FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS...
Transcript of FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS...
-
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA
Analisis Perilaku Penawaran Kredit Bank BPR di Malang (Studi Kasus PT. BPR Armindo
Kencana Malang)
Rachman Hakim dan Nuzulul Qurnain, Universitas Madura
Efektifitas Dan Kontribusi Penerimaan Retribusi Pasar Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Pamekasan
Dedy Setiyono, Universitas Madura
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Dalam Mengevaluasi Penggajian Karyawan PT. Marinal
Indoprima Sumenep Rika Syahadatina,, Universitas Madura
Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Subhan, Universitas Madura
Pengaruh Managemen Hubungan Pelanggan (MHP) Terhadap Kepuasan Nasabah dan
Dampaknya Terhadap Kesetiaan Nasabah (Surve Berdasarkan Persepsi Nasabah Bank Rakyat
Indonesia (BRI) kantor cabang Universitas Brawijaya Malang)
Zainurrafiqi, Universitas Madura
Prospek Pajak Hotel Sebagai Aspek Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pamekasan
Mohammad Herman Djaja, Universitas Madura
Penerapan Model Altman (Z-Score) Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan
Pertambangan Batubara Yang Listing Di BEI Periode 2010-2012
Rosy Aprieza Puspita Zandra, Universitas Madura
Makro Vol. 1 No. 15 Hlm 1 - 99 Pamekasan
08 Mei 2013
ISSN
1412 - 2936
ISSN 1412 - 2936
-
JURNAL MANAJEMEN &
KEWIRAUSAHAAN
Penanggung Jawab :
DEKAN Fakultas Ekonomi
Universitas Madura, UNIRA
Ketua Penyunting :
ZEF RISAL, SE, MM
Wakil Ketua Penyunting :
Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM
Penyunting Pelaksana :
Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM
H.M Fauzi Hosni, MM
Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM
Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM
Penyunting Ahli :
Subhan, SE, M.A.
Ahmarul Fajar, SE, MM
Pelaksana Tata Usaha :
Wahdi, SH
Agus Sugiantoro, SH.
Alamat Penyunting :
Fakultas Ekonomi Universitas Madura
FE (UNIRA)
Jl. Raya Panglegur
Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418
Pamekasan Madura
Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan
dua kali dalam setahun oleh Fakultas
Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini
merupakan media untuk mensosialisasikan
ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka
dan riset empiris yang mengkaji masalah
manajemen dan kewirausahaan.
Secara terbuka jurnal ini menerima
kontribusi artikel dari manapun yang sesuai
dengan ilmu manajemen dan kewirausahaan.
Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal
ini meliputi :
Artikel konseptual : artikel hasil pemikiran
Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat
Current Issue
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 1
Analisis Perilaku Penawaran Kredit Bank BPR di Malang
(Studi Kasus PT. BPR Armindo Kencana Malang)
Oleh:
Rachman Hakim
Fakultas Ekonomi Universitas Madura
Nuzulul Qurnain
Fakultas Ekonomi Universitas Madura
ABSTRAK
Analisis Perilaku merupakan analisis mengenai perbuatan/tindakan, perkataan dan
kebiasaan seseorang atau pun suatu kelompok yang sifatnya dapat diamati, digambarkan
dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Dalam penelitian ini, akan
dianalisis perilaku atau kebiasaan PT. BPR Armindo Kencana Malang dalam melakukan
penawaran kredit. Hal ini dirasa perlu mengingat sektor kredit merupakan sektor yang
cukup mengandung banyak resiko. Inilah yang menjadi latar belakang penelitian.
Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa memberi sedikit masukan agar resiko dalam
penyaluran kredit bisa diperkecil. Variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner yang mempunyai pilihan
jawaban 1-5. Variabel-variabel yang diteliti yaitu: Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on
Assets (ROA), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequency Ratio (CAR), Return on
Equity (ROE), Cash Ratio, Reserve Requirement (RR), Loan to Deposit (LDR), Loan to
Assets Ratio, Rasio Kewajiban Bersih Call Money, Rasio Biaya Operasional, Net Profit
Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Assets Ratio. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Analisis faktor
merupakan pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan di
antara beberapa variabel dan menjelaskan variabel-varabel ini dalam keadaan umumnya
berdasarkan dimensi (faktor). Tujuannya adalah untuk mencari cara menyingkat informasi
yang terdapat dalam beberapa variabel asal menjadi serangkaian variabel yang lebih kecil
(faktor) dengan meminimalkan kehilangan informasi. Berdasarkan output analisis faktor
diketahui bahwa ada 3 faktor yang akan diperhatikan PT. BPR Armindo Kencana Malang
sebelum memberikan kredit. Faktor pertama, Rasio Kewajiban, Rentabilitas dan
Solvabilitas yang terdiri dari ROA, Rasio Kewajiban Bersih Call Money, Rasio Biaya
Operasional, NPM, DER dan Long Term Debt to Assets Ratio. Faktor kedua, Rasio
Likuiditas dan NPL yang terdiri dari NPL, Cash Ratio, RR, LDR dan Loan to Assets Ratio.
Faktor ketiga, Modal dan Laba terdiri dari CAR dan ROE. Sementara itu, variabel DPK
tidak termasuk dalam salah satu faktor tersebut karena berdasarkan nilai measure sampling
adequency (MSA) tidak bisa untuk analisis faktor. Kesimpulannya PT. BPR Armindo
Kencana Malang cenderung memberi perhatian lebih terhadap faktor Rasio Kewajiban,
Rentabilitas dan Solvabilitas karena faktor ini memiliki nilai % of Variance terbesar.
Kata kunci : perilaku, penawaran, kredit
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 2
PENDAHULUAN
Dalam memberikan kredit, bank
secara tidak langsung dituntut untuk
mendapat keuntungan. Hal ini bertujuan
untuk menutupi seluruh biaya dana, target
margin keuntungan yang hendak dicapai
dan banyak hal lain lagi. Dengan demikian,
kredit bisa dikatakan sebagai tulang
punggung pencetak keuntungan bagi Bank.
Semakin besar dana dalam bentuk kredit
yang diberikan kepada nasabah, maka risiko
yang dihadapi juga besar. Sehingga
penempatan dalam pos ini paling banyak
menimbulkan masalah dan banyak menyita
tenaga, waktu dan biaya.
Oleh karena itu agar risiko tersebut
dapat diminimalkan, maka bank akan
mempertimbangkan banyak hal atau faktor
sebelum memberikan kredit. Itulah salah
satu alasan kenapa penelitian ini penting.
Karena dalam penelitian nantinya setiap
karyawan BPR (Bank Perkreditan Rakyat)
Armindo Kencana Malang akan
memberikan pendapatnya mengenai faktor-
faktor yang seharusnya diperhatikan
sebelum memberikan kredit kepada
nasabah. Tentunya pendapat karyawan-
karyawan ini diharapkan menjadi saran bagi
pimpinan dan direksi BPR Armindo
Kencana Malang dalam pengambilan
keputusan sebelum memberikan kredit.
Alasan utama dipilihnya BPR
Armindo Kencana Malang dalam penelitian
ini adalah dalam segi kemerataannya di
Kota Malang. BPR Armindo Kencana
Malang memiliki 1 kantor pusat dan 8
kantor kas. Semua kantor tersebar cukup
merata di Kota Malang.
Kembali pada masalah kredit, dalam
kenyataannya menurut Warjiyo (2004),
selain dana pihak ketiga (DPK), perilaku
penawaran kredit perbankan juga
dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap
prospek usaha debitor dan kondisi
perbankan itu sendiri, seperti Capital
Adequency Ratio (CAR), Non Performing
Loans (NPL), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Sementara menurut Suseno dan
Piter A. (2003), selain faktor-faktor tersebut
di atas, faktor rentabilitas atau tingkat
keuntungan yang tercermin dalam Return
on Assets (ROA) juga berpengaruh terhadap
keputusan bank untuk menyalurkan kredit
kepada debitor. Artinya faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan dan dijadikan
bahan pertimbangan ketika suatu bank akan
menyalurkan kredit.
Terkait dengan pendapat-pendapat di
atas, bisa kita lihat bahwa CAR mewakili
analisis rasio solvabilitas, LDR mewakili
analisis rasio likuiditas, dan LDR mewakili
analisis rasio rentabilitas. Karenanya,
diputuskan bahwa penelitian ini akan
menggunakan semua rasio yang berfungsi
untuk mengukur tingkat solvabilitas,
likuiditas dan rentabilitas bank. Solvabilitas
diwakili oleh Capital Adequency Ratio
(CAR), Debt to Equity Ratio, dan Long
Term Debt to Assets Ratio. Likuiditas
diwakili oleh Cash Ratio, Reserve
Requirement, Loan to Deposit Ratio (LDR),
Loan to Assets Ratio, dan rasio kewajiban
bersih call money. Serta rentabilitas
diwakili Return on Assets (ROA), Return
on Equity (ROE), Rasio Biaya (Beban)
Operasional, dan Net Profit Margin (NPM).
Tentunya dengan ditambah dua variabel
lagi yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Non Performing Loan (NPL). Sehingga
total akan ada 14 variabel yang diteliti
dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah
mereduksi jumlah variabel yang
diperkirakan akan mendapat perhatian
khusus dari pihak BPR Armindo Kencana
tersebut. Caranya dengan membentuk
faktor baru dalam jumlah yang lebih sedikit
tanpa kita kehilangan informasi yang terlalu
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 3
berarti dalam penelitian ini. Dan
selanjutnya akan dilihat faktor-faktor mana
yang benar-benar diperhatikan sebelum
Bank BPR tersebut melakukan penawaran
kredit.
Selain latar belakang di atas, ada hal
lain yang melatarbelakangi penelitian ini.
