FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT...

110
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI TAHUN 2017 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Disusun Oleh : IRVIANINGRUM WISUNDARI P00324015054 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII TAHUN 2018

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT...

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM

    DAERAH KOTA KENDARI TAHUN 2017

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

    Disusun Oleh :

    IRVIANINGRUM WISUNDARI P00324015054

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII

    TAHUN 2018

  • 2

    RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Penulis

    1. Nama : Irvianingrum Wisundari

    2. Tempat Tangal Lahir : Kendari, 13 Mei 1996

    3. Jenis Kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

    6. Alamat : Desa Wowasolo, Kecamatan

    Wonggeduku , Kabupaten Konawe

    B. Riwayat Pendidikan

    1. SD Negeri 13 Baruga, Tamat Tahun 2008

    2. SMP Negeri 9 Kendari, Tahun Tamat 2011

    3. SMA Negeri 5 Kendari, Tamat Tahun 2014

    4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan

    Tahun 2015 sampai sekarang.

    74 iv

  • 3

    INTISARI

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017

    Irvianingrum Wisundari 1, Arsulfa 2, Fitriyanti 3

    Latar Belakang: Masalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) saat ini masih menjadi penyebab utama mordibitas dan mortalitas perinatal. BBLR disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah case control. Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi lahir hidup normal yang tercatat di RSUD Kota Kendari pada tahun 2017 yang berjumlah 625 bayi, dengan jumlah sampel 172 responden. Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa ada hubungan umur ibu yang 35 tahun memiliki risiko 1,7 kali lebih besar bayinya menderita BBLR. Umur kehamilan ibu yang 42 minggu memiliki risiko 2,1 kali lebih besar bayinya menderita BBLR, dan ibu dengan kehamilan ganda memiliki risiko 1,6 kali lebih besar bayinya menderita BBLR di RSUD Kota Kendari. Kesimpulan: Hasil menunjukkan adanya semua variabel berhubungan dengan kejadian BBLR. Kata Kunci : Berat Bayi Lahir Rendah Kepustakaan : 37 (2009-2018) 1. Judul Karya Tulis Ilmiah 2. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 3. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

    v

  • 4

    ABSTRAC

    FACTORS INFLUENCING THE OCCURRENCE OF LOW BIRTH WEIGHT IN GENERAL HOSPITAL THE REGIONAL CITY OF KENDARI

    Irvianingrum Wisundari 1, Arsulfa 2, Fitriyanti 3 Background: The problem of low birth weight still becomes the main cause of perinatal morbidity and mortality nowadays. It is caused by several factors, including the factor mother,embryo, and environment. Objective: to find out the factors that influencing the of Low birth weight Babies (LBW) at Regional public hospital Kendari year 2017. Method: the type of this research is a case control. The population of this research is the entire baby is born a normal life are recorded in the General Hospital of the regional city of Kendari in the year 2017 which totalled 625 babies, with the number of samples as much as 172 respondents. Results: indicates that the age of mothers 35 years have 1.7 times greater risk of her baby suffer from Low Birth Weight. The age of the mother's pregnancy 42 week has 2.1 times greater risk of her baby suffer from Low Birth Weight, and mother with multiple pregnancy has a 1.6 times greater risk of her baby suffer from Low Birth Weight in the General Hospital of the regional city of Kendari. Conclusion: the results show the existence of all the variables associated with the incidence of Low Birth Weight. Keywords : Low Birth Weight Infants Reference : 37 (2009-2018) 1. Title 2. Student of Poltekkes Kemenkes Kendari Midwifery Department 3. Lecturer of Poltekkes Kemenkes Kendari Midwifery Department

    vi

  • 5

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

    dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir

    Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017”.

    Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan

    dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung

    dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan

    awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis

    mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arsulfa, S.Si.T., M.Keb., selaku

    Pembimbing I dan Ibu Fitriyani, SST., M.Keb., selaku Pembimbing II yang

    telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung

    jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam

    menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

    Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada

    yang terhormat:

    1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

    Kendari.

    2. Ibu dr. Hj. Asrida, selaku Direktur RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi

    Tenggara dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi

    selama pengambilan data awal penelitian ini berlangsung.

    3. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan

    Poltekkes Kemenkes Kendari.

    vii

  • 6

    4. Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes., selaku Penguji I, Ibu Elyasari, SST.,

    M.Keb., selaku Penguji II, dan Ibu Andi Malahayati, S.Si.T, M.Kes., selaku

    Penguji III.

    5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu

    pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes

    Kemenkes Kendari.

    6. Teristimewa kepada ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mengasuh,

    membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang, serta memberikan

    dorongan moril, material dan spiritual, terima kasih atas pengertiannya

    selama ini.

    7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan angkatan 2015.

    Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah

    SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua

    pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis

    mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu

    pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

    Kendari, Juli 2018

    Penulis

    viii

  • 7

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv

    INTISARI ................................................................................................ v

    ABSTRAC ................................................................................................ vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................ 3

    C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ............................................................. 4

    E. Keaslian Penelitian ............................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka ................................................................ 7

    1. Tinjauan Umum Tentang Bayi Berat Lahir Rendah ..... 7

    2. Tinjauan Umum Faktor yang Mempengaruhi BBLR .... 20

    B. Landasan Teori ................................................................ 38

    C. Kerangka Teori ................................................................. 40

    D. Kerangka Konsep ............................................................ 41

    E. Hipotesis Penelitian ........................................................... 41

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ................................................................. 43

    ix

  • 8

    B. Tempat Penelitian ............................................................ 44

    C. Waktu Penelitian .............................................................. 44

    D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 44

    E. Variabel Penelitian ........................................................... 45

    F. Definisi Operasional ......................................................... 46

    G. Sumber Data .................................................................... 47

    H. Pengolahan Data .............................................................. 47

    I. Penyajian Data ................................................................. 48

    J. Analisis Data .................................................................... 48

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ................................................................. 51

    B. Pembahasan .................................................................... 60

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ....................................................................... 74

    B. Saran ................................................................................ 75

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    x

  • 9

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian Case Control Study . 49

    2. Ketenagakerjaan di RSUD Kota Kendari ............................................. 54

    3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari 55

    4. Distribusi Responden Menurut Umur Kehamilan Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 55

    5. Distribusi Responden Menurut Kehamilan Ganda Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 56

    6. Distribusi Responden Menurut Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 57

    7. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari .. 57

    8. Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 58

    9. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari ......................................................................... 59

    xi

  • 10

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Kerangka Teori .................................................................................... 40

    2. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 41

    3. Desain Penelitian Case Control ........................................................... 43

    xii

  • 11

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Lembar Checklist

    2. Analisis Chi Square (Pengolahan Data Manual)

    3. Analisis Chi Square (Pengolahan Data SPSS)

    4. Surat Ijin Pengambilan Data Awal

    5. Surat Ijin Penelitian

    6. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian

    7. Dokumentasi Penelitian

    xiii

  • 12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    World Health Organization (WHO) melaporkan bayi dengan berat

    lahir rendah berkontribusi sebayak 60 hingga 80% dari seluruh kematian

    neonatus dan memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan

    berat normal. Berdasarkan data WHO dan United Nations Children’s Fund

    (UNICEF) pada tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia, dimana

    16% diantaranya lahir dengan berat badan lahir rendah. Adapun

    persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di negara berkembang

    adalah 16,5% dua kali lebih besar dari pada negara maju sekitar 7%.

    Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang menempati urutan

    ketiga sebagai negara dengan prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), India

    (27,6%) dan Afrika Selatan (13,2%). Selain itu, Indonesia turut menjadi

    negara ke dua dengan prevalensi BBLR tertinggi diantara negara ASEAN

    lainnya, setelah Filipina (21,2%) (WHO, 2014).

    Hingga saat ini BBLR merupakan masalah di seluruh dunia, karena

    merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir.

    Kelahiran bayi BBLR sampai saat ini masih bertanggung jawab atas dua

    pertiga kematian bayi. Angka kematian dan kesakitan pada bayi BBLR

    lebih tinggi 3 sampai 4 kali daripada bayi-bayi dengan berat lahir normal

    (Maryunani, 2013).

    1

  • 13

    Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR.

    Faktor-faktor tersebut dapat berperan secara langsung maupun tidak

    langsung terhadap kejadian BBLR, diantaranya faktor ibu seperti umur

    ibu, usia kehamilan, penyakit ibu, keadaan gizi ibu, kondisi ibu saat hamil,

    keadaan sosial ekonomi. Faktor janin seperti hidramnion, kehamilan

    ganda dan cacat bawaan serta faktor lingkungan (Wiknjosastro, 2010).

    Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang tidak ditangani dengan baik

    dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh

    meliputi gangguan pada sistem metabolisme tubuh, gangguan pada

    sistem pernafasan, gangguan pada sistem perkemihan (ginjal masih

    belum matang) dan gangguan pada sistem pencernaan (Manuaba, 2010).

    Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi BBLR

    di Indonesia berkurang dari 11,1% pada tahun 2010 menjadi 10,2% pada

    tahun 2013 dan sebagian besar bayi BBLR yang meninggal pada masa

    neonatus adalah bayi dengan berat lahir

  • 14

    kasus (9,99%) dan Kota Kendari sebanyak 137 kasus (9,07%) (Dinkes

    Prov. Sultra, 2016).

    Data Dinas Kesehatan Kota Kendari, pada tahun 2014 jumlah

    BBLR sebanyak 126 (2,02%) bayi. Pada tahun 2015 jumlah BBLR

    sebanyak 113 (1,61%) bayi, Sedangkan pada tahun 2016 jumlah BBLR

    sebanyak 137 (1,95%) bayi (Dinkes Prov. Sultra, 2016).

    Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari tercatat jumlah bayi

    lahir hidup normal pada tahun 2015 adalah 117 bayi dengan kasus BBLR

    dengan berat badan

  • 15

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Bayi

    Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

    Kendari tahun 2017.

    2. Tujuan khusus

    a. Untuk menganalisis hubungan faktor umur ibu dengan kejadian

    BBLR di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.

    b. Untuk menganalisis hubungan faktor umur kehamilan ibu dengan

    kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.

    c. Untuk menganalisis hubungan faktor kehamilan ganda dengan

    kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Bagi Instansi

    Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Kota Kendari terkait

    dengan kebijakan-kebijakan atau program-program apa saja yang

    harus diambil dan dilaksanakan terkait dengan upaya pencegahan dan

    penanganan kejadian BBLR.

    2. Manfaat Ilmiah

    Sebagai pengalaman berharga serta menambah pengetahuan

    penulis dalam penelitian lapangan.

    4

  • 16

    3. Manfaat Praktis

    Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam

    memperluas wawasan dan pengetahuan tentang faktor yang

    mempengaruhi kejadian BBLR pada bayi baru lahir di RSUD Kota

    Kendari.

    E. Keaslian Penelitian

    Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh

    peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan

    adalah:

    1. Fatkhi Nurani (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya

    Berat Bayi Lahir Rendah di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah

    Kabupaten Muna Tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan

    Cross Sectional. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu metode

    penelitian, teknik pengambilan sampel, variabel bebas, jumlah populasi

    dan sampel, tempat penelitian serta tahun penelitian

    2. Dian Alya (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

    Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh

    Tahun 2013. Metode penelitian yang di gunakan yaitu case control

    dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

    sampling. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu variabel bebas,

    jumlah populasi dan sampel, tempat penelitian serta tahun penelitian.

    5

  • 17

    Persamaannya dengan penelitian ini adalah metode penelitian case

    control.

    6

  • 18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka

    1. Tinjauan Umum Tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

    a. Pengertian BBLR

    Menurut WHO, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)

    adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram. Bayi

    dengan berat lahir rendah (BBLR) yaitu neonatus atau kelahiran

    bayi dengan berat saat kelahiran kurang dari 2.500 gram tanpa

    memandang masa kehamilan (Wiknjosastro, 2010).

    Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang

    lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa

    memandang masa kehamilan. Secara umum bayi dengan berat

    badan lahir rendah (BBLR) berhubungan dengan usia kehamilan

    yang belum cukup bulan (premature) disamping itu juga

    disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia

    kehamilan 38 minggu), tetapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil

    ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram

    (Proverawati, 2010).

    Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan

    untuk umur kehamilan. Kongres European Perinatal Medicine II

    yang diadakan di London juga diusulkan definisi untuk

    7

  • 19

    mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi lahir, yaitu

    sebagai berikut (Proverawati, 2010):

    1) Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang

    dari 37 minggu (259 hari).

    2) Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai

    dari 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).

    3) Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari

    42 minggu atau lebih dari 294 hari.

    b. Klasifikasi BBLR

    Menurut Proverawati (2010), beberapa klasifikasi

    pengelompokkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah

    sebagai berikut:

    1) Menurut Harapan Hidup

    a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram

    b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-

    1.500 gram

    c) Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER),

    d) Berat lahir kurang dari 1.000 gram

    2) Menurut Masa Gestasi

    a) Prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu

    akan tetapi berat badan sesuai dengan berat badan masa

    gestasinya. Prematuritas murni sering disebut dengan

    noenatus kurang bulan sesuai masa kehamilannya.

    8

  • 20

    b) Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari

    berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi

    biasanya mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin atau

    sering disebut Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan

    merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilanya.

    Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas

    (Manuaba, 2010):

    1) Bayi dengan berat badan normal, 2.500-4.000 gram

    2) Bayi dengan berat badan lebih, lebih dari 4.000 gram

    3) Bayi dengan berat badan rendah, kurang dari dari 2.500 gram /

    1.500-2.500 gram

    4) Bayi dengan berat badan sangat rendah, kurang dari 1.500

    gram

    5) Bayi dengan berat badan ekstrim rendah, kurang dari 1.000

    gram

    Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi, dihitung dari hari

    pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, yaitu (Wiknjosastro,

    2010):

    1) Bayi kurang bulan (preterm), adalah bayi dengan masa

    kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)

    2) Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi dengan masa kehamilan

    mulai 37 – 42 minggu (259-293 hari)

    3) Bayi lebih bulan (post-term), adalah bayi dengan masa

    kehamilan lebih 42 minggu (294 hari atau lebih)

    9

  • 21

    c. Problematika Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

    Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur.

    Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di

    luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin

    kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan

    akibat makin tinggi angka kematiannya. Dalam hubungan ini

    sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur

    (Proverawati, 2010).

    Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam

    tubuhnya, baik anatomik maupun fisiologi maka mudah timbul

    beberapa kelainan seperti berikut:

    1) Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat

    pada BBLR.

    2) Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.

    3) Imatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan

    defisiensi vitamin K.

    4) Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan

    mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan

    yang akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit.

    5) Ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fungsinya.

    Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak

    sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolik dari

    badan dengan akibat mudah terjadi oedema dan asidosis

    metabolik.

    10

  • 22

    6) Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.

    7) Gangguan immunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi

    berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi

    prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya

    fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.

    8) Perdarahan intravertikuler (Proverawati, 2010).

    d. Gambaran Klinis

    Karakteristik untuk bayi BBLR adalah berat badan lahir sama

    dengan atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang atau

    sama dengan 46 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran

    kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, umur kehamilan

    kurang dari 37 minggu (Proverawati, 2010).

    Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis,

    transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang sering

    tampak peristaltik usus. Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan

    tidak teratur sering timbul apnea. Bila hal ini sering terjadi dan

    setiap serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya

    kerusakan otak yang permanen lebih besar. Otot-otot masih

    hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha dalam

    abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus

    dan kepala mengarah ke suatu sisi.

    Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif. Gerakan

    otot jarang akan tetapi lebih baik bayi cukup bulan. Daya isap

    lemah terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan

    11

  • 23

    menangis, gelisah dan menggerak-gerakan badannya. Bila tanda-

    tanda lapar tersebut tidak timbul dalam waktu 96 jam, maka harus

    curiga akan adanya perdarahan intraventikuler atau infeksi.

    Oedema biasanya sudah terlihat segera sesudah lahir dan makin

    bertambah jelas dalam 24-28 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin,

    piting oedema dan oedema ini dapat berpindah dengan perubahan

    posisi. Oedema yang hebat merupakan tanda bahaya bagi bayi

    tersebut. Oedema ini sering berhubungan dengan perdarahan

    antepartum, toksemia gravidarum dan diabetes mellitus: frekuensi

    nadi berkisar antara 100-140/menit pada hari pertama frekuensi

    pernapasan 40-50/menit. Pada hari-hari berikutnya 35-45/menit

    yang disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban. Bila

    frekuensi penapasan terus meningkat dan selalu di atas 60/menit,

    harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya sindroma

    gangguan pernapasan seperti membran hialin, pneumonia

    gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam

    hal ini harus dicari penyebabnya misalnya dengan membuat foto

    paru. Pemeriksaan ultrasonografi dan lain-lain (Proverawati, 2010).

    e. Etiologi BBLR

    Faktor-faktor penyebab kejadian BBLR dibedakan menjadi

    tiga yaitu faktor ibu, faktor bayi dan faktor lingkungan (Muslihatun,

    2014):

    12

  • 24

    1) Faktor Ibu

    Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu misalnya

    toksemia gravidarium, perdarahan antepartum, trauma fisik dan

    psikologis, nefritis akut, DM dan lain-lain. Usia ibu saat hamil

    kurang dari 16 tahun, atau lebih dari 35 tahun, multi gravida

    yang jarak kelahirannya terlalu dekat dan lain-lain. Keadaan

    sosial ekonomi golongan sosial ekonomi, perkawinan yang tidak

    sah. Sebab lain termasuk karena ibu perokok, peminum alkohol

    atau narkotik

    2) Faktor Janin

    Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda,

    kelainan kromosom, dan lain-lain

    3) Faktor Lingkungan

    Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal, radiasi, zat-zat

    racun.

