FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … Skripsi An. Dian Pratiwi.pdfPosyandu terdiri dari Posyandu...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN … Skripsi An. Dian Pratiwi.pdfPosyandu terdiri dari Posyandu...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS
KOTA KENDARI TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Jurusan Kebidanan Diploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
DIAN PRATIWI P00312017106
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV
TAHUN 2018
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Dian Pratiwi
2. Tempat Tangal Lahir : Kendari, 25 Januari 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Muna / Indonesia
6. Alamat : Jl. H,E.A. Mokodompit Lor. Manggarai
Kampus Baru Kota Kendari
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 09 Kendari Barat, Tamat Tahun 2006
2. SMP Negeri 10 Kendari, Tahun Tamat 2009
3. SMA Negeri 4 Kendari, Tamat Tahun 2012
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D-III Kebidanan, Tamat Tahun
2015
5. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan D-IV
Kebidanan Tahun 2017 sampai sekarang.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan
judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun
2018”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak
langsung dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari
pelaksanaan kegiatan awal sampai pada penyelesaian Skripsi ini. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes.,
selaku Pembimbing I dan Ibu Feryani, S.Si.T., MPH., selaku Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan
tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Ibu Hasmia Naningsi, SST., M.Keb., selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari.
vi
4. dr. Patma Ayunita, selaku Kepala Puskesmas Perumnas Kota Kendari
dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi selama
pengambilan data awal berlangsung.
5. Ibu Sitti Aisa, AM. Keb., S.Pd., M.Pd., selaku Penguji I, Ibu Dr. Kartini,
S.Si.T., M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes.,
selaku Penguji III.
6. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
D-IV Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
7. Teristimewa kepada ayahanda La Dinda, SH., dan Ibunda Wa Ode Sitti
Mardiana yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh
kasih sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual,
serta saudara-saudaraku, terima kasih atas pengertiannya selama ini.
8. Sahabat-sahabatku: Intan, Asnani, Indah, Rita, Fatma, Nurma, Sidarni
dan Rohyatun, Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya
selama ini.
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
D-IV Kebidanan angkatan 2017.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga Skripsi ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Agustus 2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................... xiii
ABSTRACT ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 8
E. Keaslian Penelitian ......................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ............................................................. 11
1. Keaktifan Kader ....................................................... 11
2. Posyandu ................................................................. 12
3. Kader Posyandu ...................................................... 19
4. Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader
Posyandu .................................................................. 23
B. Landasan Teori ............................................................. 37
C. Kerangka Teori .............................................................. 40
D. Kerangka Konsep ......................................................... 41
E. Hipotesis ....................................................................... 41
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................. 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 43
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................... 44
D. Variabel Penelitian ........................................................ 45
E. Definisi Operasional ...................................................... 45
F. Instrumen Penelitian ..................................................... 48
G. Jenis dan Sumber Data ................................................. 48
H. Alur Penelitian ............................................................... 49
I. Pengolahan Data .......................................................... 49
J. Analisis Data ................................................................. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................. 53
B. Pembahasan ................................................................. 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 70
B. Saran ............................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Perumnas Tahun 2018 .................. 55
2. Karakteristik Umur Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 .................................................. 55
3. Karakteristik Pendidikan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 .................................................. 56
4. Karakteristik Pekerjaan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 .................................................. 56
5. Distribusi Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Perumnas Kota
Kendari Tahun 2018 ............................................................................ 57
6. Distribusi Sikap Kader Posyandu di Wilayah Kerja Perumnas Kota
Kendari Tahun 2018 ............................................................................ 58
7. Distribusi Status Perkawinan Kader Posyandu di Wilayah Kerja
Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 .................................................. 58
8. Distribusi Insentif Kader Posyandu di Wilayah Kerja Perumnas Kota
Kendari Tahun 2018 ............................................................................ 59
9. Hubungan Sikap dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 ............................... 59
10. Hubungan Status Perkawinan dengan Keaktifan Kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 ........ 60
11. Hubungan Insentif dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018 ............................... 61
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori di Modifikasi dari Teori Faktor yang Berhubungan
Dengan Keaktifan Kader Posyandu ............................................... 40
2. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 41
3. Desain Penelitian ........................................................................... 43
4. Alur Penelitian ............................................................................... 49
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden
3. Lembar Kuesioner
4. Master Tabel Penelitian
5. Hasil Analisis Chi Square dengan Menggunakan Program SPSS
6. Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari
7. Surat Izin Penelitian dari Litbang
8. Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Perumnas Kota Kendari
xii
ABSTRAK
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
Tahun 2018
Dian Pratiwi 1, Sultina Sarita 2, Feryani 2
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Perumnas Kota Kendari pada bukan Juni-Juli 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader Posyandu yang ada di 21 unit Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari yang berjumlah 105 orang dengan jumlah sampel sebanyak 84 responden. Analisis data yang digunakan adalah univariabel dalam bentuk narasi dan bivariabel dengan rumus Chi Square.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil, yaitu ada hubungan sikap dengan keaktifan kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 (ρ value = 0,003 < α = 0,05). Ada hubungan status perkawinan dengan keaktifan kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 (ρ value = 0,001 < α = 0,05). Ada hubungan insentif dengan keaktifan kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 (ρ value = 0,000 < α = 0,05).
Kata Kunci : Sikap, Status Perkawinan, Insentif, Keaktifan Kader Posyandu 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
xiii
ABSTRACT
Factors Related to the Activity of Posyandu Cadres in the Working Area of Perumnas Health Center Kendari City in 2018
Dian Pratiwi 1, Sultina Sarita 2, Feryani 2
This study aims to analyze the factors related to the activeness of Posyandu cadres in the working area of Perumnas Health Center in Kendari City in 2018.
The type of research used is analytic observational with cross sectional approach. This research was conducted at Perumnas Public Health Center in Kendari City not June-July 2018. The population in this study were all Posyandu cadres in 21 Posyandu units in the working area of Perumnas Public Health Center in Kendari City totaling 105 people with a total sample of 84 respondents. Data analysis used is univariable in narrative and bivariable form with Chi Square formula.
Based on the data analysis, the results were obtained, namely there was a relationship of attitude with the activeness of Posyandu cadres in the Work Area of Perumnas Community Health Center in Kendari City in 2018 (ρ value = 0.003 <α = 0.05). There is a relationship between marital status and activeness of Posyandu cadres in the Working Area of Perumnas Community Health Center in Kendari City in 2018 (ρ value = 0.001 <α = 0.05). There is an incentive relationship with the activeness of Posyandu cadres in the Working Area of Perumnas Community Health Center in Kendari City in 2018 (ρ value = 0,000 <α = 0.05).
Keyword: Attitude, Marital Status, Incentive, Activeness of Posyandu Cadres 1. Students of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 2. Supervision of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar. Upaya peningkatan peran dan fungsi
Posyandu bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah saja, namun
semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Peran kader
dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain sebagai
pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai
penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2012).
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi, pencegahan dan
penanggulangan diare. Sedangkan untuk Kegiatan pengembangan,
masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan
utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi.
Kegiatan baru tersebut misalnya Bina Keluarga Balita (BKB), Tanaman
Obat Keluarga (TOGA), Bina Keluarga Lansia (BKL) (Kemenkes RI,
2012).
1
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, Indonesia
memiliki 263.964 Posyandu yang tersebar di seluruh daerah di
Indonesia, yang meliputi Posyandu Pratama sebanyak 32.439 Posyandu,
Madya sebanyak 90.138 Posyandu, Purnama sebanyak 108.681
Posyandu dan mandiri sebanyak 32.131 Posyandu (Kemenkes RI,
2016).
Jumlah Posyandu di Sulawesi Tenggara sebanyak 3.028
Posyandu. Posyandu Pratama sebanyak 679 posyandu, Madya
sebanyak 1.104 posyandu, Purnama sebanyak 954 posyandu dan
mandiri sebanyak 291 posyandu. Jika dilihat berdasarkan keaktifannya,
rata-rata hanya 42,97% posyandu yang aktif di Sulawesi Tenggara
(Dinkes Prov. Sultra, 2016).
Sedangkan di Kota Kendari memiliki 198 Posyandu, yang meliputi
Posyandu Pratama sebanyak 2 posyandu, Madya sebanyak 30
posyandu, Purnama sebanyak 101 posyandu dan mandiri sebanyak 65
posyandu (Dinkes Kota Kendari, 2016).
Laporan Tahunan Puskesmas Perumnas tahun 2017 semua
indikator Sistem Kesehatan Daerah (SKD) belum mencapai target yaitu
pencapaian indikator jangkauan program (K/S) 87,3% dengan target
(100%), indikator partisipasi masyarakat (D/S) 80,8% dengan target
(100%), indikator keberhasilan program (N/D) 63,6% dengan target
(100%) (Puskesmas Perumnas, 2018).
Melihat hal tersebut kader Posyandu memiliki peran yang sangat
penting sebagai garda terdepan untuk pelayanan kesehatan masyarakat
2
melalui kegiatan Posyandu. Akan tetapi, sampai saat ini masih banyak
kader Posyandu belum memiliki pemahaman ataupun keterampilan
untuk melaksanakan tugasnya. Posyandu terdiri dari Posyandu Balita
dan Lansia (Adisasmito, 2010).
Penyelenggaraan upaya kesehatan dari, oleh dan untuk
masyarakat sekarang ini, tidak sesuai lagi dengan keadaan di Posyandu,
hal ini disebabkan oleh hadirnya petugas kesehatan di meja ke empat
Penyuluhan Posyandu dikarenakan masih kurangnya peran kader untuk
menangani meja ke 4 (Alamsyah, 2013). Pelaksanaan kegiatan
Posyandu akan lebih terarah dan berhasil jika adanya bimbingan serta
arahan dari Puskesmas kepada kader-kader Posyandu, karena
Puskesmas merupakan pelaksana teknis kegiatan Posyandu sedangkan
masyarakat sebagai pelaksana utama kegiatan posyandu yang secara
sukarela bersedia untuk menjadi kader dalam kegiatan Posyandu. Kader
Posyandu memiliki peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan
kegiatan Posyandu, hal ini bisa dilihat dari adanya partisipatif aktif kader
Posyandu dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keaktifan kader Posyandu seperti, faktor yang
berasal dari luar kader Posyandu ataupun faktor dari dalam kader
Posyandu. Presentase keaktifan kader Posyandu secara nasional yaitu
sebesar 69,2% dan 30,8% untuk angka drop-out kader (Adisasmito
dalam Roesli, 2017).
Peran Posyandu dalam penyelenggaraan program kerjanya pada
masa lalu kurang optimal, dimana tenaga kesehatan terutama di desa
3
tidak memanfaatkan Posyandu untuk mendeteksi gangguan kesehatan,
karena tidak pernah berpikir kearah untuk memanfaatkan Posyandu.
