Faktor Risiko Morbiditas Dan Mortalitas Pneumonia Berat Pada Anak Usia Balita

download Faktor Risiko Morbiditas Dan Mortalitas Pneumonia Berat Pada Anak Usia Balita

of 5

Transcript of Faktor Risiko Morbiditas Dan Mortalitas Pneumonia Berat Pada Anak Usia Balita

  • 7/24/2019 Faktor Risiko Morbiditas Dan Mortalitas Pneumonia Berat Pada Anak Usia Balita

    1/5

    Artikel Penelitian

    Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010

    Faktor Risiko Morbiditas danMortalitas Pneumonia Berat pada

    Anak Usia Balita

    Heda Melinda Nataprawira, Enny Harliany Alwi, Nia Adriani

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/

    Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung

    Abstrak:Pneumonia pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) menyebabkan kematian sebanyak

    19% di dunia. Beberapa faktor telah dilaporkan mempunyai peranan dalam morbiditas dan

    mortalitas pneumonia di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

    faktor risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia berat pada pasien balita yang dirawat di

    Rumah Sakit Hasan Sadikin. Penelitian kohort prospektif dilakukan pada 116 pasien pneumo-

    nia berat, usia 2-60 bulan dari Mei sampai September 2009. Seluruh pasien mendapat terapi

    sesuai dengan protokol dan dipantau mengenai penggantian antibiotik, lama rawat, dan yang

    meninggal. Data dianalisis dengan analisis multivariat, dan dianggap signifikan apabila nilai

    p

  • 7/24/2019 Faktor Risiko Morbiditas Dan Mortalitas Pneumonia Berat Pada Anak Usia Balita

    2/5

    Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 201044 4

    Risk Factors of Morbidity and Mortality of Severe Pneumonia

    in Under Five Children

    Heda Melinda Nataprawira, Enny Harliany Alwi, Nia Adriani

    Pediatric Department-Faculty of Medicine-Padjadjaran University/

    Hasan Sadik in Hospital, Bandung

    Abstract:Pneumonia causes 19% specific mortality among children under five in global distribu-

    tion. Several factors have been reported to contribute of morbidity and mortality of pneumonia in

    developing countries. This study is aimed to identify the risk factors of morbidity and mortality of

    children under-five hospitalized with severe pneumonia. A prospective cohort study of 116 severe

    pneumonia children children under-five hospitalized in Hasan Sadikin hospital, aged 2-60 months

    from May to September 2009 was conducted. All patients treated with in-house pneumonia proto-

    col and were monitored for the change of antibiotics, duration of stay, and mortality. Multivariate

    analysis with significancy p50 x/menit, 13-60 bulan:

    >40x/menit), dan terdapat tarikan dinding dada.7

    Jumlah subjek penelitian berdasarkan batas waktu

    penelitian yaitu mulai 1 Mei sampai 30 September 2009 dan

    secara consecutive sampling. Seluruh pasien yang memenuhi

    kriteria inklusi, dicatat mengenai usia, jenis kelamin,

    pendidikan orangtua, status imunisasi, status gizi, ASI

    eksklusif, dan riwayat kelahiran yaitu berat badan lahir serta

    usia kehamilan saat lahir. Pada riwayat pemberian ASI

    eksklusif, dikatakan tidak mendapat ASI eksklusif apabila

    Faktor Risiko Morbiditas dan Mortalitas Pneumonia Berat pada Anak

  • 7/24/2019 Faktor Risiko Morbiditas Dan Mortalitas Pneumonia Berat Pada Anak Usia Balita

