FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN …repository.helvetia.ac.id/2396/6/SKRIPSI SALIMAH... ·...
Transcript of FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN …repository.helvetia.ac.id/2396/6/SKRIPSI SALIMAH... ·...
-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN
KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE
TAHUN 2019
SKRIPSI
SALIMAH
1801032195
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN
KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi D4 Kebidanan Dan Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)
Oleh :
SALIMAH
18010302195
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
-
Telah diuji pada tanggal : Agustus 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Sri Juliani, S.K.M, M.Kes
Anggota : 1. Sri Rintani Sikumbang, S.S.T, M,Kes
2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd.
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik
Sarjana Terapan Kebidanan (Str.Keb) di Fakultas Farmasi dan Kesehatan.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan penelaah/tim
penguji.
3. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis telah dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan
Tinggi ini.
Medan, Agustus 2019
Peneliti
Salimah
1801032195
-
i
ABSTRACT
FACTORS RELATED TO ACHIEVEMENT OF UCI (UNIVERSAL CHILD
IMUNIZATION) VILLAGEIN THE WORK AREA
BINJAI ESTATE HEALTH CENTER
IN 2019
SALIMAH
NIM : 1801032195
Efforts to prevent the eradication of infectious diseases from the
government by holding an immunization program. Indicators of success of
immunization programs is the achievement Universal Child Immunization (UCI)
in the villages. UCI Villages is villages with complete basic immunization
coverage babies before 1 year old evenly distributed throughout the villages. The
working area Binjai Estate Health Center has UCI Village achievements which is
still low in 2018 namely Bhakti Karya Village (81.2%), Binjai Estate Village
(65.7%), Pujidadi Village (56.4%) and Tanah Merah Village (49.6%). The
purpose of this study is to find out factors related to the achievement of UCI
village
Research uses analytic survey method with cross sectional approach. The
population in this study is mothers who had babies aged 10-12 months were 167
people and the total sample of 63 people in Binjai Estate Health Center, test using
proportional random sampling method. Data analysis uses chi-square test at a
90% confidence level.
Based on the research results, knowledge respondents less categories of
24 people (38,1%), enough 35 people (55,6%) and good 4 people (6,3%) with p
value 0.023
-
ii
ABSTRAK
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN
KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE
TAHUN 2019
SALIMAH
NIM : 1801032195
Upaya pencegahan pemberantasan penyakit menular dari pemerintah
dengan diadakannya program imunisasi. Indikator keberhasilan program
imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di kelurahan.
Kelurahan UCI adalah kelurahan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi
sebelum berumur 1 tahun merata di seluruh kelurahan. Wilayah kerja Puskesmas
Binjai Estate memiliki capaian Kelurahan UCI yang masih rendah tahun 2018
yaitu Kelurahan Bhakti Karya (81,2%), Kelurahan Binjai Estate (65,7%),
Kelurahan Pujidadi (56,4%) dan Kelurahan Tanah Merah (49,6%). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pencapaian Kelurahan UCI.
Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur
10-12 bulan sebanyak 167 orang dan jumlah sampel sebanyak 63 orang di
Puskesmas Binjai Estate, uji menggunakan metode propotional random sampling.
Analisa data menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 90%.
Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden kategori kurang 24
orang (38,1%), cukup 35 orang (55,6%) dan baik 4 orang (6,3%) dengan p value
0,023
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan anugrah-Nya
yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN
KELURAHAN UCI (UNIVERSAL CHILD IMUNIZATION) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE TAHUN 2019”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kebidanan (S.Tr.Keb) pada Program Studi D4
Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan baik berbagai pihak, baik
dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Kes., selaku Pembina Yayasan Helvetia Medan.
2. Imam Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes., selaku Ketua Yayasan Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., selaku Rektor Institut Helvetia Medan 4. Darwin syamsul, S.Si, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Helvetia Medan.
5. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T, M.Keb., selaku Ketua Program Studi D4 Kebidanan Institut Helvetia Medan.
6. Sri Juliani, S.K.M, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I dan ketua penguji yang telah memberikan bimbingan dan mencurahkan waktu, perhatian, ide
dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
7. Sri Rintani Sikumbang, S.S.T, M,Kes., selaku Dosen Pembimbing II dan penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam
membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.
8. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku Penguji III yang telah memberikan banyak masukan kepada peneliti dalam penyempurnaan
skripsi ini
9. Seluruh Dosen Program Studi D4 Kebidanan yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
10. Teristimewa kepada seluruh Keluarga besar yang selalu memberikan pandangan, mendukung moril maupun materil, mendoakan dan selalu
memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima keritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas segala
kebaikan yang telah diberikan.
Medan, Agustus 2019
Penulis
SALIMAH
-
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama : SALIMAH
Tempat/tanggal lahir : Tanjung Bingai, 16 Juli 1979
Agama : Islam
Anak ke : 3 dari 6 bersaudara
II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Alm. Serasi Ginting
Nama Ibu : Karmina Br. Tarigan
Alamat : Desa Mekar Jaya, Kec. Sei Bingai
Kab. Langkat
III. RIWAYAT HIDUP PENDIDIKAN
1. Tahun 1986-1992 : SD Negeri Namu Ukur
2. Tahun 1992-1995 : SMP Negeri Namu Ukur Sei Bingai
3. Tahun 1996-1999 : SPK Kesdam I Bukit Barisan Binjai
4. Tahun 2013-2015 : D3 Kebidanan Putra Abadi Langkat
5. Tahun 2018-2019 : D4 Kebidanan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
-
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
ABSTRACT ........................................................................................ i
ABSTRAK ......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 12
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................. 12 2.2 Telaan Teori ............................................................................. 14
2.2.1 Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) ............ 14 2.2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian
Kelurahan UCI .............................................................. 32
2.3 Hipotesis .................................................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 47
3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 47
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 47
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................. 48
3.3.1 Populasi ........................................................................ . 48
3.3.2. Sampel .......................................................................... 48
3.3.3. Teknik Sampling ........................................................... 49
3.4 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 50
3.5 Defenisi Oprasional dan Aspek Pengukuran ............................. 51
3.5.1. Variabel Penelitian ........................................................ 51
3.5.2. Aspek Pengukuran ........................................................ 52
3.6 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 53
3.6.1. Data Primer ................................................................... 53
3.6.2. Data Sekunder ............................................................... 54
-
vi
3.7 Uji Validasi dan Reliabilitas ..................................................... 54
3.7.1. Uji Validitas .................................................................. 54
3.7.2. Uji Reliabilitas .............................................................. 58
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................... 59
3.8.1 Pengolahan Data ........................................................... 59
3.8.2. Analisis Data ................................................................. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 62
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 62
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................ 68
4.2.1 Analisis Univariat ......................................................... 68
4.2.2 Analisis Bivariat ............................................................ 79
4.3 Pembahasan .............................................................................. 83
4.3.1 Hubungan pengetahuan ibu dengan pencapaian Kelurahan
UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate ............... 83
4.3.2 Hubungan sikap ibu dengan pencapaian Kelurahan UCI
Di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate ..................... 86
4.3.3 Hubungan dukungan keluarga dengan pencapaian
Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai
Estate ............................................................................ 90
4.3.4 Hubungan peran kader dengan pencapaian Kelurahan
UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Esatate ............. 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 95
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 95
5.2 Saran ...................................................................................... 95
Daftar Pustaka ..................................................................................... 97
Lampiran ............................................................................................. 100
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................ 51
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Binjai ................................................. 68
-
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Target Imunisasi (RPJMN Tahun 2015-2019) .................... 3
Tabel 3.1 Jumlah Sampel yang Diteliti Disetiap Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate ............................. 50
Tabel 3.2 Apek Pengukuran Variabel Penelitian ................................ 53
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas ............................................................. 55
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................... 58
Tabel 4.1 Distribusi Frekkuensi Kuesioner Pengetahuan Ibu ............. 68
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan ...................................................................... 70
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kuesioner Sikap Ibu .......................... 70
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap ........... 72
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kuesioner Dukungan Keluarga .......... 73
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Dukungan Keluarga ........................................................... 76
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kuesioner Peran Kader ...................... 76
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Peran Kader ....................................................................... 78
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kuesioner Pencapaian Kelurahan
UCI ................................................................................... 78
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Cakupan Pencapaian Kelurahan UCI ................................. 79
Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Capaian Kelurahann
UCI ................................................................................... 86
Tabel 4.12 Hubungan Sikap Ibu dengan Capaian Kelurahan UCI ........ 80
Tabel 4.13 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Capaian
Kelurahan UCI .................................................................. 81
Tabel 4.14 Hubungan Peran Kader dengan Capaian Kelurahan
UCI ................................................................................... 82
-
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner .......................................................................... 100
Lampiran 2 Master Data Uji Validitas .................................................. 110
Lampiran 3 Master Data Penelitian ...................................................... 113
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas (Out Put) ............................................. 117
Lampiran 5 Hasil Out put Penelitian .................................................... 139
Lampiran 6 Surat Survey Awal ............................................................ 155
Lampiran 7 Surat Balasan Survey Awal ............................................... 156
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian .......................................................... 157
Lampiran 9 Surat Balasan Izin Penelitian ............................................. 158
Lampiran 10 Permohonan Pengajuan Judul Skripsi .............................. 159
Lampiran 11 Lembar Revisi Proposal .................................................. 160
Lampiran 12 Lembar Revisi Skripsi ..................................................... 161
Lampiran 13 Lembar Bimbingan Proposal ........................................... 162
Lampiran 14 Lembar Bimbingan Skripsi .............................................. 164
Lampiran 15 Dokumentasi ................................................................... 166
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit
degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit dilakukan daripada
penyakit degeneratif karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah
administrasi. Salah satu upaya dari pemerintah untuk memberantas penyakit
menular adalah dengan diadakannya program imunisasi dengan indikator
keberhasilan yakni tercapainya Universal Child Immunization (UCI). Akan tetapi
tidak semua penyakit menular yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.
