FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum...

91
Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi di perusahaan umum (perum) pegadaian cabang palur dan Pegadaian syariah cabang solo baru) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Oleh : Agus Yarisky Hermawan NIM : E.0004072 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Transcript of FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum...

Page 1: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan

pegadaian syariah

Dalam pelaksanaan transaksi gadai

(studi di perusahaan umum (perum) pegadaian cabang palur dan

Pegadaian syariah cabang solo baru)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Agus Yarisky Hermawan

NIM : E.0004072

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2008

Page 2: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI KOMPARASI ANTARA PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

PEGADAIAN DENGAN PEGADAIAN SYARIAH

DALAM PELAKSANAAN TRANSAKSI GADAI

(Studi di Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Cabang Palur dan

Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru)

Disusun oleh :

AGUS YARISKY HERMAWAN

NIM : E0004072

Disetujui untuk Dipertahankan

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

Tuhana, S.H, Msi Muhammad Adnan, S.H, M.Hum

NIP. 132 162 557 NIP. 131 411 014

Page 3: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

3

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI KOMPARASI ANTARA PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

PEGADAIAN DENGAN PEGADAIAN SYARIAH

DALAM PELAKSANAAN TRANSAKSI GADAI

(Studi di Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Cabang Palur dan

Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru)

Disusun oleh :

AGUS YARISKY HERMAWAN

NIM : E0004072

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 26 April 2008

TIM PENGUJI

1. Suraji ,S.H,M.H. : ...........................................

(Ketua)

2. Tuhana, S.H, M.Si : ...........................................

(Sekretaris)

3. Muhammad Adnan, S.H, M.Hum : ...........................................

(Anggota)

MENGETAHUI

Dekan,

Moh. Jamin , S.H, M.Hum NIP. 131 570 154

Page 4: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

4

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

1. Sifat – sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang -

orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kepada orang-orang yang

mempunyai keberuntungan yang besar (Q.S. Fushshilat : 35).

2. Kemauan dan ketabahan adalah dasar utama yang dimiliki oleh orang yang

mendapat kesuksesan (Penulis).

3. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum,

kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri

(QS. Ar Ra’ du : 11).

4. Selalu ada harapan di tengah kesulitan (Ust. Yusuf Mansur).

5. Untuk memahami hati dan pikiran seseorang, Jangan melihat apa yang

telah dia raih, Lihatlah apa yang telah dia lakukan untuk menggapai cita-

citanya (Kahlil Gibran).

Persembahan

Penulisan Hukum (skripsi) ini Penulis

persembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu yang telah memberikan

doa dan kasih sayangnya.

2. Kakak yang selalu mendukung dan

memberikan semangat untuk

keberhasilan.

Page 5: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

penulisan hukum (skripsi) dengan judul STUDI KOMPARASI ANTARA

PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEGADAIAN DENGAN PEGADAIAN

SYARIAH DALAM TRANSAKSI GADAI ( Studi di Perusahaan Umum

(Perum) Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru ).

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan penulisan hukum

(skripsi) ini menemui berbagai rintangan, tantangan, dan hambatan yang harus

penulis lewati dan tidak terlepas dari bantuan serta dukungan moril maupun

spiritual dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Tuhana, S.H., M.Si, selaku Pembimbing Penulisan Hukum

(Skripsi).

3. Bapak Muhammad Adnan, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing

Penulisan Hukum (Skripsi).

4. Ibu Zeni Luthfiyah, S.Ag, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

5. Bapak Kiswanto, B.A, selaku Pimpinan Divisi Humas Pegadaian

Wilayah Surakarta.

6. Bapak Erry, S.E, selaku Manager Wilayah Perusahaan Umum (Perum)

Pegadaian Cabang Palur.

7. Bapak Kuntoradji, S.E, selaku Manager Wilayah Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 6: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

6

9. Bapak dan Ibu, terima kasih atas doa dan cinta yang tidak pernah

habis.

10. Monica Nunik Gayatri, terima kasih atas semangat yang telah

diberikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan hukum (skripsi) ini masih

memiliki banyak kekurangan maka diperlukan saran, teguran, dan kritik yang

membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa

datang.

Akhir kata, semoga penulisan hukum (skripsi) ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Surakarta, April 2008

Penulis

Page 7: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

7

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... vii

ABSTRAK...................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 6

E. Metode Penelitian ............................................................. 6

F. Sistematika Penulisan Hukum (skripsi) ............................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 14

A. Kerangka Teori ................................................................. 14

1. Tinjauan tentang Perusahaan Umum (Perum)

Pegadaian .................................................................... 14

2. Tinjauan tentang Pegadaian Syariah ........................... 28

3. Tinjauan tentang Perjanjian ........................................ 31

4. Tinjauan tentang Jaminan ........................................... 32

5. Tinjauan tentang Gadai ............................................... 34

6. Tinjauan tentang Kredit .............................................. 39

B. Kerangka Pemikiran............................................................. 44

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 46

A. Hasil Penelitian ................................................................. 46

1. Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai pada Perusahaan

Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru

a) Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur ........ 46

b) Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru .................. . 49

Page 8: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

8

2. Pengaturan Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai

Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam

a) Menurut Hukum Perdata....................................... .. 54

b) Menurut Hukum Islam.......................................... ... 54

3. Kendala – Kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan

Transaksi Gadai pada Perusahaan Umum Pegadaian

Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru

a) Perusahaan Umum Pegadaian................................... 54

b) Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru...................... 55

B. Pembahasan....................................................................... 54

1. Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai pada Perusahaan

Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru

a) Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur ........ 55

b) Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru .................. 59

2. Pengaturan Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai

Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam

a) Menurut Hukum Perdata....................................... 63

b) Menurut Hukum Islam.......................................... 67

3. Kendala – Kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan

Transaksi Gadai pada Perusahaan Umum Pegadaian

Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru

a) Perusahaan Umum Pegadaian............................... 69

b) Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru.................. 71

BAB IV Simpulan dan Saran ................................................................ 77

A. Simpulan ........................................................................... 77

B. Saran.................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80

LAMPIRAN

Page 9: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

9

ABSTRAK

Agus Yarisky Hermawan, 2008. STUDI KOMPARASI ANTARA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEGADAIAN DENGAN PEGADAIAN SYARIAH DALAM TRANSAKSI GADAI ( Studi di Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis melakukan kajian dan menjawab permasalahan mengenai pelaksanaan transaksi gadai pada Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru, dalam hal ini terdapat perbedaan- perbedaan antara kedua pegadaian tersebut khususnya dalam transaksi gadai. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama peneliitan ini, sedangkan data sekunder digunakan sebagai pendukung data primer. Lokasi penelitian pada Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui wawancara dan studi kepustakaan. Wawancara dilakukan dengan manager wilayah, kasir, juru taksir, dan nasabah untuk Perusahaan Umum Pegadaian, sedangkan dari Pegadaian Syariah dengan rahin, manager wilayah dan murtahin serta pihak – pihak yang terkait dengan transaksi pelaksanaan gadai, sedangkan studi dokumen diperoleh terhadap peraturan perundang-undangan, Al Qur’an, hadist, dan buku –buku yang terkait dengan masalah tersebut. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif model interaktif. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh data mengenai pelaksanaan transaksi gadai pada Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru. Hal tersebut terbukti dengan adanya komparasi pelaksanaan transaksi gadai di kedua pegadaian tersebut yang berbeda, yang mana di Perum Pegadaian menggunakan kwintansi gadai dinamakan dengan surat bukti kredit, hanya ada satu perjanjian kredit, pemberian uang sewa modal per lima belas hari, sedangkan Pegadaian Syariah menggunakan kwintansi gadai (surat bukti rahn), terdapat dua akad yaitu akad rahn dan ijaroh, pemberian jasa per sepuluh hari, komparasi pengaturan hukumnya pada hukum perdata diatur dalam Pasal 1150 -1160 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dan hukum islam diatur dalam Al Qur’ an, hadist, itjma, dan terdapat kendala-kendala dalam komparasi palaksanaan transaksi gadai yang disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhinya. Implikasinya berupa Pegadaian Syariah telah menerapkan sesuai dengan prinsip syariah dan terbebas dari unsur riba dengan adanya perhitungan sistem bagi hasil untuk jasa penitipan barang (sewa tempat) yang jelas daripada Perusahaan Umum Pegadaian yang menggunakan sistem bunga (sewa modal untuk uang pinjaman) dengan didasarkan pada teori bunga sebagai imbalan sewa, untuk itu umat islam atau muslim mengharamkan adanya sistem bunga sebagai riba.

Page 10: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan laju ekonomi Indonesia yang relatif sangat pesat

adalah pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha pada umumnya.

Pertumbuhan dunia usaha dapat terjadi karena tersedianya beberapa faktor

penunjang dan iklim berusaha yang bagus sebagai salah satu faktor yang

dominan. Setiap organisasi ekonomi dalam bentuk atau skala apapun betapa

kecilnya selalu membutuhkan dana yang cukup agar laju kegiatan dan

perkembangannya dapat diharapkan terwujud sesuai perencanaannya.

Lembaga keuangan yang ada di Indonesia sekarang ini dibagi menjadi

dua ,yaitu: lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.

Lembaga keuangan bank dalam pendirian sesuai dengan Undang – Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan juncto Undang – Undang Nomor

10 Tahun 1998 dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Bank Umum dan Bank

Perkreditan Rakyat. Lembaga keuangan non bank terdiri dari pegadaian,

asuransi, dana pensiun, reksa dana, dan bursa efek.

Pegadaian atau Pawn Shop merupakan lembaga perkreditan dengan

sistem gadai. Lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia

yang kemudian dipraktekkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya :

Inggris dan Belanda. Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa dan

dikembangkan oleh orang Belanda (VOC), yaitu: sekitar abad ke-19. Bentuk

usaha Pegadaian di Indonesia berawal dari Bank Van Leening yang didirikan

pada tanggal 20 Agustus 1746 di Batavia. Usaha Pegadaian di Indonesia

mempunyai tugas memberikan pinjaman uang tunai kepada masyarakat

dengan jaminan harta bergerak. Sejak itu bentuk usaha Pegadaian telah

mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-

peraturan yang mengaturnya (Rilda dan Muhammad, 2003 : 15).

1

Page 11: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

11

Pada mulanya usaha Pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak

swasta, kemudian pada awal abad ke-20 oleh Gubernur Jenderal Hindia

Belanda melalui Staatblad 1901 Nomor 131 tanggal 12 Maret 1901,

didirikan rumah gadai pemerintah (Hindia Belanda) di Sukabumi Jawa Barat

dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, maka pelaksanaan gadai

dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagaimana diatur dalam

staablaad tahun 1901 Nomor 131 tersebut sebagai berikut:”Kedua, sejak

saat itu di bagian Sukabumi kepada siapapun tidak diperkenankan untuk

memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak membeli kembali,

meminjam tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yang diancam

dalam Pasal 337 Kitab Undang Undang Hukum Pidana bagi orang-orang

Eropa dan Pasal 339 Kitab Undang Undang Hukum Pidana bagi orang –

orang Bumiputera” dengan Staablaad 1939 Nomor 266 rumah gadai

tersebut mendapat status Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara dalam

arti undang-undang perusahaan Hindia Belanda (Lembaran Negara Hindia

Belanda 1927 Nomor 419). Pada masa berikutnya Pegadaian milik

pemerintah tetap diberi fasilitas monopoli atas kegiatan Pegadaian di

Indonesia. Dinas Pegadaian mengalami beberapa kali perubahan bentuk

badan hukum sehingga akhirnya pada tahun 1990 menjadi Perusahaan

Umum (Perum) Pegadaian. Pada tahun 1960 Dinas Pegadaian berubah

menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian, pada tahun 1969 Perusahaan

Negara Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian

dan pada tahun 1990 Perusahaan Jawatan Pegadaian diubah menjadi

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian melaui Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990 (Muhammad Sholikul

Hadi,2003:2).

Page 12: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

12

Pada waktu Pegadaian masih berbentuk Perusahan Jawatan, misi sosial

dari Pegadaian merupakan satu-satunya acuan dalam mengelola Pegadaian.

Pengelolaan Pegadaian dapat dilaksanakan meskipun perusahaan tersebut

mengalami kerugian. Sejak statusnya diubah menjadi Perusahaan Umum

(Perum) keadaan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipertahankan lagi.

Disamping berusaha memberikan pelayanan umum berupa penyediaan dana

atas dasar hukum gadai, manajemen Perusahaan Umum Pegadaian juga

berusaha agar pengelolaan usaha ini sedapat mungkin tidak mengalami

kerugian. Perusahaan Umum Pegadaian diharapkan dapat mengalami

keuntungan atau setidaknya penerimaan yang di dapat mampu menutup

seluruh biaya dan pengeluarannya sendiri. Produk-produk yang ditawarkan

di Pegadaian antara lain, yaitu: kredit cepat aman (KCA), kredit tunda jual

komoditas pertanian (Gadai Gabah), kredit usaha rumah tangga (Krista),

kredit angsuran sistem gadai (Krasida), kredit angsuran fidusia (Kreasi), dan

rahn (gadai syariah).

Perkembangan usaha Pegadaian terbagi atas 2 (dua) jenis Pegadaian,

yaitu: Perusahaan Umum Pegadaian dan Pegadaian Syariah. Perusahaan

Umum (Perum) Pegadaian dalam pelaksanaan kegiatan usahanya

menggunakan prinsip konvensional, dan diatur berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Pegadaian.

Pegadaian Syariah dalam melaksanakan transaksi gadai menggunakan

prinsip bagi hasil dan diatur dalam Fatwa DSN Nomor 25 / DSN- MUI / III /

2002 tentang Rahn dan Fatwa DSN Nomor 26 / DSN- MUI / III / 2002

tentang Rahn Emas . Islam merupakan agama yang bersifat universal dan

berlaku sepanjang jaman. Keuniversalan konsep islam merupakan jawaban

terhadap keterbatasan manusia dan pemikirannya yang temporal dan parsial.

Lembaga gadai syariah terlahir karena adanya perkembangan yang sangat

signifikan dari lahirnya bisnis–bisnis bernuansa syariah. Perkembangan

Pegadaian Syariah tergolong cepat karena adanya keyakinan yang kuat di

kalangan muslim, bahwa Perusahaan Umum Pegadaian itu mengandung

Page 13: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

13

unsur riba yang dilarang agama islam. Pegadaian Syariah mempunyai

modal usaha yang diperoleh dari kerja sama antara Perusahaan Umum

(Perum) Pegadaian dan Bank Muamalat Indonesia. Pegadaian Syariah

melaksanakan gadai dapat diketahui dalam pengambilan keuntungan yang

telah sesuai dengan ketentuan syariah ,yaitu: dengan cara mengambil

keuntungan lewat jalan sewa menyewa tempat (rahn) dan jasa penitipan

barang (ijaroh), sehingga terbebas dari unsur riba dalam melakukan bisnis

tersebut. Bentuk pinjaman hukum islam menjaga kepentingan kreditur,

jangan sampai dirugikan, untuk itu dibolehkan meminta barang dari debitur

sebagai jaminan utangnya, sehingga apabila debitur itu tidak mampu

melunasi pinjamannya, maka barang jaminan boleh dijual oleh kreditur.

Untuk itu, terdapat perbedaan – perbedaan antara Perusahaan Umum

Pegadaian dan Pegadaian Syariah khususnya dalam komparasi pelaksanaan

transaksi gadai pada Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan

Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru, pengaturan komparasi pelaksanaan

transaksi gadai menurut hukum perdata dan hukum islam, dan kendala-

kendala yang terjadi dalam pelaksanaan transaksi gadai di Perusahaan

Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis terdorong untuk melakukan

penulisan hukum (skripsi) dengan judul :

“STUDI KOMPARASI ANTARA PEGADAIAN SYARIAH

DENGAN PERUSAHAAN UMUM PEGADAIAN DALAM

PELAKSANAAN TRANSAKSI GADAI” (Studi di Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru dan Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur)

Page 14: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

14

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka penulis

tertarik untuk membahas masalah tersebut lebih lanjut dengan menitik

beratkan pada rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana komparasi pelaksanaan transaksi gadai pada

Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian

Syariah Cabang Solo Baru?

2. Bagaimanakah pengaturan komparasi pelaksanaan transaksi gadai

menurut hukum perdata dan hukum islam ?

3. Kendala – kendala yang terjadi dalam pelaksanaan transaksi gadai

di Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian

Syariah Cabang Solo Baru ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tentunya mempunyai tujuan yang jelas dan pasti,

tentang apa yang hendak dicapai karena tujuan dalam suatu penelitian

sedikit banyak menunjukkan kualitas dari penelitian tersebut. Adapun tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui komparasi pelaksanaan transaksi gadai

pada Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan

Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru.

b. Untuk mengetahui pengaturan komparasi pelaksanaan

transaksi gadai menurut hukum perdata dan hukum islam.

c. Untuk mengetahui kendala - kendala yang terjadi dalam

pelaksanaan transaksi gadai di Perusahaan Umum Pegadaian

Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memenuhi persyaratan wajib setiap mahasiswa dalam

meraih gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan bagi

penulisan hukum (skripsi).

Page 15: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

15

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya diharapkan memberikan manfaat yang

berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan dibidang penelitian tersebut.