    3/5

    Faktor Risiko Morbiditas dan Mortalitas Pneumonia Berat pada Anak

    Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010 44 5

    dalam 6 bulan pertama kehidupan telah mendapat makanan

    tambahan atau mendapat susu formula. Selain itu juga dicatat

    mengenai keadaan tempat tinggal seperti jumlah penghuni

    rumah, luas rumah, ventilasi, dan sinar matahari. Hunianpadat (overcrowded) didefinisikan sebagai luas bangunan

    tidak dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk setiap orang (tiap

    anggota keluarga).8 Ventilasi dan sinar matahari masuk

    ditentukan oleh ada atau tidaknya jendela. Ventilasi dan sinar

    matahari dikatakan cukup apabila tersedia ventilasi dengan

    luas sekurang-kurangnya 15-20% dari luas lantai yang

    terdapat dalam ruangan rumah.8

    Selanjutnya pada setiap pasien dilakukan pemeriksaan

    darah lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit,

    hitung jenis, dan morfologi darah tepi), kultur darah dan tes

    resistensi, foto toraks, dan pengukuran saturasi oksigen

    dengan menggunakan fingertip pulse oxymeterM 70 C

    (Biolight co). Seluruh pasien mendapat terapi sesuai dengan

    standar protokol terapi pneumonia berat di Bagian Ilmu

    Kesehatan Anak.

    Analisis Statistik

    Faktor risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia berat

    pada anak usia balita ditentukan dengan menggunakan uji

    x2, yang dinilai sebagai faktor risiko adalah usia, jenis kelamin,

    pendidikan orangtua, usia lahir (prematur atau tidak), berat

    badan lahir rendah, status gizi, status imunisasi dasar, ASI

    eksklusif atau tidak, keadaan tempat tinggal, saturasi

    oksigen, jumlah leukosit abnormal, foto toraks abnormal, dan

    kultur darah positif ditemukan bakteri. Kemudian dicarihubungan antara faktor-faktor risiko tersebut dan peng-

    gantian antibiotik, lama rawat, serta mortalitas dengan

    menggunakan analisis multivariat, menggunakan risiko relatif

    dengan inteval kepercayaan 95% sebagai faktor kemak-

    naannya. Untuk mencari kontribusi independen masing-

    masing faktor luaran (outcome) digunakan analisis regresi

    multipel dan dianggap bermakna apabila nilai p5 hari dan 3 (2,6%) pasien meninggal. Dua dari 3 pasien

    yang meninggal memiliki penyakit komorbid yaitu penyakit

    jantung kongenital (satu pasien dengan Defek Septum

    Ventrikel (DSV), Defek Septum Atrial (DSA), serta atresia

    pulmonal, dan satu pasien lainnya dengan DSV).

    Pada analisis multivariat didapatkan faktor yang

    mempunyai hubungan dengan penggantian antibiotik adalah

    kurangnya sinar matahari (RR 5,52; 95% CI 2-14,8), sedangkan

    faktor yang berhubungan dengan lamanya perawatan di

    rumah sakit adalah tidak mendapat ASI eksklusif (RR 2,92;

    95% CI 1,05-8,08), foto toraks abnormal (RR 7,76; 95% CI

    Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

    Karakteristik Jumlah %

    Usia (Bulan)90 116 100

  • 7/24/2019 Faktor Risiko Morbiditas Dan Mortalitas Pneumonia Berat Pada Anak Usia Balita

    4/5

    Faktor Risiko Morbiditas dan Mortalitas Pneumonia Berat pada Anak

    Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 201044 6

    Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat Penggantian Antibiotik

    Karakteristik Pasien (n) Penggantian Antibiotik RR (95% CI) Nilai p

    Ya (%) Tidak (%)

    Usia (Bulan) 1,36 (0,73-2,55) 0,325

    5 Hari)

    Karakteristik Pasien (n) Lebih Lama Dirawat RR (95% CI) Nilai p

    Ya (%) Tidak (%)

    Kurang Sinar Matahari 1,82 (0,78-4,24) 0,167

    Ya 77 44 (57,1) 33 (42,9)

    Tidak 39 17 (43,6) 22 (56,4)

    Penggunaan ASI 2,92 (1,05-8,08) 0,040

    Tidak ASI Eksklusif 92 53 (57,6%) 39 (42,4%)

    ASI Eksklusif 24 8 (33,3%) 16 (66,7%)

    Sianosis 1,02 (0,32-2,43) 0,950

    Ya 15 8 (53,3) 7 (46,7)

