FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI...
Click here to load reader
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK
DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU
PROVINSI JAWA BARAT
NURUL MUBAROK
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 14230 H
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK
DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU
PROVINSI JAWA BARAT
Oleh :
Nurul Mubarok
101092123370
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 14230 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk
Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Provinsi Jawa Barat” yang ditulis oleh Nurul Mubarok NIM
101092123370 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (SI) Program
Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Ir. Setyo Adhie, MM. M.Si Dr. Ir. Taswa Sukmadinata, MS
Pembimbing I
Ir. Siti Rochaeni, M.Si NIP. 131 864 194
Pembimbing II
Rahmi Purnomowati, SP. M.Si NIP. 080 127 737
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis
NIP. 150 317 956
Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP. 131 861 314
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, 25 Pebruari 2009
Nurul Mubarok
101092123370
RINGKASAN
Nurul Mubarok, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan di
Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Provinsi Jawa Barat (dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Rahmi
Purnomowati)
Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Indonesia
mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah
tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan
minuman di Indonesia merupakan urutan terbanyak pertama. pada tahun 2005 dan
2006 yaitu sebanyak 30,50 persen dan 38,31 persen dari seluruh jumlah industri
IKIKR yang ada di indonesia, sehingga industri ini akan mempunyai peranan
terhadap penyediaan lapangan tenaga kerja di Indonesia dan meningkatkan nilai
terhadap produk pertanian. Salah satu jenis industri makanan dan minuman
adalah industri kerupuk, khususnya kerupuk udang dan ikan. Berdasarkan Data
Statistik Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2008, kapasitas produksi kerupuk
pada tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing 17.695 ton, 17.871 ton dan
18.959 ton dengan tingkat produksi 9.466 ton pada tahun 2006, 9.740 ton pada
tahun 2007 dan 6.408 ton pada triwulan kedua tahun 2008 Berdasarkan data
tersebut masih terdapat selisih produksi yang belum terpenuhi yaiu 8.228 ton pada
tahun 2006, 8.131 ton tahun 2007 dan 11.642 ton pada tahun 2008 sehingga masih
ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam rangka pemenuhan terhadap
kapasitas produsi kerupuk yang terus meningkat. Desa Kenanga kecamatan
Sindang kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra produksi kerupuk
khususnya kerupuk ikan.
Tujuan kegiatan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk ikan di daerah penelitian. (2) Menganalisis
faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk ikan di daerah
penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten
Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
karena daerah ini merupakan daerah sentra produksi kerupuk di Kabupaten
Indramayu. Terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu pengrajin skala kecil dan pengrajin skala menengah/sedang.
Terdapat 30 pengrajin skala kecil dan delapan pengrajin skala menengah/sedang,
sampel yang yang diambil sebanyak 15 pengrajin yaitu 50 persen dari jumlah
pengrajin skala kecil sedangkan untuk pengrajin kerupuk skala sedang diambil
secara sensus yaitu delapan responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk ikan menggunakan analisis fungsi Cobb-
Douglas. Pengolahan data menggunakan alat bantu software Microsoft excel 2003
dan SPSS for Windows versi 12
Hasil penelitian yang didapat dari faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kerupuk ikan di daerah penelitian yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2),
permintaan (X3) dan harga (X4). Keempat faktor yang mempengaruhi produksi
(X1, X2, X3, dan X4) dapat menjelaskan produksi kerupuk sebesar 99,6 persen
untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen untuk pengrajin skala kecil. Model
dugaan persamaan Fungsi Cobb-Douglas untuk pengrajin kerupuk ikan skala
menengah/sedang Y=-1263.38311 X10.00005
X2452.14712
X30.24573
X4-0.62715
. Model
dugaan persamaan fungsi Cobb-Douglas pengrajin kerupuk ikan skala kecil Y = -
1219.180 X10.00005
X2337.632
X30.255
X4-0.229
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan terhadap
pengrajin kerupuk skala sedang di daerah penelitian yaitu secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditunjukkan dengan
nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (186,75>28,7), sedangkan secara parsial
faktor-faktor yang berpengaruh sebagai berikut : faktor modal mempunyai
pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-
hitung lebih besar dari t-tabel (7,431 > 2,306); tenaga kerja mempunyai pengaruh
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih besar dari t-tabel (4,973>2,306); permintaan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,306); harga mempunyai pengaruh tidak
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih kecil dari t-tabel (-1.647<2,306),
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan terhadap
pengrajin kerupuk skala kecil di daerah penelitian secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditunjukkan dengan
nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (622,5>5,99), sedangkan secara parsial
faktor-faktor produksi mempunyai pengaruh sebagai berikut : Faktor modal
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (9,840>2,201); tenaga kerja
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,276>2,201); permintaan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (5,647>2,201); harga mempunyai
pengaruh tidak signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan
nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-1,133<2,201).
Faktor yang paling berpengaruh pada produksi kerupuk ikan di daerah
penelitian, baik skala sedang maupun skala kecil adalah modal (X1).
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadlirat Ilahi Rabby Allah Azza wa Jalla, atas segala
limpahan Rahmat, Hidayah dan ’Inayah-Nya yang tak terbilang dan tak pernah
hilang sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini.
Rahmat ta’dzim dan kesejahteraan semoga selalu dilimpahkan Allah kepada
hamba pilihan, sebagai suritauladan yaitu Muhamad Bin Abdullah SAW yang
membawa risalah Rahmatalil’alamin.
Skripsi yang berjudul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kerupuk Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat” merupkan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis. Skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa dukungan, support, motivasi dan uluran tangan semua
orang yang terlibat dalam proses penyusunannya, sehingga pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Agribisnis, Ir. Lilis
Imamah I, M.Si dan Ahmad Tjahya Nugraha, SP, MP.
4. Ir Siti Rochaeni, M.Si dan Rahmi Purnomowati, SP. MP. sebagai pembimbing
yang tiada henti-hentinya membimbing dan mengarahkan penulis serta
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ir. Setyo Adhie, MM, M.Si dan Dr. Taswa Sukmadinata, M.Si. atas
kesediaannya membaca, mengoreksi dan memberi masukan yang berharga
untuk perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Agribisnis dan Staff akademik Fakultas Sains dan Teknologi
7. Kepala Disperindag Kabupaten Indramayu dan segenap Staf-nya atas kerja
samanya menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
8. Kuwu (kepala desa) dan pengrajin kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu-Jawa Barat. Terima kasih telah memberikan izin dan
kerja sama yang baik kepada penulis dalam melakukan penelitian.
9. Bu Warti, yang telah memberikan waktu, perhatian dan bantuan yang tidak
sedikit. Terima kasih Bu, hanya Allah yang dapat membalasnya.
10. Kedua orang tua (H. Abdul Halim dan Hj. Aminah), Ridha dan magfirah
Allah serta Roudhotun Min Riyadiljinan; satu-satunya balasan dan imbalan
yang patut bagi mu ayah-bunda.
11. Saudara (Kang Juhirah dan Kang Hadlori serta Iin Sholihin) terima kasih atas
semuanya
12. Kedua orang tua (H. Mursalih dan Hj. Triningsih), terima kasih atas semuanya
13. Istri yang tercinta, terima kasih atas segalanya yang tidak dapat saya utarakan
satu per satu detailnya ”terlalu banyak”, semoga mendapat predikat ”Al-
Maratu Al-Sholihah”
14. Kang Khusen, Khalil, Haris. Terima kasih !
15. Teman-teman KMSGD dan Permai-Ayu.
16. Teman-teman program studi Agribisnis Angkatan 2001-2004.
17. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, terima kasih.
dengan tidak mencantumkan nama dalam daftar ini bukan bermaksud
mengecilkan dan menapikan jasa dan partisipasi semua yang terlibat dalam
penyusunan Skripsi ini.
Akhirnya, Semoga Allah SWT membalas dan melipatgandakan kebaikan yang
telah diberikan. Amin
Wakafa billahi syahida
Wassalam
Jakarta, 25 Pebruari 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ......................................................... 6
2.1.1. Gambaran Umum Produk Kerupuk ................. 6
2.1.2. Konsep Produksi ............................................. 11
2.1.2.1. Faktor Produksi ................................... 11
2.1.2.2. Fungsi Produksi .................................. 12
2.1.2.3. Model Fungsi Produksi ....................... 17
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................. 20
2.3. Kerangka Pemikiran ................................................. 21
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 24
3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................... 24
3.3 Metode Pengambilan Sampel .................................. 24
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................... 25
3.5 Definisi Operasional ............................................. 29
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis danDemografis
Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu - Jawa Barat .................................................. 31
4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat .. 32
4.3. Proses Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk
Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ................................. 33
4.4. Kategori Industri Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk
Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu
Jawa Barat ...................................................................... 38
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Pengusaha Kerupuk .................................. 40
5.1.1. Pekerjaan Utama dan Sampingan .......................... 40
5.1.2. Umur Pengrajin Kerupuk ...................................... 41
5.1.3. Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk................. 42
5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk....... 43
5.1.5. Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk ....................... 44
5.1.6. Jenis Kerupuk yang Diproduksi ........................... 45
5.1.7. Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk....................... 46
5.1.8. Keahlian Membuat Kerupuk ................................. 47
5.1.9. Persaingan dan Bentuk Persaingan Usaha Kerupuk 48
5.1.10. Diversifikasi dan Sumber Ide Diversifikasi
Produk Kerupuk ................................................. 50
5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan 5.2.1. Modal ................................................................... 51
5.2.2. Tenaga Kerja ........................................................ 55
5.2.3. Permintaan Kerupuk ............................................. 57
5.2.4. Harga Kerupuk ..................................................... 59
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk
di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat . 60
5.3.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang ............................... 61
5.3.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil .................................. 65
5.4. Fator-Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Produksi
Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat .. 69
5.4.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang ............................... 69
5.4.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil .................................. 70
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................... 72
6.2 Saran ................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 73
LAMPIRAN ......................................................................................... 75
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2005 -2006 .......................... 1
2 Kontribusi IKIKRT terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia
Tahun 2005 – 2006 ................................................................... 2
3 Konsumsi da Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita
untuk Kerupuk Menurut Wilayah tahun 2003 ......................... 8
4 Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut
Golongan pengeluaran per Kapita Sebulan ............................... 8
5 Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton)
Tahun 2003 ............................................................................ 9
6 Standar Mutu Kerupuk Udang dan Ikan .................................... 10
7 Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Pekerjaan
Utama dan Sampingan............................................................... 40
8
Karakteristik Pengrajin Berdasarkan Usia Pengrajin .................
41
9
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan ..........................
Tingkat Pendidikan .................................................................. 42
10
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga ................................................................... 43
11
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Lama
Menjadi Pengrajin Kerupuk....................................................... 44
12
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jenis
Kerupuk yang diproduksi ......................................................... 45
13
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Alasan
Memproduksi Kerupuk ............................................................. 46
14
Karaktersitik Responden Pengrajin Kerupuk Berdasarkan
Asal Memperoleh Keahlian Membuat Kerupuk ........................ 47
15 Bentuk Persaingan Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu .... 48
16
Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ............. 50
17
Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.............. 51
18
Daftar Fasilitas dan Mesin/Alat-Alat sebagai biaya tetap yang
Digunakan dalam Produksi Kerupuk ........................................ 52
19
Daftar Item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/
Operasional Pembuatan Kerupuk .............................................. 53
20
Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk
di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008 ..................................................... 54
21
Jumlah Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Kerupuk
di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008 ..................................................... 56
22
Data Permintaan Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk
di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008 ..................................................... 58
23
Daftar Harga Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk
di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu pada Bulan Nopember 2008 ..................................................... 59
24
Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi
Kerupuk Skala Sedang ............................................................. 62
25
Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi
Kerupuk Skala Kecil ..................................................................... 65
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sifat Fungsi Produksi ................................................................ 13
2
Tahapan Proses Produksi ..........................................................
16
3
Sistematika Kerangka Pemikiran ..............................................
23
4
Daerah Diterima dan Ditolak H0 dalam uji t-hitung....................
28
5
Alur Proses Produksi Kerupuk ..................................................
37
6
Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitung pada
Pengrajin Kerupuk Skala Sedang ............................................. 64
7
Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitun Pengrajin
Kerupuk Skala Kecil .............................................................. 68
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Surat Keterangan Penelitian dari Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ................................. 76
2
Kuesioner Penelitian ...................................................................
77
3
Kapasitas, Porduksi dan Utilitas Industri Makanan
Tahun 2006 - Triwulan II Tahun 2008 ........................................ 81
4
Daftar Pengusaha Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ............................................ 82
5
Mata Pencaharian dan pendidikan penduduk Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ............... 83
6
Tujuan pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008 ....
84
7
Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil ................................................................................. 85
8
Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin
Kerupuk Skala Sedang ............................................................... 90
9
Jumlah Biaya yang dikeluarkan pengrajin kerupuk
pada bulan Nopember 2008 ........................................................ 93
10
Variabel Bebas (X) dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa barat ............................................... 94
11
Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12 ................. 95
12
Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan ......
99
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Indonesia
mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah
tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan
minuman di Indonesia merupakan jumlah industri terbanyak. Pada tahun 2005
jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga ada 857.496 unit, pada
tahun 2006 jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga meningkat
jumlahnya menjadi sebanyak 1.203.694 unit usaha (BPS, 2007 : 14) . Data
mengenai perkembangan Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah
Tangga (IKIKR) dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Jumlah Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah Tangga
(IKIKR) dan Persentase Menurut Skala Usaha (Golongan Industri) Tahun 2005 – 2006
2005 2006
URAIAN IK IKR IKIKR IK IKR IKIKR
%
Makanan dan
Minuman
789.223
68.273
857.496
67.144
1.136.550
1.203.694
7.71%
Tekstil 248.824 18.125 266.949 15.073 283.458 298.531 -0.02% Pakaian Jadi 53.843 56.168 110.011 25.369 73.734 99.103 -0.77% Kayu, Anyaman dari
rotan, bamboo dan
sejenisnya
805.740
24.984
830.724
24.011
756.927
780.938
-4.78%
Barang Galian
Bukan Logam
262.832
43.349
306.185
35.151
244.195
279.346
-2.03%
Furnitur dan
pengolahan lainnya
199.095
34.464
233.559
31.088
231.336
262.424
0.02%
Lainnya 161.111 36.971 198.082 53.914 164306 218.220 -0.12% Jumlah 2.549.591 288.774 2.838.365 258.071 2.926.038 3.184.109
Keterangan : IK = Industri Kecil; IKR = Industri Kerajinan Rumah Tangga IKIKR = Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga
Sumber : BPS Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 1 di atas, jumlah industri makanan dan minuman
pada Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga (IKIKR) tahun 2005
dan 2006 yaitu sebanyak 30,59 persen dan 38,31 persen dari total jumlah industri
IKIKR yang ada di Indonesia, terjadi peningkatan kontribusi sebesar 7,71 persen
terhadap jumlah IKIKR pada tahun 2006, sedangkan untuk industri lainnya rata-
rata kontribusinya mengalami penurunan sehingga industri makanan dan
minuman pada industri IKIKR mempunyai kontribusi terhadap penyediaan
lapangan tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007 : 15). Peranan IKIKR terhadap
penyerapan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Kontribusi IKIKR Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Tahun
2005 -2006
Tenaga Kerja Jenis Industri 2005
(Orang)
% 2006
(Orang)
%
Industri Besar dan menengah 4,226,572 38.14 4,730,125 39.72 Industri Kecil Industri Kerajinan
Rumah Tangga
6,856,043
61.86
7,178,990
60.28
Jumlah 11,082,615 100,00 11,909,115 100,00 Sumber : BPS Tahun 2007
Data Tabel 2. di atas menunjukkan IKIKRT mempunyai kontribusi
dominan terhadap penyerapan tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan
industri besar dan menengah, yaitu pada tahun 2005 industri kecil industri
kerajinan rumah tangga menyerap tenaga kerja sebesar 61,86 persen dari
keseluruhan tenaga kerja di sektor industri dan sebesar 60,28 persen pada tahun
2006. Selebihnya, industri besar dan menengah sebesar 38,14 persen pada tahun
2005 dan 39,72 persen pada tahun 2006.
Industri kerupuk merupakan salah satu jenis industri makanan dan
minuman. Kerupuk merupakan produk untuk meningkatkan nilai tambah pada
komoditi pertanian, komoditi yang digunakan produk kerupuk adalah tepung
tapioka, udang/ikan, dan komoditi lainnya sehingga hal ini akan berdampak pada
nilai tambah komoditi sektor lainnya. Data Statistik Tahun 2008 (BPS, 2008 : 2),
menjelaskan bahwa kapasitas produksi kerupuk pada tahun 2006 sebesar 17.694
ton, pada tahun 2007 sebesar 17.871 ton dan pada tahun 2008 sebesar 18.959 ton
sedangkan tingkat produksi kerupuk yang baru dapat dipenuhi pada tahun 2006
sebesar 9.466 ton, pada tahun 2007 sebanyak 9.740 ton dan tahun 2008 triwulan
kedua 6.408 ton dengan nilai utilitas kerupuk setiap tahun meningkat yaitu pada
tahun 2006 sebesar 53,5 %, tahun 2007 sebesar 54,5% dan tahun 2008 triwulan
kedua sebesar 35,5 %. Berdasarkan data tersebut di atas masih ada kapasitas
produksi kerupuk yang belum terpenuhi sebesar 8.228 ton pada tahun 2006,
sebesar 8.131 ton pada tahun 2007 dan untuk 2008 pada triwulan kedua sebesar
11.642 ton, sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam
rangka pemenuhan kapasitas produksi kerupuk yang dibutuhkan (Lampiran 3).
Salah satu sentra produksi kerupuk untuk pemenuhan kapasitas kerupuk
adalah di kabupaten Indramayu yaitu tepatnya di desa Kenanga kecamatan
Sindang kabupaten Indramayu. Pengusaha kerupuk di desa Kenanga rata-rata
tergolong pengusaha kecil dan kerajinan rumah tangga, walaupun ada beberapa
yang termasuk industri menengah, namun jumlah industri kecil dan kerajinan
rumah tangga lebih banyak.
