Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota...

74
BAB` I PENDAHULUAN 1.1 Judul Project Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015 1.2 Latar Belakang Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah (Varney, 2007). Anemia pada ibu hamil disebut juga sebagai Pontential Danger to Mother And Child (Pontensial Bahaya untuk Ibu dan Anak), karena itu anemia sangat memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2001). Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum, dan prematuritas. Menurut WHO kejadian anemia pada ibu hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya (Manuaba, 2001). Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil diantaranya adalah pengetahuan ibu, konsumsi suplemen zat besi, dan usia. 1

description

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah (Varney, 2007). Angka kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Ngesrep sebanyak 19 orang. penelitian menggunakan pendekatan case control dengan analisa chi square, tingkat kepercayaan 95%.Terdapat hubungan antara pengetahuan dan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada Ibu Hamil dan tidak terdapat Hubungan antara umur dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Transcript of Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota...

Page 1: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

BAB` I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Project

Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep

Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

1.2 Latar Belakang

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau

penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah (Varney, 2007).

Anemia pada ibu hamil disebut juga sebagai Pontential Danger to Mother And

Child (Pontensial Bahaya untuk Ibu dan Anak), karena itu anemia sangat

memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan

kesehatan (Manuaba, 2001). Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan

gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis,

kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, asfiksia

neonatorum, dan prematuritas. Menurut WHO kejadian anemia pada ibu hamil

berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai

dasarnya (Manuaba, 2001). Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap

kejadian anemia pada ibu hamil diantaranya adalah pengetahuan ibu, konsumsi

suplemen zat besi, dan usia.

Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan

penanganan anemia dilakukan ketika tahapan ibu hamil, bukan dimulai sebelum

kehamilan. Total penderita anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%.

Artinya dari 10 ibu hamil, sebanyak 7 orang akan menderita anemia. Penyebab

langsung kejadian anemia karena infeksi, perdarahan, dan penyakit seperti

kelainan sumsum tulang belakang, sedangkan penyebab tidak langsung seperti

asupan makanan berupa nutrisi yang kurang mencukupi kebutuhan besi dalam

tubuh (Sinsin,I.,2008).

1

Page 2: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Prevalensi anemia di Kota Semarang juga masih tergolong tinggi. Hal

tersebut dibuktikan dari data Dinas Kesehatan Kota (DKK) dengan hasil survei

anemia ibu hamil pada 15 kabupaten pada tahun 2007, bahwa prevalensi anemia

di Jawa Tengah adalah 57,7%, angka ini masih lebih tinggi dari angka nasional

yakni 50,9% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Dari data Dinas Kesehatan

tahun 2010 bahwa prevalensi anemia tertinggi pada ibu hamil di Puskesmas

Bandarharjo 81,82%, Puskesmas Pandanaran 77,65%, dan Puskesmas Karangayu

69,35%. Sedangkan keseluruhan prevalensi ibu hamil yang menderita anemia di

Kota Semarang berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kota (DKK) tahun 2011

yaitu sebesar 17,93%.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun di atas maka dapat ditarik

beberapa permasalahan yang timbul dari faktor risiko anemia pada ibu hamil,

antara lain :

a. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang

janin, abortus, partus lama, sepsis peurperalis, kematian ibu dan janin,

meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum, dan

prematuritas.

b. Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan

anemia dilakukan ketika tahapan ibu hamil, bukan dimulai sebelum

kehamilan.

c. Prevalensi anemia di wilayah Jawa Tengah sebesar 57,7%, angka ini melebihi

dari angka nasional yakni 50,9%.

d. Anemia di kota Semarang tergolong tinggi dengan prevalensi tertiggi di

Puskesmas Bandarharjo 81,82% dan Puskesmas Pandanaran 77,65%.

1.4 Batasan Masalah

Agar penulisan proposal ini tidak menyimpang dan mengambang dari

tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan

informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai

berikut :

2

Page 3: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

a. Penelitian ini dibatasi pada faktor risiko berupa pengetahuan, umur, dan

konsumsi zat besi.

b. Peniltian dilakukan dengan metode pengambilan data berupa kuesioner pada

ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Ngesrep, kecamatan Banyumanik, Kota

Semarang.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang mempengaruhi

kondisi anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep,

Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara umur ibu terhadap

kejadian anemia pada ibu hamil.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan ibu

terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola konsumsi zat

besi saat hamil terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, serta

mendapatkan pengalaman nyata dalam menerapkan ilmu yang selama ini

diperoleh di bangku perkuliahan.

1.6.2 Bagi Responden

Menambah pengetahuan ibu hamil tentang faktor risiko apa saja

yang dapat menimbulkan kondisi anemia selama kehamilan, sehingga para

ibu hamil dapat mencegah terjadinya kondisi tersebut.

1.6.3 Bagi Institusi Kesehatan

Dapat memperkaya ilmu dan menambah wawasan pembaca

mengenai faktor risiko yang dapat menimbulkan kondisi anemia pada ibu

hamil.

3

Page 4: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Anemia Ibu Hamil

Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan di mana

darah merah kurang dari normal, biasanya yang digunakan sebagai dasar

adalah kadar Hemoglobin (Hb). Anemia pada ibu hamil adalah keadaan

dimana seorang ibu hamil mengalami defisiensi zat besi dalam darahnya

(Depkes RI, 2009).

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di

negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Padahal besi

merupakan suatu unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi

defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang tersering. Hal ini

disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk

menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang

berlebihan (Hoffbrand.AV, et al, 2005).

Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk

menggantikan zat besi yang hilang dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini

bervariasi. Kebutuhan besi meningkat pada ibu hamil. Oleh karena itu, ibu

hamil sangat mungkin menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan

besi yang disebabkan hal lain maupun kurangnya intake besi dalam jangka

panjang (Hoffbrand.AV, et al, 2005).

WHO menetapkan kejadian anemia ibu hamil berkisar antara 20%

sampai 89% dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasarnya (Depkes RI,

2009). Klasifikasi anemia pada ibu hamil berdasarkan berat ringannya

anemia pada ibu hamil dikategorikan adalah anemia ringan dan anemia

berat. Dikatakan anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah adalah 8 gr%

sampai kurang dari 11 gr%, sementara dikatakan anemia berat apabila kadar

Hb dalam darah kurang dari 8 gr% (Depkes RI, 2009).

4

Page 5: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

2.1.2 Riwayat Alamiah Anemia Ibu Hamil

Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan

(fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agen) pada anemia

ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada

saat hamil, ibu sebagai penjamu (host). Menurut WHO (1972), anemia pada

kehamilan terjadi jika kadar hemoglobin kurangdari 11 mg/dL (Basu, 2010).

Sedangkan menurut CDC (1998), anemia terjadi pada ibu hamil trimester 1

dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL, sedangkan pada ibu

hamil trimester 2 jika kadar Hb kurang dari 10,5 mg/dL (Lee,2004).

Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya

peningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18%,

dan hemoglobin bertambah 19%. Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu

ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa

bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia),

sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada

pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.

