Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ...repository.utu.ac.id/365/1/BAB I_V.pdfjadi dan siap...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ...repository.utu.ac.id/365/1/BAB I_V.pdfjadi dan siap...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI MIE TEPUNG
DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
ROZY SASTRA
NIM : 08C20101065
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI MIE TEPUNG
DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
ROZY SASTRA
NIM : 08C20101065
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097,04
km2 atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan
kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung
geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam
(perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah
dimekarkan luas wilayah Kabupaten Aceh Barat menjadi 2.927,95 km2.
Kabupaten Aceh Barat memiliki 12 Kecamatan, salah satunya Kecamatan
Johan Pahlawan yang merupakan Kecamatan yang terletak ditengah kota yaitu
kota Meulaboh. Kecamatan Johan Pahlawan merupakan pusat perdagangan
Kabupaten Aceh Barat yang memiliki beberapa industri salah satunya adalah mie
tepung. Usaha mie tepung yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan berjalan
dengan lancar, karena kebutuhan mie tepung ini sangat penting bagi pengusaha
yang membuat mie dan berbagai jenis panganan lainnya.
Pengusaha mie yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan berjumlah 5
(lima) dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 1 Nama Pengusaha Mie dan Alamat
No Nama Pengusaha Alamat
1 Jaludi Jl.Daud Dariyah II Desa Ujong Baroh
2 Sri Dwi Friwarti, MH Jl.T.Chik Ali Akbar Desa Ujong Kalak
3 Aisyah Jl.T.Chik Ali Akbar Desa Ujong Kalak
4 Buchary Jl.T.Chik Ali Akbar Desa Ujong Kalak
5 Zulkifli Jl.Komplek Bina Usaha Desa Ujong baroh Sumber: Dinas Perindustrian Kabupaten Aceh Barat (2012)
2
Pengusaha mie ini sama-sama bergerak dibidang pengolahan mie yang
mana memiliki jumlah pelanggan yang berbeda-beda. Pada intinya lokasi usaha
mie tersebut berada disekitar pasar bina usaha yang merupakan pusat pasar
terbesar di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Banyaknya pengusaha mie yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan tidak
terlepas dari banyaknya warung-warung kopi atau kafe-kafe yang terletak
ditempat-tempat rekreasi atau ditaman kota. Semakin banyaknya usaha semakin
besar pula persaingan yang akan dihadapi oleh tiap-tiap usaha. Apabila usaha mie
ini mampu bersaing maka usaha mie ini bisa dikatakan sukses tapi apabila tidak
mampu bersaing maka sudah pasti usaha ini akan bangkrut.
Para usaha mie membuka usaha mie ini dengan tujuan untuk memperoleh
laba dan pendapatan yang menguntungkan. Sebuah usaha yang akan dijalankan
perlu perlengkapan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor guna untuk
mempermudah jalannya usaha mie tersebut. Faktor- faktor yang digunakan dalam
menjalankan sebuah usaha mie terdiri dari lokasi, bangunan, modal, tenaga kerja
dan bahan baku. Apabila dari faktor tersebut sudah terpenuhi, maka usaha mie
tersebut akan berjalan dengan baik serta bagaimana cara menjalankannya.
Faktor modal, bahan baku dan tenaga kerja adalah faktor- faktor yang
mempengaruhi produksi mie tepung. Semakin besar modal maka akan semakin
besar dalam membeli bahan baku mie sehingga hasil produksi yang diperoleh juga
akan semakin besar.
Faktor bahan baku akan mempengaruhi produksi mie karena bahan baku
merupakan kunci utama dalam proses usaha mie tersebut, sehingga bahan baku
yang digunakan dapat menentukan besar atau kecilnya hasil produksi mie.
3
Semakin bagus bahan baku yang digunakan akan lebih banyak kemungkinan
untuk memperoleh hasil produksi usaha mie yang lebih menguntungkan dan
tentunya akan memberikan kemajuan yang lebih besar terhadap usaha mie
tersebut.
Faktor tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi karena apapun yang
akan dikerjakan sudah pasti membutuhkan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga
kerja yang paham akan pengolahan mie tepung maka akan semakin besar pula
hasil produksi yang diperoleh.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat suatu
karya ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Mie Tepung di Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah seberapa besar faktor- faktor yang mempengaruhi
produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat?
1.3 . Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor- faktor
yang mempengaruhi produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat.
4
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan diatas, maka manfaat teoritis
adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah untuk menambah wawasan penulis sebagai
bahan perbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan fakta yang terjadi di
lapangan.
b. Bagi Lingkungan Akademik
Manfaat bagi lingkungan akademik adalah hasil penelitian ini di harapkan
dapat menambah bahan bacaan dan literatur bagi yang ingin mendalami masalah
industri.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi Pemda (Pemerintah Daerah) yakni diharapkan dapat menjadi masukan
bagi pemerintah dan pihak lain agar memperhatikan usaha industri mie tepung.
b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Perindustrian Kabupaten Aceh Barat untuk
lebih memperhatikan peningkatan hasil industri mie tepung di wilayah
Kabupaten Aceh Barat khususnya Kecamatan Johan Pahlawan.
