FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS...

108
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA Analisis Perilaku Penawaran Kredit Bank BPR di Malang (Studi Kasus PT. BPR Armindo Kencana Malang) Rachman Hakim dan Nuzulul Qurnain, Universitas Madura Efektifitas Dan Kontribusi Penerimaan Retribusi Pasar Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pamekasan Dedy Setiyono, Universitas Madura Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Dalam Mengevaluasi Penggajian Karyawan PT. Marinal Indoprima Sumenep Rika Syahadatina,, Universitas Madura Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Subhan, Universitas Madura Pengaruh Managemen Hubungan Pelanggan (MHP) Terhadap Kepuasan Nasabah dan Dampaknya Terhadap Kesetiaan Nasabah (Surve Berdasarkan Persepsi Nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) kantor cabang Universitas Brawijaya Malang) Zainurrafiqi, Universitas Madura Prospek Pajak Hotel Sebagai Aspek Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pamekasan Mohammad Herman Djaja, Universitas Madura Penerapan Model Altman (Z-Score) Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Listing Di BEI Periode 2010-2012 Rosy Aprieza Puspita Zandra, Universitas Madura Makro Vol. 1 No. 15 Hlm 1 - 99 Pamekasan 08 Mei 2013 ISSN 1412 - 2936 ISSN 1412 - 2936

Transcript of FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS...

  • JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN

    FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA

    Analisis Perilaku Penawaran Kredit Bank BPR di Malang (Studi Kasus PT. BPR Armindo

    Kencana Malang)

    Rachman Hakim dan Nuzulul Qurnain, Universitas Madura

    Efektifitas Dan Kontribusi Penerimaan Retribusi Pasar Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

    (PAD) Kabupaten Pamekasan

    Dedy Setiyono, Universitas Madura

    Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Dalam Mengevaluasi Penggajian Karyawan PT. Marinal

    Indoprima Sumenep Rika Syahadatina,, Universitas Madura

    Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba

    Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

    Subhan, Universitas Madura

    Pengaruh Managemen Hubungan Pelanggan (MHP) Terhadap Kepuasan Nasabah dan

    Dampaknya Terhadap Kesetiaan Nasabah (Surve Berdasarkan Persepsi Nasabah Bank Rakyat

    Indonesia (BRI) kantor cabang Universitas Brawijaya Malang)

    Zainurrafiqi, Universitas Madura

    Prospek Pajak Hotel Sebagai Aspek Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pamekasan

    Mohammad Herman Djaja, Universitas Madura

    Penerapan Model Altman (Z-Score) Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan

    Pertambangan Batubara Yang Listing Di BEI Periode 2010-2012

    Rosy Aprieza Puspita Zandra, Universitas Madura

    Makro Vol. 1 No. 15 Hlm 1 - 99 Pamekasan

    08 Mei 2013

    ISSN

    1412 - 2936

    ISSN 1412 - 2936

  • JURNAL MANAJEMEN &

    KEWIRAUSAHAAN

    Penanggung Jawab :

    DEKAN Fakultas Ekonomi

    Universitas Madura, UNIRA

    Ketua Penyunting :

    ZEF RISAL, SE, MM

    Wakil Ketua Penyunting :

    Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM

    Penyunting Pelaksana :

    Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM

    H.M Fauzi Hosni, MM

    Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM

    Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM

    Penyunting Ahli :

    Subhan, SE, M.A.

    Ahmarul Fajar, SE, MM

    Pelaksana Tata Usaha :

    Wahdi, SH

    Agus Sugiantoro, SH.

    Alamat Penyunting :

    Fakultas Ekonomi Universitas Madura

    FE (UNIRA)

    Jl. Raya Panglegur

    Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418

    Pamekasan Madura

    Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan

    dua kali dalam setahun oleh Fakultas

    Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini

    merupakan media untuk mensosialisasikan

    ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka

    dan riset empiris yang mengkaji masalah

    manajemen dan kewirausahaan.

    Secara terbuka jurnal ini menerima

    kontribusi artikel dari manapun yang sesuai

    dengan ilmu manajemen dan kewirausahaan.

    Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal

    ini meliputi :

    Artikel konseptual : artikel hasil pemikiran

    Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

    Current Issue

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 1

    Analisis Perilaku Penawaran Kredit Bank BPR di Malang

    (Studi Kasus PT. BPR Armindo Kencana Malang)

    Oleh:

    Rachman Hakim

    Fakultas Ekonomi Universitas Madura

    Nuzulul Qurnain

    Fakultas Ekonomi Universitas Madura

    ABSTRAK

    Analisis Perilaku merupakan analisis mengenai perbuatan/tindakan, perkataan dan

    kebiasaan seseorang atau pun suatu kelompok yang sifatnya dapat diamati, digambarkan

    dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Dalam penelitian ini, akan

    dianalisis perilaku atau kebiasaan PT. BPR Armindo Kencana Malang dalam melakukan

    penawaran kredit. Hal ini dirasa perlu mengingat sektor kredit merupakan sektor yang

    cukup mengandung banyak resiko. Inilah yang menjadi latar belakang penelitian.

    Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa memberi sedikit masukan agar resiko dalam

    penyaluran kredit bisa diperkecil. Variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah data

    primer yang diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner yang mempunyai pilihan

    jawaban 1-5. Variabel-variabel yang diteliti yaitu: Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on

    Assets (ROA), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequency Ratio (CAR), Return on

    Equity (ROE), Cash Ratio, Reserve Requirement (RR), Loan to Deposit (LDR), Loan to

    Assets Ratio, Rasio Kewajiban Bersih Call Money, Rasio Biaya Operasional, Net Profit

    Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Assets Ratio. Alat

    analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Analisis faktor

    merupakan pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan di

    antara beberapa variabel dan menjelaskan variabel-varabel ini dalam keadaan umumnya

    berdasarkan dimensi (faktor). Tujuannya adalah untuk mencari cara menyingkat informasi

    yang terdapat dalam beberapa variabel asal menjadi serangkaian variabel yang lebih kecil

    (faktor) dengan meminimalkan kehilangan informasi. Berdasarkan output analisis faktor

    diketahui bahwa ada 3 faktor yang akan diperhatikan PT. BPR Armindo Kencana Malang

    sebelum memberikan kredit. Faktor pertama, Rasio Kewajiban, Rentabilitas dan

    Solvabilitas yang terdiri dari ROA, Rasio Kewajiban Bersih Call Money, Rasio Biaya

    Operasional, NPM, DER dan Long Term Debt to Assets Ratio. Faktor kedua, Rasio

    Likuiditas dan NPL yang terdiri dari NPL, Cash Ratio, RR, LDR dan Loan to Assets Ratio.

    Faktor ketiga, Modal dan Laba terdiri dari CAR dan ROE. Sementara itu, variabel DPK

    tidak termasuk dalam salah satu faktor tersebut karena berdasarkan nilai measure sampling

    adequency (MSA) tidak bisa untuk analisis faktor. Kesimpulannya PT. BPR Armindo

    Kencana Malang cenderung memberi perhatian lebih terhadap faktor Rasio Kewajiban,

    Rentabilitas dan Solvabilitas karena faktor ini memiliki nilai % of Variance terbesar.

    Kata kunci : perilaku, penawaran, kredit

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 2

    PENDAHULUAN

    Dalam memberikan kredit, bank

    secara tidak langsung dituntut untuk

    mendapat keuntungan. Hal ini bertujuan

    untuk menutupi seluruh biaya dana, target

    margin keuntungan yang hendak dicapai

    dan banyak hal lain lagi. Dengan demikian,

    kredit bisa dikatakan sebagai tulang

    punggung pencetak keuntungan bagi Bank.

    Semakin besar dana dalam bentuk kredit

    yang diberikan kepada nasabah, maka risiko

    yang dihadapi juga besar. Sehingga

    penempatan dalam pos ini paling banyak

    menimbulkan masalah dan banyak menyita

    tenaga, waktu dan biaya.

    Oleh karena itu agar risiko tersebut

    dapat diminimalkan, maka bank akan

    mempertimbangkan banyak hal atau faktor

    sebelum memberikan kredit. Itulah salah

    satu alasan kenapa penelitian ini penting.

    Karena dalam penelitian nantinya setiap

    karyawan BPR (Bank Perkreditan Rakyat)

    Armindo Kencana Malang akan

    memberikan pendapatnya mengenai faktor-

    faktor yang seharusnya diperhatikan

    sebelum memberikan kredit kepada

    nasabah. Tentunya pendapat karyawan-

    karyawan ini diharapkan menjadi saran bagi

    pimpinan dan direksi BPR Armindo

    Kencana Malang dalam pengambilan

    keputusan sebelum memberikan kredit.

    Alasan utama dipilihnya BPR

    Armindo Kencana Malang dalam penelitian

    ini adalah dalam segi kemerataannya di

    Kota Malang. BPR Armindo Kencana

    Malang memiliki 1 kantor pusat dan 8

    kantor kas. Semua kantor tersebar cukup

    merata di Kota Malang.

    Kembali pada masalah kredit, dalam

    kenyataannya menurut Warjiyo (2004),

    selain dana pihak ketiga (DPK), perilaku

    penawaran kredit perbankan juga

    dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap

    prospek usaha debitor dan kondisi

    perbankan itu sendiri, seperti Capital

    Adequency Ratio (CAR), Non Performing

    Loans (NPL), dan Loan to Deposit Ratio

    (LDR). Sementara menurut Suseno dan

    Piter A. (2003), selain faktor-faktor tersebut

    di atas, faktor rentabilitas atau tingkat

    keuntungan yang tercermin dalam Return

    on Assets (ROA) juga berpengaruh terhadap

    keputusan bank untuk menyalurkan kredit

    kepada debitor. Artinya faktor-faktor

    tersebut harus diperhatikan dan dijadikan

    bahan pertimbangan ketika suatu bank akan

    menyalurkan kredit.

    Terkait dengan pendapat-pendapat di

    atas, bisa kita lihat bahwa CAR mewakili

    analisis rasio solvabilitas, LDR mewakili

    analisis rasio likuiditas, dan LDR mewakili

    analisis rasio rentabilitas. Karenanya,

    diputuskan bahwa penelitian ini akan

    menggunakan semua rasio yang berfungsi

    untuk mengukur tingkat solvabilitas,

    likuiditas dan rentabilitas bank. Solvabilitas

    diwakili oleh Capital Adequency Ratio

    (CAR), Debt to Equity Ratio, dan Long

    Term Debt to Assets Ratio. Likuiditas

    diwakili oleh Cash Ratio, Reserve

    Requirement, Loan to Deposit Ratio (LDR),

    Loan to Assets Ratio, dan rasio kewajiban

    bersih call money. Serta rentabilitas

    diwakili Return on Assets (ROA), Return

    on Equity (ROE), Rasio Biaya (Beban)

    Operasional, dan Net Profit Margin (NPM).

    Tentunya dengan ditambah dua variabel

    lagi yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

    Non Performing Loan (NPL). Sehingga

    total akan ada 14 variabel yang diteliti

    dalam penelitian ini.

    Tujuan penelitian ini adalah

    mereduksi jumlah variabel yang

    diperkirakan akan mendapat perhatian

    khusus dari pihak BPR Armindo Kencana

    tersebut. Caranya dengan membentuk

    faktor baru dalam jumlah yang lebih sedikit

    tanpa kita kehilangan informasi yang terlalu

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 3

    berarti dalam penelitian ini. Dan

    selanjutnya akan dilihat faktor-faktor mana

    yang benar-benar diperhatikan sebelum

    Bank BPR tersebut melakukan penawaran

    kredit.

