FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PHBS ...

100
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PHBS PADA SD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR TAWAR KOTA PADANG TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan pada Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan Politeknik Kementerian Kesehatan Padang Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan Politeknik Kesehatan Padang Oleh: WIDIA OKTAVIANI NIM: 151210706 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG 2019

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PHBS ...

KERJA PUSKESMAS AIR TAWAR
KOTA PADANG TAHUN 2019
Kementerian Kesehatan Padang Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Sarjana Terapan Politeknik Kesehatan Padang
Oleh:
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG
Alamat : Perumahan Banuaran Indah blok N.20 Kec.
Lubuk Begalung, Kota Padang.
3. SMPN 4 Padang (2009- 2012)
4. SMAN 6 Padang (2012- 2015)
5. Poltekkes Kemenkes Padang
Lingkungan
Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, dengan berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan Skripsi ini dapat
diselesaikan oleh penulis walaupun banyak menemui kesulitan maupun rintangan.
Penyusunan dan penulisan Skripsi ini merupakan suatu rangkaian dari proses
pendidikan secara menyeluruh di Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan jurusan Kesehatan Lingkungan di Politeknik Kementerian Kesehatan
Padang, dan sebagai syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan
Sanitasi Lingkungan pada masa akhir pendidikan.
Judul Skripsi ini adalah “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan
PHBS Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan pengarahan dari Bapak Dr. Wijayantono,
SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Bapak Awaluddin, M. Pd selaku pembimbing
II yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Bapak Dr. Burhan Muslim, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Padang.
2. Ibu Awalia Gusti, S.Pd, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan.
3. Bapak R. Firwandri Marza, M.Kes selaku ketua prodi D-IV Sanitasi Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang.
4. Bapak R. Firwandri Marza, M.Kes selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak dan Ibu dosen sebagai Pengajar di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Padang yang telah memberikan ilmu sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
6. Terutama kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan
semangat, do’a dan dukungan dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.
7. Teman-teman “D-IV Kesling 15” yang telah membantu penulisan dalam Skripsi
ini.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan
yang ada, sehingga penulis merasa masih ada yang belum sempurna baik dalam isi
maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran
yang membangun guna penyempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin.
Padang, Juni 2019
1.Defenisi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) ............... 10
2.Ruang lingkup PHBS .............................................................. 10
B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Sekolah ...................... 13
1. Defenisi PHBS di Sekolah .......................................................... 13
2. Indikator PHBS di SekolaH .......................................................... 14
3. Faktor-Faktor PHBS ................................................................... 15
5. Kepmenkes 1429 Tahun 2006 .................................................... 15
C. Perubahan perilaku dan pendidikan kesehatan .................................. 17
1. Teori Lawrence Green ................................................................ 17
2. Teori Stimulus Organisme .......................................................... 19
3. Pengetahuan ................................................................................ 21
4. Sikap ........................................................................................... 23
5. Tindakan ..................................................................................... 24
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 34
E. Metode Pengolahan Data dan Pengumpulan Data ............................... 35
F. Analisis Data ........................................................................................ 37
G. Instrumen Penelitian ............................................................................ 38
H. Alur Penelitian ..................................................................................... 39
B.Karakteristik Responden ................................................................ 41
C.Karakteristik Informan ................................................................... 42
D.Hasil Penelitian .............................................................................. 43
A.Kesimpulan ................................................................................... 77
B.Saran ............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.1 Populasi Kelas IV ........................................................................ 41
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden ........................................ 41
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ........................... 42
Tabel 4.4 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam ........................... 42
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PHBS ..................................... 43
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi pelaksanaan PHBS Berdasarkan Pertanyaan44
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ................................................ 44
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Pertanyaan ........ 45
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sikap .......................................................... 46
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sikap Positif Berdasarkan Pertanyaan ...... 46
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Negatif Berdasarkan Pertanyaan .... 47
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban ................................. 47
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Penggunaan Jamban Berdasarkan Pertanyaan
...................................................................................................................... 48
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Penggunaan kantin Berdasarkan Pertanyaan
...................................................................................................................... 49
pertanyaan .................................................................................................... 50
Tabel 4.22 Hubungan Tempat Sampah Dengan Pelaksanaan PHBS ........... 52
DAFTAR SKEMA
Skema 2.3 Kerangka Teori .......................................................................... 25
Skema 2.4 Kerangka Konsep ...................................................................... 26
Skema 3.2 Alur Penelitian............................................................................ 39
Lampiran 2 Data Sekunder
Lampiran 11 Peta Wilayah
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Berkaitan dengan hal itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Upaya untuk mengubah perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat
kesehatan dilakukan melalui program pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Program ini telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun
1996.1
Evaluasi keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan dengan melihat indikator
PHBS ditatanan rumah tangga. Namun demikian, karena tatanan rumah tangga saling
berkait dengan tatanan-tatanan lain, maka pembinaan PHBS dilaksanakan tidak hanya
di tatanan rumah tangga, melainkan juga di tatanan institusi pendidikan, tatanan
tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas kesehatan.1
Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap prilaku
kesehatan seseorang. Tingkat pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan. Pengetahuan
yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan untuk
berprilaku sehat. Indikator angka partisipasi sekolah merupakan indikator pendidikan
yang mengukur tingkat partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur
sekolah atau jenjang pendidikan tertentu. Angka partisipasi sekolah ini mempunyai
korelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak bersekolah atau
mendapatkan pendidikan secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.2
Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk
mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk
mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang
maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya. Selain itu, usia sekolah
(termasuk kelompok usia dini) merupakan masa keemasan untuk mena-namkan nilai-
nilai PHBS dan berpotensi sebagai agent of change untuk mempro-mosikan PHBS
baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. PHBS di Sekolah adalah
upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar
tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam mewujudkan Sekolah Sehat.3
Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di
masyarakat.4 PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah
yaitu, mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun,
mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih
dan sehat, olah raga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak
merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan,
membuang sampah pada tempatnya.5
Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan dimasa depan
yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain
berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi tempat penularan
penyakit. Selain itu, usia anak sekolah dasar juga merupakan masa rawan terserang
berbagai penyakit.6
Menurut penelitian Diana, mengenai pelaksanaan program prilaku PHBS di
SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun tahun 2013 didapatkan hasil persentase anak
yang memiliki sikap negatif dengan tidak melakukan PHBS lebih tinggi yaitu 60%
dibandingkan dengan anak yang bersikap positif yaitu 40%.7
Penelitian yang dilakukan Tinuk dan hanan, tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik sanitasi melalui prilaku hidup bersih dan sehat pada
siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik tahun 2016, didapatkan hasil bahwa
persentase terbesar pengetahuan pada kategori baik terdapat pada pelaksanaan
PHBSnya yang buruk (56,3%). Hasil pengujian hipotesis diketahui nilai ρ=0,037 > α
(0.001) yang artinya ada hubungan pengetahuan PHBS siswa dengan pelaksanaan
PHBS disekolah.8
Sedangkan dalam penelitian Lina, tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) siswa di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang Tahun 2014
menunjukkan bahwa pengetahuan terendah terdapat pada penggunaan jamban bersih
dan sehat, yaitu sebesar 67,6%, sebesar 56,3% siswa bersikap tidak menerima untuk
jajan sehat di kantin sekolah dan sebanyak 100% siswa tidak melaksanakan jajan
sehat di kantin sekolah.9
Berdasarkan Depkes RI pada tahun 2016 jumlah anak se Indonesia
berdasarkan umur (7-12 tahun) sebanyak 27.574.728 anak, baik yang berjenis
kelamin perempuan maupun laki-laki. Sedangkan data anak sekolah pada usia (7-12
tahun) di profinsi sumatera barat berjumlah 620.404 anak.7 Sedangkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Padang pada tahun 2017 jumlah anak SD/MI sebesar 77.074 siswa
dengan persentase 9,94%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa di kota padang perlu
dilakukannya PHBS terhadap siswa agar terciptanya generasi penerus bangsa yang
paham dan mawas diri akan hidup bersih dari dini.10
Berdasarkan hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang 2017, kasus
Diare yang ditangani sebanyak 7.800 orang dari 25.029 orang target penemuan.
Sedangkan, puskesmas Air Tawar didapatkan kejadian Diare yang ditangani
berjumlah 384 kasus dari 831 orang target penemuan. Pada tahun berikutnya yaitu
2018, puskesmas Air Tawar didapatkan penemuan kejadian Diare sebanyak 842
kasus. Dari 22 Puskesmas di Kota Padang, Puskesmas Air Tawar merupakan
puskesmas yang paling rendah angka partisipasi sekolah dalam penjaringan cakupan
pelayanan kesehatannya sebesar 388 murid dengan persentase (89,84%) padahal
jumlah murid yang ada diwilayah tersebut tercatat sebanyak 433 murid atau sebesar
(100%). Di tahun 2018, cakupan pelayanan kesehatan peserta didik di seluruh SD di
Kota Padang sudah mencapai 100%. Dari data hasil inspeksi kesehatan lingkungan
sekolah di puskesmas air tawar tahun 2018 ada 5 sekolah yang tidak memenuhi target
pencapaian 70%. Diantara nya yaitu SDIT Nurul Ikhlas (62.00%), SDN 25 Air Tawar
Selatan (67.00%), SDIT Buah Hati (47.52%), SDN 09 Air Tawar Barat (60.00%),
SDN 19 Air Tawar Barat (60.00%).
