FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...

173

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN

PENOLONG PERSALINAN DI PROVINSI PAPUA

(DATA SDKI 2012)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

SARYATI

1110101000063

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persayaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 26 Juni 2015

Saryati

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATPEMINATAN PROMOSI KESEHATANSkripsi, Juni 2015

Saryati, NIM : 1110101000063

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Penolong PersalinanDi Provinsi Papua (Data SDKI 2012)

xv + 118 halaman, 18 tabel, 3 gambar, 2 lampiran

ABSTRAK

Penolong persalinan adalah orang yang menolong ibu melahirkan baikmerupakan tenaga kesehatan maupun bukan tenaga kesehatan. Penggunaanpenolong persalinan bukan tenaga profesional akan menimbulkan resikokomplikasi saat persalinan. Keadaan ini dapat meningkatkan kejadian kematianibu sehingga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan juga bayi yangdilahirkan. Provinsi Papua merupakan provinsi dengan persentase penggunaanpenolong persalinan tenaga kesehatan paling rendah yaitu sebesar 39,9% danberada di bawah rata-rata angka nasional (90,88%). Penelitian ini dilakukan untukmengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolongpersalinan oleh ibu melahirkan di Provinsi Papua berdasarkan data SDKI 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi CrossSectional. Sumber data penelitian adalah data Survei Demografi dan KesehatanIndonesia (SDKI) 2012. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square dilakukanuntuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolongpersalinan di Provinsi Papua.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang menggunakan penolongpersalinan tenaga kesehatan sebesar 51,9%, penggunaan bukan tenaga kesehatan46,3% dan tanpa penolong persalinan 1,8%. Berdasarkan hasil uji statistikdiketahui bahwa faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolongpersalinan di Provinsi Papua antara lain paritas (pvalue 0,000), status perkawinan(pvalue 0,000) tingkat pendidikan ibu (pvalue 0,000), tingkat pendidikan suami(pvalue 0,000), status pekerjaan ibu (pvalue 0,000), status pekerjaan suami(pvalue 0,014), tingkat kekayaan (pvalue 0,000), wilayah tempat tinggal (pvalue0,000), kunjungan pelayanan antenatal (pvalue 0,000). Disarankan agarpemerintah daerah meningkatkan sarana prasana yang dapat digunakanmasyarakat untuk mengakses pelayanan persalinan dan melakukan pendidikankesehatan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan masyarakattentang penolong persalinan.

Kata Kunci : Penolong Persalinan, pelayanan kesehatan, Provinsi Papua

Daftar bacaan : 61 (1968-2014)

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SIENCESPUBLIC HEALTH STUDY PROGRAMHEALTH PROMOTION CONCENTRATION

Undergraduate Thesis, June 2015

Saryati, NIM : 1110101000063Determinant of Birth Attendant Utilizations in Papua Province (Data ofIndonesian Demographic and Health Survey 2012)

xv + 118 pages, 18 tabels, 3 pictures, 2 attachment

ABSTRACT

Birth attendant is a people who help mother during childbirth even as askilled birth attendant or unskilled birth attendant. Utilization of birth attendantwith unskilled birth attendant would have complication risk during childbirth.This kind of condition would increase mortality of mother that will affect tomother health status and the newborns. In Papua, there is still some mother whosegive birth with unskilled birth attendant even more without birth attendant. Papuais a province that the utilization of skilled birth attendant’s percentage was thelower, that is only 39,9% and it was under the national average (90,88%). Thisstudy aims to know the factors associated with utilization of birth attendant bymother during childbirth in Papua Province according to IDHS’s data in 2012.

This research is a quantitative research with cross sectional study design.The data source of this study is Indonesia Demographic and Health Survey(IDHS) data in 2012. Chi square test is used as statistics analysis to look forfactors associated with utilization of birth attendant in Province of Papua.

The results showed that mother who used utilization of skilled birthattendant is 51,9%, utilization of unskilled birth attendant is 46,3%, and withoutbirth attendant is 1,8%. Based on the research results, indicate that factors relatedto utilization of birth attendant in Papua Province were parity (p value 0,000),marital status (p value 0,000), mother education level (p value 0,000), husbandeducation level (p value 0,000), mother occupation (p value 0,000), husbandoccupation (p value 0,014), family economic level (p value 0,000), place ofresidence (p value 0,000), antenatal care (p value 0,000). Based on these results, itis suggested to the local government to increase the infrastructure that can use forcommunity to accessed maternal care and to make health education forcommunity to excalation community knowledge about birth attendant.

Keyword : Birth attendant, health service, Papua Province

Reading list: 61 (1968-2014)

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAANPENOLONG PERSALINAN DI PROVINSI PAPUA

(DATA SDKI 2012)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji SkripsiProgram Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

SARYATI

1110101000063

Jakarta, Juli 2015

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. M. Farid Hamzens, M.si Ratri Ciptaningtyas, MHSNIP: 19630621 199403 1 001 NIP: 19840404 200812 2 007

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M / 1436 H

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAANPENOLONG PERSALINAN DI PROVINSI PAPUA

(DATA SDKI 2012)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji SkripsiProgram Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

SARYATI

1110101000063

Jakarta, Juli 2015

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. M. Farid Hamzens, M.si Ratri Ciptaningtyas, MHSNIP: 19630621 199403 1 001 NIP: 19840404 200812 2 007

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M / 1436 H

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAANPENOLONG PERSALINAN DI PROVINSI PAPUA

(DATA SDKI 2012)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji SkripsiProgram Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

SARYATI

1110101000063

Jakarta, Juli 2015

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. M. Farid Hamzens, M.si Ratri Ciptaningtyas, MHSNIP: 19630621 199403 1 001 NIP: 19840404 200812 2 007

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M / 1436 H

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

vvv

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Saryati

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Oktober 1992

Alamat : Kp. Pematang Tengah RT/RW 003/004

Kelurahan Mekarjaya, Kecamatan Panimbang,

Pandeglang, Banten

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : [email protected]

Telepon : 085776801450

Riwayat Pendidikan

1998 – 2004 SDN Mekarjaya 2, Panimbang

2004 – 2007 Mts MMA Pusat Caringin, Labuan

2007 – 2010 MAN 2 Model Serang, Banten

2010 – sekarang Peminatan Promosi Kesehatan

Jurusan Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti penjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan

rahmat dan nikmat sehat, umur, serta kelapangan waktu bagi peneliti. Sehingga

peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Penggunaan Penolong Persalinan Di Provinsi Papua

(DATA SDKI 2012)”. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad saw. yang telah menuntun umatnya menujukehidupan yang penuh

dengan cahaya Islam.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah, peneliti ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Mamah dan Ayah tercinta,orang tua penulis yang mendidik dan

membesarkan dengan penuh kasih sayang hingga saat ini. Selalu

mendoakan, memberikan dukungan, motivasi, perhatian, dan pengorbanan

yang tidak pernah putus kepada peneliti. Kakak serta adik penulis, Teh

Sumyati, Andi dan Zahra yang selalu memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas semua

limpahan kasih sayang yang kalian berikan kepada penulis. Semoga Allah

SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat, hidayah serta nikmat sehat

kepada kalian semua keluargaku tercinta.

2. Bapak, Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, MKes, PhD, selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat dan penanggung jawab skripsi.

4. Ibu Raihana Nadra Al-Kaff, SKM, MMA, selaku penanggung jawab

Peminatan Promosi Kesehatan dan Penesehat Akademik.

5. Bapak, Dr. M. Farid Hamzens, M. Si dan Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS,

selaku Dosen Pembimbing atas arahan, nasehat, waktu serta bimbingannya

selama peneliti mengerjakan skripsi ini.

6. Bapak dr. Yuli Pranpanca Satar, MARS., Ibu Hoirun Nisa, M.Kes,

Ph.D.,dan Bu Julie Rostina, SKM, MKM selaku penguji sidang skripsi,

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

terima kasih atas kesediaan bapak dan ibu menjadi penguji dan

memberikan saran yang positif untuk perbaikan penulisan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.

8. Kak Ida Farida yang telah memberikan banyak masukan serta berbagi ilmu

dan pengalaman kepada peneliti.

9. Seluruh teman-teman kelas Promkes 2010 (Wahyunita, Furi, Zahrita, Siva,

Yuli, Ayu, Ilmi, Supriadi, Fadlur, Prima, Richo, Hervina, Dita, dan

Randika) yang selalu siap mendengarkan keluh kesah peneliti selama

mengerjakan skripsi.

10. Dan tak lupa kepada rekan-rekan lain yang telah membantu peneliti dalam

proses penyetakan skripsi ini.

Skripsi yang telah dibuat oleh peneliti ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang

akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jakarta, Juni 2015

Peneliti

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

DAFTAR ISILEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACT........................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ...................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6

1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................6

1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................................7

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 7

1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 7

1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................8

1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Papua ................................................... 8

1.5.3 Bagi Peneliti Lain................................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9

2.1 Penolong Persalinan .......................................................................................9

2.2 Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan................................................11

2.3 Model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan Andersen .....................12

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan PenolongPersalinan.......................................................................................................... 16

2.3.1 Faktor Predisposisi ............................................................................... 16

2.3.2 Faktor Pemungkin ............................................................................... 24

2.3.3 Faktor Kebutuhan................................................................................ 28

2.5 Kerangka Teori.............................................................................................31

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS............................................................................................................................... 33

3.1 Kerangka Konsep .........................................................................................33

3.2 Definisi Operasional.....................................................................................35

3.3 Hipotesis.......................................................................................................38

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 40

4.1 Desain Penelitian..........................................................................................40

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................40

4.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................41

4.3.1 Populasi .............................................................................................. 41

4.3.2 Sampel................................................................................................ 41

4.4 Instrumen Penelitian.....................................................................................42

4.5 Pengumpulan Data .......................................................................................48

4.6 Pegolahan Data.............................................................................................49

4.7 Analisis Data ................................................................................................50

BAB V................................................................................................................... 51

5.1 Analisis Univariat.........................................................................................51

5.1.1 Gambaran Penggunaan Penolong Persalinan Di Provinsi Papua......... 51

5.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi ..................... 52

5.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Faktor Pemungkin...................... 57

5.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Faktor Kebutuhan ....................... 59

5.2 Analisis Bivariat...........................................................................................62

5.2.1 Gambaran Faktor Predisposisi Dengan Penggunaan PenolongPersalinan ...................................................................................................... 62

5.2.2 Gambaran Faktor Pemungkin Dengan Penggunaan Penolong Persalinan....................................................................................................................... 69

5.2.3 Hubungan Faktor Kebutuhan Dengan Penggunaan Penolong Persalinan....................................................................................................................... 71

BAB VI ................................................................................................................. 73

6.1 Keterbatasan Penelitian ..............................................................................74

6.2 Gambaran Penggunaan Penolong Persalinan pada Ibu Melahirkan diProvinsi Papua....................................................................................................74

6.3 Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Penggunaan Penolong Persalinan..79

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

6.3.1 Umur Ibu .............................................................................................. 79

6.3.2 Paritas................................................................................................... 83

6.3.3 Status Perkawinan ................................................................................ 87

6.3.4 Tingkat Pendidikan Ibu ........................................................................ 91

6.3.5 Tingkat Pendidikan Suami/Pasangan................................................... 94

6.3.6 Status Pekerjaan Ibu ............................................................................. 96

6.3.7 Status Pekerjaan Suami ........................................................................ 97

6.4 Hubungan Faktor Pemungkin Dengan Penggunaan Penolong Persalinan.99

6.4.1 Tingkat Kekayaan ................................................................................ 99

6.4.2 Wilayah Tempat Tinggal.................................................................... 101

6.5 Hubungan Faktor Kebutuhan Dengan Penggunaan Penolong Persalinan106

6.5.1 Komplikasi Kehamilan....................................................................... 106

6.5.2 Kunjungan Pelayanan Antenatal ........................................................ 108

6.6 Hubungan Faktor Predisiposisi, Faktor Pemungkin, dan Faktor KebutuhanTerhadap Penggunaan Penolong Persalinan ....................................................110

BAB VII .............................................................................................................. 113

7.1 Kesimpulan...............................................................................................114

7.2 Saran.........................................................................................................115

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 118

LAMPIRAN

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 35

Tabel 4.1 Daftar Variabel Dan Kuesioner Dalam SDKI 2012............................ 43

Tabel 4.2 Variabel dan Kode Variabel Penelitian................................................ 49

Tabel 5.1 Distribusi Penggunaan Penolong Persalinan pada Ibu Melahirkan di

Provinsi Papua-Data SDKI 2012......................................................... 49

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Provinsi Papua

Data SDKI 2012......................................................... ................. 51

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Ibu di Provinsi Papua

Data SDKI 2012 ......................................................... ................. 53

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Ibu di

Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ......................................................... 54

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di

Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ......................................................... 55

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Suami/Pasangan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012......................... 56

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu di

Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ......................................................... 56

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Suami/Pasangan

di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ..................................................... 57

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kekayaan di

Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ......................................................... 58

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal di

Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ....................................................... 59

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Pelayanan Antenatal

di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 .................................................. 60

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Komplikasi Kehamilan

di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 .................................................. 61

Tabel 5.13 Hubungan antara Umur Ibu dengan Penggunaan Penolong Persalinan

di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ..................................................... 62

Tabel 5.14 Hubungan antara Paritas Ibu dengan Penggunaan Penolong Persalinan

di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ..................................................... 63

Tabel 5.15 Hubungan Status Perkawinan Ibu dengan Penggunaan Penolong

Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................................... 64

Tabel 5.16 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Penggunaan Penolong

Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................................... 65

Tabel 5.17 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Suami dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................... 66

Tabel 5.18 Hubungan antara Status Pekerjaan Ibu dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................. 67

Tabel 5.19 Hubungan antara Status Pekerjaan Suami dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................. 68

Tabel 5.20 Hubungan antara Tingkat Kekayaan dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................. 69

Tabel 5.21 Hubungan antara Wilayah Tempat Tinggal dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................. 70

Tabel 5.22 Hubungan antara Komplikasi Kehamilan dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................. 71

Tabel 5.23 Hubungan antara Kunjungan Antenatal dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012 ................. 72

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Andersen & Newman (2005) ......................................................... 15

Gambar 2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 32

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 36

Gambar 4.1 Penentuan Sampel ............................................................................ 41

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

AKB : Angka Kematian Bayi

BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BPS : Badan Pusat Statistik

FIGO : International of Gynecology and Obstetrics

ICM : International Confideration of Midwives

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

KH : Kelahiran Hidup

MDGs : Millennium Development Goals

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

WHO : World Health Organization

WUS : Wanita Usia Subur

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya menurunkan angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu target

Millenium Development Goals (MDGs). AKI di Asia Tenggara menunjukkan

angka yang masih tinggi yaitu sebesar 200 per 100.000 Kelahiran Hidup

(KH). Indonesia merupakan negara dengan AKI tertinggi di Asia Tenggara

setelah Timor Leste (WHO, 2013). Berdasarkan laporan Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 terjadi peningkatan AKI dari

tahun sebelumnya, AKI pada tahun 2007 adalah 228 per 100.000 KH,

meningkat menjadi 359 per 100.000 KH pada 2012 (BPS, 2013).

Tingginya AKI ini dipengaruhi oleh beberapa faktor langsung dan tidak

langsung. Menurut World Health Organization (WHO) faktor langsung yang

mempengaruhi kematian ibu antara lain pendarahan (25%), infeksi (15%),

Eklampsia (12%), persalinan lama (8%), Aborsi yang tidak aman (13%),

penyebab langsung lainnya (8%), dan penyebab tidak langsung (19%) (Leah,

2013).

Selain hal tersebut menurut McCarthy and Maine (1992), kematian ibu

dapat disebabkan oleh faktor jauh dan faktor perantara. Adapun faktor jauh

terdiri dari status perempuan dalam keluarga dan komunitas (pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, sosial dan kemandirian), status keluarga dalam

komunitas (pendapatan keluarga, pendidikan anggota lainnya, pekerjaan

anggota lainnya), dan status komunitas (kekayaan, sumber daya komunitas

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

2

seperti ketersediaan dokter, klinik, dan ambulans). Faktor perantara terdiri dari

status kesehatan, status reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan

(lokasi pelayanan kesehatan, jarak pelayanan yang tersedia, kualitas pelayanan

dan akses terhadap informasi tentang pelayanan), perilaku wanita dalam

menggunakan pelayanan kesehatan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kematian ibu tidak hanya di pengaruhi

oleh faktor medis saja, melainkan terdapat pula faktor-faktor pendukung lain

yang dapat mempengaruhinya, seperti akses ibu terhadap pelayanan

kesehatan, ketersediaan tenaga penolong persalinan yang profesional, dan

persalinan dengan operasi caesar (Michelle Hynes, 2012)

Menurut beberapa penelitian di Indonesia, penolong persalinan merupakan

salah satu faktor yang berhubungan dengan kematian ibu melahirkan (Sadiq,

2002; Wijayanti, 2005; Wibowo & Darmastuti, 2009; Rani, 2010). Kematian

ibu dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas. Kematian ibu erat

kaitannya dengan penolong persalinan. Oleh karena itu, salah satu cara yang

paling efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan

meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih

(BAPPENAS, 2011).

Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi dengan angka kematian ibu

yang masih tinggi. Berdasarkan laporan SDKI (2007) angka kematian ibu di

Provinsi Papua sebesar 362 per 100.000 KH, pada tahun 2011 tercatat angka

kematian ibu sebesar 304,6 per 100.000 KH (Dinkes Papua, 2013). Angka

tersebut masih jauh dari target MDGs yakni, 102 per 100.000 kelahiran hidup

pada 2015.

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

3

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Papua tahun 2012, diketahui bahwa

penyebab langsung yang dapat menyebabkan kematian ibu adalah perdarahan

40,00%, hipertensi dalam kehamilan 3,08%, infeksi 26,42%, Abortus 7,69%,

partus lama 3,08%, lain-lain 21,54% (Dinkes Papua, 2012). Tingginya

kejadian ini dapat disebabkan oleh rendahnya persalinan ibu yang ditolong

oleh tenaga kesehatan yang terampil.

Berdasarkan hasil laporan SDKI tahun 2012, Provinsi Papua merupakan

daerah dengan angka penolong persalinan bukan oleh tenaga kesehatan paling

tinggi, yaitu mencapai 55,5%. Sedangkan angka penolong persalinan oleh

tenaga kesehatan hanya mencapai 39,9%, angka ini lebih rendah dari capaian

Provinsi Maluku (49,9%) dan Provinsi Sulawesi Barat (43,3%). Capaian

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di provinsi Papua masih jauh dari

target MDGs, yakni 95% persalinan ditolong tenaga kesehatan pada tahun

2015. Rendahnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan ini

mengakibatkan tingginya kejadian perdarahan dan infeksi saat persalinan di

Provinsi Papua, yang berdampak pada kematian ibu.

Berdasarkan Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDatin)

tahun 2013, diketahui bahwa jumlah penolong persalinan yaitu bidan di Papua

pada tahun 2013 hanya mencapai 1.353 orang, jumlah ini masih kurang jika

dibandingkan dengan provinsi lain. Adapun rasio ibu hamil dan bidan di

Provinsi Papua pada sudah memenuhi syarat yaitu setiap bidan mampu

menangani 21-30 ibu hamil dan berada pada zona biru. Akan tetapi,

berdasarkan jumlah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan diketahui

Provinsi Papua masih berada di zona merah. Rasio bumil dan bidan tinggi

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

4

tersebut ternyata tidak mempengaruhi angka persalinan ditolong tenaga

kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh distribusi bidan yang kurang merata

serta kemampuan dan kualitas pelayanan yang masih kurang (Kemenkes,

2014)

Menurut laporan SDKI 2012, persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan bervariasi sesuai karakteristik latar belakang ibu. Ibu yang berumur

lebih tua cenderung menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinan dibandingkan dengan ibu yang berumur 20 tahun atau usia yang

masih muda. Persalinan ditolong tenaga kesehatan juga menurun pada ibu

dengan urutan kelahiran yang tinggi.

Tempat tinggal juga berpengaruh dalam penggunaan penolong persalinan,

terdapat perbedaan persentase penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di

pedesaan dan perkotaan. Kehidupan masyarakat masih dipengaruhi oleh

budaya patriarki yaitu segala bidang kehidupan berpusat pada kekuasaan laki-

laki terutama di pedesaan atau pedalaman, hal ini dapat berpengaruh terhadap

kontrol perempuan dalam mengambil keputusan penggunaan penolong

persalinan (Goo, 2012). Distribusi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan

yang tidak merata juga dapat berdampak pada rendahnya penggunaan

penolong persalinan di daerah pedesaan. Akan tetapi, berdasarkan SDKI tahun

2012 ibu yang bertempat tinggal di pedesaan menggunakan tenaga kesehatan

Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan juga meningkat sejalan dengan

tingginya tingkat pendidikan dan tingkat kekayaan keluarga ibu (BPS, 2013).

Penolong persalinan merupakan salah satu dari bentuk pelayanan

kesehatan yang sangat dibutuhkan bagi semua ibu melahirkan. Menurut

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

5

Andersen dan Newman (2005), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, yakni faktor

predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor kebutuhan. Oleh karena itu, teori

yang dapat digunakan untuk membahas pemanfaatan penolong persalinan

adalah teori The Behavioral Model Of Health Service Use oleh Andersen dan

Newman (2005).

Hasil penelitian yang dilakukan Juliwanto (2009) di Aceh Tenggara,

diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong

persalinan yaitu pengetahuan ibu, Sikap ibu, dan budaya. Jarak ke tempat

pelayanan kesehatan dan sosial budaya juga diketahui berhubungan dengan

pemilihan penolong persalinan di Gorontalo (Amalia, 2011). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Fauziyah, dkk (2013) dan Paladan, dkk (2013) di

Toraja Utara diketahui terdapat hubungan antara paritas dengan pemanfaatan

tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil penelitian lain yang

dilakukan di Sulawesi Tengah menemukan bahwa kepercayaan terhadap

pelayanan antenatal juga berpengaruh dalam mengambil keputusan untuk

memilih penolong persalinan (Buyandaya, 2012)

Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa provinsi Papua merupakan

daerah terendah dalam pencapaian persalinan ditolong tenaga kesehatan.

Mengingat masih rendahnya penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di

provinsi Papua, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait

dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan ibu dalam memilih

penolong persalinan di Provinsi Papua dengan menggunakan data SDKI 2012.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

6

1.2 Rumusan Masalah

Provinsi Papua merupakan salah satu wilayah dengan angka kematian ibu

yang masih tinggi. Salah satu pemicu tingginya kematian ibu di Provinsi

Papua adalah masih rendahnya penolong persalinan oleh tenaga kesehatan.

