Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta JPK ...
Transcript of Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta JPK ...
1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta JPK Jamsostek tentang
Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir
Tahun 2012
Renaldo Trisatria Putra, Atik Nurwahyuni
Program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Abstrak: JPK merupakan suatu program yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara
asuransi sosial yaitu PT Jamsostek (Persero) dan diselenggarakan secara terstruktur dan
komprehensif. Program JPK Jamsostek menggunakan prinsip managed care. Program ini
harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, peserta
program ini harus memahami dan mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang sudah
ditetapkan oleh PT Jamsostek (Persero). Pada tahun 2012, PT Jamsostek (Persero) Kantor
Cabang Gambir membayarkan klaim perorangan rata-rata 75 klaim/bulan. Hal ini
menandakan bahwa masih rendahnya pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur
pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur
pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir Tahun 2012. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional dan
dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada 97 responden di PT
Matahari Department Store Tbk. Atrium Plaza dan Kopposindo Jakarta Pusat. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara umur, tingkat pendidikan,
pengalaman menggunakan JPK, sosialisasi SDM perusahaan, dan sosialisasi JPK Jamsostek
dengan pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT
Jamsostek (Persero).
Kata Kunci: Pemahaman; prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero)
Abstract: JPK is a program organized by the social insurance administrators, PT Jamsostek
(Persero) and organized in a structured and comprehensive. JPK Jamsostek using managed
care principles. This program shall be implemented in accordance with the procedures of
health care. Therefore, participants should understand and follow health care procedures that
have been established by PT Jamsostek (Persero). In 2012, PT Jamsostek (Persero) Gambir
Branch paying individual claims an average of 75 claims/month. This indicates that there is
still lack of understanding of JPK Jamsostek participants about health care procedures of PT
Jamsostek (Persero). This study aims is to determine the factors that influencing the JPK
Jamsostek participant’s comprehension about health care procedure in PT Jamsostek (Persero)
Gambir branch office in 2012. This research is a quantitative study with cross-sectional
design and carried out by filling out the questionnaires. Questionnaires were distributed to 97
respondents at PT Matahari Department Store Tbk. Atrium Plaza and Kopposindo Jakarta
Pusat. The results of this study indicate that a significant relationship between age,
educational level, experience of using JPK, corporate HR socialization, and JPK Jamsostek
socialization with the JPK Jamsostek participant’s comprehension about health care procedure
in PT Jamsostek (Persero).
Keywords: Comprehension; health care procedure in PT Jamsostek (Persero)
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
2
Pendahuluan
Program JPK Jamsostek menggunakan prinsip managed care. Managed care
merupakan sistem yang mengintegrasikan pembiayaan dan penyediaan perawatan kesehatan
dalam suatu sistem yang mengelola biaya, dan kemudahan dalam mengakses pelayanan bagi
pesertanya (PAMJAKI, 2008). Dalam pelaksanaan program JPK, diharapkan peserta
mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan PT Jamsostek (Persero). Tetapi masih ada peserta
yang tidak mengikuti prosedur. Jika peserta tidak mengikuti prosedur, bukan berarti peserta
harus menanggung biaya pengobatannya sendiri. Peserta dapat melakukan klaim ke PT
Jamsostek (Persero) yang disebut Klaim Perorangan (reimbursement). Berdasarkan daftar
pembayaran klaim perorangan JPK yang ada di Monitoring Customer Service Officer sejak
bulan Januari hingga September 2012, diketahui rata-rata klaim perorangan yang dibayarkan
sekitar 75 klaim. Data tersebut menunjukkan bahwa masih ada peserta JPK Jamsostek yang
tidak mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh PT Jamsostek (Persero). Artinya,
pemahaman peserta program JPK Jamsostek terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT
Jamsostek (Persero) masih rendah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti
pemahaman dari peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek
(Persero). Dari data diatas, peserta yang melakukan klaim perorangan berasal dari berbagai
perusahaan. PT Matahari Department Store Tbk. Atrium Plaza dan Kopposindo Jakarta Pusat
diambil sebagai populasi yang akan diteliti, karena karyawan perusahaan tersebut cukup
banyak mengajukan klaim perorangan pada tahun 2012 sehingga dinilai mengandung
permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT
Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir tahun 2012.
