FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS
PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN
KABUPATEN GIANYAR
NI PUTU TINA ASTIARI
Pembimbing
dr. Made Sutarga, M.Kes
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
i
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS
PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN
KABUPATEN GIANYAR
NI PUTU TINA ASTIARI
1220025058
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
ii
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS
PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN
KABUPATEN GIANYAR
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
NI PUTU TINA ASTIARI
1220025058
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipersentasikan dan diujikan dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 27 Juni 2016
Tim Penguji Skripsi
Ketua (Penguji I)
dr. Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid
NIP. 19810404 200604 1 005
Penguji II
Dr. drh. I Made Subrata, M.Erg
NIP. 19681120 200801 1 013
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 27 Juni 2016
Pembimbing
dr. I Made Sutarga, M.Kes
NIP. 19530821 198012 1 001
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa), Karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi pada
Laki-Laki Dewasa di Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar Tahun 2016”
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. Ni Luh Putu Suryani, SKM., MHlth & IntDev, selaku Kepala Bagian
Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
3. dr. I Made Sutarga, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid., selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik guna menyempurnakan
penulisan skripsi ini.
5. dr. I Gusti Ngurah Gede Putra selaku Kepala Puskesmas Payangan yang telah
memperikan ijin melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Payangan.
6. dr. I Made Udayana dan Staf Puskesmas Payangan yang telah memberikan
bantuan kepada peneliti.
vi
7. Keluarga yang senantiasa memotivasi, memberikan dorongan dan dukungan
pada penulis, dan I Made Indra Suryawan yang telah mengantar dan membantu
dalam proses pengambilan data.
8. Teman-teman IKM12, teman-teman di peminatan Epidemiologi, dan teman-
teman I3 yang telah membantu penulis dan memberikan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari
pembaca dalam rangka penyempurnaan dan proposal ini dapat bermanfaat bagi
pembaca kususnya.
Denpasar, 27 Juni 2016
Penulis
vii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi, Mei 2016
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki-
Laki Dewasa di Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan
Kabupaten Gianyar
ABSTRAK
Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. American Heart Association
menyatakan penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun yang menderita
hipertensi telah mencapai 74,5 juta jiwa, dan hampir 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya. Prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia pada penduduk diatas 18
tahun sebesar 25% berdasarkan pengukuran tekanan darah. Sedangkan di provinsi Bali
sekitar 19.9% pada tahun 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan,
Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.
Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan matching individual, dengan
total sampel sebanyak 76 orang. Variabel tergantung adalah hipertensi; variabel bebas
adalah riwayat keluarga, diabetes melitus, konsumsi garam, kebiasaan merokok,
aktivitas fisik, obesitas, dan konsumsi alkohol,dan variabel kendali adalah umur dan
tempat tinggal. Teknik sampilng menggunakan consecutive sampling. Analisa data
dilakukan secara bivariat (uji Mc Nemar) dan multivariat (Conditional Logistic
Regression).
Penelitian menemukan dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap
jadian hipertensi yaitu status obesitas dan riwayat keluarga dengan nilai OR masing-
masing sebesar 2.66 (95%CI: 0.9911-8.3205); dan 3.00 (95%CI: 1.0222- 8.8042).
Simpulannya adalah status obesitas dan riwayat keluarga merupakan faktor risiko
yang signifikan terhadap terjadinya hipertensi pada laki-laki dewasa di Puskesmas
Payangan.
Kata kunci : hipertensi, kasus-kontrol, matching, faktor risiko
viii
The Risk Factors of Hyertention in Adults Male on Payangan Health
Center, Distric Payangan, Gianyar Regency
ABSTRACT
Hypertension often called the silent disease. The prevalence of hypertension in
Indonesia in the population above 18 years of 25% based on the measurement of blood
pressure. The objective of this study was to determine the factors that influence the
prevalence of hypertension in adult males cases in the community health center of
Payangan District in Gianyar Regency.
This study used a case-control design with maching individual. Total samples
were 76 people (38 cases and 38 controls). The sampilng technique used was
consecutive samping. The dependent variable was hypertension and the independent
variabel was family history, diabetes melitus, salt intake, smoking habits, physical
activity, obesity, and alcohol consumption. Analysis of the data was bivariate
(McNemar) and multivariate (Conditional Logistic Regression).
The results from the study there were two variables was a risk factors of
hypertension namely obesity status OR= 2.66 (95% CI: 0.9911-8.3205) and family
history OR= 3 (95% CI: 1.0222- 8.8042), whereas diabetes mellitus, salt intake,
smoking habits, physical activity, and alcohol consumption were not statistically found
as a risk factor for hypertension.
The conclusion from the study were the risk factors of hypertension in aduls
males in the community health center of Payangan were obesity status, and family
history.
Keywords: hypertension, case-control, matching, risk factors
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 6
1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 7
1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 8
2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi ............................................................... 8
2.2 Epidemiologi Hipertensi ................................................................................ 9
2.3 Batasan Hipertensi ....................................................................................... 10
2.4 Penyebab Hipertensi .................................................................................... 10
2.5 Gejala Hipertensi ......................................................................................... 11
2.6 Faktor Risiko Hipertensi ............................................................................. 11
2.6.1 Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol ..................................................... 11
2.6.2 Faktor yang Dapat Dikontrol ............................................................... 13
2.7 Komplikasi Hipertensi ................................................................................. 18
2.8 Pengobatan Hipertensi ................................................................................. 19
2.9 Strategi Manajemen ..................................................................................... 21
x
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL ......................... 23
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 23
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 24
3.3 Variabel dan Definisi Oprasional ................................................................ 25
3.3.1 Variabel Penelitian ............................................................................... 25
3.3.2 Definisi Operasional............................................................................. 26
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 29
4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 29
4.2 Populasi Penelitian ...................................................................................... 29
4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ............................... 29
4.3.1 Sampel .................................................................................................. 29
4.3.2 Cara Matching ...................................................................................... 29
4.3.3 Kriteria Sampel .................................................................................... 30
4.3.4 Besar Sampel ........................................................................................ 30
4.3.5 Cara Pengambilan Sampel ................................................................... 32
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 32
4.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ................................. 32
4.5.1 Instrumen Penelitian............................................................................. 32
4.5.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33
4.6 Pengolahan dan Teknik Analisa Data.......................................................... 34
4.6.1 Pengolahan Data................................................................................... 34
4.6.2 Teknik Analisa Data ............................................................................. 35
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 37
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 37
5.2 Karakteristik Responden ............................................................................. 38
5.2.1 Tingkat Pendidikan .............................................................................. 38
5.2.2 Status Bekerja....................................................................................... 39
5.2.3 Alamat Responden ............................................................................... 40
5.2.4 Umur .................................................................................................... 41
5.3 Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi .................................. 41
5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi ............................. 45
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 47
6.1 Pengaruh Obesitas Terhadap Kejadian Hipertensi ...................................... 47
6.2 Pengaruh Riwayat Keluarga Hipertensi Terhadap Kejadian Hipertensi ..... 48
6.3 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Hipertensi......................... 50
6.4 Pengaruh Konsumsi Garam Terhadap Kejadian Hipertensi ........................ 52
xi
6.5 Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi ................... 53
6.6 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi ............................ 55
6.7 Pengaruh Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi ..................... 57
6.8 Kelemahan Penelitian .................................................................................. 58
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 58
7.1 Simpulan ...................................................................................................... 59
7.2 Saran ............................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 62
LAMPIRAN ............................................................................................................... 64
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurt JNC 7 ................................................... 8
Tabel 2.2 Klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT)....................................................... 13
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 26
Tabel 4.1 Contoh Tabel Analisis Bivaria ................................................................... 35
Tabel 4.1 Contoh Tabel Analisis Multivariat ............................................................. 36
Tabel 5.1 10 Besar Penyakit di Puskesmas Payangan pada Tahun 2015................... 38
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Payangan Tahun 2016 ............................................................. 39
Tabel 5.3 Distribusi Status Bekerja pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Payangan Tahun 2016 ............................................................. 39
Tabel 5.4 Distribusi Alamat Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Payangan Tahun 2016 ............................................................................... 40
Tabel 5.6 Hasil Analisis Bivariat Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki yang
Berusia ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016 ... 42
Tabel 5.7 Analisis Multivariat Terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas Payangan
Tahun 2016 .................................................................................................. 45
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Faktor Risiko Hipertensi .................................... 23
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Informed Consent Penelitian
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Kuesioner
Lampiran 5 Ethical Clearance Penelitian
Lampiran 6 Surat-Surat (Kesbang & Litbang)
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik (STATA)
xv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Lambang
% : Persen
< : Lebih kecil
> : Lebih besar
p : Probabilitas
Daftar Singkatan
JNC7 : The Sevent Report of The Joint Nasional
TDS : Tekanan Darah Sistolik
TDD : Tekanan Darah Diastolik
TD : Tekanan Darah
WHO : World Health Organzation
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
Depkes : Departemen Kesehatan
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
Dinkes : Dinas Kesehatan
IMT : Indek Masa Tubuh
TB : Tinggi Badan
BB : Berat Badan
CI : Confident Interval
OR : Odd Ratio
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di
Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi
menjadi penyakit tidak menular. Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan
terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk
yang mengakibatkan masyarakat mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat, misalnya
kurangnya aktivias fisik, kebiasaan merokok, makanan tinggi lemak dan kalori, serta
kebiasaan mengonsumsi alkohol, diduga menjadi faktor risiko terjadinya penyakit
tidak menular (Rahajeng & Sulistyowati, 2011). Salah satu penyakit degeneratif yang
ada kaitannya dengan faktor risiko tersebut adalah penyakit hipertensi (Sarwanto,
2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat
menyerang semua kelompok umur (Divine, 2012). Umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Kebanyakan pasien
mempunyai tekanan darah pre-hipertenai sebelum mereka didiagnosisi menderita
hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi tersebut terdiagnosis pada umur
diantara dekade ketiga dan dekade kelima (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, 2006).
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh
angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah
2
dengan menggunakan alat ukur tekanan darah, keadaan peningkatan tekanan darah ini
dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi
ventrikel kanan (Pudiastuti, 2011).
American Heart Association menyatakan penduduk Amerika yang berusia diatas
20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai 74,5 juta jiwa, dan hampir 90-95%
kasus tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2013). Data Global Status Report
on Noncommunicable Disease (2010) menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang
memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Menurut WHO
yang dikutip oleh Rahajeng (2009) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit
tidak menular akan menyebabkan 73 % kematian dan 60% kesakitan di dunia, dan
diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang
termasuk Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2013), menyatakan bahwa
di Indonesia penyakit hipertensi sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan.
Penyakit ini tidak hanya menyerang orang lanjut usia namun juga menyerang
kelompok usia produktif. Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia pada penduduk
usia ≥18 tahun berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah sebesar 25,8%. Jika
dilihat berdasarkan provinsi, pada tahun 2013 prevalensi kejadian hipertensi tertinggi
terjadi di Bangka Belitung (30,9%) dan prevalensi kejadian hipertensi terendah terjadi
di Papua (16,8%). Dilihat secara Nasional prevalensi kejadian hipertensi pada tahun
2013 di provinsi Bali adalah sebesar 19,9%, pada tahun 2013 jumlah penduduk
Indonesia adalah sebesar 252.124.458 jiwa dan jumlah penduduk di provinsi Bali
sebanyak 4.225.384 jiwa, maka dapat diketahui jumlah individu yang absolut
3
menderita hipertensi di provinsi Bali pada tahun 2013 sebanyak 840.851 jiwa hal ini
menunjukan bahwa hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di provinsi Bali.
Pada Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014, berdasarkan pola 10 besar
penyakit pada pasien rawat jalan di RSUD di Provinsi Bali kejadian hipertensi
kususnya hipertensi essensial (Primer) menduduki peringkat ke-2 dengan jumlah kasus
sebesar 6.801 kasus. Sedangkan berdasarkan pola 10 besar penyakit terbanyak pada
pasien di puskesmas di provinsi Bali tahun 2014 hipertensi essensial juga menduduki
pringkat ke-2 (158.262 kasus) disusul pharingitis, kecelakaan, dermatitis kontak alergi,
penyakit lain pada saluran nafas. Hasil Riskesdas Provinsi Bali tahun 2013,
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di provinsi Bali
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebesar 19.9% dan berdasarkan
wawancara tentang penyakitnya sebesar 8.7%. Jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota
prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah adalah di
kabupaten Bangli yaitu 23.9% sedangkan di kabupaten Gianyar prevalensinya sebesar
13.3% hasil ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Bali masih tinggi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Tahun
2014, penyakit hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian, pada tahun 2014
jumlah kematian akibat hipertensi di Kabupaten Gianyar sebanyak 34 kasus. Jika
dilihat dari kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan penyakit hipertensi menempati
urutan pertama jumlah kunjungan terbanyak dengan total kunjungan kasus baru
sebanyak 2081 kasus dan sebanyak 7438 kasus lama dengan prevalensi sebesar 20,3%
berdasakan total kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan berdasarkan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) jumlah kunjungan kasus hipertensi paling banyak yaitu
di Puskesmas Payangan.
