FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT...
-
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA KENDARI TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh :
IRVIANINGRUM WISUNDARI P00324015054
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2018
-
2
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Irvianingrum Wisundari
2. Tempat Tangal Lahir : Kendari, 13 Mei 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
6. Alamat : Desa Wowasolo, Kecamatan
Wonggeduku , Kabupaten Konawe
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 13 Baruga, Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 9 Kendari, Tahun Tamat 2011
3. SMA Negeri 5 Kendari, Tamat Tahun 2014
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2015 sampai sekarang.
74 iv
-
3
INTISARI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017
Irvianingrum Wisundari 1, Arsulfa 2, Fitriyanti 3
Latar Belakang: Masalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) saat ini masih menjadi penyebab utama mordibitas dan mortalitas perinatal. BBLR disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah case control. Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi lahir hidup normal yang tercatat di RSUD Kota Kendari pada tahun 2017 yang berjumlah 625 bayi, dengan jumlah sampel 172 responden. Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa ada hubungan umur ibu yang 35 tahun memiliki risiko 1,7 kali lebih besar bayinya menderita BBLR. Umur kehamilan ibu yang 42 minggu memiliki risiko 2,1 kali lebih besar bayinya menderita BBLR, dan ibu dengan kehamilan ganda memiliki risiko 1,6 kali lebih besar bayinya menderita BBLR di RSUD Kota Kendari. Kesimpulan: Hasil menunjukkan adanya semua variabel berhubungan dengan kejadian BBLR. Kata Kunci : Berat Bayi Lahir Rendah Kepustakaan : 37 (2009-2018) 1. Judul Karya Tulis Ilmiah 2. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 3. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
v
-
4
ABSTRAC
FACTORS INFLUENCING THE OCCURRENCE OF LOW BIRTH WEIGHT IN GENERAL HOSPITAL THE REGIONAL CITY OF KENDARI
Irvianingrum Wisundari 1, Arsulfa 2, Fitriyanti 3 Background: The problem of low birth weight still becomes the main cause of perinatal morbidity and mortality nowadays. It is caused by several factors, including the factor mother,embryo, and environment. Objective: to find out the factors that influencing the of Low birth weight Babies (LBW) at Regional public hospital Kendari year 2017. Method: the type of this research is a case control. The population of this research is the entire baby is born a normal life are recorded in the General Hospital of the regional city of Kendari in the year 2017 which totalled 625 babies, with the number of samples as much as 172 respondents. Results: indicates that the age of mothers 35 years have 1.7 times greater risk of her baby suffer from Low Birth Weight. The age of the mother's pregnancy 42 week has 2.1 times greater risk of her baby suffer from Low Birth Weight, and mother with multiple pregnancy has a 1.6 times greater risk of her baby suffer from Low Birth Weight in the General Hospital of the regional city of Kendari. Conclusion: the results show the existence of all the variables associated with the incidence of Low Birth Weight. Keywords : Low Birth Weight Infants Reference : 37 (2009-2018) 1. Title 2. Student of Poltekkes Kemenkes Kendari Midwifery Department 3. Lecturer of Poltekkes Kemenkes Kendari Midwifery Department
vi
-
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan
awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arsulfa, S.Si.T., M.Keb., selaku
Pembimbing I dan Ibu Fitriyani, SST., M.Keb., selaku Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung
jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu dr. Hj. Asrida, selaku Direktur RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi
selama pengambilan data awal penelitian ini berlangsung.
3. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
vii
-
6
4. Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes., selaku Penguji I, Ibu Elyasari, SST.,
M.Keb., selaku Penguji II, dan Ibu Andi Malahayati, S.Si.T, M.Kes., selaku
Penguji III.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Teristimewa kepada ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mengasuh,
membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang, serta memberikan
dorongan moril, material dan spiritual, terima kasih atas pengertiannya
selama ini.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2015.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Juli 2018
Penulis
viii
-
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
INTISARI ................................................................................................ v
ABSTRAC ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ................................................................ 7
1. Tinjauan Umum Tentang Bayi Berat Lahir Rendah ..... 7
2. Tinjauan Umum Faktor yang Mempengaruhi BBLR .... 20
B. Landasan Teori ................................................................ 38
C. Kerangka Teori ................................................................. 40
D. Kerangka Konsep ............................................................ 41
E. Hipotesis Penelitian ........................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................. 43
ix
-
8
B. Tempat Penelitian ............................................................ 44
C. Waktu Penelitian .............................................................. 44
D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 44
E. Variabel Penelitian ........................................................... 45
F. Definisi Operasional ......................................................... 46
G. Sumber Data .................................................................... 47
H. Pengolahan Data .............................................................. 47
I. Penyajian Data ................................................................. 48
J. Analisis Data .................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................. 51
B. Pembahasan .................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 74
B. Saran ................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
-
9
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian Case Control Study . 49
2. Ketenagakerjaan di RSUD Kota Kendari ............................................. 54
3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari 55
4. Distribusi Responden Menurut Umur Kehamilan Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 55
5. Distribusi Responden Menurut Kehamilan Ganda Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 56
6. Distribusi Responden Menurut Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 57
7. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari .. 57
8. Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 58
9. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 59
xi
-
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori .................................................................................... 40
2. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 41
3. Desain Penelitian Case Control ........................................................... 43
xii
-
11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Checklist
2. Analisis Chi Square (Pengolahan Data Manual)
3. Analisis Chi Square (Pengolahan Data SPSS)
4. Surat Ijin Pengambilan Data Awal
5. Surat Ijin Penelitian
6. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian
7. Dokumentasi Penelitian
xiii
-
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) melaporkan bayi dengan berat
lahir rendah berkontribusi sebayak 60 hingga 80% dari seluruh kematian
neonatus dan memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan
berat normal. Berdasarkan data WHO dan United Nations Children’s Fund
(UNICEF) pada tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia, dimana
16% diantaranya lahir dengan berat badan lahir rendah. Adapun
persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di negara berkembang
adalah 16,5% dua kali lebih besar dari pada negara maju sekitar 7%.
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang menempati urutan
ketiga sebagai negara dengan prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), India
(27,6%) dan Afrika Selatan (13,2%). Selain itu, Indonesia turut menjadi
negara ke dua dengan prevalensi BBLR tertinggi diantara negara ASEAN
lainnya, setelah Filipina (21,2%) (WHO, 2014).
Hingga saat ini BBLR merupakan masalah di seluruh dunia, karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir.
Kelahiran bayi BBLR sampai saat ini masih bertanggung jawab atas dua
pertiga kematian bayi. Angka kematian dan kesakitan pada bayi BBLR
lebih tinggi 3 sampai 4 kali daripada bayi-bayi dengan berat lahir normal
(Maryunani, 2013).
1
-
13
Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR.
Faktor-faktor tersebut dapat berperan secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kejadian BBLR, diantaranya faktor ibu seperti umur
ibu, usia kehamilan, penyakit ibu, keadaan gizi ibu, kondisi ibu saat hamil,
keadaan sosial ekonomi. Faktor janin seperti hidramnion, kehamilan
ganda dan cacat bawaan serta faktor lingkungan (Wiknjosastro, 2010).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang tidak ditangani dengan baik
dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh
meliputi gangguan pada sistem metabolisme tubuh, gangguan pada
sistem pernafasan, gangguan pada sistem perkemihan (ginjal masih
belum matang) dan gangguan pada sistem pencernaan (Manuaba, 2010).
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi BBLR
di Indonesia berkurang dari 11,1% pada tahun 2010 menjadi 10,2% pada
tahun 2013 dan sebagian besar bayi BBLR yang meninggal pada masa
neonatus adalah bayi dengan berat lahir
-
14
kasus (9,99%) dan Kota Kendari sebanyak 137 kasus (9,07%) (Dinkes
Prov. Sultra, 2016).
Data Dinas Kesehatan Kota Kendari, pada tahun 2014 jumlah
BBLR sebanyak 126 (2,02%) bayi. Pada tahun 2015 jumlah BBLR
sebanyak 113 (1,61%) bayi, Sedangkan pada tahun 2016 jumlah BBLR
sebanyak 137 (1,95%) bayi (Dinkes Prov. Sultra, 2016).
