FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS
KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CIBINONG TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
FITRIA ARYANI SUSANTI
NIM : 1110101000064
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN (FKIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN
KESEHATAN Skripsi, Juli 2014
FITRIA ARYANI SUSANTI, NIM : 1110101000064
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014 xix + 155 halaman + 28 tabel + 7 grafik
ABSTRAK
Ketatnya persaingan sumber daya manusia (SDM) khususnya perawat
dirasakan oleh rumah sakit. Setiap pekerjaan menuntut sumber daya manusia (SDM)
untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Pentingnya produktivitas kerja bagi perawat
adalah bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan secara terus menerus bagi seluruh
komponen rumah sakit, peningkatan mutu hasil kerja oleh rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan
dengan produktivitas kerja perawat pelaksana sebagai dasar dalam mengukur
persepsi perawat mengenai produktivitas kerja. Pengukuran dalam penelitian ini
terdiri dari 6 faktor dengan keseluruhan pertanyaan berjumlah 91 item. Ke-6 faktor
tersebut, antara lain : (1) motivasi ; (2) tingkat penghasilan ; (3) lingkungan kerja; (4)
kesempatan berprestasi ; (5) manajemen ; serta (6) status gizi. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampelnya berjumlah 59 perawat
pelaksana. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified
randomsampling.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perawat yang memiliki
produktivitas kerja kurang baik sebanyak 29 perawat (49%) dari 59 perawat.
Sedangkan perawat yang memiliki produktivitas kerja cukup baik sebanyak 30 orang
(51%) dari 59 perawat. Variabel yang berhubungan dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana adalah motivasi, kesempatan berprestasi dan manajemen.
Saran yang diberikan adalah mengadakan pelatihan internal dan kegiatan
curah pendapat, mengadakan perawat berprestasi, membuat form dan melakukan
evaluasi laporan kegiatan keperawatan. Kemudian disarankan bagi perawat pelaksana
adalah: mengisi form laporan kegiatan keperawatan, ikut aktif dalam pelatihan
internal dan mengikuti kegiatan curah pendapat. Kata Kunci :Produktivitas kerja, RSUD Cibinong. Daftar bacaan 67 (1985-2014)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
SPECIALIZATION OF HEALTH CARE MANAGEMENT
Undergraduate Thesis, Juli 2014
FITRIA ARYANI SUSANTI, NIM: 1110101000064 FACTORS RELATED TO THE LABOR PRODUCTIVITY OF NURSES IN
INPATIENT RSUD CIBINONG 2014
xix + 155 Pages + 28 table + 7 Graphic
ABSTRACT
Intense competition of human resources (HR) in particular is perceived by
hospital nurses. Each job requires human resources (HR) to improve the quality of his work. The importance of labor productivity for nurses is to evaluate candidates to perform continuous improvements to all components of hospital, improving the quality of the work by the hospital.
This study aims to determine the factors associated with work productivity nurses as a basis for measuring the perception of nurses regarding labor productivity. Measurements in this study consisted of 6 factors to the overall question amounted to 91 items. All 6 of these factors, among others: (1) motivation; (2) the level of income; (3) the work environment; (4) the opportunity of achievement; (5) management; and (6) nutritional status. This study is a descriptive study with a quantitative approach. The sample totaled 59 nurses. Sampling was done by stratified random sampling method.
Based on the research that has been done, the nurse who had unfavorable labor productivity by 29 nurses (49%) of 59 nurses. While nurses who have a fairly good job productivity by 30 people (51%) of 59 nurses. Variables associated with work productivity nurses are motivation, achievement and opportunity management.
The advice given is to conduct internal training and brainstorming activities, holding nurses excel, create forms and reports evaluating nursing activities. Then it is advisable for nurses is: fill out the form report nursing activities, actively participate in internal training and follow the brainstorming activity.
Keywords: labor productivity, hospitals Cibinong. Reading list of 67 (1985-2014)
iii
CURRICULUM VITAE Identitas Pribadi Nama : Fitria Aryani Susanti TTL : Jakarta, 11 April 1992 Alamat Asal :Komplek Depag blok F no 17 Rt 10/ Rw 15 Citayam, kec.
Bojong Gede kab. Bogor Alamat Sekarang :Komplek Depag blok F no 17 Rt 10/ Rw 15 Citayam, kec.
Bojong Gede kab. Bogor Agam : Islam Gol. Darah : - No. Telp : 081289616915 Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan 2000 - 2006 : SDN Pabuaran 03 Citayam 2006 - 2008 : SMP Bintara Depok 2008 - 2010 : SMA Bintara Depok 2010 – sekarang :S1 - Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Program
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pengalaman Organisasi 2006-2008 Anggota OSIS (Organisasi Intra Sekolah) SMP Bintara 2008- 2010 Anggota OSIS (Organisasi Intra Sekolah) SMA Bintara 2010-2011 Anggota PAMI (Persatuan Anggota Muda IAKMI) Jakarta 2011- sekarang Anggota HACAMSA (Himpunan Mahasiswa Manajemen
Pelayanan Kesehatan) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengalaman Kerja 2011 : Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas Pondok
Aren Tangerang Selatan
vi
Sebuah persembahan sederhana untuk Mimo dan Pipo yang
paling aku sayang bila cinta merupakan pembuktian,
barangkali tulisan ini adalah
bukti cinta yang terlalu biasa serta tak berharga apalagi sebanding
dengan berjuta cahaya dan kasih sayang yang mimo pipo hadirkan dalam hidupku.
Aku teramat beruntung memiliki mimo pipo..
vii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang telah memberikan berbagai
nikmat kepada kita semua. Shalawat beserta salam tak lupa selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad yang telah memberikan umat manusia pencarahan menuju agama
Allah, dengan memanjatkan rasa syukur atas segala nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Cibinong Tahun 2014”. Penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan kepada
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Febrianti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
3. Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM, selaku Pembimbing I Skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta motivasi, terima kasih atas setiap kebaikan serta
tuntunan yang telah diberikan.
4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA selaku Pembimbing II Skripsi yang telah
memberikan saran dan kemudahan dalam proses bimbingan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang sering
melibatkan penulis dalam kegiatan di kampus dan luar kampus, pengalaman yang
luar biasa bisa bekerjasama dan berinteraksi dengan bapak dan ibu semua.
viii
6. Pimpinan serta seluruh staff di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong, khususnya
dr. Grace dan jajarannya, terima kasih telah mau berbagi ilmu dan pengalaman
selama berinteraksi ketika penulis melakukan pengumpulan data.
7. Keluarga tercinta, khususnya mimo pipo tidak lupa adik tersayang ade bulet
(ikbal). Terima kasih atas doa, perhatian, serta kasih sayang yang luar biasa.
8. Teman luar biasa yang selalu ada disetiap suka dan duka, aldino febrian pratama.
Terima kasih sudah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan, Ana, Ayu, Fitri, Zata, Wiwid dan Febri. Terima
kasih atas semangatnya.
10. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2010 khususnya
MPK 2010 Angga, Anin, Bayti, Billa, Eno, Endah, Eliza, Fika, Furin, Ilma,Isni,
Mawar, Nia, Nina, Tata,dan Ucup. Terima kasih atas kebahagiaan dan kesedihan
yang kita lewati bersama.
11. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu yang
telah memberikan doa serta semangat kepada penulis, senang dapat mengenal
dan menjadi bagian dari kalian.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan sehingga penulis sangat menerima setiap masukan dan saran yang
diberikan untuk memperbaiki laporan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
serta pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 17 Juli 2014
Fitria Aryani Susanti
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BA B I PEN DA HU LUA N ............................................................................... 1
1.1 Latar Bela ka ng ........................................................................................... . 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Per tanyaa n Pe nelit ia n ................................................................................. 7
1.4 T ujua n Pe neli tia n ....................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
1.5.1 Manfaat Bagi RSUD Cibinong ............................................................ 9
1.5.2 Manfaat bagi Perawat ........................................................................... 9
1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti ........................................................................... 9
1.5.4 Manfaat Bagi Pembaca ........................................................................ 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................11
2.1 Produktivitas....................................................................................................11
2.1.1 Produktivitas Secara Umum.......................................................................11
2.1.2 Produktivitas Kerja.....................................................................................11
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ......................................15
2.1.4 Peningkatan Mutu Dan Produktivitas Kerja Sumber Daya Manusia .........36
2.2 Rumah sakit .....................................................................................................37
2.2.1 Definisi Rumah Sakit .................................................................................37
2.2.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit.................................................................38
2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah .............................................40
2.2.4 Ketentuan Umum .......................................................................................40
2.3 Keperawatan ....................................................................................................42
2.3.1 Jenis Perawat ..............................................................................................44
2.3.2 Penilaian Kerja Tenaga Perawat ................................................................51
2.3.3 Standar Instrumen Penilaian Kerja Perawat...............................................51
2.3.4 Peran perawat dari sudut profesi dan tujuan lembaga pendidikan .............52
2.3.5 Model Praktek Keperawatan Profesional ...................................................56
2.3.6 Penilaian Rencana Harian Perawat ............................................................59
2.4 Kerangka Teori................................................................................................62 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL .....................65
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................65
3.2 Definisi Operasional........................................................................................68
3.3 Hipotesis ..........................................................................................................72
xi
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................73
4.1 Desain Penelitian .............................................................................................73
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................73
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian .....................................................................73
4.4 Sumber Pengumpulan Data Penelitian ............................................................78
4.5 Instrumen Data Penelitian ...............................................................................79
4.5.1 Instrumen Pengumpulan Data ......................................................................79
4.5.2 Uji validitas dan reliabilitas..........................................................................80
4.6 Pengolahan Data..............................................................................................81
4.7 Analisis Data ...................................................................................................82
4.7.1 Analisis Univariat.........................................................................................82
4.7.2 Analisis Bivariat ...........................................................................................83 BAB V HASIL PENELITIAN ...........................................................................84
5.1 Gambaran Umum RSUD Cibinong.................................................................84