Berdasarkan laporan SDKI (2012) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

di papua hanya mencapai 39,9%, sedangkan persalinan ditolong oleh bukan

tenaga kesehatan yaitu mencapai 55,5%. Selain itu, masih terdapat ibu yang

melakukan persalinan tanpa penolong sebesar 3,2%. Capaian persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan di Provinsi Papua masih jauh dari target

MDGs 95%. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan

penolong persalinan di provinsi Papua dengan menggunakan data Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua

berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

2. Apakah ada hubungan antara faktor predisposisi (umur, paritas, status

perkawinan, pendidikan ibu, pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status

pekerjaan suami) ibu dengan penggunaan penolong persalinan di Provinsi

Papua berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

3. Apakah ada hubungan antara faktor pemungkin (tingkat kekayaan dan

wilayah tempat tinggal) ibu dengan penggunaan penolong persalinan di

Provinsi Papua berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

7

4. Apakah ada hubungan antara faktor kebutuhan (kunjungan pelayanan

antenatal) ibu dengan penggunaan penolong persalinan di provinsi Papua

berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua berdasarkan hasil

SDKI tahun 2012

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran penggunaan penolong persalinan di Provinsi

Papua berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

2. Diketahuinya hubungan antara faktor predisposisi (umur, paritas,

status perkawinan, pendidikan ibu, pendidikan suami, status pekerjaan

ibu, status pekerjaan suami) ibu dengan penggunaan penolong

persalinan di Provinsi Papua berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

3. Diketahuinya hubungan antara faktor pemungkin (tingkat kekayaan

dan wilayah tempat tinggal) ibu dengan penggunaan penolong

persalinan di Provinsi Papua berdasarkan hasil SDKI tahun 2012

4. Diketahuinya hubungan antara faktor kebutuhan (kunjungan pelayanan

antenatal) ibu dengan penggunaan penolong persalinan di Provinsi

Papua berdasarkan hasil SDKI tahun 2012

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

8

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Papua

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan data dan

informasi terkait faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong

persalinan di Papua pada tahun 2012, sehingga dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk menentukan kebijakan untuk peningkatan cakupan

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

1.5.3 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan rujukan

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait kesehatan ibu,

khususnya dalam pemilihan penolong persalinan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan ibu dalam penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua

berdasarkan SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional

dengan menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini mengacu pada populasi dalam SDKI

2012. Sampel penelitian adalah wanita usia subur 15-49 tahun yang pernah

melahirkan lima tahun terakhir di Provinsi Papua sesuai dengan SDKI 2012.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 oleh mahasiswa

peminatan Promosi Kesehatan program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penolong Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu kejadian fisiologi yang

normal. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses saat janin dan ketuban

didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42

minggu), berlangsung tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin

(Prawirohadrjo, 2009).

Penolong persalinan terlatih menurut WHO, ICM (International

Confideration of Midwives), dan FIGO (International of gynecology and

obstetrics) adalah profesional kesehatan terakreditasi seperti bidan, dokter atau

perawat yang telah diberi pendidikan dan dilatih dalam keterampilan yang

diperlukan untuk menangani persalinan normal (tanpa komplikasi), kelahiran

bayi, dan periode pasca salin dini, juga mampu mengidentifikasi, mengelola,

serta merujuk komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir (Sastrawinata, 2009).

Menurut Departemen Kesehatan (2008) Penolong persalinan yang aman

adalah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya penolong persalinan harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pencegahan infeksi;

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

10

b. Metode pertolongan persalinan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan;

c. Segera merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan

yang lebih tinggi;

d. Dapat melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD);

e. Dapat memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan ini merupakan salah satu

tujuan pemerintah untuk mengurangi angka kematian ibu (AKI) dan angka

kematian bayi (AKB). Hal ini dikarenakan penolong persalinan

profesional dapat melakukan pencegahan akan terjadinya infeksi dalam

persalinan. Infeksi dalam persalinan atau infeksi intrauretin merupakan

salah satu infeksi yang dapat menyebabkan kematian ibu. Infeksi

intrauterine (korioamnionitis, infeksi intraannion,amnionitis) merupakan

infeksi akut pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang

disebabkan oleh bakteri. Sekitar 25% infeksi intrauterine disebabkan oleh

ketuban pecah dini. Makin lama jarak antara ketuban pecah dengan

persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

janin (Prawirohadrjo, 2009). Oleh karena itu, penggunaan tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinan sangatlah diperlukan.

Tenaga penolong persalinan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

pertama penolong persalinan dengan tenaga kesehatan yang termasuk

didalamnya adalah dokter umum, dokter kandungan, bidan dan bidan desa,

dan tenaga profesional lainnya (Farrer, 2001). Kedua adalah penolong

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

11

persalinan bukan tenaga kesehatan yaitu dukun, keluarga/teman/lainnya

selain tenaga profesional yang terlatih.

2.2 Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons seseorang

terhadap rangsangan dari luar. Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme dan kemudian adanya respons dari organisme tersebut

atau disebut dengan “S-O-R”. Berdasarkan batasan tersebut, maka perilaku

kesehatan merupakan suatu respons seseorang terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan

persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit. Perilaku ini menyakut pada upaya

atau tindakan seseorang pada saat menderita sakit atau kecelakaan. Pada

prinsipnya kategori pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua yaitu pelayanan

yang beroriantasi publik (masyarakat) dan pelayanan yang beroriantasi

perorangan (individu) (Notoatmodjo, 2007).

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

12

2.3 Model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan Andersen

Andersen mengembangkan model perilaku penggunaan pelayanan

kesehatan pada akhir 1960an, dengan menggunakan keluarga sebagai unit

analisisnya. Kemudian Andersen bersama Anderson, Smedby dan Newman

menggunakan model ini untuk penelitian dengan unit analisisnya individu.

Model ini dikenal dengan nama “A behavioral model of health services use”.

Model ini dapat menggunakan keluarga atau individu sebagai unit analisisnya.

Model ini bertujuan untuk mengetahui alasan penggunaan pelayanan

kesehatan, mendefinisikan dan mengukur kesetaraan dalam akses pelayanan

kesehatan, membantu pemangku kebijakan dalam membaut kebijakan tentang

pelayanan kesehatan yang merata. Dalam model ini disebutkan bahwa untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan, keluarga dan individu di pengaruhi oleh

faktor predisposisi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan,

kemampuan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, dan kebutuhan

mereka untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut,

pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu

predisposisi (predisposing), pemungkin (enabling), dan kebutuhan (need).

Setiap komponen tersebut terdiri dari beberapa subkomponen, yang dijelaskan

sebagai berikut:

1) Predisposisi (predisposing)

Faktor predisposisi merupakan kecenderungan seseorang dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor ini berada dalam setiap

individu dan berbeda-beda setiap individu, sehingga faktor ini

termasuk dalam faktor yang sulit atau tidak dapat diubah. Dalam

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

13

model ini kecenderungan pemanfaatan pelayanan kesehatan

dikelompokkan dalam tiga variabel yang terdiri dari variabel

demografi; struktur sosial yaitu menggambarkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh status individu dalam

komunitas, karakteristik ini dapat menunjukkan gaya hidup sekaligus

perilaku individu dalam lingkungan sosialnya dan dapat berhubungan

dengan pola pemanfaatan pelayanan kesehatan (Andersen, 1968;

Andersen & Newman, 2005). Dalam veriabel tersebut terdiri dari

setiap karakteristik, sebagai berikut:

a. Variabel demografi: umur, jenis kelamin dan status

perkawinan

b. Variabel struktur sosial: pendidikan, pekerjaan, kesukuan,

ras, dan lainnya.

c. Variabel keyakinan terhadap pelayanan kesehatan: sikap,

pengetahuan, dan keyakinan individu dalam manfaat-

manfaat pelayanan kesehatan dalam pemenuhan kesehatan

mereka.

2) Pemungkin (enabling)

Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan/

memfasilitasi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

faktor ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan sumber daya

untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, karena meskipun telah

mempunyai faktor predisposisi seseorang tidak akan bertindak tanpa

adanya faktor ini. Dalam faktor pemungkin ini terdapat dua

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

14

subkomponen yaitu sumberdaya keluarga dan sumberdaya

komunitas. Sumberdaya keluarga merupakan kemampuan keluarga

untuk mengakses pelayanan kesehatan, seperti pendapatan kelurga,

asuransi kesehatan, dan lainnya. Sedangkan, sumberdaya komunitas

merupakan ketersediaan sumberdaya disekitar individu tinggal yang

dapat digunakan untuk memgakses pelayanan kesehatan, seperti

wilayah tempat tinggal individu dan ketersediaan pelayanan

kesehatan.

3) Kebutuhan (need)

Faktor kebutuhan merupakan faktor yang langsung

mempengaruhi individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Faktor ini berhubungan langsung dengan kondisi atau kesakitan

individu. Faktor ini digambarkan oleh dua kategori yaitu pertama

penilaian individu (perceived need), yaitu penilaian individu terhadap

keadaan kesehatan yang dirasakan. Pada penilaian individu ini,

melihat pandangan seseorang terhadap kesehatan dan keadaan

fungsional mereka sendiri, serta bagaimana mereka mengalami gejala

sakit, nyeri, dan kekhawatiran tentang kesehatan mereka dan

penilaian mereka terhadap masalah kesehatan yang mereka rasakan

cukup untuk mencari bantuan profesional. Dan kedua adalah

penilaian klinik (evaluated clinic) yaitu penilaian kesehatan oleh

tenaga profesional atau tenaga kesehatan. Dua keadaan ini

mempengaruhi seseorang dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

15

Berdasarkan penjelasan diatas, model pemanfaaytan pelayanan kesehatan

Andersen diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

→ = hubungan antar komponen----= subkomponen dari masing-masing komponen

Sumber: Andersen & Newman, 2005 (Societal and Individual Determinants of Medical

Care Utilization in The United States)

Predisposisi

Demografi

StrukturSosial

KepercayaanKesehatan

Pemungkin

Sumber dayakelurga

Sumber dayaKomunitas

Persepsi

KebutuhanPenggunaanpelayanankesehatan

Evaluasi

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

16

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Penolong

Persalinan

Pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan salah

satu bentuk pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Andersen

pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor

predisposisi (predisposing), faktor pemungkin (enabling), dan faktor

kebutuhan (need). Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

2.3.1 Faktor Predisposisi

A. Karakteristik Demografi

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan

karakteristik demografi yang mempunyai peran dalam

mempengaruhi ibu untuk memilih penolong persalinan adalah

umur, tempat tinggal, dan paritas (Salam & Siddiqui, 2006;

Simanjuntak,dkk., 2012; Fauziyah,dkk., 2013). Karakteristik

demografi ibu yang mempengaruhi terhadap pemilihan penolong

persalinan sebagai berikut:

1. Umur Ibu

Umur merupakan lama hidup seseorang yang dihitung

sejak dilahirkan. Umur adalah tingkat yang menempatkan

individu-individu dalam urutan perkembangan. Umur yang

baik untuk kehamilan dan persalinan adalah antara umur 20-35

tahun, ini disebut juga dengan usia reproduksi sehat. Wanita

yang melahirkan di bawah usia 20 tahun atau lebih dari 35

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

17

tahun akan mempunyai resiko yang tinggi baik pada ibu

maupun bayi (Kemenkes, 2011).

Umur ibu merupakan faktor yang dapat berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan untuk memilih tenaga

penolong persalinan. Ibu yang lebih muda cenderung lebih

memilih menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinan daripada ibu yang lebih tua, beberapa penelitian

menunjukkan bahwa ibu yang berumur lebih tua lebih sedikit

menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinannya. Sedangkan, berdasarkan hasil SDKI 2012

diketahui bahwa Presentase kelahiran ditolong tenaga

kesehatan lebih rendah diantara ibu yang berumur 20 tahun

daripada ibu yang lebih tua (BPS, 2013).

2. Paritas

Paritas merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak

baik hidup atau mati, tetapi bukan aborsi. Pengalaman

melahirkan merupakan bagian penting untuk menentukan hasil

kehamilan saat ini. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara,

multipara dan grande multipara. Primipara adalah wanita

yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali.

Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan anak hidup

beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari

lima kali. Sedangkan Grande multipara adalah ibu yang pernah

melahirkan lima kali atau lebih (Salmah,dkk., 2006).

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

18

Menurut Wikjhosastro (2007), paritas adalah jumlah

anak yang dilahirkan, termasuk yang meninggal dengan usia

kehamilan >36 minggu. Paritas 1-3 merupakan paritas yang

paling aman bagi kesehatan ibu maupun janin dalam

kandungan. Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman di

tinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi

(lebih dari 3) mempunyai resiko angka kematian maternal

lebih tinggi (Yenita, 2011).

Menurut Kementerian kesehatan (2011), paritas dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu paritas dikategorikan rendah

apabila ibu melahirkan kurang atau sama dengan 3 kali

kelahiran, sedangkan paritas tinggi yaitu apabila ibu

melahirkan lebih dari 3 kali kelahiran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Assfaw (2010) di

Ethiopia, ibu dengan paritas rendah lebih memilih

menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan

dibandingkan dengan ibu dengan paritas tinggi. Hal ini

dikarenakan pengalaman ibu dengan paritas rendah yang

masih kurang dalam persalinan, sehingga mereka cenderung

memiliki ketakutan lebih tinggi dibanding ibu yang telah

sering melahirkan. Penelitian yang dilakukan Fauziyah, dkk

(2013), juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara

paritas dengan pemilihan penolong persalinan. Penelitian lain

yang dilakukan Tarekegn, dkk (2014) di Ethiopia, diketahui

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

19

bahwa ibu dengan paritas rendah mempunyai peluang 2,4 kali

untuk menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinan.

3. Status Perkawinan

Berdasarkan UU No.1 tahun 1974, perkawinan ialah

ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Status perkawinan merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan, termasuk penolong persalinan.

B. Karakteristik Struktur Sosial

1. Pendidikan

Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Republik

Indonesia, 2003).

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

20

Pendidikan merupakan faktor utama yang

memepengaruhi individu dalam hal pengetahuan, sikap dan

perilaku. Pendidikan merupakan indikator penting yang dapat

menggambarkan modal sosial dari sumber daya manusia dan

hasil pembangunan sosial ekonomi (BPS, 2013). Pendidikan

berarti bimbingan yang diberikan kepada seseorang pada orang

lain agar mereka dapat memahami. Semakin tingginya

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang

mereka miliki (Mubarak,dkk, 2007).

Wanita yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung

mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang manfaat dari

pelayanan kehamilan dan komplikasi kehamilan. Wanita yang

memiliki pendidikan tinggi lebih memilih menggunakan

pelayanan modern daripada wanita dengan pendidikan rendah.

Pendidikan juga dapat membantu mereka mengambil

keputusan untuk menangani kesehatan mereka, termasuk

dalam pengambilan keputusan memilih penolong persalinan

(Assfaw, 2010).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2008

tentang wajib belajar, pendidikan seseorang rendah apabila

hanya tamat sampai Sekolah Menengah Pertama atau

pendidikan setingkat lainnya ke bawah. Sedangkan pendidikan

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

21

tinggi adalah seseorang dengan pendidikan sampai Sekolah

Menegah Atas atau setingkat lainnya keatas.

Berdasarkan hasil penelitian Simanjuntak (2012) dan

Amalia (2011), terdapat hubungan antara pendidikan ibu

dengan pemilihan penolong persalinan. Ibu yang memiliki

pendidikan tinggi lebih memilih menggunakan tenaga

kesehatannya daripada ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Jat dkk (2011)

yang dilakukan di India, didapatkan bahwa ibu dengan

pendidikan lebih tinggi memiliki 2,35 kali kesempatan untuk

memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya,

dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan rendah.

Selain pendidikan ibu, pendidikan suami atau pasangan

juga mempunyai pengaruh terhadap pemilihan penolong

persalinan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dagne

(2010) di Ethiopia, menyebutkan bahwa wanita dengan suami

atau pasangan yang mempunyai pendidikan tinggi mempunyai

peluang 2,2 kali untuk menggunakan tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinannya.

2. Status Pekerjaan

Pekerjaan merupakan aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh penghasilan.

Sesorang yang bekerja (mempunyai penghasilan)

memberikan kontribusi besar pada kesejahteraan keluarga

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

22

karena semakin baik pekerjaan seseorang maka semakin

besar pula penghasilan dan semakin baik juga

kesejahteraan keluarga (Arung, dkk., 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arung, dkk

(2013) di Toraja Utara, diketahui bahwa terdapat hubungan

antara status pekerjaan ibu dengan pemilihan pelayanan

persalinan oleh tenaga kesehatan. Selain status pekerjaan ibu,

status pekerjaan suami atau pasangan juga mempunyai

pengaruh dalam keputusan ibu untuk memanfaatkan penolong

persalinan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kanini

di Kenya pada tahun 2012, di ketahui terdapat hubungan antara

status pekerjaan suami/pasangan dengan penggunaan penolong

persalinan.

3. Budaya

Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukkan sikap seseorang. Menurut Kontjaraningrat

(2004) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat dan perbedaan kemampuan-kemampuan dan

kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan seseorang sebagai

anggota masyarakat (Juliwanto, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Juliwanto (2008) terdapat

hubungan antara budaya dengan pemilihan tenaga penolong

persalinan. Ibu dengan budaya yang tidak mendukung 48%

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

23

cenderung lebih memilih bukan tenaga kesehatan untuk

penolong persalinan dibandingkan dengan budaya yang

mendukung 15,2%. Budaya dalam penelitian ini merupakan

budaya yang mendukung penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan.

C. Kepercayaan Pada Kesehatan

Kepercayaan pada kesehatan berkaitan dengan sikap,

pengetahuan dan kepercayaan terhadap manfaat-manfaat

pelayanan kesehatan. Adapun variabel yang termasuk dalam

kepercayaan pada kesehatan yang mempengaruhi pemilihan

penolong persalinan sebagai berikut:

1. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi

setelah seseorang melakukan pengindraan (yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba) terhadap suatu objek

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku

seseorang akan lebih langgeng apabila didasari dengan

pengetahuan (Fitriani, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Buyandaya (2012) dan Amalia (2011) diketahui terdapat

hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong

persalinan. Hal ini sejalan pula dengan hasil penelitian yang

dilakukan Juliwanto (2008), diketahui bahwa ibu dengan

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

24

pengetahuan baik lebih memilih tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinannya dibandingkan dengan ibu yang

pengetahuannya kurang.

2. Sikap Ibu

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang

terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan atau perilaku. Menurut Alport (1994), sikap

mempunyai 3 komponen utama yaitu (1) kepercayaan atau

keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek; (2) kehidupan

emosional atau evaluasi emasional terhadap suatu objek; (3)

kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga

komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (Mubarak,dkk, 2007).

Sikap yang dimaksud disini adalah pandangan atau

pendapat ibu terhadap penolong persalinan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Juliwanto (2008) terdapat hubungan

antara sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan. Ibu

yang mempunyai sikap kurang setuju mempunyai peluang 5

kali untuk memilih penolong persalinan bukan oleh tenaga

kesehatan.

2.3.2 Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin (enabling) merupakan memungkinkan

seseorang untuk mengakses atau menggunakan pelayanan kesehatan

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

25

yang terdiri dari sumber daya keluarga dan sumber daya yang terdapat

di lingkungan. Adapun faktor pemungkin ibu dalam pemilihan

penolong persalinan sebagai berikut:

1. Jarak kepelayanan kesehatan

Keterjangkauan pelayanan kesehatan mempengaruhi

seseorang dalam pemilihan pelayanan kesehatan. Jarak juga

merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang

untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Sari, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Amalia (2011) yang

dilakukan di Gorontalo, terdapat hubungan antara jarak ke tempat

pelayanan kesehatan terhadap pemilihan penolong persalinan.

Jarak rumah ibu dari fasilitas kesehatan berkontribusi terhadap

penggunaan pelayanan persalinan, ibu yang tinggal dengan jarak

30 min atau kurang cenderung 1,25 kali untuk menggunakan

penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, dibandingkan ibu yang

bertempat tinggal dengan jarak lebih dari 30 menit (Choulagai,

dkk., 2013).

2. Wilayah Tempat Tinggal Ibu

Wilayah tempat tinggal merupakan unit administratif

terkecil yaitu Desa/Kelurahan ditempati oleh sejumlah orang

yang terbagi dalam dua unit perkotaan dan perdesaan. Perkotaan

adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan

yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan

penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

26

fasilitas perkotaan, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan

umum, dan sebagainya. Sedangkan Perdesaan adalah suatu

wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang belum

memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk,

persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas

perkotaan, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum,

dan sebagainya (BPS, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan Salam & Siddiqui (2006) di

India, diketahui bahwa ibu yang tinggal di perkotaan lebih

memilih menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinan dibandingkan dengan ibu yang tinggal di perdesaan.

3. Tingkat kekayaan

Pengukuran kekayaan rumah tangga, didapatkan dengan

melalui pengukuran karakteristik latar belakang rumah tangga

(mengukur standar hidup rumah tangga dalam jangka panjang).

Pengukuran ini didasarkan pada data karakteristik perumahan dan

kepemilikan barang, jenis sumber air minum, fasilitas toilet dan

kakakteristik lain terkait dengan status sosial ekonomi rumah

tangga (BPS, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Salam & Siddiqui (2006) terdapat hubungan antara tingkat

kekayaan dengan pemilihan penolong persalinan. Hal ini

disebutkan bahwa ibu dengan ekonomi tinggi lebih memilih

tenaga kesehatan untuk penolong persalinan dibandingkan dengan

ibu yang ekonomi rendah.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

27

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk dapat menggunakan pelayanan

kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amalia di

Gorontalo pada tahun 2011, diketahui bahwa pendapatan keluarga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seorang ibu

untuk memanfaatkan pelayanan penolong persalinan. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan di Tapanuli Utara oleh

Siamanjuntak, dkk pada 2012, diketahui bahwa keluraga dengan

pendapatan diatas UMR lebih memilih bidan sebagai penolong

persalinannya.

5. Biaya Persalinan

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus

disediakan untuk menyelenggarakan atau memanfaatkan berbagai

upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat. Biaya kesehatan ditinjau melalui dua

sudut, yaitu melalui penyedia pelayanan kesehatan dan melalui

pemakai jasa pelayanan (Azwar, 2010). Biaya persalinan

merupakan salah satu biaya kesehatan yang dilihat melalui sudut

pemakai jasa pelayanan, yaitu besarnya dana yang harus

dikeluarkan oleh ibu hamil atau kelaurga untuk mendapatkan

pelayanan penolong persalinan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Simanjuntak, dkk pada tahun 2012 di Tapanuli Utara,

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

28

diketahui bahwa terdapat hubungan antara biaya persalinan dengan

pemanfaatan penolong persalinan.

6. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan dalam memilih

penolong persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Simanjuntak, dkk pada tahun 2012 di Tapanuli Utara, diketahui

bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan

pemanfaatan penolong persalinan.

2.3.3 Faktor Kebutuhan

Faktor kebutuhan (need) merupakan faktor langsung yang

mempengaruhi individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Menurut Fosu (1994) Faktor kebutuhan menggambarkan status

kesehatan yang dirasakan seseorang (Chakraborty, dkk., 2003). Faktor

kebutuhan terdiri dari dua komponen yaitu perceive dan evaluated.

Perceive need merupakan suatu keadaan yang dirasakan oleh

seseorang yang dapat mempengaruhi dalam pencarian pelayanan

kesehatan. Menurut Andersen (2008) yang termasuk dalam perceive

need adalah kematian, kesakitan dan tingkat kecacatan. Menurut

Phillip (1990) dalam bukunya yang berjudul Health and Healthcare in

Third World menyatakan bahwa faktor need bagi wanita hamil

berbeda dengan orang sakit, tanggapan terhadap kesehatan kehamilan,

kesakitan dan komplikasi kehamilan termasuk dalam kelompok ini

(Holst, 2014). Komplikasi kehamilan merupakan salah satu faktor

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

29

yang berhubungan langsung terhadap kematian ibu. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Auliasih, dkk (2013) yang dilakukan di

Sulawesi Selatan, diketahui bahwa ibu yang pernah mengalami

komplikasi kehamilan lebih memilih tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinannya.