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari tercatat jumlah bayi
lahir hidup normal pada tahun 2015 adalah 117 bayi dengan kasus BBLR
dengan berat badan
-
15
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Untuk menganalisis hubungan faktor umur ibu dengan kejadian
BBLR di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.
b. Untuk menganalisis hubungan faktor umur kehamilan ibu dengan
kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.
c. Untuk menganalisis hubungan faktor kehamilan ganda dengan
kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Kota Kendari terkait
dengan kebijakan-kebijakan atau program-program apa saja yang
harus diambil dan dilaksanakan terkait dengan upaya pencegahan dan
penanganan kejadian BBLR.
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai pengalaman berharga serta menambah pengetahuan
penulis dalam penelitian lapangan.
4
-
16
3. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam
memperluas wawasan dan pengetahuan tentang faktor yang
mempengaruhi kejadian BBLR pada bayi baru lahir di RSUD Kota
Kendari.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah:
1. Fatkhi Nurani (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Berat Bayi Lahir Rendah di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan
Cross Sectional. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu metode
penelitian, teknik pengambilan sampel, variabel bebas, jumlah populasi
dan sampel, tempat penelitian serta tahun penelitian
2. Dian Alya (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh
Tahun 2013. Metode penelitian yang di gunakan yaitu case control
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu variabel bebas,
jumlah populasi dan sampel, tempat penelitian serta tahun penelitian.
5
-
17
Persamaannya dengan penelitian ini adalah metode penelitian case
control.
6
-
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
a. Pengertian BBLR
Menurut WHO, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram. Bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) yaitu neonatus atau kelahiran
bayi dengan berat saat kelahiran kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan (Wiknjosastro, 2010).
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Secara umum bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (premature) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tetapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram
(Proverawati, 2010).
Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan
untuk umur kehamilan. Kongres European Perinatal Medicine II
yang diadakan di London juga diusulkan definisi untuk
7
-
19
mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi lahir, yaitu
sebagai berikut (Proverawati, 2010):
1) Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu (259 hari).
2) Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai
dari 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).
3) Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari
42 minggu atau lebih dari 294 hari.
b. Klasifikasi BBLR
Menurut Proverawati (2010), beberapa klasifikasi
pengelompokkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah
sebagai berikut:
1) Menurut Harapan Hidup
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-
1.500 gram
c) Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER),
d) Berat lahir kurang dari 1.000 gram
2) Menurut Masa Gestasi
a) Prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu
akan tetapi berat badan sesuai dengan berat badan masa
gestasinya. Prematuritas murni sering disebut dengan
noenatus kurang bulan sesuai masa kehamilannya.
8
-
20
b) Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi
biasanya mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin atau
sering disebut Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilanya.
Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas
(Manuaba, 2010):
1) Bayi dengan berat badan normal, 2.500-4.000 gram
2) Bayi dengan berat badan lebih, lebih dari 4.000 gram
3) Bayi dengan berat badan rendah, kurang dari dari 2.500 gram /
1.500-2.500 gram
4) Bayi dengan berat badan sangat rendah, kurang dari 1.500
gram
5) Bayi dengan berat badan ekstrim rendah, kurang dari 1.000
gram
Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi, dihitung dari hari
pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, yaitu (Wiknjosastro,
2010):
1) Bayi kurang bulan (preterm), adalah bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2) Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi dengan masa kehamilan
mulai 37 – 42 minggu (259-293 hari)
3) Bayi lebih bulan (post-term), adalah bayi dengan masa
kehamilan lebih 42 minggu (294 hari atau lebih)
9
-
21
c. Problematika Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur.
Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di
luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin
kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan
akibat makin tinggi angka kematiannya. Dalam hubungan ini
sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur
(Proverawati, 2010).
Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam
tubuhnya, baik anatomik maupun fisiologi maka mudah timbul
beberapa kelainan seperti berikut:
1) Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat
pada BBLR.
2) Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
3) Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan
defisiensi vitamin K.
4) Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan
mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan
yang akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit.
5) Ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fungsinya.
Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak
sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolik dari
badan dengan akibat mudah terjadi oedema dan asidosis
metabolik.
10
-
22
6) Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
7) Gangguan immunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi
prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya
fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
8) Perdarahan intravertikuler (Proverawati, 2010).
d. Gambaran Klinis
Karakteristik untuk bayi BBLR adalah berat badan lahir sama
dengan atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang atau
sama dengan 46 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, umur kehamilan
kurang dari 37 minggu (Proverawati, 2010).
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis,
transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang sering
tampak peristaltik usus. Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan
tidak teratur sering timbul apnea. Bila hal ini sering terjadi dan
setiap serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya
kerusakan otak yang permanen lebih besar. Otot-otot masih
hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha dalam
abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus
dan kepala mengarah ke suatu sisi.
Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif. Gerakan
otot jarang akan tetapi lebih baik bayi cukup bulan. Daya isap
lemah terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan
11
-
23
menangis, gelisah dan menggerak-gerakan badannya. Bila tanda-
tanda lapar tersebut tidak timbul dalam waktu 96 jam, maka harus
curiga akan adanya perdarahan intraventikuler atau infeksi.
Oedema biasanya sudah terlihat segera sesudah lahir dan makin
bertambah jelas dalam 24-28 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin,
piting oedema dan oedema ini dapat berpindah dengan perubahan
posisi. Oedema yang hebat merupakan tanda bahaya bagi bayi
tersebut. Oedema ini sering berhubungan dengan perdarahan
antepartum, toksemia gravidarum dan diabetes mellitus: frekuensi
nadi berkisar antara 100-140/menit pada hari pertama frekuensi
pernapasan 40-50/menit. Pada hari-hari berikutnya 35-45/menit
yang disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban. Bila
frekuensi penapasan terus meningkat dan selalu di atas 60/menit,
harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya sindroma
gangguan pernapasan seperti membran hialin, pneumonia
gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam
hal ini harus dicari penyebabnya misalnya dengan membuat foto
paru. Pemeriksaan ultrasonografi dan lain-lain (Proverawati, 2010).
e. Etiologi BBLR
Faktor-faktor penyebab kejadian BBLR dibedakan menjadi
tiga yaitu faktor ibu, faktor bayi dan faktor lingkungan (Muslihatun,
2014):
12
-
24
1) Faktor Ibu
Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu misalnya
toksemia gravidarium, perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, nefritis akut, DM dan lain-lain. Usia ibu saat hamil
kurang dari 16 tahun, atau lebih dari 35 tahun, multi gravida
yang jarak kelahirannya terlalu dekat dan lain-lain. Keadaan
sosial ekonomi golongan sosial ekonomi, perkawinan yang tidak
sah. Sebab lain termasuk karena ibu perokok, peminum alkohol
atau narkotik
2) Faktor Janin
Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda,
kelainan kromosom, dan lain-lain
3) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal, radiasi, zat-zat
racun.
Menurut Proverawati (2010), penyebab terjadinya BBLR
secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami
kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor
yang secara umum berhubungan dengan bayi BBLR adalah
sebagai berikut:
1) Faktor Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan
pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun.
b) Kehamilan ganda (multi gravida)
13
-
25
c) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari
1 tahun)
d) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
2) Faktor Janin
a) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
b) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)
c) Disautonomia familial
d) Kehamilan ganda / kembar (gemeli)
e) Aplasia pancreas
3) Faktor Plasenta
a) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya
(hidramnion)
b) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)
c) Infark
d) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)
e) Plasenta yang lepas
f) Sindrom plasenta yang lepas
g) Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
4) Faktor Lingkungan
a) Bertempat tinggal di dataran tinggi
b) Terkena radiasi
c) Terpapar zat beracun
14
-
26
5) Keadaan Sosial Ekonomi
a) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah
b) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istrahat
c) Keadaan gizi yang kurang baik
d) Pengawasan antenatal yang kurang
e) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan
dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
6) Sebab Lain
a) Ibu perokok
b) Ibu peminum alcohol
c) Ibu pecandu obat narkotik
d) Penggunaan obat anti metabolik.
Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR
dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh:
a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia
c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
d) Malaria kronik, penyakit kronik
e) Ibu hamil merokok
15
-
27
2) BBLR tipe premature, disebabkan oleh:
a) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
b) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar
c) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga
tidak mampu berat bayi dalam rahim)
d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum
hemorhage)
e) Ibu hamil yang sedang sakit (Proverawati, 2010).
f. Penatalaksanaan BBLR
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada BBLR menurut
Pantiawati (2010) dan Proverawati (2010) antara lain:
1) Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 dengan cara injeksi IM 1 mg atau
peroral 2 mg sekali pemberian, atau 1 mg 3 kali pemberian
(saat lahir 3-10 hari dan umur 4-6 minggu) (Pantiawati, 2010).
2) Pengaturan Suhu
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia
bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas
disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas,
bila dibandingkan dengan berat badan, kurang jaringan lemak di
bawah kulit dan kekurangan lemak cokelat (brown fat). Untuk
mencegah hipotermia, perlu diusahakan lingkungan yang cukup
16
-
28
hangat untuk bayi dalam keadaan istrahat konsumsi oksigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
Bila bayi di rawat dalam inkubator, maka suhu tubuh bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35oC, dan untuk
bayi dengan berat badan 2-2,5 kg 34oC, agar ia dapat
mempertahankan suhu tubuh 37oC, kelembapan inkubator
berkisar antara 50-60 persen. Kelembapan lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan.
Suhu inkubator dapat diturunkan 1oC perminggu untuk bayi
dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur-angsur ia dapat
diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan
27oC-29oC (Proverawati, 2010).
3) Mempertahankan Suhu Tubuh
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat dengan cara
memberikan sinar panas, selimut, lampu panas, bantalan panas
dan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu dan
kelembaban ruangan (Proverawati, 2010).
4) Mencegah Infeksi
Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi. Infeksi terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini
disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR
masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik
limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum
17
-
29
berpengalaman. Langkah yang harus dilakukan dalam
pencegahan infeksi antara lain mencuci tangan sebelum
memegang bayi, pemakaian masker dan baju khusus dalam
penanganan bayi BBLR (Proverawati, 2010).
5) Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab
itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat
(Proverawati, 2010).
6) Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi BBLR akibatnya tidak adanya alveoli dan surfaktan.
konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30 – 35%. konsentrasi O2
yang tinggi dalam masa panjang akan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi dan dapat menimbulkan kebutaan.
7) Makanan Bayi
Pada bayi BBLR refleks mengisap dan menelan belum
terbentuk sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya
enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di samping itu
kebutuhan protein 3-5 gram perhari dan tinggi kalori (110
kal/kg/hari) oleh bayi, agar berat badan bertambah sebaik-
baiknya jumlah ini lebih tinggi dari yang di perlukan. Awasi dan
hitung kebutuhan kalori bayi, mulai pemberian ASI atau susu
dengan botol 2-6 jam setelah kelahiran, mulai dengan 3-5 mL
18
-
30
setiap pemberian interval 3 jam. Pemberian bisa di tambah bila
bayi menunjukkan toleransi yang baik. Pemberi ASI jangan
dihentikan sampai bayi menunjukkan bahwa ia dapat makan
melalui botol susu dan berat badannya bisa bertambah
(Pantiawati, 2010).
g. Komplikasi BBLR
Komplikasi yang bisa terjadi pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dengan menyebutkan gejala-gejala umum atau
tanda klinis yang biasa terjadi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR):
1) Hipotermia, tanda klinisnya suhu tubuh dibawah normal, kulit
dingin, akral dingin, sianosis.
2) Sindrom gawat nafas, tanda klinisnya antara lain pernafasan
cepat, sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi, retraksi
subternal dan interkosta
3) Hipoglikemia, tanda klinisnya antara lain gemetar atau tremor,
cianosis, apatis, kejang, apnea intermitan, tangisan lemah atau
melengkung, kelumpuhan atau letargi, terdapat gerakan pusat
mata, keringat dingin, hipotermia, gagal jantung dan henti
jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-sama)
4) Perdarahan intra cranial, tanda dan gejalanya yaitu kegagalan
umum untuk bergerak normal, reflex morro menurun atau tidak
ada, tonusotot menurun atau tidak ada, pucat dan sianosis,
apnea, kegagalan menetek dengan baik, muntah yang kuat,
19
-
31
tangisan bernada tinggi dan tajam, kejang, kelumpuhan,
fontanela mayor mungkin tegang dan cembung, pada sebagian
kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinis
sedikitpun.
5) Rentan terhadap infeksi, bayi premature mudah menderita
infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang
hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit dan
selaput lendir membrane tidak memiliki perlindungan seperti
bayi cukup bulan
6) Hiperbilirubinemia, tanda klinisnya antara lain sclera, puncak
hidung, sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna kuning.
7) Kerusakan integritas kulit, lemak subkutan kadang kurang
sedikit, struktur kulit belum matang dan rapuh, sensibilitas yang
kurang akan memudahkan kerusakan integritas kulit terutama
pada daerah yang sering tertekan (Maryunani, 2013).
2. Tinjauan Umum Faktor yang Mempengaruhi BBLR
Terdapat sejumlah faktor risiko terhadap kejadian BBLR.
Namun demikian, beberapa faktor risiko tersebut dapat dikendalikan
sebagian maupun sepenuhnya serta meningkatkan kesempatan bagi
ibu untuk melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Menurut Depkes
RI (2009), faktor risiko kejadian BBLR diantaranya ibu hamil yang
berumur 35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu
mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik
beberapa jam tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya kurang dan
20
-
32
kurang gizi, perokok, penggunaan obat terlarang, alkohol, anemia,
preeklamsi atau hipertensi, infeksi selama kehamilan, kehamilan
ganda, bayi dengan cacat bawaan dan infeksi selama dalam
kandungan.
Menurut WHO dalam Proverawati (2010), faktor resiko kejadian
BBLR yaitu status gizi, status ekonomi, pendidikan, komplikasi
kehamilan, pekerjaan berat, umur kehamilan, umur ibu, riwayat BBLR
sebelumnya, alkohol, merokok, obat-obat terlarang, riwayat penyakit,
kehamilan ganda, tinggi badan dan tinggal di daerah ketinggian.
Sedangkan menurut Manuaba (2010) faktor risiko kejadian BBLR yaitu
terdiri dari faktor ibu berupa KEK (kekurangan energi kronik), usia ibu
35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit
menahun seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah dan
pekerjaan yang terlalu berat. Kemudian, fakto kehamilan berupa hamil
dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi
kehamilan, dan faktor janin terdiri dari cacat bawaan dan infeksi dalam
rahim.
a. Faktor Ibu
1) Umur Ibu
Usia adalah tentang kehidupan yang diukur dengan
tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun
sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun,
dewasa lanjut > 60 tahun, usia adalah lamanya hidup dalam
tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004)
21
-
33
Usia sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi
perempuan, khususnya pada usia 20-25 tahun merupakan usia
yang paling efektif untuk hamil dan bersalin. Kehamilan dan
persalinan akan membawa resiko kesakitan dan kematian lebih
besar pada remaja dibandingkan dengan perempuan yang telah
berusia 20 tahun keatas, terutama di wilayah ataupun daerah
yang pelayanan kesehatannya masih jarang atau bahkan tidak
tersedia.
Menurut Varney (2010) berpendapat bahwa usia ibu
dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun
Umur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
kejadian bayi lahir dengan BBLR, dimana angka kejadian BBLR
lebih sering dialami oleh ibu yang berusia < 20 tahun dan > 35
tahun. Pada ibu dengan usia < 20 tahun merupakan resiko
tinggi kehamilan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan
bayinya. Hal ini disebabkan karena umur ibu yang masih muda,
perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsinya belum
optimal dan secara psikologis emosional belum stabil.
