FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN
POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PADA LANSIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh:
DESY NUR WAHYUNI
1113101000019
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2017M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
つ4
3.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri ruf$ Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Semua sumber yang saya grxrakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UfN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Desy Nur Wahyuni
Ciputat, 19 Desember 2017
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMUKESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SKRIPSI, 03 Januari 2018
Desy Nur Wahyuni, NIM : 1113101000019
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2017
197 halaman, 39 tabel, 2 bagan, 6 lampiran
ABSTRAK
Salah satu bentuk pelayanan pada lansia adalah posbindu lansia. Posbindu
lansia merupakan pelayanan kesehatan dasar yang ada di masyarakat untuk para
lansia agar kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan
optimal. Lansia adalah masa perkembangan biologis yang akan dialami semua
orang secara alami. Dalam proses penuaan, lansia mengalami penurunan fungsi
organ tubuh atau sangat rentan terhadap penyakit, oleh karena itu sarana
pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan di masa usia lanjut ini. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017. Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh lansia yang berumur ≥ 60
tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat dengan sampel 168 orang. Uji
analisa data penelitian ini menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian
adalah lansia yang tidak mengunjungi posbindu yaitu 80.4%, variabel yang
berhubungan dengan kunjungan posbindu yaitu pengetahuan (p=0.000), sikap
(p=0.000), ketersediaan sarana kesehatan (p=0.000), jarak rumah dengan posbindu
(p=0.026), pembinaan dari tenaga kesehatan (p=0.000), dukungan keluarga
(p=0.014), tenaga kesehatan (p=0.000), kader (p=0.000), dan teman (p=0.000).
Disarankan untuk memberdayakan kader posbindu untuk memberikan informasi
kepada lansia tentang posbindu lansia, memberikan konseling kepada keluarga
lansia untuk dapat memberikan dukungan kepada lansia agar mengunjungi
posbindu lansia.
Referensi: 1968-2016
Kata Kunci: Posbindu, Lansia, Faktor Predisposisi, Faktor Penguat, Faktor
Pendorong.
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, 03 Januari 2018
Desy Nur Wahyuni, NIM : 1113101000019
The Factors which are related to the use of the Pos Pembinaan terpadu
(posbindu) of the elderly people in the work area public health center of
Ciputat in the year of 2017
197 pages, 39 tables, 2 charts, 6 attachments
ABSTRACT
One from of service to the elderly are posbindu elderly. Posbindu elderly
is a primary health care in the community for the elderly so that quality of life in
old age is well maintained and optimized. The biological of the elderly is to be
experienced by all people naturally. In the process of aging, the elderly decreased
organ function or highly susceptible to the disease, therefore it means much-
needed health services in this age period. This research is aimed to see the factors
which are related to the use of the posbindu of the elderly people in the work area
public health center of Ciputat in the year of 2017. This research applied
analytical descriptive design with cross sectional approach. The population in this
study is the entire elderly aged ≥ 60 years in the working area of the health center,
with a sample of 168 people. Test analysis of this research data using statistical
test of Chi Square. Results of the study were elderly who do not utilize posbindu
is 80.4%, variables related to the utilization of posbindu that knowledge
(p=0.000), attitudes (p=0.000), availability of health facilities (0.000), the distance
home with posbindu (p=0.026), coaching from health workers (p=0.000), family
support (p=0.014), the support of health workers (p=0.000), cadre support (0.000),
and friend (p=0.000). It is advisable to empowering the elderly posbindu cadres to
provide information to the elderly about pobindu elderly, provide counseling to
families elderly to be able to provide support to the elderly in order to take
advantage of the posbindu elderly.
Reference: 1968-2016
Keyword: Posbindu, Elderly, Predisposing Factors, Enabling Factors,
Reinforcing Factors.
PEIRNYATAAN PERSETUJIIAN
Sikripsi dengall Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN I}ENGAN KUNJUNGANfOSFEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PADA LANSIA I}I WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2017
\
Telah disetujui, diperiksa dan diprtahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri ([III\$ Syarif Hidayatullah Jakarta
Disllstln Oleh:
Desv Nur VVahvuni
ll13101000019
Jakarta,03 Januari 2018
Pembimbing
Dela Aristi,1
/
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Desy Nur Wahyuni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Gresik, 09 Desember 1994
Agama : Islam
Email : [email protected] atau
Alamat : Abar-Abir, Bungah, Gresik
PENDIDIKAN FORMAL
1999-2001 : RA Muslimat 67 Walisongo
2001-2007 : Madrasah Ibtidaiyah Al-Maarif Abar-Abir
2007-2010 : MTsN Darul Ulum 1 Peterongan Jombang
2010-2013 : SMA Darul Ulum 1 Unggulan BPP-Teknologi Peterongan
Jombang
2013-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kunjungan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017”. Sholawat serta salam penulis
haturkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kebenaran agama islam,
dan telah menjadi suri tauladan bagi umat-Nya. Semoga kita semua mendapatkan
syafa’atnya di akhirat nanti. Aaamiin.
Berbekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selama
perkuliahan penulis mencoba menyusun skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud
menyampaikan terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Orang tua dan suami penulis, yang senantiasa mendoakan setiap langkah
yang penulis kerjakan serta memberi kasih sayang dan nasihat agar tetap
semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.
2. “Baby N” yang masih di dalam perut mama, terima kasih dek sudah
menguatkan mama saat sidang seminar hasil dan skripsi dan mau diajak
kerjasama menyelesaikan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si, selaku Ketua Peminatan Promosi
Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
sekaligus penguji, terima kasih telah bersedia menjadi penguji dan sudah
memberikan banyak saran dalam penulisan laporan skripsi ini.
6. Ibu Dela Aristi, SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing dan penguji,
terimakasih telah sabar meluangkan waktunya untuk memberikan
masukan, arahan, dan bimbingan selama penyusunan laporan skripsi ini.
7. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku penguji, terima kasih telah bersedia
menjadi penguji dan sudah memberikan banyak saran dalam penulisan
laporan skripsi ini.
8. Bapak Bayu Firmansyah, MKM selaku penguji, terima kasih telah
bersedia menjadi penguji dan sudah memberikan banyak saran dalam
penulisan laporan skripsi ini.
9. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen
Peminatan Promosi Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat.
10. Kepala Puskesmas Ciputat, dan keluarga besar Puskesmas Ciputat yang
telah memberikan izin dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di Puskesmas Ciputat.
12. Teman-temanku PROMS’13 dan IMAGE JABODETABEK, terima kasih
untuk seluruh dukungannya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini,
Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat tulisan yang kurang
dipahami dalam skripsi ini, karena pada dasarnya penulis masih dalam proses
tahap belajar dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Ciputat, 03 Januari 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
1.3. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 6
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
1.4.1. Tujuan Umum ............................................................................................. 7
1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 7
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9
1.5.1. Bagi Puskesmas Ciputat .............................................................................. 9
1.5.2. Bagi Masyarakat ......................................................................................... 9
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ............................................... 9
1.5.4. Bagi Peneliti .............................................................................................. 10
1.6. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 11
2.1. Lanjut Usia ............................................................................................................ 11
2.2. Upaya Pelayanan Kesehatan Lansia ..................................................................... 12
2.3. Pembinaan Kesehatan Lansia ............................................................................... 14
2.4. Posbindu Lansia .................................................................................................... 15
2.4.1. Pengertian Posbindu ................................................................................. 15
2.4.2. Tujuan dan Sasaran Posbindu ................................................................... 15
x
2.4.3. Kegiatan Posbindu .................................................................................... 16
2.4.4. Sarana dan Prasarana ................................................................................ 17
2.4.5. Pelaksana Kegiatan Posbindu ................................................................... 18
2.4.6. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan ............................................................ 18
2.5. Perilaku ................................................................................................................. 19
2.6. Peraturan Pemerintah terkait Posbindu ................................................................. 21
2.7. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Posbindu Lansia .............. 21
2.7.1. Umur ......................................................................................................... 23
2.7.2. Jenis Kelamin ............................................................................................ 24
2.7.3. Pendidikan ................................................................................................ 26
2.7.4. Pengetahuan .............................................................................................. 27
2.7.5. Sikap ......................................................................................................... 28
2.7.6. Ketersediaan Sarana Kesehatan ................................................................ 30
2.7.7. Jarak Rumah dengan Posbindu ................................................................. 30
2.7.8. Pembinaan Tenaga Kesehatan .................................................................. 31
2.7.9. Dukungan Keluarga .................................................................................. 31
2.7.10. Dukungan Kader ....................................................................................... 32
2.7.11. Tenaga Kesehatan ..................................................................................... 33
2.7.12. Teman ....................................................................................................... 34
2.8. Kerangka Teori ..................................................................................................... 34
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS .................................................................................................................. 36
1.1 Kerangka Konsep .................................................................................................. 36
1.2 Definisi Operasional ............................................................................................. 40
1.3 Hipotesis ............................................................................................................... 46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 47
4.1. Desain Penelitian .................................................................................................. 47
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitan ................................................................................. 47
4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 47
4.3.1. Populasi ..................................................................................................... 47
xi
4.3.2. Sampel ...................................................................................................... 48
4.4. Instrumen Penelitian .............................................................................................. 50
4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................................ 50
4.5.1. Uji Validitas .............................................................................................. 50
4.5.2. Uji Reliabilitas .......................................................................................... 51
4.5.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 52
4.6. Pengumpulan dan Pengolahan Data ..................................................................... 62
4.6.1. Pengumpulan Data .................................................................................... 62
4.6.2. Pengolahan Data ....................................................................................... 63
4.7. Analisis Data ......................................................................................................... 69
4.7.1. Analisis Univariat ..................................................................................... 69
4.7.2. Analisis Bivariat ....................................................................................... 69
BAB IV HASIL ............................................................................................................. 70
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................................... 70
5.1.1. Analisis Univariat ..................................................................................... 71
5.1.2. Analisis Bivariat ....................................................................................... 82
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................. 98
6.1. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 98
6.2. Gambaran Kunjungan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) ................................ 98
6.3. Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor, Faktor Pendorong dengan
Kunjungan Posbindu pada Lansia ...................................................................... 100
6.3.1. Hubungan Umur dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia .................. 100
6.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia ..... 102
6.3.3. Hubungan Pendidikan dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia ......... 104
6.3.4. Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia ....... 106
6.3.5. Hubungan Sikap dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia .................. 109
6.3.6. Hubungan Ketersediaan Sarana Kesehatan dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia ............................................................................. 111
6.3.7. Hubungan Jarak Rumah dengan Posbindu dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia ............................................................................. 113
xii
6.3.8. Hubungan Pembinaan dari Tenaga Kesehatan dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia ............................................................................. 116
6.3.9. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia ...................................................................................................... 118
6.3.10. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia ............................................................................. 120
6.3.11. Hubungan Dukungan Kader dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia ...................................................................................................... 122
6.3.12. Hubungan Dukungan Teman dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia ...................................................................................................... 124
6.4. Faktor Predisposisi ............................................................................................ 125
6.5. Faktor Pemungkin .............................................................................................. 126
6.6. Faktor Pendorong ................................................................................................ 128
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 129
7.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 129
7.2. Saran ................................................................................................................... 131
5.1.1. Bagi Puskesmas Ciputat .......................................................................... 131
5.1.2. Bagi Masyarakat ..................................................................................... 132
5.1.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................................ 133
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 134
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persentase Penduduk Lansia 60+ di Asia Tenggara dan Indonesia pada
Tahun 1970, 1995, 2025, dan 2050 ................................................................................ 25
Tabel 2.2 Ratio Jenis Kelamin (Sex Ratios) Pria Per 100 Wanita dari jumlah
Penduduk Lansia di Dunia Kawasan Maju, Kawasan Kurang Maju dan Indonesia,
1980-2025 ...................................................................................................................... 25
Tabel 2.3 Penduduk Lansia Pria dan Wanita yang Tidak Bersekolah ............................ 26
Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel ........................................................................... 49
Tabel 4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kunjungan Posbindu ........................ 53
Tabel 4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan ..................................... 54
Tabel 4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap ................................................ 55
Tabel 4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Ketersediaan Sarana Kesehatan ....... 56
Tabel 4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Jarak Rumah dengan Posbindu ........ 57
Tabel 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pembinaan dari Tenaga
Kesehatan ....................................................................................................................... 58
Tabel 4.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Keluarga ......................... 59
Tabel 4.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan .......... 60
Tabel 4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Kader ............................ 61
Tabel 4.11 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Teman ........................... 62
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2017 ...................................................................................... 69
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017 ........................................................................................................ 72
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ..................................................................................... 73
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ..................................................................................... 73
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ..................................................................................... 74
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sikap pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017 ........................................................................................................ 75
xiv
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sarana Kesehatan Posbindu Menurut
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................. 76
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jarak Rumah dengan Posbindu Menurut Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................................. 77
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pembinaan dari Tenaga Kesehatan Menurut Lansia
di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 .......................................................... 78
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga tentang Posbindu pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................. 79
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Dukungan Tenaga Kesehatan tentang Posbindu
pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 .................................... 80
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Dukungan Kader tentang Posbindu pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................................. 81
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Dukungan Teman tentang Posbindu pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ......................................................... 81
Tabel 5.14 Hubungan Antara Umur dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................................. 83
Tabel 5.15 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................. 84
Tabel 5.16 Hubungan antara Pendidikan dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ......................................................... 85
Tabel 5.17 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................. 86
Tabel 5.18 Hubungan Sikap dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ........................................................................... 87
Tabel 5.19 Hubungan Antara Ketersediaan Sarana Kesehatan dengan Kunjunga
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ..................... 89
Tabel 5.20 Hubungan Antara Jarak Rumah dengan Posbindu dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ..................... 90
Tabel 5.21 Hubungan Antara Pembinaan dari Tenaga Kesehatan dengan
Kunjungan Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2017 ................................................................................................................................ 91
xv
Tabel 5.22 Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Posbindu
pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 .................................... 93
Tabel 5.23 Hubungan antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ..................... 94
Tabel 5.24 Hubungan antara Dukungan Kader dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................. 95
Tabel 5.25 Hubungan antara Dukungan Teman dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017 ............................................. 96
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................................. 35
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................... 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 3 Uji Normalitas
Lampiran 4 Univariat
Lampiran 5 Bivariat
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (UU RI No 13 Tahun 1998).
Lansia bukanlah suatu penyakit melainkan tahapan lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan, ditandai oleh kegagalan seseorang
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis (Efendi
dan Makhfudli, 2009). Lansia merupakan suatu kelompok penduduk yang
cukup rentan terhadap masalah baik masalah ekonomi, sosial, budaya,
kesehatan, maupun psikologis yang menyebabkan lansia menjadi kurang
mandiri dan tidak sedikit lansia membutuhkan bantuan orang lain untuk
melakukan kegiatan sehari-hari (Suardiman, 2011).
Saat ini telah terjadi peningkatan jumlah populasi lansia yang
diiringi dengan peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) di dunia.
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2000 hingga
2025 persentase populasi lansia di dunia adalah 7,74% dengan UHH sebesar
66,4 tahun. Angka ini diprediksi akan meningkat pada tahun 2045-2050
menjadi 28,68% dengan UHH menjadi 77,6 tahun (Depkes, 2013).
Fenomena tersebut juga terjadi di Indonesia. Pada tahun 2000, persentase
populasi lansia di Indonesia adalah 7,18% dengan UHH sebesar 64,5 tahun.
Pada tahun 2010 angka ini meningkat menjadi 7,56% dengan UHH sebesar
2
69,43 tahun. Pada tahun 2011 angka ini meningkat lagi menjadi 7,58%
dengan UHH sebesar 69,65 tahun (Depkes, 2013). Peningkatan persentase
populasi lansia dan peningkatan UHH tersebut akan diiringi dengan
peningkatan prevalensi masalah kesehatan pada populasi lansia. Pada tahun
2014, 23% dari seluruh angka kesakitan dan kematian di dunia terjadi pada
populasi lansia (WHO, 2014).
Mengingat kondisi tersebut, maka lansia perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan
kesejahteraan lanjut usia. Adapun untuk mengatasi masalah kesehatan lansia
tersebut, perlu upaya pembinaan kelompok lanjut usia melalui Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang mencakup kegiatan promotif,
preventif, dan rehabilitatif. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2004 pasal 8 disebutkan bahwa pemerintah, masyarakat
dan keluarga bertanggung jawab atas terwujudnya upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lansia. Selain itu berdasarkan UU No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan, dimana upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
harus ditujukan untuk menjaga agar lansia tetap hidup sehat dan produktif
secara sosial maupun ekonomi, serta pemerintah wajib menjamin
ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia
untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif. Oleh karena itulah maka
Pemerintah mencanangkan pelayan kesehatan yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia,
keluarga, tokoh masyarakat dan organsasi sosial yang disebut dengan Pos
3
Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia atau yang saat ini dikenal dengan Pos
Pembinaan Terrpadu (Posbindu) lansia.
Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
banyak faktor, adapun faktor yang mempengaruhi tersebut adalah faktor
demografi yang berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sosial
ekonomi serta faktor-faktor pendukung yakni sikap, ketersediaan sarana dan
fasilitas, letak geografis, pelayanan kesehatan, dan dukungan keluarga
(Stanley dan Ptricia, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Henniwati (2008) diperoleh hasil bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan Posyandu Lansia adalah pengetahuan lansia
akan Posyandu, sikap lansia terhadap pemanfaatan Posyandu, dukungan
keluarga, dan peran kader Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Sukabumi tahun 2014 yaitu menunjukkan bahwa
63,3% lansia tidak aktif dalam memanfaatkan Posyandu Lansia dan hanya
36,5% lansia yang aktif dalam memanfaatkan Posyandu Lansia. Analisis
menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu signifikan dari pemanfaatan
Posyandu lansia adalah pengetahuan lansia, dukungan keluarga, dan peran
kader (Mardiana Zakir, 2014). Penelitian terkait Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Kota Pekanbaru pada tahun 2014 dihasilkan 70,3% lansia tidak
memanfaatkan Posyandu dan 29,7% yang memanfaatkan Posyandu.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia
tersebut disebabkan oleh pengetahuan, dukungan keluarga, dan dukungan
petugas kesehatan (Dwi, 2014).
4
Secara demografi, jumlah Populasi Lansia di Indonesia Tahun 2014
adalah sebesar 26.878.271 juta jiwa (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) persentase lansia perempuan pada tahun 2015
sebesar 8,96% sedangkan persentase lansia laki-laki sebesar 7,91%. Jumlah
penduduk lansia di Provinsi Banten pada tahun 2015 adalah sebesar 636.590
jiwa (BPS Banten, 2016). Kota Tangerang selatan sendiri pada tahun 2015
memiliki populasi penduduk lansia sebesar 75.445 jiwa. Adapun jumlah
penduduk lansia Kecamatan Ciputat pada tahun 2015 adalah sebesar 10.981
jiwa. Puskesmas Ciputat memiliki dua kelurahan yang menjadi wilayah
kerjanya yakni Kelurahan Ciputat yang memiliki jumlah penduduk lansia
sebesar 1.792 jiwa dan Kelurahan Cipayung yang memiliki jumlah
penduduk lansia sebesar 1.249 jiwa, sehingga jumlah lansia keseluruhan
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat adalah sebesar 3.041 jiwa
(BPS Tangsel, 2016).
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013,
lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan hanya 41.060 lansia. Di
puskesmas Ciputat sendiri pada tahun 2014, jumlah lansia adalah sebanyak
7.999 lansia namun yang mendapatkan pelayanan kesehatan berjumlah
4.799 lansia atau 59,9%. Tahun 2015, jumlah lansia sebanyak 4.056 lansia
dan yang mendapat pelayanan kesehatan hanya sebesar 3.203 lansia atau
78,97%, kemudian pada tahun 2016 jumlah lansia yang mendapat pelayanan
kesehatan sebesar 1.653 atau 80,01% dari jumlah seluruh lansia yang ada di
bawah wilayah kerja Puskesmas Ciputat yang berjumlah 2.066 lansia.
Capaian lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut memang
5
naik setiap tahunnya namun jika dilihat pada Laporan LB 3 bulan Januari-
Maret 2017, jumlah lansia yang datang ke Posbindu dan diperiksa
kesehatannya hanya berjumlah 2.217 orang lansia atau sebesar 26,49% dari
jumlah lansia yang menjadi anggota posbindu yakni 8.369 orang lansia.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 33 lansia di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat, hanya 23,7% lansia yang mengunjungi Posbindu
dan 76,3% lansia tidak mengunjungi Posbindu. Hal ini masih belum
memenuhi indikator cakupan pelayanan Posbindu yakni sebesar 80%,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia masih
belum mengunjungi Posbindu. Puskesmas Ciputat hanya memiliki 7
Posbindu yakni 2 Posbindu terletak di Kelurahan Ciputat dan 5 Posbindu
terletak di Kelurahan Cipayung yang letak tempatnya sangat jauh antara
Posbindu satu dengan Posbindu lainnya. Jumlah Posbindu tersebut juga
masih sangatlah kurang karena tidak sebanding dengan jumlah lansia yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Oleh karena itu, faktor-faktor
(predisposisi, pemungkin, pendorong) yang berhubungan dengan kunjungan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) pada lansia diwilayah kerja Puskesmas
Ciputat perlu diteliti.
1.2. Rumusan Masalah
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 33 lansia di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat hanya 23,7% lansia yang mengunjungi Posbindu
dan 76,3% lansia yang tidak mengunjungi Posbindu. Hal tersebut belum
memenuhi indikator pelayanan lansia di Posbindu yakni sebesar 80%.
Menurut Stanley dan Patricia, 2006 dalam memanfaatkan pelayanan
6
kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, adapun faktor yang
mempengaruhi tersebut adalah faktor demografi yang berupa usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan sosial ekonomi serta faktor-faktor
pendukung yakni sikap, ketersediaan sarana dan fasilitas, letak geografis,
pelayanan kesehatan, dan dukungan keluarga. Hal inilah yang membawa
peneliti untuk tertarik megangkat topik penelitian yang berjudul faktor-
faktor yang berhubungan dengan kunjungan pos pembinaan terpadu
(posbindu) pada lansia di wilayah kerja puskesmas ciputat tahun 2017 yakni
dari faktor predisposisi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan,
sikap), faktor pemungkin (ketersediaan sarana kesehatan, jarak rumah
dengan posbindu, pembinaan dari tenaga kesehatan), dan faktor pendorong
(dukungan keluarga, tenaga kesehatan, kader, dan teman).
1.3. Pertanyaan Penilitian
1.3.1. Bagaimana gambaran kunjungan pos pembinaan terpadu (Posbindu)
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017?
1.3.2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengetahuan, sikap) pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2017?
1.3.3. Bagaimana gambaran faktor pemungkin (ketersediaan sarana
kesehatan, jarak rumah dengan posbindu, pembinaan dari tenaga
kesehatan) pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017?
7
1.3.4. Bagaimana gambaran faktor pendorong (dukungan keluarga, tenaga
kesehatan, kader, dan teman) terkait pemanfaatan Posbindu pada
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017?
1.3.5. Apakah ada hubungan antara faktor predisposisi (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pengetahuan, sikap) dengan kunjungan
Posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017?
1.3.6. Apakah ada hubungan antara faktor pemungkin (ketersediaan sarana
kesehatan, jarak rumah dengan Posbindu, pembinaan dari tenaga
kesehatan) dengan kunjungan Posbindu pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2017?