Kondisi ini disebabkan karena penempatan dokter di Puskesmas tidak
dibekali tugas dan kemampuan tentang Posyandu. Selain itu sistem
pemerintahan masa lalu lebih bersifat melihat rakyat sebagai obyek
pembangunan, tanpa ada niat melibatkan masyarakat dalam proses
pembangunannya, salah satunya berdampak pada pemanfaatan
Posyandu secara tidak langsung. Pamor Posyandu mulai memudar,
diiringi dengan sulitnya kondisi ekonomi, memaksa kader Posyandu yang
biasanya aktif, lebih memilih memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang
menjanjikan dengan tujuan untuk menambah penghasilan. Hal ini
berdampak pemanfaatan Posyandu tidak efektif yang berakibat
pemantauan status kesehatan pada derajat kesehatan masyarakat
menjadi tidak terpantau, yang menimbulkan masalah gjzi pada
masyarakat (Naim, 2010).
Rendahnya kinerja Posyandu disebabkan karena kemampuan
kader kesehatan dan pembinaan dari instansi terkait yang masih kurang,
dan minat masyarakat dalam memanfaatkan Posyandu juga masih
rendah. Kader-kader yang aktif seharusnya layak dihargai karena sangat
sulit untuk mencari kader Posyandu yang aktif, karena biasanya ada
larangan dari suami, ingin mengurus anak dan keluarga, ketiadaan honor
untuk biaya transportasi keliling desa, halangan lain dalam pelaksanaan
Posyandu yaitu dari 30 sasaran balita yang seharusnya datang tapi
paling banyak 10 anak Balita, itupun setelah kader kesehatan menyusul
4
ke rumahnya. Sayangnya dalam kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini
pamor Posyandu mulai memudar, terpaksa kader Posyandu yang
biasanya aktif lebih memilih memanfaatkan waktu untuk kegiatan
ekonomi untuk menambah penghasilan, yang diikuti dengan tingginya
tuntutan masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang menyebabkan
peran Posyandu tidak maksimal lagi (Cahyo, 2010).
Puskesmas Perumnas di Kecamatan Kadia Kota Kendari
bertanggung jawab pada 3 kelurahan yakni Kelurahan Mandonga,
Kelurahan Korumba dan Kelurahan Bende, dimana jumlah Posyandu
sebanyak 21 unit Posyandu dengan jumlah kader keseluruhan Posyandu
sebagai pelaksana pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas
Perumnas sebanyak 75 orang dan masing-masing Posyandu memiliki 5
kader (Puskesmas Perumnas, 2018).
Berdasarkan observasi awal data pelaksanaan kegiatan Posyandu
di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 jumlah
kader posyandu yang terdaftar sebanyak 105 orang untuk 3 kelurahan
dengan jumlah kader yang aktif hanya 73 orang dan kurang aktif
sebanyak 32 orang. Ini berarti ada beberapa dari jumlah kader yang
terdaftar yang kurang aktif, hal ini berpengaruh pada tingkat peran kader
posyandu dalam menjalankan perannya sebagai kader untuk
meningkatkan upaya pemanfaatan posyandu tepat pada sasarannya.
Menurut Cahyo (2010) bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga
profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
5
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Namun kenyataaan di beberapa Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Perumnas menunjukkan masih ada Posyandu yang
mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak semua kader aktif dalam
setiap kegiatan Posyandu sehinggga pelayanan tidak berjalan lancar.
Keterbatasan kader disebabkan adanya kader drop out karena lebih
tertarik bekerja di tempat lain yang memberikan keuntungan ekonomis,
kader pindah karena ikut suami, dan juga setelah bersuami tidak mau
lagi menjadi kader, kader sebagai relawan merasa jenuh dan tidak
adanya penghargaan kepada kader yang dapat memotivasi kader untuk
bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti kurangnya pelatihan serta
adanya keterbatasan pengetahuan dan pendidikan yang seharusnya
dimiliki oleh seorang kader.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa kader
Posyandu yang menyatakan bahwa terkadang tidak memanfaatkan meja
penyuluhan dikarenakan terlalu banyak Balita yang berkunjung ke
Posyandu, tenaga kader Posyandu yang kurang, kesadaran masyarakat
yang kurang memanfaatkan meja penyuluhan yang menyebabkan kader
jarang mengisi meja penyuluhan, selain itu keterbatasan pengetahuan
tentang Posyandu karena belum pernah atau jarang mengikuti pelatihan
kader.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peniliti telah melakukan
penelitian dengan judul: faktor-faktor yang berhubungan dengan
6
keaktifan kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Kendari Tahun 2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan
keaktifan kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota
Kendari Tahun 2018?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
keaktifan kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas
Kota Kendari Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sikap kader dalam kegiatan Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018.
b. Untuk mengetahui status perkawinan kader Posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018.
c. Untuk mengetahui insentif kader Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018.
d. Untuk menganalisis hubungan sikap dengan keaktifan kader
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
Tahun 2018.
7
e. Untuk menganalisis hubungan status perkawinan dengan
keaktifan kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas
Kota Kendari Tahun 2018.
f. Untuk menganalisis hubungan insentif dengan keaktifan kader
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
pengetahuan tentang kader dalam kegiatan Posyandu terutama
peneliti yang berminat mengenai aktivitas kader Posyandu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai sumber informasi atau referensi peneliti berikutnya
dan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya yang
khususnya berkaitan tentang keaktifan kader Posyandu serta
untuk menambah pengetahuan dan wawasan, peneliti dalam
penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan khususnya
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader
Posyandu.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi
pendidikan khususnya dalam bidang kepustakaan sebagai sumber
kajian terkait dengan penelitian.
8
c. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi bagi
Dinas Kesehatan Kota Kendari dalam rangka penentuan kebijakan
dalam pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat,
khususnya dalam hal upaya peningkatan peran-serta masyarakat
guna meningkatkan aktivitas kader Posyandu di Kota Kendari.
d. Bagi Puskesmas Perumnas Kota Kendari.
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas dan pimpinan
Puskesmas Perumnas dalam rangka perencanaan kegiatan dan
perencanaan pengambilan kebijaksanaan untuk meningkatkan
keaktifan kader Posyandu serta untuk meningkatkan dan
menambah wawasan kader Posyandu agar tetap aktif dalam
kegiatan Posyandu, sehingga kegiatan Posyandu berjalan dengan
baik.
E. Keaslian Penelitian
1. Ridawaty Siagian (2015) dengan judul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Matsum Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah
penelitian survey analitik dengan desain penelitian ini adalah Cross
Sectional. Variabel penelitian independen yaitu pengetahuan,
motivasi, pendidikan, dan dukungan keluarga, sedangkan variabel
dependennya yaitu keaktifan kader Posyandu. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan (ρ =
0,015), Motivasi (ρ = 0,045), pendidikan (ρ = 0,049) dan dukungan
9
keluarga (ρ = 0,017) dengan keaktifan kader Posyandu di Puskesmas
Kota Matsum Tahun 2015. Hal yang membedakan dengan penelitian
terdahulu adalah variabel yang diteliti, dimana dalam penelitian ini
menggunakan variabel sikap, insentif dan status perkawinan.
2. Ruyatul Hasanah (2014) dengan judul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posyandu
(Studi di Puskesmas Palasari Kabupaten Subang). Jenis penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel
penelitian independen yaitu pengetahuan, pekerjaan, pendapatan,
dan keikutsertaan kader pada organisasi lain, sedangkan variabel
dependennya yaitu keaktifan kader Posyandu. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang
Posyandu (ρ = 0,032); pekerjaan kader, (ρ = 0,0005), pendapatan
kader, (ρ = 0,046); dan keikutsertaan kader pada organisasi lain
dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Palasari Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Hal yang
membedakan dengan penelitian terdahulu adalah variabel yang
diteliti, dimana dalam penelitian ini menggunakan variabel sikap,
insentif dan status perkawinan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Keaktifan Kader
a. Pengertian Keaktifan
Keaktifan menurut kamus umum bahasa Indonesia, aktif
adalah giat, rajin dalam berusaha atau bekerja. Keaktifan adalah
kegiatan atau kesibukan seseorang. Tingkat keaktifan yang
dimaksud disini adalah tingkat kegiatan kader atau kesibukan
(Alwi, 2012).
Istilah keaktifan mempunyai arti sama dengan aktivitas
yaitu banyak sedikitnya orang yang menyatakan diri, menjelmakan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang
spontan. Selain itu, keaktifan dapat berarti suatu kegiatan atau
kesibukan (Suryabrata, 2014).
b. Keaktifan Kader Posyandu
Aktivitas kader pada saat kegiatan Posyandu perlu
diperhatikan oleh para petugas-petugas Puskesmas dan tokoh-
tokoh masyarakat, agar proses kegiatan Posyandu yang ditempuh
mendapatkan hasil yang maksimal. Maka petugas-petugas
Puskesmas ataupun tokoh-tokoh masyarakat perlu mencari cara
untuk meningkatkan keaktifan kader Posyandu.
Keaktifan kader adalah keterlibatan kader didalam kegiatan
kemasyarakatan yang merupakan pencerminan akan usahanya
11
untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang dirasakan dan
pengabdian terhadap pekerjaannya sebagai kader. Keaktifan
kader Posyandu tersebut dari ada atau tidaknya dilaksanakannya
kegiatan-kegiatan Posyandu sebagai tugas yang diembankan
kepadanya. Kegiatan ini akan berjalan dengan baik jika didukung
dengan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang disediakan
hendaknya harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang
dilaksanakan serta tersedianya waktu, tempat yang tepat, sesuai
dan layak untuk menunjang Posyandu (Kemenkes RI, 2010).
Keaktifan kader kesehatan dapat diasumsikan bahwa kader
kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya, maka kader
kesehatan tersebut termasuk dalam kategori yang aktif. Namun,
apabila kader kesehatan tidak mampu melaksanakan tugasnya
maka mereka tergolong yang tidak aktif (Rochmawati, 2010).
Salah satu indikatornya adalah kehadiran atau keaktifan
kader, dimana kader yang hadir ikut melaksanakan tugas dan
fungsinya di Posyandu ≥ 8 kali dalam setahun dinyatakan sebagai
kader aktif (Cahyo, 2010).
2. Posyandu
a. Pengertian
Posyandu lahir melalui suatu Surat Keputusan Bersama
antara Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri), Menteri Kesehatan
(Menkes) RI, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana
12
Nasional (BKKBN) dan Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dicanangkan pada sekitar
tahun 1986 (Prasetyawati, 2012).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi (Prasetyawati, 2012).
