Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh...

21
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 8245X Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 57 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis (Studi Kasus di Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu) Oleh: Fifian Permata Sari Abstract The research aims to analyse factors that influence the return of credit for farming operation (KUT) by farmer of technical irrigation rice field, count distinction income before and after KUT, count KUT contribution to capital of farming operation, and the correlation with income of farming operation. Research uses survey method with imbalanced stratified random sampling method and the sample is divided into 3 types of KUT withdrawal. The result shows that production factor, family expenditure and farming operation income give distinctive income when the farmer take KUT as capital addition. The farmer who pays the credit in time, they get Rp 127.315,00/year. In the opposite, the farmer who does not pay the credit in time, the income decrease. It also happens to the farmer who has not paid the credit. They get Rp 22.070,80/year and 28.638,01/year each. Key Words; KUT, technical irrigation, farmer, rice field PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian seperti tanaman pangan dan hortikultura masih tetap menempati posisi penting sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDO) atau Pendapatan Nasional dan memiliki kegunaan khas bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian juga merupakan penyumbang devisa yang besar dan ternyata cukup lentera dalam menghadapi gejolak moneter dan krisis ekonomi (Sinar Tani, 2000). Kinerja pembangunan di sektor pertanian termasuk sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura selama tahun 1999 masih sangat dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang masih berlangsung. Kemerosotan daya beli petani, kemampuan pemerintah untuk mengalokasikan anggaran pembangunan dan pemanfaatan Kredit Usaha Tani (KUT) yang belum optimal, merupakan faktor penentu perlu dianalisis lebih lanjut peran dan pengaruhnya terhadap kinerja tersebut. KUT merupakan kredit yang diberikan khusus pada para petani yang memerlikan modal untuk menjalankan usaha taninya. Program KUT diadakan dengan tujuan agar para petani mendapat bantuan modal untuk usaha taninya, selain itu produksi pertaniannya dapat lebih ditingkatkan lagi. Keberhasilan pemanfaatan dana KUT tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan pendapatan petani sehingga petani mampu mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya. Dosen Prodi Agrobisnis FP Univ. Baturaja dan Alumni Magister Agrobisnis UNSRI

Transcript of Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh...

Page 1: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 57

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis (Studi Kasus di Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu)

Oleh: Fifian Permata Sari

Abstract

The research aims to analyse factors that influence the return of credit for farming operation (KUT) by

farmer of technical irrigation rice field, count distinction income before and after KUT, count KUT

contribution to capital of farming operation, and the correlation with income of farming operation.

Research uses survey method with imbalanced stratified random sampling method and the sample is

divided into 3 types of KUT withdrawal. The result shows that production factor, family expenditure

and farming operation income give distinctive income when the farmer take KUT as capital addition.

The farmer who pays the credit in time, they get Rp 127.315,00/year. In the opposite, the farmer who

does not pay the credit in time, the income decrease. It also happens to the farmer who has not paid the

credit. They get Rp 22.070,80/year and 28.638,01/year each.

Key Words; KUT, technical irrigation, farmer, rice field

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian seperti tanaman pangan dan hortikultura masih tetap menempati posisi

penting sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDO) atau Pendapatan Nasional dan

memiliki kegunaan khas bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian

juga merupakan penyumbang devisa yang besar dan ternyata cukup lentera dalam menghadapi

gejolak moneter dan krisis ekonomi (Sinar Tani, 2000).

Kinerja pembangunan di sektor pertanian termasuk sektor pertanian tanaman pangan dan

hortikultura selama tahun 1999 masih sangat dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang masih

berlangsung. Kemerosotan daya beli petani, kemampuan pemerintah untuk mengalokasikan

anggaran pembangunan dan pemanfaatan Kredit Usaha Tani (KUT) yang belum optimal,

merupakan faktor penentu perlu dianalisis lebih lanjut peran dan pengaruhnya terhadap kinerja

tersebut.

KUT merupakan kredit yang diberikan khusus pada para petani yang memerlikan modal

untuk menjalankan usaha taninya. Program KUT diadakan dengan tujuan agar para petani

mendapat bantuan modal untuk usaha taninya, selain itu produksi pertaniannya dapat lebih

ditingkatkan lagi. Keberhasilan pemanfaatan dana KUT tersebut ditunjukkan dengan adanya

peningkatan pendapatan petani sehingga petani mampu mengembalikan pinjaman tepat pada

waktunya.

Dosen Prodi Agrobisnis FP Univ. Baturaja dan Alumni Magister Agrobisnis UNSRI

Page 2: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 58

Selain itu, KUT merupakan kredit untuk berusaha bagi petani khususnya usaha tani

tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai, dinilai banyak membantu petani terutama

dalam hal tersedianya modal awal untuk usaha. Modal awal dalam usaha tani tanaman pangan,

padi misalnya, tetap menjadi sasaran utama yang diharapkan bisa terus ditingkatkan

produksinya dengan memanfaatkan penjaman KUT.

Tabel 1.

Sasaran Produksi Pertanian Indonesia Tahun 2000

No. Komoditas Luas

Panen (juta ha)

Sasaran Produksi (juta ton)

Persentase kenaikan

produksi dari tahun lalu (%)

Produktivitas (ku/ha)

I. Tanaman Pangan :

1. Padi 11,90 51,00 2,26 43,00

2. Jagung 3,90 10,50 10,44 27,00

3. Kedelai 1,27 1,50 9,56 11,80

4. Ubi Kayu 1,29 16,44 0,69 127,70

5. Kacang Tanah 0,65 0,72 9,60 11,08

II. Hortikultura :

1. Sayuran 1,03 10,48 6,15 101,77

2. Buah 0,63 9,86 6,15 156,05 Sumber : Dinas Pertanian Propinsi Sumatra Selatan, 2000

Tabel 1. menunjukkan bahwa padi menempati kedudukan teratas diantara komoditi

lainnya dalam sasaran produksi pertanian Indonesia tahun 2000, di mana sasaran diharapkan

mencapai 51,00 juta ton dengan tingkat produktivitas 43,00 ku/ha karena itu khusus di

Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatra Selatan, KUT yang dikeluarkan untuk komoditi padi

khususnya padi sawah irigari teknis menempati posisi terbanyak di antara komoditi yang lain.

Padi tetap memduduki tempat teratas dalam hal penyaluran dana KUT bila dibanding jenis

komoditi lainnya. Realisasi KUT di kabupaten Ogan Komering Ulu sendiri, untuk musim

tanam 1999/2000 lebih banyak difokuskan pada komoditi padi pada kedelai.

Tabel 2.

Realisasi KUT di Kabupaten OKU untuk Musim Tanam 1999/2000

No. Bank

Penyalur Komoditi

Areal (ha)

KUD/LSM Koptan Klp Tani

Nilai (Rp)

1. BRI Padi 3,479 6 - 138 1.929.607.407

2. BPDSS Padi 5.300 12 13 228 3.011.549.540

3. Bukopin Padi 1.422 1 - 71 2.133.362.000

Kedelai 23 - - 2 44.318.000

Jumlah 10.224 19 13 355 7.118.838.214 Sumber : Sekretariat Satuan Pelaksana Bimas OKU, 2000

Luas lahan tanaman padi khususnya padi sawah irigasi teknis di Sumatera Selatan,

khususnya Kabupaten Ogan Komering Ulu menduduki tempat teratas untuk luas lahan sawah

irigasi teknis yaitu seluas 19.466 ha. Di posisi kedua setelah OKU ditempati oleh Kabupaten

Musi Rawas seluas 3.767 ha, Kabupaten Ogan Komering Ilir seluas 603 ha.

Page 3: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 59

Tabel 3.