4
Pada data 10 besar penyakit di Puskesmas Payangan Tahun 2015, kejadian
hipertensi mendudukin peringkat kedua setelah ISPA dengan jumlah kasus kunjungan
2.231 (12.82%), hal ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi masih sangat tinggi
di Puskesmas Payangan. Jika dilihat dari jumlah kunjungan kasus baru penderita
hipertensi selama tiga tahun terakhir, yaitu pada tahun 2013 sebayak 638 kunjung;
tahun 2014 sebanyak 447 kunjungan; dan pada tahun 2015 jumlah kunjungan kasus
baru hipertensi sebesar 1.209 orang, berdasarkan uraian data tersebut dapat dilihat
bahwa terjadi penurunan jumlah kunjungan penderita hipertensi ke puskesmas pada
tahun 2013 dan 2014 namun pada tahun 2015 jumlah kunjungan kasus hipertensi
kembali meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gama (2013) terhadap
penyebab ketidak patuhan kontrol penderita hipertensi di Puskesmas Payangan pada
studi pendahuluan didapatkan hasil 55% penduduk memiliki gaya hidup yang tidak
sehat seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
Jika dilihat dari data jumlah kunjungan kasus hipertensi tahun 2015 di Puskesmas
Payangan, maka jumlah kasus baru hipertensi sebanyak 1.209 orang. Berdasarkan
jenis kelamin, di Puskesmas Payangan penduduk yang lebih banyak menderita
hipertensi adalah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 666
kunjungan kasus. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kelomok umur, penduduk yang
berada diwilayah kerja Puskesmas Payangan adalah penduduk yang berada pada
kelumpok umur 60-69 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 312 (Laporan Tahuna
UPT Kesmas Payangan, 2015).
Melihat kecenderungan hipertensi terjadi pada usia lanjut dan lebih tinggi pada
jenis kelamin laki-laki dibandingakan jenis kelamin perempuan, maka dipandang perlu
untuk mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi
5
pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan
Kabupaten Gianyar, mengingat di lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian
sejenis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kejadian hipertensi
masih sangat tinggi di Puskesmas Payangan dengan kecenderungan kejadian
hipertensi terjadi lebih banyak pada usia lanjut dan jenis kelamin laki-laki lebih
berisiko dibandingakan jenis kelamin perempuan, dengan demikian maka perlu
dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada laki-
laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Apakah status obesitas berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Payangan ?
2. Apakah riwayat keluarga hipertensi berpengaruh terhadap kejadian hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Payangan ?
3. Apakah diabetes melitus berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Payangan ?
4. Apakah konsumsi garam berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Payangan?
5. Apakah kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Payangan ?
6. Apakah aktivitas fisik berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Payangan?
6
7. Apakah konsumsi alkohol berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di
Puskesmas Payangan
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki
dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, Kabuaten
Gianyar Tahun 2016.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh status obesitas terhadap kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Payangan
2. Untuk mengetahui pengaruh riwayat keluarha hipertensi terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan
3. Untuk mengetahui pengaruh diabetes melitus terhadap kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Payangan
4. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Payangan
5. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Payangan
6. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Payangan
7. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi di
Puskesmas Payangan
7
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoritis yang
dapat diuraikan sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Dapat menambah wawasan serta konsistensi antara teori dengan hasil
penelitian bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
hipertensi.
2. Sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di
wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Untuk memberikan informasi kepada Puskesmas Payangan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di
wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar sehingga dapat
dilakukan upaya pencegahan.
2. Untuk memberikan masukan kepada Puskesmas Payangan sehingga pihak
puskesmas dapat membuat program pencegahan atau skrining hipertensi
lebih dini dan tepat, sesuai dengan faktor risiko yang paling mempengaruhi
kejadian hipertensi di wilayah kerja puskesmas Payangan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah epidemiologi penyakit tidak menular, yaitu
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki
dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar pada tahun 2016.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekakan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Tekanan sistolik menunjukkan fase
darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik menunjukkan fase darah
kembali ke dalam jantung (Kemenkes RI, 2013).
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh
angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah
dengan menggunakan alat ukur tekanan darah. Hipertensi juga berarti tekanan tinggi
didalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari
jantung yang memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (pudiastuti, 2011).
Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Join Nasional (JNC
7) sebagai berikut :
Tabel 2.1Klasifikasi Tekanan Darah menurt JNC 7
SBP (mmHg) DBP (mmHg) Klasifikasi JNC 7
< 120 < 80 Normal
120-139 80-90 Pre Hipertensi
140-159 90-99 Hipertensi derajat I
>160 >100 Hipertensi derajat II
(Sumber : Depkes RI, 2013)
9
2.2 Epidemiologi Hipertensi
Berdasarkan The Seventh Report of the Joint Nasional Comminitte on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood Preassure, 58 juta
penduduk Amerika atau 29% penduduk menderita hipertensi. Ini menunjukkan
peningkatan 30% selama selama dasawarsa sebelumnya (Divine, 2012).
Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi
hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Hipertensi terkontrol berarti mereka
menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi (Mannan dkk,
2012). Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran termasuk kasus
kasus yang sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2%, dengan prevalensi
tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua
Barat (20,1%). Jika dilihat berdasarkan proporsi usianya, kelompok usia 25-34 tahun
mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan dengan usia 18-24 tahun. Risiko
hipertensi meningkat secara bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan
kelompok usia ≥75 tahun berisiko 11,53 kali. Berdasarkan jenis kelamin proporsi laki-
laki lebih tinggi dibandingkan kelompok perempuan yaitu sebesar 1,25 kali ( Rahajang
& Sulistiyowati, 2009). Di provinsi Bali berdasarkan hasil Riskesdas (2013) kejadian
hipertensi sebesar (19,9%), pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia adalah
sebesar 252.124.458 jiwa dan jumlah penduduk di provinsi Bali sebanyak 4.225.384
jiwa maka dapat diketahui jumlah individu yang absolut menderita hipertensi di
provinsi Bali pada tahun 2013 sebanyak 840.851 jiwa hal ini menunjukan bahwa
hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di provinsi Bali. Jika dilihat berdasarkan
kabupaten/kota prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah
adalah di kabupaten Bangli yaitu 23.9% sedangkan di kabupaten Gianyar
10
prevalensinya sebesar 13.3% hasil ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Bali
masih tinggi.
2.3 Batasan Hipertensi
Pudiastuti (2011) menyatakan bahwa kenaikan tekanan darah diastolik
merupakan faktor risiko yang lebih berpengaruh daripada peningkatan tekanan darah
sistolik, tapi saat ini pada orang-orang yang berusia 50 tahun menunjukkan bahwa
tekanan darah sistolik lebih berisiko.
Batasan hipertensi yag digunakan oleh WHO adalah TDS > 160 mmHg dan TDD
>95 mmHg. Berdasarkan tingginya nilai tekanan darah, maka hipertensi dibedakan
menjadi:
1. Hipertensi ringan : TDD 90-110
2. Hipertensi sedang : Tdd 110 -130
3. Hipertensi berat : > 130
WHO memakai tekanan diastolik sebagai tekanan yang lebih tepat digunakan untuk
menentukan ada tidaknya hipertensi (Widyaningtyas, 2009).
2.4 Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya atau etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu hipertensi esensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder (hipertensi renal).
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial terjadi pada 90 % dari penderita hipertensi
(Kemenkes RI, 2013). Faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas sistem simpatis, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko
11
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisistemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada kelompok umur 30-50 tahun (Pudiastuti, 2011)
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan
hormon atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Kemenkes RI, 2013)
2.5 Gejala Hipertensi
Menurut Pudiastuti (2011), gejala dari penyait hipertensi adalaah pengelihatan
kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual muntah akibat meningkatnya
tekanan intra kranial, edema dependent, adanya pembengkakan akibat adanya
peningkatan kapiler.
2.6 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu faktor yang dapat di kontrol dan faktor yang tidak dapat di kontrol.
2.6.1 Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol
1. Umur
Semakin bertambahnya umur elastisitas pembuluh darah semakin
menurun dan terjadi kekakuan dan perapuhan pembuluh darah sehingga aliran
darah terutama ke otak menjadi terganggu, seiring dengan bertambahnya usia
dapat meningkatkan kejadian hipertensi (Gama, dkk., 2014).
Berdasarkan penelitian prevalensi hipertensi dan determinannya di
Indonesia tahun 2009 didapatkan hasil kelompok usia 25-34 tahun mempunyai
risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi
12
meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dari kelompok usia ≥75
tahun berisiko 11,53 kali (Rahajang & Sulistyowati, 2009).
2. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada kejadian hipertensi, dimana pria lebih
berisiko menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan risiko sebesar 2,29 kali
untuk meningkatkan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita.
Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita
meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, hal ini terjadi diakibatkan oleh faktor
hormon yang dimiliki wanita.
Berdasarkan penelitian cross sectional di Kosovo menunjukkan bahwa
pria lebih berisiko menderita hipertensi dengan nilai OR= 1,4 hal ini berarti laki-
laki lebih berisiko terkena hipertensi 1,4 kali dibandingkan dengan perempuan
(Hashani, 2014; Aripin, 2015).
3. Keturunan
Riwayat hipertensi yang di dapat pada kedua orang tua, akan
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi esensial. Orang yang memiliki keluarga
yang menderita hipertensi, memiliki risiko lebih besar menderita hipertensi
esensial. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut memiliki risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya antara potassium
terhadap sodium (Hanyawanita, 2008; Widyaningtyas, 2009).
Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari
orang tua memderita hipertensi maka sepanjang hidup keturunanya mempunyai
25% kemungkinan menderita pula. Jika kedua orang tua menderita hipertensi
13
maka kemungkinan 60% keturunanya akan menderita hipertensi. Hasil penelitian
case control yang dilakukan di Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun
2012 berdasarkan uji chi square dapatan hasil bahwa riwayat keluarga
berhubungan dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR 4.36 hal ini berarti
orang yang memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi 4.36 kali lebih berisiko
untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang tidak memiliki keluarga
dengan riwayat hipertensi (Mannan, 2012)
2.6.2 Faktor yang Dapat Dikontrol
1. Obesitas
Berat badan dan Indek Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukan satu-satunya
penyebab hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang dengan obesitas jauh
lebih besar, risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal (Buku Pedoman
Hipertensi, 2010).
Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan dengan pengukuran IMT,
berikut merupakan klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT) orang Indonesia :
Tabel 2.2Klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT)
IMT (Kg/cm2) Katagori Keadaan
< 17
17.0 – 18,5
Kekurangan berat badan tingkat berat
Kekurangan berat badan tingkat
ringan
Kurus
18,5 – 25.0 Normal
>25.0 - > 27.0
>27
Kelebihan berat badan tingkat ringan
Kelebihan berat badan tingkat berat
Gemuk
(Sumber : Buku Pedoman Hipertensi, 2010)
14
Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan pada laki-laki dewasa
di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung didapakan hasil pada hasil analisis
regresi logistik diperoleh nilai OR=1.664. Hal ini berarti laki-laki dewasa yang
menderita obesitas di wilayah kerja Puskesmas Petang I mempunyai risiko 1.664
kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak
obesitas. Obesitas Meningkatkan pengeluaran insulin, suatu hormon yang mengatur
gula darah. Insulin dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan karenanya
meningkatkan resistensi perifer. Pada orang-orang yang kegemukan rasio lingkar
pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan hipertensi
(Widyaningtyas, 2009).
Penelitian cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Tegal Murni,
Cikarang Barat pada Tahun 2012 dengan 75 responden didapatkan hasil bahwa
ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan hipertensi (p<0,05) dengan nilai
OR 51.1 hal ini berarti orang yang mengalami obesitas 51.1 kali lebih berisiko
terkena hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara berat badan dengan kejadian
hipertensi ( Anggara, F & Nanang, 2013).
2. Diabetes Melitus
Diabetes Militus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula darah
(gula sederhana) di dalam darah tinggi. Di Indonesia DM dikenal juga dengan
istilah penyakit kencing manis yang merupakan salah satu penyakit yang
prevalensinya kian meningkat. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika
memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL
(Pudiastuti, 2011).
15
3. Konsumsi Alkohol
Awalnya alkohol merupakan minuman rutin (staple drink), karena lebih
aman dan lebih lebi bersih dari air bahkan alkohol juga digunakan sebagai
pengobatan medis. Namun menjelang akhir abad kesembilan belas alkohol
dipandang sebagai ancaman bagi kesehatan karena dapat menyebabkan
kecanduan (White, 2012).
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun,
diduga pengikatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan darah berperan dalam meningkatkan tekanan darah. Beberapa studi
menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan konsumsi alkohol,
efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengonsumsi alkohol sekitar
2-3 gelas ukuran stadar setiap harinya.
Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebih berpengaruh
terhadap kejadian hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh
asuman alkohol yang berlebih dikalangan pria separuh baya (Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006)
Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2013 didapatkan
hasil berdasarkan uji chi square bahwa dari 104 responden, yang mengonsumsi
alkohol sebanyak 10% dengan OR sebesar 4.54 hal ini berarti orang yang
mengonsumsi alkohol 4.54 kali lebih berisiko untuk menderita hipertensi
dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi alkohol (Talumewo, M. C,
2013). Penelitian lain yang dilakukan di Desa Sidmen, Kecamatan Karangasem
pada prevalensi dan faktor risiko terjadinya hipertensi didapatkan hasil bahwa
16
responden yang memiliki riwayat konsumsi alkohol didapatkan 6,2% responden
memiliki riwayat mengonsumsi alkohol. Selain itu didapatkan pula hubungan
yang positif antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi yaitu nilai
p=0,891 (Adnyani, 2014)
4. Kebiasaan Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihispa
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok juga
dapat menyebabkan meningkatnya denyut nadi jantung dan kebutuhan oksigen
untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes RI,
2006)
Berdasarkan hasil penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas
Baturiti II terhadap hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada
laki-laki umur 40 tahun keatas, berdasarkan analisis chi square diperoleh nilai
OR 2,925. Hal ini berarti laki-laki umur 40 tahun ketas sebagai perokok berat
mempunyai risiko 2,952 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan
dengan perokok ringan/ tidak merokok untuk menderita hipertensi. Secara teoritis
beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, suatu saat dosisi racun akan
mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal
ini bagi perokok berat akan merasakan dampak lebih cepat dibandingkan perokok
ringan (Widya, 2012)
5. Aktivitas Fisik
Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Petang
I Kabupaten Badung terhadap 100 orang wanita usia lanjut didapatkan hasil pada
17
wanita lansia yang aktivitas fisiknya tidak aktif sebagian besar menderita
hipertensi dengan derajat ringan (51,4%) dengan nilai OR= 2,912. Artinya wanita
usia lanjut yang memiliki aktivitas fisik tidak aktif memiliki risiko 2,912 kali
untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan wanita usia lanjut yang aktif
secara fisik (Sucipta, 2009)
Penelitian case control yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kalibawang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai OR= 2,33 hal
ini berarti lansia yang tidak beraktivitas fisik akan meningkatkan risiko kejadian
hipertensi sebesar 2,33 kali dibandingkan dengan lansia yang beraktivias fisik
(Lewa, dkk, 2010).