Puskesmas Air Tawar mempunyai wilayah kerja kurang lebih 3,28 Km2, yang
terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Air Tawar Barat, Kelurahan Air Tawar
Timur, dan Kelurahan Ulak Karang Utara. Di Puskesmas Air Tawar terdapat
penduduk sebanyak 30.380 jiwa yang terdiri dari 15.177 jiwa laki-laki dan 15.230
jiwa perempuan. Dari sisi pelayanan pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Air
Tawar terdapat 9 Taman Kanak-kanak (TK), 15 Sekolah Dasar (SD), 3 SMP, 3 SMA,
DAN 3 Perguruan Tinggi (PT). Dari 15 SD yang tersebar diwilayah Puskesmas Air
Tawar, terdapat 5 SD dikelurahan Air Tawar Timur, 8 SD di kelurahan Air Tawar
Barat, dan 2 SD di kelurahan Ulak Karang Utara.11
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1429 tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah, fasilitas sarana sanitasi sekolah
diantaranya berupa toilet, sarana pembuangan sampah, serta kantin sekolah. Proporsi
jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk 40 orang siswa dan 1 wc untuk 25 orang
siswi, letak toilet harus terpisah dari ruang kelas; ruang UKS; dan ruang guru.
Tersedianya toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, toilet dalam keadaan
bersih serta tidak adanya genangan di lantai toilet. Selanjutnya kantin, kantin harus
tersedia wastafel untuk cuci tangan dan bebas dari sumber pencemaran, tersedianya
tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang mengalir, tersedianya
tempat penyimpanan makanan dan lokasi warung/kantin sekolah minimal berjarak 20
m dengan TPS. Lalu tempat sampah harus tersedia disetiap ruangan yang dilengkapi
dengan tutup, tersedia TPS sementara untuk memudahkan pengangkutan sampah,
peletakan tempat pengumpulan sampah sementara dengan ruang kelas berjarak
minimal 10 m 12
Dari 15 Sekolah Dasar yang telah dilakukan pengkajian, ada 5 SD yang
partisipasi sekolah nya rendah dalam menunjang pelaksanaan PHBS di lingkungan
sekolah. Masalah yang ditemukan di lapangan berupa kurangnya pengetahuan siswa
terhadap pelaksanaan PHBS, dan perilaku tidak sehat yang diadopsi dari rumah di
bawa kesekolah yang didukung dengan kurangnya fasilitas sarana sanitasi sekolah,
diantaranya toilet, kantin, dan tempat sampah. Hal ini akan berimbas pada prilaku dan
sikap siswa dalam melaksanakan PHBS di sekolah.
Oleh karena itu berdasarkan dari masalah diatas, maka peneliti akan meneliti
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan PHBS Pada Siswa SD di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang. Yang mana faktor-faktornya yaitu
pengetahuan siswa terhadap pelaksanaan PHBS, sikap siswa terhadap pelaksanaan
PHBS serta jamban terhadap pelaksanaan PHBS, kantin terhadap pelaksanaan PHBS,
dan tempat sampah terhadap pelaksanaan PHBS. Penelitian ini dilakukan pada siswa
kelas IV dengan alasan bahwa kelompok tersebut sudah bisa dan mudah untuk
menerima informasi, kelas IV merupakan kelompok belajar yang mudah
mengaplikasikannya secara langsung, dan kelas IV merupakan usia produktif untuk
dibina sejak dini akan penerapan PHBS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimana Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan PHBS
Pada Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan
PHBS Pada Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun
2019
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pelaksanaan PHBS sekolah pada
siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun
2019
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan siswa SD di Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap siswa SD di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan jamban SD di Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan kantin SD di Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
f. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan tempat sampah SD di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
g. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan siswa dengan pelaksanaan
PHBS di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun
2019
h. Untuk mengetahui hubungan sikap siswa dengan pelaksanaan PHBS di SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019
i. Untuk mengetahui hubungan pengunaan jamban dengan pelaksanaan
PHBS di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun
2019.
j. Untuk mengetahui hubungan penggunaan kantin dengan pelaksanaan
PHBS di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun
2019.
pelaksanaan PHBS di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Tersedianya data tentang hubungan pengetahuan, sikap, jamban, kantin,
dan tempat sampah dengan pelaksanaan PHBS pada siswa SD Kota Padang
di Perpustakaan Politeknik Kementerian Kesehatan Padang.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam merealisasikan program
prilaku hidup bersih dan sehat dimasa mendatang.
3. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi puskesmas dalam
pemantauan pelaksanaan PHBS di sekolah.
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian yang serupa di bidang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan PHBS Pada Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
Kota Padang Tahun 2019 dimasa mendatang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan diteliti yaitu pengetahuan, sikap, jamban,
kantin dan tempat sampah terhadap pelaksanaan PHBS pada siswa SD kelas IV di SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian PHBS13
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga
yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota
keluarga. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri
dibidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
di masyarakat merupakan pengertian lain dari PHBS.
2. Ruang Lingkup PHBS13
dengan pedoman perilaku sehat meliputi lima ruang lingkup:
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat.
10 PHBS dirumah tangga yaitu:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Memberi ASI ekslusif
4) Menggunakan air bersih
6) Menggunakan jamban sehat
8) Makan buah dan sayuur setiap hari
9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Kesehatan
Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti rumah sakit, Puskesmas,
dan klinik swasta. Jadi, PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk
memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan
penyakit di Institusi Kesehatan.
PHBS di Institusi Keehatan yaitu:
1) Menggunakan air bersih
4) Tidak merokok di institusi kesehatan
5) Tidak meludah sembarangan
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat-Tempat Umum
PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan tempat-tempat umum yang sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS di tempat-tempat umum yaitu:
1) Menggunakan air bersih
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.
1) Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
2) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4) Olah raga yang teratur dan terukur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok disekolah
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
8) Membuang sampah pada tempatnya.
e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja
PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para
pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja
sehat.
2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
3) Melakukan olah raga secara teratur/aktifitas fisik
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan bunag air kecil
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Menggunakan air bersih
8) Membuang sampah pada tempatnya.
B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah14
1. Pengertian PHBS
sekolah (usia 6-10), ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena
itu penanaman nilai-nilai PHBS disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan
dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
PHBS disekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat.
besar yaitu 30% dari jumlah penduduk indonesia merupakan masa keemasan
untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga anak
sekolah berpotensi sebagai agent perubahan untuk mempromosikan PHBS,
baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di masyarakat.
2. Indikator PHBS
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
d. Olah raga yang teratur dan
e. terukur
f. Memberantas jentik nyamuk
g. Tidak merokok disekolah
h. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
i. Membuang sampah pada tempatnya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan PHBS
Penyebab rendahnya atau menurunnya pelaksanaan PHBS di pengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor perilaku dan non perilaku fisik
b. Faktor sosial ekonomi
d. Faktor geografi
4. Sasaran Pembinaan PHBS
didik; warga sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, karyawan sekolah,
komite sekolah dan orang tua siswa/peserta didik; masyarakat lingkungan
sekolah (penjaga kantin, satpam,dan lain-lain).
5. Kepmenkes RI Nomor 1429/MENKES/SK/XII/200612
Menurut Kepmenkes RI no. 1429 th 2009 tentang pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah, fasilitas sanitasi sekolah
meliputi:
syarat sesuai dengan kepmenkes 416 thn 1990, serta jarak sumur/sarana
air bersih dengan sumber pencemaran (sarana pembuangan air limbah,
septick tank, tempat pembuangan sampah akhir, dll) minimal 10 m.
b. Toilet
Letak toilet terpisah dari ruangan lainnya, toilet pria dan wanita dipisah
satu sama lain, toilet harus dalam keadaan bersih, lantai toilet tidak ada
genangan air, proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk
siswa dan 1 wc untuk 25 orang siswi, tersedia lubang penghawaan yang
langsung berhubungan dengan udara luar, dan bak penampung air harus
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Tersedia pembuangan air limbah yang terpisah dengan saluran air hujan,
saluran terbuat dari bahan kedap air dan tertutup, keberadaan SPAL
tidak mencemari lingkungan, tersedianya SPAL yang memenuhi syarat,
serta air dibuang melalui tangki septik dan kemudian diresapkan ke
dalam tanah.
tutup, tersedia TPS dari seluruh ruangan unutk memudahkan
pengangkutan sampah, peletakan tempat pembuangan/pengumpulan
sampah sementara dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m
e. Kantin/Warung Sekolah
Tersedianya tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang
mengalir, tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin sekolah,
tersedia tempat untuk bahan makanan, tersedia tempat untuk
penyimpanan makanan jadi/siap saji yang tertutup, tersedia tempat
untuk penyimpanan peralatan makanan dan minuman, lokasi
warung/kantin sekolah minimal berjarak 20 m dengan TPS (tempat
pengumpulan sampah sementara).
peruntukannya, tempat penyimpanan makanan yang dijual pada warung
sekolah/kantin harus terpelihara dan selalu dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, terhindar dari bahan kimia serta serangga dan
hewan lainnya.