Hal tersebut adalah penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Sari (2010). Secara
sekilas kedua judul penelitian memiliki
perbedaan yang cukup jauh. Akan tetapi
jika ditelusuri lebih lanjut terdapat
persamaan di dalamnya, yaitu dari segi alat
analisis yang digunakan, yaitu tranformasi
data dan analisis faktor. Yang menjadi
masalah adalah penerapan alat analisis yang
kurang begitu jelas selain itu juga ada
perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar
disana. Penelitian ini diharapkan bisa
memperjelas penelitian terdahulu yang
dilakukan saudari Ariyanti tersebut. Karena
dalam skripsi ini akan dilakukan
perbandingan dan ditunjukkan hal-hal apa
yang berbeda dengan penelitian terdahulu
tersebut.
Berdasarkan alasan-alasan diatas
maka muncul keinginan untuk mengadakan
penelitian dengan judul Analisis Perilaku
Penawaran Kredit Bank BPR di Malang
(Studi Kasus Bank BPR Armindo Kencana
Malang).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka dibuatlah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor apa yang menjadi perhatian dalam penawaran kredit BPR
Armindo Kencana Malang?
2. Faktor apa yang dominan dalam penawaran kredit BPR Armindo
Kencana Malang?
KAJIAN PUSTAKA
Analisis Kinerja Bank
Kinerja suatu bank bisa menjadi
faktor yang harus diperhatikan sebelum
kredit disalurkan oleh bank kepada
nasabahnya. Menurut Dendawijaya (2001),
untuk menganalisis kinerja suatu bank, kita
bisa melakukannya dengan cara sebagai
berikut:
a. Analisis Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis
yang dilakukan terhadap kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah
jatuh tempo. Beberapa rasio likuditas
yang sering dipergunakan dalam menilai
kinerja suatu bank antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Cash Ratio Cash Ratio adalah rasio alat likuid
terhadap dana pihak ketiga yang
dihimpun bank yang harus segera
dibayar. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam
membayar kembali simpanan
nasabah (deposan) pada saat ditarik
dengan menggunakan alat likuid
yang dimilikinya. Menurut
ketentuan Bank Indonesia, alat
likuid terdiri atas uang kas ditambah
dengan rekening giro yang disimpan
pada Bank Indonesia. Semakin
tinggi rasio ini semakin tinggi pula
kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan, namun dalam praktek
dapat mempengaruhi
profitabilitasnya.
2. Reserve Requirement Reserve Requirement atau lebih
dikenal dengan likuiditas wajib
minimum adalah suatu simpanan
minimum yang wajib dipelihara
dalam bentuk giro di Bank
Indonesia bagi semua bank.
Semakin tinggi nilai Reserve
Requirement maka semakin bagus
tingkat likuiditas suatu bank.
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 4
3. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio menyatakan
seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio
tersebut memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan.
Rasio ini juga merupakan indikator
kerawanan dan kemampuan dari
suatu bank. Sebagian praktisi
perbankan menyepakati bahwa batas
aman dari LDR suatu bank adalah
sekitar 80%.
4. Loan to Asset Ratio Loan to Asset Ratio adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas bank yang
menunjukkan kemampuan bank
untuk memenuhi permintaan kredit
dengan menggunakan total asset
yang dimiliki bank. Semakin tinggi
rasio ini, tingkat likuiditasnya
semakin kecil karena jumlah asset
yang diperlukan untuk membiayai
kreditnya menjadi semakin besar.
5. Rasio Kewajiban Bersih Call Money Persentase dari rasio ini
menunjukkan besarnya kewajiban
bersih Call Money terhadap aktiva
lancer atau aktiva yang paling
likuid dari bank. Jika rasio ini
semakin kecil nilainya, likuiditas
bank dikatakan cukup baik karena
bank dapat segera menutup
kewajiban dalam kegiatan pasar
uang antar bank dengan alat likuid
yang dimilikinya.
b. Analisis Rasio Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank
adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Selain itu, rasio-
rasio dalam kategori ini dapat pula
digunakan untuk mengukur tingkat
kesehatan bank.
1. Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dalam
segi penggunaan aset.
2. Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara
laba bersih bank dengan modal
sendiri. Rasio ini banyak diamati
oleh para pemegang saham bank
(baik pemegang saham pendiri
maupun pemegang saham baru)
serta para investor di pasar modal
yang ingin membeli saham bank
yang bersangkutan (jika bank
tersebut telah go public).
3. Rasio Biaya (Beban) Operasional Rasio biaya operasional adalah
perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan
operasional. Rasio biaya
operasional digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank pada
prinsipnya adalah bertindak sebagai
perantara, yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana, maka biaya dan
pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya bunga dan
hasil bunga.
4. Net Profit Margin (NPM) Ratio
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 5
Net profit margin adalah rasio yang
menggambarkan tingkat
keuntungan yang diperoleh bank
dibandingkan dengan pendapatan
yang diterima dari kegiatan
operasionalnya.
c. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah
analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya atau
kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jika terjadi
likuidasi bank. Disamping itu, rasio ini
digunakan untuk mengetahui
perbandingan antara jumlah dana yang
diperoleh dari berbagai utang (jangka
pendek dan jangka panjang) serta
sumber-sumber lain diluar modal bank
sendiri dengan penanaman dana tersebut
pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki
bank. Berikut beberapa jenis rasio
solvabilitas:
1. Capital Adequency Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal sendiri di samping
memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman (utang),
dan lain-lain. Dengan kata lain,
CAR adalah rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan
resiko, misalnya kredit yang
diberikan.
2. Debt to Equity Ratio (DER) DER adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank
dalam menutup sebagian atau
seluruh utang-utangnya, baik
jangka panjang atau jangka pendek,
dengan dana yang berasal dari
modal sendiri. Dengan kata lain,
rasio ini mengukur seberapa besar
total pasiva yang yang terdiri atas
modal bank sendiri dibandingkan
dengan besarnya utang.
3. Long Term Debt to Assets Ratio Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa jauh nilai
seluruh aktiva bank dibiayai atau
dananya diperoleh dari sumber-
sumber utang jangka panjang.
Dalam bisnis perbankan, utang
jangka panjang ini biasanya
diperoleh dari simpanan
masyarakat dengan jatuh tempo di
atas satu tahun, dana pinjaman dari
bank lain dalam rangka kerjasama
antarbank, pinjaman luar negeri
(biasanya dalam valuta asing),
pinjaman dari Bank Indonesia serta
pinjaman dari pemegang saham.
Berikut rumus perhitungannya:
Pengertian Bank
Secara sederhana bank diartikan
sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut pada masyarakat serta memberikan
jasa-jasa bank lainnya, (Kasmir, 2002).
Dalam konteks tersebut, dapat diartikan
bahwa bank merupakan salah satu motor
penggerak perekonomian suatu Negara
sebagai tempat sirkulasi peredaran uang
yang dikelola secara teratur. Peran
perbankan dalam perekonomian tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan keuangan melihat
prinsip dasar yang melekat yaitu lembaga
yang menyediakan dana untuk kegiatan
usaha melalui kredit dan tempat
berinvestasi.
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 6
Menurut Undang-undang Nomor 7
tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 10 tahun 1998, Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Pengertian yang lebih
teknis dapat ditemukan pada Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
792 Tahun 1990. Berdasarkan SK Menteri
Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990
pengertian bank adalah suatu badan yang
kegiatannya di bidang keuangan melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana kepada
masyarakat terutama guna membiayai
investasi perusahaan.
Pengertian bank menurut PSAK
Nomor 31 dalam Standar Akuntansi
Keuangan, Bank adalah suatu lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan antara
pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
dan pihak-pihak yang memerlukan dana,
serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa bank adalah industri jasa yang
mempunyai fungsi sebagai lembaga
intermediasi antara pihak yang berkelebihan
dana dengan pihak yang membutuhkan
dana. Masyarakat kelebihan dana
maksudnya adalah masyarakat yang
memiliki dana untuk disimpanan dan
diinvestasikan di bank.
Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani,
yaitu credere atau credo yang berarti
kepercayaan (trust atau faith). Kegiatan
orang perorang atau badan usaha dalam
rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya
dengan cara pinjam meminjam dinamakan
Kredit. Berdasar dari kegiatan pemberian
kredit dari yang memberikan kredit kepada
yang menerima kredit adalah kepercayaan.
Transaksi kredit timbul karena suatu pihak
meminjam sejumlah uang atau sesuatu yang
dipersamakan dengan itu, di mana pihak
peminjam wajib melunasi kredit/ hutangnya
pada waktu yang telah ditentukan.
Disamping itu kredit pun timbul sebagai
akibat adanya transaksi jual beli, dimana
pembayarannya ditangguhkan, baik
sebagian maupun seluruhnya.
Berdasarkan pada pengertian diatas
dapat diketahui bahwa transaksi kredit
timbul sebagai akibat suatu pihak
meminjam kepada pihak lain, baik itu
berupa uang, barang dan sebagainya yang
dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur.
Hal lain yang dapat menimbulkan transaksi
kredit yaitu berupa kegiatan jual beli
dimana pembayarannya akan ditangguhkan
dalam suatu jangka waktu tertentu baik
sebagian maupun seluruhnya. Kegiatan
transaksi kredit tersebut diatas akan
mendatangkan piutang atau tagihan bagi
kreditur serta mendatangkan kewajiban
untuk membayar bagi debitur.
Sementara itu, penawaran adalah
sejumlah barang yang ditawarkan untuk
dijual pada berbagai tingkat harga dalam
suatu pasar pada waktu tertentu. Dalam
melakukan penawaran, penawaran dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
Penawaran Individu: Penawaran Individu
adalah penawaran yang dimiliki oleh
seorang Penguasa
Penawaran besar/Kolektif: Penawaran
yang terdapat pada pasar
Selanjutnya mengenai hukum
penawaran. Hukum penawaran adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga dan jumlah barang
tersebut yang ditawarkan oleh penjual.
Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana
keinginan para penjual untuk menawarkan
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 7
barangnya tersebut jika barangnya itu
mempunyai harga yang rendah dan jika dia
juga mempunyai harga barang yang tinggi.
Hukum penawaran pada dasarnya
mengatakan bahwa makin tinggi harga
sesuatu barang, semangkin banyak pula
jumlah barang tersebut akan ditawarakan
oleh para penjual. Sebaliknya makin rendah
harga barang maka akan semangkin sedikit
jumlah barang tersebut akan ditawarkan
oleh para penjual.
Hukum penawaran berlaku apabila
faktor-faktor lain selain harga adalah cateris
paribus. Adapun faktor yang lain yang
membentuk cateris paribus adalah:
Tekhnologi yang digunakan adalah tetap.
Penjual tidak memerlukan harga tunai.
Penjual tidak akan kuatir jika suatu saat harga barang akan turun.
Jumlah pedagang dan produsen tetap. Keinginan penjual untuk
menawarkan barangnya pada berbagai
tingkat harga yang ditentukan oleh berbagai
faktor yaitu:
1. Teknologi Produksi Teknologi yang digunakan dalam
produksi semula dimaksudkan agar terjadi
efisiensi dalam produksi. Artinya
semangkin modern tekhnologi yang
digunakan baik kualitas maupun kuantitas
produksi semangkin meningkat dengan
biaya produksi yang semangkin ditekan.
2. Harapan masa yang akan datang
Ketika produsen mempunyai pikiran
bahwa barang yang diproduksinya mulai
langka maka tindakan produsen adalah
menimbun barang tersebut sampai pada
suatu saat akan mendapatkan laba yang
besar. Sebagai contoh penjual minyak yang
mulai merasa bahwa minyak merupakan hal
yang langka jadi banyak penjual yang
menimbun minyak dan menjualnya dengan
harga yang mahal karena kebutuhan
masyarakat yang sangat mendesak. Tapi
perbuatan seperti ini dilarang karena sama
dengan penimbunan barang yang nantinya
dapat merugikan masyarakat sekitar.
3. Harga-harga faktor produksi Biaya produksi menentukan harga
pokok suatu barang, dengan demikian jika
biaya produksi berubah maka produsen
akan mengurangi jumlah penawaran. Tapi
jika biaya produksi semangkin rendah maka
banyak sekali jumlah barang dan jasa yang
akan ditawarkan oleh para penjual.
Berdasarkan pengertian kredit dan
penawaran diatas, maka bisa ditarik
kesimpulan bahwa penawaran kredit adalah
jumlah kredit yang bank ingin tawarkan
atau salurkan pada berbagai tingkat suku
bunga selama satu periode waktu tertentu.
Kajian Empiris
Penelitian yang sejenis dan hampir
sama telah beberapa kali dilakukan, secara
ringkas disajikan dalam table.1 berikut:
Tabel.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti dan Judul Variabel Analisis Hasil
(Luh Gede
Meydianawathi,
2007)
Analisis Perilaku
Penawaran Kredit
Perbankan
Kepada Sektor
UMKM Di
Variabel
Independent:
DPK, ROA, NPLs,
dan CAR
Variabel Dependent:
Penawaran Kredit
Regresi
Linear
Berganda
DPK, CAR, ROA,
dan NPLs
berpengaruh
nyata terhadap
perilaku penawaran
kredit
bank umum.
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 8
Indonesia (2002-
2006)
(Ariyanti Devita
Sari, 2010)
Implementasi
Analisis Faktor
Dengan Metode
Komponen Utama
Dalam Menentukan
Faktor Yang
Berpengaruh Pada
Kepuasan Nasabah
BRI Martadinata
Malang
Variabel
Independent:
X1 (Lingkungan), X2
(keamanan), X3
(Bunga), X4
(Hadiah), X5
(Karyawan), X6
(Sistem
Komputerisasi) dan
X7 (Antrian).
Variabel Dependent:
Kepuasan Konsumen
Analisis
Faktor
Berdasarkan hasil
analisis faktor
diketahui bahwa dari
7 variabel
terbentuk menjadi 4
faktor baru.
Interpretasi nama
faktor didasarkan
variabel apa yang
diwakilinya.
(Arief Wibowo,
2007)
Pengaruh Jumlah
Penghimpunan
Dana Bank,
Suku Bunga Kredit
Modal Kerja, Dan
Tingkat Laju Inflasi
Terhadap Jumlah
Alokasi Kredit
Modal Kerja Pada
Bank-Bank Umum
Di Indonesia
( 2001.01 2006.04
)
Variabel
Independent: Jumlah
Penghimpunan Dana
Bank,
Suku Bunga Kredit
Modal Kerja, Dan
Tingkat Laju Inflasi
Variabel Dependent:
Jumlah Alokasi
Kredit Modal Kerja
Regresi
Linear
Berganda
- Jumlah penghimpunan dana
(X1) secara
individu
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap jumlah
alokasi kredit
modal kerja (Y).
- Tingkat laju inflasi (X2) secara
individu
berpengaruh positif
namun tidak
signifikan terhadap
jumlah alokasi
kredit modal kerja
(Y).
- Suku bunga kredit modal kerja (X3)
secara individu
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap jumlah
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 9
alokasi kredit
modal kerja (Y).
(Julius Kakuru,
2008)
The Supply-
Demand Factors
Interface And
Credit Flow To
Small And Micro
Enterprises (SMEs)
In Uganda
Variabel
Independent:
Lending Structure,
Congruence of
Loan officers and
organisational goals,
Client character.
Variabel Dependent:
The Supply-Demand
of Credit
Data
kualitatif:
Analisis
Nvivo
Data
kuantitatif:
Korelasi
(SPSS)
In conclusion, the
study found out that
the majority of loan
officers consider
formal
hierarchy, to be a
facilitating factor in
their decisions to
extend credit to
SMEs.
On the credit demand
side, the study has
established that to a
larger extent, there is
a
number of SME
borrowers who make
deliberate efforts to
disclose information
to
banks in order to
enhance their
prospects of obtaining
credit.
Ada beberapa hal yang membedakan
penelitian ini dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede
Meydianawathi, Ariyanti Devita Sari, Arief
Wibowo dan Julius Kakuru. Penelitian ini
berbeda dilihat dari segi waktu pelaksanaan
dan bank yang menjadi sampel dalam
penelitian ini. Dimana pada penelitian ini
sampel yang diteliti adalah bank BPR
Armindo Kencana di Malang. Selain itu,
terdapat perbedaan lain dari penelitian ini
yaitu penggunaan analisis faktor di
dalamnya. Berikut perbedaan penelitian ini
dengan penelitian-penelitian terdahulu yang
tersebut di atas:
a. Luh Gede Meydianawathi, menggunakan regresi linier berganda
sebagai alat analisisnya. Sedangkan
variabel-variabel yang diteliti adalah
DPK, ROA, NPLs, dan CAR. Berbeda
dengan penelitian saya dimana
variabelnya lebih komplek lagi (Tabel
1.1 Jabaran Variabel). Selain itu alat
analisisnya juga berbeda dimana
penelitian saya menggunakan analisis
faktor.
b. Ariyanti Devita Sari, penelitian saudari Ariyanti sebenarnya cukup berbeda
dengan penelitian yang saya lakukan.
Persamaanya hanya penggunaan analisis
faktor dalam penelitian masing-masing.
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 10
Penelitian tersebut diangkat dalam kajian
empiris karena ada beberapa hal yang
perlu diperjelas dalam penelitian
tersebut, terutama mengenai penerapan
analisis faktor.
c. Arief Wibowo, penelitian ini kurang lebih meneliti tentang alokasi kredit,
sama dengan penelitian yang saya
lakukan. Akan tetapi, variabel dan alat
analisis yang digunakan berbeda dengan
penelitian yang saya lakukan.
d. Julius Kakuru, penelitian ini mengenai penawaran dan permintaan kredit.
Variabel dan alat analisis yang
digunakan berbeda dengan penelitian
yang saya lakukan.
METODE PENELITIAN
Jenis Data
Menurut Arikunto (2002)
menyatakan bahwa data merupakan catatan
yang mengungkapkan segala fakta,
keterangan, dan angka yang dijadikan
bahan menyusun informasi yang diperlukan
dengan material tertentu. Jenis data dalam
penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari nara sumber.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada
tahun 2010. Data diperoleh dari kuesioner
yang dibagikan kepada karyawan bank BPR
Armindo Kencana di Malang. Penyebaran
kuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan
data umum mengenai kebijakan bank dalam
alokasi kredit, untuk mendapatkan
gambaran variabel manakah yang paling
mempengaruhi bank dalam penawaran
kreditnya. Selain itu juga untuk
mendapatkan data yang akan digunakan
dalam analisis faktor. Adapun langkah-
langkahnya adalah:
a. Identifikasi populasi
Identifikasi populasi merupakan
langkah awal dalam penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui siapa yang
menjadi responden. Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah karyawan
bank BPR Armindo Kencana di
Malang.
b. Penentuan jumlah sampel. Menurut Arikunto, apabila subjek
kurang dari 100 maka dapat diambil
semuanya sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi.
Sedangkan jumlah subjeknya lebih dari
100 maka dapat diambil antara 10-15
% atau 20-25% atau lebih tergantung
setidak-tidaknya dari:
Kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya
dana.
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk
penelitian yang resikonya besar,
tentu saja jika sampel besar hasilnya
akan lebih baik.
Akan tetapi, seperti yang dikatakan
sebelumnya bahwa penelitian ini adalah
sebuah studi kasus sehingga semua
anggota populasi akan dijadikan sampel
penelitian. Artinya semua karyawan
BPR Armindo Kencana sebanyak 65
orang akan dijadikan sampel.
c. Pembuatan kuesioner. Pembuatan kuesioner menggunakan
jawaban skala likert 1 sampai 5.