Proses produksi kerupuk di desa Kenanga melibatkan masyarakat sekitar
industri sebagai tenaga kerja, biasanya untuk industri kecil akan membutuhkan 10
- 20 orang yang terlibat dalam proses produksi, sedangkan untuk industri
menengah bisa mencapai 50 - 60 orang yang terlibat dalam proses produksi,
terdapat 30 unit usaha IKIKRT dan delapan unit usaha skala menengah pegrajin
kerupuk (Lampiran 4) dengan produksi kerupuk yang dihasilkan pengrajin
kerupuk desa Kenanga pada tahun 2006 sebanyak 6.360 ton (Disperindag
Indramayu, 2006 : 54). Dengan demikian, adanya industri kerupuk ini akan
membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar khususnya dan umumnya
membuka lapangan kerja pada sektor-sektor lain yang terkait sehingga akan
semakin membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.
Industri kerupuk di desa Kenanga dalam proses produksinya menggunakan
faktor-faktor produksi yang beraneka ragam, baik yang bersifat permanen (tetap)
maupun non permanen (varaibel), untuk mencapai tingkat produksi kerupuk yang
maksimum, produsen (pengrajin kerupuk) harus memiliki pengetahuan yang
lengkap (perfect knowledge) atas faktor-faktor produksi kerupuk yang
digunakannya. Sejauhmana pengaruh input produksi kerupuk terhadap output
yang dihasilkan, penggunaan dan kombinasi faktor produksi kerupuk yang tepat
akan tercapainya tingkat produksi kerupuk yang mempunyai nilai ekonomis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi Krupuk di Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ?
2. Faktor apa yang paling berpengaruh pada produksi krupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi krupuk di Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi krupuk di
Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak yang
berkepentingan, yaitu :
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang studi yang
terkait, juga sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan yang
diperoleh selama proses perkuliahan.
2. Pelaku industri/pengusaha, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan dan informasi sebagai bahan tambahan pertimbangan dalam
menganalisa pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
Kerupuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Gambaran Umum Produk Kerupuk
Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan
tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat
dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah
sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk
bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan
Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado (Bank Indonesia, 2008 : 1)
Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum
dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk
mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan,
dan vetsin. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng.
Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual
dalam bentuk sudah digoreng. Kerupuk kulit atau kerupuk ikan yang sulit
mengembang perlu digoreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih
dulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan
berisi minyak goreng panas. Kerupuk kulit (kerupuk jangek) adalah kerupuk yang
tidak dibuat adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi atau kerbau yang
dikeringkan.
Menurut Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (Bank
Indonesia, 2008 : 2) usaha kerupuk dapat dilakukan oleh industri besar-menengah
bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat
mudah, biasanya pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk
saja, melainkan memproduksi beberapa jenis kerupuk sekaligus, hal ini karena
pada dasarnya pembuatan kerupuk hampir sama sehingga mesin-mesin dan
peralatan produksi yang sama bisa digunakan untuk membuat kerupuk berbagai
jenis. Jenis kerupuk yang beredar dipasaran cukup banyak dan masing-masing
memiliki pangsa pasar sendiri, berikut ini jenis kerupuk yang sering ditemui
dipasaran yaitu, Kerupuk udang/ikan/kemplang, Kerupuk bawang , Kerupuk kulit,
Kerupuk mlarat, Kerupuk gendar, dam masih banyak jenis-jenis kerupuk lainnya,
karena jenis makanan ini sangat mudah dicampur dan dimodifikasi rasanya sesuai
dengan keinginan dan selera rasa.
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan
pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah
konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah
konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh
masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
tahun 2003 dalam Bank Indonesia (2003, 4) , penduduk wilayah perkotaan (urban)
lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan
(rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi
kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk
penduduk wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi
dibanding pedesaan dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih
tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk
yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan
makanan. Selain itu, sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering
diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan
yang lebih pokok. Tabel 3 berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh
penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Tabel 3. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita untuk Kerupuk
Menurut Wilayah tahun 2003
Banyaknya (ons) Nilai (Rp)
Perkotaan (Urban) 0,193 154
Pedesaan (Rural) 0,147 99 Perkotaan + Pedesaan 0,166 122
Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas
baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari
Tabel 3. berikut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki
oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.
Tabel 4. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan
Pengeluaran per Kapita Sebulan
Golongan Pengeluaran (Rp) Konsumsi (ons)
Kurang dari 40.000 -
40.000-59.999 0.075
60.000-79.999 0.087
80.000-99.999 0.085
100.000-149.999 0.128
150.000-199.999 0.140
200.000-299.999 0.196
300.000-499.999 0.250
500.000 dan lebih 0.305
Rata-rata konsumsi per kapita 0.166 Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, berdasarkan Susenas tahun
2003 (Bank Indonesia, 2008 : 2), kerupuk juga telah diekspor ke luar negeri antara
lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan
Belgia. Adapun jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll)
disajikan dalam Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton) Tahun 2003
Tahun Kerupuk Udang (ton) Kerupuk lainnya (ton)
1993 5.484.933 2.268.430 1994 4.436.580 2.184.394 1995 4.798.040 1.499.143 1996 6.056.580 2.293.738 1997 3.719.562 1.169.470
1998 1.532.735 1.113.172 Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Usaha kerupuk dijalankan tidak hanya memenuhi pesanan dari konsumen
tetapi juga mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak
macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan
komposisi ikan yang digunakan.
Dari berbagai jenis kerupuk dan komposisinya, produk tersebut harus
memenuhi standar mutu produk kerupuk yang ditetapkan. Selain itu kerupuk
harus bebas dari bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan
manusia. Penilaian tingkat kualitas kerupuk dilakukan oleh para konsumen,
tingkat kualitas masing-masing kerupuk dapat dilihat dari jangkauan
pemasarannya. Berdasarkan jangkauan pemasarannya, kerupuk dibagi menjadi
tiga kualitas, yaitu kualitas 3, 2, dan 1. kerupuk dengan kualitas nomor 3 (rendah)
hanya dapat dipasarkan di pasar-pasar lokal dan rasanya kurang enak. Kualitas
kerupuk nomor 2 (menengah), harganya tidak terlalu mahal namun citara sanya
sudah memenuhi selera masyarakat dalam negeri. Kerupuk dengan kualitas 1
(tinggi) dibuat dari bahan-bahan yang berkualitas, memiliki cita rasa paling enak,
dan penampilan yang meyakinkan.
Berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan no. 303/VIII/83 tanggal 3
Juli 1983 (Suprapti, 2005 : 14) ditetapkan standar kualitas perdagangan kerupuk
udang dengan memperhatikan kepentingan pihak konsumen dan pihak produsen.
Kerupuk di bagi atas dua kualitas, yaitu kualitas I dan kualitas II, standar mutu
yang diukur yaitu kadar air maksimum, kadar protein minimum, kadar abu tidak
larut dalam asam maksimum (%), benda asing maksimum, bau, berjamur dan
berserangga, zat warna dan tambahan lainnya. Daftar standar mutu kerupuk udang
dan ikan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawa ini
Tabel 6. Standar Mutu Kerupuk Udang dan Ikan
STANDAR MUTU
I II No.
KARAKTERISTIK
Udang Ikan Udang Ikan 1. Kadar air (%)
maksimum
12,0
12,0
12,0
12,0
2. Kadar protein (%)
minimum
4,0
5,0
2,0
2,0
3. Kadar abu tidak larut
dalam asam (%)
maksimum
1,0
1,0
1,0
1,0
4. Benda asing (%)
maksimum
1,0
1,0
1,0
1,0
5. Bau (mg) Khas Khas Khas Khas
6. Berjamur dan
berserangga Tidak
tampak Tidak
tampak Tidak
tampak Tidak
tampak 7. Zat warna dan bahan
tambahan lainnya Dicantumkan sesuai yang diizinkan Depkes
Dicantumkan sesuai yang diizinkan Depkes
Dicantumkan sesuai yang diizinkan Depkes
Dicantumkan sesuai yang diizinkan Depkes
Sumber: Departemen Perindustrian (2005 : 14)
2.1.2. Konsep Produksi
Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/jasa.
Menurut Putong (2008, 149) pengertian produksi menurut ilmu ekonomi adalah
kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai
kegunaan/manfaat suatu barang. Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan
produksi mempunyai tujuan yang meliputi:
1. Menghasilkan barang atau jasa.
2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
4. Meningkatkan keuntungan.
5. Memperluas lapangan usaha.
6. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan.
Berdasarkan pengertian dan tujuan dari kegiatan produksi tentunya
manusia berusaha apa yang merupakan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi
secara baik atau mendekati kemakmuran.
2.1.2.1. Faktor Produksi
Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang
digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor
produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya
alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya
alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari
alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut
sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga
menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat
semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini (Putong, 2008 : 150).
Menurut Rahardja dan Manurung (2002, 105). menjelaskan bahwa secara
total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga
kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources),
kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information
resources).
Faktor produksi sering disebut juga dengan “korbanan produksi”, karena
faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi, faktor
produksi ini biasa disebut input. Input atau faktor produksi ini jumlah dan
kualitasnya perlu diketahui oleh produsen, sehingga dalam suatu proses produksi
harus mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output).
Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship
(Soekartawi, 2003 : 16).
2.1.2.2. Fungsi Produksi
Menurut Soekartawi (2003, 17), fungsi produksi adalah hubungan fisik
antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). fungsi
produksi mempunyai sifat-sifat seperti utility. Jika input bertambah, output juga
meningkat. Tambahan input pertama akan memberikan tambahan output lebih
besar dibanding dengan tambahan output yang disebabkan oleh tambahan input
berikutnya. Sifat ini disebut Law of Diminishing Returns. Secara grafis, ceteris
paribus, fungsi produksi dengan argumen (tenaga kerja) saja diasumsikan bahwa
K tetap, Q (L), adalah pada gambar 1.
Q Q=f(L)
L
Gambar 1. Sifat Fungsi Produksi (Soekartawi, 2002 : 53)
Secara matematis, sifat fungsi naik (jika input bertambah maka output
bertambah) diindikasikan dengan turunan pertama Q terhadap L adalah positif.
Sedangkan sifat kenaikan yang menurun (menggunakan low of diminishing
returns) diindikasikan dengan turunan kedua Q terhadap L negatif.
Menurut Sokartawi (2003 : 18), hubungan fisik antara input dan output
disebut sebagai fungsi produksi. Penggunaan input (X) akan menambah output
(Y) atau produksi. Hubungan fisik antara X dan Y sering disebut dengan istilah
factor relationship (FR). FR dapat ditulis sebagai berikut :
Y = f(X1, X2, X3,…., Xn)
Berdasarkan persamaan di atas, produsen dapat melakukan tindakan yang mampu
meningkatkan produksi dengan cara sebagai berikut :
a. menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan; atau
b. menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan.
Bila produsen akan melakukan tambahan satu input untuk meningkatkan
produksi, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
(Y+∆Y) = f(X1+∆X1,│X2,X3,…Xn)
∆X1= tambahan dari X1
∆Y = tambahan Y karena ada pengaruh ∆X1
Persamaan di atas dapat dikatakan bahwa Y dipengaruhi oleh X, atau
tambahan X1 (∆X1) dengan syarat-syarat X2, X3, …Xn adalah tetap (ceteris
paribus). Selanjutnya bila lebih dari satu input yang ditambahkan, maka
persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
(Y+∆Y) = f[(X1+ ∆X1), (X2 + ∆X2), (X3+ ∆X3), │….Xn)│
Penjelasan hubungan satu input (X1,atau X2) dengan satu output, Y, atau Y =f(X).
hubungan Y dan X dapat terjadi dalam tiga situasi yaitu :
a. bila produk marginal konstan,
b. bila produk marginal menurun, dan
c. bila produk marginal naik.
Tambahan satuan input x yang dapat menyebabkan pertambahan atau
pengurangan satu satuan output, Y, disebut dengan istilah produk marginal (PM).
PM dapat ditulis dengan rumus : PM = ∆Y/ ∆X. Apabila PM konstan maka dapat
diartikan bahwa setiap tambahan unit input, X, dapat menyebabkan tambahan satu
satuan unit output, Y, secara proporsional. Bila terjadi peristiwa tambahan satu
satuan unit input, X, menyebabkan satu satuan unit output Y, yang menurun atau
decreasing productivity, maka PM akan menurun. Selanjutnya bila penambahan
satu satuan unit input, X, yang menyebabkan satu satuan unit output, Y, yang
semakin menaik secara tidak proporsional. Peristiwa ini disebut dengan
produktivitas yang menaik atau increasing productivity, dalam keadaan demikian
maka PM juga semakin menaik.
Mengaitkan produk marginal (PM), produk rata-rata (PR), dan produk
total (PT), maka hubungan input dan output akan lebih informatif, artinya dengan
cara seperti itu, akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan
diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas
produksi yang rendah atau sebaliknya. Elastisitas produksi (ep ) adalah prosentase
perubahan dari output sebagai akibat dari prosentase perubahan dari input. ep
dapat ditulis melalui rumus sebagai berikut :
∆Y ∆X
∆Y X
ep = �
p / atau �
p ,
Y X ∆X Y
karena ∆Y/ ∆X adalah PM, maka besarnya ep tergantung dari besar kecilnya PM
dari suatu input, misalnya input X. hubungan PM dan PT dapat dilihat Gambar 2
yang menjelaskan bahwa :
a. bila PT tetap menaik, maka nila PM positif;
b. bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol;
c. bila PT sudah mulai menurun, maka nila PM menjadi negatif; dan
d. bila PT menaik pada tahap increasing rate, maka PM bertambah pada
decreasing rate.
Output (unit)
Y
Daerah I eP > 1
Daerah II 1>eP > 0
Output PT Daerah III
eP < 0
PR
Output (unit) Q
PM
Gambar 2. Tahapan Proses Produksi (Soekartawi, 2002 : 56)
Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat pada gambar 2. PR
PM didefinisikan sebagai perbandingan antara PT per jumlah input, maka rumus untuk
mencari PR adalah sebagai berikut : PR = Y/X. sehingga hubungan PM dan PR
dapat dicari, antara lain :
a. Bila PM lebih besar dari PR, maka posisi PR masih dalam keadaan
menaik.
b. Sebaliknya, bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan
menurun.
c. Bila PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum.
Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya ep, maka
dapat pula dilihat pada gambar 2, bahwa :
a. ep=1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya.
b. Bila PM=0 dalam situasi PR sedang turun, maka ep=0.
c. ep > 1 bila PT menaik pada tahapan ”increasing rate” dan PR juga menaik
di daerah I. di daerah ini masih mampu memperoleh sejumlah produksi
yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan.
d. Nilai 1>ep>0, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara
proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi di
daerah II, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap
menaik pada tahapan ”decreasing rate”.
e. Nilai ep < 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang demikian PT
dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan
menurun.
f. Situasi ep < 0 maka setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap
akan merugikan bagi produsen yang bersangkutan.
2.1.2.3. Model Fungsi Produksi
Menurut Soekartawi (2002, 84) fungsi Cobb-Douglas adalah suatu
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu
disebut variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan variabel yang lain disebut
variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan
X biasanya dengan cara regresi, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Kelebihan fungsi Cobb-Douglas yang
banyak dipakai dalam penelitian, yaitu :
a. penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan
fungsi lain, misalnya fungsi kuadratik.
bi u
b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.
c. Besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale.
Fungsi Cobb-Douglas selalu mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa
kelemahan yang terletak pada permasalahan penduga yang melibatkan kaidah
metode kuadrat terkecil. Secara umum kelemahan fungsi Cobb-Douglas adalah
sebagai berikut :
a. Spesifikasi variabel keliru.
b. Kesalahan pengukuran variabel.
c. Bias terhadap variabel manajemen.
d. Masalah multikolinieritas yang sulit dihindarkan.
e. Data yang dipakai merupakan limitasi yang tidak kalah pentingnya dalam
penggunaan fungsi Cobb-Douglas. Misalnya, bila data cross section yang
dipakai maka data tersebut harus mempunyai variasi yang cukup.
Secara sistematik, fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2002 : 84) dapat dituliskan
seperti persamaan sebagai berikut :
Y = aX b1
X b 2
...X bi
...X bn
eu
1 2 i n
= a∏ Χ i e
Fungsi Cobb-Douglas tersebut dapat dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka :
Y = f(X1, X2, … Xi,…Xn),
Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan a,
b = besaran yang akan diduga
u = Kesalahan (disturbance term),dan
e = Logaritma notural, e = 2,718.
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan
tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritmakan
persamaan tersebut, yaitu :
Y = f(X1, X2) dan
Y aX
b1 X
b 2e
u
= 1 2
Logaritma dari persamaan di atas adalah :
Log Y = log a + b1 log X1 + b2 Log X2 + v; atau
Y *
= a*
+ b X *
= b*
+ V *
1 1 2
Y*
= Log Y
X*
= Log X
V*
= Log v
a*
= Log a
Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu melogaritmakan dan diubah bentuk
fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan ini
antara lain :
a. tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari bilangan
nol adalah satu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinitive);
b. perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan.
Artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu
pengamatan, dan bila diperlukan analisa yang merupakan lebih dari satu
model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis
(slops) model tersebut.
c. Tiap variabel X adalah perfect competition.
d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklan adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan, u.
Ada tiga alasan pokok pentingnya penggunaan Cobb-Douglas yang banyak
dipakai oleh para peneliti, yaitu :
a. penyelesaian Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi
yang lain;
b. hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan tingkat besaran return to
scale.
