FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI...
Transcript of FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI...
1
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI
PENERAPAN MEDIA ARBEITSBLÄTTER (LEMBAR KERJA) DAN EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBELAJARAN
AUSDRUCKSFÄHIGKEIT
DI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
Oleh:
Drs. Subur, M.Pd
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2011
______________________________________________Penelitian ii dibiayai dengan dana DIK-S Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011,
SK Dekan Nomor: 31/Kontrak-Penelitian/h.34.12/PP/IV/2011
2
PENERAPAN MEDIA ARBEITSBLÄTTER (LEMBAR KERJA) DAN EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBELAJARAN AUSDRUCKSFÄHIGKEIT
DI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
Oleh:
Subur
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan media Arbeitsblätter (Lembar Kerja) mampu meningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran Ausdrucksfähigkeit di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa/-siswis semester VIII Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY yang mengambil matakuliah Ausdrucksfähigkeit. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, tes, wawancara, dan angket. Validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi, sedangkan validitas penelitian mengacu pada validitas proses dan hasil. Teknik analisis data dengan teknik deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil penelitian bahwa penggunaan media Arbeitsblätter (Lembar Kerja) dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY, di samping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, yang indikasinya adanya perubahan sikap yang positif dari para mahasiswa, mereka lebih perhatian, lebih antusias, lebih termotivasi, mampu berperanserta secara aktif dalam proses pembelajaran, mampu bekerjasama dalam kelompok, lebih berani dalam mengajukan pertanyaan, menanggapi ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan, juga hasil pembelajaran mereka menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Pada kondisi awal nilai rata-rata mereka hanya C, sedangkan setelah diberikan tindakan berupa pembelajaran dengan media Arbeitsblätter nilai yang mereka peroleh rata-rata naik menjadi B. Mengingat adanya keterbatasan waktu, penelitian ini hanya dapat dilakukan dalam satu siklus. Namun demikian, hasil temuan dalam penelitian tersebut di atas dapat dijadikan starting point untuk meningkatkan pembelajaran Ausadrucksfähigkeit dan mata kuliah yang sejenisnya.
Kata kunci : PTK, Media Arbeitsblätter (Lembar Kerja), Ausdrucksfähigkeit
3
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : PENERAPAN MEDIA ARBEITSBLÄTTER (LEMBAR KERJA)
DAN EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBELAJARAN
AUSDRUCKSFÄHIGKEIT DI JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA JERMAN
2. Ketua Peneliti :
a. Nama lengkap : Drs. Subur, M.Pd
b. NIP : 19480303 197202 1001
c. Pangkat/ Gol : Pembina Utama Muda/ IVc
d. Jabatan : Lektor Kepala
e. Fakultas : Fakultas Bahasa dan Seni
f. Bidang Keahlian : 1. Pengajaran Bahasa
2. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
g. Alamat kantor : Karangmalang Yogyakarta Telp. 581668 psw. 255; 236
3. Personalia : 1 orang
4. Lama peneltian : 6 bulan
5. Biaya penelitian : 5.000.000 ( Lima juta rupiah )
Yogyakarta, 30 Nopember 2011
Mengetahui, Peneliti,
BPP FBS UNY
ttd ttd
(Prof.Dr.Suharti) Drs. Subur, M.Pd.
NIP.19510615 197803 2001 NIP.19480303 197202 1001
MENGETAHUI
Dekan FBS UNY
ttd
(Prof. Dr. Zamzani)
NIP 19550505 198011 1001
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penuis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia, eahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian
tindakan kelas ini dengan judul ”Penerapan Media Arbeitsblätter (Lembar Kerja) dan
Efektivitasnya dalam Pembeljaran Ausdrucksfähigkeit di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini dapat terselesaikan atas
bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan FBS UNY yang telah memberikan kesempatan dan alokasi dana sehingga
penelitian ini dapat terlaksana.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY yang telah memberikan izin dan
mendorong dilaksanakan penelitian tindakan ini yang bermuara pada peningkatan
kualitas perkuliahan.
3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukan-masukan yang berupa
sumbang saran, pemikiran dalam pelaksanaan penelitian, mulai dari seminar
proposal sampai seminar hasil penelitian.
4. Para mahasiswa semester VIII yang menempuh matakuliah Ausdrucksfähigkeit yang
telah berperan serta dalam pelaksanaan penelitian, khususnya sebagai subyek
penelitian.
Semoga semua jasa baik mereka mendapat balasan dan dinilai sebagai ibadah dari
Allah SWT, Amin.
Yogyakarta, November 2011
Penulis
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………………………………………… ii
ABSTRAK ………………………………………………………..……………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………….…………………………………… 6
C. Batasan Masalah………………………………………………………………………………………. 6
D.Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………. 7
E. Tujuan Penelitian…………………………… ……………………………………………………….. 7
F. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………………………… 7
BAB II KAJIAN TEORI …………………………………………………………………………………………….. 9
A. Deskripsi Teoritik……………………………………................................................... 9
1. Proses Pembelajaran ………………………………………………………………………….. 9
2. Hasil Belajar………………………………………………………………………………………. 11
6
3. Mata Kuliah Ausdrucksfähigkeit ………………………………………………………….12
4. Mata Kuliah Pre Requisit Ausdrucksfähigkeit……………………………………….14
5. Materi Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit…………………………………………….14
6. Model-model Pembelajaran………………………………………………………………..14
7. Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit……………………………………………………….16
8. Hakikat Media Pembelajaran ……………………………………………………………..17
9. Media Arbeitsblätter (lembar Kerja)……………………………………………………17
B. Kerangka Pikir………………………………………………………………………………………..18
C. Hipotesis Tindakan…………………………………………………………………………………19
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………………………………………..20
A. Metode Penelitian ……………………………………………………………………………..20
B. Setting Penelitian……………………………………………………………………………….20
C. Subyek dan Obyek Penelitian………………………………………………………………21
D. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………………………22
E. Langkah-langkah Penelitian…………………………………………………………………23
F. Teknik Analisis Data……………………………………………………………………………24
G. Indikator Keberhasilan………………………………………………………………………..24
H. Validitas Penelitian…………………………………………………………………………….24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………………………………….26
A. Hasil Kegiatan Pratindakan…………………………………………………………………26
B. Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan Arbeitsblätter…………………….30
C. Penyusunan Rancangan Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit………………….30
7
D. Pelaksanaan Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit…………………………………..33
E. Observasi Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit………………………………………34
F. Evaluasi dan Refleksi…………………………………………………………………………46
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………………………………….49
A. Simpulan…………………………………………………………………………………………..49
B. Implikasi Hasil Penelitian…………………………………………………………………..49
C. Saran-saran……………………………………………………………………………………….50
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………….51
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………….52
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan klasik yang senantiasa dihadapi dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran antara lain adalah
berlangsungnya suatu proses pembelajaran yang kurang efektif dan kurang
bermakna, sehingga berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal. Para
siswa ataupun mahasiswa banyak yang kurang menguasai ataupun memiliki
pemahaman konsep-konsep dasar yang seharusnya dikuasai dalam proses
pembelajarannya.
Demikian halnya yang terjadi pada pembelajaran bahasa asing,
khususnya pembelajaran bahasa Jerman, konsep-konsep tentang
Nominalisierung ( ungkapan dengan pola nomina yang dipasangkan secara
baku dengan verba ), seperti eine Ubung machen, eine Wiederholung machen ,
eine Frage stellen, eine Antwort geben, zu Ende sein, zu Besuch sein , um
Entschuldigung bitten, yang sejak semester pertama pola-pola tersebut sudah
ditemui pada bahan-bahan ajar dan tentu saja juga sudah diajarkan bagaimana
mengungkapkannya dengan pola yang lain, misalnya dengan pola- pola verba
( Verbalisierung ) sampai pada perkuliahan Ausdrucksfähigkeit yang menurut
kurikulum baru diberikan di semester VIII, konsep- konsep Nominalisierung-
Verbalisierung tersebut masih juga belum dikuasai oleh para mahasiswa
Mereka masih mengalami kesulitan apabila mereka diminta untuk membuat
Umformung (mengungkapkan dengan pola lain yang maknanya sama), misal
nya saja dari pola Nominalisierung menjadi Verbalisierung. Bentuk Umfor-
9
mung pola-pola verbal dari contoh pola nomina tersebut di atas adalah üben,
wiederholen, fragen, antworten, enden, besuchen dan sich entschuldigen.
Hal tersebut merupakan salah satu indikator bahwa proses
pembelajaran di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman juga belum berlangsung
secara efektif. Agar supaya pembelajaran menjadi lebih efektif dan tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan baik, maka harus diupayakan adanya kerja
sama yang baik antara dosen dan para mahasiswa. Mereka hendaknya
disadarkan pada peran masing-masing karena keberhasilan proses
pembelajaran sedikit banyak ditentukan oleh faktor manusia, khususnya dosen
dan mahasiswa. Apabila dosen terlalu dominan, hal itu akan berakibat pada
kurangnya keterlibatan mahasiswa sehingga proses pembelajaran menjadi
monoton, hanya satu arah dari dosen ke mahasiswa. Proses pembelajaran yang
“klasik“seperti ini biasanya dapat terkendali, tetapi bagi mahasiswa menjadi
sangat melelahkan, interaksi dosen dengan mahasiswa pun menjadi kurang.
Di era komunikasi dewasa ini, sudah sewajarnya dan bahkan menjadi
suatu keharusan apabila proses pembelajaran dikondisikan sedemikian rupa
dan diwarnai oleh bentuk-bentuk interaksi yang komunikatif. Dosen dan
mahasiswa seharusnyalah secara bersama-sama berusaha memperbaiki proses
pembelajaran yang klasik seperti telah disebutkan pada uraian terdahulu,
dengan melaksanakan hak dan kewajibannya secara proporsional sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
Keberhasilan atau kegagalan suatu proses pembelajaran pada dasarnya
dapat dilihat dari perubahan tingkah laku, baik dosen ataupun mahasiswa atau
prestasi belajar yang dicapai oleh para mahasiswa setelah mereka mengikuti
10
proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebelum mengikuti perkuliahan para
mahasiswa seharusnya paling tidak sudah membaca bahan ajar yang sudah
mereka ketahui melalui silabi, buku-buku sumber ataupun buku referensi yang
telah diberikan dosen pada awal perkuliahan, sehingga mereka dapat
mengikuti perkuliahan secara aktif. Apabila para mahasiswa selalu
memanfaatkan kesempatan untuk bertanya yang senantiasa diberikan oleh
dosen dan mereka mengajukan pertanyaan ataupun minta penjelasan, apabila
ada hal-hal yang kurang jelas, mampu memberikan tanggapan ataupun
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan evaluatif dengan baik, maka proses
pembelajaran akan dapat berlangsung secara optimal dan hasil belajarnya pun
dapat diprediksikan juga akan lebih baik.
Bagaimana peran dosen dalam mendorong, memotivasi para mahasiswa
agar mereka senantiasa melakukan persiapan sebelum mereka mengikuti per-
kuliahan? Dalam hal ini, di samping dosen melaksanakan perkuliahan sesuai
dengan silabi yang sudah diberikan di awal perkuliahan, dosen tentu saja dapat
mengkondisikannya, misalnya pada akhir setiap perkuliahan dosen dapat
memberikan tugas-tugas terstruktur agar dalam perkuliahan berikutnya para
mahasiswa dapat lebih siap dan dapat mengikuti perkuliahan dengan lebih
optimal . Dan yang lebih penting, dosen juga mau tidak mau harus
mempersiapkan perkuliahannya secara baik dan secara tertulis, dengan
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) karena selama ini tidak
sedikit dosen yang RPP nya tidak tertulis, tetapi hanya “ im Gedächtnis
gespeichert “, dengan kata lain tidak membuat persiapan mengajar atau RPP
secara tertulis.