Namun pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal

inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih mudah terpapar oleh agen,

sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedang kan, dari unsur gizi ibu hamil

dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin

B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi

ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu

hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga

membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar. Padahal zat besi

dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.

Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi

proses induksi menuju fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis,

dimana mulai muncul tanda dan gejala anemia, seperti cepat lelah, sering

pusing, malaise, anoreksia, nausea, dan vomiting yang lebih hebat,

5

Page 6: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi, dan bahkan

hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir

apakah mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian. Misalnya jika

terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan

kongenital, pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan prematur,

perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR,

mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada trimester III

akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, serta

persalinan tidak spontan. (Murti, 2010).

2.1.3 Patogenesis Anemia Ibu Hamil

Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit.

Sehingga, tahap ini terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis).

Pada tahap ini, secara patofisiologis anemia terjadi pada kehamilan karena

terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang meningkat terhadap

plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume plasma tetapi

tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin. Selain itu,

dapat disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya

cadangan zat besi dan intake zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan

untuk eritropoesis (Amiruddin, 2007).

Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan

intake zat besi yang menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada

hepatosit dan makrofag hati, limpa, dan sumsum tulang belakang. Setelah

cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam plasma, padahal

suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun.

Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik,

sehingga terjadi penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam

Yilmaz et al, 2007). Anemia pada kehamilan tersebut dinamakan anemia

defisiensi besi. Klasifikasi anemia dalam kehamilan lainnya diantaranya

adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik.

6

Page 7: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik, dimana

anemia terjadi karena kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia

hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran eritrosit

yang lebih cepat dari pembuatannya akibat kehilangan darah akut/kronis

(Basu, 2010). Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara

beriringan, maka akan menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat

tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah yang disebut dengan tahap

awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase kesembuhan, kecacatan,

atau kematian.

Manifestasi klinis anemia, diantaranya adalah :

Tanda : Takikardi, Hipotensi, Hemoglobin kurang dari 11 gr/dL

Gejala : Cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan

vomiting, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa

Kemudian tahap pathogenesis berakhir pada kesembuhan,

kecacatan, dan bahkan kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat

berdampak pada kehamilannya, janinnya, persalinannya, dan bayi nantinya.

Yang berdampak pada kehamilan, seperti abortus dan partusimatur, yang

berdampak pada janinnya adalah dismaturitas, mikrosomi, BBLR, gangguan

pertumbuhan janin. Yang berdampak pada persalinannya yaitu partus lama,

perdarahan, inertia uteri. Sedangkan, yang berdampak pada bayi nantinya

adalah kelainan/kecacatan, asfiksia, infeksi (Amiruddin, 2007).

2.1.4 Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada

ibu hamil, yaitu :

1. Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang

dalam masyarakat. Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang

keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial

ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan

7

Page 8: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk

gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang memadai akan

menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak, baik primer maupun sekunder

(Soetjiningsih, 1997).

Perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar

belakang sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara

berkembang diperkirakan menderita anemia dibanding negara maju.

Kondisi anak yang terlahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup

dalam lingkungan miskin akan menghasilkan generasi yang kekurangan

gizi dan mudah terinfeksi penyakit. Dengan kata lain kualitas bayi yang

dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum atau selama

hamil.

Status gizi ibu hamil ditentukan dengan kesejahteraan keluarga

yang dilihat melalui pendapatan. Keadaan perekonomian ibu hamil yang

rendah akan mempengaruhi biaya, daya beli, dan tingkat konsumsi ibu

akan makanan yang membantu penyerapan zat besi, sehingga akan

berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi ibu hamil (Pujiati, 2001).

2. Umur

Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35

tahun, yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu 9 hamil yang berumur 20

– 35 tahun, yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang

dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi

untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan

ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat

menyebabkan ibu mengalami anemia (Amiruddin, 2007).

3. Paritas

Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali

lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah.

Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

8

Page 9: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia (Herlia,

2006).

4. Kurang Energi Kronis (KEK)

Terdapat sekitar dua juta ibu hamil menderita kekurangan gizi.

Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak

terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan

keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi

pangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar lengan atas

(LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kurang Energi

Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat

digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan

penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK

adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA kurang dari 23.5 cm.

Ibu hamil yang mengalami KEK memiliki risiko untuk melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

5. Pengetahuan

Merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau

merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila

ibu hamil mengetahui dan memahami akibat dan cara mencegah anemia,

maka ibu hamil tersebut akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik

dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko dari

terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian

berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil.

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pegalaman yang berasal

dari berbagai sumber, misalnya media masa, media elektronik, buku

petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti,

2000).

Kebutuhan ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg

pada trimester I dan meningkat tajam pada trimester III, yaitu 6,3 mg

9

Page 10: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui

makanan, apalagi jika didukung dengan pengetahuan ibu hamil yang

kurang terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil,

sehingga hal tersebut dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil. Ibu

hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan

mempengaruhi konsumsi tablet (Fe) dan juga pemilihan makanan

dengan sumber (Fe) yang rendah. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan

konsumsi tablet (Fe) yang baik akan memiliki pola makan yang baik

pula dalam pemenuhan zat besi (Arisman, 2004).

6. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan dan penggunaan obat membantu dokter

dalam penyiapan gizi khusus. Wanita berpenyakit kronis memerlukan

bukan hanya zat besi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk

kehamilannya yang sedang ia jalani (Arisman, 2004).

7. Infeksi dan Penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan

daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut

penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah

putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat

terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi

fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah, atau

menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing

tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat

peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya

meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan

dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan

abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta

cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak

diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir

dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan

10

Page 11: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin

danbayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit

menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak

oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak

langsung menderita penyakit, namun demam yang menyertai penyakit

infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular

yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan

penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan

meningkatkan kematian janin 30% (Bahar, 2006).

8. Jarak Kehamilan

Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas

1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak

kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih

banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu

mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar

bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang

terlalu dekat berisiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan

zat besi ibu hamil belum pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan

janin yang dikandungnya. (Amirudin, 2007).

9. Kunjungan Antenatal Care

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan

terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

(Manuaba, 1998). Kasus anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai

dengan malnutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada

keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal. Apabila

dilakukan ANC, kejadian anemia dapat terdeteksi secara dini, karena

anemia pada tahap awal tidak terlalu memberikan keluhan yang

bermakna. Keluhan biasanya terasa jika sudah masuk tahap lanjut.

11

Page 12: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

10. Pola Konsumsi Tablet Fe

Pada trimester ke 2 dan ke 3, faktor yang berpengaruh terhadap

terjadinya anemia kehamilan adalah konsumsi tablet besi (Fe) dan kadar

hemoglobin pada trimester sebelumnya. Konsumsi tablet besi (Fe)

sangat berpengaruh terhadap terjadinya anemia khususnya pada

trimester II, trimester III, dan masa nifas. Hal ini disebabkan kebutuhan

zat besi pada masa ini lebih besar dibandingkan trimester I dan

menunjukkan pentingnya pemberian tablet besi (Fe) untuk mencegah

terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas (Notobroto, 2003).