2.1.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi produksi dilakukan oleh
Theresia (2006) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Jumlah Hasil Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri Kecil Rajutan Binong Jati). Penelitian ini dilakukan dengan objek
penelitian berada di sentra industri rajutan Binong Jati, dengan jumlah responden
sebanyak 38 pemilik usaha.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey explanatory, dan alat analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
berganda dengan variabel bebas yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), teknologi
(X3), dan permintaan konsumen (X4) dan variabel terikatnya adalah jumlah hasil
produksi (Y). Yang menjadi isu dalam penelitian ini adalah menurunnya kegiatan
produksi yang dapat dilihat dari menurunnya jumlah hasil produksi dari usaha
rajutan Binong Jati.
Teori yang digunakan adalah teori produksi menurut Cobb-Douglas
disertai pendapat dari tokoh ekonomi lainnya. Hasil penelitian yang didapat dari
penelitian ini yaitu bahwa secara simultan faktor modal kerja, tenaga kerja,
teknologi, dan permintaan konsumen berpengaruh terhadap jumlah produksi.
Sedangkan secara parsial yang berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah produksi yakni hanya permintaan konsumen, .karena kegiatan produksi
industri Binong Jati bergantung kepada permintaan dari konsumen (by order).
Sedangkan variabel modal, tenaga kerja, dan teknologi tidak berpengaruh.
2.1.4. Kerangka Pemikiran
Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu merupakan
sentra produksi kerupuk, yang terdiri dari industri kecil rumah tangga dan idustri
menengah dan industri besar. Pada perjalanannya industri kerupuk banyak
mengalami kendala-kendala produksi yang menyebabkan tingkat produksi tidak
stabil, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari faktor dalam (internal)
maupun faktor luar (eksternal).
Faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk diantaranya disebabkan
faktor alam, yaitu faktor musim, ketika musim hujan pengusaha kerupuk biasanya
mengurangi produksi kerupuk hal ini karena proses produksi kerupuk melibatkan
sinar matahari untuk proses pengeringan kerupuk, walaupun ada pengeringan
yang menggunakan open namun kualitasnya kurang bagus, yaitu kerupuk kurang
mengembang. Faktor lainnya, yaitu pada bulan-bulan tertentu seperti bulan
Syawal sehabis lebaran dan ketika sehabis musim panen padi masyarakat
biasanya menyenggarakan acara tertentu, permintaan kerupuk akan naik sehingga
produksi kerupuk meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk yang diambil dalam
studi kasus di Desa Kenanga Kecamatan Sidang Kabupaten Indramayu adalah
modal, tenaga kerja, permintaan produk dan harga kerupuk. Hal ini dengan
asumsi bahwa faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap
produksi kerupuk, dibandingkan dengan faktor lainnya. Selanjutnya, untuk
mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut secara riil dan terukur dilakukan
analisis melalui analisis fungsi produksi, yaitu analisis Cobb-Douglas, analisis ini
akan melibatkan dua variabel yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X),
dimana penyelesaiannya melalui regresi.
Bagan sistematika kerangka pemikiran analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk di desa kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Jawa Barat dapat di lihat pada Gambar 3 sebagai berikut :
Pegrajin Kerupuk di Desa
Kenanga kecamatan Sindang
Indramayu, Jawa Barat
Kerupuk Ikan
PRODUKSI VARIABEL PRODUKSI
- Modal
- Tenaga kerja
- Permintaan Produk
- Harga Kerupuk
FAKTOR LAIN
- Alam (musim, matahari)
- Bulan tertentu (perayaan)
Analisa Fungsi Produksi
(Cobb-Douglas)
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Jawa Barat, pemilihan lokasi dipilih secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra
produksi kerupuk di Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
Penelitian di lapangan dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan
Nopember 2008. waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari
pengusaha kerupuk serta data dari instansi terkait.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif; data primer yaitu data diperoleh dari responden melalui
wawancara langsung di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan atau
kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, gambaran umum
usaha, jumlah penduduk dan literatur dari instansi yang terkait yang berhubungan
dengan penelitian ini.
3.3. Metode Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah para pengrajin kerupuk di desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Berdasarkan data
Disperindag Kabupaten Indramayu (Disperindag Kabupaten Indramayu, 2006 :
34) terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu Industri skala Kecil, dan industri skala menengah/sedang.
Jumlah industri kecil sebanyak 30 unit usaha, sedangkan industri menengah
sebanyak 8 unit usaha, untuk efesiensi waktu dan biaya dalam melakukan
penelitian maka diambil sampel/jumlah responden untuk pengrajin skala kecil
berdasarkan persentase, yaitu 50 persen dari 30 pegrajin kerupuk, sehingga
didapat sampel sebanyak 15 repondendan sedangkan responden untuk pengrajin
skala sedang karena jumlah pengrajin hanya delapan orang maka pengambilan
reponden secara sensus, yaitu seluruh pengrajin kerupuk skala sedang.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan
kualitatif. analisis fungsi Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi
berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi kerupuk. Data yang
ada dijelaskan dengan melakukan beberapa tahap, yaitu tahap transfer data,
editing data, pengolahan dan tahap penyusunan dalam bentuk tabulasi sehingga
mudah dibaca dan dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
alat bantu software Microsoft Excel 2003 dan SPSS for windows versi 12. Setelah
diperoleh nilai-nilai dari pengolahan data kemudian tahap terakhir melakukan
interpretasi hasil pengolahan data yang ada.
2
3.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan
X yang sudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut :
LnY = ln b0 + b1 ln X 1 + b2 ln X 2 + b3 ln X 4 + b4 ln X 4 + u
Keterangan :
Y = Produksi Kerupuk (Kg/bulan),
a0 = Intercept,
x1 = Modal (Rp/bulan)
x2 = Tenaga Kerja (Orang/bulan)
x3 = Harga Kerupuk (Rp/Kg)
x4 = Permintaan Kerupuk (Kg/bln)
b0 = Konstanta,
b1 = koefesien regresi Modal
b2 = koefesien regresi Tenaga Kerja
b3 = koefesien regresi Harga Kerupuk
b4 = Koefesien regresi Permintaan Kerupuk
u = kesalahan/penyimpangan penduga
Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat
dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh
dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien
determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah
koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (Xn) yang dipakai secara
terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).
pengujian secara statistik adalah sebagai berikut :
3
1. Uji Determinan (R2)
Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat sejauhmana
besar keragaman yang dapat diterangkan oleh para meter bebas terhadap
parameter tidak bebas. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :
R2
= jumlah
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Re gresi
Total
( JKR)
( JKT )
Keterangan :
JKR = Jumlah kuadrat regresi
JKT = Jumlah kuadrat total
R2
= Koefisien determinasi
2. Uji t hitung
Hipotesis :
Ho : βn = 0
H1 : βn ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik-t :
t-hitung = b
i − �
i
Sbi
t-tabel = tα/2(n-p)
keterangan :
bi = koefisien regresi ke-i
Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i
Bi = parameter ke-i yang dihipotesiskan n
= banyaknya pasangan data
p = jumlah parameter regresi
4
kriteria uji :
t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak Ho
t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima Ho
Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktor-
faktor produksi (Xi) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output
(Y). Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka parameter
yang diuji (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas (Y).
Wilayah
Penolakan H0
Wilayah
Penolakan H0
H0 diterima
α α
- t-tabel + t-tabel
Gambar 4. Daerah Diterima dan Ditolak H0
3. Uji F-hitung
Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas atau
apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga parameter
dalam fungsi produksi. Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai
berikut :
5
Hipotesis :
Ho : β1 = β2 = …= β (k-1) = 0
H1 : paling tidak ada 1 βi ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu :
F-hitung = R 2
/(k − 1)
(1 − R2 ) /(n − k )
Dimana :
R2
= Koefisien determinan
k = jumlah variabel termasuk intersep
n = jumlah pengamatan
Kriteria uji :
F-hitung < F tabel (k-1, n - k), maka terima Ho
F-hitung > F tabel (k-1, n - k), maka tolak Ho
Apabila F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka secara bersama-sama
parameter bebas dalam produksi (Xi) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
hasil produksi. Sebaliknya, jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka secara
bersama-sama parameter bebas tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi.
3.5. Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk menghindari kesalahan pengertian
dan untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam
penelitian skripsi ini, adapun istilah-istilah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Usaha adalah suatu unit ekonomi yang melakukan aktivitas dengan tujuan
menghasilkan barang/jasa untuk dijual atau ditukarkann dengan barang
6
lain dan ada seseorang yang bertanggungjawab dan punya kewenangan
untuk mengelola usaha tersebut.
2. Pengrajin/pengusaha kerupuk adalah pelaku usaha yang memiliki usaha
pembuatan kerupuk.
3. Pekerjaan/kegiatan utama responden adalah pekerjaan responden yang
mempunyai nilai pendapatan paling besar diantara beberapa jenis kegiatan
dalam suatu usaha.
4. Lama menjadi pengusaha kerupuk adalah pengalaman responden sebagai
pengusaha kerupuk.
5. Proses produksi adalah proses yang diperlukan untuk mengubah faktor
input menjadi output berupa kerupuk.
6. Skala usaha kerupuk adalah ukuran yang menentukan besar kecilnya suatu
usaha industri kerupuk yang ditentukan oleh jumlah pekerja yang terlibat
dalam proses pengolahan/produksi.
7. Skala usaha kecil yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang
memunyai pekerja 5 – 19 orang
8. Skala usaha sedang yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang
mempunyai pekerja 20-99 orang.
9. Modal (X1) adalah harta yang dimiliki untuk digunakan dalam suatu
proses produksi (sebagai suatu usaha ekonomi) sehingga diharapkan bisa
menghasilkan pendapatan.
10. Tenaga kerja/pekerja (X2) adalah semua orang yang terlibat secara
langsung dalam pekerjaan/kegiatan di perusahaan/usaha.
11. Permintaan Kerupuk (X3) adalah banyaknya permintaan kerupuk pada
produsen pada bulan dilakukannya penelitian
12. Harga kerupuk (X4) yaitu harga kerupuk yang ditetapkan oleh produsen
kerupuk.
7
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Demografis Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat
Desa Kenanga adalah salah satu desa di Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat, Berdasarkan Data Statistik Kabupaten Indramayu
(Indramayu dalam angka, 2007 : 23) Luas wilayah desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu yaitu 252.178 Ha dengan penggunaan untuk
industri seluas 5135 Ha, pasar desa luas 0,175 Ha, tanah wakaf 0,689 Ha, tanah
sawah seluas 66,178 Ha, tanah kering seluas 27,715 Ha. Lainnya yaitu untuk
jalan, irigasi, pekuburan dan lain sebagainya. Dengan batas wilayah sebelah utara
desa Bojongsari, sebelah timur desa Pekandangan, sebelah selatan desa
Kandanganjaya dan sebelah barat desa Penyindangan Wetan.
Orbitrasi/Jarak dari pusat pemerintahan Desa Kenanga dengan pusat
pemerintahan kecamatan yaitu 4 km, jarak dari pusat pemerintahan kota
Adminisrasi yaitu 4,25 km, jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 4,25 km,
jarak dari pusat pemerintahan propinsi 297 km dan jarak dari pusat pemerintahan
ibu kota negara 217 km.
Desa Kenanga dilihat dari letak geografisnya terletak pada 1070
52’ – 108
0
36’
Bujur Timur dan 60
15’
– 60
40’
Lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan
tofografniya merupakan dataran rendah atau daerah landai dengan kemiringan
tanahnya rata-rata 0-2 %. Ketinggian dari permukaan laut 2,50 m banyaknya
curah hujan 2000 mm/th dengan suhu udara rata-rata 340C (BPS Kabupaten
Indramayu, 2007 : 22).
Jumlah penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
berdasarkan Jenis kelamin yaitu sebanyak 5.452 orang dengan jumlah laki-laki
sebanyak 2.713 orang dan Jumlah perempuan 2.739 orang, sedangkan jumlah
kepala keluarga sebanyak 1.462 kepala keluarga dengan kewarganegaraan
seluruhnya WNI. Laju pertumbuhan penduduk untuk kabupaten Indramayu pada
tahun 2007 sebesar 0,51 %.
4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat
Desa Kenanga terdiri dari 25 RT dan 8 RW dengan keadaan sosial
ekonomi masyarakat Desa Kenanga ditandai dengan lembaga dan fasilitas-
fasilitas yang ada. Berdasarkan data monografi desa Kenanga (Monografi Desa
Kenanga, 2008 : 4), yaitu jumlah sarana peribadatan berupa masjid berjumlah 3
dan 11 buah musholla, poliklinik/balai pelayanan masyarakat/Puskesmas
berjumlah 1 buah, sedangkan untuk fasilitas dan sarana pendidikan yaitu terdapat
2 gedung untuk kelompok bermain, dan 1 gedung TK dan terdapat 3 gedung SD.
Dari segi sosial budaya, desa Sindang termasuk desa yang tingkat
homogenitasnya tinggi, baik dilihat dari suku, etnis maupun agama, agama islam
merupakan satu-satunya agama yang dianut penduduk desa Kenanga, suku dan
etnis yang ada merupakan suku dan etnis pribumi atau lokal, sedangkan mata
pencaharian penduduk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu
beragam pada berbagai bidang yaitu pedagang sebanyak 175 orang, buruh tani
sebanyak 143, tani tambak sebanyak 80 orang, tani sawah sebanyak 71 orang,
pertukangan sebanyak 62 orang, PNS sebanyak 28 orang, pengrajin kerupuk 38
orang, jasa sebanyak 17 orang, ABRI/Polisi sebanyak 15 orang dan lain-lain
sebanyak 33 orang, data Tabel mata pencaharian penduduk Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Pendidikan penduduk desa Sindang Kecamatan Kabupaten Indramayu
beranekaragam, baik pendidikan umum/formal maupun non-formal/khusus.
Pendidikan umum/formal penduduk desa Kenanga kecamatan Sidang kabupaten
Indramayu mayoritas lulusan SD/MI yaitu sebanyak 630 orang, disusul lulusan
SMP/MTs sebanyak 472 orang, lulusan SMA/MA sebanyak 377 orang, Akademi
(D1-D3) sebanyak 20 orang, sarjana sebanyak 36 orang, sedangkan pendidikan
non-formal/khusus yaitu pendidikan melalui pondok pesantren dan madrasah
diniyah masing-masing sebanyak 17 orang dan 85 orang, data Tabel pendidikan
penduduk desa kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat
dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.3. Proses Produksi Kerupuk
Proses produksi kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu berdasarkan pengamatan dilapangan secara umum dapat
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan dan tahap
finishing/pengemasan.
4.3.1. Tahap persiapan
Tahap persiapan untuk membuat kerupuk yaitu persiapan bahan baku,
baik berupa ikan, udang, bawang, atau jengkol tergantung jenis kerupuk yang
dibuat. Dalam proses ini sebagai contoh adalah proses pembuatan kerupuk ikan.
Pada tahap pertama, ikan dicuci dan dibersihkan isi perutnya kemudian
daging ikan dipisahkan dari kulit, kepala, ekor dan tulangnya dengan
menggunakan pisau, daging ikan dikumpulkan dalam baskom, digiling dalam
mesin penggiling daging, kemuidan ditimbang untuk disesuaikan dengan
komposisi pada adonan pembuatan kerupuk, begitu juga dengan tepung tapioka
dan bahan penunjang lainnya ditimbang berdasakan komposisi. Komposisi dari
satu adonan kerupuk yang dicampur dalam mixer dapat dilihat pada Lampiran 12,
komposisi terbanyak dari adonan adalah tapioka sebanyak 40 kg. Daging ikan
yang dibutuhkan untuk setipa adonan adalah 15 kg, bahan yang paling sedikit
digunakan adalah MSG yaitu sebanyak 50 gram
4.3.2. Tahap Pengolahan
1. Adonan
Tahap membuat adonan, pembuatan adonan dilakukan dengan mesin
pencampur/mixer.adonan dicampur dalam mesin pencampur dalam waktu 10
menit tiap adonannya. Mesin pencampur digerakkan dengan tenaga listrik, setelah
dicampur dengan mesin, adonan diaduk menggunakan tangan agar adonan
tercampur lebih merata. Setelah merata adonan dibagi-bagi menjadi beberapa
bagian dengan menggunakan tangan. Bagian-bagian tersebut dimasukkan ke
dalam cetakan/mal. Cetakan tersebut dari besi, cetakan berbentuk setengah elips
dengan diameter tertentu. Terdapat dua jenis cetakan yaitu cetakan dengan
lingkaran besar dan lingkaran kecil. Setelah dicetak adonan berbentuk bulat
panjang atau tabung/bongko. Setelah dicetak adonan disusun ke dalam rak yang
terbuat dari stainess steel disiapkan untuk dikukus.
2. Pengukusan
Pegukusan dilakukan dengan menggunakan tungku ketel uap/boiler
dengan menggunakan bahan bakar kayu. Tempat pengukusan berbentuk seperti
lemari besar, dapat memuat kurang lebih 8 buah rak. Pengukusan kurang lebih 90
menit. Setelah pengukusan selesai maka bongko-bongko yang sudah matang
ditiriskan dan dinginkan di atas rak bambu /gebrek. Bongko-bongko ini
didinginkan dalam waktu 12 jam hingga bongko tersebut mengeras.
3. Pemotongan/pengirisan
Pemotongan atau pengirisan dilakukan pada dini hari sekitar pukul 02.00
WIB hingga pagi sekitar pukul 08.00 WIB, tetapi bisa terjadi perubahan
tergantung banyaknya bongko yang akan diiris. Pemilihan waktu dini hari
dilakukan agar bongko yang telah diiris bisa langsung dijemur pada pagi sampai
siang harinya, kepingan kerupuk basah hasil pengirisan bongko diletakkan di atas
tampah.
Pengirisan bongko dilakukan dengan menggunakan ham slicer, setiap satu
ham slicer dikendalikan oleh satu orang operator. Operator ham slicer sudah
terlatih menggunakannya, jika tidak terlatih maka akan diperoleh hasil irisan yang
tidak rata. Bagi perusahaan kecil biasanya masih menggunakan alat pemotong
manual, yaitu pisau.