11
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman peneliti selama
mengampu mata kuliah Ausdrucksfähigkeit , yang menurut kurikulum Jurusan
Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY diberikan pada semester VIII , dalam
mengikuti perkuliahan para mahasiswa kurang menunjukkan kegairahan,
mereka sebagian besar kurang aktif, bahkan cenderung pasif. Indikator-
indikator ini menunjukkan bahwa dosen maupun mahasiswa kemungkinan
besar belum melaksanakan hak dan kewajibannya secara proporsional. Di
samping itu, mungkin juga merupakan indikator bahwa mahasiswa kurang
serius dalam mengambil mata kuliah Ausdrucksfähigkeit. Hal ini mungkin
disebabkan oleh status mata kuliah yang hanya merupakan mata kuliah
ekuivalen yang ditempuh para mahasiswa untuk mengantisipasi kalau-kalau
mahasiswa tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ( TAS ) mereka,
sehingga mereka dapat diselamatkan, yakni dialihkan ke jalur penyelesaian
studi dengan membuat tugas akhir bukan skripsi ( TABS ), dengan catatan
apabila mereka sudah menempuh dan lulus mata kuliah-mata kuliah ekuivalen,
yang salah satunya adalah Ausdrucksfähigkeit.
Penguasaaan mahasiswa terhadap konsep-konsep yang sudah mereka
dapatkan pada semester terdahulu, seperti pola-pola nominal ( Nominali-
sierung ), pola-pola verbal ( Verbalisierung ) yang telah mereka dapatkan pada
semester pertama juga belum mantap. Apabila mereka diminta untuk
membuat Umformung, misalnya dari ungkapan nominal ke ungkapan verbal
atau sebaliknya, seperti telah disebutkan pada uraian terdahulu, mereka masih
mengalami kesulitan. Kesulitan-kesulitan lain misalnya apabila mereka
diminta mengubah Satzglied ( bagian kalimat yang memiliki fungsi tertentu,
misalnya nach Polizeimeldung, nach dem Essen, dsb ) menjadi Gliedsatz atau
12
Nebensatz ( anak kalimat ). Mereka sering kali bahkan selalu menyusun anak
kalimat dengan konjungsi nachdem. Pada hal preposisi nach dalam frasa-frasa
atau kalimat yang ditemukan dalam suatu teks tidak harus selalu diubah
(ungeformt) dengan konjungsi nachdem, tetapi dapat diungkapkan dengan
konjungsi wie, tergantung konteks atau maknanya . Banyak juga mahasiswa
yang masih mengalami kesulitan apabila mereka diminta untuk mengubah
frasa yang di dalamnya terdapat bentuk partisip, baik partisip I ( fliessendes
Wasser ) ataupun partisip II ( gebrauchten Wagen kaufen ), yang dalam frasa
tersebut berfungsi sebagai atribut, menjadi anak kalimat relatif ( Relativsatz )
atau yang juga sering disebut Attributsatz.
Selanjutnya, sampai saat ini banyak juga mahasiswa yang masih
menganggap perkuliahan Ausdrucksfähigkeit merupakan mata kuliah yang
sulit, abstrak dan menakutkan, sehingga mahasiswa kurang termotivasi untuk
mempelajarinya. Hal ini berdampak pada hasil belajar mereka yang cenderung
rendah. Image ini akan terus berlanjut, apabila dosen tidak segera
mengatasinya .
Upaya yang dapat dilakukan dosen untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran Ausdrucksfähigkeit antara lain dengan memilih dan
menggunakan metode ataupun media pembelajaran yang bervariasi, sehingga
proses pembelajaran berlangsung lebih menarik, tidak monoton, dan para
mahasiswa menjadi termotovasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan
baik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dan terinspirasi oleh pengalaman
peneliti ketika menyusun dan mengembangkan Rancangan Pelaksanaan
13
Pembelajaran (RPP ) untuk Program Profesi Guru ( PPG ), maka dalam
penelitian ini dikaji tentang penerapan Media Arbeitsblätter (Lembar-lembar
Kerja) dalam perkuliahan Ausdrucksfähigkeit serta efektivitas media tersebut,
apakah mampu meningkatkan proses dan hasil belajar para mahasiswa.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran
Ausdrucksfähigkeit sebagai berikut :
1. Media pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan cenderung
konvensional.
2. Mahasiswa pasif karena dosen sangat mendominasi proses pembelajaran.
3. Metode pembelajaran kurang bervariasi.
4. Materi pembelajaran yang dirasa sulit bagi kebanyakan mahasiswa.
5. Motivasi belajar mahasiswa rendah karena mata kuliah Ausdrucksfähigkeit
hanya merupakan mata kuliah ekuivalen/pilihan.
6. Media lembar kerja ( Arbeitsblätter ) belum digunakan dalam perkuliahan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan yang telah
diuraikan di atas, maka perlu adanya batasan permasalahan dalam penelitian
ini sehingga pembahasannya lebih terarah. Adapun permasalahan dalam
penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil
pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan menggunakan media Arbeitsblätter
(Lembar-lembar Kerja).
14
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah , identifikasi dan batasan
masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
“Apakah penggunaan media Arbeitsblätter (Lembar-lembar Kerja) efektif
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Ausdrucks-
fähigkeit mahasiswa semester VIII di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, apakah
penggunaan media Arbeitsblätter (Lembar-lembar Kerja) dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran, mampu mengubah sikap yang kurang positif
menjadi positif, menumbuhkan motivasi belajar mahasiswa, meningkatkan
interaksi pembelajaran dan pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar
Ausdrucksfähigkeit mahasiswa semester VIII di Jurusan Pendidikan Bahasa
Jerman FBS-UNY.
F. Manfaaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoristis kajian penelitian ini dapat melengkapi kajian mengenai
upaya peningkatan kualitas dan hasil pembelajaran, khususnya pembelajaran
Ausdrucksähigkeit dengan menggunakan media Arbeitsblätter (Lembar-
lembar Kerja) serta membuka kemungkinan untuk diteliti lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dosen
15
Bagi dosen bahasa Jerman pada umumnya dan dosen pengampu mata
kuliah kebahasaan Jerman pada khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan
masukan dan diharapkan dapat memicu para dosen untuk mengubah sikapnya
kearah yang positif dalam mengelola proses pembelajaran di masa yang akan
datang.
b. Bagi Jurusan
Dengan mengetahui hasil penelitian ini, Jurusan mempunyai sikap
proaktif terhadap usaha dosen untuk aktif meningkatkan profesionalitasnya,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan proses pembelajaran dan prestasi
belajar mahasiswa.
c. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menyadari perannya dan mampu mengubah sikapnya
yang kurang positif kearah yang lebih positif dalam mengikuti proses
pembelajaran, sehingga situasi pembelajaran menjadi lebih hidup, keterlibatan
mahasiswa menjadi optimal dan mereka termotivasi untuk meningkatkan
prestasi belajar mereka.
16
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Proses Pembelajaran
Kata proses pembelajaran yang dewasa ini banyak digunakan tidak lain
merupakan istilah lain dari proses pengajaran ataupun proses belajar-mengajar
yang oleh sementara orang dianggap tidak cocok lagi dengan situasi dewasa
ini. Kegiatan pengajaran berkonotasi proses belajar-mengajar yang satu arah
dari guru/dosen ke siswa/mahasiswa, di mana guru/dosen sangat dominan
perannya. Dewasa ini paradigma belajar-mengajar sudah berubah, yaitu
guru/dosen berperan sebagai fasilitator, yang memberi fasilitasi kepada anak
didik, siswa/mahasiswa agar mereka dapat belajar.
Pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru/dosen dan
siswa/mahasiswa dengan menggunakan metode, media dan waktu tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, guru/dosen dan siswa/mahasiswa
merupakan komponen penentu dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu
guru/dosen dan siswa/mahasiswa harus mampu bekerja sama menjalankan
peran masing-masing agar proses pembelajaran dapat optimal dan mencapai
hasil yang optimal pula.
Menurut Dimyati (2002:159) pembelajaran berarti meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan ketrampilan siswa. Kemampuan-kemampuan
tersebut berkembang bersama dengan perolehan pengalaman-pengalaman
belajar. Pembelajaran dapat dilakukan secara individu dan klasikal.
17
Pembelajaran secara individu yaitu kegiatan pembelajaran yang menitik
beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu.
Guru memberikan kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar
berdasarkan kemampuan sendiri dan pengembangan kemampuan tiap individu
secara optimal. Peran guru berupa perencanaan kegiatan belajar,
pengorganisasian kegiatan belajar, menciptakan pendekatan terbuka antara
guru dan siswa, serta memberi fasilitas yang mempermudah siswa dalam
belajar. Sedangkan pembelajaran secara klasikal, tekanan utamanya adalah
seluruh anggota kelas.
Ciri-ciri pembelajaran klasikal menururut Vembriarto (1985: 8) adalah
sebagai berikut:
a. Seorang atau beberapa orang guru menghadapi kelas yang terdiri atas
sejumlah siswa.
b. Siswa-siswa itu sebaya dalam usianya.
c. Pada waktu yang sama guru memberikan pelajaran yang sama kepada
siswa-siswa tersebut, dan mereka mengerjakan tugas-tugas secara
bersama-sama pula.
d. Pada awal tahun pelajaran, kelas itu memulai program pengajaran secara
bersama-sama dan pada akhir tahun pelajaran sebagian besar diantara
mereka naik kelas secara bersama-sama pula, kecuali beberapa siswa yang
dianggap ”gagal” harus mengulang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika pembelajaran dilaksanakan
oleh guru/dosen dengan baik maka diharapkan hasil belajar siswa/mahaisiswa
akan meningkat.
18
2. Hasil Belajar
Menurut Mardapi dan Toto Kuwato (1999: 12) hasil belajar adalah
kemampuan peserta didik yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang
membutuhkan waktu panjang. Kemampuan seseorang dikategorikan menjadi
tiga ranah atau aspek yaitu kogmitif, afektif dan psikomotor. Dalam
pendidikan ketiga ranah tersebut harus dapat dikembangkan secara seimbang
(Mardapi, 2004:2). Menurut Lambas (2004: 8) seorang siswa mempunyai
motivasi untuk belajar karena adanya kebutuhan untuk mencapai hasil belajar
yang optimal. Motivasi untuk memperoleh hasil belajar yang optimal
merupakan fungsi dari harapan untuk melakukan tugas dengan hasil baik atau
memuaskan, persepsi tentang tugas tersebut, kebutuhan untuk berhasil.
Siswa/mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi ingin
menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan mereka. Mereka
berorientasi kepada tugas dan masalah-masalah yang memberikan tantangan,
di mana penampilan mereka dapat dinilai dan dibandingkan dengan suatu
patokan atau dengan penampilan siswa/mahasiswa lain. Mereka menginginkan
adanya umpan balik mengenai penampilannya.