    Menurut Proverawati (2010), penyebab terjadinya BBLR

    secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami

    kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor

    yang secara umum berhubungan dengan bayi BBLR adalah

    sebagai berikut:

    1) Faktor Ibu

    a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan

    pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun.

    b) Kehamilan ganda (multi gravida)

    13

  • 25

    c) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari

    1 tahun)

    d) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

    2) Faktor Janin

    a) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

    b) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)

    c) Disautonomia familial

    d) Kehamilan ganda / kembar (gemeli)

    e) Aplasia pancreas

    3) Faktor Plasenta

    a) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

    (hidramnion)

    b) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)

    c) Infark

    d) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)

    e) Plasenta yang lepas

    f) Sindrom plasenta yang lepas

    g) Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)

    4) Faktor Lingkungan

    a) Bertempat tinggal di dataran tinggi

    b) Terkena radiasi

    c) Terpapar zat beracun

    14

  • 26

    5) Keadaan Sosial Ekonomi

    a) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi

    rendah

    b) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istrahat

    c) Keadaan gizi yang kurang baik

    d) Pengawasan antenatal yang kurang

    e) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan

    yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan

    dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

    6) Sebab Lain

    a) Ibu perokok

    b) Ibu peminum alcohol

    c) Ibu pecandu obat narkotik

    d) Penggunaan obat anti metabolik.

    Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR

    dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:

    1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh:

    a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

    b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia

    c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

    d) Malaria kronik, penyakit kronik

    e) Ibu hamil merokok

    15

  • 27

    2) BBLR tipe premature, disebabkan oleh:

    a) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

    b) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,

    kehamilan kembar

    c) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga

    tidak mampu berat bayi dalam rahim)

    d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum

    hemorhage)

    e) Ibu hamil yang sedang sakit (Proverawati, 2010).

    f. Penatalaksanaan BBLR

    Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada BBLR menurut

    Pantiawati (2010) dan Proverawati (2010) antara lain:

    1) Medikamentosa

    Pemberian vitamin K1 dengan cara injeksi IM 1 mg atau

    peroral 2 mg sekali pemberian, atau 1 mg 3 kali pemberian

    (saat lahir 3-10 hari dan umur 4-6 minggu) (Pantiawati, 2010).

    2) Pengaturan Suhu

    Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia

    bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas

    disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas,

    bila dibandingkan dengan berat badan, kurang jaringan lemak di

    bawah kulit dan kekurangan lemak cokelat (brown fat). Untuk

    mencegah hipotermia, perlu diusahakan lingkungan yang cukup

    16

  • 28

    hangat untuk bayi dalam keadaan istrahat konsumsi oksigen

    paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.

    Bila bayi di rawat dalam inkubator, maka suhu tubuh bayi

    dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35oC, dan untuk

    bayi dengan berat badan 2-2,5 kg 34oC, agar ia dapat

    mempertahankan suhu tubuh 37oC, kelembapan inkubator

    berkisar antara 50-60 persen. Kelembapan lebih tinggi

    diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan.

    Suhu inkubator dapat diturunkan 1oC perminggu untuk bayi

    dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur-angsur ia dapat

    diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan

    27oC-29oC (Proverawati, 2010).

    3) Mempertahankan Suhu Tubuh

    BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu

    tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat dengan cara

    memberikan sinar panas, selimut, lampu panas, bantalan panas

    dan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu dan

    kelembaban ruangan (Proverawati, 2010).

    4) Mencegah Infeksi

    Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi. Infeksi terutama

    disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini

    disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR

    masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik

    limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum

    17

  • 29

    berpengalaman. Langkah yang harus dilakukan dalam

    pencegahan infeksi antara lain mencuci tangan sebelum

    memegang bayi, pemakaian masker dan baju khusus dalam

    penanganan bayi BBLR (Proverawati, 2010).

    5) Penimbangan Berat Badan

    Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi

    bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab

    itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat

    (Proverawati, 2010).

    6) Pemberian Oksigen

    Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi

    bayi BBLR akibatnya tidak adanya alveoli dan surfaktan.

    konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30 – 35%. konsentrasi O2

    yang tinggi dalam masa panjang akan menyebabkan kerusakan

    pada jaringan retina bayi dan dapat menimbulkan kebutaan.

    7) Makanan Bayi

    Pada bayi BBLR refleks mengisap dan menelan belum

    terbentuk sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya

    enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di samping itu

    kebutuhan protein 3-5 gram perhari dan tinggi kalori (110

    kal/kg/hari) oleh bayi, agar berat badan bertambah sebaik-

    baiknya jumlah ini lebih tinggi dari yang di perlukan. Awasi dan

    hitung kebutuhan kalori bayi, mulai pemberian ASI atau susu

    dengan botol 2-6 jam setelah kelahiran, mulai dengan 3-5 mL

    18

  • 30

    setiap pemberian interval 3 jam. Pemberian bisa di tambah bila

    bayi menunjukkan toleransi yang baik. Pemberi ASI jangan

    dihentikan sampai bayi menunjukkan bahwa ia dapat makan

    melalui botol susu dan berat badannya bisa bertambah

    (Pantiawati, 2010).

    g. Komplikasi BBLR

    Komplikasi yang bisa terjadi pada bayi dengan berat badan

    lahir rendah (BBLR) dengan menyebutkan gejala-gejala umum atau

    tanda klinis yang biasa terjadi pada bayi dengan berat badan lahir

    rendah (BBLR):

    1) Hipotermia, tanda klinisnya suhu tubuh dibawah normal, kulit

    dingin, akral dingin, sianosis.

    2) Sindrom gawat nafas, tanda klinisnya antara lain pernafasan

    cepat, sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi, retraksi

    subternal dan interkosta

    3) Hipoglikemia, tanda klinisnya antara lain gemetar atau tremor,

    cianosis, apatis, kejang, apnea intermitan, tangisan lemah atau

    melengkung, kelumpuhan atau letargi, terdapat gerakan pusat

    mata, keringat dingin, hipotermia, gagal jantung dan henti

    jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-sama)

    4) Perdarahan intra cranial, tanda dan gejalanya yaitu kegagalan

    umum untuk bergerak normal, reflex morro menurun atau tidak

    ada, tonusotot menurun atau tidak ada, pucat dan sianosis,

    apnea, kegagalan menetek dengan baik, muntah yang kuat,

    19

  • 31

    tangisan bernada tinggi dan tajam, kejang, kelumpuhan,

    fontanela mayor mungkin tegang dan cembung, pada sebagian

    kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinis

    sedikitpun.

    5) Rentan terhadap infeksi, bayi premature mudah menderita

    infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang

    hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit dan

    selaput lendir membrane tidak memiliki perlindungan seperti

    bayi cukup bulan

    6) Hiperbilirubinemia, tanda klinisnya antara lain sclera, puncak

    hidung, sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna kuning.

    7) Kerusakan integritas kulit, lemak subkutan kadang kurang

    sedikit, struktur kulit belum matang dan rapuh, sensibilitas yang

    kurang akan memudahkan kerusakan integritas kulit terutama

    pada daerah yang sering tertekan (Maryunani, 2013).

    2. Tinjauan Umum Faktor yang Mempengaruhi BBLR

    Terdapat sejumlah faktor risiko terhadap kejadian BBLR.

    Namun demikian, beberapa faktor risiko tersebut dapat dikendalikan

    sebagian maupun sepenuhnya serta meningkatkan kesempatan bagi

    ibu untuk melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Menurut Depkes

    RI (2009), faktor risiko kejadian BBLR diantaranya ibu hamil yang

    berumur 35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu

    mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik

    beberapa jam tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya kurang dan

    20

  • 32

    kurang gizi, perokok, penggunaan obat terlarang, alkohol, anemia,

    preeklamsi atau hipertensi, infeksi selama kehamilan, kehamilan

    ganda, bayi dengan cacat bawaan dan infeksi selama dalam

    kandungan.

    Menurut WHO dalam Proverawati (2010), faktor resiko kejadian

    BBLR yaitu status gizi, status ekonomi, pendidikan, komplikasi

    kehamilan, pekerjaan berat, umur kehamilan, umur ibu, riwayat BBLR

    sebelumnya, alkohol, merokok, obat-obat terlarang, riwayat penyakit,

    kehamilan ganda, tinggi badan dan tinggal di daerah ketinggian.

    Sedangkan menurut Manuaba (2010) faktor risiko kejadian BBLR yaitu

    terdiri dari faktor ibu berupa KEK (kekurangan energi kronik), usia ibu

    35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit

    menahun seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah dan

    pekerjaan yang terlalu berat. Kemudian, fakto kehamilan berupa hamil

    dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi

    kehamilan, dan faktor janin terdiri dari cacat bawaan dan infeksi dalam

    rahim.

    a. Faktor Ibu

    1) Umur Ibu

    Usia adalah tentang kehidupan yang diukur dengan

    tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun

    sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun,

    dewasa lanjut > 60 tahun, usia adalah lamanya hidup dalam

    tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004)

    21

  • 33

    Usia sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi

    perempuan, khususnya pada usia 20-25 tahun merupakan usia

    yang paling efektif untuk hamil dan bersalin. Kehamilan dan

    persalinan akan membawa resiko kesakitan dan kematian lebih

    besar pada remaja dibandingkan dengan perempuan yang telah

    berusia 20 tahun keatas, terutama di wilayah ataupun daerah

    yang pelayanan kesehatannya masih jarang atau bahkan tidak

    tersedia.