Pada umumnya ibu yang usia > 35 tahun telah
mengalami penurunan yaitu berkurangnya fungsi organ tubuh
(uterus) yang dapat menimbulkan perdarahan anteparum.
22
-
34
Dengan adanya perdarahan maka aliran darah ibu ke janin
berkurang, sehingga mengakibatkan gangguan transportasi
oksigen dari ibu ke janin terhambat ( Varney, 2010)
Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun termasuk dalam rawan
hamil dengan kehamilan berisiko tinggi. Usia ibu hamil dibawah
20 tahun berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Disebabkan
karena organ reproduksi di usia tersebut belum cukup matang
untuk menanggung beban kehamilan selain itu pada usia ini
biasanya ibu belum siap secara psikis maupun fisik.
Risiko kehamilan pada usia ibu >35 tahun disebabkan
pada usia tersebut menurunnya kemampuan organ reproduksi
sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses
persalinan dan preeklamsi. Pengaruh usia terhadap penurunan
tingkat kesuburan memang ada hubungan misalnya
berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah
seperti adanya penyakit endrometriosis yang menghambat
uterus untuk mengangkat sel telur melalui tuba fallopi yang
berpengaruh terhadap proses konsepsi (Wiknjosastro, 2010).
2) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan
kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan
hidup. Menurut Varney (2010), paritas diklasifikasikan menjadi:
a) Primipara adalah seorang wanita yang pernah hamil sekali
dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup.
23
-
35
b) Multipara adalah seorang wanita yang sudah mengalami dua
kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu
bertahan hidup
Suatu peningkatan pada paritas seorang wanita dicapai
hanya jika kehamilan menghasilkan janin yang mampu bertahan
hidup (Varney, 2010). Paritas 2-3 merupakan paritas yang
paling aman ditinjau dari kematian maternal maupun kesehatan
ibu dan bayinya, paritas 1 atau lebih dari 4 mempunyai risiko
kematian tinggi. Pada ibu dengan grandemultipara, alat
reproduksi yang dimilikinya mengalami kemunduran daya lentur
jaringan yang disebabkan terlalu sering melahirkan dengan usia
yang tidak produktif (>35 tahun) menyebabkan terjadinya
persalinan prematur sehingga bayi yang dilahirkan BBLR
(Wiknjosastro, 2010).
3) Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan. (Notoatmodjo. 2012).
Pendidikan ilmiah adalah pendidikan formal ibu yang
terakhir yang diamatkan dan mempunyai ijazah dan klasifikasi
pendidikan dasar (SD dan SMP), Pendidikan Menengah (SMA)
dan Pendidikan Tinggi (D3, S1 dan S2) diukur dengan cara
dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing
24
-
36
klasifikasi. Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap
minat ibu untuk memelihara untuk memelihara kehamilannya.
Semakin tinggi pendidikan, secara tidak langsung berpengaruh
terhadap peningkatan status sosialnya. Sebaliknya pendidikan
yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahun tentang
kehamilan dan sering menjadi penyebab kurang gizi pada bayi.
Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam
menghadapi berbagai masalah termasuk pengaturan makanan
bagiibu hamil untuk mencegah timbulnya berat bayi lahir rendah
(BBLR).
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliva dkk (2009)
menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah memilki
rata-rata berat lahir bayi lebih rendah dari pada ibu yang
berpendidikan tinggi, dalam hal ini pendidikan sangat besar
pengaruhnya terhadap pengetahuan ibu yang berkaitan dengan
perawatan selama hamil, melahirkan dan perawatan setelah
melahirkan. Tinggi rendahnya taraf pendidikan seseorang akan
mendukung dan memberi peluang terhadap daya serap ilmu
pengetahuan dan keinginan serta kemauan untuk mengetahui
setiap hal yang berakitan dengan kehamilan.
4) Status Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk
mendapatkan nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk
dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu
25
-
37
yang lebih untuk memperoleh informasi (Depkes RI,
2001). Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih
luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan
bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi.
Menurut (Notoatmodjo, 2012) jenis pekerjaan yaitu
Pedagang, Buruh / Tani, PNS dan Wiraswasta. Wanita hamil
sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Salah satunya yaitu
mata pencaharian kepala keluarga. Hal tersebut menyebabkan
wanita kurang menjaga kesehatan selama hamil dan kurang
memperhatikan asupan gizi yang benar. Jika asupan gizi saat
hamil buruk, maka janin pun akan kekurangan nutrisi dalam
perkembangannya dan menyebabkan bayi mengalami berat
badan lahir rendah. Sehingga ibu yang bekerja lebih berpotensi
berat badan lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja. Dilihat dari segi sosial ekonomi bagi sebagian anggota
masyarakat yang mengalami krisis ekonomi atau dengan upah
dan pendapatan yang kurang untuk pemeriksaan kehamilan
merupakan beban berat, akibatnya mereka memilih untuk tidak
memeriksakan kehamilannya sehingga ibu hamil tidak
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, asupan gizi pun tidak diperhatikan.
Pekerjaan yang ditanggung oleh ibu hamil dapat
memberikan peluang besar untuk terjadinya persalinan dengan
BBLR. Keadaan yang demikian terutama terjadi pada sosial
26
-
38
ekonomi yang rendah. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam
tanpa istirahat dapat menyebabkan kelahiran BBLR
(Puspitasari, 2014).
Hal ini sesuai dengan teori Bantini (2012), menyatakan
bahwa sedikitnya waktu istirahat pada ibu sehingga dapat
menimbulkan kondisi kurang gizi. Status gizi ibu hamil sangat
mempengaruhi kehamilan dan outcome kehamilan. Pada ibu
dengan status gizi yang baik, outcome kehamilan akan baik
pula dengan salah satu kriteria berupa berat badan bayi di atas
2500 gram. Adanya gangguan gizi yaitu KEK akan berisiko
terjadinya BBLR, demikian pula terjadinya anemia oleh karena
kurangnya asupan Fe, Zink dan asupan folat akan menambah
risiko perdarahan dan BBLR.
5) Jarak Kehamilan
Kesehatan bayi erat kaitannya dengan jarak kehamilan.
Bayi yang dilahirkan dengan jarak kehamilan yang pendek
mempunyai resiko tinggi untuk menjadi sakit atau meninggal.
Pada saat hamil dan bersalin terjadi pada tubuh terutama
kandungan ibu. Untuk itu dibutuhkan waktu untuk
memulihkannya seperti sedia kala, waktu minimal agar
kandungan pulih adalah 2 tahun dengan catatan kehamilan dan
persalinan normal.
Untuk kehamilan dan persalinan yang tidak normal
membutuhkan waktu yang lebih panjang lagi. Jarak yang terlalu
27
-
39
pendek untuk hamil, sehingga kandungan belum pulih akan
meningkatkan resiko kematian perinatal apabila ibu hamil lagi.
Jarak kehamilan adalah rentan waktu antara umur anak
yang terakhir dengan kehamilan sebelumnya. Jarak kehamilan
kurang dari dua tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin
kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat
persalinan, karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu
yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan
atau di bawah dua tahun akan mengalami peningkatan resiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester-trimester
termasuk pada plasenta, previa, anemia dan ketuban pecah dini
serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Menurut Depkes RI (2010), bila jarak persalinan terakhir
dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun atau bila
terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik. Sehingga perlu diwaspadai kemungkinan
pertumbuhan janin kurang baik. Persalinan lama atau dapat
terjadi perdarahan.
6) Umur Kehamilan
Umur kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama dan
terakhir. Kehamilan dibagi 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi samapai 3 bulan, triwulan kedua dari
28
-
40
bulan ke empat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke
tujuh sampai 9 bulan (Wiknjosastro, 2010).