Siswa/mahasiswa kurang menyenangi tugas yang mudah dan tidak
memberikan tantangan. Sebaliknya untuk melakukan tugas-tugas yang sangat
sulitpun mereka kurang termotivasi, apalagi jika mereka yakin bahwa tugas
tersebut sulit untuk dilaksanakan. Dengan demikian terlihat bahwa di dalam
bekerja atau belajar mereka tidak bersifat untung-untungan, dan tujuan mereka
adalah nyata. Apabila siswa/mahasiswa memperoleh keberhasilan, maka
mereka akan cenderung untuk meningkatkan aspirasinya sehingga termotivasi
dapat meningkat ke arah yang lebih sulit. Sebaliknya apabila mereka selalu
19
gagal dalam melaksanakan tugas, mereka akan putus asa. Jadi, seorang
guru/dosen harus mengetahui sejauh mana kebutuhan siswa/mahasiswanya
untuk mencapai hasil belajar yang optimal, sehingga guru/dosen akan dapat
memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan keadaan dan kondisi
siswa/mahasiswanya.
3. Mata Kuliah Ausdrucksfähigkeit
Menurut Kurikulum Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY
Tahun 2007 mata kuliah Ausdrucksfähigkeit ini diberi Nomor Kode JER 255
dan pada Kurikulum Tahun 2011 diubah kodenya menjadi GER 255 memiliki
bobot 2 sks (satuan kredit semester) terdiri dari 1 sks teori dan 1 sks praktik.
Mata kuliah ini diberikan pada semester genap, yakni pada semester VIII.
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pilihan bagi mahasiswa yang
mengambil jalur tugas akhir skripsi ( TAS ) dan merupakan mata kuliah
equivalen yang wajib ditempuh oleh mahasiswa yang mengambil jalur tugas
akhir bukan skripsi ( TABS ).
Mata kuliah Ausdrucksfähigkeit ini bertujuan untuk memberikan
kompentensi kepada para mahasiswa agar memiliki pengetahuan, kemampuan,
dan ketrampilan untuk mengenali, mengetahui, memahami dan menguasai
pola-pola kosa kata bahasa Jerman ( Wortschatzbeherrschung ), mengembang-
kan dan menggunakan pola-pola kosa kata ( Wortschatzerweiterung, und -
anwendung ), ungkapan ungkapan ( Wendungen ), idiom-idiom ( Idiomatik ),
pola-pola kalimat ( Satzstrukturen ) yang ditemui dalam teks berbahasa
Jerman yang setara dengan Sprachniveau Mittelstufe, mampu mengubah pola-
pola kalimat tertentu dengan pola-pola lain yang makna atau informasi
utamanya masih tetap sama ( Umformung ) dan mampu menggunakan bahasa
20
Jerman, baik lisan ataupun tulisan dengan performansi kebahasaan yang baik
dam benar ( Sprachperformance ) .
Berdasarkan uraian tersebut di atas, mata kuliah Ausdrucksfähigkeit
yang merupakan mata kuliah ekuivalen pengganti skripsi dan yang diberikan
pada semester akhir, semester VIII, dapat disimpulkan bahwa mata kuliah ini
merupakan mata kuliah kebahasaan yang secara kurikuler memprasyaratkan
penguasaan kebahasaan pada level ataupun semester-semester sebelumnya.
4. Mata Kuliah Pre Requisite Ausdrucksfähigkeit
Proses pembelajaran mata kuliah Ausdrucksfähigkeit secara umum
berlangsung sebagaimana halnya pembelajaran ketrampilan bahasa Jerman
pada umumnya, khususnya pembelajaran yang berbasis pada teks / wacana
tulis , seperti mata kuliah ( 1 ) Leseverstehen yang diajarkan sejak semester I
sampai IV, ( 2 ) Arbeit am Text yang diajarkan pada semester V dan VI.
Namun, mengingat mata kuliah ini diberikan pada semester VIII, maka
metode pembelajaran yang digunakan tentu saja dipilih yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan ataupun pola pikir mahasiswa yang cenderung sudah
mandiri. Sebagai variasi dan untuk meningkatkan interaksi para mahasiswa
tentu saja bentuk-bentuk interaksi ( Sozialformen ) lain juga digunakan, seperti
kerja berpasangan (Partnerarbeit ) ataupun kerja kelompok ( Gruppenarbeit ).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, secara kurikuler mata kuliah
Ausdrucksfähigkeit memiliki karakteristik dan merupakan kelanjutan mata
kuliah Leseverstehen dan Arbeit am Text sehingga kedua mata kuliah yang
disebut terakhir dapat dipandang sebagai mata kuliah Pre Requisite seperti
halnya pada kurikulum-kurikulum Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman
terdahulu, yakni kurikulum 1984, 1997, 1999 dan 2002.
21
5. Materi Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
Materi ajar yang dibahas dalam perkuliahan Ausdrucksfähigkeit sesuai
dengan silabus dan RPP nya adalah berupa teks/wacana berbahasa Jerman
(deutsche Texte ) dengan jenis teks (Textsorte ) yang bervariasi, dengan level
kebahasaan (Sprachniveau ) setara dengan tingkat menengah ( Mittelstufe ).
Materi perkuliahan di samping diambilkan dari buku-buku sumber, buku
referensi, juga diambilkan dari artikel surat kabar ataupun majalah.
6. Model-model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih untuk membuat
pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih efektif dan menarik. Menurut
Basiran ( 2007 : 1 ) secara garis besar model pembelajaran terdiri atas : ( 1 )
model pembelajaran langsung ( direct Instruction ), ( 2 ) model pembelajaran
kooperatif ( cooperative learning ) dan ( 3 ) model pembelajaran berdasarkan
pemecahan masalah ( problem based instruction ).
Berikut ini dikemukakan beberapa model pembelajaran kooperatif
antara lain:
( 1 ) Examples non examples : model pembelajaran dengan pemberian contoh
gambar- gambar atau kasus yang sesuai dengan konsep yang dipelajari.
( 2 ) Picture and picture : model pembelajaran dengan media gambar, baik
gambar lepas atau pun gambar berseri.
( 3 ) Numberd hedt together : model pembelajaran kelompok dan masing-
masing siswa diberi nomor. Dalam kelompok para pembelajar berdiskusi, dan
pada akhir diskusi mereka presentasi di depan .
22
( 4 ) Cooperatif script : model pembelajaran di mana para pembelajar bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang sedang dipelajari .
( 5 ) Jigsaw : metode pembelajaran kelompok-kelompok , yang tiap-tiap
kelompok biasanya beranggota 4 siswa. Metode ini banyak digunakan dalam
pembelajaran bahasa, seperti membaca, menulis, menyimak ataupun
berbicara. Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang
siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran
menjadi lebih bermakna.Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Jigaw adalah sebagai
berikut:
( 1 ) Pengajar membagikan bahan pelajaran menjadi empat bagian sesuai
kelompok.
( 2 ) Sebelum bahan pelajaran dibagikan, pengajar terlebih dahulu
memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam pelajaran
hari itu .
( 3 ) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dengan anggota empat orang.
(4 ) Bagian pertama bahan pelajaran diberikan kepada siswa yang pertama,
sedang yang kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya.
( 5 ) Kemudian siswa disuruh membaca atau mengerjakan bagian mereka
masing – masing.
23
( 6 ) Setelah selesai , siwa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau
dikerjakan masing – masing. Dalam bagian ini siswa bisa saling melengkapi
dan berinteraksi antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
( 7 ) Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan
pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antar pasangan atau dengan seluruh
kelas.
7. Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
Dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit selama ini dosen sudah
mencoba untuk mengaplikasikan berbagai strategi, metode ataupun tekhnik.
Setelah maha- siswa menerima fotokopi bahan ajar, dosen menanyakan jenis
teks ( Textsorte ), dan meminta mereka untuk menggunakan strategi membaca
( Lesestrategien ) untuk mengidentifikasi tema yaitu strategi global lesen dan
dengan memanfaatkan ilustrasi gambar ataupun judul. Selanjutnya, mahasiswa
baik secara individu ataupun dalam kerja berpasangan ( Partnerarbeit ), dalam
kerja kelompok ( Gruppenarbeit ) juga diingatkan untuk secara detail
mengidentifikasi struktur ataupun kosa kata agar mereka mampu memahami
teks yang dibacanya. Pembahasan kosa kata dilakukan dengan berbagai cara,
internasionalisme , synonym, antonym , kognat dan konteks. Bentuk-bentuk
Ableitungen dan Zusammensetzungen juga senantiasa dijadikan bahan kajian.
Yang terkait dengan pola ataupun struktur kalimat selain dianalis juga dicari
bentuk- bentuk modifikasinya ( umgeformt ), seperti Nominalisierung –
Verbalisierung , Satzglied-Gliedatz , dll.
Langkah-langkah pembelajaran Ausdrucksfähigkeit tersebut pada
dasarnya secara garis besar sudah mengandung unsur-unsur metode Jigsaw,
yaitu pertama-tama dosen membagi foto copy bahan kuliah, meminta para
24
mahasiswa mendiskusikannya dengan teman-temannya, baik dalam
Paarnerarbeit ataupun Gruppenarbeit yang terdiri dari 3 atau 4 anggota,
dosen selanjutnya memberikan arahan tugas apa yang harus didiskusikan
dalam kelompok, misalnya mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi pola-
pola kosa kata ( Ableitungen, Zusammensetzungen ), ungkapan-ungkapan
(Wendungen ), frasa nominal, pola-pola kalimat ( Hauptsatz , Nebensatz ),
dosen mengontrol dan menjawab pertanyaan-pertanyaan para mahasiswa.
Setelah selesai, salah seorang mahasiswa wakil kelompok menyampaikan
hasil kerja kelompok, kelompok lain dapat bertanya atau melengkapinya,
sehingga dalam kesempatan ini mahasiswa bisa saling melengkapi dan
berinteraksi antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya, Kegiatan ini
diakhiri dengan masukan ataupun korektur dari dosen.
8. Hakikat Media Pembelajaran
Menurut Nana Sujana ( 1991 : 7 ) media pembelajaran merupakan alat
bantu mengajar. Kedudukan media pembelajaran ada dalam komponen
metode pem- belajaran sebagai salah satu upaya untuk mengaktifkan siswa
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
9. Media Arbeitsblätter ( Lembar-lembar Kerja)
Media Arbeitsblätter ( Lembar-lembar Kerja) yang dimaksud dalam
penelitian ini ( contoh terlampir ) merupakan media bantu yang diharapkan
dapat membantu, mengarahkan para mahasiswa dalam menelaah materi ajar
yang berupa teks berbahasa Jerman, yang dapat digunakan secara individual,
dalam kerja berpasangan ( Partnerarbeit ) ataupun dalam kerja kelompok
(Gruppenarbeit).
25
B. Kerangka Pikir
Seperti telah dikemukakan pada uraian terdahulu, langkah-langkah
pembelajaran Ausdrucksfähigkeit secara garis besar tidak jauh berbeda
dengan langkah-langkah pembelajaran dengan metode Jigsaw, yaitu dosen
membagikan foto kopi bahan-bahan kuliah, meminta para mahasiswa
mengamati teks untuk mengidentifikasi jenis teks (Tekssorte), membaca
secara global (global lesen) dengan memperhatikan judul dan illustrasi gambar
untuk mempermudah mengidentifikasi tema wacana, selanjutnya dengan
strategi detailiert lesen untuk memahami informasi yang ada di dalam teks
secara detail, mendiskusikannya dengan teman – temannya, baik dalam
Paararbeit ataupun Gruppenarbeit yang terdiri dari 2 dan atau 3 sampai 4
anggota, dosen selanjutnya memberikan arahan tugas apa yang harus
didiskusikan dalam kelompok, misalnya mahasiswa diminta untuk
mengidentifikasi pola-pola kosa kata ( Abletungen , Zusammensetzungen),
ungkapan-ungkapan (Wendungen), frasa nominal, pola-pola kalimat ( Haupt-
satz , Nebensatz ), dosen mengontrol dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
para mahasiswa.
