Faktor Penyebab Bayi Dapat Bernapas

20
1. Faktor Penyebab bayi dapat bernapas Adaptasi sistem pernapasan Adaptasi utama ke kehidupan luar uterus yang diperlukan neonatus adalah kemampuan untuk bernapas. Kemampuan ini tergantung pada berbagai faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fetal. Dalam mempersiapkan tuntutan pada sistem pernapasan yang begitu hebat pada saat kelahiran, fetus secara normal mulai bernapas saat bergerak dalam uterus. Paru-paru fetal harus dikembangkan secara cukup untuk menghasilkan surfactan, suatu kompleks fosfolipid yang menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli dan mencegah kolapsnya alveoli saat ekspirasi. Surfaktan dihasilkan oleh sel-sel paru tipe II, yang mulai memproduksi fosfolipid dalam jumlah sedikit pada minggu ke 24-26 kehamilan. Sekresi surfaktan paru menjadi lebih banyak setelah kehamilan minggu ke 35-36, sehingga pengembangan paru-paru berhasil dan mencegah kolaps atau atelektasis selama fase ekspirasi saat bernapas. Vaskuler bed paru harus dikembangkan dan berada dekat dengan jaringan paru supaya bisa terjadi pertukaran gas. Akhirnya bayi baru lahir harus memiliki sistem saraf pusat yang utuh untuk memulai dan mengkoordinir usaha pernapasan. Awal pernapasan Pernapasan pertama dirangsang oleh faktor-faktor mekanika, kimia, sensori, dan rangsangan thermal.

description

keperawatan, bayi, nafas

Transcript of Faktor Penyebab Bayi Dapat Bernapas

1. Faktor Penyebab bayi dapat bernapasAdaptasi sistem pernapasanAdaptasi utama ke kehidupan luar uterus yang diperlukan neonatus adalah kemampuan untuk bernapas. Kemampuan ini tergantung pada berbagai faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fetal. Dalam mempersiapkan tuntutan pada sistem pernapasan yang begitu hebat pada saat kelahiran, fetus secara normal mulai bernapas saat bergerak dalam uterus.Paru-paru fetal harus dikembangkan secara cukup untuk menghasilkan surfactan, suatu kompleks fosfolipid yang menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli dan mencegah kolapsnya alveoli saat ekspirasi. Surfaktan dihasilkan oleh sel-sel paru tipe II, yang mulai memproduksi fosfolipid dalam jumlah sedikit pada minggu ke 24-26 kehamilan. Sekresi surfaktan paru menjadi lebih banyak setelah kehamilan minggu ke 35-36, sehingga pengembangan paru-paru berhasil dan mencegah kolaps atau atelektasis selama fase ekspirasi saat bernapas.Vaskuler bed paru harus dikembangkan dan berada dekat dengan jaringan paru supaya bisa terjadi pertukaran gas. Akhirnya bayi baru lahir harus memiliki sistem saraf pusat yang utuh untuk memulai dan mengkoordinir usaha pernapasan.Awal pernapasanPernapasan pertama dirangsang oleh faktor-faktor mekanika, kimia, sensori, dan rangsangan thermal.a. Rangsangan kimia. Fetus mengalami asfiksia sementara. Ini akibat terganggunya aliran darah plasenta selama kontraksi uterus, penekanan, dan pemotongan tali pusat saat lahir. Chemoreceptor di arteri carotis dan aorta dirangsang oleh tekanan arterial oksigen (PaO2) yang menurun, dan peningkatan tekanan arterial CO2 (PaCO2), dan penurunan pH arterial di bawah 7.35. Impuls yang dicetuskan oleh chemoreseptor ini merangsang pusat pernapasan di medula.b. Rangsangan sensory. Neonatus diserang dengan berbagai macam rangsangan selama persalinan dan kelahiran. Bahkan ketika rangsangan taktil, visual, auditory, dan olfaktori dikurangi, seperti lingkungan yang tenang, gabungan efek-efek tetap menghasilkan permulaan pernapasan.c. Rangsangan thermal. Tampaknya dingin merupakan rangsang yang kuat untuk mulai bernapas pada neonatus. Ketika bayi baru lahir hangat, basah pada tubuh dilepaskan dengan cara evaporasi yang dapat menyebabkan temperatur kulit dengan cepat menurun. Reseptor thermal, khususnya pada muka dan paru, melepaskan impuls ke medula, mencetuskan pernapasan yang pertama. Terpapar terhadap dingin dapat menyebabkan menurunnya temperatur pusat dan berakibat pada depresi pernapasan dan asidosis.d. Rangsangan mekanikal. Selama melewati jalan lahir, kurang lebih 30% dari cairan paru-paru fetal dalam jalan napas dan alveoli terperas keluar. Jumlah cairan tersebut kurang lebih 30 ml dari cairan trachea dipaksa keluar lewat orofarink sebelum lahir. Selama kelahiran pervagina, begitu dada dilahirkan, terjadi recoil (penciutan) dinding paru, sehingga udara dikeluarkan. Bayi yang dilahirkan dengan cecarea tidak mengalami penekanan pada thorax dan bisa menderita karena distres pernapasan sementara yang disebabkan oleh cairan paru fetal.