Luas Baku Lahan Sawah Menurut Jenis di Sumatra Selatan Tahun 1999

Jenis Lahan Luas (ha)

OKU OKI Muara Enim

Lahat Mura Muba Palembang Jumlah

Irigasi Teknis 19466 603 - - 3767 - - 238.36

Setengah Teknis 4903 - 1571 6926 4758 - - 18158

Sederhana PU 855 - 126 815 4452 - - 6248

Sederhana non PU 8386 - 7251 20742 4091 - 150 40620

Tadah Hujan 24218 38469 4095 1711 9544 9020 104 87161

Pasang Surut - 26401 - - - 137579 95 164075

Lebak 9343 105156 14210 - 7160 46277 8166 190312 Sumber : Biro Pusat Statistik Sumatra Selatan, 2000

Khusus mengenai penyaluran KUT tahun 1998/1999 sampai dengan tanggal 4 juni 1999

direalisasikan sebesar Rp. 4,69 triliun untuk 3.735.884 petani dengan luas areal 3,86 juta ha.

Total dana KUT Nasional yang telah dicairkan sampai akhir tahun 1999 adalah Rp. 8,2 triliun,

namun pada tahun 2000 tidak ada pencairan dana lagi. Hal ini disebabkan oleh kebijakan

pemerintah yang menetapkan bahwa sumber pendanaan KUT tahun 2000 bersumber dari hasil

pengambilan KUT tahun 1999.

Data di atas meninjukkan bahwa pengam,bilan KUT yang disalurkan pada tahun 1999

banyak mengalami kemacetan, ditaksir pengambilannya hanya 10%, yaitu dari Rp.8,2 triliun

baru dikembalikan Rp. 820 miliar saja, padahal diharapkan dana tersebut bisa kembali karena

untuk kepentingan petani sendiri. Rendahnya pengembalian KUT akan menghambat

pemberian KUT untuk tahun berikutnya.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil suatu rumusan masalah, yaitu:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan KUT oleh petani.

2. Bagaimana kontribusi KUT itu sendiri dalam modal usaha tani padi, khususnya usaha tani

padi sawah irigasi teknis di Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan dana KUT oleh petani.

2. Beda pendapatan usaha tani antar pendapatan usaha tani yang memanfaatkan KUT dan

tanpa memanfaatkan KUT sebagai tambahan modal.

3. Kontribusi KUT dalam modal usaha tani.

4. Korelasi antara kontribusi KUT dalam modal usaha tani dengan pendapatan usaha tani.

Hasil penelitian diharapkan berguna bagi semua pihak yang berperan dalam

pengambilan keputusan tentang pinjaman dana KUT dan sebagai bahan pustaka bagi para

peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Page 4: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 60

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Penentuan daerah dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa petani

dan variasi pengembalian KUT oleh petani di Kecamatan Belitang paling banyak jumlah dan

variasinya, khususnya untuk musim tanam 1999/2000. Penelitian dan pengumpulan data di

lapangan dilakukan pada bulan Februari 2001 sampai dengan bulan April 2001.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei yang digunakan untuk

menjangkau fakta yang terjadi di lapangan melalui kunjungan dan pengamatan. Dengan

metode ini diharapkan petani contoh di Kecamatan Belitang dapat mewakili petani padi sawah

irigasi teknis di Sumatera Selatan secara keseluruhan.

Metode Penarikan Contoh dan Pengumpulan Data

Metode penarikan contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah metode acak

berlapis tak berimbang (disproportionate stratified random sampling) di mana penentuan

petani sampel diambil secara acak dan sama jumlahnya yaitu masing-masing 30 petani dari

populasi petani yang ada di tiga lapisan desa yang terpilih, terdiri dari:

1. Lapisan 1, merupakan desa yang pengembalian kreditnya lancar atau 100%

mengembalikan pinjaman.

2. Lapisan 2, merupakan desa yang pengembalian kreditnya kurang lancar atau <100%

mengembalikan pinjaman.

3. Lapisan 3, merupakan desa yang pengembalian kreditnya tidak lancar atau sama sekali

belum mengembalikan pinjaman KUT.

Variasi pengembalian pinjaman KUT oleh petani (lancar, tidak lancar, belum lunas)

diasumsikan sama-sama diperhitungkan dalam jangka waktu yang sama yaitu satu tahun.

Tabel 4.

Pengambilan Desa Contoh di Lokasi Penelitian

Petani Nama Desa Populasi Petani (Orang) Petani Contoh Yang Diambil

(Orang)

Lapisan 1 Sukanegara 85 30

Lapisan 2 Karangsari 76 30

Lapisan 3 Sukosari 90 30

Jumlah 251 90

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer.

Data primer diperoleh dari petani contoh dengan menggunakan metode wawancara langsung

dan mengisi daftar pertanyaan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang

berhubungan dengan kegiatan penelitian.

Page 5: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 61

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara tabulasi dan dijelaskan secara deskripsi. Hipotesis

pertama diuji dengan menggunakan regresi linear. Secara umum pengembalian KUT oleh

petani di Kecamatan Belitang.

Pkut = f (X1, X2, X3, D1, D2)

Di mana :

Pkut = Pengembalian KUT (Rp/mt)

X1 = Produksi beras petani (Kg/mt)

X2 = Pengeluaran keluarga petani (Rp/mt)

X3 = Pendapatan usaha tani (Rp/mt)

D1 D2 = Variabel boneka pada variasi pengembalian lancar, tidak lancar dan belum

melunasi KUT.

Gujarati (1988) menyatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

dianalisis dengan regresi linear berganda. Pengaruh ini diukur karena apabila variabel bebas

mengambil nilai tertentu, ternyata variabel terikat tidak pasti akan berada pada nilai tertentu,

maka akan berada dalam kecenderungan. Model tersebut adalah :

Pkut = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 D1 + 5 D2 +

Di mana :

Pkut = Pengembalian KUT (Rp/mt)

X1 = Produksi beras petani (Kg/mt)

X2 = Pengeluaran keluarga petani (Rp/mt)

X3 = Pendapatan usaha tani (Rp/mt)

D1 = Variabel boneka 1

1 = Lapisan petani yang lancar pengembalian KUT-nya

0 = Lapisan petani lainnya

D2 = Varibel boneka 2

1 = Lapisan petani yang tidak lancar pengembalian KUT-nya

0 = Lapisan petani lainnya

= Variabel pengganggu

0 = Konstanta

1-5 = Koefisien regresi

Nilai harapan koefisien regresi yang diharapkan yaitu 0, 1, 2, 3, 4 > 0, karena semakin

besar produksi diharapkan akan semakin memperbesar peluang pengembalian dana KUT,

begitu juga halnya dengan pendapatan usaha tani. Sebaliknya nilai harapan koefisien regresi

yang diharapkan 1 < 0 karena semakin besar pengeluaran keluarga diduga akan semakin

memperkecil pengembalian dana KUT. Nilai harapan koefisien regresi yang diharapkan untuk

5 bisa < 0 atau > 0. Seberapa jauh variabel bebas menjelaskan pengaruhnya (tingkat

kepercayaan) terhadap variabel terikat dalam hal ini pengembalian dana KUT menurut

Sudrajat (1988), dapat dilihat dari determinan regresi yang dilambangkan dengan R2 dengan

persamaan sebagai berikut :

2

2

)(

)ˆ(

YYi

YiY

JKT

JKRR

Page 6: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 62

Di mana :

R2 = Determinan Regresi

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKT = Jumlah Kuadrat Total

Persamaan tersebut menurut Sugianto (1995) juga dapat dicari melalui persamaan berikut :

2

1121

2 ........,.....,,

yi

yixikyixiYiKXXYR k

Menurut Soelistyo (1982), untuk mengetahui apakah persamaan yang telah dirumuskan

bermakna dalam menjelaskan variabel terikat, dalam hal ini pengembalian dana KUT (Pkut)

digunakan uji F (simultan) dengan perumusan hipotesis :

H0 ; i = 2 = ........ n = 0

H1 ; minimal satu i 0

Untuk mendapatkan F hitung digunakan persamaan :

Fhitung = 1 -

1/

/2

2

knei

kyi

Kaidah pengambilan keputusan :

Jika Fhitung Ftabel maka terima H0

Jika Fhitung > Ftabel maka tolak H0

Selanjutnya dilakukan uji t (parsial) untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat, yaitu :

