada pembelajaran
konvensional.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
47-53,5 54-60,5 61-67,5 68-74,5 75-81,5 82-88,5 89-95
0
3
6 6
12
7
2 2
0
7
10
17
0 0
Fre
kue
nsi
Interval
Perbandingan Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Eksperimen
Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
D. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum melaksanakan analisis variansi untuk menguji hipotesis
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji
homogenitas.
1. Uji Kemampuan Awal
Untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol maka harus dilakukan uji homogenitas dengan rumus uji
barlett dengan menggunakan nilai pretest. Dari hasil perhitungan kesamaan
kemampuan awal dengan taraf signifikan 5% diperoleh χ2 = 3,589 dan χ
2tabel
= 3,841 (lampiran 21). Hal ini menunjukkan bahwa Xhitung < Xtabel, sehingga
H0 diterima. H0 diterima artinya variansi kedua populasi sama (tidak ada
perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol).
2. Uji Homogen
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barllet dengan taraf
signifikan 5%. Hasil uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh nilai sebesar X2
hitung = 3.57, sedangkan nilai X
2tabel = 3.841
(Lampiran 23). Hal ini menunjukkan bahwa X2
hitung = 3.57 < X2
tabel = 3.841,
sehingga dapat disimpulkan populasi variansi kedua kelompok sama /
homogen.
E. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama dilakukan setelah uji prasyarat analisis terpenuhi.
Untuk mengetahui uji hipotesis pertama analisis data yang digunakan adalah uji t.
berikut disajikan rangkuman analisis data hasil belajar siswa setelah mendapat
perlakukan model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran
konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.16. Rangkuman Hasil Analisis Uji t
Hasil
Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol thitung
N Mean SD N Mean SD
Postest 36 75,625 85,491 36 71,582 50,456 2.108
Sumber : data hasil analisis postest
Keputusan uji hasil analisis data menggunakan uji t dengan taraf signifikan
5%; db = 70 dan t tabel = 1,667 diperoleh t hitung sebesar 2.108 (Lampiran 24),
sehingga dapat disimpulkan bahwa harga t hitung lebih besar dari harga t tabel (2.108
> 1,667). t hitung > t tabel (2.108 > 1,667) artinya keputusan uji menolak Ho dan
menerima Ha. Dengan penerimaan Ha maka ada perbedaaan hasil belajar yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning
dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada kompetensi
dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kerhidupan di muka bumi.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menggunakan analisis data seperti yang digunakan untuk
menguji hipotesis pertama yaitu analisis uji t. Namun, analisis uji t digunakan
sebagai syarat dalam memperkuat hipotesis kedua. Hipotesis kedua dibuktikan
berdasarkan perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu
nilai rata-rata kelas eksperimen 75,625 dan nilai rata-rata kelas kontrol 71,528
(75,625 > 71,528) dan rentang nilai (standar deviasi) kelas eksperimen lebih besar
daripada rentang nilai (standar deviasi) kelas kontrol (9,246 > 7,103). Hal ini
menandakan bahwa hasil belajar model pembelajaran quantum learning lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar
atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
F. Pembahasan Hasil Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Populasi yang digunakan adalah
siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta dengan jumlah sampel dua kelas yaitu
kelas X8 dan kelas X9. Kelas X8 sebagai kelas eksperimen dan kelas X9 sebagai
kelas kontrol. Dalam pembagian kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti tidak
mendasarkan pada pemerolehan hasil pretest melainkan dengan cara undian. Hal
ini karena kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama pada kemampuan
kognitif. Namun, Pemilihan kedua kelas dari sembilan kelas di SMA Negeri 5
Surakarta dilakukan secara purposive, maksudnya kelas dipilih dengan tujuan-
tujuan penelitian. Tujuan-tujuan tersebut antara lain: 1) kedua kelas mempunyai
kemampuan awal yang sama dilihat dari kemampuan kognitif semesteran dan
dibuktikan dengan nilai pretest; 2) kedua kelas mempunyai jumlah siswa yang
sama yaitu 36 siswa; 3) KD yang dibahas sama yaitu atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka bumi; dan 4) dalam ruang lingkup sekolah yang
sama.