Penyakit menular yang dapat dicegah melalui imunisasi antara lain TBC, Difteri,
Tetanus, Hepatitis B, pertussis, campak, polio, radang selaput otak dan radang
paru-paru.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2017, imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit
ke wilayah lain yang terbukti sangat murah (cost effective).(1) Menurut Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009, kegiatan imunisasi dilaksanakan dengan tujuan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).(2)
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai
penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit
menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
-
2
(PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang
paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi
dan terhindar dari kesakitan, kecacatan atau kematian.(3)
WHO menyatakan bahwa upaya imunisasi sampai tahun 2018 telah
mampu melindungi hingga dua sampai tiga juta kematian pada semua kelompok
umur dari penyakit menular seperti difteri, tetanus, pertusis dan campak.
Walaupun demikian, jumlah balita yang belum mendapatkan imunisasi tergolong
sangat banyak, dimana sebanyak 19,4 juta jiwa balita belum mendapatkan
imunisasi dasar lengkap pada tahun 2018. Selain itu, sekitar 60% balita yang
belum mendapatkan imunisasi ini tinggal di 10 negara yaitu Brasil, Republik
Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, Filipina dan
Vietnam.(3)
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk memberikan
perlindungan kepada penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi
diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular,
yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil. Di Indonesia,
program imunisasi mewajibkan setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis
DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak.(4)
Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya
UCI. UCI adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada
semua bayi (anak dibawah umur satu tahun). Pada tahun 2014 pemerintah
menetapkan suatu rencana strategis dalam upaya percepatan pencapaian UCI yaitu
-
3
Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI 2015-2019 (GAIN UCI 2015-2019)
yang dituangkan dalam program imunisasi ibu hamil, bayi dan batita di Indonesia
Direktorat Surveilens, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Direktorat
Jenderal PP & PL Kemenkes RI tahun 2014. Sasaran dari kegiatan GAIN UCI
adalah seluruh bayi usia 0-11 bulan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap
sehingga seluruh desa/kelurahan mencapai UCI.(5)
Upaya pemerintah untuk mencapai Millenium Development Goals
(MDGs) adalah menetapkan imunisasi untuk menurunkan angka kematian anak.
Indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya UCI di
desa/kelurahan yang ditetapkan secara nasional pada tahun 1990 dengan
tercapainya imunisasi dasar lengkap minimal 90% yaitu BCG, DPT 3 (difteri
pertusis, tetanus ketiga), polio ketiga, hepatitis B dan campak sebelum anak
berusia 1 tahun.(4) Target imunisasi RPJMN 2015 -2019 cakupan imunisasi dasar
lengkap (IDL) kepada bayi 0-11 bulan yaitu 93 %. indikator program imunisasi
2015 -2019 dapat di lihat di tabel 1.1 (5)
Tabel 1.1 Target Imunisasi (RPJMN Tahun 2015-2019)
Indikator RPJMN/ Renstra Target capaian
2105 2016 2017 2018 2019
% Kab/Kota yang mencapai 80 % IDL
pada bayi 75 80 85 90 95
% anak usia 0-11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap 91 91,5 92 92,5 93
Kelurahan UCI adalah kelurahan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap
bayi sebelum berumur 1 tahun secara merata di seluruh kelurahan. Imunisasi
lengkap yaitu 1 dosis vaksin BCG (Bacillus CalmetteGuerin), 3 dosis vaksin DPT
-
4
(Difteri, Pertusis, Tetanus), 4 dosis vaksin Polio, 1 dosis vaksin Campak dan 3
dosis vaksin Hepatitis B yang diberikan sebelum anak berumur 1 tahun. Seluruh
kelurahan pada tahun 2019 harus mencapai 95% UCI.(5)
Pencapaian UCI merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar
secara lengkap pada sekelompok bayi. Cakupan capaian UCI yang dikaitkan
dengan batasan wilayah tertentu dapat menggambarkan besaran tingkat
perlindungan/kekebalan masyarakat terutama bayi (herd immunity) terhadap
infeksi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Suatu
desa/kelurahan dinyatakan mencapai UCI bila ≥ 93% dari bayi yang ada di
desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Kementerian
Kesehatan telah menetapkan target cakupan desa/kelurahan UCI pada tahun 2015-
2019 sebesar 95%.(5)
Pada tahun 2016 cakupan capaian UCI di Indonesia 81,82% dengan
capaian tertinggi terdapat di Provinsi Bali (100%), DI Yogyakarta (100%), dan
Jawa Tengah (99,93%). Sedangkan provinsi dengan capaian terendah yaitu
Provinsi Kalimanatan Utara (30,69%), Papua Barat (56,77%) dan Papua
(61.59%). Sedangkan di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 cakupan
desa/kelurahan UCI sebesar 73,44% dan ini mengalami penurunan dari tahun
2014 dan tahun 2015, yaitu sebesar 78,01% dan 75,39%. Pada tiga tahun terakhir
cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Sumatera Utara tidak pernah mencapai
target renstra.(4)
Penyebab utama rendahnya pencapaian UCI di Indonesia adalah karena
rendahnya akses pelayanan dan tingginya angka drop out. Hal ini terjadi karena
-
5
rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat, waktu
pemberian imunisasi, serta gejala ikutan imunisasi. Faktor budaya dan pendidikan
serta kondisi sosial ekonomi juga ikut mempengaruhi rendahnya capaian UCI
desa / kelurahan.(4)
Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara Pada tahun 2017,
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan capaian UCI tertinggi yaitu Pakpak
Bharat (100%) dan Medan (100%), Sedangkan Kabupaten/Kota terendah yaitu
Nias Selatan (8,7%), Kota Binjai (18,9 %), Padang Sidimpuan (19%), Padang
Lawas (36,3%), Pematang Siantar (45,3%).(6)
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2017, pada tahun
2015 cakupan pencapaian UCI sekitar 30 kelurahan dengan status UCI atau
sekitar 81,1 % sedangkan untuk tahun 2016 terjadi penurunan kelurahan yang
dengan status UCI yaitu sekitar 27 kelurahan dengan status UCI atau sekitar 73,0
%, dan pada tahun 2017 terjadi penurunan yang sangat signifikan dimana dari 37
kelurahan dengan status UCI terdapat sekitar 9 kelurahan yang UCI atau sekitar
24,3 %. Cakupan kelurahan UCI sebesar 67.6% atau dari 37 keluaran yang ada di
kota Binjai hanya 25 kelurahan dengan status UCI.(8) Cakupan ini masih jauh