Pembagian kehamilan berdasarkan usia kehamilan
menurut Manuaba (2010) dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
a. Preterm yaitu usia kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari)
b. Aterm yaitu usia kehamilan antara 37 minggu sampai 42
minggu (259-293 hari)
c. Post-term yaitu umur kehamilan di atas 42 minggu (294 hari)
Berat badan bayi semakin bertambah sesuai dengan usia
kehamilan. Faktor usia kehamilan mempengaruhi kejadian
BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang
sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga akan
mempengaruhi berat badan bayi dan dapat dikatakan bahwa
umur kehamilan mempengaruhi kejadiain BBLR (Manuaba,
2010).
Pada penelitian yang dilakukan Merzalia (2012)
menyatakan ada hubungan bermakna antara umur kehamilan
dengan berat badan lahir yaitu usia kehamilan yang preterm
(>37minggu) berisiko melahirkan bayi dengan berat badan
rendah 137,360 kali lebih besar dibandingkan dengan usia
kehamilan yang aterm/post term.
29
-
41
7) Status Gizi
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan
janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan
akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan
wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk
pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume
darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan
yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk
pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan
untuk pertumbuhan ibunya (Waryana, 2010).
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh
pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada
ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat
bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir
dengan BBLR.
8) Merokok/ terpapar asap rokok
Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh,
menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan
bagi perokok secara umum. Ibu perokok pasif memiliki
kesamaan dengan perokok aktif, meskipun secara langsung
tidak merokok. Namun ibu perokok pasif mempunyai dampak
yang sama terhadap janin yang dikandungnya. Hal ini
dikarenakan masuknya beberapa zat berbahaya di dalam rokok
30
-
42
kedalam tubuh diantaranya adalah nikotin dan karbon
monoksida (Aulia, 2010). Zat nikotin dan karbon monoksida
yang beredar dalam tubuh bumil diserap oleh bayi saat masih
dalam kandungan. Keduanya zat tersebut memiliki efek
menyempitkan saluran-saluran pembuluh darah sehingga dapat
memperkecil kadar oksigen dan nutrisi yang mengalir ke dalam
tubuh ibu hamil (bumil). Akibatnya, janin akan menerima asupan
nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sedikit sehingga berisiko
tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Jaya, 2009).
Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi
oksigen yang dibawa oleh darah. Semakin banyak karbon
monoksida dalam darah bayi, maka akan semakin rendah berat
badan bayi saat kelahiran. Zat kimia yang terisap dari asap
rokok akan membatasi pertumbuhan janin dengan mengurangi
jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun
dalam otak. Nikotin menjadikan pembuluh darah mengerut dan
oleh karena itu mengurangi suplai darah ke plasenta yang
mengganggu perkembangan bayi. Racun nikotin dapat
mempengaruhi bahkan menghambat proses aliran darah dari
ibu kepada janin, akibatnya perkembangan bayi menjadi
terlambat. Kondisi ini berjalan terus hingga memasuki masa
persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram (Jaya, 2009).
31
-
43
Tingkat karbon monoksida lebih tinggi dalam darah
perokok dan berapapun tingkat monoksida yang ada dalam
darah wanita, tetap lebih tinggi dalam darah bayi. Sebagai
racun, karbon monoksida akan mengurangi oksigen yang
dibawa oleh darah, maka akan semakin rendah berat badannya
pada saat kelahiran. Berat bayi dari wanita perokok sebesar 200
gram lebih ringan dari bayi wanita yang tidak merokok. Merokok
mengandung banyak zat yang merugikan baik pada yang
merokok dan juga balita. Kandungan pada rokok seperti nikotin
dan karbon monoksida adalah penyebabnya. Dibandingkan
dengan mereka yang tidak merokok, ibu hamil yang merokok
melahirkan bayi dengan ukuran berat yang lebih kecil (Merzalia,
2012).
Wanita hamil harus dijauhkan dari asap rokok, apalagi
menjadi perokok aktif. Wanita hamil yang merokok
sesungguhnya sedang memberi nikotin dan karbon monoksida
kepada janinnya. Wanita hamil yang banyak menghirup asap
rokok akan mengakibatkan resiko besar pada janinnya, yaitu
kematian, kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, serta
mudah terserang sindrom kematian mendadak (sudden infant
death syndrome-SIDS) (Merzalia, 2012).
Lingkungan berasap tembakau mengandung lebih dari
4000 senyawa kimia. Tiga komponen toksik yang utama adalah
karbon monoksida (CO), nikotin (C10H14N2), dan tar. Karbon
32
-
44
monoksida yang terabsorbsi kedalam tubuh ibu secara langsung
akan mengikat hemoglobin (Hb). Hb memiliki kemampuan
mengikat CO jauh lebih besar dibandingkan dengan
kemampuannya mengikat oksigen (O2), sehingga kapasitas O2
di dalam darah akan berkurang. Efeknya bagi janin lebih
berbahaya dari pada ibu karena janin menerima O2 lebih sedikit.
Penerimaan O2 bagi janin yang dampaknya menimbulkan
berbagai permasalahan bagi bayi seperti asfiksia dan
mengurangi jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi
maupun dalam otak, sehingga berisiko melahirkan bayi BBLR.
Sedangkan Nikotin merupakan vasokonstriktor yang dapat
menurunkan perfusi plasenta sehingga makanan untuk janin
akan terhambat akibat penyumbatan di plasenta. Suplai
makanan untuk janin terhambat sehingga janin berisiko memiliki
berat badan lahir rendah (BBLR) (Merzalia, 2012).
9) Hipertensi
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya pre-eklamsia, karena dalam keadaan ini selalu tidak
pasti disertai peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan
terjadinya gangguan fungsi plasenta. Kenaikan tonus otot uterus
dan kepekaan terhadap rangsangan atau didapatkan pada pre-
eklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus
prematurus dan kelahiran bayi dengan berat lahir rendah
(Merzalia, 2012).
33
-
45
10) Jantung
Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada system
kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil atau tidak
hamil. Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar
antara 1-4%. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
adalah dapat terjadi abortus, prematuritas (lahir tidak cukup
bulan), dismaturitas (lahir cukup bulan namun dengan berat
lahir rendah) dan lahir mati.
11) Sosial Ekonomi Rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terhadap golongan sosial
ekonomi yang terendah, hal ini disebabkan oleh keadaan gizi
dan pengawasan yang kurang baik, tapi tidak semua sosial
ekonomi baik dapat terhindar terhadap kejadian BBLR. Kejadian
BBLR juga dapat terjadi akibat perkawinan yang tidak sah.
Menurut Kemenkes RI (2013) menunjukan bahwa menurut
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi terdapat kecenderungan
semakin tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi, maka
semakin rendah presentase berat badan lahir
-
46
b. Faktor Janin
1) Hidramnion
Hidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air
ketuban jauh lebih banyak dari normal, melebihi 2000 cc, pada
keadaan normal banyaknya air ketuban mencapai 1000 cc
untuk kemudian turun lagi setelah minggu ke 38. Hidramnion
sering dijumpai antara lain bersamaan dengan hamil ganda,
diabetes miletus dan toksemia gravidarum. Hidramnion
dianggap sebagai kehamilan berisiko karena dapat
membahayakan ibu dan janin. Pada janin prognosanya agak
buruk (mortalitas ± 50%), terutama salah satunya karena
prematuritas (Mochtar, 2012).
2) Kehamilan ganda
Kehamilan ganda adalah terdapatnya dua janin dalam
rahim ibu yang sedang hamil (Mochtar, 2012). Berat badan janin
pada kehamilan ganda lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama, sampai
umur kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan lebih kecil,
mungkin karena renggangan yang berlebihan menyebabkan
peredaran darah plasenta berkurang. Berat badan lahir pada
bayi umumnya pada kehamilan ganda kurang dari 2500 gram
(Saifuddin, 2011).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hakini (2010) yang
mengatakan bahwa berat masing-masing anak pada kehamilan
35
-
47
ganda lebih kecil dari rata-rata. Menurut umum masing-masing
berat janin hamil ganda lebih rendah sekitar 700-1000 dari hamil
tunggal.