    Selain latar belakang di atas, ada hal

    lain yang melatarbelakangi penelitian ini.

    Hal tersebut adalah penelitian terdahulu

    yang dilakukan oleh Sari (2010). Secara

    sekilas kedua judul penelitian memiliki

    perbedaan yang cukup jauh. Akan tetapi

    jika ditelusuri lebih lanjut terdapat

    persamaan di dalamnya, yaitu dari segi alat

    analisis yang digunakan, yaitu tranformasi

    data dan analisis faktor. Yang menjadi

    masalah adalah penerapan alat analisis yang

    kurang begitu jelas selain itu juga ada

    perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar

    disana. Penelitian ini diharapkan bisa

    memperjelas penelitian terdahulu yang

    dilakukan saudari Ariyanti tersebut. Karena

    dalam skripsi ini akan dilakukan

    perbandingan dan ditunjukkan hal-hal apa

    yang berbeda dengan penelitian terdahulu

    tersebut.

    Berdasarkan alasan-alasan diatas

    maka muncul keinginan untuk mengadakan

    penelitian dengan judul Analisis Perilaku

    Penawaran Kredit Bank BPR di Malang

    (Studi Kasus Bank BPR Armindo Kencana

    Malang).

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas

    maka dibuatlah rumusan masalah sebagai

    berikut:

    1. Faktor-faktor apa yang menjadi perhatian dalam penawaran kredit BPR

    Armindo Kencana Malang?

    2. Faktor apa yang dominan dalam penawaran kredit BPR Armindo

    Kencana Malang?

    KAJIAN PUSTAKA

    Analisis Kinerja Bank

    Kinerja suatu bank bisa menjadi

    faktor yang harus diperhatikan sebelum

    kredit disalurkan oleh bank kepada

    nasabahnya. Menurut Dendawijaya (2001),

    untuk menganalisis kinerja suatu bank, kita

    bisa melakukannya dengan cara sebagai

    berikut:

    a. Analisis Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis

    yang dilakukan terhadap kemampuan

    bank dalam memenuhi kewajiban jangka

    pendeknya atau kewajiban yang sudah

    jatuh tempo. Beberapa rasio likuditas

    yang sering dipergunakan dalam menilai

    kinerja suatu bank antara lain adalah

    sebagai berikut:

    1. Cash Ratio Cash Ratio adalah rasio alat likuid

    terhadap dana pihak ketiga yang

    dihimpun bank yang harus segera

    dibayar. Rasio ini digunakan untuk

    mengukur kemampuan bank dalam

    membayar kembali simpanan

    nasabah (deposan) pada saat ditarik

    dengan menggunakan alat likuid

    yang dimilikinya. Menurut

    ketentuan Bank Indonesia, alat

    likuid terdiri atas uang kas ditambah

    dengan rekening giro yang disimpan

    pada Bank Indonesia. Semakin

    tinggi rasio ini semakin tinggi pula

    kemampuan likuiditas bank yang

    bersangkutan, namun dalam praktek

    dapat mempengaruhi

    profitabilitasnya.

    2. Reserve Requirement Reserve Requirement atau lebih

    dikenal dengan likuiditas wajib

    minimum adalah suatu simpanan

    minimum yang wajib dipelihara

    dalam bentuk giro di Bank

    Indonesia bagi semua bank.

    Semakin tinggi nilai Reserve

    Requirement maka semakin bagus

    tingkat likuiditas suatu bank.

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 4

    3. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio menyatakan

    seberapa jauh kemampuan bank

    dalam membayar kembali penarikan

    dana yang dilakukan deposan

    dengan mengandalkan kredit yang

    diberikan sebagai sumber

    likuiditasnya. Semakin tinggi rasio

    tersebut memberikan indikasi

    semakin rendahnya kemampuan

    likuiditas bank yang bersangkutan.

    Rasio ini juga merupakan indikator

    kerawanan dan kemampuan dari

    suatu bank. Sebagian praktisi

    perbankan menyepakati bahwa batas

    aman dari LDR suatu bank adalah

    sekitar 80%.

    4. Loan to Asset Ratio Loan to Asset Ratio adalah rasio

    yang digunakan untuk mengukur

    tingkat likuiditas bank yang

    menunjukkan kemampuan bank

    untuk memenuhi permintaan kredit

    dengan menggunakan total asset

    yang dimiliki bank. Semakin tinggi

    rasio ini, tingkat likuiditasnya

    semakin kecil karena jumlah asset

    yang diperlukan untuk membiayai

    kreditnya menjadi semakin besar.

    5. Rasio Kewajiban Bersih Call Money Persentase dari rasio ini

    menunjukkan besarnya kewajiban

    bersih Call Money terhadap aktiva

    lancer atau aktiva yang paling

    likuid dari bank. Jika rasio ini

    semakin kecil nilainya, likuiditas

    bank dikatakan cukup baik karena

    bank dapat segera menutup

    kewajiban dalam kegiatan pasar

    uang antar bank dengan alat likuid

    yang dimilikinya.

    b. Analisis Rasio Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank

    adalah alat untuk menganalisis atau

    mengukur tingkat efisiensi usaha dan

    profitabilitas yang dicapai oleh bank

    yang bersangkutan. Selain itu, rasio-

    rasio dalam kategori ini dapat pula

    digunakan untuk mengukur tingkat

    kesehatan bank.

    1. Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk

    mengukur kemampuan manajemen

    bank dalam memperoleh

    keuntungan (laba) secara

    keseluruhan. Semakin besar ROA

    suatu bank, semakin besar pula

    tingkat keuntungan yang dicapai

    bank tersebut dan semakin baik

    pula posisi bank tersebut dalam

    segi penggunaan aset.

    2. Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara

    laba bersih bank dengan modal

    sendiri. Rasio ini banyak diamati

    oleh para pemegang saham bank

    (baik pemegang saham pendiri

    maupun pemegang saham baru)

    serta para investor di pasar modal

    yang ingin membeli saham bank

    yang bersangkutan (jika bank

    tersebut telah go public).

    3. Rasio Biaya (Beban) Operasional Rasio biaya operasional adalah

    perbandingan antara biaya

    operasional dan pendapatan

    operasional. Rasio biaya

    operasional digunakan untuk

    mengukur tingkat efisiensi dan

    kemampuan bank dalam melakukan

    kegiatan operasinya. Mengingat

    kegiatan utama bank pada

    prinsipnya adalah bertindak sebagai

    perantara, yaitu menghimpun dan

    menyalurkan dana, maka biaya dan

    pendapatan operasional bank

    didominasi oleh biaya bunga dan

    hasil bunga.

    4. Net Profit Margin (NPM) Ratio

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 5

    Net profit margin adalah rasio yang

    menggambarkan tingkat

    keuntungan yang diperoleh bank

    dibandingkan dengan pendapatan

    yang diterima dari kegiatan

    operasionalnya.

    c. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah

    analisis yang digunakan untuk mengukur

    kemampuan bank dalam memenuhi

    kewajiban jangka panjangnya atau

    kemampuan bank untuk memenuhi

    kewajiban-kewajiban jika terjadi

    likuidasi bank. Disamping itu, rasio ini

    digunakan untuk mengetahui

    perbandingan antara jumlah dana yang

    diperoleh dari berbagai utang (jangka

    pendek dan jangka panjang) serta

    sumber-sumber lain diluar modal bank

    sendiri dengan penanaman dana tersebut

    pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki

    bank. Berikut beberapa jenis rasio

    solvabilitas:

    1. Capital Adequency Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang

    memperlihatkan seberapa jauh

    seluruh aktiva bank yang

    mengandung resiko (kredit,

    penyertaan, surat berharga, tagihan

    pada bank lain) ikut dibiayai dari

    dana modal sendiri di samping

    memperoleh dana-dana dari

    sumber-sumber di luar bank, seperti

    dana masyarakat, pinjaman (utang),

    dan lain-lain. Dengan kata lain,

    CAR adalah rasio kinerja bank

    untuk mengukur kecukupan modal

    yang dimiliki bank untuk

    menunjang aktiva yang

    mengandung atau menghasilkan

    resiko, misalnya kredit yang

    diberikan.

    2. Debt to Equity Ratio (DER) DER adalah rasio yang digunakan

    untuk mengukur kemampuan bank

    dalam menutup sebagian atau

    seluruh utang-utangnya, baik

    jangka panjang atau jangka pendek,

    dengan dana yang berasal dari

    modal sendiri. Dengan kata lain,

    rasio ini mengukur seberapa besar

    total pasiva yang yang terdiri atas

    modal bank sendiri dibandingkan

    dengan besarnya utang.

    3. Long Term Debt to Assets Ratio Rasio ini digunakan untuk

    mengukur seberapa jauh nilai

    seluruh aktiva bank dibiayai atau

    dananya diperoleh dari sumber-

    sumber utang jangka panjang.

    Dalam bisnis perbankan, utang

    jangka panjang ini biasanya

    diperoleh dari simpanan

    masyarakat dengan jatuh tempo di

    atas satu tahun, dana pinjaman dari

    bank lain dalam rangka kerjasama

    antarbank, pinjaman luar negeri

    (biasanya dalam valuta asing),

    pinjaman dari Bank Indonesia serta

    pinjaman dari pemegang saham.

    Berikut rumus perhitungannya:

    Pengertian Bank

    Secara sederhana bank diartikan

    sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

    usahanya adalah menghimpun dana dari

    masyarakat dan menyalurkan kembali dana

    tersebut pada masyarakat serta memberikan

    jasa-jasa bank lainnya, (Kasmir, 2002).

    Dalam konteks tersebut, dapat diartikan

    bahwa bank merupakan salah satu motor

    penggerak perekonomian suatu Negara

    sebagai tempat sirkulasi peredaran uang

    yang dikelola secara teratur. Peran

    perbankan dalam perekonomian tidak bisa

    dipisahkan dari kegiatan keuangan melihat

    prinsip dasar yang melekat yaitu lembaga

    yang menyediakan dana untuk kegiatan

    usaha melalui kredit dan tempat

    berinvestasi.

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 6

    Menurut Undang-undang Nomor 7

    tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

    telah diubah dengan Undang-undang

    Nomor 10 tahun 1998, Bank adalah badan

    usaha yang menghimpun dana dari

    masyarakat dalam bentuk simpanan dan

    menyalurkannya kepada masyarakat dalam

    bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

    lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

    hidup rakyat banyak. Pengertian yang lebih

    teknis dapat ditemukan pada Standar

    Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat

    Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor

    792 Tahun 1990. Berdasarkan SK Menteri

    Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990

    pengertian bank adalah suatu badan yang

    kegiatannya di bidang keuangan melakukan

    penghimpunan dan penyaluran dana kepada

    masyarakat terutama guna membiayai

    investasi perusahaan.

    Pengertian bank menurut PSAK

    Nomor 31 dalam Standar Akuntansi

    Keuangan, Bank adalah suatu lembaga yang

    berperan sebagai perantara keuangan antara

    pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana

    dan pihak-pihak yang memerlukan dana,

    serta sebagai lembaga yang berfungsi

    memperlancar lalu lintas pembayaran. Dari

    beberapa definisi diatas dapat disimpulkan

    bahwa bank adalah industri jasa yang

    mempunyai fungsi sebagai lembaga

    intermediasi antara pihak yang berkelebihan

    dana dengan pihak yang membutuhkan

    dana. Masyarakat kelebihan dana

    maksudnya adalah masyarakat yang

    memiliki dana untuk disimpanan dan

    diinvestasikan di bank.