6. Konsumsi Garam
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan peningkatan
volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi (esensial) terjadi
respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada
masyarakat yang mengonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan
tekanandarah rata-rata rendah, sedangkan pada mayarakat asupan garam sekitar
7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi (Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, 2006).
Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Petang
Kabupaten Badung terhadap 100 orang wanita usia lanjut didapatkan hasil pada
wanita lansia yang konsumsi garamnya tinggi sebagian besar menderita hipertensi
dengan derajat berat, yaitu sebanyak 84,2% dengan nilai OR 5.467. Artinya
wanita usia lanjut yang konsumsi garamnya tinggi 5.467 kali lebih berisiko
18
menderita hipertensi derajat berat dibandingkan dengan wanita lanjut usia yang
konsumsi garamnya rendah (Sucipta, 2009).
2.7 Komplikasi Hipertensi
Menurut Direktorat Bina Farmasi komunitas dan Klinik (2006) hipertensi adalah
faktor risiko utama untuk penyait serebrovasuler (stroke, trasient ischemic attack),
penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dan atrial fibrilasi.
Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak endothel arteri dan
mempercepat atherosklerosis. Kompilkasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ
tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah.
a. Otak
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penyumbatan atau
terputusnya pembuluh darah pada otak. Tekanan darah yang tinggi secara
signifikan meningkatkan peluang untuk mengalami stroke.
b. Jantung
Selama bertahun-tahun, ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur
sebagai akibat dari hipertensi, jantung makin sulit memompa darah secara efisien
ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat ini akhirnya merusak jantung dan
menghambat kerjanya. Terjadilah gagal jantung, bisa juga terjadi serangan
jantung. ini terjadi jika arteri koronari menyempit, kemudian darah menggumpal.
Kondisi ini berakibat bagi otot jantung yang bergantung pada arteri koronaria
mati, serangan jantungpun terjadi.
c. Ginjal
19
Hipertensi yang tidak terkontrol juga berdampak pada ginjal, yang dapat
memperlemah dan mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini
bisa menghambat ginjal untuk berfungsi secara normal.
d. Mata
Pembuluh darah pada mata juga bisa terkena dampaknya yaitu terjadi penebalan,
penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada mata. Kondisi ini dapat
menyebabkan hilangnya pengelihatan.
2.8 Pengobatan Hipertensi
Menurut Pudiastuti (2011), pengobatan pada hipertensi bertujuan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas serta mengontrol tekanan darah artinya tekanan
darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak menggangu fungsi ginjal, otak,
jantung, maupun kualitas hidup. Dalam pengobatan hipertensi ada dua cara yang
dilakukan yaitu pengobatan nonfarmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan nonfarmakologik
Pengobatan non farmakologi lebih berfokus pada perubahan gaya hidup adapun
yang dapat dilakukan adalah :
a. Pengurangan berat badan
Penderita hipertensi yang menderita obesitas dianjurkan untuk menurunkan
berat badan, membatasi asupan kalori dengan latihan fisik yang teratur.
b. Berhenti merokok
Merokok berhubungan langsung dengan hipertensi tetapi merupakan faktor
utama penyebab penyakit kardiovaskuler. Penderita hipertensi sebaiknya
dianjurkan untuk berhenti merokok.
c. Menghindari alkohol
20
Alkohol meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap
obat anti hipertensi. Penderita hipertensi yang meminum alkohol sebaiknya
membatasi asupan etanol sekitar satu ons per hari.
d. Membatasi asupan garam
Kurangi asupan garam hingga kurang dari 100 mmol perhari atau kurang
dari 2,3 gram nitrat. Penderita hipertensi juga dianjurkan untuk menjaga
asupan kalsium dan magnesium.
e. Melakukan aktivitas fisik
Penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan aktivitas fisik
secara aman, sedangkan penderita hipertensi dengan kompilkasi seperti
penyakit jantung atau masalah kesehatan lainnya yang memerlukan
pemeriksaan yang lebih lengkap misalnya dengan exercise test dan bila
perlu mengikuti program rehabilitasi dibawah pengawasan dokter.
2. Pengobatan farmakologik
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi memerlukan
pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi yang diderita, kelainan
organ dan faktor-faktor lain. Penyakit hipertensi dapat diatasi dengan
memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika
modifikasi gaya hidup tidak berhasil.
Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi dapat dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu, diuritik yang dapat mengurangi curah jantung, beta bloker,
penghambat ACE, antagonis kalsium yang dapat dapat mencegah vasokonstrikasi.
21
2.9 Strategi Manajemen
Upaya pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut Perhimpunan Dokter
Hipertensi Indonesia (2014) dapat dilaukan dengan pencegahan primer, pencehan
sekunder, dan pencegahan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan kepada individu yang belum terkena hipertensi.
Adapun beberapa setrategi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Penurunan berat badan dengan target mempertahankan berat badan pada
kisara indek masa tubuh 18,5-22,9 kg/m2
b. Mengadopsi program diet sehat sesuai dengan Dietary Approaches to Stop
Hypertension (DASH), yaitu banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran,
serta produk yang mengandung susu rendah lemak.
c. Mengurangi asupan garam sehari-hari, yaitu kurang dari 6 g Natrium Klorida
atau setara dengan satu sendok teh garam dapur.
d. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik secara teratur seperti jalan kaki selama
30 menit, dengan frekuensi 4-6 kali/minggu
e. Tidak merokok
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada pasien hipertensi yang belum mengalami
kerusakan organ target. Tujuannya untuk mencegah atau menghambat timbulnya
kerusakan organ target. Dilakukan dengan penyuluhan mengenai keruskan target
organ dan pentingnya kepatuhan dan menjaga program pengobatan, pengobatan
yang adekuat untuk mencapai TD target, dan detesi dini kerusakan organ target
dan risiko kardiovaskuler total sejak awal pengobatan hipertensi.
3. Pencegahan Tersier
22
Pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan terjadinya kecacatan lebih
lanjut pada pasien hipertensi yang telah mengalami kerusakan organ. Pencegahan
tersier memerlukan pendekatan interdisiplin yang dilakukan di rumah sakit
rujuka. Tatalaksan terhadap kerusakan organ target yang telah terjadi harus
dilakukan sedini mungkin.
23
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Faktor Risiko Hipertensi
1. Umur
2. Keturunan
3. Urban/rural
4. Geografis
5. Jenis Kelamin
Faktor risiko yang tidak
dapat di kontrol
1. Konsumsi Garam
2. Merokok
3. Aktivitas Fisik
4. Obesitas
5. Konsumsi Alkohol
6. Diabetes Melitus
Faktor risiko yang dapat di
kontrol
Hipertensi
2. Riwayat Keluarga
= Diteliti
= Tidak diteliti
24
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
yang memengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa. Berdasarkan kerangka
konsep diatas ada banyak faktor yang dapat berpengaruh pada kejadian hipertensi.
Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dikontril atau dikendalikan antara lain umur,
jenis kelamin, ras/suku, geografis dan genetik. Sedangkan faktor-faktor risiko yang
dapat dikontrol antara lain konsumsi garam, kebiasaan merokok, kegemukan, aktivitas
fisik, penyakit diabetes melitus, kebiasaan konsumsi alkohol.
Faktor perilaku berkaitan dengan gaya hidup atau pola makan yang tidak sehat
seperti merokok, konsumsi garam yang berlebih, obesitas serta kurangnya olahraga
atau aktivitas fisik berpengaruh terhadap curah jantung sehingga akan berdampak pada
tekanan darah. Semakin bertambahnya umur akan semakin tinggi pula kenaikan
tekanan darah sehingga risiko untuk terkena hipertensi lebih besar pada usia yang lebih
tua dibandingkan dengan usia muda.
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Status obesitas berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas
Payangan
2. Riwayat keluarga menderita hipertensi berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi di Puskesmas Payanag
3. Diabetes melitus berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas
Payangan
4. Konsumsi garam berlebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di
Puskesmas Payangan
5. Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi Puskesmas
Payangan
25
6. Aktivitas fisik berpengarih terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas
Payangan
7. Konsumsi alkohol berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas
Payangan
3.3 Variabel dan Definisi Oprasional
Pada penelitian ini menggunakan beberapa variabel, dan definisi operasional
variabel yang dapat diuraikan sebagai berikut.
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel tergantung (Dependent)
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Hipertensi
b. Variabel bebas (Independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Riwayat Keluarga, Diabetes
Melitus, Konsumsi Garam, Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, Obesitas, dan
Konsumsi Alkohol.
c. Variabel kendali
Variabel kendali dalam penelitian ini adalah Umur dan Tempat Tinggal.
26
3.3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur & Hasil
Ukur
Rencana Analisis Skala
Hipertensi Tekanan darah yang diukur
berdasarkan diagnosis
dokter di puskesmas yaitu
tekanan darah sitolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg
Catatan medik
puskesmas.
Hasil ukurnya adalah
hipertensi dan tidak
hipertensi
0. Tidak hipertensi
1. Hipertensi
Nominal
Konsumsi
Garam
Kebiasaan responden
mengkonsumsi makanan
dengan kadar garam tinggi
diluar keadaan normal pada
umumnya, sebelum
didiagnosis hipertensi oleh
tenaga kesehatan (Aripin,
2015)
Kuesioner
Hasil ukurnya adalah
konsumsi garam rendah
atau tinggi
0. Konsumsi garam
rendah jika skor
<75%
1. Konsumsi garam
tinggi jika skor >
75%
(Widyaningtiyas,
2009)
Nominal
Kebiasaan
Merokok
Kebiasaan menghisap
rokok yang aktif oleh
responden dan masih
berlangsung saat
wawancara atau memiliki
riwayat merokok yang
meliputi jumlah rokok yang
dihisap responden perhari,
dan umur responden mulai
merokok
Kuesioner
Hasil ukurnya adalah
jumlah rokok yang
dihisap
Jumlah rokok yang
dihisap :
0. Perokok ringan
atau tidak
merokok, jika
skor <75%
1. Perokok berat,
jika skor >75%
(Widyaningtiyas,
2009)
Nominal
Obesitas Indek Masa Tubuh
seseorang yang diperoleh
dari hasil perhitungan berat
badan dalam kg dibagi
dengan tinggi badan dalam
Menimbang BB dengan
timbangan (kg) dan TB
dengan meter kemudian
dihitung dengan rumus
IMT = BB (kg)/TB(m2)
0. Tidak Obesitas
jika IMT < 25
1. Obesitas jika IMT
>25-27
(Sucipta, 2009)
Nominal
27
meter kuadrat. (Aripin,
2015)
Sehingga didapatkan
hasil ukur obesitas atau
tidak obesitas
Aktivitas
fisik
Kebiasaan responden
melakukan aktivitas fisik
seperti bekerja dan latihan
kesegaran jasmani di dalam
rumah ataupun diudara
terbuka seperti jalan, jalan
santai, jalan cepat, lari,
senam, bersepeda minimal
dilakukan selama 30 menit,
3-5 kali dalam seminggu
Kuesioner
Hasil ukur adalah
responden yang aktif
dan tidak aktif
0. Aktif jika skor >
75 %
1. Tidak aktif jika
skor <75%
Nominal
Umur Umur responden dihitung
berdasarkan tahun lahir
sampai saat dilakukan
wawancara
Kuesioner
Hasil ukurnya adalah
katagori usia responden
1. 40-55 tahun
2. 56 -69 tahun
3. > 70 tahun
Ordinal
Riwayat
Keluarga
Riwayat hipertensi dari
keluarga langsung (bapak,
ibu) dan keluarga tidak
langsung (kakek dan nenek)
Kuesioner
Hasil ukur adalah
responden memiliki
riwayat hipertensi atau
tidak
0. Tidak ada
keturunan
hipertensi
1. Ada keturunan
hipertensi
Nominal
Konsusmsi
Alkohol
Kebiasaan responden
mengonsumsi minuman
beralkohol dan masih
berlangsung saat
wawancara
Kuesioner 0. Konsumsi
Alkohol rendah,
jika skor <75%
1. Konsumsi
Alkohol tinggi,
jika skor >75%
(Buku Pedoman
Hipertensi, 2006)
Nominal
Diabetes
Melitus
Riwayat responden pernah
menderita Diabetes Melitus
dan atau Sedang Menderita
Diabetes Melitus saat
dilakukan wawancara
Kuesioner 0. Tidak ada riwayat
diabetes melitus
1. Ada riwayat
diabetes melitus
Nominal
28
Pendidikan Jenjang pendidikan formal
yang pernah dilalui
responden
Kuesioner 1. SD
2. SLTP/sederajat
3. SLTA/sederajat
4.Akademi/ Perguruan
Tinggi
5. Tidak Sekolah
Ordinal
Pekerjaan Suatu kegiatan yang
dilaksanakan secara rutin
dan mendapat imbalan
berupa uang/ dalam bentuk
materi yang dapat
menunjang kebutuhan
hidup
Kuesioner 1. PNS/ABRI/PORLI
2. Swasta
3. Petani/Buruh
4. Tidak Bekerja
5. Lain-lain
Ordinal
Alamat Alamat tempat tinggal
responden sampai saat
dilakukan wawancara
Kuesioner
Hasil ukur adalah
katagori tempat tinggal
responden berdasarkan
desa.