1.3.7. Apakah ada hubungan antara faktor pendorong (dukungan keluarga,
tenaga kesehatan, kader, dan teman) dengan kunjungan Posbindu
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor (predisposisi, pemungkin,
pendorong) yang berhubungan dengan kunjungan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) pada lansia diwilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2017.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kunjungan pos pembinaan terpadu
(Posbindu) pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017
8
2. Diketahuinya gambaran faktor predisposisi (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengetahuan, sikap) pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2017
3. Diketahuinya gambaran faktor pemungkin (ketersediaan sarana
kesehatan, jarak rumah dengan posbindu, pembinaan dari tenaga
kesehatan) pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017
4. Diketahuinya gambaran faktor pendorong (dukungan keluarga,
tenaga kesehatan, kader, dan teman) terkait pemanfaatan
Posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017
5. Diketahuinya hubungan antara faktor predisposisi (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pengetahuan, sikap) dengan kunjungan
Posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017
6. Diketahuinya hubungan antara faktor pemungkin (ketersediaan
sarana kesehatan, jarak rumah dengan Posbindu, pembinaan dari
tenaga kesehatan) dengan kunjungan Posbindu pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017
7. Diketahuinya hubungan antara faktor pendorong (dukungan
keluarga, tenaga kesehatan, kader, dan teman) dengan kunjungan
Posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017
9
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Puskesmas Ciputat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Puskesmas
Ciputat untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan kunjungan Posbindu sehingga dapat menjadi masukan bagi
Puskesmas Ciputat dalam meningkatkan cakupan dari pelaksanaan
Posbindu khususnya meningkatkan keaktifan lansia untuk
berkunjung dan mendapatkan pelayanan kesehatan di Posbindu yang
ada di Puskesmas Ciputat. Bagi pemegang program lansia khususnya
diharapkan dapat memberikan acuan untuk meningkatkan
pengembangan informasi kepada lansia agar program berjalan sesuai
kebutuhan lansia di lapangan.
1.5.2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
lebih kepada masyarakat terkait faktor-faktor yang berhubungan
dengan kunjungan Posbindu lansia sehingga masyarakat dapat
berperan dalam mendukung kegiatan Posbindu lansia serta penelitian
ini dapat menambah kesadaran akan pentingnya kesehatan, dimana
Posbindu merupakan salah satu tempat pemeriksaan kesehatan yang
sangat penting di lingkungan masyarakat.
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian yang
berguna bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat,
khususnya terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan
10
Posbindu pada lansia serta dapat digunakan sebagai bahan untuk
penelitian lanjutan oleh peneliti lain.
1.5.4. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti
dalam melakukan penelitian selanjutnya serta peneliti dapat
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan
Posbindu pada lansia.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
(predisposisi, pemungkin, pendorong) yang berhubungan dengan kunjungan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) pada lansia diwilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2017, dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat yang
akan diteliti pada bulan Mei-November 2017. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebesar 168 lansia yang proses pengambilan sampelnya
dengan metode simple random sampling. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain studi deskriptif analitik dan
menggunakan metode cross sectional. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang diperoleh peneliti dari wawancara
mengunakan kuesioner. Sampel penelitian ini yaitu lansia (seseorang yang
berusia ≥ 60 tahun), dan lansia risiko tinggi (seseorang yang berusia ≥ 70
tahun) yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tepatnya di
kelurahan Ciputat dan kelurahan Cipayung tahun 2017.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lanjut Usia (Lansia)
2.1.1. Pengertian Usia Lnjut atau Lanjut Usia (Lansia)
Usia lanjut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995)
adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas
usia 60 tahun ke atas. Menurut Notoatmodjo (2007) usia lanjut
adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade.
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari,
berjalan terus menerus, berkesinambungan. Selanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada
tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan (Kemenkes, 2010).
Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat
dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologis
yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, stabil, dan regeresif.
Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang
dimulai dari sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel
menjadi haus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan
kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di
dalam struktur anatomik, proses menjadi tua terlihat sebagai
kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah,
terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan
12
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis pada
jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan (Departemen Kesehatan RI,
2005).
2.1.2. Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia)
Klasifikasi lansia menurut Departemen Kesehatan RI
(2002) dalam buku Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di
Kelompok Usia Lanjut dan Menurut Kementrian Kesehatan RI
(2011) dalam Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu terdapat lima
klasifikasi lansia, yaitu sebagai berikut:
1. Pralansia: seseorang yang berusia 45-59 tahun
2. Lansia: seseorang yang berusia 60 tahun ke atas
3. Lansia Risiko Tinggi: seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan
4. Lansia Potensial: lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/ kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
5. Lansia tidak Potensial: lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2.2. Upaya Pelayanan Kesehatan Lansia
Upaya kesehayan lansia adalah upaya kesehatan paripurna di
bidang kesehatan lansia, yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas serta
diselenggarakan secara khusus maupun umum yang terintegrasi dengan
kegiatan pokok puskesmas lainnya. Upaya tersebut dilaksanakan oleh
13
petugas kesehatan dengan dukungan peran serta masyarakat baik di dalam
gedung maupun di luar gedung puskesmas (Kemenkes, 2010). Adapun
kegiatan kesehatan lansia yaitu berupa antara lain:
1. Pelayanan Promotif
Upaya promotif bertujuan untuk membantu orang-orang merubah gaya
hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal
serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang
sehat tentang perilaku mereka dan secara tidak langsung merupakan
tindakan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah
penyakit.
2. Pelayanan Preventif
Mencakup pelayanan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer
meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada
penyakit, dan promosi kesehatan. Pencegahan sekunder meliputi
pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga
terjadi penyakit belum tampak klinis, dan mengidap faktor risiko.
Pencegahan tersier dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit, dan
cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan
bertahap.
3. Pelayanan Rehabilitatif
Pelayanan rehabiitatif berupa upaya pengobatan bagi lansia yang sudah
menderita penyakit agar mengembalikan fungsi organ yang sudah
menurun.
14
2.3. Pembinaan Kesehatan Lansia
Masa lansia merupakan masa persiapan diri untuk mencapai usia
lanjut yang sehat, aktif, dan produktif, karena pada masa ini merupakan
masa terjadinya perubahan diri seperti terjadinya menopause, puncak karier,
masa menjelang pensiun, dan rasa kehilangan (kedudukan, kekuasaan,
teman, anggota keluaga, pendapatan). Dalam keluarga lansia merupakan
sasaran perhatian dan merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan
sosial budaya bangsa, pengetahuan dan kearifannya dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat.
1. Tujuan pembinaan
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia
untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya
(Kemenkes, 2010).
2. Sasaran Pembinaan
a. Sasaran Langsung
Sasaran langsung dari pembinaan lansia adalah kelompok pra
lansia dan lansia yang akan dibina
b. Sasaran tidak Langsung
Sasaran tidak langsung pembinaan adalah ditujukan kepada
keluarga dimana lansia tinggal, masyarakat di lingkungan lansia,
organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan kesehatan lansia,
petugas kesehatan yang melayani lansia, dan masyarakat luas.
15
2.4. Posbindu Lansia
2.4.1. Pengertian Posbindu Lansia
Posbindu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu, yang sudah
disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan dan merupakan kebijakan
pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan bagi lansia
yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan
melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan
organisasi sosial (Kemenkes, 2010).
Menurut Komnas Lansia dalam buku pedoman pelaksanaan
Posyandu lansia, Posyandu lansia atau yang saat ini dikenal dengan
posbindu lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada lansia di
masyarakat yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan
oleh masyarakat bersama LSM, lintas sektor pemerintah dan non
pemerintah, swasta, organisasi sosial dengan menitik beratkan
pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.
2.4.2. Tujuan dan Sasaran Posbindu
Meningkatkan kemudahan bagi para lansia untuk
mendapatkan berbagai pelayanan, baik pelayanan kesehatan maupun
pelayanan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai unsur terkait
(Komnas Lansia, 2010). Adapun secara garis besar tujuan
pembentukan Posbindu menurut Kemenkes (2010) meliputi:
16
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat lansia
2.4.3. Kegiatan Posbindu Lansia
Kegiatan posbindu lansia meliputi kegiatan pelayanan
kesehatan dan kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia dan mengatasi permasalahan lansia dalam hal
biopsikososial dan ekonomi lansia. Kegiatan pemeriksaan dan
pelayanan kesehatan fisik dan mental emosional dicatat dan dipantau
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia untuk
mengetahui lebih awal (deteksi dini) penyakit atau ancaman
kesehatan yang dihadapi lansia tersebut. Adapun jenis kegiatannya
menurut Depkes RI (2006) meliputi:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental yakni berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 menit
(terdapat di buku KMS usia Lanjut).
17
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa
Tubuh (IMT).
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau
Cuprisulfat.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagi deteksi awal
adanya penyakit gula (Diabetes mellitus).
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota
kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat (Public Health Nursing).
2.4.4. Sarana dan Prasarana
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan posyandu lansia
maka dibutuhkan sarana prasarana penunjang meliputi: tempat
kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat
tulis, buku pencatatan kegiatan (buku register bantu), Kit lansia
18
(timbangan dewasa, meteran, stetoskop, dan tensimeter), Kartu
Menuju Sehat (KMS) lansia, Buku pedoman Pemeliharaan
Kesehatan (BPPK) lansia (Depkes RI, 2006).
2.4.5. Pelaksana Kegiatan Posbindu
Tenaga pelaksana posbindu lansia adalah kader dan tenaga
kesehatan. Kader kesehatan adalah orang dewasa, baik pria maupun
wanita yang dipandang sebagai orang yang memiliki kelebihan di
masyarakatnya, dapat berupa keberhasilan dalam kegiatan,
keluwesan dalam hubungan kemanusiaan, status sosial ekonomi dan
lain sebagainya (Depkes RI, 2002).
2.4.6. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap
lansia di kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang
sebaiknya digunakan adalah sistem 5 meja (5 tahapan) meliputi:
1. Tahap Pertama: pendaftaran anggota kelompok lansia sebagai
pelaksanaan pelayanan
2. Tahap Kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan
lansia, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan
3. Tahap Ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
kesehatan, dan pemeriksaan status mental
4. Tahap Keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah
(laboratorium sederhana)
5. Tahap Kelima: pemberian penyuluhan dan konseling
19
2.5. Perilaku
Terdapat dua pandangan terkait definisi perilaku itu sendiri yaitu
dapat dilihat dari sudut biologis, dan psikologis. Dari segi biologis definisi
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku, karena punya
aktifitas masing-masing. Perilaku (manusia) adalah semua tindakan atau
aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung dan yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Dari segi psikologis menurut Skiner (1938) dalam
(Maulana, 2009), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Definisi perilaku kesehatan adalah respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon
sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus
yang berbeda disebut determinan perilaku (Maulana, 2009).
Dalam ilmu perilaku kesehatan, terdapat beberapa teori tentang
faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang salah satunya
yaitu teori Lawrence W. Green. Pendidikan merupakan bagian tak
terpisahkan dari penentuan terbaik untuk proses perubahan perilaku.
Definisi perilaku menurut Lawrence W. Green adalah suatu tindakan yang
20
mempunyai frekuensi, lama dan tujuan khusus baik yang dilakukan secara
sadar maupun tanpa sadar. Agar lebih mudah, penulis mencoba menjelaskan
faktor-faktor penyebab perilaku menurut Lawrence W. Green, 2005.
Menurutnya, terdapat tiga jenis yang berbeda penyebab seseorang atau
individu berperilaku yaitu dari faktor predisposing (predisposisi), enabling
(pemungkin), dan reinforcing (pendorong).
Menurut Lawrence W. Green dalam buku “Health Education
Planning a diagnostic Approach” tahun 1980 dijelaskan bahwa maksud dari
faktor–faktor penentu untuk seseorang berperilaku berawal dari faktor
predisposing (predisposisi) dan untuk faktor keduanya dari faktor
pemungkin (enabling). Kedua faktor tersebut dapat menjadi penentu faktor-
faktor perilaku yang menyebabkan timbulnya masalah perilaku kesehatan.
Permasalahan perilaku kesehatan dapat juga mempengaruhi
timbulnya faktor ketiga yaitu reinforcing (penguat) bagitu sebaliknya faktor
penguat ini juga dapat mempengaruhi tentang permasalahan perilaku
kesehatan untuk tetap berperilaku sehat atau sakit. Selanjutnya faktor
penguat juga memiliki hubungan tidak langsung dengan faktor predisposisi
yang mana pada faktor penguat contohnya keberadaan keluarga dapat
memiliki kemungkinan untuk tingkat pengetahuan yang dimiliki responden,
bisa jadi responden tersebut memiliki pengetahuan berdasarkan pengalaman
dari keluarganya. Terakhir yaitu faktor pemungkin yang memiliki hubungan
tidak langsung kepada faktor predisposisi dengan contoh keberadaan akses
menuju pelayanan kesehatan apabila jauh maka kemungkinan berpengaruh
juga dengan niat responden untuk pergi ke pelayanan kesehatan.
21
2.6. Peraturan Pemerintah Terkait Posbindu
a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Posbindu merupakan salah satu fasilistas
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan
kesehatan dasar dengan sasaran kelompok lansia.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Berkaitan
dengan hal tersebut maka tenaga kesehatan seharusnya melakukan upaya
kesehatan yakni memberikan pendidikan kesehatan kepada para lansia
tentang posbindu sehingga lansia mengetahui posbindu dan dapat
berkunjung dan mendapatkan pelayanan kesehatan di posbindu.
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi: paradigma sehat,
pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan,
22
teknologi tepat guna, dan keterpaduan dan kesinambungan. Salah satu
prinsip penyelenggaraan puskesmas adalah pemerataan dimana
puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses
dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil
tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan
kepercayaan. Sehingga seharusnya posbindu dapat tersedia dengan akses
yang mudah dan terjangkau secara menyeluruh kepada seluruh lansia
yang berada di wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama yang meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan. Posbindu merupakan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan dimana merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daaya yang tersedia di masing-masing
puskesmas.
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Dimana upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus
ditujukan untuk menjaga agar lansia tetap hidup sehat dan produktif
secara sosial maupun ekonomi, serta pemerintah wajib menjamin
ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut
usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif. Oleh karena itulah
maka Pemerintah mencanangkan pelayan kesehatan yang
23
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organsasi sosial
yang disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2004
Pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggung jawab atas
terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia. Posbindu
merupakan salah satu alternatif dalam mewujudkan upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lansia.
2.7. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Posbindu Lansia
2.7.1. Umur
Menurut Green (2005) umur adalah salah satu faktor
sociodemografi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut
Pusat Bahasa, Depdiknas 2005, umur adalah lama waktu hidup atau
ada yakni sejak dilahirkan atau diadakan. Umur berpengaruh
terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-
hari selain faktor pendidikannya (Budiyanto, 2000 dalam Ningsih,
2008).
Berdasarkan UU No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 menyatakan
bahwa seseorang dinyatakan sebagai lansia setelah umur mencapai
55 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidup sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain dan menurut
UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan
bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas
24
(Departemen Kesehatan RI, 2013). Pendapat Miller dalam
Hardywinoto (2007) menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang
maka semakin banyak fungsi organ tubuh yang mengalami
gangguan/masalah yang berdampak pada kebutuhan klien akan
pemeliharaan kesehatannya.
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Hendri tahun
2013 yaitu tidak terdapat hubungan antara umur lansia dengan
pemanfaatan Posyandu lansia. Selain itu juga terdapat penelitian
yang dilakukan oleh Nina tahun 2014 yaitu terdapat pengaruh antara
umur lansia dengan kunjungan lansia ke Posyandu lansia.
2.7.2. Jenis Kelamin
Menurut Green (2005) selain umur jenis kelamin juga
merupakan salah satu faktor sociodemografi yang mempengaruhi
perilaku seseorang. Di Asia Tenggara jumlah penduduk lansia
wanita umumnya lebih banyak disbanding pria. Hal ini dapat dilihat
dari presentase pria dan wanita serta rasio jenis kelamin dari
penduduk lansia pria dan wanita. Persentase penduduk lansia 60+ di
Asia Tenggara dan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1 sedangkan
ratio jenis kelamin (sex ratios) pria per 100 wanita dari jumlah
penduduk lansia di dunia kawasan maju, kawasan kurang maju dan
indonesia dapat dilihat di tabel 2.2.
25
Tabel 2.1
Persentase Penduduk Lansia 60+ di Asia Tenggara dan
Indonesia pada Tahun 1970, 1995, 2025, dan 2050
Negara/
kawasan
1970 1995 2025 2050
Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria
Asia
tenggara
5,7 4,9 7,2 6,0 13,3 10,9 21,7 18,3
Indonesia 5,5 4,9 7,2 6,3 13,8 11,6 23,1 20,0
Sumber: Hardywinoto, 2007
Tabel 2.2
Ratio Jenis Kelamin (Sex Ratios) Pria Per 100 Wanita dari
jumlah Penduduk Lansia di Dunia Kawasan Maju, Kawasan
Kurang Maju dan Indonesia, 1980-2025
Negara/ kawasan
Tahun
1980 2000 2025
Dunia 73 79 84
Kawasan Maju 62 67 73
Kawasan kurang Maju 87 90 89
Indonesia 84 82 80
Sumber: Hardywinoto, 2007
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Hendri tahun
2013 yaitu terdapat hubungan antara jenis kelamin lansia dengan
pemanfaatan Posyandu lansia. Selain itu juga terdapat penelitian
26
yang dilakukan oleh Henniwati tahun 2008 yaitu tidak ada pengaruh
antara jenis kelamin lansia dengan pemanfaatan Posyandu lansia.
2.7.3. Pendidikan
Menurut Green (2005) selain umur dan jenis kelamin,
pendidikan juga merupakan salah satu faktor sociodemografi yang
mempengaruhi perilaku seseorang Menurut data yang dikumpulkan
Departemen Sosial Republik Indonesia (1996) yang dikutip oleh
Hardywinoto (2007), tingkat pendidikan penduduk lansia di
Indonesia masih belum baik. Hal ini terlebih-lebih terlihat pada
penduduk lansia wanita yang tidak bersekolah, seperti dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3
Penduduk Lansia Pria dan Wanita yang Tidak Bersekolah
Penduduk Lansia Persentase Pria Wanita
Bersekolah 60,0% 40,3% 72,8%
Tidak lulus SD 23,3% 31,7% 16,5%
Tamat SD 14,1% 20,8% 8,1%
Di atas SD <5,0%
Rendahnya tingkat pendidikan ini mengakibatkan para lansia
sulit menerima penyuluhan yang diberikan oleh tenaga penyuluh.
Disamping itu, hal ini akan menyulitkan mereka manakala mereka
bekerja atau mencari pekerjaan. Tingkat pendidikan lansia pada
umumnya sangat rendah. Menurut Sedarmayanti (2001) yang dikutip
Sumber: Hardywinoto, 2007
27
oleh Hardywinoto (2007), pekerjaan yang disertai dengan
pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap
usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan, baik pendapatan
individu , kelompok maupun pendapatan nasional. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang
mempengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan
psikologis, dan kelemahan fisik. Jadi jika lansia dengan kondisi yang
serba menurun bekerja sudah tidak efektif lagi ditinjau dari proses
hasilnya.
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Hendri tahun
2013 yaitu tidak terdapat hubungan antara pendidikan lansia dengan
pemanfaatan Posyandu lansia. Selain itu juga terdapat penelitian
yang dilakukan oleh Nurvi tahun 2011 yaitu terdapat hubungan
antara pendidikan lansia dengan pemanfaatan Posyandu lansia.
2.7.4. Pengetahuan
Berdasarkan Teori dari Lawrence W. Green tahun 2005 telah
dijelaskan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menjadi
penyebab dari perubahan perilaku seseorang, tetapi sangat berkaitan
dengan penentu awal untuk seseorang berperilaku.
Pengetahuan kesehatan adalah suatu kemungkinan baik yang
sangat penting sebelum perilaku sehat seseorang terbentuk, tetapi
perilaku kesehatan yang diinginkan berkemungkinan untuk tidak
terjadi, kecuali jika seseorang menerima suatu isyarat yang cukup
kuat untuk memotivasi mereka untuk berperilaku.
28
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Mardiana tahun
2014 yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan lansia dengan
pemanfaatan Posyandu lansia. Selain itu terdapat juga penelitian
yang dilakukan oleh Nurvi tahun 2011 yaitu tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan Posyandu lansia.
2.7.5. Sikap
Sikap adalah salah satu kata samar namun yang paling sering
digunakan dalam ilmu perilaku (Green, 2005). Menurut
Koentjaraningrat (1983) dalam Maulan (2009) Sikap merupakan
reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek. Sikap belum merupakan suatu perbuatan (action) tetapi dari
sikap dapat diramalkan perbuatannya. Sikap merupakan
kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk
berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat
pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut.
Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu
mencerminkan sikap seseorang. Individu seringkali memperlihatkan
tindakan bertentangan dengan sikapnya (Sarwono (1997), dalam
Maulana, 2009). Akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola
cara berfikir tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola
cara berfikir ini mempengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal membuat
keputusan yang penting dalam hidup (Koentjaraningrat (1983) dalam
Maulana, 2009).
29
Sikap terbentuk karena ada faktor pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,
media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta
pengaruh faktor emosional (Azwar, 2003). Hal ini sesuai dengan
pendapat Sarwono (1997) dalam Maulana (2009) bahwa sikap
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi
tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
sosialnya. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang
dialami individu. Interaksi disini tidak hanya berupa kontak sosial
dan hubungan antarpribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi
meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
psikologis serta dapat berubah jika ada pengalaman luar biasa.
Salah satu cara untuk dapat mengukur atau menilai sikap
seseorang dapat menggunakan skala atau kuesioner. Skala penilaian
sikap mengandunng serangkaian pertanyaan tentang permasalahan
tertentu. Responden yang akan mengisi diharapkan menentukan
sikap setuju terhadap pernyataan tertentu. Skala pengukuran sikap
likert dibuat dengan pilihan jawaban sangat setuju terhadap suatu
pernyataan, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Sarlito,
2000)
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Nurvi tahun 2011
yaitu terdapat hubungan antara sikap lansia dengan pemanfaatan
Posyandu lansia.
30
2.7.6. Ketersediaan Sarana Kesehatan
Menurut Teori Green, 2005 dalam faktor pemungkin untuk
seseorang berperilaku sehat yaitu berdasarkan fasilitas pelayanan
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang
digunakan utnuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, dan kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar
seperti Posbindu (Permenkes RI No. 75, 2014).
2.7.7. Jarak Rumah dengan Posbindu
Setiap masing-masing daerah sudah memiliki pelayanan
kesehatan dasar seperti Posbindu, namun berbagai macam alasan
kenapa faktor ini diteliti yaitu sesuai teori Lawrence W. Green 2005
menyatakan bahwa faktor enabling atau memungkinkan untuk
seseorang berperilaku dilihat dari akses menuju tempat pelayanan
kesehatan.
Akses menuju tempat pelayanan kesehatan yang dimaksud
dalam hal ini adalah jarak yakni ukuran jauh dekatnya dari rumah
atau tempat tinggal ke Posbindu dimana adanya kegiatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut Departemen
Pendidikan Nasional (2002), jarak adalah ruang sela (panjang atau
jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan
Posbindu.