Tinjauan teoritis
Menurut A. Wawan dan Dewi. M (2010), pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor-faktor internal terwujud dalam umur, tingkat pendidikan, lama kepesertaan,
pengalaman, pekerjaan dan sebagainya.
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
3
a. Umur
Menurut Pro Health (2009), umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak
ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama
hidup:
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun
sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti
misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Pro Health,
2009).
b. Tingkat Pendidikan
Menurut Pro Health (2009), pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap objek tersebut.
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
4
c. Lama Kepesertaan
Lama kepesertaan diduga berkaitan erat dengan pemahaman prosedur pelayanan
kesehatan. Peserta yang baru memasuki organisasi memerlukan berbagai bentuk penyesuaian
karena setiap organisasi mempunyai ciri-ciri khas atau kebiasaan-kebiasaan yang mungkin
hanya berlaku dalam organisasi tersebut. Setiap orang baru tidak merta bisa berkarya
seproduktif mungkin sesuai dengan yang diharapkan karena belum adanya pengalaman dan
pembelajaran (Siagian, 1989). Menurut Almayda (1998) masa kerja seseorang dapat dikaitkan
dengan pengetahuan dan pengalamannya. Sehingga dapat dikatakan semakin lama seseorang
bekerja maka semakin banyak pengetahuan dan pengalamannya, ini dapat berarti pula
semakin lama kepesertaan seseorang mengikuti program JPK Jamsostek, semakin banyak
pula pengetahuan dan pengalaman yang diterima (Rahmadhani, 2005).
d. Pengalaman Menggunakan JPK
Menurut Pro Health (2009) pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar
dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional
serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. Pengetahuan seseorang merupakan hasil
dari pengalaman, yaitu dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya dan oleh kebutuhan
individu (Swansburg, 2001). Pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan dan
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Belajar adalah suatu
konsekuensi dari pengalaman. Seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi
tanggung jawab. Ia menjadi atau dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan
pernah berdiri sendiri. Orang tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang
mengatakan kepadanya untuk mengubahnya. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika
hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan
pengalaman (Notoatmodjo, 2003).
2. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal terwujud dalam sosialisasi, sumber informasi, lingkungan, sosial
budaya, dan sebagainya.
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
5
a. Sosialisasi SDM perusahaan dan petugas JPK Jamsostek
Proses pemberian informasi yang dilakukan oleh petugas (CSO JPK, AO, SDM
Perusahaan) adalah dengan memberikan suatu informasi dan penjelasan tentang prosedur
kepada peserta agar peserta paham terhadap prosedur tersebut. Informasi yang diberikan pun
harus tepat, artinya informasi yang dibutuhkan dapat tersedia tepat waktu sesuai dengan yang
ada, setelah informasi tersedia memang digunakan secara efektif (Mudahar, 2005 dalam
Triodora, 2012). Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan
dengan cara persuasi, bujukan himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan
kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan
kesehatan. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan
bahwa dengan adanya pesan tersebut maka masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003).
b. Sumber Informasi
Menurut Rakhmat (1993), dikutip oleh Kartika (2004), kelompok dapat mempengaruhi
kita. Kelompok dapat menentukan cara kita berkata, berpakaian, bekerja, dan bahkan keadaan
emosi serta suka duka kita. Komunikasi kelompok dipergunakan untuk bertukar informasi,
meningkatkan pengetahuan, atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan
jiwa, dan meningkatkan kesadaran. Pengetahuan yang dimiliki seseorang bisa juga diperoleh
dari keluarga/teman. Dengan merasakan manfaat dari suatu ide bagi dirinya, maka seseorang
akan menyebarkan ide tersebut pada orang lain (Depkes RI, 2007) dalam Ajunk (2009).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa
yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan
lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut (Pro Health, 2009).