Kehamilan ganda sangat berpengaruh terhadap janin
karena makanan yang didapat dari ibu sehingga pertumbuhan
janin akan terhambat dan dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan BBLR. Berat badan janin pada kehamilan ganda lebih
ringan dari pada janin pada kehamilan yang sama. Sampai
kehamilan 30 minggu kenaikkan berat badan janin kembar
sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu kenaikkan
berat badan lebih kecil karena renggangan yang berlebihan
menyebabkan peredaran darah ke plasenta kurang. Umumnya
berat badan bayi yang lahir pada kehamilan ganda kurang dari
2500 gram (Maryunani, 2013).
3) Cacat bawaan
Cacat bawaan merupakan kelainan bawaan pertumbuhan
struktur organ janin sejak pembuatan. Cacat bawaan
merupakan penyebab terjadinya persalinan premature,
keguguran lahir mati, atau kematian bayi setelah persalinan
pada minggu pertama, karena itu pada setiap kehamilan perlu
melakukan pemeriksaan antenatal untuk dapat mengetahui
kemungkinan kelainan cacat bawaan diantaranya dengan
pemeriksaan air ketuban dan pemeriksaan darah janin
(Merzalia, 2012).
36
-
48
4) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
IUGR merupakan kondisi dimana salah satu penyebab
adalah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang
adekuat dan hal ini mendoromg untuk terminasi kehamilan lebih
dini. Dalam Wiknjosastro (2010), banyak istilah yang digunakan
untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan
pertumbuhan di dalam uterus (IUGR) seperti pseudo premature,
small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome,
chronicfetal distress, IUGR, SGA.
c. Faktor Lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
Bayi-bayi yang dilahirkan di tempat lebih tinggi cenderung
memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan mereka yang
dilahirkan didaerah pantai. Sebab pasti kurangnya berat badan
di daerah yang lebih tinggi tidak diketahui. Walaupun sering
dikaitkan dengan hipoksia ibu, wanita-wanita penduduk daerah
yang lebih tinggi biasanya memilki kapasitas angkut oksigen
yang lebih besar. Bagaimanapun juga retardasi pertumbuhan
lebih sering dijumpai di daerah yang tinggi jika ibu menderita
hipoventilasi, hipoksia atau anemia (Merzalia, 2012).
2) Radiasi dan zat-zat beracun
Radiasi sinar X menyebabkan IUGR dan mikrosefali.
Dengan cara yang sama, obat-obatan tertentu seperti
amnioprotein dan antimetabolit jika diberikan pada ibu selama
37
-
49
kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan serta
malformasi otak dan rongga cranial. Pemberian antikonvulsi
selama kehamilan menyebabkan retardasi pertumbuhan janin,
terutama senyawa hidantoin (feritoin, meferitoin, etotoin) yang
terlibat dalam mekanisme penyebab mikrosefali, retardasi
pertumbuhan postnatal dan kelainan cranial, fasial dan anggota
badan (Merzalia, 2012).
Paparan racun erat kaitannya dengan rokok karena rokok
mengandung lebih dari 2500 zat kimia yang teridentifikasi,
termasuk karbomonoksida, nikotin, ammonia, aseton,
formaldehid, sianida hydrogen, piren dan wimiklorida (Merzalia,
2012).
B. Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan rangkuman
tinjauan teori yang ada, khususnya mengenai hubungan antara satu faktor
risiko dengan faktor risiko yang lain yang berpengaruh terhadap kejadian
BBLR. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah
faktor ibu yang meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas,
usia kehamilan, kehamilan ganda, masa gestasi, jarak persalinan
mempunyai peranan penting terhadap kejadian BBLR. Faktor status gizi
yang meliputi: Tinggi badan, penambahan berat badan selama kehamilan,
ketebalan jaringan lemak, lingkar lengan atas dan kadar hemoglobin,
38
-
50
faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya adalah faktor lingkungan
serta faktor perilaku ibu.
Namun demikian, beberapa faktor risiko tersebut dapat dikendalikan
sebagian maupun sepenuhnya serta meningkatkan kesempatan bagi ibu
untuk melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Menurut Wiknjosastro
(2010) faktor risiko kejadian BBLR diantaranya ibu hamil yang berumur
35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu mempunyai
riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam
tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya kurang dan kurang gizi, perokok,
penggunaan obat terlarang, alkohol, anemia, preeklamsi atau hipertensi,
infeksi selama kehamilan, kehamilan ganda, bayi dengan cacat bawaan
dan infeksi selama dalam kandungan.
Menurut Pantiawati (2010), faktor resiko kejadian BBLR yaitu status
gizi, status ekonomi, pendidikan, komplikasi kehamilan, pekerjaan berat,
umur kehamilan, umur ibu, riwayat BBLR sebelumnya, alkohol, merokok,
obat-obat terlarang, riwayat penyakit, kehamilan ganda, tinggi badan dan
tinggal di daerah ketinggian. Sedangkan menurut Manuaba (2010) faktor
risiko kejadian BBLR yaitu terdiri dari faktor ibu berupa KEK (kekurangan
energi kronik), usia ibu 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu
dekat, penyakit menahun seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah dan pekerjaan yang terlalu berat. Kemudian, fakto kehamilan
berupa hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,
komplikasi kehamilan, dan faktor janin terdiri dari cacat bawaan dan infeksi
dalam rahim.
39
-
51
C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan dan landasan teori di atas maka dapat disusun
suatu kerangka teori sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Teori di Modifikasi dari Teori ”Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian BBLR” Sumber: Wiknjosastro (2010), Pantiawati (2010) dan Manuaba (2010)
Faktor Ibu: 1. Umur 2. Pendidikan 3. Status Sosial Ekonomi 4. Pengetahuan 5. Usia Kehamilan 6. Status Gizi 7. Penyakit Ibu
Kejadian BBLR
Faktor Janin: 1. Hidramnion 2. Kehamilan Ganda 3. Cacat Bawaan
Faktor Lingkungan: 1. Tempat Tinggal di
Daratan Tinggi 2. Terkena Radiasi 3. Terpapar Zat Beracun
40
-
52
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka
penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan :
: Garis penghubung variabel yang diteliti
: Variabel independen yang diteliti
: Variabel dependen yang diteliti
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini:
1. Umur Ibu
Ha : Ada hubungan umur ibu dengan kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR)
H0 : Tidak ada hubungan umur ibu dengan kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR)
Umur Ibu
Kejadian BBLR
Kehamilan Ganda
Usia Kehamilan
41
-
53
2. Umur Kehamilan
Ha : Ada hubungan umur kehamilan dengan kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR)
H0 : Tidak ada hubungan umur kehamilan dengan kejadian Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR)
3. Kehamilan Ganda
Ha : Ada hubungan kehamilan ganda dengan kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR)
H0 : Tidak ada hubungan kehamilan ganda dengan kejadian
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
42
-
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control
yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Penelitian case control adalah
suatu penelitian yang mempelajari bagaimana hubungan faktor risiko
dengan terjadinya suatu penyakit yang dilakukan dengan cara membagi
sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok
kontrol (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian case control dapat
dipergunakan untuk menilai berapa besarkah peran faktor risiko (umur
ibu, umur kehamilan dan kehamilan ganda) dalam kejadian efek (BBLR).
Desain penelitian case control (Notoatmodjo, 2010):
Gambar 3. Desain Penelitian Case Control (Notoatmodjo, 2010)
43
Faktor Risiko (+) Kasus:
Bayi yang Mengalami BBLR
Kontrol: Bayi yang Tidak
Mengalami BBLR
Faktor Risiko (-)
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
-
55
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari Tahun 2018.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi lahir hidup
normal yang tercatat di RSUD Kota Kendari pada tahun 2017 yang
berjumlah 625 bayi.
2. Sampel
Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti.
Sampel dari penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu:
d. Sampel Kasus
Teknik pengambilan sampel untuk kelompok kasus
menggunakan random sampling, yaitu bayi BBLR yang tercatat di
RSUD Kota Kendari Tahun 2017. Rumus pengambilan jumlah
sampel yang digunakan yaitu rumus Slovin sebagai berikut:
2)(1 dN
Nn
Keterangan: n : Besar sampel N : Besar populasi d : Tingkat signifikasi (0,1) (Nursalam, 2013).