    Menurut Varney (2010) berpendapat bahwa usia ibu

    dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:

    a. < 20 tahun

    b. 20-35 tahun

    c. > 35 tahun

    Umur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

    kejadian bayi lahir dengan BBLR, dimana angka kejadian BBLR

    lebih sering dialami oleh ibu yang berusia < 20 tahun dan > 35

    tahun. Pada ibu dengan usia < 20 tahun merupakan resiko

    tinggi kehamilan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan

    bayinya. Hal ini disebabkan karena umur ibu yang masih muda,

    perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsinya belum

    optimal dan secara psikologis emosional belum stabil.

    Pada umumnya ibu yang usia > 35 tahun telah

    mengalami penurunan yaitu berkurangnya fungsi organ tubuh

    (uterus) yang dapat menimbulkan perdarahan anteparum.

    22

  • 34

    Dengan adanya perdarahan maka aliran darah ibu ke janin

    berkurang, sehingga mengakibatkan gangguan transportasi

    oksigen dari ibu ke janin terhambat ( Varney, 2010)

    Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun termasuk dalam rawan

    hamil dengan kehamilan berisiko tinggi. Usia ibu hamil dibawah

    20 tahun berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Disebabkan

    karena organ reproduksi di usia tersebut belum cukup matang

    untuk menanggung beban kehamilan selain itu pada usia ini

    biasanya ibu belum siap secara psikis maupun fisik.

    Risiko kehamilan pada usia ibu >35 tahun disebabkan

    pada usia tersebut menurunnya kemampuan organ reproduksi

    sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses

    persalinan dan preeklamsi. Pengaruh usia terhadap penurunan

    tingkat kesuburan memang ada hubungan misalnya

    berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah

    seperti adanya penyakit endrometriosis yang menghambat

    uterus untuk mengangkat sel telur melalui tuba fallopi yang

    berpengaruh terhadap proses konsepsi (Wiknjosastro, 2010).

    2) Paritas

    Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan

    kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan

    hidup. Menurut Varney (2010), paritas diklasifikasikan menjadi:

    a) Primipara adalah seorang wanita yang pernah hamil sekali

    dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup.

    23

  • 35

    b) Multipara adalah seorang wanita yang sudah mengalami dua

    kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu

    bertahan hidup

    Suatu peningkatan pada paritas seorang wanita dicapai

    hanya jika kehamilan menghasilkan janin yang mampu bertahan

    hidup (Varney, 2010). Paritas 2-3 merupakan paritas yang

    paling aman ditinjau dari kematian maternal maupun kesehatan

    ibu dan bayinya, paritas 1 atau lebih dari 4 mempunyai risiko

    kematian tinggi. Pada ibu dengan grandemultipara, alat

    reproduksi yang dimilikinya mengalami kemunduran daya lentur

    jaringan yang disebabkan terlalu sering melahirkan dengan usia

    yang tidak produktif (>35 tahun) menyebabkan terjadinya

    persalinan prematur sehingga bayi yang dilahirkan BBLR

    (Wiknjosastro, 2010).

    3) Pendidikan

    Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan

    untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

    masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

    oleh pelaku pendidikan. (Notoatmodjo. 2012).

    Pendidikan ilmiah adalah pendidikan formal ibu yang

    terakhir yang diamatkan dan mempunyai ijazah dan klasifikasi

    pendidikan dasar (SD dan SMP), Pendidikan Menengah (SMA)

    dan Pendidikan Tinggi (D3, S1 dan S2) diukur dengan cara

    dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing

    24

  • 36

    klasifikasi. Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap

    minat ibu untuk memelihara untuk memelihara kehamilannya.

    Semakin tinggi pendidikan, secara tidak langsung berpengaruh

    terhadap peningkatan status sosialnya. Sebaliknya pendidikan

    yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahun tentang

    kehamilan dan sering menjadi penyebab kurang gizi pada bayi.

    Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam

    menghadapi berbagai masalah termasuk pengaturan makanan

    bagiibu hamil untuk mencegah timbulnya berat bayi lahir rendah

    (BBLR).

    Penelitian yang dilakukan oleh Yuliva dkk (2009)

    menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah memilki

    rata-rata berat lahir bayi lebih rendah dari pada ibu yang

    berpendidikan tinggi, dalam hal ini pendidikan sangat besar

    pengaruhnya terhadap pengetahuan ibu yang berkaitan dengan

    perawatan selama hamil, melahirkan dan perawatan setelah

    melahirkan. Tinggi rendahnya taraf pendidikan seseorang akan

    mendukung dan memberi peluang terhadap daya serap ilmu

    pengetahuan dan keinginan serta kemauan untuk mengetahui

    setiap hal yang berakitan dengan kehamilan.

    4) Status Pekerjaan

    Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk

    mendapatkan nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk

    dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu

    25

  • 37

    yang lebih untuk memperoleh informasi (Depkes RI,

    2001). Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih

    luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan

    bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi.

    Menurut (Notoatmodjo, 2012) jenis pekerjaan yaitu

    Pedagang, Buruh / Tani, PNS dan Wiraswasta. Wanita hamil

    sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Salah satunya yaitu

    mata pencaharian kepala keluarga. Hal tersebut menyebabkan

    wanita kurang menjaga kesehatan selama hamil dan kurang

    memperhatikan asupan gizi yang benar. Jika asupan gizi saat

    hamil buruk, maka janin pun akan kekurangan nutrisi dalam

    perkembangannya dan menyebabkan bayi mengalami berat

    badan lahir rendah. Sehingga ibu yang bekerja lebih berpotensi

    berat badan lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak

    bekerja. Dilihat dari segi sosial ekonomi bagi sebagian anggota

    masyarakat yang mengalami krisis ekonomi atau dengan upah

    dan pendapatan yang kurang untuk pemeriksaan kehamilan

    merupakan beban berat, akibatnya mereka memilih untuk tidak

    memeriksakan kehamilannya sehingga ibu hamil tidak

    memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

    rahim, asupan gizi pun tidak diperhatikan.

    Pekerjaan yang ditanggung oleh ibu hamil dapat

    memberikan peluang besar untuk terjadinya persalinan dengan

    BBLR. Keadaan yang demikian terutama terjadi pada sosial

    26

  • 38

    ekonomi yang rendah. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam

    tanpa istirahat dapat menyebabkan kelahiran BBLR

    (Puspitasari, 2014).

    Hal ini sesuai dengan teori Bantini (2012), menyatakan

    bahwa sedikitnya waktu istirahat pada ibu sehingga dapat

    menimbulkan kondisi kurang gizi. Status gizi ibu hamil sangat

    mempengaruhi kehamilan dan outcome kehamilan. Pada ibu

    dengan status gizi yang baik, outcome kehamilan akan baik

    pula dengan salah satu kriteria berupa berat badan bayi di atas

    2500 gram. Adanya gangguan gizi yaitu KEK akan berisiko

    terjadinya BBLR, demikian pula terjadinya anemia oleh karena

    kurangnya asupan Fe, Zink dan asupan folat akan menambah

    risiko perdarahan dan BBLR.

    5) Jarak Kehamilan

    Kesehatan bayi erat kaitannya dengan jarak kehamilan.

    Bayi yang dilahirkan dengan jarak kehamilan yang pendek

    mempunyai resiko tinggi untuk menjadi sakit atau meninggal.

    Pada saat hamil dan bersalin terjadi pada tubuh terutama

    kandungan ibu. Untuk itu dibutuhkan waktu untuk

    memulihkannya seperti sedia kala, waktu minimal agar

    kandungan pulih adalah 2 tahun dengan catatan kehamilan dan

    persalinan normal.

    Untuk kehamilan dan persalinan yang tidak normal

    membutuhkan waktu yang lebih panjang lagi. Jarak yang terlalu

    27

  • 39

    pendek untuk hamil, sehingga kandungan belum pulih akan

    meningkatkan resiko kematian perinatal apabila ibu hamil lagi.

    Jarak kehamilan adalah rentan waktu antara umur anak

    yang terakhir dengan kehamilan sebelumnya. Jarak kehamilan

    kurang dari dua tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin

    kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat

    persalinan, karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu

    yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan

    atau di bawah dua tahun akan mengalami peningkatan resiko

    terhadap terjadinya perdarahan pada trimester-trimester

    termasuk pada plasenta, previa, anemia dan ketuban pecah dini

    serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

    Menurut Depkes RI (2010), bila jarak persalinan terakhir

    dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun atau bila

    terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih

    dengan baik. Sehingga perlu diwaspadai kemungkinan

    pertumbuhan janin kurang baik. Persalinan lama atau dapat

    terjadi perdarahan.

    6) Umur Kehamilan

    Umur kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai

    lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40

    minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama dan

    terakhir. Kehamilan dibagi 3 triwulan yaitu triwulan pertama

    dimulai dari konsepsi samapai 3 bulan, triwulan kedua dari

    28

  • 40

    bulan ke empat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke

    tujuh sampai 9 bulan (Wiknjosastro, 2010).