Faktor-faktor yang menghambat bernapas pertama kali:Beberapa faktor yang menghambat usaha-usaha neonatus mengambil napas pertama kali, meliputi tegangan permukaan alveolar, viskositas cairan paru, dan komplians paru. Diafragma harus turun dengan kuat untuk menimbulkan tekanan negatif yang cukup kuat dalam thorak agar bisa mengatasi daya ini (tekanan 40-80 cm H2O). Udara kemudian masuk ke dalam, mengembangkan paru-paru, menurunkan tegangan permukaan, dan mendorong cairan yang masih tertinggal keluar melalui kapiler paru dan sistem limfatik. Fungsi kapasitas residual paru dibuat sehingga kantung alveolar tetap menggelembung sebahagian saat ekspirasi. Kemudian, pernapasan selanjutnya perlu sedikit saja usaha dan menurunkan tekanan (6-8 cm H2O).Vaskuler bed paru, yang menguncup selama kehidupan fetal, harus dilatasi sekarang agar dapat terjadi perfusi jaringan paru yang cukup dan pertukaran gas yang efektif. Saat pertama kali bernapas, terjadi dilatasi arteri pulmonal akibat meningkatnya tekanan oksigen alveolar (PaO2), menurunnya pH arterial, dan meningkatnya kadar bradikinin darah yang merupakan suatu vasoaktif peptide protein. Tahanan vaskuler paru menurun, membiarkan aliran darah lebih besar melalui pembuluh darah paru. Ini meningkatkan perfusi paru yang mempermudah pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hypoxemia yang menetap dan asidosis menciutkan arteri paru; ini menurunkan perfusi pulmonal dan dapat membahayakan adaptasi kritis pulmonal bayi baru lahir, yang mengakibatkan terjadinya distress pernapasan.

Adaptasi KardiovaskulerSetelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar .Perubahan dramatis yang terjadi pada system kardiovaskuler neonatus dikarenakan pengkleman tali pusat dan permulaan bernapas.

Penutupan foramen ovale.Begitu arteri pulmonal dilatasi sebagai respon terhadap oksigenasi jaringan paru, tahanan vaskuler paru menurun dan tekanan pada sisi kanan jantung menurun. Akibatnya terjadi penutupan foramen ovale dalam beberapa jam setelah lahir. Penutupan yang permanen dari bypass ini tidak komplit untuk beberapa bulan, sehingga bisa terjadi shunt darah kanan ke kiri selama saat ini, dan ini dianggap sebagai murmur nonpatologi bila terdengar pada beberapa neonatus.Penutupan duktus arteriosus (Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang menghubungkan aorta (pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah yang normal pada janin).Duktus arteriosus sensitif terhadap perubahan pada tekanan oksigen arterial. Begitu kadar oksigen naik pada saat pertama kali bernapas, duktus arteriosus menciut. Penutupan secara fungsional terjadi dalam 15 jam setelah lahir, dan penutupan permanent dicapai dalam jangka 3 minggu. Hypoxemia mengakibatkan duktusnya tetap paten dan terjadi shunt darah melalui sirkulasi bypass fetal ini.

