FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35866/2/RAZI...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35866/2/RAZI...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNINGS
RESPONSE COEFFICIENT (ERC) PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(Periode 2011-2015)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Razi Nur Arif
NIM : 1113081000132
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2016 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Razi Nur Arif
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Desember 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Delatinos Cluster La Vintage Blok P5/5
BSD, Serpong, Tangerang Selatan
No. Telepon : 085697652682
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2006 : SDN Batan Indah
2006 – 2009 : SMPN 11 Tangerang Selatan
2009 – 2012 : SMAN 2 Tangerang Selatan
2012 – 2014 : Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan
Syariah, CEP – CCIT Fakultas Teknik Universitas
Indonesia
2013 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pendidikan Non Formal
2015 : Sekolah Pasar Modal Syariah
2016 - Pelatihan Asuransi Jiwa Konvensional dan Syariah
Produk Unit Link
- Pelatihan Ekspor Impor
vii
ABSTRACT
The objective of this research was to analyze the effect of earnings
persistence, leverage, growth opportunities, CSR disclosure, and systematic risk
to the Earnings Response Coefficient (ERC) in companies listed on the Indonesia
Stock Exchange and analyze which variables are the most dominant influence
ERC.
The data used in this research are annual data from 2011 to 2015. The
sampling technique used in this research is purposive sampling. The objects of
this research are the companies in financial sector. There are 49 companies
selected which are still active and in a period of over five years of research to be
analyzed as a sample. The total sample are 245 financial statements and annual
reports. This study uses panel data regression analysis using Eviews 8.0 software
and Microsoft Excel 2016. The dependent variable in this study is the ERC, while
the independent variables are the earnings persistence, leverage, growth
opportunities, CSR disclosure, and systematic risk.
The results showed that there are significant simultaneously on the
variables of earnings persistence, leverage, growth opportunities, CSR disclosure,
and systematic risk to the ERC. Partially, the earnings persistence, leverage
proxied by DER, and CSR disclosure proxied by the ERC are significantly
influence the index, while the growth opportunities proxied by MBV and
systematic risk proxied by beta has no influence on the ERC.
Keywords: Earnings Response Coefficient, Earnings Persistence, Leverage,
Growth Opportunities, CSR Disclosure, Systematic Risk.
viii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persistensi
laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan resiko sistematik
terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) pada perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia dan menganalisis variabel manakah yang paling dominan
mempengaruhi ERC.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan dari 2011
sampai 2015. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan
sektor keuangan dan terpilih sebanyak 49 perusahaan yang masih aktif dan selalu
ada selama lima tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Total sampel
penelitian adalah 245 laporan keuangan dan laporan tahunan. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi data panel dengan menggunakan software
Eviews 8.0 dan Microsoft Excel 2016. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah ERC sedangkan variabel independen adalah persistensi laba, leverage,
kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan
variabel persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan
risiko sistematik terhadap ERC. Secara parsial, variabel persistensi laba, leverage
yang diproksikan oleh DER, dan CSR disclosure yang diproksikan oleh CSR
index berpengaruh signifikan terhadap ERC, sedangkan kesempatan pertumbuhan
yang diproksikan oleh MBV dan risiko sistematik yang diproksikan oleh beta
tidak memiliki pengaruh terhadap ERC.
Kata Kunci: Earnings Response Coefficient, Persistensi Laba, Leverage,
Kesempatan Pertumbuhan, CSR Diclosure, Risiko Sistematik.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat
dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang
telah berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak
beliau yang mulia, dan semoga kesejahteraaan dan rahmat senantiasa juga
tercurah untuk keluarganya dan para sahabatnya terkasih yang senantiasa
mengikuti petunjuknya, sehingga mereka beruntung dengan mendapat ridha dan
pahala dari sisi Allah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas
kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam penyusunan skripsi ini. Penulis
juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini
banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun
materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Dadi Suryadi dan Ibu Elly Sutiah yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih
sayang, cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian
adalah motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan
skripsi ini.
2. My Brother, Ridha Nur Amin, Reza Nur Arsyi, dan Rian Nur Aulia yang
selalu memberikan motivasi dan doa yang tulus selama ini. Semoga kita
menjadi anak yang selalu bisa menjadi kebanggan mama dan papa.
3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr.
Amilin, SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid
x
selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku
Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I, yang
senantiasa meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini serta motivasinya
yang begitu besar pada penulis.
5. Ibu Titi Dewi Warninda SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
6. Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
7. Bapak Rahmatullah, M.Ag. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.
9. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas
kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam
mengurus kebutuhan administrasi, keuangan dan lainnya khususnya Pak
Alfred, Pak Bonyx, Pak Ajib, dan Pak Gozali.
10. Teman-teman seperjuangan Meruni Sani Putri, Petok Family, Syndicate of
Class A, Script with Our Beloved Father, MIPS A 2013, MIPS B 2013 dan
MIPS Resign. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan,
dukungannya dan selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan
motivasi selama masa perkuliahan. Maaf jika tidak dapat disebutkan satu
persatu, tetapi tidak mengurangi rasa cinta dan bangga penulis kepada kalian
semua.
11. Teman-teman seperjuangan CCIT FTUI 2012, CCIT FST, CCIT Resign,
dan TIPS 8, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah
SWT selalu memudahkan langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.
12. Keluarga besar KKN Pitagoras 2015 yang telah memberikan pengalaman
dan pelajaran yang begitu berharga selama masa KKN, yang menjadikan
xi
pribadi penulis lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Semoga kekeluargaan
kita tetap terjaga.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagian
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terimakasih
banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca serta bagi penulis
sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, 05 Desember 2016
Penulis
Razi Nur Arif
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
B. Permasalahan .......................................................................................... 12
1. Identifikasi Masalah ............................................................................. 12
2. Pembatasan Masalah ............................................................................ 13
3. Perumusan Masalah ............................................................................. 14
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 17
A. Landasan Teori ........................................................................................ 17
1. Laporan Keuangan ............................................................................... 17
2. Hubungan Laba dan Return.................................................................. 20
3. Earnings Response Coefficient (ERC) .................................................. 22
4. Persistensi Laba ................................................................................... 26
5. Leverage .............................................................................................. 28
xiii
6. Kesempatan Pertumbuhan .................................................................... 32
7. CSR Disclosure ................................................................................... 33
8. Risiko Sistematik / Beta ....................................................................... 36
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................................... 38
C. Keterkaitan antar Variabel ....................................................................... 53
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 56
E. Hipotesis ................................................................................................. 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 60
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 60
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel .................................................. 61
1. Populasi ............................................................................................... 61
2. Sampel ................................................................................................. 61
C. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 62
D. Metode Analisis Data .............................................................................. 63
1. Analisis Data Panel .............................................................................. 64
2. Tahapan Analisis Data ......................................................................... 67
3. Uji Asumsi Klasik................................................................................ 68
4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 70
5. Uji Analisis Model Regresi Data Panel ................................................ 73
E. Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 74
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 81
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 81
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) ..................................................... 81
2. Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI).......................................... 82
3. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 84
xiv
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................ 85
1. Pemilihan Model Data Panel ................................................................ 86
2. Uji Asumsi Klasik................................................................................ 90
3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 93
4. Analisis Regresi Data Panel ................................................................. 99
C. Interpretasi ............................................................................................ 100
1. Persistensi laba terhadap ERC ............................................................ 101
2. Leverage terhadap ERC ..................................................................... 102
3. Kesempatan pertumbuhan terhadap ERC ........................................... 103
4. CSR disclosure terhadap ERC ........................................................... 104
5. Risiko sistematik terhadap ERC ......................................................... 105
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................. 107
A. Kesimpulan ........................................................................................... 107
B. Implikasi ............................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109
LAMPIRAN ................................................................................................... 115
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai Kapitalisasi
Pasar .................................................................................................................... 3
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu yan Relevan...................................................... 39
Tabel 4. 1 Perdagangan Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2015 .......... 82
Tabel 4. 2 Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian ................................................ 84
Tabel 4. 3 Common Effect Model ....................................................................... 86
Tabel 4. 4 Fixed Effect Model ............................................................................ 87
Tabel 4. 5 Random Effect Model ........................................................................ 88
Tabel 4. 6 Hasil Uji Chow .................................................................................. 89
Tabel 4. 7 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................ 91
Tabel 4. 8 Hasil Uji Heterosdastisitas ................................................................. 92
Tabel 4. 9 Hasil Uji F Common Effect ................................................................ 94
Tabel 4. 10 Hasil Uji t Common Effect ............................................................... 95
Tabel 4. 11 Hasil Uji Adjusted R Square ............................................................ 98
Tabel 4. 12 Analisis Regresi Data Panel dengan Model Commen Effect ............. 99
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 58
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian ............................................................................. 115
Lampiran 2: Common Effect Model .................................................................. 121
Lampiran 3: Fixed Effect Model ....................................................................... 121
Lampiran 4: Random Effect Model ................................................................... 122
Lampiran 5: Uji Chow ..................................................................................... 123
Lampiran 6: Uji Multikolinearitas .................................................................... 123
Lampiran 7: Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Seiring berkembangnya perekonomian di Indonesia, banyak perusahaan
yang melakukan ekspansi usaha dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan
hidupnya. Perusahaan-perusahaan di Indonesia juga dituntut untuk
mempunyai strategi bisnis dalam mengembangkan kegiatan usahanya. Salah
satu strategi yang perlu untuk dikembangkan adalah pengelolaan dana atau
modal. Selain modal sendiri, perusahaan biasanya juga akan menggunakan
dana dari pihak luar. Pada usaha kecil dan menengah, dana dari pihak luar
biasanya menggunakan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya,
sedangkan untuk perusahaan besar, dana pihak luar juga diperoleh dengan
menerbitkan surat berharga seperti saham, obligasi, dan instrumen lainnya
yang diperdagangkan di pasar modal untuk publik.
Menurut Tandelilin, Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai
pasar yang memperjual-belikan produk berupa dana yang bersifat abstrak.
Sedangkan dalam bentuk kongkritnya, produk yang diperjual-belikan di pasar
modal berupa lembar surat-surat berharga di bursa efek. Bursa efek dalam arti
sebenarnya adalah suatu sistem yang terorganisir dengan mekanisme resmi
untuk mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas (saham) secara
langsung atau melalu wakil-wakilnya (Tandelilin, 2001:25).
2
Investasi di pasar modal pada saat ini telah menjadi suatu alternatif
investasi yang semakin digemari oleh banyak perusahaan karena pasar modal
memiliki instrumen investasi yang beragam, yang masing-masing memiliki
keunggulan tersendiri. Investasi yang ada pada pasar modal memang
memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko yang ada pada
produk investasi perbankan. Sesuai dengan konsep high risk high return,
maka semakin tinggi risiko (risk) semakin tinggi pula pengembaliannya
(return) yang akan di dapatkan. Hal ini yang membuat investasi yang ada
pada pasar modal mampu memberikan tingkat pengembalian yang tidak
terbatas sehingga dianggap memliki suatu keunggulan.
Perkembangan pasar modal di Indonesia telah mengalami kemajuan
pesat. Perkembangan dalam pasar modal mengindikasikan bertambah
aktifnya peran masyarakat di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan melihat
pertambahan jumlah emiten yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Meningkatnya jumlah emiten menyebabkan jumlah angka pada volume
transaksi dan nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut
meningkat. Pada tahun 2015 tercatat volume transaksi sebesar 1,419.48
milyar saham dan nilai perdagangan saham sebesar Rp 1,389.57 trilyun. Hal
tersebut mendandakan bahwa pasar modal sebagai wahana investasi terus
digemari oleh kalangan investor.
Melihat perkembangan saham yang terus mengalami peningkatan, maka
hal tersebut berdampak pada persaingan yang dihadapi semakin tinggi dan
ketat bagi perusahaan dalam sektor keuangan. Perusahaan harus
3
mengembangkan strategi secara berkelanjutan agar mampu membuat
kebijakan dan keputusan yang tepat pada setiap kegiatan perusahaan.
Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik saham
(shareholder) melalui keputusan atau kebijkan investasi, keputusan
pendanaan, dan keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di
pasar modal, demikian jika dilihat dari sudut pandang manajemen keuangan.
Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk memaksimumkan
nilai perusahaan (Almilia dan Silvy: 2006).
Selain itu, peningkatan tersebut memberikan pengaruh terhadap
perkembangan IHSG dan nilai kapitalisasi pasar.
Tabel 1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai Kapitalisasi Pasar
Periode Keterangan
IHSG Kapitalisasi Pasar (Rp milyar)
2010 3,703.512 3,247,096.78
2011 3,821.992 3,537,294.21
2012 4,316.667 4,126,994.93
2013 4,274.177 4,219,020.24
2014 5,266.947 5,165,736.12
2015 4,522,.654 4,796,803,82
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Pasar Modal Desember 2015 (data diolah)
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Indeks Harga Saham
Gabungan pada periode 2010 sampai 2015 mengalami kenaikan yang
signifikan terutama pada 2014 ditutup pada level 5,226.947 poin yaitu sebesar
22.29% setelah sebelumnya pada periode 2013 mengalami penurunan yang
4
ditutup pada level 4,274.177 poin atau sebesar 0.98%. Pada periode lainnya
yaitu 2010, 2011, dan 2012 IHSG cenderung mengalami peningkatan dan
mengalami penurunan pada periode 2015.
Melihat perkembangan harga saham gabungan yang terus meningkat,
maka hal tersebut akan mempengaruhi nilai return pasar yang diwakili
dengan IHSG, dimana return pasar tersebut kemudian dapat digunakan untuk
melihat nilai abnormal return. Abnormal return diproksikan dengan
gabungan return saham atau actual return (diwakili dengan harga penutupan
saham) dan return pasar. Abnormal return merupakan salah satu indikator
yang dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Abnormal
return kemudian digunakan dalam perhitungan Earnigs Response Coefficient
(ERC).
Untuk keperluan investasi di pasar modal, investor membutuhkan
informasi mengenai perusahaan. Salah satu sumber informasi perusahaan
yang dapat dengan mudah diperoleh oleh investor adalah laporan keuangan.
Dengan adanya penerbitan laporan keuangan, dapat diperoleh berbagai
macam informasi tentang kinerja perusahaan maupun aktivitas perusahaan.
Laporan keuangan berguna bagi investor karena laporan keuangan dapat
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang merupakan landasan untuk
membandingkan saham perusahaan dengan indeks saham rata-rata yang
penting dalam mengambil keputusan kapan membeli atau menjual saham,
sehingga laporan keuangan dapat membantu investor dalam mengambil
5
keputusan yang berkaitan dengan investasi mereka. Oleh karena itu, laporan
keuangan harus dapat menyediakan informasi yang relevan dan andal untuk
dapat digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan.
Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang terdapat dalam laporan
keuangan dan sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah
laba yang dihasilkan oleh perusahaan, dimana laba tersebut diukur dengan
dasar akrual (PSAK: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan, IAI 1994). Informasi laba merupakan referensi bagi investor untuk
menanamkan investasinya pada sebuah perusahaan, karena laba baik positif
maupun negatif yang diperoleh dari laporan laba rugi perusahaan akan
mempengaruhi return saham. Laba akuntansi berhubungan sangat erat dengan
penilaian perusahaan yang dipresentasikan dengan harga saham.
Penelitian Ball dan Brown (1968) menemukan adanya hubungan yang
signifikan antara pengumuman laba perusahaan dengan perubahan harga
saham, yaitu pada saat diumumkan laba mengalami kenaikan, maka terjadi
kecenderungan perubahan positif pada harga saham, dan sebaliknya jika
diumumkan laba mengalami penurunan terjadi perubahan negatif pada harga
saham.
Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar akan bereaksi
pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi tersebut
ditunjukkan dengan perubahan harga sekuritas yang bersangkutan. Jika
pengumuman mengandung informasi, maka akan tercermin dengan adanya
abnormal return yang diperoleh oleh investor. Efisiensi pasar dapat dilihat
6
dari bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap informasi untuk mencapai suatu
keseimbangan baru. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk
mencapai keseimbagan baru yang sepenuhnya mencerminkan semua
informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut pasar efisien.
(Mulyani, dkk, 2007).
Untuk mengukur reaksi investor atau respon harga saham terhadap
informasi laba akuntansi adalah dengan Earnings Response Coefficient (ERC)
atau Koefisien Respon Laba. Menurut Cho dan Jung (1991) Earnings
Response Coefficient (ERC) didefinisikan sebagai efek setiap dolar
unexpected earnings terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan
koefisien dalam regresi abnormal return saham dan unexpected earnings.
Koefisien ini mengukur respon harga saham atau nilai pasar ekuitas terhadap
informasi yang terkandung dalam laba akuntansi. Rendahnya ERC
menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk membuat
suatu keputusan ekonomi. Setiap even yang terjadi di pasar modal akan
menyebabkan timbulnya reaksi dari pelaku pasar, salah satunya adalah
dengan adanya pengumuman laba, maka pasar akan bereaksi yang dapat
dilihat dari pergerakan saham (Silalahi, 2014).
Menurut Mulyani, dkk (2007) Earnings Response Coefficient (ERC)
adalah sebuah koefisien yang bertujuan untuk mengukur kekuatan informasi
laporan guna mempengaruhi tingkat pengembalian investasi yang diharapkan
investor dalam merespon laba yang dilaporkan perusahaan. Pengumuman
laba di pasar modal menyebabkan pasar akan bereaksi yang dapat dilihat dari
7
pergerakan saham. Akan tetapi, ternyata setiap kenaikan laba tidak selalu
diikuti dengan perubahan harga saham positif yaitu terjadi kenaikan pada
harga saham, bahkan sebaliknya pada saat penurunan laba maka harga saham
tidak selalu ikut mengalami penurunan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
dalam pengambilan keputusan ekonomi para investor memang membutuhkan
informasi tentang kondisi keuangan perusahaan, tetapi tidak hanya informasi
laba saja melainkan banyak informasi-informasi lainnya yang dibutuhkan.
Menurut Susanto (2012), rekasi pasar dipicu oleh berbagai hal, salah
satunya adalah pengumuman yang berhubungan dengan laba. Teori-teori serta
bukti menunjukkan bahwa terdapat variasi dalam hubungan antara laba dan
return saham. Pemegang saham akan memberi respon yang lebih besar
kepada perusahaan yang mempunyai laba yang naik, dengan harapan laba
yang meningkat akan meningkatkan return saham.
Dalam beberapa hal bisa terjadi hal sebaliknya, seperti pada PT. Merck
Tbk yang meskipun mengalami penurunan laba sebesar 19%, namun harga
sahamnya meningkat 20,62%. Hal yang sebaliknya terjadi pada PT. Bentoel
Internasional Investama Tbk yang mengalami penurunan harga saham sebesar
8,3%, meskipun laba bersih perusahaan naik 108% menjadi Rp. 235 miliar di
semester I tahun 2011. Dari fenomena tersebut diketahui bahwa harga pasar
bukan saja dilihat dari sisi labanya namun dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang berhubungan dengan laba. Dengan kata lain, respon investor terhadap
pergerakan laba perusahaan tidak selalu searah (Hapsari dan Simorangkir,
2013).
8
Kekuatan laba dalam mempengaruhi return saham akan mempunyai
variasi yang berbeda pada setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan menurut
beberapa penelitian, angka ERC dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya
menyangkut faktor informasi finansial seperti persistensi laba, profitabilitas,
dan leverage namun faktor informasi non-finansial seperti risiko sistematik,
pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan pengungkapan informasi tambahan
seperti tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat mempengaruhi angka
ERC.
Dalam penelitian ini menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC)
sebagai alat untuk mengukur kekuatan informasi yang dikeluarkan oleh tiap-
tiap perusahaan. Menurut Ummah (2012), ERC mencerminkan tingkat
kepercayaan partisipan pasar terhadap kualitas laba dan karenanya mewakili
perspektif ukuran kualitas laba berdasarkan kinerja pasar. Kuatnya reaksi
pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya nilai ERC,
menunjukkan bahwa pasar menilai laba yang dilaporkan memiliki kualitas
yang baik. Demikian sebaliknya, lemahnya reaksi pasar terhadap informasi
laba yang tercermin dari rendahnya nilai ERC, menunjukkan bahwa pasar
menilai laba yang dilaporkan memiliki kualitas yang kurang baik.
Penelitian tentang Earnings Response Coefficient (ERC) bermula dari
Ball dan Brown (1968). Menurut studi tersebut, peningkatan (penurunan)
dalam laba akan mengarah pada peningkatan (penurunan) pula dalam harga
saham. Riset di bidang ini kemudia berkembang ke arah pengukuran ERC,
yang diestimasi dari koefisien slope regresi antara abnormal stock returns dan
9
unexpected earnings. ERC didefinisikan sebagai dollar unexpected earnings
terhadap abnormal return saham. Dengan kata lain, ERC menukur perubahan
abnormal return sebagai respon terhadap komponen yang tidak diperkirakan
(unexpected) pada laba yang diumumkan perusahaan.
Beberapa peneliti di Indonesia telah melakukan studi empiris mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi ERC, akan tetapi ditemukan beberapa hasil
yang berbeda. Mulyani, dkk (2007) menemukan persistensi laba, struktur
modal, risiko sistematik, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh terhadap ERC. Sedangkan, kualitas auditor tidak
berpengaruh terhadap ERC.
Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa risiko, leverage, kualitas
tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC,
sedangkan peluang pertumbuhan dan persistensi laba tidak berpengaruh
terhadap ERC. Menurut, Delvira dan Nelvirita (2013) risiko sistematik
berpengaruh signifikan negatif terhadap ERC. Leverage tidak berpengaruh
terhadap ERC. Persistensi laba berpengaruh signifikan positif terhadap ERC.