    Tidak 101 53 (52,5) 48 (47,5)

    Saturasi Oksigen (%) 1,45 (0,82-2,75) 0,302

    >90 104 53 (51,0) 51 (49,0)

  • 7/24/2019 Faktor Risiko Morbiditas Dan Mortalitas Pneumonia Berat Pada Anak Usia Balita

    5/5

    Faktor Risiko Morbiditas dan Mortalitas Pneumonia Berat pada Anak

    Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010 44 7

    meneliti faktor yang mempengaruhi hasil luaran (outcome)

    pasien pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit. Tidak

    mendapat ASI eksklusif, hunian padat, dan foto toraks ab-

    normal merupakan faktor yang mempengaruhi lama rawatdan perlunya penggantian antibiotik, sedangkan head nod-

    ding, jumlah leukosit abnormal, dan pucat merupakan faktor

    yang berhubungan dengan mortalitas. Berbeda dengan

    penelitian di India tersebut, dalam penelitian ini head nod-

    dingditemukan sebagai faktor risiko lain untuk lama rawat

    selain tidak mendapat ASI eksklusif dan foto toraks yang

    abnormal. Faktor yang mempengaruhi perlunya penggantian

    antibiotik adalah kurangnya sinar matahari.

    Broor et al.6 melaporkan bahwa tidak mendapat ASI

    eksklusif meningkatkan risiko terjadinya pneumonia yaitu

    1,5 sampai 2,6 kali. Mekanisme pemberian ASI sebagai faktor

    proteksi infeksi respiratorik masih tidak jelas. Sebagai

    tambahan dari proteksi pasif, ASI mempunyai efek terhadap

    sistem imun sistemik melalui mekanisme yang multipel

    termasuk tahap maturasi, anti-inflamasi, modulasi imun, dan

    aksi antimikroba.9

    Mekanisme rumah padat akan meningkatkan risiko

    pneumonia, diperkirakan bahwa keadaan ini dapat mening-

    katkan penyebaran bakteri yang resisten. Lingkungan yang

    overcrowded merupakan lingkungan yang tidak sehat karena

    kurangnya oksigen. Bila salah satu anggota keluarga terkena

    penyakit infeksi, maka ia akan mudah menularkan kepada

    anggota keluarga yang lain.10-12Penelitian sebelumnya yang

    dilakukan di Brazil mendapatkan bahwa faktor lingkungan

    padatberisiko 2,5 kali terjadinya kematian pada penderitapneumonia.13Pada penelitian ini, faktor hunian yang padat

    tidak dapat dianalisis karena semua penderita pneumonia

    memiliki lingkungan yang padat. Faktor lingkungan lain yang

    dapat menjadi faktor risiko terjadinya pneumonia adalah

    kurangnya sinar matahari dalam rumah. Jika sinar matahari

    kurang maka akan menjadi media atau tempat yang baik untuk

    hidup dan berkembangnya bibit penyakit, karena sinar

    matahari merupakan pembunuh bakteri patogen yang berada

    di dalam rumah.14,15Pada penelitian ini, apabila kurang sinar

    matahari maka risiko perlunya penggantian antibiotik men-

    jadi 5,5 kali lebih besar. Walaupun peran polusi udara dalam

    rumah (indoor air pollution)tidak diteliti dalam penelitianini, penelitian lain tentang pneumonia pada balita melaporkan

    bahwa polusi udara dalam rumah seperti asap dapur dan

    terpajan asap rokok merupakan faktor risiko terjadinya pneu-

    monia sebesar 3 kali dan 2 kali lebih besar.16

    Faktor risiko lain yang berhubungan dengan morbiditas

    pneumonia berat pada usia balita adalah foto toraks abnor-

    mal, yang dapat berupa gambaran infiltrat atau konsolidasi.17

    Foto toraks abnormal lebih menggambarkan bahwa infeksi

    disebabkan oleh bakteri dan merupakan faktor risiko untuk

    lebih lama rawat di rumah sakit. Dalam penelitian ini, pada

    kurang lebih 13% pasien pneumonia berat didapatkan

    bakteremia. Hasil ini sesuai dengan penelitian lain yang

    menyatakan bahwa pada pasien pneumonia kultur darah

    hanya memberi hasil positif pada 5-10%,5dan 1-30%18kasus

    saja.