4. Penjemuran
Penjemuran dibedakan menjadi dua yaitu penjemuran dengan sinar
matahari dan penjemuran dengan menggunakan oven. Biasanya penjemuran
dilakukan di bawah sinar matahari langsung, penjemuran dengan oven dlakukan
hanya jika terjadi pesanan yang melebihi kapasitas atau pada waktu cuaca kurang
mendukung seperti terjadi hujan.
Penjemuran dilakukan dengan menyusun kepingan-kepingan kerupuk di atas
tampah, kemudian tampah diletakkan di tanah lapang selama 12 jam, jika kondisi
sinar matahari kurang terik maka dilanjutkan pada esok harinya.
Jika terjadi hujan maka pengeringan dilakukan dengan oven, tatapi
penggunaan oven ini diminimalisisr karena hasil penjemuran dengan oven hasil
kualitas kurupuk kurang baik, yaitu kerupuk tidak mengembang dengan sempurna
ketika digoreng.
4.3.3. Pengemasan
Kerupuk yang sudah kering disortir oleh pekerja bagian pengemasan,
kerupuk yang kualitasnya baik tidak terdapat banyak lubang dan bentuknya baik
yaitu tidak pecah atau remuk. Selanjutnya kerupuk dikemas di dalam plastik
ukuran 250 g dan 200 g yang sudah diberi label dengan nama merek, komposisi,
dan alamat, kemudian ditimbang.
Kerupuk yang sudah ditimbang, disegel dengan menggunakan mesin
segel/sealer dengan panas. Setelah disegel kemudian dikemas lagi dengan plastik
yang berukuran 5 kg dan 4 kg, sebagian ada yang dikemas lagi dengan karung,
ada juga dengan kertas karton/dus biasanya tergantung permintaan pemesan.
Ikan
Pencucian dan pengeluaran isi
perut, pemisahan kulit dan
kepala kemudian dihaluskan
Bubur Ikan
Siap Pakai
Telur ayam Tepung Tapioka
Gula,
garam,
MSG
Dicampur hingga merata
(mengembang)
Dicampur
hingga merata
Pencetakan
Bentuk
Pengukusan
Adonan
Pendinginan/ditiriskan hingga mengeras
± 12 jam
Pemotongan
Penjemuran
Sortiasi dan Pengemasan
Gambar 5. Alur Proses Produksi Kerupuk
4.4. Kategori Industri Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kananga
Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat
Penggolongan skala industri di Indonesia beragam, ada beberapa Badan
dan atau Lembaga yang mendefinisikan industri/perusahaan berdasarkan berbagai
kriteria, yaitu berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2005 : 4), bahwa industri
dikategorikan ke dalam empat golongan yaitu yang pertama, industri kecil,
industri yang mempunyai pekerja 5 – 19 orang termasuk pengusaha; kedua,
industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri yang mempunyai pekerja 1 – 4
orang; ketiga industri sedang adalah perusahaan/usaha industri yang mempunyai
pekerja 20 - 99 orang, dan keempat industri besar, yaitu industri yang mempunyai
pekerja 100 orang atau lebih.
Pemerintah mendefinisikan penggolongan perusahaan/usaha sesuai dengan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yaitu, usaha mikro adalah usaha yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300
juta rupiah. Kriteria Usaha kecil yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih
dari 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai paling banyak dua
miliar lima ratus juta rupiah. Kriteria Usaha menengah yaitu memiliki kekayaan
bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan paling banyak sepuluh millar
rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari dua millar lima ratus juta rupiah sampai dengan
paling banyak 50 miliar rupiah.
Bank Indonesia mendefinisikan industri/perusahaan berdasarkan dua pola,
yaitu omset, aset dan badan hukum; industri mikro yaitu usaha yang dilakukan
oleh orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan
teknologi sederhana, lapangan usaha mudah dimasuki dan mudah keluar; industri
skala kecil beraset kurang dari atau sama dengan 200 juta di luar tanah dan
bangunan dengan omset satu miliar, industri skala sedang/menengah yaitu
perusahaan/industri yang beromset 3 miliar dengan aset 5 miliar untuk industri
manufaktur di luar tanah dan bangunan, dan aset industri non manufaktur hingga
600 juta di luar tanah dan bangunan, sedangkan kategori perusahaan berdasarkan
nilai kredit yang diterima dapat digolongkan sebagai berikut, yaitu perusahaan
mikro, perusahaan yang menerima kredit kurang atau sama dengan 50 juta,
perusahaan kecil yaitu perusahaan yang menerima kredit 50 juta hingga 500 juta;
industri sedang yaitu industri yang menerima kredit 500 juta hingga 5 miliar.
4.4.1. Industri Kerupuk Skala Sedang
Berdasarkan kriteria penggolongan usaha yang telah dijelaskan di atas,
terdapat delapan pengrajin kerupuk di Desa Kananga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang tergolong kriteria menengah/sedang, hal
tersebut ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam produksi kerupuk
dan berdasarkan undang-undang no. 20 tahun 2008 (Lampiran 4 ).
4.4.2. Industri Kerupuk Skala Kecil
Pengrajin kerupuk di Desa Kananga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramyau, Jawa Barat yang termasuk dalam kategori skala kecil berjumlah 30
pengrajin, hal ini berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dan Undang-
Undang Pemerintah No. 20 Tahun 2008 (Lampiran 4).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Pengrajin Kerupuk
Pengrajin kerupuk secara umum dapat diketahui dengan karakteristik.
Karakteristik yang dimiliki oleh setiap pengrajin dapat mempengaruhi
aktivitasnya sebagai pengrajin kerupuk. Karakteristik tersebut adalah pekerjaan
utama dan sampingan, usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama
menjadi pengrajin kerupuk (pengalaman), jenis kerupuk yang diproduksi, alasan
memproduksi kerupuk, keahlian membuat kerupuk.
5.1.1.Pekerjaan Utama dan Sampingan
Pekerjaan/kegiatan utama pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat adalah kegiatan yang mempunyai nilai
pendapatan paling besar diantara jenis kegiatan dalam suatu usaha.
Sebaran responden berdasarkan pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan
dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini
Tabel 7. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Pekerjaan Utama dan
Sampingan
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Jenis Pekerjaan Jumlah % Jumlah %
Pekerjaan Utama 8 100% 15 100 %
Pekerjaan Sampingan 2 25 % 5 33,33%
Jumlah 8 100% 15 100%
Data pada Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa kegiatan utama pengrajin
kerupuk adalah usaha kerupuk (100,00%), pada pengrajin kerupuk skala sedang
mayoritas tidak mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebesar 75 persen.
Sedangkan untuk pengrajin dalam skala kecil hanya 33,33 persen yang
mempunyai pekerjaan sampingan, selebihnya menjadi pengrajin kerupuk sebagai
kegiatan utamanya.
5.1.2.Umur Pengrajin Kerupuk
Umur pengrajin kerupuk skala sedang mayoritas berusia diantara 46 – 50
tahun, sedangkan pengsaha kerupuk skala kecil rata- rata berusia 36 – 40 tahun.
Sebaran respnden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Karakteristik Pengrajin Berdasarkan Umur Pengrajin
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Umur Jumlah Orang % Jumlah Orang %
31 – 35 0 0.00% 3 20.00%
36 – 40 0 0.00% 12 80.00%
41 – 45 3 37.50% 0 0.00%
46 – 50 5 62.50% 0 0.00%
>50 0 0.00% 0 0.00%
Jumlah 8 100% 15 100%
Responden pengrajin kerupuk dalam skala sedang mempunyai umur 46 –
50 tahun sebesar 62,50 persen atau berjumlah lima orang dari delapan orang
responden, kemudian diikuti oleh umur antara 41 – 45 tahun dengan jumlah tiga
orang. Reponden pengrajin kerupuk dalam skala kecil paling banyak berumur
antara 36 - 40 tahun dengan persentase 80 %, diikuti oleh tingkat umur antara 31 –
35 tahun dengan persentase 20 persen. Data Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa
pengrajin skala sedang usianya relatif lebih tua dibandingkan dengan skala kecil.
5.1.3.Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk
Tingkat pendidikan Pengrajin Kerupuk di desa Kenangan Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu mayoritas menyelesaikan pendidikannya samapai
Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 75,00 persen atau 6 orang dari delapan
responden, selebihnya lulusan SMP dan SMU masing-masing sebesar 12,50
persen atau satu orang untuk pengrajin skala sedang, sedangkan untuk pengrajin
skala kecil sebesar 60 persen yang menyelesaikan Sekolah Dasar (SD), diikuti
lulusan SMP sebesar 33,33 persen dan lulusan SMU 6,67 persen. Sebaran
responden berdasarkan tingkat pendidikan pengrajin kerupuk dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil Pendidikan
Jumlah Orang % Jumlah Orang %
SD 6 75.00% 9 60.00%
SMP 1 12.50% 5 33.33%
SMU 1 12.50% 1 6.67%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Berdasarkan Tabel 9 di atas menggambarkan bahwa pendidikan pengrajin
kerupuk baik dalam skala sedang maupun kecil mayoritas menyelesaikan Sekolah
Dasar, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap skala
usaha kerupuk.
5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk
Responden pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Jawa Barat mempunyai status sudah menikah semuanya.
Jumlah keluarga yang dimiliki oleh pengrajin kerupuk rata-rata lima orang yang
terdiri dari dua orang tua dan mempunyai anak berjumlah tiga orang. Jumlah
keluarga yang dimiliki mempengaruhi tingkat pengeluaran yang harus
dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari dan umur anak mempengaruhi proses
produksi yang berkaitan dengan tenaga kerja. Sebaran responden berdasarkan
jumlah keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jumlah Anggota Kelurga
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil Jumlah Keluarga
Jumlah Orang % Jumlah Orang %
2 – 4 1 12.50% 7 46.67%
5 – 7 5 62.50% 8 53.33%
8 – 10 2 25.00% 0 0.00%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Data Tabel 10 di atas menggambarkan bahwa paling banyak jumlah
keluarga pengrajin kerupuk skala sedang mempunyai antara 5 -7 anggota keluarga
sebesar 62,50 persen, kemudian diikuti jumlah anggota keluarga antara 8 – 10
sebesar 25,00 persen dan 2 – 4 sebesar 12,50 persen. Jumlah anggota keluarga
pengrajin kecil paling banyak berjumlah antara 5 – 7 orang dengan persentase
sebesar 53,33 persen atau delapan dari 15 orang responden, diikuti 2 – 4 orang
sebesar 46, 67 persen atau tujuh orang. Berarti jumlah anggota keluarga yang
dimiiki antara pengrajin kerupuk sekala sedang dan skla kecil relatif sama.
5.1.5.Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk
Pengalaman pengrajin menjadi pengrajin kerupuk sangat diperlukan untuk
bisa belajar dan mengembangkan produk lebih baik, biasanya berkaiatan dengan
lama bergerak dalam usaha tersebut (BPS, 2005:13). Secara umum pengrajin
kerupuk mendapatkan ilmunya dari keluarga dan kerabat. Hal ini terjadi karena
adanya budaya pembuatan kerupuk turun temurun serta membekali keluarganya
atau anaknya dengan keterampilan tersebut. Sehingga perusahaan kerupuk yang
ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat rata-
rata masih ada ikatan keluarga. Sebaran responden berdasarkan lamanya menjadi
pengrajin kerupuk dapat dlihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Lama Menjadi Pengrajin
Kerupuk
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Lama
(Tahun) Jumlah Orang % Jumlah Orang %
1 – 5 0 0% 10 67%
6 – 10 0 0% 5 33%
11 – 15 5 63% 0 0%
16 – 20 3 38% 0 0%
> 20 0 0% 0 0%
Jumlah 8 100% 15 100%
Berdasarkan data Tabel 11 di atas, pengrajin dalam skala sedang rata-rata
sudah 11 - 15 tahun menjadi pengrajin kerupuk, yaitu sebesar 63 persen atau lima
orang dari delapan pengrajin kerupuk, kemudian diikuti dengan lama antara 16 –
20 tahun sebesar 38 persen atau tiga pengrajin kerupuk. Sedangkan pengrajin
kerupuk dalam skala kecil sebesar 67 persen. Hal ini berarti pengrajin kerupuk
skala sedang relatif lebih lama menjadi pengrajin kerupuk dibandingkan dengan
pengrajin kerupuk skala kecil.
5.1.6.Jenis Kerupuk yang Diproduksi
Pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten
Indramayu Jawa Barat memproduksi beranaka ragam jenis kerupuk biasanya
sesuai dengan pemesanan konsumen, namun pengrajin mayoritas lebih
menspesialisasikan diri pada produksi kerupuk ikan, jengkol dan bawang.
Sebaran responden berdasarkan jenis kerupuk yang diproduksi dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jenis Kerupuk yang
diproduksi
Pengrajin
Kerupuk
Skala Sedang
Pengrajin
Kerupuk
Skala Kecil
Jenis Kerupuk yang diproduksi
Jumlah % Jumlah % Ikan, Udang, Jengkol, Bawang 6 62.50% 13 86.67%
Udang, Ikan, Bawang 2 25.00% 2 13.33%
Udang, ikan, bawang,
stik/kancing
1
12.50%
0
0%
Jumlah 8 100% 15 100%
Berdasarkan data pada Tabel 12 di atas, Responden pengrajin kerupuk
dalam skala sedang mayoritas memproduksi kerupuk udang, ikan, jengkol dan
bawang, begitu pula dengan pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas
memproduksi kerupuk udang, kerpuk ikan, kerupuk jengkol dan kerupuk bawang.
5.1.7.Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk
Setiap pengrajin yang memulai atau menjalankan usahanya mempunyai
latar belakang yang memotivasinya untuk menjalankan usahanya tersebut,
sehingga usaha tersebut tetap eksis berproduksi. Motivasi atau faktor pendorong
pengrajin Kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
dalam usaha pembuatan kerupuk rata-rata mempunyai alasan bahwa usaha
kerupuk merupakan usaha yang lebih menguntungkan, diikuti dengan alasan
bahwa usaha kerupuk untuk meneruskan usaha yang telah dirintas orang tua
mereka, sedangkan selebihnya menyatakan karena bahan mudah didapat di
masyarakat sekitar. Sebaran responden berdasarkan alasan memproduksi kerupuk
dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Alasan Memproduksi
Kerupuk
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Alasan Jumlah % Jumlah %
Menguntungkan 4 50.00% 7 46.67%
Melanjutkan Usaha Orang Tua 2 25.00% 5 33.33%
Bahan Mudah didapat 2 25.00% 3 20.00%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Berdasarkan Tabel 13 di atas, sebagian besar pengrajin menyatakan
alasan menjalankan usaha kerupuk adalah bahwa usaha kerupuk ini lebih
menguntungkan, hal ini menunjukkan bahwa alasan pengrajin dalam menjalankan
usahanya merupakan alasan rasional, semata-mata karena usaha yang
menguntungkan.
5.1.8.Keahlian Membuat Kerupuk
Keahlian membuat kerupuk pengrajin kerupuk di desa Kenanga
kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu untuk pengrajin kerupuk dalam skala
sedang rata-rata keahlian membuat kerupuk diperoleh dari pengalaman hidup dan
keluarga sedangkan pengrajin kerupuk dalam skala kecil rata-rata keahlian
membuat kerupuk didapat dari keluarga mereka. Sebaran reponden berdasarkan
keahlian membuat kerupuk dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Karaktersitik Responden Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Asal
Memperoleh Keahlian Membuat Kerupuk
Pengrajin Kerupuk
skala sedang Pengrajin Kerupuk
skala Kecil
Keahlian Jumlah % Jumlah %
Pengalaman Hidup 3 37.50% 4 26.67%
Keluarga 5 62,50% 11 73.33%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Berdasarkan Tabel 14 di atas, pengrajin kerupuk di Desa Kenanga baik
pengrajin skala sedang, maupun skala kecil keahlian membut kerupuk mereka
berasal dari pihak keluarga.
5.1.9.Persaingan dan Bentuk Persaingan Usaha Kerupuk
Umumnya dalam dunia usaha terdapat persaingan usaha, begitupun
didalam usaha produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang
kabupaten Indramayu, berdasarkan responden pengrajin kerupuk menyatakan
bahwa persaingan dalam usaha kerupuk itu terjadi.
Bentuk persaingan usaha para pengrajin kerupuk di desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat beragam dari segi
kualitas, harga, kuantitas jenis kerupuk dan profesionalisme. Pengrajin kerupuk
memadukan pendekatan dalam menjalankan strategi persaingan. Jenis atau bentuk
persaingan pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang kabupaten
Indramayu terangkum dalam Tabel 15 di bawah ini
Tabel 15. Bentuk Persaingan Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Bentuk Persaingan
Produksi Kerupuk Jumlah % Jumlah %
Kualitas 2 25.00% 7 46.67%
Kualitas dan harga 1 12.50% 6 40.00%
Kualitas, kuantitas, harga 1 12.50% 0 0.00%
Kualitas, jenis kerupuk 1 12.50% 0 0.00%
Kualitas, jenis, harga 1 12.50% 0 0.00%
Kualitas dan professional 1 12.50% 0 0.00%
Kualitas, kuantitas 1 12.50% 2 13.33%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
5.1.10. Diversifikasi dan Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk
Kerupuk yang diproduksi di desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu beranekaragam, biasanya berdasarkan permintaan
konsumen atau pasar yang ada. Hal ini karena peralatan yang dibutuhkan untuk
membuat kerupuk jenis apapun relatif sama. Ide Diversifikasi produk kerupuk
yang beranekaragam sesuai dengan permintaan pasar/konsumen akan berimplikasi
pada kuantitas produksi kerupuk meningkat, karena pada dasarnya bahan-bahan
yang dibutuhkan relatif sama untuk membuat jenis kerupuk yang berbeda-beda,
yaitu tepung tapioka, telur, dan cita rasa sesuai dengan yang diinginkan. Untuk
kerupuk tertentu biasanya berdasarkan permintaan dari konsumen sehingga
produksinya pun terbatas.