Metode penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
6
Jamsostek (Persero) maka diasumsikan ada tiga faktor yang mempunyai hubungan dengan
pemahaman karyawan. Pertama yaitu faktor karakteristik peserta, yang meliputi umur, tingkat
pendidikan, lama kepesertaan JPK, dan pengalaman menggunakan JPK. Selanjutnya faktor
perusahan, yaitu sosialisasi oleh SDM perusahaan dan yang terakhir faktor dari PT Jamsostek
(Persero), yaitu sosialisasi JPK Jamsostek dan sumber informasi program JPK di perusahaan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-
sectional, dengan tujuan untuk melihat pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur
pelayanan kesehatan program JPK Jamsostek serta hubungan antara variabel dependen dan
independen yang diteliti secara bersamaan. Penelitian dilakukan dengan cara pengisian
kuesioner oleh tenaga kerja yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah karyawan PT Matahari
Department Store Tbk. Atrium Plaza dan karyawan Kopposindo Jakarta Pusat yang menjadi
peserta JPK Jamsostek. Jumlah kedua karyawan perusahaan tersebut ada 173 orang. Sampel
adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Berdasarkan pada tujuan penelitian ini, yaitu
untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sehingga
rumus besar sampel yang digunakan yaitu berdasarkan rumus estimasi sebuah proporsi
populasi dengan presisi mutlak, sebagai berikut (Lemeshow, 1997):
n =
( )
Keterangan:
n : Besar sampel
Z1-⍺/2 : 1,96 (Nilai Z pada derajat kemaknaan ⍺ = 0,05)
P : Proporsi populasi (0,5)
d : Absolute presisi (0,1)
Sesuai dengan rumus diatas, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan software pengambilan besar sampel, yaitu sebesar 97 orang.
Pada saat peneliti menyebarkan kuesioner, ada beberapa kuesioner yang tidak kembali
(missing system). Sehingga jumlah sampel yang berhasil didapatkan ada 93 orang. Analisis
univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari semua
variabel-variabel yang diteliti. Analisis bivariat akan dilakukan dalam penelitian ini karena
dengan analisis bivariat dapat diketahui hubungan antara umur, tingkat pendidikan, lama
kepesertaan JPK, pengalaman menggunakan JPK, sosialisasi SDM perusahaan, sosialisasi
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
7
JPK Jamsostek, dan sumber informasi program JPK di perusahaan terhadap pemahaman
peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Uji
yang akan dilakukan adalah uji Chi-Square, dikarenakan skala pada variabel independent dan
variabel dependent adalah kategorik.
Hasil penelitian
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia muda.
Responden yang tergolong muda, yaitu yang berusia dibawah 35 tahun sebanyak 48 orang
(51,6%). Sedangkan responden yang tergolong tua, atau yang berumur diatas 35 tahun,
sebanyak 45 orang (48,4%). Menurut tingkat pendidikan, sebagian besar responden
berpendidikan dari SD sampai dengan SLTA yaitu sebanyak 68 orang (73,1%). Responden
yang pendidikannya sampai perguruan tinggi ada 25 orang (26,9). Menurut lama kepesertaan
JPK, sebagian besar responden adalah peserta lama yaitu sebanyak 51 orang (54,8%).
Responden yang baru menjadi peserta JPK ada 42 orang (45,2%). Menurut pengalaman
menggunakan JPK, tidak ada perbedaan yang mencolok antara responden yang pernah
menggunakan JPK dengan yang tidak pernah. Responden yang pernah menggunakan JPK ada
46 orang (49,5%), sedangkan yang tidak pernah menggunakannya ada 47 orang (50,5%).
Menurut sosialisasi SDM perusahaan, ada 46 orang (49,5%) yang pernah mengikuti
sosialisasi dari SDM perusahaan, sedangkan ada 47 orang (50,5%) yang tidak pernah
mengikutinya. Menurut sosialisasi JPK Jamsostek, ada 40 orang (43%) yang pernah
mengikuti sosialisasi dari JPK Jamsostek, sedangkan sisanya ada 53 orang (57%) yang tidak
pernah mengikuti sosialisasi tersebut. Menurut sumber informasi program JPK di perusahaan,
ada 46 responden (49,5%) yang mengatakan bahwa ada sumber informasi program JPK
Jamsostek di perusahaan tempat mereka bekerja. Sedangkan sisanya, sebanyak 47 responden
(50,5%) mengatakan tidak ada sumber informasi program JPK Jamsostek di perusahaannya.