1.5. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah bagian
pertama pendahuluan yang berisi tentang pokok-pokok pembahasan mengenai
latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan.
5
Bagian kedua tinjauan pustaka yang meliputi pengertian produksi usaha
mie tepung, faktor- faktor yang mempengaruhi produksi usaha mie tepung dan
perumusan hipotesis.
Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel,
data penelitian, model analisis data, defenisi operasional variabel, dan pengujian
hipotesis.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari statistik deskriptif
variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis, analisis hasil akhir, analisis
koefisien korelasi, analisis koefisien determinasi, uji regresi linier berganda, uji
signifikan parsial (uji t).
Bagian kelima simpulan dan saran yang berisi tentang simpulan penelitian
dan saran penulis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produksi
2.1.1. Pengertian Produksi
Produksi merupakan suatu proses pengolahan bahan baku menjadi bahan
jadi dan siap untuk dipasarkan. Dalam bahasa Inggris, faktor produksi disebut
dengan input dimana jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang
produsen. Menurut Gregory (2000, h.42) menjelaskan bahwa faktor produksi
merupakan input yang digunakan dalam menghasilkan barang dan jasa.
Selanjutnya menurut Richard dalam Rosyidi (2006, h.55) menjelaskan
bahwa produksi yaitu setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar
nilai suatu barang. Dimana produksi tersebut tidak akan dapat dilakukan kalau
tidak adanya bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya proses produksi.
Kemudian Soeharno (2007, h. 113) menjelaskan bahwa produksi adalah
suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan
faktor- faktor produksi yaitu capital, tenaga kerja, teknologi dan skill. Selanjutnya
Rosyidi (2000, h. 251) mengatakan bahwa produksi adalah penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi lainnya yang sama
sekali berbeda, baik dalam pengertian apa dan dimana atau kapan komoditi-
komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan
oleh konsumen terhadap komoditi itu.
Lebih jauh lagi menurut Rosyidi (2009, h. 54) Bagi kebanyakan orang,
produksi diartikan sebagai kegiatan didalam pabrik atau barang kali juga kegiatan
di lapangan pertanian, dengan mudah kita katakan bahwa produksi adalah setiap
7
usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Produksi tentu saja
tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan-bahan yang memungkinkan
untuk proses produksi itu sendiri.
faktor produksi merupakan sumber daya yang digunakan dalam sebuah
proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan
kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam
diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible (dapat diraba), baik
langsung dari alam maupun tidak yang digunakan oleh perusahaan yang kemudian
disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga
menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat
semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. Secara total, saat ini
ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja ( labor),
modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan
(entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Faktor produksi diakses 28 Maret 2013).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa produksi merupakan suatu proses atau kegiatan ekonomi yang mengubah
dari input menjadi output dengan pemanfaatan beberapa faktor produksi.
2.1.2. Fungsi Produksi
Menurut Sukirno (2009, h.204) konsep yang dapat didefinisikan dalam
dua pengertian, yaitu:
a. Hubungan diantara tingkat produksi yang dapat dicapai dengan faktor- faktor
produksi yang digunakan untuk mewujudkan tingkat produksi tersebut.
8
b. Suatu kurva yang menunjukkan tingkat produksi yang dicapai dengan berbagai
jumlah tenaga kerja yang digunakan.
2.2. Modal
2.2.1. Pengertian Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting digunakan dalam melakukan
proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat-alat yang
efisien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antar modal sendiri dengan
modal pinjaman karena semua berperan dalam proses produksi. Intinya adalah
apapun yang akan kita lakukan memerlukan modal, karena modal dapat
memperlancar semua kegiatan salah satunya dalam proses produksi.
Menurut Kasmir (2009, h. 83) menjelaskan bahwa modal merupakan biaya
untuk pendirian perusahaan mulai dari persiapan yang diperlukan sampai
perusahaan tersebut berdiri. Kemudian menurut Noor (2007, h. 344) memberikan
pengertian tentang modal (pendanaan) adalah pemenuhan kebutuhan dana untuk
kebutuhan bisnis yang biasanya sudah dihitung dalam studi kelayakan.
Selanjutnya menurut Anoraga (2007, h. 198) sumber dana perusahaan
(modal) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sumber dana dari dalam perusahaan itu sendiri meliputi :
a. Penggunaan laba perusahaan
b. Penggunaan cadangan
c. Penggunaan laba yang tidak di bagi
2. Sumber dana dari luar perusahaan meliputi :
a. Dari pihak pemilik dalam bentuk saham
b. Dari pinjaman (baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang)
9
Lebih jauh lagi menurut Rosyidi (2009, h. 58) pengertian capital (modal)
semacam itu sebenarnya hanyalah merupakan salah satu saja dari pengertian
modal seluruhnya, sebagai mana yang sering dipergunakan oleh para ahli
ekonomi. Sebab, modal juga mencakup arti uang yang tersedia didalam
perusahaan untuk membeli mesin-mesin serta faktor produksi lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
modal merupakan dana awal yang paling penting dalam sebuah usaha baik itu
sebagai dana untuk mendirikan usaha maupun sebagai dana untuk memenuhi
kebutuhan dalam usaha.