H0 ; i = 0

H1 ; i 0

Perhitungan digunakan persamaan berikut :

thitung =

biS

bi i atau thitung = biS

bi

Di mana :

bi = Parameter dugaan ke-i

Kaidah pengambilan keputusannya :

Jika thitung ttabel maka terima H0

Jika thitung > ttabel maka tolak H0

Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan perhitungan selisih pendapatan usaha tani

yang diterima petani saat mendapatkan KUT dan saat tidak mendapatkan KUT :

Pdpkut = Pn – Bp - Ckut – Pk

Pdpkut = Pn – Bp – Pk

Bpdp = Pdpkut – Pdptkut

Page 7: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 63

Di mana :

Pdpkut = Pendapatan usaha tani dengan KUT sebagai tambahan modal usaha tani (Rp/mt)

Pdptkut = Pendapatan usaha tani tanpa KUT sebagai tambahan modal usaha tani (Rp/mt)

Bpdp = Selisih pendapat usaha tani (Rp/thn)

Pn = Penerimaan petani (Rp/mt)

Bp = Biaya produksi (Rp/mt)

Ckut = Cicilan kredit usaha tani (Rp/mt)

Pk = Pengeluaran keluarga petani (Rp/mt)

Beda pendapatan antara pendapatan usaha tani yang memanfaatkan dengan tanpa

memanfaatkan KUT sebagai tambahan modal di masing-masing daerah penelitian diuji

dengan menggunakan paired sample t test atau uji t untuk dua sampel yang berpasangan,

apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda atau tidak. Sampel berpasangan

(paired sample) menurut Koutsoyiannis (1997), merupakan sampel dengan subyek yang sama

namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, seperti halnya dengan

mengukur beda pendapatan antara pendapatan dengan KUT dan tanpa KUT dalam penelitian

ini. Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : 1 2

H1 : 1 > 2

Di mana :

1 = Pendapatan usaha tani dengan KUT sebagai tambahan modal

2 = Pendapatan usaha tani tanpa KUT sebagai tambahan modal

Kaidah pengambilan keputusan terhadap pengujian hipotesis ini adalah apabila thitung > ttabel

maka H0 ditolak, artinya antara pendapatan dengan KUT dan tanpa KUT berbeda secara nyata.

Sedangkan apabila thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya antara pendapatan dengan KUT dan

tanpa KUT tidak ada perbedaan yang signifikan atau tidak berbeda secara nyata. Nilai thitung

menurut Cooper dan William (1998), dicari dengan menggunakan rumus :

(Pdpkut - Pdptkut)

thitung = -------------------------

Sd / n

Di mana :

Pdpkut = Pendapatan usaha tani dengan KUT sebagai tambahan modal usaha tani (Rp/mt)

Pdptkut = Pendapatan usaha tani tanpa KUT sebagai tambahan modal usaha tani (Rp/mt)

Sd = Simpangan baku

n = Jumlah sampel

Sedangkan Sd didapat dengan menggunakan rumus :

2

2

1

1

ratarata

dddn

S

Page 8: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 64

Di mana :

X1 = Rata-rata pendapatan dengan pemanfaatan KUT

X2 = Rata-rata pendapatan tanpa pemanfaatan KUT

Sd = Simpangan baku

n = Jumlah sampel

d = Selisih antara X1 dan X2

Hipotesis ketiga diuji dengan menghitung kontribusi dalam modal usaha tani :

Kkut = %100xTmo

Tpj

Di mana :

Kkut = Kontribusi KUT (%)

Tpj = Total Pinjaman KUT (Rp/mt)

Tmo = Total Modal Usaha Tani (Rp/mt)

Hipotesis ke empat diuji untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara

kontribusi KUT dalam modal usaha tani padi dengan pendapatan usaha tani padi, menurut

Hallam (1990) hubungan ini bisa dicari dengan menghitung nilai korelasi antara kedua

variabel tersebut. Nilai korelasi antara kontribusi KUT dalam modal dengan pendapatan usaha

tani dapat dicari dengan menggunakan rumus :

r = 22 BiAi

AiBi

Dimana :

r = Korelasi

A = Kontribusi KUT dalam modal usaha tani (%)

B = Pendapatan usaha tani (Rp/mt)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Belitang merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah kerja Pembantu

Bupati II Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu. Secara geografis Kecamatan Belitang

terletak antara 3o LS sampai 4

o LU dan 104

o BT sampai 105

o BB. Secara administratif

Kecamatan Belitang berbatasan langsung dengan Kecamatan Buay Madang, Kabupaten OKI

dan Propinsi Lampung. Jarak Kecamatan Belitang ke pusat kedudukan wilayah kerja

Pembantu Bupati sejauh 55 km, ke ibu kota kabupaten sejauh 80 km, dan ke ibu kota provinsi

sejauh 212 km. Kecamatan Belitang memiliki 58 desa, yang terdiri dari 54 desa swadaya dan 4

desa swakarsa dengan 162 dusun. Desa yang mewakili contoh petani pada penelitian ini

adalah Desa Sukanegara di BK 12, Desa Karangsari di BK 11, dan Desa Sukosari di BK 9,

yang kesemuanya adalah merupakan desa swadaya.

Page 9: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 65

Keadaan Tanah dan Iklim

Jenis tanah di Kecamatan Belitang, penyebarannya mengikuti perbedaan bahan induk,

relief permukaan tanah dan vegetasi. Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Penelitian Tanah

(LPT) Bogor pada tahun 1970, sebagian susunan tanah di Kecamatan Belitang berbentuk

batuan grabit, diorit, trias, dengan jenis tanah alluvial dan podsolik merah kuning.

Topografi dan jenis tanah di Kecamatan Belitang adalah wilayah datar sampai berombak

sebanyak 87%, dan berombak sampai berbukit sebanyak 13%. Relatif datarnya topografi dan

jenis tanah yang sebagian besar adalah alluvial membuat daerah ini sangat cocok untuk

pengembangan produksi pertanian skala besar terutama padi, apabila setelah dikembangkan

sistem irigasi yang sudah berjalan dengan baik.

Sebagian besar lahan di Kecamatan Belitang merupakan lahan sawah dan sisanya berupa

lahan kering yang dimanfaatkan untuk bangunan rumah dan fasilitas umum (Tabel 5).

Tabel 5.

Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Belitang, 2000

No. Pemanfaatan Lahan Luas (ha) Persentase 1.

2. 3. 4.

Persawahan : a. Irigasi teknis b. Irigasi setengah teknis c. Tadah hujan Tanah Kering Perumahan dan bangunan Fasilitas umum : a. Lapangan olah raga b. Pemakaman umum

10.387,25 3.025,00 6.247,00 9.917,00

24.150,00

1.000,00 75,00

18,96 5,52

11,39 18,09 44,07

1,83 0,14

Jumlah 54.801,25 100,00 Sumber : Kantor Kecamatan Belitang, 2000. Data Monografi Kecamatan Belitang

Keadaan iklim di Kecamatan Belitang menurut klasifikasi Schmid dan Ferguson

termaduk tipe iklim A di mana rata-rata curah hujan mencapai 1.901 mm/th dengan suhu

udara bervariasi antara 21oC sampai dengan 34

oC dan rata-rata penyinaran matahari 63,3%.

Merupakan desa dengan iklim sama seperti daerah tropis lainnya yang mempunyai dua musim

dan curah hujan rata-rata setiap bulannya sekitar 500 mm dengan suhu berkisar antara 28oC –

37oC maka tanaman karet dn tanaman pertanian lainnya dapat tumbuh secara baik.

Penduduk dan Mata Pencaharian

Penduduk Kecamatan Belitang tahun 2000 berjumlah 135.627 jiwa, yang terdiri dari

69.924 jiwa laki-laki atau 51,56 persen dan 65.703 jiwa perempuan atau 48,44 persen.

Sedangkan mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Belitang adalah di sektor

pertanian, yaitu sebanyak 46.608 jiwa. Mata pencaharian terbanyak lainnya adalah pedagang,

yaitu sebanyak 1,046 jiwa, beternak sebanyak 706 jiwa dan sisanya berupa pengrajin, buruh,

dan pegawai negeri (Tabel 6).