Shakira dalam Cahyo (2010) menyebutkan, Posyandu
adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Untuk
meningkatkan pembinaan Posyandu sebagai pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan yang dikelola untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu
ditumbuh kembangkan peran aktif masyarakat dalam wadah
LKMD.
b. Jenjang Posyandu
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh
Kemenkes RI (2010), Posyandu secara umum dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) tingkat yaitu:
13
1) Posyandu Pratama (Warna Merah)
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum
mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum
terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni
kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya
kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader
yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat
adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2) Posyandu Madya (Warna Kuning)
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan
rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi
cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu <50%.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat
adalah meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh
masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader
dalam mengelola kegiatan Posyandu.
3) Posyandu Purnama (Warna Hijau)
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-
rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan
utamanya >50% serta mampu menyelenggarakan program
tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari
14
dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu.
4) Posyandu Mandiri (Warna Biru)
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-
rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari
kegiatan utamanya >50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari
dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih
dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu
Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk
pembinaan dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.
c. Tujuan
Tujuan umum penyelenggaraan Posyandu adalah
menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui pemberdayaan
masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
1) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu
(AKI).
2) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera).
3) Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan keluarga berencana (KB).
15
4) Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga
Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan
Ekonomi Keluarga Sejahtera.
5) Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara
aktif meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi,
balita dan keluarga serta mempercepat penurunan angka
kematian ibu, bayi, dan Balita (Cahyo, 2010).
d. Sasaran, Fungsi dan Manfaat
Menurut Karwati (2011) sasaran Posyandu yaitu semua
anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan
dasar yang ada di Posyandu terutama:
1) Bayi
2) Anak Balita
3) Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
4) Pasangan Usia Subur (PUS)
Menurut Kemenkes RI, (2012) fungsi Posyandu adalah:
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih
informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat
dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI dan AKB.
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
16
Menurut Karwati (2011), manfaat Posyandu adalah:
1) Bagi Masyarakat
a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB.
b) Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak
menderita gizi kurang dan gizi buruk.
c) Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A.
2) Bagi kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a) Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan
yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait
dengan penurunan AKI dan AKB.
3) Bagi Puskesmas
a) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
strata pertama.
b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam
pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat
c) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui
pemberian pelayanan secara terpadu
17
4) Bagi Sektor Lain
a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam
pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait
dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi
setempat.
b) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian perlayanan
secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing
sektor.
e. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/ pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah
sebagai berikut (Kemenkes RI, 2012):
1) Kegiatan utama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA): Ibu Hamil, Ibu
Nifas dan Ibu Menyusui, Bayi dan Anak Balita, Keluarga
Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, Pencegahan dan
Penanggulangan Diare.
2) Sistem Lima Meja dalam Pelayanan Posyandu:
a) Meja I, pendaftaran, pencatatan bayi, Balita, ibu hamil, ibu
menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS).
b) Meja II, penimbangan balita, Ibu hamil
c) Meja III, pengisian KMS
d) Meja IV, diketahui berat badan anak yang naik/ tidak naik,
ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti
18
KB, Penyuluhan kesehatan, Pelayanan TMT, oralit, vitamin
A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom
e) Meja V, pemberian imunisasi, pemeriksaan kehamilan,
pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pelayanan
kontrasepsi IUD, suntikan. Untuk meja I sampai IV
dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V
dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya: dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.
3. Kader Posyandu
a. Pengertian
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling
dekat dengan masyarakat itu sendiri, pemerintah membuat
program pelatihan untuk kader kesehatan agar kader-kader
kesehatan di desa siaga nantinya mempunyai pengetahuan yang
lebih. Dengan harapan, kader dapat menggerakkan dan
memperdayakan masyarakat agar tercipta masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak
guna mencapai penurunan AKI dan AKB di Indonesia (Karwati,
2011).
Kader Posyandu adalah seorang tenaga sukarela yang
direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas
membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader
sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di Posyandu. Sehingga
seorang kader Posyandu harus mampu bekerja secara sukarela
19
dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan Posyandu,
serta mau dan sanggup menggerakan masyarakat untuk
melaksanakan dan mengikuti kegiatan Posyandu (Cahyo, 2010).
Seorang warga masyarakat dapat diangkat menjadi
seorang kader Posyandu apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Dapat membaca dan menulis
2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan
3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
4) Mempunyai waktu yang cukup
5) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu
6) Berpenampilan ramah dan simpatik
7) Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader
Posyandu
b. Peran Kader Posyandu
Menurut Cahyo (2010) adapun tugas kader Posyandu
secara garis besar adalah sebagai berikut:
1) Melakukan kegiatan bulanan Posyandu.
Tugas-tugas kader Posyandu pada H- atau saat
persiapan hari buka Posyandu, meliputi:
a) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi,
Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, LILA, alat
pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A,
oralit), bahan/materi penyuluhan.
20
b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu
memberitahu ibu-ibu untuk datang ke Posyandu.
c) Menghubungi pokja Posyandu, yaitu menyampaikan
rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka
untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada
hari buka Posyandu.
d) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan
pembagian tugas di antara kader Posyandu, baik untuk
persiapan maupun melaksanakan kegiatan.
2) Tugas kader pada kegiatan bulanan Posyandu
Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga
dengan tugas pelayanan 5 meja, meliputi:
a) Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau balita, yaitu
menuliskan nama balita pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS dan
mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada
formulir atau register ibu hamil.
b) Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau Balita dan
mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang
akan dipindahkan pada KMS.
c) Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau
memindahkan catatan hasil penimbangan Balita dari
secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
21
d) Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau
keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan
yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak
yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepda
setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau
dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami
sasaran.
e) Meja 5, merupakan kengaiatan pelayanan sektor yang
biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan Pusat Layanan
Keluarga Berencana (PLKB), Pusat Program Layanan
(PPL). Pelayanan yang diberikan antara lain: pelayanan
imunisasi, pelayanan, keluarga berencana, pengobatan
pemberian pil penambah darah (zat besi), vitamin A, dan
obat-obatan lainnya.
3) Kegiatan setelah pelayanan bulanan Posyandu
Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi:
a) Memindahkan catatan-catatan dalam KMS kedalam buku
register atau buku bantu kader.
b) Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan
kegiatan hari Posyandu pada bulan berikutnya. Kegiatan
diskusi kelompok (penyuluh kelompok) bersama ibu-ibu
yang rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma)
22
c) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluh perorangan)
merupakan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke
Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
4. Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader Posyandu
Menurut Nurfitriani (2010) keaktifan kader dalam kegiatan
Posyandu akan meningkatkan keterampilan karena dengan selalu
hadir dalam kegiatan, kader akan mendapat tambahan keterampilan
dari pembinaan petugas maupun belajar dari teman sekerjanya.
Menurut Nurfitriani (2010) dan Agustina (2013) faktor yang
berhubungan dengan keaktifan kader Posyandu meliputi:
a. Umur
Umur mempunyai kaitan erat dengan tingkat kedewasaan
seseorang yang berarti kedewasaan teknis dalam arti
keterampilan melaksanakan tugas maupun kedewasaan
psikologis. Dikaitkan dengan tingkat kedewasaan teknis,
anggapan yang berlaku ialah bahwa makin lama seseorang
bekerja, kedewasaan teknisnya pun mestinya meningkat.
Pengalaman seseorang melaksanakan tugas tertentu secara terus
menerus untuk waktu yang lama meningkatkan kedewasaan
teknisnya (Notoatmodjo, 2012).
Berkaitan dengan peran serta kader maka dengan umur
yang semakin bertambah, produktivitas dan peran serta kader
akan cenderung meningkat. Dengan asumsi bahwa tingkat
kedewasaan teknis dan psikologis seseorang dapat dilihat bahwa
23
semakin tua umur seseorang akan semakin terampil dalam
melaksanakan tugas, semakin kecil tingkat kesalahannya dalam
melaksanakan pekerjaannya Hal itu terjadi karena salah satu
faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah
kemampuan belajar dari pengalaman, terutama pengalaman yang
berakhir pada kesalahan (Nurfitriani, 2010).
Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam
kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan untuk
melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya.
Karakteristik pada kader Posyandu berdasarkan umur sangat
berpengaruh terhadap keaktifan seorang kader Posyandu dalam
memanfaatkan kegiatan di Posyandu, dimana semakin tua umur
seorang kader Posyandu maka kesiapan kader Posyandu dalam
memanfaatkan Posyandu khususnya dalam pemanfaatan meja
penyuluhan dapat berjalan dengan baik, lebih berpengalaman,
karena umur seseorang sedemikian besarnya akan
mempengaruhi kinerja, karena semakin lanjut umurnya, maka
semakin lebih bertanggung jawab (Nurfitriani, 2010).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan. Untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu atau masyarakat sehingga
dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Tingkat pendidikan yang cukup merupakan dasar pengembangan
24
wawasan serta sarana untuk memudahkan seseorang untuk
menerima pengetahuan, sikap, dan perilaku baru.
Jalur pendidikan formal akan membekali sesorang dengan
dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum,
kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian. H.L. Blum
menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dengan
tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang
secara operasional tujuannya dibedakan menjadi 3 aspek yaitu:
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan aspek keterampilan
(psikomotor). Pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah
memahami tentang suatu informasi.
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami suatu pengetahuan tentang
posyandu dengan baik sesuai dengan yang mereka peroleh. Dari
kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan
seseorang lebih tanggap dengan manfaat Posyandu khususnya
dalam pemanfaatan meja penyuluhan (Agustina, 2013).
Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat
pengertian tentang pemanfaatan meja penyuluhan, kesadarannya
terhadap program Posyandu yang dilakukan bagi keluarga,
masyarakat. Tingkat pendidikan turut pula menentukan rendah
tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan
khususnya tentang pemanfaatan meja penyuluhan. Tingkat
pendidikan kader kesehatan yang rendah mempengaruhi
25
penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang
pemanfaatan meja penyuluhan menjadi terhambat atau terbatas.
Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai
dan kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan
yang masih rendah, merupakan penghambat dalam
pembangunan kesehatan. Pendidikan rata-rata penduduk yang
masih rendah, khususnya di kalangan kader Posyandu
merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap
kegiatan pemanfaatan meja penyuluhan, sehingga sikap hidup
dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat
masih rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu, mortalitas dan
morbilitas semakin menurun, hal tersebut tidak hanya akibat
kesadaran kader kesehatan yang terbatas tetapi tetapi juga
karena adanya kebutuhan sosial ekonominya yang belum
tercukupi (Agustina, 2013).
c. Status Perkawinan
Dalam Pendekatan KB bahwa kader yang sudah menikah
atau nikah cenderung pindah tempat tinggal atau mengikuti
suaminya dan kadangkala mereka sangat sibuk mengurusi
keluarga dan anak-anaknya, sehingga kader kadangkala tidak
punya waktu luang untuk ikut berpartisipasi dan menyumbangkan
tenaganya untuk kepentingan Posyandu atau masyarakat
disekitarnya.