Perilaku merupakan faktor ke-2 terbesar setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan. (Blum, 1974) oleh karena itu dalam rangka
membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi dan upaya yang
ditunjukkan pada faktor ini sangat strategis.15
1. Teori Lawrence Green
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-
behavior causes).
a. Faktor pendorong (Predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuhan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan dan media pengetahuan kesehatan bagi masyarakat,
misalnya air bersih,tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan
tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktik swasta, dan
sebagainya. Untuk berprilaku sehat masyarakat harus memerlukan sarana
prasarana yang mendukung.
Faktor ini meliputi faktor sikap dan prilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang,
peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun dari pemerintahan daerah,
yang terkait dengan kesehatan. Untuk perilaku sehat, masyarakat kadang-
kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan
fasilitas saja, melainkan diperlukan prilaku contoh (acuan) dari tokoh
adat, tokoh masyarakat terlebih lagi petugas kesehatan. Disamping itu
undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat
tersebut.
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan
fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Skema 2.1 Teori L. Green
Faktor predisporsing:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai
5. Pendidikan
berkomunikasi dengan organisme. Keberhasilan perubahan prilaku yang
terjadi sangat ditentukan kualitas dari sumber (misalnya gaya bicara,
kreadibilitas, dan kepemimpinan). Prilaku dapat berubah jika stimulus yang
diberikan melebihi stimulus semula atau dapat meyakinkan organisme,
sehingga peran faktor pendorong menjadi sangat penting untuk meyakinkan
organisme.
organisme yang memiliki tiga kategori yaitu perhatian, pengertian, dan
penerimaan. Lalu dari tiga kategori organisme tersebut menghasilkan reaksi
yang berupa perubahan perilaku seseorang. Setelah perubahan perilaku
tersebut, maka akan berubah pula praktiknya.
Intervensi faktor prilaku dilakukan melalui 2 upaya, yaitu:
1) Paksaan
tekanan, paksaan. Upaya ini bisa berbentuk undang-undang, industri, dan
secara langsung melalui tekanan (fisik maupun non fisik), sanksi-sanksi, dan
sebagainya. Cara ini menimbulkan dampak yang langsung terhadap
perubahan perilaku tapi pada umumnya perubahan hanya berlangsung
sementara karena cara ini tidak disadari oleh pengertian dan kesadaran yang
tinggi terhadap tujuan prilaku tersebut dilaksanakan.15
2) Pendidikan
memberikan kesadaran, dan sebagainya. Cara ini membutuhkan waktu yang
lebih lama, tetapi jika prilaku tersebut berhasil diadopsi maka akan bertahan
untuk waktu yang lama bahkan, selama hidup orang yang menjadi sasaran.15
3. Pengetahuan5
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu tertentu. Pengindraaan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
1) Tahu (know)
sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau ransangan
yang telah diterima.
2) Memahami (comprehesion)
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi secara benar.
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya) ialah dapat
menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.
4) Analisis (analysis)
didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja seperti dapat menggunakan dan menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainnya.
5) Sintesis (synthesis)
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun suatu formasi-formasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
suatu kriteria yang telah ada.
b. Cara memperoleh pengetahuan
pengetahuan sepanjang sejarah.
2) Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini
lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
penelitiannya.
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
1. Menerima (receiving)
stimulus yang diberikan (objek).
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (respponsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segal
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
5. Praktik/Tindakan15
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata,
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara
lain adalah fasilitas.
1. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.
2. Mekanisme ( mecanism)
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat dua.
dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
faktor, penulis menggunakan teori L. Green tentang aspek yang mempengaruhi
perilaku terdiri dari faktor predisporsing, reinforcing, dan enabling.
Skema 2.3 Kerangka Teori Laurace Green
(Sumber: L. Green dalam Soekidjo Notoatmodjo; 2003)
Faktor predisporsing:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai
5. Pendidikan
penelitian sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan siswa dengan pelaksanaan PHBS
di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
Dengan nilai p=0.885 > 0.05
2. Ada hubungan antara sikap siswa dengan pelaksanaan PHBS di SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019. Dengan
nilai p=0.034 < 0.05
3. Tidak ada hubungan penggunaan jamban dengan pelaksanaan PHBS di SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019. Dengan
nilai p=0.083> 0.05
4. Ada hubungan penggunaan kantin dengan pelaksanaan PHBS di SD
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019. Dengan
nilai p=0.022 < 0.05
5. Ada hubungan penggunaan tempat sampah dengan pelaksanaan PHBS di
SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019. Dengan
nilai p=1.00 > 0.05
sekolah
mengenai perilaku hidup
Kuesioner Wawancara Skor
siswa dalam PHBS
dipergunakan siswa untuk
BAB agar tercapainya
pergunakan oleh siswa
untuk berbelanja makanan
dan minuman agar
jenis sequential eksplanatory. Pada penelitian ini dilakukan penggabungan
metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana pada
tahap pertama penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif
dan pada tahap kedua dilakukan dengan metode kualitatif. Paradigma yang
digunakan adalah QUAN yaitu (dominant quantitative study component),
dimana metode dominan digunakan adalah metode kuantitatif, metode
kualitatif digunakan untuk melengkapi analisis dari hasil kuantitatif.
Metode kuantitatif pada penelitian ini menggunakan desain cross
sectional dengan analisis Bivariat. Pada analisis Bivariate akan menghasilkan
hubungan Variabel Independen, Varabel Confounding dengan Variabel
Dependen. Selanjutnya, dilakukan penelitian dengan metode kualitatif pada
key informan untuk menggali informasi mengenai faktor yang paling
berpengaruh/ dominan terhadap pelaksanaan PHBS. Pada tahap akhir
dilakukan interpretasi untuk mengambil kesimpulan secara menyeluruh
terhadap faktor yang mempengaruhi PHBS.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 5 SD wilayah kerja Puskesmas Air
Tawar. Yang mana 5 SD tersebut yaitu SDIT Nurul Ikhlas, SDN 25 Air
Tawar Selatan, SDIT Buah Hati, SDN 09 Air Tawar Barat, SDN 19 Air
Tawar Barat.
Juni 2019 termasuk tahap survey pendahuluan, pelaksanaan penelitian
dan pembuatan laporan.
Populasi dalam penelitian kuantitatif adalah semua siswa kelas IV
yang ada di 5 SD wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Tahun 2019
sebanyak 181 orang siswa.
Populasi dalam penelitian kualitatif adalah kepala sekolah yang ada
di 5 SD, guru UKS yang ada di 5 SD, Petugas Bagian Kesling di
Puskesmas Air Tawar.
ditentukan dengan rumus (Soekidjo Notoadmodjo) :
Dimana : n = Besar Sampel
Pengolahan rumus: n= )(1 2dN
N
Jadi, sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 64 siswa.
Untuk menentukan besar sampel di masing-masing sekolah
digunakan proporsi yaitu dengan rumus:
Tabel 3.1
Distribusi Sampel Siswa Sekolah Dasar Kelas IV di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2018
No Nama Sekolah Dasar
23
8
16
9
8
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.18
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi:
3. Responden dalam dalam keadaan sehat
4. Responden mampu berkomunikasi dengan baik
5. Responden murid kelas IV yang berada di SD saat pengumpulan
data
Kualitatif
sampling yaitu teknik pengambilan informan sebagai sumber data dengan
pertimbangan sebagai berikut18 :
1. Informan adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang
sedang diteliti oleh peneliti.
2. Informan adalah orang yang terlibat dalam Pelaksanaan PHBS di sekolah.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka informan penelitian ini adalah
Kepala Sekolah di 5 SD, Guru UKS di 2 SD, serta Petugas Bagian Kesling di
Puskesmas Air Tawar. Karena adanya keterbatasan dalam pengadaan guru
UKS disekolah, maka sampel guru UKS hanya di ambil di 2 sekolah saja.
D. Teknik Pengumpulan Data16
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dalam bentuk data primer dan data
sekunder.
meliputi data pengetahuan siswa, sikap siswa, jamban, kantin, serta tempat
sampah tentang pelaksanaan PHBS di sekolah.
Kualitatif
Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan informan yaitu orang
yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi tempat penelitian.
Pemilihan informan didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri berdasarkan tujuan dan masalah penelitian. Selain itu
dalam menentukan jumlah informan penelitian dilakukan pembatasan hingga
peneliti menilai data yang dikumpulkan telah memenuhi syarat kesesuaian
(appropriateness), kecukupan (adequacy) serta tidak terdapat hal baru yang
dapat dikembangkan (saturation)
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data dari profil kesehatan Kota
Padang tahun 2017, dan inspeksi sanitsi sekolah Puskesmas Air Tawar.