    Kesimpulan

    Pasien pneumonia berat yang mempunyai faktor risiko

    kurangnya sinar matahari dalam rumah mempunyai respon

    yang kurang baik terhadap pemberian antibiotik lini pertama

    sehingga perlu mendapat penggantian antibiotik. Anak yang

    tidak mendapat ASI eksklusif cenderung dirawat lebih lama

    di rumah sakit.

    Daftar Pustaka

    1. World Health Organization. Unicef. Pneumonia: The Forgotten

    Killer of Children. September 2006.

    2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Survei Kesehatan

    Nasional. Jakarta: Depkes RI; 2001.

    3. Rudan I, Boschi C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H. Epide-

    miology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin of the

    World of Health Organization. 2008;86:408-16.

    4. Yarnell JW, St. Leger AS. Housing conditions, respiratory illness

    and lung function in children in South Wales. Br J Prev Soc Med.

    1977;18:183-8.

    5. Tiewsoh K, Lodha R, Pandey RM, Broor S, Kalaivani M, Kabra

    SK. Factors determining the outcome of children hospitalized

    with severe pneumonia. BMC pediatrics. 2009;9:15.

    6. Broor S, Pandey RM, Ghosh M, Maitreyi RS, Lodha R, Singhal T,

    et al. Risk factors for severe acute lower respiratory tract infec-

    tion in children under-five. Indian Pediatr. 2001;38:1361-9.

    7. WHO. Pocket book of hospital care for children guidelines for

    the management of common illnesses with limited resources.

    Geneva; IARC pres; 2005.p.72-83.

    8. Notoatmodjo S. Kesehatan lingkungan. Dalam: Notoatmodjo S,

    penyunting. Kesehatan masyarakat, edisi ke-1. Jakarta: Rinekacipta; 2007.p.167-71.

    9. Kelly D, Coutts AGP. Early nutrition and the development of

    immune function in the neonate. Proc Nutr Soc. 2000;59:177-

    85 .

    10 . Victora CG, Fuchs SC, Flores AC, Fonseca W, Kirkwood W. Risk

    factors for pneumonia among children in a Brazilian metropoli-

    tan area. Pediatrics. 1994;93:977-85.

    11 . Ellestad SJ, Coodin FJ, Dilling LA, Haworth JC. Breast-feeding

    protects against infection in Indian infants. Can Med Assoc J.

    1979;21:295-8.

    12 . Chandra RK. Prospective studies of the effect of breast-feeding

    on the incidence of infection and allergy. Acta Paediatr Scand.

    1979;11:691-4.

    13 . Victora CG, Smith PG, Vaughan JP, Barros FC, Fuchs SC. Risk

    factors for deaths due to respiratory infection among Brazilian

    infants. Int J Epidemiol. 1989;18:813-910.

    14. Denny FW. Acute respiratory infections in children. Etiology

    and epidemiology. Pediatr Rev. 1987;10:135-46.

    15 . Graham NMH. The epidemiology of acute respiratory infections

    in children and adults: A global perspective. Epidemiol Rev.

    1990;22:149-78.

    16 . Sunyataningkamto, Iskandar Z, Alan RT, Budiman I, Surjono A,

    Wibowo T, et al. The role of indoor air pollution and other

    factors in the incidence of pneumonia in children under-five.

    Pediatrica Indonesiana. 2004;44:25-9.

    17 . Hazir T, Nisar YB, Qazi SA, Khan SF. Chest radiography in chil-

    dren aged 2-59 months diagnosed with non-severe pneumonia as

    defined by World Health Organization: descriptive multicentre

    study in Pakistan. Br Med J. 2006;333:629.

    HO