Penelitian terdahulu lainnya yang berhubungan dengan Earnings
Response Coeffecient (ERC) dilakukan oleh Willjayanti (2012) dengan
menganalisis struktur modal dan kualitas audit terhadap Earnings Response
Coefficient (ERC). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa leverage
dan KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC. Hal ini disebabkan
adanya kecenderungan investor yang lebih mengacu pada informasi rasional
yang berkaitan dengan aspek fundamental dari perusahaan sebagai ukuran
10
kinerja perusahaan. Selain itu, peningkatan regulasi audit membuat tidak ada
perbedaan dalam penilaian standar kualitas audit yang dilakukan KAP big
four dan KAP non big four.
Kartadjumena (2010) meneliti tentang voluntary disclosure of financial
information dan CSR index terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)
yang menunjukkan bahwa voluntary disclosure of financial information dan
CSR index secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ERC namun secara parsial masing-masing variabel independen memiliki
pengaruh yang berbeda-beda terhadap ERC dimana voluntary disclosure of
financial information memiliki arah positif tidak signifikan, sedangkan
sebaliknya CSR disclosure memiliki pengaruh negatif signifikan.
Ummah (2012) meneliti tentang pengaruh penyusutan terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC), membuktikan bahwa rasio peyusutan memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap ERC. Struktur modal ditemukan
berpengaruh tidak signifikan terhadap ERC. Pertumbuhan perusahaan
ditemukan berpengaruh positif signifikan terhadap ERC. Ukuran perusahaan
ditemukan berpengaruh tidak signifikan terhadap ERC. Intensitas modal
ditemukan hasil yang berbeda, intensitas modal ditemukan berpengaruh tidak
signifikan pada regresi 1 sedangkan pada regresi 2 intensitas modal
ditemukan berpengaruh positif signifikan terhadap ERC.
Peneliti lainnya juga dilakukan oleh Pradipta dan Purwaningsih (2011),
yang meneliti pengaruh luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan terhadap ERC, dengan ukuran perusahaan dan
11
leverage sebagai variabel kontrol. Restuti dan Nathaniel (2012), meneliti
pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC. Buana (2014), meneliti tentang
pengaruh risiko sistematik, persistensi laba dan kesempatan bertumbuh
terhadap ERC. Silalahi (2014), meneliti tentang pengaruh CSR disclosure,
beta dan Price to Book Value (PBV) terhadap ERC. Anggraini (2015),
meneliti tentang pengaruh pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR),
profitabilitas, dan leverage terhadap ERC.
Alasan mengapa peneliti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Earnings Response Coefficient (ERC) adalah karena adanya perkembangan
penelitian yang mengamati beberapa pengaruh variabel terhadap ERC
menghasilkan temuan berbeda. Maka penelitian tentang ERC menarik untuk
dilakukan kembali. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Earnings Response Coefficient (ERC) maka dapat diketahui kekuatan
pengaruh informasi laba terhadap nilai saham dari suatu perusahaan.
Sehingga, investor akan lebih akurat dalam menganalisis informasi laba untuk
kepentingan investasinya.
Kelebihan pada penelitian ini yang sekaligus menjadi perbedaan
peneilitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini penulis
menggunakan beberapa variabel finansial dan non finansial yang
kemungkinan dapat mempengaruhi ERC berupa persistensi laba, leverage,
kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik. Selain itu,
studi kasus pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor keuangan
yang masih sangat jarang dilakukan penelitiannya tentang ERC.
12
Lama waktu yang diteliti relatif lebih lama yaitu selama kurun waktu 5
tahun terhitung dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Tahun 2011 dijadikan
tahun dasar penelitian karena pada tahun tersebut adanya fenomena krisis di
kawasan Uni Eropa yang disebabkan utang negara Yunani dan kemudian
merebak ke negara Irlandia, Portugal, Spanyol, dan Italia. Keadaan tersebut
kemungkinan akan memberikan goncangan terhadap pasar modal di
Indonesia. Alasan lain penelitian pada tahun 2011 hingga tahun 2015 adalah
untuk menghindari adanya keusangan data karena data yang didapatkan
merupakan data tebaru sehingga hasil penelitian yang didapat lebih up to date
dan lebih akurat.
Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini
karena cukup penting untuk mengetahui serta mengukur kekuatan informasi
laba dan return saham. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
referensi bagi perusahaan dan para investor lainnya. Berdasarkan uraian
diatas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2011-
2015)”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
13
1. Earnings Response Coefficient (ERC) merupakan alat untuk
mengukur kekuatan informasi dalam merespon laba yang
mempengaruhi nilai saham perusahaan yang dilaporkan oleh suatu
perusahaan.
2. Persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR
disclosure, dan risiko sistematik sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC).
3. Dibutuhkan identifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Earnings Response Coefficient (ERC) secara simultan dan parsial.
4. Dibutuhkan identifikasi mengenai sejauh mana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC).
2. Pembatasan Masalah
Mengingat masalah yang tercakup dalam penelitian ini sangat luas,
maka penulis membatasinya sebagai berikut :
1. Persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR
disclosure, dan risiko sistematik adalah variabel yang digunakan
dalam mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings
Response Coefficient (ERC).
2. Hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings
Response Coefficient (ERC) pada perusahaan sektor keuangan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 hingga 2015.
14
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah diatas, maka dapat ditentukan rumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh persistensi laba secara parsial terhadap
Earnings Response Coefficient (ERC)?
2. Bagaimana pengaruh leverage secara parsial terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC)?
3. Bagaimana pengaruh kesempatan pertumbuhan secara parsial
terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)?
4. Bagaimana pengaruh CSR disclosure secara parsial terhadap
Earnings Response Coefficient (ERC)?
5. Bagaimana pengaruh risiko sistematik secara parsial terhadap
Earnings Response Coefficient (ERC)?
6. Bagaimana pengaruh persistensi laba, leverage, kesempatan
pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik secara simultan
terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)?
7. Variabel independen (persistensi laba, leverage, kesempatan
pertumbuhan, CSR disclosure, risiko sistematik) manakah yang
paling dominan mempengaruhi Earnings Response Coefficient
(ERC)?
15
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh persistensi laba secara parsial terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC).
2. Menganalisis pengaruh leverage secara parsial terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC).
3. Menganalisis pengaruh kesempatan pertumbuhan secara parsial terhadap
Earnings Response Coefficient (ERC).
4. Menganalisis pengaruh CSR disclosure secara parsial terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC).
5. Menganalisis pengaruh risiko sistematik secara parsial terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC).
6. Menganalisis pengaruh persistensi laba, leverage, kesempatan
pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik secara simultan
terhadap Earnings Response Coefficient (ERC).
7. Menganalisis variabel independen (pengaruh persistensi laba, leverage,
kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik)
manakah yang paling dominan mempengaruhi Earnings Response
Coefficient (ERC).
16
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak
yang membutuhkan yaitu :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan sarana untuk belajar dan memperdalam ilmu
pengetahuan mengenai pasar modal khususnya dalam menganalisa
pengaruh informasi keuangan perusahaan.
2. Bagi Perusahaan (Emiten)
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti empiris bahan evaluasi
terhadap langkah dan kinerja perusahaan. Selain itu dapat dilakukan
untuk mengkaji dampak kebijakan perusahaan dimasa mendatang dan
informasi untuk menghasilkan laba yang berkualitas agar investor tertarik
untuk melakukan investasi pada perusahaan.
3. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada investor di pasar
modal mengenai laba dan return saham perusahaan sehingga dapat
digunakan sebagai pertimbangan masukan yang optimal dalam
melakukan investasi di pasar modal.
4. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
menambah literatur mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Earnings Response Coefficient (ERC), juga sebagai bahan acuan bagi
peneliti selanjutnya yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1
(revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, laporan keuangan
adalah suatu pengajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Laporan keuangan merupakan output dari seluruh
transaksi yang terjadi selama periode tertentu yang berisikan seluruh
informasi keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Laporan
keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh
perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan
keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan
pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan dimasa mendatang
(Rodoni dan Ali, 2014:13).
Dalam PSAK No. 1, tujuan laporan keuangan yaitu:
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
18
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
b. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun
demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan.
c. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship),
atau pertanggung jawaban manajemen atas sumberdaya yang
dipercayakan kepadanya. Pengguna ingin menilai apa yang telah
dilakukan atau pertanggung jawaban manajemen berbuat demikian
agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini
mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau
menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Menurut Weston dan Brigham (1990:279) dalam Rodoni dan Ali
(2014:13) informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan
digunakan oleh investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan
dividen dimasa mendatang dan tentang risiko atas nilai perkiraan
tersebut. Dari sudut investor, meramalkan masa mendatang merupakan
hal terpenting dari analisis laporan keuangan. Sedangkan dari sudut
manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk mengantisipasi
19
keadaan di masa mendatang dan yang lebih penting sebagai titik tolak
bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian
di masa mendatang.
Mengingat manfaat laporan keuangan yang begitu luas, maka timbul
suatu keharusan bagi manajemen untuk menyajikan laporan keuangan
yang dapat digunakan oleh pemakainya sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan ekonomi dengan tepat. Ada empat karakteristik
pokok yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) agar
informasi laporan keuangan berguna bagi pemakainya, yaitu dapat
dipahami, relevan, keandalan (reliable), dan dapat diperbandingkan
(comparable).
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi. Suatu informasi dikatakan relevan jika informasi tersebut
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan
masa yang akan datang. Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang jujur (faithful
reperesentation) dari yang seharusnya disajikan. Informasi dalam laporan
keuangan dikatakan dapat diperbandingkan (comparable) jika pemakai
20
dapat memperbandingkan laporan keuangan antar periode untuk
mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
Disamping itu pemakai dapat memperbandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif (Ummah, 2012:10-11).
2. Hubungan Laba dan Return
Laba dalam laporan keuangan mempunyai peranan penting dalam
menilai kinerja perusahaan, baik dalam mengukur nilai perusahaan
(dalam hal ini harga saham) maupun untuk menilai ekuitas perusahaan.
Pasar yang mengetahui dan meyakini bahwa laba yang dilaporkan oleh
perusahaa memiliki kandungan informasi, maka akan tercermin pada
harga saham perusahaan.
Menurut Jones (2007), harga saham atau return saham terdiri dari
dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan
komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang
diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita membeli saham,
yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan
capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan
kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (misalnya saham), yang
bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain,
capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.
21
Pankoff dan Virgil (1970) dalam Hendriksen (1999) menyimpulkan
bahwa terdapat pendapat yang hampir sama diantara para analis, yang
menyatakan bahwa laba per lembar saham (earnings per share) dan
penjualan merupakan informasi yang paling penting dari semua
informasi keuangan yang biasanya tersedia. Observasi langsung dan tidak
langsung menhasilkan bahwa laba per lembar saham proyeksi dan laba
per lembar saham yang dilaporkan mempunyai dampak langsung
terhadap harga pasar saham biasa.
Penggunaan laba untuk menilai perusahaan dapat diperhatikan dari
hubungan laba dan return. Apabila laba dan return memiliki hubungan,
maka laba dikatakan memiliki kandungan informasi. Kandungan
informasi laba telah lama menjadi perhatian peneliti.
Hubungan antara laba dengan return telah didukung oleh penelitian
yang dilakukan Ball dan Brown (1968), yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara laba dan harga saham atau return saham.
Laba memiliki kandungan informasi yang tercermin dari perubahan
harga sekuritas. Naik turunnya laba akan berpengaruh terhadap naik
turunnya return saham secara searah.
Secara teoritis, volume saham akan berubah segera setelah
perusahaan melaporkan labanya. Bila investor yang merasakan good
news lebih banyak dari investor yang merasakan bad news, maka akan
22
ada kenaikan harga pasar dari saham perusahaan yang bersangkutan.
Sebaliknya, bila bad news lebih banyak dari good news, akan ada
penurunan harga saham tersebut yang akan terakumulasi pada
Cumulative Abnormal Return (CAR) masing-masing saham perusahaan
(Ambarwati, 2008 dalam Buana, 2014).
3. Earnings Response Coefficient (ERC)
Earnings Response Coefficient (ERC) adalah ukuran besaran
abnormal return suatu saham sebagai respon terhadap komponen laba
abnormal (unexpected earnings) yang dilaporkan oleh perusahaan yang
mengeluarkan saham tersebut (Scott, 2003). Cheng dan Nasir (2010)
menyatakan bahwa ERC merupakan estimasi perubahan harga saham
perusahaan akibat dari informasi laba perusahaan yang diumumkan ke
pasar. Collins (1984) dan Cornell dan Landsman (1989) menyatakan
bahwa ERC merupakan salah satu ukuran atau proksi yang digunakan
untuk mengukur kualitas laba.
Studi tentang pengukuran ERC diawali dari penelitian yang
dilakukan oleh Ball dan Brown (1968) yang menunjukkan bahwa laba
akuntansi membawa informasi yang relevan dalam nilai suatu sekuritas.
ERC diukur dengan slope koefisien dalam regresi abnormal stock returns
dan unexpected earnings yang dilaporkan oleh perusahaan yang
mengeluarkan sekuritas tersebut (Scott, 2009).
23
Earnings Response Coefficient (ERC) berguna dalam analisis
fundamental oleh investor, dalam model penelitian untuk menentukan
reaksi pasar atas informasi laba perusahaan. ERC merupakan koefisien
yang diperoleh dari regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi.
Proksi harga saham yang digunakan adalah Cummulative Abnormal
Return (CAR), sedangkan proksi laba akuntansi adalah Unexpected
Earnings (UE). Regresi model tersebut akan menghasilkan ERC untuk
masing-masing sampel yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya
(Ardila, 2012).
Earnings Response Coefficient (ERC) mengukur tingkat abnormal
return sekuritas dalam merespon komponen yang tidak terekspektasi dari
pengumuman laba perusahaan, dengan kata lain terdapat variasi
hubungan antara laba perusahaan dengan return saham. Kartajumena
(2010), menyatakan kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba akan
tercermin dari tingginya koefisien respon laba, sebaliknya lemahnya
reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin nilai ERC yang
rendah.
Jika investor mempunyai persepsi bahwa informasi keuangan itu
memiliki kredibilitas tinggi, maka ia akan bereaksi terhadap laporan
keuangan tersebut secara kuat (Tiolemba, 2008). Reaksi yang diberikan
investor tergantung dari kandungan informasi dalam laba masing-masing
perusahaan, sehingga mengakibatkan ERC berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Adapun beberapa faktor yang
24
menyebabkan perbedaan ERC tersebut adalah risiko sistematik yang
diukur dengan menggunakan beta, leverage yang merupakan proksi dari
struktur modal, persistensi laba dimana kemampuan menghasilkan laba
yang permanen akan menyebabkan ERC berbeda setiap perusahaan,
kesempatan bertumbuh (growth opportunities), the similiarity of investor
expectations, dan the informativeness of price yang diproksi dengan
ukuran perusahaan (firm size) (Scott, 2009).
Boediono (2005) menyatakan kualitas laba dapat diindikasikan
sebagai kemampuan informasi laba dalam memberikan respon kepada
pasar. Reaksi partisipan pasar terhadap laba yang dilaporkan akan
tergantung pada penilaian investor terhadap kualitas angka laba yang
dilaporkan. Reaksi ini akan tercermin dari besarnya ERC yang
merupakan koefisien yang menunjukkan bagaimana reaksi pasar terhadap
laba yang dilaporkan. Jika laba yang dilaporkan dipersepsikan oleh
partisipan pasar sebagai berkualitas kurang (tidak) baik, maka partisipan
pasar akan menyimpulkan bahwa laba yang dilaporkan bukan laba yang
sebenarnya, dan menghasilkan ERC yang rendah. Sebaliknya, jika
kualitas laba yang dilaporkan dipercaya oleh pasar sebagai lebih baik,
maka partisipan pasar akan menyimpulkan bahwa laba yang dilaporkan
telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan
ERC yang lebih tinggi.
Laba memiliki kandungan informasi yang tercermin dalam harga
saham. Perubahan harga saham bergerak sesuai kepercayaan investor,
25
sejalan dengan Eficiency Market Theory yang menyatakan bahwa pasar
akan bereaksi cepat terhadap informasi yang baru, sehingga sesaat
sebelum dan sesudah laporan keuangan dikeluarkan, informasi
mengernai angka laba yang dipublikasikan akan mempengaruhi tingkah
laku investor. Ketika laba perusahaan dibawah ekspektasi investor,
transaksi pasar saham cenderung menyebabkan turunnya harga saham
perusahaan, dan ketika laba perusahaan diatas ekspektasi investor,
transaksi pasar saham cenderung meningkatkan harga saham perusahaan.
Harga saham perusahaan mengalami perubahan karena adanya laba
kejutan yang mana merupakan selisih dari laba aktual perusahaan dengan
laba yang diharapkan investor. Reaksi investor dapat diukur dengan
abnormal return. Bila pasar efisien, maka abnormal return akan muncul
disekitar tanggal pengumuman informasi laba. Peningkatan laba
abnormal (unexpected earnings) diikuti oleh return abnormal negatif
(Ball dan Brown, 1968). Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang signifikasi antara pengumuman laba perusahaan dengan perubahan
harga saham. Seberapa jauh respon pasar terhadap informasi laba dikenal
dengan penelitian ERC (Ardila, 2012).
Penelitian oleh Sri (2008) dan Ball dan Brown (1968) dalam Delvira
dan Nelvirita (2013), menemukan adanya hubungan yang signifikan
antara pengumuman laba perusahaan dengan perubahan harga saham.
Pada tahun saat diumumkan laba terjadi kecenderungan perubahan positif
pada harga saham, dan sebaliknya pada tahun saat diumumkan kerugian
26
terjadi perubahan negatif pada harga saham. Hal ini terjadi karena dalam
menanamkan dananya investor melihat prospek perusahaan baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin sering perusahaan
mengalami kerugian makan semakin sering terjadi penurunan harga
saham tersebut yang menyebabkan terjadinya kerugian pada investor.
4. Persistensi Laba
Laba yang menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan
bagi pengguna laporan keuangan adalah laba akuntansi. Sehingga laba
akuntansi yang diharapkan tidak hanya tinggi namun juga harus
persisten. Menurut Sunarto (2008) persistensi laba merupakan laba yang
mempunyai kemampuan sebagai indikator laba periode mendatang
(future earnings) yang dihasilkan perusahaan secara berulang dan
berkelanjutan (sustainable).
Menurut Wijayanti (2006), laba yang persisten adalah laba yang
memiliki sedikit atau tidak mengalami gangguan (noise) dan dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya. Hal ini
juga dikuatkan oleh pendapat Hyan (1995) yang menyatakan gangguan
dalam laba akuntansi disebabkan oleh transitory event atau penerapan
konsep akrual dalam akuntansi.
Menurut Soemarso (2005), laba adalah selisih lebih pendapatan atas
beban sehubung dengan kegiatan usaha. Atas dasar persistensi, laba yang
berkualitas adalah laba yang bersifat permanen dan tidak bersifat
27
transitory. Persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi
laba dalam menentukan kualitas laba, dan persistensi laba ditentukan
oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili
sifat transitory dan permanen laba (Sloan dalam Nicky, 2009).
Menurut Pennman (1982) dalam Margaretta (2006) persistensi laba
adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa depan
(expected future earnings) yang diimplikasi oleh laba akuntansi tahun
berjalan (current earnings). Laba dikatakan persisten, apabila laba saat
ini dapat digunakan sebagai pengukur laba periode mendatang.
Lipe (1990) menggunakan koefisien regresi dari regresi antara laba
akuntansi periode sekarang dengan periode sebelumnya sebagai proksi
persistensi laba. Laba dianggap semakin persisten, jika koefisien
variasinya semakin kecil. Dapat disimpulkan bahwa persistensi laba
merupakan kemampuan laba sekarang yang diharapkan mampu
menjelaskan laba pada masa yang akan datang. Persistensi dapat dilihat
berdasarkan keseluruhan laporan keuangan ataupun diukur berdasarkan
komponen laporan keuangan.
Laba yang berfluktuasi (tidak persisten) akan mengurangi daya
prediksi laba untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang
datang. Penurunan daya prediksi laba dapat mengakibatkan informasi
laba tahun berjalan menjadi kurang bermanfaat dalam memprediksi laba
masa depan (Suaryana dalam Festy, 2011). Bila terdapat persistensi yang
besar pada laba perusahaan maka ekspektasi laba dimasa yang akan
28
datang akan lebih pasti dibanding bila perusahaan yang memiliki
persistensi rendah (Sri, 2008). Semakin tinggi kualitas laba, investor akan
lebih mampu memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan datang
berdasarkan kinerja saat ini. Karena itu ERC diharapkan akan semakin
tinggi untuk perusahaan yang menghasilkan laba berkualitas tinggi
(Scott, 2009).
Pengukuran persistensi laba memfokuskan pada koefisien slope
regresi laba sekarang terhadap laba sebelumnya setelah dibagi dengan
jumlah saham beredar. Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya
menunjukkan persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai
koefisiennya mendekati nol persistensi labanya rendah. Jika nilai
koefisiennya bernilai negatif, maka nilai koefisien yang lebih tinggi
menunjukkan kurang persisten dan koefisien yang lebih rendah
menunjukkan lebih persisten.
5. Leverage
Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap dengan maksud untuk meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham. Sedangkan menurut Suad
(2000), leverage adalah kekuatan pengungkit, yaitu dari kata dasar lever
yang berarti pengungkit.
Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan
tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset
29
dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan
pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas
(risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan
keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan
leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham (Agus, 2001).
Leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban
tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan.
Dengan memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa
tingkat ketidakpastian dari return yang akan diperoleh akan semakin
tinggi pula. Tingkat leverage ini bisa saja berbeda-beda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya, atau dari satu periode ke periode
lainnya di dalam satu perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage akan
semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat
return atau penghasilan yang diharapkan. Risiko disini dimaksudkan
dengan ketidakpastian dalam hubungannya dengan kemampuan
perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetapnya (Lukman, 2009).
Brigham (2008) mengatakan bahwa penggunaan utang pada tingkat
tertentu akan dapat mengurangkan biaya modal perusahaan karena biaya
atas hutang merupakan pengurang pajak perusahaan, dan meningkatkan
harga saham. Sehingga dapat dikatakan penggunaan hutang pada tingkat
tertentu dan dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan
nilai perusahaan. Tetapi jika digunakan secara berlebihan menyebabkan
30
perusahaan memiliki risiko kebangkrutan yang tinggi akibat dari
ketidakmampuan dalam mambayar hutangnya. Leverage juga dapat
digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek (Agnes, 2005).
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Rasio leverage digunakan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, artinya perusahaan dapat menggunakan rasio leverage secara
keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio yang ada.
Dengan mengetahui leverage ratio akan dapat dinilai tentang: (Jumingan,
2006: 112)
a) Posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain.
b) Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat
tetap.
c) Keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal.
Peningkatan laba (sebelum beban bunga) pada perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi akan menambah kekuatan dan keamanan
bagi kreditor, sehingga peningkatan laba lebih merupakan berita baik
bagi kreditor daripada pemegang saham. Dengan demikian, ERC untuk
perusahaan yang mempunya leverage yang besar akan lebih rendah
daripada perusahaan yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali
31
leverage (Scott, 2009). Hal ini telah dibuktikan secara empiris oleh
Dhaliwal dan Reynolds (1994).
Berbagai rasio financial dapat dipergunakan untuk mengukur risiko
dalam hubungannya dengan perusahaan yang menggunakan leverage
dalam struktur modalnya adalah sebagai berikut : (Kasmir, 2010: 112)
1) Rasio utang (Debt Ratio)
2) Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio)
3) Rasio utang jangka panjang (Long Term Debt to Equity Ratio)
4) Rasio laba terhadap beban bunga (Time Interest Earned)
5) Rasio penutupan beban tetap (Fixed Charge Coverage)
Untuk mengukur leverage atau struktur modal perusahaan, salah
satunya dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang
menggambarkan perbandingan total kewajiban dengan total ekuitas.
Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh
utang (termasuk utang lancar) dengan seluruh dana yang berasal dari
pemilik/modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang.
Jika DER > 1 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sarat dengan
hutang dimana porsi hutang pada struktur modalnya melebihi porsi
ekuitas atau sebaliknya, jika DER < 1 menunjukkan bahwa porsi hutang
pada stuktur modalnya lebih sedikit dibandingkan porsi ekuitas.
32
6. Kesempatan Pertumbuhan
Growth opportunities adalah peluang untuk investasi diproyek
dengan NPV positif. Nilai dari sebuah perusahaan dapat dikonsepkan
sebagai penjumlahan dari perusahaan yang membayar seluruh (100%)
pendapatan sebagai dividen dan NPV dari growth opportunities (Rodoni
dan Ali, 2014:55).
Kesempatan bertumbuh menjelaskan prospek pertumbuhan
perusahaan di masa depan. Penilaian pasar (investor/pemegang saham)
terhadap kemungkinan bertumbuh suatu perusahaan nampak dari harga
saham yang terbentuk sebagai suatu nilai ekspektasi terhadap manfaat
masa depan yang akan diperolehnya. Pemegang saham akan memberi
respon yang lebih besar kepada perusahaan dengan kemungkinan
bertumbuh yang tinggi. Hal ini terjadi karena perusahaan yang
mempunyai kemungkinan bertumbuh yang tinggi akan memberikan
manfaat yang tinggi di masa depan bagi investor (Palupi, 2006).
Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan
harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik
bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan
akan meningkatkan ERC perusahaan.
Berita baik (buruk) dalam laba saat ini dapat mengindikasikan
prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, yang
mengakibatkan ERC akan menjadi lebih besar. Laba yang diukur
33
berdasarkan nilai historis tidak dapat mengungkapkan kemampuan
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, namun hal itu akan
berbeda jika laba saat ini mengungkapkan profitabilitas yang tinggi untuk
beberapa proyek investasi perusahaan, maka dapat mengindikasi pasar
bahwa perusahaan akan mendapatkan pertumbuhan yang pesat di masa
yang akan datang. Pertumbuhan itu di dapat dari tingkat profitabilitas
yang terus terjadi yang akan menaikkan jumlah asset perusahaan.
Suksesnya sebuah perusahaan dengan investasinya saat ini, juga
membuat pasar mengindikasikan bahwa perusahaan juga akan berhasil di
masa yang akan datang. Dengan demikian, perusahaan tersebut dikatakan
perusahaan yang sedang tumbuh/berkembang, sehingga akan menarik
banyak modal dari investor sebagai sumber tambahan pertumbuhannya.
Sehingga, semakin besar laba perusahaan di saat ini mengungkapkan
adanya pertumbuhan maka akan semakin besar ERC perusahaan tersebut
(Scott, 2009).
7. CSR Disclosure
Dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan laporan keuangan
semata (single bottom line) tetapi juga memperhatikan tiga aspek penting
yang meliputi aspek keuangan, lingkungan, dan sosial (triple bottom
line). Banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial atau Corporate Sosial Responsibility (CSR)
dalam laporan tahunan perusahaan yang masih bersifat sukarela sebagai
34
salah satu strategi bisnisnya dan untuk menaati peraturan yang telah
ditetapkan. Konsep dari CSR datang karena adanya globalisasi dan
liberalisasi (Kiran & Sharma, 2011 dalam Restuti dan Nathaniel, 2012).
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komiten perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.
Tanggung jawab sosial dalam pandangan Freedman, hanya ada pada
individu dan bukan melekat pada perusahaan. tanggung jawab
perusahaan adalah menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi
pemegang saham. Bahkan, Fredmaan menyebut CSR sebagai ancaman
bagi kapitalisme pasa bebas. Namun, hal ini bertolak belakang dengan
hasil kajian yang telah dilakukan oleh ekonom terbuka Michael Porter
(The Competitive Advantage of Coporate Philantropy) yang
menunjukkan adanya korelas positif antara profit dan CSR, atau tujuan
finasial, dan tujuan sosial perusahaan (Untung, 2008:1 dan 28).
Corporate Social Responsibility adalah pengungkapan tanggung
jawab sosial sebagai dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan
lingkungan diukur dari perbandingan jumlah item yang diungkapkan
perusahaan dengan total item pengungkapan (Anggraini, 2015). Adanya
pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan,
perlahan mengharapkan nilai tambah dan legitimasi dari masyarakat
35
terhadap operasional perusahaan maupun produk yang dihasilkannya
(Sayekti dan Wondabio, 2007).
UU No. 40 Tahun 2007 ayat 66 (2c) tentang Perseroan Terbatas
yang mewajibkan perusahaan untuk melaporkan pelaksanaan tanggung
jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. Artinya,
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan bersifat wajib bagi
seluruh perusahaan. Namun demikian, item-item pengungkapan
tanggung jawab perusahaan merupakan informasi yang masih bersifat
sukarela. Saat ini belum ada standar yang mengatur mengenai metode
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Di
dalam laporan tahunan biasanya perusahaan mengungkapkan tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan di dalam pernyataan dewan
komisaris.
Salah satu konsep pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
yang berkembang di Indonesia adalah Global Reporting Initiative (GRI).
Konsep GRI dipilih karena tidak hanya melaporkan sesuatu yang diukur
dari sudut pandang ekonomi saja, melainkan dari sudut pandang
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam melakukan penilaian luas
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, item-
item yang akan diberikan skor mengacu kepada indikator kinerja atau
item yang disebutkan dalam GRI Guidelines, diantaranya adalah
indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja lingkungan hidup, indikator
36
kinerja praktik ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, dan indikator
kinerja hak asasi manusia (Pradipta dan Purwaningsih, 2011).
Pengukuran ini dilakukan dengan mencocokan item pada checklist
dengan item yang diungkapkan perusahaan. Apabila item i diungkapkan
maka diberikan nilai 1, jika item i tidak diungkapkan maka diberikan
nilai 0 pada checklist. Setelah mengidentifikasi item yang diungkapkan
oleh perusahaan di dalam laporan tahunan, serta mencocokannya pada
checklist, hasil pengungkapan item yang diperoleh dari setiap perusahaan
dihitung indeksnya dengan proksi CSRI (CSR Index).
8. Risiko Sistematik / Beta
Dalam konteks investasi, risiko dibagi menjadi dua, yaitu Pertama,
risiko sistematik (systematics risk) adalah risiko yang tidak bisa
dihilangkan ataupun dikurangi dengan melakukan diverifikasi investasi.
Kedua, risiko tidak sistematik (unsystematics risk) adalah risiko yang
dapat dikurangi dengan melakukan diverifikasi investasi.
Risiko sistematik adalah setiap risiko yang mempengaruhi sebagian
besar aset dengan tingkat risiko yang bermacam-macam. Contoh dari
risiko sistematik termasuk ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi
secara umum seperti GNP, tingkat bunga atau inflasi. (Rodoni dan Ali,
2014:83)
Menurut Husnan (2005), risiko sistematik (systematic risk)
merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan.
37
Sedangkan menurut Tandelilin (2010), risiko sistematik atau dikenal juga
dengan risiko pasar (market risk) merupakan risiko yang berkaitan
dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan
pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
Menurut Halim (2005), risiko sistematik merupakan risiko yang
tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi
risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat
mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya perubahan tingkat
bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, resesi ekonomi, dan
sebagainya. Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham.
Risiko sistematik merupakan besarnya penyimpangan antara expected
return dan actual return. Banyak investor dan kreditor menilai risiko
secara subjektif, sedangkan pengukuran risiko secara statistik muncul
dari teori koefisien beta.
Menurut Scott (2009), beta merupakan ukuran tingkat risiko suatu
sekuritas yang lazim digunakan. Semakin berisiko return perusahaan
yang diperkirakan di masa yang akan datang, maka semakin rendah nilai
perusahaan di mata investor karena investor melihat laba masa sekarang
sebagai indikator kekuatan laba dan return masa yang akan datang.
Menurut Jogiyanto (2008:357), beta merupakan suatu pengukur
volatilitas (volatility) return sekuritas terhadap return pasar. Beta
sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return
pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return
38
suatu sekuritas dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian
beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu
sekuritas terhadap risiko pasar. Beta juga bisa menjadi salah satu alat
ukur sebelum menentukan investasi yang akan dilakukan.
Semakin tinggi beta suatu sekuritas maka semakin sensitif sekuritas
tersebut terhadap perubahan pasar. Perusahaan dengan risiko beta rendah,
ketika laba perusahaan tersebut diumumkan maka investor akan bereaksi
positif terhadap saham perusahaan tersebut. Namun jika risiko beta
saham perusahaan tersebut tinggi, ini akan meningkatkan risiko
portofolio tinggi. Akibatnya permintaan akan saham perusahaan tidak
akan sebanyak bila betanya rendah.
Hal ini mengindikasikan risiko sistematik yang tinggi akan
menurunkan tingkat ERC. Dengan kata lain, semakin tinggi risiko suatu
perusahaan, maka semakin rendah reaksi investor terhadap kejutan laba
(unexpected earnings) dan akan diikuti oleh ERC yang rendah pula
(Buana, 2014).
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai landasan dan
pembanding dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings
Response Coefficient (ERC). Beberapa penelitian terdahulu yang telah
dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
39
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu yan Relevan
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1.
Sri
Mulyani,
Nur
Fadjrih
Asyik, dan
Andayani
(2007)
Faktor-
Faktor yang
Mempenga-
ruhi
Earnings
Response
Coefficient
pada
Perusahaan
yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Jakarta
Variabel:
- ERC (Y)
- Persistensi
laba (X1)
- Struktur
modal (X2)
- Risiko
sistematik
atau Beta
(X3)
- Kesempata
n
bertumbuh
(X4)
- Ukuran
perusahaan
(X5)
- Kualitas
auditor (X6)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
semua faktor yang
diajukan (persistensi
laba, struktur modal,
risiko sistematik atau
beta, kesempatan
bertumbuh, dan
ukuran perusahaan)
memiliki pengaruh
terhadap ERC. Hasil
penelitian ini
menyatakan bahwa
kualitas auditor tidak
berpengaruh terhadap
ERC. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil
penelitian yang
dilakukan oleh Sandra
dan Wijaya (2004)
yang menunjukkan
bahwa kualitas auditor
tidak mempengaruhi
reaksi pasar pada saat
pengumuman laporan
keuangan.
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
CSR index.
Studi kasus
yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC,
persistensi
laba, struktur
modal, risiko
sistematik atau
beta, dan
kesempatan
pertumbuhan.
Uji statistik
yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
2.
Christine
Dwikarya
Susilawati
(2008)
Faktor-
Faktor
Penentu
Earning
Response
Coefficient
Variabel:
- ERC (Y)
- Ukuran
perusahaan
(X1)
- Rasio
pengungkit
an (X2)
- Umur
perusahaan
(X3)
- Konsentrasi
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel terkait
struktur yaitu ukuran
perusahaan (aset
total), konsentrasi
modal, dan variabel
terkait pasar yaitu tipe
industri yang
mempunyai pengaruh
ERC secara statistis.
Artinya, investor
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
variabel
independen
yang
digunakan
yaitu
persistensi
laba,
leverage,
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC.
Uji statistik
yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
40
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
kepemilika
n (X4)
- Metode
sediaan
(X5)
- Profitabilita
s (X6)
- Likuiditas
(X7)
- Tipe
industri
(X8)
- Tipe audit
(X9)
- Status
pendaftaran
(X10)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
hanya memanfaatkan
informasi karakteristik
perusahaan untuk aset
total, konsentrasi
kepemilikan dan tipe
industri tetapi belum
memanfaatkan ketujuh
variabel karakteristik
perusahaan lainnya
dalam bereaksi
terhadap informasi
laba akuntansi.
Sedangkan variabel
kinerja tidak
mempengaruhi ERC
secara statistis.
kesempatan
pertumbuhan,
CSR index,
risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
3.
Eriana
Kartadjum
ena (2010)
Pengaruh
Voluntary
Disclossure
Of
Financial
Information
dan CSR
Disclossure
Terhadap
Earning
Response
Coefficient
(Survey
pada
Perusahaan
Variabel:
- ERC (Y)
- Disclosure
index (X1)
- CSR index
(X2)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
diketahui bahwa
voluntary disclosure
of financial
information yang
diproksi dengan
menggunakan
disclosure index
Botosan (1997), dan
CSR index secara
simultan tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap ERC namun
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
persistensi
laba,
leverage,
kesempatan
pertumbuhan,
risiko
sistematik /
beta. Studi
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC
dan CSR
disclosure. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
41
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Manufaktur
di BEI 2008
– 2009).
secara parsial masing-
masing variabel
independen memiliki
pengaruh yang
berbeda-beda terhadap
ERC dimana
voluntary disclosure
of financial
information memiliki
arah positif tidak
signifikan, sedangkan
sebaliknya CSR
disclosure memiliki
pengaruh negatif
signifikan.
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
4.
Mehdi
Moradi,
Mahdi
Salehi,
dan
Zakiheh
Erfanian
(2011)
A Study of
The Effect
of Financial
Leverage on
Earnings
Response
Coefficient
through out
Income
Approach:
Iranian
Evidence
Variabel:
- Abnormal
return (Y)
- Unexpected
earning
(X1)
- Financial
leverage
(dummy
variable)
(X2)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
terdapat hubungan
yang signifikan antara
laba akuntansi dan
abnormal return yang
menunjukkan
perubahan perilaku
dan keyakinan para
investor sebagai
akibat dari perubahan
laba. Para investor
dari Bursa Efek
Teheran
memperhitungkan
struktur modal
perusahaan dan utang
ketika bereaksi
terhadap perubahan
laba tak terduga.
Diharapkan pada
perusahaan dengan
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah pada
variabel
dependen
berupa ERC
dengan
meregresikan
CAR dan UE.
Variabel
dependen
yang
digunakan
adalah
persistensi
laba,
kesempatan
pertumbuhan,
CSR index,
dan risiko
sistematik /
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel
leverage. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
42
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
financial leverage
yang tinggi,
peningkatan hasil
pendapatan
perusahaan pada
solvabilitas. Hasil
penelitian ini juga
menunjukkan bahwa
ERC yang rendah
terdapat pada
perusahaan dengan
financial leverage
yang tinggi, dan
sebaliknya pada
perusahaan dengan
financial leverage
yang rendah maka
ERC nya pun akan
tinggi.
beta. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
5.
Dyah
Hayu
Pradipta
dan Anna
Purwa
ningsih
(2011)
Pengaruh
Luas
Pengungkap
an
Tanggung
Jawab
Sosial dan
Lingkungan
Perusahaan
Terhadap
Earning
Response
Coefficient
(ERC),
dengan
Ukuran
Perusahaan
dan
Variabel:
- ERC (Y)
- CSR index
(X1)
- Ukuran
perusahaan
(variabel
kontrol)
(X2)
- Leverage
(variabel
kontrol)
(X3)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menemukan bahwa
luas pengungkapan
tanggung jawab sosial
dan lingkungan
perusahaan
berpengaruh negatif
terhadap ERC.
Artinya, semakin
besar luas
pengungkapan
tanggung jawab sosial
dan lingkungan
perusahaan maka ERC
perusahaan akan
semakin kecil. Hal ini
mengindikasikan
bahwa investor dapat
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
persistensi
laba,
kesempatan
pertumbuhan,
risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC,
CSR
disclosure, dan
leverage. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
43
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Leverage
Sebagai
Variabel
Kontrol
mempertimbangkan
informasi tanggung
jawab sosial dan
lingkungan
perusahaan sebagai
bahan pertimbangan
dalam keputusan
berinvestasi selain
informasi laba.
Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa
variabel ukuran
perusahaan (size) dan
leverage, sebagai
variabel kontrol,
berpengaruh negatif
terhadap ERC.
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
6.
Dita
Willjayan-
ti (2012)
Pengaruh
Struktur
Modal dan
Kualitas
Audit
Terhadap
Earning
Response
Coefficient
Variabel:
- ERC (Y)
- Financial
Leverage
(X1)
- Ukuran
KAP (X2)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
LEV dan KAP tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
ERC. Hal ini
disebabkan adanya
kecenderungan
investor yang lebih
mengacu pada
informasi rasional
yang berkaitan dengan
aspek fundamental
dari perusahaan
sebagai ukuran kinerja
perusahaan. Selain itu,
peningkatan regulasi
audit membuat tidak
ada perbedaan dalam
penilaian standar
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
persistensi
laba,
kesempatan
pertumbuhan,
CSR index,
risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC
dan leverage.
Uji statistik
yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
44
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
kualitas audit yang
dilakukan KAP big
four dan KAP non big
four.
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011-
2015
7.
Hans
Hananto
Andreas
(2012)
Spesialisasi
Industri
Auditor
Sebagai
Prediktor
Earnings
Response
Coefficient
Perusahaan
Publik yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Variabel:
- ERC (Y)
- Spesialisasi
industri
auditor (X1)
- Persistensi
laba
(variabel
kontrol)
(X2)
- Pertumbuha
n
perusahaan
(variabel
kontrol)
(X3)
- Struktur
modal
(variabel
kontrol)
(X4)
- Ukuran
perusahaan
(variabel
kontrol)
(X5)
- Konservatis
me
akuntansi
(variabel
kontrol)
(X6)
Hasil penelitian ini
menemukan bahwa
spesialisasi industri
auditor berpengaruh
positif pada ERC.
Investor merespon
positif dengan adanya
auditor spesialisasi
industri. ERC untuk
auditor spesialisasi
industri lebih tinggi
dari pada ERC untuk
auditor non
spesialisasi industri.
Hal ini berarti dapat
dikatakan bahwa
kualitas earnings yang
dilaporkan
dipengaruhi oleh
spesialisasi industri
auditor. Investor
mengerti bahwa
penggunaan auditor
spesialis industri dapat
meningkatkan kualitas
earnings.
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
CSR index,
risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011-
2015
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC,
persistensi
laba,
pertumbuhan
perusahaan,
dan struktur
modal. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
45
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
8.
MI Mitha
Dwi
Restuti
dan
Cecilia
Nathaniel
(2012)
Pengaruh
Pengungkap
an
Corporate
Social
Responsibili
ty Terhadap
Earning
Response
Coefficient
Variabel:
- Cummulati
ve
abnormal
return (Y)
- Unexpected
Earnings
(X1)
- Corporate
social
disclosure
index (X2)
- Beta
(variabel
kontrol)
(X3)
- Price to
book value
(variabel
kontrol)
(X4)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
ditemukan bahwa
pengungkapan
Corporate Social
Responsibility tidak
berpengaruh terhadap
Earning Response
Coefficient (ERC).
Hal ini dapat
dikatakan bahwa
investor belum
memperhatikan
informasi-informasi
sosial yang
diungkapkan dalam
laporan tahunan
perusahaan sebagai
informasi yang dapat
mempengaruhi
investor dalam
melakukan keputusan
investasi. Investor
masih mengganggap
informasi laba lebih
bermanfaat dalam
menilai perusahaan
dan dianggap lebih
mampu memberikan
informasi untuk
mendapatkan return
saham yang
diharapkan oleh
investor dibandingkan
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah pada
variabel
dependen
berupa ERC
dengan
meregresikan
CAR dan UE.