Dari 93 responden, sebanyak 55 orang (59,1%) tidak paham terhadap prosedur pelayanan
kesehatan PT Jamsostek (Persero). Responden yang paham terhadap prosedur pelayanan
kesehatan PT Jamsostek (Persero) ada 38 orang (40,9%).
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
8
Tabel 1
Hubungan Antara Umur Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur Pelayanan
Kesehatan PT Jamsostek (Persero)
Hasil analisis hubungan antara umur karyawan dengan pemahaman karyawan tentang
prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak 14
orang (29,2%) yang berusia muda (≤35 tahun) paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan
PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang berusia tua (>35 tahun), ada 24
orang (53,3%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,031 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
bermakna antara umur karyawan dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan
PT Jamsostek (Persero).
Tabel 2
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur
Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)
Tingkat Pendidikan
Pemahaman Total
p value Tidak
paham
Paham
n % n % n %
SD - SLTA
Perguruan Tinggi
46
9
67,6
36
22
16
32,4
64
68
25
100
100
0,012
Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman karyawan
tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak
22 orang (32,4%) yang berpendidikan dari SD sampai dengan SLTA paham terhadap
prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang
pendidikannya perguruan tinggi, ada 16 orang (64%) yang paham terhadap prosedur
pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,012 maka
Umur
Pemahaman Total
p value Tidak
paham
Paham
n % n % n %
Muda (≤ 35 Tahun)
Tua (> 35 Tahun)
34
21
70,8
46,7
14
24
29,2
53,3
48
45
100
100
0,031
Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
9
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan
pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Tabel 3
Hubungan Antara Lama Kepesertaan JPK Dengan Pemahaman Karyawan Tentang Prosedur
Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)
Lama Kepesertaan JPK
Pemahaman Total
p value Tidak
paham
Paham
n % n % n %
Baru (0 - 5 Tahun)
Lama (> 5 Tahun)
29
26
69
51
13
25
31
49
42
51
100
100
0,121
Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100
Hasil analisis hubungan antara lama kepesertaan JPK dengan pemahaman karyawan
tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak
13 orang (31%) karyawan yang baru menjadi peserta JPK PT Jamsostek (Persero) paham
terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan
yang sudah lama menjadi peserta JPK PT Jamsostek (Persero), ada 25 orang (49%) yang
paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,121 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
lama kepesertaan JPK dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT
Jamsostek (Persero).
Tabel 4
Hubungan Antara Pengalaman Menggunakan JPK Dengan Pemahaman Karyawan Tentang
Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)
Pengalaman Menggunakan
JPK
Pemahaman Total
p value Tidak
paham
Paham
n % n % n %
Pernah
Tidak Pernah
21
34
45,7
72,3
25
13
54,3
27,7
46
47
100
100
0,016
Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
10
Hasil analisis hubungan antara pengalaman menggunakan JPK dengan pemahaman
karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada
sebanyak 25 orang (54,3%) karyawan yang pernah menggunakan JPK paham terhadap
prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan yang tidak
pernah menggunakan JPK, ada 13 orang (27,7%) yang paham terhadap prosedur pelayanan
kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,016 maka dapat
disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengalaman menggunakan JPK dengan
pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Tabel 5
Hubungan Antara Sosialisasi SDM Perusahaan Dengan Pemahaman Karyawan Tentang
Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)
Sosialisasi SDM Perusahaan
Pemahaman Total
p value Tidak
paham
Paham
n % n % n %
Pernah
Tidak Pernah
20
35
43,5
74,5
26
12
56,5
25,5
46
47
100
100
0,005
Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100
Hasil analisis hubungan antara sosialisasi SDM perusahaan dengan pemahaman
karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada
sebanyak 26 orang (56,5%) karyawan yang pernah mengikuti sosialisasi dari SDM
perusahaan paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Sedangkan pada karyawan yang tidak pernah mengikuti sosialisasi dari SDM perusahaan, ada
12 orang (25,5%) yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek
(Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,005 maka dapat disimpulkan ada hubungan
yang bermakna antara sosialisasi SDM perusahaan dengan pemahaman tentang prosedur
pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
11
Tabel 6
Hubungan Antara Sosialisasi JPK Jamsostek Dengan Pemahaman Karyawan Tentang
Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)
Sosialisasi JPK Jamsostek
Pemahaman Total
p value Tidak
paham
Paham
n % N % n %
Pernah
Tidak Pernah
18
37
45
69,8
22
16
55
30,2
40
53
100
100
0,028
Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100
Hasil analisis hubungan antara sosialisasi JPK Jamsostek dengan pemahaman karyawan
tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada sebanyak
22 orang (55%) karyawan yang pernah mengikuti sosialisasi dari JPK Jamsostek paham
terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan pada karyawan
yang tidak pernah mengikuti sosialisasi dari JPK Jamsostek, ada 16 orang (30,2%) yang
paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,028 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara
sosialisasi JPK Jamsostek dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT
Jamsostek (Persero).
Tabel 7
Hubungan Antara Sumber Informasi Program JPK Dengan Pemahaman Karyawan Tentang
Prosedur Pelayanan Kesehatan PT Jamsostek (Persero)
Sumber Informasi Program
JPK
Pemahaman Total
p value Tidak
paham
Paham
n % n % n %
Ada
Tidak Ada
31
24
67,4
51,1
15
23
32,6
48,9
46
47
100
100
0,164
Jumlah 55 59,1 38 40,9 93 100
Hasil analisis hubungan antara sumber informasi program JPK dengan pemahaman
karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) diperoleh bahwa ada
sebanyak 15 orang (32,6%) yang mengatakan bahwa ada sumber informasi program JPK di
perusahaan, paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
12
Sedangkan pada karyawan yang mengatakan bahwa tidak ada sumber informasi program JPK
di perusahaan tempat mereka bekerja, ada 23 orang (48,9%) yang paham terhadap prosedur
pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,164 maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi program JPK
dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, diketahui bahwa p value = 0,031. Data ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur karyawan dengan
pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Dari
tabel 1, diketahui bahwa karyawan yang umurnya tergolong tua lebih banyak yang paham
tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero) (53,3%) jika dibandingkan
dengan karyawan yang umurnya muda (29,2%). Hal ini sesuai dengan pendapat Pro Health.
Menurut Pro Health (2009), semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Untuk sampai pemahaman,
seseorang harus memiliki pengetahuan dan pengetahuan diperoleh dari hasil belajar
(Notoatmodjo, 2012). Namun, penelitian ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Lunardi.
Menurut Lunardi (1984), kemampuan belajar seseorang yang makin tua akan berkurang.
Karena proses belajar dipengaruhi keadaan kondisi individu baik faktor fisiologis (terutama
penglihatan dan pendengaran) maupun psikologis misalnya pengamatan, tanggapan, ingatan,
motivasi, intelegensia, bakat, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Pro Health (2009), pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Dari hasil penelitian, pada tabel 2 diketahui bahwa sebanyak 32,4%
karyawan yang pendidikannya dari SD – SLTA paham terhadap prosedur pelayanan
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
13
kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan yang pendidikannya sampai perguruan tinggi
ada 64% yang paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hal
tersebut sesuai dengan teori yang ada, bahwa makin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi
pula pemahamannya terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Pada
penelitian ini juga terbukti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek
(Persero) dengan nilai p = 0,012.
