Faktor Yang Memengaruhi Kerja Obat

6
Faktor yang memengaruhi kerja obat Akibat perbedaan cara dan tipe kerja obat , respons terhadap obat sangat bervariasi. Faktor selain karakteristik obat juga memengaruhi kerja obat. Klien mungkin tidak memberi respons yang sama terhadap setiap dosis obat yang diberikan. Begitu juga obat yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda pada klien yang berbeda.Faktor yang memengaruhi kerja obat yaitu : 1. Perbedaan Genetik 2. Variabel Fisiologis 3. Kondisi Lingkungan 4. Faktor Psikologis 5. Diet Penjelasan : 1.Perbedaan Genetik

description

Faktor Yang Memengaruhi Kerja Obat

Transcript of Faktor Yang Memengaruhi Kerja Obat

Faktor yang memengaruhi kerja obat

Akibat perbedaan cara dan tipe kerja obat , respons terhadap obat sangat bervariasi. Faktor selain karakteristik obat juga memengaruhi kerja obat. Klien mungkin tidak memberi respons yang sama terhadap setiap dosis obat yang diberikan. Begitu juga obat yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda pada klien yang berbeda.Faktor yang memengaruhi kerja obat yaitu :1. Perbedaan Genetik2. Variabel Fisiologis3. Kondisi Lingkungan 4. Faktor Psikologis5. Diet

Penjelasan :

1.Perbedaan GenetikSusunan genetik memengaruhi biotransformasi obat. Pola metobolik dalam keluarga seringkali sama. Faktor genetik menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat. Akibatnya anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat.

2. Variabel FisiologisPerbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu. Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang sama. Variasi diurnal dalam sekresi estrogen bertanggung jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang dialami wanita.

3. Kondisi lingkunganStres fisik dan emosi yang berat akan memicu respons hormonal yang akhirnya mengganggu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan aktivitas enzim.Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respons terhadap obat. Klien Hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca panas dosis vasodilator perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator perlu ditambah.

4. Faktor PsikologisSikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh keluarga. Melihat orang tua sering menggunakan obat obatan dapat membuat anak menerima obat sebagai bagian dari kehidupan normalnya.Makna obat atau signifikansi mengonsumsi obat memengaruhi respons klien terhadap terapi. Sebuah obat dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak aman. Pada situasi ini klien bergantung pada obat sebagai media koping dalam kehidupan.

5. DietInteraksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrien. Contoh : vitamin K terkandung dalam sayuran hijau berdaun merupakan nutrien yang melawan efek warfarin natrium (coumadin) mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral menurunkan absorpsi vitamin larut lemak. Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi. Menahan konsumsi nutrien tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.

Penyebab mastitisa. Staphylococcus Staphylococcus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus, diameter 1 m, tidak motil, facultative anaerob, catalase positif, dapat tumbuh pada media yang kurang menguntungkan, dapat menyebabkan infeksi pyogenic.Habitat staphylococcus,hidup normal pada kulit hewan dan manusia. Mereka sering ditemukan pada membrane mukosa traktus respiratorius dan sedikit di saluran urogenital serta saluran pencernaan.Staphylococcus aureusmerupakan salah satu penyebab utama mastitis pada sapi perah yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar akibat turunnya produksi susu.Patogenisitas dan virulensi Staphylococcus sp. ditentukan oleh substansi-substansi yang diproduksi oleh organisme ini antara lain adalah enzim ekstraseluler yang dikenal dengan eksoprotein. Staphylococcusaureus memproduksi eksoprotein yang dibagi menjadi 2 kelompok utama yaitu, kelompok enzim antara lain koagulase, lipase, hialuronidase, stafilokinase (fibrinolisin) dan nuklease serta kelompok eksotoksin misalnya leukosidin, eksfoliatif toksin, enterotoksin dan toxic schock syndrome toxin-1 (TSST-1).Hemolisin merupakan eksoprotein yang mempunyai aktivitas baik enzimatis maupuntoksin sehingga tidak termasuk dalam klasifikasi ini (Williams et al., 2000). Sitolitiktoksin yang dihasilkan oleh S. aureus adalah , , , dan -hemolisin. Eksoprotein enzimatis ini kemungkinan mempunyai fungsi utama dalam menyokong nutrisi untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan eksotoksin berperan dalammenimbulkan berbagai penyakit. StreptococcusStreptococcus agalactiaetermasuk dalam genus Streptococcus golongan B. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif.Streptococcus agalactiae merupakan sebagian dari flora normal pada vagina dan mulut wanita pada 5-25 %.Bakteri ini secara khas merupakan hemolitik dan membentuk daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloni (bergaris tengah 1-2 mm).Streptococcus golongan B menghidrolisis natrium hipurat dan memberi respons positif pada tes CAMP (Christie, Atkins, Munch-Peterson), peka terhadap basitrasin.Streptococcus agalactiae mampu bertahan pada inang dalam temperature tinggi, tergantung dari kemampuannya untuk melawan fagositosis.Isolat dari Streptococcus agalactiae memproduksi kapsul polisakarida.Kapsul polisakarida tersebut tersusun atas galaktosa dan glukosa, berkombinasi dengan 2-acetamido-2-deoxyglucose, N-acetylglucosamine dan pada ujungnya terdapat asam sialik, yang memberikan muatan negatif.Kapsul polisakarida tersebut merupakan faktor virulensi yang penting.Kapsul-kapsul tersebut menghalangi fagositosis dan sebagai komplemen saat tidak ada antibodi.Hasil selanjutnya dihilangkan bersama dengan pengeluaran residu asam sialik, dan kekurangan serum antibodi untuk melengkapi antigen tidaklahopsonik. Meskipun infeksi/penyerangan bisa saja dihubungkan dengan semuaserotype, namun golongan dengan kapsul serotype III mendominasi isolat dariinfeksi neonatal (Carter,2004 ; Quinn,2002)

PATOGENESIS MASTITISPatogenesis mastitis dibagi menjadi beberapa fase, yaitu: infiltrasi, infeksi, infasi1. Fase InfasiMasuknya organisme ke dalam puting. Kebanyakan terjadi karena terbukanya lubang saluran putting, terutama setelah diperah. Infasi ini dipermudah dengan adanya lingkungan yang jelek, populasi terlalu tinggi, adanya lesi pada putting susu atau karena daya tahan sapi menurun.2. FaseInfeksiTerjadinya pembentukan koloni oleh mikroorganisme yang dalam waktu singkat menyebar ke lobuli dan alveoli.3. Fase InfiltrasiDitandai saat mikroorganisme sampai ke mukosa kelenjar, tubuh akan bereaksi dengan memobilisasi leukosit dan terjadi radang. Adanya radang menyebabkan sel darah dicurahkan ke dalam susu, sehingga sifat fisik seta susunan susu mengalami perubahan.

Karakteristik case control antara lain :1. Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol3. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat4. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik5. Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus6. Pada penelitian kasus-kontrol, yang dibandingkan ialah pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol7. Penghitungan besarnya risiko relatif hanya melalui perkiraan melalui perhitungan odds ratio