Selain itu
terdapat
variabel
independen
persistensi
laba,
leverage,
kesempatan
pertumbuhan.
Studi kasus
yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel CSR
disclosure dan
beta. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
46
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
dengan informasi
sosial yang
diungkapkan oleh
perusahaan.
9.
Ely
Imroatuss
olihah
(2013)
Pengaruh
Risiko,
Leverage,
Peluang
Pertumbu-
han,
Persistensi
Laba dan
Kualitas
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan
Terhadap
Earning
Response
Coefficient
(ERC) pada
Perusahaan
High
Profile
Variabel:
- Cummula-
tive
abnormal
return (Y)
- Risiko
(beta) (X1)
- Leverage
(X2)
- Peluang
pertumbu-
han (X3)
- Persistensi
laba (X4)
- Kualitas
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
(X5)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa
risiko, leverage,
peluang pertumbuhan,
persistensi laba dan
kualitas corporate
social resposibility
berpengaruh secara
simultan terhadap
ERC. Sedangkan hasil
pengujian secara
parsial menunjukkan
bahwa risiko,
leverage, kualitas
tanggung jawab sosial
perusahaan
berpengaruh negatif
terhadap ERC,
sedangkan peluang
pertumbuhan,
persistensi laba tidak
berpengaruh terhadap
ERC.
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah pada
variabel
dependen
berupa ERC
dengan
meregresikan
CAR dan UE.
Selain itu
terdapat
variabel
independen
CSR index.
Studi kasus
yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel risiko
sistematik,
leverage,
peluang
pertumbuhan,
dan persistensi
laba. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
10.
Hanung
Desy
Hapsari
dan
Panubut
Simorangk
ir (2013)
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi Earning
Response
Coefficient
(ERC) pada
Variabel:
- ERC (Y)
- Struktur
modal (X1)
- Ukuran
perusahaan
(X2)
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
secara simultan
menyatakan bahwa
struktur modal, ukuran
perusahaan maupun
kualitas auditor
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC
dan struktur
modal. Uji
47
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Perusahaan
Kompas
100 yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode
2009 – 2010
- Kualitas
auditor (X3)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
berpengaruh negatif
terhadap ERC,
sedangkan secara
parsial hanya struktur
modal yang
memunyai pengaruh
terhadap ERC.
Dengan demikian
besaran struktur
modal, ukuran
perusahaan dan
kualitas auditor yang
dimiliki oleh sebuah
emiten dapat dijadikan
pertimbangan untuk
mengetahui
keterkaitan antara
pengumuman laba dan
reaksi investor
terhadap harga pasar
saham perusahaan.
persistensi
laba,
kesempatan
pertumbuhan,
CSR index,
risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
11.
Maisil
Delvira
dan
Nelvirita
(2013)
Pengaruh
Risiko
Sistematik,
Leverage
dan
Persistensi
Laba
Terhadap
Earnings
Response
Coefficient
(ERC)
(Studi pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Go
Variabel:
- ERC (Y)
- Risiko
sistematis
(X1)
- Leverage
(X2)
- Persistensi
laba (X3)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa
risiko sistematik
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap ERC pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di PT Bursa
Efek Indonesia.
Leverage tidak
berpengaruh terhadap
ERC pada perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di PT Bursa
Efek Indonesia.
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
kesempatan
pertumbuhan
dan CSR
index,. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC,
risiko
sistematik,
leverage, dan
persistensi
laba. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
48
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Public di
BEI Tahun
2008-2010)
Persistensi laba
berpengaruh
signifikan positif
terhadap ERC pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di PT Bursa
Efek Indonesia.
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
12.
Cheng Fan
Fah dan
Lee Hui
Sin (2014)
Relationshi
p between
Earning
Response
Coefficient
of
Insurance
Firm and
Ex Growth
Opportuniti
es, Earned
Premium
Incomes,
and
Comission
in Malaysia
Variabel:
- Abnormal
return (Y)
- Earning per
share (X1)
- Earned
premium
income (X2)
- Net
investment
income (X3)
- Net claims
incurred
(X4)
- Commissi-
on paid
(X5)
- Total assets
(X6)
- Total
liabilities
(X7)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
unexpected earning
mempengaruhi harga
saham secara positif
dan signifikan.
Dengan hasil yang
diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa
hipotesis pertama
diterima. Perubahan
pada harga saham
dapat dijelaskan oleh
tanda dan besarnya
perubahan pendapatan
tahunan tidak terduga
yang dilaporkan oleh
perusahaan asuransi.
Earned premium
income, net inestment
income, net claims
incurred, total assets,
dan total liabilities
menunjukkan secara
tidak signifikan
hubungan dengan
kesempatan
pertumbuhan pada
industri asuransi di
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah pada
variabel
dependen
berupa ERC
dengan
meregresikan
CAR dan UE.
Variabel
independen
pada
penelitian ini
yaitu
persistensi
laba,
leverage,
kesempatan
pertumbuhan,
CSR index,
risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
uji statistik
analisis regresi.
49
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Malaysia. di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
13.
Eka
Larasanta
Buana
(2014)
Pengaruh
Risiko
Sistematik,
Persistensi
Laba dan
Kesempatan
Bertumbuh
Terhadap
Earnings
Response
Coefficient
(ERC)
(Studi
Empiris
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
2009-2012)
Variabel:
- ERC (Y)
- Risiko
sistematik
(X1)
- Persistensi
laba (X2)
- Kesempa-
tan
bertumbuh
(X3)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
secara simultan risiko
sistematik, persistensi
laba dan kesempatan
bertumbuh tidak
berpengaruh terhadap
ERC. Adapun
pengaruh secara
parsial risiko
sistematik tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
ERC, persistensi laba
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
ERC, dan kesempatan
bertumbuh tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
ERC.
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
leverage dan
CSR index.
Studi kasus
yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC,
risiko
sistematik,
persistensi
laba, dan
kesempatan
pertumbuhan.
Uji statistik
yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
14.
Sem
Paulus
Silalahi
(2014)
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibili
ty (CSR)
Disclosure,
Beta dan
Price to
Book Value
(PBV)
Terhadap
Variabel:
- ERC (Y)
- CSR index
(X1)
- Beta (X2)
- Price to
Book Value
(X3)
Uji Statistik:
- Analisis
Hasil penelitian ini
menemukan bahwa
variabel Corporate
Social Responsibility
(CSR) disclosure dan
variabel beta tidak
berpengaruh terhadap
ERC, sedangkan
variabel Price to Book
Value (PBV) memiliki
pengaruh yang
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah
terdapat
variabel
independen
persistensi
laba,
leverage,
kesempatan
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC,
CSR index, dan
beta. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
50
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Earnings
Response
Coefficient
(ERC)
(Studi
Empiris
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia)
Regresi
Berganda
signifikan terhadap
ERC.
pertumbuhan,
dan CSR
index. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
15.
Dian
Masita
Dewi
(2015)
The Role of
CSRD on
Company’s
Financial
Performanc
e and
Earnings
Response
Coefficient
(ERC)
Variabel:
- ERC (Y1)
- ROA (Y2)
- ROE (Y3)
- CSR index
(X1)
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
dan
General
Linear
Multivaria-
te Model
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
CSRD mempengaruhi
ROE. Sebaliknya,
CSRD tidak
mempengaruhi ROA
dan ERC. Umumnya,
investor cenderung
menggunakan
informasi jangka
pendek sehingga
mereka mengabaikan
CSRD yang dianggap
sebagai sumber
informasi jangka
menengah dan
panjang.
Perbedaan
pada
penelitian ini
terdapat
variabel
independen
persistensi
laba,
leverage,
kesempatan
pertumbuhan,
dan risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011 -
2015
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC
dan CSR index.
Uji statistik
yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
51
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
16.
Mohamed
Naceur
Mahjoubi
dan
Ezzeddine
Abaoub
(2015)
Earnings
Response
Coefficient
as a
Measure of
Market
Expecta-
tions:
Evidence
from Tunis
Stock
Exchange
Variabel:
- Abnormal
return
- Return
- Earning
suprise
- Earning per
share
Uji Statistik:
- Earnings
forecasting
methods
and
regression
Hasil penelitan
memperkirakan versi
modifikasi dari Easton
dan Harris (1991)
model yang
menggabungkan laba
kejutan dan tingkat
return sebagai
prediktor,
mengkonfirmasi
prediksi teoritis pada
positif hubungan laba-
return. Namun,
penghasilan hanya
tidak secara statistik
signifikan. Hasil ini
menunjukkan
dominasi laba kejutan.
Amplitudo koefisien
menunjukkan peran
anak perusahaan dari
tingkat pendapatan
dibandingkan dengan
mengejutkan di
regresi laba. Temuan
ini menunjukkan sifat
yang relatif permanen
dari laba perusahaan
Tunisia.
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah pada
variabel
dependen
berupa ERC
dengan
meregresikan
CAR dan UE.
Variabel
independen
pada
penelitian ini
yaitu
persistensi
laba,
leverage,
kesempatan
pertumbuhan,
CSR index,
risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011-
2015.
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menganalisa
ERC. Uji
statistik yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
17.
Yosefa
Sayekti
(2015)
Strategic
Corporate
Social
Responsibili
ty (CSR),
Variabel:
- Cummulati
ve
abnormal
return (Y)
Hasil penelitian ini
menunjukkan
pengaruh strategis dan
non strategis CSR
terhadap ERC.
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah pada
variabel
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel beta.
52
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Company
Financial
Performanc
e, and
Earning
Response
Coefficient:
Empirical
Evidence on
Indonesian
Listed
Companies.
- Unexpected
earnings
- ROA
- Price to
book value
ratio
- Tingkat
CSR
strategis
- Tingkat
CSR non
strategis
- Total aset
- Beta
Uji Statistik:
- Analisis
Regresi
Berganda
Hasilnya, CSR
strategis dan non
strategis secara positif
dan negatif
mempengaruhi
masing-masing kinerja
keuangan. Tingkat
pengungkapan CSR
strategis di laporan
tahunan
mempengaruhi ERC,
sedangkan CSR non
strategis tidak
mempengaruhi ERC.
Kontribusi utama pada
penelitian ini adalah
pengembangan tanda
matriks untuk
membedakan antara
CSR strategis dan
CSR non strategis.
dependen
berupa ERC
dengan
meregresikan
CAR dan UE.
Variabel
independen
pada
penelitian ini
yaitu
persistensi
laba,
leverage,
kesempatan
pertumbuhan,
CSR index.
Studi kasus
yang
digunakan
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011
hingga 2015
Uji statistik
yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
18.
Mohsen
Hosseini,
Kamal
Nadafi
Chalestori,
Saeid
Rezahi Hi,
dan Ehsan
Ebrahimi
(2016)
A Study on
the
Relation-
ship
between
Earnings
Manage-
ment
Incentives
and
Earnings
Response
Coefficient
Variabel:
- ERC
- Net profit
- Operating
profit
- Cash on
hand
obtained
from
operating
activities
- Total
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
menurut hasil
hipotesis pertama dan
ketiga, terdapat
hubungan antara
manajemen insentif
laba dan ERC.
Sedangkan pada
hipotesis kedua
menunjukkan
hubungan negatif
Perbedaan
pada
penelitian ini
adalah pada
variabel
dependen
berupa ERC
dengan
meregresikan
CAR dan UE.
Variabel
independen
Persamaan
pada penelitian
ini adalah
menggunakan
variabel ERC.
Uji statistik
yang
digunakan
adalah analisis
regresi.
53
No Peneliti Judul Variabel dan
Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
accruals
- Financial
incentive
- Debt limit
Uji Statistik:
- Multivaria-
te linear
regression
antara manajemen
insentif laba dan ERC
di sebagian tes sub
hipotesis
pada
penelitian ini
yaitu
persistensi
laba,
leverage,
kesempatan
pertumbuhan,
CSR index,
risiko
sistematik /
beta. Studi
kasus yang
digunakan
perusahaan
yang terdaftar
di BEI sektor
keuangan
tahun 2011-
2015.
Sumber : Penelitian Terdahulu (data diolah)
C. Keterkaitan antar Variabel
1. Persistensi laba berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient
(ERC)
Pengujian empiris yang telah dilakukan oleh Mulyani, dkk (2007),
Kormendi dan Lipe (1987), Delvira dan Nelvirita (2013) menemukan
hasil yang konsisten bahwa persistensi laba berpengaruh positif terhadap
Earnings Response Coefficient (ERC). Investor akan lebih responsif
terhadap laba bagi perusahaan yang memiliki tingkat persistensi tinggi.
54
Persistensi laba mencerminkan kualitas laba perusahaan dan
menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu
ke waktu dan bukan hanya karena suatu peristiwa tertentu. Scott (2009)
mengatakan bahwa semakin permanen perubahan laba dari waktu ke
waktu, maka semakin tinggi ERC. Apabila perusahaan diyakini dapat
mempertahankan laba yang dihasilkan di masa depan, maka informasi
laba yang disajikan tersebut akan cenderung lebih kuat mempengaruhi
pasar. Dengan kata lain, persistensi laba memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap ERC.
2. Leverage berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)
Peningkatan Earnings Response Coefficient (ERC) akan terjadi jika
leverage sebuah perusahaan lebih kecil. Penelitian yang dilakukan oleh
Moradi, Salehi, dan Erfanian (2010) menemukan ERC pada perusahaan
dengan tingkat leverage rendah akan lebih besar dibandingkan dengan
ERC pada perusahaan dengan tingkat leverage tinggi. Perusahaan yang
memiliki leverage keuangan tinggi, informasi peningkatan laba
perusahaan merupakan good news bagi kreditur, sehingga laba akan
mengalir lebih banyak kepada kreditur dibandingkan pemegang saham.
Pengujian sebelumnya dengan menggunakan DER dilakukan oleh
Dhaliwal dan Reynolds (1994), Mulyani, dkk (2007), Moradi, Salehi, dan
Erfanian (2010), Pradipta dan Purwaningsih (2011), Hapsari dan
Simorangkir (2013), ditemukan bahwa leverage berkorelasi secara
negatif signifikan dengan ERC.
55
3. Kesempatan pertumbuhan berpengaruh terhadap Earnings Response
Coefficient (ERC)
Penelitian oleh Collins dan Kothari (1989) menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh yang lebih besar akan
memiliki Earnings Response Coefficient (ERC) tinggi. Kondisi ini
menunjukkan bahwa semakin besar kesempatan bertumbuh perusahaan
maka semakin tinggi kesempatan perusahaan mendapatkan atau
menambah laba yang diperoleh perusahaan pada masa mendatang.
Kesempatan pertumbuhan berhubungan dengan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Keyakinan akan pertumbuhan laba di masa
depan akan meningkatkan nilai dari informasi laba yang disajikan.
Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Novianti (2012),
Susanto (2012), dan Amelia (2013) menyimpulkan bahwa kesempatan
bertumbuh berpengaruh positif signifikan terhadap ERC.
4. CSR disclosure berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient
(ERC)
Sayekti dan Wondabio (2007), Kertadjumena (2010), Restuti dan
Nathaniel (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh CSR
terhadap ERC yang memberikan hasil bahwa pengungkapan CSR
memiliki pengaruh negatif terhadap ERC. Apabila ketidakpastian
prospek perusahaan di masa mendatang tinggi maka ERC juga tinggi.
Informasi pengungkapan CSR diharapkan perusahaan dalam laporan
tahunannya dapat mengurangi ketidakpastian prospek perusahaan di
56
masa mendatang. Peneltian lain mengenai CSR disclosure dilakukan oleh
Daud dan Syarifuddin (2008) dalam Anggraini (2015) yang
menunjukkan hasil berbeda dimana CSR disclosure berpengaruh positif
signifikan terhadap ERC yang berarti bahwa dengan adanya peningkatan
pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan akan
meningkatkan reaksi investor terhadap laba.
5. Risiko sistematik berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient
(ERC)
Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka semakin rendah Earnings
Response Coefficient (ERC). Dengan kata lain, semakin tinggi risiko
suatu perusahaan, maka semakin rendah reaksi investor terhadap kejutan
laba (unexpected earnings) dan akan diikuti oleh ERC yang rendah pula.
Dengan demikian hubungan antara risiko dengan ERC akan bersifat
negatif dan signifikan. Perusahaan dengan risiko beta rendah, ketika laba
perusahaan tersebut diumumkan maka investor akan bereaksi positif
terhadap saham perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
Tiolemba (2008) dan Delvira (2013) juga menemukan bahwa risiko
perusahaan atau risiko sistematik berpengaruh negatif signifikan terhadap
ERC.
D. Kerangka Pemikiran
Informasi laba merupakan hal yang penting bagi para pemakainya. Hal
ini karena informasi laba dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu
57
perusahaan, apakah perusahaan tersebut melaporkan labanya lebih tinggi atau
lebih rendah dari tahun sebelumnya serta menilai prospek perusahaan di masa
mendatang. Kualitas laba yang rendah akan membuat para pengguna
informasi tersebut seperti investor dan kreditor salah dalam pengambilan
keputusan.
Dalam mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan
menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC) yang merupakan bentuk
pengukuran kandungan informasi dalam laba. Hal ini karena laba yang
dipublikasikan dapat memberikan respon yang bervariasi, yang menunjukkan
reaksi pasar terhadap informasi laba. Reaksi yang diberikan tergantung dari
kualitas laba yang dihasilkan perusahaan. Dengan kata lain, laba yang
dihasilkan memiliki kekuatan respon (power of respon).
Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari
tingginya ERC menunjukkan laba yang berkualitas. Demikian sebaliknya,
lemahnya reaksi pasar tehadap informasi laba yang tercermin dari rendahnya
ERC menunjukkan laba yang dilaporkan kurang atau tidak berkualitas.
Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ERC salah satunya adalah
persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan
risiko sistematik.
Berdasarkan judul penelitian diatas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) maka dibuat kerangka
pemikirian penelitian sebagai berikut :
58
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Latar Belakang
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi Earnings Response
Coeffecient (ERC) karena cukup
penting untuk mengetahui dan
mengukur kekuatan informasi laba dan
return saham.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variabel
independen terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC).
2. Variabel independen manakah yang
paling dominan mempengaruhi
Earnings Response Coefficient (ERC).
Determined of
Earnings Response
Coefficient (ERC)
Variabel Dependen
Earnings Response
Coefficient (ERC) (Y)
Variabel Independen
Persistensi Laba (X1)
Leverage (X2)
Kesempatan Pertumbuhan (X3)
CSR Disclosure (X4)
Risiko Sistematik / Beta (X5)
Analisis Regresi Data Panel
Uji Chow
Uji Hausman
Fixed Effect
Fixed Effect
Hasil Pengujian Model
Common Effect
Random Effect
Uji Dasar Asumsi Klasik
1. Multikolineritas
2. Heteroskedastisitas
Uji Hipotesis
1. Uji F
2. Uji t
3. Koefisien Determinan (R2)
Interpretasi dan Kesimpulan
59
E. Hipotesis
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan
jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan
untuk studi penelitian. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan
hubungan, diarapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi (Sekaran, 2014:153).
Berdasarkan asumsi-asumsi diatas, untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC), maka dapat ditarik
rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Ha1 : terdapat pengaruh positif persistensi laba terhadap ERC.
2. Ha2 : terdapat pengaruh positif leverage terhadap ERC.
3. Ha3 : terdapat pengaruh positif kesempatan pertumbuhan terhadap ERC.
4. Ha4 : terdapat pengaruh positif CSR disclosure terhadap ERC.
5. Ha5 : terdapat pengaruh positif risiko sistematik/beta terhadap ERC.
6. Ha6 : terdapat pengaruh persistensi laba, leverage, kesempatan
pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik/beta secara simultan
terhadap ERC.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings
Response Coefficient (ERC) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 5 tahun dihitung dari 2011 hingga 2015.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor keuangan. Jenis
penelitian pada penelitian ini adalah studi literatur, yaitu dengan menelusuri
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan cara mengupas (criticize),
membandingkan (compare), meringkas (summarize), dan mengumpulkan
(synthesize) suatu literatur sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan dan
melakukan pembaharuan dalam penelitian ini.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran mengenai
kondisi, perubahan, dan permasalahan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi ERC dan bagaimana pengaruh persistensi laba, leverage,
kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik/beta
terhadap ERC pada masing-masing perusahaan yang diteliti, yang nantinya
dapat berguna untuk penentuan strategi dalam menghadapai persaingan,
perkembangan, serta pengambilan keputusan dalam pertumbuhan dimasa
mendatang. Pada penelitian ini melakukan pengolahan data menggunakan
bantuan aplikasi Eviews versi 8 dan Microsoft Excel 2016.
61
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan subyek dari penelitian yang dilakukan. Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono :
2010). Populasi tidak hanya berupa orang tetapi juga bisa sebuah obyek
dan benda-benda alam lainnya. Dalam penelitian ini, populasi yang
digunakan adalah seluruh perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 91 perusahaan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling
artinya pengambilan sampel secara sengaja dan dipilih berdasarkan
kriteria tertentu yang diperlukan, yang berarti pemilihan sampel secara
tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu.
Penggunaan metode ini bertujuan agar sampel yang diambil relevan
dengan tujuan penelitian. Sampel yang terdapat pada penelitian ini adalah
perusahaan sektor keuangan yang tercatat di BEI selama kurun waktu 5
tahun yaitu dimulai 2011 – 2015. Sampel dalam penelitian ini diambil
berdasarkan ketentuan sebagai berikut berikut :
62
1. Perusahaan sektor keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia
selama periode pengamatan 2011-2015.
2. Secara konsisten tidak mengalami perubahan nama dan bentuk badan
usaha pada periode pengamatan 2011-2015.