31
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Dwi tahun 2014
yaitu tidak terdapat hubungan antara jarak tempat tinggal lansia
dengan pemanfaatan Posyandu lansia. Selain itu terdapat juga
penelitian yang dilakukan oleh Nurvi tahun 2011 yaitu terdapat
hubungan antara jarak rumah lansia dengan pemanfaatan Posyandu
lansia.
2.7.8. Pembinaan Tenaga Kesehatan
Menurut teori Green, 2005 dalam faktor pemungkin untuk
seseorang berperilaku sehat yaitu berdasarkan kemampuan tenaga
kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan yang terampil sudah seharusnya
memiliki pengetahuan yang cukup serta melakukan pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan memberikan
informasi dalam bentuk penyuluhan. Kemampuan tenaga kesehatan
ini dilihat dari kemampuan petugas Puskesmas.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nina tahun
2014 yaitu tidak terdapat hubungan antara pelayanan petugas
kesehatan dengan kunjungan lansia ke Posyandu lansia. Selain itu
terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2011) di
Puskesmas Bambanglipuro D.I Yogyakarta yakni terdapat hubungan
antara dukungan kesehatan dengan pemanfaatan posbindu lansia.
2.7.9. Dukungan Keluarga
Faktor seseorang untuk berperilaku sehat yaitu berdasarkan
dukungan keluarga (Green, 2005). Lansia akan aktif ke Posbindu
jika ada dorongan dari orang terdekat termasuk keluarga. Dukungan
32
keluarga sangat berperan dalam memelihara dan mempertahankan
kesehatan lansia.
Menurut Joseph J Gallo (1998), dalam Hardywinoto (2007),
sistem pendukung lansia memiliki tiga komponen yaitu jaringan-
jaringan pendukung informal meliputi keluarga dan kawan-kawan,
sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat,
program-program medikasi dan kesejahteraan sosial. Serta
dukungan-dukungan semiformal.
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Mardiana tahun
2014 yaitu terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemanfaatan Posyandu lansia. Selain itu juga terdapat penelitian
yang dilakukan oleh Nurvi tahun 2011 yaitu tidak terdapat hubungan
dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posyandu lansia.
2.7.10. Dukungan Kader
Faktor penguat untuk seseorang berperilaku sehat yaitu
berdasarkan dukungan tenaga kesehatan seperti perawat, dokter,
bidan dan kader kesehatan (Green, 2005). Penelitian ini melihat
dukungan yang diberikan kader Posbindu kepada lansia untuk datang
dan memanfaatkan Posbindu.
Menurut WHO (1999) dalam Wahono (2010), kader
kesehatan adalah laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perorangan maupun yang amat dekat dengan tempat-tempat
pelayanan kesehatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih
33
dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam
berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela.
Kader kesehatan berperan bertanggung jawab terhadap
masyarakat setempat, mereka bekerja dan berperan sebagai seorang
pelaku dari sebuah sistem kesehatan. Kader bertanggung jawab
kepada kepala desa dan supervisor yang ditunjuk oleh petugas
/tenaga pelayanan pemerintah. Menurut WHO (1993) kader
masyarakat merupakan salah satu unsur yang memilki peranan
penting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat (Wahono, 2010).
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Mardiana tahun
2014 yaitu terdapat hubungan antara peran kader dengan
pemanfaatan Posyandu lansia. Selain itu juga terdapat penelitian
yang dilakukan oleh Faiza tahun 2012 yaitu tidak terdapat hubungan
antara peran kader dengan pemanfaatan Posyandu lansia.
2.7.11. Tenaga Kesehatan
Faktor penguat atau pendorong untuk seseorang berperilaku
sehat yaitu berdasarkan dukungan tenaga kesehatan seperti perawat,
dokter, bidan dan kader kesehatan (Green, 2005). Penelitian ini
melihat dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada
lansia untuk datang dan memanfaatkan Posbindu.
Dalam kegiatan Posbindu petugas kesehatan menjadi acuan
bagi masyarakat. Petugas yang berperilaku baik seperti akrab dengan
masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan
mampu mendekati para tokoh masyarakat merupakan salah satu cara
34
yang dapat menarik simpati masyarakat, sehingga masyarakat mau
ke Posbindu (Widiastuti, 2007).
Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Dwi tahun 2014
yaitu terdapat hubungan antara petugas kesehatan dengan
pemanfaatan Posyandu lansia
2.7.12. Teman
Menurut teori Green, 2005 dalam faktor penguat untuk
seseorang berperilaku sehat yaitu berdasarkan dukungan peers atau
teman, dalam penelitian ini dukungan teman dilihat dari ajakan
tetangga atau sesama lansia yang mengajak responden untuk
berkunjung ke Posbindu.
Belum ada penelitian sebelumnya yang mengaitkan antara
dukungan teman atau perilaku teman dengan pemanfaatan posbindu
sehingga belum diketahui apakah variabel dukungan atau perilaku
teman ini berpengaruh atau berhubungan terhadap pemanfaatan
Posbindu oleh lansia.
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Fauziya (2016) yang
menyatakan ada hubungan antara dukungan teman sebaya dengan
pemanfaatan posbindu PTM
2.8. Kerangka Teori
Penelitian ini mengembangkan teori Lawrence W. Green. Berikut
adalah kerangka teori yang digambarkan oleh Lawrence W. Green terhadap
tiga faktor variabel untuk mendukung seseorang berperilaku
35
5
6
4
7
2
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber: Teori Lawrence W. Green (2005)
Faktor predisposisi:
Pengetahuan
Keyakinan
Nilai
Sikap
Percaya diri
kapasitas
-
Faktor pendorong:
Keluarga
Teman sebaya
Guru
Pengusaha (employer)
Tenaga kesehatan
Pimpinan komunitas
Pembuat keputusan
Faktor pemungkin:
Ketersediaan sarana kesehatan
Aksesibilitas menuju sarana
kesehatan
Hukum, prioritas, dan
komitmen
masyarakat/pemerintah
terhadap kesehatan
Keterampilan tenaga
kesehatan
Lingkungan
(kondisi hidup)
Perilaku spesifik
oleh individu atau
organisasi
Genetik
Kesehatan
11
1
12
13
14
15
10
8
9
3
36
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori Lawrence W. Green 2005 dengan faktor-
faktornya, maka disini peneliti ingin mengambil variabel-variabel
penelitian ini berdasarkan teori tersebut. Adapun variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu (kunjungan pos pembinaan terpadu pada lansia) dan
untuk variabel independennya yaitu (pengetahuan lansia, sikap lansia,
umur, jenis kelamin, pendidikan, ketersediaan sarana kesehatan, jarak
rumah dengan posbindu, pembinaan dari tenaga kesehatan, dukungan
keluarga, tenaga kesehatan, kader dan teman).
Variabel faktor sosiodemografi tetap diteliti dalam penelitian ini
dikarenakan menurut teori Green 2005 disebutkan bahwa faktor
sosiodemografi seperti status sosial (berdasarkan pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, area tinggal, dan lainnya), usia, jenis kelamin, kelompok etnis,
keluarga, sejarah mempengaruhi perilaku terkait kesehatan. Usia dan jenis
kelamin semuanya dapat digunakan untuk mengelompokkan sasaran atau
individu untuk tujuan perencanaan. Sehingga jika variabel tersebut tetap
diteliti diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan suatu perencanaan
yang tepat sasaran. Oleh karena itu variabel tersebut tetap diteliti.
Terdapat beberapa variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini
namun terdapat beberapa alasan peneliti untuk tidak meneliti variabel-
variabel tersebut seperti pada penjelasan berikut. Variabel kepercayaan
dan nilai seseorang tidak diteliti dikarenakan kepercayaan dan nilai
37
seseorang dianggap sudah mewakili dengan melihat variabel sikap yang
akan diteliti. Seperti yang dijelaskan oleh Nirawan tahun 2002 bahwa nilai
adalah sikap juga, dan sikap didasarkan oleh pengetahuan serta
kepercayaan.
Variabel percaya diri tidak diteliti dikarenakan dalam mengunjungi
posbindu seorang lansia tidak memerlukan rasa percaya diri terlebih
dahulu kemudian melakukan kunjungan terhadap posbindu sama halnya
dengan variabel kapasitas yang tidak diteliti dikarenakan dalam
berkunjung ke posbindu seorang lansia tidak memerlukan suatu
keterampilan atau kemampuan tertentu untuk melakukannya.
Variabel komitmen da n prioritas pemerintah atau masyarakat tidak
diteliti dikarenakan definisi komitmen sendiri menurut KBBI adalah
perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu kontrak. Didalam
perjanjian yang telah dijelaskan dalam undang-undang No 36 tahun 2009
tepatnya pada pasal 138 ayat 2 bahwa pemerintah wajib menjamin
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok
lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan
ekonomis. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud salah satunya
adalah Posbindu. Jadi pemerintah memang telah memiliki keterkaitan
terhadap pelaksanaan Posbindu sendiri dan komitmen telah dilaksanakan
bahwa di daerah Ciputat sudah ada pelaksanaan Posbindu.
Variabel dukungan employer tidak teliti dikarenakan responden
penelitian ini yaitu lansia sehingga kemungkinan untuk variabel
38
mendapatkan dukungan employer tidak ada, yang akan menyebabkan data
homogen.
Variabel dukungan guru tidak diteliti dikarenakan guru bukanlah
merupakan faktor yang begitu berpengaruh terhadap perilaku lansia dalam
berkunjung ke Posbindu.
Variabel pembuat keputusan tidak diteliti dikarenakan penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan responden yakni lansia
sebagai orang yang berhubungan langsung terhadap pelaksanaan/pemakai
pelayanan kesehatan di posbindu sedangkan pembuat keputusan
merupakan orang yang merencanakan adanya kegiatan posbindu sehingga
variabel pembuat keputusan dalam hal ini tidak diteliti.
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada
bagan di bawah ini:
39
Variabel Independen Variabel Dependen
Faktor Predisposisi:
- Pengetahuan
- Sikap
- Umur
- Jenis kelamin
- Pendidikan
Kunjungan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) pada lansia
Faktor pemungkin:
- Ketersediaan sarana
kesehatan
- Jarak rumah dengan
Posbindu
- Pembinaan dari tenaga
kesehatan
Faktor pendorong:
- Keluarga
- Tenaga Kesehatan
- Kader kesehatan
- Teman
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
40
3.2. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala
ukur
Variabel Dependen
1. Kunjungan
Posbindu Lansia
Perilaku responden dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan
yang ada di posbindu yang meliputi
semua hal berikut: melakukan
pendaftaran (datang/mengikuti
posbindu), pengukuran tinggi badan,
penimbangan berat badan,
pemeriksaan kesehatan dan atau
penyuluhan kesehatan, pengobatan
Wawancara Kuesioner 0= Tidak berkunjung, jika
total nilai ≤ median
1= berkunjung, jika total
nilai > median
Ordinal
41
atau konsultasi kesehatan
Variabel Independen
2. Umur Masa hidup responden dalam tahun
dengan pembulatan kebawah atau
umur pada waktu ulang tahun
terakhir (Depkes, 2008)
Wawancara,
Observasi
KTP
Kuesioner 0= lansia, jika umur lansia
60-69 tahun
1= lansia risiko tinggi, jika
umur lansia ≥70 tahun
(Kemenkes RI, 2011)
Ordinal
3. Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang
ditentukan secara biologis dan
anatomis yang dinyatakan dalam
jenis kelamin perempuan dan jenis
kelamin laki-laki
Wawancara Kuesioner 0= perempuan
1= laki-laki
Nominal
42
4. Pendidikan Tingkat pendidikan formal tertinggi
yang telah dicapai oleh responden
(Depkes, 2008)
Wawancara Kuesioner 0= Rendah, jika tamat <
SMA
1= Tinggi, jika tamat ≥ SMA
(Diknas 2003, dalam
Sebastian 2008 )
Ordinal
5. Ketersediaan Sarana
Kesehatan
Pernyataan responden mengenai
sarana prasarana yang terdapat di
posbindu
Wawancara Kuesioner 0= Tidak tersedia, jika total
nilai ≤ median
1= Tersedia, jika total nilai >
median
Ordiinal
6. Jarak rumah dengan
posbindu
Pernyataan responden mengenai
perkiraan jarak yang ditempuh untuk
datang ke posbindu lansia
Wawancara Kuesioner 0= Dekat, jika total nilai ≤
median
1= Jauh, jika total nilai >
median
Ordinal
43
7. Pembinaan dari
Tenaga Kesehatan
Adanya kegiatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan dari
puskesmas kepada responden berupa
pemberian informasi terkait posbindu
Wawancara Kuesioner 0= buruk, jika total nilai ≤
median
1= baik, jika total nilai >
median
Ordinal
8. Pengetahuan Pernyataan responden mengenai
pemahaman terhadap Posbindu
lansia yang meliputi: tujuan, jadwal,
sasaran dan kegiatan posbindu
Wawancara Kuesioner 0= Rendah, jika total nilai ≤
median
1= Tinggi, jika total nilai >
median
Ordinal
9. Sikap Pernyataan responden mengenai aksi
atau respon terhadap posbindu lansia
Wawancara Kuesioner 0= Tidak baik, jika total nilai
≤ median
1= Baik, jika total nilai >
median
Ordinal
10. Dukungan keluarga Pernyataan responden mengenai
peran anggota keluarga yang
Wawancara Kuesioner 0= tidak mendukung, jika
total nilai ≤ median
Ordinal
44
dirasakan responden terhadap
kegaiatan posbindu lansia yang
dilaksanakan misalnya
menganjurkan untuk datang ke
posbindu, mengingatkan jadwal
posbindu dan mengantar/menemani
ke tempat kegiatan posbindu
1= mendukung, jika total
nilai > median
11. Dukungan Kader Adanya kegiatan yang diberikan
kader meliputi anjuran atau ajakan
kepada lansia untuk datang ke
Posbindu serta memberikan
informasi tentang posbindu
Wawancara Kuesioner 0= tidak mendukung, jika
total nilai ≤ median
1= mendukung, jika total
nilai > median
Ordinal
12. Dukungan Tenaga
Kesehatan
Pernyataan responden tentang
kehadiran tenaga kesehatan dalam
Wawancara Kuesioner 0= tidak mendukung, jika
total nilai ≤ median
Ordinal
45
memberikan pelayanan posbindu
lansia, memberikan saran, dorongan
atau motivasi untuk datang ke
Posbindu serta memberikan
informasi tentang adanya Posbindu
1= mendukung, jika total
nilai > median
13. Dukungan Teman Tindakan yang pernah diberikan
sesama lansia kepada responden
yang merupakan teman responden
untuk datang dan memanfaatkan
Posbindu
Wawancara Kuesioner 0= tidak mendukung, jika
total nilai ≤ median
1= mendukung, jika total
nilai > median
Ordinal
46
3.3. Hipotesis
3.3.1. Ada hubungan antara antara faktor predisposisi (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengetahuan, sikap) dengan kunjungan Posbindu pada
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017.
3.3.2. Ada hubungan antara faktor pemungkin (ketersediaan sarana
kesehatan, jarak rumah dengan Posbindu, pembinaan dari tenaga
kesehatan) dengan kunjungan Posbindu pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2017
3.3.3. Ada hubungan antara faktor pendorong (dukungan keluarga, tenaga
kesehatan, kader, dan teman) dengan kunjungan Posbindu pada lansia
di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017
47
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
deskriptif analitik dan menggunakan metode cross sectional karena
bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan mencari tahu korelasi antara
variabel independen dengan variabel dependen dalam satu waktu. Desain
ini digunakan karena rancangan penelitian ini mudah dilaksanakan,
sederhana, ekonomis, dalam hal waktu dan hasilnya dapat diperoleh
dengan cepat (Notoatmodjo, 2005). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah (kunjungan posbindu pada lansia). Sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini adalah (umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana kesehatan, jarak rumah dengan
posbindu, pembinaan dari tenaga kesehatan, dukungan keluarga, tenaga
kesehatan, kader, dan teman).
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei–November tahun 2017 di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat yakni Kelurahan Ciputat dan Kelurahan
Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan
yang akan dilakukan (Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian ini
48
adalah seluruh lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat yakni kelurahan Ciputat dan Kelurahan Cipayung,
Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang
nilai/karakteristiknya diukur dan yang nantinya dipakai untuk
menduga karakteristik dari populasi (Sabri, 2008). Sampel pada
penelitian ini adalah lansia yang bertempat tinggal di Wilayah
Kerja Pusksmas Ciputat yakni Kelurahan Ciputat dan Kelurahan
Cipayung yang berjumlah 168 lansia. Jumlah sampel pada
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji Hipotesis
beda dua proporsi (Ariawan, 1998), yaitu:
n = [𝑍1−
𝛼
2 √2𝑃 (1−𝑃) + 𝑍1−𝛽 √𝑃1 (1−𝑃1)+𝑃2 (1−𝑃2)]
(𝑃1−𝑃2)2
2
keterangan
n = jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1-𝛼/2 = derajat kemaknaan (5% = 1,96)
Z1-𝛽 = kekuatan uji 80 % = 0,84
P = proporsi rata-rata P = 𝑃1+𝑃2
2
P1 = 61,3% (0,613)
P2 = 38,7% (0,387)
49
Tabel 4.1
Perhitungan Jumlah Sampel
Variabel P1 P2 Jumlah Sampel
Pemanfaatan Posbindu Lansia 70,3% 29,7% 23
Umur 66,8% 33.2% 34
Jenis Kelamin 61,3% 38,7% 76
Tingkat Pendidikan 8,14% 91,86% 5
Pekerjaan 71,5% 28,5% 20
Jarak Rumah dengan Posbindu 92% 8% 5
Pengetahuan 86,1% 13,9% 7
Sikap 80,9% 19,1% 9
Dukungan Keluarga 65,9% 34,1% 38
Dukungan Petugas Kesehatan 76,9% 23,1% 13
Perilaku Kader 79,2% 20,8% 11
Dari hasil perhitungan diatas di peroleh jumlah sampel
minimal sebanyak 76 sampel yang kemudian dikalikan dengan
Desain Effect (DE) menjadi 152 sampel. Kemudian untuk
menghindari drop out dan sebagai antisipasi maka peneliti
menambahkan 10% dari jumlah sampel dalam penelitian ini. Jadi
152x10% = 15,2 dibulatkan menjadi 16, sehingga besar sampel
yang dibutuhkan sebanyak 152+16=168 responden.
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode simple random sampling (sampel acak sederhana), dengan
langkah yaitu melakukan pengambilan secara acak terhadap
50
beberapa lansia dengan menggunakan daftar lansia dan tabel angka
acak untuk mengambil sampel lansia yang ada di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat sampai terambil 168 lansia.
4.4. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan jenis
kuesioner tertutup dimana responden diarahkan untuk memilih salah satu
jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah peneliti memberikan pertanyaan langsung
kepada responden dengan menggunakan panduan kuesioner yang telah
dibuat untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kunjungan pos pembinaan terpadu (posbindu) pada lansia di wilayah kerja
puskesmas Ciputat.
4.5. Uji validitas dan Reabilitas Kuesioner
4.5.1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukut dalam
mengukur suatu data. Misalnya, bila seseorang ingin menimbang
berat badan, maka ia harus melakukannya dengan menggunakan
timbangan berat badan. Begitu juga jika seseorang akan mengukur
cincin, maka harus menggunakan timbangan emas.
Koefisien korelasi dikatakan valid jika nilai r hitung > r
tabel. Berdasarkan tabel dengan taraf kepercayaan 95% dan dengan
responden 31 orang nilai r tabel adalah 0.344.
51
4.5.2. Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur
yang sama. Misalkan seseorang ingin mengukur jarak dari satu
tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan dua jenis alat
ukur. Alat ukur pertama dengan meteran yang dibuat dari logam,
sedangkan alat ukur kedua dengan menghitung langkah kaki.
Pengukuran yang dilakukan dengan meteran logam akan
mendapatkan hasil yang sama kalau pengukurannya diulang dua
kali atau lebih. Sebaliknya pengukuran yang dilakukan dengan
langkah kaki, besar kemungkinan akan didapatkan hasil yang
berbeda kalau pengukurannya diulang dua kali atau lebih. Dari
ilustrasi ini berarti meteran logam lebih reliabel dibandingkan
dengan langkah kaki untuk mengukur jarak.
Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Jadi, jika misalnya responden menjawab “tidak setuju”
terhadap perilaku merokok dapat mempertinggi kepercayaan diri,
maka jika beberapa waktu kemudian ia diatanya lagi untuk hal
yang sama, maka ia seharusnya tetap konsisten pada jawaban
semula, yaitu tidak setuju.
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya dapat dilakukan
dengan cara:
52
1. Repeated Measure atau ukur ulang. Pertanyaan dinyatakan
pada responden berulang pada waktu yang berbeda (misalnya
sebulan kemudian), dan kemudian dilihat apakah ia tetap
konsisten dengan jawabannya.
2. One Shot atau diukur sekali saja. Disini pengukurannya hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan
lain. Pada umumnya pengukuran dilakukan dengan secara one
shot dengan pertanyaan.
Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas
terlebih dahulu. Jadi jika sebuah pertanyaan tidak valid, maka
pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah
valid kemudian baru secara bersama diukur reliabilitasnya.
Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutka dengan
uji reliabilitas. Untuk mengetahui reliabilitas adalah dengan cara
membandingkan nila r tabel dengan nilai r hasil. Dalam uji
reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai alpha (terletak di akhir
output). Ketentuannya adalah bila nilai alpha cronbah > 0,7
(Pallant, 2005).
4.5.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas dan reliabilitas variabel kunjungan posbindu
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel kunjungan posbindu:
53
Tabel 4.2
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kunjungan
Posbindu
No. r
hitung
r
tabel
Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
B1 0.942 0.344 Valid
0.952 Reliabel
B2 0.961 0.344 Valid
B31 0.942 0.344 Valid
B32 0.942 0.344 Valid
B33 0.942 0.344 Valid
B34 0.942 0.344 Valid
B35 0.942 0.344 Valid
B36 0.953 0.344 Valid
B37 0.956 0.344 Valid
B38 0.954 0.344 Valid
B39 0.942 0.344 Valid
B310 0.942 0.344 Valid
B311 0.942 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel kunjungan posbindu memiliki
nilai r hitung > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa item-
item pertanyaan tersebut valid. Adapun Cronbach’s Alpha juga
menunjukkan angka lebih besar dari 0.7 sehingga dapat
54
disimpulkan bahwa item pertanyaan pada kuesioner kunjungan
posbindu juga reliabel.
2. Uji validitas dan reliabilitas variabel pengetahuan
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel pengetahuan:
Tabel 4.3
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan
No. r
hitung
r
tabel
Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
C1 0.973 0.344 Valid
0.976 Reliabel
C2 0.973 0.344 Valid
C3 0.973 0.344 Valid
C4 0.980 0.344 Valid
C51 0.973 0.344 Valid
C52 0.973 0.344 Valid
C53 0.973 0.344 Valid
C54 0.973 0.344 Valid
C55 0.980 0.344 Valid
C56 0.973 0.344 Valid
C57 0.973 0.344 Valid
C58 0.973 0.344 Valid
C59 0.973 0.344 Valid
C510 0.973 0.344 Valid
55
C511 0.975 0.344 Valid
C512 0.980 0.344 Valid
C513 0.980 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel pengetahuan memiliki nilai r
hitung > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa item-item
pertanyaan tersebut valid. Adapun Cronbach’s Alpha juga
menunjukkan angka lebih besar dari 0.7 sehingga dapat
disimpulkan bahwa item pertanyaan pada kuesioner
pengetahuan juga reliabel.