5.1.1 Gambaran RSUD Cibinong..........................................................................84
5.1.2 Jenis Pelayanan di RSUD Cibinong...........................................................85
5.1.3 Pelayanan di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014 .................87
5.1.4 Visi Misi RSUD Cibinong .........................................................................88
5.1.5 Tujuan dan Sasaran RSUD Cibinong.........................................................88
5.1.6 Struktur Organisasi RSUD Cibinong .........................................................86
5.1.7 Ketenagaan perawat di ruang rawat inap ...................................................87
5.1.8 Gaji Pokok Pegawai di RSUD Cibinong tahun 2014.................................91
5.1.9 Distribusi Sampel Perawat Pelaksana Berdasarkan Status Pegawai ..........92
xii
5.2 Analisis Univariat............................................................................................92
5.2.1 Gambaran Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana ......................................92
5.2.2 Gambaran Motivasi Perawat Pelaksana .......................................................94
5.2.3 Gambaran Tingkat Penghasilan Perawat Pelaksana......................................96
5.2.4 Gambaran Lingkungan Kerja Perawat Pelaksana ........................................98
5.2.5 Gambaran Kesempatan Berprestasi Perawat Pelaksana...............................100
5.2.6 Gambaran Manajemen Perawat Pelaksana ...................................................102
5.2.7 Gambaran Status Gizi Perawat Pelaksana....................................................104
5.3 Analisis Bivariat ..............................................................................................106
5.3.1 Hubungan Variabel Motivasi dengan Produktivitas Kerja ..........................106
5.3.2 Hubungan Variabel Tingkat Penghasilan dengan Produktivitas Kerja ........106
5.3.3 Hubungan Variabel Lingkungan Kerja dengan Produktivitas Kerja ...........107
5.3.4 Hubungan Variabel Kesempatan Berprestasi dengan Produktivitas Kerja 108
5.3.5 Hubungan Variabel Manajemen dengan Produktivitas Kerja ......................108
5.3.6 Hubungan Variabel Status Gizi dengan Produktivitas Kerja .......................109 BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................110
6.1 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................110
6.2 Gambaran Faktor- Faktor dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja 111
6.2.1 Gambaran Produktivitas Kerja .....................................................................111
6.2.2 Gambaran Motivasi Dan Hubungannya Dengan Produktivitas ...................116
6.2.3 Gambaran Tingkat Penghasilan Dan Hubungan Dengan Produktivitas . 121
6.2.4 Gambaran Lingkungan Kerja dan Hubungannya dengan Produktivitas . 127
6.2.5 Gambaran Kesempatan berprestasi dan Hubungan Dengan Produktivitas .. 133
xiii
6.2.6 Gambaran Manajemen Dan Hubungannya Dengan Produktivitas ..............137
6.2.7 Gambaran Status Gizi Dan Hubungannya Dengan Produktivitas ................140
BA B VII PENU TUP ....................................................................................... 144
7.1 Ke simpula n ................................................................................................ 144
7.2 Sara n ........................................................................................................... 145
7.2.1 Bagi RSUD Cibinong ........................................................................... 145
7.2.2 Bagi perawat pelaksana ........................................................................ 147
7.2.3 Bagi Peneliti lain .................................................................................. 148 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................149
xiv
DAFTAR TABEL
No Tabel Ha la ma n
2.1 Penilaian Status Gizi 29
3.1 Definisi Operasional 68
4.1 Jumlah perawat pelaksana berdasarkan ruang rawat inap Di 74
RSUD Cibinong tahun 2014
4.2 Jenis Pelayanan di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong 74
tahun 2014
4.3 Jumlah perawat pelaksana ruang rawat inap berdasarkan 78
jumlah populasi dan sampel Di RSUD Cibinong tahun 2014
5.1 Jumlah tenaga perawat berdasarkan jenis pelayanan di 85
RSUD Cibinong Bulan Januari-Mei tahun 2014
5.2 Pelayanan Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014 87
5.3 Jumlah Perawat Di Ruang Rawat Inap berdasarkan Status 90
Pegawai Tahun 2014
5.4 Gaji Pegawai PNS Berdasarkan Golongan Tahun 2014 91
5.5 Distribusi sampel perawat pelaksana berdasarkan status 92
pegawai Bulan Januari-Mei 2014
5.6 Distribusi produktivitas kerja diruang rawat inap RSUD 93 Cibinong Tahun 2014
5.7 Indikator penilaian Produktivitas kerja 94
5.8 Distribusi motivasi diruang rawat inap RSUD Cibinong 95 Tahun 2014
xv
5.9 Indikator penilaian motivasi 96
5.10 Distribusi tingkat penghasilan diruang rawat inap RSUD 97 Cibinong Tahun 2014
5.11 Distribusi lingkungan kerja diruang rawat inap RSUD 98 Cibinong Tahun 2014
5.12 Indikator penilaian lingkungan kerja 99
5.13 Distribusi kesempatan berprestasi diruang rawat inap 100 RSUD Cibinong Tahun 2014
5.14 Indikator penilaian kesempatan berprestasi 101
5.15 Distribusi manajemen diruang rawat inap RSUD Cibinong 102 Tahun 2014
5.16 Indikator penilaian manajemen 103
5.17 Distribusi status gizi diruang rawat inap RSUD Cibinong 105 Tahun 2014
5.18 Hubungan Motivasi dengan produktivitas kerja di RSUD 106 Cibinong tahun 2014
5.19 Hubungan tingkat penghasilan dengan produktivitas kerja 106
di RSUD Cibinong tahun 2014
5.20 Hubungan lingkungan kerja dengan produktivitas kerja di 107
RSUD Cibinong tahun 2014
5.21 Hubungan kesempatan berprestasi dengan produktivitas 108 kerja di RSUD Cibinong tahun 2014
5.22 Hubungan manajemen dengan produktivitas kerja di RSUD 108 Cibinong tahun 2014
5.23 Hubungan status gizi dengan produktivitas kerja di RSUD 109 Cibinong tahun 2014
xvi
DAFTAR GRAFIK No Graf ik Hala man
5.1 Distribusi Produktivitas Kerja Secara Umum 92 Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
5.2 Distribusi Motivasi Secara Umum di Ruang 94 Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
5.3 Distribusi Tingkat Penghasilan Secara Umum 96
Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
5.4 Distribusi Lingkungan Kerja Secara Umum Di 98
Ruang rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
5.5 Distribusi Kesempatan Berprestasi Secara 100
Umum Di Ruang Rawat Inap RSUD CibinongTahun 2014
5.6 Distribusi Manajemen Secara Umum di Ruang 102
Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
5.7 Distribusi Status Gizi Secara Umum di Ruang 104 Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
4.4 Struktur Organisasi RSUD Cibinong 89
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Permohonan izin pengambilan data beserta kartu disposisi Lampiran kuesioner Lampiran hasil analisis univariat Lampiran hasil analisis bivariat Lampiran uji validitas dan reliabilitas
xix
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu wadah pelayanan kesehatan yang
dikembangkan melalui pemenuhan kesehatan seperti pelayanan rawat inap, rawat
jalan, gawat darurat, pelayanan medik dan non medik (Depkes, 1998). Bagi
pasien pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terikat
pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran
komunikasi petugas dengan pasien, kepribadian serta keramahan melayani dan
cepat sembuh dari penyakitnya (Azwar, 1996).
Perawat di rumah sakit merupakan tumpuan dari semua kegiatan yang ada
karena perawat merupakan sumber keberhasilan pembangunan kesehatan rumah
sakit (Nursalam dalam Muhammad, 2009). Perawat juga merupakan sumber daya
manusia dengan populasi terbanyak di rumah sakit. Perawat berperan penting
dalam menciptakan pandangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
khususnya perawat pelaksana di ruang rawat inap. Perawat pelaksana di ruang
rawat inap mempunyai uraian tugas yang lebih komplek dibanding dengan kepala
ruangan dan ketua tim di ruang rawat inap. Perawat pelaksana di ruang rawat inap
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari sehingga memberi pengaruh yang
sangat berarti terhadap mutu pelayanan rumah sakit kepada masyarakat sebagai
1
pemakai jasa di rumah sakit (Kuswantoro, 2012). Kira-kira 40-60% pelayanan di
rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan. Dimana penurunan produktivitas
kerja akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (Depkes, 2007).
Pada era globalisasi sekarang ini, ketatnya persaingan sumber daya manusia
(SDM) khususnya perawat dirasakan oleh rumah sakit. Setiap pekerjaan menuntut
sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan kualitas kerjanya, sumber daya
manusia (SDM) mana yang tidak mampu bersaing akan tersisih dengan
sendirinya. Salah satu usaha untuk menghasilkan kualitas kerja yang baik adalah
meningkatkan produktivitas kerja. Pentingnya produktivitas kerja bagi perawat
adalah bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan secara terus menerus bagi
seluruh komponen rumah sakit, peningkatan mutu hasil kerja oleh rumah sakit.
Dampak dari rumah sakit yang memiliki produktivitas rendah akan
mengakibatkan turunnya jumlah pelanggan karena rendahnya kualitas pelayanan
yang dihasilkan sehingga pelanggan akan berpindah pada organisasi lain yang
memiliki produktivitas kerja yang tinggi dan terciptanya kualitas pelayanan yang
bermutu (Siagian, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah motivasi kerja,
tingkat penghasilan, lingkungan kerja, kesempatan berprestasi, manajemen dan
status gizi (Sedarmayanti, 2011). Menurut Sedarmayanti (2009) lingkungan dan
iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang bekerja dan
meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik
menuju kearah peningkatan produktivitas. Berdasarkan hasil penelitian Minarsih
(2011) tentang hubungan lingkungan kerja perawat dengan produktivitas kerja
2
perawat di RSUP DR.M.Djamil Padang menjelaskan ada hubungan antara
lingkungan kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat di IRNA non bedah
(penyakit dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang.
Berdasarkan hasil penelitian Efitra (2002) tentang analisis faktor- faktor yang
berhubungan dengan produktivitas kerja perawat puskesmas di Kota Padang
menjelaskan ada hubungan yang bermakna antara variabel motivasi dengan
produktivitas kerja perawat di Puskesmas kota padang tahun 2002. Dari hasil
penelitian Trisnawati (2012) tentang pengaruh status gizi terhadap produktivitas
kerja perawat di RSUD Margono purwokerto 2012 didapatkan ada hubungan
antara status gizi dengan produktivitas kerja perawat di RSUD Margono
Purwokerto tahun 2012.
Berdasarkan hasil penelitian Minarsih (2011) menunjukkan bahwa di rumah
sakit pemerintah perawat pelaksana ruang rawat inap banyak yang kurang
memperhatikan lingkungan kerja, sikap dan perhatian rendah terhadap pasien
yang berakibat turunnya produktivitas kerja. Seperti hasil penelitian Ruwaedah
(1990) dalam Minarsih (2011) di Puskesmas strata II Kodya Makassar,
menyimpulkan bahwa tenaga kerja perawat pelaksana 59,2% dipengaruhi oleh
beban kerja yang berlebihan. Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan
oleh perawat dapat mengganggu produktivitas kerja dari perawat. Produktivitas
kerja bukan semata-mata ditujukan untuk mendapat hasil kerja sebanyak-
banyaknya, melainkan kualitas kinerja yang perlu diperhatikan (Sedarmayant i,
2009). Akibat negatif dari banyaknya tugas tambahan perawat pelaksana rawat
inap diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang
3
diharapkan dan berdampak buruk bagi produktivitas perawat (Irwady dalam
Minarsih, 2011).
RSUD Cibinong merupakan rumah sakit terbesar di kabupaten bogor sehingga
menjadi rumah sakit pusat rujukan untuk seluruh wilayah yang berada di
kabupaten Bogor yang memiliki 233 tempat tidur, 16 pelayanan dan 747 pegawai
yang diantaranya 265 adalah tenaga perawat yang terdiri dari 142 perawat di
ruang rawat inap RSUD Cibinong (Unit Kepegawaian RSUD Cibinong, 2014).
Berdasarkan data sekunder pencapaian kinerja perawat di ruang rawat inap
RSUD Cibinong kurang dari 50% padahal standar kemenkes 70%. Hal ini juga
diakui oleh kepala komite keperawatan yang menyatakan kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap kurang dari 50%. Kurangnya kinerja perawat
pelaksana dirasakan pula oleh keluarga pasien rawat inap. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan pada 10 keluarga pasien di ruang rawat inap, tujuh
diantaranya tidak puas terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
dikarenakan sering terjadinya keterlambatan penanganan infus yang ada di ruang
rawat ianp RSUD Cibinong. Hal ini disebabkan karena d i ruang rawat inap RSUD
Cibinong rasio perawat dan pasien 1:3. Padahal berdasarkan standarisasi
ketenagaan rumah sakit pemerintah, yang ditetapkan permenkes
RI.NO.262/Men.Kes/Per/VII/1997, ratio perawat dengan pasien adalah 1:1.