44
-
56
21,8625,7
625
)1,0(6251
6252
n ≈ 86 bayi
Jadi besarnya sampel kasus dalam penelitian ini sebanyak 86 bayi.
e. Sampel Kontrol
Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah bayi yang tidak
mengalami BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
tahun 2017 yang diambil secara acak dengan teknik random
sampling. Penentuan sampel kontrol dengan cara menentukan
lebih dulu angka kelipatan (K= Kontrol) dengan rumus:
6,286
232
Diinginkan yang SampelJumlah
Kontrol KelompokJumlah K ≈ 3
Hasil perhitungan didapatkan angka 3 sehingga pengambilan
kelompok kontrol dengan kelipatan 3, sampai jumlah sampel
berjumlah 86 orang.
Jumlah sampel dalam kelompok kasus sebanyak 86 bayi yang
mengalami BBLR dan jumlah sampel dalam kelompok kontrol
sebanyak 86 bayi yang tidak mengalami BBLR, sehingga
perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol yaitu 1:1,
jadi total sampel sebanyak 172 bayi.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
umur ibu, umur kehamilan, dan kehamilan ganda.
45
-
57
2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
F. Definisi Operasional
1. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Kejadian BBLR dimaksud dalam penelitian ini adalah bayi baru
lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran
-
58
4. Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kehamilan dengan dua janin atau lebih, dengan kategori:
Berisiko : Bila bayi lahir kembar
Tidak Berisiko : Bila bayi lahir tunggal (Proverawati, dkk., 2010)
G. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan
melalui buku registrasi ibu bersalin di Ruang Bersalin dan gambaran
umum lokasi penelitian.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Proses editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengecek kelengkapan data dari buku register di Ruang Bersalin.
2. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
3. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2010).
47
-
59
fh
fhfoX
2
2)(
I. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan
kalkulator/ dengan cara manual, kemudian hasilnya disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan
dalam pengolahan data maka digunakan rumus:
f P = --------- x 100%
N
Keterangan:
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Number Of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = angka persentase (Sugiyono, 2010).
2. Analisis Bivariat
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan adalah chi
squere, dengan rumus:
Keterangan:
X2 = Statistic chi-square/kuadrat hitung f0 = Nilai observasi/nilai pengumpulan data
fh = Frekuensi harapan (Hidayat, 2010).
48
-
60
Interpretasi hasil:
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada
hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >
0,05 atau X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka Ha ditolak dan Ho
diterima yang berarti tidak ada hubungan.
Untuk mendeskripsikan risiko independent variabel pada
dependent variabel. Uji statistik yang digunakan adalah perhitungan
Odds Ratio (OR). Mengetahui besarnya OR dapat diestimasi faktor
resiko yang diteliti. Perhitungan OR menggunakan table 2x2 sebagai
berikut :
Tabel 1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian Case Control Study
Faktor risiko Kejadian BBLR
Jumlah Kasus Kontrol
Positif A B A+B
Negatif C D C+D
Keterangan : A : jumlah kasus dengan risiko positif B : jumlah kontrol dengan risiko positif C : jumlah kasus dengan risiko negatif D : jumlah kontrol dengan resiko negatif
Rumus Odds Ratio
Odds Case : a/(a+c) : c/(a+c) = a/c
Odds Kontrol : b/(b+d) : d/(b+d) = b/d
Odds Ratio : a/c : b/d = ad/bc
49
-
61
Estimasi Confidence Interval (CI) ditetapkan pada tingkat kepercayaan
95% dengan interpretasi:
Jika OR > 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor risiko
Jika OR = 1 : Faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko
(tidak ada hubungan)
Jika OR < 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor positif
50
-
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari
terletak di Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan
Kendari dengan luas lahan 3.527 m2 dan luas bangunan 1.800 m2,
dimana merupakan bangunan atau gedung peninggalan pemerintah
Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan.
Sejak tanggal 4 Desember 2011, RSUD Kota Kendari
direlokalisasi di tempat baru. Saat ini, RSUD Abunawas terletak di
Kota Kendari, tepatnya di Jl. Brigjen Z.A. Zugianto No. 39 Kelurahan
Kambu, Kecamatan Kambu dengan luas lahan 13.000 m2 dan batas
wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan tanah warga dan sungai.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Z.A. Zugianto by pass.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan masuk rujab wakil
walikota.
d. Sebelah barat berbatasan dengan lokasi empang warga.
RSUD Kota Kendari adalah rumah sakit negeri kelas C sejak
tanggal 03 Oktober 2012 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1857/12, yang mampu memberikan
51
-
63
pelayanan kedokteran spesialis terbatas serta menampung pelayanan
rujukan dari puskesmas. Rumah sakit ini tersedia 107 tempat tidur
inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sulawesi Tenggara
yang tersedia rata-rata 50 tempat tidur inap.
Di lokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana
gedung sebagai berikut:
a. Gedung Anthurium (Kantor)
b. Gedung Bougenville (poliklinik)
c. Gedung (IGD)
d. Gedung Matahari (Radiologi)
e. Gedung Crysant (Kamar Operasi)
f. Gedung Asoka (ICU)
g. Gedung Teratai (Ponek)
h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)
i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)
j. Gedung Melati (Rawat inap bedah)
k. Gedung Anggrek (Rawat inap VIP Kls I dan Kls II)
l. Gedung Instalasi Gizi
m. Gedung Loundry
n. Gedung Laboratorium
o. Gedung Kamar Jenazah
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari mempunyai
visi yaitu “Rumah Sakit Pilihan Masyarakat”. Sedangkan Misi Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari, yaitu:
52
-
64
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan
pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh
masyarakat.
b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari
menjadi RS Mitra Keluarga.
c. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana medis
serta non medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang
aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya serta
masyarakat pada umumnya.
Motto RSUD Kota Kendari adalah Senyum, Salam, Sapa,
Santun, Sabar dan Empaty kepada setiap pengguna jasa rumah sakit.
Tugas pokok RSUD Abunawas Kota Kendari, yaitu:
a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan,
yang dilakukan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan.
RSUD Kota Kendari memiliki jumlah tenaga kesehatan dan non
kesehatan sebanyak 451 orang yang terdiri dari status PNS sebanyak
194 orang dan status Non PNS atau sukarela sebanyak 244 orang.
Untuk lebih jelasnya distribusi tenaga kesehatan dan non kesehatan di
RSUD Kota Kendari disajikan pada tabel berikut:
53
-
65
Tabel 2. Ketenagakerjaan di RSUD Kota Kendari
No Profesi PNS Non PNS PNS Mou Jumlah
1 Dokter Spesialis 15 2 9 26 2 Dokter Umum 8 16 0 24 3 Dokter Gigi 4 0 1 5 4 S2 Keperawatan 1 0 0 1 5 Profesi Ners 5 22 0 27 6 S1 Keperawatan 22 16 0 38 7 D3 Perawat 33 100 0 133 8 SPK 7 1 0 8 9 D4 Bidan 7 0 0 7
10 D3 Bidan 23 46 0 69 11 S1 Gizi 1 1 0 2 12 D3 Gizi 4 4 0 8 13 S1 Fisioterapi 2 0 0 2 14 D3 Fisioterapi 0 1 1 2 15 D4 Okupasi Terapi 1 0 0 1 16 D3 Akupuntur 1 0 0 1 17 D3 Radiologi 1 4 0 5 18 D3 Perawat Gigi 1 3 0 4 19 SPRG 2 0 0 2 20 Apoteker + S1 Farmasi 11 4 0 15 21 D3 Farmasi 4 8 0 12 22 S1 Teknologi Lab. Kes 1 0 0 1 23 D3 Analisis Kesehatan 3 11 0 14 24 D3 Teknik Gigi 1 0 0 1 25 Perawat Anastesi 2 0 0 2 26 D3 Rekam Medik 1 1 0 2 27 D3 Tehnisi Elektromedis 0 1 0 1 28 D3 Kesling 3 1 0 4 29 S2 Kesmas 7 0 0 7 30 S1 Kesmas 24 15 0 39 31 S1 Psikologi 1 0 0 1 32 S1 Ekonomi/Akuntansi 4 4 0 8 33 D3 Komputer 1 0 0 1 34 S1 Komputer Informatika 1 2 0 3 35 S1 Sospol 1 1 0 2 36 S1 Teknik Pangan 1 0 0 1 37 S2 Manajemen 3 0 0 3 38 SMA 5 27 0 32 39 SD dan SMP 1 6 0 7
Jumlah 213 296 11 520
Sumber: RSUD Kota Kendari, 2018.