3. Menyajikan laporan tahunan dan laporan keuangan pada periode
pengamatan 2011-2015 dan telah dipublikasikan di Bursa Efek
Indonesia.
Dengan kriteria pengambilan sampel diatas maka terpilih 49
perusahaan sektor keuangan telah ditetapkan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat
kuantitatif, yakni dengan melakukan kajian terhadap data dan informasi yang
diperoleh serta memberikan penilaian terhadap permasalahan tersebut. Data
kuantitatif yaitu informasi yang dinyatakan berupa satuan angka (numerik),
bersifat diskrit (bulat/utuh) atau kontinu (pecahan/interval) (Wijaya,
2013:20).
Data yang digunakan adalah data panel yaitu gabungan data dari data
antar perusahaan (cross section) dengan data antar waktu (time series). Data
cross section yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yang dapat
menggambarkan tentang perkembangan suatu kejadi/kegiatan tertentu. Data
antar waktu (time series) adalah data yang dikumpulkan pada waktu tertentu
63
yang dapat menggambarkan keadaan atau karakteristik objek pada saat
penelitian dilakukan (Muhidin dan Abdurrahman, 2011:16).
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi
dengan sumber data yang berasal dari data sekunder. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa laporan tahunan, laporan keuangan masing-masing
perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2015, data
harga saham harian, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harian yang
dapat diperoleh dari www.idx.co.id, www.yahoofinance.com, ataupun
internal masing-masing bank.
Selain itu pengumpulan data dilengkapi dengan cara penelitian pustaka
(library research). Peneliti mencari data-data sesuai dengan permasalahan
dengan membaca dan mempelajari dari berbagai sumber seperti jurnal, koran,
buku-buku, internet, dan berbagai perangkat tertulis lainnya yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ERC yang dapat
digunakan untuk memperkuat dan mempertajam analisis penelitian.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah metode yang digunakan untuk mengolah dan
memprediksi hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode ini
meliputi analisis regresi data panel dan metode uji asumsi klasik.
64
1. Analisis Data Panel
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi
dari data time series dan cross section. Estimasi yang dilakukan dengan
menyatukan kedua data tersebut yang disebut dengan data pooling atau
panel data dengan pengolahan data menggunakan Software Eviews 8.0
untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
Software Microsoft Excel 2016 juga dipakai untuk mempermudah
pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lain-lain. Data
panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara runtun waktu
(time series) dengan seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data
panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu data yang terdiri
dari beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011).
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
a. Model Common Effect
Model Common Effect atau Pooled Regression Model adalah
motode estimasi yang menggabungkan (pooled) seluruh data time
series dan cross section dengan menggunakan pendekatan OLS
(Ordinary Least Square) untuk melakukan estimasi parameternya.
Dengan pendekatan ini kita tidak bisa melihat perbedaan antar
individu dan perbedaan antar waktu karena intercept maupun slope
65
dari model sama. Terlihat bahwa baik intercept maupun slope tidak
berubah baik antara individu maupun antar waktu (Nachrowi dan
Usman, 2006). Persamaan untuk Pooling Least Square ditulis dengan
persamaan sebagai berikut:
Yit = β0 + βXit + εit
dengan :
Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
β0 = Intersep model regresi
εit = komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
b. Model Fixed Effect
Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intercept. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya
perbedaan intercept antara perusahaan namun intercept-nya sama
antar waktu (time invariant). Disamping itu, model ini juga
mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar
perusahaan dan antar waktu. Pendekatan dengan variabel dummy ini
dikenal dengan sebutan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy
Variabel (LSDV) atau disebut juga Covariance Model. Persamaan
66
pada estimasi dengan menggunakan fixed effect model dapat ditulis
dalam bentuk sebagai berikut:
Yit = β0i + βXit + εit
dengan :
Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
β0i = Intersep model regresi pada unit observasi ke-i
εit = komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
c. Model Random Effect
Random Effect Model adalah model etimasi regresi panel dengan
asumsi koefisien slope kontan dan intersep berbeda antara individu
dan antar waktu (Random Effect). Dimasukannya variabel dummy di
dalam Fixed Effect Model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan
tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa
konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom)
yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa
diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) yang
dikenal dengan Random Effect. Model ini akan mengestimasi data
panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar
waktu dan antar individu.
67
Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect
adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena
dapat meningkatkan efisiensi dari least square. Bentuk umum untuk
Random Effect Model adalah:
Yit = β0i + βXi,t + ui + εit
dengan :
Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
β0i = Intercept model regresi
ui = komponen error pada unit observasi ke-i
εit = komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
2. Tahapan Analisis Data
Dalam penelitian, harus dilakukan pemilihan antara tiga model yang
ada yaitu metode kuadrat terkecil (Pooled Least Square/PLS), metode
efek tetap (fixed effect model), dan metode efek random (random effect
model). Pemilihan model dapat dilakukan dengan uji chow dan uji
hausman.
a. Uji Chow
Uji Chow (F statistik) adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah model yang digunakan adalah common effect atau
fixed effect (Nachrowi dan Usman, 2006).
68
b. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan apakah menggunakan
model fixed effect atau model random effect yang paling tepat
(Nachrowi dan Usman, 2006).
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil
estimasi regresi yang dilakukan benar-benar terbebas dari adanya gejala
heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi.
Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika
telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)
yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolinearitas,
dan tidak terdapat autokorelasi (Sudrajat, 1988:164).
Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga
dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas,
maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari
variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah.
Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias
dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena
itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
69
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel
independen. Jika antar variabel independen X’s terjadi
multikolinearitas sempurna, maka koefisien regresi variabel X tidak
dapat ditentukan dan nilai standar error menjadi tidak terhingga. Jika
multikolinearitas antar variabel X’s tidak sempurna tetapi tinggi, maka
koefisien regresi X dapat ditentukan, tetapi memiliki nilai standard
error tinggi yang berarti nilai koefisien regresi tidak dapat diestimasi
dengan tepat (Ghozali, 2009).
Dalam penelitian ini uji multikolinearitas akan dilakukan dengan
tolerance (TOL) dan variance inflation factor (VIF) jika nilai VIF
tidak lebih dari 10, maka model dapat dinyatakan tidak memiliki
gejala multikolinearitas (Suliyanto, 2011).
Jika terdapat korelasi antara variabel independen, maka dinamakan
terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Suatu
model regresi dikatakan bebas multikolinearitas jika mempunyai nilai
VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1.
Sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel
independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas
multikolinieritas jika koefisien korelasi antar varibel harus lemah
70
(dibawa 0.05). Sebaliknya jika korelasi yang terjadi kuat, maka terjadi
problem multikolinieritas (Santoso, 2004 : 203 – 206)
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual suatu pengamatan ke pengamatanyang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut
homoskedastitas dan jika berbeda disbut dengan heteroskedastisitas
(Imam Ghozali, 2011).
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat
menggunakan grafik plot dimana jika grafik plot menunjukkan suatu
pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian
menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi sebaliknya, jika grafik plot tidak
membentuk pola yang jelas maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t sedangkan untuk menguji
model regresi digunakan uji-f.
71
a. Uji F (Uji Signifikan Simultan)
Uji F dikenal sebagai uji Anova, yang digunakan untuk melihat
pengaruh dari semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikatnya, atau bisa juga untuk menguji apakah model regresi
yang dibuat signifikan atau tidak. Uji F dapat dilakukan dengan
membandingkan F hitung dengan F table, jika F hitung > dari F tabel,
maka Ho ditolak, dan Ha diterima yang berarti nilai probabilitas lebih
kecil dari 0,05. Dan sebaliknya, jika F hitung < dari F tabel, maka Ho
diterima dan Ha ditolak yang berarti nilai probabilitas lebih besar dari
0,05.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
varibel independen terhadap variabel dependen.
b. Uji t (Uji Signifikan Parsial)
Uji t adalah suatu jenis pengujian statistika yang dilakukan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan dari nilai yang diperkirakan,
dengan nilai hasil perhitungan statistika. Pada dasarnya, uji t dapat
menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari suatu variabel bebas secara
individual dalam menerangkan variabel terikat. Derajat signifikansi
yang digunakan sebsar 0,05. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
72
maka Hipotesis alternatif diterima dan dapat ditarik kesimpulan bahwa
suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel
dependen.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara varibel
independen terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi mengukur kemampuan variabel X (variabel
independen) mempengaruhi variabel Y (variabel dependen). Semakin
besar koefisien determinasi menunjukkan semakin baik kemampuan
variabel independen mampu menjelaskan variasi perubahan variabel
dependen.
Koefisien determinasi adalah seberapa besarnya kemampuan dari
seluruh variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel
terikatnya. Koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan
koefisien korelasi (R). Sebagai contoh, jika nilai R adalah sebesar 0,40
maka koefisien determinasi (R Square) adalah 0,70 x 0,70 = 0,49.
Berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians dari
variabel terikatnya sebesar 49% dan terdapat 51% varians variabel
terikat yang dijelaskan oleh faktor lain.
73
5. Uji Analisis Model Regresi Data Panel
Model persamaan regresi data panel pada penelitian ini terdiri dari
beberapa langkah yang digunakan untuk menganalisis kemampuan
masing-masing variabel terhadap earnings response coefficient. Analisis
regresi data panel digunakan jika parameter dari suatu hubungan
fungsional antara 1 variabel dependen dengan lebih dari 1 variabel
independen yang ingin diestimasikan. Analisis regresi data panel
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi earnings response coefficient. Adapun bentuk
persamaanya adalah:
Dengan keterangan sebagai berikut :
Yit : Earnings Response Coefficient (ERC)
C : Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien regresi
X1it : Persistensi Laba
X2it : Leverage (DER)
X3it : Kesempatan Pertumbuhan
X4it : CSR Disclosure
X5it : Risiko Sistematik / Beta
eit : Error
74
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada operasional variabel penelitian akan dijelaskan tentang jenis variasi
dari variabel operasional yang digunakan dalam penelitian yang meliputi dari
nilai-nilai pada masing-masing varibel operasional. Penjelasan dari
operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang variasinya dipengaruhi oleh
variasi variabel independen. Variasi perubahan variabel dependen
ditentukan oleh variasi perubahan variabel independen (Suliyanto, 2011).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Earnings Response
Coefficient (ERC) yang diperoleh dari regresi antara Cummulative
Abnormal Return (CAR) sebagai proksi harga saham dan Unexpected
Earning (UE) sebagai proksi laba saham yang digunakan untuk
mengindikasikan atau menjelaskan perbedaan reaksi pasar atau respon
harga saham terhadap informasi laba. Maka, untuk mencari nilai ERC
dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
CARit : abnormal return kumulatif perusahaan i selama periode
pengamatan ± 5 hari dari publikasi laporan keuangan.
UEit : unexpected earning
β0 : konstanta
β1 : koefisien yang menunjukkan ERC
75
eit : komponen error dalam model atas perusahaan i pada periode t
Cummulative abnormal return merupakan proksi harga saham atau
reaksi pasar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah closing
price untuk saham dengan periode selama pelaporan. Untuk peristiwa
pengumuman laba, CAR dihitung pada periode sektor tanggal
pengumuman laporan keuangan untuk melihat bagaimana reaksi pasar
terhadap informasi tersebut. CAR dihitung pada saat laba akuntansi
dipublikasikan di dalam laporan keuangan mengacu pada penelitian
Ardila (2012) dalam Anggraini (2015) dalam even window pendek
selama 11 hari (5 hari sebelum pengumuman laporan keuangan, 1 hari
pengumuman laporan keuangan, dan 5 hari setelah pengumuman laporan
keuangan). CAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
5 5 ∑
Keterangan :
CARit (-5,+5) : Cummulative Abnormal Return perusahaan i pada waktu
jendela peristiwa (even window) pada hari t-5 sampai t+5
ARit : Abnormal Return saham perusahaan i pada hari t
Return saham dan return pasar perusahaan dihitung dengan
menggunakan waktu pengamatan selama 11 hari perdagangan saham,
yaitu dari t-5 sampai dengan t+5, tanggal untuk menentukan t0 adalah
76
tanggal pada saat publikasi laporan keuangan di BEI, karena harga saham
cenderung berfluktuasi pada beberapa hari sebelum dan sesudah
pengumuman laba.
Pengukuram abnormal return dalam penelitian ini menggunakan
market adjust model yang mengasumsikan bahwa pengukuran terbaik
adalah indeks pasar sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi
untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang estimasi
adalah sama dengan return indeks pasar pada periode yang sama. Dalam
hal ini return indeks pasar menggunakan return dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dipakai guna
melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Suatu informasi dapat
dikatakan mempunyai nilai guna bagi investor apabila informasi tersebut
memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar modal. Jogiyanto
(2009) mendefinisikan abnormal return sebagai selisih antara actual
return dan expected return. Abnormal Return akan positif jika return
yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung. Sedangkan abnormal return akan negatif jika return yang
didapatkan lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung (Cheng dan Christiawan, 2011:26). Abnormal return dapat
dihitung sebagai berikut:
Keterangan :
77
ARi,t : Abnormal Return perusahaan i pada periode ke-t
Ri,t : Actual Return saham perusahaan i pada periode ke-t
Rm,t : Return pasar pada periode ke-t
Untuk memperoleh data abnormal return, terlebih dahulu harus
mencari actual return (return sesungguhnya) perusahaan i pada hari t
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Rit : Return saham perusahaan i pada hari t
Pit : Harga penutupan saham i pada hari t
Pit-1 : Harga penutupan saham i pada hari t – 1
Return pasar diwakili dengan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dihitung secara harian sebagai berikut :
1)
1
Keterangan :
Rm,t : Return pasar harian
IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t
IHSGt-1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t - 1
78
Selanjutnya, Unexpected Earnings (UE) dihitung dengan
menggunakan perbandingan data periode berjalan dengan periode
sebelumnya. Unexpected Earnings dihitung menggunakan pengukuran
laba per lembar saham dengan model random walk (Moradi dkk, 2010
dalam Delvira dan Nelvirita, 2013) yakni diukur dengan rumus sebagai
berikut:
1
1
Keterangan :
UEit : Unexpected Earning perusahaan i pada periode t
EPSit : Laba per lembar saham perusahaan i pada periode t
Eit-1 : Laba per lembar saham perusahaan i pada periode sebelumnya
(t-1)
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab besar kecilnya nilai variabel yang lain. Variabel independen
yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Persistensi Laba (X1)
Persistensi laba diukur berdasarkan slope regresi atas perbedaan laba
perusahaan saat ini dengan laba sebelumnya (Chandrarin, 2003).
Keterangan:
Xit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t
79
Xit-1 : Laba bersih perusahaan i pada tahun t-1
β : Koefisien hasil regresi (persistensi laba)
b. Leverage (X2)
Leverage diukur berdasarkan debt to equity ratio (DER)
c. Kesempatan Pertumbuhan (X3)
Kesempatan pertumbuhan diukur dari market to book value ratio
masing-masing perusahaan pada periode akhir periode laporan
keuangan (Jaswadi, 2003 dalam Mulyani, 2007) berdasarkan jumlah
saham beredar, harga saham, dan total ekuitas
d. CSR Disclosure (X4)
CSR disclosure diukur berdasarkan CSR index. Komponen
pengungkapan tanggung jawab social mengacu pada Global Reporting
Initiative (GRI) dengan menggunakan checklist pada masing-masing
indikator yaitu indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja
lingkungan, indikator kinerja sosial (tenaga kerja, hak asasi manusia,
sosial, dan tanggung jawab produk).
∑
Keterangan:
CSRIj : Coporate Social Responsibility Index perusahaan j
ƩXji : Jumlah item/indikator yang diungkapkan perusahaan j
80
nj : Total item/indikator pengungkapan perusahaan j
e. Risiko Sistematik / Beta (X5)
Risiko diukur menggunakan risiko sistematik (beta) dengan
menggunakan market model (Hartono, 2003 dalam Mulyani, 2007)
dengan menggunakan rumus CAPM. Risiko yang diukur berdasarkan
return saham dan return pasar.
Keterangan:
Rit : Return saham perusahaan i tahun t
Rmt : Return pasar pada tahun t
81
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan di Jakarta pada tanggal 14
Desember 1912. BEI didirikan jauh sebelum Indonesia merdeka oleh
pemerintahan Hindia Belanda yang diselenggarakan oleh Vereniging
Voor de Effectenhandel yang pada saat itu masih bernama Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Pada tanggal 11 Januari 1925 dibuka Bursa Efek di
Surabaya kemudian disusul dengan pembukaan Bursa Efek di Semarang
pada tanggal 1 Agustus 1925.
BEJ pertama kali diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1977.
Pada tahun 2007, BEJ dengan Bursa Efek Surabaya (BES) merger
menjadi BEI (Rodoni, 2008:41). Langkah merger BEJ dengan BES
menjadi BEI adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi pasar modal
guna bersaing dengan bursa luar negeri (Suhartono dan Fadillah,
2009:20).
BEI adalah bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi
dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan
ekonomi nasional. Peranan BEI adalah berupaya mengembangkan
82
pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal
Indonesia yang stabil.
Pasar modal sangat erat hubungannya dengan perkembangan
perekonomian suatu negara dan perekonomian sangat dipengaruhi oleh
stabilnya politik. Struktur pasar modal Indonesia telah diatur dalam
Undang-Undang No.8/1995 tentang Pasar Modal Indonesia (UUPM).
Berdasarkan ketentuan dalam UUPM, Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
sehari-hari pasar modal (Rodoni, 2005:119).
2. Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI)
Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang
perkembangan bursa kepada masyarakat, BEI menyebarkan data
pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Adapun
indikator pergerakan saham dan perkembangan perdagangan di BEI
dicerminkan dalam suatu indeks yaitu Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) untuk seluruh perusahaan terbuka dan tercatat.
Perkembangan indeks BEI dan volume perdagangan saham
digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 4. 1 Perdagangan Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2015
Periode
Total Perdagangan
IHSG
Volume Nilai (Rp miliar)
2010 1,453,529.55 1,181,870.07 3,703.512
83
2011 1,308,477.94 1,229,352.34 3,821.992
2012 1,134,062.47 1,118,498.66 4,316.667
2013 1,391,968.66 1,526,957.13 4,274.177
2014 1,327,015.65 1,453,392.36 5,266.947
2015 1,432,238.32 1,390,168.46 4,522.654
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Pasar Modal Desember 2015 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa perdagangan
saham BEI terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pertumbuhan
tersebut ditandai dengan volume, nilai perdagangan, dan IHSG yang
terus berkembang. Meskipun pada tahun 2012 volume dan nilai
perdagangan saham mengalami penurunan, namun hal tersebut tidak
mempengaruhi IHSG yang tetap mengalami peningkatan.
Walaupun terdapat sebuah indeks yaitu IHSG atau Jakarta
Composite Index yang menggambarkan semua saham tercatat sebagai
komponen kalkulasi indeks dan mencerminkan keseluruhan market trend
saat ini, BEI juga mempunyai beberapa jenis indeks harga saham lainnya,
yaitu:
a. Indeks LQ45, merupakan 45 saham likuid terpilih setelah melalui
beberapa tahapan seleksi.
b. Jakarta Islamic Index, merupakan 30 saham terpilih yang termasuk
dalam daftar efek syariah yang diterbitkan oleh BAPEPAM-LK.
c. Indeks Kompas100, merupakan 100 saham pilihan harian koran
Kompas.
84
d. Indeks main board dan development board, yaitu indeks yang
didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI (papan
utama dan papan pengembangan).
e. Indeks sektoral, merupakan semua saham yang masuk dalam
sektoral yang sama, sektoral tersebut yaitu pertanian,
pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri
barang konsumsi, properti dan real estate, transformasi dan
infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa dan investasi.
3. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan sektor keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive
sampling. Berdasarkan kriteria sampel diperoleh sampel sebanyak 49
perusahaan selama periode 2011-2015 yang digunakan penulis sebagai
objek penelitian. Selengkapnya mengenai rincian sampel penelitian
perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4. 2 Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian
Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
Perusahaan sektor keuangan yang listing di BEI
selama periode pengamatan 91
Perusahaan yang tidak menyajikan dan tidak
mempublikasikan laporan keuangan, laporan
tahunan, dan data yang lengkap untuk penelitian
31
85
selama periode pengamatan
Perusahaan yang memiliki data lengkap terkait
variabel yang digunakan dalam penilitian selama
periode pengamatan
61
Perusahaan yang secara konsisten tidak mengalami
perubahan nama dan bentuk badan usaha selama
periode pengamatan
53
Total sampel penelitian 49
Sumber : data sekunder (diolah)
Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder dengan menggunakan metode regresi data panel, yaitu
menggabungkan antara cross section dan time series yang berbentuk
tahunan mulai dari periode 2010 sampai 2015. Dalam penelitian ini
penulis akan memaparkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Earnings Response Coefficient (ERC) yang mana persistensi laba,
leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR dan risiko sitematik sebagai
variabel independen (variabel bebas) sedangkan ERC sebagai variabel
dependen (variabel terikat).
B. Analisis dan Pembahasan
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel,
untuk menguji spesifikasi model dan kesesuaian teori-teori dengan
kenyataan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan batuan
perangkat lunak Microsoft Excel 2016 dan Eviews 8.0 untuk mempercepat
86
perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti,
dengan metode analisis secara ekonometrik. Adapun hasil dan analisis dari
uji yang sudah dilakukan, yakni:
1. Pemilihan Model Data Panel
Terdapat beberapa pendekatan/metode yang dapat digunakan dalam
mengestimasi model regresi data panel yakni pendekatan Common Effect
(CE) Model, Fixed Effect (FE) Model dan Random Effect (RE) Model.