dari target nasional, sehingga perlu usaha yang maksimal untuk mencapai target
tersebut.(7)
Saat ini di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate yang terdiri dari 4
kelurahan yaitu Kelurahan Bhakti Karya, Kelurahan Binjai Estate, Kelurahan
Pujidadi dan Kelurahan Tanah Merah. Pada thun 2018 cakupan capaian UCI di
Kelurahan Bhakti Karya sebesar 81,2%, cakupan capaian UCI di Kelurahan Binjai
-
6
Estate sebesar 65,7%, cakupan capaian UCI di Kelurahan Pujidadi sebesar 56,4%
dan cakupan capaian UCI di Kelurahan Tanah Merah sebesar 49,6%. Pencapaian
ini masih sangat rendah dari target yang diinginkan pada tahun 2018 yaitu sebesar
90% sehingga dapat dilihat bahwa belum tercapainya imunisasi dasar lengkap
pada bayi (0-11 bulan).(8)
Data rekapitulasi laporan program imunisasi Puskesmas Binjai Estate
tahun 2018, Pencapaian IDL (imunisasi dasar lengkap) adalah 78,9 %, dimana
diketahui target imunisasi RPJMN 2015-2019 cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) yaitu 93 %. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian UCI di kelurahan
wilayah Puskesmas Binjai Estate belum mencapai target sasaran.
Survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari di 4 kelurahan
yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate terhadap 10 orang ibu yang
memiliki bayi umur 10-12 bulan. Kegiatan survei yang di lakukan dengan melihat
dan menilai pengetahuan para ibu-ibu bayi, sikap ibu, dukungan keluarga serta
peran kader dalam pelaksanaan kegiatan Kelurahan UCI. Dari survei tersebut
diketahui seluruh ibu yang mempunyai bayi tidak mengetahui tentang kelurahan
UCI, 7 orang ibu tidak mengetahui jenis imunisasi dasar lengkap yang ada pada
program kegiatan Kelurahan UCI, dan 3 orang telah mengetahui imunisasi dasar
lengkap yang ada pada program kegiatan Kelurahan UCI.
Survei pendahuluan mengenai sikap ibu terhadap 10 orang ibu yang
menjadi responden, ada 6 orang ibu yang tidak mau mengimunisasikan bayinya,
dimana 2 orang ibu beralasan takut anaknya demam, 3 orang ibu beralasan tidak
diizinkan suami untuk mengimunisasikan bayinya dan 1 orang lagi hanya datang
-
7
keposyandu untuk menimbang bayinya saja sedangkan 4 orang ibu mau secara
rutin mengimunisasikan anaknya sesuai jadwal. Peran kader dalam pelaksanaan
program kegiatan Kelurahan UCI sangat berpengaruh dalam pencapaian
kelurahan UCI, dari 10 orang ibu yang disurvei, 8 orang ibu berpendapat bahwa
kader belum melaksanakan tugas kader sepenuhnya dalam program kegiatan
Kelurahan UCI seperti memberikan penyuluhan, mengajak ibu balita datang ke
kegiatan program Kelurahan UCI, melakukan kunjungan dan memberikan
motivasi kepada ibu balita serta memberikan informasi yang dibutuhkan ibu
balita, sedangkan 2 orang ibu yang lain berpendapat bahwa kader sudah
melaksanakan tugas kader dalam program kegiatan Kelurahan UCI namun
jawaban belum sepenuhnya tepat.
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting dalam
pelaksanaan kegiatan program Kelurahan UCI. Dari hasil survei, 4 orang ibu
mengatakan bahwa suami tidak mengetahui kapan pelaksanaan kegiatan
Kelurahan UCI dilaksanakan, 2 orang ibu mendapatkan dukungan dengan
mengantar dan mendampingi setiap jadwal kegiatan program Kelurahan UCI, 2
orang ibu mengatakan jika suami tidak dapat mendampingi, salah satu dari
keluarga akan mengantar ke tempat pelaksanaan kegiatan program Kelurahan
UCI, 2 orang ibu mengatakan suami tidak membolehkan anaknya mengikutin
kegiatan program Kelurahan UCI karena takut anaknya demam.
Peneliti juga memeriksa Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dibawa oleh ibu
dalam melaksanakan kegiatan program Kelurahan UCI karena pencapaian
cakupan Kelurahan UCI dapat dilihat dari kelengkapan anak di imunisasi dasar.
-
8
Dari hasil pemeriksaan KMS, 6 orang anak belum mendapatkan imunisasi dasar
lengkap dan 4 orang sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap namun jadwal
pemberian tidak tepat waktu.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosi Wahyuni pada tahun 2014 yang
berjudul Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pencapaian Desa
UCI (Universal Child Immunization) di UPTD Puskesmas Kuta Padang Layung
Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat menyatakan bahwa ibu balita yang
memiliki pengetahuan kurang tentang Desa UCI sebesar 95% sedangkan ibu
balita yang memiliki pengetahuan baik tentang Desa UCI sebesar 5%. Demikian
hal dengan variable sarana kesehatan, ibu balita yang mengatakan adanya sarana
kesehatan yang berkaitan dengan Desa UCI sebesar 95% dan yang mengatakan
tidak ada sarana kesehatan sebesar 5%. Dalam hal dukungan dari tenaga
kesehatan, dalam penelitian ini menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan
masih kurang sebesar 95% dan dukungan tenaga kesehatan baik sebesar 5%.(9)
Penelitian yang dilakukan Elly Istriyanti pada tahun 2011 yang berjudul
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi
di Desa Kumpul Rejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga menyatakan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada
bayi dengan nilai p value 0,004 < α = 0,05) dan juga ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan nilai p
value 0,003
-
9
Pencapaian Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) di Wilayah Kerja
Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : Apakah faktor yang berhubungan dengan Pencapaian
Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) di Wilayah Kerja Puskesmas
Binjai Estate Tahun 2019?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut ada beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pencapaian
Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pencapaian Kelurahan UCI
di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
3. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pencapaian
Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
4. Untuk mengetahui hubungan peran kader posyandu dengan pencapaian
Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya
kebidanan, serta memberi informasi tentang Kelurahan UCI terhadap
-
10
peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Binjai
Estate.
2. Bagi Pendidikan diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan
kepustakaan untuk memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan di
profesi pendidikan kesehatan. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan
pengetahuan bagi masyarakat terutama mengenai Kelurahan UCI, terutama
ibu balita.
2. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan mengenai pengetahuan masyarakat
terhadap pencapaian Kelurahan UCI dan memberi wawasan bagi instansi
terkait.