3. Uji validitas dan reliabilitas variabel sikap
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel Sikap:
Tabel 4.4
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap
No. r
hitung
r tabel Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
D1 0.853 0.344 Valid
0.837 Reliabel
D2 0.778 0.344 Valid
D3 0.772 0.344 Valid
D4 0.741 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel sikap memiliki nilai r hitung > r
tabel maka dapat disimpulkan bahwa item-item pertanyaan
56
tersebut valid. Adapun Cronbach’s Alpha juga menunjukkan
angka lebih besar dari 0.7 sehingga dapat disimpulkan bahwa
item pertanyaan pada kuesioner sikap juga reliabel.
4. Uji validitas dan reliabilitas variabel ketersediaan sarana
kesehatan
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel ketersediaan sarana kesehatan:
Tabel 4.5
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Ketersediaan
Sarana Kesehatan
No. r
hitung
r tabel Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
E1 0.974 0.344 Valid
0,981 Reliabel
E2 1.000 0.344 Valid
E3 0.974 0.344 Valid
E41 0.974 0.344 Valid
E42 0.974 0.344 Valid
E43 0.974 0.344 Valid
E44 0.974 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel ketersediaan sarana kesehatan
memiliki nilai r hitung > r tabel maka dapat disimpulkan
bahwa item-item pertanyaan tersebut valid. Adapun
Cronbach’s Alpha juga menunjukkan angka lebih besar dari
57
0.7 sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada
kuesioner ketersediaan sarana kesehatan juga reliabel.
5. Uji validitas dan reliabilitas variabel jarak rumah dengan
posbindu
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel jarak rumah dengan posbindu:
Tabel 4.6
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Jarak Rumah
dengan Posbindu
No. r
hitung
r tabel Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
F1 0.832 0.344 Valid
0.700 Reliabel
F2 0.714 0.344 Valid
F3 0.517 0.344 Valid
F4 0.552 0.344 Valid
F51 0.633 0.344 Valid
F52 0.629 0.344 Valid
F53 0.651 0.344 Valid
F54 0.619 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel jarak rumah dengan posbindu
memiliki nilai r hitung > r tabel maka dapat disimpulkan
bahwa item-item pertanyaan tersebut valid. Adapun
Cronbach’s Alpha juga menunjukkan angka lebih besar dari
58
0.7 sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada
kuesioner jarak rumah dengan posbindu juga reliabel.
6. Uji validitas dan reliabilitas variabel pembinaan dari
tenaga kesehatan
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel pembinaan dari tenaga kesehatan:
Tabel 4.7
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pembinaan dari
Tenaga Kesehatan
No. r
hitung
r tabel Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
G1 0.899 0.344 Valid
0.956 Reliabel G2 1.000 0.344 Valid
G3 0.899 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel pembinaan dari tenaga
kesehatan memiliki nilai r hitung > r tabel maka dapat
disimpulkan bahwa item-item pertanyaan tersebut valid.
Adapun Cronbach’s Alpha juga menunjukkan angka lebih
besar dari 0.7 sehingga dapat disimpulkan bahwa item
pertanyaan pada kuesioner pembinaan dari tenaga kesehatan
juga reliabel.
59
7. Uji validitas dan reliabilitas variabel dukungan keluarga
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel dukungan keluarga:
Tabel 4.8
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Keluarga
No. r
hitung
r tabel Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
H1 0.981 0.344 Valid
0.910 Reliabel
H21 0.869 0.344 Valid
H22 0.887 0.344 Valid
H23 0.869 0.344 Valid
H31 0.879 0.344 Valid
H32 0.881 0.344 Valid
H33 0.881 0.344 Valid
H34 0.881 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel dukungan keluarga memiliki
nilai r hitung > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa item-
item pertanyaan tersebut valid. Adapun Cronbach’s Alpha juga
menunjukkan angka lebih besar dari 0.7 sehingga dapat
disimpulkan bahwa item pertanyaan pada kuesioner dukungan
keluarga juga reliabel.
60
8. Uji validitas dan reliabilitas variabel dukungan tenaga
kesehatan
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel dukungan tenaga kesehatan:
Tabel 4.9
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Tenaga
Kesehatan
No. r
hitung
r tabel Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
I1 1.000 0.344 Valid
0.994 Reliabel
I2 0.984 0.344 Valid
I3 0.984 0.344 Valid
I4 0.984 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.9 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel dukungan tenaga kesehatan
memiliki nilai r hitung > r tabel maka dapat disimpulkan
bahwa item-item pertanyaan tersebut valid. Adapun
Cronbach’s Alpha juga menunjukkan angka lebih besar dari
0.7 sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada
kuesioner dukungan tenaga kesehatan juga reliabel.
9. Uji validitas dan reliabilitas variabel dukungan kader
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel dukungan kader:
61
Tabel 4.10
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Kader
No. r
hitung
r tabel Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
J1 0.988 0.344 Valid
0.926 Reliabel
J2 0.875 0.344 Valid
J3 0.875 0.344 Valid
J4 0.875 0.344 Valid
J5 0.875 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel dukungan kader memiliki nilai r
hitung > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa item-item
pertanyaan tersebut valid. Adapun Cronbach’s Alpha juga
menunjukkan angka lebih besar dari 0.7 sehingga dapat
disimpulkan bahwa item pertanyaan pada kuesioner dukungan
kader juga reliabel.
10. Uji validitas dan reliabilitas variabel dukungan teman
Berikut adalah tabel hasil uji validitas dan reliabilitas
variabel dukungan teman:
62
Tabel 4.11
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Teman
No. r
hitung
r tabel Keterangan Cronbach's
Alpha
Keterangan
K1 0.980 0.344 Valid
0.985 Reliabel
K2 0.981 0.344 Valid
K3 0.980 0.344 Valid
K4 0.981 0.344 Valid
Berdasarkan tabel 4.11 di atas diketahui bahwa semua
item pertanyaan pada variabel dukungan teman memiliki nilai
r hitung > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa item-item
pertanyaan tersebut valid. Adapun Cronbach’s Alpha juga
menunjukkan angka lebih besar dari 0.7 sehingga dapat
disimpulkan bahwa item pertanyaan pada kuesioner dukungan
teman juga reliabel.
4.6. Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.6.1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu usaha
mendapatkan data untuk keperluan penelitian dan untuk pengujian
hipotesis karena pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan data
yang tersedia.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang
berisi pertanyaan tertutup tentang variabel independen dan variabel
63
dependen yang diteliti. Kuesioner yang digunakan pada penelitian
ini sebelumnya dilakukan uji coba kuesioner untuk mengetahui
tingkat validitas dan reliabilitas dari instrument penelitian yang
dilakukan di tempat berbeda terhadap 31 lansia. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara mendatangi lansia yang terpilih menjadi
sampel penelitian.
4.6.2. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan sebagai berikut:
1. Coding
Proses memberikan kode pada setiap variabel yang
telah terkumpul untuk memudahkan peneliti dalam pengolahan
data selanjutnya. Coding dapat mempermudah dalam
melakukan analisis yaitu dengan merubah data yang berbentuk
huruf menjadi angka.
Berikut coding dalam penelitian ini:
a. Kunjungan Posbindu Lansia
Kunjungan Posbindu lansia didefinisikan sebagai perilaku
responden dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang
ada di posbindu yang meliputi semua hal berikut:
melakukan pendaftaran (datang/mengikuti posbindu),
pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan,
pemeriksaan kesehatan dan atau penyuluhan kesehatan,
pengobatan atau konsultasi kesehatan. Pertanyaan variabel
pemanfaatan posbindu terdapat pada kuesioner dengan
64
kode B1-B311 dengan kategori 0= tidak berkunjung, jika
total nilai ≤ mean atau median dan 1= berkunjung, jika
total nilai > mean atau median.
b. Umur
Variabel umur didefinisikan masa hidup responden dalam
tahun dengan pembulatan kebawah atau umur pada waktu
ulang tahun terakhir yang ditanyakan kepada
lansia/responden secara langsung dan berdasarkan
observasi dari KTP milik responden. Pertanyaan variabel
umur terdapat pada kuesioner dengan kode A4 dengan
kategori 0: Lansia (60-69 tahun), 1: Lansia risiko tinggi
(≥70 tahun) (Kemenkes RI, 2011).
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan pembagian jenis seksual yang
ditentukan secara biologis dan anatomis yang dinyatakan
dalam jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-
laki, dimana variabel tersebut dikategorikan menjadi 2
yakni 0: Perempuan dan 1: Laki-laki yang terdapat pada
kuesioner dengan kode A3.
d. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden didefinisikan sebagai
tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah dicapai oleh
responden yang diperoleh melalui wawancara responden
secara langsung dengan kategori 0= Rendah, jika tamat <
65
SMA, 1= Tinggi, jika tamat ≥ SMA (Diknas 2003, dalam
Sebastian 2008) yang terdapat dalam kuesioner dengan
kode A5.
e. Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai pernyataan responden
mengenai pemahaman terhadap Posbindu lansia yang
meliputi: tujuan, jadwal, sasaran dan kegiatan posbindu.
Pertanyaa tentang variabel pengetahuan terdapat dalam
kuesioner dengan Kode C1-C513. Penilaiannya yakni
dengan kategori 0= Rendah, jika total nilai ≤ mean atau
median dan 1= Tinggi, jika total nilai > mean atau median.
f. Sikap
Sikap merupakan Pernyataan responden mengenai aksi
atau respon terhadap posbindu lansia yang terdapat dalam
kuesioner dengan Kode D1-D4. Kategori penilaiannya
yakni kategori 0= Tidak baik, jika total nilai ≤ mean atau
median dan 1= Baik, jika total nilai > mean atau median.
g. Ketersediaan sarana kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan merupakan pernyataan
responden mengenai sarana prasarana yang terdapat di
posbindu yang meliputi: tempat kegiatan. Pertanyaan
untuk variabel ketersediaan sarana kesehatan terdapat pada
kuesioner dengan kode E1-E44 yang memiliki kategori 0=
66
Tidak tersedia, jika total nilai ≤ mean atau median 1=
Tersedia, jika total nilai > mean atau median
h. Jarak rumah dengan Posbindu
Jarak rumah dengan Posbindu merupakan pernyataan
responden mengenai perkiraan jarak yang ditempuh untuk
datang ke posbindu lansia. Untuk menanyakan variabel
jarak rumah dengan posbindu terdapat dalam kuesinoer
dengan kode F1-F54 yang memiliki kategori 0= Dekat,
jika total nilai ≤ mean atau median 1= Jauh, jika total nilai
> mean atau median.
i. Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
Pembinaan dari Tenaga Kesehatan merupakan adanya
kegiatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dari
puskesmas kepada responden berupa pemberian informasi
terkait posbindu. Pertanyaan tentang variabel pembinaan
dari tenaga kesehatan terdapat dalam kuesinoer dengan
kode G1-G3 yang memiliki kategori 0= buruk, jika total
nilai ≤ mean atau median dan 1= baik, jika total nilai >
mean atau median.
j. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga diartikan sebagai pernyataan
responden mengenai peran anggota keluarga yang
dirasakan responden terhadap kegaiatan posbindu lansia
yang dilaksanakan misalnya menganjurkan untuk datang
67
ke posbindu atau mengingatkan jadwal posbindu atau
mengantar, menemani di tempat kegiatan posbindu.
Variabel tersebut terdapat dalam kuesioner dengan Kode
H1-H34, adapun kategori penilaiannya yakni kategori 0=
tidak mendukung, jika total nilai ≤ mean atau median dan
1= mendukung, jika total nilai > mean atau median
k. Dukungan tenaga kesehatan
Dukungan tenaga kesehatan merupakan pernyataan
responden tentang kehadiran tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan posbindu lansia, memberikan
saran, dorongan atau motivasi untuk datang ke Posbindu
serta memberikan informasi tentang adanya Posbindu.
Variabel tersebut terdapat dalam kuesioner dengan Kode
I1-I5, adapun kategori penilaiannya yakni kategori 0=
tidak mendukung, jika total nilai ≤ mean atau median dan
1= mendukung, jika total nilai > mean atau median.
l. Dukungan kader
Dukungan kader didefinisikan sebagai adanya kegiatan
yang diberikan kader meliputi anjuran atau ajakan kepada
lansia untuk datang ke Posbindu serta memberikan
informasi tentang posbindu. Variabel tersebut terdapat
dalam kuesioner dengan Kode J1-J5, adapun kategori
penilaiannya yakni kategori 0= tidak mendukung, jika
68
total nilai ≤ mean atau median dan 1= mendukung, jika
total nilai > mean atau median.
m. Dukungan teman
Dukungan teman didefinisikan sebagai tindakan yang
pernah diberikan sesama lansia kepada responden yang
merupakan teman responden untuk datang dan
memanfaatkan Posbindu. Variabel tersebut terdapat dalam
kuesioner dengan Kode K1-K4, adapun kategori
penilaiannya yakni kategori 0= tidak mendukung, jika
total nilai ≤ mean atau median dan 1= mendukung, jika
total nilai > mean atau median.
2. Editing
Data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu diperiksa
kelengkapannya untuk memastikan semua variabel sudah diisi
dengan lengkap.
3. Entering
Proses memasukkan data dengan menggunakan
computer untuk mempermudah dalam melakukan analisis data.
4. Cleaning
Pengecekan kembali untuk memastikan bahwa tidak
ada kesalahan pada data tersebut, baik pada saat pengkodean
maupun kesalahan dalam membaca kode sehingga data siap
untuk dipakai.
69
4.7. Analisis Data
4.7.1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan
karakteristik data setiap variabel yang diteliti. Penyajian data
univariat berupa distribusi frekuensi masing-masing variabel
penelitian yang meliputi variabel dependen (kunjungan posbindu
pada lansia) dan variabel independen (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana kesehatan,
jarak rumah dengan posbindu, pembinaan dari tenaga kesehatan,
dukungan keluarga, tenaga kesehatan, kader dan teman).
4.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel independen dan dependen. Analisis bivariat dalam
penelitian ini dengan uji Chi Square yakni untuk menguji hipotesis
dan melihat hubungan antara variabel kategorik independen dan
variabel kategorik dependen. Tingkat kepercayaan pada penelitian
ini sebesar 95% dan nilai α = 0,05. Dikatakan memiliki hubungan
signifikan apabila nilai p < 0,05 dan tidak memiliki hubungan
signifikan jika nilai p ≥ 0,05.
70
BAB V
HASIL
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Ciputat merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Banten. Puskesmas Ciputat
terletak ± 6 km sebelah utara Kota Tangerang Selatan. Luas wilayah kerja
Kecamatan Ciputat kira-kira 13.311Ha persegi. Puskesmas ini mempunyai
wilayah kerja 2 kelurahan, yaitu kelurahan Ciputat dan kelurahan
Cipayung. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ciputat pada
tahun 2016 berjumlah 52.748 jiwa dengan jumlah sasaran program lansia
sebanyak 12.361 orang. Puskesmas Ciputat terletak di jalan Ki Hajar
Dewantara No. 7 Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten. Dibangun di atas tanah seluas 693 m2 dengan
luas bangunan ± 1200 m2 terdiri dari 2 lantai dimana kegiatan pelayanan
dipusatkan di lantai 1 sedangkan lantai 2 difungsikan sebagai ruang
pimpinan, staff, dan ruang rapat. Lantai 2 juga terdapat ruang pelayanan
pengibatan TB paru, klinik sanitasi, klinik PTRM dan laboratorium (Profil
Puskesmas Ciputat, 2016).
Sarana Posbindu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
adalah 7 posbindu yang tersebar di 2 kelurahan yang menjadi wilayah
kerja Puskesmas Ciputat yakni 2 posbindu terletak di kelurahan Ciputat
dan 5 posbindu terletak di kelurahan Cipayung (Profil Kesehatan
Puskesmas Ciputat Tahun 2016).
71
5.1.1. Analisis Univariat
Pada analisis univariat ini akan digambarkan distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel
independen maupun variabel dependen.
1. Gambaran Kunjungan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
Distribusi kunjungan Posbindu pada lansia di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi kunjungan posbindu pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017
Kunjungan Posbindu Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Berkunjung 135 80.4
Berkunjung 33 19.6
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 168 lansia di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 135 (80.4%) diantaranya tidak
berkunjung ke Posbindu.
2. Gambaran Faktor Predisposisi (Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap)
Distribusi faktor predisposisi pada lansia di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat yang berada di Kecamatan Ciputat
tahun 2017 adalah sebagai berikut:
72
a. Umur
Distribusi umur pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Umur pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Umur Jumlah (n) Persentase (%)
Lansia (60-69 tahun) 134 79.8
Lansia Risiko Tinggi
(≥70 tahun)
34 20.2
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja puskesmas Ciputat, 134 (79.8%)
diantaranya berumur 60-69 tahun.
b. Jenis Kelamin
Distribusi jenis kelamin pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
73
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 95 56.5
Perempuan 73 43.5
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 95 (56.4%)
diantaranya berjenis kelamin laki-laki.
c. Pendidikan
Distribusi pendidikan pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pendidikan pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah 80 47.6
Tinggi 88 52.4
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja puskesmas ciputat, 88 (52.4%)
diantaranya memiliki pendidikan yang tinggi
74
d. Pengetahuan
Distribusi pengetahuan pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah 107 63.7
Tinggi 61 36.3
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 107 (63.7%)
diantaranya memiliki pengetahuan yang rendah tentang
Posbindu.
e. Sikap
Distribusi sikap pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
75
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Sikap pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Sikap Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Baik 75 44.6
Baik 93 55.4
Total 168 100
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 93 (55.4%)
diantaranya memiliki sikap yang baik tentang posbindu.
3. Gambaran Faktor Pemungkin (Ketersediaan Sarana
Kesehatan, Jarak Rumah dengan Posbindu, Pembinaan dari
Tenaga Kesehatan)
Distribusi faktor pemungkin pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2017 adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan Sarana Kesehatan
Distribusi ketersediaan sarana kesehatan posbindu
menurut lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
76
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sarana Kesehatan
Posbindu Menurut Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017
B
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 108 (64.3%)
diantaranya menyatakan tidak tersedianya sarana kesehatan
tentang posbindu.
b. Jarak Rumah dengan Posbindu
Distribusi jarak rumah dengan posbindu menurut
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Ketersediaan Sarana
Kesehatan
Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Tersedia 108 64.3
Tersedia 60 35.7
Total 168 100
77
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Jarak Rumah dengan Posbindu
Menurut Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2017
Jarak Rumah
dengan Posbindu
Jumlah (n) Persentase (%)
Dekat 27 16.1
Jauh 141 83.9
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 141 (83.9%)
diantaranya memiliki jarak rumah yang jauh dengan
posbindu.
c. Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
Distribusi Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
menurut lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
78
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
Menurut Lansia di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2017
Pembinaan dari
Tenaga Kesehatan
Jumlah (n) Persentase (%)
Buruk 91 54.2
Baik 77 45.8
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 91 (54.2%)
diantaranya menyatakan buruknya pembinaan dari tenaga
kesehatan tentang posbindu.
4. Gambaran Faktor Pendorong (Dukungan Keluarga, Petugas
Kesehatan, Kader, Teman)
Distribusi faktor pendorong pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2017 adalah sebagai berikut:
a. Dukungan Keluarga
Distribusi dukungan keluarga tentang posbindu pada
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
79
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga tentang
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017
Dukungan
Keluarga
Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Mendukung 139 82.7
Mendukung 29 17.3
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 139 (82.7%)
diantaranya menyatakan tidak mendapatkan dukungan dari
keluarga.
b. Dukungan Tenaga Kesehatan
Distribusi dukungan tenaga kesehatan tentang
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
80
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Dukungan Tenaga Kesehatan
tentang Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Dukungan Tenaga
Kesehatan
Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Mendukung 107 63.7
Mendukung 61 36.3
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 107 (63.7%)
diantaranya menyatakan tidak mendapatkan dukungan dari
tenaga kesehatan.
c. Dukungan Kader
Distribusi dukungan kader tentang posbindu pada
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
81
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Dukungan Kader tentang Posbindu
pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2017
Dukungan Kader Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Mendukung 107 63.7
Mendukung 61 36.3
Total 168 100
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 107 (63.7%)
diantaranya menyatakan tidak mendapatkan dukungan dari
kader.
d. Dukungan Teman
Distribusi dukungan teman tentang posbindu pada
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi Dukungan Teman tentang
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017
Dukungan Teman Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Mendukung 125 74.4
Mendukung 43 25.6
Total 168 100
82
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa dari 168
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 125 (74.4%)
diantaranya menyatakan tidak mendapatkan dukungan dari
teman.
5.1.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen dengan dependen yang dianalisis melalui
uji Chi square yakni untuk menguji hipotesis dan melihat hubungan
antara variabel kategorik independen dan variabel kategorik
dependen. Dikatakan bermakna jika nilai p < 0,05 dan tidak
bermakna jika mempunyai nilai p ≥ 0,05.
1. Hubungan Antara Faktor Predisposisi (Umur, Jenis
Kelamin Pendidikan, Pengetahuan, Sikap) dengan
Kunjungan Posbindu pada Lansia
Hasil analisis antara faktor predisposisi (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pengetahuan, sikap) dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat adalah
sebagai berikut:
a. Hubungan antara Umur dengan Kunjungan Posbindu
Hasil analisis antara umur dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
83
Tabel 5.14
Hubungan Antara Umur dengan Kunjungan Posbindu
pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2017
Umur
Kunjungan Posbindu
Total P
value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Lansia (60-69
tahun)
106 79.1 28 20.9 134 100
0.569
Lansia Risiko
Tinggi (≥70
tahun)
29 85.3 5 14.7 34 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.14 di atas dapat dilihat bahwa
lansia dengan umur 60-69 tahun dan tidak berkunjung ke
posbindu sebesar 106 lansia (79.1%) dibandingkan dengan
lansia berumur ≥70 dan tidak berkunjung ke posbindu
sebesar 29 lansia (85.3%). Hasil uji statistiknya didapati
nilai p= 0.569 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2017
84
b. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kunjungan
Posbindu
Hasil analisis antara jenis kelamin dengan
kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2017 dapat dillihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.15
Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017
Jenis Kelamin
Kunjungan Posbindu
Total P
value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Laki-laki 80 84.2 15 15.8 95 100
0.216 Perempuan 55 75.3 18 24.7 73 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.15 di atas dapat dilihat bahwa
lansia yang berjenis kelamin laki-laki dan tidak berkunjung
ke posbindu berjumlah 80 lansia (84.2%) sedangkan
responden yang berjenis kelamin perempuan dan tidak
berkunjung ke posbindu berjumlah 55 lansia (75.3%). Dari
hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.216 artinya tidak
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kunjungan
posbindu pada lansia.