Adapun didalam penelitian ini,
responden diperkenankan memberikan
jawaban mengenai pendapatnya
mengenai seberapa besar pengaruh atau
seberapa besar perhatian yang harus
diberikan terhadap suatu variabel
sebelum menyalurkan kredit kepada
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 11
nasabah. Ketentuan jawabannya
sebagai berikut:
- Sangat berpengaruh, untuk pilihan jawaban 5
- Berpengaruh, untuk pilihan jawaban 4
- Cukup berpengaruh, untuk pilihan jawaban 3
- Kurang berpengaruh, untuk pilihan jawaban 2
- Tidak berpengaruh, untuk pilihan jawaban 1
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
adalah faktor analisis dengan bantuan SPSS
(Statistical Package for Sosial Science).
Faktor analisis adalah salah satu keluarga
analisis multivariate yang bertujuan untuk
meringkas atau mereduksi variabel amatan
secara keseluruhan menjadi beberapa
variabel atau dimensi baru, akan tetapi
variabel atau dimensi baru yang terbentuk
tetapi mampu mempresentasikan variabel
utama (Yamin: 2009).
Dalam analisis faktor, dikenal dua
pendekatan utama, yaitu exploratory factor
analysis dan confirmatory factor analysis.
Kita menggunakan explanatory factor
analysis bila banyak faktor yang akan
terbentuk tidak ditentukan terlebih dahulu.
Sebaliknya confirmatory factor analysis
digunakan apabila faktor yang akan
terbentuk telah ditetapkan terlebih dahulu.
Dalam penelitian ini akan digunakan
pendekatan explanatory factor analysis.
Akan tetapi, sebelum analisis faktor akan
dilakukan uji validitas, uji reliabilitas dan
tranformasi data ordinal menjadi data
interval menggunakan Method of Succesive
Interval (MSI).
Uji Validitas
Istilah validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya (Yamin: 2009).
Suatu dimensi atau indikator dikatakan
valid apabila indikator tersebut mampu
mencapai tujuan pengukuran konstrak
amatan dengan tepat. Dalam praktiknya,
kecermatan pengukuran baik dalam bidang
eksak, social ataupun psikologi masih
didapati suatu kesalahan. Kesalahan itu
dapat berupa hasil yang terlalu tinggi
(overestimate) atau terlalu rendah
(underestimate). Kesalahan-kesalahan
inilah yang dikenal dengan istilah
measurement error.
Indikator yang valid adalah
indikator yang memiliki measurement error
yang kecil. Dalam uji validitas di SPSS,
untuk melihat validitas dapat dilihat pada
kolom Corrected Item-Total Correlation.
Jika nilai Corrected Item-Total Correlation
lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan
tersebut dikatakan valid. Akan tetapi, jika
suatu pertanyaan memiliki nilai Corrected
Item-Total Correlation lebih kecil dari r
tabel, maka item pertanyaan tersebut bisa
kita eliminasi dari konstrak organisasi dan
dilakukan analisis ulang.
Uji Reliabilitas
Istilah realibilitas merupakan
terjemahan dari kata reliability yang berasal
rely dan ability. Reliabilitas bisa diartikan
sebagai keterpercayaan, keterandalan atau
konsistensi. Suatu alat ukur yang reliabel
adalah alat ukur yang mempunyai tingkat
reliabilitas yang tinggi. Secara empirik,
tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan
oleh suatu angka yang disebut koefisien
reliabilitas. Koefisien reliabilitas berkisar
antara 0-1. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas (mendekati angka 1), maka
semakin reliable alat ukur tersebut. Dalam
analisis reliabilitas di SPSS, koefisien
reliabilitas dapat dilihat dari tabel
Reliability Statistics tepatnya di nilai
Cronbachs alpha (Yamin: 2009). Jika nilai
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 12
Cronbachs alpha lebih besar dari 0,7 maka
data tersebut dapat dikatakan reliabel.
Transformasi Data Ordinal ke Interval Pada umumnya jawaban responden
yang diukur dengan menggunakan skala
likert diadakan scoring yakni pemberian
nilai 1, 2, 3, 4 dan 5. Akan tetapi, perlu
diketahui bahwa data dari jawaban
responden itu tidak bisa langsung diproses.
Karena, setiap skor yang diperoleh akan
memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai
tersebut dianggap sebagai objek dan
selanjutnya melalui proses transformasi
ditempatkan ke dalam interval. Salah satu
metode konversi data yang sering
digunakan oleh peneliti untuk menaikkan
tingkat pengukuran ordinal ke interval
adalah Method of Successive Interval
(MSI). Dengan metode ini diharapkan data
ordinal menjadi data interval dan
berdistribusi normal.
Langkah kerja yang dapat dilakukan
untuk menaikkan tingkat pengukuran dari
skala ordinal ke skala interval
menggunakan Method of Succesive Interval
(Riduwan, 2008):
1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban
responden dari angket yang disebarkan.
2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang
yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang
disebut dengan frekuensi.
3. Setiap frekuensi dibagi dengan
banyaknya jumlah jawaban responden dan
hasilnya disebut proporsi.
4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan
jalan menjumlahkan nilai proporsi secara
berurutan perkolom skor.
5. Gunakan tabel Distribusi Normal, hitung
nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang
diperoleh.
6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk
setiap nilai Z yang diperoleh (dengan
menggunakan tabel Tinggi Densitas).
7. Menghitung nilai SV (Scale Value) untuk
setiap nilai z menggunakan rumus:
8. Menentukan nilai skala dengan
menggunakan rumus:
Analisis Faktor
Analisis faktor termasuk variasi
seperti analisis komponen dan analisis
faktor umumnya adalah pendekatan statistik
yang dapat digunakan untuk menganalisis
hubungan di antara beberapa variabel dan
menjelaskan variabel-varabel ini dalam
keadaan umumnya berdasarkan dimensi
(faktor). Tujuannya adalah untuk mencari
cara menyingkat informasi yang terdapat
dalam beberapa variabel asal menjadi
serangkaian variabel yang lebih kecil
(faktor) dengan meminimalkan kehilangan
informasi (Hair, Anderson, Tatham, Black,
1995 dalam Yamin, 2009).
Analisis faktor pada prinsipnya
digunakan untuk mereduksi data, yaitu
proses untuk meringkas sejumlah variabel
menjadi sedikit dan menamakannya sebagai
faktor. Jadi, dapat saja dari 10 atribut
tersebut dapat diringkas menjadi 3 faktor
utama saja (Santoso, 2001).
Proses analisis faktor mencoba
menemukan hubungan (interrelationship)
antar sejumlah variabel-variabel yang saling
independen satu dengan yang lain sehingga
bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan
variabel yang lebih sedikit dari
jumlah variabel awal (Santoso, 2002).
Hal yang perlu diingat bahwa faktor
baru yang terbentuk adalah faktor yang
mempunyai variabilitas kecukupan dari
variabel yang direduksi sehingga diperlukan
asumsi awal untuk menguji kelayakan
apakah perlu tidaknya analisis faktor dapat
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui
pengujian Bartlett test of sphericity dan the
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 13
Kaiser meyer olkin (KMO) measure of
sampling adequency. KMO measure of
sampling adequency adalah sebuah indeks
untuk membandingkan besarnya nilai
koefisiensi korelasi yang diamati terhadap
besarnya korelasi parsial. Uji KMO
digunakan dalam analisis faktor dimana
untuk mengetahui apakah data tersebut
dapat dianalisis lebih lanjut atau tidak
dengan analisis faktor, angka KMO
disyaratkan harus lebih dari 0,5. Akan
tetapi, nilai KMO akan meningkat dengan
ketentuan berikut ini:
a. Jumlah ukuran sampel bertambah b. Rata-rata koefisien korelasi bertambah c. Jumlah variabel bertambah atau jumlah
faktor berkurang
Harga KMO merupakan indeks
perbandingan antara besarnya koefisien
korelasi dengan besarnya koefisien korelasi
parsial, skala nilainya antara lain:
- KMO 0,9 : Menyatakan sangat memuaskan
- 0,8 KMO < 0,9 : Menyatakan sangat baik
- 0,7 KMO < 0,8 : Menyatakan baik - 0,6 KMO < 0,7 : Menyatakan cukup
memuaskan
- 0,5 KMO < 0,6 : Menyatakan tidak baik
- KMO 0,5 : Menyatakan ditolak Selain KMO measure of sampling
adequency, kita masih akan bertemu dengan
output-output lain ketika melakukan
analisis faktor dengan SPSS. Seperti hal-
hal di bawah ini:
a. Tabel Anti-Image Matrices, dalam tabel ini nilai MSA dalam kolom Anti-
Image Correlation. Variabel yang
mempunyai nilai MSA di bawah 0,5
lebih baik dikeluarkan dari sistem
analisis dan dilakukan analisis ulang
hingga semua variabel mencapai nilai
MSA > 0,5. Nilai MSA > 0,5
menunjukkan adanya hubungan yang
cukup kuat dari variabel tersebut
terhadap variabel lain. Sehingga
variabel tersebut layak diikutkan dalam
analisis faktor.
b. Tabel Communalities, menerangkan berapa persen faktor atau variabel baru
yang terbentuk dari analisis faktor
dapat menerangkan varians dari
variabel tersebut.
c. Total Varians Explained, menerangkan nilai persen dari varians yang mampu
diterangkan oleh banyaknya faktor
yang terbentuk. Nilai ini didasarkan
dari nilai eigenvalue. Nilai eigenvalue
menggambarkan kepentingan relative
masing-masing faktor dalam
menghitung varians variabel-variabel
yang dianalisis. Pada kriteria ini, hanya
faktor-faktor yang memiliki akar ciri
(nilai eigen) minimum 1 yang akan
dipertahankan. Hal ini berarti bahwa
sebuah faktor dapat dianggap sebagai
faktor apabila paling sedikit dapat
menjelaskan variansi satu peubah atau
setiap peubah menyumbangkan nilai
satu pada total nilai eigen. Dengan
demikian hanya faktor yang
mempunyai nilai eigen > 1 yang
dianggap signifikan.
d. Rotated Component Matrix adalah nilai loading faktor dari setiap variabel.