2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Modal
Kasmir (2009, h.89-91) menurutnya kelebihan dan kekurangan masing-
masing modal adalah sebagai berikut:
a. Modal Sendiri
Kelebihan modal sendiri :
1. Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak
menjadi beban perusahaan.
2. Tidak tergantung kepada pihak lain, artinya perolehan dana di peroleh dari
setoran pemilik modal.
3. Tanpa memerlukan persyaratan yang rumit jika mau mengalihkan kepihak lain.
Kekurangan modal sendiri :
1. Jumlahnya terbatas, artinya untuk memproleh jumlah tertentu sangat
tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas.
10
2. Perolehan dari modal sendiri dalam jumlah tertentu dan calon pemilik baru
(calon memegang saham baru) relatif lebih sulit karena mereka akan
mempertimbangkan kinerja dan prospek usahanya.
b. Modal Pinjaman
Kelebihan modal pinjaman
1. Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat mengajukan modal
pinjaman ke berbagai sumber. Selama perusahaan dikatakan layak, perolehan
dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak berusaha menawarkan dananya
keperusahaan yang dinilai memiliki prospek yang cerah.
2. Motivasi usaha yang tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari menggunakan
modal sendiri. Jika menggunakan modal pinjaman, motivasi pemilik untuk
memajukan usaha tinggi, hal ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan
untuk mengembalikan pinjaman, selain itu perusahaan juga berusaha menjaga
image dan kepercayaan pihak yang memberi pinjaman agar tidak tercemar.
Kekurangan modal pinjaman
1. Dikenakan berbagai biaya seperti bunga. Pinjaman yang diperoleh dari
lembaga lain sudah pasti disertai berbagai kewajiban untuk membayar jasa,
seperti bunga, dan asuransi.
2. Modal pinjaman wajib dikembalikan dalam waktu yang telah disepakati.
3. Peusahaan yang mengalami kegagalan atau masalah yang mengakibatkan
kerugian akan berdampak pada pinjaman sehingga akan menjadi beban moral
atas utang yang belum di bayar.
11
2.3. Bahan Baku
2.3.1. Pengertian Bahan Baku
Menurut Mulyadi (2005, h. 275) bahan baku merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh. Selanjutnya menurut Kholmi (2003, h. 29)
mengatakan bahwa bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian besar
produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat
diperoleh dari pembelian lokal impor atau hasil pengolahan sendiri.
Kemudian menurut Prawirosentono (2001, h. 61) menjelaskan bahwa
bahan baku merupakan bahan utama dari suatu produk atau barang. Bahan baku
meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk
proses produksi.
Sebagaimana yang kita ketahui untuk memperoleh bahan baku yang akan
digunakan dalam proses produksi, maka diperlukan pengorbanan uang untuk
pembelian bahan baku tersebut. Pengorbanan inilah yang dinamakan dengan
biaya. Biaya bahan baku adalah harga dari perolehan bahan baku yang dipakai
dalam pengolahan produk.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
bahan baku merupakan bahan yang utama didalam melakukan proses produksi
sampai menjadi barang jadi.
2.4. Tenaga Kerja
2.4.1. Pengertian Tenaga Kerja
Menurut Boediono dalam Zamrowi (2007, h.30) menjelaskan bahwa
tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses
12
produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai
balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah.
Selanjutnya menurut Widjaja (2000, h.87) mendefinisikan tenaga kerja
adalah semua golongan yang bekerja atau dengan istilah sekarang golongan
karyawan baik yang bekerja pada pemerintah maupun yang bekerja pada swasta.
Kemudian menurut Sukirno (2006, h.29) menyatakan tenaga kerja bukan saja
berarti jumlah penduduk yang dapat digunakan dalam proses produksi, tetapi
termasuk kemahiran-kemahiran yang mereka miliki.
Selanjutnya Nanga (2005, h.249) Tenaga kerja merupakan salah satu
faktor produksi yang penting, bukan hanya perannya tetapi juga menyangkut
kesejahteraan masyarakat.
Menurut Anoraga (2007, h.231) yang dimaksud dengan tenaga kerja
adalah “Seseorang yang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan
orang yang berharap bahwa aktifitas kerja yang dilakukannya akan membawa
kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan diri keadaan sebelumnya. Tenaga
kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari
pekerjaan dan yang melakukan kegiatan yang lain seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara
fisik mampu dan pada sewaktu-waktu mampu bekerja. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada
saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhi”.
Lebih jauh lagi menurut Hasibuan (2009, h.8) Tenaga kerja mencakup
penduduk yang sudah bekerja, sedang mencari kerja dan yang mencari kerja serta
yang mencari kerja lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Lebih
13
lanjut Hasibuan menjelaskan bahwa di Indonesia yang dimaksud tenaga kerja
adalah penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih. Indonesia tidak mengenal
umur maksimum, alasannya Indonesia belum mempunyai jaminan negeri dan
pegawai swasta. Pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan
mereka sehari-hari. Oleh sebab itu mereka yang telah mencapai usia pensiun
biasanya tetap masih harus bekerja.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
tenaga kerja adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan yang mana pada
akhirnya mendapatkan imbalan atau upah.