Namun, arahan tugas oleh dosen selama ini hanya bersifat verbal, tidak
didukung oleh media yang memadai, sehingga banyak mahasiswa yang saling
bertanya apa yang harus dikerjakan, mereka menjadi bingung, tidak bisa
bekerjasama dengan baik, masing-masing bekerja sendiri-sendiri sehingga
kerja kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, agar kerja mahasiswa dalam
kelompok menjadi lebih efektif, maka dosen perlu menyiapkan media yang
berupa lembar-lembar kerja (Arbeitsblätter) yang berisi arahan, perintah,
26
strategi apa yang seharusnya digunakan mahasiswa dalam membahas teks /
wacana berbahasa Jerman ataupun pertanyaan -pertanyaan yang bervariasi
yang sesuai dengan tipologi ( Übungstypologie ) ataupun karakter / tingkat
kesukaran teks. Dengan media Arbeitsblätter ini para mahasiswa diarahkan
untuk bekerja secara berpasangan (Paartnerarbeit) ataupun dalam kelompok
(Gruppenarbeit) sehingga interaksi di antara mereka lebih terkondisikan,
mereka juga mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan ataupun
menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih hidup, tidak lagi bersifat satu arah, di mana peran guru/dosen
hanya sebagai fasilitator.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka piker tersebut di atas, maka
hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Penerapan media Arbeitsblätter ( Lembar-lembar Kerja ) dalam pem-
belajaran Ausdrucksfähigkeit sebagai pendukung strategi pembelajaran yang
bersifat kooperatif yang selama ini telah diterapkan dalam perkuliahan
Ausdrucksfähigkeit dengan Sozialformen (bentuk-bentuk interaksi) seperti
Partnerarbeit (kerja berpasangan) ataupun Gruppenarbeit ( kerja kelompok)
diprediksikan dapat mengubah sikap mahasiswa kearah yang lebih positif,
mampu meningkatkan motivasi belajar para mahasiswa, meningkatkan
interaksi mereka dalam pembelajaran sehingga hasil belajar mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY menjadi lebih optimal”.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ). Penelitian tindakan merupa-
kan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan untuk tujuan
memperbaiki situasi dan kondisi tertentu, misalnya suatu proses pembelajaran
yang kurang baik agar menjadi lebih baik dan yang penting para pelaku dalam
proses pembelajaran tersebut menyadari perlunya perubahan sikap mental
kearah yang positif. Penelitian akan lebih efektif apabila dilakukan oleh para
pelaku penelitian secara kolaboratif. Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan
suatu penelitian yang di dalamnya mengandung upaya perbaikan atau pening-
katan kualitas pembelajaran.
Penelitian tindakan yang diterapkan adalah Penelitian Tindakan
Partisipan. Penelitian model ini ditandai oleh adanya keterlibatan langsung
peneliti dalam proses melakukan tindakan. Peneliti berkolaborasi dengan
rekan sejawat yang mengampu mata kuliah sejenis.
B. Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada kelas pembelajaran Ausdrucksfähigkeit di
Semester VIII Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY. Penelitian
dilakukan pada tahun akademik 2010-2011, dimulai bulan April sampai akhir
semester, yaitu bulan Juni.
28
Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas Reguler dan kelas
Non Reguler. Walaupun jumlah mahasiswa yang terdaftar mengikuti mata
kuliah Ausdrucksfähigkeit di dua kelas tersebut di atas cukup banyak, namun
mengingat jumlah mahasiswa yang aktif mengikuti perkuliahan tidak terlalu
banyak, maka pembelajaran di ke dua kelas tersebut digabung, dengan jumlah
mahasiswa semuanya ada 24 orang.
Mahasiswa yang terdaftar yang tidak aktif mengikuti kuliah, khususnya
di kelas Non Reguler ternyata mereka sudah menyelesaikan skripsi mereka,
sehingga mereka terpaksa mengedrop mata kuliah Ausdrucksfähigkeit yang
telah diambilnya. Hal ini dapat terjadi karena mata kuliah Ausdrucksfähigkeit
bagi mahasiswa yang mengambil jalur Tugas Akhir Skripsi (TAS) bersifat
pilihan dan bagi mahasiswa yang mengambil jalur Tugas Akhir Bukan Skripsi
(TABS) merupakan matakuliah equivalen yang wajib ditempuh.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
semester VIII yang terdaftar dan aktif menempuh mata kuliah
Ausdrucksfähigkeit yang jumlahnya seperti telah disebutkan pada uraian di
atas ada 30-an orang mahasiswa, dosen pengampu Ausdrucksfähigkeit
yaitu peneliti sendiri dan dibantu oleh kolabolator yaitu teman sejawat
dosen pengampu mata kuliah sejenis, khususnya dalam penyusunan dan
pengembangan instrumen yang berupa media Arbeitsblätter.
2. Obyek Penelitian
29
Yang menjadi obyek amatan dalam penelitian ini adalah dampak yang
ditimbulkan oleh pemberian tindakan yang berupa penggunaan media
Arbeitsblätter dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit, baik yang terkait
dengan mahasiswa, dosen ataupun proses dan hasil pembelajaran.
D. Metode Pengumpulan data
Metode ataupun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengamati sikap, motivasi dan
interaksi antar mahasiswa selama mereka belajar dalam kelompok, baik
dalam Partnerarbeit ataupun Gruppenarbeit dengan menggunakan
Arbeitsblätter.
2. Wawancara
Teknik Wawancara bertujuan untuk pengumpulan data dengan
komunikasi langsung antara peneliti dan subyek penelitian, yaitu para
mahasiswa yang menempuh mata kuliah Ausdrucksfähigkeit.
3. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui sikap, motivasi, pendapat, serta
pengalaman belajar mahasiswa dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
dengan media Arbeitsblätter.
4. Tes
30
Tes digunakan untuk mengetahui penguasaan mahasiswa dalam mata
kuliah Ausdrucksfähigkeit.
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan reconnaissance atau penemuan masalah
dan analisisnya serta rancangan tindakan yang akan dilakukan. Langkah-
langkahnya adalah: menemukan masalah, pemilihan masalah, penajaman
masalah, rancangan pemecahan masalah.
2. Pelaksanaan dan Observasi
Pelaksanaan tindakan dan observasi, kolaborator sebagai pengamat dan
peneliti sebagai pelaku tindakan kelas.
3. Refleksi
Refleksi merupakan penganalisaan terhadap proses pembelajaran,
masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang
dilakukan.
4. Revisi Perencanaan
Revisi perencanaan dilakukan pada akhir siklus, apabila penelitian
tindakan ini terdiri dari lebih satu siklus. Revisi perencanaan ini
berdasarkan hasil analisis reflektif dan kesimpulan-kesimpulan yang
diperoleh, apa saja yang telah memenuhi harapan, apa saja yang belum dan
apa yang harus dipertahankan serta tindakan apa yang harus direvisi
kembali, agar dalam siklus berikutnya proses pelaksanaan dan hasil
pembelajarannya menjadi lebih baik.
31
F. Teknik Analis Data
Data dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Teknik ini untuk
mendeskripsikan, menggambarkan langkah-langkah pembelajaran dan hasil
yang diperoleh dengan instrumen penelitian yang telah ditetapkan. Data
tersebut dianalisis bersama melalui tahapan seleksi, penyederhanaan,
mengklarifikasi, memfokuskan, mengorganisir serta membuat abstraksi atas
kesimpulan hasil analisis. Untuk memperoleh data yang valid, peneliti
melakukan triangulasi data yang diperoleh dengan berbagai metode/teknik.
G. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan pendekatan evaluasi yang digunakan, yaitu evaluasi
proses dan hasil, maka Indikator keberhasilan yang digunakan juga terdiri dari
dua hal, yaitu adanya perubahan sikap mental kearah yang lebih baik, seperti
adanya perubahan sikap mahasiswa yang positif dalam pembelajaran,
sehingga menumbuhkan motivasi belajar, kesadaran untuk berperanserta
dalam pembelajaran, berinteraksi, berani mengajukan pertanyaan, berani
mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Sedangkan yang
berupa hasil belajar yaitu meningkatnya hasil belajar Ausdrucksfähigkeit.
H. Validitas Penelitian
Validitas diperlukan dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari
refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil
penelitian. Validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
proses dan validitas hasil.
32
1. Validitas Proses
Kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas
proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan pengamatan
dan membuat catatan lapangan. Dalam pengamatan, harus dijaga agar jangan
sampai peneliti melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi. Perlu dijaga
agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran.
Kemudian diperlukan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan
tentang apa yang terjadi dan merekamnya dengan kaset audio atau audio-
visual sehingga catatan lapangan dapat lengkap (Suwarsih, 2006: 42)
2. Validitas Hasil
Kriteria ini terkait dengan pengertian bahwa pertanyaan baru timbul
pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan,
begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap,
berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan
kondisi. Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan
penelitian (Suwarsih, 2006:40).
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan Pratindakan
Kegiatan pratindakan terdiri dari 2 ( dua ) kegiatan, yaitu pengukuran
kemampuan awal yang dimiliki para mahasiswa dan diskusi tentang
permasalahan yang mereka hadapi dalam proses dan evaluasi pembelajaran
Ausdrucksfähigkeit.
1. Pengukuran Awal
Hasil pengukuran kemampuan awal mahasiswa menunjukkan bahwa
skor tertinggi yang dicapai beberapa mahasiswa adalah C plus (6,1 s.d.
6,5), sebagian besar dari mereka memperoleh skor C ( 5,6 s.d. 6,0) dan
beberapa bahkan nilainya D plus ( 5,0 s.d. 5,5). Berdasarkan hal tersebut
peneliti berasumsi, bahwa rata-rata kemampuan awal mahasiswa dalam
mata kuliah Ausdrucksfähigkeit ada pada nilai C. Hal ini perlu ditetapkan
sebagai tolok ukur keberhasilan pemberian tindakan yang diberikan, yang
dalam hal ini penerapan media Arbeitsblätter dalam pembelajaran
Ausdrucksfähigkeit.
2. Diskusi Dosen-Mahasiswa
Kegiatan diskusi ini dilakukan setelah pembahasan tipe-tipe kesalahan
yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal
Ausdrucksfähigkeit. Selanjutnya, dosen sebagai peneliti bersama-sama
dengan para mahasiswa mendiskusikan upaya apa yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Ausdrucksfähigkeit, materi
pembelajaran dan tingkat kesukarannya, metode, media pembelajaran serta
34
Sozialformen ( bentuk interaksi sosial /pembelajaran ), klasikal, individual,
kerja secara berpasangan ( Partnerarbeit ), kerja kelompok ( Gruppen-
arbeit ) serta kiat apa yang dapat dilakukan mahasiswa dalam mengerjakan
evaluasi /tes mata kuliah Ausdrucksfähigkeit.