Selain itu manfaat yang diperoleh dari suatu penelitian menggambarkan nilai

dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu pengetahuan hukum pembiayaan dan

jaminan.

b. Untuk menambah pengetahuan ilmiah yang dapat

dipergunakan dan dimanfaatkan dalam penulisan tentang

hukum pembiayaan dan hukum jaminan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Memberikan manfaat untuk lebih mengembangkan penalaran,

membentuk pola pikir yang dinamis, sekaligus untuk

mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu

yang telah diperoleh.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan

memberikan masukan serta perubahan pengetahuan mengenai

Pegadaian baik Pegadaian syariah maupun Pegadaian

konvensional.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat dirumuskan sebagai suatu tipe pemikiran yang

dipergunakan dalam penelitian dan penilaian (Soerjono Soekanto,1986: 5).

Oleh sebab itu, sebelum dilaksanakan suatu penelitian maka terlebih dahulu

harus ditentukan metode yang dipergunakan, dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

Page 16: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

16

1. Jenis Penelitian

Mengacu pada judul dan perumusan masalah, maka penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian empiris, yaitu: penelitian yang

dilakukan dengan meneliti data sekunder pada awalnya untuk

kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di

lapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 1986: 52).

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu: penelitian yang memberikan

data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau hipotesa-hipotesa

agar dapat membantu di dalam memperkuat teori – teori lama di dalam

penyusunan teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 1986: 2). Penelitian

ini menggambarkan dan menguraikan tentang pelaksanaan transakasi

gadai pada Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru dan Perusahaan

Umum Pegadaian Cabang Palur.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan penelitian adalah di Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru dan Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur.

Pemilihan lokasi penelitian ini, karena kedua pegadaian tersebut

representatif yang merupakan perwakilan dari berbagai pegadaian

sehingga pelaksanaan gadai di semua tempat sama sehingga data atau

informasi tentang pelaksanaan gadai dapat lebih cepat diperoleh dan

menghemat biaya.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan hukum (skripsi) ini

adalah :

a. Data primer

Data primer yaitu pihak yang terkait dengan permasalahan

yang diteliti dan dapat memberikan sejumlah data atau keterangan.

Penulis memperoleh data primer dari wawancara yang dilakukan

dengan manager yang bernama Bapak Erry, S.E, penaksir, kasir,

dan nasabah terhadap Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur,

sedangkan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru dengan manager

yang bernama Bapak Kuntoradji, S.E, rahin (nasabah), murtahin

(pegadaian) ,kasir, dan juru penaksir.

Page 17: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

17

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang menunjang dan

mendukung data primer yang diperoleh dari studi kepustakaan dan

studi dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti, seperti Al Qur’an, Hadist, buku tentang hukum jaminan,

buku tentang gadai, buku tentang perjanjian, buku tentang kredit,

dokumen pegadaian, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, PP

Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Pegadaian,

Surat Keputusan Direksi Nomor 305 / UL3.00.22.3 / 2003, Surat

Edaran Nomor 4 / LB.1.00.221 / 2001, Surat Keputusan Direksi

Perum Pegadaian Nomor Opp.2 / 67 / 5 ,PP Nomor 10 / 1990

tentang pengalihan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi

Perusahaan Umum Pegadaian dan buku– buku yang berkaitan

dengan masalah pegadaian lainnya.

5. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan adalah sumber data primer dan

sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi antara lain :

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh

dari Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru berasal dari

murtahin (pegadaian), rahin (nasabah), juru penaksir,

manager wilayah, sedangkan Perusahaan Umum Pegadaian

Cabang Palur yang berasal dari wawancara yang diberikan

oleh manager yang bernama Bapak Erry, S.E, penaksir,

kasir, dan nasabah terhadap Perusahaan Umum Pegadaian

Cabang Palur, sedangkan Pegadaian Syariah Cabang Solo

Baru dengan manager yang bernama Bapak Kuntoradji,

S.E, rahin (nasabah), murtahin (pegadaian) ,kasir, dan juru

penaksir.

Page 18: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

18

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang secara

tidak langsung memberi keterangan yang bersifat

mendukung sumber data primer, termasuk bahan – bahan

kepustakaan seperti Al Qur’an, Hadist, buku tentang hukum

jaminan, buku tentang gadai, buku tentang perjanjian, buku

tentang kredit, dokumen pegadaian, Kitab Undang Undang

Hukum Perdata, PP Nomor 103 Tahun 2000 tentang

Perusahaan Umum Pegadaian, Surat Keputusan Direksi

Nomor 305 / UL3.00.22.3 / 2003, Surat Edaran Nomor 4 /

LB.1.00.221 / 2001,Surat Keputusan Direksi Perum

Pegadaian Nomor Opp.2 / 67 / 5, PP Nomor 10 / 1990

tentang pengalihan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian

menjadi Perusahaan Umum Pegadaian dan buku – buku

yang berkaitan dengan masalah pegadaian lainnya.

6. Teknik Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data dalam penelitian ini dibutuhkan cara

pengumpulan data untuk mendapatkan data primer dan data sekunder

yang keduanya dianalisis. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah

a. Wawancara

Wawancara menggunakan teknik wawancara terstruktur,

supaya penulis dalam memfokuskan hal – hal yang penting

untuk ditanyakan serta memungkinkan mengembangkan

pertanyaan dan perhatian kepada persoalan yang relevan yang

berkaitan dengan permasalahan sedang diteliti yang mungkin

baru muncul di lapangan dan percakapan yang dilakukan oleh

dua pihak, yaitu: pewawancara (yang bertanya) dengan

terwawancara (yang menjawab pertanyaan) dengan maksud

untuk mengkontruksi mengenai orang lain, kejadian, kegiatan,

Page 19: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

19

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-

lain. Hal ini diperlukan untuk memperoleh gambaran yang

lebih jelas dan menyeluruh mengenai obyek penelitian.

Wawancara dilakukan dengan manager yang bernama Bapak

Erry, S.E, penaksir, kasir, dan nasabah terhadap Perusahaan

Umum Pegadaian Cabang Palur, sedangkan Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru dengan manager yang bernama Bapak

Kuntoradji, S.E, rahin (nasabah), murtahin (pegadaian) ,kasir,

dan juru penaksir.

b. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan dengan membaca, mempelajari

bahan – bahan kepustakaaan seperti Al Qur’an, Hadist, buku

tentang hukum jaminan, buku tentang gadai, buku tentang

perjanjian, buku tentang kredit, dokumen pegadaian, Kitab

Undang Undang Hukum Perdata, PP Nomor 103 Tahun 2000

tentang Perusahaan Umum Pegadaian, Surat Keputusan Direksi

Nomor 305 / UL3.00.22.3 / 2003, Surat Edaran Nomor 4 /

LB.1.00.221 / 2001,Surat Keputusan Direksi Perum Pegadaian

Nomor Opp.2 / 67 / 5,PP Nomor 10 / 1990 tentang pengalihan

bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi Perusahaan

Umum Pegadaian dan buku – buku yang berkaitan dengan

masalah pegadaian lainnya .

7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini digunakan analisis kualitatif. Tahap analisis ada 3

(tiga) komponen pokok, yaitu data reduction, data display, data

conclusion drawing (Herbitus Sutopo, 1998: 34). Ketiga komponen

tersebut adalah :

Page 20: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

20

a. Reduksi data (reduction) dalam penelitian yang telah

dilakukan oleh penulis, maka diperoleh sumber-sumber

data yang bermanfaat untuk penulisan hukum (skripsi) ini.

Beberapa sumber – sumber data yang diperoleh tersebut,

dilakukan pengurangan dan penyeleksian sehingga

menghasilkan data primer dan data sekunder.

b. Sajian data (display)

Susunan data yang telah melewati proses

pengurangan dan penyeleksian berupa data keterangan

informasi langsung dari lapangan, yaitu keterangan

informasi dari manajer, juru taksir, nasabah (rahin) ,atau

murtahin (pihak - pihak pegadaian yang berwenang

khususnya terhadap pelaksanaan transaksi gadai), serta

studi kepustakaan dari PP Nomor 103 Tahun 2000 tentang

Perusahaan Umum Pegadaian, Al Qur’an, Hadist, dan

buku – buku yang berkaitan dengan pelaksanaan transaksi

gadai.

c. Penarikan simpulan (Conclusion drawing)

Data yang telah melalui proses pengurangan dan

penyeleksian serta telah disajikan maka dapat ditarik

kesimpulan dari pengecekan atas kebenaran terhadap data-

data yang diteliti sehingga dapat menjawab permasalahan

yang ada.

Page 21: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

21

Penelitian ini menggunakan ketiga komponen tersebut yang aktivitasnya

berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data berbagai proses siklus.

Skema Model Analisis Interaktif

Gambar : 1 Interaktive Model of Analysis

(Heribertus Sutopo, 1998: 37)

Keterangan :

Bentuk ini tetap bergerak di antara ketiga komponen dengan komponen

pengumpulan data, selama proses pengumpulan data berlangsung. Sesudah

pengumpulan data, kemudian bergerak diantara data reduction, data display,

dan conclusion drawing dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi

penelitiannya (Heribertus Sutopo, 1998: 37).

Pengumpulan data

Reduksi Data Sajian data

Penarikan Simpulan / verifikasi

Page 22: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

22

F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi)

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai bahasan dalam

penulisan hukum (skripsi) ini, penulis membagi penulisan hukum (skripsi)

ini menjadi empat bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub bab yang

disesuaikan dengan luas pembahasannya. Adapun sistematika dari penulisan

hukum (skripsi) ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, penulisan hukum (skripsi).

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan berisi tentang tinjauan tentang Perusahaan Umum

Pegadaian, tinjauan tentang Pegadaian Syariah, tinjauan

tentang perjanjian, tinjauan tentang jaminan, tinjauan

tentang gadai, tinjauan tentang kredit ,dan kerangka

pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi membahas mengenai bagaimana komparasi

pelaksanaan transaksi gadai pada Perusahaan Umum

Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang

Solo Baru; pengaturan komparasi pelaksanaan transaksi

gadai menurut hukum perdata dan hukum islam; hal lain

yang dibahas adalah mengenai kendala - kendala yang

terjadi dalam pelaksanaan transaksi gadai pada Perusahaan

Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru.

BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terbagi dalam dua bagian, yaitu : simpulan dan

saran terkait dengan permasalahan yang diteliti

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 23: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Perusahaan Umum Pegadaian

a. Pengertian Pegadaian

Perusahaan Umum Pegadaian adalah suatu badan usaha di

Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan

kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk

penyaluran dana ke masyarakat atas hukum gadai (Muhammad

Sholikul Hadi,2003:17).

Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan non perbankan yang

memberikan jasa kredit kepada masyarakat, dimana jasa pegadaian

ini berorientasi pada jaminan. Untuk mengatasi bagi masyarakat

yang membutuhkan uang tidak jatuh ke tangan para pelepas uang

atau tukang ijon atau tukang rentenir yang bunganya relatif tinggi,

maka Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menyediakan

pinjaman uang dengan jaminan barang-barang berharga

<http://www.manbisnis.tripod.com>.

Perusahaan Umum Pegadaian, yang selanjutnya dalam

Peraturan Pemerintah ini disebut Perusahaan, adalah Badan Usaha

Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 9

Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan

kewenangan Menteri Keuangan, dimana seluruh modalnya dimiliki

oleh Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak

terbagi atas saham. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum)

Pegadaian).

Page 24: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxiv

xxiv

b. Tugas, Tujuan, dan Fungsi Pegadaian

Sebagai lembaga keuangan non bank milik pemerintah yang

berhak memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat atas dasar

hukum gadai yang bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh

lembaga keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan

kebutuhan dana mendesak dari masyarakat, maka pada dasarnya

lembaga Pegadaian (Perusahaan Umum Pegadaian) tersebut

mempunyai tugas, tujuan, serta fungsi – fungsi pokok sebagai berikut

(Marzuki Usman,1995: 359) adalah :

1) Tugas pokok adalah menyalurkan uang pinjaman atas dasar

hukum gadai dan usaha – usaha lain yang berhubungan dengan

tujuan Pegadaian atas dasar materi.

2) Tujuan Pokok

Sifat usaha Pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan

bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan

berdasarkan prinsip pengelolaan, maka Pegadaian pada

dasarnya mempunyai tujuan – tujuan pokok sebagai berikut :

a) Turut melaksanakan program pemerintah di bidang

ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya

melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum

gadai.

b) Mencegah praktek Pegadaian gelap dan pinjaman tidak

wajar.

3) Fungsi Pokok adalah

a) Mengelola penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum

gadai dengan cara mudah,cepat, aman, dan hemat.

b) Menciptakan dan mengembangkan usaha – usaha lain

yang menguntungkan bagi Pegadaian maupun

masyarakat.

14

Page 25: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxv

xxv

c) Mengelola keuangan, perlengkapan, kepegawaian,

pendidikan dan pelatihan.

d) Mengelola organisasi, tata kerja, dan tata laksana

Pegadaian.

e) Melakukan penelitian dan pengembangan serta

mengawasi pengelolaan Pegadaian.

c. Kegiatan usaha Perusahaan Umum Pegadaian pada umumnya

meliputi dua hal (Susilo, 1999:181) ,yaitu :

1) Penghimpunan Dana

Dana yang diperlukan di Perusahaan Umum Pegadaian

untuk melakukan kegiatan usahanya berasal dari:

a) Pinjaman jangka pendek dari Perbankan. Dana jangka

pendek sebagian besar adalah dalam bentuk pinjaman

jangka pendek dari perbankan (sekitar 80% dari total dana

jangka pendek yang dihimpun).

b) Pinjaman jangka pendek dari pihak lain.

Pinjaman dana jangka pendek dari pihak lain biasanya

diperoleh dari utang kepada rekanan, utangnya kepada

nasabah, uang pajak, dan lain-lain.

c) Penerbitan obligasi

Untuk memperoleh / menghimpun dana Perusahaan

Umum Pegadaian pernah menerbitkan obligasi sebanyak

dua kali, yaitu: pada tahun 1993 dan 1994 yang jangka

waktunya masing-masing lima tahun.

d) Modal sendiri

Modal sendiri yang dimiliki oleh Perusahaan Umum

Pegadaian terdiri dari:

(1) Modal awal,yaitu kekayaan negara di luar APBN

(Anggaran Pelaksanaan Belanja Negara).

(2) Penyertaan modal pemerintah.

Page 26: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxvi

xxvi

(3) Laba ditahan, laba ditahan ini merupakan akumulasi

laba sejak Perusahaan Umum Pegadaian berdiri.

2) Penggunaan Dana

Dana yang berhasil dihimpun digunakan untuk mendanai

kegiatan usaha Perusahaan Umum Pegadaian, antara lain

digunakan untuk hal-hal berikut :

a) Uang kas dan dana likuid lain

b) Pendanaan kegiatan operasional

c) Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk

aktiva tetap dan inventaris

d) Penyaluran dana

e) Investasi lain

d. Produk dan Jasa Perusahaan Umum Pegadaian.

Produk dan jasa yang ditawarkan oleh Perusahaan Umum

Pegadaian kepada masyarakat meliputi sebagai berikut

(Susilo,1999:181) :

1) Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai.

Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai berarti

mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan

barang bergerak oleh penerima pinjaman. Konsekuensi yang

pertama dari hal tersebut adalah bahwa jumlah atau nilai

pinjaman yang diberikan kepada masing-masing peminjam

sangat dipengaruhi oleh nilai barang bergerak yang digadaikan.

2) Penaksiran nilai barang.

Jasa penaksiran barang dapat diberikan oleh Perusahaan

Umum Pegadaian karena perusahaan ini mempunyai peralatan

penaksir serta petugas yang sudah berpengalaman dan terlatih

dalam menaksir nilai suatu barang yang digadaikan. Barang-

barang yang ditaksir pada dasarnya semua barang bergerak

yang bisa digadaikan, terutama emas, berlian, dan intan.

Masyarakat yang memerlukan jasa ini biasanya ingin

Page 27: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxvii

xxvii

mengetahui nilai jual wajar atas barang berharganya yang

dijual. Atas dasar penaksiran yang diberikan, Perusahaan

Umum Pegadaian memperoleh penerimaan dari pemilik barang

berupa ongkos penaksiran.

3) Penitipan barang.

Perusahaan Umum Pegadaian dapat menyelenggarakan

jasa penitipan barang karena perusahaan ini mempunyai tempat

penyimpanan barang bergerak yang cukup memadai. Gudang

dan tempat penyimpanan barang bergerak lain milik Pegadaian

terutama digunakan untuk menyimpan barang-barang yang

digadaikan oleh masyarakat.

4) Jasa lain.