Loading faktor merupakan besarnya
korelasi antara faktor score dan
variabel tersebut.
PEMBAHASAN
Interpretasi Faktor
Setelah diperoleh sejumlah faktor
yang valid, selanjutnya perlu
diinterpretasikan nama faktor. Mengingat
faktor merupakan sebuah konstruk menjadi
berarti kalau dapat diartikan. Interpretasi
faktor dapat dilakukan dengan mengetahui
variabel-variabel yang membentuknya. Hal
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 14
ini bisa kita lihat di tabel Rotated
Component Matrix. Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa akan ada 3 faktor baru
yang terbentuk setelah dilakukan analisis
faktor.
Dalam tabel tersebut, setiap variabel
memiliki nilai untuk faktor pertama, kedua
dan ketiga. Nilai tertinggi dari setiap
variabel yang harus kita perhatikan. Jika
nilai tertinggi dari suatu variabel misalnya
berada di faktor pertama, itu artinya
variabel tersebut tergabung dalam faktor
pertama. Jika nilai tertinggi suatu variabel
berada di faktor kedua, berarti variabel
tersebut tergabung dalam faktor kedua.
Begitu juga selanjutnya, jika nilai tertinggi
suatu variabel berada di faktor ketiga, itu
artinya variabel tersebut tergabung dalam
faktor ketiga. Tabel di bawah ini
menunjukkan nama-nama variabel beserta
penyebarannya
Tabel. 2
Interpretasi Faktor
Variabel Nama Variabel Faktor Interpretasi
X3 Return on Assets (ROA)
1
Rasio
Kewajiban,
Rentabilitas dan
Solvabilitas
X10 Rasio Kewajiban Bersih Call
Money
X11 Rasio Biaya (Beban) Operasional
X12 Net Profit Margin (NPM)
X13 Debt to Equity Ratio
X14 Long Term Debt to Asset Ratio
X4 Non Performing Loans (NPL)
2 Rasio Likuiditas
dan NPL
X6 Cash Ratio
X7 Reserve Requirement
X8 Loan to Deposite Ratio (LDR)
X9 Loan to Asset Ratio
X2 Capital Adequency Ratio (CAR) 3 Modal dan Laba
X5 Return on Equity (ROE)
Sumber: Data Primer diolah
Kalau dilihat sekilas, sepertinya akan
sulit member nama terhadap faktor baru
yang dari hasil analisis faktor. Ini
dikarenakan variabel-variabel yang
membentuk satu faktor terlalu bermacam-
macam. Hal ini jelas sangat menyulitkan
tapi faktor baru tersebut tetap harus diberi
nama baru pula. Disini tidak ada standar
khusus untuk penamaan dalam analisis
faktor. Syaratnya hanya nama dari faktor
baru harus mampu mewakili variabel-
variabel yang terkandung di dalamnya.
Hal yang menjadi pertanyaan
mungkin mengapa faktor pertama akan
diberi nama Rasio Kewajiban, Rentabilitas
dan Solvabilitas; faktor kedua diberi nama
Rasio Likuiditas dan NPL; serta faktor
ketiga diberi nama Modal dan Laba.
Pertama-tama mari kita lihat faktor yang
pertama. Disana terdapat variabel Return on
Assets (ROA), Rasio Biaya (Beban)
Operasional, serta Net Profit Margin (NPM)
merupakan sebagian dari rasio Rentabilitas.
Rasio Rentabilitas adalah alat untuk
menganalisis atau mengukur tingkat
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 15
efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan
(Dendawijaya, 2001). Sehingga dirasa perlu
menggunakan nama rasio Rentabilitas di
dalam memberikan nama pada faktor
pertama untuk mewakili variabel Return on
Assets (ROA), Rasio Biaya (Beban)
Operasional, serta Net Profit Margin
(NPM).
Selain itu, pada variabel pertama
juga terdapat variabel Debt to Equity Ratio
dan Long Term Debt to Asset Ratio yang
merupakan bagian dari analisis rasio
Solvabilitas. Analisis rasio Solvabilitas
merupakan analisis yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang atau
kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi
bank. Di samping itu, rasio ini digunakan
untuk mengetahui perbandingan antara
volume (jumlah) dana yang diperoleh dari
berbagai utang (jangka pendek dan jangka
panjang) serta sumber-sumber lain diluar
modal bank sendiri dengan volume
penanaman dana tersebut pada berbagai
jenis aktiva yang dimiliki bank
(Dendawijaya, 2001). Sehingga diputuskan
rasio Solvabilitas menjadi bagian dari nama
untuk faktor pertama.
Selain rasio Rentabilitas dan
Solvabilitas di atas, juga terdapat rasio
Kewajiban Bersih Call Money. Walau pun
variabel ini tidak memiliki hubungan secara
khusus dengan variabel-variabel lain tapi
jelas variabel ini harus diwakilkan dalam
penamaan untuk faktor pertama. Akhirnya
digunakan nama rasio Kewajiban untuk
mewakili variabel tersebut di faktor
pertama. Sehingga untuk lengkapnya faktor
pertama bernama Rasio Kewajiban,
Rentabilitas dan Solvabilitas.
Selanjutnya faktor kedua yang diberi
nama Rasio Likuiditas dan NPL. Rasio
Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya
atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.
Variabel Cash Ratio, Reserve Requirement,
Loan to Deposite Ratio (LDR), dan Loan to
Asset Ratio termasuk dalam kategori analisis
rasio Likuiditas (Lukman Dendawijaya,
2001). Sehingga tidak ada alasan untuk
tidak mencantumkan nama rasio Likuditas
dalam faktor kedua. Selanjutnya di faktor
kedua juga terdapat variabel Non
Performing Loans (NPL). Akan tetapi
variabel ini tidak tergabung dalam rasio
Likuiditas dan cukup menggabungkan nama
NPL dalam penamaan faktor pertama. Dan
akhirnya faktor kedua pun diberi nama
Rasio Likuiditas dan NPL.
Terakhir faktor ketiga yang diberi
nama Modal dan Laba. Dalam faktor ketiga
terdapat variabel Capital Adequency Ratio
(CAR) dan Return on Equity (ROE). CAR
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal bank sendiri di samping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
di luar bank, seperti dana dari masyarakat,
pinjaman (utang), dan lain-lain
(Dendawijaya, 2001). Berdasarkan
pengertian tersebut dirasa cukup dengan
mencantumkan nama Modal untuk mewakili
variabel Capital Adequency Ratio dalam
faktor ketiga. Berikutnya variabel Return on
Equity (ROE) yang juga tergabung dalam
faktor ketiga. ROE adalah perbandingan
antara laba bersih bank dengan modal
sendiri (Lukman Dendawijaya, 2001).
Variabel ini akan diwakilkan dengan nama
Laba dalam faktor ketiga. Sehingga secara
lengkap faktor ketiga bernama Modal dan
Laba.
Penamaan faktor baru atau
interpretasi nama faktor tergantung pada
variabel-variabel yang tergabung dalam
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 16
faktor baru tersebut. Faktor pertama terdiri
atas variabel Return on Assets (ROA), Rasio
Kewajiban Bersih Call Money, Rasio Biaya
(Beban) Operasional, Net Profit Margin
(NPM), Debt to Equity Ratio, dan Long
Term Debt to Asset Ratio, sehingga faktor
pertama akan diberi nama Rasio
Kewajiban, Rentabilitas dan Solvabilitas.
Faktor kedua terdiri atas variabel Non
Performing Loans (NPL), Cash Ratio,
Reserve Requirement, Loan to Deposite
Ratio (LDR), dan Loan to Asset Ratio akan
diberi nama Rasio Likuiditas dan NPL.
Faktor ketiga terdiri atas variabel Capital
Adequency Ratio (CAR) dan Return on
Equity (ROE) sehingga akan diberi nama
Modal dan Laba.
Faktor Yang Paling Dominan Untuk
Diperhatikan
Tahap untuk menentukan faktor
mana yang paling dominan
untukdiperhatikan merupakan tahap akhir
dalam penelitian ini. Untuk menjalani tahap
terakhir ini, kita hanya perlu melihat tabel
Total Varians Explained (Lihat Tabel 4.6
atau lampiran hasil output Analisis Faktor).
Dalam tabel Total Varians Explained, kita
cukup memperhatikan Initial Eigenvalues
tepatnya di % of Variance.
Untuk penelitian ini, faktor pertama
memiliki nilai % of Variance sebesar
42,071%. Faktor kedua memiliki nilai % of
Variance sebesar 12,284%. Faktor ketiga
memiliki nilai % of Variance sebesar
8,954%. Faktor keempat memiliki nilai % of
Variance sebesar 7,096%. Faktor kelima
memiliki nilai % of Variance sebesar
5,853%. Faktor keenam memiliki nilai % of
Variance sebesar 4,918%. Faktor ketujuh
memiliki nilai % of Variance sebesar
4,679%. Faktor kedelapan memiliki nilai %
of Variance sebesar 3,921%. Faktor
kesembilan memiliki nilai % of Variance
sebesar 3,023%. Faktor kesepuluh memiliki
nilai % of Variance sebesar 2,280%. Faktor
kesebelas memiliki nilai % of Variance
sebesar 1,888%. Faktor kedua belas
memiliki nilai % of Variance sebesar
1,786%. Dan yang terakhir faktor
ketigabelas memiliki nilai % of Variance
1,246%.