Page 10: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 66

Tabel 6.

Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Belitang, 2000

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Petani : a. Pemilik tanah b. Pemilik penggarap c. Buruh tani Pedagang Peternak : a. Peternak sapi b. Peternak ayam c. Peternak kambing d. Peternak itik Pegawai negeri sipil Buruh perkebunan Pensiunan ABRI Buruh bangunan ABRI Pengrajin industri kecil Buruh industri

22.331 19.098 5.179 1.046

500 101 60 45

983 279 114 108 55 14 7

44,73 38,25 10,37 2,09

1,00 0,20 0,12 0,01 1,98 0,60 0,24 0,23 0,12 0,04 0,02

Jumlah 49.920 100,00 Sumber : Kantor Kecamatan Belitang, 2000. Data Monografi Kecamatan Belitang

Masyarakat Kecamatan Belitang di bidang pendidikan sudah sangat tinggi kesadarannya

akan peranan penting pendidikan bagi anak-anak mereka. Hal ini terlihat dari banyaknya anak-

anak desa ini yang menuntut pendidikan sampai ke tingkat sekolah menengah umum bahkan

ke perguruan tinggi, yaitu sebanyak 152 jiwa (Tabel 7).

Tabel 7.

Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Belitang, 2000

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Belum sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU Tamat Akademi / Sarjana Tamat Perguruan Tinggi Tidak tamat sekolah

10.916 15.209 50.695 55.147

312 152

3.196

8,05 11,21 37,38 40,66 0,23 0,11 2,36

Jumlah 135.627 100,00 Sumber: Kantor Kecamatan Belitang, 2000. Data Monografi Kecamatan Belitang

Petani dan Kredit Usaha Tani

Petani yang dikelompokkan dalam kelompok Lapisan 1 merupakan petani padi sawah

pemilik penggarap yang mendapatkan KUT sebagai tambahan modal usaha taninya dan telah

mengembalikan pinjaman tersebut seluruhnya (lancar pengembaliannya). Petani pada Lapisan

1 ini merupakan anggota KUD Panca Makmur yang berada di Desa Sukanegara BK 12

Kecamatan Belitang. KUD ini tercatat di Bimas OKU sebagai KUD yang anggotanya telah

melunasi 100% pinjaman KUT-nya. Luas lahan sawah yang diusahakan petani bervariasi

mulai dari 0,25 ha sampai dengan 2 ha (Lampiran 2).

Petani yang berada pada Lapisan 2 merupakan petani padi sawah pemilik penggarap

yang mendapatkan KUT sebagai tambahan modal usaha taninya dan telah mengembalikan

pinjaman tetapi dalam jumlah yang beragam atau belum dikembalikan sepenuhnya (tidak

Page 11: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 67

lancar pengembalian KUTnya). Petani pada Lapisan 2 ini merupakan anggota KUD Trisno

Usaha di Desa Karangsari BK 11 Kecamatan Belitang. KUD ini tercatat di Bimas OKU

sebagai KUD yang anggotanya belum melunasi pinjaman KUT seluruhnya. Luas lahan sawah

yang diusahakan petani bervariasi mulai dari 0,25 ha sampai dengan 2,5 ha (Lampiran 3).

Petani yang berada pada Lapisan 3 merupakan petani padi sawah pemilik penggarap

yang mendapatkan KUT sebagai tambahan modal usaha taninya dan sama sekali belum

mengembalikan pinjaman KUTnya. Petani pada Lapisan 3 ini merupakan anggota KUD Suko

Rahayu yang berada di Desa Sukosari BK 9 Kecamatan Belitang. KUD ini tercatat di Bimas

OKU sebagai KUD yang para anggotanya belum melunasi pinjaman KUT-nya. Luas lahan

sawah yang diusahakan oleh petani bervariasi mulai dari 0,25 ha sampai dengan 2,5 ha

(Lampiran 3).

Pinjaman KUT yang diteliti pada petani Lapisan 1 adalah pinjaman KUT terakhir, yaitu

untuk masa tanam musim gadu tahun 1999/2000. Pinjaman KUT seharusnya diterima pada

awal musim tanam, yaitu bulan Januari dan dikembalikan pada awal musim tanam berikutnya,

tetapi pada kenyataannya diterima pada bulan Maret.

Dana KUT yang diterima berupa pupuk, yaitu Urea dan SP-36 sesuai dengan RDKK

yang diajukan, namun pinjaman lainnya berupa dana garap dan benih tidak diterima.

Terlambatnya pinjaman KUT membuat petani banyak yang mengusahakan pinjaman untuk

dana garap dari orang lain, biasanya dari teman atau dari pemilik pabrik penggilingan padi.

Nilai pinjaman KUT dalam penelitian ini telah dikonversikan ke dalam bentuk rupiah. Benih

yang digunakan petani sebagian besar adalah jenis Ciliwung (IR-64) yang dibeli dengan harga

Rp. 2.600/kg dan sebagian petani menggunakan benih hasil panen pada musim tanam

sebelumnya atau tidak membeli (Lampiran 5). Pestisida yang banyak digunakan adalah Ariva,

Indamin dan Furadan dengan harga bervariasi mulai dari Rp. 10.000/liter – Rp. 56.000/liter.

Petani pada Lapisan 1 yang berada di Desa Sukanegara menurut laporan tahunan KUT

yang tercatat di Bimas OKU termasuk kelompok petani yang lancar pengembalian KUT-nya.

Lancarnya pengembalian ini disebabkan kekompakan kelompok tani di desa ini dalam

mencicil KUT per bulan, walaupun pengembaliannya terhitung hampir menghabiskan waktu

selama 1 tahun. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah karena 90% petani di Desa

Sukanegara memiliki etnis Jawa sehingga komunikasi yang terjadi antara ketua kelompok tani

dengan anggotanya menjadi lancar. Catatan-catatan mengenai keanggotaan kelompok tani,

kegiatan-kegiatan bulanan kelompok tani, dan catatan mengenai cicilan KUT lengkap dan

tersimpan dengan baik sehingga memudahkan peneliti untuk menelusuri pengembalian KUT

oleh petani.

Petani pada Lapisan 2 yang berada di Desa Karangsari menurut laporan tahunan KUT

yang tercatat di Bimas OKU termasuk kelompok petani yang tidak lancar pengembalian KUT-

nya. Tidak lancarnya pengembalian KUT oleh petani disebabkan sebagian besar petani merasa

keberatan untuk mengembalikan pinjaman secara penuh atau lunas. Faktor lain yang mungkin

berpengaruh adalah karena ragam etnit petani yang ada di desa ini sangat bervariasi, mulai dari

etnis Jawa hingga Komering. Ragam etnis ini membuat penduduk menjadi terpisah-pisah

kelompoknya, hal ini terlihat dari pemukiman penduduk yang saling berkelompok, sehingga

komunikasi yang terjadi antara ketua kelompok tani dengan anggotanya menjadi tidak lancar.

Kegiatan-kegiatan dalam kelompok tani jarang dilakukan dan hubungan antara ketua

kelompok tani dengan anggotanya juga tidak sebaik kelompok tani pada petani Lapisan 1.

Tidak serasinya hubungan anggota dalam kelompok tani ini terlihat dari catatan-catatan

mengenai keanggotaan kelompok yani dan catatan mengenai cicilan KUT petani yang asal-

asalan, sehingga data mengenai cicilan KUT petani menjadi sulit untuk ditelusuri.

Page 12: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 68

Pinjaman KUT yang diteliti pada petani Lapisan 2 adalah pinjaman KUT terakhir, yaitu

untuk masa tanam musim gadu tahun 1999/2000. Pinjaman KUT seharusnya diterima pada

awal musim tanam, yaitu bulan Januari dan dikembalikan pada awal musim tanam berikutnya,

tetapi pada kenyataannya diterima pada bulan Maret. Dana KUT yang diterima berupa pupuk,

yaitu Urea dan SP-36 tidak sesuai dengan RDKK yang diajukan sehingga banyak petani yang

mengambil pupuk tersebut terpaksa menggunakan dan bahkan ada yang tidak mau

menggunakan sehingga pada saat mengembalikan pinjaman, petani merasa tidak perlu

melunasi secara penuh. Pinjaman lainnya berupa dana garap dan benih tidak diterima, hal ini

juga membuat petani merasa dipermainkan. Banyak petani yang akhirnya menggunakan benih

secara asal, mencari benih dengan harga murah dan sebagian lagi banyak menggunakan benih

hasil panen saat musim gadu.