Pengrajin kerupuk dalam skala sedang seluruhnya menyatakan bahwa
pengembangan produk itu ada dan keharusan untuk bisa eksis dan meningkatkan
omset penjualan kerupuk mereka, begitupun dengan pengrajin kerupuk dalam
skala kecil mayoritas menyatakan bahwa pengembangkan produk kerupuk itu
dibutuhkan untuk menjaga produktivitas usaha mereka yaitu sebanyak 11 orang
atau sebesar 73,33 persen, sedangkan sebagian kecil menyatakan sudah cukup
dengan jenis kerupuk yang diproduksi sekarang yaitu sebesar 26,67 persen atau
empat orang dari 15 orang pengrajin kerupuk dalam skala kecil. Data tersebut
dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini
Tabel 16. Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat
Pengrajin
Kerupuk
Skala sedang
Pengrajin
Kerupuk
Skala Kecil
Diversifikasi Produk
Jumlah % Jumlah %
Ada Diversifikasi 8 100.00% 11 73.33%
Tidak Ada Diversifikasi 0 0.00% 4 26.67%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Ide diversifikasi produk kerupuk pada pengrajin kerupuk di desa Kenanga
kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu didapat dari konsumen yang memesan
langsung ke pengrajin, dari daerah lain yang memproduksi kerupuk seperti
Sidoarjo karena dari Sidoarjo sering memesan kerupuk tertentu dari desa Kenanga
juga dari pasar yang ada sebagai referensi jenis kerupuk yang diminati pasar.
Pengrajin kerupuk dalam skala sedang sebagian besar sumber ide
diversifikasi dari konsumen yaitu sebesar 50,00 persen atau empat dari delapan
pengrajin kerupuk, selebihnya bersal dari Sidoarjo dan sumber-sumber lain (buku,
majalah, koran dan media lain), yaitu masing-masing sebesar 25,00 persen.
Pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas sumber ide diversifikasi produk
kerupuk berasal dari konsumen yaitu sebesar 91,67 persen atau 11 pengrajin dari
12 pengrajin kerupuk yang menyatakan ada pengembangan selebihnya dari
Sidaorjo yaitu sebesar 8,33 persen. Data mengenai sumber ide diversifikasi
produk kerupuk dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini
Tabel 17. Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
skala Kecil Sumber Ide Diversifikasi
Jumlah % Jumlah %
Konsumen 4 50.00% 11 91.67%
Sidoarjo 2 25.00% 1 8.33%
Sumber lain 2 25.00% 0 0.00%
Jumlah 8 100.00% 12 100.00%
Berdasarkan data Tabel 17 di atas, pengrajin kerupuk skala sedang dan
skala kecil sumber ide diversifikasi bersumber dari konsumen hal ini berarti
produk kerupuk yang diproduksi merupakan produk kerupuk yang berdasarkan
referensi konsumen.
5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan
5.2.1. Modal
Pada perusahaan pembuatan kerupuk modal yang dikeluarkan bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu modal/biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya tetap
berkaitan dengan peralatan dan fasilitas produksi/investasi sedangkan biaya tidak
tetap, yaitu biaya berkaitan dengan kapasitas produksi dan biaya operasional
produksi.
Biaya tetap yang dikeluarkan untuk produksi kerupuk yaitu meliputi
fasilitas bangunan, tempat penjemuran, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk
proses produksi kerupuk, dalam analisis faktor produksi biaya tetap yang dihitung
adalah nilai depresiasi dari fasilitas produksi, mesin, dan alat-alat produksi lainnya
yang bersifat tetap. Daftar fasilitas dan mesin, alat-alat sebagai biaya tetap yang
digunakan dalam produksi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini :
Tabel 18. Daftar Fasilitas, Mesin dan Alat-Alat sebagai Biaya Tetap yang
Digunakan dalam Produksi Kerupuk Ikan
No. Nama Peralatan/Fasilitas Kegunaan
1. Bangunan/Tempat Produksi Tempat proses produksi
2. Lahan/tempat penjemuran Untuk menjemur kerupuk
3. Gudang penyimpanan Untuk menyimpan kerupuk yang sudah dikemas
4. Peralatan Kantor Lemari Tempat berkas-berkas jual beli dan lain sebagainya
Kalkulator Untuk kalkulasi
Meja Kursi Tempat administrasi
5. Peralatan Kerja
- Mesin aduk/molen Mengaduk, mencampur adonan kerupuk
- Boiler/ketel uap Mengukus adonan yang sudah jadi
- Oven Mengeringkan kerupuk yang sudah dipotong
- Mesin potong Untuk membuat kepingan-kepingan kerupuk
- Mesin giling ikan Untuk menghancurkan ikan
- Alat cetak adonan Mencetak adonan dalam bentuk bongko, mall
- Pemecah es Membuat pecah-pecahan es untuk mendinginkan
ikan
- Rak Stainless Alat pengukus adonan yang sudah berbentuk
bongko
- Rak bambu Alat untuk mentiriskan/pengeringan adonan
setelah dikukus
- Timbangan kecil Untuk menimbang kerupuk dalam kemasan
- Timbangan besar Untuk menimbang bahan-bahan untuk komposisi
- Timbangan gantung Untuk menimbang bahan-bahan untuk komposisi
- Gebreg Alat untuk mentiriskan/pengeringan adonan
setelah dikukus
- Tempayan/tampah Untuk penjemura keping-keping kerupuk yang
sudah dipotong
- Bak/paso plastik Tempat adonan
- Boks Ikan/Fiber Untuk penyimanan ikan
- Cetakan Untuk membentuk mall/bongko agar seragam
- Gayung Untuk
- Pisau Pemotongan
6. Biaya Peralatan Pasca Produksi
- Plastik Sealer Untuk pembungkusan kemasan
- Rak Untuk tempat kerupak yang sudah dikemas
Sedangkan untuk Biaya tidak tetap yaitu berupa biaya operasional, biaya
yang dikeluarkan untuk bahan baku dan bahan pembantu pembuatan kerupuk,
meliputi tepung tapioka, ikan, Gula, telor, MSG, dan air; dan bahan pelengkap
seperti batu es, kayu bakar, plastik untuk pengemasan, dus, karung. Daftar item
biaya yang dikeluarkan tidak tetap/operasional dapat dilihat pada Tabel 19 di
bawah ini
Tabel 19. Daftar item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/Operasional
Pembuatan Kerupuk
No. Uraian 1. Bahan Baku
- Tepung Tapioka
- Udang/Ikan/Bawang/Jengkol,
dll 2. Bahan Pembantu
- Gula
- Garam
- Telur
- MSG
- Air
3. Bahan Pembantu proses
- Es pendingin ikan
- Kayu bakar
- Plastik kemasan
- Karung
- Dus karton 4. Gaji/Upah 5. Biaya Listrik dan Air
6. Biaya Telepon 7. Biaya Perawatan Mesin 8. Biaya lain-lain
Modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopemeber
2008 bervariatif, hal ini dikarenakan keputusan pengrajin kerupuk dalam jumlah
kapasitas produksi yang diinginkan pada bulan Nopember tersebut. Baik karena
stok kerupuk digudang yang masih ada, maupun faktor lainnya. Data modal yang
dikeluarkan dalam produksi kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang
kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopember 2008, baik pengrajin
dalam skala sedang maupun skala kecil terangkum dalam Tabel 20 di bawah ini
Tabel 20. Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Selama Bulan
Nopember 2008
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Nilai Modal (Rp)
Jumlah % Jumlah %
31.000.000 – 101.832.691 0 0% 5 33.33%
102.832.691 – 173.665.383 0 0% 5 33.33%
174.665.383 – 245.498.074 0 0% 1 6.67%
246.498.074 – 317.330.766 0 0% 2 13.33%
318.330.766 – 389.163.457 0 0% 1 6.67%
390.163.457 – 460.996.149 2 25.00% 1 6.67%
461.996.149 – 532.828.840 1 12.50% 0 0%
533.828.840 – 604.661.532 3 37.50% 0 0%
605.661.532 – 676.494.223 1 12.50% 0 0%
677.494.223 – 748.326.915 1 12.50% 0 0%
Jumlah 8 100.00% 15 100,00%
Data Tabel 20 di atas, modal yang dikeluarkan oleh pengrajin skala sedang
mayoritas sebanyak Rp 533.828.840,00 – Rp 604.661.532,00, yaitu sebesar 37,50
persen atau tiga orang dari delapan pengrajin kerupuk; kemudian Rp
390.163.457,00 – Rp 460.996.149,00 sebesar 25,00 persen atau dua dari delapan
orang. Sedangkan modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk dalam skala
kecil selama bulan Nopember 2008 berdasarkan responden yang dipilih yaitu
sebagian besar modal yang dikeluarkan adalah antara Rp 31.000.000,00 – Rp
101.832.691,00 dan Rp 102.832691 – Rp 173.665.383,00 masing-masing sebesar
33,33 persen atau sepuluh orang dari 15 pengrajin kerupuk.
Berdasarkan data tersebut di atas jumlah modal pengrajin kerupuk skala
sedang relatif lebih besar dibandingkan pengrajin skala kecil hal ini disebabkan
oleh jumlah kapasitas produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala sedang
lebih banyak jika dibandingkan pengrajin skala kecil, selain itu fasilitas dan
peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada pengrajin kerupuk skala
sedang relatif lebih lengkap dan berjumlah lebih banyak daripada pengrajin skala
kecil
5.2.2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam produksi kerupuk meliputi tenaga
kerja untuk pembuatan adonan, pemotongan, penjemuran dan pengemasan.
Biasanya sistem pembayaran/upah tenaga kerja dalam proses produksi kerupuk
ada yang borongan, ada juga yang harian. Sistem borongan biasanya untuk
pembuatan adonan kerupuk, perhitungannya ditentukan banyaknya bak paso
adonan, yang berisi 40 kg per bak/pasonya. Semakin banyak bak/paso adonan
yang dibuat semakin besar bayaran yang akan diterima tenaga kerja. Tenaga kerja
untuk pembuatan adonan ini berkisar 4 – 10 orang. Tergantung banyaknya adonan
yang akan dibuat.
Tenaga kerja pemotongan sistem pembayarannya dengan sistem borongan
per bongko yang akan diiris, biasanya ada yang bagian memotong dan ada yang
bagian penyusun kepingan pada tampah/tempayan untuk kemudian dijemur,
sedangkan untuk penjemuran dan pengemasan sistem pembayarannya dihitung
(dibayar) harian, yaitu 8 jam per hari. Data jumlah tenaga kerja dalam proses
produksi dapat dilihat pada Tabel 21 di bawah ini :
Tabel 21. Jumlah Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah
Tenaga Kerja (Orang) Jumlah % Jumlah %
11 – 15 0 0% 3 20.00%
16 – 20 0 0% 8 53.33%
21 – 25 0 0% 2 13.33%
26 – 30 0 0% 2 13.33%
31 – 35 0 0% 0 0%
36 – 40 2 25.00% 0 0%
41 – 45 2 25.00% 0 0%
46 – 50 3 37.50% 0 0%
> 50 1 12.50% 0 0%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Data Tabel 21 di atas menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
selama proses produksi kerupuk bagi pengrajin dalam skala sedang sebagian besar
tenaga kerja yang digunakan sebanyak 51 – 60 orang, yaitu sebesar 37,00 persen,
berjumlah 26 – 35 orang dan 36 – 40 orang masing-masing sebesar 25,00 persen,
kemudian tenaga kerja berjumlah 61 – 70 orang sebesar 12,50 persen. Sedangkan
pengrajin kerupuk skala kecil mayoritas tenaga kerja yang digunakan berjumlah
16 – 20 orang yaitu sebesar 53,00 persen, diikuti oleh tenaga kerja berjumlah 11 –
15 orang tenaga kerja sebesar 20,00 persen, selebihnya 21 – 25 tenaga kerja dan
26 – 30 tenaga kerja masing-masing sebesar 13,33 persen.
5.2.3. Permintaan Kerupuk
Permintaan kerupuk pada perngrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat pada umumnya merupakan pesanan
dan pembelian langsung konsumen di tempat produksi. Permintaan kerupuk
dibedakan mejadi dua yaitu permintaan tetap dan permintaan tidak tetap.
Permintaan tetap biasanya permintaan dari rekanan atau pelanggan yang
pengirimannya secara berkala dan kontinyu yaitu bulanan atau dua bulan sekali
atau pun berdasarkan stok yang tersedia.
Besarnya permintaan kerupuk pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang
dan kecil di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat
bulan Nopember 2008 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut :
Tabel 22. Data Permintaan Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Di Desa
Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Bulan Nopember
2008
Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah Permintaan
(Kg) Jumlah % Jumlah %
3000 – 10000 0 0.00% 6 40.00%
11000 - 18000 0 0.00% 3 20.00%
19000 - 26000 0 0.00% 4 26.67%
27000 - 34000 0 0.00% 1 6.67%
35000 - 42000 0 0.00% 1 6.67%
43000 - 50000 1 12.50% 0 0.00%
51000 - 58000 6 75.00% 0 0.00%
> 58000 1 12.50% 0 0.00%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Berdasarkan data di atas, pengrajin kerupuk dalam skala kecil jumlah
permintaannya sebanyak 3.000 hingga 10.000 kilogram menempati urutan
pertama yaitu sebesar 40,00 persen, diikuti permintaan sebanyak 19.000 hingga
26.000 kilogram sebesar 26,67 persen dan 11.000 hingga 18.000 kilogram sebesar
20 persen, sedangkan permintaan pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang
rata-rata jumlah permintaannya sebanyak 52.200 hingga 59.400 kilogeam
persentasenya sebesar 75,00 persen
Permintaan keruuk di sentra produksi kerupuk di Desa Kenanga Kecamtan
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dibedakan dalam empat permintaan
yaitu permintaan yang datangnya dari daerah/kota dalam kabupaten, permintaan
dari daerah/kota yang masih dalam satu propinsi, permintaan dari daerah/kota
yang lain propinsi dan yang terakhir permintaan dari konsumen yang datang
langsung ke tempat produksi yaitu yang masuk dalam keompok lain-lain. Data
permintaan kerupak pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang dan kecil di Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat berdasarkaan
kota tujuan dapat dilihat pada Lampiran 6.
5.2.4. Harga Kerupuk
Harga kerupuk pada pengrajin kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dimulai dengan harga Rp 14.000,00
hingga Rp 20.000,00 per kilogram. Beragamnya harga kerupuk dikarenakan
kualitas kerupuk dan strategi perusahaan dalam memasarkan produk. Berikut ini
Tabel 23 merupakan rangkuman sebaran harga pada responden.
Tabel 23. Daftar Harga Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Bulan Nopember
2008
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Harga Jumlah % Jumlah %
1 12.50% 4 26.67%
1 12.50% 4 26.67% 0 0.00% 1 6.67%
3 37.50% 5 33.33%
14.000 – 15.000
15.500 – 16.500
17.000 – 18.000
18.500 – 19.500
20.000 -21.000 3 37.50% 1 6.67%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Berdasarkan Tabel 23 di atas, harga kerupuk untuk perusahaan dalam
skala kecil mayoritas berkisar Rp 14.000,00 hingga Rp 16.500,00 yaitu sebesar
53,34 persen, diikuti harga kerupuk berkisar 18.500,00 hingga 19.500,00 dan
17.000,00 hingga 18.000,00 dan 20.000,00 – 21.000,00 yaitu masing-masing
sebesar 6,67 persen. Sedangkan perusahaan dalam skala sedang harga kerupuk
rata-rata berkisar Rp 18.500,00 hingga Rp 21.000,00 yaitu sebesar 75.00 persen
selebihnya yaitu 25 persen harga kerupuk berkisar Rp 14.000,00 hingga
16.500,00. Hal ini berarti pengrajin dalam skala sedang menetapkan harga relatif
lebih tinggi dibandingkan harga yang ditetapkan pengrajin dalam skala kecil.
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra
Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat
Produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Jawa Barat dipengaruhi beberapa faktor yaitu Modal,
Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel
yang mempengaruhi tingkat produksi yang berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan. Sedangkan jumlah kerupuk yang dihasilkan
merupakan variabel output yang besaran jumlahnya dipengaruhi faktor-faktor
produksi tersebut.
Fungsi produksi yang terdiri dari variabel yang menjelaskan (X) dan
variabel yang dijelaskan (Y) akan diukur dengan menggunakan analisis regresi.
Model analisis regresi yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengaruh atau
kekuatan dari beberapa variabel prediktor terhadap variabel respon. Pengujian
dengan model regresi memberikan nilai pada koefisien determinan, nilai F-hitung,
nilai t-hitung dan mendeteksi adanya multikolinieritas antar variabel prediktor dan
kaidah asumsi klasik. Daftar faktor-faktor produksi yang dianalisis dengan model
regresi pada usaha kerupuk skala sedang dan skala kecil dapat dilihat pada
Lampiran 11.
5.4.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada faktor-faktor produksi
kerupuk skala sedang mempunyai nilai koefisien dan Varians Inflation Factor
(VIF) yang berbeda-beda. Nilai tolerance dan VIF memberikan identifikasi bahwa
antar variabel bebas (indevenden) yaitu faktor-faktor produksi mempunyai
multikolinearitas dalam model, yaitu suatu keadaan dimana antar variabel
prediktor terdapat hubungan sangat erat. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari
0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas. Tabel hasil
uji multikolinearitas dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai hasil uji
multikolinearitas diketahui bahwa hasil tolerance pada masing-masing variabel
lebih besar dari 0,1 sedangkan nilai Varians Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari
10 sehingga model regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah
multikolenearitas.
Faktor-faktor produksi kerupuk diduga dengan menggunakan fungsi cobb-
Douglas yang dimasukkan dalam regresi berganda adalah faktor-faktor yang tidak
mempunyai nilai nol. Faktor produksi yang mempunyai nilai nol tidak dapat
dimasukkan dalam fungsi Cobb-Douglas karena variabel tidak dapat terdefinisi.