Akan tetapi, tidak semua faktor
diatas akan digunakan karena hanya faktor
baru yang mempunyai nilai Eigenvalues
diatas 1 yang akan dipakai. Nilai
Eigenvalues dapat dilihat di tabel Total
Varians Explained tepatnya kolom Total
(Tabel 4.6). Artinya hanya 3 variabel
pertama yang digunakan. Berdasarkan
subbab interpretasi faktor, faktor pertama
diberi nama Rasio Kewajiban, Rentabilitas
dan Solvabilitas, faktor kedua diberi nama
Rasio Likuiditas dan NPL, serta faktor
ketiga diberi nama Modal dan Laba.
Sehingga kita bisa melihat bahwa faktor
pertama, yaitu Rasio Kewajiban,
Rentabilitas dan Solvabilitas, memiliki nilai
% of Variance sebesar 42,071%. Faktor
kedua, yaitu Rasio Likuiditas dan NPL,
memiliki nilai % of Variance sebesar
12,284%. Dan faktor ketiga, yaitu Modal
dan Laba, memiliki nilai % of Variance
sebesar 8,954 %.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan
di atas, bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa
faktor pertama, yaitu Rasio Kewajiban,
Rentabilitas dan Solvabilitas, adalah faktor
yang paling dominan sehingga bagi BPR
Armindo Kencana Malang dirasa perlu
mendapatkan perhatian lebih sebelum
penawaran kredit dilakukan. Hal ini
dikarenakan faktor Rasio Kewajiban,
Rentabilitas dan Solvabilitas memiliki
persentase nilai % of Variance yang paling
besar, yaitu 42,071%. Sedangkan dua faktor
yang lain nilai % of Variance -nya kurang
dominan terhadap penawaran kredit BPR
Armindo Kencana. Karena masing-masing
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 17
faktor hanya memiliki persentase nilai % of
Variance sebesar 12,284% dan 8,954 %.
Melihat penamaan terhadap faktor-
faktor baru di atas, akan sangat sulit untuk
mengkaitkan angka-angka tersebut dengan
teori-teori tertentu. Karena faktor-faktor
tersebut tidak bisa dijelaskan memiliki
pengaruh negatif atau positif terhadap
penawaran kredit. Dalam penelitian ini,
analisis faktor hanya bisa melihat faktor-
faktor apa saja yang perlu diperhatikan
dalam penawaran kredit BPR Armindo
Kencana. Akan tetapi, jika melihat
persentase nilai Initial Eigenvalues faktor
pertama, kedua dan ketiga terhadap
penawaran kredit, sepertinya angka-angka
tersebut sedikit bisa dijelaskan secara
matematika.
Faktor pertama, yaitu Rasio
Kewajiban, Rentabilitas dan Solvabilitas,
memiliki angka persentase yang paling
besar karena merupakan gabungan dari 6
variabel, yaitu Return on Assets (ROA),
Rasio Kewajiban Bersih Call Money, Rasio
Biaya (Beban) Operasional, Net Profit
Margin (NPM), Debt to Equity Ratio, dan
Long Term Debt to Asset Ratio. Jumlah
variabel terbanyak dalam suatu faktor.
Sehingga cukup masuk akal jika persentase
nilai Initial Eigenvalues faktor pertama,
yaitu Rasio Kewajiban, Rentabilitas dan
Solvabilitas, merupakan yang terbesar
dibanding faktor-faktor yang lain.
Hal serupa juga terlihat dalam faktor
kedua, yaitu Rasio Likuiditas dan NPL.
Faktor kedua bisa memiliki angka
persentase nilai Initial Eigenvalues terbesar
nomer dua karena merupakan gabungan dari
5 variabel, yaitu Non Performing Loans
(NPL), Cash Ratio, Reserve Requirement,
Loan to Deposite Ratio (LDR), dan Loan to
Asset Ratio. Jumlah variabel dalam faktor
kedua ini adalah yang terbanyak nomer dua
dibanding faktor-faktor yang lain.
Karenanya, banyaknya variabel tersebut bisa
jadi penyebab faktor ini menempati posisi
kedua untuk faktor yang perlu diperhatikan
sebelum melakukan penawaran kredit.
Terakhir faktor ketiga, yaitu Modal
dan Laba, yang terdiri dari dua variabel.
Dua variabel yang dimaksud adalah Capital
Adequency Ratio (CAR) dan Return on
Equity (ROE). Jumlah variabel dalam faktor
ini merupakan yang paling sedikit diantara
faktor-faktor yang lain. Sehingga sepertinya
sangat masuk akal kalau hal ini
menyebabkan faktor ketiga memiliki angka
persentase nilai % of Variance yang paling
kecil terhadap penawaran kredit.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
faktor-faktor yang perlu diperhatikan
sebelum dilakukan penawaran kredit oleh
BPR Armindo Kencana Malang dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada 3 faktor yang akan diperhatikan ketika BPR Armindo Kencana
menyalurkan kredit kepada debitor.
Faktor pertama Rasio Kewajiban,
Rentabilitas dan Solvabilitas, yang terdiri
atas Return on Assets (ROA), Rasio
Kewajiban Bersih Call Money, Rasio
Biaya (Beban) Operasional, Net Profit
Margin (NPM), Debt to Equity Ratio,
dan Long Term Debt to Asset Ratio.
Faktor kedua Rasio Likuiditas dan NPL,
yang terdiri atas Non Performing Loans
(NPL), Cash Ratio, Reserve
Requirement, Loan to Deposite Ratio
(LDR), dan Loan to Asset Ratio. Serta
faktor ketiga Modal dan Laba, yang
terdiri atas Capital Adequency Ratio
(CAR) dan Return on Equity (ROE).
2. Faktor pertama yaitu Rasio Kewajiban,
Rentabilitas dan Solvabilitas merupakan
faktor yang paling dominan terhadap
penawaran kredit BPR Armindo Kencana
Malang. Karena faktor ini memiliki % of
Variance sebesar 42,071%. Itu artinya
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 18
faktor ini merupakan faktor yang paling
mendapatkan perhatian ketika BPR
Armindo Kencana menyalurkan kredit.
Faktor kedua yaitu Likuiditas dan NPL
merupakan faktor yang paling dominan
nomor kedua terhadap penawaran kredit
BPR Armindo Kencana Malang. Karena
faktor ini memiliki % of Variance
sebesar 12,284%. Faktor ketiga yaitu
Modal dan Laba merupakan faktor yang
paling dominan nomor ketiga terhadap
penawaran kredit BPR Armindo Kencana
Malang. Karena faktor ini memiliki % of
Variance sebesar 8,954%.
Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi BPR Armindo Kencana Malang Bagi BPR Armindo Kencana Malang
sendiri faktor Rasio Kewajiban,
Rentabilitas dan Solvabilitas; faktor
Likuiditas dan NPL; serta faktor Modal
dan Laba. Hal ini diharapkan dapat
memberikan informasi, masukan dan
sumbangan pemikiran sebagai bahan
pertimbangan kembali bagi pimpinan
dan direksi terutama dalam strategi
penawaran kredit agar BPR Armindo
Kencana Malang menjadi lebih baik
dimasa yang akan datang.
2. Bagi Peneliti Lain Mengingat masih banyak faktor yang
berpengaruh terhadap penawaran yang
belum banyak diteliti, maka hal itu
dapat dijadikan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya agar lebih
diketahui lagi tentang faktor-faktor
penting yang berpengaruh terhadap
penawaran kredit. Penelitian ini
cenderung berfokus pada faktor
internal, mungkin penelitian selanjutnya
bisa difokuskan pada faktor eksternal
bank.
3. Bagi Pelaku Usaha
Dari hasil penelitian ini diharapkan
pelaku usaha atau investor memiliki
pandangan mengenai baik atau tidaknya
persepsi BPR Armindo Kencana dalam
menyalurkan kredit kepada masyarakat.
Setidaknya mereka memiliki sudut
pandang mengenai BPR Armindo
Kencana Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen
Perbankan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Riduwan dan Engkos Achmad Kucoro.
2008. Cara Menggunakan dan
Memakai Analsis Jalur (Path
Analysis). Bandung: Alfabeta.
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS
Statistik Multivariat. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Santoso, Singgih & Tjiptono, Fandy. 2001.
Riset Pemasaran: Konsep dan
Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Sari, Ariyanti Devita. 2010. Implementasi
Analisis Faktor Dengan Metode
Komponen Utama Dalam
Menentukan Faktor Yang
Berpengaruh Pada Kepuasan
Nasabah BRI Martadinata Malang.
Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Suseno dan Piter Abdullah. 2003. Sistem
dan Kebijakan Perbankan di
Indonesia. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan BI.
Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi
Kebijakan Moneter di Indonesia.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan BI.
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 19
Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan. 2009.
SPSS Complete Teknik Analisis
Statistik Terlengkap dengan
Software SPSS. Jakarta: Salemba
Infotek.
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 20
EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR
DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN
PAMEKASAN
Oleh:
Dedy Setiyono
Fakultas Ekonomi Universitas Madura
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Retribusi pasar daerah adalah suatu pungutan yang dikenakan kepada pedagang oleh
pihak pemerintah daerah sebagai pembayaran atas pelayanan penggunaan fasilitas
pasar yang dikuasai atau dikelola pemerintah daerah (Peraturan Pemerintah Daerah
Nomor 5 Tahun 2000).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dan dipungut oleh
pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Bedasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kontribusi retribusi pasar
pada pendapatan asli daerah kabupaten pamekasan dari tahun ke tahun terus
menurun. Pada tahun 2009 kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli
daerah sebesar 3,3%. Pada tahun 2010 besarnya kontribusi retribusi pasar terhadap
pendapatan asli daerah menurun menjadi 2,8%. Tahun 2011 kontribusi retribusi
pasar kembali menurun menjadi 2,1%. Penurunan kontribusi terus terjadi sampai
tahun 2012 yaitu sebesar 1,8%.