Berdasarkan profil RSUD Cibinong tahun 2012 pencapaian Turn Over Interval
(TOI) dan Bed Turn Over (BTO) melebihi standar yang telah ditetapkan. TOI
RSUD Cibinong adalah 0,92 hari padahal standar TOI 1-3 hari dan BTO RSUD
Cibinong 90 kali padahal standar BTO adalah 40-50 kali. Hal tersebut
4
menimbulkan beban kerja yang besar sehingga mempengaruhi lingkungan kerja
yang tidak nyaman yang berdampak rendahnya produktivitas kerja perawat
pelaksana (Sitohang, 2006).
Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada
perawat pelaksana di ruang rawat inap menyatakan dari 15 perawat pelaksana di
ruang rawat inap, 8 diantaranya mengatakan rendahnya kesempatan berprestasi
bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD cibinong. Hal ini diperkuat
dengan pengakuan kepala komite keperawatan yang menyatakan tidak bisa
memastikan pelatihan keperawatan dilakukan setiap tahun karena pelatihan
keperawatan baik internal maupun eksternal jarang diselenggarakan. Rendahnya
kesempatan berprestasi juga merupakan salah satu faktor yang menurunkan
produktivitas kerja perawat. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang
Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data sekunder pencapaian kinerja perawat di ruang rawat inap
RSUD Cibinong kurang dari 50% padahal standar kemenkes 70%. Hal ini juga
diakui oleh kepala komite keperawatan yang menyatakan kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap kurang dari 50%. Kurangnya kinerja perawat
pelaksana dirasakan pula oleh keluarga pasien rawat inap. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan 10 keluarga pasien di ruang rawat inap, tujuh
diantaranya tidak puas terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
5
dikarenakan sering terjadinya keterlambatan penanganan infus yang ada di ruang
rawat ianp RSUD Cibinong. Hal ini disebabkan karena di ruang rawat inap RSUD
Cibinong rasio perawat dan pasien 1:3. Berdasarkan profil RSUD Cibinong tahun
2012 pencapaian Turn Over Interval (TOI) dan Bed Turn Over (BTO) melebihi
standar yang telah ditetapkan oleh Depkes. TOI RSUD Cibinong adalah 0,92 hari
padahal standar TOI 1-3 hari dan BTO RSUD Cibinong 90 kali padahal standar
BTO adalah 40-50 kali. Hal tersebut menimbulkan beban kerja yang besar
sehingga mempengaruhi lingkungan kerja yang tidak nyaman yang
mempengaruhi rendahnya produktivitas kerja perawat pelaksana.
Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada
perawat pelaksana di ruang rawat inap menyatakan dari 15 perawat pelaksana di
ruang rawat inap, 8 diantaranya mengatakan rendahnya kesempatan berprestasi
bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD cibinong. Hal ini diperkuat
dengan pengakuan kepala komite keperawatan yang menyatakan t idak bisa
memastikan pelatihan keperawatan dilakukan setiap tahun karena pelatihan
keperawatan baik internal maupun eksternal jarang diselenggarakan. Rendahnya
kesempatan berprestasi juga merupakan salah satu faktor yang menurunkan
produktivitas kerja perawat. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti faktor-faktor
yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSUD Cibinong tahun 2014.
6
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
2. Bagaimana gambaran faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
3. Apakah ada hubungan antara variabel motivasi dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
4. Apakah ada hubungan antara variabel tingkat penghasilan dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong
tahun 2014 ?
5. Apakah ada hubungan antara variabel lingkungan kerja dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
6. Apakah ada hubungan antara variabel kesempatan berprestasi dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong
tahun 2014 ?
7. Apakah ada hubungan antara variabel manajemen dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
8. Apakah ada hubungan antara variabel status gizi dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
7
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat
inap RSUD Cibinong tahun 2014
2. Diketahuinya gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
3. Diketahuinya hubungan antara variabel tingkat penghasilan dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong
tahun 2014
4. Diketahuinya hubungan antara variabel lingkungan kerja dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
5. Diketahuinya hubungan antara variabel kesempatan berprestasi dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong
tahun 2014
6. Diketahuinya hubungan antara variabel manjemen dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
7. Diketahuinya hubungan antara variabel status gizi dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
8
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi RSUD Cibinong
Manfaat penelitian bagi RSUD Cibinong adalah memberikan saran
dan kritik yang`dapat berguna bagi manajemen rumah sakit sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka pengembangan RSUD Cibinong untuk
meningkatkan produktivitas kerja hingga terciptanya pelayanan rumah sakit
yang bermutu. Informasi yang bisa didapat oleh RSUD Cibinong adalah
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Cibinong.
1.5.2 Manfaat bagi perawat
Manfaat penelitian bagi perawat adalah dapat menjadi acuan untuk
perbaikan produktivitas kerja perawat dengan melihat faktor- faktor yang
berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSUD Cibinong.
1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
praktis kepada peneliti tentang semua proses penelitian dari pembuatan
kuisioner, menyebarkan kuesioner sampai menginterpretasikan hasil dan
analisis penelitian sehingga peneliti mengetahui faktor- faktor yang
9
berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSUD Cibinong.
1.5.4 Manfaat Bagi Pembaca
Bagi Pembaca diharapkan penelitian ini dapat lebih memacu
penelitian-penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Cibinong.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dengan judul faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Cibinong tahun 2014. Objek penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong tahun 2014. Waktu penelitian
pada bulan April-Mei 2014.
Penelitian ini dilakukan karena pencapaian kinerja perawat pelaksana di ruang
rawat inap RSUD Cibinong dibawah standar kemenkes, penelitian ini penting
untuk dilakukan agar dapat mengetahui faktor- faktor apa saja yang berhubungan
dengan produktivitas perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong
sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang
bermanfaat untuk dapat meningkatkan pencapaian kinerja perawat pelaksana di
rumah sakit tersebut. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif
dengan menggunakan desain cross sectional.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas
2.1.1 Produktivitas Secara Umum
Filosofi produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena
makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia
untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala
bidang.
Menurut Encyclopedia Britanica (1982) disebutkan bahwa
produktivitas dalam ekonomi berarti rasio dari hasil yang dicapai dengan
pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan
menurut formulasi National Productivity Board (NPB) Singapura, dikatakan
bahwa produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai
semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan.
2.1.2 Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan
hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas untuk kerja juga penting
diperhatikan. Sebagaimana diungkapkan bahwa produktivitas individu dapat
dinilai dan apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya. Dengan
11
kata lain, produktivitas individu adalah bagaimana seseorang melaksanakan
pekerjaannya atau unjuk kerja. Orang yang produktif akan menggambarkan
potensi, persepsi dan kreatifitas yang senantiasa menyumbangkan
kemampuannya agar bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan (Sedarmayanti,
2009).
Produktivitas kerja lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik-
teknik manajemen akan tetepi mengandung filosofi dan sikap yang didasarkan
pada motivasi yang kuat untuk secara terus menerus berusaha mencapai mutu
kehidupan yang lebih baik. (Kongres produktivitas sedunia ke IV di Oslo
norwegia (1984) dalam stefanus emanuel, 1998.
Pada dasarmya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang
memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri
bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
lebih baik dari hari ini (Sinungan,2003). Sikap yang demikian membuat
seorang selalu mencari perbaikan dan peningkatan. Orang yang mempunyai
sikap tersebut terdorong untuk menjadi dinamis, kreatif, inovatif serta terbuka,
tetapi kritis terhadap ide- ide baru dan perubahan-perubahan.
Menurut Hakim (2009) indikator produktivitas kerja adalah
pencapaian tujuan, kreatifitas, tingkat pelayanan dan umpan balik. Kreativitas
ini meliputi kreatif dalam memecahkan masalah, kreatif dalam memanfaatkan
waktu kerja dan waktu luang . Ditambahkan pentingnya kreatifitas pada
produktivitas. Sesuai dengan Sinamo dalam Kartikasari (2008) dengan nilai
produktif maka setiap masyarakat memanfaatkan waktunya sebaik dan
12
sekreatif mungkin untuk membuat hal-hal yang positif dan generasi mudah
juga akan lebih produktif untuk belajar dan menghasilkan karya juga prestasi.
perilaku kerja yang produktif seperti rajin, hemat, bersemangat, teliti, tekun,
ulet, sabar, akuntabel, responsibel, berintegritas, menghargai waktu,
menghargai pengetahuan, kreatif, inovatif, dan sebagainya (Sinamo dalam
kartikasari, 2008). Berdasarkan teori diatas kreatifitas penting karena perawat
yang kreatif dalam memecahkan masalah dan memanfaatkan waktu kerja dan
waktu luang akan menghasilkan output yang produktif. Kreatifitas juga
merupakan salah satu ciri-ciri dari perilaku orang yang produktif. Cara
meningkatkan kreativitas antara lain :
a. Mengadakan pelatihan terkait asuhan keperawatan
Tujuan diadakan pelatihan adalah untuk meningkatkan kreatifitas perawat
pelaksana terkait asuhan keperawatan.
b. Perawat manajer meningkatkan kreativitas melalui kepekaan yang
memberikan perhatian dan memberlakukan perawat dengan baik. Manajer
yang kompeten secara professional memberikan inspirasi untuk kreativitas
dengan memberikan pujian kepada perawat pelaksana karena dengan
memberikan pujian perawat pelaksana akan merasa hasil kerjanya dihargai
dan perawat akan terus meningkatkan hasil kerjanya.
c. mengadakan curah pendapat
ditujukan untuk meningkatkan kreatifitas pegawai (Swanburg, 1995).
13
Budaya produktif dirumuskan sebagai totalitas kesadaran, pikiran, perasaan,
sikap, dan keyakinan yang mendasari, menggerakkan, mengarahkan, serta
memberi arti pada seluruh perilaku dan proses produktif dalam suatu sistem
produksi. (Sinamo dalam kartikasari, 2008).
Menurut Mulianto (2006) beberapa faktor yang sangat menunjang dan
menentukan dalam keberhasilan usaha peningkatan produktivitas kerja perawat
yaitu dukungan penuh semua manajer yaitu manajer tingkat atas, tingkat
menengah dan tingkat bawah untuk meningkatkan produktivitas kerja perawat,
komunikasi yang efektif antar perawat, partisipasi atau keikutsertaan semua
perawat dari segala lapisan bila ada kegiatan yang berkaitan dengan hal
penunjang kinerja khususnya perawat seperti pelatihan, usaha yang terus-menerus
dan terprogram dengan cara setiap ruang rawat inap memiliki standar program
kerja, ada organisasi atau pejabat yang bertanggung jawab dalam usaha
peningkatan produktivitas dan selalu mengadakan pemantauan serta melakukan
tindak lanjut seperti diadakan penghargaan bagi perawat di ruang rawat inapnya
yang memiliki program kerja diatas standar sehingga perawat diberikan stimulus
untuk bekerja lebih baik. Usaha peningkatan produktivitas dilakukan secara terus
menerus dan dilakukan pemantauan, evaluasi, tindak lanjut, dan apresiasi kepada
mereka yang berhasil memberikan kontribusi (Mulianto, 2006).