Ketiga jenis jasa di atas hampir selalu ada pada setiap

kantor Pegadaian. Di samping ketiga jasa tersebut, kantor

Pegadaian tertentu juga menawarkan jasa lain seperti kredit

kepada pegawai dengan penghasilan tetap, gold counter, dan

lain-lain.

e. Sumber Dana dan Pinjaman

Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

terutama bergerak di bidang usaha pembiayaan, sebagai perusahaan

pembiayaan Pegadaian dilarang menghimpun dana secara langsung

dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti giro, deposito,

tabungan. Untuk memenuhi kebutuhan modal dalam menjalankan

usahanya, Pegadaian memiliki sumber dana antara lain : modal

sendiri terdiri dari modal awal, penyertaan modal pemerintah, dan

laba ditahan. Modal awal adalah modal Pegadaian yang berasal dari

kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pembiayaan

Belanja Negara (APBN) yang tidak terbagi atas saham. Pemisahan

kekayaan negara dari Anggaran Pembiayaan Belanja Negara

(APBN) untuk ditempatkan pada Badan Usaha Milik Negara

Page 28: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxviii

xxviii

(BUMN), termasuk Perusahaan Umum Pegadaian dilaksanakan

dengan Peraturan Pemerintah. Penyertaan modal pemerintah adalah

modal yang berasal dari pemerintah sebagai keikutsertaan pembinaan

dan pengembangan misi Pegadaian untuk membantu memenuhi

kebutuhan dana bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Laba

ditahan bagian dari laba yang tidak dibagikan, diperoleh selama

menjalankan usahanya. Modal pinjaman dari bank terdiri dari modal

pinjaman jangka pendek dan modal pinjaman jangka panjang dari

Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Modal pinjaman dari

masyarakat adalah modal yang diperoleh dari masyarakat melalui

penerbitan dan penjualan obligasi.

f. Segi Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian

Pendekatan pemanfaatan Perusahaan Umum (Perum)

Pegadaian tidak hanya dilakukan dari segi kebutuhan ekonomi,

melainkan harus didukung dengan pendekatan hukum, sehingga

diakui dan berlaku dalam hubungan hukum bisnis. Pegadaian

merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi di bidang usaha

pembiayaan yang bersumber dari berbagai ketentuan hukum, baik

perjanjian maupun Perundang– Undangan. Perjanjian merupakan

sumber utama hukum Pegadaian dari segi perdata, sedangkan

perundang – undangan adalah sumber utama hukum Pegadaian dari

segi publik (Rilda Murniati dan Abdulkadir, 2003: 20).

1) Segi Hukum Perdata

Pada kegiatan usaha pembiayaan yang dijalankan oleh

Pegadaian, inisiatif mengadakan perjanjian pinjam uang dengan

sistem gadai berasal dari pihak – pihak, terutama Peminjam

(debitur). Perjanjian pinjam uang pada umumnya diadakan

secara lisan yang didukung dengan dokumen. Kehendak pihak

peminjam dan pihak Pegadaian pula yang menjadi sumber

hukumnya. Kehendak pihak – pihak tersebut dibuktikkan

dengan dokumen, dalam dokumen tersebut ditetapkan

Page 29: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxix

xxix

kewajiban dan hak peminjam dan Pegadaian, dalam

Perundang–Undangan juga diatur mengenai kewajiban dan

hak, Peminjam dan Pegadaian, dan hanya berlaku sejauh

peminjam dan Pegadaian, tidak menentukan lain secara khusus

dalam perjanjian yang dibuat, dan ada 2 (dua) sumber hukum

perdata yang mendasari Pegadaian, yaitu:

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan hukum perjanjian dapat diklasifikasikan

menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: asas kebebasan berjanji dalam arti

luas (secara lisan dan tertulis) dan asas kebebasan berkontrak

dalam arti sempit (hanya secara tertulis), dalam hubungan hukum

Pegadaian, perjanjian selalu diadakan secara lisan yang didukung

oleh dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum

Pegadaian (Pawnshop legal certainty). Perjanjian Pegadaian

adalah perjanjian pinjam uang dengan sistem gadai dibuat

berdasarkan asas kebebasan berkontrak, memuat rumusan

kehendak berupa kewajiban dan hak pihak Pegadaian sebagai

pemberi pinjaman uang (kreditur) dan peminjam sebagai pemberi

gadai (debitur). Perjanjian Pegadaian yang didukung oleh

dokumen hukum utama dibuat secara sah memenuhi syarat –

syarat yang ditetapkan dalam Pasal 1320 Kitab Undang Undang

Hukum Perdata.

Akibat hukum perjanjian Pegadaian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai Undang – Undang bagi Pegadaian dan peminjam

(Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Perdata).

Konsekuensi yuridis selanjutnya perjanjian tersebut harus

dilaksanakan dengan itikad baik (in good faith) dan tidak dapat

dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoidable). Dokumen

pendukung perjanjian Pegadaian berfungsi sebagai dokumen

bukti yang sah, melengkapi dan memperkaya hukum perdata

tertulis.

Page 30: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxx

xxx

b. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

Perjanjian Pegadaian adalah salah satu bentuk perjanjian

khusus yang tunduk pada ketentuan Buku III Kitab Undang

Undang Hukum Perdata. Sumber hukum utama Pegadaian adalah

perjanjian pinjam pakai habis yang diatur dalam Kitab Undang

Undang Hukum Perdata. Perjanjian tersebut dibahas dalam

konteksnya dengan Pegadaian, antara lain :

(1) Perjanjian Pinjam Pakai Habis

Perjanjian Pegadaian yang terjadi antara Pegadaian

dan peminjam digolongkan ke dalam “perjanjian pinjam

pakai habis” yang diatur dalam Pasal 1754 – 1773 Kitab

Undang Undang Hukum Perdata. Menurut ketentuan Pasal

1754 Kitab Undang Undang Hukum Perdata :

“Pinjam pakai habis adalah perjanjian dengan mana

pemberi pinjaman menyerahkan sejumlah barang pakai

habis kepada peminjam dengan syarat bahwa peminjam

mengembalikan barang tersebut kepada pemberi pinjaman

dalam jumlah dan keadaan yang sama.”

Pengertian “barang pakai habis” termasuk juga

sejumlah uang yang dipinjamkan oleh pemberi pinjaman.

Pemberi pinjaman adalah Pegadaian yang berkedudukan

sebagai kreditur, sedangkan peminjam adalah pemberi

gadai yang berkedudukan sebagai debitur.

Syarat yang ditentukan dalam pinjam pakai habis

adalah peminjam sebagai debitur mengembalikan uang

yang dipinjamnya kepada Pegadaian sebagai kreditur,

dalam jumlah dan keadaan yang sama seperti ketika

pinjaman itu diterimanya, karena barang pakai habis yang

dipinjam itu sejumlah uang, maka menurut ketentuan Pasal

1765 Kitab Undang Undang Hukum Perdata Pegadaian dan

peminjam boleh memperjanjikan pengembalian uang pokok

Page 31: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxi

xxxi

ditambah sewa modal (bunga). Berdasarkan itu, dapat

disimpulkan bahwa perjanjian Pegadaian tergolong

perjanjian khusus yang objeknya adalah barang pakai habis

berupa sejumlah uang, yang diatur dalam Pasal 1754 –

1773 Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

(2) Segi Perdata di luar Kitab Undang Undang Hukum Perdata adalah

a) Undang Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-

Bentuk Usaha Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 10

Tahun 1990 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan

Pegadaian menjadi Perusahaan Umum Pegadaian.

Berlakunya Perundang – Undangan ini ,karena Perusahaan

Umum Pegadaian adalah bentuk usaha negara badan hukum

yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian Pegadaian

khususnya, dan perjanjian kerja sama dengan mitra bisnis

umumnya.

b) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan–

Ketentuan Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Berlakunya

Perundang – Undangan ini, sejauh Pegadaian itu

bersangkutan dengan perjanjian mengenai hak – hak atas

tanah.

c) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Berlakunya Undang- Undang ini, sejauh

Pegadaian itu melakukan pelanggaran kewajiban dan

larangan yang secara perdata merugikan peminjam sebagai

konsumen.

2) Segi Hukum Publik

Page 32: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxii

xxxii

Sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pembiayaan,

Pegadaian banyak menyangkut kepentingan publik (negara atau

pemerintah) terutama yang bersifat administratif, maka kepentingan

publik banyak diatur dalam berbagai Peraturan Perundang – Undangan

Administrasi Negara. Perundang – Undangan yang dimaksud, antara

lain :

a) Undang – Undang Bidang Hukum Publik

Berbagai Undang Undang bidang Administrasi Negara

yang menjadi sumber utama Pegadaian meliputi sebagai berikut:

Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan , Undang Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Pajak

Penghasilan, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1991 tentang

Pajak Pendapatan, beserta peraturan pelaksanaannya. Berlakunya

ketiga Undang Undang ini sejauh Pegadaian itu berkewajiban

membayar pajak pada negara, Undang Undang Nomor 8 Tahun

1997 tentang Dokumen Perusahaan dan Peraturan Pelaksanaannya.

Berlakunya Undang Undang ini sejauh Pegadaian itu

melaksanakan kewajiban pembukuan perusahaan dan memelihara

dokumen perusahaan, dan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pelaksanaannya.

Berlakunya Undang Undang ini sejauh Pegadaian itu melakukan

langgaran kewajiban dan larangan yang merugikan peminjam

sebagai konsumen atau merugikan negara.

b) Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan

Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan mengatur bidang

usaha pendirian perusahaan dan perizinan. Modal usaha,

kepemilikan saham, pembatasan kegiatan usaha, pengawasan dan

Page 33: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxiii

xxxiii

pembinaan, sanksi karena pelanggaran, karena Pegadaian adaiah

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka peraturan tentang

Lembaga Pembiayaan hanya berlaku sejauh belum diatur tersendiri

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 178 Tahun 1961 tentang

Pendirian Perusahaan Negara Pegadaian juncto Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 tentang Pengalihan Bentuk

Perjan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum Pegadaian.

Pegadaian termasuk badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana, untuk itu Pegadaian

merupakan Perusahaan Pembiayaan, yaitu badan usaha di luar

Bank dan di luar Lembaga Keuangan bukan Bank yang khusus

didirikan untuk melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk

psnyediaan dana bagi masyarakat golongan ekonomi lemah yang

membutuhkan.

Bentuk hukum Perusahaan Pembiayaan harus Perseroan

Terbatas (PT) atau koperasi, tetapi Pegadaian sebagai perusahaan

pembiayaan diatur menyimpang, yaitu: Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum Pegadaian. Saham

Perusahaan Pembiayaan dapat dimiliki oleh Warga Negara

Indonesia (WNI) dan atau Badan Hukum Indonesia, Badan Hukum

Asing dan Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia

(usaha patungan). Pemilikan saham oleh Badan Usaha Asing

ditentukan sebesar-besarnya 85% (Delapan puluh lima persen) dan

modal disetor. Modal Perusahaan Umum Pegadaian tidak terbagi

atas saham, karena Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum. Modal Perusahaan

Umum Pegadaian adalah kekayaan milik negara bagian dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN) yang dipisahkan.

Page 34: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxiv

xxxiv

Perusahaan Pembiayaan dilarang menarik dana secara

langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan,

surat sanggup bayar (promissory /vote), tetapi dapat menerbitkan

surat sanggup bayar hanya sebagai jaminan atau hutang kepada

Bank yang menjadi krediturnya. Pegadaian sebagai Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), juga dilarang menarik dana secara

langsung seperti tersebut di atas, tetapi dapat menerbitkan obligasi.

Sebelum melakukan kegiatan usahanya, Perusahaan

Pembiayaan wajib memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan.

Izin usaha diberikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

sejak permohonan diterima secara lengkap. Izin usaha berlaku

sejak tanggal ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku

selama Perusahaan masih menjalankan usahanya, terhadap

pemberian izin usaha tidak dikenakan biaya. Pegadaian adalah

Badan Usaha Milik Negara di lingkungan Departemen Keuangan

yang didirikan atas persetujuan Menteri Keuangan sesuai dengan

Peraturan Pemerintah yang mengatur pendiriannya berdasarkan itu,

Perusahaan Umum Pegadaian tidak perlu lagi memperoleh izin

usaha. Perusahaan Pembiayaan wajib secara jelas mencantumkan

dalam anggaran dasarnya kegiatan pembiayaan yang dilakukannya.

Hal ini berlaku juga bagi Perusahaan Umum Pegadaian dan dimuat

dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur pendiriannya. Jumlah

modal disetor atau simpanan pokok dan simpanan wajib bagi

Perusahaan Pembiayaan ditetapkan sebagai berikut:

1) Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya

Rp 10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah).

Page 35: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxv

xxxv

2) Perusahaan Patungan Indonesia dan Asing

sekurang-kurangnya Rp 25.000.000.000,00

(Dua Puluh Lima Miliar Rupiah).

3) Koperasi sekurang - kurangnya

Rp 5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah).

Pegadaian sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak

mengikuti ketentuan permodalan tersebut, melainkan diatur

tersendiri dalam Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya.

Pembinaan dan Pengawasan terhadap Perusahaan Pembiayaan

dilakukan oleh Menteri Keuangan. Pelaksanaan pengawasan

dilakukan oleh Departemen Keuangan dibantu oleh Bank Indonesia

(BI) yang diatur dengan surat keputusan bersama. Perusahaan

Pembiayaan yang memperoleh izin usaha lebih dari satu kegiatan

pembiayaan wajib memilih untuk menjadi Perusahaan Pembiayaan

atau Perusahaan Modal Ventura. Perusahaan Pembiayaan yang

telah memilih menjadi Perusahaan Modal Ventura dilarang

melakukan transaksi Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Kartu

Kredit, dan Pembiayaan Konsumen, karena Perusahaan Umum

Pegadaian berada dalam lingkungan Departemen Keuangan, maka

pembinaan dan pengawasan juga dilakukan oleh Menteri

Keuangan. Jenis kegiatan pembiayaan yang dilakukan hanya 1

(satu), yaitu penyediaan dana dengan sistem gadai bagi masyarakat

yang membutuhkannya. Perusahaan Pembiayaan yang melakukan

kegiatan pembiayaan yang bertentangan dengan ketentuan dalam

keputusan ini ,dihentikan kegiatannya atau dicabut izin usahanya.

Penghentian kegiatan atau pencabutan izin usaha dilakukan

setelah diberikan peringatan secara tertulis kepada yang

bersangkutan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan

tenggang waktu 1 (satu) bulan dan dilakukan pembekuan kegiatan

atau izin usaha untuk waktu 6 (enam) bulan sejak peringatan

terakhir, sebab Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara

Page 36: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxvi

xxxvi

(BUMN) yang diatur tersendiri dalam Peraturan Pemerintah

tentang pendiriannya, maka atas ketentuan tersebut tidak berlaku

bagi Perusahaan Umum Pegadaian, apabila sebelum berakhir masa

pembekuan telah dilakukan perbaikan, maka kegiatan atau izin

usaha diberlakukan kembali, tetapi apabila sampai dengan

berakhirnya masa pembekuan tidak juga dilakukan perbaikan,

kegiatan dihentikan atau izin usaha dicabut sebab Pegadaian adalah

Badan Usaha Milik Negara yang sudah diatur dalam Peraturan

Pemerintah tentang pendiriannya, maka ketentuan mengenai sanksi

tersebut tidak berlaku bagi Pegadaian.

g. Obyek Gadai

Jenis – jenis barang yang dapat diterima sebagai barang jaminan

sebagai berikut :

1) Barang – barang atau benda – benda perhiasan antara lain:

a) Emas

b) Perak

c) Berlian

d) Mutiara

e) Intan

f) Platina

g) Jam

2) Barang – barang berupa kendaraan seperti

a) Sepeda motor

b) Sepeda biasa (termasuk becak)

c) Mobil (termasuk bajaj dan bemo)

3) Barang – barang elektronik

a) Televisi

Page 37: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxvii

xxxvii

b) Radio

c) Radio Tape

d) Video

e) Komputer

f) Kulkas

g) Tustel

h) Mesin tik

4) Mesin – mesin

a) Mesin jahit

b) Mesin kapal motor

5) Barang – barang keperluan rumah tangga

a) Barang tekstil berupa pakaian atau kain batik

b) Barang – barang pecah belah dengan catatan bahwa semua

barang – barang yang dijaminkan haruslah dalam kondisi

baik dalam arti masih dapat dipergunakan atau bernilai.

2. Tinjauan tentang Pegadaian Syariah

a. Pengertian Pegadaian Syariah merupakan lembaga keuangan yang

proses pinjam meminjam hanya dikenakan pada bunga yang ada di

Perusahaan Umum Pegadaian diganti dengan biaya penitipan pada

Pegadaian Syariah <http://www.rsi.sg/indonesia/arthakelola>.

b. Tugas Pokok dan Fungsi Pegadaian Syariah

Pegadaian Syariah dibentuk sebagai unit bisnis yang mandiri

dengan maksud untuk menjawab tantangan kebutuhan masyarakat

yang mengharapkan adanya layanan pinjam meminjam yang bebas

dari unsur riba yang dilarang menurut syariat Islam dan fungsinya

adalah untuk dapat menjalankan tugas pokok tersebut. Pegadaian

Syariah mempunyai unit organisasi Perusahaan Umum Pegadaian

yang bertanggung jawab mengelola usaha kredit gadai secara

syariah agar mampu berkembang menjadi institusi yang mandiri

Page 38: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxviii

xxxviii

dan menjadi pilihan utama masyarakat yang membutuhkan

pelayanan gadai secara syariah.

c. Aspek – aspek pendirian Pegadaian Syariah antara lain sebagai

berikut (Heri Sudarsono,2004: 165-166) :

1) Aspek Legalitas

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 tentang

berdirinya lembaga gadai yang berubah bentuk dari

Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum

Pegadaian adalah badan usaha tunggal yang diberi wewenang

untuk menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai.

Kemudian misi dari Perusahaan umum Pegadaian disebutkan

pada Pasal 5 ayat (2b), yaitu: pencegahan praktek ijon, riba,

pinjaman tidak wajar lainnya. Pasal – pasal tersebut dapat

dijalankan legitimasi bagi berdirinya Pegadaian syariah.

2) Aspek Permodalan

Modal untuk menjalankan perusahaan gadai adalah

cukup besar, karena selain diperlukan untuk dipinjamkan

kepada nasabah, juga diperlukan investasi untuk

penyimpanan barang gadai. Permodalan gadai syariah bisa

diperoleh dengan sistem bagi hasil, seperti mengumpulkan

dana dari beberapa orang (musyarokah) atau dengan mencari

sumber dana (shahibul mal), seperti bank atau perorangan

untuk mengelola Perusahaan Gadai Syariah (mudhoroboh) .