3. Sebagai masukan bagi Puskesmas Binjai Estate untuk meningkatkan
capaian imunisasi dasar lengkap untuk mendukung program pemerintah
dalam pencapaian Kelurahan UCI.
4. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih
lanjut, serta refrensi terhadap penelitian selanjutnya dengan variabel yang
berbeda.
-
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rosi Wahyuni pada tahun 2014 yang
berjudul Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pencapaian Desa
UCI (Universal Child Immunization) di UPTD Puskesmas Kuta Padang Layung
Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dengan cakupan pencapaian Desa UCI (p = 0,010), ibu
balita dominan tidak mengetahui mengenai Desa UCI tersebut. Hasil penelitian
juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sarana kesehatan dengan
cakupan pencapaian Desa UCI (p = 0,190), hal ini dikarenakan sarana kesehatan
yang ada di desa tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.
Demikian juga mengenai dukungan tenaga kesehatan, hasil penelitian menyatakan
bahwa ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan cakupan
pencapaian Desa UCI (p = 0,010).(9)
Penelitian yang dilakukan Elly Istriyanti pada tahun 2011 yang berjudul
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi
di Desa Kumpul Rejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga menyatakan bahwa
responden pada status imunisasi tidak lengkap, yang memiliki pengetahuan
rendah 31,7% dan pengetahuan tinggi 18,3%. Pada status imunisasi lengkap,
memiliki pengetahuan rendah 13,3% dan pengetahuan tinggi 36,7% dengan nilai p
value 0,004 < α = 0,05) sehingga ada hubungan pengetahuan ibu dengan
-
12
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Sedangkan untuk dukungan keluarga,
pada status imunisasi tidak lengkap responden yang tidak didukung keluarga
26,7% dan didukung keluarga 23,3%. Pada status imunisasi lengkap, responden
tidak didukung keluarga 8,3% dan didukung keluarga 41,7% dengan nilai p value
0,003 < α = 0,05 sehingga ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.(10)
Penelitian Mislina pada tahun 2017 tentang hubungan tingkat pengetahuan
ibu tentang imunisasi campak dengan kepatuhan jadwal pemberian imunisasi
campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Marcapada Kota Binjai
menyatakan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan imunisasi campak
pada kategori baik yaitu sebanyak 47 orang (67,1%). Sebagian besar ibu
memberian imunisasi campak pada bayinya dengan patuh yaitu sebanyak 45
orang (64,3%). Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan jadwal pemberian imunisasi campak
pada bayi di wilayah kerja Pustu Marcapada Kota Binjai tahun 2017 dengan nilai
= 0,000 (< 0,05).(11)
Penelitian Riri Novia Sumanti pada tahun 2017 tentang pengaruh
karakteristik ibu, jarak, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan
terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai menyatakan bahwa variabel
yang mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi
adalah pengetahuan (p=0,013), sikap (p=0,040) dan dukungan keluarga (p=0.031).
Variabel yang tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar
-
13
pada bayi adalah pendidikan, pekerjaan, jarak ke tempat pelayanan kesehatan dan
dukungan petugas kesehatan. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi adalah variabel pengetahuan.(12)
Penelitian Nanda Salsabila Itsa pada tahun 2018 tentang faktor – faktor
yang berhubungan dengan status imunisasi lanjutan pentavalen (DPT-HB-Hib) di
wilayah kerja Puskesmas Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung menyatakan
bahwa didapatkan 42,9% responden memiliki status imunisasi lanjutan pentavalen
lengkap dan 57,1% tidak lengkap. Variabel yang berhubungan dengan
kelengkapan status imuniasi lanjutan pentavalen di wilayah kerja Puskesmas
Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung yaitu pengetahuan ibu (p value 0,029), sikap
ibu (p value 0,022) dan pekerjaan ibu (p value 0,014). Sementara variabel yang
tidak berhubungan yaitu status pendidikan ibu (p value 0,384), keterjangkauan
tempat pelayanan kesehatan (p value 0,344) dan peran petugas kesehatan (p value
0,571).(13)
2.2 Telaah Teori
2.2.1 Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya
imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi. Bayi adalah anak dibawah umur
1 tahun.(5) Imunisasi dasar pada bayi dilakukan pada saat bayi masih berusia
kurang dari 12 bulan, dengan pemberian imunisasi meliputi imunisasi Hepatitis
satu kali, BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio tetes oral 4 kali ditambah IPV satu
kali, campak satu kali.(1)
-
14
Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian
Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai
MDG’s tahun 2015 dalam rangka menurunkan AKB dan AKABA. Untuk
mencapai tujuan tersebut tahun 2019 Kementerian Kesehatan mencanangkan
strategi pencapaian kegiatan imunisasi melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi
Nasional Universal Child Immunization (GAIN UCI), yaitu upaya percepatan UCI
di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2019 melalui gerakan terpadu oleh
pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait.
Program imunisasi di Indonesia tahun 2019 di targetkan 95% desa/kelurahan
harus UCI, dan minimal 93% bayi di bawah satu tahun sudah mendapatkan
imunisasi lengkap. Salah satu indikator desa/kelurahan UCI di Indonesia adalah
imunisasi campak, upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai
tingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dapat dibasmi,
dieliminasi atau dikendalikan.(5)
1. GAIN UCI
GAIN UCI adalah Upaya percepatan pencapaian UCI di seluruh desa/
kelurahan pada tahun 2019 melalui suatu gerakan dilaksanakan pemerintah
bersama seluruh lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu di
semua tingkat administrasi. Upaya percepatan berupa penguatan pelaksanaan
imunisasi rutin melalui:(5)
a. Penguatan PWS.
b. Menyiapkan sumber daya : tenaga, logistik, biaya dan sarana pelayanan.
-
15
c. pemberdayaan masyarakat melalui tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat
desa & kader.
d. Pemerataan jangkauan ke semua desa / kelurahan yg sulit /tidak terjang
kau pelayanan.
e. Upaya pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat, LSM dan
swasta bersama-sama secara terpadu & terkoordinasi untuk melaksanakan
upaya percepatan di semua wilayah.
Tujuan umum GAIN UCI adalah (5)
a. Tercapainya UCI di seluruh desa/kelurahan secara bertahap mulai dari
tahun 2015 – 2019 dengan menurunkan angka kematian & kesakitan
PD3I.
Tujuan khusus GAIN UCI adalah:
a. Terbentuknya dukungan nyata dari pemangku kebijakan dan kepentingan
dalam penyelenggaraan kegiatan imunisasi bayi.
b. Terselenggaraannya kegiatan imunisasi melalui perencanaan, pergerakan ,
dan pemantauan secara berjenjang.
c. Terjadinya perubahan sikap dan perilaku masyarakat melalui peningkatan
peran serta berbagai organisasi masyarakat.
Mengacu pada RPJMD tahun 2015 – 2019 target pencapaian GAIN UCI
adalah sebagai berikut:(5)
-
16
Tahun 2015
a. Mencapai desa / kelurahan 75 %.
b. Persentasi bayi usia 0-11 bulan yg mendapatkan imunisasi dasar lengkap
91 %.
Tahun 2016
a. Mencapai UCI desa / kelurahan 80 %.
b. Persentasi bayi usia 0 -11 bulan yg mendapatkan imunisas dasar lengkap
91,5 %.
Tahun 2017
a. Mencapai UCI desa / kelurahan 85 %.
b. Persentasi bayi usia 0-11 bulan yg mendapatkan imunisasi dasar lengkap
92 %.
Tahun 2018
a. Mencapai UCI desa / kelurahan 90 %.
b. Persentasi bayi usia 0-11 bulan yg mendapatkan imunisasi dasar lengkap
92,5 %.
Tahun 2019
a. Mencapai UCI desa / kelurahan 95 %.
b. Persentasi bayi usia 0-11 bulan yg mendapatkan imunisasi dasar lengkap
93 %.
2. Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu cara pencegahan penyakit menular khususnya
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada
-
17
tidak hanya anak sejak masih bayi hingga remaja tetapi juga kepada dewasa. Cara
kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh
untuk membentuk antibodi. Antibodi yang telah terbentuk setelah imunisasi
berguna untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara
aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I.(14)
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar
kekebalan di atas ambang perlindungan. Universal Child Immunization (UCI)
adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi
(umur 0-11 bulan). Definisi desa atau kelurahan UCI ialah desa/kelurahan dimana
≥ 85 % dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi
BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.(6)
Hal tersebut juga diutarakan oleh Plotkin dalam Senewa, bahwa dampak
imunisasi terhadap kesehatan penduduk dunia sangatlah besar karena dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditas di dunia, sehingga imunisasi merupakan
tanggung jawab dari setiap pelayanan primer di semua negara. Imunisasi
merupakan bentuk perlindungan terhadap penyakit, spesifiknya terhadap penyakit
menular.(15)
Adapun tujuan imunisasi bagi individu anak adalah untuk merangsang
system imun tubuh untuk membentuk antibodi yang dapat berfungsi untuk
mencegah penderita dari penyakit tertentu yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderita.(14)
-
18
Diperkirakan 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit
campak, 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, dan 1 dari
100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit Tetanus, jika tanpa imunisasi.
Dan dari setiap 200.000 anak, 1 anak akan menderita penyakit Polio.(16)
Sejarah telah membuktikan tujuan tersebut mulai tercapai pada tahun 1977
ketika cacar dapat dieradikasi dan poliomyelitis dapat dieliminasi di AS tahun
1991. American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan bahwa eradikasi dan
eliminasi penyakit tersebut disusul oleh eliminasi penyakit lain seperti Tetanus,
Dipteria, Campak, Parotitis, Pertusis, Rubella, dan Haemofilus influenza tipe B
(HiB). Pada tahun 1994 dideklarasikan secara internasional untuk melakukan
eliminasi Polio di dunia bagian Barat. Sementara itu di Asia dilaporkan proses
eradikasi Polio dari tahun 1988-2007 sudah mencapai eradikasi tidak tersertifikasi
dan termasuk area non-endemik Polio.(16)
Proses pemberantasan penyakit yang dapat disembuhkan dengan imunisasi
melalui tiga tahapan yaitu :
a. Tahap reduksi dimana tahap ini terbagi menjadi :
1) Tahap pengendalian penyakit, terjadi penurunan kasus dan kematian,
cakupan imunisasi > 80% dan interval terjadinya kejadian luar biasa
antara 4-8 tahun.
2) Tahap pencegahan kejadian luar biasa, dimana cakupan imunisasi
dapat dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus
dan kematian, dan interval Kejadian Luar Biasa (KLB) relatif lebih
panjang.
-
19
b. Tahap eliminasi dimana cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%),
dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil
jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah
terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptible) harus
diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan segera agar terkurangi risiko
terkena PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).
c. Tahap eradikasi terjadi setelah cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan
kasus sudah tidak ditemukan.(16)
Terdapat dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan
atau dimatikan agar tubuh dapat memproduksi antibodi sendiri seperti imunisasi
polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah
antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat seperti penyuntikan ATS
(Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan atau bayi baru lahir
yang mendapat antibodi dari ibunya.(16)
Selain itu, menurut Notoatmodjo dalam Musfiroh disebutkan bahwa
kekebalan aktif jika anak mendapatkan kekebalan setelah sembuh dari penyakit
tertentu seperti sembuh dari penyakit Campak maka anak akan mempunyai
kekebalan terhadap Campak. Sementara kekebalan pasif didapat dari ibu melalui
plasenta dan ini bersifat sementara atau didapat dari serum antibodi. Imunisasi
aktif merupakan cara untuk memberikan kekebalan aktif dengan memberikan
mikroorganisme atau modifikasinya (seperti toxoid, antigen terseleksi/tertentu,
-
20
atau antigen rekayasa) yang merangsang terjadinya respon imunologi melalui
respon infeksi alami.(17)
Sementara untuk Indonesia imunisasi yang diberikan pada anak sebagai
imunisasi aktif adalah :
a. Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan namun
dapat juga diberikan pada umur antara 0-12 bulan. Vaksin BCG
merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien
imunokompromais yaitu leukimia, anak yang sedang mendapat
pengobatan steroid jangka panjang, bayi yang telah diketahui atau
dicurigai menderita infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Apabila BCG diberikan setelah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin
negatif jika uji tuberkulin tidak memungkinkan, BCG dapat diberikan
namun perlu observasi dalam waktu 7 hari. Apabila terdapat reaksi lokal
dan cepat terjadi di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu
tindakan lebih lanjut.
b. Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian imunisasi
dilakukan tiga kali, yaitu pada usia dua bulan, empat bulan dan enam
bulan. Diberikan melalui suntikan intramuskular. Efek samping imunisasi
hanya berupa gejala-gejala ringan seperti demam, kemerahan,
pembengkakan dan nyeri pada tempat suntikan.
-
21
c. Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang
menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki. Terdapat 2
kemasan vaksin polio yaitu OPV (oral polio vaccine) dan IPV (inactivated
polio vaccine). Pemberian imunisasi polio ini empat kali pada umur bayi
0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dua bulan, empat bulan dan enam
bulan. Imunisasi ini diberikan melaui oral/ mulut dan suntikan.
d. Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kandungan vaksin campak
adalah virus yang dilemahkan. Pemberian imunisasi campak adalah satu
kali pada usia sembilan bulan secara subkutan dalam.
e. Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi
akut yang dapat merusak hati. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis
B adalah tiga kali yaitu diberikan sedini mungkin dalam 12 jam setelah
lahir, usia satu bulan, dan usia antara tiga sampai enam bulan.
Imunisasi hepatitis B diberikan dengan cara intramuskular di lengan
atau paha bayi.(17)
Menurut RSPI SS dalam Waluyanti imunisasi mempunyai beberapa
manfaat, diantaranya : 1) Untuk anak : mencegah kesakitan yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian; 2) Untuk keluarga :
menghilangkan kecemasan secara psikologis jika anak mengalami sakit,
membangun keyakinan bahwa anak akan berkembang dengan baik jika anak
-
22
sehat; 3) Untuk negara : akan memperbaiki tingkat kesehatan, membangun bangsa
yang kuat dan siap melanjutkan pembangunan negara.(18)
a. Mekanisme Penyelenggaraan Program Imunisasi
1) Penyusunan perencanaan
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan
program imunisasi. Masing-masing kegiatan terdiri dari analisis situasi,
alternatif pemecahan masalah, alokasi sumber daya (tenaga, dana,
sarana dan waktu) secara efisien untuk mencapai tujuan program.
2) Menentukan jumlah sasaran
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting karena
menjadi dasar dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program. Sumber resmi antara lain : 1) angka jumlah penduduk,
pertambahan penduduk serta angka kelahiran diperoleh dari hasil sensus
penduduk yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS), 2) unit
terkecil dari hasil sensus adalah desa, dan angka ini menjadi pegangan,
untuk selanjutnya pengelola program imunisasi melakukan proyeksi
untuk mendapatkan jumlah penduduk dan sasaran imunisasi sampai ke
tingkat desa.