Nilai pinjaman KUT dalam penelitian ini telah dikonversikan ke dalam bentuk rupiah.

Benih yang digunakan petani sebagian besar adalah jenis Ciliwung (IR-64) yang dibeli dengan

harga Rp. 2.600/kg dan sebagian petani menggunakan benih hasil panen pada musim tanam

sebelumnya (Lampiran 6). Pestisida yang banyak digunakan adalah Ariva, Indamin, Furadan

dan Gandosal B dengan harga bervariasi mulai dari Rp. 10.000/liter – Rp. 56.000/liter.

Petani pada Lapisan 3 yang berada di Desa Sukosari menurut laporan tahunan KUT yang

tercatat di Bimas OKU termasuk kelompok petani yang sama sekali belum melunasi pinjaman

KUT-nya. Faktor utama yang membuat petani tidak dapat mengembalikan pinjaman adalah

karena rendahnya produksi beras yang dihasilkan petani disebabkan oleh luapan air Sungai

Macak, terlebih-lebih pada saat musim penghuja menyebabkan banjirnya areal sawah petani.

Banjir yang dialami petani di Desa Sukosari ini terjadi selama dua musim tanam berturut-turut

hingga saat ini belum ada penanggulangannya dari pihak pemerintah. Banjir yang berasal dari

Sungai Macak ini sebetulnya berasal dari limpahan air sungai yang meluap akibat

pembuangan air yang tidak lancar di musim penghujan karena dampak pembangunan irigasi

tersier oleh PU setempat.

Alasan lainnya mengapa petani sama sekali tidak berusaha melunasi pinjaman KUT

karena petani merasa keberatan untuk mengembalikan pinjaman secara penuh adalah karena

perasaan tidak puas petani karena pinjaman KUT yang didapat tidak sama dengan yang

diajukan pada RDKK.

Pinjaman KUT yang diteliti pada petani Lapisan 3 adalah pinjaman KUT terakhir, yaitu

untuk masa tanam musim gadu tahun 1999/2000. Pinjaman KUT seharusnya diterima pada

awal musim tanam, yaitu bulan Januari dan dikembalikan pada awal musim tanam berikutnya,

tetapi pada kenyataanya diterima pada bulan Maret. Dana KUT yang diterima berupa pupuk,

yaitu Urea dan SP-36 tidak sesuai dengan RDKK yang diajukan sehingga banyak petani yang

mengambil pupuk tersebut terpaksa menggunakan dan bahkan ada yang tidak mau

menggunakan sehingga pada saat mengembalikan pinjaman, petani merasa tidak perlu

melunasi secara penuh. Pinjaman KUT oleh petani tidak hanya dipengaruhi oleh hal ini, tetapi

juga karena rendahnya produksi beras di tingkat petani. Nilai pinjaman KUT dalam penelitian

ini telah dikonversikan ke dalam bentuk rupiah. Benih yang digunakan petani sebagian besar

adalah jenis Ciliwung (IR-64) yang dibeli dengan harga Rp. 2.600/kg dan sebagian petani

menggunakan benih hasil panen pada musim tanam sebelumnya (Lampiran 7).

Pestisida yang banyak digunakan adalah Ariva, Indamin, Furadan dan Gandosal B

dengan harga bervariasi mulai dari Rp. 10.000/liter – Rp. 56.000/liter. Produksi beras petani

padi sawah irigasi teknis khususnya petani Lapisan 1 dan Lapisan 2 bervariasi sesuai dengan

luas lahan masing-masing, yaitu antara 3500 kg/ha – 4000 kg/ha. Hal ini tidak berlaku pada

petani Lapisan 3, karena selama dua musim tanam berturut-turut lahan sawah petani

Page 13: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 69

mengalami banjir (Karena limpahan aliran Sungai Macak saat pembuatan saluran irigasi

tersier, mengakibatkan pembuangan air menjadi tidak lancar) sehingga padi banyak yang

mengalami puso. Produksi beras petani yang seharusnya mampu dicapai sebanyak 4 ton/ha

hanya dicapai setengahnya saja atau kurang dari setengahnya, sehingga petani pada Lapisan 3

tidak mampu mengembalikan pinjaman KUT.

Rata-rata produksi beras pada petani Lapisan 1 adalah 3.733,80 kg/ha/mt atau 2.633,33

kg/luas garapan (Lampiran 8), sedangkan pada petani Lapisan 2 adalah 3.882,77 kg/ha/mt atau

2.093,33 kg/luas garapan (Lampiran 9), dan pada petani Lapisan 3 sebesar 2.632,22 kg/ha/mt

atau 1.730 kg/luas garapan (Lampiran 10). Rendahnya penerimaan yang didapat petani

Lapisan 3 karena rendahnya produksi yang dicapai dan hal ini membuat banyak petani berada

dalam kondisi miskin.

Pendapatan yang dicapai petani tidak hanya tidak bisa melunasi pinjaman KUT, tetapi

juga tidak mencukupi kebutuhan pokok petani. Pada musim rendengan, biaya-biaya usaha tani

yang dikeluarkan tidak jauh berbeda dengan saat musim tanam gadu. Petani pada Lapisan 1, 2

dan 3 banyak yang memilih untuk memaka benih padi dari hasil panen pada musim gadu

untuk menghemat biaya. Selain biaya benih, biasanya di musim rendengan petani menghemat

biaya tenaga kerja karena semua komponen biaya ini nantinya mempengaruhi besarnya biaya

total produksi. Rata-rata biaya total produksi yang dikeluarkan oleh petani Lapisan 1 adalah

Rp. 1.037.010,40 ha/mt, sedangkan pada petani Lapisan 2 sebesar Rp. 1.141.791 ha/mt, dan

pada petani Lapisan 3 sebesar Rp. 1.065.176,33 ha/mt.

Rendahnya produksi dan beban biaya produksi yang semakin meningkat mempengaruhi

pendapatan yang diterima oleh petani. Pendapatan yang diterima oleh petani Lapisan 1 adalah

sebanyak 2.459.870,83 ha/mt, sedangkan pendapatan pada petani Lapisan 2 sebesar Rp.

2.519.179 ha/mt, dan pada petani Lapisan 3 adalah sebesar Rp. 867.166 ha/mt.

Table 8.

Rata-Rata Produksi, Biaya Produksi Total, Penerimaan dan

Pendapatan pada Ketiga Lapisan Petani Padi Sawah Irigasi Teknis di Kecamatan Belitang

Petani Per luas garapan

Produksi (kg) Biaya total (Rp/mt) Penerimaan (Rp/mt) Pendapatan (Rp/mt)

Lapisan 1

Lapisan 2

Lapisan 3

2.633,33

2.093,33

1.730,00

722.940,40

522.138,43

713.023,00

4.740.000,00

3.768.000,00

3.666.000,00

1.975.430,83

1.695.250,26

311.369,43

Petani Per hektar

Produksi (kg) Biaya total (Rp/mt) Penerimaan (Rp/mt) Pendapatan (Rp/mt)

Lapisan 1

Lapisan 2

Lapisan 3

3.733,80

3.882,77

2.632,22

1.037.010,00

1.141.791,00

1.069.176,33

4.691.533,00

6.725.000,00

4.738.000,00

2.459.870,83

2.519.179,00

867.369,43

Bila dibandingkan antara pendapatan usaha tani yang di hasilkan pada musim gadu dan

musim rendengan, maka ada selisih pendapatan usaha tani yang di terima oleh petani. Selisih

Page 14: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 70

pendapatan ini sering disamakan pengertiannya sebagai kenaikan pendapatan. Besarnya selisih

pendapatan pada petani lapisan 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada lampiran 14, 15, dan 16.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT

Banyak faktor yang mempengaruhi pengembalian KUT oleh petani. Penelitian ini

membahas beberapa faktor yang dianggap besar pengaruhnya terhadap pengembalian kredir

tersebut antara lain: produksi (X1), pendapatan usaha tani (X2), pengeluaran keluarga (X3),

dan variasi pengembalian/variabel boneka antara petani yang lancar pengembalian KUT-nya

(D1) dan petani yang tidak lancar pengembalian KUT-nya (D2). Kelima variabel tersebut

dianalisis dengan menggunakan model regresi linear berganda.