    Pembagian kehamilan berdasarkan usia kehamilan

    menurut Manuaba (2010) dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu

    a. Preterm yaitu usia kehamilan kurang dari 37 minggu (259

    hari)

    b. Aterm yaitu usia kehamilan antara 37 minggu sampai 42

    minggu (259-293 hari)

    c. Post-term yaitu umur kehamilan di atas 42 minggu (294 hari)

    Berat badan bayi semakin bertambah sesuai dengan usia

    kehamilan. Faktor usia kehamilan mempengaruhi kejadian

    BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang

    sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga akan

    mempengaruhi berat badan bayi dan dapat dikatakan bahwa

    umur kehamilan mempengaruhi kejadiain BBLR (Manuaba,

    2010).

    Pada penelitian yang dilakukan Merzalia (2012)

    menyatakan ada hubungan bermakna antara umur kehamilan

    dengan berat badan lahir yaitu usia kehamilan yang preterm

    (>37minggu) berisiko melahirkan bayi dengan berat badan

    rendah 137,360 kali lebih besar dibandingkan dengan usia

    kehamilan yang aterm/post term.

    29

  • 41

    7) Status Gizi

    Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan

    janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan

    akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan

    wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk

    pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume

    darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan

    yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk

    pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan

    untuk pertumbuhan ibunya (Waryana, 2010).

    Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh

    pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada

    ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan

    dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat

    bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir

    dengan BBLR.

    8) Merokok/ terpapar asap rokok

    Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh,

    menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan

    bagi perokok secara umum. Ibu perokok pasif memiliki

    kesamaan dengan perokok aktif, meskipun secara langsung

    tidak merokok. Namun ibu perokok pasif mempunyai dampak

    yang sama terhadap janin yang dikandungnya. Hal ini

    dikarenakan masuknya beberapa zat berbahaya di dalam rokok

    30

  • 42

    kedalam tubuh diantaranya adalah nikotin dan karbon

    monoksida (Aulia, 2010). Zat nikotin dan karbon monoksida

    yang beredar dalam tubuh bumil diserap oleh bayi saat masih

    dalam kandungan. Keduanya zat tersebut memiliki efek

    menyempitkan saluran-saluran pembuluh darah sehingga dapat

    memperkecil kadar oksigen dan nutrisi yang mengalir ke dalam

    tubuh ibu hamil (bumil). Akibatnya, janin akan menerima asupan

    nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sedikit sehingga berisiko

    tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

    (Jaya, 2009).

    Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi

    oksigen yang dibawa oleh darah. Semakin banyak karbon

    monoksida dalam darah bayi, maka akan semakin rendah berat

    badan bayi saat kelahiran. Zat kimia yang terisap dari asap

    rokok akan membatasi pertumbuhan janin dengan mengurangi

    jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun

    dalam otak. Nikotin menjadikan pembuluh darah mengerut dan

    oleh karena itu mengurangi suplai darah ke plasenta yang

    mengganggu perkembangan bayi. Racun nikotin dapat

    mempengaruhi bahkan menghambat proses aliran darah dari

    ibu kepada janin, akibatnya perkembangan bayi menjadi

    terlambat. Kondisi ini berjalan terus hingga memasuki masa

    persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan

    kurang dari 2500 gram (Jaya, 2009).

    31

  • 43

    Tingkat karbon monoksida lebih tinggi dalam darah

    perokok dan berapapun tingkat monoksida yang ada dalam

    darah wanita, tetap lebih tinggi dalam darah bayi. Sebagai

    racun, karbon monoksida akan mengurangi oksigen yang

    dibawa oleh darah, maka akan semakin rendah berat badannya

    pada saat kelahiran. Berat bayi dari wanita perokok sebesar 200

    gram lebih ringan dari bayi wanita yang tidak merokok. Merokok

    mengandung banyak zat yang merugikan baik pada yang

    merokok dan juga balita. Kandungan pada rokok seperti nikotin

    dan karbon monoksida adalah penyebabnya. Dibandingkan

    dengan mereka yang tidak merokok, ibu hamil yang merokok

    melahirkan bayi dengan ukuran berat yang lebih kecil (Merzalia,

    2012).

    Wanita hamil harus dijauhkan dari asap rokok, apalagi

    menjadi perokok aktif. Wanita hamil yang merokok

    sesungguhnya sedang memberi nikotin dan karbon monoksida

    kepada janinnya. Wanita hamil yang banyak menghirup asap

    rokok akan mengakibatkan resiko besar pada janinnya, yaitu

    kematian, kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, serta

    mudah terserang sindrom kematian mendadak (sudden infant

    death syndrome-SIDS) (Merzalia, 2012).

    Lingkungan berasap tembakau mengandung lebih dari

    4000 senyawa kimia. Tiga komponen toksik yang utama adalah

    karbon monoksida (CO), nikotin (C10H14N2), dan tar. Karbon

    32

  • 44

    monoksida yang terabsorbsi kedalam tubuh ibu secara langsung

    akan mengikat hemoglobin (Hb). Hb memiliki kemampuan

    mengikat CO jauh lebih besar dibandingkan dengan

    kemampuannya mengikat oksigen (O2), sehingga kapasitas O2

    di dalam darah akan berkurang. Efeknya bagi janin lebih

    berbahaya dari pada ibu karena janin menerima O2 lebih sedikit.

    Penerimaan O2 bagi janin yang dampaknya menimbulkan

    berbagai permasalahan bagi bayi seperti asfiksia dan

    mengurangi jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi

    maupun dalam otak, sehingga berisiko melahirkan bayi BBLR.

    Sedangkan Nikotin merupakan vasokonstriktor yang dapat

    menurunkan perfusi plasenta sehingga makanan untuk janin

    akan terhambat akibat penyumbatan di plasenta. Suplai

    makanan untuk janin terhambat sehingga janin berisiko memiliki

    berat badan lahir rendah (BBLR) (Merzalia, 2012).

    9) Hipertensi

    Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

    misalnya pre-eklamsia, karena dalam keadaan ini selalu tidak

    pasti disertai peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan

    terjadinya gangguan fungsi plasenta. Kenaikan tonus otot uterus

    dan kepekaan terhadap rangsangan atau didapatkan pada pre-

    eklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus

    prematurus dan kelahiran bayi dengan berat lahir rendah

    (Merzalia, 2012).

    33

  • 45

    10) Jantung

    Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada system

    kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil atau tidak

    hamil. Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar

    antara 1-4%. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan

    adalah dapat terjadi abortus, prematuritas (lahir tidak cukup

    bulan), dismaturitas (lahir cukup bulan namun dengan berat

    lahir rendah) dan lahir mati.

    11) Sosial Ekonomi Rendah

    Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya

    prematuritas. Kejadian tertinggi terhadap golongan sosial

    ekonomi yang terendah, hal ini disebabkan oleh keadaan gizi

    dan pengawasan yang kurang baik, tapi tidak semua sosial

    ekonomi baik dapat terhindar terhadap kejadian BBLR. Kejadian

    BBLR juga dapat terjadi akibat perkawinan yang tidak sah.

    Menurut Kemenkes RI (2013) menunjukan bahwa menurut

    tingkat pendidikan dan sosial ekonomi terdapat kecenderungan

    semakin tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi, maka

    semakin rendah presentase berat badan lahir

  • 46

    b. Faktor Janin

    1) Hidramnion

    Hidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air

    ketuban jauh lebih banyak dari normal, melebihi 2000 cc, pada

    keadaan normal banyaknya air ketuban mencapai 1000 cc

    untuk kemudian turun lagi setelah minggu ke 38. Hidramnion

    sering dijumpai antara lain bersamaan dengan hamil ganda,

    diabetes miletus dan toksemia gravidarum. Hidramnion

    dianggap sebagai kehamilan berisiko karena dapat

    membahayakan ibu dan janin. Pada janin prognosanya agak

    buruk (mortalitas ± 50%), terutama salah satunya karena

    prematuritas (Mochtar, 2012).

    2) Kehamilan ganda

    Kehamilan ganda adalah terdapatnya dua janin dalam

    rahim ibu yang sedang hamil (Mochtar, 2012). Berat badan janin

    pada kehamilan ganda lebih ringan daripada janin pada

    kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama, sampai

    umur kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan lebih kecil,

    mungkin karena renggangan yang berlebihan menyebabkan

    peredaran darah plasenta berkurang. Berat badan lahir pada

    bayi umumnya pada kehamilan ganda kurang dari 2500 gram

    (Saifuddin, 2011).

    Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hakini (2010) yang

    mengatakan bahwa berat masing-masing anak pada kehamilan

    35

  • 47

    ganda lebih kecil dari rata-rata. Menurut umum masing-masing

    berat janin hamil ganda lebih rendah sekitar 700-1000 dari hamil

    tunggal.