26
Status perkawinan seseorang akan menunjukkan ciri
kedewasaan baik fisik maupun psikis, sehingga mempengaruhi
sikap dan penampilannya. Kader yang telah menikah akan
memiliki sikap dan penampilan yang lebih mapan sehingga
pekerjaannya sebagai kader tidak tergantung pada orang lain dan
akan lebih mudah mempengaruhi masyarakat sasarannya.
Pendekatan KB bahwa kader yang sudah menikah atau
nikah cenderung pindah tempat tinggal atau mengikuti suaminya
dan kadangkala mereka sangat sibuk mengurusi keluarga dan
anak-anaknya, sehingga kader kadangkala tidak punya waktu
luang untuk ikut berpartisipasi dan menyumbangkan tenaganya
untuk kepentingan Posyandu atau masyarakat disekitarnya
(Nurfitriani, 2010).
Kader yang telah menikah atau telah mempunyai bayi dan
anak bisa pula akan tetap aktif mengingat bayinya harus selalu
ditimbang dan dikontrol pertumbuhan dan perkembangannya
sehingga ia akan tetap aktif dalam kegiatan posyandu. Maka akan
lebih mudah bagi kader itu sendiri karena disamping ia
melaksanakan tugasnya sebagai kader ia juga dapat langsung
membawa anaknya ke posyandu pada setiap bulannya untuk
ditimbang (Nurfitriani, 2010).
d. Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk
kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja
27
nampak berpengaruh pada peran kader kesehatan sebagai
timbulnya suatu masalah pada pemanfaatan meja penyuluhan,
karena kader mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang
belum cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu para
kader untuk aktif pada pemanfaatan meja penyuluhan, serta tidak
ada waktu kader mencari informasi karena kesibukan kader dalam
bekerja. Kondisi kerja yang menonjol sebagai faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan meja penyuluhan (Nurfitriani, 2010).
e. Pendapatan
Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh
anggota keluarga baik dalam bentuk uang maupun barang yang
dinilai dengan sejumlah beras. Tingkat Pendapatan biasanya
berupa uang yang mempengaruhi dalam pemanfaatan meja
penyuluhan oleh kader. Pendapatan yang cukup dapat
memperoleh kualitas makanan yang sesuai dengan pemanfaatan
meja penyuluhan, sehingga dapat dikatakan ada hubungan yang
erat antara pendapatan dengan pemanfaatan meja penyuluhan.
Tingkat pendapatan akan mempengaruhi dalam
pemanfaatan meja penyuluhan yang selanjutnya berperan dalam
kesehatan masyarakat. Bagi kader yang berpendapatan sangat
rendah dalam pemanfaatan meja penyuluhan tidak akan berjalan
lancar, sebaliknya apabila tingkat pendapatan meningkat dalam
pemanfaatan meja penyuluhan akan lancar (Agustina, 2013).
28
f. Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu upaya sistematis untuk
mengembangkan sumber daya manusia baik perorangan,
kelompok, dan juga kemampuan keorganisasian yang diperlukan
untuk mengurus tugas dan keadaan sekarang, juga untuk
memasuki masa depan. Dengan pelatihan kader Posyandu akan
menambah pengetahuan dan keterampilan yang lebih meningkat
dan dapat lebih aktif dalam melakukan pendeteksian terhadap ibu
hamil resiko tinggi dan mengenal lebih awal tanda-tanda balita
kurang gizi serta dapat memahami cara pengisian buku KIA, KMS
dan pembuatan grafik SKDN sehingga dapat lebih aktif
memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu Balita yang mempunyai
masalah kesehatan dan berfokus pada upaya meningkatkan
kapasitas kader Posyandu dalam hal memberikan penyuluhan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat, serta
penyakit-penyakit yang sering terjadi di masyarakat (Agustina,
2013).
Tenaga pelatih kader biasanya berasal dari lintas sektor dan
lintas program. Penentuan materi pelatihan melalui rapat
koordinasi lintas program yang ada dalam kegiatan Posyandu.
Materi pelatihan berisi tugas-tugas kader dalam kegiatan
Posyandu, seperti cara mengisi buku register yang berjumlah 13
buku dan membuat grafik kunjungan Posyandu. Materi pelatihan
biasanya juga berupa cara penimbangan bayi dan balita,
29
pembuatan grafik SKDN, serta cara untuk mencari sasaran, yakni
ibu dan anak yang tidak hadir saat kegiatan Posyandu dibuka
(Agustina, 2013).
Pelatihan para kader Posyandu diadakan dua kali dalam
setahun. Namun tidak semua kader Posyandu memiliki
kesempatan untuk mengikuti pelatihan. Satu Posyandu hanya
mengirimkan satu kader untuk disertakan mengikuti pelatihan.
Tidak menutupi kemungkinan ada lima kader Posyandu dari
Posyandu yang sama untuk diikutkan dalam pelatihan.
Berdasarkan kebijakan pemerintah, tidak dijumpai kriteria khusus
untuk dapat mengikuti pelatihan. Oleh sebab itu, terdapat kader
Posyandu yang telah mengikuti pelatihan lebih dari lima kali
(Agustina, 2013).
g. Insentif
Insentif kader adalah upah atau gaji yang diberikan kepada
kader. Insentif berupa uang memberikan motivasi tersendiri bagi
kader. Dana yang diturunkan oleh dinas kesehatan dikirimkan ke
rekening Puskesmas, lalu petugas Puskesmas mengantarkan ke
masing-masing Posyandu. Selain insentif, para kader juga
mendapatkan fasilitas lain seperti pengobatan gratis ke
puskesmas. Dana administrasi bagi kader untuk pengobatan
gratis sebesar Rp. 200.000,- pertahun. Pengobatan gratis tidak
hanya untuk kader Posyandu, namun juga untuk suami dan
30
anaknya. Tidak semua kebijakan berupa pengobatan gratis bagi
kader dibuat oleh Puskesmas.
Besarnya insentif yang diberikan sebesar Rp. 50.000,- per
Posyandu untuk satu bulan. Insentif tersebut dibagi sesuai dengan
jumlah kader dalam Posyandu. Insentif ini diberikan per 3 (tiga)
bulan sehingga selama 3 (tiga) bulan diberikan sebesar Rp.
150.000 (Dinkes Kota Kendari, 2018).
h. Pengetahuan
Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan
menimbulkan suatu perilaku didalam kehidupan sehari-hari.
Tingkat pengetahuan tentang Posyandu pada kader kesehatan
yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap program
Posyandu khususnya pemanfaatan meja penyuluhan Pada
gilirannya akan mendorong seseorang untuk aktif dan ikutserta
dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa pengetahuan maka para
kader kesehatan sulit dalam menanamkan kebiasaan
pemanfaatan meja penyuluhan untuk kegiatan program Posyandu
selanjutnya.
Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang
penting dalam masalah pemanfaatan meja penyuluhan karena
kurang percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan
ilmunya serta kurang mampu dalam menerapkan informasi
penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi
pengetahuan dalam penyuluhan maka akan semakin baik
31
pemanfaatan meja penyuluhan. Orang dengan pengetahuan
penyuluhan yang rendah akan berperilaku tidak ada rasa percaya
diri yang berdampak menjadi tidak aktif dalam memanfaatkan
meja penyuluhan.
Pengetahuan kader tentang Posyandu merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan kader. Menurut
Notoatmodjo dalam Tirayoh (2015), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang. Pengetahuan kader tentang manajemen
Posyandu sangat penting dimiliki kader Posyandu. Pengetahuan
kader tentang manajemen Posyandu akan berpengaruh terhadap
kemauan, motivasi dan perilaku kader untuk mengaktifkan
kegiatan Posyandu, sehingga akan mempengaruhi terlaksananya
program kerja Posyandu (Harisman dalam Tirayoh, 2015).
Kegiatan Posyandu yang didasari oleh pengetahuan kader
akan mendapat hasil kinerja yang maksimal. Kader yang sudah
mengetahui manajemen Posyandu akan lebih aktif dan menguasai
tugasnya dalam menjalankan Posyandu. Pengetahuan kader
tentang Posyandu akan berpengaruh terhadap kemauan dan
perilaku kader untuk mengaktifkan kegiatan Posyandu, sehingga
akan mempengaruhi terlaksananya program kerja Posyandu.
Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2012).
32
i. Sikap
Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek, sikap mengambarkan suka atau tidak
sukanya seseorang terhadap objek, sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun dari orang lain (Notoatmodjo, 2012).
Seorang kader kesehatan yang mempunyai sikap yang utuh akan
berpikir dan yakin dalam bertindak dan ikut serta untuk aktif
memberikan motivasi kepada sasaran dan kegiatan Posyandu.
Sikap seseorang kader sangat mempengaruhi keberhasilan
kader tersebut dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
sangat mendukung, karena dengan adanya respon dari kader
maka Posyandu di desa akan bertambah lancar dan seorang
kader kesehatan yang mempunyai sikap yang utuh akan berpikir
dan yakin dalam bertindak dan ikut serta untuk aktif memberikan
motivasi kepada sasaran dan kegiatan Posyandu untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat dan keaktifan masyarakat
terhadap kader Posyandu. Sikap positif kader ditunjukkan dengan
kader melakukan kegiatan Posyandu dengan suka rela, tidak
membedakan status sosial dan mendengar keluhan ibu yang
berkunjung ke Posyandu.
Kriteria/cara pengukuran sikap menurut Notoatmodjo (2012)
menggunakan skala Likert, dimana untuk pernyataan positif
(mendukung) jika menjawab “Sangat Setuju (SS)” diberi skor 4
(empat), jika menjawab “Setuju (S)” diberi skor 3 (tiga), jika
33
menjawab “Tidak Setuju (TS)” diberi skor 2 (dua), dan jika
menjawab “Sangat Tidak Setuju (STS)” diberi skor 1 (satu).
Sedangkan untuk pernyataan negatif (tidak mendukung) jika
menjawab “Sangat Setuju (SS)” diberi skor 1 (satu), jika menjawab
“Setuju (S)” diberi skor 2 (dua), jika menjawab “Tidak Setuju (TS)”
diberi skor 3 (tiga), dan jika menjawab “Sangat Tidak Setuju
(STS)” diberi skor 4 (empat).
j. Dukungan Keluarga
Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang
lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut
melaksanakan kegiatan. Dukungan dapat timbul dari berbagai
macam pihak seperti dukungan dari keluarga, teman sejawat
maupun dukungan dari pemberi kebijakan. Tetapi dukungan
keluarga merupakan dukungan yang paling terdekat dan
diharapkan paling memberikan motivasi yang kuat bagi kerja
seorang kader.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan
keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan.