14
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang
berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan
lingkungan organisasi dan kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan.
Menurut (Sedarmayanti, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja adalah :
1. Sikap mental
Sikap mental terdiri dari motivasi, disiplin kerja dan etika kerja.
a. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu daya pendorong (driving force)
yang menyebabkan orang berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena
takut akan sesuatu. Motivasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
“kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang
mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan atau
mengurangi ketidakseimbangan”. (Bernard Berendoom dan Gary
A.Stainer)
Dari pengertian motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
motivasi jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta
ketidak seimbangan. Rangsangan terhadap hal tersebut akan
menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan mendorong
untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan.
Menurut Mangkunegara (2001) motivasi kerja didefinisikan sebagai
suatu kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
15
memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Menurut
Mulianto (2006) motivasi kerja adalah dorongan kehendak yang
mempengaruhi perilaku tenaga kerja untuk dapat meningkatkan
produktivitas kerja karena adanya keyakinan bahwa peningkatan
produktivitas mempunyai manfaat bagi dirinya. Motivasi rendah
ditimbulkan oleh berbagai sebab yang berakibat pada rendahnya
produktivitas. Menurut Hasibuan (2010) dimana dikatakan bahwa
motivasi sangat penting karena dengan motivasi diharapkan setiap
individu pegawai dapat membangkitkan keinginan untuk bekerja keras dan
antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Setiap orang
memiliki motivasi dalam hidup yang dapat dijadikan sebagai satu alasan
pendorong untuk bekerja lebih keras lagi untuk menghasilkan output
secara maksimal.
Sedangkan menurut Munandar dalam usman (2002) motivasi kerja
adalah besar kecilnya usaha yang diberikan seseorang untuk melaksanakan
tugas-tugas pekerjaannya. Jadi motivasi kerja adalah proses pemberian
motif atau dorongan bekerja kepada pegawai sedemikian rupa sehingga
mereka mau bekerja dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut American Encyclopedia dalam lukmanul hakim motivasi
adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pertentangan) dalam
diri seseorang membangkitkan topangan dan mengarahkan tindak-
tanduknya.
16
Menurut Herzberg dalam Hasibuan (2008) motivasi terdiri dari dua
faktor yaitu :
- Kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan yang
berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh
ketenteraman dan kesehatan badaniah
- Kebutuhan pemeliharaan yang menyangkut kebutuhan psikologis
seseorang, dimana kebutuhan ini meliputi serangkaian kebutuhan
instrinsik, kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan
menggerakkan motivasi yang kuat dan sebaliknya jika tidak ada akan
mengakibatkan ketidakpuasan.
Motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi
antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri
seseorang yang diakibatkan oleh faktor didalam diri seseorang itu sendiri
yang disebut faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik (Wahjosumidjo, 1992).
Motivasi menjadi berhubungan dengan produktivitas kerja karena
motivasi menjadi penyebab, penyalur dan pendukung perilaku manusia,
supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal
(Hasibuan, 2005). Produktivitas seseorang tergantung pada motivasi orang
tersebut terhadap pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi motivasi
seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin tinggi pula tingkat
produktivitasnya (Justine, 2002). Motivasi semakin penting karena
manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan
17
dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkannya sehingga
menghasilkan pegawai yang produktif.
Menurut pendapat Sustermeister dalam sedarmayanti (2001),
Yuniarsih (2008) dan Siagian (2001) yang menyatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah motivasi. Menurut
Ilyas (1999) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, hal ini sesuai dengan
pendapat Siagian (1995) yang menyatakan bahwa apabila seseorang
termotivasi, yang bersangkutan akan berusaha keras untuk melakukan
sesuatu. Menurut Hakim (2009) indikator penilaian motivasi adalah :
a. Pencapaian prestasi kerja
Pencapaian prestasi kerja menjadi indikator yang penting
karena dengan pencapaian prestasi kerja, pegawai dapat mengukur
kemampuan kerja yang mereka lakukan.
b. Pengakuan hasil kerja
Menurut Soeroso dalam Maharlin (2013) salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi adalah kebutuhan pengakuan yaitu kebutuhan
yang berkaitan tidak hanya menjadi bagian dari orang lain
(masyarakat) tetapi lebih jauh dari itu, yaitu diakui, dihormati, dan
dihargai orang lain karena keahlian dan kemampuan dalam
pekerjaannya.
18
Hal ini didukung oleh Mangkunegara (2004) yang menyatakan
faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi yang berasal dari
organisasi meliputi pembayaran atau gaji (pay), pengawasan
(supervision), pujian (praise) dan pekerjaan itu sendiri (job it self).
Pentingnya pengakuan hasil kerja dalam motivasi juga
diperkuat dengan teori Motivation Human Relation yaitu teori ini
mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya. Menurut
teori ini seseorang akan berprestasi baik jika ia diterima dan diakui
dalam pekerjaan serta lingkungannya. Teori ini menekankan peranan
aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontrak-
kontrak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan
gairah kerja. Teori ini menganjurkan bila dalam memotivasi bawahan
memerlukan kata-kata, hendaknya kata-kata itu mengandung
kebijakan, sehingga dapat menimbulkan rasa dihargai dan sikap
optimis (Hasibuan, 2005).
Cara meningkatkan pengakuan hasil kerja perawat antara lain
dengan memberikan reinforcement positif artinya pengakuan terhadap
ide, tidakan dan pendapat orang lain dengan mengucapkan kata-kata
pujian atau pengakuan seperti “pendapat anda sangat bagus”, memakai
ungkapan non verbal sebagai tanda menyetujui misalnya tersenyum,
menganggukkan kepala, atau menepuk punggung untuk menyakinkan,
akan mendorong perawat untuk mau lebih banyak berpartisipasi atau
berusaha lebih keras memperbaiki kinerja mereka.
19
Reward yang diberikan untuk keberhasilan sekecil apapun
dapat membangkitkan kepuasan pada diri peserta disik. Sebaliknya
teguran akan melunturkan motvasi dan menyebabkan perawat menarik
diri. Insentif yang sangat ampun adalah meminta perawat berbagi
pengalaman dengan orang lain (Bastable, 1997).
c. Pengembangan potensi individu
Pengembangan potensi individu dengan cara melanjutkan
jenjang pendidikan dan mengikuti pelatihan baik internal maupun
ekternal di organisasi.
d. Kualitas supervisi
Seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksanan pasif,
melainkan diperlukan sebagai patner kerja yang memiliki ide- ide,
pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan
diikutsertakan dalam usaha-usaha perbaikan proses keperawatan.
b. Disiplin Kerja
Disiplin kerja dapat diartikan sebagai sikap menghargai, patuh, taat
terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku di tempat kerja yang
dilakukan secara rela dengan penuh tanggung jawab dan siap untuk
menerima sangsi jika melanggar tugas dan wewenang. Dalam
mewujudkan hak dan kewajiban berarti adanya kepatuhan atau ketaatan
terhadap kesepakatan bersama dan adanya pengendalian diri (self control)
yang merupakan hakikat dari disiplin. Keputusan dalam memenuhi
berbagai ketentuan tersebut merupakan pemupukan disiplin dan kesadaran
20
masing-masing akan hak dan kewajiban akan mendorong berkembangnya
produktivitas. Indikator yang digunakan dalam variabel disiplin kerja
adalah pencapain tujuan organisasi dengan menggunakan waktu secara
efektif, meliputi ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas dan
penghematan waktu dalam melaksanakan tugas (Novitasari, 2008).
c. Etika kerja
Sikap dan etika kerja yang saling menghormati antar pegawai memberikan
nilai plus dan membuat pegawai yang lain menjadi betah untuk bekerja
dan nyaman karena mendapat respon yang baik. Indikator etika kerja
antara lain kerja sama dalam melaksanakan tugas dan hubungan antar
rekan kerja (Arif, 2011).
2. Pendidikan
Pada umumnya orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan
mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan artinya
pentingnya produktivitas. Pendidikan disini dapat berarti pendidikan
formal maupun nonformal. Tingginya kesadaran akan pentingnya
produktivitas dapat mendorong pegawai yang bersangkutan melakukan
tindakan yang produktif.
3. Keterampilan
Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan
lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik.
Pegawai akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan
(ability) dan pengalaman (experience) yang cukup serta memiliki
21
kesempatan berprestasi di organisasinya. Indikator keterampilan adalah
pengalaman kerja dan kesempatan berprestasi (Sedarmayanti, 2011).
4. Manajemen
Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang
diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta
mengendalikan staf/bawahannya. Apabila manajemennya tepat maka akan
menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong
pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif.
Menurut Swanburg (2000) dan Setiadi (2012) manajemen keperawatan
adalah persepsi perawat tentang Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian.
Menurut Gillies (1986), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Seorang manajer keperawatan perlu melakukan fungsi- fungsi manajemen
dalam memberikan perawatan kesehatan kepada klien. Perawat manajer
(administrator) bekerja pada semua tingkat untuk melaksanakan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, teori-teori manajemen keperawatan. Mereka
mengatur lingkungan organisasi untuk menciptakan suasana optimal bagi
persyaratan pengawasan keperawatan oleh perawat-perawat klinis.
22
Perawat-perawat klinis mengatur seleksi sumber daya manusia dan materi
dan memberikan masukan tambahan kedalam proses manajemen.
Menurut Swanburg (2000) manajemen keperawatan adalah persepsi
perawat tentang Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) melalui
tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Indikator penilaian manajemen antara lain :
a. perencanaan (planning)
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,1995).
- perumusan visi, misi, filosofi tujuan
filosofi : seperangkat nilai-nilai yang mengakar dan menjadi
rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan
arahan seluruh perencanaan jangka panjang.
Visi : Visi dirumuskan bersama oleh kepala ruang dengan
memperhatikan masukan-masukan dari stakeholders dan visi
seharusnya ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan ipteks dan masyarakat.
Misi : Misi memberikan arahan dalam mewujudkan visi dan
dinyatakan dalam tujuan-tujuan yang dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu.
Tujuan : pernyataan konkret dan spesifik dimana misi akan dicapai
dan filosofi atau keyakinan berlangsung.
23
- Menyusun kebijakan
Kebijakan yang disusun didalam ruangan keperawatan adalah
kedisiplinan, aturan dinas, rotasi, jenjang karir dan lain- lain.
- standar kerja
hasil pekerjaan yang harus dipenuhi baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dan disiplin organisasi. Standar kinerja merupakan
identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan elemen kritis yang
menggambarkan apa yang harus dilakukan.
- Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan
diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain
untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
- Melakukan rencana harian kegiatan masing-masing klasifikasi
pekerjaannya.
b. pengorganisasian (organizing)
proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas itu kepada orang yang
sesuai dengan kemampuannya dengan cara pembuatan struktur
organisasi, daftar dinas dan daftar pasien.
c. pengarahan (directing)
pengarahan seputar manajemen konflik, pendelegasian, supervisi dan
komunikasi efektif dengan cara melakukan pelatihan tentang sistem
pelayanan dan asuhan keperawatan bagi semua SDM.