3) Menentukan target cakupan
Menentukan target merupakan bagian yang penting dari perencanaan
karena target dipakai sebagai salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan,
pemantauan, maupun evaluasi. Untuk mengurangi faktor subjektivitas
diperlukan analisis situasi yang cermat antara lain : 1) analisis situasi
-
23
data yang harus dilengkapi (peta wilayah dengan wilayah dengan
jumlah penduduk/sasaran, data wilayah, jumlah tenaga, jumlah
peralatan imunisasi yang ada, data kesakitan dan kematian, hasil
analisis Pantauan Wilayah Setempat). Hasil evaluasi dari data di atas
ditetapkan masalah, faktor penyebab serta potensi yang dimiliki. 2)
menghitung target aksesibilitas/jaringan program (cakupan DPT-1),
wilayah I adalah wilayah yang dapat dijangkau pelayanan imunisasi
secara teratur, minimal 4 kali dalam setahun, wilayah II adalah wilayah
yang dapat dijangkau pelayanan imunisasi namun kurang dari 4 kali
dalam setahun atau tidak teratur, wilayah III adalah wilayah yang tidak
dapat dijangkau pelayanan imunisasi.
4) Merencanakan kebutuhan vaksin
Pada dasarnya perhitungan kebutuhan jumlah dosis vaksin berasal dari
unit pelayanan imunisasi (Puskesmas). Cara menghitung berdasarkan
jumlah imunisasi dasar, target cakupan yang diharapkan untuk setiap
jenis imunisasi, indeks pemakaian vaksin tahun lalu. Dengan cara
menghitung kebutuhan vaksin, target cakupan secara rinci sampai ke
masing-masing kontak antigen.
5) Perencanaan kebutuhan peralatan Cold Chain (Rantai Dingin)
Setiap obat dari bahan biologis harus terlindung dari sinar matahari,
vaksin yang sudah dilarutkan tidak dapat disimpan lama karena
potensinya akan berkurang, oleh karena itu, untuk vaksin beku kering
(BCG, Campak) kemasan harus ditutup.(19)
-
24
b. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
1) Persiapan petugas meliputi 1) inventaris sasaran (daftar bayi dan ibu
hamil), sumber dari kelurahan, form registrasi bayi/ibu hamil, PKK, 2)
persiapan vaksin dan peralatan rantai vaksin (jumlah vaksin yang
dibawa harus sesuai dengan jumlah sasaran, peralatan rantai dingin
yang akan dipergunakan di lapangan seperti termos), 3) persiapan ADS
(Auto Disable Syringe) dan safety box. Petugas harus mempersiapkan
ADS dan safety box untuk dibawa ke lapangan sesuai dengan jumlah
sasaran yang akan diimunisasi.
2) Persiapan dan penggerakkan masyarakat mutlak harus dilakukan
dengan kerja sama lintas program, lintas sektoral, organisasi profesi,
LSM dan petugas masyarakat/kader.(20)
c. Macam-Macam Imunisasi Dasar
1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin (BCG)
hidup yang dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan dosis 0,05 ml
pada insertio muskulus deltoideus. Bacillus Calmette Guerrin (BCG)
dimanfaatkan untuk mencegah penyakit TBC atau Tuberculosis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa. Kontraindikasi untuk
vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya
penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka
panjang, penderita HIV). Reaksi yang mungkin terjadi :
-
25
a) Reaksi lokal : 1 – 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat
penyuntikan timbul kemerahan dan banjolan kecil yang teraba
keras. Kemudian benjolan itu berubah menjadi pustule (gelembung
berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus).
Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8 – 12
minggu dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar.
Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka bila
akan diulang dan bayi sudah berumur lebih dari 2 bulan harus
dilakukan uji Mantoux (tuberkulin).
b) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau
leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang akan
menghilang dalam waktu 3 – 6 bulan.(21)
Komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a) Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan
karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang
secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah
matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan
menggunakan jarum) dan bukan disayat.
b) Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu
dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik
dalam waktu 2 – 6 bulan.(21)
-
26
2) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap
Difteri, Pertusis dan Tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius
atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara
yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta pernapasan yang
melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas,
makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi yang
serius seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi
yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.(21)
Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan kepada anak
yang berumur kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot paha secara suub cutan dalam.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2
bulan (DPT-1), 3 bulan (DPT-2), 4 bulan (DPT-3), selang waktu tidak
kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml.(21)
DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan seperti demam
ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping
tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada
kurang dari 1% penyuntikan DPT menyebabkan komplikasi sebagai berikut
a) Demam tinggi (lebih 40,5 oC)
b) Kejang
-
27
c) Kejang demam (risiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarga)
d) Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).(21)
Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah jika anak
mempunyai riwayat kejang. Pemberian imunisasi yang boleh diberikan
adalah DT, yang hanya dapat diperoleh di puskesmas (kombinasi toksoid
Difteria dan Tetanus (DT) yang mengandung 10 – 12 Lf dapat diberikan
pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin
Pertusis).(20)
Satu sampai dua hari setelah mendapat suntikan DPT, mungkin akan
terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat
penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa
diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Untuk mengurangi nyeri di tempat
penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakkan lengan maupun tulang tungkai yang bersangkutan.(22)
3) Imunisasi Polio
Imunisasi Polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada
salah satu maupun kedua lengan atau tungkai. Polio juga bisa menyebabkan
kelumpuhan otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa
menyebabkan kematian. terdapat 2 kemasan vaksin polio yaitu OPV (Oral
polio vaccine), dan IPV (inactivated polio vaccine). Pemberian imunisasi
polio ini empat kali pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dua
-
28
bulan, empat bulan dan enam bulan. Imunisasi ini diberikan melaui oral/
mulut dan suntikan.
a) Diare
b) Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,
kortikosteroid)
c) Kehamilan.(23)
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang
kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon
kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibodi sampai tingkat yang tertinggi.(23)
4) Imunisasi Campak
Imunisasi Campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Campak. Imunisasi Campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak
berumur 9 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara
subsutan sebanyak 0,5 mL. Jika terjadi wabah Campak, dan ada bayi yang
belum berusia 9 bulan, maka imunisasi Campak boleh diberikan.(24)
Kontraindikasi pemberian vaksin Campak adalah sebagai berikut:
a) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 oC
b) Gangguan sistem kekebalan
c) Pemakaian obat imunosupresan
d) Alergi terhadap protein telur
e) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
f) Wanita hamil.(24)
-
29
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,
diare, konjungtivitis dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).(24)
5) Imunisasi HB (Hepatitis B)
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis
B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan segera setelah bayi lahir atau
kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat
imunisasi HB 1 dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi HB II.
Imunisasi dasar diberikan 3 kali dengan selang waktu 1 bulan. Vaksin
disuntikkan pada otot paha secara subcutan dalam dengan dosis 0,5 ml.(14)
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya sampai
anak benar-benar pulih. Efek samping dari vaksin HB adalah efek lokal
(nyeri di tempat suntikan) dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan
tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam bebarapa
hari.(14)
d. Keberhasilan Imunisasi
Tidak semua anak yang diimunisasi bebas dari serangan penyakit. Semua
bergantung pada tingkat keberhasilan imunisasi yang dilakukan. Begitu pula,
waktu perlindungan yang terjadi pun bervariasi. Ada anak yang terlindungi dalam
waktu yang lama, ada pula yang terlindungi hanya sebentar saja. Keberhasilan
imunisasi tergantung pada beberapa faktor yaitu :
-
30
1) Waktu pemberian
Vaksin yang diberikan ketika anak masih memiliki kadar antibodi
dari ibunya yang masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang
memuaskan. Untuk waktu pemberian yang efektif pada setiap imunisasi
berbeda-beda.
2) Kematangan imunologik
Pada bayi belum memiliki fungsi imun yang matang sehingga akan
memberikan hasil yang kurang efektif dibandingkan pada anak. Individu
dengan status imun rendah, seperti pasien yang mendapat pengobatan
imunosupresan atau sedang mengalami infeksi, maka akan mempengaruhi
keberhasilan imunisasi, contohnya pada pasien HIV dan penggunaan
kortikolsteroid jangka panjang pada penderita penyakit kronis.