E. Metode Pengolahan Data dan Pengumpulan Data16
Kuantitatif
melalui beberapa tahapan, diantaranya:
a. Menyunting data (editing)
apakah jawaban sudah jelas, lengkap, konsisten dan relevan.
b. Mengkode data (coding)
Coding dilakukan untuk mempermudah dan mempercepat pada saat
analisis data dan entri data. Menurut buku metodologi penelitian yang
dikarang oleh Suharsimi Arikunto tahun 200619 diantaranya:
a) Variabel pelaksanaan PHBS diberi kode 1 baik, jika nilai total/skor
≥ 70% dan kode 0 buruk, jika nilai total/skor < 70%
b) Variabel pengetahuan diberi kode 1 tinggi, jika nilai total/skor ≥
70% dan kode 0 rendah: jika nilai total/skor < 70%
c) Variabel sikap diberi kode 1 positif, jika nilai total/skor ≥ 70%dan
kode 0 negatif, jika nilai total/skor < 70%
d) Variabel jamban diberi kode 1 baik, jika nilai total/skor ≥ 70% dan
kode 0 Buruk, jika nilai total/skor < 70%
e) Variabel kantin diberi kode 1 memenuhi syarat, jika nilai total/skor
≥ 70% dan kode 0 tidak memenuhi syarat, jika nilai total/skor <
70%
f) Variabel tempat sampah diberi kode 1 memenuhi syarat, jika nilai
total/skor ≥ 70% dan kode 0 tidak memenuhi syarat, jika nilai
total/skor < 70%
c. Memasukkan data (entry)
Data dientri ke dalam program agar data dapat dianalisis. Proses ini
dilakukan menggunakan komputer.
kelengkapan data yang telah dientri, untuk memastikan bahwa data telah
bersih dari kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca kode
sehingga data dapat dianalisis.
Penyajian data dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel
silang.
Kualitatif
dalam suatu penelitian. Di dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan
pada sumber data primer dan sumber data sekunder. Kedua sumber data
tersebut dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik atau metode
sebagai berikut:
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur
(Guided interview) yaitu pada waktu melakukan wawancara, sebuah panduan
wawancara disiapkan untuk memastikan semua topik yang akan ditanyakan
sudah termasuk dalam wawancara tersebut. Wawancara ini termasuk dalam
kategori Indepht interview. Dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstrukutur, pewawancara membawa
panduan pertanyaan lengkap dan terperinci.
Repsonden boleh menjawab secara bebas menurut isi hati atau
pikirannya. Lama interview juga tidak ditentukan dan diakhiri menurut
keinginan pewawancara. Pewawancara memperoleh gambaran lebih luas
tentang masalah yang diteliti karena setiap responden bebas meninjau
berbagai aspek menurut pendirian dan pikiran masing-masing dan dengan
demikian dapat memperkaya pandangan peneliti.20
F. Analisis Data
komputer dimana meliputi:
a. Analisis Univariat
menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi
dari variabel dependen (pelaksanaan PHBS), variabel independen
(pengetahuan, sikap) serta variabel confounding (jamban, kantin, tempat
sampah)
menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05).
Jika p ≤ 0,05 maka ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Sedangkan bila p > 0,05 maka tidak ada hubungan
antara variabel independen dan variabel confounding dengan variabel
dependen.18
Kualitatif
membandingkan temuan dengan teori-teori yang ada pada tinjauan pustaka,
dan analisis segera dilakukan setelah dilakukan wawancara untuk
menghindari kesalahan yang mungkin timbul.20
G. Instrumen penelitian
dibagikan kepada siswa untuk dijadikan bahan acuan dalam penelitian ini.
Kualitatif
mengumpulkan data. Berikut instrument yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini:
2. Pedoman wawancara yaitu garis besar pertanyaan yang berhubungan
dengan objek penelitian;
3. Buku catatan, digunakan untuk mencatat setiap hasil wawancara dan
diskusi dengan informan;
atau sumber data sehubungan dengan objek penelitian;
5. Kamera, digunakan untuk memotret pada saat peneliti sedang melakukan
wawancara dengan informan dan untuk mendokumentasikan dengan objek
lain18
Alur penelitian pelaksanaan PHBS pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas
Air Tawar Kota Padang Tahun 2019 adalah:
Skema 3.2 Alur Penelitian mix methode17
Quantitative
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Air Tawar mempunyai wilayah kerja kurang lebih 3,28 Km2, yang
terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Air Tawar Barat, Kelurahan Air Tawar
Timur, dan Kelurahan Ulak Karang Utara. Di Puskesmas Air Tawar terdapat
penduduk sebanyak 30.380 jiwa yang terdiri dari 15.177 jiwa laki-laki dan 15.230
jiwa perempuan. Dari sisi pelayanan pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Air
Tawar terdapat 9 Taman Kanak-kanak (TK), 15 Sekolah Dasar (SD), 3 SMP, 3 SMA,
DAN 3 Perguruan Tinggi (PT). Dari 15 SD yang tersebar diwilayah Puskesmas Air
Tawar, terdapat 5 SD dikelurahan Air Tawar Timur, 8 SD di kelurahan Air Tawar
Barat, dan 2 SD di kelurahan Ulak Karang Utara.
Sekolah Dasar (SD) yang menjadi lokasi penelitian adalah SDIT Nurul Ikhlas,
SDN 25 Air Tawar Selatan, SDIT Buah Hati, SDN 09 Air Tawar Barat, dan SDN 19
Air Tawar Barat, yang merupakan siswa kelas IV. Lima Sekolah Dasar (SD) yang
menjadi lokasi penelitian memiliki sarana sanitasi yang belum memenuhi syarat, serta
perilaku siswa dalam PHBS yang kurang baik.
1. Jamban
Berdasarkan proporsi jamban dengan jumlah siswa di lokasi penelitian, terdapat
2 sekolah yang tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmenkes RI No 1429
tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah, yang
mana syaratnya 1 urinoir untuk 40 siswa dan 1 wc untuk 25 siswi. SDN 25 Air
Tawar Selatan hanya memiliki jamban 1 pria dan 1 wanita yang mana jumlah
muridnya adalah 61 siswa, 47 siswi. SDN 19 Air Tawar Barat juga memiliki jamban
1 pria dan 1 wanita dengan jumlah murid 82 siswa dan 59 siswi. Sedangkan 3 sekolah
yang menjadi lokasi penelitian telah memenuhi persyaratan. Seperti SDIT Buah Hati
memiliki jamban 7 pria dan 7 wanita dengan jumlah murid 149 siswa dan 117 siswi.
SDIT Nurul Ikhlas memiliki jamban 4 pria dan 4 wanita dengan jumlah murid 115
siswa dan 126 siswi. SDN 09 Air Tawar Barat memiliki jamban 3 pria dan 3 wanita
dengan jumlah murid 78 siswa dan 86 siswi.
Berdasarkan hasil observasi di 5 SD, ada 3 SD yang toiletnya dalam keadaan
kotor pada saat observasi yang mana 3 SD tersebut yaitu SDIT Buah Hati, SDN 19
ATB, SDN 09 ATB. Ada 2 sekolah yang tidak menggunakan slogan di dalam
toiletnya yaitu SDN 25 ATS. Dan rata-rata di 5 SD tersebut tidak ada menyediakan
sabun untuk cuci tangan di dalam toilet. Pada saat observasi, semua sekolah yang
dilakukan penelitian telah ada ventilasi di toiletnya, serta telah terdapat alat
kebersihan didalam sekolah.
2. Kantin
Berdasarkan hasil observasi di lokasi penelitian, makanan jajanan yang dijual di
SD tidak ada yang dalam keadaan terbungkus, serta kantin sekolah tidak mempunyai
wastafel untuk cuci tangan. Kantin dalam keadaan bersih hanya terdapat pada 2 SD
yaitu SDIT Buah Hati dan SDIT Nurul Ikhlas. Rata-rata semua kantin di lokasi
penelitian banyak lalat kecuali SDIT Buah Hati. Ada satu sekolah yang lokasi
kantinnya dekat dengan TPS yaitu SDN 09 ATB.
3. Tempat Sampah
Berdasarkan hasil observasi tempat sampah, ada 2 SD yang hanya memenuhi
persyaratan yaitu SDIT Buah Hati dan SDN 25 ATS. Setiap lokasi penelitian sudah
terdapat tempat sampah di setiap ruangan. Tetapi ada juga sekolah yang belum ada
tempat sampah di luar ruangan yaitu SDIT Nurul Ikhlas, dan SDN 19 ATB.
Tabel 4.1
Populasi Kelas IV di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
No Nama Sekolah Dasar
2 SDN 25 Air Tawar Selatan 22
3 SDIT Buah Hati 46
4 SDN 09 Air Tawar Barat 25
5 SDN 19 Air Tawar Barat 23
JUMLAH 181
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui SDIT Nurul Ikhlas mempunyai siswa terbanyak
yaitu 65 siswa, diikuti oleh SDIT Buah Hati dengan 46 siswa.