2.5. Teknologi
2.5.1. Pengertian Teknologi
Menurut Daniel (2004, h. 144) bila terjadi perubahan atau peningkatan
pada teknologi dalam proses produksi, maka akan terjadi perubahan pada produksi
yang cenderung meningkat pula serta penggunaan teknologi baru tersebut tentu
menuntut perubahan pada biaya produksi yang biasanya relatif lebih tinggi.
Disamping itu, beban resiko dan ketidakpastian juga relatif lebih tinggi karena
memerlukan keterampilan khusus. Bila produksi meningkat karena perubahan
teknologi berarti penawaran pun akan meningkat.
Selanjutnya menurut Robbins (2002, h. 235) istilah teknologi adalah
mengarah kepada bagaimana sebuah organisasi mentransfer input menjadi output.
Setiap organisasi sekurang-kurangnya memiliki satu teknologi untuk mengubah
sumber daya keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya fisik menjadi
produk dan jasa.
14
Kemudian menurut Anoraga (2007, h. 350) mengatakan bahwa
perkembangan teknologi mendapat prioritas yang tinggi berdasarkan pada 3 (tiga)
tujuan yaitu :
a. Meningkatkan impor teknologi baru.
b. Mengembangkan landasannya sendiri untuk kegiatan riset dimasa depan.
c. Berusaha tidak membayar terlalu banyak untuk kedua hal tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
teknologi merupakan suatu alat untuk mempermudah pekerjaan dan mempercepat
suatu proses produksi.
2.6. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan diduga bahwa “modal, bahan
baku, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi mie tepung di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi yang
diambil didalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha mie tepung yang ada di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sebanyak 5 (lima) usaha yaitu
Aneka mie, Arema, Mutiara, Mulia mie dan Usaha mie.
Selanjutnya yang akan menjadi sampel pada penelitian ini adalah
keseluruhan dari populasi usaha mie tepung mengingat bahwa jumlah populasi
sangat sedikit, maka penulis menggunakan sampel sampling jenuh, yaitu jumlah
keseluruhan populasi dijadikan sampel sebanyak 5 (lima) usaha mie tepung di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat selama 12 bulan dalam 1
(satu) tahun yang dihitung setiap bulan.
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Data Primer
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus
dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data
primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pemilik usaha mie tepung
yang terpilih sebagai sampel didasarkan pada kuisioner yang telah dipersiapkan.
16
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data ini bersumber dari instansi atau lembaga yang terkait dalam penelitian ini,
seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Studi Pustaka (library research)
Yaitu : metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya yang diperlukan.
b. Penelitian Lapangan (field research)
Yaitu : peneliti mendatangi pemilik usaha mie tepung. Data lapangan
dikumpulkan secara langsung dengan cara mengisi kuisioner yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengumpulan data diadakan. Data
lapangan tersebut dilakukan dengan teknik pengamatan, penelitian langsung ke
lapangan dan wawancara.
3.3. Model Analisis Data
Untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan fungsi produksi Cobb
Douglas. Analisis regresi linear berganda adalah analisis besarnya hubungan dan
pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua, untuk
mempermudah dan mengurangi kesalahan secara manual, pengolahan data dalam
analisis ini menggunakan program SPSS versi 19.0.
17
a. Analisis Regresi Berganda
Menurut Yuwono (2005, h.65) persamaan nonlinier fungsi produksi
dengan menggunakan rumus Cobb Douglas dituliskan sebagai berikut:
Q = α.Kβ1.Lβ2 .......................................................................................... (1)
Dimana:
Q = Variabel terikat (jumlah produksi mie tepung)
K = Variabel bebas (modal)
B = Variabel bebas (bahan baku)
L = Variabel bebas (tenaga kerja)
α = Koefisien Regresi
β1= Koefisien modal
β2= Koefisien bahan baku
β3= Koefisien tenaga kerja
Ditransformasikan kedalam bentuk linier yang ditulis sebagai berikut:
Ln Q = Ln α + β1 Ln K + β2 Ln B + β3 Ln L ......................................... (2)
a. Analisis Korelasi
Korelasi linier berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang
terjadi antara variabel terikat (Y) dan beberapa variabel bebas (X1, X2... Xn) yaitu:
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi berganda, disimbolkan dengan R2 merupakan
ukuran kesesuaian garis regresi linier berganda terhadap suatu data.
18
2. Koefisien Korelasi (R)
Menurut Syakhiruddin (2008, h.263) Koefisien korelasi merupakan suatu
koefisien yang menjelaskan keeratan hubungan keterkaitan antara variabel bebas
(X) dengan variabel tak bebas (Y).
3. Koefisien Korelasi Parsial
Koefisien Korelasi Parsial merupakan koefisien dua variabel, jika variabel
lainnya konstan.