3) Aspek Sumber Daya Manusia

Keberlangsungan Pegadaian Syariah sangat diperlukan

oleh kemampuan sumber daya manusianya. Sumber Daya

Manusia (SDM) Pegadaian Syariah harus memahami filosofi

gadai dan sistem operasionalisasi gadai syariah. Sumber

Page 39: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xxxix

xxxix

Daya Manusia (SDM) selain mampu menangani masalah

taksiran barang gadai, instrumen pembagian rugi laba atau

jual beli, menangani masalah – masalah yang dihadapi

nasabah yangberhubungan penggunaan uang gadai, juga

berperan aktif dalam syiar islam dimana Pegadaian itu ada.

4) Aspek Sistem dan Prosedur

Sistem dan prosedur gadai harus sesuai dengan prinsip –

prinsip syariah, dimana keberadaannya menekankan

pentingnya gadai syariah, untuk itu gadai syariah merupakan

representasi dari suatu masyarakat dimana gadai itu berada

maka sistem dan prosedural gadai syariah berlaku fleksibel

asalkan sesuai dengan prinsip gadai syariah.

5) Aspek Pengawasan

Untuk menjaga jangan sampai gadai syariah menyalahi

prinsip syariah harus diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah

supaya sesuai dengan prinsip – prinsip syariah.

6) Aspek Kelembagaan

Sifat kelembagaan mempengaruhi keefektifan sebuah

perusahaan gadai dapat bertahan. Sebagai lembaga yang

relatif belum banyak dikenal masyarakat, Pegadaian syariah

perlu mensosialisakan posisinya sebagai lembaga yang

berbeda dengan gadai konvensional. Hal ini guna

mempertegah keberadaannya sebagai lembaga yang berdiri

untuk memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.

d. Tinjauan mengenai Ar- Rahn (Gadai) adalah

Secara etimologis kata ar–rahn berarti tetap, kekal, dan

jaminan. Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang

ditahan tersebut harus memiliki nilai ekonomis, maka pihak yang

Page 40: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xl

xl

menahan dapat memperoleh jaminan untuk dapat mengambil

kembali seluruh atau sebagaian piutangnya. Aplikasinya dapat

berupa lembaga gadai dan pada bank diterapkan sebagai collateral

atas suatu pembiayaan atau pinjaman (Gemala Dewi,2004: 95).

Ar-Rahn, yaitu : pembiayaan berupa pinjaman dana tunai dengan

jaminan barang bergerak yang relatif nilainya tetap seperti

perhiasan emas, perak, intan, berlian, batu mulia, dan lain-lain

untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Rukun dan

syarat dalam rahn adalah syarat al-marhun bih (utang) merupakan

hak yang wajib dikembalikan kepada orang yang berhutang, boleh

dilunasi dengan agunan itu, jelas dan tertentu, syarat al-marhun

(barang yang dijadikan agunan) yaitu : boleh dijual dan nilainya

seimbang dengan utang, bernilai dan dapat dimanfaatkan, jelas dan

tertentu, milik sah orang yang berhutang, tidak terkait dengan hak

orang lain, berupa harta yang utuh, tidak bertebaran bebrapa dalam

tempat, dan boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya

(Wirdyaningsih,2005: 168).

e. Tinjauan mengenai ijaroh (sewa) adalah

Pengertian al-ijaroh yaitu : antara pemilik barang dengan

penyewa yang membolehkan penyewa memanfaatkan barang

tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua

belah pihak. Setelah masa sewa berakhir maka barang

dikembalikan kepada pemiliknya (Warkum Sumitro,1996: 38).

Rukun dan syarat dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional, antara

lain: pernyataan ijab dan qobul, pihak – pihak yang berakad, yaitu:

pemberi sewa dan penyewa, obyek kontrak berupa manfaat dari

penggunaan aset dan pembayar sewa, manfaat dari penggunaan

aset dalam ijaroh adalah obyek kontrak yang harus dijamin, karena

rukun yang dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset itu

sendiri, sighat ijaroh berupa pernyataan dari kedua belah pihak

Page 41: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xli

xli

yang berakad baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang

equivalent dengan cara penawaran dari pemilik aset dan

penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa.

3. Tinjauan tentang Perjanjian

Pasal 1320 KUH Perdata mengatur mengenai syarat sahnya

perjanjian. Untuk sahnya perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat (Kartini

Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2005:75), yaitu :

a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya

Adanya kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya

merupakan syarat subjektif. Perwujudan dari kehendak dua atau

lebih pihak mengenai hal- hal yang mereka kehendaki untuk

dilaksanakan, mengenai cara melaksanakannya, mengenai saat

pelaksanaan, dan mengenai pihak yang berkewajiban untuk

melaksanakan hal-hal yang telah disepakati tersebut.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

Adanya kecakapan untuk bertindak dalam hukum merupakan

syarat subjektif. Kecakapan bertindak ini, dalam banyak hal

berhubungan dengan masalah kewenangan bertindak dalam hukum

c. Suatu hal tertentu

Bahwa hanya kebendaan yang dapat diperdagangkan saja

yang dapat menjadi pokok perjanjian sesuai dengan Pasal 1332

Kitab Undang Undang Hukum Perdata, jadi kebendaan baik yang

berwujud dan tidak berwujud yang berada diluar lapangan harta

kekayaan (diatur dalam Buku II Kitab Undang Undang Hukum

Perdata tentang kebendaan) tidak dapat menjadi pokok perjanjian,

karena kebendaan tersebut tidak masuk dalam rumusan kebendaan

Page 42: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xlii

xlii

dalam menurut Pasal 1332 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

sehingga tidak dapat dijadikan jaminan bagi pelunasan perikatan

orang perorangan tersebut, dan merupakan syarat objektif.

d. Suatu sebab yang halal

Diatur dalam Pasal 1335 sampai Pasal 1337 Kitab Undang

Undang Hukum Perdata, bahwa yang disebut dengan sebab yang

halal adalah bukan tanpa sebab, bukan tanpa yang palsu, bukan

sebab yang dilarang. Untuk itu, merupakan syarat objektif sahnya

perjanjian.

4. Tinjauan tentang jaminan

a. Pengertian hukum jaminan

Hukum jaminan menurut Salim adalah keseluruhan

kaidah – kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara

pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan

pembebanan jaminan unuk mendapatkan fasilitas kredit.

Hukum jaminan menurut J. Satrio adalah peraturan

hukum yang mengatur jaminan- jaminan piutang seorang

kreditur terhadap debitur (H. Salim, 2005: 6).

b. Asas – asas hukum jaminan adalah

1) Asas publicitet yaitu: bahwa semua hak baik hak

tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan.

2) Asas specialitet yaitu: bahwa hak tanggungan, hak fidusia,

dan hipotek hanya dibebankan atas barang – barang yang

sudah terdaftar atas nama orang tertentu.

3) Asas tak dapat dibagi bagi yaitu: asas dapat dibaginya

hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak

tanggungan, hak fidusia, dan hak gadai walaupun telah

dilakukan pemabayaran sebagian.

Page 43: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xliii

xliii

4) Asas inbezittsleling yaitu: barang jaminan (gadai) harus

berada pada penerima gadai (H. Salim, 2005 : 9).

c. Jenis jaminan

Jaminan dapat digolongkan menurut hukum yang berlaku

di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

1) Jaminan materiil (kebendaan) yaitu jaminan kebendaan.

Bahwa dalam arti memberikan hak mendahului di atas

benda – benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan

mengikuti benda yang bersangkutan. Jenis – jenis

jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 5 (lima),

yaitu :

a) Gadai yang diatur di dalam Bab 20 Buku II Kitab

Undang Undang Hukum Perdata.

b) Hipotek yang datur dalam Bab 21 Buku II Kitab

Undang Undang Hukum Perdata.

c) Credietverband yang diatur dalam Stb. 1908

Nomor 542 sebagaimana telah diubah dengan Stb.

1937 Nomor 190.

d) Hak Tangungan sebagaimana yang diatur dalam

Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996.

e) Jaminan fidusia sebagaimana yang diatur dalam

Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999.

2) Jaminan inmateriil (perorangan, yaitu jaminan

perorangan)

Bahwa tidak memberikan hak mendahului di atas

benda – benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta

kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin

Page 44: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xliv

xliv

pemenuhan perikatan yang bersangkutan, yang termasuk

jaminan perorangan adalah penangung (borg) adalah

orang lain yang dapat ditagih, tanggung – menangung

yang serupa dengan tanggung renteng, dan perjanjian

garansi.

5. Tinjauan tentang Gadai

a. Pengertian Gadai menurut Abdulkadir Muhammad adalah hak

yang diperoleh kreditur atas suatu benda bergerak, yang diserahkan

kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya, untuk

menjamin suatu hutang dan yang memberikan kekuasaan kepada

kreditur untuk mendapat pelunasan dari benda tersebut lebih

dahulu daripada kreditur-kreditur lainnya, kecuali biaya-biaya

untuk melelang benda tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan

untuk pemeliharaan setelah benda itu digadaikan, biaya-biaya

mana harus didahulukan (Abdulkadir Muhammad, 2000: 171).

Ketentuan Pasal 1150 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dapat

diuraikan unsur-unsur yang terdapat dalam gadai sebagai berikut :

1) Hak yang diperoleh kreditur atas barang bergerak

2) Benda bergerak itu diserahkan oleh debitur kepada

kreditur

3) Penyerahan benda tersebut untuk jaminan hutang

4) Hak kreditur itu ialah pelunasan piutangnya dengan

kekuasaan melelang benda jaminan apabila debitur tidak

membayar

5) Pelunasan tersebut didahulukan dari kreditur-kreditur lain

6) Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan benda jaminan di

lunasi lebih dahulu dari hasil lelang sebelum pelunasan

piutang

b. Sifat - Sifat Gadai

Page 45: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xlv

xlv

Sebagai hak kebendaan atas benda jaminan, gadai mempunyai

sifat–sifat khusus (Abdulkadir Muhammad, 2000: 171), sebagai

berikut :

1) Gadai bersifat asesor (accesoir), artinya sebagai pelengkap

dari perjanjian pokok yaitu: hutang-piutang. Adanya gadai

tergantung pada adanya perjanjian pokok hutang-piutang,

tanpa perjanjian hutang-piutang tidak ada gadai.

2) Gadai bersifat jaminan hutang dengan mana benda jaminan

harus dikuasai dan disimpan oleh kreditur.

3) Gadai bersifat tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian

gadai tidak hapus dengan pembayaran sebagian hutang

debitur (Abdulkadir Muhammad, 2000: 171).

c. Terjadinya Gadai

Untuk terjadinya gadai harus dipenuhi persyaratan –

persyaratan yang ditentukan sesuai dengan jenis benda yang

digadaikan. Adapun cara terjadinya gadai adalah sebagai berikut :

1) Cara terjadinya gadai pada benda bergerak bertubuh

(a) Perjanjian Gadai

Bahwa dalam hal ini antara debitur dengan kreditur

mengadakan perjanjian pinjam uang (kredit) dengan janji

sanggup memberikan benda bergerak sebagai jaminan

gadai atau perjanjian untuk memberikan hak gadai

(perjanjian gadai). Perjanjian ini bersifat konsensual dan

obligator. Pasal 1151 Kitab Undang Undang Hukum

Perdata disebutkan bahwa “Perjanjian gadai dapat

dibuktikan dengan segala alat yang diperbolehkan bagi

pembuktian perjanjian pokok” . Bahwa dari ketentuan itu

dapat disimpulkan bahwa bentuk perjanjian gadai tidak

terikat dengan formalitas tertentu (bebas), sehingga dapat

dibuat secara tertulis maupun lesan dan menurut

ketentuan yang berlaku bagi sahnya perjanjian pokok

Page 46: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xlvi

xlvi

sesuai dengan syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur

dalam Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum

Perdata.

(b) Penyerahan Benda Gadai

Pasal 1152 ayat (2) Kitab Undang Undang Hukum

Perdata disebutkan “ Tidak hak gadai atas benda yang

dibiarkan tetap dalam kekuasaan si debitur ataupun yang

kembali dalam kekuasaan debitur atas kemauan

kreditur”. Bahwa hak gadai terjadinya dengan dibawanya

barang gadai ke luar dari kekuasaan debitur pemberi

gadai. Syarat bahwa barang gadai harus dibawa keluar

dari kekuasaan pemberi gadai ini merupakan syarat

“inbezitstelling”. Inbezitstelling adalah syarat mutlak

yang harus dipenuhi dalam gadai. Barang gadai dikatakan

dibawa keluar dari kekuasaan pemberi gadai jika barang

gadai diserahkan oleh pemberi gadai kepada kreditur atau

pihak ketiga (sebagai pemegang gadai) yang disetujui

oleh kreditur. Mengingat benda gadai harus dibawa ke

luar dari kekuasaan dari pemberi gadai maka diperlukan

suatu penyerahan. Penyerahan benda gadai dapat

dilakukan secara nyata, simbolis, traditio brevi manu

ataupun traditio longa manu. Penyerahan secara

constitutum posseserium tidak menimbulkan hak gadai

karena tidak memenuhi syarat inbezitstelling.

2) Cara terjadinya gadai pada piutang atas bawa (atas tunjuk atau

aantoonder)

Perjanjian gadai antara debitur dengan kreditur dibuat

perjanjian untuk memberikan hak gadai. Perjanjian ini bersifat

konsensual, obligator, dan bentuknya bebas dan penyerahan

surat buktinya Pasal 1152 ayat (1) Kitab Undang Undang

Hukum Perdata menyebutkan bahwa “ Gadai surat atas bawa

terjadi dengan menyerahkan surat itu ke dalam tangan

Page 47: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xlvii

xlvii

pemegang gadai atau pihak ketiga yang disetujui oleh kedua

pihak”. Perlu diketahui bahwa piutang atas bawa (atas tunjuk)

selalu ada surat buktinya, surat bukti ini mewakili piutang.

Surat (piutang) atas bawa (atas tunjuk) adalah surat yang dibuat

debitur dimana diterangkan bahwa debitur berhutang sejumlah

uang tertentu kepada pemegang surat yang diserahkannya ke

dalam tangan penerima gadai. Pemegang berhak menagih

pembayaran dari debitur dengan mengembalikan surat atas

bawa itu kepada debitur.

3) Cara terjadinya gadai pada piutang atas nama

(a) Perjanjian gadai

Debitur dengan kreditur membuat perjanjian gadai.

Perjanjian ini bersifat konsensual, obligator, dan bentuknya

bebas.

(b) Adanya pemberitahuan kepada debitur dari piutang yang

digadaikan.

Pasal 1153 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

menyebutkan bahwa “ Hak gadai piutang atas nama

diadakan dengan memberitahukan penggadaiannya

(perjanjian gadainya) kepada debitur”. Bahwa dalam

memberitahukan ini debitur dapat meminta bukti tertulis

perihal penggadaiannya dan persetujuan dari pemegang

gadai. Setelah itu debitur hanya dapat membayar hutangnya

kepada pemegang gadai.

d. Jangka waktu

Pasal 1155 Kitab Undang Undang Hukum Perdata apabila

tidak ditentukan lain pada dasarnya menentukan bahwa setelah

jangka waktu pinjaman yang telah ditentukan oleh para pihak telah

lampau waktu atau jatuh tempo, kreditur setelah melakukan

peringatan untuk membayar dapat melelang barang gadai dimuka

Page 48: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xlviii

xlviii

umum, untuk mengambil pelunasan sejumlah piutang beserta

bunga dan biaya- biaya lainnya.

Jangka waktu pinjaman adalah selama 4 bulan atau 120 hari.

Jangka waktu pinjaman dihitung sejak tanggal dan bulan

pemberian uang pinjaman sampai dengan batas akhir tanggal

pelunasan atau jatuh tempo, dimana hari besar dan hari minggu

turut dihitung. Jangka waktu dapat diperpanjang dengan jalan

gadai ulang.

e. Gadai ulang

Gadai ulang adalah cara untuk memperpanjang jangka waktu

pinjaman dengan jalan membayar bunga pinjaman yang terhitung

dari saat menjaminkan sampai dengan saat jatuh tempo.

f. Hapusnya Hak Gadai menurut Abdulkadir Muhammad adalah

1) Apabila hutang debitur sudah dilunasi

2) Benda jaminan dilepaskan oleh kreditur dengan sukarela

3) Benda jaminan hilang atau musnah

4) Penerima gadai menjadi pemilik benda jaminan karena

suatu alas hak tertentu (Abdulkadir Muhammad, 2000:

172).

6. Tinjauan tentang Kredit

a. Pengertian Kredit

Arti yang luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu

pula dalam bahasa latin kredit berarti “credere” artinya percaya.

Bahwa maksud dari percaya dari pemberi kredit adalah pemberi

Page 49: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xlix

xlix

kredit percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang

disalurkannya pasti dikembalikan sesuai dengan perjanjian,

sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan

sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan

jangka waktu. Pengertian kredit menurut Sinungan adalah pemberian

prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu

dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang disertai dengan suatu

kontraprestasi yang berupa bunga, pengertian kredit menurut Kotler

adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan pembelian atau

mengadakan pinjaman dengan surat perjanjian, pembayaran

dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah

disepakati, dari pengertian kredit tersebut dapat dijelaskan bahwa

kredit adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka waktu

tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah

menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan sebagai pemberi

pinjaman (kreditur), dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan

membawa sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Bila

masalah ini terjadi maka dapat kita lihat berpindah materi dari yang

memberi kredit kepada yang diberi kredit sehingga terjadi dua pihak

yang terlibat, yaitu:

1) Pihak yang berkelebihan uang yang disebut pemberi kredit

(kreditur)

2) Pihak yang membutuhkan uang yang disebut penerima kredit

(debitur).