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran (X) yaitu
model pembelajaran quantum learning dan konvensional, sedangkan variabel
terikatnya adalah hasil belajar Geografi (Y). Pengambilan data dilakukan dua kali
yaitu berupa pretest dan postest.
Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing siswa
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pretest berupa data / nilai awal sebelum
masing-masing kelas yaitu kelas X8 dan kelas X9 dikenai perlakuan model
pembelajaran, sedangkan postest (hasil belajar) dilakukan setelah siswa kelas
eksperimen dikenai pelakuan model pembelajaran. Postest yang diberikan berupa
tes untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dengan soal-soal pilihan ganda
sebanyak 40 butir soal.
Pada kelas eksperimen yaitu kelas X8 model pembelajaran yang digunakan
adalah model pembelajaran quantum learning sedangkan pada kelas kontrol yaitu
kelas X9 model pembelajaran yang digunakan adalah konvensional. Berdasarkan
perbedaan perlakukan yang diberikan pada kedua kelas, terdapat dua hipotesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Namun, sebelum membahas kedua hipotesis akan dibahas validitas, reliabilitas,
daya beda butir soal dan taraf kesukaran butir soal.
Validitas digunakan untuk mengetahui apakah setiap butir soal yang akan
diujikan mencakup isi materi yang dipelajari. Validitas dapat diketahui dengan
menggunakan rumus kolerasi product moment. Berdasarkan hasil uji validitas
soal dari 50 soal diperoleh 40 soal yang valid (rxy > rtabel = 0,329). 10 butir soal
yang tidak valid (drop) adalah nomor 10, 13, 16, 23, 27, 28, 29, 31, 38, dan 39,
sedangkan 40 butir soal hasil validitas kemudian dilakukan uji reliabilitas.
Reliabilitas digunakan untuk mengukur keajegan suatu tes apabila diteskan
kepada subjek yang sama dalam waktu yang berlainan hasilnya akan tetap ajeg /
tetap. Hasil uji reliabilitas dari 40 soal yang valid diperoleh r11 = 0,865 dan rtabel =
0,329, karena r11 > rtabel maka instrumen dikatakan reliabel dengan indeks
reliabilitas sangat tinggi.
Butir soal yang telah diuji reliabilitas, kemudian dilakukan pengukuran
taraf kesukaran butir soal dan daya beda butir soal. Taraf kesukaran digunakan
untuk mengetahui apakah soal itu baik. Maksudnya soal itu tidak terlalu mudah
dan tidak terlalu sukar, sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam menjawab soal-
soal. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan jumlah soal 40 butir dapat diketahui
taraf kesukaran dari masing-masing butir antara lain: 1) taraf sukar berjumlah 9;
2) taraf sedang berjumlah 28; dan 3) taraf mudah berjumlah 3, sedangkan daya
beda butir soal digunakan untuk mengetahui apakah tiap butir soal dapat
digunakan untuk membedakan kemampuan siswa yang satu dengan siswa yang
lain. Berdasarkan hasil yang diperoleh, daya beda butir 1 – 40 antara lain : 1) jelek
dengan jumlah soal 5; 2) cukup dengan jumlah soal 27; dan 3) baik dengan jumlah
soal 8. Setelah dilakukan analisis butir soal maka dilanjutkan dengan pemberian
perlakukan. Pada saat diberikan perlakukan model pembelajaran, dilakukan
observasi.
Observasi dilakukan untuk mengetahui/mengamati apakah model
pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran berlangsung
sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran yang dibuat atau belum. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung, baik kelas eksperimen
maupuan kelas kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru
sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh tiga
orang observer. Hal ini, dibuktikan dengan nilai observasi yang menunjukkan
60%-80% yang berarti sesuai.