Siagian (1989) mengatakan lama kepesertaan diduga berkaitan erat dengan pemahaman
prosedur pelayanan kesehatan. Peserta yang baru memasuki organisasi memerlukan berbagai
bentuk penyesuaian karena setiap organisasi mempunyai ciri-ciri khas atau kebiasaan-
kebiasaan yang mungkin hanya berlaku dalam organisasi tersebut. Setiap orang baru tidak
serta merta bisa berkarya seproduktif mungkin sesuai dengan yang diharapkan karena belum
adanya pengalaman dan pembelajaran. Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa 31%
karyawan yang baru menjadi peserta JPK Jamsostek paham terhadap prosedur pelayanan
kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan karyawan yang sudah lama menjadi peserta
JPK Jamsostek, 49% paham terhadap prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Terlihat bahwa karyawan yang sudah lama menjadi peserta JPK lebih banyak yang paham
jika dibandingkan dengan karyawan yang baru menjadi peserta JPK. Berdasarkan uji chi
square yang telah dilakukan, didapat p value = 0,121. Data ini menunjukkan bahwa penelitian
ini tidak dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara lama kepesertaan JPK dengan
pemahaman peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek
(Persero). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Siagian.
Berdasarkan tabel 4, diketahui p value= 0,016. Dari data ini diperoleh bahwa penelitian
ini dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengalaman menggunakan JPK
dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Pro Health. Pro Health
(2009) mengatakan bahwa pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Notoatmodjo (2003)
mengatakan bahwa orang tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang
mengatakan kepadanya untuk mengubahnya. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika
hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan
pengalaman.
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
14
Berdasarkan tabel 5, diketahui p value = 0,005. Dari data ini diperoleh bahwa penelitian
ini dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara sosialisasi SDM perusahaan dengan
pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil
penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Mudahar (2005), yaitu proses pemberian
informasi yang dilakukan oleh petugas (CSO JPK, AO, SDM Perusahaan) adalah dengan
memberikan suatu informasi dan penjelasan tentang prosedur kepada peserta agar peserta
paham terhadap prosedur tersebut. Informasi yang diberikan pun harus tepat, artinya
informasi yang dibutuhkan dapat tersedia tepat waktu sesuai dengan yang ada, setelah
informasi tersedia memang digunakan secara efektif.
Berdasarkan tabel 6, diketahui p value = 0,028. Dari data ini diperoleh bahwa penelitian
ini dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara sosialisasi JPK Jamsostek dengan
pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Hasil
penelitian ini juga didukung oleh Oktaviani (2009) dan Triodora (2012) bahwa sosialisasi JPK
Jamsostek mempengaruhi pengetahuan peserta JPK tentang prosedur pelayanan kesehatan.
Usaha agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi,
bujukan himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya,
melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Pendidikan kesehatan
pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut
maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan tabel 7, di ketahui p value = 0,164. Data ini menunjukkan bahwa penelitian
ini tidak dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara sumber informasi program JPK
dengan pemahaman karyawan tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Dalam proses pendidikan kesehatan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan media
pendidikan sebagai sarana. Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat peraga untuk
menyampaikan informasi atau pesan-pesan kesehatan. Berdasarkan fungsinya, salah satu jenis
media sebagai penyalur pesan kesehatan yaitu media cetak (Notoatmodjo, 2012). Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
15
dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Pro
Health, 2009).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: Dari 93 responden, sebanyak 55 orang (59,1%) tidak paham terhadap
prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero). Sedangkan yang paham ada 38 orang
(40,9%). Menurut hasil penelitian ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman
peserta JPK Jamsostek tentang prosedur pelayanan kesehatan PT Jamsostek (Persero).
Diantaranya adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman menggunakan JPK, sosialisasi
SDM, dan sosialisasi JPK Jamsostek.
Saran
Diharapkan kepada PT Jamsostek (Persero) kantor cabang Gambir, membuat database
tentang karakteristik peserta JPK Jamsostek dari masing-masing perusahaan. Misalnya seperti
umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dll. Database tersebut berguna untuk ketika akan
melakukan sosialisasi JPK ke perusahaan. Caranya yaitu ketika ada peserta yang datang
mengajukan klaim perorangan, pihak JPK meminta peserta tesebut untuk mengisi biodata.