Evaluated need menggambarkan pendapat tenaga kesehatan

terkait status kesehatan dan kebutuhan mereka terhadap pelayanan

kesehatan (Andersen, 1995). Keterlibatan tenaga kesehatan dalam

keputusan ibu hamil untuk menggunakan tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinan dapat terjadi saat ibu melakukan kunjungan

pelayanan antenatal untuk pemeriksaan kehamilannya.

Menurut WHO (2010), pelayanan antenatal adalah pengawasan

sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim (Ritonga, 2013). Tujuan dari usaha

pelayanan antenatal adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan

memastikan kesehatan ibu serta tumbuh kembang bayi, juga untuk

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

ibu (Jekti & Mutiatikum, 2011).

Pelayanan antenatal dapat memberikan kesempatan bagi petugas

kesehatan untuk memberikan informasi secara spesifik tentang

masalah kehamilannya, yang dapat juga mempengaruhi ibu membuat

keputusan untuk persalinannya (Lelei, dkk.,2013). Ibu yang

melakukan kunjungan antenatal memiliki kesempatan untuk menerima

pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan komplikasi kehamilan.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

30

Selain itu, mereka juga dapat menerima informasi tentang manfaat

melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dan mampu

merencanakan persalinan yang aman, sehingga ibu yang melakukan

kunjungan antenatal lebih cenderung memilih tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinan.

Pelayanan antenatal terdiri dari kunjungan pertama (K1), yaitu

kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai

kompetensi. Kunjungan ke-4 (K4) yaitu kunjungan ibu hamil dengan

kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan. Kontak 4 kali

dilakukan sebagai berikut: minimal satu kali pada trismester I (0-12

minggu), minimal satu kali pada trismester ke-2 (≥ 12-24 minggu),

dan minimal 2 kali pada trismester ke-3 (≥ 24 minggu sampai dengan

kelahiran) (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut, maka kunjungan ke pelayanan

antenatal paling sedikit dilakukan sebanyak 4 kali. Kunjungan

pelayanan antenatal memberikan pengaruh kepada ibu hamil untuk

memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya, baik di

fasilitas kesehatan maupun dirumah (USAID, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Jekti & Mutiatikum

(2011), ibu yang sering melakukan kunjungan terhadap pelayanan

antenatal, lebih cenderung memilih tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinan di bandingkan dengan ibu yang tidak patuh

mengunjungi pelayanan antenatal. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Choulagai, dkk (2013) yang dilakukan di Nepal, diketahui bahwa ibu

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

31

yang setidaknya menyelesaikan kunjungan antenatal sebanyak 4 kali

atau lebih, memiliki peluang sebesar 2,4 kali untuk menggunakan

penolong persalinan oleh tenaga kesehatan.

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori ini disusun berdasarkan The Behavioral Model Of Health

Service Use Andersen tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dan dari

berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan dan diketahui berpengaruh

dalam pemilihan penolong persalinan. Faktor-faktor yang mempenaruhi

pemilihan penolong persalinan ini dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu

faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor kebutuhan. Kerangka teori

dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

32

Gambar 2. Kerangka TeoriFaktor-Faktor Pemilihan Penolong Persalinan Adaptasi Model

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Andersen

→ = hubungan antar komponen----= subkomponen dari masing-masing komponen

Sumber: Ronald Andersen and John F. Newman (2005), diadaptasi oleh Salam &

Siddiqui (2006); Assfaw (2010); Kanini (2012); Simanjuntak,dkk (2012); Arung, dkk

(2013); Choulagai, dkk (2013).

Predisposisi

- Umur- Paritas- Status

perkawinan

- Pendidikan ibu- Pendidikan

suami- Status

pekerjaan ibu- Status

pekerjaansuami

- Budaya

- Pengetahuan- Sikap

Pemungkin

- Tingkat kekayaan- Dukugan keluarga- Biaya persalinan- Pendapatan

kelurga

- Jarakkepelayanankesehatan

- Wilayah TempatTinggal

- Komplikasikehamilan

- Kunjunganpelayananantenatal

Kebutuhan Penggunaanpelayanankesehatan

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

33

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang akan diukur atau diamati dalam penelitian, terdiri dari variabel-

variabel serta hubungan antar variabel. Kerangka konsep mengacu pada kerangka

teori dan dikembangkan dari tujuan penelitian yang telah dirumuskan

(Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan pemilihan penolong

persalinan diantaranya yaitu faktor predisposisi (umur, paritas, status perkawinan,

pendidikan ibu, pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status pekerjaan suami,

budaya, pengetahuan, sikap), faktor pemungkin (jarak kepelayanan kesehatan,

wilayah tempat tinggal, tingkat kekayaan, pendapatan keluarga, biaya persalinan,

dukungan keluarga) dan faktor kebutuhan (komplikasi kehamilan dan kunjungan

pelayanan antenatal). Adapun variabel yang digunakan sebagai berikut:

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

34

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian tidak semua variabel digunakan, terdapat beberapa variabel

yang tidak diamati dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan penelitian

yang menggunakan data sekunder dari SDKI 2012, sehingga variabel-variabel yang

digunakan mengacu pada data yang tersedia dalam SDKI 2012. Variabel-variabel

yang tidak diamati antara lain yaitu pengetahuan, sikap, budaya, jarak kepelayanan

kesehatan, pendapatan keluarga, biaya persalinan dan dukungan keluraga. Variabel-

variabel tersebut tidak ada dalam data SDKI 2012.

FaktorPredisposisi

- Umur- Paritas- Status

perkawinan- Pendidikan ibu- Pendidikan

suami- Status

pekerjaan ibu- Status

pekerjaansuami

FaktorPemungkin

- Tingkatkekayaan

- WilayahTempatTinggal

FaktorKebutuhan

- Komplikasikehamilan

- Kunjunganpelayananantenatal

Penggunaanpenolongpersalinan

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

35

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel DefinisiAlat

Ukur

Cara

ukurHasil Ukur

Skala

Ukur

Variabel Dependen

1. Penggunaan

Penolong

persalinan

Jenis penolong

persalinan yang

digunakan ibu untuk

menolong

persalinannya pada

saat melahirkan

dalam lima tahun

terakhir

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 4

No. 433

Observasi

data

SDKI

0. Tanpa

penolong

persalinan

1. Bukan

tenaga

kesehatan

2. Tenaga

kesehatan

(BPS, 2013)

Ordinal

Variabel Independen

1. Umur Ibu Tingkat umur ibu

pada ulang tahun

terakhir dikurangi

umur anak terakhir

yang lahir dalam 5

tahun sebelum

survey

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 1

No. 103,

215

Observasi

data

SDKI

0 = < 20

1 = 20 – 34 tahun

2 = 35 – 49 tahun

(BPS, 2013)

Ordinal

2. Status

Perkawinan

Ikatan perkawinan

yang dimiliki oleh

ibu pada kelahiran

anak terakhir

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 6

No. 601-

Observasi

data

SDKI

0. Pisah

1. Cerai Hidup

2. Cerai Mati

3. Hidup

bersama

Ordinal

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

36

No Variabel DefinisiAlat

Ukur

Cara

ukurHasil Ukur

Skala

Ukur

603 4. Menikah

(BPS, 2013)

3. Paritas Jumlah kelahiran,

baik hidup maupun

mati yang pernah

dialami ibu

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 2

No. 202-

208

Observasi

data

SDKI

0. 6+

1. 4-5

2. 2-3

3. 1

(BPS, 2013)

Ordinal

4. Wilayah

Tempat

tinggal

Lokasi tempat

tinggal ibu yang

dikategorikan

berdasarkan

perkotaan dan

pedesaan

Kuesioner

SDK12-

WUS

pengenala

n tempat

No. 5

Observasi

data

SDKI

0. Pedesaan

1. Perkotaan

(BPS, 2013)

Ordinal

5. Pendidikan

Ibu

Tingkat pendidikan

formal tertinggi yang

pernah dicapai ibu

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 1

No. 105-

106

Observasi

data

SDKI

0. Tanpa

Pendidikan

1. Pendidikan

Dasar

2. Pendidikan

Menengah

3. Pendidikan

tinggi

(BPS, 2013)

Ordinal

6. Pendidikan

suami/pasang

an

Tingkat pendidikan

formal tertinggi yang

pernah dicapai

suami/pasangan

KuesionerSDK12-WUSbagian 8No. 804-

805

Observasi

data

SDKI

0. Tanpa

Pendidikan

1. Pendidikan

Dasar

2. Pendidikan

Menengah

Ordinal

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

37

No Variabel DefinisiAlat

Ukur

Cara

ukurHasil Ukur

Skala

Ukur

3. Pendidikan

tinggi

(BPS, 2013)

7. Status

pekerjaan ibu

Status bekerja pada

ibu, baik yang

dilakukan dirumah

maupun di luar

rumah dan

memperoleh

penghasilan/imbalan

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 8

No. 808

Observasi

data

SDKI

0. Tidak Bekerja

1. Bekerja

(BPS, 2013)

Ordinal

8. Status

pekerjaan

suami/Pasan

gan

Status bekerja pada

suami yang

dilakukan untuk

memperoleh

penghasilan

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 8

No. 805A

Observasi

data

SDKI

0. Tidak Bekerja

1. Bekerja

(BPS, 2013)

Ordinal

9. Tingkat

kekayaan

Tingkat kekayaan

rumah tangga,

didapatkan dengan

mengukur

karakteristik latar

belakang rumah

tangga (mengukur

standar hidup rumah

tangga dalam jangka

panjang)

Kuesioner

SDK12-

RT

Bagian III

dan IV

Observasi

data

SDKI

0. Terbawah

1. Mengengah

bawah

2. Menengah

3. Menengah

atas

4. Teratas

(BPS, 2013)

Ordinal

10. Kunjungan

Pelayanan

Antenatal

Jumlah kunjungan

ibu kepelayanan

kesehatan untuk

memeriksakan

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 4

Observasi

data

SDKI

0. Tidak ANC

1. Tidak tahu

2. 1

3. 2-3

Ordinal

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

38

No Variabel DefinisiAlat

Ukur

Cara

ukurHasil Ukur

Skala

Ukur

kehamilannya No. 408 4. 4+

(BPS, 2013)

11. Komplikasi

Kehamilan

Riwayat komplikasi

kehamilan yang

dialami ibu selama

masa kehamilan

Kuesioner

SDK12-

WUS

bagian 4

No. 414C

Observasi

data

SDKI

0. Pernah

1. Tidak Pernah

(BPS, 2013)

Ordinal

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur ibu dengan penggunaan penolong persalinan di

Provinsi Papua.

2. Ada hubungan antara paritas dengan penggunaan penolong persalinan di

Provinsi Papua.

3. Ada hubungan antara status perkawinan dengan penggunaan penolong

persalinan di Provinsi Papua.

4. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan penggunaan penolong

persalinan di Provinsi Papua.

5. Ada hubungan antara pendidikan suami dengan penggunaan penolong

persalinan di Provinsi Papua.

6. Ada hubungan antara status status pekerjaan ibu dengan penggunaan

penolong persalinan di Provinsi Papua.

7. Ada hubungan antara status pekerjaan suami dengan penggunaan penolong

persalinan di Provinsi Papua.

8. Ada hubungan antara tingkat kekayaan dengan penggunaan penolong

persalinan di Provinsi Papua.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

39

9. Ada hubungan antara wilayah tempat tinggal dengan penggunaan

penolong persalinan di Provinsi Papua

10. Ada hubungan anatara komplikasi kehamilan dengan dengan penggunaan

penolong persalinan di Provinsi Papua

11. Ada hubungan antara kunjungan pelayanan antenatal dengan penggunaan

penolong persalinan di Provinsi Papua

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

40

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional. Desain cross sectional adalah penelitian yang variabel terikat dan

variabel bebasnya diukur dalam satu waktu tertentu. Dalam penelitian ini yang

termasuk dalam variabel terikat adalah penolong persalinan, sedangkan

variabel bebasnya adalah umur, paritas, status perkawinan, pendidikan ibu,

pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status pekerjaan suami, tingkat

kekayaan, wilayah tempat tinggal, kunjungan pelayanan antenatal dan

komplikasi kehamilan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) merupakan penelitian

berskala nasional yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia. SDKI 2012

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan

Kementerian Kesehatan.

Penelitian ini berfokus pada satu provinsi yaitu provinsi Papua, yang akan

dilaksanakan pada Desember 2014.

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

41

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini mengacu pada jumlah populasi SDKI

2012. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur

(WUS) 15-49 tahun yang pernah melahirkan dalam kurun waktu lima

tahun terakhir atau dari tahun 2008-2012.

4.3.2 Sampel

Metode sampling yang digunakan dalam SDKI 2012 adalah

sampling tiga tahap. Tahap pertama adalah memilih sejumlah

primary sampling unit (PSU) dari kerangka sampel PSU secara

probability proportional to size (PPS). PSU adalah kelompok blok sensus

yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas koordinator tim Sensus

Penduduk 2010. Tahap kedua adalah memilih satu blok sensus secara

PPS di setiap PSU terpilih. Tahap ketiga adalah memilih 25 rumah

tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematik (BPS, 2013).

Dalam penelitian ini terdapat kriteria sampel yang peneliti gunakan dalam

penelitian, sebagai berikut:

Kriteria inklusi: Sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia subur

(WUS) 15-49 tahun yang pernah melahirkan dalam lima tahun terakhir

pada SDKI 2012 dengan kelahiran tunggal.

Kriteria eksklusi: Jumlah kelahiran kembar di Provinsi Papua hanya

sebesar 1,4%, untuk menghindari bias maka karakteristik sampel

disamaratakan menjadi ibu yang melahirkan dengan kelahiran tunggal.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

42

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 337

ibu, dan yang tidak digunakan dalam penelitian ini sebanyak 583 ibu.

Jumlah ini diperoleh setelah melalui proses cleaning atau pembersihan

data dari data yang tidak tersedia atau data missing dalam tahap

pengambilan sampel yang diperlukan dalam penelitian ini.

Adapun langkah-langkah penentuan sampel dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Gambar 4.1 Penentuan Sampel

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner SDKI

2012. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner wanita

usia subur (WUS) 15-49 tahun dan kuesioner rumah tangga. Kuesioner WUS

Wanita usia 15-49 tahun yang memenuhi syarat untukdiwawancarai dalam SDKI 2012 di provinsi papua =

968 wanita

Wanita usia 15-49 tahun yang memenuhi syaratberdasarkan hasil kunjungan dalam SDKI 2012 di

provinsi papua = 920 wanita

Wanita usia subur 15-49 tahun yang pernah melahirkandalam lima tahun terakhir di provinsi Papua = 349

wanita

Setelah melalui proses cleaning data missing atau datatidak tersedia, jumlah sampel yang diperoleh sebesar337 ibu yang pernah melahirkan dalam lima tahun

terakhir

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

43

dan rumah tangga ini digunakan untuk mengumpulkan informasi yang

berhubungan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu

penolong persalinan, umur, paritas, status perkawinan, pendidikan ibu,

pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status pekerjaan suami, tingkat

kekayaan, wilayah tempat tinggal, kunjungan pelayanan antenatal dan

komplikasi kehamilan.

Adapun daftar variabel dan kusioner yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Tabel 4.1Daftar Variabel Dan Kuesioner Dalam SDKI 2012

No. Variabel Keterangan Kuesioner

1. Penolong persalinan Kuesioner Wanita Usia Subur bagian 4No. 433

2 Umur ibu Kuesioner Wanita Usia Subur bagian 1No. 103, 215

3 Status Perkawinan Kuesioner SDK12-WUS bagian 6No. 601-603

4 Pendidikan ibu Kuesioner Wanita Usia Subur bagian 1No. 105-106

5 Pendidikan suami Kuesioner SDK12-WUS bagian 8No. 804-805

6 Status pekerjaan ibu Kuesioner Wanita Usia Subur bagian 8No. 808

7 Status pekerjaan suami Kuesioner SDK12-WUS bagian 8No. 805A

8 Paritas Kuesioner Wanita Usia Subur bagian 2No. 202-208

9 Wilayah tempat tinggal Kuesioner Wanita Usia Subur bagianpengenalan tempat No. 5

10 Tingkat kekayaan Kuesioner Rumah Tangga Bagian IIIdan IV

11 Komplikasi Kehamilan Kuesioner Wanita Usia Subur bagian 4No. 414C

12 Kunjungan Pelayanan Antenatal Kuesioner Wanita Usia Subur bagian 4No. 408

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

44

Adapun pengukuran data dari setiap variabel yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1) Pemilihan Penolong persalinan

Pemilihan penolong persalinan didefinisikan sebagai pilihan ibu

dalam menggunakan tenaga kesehatan, non tenaga kesehatan atau tanpa

penolong pada saat melahirkan dalam lima tahun terakhir. Penolong

persalinan yang ditanyakan dalam kuesioner SDKI 2012 terdiri dari 3

(tiga) kategori yaitu petugas kesehatan (dokter umum, dokter kandungan,

perawat, bidan dan bidan desa), orang lain (dukun, teman/kelurga dan

lainnya), dan tanpa penolong. Hasil ukur yang digunakan adalah 0

apabila ibu melahirkan tanpa penolong persalinan, 1 apabila ibu

menggunakan bukan tenaga kesehatan dan 2 apabila ibu menggunakan

tenaga kesehatan.

2) Umur Ibu

Umur ibu dalam penelitian ini didefinisikan sebagai umur ibu pada

ulang tahun terakhir dikurangi dengan umur anak terakhir. Umur ibu

didapatkan dari jawaban kuesioner SDKI 2012 yang dikurangi umur anak

terakhir 5 tahun sebelum survei dilakukan. Dalam penelitian ini umur ibu

dikelompokkan menjadi umur muda yaitu kurang dari 20 tahun (< 20),

umur ibu sedang 20-35 tahun, dan umur lebih tua lebih dari 35 tahun

(>35) (Kemenkes, 2011). Hasil ukur yang digunakan adalah 0 apabila

umur ibu kurang dari 20 tahun, 1 apabila umur ibu 20-34 tahun, dan 2

apabila umur ibu 35-49 tahun.

3) Paritas

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

45

Paritas dalam penelitian ini didefinisikan sebagai jumlah

kelahiran yang pernah dialami ibu, baik lahir hidup maupun lahir mati.

Jawaban ini diperoleh melalui jumlah anak yang pernah dimiliki ibu baik

hidup atau mati, yang ditanyakan dalam kuesioner SDKI 2012. Hasil

ukur yang digunakan adalah 0 apabila paritas ibu lebih dari 6, 1 apabila

paritas ibu 4 sampai 5, 2 apabila paritas ibu 2-3, dan 3 apabila paritas ibu

1.

4) Status Perkawinan

Status perkawinan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai ikatan

perkawinan yang ibu miliki pada kelahiran anak terakhir. Hasil ukur yang

digunakan adalah 0 apabila responden pisah, 1 apabila responden cerai

hidup, 2 apabila responden cerai mati, 3 apabila responden hidup bersama, dan

4 apabila responden menikah .

5) Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat

pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh ibu. Jenjang pendidikan

yang ditanyakan dalam kuesioner SDKI 2012 terdiri dari tidak pernah

bersekolah, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi atau Universitas. Dalam

penelitian ini, pendidikan dikategorikan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 mengenai Wajib

Belajar. Pendidikan rendah jika tamat < SMA dan pendidikan tinggi jika

tamat ≥ SMA (Kemendiknas, 2008). Hasil ukur yang digunakan adalah 0

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

46

apabila ibu tanpa pendidikan, 1 apabila pendidikan dasar, 2 apabila

pendidikan menengah dan 3 apabila pendidikan tinggi.

6) Pendidikan Suami/Pasangan

Pendidikan suami/pasangan dalam penelitian ini didefinisikan

sebagai tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh

suami/pasangan. Hasil ukur yang digunakan adalah 0 apabila suami atau

pasangan tanpa pendidikan, 1 apabila pendidikan dasar, 2 apabila

pendidikan menengah dan 3 apabila pendidikan tinggi.

7) Status pekerjaan ibu

Status pekerjaan ibu dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

status bekerja pada ibu, baik yang dilakukan dirumah maupun di luar

rumah dan memperoleh penghasilan/imbalan. Status bekerja pada ibu

didapatkan melalui jawaban ibu menggunakan kuesioner SDKI 2012.

Hasil ukur yang digunakan adalah 0 apabila ibu tidak bekerja/IRT dan 1

apabila ibu bekerja.

8) Status pekerjaan suami/Pasangan

Status pekerjaan suami/pasangan yang didefinisikan sebagai jenis

kegiatan yang dilakukan suami/pasangan untuk mendapatkan

penghasilan/imbalan. Hasil ukur yang digunakan adalah 0 apabila

suami/pasangan tidak bekerja dan 1 apabila suami/pasangan bekerja.

9) Tingkat kekayaan

Tingkat kekayaan dalam penelitian ini didefinisikan Tingkat

kekayaan rumah tangga, didapatkan dengan mengukur karakteristik latar

belakang rumah tangga yang digunkana untuk mengukur standar hidup

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

47

rumah tangga dalam jangka panjang. Tingkat kekayaan didasarkan pada

karakteritik perumahan dan kepemilikan barang, jenis air minum,

fasilitas sanitasi rumah tangga yang dimiliki dan karakteristik lain yang

sesuai dengan status ekonomi rumah tangga. Setiap karakteristik tersebut

kemudian diberi skor untuk setiap rumah tangga, yang kemudian

dijumlahkan untuk menghasilkan skor total setiap rumah tangga yang

kemudian diurutkan. Selanjutnya tingkat rumah tangga ini dibagi ke

dalam quintiles mulai dari satu (paling rendah) sampai dengan lima

(paling tinggi). Kemudian dihasilkan lima kategori yaitu terbawah,

menengah kebawah, menengah, menengah keatas, dan teratas. Hasil ukur

yang digunakan adalah 0 terbawah, 1 menengah kebawah, 2 menengah, 3

menengah keatas, dan 4 teratas.

10) Wilayah tempat tinggal

Wilayah tempat tinggal dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

tempat tinggal ibu yang dikategorikan berdasarkan perkotaan dan

pedesaan. Pengelompokkan wilayah tempat tinggal ini mengacu pada

Peraturan Kepala Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 Tentang

Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan. Hasil ukur yang digunakan adalah 0

apabila wilayah tempat tinggal ibu pedesaan, 1 apabila wilayah tempat

tinggal ibu perkotaan.

11) Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan didefinisikan sebagai riwayat komplikasi

kehamilan ibu selama masa kehamilannya. Hasil ukur yang digunakan

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

48

apabila 0 apabila ibu pernah mengalami komplikasi kehamilan, dan 1

apabila ibu tidak pernah mengalami komplikasi kehamilan.

12) Kunjungan pelayanan antenatal

Kunjungan Pelayanan Antenatal didefinisikan jumlah kunjungan

ibu kepelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya. Hasil ukur

yang digunakan adalah 0 apabila ibu tidak melakukan kunjungan

antenatal, 1 apabila ibu melakukan kunjungan 1 kali, 2 apabila ibu

melakukan kunjungan 2-3 kali, dan 3 apabila ibu melakukan kunjungan

lebih dari 4 kali.