2. Faktor-Faktor Yang Dapat Menyebabkan Air Ketuban KeruhBeberapa faktor yang menyebabkan air ketuban keruh atau berwarna hijau, yaitu:a. InfeksiAir ketuban dapat terinfeksi apabila ketuban sudah pecah dalam waktu yang lama namun tidak segera dipimpin persalinan. Hal ini menyebabkan banyak kuman yang masuk. Lebih parahnya, dapat mengganggu keadaan bayi yang masih di dalam perut.b. Hamil lewat waktuKehamilan yang lewat waktu atau sering disebut overdue pregnancy juga sangat mempengaruhi keruhnya air ketuban. Pada dasarnya, kehamilan normalnya berlangsung selama 37 hingga 42 minggu. Kehamilan lewat waktu bisa menyebabkan air ketuban berwarna hijau atau keruh, hal ini erat kaitannya dengan saluran pencernaan bayi sudah matang, sehingga dapat mengeluarkan mekonium. Mekonium inilah yang menyebabkan air ketuban berwarna hijau.c. Gangguan pada janinKetika ibu kekurangan oksigen oleh berbagai sebab seperti asma, ventilasi ruang buruk, dll, atau adanya lilitan tali pusat pada bayi, maka membuat bayi menjadi stress. Bayi yang stress akan mengeluarkan mekonium. Mekonium inilah yang menyebabkan air ketuban keruh dan berwarna hijau.

3. Resusitasi Bayi Degan Aspirasi MecconiumJika bayi tidak cukup bulan dan tidak bernapas atau bernapas mega-megap dan atau tonus otot tidak baik Sambil memulai langkah awal: Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan bernapas dan bahwa Anda akan menolongnya Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

Tahap I:Langkah Awala. Jaga bayi tetap hangat1) Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas perut ibu atau sekitar 45 cm dari perineum2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat3) Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang telah digelar ditempat resusitasi4) Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di bawah pemancar panas.

b. Atur posisi bayi1) Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas ibu atau sekitar 45 cm dari perineum2) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.

Posisi menghidu.

c. Isap lendirGunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai berikut :1) Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung2) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu dimasukkan3) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung jangan melewati cuping hidung.4) Jika dengan balon karet penghisap lakukan dengan cara sebagai berikut: Tekan bola di luar mulut dan hidung Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lendir akan terisap) Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping hidung dan lepaskan.

Resusitasi. Isap lendir BBL.

d. Keringkan dan rangsang bayi1) Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang BBL mulai menangis2) Rangsangan taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL mulai bernapas: Menepuk/ menyentil telapak kaki; atau Menggosok punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan3) Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering dibawahnya4) Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernapasan bayi.e. Atur kembali posisi kepala bayiAtur kembali posisi bayi menjadi posisi menghidu

Langkah penilaian bayiLakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megapa. Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasib. Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

Tahap II: VentilasiVentilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.

Langkah-langkah:a. Pasang sungkupPasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

b. Ventilasi 2 kaliLakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm airTiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.Lihat apakah dada bayi mengembang !!

Tindakan ventilasi BBL sambil memperhatikan dada bayi.

Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi mengembang.Jika tidak mengembang :1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu3) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan4) Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik1) Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernapas spontan dan menangis2) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang napas.

Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.1) Lihat dada apakah ada retraksi2) Hitung frekuensi napas per menit.

Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:1) Jangan ventilasi lagi2) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL3) Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan4) Jangan tinggalkan bayi sendiri.5) Lakukan asuhan pasca resusitasi.6) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.d. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang bayi, apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megapJika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.e. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi1) Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa2) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan3) Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan4) Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinanf. Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai ulang napas dan nilai jantung.Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit. Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang permanen.

Tahap III: Asuhan pasca resusitasiSetelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan intensif selama 2 jam pertama. Asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil resusitasi (asuhan pasca resusitasi) yaitu:a. Jika resusitasi berhasilb. Jika perlu rujukanc. Jika resusitasi tidak berhasil

Tindakan resusitasi BBL jika air ketuban bercampur mekoniumBiasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12 24 jam pertama). Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur dengan air ketuban, hal ini menyebabkan cairan ketuban ebrwarna kehijauan. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan seksama karena ini merupakan tanda bahaya.

Apa yang menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sebelum persalinan?Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang janin tidak memperoleh oksigen yang cukup (gawat janin). Kekurangan oksigen dapat meningkatkan gerakan usus dan membuat relaksasi otot anus sehingga janin mengeluarkan mekonium. Bayi-bayi dengan risiko lebih tinggi untuk gawat janin seringkali memiliki lebih sering pewarnaan air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan), misalnya bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau bayi post matur.

Apakah bahaya air ketuban bercampur mekonium?Mekonium yang dikeluarkan dan bercampur air ketuban dapat masuk ke dalam paru-paru janin di dalam rahim atau sewaktu bayi mulai bernapas saat lahir. Tersedak mekonium dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.

Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur mekonium?Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium. Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:a. Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis/ bernapas/ bernapas normal/ megap-megap/ tidak bernapas?Jika menangis/ bernapas normal, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah awal.Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal.

Keterangan:Pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bisa tersedak (aspirasi).