Berikut ini disajikan hasil-hasil diskusi tentang permasalahan dalam
pembelajaran Ausdrucksfähigkeit :
(1).Selama ini metode pembelajaran yang sering dilakukan dalam
pembelajaran Ausdrucksfähigkeit cenderung menggunakan metode
ceramah yang berpusat pada dosen, bersifat satu arah sehingga keterlibatan
mahasiswa kurang, mahasiswa cenderung kurang perhatian, mereka
kurang aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan kepada dosen maupun
dalam menanggapi pertanyaan dosen yang bersifat klasikal. Bahkan ketika
ditanya dosen pun mahasiswa cenderung diam, tidak menjawab atau tanya-
tanya teman sebelahnya secara bisik-bisik. Hal ini terjadi karena
mahasiswa sering kurang perhatian, sehingga mahasiswa kurang
mendengar apa yang ditanyakan dosen dan tidak ada keberanian untuk
minta agar pertanyaannya diulang lagi atau mereka dalam kondisi dapat
mendengar pertanyaan yang diajukan dosen akan tetapi tidak dapat
memahami pertanyaan tersebut.
(2).Mereka sebagian besar juga mengatakan bahwa dosen banyak
memberikan waktu kepada mahasiswa untuk menelaah teks / wacana yang
dibahas dalam perkuliahan, baik dalam kerja berpasangan ( Partnerarbeit )
ataupun dalam kerja kelompok ( Gruppenarbeit ), memberikan strategi
ataupun tips dalam pemahaman teks sesuai dengan jenis teksnya.
35
(3).Dosen juga memberikan kebebasan dalam pembentukan kelompok.
Namun, mengingat ada keterbatasan dalam pengaturan tempat duduk,
dosen juga memberikan saran agar Partnerarbeit ataupun Gruppenarbeit
dilakukan dengan teman yang duduknya berdekatan, dalam satu deret,
sehingga tidak perlu mengubah posisi kursi-kursi.
(4).Mahasiswa juga sering merasa bahwa materi yang dibahas, yang
biasanya merupakan teks original, masih terlalu sulit bagi mereka,
sehingga dalam kerja berpasangan ataupun kerja kelompok, mereka
disibukkan dengan melihat kata-kata di kamus, walaupun dosen juga
sering menghimbau agar mereka menanyakan kata-kata sukar kepada
dosen.
(5).Pola-pola pertanyaan yang diberikan dosen yang terkait dengan
bentuk-bentuk Umformung ( pengungkapan suatu kalimat, bagian kalimat
dengan cara lain, namun maknanya masih relatif sama) bagi mereka juga
masih merupakan hal yang sulit. .Pertanyaan-pertanyaan dosen yang
bertujuan untuk memancing ataupun mengarahkan kerja mahasiswa
berupa pertanyaan-pertanyaan lisan sering kali harus bersaing dengan
suara-suara keributan di luar ataupun suara berisik mahasiswa yang ada di
dalam kelas yang kurang motivasinya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan yang
dihadapi mahasiswa dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit adalah metode
pembelajaran yang monoton, cenderung ceramah yang kurang ditunjang
dengan alat bantu ataupun media pembelajaran ( Unterrichtsmittel ataupun
Unterrichtsmedien ). Walaupun dosen sudah memberikan cukup waktu kepada
mahasiswa untuk menelaah teks, namun mereka kurang bisa memanfaatkan
36
waktu dengan baik, karena di samping teksnya bagi mereka sering masih
terlalu sulit, mereka kebanyakan mahasiswa yang belum menyadari
pentingnya mata kuliah equivalen. Mereka kebanyakan mengambil mata
kuliah Ausdrucksfähigkeit bukan karena kemauan sendiri untuk menambah
pengetahuan ataupun meningkatkan kompentensi kebahasaan, tetapi mereka
menempuh mata kuliah tersebut sekedar untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan, apabila tugas akhir skripsi mereka karena sesuatu hal terpaksa tidak
dapat diselesaikan. Mahasiswa yang memanfaatkan waktu untuk benar-benar
berdiskusi tentang materi yang dibahas dalam kerja kelompok memang
biasanya jauh lebih sedikit dari pada yang suka “plauderen“. Jadi , waktu yang
diberikan dosen kepada mahasiswa untuk berdiskusi dalam kerja kelompok,
agar mereka bisa sharing ataupun bekerja sama dengan teman sejawatnya
berlalu tanpa hasil yang maksimal.
Permasalahan yang telah berhasil diidentifikasi tersebut selanjutnya
didiskusikan, dimusyawarahkan dengan para mahasiswa dan akhirnya
disepakati bahwa dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit perlu diambil
langkah-langkah sebagai berikut:
(1). Perlu adanya media yang dapat mengarahkan mahasiswa agar mereka
dapat memahami teks yang dibahas, baik pemahaman kosa kata, struktur
kalimat, pemahaman isi ataupun ungkapan-ungkapan yang ada dalam wacana
yang dibahas.
(2). Sozialformen ( bentuk interaksi sosial ) dalam pembelajaran, tidak hanya
kerja individual atau klasikal, tetapi hendaknya juga dilengkapi dengan kerja
secara berpasangan ( Partner- arbeit ) dan kerja kelompok ( Gruppenarbeit )
37
Dengan demikian, dosen dituntut untuk merencanakan pembelajaran
yang berfokus pada upaya melibatkan mahasiswa secara lebih aktif sehingga
mahasiswa bukan lagi sebagai obyek, melaiankan lebih sebagai subyek belajar
B. Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan Arbeitsblätter
Seperti telah dikemukakan dalam uraian di atas, telah disepakati bahwa
solusi yang diambil sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran
Ausdrucksfähigkeit adalah diperlukan rancangan proses pembelajaran yang
dilengkapi dengan media yang dapat menumbuhkan sikap positif para
mahasiswa, meningkatkan motivasi mereka, sehingga mereka merasakan
adanya kemajuan dalam belajar, mereka menjadi lebih aktif dalam belajar
dengan bekerja secara kelompok ( Gruppenarbeit ) ataupun bekerja secara
berpasangan ( Partnerarbeit ). Media pembelajaran yang dipilih dan dijadikan
“action” dalam penelitian ini adalah media Arbeitsblätter.
C. Penyusunan Rancangan Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
Seperti telah disebutkan dalam uraian terdahulu, dalam pembelajaran
Ausdrucksfähigkeit selama ini dosen sudah mencoba untuk mengaplikasikan
berbagai strategi, metode ataupun tehknik dalam pembahasan teks yang
merupakan titik tolak kajian ungkapan-ungkapan ( Wendungen ), perubahan
pola kalimat ( Umformungen ), pengungkapan pola frasa ataupun kata-kata
dengan berbagai variasi yang memiliki makna sama ataupun yang berlawanan
( Synonym , Antonym ). Oleh karena itu, dalam rancangan pembelajaran
38
Ausdrucksfähigkeit komponen-komponen yang terkait dengan strategi, metode
dan tehknik dituangkan dalam langkah-langkah pembelajaran, sedangkan yang
terkait dengan substansi/ pokok bahasan dituangkan dalam media lembar kerja
( Arbeitsblätter ).
1. Pemilihan Materi Ajar
Materi ajar yang berupa teks ,ada beberapa ,lebih dari satu dengan
tingkat kesukaran diatas ZIDS, ditawarkan kepada para mahasiswa dan
mereka diminta untuk memilih teks mana yang ingin mereka pelajari terlebih
dahulu .Teks-teks tersebut tentu saja sudah disiapkan, dilengkapi dengan
media lembar kerja ( Arbeitsblätter ).
2. Pemilihan Sozialformen
Sebagai implikasi upaya peningkatan bentuk interaksi antara
mahasiswa yang satu dengan yang lain ( Sozialformen ) dalam proses
pembelajaran Ausdrucksfähigkeit secara selang-seling diberikan bentuk-
bentuk interaksi dalam kerja kelompok ( Arbeitsgruppe ) ataupun bekerja
secara berpasangan (Partnerarbeit ) .
3. Tipologi soal-soal dalam media Arbeitsblätter
Teks yang telah disepakati dosen-mahasiswa, selanjutnya dirancang,
dikembangkan media yang berisikan tipe-tipe soal pertanyaan, tips dan
kaidah-kaidah yang terkait dengan solusi jawaban yang dalam penelitian ini
disebut sebagai media Arbeitsblätter. Dalam proses pembelajaran, media
Arbeitsblätter ini dibagi bersama-sama dengan teks ke kelompok-kelompok
mahasiswa untuk didiskusikan . Mahasiswa bekerja dengan acuan, arahan
pertanyaan-pertanyaan yang ada di media lembar kerja (Arbeitsblätter ) mulai
dari butir pertanyaan yang menanyakan jenis teks ( Textsorte ) , dan pada
39
bagian lain diberikan juga tips, strategi membaca yang harus dipilih
(Lesestragien ) untuk mengidentifikasi thema ( global lesen ) dengan
memanfaatkan ilustrasi gambar, judul, dll.
Selanjutnya, dalam proses pembelajaran dosen juga senantiasa
mengingatkan para mahasiswa agar mereka dalam Partnerarbeit ataupun
Gruppenarbeit jangan bekerja sendiri-sendiri, tetapi berusaha untuk bekerja
sama misalnya dalam mengidentifikasi struktur ataupun kosa kata, melakukan
sharing, saling take and give dalam memahami teks yang dibacanya.
Tips yang diberikan dalam media lembar kerja ( Arbeitsblätter ) dalam
pemahaman kosa kata antara lain dengan cara internasionalisme, synonim,
antonym, kognat ataupun berdasar konteks. Butir- butir pertanyaan dan tips
tentang pembentukan Ableitungen dan Zusammensetzungen juga senantiasa
ada. Demikian juga butir dan tips tentang pengungkapan pola kalimat dengan
pola lain. Jadi, yang terkait dengan pola ataupun struktur kalimat selain
dianalisis juga dicari bentuk-bentuk modifikasinya ( umgeformt ), seperti
Nominalisie- rung – Verbalisierung , Satzglied – Gliedsatz , dll.
4. Langkah – langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran Ausdrucksfähigkeit, secara garis besar
mengacu pada langkah-langkah pembelajaran metode Jigsaw, yaitu pertama-
tama dosen membagikan foto copi bahan kuliah beserta dengan media lembar
kerja ( Arbeitsblätter ), meminta para mahasiswa mendiskusikannya dengan
teman-temannya, baik dalam Partnerarbeit ataupun Gruppenarbeit yang
terdiri dari 2 dan atau 3 sampai 4 anggota. Dosen selanjutnya dengan mengacu
pada media lembar kerja ( Arbeitsblätter ) memberikan arahan tugas apa yang
harus didiskusikan dalam kelompok, misalnya mahasiswa diminta untuk
40
mengidentifikasi pola-pola kosa kata ( Ableitungen,Zusammenserzungen ),
ungkapan-ungkapan ( Wendungen ), frasa nominal, pola-pola kalimat
(Hauptsatz , Nebensatz ), dosen mengontrol dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan mahasiswa. Setelah selesai, mahasiswa wakil kelompok
menyampaikan hasil kerja kelompok, kelompok lain dapat bertanya atau
melengkapinya, sehingga dalam kesempatan ini mahasiswa bisa saling
melengkapi dan berinteraksi antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya
Kegiatan ini diakhiri dengan masukan ataupun korektur dari dosen.
5. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dilakukan baik secara proses ataupun secara
produk. Selama proses pembelajaran diamati bagaimana sikap, motivasi,
partisipasi dan interaksi para mahasiswa dalam kelompoknya, juga pada akhir
pembelajaran secara acak dan lisan dilakukan evaluasi hasil belajar mereka.
Evaluasi akhir setelah proses pemberian tindakan dilakukan secara tertulis
bersamaan waktunya dengan ujian akhir semester.
D. Pelaksanaan Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
Pelaksanaan pembelajaran Ausdrucksfähigkeit ini dilakukan sebanyak
tiga kali pertemuan untuk teks pertama yang berjudul “ Werben um Auslander
“ yang relatif panjang, sedangkan untuk teks kedua yang berjudul “ Trotz
Teuerung mehr gespart “ yang tidak terlalu panjang dua kali pertemuan.
Dalam setiap pertemuan, kegiatan pembelajaran lebih diorientasikan pada
peran aktif mahasiswa, baik dalam kelompoknya masing-masing ataupun
interaksi dengan dosen pengampu, misalnya menanyakan kata-kata sukar yang
41
tidak mereka temukan dalam kamus. Pelaksanaan pembelajaran merupakan
penerapan rancangan yang telah dibuat.
E. Observasi Pembelajaran
Selama pelaksanaan pembelajaran, dosen yang sekaligus juga
merupakan peneliti melakukan observasi dengan mencatat apa saja yang dapat
diamati tentang sikap, motivasi dan interaksi para mahasiswa dengan
berpedoman pada panduan observasi yang telah disiapkan. Adapun hasil
observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pada pelaksanaan pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan teks
berjudul “ Werben um Ausländer “ sesuai dengan rancangan dilakukan dengan
mengacu strategi kooperatif teknik Jigsaw. Dosen mengawali pembelajaran
dengan memberi salam dalam bahasa Jerman, melakukan apersepsi, “ kurze
Einführung zum Thema “ dan meminta mahasiswa membentuk kelompok kecil
dengan 3 sampai 4 orang dan mengatur tempat duduk mereka, sehingga
formasi kelas tidak lagi frontal, tetapi kelas terbagi dalam kelompok-kelompok
kecil, yang semuanya ada 4 kelompok.
Dosen selanjutnya membagikan foto copy materi ajar beserta media
lembar kerja ( Arbeitsblätter ) pada tiap-tiap kelompok. Para mahasiswa mulai
mencermati teks beserta media lembar kerja. Sebagian besar dari mereka asyik
mencermati materi ajar dan media lembar kerja, namun ada juga yang masih
ngomong-ngomong, ada yang mulai membuka kamus, ada yang tersenyum-
senyum, ada yang komentar “ kok banyak sekali pak ? “ Melihat situasi
pembelajaran seperti itu dosen kemudian menghimbau agar mereka tidak
42
asyik bekerja sendiri-sendiri, tetapi hendaknya mereka saling bisa bekerjasama
dalam mencermati media lembar kerja dan teks yang dibahas.
Setelah dosen selesai memberikan arahan, mahasiswa mulai berbagi
tugas salah satu dari anggota kelompok bertugas membaca butir-butir
pertanyaan dan anggota lainnya menyimak teks, dan jika ada kata yang belum
diketahui, ada yang bertugas membuka kamus dan mencari kata sukar yang
belum diketahui, dan apabila tidak ditemukan di dalam kamus, mahasiswa
tersebut kemudian menanyakan ke dosen. Dosen melemparkan pertanyaan ke
kelompok lain, dan kalau dari kelompok lain tidak ada yang bisa menjawab,
dosen kemudian mengarahkan, memberikan beberapa tips bagaimana cara
memahami makna kosa kata, misalkan dengan menelusuri pembentukan
katanya ( Wortbildung, Ableitung, Zusammensetzung ), melalui konsep
universal/international ataupun menjelaskan arti kata sesuai dengan
konteksnya. Kata yang ditanyakan salah satunya adalah Imagekampagne.
Dosen mengarahkan mahasiswa agar menelusuri pembentukan kata
(Wortbildung). Kata tersebut terdiri dari kata Image dan Kampagne
.Selanjutnya ke dua kata tersebut secara internasional banyak digunakan, juga
dalam bahasa Indonesia .Dengan tips seperti itu akhirnya mereka memahami
arti kata yang ditanyakan.
Selanjutnya, dalam uraian berikut ini dideskripsikan hasil angket yang
terkait dengan pelaksanaan pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan media
Arbeitsblätter secara komplit beserta deskripsi analisisnya:
1. Media Arbeitsblätter pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
( a ). Sebagian besar mahasiswa 70,8% menyatakan bahwa penyusunan media
Arbeitsblätter baik, komplit, ada tips-tips yang diberikan, baik yang terkait
43
dengan strategi teknik pemahaman ataupun kaidah-kaidah yang harus
dipahami mahasiswa. 16,7% bahkan menyatakan sangat baik, dan hanya
12,5% yang menyatakan cukup baik .
( b ). Sebagian besar mahasiswa 70,8% menyatakan bahwa item soal dalam
media Arbeitsblätter disusun dengan baik, ada contoh, sehingga mudah
dipahami, bahasanya komunikatif, butir pertanyaan komplit dari yang umum
yang mudah dipahami sampai pertanyaan yang sulit. 20,8% bahkan
menyatakan sangat baik, dan hanya 8,4% yang menyatakan cukup baik.
( c ). Sebagian besar mahasiswa 66,6% menyatakana bahwa variasi item soal
dalam media Arbeitsblätter baik, seperti item soal tentang pemahaman teks
secara global, pemahaman detail, item soal kosa kata ( Ableitung,
Zusammensetzung , Synonim, Antonim ) , item soal struktur gramatikal, antara
lain analisa kalimat ( Satzanalyse ), pengubahan kalimat ( Umformungen ),
pengubahan bagian kalimat ( Satzglied ) menjadi anak kalimat ( Gliedsatz ),
kalimat induk ( Hauptsatz ) menjadi anak kalimat ( Nebensatz ). 16,7% bahkan
menyatakan sangat bervariasi, dan hanya 16,7% yang menyatakan cukup
bervariasi .
( d ). Sebagian besar mahasiswa 58,3% menyatakan bahwa informasi tentang
strategi, tips serta kaidah yang terkait dengan solusi / jawaban butir soal dalam
media Arbeitsblätter disusun dengan baik dan mudah dipahami, dengan huruf
yang lebih besar dan ditebalkan. 12,5% bahkan menyatakan sangat baik, dan
hanya 29,2% yang menyatakan cukup baik.
( e ). Sebagian besar mahasiswa 50% menyatakan bahwa strategi, tips serta
kaidah-kaidah yang diberikan dalam media Arbeitsblätter baik untuk
44
mengarahkan kinerja mahasiswa ke arah jawaban yang benar. 25% bahkan
menyatakan sangat baik, dan 25% sisanya menyatakan cukup baik.
( f ). Sebagian besar mahasiswa 83,3% menyatakan bahwa aspek keterbacaan
media Arbeitsblätter secara keseluruhan baik. Butir soal, tips, strategi dan
kaidah-kaidah yang diberikan disusun dengan baik, komunimatif, mudah
dipahami, dengan huruf yang variatif, normal, lebih besar dan ada yang
ditebalkan. 8,3% bahkan menyatakan sangat baik, dan hanya 8,3% yang
menyatakan cukup baik .
( g ). Sebagian besar mahasiswa 79,2% menyatakan bahwa pemilihan materi
pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan media Arbeitsblätter secara
keseluruhan baik. Tema dan tingkat kesulitan relevan dengan niveau
kebahasaan yang telah dimiliki para mahasiswa, yaitu tingkat Aufbaukurs,
setelah mereka lulus ZiDS, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
menempuh ujian akhir, baik jalur TAS ataupun TABS. 8,3% bahkan
menyatakan sangat baik, dan hanya 12,5% yang menyatakan cukup baik .
( h ). Sebagian besar mahasiswa 75% menyatakan bahwa pengembangan
materi pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan media Arbeitsblätter secara
keseluruhan baik. Untuk pemahaman teks diberikan pertanyaan yang bersifat
umum, misalnya jenis teks, tema, dll. sampai pertanyaan yang detail misalnya
dengan W-Fragen, sehingga para mahasiswa dapat menggunakan strategi
membaca yang terkait. Pengembangan kosa kata variatif ,mulai dari
pembentukan kata ( Wortbildung ) , Synonim , Antonim dan Wendungen
(ungkapan-ungkapan ). 4,2% bahkan menyatakan sangat baik, dan 20,8%
menyatakan cukup baik.
45
2. Kondisi dan Pengelolaan Kelas Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
( a ). Sebagian besar mahasiswa 91,8% menyatakan bahwa kondisi pem-
belajaran Ausdrucksfähigkeit dengan media Arbeitsblätter dirasakan nyaman,
santai tidak tegang, karena mereka tidak harus menghadap ke papan tulis, bisa
memilih teman dalam kelompok. Di dalam kelompoknya mereka bisa bebas
berdiskusi sambil kadang bercanda, mereka bebas dalam mengerjakan tugas
kelompok. 4,1% bahkan menyatakan sangat nyaman , dan 4,1% sisanya
menyatakan cukup nyaman .
( b ) Sebagian besar mahasiswa 58,4% menyatakan bahwa pengelolaan
pembelajaran Ausdrucksfähigkeit oleh dosen baik . Pemilihan Sozialformen,
bentuk interaktif dalam pembelajaran, baik dan variatif, yaitu mahasiswa
bekerja secara berpasangan ( Partnerarbeit ) dan kemudian dalam kesempatan
lain mereka bekerja dalam kelompok ( Gruppenarbeit ). Mereka juga boleh
ganti pasangan ataupun pindah kelompok. 20,8% bahkan menyatakan sangat
baik, dan hanya 20,8% yang menyatakan cukup baik.
( c ). Sebagian besar mahasiswa 70,8% menyatakan bahwa penyampaian
informasi, himbauan-himbauan yang terkait dengan ketugasan mahasiswa
dalam kerja berpasangan ataupun kerja kelompok, misalnya tidak boleh
dikerjakan oleh satu orang mahasiswa dilakukan dengan baik. 8,4% bahkan
menyatakan sangat baik, dan hanya 20,8% yang menyatakan cukup baik .
( d ). Sebagian besar mahasiswa 58,3% menyatakan bahwa pemberian
motivasi oleh dosen dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan media
Arbeitsblätter baik. 16,7% bahkan menyatakan sangat baik, dan 25% sisanya
menyatakan cukup baik.
46
( e ). Sebagian besar mahasiswa 79,2% menyatakan bahwa pemanfaatan dan
pembagian waktu kerja dan presentasi hasil kerja kelompok secara
proporsional baik. 8,3% bahkan menyatakan sangat baik, dan 12,5% sisanya
menyatakan cukup baik.
3. Keterlibatan Mahasiswa dalam Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
( a ). Sebagian besar mahasiswa 62,5% menyatakan bahwa keterlibatan
mahasiswa dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit baik. Situasi pembelajaran
Ausdrucksfähigkeit dengan media Arbeitsblätter dengan Sozialformen
(Partnerarbeit dan Gruppenarbeit ) mampu memicu keterlibatan mereka
dalam proses pembelajaran. 16,7% bahkan menyatakan sangat baik, dan hanya
20,8% yang menyatakan cukup baik.