Defisiensi makanan atau kekurangan gizi dan perhatian yang kurang

terhadap gizi ibu hamil merupakan predisposisi terjadinya anemia

defisiensi pada ibu hamil di Indonesia (Saifuddin, 2006). Penyebab

anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam

makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan pencernaan, atau

terlampau banyaknya besi keluar, misalnya perdarahan. Sementara itu

kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta

dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan jumlah zat besi yang

diperlukan selama hamil 1040 mg. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke

janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg

untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg hilang ketika

melahirkan. Kebutuhan Fe selama kehamilan trimester I relatif sedikit,

yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester

IIIyaitu, 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi

hanya melaluimakanan (Arisman, 2004).

2.1.5 Dampak Anemia Ibu Hamil

Akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan, adalah :

a. Hamil muda (trimester pertama) : abortus, missed abortion, dan kelainan

kongenital.

b. Trimester kedua : persalinan prematur, perdarahan antepartum,

gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asphyxia intrauterine,

12

Page 13: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

sampai kematian, berat badan lahir rendah (BBLR), gestosis dan mudah

terkena infeksi, IQ rendah, dekompensati okordis kematian ibu.

c. Saat inpartu : gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan

anemia, persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan

perjalanan persalinan perlu tindakan operatif.

Pengaruh anemia dalam kehamilan :

a. Pengaruh pada ibu hamil baik dalam masa kehamilan, persalinan dan

pascapersalinan : abortus, partus prematur, partus lama, perdarahan post

partus, infeksi, anemia, dll.

b. Pengaruh terhadap janin : kematian janin, kematian perinatal, prematur,

cacat bawaan, cadangan Fe bayi kurang.

(Purwitasari, 2009)

2.1.6 Pencegahan Anemia Ibu Hamil

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen

Fe dosis rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik Hb ≥ 11

gr/dl, sedangkan untuk keadaan hamil dengan anemia defisiensi besi dapat

diberikan suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan

oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk

dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Selain itu, bisa juga diberi

vitamin B12 100-200 mcg/hari (Budiarti, 2009).

Kepandaian dalam mengatur pola makan dengan

mengkombinasikan menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur

yang mengandung vitamin C pada waktu makan bisa membuat tubuh

terhindar dari anemia. Mengindari makanan yang dapat menghambat

penyerapan zat besi, yaitu kopi dan teh. Mengkonsumsi pangan lebih

banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan,

protein hewani, terutama hati, mengkonsumsi makanan yang kaya akan

vitamin C, seperti jeruk, tomat, mangga dan lain – lain yang dapat

meningkatkan penyerapan zat besi (Mei, 2009).

13

Page 14: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen

zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan.

Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi

seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang – kacangan (tahu, oncom,

kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua

(kangkung, bayam) dan buah – buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain

itu dibiasakan pula menambahkan substansi yang mendahulukan

penyerapan zat besi, seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam, dan ikan.

Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi, seperti teh dan kopi

patut dihindari.

2.1.7 Pengendalian Anemia Ibu Hamil

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen

Fe dosis rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemic Hb ≥ 11

gr/dl, sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan

suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh

defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis

pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12

100-200 mcg/hari (Budiarti, 2009).

Kepandaian dalam mengatur pola makan dengan

mengkombinasikan menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur

yang mengandung vitamin C pada waktu makan bisa membuat tubuh

terhindar dari anemia. Menghindari makanan yang dapat menghambat

penyerapan zat besi, yaitu kopi dan teh. 1) Mengkonsumsi pangan lebih

banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan,

protein hewani, terutama hati. 2) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan

vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan lain – lain yang dapat

meningkatkan penyerapan zat besi (Mei, 2009).

Penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya

mengkonsumsi makanan yang mengadung zat besi, seperti sayuran yang

berwarna hijau tua, yaitu bayam. Dalam mengkonsumsi makanan yang

14

Page 15: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

mengandung kaya akan zat besi di imbangi dengan makanan yang dapat

membantu penyerapan zat besi, yaitu yang mengandung vitamin C seperti

jeruk, tomat, mangga, dan jambu. Sebab kandungan asam askorbat dalam

vitamin C tersebut dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

2.1.8 Epidemiologi Anemia Ibu Hamil

Menurut WHO (2008), secara global prevalensi anemia pada ibu

hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8 %. Data World Health

Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara berkembang

berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam

kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan

jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan

masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat

morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan

karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya pravalensinya

anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi

pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013). Data survei demografi dan

kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa angka

kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan Pembangunan Jangka

Menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup

dan target Milenium Develpomen Goals (MDG’s) sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes RI, 2011).

Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari

10 wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada

ibu hamil 40%. Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun

2009 adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074

ibu hamil yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes Surakarta, 2010).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita anemia

kehamilan terbanyak. Hasil survei anemia pada ibu hamil di 15 kabupaten di

Jawa Tengah tahun 2007 menunjukkan bahwa pravalensi anemia di Jawa

15

Page 16: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Tengah adalah 57,7%, angka ini lebih tinggi dari angka nasional yakni

50,9%. Dimana anemia tertinggi terjadi di Kabupaten Sukoharjo 82,4%

(Dinkes Prov Jateng, 2009).

2.2 Kerangka Teori

16

Faktor Dasar :

Sosial Ekonomi

Faktor Langsung :

Infeksi dan Penyakit

Kurang Energi Kronis (KEK)

Faktor Tidak Langsung :

Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Paritas

Jarak Kehamilan

Riwayat Kesehatan

Anemia Ibu Hamil

Pengetahuan

Umur

Pola Konsumsi Tablet FE

Keterangan :: yang diteliti

: yang tidak diteliti

Page 17: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Bab III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis

Hipotesis ialah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

2006).

Hipotesis dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kejadian penyakit tidak

menular anemia pada ibu hamil.

2. Ada hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian penyakit tidak menular

anemia pada ibu hamil.

3. Ada hubungan antara konsumsi tablet oleh ibu hamil dengan kejadian

penyakit tidak menular anemia pada ibu hamil.

3.3 Jenis dan Desain Studi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah penelitian case control yaitu survei analitik

yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunkan

17

Variabel Bebas :

- Pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi zat besi

- Kehamilan ibu di usia <20 dan >35 tahun

- Konsumsi tablet Fe oleh Ibu hamil

Variabel Terikat :

- Kejadian Anemia

Page 18: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

pendekatan retrospective (Notoatmojo, 2005), atau den gan membandingkan

antara sekelompok orang yang menderita penyakit (kasus) dengan sekelompok

lainnya yang tidak menderita penyakit (kontrol), Kemudian dicari faktor

penyebab timbulnya penyakit tersebut.

Dalam penelitian ini kelompok kasus, yakni responden yang menderita

anemia yang telah ditetapkan oleh tenaga medis di wilayah kerja Puskesmas

Ngesrep, Kelurahan Ngesrep dan Kelurahan Sumurboto. Sedangkan kelompok

control, yakni tetangga penderita yang tidak menderita anemia serta memiliki

kesamaan karakteristik usia kehamilan, wilayah tempat tinggal dengan kelompok

kasus.