Manusia memerlukan kredit karena manusia adalah homo

economicus dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi

kebutuhannya. Kebutuhan manusia beraneka ragam sesuai dengan

harkatnya yang selalu meningkat, sedangkan kemampuannya untuk

mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas. Hal ini menyebabkan

Page 50: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

l

l

manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-

citanya, dalam hal ini manusia harus berusaha, maka untuk

meningkatkan usahanya atau untuk meningkatkan daya guna suatu

barang, manusia sangat memerlukan bantuan dalam bentuk

permodalan. Bantuan pada lembaga keuangan bank maupun non

perbankan disebut kredit, seperti yang dijelaskan tersebut bahwa

pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti

bahwa pinjaman kredit yang diberikan betul-betul yakin bahwa

nasabah atau debitur mengembalikan pinjaman yang diterima sesuai

dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang disetujui oleh kedua

belah pihak, tanpa keyakinan tersebut suatu lembaga kredit tidak

dapat memberikan kredit.

b. Unsur-Unsur Kredit

Penjelasan tersebut dapat diuraikan hal-hal apa saja yang

terkandung dalam pemberian kredit, atau dengan kata lain pengertian

kata kredit jika dilihat secara utuh mengandung makna apa saja,

sehingga jika kita bicara kredit maka termasuk membicarakan unsur-

unsur yang terkandung didalamnya. Adapun unsur-unsur yang

terkandung didalam pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:

1) Kepercayaan adalah keyakinan dari kreditur bahwa prestasi

yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa

benar – benar diterimanya kembali dalam jangka waktu

tertentu di masa yang datang.

2) Tenggang Waktu adalah suatu masa yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang diterima pada

masa yang datang.

3) Degree of risk adalah tingkat resiko yang dihadapi setiap

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara

Page 51: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

li

li

pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang diterima di

kemudian hari.

c. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu.

Tujuan pemberian kredit tersebut tidak terlepas dari misi bank

tersebut didirikan (Thomas Suyatno,1992: 15). Adapun tujuan utama

pemberian suatu kredit antara lain :

1) Mencari keuntungan, yaitu : bertujuan untuk memperoleh

hasil dari pemberian kredit tersebut. Hal tersebut terutama

dalam bentuk bunga yang diterima oleh Pegadaian sebagai

balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan

kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan

hidup Pegadaian. Jika hidup Pegadaian yang terus menerus

kerugian, maka besar kemungkinan Pegadaian tersebut

dilikuidir atau dibubarkan.

2) Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk

modal kerja dengan dana tersebut, maka pihak debitur dapat

mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3) Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh

pihak Perbankan, maka semakin baik mengingat semakin

banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan

Page 52: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lii

lii

diberbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan

menyebarnya pemberian kredit adalah:

(a) Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh

nasabah dan bank.

(b) Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit

pembangunan usaha baru atau perluasan usaha

membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat

menampung tenaga kerja yang masih menganggur.

(c) Meningkatkan jumlah barang dan jasa, bahwa sebagian

besar kredit yang disalurkan dapat meningkatkan

jumlah barang dan jasa yang beredar dimasyarakat.

(d) Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-

produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah

dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit

yang ada dapat menghemat devisa negara.

d. Teknik Penyelesaian Kredit Macet

Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara

antara lain:

1) Penjadwalan ulang (Rescheduling)

a) Memperpanjang jangka waktu kredit, dalam hal ini debitur

diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit

misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan

menjadi satu tahun sehingga debitur mempunyai waktu

yang lebih lama untuk mengembalikannya.

b) Memperpanjang jangka waktu angsuran

Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka

waktu kredit, dalam hal ini jangka waktu angsuran

kreditnya diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 36

kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran

Page 53: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

liii

liii

menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah

angsuran

2) Persyaratan ulang (Reconditioning) dengan cara mengubah

berbagai persyaratan yang ada seperti;

a) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.

b) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.

Bahwa dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai

waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda

pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus

dibayar seperti biasa.

c) Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih

meringankan beban nasabah, sebagai contoh : jika bunga

per tahun sebelumnya dibebankan 20 % diturunkan menjadi

18 %. Hal ini tergantung dari pertimbangan yang

bersangkutan. Penurunan suku bunga mempengaruhi

jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga

diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.

d) Pembebasan bunga diberikan kepada nasabah dengan

pertimbangan nasabah sudah mampu lagi membayar kredit

tersebut, tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk

membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

3) Penataan ulang (Restructuring) dapat dilakukan dengan

menambah jumlah kredit dan menambah equity dengan menyetor

uang tunai dan tambahan dari pemilik.

4) Gabungan (Kombinasi) merupakan kombinasi dari ketiga jenis

yang diatas.

5) Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah

sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak

mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.

Kerangka Pemikiran

Page 54: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

liv

liv

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

LEMBAGA KEUANGAN

PERBANKAN

Hukum Islam

(Al Qur’an , Hadist, Itjma)

Perusahaan Umum (Perum)

Pegadaian (PP No.103 / 2000

tentang Perusahaan Umum

Pegadaian)

Akad rahn dan ijaroh

Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Lembaga Keuangan Non Bank

Pegadaian Syariah

(Fatwa DSN No. 25 / DSN- MUI / III / 2002

tentang rahn dan Fatwa DSN No. 26 / DSN- MUI

/ III / 2002 tentang rahn emas)

Bank Umum

Bank Perkreditan

Rakyat (BPR)

Hukum Perdata (Pasal 1150 -1160 KUH Perdata)

Perjanjian kredit

Komparasi transaksi gadai :

1. Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai pada Perusahaan Umum

Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru

2. Pengaturan Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai menurut Hukum

Perdata dan Hukum Islam

3. Kendala – Kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan Transaksi Gadai

di Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru

Pegadaian

Page 55: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lv

lv

Bentuk usaha lembaga keuangan yang ada di Indonesia terdiri atas 2 (dua),

yaitu : Perbankan dan Lembaga Keuangan Non Bank yang salah satu diantaranya

pegadaian. Lembaga Perbankan disini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Bank Umum

dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum mempunyai tugas sebagai

bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu –

lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum dalam arti dapat

memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah

operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

mempunyai tugas melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lau –lintas

pembayaran. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) lebih sempit jika

dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.

Pegadaian dalam perkembangan usahanya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu

Perusahaan Umum Pegadaian dan Pegadaian syariah. Perusahaan Umum (Perum)

didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang

Perusahaan Umum (Perum) dalam melaksanakan kegiatan usaha menggunakan

sistem bunga, pelaksanaan transaksi gadai didasarkan pada hukum perdata yang

khususnya diatur pada Pasal 1150 – 1160 Kitab Undang Undang Hukum Perdata,

hanya ada satu perjanjian kredit, dan Pegadaian Syariah didirikan berdasarkan

Fatwa DSN No. 25 / DSN- MUI / III / 2002 tentang Rahn dan Fatwa DSN No. 26

/ DSN- MUI / III / 2002 tentang Rahn Emas dalam melaksanakan kegiatan usaha

menggunakan sistem bagi hasil yang didasarkan pada hukum islam yang diatur

dalam Al Qur’an , Hadist, dan Itjma, terdapat 2 (dua) akad di Pegadaian Syariah

yaitu akad rahn dan akad ijaroh. Akad rahn didasarkan pada jalan sewa menyewa

tempat dan jasa penitipan barang (ijaroh). Untuk itu, terdapat perbedaan –

perbedaan antara Perusahaan Umum Pegadaian dan Pegadaian Syariah khususnya

dalam komparasi pelaksanaan transaksi gadai pada Perusahaan Umum Pegadaian

Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru, pengaturan komparasi

pelaksanaan transaksi gadai menurut hukum perdata dan hukum islam, dan

Page 56: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lvi

lvi

kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan transaksi gadai di Perusahaan

Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan wawancara terhadap manager Perusahaan Umum (Perum)

Pegadaian Cabang Palur dengan Bapak Erry, S.E, dan pelaksanaan transaksi

gadainya diatur dalam Surat Edaran Nomor: 4 / LB.1.00.221 / 2001, Surat

Keputusan Direksi Perum Pegadaian Nomor: Opp.2 / 67 / 5 dan Pegadaian

Syariah Cabang Solo Baru dengan Bapak Kuntoradji, S.E ,serta dengan

didasarkan pada Surat Keputusan Direksi Nomor: 305 / UL3.00.22.3 / 2003 untuk

itu, diperoleh beberapa masukan sebagai berikut :

1. Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai pada Perusahaan Umum

Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru

a. Perusahaan Umum Cabang Palur melalui tahapan – tahapan, antara

lain :

1) Prosedur Pemberian Pinjaman pada Perusahaan Umum Pegadaian

Cabang Palur

a) Tahapan pertama bagi nasabah mengambil dan mengisi

Formulir Permintaan Kredit (FPK), menyerahkan Formulir

Permintaan Kredit (FPK) dengan melampirkan fotocopy KTP

/ identitas lainnya dan Barang Jaminan (BJ) yang dijadikan

jaminan kredit.

b) Tahapan kedua bagi penaksir adalah menerima Formulir

Permintaan Kredit (FPK) dengan lampiran fotocopy KTP /

identitas lain, tanda tangan dan menyerahkan kembali kepada

nasabah sebagai tanda penerimaan barang jaminan (BJ),

melaksanakan taksiran sesuai Buku Peraturan Menaksir

Page 57: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lvii

lvii

(BPM), Pedoman Operasional Kantor Cabang (POKC) dan

Surat Edaran (SE) yang berlaku untuk menetapkan besarnya

nilai taksiran dan uang pinjaman, mencatat nilai taksiran dan

uang pinjaman pada Buku Taksiran Kredit (BTK) dan

menerbitkan Surat Bukti Kredit (SBK), dan Surat Bukti

Kredit (SBK) dibuat rangkap 2 dan didistribusikan ( lembar 1

diserahkan kepada nasabah dan Kitir (K) dwilipat

ditempelkan atau diplombir dengan barang jaminan dan

diserahkan kepada penyimpanan atau pemegang gudang).

c) Tahapan ketiga bagi kasir adalah menjumlahkan potongan

barang jaminan (BJ), taksiran dan uang pinjaman masing-

masing golongan SBK, hasil penjumlahan catat pada Buku

Rekapitulasi Kredit (BRK) dan Buku Penerimaan Barang

Jaminan (BPBJ), menerima Surat Bukti Kredit (SBK) dari

nasabah dan SBK dwilipat dari penaksir selanjutnya

memeriksa keabsahannya, menyiapkan dan melakukan

pembayaran tanda tangan dan Surat Bukti Kredit (SBK) asli

dan dwilipat, Surat Bukti Kredit (SBK) asli beserta uangnya

diserahkan pada nasabah lalu laporan harian kredit

diserahkan ke Asman Administrasi dan Keuangan atau

Bagian Administrasi

d) Tahapan keempat bagi asman administrasi dan keuangan atau

bagian keuangan adalah mencatat semua transaksi pemberian

kredit semua golongan berdasarkan Surat Bukti Kredit (SBK)

dwilipat yang diterima dari kasir ke dalam Kas Kredit (KK)

rangkap 2, selanjutnya dibukukan ke: Buku Kredit, Buku

Kas, dan Buku Kredit lembar 1, dengan lampiran Kas Kredit

lembar 1 dan asli Rekapitulasi Kredit dikirimkan ke Kantor

Wilayah dan buku kas lembar 2 , Kas Kredit (KK) lembar 2

dan Rekapitulasi Kredit (RK) lembar sebagai arsip kantor

cabang, pada akhir jam tutup kantor, berdasarkan badan surat

Page 58: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lviii

lviii

bukti kredit (SBK) dwilipat dan buku kredit rekapitulasi

(BKR) buat Rekapitulasi Kredit (RK) dan dicatat pada

Ikhtisar Kredit dan Pelunasan (IKP).

e) Tahapan kelima bagian gudang adalah menerima barang

jaminan yang ditempel kitir dwilipat Surat Bukti Kredit

(SBK) dari penaksir dan Buku Kredit Rekapitulasi (BKR)

lembar 2 (karbonais) dari Asman, pada akhir jam tutup

kantor, cocokkan barang jaminan yang telah ditempel /

diplomir kitir (K) Surat Bukti Kredit dwilipat dengan Buku

Kredit Rekapitulasi (BKR) dan Buku Penerimaan Barang

Jaminan (BPBJ), apabila harian kas sesuai antara barang

jaminan yang diterima hari itu dengan Buku Penerimaan

Barang Jaminan (BPBJ) selanjutnya ditandatangani dan

dicatat ke dalam Buku Gudang (BG), Barang jaminan (BJ)

disimpan di gudang dan saldo Buku Gudang (BG)

dicocokkan.

2) Prosedur Pembayaran Pinjaman pada Perusahaan Umum

Pegadaian Cabang Palur

a) Tahapan pertama bagi penaksir adalah pengajuan nasabah

(Penaksir membuat surat bukti kredit (SBK) dan Surat bukti

kredit (SBK) lembar 1 kepada nasabah, lembar kedua kepada

kasir).

b) Tahapan kedua bagi kasir adalah menerima badan surat bukti

kredit (SBK) lembar 2 (dwilipat) dari penaksir, kemudian

menerima Surat Bukti Kredit (SBK) dari nasabah dan periksa

keabsahannya, menyiapkan pembayaran, membubuhkan

tanda tangan dan tanda bayar pada surat bukti kredit (asli dan

dwilipat), surat bukti kredit lembar 1 (asli) beserta uangnya

diserahkan kembali kepada nasabah, berdasarkan badan surat

bukti kredit dwilipat catat dalam Laporan Harian Kas (LHK),

Badan surat bukti kredit lembar 2 (dwilipat) didistribusikan

Page 59: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lix

lix

kepada asman administrasi dan keuangan atau bagian

administrasi.

c) Tahapan ketiga bagi asman administrasi dan keuangan /

bagian administrasi adalah menerima badan surat bukti kredit

lembar 2 (dwilipat) dari kasir berdasarkan bukti tersebut catat

dalam Kas Kredit (KK), atas dasar Kas Kredit (KK) dicatat

ke dalam Buku Kas (BK) rangkap dua, Rekapitulasi Kredit

(RK), Ikhtisar Kredit dan Pelunasan (IKP), setiap minggu

buku-buku tersebut diatas didistribusikan: Buku Kas dengan

lampiran Kas Kredit (KK) lembar 1 dikirim ke kantor

wilayah dan buku kas dengan lampiran Kas Kredit (KK)

lembar 2 dibuat Rekapitulasi Kredit serta Ikhtisar Kredit dan

pelunasan sebagai arsip kantor cabang, dan terakhir pada jam

tutup kantor Rekapitulasi Kredit (RK) dicocokan dengan

jumlah barang jaminan yang diterima pada hari itu.

b. Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru

Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai pada Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru melalui tahapan – tahapan, antara lain :

1) Pemberian Pinjaman pada Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru

a) Tahapan pertama bagi Rahin adalah mengambil dan

mengisi Formulir Permintaan Pinjaman (FPP),

menyerahkan Formulir Permintaan Pinjaman (FPP) yang

telah diisi dan ditandatangani dengan melampirkan

fotocopy KTP / identitas lainnya serta marhun yang

dijamin, menerima lembar tulis Formulir Permintaan

Pinajaman (FPP) sebagai tanda bukti penyerahan marhun,

mendatangani Surat Bukti Rahn (SBR) asli dan dwilipat

yang diserahkan oleh kasir pinjaman, menerima sejumlah

uang pinjaman (marhun bih) dan Surat Bukti Rahn asli

Page 60: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lx

lx

(lembar satu), dan menyerahkan kitir Formulir

Permintaan Pinjaman (FPP) kepada kasir.

b) Tahapan kedua bagi penaksir adalah menerima Formulir

Permintaan Pinajaman (FPP) dengan lampiran KTP /

identitas lainnya beserta marhun dari rahin, memeriksa

kelengkapan kebenaran pengujian Formulir Permintaan

Pinajaman dan marhun yang di jaminkan,

menandatangani formulir permintaan pinjaman (pada

badan dan kitirnya) sebagai tanda bukti penerimaan

marhun dari rahin, menyerahkan kitir formulir

permintaan pinjaman kepada rahin, melakukan taksiran

untuk menentukan nilai marhun sesuai dengan Buku

Peraturan Menaksir (BPM) dan Surat Edaran (SE) yang

berlaku, untuk taksiran Marhun Golongan A dapat

langsung diselesaikan oleh penaksir pertama, sedangkan

golongan B,C,D,E harus diselesaikan oleh penaksir kedua

atau pimpinan cabang selaku Kuasa Pemutus Pinjaman

(KPP), menentukan besarnya uang pinjaman (Marhun

Bih) yang dapat diberikan kepada Rahin sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, menentukan biaya administrasi

dan menginformasikan besarnya tarif jasa simpan,

larangan yang harus ditaati oleh penaksir antara lain:

(menetapkan jumlah uang pinjaman (Marhun Bih)

berdasarkan Rahin yang melebihi jumlah taksiran,

mengikir, menyerik atau melepaskan mata dari barang

perhiasan tanpa seijin pemilik, dan menentukan uang jasa

simpan dan biaya administrasi diluar ketentuan yang

berlaku), mengisi atau menulis, dan menandatangani surat

bukti rahn selengkap-lengkapnya sesuai wewenang,

merobek kitir / slip pengambilan surat bukti rahn

Page 61: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxi

lxi

dwilipat. Kitir / slip pengambilan untuk nomor Marhun,

menyerahkan Surat Bukti Rahn (SBR) asli dan badan

Surat Bukti Rahn (SBR) dwilipat kepada kasir pinjaman,

marhun dimasukkan kedalam kantong / dibungkus dan

ditempeli nomor Marhun dan diplombir, menjumlahkan

potongan Marhun, taksiran dan uang pinjaman, masing-

masing golongan surat bukti rahn dwilipat. Hasil

penjumlahan buku gudang ditulis pada Buku Rekapitulasi

Pinjaman (BRP) dan Buku Serah Terima Marhun

(BSTM), menyerahkan Marhun yang telah diplombir /

diikat kepada bagian gudang dengan menggunakan Buku

Serah Terima Marhun (BSTM) dan membubuhkan tanda

tangan pada kolom-kolom “penyerahan”, bersama-sama

dengan petugas gudang menandatangani kolom serah

terima Marhun pada Buku Serah Terima Marhun.

c) Tahapan ketiga bagi kasir adalah menerima surat bukti

rahn asli dan badan surat bukti rahn dwilipat dari

penaksir, mencocokkan surat bukti rahn tersebut dengan

kitir formulir permintaan pinjaman yang diserahkan oleh

Rahin, menyiapkan dan melakukan pembayaran uang

pinjaman (Marhun Bih) sesuai dengan jumlah yang

tercantum pada surat bukti rahn.

d) Tahapan keempat bagi pemegang gudang / penyimpan

adalah mencocokkan Marhun yang diterima dengan

jumlah yang tertera pada Buku Serah Terima Marhun

(BSTM) dan apabila terdapat cocok membubuhkan tanda

tangan pada kolom “penerimaan”, melakukan pencatatan

di Buku Gudang (BG), dan marhun yang diterima

Page 62: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxii

lxii

disimpan di gudang sesuai dengan golongan, rubrik dan

bulan pinjaman Marhun.