Menurut Siagian (2015) dukungan keluarga merupakan
dukungan yang paling diharapkan kader dalam melaksanakan
34
tugasnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terkait seperti
keluarga, bidan desa atau sebagain petugas kesehatan dapat
mengakibatkan turunnya aktivitas Posyandu. Kenyataan ini
mengakibatkan banyak Posyandu yang tidak aktif. Akibat dari
kondisi tersebut maka muncul sikap di masyarakat yang merasa
bahwa Posyandu sudah tidak cocok lagi dan tidak mungkin atau
sulit untuk dilaksanakan, namun masih ada kelompok masyarakat
yang merasa Posyandu masih sangat dibutuhkan dan masih
banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk mengaktifkan
Posyandu. Jadi, semakin baik dukungan yang diberikan keluarga
terhadap kader Posyandu maka dapat meningkatkan semangat
dan keaktifan kader Posyandu.
k. Motivasi
Menurut Djuhaeni dalam Tirayoh (2015), motivasi kader
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan
kader. Motivasi merupakan faktor paling dominan, baik yang
berasal dari dalam diri mereka sendiri ataupun yang berasal dari
luar/ lingkungannya. Sering kali ditemukan motivasi kader rendah
karena disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari. Penelitian Prang
(2013) menyatakan bahwa faktor motivasi kader merupakan faktor
yang bisa berpengaruh terhadap keaktifan kader Posyandu.
Penelitian Sanusi dalam Tirayoh (2015) menyatakan sebagian
besar motivasi kader yang rendah karena merasa terganggu
aktivitas kerjanya oleh kegiatan Posyandu, sedangkan kader aktif
35
termotivasi melaksanakan kegiatan Posyandu karena merasa
mendapatkan manfaat serta insentif dari kegiatan Posyandu.
Motivasi kader sangat berpengaruh pada keaktifan kader
dalam menjalankan kegiatan Posyandu. Bila motivasi kader
rendah maka kehadiran kader dalam kegiatan Posyandu akan
berkurang sehingga dapat berdampak pada menurunnya keaktifan
kader dan kinerja dari Posyandu Tersebut. Djuhaeni (2010)
menyatakan pengaruh motivasi terhadap peran serta kader dan
masyarakat menentukan keberhasilan kegiatan Posyandu.
Menurut Siagian (2015) kurangnya motivasi yang diperoleh
para kader Posyandu akan mempengaruhi cakupan pelaksanaan
program Posyandu, dimana ketika motivasi berkurang kader akan
mengalami penurunan kinerja atau bahkan hilang sama sekali.
Motivasi kerja yang seadanya akan menghasilkan kinerja yang
seadanya atau sekedar menunaikan tugas. Pemberian motivasi
yang cukup kepada kader Posyandu akan mempengaruhi
pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan kepada kader.
Aspek motivasi terutama dalam hal pemberian tunjangan atau
kompensasi kepada kader Posyandu masih perlu diperhatikan
sehingga mendorong kader melaksanakan kegiatan yang
dilimpahkan kepadanya secara lebih profesional dan bertanggung
jawab.
36
B. Landasan Teori
Partisipasi aktif kader dalam kegiatan Posyandu merupakan salah
satu bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam program kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2012) partisipasi aktif masyarakat dalam program
kesehatan adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi
termasuk masalah kesehatan. Masyarakat sendirilah yang secara aktif
memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-
program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekedar
memberi motivasi dan membimbing.
Partisipasi keaktifan masyarakat atau sering disebut peran serta
masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan
masyarakat secara aktif dan terorganisasi dalam seluruh tahap
pembangunan, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, monitoring dan evaluasi serta pengembangan.
Partisipasi keaktifan sendiri didefinisikan sebagai pendekatan dan
teknik-teknik pelibatan masyarakat dalam proses-proses pemikiran yang
berlangsung selama kegiatan-kegiatan perencanaan dan pelaksanaan,
serta pemantauan dan evaluasi program pembangunan masyarakat.
Partisipasi keaktifan masyarakat pada umumnya bersifat mandiri,
dimana individu di dalam melakukan kegiatannya di atas inisiatif dan
keinginan dari yang bersangkutan, karena rasa tanggung jawab untuk
mewujudkan kepentingannya, ataupun kepentingan kelompoknya dan
ada juga partisipasi yang dilakukan bukan karena kehendak dari individu
37
sendiri, tetapi karena diminta atau digerakkan oleh orang lain atau
kelompoknya.
Beberapa teori dan penelitian yang ada, partisipasi aktif
masyarakat umumnya dipandang sebagai suatu bentuk perilaku. Konsep
umum yang sering digunakan dalam mendiagnosis perilaku kesehatan
adalah konsep dari Lawrence Green seperti dikutip oleh Notoatmodjo
(2012). Menurut Green, perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh
tiga faktor utama, yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang dapat
mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku pada diri
seseorang atau masyarakat. Faktor ini mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan.
2. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas bagi masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja tidak
menjamin terjadinya perilaku, karena itu masih diperlukan sarana
atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(Toma), tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan. Disamping itu juga undang-undang,
peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait
dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, terkadang masyarakat
38
tidak hanya memerlukan pengetahuan dan sikap positif serta
dukungan fasilitas saja, melainkan juga diperlukan perilaku contoh
(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas
terlebih lagi petugas kesehatan. Selain itu undang-undang dan
peraturan juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat
tersebut.
Notoatmodjo (2012), memandang bahwa perilaku kesehatan
terbentuk dari suatu proses tertentu yang terbentuk akibat interaksi
antara manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang berperan
dalam pembentukan perilaku ini dibagi menjadi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berupa kecerdasan, motivasi, minat, emosi, dan
faktor lainnya yang digunakan untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari
luar. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah objek, orang,
kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam
mewujudkan perilakunya.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa partisipasi keaktifan
kader dalam kegiatan Posyandu merupakan salah satu bentuk partisipasi
masyarakat dalam program kesehatan. Beberapa penelitian melihat
pastisipasi kader dalam bentuk keaktifan kader dalam kegiatan
Posyandu. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu
dikembangkan metode dan alat telaah perkembangan Posyandu yang
dikenal dengan nama telaah kemandirian Posyandu. Salah satu
indikatornya adalah kehadiran atau keaktifan kader, dimana kader yang
39
hadir ikut melaksanakan tugas dan fungsinya di Posyandu ≥ 8 kali dalam
setahun dinyatakan sebagai kader aktif (Cahyo, 2010).
C. Kerangka Teori
Gambar 1: Kerangka Teori di Modifikasi dari Teori ”Faktor yang Berhubungan Dengan
Keaktifan Kader Posyandu” Sumber: (Green dalam Notoatmodjo, 2012), (Siagian, 2015), (Tirayoh, 2015)
Faktor Predisposisi : 1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Pendapatan
5. Pengetahuan
6. Sikap
7. Status Perkawinan
8. Insentif
9. Motivasi
Keaktifan Kader
Posyandu
Faktor Pemungkin : 1. Sarana dan Prasarana
2. Fasilitas Kesehatan
3. Tempat Pelaksanaan
Posyandu
4. Jarak Posyandu
Faktor Penguat : 1. Dukungan Petugas
Kesehatan
2. Dukungan Keluarga
3. Tokoh Masyarakat
4. Kader Posyandu
40
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dibuat kerangka
konsep sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel Independent : Sikap, Status Perkawinan dan Insentif
Variabel Dependent : Keaktifan Kader Posyandu
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Sikap
Ha : Ada hubungan sikap dengan keaktifan kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun
2018.
Keaktifan Kader
Posyandu
Sikap
Status Perkawinan
Insentif
41
2. Status Perkawinan
Ha : Ada hubungan status perkawinan dengan keaktifan kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Kendari tahun 2018.
3. Insentif
Ha : Ada hubungan insentif dengan keaktifan kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun
2018.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik,
dengan tujuan mengetahui hubungan antar variabel dependen yang
analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel.
Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu antara variabel
dependen dan independen diobservasi hanya sekali pada saat yang
sama (Sugiyono, 2010).
Populasi (Sampel): Kader Posyandu
Faktor Risiko + Faktor Risiko – (Kader Aktif) (Kader Tidak Aktif)
Gambar 3. Desain Penelitian Cross Sectional (Notoatmodjo, 2010)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas Kota Kendari pada tanggal 9 Juli – 3 Agustus 2018.
Efek + 1. Sikap + 2. Belum
Menikah 3. Insentif
Cukup
Efek + 1. Sikap + 2. Belum
Menikah 3. Insentif
Cukup
Efek - 1. Sikap – 2. Menikah 3. Insentif
Kurang
Efek - 1. Sikap - 2. Menikah 3. Insentif
Kurang
43
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader Posyandu
yang ada di 21 unit Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas
Kota Kendari yang berjumlah 105 orang.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2010) sampel penelitian adalah
sebagian atau keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian kader
di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari. Untuk
menentukan ukuran dan besarnya sampel dalam penelitian ini
ditetapkan berdasarkan rumus Slovin yaitu:
2)(1 dN
Nn
+=
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat signifikasi (0,05) (Nursalam, 2013).
8414,83263,1
105
)05,0(1051
1052
==+
=n
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh jumlah sampel yaitu
84 orang responden. Untuk menentukan berapa jumlah sampel yang
diteliti di 21 Posyandu, maka tekhik yang digunakan dalam
44
pengambilan sampel adalah simple random sampling (acak
sederhana) dengan cara diundi.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel Independent adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel ini
juga dikenal dengan nama variabel bebas, artinya bebas dalam
mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2010). Variabel independent
dalam penelitian ini adalah sikap, status perkawinan dan insentif.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2010). Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah keaktifan kader Posyandu.
E. Definisi Operasional
1. Keaktifan Kader Posyandu
Keaktifan kader Posyandu dalam penelitian ini adalah
frekuensi kader mengikuti kegiatan posyandu yang diukur
berdasarkan jumlah kehadirannya dalam melakukan kegiatan pada
hari buka Posyandu dalam 1 tahun terakhir. Kader yang hadir ikut
melaksanakan tugas dan fungsinya di Posyandu >8 kali dalam
setahun dinyatakan sebagai kader aktif (Cahyo, 2010).