4. Koefisien Determinasi Parsial
Koefisien Determinasi Parsial ini dapat menghitung besarnya sumbangan
satu variabel bebas terhadap variasi (naik turunnya) nilai variabel terikat, jika
variabel bebas lainnya dianggap konstan.
b. Uji t
Menurut Syakhiruddin (2008, h.267) uji signifikasi parameter individual
(uji t) dilakukan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel bebas (modal,
bahan baku dan tenaga kerja) terhadap variabel terikat (produksi mie tepung)
secara individual.
c. Uji F
Menurut Sarwoko (2005, h.72) uji F adalah suatu cara menguji hipotesis
nol yang melibatkan lebih dari satu koefisien; cara bekerjanya adalah dengan
menentukan apakah kecocokan (the overall fit) dari sebuah persamaan regresi
berkurang secara signifikan dengan membatasi persamaan tersebut untuk
menyesuaikan diri terhadap hipotesis nol.
19
3.4. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama
pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi nasing-masing variabel sebagai
berikut :
a. Produksi mie tepung (Q) adalah hasil akhir yang diperoleh dari sebuah proses
produksi di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang diukur
dalam satuan kilogram (kg).
b. Modal (K) adalah jumlah dana yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha mie
tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang diukur
dalam satuan ribuan rupiah (Rp. 000).
c. Bahan baku (B) adalah input atau bahan dasar yang dibutuhkan dalam
mengelola usaha mie tepung Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
d. Tenaga kerja (L) adalah setiap orang yang bekerja pada usaha produksi mie
tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang diukur
dalam satuan jam kerja.
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. H0 ; β ≤ 1, diduga bahwa modal, bahan baku dan tenaga kerja yang diteliti
secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap produksi
mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
20
b. H1 ; β > 1, diduga bahwa modal, bahan baku dan tenaga kerja yang diteliti
secara bersama-sama terdapat pengaruh yang nyata terhadap produksi mie
tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Kriteria uji-t, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara parsial
terdapat pengaruh yang nyata antara modal, bahan baku dan tenaga kerja
terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat.
b. Apabila thitung < ttabel maka H0 diterima H1 ditolak, artinya secara parsial tidak
terdapat pengaruh yang nyata antara modal, bahan baku dan tenaga kerja
terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat.
Kriteria uji-F, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara bersamaan
terdapat pengaruh yang nyata antara modal, bahan baku dan tenaga kerja
terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat.
b. Apabila Fhitung < Ftabel maka H0 diterima H1 ditolak, artinya secara bersamaan
tidak terdapat pengaruh yang nyata antara modal, bahan baku dan tenaga kerja
terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi
Aceh, dengan letak geografisnya di 0461’-0447’ lintang utara dan antara 95-8630
bujur timur secara keseluruhan memiliki luas wilayah 2.442 km terbagi menjadi
12 Kecamatan dan 282 desa. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Jaya
dan Kabupaten Pidie di sebelah utara, Samudera Hindia dan Kabupaten Nagan
Raya di sebelah selatan, Samudera Indonesia di sebelah barat, Kabupaten Aceh
tengah dan Kabupaten Nagan Raya di sebelah timur.
Produksi mie tepung merupakan sektor industri kecil yang sangat potensial
untuk dikembangkan di Kabupaten Aceh Barat khususnya di Kecamatan Johan
Pahlawan. Potensi yang dimiliki oleh sektor industri kecil berkaitan dengan
kemampuannya dalam hal penyerapan tenaga kerja yang terampil, namun
berpendidikan rendah serta dapat dijadikan wadah untuk menyalurkan keahlian
dan kecakapan. Selain itu pula, dalam melakukan suatu usaha yang produktif
sangat diperlukan pula adanya modal dan bahan baku yang tercukupi dalam
pengembangan suatu usaha, sehingga perkembangan dalam memproduksi mie
tepung sangat mudah dikembangkan. Berikut perkembangan modal, tenaga kerja,
dan tingkat produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat:
22
Tabel 2 Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Tingkat
Produksi Mie Tepung di Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012
No Nama
Usaha Bulan
Produksi
(Kg)
Modal
(Rp)
Bahan baku
(Rp)
TK
(Jam kerja)
1 Arema Januari 12.000 15.822 16.333 248
Februari 12.800 15.978 15.796 224
Maret 13.000 16.450 16.045 248
April 13.500 16.482 15.319 240
Mei 13.250 16.450 16.640 248
Juni 13.500 16.503 15.725 240
Juli 13.900 16.556 16.045 248
Agustus 13.000 16.405 16.199 248
September 14.000 14.316 16.300 240
Oktober 14.500 16.687 16.110 248
November 14.300 16.581 16.166 240
Desember 13.900 16.556 16.125 248
2 Usaha mie
Januari 5.000 16.556 15.640 217