85
c. Hubungan antara Pendidikan dengan Kunjungan
Posbindu
Hasil analisis antara pendidikan dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.16
Hubungan antara Pendidikan dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017
Pendidikan
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Rendah 66 82.5 14 17.5 80 100
0.637 Tinggi 69 78.4 19 21.6 88 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat dilihat bahwa
lansia yang berpendidikan rendah dan tidak berkunjung ke
posbindu berjumlah 66 (82.5%) sedangkan lansia yang
berpendidikan tinggi dan tidak berkunjung ke posbindu
berjumlah 69 (78.4%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
p= 0.637 artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan
dengan kunjungan posbindu pada lansia.
86
d. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kunjungan
Posbindu
Hasil analisis antara pengetahuan dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.17
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017
Pengetahuan
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Rendah 107 100 0 0 107 100
0.000 Tinggi 28 45.9 33 54.1 61 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.17 di atas diketahui bahwa
lansia yang memiliki pengetahuan rendah dan tidak
berkunjung ke posbindu berjumlah 107 (100%) sedangkan
lansia yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak
berkunjung ke posbindu berjumlah 28 (45.9%). Dari hasil
uji statistik diperoleh nilai p= 0.000 terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan kunjungan posbindu pada
lansia.
87
e. Hubungan antara Sikap dengan Kunjungan Posbindu
Hasil analisis antara sikap dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.18
Hubungan Sikap dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2017
Sikap
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Tidak Baik 75 100 0 0 75 100
0.000 Baik 60 64.5 33 35.5 93 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.18 di atas diketahui bahwa
lansia yang memiliki sikap tidak baik dan tidak berkunjung
ke posbindu berjumlah 75 (100%) sedangkan lanisa yang
memiliki sikap baik dan tidak berkunjung ke posbindu
berjumlah 60 (64.5%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
p= 0.000 artinya terdapat hubungan antara sikap lansia
dengan kunjungan posbindu pada lansia.
88
2. Hubungan Antara Faktor Pemungkin (Ketersediaan Sarana
Kesehatan, Jarak Rumah dengan Posbindu, Pembinaan dari
Tenaga Kesehatan) dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia
Hasil analisis antara faktor pemungkin (Ketersediaan
Sarana Kesehatan, Jarak Rumah dengan Posbindu, Pembinaan
dari Tenaga Kesehatan) dengan kunjungan posbindu pada lansia
di wilayah kerja Puskesmas Ciputat adalah sebagai berikut:
a. Hubungan antara Ketersediaan Sarana Kesehatan
dengan Kunjungan Posbindu
Hasil analisis antara Ketersediaan Sarana Kesehatan
dengan kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
89
Tabel 5.19
Hubungan Antara Ketersediaan Sarana Kesehatan
dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Ketersediaan
Sarana
Kesehatan
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Tidak Tersedia 108 100 0 0 108 100
0.000 Tersedia 27 45.0 33 55.0 60 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.19 di atas diketahui lansia yang
menilai terkait ketersediaan sarana kesehatan dengan
kategori tidak tersedia dan tidak berkunjung ke posbindu
berjumlah 108 (100%) sedangkan lansia yang menilai
terkait ketersediaan sarana kesehatan dengan kategori
tersedia dan tidak berkunjung ke posbindu berjumlah 27
(45.0%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.000
artinya terdapat hubungan antara ketersediaan sarana
kesehatan dengan kunjungan posbindu pada lansia.
b. Hubungan antara Jarak Rumah dengan Posbindu
dengan Kunjungan Posbindu
Hasil analisis antara jarak rumah dengan posbindu
dengan kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja
90
Puskesmas Ciputat tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.20
Hubungan Antara Jarak Rumah dengan Posbindu
dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Jarak Rumah
dengan
Posbindu
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Dekat 17 63.0 10 37.0 27 100
0.026 Jauh 118 83.7 23 16.3 141 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.20 di atas diketahui bahwa
lansia yang memiliki jarak rumah dengan posbindu dengan
kategori dekat dan tidak berkunjung ke posbindu berjumlah
17 (63.0%) sedangkan lansia yang memiliki jarak rumah
dengan posbindu dengan kategori jauh dan tidak berkunjung
ke posbindu berjumlah 118 (83.7%). Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0.026 artinya terdapat hubungan antara
jarak rumah dengan posbindu dengan kunjungan posbindu
pada lansia.
91
c. Hubungan antara Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
dengan Kunjungan Posbindu
Hasil analisis antara Pembinaan dari tenaga
kesehatan dengan kunjungan posbindu pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 5.21
Hubungan Antara Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Pembinaan
dari Tenaga
Kesehatan
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Buruk 91 100 0 0 91 100
0.000 Baik 44 57.1 33 42.9 77 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.21 di atas diketahui bahwa
lansia yang buruk mendapatkan pembinaan dari tenaga
kesehatan dan tidak berkunjung ke posbindu berjumlah 91
lansia (100%) sedangkan lansia yang baik mendapatkan
pembinaan dari tenaga kesehatan dan tidak berkunjung ke
posbindu berjumlah 44 (57.1%). Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0.000 artinya terdapat hubungan antara
92
pembinaan dari tenaga kesehatan dengan kunjungan
posbindu pada lansia.
3. Hubungan Antara Faktor Pendorong (Dukungan Keluarga,
Tenaga Kesehatan, Kader, Teman) dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia
Hasil analisis antara faktor pendorong (dukungan
keluarga, tenaga kesehatan, kader, teman) dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat adalah
sebagai berikut:
a. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan
Kunjungan Posbindu
Hasil analisis antara Dukungan Keluarga dengan
kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
93
Tabel 5.22
Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan
Kunjungan Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Dukungan
Keluarga
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Tidak
Mendukung
117 84.2 22 15.8 139 100
0.014 Mendukung 18 62.1 11 37.9 29 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.22 di atas diketahui lansia yang
tidak memiliki dukungan keluarga dan tidak berkunjung ke
posbindu berjumlah 117 (84.2%) sedangkan lansia yang
memiliki dukungan keluarga dan tidak berkunjung ke
posbindu berjumlah 18 (62.1%). Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0.014 artinya terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan kunjungan posbindu pada lansia.
b. Hubungan antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan
Kunjungan Posbindu
Hasil analisis antara dukungan tenaga kesehatan
dengan kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja
94
Puskesmas Ciputat tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.23
Hubungan antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan
Kunjungan Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017
Dukungan
Tenaga
Kesehatan
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Tidak
Mendukung
107 100 0 0 107 100
0.000 Mendukung 28 45.9 33 54.1 61 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.23 di atas diketahui bahwa
lansia yang tidak mendapat dukungan dari tenaga kesehatan
dan tidak berkunjung ke posbindu berjumlah 107 (100%)
sedangkan responden yang mendapat dukungan dari tenaga
kesehatan dan tidak berkunjung ke posbindu berjumlah 28
(45.9%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.000
artinya terdapat hubungan antara dukungan dari tenaga
kesehatan dengan kunjungan posbindu pada lansia.
95
c. Hubungan antara Dukungan Kader dengan Kunjungan
Posbindu
Hasil analisis antara dukungan kader dengan
kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.24
Hubungan antara Dukungan Kader dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017
Dukungan
Kader
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Tidak
Mendukung
102 95.3 5 4.7 107 100
0.000 Mendukung 33 54.1 28 45.9 61 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.24 di atas diketahui bahwa
lansia yang tidak memiliki dukungan dari kader dan tidak
berkunjung ke posbindu berjumlah 102 (95.3%) sedangkan
lansia yang memiliki dukungan dari kader dan tidak
berkunjung ke posbindu berjumlah 33 (54.1%). Dari hasil
uji statistik diperoleh nilai p= 0.000 artinya terdapat
96
hubungan antara dukungan kader dengan kunjungan
posbindu pada lansia.
d. Hubungan antara Dukungan Teman dengan Kunjungan
Posbindu
Hasil analisis antara dukungan teman dengan
kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.25
Hubungan antara Dukungan Teman dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2017
Dukungan
Teman
Kunjungan Posbindu
Total P
Value
Tidak
Berkunjung
Berkunjung
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Tidak
Mendukung
114 91.2 11 8.8 125 100
0.000 Mendukung 21 48.8 22 51.2 43 100
Total 135 80.4 33 19.6 168 100
Berdasarkan tabel 5.25 di atas diketahui bahwa
lansia yang tidak memiliki dukungan teman dan tidak
berkunjung ke posbindu berjumlah 114 (91.2%) sedangkan
lansia yang memiliki dukungan teman berjumlah 21
(45.8%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.000
97
artinya terdapat hubungan antara dukungan teman dengan
kunjungan posbindu pada lansia.
98
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kunjungan posbindu lansia. Keterbatasan
yang peneliti temukan pada saat penelitian yakni para lansia kelihatan sulit
memahami pertanyaan yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan
tersebut harus dibacakan berulang kali. Penelitian ini belum bisa
menunjukkan faktor yang paling dominan yang beruhubungan dengan
kunjungan posbindu lansia. Selain itu juga penelitian ini belum bisa
menggali secara mendalam informasi terkait penyebab para lansia yang
tidak berkunjung ke posbindu lansia.
6.2. Gambaran Kunjungan Posbindu pada Lansia
Posbindu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu, yang sudah disepakati dan digerakkan
oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
dan merupakan kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh
masyarakat, dan organisasi sosial (Kemenkes, 2010).
Hasil analisis terhadap pemanfaatan Posbindu lansia di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017 didapatkan hasil dari 168 responden
lansia yang memanfaatkan posbindu lansia sebanyak 19.6%. Cakupan
pelayanan lansia di Puskesmas Ciputat pada tahun 2016 yakni 80.01%
99
memang mengalami kenaikan namun jika dilihat pada laporan LB 3 bulan
Januari-Maret 2017 jumlah lansia yang datang ke Posbindu dan diperiksa
kesehatannya hanya berjumlah 2.217 lansia atau sebesar 26,49% dari
jumlah lansia yang menjadi anggota posbindu yakni 8.369 lansia. Indikator
keberhasilan dalam pelayanan kesehatan kepada lansia dalam Kemenkes
(2010) salah satunya adalah 50% desa memiliki kelompok lanjut usia,
kecamatan Ciputat memiliki jumlah kelompok lansia yaitu 8 posbindu
yang tersebar di 2 desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
seharusnya cakupan pelayanan kesehatan pada lansia ini sudah dapat
terpenuhi dengan baik.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan
posbindu lansia antara lain dengan melakukan sosialisasi tentang
keberadaan posbindu lansia di setiap desa, pendekatan dan advokasi
kepada pembuat kebijakan yakni aparat desa seperti kepala desa untuk
pembuatan posbindu di setiap RW, membangun kerjasama dengan
berbagai kalangan masyarakat dan LSM dengan membuat perencanaan
program lansia sesuai kebutuhan masyarakat lansia, memperkuat
dukungan keluarga dan masyarakat dimana lansia tinggal, meningkatkan
pengetahuan kader dan lansia akan hidup sehat, mandiri dan produktif di
usia tua dalam pelaksanaan posbindu lansia.
100
6.3. Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, dan Faktor
Pendorong dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia
6.3.1. Hubungan Umur dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan dan akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada
tubuh yang erat kaitannya dalam mempengaruhi fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan (Kemenkes, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan umur rata-rata responden
adalah 65 tahun, menurut Kemenkes dalam Fatmah (2010) usia di
atas 65 tahun merupakan usia yang berisiko tinggi untuk menderita
penyakit degeneratif. Terdapat perbedaan proporsi lansia yang
berumur 60-69 tahun dengan lansia yang berumur ≥ 70 tahun
dimana lansia yang berumur 60-69 tahun dan tidak berkunjung ke
posbindu 106 lansia (79.1%) sedangkan lansia berumur ≥ 70 tahun
dan tidak berkunjung ke posbindu 29 lansia (85.3%). Hasil uji
statistik didapatkan nila p = 0.569 maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara umur dengan kunjungan posbindu pada
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017.
Penelitian ini serupa dengan penelitian yang pernah
dilakukan oleh Dewi Eka (2012) di Kecamatan Ciomas juga
mendapatkan hasil sesuai dengan penelitian ini bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan pemanfaatan
posbindu lansia. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
101
Tri Ariyani (2011) di Puskesmas Bambanglipuro D.I Yogyakarta
dan penelitian Andayani (2010) di Puskesmas Pasar Rebo Jakarta
Timur yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur
dengan pemanfaatan posbindu pada lansia.
Hasil penelitian menunjukkan lansia yang berumur 60-69
tahun dan berkunjung ke posbindu berjumlah 28 lansia (20.9%)
lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang berumur ≥ 70 tahun
dan berkunjung ke posbindu yakni berjumlah 5 lansia (14.7%).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa usia yang semakin bertambah
menimbulkan perubahan-perubahan pada sturktur dan fisiologis
serta menyebabkan kemunduran fisik dan psikis pada lansia
(Nursalam, 2010). Sehingga usia yang semakin bertambah
membuat lansia tidak bisa aktif dalam kegiatan posbindu lansia.
Umur merupakan salah satu faktor predisposisi tepatnya
faktor sosiodemografi. Menurut teori Green 2005 disebutkan
bahwa faktor sosiodemografi seperti status sosial (berdasarkan
pendapatan, pendidikan, pekerjaan, area tinggal, dan lainnya), usia,
jenis kelamin, kelompok etnis, keluarga, dan sejarah
mempengaruhi perilaku terkait kesehatan. Variabel umur dapat
digunakan dalam mengelompokkan sasaran atau individu untuk
tujuan perencanaan. Lebih spesifik lagi perencanaan untuk
meningkatkan angka cakupan kunjungan posbindu.
Dalam mencapai suatu tujuan perencanaan tersebut bukan
hanya faktor predisposisi saja yang berperan akan tetapi juga dari
102
faktor pemungkin yakni seperti adanya fasilitas pelayanan
kesehatan dalam hal ini posbindu dan juga dekatnya jarak rumah
lansia dengan posbindu. Faktor lain yang berperan dalam mencapai
suatu tujuan perencanaan adalah faktor pendorong yakni seperti
dukungan keluarga yang siap mengantar, menemani dan
mengingatkan untuk mengikuti kegiatan posbindu. Kemudian
dukungan dari tenaga kesehatan, kader, dan juga teman yang
memberikan motivasi, informasi dan saran serta ajakan untuk
mengikuti kegiatan posbindu. Sehingga diharapkan jika ketiga
faktor tersebut dianalisis kemudian hasilnya digunakan untuk
membuat suatu perencanaan maka tujuan dari perencanan tersebut
dapat tercapai.
6.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kunjungan Pobindu pada
Lansia
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses
pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti nilai-nilai sosial budaya, pengetahuan dan kesadaran akan
kesehatan, pola relasi gender yang ada di masyarakat sangat
mempengaruhi pola-pola hidup masyarakat, termasuk di dalamnya
pola pengambilan keputusan.
Terdapat perbedaan proporsi antara responden laki-laki dan
perempuan yang tidak berkunjung ke posbindu dimana responden
lansia laki-laki yang tidak berkunjung ke posbindu berjumlah 80
lansia (84.2%) sedangkan responden lansia perempuan yang tidak
103
berkunjung ke posbindu berjumlah 55 lansia (75.3%). Hasil uji
statistik didapatkan nilai p = 0.216 dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2017. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori
Andersen (1968) yang mengatakan bahwa jenis kelamin adalah
faktor demografis yang mempengaruhi dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi Eka (2012) di Kecamatan Ciomas yang menyatakan
tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan
pemanfaatan posbindu pada lansia. Penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Aiyani (2011),
Andayani (2010), Fitriasih (2010), Susanto (2006) dan Lestari
(2005) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara umur dengan pemanfaatan posbindu lansia.
Lansia perempuan yang berkunjung ke posbindu dalam
penelitian ini lebih besar yakni 24,7% dibandingkan dengan lansia
laki-laki yang berkunjung ke posbindu yakni 15.8%. Penelitian ini
menunjukkan bahwa yang banyak aktif dalam mengikuti kegiatan
pobindu yaitu perempuan. Sullivan dan Thompson dalam Smet
(1993) menyatakan bahwa wanita lebih banyak melaporkan adanya
penyakit dan menyampaikan keluhan kepada dokter dibandingkan
laki-laki. Perempuan memiliki alat reproduksi yang lebih kompleks
104
dibanding laki-laki dan secara sosial perbedaan-perbedaan ini
menimbulkan pola penyakit dan pola akses terhadap pelayanan
kesehatan yang berbeda pula.
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor predisposisi
tepatnya faktor sosiodemografi. Menurut teori Green 2005
disebutkan bahwa faktor sosiodemografi seperti status sosial
(berdasarkan pendapatan, pendidikan, pekerjaan, area tinggal, dan
lainnya), usia, jenis kelamin, kelompok etnis, keluarga, dan sejarah
mempengaruhi perilaku terkait kesehatan. Variabel jenis kelamin
dapat digunakan dalam mengelompokkan sasaran atau individu
untuk tujuan perencanaan. Lebih spesifik lagi perencanaan untuk
meningkatkan angka cakupan kunjungan posbindu.
6.3.3. Hubungan Pendidikan dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia
Kemiskinan yang dihadapi para lansia selalu berkaitan
dengan kualitas kehidupan lansia. Oleh karena itu perlu kiranya
dirumuskan strategi yang mengarah pada peningkatan kualiatas
hidup lansia baik dari segi ekonomi, mental, keagamaan maupun
peningkatan pendidikan keterampilan (Kemenkes, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak
berkunjung ke posbindu dan pendidikannya rendah sebesar 66
lansia (82.5%) sedangkan responden yang pendidikannya tinggi
dan tidak berkunjung ke posbindu sebesar 69 lansia (78.4%). Hasil
uji statistik didapatkan nilai p = 0.637 dapat diambil kesimpulan
105
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan
dengan kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja
puskesmas Ciputat tahun 2017.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Dewi Eka
(2012) dan Zarniyeti (2011) yang menyatakan ada hubungan
bermakna pendidikan dengan pemanfaatan posbindu lansia. Namun
penelitian ini sependapat dengan penelitian Fahrun (2009) yang
menyatakan tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap
kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Andersen (1968) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh individu. Perilaku sadar yang merugikan
kesehatan banyak juga terdapat pada kalangan orang yang
berpendidikan atau profesional atau masyarakat yang sudah maju
(Notoatmodjo, 2007). Hal tersebut bisa dikarenakan pendidikan
yang pada dasarnya tidak hanya dapat diperoleh dari bangku
sekolah (formal) tetapi juga di lingkunga keluarga, masyarakat, dan
dari media lainnya seperti majalah, koran dan sebagainya sehingga
berpengaruh terhadap perilaku sadar seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan 31 lansia (18.5%) memiliki
pendidikan terkahir SD (Sekolah Dasar), 49 lansia (29.2%)
memiliki pendidikan terkahir SMP (Sekolah Menengah Pertama),
80 lansia (47.6%) memiliki pendidikan terkahir SMA (Sekolah
106
Menengah Atas), dan 8 lansia (4.8%) memiliki pendidikan terkahir
Perguruan Tinggi.
Menurut Hardywinoto (2007), semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan meningkatkan pula ilmu pengetahuan,
informasi yang didapat. Hal ini menunjukkan semakin tinggi
pendidikan maka kebutuhan dan tuntutan terhadap pelayanan
kesehatan semakin meningkat pula. Sebaliknya semakin rendah
tingkat pendidikan akan mengakibatkan mereka sulit menerima
penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan cenderung
tidak tahu terhadap adanya pelayanan kesehatan khusus terhadap
lansia.
Pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi
tepatnya faktor sosiodemografi. Menurut teori Green 2005
disebutkan bahwa faktor sosiodemografi seperti status sosial
(berdasarkan pendapatan, pendidikan, pekerjaan, area tinggal, dan
lainnya), usia, jenis kelamin, kelompok etnis, keluarga, dan sejarah
mempengaruhi perilaku terkait kesehatan.
6.3.4. Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Posbindu pada
Lansia
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau
makhluk hidup, jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu
aktifitas organisme yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Responnya
107
yaitu berbentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan
sikap yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak
berkunjung ke posbindu dan memiliki pengetahuan yang rendah
sebesar 107 lansia (100%) sedangkan responden yang
berpengetahuan tinggi dan tidak berkunjung ke posbindu sebesar
28 lansia (45.9%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.000
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kunjungan posbindu pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017.
Penelitian ini menunjukkan lansia berpengetahuan rendah
lebih besar porsinya dalam tidak berkunjung ke posbindu lansia.
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dewi Eka (2012), Tri Ariyani (2011) dan Andayani (2010)
yang menyatakan ada hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan pemanfaatan posbindu lansia.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan baik juga tidak
menjamin seseorang untuk berperilaku baik, seseorang yang
memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan belum tentu ia
memiliki perilaku kesehatan yang baik pula dan perlu faktor-faktor
108
pendukung lainnya untuk membuat para lansia dapat
memanfaatkan posbindu lansia dengan aktif.
Menurut teori Green (2005) dalam menentukan strategi
promosi kesehatan yang tepat terlebih dahulu kita harus
menganalisis faktor predisposisi, pemungkin, dan pendorong yang
selanjutnya digunakan untuk membuat suatu perencanaan
kesehatan yang tepat. Variabel pengetahuan merupakan salah satu
faktor predisposisi yang dibutuhkan dalam membuat suatu
perencanaan. Menurut Pemegang Program Lansia Puskesmas
Ciputat, upaya yang dilakukan dalam mempromosikan adanya
kegiatan posbindu di wilayah kerja puskesmas yakni dengan
meminta bantuan kepada kader posbindu untuk menginformasikan
adanya kegiatan posbindu bagi para lansia agar para lansia dapat
berobat di posbindu dan mengetahui kondisi kesehatannya.
Informasi mengenai posbindu tersebut hanya sampai kepada para
lansia yang memiliki rumah dekat dengan tempat adanya kegiatan
posbindu dan dekat dengan rumah kader saja.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka informasi terkait
adanya posbindu selama ini bisa dibilang belum menyeluruh
sampai kepada para lansia yang berada di wilayah kerja puskesmas
Ciputat. Oleh karena itu pengetahuan para lansia terkait adanya
kegiatan posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat belum
merata sehingga menimbulkan rendahnya kunjungan lansia dalam
mengikuti kegiatan posbindu.
109
6.3.5. Hubungan Sikap dengan Kunjungan Posbindu pada Lansia
Sikap merupakan perilaku tertutup yang tidak dapat langsung
dilihat dan merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Notoatmodjo,
2007).
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan proporsi pada
responden yang memiliki sikap tidak baik dan tidak berkunjung ke
posbindu yakni sebesar 75 lansia (100%) dengan responden yang
tidak berkunjung ke posbindu lansia namun memiliki sikap baik
yakni sebesar 60 lansia (64.5%). Hasil uji statistik didapatkan nilai
p = 0.000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna
antara sikap tehadap posbindu lansia dengan kunjungan posbindu
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi Eka (2012), Tri Ariyani (2011), Zarniyeti (2010) dan
Lestari (2005) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna
sikap dengan pemanfaatan posbindu lansia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green (1980) yang
menyatakan bahwa sikap merupakan faktor yang berperan dalam
perilaku kesehatan. Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan, untuk mewujudkan sikap tersebut maka diperlukan suatu
tindakan nyata dan faktor pendukung lainnya dalam
mengkondisikan sikap tersebut serta di fasilitasi (Notoatmodjo,
110
2003). Sikap yang terbentuk tidak dapat diubah begitu saja karena
sangat erat kaitannya dengan faktor dari dalam dan luar individu.