45
Kriteria objektif:
Aktif : Jika resposden >8 kali hadir dalam setahun
Tidak Aktif : Jika responden ≤8 kali hadir dalam setahun
Skala Ukur: Ordinal
2. Sikap
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesiapan dan
kesediaan kader dalam mengemban maupun melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai kader Posyandu. Pertanyaan sikap berjumlah
10 butir soal dengan menggunakan skala Likert. Kriteria/cara
pengukuran dalam penelitian ini, jika menjawab “Sangat Setuju (SS)”
diberi skor 4 (empat), jika menjawab “Setuju (S)” diberi skor 3 (tiga),
jika menjawab “Tidak Setuju (TS)” diberi skor 2 (dua), dan jika
menjawab “Sangat Tidak Setuju (STS)” diberi skor 1 (satu). Untuk
mendapatkan persentase jawaban menggunakan rumus:
K
RI =
Keterangan
I = Interval Kelas
R = Range/kisaran
K = Jumlah kategori (Sugiyono, 2010)
Dimana:
Skor tertinggi = 4 x 10 = 40 (100%)
Skor terendah = 1 x 10 = 10 (25%)
R = 100-25 = 75%
46
K = 2
Interval Kelas : 75 / 2 = 37,5
Standar Skor : 100 – 37,5 = 62,5%
Kriteria objektif:
Positif : Jika skor jawaban responden >62,5%
Negatif : Jika skor jawaban responden ≤62,5%.
Skala Ukur: Ordinal
3. Status Perkawinan
Status perkawinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
status pernikahan mempengaruhi keaktifan kader Posyandu dalam
mengikuti kegiatan posyandu.
Kriteria objektif:
Menikah : Apabila kader sudah menikah dan dibuktikan
dengan surat nikah
Belum Menikah : Apabila kader belum nikah.
Skala Ukur: Nominal
4. Insentif
Insentif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya
upah gaji yang didapatkan kader dari Puskesmas atau pemerintah.
Besarnya insentif yang diberikan sebesar Rp. 50.000,- per Posyandu
untuk satu bulan. Insentif tersebut dibagi sesuai dengan jumlah kader
dalam Posyandu. Insentif ini diberikan per 3 (tiga) bulan sehingga
selama 3 (tiga) bulan diberikan sebesar Rp. 150.000 (Dinkes Kota
Kendari, 2018).
47
Kriteria objektif:
Sesuai : Apabila insentif per triwulan ≥Rp. 150.000,-
Tidak Sesuai : Apabila insentif per triwulan <Rp. 150.000,-
Skala Ukur: Ordinal
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
keaktifan kader Posyandu yang meliputi: sikap, status perkawinan, dan
insentif.
G. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data responden akan didapatkan melalui kuisioner dengan
menggunakan jenis pertanyaan yang akan diberikan kepada
responden dan diwawancarai secara langsung.
2. Data Sekunder
Data yang sudah ada atau tersedia di Puskesmas Perumnas
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, berupa profil Puskesmas,
dan jumlah kader posyandu.
48
H. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 4. Alur Penelitian
I. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan
yang diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi
kelengkapan pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika
terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat
Populasi: Semua Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Kendari Tahun 2018 sebanyak 105 orang
Sampel: Sebagian Kader Posyandu sebanyak 84 orang
Pengumpulan Data
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
49
dan segera dilakukan perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan kuesioner yang telah
diisi oleh responden untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan
dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelum
menyerahkan kuesioner.
2. Pengkodean (coding)
Pengkodean yaitu melakukan pemberian kode untuk setiap
pertanyaan dan jawaban dari responden untuk memudahkan dalam
pengolahan data. Pengkodean yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini yaitu dengan memberi nomor yang mewakili dan
berurutan pada tiap kuesioner sebagai kode yang mewakili identitas
responden dan memberikan kode pada setiap jawaban responden.
3. Pemberian skor (scoring)
Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang
perlu diberi penilaian atau skor.
4. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
5. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2010).
50
fh
fhfoX
−=
2
2)(
J. Analisa Data
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan analisis data yaitu:
1. Analisis Univariat
Analisis ini menggunakan perhitungan statistik secara
sederhana untuk mengetahui persentase satu variabel dengan
menggunakan rumus :
kn
fP =
Keterangan :
P = Presentase hasil yang dicapai
f = frekuensi variabel yang diteliti
n = jumlah sampel penelitian
k = konstanta (Sugiyono, 2010)
2. Analisis Bivariat
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan adalah
chi squere, dengan rumus:
Keterangan
X2 = Statistic chi-square/kuadrat hitung
f0 = Nilai observasi/nilai pengumpulan data
fh = Frekuensi harapan (Hidayat, 2010).
51
Interpretasi hasil:
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada
hubungan jika ρ value < α = 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value
> α = 0,05 atau X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka Ha ditolak
dan Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari terdiri
dari 3 (tiga) Kelurahan, yakni Kelurahan Bende, Korumba, dan
Mandonga yang merupakan wilayah administratif Kecamatan
Mandonga, dengan luas wilayah ± 21.673 km2. dengan batas
wilayah kerja Puskesmas Perumnas sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tobuha dan
Kelurahan Mandonga
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kadia
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bonggoeya
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Poasia
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Perumnas
pada tahun 2016 sebanyak 44.616 jiwa yang tersebar di 3 (tiga)
kelurahan dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 15.639
jiwa. Adapun penyebaran penduduk tiap kelurahan adalah
sebagai berikut:
1) Kelurahan Bende : 16.069 jiwa.
2) Kelurahan Korumba : 13.410 jiwa.
3) Kelurahan Mandonga : 15.137 jiwa.
53
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Perumnas terdiri dari:
1) Sarana Kesehatan Pemerintah
a) Puskesmas pembantu 2 unit, masing-masing terletak di
Kelurahan Korumba dan Kelurahan Mandonga.
b) Puskesmas keliling 2 unit, masing-masing berlokasi di
Kelurahan Korumba dan Kelurahan Mandonga, keduanya
sudah berfungsi.
2) Sarana Kesehatan
a) Rumah bersalin 2 unit.
b) Praktek dokter berkelompok 3 unit.
3) Sarana kesehatan bersumber daya masyarakat
Posyandu 14 unit, berlokasi di Kelurahan Bende sebanyak 4
unit, di Kelurahan Korumba sebanyak 4 unit, dan di Kelurahan
Mandonga sebanyak 6 unit.
d. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang berkerja di Puskesmas Perumnas
adalah sebagai berikut:
54
Tabel 1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Perumnas Tahun 2018
Jumlah tenaga Status
Jumlah PNS Honorer Sukarela
Dokter Umum Sarjana Keperawatan Sarjana Kes. Masyarakat Sarjana Kebidanan Apoteker Ahli madya keperawatan Ahli madya kebidanan Ahli madya Gizi Ahli madya kesling Perawat Bidan Tenaga administrasi Pekarya kesehatan Petugas kebersihan
2 3 5 1 1
10 6 1 1 8 2 3 1 1
- - - - - - - - - - - - - 1
- - 1 - - 7 - 2 1 2 - - - -
2 3 6 1 1
17 6 3 2
10 2 3 1 2
Sumber: Data Sekunder, Tahun 2018.
2. Karakteristik Responden
a. Umur Kader Posyandu
Karakteristik responden berdasarkan umur kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Karakteristik Umur Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018
Umur (Tahun) Jumlah
n %
21 – 30 31 – 40
> 40
48 33 3
57,1 39,3 3,6
Total 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel 2 menunjukkan responden terbanyak memiliki umur
21 – 30 tahun sebanyak 48 orang (57,1%). Sedangkan yang
terendah adalah umur > 40 tahun sebanyak 3 orang (3,6%).
55
b. Pendidikan Kader Posyandu
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Karakteristik Pendidikan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018
Pendidikan Jumlah
n %
SD SMP SMA
Perguruan Tinggi
6 22 33 23
7,1 26,2 39,3 27,4
Total 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2017.
Tabel 3 menunjukkan responden terbanyak memiliki
pendidikan SMA sebanyak 33 orang (39,3%). Sedangkan yang
terendah adalah SD sebanyak 6 orang (7,1%).
c. Pekerjaan Kader Posyandu
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Karakteristik Pekerjaan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018
Pekerjaan Jumlah
n %
Belum Bekerja Ibu Rumah Tangga
PNS Wiraswasta
39 18 8
19
45,2 21,4 9,5
23,9
Total 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2018.
56
Tabel 4 menunjukkan responden terbanyak adalah belum
bekerja sebanyak 39 orang (45,2%). Sedangkan yang terendah
adalah PNS sebanyak 8 orang (9,5%).
3. Analisis Univariat
a. Keaktifan Kader Posyandu
Distribusi responden berdasarkan keaktifan kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Distribusi Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Perumnas Kota Kendari Tahun 2018
Keaktifan Kader Posyandu
Jumlah
n %
Tidak Aktif Aktif
28 56
33,3 66,7
Total 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel 5 menunjukkan responden terbanyak adalah
responden yang aktif dalam kegiatan Posyandu (> 8 kali setahun)
sebanyak 56 orang (66,7%). Sedangkan yang terendah adalah
tidak aktif (≤ 8 kali setahun) sebanyak 28 orang (33,3%).
b. Sikap Kader Posyandu
Distribusi responden berdasarkan sikap kader Posyandu
di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari disajikan
pada tabel berikut ini:
57
Tabel 6. Distribusi Sikap Kader Posyandu di Wilayah Kerja Perumnas Kota Kendari Tahun 2018
Sikap Kader Posyandu Jumlah
n %
Negatif Positif
32 52
38,1 61,9
Total 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel 6 menunjukkan responden terbanyak memiliki sikap
positif dalam kegiatan Posyandu sebanyak 52 orang (61,9%).
Sedangkan yang terendah memiliki sikap negatif sebanyak 32
orang (38,1%).
c. Status Perkawinan Kader Posyandu
Distribusi responden berdasarkan status perkawinan
kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Kendari disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Distribusi Status Perkawinan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Perumnas Kota Kendari Tahun 2018
Status Perkawinan Jumlah
n %
Sudah Menikah Belum Menikah
27 57
32,1 67,9
Total 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel 7 menunjukkan responden terbanyak adalah
responden yang belum menikah sebanyak 57 orang (67,9%).
Sedangkan yang terendah adalah sudah menikah sebanyak 27
orang (32,1%).
58
d. Insentif Kader Posyandu
Distribusi responden berdasarkan insentif kader Posyandu
di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 8. Distribusi Insentif Kader Posyandu di Wilayah Kerja Perumnas Kota Kendari Tahun 2018
Insentif Kader Posyandu Jumlah
n %
Tidak Sesuai Sesuai
33 51
39,3 60,7
Total 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel 8 menunjukkan responden terbanyak menyatakan
bahwa insentif yang diberikan sesuai, yakni sebanyak 51 orang
(60,7%). Sedangkan yang terendah menyatakan tidak sesuai,
yakni sebanyak 33 orang (39,3%).