24
d. pengendalian (controlling)
aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-
penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas
yang direncanakan. Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja
bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP.
Data tentang indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah
sakit atau ruangan membuat sendiri. Jadi pengendalian manajemen
adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai
dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin
kualitas serta pengevaluasian penampilan.
5. Hubungan Industrial Pancasila (H.I.P)
Hubungan industrial pancasila adalah suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku proses produksi barang dan jasa (pekerja,
pengusaha dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang
merupakan manifestasi dari keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan UUD
1945.
Dengan penerapan Hubungan Industrial Pancasila maka akan :
a. Menciptakan ketenagan kerja dan memberikan motivasi kerja secara
produktif sehingga produktivitas dapat meningkat
b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga
menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan produktivitas
25
c. Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong
diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan
produktivitas
6. Tingkat penghasilan
Tingkat penghasilan adalah segala sesuatu yang diterima para
karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Oleh karena itu, bila
karyawan memandang gaji mereka tidak memadai, prestasi kerja, motivasi
dan kepuasan kerja mereka bisa turun secara dramatis. (Wahyuningtyas,
2013). Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan
konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produktivitas. Tingkat penghasilan adalah jenjang
penghasilan yang diperoleh oleh tiap individu sebagai balas jasa atau
imbalan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
individu- individu tersebut (Carnadi, 2010).
Penghasilan melatarbelakangi seseorang untuk memutuskan memasuki
dunia kerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
gaji yang didapatkannya maka seorang tenaga kerja atau individu yang
bekerja dapat secara otomatis membiayai segala macam kebutuhan
hidupnya baik sandang, pangan maupun papan. Penghasilan atau gaji bagi
pegawai merupakan cost atau biaya yang harus dikeluarkan oleh
organisasi dan dimasukkan dalam ongkos atau biaya. Penghasilan bagi
semua dan setiap pegawai adalah sesuatu yang sangat penting termasuk
26
salah satunya adalah perawat. Bagaimanapun gaji merupakan kebutuhan
paling dasar bagi karyawan.
Menurut Frank (1987) kebutuhan manusia berbentuk sistem hirarkis,
sehingga kebutuhan yang dibawah jika tidak tercukupi akan menghambat
pemenuhan kebutuhan yang diatasnya. Menurut Frank (1987) membagi
kebutuhan manusia menjadi lima tingkatan seperti tingkatan diatas
aktualisasi diri, harga diri, sosial, rasa aman dan kebutuhan fisiologis
makan, minum dan tempat tinggal. Menurut Simanjuntak (1998) gaji di
Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi, yaitu: menjamin
kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, mencerminkan
imbalan atas hasil kerja pegawai dan menyediakan insentif untuk
mendorong peningkatan produktivitas kerja. Gaji merupakan hasil
pertukaran antara apa yang telah diberikan pegawai kepada institusi atas
usaha yang diberikan oleh pegawainya. Jika imbalan dirasakan kurang,
ketidakpuasan akan muncul (Triantoro, 2005). Indikator tingkat
penghasilan adalah nominal gaji yang didapatkan pegawai sebagai balas
jasa atau imbalan dari instansi (Carnadi, 2010).
Menurut teori Hasibuan (2008) yang dikutip oleh Lukmanul Hakim
(2009) penghasilan mencerminkan imbalan atas jasa seseorang terhadap
organisasi. Sedangkan menurut Siagian (2001) para psikolog berpendapat
bahwa manusia banyak memiliki kebutuhan yang hanya sebagian dapat
dipenuhi secara langsung dengan uang. Uang merupakan bentuk
penghargaan langsung yang mempunyai nilai ekonomi murni dan
27
karyawan mengharapkan dibayar untuk pekerjaan yang mereka lakukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Upah berupa uang tersebut
mempengaruhi tingkat motivasi dan dengan demikian memberikan
sumbangan yang maksimal kepada organisasi.
Menurut Sedarmayanti (2011) apabila tingkat penghasilan memadai
maka menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat
dimanfaatkan. Pemberian penghasilan berdasarkan kinerja dapat
memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, menimbulkan
kepuasan kerja bagi karyawan, memberikan dampak positif terhadap
kemampuan organisasi, mampu menghasilkan pencapaian tujuan yang
telah dirancang dan mempertahankan lebih banyak karyawan yang mampu
bekerja dengan prestasi tinggi (Swansburg, 1995).
Menurut Siagian (2001) indikator tingkat penghasilan adalah gaji
pokok dan tunjangan yang diberikan oleh organisasi kepada pegawainya
per bulan. Menurut Triantoro (2005) jika imbalan dirasakan kurang,
ketidakpuasan akan muncul. Jika ketidakpuasan ini berlarut- larut maka
motivasi kerja akan menurun, akibatnya produktivitas kerja juga akan
menurun.
7. Gizi dan kesehatan
Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan
sehat, maka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat
yang tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. Gizi
dan kesehatan seseorang dapat dilihat dari status gizi orang tersebut.
28
Menurut Sudiarti (2007) penilaian status gizi secara langsung dapat
dilakukan dengan :
Ta bel 2.1
Penilaian Status Gizi
No Penilaian gizi Klasifikasi pengukuran
1. Antropometri BB/umur
TB/umur
BB/TB
LILA/umur
2. Pemeriksaan klinis Perubahan yang terjadi (kulit, mata,
rambut, mukosa oral) dibandingkan
dengan ketidakcukupan zat gizi
3. Biokimia pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratories contoh: darah, urin, tinja
4. Biofisika melibat kemampuan fungsi dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
Penilaian status gizi yang digunakan adalah antropometri
dengan klasifikasi pengukuran IMT yaitu BB/TB. IMT dipilih karena
tidak memerlukan waktu yang lama, biaya terjangkau, tidak
memerlukan data usia, dan dapat mengetahui proporsi badan ( gemuk,
normal, kurus). Menurut Sudiarti (2007) status gizi adalah penilaian
gizi berupa proporsi badan dengan melihat berat badan dan tinggi
badan. Menurut Depkes RI (2007) Parameter berat badan / tinggi
badan berdasarkan kategori ZScore diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
29
- IMT < 18,4 gizi kurang
- IMT 18,5 - 25,0 gizi normal.
- IMT > 25,1 gizi lebih
Cara meningkatkan status gizi kurang antara lain:
- Makanlah secara teratur 3 kali sehari dengan gizi seimbang
- Makanlah lebih banyak makanan sumber energi dan protein dari
biasanya seperti roti, nasi, umbi-umbian, ikan, daging, tempe, tahu.
- Tetap berolahraga secara teratur
- Cukup istirahat Cara mempertahankan status gizi normal antara lain:
- Pertahankan kebiasaan makan sehari-hari dengan susunan menu
gizi seimbang.
- Pertahankan kebiasaan olah raga yang teratur dan tetap melakukan
- Kebiasaan fisik sehari-hari Cara menurunkan status gizi lebih antara lain : - Makan teratur (2 atau 3 kali sehari) dengan gizi seimbang
- Kurangi jumlah makanan terutama sumber energy
- Kurangi konsumsi gula dan makanan yang manis,
- Makan banyak sayuran dan buah-buahan
- Hindari minuman beralkohol
- Olah raga dan kegiatan fisik
30
8. Jaminan sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada
pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian kepada
pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat
kerja. Apabila jaminan sosial pegawai menucukupi maka akan dapat
menimbulkan kesenangan bekerja, sehingga mendorong pemanfaatan
kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.
9. Lingkungan kerja
Menurut Hoy and miskel (1987) dalam lukmanul hakim lingkungan
kerja adalah persepsi anggota tentang lingkungan sekitar organisasi.
Menurut Gibson (1998) lingkungan kerja adalah seperangkat sifat-sifat
yang dirasakan langsung atau tidak langsung oleh pekerja, serta diduga
punya pengaruh besar terhadap perilaku mereka dalam pekerjaan itu.
Menurut Wirawan (2007) lingkungan kerja adalah persepsi anggota
organisasi (secara individual maupun kelompok) dan mereka yang secara
tepat berhubungan dengan organisasi (misalnya pemasok, konsumen,
konsultan dan kontraktor) mengenai apa yang ada atau terjadi di
lingkungan internal organisasi secara rutin yang mempengaruhi sikap dan
perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian
menentukan kinerja organisasi.
Menurut Supardi dalam Novita (2013) lingkungan kerja merupakan
keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik yang
31
dapat memberikan kesan yang menyenangkan, mengamankan,
menentramkan, dan betah kerja.
Lingkungan kerja adalah suasana psikologis yang berpengaruh
terhadap perilaku organisasi, terbentuk sebagai hasil tindakan organisasi
dan interaksi diantara anggota organisasi. Karena perilaku merupakan
fungsi dari karakteristik manusia dan persepsinya terhadap lingkungan,
maka persepsi anggota organisasi terhadap iklim kerja yang terbentuk
dilingkungan kerjanya akan memberikan hasil yang positif.
(www.gdl.itb.ac.id dalam andina pertiwi 2010)
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar
senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan dengan lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas.
Berdasarkan teori pengharapan, kondisi kerja fisik yang sesuai dan
nyaman dan serta peralatan, alat kerja, informasi dan sumber daya lain
yang cukup akan mempunyai pengaruh yang prositif terhadap tingkat
usaha pegawai dalam suatu organisasi.
Gray danh strake (1984) dalam ((baidoeri,2003) menyatakan bahwa
salah satu faktor yang bepengaruh dalam kinerja seseorang adalah
lingkungan kerja. Menurut Locke (1976 dalam sensusiati 2003)
menyatakan bahwa pegawai lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang
tidak berbahaya dan merepotkan. Disamping itu juga memiliki
temperature, cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lainnya yang tidak
ekstrem. Banyak pegawai bersedia menerima uang yang lebih kecil untuk
32
bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang
kurang menuntut atau kurang mempunyai keleluasaan yang lebih besar
dalam pekerjaan yang mereka lakukan selama jam kerja (robbins, 1994
dalam sensusiati,2003). Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja
yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antara
bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja
(Supardi dalam Subroto, 2005).
Menurut Ferina (2008) dalam Nitisemito (2000) lingkungan kerja
dibagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan non fisik. Lingkungan
kerja lebih dititikberatkan pada keadaan fisik tempat kerja karena dengan
tidak adanya gangguan dalam lingkungan bekerja maka karyawan akan
dapat bekerja dengan baik. terdapat disekeliling karyawan yang dapat
dilihat dan dirasakan kemudian memberikan efek samping baik negatif
maupun positif terhadap hasil dari pekerjaan. Menurut Sofyan (2013)
lingkungan kerja adalah faktor- faktor diluar manusia baik fisik mau pun
non fisik dalam sesuatu organisasi. Menurut Simanjutak (1985)
lingkungan kerja termasuk dalam faktor sarana pendukung yang
mempengaruhi produktivitas kerja. Menurut Hakim (2009) indikator
penilaian lingkungan kerja adalah :
a. Hubungan antar rekan kerja
pegawai harus menjaga hubungan dengan pegawai lainnya. hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja.
b. Kerjasama dalam melaksanakan tugas
33
kerjasama dalam melaksana tugas menjadi hal yang sangat penting
terutama bila pekerjaan melibatkan tim.
c. Fasilitas pendukung kerja
Menurut Handari (1990) fasilitas kerja merupakan suatu bentuk
pelayanan perusahaan terhadap karyawan agar menunjang kinerja
dalam memenuhi kebutuhan karyawan, sehingga dapat meningkatkan
produktifitas kerja karyawan.
d. Kondisi tempat kerja
kondisi tempat kerja harus mendukung pegawai menjadi produktif
e. Proses kegiatan rapat.