    Pengertian Kredit

    Kredit berasal dari bahasa Yunani,

    yaitu credere atau credo yang berarti

    kepercayaan (trust atau faith). Kegiatan

    orang perorang atau badan usaha dalam

    rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya

    dengan cara pinjam meminjam dinamakan

    Kredit. Berdasar dari kegiatan pemberian

    kredit dari yang memberikan kredit kepada

    yang menerima kredit adalah kepercayaan.

    Transaksi kredit timbul karena suatu pihak

    meminjam sejumlah uang atau sesuatu yang

    dipersamakan dengan itu, di mana pihak

    peminjam wajib melunasi kredit/ hutangnya

    pada waktu yang telah ditentukan.

    Disamping itu kredit pun timbul sebagai

    akibat adanya transaksi jual beli, dimana

    pembayarannya ditangguhkan, baik

    sebagian maupun seluruhnya.

    Berdasarkan pada pengertian diatas

    dapat diketahui bahwa transaksi kredit

    timbul sebagai akibat suatu pihak

    meminjam kepada pihak lain, baik itu

    berupa uang, barang dan sebagainya yang

    dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur.

    Hal lain yang dapat menimbulkan transaksi

    kredit yaitu berupa kegiatan jual beli

    dimana pembayarannya akan ditangguhkan

    dalam suatu jangka waktu tertentu baik

    sebagian maupun seluruhnya. Kegiatan

    transaksi kredit tersebut diatas akan

    mendatangkan piutang atau tagihan bagi

    kreditur serta mendatangkan kewajiban

    untuk membayar bagi debitur.

    Sementara itu, penawaran adalah

    sejumlah barang yang ditawarkan untuk

    dijual pada berbagai tingkat harga dalam

    suatu pasar pada waktu tertentu. Dalam

    melakukan penawaran, penawaran dapat

    digolongkan menjadi dua yaitu:

    Penawaran Individu: Penawaran Individu

    adalah penawaran yang dimiliki oleh

    seorang Penguasa

    Penawaran besar/Kolektif: Penawaran

    yang terdapat pada pasar

    Selanjutnya mengenai hukum

    penawaran. Hukum penawaran adalah suatu

    pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

    hubungan antara harga dan jumlah barang

    tersebut yang ditawarkan oleh penjual.

    Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana

    keinginan para penjual untuk menawarkan

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 7

    barangnya tersebut jika barangnya itu

    mempunyai harga yang rendah dan jika dia

    juga mempunyai harga barang yang tinggi.

    Hukum penawaran pada dasarnya

    mengatakan bahwa makin tinggi harga

    sesuatu barang, semangkin banyak pula

    jumlah barang tersebut akan ditawarakan

    oleh para penjual. Sebaliknya makin rendah

    harga barang maka akan semangkin sedikit

    jumlah barang tersebut akan ditawarkan

    oleh para penjual.

    Hukum penawaran berlaku apabila

    faktor-faktor lain selain harga adalah cateris

    paribus. Adapun faktor yang lain yang

    membentuk cateris paribus adalah:

    Tekhnologi yang digunakan adalah tetap.

    Penjual tidak memerlukan harga tunai.

    Penjual tidak akan kuatir jika suatu saat harga barang akan turun.

    Jumlah pedagang dan produsen tetap. Keinginan penjual untuk

    menawarkan barangnya pada berbagai

    tingkat harga yang ditentukan oleh berbagai

    faktor yaitu:

    1. Teknologi Produksi Teknologi yang digunakan dalam

    produksi semula dimaksudkan agar terjadi

    efisiensi dalam produksi. Artinya

    semangkin modern tekhnologi yang

    digunakan baik kualitas maupun kuantitas

    produksi semangkin meningkat dengan

    biaya produksi yang semangkin ditekan.

    2. Harapan masa yang akan datang

    Ketika produsen mempunyai pikiran

    bahwa barang yang diproduksinya mulai

    langka maka tindakan produsen adalah

    menimbun barang tersebut sampai pada

    suatu saat akan mendapatkan laba yang

    besar. Sebagai contoh penjual minyak yang

    mulai merasa bahwa minyak merupakan hal

    yang langka jadi banyak penjual yang

    menimbun minyak dan menjualnya dengan

    harga yang mahal karena kebutuhan

    masyarakat yang sangat mendesak. Tapi

    perbuatan seperti ini dilarang karena sama

    dengan penimbunan barang yang nantinya

    dapat merugikan masyarakat sekitar.

    3. Harga-harga faktor produksi Biaya produksi menentukan harga

    pokok suatu barang, dengan demikian jika

    biaya produksi berubah maka produsen

    akan mengurangi jumlah penawaran. Tapi

    jika biaya produksi semangkin rendah maka

    banyak sekali jumlah barang dan jasa yang

    akan ditawarkan oleh para penjual.

    Berdasarkan pengertian kredit dan

    penawaran diatas, maka bisa ditarik

    kesimpulan bahwa penawaran kredit adalah

    jumlah kredit yang bank ingin tawarkan

    atau salurkan pada berbagai tingkat suku

    bunga selama satu periode waktu tertentu.

    Kajian Empiris

    Penelitian yang sejenis dan hampir

    sama telah beberapa kali dilakukan, secara

    ringkas disajikan dalam table.1 berikut:

    Tabel.1

    Penelitian Terdahulu

    Peneliti dan Judul Variabel Analisis Hasil

    (Luh Gede

    Meydianawathi,

    2007)

    Analisis Perilaku

    Penawaran Kredit

    Perbankan

    Kepada Sektor

    UMKM Di

    Variabel

    Independent:

    DPK, ROA, NPLs,

    dan CAR

    Variabel Dependent:

    Penawaran Kredit

    Regresi

    Linear

    Berganda

    DPK, CAR, ROA,

    dan NPLs

    berpengaruh

    nyata terhadap

    perilaku penawaran

    kredit

    bank umum.

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 8

    Indonesia (2002-

    2006)

    (Ariyanti Devita

    Sari, 2010)

    Implementasi

    Analisis Faktor

    Dengan Metode

    Komponen Utama

    Dalam Menentukan

    Faktor Yang

    Berpengaruh Pada

    Kepuasan Nasabah

    BRI Martadinata

    Malang

    Variabel

    Independent:

    X1 (Lingkungan), X2

    (keamanan), X3

    (Bunga), X4

    (Hadiah), X5

    (Karyawan), X6

    (Sistem

    Komputerisasi) dan

    X7 (Antrian).

    Variabel Dependent:

    Kepuasan Konsumen

    Analisis

    Faktor

    Berdasarkan hasil

    analisis faktor

    diketahui bahwa dari

    7 variabel

    terbentuk menjadi 4

    faktor baru.

    Interpretasi nama

    faktor didasarkan

    variabel apa yang

    diwakilinya.

    (Arief Wibowo,

    2007)

    Pengaruh Jumlah

    Penghimpunan

    Dana Bank,

    Suku Bunga Kredit

    Modal Kerja, Dan

    Tingkat Laju Inflasi

    Terhadap Jumlah

    Alokasi Kredit

    Modal Kerja Pada

    Bank-Bank Umum

    Di Indonesia

    ( 2001.01 2006.04

    )

    Variabel

    Independent: Jumlah

    Penghimpunan Dana

    Bank,

    Suku Bunga Kredit

    Modal Kerja, Dan

    Tingkat Laju Inflasi

    Variabel Dependent:

    Jumlah Alokasi

    Kredit Modal Kerja

    Regresi

    Linear

    Berganda

    - Jumlah penghimpunan dana

    (X1) secara

    individu

    berpengaruh positif

    dan signifikan

    terhadap jumlah

    alokasi kredit

    modal kerja (Y).

    - Tingkat laju inflasi (X2) secara

    individu

    berpengaruh positif

    namun tidak

    signifikan terhadap

    jumlah alokasi

    kredit modal kerja

    (Y).

    - Suku bunga kredit modal kerja (X3)

    secara individu

    berpengaruh negatif

    dan signifikan

    terhadap jumlah

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 9

    alokasi kredit

    modal kerja (Y).

    (Julius Kakuru,

    2008)

    The Supply-

    Demand Factors

    Interface And

    Credit Flow To

    Small And Micro

    Enterprises (SMEs)

    In Uganda

    Variabel

    Independent:

    Lending Structure,

    Congruence of

    Loan officers and

    organisational goals,

    Client character.

    Variabel Dependent:

    The Supply-Demand

    of Credit

    Data

    kualitatif:

    Analisis

    Nvivo

    Data

    kuantitatif:

    Korelasi

    (SPSS)

    In conclusion, the

    study found out that

    the majority of loan

    officers consider

    formal

    hierarchy, to be a

    facilitating factor in

    their decisions to

    extend credit to

    SMEs.

    On the credit demand

    side, the study has

    established that to a

    larger extent, there is

    a

    number of SME

    borrowers who make

    deliberate efforts to

    disclose information

    to

    banks in order to

    enhance their

    prospects of obtaining

    credit.

    Ada beberapa hal yang membedakan

    penelitian ini dibandingkan dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede

    Meydianawathi, Ariyanti Devita Sari, Arief

    Wibowo dan Julius Kakuru. Penelitian ini

    berbeda dilihat dari segi waktu pelaksanaan

    dan bank yang menjadi sampel dalam

    penelitian ini. Dimana pada penelitian ini

    sampel yang diteliti adalah bank BPR

    Armindo Kencana di Malang. Selain itu,

    terdapat perbedaan lain dari penelitian ini

    yaitu penggunaan analisis faktor di

    dalamnya. Berikut perbedaan penelitian ini

    dengan penelitian-penelitian terdahulu yang

    tersebut di atas:

    a. Luh Gede Meydianawathi, menggunakan regresi linier berganda

    sebagai alat analisisnya. Sedangkan

    variabel-variabel yang diteliti adalah

    DPK, ROA, NPLs, dan CAR. Berbeda

    dengan penelitian saya dimana

    variabelnya lebih komplek lagi (Tabel

    1.1 Jabaran Variabel). Selain itu alat

    analisisnya juga berbeda dimana

    penelitian saya menggunakan analisis

    faktor.

    b. Ariyanti Devita Sari, penelitian saudari Ariyanti sebenarnya cukup berbeda

    dengan penelitian yang saya lakukan.

    Persamaanya hanya penggunaan analisis

    faktor dalam penelitian masing-masing.

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 10

    Penelitian tersebut diangkat dalam kajian

    empiris karena ada beberapa hal yang

    perlu diperjelas dalam penelitian

    tersebut, terutama mengenai penerapan

    analisis faktor.

    c. Arief Wibowo, penelitian ini kurang lebih meneliti tentang alokasi kredit,

    sama dengan penelitian yang saya

    lakukan. Akan tetapi, variabel dan alat

    analisis yang digunakan berbeda dengan

    penelitian yang saya lakukan.

    d. Julius Kakuru, penelitian ini mengenai penawaran dan permintaan kredit.

    Variabel dan alat analisis yang

    digunakan berbeda dengan penelitian

    yang saya lakukan.

    METODE PENELITIAN

    Jenis Data

    Menurut Arikunto (2002)

    menyatakan bahwa data merupakan catatan

    yang mengungkapkan segala fakta,

    keterangan, dan angka yang dijadikan

    bahan menyusun informasi yang diperlukan

    dengan material tertentu. Jenis data dalam

    penelitian ini adalah data primer. Data

    primer adalah data yang diperoleh secara

    langsung dari nara sumber.

    Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan pada

    tahun 2010. Data diperoleh dari kuesioner

    yang dibagikan kepada karyawan bank BPR

    Armindo Kencana di Malang. Penyebaran

    kuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan

    data umum mengenai kebijakan bank dalam

    alokasi kredit, untuk mendapatkan

    gambaran variabel manakah yang paling

    mempengaruhi bank dalam penawaran

    kreditnya. Selain itu juga untuk

    mendapatkan data yang akan digunakan

    dalam analisis faktor. Adapun langkah-

    langkahnya adalah:

    a. Identifikasi populasi

    Identifikasi populasi merupakan

    langkah awal dalam penelitian yang

    bertujuan untuk mengetahui siapa yang

    menjadi responden. Adapun populasi

    dalam penelitian ini adalah karyawan

    bank BPR Armindo Kencana di

    Malang.

    b. Penentuan jumlah sampel. Menurut Arikunto, apabila subjek

    kurang dari 100 maka dapat diambil

    semuanya sehingga penelitiannya

    merupakan penelitian populasi.

    Sedangkan jumlah subjeknya lebih dari

    100 maka dapat diambil antara 10-15

    % atau 20-25% atau lebih tergantung

    setidak-tidaknya dari:

    Kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

    Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

    menyangkut banyak sedikitnya

    dana.

    Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

    penelitian yang resikonya besar,

    tentu saja jika sampel besar hasilnya

    akan lebih baik.

    Akan tetapi, seperti yang dikatakan

    sebelumnya bahwa penelitian ini adalah

    sebuah studi kasus sehingga semua

    anggota populasi akan dijadikan sampel

    penelitian. Artinya semua karyawan

    BPR Armindo Kencana sebanyak 65

    orang akan dijadikan sampel.

    c. Pembuatan kuesioner. Pembuatan kuesioner menggunakan

    jawaban skala likert 1 sampai 5.

    Adapun didalam penelitian ini,

    responden diperkenankan memberikan

    jawaban mengenai pendapatnya

    mengenai seberapa besar pengaruh atau

    seberapa besar perhatian yang harus

    diberikan terhadap suatu variabel

    sebelum menyalurkan kredit kepada

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 11

    nasabah. Ketentuan jawabannya

    sebagai berikut:

    - Sangat berpengaruh, untuk pilihan jawaban 5

    - Berpengaruh, untuk pilihan jawaban 4

    - Cukup berpengaruh, untuk pilihan jawaban 3

    - Kurang berpengaruh, untuk pilihan jawaban 2

    - Tidak berpengaruh, untuk pilihan jawaban 1

    Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan

    adalah faktor analisis dengan bantuan SPSS

    (Statistical Package for Sosial Science).

    Faktor analisis adalah salah satu keluarga

    analisis multivariate yang bertujuan untuk

    meringkas atau mereduksi variabel amatan

    secara keseluruhan menjadi beberapa

    variabel atau dimensi baru, akan tetapi

    variabel atau dimensi baru yang terbentuk

    tetapi mampu mempresentasikan variabel

    utama (Yamin: 2009).

    Dalam analisis faktor, dikenal dua

    pendekatan utama, yaitu exploratory factor

    analysis dan confirmatory factor analysis.

    Kita menggunakan explanatory factor

    analysis bila banyak faktor yang akan

    terbentuk tidak ditentukan terlebih dahulu.

    Sebaliknya confirmatory factor analysis

    digunakan apabila faktor yang akan

    terbentuk telah ditetapkan terlebih dahulu.

    Dalam penelitian ini akan digunakan

    pendekatan explanatory factor analysis.

    Akan tetapi, sebelum analisis faktor akan

    dilakukan uji validitas, uji reliabilitas dan

    tranformasi data ordinal menjadi data

    interval menggunakan Method of Succesive

    Interval (MSI).

    Uji Validitas

    Istilah validitas berasal dari kata

    validity yang mempunyai arti sejauh mana

    ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam

    melakukan fungsi ukurnya (Yamin: 2009).

    Suatu dimensi atau indikator dikatakan

    valid apabila indikator tersebut mampu

    mencapai tujuan pengukuran konstrak

    amatan dengan tepat. Dalam praktiknya,

    kecermatan pengukuran baik dalam bidang

    eksak, social ataupun psikologi masih

    didapati suatu kesalahan. Kesalahan itu

    dapat berupa hasil yang terlalu tinggi

    (overestimate) atau terlalu rendah

    (underestimate). Kesalahan-kesalahan

    inilah yang dikenal dengan istilah

    measurement error.

    Indikator yang valid adalah

    indikator yang memiliki measurement error

    yang kecil. Dalam uji validitas di SPSS,

    untuk melihat validitas dapat dilihat pada

    kolom Corrected Item-Total Correlation.

    Jika nilai Corrected Item-Total Correlation

    lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan

    tersebut dikatakan valid. Akan tetapi, jika

    suatu pertanyaan memiliki nilai Corrected

    Item-Total Correlation lebih kecil dari r

    tabel, maka item pertanyaan tersebut bisa

    kita eliminasi dari konstrak organisasi dan

    dilakukan analisis ulang.

    Uji Reliabilitas

    Istilah realibilitas merupakan

    terjemahan dari kata reliability yang berasal

    rely dan ability. Reliabilitas bisa diartikan

    sebagai keterpercayaan, keterandalan atau

    konsistensi. Suatu alat ukur yang reliabel

    adalah alat ukur yang mempunyai tingkat

    reliabilitas yang tinggi. Secara empirik,

    tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan

    oleh suatu angka yang disebut koefisien

    reliabilitas. Koefisien reliabilitas berkisar

    antara 0-1. Semakin tinggi koefisien

    reliabilitas (mendekati angka 1), maka

    semakin reliable alat ukur tersebut. Dalam

    analisis reliabilitas di SPSS, koefisien

    reliabilitas dapat dilihat dari tabel

    Reliability Statistics tepatnya di nilai

    Cronbachs alpha (Yamin: 2009). Jika nilai

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 12

    Cronbachs alpha lebih besar dari 0,7 maka

    data tersebut dapat dikatakan reliabel.

    Transformasi Data Ordinal ke Interval Pada umumnya jawaban responden

    yang diukur dengan menggunakan skala

    likert diadakan scoring yakni pemberian

    nilai 1, 2, 3, 4 dan 5. Akan tetapi, perlu

    diketahui bahwa data dari jawaban

    responden itu tidak bisa langsung diproses.

    Karena, setiap skor yang diperoleh akan

    memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai

    tersebut dianggap sebagai objek dan

    selanjutnya melalui proses transformasi

    ditempatkan ke dalam interval. Salah satu

    metode konversi data yang sering

    digunakan oleh peneliti untuk menaikkan

    tingkat pengukuran ordinal ke interval

    adalah Method of Successive Interval

    (MSI). Dengan metode ini diharapkan data

    ordinal menjadi data interval dan

    berdistribusi normal.

    Langkah kerja yang dapat dilakukan

    untuk menaikkan tingkat pengukuran dari

    skala ordinal ke skala interval

    menggunakan Method of Succesive Interval

    (Riduwan, 2008):

    1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban

    responden dari angket yang disebarkan.

    2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang

    yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang

    disebut dengan frekuensi.

    3. Setiap frekuensi dibagi dengan

    banyaknya jumlah jawaban responden dan

    hasilnya disebut proporsi.

    4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan

    jalan menjumlahkan nilai proporsi secara

    berurutan perkolom skor.

    5. Gunakan tabel Distribusi Normal, hitung

    nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang

    diperoleh.

    6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk

    setiap nilai Z yang diperoleh (dengan

    menggunakan tabel Tinggi Densitas).

    7. Menghitung nilai SV (Scale Value) untuk

    setiap nilai z menggunakan rumus:

    8. Menentukan nilai skala dengan

    menggunakan rumus:

    Analisis Faktor

    Analisis faktor termasuk variasi

    seperti analisis komponen dan analisis

    faktor umumnya adalah pendekatan statistik

    yang dapat digunakan untuk menganalisis

    hubungan di antara beberapa variabel dan

    menjelaskan variabel-varabel ini dalam

    keadaan umumnya berdasarkan dimensi

    (faktor). Tujuannya adalah untuk mencari

    cara menyingkat informasi yang terdapat

    dalam beberapa variabel asal menjadi

    serangkaian variabel yang lebih kecil

    (faktor) dengan meminimalkan kehilangan

    informasi (Hair, Anderson, Tatham, Black,

    1995 dalam Yamin, 2009).

    Analisis faktor pada prinsipnya

    digunakan untuk mereduksi data, yaitu

    proses untuk meringkas sejumlah variabel

    menjadi sedikit dan menamakannya sebagai

    faktor. Jadi, dapat saja dari 10 atribut

    tersebut dapat diringkas menjadi 3 faktor

    utama saja (Santoso, 2001).

    Proses analisis faktor mencoba

    menemukan hubungan (interrelationship)

    antar sejumlah variabel-variabel yang saling

    independen satu dengan yang lain sehingga

    bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan

    variabel yang lebih sedikit dari

    jumlah variabel awal (Santoso, 2002).

    Hal yang perlu diingat bahwa faktor

    baru yang terbentuk adalah faktor yang

    mempunyai variabilitas kecukupan dari

    variabel yang direduksi sehingga diperlukan

    asumsi awal untuk menguji kelayakan

    apakah perlu tidaknya analisis faktor dapat

    dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui

    pengujian Bartlett test of sphericity dan the

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 13

    Kaiser meyer olkin (KMO) measure of

    sampling adequency. KMO measure of

    sampling adequency adalah sebuah indeks

    untuk membandingkan besarnya nilai

    koefisiensi korelasi yang diamati terhadap

    besarnya korelasi parsial. Uji KMO

    digunakan dalam analisis faktor dimana

    untuk mengetahui apakah data tersebut

    dapat dianalisis lebih lanjut atau tidak

    dengan analisis faktor, angka KMO

    disyaratkan harus lebih dari 0,5. Akan

    tetapi, nilai KMO akan meningkat dengan

    ketentuan berikut ini:

    a. Jumlah ukuran sampel bertambah b. Rata-rata koefisien korelasi bertambah c. Jumlah variabel bertambah atau jumlah

    faktor berkurang

    Harga KMO merupakan indeks

    perbandingan antara besarnya koefisien

    korelasi dengan besarnya koefisien korelasi

    parsial, skala nilainya antara lain:

    - KMO 0,9 : Menyatakan sangat memuaskan

    - 0,8 KMO < 0,9 : Menyatakan sangat baik

    - 0,7 KMO < 0,8 : Menyatakan baik - 0,6 KMO < 0,7 : Menyatakan cukup

    memuaskan

    - 0,5 KMO < 0,6 : Menyatakan tidak baik

    - KMO 0,5 : Menyatakan ditolak Selain KMO measure of sampling

    adequency, kita masih akan bertemu dengan

    output-output lain ketika melakukan

    analisis faktor dengan SPSS. Seperti hal-

    hal di bawah ini:

    a. Tabel Anti-Image Matrices, dalam tabel ini nilai MSA dalam kolom Anti-

    Image Correlation. Variabel yang

    mempunyai nilai MSA di bawah 0,5

    lebih baik dikeluarkan dari sistem

    analisis dan dilakukan analisis ulang

    hingga semua variabel mencapai nilai

    MSA > 0,5. Nilai MSA > 0,5

    menunjukkan adanya hubungan yang

    cukup kuat dari variabel tersebut

    terhadap variabel lain. Sehingga

    variabel tersebut layak diikutkan dalam

    analisis faktor.

    b. Tabel Communalities, menerangkan berapa persen faktor atau variabel baru

    yang terbentuk dari analisis faktor

    dapat menerangkan varians dari

    variabel tersebut.

    c. Total Varians Explained, menerangkan nilai persen dari varians yang mampu

    diterangkan oleh banyaknya faktor

    yang terbentuk. Nilai ini didasarkan

    dari nilai eigenvalue. Nilai eigenvalue

    menggambarkan kepentingan relative

    masing-masing faktor dalam

    menghitung varians variabel-variabel

    yang dianalisis. Pada kriteria ini, hanya

    faktor-faktor yang memiliki akar ciri

    (nilai eigen) minimum 1 yang akan

    dipertahankan. Hal ini berarti bahwa

    sebuah faktor dapat dianggap sebagai

    faktor apabila paling sedikit dapat

    menjelaskan variansi satu peubah atau

    setiap peubah menyumbangkan nilai

    satu pada total nilai eigen. Dengan

    demikian hanya faktor yang

    mempunyai nilai eigen > 1 yang

    dianggap signifikan.

    d. Rotated Component Matrix adalah nilai loading faktor dari setiap variabel.