3.4 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Umumunya, Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Sabar R.

2007). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan Hb

darah dan menderita anemia di Puskesmas Ngesrep, Kelurahan Ngesrep dan

Sumurboto Tahun 2015 sebanyak 19 orang. Sedangkan populasi control

adalah ibu hamil yang tidak menderita anemia serta memiliki kesamaan

karakteristik usia kehamilan, dan wilayah tempat tinggal dengan populasi

kasus.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006). Sampel kasus diambil dari populasi kasus sebanyak 19 ibu hamil

menderita anemia, sehingga seluruh populasi kasus dijadikan sebagai sampel

kasus. Sedangkan sampel control diambil dari populasi control yakni ibu

hamil yang tidak menderita anemia serta mempunyai kesamaan karakteristik

usia kehamilan dan wilayah tempat tinggal dengan populasi kasus dengan

menggunakan perbandingan 1:1.

18

Page 19: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

3.5 Variabel yang Diukur

3.5.1 Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu (Soekidjo N., 2005). Dalam penelitian ini

menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor – faktor

risiko yang berhubungan dengan kejadian anemia yaitu : pengetahuan,

umur dan pola konsumsi zat besi.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian anemia

pada ibu hamil di Puskesmas Ngesrep Tahun 2015.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

a. Variabel terikat, yaitu kejadian anemia pada ibu hamil

Kejadian anemia ibu hamil adalah suatu keadaan dimana kadar

haemoglobin (Hb) dalam darah ibu hamil kurang dari 11 gr/dl yang

diukur dengan menggunakan metode cyan-methemoglobin yang telah

ditetapkan oleh tenaga medis.

Kejadian Anemia menurut WHO dikategorikan menjadi :

1. Anemia : Jika Hb kurang atau sama dengan 11 g/dL

2. Tidak anemia : Jika Hb lebih dari 11 g/dL

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kwesioner

Hasil Ukur : 1. Ibu hamil menderita anemia

2. Ibu hamil tidak menderita anemia

Skala pengukuran : Nominal

19

Page 20: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

b. Variabel bebas, yaitu faktor yang mempengaruhi anemia kehamilan,

yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dari ibu hamil setelah melakukan

penginderaan terhadap perihal anemia yang diukur berdasarkan

kemampuan ibu hamil dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang

anemia, makanan sumber zat besi, dan tablet tambah darah yang

dinyatakan dalam skor pengetahuan. Analisis dengan menggunakan

metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan pengolahan data

dari kuesioner yang telah disusun. Teknik analisis data yang

digunakan merupakan langkah dalam menjawab rumusan masalah

dalam penelitian. Data dari kuesioner yang diperoleh kemudian

dianalisis dengan beberapa teknik, yaitu:

Mencari Mean

Mean merupakan rata-rata matematik yang harus dihitung

dengan cara tertentu dan dapat sebagai jumlah semua angka

dibagi banyaknya angka yang dijumlahkan. Untuk mencari mean

menggunakan rumus :

Keterangan :

M = Mean

N = Jumlah Total Responden

FX = Jumlah Total X

20

Page 21: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Mencari Deviasi Rata-Rata

Rumus Standar deviasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah :

a. Varians :

SD =

b. Deviasi Standar :

SD =

Keterangan :

X : Skor Respon

N : Jumlah Respon

M : Rata-rata skor kelompok

SD : Standar deviasi skor kelompok

Menentukan Kategorisasi

Kategorisasi dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam

kelompok - kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu

kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Pada penelitian ini

penentuan kategorisasi yang digunakan sebagai berikut (Azwar,

2009)

a. Tinggi = X ≥(M + 1,0 SD)

b. Sedang = (M-1,0 SD) ≥ X < (M+1,0 SD)

c. Rendah = X ≤ (M – 1,0 SD)

2. Umur

Adalah lama hidup seseorang sejak lahir sampai saat penilitian yang

dihitung ini dihitung dengan alat bantu kartu tanda penduduk.

Menurut Manuaba, variable umur dikategorikan menjadi :

21

Page 22: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

1. Risiko Anemia Kurang dari 20 tahun dan lebih dari

35 tahun

2. Tidak Risiko Anemia 20 tahun sampai 35 tahun

3. Pola Konsumsi Zat Besi (Tablet Tambah Darah)

Kegiatan mengkonsumsi zat tambah darah yang dilakukan oleh ibu

hamil.

a. Ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet tambah darah

b. Ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah

3.6 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh terdiri dari :

a. Data Primer

Data primer adalah sumber – sumber dasar yang terdiri dari bukti –

bukti atau saksi dari kejadian obyek yang diteliti dan juga gejala yang terjadi

di lapangan (Sumantri, 2011). Dimana, data primer diperoleh dari jawaban

atas pertanyaan yang disediakan melalui kuesioner oleh responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia di lapangan, selain itu

dikaitkan dengan sumber selain dokumen langsung yang menjelaskan tentang

suatu gejala (Arif S., 2011). Dimana, data sekunder didapatkan dari

Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

3.7 Instrumen

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner

pada para ibu hamil di Puskesmas Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota

Semarang, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta

mengisi sendiri kuesioner yang telah dibagikan lalu peneliti meminta kembali

kuesioner yang telah diisi oleh responden saat itu juga.

22

Page 23: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

3.8 Pengelolaan Data

1. Pengelolaan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto S., 2006

adalah :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban

dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap –

tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data

selanjutnya

c. Skoring

Skoring adalah kegiatan memberi angka berdasarkan jawaban-

jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden.

d. Entri Data

Merupakan kegiatan memasukan data ke dalam alat bantu untuk

menganalisis, yaitu computer.

e. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan ke

dalam table.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini

berupa distribusi dan persentase setiap variabel.

b. Analisis Bivariat

23

Page 24: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Analisa ini digunakan untuk menghubungkan antara variabel bebas

dan variabel terikat. Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yang

digunakan yaitu uji chi-square.

3.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Kecamatan

Banyumanik, Kota Semarang. Proses penelitian dilaksanakan dengan menyesuaikan

jadwal yang telah disusun. Berikut adalah susunan jadwal penelitian :

No Uraian Kegiatan

Bulan / Minggu ke

Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembuatan proposal                

2

Pengambilan data

lapangan                

3 Pengolahan data                

4 Analisis data                

5 Penyusunan laporan                

6 Presentasi hasil                

24

Page 25: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep

Puskesmas Ngesrep terletak di Kecamatan Banyumanik dan memiliki

wilayah kerja di 3 kelurahan yang meliputi Sumurboto, Tinjomoyo dan

Ngesrep. Puskesmas Ngesrep merupakan kesatuan organisasi kesehatan

fungsional dan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga berfungsi

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk beberapa kegiatan pokok perawatan kesehatan.

Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Ngesrep pada bulan Maret

2014 adalah 14.508 orang yang terdiri dari 7.325 penduduk laki-laki dan 7.183

penduduk perempuan.