1. Melinggih
2. Buahan
3. Bukian
4. Kelusa
5. Puhu
6. Kerta
Ordinal
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik observasional dengan
pendekatan retrospektif atau case control berpasangan dengan matching pada umur,
tempat tinggal, desain penelitian ini digunakan karena menganalisis hubungan antara
paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol
lalu mengukur status paparan kedua kelompok tersebut (Susilo & Suyanto, 2015).
4.2 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kasus baru dan kasus lama hipertensi
di Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan.
4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
4.3.1 Sampel
a. Sampel kasus
Sampel kasus adalah kasus baru dan kasus lama penderita hipertensi laki-laki
yang ber usia ≥ 40 tahun yang berobat ke Puskesmas Payangan yang tercatat
pada rekam medik puskesmas pada bulan Januari – Maret 2016.
b. Sampel kontrol
Sampel kontrol adalah laki-laki yang ber usia ≥ 40 tahun, dan tidak di
diagnosis hipertensi pada pemeriksaan tekanan darah.
4.3.2 Cara Matching
Matching individu pada penelitian ini yaitu dilakukan pada variabel umur dan
tempat tinggal/alamat dengan cara memilih sampel kontrol dengan karakteristik yang
30
sama dengan sampel kasus. Cara melakukan matching untuk umur adalah dengan
memilih umur sampel kontrol yang sama dengan sampel kasus, begitu jaga dengan
variabel tempat tinggal sampel kontrol dicarikan alamat/tempat tinggal yang sama
dengan sampel kasus
4.3.3 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Kriteria Inklusi Kasus
- Laki-laki yang ber usia ≥ 40 tahun keatas
- Kasus baru dan kasus lama yang dinyatakan hipertensi berdasarkan
diagnosis dokter di Puskesmas
b. Kriteria Inklusi Kontrol
- Laki-laki yang ber usia ≥ 40 tahun keatas
- Tidak dinyatakan hipertensi berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan
darah
2. Kriteria Ekslusi
- Responden yang menolak berpartisipasi
- Responden yang sedang sakit sehingga tidak memungkinkan dilakukan
wawancara
4.3.4 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel
minimal untuk case control berpasangan :
𝑁 =(Ζ𝛼 + Ζ𝛽)2 𝜋
(𝑃1 − 𝑃2)2
N = besar sampel minimum
31
Ζ𝛼 = nilai distribusi normal baku tabel Z pada α = 0.05, nilai Z adalah 1,96
𝑍𝛽 = nilai distribusi normal baku tabel Z pada 𝛽 = 0.20, Nilai Z adalah 0.84
𝜋 = Proporsi diskordan : 0.3
𝑃2 = proporsi kebiasaan merokok pada kontrol berdasarkan pustaka adalah 0.50
(Widyaningtyas, 2009).
𝑂𝑅 = Odd rasio yang dianggap bermakna adalah 3 (Widyaningtyas, 2009).
Mencari 𝑃1 :
𝑂𝑅 = 𝑃1(1−𝑃2)
𝑃2(1−𝑃1)
3 = 𝑃1(1−0.50)
0.50(1−𝑃1)=
0.50 𝑃1
0.50−(0.50𝑃1)
𝑃1 = 0.75
Sehingga selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna 𝑃1 −𝑃2 = 0.25
𝑁 =(Ζ𝛼 + Ζ𝛽)2 𝜋
(𝑃1 − 𝑃2)2
𝑁 =(1.96 + 0.84)2 0.3
(0.25)2 = 38
Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel minimal yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah 38 orang. Perbandingan kelompok kasus dan kelompok kontrol
adalah 1:1 maka total sampel yang diperlukan sebanyak 76 sampel atau sampel
kelompok kasus sebanyak 38 orang dan kelompok kontrol sebanyak 38 orang.
32
4.3.5 Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara consecutive
sampling (non probability sampling), terhadap laki-laki yang berusia ≥40 tahun yang
tercatat dalam rekam medik puskesmas dan memenuhi kriteria sebagai sampel dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel terpenuhi.
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan
Payangan Kabupaten Gianyar. Waktu Penelitian dihitung mulai dari penyusunan
proposal skripsi sampai dengan pembuatan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai
dari bulan Januari sampai Juni 2016. Pengumpulan data dilaksanakan selama satu
bulan yaitu pada bulan April 2016.
4.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
4.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui riwayat keluarga, konsumsi
garam, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, tingkat stres, dan
diabetes melitus responden. Serta untuk mendapatkan data umur, tingkat
pendidikan, dan alamat responden.
b. Alat ukur tekanan darah yang digunakan untuk mengukur tekanan darah pada
kelompok kontrol.
c. Timbangan Badan dan Alat ukur tinggi badan yang digunakan untuk
mendapatkan tinggi badan dan berat badan responden sehingga dapat
menghitung IMT responden.
33
d. Catatan rekam medik puskesmas digunakan untuk mengetahui alamat dan
untuk mengetahui responden yang menderita hipertensi dan tidak menderita
hipertensi.
4.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data primer dan data
sekunder. Data sekunder dikumpulkan dari data Puskesmas Payangan yang meliputi
data pasien yang tercatat pada rekam medik puskesmas. Sedangkan data primer berupa
hasil pengukuran variabel bebas yang dikumpulkan melalui wawancara terstruktur
dengan menggunakan kuesioner, pengukuran tekanan darah, dan berat badan.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Penilai masing-masing variabel penelitian ditentukan oleh jawaban yang
diberikan responden pada setiap pertanyaan dan diberikan skor pada masing-
masing variabel. Pertanyaan riwayat keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi
garam, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan riwayat diabetes melitus diukur
dengan cara setiap jawaban pada masing-masing pertanyaan diberikan skor atau
nilai jawaban sebagai berikut :
Skoring : Skor 1 untuk jawaban a
Skor 0 untuk jawaban b
Perhitungan menggunakan rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100 %
Jumlah skor maksimal = jumlah pertanyaan x skor tertinggi
34
2. Pengukuran variabel obesitas untuk memperoleh responden yang obesitas dan
yang tidak obesitas dilakukan dengan menggunakan Indek Masa Tubuh (IMT)
dengan rumus :
𝐼𝑀𝑇 = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝑇𝐵 𝑥 𝑇𝐵 (𝑚)
Ket : BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan
3. Pengukuran variabel karakteristik responden seperti umur, tempat tinggal, tingkat
pendidikan, dan pekerjaan diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dengan
menggunakan kuesioner.
4.6 Pengolahan dan Teknik Analisa Data
4.6.1 Pengolahan Data
Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan melalui beberapa tahap.
Tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut (Riyanto, 2009) :
a. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner, apakah
kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan
jawaban dengan pertanyaan, konsisten.
b. Coding
Merupakan kegiatan mengklasifikasikan data yang berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka atau bilangan (kode) untuk masing-masing kelas sesuai
dengan tujuan dikumpulkannya data.
c. Processing
Setelah melakukan coding data maka langkah selanjutnya adalah melakukan
entry data dari kuesioner kedalam program komputer, pada penelitian ini
35
prangkat lunak yang digunakan adalah Stata/SE 12.0 for Window untuk
mempermudah analisis yang akan dilakukan.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan
melihat distribusi frekuensi dari variabel- variabel dan menilai kelogisannya.
4.6.2 Teknik Analisa Data
a. Analisis Bivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat OR (Odd Ratio)
yang menggambarkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel
tergantung. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisa statistik dengan uji Mc
Nemar pada tingkat kemaknaan 95% (p value ≤ 0,05) atau batas kemaknaan (α ≥
0,05). Besarnya pengaruh (nilai OR) dibaca dengan membandingkan ratio dari
pasangan diskordant yaitu jumlah payangan yang kasus terpapar, kontrol tidak
terpapar dibagi dengan jumlah pasangan kontrol terpapar, kasus tidak (OR= b/c).
Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribus frekunsi dari masing-
masing variabel. Berikut merupakan contoh tabel untuk analisis bivariat :
Tabel 4.1 Contoh Tabel Analisis Bivariat
Variabel
Kontrol
OR
95% CI
p Y(+) Y(-)
Kasus Y(+)
Y(-)
Keterangan:
Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan dari variabel
Sel a : kasus dan kontrol mengalami pajanan
36
Sel b : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak
Sel c : kasus tidak mengalami pajanan , kontrol mengalami pajanan
Sel d : kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan
Interpretasinya :
1. Bila nilai odd rasio = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak
ada pengaruhnya terhadap kejadian hipertensi
2. Bila nilai odd rasio >1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi
3. Bila nilai odd rasio <1 berarti variabel tersebut merupakan faktor protektif.
b. Analisis Multivariat, dilakukan untuk mengetahui variabel murni yang
mempengaruhi variabel tergantung setelah dikontrol dengan variabel lain. Jenis
uji yang digunakan pada tahap analisis ini adalah uji Conditional Logistic
Regression pada tingkat kemaknaan 95% (p value ≤ 0,05) dengan cut of point
(kriteria entry) 0,25 untuk menentukan variabel yang akan masuk kedalam model.
Berikut merupakan contoh tabel untuk analisis multivariat :
Tabel 4.2 Contoh Tabel Analisis Multivariat
Variabel OR 95% CI Nilai p
37
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Payangan didirikan pada tahun 1976 merupakan Puskesmas yang
berada di wilayah kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar, dengan luas wilayah kerja
75,88 km2 yang meliputi 9 desa dan 59 dusun. Jarak Puskesmas payangan ke
Kabupaten Gianyar adalah 25 km. Semua Desa dan Dusun dapat dilalui oleh
kendaraan roda empat dengan waktu tempuh dari desa ke puskesmas rata-rata 20
menit. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Payangan adalah sebelah utara dengan
Kabupaten Bangli, sebelah selatan dengan Kecamatan Ubud, sebelah timur dengan
Kecamatan Tegallalang, dan sebelah barat dengan Kabupaten Badung.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Payangan pada tahun 2015
adalah berjumlah 42.898 jiwa, dengan peserta Jamkesmas sebanyak 18.753 jiwa. Mata
pencaharian penduduk adalah sebagian besar sebagai petani, disamping sebagai
pegawai swasta, pedagang, tukang, buruh, dan ABRI. Wilayah kerja Puskesmas
Payangan terdiri dari 9 desa yaitu Desa Melinggih Kelod, Desa Melinggih, Desa
Keluas, Desa Bukian, Desa Puhu, Desa Kerta, Desa Buahan, Desa Buahan Kaja, dan
Desa Beresela.
Sepuluh besar penyakit yang ada di Puskesmas Payangan Tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel 5.1
38
Tabel 5.1 10 Besar Penyakit di Puskesmas Payangan pada Tahun 2015
No Penyakit Jumlah Kasus Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Acute Upper Respiratory Infection of
Multipie and Unsoefied Sites
Hipertensi
Common Clod
Faver Unspecied
Reumatik
Penyakit Lain
Diare
Dyspepsia
Ashma
Accute Pharingitis
3.912
2.231
2.050
1.828
1.632
1.595
1.314
948
945
936
22.49
12.82
11.78
10.51
9.38
9.17
7.55
5.45
5.43
5.38
Jumlah 17.391 100.00
(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Payangan Tahun 2015)
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa Hipertensi menduduki urutan ke 2
dari sepuluh besar penyakit yang ada di Puskesmas Payangan dengan jumlah kasus
2.231 (12.82 %) setelah penyakit ISPA sebanyak 3.912 (22.49%) kasus pada tahun
2015.
5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, status bekerja, alamat
responden, dan umur responden.
5.2.1 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dikatagorikan menjadi tidak sekolah,
sekolah dasar, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat, dan perguruan tinggi. Distribusi
39
tingkat pendidikan pada laki-laki dewasa yang berusia > 40 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, dapat dilihat pada tabel 5. 2.
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah
Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016
No Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
1
2
3
4
5
Tidak Sekolah
Sekolah Dasar
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
Perguruan Tinggi
9
31
11
16
9
11.84
40.76
14.47
21.05
11.84
Total 76 100.00
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar laki-laki yang
berusia ≥ 40 tahun di wilayah kerja Pusekesmas Payangan, memiliki tingkat
pendidikan terakhir terbanyak adalah sekolah dasar yaitu 31 (40.76%) orang,
sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tidak sekolah yaitu sebanyak 9
(11.84%) orang dan perguruan tinggi yaitu sebanyak 9 (11.89%) orang.
5.2.2 Status Bekerja
Tingkat pendidikan responden dalam pelitian ini dibagi menjadi empat
katagori yaitu PNS/ABRI/PORLI, swasta, petani/buruh/ tidak bekerja. Distribusi
status bekerja pada laki-laki usia ≥40 tahun di wilayah kerja Pusekesmas Payangan
dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut :
Tabel 5.3 Distribusi Status Bekerja pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Payangan Tahun 2016
No Status Bekerja Frekuensi Persen (%)
1.
2.
3.
4.