Sebelum masing-masing kelas diberi perlakukan, kedua kelas dilakukan
pretest. Pretest diadakan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai
kemampuan awal yang seimbang (homogen) atau tidak. Hasil pretest untuk kelas
X8 (kelas eksperimen) nilai rata-rata yang diperoleh 62,153 dan Sd = 14,119,
sedangkan kelas X9 (kelas kontrol) nilai rata-rata yang diperoleh 58,958 dan Sd =
18,645. Untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol maka harus dilakukan uji homogenitas dengan rumus uji barlett.
Hasil uji homogenitas menggunakan rumus uji barlett diperoleh χ2 = 3,589 dan
χ2
tabel = 3,841 (Xhitung < Xtabel,). Hal ini menunjukkan bahwa variansi kedua
populasi sama (tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol).
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata kedua kelas mempunyai selisih
3,195 lebih besar kelas X8 dibandingkan kelas X9 dan mempunyai selisih Sd
4,526 lebih besar kelas X9 dibandingkan kelas X8. Namun kedua kelas
dinyatakan mempunyai kemampuan awal sama karena setiap kelas tidak mungkin
mempunyai rentang nilai (Sd) dan rata-rata yang sama persis. Hal ini juga
diperkuat dengan hasil perhitungan homogenitas Xhitung < Xtabel, (χ2 = 3,589 dan
χ2
tabel = 3,841). Dengan adanya kesamaan kemampuan awal antara kedua kelas
maka dapat disimpulkan bahwa antara kelas X8 dan kelas X9, kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal dan daya serap dalam menerima materi seimbang
sehingga penelitian bisa dilanjutkan.
Pemberian perlakukan pada kelas eksperimen (X8) dan kelas kontrol (X9)
dilakukan sebanyak tiga kali tatap muka. Kelas X8 diberi perlakukan model
pembelajaran quantum learning dengan mengunakan metode kerangka konsep
dan catatan TS dengan menggunakan media powerpoint, sedangkan di kelas X9
diberi perlakukan model pembelajaran konvensional dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
metode ceramah tanpa menggunakan media, setelah tiga kali tatap muka selesai
kemudian dilakukan postest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Kelas X8
dengan model pembelajaran quantum learning nilai rata-rata yang diperoleh
75,625 dan Sd = 9,246, sedangkan kelas X9 dengan model pembelajaran
konvensional nilai rata-rata yang diperoleh 71,528 dan Sd = 7,103. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan memperlakukan siswa dengan model pembelajaran
yang biasa saja seperti model pembelajaran konvensional yang lebih menekankan
pada komunikasi satu arah yaitu guru sebagai pusatnya, hasil belajar siswa lebih
kecil dibandingkan jika guru menggunakan model pembelajaran yang melibatkan
keaktifan siswa (model pembelajaran quantum learning). Keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran akan membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk
lebih memperdalam dan memahami pokok bahasan yang diajarkan (mata
pelajaran Geografi KD atmosfer).
Berdasarkan hasil belajar siswa setelah diberi perlakukan model
pembelajaran, maka dilakukan uji prasyarat analisis menggunakan uji
homogenitas dengan rumus uji barllet. Hasil dari uji homogenitas kedua kelas
mempunyai variansi populasi yang homogen, sehingga dapat dilakukan pengujian
hipotesis.
Hipotesis pertama diterima yaitu ada perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan
siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada mata
pelajaran Geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai dengan keputusan uji hipotesis
menggunakan uji t dengan perolehan t hitung sebesar 2,108, dan t tabel = 1,667
(t hitung > t tabel).
Perbedaaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang diajar dengan
model pembelajaran quantum learning dan siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional ternyata hasilnya lebih baik siswa yang diajar dengan
model pembelajaran quantum learning dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan ini disebabkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
model pembelajaran quantum learning melibatkan siswa untuk berperan aktif
dalam memahami materi yaitu dengan cara mendiskusikan kerangka konsep yang
sudah disediakan oleh guru maupun yang dibuat sendiri, membuat catatan TS dari
gambar-gambar dan video yang ditayangkan guru, dan memperhatikan siswa yang
mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas sehingga siswa merasa senang
dan merasa diperhatikan, sedangkan pada model pembelajaran konvensional siswa
tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa hanya sebagai pendengar
setia karena guru dari awal sampai akhir pelajaran hanya menjelaskan materi
dengan berpedoman pada buku pegangan guru dan siswa tanpa menggunakan
media sehingga materi yang tersampaikan sedikit sekali yang dapat terserap oleh
siswa dan siswa menjadi bosan serta malas untuk memahami pokok bahasan yang
diajarkan.
Hipotesis kedua berbunyi “Model pembelajaran quantum learning lebih
baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer
dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”.
Berdasarkan hasil belajar siswa, model pembelajaran quantum learning
ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Hal ini sesuai dengan perolehan nilai rata-rata postest kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Nilai rata-rata hasil postest siswa yang belajar dengan model
pembelajaran quantum learning 75,625 dan Sd = 9,246, sedangkan nilai rata-rata
siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional 71,528 dan Sd =
7.103. Jika dilihat pada histogram, gambar 4.3, siswa yang diajar dengan model
pembelajaran quantum learning lebih baik hasilnya dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
Lebih baiknya model pembelajaran quantum learning dibandingkan dengan
model pembelajaran konvensional karena adanya kelemahan dan kelebihan kedua
model pembelajaran. Kelebihan model pembelajaran quantum learning antara
lain: 1) Siswa merasa tertarik dan senang saat menggunakan kerangka konsep dan
catatan TS sehingga siswa termotivasi untuk lebih memperdalam materi. Hal ini
berdasarkan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model quantum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
learning selama tiga kali pertemuan; 2) Rata-rata siswa mudah memahami materi
dengan kerangka konsep yang dilakukan pada tahap alami dan namai sesuai
dengan prosedur TANDUR dalam RPP; 3) Siswa menjadi lebih bisa
mengembangkan kreatifitasnya dalam menggambar pada saat mengerjakan
kerangka konsep dan catatan TS.
Kelemahan model pembelajaran quantum learning antara lain: 1) Perbedaan
kondisi siswa saat belajar berbeda-beda. Maksudnya ada siswa yang
membutuhkan musik saat belajar dan ada siswa yang butuh ketenangan saat
belajar. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen yaitu masih ada siswa yang nilai hasil belajarnya rendah (nilai sebesar
60) ; 2) Siswa yang gaya belajarnya hanya mengandalkan audio tidak dapat
mengikuti model pembelajaran quantum learning karena tidak terbiasa melakukan
pencatatan, meringkas, menggambar dan berimajinasi sehingga sulit dalam
memahami pokok bahasan dengan kerangka konsep dan catatan TS, sehingga
untuk membantu siswa yang tidak bisa menggambar, diajarkan dengan membuat
kerangka konsep yang sangat sederhana (tanpa ada gambar-gambar dan hanya
jari-jari yang saling terhubung); dan 3) Pada pertemuan awal model pembelajaran
quantum learning belum sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan sehingga
penyampaian materi membutuhkan waktu lebih karena siswa baru memasuki
tahap adaptasi setelah mengalami perubahan model pembelajaran.