Sebelum menerapkan metode yang digunakan, terlebih dahulu
dilakukan pemilihan terhadap pendekatan yang akan digunakan. Model
pertama adalah common effect model.
Tabel 4. 3 Common Effect Model
Dependent Variable: ERC_
Method: Panel Least Squares
Date: 12/21/16 Time: 11:22
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 49
Total panel (balanced) observations: 245 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004521 0.000266 -17.01329 0.0000
LEV_ 1259.287 355.1280 3.546008 0.0005
KP_ -0.001246 0.000800 -1.558152 0.1205
CSR_ -17598.65 7830.861 -2.247346 0.0255
BETA_ -7430.455 11358.66 -0.654166 0.5136
C 48821.56 4058.688 12.02890 0.0000 R-squared 0.669314 Mean dependent var 33782.08
Adjusted R-squared 0.662396 S.D. dependent var 26197.85
S.E. of regression 15221.92 Akaike info criterion 22.12305
Sum squared resid 5.54E+10 Schwarz criterion 22.20879
Log likelihood -2704.073 Hannan-Quinn criter. 22.15758
F-statistic 96.74807 Durbin-Watson stat 0.771682
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
87
Selanjutnya hal yang sama dilakukan dengan Fixed Effect Model,
hasil regresinya adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 4 Fixed Effect Model
Dependent Variable: ERC_ Method: Panel Least Squares Date: 12/21/16 Time: 11:22 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 49 Total panel (balanced) observations: 245
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.003611 0.000418 -8.631227 0.0000
LEV_ -273.9100 442.3553 -0.619208 0.5365 KP_ -0.000253 0.000685 -0.370314 0.7116
CSR_ -7059.666 10190.48 -0.692771 0.4893 BETA_ -7877.520 5695.436 -1.383129 0.1682
C 46233.08 6149.686 7.517958 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.934220 Mean dependent var 33782.08
Adjusted R-squared 0.915967 S.D. dependent var 26197.85 S.E. of regression 7594.372 Akaike info criterion 20.90003 Sum squared resid 1.10E+10 Schwarz criterion 21.67174 Log likelihood -2506.254 Hannan-Quinn criter. 21.21080 F-statistic 51.18122 Durbin-Watson stat 1.934016 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Selanjutnya hal yang sama akan dilakukan pada Random Effect
Model, hasil regresinya adalah sebagai berikut:
88
Tabel 4. 5 Random Effect Model
Dependent Variable: ERC_ Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 12/21/16 Time: 11:23 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 49 Total panel (balanced) observations: 245 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004041 0.000322 -12.54399 0.0000
LEV_ 146.9088 367.3266 0.399941 0.6896 KP_ -0.000586 0.000643 -0.911412 0.3630
CSR_ -8359.699 8143.082 -1.026601 0.3056 BETA_ -7665.917 5681.551 -1.349265 0.1785
C 46392.77 4861.763 9.542376 0.0000 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 13559.57 0.7612
Idiosyncratic random 7594.372 0.2388 Weighted Statistics R-squared 0.430023 Mean dependent var 8207.948
Adjusted R-squared 0.418099 S.D. dependent var 10029.52 S.E. of regression 7650.764 Sum squared resid 1.40E+10 F-statistic 36.06308 Durbin-Watson stat 1.657456 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.645946 Mean dependent var 33782.08
Sum squared resid 5.93E+10 Durbin-Watson stat 0.764596 Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Setelah hasil dari model Common Effect, Fixed Effect, dan Random
Effect Model diperoleh maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji
untuk menentukan model estimasi mana yang lebih tepat. Maka
digunakanlah uji likelihood ratio atau uji chow.
89
a. Uji Chow
Menurut Widarjono (2009:238-239) uji chow ialah pengujian
untuk menentukan model fixed effect atau common effect yang lebih
tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Dalam uji chow,
dibuat hipotesis untuk selanjutnya diuji. Hipotesis dalam uji chow
adalah sebagai berikut:
H0 : menggunakan model common effect
Ha : menggunakan model fixed effect
Dasar penentuan model yang tepat adalah dengan melihat
perbandingan nilai probabilitas F. Jika nilai probability F ≥ 0.05
artinya H0 diterima, yang berarti model yang paling tepat digunakan
adalah model common effect. Sebaliknya, jika nilai probabilty F <
0.05 artinya H0 ditolak, yang berarti model yang paling tepat
digunakan adalah fixed effect, dan dilanjutkan dengan uji hausman
untuk memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model
random effect. Hasil pengujian uji chow dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 0.524316 (48,142) 0.9944
Cross-section Chi-square 31.980786 48 0.9635 Sumber : Eviews 8 (data diolah)
90
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai probabilitas
cross section F adalah 0.9944 atau > 0.05, yang berarti H0 diterima,
dan Ha ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
yang digunakan pada penelitian ini adalah model common effect.
b. Uji Hausman
Uji hausman dilakukan untuk membandingkan model mana
yang terbaik anatara model fixed effect dan random effect. Dalam
melakukan uji hausman, dibuat hipotesis sebagai berikut:
H0 : menggunakan model random effect
Ha : menggunakan model fixed effect
Berdasarkan hasil uji chow di atas, uji hausman tidak dilakukan
karena karena model yang terpilih adalah model common effect.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan diantara dua atau lebih variabel
independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel
independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antara variabel
independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas
91
atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi masing-masing
variabel bebas.
Multikolinieritas bisa dideteksi dengan melihat kolerasi linier
antara variabel independen di dalam regresi. Sebagai aturan yang
kasar (rule of thumb), jika koefisien kolerasi cukup tinggi yaitu diatas
0,85 maka diduga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika
koefisien kolerasi kurang dari 0,85 maka diduga model tidak
mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu diperhatikan
terutama pada data time series seringkali menunjukan kolerasi antar
variabel independen cukup tinggi. Kolerasi tinggi ini terjadi karena
data time series seringkali menunjukan unsur tren yaitu data bergerak
naik dan turun secara bersamaan (Widarjono, 2010:77).
Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r)
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Hasil Uji Multikolinearitas
PL_ LEV_ KP_ CSR_ BETA_ PL_ 1.000000 0.218385 0.244526 0.508514 0.011101
LEV_ 0.218385 1.000000 0.144457 0.649334 0.015831
KP_ 0.244526 0.144457 1.000000 0.135370 0.042759
CSR_ 0.508514 0.649334 0.135370 1.000000 0.014772
BETA_ 0.011101 0.015831 0.042759 0.014772 1.000000
Sumber: Eviews 8 (data diolah)
Dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa tidak ada
variabel yang memiliki nilai korelasi diatas 0.85. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai tidak terdapat
92
masalah multikolinearitas dengan kata lain dalam penelitian ini tidak
terdapat korelasi diantara variabel bebasnya.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau memiliki nilai yang
sama, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda (tidak sama)
disebut heteroskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi
adalah yang homoskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dilihat dari
probabilitas Obs*R-square. Apabila probabilitas Obs*R-square uji
white lebih kecil dari 0.05, maka terdapat masalah heteroskedastisitas.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas
pada penelitian ini adalah uji white. Hasil uji heteroskedastisitas
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 8 Hasil Uji Heterosdastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.362128 Prob. F(20,3) 0.9311
Obs*R-squared 16.97051 Prob. Chi-Square(20) 0.6549
Scaled explained SS 10.40028 Prob. Chi-Square(20) 0.9603 Sumber: Eviews 8 (data diolah)
93
Berdasarkan output pada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai
probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.6549 yang lebih besar dari nilai
α sebesar 0.05, karena nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari α
= 5% maka H0 diterima dan menolak H1. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam model ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Uji F (simultan)
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara
bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat,
maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.
Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal ini
akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung
dengan Ftabel atau melihat dari nilai probabilitas (prob.) dari tabel.
Apabila nilai probabilitas < 0.05 maka menolak H0 dan dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan
mempengaruhi variabel dependennya. Apabila nilai probabilitas >
0.05, maka menerima H0 dan dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama tidak ada variabel independen yang mempengaruhi
94
variabel dependennya. Berikut hasil uji hipotesis secara simultan
menggunakan uji F:
Tabel 4. 9 Hasil Uji F Common Effect
R-squared 0.669314 Mean dependent var 33782.08
Adjusted R-squared 0.662396 S.D. dependent var 26197.85 S.E. of regression 15221.92 Akaike info criterion 22.12305 Sum squared resid 5.54E+10 Schwarz criterion 22.20879 Log likelihood -2704.073 Hannan-Quinn criter. 22.15758 F-statistic 96.74807 Durbin-Watson stat 0.771682 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan hasil output pada tabel di atas, hasil F-statistic
sebesar 96.74807 dengan tingkat signifikansi 0.000000 yang
menunjukkan tingkat signifikansi kurang dari 0.05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persistensi laba,
leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko
sistematik secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
Earnings Response Coefficient (ERC) atau dengan kata lain model
penelitian ini layak untuk digunakan (goodness of fit) terpenuhi.
b. Uji t (parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial)
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05.
95
Apabila probabilitas < 0.05 maka hasilnya terdapat pengaruh dari
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Selain itu dapat dengan indikator lain, yaitu apabila nilai thitung >
ttabel, maka menolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap
variabel dependennya. Apabila nilai thitung < ttabel, maka menerima H0
dan dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak
mempengaruhi variabel dependennya. Hasil pengujian hipotesis
dengan uji t adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 10 Hasil Uji t Common Effect
Dependent Variable: ERC_
Method: Panel Least Squares
Date: 12/21/16 Time: 11:22
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 49
Total panel (balanced) observations: 245 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004521 0.000266 -17.01329 0.0000
LEV_ 1259.287 355.1280 3.546008 0.0005
KP_ -0.001246 0.000800 -1.558152 0.1205
CSR_ -17598.65 7830.861 -2.247346 0.0255
BETA_ -7430.455 11358.66 -0.654166 0.5136
C 48821.56 4058.688 12.02890 0.0000 Sumber: Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.) Persistensi Laba
Pada tabel 4.11 terlihat bahwa persistensi laba menunjukkan
hubungan negatif terhadap ERC. Persistensi laba memiliki nilai
96
thitung (t-statistik) sebesar 17.01329 > nilai ttabel sebesar 1.969694
dengan probabilitas 0.0000 yang berarti 0.0000 < α = 0.05.
Sehingga, dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang
berarti bahwa persistensi laba berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ERC.
2.) Leverage
Pada tabel 4.11 terlihat bahwa leverage yang diukur dengan Debt
to Equity Ratio (DER) menunjukkan hubungan positif terhadap
ERC. Persistensi laba memiliki nilai thitung (t-statistik) sebesar
3.546008 > nilai ttabel sebesar 1.969694 dengan probabilitas
0.0005 yang berarti 0.0005 < α = 0.05. Sehingga, dapat
disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa
leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap ERC.
3.) Kesempatan Pertumbuhan
Pada tabel 4.11 terlihat bahwa kesempatan pertumbuhan
menunjukkan hubungan negatif terhadap ERC. Kesempatan
pertumbuhan memiliki nilai thitung (t-statistik) sebesar 1.558152 <
nilai ttabel sebesar 1.969694 dengan probabilitas 0.1205 yang
berarti 0.1205 > α = 0.05. Sehingga, dapat disimpulkan H0
diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa kesempatan
pertumbuhan tidak berpengaruh negatif terhadap ERC.
97
4.) CSR Disclosure
Pada tabel 4.11 terlihat bahwa CSR disclosure yang diukur
menggunakan CSR index menunjukkan hubungan negatif
terhadap ERC. CSR disclosure memiliki nilai thitung (t-statistik)
sebesar 2.247346 > nilai ttabel sebesar 1.969694 dengan
probabilitas 0.0255 yang berarti 0.0255 < α = 0.05. Sehingga,
dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa
CSR disclosure berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ERC.
5.) Risiko Sistematik
Pada tabel 4.11 terlihat bahwa risiko sistematik yang diukur
menggunakan beta menunjukkan hubungan negatif terhadap
ERC. Risiko sistematik memiliki nilai thitung (t-statistik) sebesar
0.654166 < nilai ttabel sebesar 1.969694 dengan probabilitas
0.5136 yang berarti 0.5136 > α = 0.05. Sehingga, dapat
disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa risiko
sitematik tidak berpengaruh negatif terhadap ERC.
c. Uji Adjusted R Square
Nilai R2 (koefisien determinasi) dilakukan untuk melihat seberapa
besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Nilai R2 berkisar antara 0-1. Jika nilai R
2 semakin mendekati 0, maka
pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen
98
semakin kecil. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka
pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen
semakin besar.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, dimana
setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam
model akan meningkatkan R2 meskipun variabel yang dimasukkan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square. Berikut adalah
hasil uji Adjusted R Square:
Tabel 4. 11 Hasil Uji Adjusted R Square
R-squared 0.669314 Mean dependent var 33782.08
Adjusted R-squared 0.662396 S.D. dependent var 26197.85
S.E. of regression 15221.92 Akaike info criterion 22.12305
Sum squared resid 5.54E+10 Schwarz criterion 22.20879
Log likelihood -2704.073 Hannan-Quinn criter. 22.15758
F-statistic 96.74807 Durbin-Watson stat 0.771682
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai adjusted R-
squared yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebesar 0.662396
yang menunjukkan kemampuan variabel independen (persistensi laba,
leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko
sistematik) dalam menjelaskan variabel dependen (Earnings Response
99
Coefficient (ERC)) adalah sebesar 66.2396%. Sisanya sebesar
33.7604% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
model penelitian ini.
4. Analisis Regresi Data Panel
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, maka
selanjutnya hasil uji persamaan regresi data panel di analisis yang
bertujuan menguji pengaruh variabel persistensi laba, leverage,
kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure, dan risiko sistematik terhadap
Earnings Response Coefficient (ERC). Analisis regresi data panel dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 12 Analisis Regresi Data Panel dengan Model Commen Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004521 0.000266 -17.01329 0.0000
LEV_ 1259.287 355.1280 3.546008 0.0005
KP_ -0.001246 0.000800 -1.558152 0.1205
CSR_ -17598.65 7830.861 -2.247346 0.0255
BETA_ -7430.455 11358.66 -0.654166 0.5136
C 48821.56 4058.688 12.02890 0.0000 Sumber: Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas, model estimasi yang terpilih adalah model
common effect. Maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
ERCit β0 β1PLit β2LEVit β3KPit β4CSRit β5BETAit εit
ERCit = 48821.56 – 0.004521 PLit + 1259.287 LEVit – 0.001246 KPit –
17598.65 CSRit – 7430.455 BETAit + εit
100
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan:
a. Konstanta sebesar 48821.56, yang menyatakan jika variabel
persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure,
dan risiko sistematik bernilai 0 maka nilai variabel ERC miliki nilai
48821.56.
b. Koefisien regresi -0.004521 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1
point nilai persistensi laba, maka akan menurunkan nilai ERC sebesar
-0.004521 point, demikian pula sebaliknya dengan asumsi variabel
lain dianggap tetap (konstan).
c. Koefisien regresi 1259.287 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1
point nilai leverage, maka akan menaikkan nilai ERC sebesar
1259.287 point, demikian pula sebaliknya dengan asumsi variabel lain
dianggap tetap (konstan).
d. Koefisien regresi -17598.65 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1
point nilai CSR disclosure, maka akan menurunkan nilai ERC sebesar
-17598.65 point, demikian pula sebaliknya dengan asumsi variabel
lain dianggap tetap (konstan).
C. Interpretasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka interpretasi
penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
101
1. Persistensi laba terhadap ERC
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa persistensi laba berpengaruh
signifikan terhadap ERC. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan
bahwa persistensi laba memiliki hubungan negatif dengan ERC, artinya
apabila terdapat peningkatan terhadap nilai persistensi laba maka nilai ERC
akan mengalami penurunan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Wulandari (2016) yang menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh
negatif signifikan terhadap ERC. Hal tersebut dikarenakan investor
cenderung berorientasi pada jangka pendek untuk memperoleh capital gain,
sehingga semakin rendah persistensi laba maka menyebabkan semakin
tinggi ERC
Hal ini berbeda dengan kebanyakan teori yang menyatakan bahwa
persistensi laba berpengaruh positif terhadap ERC. Namun hasil penelitian
ini sejalan dengan Mulyani dkk (2007) dan Delvira dan Nelvirita (2013)
yang menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh signifikan terhadap
ERC. Artinya, persistensi laba mempengaruhi reaksi investor dalam
merespon pengumuman laba. Investor mempertimbangkan persistensi laba
suatu perusahaan untuk menentukan keputusan berinvestasi.
Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan dari penelitian yang
dilakukan oleh Hapsari (2010), Imroatussolihah (2013), dan Buana (2014)
yang menemukan persistensi laba tidak berpengaruh terhadap ERC dengan
penjelasan bahwa investor tidak merespon terhadap perubahan laba
102
meskipun perusahaan telah menunjukkan persistensi laba yang positif untuk
masa datang. Dalam menentukan investasi, investor juga menilai informasi
lain yang mungkin berpengaruh terhadap investasinya (Imroatussolihah,
2013).
2. Leverage terhadap ERC
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan
terhadap ERC. Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan bahwa
leverage memiliki hubungan positif dengan ERC, artinya apabila terdapat
peningkatan terhadap nilai leverage maka nilai ERC akan mengalami
peningkatan pula. Adanya pengaruh yang signifikan ini menunjukkan
bahwa leverage mempengaruhi reaksi pasar pada saat pengumuman laporan
keuangan.
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Etty (2008) bahwa
leverage yang tinggi bukan berarti bahwa hanya debtholder yang akan
diuntungkan, namun pemegang saham juga akan memperoleh bagian dari
keuntungan perusahaan tersebut. Karena besar atau kecil laba yang
diperoleh perusahaan, debtholder akan menerima sebesar bunga yang relatif
tetap, sehingga besarnya laba yang diterima perusahaan akan direspon
positif oleh pemegang saham.
Agus (2001) dalam Delvira dan Nelviritas (2013) mengatakan bahwa
penggunaan hutang dapat memberikan manfaat berupa perlindungan pajak.
Hal ini disebabkan karena pembayaran bunga merupakan pengurang pajak,
103
sehingga laba yang diperoleh oleh investor akan menjadi lebih besar.
Perusahaan yang menggunakan leverage bertujuan agar keuntungan yang
diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya. Dengan kata
lain, semakin besar utang yang dimiliki maka semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan laba perusahan yang diperoleh, sehingga
hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan
diperoleh pemegang saham
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mulyani, dkk (2007), Hapsari dan Simorangkir (2013), dan Imroatussolihah
(2013) yang menemukan bahwa struktur modal bepengaruh terhadap ERC.
Hal tersebut menggambarkan bahwa investor akan bereaksi terhadap
perusahaan yang memiliki utang dengan jumlah yang relatif besar.
3. Kesempatan pertumbuhan terhadap ERC
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kesempatan pertumbuhan tidak
berpengaruh terhadap ERC yang berarti kesempatan bertumbuh belum
menjadi patokan dalam menentukan tinggi rendahnya ERC. Hasil ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena
motivasi investor dalam investasinya bukan untuk mendapatkan keuntungan
jangka panjang melainkan untuk mendapatkan capital gain (Palupi, 2006).
Faktor kesempatan bertumbuh biasanya diamati oleh investor yang
mempunyai perspektif jangka panjang untuk mendapatkan yield dari
investasi yang dilakukannya. Pengaruh kesempatan bertumbuh yang tidak
104
signifikan terhadap ERC dikarenakan kesempatan bertumbuh tidak menjadi
pusat perhatian investor dalam membuat keputusan investasi (Ahmadillah,
2013).
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dan
Murni (2009), Imroatussholihah (2013), dan Buana (2014) yang
menemukan kesempatan pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap ERC.
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Mulyani dkk
(2007) yang menyatakan kesempatan pertumbuhan berpengaruh terhadap
ERC yang berarti perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang
besar maka semakin tinggi kesempatan perusahaan mendapatkan atau
menambah laba yang diperoleh perusahaan pada masa mendatang.
4. CSR disclosure terhadap ERC
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa CSR disclosure berpengaruh
signifikan terhadap ERC. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan
bahwa CSR disclosure memiliki hubungan negatif dengan ERC, artinya
bahwa semakin besar CSR disclosure maka akan semakin kecil nilai ERC.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sayekti (2007), Dihayati
dan Murni (2009), Kertadjumena (2010), dan Pradipta dan Purwaningsih
(2011). Hasil ini mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi
tanggung jawab sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki
dampak yang positif terhadap perusahaan. Terutama dapat mengangkat citra
105
perusahaan yang secara tidak langsung akan ikut meningkatkan volume
penjualan. Selain itu investor juga menggunakan informasi tanggung jawab
sosial sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan berinvestasi selain
informasi laba. Apabila informasi CSR diungkapkan bersamaan dengan
informasi laba, investor akan bereaksi dimana reaksi investor terhadap
informasi CSR memperkecil relevansi laba.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dahlia dan Siregar (2008), Hidayati dan Murni (2009), Silalahi (2014), dan
Dewi (2015) yang menemukan bahwa informasi CSR tidak berpengaruh
terhadap ERC. Menurut Restuti dan Nathaniel (2012) investor masih kurang
percaya dengan informasi CSR yang diungkapkan perusahaan karena
investor lebih berorientasi pada kinerja jangka pendek, sedangkan CSR
lebih berorientasi pada kinerja jangka panjang, sehingga informasi CSR
tidak direspon oleh investor dan tidak digunakan oleh investor dalam
pengambilan keputusan investasi.