PNS/ABRI/PORLI
Swasta
Petani/Buruh
Tidak Bekerja
6
21
41
8
7.89
27.63
53.95
10.53
Total 76 100.00
40
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar laki-laki yang
berusia ≥40 tahun memiliki pekerjaan sebagai petani/buruh yaitu sebanyak 41
(53.95%) orang, dan terendah adalah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 8
(10.53%) orang.
5.2.3 Alamat Responden
Alamat responden dalam penelitian ini dikelompokan berdasarkan desa dan banjar
tempat responden tinggal. Distribusi tempat tinggal laki-laki yang berusia ≥40 tahun
di wilayah kerja Puskesmas Payangan dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.4 Distribusi Alamat Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Payangan Tahun 2016
No Alamat Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
Desa Melinggih
- Br. Badung
- Br. Gria
- Br. Melinggih
- Br. Payangan Desa
Desa Buahan
- Br. Buahan
Desa Bukian
- Br. Lebah
- Br. Subilang
Desa Kelusa
- Br. Yeh Tengah
Desa Puhu
- Br. Penginyahan
- Br. Selasih
- Br. Semaon
Desa Kerta
- Br. Seming
- Br. Margetengah
- Br. Saren
- Br. Kerta
10
8
10
4
6
6
2
2
2
2
4
6
8
4
2
13.16
10.53
13.16
5.26
7.89
7.89
2.63
2.63
2.63
2.63
5.26
7.89
10.53
5.18
2.63
TOTAL 76 100.00
41
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian responden berasal dari
Desa Melinggi yaitu Br. Badung sebanyak 10 (13.16%), Br. Melinggih sebanyak 10
(13.16%) responden.
5.2.4 Umur
Umur laki-laki yang berusia diatas 40 tahun pada penelitian ini dikatagorikan
menjadi 3 kelompok umur yaitu, umur 40-55 tahun, 56-69 tahun, dan >70 tahun.
Distribusi frekuensi umur pada 76 responden laki-laki yang berusia diatas 40 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.5 Distribusi Umur Laki-Laki Usia ≥40 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Payangan Tahun 2016
No Kelompok Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
1
2
3
40-55 thn
56-69 thn
>70 thn
21
41
14
27.63
53.95
18.42
TOTAL 76 100.00
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 76 responden laki-laki yang
berusia ≥40 tahun, sebanyak 41 (53.95%) responden berada pada kelompok umur 56-
69 tahun, dan sebanyak 14 (18.42%) responden berusia >70 tahun.
5.3 Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Payangan Tahun 2016
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan tahun 2016, yang
meliputi variabel status obesitas, riwayat keluarga menderita hipertensi, riwayat
menderita diabetes millitus, konsumsi garam, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan
konsumis alkohol. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.6
42
Tabel 5.6 Hasil Analisis Bivariat Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki
yang Berusia ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun
2016
Kasus
Kontrol
OR
95%CI
p
value
Y (+) Y(-)
V
A
R
I
A
B
E
L
Status Obesitas
Obesitas (+)
Tidak obesitas (-)
Riwayat Keluarga
Hipertensi
Ada (+)
Tidak (-)
Menderita DM
Iya (+)
Tidak (-)
Konsumsi Garam
Tinggi (+)
Rendah (-)
Kebiasaan Merokok
Perokok berat (+)
Perokok ringan (-)
Aktivitas Fisik
Tidak Aktif (+)
Aktif (-)
Konsumsi Alkohol
Tinggi (+)
Rendah (-)
4 (20.00)
6 (33.33)
5 (29.41)
4 (19.05)
5 (45.45)
5 (18.52)
11 (57.89)
5 (26.32)
6 (42.86)
10 (41.67)
9 (52.94)
7 (33.33)
1 (33.33)
3 (8.57)
16 (80.00)
12 (66.67)
12 (70.59)
17 (80.95)
6 (54.55)
22 (81.48)
8 (42.11)
14 (73.68)
8 (57.14)
14 (58.33)
8 (47.06)
14 (66.67)
2 (66.67)
32 (91.43)
2.66
3.00
1.2
1.6
0.8
1.14
0.6 6
0.9911-
8.3205
1.0222-
8.8042
0.3051-
4.9705
0.4615-
6.2160
0.3163-
2.0230
0.4147-
3.1492
0.1127-
3.9411
0.03
0.04
0.76
0.36
0.63
0.41
0.65
Keterangan : Y (+) : Variabel pada kontrol yang terpapar
Y(-) : Variabel pada kontrol yang tidak terpapar
+ : Variabel pada kasus yang terpapar
- : Variabel pada kasus yang tidak terpapar
Berdasarkan tabel 5.6 dengan menggunakan uji MC Nemar didapatkan hasil
sebagai berikut :
Hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi adalah proporsi kasus
obesitas tapi kontrol tidak obesitas sebanyak 16 pasang (80%) sedangkan pada kasus
yang tidak obesitas tapi kontrol obesitas sebanyak 6 pasang (33.33%). Uji statistik
43
menunjukkan nilai OR= 2.66, CI 95%=0.9911-8.3205; p=0.03 hal ini menunjukkan
bahwa responden yang menderita obesitas memiliki resiko untuk terkena hipertensi
2.66 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak menderita obesitas.
Obesitas berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas
Payangan.
Hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi adalah
kasus riwayat keluarga hipertensi tapi kontrol tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi sebanyak 12 pasang (70.59%) sedangkan pada kasus yang tidak memiliki
riwayat keluarga hipertensi tapi kontrol memiliki riwayat keluarga hipertensi sebanyak
4 pasang (19.05%), hal ini menunjukan bahwa riwayat keluarga hipertensi merupakan
faktor risiko hipertensi. hasil uji statistik menunjukkan nilai OR = 3, 95%CI=1.0222-
8.8042, p=0.04. Secara statistik riwayat keluarga hipertensi berpengaruh secara
signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian hipertensi adalah kasus
menderita diabetes melitus tapi kontrol tidak menderita diabetes melitus sebanyak 6
pasang (54.55%) sedangkan pada kasus yang tidak menderita diabetes melitus tapi
kontrol menderita diabetes melitus sebanyak 5 pasang (18.52%), hal ini menunjukan
bahwa diabetes melitus merupakan faktor risiko kejadian hipertensi. Uji statistik
menunjukkan nilai OR = 1.2, CI 95% 0.3051-4.9705, p=0.76. secara statistik diabetes
melitus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi adalah kasus yang
mengonsumsi garam tapi kontrol tidak mengonsumsi garam sebanyak 8 pasang
(42.11%) sedangkan pada kasus yang tidak mengonsumsi garam tapi kontrol
mengonsumsi garam sebanyak 5 pasang (16.32%). Hasil uji statistik menunjukkan
44
nilai OR= 1.6, CI95% 0.4615-2.0230;p=0.36. secara statistik konsumsi garam tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi adalah kasus
yang memiliki kebiasaan merokok (perokok berat) tapi kontrol tidak tidak memiliki
kebiasaan merokok sebanyak 8 pasang (57.89%), sedangkan pada kasus yang tidak
memiliki kebiasaan merokok tapi kontrol memiliki kebiasaan merokok sebanyak 10
pasang(41.67%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai OR= 0.8, CI 95% 0.3163-
2.0230; p=0.63, secara statistik konsumsi garam tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dalah kasus dengan
aktivitas fisik tidak aktif tapi kontrol memiliki aktivitas fisik yang aktif sebanyak 8
(47.06%) pasang responden, sedangkan pada kasus yang memiliki aktivitas fisik
rendah tapi kontrol memiliki aktivitas fisik yang aktif sebanyak sebanyak 7 (33.33%),
hal ini menunjukan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko hipertensi. Hasil uji
statistik menunjukkan nilai OR=1.14, CI 95% 0.4147- 3.1492; p= 0.41, secara statistik
aktivitas fisik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi adalah kasus yang
mengonsumsi alkohol tapi kontrol tidak mengonsumsi alkohol sebanyak 2 pasang
(66.67%), sedangkan pada kasus yang tidak mengonsumsi alkohol tapi kontrol
mengonsumsi alkohol sebanyak sebanyak 3 pasang(8.57%). Hasil uji statistik
menunjukkan nilai OR = 0.66, CI 95% 0.1127- 3.9411; p= 0.65, secara statistik
konsumsi alkohol tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
hipertensi.
45
5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Payangan
Analisi multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel bebas (indevenden) yang
paling besar pengaruhnya terhadap variabel tergantung (dependen). Pada penelitian ini
analisis multivariat dilakukan dengan conditional logistic regresion dan mengikut
sertakan variabel yang memiliki nilai odd ratio diatas satu pada analisis bivariat.
Variabel yang diikut sertakan adalah variabel status obesitas, riwayat keluarga
hipertensi, diabetes melitus, konsumsi garam, dan aktivitas fisik, dengan metode
backward semua variabel yang memenuhi kriteria diamasukkan kedalam analisis
multivariat dan selanjutnya secara bertahap dikeluarkan sesuai dengan indikasi
pembangunan model. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 5.7
Tabel 5.7 Analisis Multivariat Terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Payangan Tahun 2016
Model Awal Model Akhir
Variabel OR 95%CI p OR 95%CI p
Status Obesitas
Riwayat Keluarga
Diabetes Melitus
Konsumsi Garam
Aktivitas Fisik
2.1
2.3
0.8
2.2
1.2
0.7304 – 6.2329
0.6470 – 8.8954
0.2133 – 3.6192
0.6035 – 8.7517
0.3606 – 4.1060
0.16
0.19
0.85
0.22
0.75
2.6
2.1
1.5
1.2
0.9885 – 7.3559
0.7658 – 6.1299
0.5767 – 3.9992
0.4834 – 3.3862
0.05
0.14
0.39
0.50
Berdasarkan tabel analisis multivariat didapatkan terdapat dua model yaitu model
awal dan model akhir, model awal menggunakan lima variabel yang memiliki nilai cut
of point < 0.25 pada analisis bivariat. Nantinya variabel dikeluarkan secara bertahap
dengan asumsi nilai p dan uji goodness of fit. Dari model akhir dapat dilihat bahwa
dari lima variabel yang diikut sertakan kedalam analisis terdapat satu variabel pada
46
model akhir yaitu variabel status obesitas dengan nilai p <0.25. Dilihat dari besar efek
(nilai OR) variabel status obesita memiliki efek terhadap kejadian hipertensi. Adjusted
OR dari status obesitas adalah 2.6 yang berarti besar efek murni dari responden yang
menderita obesitas meningkatkan peluang menderita hipertensi sebesar 2.6 kali
dibandingkan dengan responden yang tidak menderita obesitas.
47
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Obesitas Terhadap Kejadian Hipertensi
Berat badan dan Indek Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukan satu-satunya penyebab
hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang obesitas lebih besar, resiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang memiliki berat badan normal (Buku Pedoman Hipertensi, 2010).
Obesitas berisiko terhadap menculnya berbagai menyakit jantung dan pembuluh
darah. Obesitas dapat meningkatkan tekanan darah karena terjadi peningkatan massa
tubuh. Semakin besar massa tubuh semakin banyak volume darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan zat makanan kedalam jaringan tubuh. Darah yang beredar
melalui pembuluh darah ini menyebabkan peningkatan tekanan arteri sehingga
tekanan darah meningkat. Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa
peningkatan tekanan darah banyak disebabkan kelebihan berat badan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 10 pasang kasus yang obesitas dan
kontrolnya tidak obesitas, terdapat 6 pasang kasus yang tidak memiliki obesitas dan
kontrol obesitas. Hasil uji statistik pada analisis multivariat menunjukkan nilai
OR=2.66; CI 95%=1.0304-6.9011; p=0.04 (signifikan) atau terdapat hubungan yang
bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi, maka dapat disimpulkan bahwa
obesitas merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Responden yang
memiliki obesitas mempunyai risiko 2.66 kali untuk terkena hipertensi dibandingkan
dengan responden yang tidak menderita obesitas.
48
Dengan menggunakan metode yang sama, hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widyaningtyas (2009) di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung, yang
menyatakan bahwa obesitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
hipertensi, dimana laki-laki dewasa yang menderita obesitas memiliki risiko terkena
hipertensi sebesar 1.664 kali dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak
menderita obesitas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggara (2013), yang
dilakukan di Puskesmas Tegal Murni Cikarang Barat, didapatkan hasil terdapat
hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p<0.05).
Obesitas Meningkatkan pengeluaran insulin, suatu hormon yang mengatur gula
darah. Insulin dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan karenanya
meningkatkan resistensi perifer. Pada orang-orang yang kegemukan rasio lingkar
pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan hipertensi.
Penderita hipertensi dengan obesitas sangat disarankan untuk menurunkan berat badan
dengan target mempertahankan berat badan pada kisaran indek masa tubuh 18.5 – 22.9
kg/m2 dengan cara mengadopsi program diet sehat sesuai dengan dietary approaches
to stop hypertension (DASH), yaitu memperbanyak mengonsumsi buah-buahan,
sayuran, serta produk yang mengandung susu rendah lemak (Perhimpunan Dokter
Hipertensi Indonesia, 2014).
6.2 Pengaruh Riwayat Keluarga Hipertensi Terhadap Kejadian Hipertensi
Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari orang tua
memderita hipertensi maka sepanjang hidup keturunanya mempunyai 25%
kemungkinan menderita pula. Jika kedua orang tua menderita hipertensi maka
kemungkinan 60% keturunanya akan menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat
yang menderita hipertensi juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada
hipertensi primer (Mannan, 2012).