( b ) Sebagian besar mahasiswa 62,5% menyatakan bahwa presentasi hasil
kerja kelompok baik. 4,2% bahkan menyatakan sangat baik , dan hanya 33,3%
yang menyatakan cukup baik .
( c ) Sebagian besar mahasiswa 75% menyatakan bahwa pembahasan hasil
kerja kelompok oleh kelompok-kelompok lain dan masukan-masukan dosen
dalam plenum baik. 12,5% bahkan menyatakan sangat baik , dan hanya 12,5%
yang menyatakan cukup baik .
( d ) Sebagian besar mahasiswa 58,4% menyatakan bahwa mereka cukup baik
dalam berpartisipasi pada presentasi kerja kelompoknya . 33,3% menyatakan
baik, dan bahkan 8,3% menyatakan sangat baik.
47
( e ) Sebagian besar mahasiswa 79,2% menyatakan bahwa pelibatan
mahasiswa dalam pengambilan kesimpulan baik . 8,3% menyatakan sangat
baik , dan 12,5% sisanya menyatakan cukup baik .
( f ) Sebagian besar mahasiswa 54,2% menyatakan bahwa mereka merasa
antusias dalam mengikuti pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan media
Arbeitsblätter . 4,2% menyatakan sangat antusias , dan sisanya menyatakan
cukup anttusias.
( g ) Sebagian besar mahasiswa 50% menyattakan bahwa mereka aktif
mendiskusikan materi dalam media Arbeitsblätter . 12,5% menyatakan sangat
aktif , dan 37,5% sisanya menyatakan cukup aktif .
( h ) Sebagian besar mahasiswa 54,2% menyatakan bahwa mereka aktif dalam
mengerjakan latihan-latihan soal dalam media Arbeitsblätter . 8,3%
menyatakan sangat aktif , dan 37,5% sisanya menyatakan cukup aktif .
( i ) Sebagian besar mahasiswa 58,3% menyatakan bahwa perhatian mereka
pada diskusi kelompok baik. 16,7% menyatakan sangat baik , dan 25% sisanya
menyatakan cukup baik.
( j ) Sebagian besar mahasiswa 62,5% menyatakan bahwa kerjasama antar
mahasiswa dalam kerja kelompok baik . 20,8% menyatakan sangat baik ,dan
16,7% sisanya menyatakan cukup baik.
( k) Sebagian besar mahasiswa 66,7% menyatakan bahwa partisipasi
mahasiswa dalam kerja kelompoknya masing-masing baik. 12,5% menyatakan
sangat baik, dan 20,8% sisanya menyatakan cukup baik.
48
4. Peran Dosen dalam Pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
( a ) Sebagian besar mahasiswa 58,4% menyatakan bahwa peran dosen dalam
memantau dan mengarahkan kerja kelompok baik . 8,3% bahkan menyatakan
sangat baik, dan hanya 33,3% yang menyatakan cukup baik.
( b ) Sebagian besar mahasiswa 79,1% menyatakan bahwa bimbingan dosen
dalam kerja kelompok yang berupa penjelasan atau jawaban-jawaban yang
diberikan terhadap pertanyaan mahasiswa baik. 16,7% bahkan menyatakan
sangat baik , dan hanya 4,2% yang menyatakan cukup baik.
( c ) Sebagian besar mahasiswa 79,1% menyatakan bahwa strategi dosen
dalam memberikan jawaban atas pertanyaan mahasiswa dalam kelompok baik.
Strategi yang dilakukan dosen antara lain member kesempatan kepada
mahasiswa dari kelompok lain untuk menanggapi atau memberi jawaban. Jadi,
dosen tidak langsung menjawab pertanyaan mahasiswa , tetapi melontarkan ke
mahasiswa yang lain . Apabila tidak ada mahasiswa yang bisa menanggapi
dengan tepat, dosen selanjutnya memancing melalui Leitfragen yang terkait.
Kalau berupa kata sukar, dan ada unsur internasionalisme dosen mengarahkan
agar menggunakan teknik internasionalisme, kalau tidak, dosen mengarahkan
agar mahasiswa melihat dari pembentukan kata ( Wortbildung ), atau melalui
sinonim, antonim, konteks . 4,1% bahkan menyatakan sangat baik , dan
sisanya 16,7 % menyatakan cukup baik.
( d ) Sebagian besar mahasiswa 70,8% menyatakan bahwa pemberian umpan
balik dosen kepada para mahasiswa ketia mereka bekerja dalam kelompok
ataupun ketika presentasi kelompok dalam plenum baik. 4,2% bahkan
menyatakan sangat baik, dan 25% sisanya menyatakan cukup baik.
49
Secara singkat data-data hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam uraian
tersebut di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 1. Hasil Angket Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Ausdrucksfähigkeitdengan Media Arbeitsblätter
NomorrAspek Pengamatan Skala / Hasil Pengamatan
( n = 24 ) 1 Penyusunan Arbeitsblätter secara keseluruhan 5/2 4/17 3/3 2/0 1/0 2 Penyusunan item soal latihan dalam Arbeits
blätter5/5 4/17 3/2 2/0 1/0
3 Informasi yang terkait dengan strategi , tips serta kaidah yang terkait dengan solusi / jawaban soal dalam Arbeitsblätter
5/3 4/14 3/7 2/0 1/0
4 Keterbacaan / aspek komunikatif Arbeitsblätter 5/2 4/10 3/2 2/0 1/0 5 Penyusunan kelompok ( Arbeitsgruppe ) 5/5 4/14 3/5 2/0 1/0 6 Penyampaian informasi yang terkait dengan
ketugasan mahasiswa dalam kelompok , misal tidak boleh hanya dikerjakan oleh salah satu mahasiswa
5/2 4/17 3/5 2/0 1/0
7 Situasi dan keterlibatan mahasiswa dalamkerja kelompok
5/4 4/15 3/5 2/0 1/0
8 Pemantauan dosen dalam kerja kelompok 5/2 4/14 3/8 2/0 1/0 9 Bimbingan dosen yang berupa penjelasan , atau
jawaban atas pertanyaan anggota kelompok5/4 4/19 3/1 2/0 1/0
10 Penggunaan kamus dalam diskusi kelompok 5/2 4/17 3/5 2/0 1/011 Presentasi hasil kerja kelompok 5/5 4/17 3/2 2/0 1/012 Pembahasan hasil kerja kelompok 5/3 4/18 3/3 2/0 1/013 Partisipasi anggota /kelompok lain dalam
presentasi hasil kerja kelompok5/2 4/8 3/14 2/0 1/0
14 Pemilihan materi pembelajaran 5/2 4/19 3/3 2/0 1/015 Pengembangan materi pembelajaran yang
tertuang dalam Arbeitsblätter5/1 4/18 3/5 2/0 1/0
16 Pemberian motivasi dalam kelompok 5/4 4/13 3/6 2/0 1/017 Strategi pemberian jawaban atas pertanyaan
mahasiswa dalam kelompok5/1 4/19 3/4 2/0 1/0
18 Pemberian umpan balik kepada mahasiswa 5/1 4/17 3/6 2/0 1/019 Kenyamanan dalam pembelajaran Ausdrucks
fähigkeit dengan media Arbeitsblätter5/1 4/22 3/1 2/0 1/0
20 Pemberian simpulan bersama mahasiswa 5/2 4/19 3/3 2/0 1/021 Perhatian mahasiswa dalam pembelajaran Aus
drucksfähigkeit dengan media Arbeitsblätter5/1 4/7 3/16 2/0 1/0
22 Antusias mahasiswa dalam memahami materi dengan Arbeitsblätter
5/1 4/13 3/10 2/0 1/0
23 Keaktifan mahasiswa mendiskusikan materi dalam media Arbeitsblätter
5/3 4/12 3/9 2/0 1/0
24 Keaktifan mahasiswa mengerjakan latihan –latihan soal dalam media Arbeitsblätter
5/2 4/13 3/9 2/0 1/0
25 Perhatian mahasiswa pada diskusi kelompok 5/4 4/14 3/6 2/0 1/026 Kerja sama antar mahasiswa dalam kelompok 5/5 4/15 3/4 2/0 1/027 Partisipasi mahasiswa dalam kelompok 5/3 4/16 3/5 2/0 1/0
50
28 Variasi soal latihan dalam media Arbeitsblätter 5/4 4/16 3/4 2/0 1/029 Strategi , tips dan kaidah – kaidah yang diberikan
dalam Arbeitsblätter5/3 4/18 3/3 2/0 1/0
30 Pemanfaatan dan pembagian waktu untuk kerja dan presentasi hasil kerja kelompok
5/2 4/19 3/3 2/0 1/0
Keterangan : Skala 5 = sangat baik
Skala 4 = baik
Skala 3 = cukup baikSkala 2 = kurang baikSkala 1 = sangat kurang
5. Hasil Angket Aspek Afektif Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran
Ausdrucksfähigkeit dengan media Arbeitsblätter .
(a). Sebagian besar mahasiswa 66,7% menyatakan bahwa dibandingkan
dengan pembelajaran sebelumnya , dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
dengan bentuk interaksi ( Sozialformen ) yang bervariasi, kerja berpasangan (
Partnerarbeit ) dan kerja kelompok ( Gruppenarbeit ) mereka merasa lebih
rajin dalam mengikuti pembelajaran dan dalambekerja .4,2 % bahkan
menyatakan sangat rajin dan 25 % sisanya menyatakancukup rajin .
(b). Sebagian besar mahasiswa 70,8% menyatakan bahwa dibandingkan
dengan pembelajaran sebelumnya , dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
dengan media Arbeitsblätter dengan bentuk interaksi ( Sozialformen ) yang
bervariasi, kerja secara berpasangan ( Partnerarbeit ) dan bekerja dalam
kelompok ( Gruppenarbeit ) mereka merasa lebih perhatian dalam mengikuti
pembelajaran dan dalam bekerja. 12,5% bahkan menyatakan sangat perhatian
dan 16,7% sisanya menyatakan cukup perhatian .
51
(c). Sebagian besar mahasiswa 58,4% menyatakan bahwa dibandingkan
dengan pembelajaran sebelumnya dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
dengan media Arbeitsblätter dengan bentuk interaksi ( Sozialformen ) yang
bervariasi , kerja secara berpasangan ( Partnetarbeit ) dan bekerja dalam
kelompok ( Gruppenarbeit ) mereka merasa lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran dan dalam bekerja . 8,3% bahkan menyatakan sangat aktif , dan
33,3% sisanya menyatakan cukup aktif .
(d). Sebagian besar mahasiswa 50% menyatakan bahwa dibandingkan dengan
pembelajaran sebelumnya, dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan
media Arbeitsblätter dengan bentuk interaksi ( Sozialformen ) yang bervariasi
, kerja berpasangan ( Partnerarbeit ) dan kerja kelompok ( Gruppenarbeit )
mereka merasa cukup rapi dalam menuliskan hasil tugas-tugas mereka . 45,8%
menyatakan rapi, dan 4,2% sisanya menyatakan sangat rapi .
(e). Sebagian besar mahasiswa 50% menyatakan bahwa dibandingkan dengan
pembelajaran sebelumnya , dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan
media Arbeitsblätter dengan bentuk interaksi ( Sozialformen ) yang bervariasi ,
kerja berpasangan ( Partnetarbeit ) dan kerja kelompok ( Gruppenarbeit )
mereka merasa lebih dapat menjawab dengan cukup tepat butir-butir soal yang
dikerjakan dalam kelompok , 41,7% menyatakan menjawab dengan tepat , dan
8,3% sisanya menyatakan dapat menjawab dengan tepat .