    Loading faktor merupakan besarnya

    korelasi antara faktor score dan

    variabel tersebut.

    PEMBAHASAN

    Interpretasi Faktor

    Setelah diperoleh sejumlah faktor

    yang valid, selanjutnya perlu

    diinterpretasikan nama faktor. Mengingat

    faktor merupakan sebuah konstruk menjadi

    berarti kalau dapat diartikan. Interpretasi

    faktor dapat dilakukan dengan mengetahui

    variabel-variabel yang membentuknya. Hal

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 14

    ini bisa kita lihat di tabel Rotated

    Component Matrix. Dari tabel tersebut

    dapat dilihat bahwa akan ada 3 faktor baru

    yang terbentuk setelah dilakukan analisis

    faktor.

    Dalam tabel tersebut, setiap variabel

    memiliki nilai untuk faktor pertama, kedua

    dan ketiga. Nilai tertinggi dari setiap

    variabel yang harus kita perhatikan. Jika

    nilai tertinggi dari suatu variabel misalnya

    berada di faktor pertama, itu artinya

    variabel tersebut tergabung dalam faktor

    pertama. Jika nilai tertinggi suatu variabel

    berada di faktor kedua, berarti variabel

    tersebut tergabung dalam faktor kedua.

    Begitu juga selanjutnya, jika nilai tertinggi

    suatu variabel berada di faktor ketiga, itu

    artinya variabel tersebut tergabung dalam

    faktor ketiga. Tabel di bawah ini

    menunjukkan nama-nama variabel beserta

    penyebarannya

    Tabel. 2

    Interpretasi Faktor

    Variabel Nama Variabel Faktor Interpretasi

    X3 Return on Assets (ROA)

    1

    Rasio

    Kewajiban,

    Rentabilitas dan

    Solvabilitas

    X10 Rasio Kewajiban Bersih Call

    Money

    X11 Rasio Biaya (Beban) Operasional

    X12 Net Profit Margin (NPM)

    X13 Debt to Equity Ratio

    X14 Long Term Debt to Asset Ratio

    X4 Non Performing Loans (NPL)

    2 Rasio Likuiditas

    dan NPL

    X6 Cash Ratio

    X7 Reserve Requirement

    X8 Loan to Deposite Ratio (LDR)

    X9 Loan to Asset Ratio

    X2 Capital Adequency Ratio (CAR) 3 Modal dan Laba

    X5 Return on Equity (ROE)

    Sumber: Data Primer diolah

    Kalau dilihat sekilas, sepertinya akan

    sulit member nama terhadap faktor baru

    yang dari hasil analisis faktor. Ini

    dikarenakan variabel-variabel yang

    membentuk satu faktor terlalu bermacam-

    macam. Hal ini jelas sangat menyulitkan

    tapi faktor baru tersebut tetap harus diberi

    nama baru pula. Disini tidak ada standar

    khusus untuk penamaan dalam analisis

    faktor. Syaratnya hanya nama dari faktor

    baru harus mampu mewakili variabel-

    variabel yang terkandung di dalamnya.

    Hal yang menjadi pertanyaan

    mungkin mengapa faktor pertama akan

    diberi nama Rasio Kewajiban, Rentabilitas

    dan Solvabilitas; faktor kedua diberi nama

    Rasio Likuiditas dan NPL; serta faktor

    ketiga diberi nama Modal dan Laba.

    Pertama-tama mari kita lihat faktor yang

    pertama. Disana terdapat variabel Return on

    Assets (ROA), Rasio Biaya (Beban)

    Operasional, serta Net Profit Margin (NPM)

    merupakan sebagian dari rasio Rentabilitas.

    Rasio Rentabilitas adalah alat untuk

    menganalisis atau mengukur tingkat

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 15

    efisiensi usaha dan profitabilitas yang

    dicapai oleh bank yang bersangkutan

    (Dendawijaya, 2001). Sehingga dirasa perlu

    menggunakan nama rasio Rentabilitas di

    dalam memberikan nama pada faktor

    pertama untuk mewakili variabel Return on

    Assets (ROA), Rasio Biaya (Beban)

    Operasional, serta Net Profit Margin

    (NPM).

    Selain itu, pada variabel pertama

    juga terdapat variabel Debt to Equity Ratio

    dan Long Term Debt to Asset Ratio yang

    merupakan bagian dari analisis rasio

    Solvabilitas. Analisis rasio Solvabilitas

    merupakan analisis yang digunakan untuk

    mengukur kemampuan bank dalam

    memenuhi kewajiban jangka panjang atau

    kemampuan bank untuk memenuhi

    kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi

    bank. Di samping itu, rasio ini digunakan

    untuk mengetahui perbandingan antara

    volume (jumlah) dana yang diperoleh dari

    berbagai utang (jangka pendek dan jangka

    panjang) serta sumber-sumber lain diluar

    modal bank sendiri dengan volume

    penanaman dana tersebut pada berbagai

    jenis aktiva yang dimiliki bank

    (Dendawijaya, 2001). Sehingga diputuskan

    rasio Solvabilitas menjadi bagian dari nama

    untuk faktor pertama.

    Selain rasio Rentabilitas dan

    Solvabilitas di atas, juga terdapat rasio

    Kewajiban Bersih Call Money. Walau pun

    variabel ini tidak memiliki hubungan secara

    khusus dengan variabel-variabel lain tapi

    jelas variabel ini harus diwakilkan dalam

    penamaan untuk faktor pertama. Akhirnya

    digunakan nama rasio Kewajiban untuk

    mewakili variabel tersebut di faktor

    pertama. Sehingga untuk lengkapnya faktor

    pertama bernama Rasio Kewajiban,

    Rentabilitas dan Solvabilitas.

    Selanjutnya faktor kedua yang diberi

    nama Rasio Likuiditas dan NPL. Rasio

    Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur

    kemampuan bank dalam memenuhi

    kewajiban-kewajiban jangka pendeknya

    atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

    Variabel Cash Ratio, Reserve Requirement,

    Loan to Deposite Ratio (LDR), dan Loan to

    Asset Ratio termasuk dalam kategori analisis

    rasio Likuiditas (Lukman Dendawijaya,

    2001). Sehingga tidak ada alasan untuk

    tidak mencantumkan nama rasio Likuditas

    dalam faktor kedua. Selanjutnya di faktor

    kedua juga terdapat variabel Non

    Performing Loans (NPL). Akan tetapi

    variabel ini tidak tergabung dalam rasio

    Likuiditas dan cukup menggabungkan nama

    NPL dalam penamaan faktor pertama. Dan

    akhirnya faktor kedua pun diberi nama

    Rasio Likuiditas dan NPL.

    Terakhir faktor ketiga yang diberi

    nama Modal dan Laba. Dalam faktor ketiga

    terdapat variabel Capital Adequency Ratio

    (CAR) dan Return on Equity (ROE). CAR

    adalah rasio yang memperlihatkan seberapa

    jauh seluruh aktiva bank yang mengandung

    risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,

    tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari

    dana modal bank sendiri di samping

    memperoleh dana-dana dari sumber-sumber

    di luar bank, seperti dana dari masyarakat,

    pinjaman (utang), dan lain-lain

    (Dendawijaya, 2001). Berdasarkan

    pengertian tersebut dirasa cukup dengan

    mencantumkan nama Modal untuk mewakili

    variabel Capital Adequency Ratio dalam

    faktor ketiga. Berikutnya variabel Return on

    Equity (ROE) yang juga tergabung dalam

    faktor ketiga. ROE adalah perbandingan

    antara laba bersih bank dengan modal

    sendiri (Lukman Dendawijaya, 2001).

    Variabel ini akan diwakilkan dengan nama

    Laba dalam faktor ketiga. Sehingga secara

    lengkap faktor ketiga bernama Modal dan

    Laba.

    Penamaan faktor baru atau

    interpretasi nama faktor tergantung pada

    variabel-variabel yang tergabung dalam

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 16

    faktor baru tersebut. Faktor pertama terdiri

    atas variabel Return on Assets (ROA), Rasio

    Kewajiban Bersih Call Money, Rasio Biaya

    (Beban) Operasional, Net Profit Margin

    (NPM), Debt to Equity Ratio, dan Long

    Term Debt to Asset Ratio, sehingga faktor

    pertama akan diberi nama Rasio

    Kewajiban, Rentabilitas dan Solvabilitas.

    Faktor kedua terdiri atas variabel Non

    Performing Loans (NPL), Cash Ratio,

    Reserve Requirement, Loan to Deposite

    Ratio (LDR), dan Loan to Asset Ratio akan

    diberi nama Rasio Likuiditas dan NPL.

    Faktor ketiga terdiri atas variabel Capital

    Adequency Ratio (CAR) dan Return on

    Equity (ROE) sehingga akan diberi nama

    Modal dan Laba.

    Faktor Yang Paling Dominan Untuk

    Diperhatikan

    Tahap untuk menentukan faktor

    mana yang paling dominan

    untukdiperhatikan merupakan tahap akhir

    dalam penelitian ini. Untuk menjalani tahap

    terakhir ini, kita hanya perlu melihat tabel

    Total Varians Explained (Lihat Tabel 4.6

    atau lampiran hasil output Analisis Faktor).

    Dalam tabel Total Varians Explained, kita

    cukup memperhatikan Initial Eigenvalues

    tepatnya di % of Variance.

    Untuk penelitian ini, faktor pertama

    memiliki nilai % of Variance sebesar

    42,071%. Faktor kedua memiliki nilai % of

    Variance sebesar 12,284%. Faktor ketiga

    memiliki nilai % of Variance sebesar

    8,954%. Faktor keempat memiliki nilai % of

    Variance sebesar 7,096%. Faktor kelima

    memiliki nilai % of Variance sebesar

    5,853%. Faktor keenam memiliki nilai % of

    Variance sebesar 4,918%. Faktor ketujuh

    memiliki nilai % of Variance sebesar

    4,679%. Faktor kedelapan memiliki nilai %

    of Variance sebesar 3,921%. Faktor

    kesembilan memiliki nilai % of Variance

    sebesar 3,023%. Faktor kesepuluh memiliki

    nilai % of Variance sebesar 2,280%. Faktor

    kesebelas memiliki nilai % of Variance

    sebesar 1,888%. Faktor kedua belas

    memiliki nilai % of Variance sebesar

    1,786%. Dan yang terakhir faktor

    ketigabelas memiliki nilai % of Variance

    1,246%.