Semua faktor produksi kerupuk dalam skala sedang dalam penelitian ini tidak
mempunyai nilai nol, sehingga Modal, Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga dapat
mempengaruhi output kerupuk. Hasil regresi berganda ada fakto-faktor roduksi
kerupuk skala sedang dapat dilihat pada Lampiran 11.
Hasil pendugaan regresi berganda faktor-faktoryang mempengaruhi
produksi kerupuk skala sedang terangkum pada tabel 24 di bawah ini
Tabel 24. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk
Skala Sedang
Variabel B t-hitung Sig Kesimpulan
Konstan -1263.38311
X1 0.00005 7.431 0.005 Signifikan
X2 452.14712 4.973 0.016 Signifikan
X3 0.24573 2.788 0.069 Signifikan
X4 -0.62715 -1.647 0.198 Tidak Signifikan
R2 0.996 Signifikan
Hasil dugaan model linear berganda diperoleh koefisoen determinan (R2)
sebesar 99,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 99,6 persen produksi kerupuk di
sentra produksi kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Jawa Barat dipengaruhi oleh variabel-variabel penjelas yaitu modal
(X1), tenaga kerja (X2), permintaan (X3) dan harga (X4), sedangkan sisanya 0,04
persen ditentukan oleh variabel lainnya.
Berdasarkan Tabel 24 di atas dugaan model fungsi produksi kerupuk skala
sedang secara matematis dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = - 1263.38311 + 0.00005 X1 + 452.14712 X2 + 0.24573 X3 - 0.62715 X4
Dari hasil dugaan persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel X1
(Modal) mempunyai hubungan positif terhadap produksi kerupuk. Nilai dugaan
modal adalah 0,00005 yang berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar
10.000,00 maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X2 (Tenaga
Kerja) mempunyai hubungan positif sebesar 452,147 hal ini menunjukkan bahwa
setiap penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak
452,147 kg, demikian pula dengan nilai dugaan X3 (permintaan) mempunyai
hubungan positif sebesar 0,2457 yang berarti bahwa setiap penambahan
permintaan sebesar 10 kg akan menyebabkan naiknya produksi sebesar 2,457 kg.
Sedangkan dugaan persamaan untuk variabel X4 (harga) mempunyai
hubungan negatif yaitu sebesar -0,62715 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan
harga kerupuk sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun
sebesar 62,715 kg. Berdasarkan pengamatan dan observasi di lapangan fenomena
tersebut berkaitan erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu
ikan dan udang, bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan
pasokan yang akan menyebabkan tingkat produksi kerupuk menurun, yang
berimplikasi pada naiknya harga kerupuk.
Untuk pengujian tingkat signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kerupuk skala sedang di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten
Indramayu Jawa Barat secara bersama-sama dengan uji F, uji F-hitung diperoleh
sebesar 186,75 sedangkan nilai F-tabel sebesar 28,71, berarti tolak H0 (signifikan),
yaitu faktor-faktor produksi kerupuk meliputi modal (X1), tenaga kerja (X2),
permintaan (X3) dan harga (X4) mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi
kerupuk skala sedang.
Sedangkan untuk menguji kebermaknaan masing-masing variabel bebas
(X1, X2, X3, X4) terhadap produksi kerupuk melalui uji-t. Dimana jika t-hitung
lebih besar dari t-tabel maka parameter/variabel (Xi) yang diuji berpengaruh nyata
terhadap produksi, sebaliknya jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka variabel
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk skala sedang.
Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor yang berpegaruh signifikan
terhadap produksi kerupuk. Untuk menjelaskan daerah penolakan dan penerimaan
hipotesis dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini :
H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak
α = 0,05 α = 0,05
- 2,306 + 2,306
Gambar 6. Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitung
Pengrajin Kerupuk Ikan Skala Sedang
Nilai t-hitung untuk variabel X1 (modal) adalah 7,431, sedangkan nilai t-
tabelnya adalah 2,306 hal ini berarti variabel Modal (X1) berpengaruh sangat
nyata (0,005) terhadap produksi kerupuk. Nilai t-hitung variabel tenaga kerja (X2)
adalah 4,973 lebih besar dari t-tabel = 2,306 yang berarti variabel X2 berpengaruh
nyata terhadapa variabel Y (produksi kerupuk) dengan tingkat signifikansi 0,016.
Nilai t-hitung X3 (permintaan) adalah 2.788 lebih besar dari t-tabel yang berarti
faktor permintaan (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (Y) dengan
taraf signifikansinya 0,069. Sedangkan nilai t hitung variabel X4 adalah – 0,627
yaitu lebih kecil dari t-tabel yang berarti faktor harga tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi kerupuk skala sedang di sentra produksi kerupuk desa Kenanga
kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat.
5.4.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil
Analisis regresi liniear berganda faktor-faktor yang mempenagruhi
produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala kecil di sentra produksi kerupuk
Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat meliputi
modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan (X3) dan harga (X4). Berdasarkan hasil
analisis pengolahan data dengan program SPSS for Windows 12 diperoleh model
regresi produksi kerupuk usaha kecil dapat dilihat pada Lampiran 11.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka diketahui nilai tolerance maupun
nilai VIF menunjukkan tidak ada masalah multikolinearitas pada model regresi
produksi kerupuk usaha kecil yaitu niali tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil dari 10, dapat dilihat padal Lampiran 11.
Hasil dugaan model regresi linear berganda faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk dalam skala kecil dapat dilihat pada Tabel 25 di
bawah ini.
Tabel 25. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk
Skala Kecil
Variabel B t-hitung Sig Kesimpulan
Konstans -1219.180
X1 .00005 9.840 .000 Signifikan
X2 337.632 3.276 .008 Signifikan
X3 .255 5.647 .000 Signifikan
X4 -.229 -1.133 .284 Tidak Signifikan
R2 0.997 Signifikan
Pada Tabel 25 di atas, diketahui bahwa nilai koefesien determinan (R2)
sebesar 0,997 persen, yang berarti bahwa produksi kerupuk skala kecil di desa
Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat dipengaruhi oleh
modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan (X3) dan harga (X4) yaitu sebesar 99,7
persen, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel-variabel lain yaitu sebesar
0,03 persen.
Secara matematis hasil dugaan model fungsi produksi kerupuk dalam
skala kecil berdasarkan Tabel 25 dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai
berikut :
Y = -1219.180 + 0.00005 X1 + 337.632 X2 + 0.255 X3 - 0.229 X4
Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa dugaan model
fungsi persamaan produksi mempunyai nilai intercept negatif yang berarti
pengrajin kerupuk ketika memulai usaha dalam keadaan minus atau dalam
keadaan merugi/kerugiaan (cateris paribus), hal ini karena pengrajin kerupuk
skala kecil sebagian besar faktor produksi yang dipakai didapat dari pinjaman.
Sedangkan untuk variable modal (X1) mempunyai hubugan nilai positif
yaitu 0,00005 hal ini berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar 10.000,00
maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X2 (Tenaga Kerja)
mempunyai hubungan positif sebesar 337,632 hal ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak
337,632 kg, demikian pula dengan nilai dugaan X3 (permintaan) mempunyai
hubungan positif sebesar 0.255 yang berarti bahwa setiap penambahan permintaan
sebesar 10 kg akan menyebabkan naiknya produksi sebesar 2,55 kg.
Dugaan persamaan untuk variabel X4 (harga) mempunyai hubungan
negatif yaitu sebesar -0.229 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan harga kerupuk
sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun sebesar 22,9 kg kg.
Fenomena tersebut serupa dengan pengrajin kerupuk skala sedang yaitu berkaitan
erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu ikan dan udang,
bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan pasokan yang akan
menyebabkan tingkat produksi kerupuk menurun, yang berimplikasi pada naiknya
harga kerupuk.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi pengaruh faktor-faktor
produksi terhadap produksi kerupuk pengrajin kerupuk skala kecil diperlukan uji
F, dengan hipotesa faktor-faktor produksi (modal, tenaga kerja, permintaan dan
harga) berpengaruh terhadap produksi kerupuk. Hasil perhitungan F-hitung
diperoleh nilai sebesar 622,5 sedang F-tabel sebesar 5,99. hal ini berarti faktor-
faktor produksi yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan (X3) dan harga
(X4) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (terima H1). Sedangkan untuk
mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi secara parsial yaitu dengan uji-t.
Apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka faktor-faktor produksi (X1, X2,
X3 dan X4) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output (Y) dalam
hal ini produksi kerupuk. Sebaliknya, jika t-tabel lebih besar dari t-hitung berarti
faktor-faktor produksi tersebut tidak berpengaruh terhadap produksi kerupuk pada
pengrajin kerupuk skala kecil di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten
Indramayu Jawa Barat.
Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor produksi kerupuk yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk. Data pada Tabel 25
menunjukkan bahwa Nilai t-hitung untuk variabel produksi modal (X1) sebesar
9,840, sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,132 hal ini berarti bahwa modal (X1)
mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil (Y)
dengan taraf signifikansinya 0,000 (sangat signifikan). Nilai t-hitung untuk
variabel tenaga kerja (X2) sebesar 3,276 berarti lebih besar dari t-tabel dengan
demikian variabel tenaga kerja (X2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
produksi kerupuk skala kecil (Y) dengan tingkat signifikansinya 0,008. Variabel
permintaan (X3) mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,647 yang berarti lebih besar
dari t-tabel = 2,132 sehingga variabel permintaan (X3) mempunyai pengaruh
sangat signifikan terhadap produksi skala kecil dengan tingkat signfikansinya
0,000 (sangat signifikan).
Berbeda dengan variable harga (X4) mempunyai nilai t-hitung sebesar -
1,133 lebih kecil dari t-tabel =2,132 yang berarti variable harga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil di desa Kenanga
kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat dengan tingkat signifikansi
sebesar 0, 284 (tidak signifikan). Grafik untuk uji hipotesis t-hitung dapat dilihat
pada Gambar 6 di bawah ini.
H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak
α = 0,05 α = 0,05
- 2,306 + 2,306
Gambar 7. Daerah Penerimaan dan Penolakan uji t-hitung pada Industri
Skala Kecil
5.4. Fator-Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk di
Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamtan Sindang
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat
Faktor-faktor yang diteliti dalam proses produksi kerupuk di Sentra
Produksi Kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu
propinsi Jawa Barat mengambil empat faktor (variable) penelitian yaitu modal
(X1), tenaga kerja (X2), permintaan (X3) dan harga (X4). Berdasarkan hasil
analisis baik melalui analisis deskriptif maupun melalui analisis regresi didapat
faktor-faktor yang paling berpengaruh pada pengrajin kerupuk skala sedang dan
pengrajin kerupuk skala kecil sebagai berikut :
5.5.1. Pengrajin Kerupuk Skala Sedang
Berdasarkan analisis deskriptif pengrajin kerupuk di sentra produksi
kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu propinsi Jawa
Barat diperoleh rata-rata kerupuk yang dihasilkan selama bulan Nopember 2008
sebanayk 50.625 kg, rata-rata modal yang dikeluarkan selama bulan Nopember
2008 sebesar Rp 543.739.309, rata-rata tenaga kerja yang digunakan selama bulan
Nopember 2008 yaitu sebanyak 51 orang, rata-rata permintaan selama bulan
Nopember 2008 sebanyak 52.775 kg sedangkan rata-rata harga kerupuk per kg
yaitu sebesar 18.625,00.
Data-data analisis regresi yang telah diulas di atas menunjukkan bahwa
faktor produksi yang paling berpengaruh nyata pada pengrajin kerupuk skala
sedang yaitu modal (X1) yang mempunyai nilai t-hitung sebesar 7,431
dibandingkan dengan t-tabel = 2,776 maka t-hitung lebih besar dari t-tabel, dilihat
dari nilai koefisien regresi faktor modal yaitu 0.00005, artinya bahwa setiap
penambahan modal sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar
0.00005 kg kerupuk atau jika penambahan modal sebesar 10.000,00 akan
menaikkan produksi sebanyak 0,5 kg kerupuk, cateris paribus.
Faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap
produksi kerupuk yang ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel
yaitu 4,973 > 2,773, ditinjau dari nilai koefisien regresi faktor tenaga kerja maka
tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif atau searah dengan tingkat
produksi kerupuk dengan nilai 452.147, artinya bahwa setiap penambahan tenaga
kerja satu persen akan meningkatkan produksi kerupuk sebesar 452,147 kg
kerupuk.
Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap produksi kerupuk adalah
permintaan. Faktor permintaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi
kerupuk ditinjau dari uji t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,773).
Sedangkan ditinjau dari nilai koefesin regresi faktor permintaan mempunyai nilai
sebesar 0.24573, artinya bahwa setiap penambahan permintaan sebanyak sepuluh
kilogram akan menyebabkan naiknya produksi kerupuk sebanyak 2,4573
kilogram.
5.5.2. Pengrajin Kerupuk Skala Kecil
Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk pada
pengrajin kerupuk skala kecil secara berurutan yaitu modal, permintaan, dan
tenaga kerja sedangkan harga kerupuk tidak mempunyai pengaruh signifikan.
Berdasarkan analisis deskriptif, rata-rata penggunaan modal unuk produksi
kerupuk pada skala kecil yaitu sebesar 165.032.912,00, rata-rata tenaga kerja
sebanayak 19 orang, rata-rata permintaan sebanyak 17600 kg dan rata-rata harga
kerupuk pada pengrajin skala kecil sebesar 15.700,00 per kilogram.
Penggunaan faktor produksi modal mempunyai pengaruh sangat signifikan
terhadap produksi kerupuk, hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar
dari t-tabel (9.840> 2,201), sedangkan dilihat dari nilai koefisien regresinya faktor
produksi modal mempunyai nilai sebesar 0,00005 yang berarti bahwa setiap
penambahan modal sebesar 10.000,00 akan meningkatkan produksi kerupuk
sebanyak 0,5 kilogram.
Faktor permintaan mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap
produksi kerupuk yaitu berdasarkan nilai t-hitung permintaan sebesar 5,647 lebih
besar dari t-tabel = 2,201. sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor
permintaan mempunyai nilai sebesar 0,255, yang berarti bahwa setiap kenaikan
permintaan sebanyak 10 kilogram akan meningkatkan produksi sebanyak 2,55
kilogram kerupuk.
Penggunaan faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan
terhadap produksi kerupuk, berdasarkan nila t-hitung yang lebih besar dari t-tabel
(3.276>2,201). Sedangkan berdasarkan nilai koefesien regresi faktor penggunaan
tenaga kerja mempunyai pengaruh sebesar 337,632. hal ini berarti bahwa setiap
penambahan tenaga kerja sebanyak satu orang akan menyebabkan naiknya
produksi kerupuk sebanyak 337,632 kilogram.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas,
maka pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kerupuk ikan yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan (X3)
dan harga (X4). Keempat faktor produksi (X1, X2, X3, dan X4) dapat
menjelaskan sebesar 99,6 persen untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen
untuk pengrajin skala kecil.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan pada pengrajin
kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ikan
ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7),
analisa secara parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi
ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan
produk (X3), sedangkan harga (X4) tidak berpengaruh (t-hitung < t-tabel)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan pada pengrajin
kerupuk skala kecil berdasarkan hasil analisis regresi secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ikan
ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (622,5>5,99),
analisa secara parsial faktor produksi menunjukkan tingkat signifikansi
ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan
produk (X3), sedangkan harga (X4) tidak berpengaruh (t-hitung < t-tabel)
2. Faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk ikan, baik
pada industri skala sedang maupun skala kecil adalah modal.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dianjurkan sebagai
berikut :
1. Produksi kerupuk diperlukan kontinuitas pemasok bahan baku, terutama
tepung tapioka, ikan dan udang. Hal ini untuk menjaga kelancaran
produksi kerupuk dan stabilitas harga kerupuk.
2. Perlu adanya diversifikasi produk kerupuk lebih banyak yang sesuai
dengan permintaan pasar untuk meningkatkan kapasitas produksi kerupuk.
Selain itu untuk mengantisipasi kejenuhan pasar terhadap satu produk
kerupuk.
3. Perlu adanya pembinaan dan pendampingan yang berkelanjutan baik dari
segi keterampilan maupun modal oleh instansi yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Statistik Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Survei Usaha Terintegrasi 2005. (Jakarta, BPS, 2007).
Badan Pusat Statistik. Profile Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 2005,
(Jakarta : BPS, 2007)
Badan Pusat Statistik. Jawa Barat dalam Angka 2007.(Jakarta, 2007)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. Indramayu dalam Angka 2007,
(Indramayu : BPS Kabupaten Indramayu, 2007)
Bank Indonesia, Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil
(SIPUK), www.bi.go.id/ 18 September 2008 pkl 12.30 WIB
Disperindag Kabupaten Indramayu, Potensi Industri dan Perdagangan Kabupaten
Indramayu. (Indramayu : Disperindag Kabupaten Indramayu, 2006)
Hermawan, Sigit. Akuntansi Perusahaan Manufaktur. Cet. I (Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2008)
Jawa Post. Pengesahan Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) diharapkan mampu menjadi stimulan positif bagi terwujudnya kebangkitan sektor tersebut . (Jakarta, 14/06/2008)
Theresia, Maria. 2006. (Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Hasil
Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri Kecil Rajutan Binong Jati) : 85,
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1003106-111601, 20.00 WIB
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar Edisi Revisi. (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2002).
Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Cet. ke-3. (Bandung : Alfabeta, 2003)
Ritonga, Jhon Tafbu. Mendefinisi ulang UMKM, http://www.waspada.co.id, 06
Oktober 2007 00 : 59 WIB
Desa Kenanga. Monografi Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Jawa Barat Tahun 2008 (Indramayu : Desa Kenanga, 2008)
Soekartawi. Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas
Edisi Revisi Cet. Ke-3 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003).