5. Risiko sistematik terhadap ERC
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa risiko sistematik tidak
bepengaruh terhadap ERC. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Harahap (2004), Buana (2014), dan Silalahi (2014).
Menurut Halim (2005) dalam Buana (2014) yang mengungkapkan bahwa
risiko sistematik tidak menjadi gambaran dalam menentukan tinggi
rendahnya ERC. Risiko sistematik merupakan risiko yang tidak dapat
106
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar
secara keseluruhan. Sehingga risiko sistematik tidak dapat dihindari oleh
semua perusahaan. Hal ini dianggap oleh investor sebagai hal yang wajar,
maka pengaruhnya terhadap ERC adalah tidak ada.
Penyebab tidak signifikannya hasil penelitian ini juga dikarenakan
rendahnya nilai variabel risiko sistematik. Rata-rata keseluruhan perusahaan
yang diteliti merupakan perusahaan yang memiliki risiko sistematik < 1
(berisiko rendah), yang berarti secara keseluruhan perusahaan memiliki
risiko yang rendah.
Rendahnya variabel risiko sistematik menyebabkan investor lebih
cenderung memperhatikan angka lainnya untuk pengambilan keputusan
dibandingkan dengan risiko sistematik perusahaan (Amelia, 2013). Oleh
karena itu risiko sistematik menjadi tidak berpengaruh signifikan terhadap
ERC yang dilaporkan perusahaan.
107
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ERC. Penelitian ini dilakukan terhadap 49 perusahaan sektor
keuangan yang terdaftar di BEI selama 2011-2015. Berdasarkan analisa dan
pembahasan hasil penelitian dengan melakukan pengujian hipotesis
menggunakan analisis regresi data panel, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Persistensi laba, leverage, kesempatan pertumbuhan, CSR disclosure,
dan risiko sistematik secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
terhadap ERC. Sedangkan secara parsial, persistensi laba dan CSR
disclosure berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ERC. Leverage
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ERC. Kesempatan
pertumbuhan dan risiko sistematik tidak berpengaruh terhadap ERC.
2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi ERC adalah persistensi
laba dan leverage. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat ini
investor sangat memperhatikan dan mempertimbangkan laba perusahaan
dalam menetukan keputusan investasi. Sehingga besarnya laba yang
diperoleh perusahaan akan direspon oleh para pemegang saham.
108
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya:
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan bagi investor
dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menjalankan strategi yang
tepat dalam menanamkan investasi. Selain itu, penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum mengambil keputusan.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang pasar modal dan
dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
menambahkan variabel yang lebih signifikan secara statistik dan
menambah periode waktu yang lebih lama. Sehingga data akan lebih
representatif dan lebih lengkap dari penelitian saat ini.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran
dalam menetapkan kebijakan operasional dan investasi pada setiap
perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang kemudian dapat
digunakan sebagai alat evaluasi terhadap kinerjanya selama ini.
109
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Lolli. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal terhadap
Earnings Response Coefficient (Studi pada Perusahaan Sektor Manufaktur
yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Andalas, Padang, 2014.
Ahmadillah, Haris. “Pengaruh Leverage, Risiko Sistematis dan Kualitas Auditor
terhadap Relevansi Nilai Laba Akuntansi (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Akuntansi, Vol 1, No 3: Seri B,
Universitas Negeri Padang, 2013.
Amelia, Novi. “Pengaruh Risiko Sistematis dan Kesempatan Bertumbuh
Terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi, Vol 1, No 2: Seri A, Universitas
Negeri Padang, 2013.
Andreas, Hans Hananto. “Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Prediktor
Earnings Response Coefficient Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, No. 2, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2012.
Ardila, Isna. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earning Responses
Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta
Islamic Index)”, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2012.
Ball, Ray dan Philip Brown. “An Empirical Evaluation of Accounting Income
Numbers”, Journal of Accounting Research, Vol. 6, No. 2, Autumn, 1968.
Boediono, Gideon SB. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis
Jalur”, Jurnal dan Prosiding SNA, Vol. 8, UPN “Veteran” Yogyakarta,
2005.
Buana, Eka Larasanta. “Pengaruh Risiko Sistematik, Persistensi Laba dan
Kesempatan Bertumbuh Terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2009-2012)”, Jurnal, 2014
Cheng, Megawati dan Yulius Jogi Christiawan. “Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return”, Jurnal,
Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2011.
110
Delvira, Maisil dan Nelvirita “Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan
Persistensi Laba Terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) (Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI Tahun 2008-2010)”,
Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Padang, 2013.
Dewi, Dian Masita. “The Role of CSRD on Company’s Financial Performance
and Earnings Response Coefficient (ERC)”, Jurnal, 2nd Global Conference
on Business and Social Science, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Lambung Mangkurat, Indonesia, 2015
Dhaliwal, D. S. dan Stanley S. Reynolds. “The Effect of The Default Risk of Debt
on The Earnings Response Coefficient”, The Accounting Review, Vol. 69,
No. 2, 1994.
Dwikarya, Christine Susilawati. “Faktor-Faktor Penentu ERC”, Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Vol. 7, No. 2, Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2008.
Etty, Murwaningsari. “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Earning Response
Coefficient”, Artikel Keuangan, 2008, diakses tanggal 24 November 2016,
melalui http://akuntansiku.com.
Fah, Cheng Fan dan Lee Hui Sin. “Relationship between Earnings Response
Coefficient of Insurance Firms an ExGrowth Opportunities, Earned
Premium Incomes and Commissions in Malaysia”, International Business
Research, Vol. 7, No. 6, Malaysia, 2014.
Ghozali, Imam. “Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Halim, Abdul. “Analisis Investasi Edisi Kedua”, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Hapsari, Hanung Desy dan Panubut Simorangkir. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC) pada Perusahaan
Kompas 100 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010”,
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 1, No. 1, Program Studi Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Perbanas Institute, Jakarta, 2013.
Hendriksen, Eldon S. “Teori Akuntansi”, Edisi Keempat, Erlangga, 1999.
Hosseini, Mohsen, Kamal Nadafi Chalestori, Saeid Rezahi Hi, dan Ehsan
Ebrahimi. “A Study on the Relationship between Earnings Management
Incentives and Earnings Response Coefficient ”, 1st International
Conference on Applied Economics and Business, Iran, 2016.
111
Husnan, Suad. “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta, 2005.
Husnan, Suad. “Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Panjang)”, Edisi 4, Cetakan 4, BPFE, Yogyakarta, 2000.
https://id.wikipedia.org
http://www.sahamok.com
Imroatuassolihah, Ely. “Pengaruh Risiko, Leverage, Peluang Pertumbuhan,
Persistensi Laba dan Kualitas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Terhadap Earning Response Coefficient pada Perusahaan High Profile”,
Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol. 1, No. 1, Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, 2013.
Ikatan Akuntansi Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan: Per 1 September
2007”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Jones, Charles P. “Investment: Analysis and Management”, Tenth Edition, John
Wiley and Sons, 2007
Jumingan, “Analisis Laporan Keuangan”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Kasmir, “Pengantar Manajemen Keuangan”, Kencana, Jakarta, 2010.
Kartadjumena, Eriana. “Pengaruh Voluntary Disclossure of Financial
Information dan CSR Disclossure Terhadap Earning Response Coefficient
(Survey pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2008-2009)”, Jurnal
Mangement Research, Universitas Widyatama Bandung, 2010.
Kormendi, R. dan R. Lipe. “Earnings Innovations, Earnings Persistence and
Stock Return”, Journal of Bussiness. 60: 323-345, 1987.
Mahjoubi, Mohamed Naceur dan Ezzeddine Abaoub. “Earnings Response
Coefficient as a Measure of Market Expectations: Evidence from Tunis
Stock Exchange”, International Journal of Economics and Financial Issues,
Vol. 5, Issue. 2, Tunisia 2015.
Moradi, Mehdi, Mahdi Salehi, Zakiheh Erfanian. “A Study of the Effect of
Financial Leverage on Earnings Response Coefficient through out Income
Approach: Iranian Evidence”, International Review of Accounting,
Banking, and Finance, Vol. 2, No. 2, University of Mashhad dan Guilan
University, Iran, 2010.
112
Mulyani, Sri, Nur Fadjrih Asyik, Andayani. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Earning Response Coefficient pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 11, No. 1,
STIESIA Surabaya, 2007.
Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurrahman. “Analisis Korelasi, Regresi, dan
Jalur dalam Penelitian”, Pustaka Setia, Bandung, 2011.
Najmudin, “Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syari’ah Modern”, C.V Andi
Offset, Yogyakarta, 2011
Otoritas Jasa Keuangan. “Statistik Pasar Modal, Juni 2016”, diakses tanggal 8
Juli 2016, dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/data-dan-
statistik/statistik-pasar-modal/Documents/Juni%20-
%20minggu%204%202016.pdf
Palupi, Margaretta. “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Koefisien
Respon Laba Bukti Empiris pada Bursa Efek Jakarta”. Jurnal EKUBANK,
Vol 3, 2006
Panahian, H. dan Aminossadatti, A. “Relationship between Capital Structure
Effect on Earnings Response Coefficient for Tehran Stock Exchange (TSE)”,
Internasional Bulletin of Business Administration (10), 2011.
Pradipta, Dyah Hayu dan Anna Purwaningsih. “Pengaruh Luas Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Terhadap Earning
Response Coefficient (ERC) dengan Ukuran Perusahaan dan Leverage
Sebagai Variabel Kontrol”, Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Atma Jaya, Yogyakarta, 2011.
Restuti, MI Mitha Dwi dan Cecilia Nathaniel. “Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Terhadap Earning Response Coefficient”,
Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 3, No. 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Universitas Pelita Harapan,
Karawaci, 2012.
Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal dan Fundamental di Pasar Modal, Disertasi
Hasil Penelitian”, Center for Social Economic Studies (CSES), Press.
Jakarta, 2005.
Rodoni, Ahmad. “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan Modern”, Mitra Wacana
Media, Jakarta, 2014.
113
Rodoni, Ahmad dan Othman Young. “Analisis Investasi dan Teori Portofolio”,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi. “Pengaruh Corporate Social Responsibility
Disclossure Terhadap Earning Response Coefficient: Suatu Study Empiris
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium
Nasional Akuntansi X, Makassar, 2007.
Sayekti, Yosefa. “Strategic Corporate Social Responsibility (CSR), Company
Financial Performance, and Earning Response Coefficient: Empirical
Evidence on Indonesian Listed Companies”, Jurnal, 2nd Global Conference
on Business and Social Science, Indonesia, 2015.
Scott, William R. “Financial Accounting Theory”, Second Edition, Prentice Hall
Canada Inc, 2000.
Sekaran, Uma. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis”, Edisi 4 Buku 1, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2014.
Silalahi, Sem Paulus. “Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR)
Disclosure, Beta dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Ekonomi, Vol. 22, No. 1,
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Riau, Pekan Baru,
2014.
Subramanyam, K. R. dan Wild, John J. “Analisis Laporan Keuangan” Edisi 10,
Salemba Empat, Jakarta, 2010
Suhartono dan Qudsi Fadillah. “Portofolio Investasi di Bursa Efek Pendekatan
Teori dan Praktek”, Edisi kesatu, YKPN, Yogyakarta, 2009.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”, C.V Andi
Offset, Yogyakarta, 2011
Susanto, Yulius K. “Determinan Koefisien Respon Laba” Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, Vol. 23, No. 3, 2012
Tandelilin, Eduardus. “Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi” Edisi
Pertama, Kainus, Yogyakarta, 2010.
Tandelilin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, BPFE,
Yogyakarta, 2001.
114
Tiolemba, Noviyanti dan Erni Ekawati. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Koefisien Respon Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di BEJ”, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 2,
2008.
Ummah, Hidayatul. “Analisa Pengaruh Penyusutan Terhadap Earnings Response
Coefficient (ERC) pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 2012.
Untung, Hendrik Budi. “Corporate Social Responsibility”, Jakarta, 2008.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”, Edisi Ketiga,
Ekonisia, Yogyakarta, 2009.
Widarjono, Agus. “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, Edisi Pertama, UPP
STIM YKPN, Yogyakarta, 2010.
Willjayanti, Dita. “Pengaruh Struktur Modal dan Kualitas Audit Terhadap
Earning Response Coefficient”, Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Pelita Harapan, Surabaya, 2012.
Wijaya, Tony. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis”, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2013.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Edisi Ketiga, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2011.
Wulandari, Meliana. “Pengaruh Risiko Sistematis, Leverage, Persistensi Laba,
dan Kesempatan Bertumbuh terhadap Earning Response Coefficient pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Undergraduate Thesis,
Widya Mandala Catholic University Surabaya, 2016.
115
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian
No. Perusahaan Tahun (ERC) Y (PL) X1 (DER) X2 (MBV) X3 (CSR) X4 (BETA) X5
1 ABDA 2011 32,220.148 30,874.287 1.734 1,181,393 0.283 0.062
2 ABDA 2012 28,526.925 78,414.850 1.891 1,828,079 0.348 0.182
3 ABDA 2013 21,777.243 113,309.527 1.639 3,232,128 0.370 0.036
4 ABDA 2014 17,574.610 150,137.910 1.199 3,181,249 0.391 0.247
5 ABDA 2015 -2,292.380 173,460.034 1.330 4,050,174 0.391 0.039
6 AGRO 2011 51,669.421 -4,248.177 9.014 1,216,577 0.609 0.062
7 AGRO 2012 51,663.054 16,901.679 9.863 1,416,513 0.630 0.182
8 AGRO 2013 51,570.086 17,092.623 5.123 1,040,285 0.717 0.036
9 AGRO 2014 51,791.680 38,897.305 6.063 840,419 0.783 0.247
10 AGRO 2015 51,768.756 49,637.343 5.185 815,134 0.783 0.039
11 AHAP 2011 49,175.859 -9,429.498 1.060 1,421,101 0.283 0.062
12 AHAP 2012 48,635.885 -3,794.404 2.053 1,149,106 0.304 0.182
13 AHAP 2013 47,363.633 -1,415.466 1.957 837,955 0.370 0.036
14 AHAP 2014 47,195.528 4,199.410 1.968 974,145 0.370 0.247
15 AHAP 2015 51,617.207 4,935.106 1.519 993,591 0.370 0.039
16 AKSI 2011 59,346.230 -17,605.271 0.401 916,715 0.304 0.062
17 AKSI 2012 52,988.793 -60,928.218 0.239 891,840 0.283 0.182
18 AKSI 2013 53,431.980 -20,876.030 0.131 1,600,768 0.391 0.036
19 AKSI 2014 52,475.563 -22,139.630 0.888 1,509,409 0.413 0.247
20 AKSI 2015 51,967.426 -16,518.014 0.029 1,392,693 0.413 0.039
21 AMAG 2011 45,634.186 46,673.218 0.653 663,687 0.522 0.062
22 AMAG 2012 46,329.531 87,225.231 0.763 863,616 0.500 0.182
23 AMAG 2013 46,111.758 145,267.714 0.715 666,362 0.522 0.036
24 AMAG 2014 47,320.333 151,587.961 0.597 748,497 0.565 0.247
25 AMAG 2015 46,920.447 137,205.385 0.742 1,259,899 0.587 0.039
26 APIC 2011 51,323.023 -8,998.190 0.034 1,308,764 0.217 0.062
27 APIC 2012 52,723.900 1,598.079 0.060 1,258,808 0.239 0.182
28 APIC 2013 52,322.740 -15,213.978 0.068 3,139,355 0.457 0.036
29 APIC 2014 51,562.445 -5,578.046 0.142 3,250,619 0.522 0.247
30 APIC 2015 51,743.286 17,513.823 0.210 3,581,857 0.587 0.039
31 ARTA 2011 45,916.909 -18,799.233 0.422 1,012,092 0.435 0.062
32 ARTA 2012 51,068.318 9,312.217 0.323 502,936 0.413 0.182
33 ARTA 2013 50,813.613 -8,156.913 0.235 312,767 0.370 0.036
34 ARTA 2014 50,940.965 -5,393.841 0.200 492,962 0.522 0.247
116
35 ARTA 2015 52,469.195 -7,348.209 0.199 564,984 0.522 0.039
36 ASBI 2011 46,228.923 -16,996.497 1.404 472,017 0.435 0.062
37 ASBI 2012 33,621.025 -9,759.719 2.100 718,988 0.457 0.182
38 ASBI 2013 38,333.068 9,526.748 2.101 659,807 0.500 0.036
39 ASBI 2014 45,719.513 2,228.194 2.195 1,202,467 0.500 0.247
40 ASBI 2015 32,220.148 -8,948.769 2.074 476,930 0.587 0.039
41 ASDM 2011 38,333.068 -4,108.900 1.258 654,504 0.413 0.062
42 ASDM 2012 33,875.730 4,489.196 4.684 810,723 0.457 0.182
43 ASDM 2013 31,073.975 12,056.194 4.558 640,773 0.457 0.036
44 ASDM 2014 27,762.810 16,884.831 5.019 981,556 0.826 0.247
45 ASDM 2015 23,432.825 22,381.772 4.932 890,379 0.783 0.039
46 ASJT 2011 47,629.800 -6,517.041 1.032 1,574,528 0.283 0.062
47 ASJT 2012 47,502.448 -6,308.126 1.176 1,587,667 0.283 0.182
48 ASJT 2013 50,431.555 -6,005.985 1.332 1,384,914 0.283 0.036
49 ASJT 2014 45,464.808 -13,652.730 1.042 572,085 0.304 0.247
50 ASJT 2015 49,030.678 -299.006 1.347 566,732 0.435 0.039
51 ASRM 2011 24,451.645 7,383.682 2.614 811,499 0.370 0.062
52 ASRM 2012 33,493.673 21,734.809 5.672 1,309,976 0.370 0.182
53 ASRM 2013 32,856.910 16,661.314 5.373 1,124,126 0.370 0.036
54 ASRM 2014 18,211.373 17,873.247 4.996 1,192,708 0.370 0.247
55 ASRM 2015 14,900.208 45,505.090 4.182 1,798,336 0.370 0.039
56 BACA 2011 52,070.582 6,017.871 6.712 1,174,051 0.500 0.062