4.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan cara mengumpulkan data dari hasil Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012. Data yang diperoleh dan dianalisis dari

SDKI 2012 yaitu penolong persalinan, umur, paritas, status perkawinan,

pendidikan ibu, pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status pekerjaan

suami, tingkat kekayaan, wilayah tempat tinggal, kunjungan pelayanan

antenatal. Adapun kode variabel yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

49

Tabel 4.2Variabel dan Kode Variabel Penelitian

No. Variabel Kode data

Variabel Dependen1. Penolong persalinan M3F, M3G, M3, M3HVariabel Independen1. Umur ibu V0122. Pendidikan ibu V1063. Pendidikan suami V7014. Status pekerjaan ibu V7145. Status pekerjaan suami V7046. Status perkawinan V5017. Paritas V2018. Tempat tinggal V1029. Tingkat kekayaan V19010. Komplikasi Kehamilan M4311. Kunjungan Pelayanan Antenatal M14

4.6 Pegolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat

lunak (software). Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini

dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1) Cleaning yaitu pembersihan data yang dilakukan dengan cara tabulasi

frekuensi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Cleaning data ini

dilakukan untuk mengecek data yang tidak sesuai dan data yang

hilang/missing.

2) Recoding yaitu pengkodean ulang pada variabel-variabel yang

membutuhkan perubahan tertentu. Pengkodean ini disesuaikan dengan

kebutuhan penelitian.

3) Weighting data yaitu melakukan pembobotan pada tiap variabel sebelum

dilakukannya analisis data.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

50

4.7 Analisis Data

Analisi data yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1) Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variabel. Dalam penelitian ini analisis univariat

akan digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi terhadap variabel

yang diteliti.

2) Analisis Bivariat

Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk melihat

hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Hasil uji

untuk analisis bivariat ini dilihat dengan uji chi square dengan membuat

tabel silang variabel independen dan dependen. Pada penelitian ini

digunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan derajat kemaknaan (α)

5% atau 0,05, yaitu apabila diperoleh nilai p≤0,05 maka terdapat hubungan

yang signifikan antara variabel dependen dan independen, dan apabila

diperoleh nilai p>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara variabel dependen dan variabel independen.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

51

BAB V

HASIL

5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen.

Adapun variabel tersebut adalah penolong persalinan, umur ibu, paritas, status

perkawinan, pendidikan ibu, pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status

pekerjaan suami, tingkat kekayaan, wilayah tempat tinggal, komplikasi

kehamilan dan kunjungan antenatal.

5.1.1 Gambaran Penggunaan Penolong Persalinan Di Provinsi Papua

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan penggunaan penolong

persalinan di Provinsi Papua dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1Distribusi Penggunaan Penolong Persalinan pada Ibu Melahirkan

di Provinsi Papua Data SDKI 2012

Penggunaan Penolong Persalinan Tidak Dibobot Dibobot(n) (%) (n) (%)

Tanpa Penolong Persalinan 6 1,8 6 0,7Bukan Tenaga Kesehatan 175 51,9 350 42,5

Tenaga Kesehatan 156 46,3 468 56,8Total 337 100 824 100

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

52

Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa setelah dilakukan pembobotan

(weighting) persentase ibu yang melahirkan tanpa penolong persalinan

sebanyak 0,7% ibu, persentase ibu yang menggunakan bukan tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinannya sebanyak 42,5% ibu, dan ibu yang

menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan saat melahirkan

sebanyak 56,8%. Dari hasil pembobotan tersebut menunjukkan bahwa

persentase ibu yang menggunakan tenaga kesehatan lebih tinggi dibanding ibu

yang menggunakan bukan tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan jumlah

residual penggunaan tenaga kesehatan yang tinggi yaitu sebesar 193,3. Meski

demikian, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase penggunaan

bukan tenaga kesehatan masih tinggi.

5.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi dalam penelitian ini terdiri dari umur ibu, paritas,

status perkawinan, pendidikan ibu, pendidikan suami, status pekerjaan ibu,

dan status pekerjaan suami. Dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut

dikategorikan sesuai dengan data SDKI 2012. Gambaran distribusi frekuensi

ibu berdasarkan faktor predisposisi dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

53

1) Distribusi Umur Ibu

Tabel 5.2Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu

Umur IbuTidak Dibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)<20 tahun 43 12,8 43 6,2

20-34 tahun 232 68,8 464 67,035-49 tahun 62 18,4 186 26,8

Total 337 100 693 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) ibu yang berumur <20 tahun sebanyak 6,2%, ibu

yang termasuk dalam kelompok umur 20-34 tahun sebanyak 67,0%, dan ibu

yang termasuk dalam kelompok umur 35-49 tahun sebanyak 26,8%.

Berdasarkan hasil analisis, baik yang tidak dilakukan pembobotan atau yang

dilakukan pembobotan tersebut, menunjukkan bahwa ibu pada kelompok

umur 20-34 tahun lebih tinggi di banding ibu dengan kelompok umur lainnya.

2) Distribusi Paritas Ibu

Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Ibu

Paritas Tidak Dibobot Dibobot(n) (%) (n) (%)

6+ 41 12,2 41 4,34-5 67 19,9 134 14,12-3 138 40,9 414 43,31 91 27 364 38,2

Total 337 100 953 100

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

54

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase ibu yang memiliki paritas 6+ sebesar

4,3%, ibu yang termasuk dalam kelompok paritas 4-5 sebanyak 14,1%, ibu

yang termasuk dalam kelompok paritas 2-3 sebanyak 43,3%, dan ibu yang

termasuk dalam kelompok paritas 1 sebanyak 38,2%. Berdasarkan hasil

analisis, baik yang tidak dilakukan pembobotan atau yang dilakukan

pembobotan tersebut, menunjukkan bahwa persentase paritas ibu di Provinsi

Papua lebih tinggi pada ibu yang termasuk dalam kelompok paritas 2-3.

3) Distribusi Status Perkawinan Ibu

Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Ibu

Status PerkawinanTidak

Dibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Pisah 1 0,3 5 1,2

Cerai hidup 5 1,5 20 5,0Cerai mati 7 2,1 21 5,2

Hidup bersama 30 8,9 60 15,0Menikah 294 87,2 294 73,5

Total 337 100 400 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase ibu yang memiliki status perkawinan

pisah sebanyak 1,2%, ibu yang memiliki status perkawinan cerai hidup

sebanyak 5,0%, ibu yang memiliki status perkawinan cerai mati sebanyak

5,2%, ibu yang memiliki status hidup bersama sebanyak 15,0%, dan ibu yang

memiliki status menikah sebanyak 73,5%. Berdasarkan hasil analisis, baik

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

55

yang tidak dilakukan pembobotan atau yang dilakukan pembobotan tersebut,

menunjukkan bahwa persentase ibu yang berstatus menikah lebih tinggi

dibandingkan ibu yang memiliki status perkawinan lainnya.

4) Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 5.5Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat Pendidikan IbuTidak

Dibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Tanpa pendidikan 125 37,1 125 17,3Pendidikan dasar 65 19,3 130 18,0

Pendidikan menengah 120 35,6 360 49,8Pendidikan tinggi 27 8 108 14,9

Total 337 100 723 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase ibu yang tanpa pendidikan sebesar 17,3%,

ibu yang memiliki tingkat pendidikan dasar sebesar 18,0%, ibu yang memiliki

pendidikan menengah sebesar 49,8%, ibu yang memiliki pendidikan tinggi

sebesar 14,9%. Berdasarkan hasil tersebut terlihat perbedaan antara ibu

dengan tanpa pendidikan sebelum dilakukan pembobotan dan setelah

dilakukan pembobotan. Sebelum dilakukan pembobotan ibu dengan tanpa

pendidikan merupakan tingkat pendidikan paling banyak yang dimiliki ibu,

sedangkan setelah dilakukan pembobotan tingkat pendidikan paling banyak

yaitu pendidikan menengah.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

56

5) Distirbusi Tingkat Pendidikan Suami/Pasangan

Tabel 5.6Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Suami/Pasangan

PendidikanSuami/Pasangan

TidakDibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Tanpa pendidikan 75 22,3 75 9,0Pendidikan dasar 61 18,1 122 14,6

Pendidikan menengah 167 49,6 501 60,1Pendidikan tinggi 34 10,1 136 16,3

Total 337 100 834 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase suami/pasangan yang dimiliki ibu dengan

tanpa pendidikan sebesar 9,0%, suami/pasangan yang dimiliki ibu dengan

tingkat pendidikan dasar sebesar 14,6%, suami/pasangan yang dimiliki ibu

dengan pendidikan menengah sebesar 60,1%, suami/pasangan yang dimiliki

ibu dengan pendidikan tinggi sebesar 16,3%. Berdasarkan hasil tersebut

menunjukkan bahwa presentase tingkat pendidikan suami paling banyak

terdapat pada suami/pasangan dengan pendidikan menengah.

6) Distribusi Status Pekerjaan Ibu

Tabel 5.7Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu

Status Pekerjaan IbuTidak

Dibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Tidak Bekerja 119 35,3 119 21,4

Bekerja 218 64,7 436 78,6Total 337 100 555 100

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

57

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase ibu yang tidak bekerja sebesar 21,4%,

sedangkan ibu yang bekerja sebesar 78,6%. Berdasarkan hasil tersebut

menunjukkan bahwa presentase ibu yang bekerja lebih tinggi dibanding ibu

yang tidak bekerja, baik sebelum dilakukan pembobotan maupun setelah

dilakukan pembobotan.

7) Distribusi Status Pekerjaan Suami/Pasangan

Tabel 5.8Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Suami/Pasangan

Status PekerjaanSuami/Pasangan

TidakDibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Tidak Bekerja 37 11 37 5,8

Bekerja 300 89 600 94,2Total 337 100 637 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase suami/pasangan yang tidak bekerja

sebesar 5,8%, sedangkan suami/pasangan yang bekerja sebesar 94,2%.

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa presentase suami/pasangan

yang bekerja lebih tinggi dibandingkan suami/pasangan yang tidak bekerja,

baik sebelum dilakukan pembobotan maupun setelah dilakukan pembobotan.

5.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin dalam penelitian ini terdiri dari tingkat kekayaan

dan wilayah tempat tinggal. Tingkat kekayaan responden dibagi menjadi 5

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

58

kategori yaitu terbawah, menengah bawah, menengah, menengah atas, teratas.

Untuk tempet tinggal dibagi menjadi 2 kategori yaitu wilayah pedesaan dan

wilayah perkotaan. Kategori dalam penelitian ini menyesuaikan dengan SDKI

2012. Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan faktor pemungkin dapat

dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

1) Distribusi Tingkat Kekayaan

Tabel 5.9Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kekayaan

Tingkat KekayaanTidak

Dibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Terbawah 234 69,4 234 43,3

Menengah bawah 39 11,6 78 14,4Menengah 37 11,0 111 20,5

Menengah atas 17 5,0 68 12,6Teratas 10 3,0 50 9,2Total 337 100 541 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase ibu yang memiliki tingkat kekayaan

terbawah sebesar 43,4%, ibu yang memiliki tingkat kekayaan menengah

bawah sebesar 14,4%, ibu yang memiliki tingkat kekayaan menengah sebesar

20,5%, ibu yang memiliki tingkat kekayaan menengah atas sebesar 12,6%,

dan ibu yang memiliki tingkat kekayaan teratas sebesar 9,2%. Berdasarkan

hasil analisis, baik yang tidak dilakukan pembobotan atau yang dilakukan

pembobotan tersebut, menunjukkan bahwa persentase ibu yang memiliki

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

59

tingkat kekayaan terbawah lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki

tingkat kekayaan lainnya.

2) Distribusi Wilayah Tempat Tinggal

Tabel 5.10Distribusi Responden Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal

Wilayah Tempat TinggalTidak

Dibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Pedesaan 243 72,1 243 56,4Pekotaan 94 27,9 188 43,6

Total 337 100 431 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase ibu yang bertempat tinggal diwilayah

pedesaan sebesar 56,4%, sedangkan ibu yang bertempat tinggal diwilayah

pekotaan sebesar 43,6%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa

presentase ibu yang bertempat tinggal di wilayah pedesaan lebih tinggi

dibandingkan ibu yang bertempat tinggal di wilayah pekotaan, baik sebelum

dilakukan pembobotan maupun setelah dilakukan pembobotan.

5.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Faktor Kebutuhan

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai faktor kebutuhan adalah

kunjungan antenatal dan komplikasi kehamilan. Kunjungan antenatal ini

merupakan jumlah atau frekuensi ibu dalam melakukan kunjungan ke

pelayanan antenatal. Dalam penelitian ini di kategorikan menjadi 5, yaitu

tidak antenatal, tidak tahu, 1 kali, 2-3 kali dan lebih dari 4. Komplikasi

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

60

kehamilan dikategorikan menjadi 2 yaitu pernah dan tidak pernah. Kategori

ini menyesuaikan dengan data SDKI 2012. Gambaran distribusi frekuensi ibu

berdasarkan faktor kebutuhan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

1) Distribusi Kunjungan Antenatal

Tabel 5.11Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Pelayanan Antenatal

Kunjungan ANCTidak

Dibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Tidak ANC 123 36,5 123 12,1Tidak Tahu 38 11,3 76 7,5

1 kali 9 2,7 27 2,62-3 kali 42 12,5 168 16,54+ kali 125 37,1 625 61,3Total 337 100 1019 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase ibu yang memiliki tidak melakukan

kunjungan sebesar 12,1%, ibu yang tidak tahu/tidak menjawab saat

wawancara sebesar 7,5%, ibu yang melakukan kunjungan sebanyak 1 kali

sebesar 2,6%, ibu yang melakukan kunjungan sebanyak 2-3 kali sebesar

16,5%, dan ibu yang melakukan kunjungan sebanyak 4+kali sebesar 61,3%.

Berdasarkan hasil analisis, baik yang tidak dilakukan pembobotan atau yang

dilakukan pembobotan tersebut, menunjukkan bahwa persentase ibu yang

melakukan kunjungan antenatal 4+kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang

melakukan kunjungan kurang dari 4+ kali. Akan tetapi, pada hasil tersebut

menunjukkan perbedaan persentase pada ibu yang tidak melakukan

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

61

kunjungan. Pada hasil sebelum pembobotan persentase ibu yang tidak

melakukan kunjungan dengan yang melakukan kunjungan 4+ kali lebih tinggi

akan tetapi setelah pembobotan terlihat perbedaan yang sangat jauh.

2) Distribusi Riwayat Komplikasi Kehamilan

Tabel 5.12Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Komplikasi Kehamilan

Komplikasi KehamilanTidak

Dibobot Dibobot

(n) (%) (n) (%)Pernah 34 10,1 80 9,7

Tidak Pernah 303 89,9 744 90,3Total 337 100 824 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa setelah dilakukan

pembobotan (weighting) persentase ibu yang pernah mengalami komplikasi

kehamilan sebesar 9,7%, sedangkan ibu yang tidak pernah mengalami

komplikasi kehamilan sebesar 90,3%. Berdasarkan hasil tersebut

menunjukkan bahwa presentase ibu yang tidak pernah mengalami komplikasi

kehamilan lebih tinggi dibandingkan ibu yang pernah mengalami komplikasi

kehamilan, baik sebelum dilakukan pembobotan maupun setelah dilakukan

pembobotan.

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

62

5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan dengan uji

Chi Square. Dikatakan berhubungan secara signifikan apabila didapatkan nilai

p≤0,05 dan dikatakan tidak berhubungan secara signifikan apabila didapatkan

nilai p>0,05.

5.2.1 Gambaran Faktor Predisposisi Dengan Penggunaan Penolong Persalinan

1) Hubungan antara Umur Ibu dengan Penggunaan Penolong Persalinan

Hasil analisis bivariat antara umur ibu dengan penggunaan penolong

persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.13 berikut ini:

Tabel 5.13Hubungan antara Umur Ibu dengan Penggunaan Penolong Persalinan

di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

Umur Ibu

Penggunaan Penolong Persalinan

Total PvalueTanpa

Penolong

BukanTenaga

Kesehatan

TenagaKesehatan

n % n % n % n %

0,324< 20tahun 0 0 27 62,8 16 37,2 43 10020-34 tahun 10 2,2 228 49,1 226 48,7 464 10035-49 tahun 3 1,6 102 54,8 81 43,5 186 100

13 1,9 357 51,5 323 46,6 693 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa ibu yang melahirkan

tanpa penolong lebih tinggi terjadi pada kelompok umur 20-34 tahun sebesar

(2,2%), dan ibu yang menggunakan bukan tenaga kesehatan untuk menolong

persalinannya lebih tinggi pada kelompok umur <20 tahun (62,8%).

Sedangkan ibu yang menggunakan tenaga kesehatan lebih tinggi pada ibu

dengan kelompok umur 20-34 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

63

didapatkan Pvalue 0,324 yang artinya pada α= 5% diketahui bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan penggunaan

penolong persalinan pada ibu melahirkan di Provinsi Papua berdasarkan data

SDKI 2012.

2) Hubungan antara Paritas dengan Penggunaan penolong Persalinan

Hasil analisi bivariat antara paritas dengan penggunaan penolong

persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.14 berikut ini:

Tabel 5.14Hubungan antara Paritas dengan Penggunaan Penolong Persalinan

di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

Paritas Ibu

Penggunaan Penolong Persalinan

Total PvalueTanpa

Penolong

BukanTenaga

Kesehatan

TenagaKesehatan

n % n % N % n %

0,0006+ 0 0 28 68,3 13 31,7 41 1004-5 6 4,5 72 53,7 56 41,8 134 1002-3 6 1,4 222 53,6 186 44,9 414 1001 4 1,1 148 40,7 212 58,2 364 100

16 1,7 470 49,3 467 49,0 953 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa ibu yang melahirkan

tanpa penolong lebih tinggi pada ibu dengan paritas 4-5 yaitu 4,5 %, dan ibu

dengan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan lebih tinggi pada ibu

dengan paritas 6+ yaitu sebanyak 68,3%. Berdasarkan hasil uji statistik di

peroleh Pvalue 0,000 yang artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang

signifikan antara paritas dengan penggunaan penolong persalinan pada ibu

melahirkan berdasarkan data SDKI 2012.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

64

3) Hubungan antara Status Perkawinan dengan Penggunaan penolong

Persalinan

Hasil analisi bivariat antara status perkawinan dengan penggunaan

penolong persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.15 berikut ini:

Tabel 5.15Hubungan antara Status Perkawinan dengan PenggunaanPenolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

StatusPerkawinan

Penggunaan Penolong Persalinan

Total PvalueTanpa

Penolong

BukanTenaga

Kesehatan

TenagaKesehatan

n % n % N % n %

0,000

Pisah 0 0 0 0 5 100 5 100Cerai Hidup 0 0 0 0 20 100 20 100Cerai Mati 0 0 15 71,4 6 28,6 21 100

HidupBersama

2 3,3 32 53,3 26 43,3 60 100

Menikah 5 1,7 154 52,4 135 45,9 294 1007 1,8 201 50,2 192 48,0 400 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa ibu yang melahirkan tanpa

penolong persalinan lebih tinggi pada ibu dengan status menikah yaitu 1,7%,

dan ibu yang menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan lebih

tinggi pada ibu dengan cerai mati yaitu 71,4%. Berdasarkan hasil uji statistik

diperoleh Pvalue 0,000 yang artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang

signifikan antara status perkawinan dengan penggunaan penolong persalinan

di provinsi Papua berdasarkan data SDKI 2012.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

65

4) Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Penggunaan Penolong Persalinan

Hasil analisi bivariat antara pendidikan ibu dengan penggunaan

penolong persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.16 berikut ini:

Tabel 5.16Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Penggunaan Penolong

Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

TingkatPendidikan

Penggunaan Penolong Persalinan

Total PvalueTanpa

Penolong

BukanTenaga

Kesehatan

TenagaKesehatan

n % n % n % n %

0,000

TanpaPendidikan

3 2,4 104 83,2 18 14,4 125 100

PendidikanDasar

2 1,5 76 58,5 52 40,0 130 100

PendidikanMenengah

6 1,7 99 27,5 255 70,8 360 100

PendidikanTinggi

0 0 0 0 108 100 108 100

11 1,5 279 38,6 433 59,9 723 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa ibu yang melahirkan

tanpa penolong persalinan lebih tinggi pada kelompok ibu tanpa pendidikan

yaitu sebesar 2,4%, dan ibu dengan tanpa pendidikan lebih tinggi

menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan yaitu 83,2%.

Sedangkan penggunaan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan lebih

tinggi digunakan oleh ibu dengan ibu yang mempunyai pendidikan tinggi

yaitu sebesar 100%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh Pvalue 0,000

yang artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan ibu dengan penggunaan penolong persalinan oleh ibu melahirkan

di Provinsi Papua berdasarkan data SDKI 2012.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

66

5) Hubungan antara Pendidikan Suami/Pasangan dengan Penggunaan

Penolong Persalinan

Hasil analisi bivariat antara tingkat pendidikan suami/pasangan

dengan penggunaan penolong persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.17

berikut ini:

Tabel 5.17Hubungan antara Pendidikan Suami/Pasangan dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

TingkatPendidikan

Penggunaan Penolong Persalinan

Total PvalueTanpa

Penolong

BukanTenaga

Kesehatan

TenagaKesehatan

n % n % n % n %

0,000

TanpaPendidikan

2 2,7 68 90,7 5 6,7 75 100

PendidikanDasar

2 1,6 76 62,3 44 36,1 122 100

PendidikanMenengah

6 1,2 189 37,7 306 61,1 501 100

PendidikanTinggi

4 2,9 24 17,6 108 79,4 136 100

14 1,7 357 42,8 463 55,5 834 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa suami/pasangan

dengan tanpa pendidikan lebih tinggi menggunakan penolong persalinan

bukan tenaga kesehatan untuk menolong persalinan ibu melahirkan yaitu

sebanyak 90,7%, dan tanpa penolong persalinan untuk ibu melahirkan sebesar

2,7%. Sedangkan penggunaan tenaga kesehatan lebih tinggi digunakan pada

ibu yang memiliki suami/pasangan dengan pendidikan tinggi sebesar 79,4%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh Pvalue 0,000 yang artinya pada α =

5% terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

67

suami/pasangan dengan penggunaan penolong persalinan oleh ibu melahirkan

di Provinsi Papua berdasarkan data SDKI 2012.

6) Hubungan antara Status Pekerjaan Ibu dengan Penggunaan Penolong

Persalinan

Hasil analisi bivariat antara status pekerjaan ibu dengan penggunaan

penolong persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.18 berikut ini:

Tabel 5.18Hubungan antara Status Pekerjaan Ibu dengan Penggunaan Penolong

Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

StatusPekerjaan Ibu

Penggunaan penolong persalinan

Total Pvalue

Tanpapenolong

Bukantenaga

kesehatan

Tenagakesehatan

n % n % n % n %Tidak Bekerja 1 0,8 28 23,5 90 75,6 119 100

0,000Bekerja 10 2,3 294 67,4 132 30,3 436 100

11 2,0 322 58,0 222 40,0 555 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa ibu yang bekerja lebih

tinggi menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan untuk

menolong persalinannya yaitu sebanyak 67,4%, dan tanpa penolong

persalinan untuk persalinannya sebesar 2,3%. Sedangkan penggunaan tenaga

kesehatan lebih tinggi pada ibu yang tidak bekerja yaitu sebesar 75,6%.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh Pvalue 0,000 yang artinya pada α =

5% terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan

penggunaan penolong persalinan oleh ibu melahirkan di Provinsi Papua

berdasarkan data SDKI 2012.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

68

7) Hubungan antara Status Pekerjaan Suami/Pasangan dengan Penggunaan

Penolong Persalinan

Hasil analisi bivariat antara status pekerjaan suami/pasangan dengan

penggunaan penolong persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.19 berikut ini:

Tabel 5.19Hubungan antara Status Pekerjaan Suami/pasangan dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

StatusPekerjaan

Penggunaan penolong persalinan

Total Pvalue

Tanpapenolong

Bukantenaga

kesehatan

Tenagakesehatan

n % n % n % n %Tidak bekerja 1 2,7 27 73,0 9 24,3 37 100

0,014Bekerja 10 1,7 296 49,3 294 49,0 600 100

11 1,7 323 50,7 303 47,6 637 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa suami/pasangan yang

tidak bekerja lebih tinggi menggunakan penolong persalinan bukan tenaga

kesehatan untuk menolong persalinan ibu melahirkan yaitu sebanyak 73,0%,

dan tanpa penolong persalinan untuk persalinannya sebesar 2,7%. Sedangkan

penggunaan tenaga kesehatan lebih tinggi pada ibu yang memiliki

suami/pasangan yang bekerja sebesar 49,0%. Berdasarkan hasil uji statistik

diperoleh Pvalue 0,014 yang artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang

signifikan antara status pekerjaan suami/pasangan dengan penggunaan

penolong persalinan oleh ibu melahirkan di Provinsi Papua berdasarkan data

SDKI 2012.