Soekartawi. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Edisi Revisi
Cet. Ke-4 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2002). Sugiyono.
Metode Penelitian Bisnis. (Bandung : Alfa Beta, 2002)
Suprapti, Lies, M. Kerupuk Udang Sidoarjo (Yogyakarta : Kanisius, 2005)
Theresia, Maria. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Hasil
Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri Kecil Rajutan Binong Jati). [Skripsi]. Bandung: Universitas
Pendidikan Bandung, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Koperasi; 2006
Putong, Iskandar. Economics Pengantar Makro dan Mikro, Edisi Ke-2 (Jakarta : Mutra
Wacana Media, 2008)
Wapedia. 2008. Faktor Produksi, www.wiki-pedia indonesia.com 01 Nopember
2008, Pkl. 12.07
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian
Yang bertanda tangan dibawah ini Kuwu Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat menerangkan bahwa :
Nama : Nurul Mubarok
NIM : 101092123370
Fakultas : Sains dan Teknologi
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Mahasiswa tersebut telah mengadakan penelitian pada Industri Kerupuk di Desa
kami selama 1 (satu) bulan dari tanggal 2 Nopember s/d 2 Desember 2008. Kami ucapkan
terima kasih atas kerja sama dan perhatiannya pada industri Kerupuk yang ada di Desa
kami
Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan dapat
dipergunakan seperlunya.
77
1. Nama :
2. Pekerjaan Utama :
. Pekerjaan Sampingan :
. Usia :
. Pendidikan :
. Jumlah Keluarga :
. Jumlah anak yang sekolah :
. Lama menjadi pengrajin kerupuk :
.
Jenis kerupuk yang diproduksi
:
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
DAFTAR PERTANYAAN/KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERUPUK
IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK DESA KENANGA
KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT
OLEH : NURUL MUBAROK PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. IDENTITAS RESPONDEN
3
4
5
6
7
8
9
1. Kerupuk Udang 2. Kerupuk Ikan
Kerupuk Bawang Kerupuk Kulit Ikan
5 6.
78
B. PRODUKSI KERUPUK
1. Alasan memilih memproduksi kerupuk?
2. Keahlian membuat kerupuk didapat darimana?
3. Adakah Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk?
4. Jika ada, Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk dalam bentuk/jenis
apa?
5. Adakah pengembangan produk (diversifikasi produk kerupuk)?
6. Sumber ide pengembangan/diversifikasi produk berasal dari mana?
Proses Produksi Kerupuk
7. Bahan-bahan Apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi kerupuk
(Lampiran)?
8. Peralatan atau perlengkapan apa saja yang dibutuhkan (Lampiran)?
9. Bagaimana proses produksi kerupuk dari awal hingga kerupuk siap
dipasarkan (Lampiran)?
10. Berapa frekuensi produksi kerupuk dalam satu bulan?
11. Berapa kapasitas produksi kerupuk dalam satu kali proses produksi ?
12. Berapa lama waktu yang dibutuhan untuk proses pembuatan kerupuk sejak
penyiapan peralatan, bahan baku hingga pengemasan?
C. MODAL
1. Jenis modal dan penggunaannya ?
a. Modal tetap (Fixed)
b. Modal tidak tetap (variabel)
2. Modal tetap digunakan untuk membeli/membiayai apa saja?
3. Modal tidak tetap digunakan untuk membeli/membiayai apa saja?
79
D. TENAGA KERJA
1. Berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan?
2. Tenaga kerja untuk apa saja?
Jenis Kelamin Jenis
Pekerjaan Laki-laki Perempuan Waktu yang dibutuhkan
Keterangan
3. Berapa jam kerja dalam satu hari?
4. Berapa hari kerja dalam satu minggu?
5. Berapa insentif karyawan dalam satu hari?
E. HARGA KERUPUK
1. Berdasarkan apa saja untuk menetapkan harga kerupuk?
2. Apa jenis kemasan kerupuk?
a. Plastik c. Kaleng e. Lainnya ......................
b.
Kantong Kertas/Dus d.
Karung
3. Berapa harga perkemasan sesuai dengan berat bersih dan Bentuk/Jenis kemasan?
Bentuk/Jenis
Kemasan Berat Bersih Kemasan Harga Per Kemasan
4. Pemasaran produk kerupuk kemana saja?
1. Dalam wilayah Kab.
Indramayu 2. Keluar Kab. Indramayu (Propinsi
JABAR)
3. Pemasaran ke Jakarta 4. Wilayah lain ..................................
80
5. Luar Negeri
5. Produk tersebut dipasarkan dimana?
1. Warung Kelontong 2. Pasar
3.
Restoran 4.
Supermarket ..................................
Lain-lain ………………..
F. PERMINTAAN KERUPUK
1. Berapa Pengiriman/distribusi kerupuk per bulan?
2. Berapa banyak (Kg) kerupuk dalam satu kali pengiriman/distribusi?
3. Pada bulan apa saja permintaan kerupuk meningkat, kenapa?
4. Apa saja yang menjadi kendala dalam distribusi kerupuk?
81
82
Lampiran 3. Kapasitas Produksi dan Utilitas Industri Makanan Pada Tahun 2006 –Triwulan II Tahun 2008
Jenis Industri/Komoditi Sat Kapasitas Produksi Utlts (%) Kapasitas Produksi Utlts (%) Kapasitas Produksi Utlts (%) Biskuit Ton 299,035 225,173 75.3 302,025 228,029 76 305,045 137,270 45.0 Pengolahan Kakao Ton 353,900 196,200 56 353,900 198,200 56 353,900 120,000 33.9 Daging Olaha Ton 149,447 97,596 65.3 150,941 98,547 65.3 152,450 73,938 48.5 Desiccated Coconut Ton Ton 132,587 57,900 43.7 133,931 57,983 43.3 135,270 52,755 39.0 Gula Lainnya (Glucose, Fructosa) Ton 1,050,500 556,765 53 1,050,500 577,775 55 1,250,500 562,725 45.0 Gula Rafinasi Ton 2,180,000 1,111,228 51 2,180,000 1,441,000 66.1 2,430,000 1,166,400 48.0 Ikan/Udang Beku Ton 1,511,499 760,284 50.3 1,541,729 792,449 51.4 1,557,146 311,429 20.0 Ikan dan Udang Dalam Kaleng Ton 410,000 215,250 52.5 415,000 219,950 53 419,150 122,718 30.0 Kecap dan Saos Lainnya Ton 102,492 59,625 58.2 103,517 59,615 57.6 104,552 41,821 40.0 Kembang Gula Ton 116,255 85,796 73.8 118,580 88,224 74.4 119,766 56,290 47.0 Kerupuk Ton 17,694 9,466 53.5 17,871 9,740 54.5 18,050 6,408 35.5 Margarine Ton 538,278 270,216 50.2 549,044 275,620 50.2 554,534 194,087 35.0 Mete Olahan Ton 70,739 35,582 50.3 71,446 36,080 50.5 72,160 19,483 27.0 Mie Instan Ton 1,691,588 1,353,270 80 1,691,588 1,429,392 84.5 1,708,504 820,082 48.0 Minyak Goreng Kelapa Ton 1,029,000 498,036 48.4 1,039,290 504,056 48.5 1,049,683 314,905 30.0 Minyak Goreng Lain Dari Nabati Ton 1,130,335 536,909 47.5 1,141,639 513,738 45 1,153,055 345,917 30.0 Minyak Goreng Sawit Ton 15,430,000 7,596,786 49.2 15,430,000 7,374,213 47.8 15,430,000 6,172,000 40.0 Monosodium Glutamite (Msg) Ton 203,200 162,560 80 203,200 172,517 84.9 205,232 150,925 73.5 Olahan Rumput Laut (Agar-Agar) Ton 23,127 14,500 62.7 23,127 14,516 62.8 23,358 11,446 49.0 Pakan Ternak (Komp+Ransum) Ton 15,736,324 9,940,727 63.2 15,893,687 10,040,135 63.2 16,052,624 6,902,628 43.0 Snack Food (Makanan Ringan Ton 22,672 15,938 70.3 22,898 16,372 71.5 23,127 10,407 45.0 Tepung Ikan Ton 174,500 88,123 50.5 176,245 89,532 50.8 178,500 46,410 25.0 Tepung Tapiok Ton 2,473,705 1,684,545 68.1 2,498,442 1,374,143 55 2,523,426 1,200,000 47.6 Tepung Terigu Ton 4,728,600 3,049,947 64.5 4,998,600 3,329,068 66.6 4,998,600 2,142,363 42.9 Total Ton 49,575,476 28,624,422 59.1 50,107,200 28,940,892 59.7 50,818,635 20,982,408 40.3
Sumber : BPS 2008
82
Lampiran 4. Daftar Pengrajin Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu
Pengrajin Industri Kecil
No. Nama Merk Kerupuk Pemilik 1. Bintang Sembilan Bpk. H. Nasihin 2. Kereta Kencana Bpk. Darmo
3. Tresna Jambal Bpk. Sidiq 4. Ikan Koki Bpk. Tasmad
5. Daun Bpk. Warsan 7. Terang Bulan Bpk. Wara 8. Tiga Kunci Bpk. Kolinih 9. Perahu Kencana Ibu Siti
10. Dua Naga Bpk. Suwarno
11. Bunga Manggis Bpk. Ade 12. Rajawali Bpk. Yusuf
13. Sri Gunting Bpk. Agus Rukyat 14. Rantai Emas Bpk. Casipan 15. Kembang Padi Bpk. Abdullah
16 Laba-Laba Bpk. Taslim 17. Kupu-Kupu Bpk. Tarmin
18. Sari Mawar Bpk. Ranto 19. Turangga Bpk. Bpk. Dani
20. Kembang Tanjung Bpk. H.Tamyid 21. Malea Bpk. Dedi 22. Bunga Sari Bpk. Dakim
23. Gajah Mada Bpk. H. Wartaman 24. Kembang Delima Bpk. H. Mastar 25. Perahu Kencana Bpk. H. Sueb 26. Perahu Layar Bpk. Tarman 27. Terang Bulan Bpk. H. Rasidi
28. Tunas Kelapa Bpk. Wartim 29. Tiga Berlian Bpk. Karim
30. Kapal Toko Bpk. Randi
Pengrajin Industri Sedang
No. Nama Merk Pemilik 1. Candramawa H. Kasan Basri
2. Dua mawar H. Carkendi 3. Sri Tanjung H. Sunarto
4. Kelapa Gading H. Murtasim 5. Dua Gajah H. Saein 6. Indrasari H. Wakyan 7. Padi Kapas H. Daspan 8. Kijang H. Achmad
83
Lampiran 5. Tabel Mata Pencaharian dan Pendidikan penduduk Desa
Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indaramayu
Propinsi Jawa Barat
Mata Pencaharaian Penduduk Desa Kenangan Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Tahun 2008
No.
Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)
1. Pedagang 175 2. Buruh Tani 143
3. Petani tambak 80 4. Petani sawah 71 5. Pertukangan 62 6 PengrajinKerupuk 38 7. PNS 28
8. Jasa 17 9. ABRI/Polisi 15
10. Lain-lain 33
Sumber : Data Sekunder (diolah dari data monografi Desa Kenanga)
Pendidikan Penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Tahun 2008
No. Jenis Pendidikan Jumlah
(orang)
Pendidikan Umum 1. SD/MI 630 2. SMP/MTs 472 3. SMA/MA 377 4. Akademi/D1-D3 20
5. Sarjana/S1-S3 36
Pendidikan Khusus 1. Pondok Pesantren 17 2. Madrasah Diniyah 85
84
Lampiran 6. Tujuan Pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008
1. Tujuan Pemasaran Produk Kerupuk Ikan pada Industri Kecil
TUJUAN PEMASARAN
No. Resp
Permintaan Kabupaten Propinsi Luar propinsi Lain-lain
Jumlah
1 20000 6000 4000 8000 2000 20000 2 24000 7200 4800 9600 2400 24000 3 8000 2400 1600 3200 800 8000 4 3000 900 600 1200 300 3000 5 29000 8700 5800 11600 2900 29000 6 7000 2100 1400 2800 700 7000 7 16000 4800 3200 6400 1600 16000 8 10000 3000 2000 4000 1000 10000 9 12000 3600 2400 4800 1200 12000
10 14000 4200 2800 5600 1400 14000 11 9000 2700 1800 3600 900 9000 12 39000 11700 7800 15600 3900 39000 13 25000 7500 5000 10000 2500 25000 14 24000 7200 4800 9600 2400 24000 15 20000 6000 4000 8000 2000 20000
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)
2. Tujuan Pemasaran Produk Kerupuk Ikan pada Industri sedang
TUJUAN PEMASARAN
No. Resp
Permintaan Kabupaten Propinsi Luar propinsi Lain-lain
Jumlah
1 44000 13200 8800 17600 4400 44000 2 66000 19800 13200 26400 6600 66000
3 58000 17400 11600 23200 5800 58000 4 58300 17490 11660 23320 5830 58300 5 56000 16800 11200 22400 5600 56000 6 59200 17760 11840 23680 5920 59200 7 56000 16800 11200 22400 5600 56000 8 57450 17235 11490 22980 5745 57450
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)
85
86
Lampiran 7. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Kecil
1. PERHITUNGAN BIAYA TETAP
No.
Nama Peralatan/Fasilitas
Umur
Juml Satuan
Harga/Satuan
Nilai Rp
Sisa
Usia Pembelian
Depresiasi
1 Bangunan/Tempat Produksi 15 1 Rp25,000,000 Rp25,000,000 Rp7,500,000 9 Rp97,222 2 Sewa Lahan/tempat penjemuran 12 1 Rp1,500,000 Rp1,500,000 Rp125,000
3 Gudang penyimpanan 15 1 Rp15,000,000 Rp15,000,000 Rp4,500,000 9 Rp58,333
4 Peralatan Kantor
Lemari 5 1 Rp200,000 Rp200,000 9 Rp0
Kalkulator 5 2 Rp50,000 Rp100,000 9 Rp0
Meja Kursi 5 1 Rp350,000 Rp350,000 9 Rp0
5 Peralatan Kerja
− Mesin aduk/molen 10 2 Rp12,000,000 Rp24,000,000 Rp7,200,000 9 Rp140,000
− Boiler/ketel uap 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 5 Rp175,000
− Oven Rp0 − Mesin potong 5 2 Rp2,000,000 Rp4,000,000 9 Rp0
− Mesin giling ikan 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 9 Rp0
− Alat cetak adonan (seng) 3 10 Rp 25,000 Rp250,000 9 Rp0
− Pemecah es 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 9 Rp0
− Rak Stainless 10 6 Rp1,000,000 Rp6,000,000 9 Rp0
− Rak bamboo 1 4 Rp500,000 Rp2,000,000 1 Rp0
− Timbangan kecil 5 4 Rp300,000 Rp1,200,000 9 Rp0
− Timbangan besar 5 1 Rp2,000,000 Rp2,000,000 9 Rp0
− Timbangan gantung 5 1 Rp250,000 Rp250,000 9 Rp0
− Gebreg 1 3 Rp1,500,000 Rp4,500,000 1.5 Rp0
86
87
Lanjutan Tabel Perhitungan Biaya Tetap
No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/Satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
− Tempayan/tampah 0.5 3000 Rp5,500 Rp16,500,000 1 Rp0
− Bak/paso plastic 1 30 Rp20,000 Rp600,000 2 Rp0
− Boks Ikan/Fiber 5 3 Rp2,000,000 Rp6,000,000 9 Rp0
− Gayung 1 2 Rp10,000 Rp20,000 3 Rp0
− Pisau 1 3 Rp5,000 Rp15,000 3 Rp0
− Perangkat Penyaringan 1 2 Rp100,000 Rp100,000 2 Rp0 6 Biaya Peralatan Pasca Produksi
− Plastik Sealer 5 4 Rp60,000 Rp240,000 9 Rp0
− Rak 5 2 Rp300,000 Rp600,000 9 Rp0 JUMLAH Rp180,425,000 Rp595,556
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)
87
88
2. BIAYA TIDAK TETAP
1. Penjumlahan Biaya Bahan Baku, Pendukung dan Biaya Lain-Lain
No.