    Akan tetapi, tidak semua faktor

    diatas akan digunakan karena hanya faktor

    baru yang mempunyai nilai Eigenvalues

    diatas 1 yang akan dipakai. Nilai

    Eigenvalues dapat dilihat di tabel Total

    Varians Explained tepatnya kolom Total

    (Tabel 4.6). Artinya hanya 3 variabel

    pertama yang digunakan. Berdasarkan

    subbab interpretasi faktor, faktor pertama

    diberi nama Rasio Kewajiban, Rentabilitas

    dan Solvabilitas, faktor kedua diberi nama

    Rasio Likuiditas dan NPL, serta faktor

    ketiga diberi nama Modal dan Laba.

    Sehingga kita bisa melihat bahwa faktor

    pertama, yaitu Rasio Kewajiban,

    Rentabilitas dan Solvabilitas, memiliki nilai

    % of Variance sebesar 42,071%. Faktor

    kedua, yaitu Rasio Likuiditas dan NPL,

    memiliki nilai % of Variance sebesar

    12,284%. Dan faktor ketiga, yaitu Modal

    dan Laba, memiliki nilai % of Variance

    sebesar 8,954 %.

    Berdasarkan pernyataan-pernyataan

    di atas, bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa

    faktor pertama, yaitu Rasio Kewajiban,

    Rentabilitas dan Solvabilitas, adalah faktor

    yang paling dominan sehingga bagi BPR

    Armindo Kencana Malang dirasa perlu

    mendapatkan perhatian lebih sebelum

    penawaran kredit dilakukan. Hal ini

    dikarenakan faktor Rasio Kewajiban,

    Rentabilitas dan Solvabilitas memiliki

    persentase nilai % of Variance yang paling

    besar, yaitu 42,071%. Sedangkan dua faktor

    yang lain nilai % of Variance -nya kurang

    dominan terhadap penawaran kredit BPR

    Armindo Kencana. Karena masing-masing

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 17

    faktor hanya memiliki persentase nilai % of

    Variance sebesar 12,284% dan 8,954 %.

    Melihat penamaan terhadap faktor-

    faktor baru di atas, akan sangat sulit untuk

    mengkaitkan angka-angka tersebut dengan

    teori-teori tertentu. Karena faktor-faktor

    tersebut tidak bisa dijelaskan memiliki

    pengaruh negatif atau positif terhadap

    penawaran kredit. Dalam penelitian ini,

    analisis faktor hanya bisa melihat faktor-

    faktor apa saja yang perlu diperhatikan

    dalam penawaran kredit BPR Armindo

    Kencana. Akan tetapi, jika melihat

    persentase nilai Initial Eigenvalues faktor

    pertama, kedua dan ketiga terhadap

    penawaran kredit, sepertinya angka-angka

    tersebut sedikit bisa dijelaskan secara

    matematika.

    Faktor pertama, yaitu Rasio

    Kewajiban, Rentabilitas dan Solvabilitas,

    memiliki angka persentase yang paling

    besar karena merupakan gabungan dari 6

    variabel, yaitu Return on Assets (ROA),

    Rasio Kewajiban Bersih Call Money, Rasio

    Biaya (Beban) Operasional, Net Profit

    Margin (NPM), Debt to Equity Ratio, dan

    Long Term Debt to Asset Ratio. Jumlah

    variabel terbanyak dalam suatu faktor.

    Sehingga cukup masuk akal jika persentase

    nilai Initial Eigenvalues faktor pertama,

    yaitu Rasio Kewajiban, Rentabilitas dan

    Solvabilitas, merupakan yang terbesar

    dibanding faktor-faktor yang lain.

    Hal serupa juga terlihat dalam faktor

    kedua, yaitu Rasio Likuiditas dan NPL.

    Faktor kedua bisa memiliki angka

    persentase nilai Initial Eigenvalues terbesar

    nomer dua karena merupakan gabungan dari

    5 variabel, yaitu Non Performing Loans

    (NPL), Cash Ratio, Reserve Requirement,

    Loan to Deposite Ratio (LDR), dan Loan to

    Asset Ratio. Jumlah variabel dalam faktor

    kedua ini adalah yang terbanyak nomer dua

    dibanding faktor-faktor yang lain.

    Karenanya, banyaknya variabel tersebut bisa

    jadi penyebab faktor ini menempati posisi

    kedua untuk faktor yang perlu diperhatikan

    sebelum melakukan penawaran kredit.

    Terakhir faktor ketiga, yaitu Modal

    dan Laba, yang terdiri dari dua variabel.

    Dua variabel yang dimaksud adalah Capital

    Adequency Ratio (CAR) dan Return on

    Equity (ROE). Jumlah variabel dalam faktor

    ini merupakan yang paling sedikit diantara

    faktor-faktor yang lain. Sehingga sepertinya

    sangat masuk akal kalau hal ini

    menyebabkan faktor ketiga memiliki angka

    persentase nilai % of Variance yang paling

    kecil terhadap penawaran kredit.

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian tentang

    faktor-faktor yang perlu diperhatikan

    sebelum dilakukan penawaran kredit oleh

    BPR Armindo Kencana Malang dapat

    ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Ada 3 faktor yang akan diperhatikan ketika BPR Armindo Kencana

    menyalurkan kredit kepada debitor.

    Faktor pertama Rasio Kewajiban,

    Rentabilitas dan Solvabilitas, yang terdiri

    atas Return on Assets (ROA), Rasio

    Kewajiban Bersih Call Money, Rasio

    Biaya (Beban) Operasional, Net Profit

    Margin (NPM), Debt to Equity Ratio,

    dan Long Term Debt to Asset Ratio.

    Faktor kedua Rasio Likuiditas dan NPL,

    yang terdiri atas Non Performing Loans

    (NPL), Cash Ratio, Reserve

    Requirement, Loan to Deposite Ratio

    (LDR), dan Loan to Asset Ratio. Serta

    faktor ketiga Modal dan Laba, yang

    terdiri atas Capital Adequency Ratio

    (CAR) dan Return on Equity (ROE).

    2. Faktor pertama yaitu Rasio Kewajiban,

    Rentabilitas dan Solvabilitas merupakan

    faktor yang paling dominan terhadap

    penawaran kredit BPR Armindo Kencana

    Malang. Karena faktor ini memiliki % of

    Variance sebesar 42,071%. Itu artinya

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 18

    faktor ini merupakan faktor yang paling

    mendapatkan perhatian ketika BPR

    Armindo Kencana menyalurkan kredit.

    Faktor kedua yaitu Likuiditas dan NPL

    merupakan faktor yang paling dominan

    nomor kedua terhadap penawaran kredit

    BPR Armindo Kencana Malang. Karena

    faktor ini memiliki % of Variance

    sebesar 12,284%. Faktor ketiga yaitu

    Modal dan Laba merupakan faktor yang

    paling dominan nomor ketiga terhadap

    penawaran kredit BPR Armindo Kencana

    Malang. Karena faktor ini memiliki % of

    Variance sebesar 8,954%.

    Saran

    Berdasarkan hasil analisis yang telah

    dilakukan maka penulis memberikan saran

    sebagai berikut:

    1. Bagi BPR Armindo Kencana Malang Bagi BPR Armindo Kencana Malang

    sendiri faktor Rasio Kewajiban,

    Rentabilitas dan Solvabilitas; faktor

    Likuiditas dan NPL; serta faktor Modal

    dan Laba. Hal ini diharapkan dapat

    memberikan informasi, masukan dan

    sumbangan pemikiran sebagai bahan

    pertimbangan kembali bagi pimpinan

    dan direksi terutama dalam strategi

    penawaran kredit agar BPR Armindo

    Kencana Malang menjadi lebih baik

    dimasa yang akan datang.

    2. Bagi Peneliti Lain Mengingat masih banyak faktor yang

    berpengaruh terhadap penawaran yang

    belum banyak diteliti, maka hal itu

    dapat dijadikan pertimbangan untuk

    penelitian selanjutnya agar lebih

    diketahui lagi tentang faktor-faktor

    penting yang berpengaruh terhadap

    penawaran kredit. Penelitian ini

    cenderung berfokus pada faktor

    internal, mungkin penelitian selanjutnya

    bisa difokuskan pada faktor eksternal

    bank.

    3. Bagi Pelaku Usaha

    Dari hasil penelitian ini diharapkan

    pelaku usaha atau investor memiliki

    pandangan mengenai baik atau tidaknya

    persepsi BPR Armindo Kencana dalam

    menyalurkan kredit kepada masyarakat.

    Setidaknya mereka memiliki sudut

    pandang mengenai BPR Armindo

    Kencana Malang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

    Penelitian Suatu Pendekatan

    Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

    Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen

    Perbankan. Jakarta: Ghalia

    Indonesia.

    Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan.

    Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

    Riduwan dan Engkos Achmad Kucoro.

    2008. Cara Menggunakan dan

    Memakai Analsis Jalur (Path

    Analysis). Bandung: Alfabeta.

    Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS

    Statistik Multivariat. Jakarta: Elex

    Media Komputindo.

    Santoso, Singgih & Tjiptono, Fandy. 2001.

    Riset Pemasaran: Konsep dan

    Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:

    Elex Media Komputindo.

    Sari, Ariyanti Devita. 2010. Implementasi

    Analisis Faktor Dengan Metode

    Komponen Utama Dalam

    Menentukan Faktor Yang

    Berpengaruh Pada Kepuasan

    Nasabah BRI Martadinata Malang.

    Skripsi. Universitas Negeri Malang.

    Suseno dan Piter Abdullah. 2003. Sistem

    dan Kebijakan Perbankan di

    Indonesia. Jakarta: Pusat

    Pendidikan dan Studi

    Kebanksentralan BI.

    Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi

    Kebijakan Moneter di Indonesia.

    Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi

    Kebanksentralan BI.

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 19

    Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan. 2009.

    SPSS Complete Teknik Analisis

    Statistik Terlengkap dengan

    Software SPSS. Jakarta: Salemba

    Infotek.

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 20

    EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR

    DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN

    PAMEKASAN

    Oleh:

    Dedy Setiyono

    Fakultas Ekonomi Universitas Madura

    E-mail : [email protected]

    ABSTRAK

    Retribusi pasar daerah adalah suatu pungutan yang dikenakan kepada pedagang oleh

    pihak pemerintah daerah sebagai pembayaran atas pelayanan penggunaan fasilitas

    pasar yang dikuasai atau dikelola pemerintah daerah (Peraturan Pemerintah Daerah

    Nomor 5 Tahun 2000).

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dan dipungut oleh

    pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan. Bedasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kontribusi retribusi pasar

    pada pendapatan asli daerah kabupaten pamekasan dari tahun ke tahun terus

    menurun. Pada tahun 2009 kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli

    daerah sebesar 3,3%. Pada tahun 2010 besarnya kontribusi retribusi pasar terhadap

    pendapatan asli daerah menurun menjadi 2,8%. Tahun 2011 kontribusi retribusi

    pasar kembali menurun menjadi 2,1%. Penurunan kontribusi terus terjadi sampai

    tahun 2012 yaitu sebesar 1,8%.