4.2 Hasil Penelitian

Tabel 4. 1 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut Umur Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015

Variabel MeanMedianMode

SimpanganDeviasi (SD)

Min-Mak

Umur

26.9526.0023

3.756 17-36

Hasil analisis menunjukan bahwa, rata-rata umur responden adalah

26.95 tahun, median 26 tahun, mode 23 tahun dan simpangan deviasi 3.756

tahun. Umur termuda 17 tahun dan umur tertua 36 tahun.

25

Page 26: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut PendidikanWilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari - Oktober 2015

Pendidikan n %

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 0 0SD 6 19.8SMP 7 18.4SMA 11 28.9Diploma 11 28.9Sarjana 3 7.9Total 38 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa pendidikan ibu

hamil tidak tamat SD sebesar 0 %, SD sebesar 19.8 %, SMP sebesar 18.4 %,

SMA sebasar 28.9%, Diploma sebesar 28.9%, Sarjana 7.9 %

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut PekerjaanWilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari - Oktober 2015

Pekerjaan n %

Ibu Rumah Tangga 23 60.5Wiraswasta 9 23.7Pegawai Swasta 4 10.5Pegawai Negeri 2 5.3Total 38 100

Bedasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa pekerjaan ibu hamil

sebagai ibu rumah tangga sebesar 60.5 %, Wiraswasta sebesar 23.7 %,

Pegawai swasta sebesar 10.5%, pegawai negeri sebesar 5.3%.

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut Gravida Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015

Gravida n %Pertama 13 34.2Kedua 18 47.4Ketiga 6 15.8>Ketiga 1 2.6Total 38 100

26

Page 27: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa karakteristik ibu

hamil menurut gravida pertama sebanyak 34.2%, kedua sebanyak 47.4 %,

ketiga sebanyak 15.8%, dan lebih dari ketiga sebanyak 2.6%

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Menurut Kejadian Anemia Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015

Kejadian Anemia n %Anemia (Hb < 11 gr%) 19 50Tidak Anemia (Hb≥11 gr%) 19 50Total 38 100

Pada tabel 4.5 di atas, menunjukan bahawa distribusi ibu hamil anemia

(Hb<11gr%) sebesar 50% dan ibu hamil tidak anemia (Hb ≥11 gr%) sebesar

50%.

Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015

PengetahuanKejadian Anemia Total P ORAnemia Tidak Anemia

n % n % n %

Rendah 13 76.5 4 23.5 17 100 0.003 8,125Sedang, Tinggi 6 28,6 15 71,4 21 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, hasil analisis menunjukan dari 17 ibu

hamil dengan pengetahuan rendah terdapat 13 (76.5%) ibu hamil menderita

anemia dan 4 ( 23.5%) ibu hamil tidak menderita anemia. Sedangkan dari 21

Ibu hamil dengan pengetahuan sedang, tinggi terdapat 6 (28,6%) ibu hamil

menderita anemia dan 15 (71,4%) ibu hamil tidak menderita anemia. Setalah

dilakukan uji statistic chi square hasil analisa menunjukan p value =

0.003(p<α(0,05) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan

antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Ngesrep pada bulan Januari - Oktober 2015. Analisis lebih lanjut

diperoleh nilai OR = 8,125 (95%Cl = 1,874 <OR< 35,233), artinya ibu hamil

27

Page 28: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

dengan pengetahuan rendah berisiko terkena anemia 8,125 kali dibandingkan

dengan ibu hamil yang berpengatuan sedang dan tinggi.

Tabel 4.7 Hubungan Umur dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015

Umur(tahun)

Kejadian Anemia Total PAnemia Tidak Anemian % n % n %

< 20 dan > 35 2 100 0 0 2 100 0.48620 – 35 17 47.2 19 52.8 36 100

Pada tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 2 ibu hamil yang umurnya

berisiko terkena anemia (<20 dan > 35) terdapat 100% ibu hamil mengalami

anemia dan 0% ibu hamil tidak mengalami anemia. Sedangkan dari 36 ibu

hamil yang umurnya tidak berisiko anemia (20-35 tahun) terdapat 47.2% ibu

hamil yang menderita anemia dan 52.8% ibu hamil tidak menderita anemia.

Setelah dilakukan uji statistic chi square hasil analisa menunjukan p value =

0.486 (p>a (0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan tidak terdapat hubungan

antara umur ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Ngesrep pada Januari – Oktober 2015.

Tabel 4.8 Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Januari – Oktober 2015

Konsumsi Tablet Fe

Kejadian AnemiaTotal P OR

AnemiaTidak

Anemian % n % n %

Tidak Mengkonsumsi 11 84.6 2 15.4 13 100 0.002 11.688Mengkonsumsi 8 32.0 17 68.0 25 100

Pada tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 13 Ibu hamil yang tidak

mengkonsumsi tablet Fe saat kehamilan terdapat 84.6% ibu hamil menderita

anemia dan terdapat 15.4% ibu hamil tidak menderita anemia. Sedangkan dari

25 ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe saat kehamilan terdapat 32% ibu

28

Page 29: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

hamil menderita anemia dan terdapat 68% ibu hamil tidak menderita anemia.

Setelah dilakukan uji statistic chi square hasil analisa menunjukan p value =

0.002 (p<α (0,05) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan

antara kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe saat kehamilan dengan kejadian

anemia di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep pada Januari – Oktober 2015.

Analisis lebih lanjut diperoleh nilai OR = 11.688 (95%Cl = 2.082 <OR<

65.606), artinya ibu hamil yang tidak mengonsumsi tablet Fe berisiko 11.688

kali menderita anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang mengonsumsi

tablet Fe.

4.3 Pembahasan

1. Karakteristik Ibu Hamil

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung ke

Puskesmas Ngesrep pada bulan Januari – Oktober 2015 dan telah

melakukan pemeriksan Hb (Hemoglobin) dengan tenaga medis dan

didiagnosa menderita anemia (Hb< 11gr%). Ibu hamil yang menderita

anemia maka oleh petugas puskesmas akan diarahkan langsung ke unit

pelayanan gizi untuk mendapatkan pengarahan tentang anemia oleh petugas.

Bila ibu hamil belum mendapatkan tablet Fe, maka petugas akan

memberikan tablet zat besi dan vitamin C tiga kali satu tablet per hari (3x1)

atau tergantung persedian obatnya.

Penderita anemia pada ibu hamil pada bulan Januari – Oktober

2015 di wilayah kerja Puskeskas Ngesrep sebanyak 19 orang dan ibu hamil

penderita anemia tersebut menjadi subjek penelitian kelompok kasus.

Sedangkan kelompok control (ibu hamil tak menderita anemia) ialah

tetangga penderita yang memiliki kesamaan karakteristik usia kehamilan

dan wilayah tempat tinggal sebanyak 19 orang dengan perbandingan 1:1

dengan kelompok kasus. Kesamaan karakteristik usia kehamilan antara

kelompok kasus dan kelompok control menggunakan pembagian kehamilan

menurut trimester. Trisemester I yaitu usia kehamilan 1–12 minggu,

29

Page 30: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

trimester II usia kehamilan 13-28 minggu dan trimester III usia kehamilan

minggu ke 29 hingga kelahiran.