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

69

5.2.2 Gambaran Faktor Pemungkin Dengan Penggunaan Penolong Persalinan

1) Hubungan antara Tingkat Kekayaan dengan Penggunaan Penolong

Persalinan

Hasil analisi bivariat antara tingkat kekayaan dengan penggunaan

penolong persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.20 berikut ini:

Tabel 5.20Hubungan antara Tingkat Kekayaan dengan Penggunaan Penolong

Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

TingkatKekayaan

Penggunaan penolong persalinanTotal P

valueTanpa

penolongBukan tenaga

kesehatanTenaga

kesehatann % n % n % n %

Terbawah 3 1,3 164 70,1 67 28,6 234 100

0,000

Mengengahbawah 4 5,1 16 20,6 58 74,4 78 100

Menengah 3 2,7 6 5,4 102 91,9 111 100Menengah

atas 0 0 0 0 68 100 68 100

Teratas 0 0 5 10,0 45 90,0 50 10010 1,8 191 35,3 340 62,8 541 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa ibu dengan tingkat

kekayaan terbawah lebih tinggi menggunakan penolong persalinan bukan

tenaga kesehatan untuk menolong persalinannya yaitu sebanyak 70,1%,

dan ibu dengan tingkat menengah bawah lebih tinggi dengan tanpa

penolong persalinan untuk persalinannya sebesar 5,1%. Sedangkan

penggunaan tenaga kesehatan lebih tinggi pada ibu dengan tingkat

kekayaan menengah atas sebesar 100%. Berdasarkan hasil uji statistik

diperoleh Pvalue 0,000 yang artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

70

signifikan antara tingkat kekayaan dengan penggunaan penolong

persalinan oleh ibu melahirkan di Provinsi Papua berdasarkan data SDKI

2012.

2) Hubungan antara Wilayah Tempat Tinggal dengan Penggunaan Penolong

Persalinan

Hasil analisis bivariat antara wilayah tempat tinggal dengan

penggunaan penolong persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.21 berikut ini:

Tabel 5.21Hubungan antara Wilayah Tempat Tinggal dengan Penggunaan

Penolong Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

WilayahTempatTinggal

Penggunaan penolong persalinanTotal P

valueTanpa

penolongBukan tenaga

kesehatanTenaga

kesehatann % n % n % n %

Pedesaan 4 1,6 163 67,1 76 31,3 243 1000,000Pekotaan 4 2,1 24 12,8 160 85,1 188 100

8 1,9 187 43,4 236 54,8 431 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa ibu dengan wilayah

tempat tinggal pedesaan lebih tinggi menggunakan penolong persalinan bukan

tenaga kesehatan untuk menolong persalinannya yaitu sebanyak 67,1%. Ibu

yang melahirkan tanpa penolong lebih tinggi pada ibu yang bertempat tinggal

di pekotaan sebesar 2,1%. Sedangkan penggunaan tenaga kesehatan lebih

tinggi digunakan oleh ibu yang bertempat tinggal di wilayah pekotaan sebesar

85,1%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh Pvalue 0,000 yang artinya

pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara wilayah tempat tinggal

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

71

ibu dengan penggunaan penolong persalinan oleh ibu melahirkan di Provinsi

Papua berdasarkan data SDKI 2012.

5.2.3 Hubungan Faktor Kebutuhan Dengan Penggunaan Penolong Persalinan

1) Hubungan antara Komplikasi Kehamilan dengan Penggunaan Penolong

Persalinan

Hasil analisis bivariat antara komplikasi kehamilan dengan

penggunaan penolong persalinan akan dijelaskan pada tabel 5.22 berikut ini:

Tabel 5.22Hubungan antara Komplikasi Kehamilan dengan Penggunaan Penolong

Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

KomplikasiKehamilan

Penggunaan penolong persalinanTotal P

valueTanpa

penolongBukan tenaga

kesehatanTenaga

kesehatann % n % n % n %

Pernah 1 1,2 40 50,0 39 48,8 80 1000,283Tidak Pernah 5 0,7 310 41,7 429 57,7 744 100

6 0,7 350 42,5 468 56,8 824 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa ibu pernah mengalami

komplikasi kehamilan lebih tinggi melakukan persalinan tanpa penolong yaitu

sebanyak 2,9 %, dan lebih tinggi dalam menggunakan bukan tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinannya yaitu 50%. Sedangkan penggunaan tenaga kesehatan

lebih tinggi pada ibu yang tidak pernah mengalami komplikasi kehamilan sebesar

57,7%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh Pvalue 0,283 yang artinya pada α =

5% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komplikasi kehamilan dengan

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

72

penggunaan penolong persalinan oleh ibu melahirkan di Provinsi Papua berdasarkan

data SDKI 2012.

2) Hubungan antara Kunjungan Antenatal dengan Penggunaan Penolong

Persalinan

Analisis bivariat antara kunjungan antenatal dan penggunaan penolong

persalinan dijabarkan dalam tabel 5.23 sebagai berikut:

Tabel 5.23Hubungan antara Kunjungan Antenatal dengan Penggunaan Penolong

Persalinan di Provinsi Papua-Data SDKI 2012

KunjunganAntenatal

Penggunaan penolong persalinanTotal P

valueTanpa

penolongBukan tenaga

kesehatanTenaga

kesehatann % n % n % n %

Tidakantenatal 6 4,9 102 82,9 15 12,2 123 100

0,000Tidak Tahu 0 0 44 57,9 32 42,1 76 100

1 kali 0 0 21 77,8 6 22,2 27 1002-3 kali 0 0 100 59,5 68 40,5 168 1004+ kali 0 0 95 15,2 530 84,8 625 100

6 0,6 362 35,5 651 63,9 1019 100

Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui bahwa ibu yang tidak antenatal lebih

tinggi melakukan persalinan tanpa penolong sebesar 4,9%. Ibu yang tidak

melakukanantenatal juga menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan

untuk menolong persalinannya yaitu sebanyak 82,9 %, dan lebih tinggi dengan tanpa

penolong persalinan untuk persalinannya yaitu 4,9%. Sedangkan penggunaan tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinan lebih tinggi pada ibu yang melakukan

kunjungan antenatal 4+ kali 84,8%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh Pvalue

0,000 yang artinya pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara kunjungan

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

73

antenatal dengan penggunaan penolong persalinan oleh ibu melahirkan di Provinsi

Papua berdasarkan data SDKI 2012.

BAB VI

PEMBAHASAN

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

74

6.1 Keterbatasan Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder hasil

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012. Penelitian ini

mempunyai keterbatasan yaitu variabel-variabel yang diteliti terbatas pada

variabel yang terdapat dalam SDKI 2012. Beberapa variabel tidak terdapat dalam

SDKI, sehingga beberapa variabel yang terdapat dalam kerangka teori yang tidak

dapat diteliti.

6.2 Gambaran Penggunaan Penolong Persalinan pada Ibu Melahirkan di

Provinsi Papua

Penolong persalinan merupakan orang yang membantu pada saat ibu

melahirkan, baik tenaga kesehatan maupun bukan tenaga kesehatan. Dalam SDKI

2012 yang termasuk kedalam penolong persalinan tenaga kesehatan yaitu dokter,

dokter kandungan, perawat, bidan dan bidan desa. Sedangkan yang bukan tenaga

kesehatan adalah penolong persalinan tradisional atau dukun bayi/beranak,

kelurga/teman dan lain sebagainya (BPS, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 337 ibu yang melahirkan di

Provinsi Papua yang menggunakan tenaga kesehatan hanya mencapai 46,3%

angka ini sama dengan capaian penolong persalinan dari SDKI 2007. Capaian ini

belum memenuhi target MDGs (Millenium Development Goals) 95% pada tahun

2015. Sedangkan ibu yang menggunakan penolong persalinan bukan tenaga

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

75

kesehatan mencapai (51,9%), angka ini sama dengan hasil yang didapat SDKI

2007. Selain itu, di Provinsi Papua juga masih terdapat ibu yang melahirkan

dengan tanpa penolong atau melakukan persalinan sendiri yaitu sebesar (1,8%),

angka ini sudah mengalami penurunan dari hasil capaian SDKI 2007 yaitu

(12,0%) (BPS, 2008).

Tingginya penggunaan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan ini dapat

meningkatkan resiko terjadinya komplikasi persalinan dan dapat berujung pada

kematian ibu. Selain kematian ibu, persalinan yang tidak ditolong oleh tenaga

yang terampil dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Hal ini disebabkan oleh

masih kemampuan dan keterampilan tenaga penolong yang tidak kompeten

(Kemenkes RI, 2012). Selain masih tingginya penolong persalinan oleh bukan

tenaga kesehatan, masih adanya ibu melahirkan di Papua yang tidak

menggunakan penolong persalinan semakin menambah resiko angka kematian

ibu. Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Papua tahun 2012 diketahui bahwa

penyebab kematian ibu adalah perdarahan 40,00%, hipertensi dalam kehamilan

3,08%, infeksi 26,42%, Abortus 7,69%, partus lama 3,08%, lain-lain 21,54%

(Dinkes Papua, 2012). Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa perdarahan

merupakan penyebab kematian paling tinggi, kejadian perdarahan ini dapat

ditangani apabila ibu ditolong oleh tenaga profesional yang kompeten.

Penolong persalinan bukan oleh tenaga kesehatan lebih tinggi digunakan oleh

ibu melahirkan di Provinsi Papua dibandingkan dengan penggunaan tenaga

kesehatan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Andersen &

Newman (2005) diketahui bahwa dalam menggunakan pelayanan kesehatan

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

76

seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi, pemungkin dan

kebutuhan. Faktor predisposisi terdiri dari demografi, sturktur sosial, dan

kepercayaan kesehatan. Beberapa hal yang dapat berhubungan dengan keputusan

ibu dalam menggunakan pelayanan kesehatan yaitu umur ibu, status perkawinan

dan paritas. Umur ibu dapat mempengaruhi kesehatan ibu selama proses

melahirkan. Ibu yang melahirkan dengan umur terlalu muda atau terlalu tua dapat

menjadi penyebab terjadinya masalah persalinan yang dapat berujung pada

kematian ibu (Depkes, 2009). Keadaan ini dapat mempengaruhi ibu untuk

memutuskan penggunaan penolong persalinan.

Paritas merupakan jumlah kelahiran yang pernah dialami ibu baik lahir hidup

maupun lahir mati. Paritas termasuk kondisi reproduksi ibu yang dapat

menyebabkan komplikasi kehamilan apabila ibu mengalami paritas tinggi

(McCarthy and Deborah, 1992). Paritas berhubungan juga dengan pengalaman

ibu dalam proses melahirkan. Pengalaman ibu ini dapat mendukung ibu untuk

memilih penggunaan penolong persalinan. Status perkawinan ibu dapat menjadi

salah satu faktor yang mendukung ibu untuk menggunakan penolong persalinan.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ibu yang memiliki status menikah

sebesar (87,2%). Status perkawinan ibu ini berhubungan juga dengan dukungan

suami dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan penolong persalinan,

dibandingkan dengan ibu yang tidak menikah atau tidak memiliki pasangan.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang dalam mengakses pelayanan

kesehatan antara lain pendidikan, pekerjaan, budaya, agama, mobilitas penduduk.

Pendidikan ibu dan suami/pasangan sangat berpengaruh terhadap penggunaan

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

77

penolong persalinan. Ibu dan suami/ pasangan yang mempunyai pendidikan

rendah akan mempengaruhi terhadap pengetahuan ibu dan suami/pasangan

tentang penolong persalinan yang baik. Pengetahuan ibu dan suami yang rendah

juga dapat berdampak pada kepercayaan ibu dan suami/pasangan terhadap

kesehatan. Oleh karena itu, pendidikan sangat mempengaruhi seseorang untuk

menggunakan pelayanan kesehatan. Pekerjaan juga mendukung seseorang untuk

menggunakan tenaga kesehatan. Pekerjaan ibu dan suami/pasangan dapat

menggambarkan status ekonomi keluarga yang juga dapat mendukung akses

pelayanan kesehatan. status ekonomi juga digambarkan melalui tingkat kekayaan

keluarga. Ibu yang memiliki tingkat kekayaan yang tinggi akan lebih memilih

menggunakan tenaga kesehatan dibanding ibu dengan tingkat kekayaan rendah.

Budaya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku seseorang.

Berdasakan penelitian yang dilakukan Alwi dkk (2001) yang dilakukan pada suku

Amungme dan suku Kamoro Provinsi Papua, diketahui bahwa masyarakat

memandang persalinan merupakan peristiwa alami dan urusan perempuan dan

tidak perlu dibesar-besarkan, selain itu mereka juga menganggap bahwa darah

dan kotoran persalinan dapat menimbulkan penyakit yang mengerikan bagi laki-

laki dan anak-anak sehingga harus disembunyikan atau dijauhkan. Hal ini tentu

saja dapat berdampak pada kesehatan ibu dan juga bayi yang dilahirkan bahkan

dapat juga menyebabkan kematian ibu dan anak, karena tidak ada penolong

persalinan yang terlatih dan terampil untuk membantu ibu pada saat melahirkan.

Budaya yang ada di wilayah tempat tinggal ibu di Provinsi Papua dapat

mendukung untuk memilih penolong persalinan. Kehidupan masyarakat Papua

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

78

yang masih dipengaruhi oleh budaya patriarki, yaitu segala urusan kehidupan

berpusat pada kekuasaan laki-laki, termasuk dalam hal pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, masih banyak perempuan di Papua yang kesulitan untuk

mengakses pelayanan kesehatan dikarenakan keputusan masih berada di tangan

laki-laki terutama di wilayah pedalaman Papua.

Selain hal tersebut, wilayah tempat tinggal ibu juga menunjukkan

kemampuan ibu dalam mengakses tenaga kesehatan, ketersediaan fasilitas

kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan juga mempengaruhi ibu untuk dapat

mengakses penolong persalinan. Berdasarkan Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI (InfoDatin) tahun 2013, diketahui bahwa jumlah

penolong persalinan yaitu bidan di Papua pada tahun 2013 hanya mencapai

1.353 orang, jumlah ini masih kurang jika dibandingkan dengan provinsi lain.

Adapun rasio ibu hamil dan bidan di Provinsi Papua pada sudah memenuhi

syarat yaitu setiap bidan mampu menangani 21-30 ibu hamil dan berada pada

zona biru. Akan tetapi, berdasarkan jumlah persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan diketahui Provinsi Papua masih berada di zona merah. Rasio bumil

dan bidan tinggi tersebut ternyata tidak mempengaruhi angka persalinan

ditolong tenaga kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh distribusi bidan yang

kurang merata serta kemampuan dan kualitas pelayanan yang masih kurang

(Kemenkes, 2014).

Ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang masih

banyak hanya dapat diakses oleh ibu yang bertempat tinggal diwilayah

pekotaan dibandingkan ibu yang bertempat tinggal diwilayah pedesaan,

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

79

pedalaman dan daerah terpencil, hal ini dipengaruhi oleh wilayah Papua yang

juga termasuk pegunungan dengan jarak tempat tinggal yang jauh dari

pelayanan kesehatan. Ibu yang berada di daerah perkotaan akan lebih mudah

untuk mengakses pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan ketersediaan

tenaga dan fasilitas masih berpusat di daerah pekotaan.

6.3 Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Penggunaan Penolong Persalinan

Menurut Andersen dan Newman (2005), dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor

pemungkin dan faktor kebutuhan. Dijelaskan bahwa ketiga faktor ini dapat

mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk menentukan dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan, hal ini termasuk juga dalam keputusan ibu

untuk menggunakan penolong persalinan untuk membantu ibu pada saat

melahirkan. Adapun faktor predisposisi yang dimaksud adalah umur ibu, paritas,

status perkawinan, pendidikan ibu, pendidikan suami, status pekerjaan ibu dan

status pekerjaan suami. Gambaran faktor predisposisi ini akan dijabarkan sebagai

berikut:

6.3.1 Umur Ibu

Berdasarkan hasil uji statistik didapat Pvalue sebesar 0,324, yang artinya

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan

penggunaan penolong persalinan. Umur merupakan salah satu faktor

demografi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Umur ibu

melahirkan juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

80

terjadinya komplikasi persalinan yang dapat berujung pada kematian ibu.

Umur ibu yang ideal untuk melahirkan adalah 20-35 tahun, ini disebut juga

dengan usia reproduksi sehat. Wanita yang melahirkan di bawah usia 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun akan mempunyai resiko yang tinggi baik pada ibu

maupun bayi (Kemenkes, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa penggunaan penolong

persalinan bukan tenaga kesehatan lebih tinggi pada ibu dengan kelompok

umur <20 tahun yaitu (62,8%), kelompok umur ibu yang melakukan

persalinan tanpa penolong paling tinggi berada pada kelompok umur 20-34

tahun yaitu (2,2%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bashar (2012) di Kenya, Simanjuntak dkk (2012) di Tapanuli

Utara dan Assfaw (2010) di Distrik Samre Saharti, Tigray, Ethiopia. Pada

penelitian tersebut diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

umur ibu dengan penggunaan penolong persalinan.

Umur ibu yang lebih tua memiliki resiko terjadinya komplikasi saat

melahirkan, keadaan ini dapat mendukung ibu untuk menggunakan tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinannya. Hal ini dapat dimungkinkan

karena perasaan khawatir ibu terhadap keadaan yang dapat mengancam

kesehatan ibu. Persepsi seseorang terhadap kerentanan dan keparahan suatu

penyakit atau gejala yang mengancam akan mempengaruhi seseorang

bertindak untuk melakukan pengobatan atau pencegahan (Rosenstock,dkk,

1988). Hasil penelitian ini diketahui bahwa umur ibu yang lebih tua (35-49

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

81

tahun) lebih tinggi menggunakan bukan tenaga kesehatan untuk penolong

persalinannya sebesar (54,8%).

Tingginya penggunaan penolong persalinan oleh ibu yang melahirkan

pada kelompok umur 35-49 tahun ini, dapat dipengaruhi pula oleh kurangnya

pengetahuan ibu terhadap penolong persalinan serta kurangnya pengetahuan

kesehatan tentang resiko terjadinya komplikasi jika melahirkan pada umur

yang terlalu tua. Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat kejadian yang

pernah di alami baik sengaja maupun tidak sengaja (Mubarak, dkk; 2007).

Pengetahuan seperti ini dapat diperoleh ibu melalui pengalaman saat

melakukan proses persalinan sebelumnya. Pengalaman yang baik akan

mendukung membentuk sikap positif ibu.

Selain umur yang terlalu tua, umur terlalu muda juga mempunyai resiko

terjadinya komplikasi saat melahirkan, hal ini dapat dikarenakan keadaan ibu

yang belum siap untuk melakukan proses persalinan. ibu yang terlalu muda

untuk melahirkan membutuhkan penolong persalinan yang terampil dan

kompeten untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan dapat

melakukan penanganan yang tepat jika terjadi komplikasi. Akan tetapi,

berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa (62,8%) melakukan persalinan

dengan penolong bukan tenaga kesehatan. Angka ini lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok umur ibu lainnya.

Semakin bertambahnya umur seseorang, maka dapat terlihat taraf berpikir

seseorang semakin matang dan dewasa (Mubarak, 2007). Keputusan

seseorang akan berbeda pada umur yang muda dan umur yang lebih tua. Umur

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

82

yang lebih tua akan mengambil keputusan setelah mempelajari masalah

tersebut dengan lebih teliti dan menilai kualitas keputusan tersebut

dibandingkan pada seseorang dengan umur yang lebih muda (Lizárraga, dkk.,

2007). Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa umur ibu

20-34 tahun menggunakan tenaga kesehatan sebesar (48,7%) dan ibu dengan

umur 35-49 tahun (43,5%), angka ini lebih tinggi di banding ibu dengan umur

<20 tahun (37,2%). Meski hasil tersebut menunjukkan penggunaan tenaga

kesehatan tinggi, akan tetapi hasil yang diperoleh untuk penggunaan penolong

persalinan bukan tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan hasil tersebut.

Masih tingginya penggunaan penolong persalinan oleh bukan tenaga

kesehatan ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang

persalinan yang aman. Lingkungan sekitar dan pengalaman ibu juga turut

mempengaruhi keputusan ibu untuk menggunakan penolong persalinan,

dimana pengalaman juga bertambah seiring dengan umur ibu. Hasil penelitian

ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Arung (2013) di Toraja

Utara, bahwa ibu yang menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinannya lebih banyak pada kelompok ibu yang lebih muda dibandingkan

dengan kelompok umur ibu yang lebih tua, hal ini dikarenakan ibu yang lebih

muda memungkinkan untuk menjaga keamanan dan keselamatan dalam

proses persalinan. Amano dkk (2012) menyatakan bahwa ibu dengan umur

<20 tahun 6 kali lebih memilih melahirkan di fasilitas kesehatan dari pada ibu

yang lebih tua. Pernyataan ini tidak sejalan dengan hasil yang didapat, dimana

dalam penelitian ini diketahui bahwa ibu dengan umur <20 tahun lebih banyak

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

83

menggunakan bukan penolong persalinan dan lebih rendah dalam penggunaan

tenaga kesehatan.

Pada penelitian ini diketahui bahwa penggunaan penolong persalinan oleh

tenaga kesehatan masih rendah pada semua kelompok umur ibu. Untuk

meningkatkan penggunaan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan

pemberian pendidikan/pengetahuan kesehatan tidak hanya diberikan pada ibu

hamil saja, melainkan kepada anggota kelurga lainnya seperti suami, ibu

kandung bahkan ibu mertua, agar memiliki pemahaman yang sama terhadap

pentingnya penggunaan tenaga kesehatan pada saat proses persalinan. Selain

itu, masih tingginya penggunaan bukan tenaga kesehatan untuk menolong

proses persalinan di kalangan ibu-ibu semua umur, maka perlunya ada

pendampingan dari petugas kesehatan setempat, untuk mengantisipasi bila

terjadi komplikasi sekaligus upaya untuk menurunkan angka kematian ibu di

Provinsi Papua.

6.3.2 Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik hidup

maupun mati, namun bukan aborsi. Semakin banyaknya jumlah anak yang

pernah dilahirkan akan menambah pengalaman ibu dalam proses melahirkan,

sehingga mempengaruhi untuk mengambil keputusan dalam penggunaan

tenaga penolong persalinan. Hasil analisis didapatkan Pvalue sebesar 0,000

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

84

yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan

penggunaan penolong persalinan.