Setelah itu, dikelompokkan ke dalam masing-masing perusahaan dimana karyawan tersebut
bekerja. Lama-kelamaan, akan terlihat karakteristik karyawan dari masing-masing
perusahaan. Setelah itu, database tersebut dapat digunakan sebagai patokan oleh JPK
Jamsostek ketika ingin melakukan sosialisasi. Sebelum sosialisasi, dilihat dulu karakteristik
karyawannya, apakah pendidikannya lebih banyak yang tinggi atau rendah, apakah jenis
kelaminnya lebih banyak pria atau wanita, apakah umurnya lebih banyak yang tua atau muda,
dll. Setelah mengetahui karakteristik karyawannya, JPK Jamsostek dapat menyesuaikan
metode, isi, atau konten dari materi sosialisasi yang akan dilakukan.
Diharapkan kepada PT Jamsostek (Persero) menyerahkan media informasi berupa
banner atau poster yang berisi informasi mengenai prosedur pelayanan kesehatan kepada
masing-masing perusahaan dan menyarankan mereka untuk meletakkan banner atau poster
tersebut di tempat yang strategis seperti di kantin, di lift, atau di area khusus merokok di
perusahaan mereka masing-masing agar mudah dilihat oleh karyawannya.
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
16
Pada responden yang berpendidikan rendah (SD – SLTA), lebih banyak karyawan yang
tidak paham terhadap prosedur pelayanan PT Jamsostek (Persero). Oleh karena itu,
diharapkan kepada PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gambir, ketika melakukan
sosialisasi, jangan disamaratakan isi atau konten dari sosialisasi tersebut antara karyawan
yang pendidikan tinggi dan karyawan yang pendidikannya rendah. Diharapkan sebelum
melakukan sosialisasi, dilihat terlebih dahulu karakteristik dari karyawan perusahaan tersebut.
Apakah pendidikannya tinggi atau rendah, atau apakah karyawannya banyak yang berusia
tuda atau muda, dll. Jika lebih banyak karyawan yang pendidikannya rendah, maka sebaiknya
metode dalam sosialisasi atau konten materi dalam sosialisasi tersebut jangan dibuat terlalu
rumit. Dibuat saja metode yang simpel sehingga dapat dimengerti dan mudah dipahami oleh
karyawan yang pendidikannya rendah. Karena dalam hasil penelitian ini terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pemahaman peserta JPK terhadap prosedur pelayanan
kesehatan, maka penting bagi PT Jamsostek (Persero) untuk memperhatikan hal tersebut.
Kepustakaan
Ajunk. 2009. Filosofi Pengeahuan. http://ajunkdoank.wordpress.com
Kartika, Meilani Diana. 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Siswa
SMU Putra Bangsa di Depok tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2003. Skripsi.
FKM UI Depok.
Lemeshow, Stanley dkk. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan (drg. Dibyo
Pramono, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lunardi, A. G. 1984. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perlikau
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Oktaviani, Tri. 2009. Faktor-faktor yangBberhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta
Tentang Cakupan Layanan dan Prosedur Klaim Reimbursemen Perorangan/Emergensi di PT
Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Salemba Tahun 2009. Skripsi. FKM UI Depok
PAMJAKI. 2008. Managed Care Bagian A. Jakarta: PAMJAKI.
Pro Health. Pengetahuan dan Faktor- faktor yang Mempengaruhi.
www.forbetterhealth.wordpress.com
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013
17
Rahmadhani, Nurul Saptorini. 2005. Analisis Pengetahuan Peserta Program JPK Terhadap
Prosedur Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di PT Jamsostek (Persero) Kacab.
Grogol Jakarta Barat Tahun 2005. Skripsi. FKM UI Depok.
Siagian, Sondang P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara
Swansburg, Russel C. 2001. Pengembangan Staff Keperawatan: Suatu Komponen
Pengembangan SDM. Jakarta: EGC
Triodora, Agnes. 2012. Pengetahuan Karyawan PT Samafitro Tentang Cakupan Pelayanan
dan Prosedur Klaim Perorangan JPK Jamsostek Tahun 2012. Skripsi. FKM UI Depok.
Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Faktor-Faktor..., Renaldo Trisatria Putra, FKM UI, 2013