Hasil analisis dengan model segresi linier berganda (Lampiran 17) menunjukkan

bahwa : Pkut = 107909,759 + 570,180 X1

* - 0,400 X2

* + 0,314 X3

*

Se (βi) (102,197) (0,066) (0,090)

t hitung (5,579) (-4,727) (4,431)

+ 379868,663 DI*

+ 115348,066 D2*

(34860,288) (31505,004)

(10,897) (3,661)

n = 90 R2 = 0,872 F (5,84) = 114,797

Keterangan :

* = Berbeda nyata pada α = 0,05

** = Berbeda nyata pada α = 0,10

*** = Berbeda nyata pada α = 0,15

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) cukup tinggi, yaitu

sebesar 0,872. Hal ini menunjukan bahwa 87,23% variasi pengambalian KUT oleh ketiga

lapisan petani dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi, pengeluaran keluarga , pendapatan

usaha tani, dan variable boneka berupa variasi pengembalian pinjaman KUT oleh petani antara

yang lancar pengembalian, tidak lancar pengembalian dan belum melunasi pengembalian.

Nilai F hitung adalah sebesar 114,707 pada tingkat kepercayaan 87,23 % lebih besar

dibandingkan dengan F tabel pada α = 0,05 sebesar 13,93. keputusan statistic menyatakan

bahwa hasil pengujian adalah berbeda nyata maka Ho ditolak Ha diterima, artinya

pengembalian KUT dipengaruhi secara simultan oleh faktor-faktor produksi, pengeluaran

keluarga, pendapatan usaha tani dan variabel boneka berupavariasi pengembalian KUT oleh

petani.

Pengaruh Produksi

Hasil analisi regresi linear berganda menunjukan bahwa variabel produksi berpengaruh

nyata terhadap pengembalian KUT. Dari hasil analisis juga di ketahui bahwa setiap adanya

kenaikan produksi sebesar 1 kg maka akan menngkatkan pengembalian KUT oleh petani

sebesar Rp. 13,81.

Produksi yang tinggi memang menjadi harapan semua petani apalagi bila biaya yang

dikeluarkan untuk usaha tani tersebut sangat besar. Produksi menjadi suatu hal yang sangat

penting apabila modal pinjaman yang harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu, karena

Page 15: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 71

penerimaan usaha tani harus bisa disisihkan sebagian untuk melunasi pinjaman tersebut.

Produksi yang tinggi akan menentukan penerimana usaha tani, selain faktor harga komoditi.

Produksi beras petani padi sawah irigasi teknis khususnya petani lapisan 1 dan lapisan 2

bervariasi sesuai dengan luas lahan masing-masing, yaitu antara 3.500 kg/ha-4.000 kg/ha. Hal

ini tdak berlaku pada petani lapisan 3, karena selama dua musim tanam berturut-turut lahan

sawah petani mengalami banjir (karena limpahan air sungai macak saat pembuatan saluran

irigasi tersier, mengakibatkan pembuangan air menjadi tidak lancar) sehingga padi banyak

mengalami puso.

Produksi beras petani yang seharusnya mampu dicapai sebanyak 4 ton/ha hanya dicapai

setengahnya saja atau kurang dari setengahnya, sehingga petani pada lapisan 3 tidak mampu

mengembalikan pinjaman KUT. Rata-rata produksi beras pada petani lapisan 1 adalah

3.733,80 kg/ha/mt, sedangkan pada petani lapisan 2 adalah 3.882,77 kg/ha/mt, dan pada petani

lapisan 3 sebesar 2.632,22 kg/ha/mt. rendahnya penerimaan yang didapat petani lapisan 3

karena rendahnya produksi yang dicapai dan hal ini membuat banyak petani berada dalam

kondisi miskin. Pendapatan yang dicapai petani tidak hanya tidak bias melunasi pinjaman

KUT, tetapi juga tidak mencukupi kebutuhan pokok petani.

Pengaruh Pengeluaran Keluarga

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukan variable pengeluaran keluarga

berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUT. Setiap kenaikan pengeluaran keluarga

sebesar Rp.1 maka akan menurunkan KUT sebesar Rp. 3,83. Pengeluaran keluarga merupakan

salah satu faktor yang menentukan besarnya pendapatan yang mampu dicapai petani, apabila

biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi keluarga sangat besar setaip bulannya maka

pendapatan yang bisa dicapai pun akan berkurang dengan sendirinya. Rata-rata pengeluaran

keluarga petani lapisan 1adalah Rp. 1.485.000/mt, sedangkan pada petani lapisan 2 sebesar

Rp. 1.166.000/mt dan petani lapisan 3 adalah Rp. 1.402.666,66/mt.

Pengeluaran keluarga yang besar biasanya disebabkan oleh banyaknya jumlah anggota

keluarga, umur, dan tingkat pendidikan karena semakin tinggi tingkat pendidikan anak maka

semakin besar biaya pendidikan yang dikeluarkan, begitu juga dengan konsumsi sehari-hari

petani. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar konsumsi yang

dikeluarkan oleh petani. Besarnya nilai pengeluaran keluarga ini akan mengurangi besarnya

pendapatan petani. Itulah sebabnya mengapa pengeluaran keluarga menjadi salah satu tolak

ukur besarnya pengembalian KUT yang mampu dibayar oleh petani.

Pengaruh Pendapatan Usaha tani

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel pendapatan usaha

tani berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUT. Bila pendapatan usaha tani meningkat

sebesar Rp. 1 maka akan meningkatkan besarnya pengembalian KUT oleh petani sebesar Rp.

4,33. Rata-rata pendapatan usaha tani pada petani lapisan 1 adalah sebesar

Rp.2.495.870,83/ha/mt, sedangkan pada petani lapisan 2 sebesar Rp.2.519.179,00/ha/mt dan

rata-rata pendapatan pada petani lapisan 3 sebesar Rp. 867.166,33/ha/mt.

Page 16: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 72

Table 9.

Rata-Rata Produksi, Pengeluaran Keluarga dan

Pendapatan Petani Padi Sawah Irigasi Teknis Kecamatan Belitang

No. Petani Rata-Rata Produksi (kg/ha/mt)

Rata-Rata Pengeluaran Keluarga (Rp/mt)

Rata-Rata Pendapatan Usaha Tani (Rp/ha/mt)

1. Lapisan 1 3.733,80 1.485.000,00 2.459.870,83

2. Lapisan 2 3.882,77 1.166.000,00 2.519.179,00

3. Lapisan 3 2.632,22 1.402.666,66 867.166,33

Variabel Boneka (D1)

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukan bahwa nilai koefisien variable boneka

(D1) adalah +379868,663. Hal ini menunjukan bahwa pengembalian KUT oleh petani lapisan

1 (lancar pengembalian) lebih tinggi dari petani yang lainnya rata-rata sebesar Rp.

379.868,663.

Variabel Boneka (D2)

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukan bahwa nilai koefisien variabel boneka

(D2) adalah +115348,066. Hal ini menunjukan bahwa pengembalian KUT oleh petani lapisan

2 (tidak lancar pengembalian KUT) lebih tinggi dari petani yang lainnya rata-rata sebesar Rp.

115.348,066

Beda Pendapatan Petani yang Lancar Pengembalian KUT

Pendapatan pada petani lapisan 1 dari hasil penelitian menunjukan kenaikan rata-rata

sebesar Rp. 127.315,0/mt. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa kenaikan pendapatan ini

memang ada walaupun kecil. Adanya beda pendapatan yang menginsyaratkan adanya

kenaikan pendapatan pada petani lapisan 1 membuat petani mampu melunasi pinjaman KUT

walaupun dengan cara mencicil selama hampir satu tahun.