49
Variabel ke dua yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah Riwayat keluarga
hipertensi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat 12 pasang kasus yang
memiliki riwayat keluarga hipertensi dan kontrolnya tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi, sedangkan ada 4 pasang kasus yang tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi dan kontrolnya berisiko. Prevalensi hipertensi pada populasi study adalah
sebesar 12.82 % sedangkan dari hasil uji statistik antara faktor riwayat keluarga
hipertensi dengan kejadian hipertensi menunjukkan nilai OR= 3.00; 95%CI 1.0222-
8.8042; p=0.04, ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga hipertensi
dengan kejadian hipertensi, maka dapat disimpulkan bahwa riwayat keluarga
hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Responden yang
memiliki riwayat keluarga hipertensi 3 kali lebih berisiko untuk menderita hipertensi
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwyata keluarga hipertensi.
Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Mannan (2012), yang dilakukan
di wilayah kerja Puskesmas Bangkala, Kabupaten Jeneponto, menyatakan bahwa ada
pengaruh yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Orang
yang memiliki riwayat keluarga hipertensi 4.36 lebih berisiko dibandingkan dengan
yang tidak memiliki keluarga yang menderita hipertensi. Hasil penelitian juga sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2011), di Kabupaten Bantul pada
wanita pekerja dengan peran ganda, dari hasil analisis diperoleh nilai p <0.001 dan
nilai OR= 4.67 hal ini menunjukkan riwayat keluarga berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi.
Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari orang
tua memderita hipertensi maka sepanjang hidup keturunanya mempunyai 25%
kemungkinan menderita pula. Dari hasil wawancara dengan responden rata-rata
50
responden mengatakan memiliki keluarga yang menderita hipertensi baik dari orang
tua maupun dari kakek/nenek. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi oleh pihak puskesmas adalah
dengan melakukan deteksi dini terhadap responden yang menderita hipertensi
sehingga program pengobatan ataupun program pencegahan yang diberikan dapat
lebih terfokuskan pada keluarga yang menderita hipertensi dengan riwayat keluarga
hipertensi.
6.3 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Hipertensi
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula darah (gula
sederhana) di dalam darah tinggi. Di Indonesia DM dikenal juga dengan istilah
penyakit kencing manis yang merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian
meningkat. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah
puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Diagnosis klinis diabetes militus
dapat dilihat dari beberapa tanda-tanda diantarnya adalah sering kencing, cepat lapar,
sering haus, lemas, berat badan menurun, gatal-gatal, mata kabur, dan sering
kesemutan (Pudiastuti, 2011).
Penelitian Kohort yang dilakukan oleh Thawornchaisit et al. (2013), yang
dilakukan di Thailand menemukan bahwa penderita diabetes melitus memiliki risiko
yang tinggi untuk menderita hipertensi. Laki-laki yang memiliki diabetes melitus
memiliki 3.63 kali risiko untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan laki-laki yang
tidak menderita diabetes melitus. Sementara pada perempuan yang memiliki diabetes
melitus 5.68 kali lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Asriarti, dkk (2014) dengan rancangan case
control di wilayah kerja Puskesmas Pattingallong Makasar pada Kejadian hipertensi
51
pada lansia, diperoleh hasil bahwa dari hasil analisis diperoleh bahwa diabetes melitus
merupakan faktor risiko jadian hipertensi dengan nilai OR=3.51 hal ini berarti orang
yang memiliki riwayat diabetes melitus 3.51 kali lebih berisiko untuk menderita
hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus.
Hipertensi dan diabetes melitus merupakan pasangan penyakit yang kerap muncul
bersamaan. Keduanya bisa menjadi faktor risiko maupun akibat. Meskpun diabetes
melitus menyebabkan tekanan darah merupakan hal yang kompleks.
Pada penelitian ini hasil uji statistik antara faktor risiko diabetes melitus dengan
kejadian hipertensi menunjukkan nilai OR=1.2, 95%CI 0.0556-5.8197; p= 0.65. Laki-
laki dewasa yang benderita diabetes militus 1.2 kali lebih berisiko menderita hipertensi
dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak menderita diabetes melitus, tetapi
dalam penelitian ini diabetes melitus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kejadian hipertensi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asriarti, dkk
(2014) adalah pada penelitian ini menggunakan metode kasus-kontrol berpasangan
dengan jumlah sampel sedikit (38 pasang sampel). Disamping itu status diabetes
melitus didapatkan hanya pada wawancara, sehingga kemungkinan terjadi recall bias
pada responden. Pada penelitian ini rata-rata responden menderita diabetes melitus
adalah kurang dari enam bulan, dan sudah runtin berobat kepuskesmas. Kelemahan
lain dalam penelitian ini adalah peneliti tidak tidak terlalu menggali informasi tentang
diabetes melitus, wawancara hanya menekankan pada apakah responden menderita
diabetes melitus dan lama responden menderita diabetes melitus tanpa melihat
pemeriksaan diagnosisnya.
52
6.4 Pengaruh Konsumsi Garam Terhadap Kejadian Hipertensi
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di
luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan peningkatan volume dan
tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi (esensial) terjadi respons penurunan
tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengonsumsi
garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanandarah rata-rata rendah, sedangkan pada
mayarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.
Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, 2006).
Hasil uji statistik antara faktor risiko konsumsi garam dengan hipertensi
menunjukkan nilai OR= 1.6, 95%CI 0.1699-1.9212; p= 0.36, secara statistik konsumsi
garam tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi. Namun jika
dilihat dari nilai OR= 1.6, menunjukkan bahwa risiko responden yang memiliki
konsumis garam tinggi untuk terkena hipertensi sebesar 1,6 kali dibandikna dengan
responden yang memiliki konsumsi garam yang rendah, dan jika penelitian ini diulang-
ulang maka akan menemukan nilai OR dari interval 0.169 sampai dengan 1.921.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan responden dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden tidak terlalu suka mengonsumsi makanan yang mengandung
kadar garam yang tinggi pada makanan seperti ikan kering, ikan asin, telur asin,
dendeng, dan tidak banyak responden yang menambahkan garam lagi kemakanan lain
yang sudah diolah, hal inilah yang menyebabkan konsumsi garam pada penelitia ini
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi.
53
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan menelitian yang dilakukan oleh
Rahajeng (2009) pada prevalensi hipertensi dan determinanya di Indonesia, dari hasil
analisis terhadap faktor hipertensi berdasarkan faktor risiko perilaku didapatkan hasil
bahwa konsumsi makanan asin bukan merupakan faktor risiko dari kejadian hipertensi
di Indonesia (OR=0.99). Data yang dianalisis dalam penelitian tersebut adalah data
nasional dengan pola konsumsi masyarakat yang lebih heterogen, dan konsumsi
garam dalam penelitian tersebut menunjukkan konsumsi garam tidak bermakna secara
statistik, namun untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik perlu dilakukan analisis
lebih lanjut. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian case control yag
dilakukan di Puskesmas Petang Kabupaten Badung terhadap wanita usia lanjut
didapatkan hasil bahwa konsumsi garam merupakan faktor risiko dari kejadian
hipertensi (Sucipta, 2009).
6.5 Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang akan memberikan banyak
dampak negatif terhadap kesehatan. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihispa melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah
tinggi. Merokok juga dapat menyebabkan meningkatnya denyut nadi jantung dan
kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita
tekanan darah tinggi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh
darah arteri (Depkes RI, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pasang (57.89%) kasus
responden dengan perokok berat dan kontrol perokok ringan, sedangkan 10 pasang
(41.67%) kasus tidak merokok dan kontrolnya merokok, hal ini menunjukkan bahwa
54
kebiasaan merokok memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi. Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai OR= 0.8, 95%CI = 0.3163-2.0230; p= 0.63, secara statistik
kebiasaan merokok tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok yang tinggi 0.8 kali lebih berisiko untuk
menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang memiliki kebiasaan
merokok yang rendah untuk terkena hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara
didapatkan pada laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok usia mulai merokok
responden rata-rata dibawah 20 tahun dengan konsumsi rokok lebih dari 10 batang per
hari. Selain itu pada seluruh sampel penelitian rata-rata memiliki anggota keluarga
yang mengonsumsi rokok dirumahnya sehingga dapat dikatagorikan sebagai perokok
pasif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mannan (2012) yang dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan rancangan
case control, menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan faktor risiko kejadian
hipertensi. orang yang merokok 2.32 kali lebih berisiko menderita hipertensi
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2012)
dengan rancangan case control di Puskesmas Baturiti II Kecamatan Tabanan,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antarakebiasaan merokok dengan
kejadian hipertensi. Laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok (perokok berat)
memiliki risiko 2.925 kali lebih berisiko dibandingkan dengan perokok ringan atau
tidak merokok untuk menderita hipertensi. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam
rokok bersifat kumulatif, suatu saat dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga
55
mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal ini bagi perokok berat akan
merasakan dampaknya dibandingkan perokok ringan.
Perbedaan mepenlitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2012)
adalah pada penelitian ini menggunakan case control dengan matching individual dan
menggunakan metode consecutive sampling sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Widya menggunakan rancangan case control tanpa matching dan teknik sampling
menggunakan metode systematic random sampling. Teknik pengambilan sampel dan
lokasi pengambilan sampel juga perperan dalam menentukan hasil penelitian dan
menyebabkan perbedaan hasil penelitian.
6.6 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi
Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, maka semakin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Tekanan darah
dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Aktivitas fisik adalah gerakan yang
dilakukan otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak,sedangkan jantung dan paru-
paru memerlukan tambahan energi untuk menantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke
seluruh tubuh dan untuk menghasilkan sisa-sisa dari tubuh (Mannan, 2012).
Aktivitas fisik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadin hipertensi
di Puskesmas Payangan (p=0.41) namun jika dilihat dari nilai OR= 1.14,
menunjukkan bahwa responden yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik memiliki
56
risiko untuk terkena hipertensi 1.14 kali lebih besar dibandingkan dengan responden
yang aktif melakukan aktivitas fisik. Dari hasil analisi yang dilakukan terhadap 38
pasang responden didapatkan 8 (47.06%) pasang kasus responden yang memiliki
aktifitas fisik tidak aktif dan kontrol dengan aktivitas fisik aktif dan 7 (33.33%) pasang
responden yang aktivitas fisik tinggi dam kontrol berisiko. Hal ini menunjukkan
aktivitas fisik memiliki pengaruh meskipun tidak signifikan terhadap kejadian
hipertensi.
Pada penelitian ini aktivitas fisik yang dinilai adalah seberapa sering responden
melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, kegiatan berjalan kaki, mencangkul,
mencari rumput dan aktivitas fisik berat seperti buruh bangunan. Dari hasil wawancara
dan observasi dilapangan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan
Payangan bekerja sebagai petani dan buruh karena wilayah Payangan tergolong
wilayah agraris sehingga hampir setiap hari warga melakukan aktivitas fisik di
sawah/kebun sehingga mereka memiliki aktifitas fiski yang cukup aktif.
Hasil penelitian memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lewa (2010) di Puskesmas Kalibawang jika dilihat dari nilai OR =2.33. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Sucipta (2009) di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung juga
memiliki kesamaan hasil dengan penelitian ini, nilai OR dari penelitian ini adalah 1.91.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulad
S. (2013) pada hubungan antara asupan serat, natrium dan aktifitas fisik terhadap
kejadian hipertensi pada anak sekolah dasar. Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa
aktifitas fisik tidak berpengaruh secara signifika terhadap kejadian hipertensi dengan
nilai p=0.33 dan nilai OR= 0.66 hal ini berarti aktivitas fisik memiliki sifat protektif
terhadap kejadian hipertensi.
57
6.7 Pengaruh Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi
Terdapat 2 (66.67%) pasang kasus yang konsumsi alkohol tinggi sedangan
kontrolnya konsumsi alkohol rendah, dan terdapat 3 (8.57%) pasang kasus yang
mengonsumsi alkohol rendah tetapi kontrol dengan konsumsi alkohol tinggi hal ini
menunjukkan konsumsi alkohol memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai OR= 0.66, 95%CI0.1127-3.9411; p=0.65, hal ini
berarti secara statistik konsumsi alkohol tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kejadian hipertensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradono (2010)
pada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi di daerah perkotaan
dengan analisis data Riskesdas tahun 2007 diperoleh hasil bahwa mengonsumsi
alkohol tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian hipertensi di Indonesia.
Pada Penelitian ini konsumsi alkohol tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kejadian hipertensi karena sebagian besar responden yang menderita
hipertenis di wilayah kerja Puskesmas Payangan adalah responden yang berusia lanjut
sehingga hanya sedikit responden yang masih mengonsumsi alkohol seperti tuak, bir,
whiskey, anggur. Namun pada responden hipertensi yang mengsumsi alkohol
diketahui bahwa usia saat mulai mengonsumsi alkohol adalah dibawah 20 tahun dan
mengonsumsi alkohol lebih dari >3 gelas/hari sehingga meningkatkan risiko untuk
terkena hipertensi, jenis alkohol yang banyak dikonsumsi adalah bir, dan tuak.
Selanjutnya hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Adnyani (2014) di desa Sidemen, Kecamatan Karangasem, hasil peneltian yang
didapat adalah adanya hubungan yang positif antara konsumsi alkohol dengan
kejadian hipertensi. Penelitian lain yang dilakukan di Puskesmas Airmandidi
58
Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2013 memperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan antara mengonsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR=
4.54 hal ini berarti orang yang mengonsumsi alkohol 4.54 kali lebih berisiko menderita
hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi alkohol (Talumewo,
M. C., 2013).
6.8 Keunggulan dan Kelemahan Penelitian
1. Penelitian ini adalah penelitian case control atau retrospective study, data pajanan
faktor risiko mengandalkan daya ingat dari responden sehingga dapat
menyebabkan recall bias namun sudah diminimalisir dengan melakukan probing.