    Kehamilan ganda sangat berpengaruh terhadap janin

    karena makanan yang didapat dari ibu sehingga pertumbuhan

    janin akan terhambat dan dapat mengakibatkan bayi lahir

    dengan BBLR. Berat badan janin pada kehamilan ganda lebih

    ringan dari pada janin pada kehamilan yang sama. Sampai

    kehamilan 30 minggu kenaikkan berat badan janin kembar

    sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu kenaikkan

    berat badan lebih kecil karena renggangan yang berlebihan

    menyebabkan peredaran darah ke plasenta kurang. Umumnya

    berat badan bayi yang lahir pada kehamilan ganda kurang dari

    2500 gram (Maryunani, 2013).

    3) Cacat bawaan

    Cacat bawaan merupakan kelainan bawaan pertumbuhan

    struktur organ janin sejak pembuatan. Cacat bawaan

    merupakan penyebab terjadinya persalinan premature,

    keguguran lahir mati, atau kematian bayi setelah persalinan

    pada minggu pertama, karena itu pada setiap kehamilan perlu

    melakukan pemeriksaan antenatal untuk dapat mengetahui

    kemungkinan kelainan cacat bawaan diantaranya dengan

    pemeriksaan air ketuban dan pemeriksaan darah janin

    (Merzalia, 2012).

    36

  • 48

    4) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)

    IUGR merupakan kondisi dimana salah satu penyebab

    adalah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang

    adekuat dan hal ini mendoromg untuk terminasi kehamilan lebih

    dini. Dalam Wiknjosastro (2010), banyak istilah yang digunakan

    untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan

    pertumbuhan di dalam uterus (IUGR) seperti pseudo premature,

    small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome,

    chronicfetal distress, IUGR, SGA.

    c. Faktor Lingkungan

    1) Tempat tinggal dataran tinggi

    Bayi-bayi yang dilahirkan di tempat lebih tinggi cenderung

    memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan mereka yang

    dilahirkan didaerah pantai. Sebab pasti kurangnya berat badan

    di daerah yang lebih tinggi tidak diketahui. Walaupun sering

    dikaitkan dengan hipoksia ibu, wanita-wanita penduduk daerah

    yang lebih tinggi biasanya memilki kapasitas angkut oksigen

    yang lebih besar. Bagaimanapun juga retardasi pertumbuhan

    lebih sering dijumpai di daerah yang tinggi jika ibu menderita

    hipoventilasi, hipoksia atau anemia (Merzalia, 2012).

    2) Radiasi dan zat-zat beracun

    Radiasi sinar X menyebabkan IUGR dan mikrosefali.

    Dengan cara yang sama, obat-obatan tertentu seperti

    amnioprotein dan antimetabolit jika diberikan pada ibu selama

    37

  • 49

    kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan serta

    malformasi otak dan rongga cranial. Pemberian antikonvulsi

    selama kehamilan menyebabkan retardasi pertumbuhan janin,

    terutama senyawa hidantoin (feritoin, meferitoin, etotoin) yang

    terlibat dalam mekanisme penyebab mikrosefali, retardasi

    pertumbuhan postnatal dan kelainan cranial, fasial dan anggota

    badan (Merzalia, 2012).

    Paparan racun erat kaitannya dengan rokok karena rokok

    mengandung lebih dari 2500 zat kimia yang teridentifikasi,

    termasuk karbomonoksida, nikotin, ammonia, aseton,

    formaldehid, sianida hydrogen, piren dan wimiklorida (Merzalia,

    2012).

    B. Landasan Teori

    Landasan teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan rangkuman

    tinjauan teori yang ada, khususnya mengenai hubungan antara satu faktor

    risiko dengan faktor risiko yang lain yang berpengaruh terhadap kejadian

    BBLR. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah

    faktor ibu yang meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas,

    usia kehamilan, kehamilan ganda, masa gestasi, jarak persalinan

    mempunyai peranan penting terhadap kejadian BBLR. Faktor status gizi

    yang meliputi: Tinggi badan, penambahan berat badan selama kehamilan,

    ketebalan jaringan lemak, lingkar lengan atas dan kadar hemoglobin,

    38

  • 50

    faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya adalah faktor lingkungan

    serta faktor perilaku ibu.

    Namun demikian, beberapa faktor risiko tersebut dapat dikendalikan

    sebagian maupun sepenuhnya serta meningkatkan kesempatan bagi ibu

    untuk melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Menurut Wiknjosastro

    (2010) faktor risiko kejadian BBLR diantaranya ibu hamil yang berumur

    35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu mempunyai

    riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam

    tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya kurang dan kurang gizi, perokok,

    penggunaan obat terlarang, alkohol, anemia, preeklamsi atau hipertensi,

    infeksi selama kehamilan, kehamilan ganda, bayi dengan cacat bawaan

    dan infeksi selama dalam kandungan.

    Menurut Pantiawati (2010), faktor resiko kejadian BBLR yaitu status

    gizi, status ekonomi, pendidikan, komplikasi kehamilan, pekerjaan berat,

    umur kehamilan, umur ibu, riwayat BBLR sebelumnya, alkohol, merokok,

    obat-obat terlarang, riwayat penyakit, kehamilan ganda, tinggi badan dan

    tinggal di daerah ketinggian. Sedangkan menurut Manuaba (2010) faktor

    risiko kejadian BBLR yaitu terdiri dari faktor ibu berupa KEK (kekurangan

    energi kronik), usia ibu 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu

    dekat, penyakit menahun seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh

    darah dan pekerjaan yang terlalu berat. Kemudian, fakto kehamilan

    berupa hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,

    komplikasi kehamilan, dan faktor janin terdiri dari cacat bawaan dan infeksi

    dalam rahim.

    39

  • 51

    C. Kerangka Teori

    Berdasarkan tinjauan dan landasan teori di atas maka dapat disusun

    suatu kerangka teori sebagai berikut:

    Gambar 1: Kerangka Teori di Modifikasi dari Teori ”Faktor yang Mempengaruhi

    Kejadian BBLR” Sumber: Wiknjosastro (2010), Pantiawati (2010) dan Manuaba (2010)

    Faktor Ibu: 1. Umur 2. Pendidikan 3. Status Sosial Ekonomi 4. Pengetahuan 5. Usia Kehamilan 6. Status Gizi 7. Penyakit Ibu

    Kejadian BBLR

    Faktor Janin: 1. Hidramnion 2. Kehamilan Ganda 3. Cacat Bawaan

    Faktor Lingkungan: 1. Tempat Tinggal di

    Daratan Tinggi 2. Terkena Radiasi 3. Terpapar Zat Beracun

    40

  • 52

    D. Kerangka Konsep

    Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka

    penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut:

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Keterangan :

    : Garis penghubung variabel yang diteliti

    : Variabel independen yang diteliti

    : Variabel dependen yang diteliti

    Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

    E. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitian ini:

    1. Umur Ibu

    Ha : Ada hubungan umur ibu dengan kejadian Berat Bayi Lahir

    Rendah (BBLR)

    H0 : Tidak ada hubungan umur ibu dengan kejadian Berat Bayi

    Lahir Rendah (BBLR)

    Umur Ibu

    Kejadian BBLR

    Kehamilan Ganda

    Usia Kehamilan

    41

  • 53

    2. Umur Kehamilan

    Ha : Ada hubungan umur kehamilan dengan kejadian Berat Bayi

    Lahir Rendah (BBLR)

    H0 : Tidak ada hubungan umur kehamilan dengan kejadian Berat

    Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    3. Kehamilan Ganda

    Ha : Ada hubungan kehamilan ganda dengan kejadian Berat Bayi

    Lahir Rendah (BBLR)

    H0 : Tidak ada hubungan kehamilan ganda dengan kejadian

    Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    42

  • 54

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control

    yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

    kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Penelitian case control adalah

    suatu penelitian yang mempelajari bagaimana hubungan faktor risiko

    dengan terjadinya suatu penyakit yang dilakukan dengan cara membagi

    sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok

    kontrol (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian case control dapat

    dipergunakan untuk menilai berapa besarkah peran faktor risiko (umur

    ibu, umur kehamilan dan kehamilan ganda) dalam kejadian efek (BBLR).

    Desain penelitian case control (Notoatmodjo, 2010):

    Gambar 3. Desain Penelitian Case Control (Notoatmodjo, 2010)

    43

    Faktor Risiko (+) Kasus:

    Bayi yang Mengalami BBLR

    Kontrol: Bayi yang Tidak

    Mengalami BBLR

    Faktor Risiko (-)

    Faktor Risiko (+)

    Faktor Risiko (-)

  • 55

    B. Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

    Kendari Tahun 2018.

    C. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018

    D. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi lahir hidup

    normal yang tercatat di RSUD Kota Kendari pada tahun 2017 yang

    berjumlah 625 bayi.

    2. Sampel

    Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti.

    Sampel dari penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu:

    d. Sampel Kasus

    Teknik pengambilan sampel untuk kelompok kasus

    menggunakan random sampling, yaitu bayi BBLR yang tercatat di

    RSUD Kota Kendari Tahun 2017. Rumus pengambilan jumlah

    sampel yang digunakan yaitu rumus Slovin sebagai berikut:

    2)(1 dN

    Nn

    Keterangan: n : Besar sampel N : Besar populasi d : Tingkat signifikasi (0,1) (Nursalam, 2013).