Maka untuk merubah sikap responden diperlukan suatu kebijakan
dan peningkatan pengetahuan agar para lansia dapat mengetahui
tujuan dan manfaat serta hasil yang didapatkan dari berkunjung dan
mendapatkan pelayanan kesehatan di posbindu lansia tersebut.
Sikap merupakan salah satu faktor predisposisi dalam
perilaku kesehatan (Green, 2005). Kaitannya dengan upaya
meningkatkan angka kunjungan lansia dalam memanfaatkan
posbindu, para lansia di Puskesmas Ciputat harus memiliki sikap
yang positif terhadap adanya posbindu di lingkungan mereka.
Sikap positif dari para lansia tersebut harus dimunculkan dengan
adanya suatu kebijakan dan peningkatan pengetahuan tentang
posbindu. kebijakan terkait posbindu sendiri sudah di atur dalam
UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan khususnya pasal 138 ayat
1 dan 2 dimana upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
harus ditujukan untuk menjaga agar lansia tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial maupun ekonomi, serta pemerintah wajib
menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan
produktif. Oleh karena itulah maka Pemerintah mencanangkan
pelayan kesehatan yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organsasi sosial yang disebut dengan Pos
111
Pembinaan Terpadu (Posbindu). Namun peningkatan pengetahuan
tentang posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat belum
terlaksana dengan baik.
6.3.6. Hubungan Ketersediaan Sarana Kesehatan dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia
Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan sarana kesehatan
yang baik akan berpengaruh terhadap keaktifan lansia dalam
berkunjung ke posbindu. Ketersediaan sarana kesehatan yang
dinyatakan kepada responden berdasarkan pada pedoman
puskesmas santun usia lanjut bagi petugas kesehatan yaitu adanya
kartu menuju sehat, ruang/tempat penyelenggaraan posbindu, meja
dan kursi untuk kader dan petugas kesehatan, peralatan tulis
menulis, timbangan, meteran, stetoskop, tensimeter, thermometer,
alat laboratorium sederhana ditambah dengan adanya PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) (Depkes RI, 2003).
Penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden yang
menyatakan sarana kesehatan tidak tersedia dan tidak berkunjung
ke posbindu berjumlah 108 lansia (100%) sedangkan responden
yang menyatakan sarana kesehatan tersedia dan tidak berkunjung
ke posbindu berjumlah 27 lansia (45%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0.000 artinya ada hubungan yang bermakna antara
ketersediaan sarana kesehatan dengan kunjungan posbindu pada
lansia di wilayah Puskesmas Ciputat Tahun 2017.
112
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Puji Lestari (2011) di Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul Propinsi DIY. yang menyatakan fasilitas
kesehatan yang baik mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke
posyandu.
Ketersediaan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor
pemungkin dalam perilaku kesehatan (Green, 2005). Kebijakan
adanya posbindu atau pos pembinaan terpadu bagi para lansia
tersebut diatur dalam UU No.36 tahun 2009 pasal 138 ayat 1 dan 2
yakni upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus
ditujukan untuk menjaga agar lansia tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial maupun ekonomi, serta pemerintah wajib
menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan
porduktif.
Ketersediaan sarana kesehatan berupa posbindu di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat sudah tersebar di 2 kelurahan yakni 2
posbindu terdapat di kelurahan ciputat dan 5 posbindu terdapat di
kelurahan cipayung. Jumlah posbindu tersebut belum bisa
memenuhi kebutuhan lansia karena belum sesuai dengan
banyaknya lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
Pemegang program lansia Puskesmas Ciputat sudah meminta
bantuan kader menginformasikan kepada para ketua RW untuk
mengajukan adanya penambahan posbindu namun sampai saat ini
113
belum ada yang mengajukan adanya penambahan posbindu baru
lagi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
Puskesmas Ciputat dalam hal sarana prasarana berupa meja
dan kursi untuk pelayanan Posbindu belum terpenuhi secara
keseluruhan, dari 7 posbindu yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat hanya 2 posbindu saja yang memiliki sarana
prasarana berupa meja dan kursi yang memadai. Perlu diketahui
bahwa adanya meja dan kursi yang memadai berpengaruh terhadap
terlaksananya sistem lima meja yang diatur dalam pedoman
puskesmas santun usia lanjut bagi petugas kesehatan yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2006 tentang kebijakan yang mengatur sistem lima meja posbindu
meliputi meja I (pendaftaran), meja II (pencatatan kegiatan sehari-
hari, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan), meja
III (pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan status mental), meja IV (pemeriksaan hemogolobin,
pemeriksaan urine), serta meja V (penyuluhan konseling).
6.3.7. Hubungan Jarak Rumah dengan Posbindu dengan Kunjungan
Posbindu pada Lansia
Faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku
atau tindakan diantaranya adalah sarana prasarana, fasilitas untuk
terjadinya perilaku seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit,
tempat pembuangan sampah dan sebagainya (Green, 1980). Jarak
dapat membatasi kemampuan dan kemauan untuk mencari
114
pelayanan kesehatan, terutama jika sarana dan transportasi yang
tersedia terbatas, komunikasi sulit dan di daerah tersebut tidak
tersedia tempat pelayanan (Andersen, 1970).
Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan proporsi
antara responden yang memiliki jarak dekat dengan posbindu
dengan responden yang memiliki jarak jauh dengan posbindu
terhadap tidak dikunjunginya posbindu. Responden yang memiliki
jarak dekat dengan posbindu dan tidak berkunjung ke posbindu
berjumlah 17 lansia (63%) sedangkan responden yang memiliki
jarak jauh dengan posbindu dan tidak berkunjung ke posbindu
berjumlah 118 (83.7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue=
0.026 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara jarak rumah dengan posbindu dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2017.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dewi Eka
(2012), Tri Ariyani (2011), dan Andayani (2010) yang menyatakan
bahwa ada hubungan bermakna antara jarak dengan pemanfaatan
posbindu lansia.
Hasil penelitian menunjukkan lansia yang berkunjung ke
posbindu memiliki rata-rata jarak rumah yakni 142.26 meter
dengan posbindu, terdapat 16 lansia (9.5%) menjawab ke posbindu
dengan berjalan kaki dan 50 lansia (29.8%) diantar dengan
menggunakan motor. Adapun alasan dari lansia tidak
115
memanfaatkan posbindu adalah 22 lansia (13.1%) menyatakan
mudah capek, 20 lansia (11.9%) menyatakan perlu biaya, 13 lansia
(7.7%) menyatakan tidak ada yang mengantar, dan 18 lansia
(10.7%) menyatakan memiliki keterbatasan gerak.
Menurut Sulistyorini (2010), jarak posyandu yang dekat akan
membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus
mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya tahan atau
kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
posyandu juga membuat lansia merasa aman sehingga mendorong
minat lansia untuk mengikuti posyandu.
Jarak rumah dengan posbindu yakni aksesibilitas terhadap
tempat pelayanan kesehatan merupakan faktor pemungkin dalam
perilaku kesehatan (Green, 2005). Jarak rumah dengan posbindu
sangat berkaitan dengan adanya posbindu itu sendiri. Puskesmas
Ciputat dalam hal ketersediaan sarana kesehatan berupa posbindu
sendiri masih kurang karena belum sesuai dengan jumlah sasaran
lansia dan kebutuhan di lapangan. Terdapat 7 posbindu yang berada
di wilayah kerja Puskesmas Ciputat yakni 2 Posbindu terdapat di
Kelurahan Ciputat dan 5 Posbindu terdapat di Kelurahan Cipayung.
Jumlah sasaran lansia yang berada di kelurahan Ciputat sendiri
adalah 1861 lansia yang tersebar di 15 RW, namun jumlah
posbindu yang tersedia di kelurahan ciputat hanya 2 posbindu
sehingga masih banyak para lansia yang memiliki jarak rumah
yang jauh dengan posbindu. Begitupun pada Kelurahan Cipayung,
116
jumlah sasaran lansia yang berada di Kelurahan Cipayung adalah
1754 lansia yang tersebar di 11 RW, posbindu yang tersedia di
kelurahan Cipayung hanya 5 posbindu. Hal tesebut juga
menjadikan adanya ketimpangan atau ketidaksesuaian antara
jumlah posbindu yang ada dengan jumlah sasaran lansia sehingga
berpengaruh terhadap aksesibilitas jarak antara rumah lansia
dengan posbindu.
6.3.8. Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
Menurut Teori Green, 1980 faktor pemungkin untuk
seseorang berperilaku dipengaruhi oleh kemampuan tenaga
kesehatan. Lansia akan berkunjung ke posbindu jika memiliki
kepuasan pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan.
Hasil penelitian didapatkan responden yang buruk
mendapatkan pembinaan dari tenaga kesehatan dan tidak
berkunjung ke posbindu berjumlah 91 lansia (100%) sedangkan
responden yang baik mendapatkan pembinaan dari tenaga
kesehatan dan tidak berkunjung ke posbindu berjumlah 44 lansia
(57.1%). Hasil uji statistik didapatkan Pvalue= 0.000 artinya ada
hubungan yang bermakna antara pembinaan dari tenaga kesehatan
dengan kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Annisa (2015) di wilayah kerja puskesmas Kaduhejo tahun
2015 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
117
antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan posbindu
lansia. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rigoan (2014)
di wilayah kerja Puskesmas Kairaru Kabupaten Seram yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pelayanan
petugas kesehatan dengan minat lansia terhadap pelayanan
posyandu lansia. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Puji Lestari (2011) di Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul Propinsi DIY. yang menyatakan pelayanan
petugas kesehatan yang baik mempengaruhi keaktifan kunjungan
lansia ke posyandu.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi yang menyatakan
pembinaan dari tenaga kesehatan kurang baik bukan tanpa alasan,
ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang adanya
kegiatan posbindu dan kurangnya penjelasan tentang manfaat
posbindu kepada lansia. Sehingga belum terbentuknya perilaku
lansia yang baik dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sangat
dipengaruhi adanya peran tenaga kesehatan secara terus menerus
dan berkesinambungan dalam melakukan pendekatan dan
memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat terutama para
lansia.
Pembinaan dari tenaga kesehatan merupakan salah satu
faktor pemungkin dalam perilaku kesehatan (Green, 2005).
Pembinaan dari tenaga kesehatan dalam hal ini lebih kepada
kegiatan berupa promosi kesehatan terkait posbindu yang
118
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Menurut pemegang program
lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, kegiatan promosi
kesehatan terkait posbindu oleh tenaga kesehatan dilakukan pada
saat pelaksanaan posbindu, dapat dikatakan bahwa sasaran kegiatan
tersebut hanya para lansia yang menjadi anggota posbindu saja.
Penyebarluasan informasi kepada lansia terkait posbindu secara
umum ditugaskan kepada kader posbindu.
6.3.9. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan hal yang penting dalam
mewujudkan lansia yang sejahtera lahir dan batin. Dukungan lahir
bisa dipenuhi atau diperankan siapa saja namun kebutuhan emosi
dan batin lansia memerlukan keterlibatan keluarga mereka secara
intensif dan bahkan memperkuat hubungan antargenerasi
(Suardiman, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak
berkunjung ke posbindu lansia lebih besar proporsinya pada lansia
yang tidak mendapat dukungan keluarga yakni berjumlah 117
lansia (84.2%) dibandingkan dengan lansia yang mendapat
dukungan keluarga dan tidak berkunjung ke posbindu yakni
berjumlah 18 lansia (62.1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai
Pvalue= 0.014 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kunjungan posbindu pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017.
119
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Dewi Eka (2012). Tri Ariyani (2011), dan Zarniyeti (2011) yang
menyatakan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kunjungan posbindu lansia. Peran keluarga sangat berpengaruh
terhadap para lansia, jika anggota keluarga sangat berperan maka
para lansia akan bertindak sesuai sikap anggota keluarganya
(Suardiman, 2011).
Dukungan keluarga merupakan faktor pendorong dalam
perilaku kesehatan (Green, 2005). Keluarga bisa menjadi motivator
kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke posbindu, mengingatkan
lansia jika lupa jadwal posbindu dan berusaha membantu mengatasi
segala permasalahan bersama lansia. Seringkali pada lansia
terdapat penurunan memori sehingga mereka lupa terhadap jadwal
kegiatan posbindu serta terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga
membutuhkan bantuan orang lain apabila pergi ke suatu tempat,
termasuk pergi ke pobindu. Kehadiran lansia yang rendah dapat
dipengaruhi oleh kurangnya dukungan keluarga (tidak
menyediakan diri untuk mendampingi/mengantar serta tidak
mengingatkan jadwal pobindu).
Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental,
dan informatif yang diberikan oleh anggota keluarganya (Friedman,
2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 29 lansia
120
(17.3%) mendapatkan dukungan dari anaknya. Dukungan yang
diberikan tersebut berupa diantar ke posbindu sebanyak 12 lansia
(7.1%), ditemani di tempat kegiatan posbindu sebanyak 17 lansia
(10.1%), diberi uang untuk datang ke posbindu sebanyak 17 lansia
(10.1%), dan diingatkan untuk datang ke posbindu 17 (10.1%).
6.3.10. Dukungan Tenaga Kesehatan
Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku
untuk berperilaku sehat perlu contoh dari tokoh masyarakat, teman
sebaya, petugas kesehatan (Kemenkes, 2010).
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang tidak
berkunjung ke posbindu lansia lebih besar proporsinya pada lansia
yang menyatakan tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan
yakni berjumlah 107 lansia (100%) dibandingkan dengan yang
menyatakan mendapat dukungan dari petugas kesehatan dan tidak
berkunjung ke posbindu yakni baerjumlah 28 lansia (45.9%). Hasil
uji statistik didapatkan nilai Pvalue= 0.000 artinya terdapat
hubungan yang bermakna antara dukungan tenaga kesehatan
dengan kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewi Eka
(2012) dan Tri Ariyani (2011) yang menyatakan ada hubungan
bermakna dukungan tenaga kesehatan dengan pemanfaatan
posbindu lansia.
121
Petugas kesehatan merupakan salah satu contoh dan
motivator bagi para lansia untuk bisa berkunjung ke posbindu
lansia dengan baik. Menurut Green (2005) menyatakan bahwa
petugas kesehatan termasuk dalam faktor pendukung untuk
perilaku kesehatan.
Dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial
dalam bentuk dukungan informatif, dimana perasaan subjek bahwa
lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai
hal-hal yang diketahui. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan, tenaga kesehatan yang dimaksud adalah bidan, perawat,
dokter, tenaga – tenaga lapangan lainya serta kader – kader
kesehatan yang diperbantukan di posyandu lansia (Kepmenkes RI,
2005).
Hasil penelitian menunjukkan 61 lansia (36.3%) menyatakan
petugas kesehatan hadir dalam kegiatan posbindu dan 107 lansia
(63.7%) lainnya menyatakan petugas kesehatan tidak hadir dalam
kegiatan posbindu. Hal tersebut dikarenakan banyaknya lansia yang
tidak mengikuti kegiatan posbindu sehingga para lansia tersebut
tidak mengerti apakah petugas kesehatan selalu hadir atau tidak
dalam kegiatan posbindu. Namun, dalam kenyataannya petugas
kesehatan selalu hadir pada setiap kegiatan posbindu jika petugas
122
kesehatan berhalangan hadir saat waktu pelaksanaan posbindu
maka akan dijadwalkan ulang pelaksanaan posbindu sampai
petugas kesehatan dapat hadir. Selain itu juga, hanya 58 lansia
(34.5%) mendapatkan motivasi dari petugas kesehatan untuk
memeriksakan kesehatan ke posbindu, 49 lansia (29.2%) pernah
mendapat saran oleh petugas kesehatan untuk selalu datang ke
posbindu setiap bulan, dan 113 lansia (67.3%) mendapat informasi
dari petugas kesehatan tentang adanya kegiatan posbindu.
6.3.11. Dukungan Kader
Kader kesehatan adalah orang dewasa, baik pria maupun
wanita yang dipandang sebagai orang yang memiliki kelebihan di
masyarakat, dapat berupa keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan
dalam hubungan kemanusiaan, status sosial ekonomi dan lain
sebagainya (Kemenkes, 2010).
. Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak
berkunjung ke posbindu lebih besar proporsinya pada lansia yang
tidak mendapat dukungan dari kader yakni berjumlah 102 lansia
(95.3%) dibandingkan dengan lansia yang mendapat dukungan dari
kader yakni berjumlah 33 lansia (54.1%). Hasil uji statistik
didapatkan nilai Pvalue = 0.000 artinya ada hubungan yang
bermakna antara dukungan kader dengan kunjungan posbindu pada
lansia di wilayah kerja puskesmas Ciputat Tahun 2017.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi Eka (2012) dan Tri Ariyani (2011) yang menyatakan
123
bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan kader
dengan pemanfaatan posbindu lansia.
Teori Green (2005) mengatakan peran kader merupakan
salah satu faktor pendukung yang berperan dalam perilaku
kesehatan karena merupakan faktor penyerta perilaku yang
memberikan ganjaran dan berperan bagi menetap atau lenyapnya
perilaku. Teori ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan
yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan
kader dengan kunjungan posbindu pada lansia.
Kader belum memiliki andil dan berperan aktif dalam usaha
mengajak lansia untuk memanfaatkan posbindu lansia namun
ternyata ada faktor yang lebih besar menghambat dalam
pemanfaatan posbindu lansia yaitu rata-rata umur para responden
lansia 65 tahun sehingga kebanyakan lansia akan memiliki
keterbatasan fisik dan gerak sehingga ketiadaan fasilitas posbindu
lansia di wilayah tempat tinggalnya mengharuskan responden
untuk tidak bisa berkunjung ke posbindu lansia.
Kader selain mempunyai tugas dan fungsi juga harus mampu
berkomunikasi dengan baik yakni mampu mengajak dan
memotivasi kelompok maupun masyarakat. Kader harus juga dapat
membina semua yang terkait dengan posbindu dan tetap memantau
pertumbuhan dan perkembangan lansia (Depkes RI, 2005). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 56 lansia (33.3.%)
mendapat motivasi dari kader untuk datang ke posbindu, 61 lansia
124
(36.3%) mendapatkan saran dari kader untuk memanfaatkan
posbindu, 61 lansia (36.3%) mendapatkan informasi dari kader
tentang adanya kegiatan posbindu, dan 56 lansia (33.3%)
mendapatkan informasi terkait manfaat dari kegiatan posbindu.
6.3.12. Dukungan Teman
Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi
individu pada waktu pelaksanaan aktifitasnya, baik lingkungan
fisik, psikososial, biologis, maupun budaya. Lingkungan
psikososial seperti keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat
(Kusumandari, 2010). Variabel teman disini yaitu sesama
masyarakat yakni lansia yang memiliki usia ≥ 60 tahun.
Diperoleh hasil penelitian pada variabel ini yaitu lansia yang
mendapat dukungan dari temannya untuk berkunjung ke Posbindu
25.6% dan lansia yang tidak mendapat dukungan dari temannya
(74.4%). Hasil pada penelitian ini didapatkan responden yang tidak
mendapatkan dukungan teman dan tidak berkunjung ke posbindu
berjumlah 114 lansia 91.2% sedangkan responden yang
mendapatkan dukungan teman dan tidak berkunjung ke posbindu
berjumlah 21 lansia (48.8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai
Pvalue= 0.000 artinya terdapat hubungan bermakna antara
dukungan teman dengan kunjungan posbindu pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017.
125
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fauziya (2016) yang menyatakan ada hubungan antara dukungan
teman sebaya dengan pemanfaatan posbindu PTM.
Menurut Teori Green (2005), teman sebaya termasuk dalam
faktor pendorong untuk perilaku kesehatan. Penguat untuk
seseorang berperilaku sehat yaitu berdasarkan dukungan peers atau
teman dalam penelitian ini dukungan teman dapat dilihat dari
ajakan tetangga atau sesama lansia yang mengajak responden untuk
berkunjung ke posbindu.
Hasil penelitian menunjukkan 43 lansia (25.6%) pernah
diajak temannya ke posbindu, 38 lansia (22.6%) diingatkan
temannya pada saat ada kegiatan posbindu, 43 lansia (25.6%)
mendapat informasi dari teman setiap akan dilaksanakan kegiatan
posbindu, dan 38 lansia (22.6%) mendapat penjelasan dari teman
tentang manfaat dari kegiatan posbindu.
6.4. Faktor Predisposisi
Pengetahuan merupakan variabel yang paling dominan dari faktor
predisposisi dikarenakan dalam merubah sikap seseorang menjadi sikap
yang positif diperlukan suatu upaya peningkatan pengetahuan. Namun
Menurut Pemegang Program Lansia Puskesmas Ciputat, upaya
peningkatan pengetahuan yang dilakukan dalam hal mempromosikan
adanya kegiatan posbindu di wilayah kerja puskesmas Ciputat adalah
dengan meminta bantuan kepada kader posbindu untuk menginformasikan
adanya kegiatan posbindu bagi para lansia agar para lansia dapat berobat
126
di posbindu dan mengetahui kondisi kesehatannya. Informasi mengenai
posbindu tersebut hanya sampai kepada para lansia yang memiliki rumah
dekat dengan tempat adanya kegiatan posbindu dan dekat dengan rumah
kader saja.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka informasi terkait adanya
posbindu selama ini bisa dibilang belum menyeluruh sampai kepada para
lansia yang berada di wilayah kerja puskesmas Ciputat. Oleh karena itu
pengetahuan para lansia terkait adanya kegiatan posbindu di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat belum merata sehingga menimbulkan rendahnya
kunjungan lansia dalam mengikuti kegiatan posbindu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014
disebutkan bahwa Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Berkaitan dengan hal tersebut maka tenaga kesehatan seharusnya
melakukan upaya kesehatan yakni memberikan pendidikan kesehatan
kepada para lansia tentang posbindu sehingga lansia mengetahui posbindu
dan dapat berkunjung dan mendapatkan pelayanan kesehatan di posbindu.
6.5. Faktor Pemungkin
Ketersediaan sarana kesehatan merupakan variabel yang paling
dominan dari faktor pemungkin dimana tersedianya sarana kesehatan
dapat berpengaruh secara langsung juga dengan jarak rumah dengan
sarana kesehatan yang ada. Jika sarana kesehatan tidak atau kurang
127
tersedia maka menjadikan jarak menuju sarana kesehatan juga semakin
jauh dan akses akan keterjangkauan juga menjadi sulit.
Kebijakan adanya posbindu atau pos pembinaan terpadu bagi para
lansia sudah diatur dalam UU No.36 tahun 2009 pasal 138 ayat 1 dan 2
yakni upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk
menjaga agar lansia tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun
ekonomi, serta pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup
mandiri dan porduktif.
Ketersediaan sarana kesehatan berupa posbindu di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat sudah tersebar di 2 kelurahan yakni 2 posbindu
terdapat di kelurahan ciputat dan 5 posbindu terdapat di kelurahan
cipayung. Jumlah posbindu tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan
lansia karena belum sesuai dengan banyaknya lansia yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Pemegang program lansia Puskesmas
Ciputat sudah meminta bantuan kader menginformasikan kepada para
ketua RW untuk mengajukan adanya penambahan posbindu namun sampai
saat ini belum ada yang mengajukan adanya penambahan posbindu baru
lagi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Prinsip
penyelenggaraan Puskesmas meliputi: paradigma sehat,
pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan,
teknologi tepat guna, dan keterpaduan dan kesinambungan. Salah satu
prinsip penyelenggaraan puskesmas adalah pemerataan dimana puskesmas
128
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau
oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
Sehingga seharusnya posbindu dapat tersedia dengan akses yang mudah
dan terjangkau secara menyeluruh kepada seluruh lansia yang berada di
wilayah kerja puskesmas.