(f). Sebagian besar mahasiswa 58,3% menyatakan bahwa dibandingkan
dengan pembelajaran sebelumnya , dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
dengan media Arbeitsblätter dengan bentuk interaksi ( Sozialformen ) yang
bervariasi, kerja berpasangan ( Partnerarbeit ) dan kerja kelompok
52
(Gruppenarbeit) mereka merasa lebih berani dalam bertanya, menjawab
pertanyaan , berpendapat , mengerjakan soal dipapan tulis , dan presentasi,
20,8% menyatakan sangat berani , dan 25% sisanya menyatakan cukup berani
.
Secara singkat data – data hasil pengamatan efektif mahasiswa yang
telah dikemukakan dalam uraian tersebut di atas dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel 2. Hasil Angket Aspek Afektif Mahasiswa dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan Arbeitsblätter
Nomor Aspek Pengamatan Skala / Hasil Pengamatan n = 24
1 Kerajinan mahasiswa dalam kelompok 5/1 4/16 3/7 2/0 1/02 Perhatian mahasiswa dalam kelompok 5/4 4/17 3/3 2/0 1/03 Keaktifan mahasiswa dalamkelompok 5/2 4/14 3/8 2/0 1/04 Kerapian hasil pengerjaan tugas dalam kelompok 5/1 4/11 3/12 2/0 1/05 Ketepatan mengerjakan soal dalam kelompok 5/2 4/10 3/12 2/0 1/06 Keberanian dalam bertanya, menjawab pertanyaan,
berpendapat, mengerjakan soal di papan tulis , dan presentasi
5/5 4/14 3/5 2/0 1/0
Keterangan : Skala 5 = sangat baikSkala 4 = baikSkala 3 = cukup baikSkala 2 = kurang baikSkala 1 = sangat kurang
Selanjutnya, berikut ini disajikan hasil angket terbuka tentang upaya
peningkatan kualitas pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dengan media Arbeitsblätter
untuk memvalidasi data angket sejenis yang dilakukan dengan angket tertutup.
Tabel 3. Hasil Angket Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ausdrucksfähigkeitdengan Media Arbeitsblätter
NomorrAspek Pengamatan Skala / Hasil Pengamatan
( n = 24 ) 1 Pendapat tentang Arbeitsblätter? Baik,komunikatif,menarik,
membantu berpikir kritis,lebih efektif,praktis,lengkap(-1) agak menarik
2 Variasi soal latihan dalam Arbeitsblätter? Variatif,tidk membosankan,
53
baik,menarik 3 Tingkat kesukaran soal2 dalam Arbeitsblätter? Sesuai kemampuan mhsw,
sulit,cukup sulit,mudah 4 Pembelj Ausdrucksfähigkeit dng Arbeitsblätter? Sangat efektif,menyenangkn
pas,sesuai,menarik,memoti vasi, tdk monoton,interaktif
5 Dngn Arbeitsblätter bisa mengikuti kul dng baik? Ya,bisa lebih mudah, tdk sll
6 Arbeitsblätter membantu pemahaman materi? Ya, sangat membantu
7 Alasan Saudara? Ada contoh, tips, kaidah2
8 Arbeitsblätter lebih efektif? Ya
9 Strategi pembelajaran dng Arbeitsblätter? Bagus,menarik,memotivasi,kondusif,inovatif,terobosan, menyenangkan, lbh baik ditambah permainan
10 Penguasaan bahan ajar dosen? Sangat baik,bagus,cukup
11 Kreativitas pengembangan soal-soal? Sangat kreatif, baik,ada peningkatan dp sebelumnya, kreativitas kurang tp cara mengajar bagus
12 Volume suara dosen ketika mengajar? Pas, sedang,karena ramah dan tidak galak
13 Bentuk pemberian motivasi? Kontrol,damping kerja klmp jawaban jelas, sabar dlm menjelaskan, kerjasama,Leit fragen, banyak info tambhn
14 Pertanyaan pancingan (Leitfragen)? Membantu,memotivasimhsw menjawab, bertanya dan menanggapi jwbn
15 Umpan balik? Ya, selalu, sering.
Data-data jawaban yang diberikan mahasiswa responden pada angket terbuka
sebagian besar sama dengan jawaban untuk butir pertanyaan yang sama yang
diberikan pada angket tertutup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data-data
yang dikumpulkan dengan instrumen angket ini tingkat validitasnya cukup baik.
F. Evaluasi dan Refleksi
Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Evaluasi serta Refleksi pem-
belajaran Ausdrucksfähigkeit dengan media Arbeitsblätter merupakan
rangkaian pelaksanaan penelitian tindakan yang menggambarkan Siklus yang
harus dilakukan .
54
Dalam siklus ini seperti telah dikemukakan dalam uraian terdahulu
secara keseluruhan dilaksanakan dalam 5 ( lima ) pertemuan dengan
membahas 2 ( dua ) teks yang dilengkapi dengan media lembar Arbeitsblätter,
yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran .
Penerapan strategi pembelajaran dengan media Arbeitsblätter ini pada
pertemuan pertama secara umum sudah mampu menimbulkan minat dan
motivasi para mahasiswa .Mereka dengan penuh kekertarikan mengamati
lembaran-lembaran media Arbeitsblätter yang mereka terima dan dengan
ceria, santai tapi terkendali mereka mendiskusikan teks dengan mengacu pada
media Arbeitsblätter.
Dari hasil tes / evaluasi lisan yang dilakukan pada setiap akhir
pertemuan para mahasiswa ternyata sudah menunjukkan pemahaman terhadap
konsep-konsep yang ada pada media Arbeitsblätter, misalnya konsep strategi
dalam memahami wacana ( Lesestrategien, Lesetips ) , konsep Wortbildung
seperti Ableitung , Kompositum atau Zusammensetzung dan pengubahan
bentuk frasa ataupun bagian kalimat ( Umformung Satzglied-Gliedsatz )
bentuk nominal ( Nominalisierung ) dan bentuk verbal ( Verbalisierung ), dll.
Dari hasil tes / evaluasi tertulis yang dilakukan bersamaan dengan ujian
semester hasilnya cukup menunjukkan peningkatan yang signifikan . Nilai
yang diperoleh, rentangnya naik, yakni nilai terendah C dan nilai tertinggi B
plus (Terlampir), sehingga kalau dihitung nilai rata-ratanya secara non
statistik, nilai rata-rata yang diperoleh diprediksikan B atau B minus. Hal ini
berarti bahwa ada kenaikan yang berarti apabila dibandingkan dengan nilai
awal mahasiswa. Seperti telah disebutkan pada uraian terdahulu, nilai awal
rentang nilainya juga lebih rendah, yaitu nilai terendah D plus dan nilai
55
tertinggi C plus. Dengan melihat perbandingan nilai awal sebelum tindakan
dan nilai akhir setelah diberikan tindakan ada peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka penggunaan media
Arbeitsblätter dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit dapat disimpulkan
bahwa salah satu tujuan dari penelitian tindakan ini yang berupa meningkatnya
hasil atau produk pembelajaran telah dapat dicapai. Mengingat adanya
keterbatasan waktu, maka penelitian tindakan ini tidak dilanjutkan ke siklus
selanjutnya.
56
BAB V
KESIMPULAN , IMPLIKASI , SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian sebagaimana yang telah
dikemukakan dalam bab terdahulu, dapat ditarik simpulan bahwa penerapan
media lembar-lembar kerja ( Arbeitsblätter ) sebagai pendukung strategi
pembelajaran yang bersifat kooperatif (Partnerarbeit ataupun Gruppenarbeit )
yang selama ini telah diterapkan dalam perkuliahan Ausdrucksfähigkeit dapat
menimbulkan perubahan sikap para mahasiswa, dari sikap yang kurang positif
menjadi sikap yang lebih positif, menumbuhkan minat dan motivasi belajar
para mahasiswa, meningkatkan interaksi pembelajaran, baik interaksi di antara
para mahasiswa ataupun interaksi antara dosen dan mahasiswa, sehingga
kualitas proses pembelajaran Ausdrucksfähigkeit menjadi lebih optimal dan
hasil belajar yang mereka capai pun juga meningkat. Hasil belajar yang
mereka peroleh sebelum diberikan tindakan rata-rata hanya C, sedangkan rata-
rata setelah diberikan tindakan menjadi B.
B. Implikasi Hasil Penelitian
1. Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan media
Arbeitsblätter dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit telah memberikan
sumbangan yang signifikan terhadap keberhasilan peningkatan kualitas
pembelajaran Ausdrucksfähigkeit, baik secara proses ataupun hasil
pembelajaran. Antusias belajar, partisipasi, keterlibatan dan kreativitas
mahasiswa dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini
57
menunjukkan adanya perubahan sikap yang kurang positif menjadi positif .
Kompetensi mahasiswa dalam pembelajaran Ausdrucksfähigkeit juga
sudah meningkat. Oleh karena itu, media Arbeitsblätter ini
direkomendasikan untuk diterapkan pada pembelajaran Ausdrucksfähigkeit
khususnya dan pembelajaran yang memiliki karakteristik yang sama,
misalnya pembelajaran Arbeit am Text.
2. Dosen sebagai subyek yang sangat menentukan dalam proses
pembelajaran, perlu sekali mendapat dukungan dari pihak yang terkait
untuk senantiasa mengembangkan media pembelajaran agar dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran kualitas pembelajaran mata kuliah
yang diampunya.
C. Saran – saran
Dari hasil temuan penelitian tersebut ada beberapa hal yang dapat
disarankan yakni:
1. Bagi para dosen hendaknya mampu mengembangkan media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik mata kuliah yang diampunya.
2. Penggunaan Sozialformen yang variatif hendaknya juga diterapkan
dalampembelajaran mata kuliah yang diampunya.
3. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat dijadikan titik awal untuk
melakukan penelitian lanjutan yang lebih luas dengan melibatkan berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang tidak
dilibatkan dalam penelitian ini.
58
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman FBS. Percetaan UNY : Yogyakarta
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Akademik, Universitas Negeri Yogyakarta. Percetakan UNY : Yogyakarta
Dimyati. (2002). Teknik Pembelajaran. Rosda Karya : Bandung
Djemari Mardapi & Toto Kuwato (1999).Studi Pengembangan Sistem Ujian Berkesinambungan Sekolah Menengah Umum. Laporan penelitian kerjasama dengan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta : Yogyakarta
Heyd, Gertude. (1990). Deutsch lehren, Grundwissen fur den Unterricht in Deutsch als Fremdsprache, Verlag Moritz Diesterweg : Frankfurt am Main
Kemmis, S, & Targgart, M.R.(Eds). (1988). The action research planner (3nd ed). Deakin University : Victoria
Noeng Muhajir. (1997). Analisis dan Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas. BP3GSD, Ditjen Dikti, Depdikbud : Jakarta
Suwarsih Madya. (1994). Panduan Penelitian Tindakan. Lemlit IKIP Karangmalang: Yogyakarta
Suwarsih Madya. (2006). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Alfabeta: Bandung
Vembriarto. (1985). Model Pembelajaran. Lemlit IKIP Karangmalang: Yogyakarta