    Kata kunci : retribusi pasar, pendapatan asli daerah

    PENDAHULUAN

    Saat ini Indonesia tengah

    memasuki paradigma baru

    penyelenggaraan pemerintahan

    berdasarkan Undang-undang Nomor 22

    Tahun 1999 tentang Pemerintahan

    daerah, dimana jiwa dan semangat

    memberikan keleluasaan kepada

    pemerintah daerah untuk

    menyelenggarakan pemerintahan sendiri

    atas prakarsa, kreatifitas dan peran aktif

    masyarakat dalam mengembangkan dan

    memajukan daerahnya.

    Memberikan otonomi daerah

    sebagaimana dimaksud oleh Undang-

    undang Nomor 22 tahun 1999 adalah

    pelimpahan wewenang kepada daerah

    melalui azas desentralisasi dengan

    makna otonomi yang nyata seluas-

    luasnya dengan bertanggung jawab

    meliputi prakarsa, perencanaan,

    pelaksanaan, pengawasan pengendalian

    dan evaluasi maupun segi pembiayaan

    dalam penyelenggaraan pemerintahan

    dan pembangunan.

    Dikaitkan dengan otonomi

    daerah maka pendapatan asli daerah

    merupakan sumber pendapatan yang

    paling penting untuk membiayai

    penyelenggaraan pemerintahan dan

    pembangunan daerah. PAD bahkan

    dapat memberi warna terhadap otonomi

    suatu daerah yang artinya bahwa

    penggunaan dana yang bersumber dari

    PAD dapat dimanfaatkan sesuai dengan

    kebutuhan sehingga secara prinsip

    pemerintah pusat atau pemerintah

    diatasnya tidak dapat mengatur atau

    menentukan penggunaan sumber

    pendapatan daerah tersebut.

    Daerah harus memiliki

    kewenangan dan kemampuan menggali

    dan mengelola potensi daerah, sebagai

    sumber keuangan untuk membiayai

    penyelenggaraan pemerintah daerah.

    Salah satu upaya yang perlu dilakukan

    mailto:[email protected]

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 21

    daerah adalah meningkatkan pendapatan

    asli daerah (PAD) dapat diperlukan

    sebagai salah satu indikator atau kriteria

    untuk mengurangi ketergantungan suatu

    daerah kepada pemerintah pusat.

    Faktor keuangan daerah menjadi

    sangat penting dan strategis mengingat

    hampir tidak ada kegiatan pemerintahan

    yang tidak membutuhkan pembiayaan

    sehingga semakin besar jumlah uang

    atau biaya yang tersedia maka semakin

    besar pula kemungkinan kegiatan yang

    dilakukan. Demikian pula dengan

    pengelolaannya semakin baik

    pengelolaan potensi daerah maka

    semakin berdaya guna dan berhasil

    pemakaian uang tersebut.

    Sebagaimana disebutkan dalam

    undang-undang No 25 Tahun 1999

    pasal 3 point 1 tentang perimbangan

    keuangan antara pemerintah pusat dan

    pemerintah daerah dinyatakan bahwa

    sumber pendapatan asli daerah adalah

    penerimaan yang diperoleh daerah dari

    sumber-sumber di wilayah sendiri yang

    di pungut berdasarkan peraturan daerah

    sesuai dengan peraturan perundang

    undangan yang berlaku terdiri dari hasil

    pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

    perusahaan milik daerah dan hasil

    kekayaan daerah yang dipisahkan.

    Selanjutnya dijelaskan dalam Undang-

    undang No. 28 Tahun 2009 pasal 1 point

    64 dijelaskan bahwa retribusi daerah

    yang selanjutnya disebut retribusi adalah

    pungutan daerah sebagai pembayaran

    atas jasa atau pemberian izin tertentu

    yang khusus disediakan dan/atau

    diberikan oleh pemerintah daerah untuk

    kepentingan orang pribadi atau badan.

    Secara umum keunggulan

    retribusi terletak pada proses

    pemungutan dimana proses pungutan

    berdasarkan ada atau tidaknya jasa yang

    disediakan oleh pemerintah daerah.

    Salah satu jasa berkaitan dengan

    pemakaian kekayaan daerah adalah

    retribusi pasar, dimana retribusi pasar

    merupakan jenis retribusi jasa umum

    yang disediakan pemerintah daerah

    untuk tujuan kepentingan dan

    pemanfaatan umum serta dapat

    dinikmati secara langsung oleh

    masyarakat dengan penyediaaan fasilitas

    pasar sederhana yang khusus disediakan

    bagi para pedagang.

    Begitu juga pasar yang berada di

    lingkungan kabupaten pamekasan

    merupakan pasar daerah dimana proses

    pemungutan didasarkan pada Peraturan

    Daerah Kabupaten Pamekasan Nomor 5

    Tahun 2000 tentang retribusi pasar.

    Dalam pelaksanaannya penarikan

    retribusi tersebut bukan bersifat pajak

    yang merupakan kewenangan daerah

    dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

    dan memberi manfaat khusus terhadap

    penyediaan jasa oleh pedagang dalam

    membayar retribusi dan tidak

    bertentangan dengan kebijakan nasional.

    KAJIAN PUSTAKA

    Pengertian Pasar

    Menurut Undang-Undang

    Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

    1999 yang dimaksud pasar adalah

    lembaga ekonomi dimana para pembeli

    dan penjual baik secara langsung

    maupun tidak langsung dapat melakukan

    transaksi perdagangan barang dan jasa.

    Dalam analisis ekonomi pasar

    dimana para penjual dan pembeli

    melakukan interaksi dapat dibedakan

    dalam dua jenis, yaitu pasar barang dan

    barang faktur. Pasar barang adalah

    dimana para pembeli dan penjual dari

    suatu barang dan jasa melakukan

    interaksi untuk menentukan jumlah serta

    harga barang dan jasa yang hendak

    diperjualbelikan. Sedangkan pasar faktor

    adalah dimana para pengusaha (pembeli

    faktor-faktor produksi) mengadakan

    interaksi dengan pemilik-pemilik faktor

    produksi untuk menentukan harga

    (pendapatan) dan jumlah faktor-faktor

    produksi yang nantinya digunakan untuk

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 22

    menghasilkan barang dan jasa yang

    diminta masyarakat.

    Dengan kata lain pasar sebagai

    penghubung antara penjual dan pembeli

    atau produsen dan konsumen dimana

    berada di area wilayah tertentu atau

    tempat yang dapat sekelompok orang-

    orang yang melakukan transaksi jual

    beli. Pasar dapat pula didefinisikan

    sebagai kegiatan penjual dan pembeli

    yang melayani transaksi jual beli.

    Jenis Pasar

    Pasar dibagi menjadi 2 (dua)

    yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

    Pasar modern banyak berkembang

    diperkotaan yang ditandai dengan sifat

    yang impersonal dan harga barang-

    barang yang dijual ditentukan dengan

    sistem bandrol. Harga tidak ditentukan

    atas dasar tawar menawar antara penjual

    dan pembeli, tetapi harga ditetapkan

    secara pasti oleh penjualnya (Narwoko,

    2004).

    Pasar tradisional merupakan

    tempat bertemunya penjual dan pembeli

    serta ditandai dengan adanya transaksi

    penjual pembeli secara langsung,

    bangunan biasanya terdiri dari kios-kios

    atau gerai los dan dasaran terbuka yang

    dibukanya oleh penjual maupun suatu

    pengelola pasar (Hadi Parmono,2006).

    Menurut Peraturan Daerah

    Kabupaten Pamekasan Nomor 5 Tahun

    2000 yaitu :

    a. Pasar Daerah, suatu tempat dengan batas-batas tertentu yang disediakan

    untuk melakukan usaha kegiatan

    perdagangan yang terdiri dari

    halaman dan bangunan yang dikuasai

    dan dikelola oleh pemerintah daerah.

    b. Pasar Tetap adalah pasar yang menempati tempat atau areal tertentu

    yang dikuasai atau dimiliki dan

    dioperasionalkan oleh pemerintah

    daerah serta beroperasi secara

    kontinyu atau berkelanjutan setiap

    hari dengan bangunan permanen

    yang dilengkapi dengan sarana dan

    prasarana penunjang pasar.

    c. Toko/Kios Pasar adalah bangunan tetap dikomplek pasar yang dibangun

    oleh pemerintah dan swadaya

    masyarakat dalam bentuk petak yang

    dikelilingi dengan pembatas dan pintu

    untuk tempat pedagang melakukan

    kegiatan.

    d. Los pasar tertutup adalah bagunan tetap didalam pasar yang beratap dan

    tertutup yang dibangun oleh

    pemerintah daerah untuk tempat

    pedagang melakukan kegiatan.

    e. Los pasar terbuka adalah banguan tetap didalam pasar yang beratap dan

    tidak berdinding yang dibangun oleh

    pemerintah daerah untuk tempat

    pedagang melakukan kegiatan.

    f. Halaman Pasar adalah tanah-tanah atau halaman di lingkungan pasar.

    Retribusi Pasar

    Menurut Munawir (2000 : 5)

    bahwa retribusi adalah iuran kepada

    pemerintah yang dapat dipaksakan dan

    dapat jasa balik secara langsung dapat

    ditunjuk. Paksaan ini bersifat ekonomis,

    karena siapa saja dapat merasakan jasa

    balik dari pemerintah maka dapat

    dikenakan iauran tersebut. Retribusi

    yang dipungut oleh pemerintah daerah

    berdasarkan Undang-undang Nomor 28

    Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan

    retribusi daerah pasal 109 adalah objek

    retribusi jasa umum adalah pelayanan

    yang disediakan pemerintah daerah

    untuk tujuan kepentingan dan

    kemanfaatan umum serta dapat

    dinikmati oleh pribadi atau badan.

    Secara umum retribusi pasar

    adalah suatu pungutan yang dikenakan

    kepada pedagang oleh pemerintah

    daerah atas penggunaan fasilitas yang

    disediakan kepala daerah atas

    pembayaran pemakaian tempat-tempat

    perdagangan yang berada di areal pasar

    daerah atau tempat-tempat lain yang

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 23

    ditunjuk kepala daerah sebagai pasar

    sementara dengan menikmati fasilitas

    pasar.

    Peraturan Daerah kabupaten

    Pamekasan Nomor 5 Tahun 2000

    menjelaskan bahwa dipungut sebagai

    pembayaran atas pelayanan penggunaan

    fasilitas pasar yang dikuasai atau

    dikelola oleh pemerintah daerah.

    Selanjutnya dipaparkan bahwa objek

    retribusi adalah pasar-pasar yang

    dikelola atau dikuasai oleh pemerintah

    daerah. Sedangkan subjek retribusi

    adalah perorangan atau badan yang

    melakukan kegiatan usaha perdagangan

    di pasar-pasar yang dikelola dan dikuasai

    oleh pemerintah daerah.

    Pemungutan Retribusi

    a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif

    Untuk retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan

    daerahdengan

    mempertimbangkan biaya

    penyediaan jasa terkait,

    kemampuan masyarakat, dan

    aspek keadilan.

    Untuk retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada

    tujuan memperoleh keuntungan

    yang layak.

    Untuk retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada

    tujuan untuk menutup sebagian

    atau seluruh biaya

    penyelenggaraan pemberian izin

    tersebut.

    b. Peraturan daerah tentang retribusi Pelaksanaan retribusi daerah diatur

    berdasarkan pada ketentuan

    ketentuan sebagai berikut :

    Retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah.

    Peraturan daerah tentang retribusi tidak dapat berlaku surut.