Pada penelitian ini, umur Ibu hamil menderita anemia berkisar

antara 17-36 tahun, dengan rerata 26.58 tahun. Sedangkan umur ibu hamil

bukan penderita anemia berkisar antara 23-32 tahun dengan rerata 27.32

tahun. Proporsi umur terbanyak responden adalah umur 23 dan 26 tahun

masing masing sebanyak 15.8%.

Sedangkan proporsi tingkat pendidikan ibu hamil yang menderita

anemia paling banyak adalah SMP yaitu sebanyak 7 jiwa (36.8%).

Sedangkan proporsi tingkat pendidikan bukan penderita paling banyak

adalah Diploma yaitu sebanyak 9 jiwa (47.4%). Tingkat pendidikan

seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang tentang

anemia dan hal-hal yang mempengaruhi tentang anemia, sehingga dengan

pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba mempenyai prilaku

pencegahan terhadap anemia. Pendidikan ibu juga meningkatkan kesadaran

ibu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam rangka memantau

kesehatan kehamilannya. Hal ini dapat mencegah terjadinya anemia pada

ibu hamil. Sesuai dengan pendapat dari hasbullah (2008) menyebutkan

pendidikan akan mengembangkan pengetahuan kearah yang lebih baik

khususnya di bidang kesehatan. Disamping itu pendidikan juga akan

mempengaruhi terhadap jenis pekerjaan seseorang.

Untuk proporsi pekerjaan ibu hamil anemia, yang paling banyak

adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 13 jiwa (68.4%). Sedangkan

proporsi pekerjaan bukan penderita terbanyak ialah Ibu Rumah Tangga

yaitu sebanyak 10 Jiwa (52.6%). Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi

akan kesehatan tubuhnya, apabila seseorang bekerja terlalu banyak tanpa

memberikan asupan yang cukup bagi tubuhnya maka dapat menyebabkan

adanya kekurangan gizi sehingga dapat mempengaruhi kandungan zat besi

dalam tubuh

30

Page 31: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

2. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Berdasarkan uji bivariat didapatkan bahwa variable pengetahuan

memiliki hubungan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil. Odds ratio

menunjukan ibu hamil dengan pengetahuan rendah berisiko 8.125 kali

menderita anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan

tinggi. Uji tingkat pengetahuan ibu hamil meliputi tentang pengertian

anemia, penyebab anemia, makanan sumber zat besi, dan tablet tambah

darah. Ada kecendrungan bahwa ibu hamil yang berpendidikan dasar lebih

banyak yang mengalami anemia dibandingkan ibu hamil yang

berpendidikan menengah dan ibu hamil yang berpendidikan menengah lebih

banyak mengalami anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang

berpendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu hamil maka semakin sedikit jumlah ibu hamil yang

menderita anemia. Ibu hamil yang berpendidikan tinggi mampu berperilaku

baik untuk mencegah terjadinya anemia saat hamil dibanding ibu hamil

yang berpendidikan dasar. Melalui pendidikan, setiap ibu hamil dapat

melatih daya pikir sehingga memudahkan dalam memecahkan masalah dan

menghadapi kondisi anemia

Anemia masih banyak dijumpai karena kemiskinan dan kurangnya

pengetahuan tentang makanan sehat. Bahkan pada waktu hamil banyak

makanan yang ditabukan karena kurangnya pengertian tentang makanan

sehat yang bergizi sehingga anemia semakin parah (Manuaba, 2010).

Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu jenis pengetahuan

yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pengetahuan gizi dan kesehatan

akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Semakin banyak

pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, maka semakin beragam pula jenis

makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan

mempertahankan kesehatan individu (Suhardjo, 1989). Tingkat pendidikan

turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga

31

Page 32: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang tanggap adanya masalah

defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil dan bisa mengambil tindakan

secepatnya (Kodyat, 1993).

3. Hubungan Umur dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Berdasarkan uji bivariat didapatkan bahwa variable umur tidak

memiliki hubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Ngesrep tahun 2015. Tidak ada hubungan antara umur ibu

hamil dengan kejadian anemia, hal ini disebabkan bahwa umur bukan satu-

satunya faktor penyebab anemia melainkan ada faktor lain yaitu faktor dasar

(sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan dan budaya) dan faktor langsung

(pola konsumsi tablet Fe, penyakit infeksi dan perdarahan) (Istiarti, 2000).

Menurut Amiruddin dalam Yaze, 2014, ibu hamil yang berumur

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74.1% menderita anemia

dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50.5% menderita anemia.

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami

pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.

Menurut Wibowo dan Basuki (2006) usia seorang ibu berkaitan

dengan perkembangan alat-alat reproduksinya. usia reproduksi yang sehat

dan aman adalah umur 20 sampai 35 tahun. kehamilan kurang dari 20 tahun

secara biologi belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum

matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan

kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama

kehamilannya, sedangkan kehamilan pada usia >35 tahun menderita dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit.

Depkes (2002) menyatakan bahwa hamil dan melahirkan dibawah

umur 20 tahun menurut ilmu kesehatan reproduksi masih terdapat bahaya-

bahaya tertentu bagi ibu dan anaknya. Angka kesakitan dan angka kematian

32

Page 33: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

ibu dan anak masih sangat tinggi bila umur wanita tersebut kurang dari 20

tahun.

4. Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu

Hamil

Berdasarkan uji bivariat didapatkan bahwa variable konsumsi

tablet Fe memiliki hubungan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil.

Selain itu, berdasarkan odd ratio ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi

tablet Fe memiliki resiko 11.688 kali terkena anemia dibandingkan dengan

ibu hamil yang patuh mengonsumsi tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas

Ngesrep. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dibuat oleh Sari

Mutiara pada tahun 2012 mengenai Hubungan Konsumsi Tablet Zat Besi

(Fe) dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Pulo Brayan Kota Medan, bahwa ketidakteraturan dalam mengonsumsi

tablet Fe dapat menyebabkan kejadian anemia. Ibu yang tidak patuh

mengonsumsi tablet Fe dapat dipengaruhi oleh efek samping yang kurang

nyaman yang dirasakan oleh ibu ketika mengonsumsi tablet Fe, seperti

mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin

(2008) bahwa suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual, muntah,

keram lambung, nyeri ulu hati dan konstipasi. Namun, derajat mual yang

ditimbulkan oleh setiap preparat tergantung pada jumlah elemen zat besi

yang diserap. Takaran zat besi diatas 60 mg dapat menimbulkan efek

samping yang tidak bisa diterima pada ibu hamil sehingga terjadi

ketidakpatuhan dalam pemakaian obat.