Menurut McCarthy and Deborah (1992) disebutkan bahwa paritas

merupakan salah satu status reproduksi wanita yang termasuk dalam faktor

lanjutan yang mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehamilan dan kesakitan

atau kematian ibu. Menurut Kementerian kesehatan (2011), paritas dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu paritas dikategorikan rendah apabila ibu

melahirkan kurang atau sama dengan 3 kali kelahiran, sedangkan paritas

tinggi yaitu apabila ibu melahirkan lebih dari 3 kali kelahiran. Berdasarkan

hasil analisis diketahui bahwa ibu yang memiliki paritas lebih dari enam (6+)

sebanyak 4,3% ibu, sedangkan ibu yang memiliki paritas 4-5 sebanyak 14,1%

ibu. Semakin tingginya paritas ibu, maka semakin besar peluang mengalami

komplikasi kehamilan.

Menurut Manuaba, wanita dengan paritas tinggi menghadapi resiko

perdarahan akibat atonia uteri yang semakin meningkat karena terjadinya

perubahan serabut otot menjadi jaringan pada uterus. Hal ini dapat

menurunkan kemampuan uterus dalam berkontraksi sehingga sulit untuk

melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang terbuka setelah

melepaskan plasenta (Yenita, 2011). Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan

bahwa ibu dengan paritas 6+ menggunakan penolong persalinan bukan tenaga

kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu sebesar

63,8% ibu menggunakan bukan tenaga kesehatan. Kelompok paritas lain yang

menggunakan bukan tenaga kesehatan tinggi kedua yaitu ibu dengan paritas 4-

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

85

5 sebesar 53,7% ibu. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu yang

memiliki paritas tinggi lebih banyak menggunakan penolong persalinan bukan

tenaga kesehatan. Selain itu, berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa

ibu dengan paritas 6+ paling banyak berada pada kelompok ibu 34-49 tahun.

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan umur tua dan

mempunyai paritas tinggi memiliki resiko komplikasi kehamilan lebih tinggi.

Tingginya penggunaan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan oleh

ibu dengan paritas tinggi ini dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman ibu

dalam proses persalinan. Ibu yang berada pada paritas lebih dari tiga memiliki

pengalaman melahirkan yang lebih banyak dibandingkan ibu yang berada

pada paritas kurang dari tiga. Pengalaman ibu dalam proses persalinan ini

dapat mempengaruhi ibu untuk memutuskan dalam penggunaan penolong

persalinan. Menurut Mubarak, dkk (2007) pengalaman merupakan kejadian

yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Pengalaman merupakan proses yang dapat merubah sikap seseorang. Oleh

karena itu, pengalaman yang lebih banyak pada ibu dengan paritas tinggi

dalam proses persalinan dapat mengurangi perasaan takut dan khawatir ibu

pada saat melahirkan, dibandingkan dengan ibu yang paritas rendah dan masih

kurang berpengalaman.

Pengalaman ibu menggunakan penolong persalinan juga dapat

menimbulkan kepercayaan pada penolong persalinan tersebut. Ibu yang yang

ditolong oleh bukan tenaga kesehatan pada persalinan sebelumnya dengan

tidak mengalami masalah saat persalinan, memiliki kemungkinan untuk

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

86

menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan pada persalinan

berikutnya. Kepercayaan ibu terhadap penggunaan penolong persalinan dapat

dipengaruhi pula oleh pengetahuan ibu. Menurut Andersen (1968),

pengetahuan terhadap suatu penyakit dapat menimbulkan kepercayaan

kesehatan seseorang. Pengetahuan ibu yang kurang atau tidak memiliki

pengetahuan tentang paritas dan kesehatan reproduksi, dapat memungkinkan

ibu untuk menggunakan penolong persalinan yang salah dibandingkan ibu

yang memiliki pengetahuan tentang paritas. Ibu yang tidak mengetahui bahaya

dari paritas tinggi dalam kehamilan dan persalinan cenderung memiliki rasa

takut yang sedikit dan tidak ragu untuk menggunakan penolong persalinan

bukan tenaga kesehatan.

Pengalaman ibu dalam persalinan yang didukung dengan rendahnya

pengetahuan inilah yang dapat menyebabkan masih tingginya ibu yang

menggunakan bukan tenaga kesehatan untuk proses persalinannya. beberapa

penelitian lain yang juga sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu Jat dkk

(2011) di India, dan Bashar (2012) di Bangladesh, diketahui terdapat

hubungan antara paritas dengan penggunaan penolong persalinan. Penelitian

lain yang dilakukan Mekonenn & Mekonenn (2002) di Ethiopia, menunjukkan

bahwa wanita dengan anak lebih dari satu memiliki 50% kemungkinan lebih

kecil untuk menggunakan tenaga kesehatan untuk menolong persalinannya.

Informasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi wanita sangat

diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan ibu tentang paritas

dan penggunaan penolong persalinan yang tepat. Pendidikan kesehatan juga

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

87

diberikan untuk merubah sikap ibu terhadap penolong persalinan. Kemitraan

antara tenaga kesehatan dan penolong persalinan tradisional juga perlu

ditingkatkan, mengingat masih tingginya ibu dengan paritas tinggi yang

menggunakan menggunakan bukan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinannya.

6.3.3 Status Perkawinan

Status perkawinan mempunyai pengaruh terhadap keputusan ibu untuk

menggunakan penolong persalinan. Status perkawinan ibu menunjukkan

dukungan suami atau pasangan dalam memilih penolong persalinan.

Berdasarkan data SDKI 2012 diketahui bahwa sebanyak (23,9%) ayah di

Provinsi Papua turut berperan mendiskusikan penolong persalinan dalam

persiapan kelahiran. Berdasarkan uji statistik didapat Pvalue sebesar 0,000

yang artinya terdapat hubungan antara status perkawinan dengan penggunaan

penolong persalinan.

Hubungan status perkawinan merupakan sumber utama dukungan untuk

para orang dewasa (Gallo,dkk., 2003). Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa sebesar (45,9%) ibu yang menikah menggunakan tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinannya. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ibu yang

memiliki status tidak menikah. Hal ini dapat disebabkan karena ibu yang

menikah memiliki dukungan sosial dari suami dan keluarga lainnya.

Dukungan yang diberikan suami dalam penggunaan penolong persalinan

dapat melalui pendampingan suami pada saat melakukan pemeriksaan

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

88

kehamilan, mendiskusikan kesehatan ibu dengan tenaga kesehatan, dan

mempersiapkan rencana kelahiran (BPS, 2013). Selain ibu yang menikah, ibu

yang hidup bersama dengan pasangan juga menggunakan tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinan tinggi yaitu sebesar (43,3%). Hal ini juga dapat

disebabkan adanya dukungan dari pasangan ibu untuk menggunakan tenaga

kesehatan.

Dukungan sosial yang positif terhadap pelayanan kesehatan, akan

mendukung keputusan yang positif dalam menggunakan tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinannya. Akan tetapi, dalam penelitian ini diketahui

bahwa ibu dengan status menikah dan hidup bersama tinggi dalam

penggunaan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan yaitu sebesar

(52,4%) dan (53,3%). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kelompok

ibu menikah dan hidup bersama pasangan juga memiliki angka persalinan

tanpa penolong lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai

status perkawinan. Hal ini dapat disebabkan kurangnya pengetahuan

suami/pasangan dan keluarga ibu tentang persalinan yang aman oleh tenaga

kesehatan. Pengetahuan suami/pasangan yang kurang tentang tenaga

kesehatan akan berdampak pada dukungan suami/pasangan dalam

menggunakan penolong persalinan.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ibu yang bercerai atau berpisah

hidup menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya. Hal ini

dapat disebabkan masih adanya dukungan dari suami meski sudah bercerai

atau berpisah dibandingkan dengan ibu yang bercerai mati. Hasil

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

89

menunjukkan bahwa ibu yang bercerai mati menggunakan penolong

persalinan bukan tenaga kesehatan sebesar (71,4%). Hal ini dapat disebabkan

tidak adanya dukungan dari suami yang membantu ibu untuk menentukan

penggunaan penolong persalinan.

Dukungan yang diberikan suami dapat bersifat emosional atau finansial.

Dukungan yang diberikan suami dapat berupa pendampingan suami saat ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan, mendiskusikan kesehatan ibu hamil

dengan tenaga kesehatan untuk membantu menjaga kesehatan ibu dan

melakukan perencanaan persalinan yang termasuk didalamnya penentuan

penolong persalinan, transportasi, tempat persalinan, biaya persalinan dan

lain-lain (BPS, 2013). Ibu yang memiliki suami/pasangan lebih mendapatkan

bantuan untuk mengakses tenaga kesehatan terutama dalam pengeluaran untuk

biaya persalinan. Biaya persalinan yang tinggi akan berdampak negatif bagi

ibu untuk mengakses tenaga kesehatan terutama pada ibu yang miskin.

Ketiadaan suami dapat menghambat ibu untuk mengkases pelayanan

kesehatan. Berdasarkan SDKI 2012 salah satu penghambat ibu untuk

mengakses pelayanan kesehatan di Provinsi Papua adalah ibu tidak berani

untuk pergi sendiri kepelayanan kesehatan (26,8%) (BPS, 2013). Oleh karena

itu, keberadaan suami/pasangan dapat mendukung ibu untuk mengakses

pelayanan kesehatan.

Suami atau pasangan mempunyai peran penting dalam pengambilan

keputusan, meski sebagian besar ibu yang memutuskan untuk memilih

penolong persalinannya, namun masih banyak ibu yang patuh terhadap

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

90

keputusan suami hal ini berkaitan dengan kedudukan suami didalam keluarga.

Hal ini dikarenakan masyarakat Papua yang masih menganut budaya patriarki,

yaitu laki-laki merupakan pemegang keputusan dalam rumah tangga atau

masyarakat. Selain itu, ada istilah yang mengatakan bahwa perempuan yang

menikah merupakan milik bersama, artinya perempuan yang sudah menikah

tidak hanya milik suami melainkan milik seluruh kerabatnya (Goo,2012). Hal

ini juga dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ibu untuk

menggunakan penolong persalinan yang juga akan dipengaruhi oleh keluarga

suami salah satunya yaitu ibu mertua.

Kentalnya budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat Papua,

maka besar kemungkinan bahwa terlihat perbedaan antara kedudukan suami

dan isteri dalam keluarga. Penelitian yang dilakukan Alwi (2001)

menyebutkan bahwa masih terdapat ibu yang tidak akan melakukan persalinan

ke pelayanan kesehatan sebelum mendapatkan ijin suami. Kepercayaan

terhadap adat setempat juga dapat memperngaruhi keputusan ibu untuk

menggunkan tenaga penolong persalinan. Di Provinsi Papua masih banyak

terdapat masyarakat yang masih sangat patuh terhadap kepercayaan terhadap

leluhur, sehingga apabila melanggar akan diberi hukuman. Hal ini dapat juga

mengakibatkan tingginya ibu melahirkan tanpa menggunakan penolong

persalinan dan persalinan dengan bukan tenaga kesehatan.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

91

6.3.4 Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan mempunyai peran penting dalam perilaku seseorang.

Pendidikan dapat juga mempengaruhi terhadap pengetahuan dan sikap

seseorang terhadap pelayanan kesehatan, termasuk dalam menggunakan

tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil analisis memperoleh

Pvalue sebesar 0,000 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan penolong persalinan.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan

untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Andersen and Newman

(2005), pendidikan dapat menunjukkan gaya hidup seseorang dan pola

perilaku seseorang yang berhubungan juga dengan penggunaan pelayanan

kesehatan. Tingkat pendidikan seseorang dapat menunjukkan kesadaran dan

ketertarikan yang lebih terhadap masalah kesehatan. Ibu dengan pendidikan

tinggi akan lebih cenderung untuk menggunakan tenaga kesehatan untuk

penolong persalinannya dibandingkan dengan ibu yang mempunyai

pendidikan rendah atau tanpa pendidikan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu dengan tanpa pendidikan lebih

tinggi menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan yaitu

sebesar 83,2% dan melakukan persalinan tanpa penolong persalinan lebih

tinggi dibandingkan dengan ibu lainnya. Sedangkan ibu dengan pendidikan

tinggi lebih banyak menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinannya yaitu sebesar 100%. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui

bahwa pendidikan ibu sangat mempengaruhi keputusan ibu untuk

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

92

menggunakan penolong persalinan. Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan

mempengaruhi perilaku ibu yang cenderung kearah yang kurang sehat.

Sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi memiliki kemungkinan yang lebih

tinggi untuk berperilaku sehat, termasuk dalam mengakses pelayanan

kesehatan. Hal ini ada kaitannya pula dengan pengetahuan yang dimiliki oleh

ibu.

Tingkat pendidikan dapat pula mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki

seseorang. Ibu yang mempunyai pengetahuan kurang tentang persalinan yang

aman akan cenderung untuk menggunakan penolong persalinan bukan tenaga

kesehatan atau bahkan melakukan persalinan tanpa penolong persalinan. Hal

ini dikarenakan ibu tidak mengetahui masalah yang dapat ditimbulkan pada

saat melahirkan dan hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya

komplikasi saat persalinan. Penelitian yang dilakukan Simanjuntak, dkk

(2012) di Tapanuli Utara, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan ibu dengan penggunaan penolong persalinan.

Pengetahuan ibu yang kurang tentang penolong persalinan dapat juga

berpengaruh terhadap sikap ibu terhadap penggunaan penolong persalinan.

Sikap ibu yang memiliki pendidikan tinggi akan berbeda dengan ibu yang

memiliki pendidikan rendah atau tanpa pendidikan terhadap penolong

persalinan oleh tenaga kesehatan. Sikap dapat merubah tanggapan seseorang

terhadap suatu objek, akan tetapi tidak harus memprediksi tindakan tertentu

(Azjen & Fishbein, 1977). Sikap tidak secara langsung dapat mempengaruhi

perilaku ibu untuk menggunakan penolong persalinan. Akan tetapi, ibu yang

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

93

memiliki sikap yang kurang terhadap tenaga kesehatan akan berpengaruh

terhadap keputusan ibu untuk menggunakan tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinannya. Penelitian yang dilakukan Juliwanto (2009) di Aceh,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang antara sikap ibu dengan

pemilihan penolong persalinan

Sikap dapat terbentuk melalui keyakinan atau kepercayaan seseorang

terhadap sesuatu. Penggunaan penolong persalinan bukan oleh tenaga

kesehatan pada ibu yang berpendidikan rendah atau tanpa pendidikan dapat

dipengaruhi oleh kepercayaan lingkungan setempat ibu terhadap tenaga

kesehatan. Di beberapa daerah Papua masih terdapat ibu yang berpikir bahwa

terjadinya komplikasi saat kehamilan atau persalinan merupakan hukuman

karena melanggar adat setempat (Dumatubun, 2002). Hal ini dapat disebabkan

pula oleh kurangnya informasi-informasi kesehatan yang didapat oleh ibu,

sehingga pengetahuan yang didapatkan oleh ibu hanya didapatkan dari

pengalaman ibu ataupun dari kepercayaan-kepercayaan masyarakat setempat.

Pemberian informasi-informasi kesehatan melalui media komunikasi

umum, dan melalui petugas-petugas kesehatan terkait penolong persalinan

kepada ibu hamil. Berkerjasama dengan lembaga-lembaga masyarakat lain

untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, suami atau pasangan,

dan keluarga sehingga dapat menambah wawasan dan pengtahuan serta dapat

mengubah sikap ibu dan tindakan ibu untuk memilih penolong persalinan.

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

94

6.3.5 Tingkat Pendidikan Suami/Pasangan

Berdasarkan hasil uji statistik didapat Pvalue sebesar 0,000 yang artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan suami atau pasangan

dengan pemilihan penolong persalinan. Suami mempunyai peran dalam

pengambilan keputusan untuk penggunaan penolong persalinan. Berdasarkan

data SDKI 2012, menyebutkan bahwa suami yang turut berperan dalam

pengambilan keputusan untuk perencanaan persalinan sebesar (23,9%).

Tingkat pendidikan suami/pasangan yang tinggi akan lebih memilih

tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan istrinya. suami/pasangan yang

mempunyai pendidikan rendah akan cenderung memilih tenaga penolong

persalinan oleh bukan tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan pengetahuan

suami/pasangan yang kurang tentang persalinan yang aman. Tingkat

pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk lebih mudah

menerima informasi, sehingga menambah pengetahuan orang tersebut.

Sebaliknya jika pendidikan seseornag rendah maka akan menghambat

perkembangan sikap seseorang (Mubarak, dkk., 2007). Oleh karena itu, suami

dengan pendidikan yang tinggi akan lebih mendukung untuk menggunakan

tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan istrinya, dibandingkan dengan

suami yang mempunyai pendidikan rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang Dagne (2010) diketahui bahwa wanita yang mempunyai pasangan

dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan tenaga kesehatan untuk

persalinannya daripada wanita yang mempunyai pasangan tanpa pendidikan

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

95

Pendidikan yang tinggi yang akan mempengaruhi suami/pasangan untuk

lebih peduli tentang kesehatan dibanding suami/pasangan dengan pedidikan

rendah. Pendidikan suami/pasangan juga dapat memperlihatkan peran

suami/pasangan dalam perawatan kesehatan keluaraga termasuk dalam

perwatan kehamilan istri dan persiapan kelahiran (BPS, 2013). Pendidikan

suami/pasangan yang tinggi akan lebih positif dalam menerima informasi

kesehatan dibanding suami/pasangan yang mempunyai pendidikan rendah

atau tanpa pendidikan. Hal ini akan berdampak pula pada pengetahuan

suami/pasangan tentang kesehatan ibu hamil dan pelayanan persalinan.

Pengetahuan suami tentang pelayanan persalinan, juga dapat berdampak

pada sikap suami terhadap tenaga kesehatan. Pengetahuan yang kurang akan

berdampak pula pada sikap yang kurang. Sikap juga dapat terbantuk melalui

kepercayaan dan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek (Mubarak,

dkk., 2007). Kepercayaan dan keyakinan suami terhadap persalinan yang

salah akan berdampak pada dukungan suami terhadap keputusan ibu untuk

memilih penggunaan penolong persalinan. Suami/pasangan yang lebih

percaya pada penolong tradisional atau bukan tenaga kesehatan akan lebih

mendukung ibu untuk menggunakan penolong persalinan bukan tenaga

kesehatan.

Hasil penelitian yang dilakukan Restiyanti (2013) di Toraja Utara,

diketahui bahwa terdapat hubungan antara pendidikan suami atau pasangan

dengan perencanaan persalinan termasuk didalamnya merencanakan

pemilihan penolong persalinan. Langi (2009), ibu yang memiliki suami

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

96

dengan pendidikan tinggi lebih tinggi menggunakan tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinannya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan

rendah.

6.3.6 Status Pekerjaan Ibu

Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil uji

statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,000 yang artinya terdapat hubungan

yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemilihan penolong persalinan.

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Amano dkk (2012)

Ethiopia tenggara, diketahui bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan ibu

dengan pemanfaatan pelayanan persalinan.

Menurut Andersen dan Newman (2005) pekerjaan dapat menunjukkan

gaya hidup dan pandangan seseorang terhadap pelayanan kesehatan.

Pekerjaan ibu yang mendukung akan memudahkan ibu untuk mengakses

pelayanan kesehatan. Lingkungan pekerjaan seseorang dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun tidak langsung (Mubarak, dkk., 2007). Pekerjaan dapat menjadi

sumber seseorang untuk memperoleh pengalaman. Pengalaman dapat

diperoleh melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Lingkungan

pekerjaan ibu yang tidak mendukung dapat pula berpengaruh terhadap

pengetahuan ibu tentang penggunaan penolong persalinan. Pekerjaan ibu yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah status bekerja pada ibu, baik yang

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

97

dilakukan dirumah maupun di luar rumah dan memperoleh

penghasilan/imbalan berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa jenis

pekerjaan yang dimiliki ibu sebesar (38,8%) bekerja di bagian pertanian.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan pekerjaan ibu

dapat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu, yang juga dapat mendukung

pembentukkan sikap ibu terhadap penggunaan penolong persalinan. Ibu yang

berada pada lingkungan pekerjaan yang kurang mendukung pendidikan

kesehatan, akan memiliki pengetahuan kesehatan yang kurang. Oleh karena

itu, informasi-informasi kesehatan diperlukan disetiap lingkungan pekerjaan.

Hal ini bertujuan untuk menambah pengetahuan ibu.

6.3.7 Status Pekerjaan Suami

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki suami bekerja,

melakukan persalinan tanpa penolong lebih tinggi yaitu (2,7%) dan

menggunakan bukan tenaga kesehatan sebanyak (73%), hasil statistik didapat

0,014 yang artinya terdapat hubungan antara pekerjaan suami dengan

pemilihan penolong persalinan yang digunakan ibu melahirkan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan Langi (2009) diketahui bahwa pekerjaan suami

memiliki hubungan dengan pemilihan penolong persalinan ibu.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu yang menggunakan

penolong persalinan tenaga kesehatan lebih tinggi pada ibu yang mempunyai

suami bekerja yaitu (49%). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan suami

dapat mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan untuk menggunakan

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

98

tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hal ini sejalan dengan Dhakal

(2011) bahwa semakin tinggi tingkat keterampilan pekerjaan suami, semakin

tinggi kemungkinan ibu mmelahirkan di institusi pelayanan kesehatan dan

dibantu oleh tenaga kesehatan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Restiyanti (2013) di Toraja Utara, diketahui bahwa tidak

ada hubungan yang antara pekerjaan suami dengan pemilihan penolong

persalinan.

Ibu yang mempunyai suami bekerja lebih tinggi melakukan kunjungan

antenatal lebih dari 4 kali dibandingkan dengan ibu yang mempunyai suami

tidak bekerja. Ibu yang memiliki suami bekerja mempunyai kesempatan yang

lebih tinggi untuk mengakses pelayanan kesehatan dan menggunakan tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinannya. Pekerjaan suami merupakan salah

satu faktor yang dapat menggambarkan angka pendapatan keluarga, dan juga

dapat mendukung akses ibu untuk mendapatkan pelayanan persalinan oleh

tenaga kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Juliwanto (2009)

diketahui bahwa terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan

pemilihan penolong persalinan.

Dalam penelitian ini ibu yang memiliki suami tidak bekerja lebih banyak

menggunakan penolong persalinan bukan oleh tenaga kesehatan. Selain itu,

sebanyak (75,7%) suami yang tidak bekerja bertempat tinggal di wilayah

pedesaan dan (51,4%) ibu yang memiliki suami yang tidak bekerja

mempunyai pendidikan rendah. Hal ini menyebabkan ibu yang memiliki

suami atau pasangan yang tidak bekerja kurang mendapatkan dukungan dari

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

99

suami. Oleh karena itu, perlunya dukungan dari anggota kelurga lain maupun

petugas kesehatan untuk meningkatkan penggunaan tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinan.

6.4 Hubungan Faktor Pemungkin Dengan Penggunaan Penolong

Persalinan

Faktor pemungkin merupakan faktor yang dapat memungkinkan ibu

untuk mengakses penolong persalinan. Adapun faktor pemungkin yang dapat

mendukung ibu untuk menggunakan penolong persalinan pada penelitian ini

antara lain tingkat kekayaan dan wilayah tempat tinggal ibu yang akan dijabarkan

sebagai berikut.

6.4.1 Tingkat Kekayaan

Tingkat kekayaan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan. Hasil uji

statistik didapatkan Pvalue sebesar 0,000 yang artinya terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat kekayaan dan penggunaan penolong persalinan

oleh ibu melahirkan di Provinsi Papua. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Jat, dkk (2011) di India, diketahui bahwa ibu yang

termasuk dalam kelompok kekayaan menengah atas dan teratas lebih memilih

menggunakan penolong persalinan tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang

termasuk dalam kelompok terbawah dan menengah bawah.