B. Karakteristik Responden
a) Umur Responden
responden berdasarkan umur seperti pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Pada SD di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang
No Umur Responden Frekuensi
Total 64 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui umur responden paling dominan yaitu 9 tahun
dengan persentase 85.9%.
b) Jenis Kelamin
responden berdasarkan jenis kelamin seperti pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Jenis kelamin
C. Karakteristik Informan
wawancara mendalam (Indepth Interview).
1 Inf.1 Laki-laki Kepala sekolah SDIT Buah Hati
2 Inf.2 Laki-laki Kepala sekolah SDIT Nurul Ikhlas
3 Inf.3 Perempuan Guru UKS Nurul Ikhlas
4 Inf.4 Perempuan Kepala sekolah SDN. 25 Air
tawar Selatan
Selatan
Tawar Barat
Tawar Barat
Puskesmas Air Tawar
Ket: inf=informan
karena adanya keterbatasan dalam pengadaan guru UKS di sekolah dasar, maka
informan yang diambil hanya pada sekolah dasar yang mempunyai guru UKS.
D. Hasil Penelitian
a. Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi
responden berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada SD seperti pada
tabel 4.5 berikut:
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas
Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
No PHBS Frekuensi
Total 64 100.0
Pada tabel 4.5 diketahui sekolah dasar yang ber PHBS buruk memiliki
persentase sebesar 51.6% lebih banyak dibandingkan yang ber PHBS baik dengan
persentase 48.4%. Hasil PHBS pada SD ini diperoleh dari 10 pertanyaan yang dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PHBS Pada SD Menurut Pertanyaan
Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
No Pernyataan Ya Tidak
f % f %
1 Cuci tangan sebelum dan sesudah makan 43 67.2 21 32.8
2 Cuci tangan dengan sabun setelah BAB 41 64.1 23 35.9
3 Membeli jajanan di kantin sekolah yang
bersih 37 57.8 27
6 Memberantas jentik dengan 3M 31 48.4 33 51.6
7 Tidak merokok disekolah 32 50 32 50
8 Menimbang BB dan mengukur TB secara
teratur 57 89.1 7
10 Memilah sampah basah dan kering 36 56.2 28 43.8
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling sedikit
terjawab dengan benar oleh responden adalah memberantas jentik dengan 3M dengan
persentase 48.4% dan tidak merokok disekolah sebesar 50%.
b) Pengetahuan
responden berdasarkan pengetahuan tentang pelaksanaan PHBS pada SD seperti pada
tabel 4.6 berikut:
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air
Tawar Kota Padang Tahun 2019.
No Pengetahuan Frekuensi
persentase 75% mengenai pelaksanaan PHBS pada SD. Hasil pengetahuan responden
ini diperoleh dari rekapan pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan, seperti pada
tabel 4.8 berikut ini:
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Tahun 2019.
No Pernyataan Ya Tidak
f % f %
1 Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 61 95.3 3 4.7
2 Kantin sekolah bersih untuk berbelanja 46 71.9 18 28.1
3 BAB di WC tertutup 34 53.1 30 46.9
4 Olahraga 2x dalam seminggu 55 85.9 9 14.1
5 3M cara memberantas jentik nyamuk 38 59.4 26 40.6
6 Merokok bisa mengganggu kesehatan 61 95.3 3 4.7
7 Mengetahui berat badan dan menimbang berat
badan secara teratur 40 62.5 24 37.5
8 Jenis tempat sampah adalah organik dan non
organik 63 98.4 1 1.6
9 Banjir menyebabkan got tersumbat 34 53.1 30 46.9
10 Tidak bau, bewarna, keruh, dan berasa adalah
ciri-ciri air bersih 33 51.6 31 48.4
Berdasarakan tabel 4.8 dapat dilihat pertanyaan yang paling sedikit di jawab
benar oleh responden adalah tidak bau, bewarna keruh, dan berasa adalah ciri-ciri air
bersih dengan persentase 51.6% dan BAB di tempat tertutup serta banjir
menyebabkan got tersumbat memiliki persentase sama sebesar 53.1%.
c) Sikap
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan distribusi frekuensi
responden berdasarkan sikap tentang pelaksanaan PHBS pada SD seperti pada tabel
4.9 berikut:
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Sikap Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
Kota Padang Tahun 2019.
Pada tabel 4.9 diketahui distribusi frekuensi sikap responden negatif lebih
dominan terhadap sikap positif dengan persentase 64.1% terhadap pelaksanaan PHBS
pada SD. Hasil sikap responden mengenai pelaksanaan PHBS ini didapatkan dari
rekapan pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan positif dan 5 pertanyaan negatif.
Seperti pada tabel 4.10 dan 4.11 dibawah ini:
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Sikap Positif Responden Menurut Pertanyaan Mengenai
Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang Tahun 2019
No Pernyataan Setuju
tangan dengan sabun
17 26.6
2 Membeli jajanan yang bersih dan sehat di kantin 32 50
3 Tempat BAB adalah WC sekolah 64 100
4 Minimal berolahraga 2x dalam seminggu 59 92.2
5 3M bisa memberantas jentik nyamuk 23 35.9
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa sikap responden yang menyetakan
setuju tempat BAB adalah wc sekolah yaitu 100%, dan minimal berolahraga 2x
dalam seminggu yaitu 92.2%.
Distribusi Frekuensi Sikap Negatif Responden Menurut Pertanyaan Mengenai
Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang Tahun 2019
1 Merokok tidak mengganggu kesehatan 22 34.4
2 Menimbang BB dan mengukur TB tidak ada gunanya 64 100
3 Tempat sampah tidak perlu dipisah antara basah/kering 28 43.8
4 Saluran limbah tidak perlu disekolah 3 4.7
5 Air bersih tidak harus tersedia di sekolah 17 26,6
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa sikap negatif responden yang
menyatakan tidak setuju saluran limbah tidak perlu disekolah yaitu 4.7% dan air
bersih tidak harus disekolah sebanyak 26.6%.
d) Jamban
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi
responden berdasarkan jamban terhadap pelaksanaan PHBS di SD seperti pada tabel
4.12 berikut:
Tabel 4.12
Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tahun 2019
2 Memenuhi syarat 27 42.2
Total 64 100.0
Pada tabel 4.12 diketahui hasil penelitian jamban pada SD terhadap
pelaksanaan PHBS, yang tidak memenuhi syarat memiliki persentase lebih besar
yaitu 57.8% dari pada yang memenuhi syarat dengan persentase 42.2%.
Tabel 4.13
Terhadap Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang Tahun 2019
2 Ada slogan untuk menjaga kebersihan 28 43.8 36 56.2
3 Ada sabun untuk mencuci tangan 19 29.7 45 70.3
4 Toilet terpisah antara laki laki dan wanita 49 76.6 15 23.4
5 Lantai toilet tidak tergenang air 30 46.9 34 53.1
6 Adanya ventilasi di sekolah 57 89.1 7 10.9
7 Terdapat alat kebersihan seperti gayung, sikat,
dan ember 61 95.3 3 4.7
Berdasarkan tabel 4.13 dapat di lihat pertanyaan yang paling sedikit di jawab
benar oleh responden tentang penggunaan jamban adalah adanya sabun untuk
mencuci tangan dengan persentase 29.7%
e) Kantin sekolah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi
responden berdasarkan kantin terhadap pelaksanaan PHBS di SD seperti pada tabel
4.14 berikut:
Tabel 4.14
Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tahun 2019
2 Memenuhi syarat 35 54.7
Total 64 100.0
Pada Tabel 4.14 diketahui kantin sekolah yang memenuhi syarat lebih banyak
dengan persentase 54.7% dibandingkan dengan tidak memenuhi syarat 45.3%.
Tabel 4.15
Terhadap Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang Tahun 2019
1 Makanan jajanan dalam keadaan terbungkus 34 53.1 30 46.9
2 Kantin sekolah bersih 42 65.6 22 34.4
3 Kantin sekolah tidak banyak lalat 34 53.1 30 46.9
4 Kantin sekolah mempunyai wastafel untuk
cuci tangan 12 18.8 52 81.2
5 Lokasi kantin sekolah minimal 20 m dari TPS 45 70.3 19 29.7
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat pertanyaan yang paling sedikit dijawab
benar oleh responden tentang penggunaan jamban adalah kantin sekolah mempunyai
wastafel untuk cuci tangan dengan persentase 18.8%.
f) Tempat Sampah
responden berdasarkan tempat sampah terhadap pelaksanaan PHBS di SD seperti
pada tabel 4.16 berikut:
Terhadap Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota
Padang Tahun 2019
2 Memenuhi Syarat 27 42.2
Total 64 100.0
Pada tabel 4.16 diketahui tempat sampah sekolah yang tidak memenuhi syarat
lebih dominan dengan persentase 57.8% dibandngkan dengan yang memenuhi syarat
sebanyak 42.2%.