Faktor yang mempengaruhi ibu hamil mengonsumsi tablet Fe

menurut Never (2002) dalam Wipayani (2008), faktor faktor yang

mempengaruhi kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet zat besi yaitu

pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan manfaat dari zat besi yang

didapat dari penyuluhan yang diberikan bidan pada waktu ibu hamil tersebut

melakukan pemeriksaan ANC. Tingkat pengetahuan ibu juga mempengaruhi

33

Page 34: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi zat besi. Latar belakang

pendidikan ibu hamil juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil

meminum tablet zat besi. Selain itu pemeriksaan ANC mempengaruhi

tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe

34

Page 35: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan,

sebagai berikut :

1. Karakteristik

2. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil,

dengan nilai p value 0,486 (p>a(0,05). Semua Ibu hamil yang berumur

(<20 dan > 30 tahun) menderita anemia, ibu hamil yang berumur 20-35

tahun dan mengalami anemia sebanyak 47,2% dan tidak mengalami

anemia sebanyak 52,8%.

3. Terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan kejadian anemia pada

ibu hamil dengan nilai p value 0,003 (p<a(0,05) dan OR = 8,125.

Presentase ibu hamil dengan pegetahuan rendah terdapat 76,5% yang

mengalami anemia dan 23,5% tidak mengalami anemia, pengetahuan

sedang, tinggi terdapat 28,6% mengalami anemia dan 71,4% tidak

mengalami anemia.

4. Terdapat hubungan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu

hamil dengan nilai p value 0,002 (p<a(0,05) dan OR = 11,688. Presentase

ibu hamil yang mengonsumsi tablet Fe terdapat 32% yang mengalami

anemia dan 68% yang tidak mengalami anemia, sedangkan yang tidak

mengonsumsi tablet Fe terdapat 84,6% yang mengalami anemia dan 15,%

yang tidak mengalami anemia.

5.2 Saran

1. Diharapkan bagi Ibu hamil hendaknya lebih menperhatikan kesehatan

dirinya dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengkonsumsi

tablet Fe sesuai dengan ketentuan selama hamil.

35

Page 36: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

2. Diharapkan kepada pihak Puskesmas agar dapat meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran ibu hamil terkait anemia defisiensi besi ibu

hamil dengan cara melakukan penyuluhan secara rutin .

3. Diharapkan kepada petugas kesehatan/Bidan agar dapat menberikan

informasi yang lebih mengarah mengenai tata cara dalam mengkonsumsi

tablet Fe dan waktu yang tepat untuk mengonsumsinya. Disamping itu

membangun ikatan yang bersifat sinergis dengan pihak keluarga untuk

memantau dan mendukung ibu hamil untuk teratur mengkonsumsi tablet

Fe.

4. Diharapkan kepada peneliti lain untuk melaksanakan penelitian

selanjutnya dengan mengunakan sampel dan daerah yang lebih luas

sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik .

36

Page 37: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Dr. Chrisdiono M, Sp.OG. 2004. Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Amiruddin. 2007. Asupan Gizi Pada Ibu Hamil. [Online]. Tersedia : http:

www.scribd.com/doc/47810533/makalah-anemia-bumil. (30 September 2015,

19:37)

Antoni, Condra. 2012. Yogyakarta : Wacana Ruang. Penerbit Andi

Ayudhitya, Dhiana, dkk. 2013. Cara Ampun Deteksi Penyakit Sebelum Periksa ke

Dokter. Jakarta: Penebar Plus

Bagus, Ida. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Biladi, Bilqis. 2014. Memahami dan Menjelaskan Eritropoesis. [Online]. Tersedia :

https://www.academia.edu/9012400/Memahami_dan_Menjelaskan_Eritropoe

sis. (28 Oktober 2015, 17:10)

BKKBN. 2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi

Konseling. Jakarta : BKKBN

Budiarti, Milani. 2009. Jurnal KTI Hubungan pengetahuan Ibu hamil Trimester

III tentang zat besi dengan kejadian anemia di Puskesmas Mangkang

Kota Semarang

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

Depkes RI, 2010. Pertemuan Koordinasi Tingkat SR Dan SSR Kegiatan Intensifikasi

Pengendalian Malaria Gf ATM Malaria Round 8 Wilayah Kalimantan Dan

Sulawesi.Ditjen P2PL. [Online]. Tersedia :

37

Page 38: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

http://www.penyakitmenular.info/def_menu.asp?

menuID=17&menuType=1&SubID=1&DetId=518. (28 Oktober 2015, 17:52)

Departemen Kesehatan RI. Buku Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang.

[Online]. Tersedia :

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN

SI_2012/13_Profil_Kes.Prov.JawaTengah_2012.pdf. (1 Oktober 2015, 20.34)

Dinas Kesehatan Kota (DKK) tahun 2011 Kota Semarang

Djojodibroto, Dr. R. Darmanto. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta :

Penerbit Yayasan Obor Indonesia

Fuaddy, Mardhatillah. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia

Defisiensi Besi terhadap Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Zat Besi. Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Gibson, John. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC

Handayani, Wiwik dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Helen, Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

H., Riwidikdo. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia

Ika Putri Damayanti, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta : Deepublish

Innayah, Luthfiatul. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil

dalam Mengkonsumsi Tablet Besi di Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta

Barat tahun 2013. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta. [Online]. Tersedia :

38

Page 39: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-736-BABI.pdf. (28

Oktober 2015, 16:09)

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kartamihardja, Emmy. Anemia Defisiensi Besi. Fakultas Kedokteran Universitas

Wijaya Kusuma Surabaya

Lee, Rae Lynne. 2004. Iron Deficiency Anemia. [Online]. Tersedia :

http://www.cdph.ca.gov. (30 September 2015, 19:57)

Manuaba, I. B. G. 2001. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta: EGC

Manuaba, Prof. dr. Ida Bagus Gde, Sp.OG. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik

Obstetri & Ginekologi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Manuaba, dr. Ida Ayu Chandranita, Sp. OG dkk. 2009. Memahami Kesehatan

Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. FajarManuaba. 2007.

Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Maryunani, A, dkk. 2012.Asuhan Kegawat Daruratan dalam Kebidanan. Jakarta :

Trans Info Media

Murti, Bhisma. 2010. Riwayat Alamiah Penyakit : Bab 4. [Online]. Tersedia :

fk.uns.ac.id/index.php/download/file/14. (30 September 2015, 20:13)

Nurhidayati, Rohmah. 2013. Analisis Faktor Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil di

Wilayah Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Ilmu

Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi P enelitian Kesehatan. Jakarta PT. Rineka

Cipta

39

Page 40: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

O., Nova. 2015. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta : Deepublish.

Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan: Patofisologi & Fisiologi Persalinan.

Yogyakarta: ANDI Yogyakarta

Prnadhibrata, Made. Upaya Pencegahan Anemi Gizi Pada Ibu Hamil. Jurusan Ilmu

Gizi Poltekes. Denpasar

Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2009

Proverawati, Kusumawati. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha

Medika

Purbadewi, Lindung. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia

Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Program Studi Ilmu Gizi

Universitas Respati Yogyakarta 2 Program Studi Gizi Fakultas Ilmu

Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan di Bidang Gizi dan KIA. [Online].

Tersedia : http://file.persagi.org/share/Dirjen%20GIKIA.pdf. (1 Oktober

2015, 20.30)

Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metedologi Penelitian. FKIP : Universitas Muria

Kudus

Sinsin, I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak, Masa Kehamilan dan Persalinan.