3) Keadaan gizi
Gizi yang kurang menyebabkan kemampuan sistem imun lemah.
Meskipun kadar imunoglobulin normal atau meningkat, namun tidak
mampu mengikat antigen dengan baik karena kekurangan asam amino yang
dibutuhkan dalam pembentukan antibodi.
4) Cara pemberian vaksin
Cara pemberian mempengaruhi respons yang timbul. Vaksin Polio
oral (lewat mulut) akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik.(25)
-
31
2.2.2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pencapaian Kelurahan UCI
Berdasarkan teori Lawrence Green terdapat dua faktor pokok yang
mempengaruhi kesehatan individu atau masyarakat (dalam hal ini status
imunisasi) yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-
behavior causes). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
diantaranya adalah faktor pemudah (predisposing factors), faktor pemungkin
(enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors).
1. Faktor Pemudah (Predisposing Factor)
Faktor pemudah atau factor predisposisi adalah faktor internal yang paling
penting yang dimiliki seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatannya.
Faktor-faktor ini mencakup tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan
ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan dukungan dari pihak keluarga. Berikut
ini adalah faktor predisposisi berhubungan dengan pencapaian kelurahan UCI
dalam penelitian ini:
a. Pengetahuan ibu
Berdasarkan survei pendahuluan yang tercantum di latar belakang, maka
dapat diketahui ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pencapaian
kelurahan UCI. Aspek pengukuran pengetahuan digunakan dengan alat kuesioner,
hasil ukur berdasarkan kriteria baik, cukup, kurang.
Menurut Bloom pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.(26)
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
-
32
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.(27)
Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau kategori,
yaitu (26)
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada
saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali
(recognition). Kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.
2) Pemahaman (Comprehension)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna
dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam menguraikan isi
pokok bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk
lain. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.
3) Penerapan (Aplication)
Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk
menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru.
Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode, rumus, teori dan
-
33
sebagainya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada
persoalan yang dihadapi atau aplikasi suattu metode kerja pada pemecahan
problem baru. Misalnya menggunakan prinsip. Kemampuan ini setingkat lebih
tinggi daripada kemampuan.
4) Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang
kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan
informasi lain. Kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.
5) Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-
bagian dihubungkan stu sama lain. Kemampuan mengenali data atau informasi
yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan satuan
pelajaran. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.
6) Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi
pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami,
dilakukan, dianalisis dan dihasilkan. Kemampuan untuk membentuk sesuatu atau
beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria
-
34
tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadapa sesuatu.
Cara memperoleh pengetahuan dapat digolongkan menjadi:
1) Konvesional/tradisional atau disebut dengan cara non ilmiah
Cara-cara konvensional/tradisional ini digunakan orang pada saat sebelum
ditemukannya suatu metode ilmiah atau metode penemu ilmu pengetahuan secara
sistematik dengan berdasarkan ilmu logika. penemuan pengetahuan secara
konvensional/tradisional ini meliputi hal, yakni:
a) Pengalaman pribadi (Auto Experience)
Pepatah lama mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang
terbaik. ini tidak dapat disangkal akan kebenarannya. Berbagai
pengalaman seseorang tentang suatu hal, akan menjadi sanagat berguna
bagi orang lain.
b) Belajar dan Kesalahan (Trial and Error)
Cara ini digunakan semenjak belum diketemukannya cara
metode untuk menggali pengetahuan secara sistematik dan berdasarkan
logika. namun cara ini pula sampai sekarang tetap masih digunakan
dalam memperoleh pengetahuan baru, khususnya pada aspek tertentu.
c) Kekauasaan (Authority)
Tradisi atau kebiasaan ini sebagian menjadi suatu budaya,
daerah, akan tetapi sebagian lagi menjadi suatu ilmu yang diyakini
kebenarannya, walaupun tanpa fakta empiris, dan mengujinya dengan
penalaran dan logika. Seperti kita ketahui bahwa pada setiap upacara
-
35
perkawinan, tentu setiap daerah mempunyai adat dan kebiasaan masing-
masing berbeda. Kita tidak pernah tahu hal tersebut pertama kali
dilakukan, namun berdasarkan ketua adat yang mempunyai otoritas
yang sangat domain di masyarakat, maka ada beberapa syarat yang
tidak boleh dilewatkan dan harus dilakukan.
2) Melalui Pikiran (To Mind)
Dengan semakin maju dan berkembangnya peradaban dan kebudayaan
umat manusia, maka cara berfikirnya mulai sedikit demi sedikit mangalami
perubahan dan kemajuan.
3) Melalui jalur ilmiah
Dengan cara yang lebih modern dilakukan untuk memperoleh suatu
pengetahuan, ternyata akan lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara-cara semacam
ini kemudian dikenal dengan istilah metode penelitian ilmiah atau diperpendek
metodologi penelitian (research methodology).(28) Alat ukur kuesioner
pengetahuan adalah benar dan salah sedangkan kategori pengetahuan dalam
penelitian ini dibagi kedalam kategori baik, cukup dan kurang.
b. Sikap ibu
Notoatmodjo menjelaskan tahapan seseorang sebelum mengadopsi
perilaku baru, proses tersebut meliputi : awareness (kesadaran), interest (tertarik),
evaluation (mempertimbangkan dampak baik dan buruk stimulus tersebut
terhadap dirinya), trial (mulai mencoba prilaku baru), adoption (subyek telah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus.(13)
-
36
Sikap dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap. Apabila subjek berusaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing), berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling
tinggi.(13)
Kategori sikap ibu pada penelitian ini menggunakan skala likert
menggunakan positif dan negatif dengan alat ukur sangat setuju, setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
c. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek setres yang buruk. Dukungan keluarga menurut
Friedman adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluargannya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu
bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan
-
37
terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-
dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang
dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.(29)
Sumber dukungan keluarga menurut Caplan dalam Friedman terdapat tiga
sumber dukungan sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang
spontan: dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan
professional, dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan.(30)
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial
yang di pandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau
diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga
dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri
atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal.(29)
Tujuan dukungan keluarga sangatlah luas diterima bahwa orang yang
berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi yang
lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini. Lebih khususnya,
karena dukungan sosial dapat dianggap mengurangi atau menyangga efek serta
meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga secara langsung, dukungan
sosial adalah strategi penting yang haru ada dalam masa stress bagi keluarga.(31)
-
38
Sistem dukungan keluarga ini berupa membantu berorientasi tugas sering
kali diberikan oleh keluarga besar, teman, dan tetangga. Bantuan dari keluarga
besar juga dilakukan dalam bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan financial
yang terus-menerus dan intermiten, berbelanja, merawat anak, perawatan fisik
lansia, melakukan tugas rumah tangga, dan bantuan praktis selama masa
krisis.(29)
Jenis dukungan keluarga menurut Friedman, menyatakan bahwa keluarga
berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan
keluarga yaitu:
1) Dukungan emosional
Dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
kasih sayang (afeksi), kepercayaan, perhatian, dan mendengarkan serta
didengarkan. Keluarga merupakan tempat yang damai untuk membantu
penguasaan terhadap emosi pada ibu.
2) Dukungan informasional
Dukungan informasional bertujuan untuk menekan stressor, dimana
informasi yang diberikan keluarga diharapkan mampu memberikan sugesti
khusus pada ibu. Keluarga sebagai pemberi dukungan informasional
memiliki peran sebagai penyebar dan penyampai informasi yang digunakan
untuk mengungkapkan masalah.