Tabel 4.17
Pertanyaan Terhadap Pelaksanaan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air
Tawar Kota Padang Tahun 2019
No Pertanyaan Ya Tidak
2 Setiap ruangan terdapat tempat sampah 34 53.1 30 46.9
3 Diluar ruangan terdapat tempat sampah 63 98.4 1 1.6
4 Tersedia tempat pembuangan sementara untuk
memudahkan pengankutan sampah 37 57.8 27 42.2
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat pertanyaan yang paling sedikit dijawab
benar oleh responden tentang penggunaan tempat sampah adalah tempat sampah
memenuhi persyaratan dengan persentase 21.9%.
b. Analisis Bivariat
Tabel 4.18
Hubungan Pengetahuan Dengan Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Pengetahuan PHBS
Tinggi 24 37.5 24 37.5 48 75.0
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.18 terlihat bahwa persentase pelaksanaan PHBS yang
buruk banyak pada siswa dengan pengetahuan yang tinggi (37.5%) dari pada siswa
dengan pengetahuan yang rendah (14.1%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan PHBS
dengan (p value<0.05).
Tabel 4.19
Hubungan Sikap Dengan Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Sikap
Buruk Baik f %
Positif 12 18.8 11 17.2 23 35.9
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa persentase pelaksanaan PHBS yang
buruk banyak pada siswa dengan sikap negatif (32.8%) dari pada siswa dengan sikap
positif (18.8%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat hubungan signifikan
antara sikap dengan pelaksanaan PHBS dengan (p value<0.05).
c) Hubungan Penggunaan Jamban Dengan Pelaksanaan PHBS Pada SD
Tabel 4.20
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Jamban
0.083 memenuhi syarat 10 15.6 17 26.6 27 42.2
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui persentase terbesar pelaksanaan PHBS
yang buruk terdapat pada kategori jamban yang tidak memenuhi syarat dengan
persentase (62.2%). Sedangkan pada pelaksanaan PHBS yang baik terdapat pada
jamban dengan kategori memenuhi syarat (26.6%). Berdasarkan hasil uji statistik
tidak terdapat hubungan signifikan antara jamban dengan pelaksanaan PHBS dengan
nilai (p value<0.05).
Tabel 4.21
Hubungan Penggunaan Kantin Dengan Pelaksanaan PHBS Pada SD di Wilayah
Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Kantin
0.022 memenuhi syarat 13 20.3 22 34.4 35 54.7
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui persentase terbesar pelaksanaan PHBS
yang buruk terdapat pada kategori kantin yang tidak memenuhi syarat dengan
persentase (31.2%). Sedangkan pada pelaksanaan PHBS yang baik terdapat pada
kantin dengan kategori memenuhi syarat (34.4%). Berdasarkan hasil uji statistik
terdapat hubungan signifikan antara kantin dengan pelaksanaan PHBS dengan nilai
(p value<0.05).
Pada SD
Tabel 4.22
di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang
Tempat Sampah
f % F %
Tidak Memenuhi
1.00 memenuhi syarat 14 21.9 13 20.3 27 42.2
Jumlah 33 51.6 31 48.4 64 100
Berdasarkan tabel 4.22 dapat diketahui persentase terbesar pelaksanaan PHBS
yang buruk terdapat pada kategori tempat sampah yang tidak memenuhi syarat
dengan persentase (29.7%). Sedangkan pada pelaksanaan PHBS yang baik terdapat
pada tempat sampah dengan kategori tidak memenuhi syarat (28.1%). Berdasarkan
hasil uji statistik tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan pelaksanaan
PHBS dengan nilai (p value<0.05).
c. Analisis Wawancara Mendalam
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara mendalam yang dilakukan
kepada Kepala Sekolah, dan guru UKS di SD wilayah puskesmas air tawar kota
padang, PHBS pada siswa tergolong kurang baik. Hal ini didapatkan dari hasil
wawancara mendalam:
kan” (inf-2)
“ada beberapa siswa yang masih belum mengaplikasikannya sedemikian
rupa, sehingga masih buang sampah sembarangan…” (inf-5)
b) Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara mendalam yang dilakukan
kepada Kepala Sekolah, dan guru UKS di SD wilayah puskesmas air tawar kota
padang, siswa sudah diberikan pengetahuan tentang PHBS. Hal ini didapatkan dari
hasil wawancara mendalam:
“…adanya peraturan yang melarang siswa jajan diluar sekolah, dan selalu
menjaga kebersihan masing-masing diri…” (inf-2), (inf-3).
“…buang sampah ditempatnya sudah diajarkan….” (inf-5)
“peraturan bunag sampah ditempatnya, jajan dikantin sekolah.” (inf-6)
“…menjaga kebersihan, serta jajan di kantin…”. (inf-7)
Pihak dari puskesmas telah memberikan edukasi kepada siswa tentang PHBS.
Hal ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“… mulai dari higiene sanitasi,kita menjalankan program PHBS ini bersama
dengan promosi kesehatan.(inf-8)
Berdasarakan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru UKS,
sikap siswa terhadap PHBS sekolah kurang baik. Hal ini di dapatkan dari hasil
wawancara mendalam:
“…kebiasaan murid yang buruk dalam hidup bersih dan sehat kali ya” (inf-1)
“… mereka buang sampah masih ke satu tempat yang sama saja.” (inf-2)
“kesadaran siswa masih tergolong kurang dalam PHBS” (inf-3)
“ada kami temukan yang tidak menyiram wc saat BAB…” (inf-4)
“…siswa ini tidak jajan yang tertutup ya..” (inf-6)
Saat ditanyakan kendala dari sikap mereka dalam PHBS. Siswa terkendala
dalam sarana dan prasarana yang belum memadai. Hal ini didapatkan dari hasil
wawancara mendalam:
“…sarana dan prasarana disini tidak mendukung, seperti kantin, wastafel,
wc/toilet…” (inf-7)
“… tempat sampah yang belum terpisah antara organik dan non organik…”
(inf-2)
Pihak puskesmas telah menjalankan program inspeksi sanitasi untuk
menunjang sikap siswa terhadap PHBS. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara
mendalam:
“kita ada program inspeksi sanitasi ya untuk sekolah. Kita memeriksa
bangunan sekolah, kantin, toilet, air bersih, banyak lah sesuai cakupan
kesehatan lingkungannya.” (inf-8)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru UKS,
bahwa jamban di SD wilayah puskesmas air tawar kota padang belum memenuhi
persyaratan. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“kalau wc/toilet dibilang memenuhi tidak ya..” (inf-4, inf-5)
“wc/toilet nya kurang ya…” (inf-7)
Sedangkan jawaban berbeda didapatkan dari informan lain mengatakan telah
memenuhi persyaratan. Hal ini didapatkan dalam wawancara mendalam:
“kalau wc/toilet disini kita ada 7 pria dan 7 wanita…” (inf-1)
“… sarana wc/toilet disini sudah cukup dengan perbandingan 4 pria dan 4
wanita” (inf-2, inf-3)
sedemikian rupa. Hal ini di dapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“ada kami temukan siswa yang tidak menyiram wc saat BAB,..” (inf-4)
Toilet/wc sudah terpisah antara pria dan wanita. Hal ini didapatkan dari hasil
wawancara mendalam:
“wcnya terpisah….” (inf-6)
sanitasi sekolah. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“…toilet sudah memenuhi syarat atau tidak..” (inf-8)
e) Kantin
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru UKS
dan pegawai kesling puskesmas air taawar. Didapatkan kan hasil bahwa kantin tidak
dipergunakan semestinya. Hal ini di dapatkan dari wawancara mendalam:
“kantin kita ada, namun ada juga siswa yang belanja di luar sekolah..”(inf-5)
“…. Siswa suka jajan di tempat yang tidak tertutup…” (inf-6)
Namun pihak sekolah telah memberlakukan peraturan kepada siswa untuk
tidak jajan sembarangan dan harus berbelanja di kantin sekolah. Hal ini sesuai dengan
wawancara mendalam:
(inf-1)
“ ….ada aturan untuk tidak jajan sembarangan saat keluar main.” (inf-3)
Kantin sekolah juga tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmenkes
RI No 1429 tahun 2006. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“… kalau wastafel tidak ada.” (inf-4)
“wastafel untuk cuci tangan gak ada…” (inf-7)
“kantin kita tidak ada” (inf-7)
“…. Siswa suka jajan di tempat yang tidak tertutup…” (inf-6)
Dari pihak puskesmas telah memantau sanitasi kantin di sekolah. Hal ini
didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“kita memberikan penilaian terhadap sekolah tentang inspeksi sanitasi.”
“kita sekali setahun dalam melaksanakan program ini.”