Jakarta: PT Gramedia

S., Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana

S., Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed. Revisi VI,

Jakarta : PT. Rineka Cipta

S., Azwar. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

40

Page 41: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

S., Sudigdo. 2011. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed. 4. Jakarta :

Sagung Setio

Sastrawinata, Sulaiman. 2003. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : ObstetriPatologi.

Jakarta : EGC

Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

Suddarth.Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC

Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Triana, Ani, dkk. 2015. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta :

Deepublish

Universitas Sumatera Utara. [Online]. Tersedia :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30073/4/Chapter%20II.pdf.

(28 Oktober 2015, 16:15)

Uliyah, Musrifatul dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika

Yaze, Igus Ulfa. 2014. Hubungan Antara Jarak Kehamilan dan Status Gizi dengan

Anemia pada Ibu Hamil di Bidan Praktek Swasta Nyonya Dessy Jalan Slamet

Riyadi IV Pahoman Bandar Lampung. Skripsi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung. [Online]. Tersedia :

http://digilib.unila.ac.id/2382/11/BAB%20II.pdf. (28 Oktober 2015, 16:40)

41

Page 42: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

LAMPIRAN I

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NGESREP KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2015

No. Responden :……………

*Diisi oleh peneliti

1. Data Responden

1. Nama :2. Alamat :3. Umur : ………Tahun

4. Pendidkan ibu : 1. Tidak tamat SD/Tidak sekolah2.SD3. SMP4. SMA5. Diploma6. Sarjana

5. Pekerjaan ibu : 1.Ibu rumah tangga2. Wiraswasta3. Pegawai swasta4. Pegawai negeri

6. Gravida : 1. Pertama2. Kedua3. Ketiga4. > Ketiga

42

Page 43: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

2. Pengetahuan ibu hamil

A. Pengertian Anemia

1. Menurut ibu apakah yang disebut dengan anemia………..

a. Kekurangan darah

b. Darah rendah

c. Kelebihan darah merah

2. Ibu hamil dikatakan anemia, apabila cek darah ke labor dengan hasil

pemeriksaan….

a. Hb kurang dari 11 gr%

b. Hb 13 gr %c. Hb lebih dari 12 gr %

3. Anemia dalam kehamilan disebut juga dengan anemia kekurangan …..

a. Protein

b. Zat besi

c. lemak

4. Standar penggolongan Anemia (kurang darah) pada ibu hamil adalah….

a. Anemia ringan,sedang, berat

b. Anemia ringan dan berat

c. Anemia berat saja

B. Penyebab Anemia

5. Kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dapat

mengakibatkan…..

a. Kegemukan

b. Anemia (kekurangan darah)

c. Tekanan darah tinggi

6. Kebutuhan zat besi lebih meningkat atau lebih banyak dibutuhkan

oleh………..

a. Laki-laki

b. Wanita hamil

c. Wanita Tidak hamil

43

Page 44: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

7. Menurut ibu anemia kekurangan zat besi disebabkan karena berkurangnya…..

a. Cadangan karbohidrat dalam tubuh

b. Cadangan lemak dalam tubuh

c. Cadangan besi dalam tubuh

8. Salah satu faktor penghambat penyerapan zat besi yang mengakibatkan terjadi

anemia defisiensi besi adalah…

a. Kebiasaan ibu makan besamaan dengan air teh dan kopi

b. Kebiasaan ibu makan bersamaan dengan air putih

c. Kebiasaan ibu makan dengan pisang dan pepaya

C. Makanan Sumber Zat besi

9. Anemia zat besi pada ibu hamil dapat di cegah dengan banyak mengkonsumsi

a. Makanan yang berlemak seperti coklat

b. Makanan sumber zat besi, seperti daging sapi, hati ayam

c. Makanan yang lunak. Seperti bubur

10. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat besi atau makanan

penambah darah yang berasal dari hewani adalah …..

a. Ikan dan nasi

b. Tahu dan tempe

c. Hati ayam dan daging sapi

11. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat besi atau makanan

penambah darah yang berasal dari nabati adalah……………

a. Kankung dan bayam

b. Tahu dan tempe

c. Ikan dan nasi

12. Vitamin yang sangat berperan dalam meningkatkatkan zat besi adalah …..

a. Vitamin A

b. Vitamin C

c. Vitamin D

44

Page 45: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

13. Vitamin C merupakan zat gizi yang sangat berperan dalam meningkatkan

penyerapan …..

a. Karbohidrat

b. Lemak

c. Zat Besi

D. Tablet Tambah Darah (TTD)

14. Selain makanan, ibu hamil membutuhkan tambahan zat besi. Menurut ibu

sumber zat besi dapat berupa…

a. Tablet tambah darah

b. Kalsium

c. Vitamin A

15. Salah satu efek samping dari memgkonsumsi tablet tambah darah yaitu…

a. Pada saat buang air besar kotoran ibu berwarna hitam

b. Berat badan ibu bertambah

c. Berat badan ibu berkurang

16. Tablet tambah darah yang dibutuhkan selama kehamilan sebanyak….

a. 70 tablet

b. 80 tablet

c. 90 tablet

17. Untuk tidak mengurangi manfaat Tablet tambah darah, sebaiknya diminum

dengan.........

a. Air putih

b. Air kopi.

c. Air teh

18. Setelah meminum tablet tambah darah akan lebih baik disertai makan buah-

buahan seperti….

a. Salak, anggur, Rambutan

b. Durian, langsat, Alpukat

c. Pisang, Pepaya, Jeruk

45

Page 46: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

19. Untuk mengurangi gejala sampingan tablet tambah darah pada ibu hamil

sebaiknya diminum pada saat…..

a. Setelah makan siang

b. Setelah sarapan pagi

c. Setelah makan malam

20. Dibawah ini yang merupakan gejala ringan mengkonsumsi Tablet tambah

darah adalah .........

a. Berat badan ibu berkurang

b. Tekanan darah tinggi

c. mual-mual dan susah buang air besar

E. Konsumsi Tablet Besi (Fe)

1. Apakah ibu mengkonsumsi tablet tambah darah?

a. Ya

b. Tidak (Lanjut Pertanyaan 5)

2. Pada umur kehamilan berapa ibu pertama kali mengkonsumsi tablet tambah

darah? ………….bulan

3. Hingga sekarang sudah berapa kali (bungkus) ibu menerima tablet tambah

darah? ……………………

4. Berapa lama ibu minum tablet tambah darah setiap hamil?.................

5. Mengapa tidak mengkonsumsi tablet tambah darah?

a. Mual/muntah setelah meminum tablet tambah darah

b. Baunya tidak enak

c. Rasanya tidak enak

d. Lainnya,…………………………………….

F. Pengukuran

1. Kadar Hb Darah : ………………………… mg/dl

2. Lingkar lengan atas : ………………………… cm

46

Page 47: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

LAMPIRAN II

DOKUMENTASI

47

Page 48: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

48

Page 49: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

49

Page 50: Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang Pada Januari – Oktober 2015

50