Resp Tapioka Rp paso Ikan Gula Garam Telur MSG TK Listrik dan Air Telepon BBM Pembantu
proses Biaya
Lain-lain jumlah
1
16000
48,000,000
400
66,000,000
19,200,000
1,200,000
350,000
30,000
8,505,000
400,000
100,000
70,000
27,102,000
200,000
171,157,000
2
23000
69,000,000
575
94,875,000
27,600,000
1,725,000
503,125
43,125
10,190,000
450,000
130,000
90,000
39,144,000
300,000
244,050,250
3
7000
21,000,000
175
28,875,000
8,400,000
525,000
153,125
13,125
2,750,000
300,000
10,000
60,000
13,048,000
150,000
75,284,250
4
3000
9,000,000
75
12,375,000
3,600,000
225,000
65,625
5,625
1,170,000
300,000
80,000
40,000
3,224,000
100,000
30,185,250
5
27000
81,000,000
675
111,375,000
32,400,000
2,025,000
590,625
50,625
10,250,000
520,000
150,000
70,000
45,668,000
300,000
284,399,250
6
5000
15,000,000
125
20,625,000
6,000,000
375,000
109,375
9,375
2,000,000
330,000
100,000
40,000
6,536,000
100,000
51,224,750
7 14000 42,000,000 350 57,750,000 16,800,000 1,050,000 306,250 26,250 5,375,000 420,000 120,000 50,000 25,090,000 200,000 149,187,500
8 10000 30,000,000 250 41,250,000 12,000,000 750,000 218,750 18,750 3,970,000 360,000 100,000 55,000 18,584,000 200,000 107,506,500
9 13000 39,000,000 325 53,625,000 15,600,000 975,000 284,375 24,375 4,750,000 410,000 110,000 40,000 20,672,000 200,000 135,690,750
10 13000 39,000,000 325 53,625,000 15,600,000 975,000 284,375 24,375 5,000,000 380,000 110,000 50,000 19,584,000 300,000 134,932,750
11 7000 21,000,000 175 28,875,000 8,400,000 525,000 153,125 13,125 3,220,000 340,000 90,000 40,000 13,084,000 200,000 75,940,250
12 36000 108,000,000 900 148,500,000 43,200,000 2,700,000 787,500 67,500 15,750,000 700,000 200,000 100,000 63,180,000 400,000 383,585,000
13
30000
90,000,000
750
123,750,000
36,000,000
2,250,000
656,250
56,250
14,250,000
600,000
150,000
100,000
51,180,000
300,000
319,292,500
14
6000
18,000,000
150
24,750,000
7,200,000
450,000
131,250
11,250
2,515,000
300,000
120,000
60,000
9,842,000
100,000
63,479,500
15
10000
30,000,000
250
41,250,000
12,000,000
750,000
218,750
18,750
3,760,000
350,000
200,000
65,000
15,272,000
200,000
104,084,500
88
89
2. Uraian Biaya Tenaga Kerja
Adonan Pemotongan Penjemuran Pengemasan
No Resp Jumlah RP Jumlah Rp Jumlah Rp Jumlah Rp
Hari Kerja
Juml TK
Nilai Rp
1 4 2400000 4 1600000 5 2125000 7 2380000 17 20 8505000
2 5 3450000 4 2300000 6 600000 8 3840000 24 23 10190000
3 4 1050000 4 700000 4 200000 5 800000 8 17 2750000
4 4 450000 3 300000 3 100000 4 320000 4 14 1170000
5 6 4050000 4 2700000 7 700000 5 2800000 28 22 10250000
6 4 750000 3 500000 3 150000 5 600000 6 15 2000000
7 6 2100000 4 1400000 4 375000 5 1500000 15 19 5375000
8 4 1500000 4 1000000 4 350000 4 1120000 14 16 3970000
9 4 1950000 4 1300000 4 300000 5 1200000 12 17 4750000 10 4 1950000 4 1300000 5 350000 5 1400000 14 18 5000000 11 4 1050000 3 700000 3 350000 4 1120000 14 14 3220000 12 6 5400000 5 3600000 9 750000 10 6000000 30 30 15750000 13 6 4500000 5 3000000 8 750000 10 6000000 30 29 14250000 14 4 900000 4 600000 4 175000 6 840000 7 18 2515000 15 5 1500000 4 1000000 4 300000 4 960000 12 17 3760000
89
90
3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan
Es Kayu Bakar Plastik Karung Dus Karton
No.
Resp Juml
(Balok)
Rp Juml
(Truk)
Rp Juml
(Kg)
Rp
Juml
Rp
Juml
Rp
Nilai Rp
1 51 102000 5 5000000 2000 22000000 27102000 2 72 144000 6 6000000 3000 33000000 39144000 3 24 48000 2 2000000 1000 11000000 13048000 4 12 24000 1 1000000 200 2200000 3224000 5 84 168000 7 7000000 3500 38500000 45668000 6 18 36000 1 1000000 500 5500000 6536000 7 45 90000 3 3000000 2000 22000000 25090000 8 42 84000 2 2000000 1500 16500000 18584000 9 36 72000 3 3000000 1600 17600000 20672000 10 42 84000 3 3000000 1500 16500000 19584000 11 42 84000 2 2000000 1000 11000000 13084000 12 90 180000 8 8000000 5000 55000000 63180000 13 90 180000 7 7000000 4000 44000000 51180000 14 21 42000 1 1000000 800 8800000 9842000 15 36 72000 2 2000000 1200 13200000 15272000
90
91
Lampiran 8. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Sedang
1. Kalkulasi Biaya Tetap
No.
Nama Peralatan/Fasilitas
Umur
Juml Satuan
Harga/satuan
Nilai Rp
Sisa
Usia Pembelian
Depresiasi
1 Bangunan/Tempat Produksi 15 1 Rp65,000,000 Rp65,000,000 18 0 2 Lahan/tempat penjemuran 15 1 Rp3,000,000 Rp3,000,000 18 0 3 Gudang penyimpanan 15 1 Rp10,000,000 Rp10,000,000 18 0 4 Peralatan Kantor
Lemari 5 2 Rp200,000 Rp400,000 10 0
Kalkulator 5 3 Rp40,000 Rp120,000 Rp10,000 2 Rp21.000
Meja Kursi 5 2 Rp350,000 Rp700,000 4 0
5 Peralatan Kerja
- Mesin aduk/molen 10 3 Rp12,000,000 Rp36,000,000 18 Rp0
- Boiler/ketel uap 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 18 Rp175,000
- Oven 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 7 Rp175,000 - Mesin potong 5 1 Rp6,000,000 Rp6,000,000 7 Rp00
- Mesin giling ikan 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 15 Rp0
- Alat cetak adonan 5 8 Rp100,000 Rp800,000 15 Rp0 - Pemecah es 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 15 Rp0
- Rak Stainless 20 8 Rp5,000,000 Rp40,000,000 Rp12,000,000 15 Rp116,500
- Rak bamboo 1 8 Rp500,000 Rp4,000,000 1,5 0
- Timbangan kecil 5 3 Rp300,000 Rp900,000 10 Rp0 - Timbangan besar 5 2 Rp2,000,000 Rp4,000,000 10 Rp0
- Timbangan gantung 5 1 Rp250,000 Rp250,000 10 Rp0
- Gebreg 1 6 Rp1,500,000 Rp9,000,000 1.5 Rp0
- Tempayan/tampah 0.5 4000 Rp3,000 Rp12,000,000 1 Rp0
91
92
Lanjutan Tabel Biaya Tetap
No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
- Bak/paso plastic 1 60 Rp15,000 Rp900,000 2 Rp0
- Boks Ikan/Fiber 5 5 Rp2,000,000 Rp10,000,000 13 Rp0
- Gayung 1 3 Rp3,000 Rp9,000 3 Rp0
- Pisau 1 6 Rp5,000 Rp30,000 3 Rp0
6 Biaya Peralatan Pasca Produksi
- Plastik Sealer 5 5 Rp400,000 Rp2,000,000 12 Rp0 - Rak 5 3 Rp300,000 Rp900,000 8 Rp0
JUMLAH Rp336,039,000 487.500
2. Kalkulasi Biaya Tidak Tetap
1. Penjumlahan Biaya Bahan Baku, Pendukung dan Biaya Lain-Lain
No.
Resp Tapioka Rp paso Ikan Gula Garam Telur MSG TK Listrik dan Air Telepon BBM Pembantu
proses Biaya
Lain-lain Jumlah
1
60000
180,000,000
1500
247,500,000
72,000,000
4,500,000
1,312,500
112,500
36,750,000
1,000,000
100,000
200,000
118,286,667
1,000,000
662,761,667
2
65000
195,000,000
1625
268,125,000
78,000,000
4,875,000
1,421,875
121,875
42,290,000
1,200,000
130,000
250,000
111,950,556
2,000,000
705,364,306
3
40000
120,000,000
1000
165,000,000
48,000,000
3,000,000
875,000
75,000
21,000,000
1,000,000
80,000
150,000
78,971,112
1,000,000
439,151,112
4
54000
162,000,000
1350
222,750,000
64,800,000
4,050,000
1,181,250
101,250
34,125,000
1,200,000
80,000
140,000
99,080,001
1,200,000
590,707,501
5
40000
120,000,000
1000
165,000,000
48,000,000
3,000,000
875,000
75,000
27,380,000
900,000
150,000
160,000
86,027,112
800,000
452,367,112
6
50000
150,000,000
1250
206,250,000
60,000,000
3,750,000
1,093,750
93,750
26,250,000
1,100,000
100,000
150,000
98,488,890
1,000,000
548,276,390
7
50000
150,000,000
1250
206,250,000
60,000,000
3,750,000
1,093,750
93,750
27,800,000
1,000,000
120,000
150,000
80,203,890
900,000
531,361,390
8
36000
108,000,000
900
148,500,000
43,200,000
2,700,000
787,500
67,500
22,200,000
800,000
100,000
80,000
92,490,000
1,000,000
419,925,000
92
93
2. Uraian Biaya Tenaga Kerja
Adonan Pemotongan Penjemuran Pengemasan No Resp
Jumlah RP Jumlah Rp Jumlah Rp Jumlah Rp
Hari Kerja
Juml TK
Nilai Rp
1 10 9000000 15 6000000 15 15750000 10 6000000 30 50 36750000
2 15 9750000 15 6500000 18 17640000 15 8400000 28 63 42290000
3 10 6000000 10 4000000 10 7000000 10 4000000 20 40 21000000
4 10 8100000 12 5400000 15 13125000 15 7500000 25 52 34125000
5 13 6000000 10 4000000 14 10780000 15 6600000 22 52 27380000
6 10 7500000 15 5000000 10 8750000 10 5000000 25 45 26250000
7 14 7500000 10 5000000 15 10500000 12 4800000 20 51 27800000
8 8 5400000 12 3600000 10 8400000 10 4800000 24 40 22200000
3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan
Es Kayu bakar Plastik Karung Dus Karton No.
Resp Juml Rp Juml Rp Juml Rp Juml Rp Juml Rp
Nilai Rp
1 300 600,000 90 108,000,000 833 9,166,667 500 400,000 400 120,000 118,286,667 2 280 560,000 84 100,800,000 903 9,930,556 600 480,000 600 180,000 111,950,556 3 200 400,000 60 72,000,000 556 6,111,112 500 400,000 200 60,000 78,971,112 4 250 500,000 75 90,000,000 750 8,250,001 300 240,000 300 90,000 99,080,001 5 220 440,000 66 79,200,000 556 6,111,112 300 240,000 120 36,000 86,027,112 6 250 500,000 75 90,000,000 694 7,638,890 400 320,000 100 30,000 98,488,890 7 200 400,000 60 72,000,000 694 7,638,890 150 120,000 150 45,000 80,203,890 8 240 480,000 72 86,400,000 500 5,500,000 100 80,000 100 30,000 92,490,000
93
Lampiran 9. Jumlah Biaya (Modal) yang Dikeluarkan Pengrajin Kerupuk Pada
Bulan Nopember 2008
PENJUMLAHAN MODAL TETAP DAN MODAL TIDAK TETAP
PENGRAJIN KERUPUK DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK
DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU PROPINSI JAWA BARAT
PADA BULAN NOPEMBER 2008
1. Pengrajin Skala Kecil
No Resp Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Jumlah 1 Rp418,611 171,157,000 171,575,611
2 Rp457,500 244,050,250 244,507,750
3 Rp418,611 75,284,250 75,702,861
4 Rp418,611 30,185,250 30,603,861
5 Rp496,389 284,399,250 284,895,639
6 Rp376,944 51,224,750 51,601,694
7 Rp418,611 149,187,500 149,606,111
8 Rp438,056 107,506,500 107,944,556
9 Rp438,056 135,690,750 136,128,806
10 Rp438,056 134,932,750 135,370,806
11 Rp457,500 75,940,250 76,397,750
12 Rp595,556 383,585,000 384,180,556
13 Rp515,833 319,292,500 319,808,333
14 Rp426,389 63,479,500 63,905,889
15 Rp447,778 104,084,500 104,532,278
2. Skala Pengrajin Skala Sedang
No. Resp Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Jumlah 1 Rp428,711 662,761,667 Rp663,180,279
2 Rp487,500 705,364,306 Rp705,821,806
3 Rp468,511 439,151,112 Rp439,569,723
4 Rp437,711 590,707,501 Rp591,126,112
5 Rp595,389 452,367,112 Rp452,863,500
6 Rp475,934 548,276,390 Rp548,653,334
7 Rp435,611 531,361,390 Rp531,780,001
8 Rp447,056 419,925,000 Rp420,363,056
94
Lampiran 10. Variabel Bebas (X) Dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi
Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat
1. Pengrajin Skala Sedang
No. Resp Modal (X1) TK (X2) Permintaan (X3) Harga (X4) Produksi (Y)
1 662761667 55 60000 20000 60000
2 705364306 63 63000 20000 65000
3 439151112 50 50000 18000 45000
4 590707501 52 50000 18000 54000
5 452367112 52 50000 20000 45000
6 548276390 45 59200 18000 50000
7 531361390 51 50000 17000 50000
8 419925000 40 40000 18000 36000
2. Pengrajin Skala Kecil
No. Resp Modal (X1) TK (X2) Permintaan (X3) Harga (X4) Produksi (Y)
1 179969625 20 20000 16000 16000
2 254033825 23 24000 16000 23000
3 84208625 17 8000 15000 7000
4 39035292 14 3000 15000 3000
5 295642458 22 29000 16000 27000
6 59730083 15 7000 17000 5000
7 157870958 19 16000 14000 14000
8 116641542 16 10000 14000 10000
9 144546625 17 12000 14000 13000
10 143911125 18 14000 17000 13000
11 85304500 15 9000 16000 7000
12 397249842 30 39000 17000 36000
13 329799675 29 30000 17000 30000
14 71880450 19 23000 16000 12000
15 115669058 13 20000 16000 10000
95
Lampiran 11. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan
Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12
1. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Kecil
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Y
X1
X2
X3
X4
15066.6667
165032912.2000
19.1333
17600.0000
15733.3333
9691.42969
107072134.78031
5.05494
10069.75670
1099.78353
15
15
15
15
15
Correlations
Y X1 X2 X3 X4
Pearson Y
Correlation X1
X2
X3
X4
Sig. (1- Y
tailed) X1
X2
X3
X4
N Y
X1
X2
X3
X4
1.000
.988
.946
.939
.404
.
.000
.000
.000
.068
15
15
15
15
15
.988
1.000
.924
.893
.382
.000
.
.000
.000
.080
15
15
15
15
15
.946
.924
1.000
.861
.431
.000
.000
.
.000
.054
15
15
15
15
15
.939
.893
.861
1.000
.473
.000
.000
.000
.
.037
15
15
15
15
15
.404
.382
.431
.473
1.000
.068
.080
.054
.037
.
15
15
15
15
15
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1
X4, X1, X3, X2(a)
.
Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Y
96
Change Statistics
Model
R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate R
Change
F
Change
df1
df2
Sig. F
Change
Durbin-
Watson
1 .998(a) .996 .994 719.19850 .996 633.045 4 10 .000 1.916
Model Summary(b)
Square
a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b Dependent Variable: Y
ANOVA(b)
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression
Residual
Total
1309760868.467
5172464.867
1314933333.333
4
10
14
327440217.117
517246.487 633.045 .000(a)
a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
b Dependent Variable: Y
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearit y
Statistics
B
Std.
Error
Beta
Tolerance
VIF
1 (Constant)
X1
X2
X3
X4
-
1219.180
.00005
337.632
.255
-.229
3061.904
.000
103.065
.045
.202
.598
.176
.265
-.026
-.398
9.840
3.276
5.647
-
1.133
.699
.000
.008
.000
.284
.106
.136
.178
.747
9.400
7.347
5.605
1.339
a Dependent Variable: Y
97
2. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Sedang
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Y
X1
X2
X3
X4
50625.0000
543739309.7500
51.0000
52775.0000
18625.0000
9132.94664
105075702.54081
6.76123
7483.64884
1187.73494
8
8
8
8
8
Correlations
Y X1 X2 X3 X4
Pearson Y
Correlation X1
X2
X3
X4
Sig. (1- Y
tailed) X1
X2
X3
X4
N Y
X1
X2
X3
X4
1.000
.970
.874
.880
.486
.
.000
.002
.002
.111
8
8
8
8
8
.970
1.000
.766
.830
.447
.000
.
.013
.005
.133
8
8
8
8
8
.874
.766
1.000
.708
.605
.002
.013
.
.025
.056
8
8
8
8
8
.880
.830
.708
1.000
.516
.002
.005
.025
.
.095
8
8
8
8
8
.486
.447
.605
.516
1.000
.111
.133
.056
.095
.
8
8
8
8
8
Variables Entered/Removed(b)
Mode
l Variables
Entered Variables
Removed
Method
1 X4, X1,
X2, X3(a)
.
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: y
98
Model Summary(b)
Change Statistics
Model
R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate R
Square
Change
F
Change
df1
df2
Sig. F
Change
Durbin-
Watson
1 .998(a) .996 .990 927.30370 .996 169.002 4 3 .001 1.894
a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b Dependent Variable: Y
ANOVA(b)
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression
Residual
Total
581295323.521
2579676.479
583875000.000
4
3
7
145323830.880
859892.160 169.002 .001(a)
a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b Dependent Variable: y
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF 1 (Constant)
X1
X2
X3
X4
-1263.383
.000
452.147
.246
-.627
5580.662
.000
90.929
.088
.381
.583
.335
.201
-.082
-.226
7.431
4.973
2.788
-1.647
.835
.005
.016
.069
.198
.239
.325
.282
.601
4.176
3.077
3.542
1.665
a Dependent Variable: y
99
Lampiran 12. Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan
Bahan Komposisi
Daging Ikan 15 Kg Tapioka 40 Kg Gula 8 Kg Gaeam 3 Kg Telur 1 butir MSG 50 gram Air 5 liter
Ikan Segar 1000 Kg
Air = 9 m3
Pencucian dan pengeluaran isi perut,
pemisahan kulit dan
kepala 1000 kg
Sisa Ikan 250 Kg
Penggilingan daging 750 Kg
Pengeringan adonan selama 12 jam
3803,93 Kg
Tapioka = 2000 kg Gula = 400 kg Garam = 150 kg MSG = 2.5 Kg Telur = 50 butir
Pembuatan
adonan
3305,63 Kg
Pemotongan/pengirisan
3753,93
Tepung dan adonan 1,7 kg
Terigu = 50 Kg
Air = 500 liter 3
Pencetakana
Adonan
3355,63 Kg
Pengukusan
Penjemuran kerupuk 1 hari
3753,93
Kerupuk kering
3353,93
Kayu baker = 2 m dengan suhu
1100C, 1 jam
3853,93
100