4. Penyebab Bayi Kehilangan Panas TubuhPada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengturan dari luar. Suhu bayi yang normal minimal 36,5C.Mekanisme kehilangan panas tubuhsecara garis besar ada empat yaitu melalui :a. RadiasiYaitu kehilangan panas saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature yang lebih tinggi dari tubuhnya.b. EvaporasiYaitu cara kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi karena bayi tidak segera dikeringkan atau setelah dimandikan.c. KonduksiYaitu kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang lebih dingin.d. KonveksiYaitu kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.

Perlindungan termal terhadap bayi dengan cara:a. Jagalah bayi agar tetap hangat dengan cara : Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak kulit ibu dan bayi Ganti kain atau handuk yang basah Periksa telapak bayi setiap 15 menitb. Kontak dini dengan ibuBerikan segera pada ibu kontak dini antara bayi dengan ibu untuk :Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada ibu dan bayiIkatan batin dan pemberian ASI awal. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap. Bila memungkinkan jangan pisahkan bayi dan ibunya minimal selama 1 jam.Pencegahan kehilangan panas:BBL tidak dapat mengatur temperature tubuhnya secara memadai dan dengan cepat kedinginannya, jika kehilangan panas tidak segera dicegah.Cara mencegah kehilangan panasa. Keringkan bayi secara seksamab. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangatc. Tutup kepala bayi selama paling tidak 48 jamd. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinyae. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaianf. Jangan memandikan bayi sebelum 6 jamg. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangath. Rangsangan taktili. Menempatkan area perawatan bayi jauh dari jendela, dinding luar, atau pintu masuk keluarj. Penghangatan area sekitar bayi

Bayi dapat menciptakan panas dengan 3 cara :a. MenggigilMenggigil dilakukan apabila neonatus mempunyai suhu tubuh yang berada dalam bawah normal sehingga untuk mengadaptasikan, neonatus menggigil. Hal ini juga dapat dijadikan tanda bahwa neonatus mengalami tanda bahaya.b. Aktivitas otot fakultatifAktivitas otot dapat mengahsilkan panas tetapi terbatas pada janin dengan kekuatan otot yang cukup untuk berada pada posisi yang udah digerakkan.c. Non shivering thermogenesisNon shivering thermogenesis mengacu pada pemanfaatan lemak coklat (brown fat) untuk produksi panas.Neonatus memiliki jaringan adipose coklat, yang membantu metabolisme sumber panas disebut asam lemak bebas dan gliserol dengan cepat saat terjadi stress akibat dingin. Mekanisme ini disebut pembentukan panas tanpa menggigil / non shivering thermogenesis ( Dawkins & Hull, 1964). Sebagian besar produksi panas bayi berasal dari metabolisme lemak coklat. Istilah lemak coklat mengacu pada lemak yang berwarna merah kecoklatan, uyng disebabkan oleh tingginya vaskularisasi di jaringan tersebut. Lemak kecoklatan disimpan di lipatan di seluruh tubuh bayi. Sebagian besar lemak coklat disimpan di sekitar lehuer, sepanjang garis columna spinalis diantara scapula yang melintas garis clavikula dan menuju sternum. Lemak tersebut juga mengelilingi pembuluh toraksik mayor dan membantali ginjal (Hold Srovt, 1980).Bayi aterm memiliki persediaan lemak coklat minimal selama 2-4 hari setelah kelahiran, tetapi stress akibat dingin meningkatkan konsumsi oksigen saat bayi berupaya mempertahankan panas yang cukup agar bertahan hidup. Pembakaran lemak coklat membutuhkan oksigen 3 kali lebih banyak dibandingkan dengan jaringan tubuh lainnya (Wong,1995). Dengan efek yang tidak diharapkan yaitu pegalihan oksigen dan glukosa dari pusat pengatur seperti otak dan otot jantung

Daftar Pustakahttp://www.vemale.com/topik/kehamilan/50608-apa-penyebab-air-ketuban-keruh.htmlhttp://www.nengbidan.com/2012/04/penatalaksanaan-resusitasi-bayi-baru.htmlhttps://www.facebook.com/permalink.php?id=110197289039873&story_fbid=461517120574553Prawirohardjo Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta; PT. Bina PustakaMarimba Hanum, 2010. Biologi Reproduksi. Yogyakarta; Nuha Medika

Varney, Helen. Varneys Midwifery. Jakarta : EGC; 1997.Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan, Jakarta : YBPSP; 2002

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Kehamilan/air.ketuban/001/001/427/18/3http://bidandesa.com/air-ketuban-dan-plasenta.html