“kalau yang memenuhi persyaratan itu kita ambil diatas 70% skornya”(inf-8)
f) Tempat Sampah
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru UKS,
serta dengan pihak puskesmas, SD di wilayah Puskesmas Air Tawar tempat
sampahnya tidak memenuhui persyaratan sesuai dengan SOP. Hal ini di dapatkan
hasil dari wawancara mendalam:
“tempat sampah kita ada perlokal, namun belum terpilah antara organik dan
anorganik.” (inf-1, inf-2)
“…tidak terpilah..” (inf-5)
“tempat sampahnya ada, namun belum sesuai SOP. Seperti tidak adanya
tutup, dan tidak kedap air” (inf-6)
Siswa masih enggan untuk buang sampah ketempatnya, meskipun telah ada
peraturan dan slogan tentang membuang sampah ditempatnya. Hal ini di dapatkan
dari hasil wawancara mendalam:
“…setiap kelas ada slogan..” (inf-1)
“ siswa kalau buang sampah ke satu tempat saja..” (inf-2)
“ kalau sudah penuh dibiarkan saja lagi…” (inf-3)
Dan pihak dari puskesmas telah berkontribusi dalam menunjang PHBS
sekolah. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“kalau kita hanya bisa mengingatkan dan memberi tahu kekurangan yang ada
di sekolah.” (inf-8)
Hasil dari penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara kepada responden
dan indepth interview kepada pihak yang dianggap tahu, dan didapatkan hasil
pengetahuan siswa tinggi dikarenakan sekolah telah mengedukasi siswa dan
berkontribusi dengan pihak puskesmas agar pelaksanaan PHBS di sekolah berjalan
dengan baik. Namun hal yang berbeda didapatkan hasil dari sikap siswa, sikap siswa
dalam menunjang PHBS sekolah masih kearah negatif padahal sekolah telah
memberikan edukasi kepada muridnya. Serta sarana dan prasarana yang meliputi
jamban, kantin, dan tempat sampah masih belum memenuhi syarat, ini karena
instrument-intrumen darai sekolah yang belum memadai dan belum lengkap.
E. Pembahasan
dan wawancara mendalam (indepth interview), yaitu terkendala dalam menyesuaikan
waktu dengan responden dan informan. Sehingga memerlukan waktu untuk
menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara. Keterbatasan penelitian menyebabkan
dalam pengumpulan data didapati kekurangan data yang dibutuhkan untuk
mendukung proses penelitian.
b. Pelaksanaan PHBS
berPHBS buruk memiliki persentase sebesar 51.6% lebih banyak dibandingkan yang
ber PHBS baik dengan persentase 48.4%. Berdasarkan hasil rekapan pertanyaan
PHBS didapatkan pertanyaan yang sedikit dijawab benar oleh responden adalah
memberantas jentik dengan 3M dengan persentase 48.4% dan tidak merokok
disekolah sebesar 50%.
Berdasarakan hasil diatas, peneliti menyimpulkan bahwa PHBS pada Sekolah
Dasar di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar masih tergolong buruk dalam
pelaksanaannya.
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dengan
respons. Perilaku tersebut dibagi lagi dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan
tindakan (keterampilan). Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi
melalui proses belajar.5
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Diana mengenai pelaksanaan
program PHBS di SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun tahun 2014, diperoleh nilai
sebesar 54,7% dalam kategori buruk dan 45,3% dalam kategori baik.7 Tetapi, hasil
penelitian ini tidak sama dengan penelitian Zitti tentang hubugan antara pengetahuan
dan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada pelajar di SD Inpres
sukur kecamatan airmadidi kabupaten minahasa utara tahun 2015 diperoleh nilai
sebesar 71,4% dalam kategori baik dan 28,6% dalam kategori tidak baik.21
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) merupakan suatu program untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi siswa sekolah
dasar khususnya dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
memberikan edukasiuntuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui
pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Penerapan PHBS
di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang
sering menyerang anak usia sekolah (6-12 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan
dengan PHBS.22
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada pihak sekolah yang meliputi
kepala sekolah, mereka membenarkan bahwa perilaku siswa dalam pelaksanaan
PHBS di lingkungan sekolah masih dalam keadaan buruk. Hal ini terlihat pada hasil
wawancara mendalam:
kan” (inf-2)
“ada beberapa siswa yang masih belum mengaplikasikannya sedemikian
rupa, sehingga masih buang sampah sembarangan…” (inf-5)
Menurut teori Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012) bahwa dukungan
keluarga merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing) dalam perilaku
kesehatan termasuk dalam hal ini untuk berperilaku hidup bersih dan sehat oleh
siswa. Dukungan dari guru sangat dibutuhkan oleh siswa dalam setiap kegiatan yang
dilakukannya termasuk dalam hal PHBS.
Mengingat dan merujuk pada hasil distribusi frekuensi pelaksanaan PHBS,
ada dua poin pertanyaan yang terbawah yaitu memberantas jentik nyamuk dengan
3M, dan tidak merokok disekolah. Sehingga disarankan kepada sekolah untuk
menjalankan program bersih lingkungan dengan dibantu oleh petugas kesehatan agar
bisa terlaksana program ini kedepannya.
c. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui pengetahuan
responden SD tinggi dengan persentase 75% mengenai pelaksanaan PHBS pada SD.
Hasil pengetahuan responden mengenai pelaksanaan PHBS pada SD ini diperoleh
dari rekapan pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan, berdasarkan rekapan
pertanyaan diketahui bahwa pertanyaan yang paling sedikit terjawab dengan benar
oleh responden adalah tidak bau, bewarna keruh, dan berasa adalah ciri-ciri air bersih
dengan persentase 51.6% dan BAB di tempat tertutup serta banjir menyebabkan got
tersumbat memiliki persentase sama sebesar 53.1%.
Berdasarkan hasil diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan
responden baik, terlihat dari hasil distribusi frekuensi pengetahuan dengan
pelaksanaan PHBS.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Tinuk mengenai Faktor-Faktor Yang
Berhubugan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada
Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016 menunjukkan bahwa
persentase pengetahuan siswa tentang PHBS pada kategori yang baik yaitu (84,7%)
lebih besar dari persentase pengetahuan siswa pada kategori buruk (15,3%). Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Zitti tentang Hubugan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada
Pelajar di SD Inpres Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Tahun
2015 menunjukkan bahwa persentase pengetahuan siswa tentang PHBS pada kategori
baik 54,5% lebih besar dari pada persentase buruk 45,5%.
Menurut Notoadmodjo (2003) yang dikutip oleh Ahmad Kholid pengetahuan
adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan,
pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan.5
pelaksanaan PHBS bahwa persentase pelaksanaan PHBS yang buruk banyak pada
siswa dengan pengetahuan yang tinggi (37.5%) dari pada siswa dengan pengetahuan
yang rendah (14.1%) dan didapatkan nilai p=0.885 (p<0,05) maka dapat disimpulkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pelaksanaan PHBS di
SD.
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan pelaksanaan PHBS. Dapat diartikan bahwa semakin
tinggi pengetahuan tentang PHBS belum tentu diikuti semakin baik pelaksanaan
dalam PHBS.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tinuk mengenai Faktor-Faktor
Yang Berhubugan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016 menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan PHBS.8
Hal ini tidak sejalan dengan teori Green yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003) bahwa adanya kecendrungan pengetahuan yang tinggi akan lebih berprilaku
baik tentang kesehatan termasuk dalam hal ini untuk berprilaku hidup bersih dan
sehat.
berupaya dalam melaksanakan program pelaksanaan PHBS:
“…adanya peraturan yang melarang siswa jajan diluar sekolah, dan selalu
menjaga kebersihan masing-masing diri…” (inf-2), (inf-3).
“…buang sampah ditempatnya sudah diajarkan….” (inf-5)
Hasil wawancara mendalam didapatkan hasil kepala sekolah telah membuat
peraturan tentang program PHBS:
“…menjaga kebersihan, serta jajan di kantin…”. (inf-7)
“… mulai dari higiene sanitasi,kita menjalankan program PHBS ini bersama
dengan promosi kesehatan.(inf-8)
Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Sebaliknya perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.15
Pengetahuan hanya salah satu faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan PHBS.
Kebiasaan pada penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan PHBS didasari oleh
pengetahuan akan langgeng dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Kebiasaan siswa dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan PHBS akan
pelaksanaan PHBS.
Mengingat dan merujuk pada distribusi frekuensi pengetahuan ada dua poin
pertanyaan terbawah yaitu tidak bau, bewarna keruh, dan berasa adalah ciri-ciri air
bersih dan BAB di tempat tertutup serta banjir menyebabkan got tersumbat Oleh
karena itu disarankan kepada pihak sekolah untuk lebih ekstra lagi dalam
memberikan penyuluhan kepada siswa agar siswa lebih terbiasa untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat, dengan tidak lupa berkonstribusi dengan pihak puskesmas
dalam menunjang PHBS sekolah.
negatif dengan persentase (64.1%) lebih dominan terhadap sikap positif dengan
persentase (35,9%) terhadap pelaksanaan PHBS pada SD. Hasil sikap responden ini
diketahui dari pertanyaan sikapyang dijawab benar oleh responden, ada dua poin
pertanyaan sikap yang sangat sedikit dijawab benar oleh responden yang meliputi
Sebelum dan sesudah makan serta setelah BAB cuci tangan dengan sabun dengan
persentase 26,6%, dan 3M bisa memberantas jentik nyamuk 35,9%.