54
-
66
2. Analisis Univariat
a. Umur Ibu
Distribusi responden menurut umur ibu bersalin di RSUD Kota
Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari
Umur Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)
Berisiko 70 40,7 Tidak Berisiko 102 59,3
Total 172 100,0 Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden
sebagian besar ibu yang melahirkan di RSUD Kota Kendari
mempunyai umur yang tidak berisiko untuk melahirkan, yakni
sebanyak 102 orang (59,3%), dan yang paling sedikit mempunyai
umur yang berisiko sebanyak 70 orang (40,7%).
b. Umur Kehamilan
Distribusi responden menurut umur kehamilan ibu bersalin di
RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Umur Kehamilan Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari
Umur Kehamilan Frekuensi (n) Persentase (%)
Berisiko 50 29,1 Tidak Berisiko 122 70,9
Total 172 100,0 Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden
sebagian besar ibu yang melahirkan di RSUD Kota Kendari
55
-
67
mempunyai umur kehamilan yang tidak berisiko untuk melahirkan,
yakni sebanyak 122 orang (70,9%), dan yang paling sedikit
mempunyai umur kehamilan yang berisiko sebanyak 50 orang
(29,1%).
c. Kehamilan Ganda
Distribusi responden menurut kehamilan ganda ibu bersalin di
RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Kehamilan Ganda Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari
Kehamilan Ganda Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 26 15,1 Tidak 146 84,9 Total 172 100,0
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden
sebagian besar ibu yang melahirkan di RSUD Kota Kendari tidak
mempunyai kehamilan ganda, yakni sebanyak 146 orang (84,9%),
dan yang paling sedikit mempunyai kehamilan ganda sebanyak 26
orang (15,1%).
d. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Distribusi responden menurut kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
56
-
68
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Kota Kendari
Kejadian BBLR Frekuensi (n) Persentase (%)
BBLR 86 50,0 Tidak BBLR 86 50,0
Total 172 100,0 Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan di
RSUD Kota Kendari masing-masing sebanyak 86 bayi (50,0%)
adalah BBLR dan tidak BBLR.
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
Hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Kota
Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 7. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari
Umur Ibu
Kejadian BBLR Jumlah Xhitung
(Xtabel) OR BBLR Tidak BBLR
n % N % n %
Berisiko 46 26,7 24 14,0 70 40,7 11,66
(3,841) 1,671 Tidak Berisiko 40 23,3 62 36,0 102 59,3
Total 86 50,0 86 50,0 172 100
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden, 70
responden (40,7%) mempunyai umur yang berisiko, terdapat 46
responden (26,7%) dengan kejadian BBLR dan 24 responden
(14,0%) dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari 102
responden (59,3%) mempunyai umur yang tidak berisiko, terdapat
57
-
69
40 responden (23,3%) dengan kejadian BBLR dan 62 responden
(36,0%) dengan kejadian tidak BBLR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel
(11,66 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Kota
Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai OR sebesar
1,671 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor umur ibu
yang 35 tahun benar-benar merupakan faktor
risiko kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari tahun 2017. Hal Ini
berarti bahwa umur ibu yang 35 tahun memiliki
risiko 1,7 kali lebih besar bayinya menderita BBLR di RSUD Kota
Kendari.
b. Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian BBLR
Hubungan umur kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD
Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 8. Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari
Umur Kehamilan
Kejadian BBLR Jumlah Xhitung
(Xtabel) OR BBLR Tidak BBLR
n % N % n %
Berisiko 36 20,9 14 8,1 50 29,1 13,64
(3,841) 1,756 Tidak Berisiko 50 29,1 72 41,9 122 70,9
Total 86 50,0 86 50,0 172 100
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden, 50
responden (29,1%) mempunyai umur kehamilan yang berisiko,
terdapat 36 responden (20,9%) dengan kejadian BBLR dan 14
58
-
70
responden (8,1%) dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari
122 responden (70,9%) mempunyai umur kehamilan yang tidak
berisiko, terdapat 50 responden (29,1%) dengan kejadian BBLR
dan 72 responden (41,9%) dengan kejadian tidak BBLR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel
(13,64 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD
Kota Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai OR
sebesar 1,756 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor umur
kehamilan yang 42 minggu benar-benar
merupakan faktor risiko kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari
tahun 2017. Hal Ini berarti bahwa umur kehamilan ibu yang 42 minggu memiliki risiko 1,7 kali lebih besar bayinya
menderita BBLR di RSUD Kota Kendari.
c. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Kejadian BBLR
Hubungan kehamilan ganda dengan kejadian BBLR di RSUD
Kota Kendari disajikan sebagai berikut:
Tabel 9. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari
Kehamilan Ganda
Kejadian BBLR Jumlah Xhitung
(Xtabel) OR BBLR Tidak BBLR
n % N % N %
Ya 19 11,0 7 4,1 26 15,1 6,52
(3,841) 1,592 Tidak 67 39,0 79 45,9 146 84,9
Total 86 50,0 86 50,0 172 100
Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.
59
-
71
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden, 26
responden (15,1%) mempunyai kehamilan ganda, terdapat 19
responden (11,0%) dengan kejadian BBLR dan 7 responden (4,1%)
dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari 146 responden
(84,9%) tidak mempunyai kehamilan ganda, terdapat 67 responden
(39,0%) dengan kejadian BBLR dan 79 responden (45,9%) dengan
kejadian tidak BBLR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel
(6,52 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
hubungan antara kehamilan ganda dengan kejadian BBLR di
RSUD Kota Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai
OR sebesar 1,592 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor
kehamilan ganda benar-benar merupakan faktor risiko kejadian
BBLR di RSUD Kota Kendari tahun 2017. Hal Ini berarti bahwa ibu
dengan kehamilan ganda memiliki risiko 1,6 kali lebih besar
bayinya menderita BBLR di RSUD Kota Kendari.
B. Pembahasan
1. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh usia seseorang.
Umur yang terlalu muda atau kurang dari 20 tahun dan umur yang
terlalu lanjut lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan risiko tinggi.
Usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan
adalah 20 hingga 35 tahun. Persentase tertinggi bayi dengan berat
60
-
72
badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia
lebih dari 40 tahun. Ibu yang terlalu muda sering kali secara emosional
dan fisik belum matang. Sedangkan pada ibu yang sudah tua
meskipun mereka berpengalaman, tetapi kondisi tubuh dan
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi
janin intra uteri dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR (Himawan,
2016).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung >
2tabel (11,66 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada
hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Kota
Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai OR sebesar
1,671 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor umur ibu yang
35 tahun benar-benar merupakan faktor risiko
kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari tahun 2017. Hal Ini berarti
bahwa umur ibu yang 35 tahun memiliki risiko 1,7 kali
lebih besar bayinya menderita BBLR di RSUD Kota Kendari.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endriana
(2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
umur ibu dengan BBLR di RB Citra Insani Semarang Tahun 2012
(ρ=0,005). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Turede (2012)
juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
umur dengan kejadian BBLR di RSUD Prof. Dr. Hj. Aloei Saboe Kota
Gorontalo Tahun 2012 (p=0,000).
61
-
73
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 172 responden, 70
responden (40,7%) mempunyai umur yang berisiko, terdapat 46
responden (26,7%) dengan kejadian BBLR dan 24 responden (14,0%)
dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari 102 responden (59,3%)