2) Pelunasan Pinjaman yang diberikan pada Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru

a) Tahapan pertama bagi rahin adalah menyerahkan surat

bukti rahn kepada pegawai perhitungan jasa simpan.

b) Tahapan kedua bagi pegawai penghitung jasa simpan

adalah memeriksa keabsahan surat bukti rahn asli dari

Rahin, menghitung jasa simpan dan mencantumkannya

pada badan surat bukti rahn disertai parafnya,

menyerahkan kembali surat bukti rahn yang telah

dihitung jasa simpan kepada Rahin.

c) Tahapan ketiga bagi rahin adalah menerima surat bukti

rahn yang telah dihitung jasa simpannya dari pegawai

penghitung jasa simpan, menyerahkan surat bukti rahn

yang telah dihitung jasa simpannya kepada kasir beserta

uangnya.

d) Tahapan keempat bagi kasir adalah menerima dan

memeriksa surat bukti rahn asli tentang kelengkapan data

dan keabsahannya, membuat Slip Pelunasan (SP) rangkap

2 (dua), menerima pembayaran dari Rahin (pokok

pinjaman dan jasa simpan) sesuai dengan yang tertera

dalam surat bukti rahn dan Slip Pelunasan,

membubuhkan cap “lunas” dan memberi paraf pada

badan surat bukti rahn dan kitir-kitirnya, mencatat semua

penerimaan pelunasan pinjaman dan pendapatan jasa

simpan dalam Laporan Harian Kas (LHK),

Page 63: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxiii

lxiii

mendistribusikan surat bukti rahn tersebut sebagai

berikut:

(1) Badan surat bukti rahn diserahkan kepada bagian

administrasi

(2) Lembar 1 slip pelunasan diserahkan kepada Rahin

untuk pengambilan Marhun

(3) Kitir surat bukti rahn diserahkan kepada penyimpan/

pemegang gudang sebagai dasar pengeluaran Marhun

(4) Lembar 2 slip SP disimpan sebagai arsip

e) Tahapan kelima bagi administrasi adalah mencatat setiap

transaksi pelunasan atas dasar surat bukti rahn yang

diterima dari kasir, sesuai dengan golongan dan bulannya

dalam buku pelunasan (BPL) untuk selanjutnya pad akhir

jam kerja dibukukan dalam: Kas Debet (KD) rangkap 2,

Buku Kas (BK) rangkap 2, Buku Rekapitulasi Pelunasan

(BRP), Ikhtisar pinjaman dan Pelunasan (IPP) dan

mendistribusikan : Lembar Ikhtisar Kas Debet dan Buku

Kas ke kantor wilayah danLembar 2 Kas Debet dan Buku

Kas sebagai arsip, setiap akhir jam kerja mencocokkan

dengan RPL dengan Buku Gudang (BG).

f) Tahapan keenam bagian gudang adalah menerima kitir

surat bukti rahn bagian “luar” dari kasir sebagai dasar

untuk mengambil Marhun yang ditebus, mencocokkan

nomor kitir “dalam” yang diterima dari rahin dan nomor

kitir yang ada pada Marhun, apabila telah sesuai, melepas

kitir yang ada pada Marhun dan menyerahkan Marhun

kepada Rahin, atas dasar kitir “dalam” dan kitir Marhun,

Page 64: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxiv

lxiv

pengeluaran Marhun dicatat dalam Buku Gudang (BG),

dan terakhir setiap akhir jam kerja mencocokkan Buku

Gudang dengan RPL yang ada pada bagian administrasi.

2. Pengaturan Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai Menurut Hukum

Perdata dan Hukum Islam

a. Hukum perdata diatur dalam Pasal 1150 sampai Pasal 1160 Kitab

Undang Undang Hukum Perdata, dan Surat Keputusan Direksi

Nomor 305 / UL3.00.22.3 / 2003, Surat Edaran Nomor 4 /

LB.1.00.221 / 2001,Surat Keputusan Direksi Perum Pegadaian

Nomor Opp.2 / 67 / 5

b. Hukum islam diatur dalam Al Qur’an, hadist , itjma, Fatwa Dewan

Syariah Nasional Nomor 25 tentang rahn dan Fatwa Dewan

Syariah Nasional Nomor 26 tentang rahn emas.

3. Kendala – Kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan Transaksi Gadai di

Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru

a. Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur adalah

1) Faktor ekternal, yaitu :

a) Perubahan tekonologi yang cepat

b) Kesadaran masyarakat (nasabah pegadaian) tentang

pemahaman ketentuan-ketentuan perjanjian kredit kurang

dipahami.

2) Faktor internal, yaitu :

a) Penerapan aturan syarat kredit masing-masing cabang

masih belum ada persamaan persepsi dalam standartisasi

aturan

Page 65: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxv

lxv

b) Perubahan sistem teknologi informasi lembaga keuangan di

pegadaian masih perlu ditingkatkan

c) Kecurangan aparat

d) Pencurian / perampokan

b. Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru adalah

1) Faktor ekternal, yaitu :

a) Perubahan tekonologi yang cepat

b) Perubahan regulasi pemain baru masuk ke bisnis gadai.

2) Faktor internal, yaitu :

a) Masuknya barang-barang palsu seperti emas kadar rendah,

emas lapis tebal dengan teknologi pelapisan canggih,

berlian suntik dll.

b) Pencurian / perompakan.

c) Barang rusak, lelang tidak laku.

d) Kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk

mengoperasikan usaha syariah masih kurang, serta

kecurangan aparat.

B. Pembahasan

1. Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai pada Perusahaan Umum

Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru

a. Perusahaan Umum Cabang Palur melalui tahapan – tahapan,

antara lain :

1) Prosedur Pemberian Pinjaman pada Perusahaan Umum

Pegadaian Cabang Palur

a) Tahapan pertama bagi nasabah mengambil dan

mengisi Formulir Permintaan Kredit (FPK),

menyerahkan Formulir Permintaan Kredit (FPK)

Page 66: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxvi

lxvi

dengan melampirkan fotocopy KTP / identitas lainnya

dan Barang Jaminan (BJ) yang dijadikan jaminan

kredit.

b) Tahapan kedua bagi penaksir adalah menerima

Formulir Permintaan Kredit (FPK) dengan lampiran

fotocopy KTP / identitas lain, tanda tangan dan

menyerahkan kembali kepada nasabah sebagai tanda

penerimaan barang jaminan (BJ), melaksanakan

taksiran sesuai Buku Peraturan Menaksir (BPM),

Pedoman Operasional Kantor Cabang (POKC) dan

Surat Edaran (SE) yang berlaku untuk menetapkan

besarnya nilai taksiran dan uang pinjaman, mencatat

nilai taksiran dan uang pinjaman pada Buku Taksiran

Kredit (BTK) dan menerbitkan Surat Bukti Kredit

(SBK), dan Surat Bukti Kredit (SBK) dibuat rangkap

2 dan didistribusikan ( lembar 1 diserahkan kepada

nasabah dan Kitir (K) dwilipat ditempelkan atau

diplombir dengan barang jaminan dan diserahkan

kepada penyimpanan atau pemegang gudang).

c) Tahapan ketiga bagi kasir adalah menjumlahkan

potongan barang jaminan (BJ), taksiran dan uang

pinjaman masing-masing golongan SBK, hasil

penjumlahan catat pada Buku Rekapitulasi Kredit

(BRK) dan Buku Penerimaan Barang Jaminan

(BPBJ), menerima Surat Bukti Kredit (SBK) dari

nasabah dan SBK dwilipat dari penaksir selanjutnya

memeriksa keabsahannya, menyiapkan dan

melakukan pembayaran tanda tangan dan Surat Bukti

Kredit (SBK) asli dan dwilipat, Surat Bukti Kredit

Page 67: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxvii

lxvii

(SBK) asli beserta uangnya diserahkan pada nasabah

lalu laporan harian kredit diserahkan ke Asman

Administrasi dan Keuangan atau Bagian Administrasi

d) Tahapan keempat bagi asman administrasi dan

keuangan atau bagian keuangan adalah mencatat

semua transaksi pemberian kredit semua golongan

berdasarkan Surat Bukti Kredit (SBK) dwilipat yang

diterima dari kasir ke dalam Kas Kredit (KK) rangkap

2, selanjutnya dibukukan ke: Buku Kredit, Buku Kas,

dan Buku Kredit lembar 1, dengan lampiran Kas

Kredit lembar 1 dan asli Rekapitulasi Kredit

dikirimkan ke Kantor Wilayah dan buku kas lembar 2

, Kas Kredit (KK) lembar 2 dan Rekapitulasi Kredit

(RK) lembar sebagai arsip kantor cabang, pada akhir

jam tutup kantor, berdasarkan badan surat bukti kredit

(SBK) dwilipat dan buku kredit rekapitulasi (BKR)

buat Rekapitulasi Kredit (RK) dan dicatat pada

Ikhtisar Kredit dan Pelunasan (IKP).

e) Tahapan kelima bagian gudang adalah menerima

barang jaminan yang ditempel kitir dwilipat Surat

Bukti Kredit (SBK) dari penaksir dan Buku Kredit

Rekapitulasi (BKR) lembar 2 (karbonais) dari Asman,

pada akhir jam tutup kantor, cocokkan barang

jaminan yang telah ditempel / diplomir kitir (K) Surat

Bukti Kredit dwilipat dengan Buku Kredit

Rekapitulasi (BKR) dan Buku Penerimaan Barang

Jaminan (BPBJ), apabila harian kas sesuai antara

barang jaminan yang diterima hari itu dengan Buku

Page 68: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxviii

lxviii

Penerimaan Barang Jaminan (BPBJ) selanjutnya

ditandatangani dan dicatat ke dalam Buku Gudang

(BG), Barang jaminan (BJ) disimpan di gudang dan

saldo Buku Gudang (BG) dicocokkan.

2) Prosedur Pembayaran Pinjaman pada Perusahaan Umum

Pegadaian Cabang Palur

a) Tahapan pertama bagi penaksir adalah pengajuan

nasabah (Penaksir membuat surat bukti kredit (SBK)

dan Surat bukti kredit (SBK) lembar 1 kepada

nasabah, lembar kedua kepada kasir).

b) Tahapan kedua bagi kasir adalah menerima badan

surat bukti kredit (SBK) lembar 2 (dwilipat) dari

penaksir, kemudian menerima Surat Bukti Kredit

(SBK) dari nasabah dan periksa keabsahannya,

menyiapkan pembayaran, membubuhkan tanda tangan

dan tanda bayar pada surat bukti kredit (asli dan

dwilipat), surat bukti kredit lembar 1 (asli) beserta

uangnya diserahkan kembali kepada nasabah,

berdasarkan badan surat bukti kredit dwilipat catat

dalam Laporan Harian Kas (LHK), Badan surat bukti

kredit lembar 2 (dwilipat) didistribusikan kepada

asman administrasi dan keuangan atau bagian

administrasi.

c) Tahapan ketiga bagi asman administrasi dan

keuangan / bagian administrasi adalah menerima

badan surat bukti kredit lembar 2 (dwilipat) dari kasir

berdasarkan bukti tersebut catat dalam Kas Kredit

(KK), atas dasar Kas Kredit (KK) dicatat ke dalam

Buku Kas (BK) rangkap dua, Rekapitulasi Kredit

(RK), Ikhtisar Kredit dan Pelunasan (IKP), setiap

minggu buku-buku tersebut diatas didistribusikan:

Buku Kas dengan lampiran Kas Kredit (KK) lembar 1

dikirim ke kantor wilayah dan buku kas dengan

lampiran Kas Kredit (KK) lembar 2 dibuat

Page 69: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxix

lxix

Rekapitulasi Kredit serta Ikhtisar Kredit dan

pelunasan sebagai arsip kantor cabang, dan terakhir

pada jam tutup kantor Rekapitulasi Kredit (RK)

dicocokan dengan jumlah barang jaminan yang

diterima pada hari itu.

b. Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru

Komparasi pelaksanaan transaksi gadai pada Pegadaian

Syariah Cabang Solo Baru melalui tahapan – tahapan, antara

lain :

1) Pemberian Pinjaman pada Pegadaian Syariah Cabang Solo

Baru

a) Tahapan pertama bagi Rahin adalah mengambil dan

mengisi Formulir Permintaan Pinjaman (FPP),

menyerahkan Formulir Permintaan Pinjaman (FPP)

yang telah diisi dan ditandatangani dengan

melampirkan fotocopy KTP / identitas lainnya serta

marhun yang dijamin, menerima lembar tulis

Formulir Permintaan Pinajaman (FPP) sebagai

tanda bukti penyerahan marhun, mendatangani

Surat Bukti Rahn (SBR) asli dan dwilipat yang

diserahkan oleh kasir pinjaman, menerima sejumlah

uang pinjaman (marhun bih) dan Surat Bukti Rahn

asli (lembar satu), dan menyerahkan kitir Formulir

Permintaan Pinjaman (FPP) kepada kasir.

b) Tahapan kedua bagi penaksir adalah menerima

Formulir Permintaan Pinajaman (FPP) dengan

lampiran KTP / identitas lainnya beserta marhun

dari rahin, memeriksa kelengkapan kebenaran

pengujian Formulir Permintaan Pinajaman dan

marhun yang di jaminkan, menandatangani formulir

permintaan pinjaman (pada badan dan kitirnya)

Page 70: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxx

lxx

sebagai tanda bukti penerimaan marhun dari rahin,

menyerahkan kitir formulir permintaan pinjaman

kepada rahin, melakukan taksiran untuk

menentukan nilai marhun sesuai dengan Buku

Peraturan Menaksir (BPM) dan Surat Edaran (SE)

yang berlaku, untuk taksiran Marhun Golongan A

dapat langsung diselesaikan oleh penaksir pertama,

sedangkan golongan B,C,D,E harus diselesaikan

oleh penaksir kedua atau pimpinan cabang selaku

Kuasa Pemutus Pinjaman (KPP), menentukan

besarnya uang pinjaman (Marhun Bih) yang dapat

diberikan kepada Rahin sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, menentukan biaya administrasi dan

menginformasikan besarnya tarif jasa simpan,

larangan yang harus ditaati oleh penaksir antara

lain: (menetapkan jumlah uang pinjaman (Marhun

Bih) berdasarkan Rahin yang melebihi jumlah

taksiran, mengikir, menyerik atau melepaskan mata

dari barang perhiasan tanpa seijin pemilik, dan

menentukan uang jasa simpan dan biaya

administrasi diluar ketentuan yang berlaku), mengisi

atau menulis, dan menandatangani surat bukti rahn

selengkap-lengkapnya sesuai wewenang, merobek

kitir / slip pengambilan surat bukti rahn dwilipat.