2. Demikian juga dengan tempat penelitian yang mengambil subyek kasus penelitian
di puskesmas sehingga sampel yang diperoleh hanya berdasarkan hospital based
atau puskesmas based bukan berdasarkan population based, hal ini menyebabkan
hasil penelitian terbatas untuk populasi umum. Namun keunggulan yang diperoleh
dengan menggunakan data berbasis hospital based (pukesmas) adalah hasil
penelitian ini menjadi aplikatif yaitu sesuai dengan program penanggulangan
berbasis puskesmas mengingat puskesmas merupakan ujung tombak terutama
untuk kejadian hipertensi tanpa komplika
59
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Risiko laki-laki dewasa yang menderita obesitas adalah 2.66 kali lebih berisiko
menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yan tidak menderita
obesitas, dimana obesitas merupakan fakto risiko hipertensi dan berpengaruh
secara signifikan.
2. Risiko laki-laki dewasa yang memiliki riwayat keluarga hipertensi adalah 3 lebih
berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak
memiliki riwayat keluarga hipertensi, dimana riwayat keluarga hipertensi
merupakan faktor risiko hipertensi dan berpengaruh secara signifikan.
3. Risiko laki-laki dewasa yang menderita diabetes melitus adalah 1.2 lebih berisiko
menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak menderita
diabetes melitus, dimana diabetes melitus merupakan faktor risiko hipertensi
namun tidak berpengaruh secara signifikan.
4. Risiko laki-laki dewasa yang mengkonsumsi garam berlebih adalah 1.6 lebih
berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang
mengonsumsi garam rendah, dimana konsumsi garam merupakan faktor risiko
hipertensi tetapi tidak berpengaruh secara signifikan.
5. Risiko laki-laki dewasa yang memiliki kebiasaan merokok berat adalah 0.8 kali
lebih berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang
yang memiliki kebiasaan merokok ringan.
6. Risiko laki-laki dewasa yang memiliki aktivitas fisik tidak aktif adalah 1.14 kali
lebih berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang
60
aktif melakukan aktivitas fisik, dimana aktifitas fisik merupakan faktor risiko
hipertensi namun tidak berpengaruh secara signifikan.
7. Risiko laki-laki dewasa yang mengonsumsi alkohol (berat) adalah 0.66 kali lebih
berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang sedikit
mengonsumsi alkohol.
7.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Payangan
Penambahan program promotif seperti memberikan pendidikan kesehatan
masyarakat dengan melakukan penyuluhan mengenai faktor risiko yang dapat
meningkatkan kejadian hipetensi. Lebih berfokus pada penderita hipertensi
dengan obesitas dan penderita hipertensi yang memiliki riwayat keluarga
hipertensi seperti memberikan program diet sehat sesuai dengan dietary
approaches to stop hypertension (DASH), melakukan deteksi dini dan menjaring
masyarakat yang memiliki riwayat keluarga hipertensi sehingga kasus dapat
diketahui dan ditangani lebih awal. Serta meningkatkan program preventif yang
sudah ada sehingga dapat lebih banyak menjaring penderita hipertensi di
Puskesmas Payangan.
2. Bagi masyarakat
Mengurangi atau menghindari faktor risiko terhadap kejadian hipertensi
merupakan upaya yang baik, seperti menghindari konsumsi alkohol secara
berlebih, konsumsi garam rendah atau secukupnya, berolah raga secara teratur
untuk menjaga berat badan tetap ideal dan tetap beraktivitas fisik seperti berjalan
kaki minimal 30 menit dalam sehari, dan tidak merokok meskipun dalam
penelitian ini merokok merupakan faktor protektif bukan berarti merokok tidak
berbahaya dan mempengaruhi kejadian hipertensi.
61
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan metode penelitian yang berbeda,
teknik sampeling yang berbeda serta penggunaan sampel yang lebih besar serta
berorientasi pada population based.
62
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Febby H. D., & Nanang Prayito.(2013). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Jakarta
Adnyani P., P. & Sudana. (2014). Prevalensi dan Faktor Risiko Terjadinya Hipertenis
Pada Masyarakat di Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen, Karangasem Periode
Juni-Juli 2014. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar
Aripin. (2015). Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok dan Riwayat Penyakit Dasar
Terhadap Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Sempu Kabuapten Banyuwangi
Tahun 2015. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar
Asriarti. & Wahiduddun. (2013). Faktor Risiko Riwayat Keluarga, Status Gizi dan
Riwayat Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Hipertensi Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pattingalloang. Jurnal Universitas Hasanuddin. Makassar
Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Gianyar
Tahun 2014. Gianyar
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Denpasar
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2006). Pharmaceutial Care Untuk
Penyakit Hipertensi. Jakarta : 03-11
Departemen Kesehatan RI. (2006). Buku Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Jakarta : 12-19
Divine, Jon G. & Rachma Apsari (eds),. (2012). Action Plan for Hight Bload
Preassure. PT Intan Sejati. Klaten : 01-08
Evadewi, Kenny R. & Sukmayanti S. (2013). Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien
Hipertensi di Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A dan Tipe B. Jurnal
Psikologi Udayana Vol. 1, No. 1, 32-42
Faisal, Elvyrah, Bambang D., & Berty Murtiningsih. (2011). Faktor Risiko Hipertensi
pada Wanita Pekerja dengan Peran Ganda Kabupaten Bantul Tahun 2011. Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol.28 No. 2, 55-65
Gama, I. K., Sarmadi, & IGA. Harini. (2013). Faktor Penyebab Ketidakpatuhan
Kontrol Penderita Hipertensi. Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar
63
Kementrian Kesehatan RI. (2013a). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Bali
Tahun 2013. Litbangkes. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. (2013b). Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Lewa, A. (2010). Faktor-faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada Lanjut Usia.
Berita Kedokteran Masyarakat. Vol.26, No.4, 171-178
Mannan, H., Wahiduddin, & Rismayanti. (2012). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012.
Bagian Epidemiologi Universitas Hasanuddin. Sulawesi
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH). 2014. Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi. Jakarta: 04-17
Pudiastuti, R. D. ( 2011). Penyakit Pemicu Stroke; Dilengkapi dengan Posyandu dan
Posbindu PTM). Nuha Media. Yogyakarta: 01-39
Rahajeng, E. & Sulistyowati T. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59, No. 12
Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan (Dilengkapi Uji
Validitas dan Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS). Nuha Medika.
Yogyakarta : 09-39
Sarwanto, Lestari K. W., & Rukmini. (2009). Prevalensi Penyakit Hipertensi
Penduduk di Indonesia dan Faktor yang Berisiko. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. Jakarta. Vol.12, No. 2, 154-162
Sucipta, adhi. (2009). Pengaruh Kebiasaan Hidup Terhadap Derajat Hipertensi Pada
Wanita Usia Lanjut di Puskesmas Petang II Kecamatan Petang Kabupaten
Badung Tahun 2009. Skripsi. Universita Udayanan. Denpasar
Susilo & Suryono. (2015). Metode Penelitian Retrospective/ Ex Post Facto (Case
Control & Causal Correlation) Kedokteran dan Kesehatan. Bosscript.
Klaten:151-219
Talumewo, C. T. & Budi T. R. ( 2013). Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara. Fakultas Kesehatan Masarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado. Manado
White, Kevin. (2012). Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit Edisi Ketiga. PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta
64
Widya, M. (2012). Hubungan Risiko Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Pada Laki-Laki Umur 40 Tahun Keatas di Wilayah Puskesmas Baturiti II tahun
2012. Skripsi. Universitas Udayana. Denpasar
Widyaningtyas, Mego. (2009). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada
Laki-laki Dewasa di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2009.
Skripsi. Universitas Udayana. Denpasar
UPT Kesehatan Masyarakat Payangan. (2015). Laporan Tahunan Unit Pelaksana
Teknis Kesehatan Mayarakat Payangan Tahun 2015. Gianyar
Thawornchaisit, P. Looze, & Team, T. C.S. (2013) Health Risk Factors and Prevalence
of Hypertention. Global Journal of Health Science. Thai University. Vol 5 No.
4. Pp. 121-126
Pardono, Julianty. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi
di Daerah Perkotaan (Analisis Data Riskesdas 2007). Gizi Indon 2010. Vol. 33:
59-66
Mulad S., D. (2013). Hubungan Asupan Serat, Natrium dan Aktivitas Fisik Terhadap
Kejadian Obesitas dengan Hipertensi pada Anak Sekolah Dasar. Skripsi.
Universitas Diponogoro. Semarang.
LAMPIRAN
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No. Kegiatan
Bulan (2016)
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1. Persiapan dan pembuatan
proposal penelitian
2. Seminar dan perbaikan
proposal
3. Penelitian
4. Seminar penelitian (Ujian
Skripsi) dan perbaikan
Lampiran 2
INFORMASI DAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bernama Ni Putu Tina Astiari adalah mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sedang melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada
Laki-Laki Dewasa di Puskesmas Payangan Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar
Pada Tahun 2016” Sehubungan dengan itu, demi mendukung keberhasilan penelitian
ini maka saya mohon partisipasi dari Bapak untuk meluangkan waktu menjawab
kuesioner yang akan dilanjutkan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka saya sebagai peneliti memohon
kesediaan Bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini, demi terkumpulnya
data yang diperlukan untuk kelancaran penulisan tugas akhir ini. Semua data yang
terkait dalam penelitian ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penyusunan
tugas akhir (skripsi), tidak untuk kepentingan yang lain dan data ini dijamin
keberadaan dan kerahasiaannya. Demikian permohonan ini disampaikan, atas bantuan
dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Gianyar,
Responden Yang membuat pernyataan
( ) ( Ni Putu Tina Astiari)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS PAYANGAN KECAMATAN
PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR
PADA TAHUN 2016
Hari/ tanggal wawancara : ........................................ Nomor Responden
Pewawancara : ........................................
I. Tekanan Darah
Sistolik : mmHg
Diastolik : mmHg
II. Identitas Responden
1. Nama : ....................................................
2. Alamat : ....................................................
3. Umur : ..........................................tahun
4. No. Hp : ....................................................
5. Pendidikan
1. Tidak Sekolah
2. SD
3. SLTP/sederajat
4. SLTA/sederajat
5. Perguruan Tinggi
6. Status Bekerja :
1. PNS/ABRI/PORLI
2. Swasta
3. Petani/Buruh
4. Tidak Bekerja
5. Berat Badan : ..............................kg
6. Tinggi Badan : ..............................cm
KASUS / KONTROL
III. Pertanyaan Untuk Riwayat Hipertensi Pada Keluarga
1. Apakah keluarga bapak (bapak, ibu, kakek, nenek) ada yang menderita
hipertensi?
0. Tidak
1. Ada, sebutkan siapa yang menderita hipertensi ?...........
IV. Pertanyaan Riwayat Menderita Diabetes Militus (DM) Pada
Responden
1. Apakah bapak pernah atau sedang menderita penyakit Diabetes Militus
(DM)..?
0. Tidak
1. Iya, berapa lama ? ............
Untuk pertanyaaan Konsumsi Garam, Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, dan
Konsumsi Alkohol, Saudara diminta untuk memberi tanda silang ( X ) pada jawaban
yang dianggap sesuai.
V. Konsumsi Garam
1. Apakah bapak sering mengonsumsi makanan atau kue yang
rasanya asin?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah bapak sering makan makanan yang diawetkan seperti
ikan asin, telur asin, dendeng, sarden, sayuran yang
mengandung garam?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah bapak sering menambahkan garam lagi atau kecap
asin kedalam nasi saat makan atau kedalam makanan lain
yang sudah diolah ?
a. Ya b. Tidak
Skor
4. Apakah bapak sering makan nasi dengan sambal (sambal
matah, dll) ?
a. Ya b. Tidak
Total Skor
VI. Kebiasaan Merokok
5. Apakah Bapak merokok ? (Jika tidak lanjut ke pertanyaan
No. 8)
a. Ya b. Tidak
6. Berapa usia Bapak mulai merokok ?
a. < 20 Tahun b. >20 tahun
7. Berapa jumlah rokok yang Bapak hisapa perhari ?
a. ≥ 10 batang b. ≤ 10 batang
8. Jika tidak merokok, apakah bapak termasuk perokok pasif
yaitu sering menghirup asap rokok dari orang yang merokok
di dalam ruangan tertutup (tempat kerja/ rumah) ?
a. Ya b. Tidak
Total skor
Skor
VII. Aktivitas Fisik
9. Apakah bapak beraktivitas fisik/ berolah raga baik di dalam
maupun di luar rumah seperti kegiatan berjalan kaki, aerobik,
lari dan lain-lain?
a. Ya b. Tidak
10. Bila “iya”, berapa kali bapak berolah raga dalam seminggu?
(Jika tidak lanjut ke pertanyaan No. 12)
a. < 3 Kali b. > 3 kali
11. Berapa lama waktu yang bapak gunakan untuk melakukan
olah raga dalam sehari ?
a. < 30 menit b. 30-60 menit
Skor
%
%
12. Berapa kali dalam seminggu terakhir bapak melakukan
aktivitas fisik berat seperti mencangkul, tukang bangunan,
mencari rumput, dan lain-lain?
a. < 4 kali/minggu b. > 4 kali/minggu
Total skor
VIII. Konsumsi Alkohol
13. Apakah Bapak mengonsumsi minuman beralkohol seperti
bir, whiskey, anggur, tuak?
a. Ya b. Tidak
14. Bila “ya”, dalam sehari berapa gelas alkohol yang bapak
konsumsi/hari?
a. > 3 Gelas/hari b. < 3 Gelas/hari
15. Usia bapak mulai mengonsumsi minuman beralkohol?
a. <20 tahun b. >20 tahun
Total skor
Skor
%
%
Lampiran 4
Hasil Uji Validitas Kuesioner
No Variabel Coef. 95%CI p
1 2 3 4
Konsumsi Garam (KG) GK1 GK2 KG3 KG4 Kebiasaan Merokok (KM) KM1 KM2 KM3 KM4 Aktivitas Fisik (AF) AF1 AF2 AF3 AF4 Konsumsi Alkohol (KA) KA1 KA2 KA3
0.90 0.59 0.60 0.54
0.97 0.35 0.56 0.56
1
0.32 0.90 0.18
0.80
1 0.64
0.5693 – 1.2405 0.2400 – 0.9321 0.2794 – 0.9271 0.9192 – 1.0015
0.4167 – 1.5303 0.0896 – 0.7952 0.0896 – 0.7952 0.1271 – 0.9927
0.2848 – 2.2843 0.1264 – 0.7857 0.3843 – 1.4248 0.4759 – 0.8507
0.5804 – 1.0231 0.8047 – 1.1952 0.2550 – 0.9283
<0.001 <0.001 <0.001
0.01
0.001 <0.001
0.11 0.01
0.12 0.01
0.001 0.58
<0.001 <0.001 <0.001
Lampiran 5
Lampiran 6
Hasil Uji Statistik (STATA12)
1. Karakteristik Responden
a. Tingkat Pendidikan
b. Status bekerja
c. Alamat Responden
d. Umur Responden
Total 76 100.00
Perguruan Tinggi 9 11.84 100.00
SLTA/Sederajat 16 21.05 88.16
SLTP/Sederajat 11 14.47 67.11
SD 31 40.79 52.63
Tidak Sekolah 9 11.84 11.84
Pendidikan Freq. Percent Cum.