    44

  • 56

    21,8625,7

    625

    )1,0(6251

    6252

    n ≈ 86 bayi

    Jadi besarnya sampel kasus dalam penelitian ini sebanyak 86 bayi.

    e. Sampel Kontrol

    Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah bayi yang tidak

    mengalami BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

    tahun 2017 yang diambil secara acak dengan teknik random

    sampling. Penentuan sampel kontrol dengan cara menentukan

    lebih dulu angka kelipatan (K= Kontrol) dengan rumus:

    6,286

    232

    Diinginkan yang SampelJumlah

    Kontrol KelompokJumlah K ≈ 3

    Hasil perhitungan didapatkan angka 3 sehingga pengambilan

    kelompok kontrol dengan kelipatan 3, sampai jumlah sampel

    berjumlah 86 orang.

    Jumlah sampel dalam kelompok kasus sebanyak 86 bayi yang

    mengalami BBLR dan jumlah sampel dalam kelompok kontrol

    sebanyak 86 bayi yang tidak mengalami BBLR, sehingga

    perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol yaitu 1:1,

    jadi total sampel sebanyak 172 bayi.

    E. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

    1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

    umur ibu, umur kehamilan, dan kehamilan ganda.

    45

  • 57

    2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu

    kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

    F. Definisi Operasional

    1. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

    Kejadian BBLR dimaksud dalam penelitian ini adalah bayi baru

    lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran

  • 58

    4. Kehamilan Ganda

    Kehamilan ganda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    kehamilan dengan dua janin atau lebih, dengan kategori:

    Berisiko : Bila bayi lahir kembar

    Tidak Berisiko : Bila bayi lahir tunggal (Proverawati, dkk., 2010)

    G. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

    sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan

    melalui buku registrasi ibu bersalin di Ruang Bersalin dan gambaran

    umum lokasi penelitian.

    H. Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan cara:

    1. Pengeditan (editing)

    Proses editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

    mengecek kelengkapan data dari buku register di Ruang Bersalin.

    2. Pemasukan data (entry)

    Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel

    berdasarkan variabel penelitian.

    3. Tabulasi (tabulating)

    Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel

    yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing

    variabel (Sugiyono, 2010).

    47

  • 59

    fh

    fhfoX

    2

    2)(

    I. Penyajian Data

    Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi

    secukupnya.

    J. Analisis Data

    1. Analisis Univariat

    Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan

    kalkulator/ dengan cara manual, kemudian hasilnya disajikan dalam

    bentuk tabel frekuensi disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan

    dalam pengolahan data maka digunakan rumus:

    f P = --------- x 100%

    N

    Keterangan:

    f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Number Of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = angka persentase (Sugiyono, 2010).

    2. Analisis Bivariat

    Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara variabel

    bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan adalah chi

    squere, dengan rumus:

    Keterangan:

    X2 = Statistic chi-square/kuadrat hitung f0 = Nilai observasi/nilai pengumpulan data

    fh = Frekuensi harapan (Hidayat, 2010).

    48

  • 60

    Interpretasi hasil:

    Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada

    hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >

    0,05 atau X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

    berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka Ha ditolak dan Ho

    diterima yang berarti tidak ada hubungan.

    Untuk mendeskripsikan risiko independent variabel pada

    dependent variabel. Uji statistik yang digunakan adalah perhitungan

    Odds Ratio (OR). Mengetahui besarnya OR dapat diestimasi faktor

    resiko yang diteliti. Perhitungan OR menggunakan table 2x2 sebagai

    berikut :

    Tabel 1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian Case Control Study

    Faktor risiko Kejadian BBLR

    Jumlah Kasus Kontrol

    Positif A B A+B

    Negatif C D C+D

    Keterangan : A : jumlah kasus dengan risiko positif B : jumlah kontrol dengan risiko positif C : jumlah kasus dengan risiko negatif D : jumlah kontrol dengan resiko negatif

    Rumus Odds Ratio

    Odds Case : a/(a+c) : c/(a+c) = a/c

    Odds Kontrol : b/(b+d) : d/(b+d) = b/d

    Odds Ratio : a/c : b/d = ad/bc

    49

  • 61

    Estimasi Confidence Interval (CI) ditetapkan pada tingkat kepercayaan

    95% dengan interpretasi:

    Jika OR > 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor risiko

    Jika OR = 1 : Faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko

    (tidak ada hubungan)

    Jika OR < 1 : Faktor yang diteliti merupakan faktor positif

    50

  • 62

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Awalnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari

    terletak di Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan

    Kendari dengan luas lahan 3.527 m2 dan luas bangunan 1.800 m2,

    dimana merupakan bangunan atau gedung peninggalan pemerintah

    Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami

    beberapa kali perubahan.

    Sejak tanggal 4 Desember 2011, RSUD Kota Kendari

    direlokalisasi di tempat baru. Saat ini, RSUD Abunawas terletak di

    Kota Kendari, tepatnya di Jl. Brigjen Z.A. Zugianto No. 39 Kelurahan

    Kambu, Kecamatan Kambu dengan luas lahan 13.000 m2 dan batas

    wilayah sebagai berikut:

    a. Sebelah utara berbatasan dengan tanah warga dan sungai.

    b. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Z.A. Zugianto by pass.

    c. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan masuk rujab wakil

    walikota.

    d. Sebelah barat berbatasan dengan lokasi empang warga.

    RSUD Kota Kendari adalah rumah sakit negeri kelas C sejak

    tanggal 03 Oktober 2012 berdasarkan Surat Keputusan Menteri

    Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1857/12, yang mampu memberikan

    51

  • 63

    pelayanan kedokteran spesialis terbatas serta menampung pelayanan

    rujukan dari puskesmas. Rumah sakit ini tersedia 107 tempat tidur

    inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sulawesi Tenggara

    yang tersedia rata-rata 50 tempat tidur inap.

    Di lokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana

    gedung sebagai berikut:

    a. Gedung Anthurium (Kantor)

    b. Gedung Bougenville (poliklinik)

    c. Gedung (IGD)

    d. Gedung Matahari (Radiologi)

    e. Gedung Crysant (Kamar Operasi)

    f. Gedung Asoka (ICU)

    g. Gedung Teratai (Ponek)

    h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)

    i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)

    j. Gedung Melati (Rawat inap bedah)

    k. Gedung Anggrek (Rawat inap VIP Kls I dan Kls II)

    l. Gedung Instalasi Gizi

    m. Gedung Loundry

    n. Gedung Laboratorium

    o. Gedung Kamar Jenazah

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari mempunyai

    visi yaitu “Rumah Sakit Pilihan Masyarakat”. Sedangkan Misi Rumah

    Sakit Umum Daerah Kota Kendari, yaitu:

    52

  • 64

    a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan

    pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh

    masyarakat.

    b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari

    menjadi RS Mitra Keluarga.

    c. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana medis

    serta non medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang

    aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya serta

    masyarakat pada umumnya.

    Motto RSUD Kota Kendari adalah Senyum, Salam, Sapa,

    Santun, Sabar dan Empaty kepada setiap pengguna jasa rumah sakit.

    Tugas pokok RSUD Abunawas Kota Kendari, yaitu:

    a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

    guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan,

    yang dilakukan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan

    pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

    b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan.

    RSUD Kota Kendari memiliki jumlah tenaga kesehatan dan non

    kesehatan sebanyak 451 orang yang terdiri dari status PNS sebanyak

    194 orang dan status Non PNS atau sukarela sebanyak 244 orang.

    Untuk lebih jelasnya distribusi tenaga kesehatan dan non kesehatan di

    RSUD Kota Kendari disajikan pada tabel berikut:

    53

  • 65

    Tabel 2. Ketenagakerjaan di RSUD Kota Kendari

    No Profesi PNS Non PNS PNS Mou Jumlah

    1 Dokter Spesialis 15 2 9 26 2 Dokter Umum 8 16 0 24 3 Dokter Gigi 4 0 1 5 4 S2 Keperawatan 1 0 0 1 5 Profesi Ners 5 22 0 27 6 S1 Keperawatan 22 16 0 38 7 D3 Perawat 33 100 0 133 8 SPK 7 1 0 8 9 D4 Bidan 7 0 0 7

    10 D3 Bidan 23 46 0 69 11 S1 Gizi 1 1 0 2 12 D3 Gizi 4 4 0 8 13 S1 Fisioterapi 2 0 0 2 14 D3 Fisioterapi 0 1 1 2 15 D4 Okupasi Terapi 1 0 0 1 16 D3 Akupuntur 1 0 0 1 17 D3 Radiologi 1 4 0 5 18 D3 Perawat Gigi 1 3 0 4 19 SPRG 2 0 0 2 20 Apoteker + S1 Farmasi 11 4 0 15 21 D3 Farmasi 4 8 0 12 22 S1 Teknologi Lab. Kes 1 0 0 1 23 D3 Analisis Kesehatan 3 11 0 14 24 D3 Teknik Gigi 1 0 0 1 25 Perawat Anastesi 2 0 0 2 26 D3 Rekam Medik 1 1 0 2 27 D3 Tehnisi Elektromedis 0 1 0 1 28 D3 Kesling 3 1 0 4 29 S2 Kesmas 7 0 0 7 30 S1 Kesmas 24 15 0 39 31 S1 Psikologi 1 0 0 1 32 S1 Ekonomi/Akuntansi 4 4 0 8 33 D3 Komputer 1 0 0 1 34 S1 Komputer Informatika 1 2 0 3 35 S1 Sospol 1 1 0 2 36 S1 Teknik Pangan 1 0 0 1 37 S2 Manajemen 3 0 0 3 38 SMA 5 27 0 32 39 SD dan SMP 1 6 0 7

    Jumlah 213 296 11 520

    Sumber: RSUD Kota Kendari, 2018.