Sama halnya dengan model pembelajaran quantum learning, model
pembelajaran konvensional juga memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai
berikut: kelebihan 1) Siswa mendapat pengetahuan yang lebih dari guru karena
dalam menjelaskan materi, guru dapat mengkaitkannya dengan pengetahuan dan
pengalaman yang pernah dialami guru; 2) Cara penyajian yang mudah dan tidak
memerlukan biaya. Hal ini karena guru tidak perlu menyiapkan alat dan bahan
yang rumit, cukup dengan buku sumber yang diperlukan; dan 3) Semua materi
dapat tersampaikan. Tersampaikannya semua materi karena guru dari awal sampai
akhir menjelaskan secara lisan materi yang dibahas. Kelemahan model
pembelajaran konvensional yaitu: 1) Siswa cepat bosan karena siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru karena siswa tidak dilibatkan dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pembelajaran dan tidak diberi kesempatan untuk bertanya atau menjawab
pertanyaan; 2) Sebagian siswa mengantuk karena merasa seperti dibacakan cerita
oleh guru; dan 3) Banyak siswa yang berbicara sendiri. Hal ini karena siswa tidak
dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga untuk mengurangi kebosanan dan
rasa ingin tidur (mengantuk) maka siswa berbicara sendiri dengan teman
sebangkunya. Adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing model
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa hanya saja dalam
pemerolehan hasil belajar model pembelajaran quantum learning lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan kedua hipotesis dapat disimpulkan bahwa pengunaan model
pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional karena prinsip dari model pembelajaran quantum
learning yang berusaha mengubah suasana belajar menjadi nyaman dan
menyenangkan bagi siswa dengan memadukan minat dan motivasi menjadi satu
kesatuan sehingga belajar lebih baik dan efisien serta menuntut keaktifan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan model pembelajaran
konvensional lebih mengutamakan pada keaktifan guru sehingga siswa menjadi
pasif atau terbiasa untuk menerima informasi yang diberikan guru dan siswa
menjadi manja (kurang kreativitas dalam belajar).
Perbedaan hasil belajar geografi siswa dan lebih baiknya model
pembelajaran quantum learning pada KD atmosfer dan pengaruhya terhadap
kehidupan di muka bumi karena pada KD atmosfer, siswa dapat memilih gambar
atau mengimajinasikan dengan sederhana gambar-gambar yang akan dibuat
kerangka konsep dan catatan TS. Contohnya siswa dapat menggambar bentuk
awan atau gambar bumi menangis untuk dijadikan pusat kerangka konsep,
sedangkan pada model pembelajaran konvensional sebagian siswa tidak dapat
mengimajinasikan pokok-pokok bahasan yang dijelaskan guru karena sudah tidak
tertarik dan merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan.
Hasil ini diperkuat dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh 1)
Aris Haryanto (2008) dengan judul Pengaruh metode pembelajaran Quantum
Teaching terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran Geografi kompetensi dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya di Indonesia
(Eksperimen di kelas VIII SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2007-2008); dan
2) Margiyanto (2008) dengan judul Pengaruh penggunaan metode Quantum
Learning dan metode Ekspositori terhadap presentasi belajar ditinjau dari
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika (penelitian pada siswa
SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara).
Model pembelajaran quantum learning merupakan model pembelajaran
yang mengupayakan pada keaktifan siswa dan pengubahan ruang belajar yang
nyaman, santai, terjaga dan menyenangkan bagi siswa. Namun, dalam penelitian
yang telah dilakukan penataan pentas tidak dilakukan karena kondisi kelas sudah
nyaman, terjaga, bersih dan posisi serta pasangan duduk siswa sudah sesuai
dengan minat siswa dan untuk menumbuhkan konsentrasi siswa pada saat
dilakukan proses belajar mengajar diperdengarkan iringan musik. Metode yang
digunakan dalam pengajaran quantum learning adalah kerangka konsep dan
catatan TS. Kerangka konsep merupakan cara merangkum materi yang disajikan
dalam bentuk diagram bergambar. Gambar yang dituangkan sesuai dengan tema
yang sedang dirangkum sehingga anak mudah untuk memahaminya, sedangkan
catatan TS merupakan cara merangkum materi yang sedang dibahas oleh guru.