Beda pendapatan usaha tani yang diterima oleh petani apabila dibandingkan antara

pendapatan saat mendapatkan kredit usaha tani (musim gadu) dengan pendapatan saat tidak

mendapatkan kredit (musim rendengan), berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai thitung

sebesar 4,83 lebih besar dari ttabel sebesar 2,462. keputusan terhadap hipotesis berdasarkan

analisis ini adalah ditolak Ho, yang artinya beda pendapatan yang terjadi antara pendapatan

dengan KUT dan tanpa KUT pada lapisan 1 (lancar pengembalian) berbeda secara nyata pada

tingkat kepercayaan 99%.

Besarnya nilai thitung dari pada ttabel menunjukan adanya perbedaan pendapatan saat petani

menggunakan KUT dengan pendapatan pada saat tidak mendapatkan KUT. Hal ini

menunjukkan ada peranan KUT dalam meningkatkan pendapatan usaha tani padi terhadap

petani lapisan 1 walaupun hanya sedikit.

Beda Pendapatan Petani yang Tidak Lancar Pengembalian KUT

Pendapatan petani pada lapisan 2 dari hasil penelitian menunjukan penurunan

pendapatan, yaitu rata-rata sebesar Rp. 22.070,80/mt. hal ini terjadi karena pinjaman KUT

dating terlambat sehingga ada sebagian petani yang mengusahakan pinjaman dari pihak lain

khususnya untuk dana garap. Rendahnya produksi, tingginya pengeluaran keluarga dan

pendapatan yang rendah membuat petani merasa keberatan untuk melunasi pinjaman KUT.

Sebagian besar petani menganggap manfaat pinjaman KUT dalam menambah modal usaha

tani mereka hampir dirasakan tidak ada manfaatnya sama sekali.

Page 17: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 73

Beda pendapatan usaha tani yang diterima oleh petani pada lapisan 2, apabila

dibandingkan antara pendapatan saat mendapatkan KUT dengan pendapatan saat tidak

mendapatkan kredit berdasrakan hasil uji t menunjukkan nilai thitung lebih besar dari ttabel, yaitu

sebesar 1, 821 sedangkan ttabel pada tingkat kepercayaan 95% adalah 1,699. keputusan

terhadap hipotesis berdasarkan analisis ini adalah tolak Ho, yang artinya beda pendapatan yang

terjadi antara pendapatan dengan KUT dan tanpa KUT pada petani lapisan 2 (tidak lancar

pengembalian) berbeda secara nyata.

Ditolaknya hipotesis nol berdasarkan analisis menunjukkan bahwa sebetulnya ada

peranan KUT dalam meningkatkan pendapatan petani lapisan 2 walaupun hanya sedikit.

Adanya kenaikan atau penurunan pendapatan tergantung dari bagaimana petani sebagi

individu memanfaatkan pinjaman tersebut dalam berusaha tani. Ada petani yang sepenuhnya

memanfaatkan pinjaman sebagai tambahan modal berusaha tani, tetapi pada kenyataannya

juga ada petani yang memanfaatkan sebagian pinjaman KUT untuk keperluan lainnya atau

kebutuhan yang di luar usaha tani.

Beda Pendapatan Petani yang Belum Melunasi KUT

Pendapatan pada petani lapisan 3 dari hasil penelitian menunjukkan penurunan rata-rata

sebesar Rp. 28.638,01/ha/mt. hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan petani cenderung

mengalami penurunan. Kecenderungan turunnya pendapatan disebabkan karena terjadinya

banjir akibat luapan air Sungai Macak. Luapan air ini sebagian besar berasal dari luapan air

akibat pembuatan saluran irigasi tersier disekitar Desa Sukosari. Gagal panen selama dua

musim tanam berturut-turut tidak bisa dihindarkan sehingga menyebabkan petani menjadi rugi

dan tidak mendapatkan keuntungan dalam berusaha tani sekalipun telah mendapatkan

pinjaman KUT sebagai tambahan modal.

Table 10.

Rata-Rata Beda Pendapatan Petani Padi Sawah Irigasi Teknis Kecamatan Belitang

No. Petani Rata-Rata Beda Pendapatan (Rp/tahun)

1. Lapisan 1 127.315,00

2. Lapisan 2 22.070,80

3. Lapisan 3 28.638,01

Beda pendapatan usaha tani yang diterima oleh petani pada lapisan 3, apabila

dibandingkan antara pendapatan saat mendapatkan KUT dengan pendapatan saat tidak

mendapatkan kredit berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai thitung lebih kecil dari ttabel, yaitu

hanya sebesar 0,076 sedangkan ttabel pada tingkat kepercayaan 90% adalah 1,311. keputusan

terhadap hipotesis berdasarkan analisis ini adalah terima Ho, yang artinya beda pendapatan

yang terjadi antara pendapatan KUT dan tanpa KUT pada petani lapisan 3 (belum melunas

KUT) tidak berbeda nyata.

Diterimanya hipotesis nol berdasarkan aqlaisis menunjukan bahwa peranan KUT dalam

meningkatkan pendapatan pada petani lampiran 3 hampir tidak ada, karena antara pendapatan

petani saat mendapatkan KUT dengan saat tidak mendapatkan KUT ternyata tidak berbeda

secara nyata (Lampiran 18, 19 dan 20).

Page 18: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 74

Table 11.

Hasil Uji t Terhadap Beda Pendapatan Antara Pendapatan Usaha Tani

Saat Mendapatkan KUT dan Saat Tidak Mendapatkan KUT pada 3 Lapisan Petani

di Kecamatan Belitang (dalam ribuan rupiah)

Petani Rata-Rata Beda Pendapatan thitung ttabel Keputusan Sebelum

Mendapat KUT Sesudah

Mendapat KUT

Lapisan 1 1690,623 2162,869 4,830 2,462a Ho ditolak

Lapisan 2 257,866 169,174 1,821 1,699b Ho ditolak

Lapisan 3 10999,95 -372,54 0,076 1,311c Ho diterima

Keterangan :

a = Nyata pada taraf kepercayaan 99%

b = Nyata pada taraf kepercayaan 95%

c = Nyata pada taraf kepercayaan 90%

Kontribusi KUT dalam Modal Usaha tani

Kehadiran KUT dalam modal usaha tani sedikit banyaknya berpengaruh terhadap

keberadaan modal usaha tani, walaupun terkadang jumlah yang dicairkan dan sampai ke

tangan petani tidak sebesar yang diharapkan. Pinjaman tersebut kemudian digunakan sebagai

tambahan modal usaha tani yang tujuan akhirnya tentu saja adalah untuk meningkatkan

pendapatan usaha tani. Keberadaan KUT dalam modal usaha tani inilah yang dimaksud

kontribusi KUT dalam modal usaha tani.

Pada petani lapisan 1, konstribusi KUT dalam modal memiliki rata-rata sebesar 42,57%

dengan kontribusi tertinggi sebesar 58,64% dan kontribusi tertinggi sebesar 56,20% dan

kontribusi terendah sebesar 34,45%. Pada petani lapisan 2, dengan kontribusi KUT dalam

modal memiliki rata-rata sebesar 42,37% dengan kontribusi tertinggi sebesar 56,20% dan

kontibusi terendah sebesar 38,54%. Pada petani lapisan 3, kontribusi KUT dalam modal

memilikirata-rata sebesar 24,26% dengan kontribusi tertinggi sebesar 57,47% dan kontribusi

terendah sebesar 6,13% (Tabel 12).

Table 12.