-
39
3) Dukungan penghargaan/penilaian (appraisal)
Keluarga memiliki peran sebagai pemberi dukungan penilaian seperti
memberikan bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi
permasalahan, serta sebagai validator identitas anggota keluarga. Misalnya
sikap dan perilaku keluarga dalam memberikan dukungan, pengakuan,
penghargaan, dan penilaian kepada permasalahan ibu dalam merawat anak.
4) Dukungan instrumental
Dukungan instrumental bertujuan untuk menghidupkan kembali energi dan
semangat yang mulai menurun. Keluarga memiliki peran sebagai sumber
pertolongan praktis dan konkrit seperti memberikan bantuan langsung baik
dalam bentuk materi, tenaga, dan sarana.(32)
Wills dalam Friedman, menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga
(dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan
efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat
dari kesehatan) ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari
dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi
bersamaan.(29)
Pada survei pendahuluan dijelaskan bahwa masih ditemukan kurangnya
dukungan keluarga untuk memberikan imunisasi pada bayi mereka, dengan alasan
anak demam. bayi yang tidak di imunisasi sesuai dengan jadwal ( drop out)
membuat tidak tercapainnya cakupan imunisasi dasar dan hal ini berhubungan
dengan pencapaian kelurahan UCI. Dukungan keluarga dalam penelitian ini
dibagi menjadi kategori tidak mendukung dan mendukung.
-
40
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,
sarana dan prasarana atau sumber daya atau fasilitas kesehatan yang memfasilitasi
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti pukesmas, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
swasta, dan sebagainya, serta kelengkapan alat imunisasi, uang, waktu, tenaga,
dan sebagainya. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti factor
pendukung yang berhubungan dengan pencapaian kelurahan UCI disebabkan
factor pendukung sudah memenuhi standart pelaksanaan program UCI.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku para petugas termasuk
petugas kesehatan. Menurut Lawrence W. Green, ketersediaan dan keterjangkauan
sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan dan kader kesehatan yang ada
dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang member kontribusi
terhadap perilaku seha dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam
penelitian ini, faktor penguat yang berhubungan dengan pencapaian kelurahan
UCI yang ingin diteliti adalah peran kader posyandu karena kegiatan program
Kelurahan UCI dilaksanakan di posyandu – posyandu di wilayah kerja
puskesmas.
a. Peran Kader Posyandu
Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya
diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan
pembinaan Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan Kesehatan.
-
41
Sebagian besar kader kesehatan adalah wanita dan anggota PKK yang sudah
menikah dan berusia 20-40 tahun dengan pendidikan sekolah dasar.(14)
Syarat-syarat untuk memilih calon kader menurut Kemenkes RI
adalah:(14)
1) Dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia.
2) Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader.
3) Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang
bersangkutan.
4) Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya.
5) Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader
lainnya dan berwibawa.
6) Sanggup membina paling sedikit 10 KK (Kepala Keluarga) untuk
meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan diutamakan mempunyai
keterampilan.
Menurut Bagus yang dikutip dari Zulkifli, persyaratan lain bagi seorang
kader antara lain; berasal dari masyarakat setempat, tinggal di desa tersebut, tidak
sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama, diterima oleh masyarakat
setempat, dan masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari
nafkah lain. Persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas
dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain
sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta
mempunyai krebilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat,
-
42
memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca
tulis, sanggup membina masayrakat sekitarnya.
Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya
meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam
bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di posyandu.
Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun 1990 ada dua
kategori kader yaitu:
1) Kader Pembangunan Desa (KPD) yaitu orang yang mempunyai kemampuan
bekerja secara sukarela untuk kepentingan pembangunan desanya yang
mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak pembangunan di desa
keseluruhan. KPD merupakan kader yang bersifat umum yang memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dasar melalui latihan kader pembangunan
desa.
2) Kader teknis yaitu kader pembangunan desa yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan teknis tertentu dari sektor pembangunan, yang merupakan
“tenaga spesialis” dan dibina oleh suatu instansi atau lembaga
kemasyarakatan.
Pada hakekatnya pelayanan kesehatan dipolakan mengikutsertakan
masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam
meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan dana
didalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan demikian dilibat-
aktifkannya masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada dimasyarakat
-
43
seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa
pertama yang berbunyi meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
Kader posyandu adalah orang yang mempunyai tugas untuk melaksanakan
program posyandu termasuk didalamnya adalah imunisasai.(14) Posyandu pada
umumnya dan kader posyandu pada khususnya mempunyai peran penting dalam
meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi umur 0-12 bulan.(14) Kelengkapan
imunisasi dasar selain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu sebagai faktor
predispoisisi juga dipengaruhi oleh sikap petugas, dalam hal ini adalah kader
posyandu.(14)
Kader posyandu dalam setiap kegiatan selalu melakukan penyuluhan
tentang imunisasi, sehingga hal ini yang mempengaruhi kelengkapan status
imunisasi bayi. Dengan penyuluhan imunisasi yang dilakukan oleh kader
posyandu, maka ibu balita akan senantiasa mengingat pentingnya imunisasi dasar
pada bayi.(14)
Kegiatan yang dilakukan oleh kader untuk membantu mengingatkan
kelengkapan imunisasi adalah memberikan penyuluhan tentang imunisasi,
mengajak ibu-ibu balita untuk datang ke posyandu, melakukan kunjungan dan
memberikan motivasi kepada ibu balita, memberikan informasi yang dibutuhkan
ibu balita serta selalu datang. Selain peran kader, peran orang tua untuk mau
mengimunisasi bayi, peran pemerintah daerah, peran LSM setempat, serta
dukungan dari pihak swasta akan dibutuhkan untuk meningkatkan pencapaian
UCI.(7)
-
44
Secara umum peran kader kesehatan adalah melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan terpadu bersama masyarakat dalam rangka pengembangan
PKMD Secara khisus peran kader adalah :
1) Persiapan
Persiapan yang dilakukan oleh kader sebelum pelaksanaan kegiatan posyandu
adalah memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
terpadu dan berperan serta dalam mensukseskannya, bersa dengan masyarakat
merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan terpadu ditingkat desa.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan oleh kader saat kegiatan imunisasi adalah
melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu, mengelola kegiatan
seperti penimbangan bulanan, distribusi oralit, vitamin A/Fe, distribusi alat
kontrasepsi, PMT, Pelayanan kesehatan sederhana, pencatatan dan pelaporan
serta rujukan.
3) Pembinaan
Pembinaan yang dilakukan oleh kader berupa : menyelenggarakan pertemuan
bulanan dengan masyarakat untuk membicarakan perkembangan program
kesehatan, melakukan kunjungan rumah pada keluarga binaannya, membina
kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar kader.
Peran kader dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tidak aktif dan aktif.
-
45
2.3. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian yang kebenarnya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pencapaian Kelurahan UCI
di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
2. Ada hubungan sikap ibu dengan pencapaian Kelurahan UCI di wilayah
kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan pencapaian Kelurahan UCI di
wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
4. Ada hubungan peran kader posyandu dengan pencapaian Kelurahan UCI
di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
-
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian adalah dengan metode survei analitik dimana survei
atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan bisa terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara
fenomena/faktor resiko dengan faktor efek. Desain penelitian ini dengan
pendekatan waktu yang bersifat cross sectional dimana cara pengambilan data
variable bebas dan variable terikat dilakukan sekali waktu dengan waktu yang
bersamaan,(33) yang bertujuan untuk mencari hubungan pengetahuan ibu, sikap
ibu, dukungan keluarga dan peran kader posyandu terhadap terbentuknya
Kelurahan UCI di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2019.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di posyandu pada 4 Kelurahan dengan
pencapaian UCI belum memenuhi target yang merupakan wila