6.6. Faktor Pendorong
Dukungan tenaga kesehatan dan kader merupakan variabel yang
paling dominan dari faktor pendorong dimana tenaga kesehatan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 merupakan setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan. Berkaitan dengan hal tersebut maka tenaga kesehatan
seharusnya melakukan upaya kesehatan yakni memberikan pendidikan
kesehatan kepada para lansia tentang posbindu sehingga lansia mengetahui
posbindu dan dapat berkunjung dan mendapatkan pelayanan kesehatan di
posbindu. Tenaga kesehatan yang dimaksudkan menurut Teori Green
(2005) adalah seperti perawat, dokter, bidan dan kader kesehatan.
129
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2017 sangat rendah yakni 19.6%.
2. Faktor predisposisi meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan, sikap antara lain sebagai berikut:
a. Sebagian besar lansia berumur 60-69 tahun 79.8%.
b. Lebih dari separuh lansia berjenis kelamin laki-laki 56.5%.
c. Lebih dari separuh lansia berpendidikan tinggi 52.4%.
d. Pengetahuan lansia sebagian besar rendah 63.7%.
e. Sikap lansia lebih besar dengan kategori baik 55.4%.
3. Faktor pemungkin meliputi ketersediaan sarana kesehatan, jarak rumah
dengan posbindu, pembinaan dari tenaga kesehatan antara lain sebagai
berikut:
a. Sebagian besar lansia menyatakan ketersediaan sarana kesehatan
tidak tersedia 64.3%.
b. Sebagian besar lansia memiliki jarak rumah dengan posbindu jauh
83.9%.
c. Lebih dari separuh lansia buruk dalam mendapatkan pembinaan
dari tenaga kesehatan 54.2%.
4. Faktor pendorong meliputi dukungan keluarga, tenaga kesehatan,
kader, teman antara lain sebagai berikut:
130
a. Sebagian besar lansia tidak mendapatkan dukungan keluarga
82.7%.
b. Lebih dari separuh lansia tidak mendapatkan dukungan tenaga
kesehatan 63.7%.
c. Lebih dari separuh lansia tidak mendapatkan dukungan kader
63.7%.
d. Sebagian besar lansia tidak mendapatkan dukungan teman 74.4%.
2. Hubungan faktor predisposisi (umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan, sikap) dengan kunjungan posbindu pada lansia adalah
sebagai berikut:
a. Tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan dengan
kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2017
b. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kunjungan
posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017
c. Pengetahuan merupakan variabel yang paling dominan dari faktor
predisposisi
3. Hubungan faktor pemungkin (ketersediaan sarana kesehatan, jarak
rumah dengan posbindu, pembinaan dari tenaga kesehatan) dengan
kunjungan posbindu pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Ada hubungan antara ketersediaan sarana kesehatan, jarak rumah
dengan posbindu, dan pembinaan dari tenaga kesehatan dengan
131
kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2017
b. Ketersediaan sarana kesehatan merupakan variabel yang paling
dominan dari faktor pemungkin
4. Hubungan faktor pendorong (dukungan keluarga, tenaga kesehatan,
kader. teman) dengan kunjungan posbindu pada lansia adalah sebagai
berikut:
a. Ada hubungan antara dukungan keluarga, tenaga kesehatan, kader
dan teman dengan kunjungan posbindu pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2017
b. Dukungan tenaga kesehatan dan kader merupakan variabel yang
paling dominan dari faktor pendorong
7.2. Saran
7.2.1. Bagi Puskesmas Ciputat
a. Sebagai masukan untuk Puskesmas Ciputat khususnya
penambahan Posbindu lagi dikarenakan masih kurangnya
jumlah posbindu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat karena belum sesuai dengan jumlah sasaran lansia dan
kebutuhan di lapangan. Penambahan Posbindu tersebut bisa
dengan cara Kepala Puskesmas berkoordinasi dengan
pemegang program untuk menanyakan atau mencari tahu RW
mana saja yang sudah memenuhi persyaratan untuk
mendirikan Posbindu kemudian Kepala Puskesmas meminta
Kepala Tata Usaha untuk membuat surat pemberitahuan
132
kepada RW tersebut untuk membuat pengajuan berupa
proposal ke Puskesmas terkait pembuatan Posbindu baru.
Kemudian dalam dalam hal penambahan sarana prasarana
khususnya meja dan kursi dapat diajukan melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah yang ada di Puskesmas Ciputat
untuk upaya kelengkapan sarana prasarana tersebut.
b. Sebagai masukan Puskesmas Ciputat dalam hal penambahan
keterampilan dan pengetahuan untuk kader khususnya terkait
komunikasi efektif dan konseling bagi kader dalam
menghadapi lansia.
c. Sebagai masukan Puskesmas Ciputat dalam hal promosi
khususnya peningkatan pengetahuan tentang posbindu dan
keberadaan posbindu lebih luas kepada para lansia di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat.
7.2.2. Bagi Masyarakat
a. Diharapkan kepada seluruh masyarakat terutama anggota
keluarga dari lansia agar lebih mendukung lagi lansia untuk
berkunjung dan mendapatkan pelayanan kesehatan di posbindu
lansia. Sehingga semakin banyak lansia yang berkunjung ke
posbindu.
b. Diharapkan bagi teman lansia agar lebih mengajak dan
mendorong teman sesama lansia lainnya untuk ikut serta dalam
berkunjung ke posbindu lansia dikarenakan teman merupakan
orang yang dekat juga dengan lansia selain keluarga.
133
7.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan peneliti,
maka disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih
meneliti lagi terkait alasan-alasan dari masih banyaknya lansia
yang tidak berkunjung ke posbindu lansia dan meneliti terkait
faktor yang paling dominan dengan kunjungan posbindu lansia.
134
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Eristida NK. 2010. Analisis Pemanfaatan Posyandu Lansia pada Pra
Lansia dan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Rebo Jakarta
Timur Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Andersen, R. 1968. Behavior Model for Families Use Of Health Services,
Research series 25. University Of Chicago. USA.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1070277/pdf/hsresearch00
027-0142.pdf . Diakses pada tanggal 08 November 2017
Ariawan Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan. FKM UI
Ariyani, Tri. 2011. Identifikasi faktor perilaku dalam pemanfaatan Posyandu
lansia di Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta
tahun 2011. Skripsi. FKM UI, Depok
Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya Edisi ke 2.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan. 2016. Kecamatan Ciputat
Timur dalam Angka. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan
____________________________________________. 2016. Kota Tangerang
Selatan dalam Angka. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang
Selatan
135
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten. 2016. Provinsi Banten dalam
Angka. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten
Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum dan Humas BPKP.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 Tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
Diakses dari www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/61/968.bpkp pada
tanggal 20 November 2016
Biro Pusat Statistik 1990. Sensus Penduduk Indonesia. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di
Kelompok Usia Lanjut. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
______________________. 2005. Panduan Pelatihan Kader Posyandu. Jakarta:
Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
______________________. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia
Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Bina Kesehatan Mayarakat Departemen
Kesehatan
______________________. 2006. Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
______________________. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Bakti Husada
Eka, Dewi. 2012. Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu oleh Lanjut Usia di
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun 2012 dan Faktor yang
136
Berhubungan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Effendi, F., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga
Fitriasih, Nina. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Semuli Raya Kabupaten Lampung Utara tahun 2010. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Friedman & Marilyn. 2008. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek (Edisi. 3).
Jakarta: EGC
Gunarsah SD, Gunarsa YSD. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan
Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia
Hardywinoto, Setiabudhi. 2007. Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama
Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh
Timur. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan
Hidayati, Nurul. 2010. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Partisipasi Ibu
Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010. Skripsi. Prodi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia. 1998. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia. Diakses dari
137
http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/45/438.bpkp. Pada tanggal 20
November 2016
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Diakses dari
http://binfar.kemkes.go.id/2009/02/undang-undang-nomor-36-tahun-2009-
tentang-kesehatan/#.WG5yKDWi980. Pada tanggal 05 Januari 2017
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Komunitas
____________. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
____________. 2014. Profil Kesehatan 2014. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Khomsan, Ali dkk. 2007. Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan,
Cakupan, Keefektifan dan Dampak Terhadap Status Gizi. Departemen
Gizi Masyarakat. IPB
Lawrence W. Green, dkk. 1980. Health Education Planning A Diagnostic
Approach. California: Mayfield Publishing Company
_______________________. 2005. Health Program Planning an Educational
and Ecological Approach. New York: McGraw-Hill Companies
Lestari, Arum. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan di Posbindu Pra Lansia dan Lansia di Wilayah
Binaan Puskesmas Kemiri Muka. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
138
Ningsih Rena. 2008. Analisis Perilaku Sadar Gizi Serta Hubungannya dengan
Konsumsi Pangan dan Status Gizi Balita Di Desa Babakan Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor. Skripsi. Prodi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga IPB. Bogor
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:
Rhinek Cipta
_____________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rhineka Cipta
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Pallant, Jullie. 2005. SPSS Survival Manual: A Step Guide To Data Analysis
Using SPSS. Sydney: Ligare
Permenkes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas. Diakses dari
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20141210110659.PMK_No_75_Th_2014
_ttg_Puskesmas.pdf. Pada tanggal 03 Januari 2018.
Purnawati, Nina. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia
dalam Kegiatan Posyandu di Desa Plumbon Kecamatan Mojolaban
Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Purwadi, Hendri, dkk. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
vol. 1, No. 3 tahun 2013.
139
Putra, Deri. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sikapak Kota Pariaman. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Rosyid, Fahrun, Uliyah, Musrifatul, Hasanah, & Uswatun. 2009. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di RW. VII
Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Surabaya. Journal From
UM Surabaya. Vol. 5 No. 1 Februari 2010
Sabri Luknis, dkk. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindi Persada
Sapta Aryantiningsih, Dwi. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Posyandu Lansia di Kota Pekanbaru. Jurnal An-Nadaa vol.
1, No. 2, Desember 2014.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan
Bintang
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC
Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Sulistyorini. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika
Susanti, Nurvi dan Mitra. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia. Jurnal Kesehatan Komunitas
vol. 1, No. 3, November 2011
Sutanto, Andina Vita. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Program Pos Pembinaan Terpadu pada Lansia di Wilayah
140
Binaan Puskesmas Pancoran mas Depok Tahun 2006. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Wahono Hesthi. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Gantungan Makamhaji. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
WHO. 2014. Ageing Well, Must Be a Global Priority. Diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2014/lancet-ageing-
series/en/ pada tanggal 20 November 2016
Widiastuti, Atin. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisippasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubung Kabupaten Grobogan Tahun 2006. Skripsi. Jurusan ilmu
kesehatan masyarakat Universitas Negeri Semarang
Yuniati, Faiza dan Yustina Dewi. 2012. Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia.
Jurnal MKM.
Zakir, Mardiana. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia Kencana. Jurnal Keperawatan vol. X, No. 1, April 2014.
Zarniyeti,. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia oleh Lanjut Usia (> 60 tahun) di Wilayah Kota
Pariaman Sumatera Barat Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Saya Desy Nur Wahyuni mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
kunjungan pos pembinaan terpadu (posbindu) di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2017.
Peneliti menjamin penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang
berdampak negatif terhadap para lansia maupun lingkungannya. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Peneliti sangat mengharapkan partisipasi Ibu atau Bapak dalam penelitian ini dengan
menjawab pertanyaan dengan lengkap dan jujur.
Lembar Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Alamat :
Telp/ HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kunjungan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2017” maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan
menyatakan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian tersebut
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa jawaban yang saya
berikan diisi secara jujur dan tanpa paksaan.
Jakarta, 2017
( )
KUESIONER
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2017
A. Identitas Responden Kode
1. 1. No. Responden :
2. 2. Nama responden :
3. 3. Jenis Kelamin : 0: Perempuan 1: Laki-laki
4. Umur : ……. Tahun
5. 4. Pendidikan terakhir :
5. 1)Tidak Sekolah
2)SD/MI
3)SMP/MTS
4)SMA/SMK/MA
5)Perguruan Tinggi
6)Akademi
B. Kunjungan Posbindu Lansia Kode
1. 1. Apakah Ibu/Bapak pernah hadir di Posbindu lansia dalam 1 tahun terakhir?
1) Iya, selalu
2) Kadang-kadang
3) Tidak langsung ke pertanyaan nomor C1
2. 2. Berapa kali dalam 3 bulan terkahir Ibu/Bapak datang ke Posbindu lansia?
1) 3 kali
2) 2 kali
3) 1 kali
Tidak pernah langsung ke pertanyaan nomor C1
3. 3. Apa saja yang anda dapatkan selama mengikuti Posbindu lansia? (berikan tanda centang pada
kolom jawaban yang anda pilih)
Pelayanan Kesehatan Iya Tidak
1. Mendapatkan pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (seperti
makan/minum, berjalan, mandi, dsb) ….. …..
2. Mendapatkan pengukuran berat badan ….. …..
3. Mendapatkan pengukuran tinggi badan ….. …..
4. Mendapatkan pemeriksaan tekanan darah ….. …..
5. Mendapatkan Pengobatan bagi yang sakit ….. …..
6. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan gula darah ….. …..
7. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan asam urat ….. …..
8. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan kolesterol ….. …..
9. Mendapatkan penyuluhan tentang upaya pencegahan terhadap
penyakit ….. …..
10. Pemberian makanan tambahan ….. …..
11. Rujukan ….. …..
C. Pengetahuan Lansia
1. 1. Apakah ditempat Ibu/ Bapak tinggal ada Posbindu lansia?
1) Ya 2) Tidak
2. 2. Menurut Ibu/Bapak apakah tujuan khusus dibentuknya Posbindu?
1) Meningkatkan Kesehatan Lansia
2) Meningkatkan Kesehatan Balita
3) Tidak tahu
3. 3. Kapan Posbindu lansia dilingkungan Ibu/ Bapak dilaksanakan?
1) Setiap bulan sekali
2) Setiap 3 bulan sekali
3) Setiap 2 minggu sekali
4) Tidak tahu
4. 4. Siapa sajakah yang boleh datang ke Posbindu lansia?
1) Orang yang berusia 45 tahun ke atas
2) Orang yang berusia 60 tahun ke atas
3) Orang yang berusia (45-59 th) dan (60 th ke atas) yang sakit saja
4) Orang yang berusia (45-59 th) dan (60 th ke atas) yang sehat maupun yang sakit
5) Tidak tahu
5. 5. Apakah bapak/ibu tahu kegiatan-kegiatan di Posbindu lansia?
1) Ya
2) Tidak langsung ke pertanyaan D
Jika tahu, apa saja kegiatan di Posbindu Lansia (jawaban bisa lebih dari 1 dengan memberi
centang pada jawaban yang dipilih)
Kegiatan Ada Tidak Ada
Penimbangan berat badan ….. …..
Pengukuran tinggi badan ….. ……
Pemeriksaan tekanan darah ….. …..
Pemeriksaan Aktivitas sehari-hari (makan, olahraga, dsb) ….. …..
Penyuluhan kesehatan ….. …..
Pengobatan bagi yang sakit ….. …..
Pemeriksaan laboratorium sederhana gula darah ….. …..
Pemeriksaan laboratorium sederhana kolesterol ….. …..
Pemeriksaan laboratorium sederhana asam urat ….. …..
Pemberian makanan tambahan (PMT) ….. …..
Senam Lansia ….. …..
Rujukan ….. …..
D. Sikap
1. Menurut Ibu/Bapak, apakah adanya Posbindu bermanfaat bagi Ibu/Bapak?
1) Sangat bermanfaat (3)
2) Cukup bermanfaat (2)
3) Kurang bermanfaat (1)
2. Apabila ada tetangga Ibu/Bapak yang sudah lanjut usia merencanakan untuk memeriksakan dan
mengontrol kesehatannya setiap bulan di Posbindu bagaimana pendapat Ibu/Bapak?
1) Ragu (2)
2) Setuju (3)
3) Tidak setuju (1)
3. Apabila ada tetangga Ibu/Bapak yang sudah lanjut usia menolak ajakan/anjuran kader untuk
memeriksakan dan mengontrol kesehatannya di Posbindu bagaimana pendapat Ibu/Bapak?
1) Setuju (1)
2) Ragu (2)
3) Tidak Setuju (3)
4. Bila ada tetangga Ibu/Bapak yang sudah lanjut usia mengatakan bahwa tanpa memeriksakan dan
mengontrol kesehatan ke Posbindu akan tetap tahu kondisi kesehatan sendiri. Bagaimana
pendapat Ibu?
1) Setuju (1)
2) Ragu (2)
3) Tidak Setuju (3)
E. Ketersediaan Sarana Kesehatan
1. 1. Menurut Ibu/Bapak apakah Posbindu yang anda ikuti sudah dilaksanakan di tempat yang layak?
1) Ya 2) Tidak 3) Tidak Tahu langsung ke pertanyaan F
2. Apakah di Posbindu Ibu/Bapak sudah memiliki meja dan kursi yang memadai?
1) Ya 2) Belum
3. Apakah Ibu/Bapak memiliki KMS yang diberikan Posbindu?
1) Ya 2) Tidak
4. Apakah di Posbindu Ibu/Bapak sudah tersedia alat kesehatan yang dibutuhkan untuk kegiatan
Posbindu Lansia? (jawaban boleh lebih dari satu)
Ya Tidak
1) Timbangan Berat Badan ….. …..
2) Pengukuran Tinggi Badan ….. …..
3) Stetoskop (alat untuk cek tekanan darah) ….. …..
4) Tensimeter (alat untuk mengukur suhu tubuh) ….. …..
F. Jarak
1. 1. Apakah Ibu/Bapak tahu kira-kira berapa meter jarak rumah Ibu/Bapak ke Posbindu Lansia?
1) Ya, tahu 2) Tidak tahu langsung ke pertanyaan G
2. 2. Berapa meter jaraknya?
3. …………meter/……….km
3. 4. Dengan cara apa Ibu/Bapak datang ke lokasi Posbindu Lansia?
1) Berjalan kaki
2) Sepeda onthel
3) Sepeda motor
4) Mobil pribadi
5) Kendaraan umum (angkot, becak, ojek)
4. 5. Apakah jarak menjadi hambatan bagi Ibu/Bapak untuk pergi ke Posbindu Lansia?
1) Ya, sering
2) Kadang-kadang
3) Tidak langsung ke pertanyaan G
5. 6. Jika Ya apa alasannya? (jawaban boleh lebih dari satu)
Ya Tidak
Mudah capek ….. …..
Perlu biaya ….. …..
Tidak ada yang mengantar ….. …..
Keterbatasan gerak ….. …..
G. Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
1. 7. Apakah tenaga kesehatan dari Puskesmas mengajak Anda untuk datang ke Posbindu lansia?
8. 1) Ya 2) Tidak
2. 9. Apakah tenaga kesehatan dari Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada Anda saat
Posbindu?
10. 1) Ya 2) Tidak
3. 11. Apakah tenaga kesehatan dari Puskesmas menjelaskan pengertian kegiatan serta manfaat
Posbindu bagi lansia?
12. 1) Ya 2) Tidak
H. Dukungan Keluarga
1. 13. Apakah pihak keluarga yang mendukung Ibu/Bapak untuk ke Posbindu lansia?
14. Ada 2) Tidak ada langsung ke pertanyaan I
2. 1. Jika ada siapa? (jawaban boleh lebih dari satu)
Ya Tidak
1) Pasangan (suami/istri) ….. …..
2) Anak/menantu ….. …..
3) Cucu ….. …..
4) Lain-lain, Sebutkan ………………… ….. …..
3. 15. Dukungannya berupa apa? (jawaban boleh lebih dari satu)
Ya Tidak
1) Diantar ke Posbindu ….. …..
2) Menemani di tempat kegiatan Posbindu
3) Diberi uang untuk datang ke Posbindu ….. …..
4) Diingatkan untuk datang ke Posbindu
5) Lain-lain, Sebutkan ………………… ….. …..
I. Dukungan Petugas Kesehatan
1. 1. Apakah petugas kesehatan hadir dalam kegiatan Posbindu lansia (dalam kegiatan posbindu 3
bulan terakhir)?
1) 1) Ya, selalu hadir
2) 2) Kadang-kadang
3) 3) Tidak pernah langsung ke pertanyaan J
4) 4) Tidak Tahu langsung ke pertanyaan J
2. 16. Apakah Ibu/Bapak mendapatkan motivasi dari petugas kesehatan untuk memeriksakan kesehatan
ke Posbindu lansia?
17. 1) Ya 2) Tidak
3. 18. Apakah Ibu/Bapak pernah disarankan oleh petugas kesehatan untuk selalu datang ke Posbindu
lansia setiap bulannya?
1) Ya 2) Tidak
4. 2. Apakah petugas kesehatan pernah memberikan informasi tentang adanya kegiatan Posbindu
lansia pada Ibu/Bapak?
1) Ya 2) Tidak
J. Dukungan Kader
1. 1. Biasanya berapa orang kader yang hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan pobindu lansia?
1) …………. Orang
2) Tidak Tahu
2. 2. Apakah Ibu/Bapak mendapatkan motivasi dari kader untuk datang ke Posbindu lansia?
1) Ya 2) Tidak
3. 3. Apakah Ibu/Bapak pernah disarankan oleh kader untuk selalu datang ke Posbindu lansia setiap
bulannya?
1) Ya 2) Tidak
4. 4. Apakah kader pernah memberikan informasi tentang adanya kegiatan Posbindu lansia pada
Ibu/Bapak?
1) Ya 2) Tidak
5. 5. Apakah kader pernah memberikan informasi terkait manfaat dari kegiatan Posbindu lansia pada
Ibu/Bapak?
1) Ya 2) Tidak
K. Dukungan Teman
1. 6. Apakah teman/tetangga Ibu/Bapak mengajak Ibu/Bapak ke Posbindu lansia?
1) Ya 2) Tidak
2. 1. Apakah teman/tetangga Ibu/Bapak mengingatkan Ibu/Bapak pada saat ada kegiatan Posbindu?
1) Ya 2) Tidak
3. Apakah teman/tetangga Ibu/Bapak memberikan informasi setiap akan dilaksanakan kegiatan
Posbindu?