Februari 5.700 16.584 15.318 196
Maret 6.000 16.721 15.416 217
April 6.500 16.738 15.285 210
Mei 6.250 16.818 17.607 217
Juni 7.500 16.845 15.214 210
Juli 7.800 16.920 15.224 217
Agustus 7.000 16.892 15.209 217
September 8.250 16.929 15.137 210
Oktober 8.000 17.013 15.385 217
November 7.250 16.929 15.319 210
Desember 7.500 17.001 15.385 217
3 Mutiara Januari 6.000 16.888 14.946 217
Februari 6.600 17.005 15.285 196
Maret 7.000 17.069 16.333 217
April 7.500 17.111 16.166 210
Mei 7.250 17.070 16.045 217
Juni 7.500 17.111 16.235 210
Juli 7.700 17.206 16.281 217
Agustus 7.000 17.069 16.045 217
September 8.500 17.259 16.300 210
Oktober 8.000 17.220 16.307 217
November 8.200 17.229 16.418 210
Desember 7.900 17.213 15.863 217
4 Mulia Januari 1.500 15.640 14.946 186
Februari 1.800 15.796 14.914 168
Maret 2.000 16.199 15.506 186
23
April 2.500 16.300 15.352 180
Mei 2.300 16.255 15.318 186
Juni 2.600 16.249 15.384 180
Juli 2.800 16.333 15.477 186
Agustus 2.000 16.110 15.129 186
September 3.500 16.418 15.214 180
Oktober 3.000 16.333 15.209 186
November 3.250 16.372 15.285 180
Desember 3.000 16.357 15.268 186
5 Aneka Januari 2.000 15.863 15.352 186
Februari 1.500 16.215 15.573 168
Maret 2.500 16.199 15.757 186
April 2.300 16.300 16.012 180
Mei 2.700 16.255 15.863 186
Juni 2.500 16.077 15.850 180
Juli 2.200 15.976 15.940 186
Agustus 2.700 16.199 16.045 186
September 3.500 16.137 16.108 180
Oktober 3.250 16.011 16.045 186
November 3.000 16.012 15.978 180
Desember 2.800 15.863 15.902 186 Sumber : Data Primer (Data Dio lah Agustus 2013)
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi mie
tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sangat bervariasi
dan berfluktuasi. Tingkat produksi pada masing-masing unit usaha tampak terlihat
bahwa dengan tingkat produksi tertinggi terjadi pada usaha Arema yang mencapai
14.500 kg dan terendah hanya mencapai 12.000 kg.
Selanjutnya pada Usaha Mie dengan tingkat produksi tertinggi mencapai
8.250 kg dan terendah mencapai 5.000 kg. Kemudian pada usaha Mutiara dengan
tingkat produksi tertinggi mencapai 8.500 kg dan produksi terendah mencapai
6.000 kg. Disusul pada usaha Mulia yang telah memproduksi hingga mencapai
3.500 kg dengan produksi tertinggi dan terendah hanya 1.500 kg, serta pada usaha
Aneka dengan tingkat produksi tertinggi 3.500 kg dan terendah sebesar 1.500 kg.
24
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan
oleh modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi mie tepung di
Kabupaten Aceh Barat yang akan dianalisis dengan menggunakan model fungsi
produksi Cobb Douglas yang akan diolah melalui Program Statistik SPSS versi
19.0. Hasil akhir yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Standar Deviasi Rata-Rata dan Observasi
No. Variabel Rata-Rata Standar Deviasi Observasi
1. 2. 3.
4.
Produksi Modal Bahan Baku
Tenaga Kerja
8.575952424 9.710264867 9.663657105
5.326681409
.6888498217 .0320521719 .0320343503
.1118806249
60 60 60
60 Sumber: Hasil Regresi (Data Dio lah Agustus 2013)
Berdasarkan tabel 3 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata
produksi mie tepung (Q) di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
Selama kurun waktu 2012 adalah 8,575952424 dengan standar deviasi
0,6888498217, sedangkan rata-rata modal (K) adalah 9,710264867 dengan
standar deviasi 0,0320521719. Kemudian untuk rata-rata bahan baku (B) adalah
9,663657105 dengan standar deviasi sebesar 0,0320343503 dan untuk rata-rata
variabel tenaga kerja (L) adalah 5,326681409 dengan standar deviasi adalah
0,1118806249 serta N menyatakan jumlah observasi yang diteliti sebesar 60.
25
4.3. Hasil Akhir
4.3.1. Uji Regresi Linier Berganda
Tabel 4 Regresi Linier Berganda
Model Unstandarized Coefficients
Standartdized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant)
Modal Bahan Baku
Tenaga Kerja
-49.830
2.624 .353
5.541
13.087
.962 1.018
.301
.122
.016
.900 Sumber: Hasil Regresi (Data Dio lah Agustus 2013)
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4 di atas maka diperoleh persamaan
regresi linier berganda akhir estimasi sebagai berikut:
Ln Q = ln α + β1 Ln K + β2 Ln B + β2 Ln L
Q = -49,830 + 2,624 Ln K + 0,353 Ln B + 5,541 Ln L
Persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta
Berdasarkan hasil regresi berganda di atas diperoleh bahwa nilai konstanta
(α) yaitu sebesar -49,830. Nilai konstanta ini menyatakan apabila semua variabel
bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) sama dengan nol, maka produksi mie
tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sebesar -49,830.
b. Koefisien Regresi Variabel Modal (K)
Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut diperoleh bahwa koefisien
regresi variabel modal (K) adalah sebesar 2,624. Hal ini menyatakan bahwa setiap
kenaikan modal (K) sebesar 1 persen, maka produksi mie tepung (Q) akan
mengalami kenaikan sebesar 2,624 persen.