Tingkat kekayaan dapat digunakan untuk mengukur status ekonomi

rumah tangga. Dalam SDKI 2012 kekayaan rumah tangga merupakan

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

100

karakteristik latar belakang rumah tangga yang digunakan sebagai pandekatan

untuk mengukur standar hidup rumah tangga dalam waktu yang panjang.

Pengukuran ini didasarkan pada data karakteristik perumahan dan

kepemilikan barang, jenis sumber air minum, fasilitas toilet dan karakteristik

lain yang terkait dengan status ekonomi rumah tangga. Tingkat kekayaan

dalam SDKI dibagi kedalam lima kuantil yaitu kuantil terbawah, menengah

bawah, menengah, menengah atas dan teratas (BPS, 2013). Hasil analisis

menunjukkan bahwa ibu di Provinsi Papua yang termasuk dalam tingkat

kekayaan terbawah sebesar (43,3%), menengah bawah (14,4%), menengah

(20,5%), menengah atas (12,6%), dan teratas (9,2%).

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ibu yang memiliki tingkat

kekayaan tinggi akan penggunaan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinan, seperti ibu dengan tingkat kekayaan menengah menggunakan

tenaga kesehatan sebesar 91,9%, ibu dengan tingkat kekayaan menengah atas

menggunakan tenaga kesehatan sebesar 100%, dan ibu dengan tingkat

kekayaan teratas menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan

sebesar 90%. Hal ini berbeda dengan ibu yang berada pada tingkat kekayaan

terbawah yang menggunakan tenaga kesehatan hanya sebesar 28,6%, dan

lebih tinggi dalam menggunakan bukan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinannya yaitu sebesar 70,1%.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa ibu yang memiliki tingkat

kekayaan atas akan lebih memilih menggunakan tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinannya dibandingkan ibu yang berada pada tingkat kekayaan

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

101

terbawah. Hal ini dapat berhubungan dengan sumberdaya yang dimiliki ibu

memenuhi untuk menggunakan pelayanan kesehatan termasuk penggunaan

tenaga kesehatan. Tingkat kekayaan merupakan salah satu sumberdaya yang

dapat mendukung untuk menggunakan pelayanan kesehatan (Andersen,

1968). Tingkat kekayaan keluarga juga menunjukkan kemampuan ibu untuk

mengeluarkan biaya untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ibu yang menggunakan tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinannya lebih tinggi pada ibu yang

termasuk dalam tingkat kekayaan menengah sampai ibu yang memiliki

tingkat kekayaan atas. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat

kekayaan tinggi lebih mudah dalam mengakses pelayanan persalinan.

6.4.2 Wilayah Tempat Tinggal

Provinsi Papua merupakan salah satu pulau besar di Indonesia.

Namun, jumlah penduduk yang Provinsi Papua jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan besar pulau tersebut. Penyebaran penduduk Papua

masih belum merata. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari 337 ibu

yang melahirkan lima tahun lalu (2008-2012) ibu yang bertempat tinggal di

pedesaan sebesar (56,4%), dan ibu yang bertempat tinggal di perkotaan

sebesar (43,6%).

Hasil uji statistik menunjukkan Pvalue sebesar 0,000 yang artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara wilayah tempat tinggal dengan

penggunaan penolong persalinan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

102

penelitian yang dilakukan Dagne (2010) di Ethiopia, diketahui bahwa ibu

yang berada di wilayah pedesaan lebih sedikit menggunakan tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinannya dibandingkan dengan ibu yang bertempat

tinggal diwilayah perkotaan.

Berdasarkan penelitian ini wilayah tempat tinggal ibu berhubungan

dengan penggunaan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Ibu yang

bertempat tinggal di perkotaan menggunakan tenaga kesahatan sebagai

penolong persalinan lebih tinggi dibandingkan ibu yang bertempat tinggal di

pedesaan. Hal ini dikarenakan ibu yang bertempat tinggal lebih mudah untuk

mengakses pelayanan persalinan. Ketersediaan tenaga kesehatan yang

mendukung untuk melakukan penolongan persalinan lebih banyak tersedia di

wilayah perkotaan dibandingkan wilayah pedesaan.

Berdasarkan data tahun 2013 diketahui bahwa ketersediaan tenaga

kesehatan di Papua antara lain rasio dokter umum di Provinsi Papua yang

telah mencapai rasio provinsi adalah kota Jayapura yaitu (88,0%).

Ketersediaan perawat di provinsi Papua sudah memenuhi capaian Indonesia

tahun 2013 dengan rasio rata-rata nasional sebesar 117,5% per 100.000

penduduk. Jumlah rasio perawat di Papua sudah melebihi yaitu pada tahun

2013 mencapai 166,3% per 100.000 penduduk. Rasio bidan di baru mencapai

58,0% per 100.000 penduduk, rasio ini sudah lebih dari rata-rata rasio bidan

di provinsi Papua yaitu sebesar 55,1% per 100.000 penduduk (Kemenkes RI,

2013). Penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata di Papua menjadi

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

103

penyebab rendahnya capaian penggunaan tenaga kesehatan untuk penolong

persalinannya.

Selain itu, Provinsi Papua merupakan provinsi yang mempunyai

banyak suku juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi perilaku

masyarakat Papua. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, diketahui

bahwa terdapat sebanyak 319 suku di Papua (Papua.go.id). banyaknya suku-

suku di Papua juga mempunyai pengaruh atas perilaku masyarakat Papua

termasuk perilaku kesehatan masyarakat, yang salah satunya adalah perilaku

penggunaan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya.

Kepercayaan masyarakat terhadap kebiasaan-kebiasaan adat dalam

proses persalinan dapat menyebabkan sulitnya masyarakat untuk

mempercayai tenaga kesehatan dan menggunakannya. Kepercayaan

masyarakat yang masih kental terhadap adat istiadat sekitarnya masih tinggi di

daerah-daerah pedesaan atau pedalaman Papua. Ibu yang bertempat tinggal di

pedesaan mempunyai peluang lebih besar mendapatkan pengaruh dari adat

setempat dalam melakukan persalinan.

Menurut Andersen & Newman (2005) wilayah tempat tinggal

seseorang dapat mendukung untuk mengakses pelayanan kesehatan karena

norma setempat atau adanya nilai komunitas yang mempengaruhi perilaku

individu yang tinggal di lingkungan tersebut. Salah satu pengaruh budaya

terhadap persalinan yaitu persalinan yang dilakukan oleh orang Hatam dan

Sough. Persalinan bagi orang Hatam dan Sough adalah suatu masa krisis.

Persalinan biasanya di dalam pondok (semuka) yang dibangun di belakang

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

104

rumah. Darah bagi orang Hatam dan Sough bagi ibu yang melahirkan adalah

tidak baik untuk kaum laki-laki, karena bila terkena darah tersebut, maka akan

mengalami kegagalan dalam aktivitas berburu. Oleh karena itu, seorang ibu

yang melahirkan harus terpisah dari rumah induknya. Persalinan juga dibantu

oleh seorang dukun perempuan (Ndaken) yang sudah mempunyai posisi yang

penting dalam masyarakat (Dumatubun, 2002). Berdasarkan hal tersebut

menunjukkan bahwa di beberapa daerah Papua masih kentalnya pengaruh

kepercayaan masyarakat terhadap adat setempat. Kepercayaan tersebut dapat

menimbulkan sikap ibu terhadap penggunaan penolong persalinan.

Selain pengaruh budaya, distribusi tenaga kesehatan dan fasilitas

kesehatan yang belum merata, keterjangkauan daerah tempat tinggal

masyarakat juga menjadi penyebab rendahnya akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan. Rendahnya akses ini juga dapat disebabkan oleh kurang

tersedianya pelayanan kesehatan di daerah-daerah tertentu di Provinsi Papua,

seperti halnya pada daerah terpencil dan perbatasan Papua. Provinsi Papua

merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea.

Daerah perbatasan tersebut berbukit dan bergunung, sehingga daerah-daerah

yang berada diperbatasan tersebut masih merupakan daerah tertinggal.

Sulitnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan disebabkan daerah

yang berjauhan dan transportasi yang sulit didapat. Hal ini menjadikan

penyebab sulitnya meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat. Hal ini

berbeda dengan ibu yang bertempat tinggal di wilayah pekotaan. Meski sarana

prasarana belum mencapai yang ditargetkan pemerintah, akan tetapi ibu yang

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

105

bertempat tinggal di pekotaan memiliki peluang yang lebih tinggi untuk

dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan dibandingkan ibu yang berada

diwilayah pedesaan atau bahkan di pedalaman.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ibu yang tinggal di

perkotaan lebih banyak menggunakan tenaga kesehatan dibandingkan ibu

yang tinggal di pedesaan. Akan tetapi, meski penggunaan tenaga kesehatan

tinggi pada ibu yang bertempat tinggal di perkotaan, namun pada hasil analisis

diketahui bahwa persentase ibu yang melakukan persalinan tanpa penolong

lebih tinggi pada ibu yang berada perkotaan sebesar (2,1%). Hal ini dapat

disebabkan oleh perbedaan jumlah populasi ibu yang bertempat tinggal di

pedesaan jauh lebih banyak dibandingkan ibu yang bertempat tinggal

diwilayah perkotaan.

Masih adanya ibu yang bertempat tinggal diperkotaan yang

melahirkan tanpa penolong juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan ibu yang

masih rendah, hasil analisis menunjukkan ibu diperkotaan yang yang

termasuk dalam tingkat kekayaan terbawah sebesar (23,4%) dan ibu masih

memiliki pendidikan dasar sebesar (11,7%) dan (9,6%) ibu mempunyai suami

tidak bekerja dan sebesar (7,4%) ibu tidak melakukan kunjungan antenatal.

Beberapa hal tersebut dapat menjadi penyebab ibu yang berada di perkotaan

melahirkan tanpa menggunakan persalinan. Oleh karena itu, kerjasama antara

pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta lembaga-lembaga masyarakat

lain sangat diperlukan untuk memberikan informasi kesehatan pada ibu, suami

atau pasangan dan juga pada keluarga serta masyarakat sekitar serta

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

106

peningkatan penyediaan sarana dan prasarana untuk mengakses tenaga

kesehatan bagi masyarakat desa dan pedalaman.

6.5 Hubungan Faktor Kebutuhan Dengan Penggunaan Penolong Persalinan

6.5.1 Komplikasi Kehamilan

Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang pernah mengalami

komplikasi kehamilan di Provinsi Papua sebesar (10,1%) dan ibu yang tidak

pernah mengalami komplikasi kehamilan sebesar (89,9%). Hasil

menunjukkan bahwa ibu yang pernah mengalami komplikasi kehamilan lebih

tinggi melakukan persalinan tanpa penolong yaitu (2,9%), ibu yang

melahirkan menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan lebih

tinggi pada ibu yang pernah mengalami komplikasi kehamilan yaitu (58,8%).

Hasil uji statistik didapatkan Pvalue sebesar 0,559 yang artinya tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara komplikasi kehamilan dengan penggunaan

penolong persalinan.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa jumlah ibu yang menggunakan

bukan tenaga kesehatan lebih tinggi pada kelompok ibu yang tidak pernah

mengalami komplikasi kehamilan. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah

perbedaan populasi yang terlalu besar antara ibu yang pernah mengalami

komplikasi dengan ibu yang tidak pernah mengalami. Perbedaan ini dapat

disebabkan juga oleh ibu yang tidak menjawab pada saat proses wawancara

atau dapat juga oleh banyaknya data yang missing. Dari hasil analisis

didapatkan data yang missing sebanyak 578 dari jumlah populasi 920 ibu.

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

107

Meskipun dengan jumlah data missing sejumlah diatas, akan tetapi penelitian

ini sudah memenuhi syarat kekuatan uji 80%.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ibu tidak terdapat

hubungan antara komplikasi kehamilan dan penolong persalinan, hal ini

dikarenakan penggunaan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan tinggi

pada ibu yang pernah mengalami komplikasi kehamilan maupun yang tidak

pernah mengalami komplikasi kehamilan. Berdasarkan hasil analisis juga

menunjukkan bahwa ibu yang tidak pernah mengalami komplikasi kehamilan

lebih tinggi menggunakan tenaga kesehatan sebesar (47,2%). Hasil penelitian

ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Auliasih, dkk (2013)

yang dilakukan di Sulawesi Selatan, yaitu ibu yang mempunyai komplikasi

kehamilan dari menggunakan dukun beranak pada kelahiran sebelumnya

menjadi pada tenaga kesehatan untuk penolong persalinan saat ini.

Menurut McCarthy and Deborah (1992) komplikasi kehamilan

merupakan penyebab langsung terjadinya kematian ibu. Oleh karena itu,

bantuan tenaga kesehatan pada saat ibu melahirkan merupakan hal yang

sangat penting. Akan tetapi, masih banyak ibu yang tetap menggunakan

penolong bukan tenaga kesehatan bahkan tidak menggunakan penolong

persalinan. Hal ini dapat disebabkan oleh pengetahuan dan sikap ibu yang

kurang terhadap pelayanan persalinan, kurangnya pengetahuan ibu ini dapat

terjadi karena kurangnya informasi kesehatan yang didapatkan oleh ibu.

Informasi tentang persalinan bagi ibu yang berada di pedesaan atau daerah

pedalaman dapat berupa informasi yang dipengaruhi oleh adat setempat dan

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

108

telah dilakukan secara turun temurun, dan berpengaruh terhadap persepsi ibu

yang menganggap komplikasi kehamilan merupakan hukuman karena ibu

melanggar adat setempat. Bagi ibu yang tidak pernah mengalami komplikasi

kehamilan dan tidak menggunakan tenaga kesehatan dapat disebabkan oleh

pengalaman ibu pada saat melahirkan anak-anak sebelumnya.

Paparan informasi kesehatan mengenai persalinan sangatlah penting

untuk menarik minat ibu dalam menggunakan tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinan. Selain itu, upaya pemenuhan sarana dan prasarana untuk

mengakses pelayanan persalinan sangat dibutuhkan, karena dapat

memudahkan ibu untuk mengakses tenaga kesehatan. Pelayanan yang baik

juga dapat meningkatkan kepercayaan ibu untuk menggunakan tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinannya.

6.5.2 Kunjungan Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal merupakan salah satu kebutuhan pokok yang

harus dipenuhi oleh ibu hamil. Dalam pelayanan antenatal ini selain

memeriksakan kehamilan ibu, juga dilakukan konseling dan perencanaan

persalinan. Penyuluhan kesehatan yang diberikan dapat menambah

pengetahuan ibu terhadap penolong persalinan. Kunjungan antenatal

dianjurkan paling sedikit dilakukan sebanyak 4 kali.

Hasil uji statistik didapat Pvalue sebesar 0,000 yang artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara kunjungan pelayanan antenatal dengan

penggunaan penolong persalinan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

109

dilakukan oleh Auliasih,dkk (2013), Amano, dkk (2012), diketahui bahwa

terdapat hubungan antara kunjungan pelayanan antenatal dengan penggunaan

penolong persalinan.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ibu yang melakukan kunjungan

antenatal 4 kali atau lebih, lebih memilih menggunakan tenaga kesehatan oleh

tenaga kesehatan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan kunjungan

antenatal. Hal ini dikarenakan pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal,

ibu lebih mengetahui keadaan kehamilannya dan mengetahui kebutuhan yang

diperlukan ibu pada saat hamil dan melahirkan. Pelayanan antenatal dapat

memberikan kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi

secara spesifik tentang masalah kehamilannya, yang dapat juga

mempengaruhi ibu membuat keputusan untuk persalinannya (Lelei,

dkk.,2013). Ibu yang melakukan kunjungan antenatal memiliki kesempatan

untuk menerima pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan komplikasi

kehamilan. Selain itu, mereka juga dapat menerima informasi tentang manfaat

melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan dan mampu merencanakan

persalinan yang aman, sehingga ibu yang melakukan kunjungan antenatal

lebih cenderung memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

Informasi-informasi kesehatan yang didapatkan ibu pada saat

melakukan kunjungan pelayanan antenatal memberikan pengaruh kepada ibu

untuk memilih menggunakan tenaga kesehatan pada saat melakukan

kunjungan antenatal. Oleh karena itu, peningkatan penyediaan fasilitas

pelayanan antenatal sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan penggunaan

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

110

tenaga kesehatan. Ketersediaan tenaga kesehatan yang terampil dalam

melakukan pemeriksaan kehamilan dan dalam melakukan konseling atau

penyuluhan untuk pendidikan kesehatan sangatlah diperlukan, untuk

meningkatkan kinerja pelayanan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat

terhadap pelayanan antenatal dan tenaga kesehatan.

6.6 Hubungan Faktor Predisiposisi, Faktor Pemungkin, dan Faktor Kebutuhan

Terhadap Penggunaan Penolong Persalinan

Faktor predisposisi merupakan kecenderungan seseorang dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor ini berada dalam setiap individu dan

berbeda-beda setiap individu, sehingga faktor ini termasuk dalam faktor yang

sulit atau tidak dapat diubah (Andersen, 1995). Faktor predisposisi terdiri dari

tiga komponen yang terdiri dari demografi, struktur sosial, dan kepercayaan

kesehatan. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel yang termasuk kedalam

kategori demografi anatara lain umur ibu, paritas, status perkawinan, pendidikan

ibu, pendidikan suami, pekerjaan ibu dan pekerjaan suami.

Faktor pemungkin merupakan keadaan yang memungkinkan seseorang untuk

menggunakan pelayanan kesehatan (Andersen & Newman, 2005). Faktor

pemungkin ini didukung oleh adanya sumberdaya dari diri seseorang tersebut

dan sumberdaya dari lingkungan untuk mengakses pelayanan kesehatan. Adapun

yang termasuk kedalam faktor pemungkin dalam adalah tingkat kekayaan ibu

dan wilayah tempat tinggal ibu. Faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk

menggunakan pelayanan kesehatan adalah faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

111

merupakan faktor yang dapat langsung mempengaruhi seseorang untuk mencari

pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam faktor

kebutuhan adalah komplikasi kehamilan dan kunjungan pelayanan antenatal.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa faktor predisposisi yang

berhubungan dengan penggunaan tenaga kesehatan yaitu faktor demografi yang

berhubungan adalah paritas. Paritas dapat mempengaruhi ibu untuk

menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hal ini dipengaruhi

oleh pengalaman ibu dalam melahirkan, pengalam ibu ini dapat mendukung ibu

untuk menggunakan penolong persalinan baik tenaga kesehatan maupun bukan

tenaga kesehatan atau tanpa persalinan. Hal ini tergantung dari pengalaman baik

atau buruk yang ibu alami.

Variabel Struktur sosial yang berhubungan antara lain tingkat pendidikan ibu

dan tingkat pendidikan suami, pekerjaan ibu dan pekerjaan suami. Pendidikan

dan pekerjaan seseorang dapat menunjukkan status seseorang dalam komunitas,

dan menunjukkan gaya hidup dan pola perilaku seseorang yang berhubungan

pula dengan penggunaan pelayanan kesehatan (Andersen & Newman, 2005).

Pendidikan ibu dan pendidikan suami atau pasangan dapat berpengaruh terhadap

pengetahuan dan sikap ibu dan suami/pasangan terhadap penggunaan penolong

persalinan. Pekerjaan ibu dan suami/pasangan memiliki peran penting dalam

penggunaan pelayanan kesehatan. hal ini berhubungan dengan kemampuan ibu

untuk menggunakan penolong persalinan.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor pemungkin

yang berhubungan dengan penggunaan penolong persalinan antara lain yaitu

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

112

tingkat kekayaan dan wilayah tempat tinggal ibu. Dua hal ini dapat

mempengaruhi ibu dalam mengakses tenaga kesehatan. tingkat kekayaan dan

wilayah tempat tinggal ibu yang tidak mendukung akan menyebabkan ibu untuk

menggunakan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan atau melakukan

persalinan tanpa penolong. Wilayah tempat tinggal mungkin berhubungan

dengan norma yang ada untuk menggunakan pelayanan kesehatan (Andersen &

Newman, 2005).

Adapun faktor kebutuhan yang berhubungan dengan penggunaan penolong

persalinan yaitu kunjungan pelayanan antenatal. pelayanan antenatal ini dapat

mempengaruhi ibu untuk menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinannya hal ini dimungkinkan karena ibu yang melakukan kunjungan

antenatal lebih mengetahui kondisi kehamilan serta mengetahui perencanaan

persalinan yang aman.

Berdasarkan Andersen (1968) menunjukkan bahwa variabel predisposisi,

pemungkin dan kebutuhan dalam penggunaan tenaga kesehatan saling

berhubungan satu sama lain. Faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan

dibutuhkan agar ibu dapat mengakses tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor-faktor yang

berhubungan dengan penggunaan penolong persalinan oleh ibu melahirkan di

Provinsi Papua antara lain faktor predisposisi yaitu paritas, pendidikan ibu,

pendidikan suami/pasangan, pekerjaan ibu, pekerjaan suami/pasangan; faktor

pemungkin yaitu tingkat kekayaan, wilayah tempat tinggal; dan faktor kebutuhan

yaitu kunjungan pelayanan antenatal. Faktor-faktor tersebut mempunyai

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

113

hubungan yang signifikan dalam penggunaan penolong persalinan. Berdasarkan

hal tersebut menunjukkan bahwa faktor perdisposisi, pemungkin dan kebutuhan

dapat mendukung ibu untuk menggunakan penolong persalinan.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

114

7.1 Kesimpulan

1) Penggunaan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan masih rendah

digunakan ibu melahirkan di Provinsi Papua dibandingkan penggunaan

dengan bukan tenaga kesehatan, selain itu masih terdapat ibu yang melahirkan

tanpa menggunakan penolong persalinan.

2) Faktor predisposisi ibu melahirkan di Provinsi Papua untuk menggunakan

penolong persalinan:

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan

penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun 2012.

b. Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan penggunaan

penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun 2012.

c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan ibu

dengan penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun

2012.

d. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan

penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun 2012.

e. Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan penolong

persalinan dengan penggunaan penolong persalinan.

f. Terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan

penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun 2012.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

115

g. Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan suami/pasangan

dengan penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun

2012.

3) Faktor pemungkin ibu melahirkan di Provinsi Papua untuk menggunakan

penolong persalinan:

a. Terdapat hubungan yangg signifikan antara tingkat kekayaan ibu

dengan penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun

2012.

b. Terdapat hubungan yang signifikan antara wilayah tempat tinggal

dengan penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun

2012.

4) Faktor kebutuhan ibu melahirkan di Provinsi Papua untuk menggunakan

penolong persalinan:

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komplikasi kehamilan

dengan penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua pada tahun

2012.

b. Terdapat hubungan yang signifikan antara kunjungan pelayanan

antenatal dengan penggunaan penolong persalinan di Provinsi Papua

pada tahun 2012.

7.2 Saran

A. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Papua

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

116

1. Meningkatkan kemitraan antara bidan dan penolong persalinan tradisional

atau dukun, sebagai salah satu usaha pencegahan komplikasi dan agar

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan.

2. Melakukan pelatihan kepada penolong persalinan tradisional atau dukun

tentang persalinan yang aman dan agar terampil melakukan penolong

persalinan yang aman.

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar melalui Poskesdes dan

Posyandu terutama diwilayah pedesaan, agar masyarakat dapat dengan

mudah mengakses pelayanan kesehatan dasar.