Dalam kegiatan rapat, menjalin hubungan antar pegawai sangat
penting karena bila hubungan antar pegawai baik maka proses
kegiatan rapat akan berjalan sesuai dengan tujuan
organisasi. 10. Sarana produksi
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik,
kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai
11. Teknologi
Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya
maka akan memungkinkan :
a. Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi
b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu
c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa
34
Dengan memperhatikan hal termaksud, maka penerapan teknologi dapat
mendukung peningkatan produktivitas.
12. Kesempatan berprestasi
Menurut Herzberg dalam Siagian (2009) jika karyawan berpandangan
positif terhadap tugas pekerjaannya, tingkat kepuasannya biasanya tinggi
dan sebaliknya jika para karyawan memandang tugas pekerjaannya secara
negatif maka tingkat kepuasannnya rendah.
Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karier atau
pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan bermanfaat bagi
dirinya maupun bagi organisasi. Pegawai yang bekerja tentu
mengharapkan peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi
yang nantinya akan bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi organisasi.
Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan menimbulkan
dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan
potensi yang dimiliki untuk meningkakan produktivitas kerja
(Sedarmayanti, 2009).
Menurut Gollerman (1984) yang dikutip dalam Lukmanul Hakim
(2009), pada dasarnya orang yang berorientasi pada prestasi kerja hanya
ingin diberitahu apa yang diharapkan manajemen untuk mereka perbuat
dan selanjutnya mereka berharap dibiarkan melakukannya sendiri.
Menurut Sedarmayanti (2011) pegawai yang bekerja tentu
mengharapkan peningkatan potensi diri, apabila terbuka kesempatan untuk
35
berprestasi maka akan meningkatkan produktivitas. Menurut
Sedarmayanti (2011) indikator kesempatan berprestasi antara lain:
- Pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang
dimiliki seseorang
- Kesempatan mengembangkan diri dengan program pendidikan
lanjutan yang dibiayai oleh organisasi tersebut.
- Kemajuan kenaikan pangkat
Kemajuan naik pangkat disesuaikan dengan lama masa kerja
pegawai.
- Adanya reward
Menurut artikel yang ditulis Hermansyah (2013) sebagai langkah
nyata dalam hasil pembinaan maka diadakan pemberian penghargaan
pegawai yang telah menunjukkan prestasi kerja yang baik. Cara
menciptakan reward salah satunya melalui financial saja namun bisa
juga memberikan predikat pegawai teladan yag bertujuan untuk
meningkatkan kesempatan berprestasi perawat (Edy, 2008).
2.1.4 Peningkatan Mutu Dan Produktivitas Kerja Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia perlu dikembangkan secara terus menerus agar
diperoleh sumber daya manusia yang bermutu dalam arti yang sebenarnya,
yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya akan menghasilkan sesuatu yang
memang dikehendaki. Bermutu bukan hanya berarti pandai saja, tetapi
36
memenuhi semua syarat kualitatif yang dituntut pekerjaan itu, sehingga
pekerjaan itu benar-benar dapat diselesaikan sesuai rencana.
Dengan demikian, maka peningkatan mutu sumber daya manusia
dimaksudkan untuk berbagai keperluan, antara lain adalah :
1. Menyiapkan seseorang agar pada saatnya dihari tugas tertentu akan
mampu diserahi tugas yang sesuai
2. Memperbaiki kondisi seseorang yang sudah diberi tugas dan sedang
menghadapi tugas tertentu, sedang yang merasa ada kekurangan pada
dirinya diharapkan mampu mengemban tugas sebagaimana mestinya.
3. Mempersiapkan seseorang untuk diberi tugas tertentu yang sudah pasti
syaratnya lebih berat dari tugas yang sedang dikerjakannya.
4. Melengkapi seseorang dalam hal-hal yang mungkin timbul disekitar
tugasnya, baik yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap pelaksanaan tugasnya.
2.2 Rumah sakit
2.2.1 Definisi Rumah sakit
Menurut undang-undang no 44 tahun 1999 tentang rumah sakit,
definisi rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/Per/II/1998
tentang rumah sakit menyatakan rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan
37
yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Rumah sakit
merupakan pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialistik yang
mempunyai sifat utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
yang bersifat penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas memiliki banyak kesamaan dan
dapat dilihat bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik untuk individu atau masyarakat
secara paripurna yaitu pelayanan pengobatan penyakit (kuratif) pelayanan
perawatan (rehabilitative), pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif), rumah sakit juga sebagai tempat pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan dan penelitian dalam bidang kesehatan.
Menurut Sudarma (2008) kualitas sebuah rumah sakit sangat
ditentukan oleh kualitas keperawatan. Oleh karena itu, peningkatan mutu
layanan rumah sakit identik dengan peningkatan layanan keperawatan.
Peningkatan layanan keperawatan sama maknanya dengan pentingnya
perhatian terhadap mutu dan produktivitas kerja tenaga perawat.
2.2.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan secara
paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif). Untuk menjalankan
tugasnya rumah sakit mempunyai fungsi :
38
a. Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketigas sesuai kebutuhan
medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
159b/Menkes/per/II/1988 tentang rumah sakit, bahwa tugas rumah sakit
adalah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kegiatan
penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan, jiwa dan
dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan
pencegahan (preventif), serta melaksanakan upaya rujukan. Adapun fungsi
rumah sakit adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis, pelayanan perawat, pelayanan rehabilitasi, pencegahan
dan peningkatan kesehatan.
b. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medis dan
paramedik
39
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang
kesehatan.
2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi
rumah sakit umum kelas A, B, C dan lekas D. Klasifikasi tersebut didasarkan
pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.
1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
subspesialitik luas
2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan subspesialistik terbatas
3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar
4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik dasar.
2.2.4 Ketentuan Umum
Beberapa ketentuan yang penting dalam keputusan menteri kesehatan republik
Indonesia nomor: 983/menkes/SK/XI/1992 ialah:
1. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik
40
2. Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik
pemerintah baik pusat, daerah, departemen pertahanan dan keamanan,
maupun badan usaha milik Negara
3. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit umum pemerintah kelas A
dan B yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medik oleh
fakultas kedokteran
4. Klasifikasi rumah sakit umum adalah pengelompokan rumah sakit umum
berdasarkan pembedaan tingkatan menurut kemamuan pelayanan
kesehatan yang dapat disediakan.
5. Pelayanan medik spesialistik dasar adalah pelayanan medik spesialistik
penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah dan kesehatan
anak
6. Pelayanan medik spesialistik luas adalah pelayanan medik spesialistik
dasar ditambahdengan pelayanan spesialistik telinga, hidung, dan
tenggorok, mata, saraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi,
anestesi, rehabilitasi medik, patologi klinis, patologi anatomi, dan
pelayanan spesialistik lain sesuai dengan kebutuhan
7. Pelayanan medik subspesialistik luas adalah pelayanan subspesialistik di
setiap subspesialistik yang ada
8. Rumah sakit swadana adalah rumah sakit milik pemerintah yang diberi
kewenangan untuk menggunakan penerimaan fungsional secara langsung.
(Siregar, 2003)
41
2.3 Keperawatan
Berdasarkan Permenkes nomor 647 tahun 2000 menjelaskan bahwa
keperawatan adalah sebuah profesi. Dengan status seperti ini menuntut setiap
perawat untuk mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sesuai
dengan misi perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan atau perawatan
prima, paripurna, dan berkualitas bagi klien, keluarga dan masyarakat (Sudarma,
2008). Pelayanan professional keperawatan terhadap pasien diberikan dalam
bentuk “asuhan keperawatan” yaitu suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien dengan menggunakan
metodologi “proses keperawatan” yaitu suatu proses atau rangkaian kegiatan
praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien dengan
menggunakan metodologi “proses keperawatan” dan berpedoman pada standar
profesi perawat yang diberlakukan dalam penetapan “standar asuhan
keperawatan” berdasarkan SK Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik nomor :
Y.M.00.03.2.6.7637 Tahun 1993.
Menurut ICN (Internasional Concil of nurses, 1997) dalam Effendi (1997)
perawat adalah orang-orang yang telah menyelesaikan pendidikan ilmu
keperawatan dan memiliki otonomi untuk mmeberikan pelayanan keperawatan.
Tugas utama seorang perawat menurut ICN adalah :
1. Melaksanakan praktek keperawatan dalam cakupan umum, termasuk
didalamnya meningkatkan derajat kesehatan, mencatat keadaan sakitdan
merawat orang sakit, baik fisik maupun mental ataupun cacat.
2. Mengajarkan cara merawat kesehatan
42
3. Berpartisipasi secara penuh sebagai anggota tim kesehatan
4. Terlibat dalam penelitian
5. Penilaian kerja perawat
Menurut Sudarma (2008) salah satu peran perawat pelaksana adalah
bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan mencakup
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam mengelola asuhan keperawatan serta bertindak sebagai pemimpin baik
formal maupun informal untuk meningkatkan motivasi dan kinerja dari
anggota-anggota tim kesehatan dalam mengelola asuhan keperawatan.
Menurut Sudarma (2008) salah satu peran perawat adalah sebagai
anggota masyarakat yang kreatif, produktif dan terbuka untuk menerima
perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan perannya dengan
cara menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk
membantu menyelesaikan masalah masyarakat dibidang kesehatan, membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan dan
mengelola sumber daya yang tersedia, memilih dan menapis perubahan yang
ada untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberi
masukan pada berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah tentang
aspek yang terkait keperawatan.
43
2.3.1 Jenis Perawat
a. Kepala Ruangan
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan
mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang
rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
- Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
- Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan.
- Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat.
- Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
- Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau
tenaga lain yang akan bekerja diruang rawat.
44
- Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar.
- Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang
rawat.
- Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan
tenaga lain yang berada diwilayah tanggug jawabnya.
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan
antara lain melalui pertemuan ilmiah.
- Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebuthan pasien agar tercapai pelayanan yang
optimal.
- Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan
lain yang diperlukan diruang rawat.
- Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
- Mempertangungjawabkan pelaksanan inventarisasi peralatan.
- Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya,
meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan,
fasilitas yang ada cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari
di ruangan.
45
- Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visit dokter) untuk
pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta
menyampikan kepada staf untuk melaksanakannya.
- Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk
memudahkan pemberian asuhan keperawatan.
- Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaanya dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya.
- Mejaga perasan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
- Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam
batas kewenangan.
- Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
- Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan
benar. Untuk tindakan perawatan selanjutnya.
- Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain,
seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit
di RS.
- Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberikan ketenangan.
46
- Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
- Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien, kemudian memeriksa
dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan diitnya.