4. Analisis Bivariat
a. Hubungan Sikap dengan Keaktifan Kader Posyandu
Hubungan sikap dengan keaktifan kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari disajikan pada
tabel berikut ini:
Tabel 9. Hubungan Sikap dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018.
Sikap Kader
Keaktifan Kader ρ
value α Tidak Aktif Aktif
n (%) n (%)
Negatif Positif
17 11
20,2 13,1
15 41
17,9 48,8 0,003 0,05
Total 28 33,3 56 66,7
Sumber: Data Primer, 2018.
59
Hasil analisis uji statistik menggunakan chi square
menunjukkan bahwa ρ value = 0,003 < α = 0,05 maka Ha
diterima. Ini berarti ada hubungan antara sikap kader dengan
keaktifan kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas
Kota Kendari tahun 2018 pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
b. Hubungan Status Perkawinan dengan Keaktifan Kader Posyandu
Hubungan status perkawinan dengan keaktifan kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Hubungan Status Perkawinan dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018.
Status Perkawinan
Keaktifan Kader ρ
value α Tidak Aktif Aktif
n (%) n (%)
Sudah Menikah Belum Menikah
16 12
19,0 14,3
11 45
13,1 53,6 0,001 0,05
Total 28 33,3 56 66,7
Sumber: Data Primer, 2018.
Hasil analisis uji statistik menggunakan chi square
menunjukkan bahwa ρ value = 0,001 < α = 0,05 maka Ha
diterima. Ini berarti ada hubungan antara status perkawinan
dengan keaktifan kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas Kota Kendari tahun 2018 pada taraf kepercayaan 95%
(α = 0,05).
60
c. Hubungan Insentif dengan Keaktifan Kader Posyandu
Hubungan insentif dengan keaktifan kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari disajikan pada
tabel berikut ini:
Tabel 11. Hubungan Insentif dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018.
Insentif
Keaktifan Kader ρ
value α Tidak Aktif Aktif
n (%) n (%)
Tidak Sesuai Sesuai
22 6
26,2 7,1
11 45
13,1 53,6 0,000 0,05
Total 28 33,3 56 66,7
Sumber: Data Primer, 2018.
Hasil analisis uji statistik menggunakan chi square
menunjukkan bahwa ρ value = 0,000 < α = 0,05 maka Ha
diterima. Ini berarti ada hubungan antara insentif dengan keaktifan
kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Kendari tahun 2018 pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
B. Pembahasan
1. Hubungan Sikap dengan Keaktifan Kader Posyandu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 84 responden, 32
responden (38,1%) yang memiliki sikap negatif, terdapat 17
responden (20,2%) yang tidak aktif dan 15 responden (17,9%) yang
aktif dalam kegiatan Posyandu. Sedangkan dari 52 responden
(61,9%) yang memiliki sikap positif, terdapat 15 responden (13,1%)
yang tidak aktif dan 41 responden (48,8%) yang aktif dalam kegiatan
Posyandu.
61
Hasil analisis uji statistik menggunakan chi square menunjukkan
bahwa ρ value = 0,003 < α = 0,05 maka Ha diterima. Ini berarti ada
hubungan antara sikap kader dengan keaktifan kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 pada
taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Pengukuran sikap
dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara
langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian
dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2012).
Sikap kader dalam hal ini kader lebih banyak bersikap positif
dibandingkan bersikap negatif. Dalam hal ini kader banyak bersikap
positif dikarenakan mereka melakukan pencatatan kegiatan
Posyandu, membantu petugas kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan Posyandu dan pelaksanaan sesuai sasaran
dan prosedur. Namun beda halnya dengan kader yang memiliki sikap
negatif dikarenakan kurang kesadaran kader untuk mengajak ibu-ibu
hamil ke Posyandu untuk bersedia datang ke posyandu, tidak
memperhatikan keluhan yang disampaikan sasaran Posyandu
sehingga tingkat kunjungan Posyandu meningkat, pada saat di meja
pengukuran berat badan tidak begitu memperhatikan benar-benar
hasil pengukuran, tidak meminta sasaran Posyandu untuk sedapat
62
mungkin berkunjung ke Posyandu sesuai jadwal. Adanya sikap yang
bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan oleh warga juga
membuat kader ikutserta dalam pelaksanaan kegiatan di Posyandu.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti (2010)
yang menunjukkan bahwa sikap sangat berpengaruh terhadap kinerja
kader dalam melaksanakan pelaksanaan Posyandu.
Sikap seseorang muncul setelah orang itu mengetahui dan
memahami sesuatu yang baru. Oleh karena itu, seseorang yang
bersikap positif tentang suatu objek, belum merupakan jaminan
bahwa orang tersebut akan menerima tindakan yang baru
diterimanya. Hal ini karena sikap baru merupakan kesiapan
seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek yang baru
diketahuinya. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan,
sangat tergantung pada tinggi rendahnya pengetahuan dan
pengalaman seseorang tentang suatu objek. Sikap yang baik adalah
dimana seseorang mau melaksanakan sesuatu tanpa terbebani oleh
sesuatu hal yang menjadi konflik internal (Notoatmodjo, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Isaura (2011)
yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap dengan kinerja kader Posyandu.
Hasil penelitian ini pula sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2012), bahwa sikap yang merupakan itikad dalam diri seseorang
untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu pekerjaan.
63
Semakin baik sikap seseorang terhadap pekerjaannya, semakin tinggi
kecenderungan orang tersebut untuk melaksanakan pekerjaannya.
Menurut asumsi peneliti, dalam penelitian ini sikap seseorang
kader sangat mempengaruhi keberhasilan kader tersebut dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat mendukung,
karena dengan adanya respondari kader maka kegiatan Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari akan bertambah
lancar dan seorang kader kesehatan yang mempunyai sikap yang
utuh akan berpikir dan yakin dalam bertindak dan ikut serta untuk aktif
memberikan motivasi kepada sasaran dan kegiatan posyandu untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat dan keaktifan masyarakat
terhadap kader Posyandu. Sikap positif kader ditunjukkan dengan
kader melakukan kegiatan Posyandu dengan suka rela, tidak
membedakan status sosial dan mendengar keluhan ibu yang
berkunjung ke Posyandu.
2. Hubungan Status Perkawinan dengan Keaktifan Kader Posyandu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 84 responden, 27
responden (32,1%) yang sudah menikah, terdapat 16 responden
(19,0%) yang tidak aktif dan 11 responden (13,1%) yang aktif dalam
kegiatan Posyandu. Sedangkan dari 57 responden (67,9%) yang
belum menikah, terdapat 12 responden (14,3%) yang tidak aktif dan
45 responden (53,6%) yang aktif dalam kegiatan Posyandu.
Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan chi square
menunjukkan bahwa ρ value = 0,001 < α = 0,05 maka Ha diterima. Ini
64
berarti ada hubungan antara status perkawinan dengan keaktifan
kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Kendari tahun 2018 pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
Status perkawinan seseorang akan menunjukkan ciri
kedewasaan baik fisik maupun psikis, sehingga mempengaruhi sikap
dan penampilannya. Kader yang telah menikah akan memiliki sikap
dan penampilan yang lebih mapan sehingga pekerjaannya sebagai
kader tidak tergantung pada orang lain dan akan lebih mudah
mempengaruhi masyarakat sasarannya.
Dalam Pendekatan KB bahwa kader yang sudah menikah atau
nikah cenderung pindah tempat tinggal atau mengikuti suaminya dan
kadangkala mereka sangat sibuk mengurusi keluarga dan anak-
anaknya, sehingga kader kadangkala tidak punya waktu luang untuk
ikut berpartisipasi dan menyumbangkan tenaganya untuk
kepentingan Posyandu atau masyarakat disekitarnya.
Kader yang telah menikah atau telah mempunyai bayi dan anak
bisa pula akan tetap aktif mengingat bayinya harus selalu ditimbang
dan dikontrol pertumbuhan dan perkembangannya sehingga ia akan
tetap aktif dalam kegiatan posyandu. Maka akan lebih mudah bagi
kader itu sendiri karena disamping ia melaksanakan tugasnya
sebagai kader ia juga dapat langsung membawa anaknya ke
posyandu pada setiap bulannya untuk ditimbang.
Namun di lain pihak ada kemungkinan pula kader posyandu
yang sudah kawin tidak dapat bekerja sebagai kader secara optimal
65
karena sikap suami atau isteri yang membatasi partisipasinya diluar
rumah tangga atau karena kesibukannya dalam mengurus rumah
tangganya sendiri menyebabkan kader tidak aktif lagi pada kegiatan
posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kader yang belum
menikah lebih banyak yang aktif dari pada kader yang sudah
menikah. Hal ini disebabkan karena mereka tidak atau belum
mempunyai pekerjaan yang tetap sehingga mereka berusaha
menyibukkan diri dengan ikut berpartisipasi pada kegiatan posyandu.
Selain itu karena kader posyandu belum menikah menyebabkan ia
masih mempunyai waktu yang banyak untuk melakukan aktivitasnya
dan belum mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya.
Penelitian ini didukung oleh pendapat Rifai (20107) yang menyatakan
bahwa dalam pelaksanaan Posyandu di lapangan (penyuluhan) kader
yang telah menikah lebih diterima keberadaanya di masyarakat
dibanding dengan kader yang belum menikah.
Penelitian lain tentang tentang status perkawinan kader
Posyandu dilakukan oleh Nilawati (2012) yang menyimpulkan bahwa
status perkawinan berkorelasi terhadap keaktifan kader Posyandu
dalam upaya revitalisasi di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh
Selatan.
3. Hubungan Insentif dengan Keaktifan Kader Posyandu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 84 responden, 33
responden (39,3%) menyatakan insentif yang diberikan tidak sesuai,
66
terdapat 22 responden (26,3%) yang tidak aktif dan 11 responden
(13,1%) yang aktif dalam kegiatan Posyandu. Sedangkan dari 51
responden (60,7%) menyatakan insentif yang diberikan sesuai,
terdapat 6 responden (7,1%) yang tidak aktif dan 45 responden
(53,6%) yang aktif dalam kegiatan Posyandu.
Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan chi square
menunjukkan bahwa ρ value = 0,000 < α = 0,05 maka Ha diterima. Ini
berarti ada hubungan antara insentif dengan keaktifan kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari
tahun 2018 pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
Insentif yang diberikan kepada kader Posyandu dalam bentuk
materi dan non materi yang diperoleh dari Pemerintah Daerah
maupun dari pihak Puskesmas akan menjadi pendorong bagi kader
dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu. Namun berdasarkan
informasi yang diperoleh bahwa insentif yang diperoleh untuk kader
aktif rata-rata sebanyak Rp. 150.000., yang dibayarkan setiap 3 bulan
sekali.