Kata kunci : retribusi pasar, pendapatan asli daerah
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia tengah
memasuki paradigma baru
penyelenggaraan pemerintahan
berdasarkan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan
daerah, dimana jiwa dan semangat
memberikan keleluasaan kepada
pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan sendiri
atas prakarsa, kreatifitas dan peran aktif
masyarakat dalam mengembangkan dan
memajukan daerahnya.
Memberikan otonomi daerah
sebagaimana dimaksud oleh Undang-
undang Nomor 22 tahun 1999 adalah
pelimpahan wewenang kepada daerah
melalui azas desentralisasi dengan
makna otonomi yang nyata seluas-
luasnya dengan bertanggung jawab
meliputi prakarsa, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan pengendalian
dan evaluasi maupun segi pembiayaan
dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan.
Dikaitkan dengan otonomi
daerah maka pendapatan asli daerah
merupakan sumber pendapatan yang
paling penting untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah. PAD bahkan
dapat memberi warna terhadap otonomi
suatu daerah yang artinya bahwa
penggunaan dana yang bersumber dari
PAD dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan sehingga secara prinsip
pemerintah pusat atau pemerintah
diatasnya tidak dapat mengatur atau
menentukan penggunaan sumber
pendapatan daerah tersebut.
Daerah harus memiliki
kewenangan dan kemampuan menggali
dan mengelola potensi daerah, sebagai
sumber keuangan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan
mailto:[email protected]
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 21
daerah adalah meningkatkan pendapatan
asli daerah (PAD) dapat diperlukan
sebagai salah satu indikator atau kriteria
untuk mengurangi ketergantungan suatu
daerah kepada pemerintah pusat.
Faktor keuangan daerah menjadi
sangat penting dan strategis mengingat
hampir tidak ada kegiatan pemerintahan
yang tidak membutuhkan pembiayaan
sehingga semakin besar jumlah uang
atau biaya yang tersedia maka semakin
besar pula kemungkinan kegiatan yang
dilakukan. Demikian pula dengan
pengelolaannya semakin baik
pengelolaan potensi daerah maka
semakin berdaya guna dan berhasil
pemakaian uang tersebut.
Sebagaimana disebutkan dalam
undang-undang No 25 Tahun 1999
pasal 3 point 1 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dinyatakan bahwa
sumber pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber di wilayah sendiri yang
di pungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil
kekayaan daerah yang dipisahkan.
Selanjutnya dijelaskan dalam Undang-
undang No. 28 Tahun 2009 pasal 1 point
64 dijelaskan bahwa retribusi daerah
yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Secara umum keunggulan
retribusi terletak pada proses
pemungutan dimana proses pungutan
berdasarkan ada atau tidaknya jasa yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
Salah satu jasa berkaitan dengan
pemakaian kekayaan daerah adalah
retribusi pasar, dimana retribusi pasar
merupakan jenis retribusi jasa umum
yang disediakan pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan
pemanfaatan umum serta dapat
dinikmati secara langsung oleh
masyarakat dengan penyediaaan fasilitas
pasar sederhana yang khusus disediakan
bagi para pedagang.
Begitu juga pasar yang berada di
lingkungan kabupaten pamekasan
merupakan pasar daerah dimana proses
pemungutan didasarkan pada Peraturan
Daerah Kabupaten Pamekasan Nomor 5
Tahun 2000 tentang retribusi pasar.
Dalam pelaksanaannya penarikan
retribusi tersebut bukan bersifat pajak
yang merupakan kewenangan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
dan memberi manfaat khusus terhadap
penyediaan jasa oleh pedagang dalam
membayar retribusi dan tidak
bertentangan dengan kebijakan nasional.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pasar
Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1999 yang dimaksud pasar adalah
lembaga ekonomi dimana para pembeli
dan penjual baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat melakukan
transaksi perdagangan barang dan jasa.
Dalam analisis ekonomi pasar
dimana para penjual dan pembeli
melakukan interaksi dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu pasar barang dan
barang faktur. Pasar barang adalah
dimana para pembeli dan penjual dari
suatu barang dan jasa melakukan
interaksi untuk menentukan jumlah serta
harga barang dan jasa yang hendak
diperjualbelikan. Sedangkan pasar faktor
adalah dimana para pengusaha (pembeli
faktor-faktor produksi) mengadakan
interaksi dengan pemilik-pemilik faktor
produksi untuk menentukan harga
(pendapatan) dan jumlah faktor-faktor
produksi yang nantinya digunakan untuk
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 22
menghasilkan barang dan jasa yang
diminta masyarakat.
Dengan kata lain pasar sebagai
penghubung antara penjual dan pembeli
atau produsen dan konsumen dimana
berada di area wilayah tertentu atau
tempat yang dapat sekelompok orang-
orang yang melakukan transaksi jual
beli. Pasar dapat pula didefinisikan
sebagai kegiatan penjual dan pembeli
yang melayani transaksi jual beli.
Jenis Pasar
Pasar dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar modern banyak berkembang
diperkotaan yang ditandai dengan sifat
yang impersonal dan harga barang-
barang yang dijual ditentukan dengan
sistem bandrol. Harga tidak ditentukan
atas dasar tawar menawar antara penjual
dan pembeli, tetapi harga ditetapkan
secara pasti oleh penjualnya (Narwoko,
2004).
Pasar tradisional merupakan
tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi
penjual pembeli secara langsung,
bangunan biasanya terdiri dari kios-kios
atau gerai los dan dasaran terbuka yang
dibukanya oleh penjual maupun suatu
pengelola pasar (Hadi Parmono,2006).
Menurut Peraturan Daerah
Kabupaten Pamekasan Nomor 5 Tahun
2000 yaitu :
a. Pasar Daerah, suatu tempat dengan batas-batas tertentu yang disediakan
untuk melakukan usaha kegiatan
perdagangan yang terdiri dari
halaman dan bangunan yang dikuasai
dan dikelola oleh pemerintah daerah.
b. Pasar Tetap adalah pasar yang menempati tempat atau areal tertentu
yang dikuasai atau dimiliki dan
dioperasionalkan oleh pemerintah
daerah serta beroperasi secara
kontinyu atau berkelanjutan setiap
hari dengan bangunan permanen
yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang pasar.
c. Toko/Kios Pasar adalah bangunan tetap dikomplek pasar yang dibangun
oleh pemerintah dan swadaya
masyarakat dalam bentuk petak yang
dikelilingi dengan pembatas dan pintu
untuk tempat pedagang melakukan
kegiatan.
d. Los pasar tertutup adalah bagunan tetap didalam pasar yang beratap dan
tertutup yang dibangun oleh
pemerintah daerah untuk tempat
pedagang melakukan kegiatan.
e. Los pasar terbuka adalah banguan tetap didalam pasar yang beratap dan
tidak berdinding yang dibangun oleh
pemerintah daerah untuk tempat
pedagang melakukan kegiatan.
f. Halaman Pasar adalah tanah-tanah atau halaman di lingkungan pasar.
Retribusi Pasar
Menurut Munawir (2000 : 5)
bahwa retribusi adalah iuran kepada
pemerintah yang dapat dipaksakan dan
dapat jasa balik secara langsung dapat
ditunjuk. Paksaan ini bersifat ekonomis,
karena siapa saja dapat merasakan jasa
balik dari pemerintah maka dapat
dikenakan iauran tersebut. Retribusi
yang dipungut oleh pemerintah daerah
berdasarkan Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan
retribusi daerah pasal 109 adalah objek
retribusi jasa umum adalah pelayanan
yang disediakan pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh pribadi atau badan.
Secara umum retribusi pasar
adalah suatu pungutan yang dikenakan
kepada pedagang oleh pemerintah
daerah atas penggunaan fasilitas yang
disediakan kepala daerah atas
pembayaran pemakaian tempat-tempat
perdagangan yang berada di areal pasar
daerah atau tempat-tempat lain yang
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 23
ditunjuk kepala daerah sebagai pasar
sementara dengan menikmati fasilitas
pasar.
Peraturan Daerah kabupaten
Pamekasan Nomor 5 Tahun 2000
menjelaskan bahwa dipungut sebagai
pembayaran atas pelayanan penggunaan
fasilitas pasar yang dikuasai atau
dikelola oleh pemerintah daerah.
Selanjutnya dipaparkan bahwa objek
retribusi adalah pasar-pasar yang
dikelola atau dikuasai oleh pemerintah
daerah. Sedangkan subjek retribusi
adalah perorangan atau badan yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan
di pasar-pasar yang dikelola dan dikuasai
oleh pemerintah daerah.
Pemungutan Retribusi
a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif
Untuk retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan
daerahdengan
mempertimbangkan biaya
penyediaan jasa terkait,
kemampuan masyarakat, dan
aspek keadilan.
Untuk retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada
tujuan memperoleh keuntungan
yang layak.
Untuk retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada
tujuan untuk menutup sebagian
atau seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin
tersebut.
b. Peraturan daerah tentang retribusi Pelaksanaan retribusi daerah diatur
berdasarkan pada ketentuan
ketentuan sebagai berikut :
Retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah.
Peraturan daerah tentang retribusi tidak dapat berlaku surut.
Peraturan daerah tentang retribusi sekurang-kurangnya mengatur
ketentuan mengenai nama, objek
dan subjek retribusi, golongan
retribusi, cara mengukur tingkat
penggunaan jasa yang
bersangkutan, prinsip yang dianut
dalam penetapan struktur dan
besarnya tarif retribusi, wilayah
pemungutan, sanksi administrasi,
tata cara penagihan dan tanggal
mulai berlakunya.