Namun, pada saat mencatat rangkuman siswa membuat dua kolom yang sebelah
kiri untuk rangkuman dan sebelah kanan untuk kesan saat mendengar atau melihat
tayangan yang disajikan guru. Dalam metode kerangka konsep dan catatan TS
siswa dituntut untuk aktif sehingga siswa dapat mengembangkan kreatifitas dan
menuangkan pendapatnya dalam memahami materi.
Langkah-langkah pembelajaran quantum learning yang mengusung konsep
TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demontrasi, ulangi dan rayakan) dan
penggunaan instrumen musik membuat siswa tidak merasa jenuh saat belajar. Hal
ini dibuktikan di kelas eksperimen (X8 SMA N 5 Surakarta) tidak ada anak yang
mengantuk saat dilakukan proses belajar mengajar bahkan semua siswa aktif
melakukan diskusi, meskipun jam pelajaran berlangsung di jam pelajaran terkahir
(jam ke 7-8; 12.15-13.45 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berbeda dengan model pembalajaran konvensional yang menggunakan
metode ceramah yang menitihberatkan pada keaktifan guru sehingga siswa
cenderung pasif. Siswa tidak dapat mengembangkan kreatifitas dan
menyampaikan pendapatnya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal
ini dibuktikan di kelas konrol (X9 SMA N 5 Surakarta) banyak siswa yang
mengantuk, melamun, berbicara sendiri dengan teman pada saat proses belajar
mengajar berlangsung, meskipun jam pelajaran berlangsung pada pagi hari (jam
ke 3-4; 08.30-10.15 WIB).
Kekurangan dalam penelitian ini yaitu kurangnya penggunaan media pada
kelas kontrol. Penggunaan media pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
haruslah sama/seimbang tidak boleh dibeda-bedakan, dalam hal ini penggunaan
media powerpoint. Meskipun kelas kontrol menggunakan metode ceramah,
namun dalam penerepaan taktik pembelajarannya media powerpoint boleh
digunakan untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran karena mata
pelajaran geografi lebih mengutamakan pada aspek spasial yang dapat dijelaskan
dengan peta (Lampiran 30).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA yang diajar dengan model
pembelajaran quantum learning dan siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai dengan keputusan uji hipotesis
menggunakan uji t dengan t hitung sebesar 2,108, dan t tabel = 1,667 (t hitung > t tabel).
2. Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA pada
kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini,
dibuktikan dengan hasil nilai rata-rata kelas eksperimen (model pembelajaran quantum
learning) lebih besar dibandingkan dengan kelas control (model pembelajaran
konvensional) menyatakan ( 75,625 > 71,528 ).
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian, peneliti
menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam
upaya meningkatkan hasil belajar Geografi.
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Geografi siswa khususnya pada
komptensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi dapat
ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran quantum learning, meskipun
demikian model pembelajaran yang digunkan harus disesuaikan dengan pokok bahasan yang
akan diajarkan.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru Geografi untuk
menggunakan model pembalajaran yang bervariasi seperti model pembelajaran quantum
learning agar siswa tidak merasa bosan dan termotivasi serta tertarik untuk mempelajari
materi yang diajarkan sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dalam model pembelajaran quantum learning yang menggunakan metode peta konsep dan
catatan TS.
C. Saran
Berdasarkan implikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu peneliti sarankan demi
kemajuan dan perbaikan pegajaran Geografi.
1. Perlunya penggunaan model pembelajaran quantum learning untuk kompetensi dasar
dengan pokok bahasan yang memerlukan hafalan dan pemahaman lebih.
2. Dalam menggunakan model pembelajaran quantum learning sebaiknya dikombinasikan
dengan permainan-permainan yang menarik perhatian siswa agar siswa tidak merasa
bosan dengan metode-metode yang ada dalam model pembelajaran quantum learning.
3. Penggunaan sumber, alat dan media pada semua kelas yang digunakan sebagai penelitian
harus disamakan tidak boleh dibeda-bedakan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan
memuaskan.
4. Sebelum memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sebaiknya
pelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan dan pada saat penyusunan RPP
sumber dan media belajar harus diperkaya.