Kitir / slip pengambilan untuk nomor Marhun,

menyerahkan Surat Bukti Rahn (SBR) asli dan

badan Surat Bukti Rahn (SBR) dwilipat kepada

kasir pinjaman, marhun dimasukkan kedalam

kantong / dibungkus dan ditempeli nomor Marhun

dan diplombir, menjumlahkan potongan Marhun,

taksiran dan uang pinjaman, masing-masing

golongan surat bukti rahn dwilipat. Hasil

Page 71: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxi

lxxi

penjumlahan buku gudang ditulis pada Buku

Rekapitulasi Pinjaman (BRP) dan Buku Serah

Terima Marhun (BSTM), menyerahkan Marhun

yang telah diplombir / diikat kepada bagian gudang

dengan menggunakan Buku Serah Terima Marhun

(BSTM) dan membubuhkan tanda tangan pada

kolom-kolom “penyerahan”, bersama-sama dengan

petugas gudang menandatangani kolom serah terima

Marhun pada Buku Serah Terima Marhun (BSTM).

c) Tahapan ketiga bagi kasir adalah menerima surat

bukti rahn asli dan badan surat bukti rahn dwilipat

dari penaksir, mencocokkan surat bukti rahn

tersebut dengan kitir formulir permintaan pinjaman

yang diserahkan oleh Rahin, menyiapkan dan

melakukan pembayaran uang pinjaman (Marhun

Bih) sesuai dengan jumlah yang tercantum pada

surat bukti rahn.

d) Tahapan keempat bagi pemegang gudang /

penyimpan adalah mencocokkan Marhun yang

diterima dengan jumlah yang tertera pada Buku

Serah Terima Marhun (BSTM) dan apabila terdapat

cocok membubuhkan tanda tangan pada kolom

“penerimaan”, melakukan pencatatan di Buku

Gudang (BG), dan marhun yang diterima disimpan

di gudang sesuai dengan golongan, rubrik dan bulan

pinjaman Marhun.

2) Pelunasan Pinjaman yang diberikan pada Pegadaian

Syariah Cabang Solo Baru

a) Tahapan pertama bagi rahin adalah menyerahkan surat

bukti rahn kepada pegawai perhitungan jasa simpan.

b) Tahapan kedua bagi pegawai penghitung jasa simpan

adalah memeriksa keabsahan surat bukti rahn asli dari

Page 72: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxii

lxxii

Rahin, menghitung jasa simpan dan mencantumkannya

pada badan surat bukti rahn disertai parafnya,

menyerahkan kembali surat bukti rahn yang telah

dihitung jasa simpan kepada Rahin.

c) Tahapan ketiga bagi rahin adalah menerima surat bukti

rahn yang telah dihitung jasa simpannya dari pegawai

penghitung jasa simpan, menyerahkan surat bukti rahn

yang telah dihitung jasa simpannya kepada kasir beserta

uangnya.

d) Tahapan keempat bagi kasir adalah menerima dan

memeriksa surat bukti rahn asli tentang kelengkapan

data dan keabsahannya, membuat Slip Pelunasan (SP)

rangkap 2 (dua), menerima pembayaran dari Rahin

(pokok pinjaman dan jasa simpan) sesuai dengan yang

tertera dalam surat bukti rahn dan Slip Pelunasan,

membubuhkan cap “lunas” dan memberi paraf pada

badan surat bukti rahn dan kitir-kitirnya, mencatat

semua penerimaan pelunasan pinjaman dan pendapatan

jasa simpan dalam Laporan Harian Kas (LHK),

mendistribusikan surat bukti rahn tersebut sebagai

berikut:

(1) Badan surat bukti rahn diserahkan kepada bagian

administrasi

(2) Lembar 1 slip pelunasan diserahkan kepada Rahin

untuk pengambilan Marhun

(3) Kitir surat bukti rahn diserahkan kepada

penyimpan/ pemegang gudang sebagai dasar

pengeluaran Marhun

(4) Lembar 2 slip SP disimpan sebagai arsip

e) Tahapan kelima bagi administrasi adalah mencatat

setiap transaksi pelunasan atas dasar surat bukti rahn

Page 73: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxiii

lxxiii

yang diterima dari kasir, sesuai dengan golongan dan

bulannya dalam buku pelunasan (BPL) untuk

selanjutnya pad akhir jam kerja dibukukan dalam: Kas

Debet (KD) rangkap 2, Buku Kas (BK) rangkap 2,

Buku Rekapitulasi Pelunasan (BRP), Ikhtisar pinjaman

dan Pelunasan (IPP) dan mendistribusikan : Lembar

Ikhtisar Kas Debet dan Buku Kas ke kantor wilayah

danLembar 2 Kas Debet dan Buku Kas sebagai arsip,

setiap akhir jam kerja mencocokkan dengan RPL

dengan Buku Gudang (BG).

f) Tahapan keenam bagian gudang adalah menerima kitir

surat bukti rahn bagian “luar” dari kasir sebagai dasar

untuk mengambil Marhun yang ditebus, mencocokkan

nomor kitir “dalam” yang diterima dari rahin dan

nomor kitir yang ada pada Marhun, apabila telah sesuai,

melepas kitir yang ada pada Marhun dan menyerahkan

Marhun kepada Rahin, atas dasar kitir “dalam” dan kitir

Marhun, pengeluaran Marhun dicatat dalam Buku

Gudang (BG), dan terakhir setiap akhir jam kerja

mencocokkan Buku Gudang dengan RPL yang ada

pada bagian administrasi.

2. Pengaturan Komparasi Pelaksanaan Transaksi Gadai Menurut Hukum

Perdata dan Hukum Islam

a. Hukum perdata diatur dalam Pasal 1150 sampai Pasal 1160 Kitab

Undang Undang Hukum Perdata

1) Pasal 1150 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Gadai adalah hak yang diperoleh kreditur atas suatu

benda bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur

atau orang lain atas namanya, untuk menjamin suatu hutang

dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk

mendapat pelunasan dari benda tersebut lebih dahulu

Page 74: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxiv

lxxiv

daripada kreditur-kreditur lainnya, kecuali biaya-biaya

untuk melelang benda tersebut dan biaya yang telah

dikeluarkan untuk pemeliharaan setelah benda itu

digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.

2) Pasal 1151 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Persetujuan gadai dibuktikkan dengan segala alat

yang diperbolehkan bagi pembuktian persetujuan pokoknya

dapat diketahui bahwa pemberian gadai harus mengikuti

suatu perjanjian pokok, dalam hal perjanjian pokok yang

menjadi dasar pemberian gadai adalah suatu perjanjian

yang tidak memerlukan suatu bentuk formalitas bagi

sahnya perjanjian pokok tersebut, maka berarti gadai juga

dapat diberikan dengan cara yang sama yaitu menurut

ketentuan yang berlaku bagi sahnya perjanjian pokok

tersebut.

3) Pasal 1152 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Hak gadai atas benda – benda bergerak dan atas

piutang – piutang bawa diletakkan dengan membawa

barang gadainya dibawah kekuasaan kreditor atau seorang

pihak ketiga tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah

pihak, tidak sah adalah hak gadai atas segala benda yang

dibiarkan tetap dalam kekuasaan debitor atau pemberi gadai

ataupun yang kembali atas kemauan kreditor, hak gadai

hapus apabila barangnya gadai keluar dari kekuasaan

penerima gadai, jika barang tersebut hilang dari tangan

penerima gadai ini atau dicuri, maka berhak menuntutnya

kembali sesuai dalam Pasal 1977 ayat kedua, sedangkan

apabila barang gadai didapatnya kembali, hak gadai

dianggap tidak pernah hilang, hal tidak berkuasanya

pemberi gadai untuk bertindak bebas dengan barang

gadainya, tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada

kreditor yang telah menerima barang tersebut dalam gadai,

Page 75: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxv

lxxv

dengan tidak mengurangi hak yang kehilangan atau

kecurian barang itu, untuk menuntutnya kembali, jadi

sebagai suatu bentuk perjanjian riil kesepakatan pemberian

gadai lahir pada saat barang atau benda yang dijaminkan

dalam bentuk gadai diserahkan dengan pengertian

dikeluarkan penguasaannya dari pemilik benda tersebut

sebagai pemberi gadai, kepada penerima gadai, yang

merupakan kreditor atau pihak ketiga telah disepakati

secara bersama oleh kreditor dan pemberi gadai. Adanya

kesepakatan dibuktikan dengan dikeluarkannya benda gadai

dari penguasaan pemilik benda tersebut.

4) Pasal 1153 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Terhadap piutang atas tunjuk harus dilakukan

endosemen dan penyerahan surat piutang atas tunjuk

tersebut oleh pemberi gadai, selaku pemilik piutang atas

nama tersebut, kepada kreditor atau pihak ketiga yang

disetujui secara bersama sebagai penerima gadai, terhadap

piutang atas nama gadai baru berlaku saat pemberitauan

kepada siapa gadai harus dilaksanakan, telah dilakukan,

Kitab Undang Undang Hukum Perdata tidak menentukan

wujud dari pemberitauan tersebut, untuk itu pemberitauan

dapat dilakukan secara lisan.

5) Pasal 1154 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Hak untuk menjual benda gadai tersebut tidak

memberikan hak kepada kreditor untuk memiliki atau

menjadi pemilik dari benda yang digadaikan kepadanya

tersebut. Apabila debitor atau pemberi gadai tidak

memenuhi kewajiban-kewajibannya, maka tidak

diperkenankan kreditor memiliki barang yang digadaikan,

segala janji yang bertentangan dengan ini adalah batal.

6) Pasal 1155 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Page 76: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxvi

lxxvi

Eksekusi gadai dapat ditemukan dalam dua pasal,

yaitu dalam Pasal 1155 dan Pasal 1156 Kitab Undang

Undang Hukum Perdata bahwa dalam Pasal 1155 kreditor

diberikan hak untuk menyuruh jual benda gadai saat debitor

cedera janji. Sebelum kreditor menyuruh jual benda yang

digadaikan maka harus memberitahukan terlebih dahulu

mengenai maksudnya tersebut kepada debitor atau pemberi

gadai. Pemberitahuan tersebut berlaku sah saat dalam

perjanjian pokok dan perjanjian gadainya telah ditentukan

suatu jangka waktu, dan jangka waktu tersebut telah

lampau sedangkan debitor sendiri telah tidak memenuhi

kewajibannya tersebut, sedangkan Pasal 1156 Kitab

Undang Undang Hukum Perdata memberikan mekanisme

penjualan benda gadai berdasarkan penetapan pengadilan.

7) Pasal 1157 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Menunjukkan pada sebagai seorang yang memegang

atau memangku sesuatu kedudukan berkuasa atas benda

milik orang lain berkewajiban untuk memelihara kebendaan

tersebut dengan baik, sebagaimana halnya seorang pemilik

benda, dalam hal demikian, maka pemberi gadai

berkewajiban untuk mengeluarkan biaya yang diperlukan

untuk menyelamatkan benda tersebut. Selanjutnya pemilik

dari benda tersebut berkewajiban untuk menggantikan

segala biaya yang telah dikeluarkan oleh pemberi gadai

atau yang telah berkuasa untuk menyelamatkan benda

tersebut.

8) Pasal 1158 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Menyatakan bahwa bunga yang diperoleh dari piutang

yang digadaikan mengikuti piutang yang digadaikan

tersebut.

9) Pasal 1159 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Page 77: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxvii

lxxvii

Menyatakan bahwa penguasaan pemegang gadai tetap

dipertahankan hingga dilunasinya seluruh kewajiban

debitor, kecuali pemegang gadai menyalahgunakan benda

yang digadaikan.

10) Pasal 1160 Kitab Undang Undang HukumPerdata

Bahwa selama utang pokok belum dilunasi atau

dibayar semuanya maka gadai tidak dapat dihapus dengan

pengertian kreditor tidak berkewajiban untuk

mengembalikan barang yang digadaikan kepada kreditor.

Hal ini adalah konsekuensi logis dari ketentuan Pasal 1160

ayat 1 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (yang mana

perlu diperhatikan sehubungan dengan hal tertentu dalam

pemberian gadai adalah yang berhubungan dengan

besarnya nilai tanggungan).

b. Menurut Hukum Islam

1) Al-Qur' an

“Jika kamu dalam perjalanan (dan kamu melaksanakan

muammalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak

memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dapat dijadikan sebagai peganggan (oleh

yang mengutangkan), tetapi jika sebagian kamu

mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang

dipercaya itu menunaikan amanat(utangnya) dan hendaknya

ia bertaqwa kepada Allah Swt” (QS. Al-Baqarah (2) : 283).

2) Al-Hadist

Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Aisah berkata,”

Rasullulah pernah memberi makanan dari orang yahudi dan

beliau menggadaikan kepadannya baju besi beliau” (HR.

Bukhari dan Muslim). Dari Anas. ra berkata, ”Rasullulah

Page 78: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxviii

lxxviii

Saw menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di

madinah dan mengambil darinya gandum untuk keluarga

beliau”.(HR.Bukhari, Ahmad, Nasa'i dan Ibnu Majah).

3) Ijtihad Ulama.

Perjanjian gadai yang diajarkan dalam al-Quran dan Al-

Hadist itu dalam perkembangan selanjutnya di lanjutkan oleh

para fuqaha dengan jalan Ijtihat, dengan kesepakatan para

ulama bahwa gadai diperbolehkan dan para ulama tidak

mempertentangkan kebolehannya demikian juga dengan

landasan hukumnya.

Asy-Syafi'I mengatakan Allah SWT, tidak menjadikan

hukum kecuali dengan barang berkriteria jelas dalam serah

terima, jika kriteria berbeda dengan aslinya, maka wajib tidak

ada keputusan.

Mazhab Maliki berpendapat, gadai wajib dengan akad

(setelah akad) orang yang menggadaikan (rahn) di paksakan

untuk menyerahkan borg (jaminan) untuk di pegang oleh

yang memegang gadaian (murtahin), jika borg sudah berada

di tangan pemegang gadaian (murtahin), orang yang

menggadaikan(rahin) mempunyai hak memanfaatkan,

berbeda dengan pendapat Imam Syafi'i yang mengatakan, hak

memanfaat berlaku selama tidak merugikan/ membahayakan

pemegang gadai.

4) Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002,

tanggal 26 Juni 2002, ketentuan sebagai berikut :

a) Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk

menahan Marhun (barang) sampai semua hutang rahin

(yang menyebabkan barang) dilunasi.

Page 79: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxix

lxxix

b) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada

prinsipnya Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh

murtahin kecuali seizin rahin dengan tidak mengurangi

nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti

biaya pemeliharaan perawatannya.

c) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya

menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga

oleh murtahin sedangkan biaya dan pemeliharaan

penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

d) Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak

boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

e) Penjualan Marhun

1) Apabila jatuh tempo murtahin harus

memperingatkan rahin untuk segera melunasi

hutangnya.

2) Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya

maka marhun dijual paksa / dieksekusi

5) Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 26/DSN-MUI/III/2002,

ketentuan sebagai berikut :

a) Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn

b) Ongkos dan biaya pemeliharaan barang (marhun)

ditanggung oleh penggadai (rahin)

c) Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan

pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.

d) Biaya pemeliharaan barang (marhun) dilakukan akad ijaroh

3. Kendala – Kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan Transaksi Gadai di

Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur dan Pegadaian Syariah

Cabang Solo Baru

a. Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur adalah

Page 80: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxx

lxxx

1) Faktor ekternal, yaitu :

a) Perubahan tekonologi yang cepat dikarenakan

dengan perkembangan negara dalam meningkatkan

kemajuan di bidang ilmu dan pengetahuan sehingga

mempengaruhi agunan cepat daluarsa

b) Kesadaran masyarakat (nasabah pegadaian) tentang

pemahaman ketentuan-ketentuan perjanjian kredit

kurang dipahami.

2) Faktor internal, yaitu :

a) Penerapan aturan syarat kredit masing-masing

cabang masih belum ada persamaan persepsi dalam

standartisasi aturan, misal: dalam masalah

penggunaan fotokopi kartu tanda penduduk bagi

para nasabah pegadaian yang berbeda dengan

pegadaian di lain kota yang tidak memerlukan

fotokopi kartu tanda penduduk untuk menjadi

nasabah di pegadaian

b) Perubahan sistem teknologi informasi lembaga

keuangan di pegadaian masih perlu ditingkatkan

dalam masalah penebusan gadai yang mana seorang

nasabah yang berada di kota lain harus menebus

bunga tersebut sesuai dengan tempat atau kota di

mana dilakukannya gadai itu dilakukan.

c) Kecurangan aparat.

d) Pencurian / perampokan.

Cara mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam

pelaksanaan transaksi gadai pada Perusahaan Umum Pegadaian

Cabang Palur adalah

Page 81: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxi

lxxxi

1. Meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) dalam memudahkan transaksi

pelaksanaan gadai.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

mematuhi aturan tentang pelaksanaan gadai

3. Melakukan pemahaman secara efektif dan

efisiensi terhadap standarisasi di semua pegadaian

dalam pelaksanaan transaksi gadai.

4. Penciptaan alat teknologi yang baru sehingga

mendukung nasabah dalam transaksi gadai lebih

mudah.

5. Penegakan hukum secara tegas kepada aparat

yang melakukan kecurangan.

6. Meningkatkan pola pengawasan keamanan

terhadap barang – barang jaminan.

b. Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru adalah

1) Faktor ekternal, yaitu :

a) Perubahan tekonologi yang cepat dikarenakan

dengan perkembangan negara dalam meningkatkan

kemajuan di bidang ilmu dan pengetahuan sehingga

mempengaruhi agunan cepat daluarsa.

b) Perubahan regulasi pemain baru masuk ke bisnis

gadai.

2) Faktor internal, yaitu :

a) Masuknya barang-barang palsu seperti emas kadar

rendah, emas lapis tebal dengan teknologi pelapisan

canggih, berlian suntik dll

b) Pencurian / perompakan.

c) Barang rusak, lelang tidak laku.