Pemberian insentif kepada kader merupakan salah satu bentuk
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi kader. Motivasi
merupakan suatu dorongan dari dalam diri probadi seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan dan dorongan ini muncul karena adanya
faktor eksternal yang mampu mempengaruhi seseorang. Motivasi
sangat ditentukan dari dua sisi. Sisi pertama secara internal yaitu
motivasi muncul akibat adanya kekuatan yang lahir dalam diri
67
seseorang misalnya ada rasa tanggung jawab atau rasa memiliki
terhadap suatu pekerjaan. Sisi kedua secara ekternal yaitu motivasi
muncul diakibatkan ada pengaruh luar yang mampu mempengaruhi
diri pribadi seseorang misalnya gaji yang layak atau penilaian prestasi
yang obyektif.
Sebagai tenaga relawan dalam bidang kesehatan masyarakat
seorang kader dituntut untuk memberikan pelayanan secara sukrela
dan ikhlas kepada masyarakat tanpa mengharapkan imbalan ataupun
pamrih tetapi disisi lain seorang kader adalah juga seorang personal
yang mempunyai kebutuhan yang sama dengan orang lain berupa
kebutuhan dasar, material dan penghargaan dari orang lain. Oleh
karena itu seyogyanya kader diberi bantuan pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhannya juga berupa rewad atau penghargaan.
Bentuk insentif yang diberikan oleh Pemda Kota Kendari melalui
Dinas Kesehatan kepada kader dalam bentuk honorarium (materi)
sebesar Rp. 50.000,- untuk setiap kader Posyandu dan imbalan
pelayanan kesehatan gratis bagi kader dan keluarganya di
Puskesmas, dan insentif non materi berupa pujian.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Martinah (2015) yang menyimpulkan bahwa kader yang
memperoleh imbalan yang cukup akan lebih aktif dalam pelaksanaan
Posyandu dibandingkan dengan kader memperoleh insentif yang
kurang memadai sehingga akan mempengaruhi kinerja kader
Posyandu. Penelitian serupa dilakukan oleh Nurhaeni (2015) yang
68
menyimpulkan bahwa insentif merupakan salah satu faktor yang
menjadi motivasi kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar kader memiliki sikap positif dalam kegiatan Posyandu
sebanyak 52 orang (61,9%).
2. Sebagian besar kader Posyandu belum menikah sebanyak 57 orang
(67,9%).
3. Sebagian besar kader menyatakan bahwa insentif yang diberikan
sesuai, yakni sebanyak 51 orang (60,7%).
4. Ada hubungan sikap dengan keaktifan kader Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 (ρ value =
0,003 < α = 0,05).
5. Ada hubungan status perkawinan dengan keaktifan kader Posyandu
di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 (ρ
value = 0,001 < α = 0,05).
6. Ada hubungan insentif dengan keaktifan kader Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari tahun 2018 (ρ value =
0,000 < α = 0,05).
B. Saran
1. Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari agar dalam membuat
perencanan untuk mengalokasikan anggaran sebagai upaya
70
revitalisasi Posyandu yang ada disetiap wilayah kerja Puskesmas
dalam kota.
2. Disarankan bagi pihak Puskesmas untuk melaksanakan pelatihan
atau penyegaran kader Posyandu dan secara berkesinambungan
disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan kader Posyandu saat
ini.
3. Aspek motivasi terutama dalam hal pemberian Insentif atau
kompensasi kepada kader Posyandu masih perlu diperhatikan
sehingga mendorong kader melaksanakan kegiatan yang dilimpahkan
kepadanya secara lebih profesional dan bertanggungjawab
4. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang berhubungan dengan
penelitian ini untuk mengkaji lebih lanjut mengenai determinan yang
berhubungan dengan keaktifan kader Posyandu menggunakan
variabel lainnya.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Agustina, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader
Posyandu Dalam Wilayah Kerja Pukesmas Peusangan Siblah Krueng Bireuen. Skripsi. Banda Aceh: Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah.
Alamsyah, 2013. Pemberdayaan Gizi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Medical Book. Alwi, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Balai Pustaka. Cahyo, Ismawati S., 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Jakarta: Nuha
Medika. Dinkes Prov. Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Kendari: Dinkes Prov. Sultra. Dinkes Kota Kendari, 2016. Profil Kesehatan Kota Kendari Tahun 2016.
Kendari: Dinkes Kota Kendari. Dinkes Kota Kendari, 2018. Laporan Posyandu Kota Kendari Tahun 2017.
Kendari: Dinkes Kota Kendari. Hasanah, R., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan
Kader Dalam Kegiatan Posyandu (Studi Di Puskesmas Palasari Kabupaten Subang). Jurnal Kesehatan Masyarakat. Bandung: Stikes Jenderal A. Yani Cimahi.
Hidayat, A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan: Pradigma Kuantitatif.
Jakarta: Hearh Books. Karwati, 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Trans Info Media. Kemenkes RI, 2010. Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu. Jakarta:
Depkes RI. Kemenkes RI, 2012. Buku Pegangan Kader Posyandu. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kemenkes RI.
Naim, Umar. 2010. Posyandu: Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Kareso.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. ____________, 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta. Nurfitriani, 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader
Posyandu Di Puskesmas Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Tahun 2010. Skripsi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika. Prang, R. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tareran Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Prasetyawati, A.E., 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika. Puskesmas Perumnas, 2018. Profil Kesehatan Perumnas Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara. Rochmawati, 2010. Hubungan antara Keaktifan Kader Kesehatan dengan
Pengembangan Program Desa Siaga di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Roesli, 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader
Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Manado: Universitas Sam Ratulangi
Siagian, R., 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan
Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Tahun 2015. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Stikes Sumatera Utara.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.
73
Tirayoh, N. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kema Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Manado: Universitas Sam Ratulangi
74
Lampiran 1.
SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER
Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Saudara ............................ Di – Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Dengan Hormat,
Dalam rangka penulisan Skripsi yang berjudul: ”Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018”, maka saya mohon
dengan hormat kepada saudara untuk menjawab beberapa pertanyaan
kuesioner (angket penelitian) yang telah disediakan. Jawaban saudara
diharapkan objektif (diisi apa adanya).
Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu saudara tidak perlu
takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.
Artinya, semua jawaban yang saudara berikan adalah benar dan jawaban
yang diminta adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Oleh karena itu,
data dan identitas saudara akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Kendari, Mei 2018 Ttd ...................................
Lampiran 2.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun
2018”, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...........................................................
Alamat : ...........................................................
Menyatakan Bersedia/Tidak Bersedia*) menjadi responden dalam penelitian
ini.
Kendari, 2018
Hormat Saya,
(............................................)
Responden
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3.
LEMBAR KUESIONER Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2018
Identitas Responden 1. Nama Kader : …………………………
2. Umur : .......... tahun
3. Pendidikan : ........................................
4. Status Perkawinan : a. Sudah Menikah b. Belum Menikah
5. Pekerjaan : ........................................
6. Insentif : Rp. ............................. / Triwulan
7. Alamat : ........................................
Keaktifan Kader Posyandu Dalam 1 tahun terakhir, berapa kali saudara melakukan kegiatan di Posyandu? a. 5 kali b. 6 Kali c. 7 Kali d. ≥ 8 kali
Sikap Kader Posyandu
No Pernyataan Alternatif
SS S TS STS
1 Saya mengetahui peran saya di Posyandu
2 Saya selalu melakukan tugas yang sudah diberikan kepada saya
3 Saya merasa senang menjadi seorang kader Posyandu
4 Saya mau menyebarkan informasi jika ada kegiatan Posyandu
5 Saya tidak terbebani untuk menjadi seorang kader
6 Saya mampu berinteraksi dengan peserta Posyandu dengan baik
7 Saya mampu menangani kegiatan Posyandu tanpa dibantu rekan lain
8 Saya mampu memberikan solusi jika ada yang berkonsultasi
9 Saya mampu memberikan contoh hidup sehat kepada masyarakat desa
10 Saya merasa senang dengan melayani peserta Posyandu yang datang
Lampiran 5. Hasil Analisis Chi Square dengan Menggunakan Program SPSS
Sikap * Keaktifan_Kader
Crosstab
Keaktifan_Kader
Total Tidak Aktif Aktif
Sikap Negatif Count 17 15 32
Expected Count 10.7 21.3 32.0
% within Sikap 53.1% 46.9% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 60.7% 26.8% 38.1%
% of Total 20.2% 17.9% 38.1%
Positif Count 11 41 52
Expected Count 17.3 34.7 52.0
% within Sikap 21.2% 78.8% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 39.3% 73.2% 61.9%
% of Total 13.1% 48.8% 61.9%
Total Count 28 56 84
Expected Count 28.0 56.0 84.0
% within Sikap 33.3% 66.7% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.112a 1 .003
Continuity Correctionb 7.730 1 .005
Likelihood Ratio 9.035 1 .003
Fisher's Exact Test .004 .003
Linear-by-Linear Association 9.003 1 .003
N of Valid Cases 84
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Status_Perkawinan * Keaktifan_Kader
Crosstab
Keaktifan_Kader
Total Tidak Aktif Aktif
Status_ Perkawinan
Sudah Menikah
Count 16 11 27
Expected Count 9.0 18.0 27.0
% within Status_Perkawinan 59.3% 40.7% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 57.1% 19.6% 32.1%
% of Total 19.0% 13.1% 32.1%
Belum Menikah
Count 12 45 57
Expected Count 19.0 38.0 57.0
% within Status_Perkawinan 21.1% 78.9% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 42.9% 80.4% 67.9%
% of Total 14.3% 53.6% 67.9%
Total Count 28 56 84
Expected Count 28.0 56.0 84.0
% within Status_Perkawinan 33.3% 66.7% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.035a 1 .001
Continuity Correctionb 10.377 1 .001
Likelihood Ratio 11.765 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.892 1 .001
N of Valid Cases 84
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Insentif * Keaktifan_Kader
Crosstab
Keaktifan_Kader
Total Tidak Aktif Aktif
Insentif Tidak Sesuai
Count 22 11 33
Expected Count 11.0 22.0 33.0
% within Insentif 66.7% 33.3% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 78.6% 19.6% 39.3%
% of Total 26.2% 13.1% 39.3%
Sesuai Count 6 45 51
Expected Count 17.0 34.0 51.0
% within Insentif 11.8% 88.2% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 21.4% 80.4% 60.7%
% of Total 7.1% 53.6% 60.7%
Total Count 28 56 84
Expected Count 28.0 56.0 84.0
% within Insentif 33.3% 66.7% 100.0%
% within Keaktifan_Kader 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 27.176a 1 .000
Continuity Correctionb 24.762 1 .000
Likelihood Ratio 27.979 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 26.853 1 .000
N of Valid Cases 84
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Kegiatan Penelitian Pengisian Kuesioner Oleh Kader Posyandu