- Memelihara buku register dan berkas catatan medik.
- Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
- Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
- Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan di bidang perawatan.
- Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan
serta obat-obatan secara efektif dan efisien,
- Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
b. Perawat Primer (ketua tim)
- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikanoleh
disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
- Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
47
- Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat
- Membuat jadwal perjanjian klinik.
- Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
- Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
- Mengikuti timbang terima
- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat blain.
- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
- Menerima dan menyesuaikan rencana.
- Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
- Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
- Membuat jadual perjanjian klinik.
- Mengadakan kunjungan rumah.
- Melaksanakan sentralisasi obat.
- Mendampingi visite.
- Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan
perawat associate.
48
- Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
c. Perawat Asosiate (Perawat Pelaksana)
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan
pelayanan keperawatan langsung kepada klien. Tugas Pokok perawat
pelaksana adalah :
1. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang.
- Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disususun.
- Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
- Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons
klien pada catatan perawatan.
2. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
- Pemberian obat.
- Pemeriksaan laboratorium.
- Persiapan klien yang akan dioperasi.
3. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik , mental, dan spiritual dari
klien, :
- Memelihaara kebersihan klien dan lingkungan.
- Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman
dan ketenangan.
4. Pendekatan dengan komunikasi terapiutik.
- Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik.
49
- Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai
kemampuannnya.
- Memberi pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut.
- Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara
administratif.
- Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
- Sensus harian dan formulir.
- Rujukan atau penyuluhan.
- Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
- Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan
dan keindahan ruangan.
- Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
- Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan
penyakitnya.
- Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan
maupun tertulis.
- Membuat laporan harian.
- Mengikuti timbang terima.
- Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
- Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat
primer
- Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat
primer.
50
- Melakukan evaluasi formatif.
- Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
- Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada
perawat primer.
2.3.2 Penilaian Kerja Tenaga Perawat
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas
(Baidoeri,2003). Proses penilain kinerja dapat digunakan secara efektif dalam
mengarahkan prilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa kperawatan
dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan
proses aprassial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat
yang berkompeten.
2.3.3 Standar Instrumen Penilaian Kerja Perawat
Standar instrumen penilaian kerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada klien dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan
kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan
pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar
praktik keperawatab telah dijabarkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam
tahapan proses keperawatan yang meliputi (1) pengkajian, (2) diagnose
keperawatan. (3) perencanaan (4) implementasi (5) evaluasi keperawatan serta
51
asuhan keperawatan yang disiapkan dalam form khusus asuhan keperawatan
terhadap pasien (Nursalam,2002).
2.3.4 Peran perawat dari sudut profesi dan tujuan lembaga pendidikan
Program pendidikan D3 keperawatan di Indonesia sebagai pendidikan yang
menghasilkan perawat professional pemula. Pendidikan ini bertujuan
mendidik peserta didik melalui proses belajar untuk menyelesaikan suatu
kurikulum sehingga mempunyai cukup pengetahuan, keterampilan dan sikap
untuk :
1. Melaksanakan pelayanan keperawatan professional dalam suatu sistem
pelayanan kesehatan sesuai kebijaksanaan umum pemerintah yang
berlandaskan pencasila, khususnya pelayanan dan atau asuhan
keperawatan individu, keluarga, dan berdasarkan kaidah-
kaidahkeperawatan mencakup :
- Menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu humoniora, ilmu alam
dasar, biomedik, kesehatan masyarakat, dan ilmu keperawatan
dalam melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan
kepada individu,keluarga, kelompok dan masyarakat.
- Melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan
secaratuntas melalui pengkajian, penetapan diagnose keperawatan,
perencanaan intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi
baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitative kepada klien yang mempunyai masalah keperawatan
52
dasar sesuai batas kewenangan, tanggung jawab dan
kemampuannya, serta berlandaskan etika profesi keperawatan.
- Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara sistematis
danmemanfaatkannya dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan
- Bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan berbagai bidang terkait
dengan menerapkan prinsip manajemen dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan dan asuhan
keperawatan
- Melaksanakan sistem rujukan keperawatan dan kesehatan
2. Berperan penting dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
dan atau asuhan keperawatan.
- Mengidentifikasi masalah kesehatan maupun keperawatan
berdasarkan gejala yang ditemukandalam lingkungan kerjanya
sebagai informasi yang relevan untuk kepentingan penelitian
- Menggunakan hasil-hasil penelitian dan IPTEK kesehatan terutama
keperawatan dalam pelayanan keperawatan sesuai standar praktik
keperawatan melalui program jaminan mutu yang kesinambungan.
- Menetapkan prinsip dan teknik penalaran yang tepat dalam
berpikir secara logis dan kritis.
53
- Berperan secara aktif dalam mendidik dan melatih klien
- Merencakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pengajaran dan pelatihan dalam bidang keperawatan
- Menetapkan prinsip pendidikan untuk meningkatkan kemandirian
dan kemampuan klien dalam memelihara kesehatannya.
- Mensintesis berbagai ilmu pengetahuan keperawatan dasar dan
klinik dalam memebrikan pendidikan kepada klien
3. Mengembangkan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan
kemampuan professional.
- Menerapkan konsep-konsep professional dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan
- Melaksanakan kegiatan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan ilmiah
- Berperan sebagai pembaharu dalam setiap kegiatan keperawatan
di berbagai tatanan pelayanan keperawatan atau kesehatan
- Mengikuti perkembangan dan menerapkan IPTEK secara terus-
menerus melalui kegiatan yang menunjang
- Berperan serta secara aktifdalam setiap kegiatan ilmiah yang
relevan dengan keperawatan
4. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai
dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya.
54
- Melaksanakan profesi keperawatan yangmengacu kepada kode
etik keperawatan mencakup hubungan perawat dengan klien,
perawat dengan perawat, perawat dengan profesi lain.
- Mentaati peraturandan perundang-undangan yang berlaku
- Bertindak serasi dengan budaya masyarakat dan tidak
merugikan kepetingan masyarakat
- Berperan aktif dalam pengembangan organisasi profesi
- Mengembangkan komunitas professional
5. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif dan terbuka
untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai
dengan perannya
- Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada
dirinyauntuk membantu menyelesaikan masalah masyarakat
dibidang kesehatan
- Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang tersedia
- Memilih dan menapis perubahan yang ada untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
- Memberi masukan pada berbagai lembaga pemerintah dan non
pemerintah tentang aspek yang terkait keperawatan
Selain masalah peran, status perawat juga perlu mendapat perhatian seksama.
Posisi dan peran perawat sangat vital dan strategis. Perawat menjadi ujung tombak
55
dan tulang punggung pelayanan sebuah rumah sakit. di era globalisasi, kualitas kerja
pada sektor kesehatan harus ditingkatkan. Masyarakat semakin kritis dan menuntut
pelayanan prima. Menurut Wardono (2009) perawat harus mampu memberi
kontribusi positif atas profesinya. Seorang perawat professional harus memiliki
manajemen MPKP yang baik sedangkan saat ini, menurut Wardono (2009) praktik
keperawatan belum mencerminkan pelayanan professional karena masih menganut
pola lama atau tradisional dan belum ada kompetensi pada jenjang pendidikan.
Metode tugas juga belum mengacu pada pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pasien.
Rendahnya tingkat kepuasan pasien mengakibatkan hari perawatan menjadi lama.
2.3.5 Model Praktek Keperawatan Profesional
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
56
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan.
A. Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana
harian, bulanan dan tahunan.
a. Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat
sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian
dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre
conference.
1. Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :
- Asuhan keperawatan
- Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain
yang terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Mengecek SDM dan sarana prasarana
57
- Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus
- Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
- Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
- Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi.
- Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan
untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan
pasien.
2. Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
- Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang
menjadi tanggung jawabnya.
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
- Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
- Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Merencanakan asuhan keperawatan
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
58
- Menulis dokumentasi
- Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
- Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
3. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan
untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian
perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang
dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan
perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
- Operan
- Pre conference dan Post conference
- Mendokumentasikan askep
2.3.6 Penilaian Rencana Harian Perawat
a. rencana harian
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui
observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian. Setiap Ketua Tim
mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat
dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
Presentasi RH = Jumlah RH yg dibuat x 100%
Jumlah hari dinas pd bulan tersebut
59
b. Rencana bulanan 1. Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat
pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala
ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka
peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan
karu adalah:
- Membuat jadwal dan memimpin case conference
- Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga
- Membuat jadwal dinas
- Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
- Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
- Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan
perawat pelaksana
- Melakukan audit dokumentasi
- Membuat laporan bulanan.
2. Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup
rencana bulanan katim adalah:
- Mempresentasikan kasus dalam case conference
60
- Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
c. Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup:
- Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik
proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
- Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah
dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
- Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu),
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
61
2.4 Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan oleh peneliti adalah Sedarmayanti (2011).
Teori ini merupakan teori yang cocok untuk penelitian produktivitas kerja perawat
karena variabelnya berpengaruh langsung terhadap produktivitas kerja dan
merupakan referensi terupdate dari teori-teori lainnya. Dalam Sedarmayanti
(2011) faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja adalah sebagai
berikut :
Sikap mental
Pendidikan
keterampilan
Manajemen
Hubungan Industrial Pancasila
Tingkat Penghasilan
Gizi dan Kesehatan
Jaminan Sosial
Lingkungan kerja
Sarana Produksi
Teknologi
Kesempatan
berprestasi
62
Produktivitas
kerja
Sikap mental terdiri dari tiga macam yaitu motivasi, disiplin kerja dan etika
kerja. Sikap mental yang kuat akan menghasilkan produktivitas kerja yang optimal.
Pendidikan yang tinggi akan menghasilkan wawasan yang luas tentang arti
pentingnya produktivitas sehingga tercipta tindakan yang produktif. Pegawai yang
semakin terampil akan lebih mampu bekerja dan menggunakan fasilitas kerja dengan
baik. Manajemen keperawatan memberikan asuhan keperawatan secara professional
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Hubungan
industrial pancasila adalah hubungan antara pasien, direktur rumah sakit dan
pemerintah daerah setempat guna menciptakan hubungan kerja yang dinamis
sehingga meningkatkan produktivitas kerja.
Tingkat penghasilan yang memadai akan meningkatkan konsentrasi kerja dan
meningkatkan produktivitas kerja. Gizi dan kesehatan yang baik akan membuat
pegawai kuat bekerja sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Jaminan sosial
yang cukup akan meningkatkan semangat bekerja dan meningkatkan produktivitas
kerja. Lingkungan kerja yang baik akan membuat pegawai menjadi senang bekerja
dan meningkatkan produktivitas kerja. Sarana produksi yang baik akan menekan
pemborosan sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Teknologi yang tepat akan
meningkatkan mutu sehingga produktivitas kerja meningkat. Kesempatan berprestasi
akan meningkatkan dedikasi pemanfaatan potensi sehingga meningkatkan
produktivitas kerja.
Sehingga sikap mental, pendidikan, keterampilan, manajemen, hubungan
industrial pancasila, tingkat penghasilan, gizi dan kesehatan, jaminan sosial,
63
lingkungan dan iklim kerja, sarana produksi, teknologi dan kesempatan berprestasi
merupakan faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja.