26
c. Koefisien Regresi Variabel Bahan Baku (B)
Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut diperoleh bahwa koefisien
regresi variabel bahan baku (B) adalah sebesar 0,353. Berarti bahwa setiap
kenaikan bahan baku (B) sebesar 1 persen, maka produksi mie tepung (Q) akan
mengalami kenaikan sebesar 0,353 persen.
d. Koefisien regresi Variabel Tenaga Kerja (L)
Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut diperoleh bahwa koefisien
regresi variabel tenaga kerja (L) adalah sebesar 5,541. Berarti bahwa setiap
kenaikan tenaga kerja (L) sebesar 1 persen, maka produksi mie tepung (Q) akan
mengalami kenaikan sebesar 5,541 persen.
4.3.2. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Hal ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui keeratan serta arah
hubungan antara modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi mie
tepung di Kabupaten Aceh Barat.
Tabel 5 Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
No.
Variabel Produksi Modal Bahan Baku
Tenaga Kerja
1. Pearson Correlation
a. Produksi b. Modal
c. Bahan Baku d. Tenaga Kerja
1.000 .362
.397 .939
.362 1.000
.085 .265
.397 .085
1.000 .411
.939 .265
.411 1.000
2. Model
a. Koefesien Korelasi (R) b. Koefesien Determinasi
Adjusted
c. Koefesien Determinasi (R2)
.946
.890
.896
Sumber: Hasil Regresi (Data Dio lah Agustus 2013)
Berdasarkan tabel 6 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa Koefesien
korelasi variabel bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) diperoleh R = 0,946
27
secara positif menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara modal (K),
bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) terhadap produksi mie tepung (Q) dengan
keeratan hubungan 94,6 persen.
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh jumlah
modal (K), bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) terhadap produksi mie tepung (Q)
di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Adapun koefisien
determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan rumus
perhitungan sebagai berikut:
Koefisien determinasi = r2 x 100%
Koefisien determinasi = (0,946)2x 100%
Koefisien determinasi = 89,6 %
Berdasarkan perhitungan di atas penulis dapat menjelaskan bahwa nilai
koefesien determinasi adjusted bernilai 89,0 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) memberi sumbangan sebesar
89,0 persen terhadap variabel terikat (produksi mie tepung), sedangkan sisanya
sebesar 11 persen ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar model regresi
penelitian ini.
4.3.3. Uji t (Uji Parsial/individual)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar
variabel bebas modal (K), bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) terhadap variabel
terikat produksi mie tepung (Q) secara individual dengan tingkat kepercayaan
(level of confidence 95 persen) pada taraf nyata (α) = 0,05 yaitu:
28
Tabel 6
Hasil Perhitungan Nilai t-hitung
Model
Unstandardized Coefficients
Standard
ized Coefficie
nts t Sig.
95,0%
Confidence Interval for b
B Std.Err
or Beta
Lower
Bound
Upper Boun
d
1 (Constant) Modal
BahanBaku TenagaKerja
-49.830 2.624
.353 5.541
13.087 .962
1.018 .301
.122
.016
.900
-3.808 2.728
.347 18.398
.000
.008
.730
.000
-76.047 .697
-1.686 4.938
-23.614 4.551
2.392 6.144
Sumber: Hasil Regresi (Data Dio lah Agustus 2013)
Berdasarkan tabel 6 tersebut nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Modal (K)
Berdasarkan tabel di atas telah terlihat bahwa untuk variabel modal dengan
nilai t-hitung sebesar 2,728 lebih besar dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa
secara parsial variabel modal terhadap produksi mie tepung adalah elastis di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
b. Bahan Baku (B)
Berdasarkan tabel di atas telah terlihat bahwa untuk variabel bahan baku
dengan nilai t-hitung sebesar 0,347 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya
bahwa secara parsial variabel bahan baku terhadap produksi mie tepung adalah
in-elastis di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini
menunjukkan bahwa bahan baku yang dimiliki pemilik usaha mie tepung di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sangat tidak membantu dan
masih kurang optimal dalam penggunaannya.
29
c. Tenaga Kerja (L)
Berdasarkan tabel di atas telah terlihat bahwa untuk variabel tenaga kerja
dengan nilai t-hitung sebesar 18,398 lebih besar dari t-tabel sebesar 1,645 yang
artinya bahwa secara parsial variabel tenaga kerja terhadap produksi mie tepung
adalah elastis di Kabupaten Aceh Barat.