. ta pendidikan
Total 76 100.00
Tidak Bekerja 8 10.53 100.00
Petani/Buruh 41 53.95 89.47
Swasta 21 27.63 35.53
PNS/ABRI/PORLI 6 7.89 7.89
Status Bekerja Freq. Percent Cum.
. ta statusbekerja
Total 76 100.00
>70 thn 14 18.42 100.00
56-69 thn 41 53.95 81.58
40-55 thn 21 27.63 27.63
umur (Umur) Freq. Percent Cum.
RECODE of
. ta klp_umur
Total 76 100.00
Desa Puhu 8 10.53 100.00
Desa Melinggih 32 42.11 89.47
Desa Klusa 2 2.63 47.37
Desa Kerta 20 26.32 44.74
Desa Bukian 8 10.53 18.42
Desa Buahan 6 7.89 7.89
Alamat Freq. Percent Cum.
. ta alamat
2. Hasil uji Mc Nemar ( Analisis Bivariat)
a. Status Obesitas
Persentase
b. Riwayat Keluarga Hipertensi
odds ratio 3 1.022236 8.804232 (tb)
rel. diff. .2758621 .0458129 .5059113
ratio 1.888889 1.002176 3.560153
difference .2105263 -.0109411 .4319937
Controls .2368421 [95% Conf. Interval]
Cases .4473684
Proportion with factor
Exact McNemar significance probability = 0.0768
McNemar's chi2(1) = 4.00 Prob > chi2 = 0.0455
Total 9 29 38
Unexposed 4 17 21
Exposed 5 12 17
Cases Exposed Unexposed Total
Controls
. mcc riwayathipertensi1 riwayathipertensi0, tb
odds ratio 2.666667 .9911545 8.320598 (exact)
rel. diff. .3571429 .0938988 .620387
ratio 2 1.044043 3.83126
difference .2631579 .0098496 .5164662
Controls .2631579 [95% Conf. Interval]
Cases .5263158
Proportion with factor
Exact McNemar significance probability = 0.0525
McNemar's chi2(1) = 4.55 Prob > chi2 = 0.0330
Total 10 28 38
Unexposed 6 12 18
Exposed 4 16 20
Cases Exposed Unexposed Total
Controls
. mcc statusobesitas1 statusobesitas0
100.00 100.00 100.00
Total 18 20 38
33.33 20.00 26.32
obesitas 6 4 10
66.67 80.00 73.68
tidak 12 16 28
itas tidak obesitas Total
statusobes 1 statusobesitas
0
column percentage
frequency
Key
. ta statusobesitas0 statusobesitas1,col
Persentase
c. Menderita DM
Persentase (%)
odds ratio 1.2 .3051314 4.970574 (exact)
rel. diff. .0357143 -.1922618 .2636904
ratio 1.1 .5918602 2.044402
difference .0263158 -.1708601 .2234917
Controls .2631579 [95% Conf. Interval]
Cases .2894737
Proportion with factor
Exact McNemar significance probability = 1.0000
McNemar's chi2(1) = 0.09 Prob > chi2 = 0.7630
Total 10 28 38
Unexposed 5 22 27
Exposed 5 6 11
Cases Exposed Unexposed Total
Controls
. mcc diabetesmilitus1 diabetesmilitus0
100.00 100.00 100.00
Total 21 17 38
19.05 29.41 23.68
ada 4 5 9
80.95 70.59 76.32
tidak 17 12 29
ertensi tidak ada Total
riwayathip 1 riwayathipertensi
0
column percentage
frequency
Key
. ta riwayathipertensi0 riwayathipertensi1, col
100.00 100.00 100.00
Total 27 11 38
18.52 45.45 26.32
DM 5 5 10
81.48 54.55 73.68
tidak 22 6 28
litus tidak DM Total
diabetesmi 1 diabetesmilitus
0
column percentage
frequency
Key
. ta diabetesmilitus0 diabetesmilitus1, col
d. Konsumsi Garam
Persentase
e. Kebiasaan Merokok
odds ratio .8 .3163487 2.023084 (tb)
rel. diff. -.0909091 -.4856898 .3038716
ratio .875 .5020132 1.525109
difference -.0526316 -.2971335 .1918703
Controls .4210526 [95% Conf. Interval]
Cases .3684211
Proportion with factor
Exact McNemar significance probability = 0.8145
McNemar's chi2(1) = 0.22 Prob > chi2 = 0.6374
Total 16 22 38
Unexposed 10 14 24
Exposed 6 8 14
Cases Exposed Unexposed Total
Controls
. mcc kebiasaanmerokok1 kebiasaanmerokok0, tb
odds ratio 1.6 .4615131 6.216083 (exact)
rel. diff. .1363636 -.1621489 .4348762
ratio 1.1875 .7917927 1.780967
difference .0789474 -.1316337 .2895285
Controls .4210526 [95% Conf. Interval]
Cases .5
Proportion with factor
Exact McNemar significance probability = 0.5811
McNemar's chi2(1) = 0.69 Prob > chi2 = 0.4054
Total 16 22 38
Unexposed 5 14 19
Exposed 11 8 19
Cases Exposed Unexposed Total
Controls
. mcc konsumsigaram1 konsumsigaram0
100.00 100.00 100.00
Total 19 19 38
26.32 57.89 42.11
KG tinggi 5 11 16
73.68 42.11 57.89
KG rendah 14 8 22
ram KG rendah KG tinggi Total
konsumsiga 1 konsumsigaram
0
column percentage
frequency
Key
. ta konsumsigaram0 konsumsigaram1,col
f. Aktivitas Fisik
g. Konsumsi Alkohol
odds ratio 1.142857 .4147443 3.149223 (tb)
rel. diff. .0454545 -.2916537 .3825628
ratio 1.0625 .6705602 1.683527
difference .0263158 -.1995854 .252217
Controls .4210526 [95% Conf. Interval]
Cases .4473684
Proportion with factor
Exact McNemar significance probability = 1.0000
McNemar's chi2(1) = 0.07 Prob > chi2 = 0.7963
Total 16 22 38
Unexposed 7 14 21
Exposed 9 8 17
Cases Exposed Unexposed Total
Controls
. mcc aktivitasfisik1 aktivitasfisik0, tb
odds ratio .6666667 .1127636 3.941382 (tb)
rel. diff. -.0294118 -.160194 .1013705
ratio .75 .2116474 2.657722
difference -.0263158 -.1676596 .115028
Controls .1052632 [95% Conf. Interval]
Cases .0789474
Proportion with factor
Exact McNemar significance probability = 1.0000
McNemar's chi2(1) = 0.20 Prob > chi2 = 0.6547
Total 4 34 38
Unexposed 3 32 35
Exposed 1 2 3
Cases Exposed Unexposed Total
Controls
. mcc konsumsialkohol1 konsumsialkohol0, tb
3. Hasil analisi Multivariat (Conditional Regresi Logistic)
Model I
Variabel dikeluarkan satu per satu dari variabel yang memiliki nilai p paling besar.
diabetesmilitus .8827383 .6142104 -0.18 0.858 .2257173 3.452225
konsumsigaram 2.174226 1.309509 1.29 0.197 .6677851 7.07901
statusobesitas 2.250337 1.284562 1.42 0.155 .7351148 6.888742
konsumsialkohol .8285441 .7994834 -0.19 0.845 .1250171 5.49113
aktivitasfisik 1.175599 .8012688 0.24 0.812 .3090969 4.471199
kebiasaanmerokok .869793 .5480132 -0.22 0.825 .2529975 2.990305
riwayathipertensi 2.218858 1.513213 1.17 0.243 .5829466 8.445598
sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
Robust
(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)
Log pseudolikelihood = -22.402641 Pseudo R2 = 0.1495
Prob > chi2 = 0.5234
Wald chi2(7) = 6.14
Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76
Iteration 3: log pseudolikelihood = -22.402641
Iteration 2: log pseudolikelihood = -22.402642
Iteration 1: log pseudolikelihood = -22.406496
Iteration 0: log pseudolikelihood = -22.695806
konsumsigaram 2.152706 1.280764 1.29 0.197 .6707456 6.908946
statusobesitas 2.243551 1.276848 1.42 0.156 .7353611 6.844966
konsumsialkohol .7598405 .6338846 -0.33 0.742 .1481226 3.897835
aktivitasfisik 1.177198 .8038897 0.24 0.811 .3087292 4.488709
kebiasaanmerokok .8930343 .5176745 -0.20 0.845 .2867103 2.781589
riwayathipertensi 2.182734 1.447958 1.18 0.239 .5947578 8.010538
sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
Robust
(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)
Log pseudolikelihood = -22.413587 Pseudo R2 = 0.1491
Prob > chi2 = 0.4296
Wald chi2(6) = 5.94
Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76
Iteration 3: log pseudolikelihood = -22.413587
Iteration 2: log pseudolikelihood = -22.413587
Iteration 1: log pseudolikelihood = -22.416091
Iteration 0: log pseudolikelihood = -22.693
konsumsigaram 2.166226 1.293562 1.29 0.196 .6720613 6.982303
statusobesitas 2.170875 1.209892 1.39 0.164 .7281746 6.471937
konsumsialkohol .7541419 .6424634 -0.33 0.740 .1420049 4.005003
aktivitasfisik 1.180486 .8115113 0.24 0.809 .3068405 4.541605
riwayathipertensi 2.301373 1.53738 1.25 0.212 .6213853 8.523401
sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
Robust
(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)
Log pseudolikelihood = -22.434392 Pseudo R2 = 0.1483
Prob > chi2 = 0.3088
Wald chi2(5) = 5.97
Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76
konsumsigaram 2.005605 1.053887 1.32 0.185 .7160835 5.617292
statusobesitas 2.195552 1.226094 1.41 0.159 .7348435 6.55983
konsumsialkohol .6923726 .575916 -0.44 0.659 .1356157 3.534841
riwayathipertensi 2.292128 1.515248 1.25 0.210 .6273914 8.374122
sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
Robust
(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)
Log pseudolikelihood = -22.468034 Pseudo R2 = 0.1470
Prob > chi2 = 0.1993
Wald chi2(4) = 6.00
Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76
Iteration 3: log pseudolikelihood = -22.468034
Iteration 2: log pseudolikelihood = -22.468034
Iteration 1: log pseudolikelihood = -22.469451
Iteration 0: log pseudolikelihood = -22.703001
konsumsigaram 2.144698 1.139805 1.44 0.151 .7568209 6.077699
statusobesitas 2.138945 1.184534 1.37 0.170 .7224531 6.332707
riwayathipertensi 2.343598 1.55742 1.28 0.200 .6371233 8.620701
sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
Robust
(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)
Log pseudolikelihood = -22.525849 Pseudo R2 = 0.1448
Prob > chi2 = 0.1135
Wald chi2(3) = 5.96
Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76
konsumsigaram 1.902167 .9985198 1.22 0.221 .6798616 5.322023
statusobesitas 2.850627 1.432454 2.08 0.037 1.064652 7.632615
sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
Robust
(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)
Log pseudolikelihood = -23.434902 Pseudo R2 = 0.1103
Prob > chi2 = 0.0664
Wald chi2(2) = 5.42
Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76
Iteration 3: log pseudolikelihood = -23.434902
Iteration 2: log pseudolikelihood = -23.434902
Iteration 1: log pseudolikelihood = -23.435154
Iteration 0: log pseudolikelihood = -23.597788
Model Akhir
statusobesitas 2.666667 1.293705 2.02 0.043 1.030427 6.901131
sampel Odds Ratio Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]
Robust
(Std. Err. adjusted for clustering on idpair)
Log pseudolikelihood = -23.981312 Pseudo R2 = 0.0895
Prob > chi2 = 0.0432
Wald chi2(1) = 4.09
Conditional (fixed-effects) logistic regression Number of obs = 76
Iteration 3: log pseudolikelihood = -23.981312
Iteration 2: log pseudolikelihood = -23.981312
Iteration 1: log pseudolikelihood = -23.981392
Iteration 0: log pseudolikelihood = -24.031929
. clogit sampel statusobesitas , group ( idpair) or rob