    54

  • 66

    2. Analisis Univariat

    a. Umur Ibu

    Distribusi responden menurut umur ibu bersalin di RSUD Kota

    Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari

    Umur Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)

    Berisiko 70 40,7 Tidak Berisiko 102 59,3

    Total 172 100,0 Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden

    sebagian besar ibu yang melahirkan di RSUD Kota Kendari

    mempunyai umur yang tidak berisiko untuk melahirkan, yakni

    sebanyak 102 orang (59,3%), dan yang paling sedikit mempunyai

    umur yang berisiko sebanyak 70 orang (40,7%).

    b. Umur Kehamilan

    Distribusi responden menurut umur kehamilan ibu bersalin di

    RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Umur Kehamilan Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari

    Umur Kehamilan Frekuensi (n) Persentase (%)

    Berisiko 50 29,1 Tidak Berisiko 122 70,9

    Total 172 100,0 Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden

    sebagian besar ibu yang melahirkan di RSUD Kota Kendari

    55

  • 67

    mempunyai umur kehamilan yang tidak berisiko untuk melahirkan,

    yakni sebanyak 122 orang (70,9%), dan yang paling sedikit

    mempunyai umur kehamilan yang berisiko sebanyak 50 orang

    (29,1%).

    c. Kehamilan Ganda

    Distribusi responden menurut kehamilan ganda ibu bersalin di

    RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Kehamilan Ganda Ibu Bersalin di RSUD Kota Kendari

    Kehamilan Ganda Frekuensi (n) Persentase (%)

    Ya 26 15,1 Tidak 146 84,9 Total 172 100,0

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden

    sebagian besar ibu yang melahirkan di RSUD Kota Kendari tidak

    mempunyai kehamilan ganda, yakni sebanyak 146 orang (84,9%),

    dan yang paling sedikit mempunyai kehamilan ganda sebanyak 26

    orang (15,1%).

    d. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

    Distribusi responden menurut kejadian Bayi Berat Lahir

    Rendah (BBLR) di RSUD Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    56

  • 68

    Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Kota Kendari

    Kejadian BBLR Frekuensi (n) Persentase (%)

    BBLR 86 50,0 Tidak BBLR 86 50,0

    Total 172 100,0 Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan di

    RSUD Kota Kendari masing-masing sebanyak 86 bayi (50,0%)

    adalah BBLR dan tidak BBLR.

    3. Analisis Bivariat

    a. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR

    Hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Kota

    Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 7. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari

    Umur Ibu

    Kejadian BBLR Jumlah Xhitung

    (Xtabel) OR BBLR Tidak BBLR

    n % N % n %

    Berisiko 46 26,7 24 14,0 70 40,7 11,66

    (3,841) 1,671 Tidak Berisiko 40 23,3 62 36,0 102 59,3

    Total 86 50,0 86 50,0 172 100

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden, 70

    responden (40,7%) mempunyai umur yang berisiko, terdapat 46

    responden (26,7%) dengan kejadian BBLR dan 24 responden

    (14,0%) dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari 102

    responden (59,3%) mempunyai umur yang tidak berisiko, terdapat

    57

  • 69

    40 responden (23,3%) dengan kejadian BBLR dan 62 responden

    (36,0%) dengan kejadian tidak BBLR.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel

    (11,66 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada

    hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Kota

    Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai OR sebesar

    1,671 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor umur ibu

    yang 35 tahun benar-benar merupakan faktor

    risiko kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari tahun 2017. Hal Ini

    berarti bahwa umur ibu yang 35 tahun memiliki

    risiko 1,7 kali lebih besar bayinya menderita BBLR di RSUD Kota

    Kendari.

    b. Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian BBLR

    Hubungan umur kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD

    Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 8. Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari

    Umur Kehamilan

    Kejadian BBLR Jumlah Xhitung

    (Xtabel) OR BBLR Tidak BBLR

    n % N % n %

    Berisiko 36 20,9 14 8,1 50 29,1 13,64

    (3,841) 1,756 Tidak Berisiko 50 29,1 72 41,9 122 70,9

    Total 86 50,0 86 50,0 172 100

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden, 50

    responden (29,1%) mempunyai umur kehamilan yang berisiko,

    terdapat 36 responden (20,9%) dengan kejadian BBLR dan 14

    58

  • 70

    responden (8,1%) dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari

    122 responden (70,9%) mempunyai umur kehamilan yang tidak

    berisiko, terdapat 50 responden (29,1%) dengan kejadian BBLR

    dan 72 responden (41,9%) dengan kejadian tidak BBLR.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel

    (13,64 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada

    hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD

    Kota Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai OR

    sebesar 1,756 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor umur

    kehamilan yang 42 minggu benar-benar

    merupakan faktor risiko kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari

    tahun 2017. Hal Ini berarti bahwa umur kehamilan ibu yang 42 minggu memiliki risiko 1,7 kali lebih besar bayinya

    menderita BBLR di RSUD Kota Kendari.

    c. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Kejadian BBLR

    Hubungan kehamilan ganda dengan kejadian BBLR di RSUD

    Kota Kendari disajikan sebagai berikut:

    Tabel 9. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari

    Kehamilan Ganda

    Kejadian BBLR Jumlah Xhitung

    (Xtabel) OR BBLR Tidak BBLR

    n % N % N %

    Ya 19 11,0 7 4,1 26 15,1 6,52

    (3,841) 1,592 Tidak 67 39,0 79 45,9 146 84,9

    Total 86 50,0 86 50,0 172 100

    Sumber: Data Primer, Terolah Tahun 2018.

    59

  • 71

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 172 responden, 26

    responden (15,1%) mempunyai kehamilan ganda, terdapat 19

    responden (11,0%) dengan kejadian BBLR dan 7 responden (4,1%)

    dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari 146 responden

    (84,9%) tidak mempunyai kehamilan ganda, terdapat 67 responden

    (39,0%) dengan kejadian BBLR dan 79 responden (45,9%) dengan

    kejadian tidak BBLR.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung > 2tabel

    (6,52 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada

    hubungan antara kehamilan ganda dengan kejadian BBLR di

    RSUD Kota Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai

    OR sebesar 1,592 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor

    kehamilan ganda benar-benar merupakan faktor risiko kejadian

    BBLR di RSUD Kota Kendari tahun 2017. Hal Ini berarti bahwa ibu

    dengan kehamilan ganda memiliki risiko 1,6 kali lebih besar

    bayinya menderita BBLR di RSUD Kota Kendari.

    B. Pembahasan

    1. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR

    Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh usia seseorang.

    Umur yang terlalu muda atau kurang dari 20 tahun dan umur yang

    terlalu lanjut lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan risiko tinggi.

    Usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan

    adalah 20 hingga 35 tahun. Persentase tertinggi bayi dengan berat

    60

  • 72

    badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia

    lebih dari 40 tahun. Ibu yang terlalu muda sering kali secara emosional

    dan fisik belum matang. Sedangkan pada ibu yang sudah tua

    meskipun mereka berpengalaman, tetapi kondisi tubuh dan

    kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi

    janin intra uteri dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR (Himawan,

    2016).

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 2hitung >

    2tabel (11,66 > 3,841) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada

    hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Kota

    Kendari pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai OR sebesar

    1,671 yang lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa faktor umur ibu yang

    35 tahun benar-benar merupakan faktor risiko

    kejadian BBLR di RSUD Kota Kendari tahun 2017. Hal Ini berarti

    bahwa umur ibu yang 35 tahun memiliki risiko 1,7 kali

    lebih besar bayinya menderita BBLR di RSUD Kota Kendari.

    Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endriana

    (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

    umur ibu dengan BBLR di RB Citra Insani Semarang Tahun 2012

    (ρ=0,005). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Turede (2012)

    juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

    umur dengan kejadian BBLR di RSUD Prof. Dr. Hj. Aloei Saboe Kota

    Gorontalo Tahun 2012 (p=0,000).

    61

  • 73

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 172 responden, 70

    responden (40,7%) mempunyai umur yang berisiko, terdapat 46

    responden (26,7%) dengan kejadian BBLR dan 24 responden (14,0%)

    dengan kejadian tidak BBLR. Sedangkan dari 102 responden (59,3%)