Peraturan daerah tentang retribusi mencakup ketentuan mengenai
masa retribusi, pemberian
keringanan, pengurangan dan
pembebasan dalam hal-hal
tertentu atas pokok retribusi dan
atau sanksinya dan tata cara
penghapusan piutang retribusi
yang kadaluwarsa.
Peraturan daerah untuk jenis-jenis retribusi tertentu harus
telebih dahulu disosialisasikan
kepada masyarakat sebelum
ditetapkan.
Dalam rangka pengawasan, peraturan daerah yang dibuat
disampaikan kepada pemerintah
paling lama lima belas hari
setelah ditetapkan.
Dalam hal peraturan daerah yang dibuat bertentangan dengan
kepentingan umum dan atau
peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, pemerintah
dapat membatalkan peraturan
daerah tersebut.
Pembatalan peraturan daerah dilakukan paling lama satu bulan
sejak diterimanya peraturan
daerah dimaksud.
c. Besarnya tarif retribusi pasar menurut peraturan daerah sebagai
berikut:
1. Pemakaian Toko, kios pasar, los pasar
tertutup setiap hari adalah
a. Pasar kelas I sebesar Rp 250 tiap
m2
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 24
b. Pasar kelas II sebesar Rp 150 tiap
m2
c. Pasar kelas III sebesar Rp 100 tiap
m2
2. Pemakaian los terbuka untuk setiap
hari adalah
a. Pasar kelas I sebesar Rp 150 tiap
m2
b.Pasar kelas II sebesar Rp 100 tiap
m2
c. Pasar kelas III sebesar Rp 50 tiap
m2
3. Pemakaian tanah halaman pelataran
bangunan untuk pasar kelas I, II, III
sebesar Rp 50 tiap m2
4. Penjualan hewan besar untuk kelas I,
II, III sebesar Rp 5000 tiap ekor
5. Penjualan hewan kecil untuk pasar
kelas I, II, III sebesar Rp 2000 tiap
ekor
6. Penjualan binatang bersayap jenis
besar untuk pasar kelas I, II, III
sebesar Rp 200 tiap ekor
7. Penjualan binatang bersayap jenis
kecil untuk pasar kelas I, II, III
sebesar Rp 100 tiap ekor
8. Penjualan sepeda motor didalam pasar
setiap hari sebesar Rp 200 tiap sepeda
motor
9. Penjualan sepeda di dalam pasar
setiap hari sebesar Rp 100 tiap
sepeda
10. Bagi pengusaha yang menempati
toko dalam pasar dikenakan
tambahan biaya sesuai dengan
kontrak yang telah ditetapkan setiap
tahun
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
adalah penerimaan dari sektor pajak
daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah (Mardiasmo, 2002;
132). Menurut Halim (2004;67)
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) adalah semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah, sedangkan menurut
Halim dan Nasir (2004; 67) Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan
yang diperoleh dan dipungut oleh
pemerintah daerah berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan
pengertian Pendapatan Asli Daerah
(PAD) menurut Undang- Undang
Nomor 33 Tahun 2004 adalah
Pendapatan yang diperoleh Daerah
yang dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah
Sebagaimana disebutkan dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Pasal 157 tentang pemerintah daerah
dinyatakan bahwa sumber pendapatan
asli daerah terdiri dari:
a. Hasil pajak daerah Pajak daerah mempunyai pengertian
dimana suatu wilayah yang
diserahkan kepada pemerintah daerah
untuk dipungut pajak berdasarkan
peraturan undang-undang, dimana
hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran daerah.
b. Hasil retribusi daerah Retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas
pemakaian jasa atau karena
mendapatkan jasa pekerjaan, usaha
atau milik daerah untuk kepentingan
umum, atau karena jasa yang
diberikan oleh hak langsung atau
tidak langsung.
c. Hasil perusahaan milik daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan.
Perusahaan milik daerah adalah suatu
usaha yang dibentuk oleh daerah
untuk perkembangan perekonomian
daerah dan untuk menambah
pemasukan ke daerah.
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 25
d. Dan lain-lain Pendapatan asli Daerah yang sah
Sumber pendapatan ini tidak
tergolong pada sumber pendapatan asli
daerah.
Efektifitas
Menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomer 13 Tahun 2006
tentang pengelolaan Keuangan Daerah
Bagian ketiga pasal 4 ayat (4) yang
menyebutkan bahwa efektifitas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pencapaian hasil program
dengan target yang telah ditetapkan yaitu
dengan membandingkan keluaran
dengan hasilnya. Menurut Anthony, dkk
(1992:14) pengertian efektifitas adalah
kemampuan suatu organisasi atau
perusahaan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Efektifitas digunakan untuk
mengetahui seberapa besar prosentase
perbandingan antara target dan realisasi
setiap tahunnya, apakah ada peningkatan
atau penurunan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Suatu kegiatan dapat dikatakan
efektif apabila realisasi lebih besar
daripada targetnya. Sebaliknya apabila
realisasi lebih kecil dari targetnya maka
kegiatan tersebut tidak efektif. Kriteria
yang digunakan sebagai bahan penilaian
terhadap efektifitas kegiatan adalah hasil
yang dicapai, yaitu pencapaian tujuan
organisasi atau perusahaan.
Kontribusi
Analisis kontribusi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi
penerimaan retribusi terhadap
pendapatan asli daerah setiap tahunnya
dalam prosentase, dapat dilihat dari
realisasi penerimaan retribusi
dibandingkan dengan jumlah pendapatan
asli daerah pada tahun anggaran yang
sama (Bastian, 2001:262) dengan rumus
sebagai berikut \:
Analisis kontribusi ini dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi yang dapat
disumbangkan dari penerimaan retribusi
pasar terhadap pendapatan asli daerah
Kabupaten Pamekasan.
METODOLOGI PENELITIAN
Peneliti menggunakan metode
deskriptif kuantitatif, data yang ada
diolah dan kemudian dianalisis. Data
yang digunakan adalah data dokumenter
yaitu data yang telah dikumpulkan oleh
suatu lembaga atau organisasi.
Sedangkan sumber data yang
dipergunakan adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan berupa arsip
atau dokumen yang berada pada kantor
DPPKA Kabupaten Pamekasan yang
meliputi:
a. Laporan target dan realisasi penerimaan retribusi pasar daerah se-
Kabupaten Pamekasan mulai tahun
2009 sampai dengan 2012.
b. Target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pamekasan mulai
tahun 2009 sampai dengan 2012.
Teknik pengumpulan data yaitu :
Dokumentasi sedangkan teknik analisa
data yang dipergunakan adalah analisa
deskriptif kuantitatif.
PEMBAHASAN
Penyajian Data
Data-data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 26
Tabel 1.1
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pamekasan
Tahun 2009-2012
(dalam Rupiah)
Tahun Anggaran Anggaran Realisasi
2009 39.454.414.587,99 40.220.358.249,32
2010 43.586.039.854,45 49.313.077.417,73
2011 55.760.074.535,00 70.998.986.905,56
2012 65.958.919.674,54 83.390.621.222,46
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten
Pamekasan
Pendapatan
Asli Daerah pada tahun 2009 dengan
anggaran sebesar Rp. 39.454.414.587,99
dan realisasi sebesar Rp.
40.220.358.249,32. Sedangkan pada
tahun 2010, dengan anggaran sebesar
Rp. 43.586.039.854,45 realisasi
meningkat sebesar Rp.
49.313.077.417,73. Pendapatan asli
daerah pada tahun 2011 ada kenaikan
anggaran sebesar Rp. 55.760.074.535,00,
dan realisasi meningkat sebesar Rp.
70.998.986.905,56. Sedangkan pada
tahun 2012 anggaran meningkat lagi
menjadi Rp. 65.958.919.674,54, dan
realisasinya sebesar Rp.
83.390.621.222,46.
Tabel 1.2
Rekapitulasi Penerimaan Retribusi Pasar
Tahun 2009-2012
(dalam Rupiah)
Tahun Anggaran Target Realisasi
2009 1.200.000.000,00 1.328.192.700,00
2010 1.300.000.000,00 1.397.967.900,00
2011 1.300.000.000,00 1.457.162.100,00
2012 1.300.000.000,00 1.513.433.900,00 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Pamekasan
Tabel 1.3
Penerimaan Retribusi Pasar Daerah Se-Kabupaten Pamekasan
Tahun Anggaran 2009
(dalam Rupiah)
Nama Pasar Target Realisasi Prosentase
17 Agustus 312.593.000,00 349.985.000,00
Keppo 240.700.000,00 263.375.500,00
Waru 117.849.500,00 136.415.000,00
Pakong 112.300.000,00 129.899.000,00
Batu Bintang 80.404.800,00 91.252.900,00
Palengaan 60.464.300,00 69.382.000,00
Proppo 37.500.000,00 20.838.000,00
Kolpajung 129.501.600,00 145.319.500,00
Gurem 51.805.600,00 58.905.400,00
Blumbungan 32.500.000,00 35.686.900,00
Duko 13.500.000,00 15.593.500,00
Galis 8.693.200,00 9.177.200,00
-
Makro, Jurnal Manjemen & Kewirausahaan, Volume 1 N0. 15 27
Nama Pasar Target Realisasi Prosentase
Duwak Tenggi 2.188.000,00 2.362.800,00
Jumlah 1.200.000.000,00 1.328.192.700,00 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Pamekasan
Tabel 1.4
Penerimaan Retribusi Pasar Daerah Se-Kabupaten Pamekasan
Tahun Anggaran 2010
(dalam Rupiah)
Nama Pasar Target Realisasi
17 Agustus 340.200.000,00 357.311.000,00
Keppo 250.200.000,00 268.605.500,00
Waru 130.800.000,00 138.562.000,00
Pakong 125.400.000,00 132.063