Page 82: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxii

lxxxii

d) Kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk

mengoperasikan usaha syariah masih kurang, serta

kecurangan aparat

Cara mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam

pelaksanaan transaksi gadai pada Pegadaian Syariah Cabang Solo

Baru adalah

1. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

memudahkan transaksi pelaksanaan gadai.

2. Mengefektivitaskan penerapan Undang – Undang

guna mencegah praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat antar para pihak.

3. Meningkatkan upaya preventif dalam mengatasi

masalah pemalsuan barang.

4. Meningkatkan keamanan barang jaminan dengan

berkoordinasi dengan pihak kepolisian.

5. Memberikan jaminan harga terhadap barang jaminan.

6. Meningkatkan peningkatan sumber daya manusia

(SDM) dapat lebih berkualitas.

Tata cara atau prosedur untuk menggadaikan suatu barang demi

memperoleh sejumlah kredit yang diberikan Pegadaian Syariah kepada

nasabahnya harus melalui tahapan-tahapan administrasi yang telah ditetapkan oleh

Pegadaian Syariah yang bersangkutan. Pada umumnya tata cara Pegadaian barang

di Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional hampir sama, namun terdapat

perbedaan dalam beberapa hal antara lain: dalam Pegadaian Syariah kwitansi

gadai dinamakan dengan Surat Bukti Rahn (SBR), pengembalian keuntungan

berupa upah (fee) atas jasa penyewaan tempat untuk menitipkan barang, profesi

dan tujuan peminjaman uang nasabah diketahui oleh Pegadaian, pemberian jasa

(fee) per sepuluh hari, terdapat dua akad, yaitu akad rahn dan akada ijaroh,

Page 83: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxiii

lxxxiii

sedangkan Pegadaian Konvensional adalah kwintansi gadai dinamakan dengan

Surat Bukti Kredit (SBK), pengembalian keuntungan berupa sewa modal yang

ditentukan melaui besaran persentase dari jumlah kredit yang diminta, profesi dan

tujuan peminjaman uang nasabah tidak diketahui oleh Pegadaian, pemberian uang

sewa modal per lima belas hari, dan hanya ada satu perjanjian kredit.

Perbedaan tersebut merupakan ciri khas karekteristik antara Pegadaian

konvensional dengan pegadaian syariah. Dapat diketahui bahwa pengambilan

keuntungan pegadaian syariah telah sesuai dengan ketentuan syariah yaitu dengan

cara mengambil keuntugan dengan lewat jalan sewa menyewa tempat dan jasa

penitipan barang (ijaroh) sehingga terbebas dari unsur riba dalam melakukan

bisnis tersebut. Profesi dan tujuan peminjaman uang oleh nasabah juga diketahui

oleh Pegadaian Syariah agar diketahui penyaluran dana pinjaman tersebut tidak

disalahgunakan oleh nasabah untuk keperluan-keperluan diluar ketentuan dari

prinsip-prinmsip syariah. Karekteristik lain yang membedakan Pegadaian Syariah

dengan Pegadaian Konvensioanal yaitu adanya dua perjanjian dalam transaksi

gadai di Pegadaian Syariah. Hal ini terjadi karena adanya pemisahan antara unsur

tolong menolong dan unsur pengambilan keuntungan di dalam gadai syariah.

Akad yang terdapat dalam gadai di pegadaian syariah yaitu akad rahn (perjanjian

gadai) dan akad ijaroh (sewa). Akad rahn disini di dalam syariah bertujuan untuk

menolong sesama manusia yang membutuhkan dan akad ijaroh disini bertujuan

untuk mengambil suatu keuntungan dalam suatu transaksi bisnis. Sehingga adanya

dua akad tersebut saling melengakapi antara satu dengan yang lain. Persamaan

Pegadaian konvensional dengan Pegadaian Syari'ah adalah hak gadai atas

pinjaman uang, adannya agunan sebagai jaminan utang,tidak boleh mengambil

manfaat barang yang di gadaikan, biaya barang yang digadaikan di tanggung oleh

para pemberi gadai, dan apabila batas waktu pinjaman uang habis, barang yang

digadaikan boleh dijual atau dilelang, sedangkan perbedaan antara Pegadaian

konvensional dengan Pegadaian Syari'ah adalah Rahn dalam hukum islam di

lakukan secara suka rela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan

secara bathil, sedangkan gadai menurut hukum perdata di samping berprinsip

tolong menolong juga menarik bunga atau sewa modal, dalam hukum perdata

Page 84: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxiv

lxxxiv

(hak gadai hanya berlaku hanya pada benda yang bergerak), sedangkan dalam

hukum islam( Rahn pada seluruh benda, baik yang harus bergerak maupun yang

tidak bergerak) dan rahn tidak ada istilah bunga.

Penggolongan uang pinjaman pada Perusahaan Umum Pegadaian Cabang

Palur setiap calon nasabah yang ingin mendapatkan uang pinjaman dari

Perusahaan Umum Pegadaian diwajibkan untuk membawa barang sebagai

jaminan atas utang yang diterimanya. Mengenai besarnya jumlah pinjaman yang

diberikan oleh Perusahaan Umum Pegadaian disesuaikan dengan nilai taksir dari

barang yang dijadikan sebagai jaminan tersebut, sedangkan penggolongan uang

pinjaman yang diberikan kepada nasabah berdasarkan surat keputusan nomor

07/UI.100211/2008 sebagai berikut:

1) Golongan A

Jumlah pinjaman antara Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 150.000,-

adalah masuk dalam kategori surat bukti kredit golongan A, sedangkan

jangka waktunya adalah 120 hari (empat bulan), bunga 0,75 %.

2) Golongan B

Jumlah pinjaman antara Rp.151.000,- sampai dengan Rp. 500.000,-

adalah masuk dalam kategori surat bukti kredit golongan B, sedangkan

jangka waktunya adalah 120 hari (empat bulan), bunga 1,2 %.

3) Golongan C 1

Jumlah pinjaman antara Rp. 505.000,- sampai dengan Rp.

1.000.000,- adalah masuk dalam kategori surat bukti kredit golongan C,

sedangkan jangka waktunya adalah 120 hari (empat bulan), bunga 1,3 %.

4) Golongan C 2

Jumlah pinjaman antara Rp. 1.010.000,- sampai dengan Rp.

20.000.000,- adalah masuk dalam kategori surat bukti kredit golongan C,

sedangkan jangka waktunya adalah 120 hari (empat bulan) ,bunga 1, 3 %.

5) Golongan D 1

Jumlah pinjaman antara Rp. 20.050.000,- sampai dengan Rp.

50.000.000,- adalah masuk dalam kategori surat bukti kredit golongan D 1,

sedangkan jangka waktunya adalah 120 hari (empat bulan), bunga 1 %.

6) Golongan D 2

Page 85: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxv

lxxxv

Jumlah pinjaman antara Rp. 50.100.000,- sampai dengan

Rp 200.000.000,- adalah masuk dalam kategori surat bukti kredit

golongan D 2, sedangkan jangka waktunya adalah 120 hari (empat bulan),

bunga 1 %.

Rumus perhitungan di Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur adalah

1. Setiap transaksi gadai dikenakan biaya administrasi sebesar 1 % dari

uang pinjaman.

2. Perhitungan uang pinjaman di hitung dari : Nilai taksiran di kali dengan

bunga ( sewa modal) sesuai dengan golongannya.

Teknik perhitungan uang pinjaman pada Pegadaian Syariah Cabang Solo

Baru adalah dengan pemberian uang pinjaman kepada nasabah perlu adanya

penaksiran barang gadai dan perhitungan yang matang dari petugas pegadaian.

Dalam hal penaksiran barang Pegadaian Syariah menetapkan barang gadai ke

dalam delapan golongan pinjaman, plafon besarnya uang pinjaman barang gadai

beserta biaya administrasi yang harus dibayar oleh nasabah saat menggadaikan

barang adapun golongan, plafon dan biaya administrasi tersebut adalah sebagai

berikut :

Tabel Penggolongan Barang Gadai,

Plafon Barang Gadai, dan Biaya Administrasi Gadai

Golongan

barang gadai

Plafon Barang Gadai (rupiah) Biaya Administrasi Per

Surat Bukti Rahn (SBR)

A 20.000 – 150.000 Rp 1.000,-

B 151.000 – 500.000 Rp 5.000,-

C 501.000 – 1.000.000 Rp 8.000,-

D 1.005.000 – 5.000.000 Rp 16.000,-

E 5.010.000 – 10.000.000 Rp 25.000,-

F 10.050.000 – 20.000.000 Rp 40.000,-

G 20.100.000 – 50.000.000 Rp 50.000,-

H 50.100.000 – 200.000.000 Rp60.000,-

Tarif ijarah meliputi biaya pemakaian ruang dan pemeliharaan barang

jaminan / marhun sesuai dengan tabel dan rumus sebagai berikut :

1. Taksiran / Rp 10.000,- X Rp 85,- X Jangka waktu / 10 untuk emas.

Page 86: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxvi

lxxxvi

2. Taksiran / Rp 10.000,- X Rp 90,- X Jangka waktu / 10 untuk elektronik dan

alat rumah tangga lainnya.

3. Taksiran / Rp 10.000,- X Rp 95,- X Jangka waktu / 10 untuk kendaraan

bermotor.

Misal Standar Taksiran Logam (STL) per gram Rp 165.000,00 dan dilunasi dalam

4 bulan (120 hari ) maka perhitungannya adalah

1. Harga emas 20 X Rp 165.000,00 = Rp 3.300.000,00

2. Uang Pinjaman 90 % X Rp 3.300.000,00 = Rp 2.970.000,00

3. Biaya administrasi ( Golongan D ) = Rp 16.000,00

4. Ijarah (3.300.000 / 10.000 X Rp 85 X 120 / 10 ) = Rp 336.000,00

Tabel perbedaan sistem bunga dan bagi hasil dalam Pegadaian Syariah (*)

BUNGA BAGI HASIL

a. Penentuan bunga dibuat pada

waktu akad dengan asumsi harus

selalu untung.

Penentuan besarnya rasio/ nisbah

bagi hasil dibuat pada waktu akad

dengan berpedoman pada

kemungkinan untung – rugi.

b. Besarnya presentase berdasarkan

besarnya jumlah uang (modal)

yang dipinjamkan.

Besarnya rasio bagi hasil

berdasarkan pada jumlah

keuntungan yang diperoleh.

c. Pembayaran bunga tetap seperti

yang dijanjikan tanpa

pertimbangan apakah proyek yang

dijalankan oleh pihak nasabah

untung atau rugi.

Bagi hasil bergantung pada

keuntungan proyek yang dijalankan.

Bila usaha merugi, kerugian

ditanggung bersama oleh kedua

belah pihak.

d. Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah

keuntungan berlipat atau keadaan

ekonomi sedang “booming”

Jumlah pembagian laba meningkat

sesuai peningkatan jumlah

pendapatan

e. Eksistensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan

Page 87: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxvii

lxxxvii

tidak dikecam) oleh semua agama,

termasuk islam.

keabsahan bagi hasil.

Sumber : Heri Sudarsono, 2004 (*)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan,

yaitu :

1. Bahwa komparasi pelaksanaan transaksi gadai pada Perusahaan Umum

Pegadaian Cabang Palur dapat diuraikan sebagai berikut, nasabah mengisi

formulir permintaan kredit (foto kopi KTP dan barang jaminan), penaksir

melakukan taksiran dan besarnya uang pinjaman, menerbitkan surat bukti

kredit, diserahkan kembali nasabah, kasir menjumlahkan potongan barang

jaminan dan uang pinjaman sesuai surat bukti kredit, memeriksa

keabsahan, menyiapkan, dan pembayaran disertai tanda tangan pada surat

bukti kredit diserahkan nasabah, lalu asman administrasi dan keuangan,

mencatat semua pemberian kredit ke dalam buku kas dan buku kredit, dan

bagian gudang menerima barang jaminan dengan mencocokkan pada surat

bukti kredit ditulis pada buku bagian gudang, sedangkan pelaksanaan

transaksi gadai pada Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru dimulai rahin

mengambil dan mengisi formulir permintaan pinjaman dan ditanda tangani

dengan melampirkan foto kopi KTP, penaksir menaksir marhun dari rahin

dengan ketentuan yang sudah berlaku untuk menentukan biaya

administrasi untuk akad rahn dan tarif jasa simpan / akad ijaroh, kasir

menerima surat bukti rahn mencocokkan dengan penaksir, menyiapkan,

dan melakukan pembayaran uang pinjaman (marhun bih) sesuai dengan

surat bukti rahn kepada rahin, pemegang gudang menyimpan marhun

dengan mencocokkan dengan surat bukti rahn dan membubuhkan tanda

Page 88: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxviii

lxxxviii

tangan sebagi penerimaan dan mengunci pintu demi menjaga keamanan

marhun.

2. Bahwa pengaturan komparasi pelaksanaan transaksi gadai menurut hukum

perdata dan hukum islam adalah hukum perdata diatur dalam Pasal 1150

sampai Pasal 1160 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, dan Surat

Keputusan Direksi Nomor 305 / UL3.00.22.3 / 2003, Surat Edaran Nomor

4 / LB.1.00.221 / 2001,Surat Keputusan Direksi Perum Pegadaian Nomor

Opp.2 / 67 / 5 ,sedangkan hukum islam diatur dalam Al Qur’an, hadist ,

itjma, Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25 tentang rahn dan Fatwa

Dewan Syariah Nasional Nomor 26 tentang rahn emas.

3. Bahwa kendala – kendala yang terjadi dalam pelaksanaan transaksi gadai

di Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Palur, antara lain : faktor

ekternal, yaitu : perubahan tekonologi yang cepat, pemahaman perjanjian

kredit kurang dipahami, faktor internal adalah belum ada persamaan

persepsi dalam standartisasi aturan, kecurangan aparat, dan pencurian /

perampokan. Cara mengatasinya dengan meningkatkan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, mematuhi aturan yang berlaku sesuai standart

yang ada dalam aturan pegadaian, dan penegakan hukum secara tegas

kepada aparat yang melakukan kecurangan, sedangkan kendala - kendala

yang terjadi dalam pelaksanaan transaksi gadai di Pegadaian Syariah

Pegadaian Cabang Solo Baru adalah faktor perubahan teknologi yang

cepat, perubahan regulasi pemain baru, fluktuasi harga minyak, faktor

internal adalah masuknya barang palsu, pencurian, kapabilitas sumber

daya manusia untuk mengoperasian usaha syariah masih kurang, cara

mengatasinya dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

meningkatkan kesadaran dan upaya preventif dalam mengatasi masalah

77

Page 89: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

lxxxix

lxxxix

pemalsuan barang peningkatan sumber daya manusia (SDM) dapat lebih

berkualitas.

B. Saran

1. Dalam rangka meningkatkan omzet pada Perusaahaan Umum (Perum)

Pegadaian hendaknya dapat melakukan dan menyebarluaskan mengenai

mekanisme prosedur pemberian kredit yang mudah, cepat, dan terjangkau

masyarakat.

2. Pegadaian Syariah hendaknya lebih meningkatkan upaya sosialisasi

kepada masyarakat luas mengenai eksistensi dari Pegadaian Syariah

tersebut.

3. Perlunya meningkatkan upaya profesionalisme dari perangkat sumber daya

manusia dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

4. Dalam rangka untuk lebih meningkatkan kemandirian dan keberadaan

Pegadaian Syariah diperlukan upaya pengaturan yang lebih teknis dan

operasional dalam suatu produk hukum secara mandiri sehingga akan

terwujud kemandirian dari Pegadaian Syariah.

Page 90: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xc

xc

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdul Dahlan Azis.2000. Ensiklopedi Hukum Islam. Cetakan Keempat, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Abdulkadir Muhammad.2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung :PT. Citra

Aditya Bhakti. Gemala Dewi.2004. Aspek – Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian

Syariah di Indonesia. Jakarta : Prenada Media. Heribertus Sutopo.1998. Pengantar Penelitian Kualitatif. Dasar – Dasar Praktis.

Surakarta : Pusat Penelitian UNS. Heri Sudarsono.2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan

Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia. H. Salim.2005. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja.2005. Seri Hukum Harta Kekayaan : Hak

Istimewa, Gadai, dan Hipotek. Jakarta : Prenada Media. Marzuki Usman.1995. Managemen Lembaga Keuangan. Jakarta :CV. Intermedia. Muhammad Sholikul Hadi.2003. Pegadaian Syariah. Jakarta : Salemba Diniyah. Rilda Murniati.2003. Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung : Mandala

Karya. Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press. Subekti R dan R Tjitrosudiro.1976. Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

Jakarta: Pradia Paramita.

Page 91: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Studi... · Studi komparasi antara perusahaan umum (perum) pegadaian dengan pegadaian syariah Dalam pelaksanaan transaksi gadai (studi

xci

xci

Susilo Y. Sri.1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat. Thomas Suyatno.1992. Dasar- Dasar Perkreditan. Jakarta : Gramedia. Warkum Sumitro.1996. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait.

Jakarta : Rajawali Grafindo Persada. Wirdyaningsih.2005.Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana.

Peraturan Perundang - undangan :

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1990 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Fatwa DSN Nomor 25 / DSN- MUI / III / 2002 tentang Rahn

Fatwa DSN Nomor 26 / DSN- MUI / III / 2002 tentang Rahn Emas

Internet :

M.Fitri Rahmadana dan Hafniah Lumbanraja.<http://www.manbisnis.tripod.com> (26 Desember 2007 pukul 19.00). Adiwarman Karim.<http://www.rsi.sg/indonesia/arthakelola>( 26 Desember 2007 pukul 19.00).