4.3.4. Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji semua variabel bebas yaitu modal (K),
bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) secara bersama-sama terhadap variabel
terikat yaitu produksi mie tepung (Q). Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Regresi uji F
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression Residual
Total
25.079 2.918
27.996
3 56
59
8.360 .052
160.440 .000a
Sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Agustus 2013)
Berdasarkan tabel 8 tersebut nilai F-hitung sebesar 160,440 lebih besar dari
F-tabel sebesar 2,604 pada tingkat nyata α = 0,05 (derajat signifikan), maka variabel
modal, bahan baku dan tenaga kerja secara simultan (bersama-sama) elastis
terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu di Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor
yang mempengaruhi produksi mie tepung adalah elastis di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini berdasarkan pada tingkat kepercayaan
(confidence interval 95%) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tingkat rata-rata produksi mie tepung di tahun 2012 di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sebesar 8,575952424, untuk modal (K) nilai
rata-rata sebesar 9,710264867, untuk bahan baku (B) nilai rata-rata sebesar
9,663657105 dan untuk tenaga kerja (L) nilai rata-rata sebesar 5,326681409
dengan jumlah observasi sebesar 60.
b. Koefesien korelasi variabel bebas diperoleh R = 0,946 persen secara signifikan
menjelaskan terdapat hubungan antara modal (K), bahan baku (B) dan tenaga
kerja (L) terhadap produksi mie tepung (Q) dengan keeratan hubungan 94,6
persen. Selanjutnya Koefesien determinasi adjusted menunjukkan bahwa
produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
memperoleh nilai 89,0 persen, sedangkan sisanya sebesar 11 persen ini
dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar model regresi penelitian ini.
c. Persamaan akhir diperoleh Q = -49,830 + 2,624 Ln K + 0,353 Ln B + 5,541 Ln
L dengan nilai konstanta sebesar -49,830. Nilai konstanta ini menyatakan
apabila semua variabel bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) sama
31
dengan nol, maka produksi mie tepung di Kabupaten Aceh Barat sebesar
-49,830 persen.
d. Hasil yang diperoleh untuk variabel modal dengan nilai t-hitung sebesar 2,728
lebih besar dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial variabel
modal terhadap produksi mie tepung adalah elastis di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
e. Hasil yang diperoleh untuk variabel bahan baku dengan nilai t-hitung sebesar
0,347 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial
variabel bahan baku terhadap produksi mie tepung adalah in-elastis di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini menunjukkan
bahwa bahan baku yang dimiliki pemilik usaha mie tepung di Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sangat tidak membantu dan masih
kurang optimal dalam penggunaannya.
f. kemudian untuk variabel tenaga kerja dengan nilai t-hitung sebesar 18,398 lebih
besar dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial variabel tenaga
kerja terhadap produksi mie tepung adalah elastis di Kabupaten Aceh Barat.
g. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan (bersama-sama) menunjukkan bahwa
nilai F-hitung sebesar 160,440 lebih besar dari F-tabel sebesar 2,604 pada tingkat
nyata α = 0,05 (derajat signifikan), maka variabel modal, bahan baku dan
tenaga kerja secara simultan (bersama-sama) adalah elastis terhadap produksi
mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
5.2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil analisis data, adapun beberapa saran untuk pihak-pihak
terkait yang dapat disampaikan antara lain:
32
a. Pemerintah
Kepada Pemerintah agar dapat lebih meningkatkan home industry yang
tersedia di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, khususnya pada
pengembangan usaha mie tepung, yang mana akan membantu masyarakat didalam
terciptanya lapangan pekerjaan, untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, serta
meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara merata.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penulis menyadari atas berbagai kekurangan dan keterbatasan dalam
penelitian ini, oleh karena itu beberapa saran yang dapat dipertimbangkan
mengenai dengan judul dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Diharapkan agar dapat menambah jumlah penelitian yang akan dijadikan
sampel penelitian, agar hasil yang diharapkan lebih terlihat signifikan.
2. Diharapkan agar dapat menambah beberapa variabel yang lebih berpengaruh
terhadap produksi mie tepung.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji. 2007. Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis dalam Era
Globalisasi. Rineka Cipta, Jakarta
Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Gregory, N, Mankiw. 2000. Teori Makro Ekonomi. Ed 4. Erlangga. Jakarta
Hasibuan, SP. Melayu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,
Jakarta
Kasmir. 2009. Kewirausahaan. Ed.1-4. Rajawali. Jakarta
Kholmi, Masiyal. 2003. Definisi Bahan Baku. Diakses 15 April 2013,
http://defenisi bahan baku. pdf
Mulyadi. 2005. Defenisi Bahan Baku. Diakses 15 April 2013, http://defenisi
bahan baku. Pdf
Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi “Teori, Masalah dan Kebijakan”. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Noor, Faisal Henry. 2007. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo, Jakarta
Prawirosentono, Suyadi. 2001. Definisi Bahan Baku. Diakses 15 April 2013,
http://defenisi bahan baku. Pdf
Robbins, Stephan, P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga.
Jakarta
Rosyidi, Suherman. 2000. Pengantar Teori Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
------------------------ 2006. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo. Jakarta
------------------------ 2009. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo. Jakarta
Soeharno. 2007. Ekonomi Manajerial. Edisi Pertama Andi. Yogyakarta
34
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi “Teori Pengantar”. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
------------------------ 2009. Makro Ekonomi “Teori Pengantar”. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Syakhiruddin. 2008. Statistik Ekonomi. CV Perdana Mulya Sarana. Medan
Widjaja. 2000. Manajemen Organisasi Bisnis. Ghalia Indonesia. Bogor
Yuwono, Prapto. 2005. Pengantar Ekonometri. ANDI. Yogyakarta
Zamrowi, M.Taufik. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri
Kecil. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang
http://id.wikipedia.org/wiki/Faktor produksi diakses 28 Maret 2013