57 BACA 2012 51,514.051 11,230.642 7.614 821,023 0.500 0.182
58 BACA 2013 51,032.659 33,590.185 6.877 614,901 0.500 0.036
59 BACA 2014 51,367.596 59,157.586 8.497 624,114 0.565 0.247
60 BACA 2015 51,044.121 64,833.116 10.543 1,233,891 0.565 0.039
61 BBCA 2011 -3,693.258 9,503,917.254 8.070 4,646,206 0.848 0.062
62 BBCA 2012 -8,277.948 12,130,548.534 7.516 4,279,880 0.891 0.182
63 BBCA 2013 -20,885.845 13,142,172.092 6.736 3,663,176 0.891 0.036
64 BBCA 2014 -32,347.570 15,992,605.465 6.065 4,111,377 0.891 0.247
65 BBCA 2015 -40,243.425 18,525,905.564 5.601 3,622,122 0.891 0.039
66 BBKP 2011 40,794.791 533,285.017 12.073 1,044,298 0.848 0.062
67 BBKP 2012 39,568.387 812,825.910 12.147 979,077 0.848 0.182
68 BBKP 2013 38,008.319 917,554.201 10.179 788,395 0.848 0.036
69 BBKP 2014 42,697.438 1,029,765.250 10.589 989,055 0.848 0.247
70 BBKP 2015 39,351.888 796,348.566 11.523 835,684 0.848 0.039
71 BBNI 2011 13,117.273 4,593,773.199 6.903 1,853,875 0.891 0.062
72 BBNI 2012 4,712.008 6,503,788.278 6.658 1,569,433 0.891 0.182
73 BBNI 2013 -9,042.063 7,896,718.018 7.109 1,529,367 0.891 0.036
74 BBNI 2014 -20,758.493 10,153,877.151 5.591 1,845,572 0.891 0.247
75 BBNI 2015 -9,169.415 12,143,556.313 5.262 1,174,507 0.891 0.039
117
76 BBRI 2011 -27,242.008 12,865,780.652 8.432 3,308,924 0.870 0.062
77 BBRI 2012 -46,347.430 16,926,834.927 7.498 2,616,084 0.870 0.182
78 BBRI 2013 -57,336.678 20,969,663.036 6.894 2,232,052 0.870 0.036
79 BBRI 2014 -72,294.229 23,965,181.276 7.205 2,911,083 0.870 0.247
80 BBRI 2015 -78,376.584 27,221,916.524 6.765 2,466,487 0.870 0.039
81 BDMN 2011 4,612.673 3,218,709.078 4.494 1,505,779 0.848 0.062
82 BDMN 2012 -454.683 3,853,951.686 4.422 1,865,838 0.848 0.182
83 BDMN 2013 -850.750 4,604,378.454 4.839 1,135,240 0.848 0.036
84 BDMN 2014 18,250.852 4,651,746.044 4.927 1,300,425 0.848 0.247
85 BDMN 2015 21,051.333 2,993,163.778 4.496 887,455 0.848 0.039
86 BEKS 2011 55,609.708 79,565.007 11.937 2,295,236 0.674 0.062
87 BEKS 2012 52,239.961 -815,396.750 10.744 1,953,132 0.652 0.182
88 BEKS 2013 51,711.448 32,636.588 11.503 1,245,822 0.652 0.036
89 BEKS 2014 54,262.318 88,130.530 13.217 1,339,009 0.674 0.247
90 BEKS 2015 56,772.436 -153,857.294 18.207 1,816,464 0.674 0.039
91 BFIN 2011 -18,338.795 386,682.706 1.242 1,831,576 0.717 0.062
92 BFIN 2012 11,843.748 457,786.882 1.296 1,076,007 0.717 0.182
93 BFIN 2013 10,442.870 530,671.330 1.441 1,123,311 0.739 0.036
94 BFIN 2014 3,820.540 551,278.681 1.676 1,076,382 0.761 0.247
95 BFIN 2015 -254.740 650,650.431 1.929 1,090,962 0.761 0.039
96 BKSW 2011 52,614.377 -18,640.862 3.026 2,804,903 0.478 0.062
97 BKSW 2012 53,905.731 -13,058.558 4.382 2,819,079 0.587 0.182
98 BKSW 2013 52,771.020 -351,402.340 6.302 1,813,275 0.587 0.036
99 BKSW 2014 50,783.048 -16,231.598 8.136 1,558,371 0.609 0.247
100 BKSW 2015 50,581.831 115,721.938 9.625 1,037,123 0.630 0.039
101 BMRI 2011 -14,560.246 10,333,990.134 7.204 2,488,652 0.891 0.062
102 BMRI 2012 -31,769.390 14,240,015.852 6.778 2,444,832 0.891 0.182
103 BMRI 2013 -46,504.074 18,000,189.558 6.721 2,042,277 0.891 0.036
104 BMRI 2014 -55,609.778 21,129,779.689 6.648 2,374,014 0.891 0.247
105 BMRI 2015 -58,136.451 23,179,450.086 6.161 1,788,197 0.891 0.039
106 BNBA 2011 50,501.599 10,300.633 5.223 667,629 0.565 0.062
107 BNBA 2012 49,701.825 32,365.897 5.667 722,172 0.565 0.182
108 BNBA 2013 49,752.766 44,149.388 6.168 636,148 0.565 0.036
109 BNBA 2014 49,993.462 43,118.290 7.562 600,078 0.565 0.247
110 BNBA 2015 49,712.013 38,209.906 4.323 352,154 0.587 0.039
111 BNGA 2011 36,706.776 2,842,083.270 8.080 1,652,411 0.783 0.062
112 BNGA 2012 31,399.997 3,548,359.292 7.715 1,208,212 0.783 0.182
113 BNGA 2013 31,150.387 4,753,441.695 7.455 884,233 0.783 0.036
114 BNGA 2014 40,980.726 4,805,434.623 7.196 730,289 0.783 0.247
115 BNGA 2015 50,683.713 2,612,598.908 7.328 516,182 0.783 0.039
116 BPFI 2011 49,886.486 9,148.230 1.245 1,309,865 0.326 0.062
118
117 BPFI 2012 49,124.918 6,150.409 1.808 955,008 0.370 0.182
118 BPFI 2013 48,230.904 13,848.822 2.621 1,903,269 0.348 0.036
119 BPFI 2014 47,725.314 21,772.998 1.453 1,592,766 0.391 0.247
120 BPFI 2015 48,974.642 25,460.463 0.966 1,634,623 0.391 0.039
121 BSIM 2011 51,114.164 94,346.319 11.864 1,873,755 0.739 0.062
122 BSIM 2012 49,798.613 106,526.300 7.300 1,250,810 0.739 0.182
123 BSIM 2013 50,575.463 242,097.663 5.335 1,131,190 0.761 0.036
124 BSIM 2014 51,348.493 228,337.340 5.727 1,490,395 0.696 0.247
125 BSIM 2015 51,176.567 154,017.442 6.594 1,503,955 0.696 0.039
126 BSWD 2011 45,846.865 19,413.154 5.004 1,488,052 0.413 0.062
127 BSWD 2012 44,828.045 33,616.018 5.798 3,586,545 0.457 0.182
128 BSWD 2013 40,880.118 41,355.990 6.917 1,227,975 0.500 0.036
129 BSWD 2014 37,314.248 71,533.004 8.275 1,686,183 0.500 0.247
130 BSWD 2015 58,327.410 101,490.994 4.460 3,325,093 0.500 0.039
131 BTPN 2011 21,395.185 919,912.921 7.305 3,393,816 0.652 0.062
132 BTPN 2012 9,424.050 1,552,548.582 6.664 3,924,900 0.804 0.182
133 BTPN 2013 6,367.590 2,202,794.895 6.031 2,509,330 0.674 0.036
134 BTPN 2014 12,480.510 2,373,650.463 5.037 1,893,651 0.783 0.247
135 BTPN 2015 15,791.675 2,079,293.439 4.600 996,600 0.783 0.039
136 BVIC 2011 48,362.077 99,956.703 8.737 689,885 0.761 0.062
137 BVIC 2012 48,866.393 190,487.746 8.769 520,736 0.761 0.182
138 BVIC 2013 47,795.358 210,895.167 10.656 498,921 0.761 0.036
139 BVIC 2014 50,907.853 274,990.575 10.475 482,352 0.761 0.247
140 BVIC 2015 51,172.747 98,718.937 9.477 351,400 0.761 0.039
141 CFIN 2011 40,480.231 205,436.415 1.201 746,685 0.435 0.062
142 CFIN 2012 41,627.677 290,289.682 0.981 624,025 0.457 0.182
143 CFIN 2013 39,933.888 353,671.858 1.197 546,116 0.478 0.036
144 CFIN 2014 39,616.781 410,053.129 1.039 537,106 0.587 0.247
145 CFIN 2015 43,698.428 426,490.038 0.847 304,464 0.609 0.039
146 DEFI 2011 49,485.326 -18,197.198 0.010 884,507 0.087 0.062
147 DEFI 2012 49,696.731 -17,996.145 0.013 1,519,989 0.087 0.182
148 DEFI 2013 49,240.809 -18,121.943 0.010 1,711,133 0.174 0.036
149 DEFI 2014 44,364.482 -17,850.129 0.010 1,665,747 0.239 0.247
150 DEFI 2015 52,745.550 -14,942.164 0.017 1,850,208 0.348 0.039
151 HADE 2011 52,087.138 -15,428.510 1.080 680,709 0.304 0.062
152 HADE 2012 52,493.392 -12,582.321 1.134 655,616 0.326 0.182
153 HADE 2013 52,401.698 -13,309.031 1.089 626,600 0.326 0.036
154 HADE 2014 52,722.626 -11,593.905 0.652 672,758 0.348 0.247
155 HADE 2015 52,736.635 -22,415.937 0.776 642,907 0.326 0.039
156 INPC 2011 51,359.955 73,975.110 15.620 706,009 0.761 0.062
157 INPC 2012 50,870.921 92,801.353 9.612 486,400 0.761 0.182
119
158 INPC 2013 50,653.148 129,775.417 7.113 451,456 0.783 0.036
159 INPC 2014 51,776.397 267,466.258 7.625 376,436 0.783 0.247
160 INPC 2015 52,157.181 104,206.892 8.082 299,834 0.783 0.039
161 LPGI 2011 17,192.553 40,715.766 0.358 384,735 0.370 0.062
162 LPGI 2012 16,683.143 27,187.945 0.448 298,595 0.370 0.182
163 LPGI 2013 -14,390.868 27,869.727 0.573 451,443 0.370 0.036
164 LPGI 2014 -55,780.430 6,880.006 0.652 543,398 0.370 0.247
165 LPGI 2015 -13,117.343 123,624.774 0.747 617,297 0.370 0.039
166 LPPS 2011 53,107.231 129,356.463 0.006 472,929 0.261 0.062
167 LPPS 2012 46,930.635 -24,129.940 0.004 567,925 0.304 0.182
168 LPPS 2013 44,546.596 115,155.846 0.005 534,598 0.348 0.036
169 LPPS 2014 42,649.044 169,578.255 0.005 480,917 0.348 0.247
170 LPPS 2015 52,694.609 212,892.217 0.008 197,268 0.370 0.039
171 MAYA 2011 45,795.924 66,432.553 6.785 2,631,109 0.587 0.062
172 MAYA 2012 42,005.914 172,373.900 8.300 5,638,440 0.587 0.182
173 MAYA 2013 38,741.869 275,724.025 8.955 3,925,559 0.609 0.036
174 MAYA 2014 36,904.172 412,824.063 11.683 2,269,746 0.609 0.247
175 MAYA 2015 32,119.539 469,219.935 9.313 1,811,543 0.609 0.039
176 MCOR 2011 51,628.669 11,776.518 10.572 1,253,922 0.848 0.062
177 MCOR 2012 49,887.760 20,673.385 7.595 998,752 0.848 0.182
178 MCOR 2013 50,546.172 85,669.599 6.647 717,713 0.848 0.036
179 MCOR 2014 51,711.448 67,951.119 7.007 983,181 0.848 0.247
180 MCOR 2015 51,468.204 39,287.055 6.137 1,373,505 0.848 0.039
181 MEGA 2011 12,862.568 1,049,059.580 11.696 2,590,696 0.761 0.062
182 MEGA 2012 4,712.008 1,185,586.786 9.414 1,930,730 0.761 0.182
183 MEGA 2013 43,299.815 1,527,106.978 9.865 2,309,875 0.761 0.036
184 MEGA 2014 41,898.938 569,430.716 8.580 1,982,021 0.761 0.247
185 MEGA 2015 33,621.025 653,061.942 4.924 1,960,399 0.761 0.039
186 MFIN 2011 35,531.313 129,004.902 4.220 1,609,306 0.652 0.062
187 MFIN 2012 31,838.090 182,466.975 3.573 894,789 0.652 0.182
188 MFIN 2013 28,017.515 224,857.666 2.524 812,274 0.652 0.036
189 MFIN 2014 23,814.883 270,826.873 2.430 926,706 0.652 0.247
190 MFIN 2015 29,163.688 318,634.758 1.882 723,006 0.652 0.039
191 MREI 2011 32,474.853 31,667.266 1.401 1,253,041 0.522 0.062
192 MREI 2012 21,140.480 49,641.836 1.422 2,062,963 0.522 0.182
193 MREI 2013 18,720.783 88,601.151 1.415 2,474,843 0.522 0.036
194 MREI 2014 14,772.855 97,091.420 1.465 3,244,309 0.522 0.247
195 MREI 2015 8,405.230 110,204.780 1.307 3,860,567 0.522 0.039
196 MTFN 2011 53,547.871 -15,121.876 3.718 9,850,137 0.543 0.062
197 MTFN 2012 54,886.345 -34,392.618 6.547 10,982,284 0.543 0.182
198 MTFN 2013 46,176.708 -62,254.718 1.662 2,164,916 0.543 0.036
120
199 MTFN 2014 60,864.272 215,919.241 1.130 4,592,657 0.565 0.247
200 MTFN 2015 53,850.970 -1,785,214.314 0.395 1,335,821 0.565 0.039
201 NISP 2011 39,239.817 450,238.978 8.079 1,142,457 0.630 0.062
202 NISP 2012 38,031.242 825,378.793 7.841 1,446,578 0.630 0.182
203 NISP 2013 36,436.789 100,827.999 6.226 1,035,094 0.630 0.036
204 NISP 2014 38,063.080 1,263,502.047 5.918 1,036,194 0.630 0.247
205 NISP 2015 36,190.998 1,476,304.642 6.341 882,396 0.630 0.039
206 PANS 2011 17,281.699 250,375.647 0.991 1,183,553 0.457 0.062
207 PANS 2012 12,011.853 208,126.479 0.745 2,418,654 0.457 0.182
208 PANS 2013 19,068.455 249,386.108 0.329 2,794,689 0.457 0.036
209 PANS 2014 -10,379.264 201,558.006 0.391 2,729,259 0.457 0.247
210 PANS 2015 41,655.694 392,240.300 0.395 2,809,411 0.478 0.039
211 PEGE 2011 49,234.442 465.894 0.680 1,085,555 0.457 0.062
212 PEGE 2012 49,365.615 2,595.481 0.113 995,451 0.457 0.182
213 PEGE 2013 48,912.240 1,771.052 0.140 1,113,529 0.457 0.036
214 PEGE 2014 48,912.240 4,609.378 0.278 746,571 0.478 0.247
215 PEGE 2015 48,447.403 4,603.762 0.363 700,924 0.478 0.039
216 PNBN 2011 43,173.736 1,607,443.858 6.852 1,170,268 0.674 0.062
217 PNBN 2012 41,709.182 2,286,056.588 7.431 850,970 0.674 0.182
218 PNBN 2013 40,903.041 2,539,023.692 7.220 788,281 0.674 0.036
219 PNBN 2014 40,396.178 2,736,864.140 6.430 1,195,541 0.674 0.247
220 PNBN 2015 45,412.593 2,880,804.466 4.944 634,511 0.674 0.039
221 PNIN 2011 31,421.647 1,006,721.679 0.438 209,842 0.413 0.062
222 PNIN 2012 27,947.471 1,186,845.894 0.363 227,112 0.413 0.182
223 PNIN 2013 27,862.145 1,399,911.318 0.276 196,101 0.457 0.036
224 PNIN 2014 23,612.392 1,473,331.532 0.340 190,957 0.500 0.247
225 PNIN 2015 33,250.429 1,820,156.598 0.301 124,926 0.500 0.039
226 PNLF 2011 47,978.746 817,076.098 0.461 447,999 0.522 0.062
227 PNLF 2012 47,787.717 1,019,129.670 0.416 456,127 0.522 0.182
228 PNLF 2013 47,543.200 1,228,418.895 0.267 431,214 0.587 0.036
229 PNLF 2014 47,256.657 1,325,065.762 0.332 651,634 0.609 0.247
230 PNLF 2015 49,250.997 1,563,449.238 0.270 378,767 0.609 0.039
231 SMMA 2011 18,720.783 1,415,238.505 2.083 1,826,734 0.522 0.062
232 SMMA 2012 31,076.522 2,197,859.554 2.002 1,755,042 0.543 0.182
233 SMMA 2013 28,017.515 1,740,951.903 1.790 1,201,949 0.565 0.036
234 SMMA 2014 32,220.148 1,240,455.106 1.860 1,211,362 0.565 0.247
235 SMMA 2015 55,398.303 1,338,720.505 2.090 1,747,186 0.587 0.039
236 TIFA 2011 48,089.543 11,703.510 3.922 1,048,008 0.413 0.062
237 TIFA 2012 47,740.597 24,137.334 3.532 1,081,223 0.413 0.182
238 TIFA 2013 49,126.192 28,667.199 2.957 1,243,674 0.457 0.036
239 TIFA 2014 48,569.661 15,468.476 2.766 835,090 0.500 0.247
121
240 TIFA 2015 50,485.043 20,767.734 3.617 517,078 0.500 0.039
241 TRIM 2011 52,629.659 -2,023.119 0.852 861,540 0.587 0.062
242 TRIM 2012 57,519.995 -13,228.161 1.042 1,836,096 0.587 0.182
243 TRIM 2013 52,774.841 -162,202.670 0.263 787,432 0.674 0.036
244 TRIM 2014 52,350.757 -15,837.354 0.660 893,460 0.674 0.247
245 TRIM 2015 52,236.140 10,393.858 1.177 611,041 0.674 0.039
Lampiran 2: Common Effect Model
Dependent Variable: ERC_
Method: Panel Least Squares
Date: 12/21/16 Time: 11:22
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 49
Total panel (balanced) observations: 245 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004521 0.000266 -17.01329 0.0000
LEV_ 1259.287 355.1280 3.546008 0.0005
KP_ -0.001246 0.000800 -1.558152 0.1205
CSR_ -17598.65 7830.861 -2.247346 0.0255
BETA_ -7430.455 11358.66 -0.654166 0.5136
C 48821.56 4058.688 12.02890 0.0000 R-squared 0.669314 Mean dependent var 33782.08
Adjusted R-squared 0.662396 S.D. dependent var 26197.85
S.E. of regression 15221.92 Akaike info criterion 22.12305
Sum squared resid 5.54E+10 Schwarz criterion 22.20879
Log likelihood -2704.073 Hannan-Quinn criter. 22.15758
F-statistic 96.74807 Durbin-Watson stat 0.771682
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 3: Fixed Effect Model
Dependent Variable: ERC_
Method: Panel Least Squares
Date: 12/21/16 Time: 11:22
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 49
Total panel (balanced) observations: 245 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.003611 0.000418 -8.631227 0.0000
LEV_ -273.9100 442.3553 -0.619208 0.5365
KP_ -0.000253 0.000685 -0.370314 0.7116
CSR_ -7059.666 10190.48 -0.692771 0.4893
122
BETA_ -7877.520 5695.436 -1.383129 0.1682
C 46233.08 6149.686 7.517958 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.934220 Mean dependent var 33782.08
Adjusted R-squared 0.915967 S.D. dependent var 26197.85
S.E. of regression 7594.372 Akaike info criterion 20.90003
Sum squared resid 1.10E+10 Schwarz criterion 21.67174
Log likelihood -2506.254 Hannan-Quinn criter. 21.21080
F-statistic 51.18122 Durbin-Watson stat 1.934016
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 4: Random Effect Model
Dependent Variable: ERC_
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/21/16 Time: 11:23
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 49
Total panel (balanced) observations: 245
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.004041 0.000322 -12.54399 0.0000
LEV_ 146.9088 367.3266 0.399941 0.6896
KP_ -0.000586 0.000643 -0.911412 0.3630
CSR_ -8359.699 8143.082 -1.026601 0.3056
BETA_ -7665.917 5681.551 -1.349265 0.1785
C 46392.77 4861.763 9.542376 0.0000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 13559.57 0.7612
Idiosyncratic random 7594.372 0.2388 Weighted Statistics R-squared 0.430023 Mean dependent var 8207.948
Adjusted R-squared 0.418099 S.D. dependent var 10029.52
S.E. of regression 7650.764 Sum squared resid 1.40E+10
F-statistic 36.06308 Durbin-Watson stat 1.657456
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.645946 Mean dependent var 33782.08
Sum squared resid 5.93E+10 Durbin-Watson stat 0.764596
123
Lampiran 5: Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 0.524316 (48,142) 0.9944
Cross-section Chi-square 31.980786 48 0.9635
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: ERC_
Method: Panel Least Squares
Date: 12/21/16 Time: 11:27
Sample (adjusted): 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 49
Total panel (balanced) observations: 196 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PL_ -0.002649 0.000768 -3.449996 0.0007
LEV_ 187.5151 542.9126 0.345387 0.7302
KP_ 0.001248 0.000767 1.626056 0.1056
CSR_ -2448.470 14951.65 -0.163759 0.8701
BETA_ -8156.900 3797.921 -2.147727 0.0330
C -9.671978 737.0803 -0.013122 0.9895 R-squared 0.094512 Mean dependent var -765.0117
Adjusted R-squared 0.070683 S.D. dependent var 9481.305
S.E. of regression 9140.081 Akaike info criterion 21.10886
Sum squared resid 1.59E+10 Schwarz criterion 21.20921
Log likelihood -2062.668 Hannan-Quinn criter. 21.14949
F-statistic 3.966309 Durbin-Watson stat 2.311357
Prob(F-statistic) 0.001913
Lampiran 6: Uji Multikolinearitas
PL_ LEV_ KP_ CSR_ BETA_ PL_ 1.000000 0.218385 0.244526 0.508514 0.011101
LEV_ 0.218385 1.000000 0.144457 0.649334 0.015831
KP_ 0.244526 0.144457 1.000000 0.135370 0.042759
CSR_ 0.508514 0.649334 0.135370 1.000000 0.014772
BETA_ 0.011101 0.015831 0.042759 0.014772 1.000000
124
Lampiran 7: Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.362128 Prob. F(20,3) 0.9311
Obs*R-squared 16.97051 Prob. Chi-Square(20) 0.6549
Scaled explained SS 10.40028 Prob. Chi-Square(20) 0.9603
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/21/16 Time: 11:28
Sample: 1 45
Included observations: 24 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 13.17480 47.00210 0.280302 0.7975
LOG(PL_)^2 -0.021049 0.074525 -0.282449 0.7960
LOG(PL_)*LOG(LEV_) -0.075778 0.086771 -0.873305 0.4468
LOG(PL_)*LOG(KP_) 0.020260 0.103058 0.196589 0.8567
LOG(PL_)*LOG(CSR_) 0.080346 0.241765 0.332332 0.7615
LOG(PL_)*LOG(BETA_) 0.008700 0.053944 0.161286 0.8821
LOG(PL_) 0.215725 2.133613 0.101108 0.9258
LOG(LEV_)^2 0.008248 0.093460 0.088252 0.9352
LOG(LEV_)*LOG(KP_) 0.059209 0.126804 0.466935 0.6724
LOG(LEV_)*LOG(CSR_) 0.116862 0.576162 0.202828 0.8522
LOG(LEV_)*LOG(BETA_) -0.002558 0.079487 -0.032181 0.9763
LOG(LEV_) -0.013260 2.432855 -0.005450 0.9960
LOG(KP_)^2 0.077736 0.285289 0.272483 0.8029
LOG(KP_)*LOG(CSR_) -0.083499 1.102839 -0.075713 0.9444
LOG(KP_)*LOG(BETA_) 0.060396 0.133494 0.452423 0.6817
LOG(KP_) -2.219600 7.071636 -0.313874 0.7742
LOG(CSR_)^2 0.444750 0.841998 0.528208 0.6339
LOG(CSR_)*LOG(BETA_) -0.030792 0.227782 -0.135180 0.9010
LOG(CSR_) 0.977934 15.25352 0.064112 0.9529
LOG(BETA_)^2 0.001874 0.223973 0.008367 0.9938
LOG(BETA_) -0.945932 1.711437 -0.552712 0.6190 R-squared 0.707104 Mean dependent var 0.058161
Adjusted R-squared -1.245533 S.D. dependent var 0.087701
S.E. of regression 0.131421 Akaike info criterion -1.550270
Sum squared resid 0.051814 Schwarz criterion -0.519473
Log likelihood 39.60324 Hannan-Quinn criter. -1.276799
F-statistic 0.362128 Durbin-Watson stat 2.364285
Prob(F-statistic) 0.931110