Berdasarakan hasil diatas peneliti menyimpulkan bahwa sikap responden
terhadap pelaksanaan PHBS adalah negatif, terlihat dari hasil distribusi frekuensi
sikap dengan pelaksanaan PHBS.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Diana mengenai pelaksanaan
Program Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat di SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun
yang mana hasil penelitiannya sebanyak 75% anak memiliki sikap yang positif
terhadap pelaksanaan program PHBS.7
Terbentuknya sikap seseorang tidak terlepas dari pengetahuan dan informasi-
informasi dan pengalaman yang diperolehnya baik dari sekolah maupun dari luar.
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah wujud dari interaksi anak sekolah secara
kompleks terhadap hal-hal yang berkaitan dengan PHBS. Sebagaimana sikap
berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, siswa akan menjadi
homogen dalam bertindak menerapkan perilaku kesehatan pribadi anak sekolah itu
sendiri.7
Berdasarkan hasil uji statistik, terlihat bahwa persentase pelaksanaan PHBS
yang buruk banyak pada siswa dengan sikap negatif (32.8%) dari pada siswa dengan
sikap positif (18.8%). Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan signifikan
antara sikap dengan pelaksanaan PHBS dengan nilai p=0.034 (p value<0.05), Maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pelaksanaan
PHBS di SD.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Diana, mengenai
pelaksanaan Program Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat di SD Negeri 001 Tanjung
Balai Karimun yang mana diketahui bahwa persentase anak yang memiliki sikap
negatif dengan tidak melakukan PHBS lebih tinggi yaitu 60% dibandingkan dedngan
anak yang bersikap positif 40% dan didapatkan uji statistik p=1,00 yang mana artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap anak dengan pelaksanaan Program
Perilaku Hidup Bersih Dasn Sehat p>0,05.7
Begitu juga dengan penelitian Tinuk tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada
Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016, yang mana hasilnya
tidak ada hubungan sikap PHBS siswa dengan pelaksanaan PHBS di Sekolah.8
Penelitian ini membuktikan bahwa sikap responden mempunyai hubungan
yang bermakna dengan pelaksanaan PHBS, dalam penelitian ini sikap mengandung
peranan yang penting terhadap pelaksanaan PHBS di Sekolah.
L.Green (1980) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
prilaku adalah:
untuk bertindak meliputi: sikap, pengetahuan dan lainnya.
b) Faktor pemungkin (Enabling factor) merupakan faktor yang memungkinkan
suatu motivasi pelaksana yang meliputi keterseiaan sarana SDM dan
pelayanan kesehatan.
perubahan perilaku seseorang meliputi keluarga, personal, petugas kesehatan,
atasan dan lainnya.15
siswa masih negatif. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam:
“…kebiasaan murid yang buruk dalam hidup bersih dan sehat kali ya”(inf-1)
“… mereka buang sampah masih ke satu tempat yang sama saja.”(inf-2)
“kesadaran siswa masih tergolong kurang dalam PHBS”(inf-3)
“ada kami temukan yang tidak menyiram wc saat BAB…” (inf-4)
“…siswa ini tidak jajan yang tertutup ya..”(inf-6)
Dari hasil tersebut, ternyata siswa terkendala oleh sarana dan prasarana
sanitasi sekolah yang tidak memadai. Walaupun telah di lakukan program inspeksi
sanitasi dari puskesmas.
Menurut teori Thoughs And Feeling, sikap menggambarkan suka atau tidak
suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau
dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat orang mendekati atau menjauhi
orang lain atau objek lain. Dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang
ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan
referensi dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung
perilaku/kebudayaan massyarakat.22
Oleh sebab itu peran guru dan tenaga kesehatan dalam hal ini sebagai
penyampai informasi tentang pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) sangat diperlukan.
Berdasarkan hasil penelitian jamban pada SD terhadap pelaksanaan PHBS,
yang tidak memenuhi syarat memiliki persentase lebih besar yaitu 57.8% dari pada
yang memenuhi syarat dengan persentase 42.2%. Dapat disimpulkan bahwa jamban
yang ada di SD wilayah kerja Puskesmas Air Tawar tidak memenuhi persyaratan.
Menurut L.Green yang dikutip oleh Soekidjo Notoadmojo, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku ada tiga yaitu faktor predisposisi (predisposing faktors) yaitu
faktor yang mempermudah terjadinya perilaku sesseorang, antara lain pengetahuan,
sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi dan sebagainya. Pengetahuan yang
diberikan kepada siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah
menjadi faktor penting untuk dapat menerapkan perilaku tersebut dan membentuk
sikap yang akan diterapkan menjadi kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat di
sekolah. Yang kedua adalah faktor pemungkin (Enabling Factors), yaitu sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya tempat buang
air besar, tempat pembuangan sampah, dan sarana air bersih, tempat olah raga yang
memadai, ketersediaan makanan yang bergizi dan seimmbang di kantin sekolah,
UKS, dan sebagainya.
Yang ketiga yaitu faktor penguat (reinforcing factor) adalah faktor yang
memperkuat terjadinya perilaku, misalnya dukungan dari pihak sekolah seperti guru,
petugas kesehatan setempat, maupun masyarakat sekitar yang dapat menguatkan
perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah.22
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tinuk tentang Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016, karena
dalam penelitian ini jamban termasuk dalam satu kesatuan variabel fasilitas PHBS
sekolah. Yang mana hasilnya Persentase terbesar ketersediaan fasilitas PHBS pada
kategori tidak memenuhi terdapat pada pelaksanaan PHBSnya buruk (52,6%).
Dari hasil uji statistik yang dilakukan antara jamban dengan pelaksanaan
PHBS, didapatkan hasil persentase terbesar pelaksanaan PHBS yang buruk terdapat
pada kategori jamban yang tidak memenuhi syarat dengan persentase (62.2%).
Sedangkan pada pelaksanaan PHBS yang baik terdapat pada jamban dengan kategori
memenuhi syarat (26.6%). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat hubungan
signifikan antara jamban dengan pelaksanaan PHBS dengan nilai p=0.083 (p
value<0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara
jamban dengan pelaksanaan PHBS di SD.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tinuk tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada
Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016, yang mana tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara fasilitas sanitasi sekolah yang meliputi
jamban, kantin sekolah, dan tempat sampah dengan pelaksanaan PHBS di SD dengan
nilai p=0,74.8
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara jamban dengan pelaksanaan PHBS. Dapat diartikan bahwa semakin buruk
kualitas jamban belum tentu diikuti semakin buruk pula pelaksanaan PHBS di SD,
Ada faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan PHBS di Sekolah Dasar berupa
kantin sekolah, tempat sampah, perilaku siswa dan sikap siswa.
Pada saat wawancara mendalam, kepala sekolah dan guru UKS telah
berupaya untuk meningkatkan pelaksanaan PHBS di SD. Namun ada instrument-
instrumen yang masih perlu perbaikan dan perlu dicukupkan lagi untuk menunjang
pelaksanaan PHBS kedepannya. Pihak puskesmas juga telah berkontribusi kepada
sekolah-sekolah di wilayah kerjanya untuk meningkatkan program PHBS ini.
Menurut Kepmenkes No 1429 tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, bahwa jamban memiliki SOP
sebagai berikut:
4. Letak toilet harus terpisah dari ruang kelas, ruang UKS, ruang guru,
perpustakaan, ruang bimbingan dan konseling.
5. Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.
6. Proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk 40 siswa dan 1 wc untuk
25 orang siswi.
8. Lantai toilet tidak ada genangan air
9. Tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan udara luar
10. Bak penampung air harus tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
Mengingat tidak adanya hubungan yang signifikan antara jamban dengan PHBS
di SD, penyebab tidak berhubungannya fasilitas/sarana jamban dengan PHBS adalah
karena kelengkapan jamban tidak memenuhi persyaratan yang sesuai dengan
kepmenkes no 1429 tahun 2006. Oleh karena itu perlu perbaikan atas kualitas dan
kuantitas jamban di SD Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang.
f. Kantin
Berdasarkan hasil penelitian kantin pada SD terhadap pelaksanaan PHBS,
yang tidak memenuhi syarat memiliki persentase lebih besar yaitu 45,3% dari pada
yang memenuhi syarat dengan persentase 54,7%. Dapat disimpulkan bahwa kantin
yang ada di SD wilayah kerja Puskesmas Air Tawar memenuhi persyaratan.
Ruang lingkup promosi kesehatan pada tatanan sekolah meliputi lingkungan
sekolah yang memadai dengan terlengkapinya fasilitas sarana dan prasarana
penunjang kesehatan disekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
sehat, akan sangat berpengaruh terhadapa perilaku sehat anak murid.15
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tinuk tentang Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Praktik Sanitasi Melalui Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Banyumanik Tahun 2016, karena
dalam penelitian ini kantin termasuk dalam satu kesatuan variabel fasilitas PHBS
sekolah. Yang mana hasilnya Per