Rata-Rata Kontribusi KUT dalam

Modal Usaha Tani pada Petani Sawah Irigasi Teknis Kecamatan Belitang

No. Petani Rata-Rata Kontribusi KUT dalam Modal (%)

Kontribusi Tertinggi

Kontribusi Terendah

1. Lapisan 1 42,57 58,64 34,45

2. Lapisan 2 42,37 56,20 38,54

3. Lapisan 3 24,26 57,47 6,13

Korelasi Kontribusi KUT Dengan Pendapatan Usaha tani

Hasil analisi korelasi antara kontribusi KUT dengan pendapatan usaha tani menunjukkan

bahwa ada hubungan yang positif terjadi antara kedua variabel tersebut terutama pada petani

lapisan 1. berdasarkan hasil analisis didapat angka +0,725 yang menunjukkan semakin besar

kontribusi KUT dalam modal usaha tani maka akan semakin besar pula pendapatan yang bisa

diraih petani.

Korelasi antara kontribusi KUT dengan pendapatan usaha tani pada petani lapisan 1 ini

bersifat kuat karena berada di atas nilai 0,5 (Lampiran 21). Semua angka probabilitas pada

Page 19: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 75

korelasi antara kontribusi KUT dengan pendapatan usaha tani pada letani lapisan 1 adalah

0,000 maka artinya semua variabel memang secara nyata berkorelasi. Hasil analisis berupa

korelasi antara kontribusi KUT dalam modal usaha tani dengan pendapatan usaha tani dapat

dilihat pada tabel 13.

Table 13.

Korelasi Antara Kontribusi KUT dalam Modal Usaha Tani dengan

Pendapatan Usaha Tani Padi pada Petani Padi Sawah Irigasi Teknis Kecamatan Belitang

No. Petani Korelasi n P

1. Lapisan 1 + 0,725 30 0,000

2. Lapisan 2 + 0,743 30 0,000

3. Lapisan 3 + 0,096 30 0,614

Hasil analisi korelasi antara kontribusi KUT dengan pendapatan usaha tani pada petani

lapisan 2 menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif terjadi antar kedua variabel tersebut.

Berdasarkan hasil analisi didapat angka +0,743 yang menunjukkan semakin besar pula

pendapatan usaha tani yang bisa diraih petani. Korelasi antara kontribusi KUT dengan

pendapatan usaha tani pada petani lapisan 2 ini bersifat kuat karena berada diatas nilai0,5.

Semua angka probabilitas pada korelasi antara kontribusi KUT dengan pendapatan usaha

tani pada petani lapisan 2 adalah 0,000 maka artinya semua variabel memang secara nyata

berkorelasi (Lampiran 22).

Hasil analisi korelasi antara kontribusi KUT dengan pendapatan usaha tani pada petani

lapisan 3 menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif terjadi antara kedua variabel tersebut

(Lampiran 23). Berdasarkan hasil analisis didapat angka +0,096 yang menunjukkan semakin

besar kontribusi KUT dalam modal usaha tani maka akan semakin besar pula pendapatan

usaha tani yang bisa diraih petani, sayngnya korelasi ini sifatnya lemah karena berada dibawah

nilai 0,5. semua angka probabilitas pada korelasi antara kontribusi KUT dengan pendapatan

usaha tani pada petani lapisan 3 adalah 0,614 maka artinya semua variabel tidak signifikan

atau tidak secara nyata berkorelasi karena angka probabilitasnya berada di atas 0,01.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian pembahasan terhadap fokus masalah yanga ada dalam

penelitian ini, maka selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengembalian kredit usaha tani oleh petani padi sawah irigasi teknis di Kecamatan

Belitang Kabupaten OKU di pengaruhi secara nyata oleh produksi, pengeluaran keluarga

dan pendapatan usaha tani.

2. Ada beda pendapatan saat petani mendapatkan kredit usaha tani dengan saat tidak

mendapatkan kredit usaha tani, khusunya pada petani yang lancar pengembalian dan tidak

lancar pengembalian KUT-nya. Hal ini tidak terjadi pada petani yang belum melunasi

pengembalian.

3. Ada kontribusi kredit usaha tani dala modal usaha tani padi sawah irigasi teknis walupun

nilainya sangat kecil, di mana pada petani yang lancar pengembalian rata-rata sebesar 42,

Page 20: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 76

57%, pada petani yang tidak lancar pengembalian sebesar 42,57% dan pada petani belum

melunasi pengembalian sebesar 24,26%.

4. Ada korelasi positif yang terjadi antara kontribusi KUT dengan pendapatan usaha tani padi

sawah irigasi teknis.

Saran

1. Disarankan pada pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah dampak pembangunan

irigasi tersier di sekitar Desa Sukosari yang membuat sawah petani selalu tergenang air

dari limpahan Sungai Macak dan membuat petani gagal panen.

2. Diharapkan penelitian selanjutnya mampu menganalisis kemacetan KUT tidak hanya dari

sisi petani, tetapi juga dari sisi lembaga yang terlibat (LSM dan KUD).

DAFTAR PUSTAKA

Cramer, G and W. Clarence. 1991. Agricultural Economics and Agribussines. Fifth Edition.

New York: John Wiley and Sons, Inc.

Cooper, R dan C. William. 1998. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Downey, D dan P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Perguson, C.E and S.C. Maurice. 1978. Economics Analysis. Illinois: Richard P. Darwin, Inc.

Gujarati. 1988. Basic Econometric. MC Graw-Hill Book Company.

Hallam, D. 1990. Econometrica Modeling of Agricultural Commodity Markets. London and

New york

Hernanto, 1993. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Judge, G.G., W.E. Griffiths., R. Carter Hill and Tsoung-Chool. 1980. The Theory and Practice

of Econometrics. New York: John Willey & Sons.

Kadarsan, W.H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Koutsoyiannis, A. 1997. Theory of Econometrics : An Introductory Exposition of Econometric

Method. Second Edition. London: Mac Milan Publisher Ltd.

Mubyarto.1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Mosher, A.T. 1981. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasa Guna.

Santoso, S.2000. Statistik Parametrik. Jakarta: Elexmedia Komputindo.

Page 21: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT oleh ... · PDF filePengembalian KUT oleh Petani Padi Sawah Irigasi Teknis ... Dari uraian latar belakang di atas maka dapatlah diambil

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Fifian Permata Sari, Hal; 57 - 77 77

Soekartawi. 1993. Resiko dan Ketidakpastian Dalam Agribisnis, Teori dan Aplikasinya.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soelistyio. 1982. Pengantar Ekonometrik I. Yogyakarta: FE Universitas Gadjah Mada.

Sudrajat, S. 1998. Mengenal Ekonometrika. Bandung: Armico.

Sugianto, C. 1995. Ekonometrika Terapan. Yogyakarta: BPFE.

Sumardi, M dan H. Evers. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV. Rajawali

Press.

Sumber Lain

Effendi, M. 1999. “Peranan Koperasi Dalam Peningkatan Produksi Pertanian, Kredit Usaha

Tani, Penyaluran Pupuk dan Pemasaran”. Makalah Disampaikan pada Pelatihan

Sarjana Pendamping di Universitas Sriwijaya Kerjasama Departemen Pertanian,

Departemen Koperasi dan Institusi Pertanian Bogor. Universitas Sriwijaya.

Palembang.

Lifianthi dan Husin, L. 1996. “Ekonomi Produksi Pertanian”. Diktat Kuliah. Fakultas

Pertanian Universitas Sriwijaya. Inderalaya. (Tidak diterbitkan).

Sekretariat Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2000. “Laporan dan

Tinjauan Hasil Pelaksanaan Program Intensifikasi Pertanian”. Kabupaten Ogan

Komering Ulu. Baturaja.

Sinar Tani, Januari 2000. Kredit Usaha Tani dan Permasalahannya. Jakarta.

Syarkowi, F. 1987. “Metode Penelitian Sosial”. Diktat Kuliah. Fakultas Pertanian Universitas

Sriwijaya. Palembang. (Tidak diterbikan).

Vitalaya, A. 1999. “Program Peningkatan Penyuluhan Pertanian untuk Memberdayakan

Masyarakat Tani Menuju Ketahanan PanganNasional 1999/2000”. Kerjasama

Departemen Pertanian, Institusi Pertanian Bogor, Departeman Koperasi dan Pengusaha

Kecil Menengah. Jakarta.