    Peraturan daerah tentang retribusi sekurang-kurangnya mengatur

    ketentuan mengenai nama, objek

    dan subjek retribusi, golongan

    retribusi, cara mengukur tingkat

    penggunaan jasa yang

    bersangkutan, prinsip yang dianut

    dalam penetapan struktur dan

    besarnya tarif retribusi, wilayah

    pemungutan, sanksi administrasi,

    tata cara penagihan dan tanggal

    mulai berlakunya.

    Peraturan daerah tentang retribusi mencakup ketentuan mengenai

    masa retribusi, pemberian

    keringanan, pengurangan dan

    pembebasan dalam hal-hal

    tertentu atas pokok retribusi dan

    atau sanksinya dan tata cara

    penghapusan piutang retribusi

    yang kadaluwarsa.

    Peraturan daerah untuk jenis-jenis retribusi tertentu harus

    telebih dahulu disosialisasikan

    kepada masyarakat sebelum

    ditetapkan.

    Dalam rangka pengawasan, peraturan daerah yang dibuat

    disampaikan kepada pemerintah

    paling lama lima belas hari

    setelah ditetapkan.

    Dalam hal peraturan daerah yang dibuat bertentangan dengan

    kepentingan umum dan atau

    peraturan perundang-undangan

    yang lebih tinggi, pemerintah

    dapat membatalkan peraturan

    daerah tersebut.

    Pembatalan peraturan daerah dilakukan paling lama satu bulan

    sejak diterimanya peraturan

    daerah dimaksud.

    c. Besarnya tarif retribusi pasar menurut peraturan daerah sebagai

    berikut:

    1. Pemakaian Toko, kios pasar, los pasar

    tertutup setiap hari adalah

    a. Pasar kelas I sebesar Rp 250 tiap

    m2

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 24

    b. Pasar kelas II sebesar Rp 150 tiap

    m2

    c. Pasar kelas III sebesar Rp 100 tiap

    m2

    2. Pemakaian los terbuka untuk setiap

    hari adalah

    a. Pasar kelas I sebesar Rp 150 tiap

    m2

    b.Pasar kelas II sebesar Rp 100 tiap

    m2

    c. Pasar kelas III sebesar Rp 50 tiap

    m2

    3. Pemakaian tanah halaman pelataran

    bangunan untuk pasar kelas I, II, III

    sebesar Rp 50 tiap m2

    4. Penjualan hewan besar untuk kelas I,

    II, III sebesar Rp 5000 tiap ekor

    5. Penjualan hewan kecil untuk pasar

    kelas I, II, III sebesar Rp 2000 tiap

    ekor

    6. Penjualan binatang bersayap jenis

    besar untuk pasar kelas I, II, III

    sebesar Rp 200 tiap ekor

    7. Penjualan binatang bersayap jenis

    kecil untuk pasar kelas I, II, III

    sebesar Rp 100 tiap ekor

    8. Penjualan sepeda motor didalam pasar

    setiap hari sebesar Rp 200 tiap sepeda

    motor

    9. Penjualan sepeda di dalam pasar

    setiap hari sebesar Rp 100 tiap

    sepeda

    10. Bagi pengusaha yang menempati

    toko dalam pasar dikenakan

    tambahan biaya sesuai dengan

    kontrak yang telah ditetapkan setiap

    tahun

    Pendapatan Asli Daerah

    Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    adalah penerimaan dari sektor pajak

    daerah, retribusi daerah, hasil

    perusahaan milik daerah, hasil

    pengelolaan kekayaan daerah yang

    dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli

    daerah yang sah (Mardiasmo, 2002;

    132). Menurut Halim (2004;67)

    Pendapatan Asli

    Daerah (PAD) adalah semua penerimaan

    daerah yang berasal dari sumber

    ekonomi asli daerah, sedangkan menurut

    Halim dan Nasir (2004; 67) Pendapatan

    Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan

    yang diperoleh dan dipungut oleh

    pemerintah daerah berdasarkan peraturan

    daerah sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan. Sedangkan

    pengertian Pendapatan Asli Daerah

    (PAD) menurut Undang- Undang

    Nomor 33 Tahun 2004 adalah

    Pendapatan yang diperoleh Daerah

    yang dipungut berdasarkan Peraturan

    Daerah sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    Sumber-sumber Pendapatan Asli

    Daerah

    Sebagaimana disebutkan dalam

    Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

    Pasal 157 tentang pemerintah daerah

    dinyatakan bahwa sumber pendapatan

    asli daerah terdiri dari:

    a. Hasil pajak daerah Pajak daerah mempunyai pengertian

    dimana suatu wilayah yang

    diserahkan kepada pemerintah daerah

    untuk dipungut pajak berdasarkan

    peraturan undang-undang, dimana

    hasilnya digunakan untuk membiayai

    pengeluaran daerah.

    b. Hasil retribusi daerah Retribusi daerah adalah pungutan

    daerah sebagai pembayaran atas

    pemakaian jasa atau karena

    mendapatkan jasa pekerjaan, usaha

    atau milik daerah untuk kepentingan

    umum, atau karena jasa yang

    diberikan oleh hak langsung atau

    tidak langsung.

    c. Hasil perusahaan milik daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan.

    Perusahaan milik daerah adalah suatu

    usaha yang dibentuk oleh daerah

    untuk perkembangan perekonomian

    daerah dan untuk menambah

    pemasukan ke daerah.

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 25

    d. Dan lain-lain Pendapatan asli Daerah yang sah

    Sumber pendapatan ini tidak

    tergolong pada sumber pendapatan asli

    daerah.

    Efektifitas

    Menurut Peraturan Menteri

    Dalam Negeri Nomer 13 Tahun 2006

    tentang pengelolaan Keuangan Daerah

    Bagian ketiga pasal 4 ayat (4) yang

    menyebutkan bahwa efektifitas

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    merupakan pencapaian hasil program

    dengan target yang telah ditetapkan yaitu

    dengan membandingkan keluaran

    dengan hasilnya. Menurut Anthony, dkk

    (1992:14) pengertian efektifitas adalah

    kemampuan suatu organisasi atau

    perusahaan untuk mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan.

    Efektifitas digunakan untuk

    mengetahui seberapa besar prosentase

    perbandingan antara target dan realisasi

    setiap tahunnya, apakah ada peningkatan

    atau penurunan dengan menggunakan

    rumus sebagai berikut:

    Suatu kegiatan dapat dikatakan

    efektif apabila realisasi lebih besar

    daripada targetnya. Sebaliknya apabila

    realisasi lebih kecil dari targetnya maka

    kegiatan tersebut tidak efektif. Kriteria

    yang digunakan sebagai bahan penilaian

    terhadap efektifitas kegiatan adalah hasil

    yang dicapai, yaitu pencapaian tujuan

    organisasi atau perusahaan.

    Kontribusi

    Analisis kontribusi digunakan untuk

    mengetahui seberapa besar kontribusi

    penerimaan retribusi terhadap

    pendapatan asli daerah setiap tahunnya

    dalam prosentase, dapat dilihat dari

    realisasi penerimaan retribusi

    dibandingkan dengan jumlah pendapatan

    asli daerah pada tahun anggaran yang

    sama (Bastian, 2001:262) dengan rumus

    sebagai berikut \:

    Analisis kontribusi ini dapat

    digunakan untuk mengetahui seberapa

    besar kontribusi yang dapat

    disumbangkan dari penerimaan retribusi

    pasar terhadap pendapatan asli daerah

    Kabupaten Pamekasan.

    METODOLOGI PENELITIAN

    Peneliti menggunakan metode

    deskriptif kuantitatif, data yang ada

    diolah dan kemudian dianalisis. Data

    yang digunakan adalah data dokumenter

    yaitu data yang telah dikumpulkan oleh

    suatu lembaga atau organisasi.

    Sedangkan sumber data yang

    dipergunakan adalah data sekunder. Data

    sekunder yang digunakan berupa arsip

    atau dokumen yang berada pada kantor

    DPPKA Kabupaten Pamekasan yang

    meliputi:

    a. Laporan target dan realisasi penerimaan retribusi pasar daerah se-

    Kabupaten Pamekasan mulai tahun

    2009 sampai dengan 2012.

    b. Target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pamekasan mulai

    tahun 2009 sampai dengan 2012.

    Teknik pengumpulan data yaitu :

    Dokumentasi sedangkan teknik analisa

    data yang dipergunakan adalah analisa

    deskriptif kuantitatif.

    PEMBAHASAN

    Penyajian Data

    Data-data yang digunakan adalah

    sebagai berikut :

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 26

    Tabel 1.1

    Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pamekasan

    Tahun 2009-2012

    (dalam Rupiah)

    Tahun Anggaran Anggaran Realisasi

    2009 39.454.414.587,99 40.220.358.249,32

    2010 43.586.039.854,45 49.313.077.417,73

    2011 55.760.074.535,00 70.998.986.905,56

    2012 65.958.919.674,54 83.390.621.222,46

    Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten

    Pamekasan

    Pendapatan

    Asli Daerah pada tahun 2009 dengan

    anggaran sebesar Rp. 39.454.414.587,99

    dan realisasi sebesar Rp.

    40.220.358.249,32. Sedangkan pada

    tahun 2010, dengan anggaran sebesar

    Rp. 43.586.039.854,45 realisasi

    meningkat sebesar Rp.

    49.313.077.417,73. Pendapatan asli

    daerah pada tahun 2011 ada kenaikan

    anggaran sebesar Rp. 55.760.074.535,00,

    dan realisasi meningkat sebesar Rp.

    70.998.986.905,56. Sedangkan pada

    tahun 2012 anggaran meningkat lagi

    menjadi Rp. 65.958.919.674,54, dan

    realisasinya sebesar Rp.

    83.390.621.222,46.

    Tabel 1.2

    Rekapitulasi Penerimaan Retribusi Pasar

    Tahun 2009-2012

    (dalam Rupiah)

    Tahun Anggaran Target Realisasi

    2009 1.200.000.000,00 1.328.192.700,00

    2010 1.300.000.000,00 1.397.967.900,00

    2011 1.300.000.000,00 1.457.162.100,00

    2012 1.300.000.000,00 1.513.433.900,00 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Pamekasan

    Tabel 1.3

    Penerimaan Retribusi Pasar Daerah Se-Kabupaten Pamekasan

    Tahun Anggaran 2009

    (dalam Rupiah)

    Nama Pasar Target Realisasi Prosentase

    17 Agustus 312.593.000,00 349.985.000,00

    Keppo 240.700.000,00 263.375.500,00

    Waru 117.849.500,00 136.415.000,00

    Pakong 112.300.000,00 129.899.000,00

    Batu Bintang 80.404.800,00 91.252.900,00

    Palengaan 60.464.300,00 69.382.000,00

    Proppo 37.500.000,00 20.838.000,00

    Kolpajung 129.501.600,00 145.319.500,00

    Gurem 51.805.600,00 58.905.400,00

    Blumbungan 32.500.000,00 35.686.900,00

    Duko 13.500.000,00 15.593.500,00

    Galis 8.693.200,00 9.177.200,00

  • Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 27

    Nama Pasar Target Realisasi Prosentase

    Duwak Tenggi 2.188.000,00 2.362.800,00

    Jumlah 1.200.000.000,00 1.328.192.700,00 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Pamekasan

    Tabel 1.4

    Penerimaan Retribusi Pasar Daerah Se-Kabupaten Pamekasan

    Tahun Anggaran 2010

    (dalam Rupiah)

    Nama Pasar Target Realisasi

    17 Agustus 340.200.000,00 357.311.000,00

    Keppo 250.200.000,00 268.605.500,00

    Waru 130.800.000,00 138.562.000,00

    Pakong 125.400.000,00 132.063