1) Ya 2) Tidak
4. Apakah teman/tetangga Ibu/Bapak menjelaskan manfaat dari kegiatan Posbindu lansia?
1) Ya 2) Tidak
Lampiran 2
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.952 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Apakah Ibu/Bapak pernah
hadir di Posbindu lansia
dalam 1 tahun terakhir
2.97 17.432 .940 .942
Berapa kali dalam 3 bulan
terkahir Ibu/Bapak datang
ke Posbindu lansia
2.74 14.865 .914 .961
Mendapatkan pemeriksaan
aktifitas kegiatan sehari-hari
(seperti makan/minum,
berjalan, mandi, dsb)
3.13 19.649 .968 .942
Mendapatkan pengukuran
berat badan 3.13 19.649 .968 .942
Mendapatkan pengukuran
tinggi badan 3.13 19.649 .968 .942
Mendapatkan pemeriksaan
tekanan darah 3.13 19.649 .968 .942
Mendapatkan pengobatan
bagi yang sakit 3.13 19.649 .968 .942
Mendapatkan pemeriksaan
kesehatan gula darah 3.32 21.559 .679 .953
Mendapatkan pemeriksaan
kesehatan asam urat 3.35 22.103 .574 .956
Mendapatkan pemeriksaan
kesehatan kolesterol 3.32 21.692 .639 .954
Mendapatkan penyuluhan
tentang upaya pencegahan
terhadap penyakit
3.13 19.649 .968 .942
Pemberian makanan
tambahan 3.13 19.649 .968 .942
Rujukan 3.13 19.649 .968 .942
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.976 17
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Apakah ditempat Ibu/ Bapak
tinggal ada Posbindu lansia 4.35 33.570 .950 .973
Menurut Ibu/Bapak Apakah
tujuan Posbindu? 4.35 33.570 .950 .973
Kapan Posbindu lansia
dilingkungan Ibu/ Bapak
dilaksanakan
4.35 33.570 .950 .973
Siapa sajakah yang boleh
datang ke Posbindu lansia 4.61 37.778 .327 .980
Apakah bapak/ibu tahu
kegiatan-kegiatan di
Posbindu lansia
4.39 33.445 .992 .973
Penimbangan berat badan 4.39 33.445 .992 .973
Pengukuran tinggi badan 4.39 33.445 .992 .973
Pemeriksaan tekanan darah 4.39 33.445 .992 .973
Pemeriksaan Aktivitas
sehari-hari (makan,
olahraga, dsb)
4.74 39.265 .000 .980
Penyuluhan kesehatan 4.39 33.445 .992 .973
Pengobatan bagi yang sakit 4.39 33.445 .992 .973
Pemeriksaan laboratorium
sederhana gula darah 4.39 33.445 .992 .973
Pemeriksaan laboratorium
sederhana kolesterol 4.39 33.445 .992 .973
Pemeriksaan laboratorium
sederhana asam urat 4.39 33.445 .992 .973
Pemberian makanan
tambahan (PMT) 4.48 34.858 .801 .975
Senam Lansia 4.74 39.265 .000 .980
Rujukan 4.74 39.265 .000 .980
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.837 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
apakah adanya posbindu
bermanfaat bagi bapak/ibu 7.29 2.813 .532 .853
Apabila ada tetangga
Ibu/Bapak yang sudah lanjut
usia merencanakan untuk
memeriksakan dan
mengontrol kesehatannya
setiap bulan di Posbindu
bagaimana pendapat
Ibu/Bapak
7.58 2.318 .720 .778
Apabila ada tetangga
Ibu/Bapak yang sudah lanjut
usia menolak
ajakan/anjuran kader untuk
memeriksakan dan
mengontrol kesehatannya di
Posbindu bagaimana
pendapat Ibu/Bapak?
7.74 1.931 .720 .772
Bila ada tetangga Ibu/Bapak
yang sudah lanjut usia
mengatakan bahwa tanpa
memeriksakan dan
mengontrol kesehatan ke
Posbindu akan tetap tahu
kondisi kesehatan sendiri.
Bagaimana pendapat Ibu?
7.68 1.692 .790 .741
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.981 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Menurut Ibu/Bapak apakah
Posbindu yang anda ikuti
sudah dilaksanakan di
tempat yang layak
1.90 6.890 .994 .974
Apakah di Posbindu
Ibu/Bapak sudah memiliki
meja dan kursi yang
memadai
2.13 8.516 .519 1.000
Apakah Bapak/Ibu memiliki
KMS yang diberikan oleh
Posbindu?
1.90 6.890 .994 .974
Timbangan Berat Badan 1.90 6.890 .994 .974
Pengukuran Tinggi Badan 1.90 6.890 .994 .974
Stetoskop (alat untuk cek
tekanan darah) 1.90 6.890 .994 .974
Tensimeter (alat untuk
mengukur suhu tubuh) 1.90 6.890 .994 .974
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.700 8
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Kira-kira berapa meter jarak
rumah Ibu/Bapak ke
Posbindu Lansia
3.13 16.464 -.962 .832
Jarak 4.73 12.823 .000 .714
Dengan cara apa Ibu/Bapak
datang ke lokasi Posbindu
Lansia
3.73 5.582 .834 .517
Apakah jarak menjadi
hambatan bagi Ibu/Bapak
untuk pergi ke Posbindu
Lansia
3.67 5.264 .833 .522
Mudah capek 4.50 10.466 .781 .633
Perlu biaya 4.43 10.323 .762 .629
Tidak ada yang mengantar 4.53 10.878 .663 .651
Keterbatasan gerak 4.40 10.110 .814 .619
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.956 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Apakah tenaga kesehatan
dari Puskesmas mengajak
Anda untuk datang ke
Posbindu lansia
.81 .895 .955 .899
Apakah tenaga kesehatan
dari Puskesmas
memberikan pelayanan
kesehatan kepada Anda
saat Posbindu
.90 1.024 .817 1.000
Apakah tenaga kesehatan
dari Puskesmas
menjelaskan pengertian
kegiatan serta manfaat
Posbindu bagi lansia
.81 .895 .955 .899
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.910 8
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Apakah pihak keluarga yang
mendukung Ibu/Bapak
untuk ke Posbindu lansia
1.74 16.331 -.999 .981
Pasangan (suami/istri) 3.26 8.531 .998 .869
Anak/menantu 3.42 10.852 .999 .887
Cucu 3.26 8.531 .998 .869
Diantar ke Posbindu 3.32 9.492 .916 .879
ditmani di tempat kegiatan
posbindu 3.35 9.903 .917 .881
diberi uang 3.35 9.903 .917 .881
diingatkan untuk datang ke
posbindu 3.35 9.903 .917 .881
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.994 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Apakah petugas kesehatan
hadir dalam kegiatan
Posbindu lansia
1.42 3.785 .930 1.000
Apakah Ibu/Bapak
mendapatkan motivasi dari
petugas kesehatan untuk
memeriksakan kesehatan
ke Posbindu lansia
1.39 3.645 .996 .991
Apakah Ibu/Bapak pernah
disarankan oleh petugas
kesehatan untuk selalu
datang ke Posbindu lansia
setiap bulannya
1.39 3.645 .996 .991
Apakah petugas kesehatan
pernah memberikan
informasi tentang adanya
kegiatan Posbindu lansia
pada Ibu/Bapak
1.39 3.645 .996 .991
Apakah petugas kesehatan
pernah memberikan
informasi terkait manfaat
dari kegiatan Posbindu
lansia
1.39 3.645 .996 .991
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.926 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Biasanya berapa orang
kader yang hadir dalam
setiap pelaksanaan kegiatan
pobindu lansia
1.35 3.570 .000 .988
Apakah Ibu/Bapak
mendapatkan motivasi dari
kader untuk datang ke
Posbindu lansia
1.03 2.032 .968 .875
Apakah Ibu/Bapak pernah
disarankan oleh kader untuk
selalu datang ke Posbindu
lansia setiap bulannya
1.00 2.000 .969 .875
Apakah kader pernah
memberikan informasi
tentang adanya kegiatan
Posbindu lansia pada
Ibu/Bapak
1.00 2.000 .969 .875
Apakah kader pernah
memberikan informasi
terkait manfaat dari kegiatan
Posbindu lansia pada
Ibu/Bapak
1.03 2.032 .968 .875
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.985 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Apakah teman/tetangga
Ibu/Bapak mengajak
Ibu/Bapak ke Posbindu
lansia
.71 1.613 .963 .980
Apakah teman/tetangga
Ibu/Bapak mengingatkan
Ibu/Bapak pada saat ada
kegiatan Posbindu
.74 1.665 .961 .981
Apakah teman/tetangga
Ibu/Bapak memberikan
informasi setiap akan
dilaksanakan kegiatan
Posbindu
.71 1.613 .963 .980
Apakah teman/tetangga
Ibu/Bapak menjelaskan
manfaat dari kegiatan
Posbindu lansia
.74 1.665 .961 .981
Lampiran 3
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kat_kunjungan .493 168 .000 .486 168 .000
kat_umur .490 168 .000 .492 168 .000
Jenis Kelamin .374 168 .000 .630 168 .000
Pendidikan Terakhir .353 168 .000 .636 168 .000
kat_pengetahuan .411 168 .000 .609 168 .000
kategori_sikap .368 168 .000 .632 168 .000
kat_saranakes .414 168 .000 .606 168 .000
kat_jarak .396 168 .000 .619 168 .000
kat_pembinaan_nakes .362 168 .000 .634 168 .000
kat_dukkeluarga .503 168 .000 .457 168 .000
kat_nakes .411 168 .000 .609 168 .000
kat_dukungan_kader .411 168 .000 .609 168 .000
kat_dukungan_teman .465 168 .000 .543 168 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
kat_kunjungan Mean .1964 .03074
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .1357
Upper Bound .2571
5% Trimmed Mean .1627
Median .0000
Variance .159
Std. Deviation .39848
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness 1.542 .187
Kurtosis .382 .373
kat_umur Mean .2024 .03109
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .1410
Upper Bound .2638
5% Trimmed Mean .1693
Median .0000
Variance .162
Std. Deviation .40298
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness 1.495 .187
Kurtosis .237 .373
Jenis Kelamin Mean .57 .038
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .49
Upper Bound .64
5% Trimmed Mean .57
Median 1.00
Variance .247
Std. Deviation .497
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -.267 .187
Kurtosis -1.952 .373
Pendidikan Terakhir Mean .52 .039
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .45
Upper Bound .60
5% Trimmed Mean .53
Median 1.00
Variance .251
Std. Deviation .501
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -.096 .187
Kurtosis -2.015 .373
kat_pengetahuan Mean .3631 .03721
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .2896
Upper Bound .4366
5% Trimmed Mean .3479
Median .0000
Variance .233
Std. Deviation .48233
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .575 .187
Kurtosis -1.690 .373
kategori_sikap Mean .5536 .03847
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .4776
Upper Bound .6295
5% Trimmed Mean .5595
Median 1.0000
Variance .249
Std. Deviation .49861
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.217 .187
Kurtosis -1.976 .373
kat_saranakes Mean .3571 .03708
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .2839
Upper Bound .4303
5% Trimmed Mean .3413
Median .0000
Variance .231
Std. Deviation .48059
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .602 .187
Kurtosis -1.658 .373
kat_jarak Mean .3929 .03779
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .3182
Upper Bound .4675
5% Trimmed Mean .3810
Median .0000
Variance .240
Std. Deviation .48985
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .443 .187
Kurtosis -1.826 .373
kat_pembinaan_nakes Mean .4583 .03856
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .3822
Upper Bound .5345
5% Trimmed Mean .4537
Median .0000
Variance .250
Std. Deviation .49975
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .169 .187
Kurtosis -1.995 .373
kat_dukkeluarga Mean .1726 .02924
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .1149
Upper Bound .2304
5% Trimmed Mean .1362
Median .0000
Variance .144
Std. Deviation .37905
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness 1.748 .187
Kurtosis 1.069 .373
kat_nakes Mean .3631 .03721
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .2896
Upper Bound .4366
5% Trimmed Mean .3479
Median .0000
Variance .233
Std. Deviation .48233
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .575 .187
Kurtosis -1.690 .373
kat_dukungan_kader Mean .3631 .03721
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .2896
Upper Bound .4366
5% Trimmed Mean .3479
Median .0000
Variance .233
Std. Deviation .48233
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .575 .187
Kurtosis -1.690 .373
kat_dukungan_teman Mean .2560 .03377
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .1893
Upper Bound .3226
5% Trimmed Mean .2288
Median .0000
Variance .192
Std. Deviation .43770
Minimum .00
Maximum 1.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness 1.129 .187
Kurtosis -.735 .373
Lampiran 4
UNIVARIAT
Statistics
Kategori Kunjungan Posbindu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak berkunjung 135 80.4 80.4 80.4
Berkunjung 33 19.6 19.6 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lansia 134 79.8 79.8 79.8
lansia resti 34 20.2 20.2 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perempuan 73 43.5 43.5 43.5
laki-laki 95 56.5 56.5 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 80 47.6 47.6 47.6
Tinggi 88 52.4 52.4 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 107 63.7 63.7 63.7
tinggi 61 36.3 36.3 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Sikap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak baik 75 44.6 44.6 44.6
Baik 93 55.4 55.4 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Ketersediaan Sarana Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak tersedia 108 64.3 64.3 64.3
Tersedia 60 35.7 35.7 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Jarak Rumah dengan Posbindu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dekat 27 16.1 16.1 16.1
Jauh 141 83.9 83.9 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid buruk 91 54.2 54.2 54.2
baik 77 45.8 45.8 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Dukungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak mendukung 139 82.7 82.7 82.7
mendukung 29 17.3 17.3 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Dukungan Tenaga Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak mendukung 107 63.7 63.7 63.7
mendukung 61 36.3 36.3 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Dukungan Kader
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak mendukung 107 63.7 63.7 63.7
mendukung 61 36.3 36.3 100.0
Total 168 100.0 100.0
Kategori Dukungan Teman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak mendukung 125 74.4 74.4 74.4
mendukung 43 25.6 25.6 100.0
Total 168 100.0 100.0
lampiran 5
BIVARIAT
Umur
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_umur * kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total
tidak
berkunjung Berkunjung
kat_umur Lansia Count 106 28 134
% within kat_umur 79.1% 20.9% 100.0%
lansia resti Count 29 5 34
% within kat_umur 85.3% 14.7% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within kat_umur 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .658a 1 .417
Continuity Correctionb .324 1 .569
Likelihood Ratio .695 1 .405
Fisher's Exact Test .479 .292
Linear-by-Linear Association .654 1 .419
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.68.
b. Computed only for a 2x2 table
Jenis Kelamin
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total
tidak
berkunjung Berkunjung
Jenis Kelamin perempuan Count 55 18 73
% within Jenis Kelamin 75.3% 24.7% 100.0%
laki-laki Count 80 15 95
% within Jenis Kelamin 84.2% 15.8% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within Jenis Kelamin 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.057a 1 .152
Continuity Correctionb 1.533 1 .216
Likelihood Ratio 2.040 1 .153
Fisher's Exact Test .173 .108
Linear-by-Linear Association 2.044 1 .153
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.34.
b. Computed only for a 2x2 table
Pendidikan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan Terakhir *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total
tidak
berkunjung Berkunjung
Pendidikan Terakhir Rendah Count 66 14 80
% within Pendidikan
Terakhir 82.5% 17.5% 100.0%
Tinggi Count 69 19 88
% within Pendidikan
Terakhir 78.4% 21.6% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within Pendidikan
Terakhir 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .444a 1 .505
Continuity Correctionb .223 1 .637
Likelihood Ratio .446 1 .504
Fisher's Exact Test .563 .319
Linear-by-Linear Association .442 1 .506
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.71.
b. Computed only for a 2x2 table
Pengetahuan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_pengetahuan *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total
tidak
berkunjung Berkunjung
kat_pengetahuan rendah Count 107 0 107
% within kat_pengetahuan 100.0% 0.0% 100.0%
tinggi Count 28 33 61
% within kat_pengetahuan 45.9% 54.1% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within kat_pengetahuan 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 72.035a 1 .000
Continuity Correctionb 68.648 1 .000
Likelihood Ratio 82.305 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 71.606 1 .000
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.98.
b. Computed only for a 2x2 table
Sikap
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori_sikap *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total
tidak
berkunjung Berkunjung
kategori_sikap tidak baik Count 75 0 75
% within kategori_sikap 100.0% 0.0% 100.0%
baik Count 60 33 93
% within kategori_sikap 64.5% 35.5% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within kategori_sikap 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 33.118a 1 .000
Continuity Correctionb 30.908 1 .000
Likelihood Ratio 45.486 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 32.921 1 .000
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.73.
b. Computed only for a 2x2 table
Ketersediaan Sarana Kesehatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_saranakes *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total
tidak
berkunjung Berkunjung
kat_saranakes tidak tersedia Count 108 0 108
% within kat_saranakes 100.0% 0.0% 100.0%
tersedia Count 27 33 60
% within kat_saranakes 45.0% 55.0% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within kat_saranakes 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 73.920a 1 .000
Continuity Correctionb 70.477 1 .000
Likelihood Ratio 83.882 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 73.480 1 .000
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.79.
b. Computed only for a 2x2 table
Jarak Rumah dengan Posbindu
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_jarak * kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total
tidak
berkunjung Berkunjung
kat_jarak Dekat Count 17 10 27
% within kat_jarak 63.0% 37.0% 100.0%
Jauh Count 118 23 141
% within kat_jarak 83.7% 16.3% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within kat_jarak 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.166a 1 .013
Continuity Correctionb 4.923 1 .026
Likelihood Ratio 5.428 1 .020
Fisher's Exact Test .019 .017
Linear-by-Linear Association 6.130 1 .013
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.30.
b. Computed only for a 2x2 table
Pembinaan dari Tenaga Kesehatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_pembinaan_nakes *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total tidak bekunjung Berkunjung
kat_pembinaan_nakes buruk Count 91 0 91
% within
kat_pembinaan_nakes 100.0% 0.0% 100.0%
baik Count 44 33 77
% within
kat_pembinaan_nakes 57.1% 42.9% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within
kat_pembinaan_nakes 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 48.533a 1 .000
Continuity Correctionb 45.856 1 .000
Likelihood Ratio 61.290 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 48.244 1 .000
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.13.
b. Computed only for a 2x2 table
Dukungan Keluarga
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_dukkeluarga *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total tidak kunjungan Kunjungan
kat_dukkeluarga tidak mendukung Count 117 22 139
% within kat_dukkeluarga 84.2% 15.8% 100.0%
mendukung Count 18 11 29
% within kat_dukkeluarga 62.1% 37.9% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within kat_dukkeluarga 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.427a 1 .006
Continuity Correctionb 6.093 1 .014
Likelihood Ratio 6.533 1 .011
Fisher's Exact Test .010 .009
Linear-by-Linear Association 7.383 1 .007
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.70.
b. Computed only for a 2x2 table
Dukungan Tenaga Kesehatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_pembinaan_nakes *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total
tidak
berkunjung Berkunjung
kat_pembinaan_nakes buruk Count 91 0 91
% within
kat_pembinaan_nakes 100.0% 0.0% 100.0%
baik Count 44 33 77
% within
kat_pembinaan_nakes 57.1% 42.9% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within
kat_pembinaan_nakes 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 48.533a 1 .000
Continuity Correctionb 45.856 1 .000
Likelihood Ratio 61.290 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 48.244 1 .000
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.13.
b. Computed only for a 2x2 table
Dukungan Kader
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_dukungan_kader *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total tidak berkunjung Berkunjung
kat_dukungan_kader tidak mendukung Count 102 5 107
% within
kat_dukungan_kader 95.3% 4.7% 100.0%
mendukung Count 33 28 61
% within
kat_dukungan_kader 54.1% 45.9% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within
kat_dukungan_kader 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 41.838a 1 .000
Continuity Correctionb 39.267 1 .000
Likelihood Ratio 41.908 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 41.589 1 .000
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.98.
b. Computed only for a 2x2 table
Dukungan Teman
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_dukungan_teman *
kat_kunjungan 168 100.0% 0 0.0% 168 100.0%
Crosstab
kat_kunjungan
Total tidak berkunjung Berkunjung
kat_dukungan_teman tidak mendukung Count 114 11 125
% within
kat_dukungan_teman 91.2% 8.8% 100.0%
mendukung Count 21 22 43
% within
kat_dukungan_teman 48.8% 51.2% 100.0%
Total Count 135 33 168
% within
kat_dukungan_teman 80.4% 19.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 36.376a 1 .000
Continuity Correctionb 33.741 1 .000
Likelihood Ratio 32.399 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 36.159 1 .000
N of Valid Cases 168
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.45.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 6
Transkrip Wawancara
Pewawancara: Assalamu’alaikum bu..
Pemengang Program Lansia: wa’alaikum salam Desy..
Pemengang Program Lansia: ada apa Desy?
Pewawancara: Jadi begini bu, sebelumnya saya boleh minta waktu Bu Ira
sebentar? Saya mau menanyakan beberapa hal terkait posbindu bu..
Pemengang Program Lansia: oalaah.. iya Desy tanya aja, apa yang mau
ditanyakan?
Pewawancara: langsung saja ya bu.. hmm.. Ibu kan selaku pemegang program
lansia, saya mau tanya terkait bagaimana strategi promosi dari puskesmas untuk
mengenalkan posbindu ke sasaran/lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat bu?
Pemengang Program Lansia: kalau soal itu saya meminta bantuan ke kader
posbindu des, buat menginformasikan ke para lansia kalau ada posbindu nih..
kegiatan yang diadain puskesmas.. nah di posbindu bisa berobat bisa tau kondisi
kesehatan.. begitu dees…
Pewawancara: jadi begitu bu… kalau terkait penambahan posbindu sendiri
bagaimana bu upaya yang dilakukan oleh puskesmas soalnya kan jumlah
posbindu disini masih kurang kan bu..
Pemengang Program Lansia: kalau soal itu saya sebenernya sudah meminta
bantuan kader buat menginformasikan ke para ketua RW untuk mengajukan
adanya penambahan posbindu namun sampai saat ini belum ada yang mengajukan
adanya penambahan posbindu baru lagi sepertinya des..
Pewawancara: itu berarti pemberitahuannya secara lisan saja ya bu.. kalau secara
tertulis sendiri sudah ada nggak bu?
Pemengang Program Lansia: yang tertulis gimana nih?
Pewawancara: jadi ada semacam pemberitahuan tertulis gitu bu dari puskesmas
buat para ketua RW yang wilayahnya sudah mencukupi untuk pendirian posbindu
baru namun belum ada posbindu bu..
Pemengang Program Lansia: ooh.. kalo soal itu sih belum dees.. dari puskesmas
belum melakukan itu
Pewawancara: oke buu…kalau terkait promosi kesehatan tentang posbindu yang
dilakukan oleh tenaga kesehatannya sendiri secara langsung sudah ada atau belum
bu..
Pemengang Program Lansia: kalau soal itu hmm.. kegiatan promosi kesehatan
tentang posbindu dari tenaga kesehatan langsung ya… itu biasanya dilakukan saat
pelaksanaan posbindu des.. jadi misalnya penyuluhan gitu.. ngasih tau nih ke
lansia yang hadir kalau penting nih mengikuti kegiatan posbindu terus setiap
bulan biar lansia tau kondisi kesehatannya bagaimana kemudian kalau berobatpun
kan juga sudah bisa di posbindu tidak perlu antri di puskesmas lama kaan.. gitu
dees…
Pewawancara: terima kasih bu atas penjelasannya..
Pemengang Program Lansia: loh sudah des?
Pewawancara: iya sudah bu.. pertanyaannya segitu aja bu, lain kali kalau ada yang
ditanyakan lagi saya tanya lagi ke ibu..
Pemengang Program Lansia: iyaa.. tanya aja des.. tanya apa aja deeh
Pewawancara: hehehe.. oke bu,,. Sekali lagi terima kasih bu, Assalamu’alaikum
bu,..
Pemengang Program Lansia: wa’alaikum salam desy,.