4. Melakukan kemitraan dengan lembaga non pemerintah untuk mendukung

keberhasilan pencapaian penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, yang

dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap tenaga

kesehatan.

B. Bagi Peneliti lain

Peneliti lain yang akan melakukan penelitian lanjutan mengenai

penggunaan penolong persalinan dapat melanjutkan menggunakan analisis

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

117

multivariat sehingga dapat melihat faktor yang paling mempengaruhi terhadap

penggunaan penolong persalinan, dan dapat pula dengan menggunakan

penelitian kualitatif sehingga dapat menggali lebih dalam terkait faktor yang

mendukung penggunaan penolong persalinan pada ibu yang melahirkan.

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

118

DAFTAR PUSTAKA

Adewemimo, Adeyinka W., Sia E. Msuya, Christine T. Olaniyan, Adetoro A.Adegoke.2013.Utilisation of skilled birth attendance in Northern Nigeria: Across-sectional survey. Midwifery 30 (2014) e7–e13

Alwi, Qomariah., Lannywati Ghani & Delima.2001.Budaya persalinan SukuAmungme dan Suku Kamoro, Papua.Universa Medicina Vol.23 No.4 hal115-156.

Amalia, L.2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemilihan PenolongPersalinan. Artikel-Jurnal Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Amano, Abdella., Abebaw Gebeyehu & Zelalem Birhanu.2012.Institutional deliveryservice utilization in Munisa Woreda, South East Ethiopia: a communitybased cross-sectional study. BMC Pregnancy and Childbirth 2012,12 (105).

Andersen, Ronald.1968. A Behavioral Model Of Families' Use Of Health Services.Research Series No. 25. Chicago: Center For Health Administation Studies,University Of Chicago

Andersen, Ronald & John F. Newman.2005. Societal and Individual Determinants ofMedical Care Utilization in the United States. The Milbank Quarterly, Vol.83, No. 4 (pp. 1–28), reprinted from The Milbank Memorial Fund Quarterly:Health and Society, Vol. 51, No. 1 (pp. 95–124)

Andersen, Ronald Max.1995. Revisiting the Behavioral Model and access to MedicalCare: Does It Matter?*. Journal of Health and Social Behavioral Vol. 36(March), 1-10.

Andersen, Ronald Max.2008.National Health Surveys and the Behavioral Model ofHealth Services Use. Medical Care, Vol. 46, No 7

Anwar I, dkk.2008. Inequity in maternal health-care services: evidence from home-based skilled-birth-attendant programmes in Bangladesh. Bulletin of theWorld Health Organization, 252–259.

Arung, Nensi Debora; Asiah Hamzah & Sukri Palutturi.2013.Proses PengambilanKeputusan Ibu Hamil Terhadap Pelayanan Persalinan Di Puskesmas Lempo

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

119

Toraja Utara. Artikel Penelitian UnHas.Sulawesi tengah: UniversitasHasanuddin.

Assfaw, Yalem Tsegay.2010.Determinants of Antenatal Care, Institutional Deliveryand Skilled Birth Attendant Utilization in Samre Saharti District, Tigray,Ethiopia. Master Thesis in Public Health. Umeå International School of PublicHealth

Azwar, Azrul.2010.Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga.Tangerang:Binarupa Aksara Publisher

BAPPENAS.2011.Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium DiIndonesia 2011. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bashar, S. M. Abul.2012. Determinants Of The Use Of Skilled Birth Attendants AtDelivery By Pregnant Women In Bangladesh. Umeå University: Sweden

BPS.2010.Peraturan Kepala Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 TentangKlasifikasi Perkotaan dan Perdesaan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS.2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: BPS.

BPS.2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BPS.

Buyandaya, Tahir Abdullah & Syamsiar S.Russeng.2012. Faktor DeterminanPemilihan Tenaga Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas PalasaKabupaten Parigi Moutong Tahun 2012.Jurnal Pascasarjana UnHas.Sulawesitengah: Universitas Hasanuddin.

Chakraborty1, Nitai, M. Ataharul Islam, Rafiqul Islam Chowdhury2, WasimulBari1and Halida Hanum Akhter.2003. Determinants of the use of maternalhealth services in rural Bangladesh. Health Promotion International Vol. 18.No. 4

Choulagai, Bishnu, Sharad Onta, Narayan Subedi, Suresh Mehata, Gajananda PBhandari, Amod Poudyal, Binjwala Shrestha, Matthews Mathai, Max Petzold,& Alexandra Krettek.2013.Barriers To Using Skilled Birth Attendants’Services In Mid- And Far-Western Nepal: A Cross-Sectional Study. BMCInternational Health and Human Rights 2013,13:49

Dagne, Eyerusalem.2010.Role Of Socio-Demographic Factors On Utilization OfMaternal Health Care Services In Ethiopia.UMEA University

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

120

Dinkes Papua.2012.Profil Kesehatan Papua 2012. Papua: Dinas Kesehatan.

Dinkes Papua.2013.Data dan Informasi Kesehatan Tahun 2013. Papua: DinasKesehatan.

Dirjen Bina Gizi dan KIA.2011.Pedoman Pelaksaan Kegiatan: Komunikasi,Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi Untuk Petugas Kesehatan DiTingkat pelayanan dasar. Jakarta: kementerian kesehatan RI.

Dumatubun, A.E.2002. Kebudayaan, Kesehatan Orang Papua Dalam PerspektifAntropologi Kesehatan.Jurnal Antropology Vol. 1 No.1

Farrer, H.2001.Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Fitriani, S.2011.Promosi Kesehatan. Jogyakarta: Graha Ilmu.

Gallo, Linda C., Wendy M. Troxel, Karen A. Matthews & Lewis H. Kuller.2003.Marital Status and Quality in Middle-Aged Women: Associations With Levelsand Trajectories of Cardiovascular Risk Factors. Health Psychology Vol. 22,No.5, 453– 463

Goo, manuel Goubo.2012."Memahami Masalah Perempuan Papua Dalam BudayaDan Kesehatan".Artikel. http://majalahselangkah.com/old/memahami-masalah-perempuan-papua-dalam-budaya-dan-kesehatan/ diakses pada 22 Juli2015

Holst, Christine.2014.Use of skilled birth attendants in Nepal, A study of influencingfactors, structural barriers and government strategies andinterventions.Thesis.Olso, Norway

Jat, Tej Ram, Nawi Ng & Miguel San Sebastian.2011. Factors affecting the use ofmaternal healthservices in Madhya Pradesh state of India:a multilevelanalysis. International Journal for Equity in Health,1-11.

Jekti, Rabea Pangerti & D. Mutiatikum.2011. Hubungan Antara KepatuhanAntenatal Care Dengan Pemilihan Penolong Persalinan.Jurnal KesehatanReproduksi Vol.1 No2, 84-91

Juliwanto, E.2009.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan MmemilihPenolong Persalinan Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Babul RahmahKabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008. Thesis.Medan: Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara.

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

121

Kanini, Caroline Mumbe.2012.Utilization Of Skilled Birth Attendants Among WomenOf Reproductive Age In Central District, Kitui County.Thesis. ReproductiveHealth Of Kenyatta University

Kemendiknas RI.2008.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun2008 Tentang Wajib Belajar. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008, No. 90.Sekertariat Negara.Jakarta.

Kemenkes RI.2011.Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya Pada Kehamilan,Persalinan Dan Nifas Bagi Kader. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI.2012.Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: KementerianKesehatan RI.

Kemenkes RI.2013.Ringkasan Eksklusif:Data dan Informasi Provinsi Papua .Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI.2014.InfoDatin: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,Situasi Bidan Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Lizárraga, María L. Sanz de Acedo, María T. Sanz de Acedo Baquedano & y MaríaCardelle-Elawar.2007. Factors that affect decision making: gender and agedifferences. International Journal of Psychology and Psychological Therapy,Vol. 7, No. 3 (2007) pp. 381-391

Leah, B. C.2013.Barrier To Utilization Of Focused Antenatal Care Among PregnantWomen In Ntchisi District In Malawi. Tampere: University of Tampere.

McCarthy, James & Deborah Maine.1992.A Framework for Analyzing theDeterminants of Maternal Mortality. Studies in Family Planning, Vol. 23,No. 1 (1992), pp. 23-33

Menkokesra.2010.Kesehatan Indonesia Timur Tertinggal. Jakarta: KementeriianKoordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Michelle Hynes, O. S.2012.A Study of Refugee Maternal Mortality in 10 Countries,2008—2010. International Perspectives on Sexual and Reproductive Health,Vol. 38, No. 4 (DECEMBER 2012), pp. 205-213, 2.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk.2007.Promosi Kesehatan:Sebuah Pengantar ProsesBelajar Mengajar Dalam Pendidikan.Yogyakarta:Graha Ilmu

Notoatmodjo, S.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

122

Notoatmodjo, S.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Papua.2005."Suku Bangsa Asli Papua Menurut Abjad". darihttps://www.papua.go.id/bps/left%20frame%20web%202005/penduduk/suku%20bangsa%20asli%20papua%20menurut%20urutan%20abjad.htm diaksespada 13 Juli 2015

Prawirohadrjo, Sarwono.2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternaldan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Riskesdas.2010.Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Ritonga, Fatimah Jahra.2013.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil DalamMelakukan Pemeriksaan Antenatal Di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut SeiTuan Kab.Deli Serdang.Jurnal Keperawatan Klinis Universitas SumateraUtara Vol. 4, No. 1 (2012)

Republik Indonesia.2003.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003, No.78.Sekretariat Negara.Jakarta.

Rosenstock, Irwin M., Victor J. Strecher, Marshall H. Becker.1988.Social LearningTheory and the Health Belief Model.Health Education Quarterly Vol. 15 No.2(pp: 175-183)

Salam, Abdul, S ASiddiqui.2006.Socioeconomic Inequalities In Use Of DeliveryCare Services In India. J Obstet Gynecol India Vol. 56, No. 2, 123-127

Sari, T. W.2010.Analisis Spasial Tempat Pertolongan Persalinan Di KelurahanSendangmulyo Semarang Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Reproduksi: TheIndonesian Journal of Reproductive Health, 113-124.

Sastrawinata, U. S.2009.Optimalisasi persalinan Non-institusional UntukMenurunkan Angka Kematian Ibu. MKB, volume 41 No.4, 212-219.

Simanjuntak, Harto P., Heru Santosa, Maya Fitria.2012.Faktor-Faktor YangBerhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah KerjaPuskesmas Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli UtaraTahun 2012. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi USU Vol.2, No. 3 (2013)

Tarekegn, Shegaw Mulu, Leslie Sue Lieberman & Vincentas Giedraitis.2014.Determinants of maternal health service utilization in Ethiopia: analysis of

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

123

the 2011 Ethiopian Demographic and Health Survey. BMC Pregnancy andChildbirth 2014, 14:161.

Titus, Lelei., Kiprop Danie, Elizabeth Barasa, Chepngetich Margaret.2013. FactorsAffecting Skilled Birth Attendant Utilization In Kibra Constituency,RailaVillage (Nairobi, Kenya).University Of Nairobi

WHO.2013.Cause Specific Mortality and Morbidity: Maternal Mortality Ratio.Dipetik March 17, 2014, dari World Health Organization:http://apps.who.int/gho/data/view.main.1370?lang=en

Yenita, Sri.2011.Faktor Determinan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan DiWilayah Kerja Puskesmas Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun2011.Thesis.Padang:Universitas Andalusia Padang

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

124

Frequencies

Statistics

jenis penolong 1

N Valid 693

Missing 0

jenis penolong 1

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tanpa penolong 13 1.9 1.9 1.9

bukan tenaga kesehatan 357 51.5 51.5 53.4

tenaga kesehatan 323 46.6 46.6 100.0

Total 693 100.0 100.0

Frequenciesumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <20tahun 43 6.2 6.2 6.2

20-34 tahun 464 67.0 67.0 73.2

35-49 tahun 186 26.8 26.8 100.0

Total 693 100.0 100.0

Crosstabsumur * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

umur

<20tahun Count 0 27 16 43

% within umur .0% 62.8% 37.2% 100.0%

20-34 tahun Count 10 228 226 464

% within umur 2.2% 49.1% 48.7% 100.0%

35-49 tahun Count 3 102 81 186

% within umur 1.6% 54.8% 43.5% 100.0%

Total Count 13 357 323 693

% within umur 1.9% 51.5% 46.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.664a 4 .324

Likelihood Ratio 5.458 4 .243

Linear-by-Linear Association .068 1 .794

N of Valid Cases 693

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

125

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.664a 4 .324

Likelihood Ratio 5.458 4 .243

Linear-by-Linear Association .068 1 .794

a. 2 cells (22,2%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,81.

WEIGHT BY parity.

FrequenciesParity

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 6+ 41 4.3 4.3 4.3

4-5 134 14.1 14.1 18.4

2-3 414 43.4 43.4 61.8

1 364 38.2 38.2 100.0

Total 953 100.0 100.0

Crosstabsparity * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

parity 6+ Count 0 28 13 41

% within parity .0% 68.3% 31.7% 100.0%

4-5 Count 6 72 56 134

% within parity 4.5% 53.7% 41.8% 100.0%

2-3 Count 6 222 186 414

% within parity 1.4% 53.6% 44.9% 100.0%

1 Count 4 148 212 364

% within parity 1.1% 40.7% 58.2% 100.0%

Total Count 16 470 467 953

% within parity 1.7% 49.3% 49.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 30.080a 6 .000

Likelihood Ratio 28.982 6 .000

Linear-by-Linear Association 21.217 1 .000

N of Valid Cases 953

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

126a. 2 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,69.

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 32.757a 8 .000

Likelihood Ratio 42.629 8 .000

Linear-by-Linear Association 11.092 1 .001

N of Valid Cases 400

a. 6 cells (40,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,09.

pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Married 294 73.5 73.5 73.5

Living with partner 60 15.0 15.0 88.5

Widowed 21 5.2 5.2 93.8

Divorced 20 5.0 5.0 98.8

No longer living

together/separated5 1.2 1.2 100.0

Total 400 100.0 100.0

pernikahan * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan

tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

Pernikahan Married Count 5 154 135 294

% within

pernikahan1.7% 52.4% 45.9% 100.0%

Living with

partner

Count 2 32 26 60

% within

pernikahan3.3% 53.3% 43.3% 100.0%

Widowed Count 0 15 6 21

% within

pernikahan.0% 71.4% 28.6% 100.0%

Divorced Count 0 0 20 20

% within

pernikahan.0% .0% 100.0% 100.0%

No longer

living

together/se

parated

Count 0 0 5 5

% within

pernikahan .0% .0% 100.0% 100.0%

Total Count 7 201 192 400

% within

pernikahan1.8% 50.2% 48.0% 100.0%

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

127

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.338E2a 6 .000

Likelihood Ratio 147.605 6 .000

Linear-by-Linear Association 110.332 1 .000

N of Valid Cases 834

a. 3 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 1,26.

Frequencies

didiksuami

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tanpa pendidikan 75 9.0 9.0 9.0

pendidikan dasar 122 14.6 14.6 23.6

pendidikan menengah 501 60.1 60.1 83.7

pendidikan atas 136 16.3 16.3 100.0

Total 834 100.0 100.0

didiksuami * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan

tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

Didik

suami

tanpa

pendidikan

Count 2 68 5 75

% within

didiksuami2.7% 90.7% 6.7% 100.0%

pendidikan

dasar

Count 2 76 44 122

% within

didiksuami1.6% 62.3% 36.1% 100.0%

pendidikan

menengah

Count 6 189 306 501

% within

didiksuami1.2% 37.7% 61.1% 100.0%

pendidikan atas Count 4 24 108 136

% within

didiksuami2.9% 17.6% 79.4% 100.0%

Total Count 14 357 463 834

% within

didiksuami1.7% 42.8% 55.5% 100.0%

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

128

FrequenciesStatistics

didikibu

N Valid 723

Missing 0

Didikibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tanpa pendidikan 125 17.3 17.3 17.3

pendidikan dasar 130 18.0 18.0 35.3

pendidikan menengah 360 49.8 49.8 85.1

pendidikan atas 108 14.9 14.9 100.0

Total 723 100.0 100.0

Crosstabsdidikibu * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan

tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

didikibu tanpa

pendidikan

Count 3 104 18 125

% within didikibu 2.4% 83.2% 14.4% 100.0%

pendidikan

dasar

Count 2 76 52 130

% within didikibu 1.5% 58.5% 40.0% 100.0%

pendidikan

menengah

Count 6 99 255 360

% within didikibu 1.7% 27.5% 70.8% 100.0%

pendidikan

atas

Count 0 0 108 108

% within didikibu .0% .0% 100.0% 100.0%

Total Count 11 279 433 723

% within didikibu 1.5% 38.6% 59.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.212E2a 6 .000

Likelihood Ratio 262.780 6 .000

Linear-by-Linear Association 200.400 1 .000

N of Valid Cases 723

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

129

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.212E2a 6 .000

Likelihood Ratio 262.780 6 .000

Linear-by-Linear Association 200.400 1 .000

a. 3 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 1,64.

FrequenciesStatistics

jenis penolong 1

N Valid 824

Missing 0

jenis penolong 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tanpa penolong 6 .7 .7 .7

bukan tenaga

kesehatan350 42.5 42.5 43.2

tenaga kesehatan 468 56.8 56.8 100.0

Total 824 100.0 100.0

Crosstabskerjasuami * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan

tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

Kerja

suami

tidak

bekerja

Count 1 27 9 37

% within

kerjasuami2.7% 73.0% 24.3% 100.0%

bekerja Count 10 296 294 600

% within

kerjasuami1.7% 49.3% 49.0% 100.0%

Total Count 11 323 303 637

% within

kerjasuami1.7% 50.7% 47.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 8.519a 2 .014

Likelihood Ratio 8.976 2 .011

Linear-by-Linear Association 8.134 1 .004

N of Valid Cases 637

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,64.

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

130

FrequenciesStatistics

kerjasuami

N Valid 637

Missing 0

Kerjasuami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak

bekerja37 5.8 5.8 5.8

bekerja 600 94.2 94.2 100.0

Total 637 100.0 100.0

Crosstabskerjaibu * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan

tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

kerjaibu tidak bekerja Count 1 28 90 119

% within kerjaibu .8% 23.5% 75.6% 100.0%

bekerja Count 10 294 132 436

% within kerjaibu 2.3% 67.4% 30.3% 100.0%

Total Count 11 322 222 555

kerjaibu * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan

tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

kerjaibu tidak bekerja Count 1 28 90 119

% within kerjaibu .8% 23.5% 75.6% 100.0%

bekerja Count 10 294 132 436

% within kerjaibu 2.3% 67.4% 30.3% 100.0%

Total Count 11 322 222 555

% within kerjaibu 2.0% 58.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 80.128a 2 .000

Likelihood Ratio 80.191 2 .000

Linear-by-Linear Association 74.272 1 .000

N of Valid Cases 555

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 2,36.

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

131

Statistics

kerjaibu

N Valid 555

Missing 0

kerjaibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak bekerja 119 21.4 21.4 21.4

bekerja 436 78.6 78.6 100.0

Total 555 100.0 100.0

Frequencies

jenis penolong 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tanpa penolong 8 1.9 1.9 1.9

bukan tenaga kesehatan 187 43.4 43.4 45.2

tenaga kesehatan 236 54.8 54.8 100.0

Total 431 100.0 100.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.283E2a 2 .000

Likelihood Ratio 139.438 2 .000

Linear-by-Linear Association 105.133 1 .000

tempattinggal * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan

tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

Tempat

tinggal

pedesaan Count 4 163 76 243

% within

tempattinggal1.6% 67.1% 31.3% 100.0%

perkotaan Count 4 24 160 188

% within

tempattinggal2.1% 12.8% 85.1% 100.0%

Total Count 8 187 236 431

% within

tempattinggal1.9% 43.4% 54.8% 100.0%

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

132

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.283E2a 2 .000

Likelihood Ratio 139.438 2 .000

Linear-by-Linear Association 105.133 1 .000

N of Valid Cases 431

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 3,49.

Frequencies

tempattinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pedesaan 243 56.4 56.4 56.4

perkotaan 188 43.6 43.6 100.0

Total 431 100.0 100.0

Wealth index * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

Wealth

index

Poorest Count 3 164 67 234

% within Wealth

index1.3% 70.1% 28.6% 100.0%

Poorer Count 4 16 58 78

% within Wealth

index5.1% 20.5% 74.4% 100.0%

Middle Count 3 6 102 111

% within Wealth

index2.7% 5.4% 91.9% 100.0%

Richer Count 0 0 68 68

% within Wealth

index.0% .0% 100.0% 100.0%

Richest Count 0 5 45 50

% within Wealth

index.0% 10.0% 90.0% 100.0%

Total Count 10 191 340 541

% within Wealth

index1.8% 35.3% 62.8% 100.0%

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

133

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.347E2a 8 .000

Likelihood Ratio 267.804 8 .000

Linear-by-Linear Association 152.234 1 .000

N of Valid Cases 541

a. 5 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,92.

FrequenciesStatistics

Wealth index

N Valid 541

Missing 0

Wealth index

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Poorest 234 43.3 43.3 43.3

Poorer 78 14.4 14.4 57.7

Middle 111 20.5 20.5 78.2

Richer 68 12.6 12.6 90.8

Richest 50 9.2 9.2 100.0

Total 541 100.0 100.0

Crosstabsantenatal * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

antenatal tidak

antenatal

Count 6 102 15 123

% within

antenatal4.9% 82.9% 12.2% 100.0%

tidak tahu Count 0 44 32 76

% within

antenatal.0% 57.9% 42.1% 100.0%

1 Count 0 21 6 27

% within

antenatal.0% 77.8% 22.2% 100.0%

2-3 Count 0 100 68 168

% within

antenatal.0% 59.5% 40.5% 100.0%

4+ Count 0 95 530 625

% within

antenatal.0% 15.2% 84.8% 100.0%

Total Count 6 362 651 1019

% within

antenatal.6% 35.5% 63.9% 100.0%

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

134

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 3.673E2a 8 .000

Likelihood Ratio 365.205 8 .000

Linear-by-Linear Association 293.762 1 .000

N of Valid Cases 1019

a. 5 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,16.

Frequenciesantenatal

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak antenatal 123 12.1 12.1 12.1

tidak tahu 76 7.5 7.5 19.5

1 27 2.6 2.6 22.2

2-3 168 16.5 16.5 38.7

4+ 625 61.3 61.3 100.0

Total 1019 100.0 100.0

FrequenciesKomplikasi

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid pernah 80 9.7 9.7 9.7

tidak

pernah744 90.3 90.3 100.0

Total 824 100.0 100.0

CrosstabsKomplikasi * jenis penolong 1 Crosstabulation

jenis penolong 1

Total

tanpa

penolong

bukan tenaga

kesehatan

tenaga

kesehatan

Komplikasi pernah Count 1 40 39 80

% within

Komplikasi1.2% 50.0% 48.8% 100.0%

tidak

pernah

Count 5 310 429 744

% within

Komplikasi.7% 41.7% 57.7% 100.0%

Total Count 6 350 468 824

% within

Komplikasi.7% 42.5% 56.8% 100.0%

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

135

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.522a 2 .283

Likelihood Ratio 2.458 2 .293

Linear-by-Linear Association 2.490 1 .115

N of Valid Cases 824

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,58.

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

136

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

137

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

138

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

139

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

140

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

141

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

142

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

143

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

144

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

145

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

146

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

147

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

148

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

149

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

150

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

151

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

152

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

153

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

154

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

155

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

156

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37636/1/SARYATI... · untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong

157