64
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep
Dalam membuat kerangka konsep, peneliti tidak menggunakan seluruh
variabel yang terdapat pada kerangka teori. Peneliti hanya memilih beberapa
variabel disesuaikan dengan tujuan penelitian serta beberapa pertimbangan lain
yang digunakan oleh peneliti.
Variabel sikap mental mencakup motivasi, disiplin kerja dan etika kerja.
Disiplin kerja tidak diteliti dalam penelitian ini karena indikator disiplin kerja
sama dengan salah satu indikator produktivitas kerja yaitu pencapaian tujuan
organisasi, Etika kerja tidak diteliti dalam penelitian ini karena indikator etika
sama dengan salah satu indikator lingkungan kerja yaitu kerjasama dalam
melaksanakan tugas dan hubungan antar rekan kerja. Variabel pendidikan tidak
diteliti oleh peneliti dikarenakan pendidikan perawat pelaksana adalah D3
keperawatan sehingga data bersifat homogen. Variabel keterampilan tidak diteliti
oleh peneliti karena objek yang diteliti hanya perawat pelaksana yang memiliki
tugas dan keterampilan yang sama sehingga data bersifat homogen. Variabel
Hubungan industrial pancasila tidak diteliti oleh peneliti karena cakupannya yang
terlalu luas mengenai hubungan pasien, direktur RSUD Cibinong dan pemerintah
daerah kabupaten Bogor. Variabel jaminan sosial tidak diteliti oleh peneliti karena
65
jaminan sosial untuk RSUD Cibinong telah menerapkan BPJS kesehatan yang
berlaku bagi pegawai PNS dan non PNS sehingga data bersifat homogen.
Variabel sarana produksi tidak diteliti oleh peneliti karena rumah sakit
memproduksi jasa sehingga data bersifat homogen. Variabel teknologi tidak
diteliti oleh peneliti karena rumah sakit menggunakan teknologi yang sama dalam
menunjang fasilitas pelayanan kesehatannya sehingga data bersifat homogen.
Variabel gizi dan kesehatan diteliti oleh peneliti dengan melihat gizi dan
kesehatan seseorang dari status gizinya. Dengan demikian disusunlah sebuah
kerangka konsep guna menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan
produktivitas kerja perawat di rumah sakit. Adapun kerangka konsep yang
digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar berikut:
Variabel Independen
1. Motivasi 2. Tingkat Penghasilan 3. Lingkungan kerja
4. Kesempatan berprestasi
5. Manajemen
6. Status gizi
Variabel Dependen
Produktivitas Kerja
Penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel independen (Motivasi,
Tingkat penghasilan, lingkungan kerja, kesempatan berprestasi, manajemen dan
status gizi) terhadap variabel dependen (produktivitas kerja). Namun dari keenam
variabel tersebut yang paling mempengaruhi produktivitas kerja adalah motivasi
karena motivasi merupakan faktor yang berada dalam diri individu yang
66
menggerakkan dan mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan tertentu
sehingga produktivitas pun meningkat. (Gitosudarmo dan Sudita, 2000).
67
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Cara ukur Alat ukur Skala Hasil ukur
ukur
1 Produktivitas Persepsi perawat tentang Responden Kuesioner Ordinal Berdasarkan cut off
kerja pekerjaannya yang mengisi point nilai median
mencerminkan kemampuan sendiri 0 =Produktivitas rendah,
untuk menghasilkan kualitas kuesioner jika hasil skor < 67
pelayanan keperawatan yang dengan 1=Produktivitas baik,
dibutuhka n terdiri dari memilih jika hasil skor >= 67
pencapaian tujuan, kreatifitas, jawaban :
dan tingkat pelayanan dan 1= STS
umpan balik 2= TS
3= S
4= SS
68
2. Motivasi Persepsi perawat tentang Responden Kuesioner Ordinal Berdasarkan cut off
dorongan yang dapat dinila i mengisi point nilai median
dari pencapaian prestasi sendiri 0 =Motivasi rendah, jika
kerja, pengakuan hasil kerja, kuesioner hasil skor < 40
pengembangan potensi dengan 1=Motivasi tinggi, jika
individu, kualitas supervise memilih hasil skor >= 40
jawaban :
1= STS
2= TS
3= S
4= SS
3 Tingkat gaji beserta tunjangan yang Responden Kuesioner Ordinal Berdasarkan cut off
Penghasilan diberikan oleh organisasi mengisi point nilai Upah
kepada pegawainya per sendiri Minimum Kabupaten
bulan. kuesioner (UMK) Bogor tahun
2014
0=Penghasilan rendah,
jika < Rp 2.578.576
1=Penghasilan tinggi,
jika >= Rp 2.578.576
4 Lingkungan Persepsi perawat terhadap Responden Kuesioner Ordinal Berdasarkan cut off
69
kerja hubungan antar perawat , mengisi point nilai median
kondisi tempat kerja dan sendiri 0 =lingkungan kerja
fasilitas pendukung tempat kuesioner kurang baik, jika hasil
kerja. dengan skor < 47
memilih 1=lingkungan kerja baik,
jawaban : jika hasil skor >= 47
1= STS
2= TS
3= S
4= SS
5 Kesempatan Persepsi perawat terhadap Responden Kuesioner Ordinal Berdasarkan cut off
berprestasi peluangnya untuk mengisi point nilai median
mendapatkan kesempatan sendiri 0 =kesempatan
mengembangkan diri, kuesioner berprestasi kurang, jika
kemajuan naik pangkat, dengan hasil skor < 30
adanya reward dan pekerjaan memilih 1=Kesempatan
sesuai dengan pendidikan dan jawaban : berprestasi baik, jika
pelatihan 1= STS hasil skor >= 30
2= TS
3= S
4= SS
70
6 Manajemen Persepsi perawat pelaksana Responden Kuesioner Ordinal Berdasarkan cut off
tentang model praktek mengisi point nilai median
keperawatan professional sendiri 0 =manajemen kurang,
melalui tahapan perencanaan, kuesioner jika hasil skor < 73
pengorganisasian, pengarahan dengan 1=manajemen baik, jika
dan pengendalian. memilih hasil skor >= 73
jawaban :
1= STS
2= TS
3= S
4= SS
7 Status gizi Penilaian gizi berupa proporsi Pengukuran Timbangan Ordinal Berdasarkan cut off
badan dengan melihat berat langsung dan alat point IMT Depkes 2007
badan dan tinggi badan. berat badan tinggi 0= IMT < 18,4 gizi
dan tinggi badan kurang
badan 1= IMT 18,5 - 25,0 gizi
responden normal.
2= IMT > 25,1 gizi lebih
71
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara variabel motivasi dengan produktivitas kerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
2. Ada hubungan antara variabel tingkat penghasilan dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
3. Ada hubungan antara variabel lingkungan kerja dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
4. Ada hubungan antara variabel kesempatan berprestasi dengan produktivitas
kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
5. Ada hubungan antara variabel manajemen dengan produktivitas kerja perawat
di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
6. Ada hubungan antara variabel status gizi dengan produktivitas kerja perawat
di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
72
BAB IV
METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian cross sectional dimana variabel independen dan dependennya
dikumpulkan pada saat atau periode yang sama artinya setiap subyek penelitian
diobservasi hanya satu kali saja dan dampak diukur menurut keadaan atau status
pada saat observasi.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah RSUD Cibinong yang terletak di
Cibinong, Jawa barat. Waktu penelitian pada bulan April-Mei 2014.
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
1.Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di
pelayanan rawat inap RSUD Cibinong pada tahun 2014. Total seluruh perawat
pelaksana di ruang rawat inap adalah sebagai berikut :
73
Tabel 4.1
Jumlah perawat pelaksana berdasarkan ruang rawat inap Di RSUD
Cibinong Bulan Januari-Mei tahun 2014
Pelayanan rawat inap Jumlah Populasi
Anggre k 1 25
Anggre k 2 14
Da hlia 9
Ce mpa ka 9
Fla mboya n 11
Rafflesia 19
Seruni 21
Bouge nvil 12
Jumlah 120
Sumber : Unit Kepegawaian tahun 2014
Pelayanan rawat inap di RSUD Cibinong terdiri dari delapan ruang rawat inap yang
dibedakan berdasarkan jenis pelayanannya yaitu :
Tabel 4.2
Jenis Pelayanan di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong tahun 2014
Ruang rawat inap Pelayanan
anggrek 1 Kebidanan dan kandungan
Anggrek 2 Penyakit umum anak
Dahlia Neonatal
Cempaka Bedah
Flamboyan Penyakit dalam
Rafflesia Penyakit umum
Seruni Penyakit umum dewasa
Bougenvil Bedah anak dan dewasa
Sumber : Unit kepegawaian tahun 2014
74
Berdasarkan perbedaan jenis pelayanan tersebut menyebabkan produktivitas
kerja setiap ruang rawat inap berbeda karena perbedaan beban kerja masing-masing
ruang rawat inap. Oleh karena itu populasi diambil sesuai dengan klasifikasi jenis
pelayanan yang terdapat di RSUD Cibinong tahun 2014.
2.Sampel
Sampel penelitian adalah bagian jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2008). Berdasarkan pertimbangan
yang logis, seperti kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu dan tenaga, tidak
semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini, melainkan
diambil beberapa orang sampel yang dianggap representatif untuk mewakili
seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu
cara mengambil sampel yang representatif dari populasi (Riduwan, 2007).
Alasan menggunakan stratified random sampling dengan stara proporsional
adalah :
a. terdapat kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk
menstratifikasi populasi ke dalam lapisan- lapisan. Contoh dalam
penelitian ini, populasi penelitian adalah perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSUD Cibinong yang terdiri dari anggrek 1, anggrek 2, dahlia,
cempaka, flamboyan, rafflesia, seruni, bougenvile.
b. terdapat data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang
dipergunakan untuk menstratifikasi. Contoh dalam penelitian ini
75
Misalnya, data mengenai pembagian ruang rawat inap RSUD Cibinong
didasarkan pada jenis penyakitnya
c. terdapat jumlah satuan elementer dari setiap strata (ukuran setiap
subpopulasi). Contoh dalam penelitian ini diketahuinya jumlah pasti
perawat pelaksana di setiap ruang rawat inap RSUD Cibinong.
Dalam penelitian ini digunakan teknik sratified random sampling dengan strata
disproporsional menggunakan rumus Slovin :
n = N ………………………………………………………… 1
1 + Ne 2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = kelonggaran atau ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditolerir misalnya 2%, 5%, 10%.
Berdasarkan rumus teknik pengambilan sampel di atas, dengan jumlah
populasi sebanyak 120 orang dan kelonggaran 10%, maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
n = 120 = 120 = 54,5 = 55
1 + 120 (0,1)2 2,2
Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 54
perawat pelaksana. Selanjutnya untuk mengetahui jumlah sampel yang akan
76
diambil dari masing-masing lokasi ruang rawat inap digunakan rumus sebagai
berikut (Ridwan, 2007).
ni = Ni x n …………………………………………………2
N
Keterangan :
ni = jumlah sampel menurut lokasi
n = jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi menurut lokasi
N = jumlah populasi seluruhnya
Menurut Azwar (2012) dalam marlina 2014 menyatakan jumlah sampel
yang didapat ditambahkan 10% dari jumlah sampel untuk mengantisipasi
adanya kemungkinan data yang kurang.
Dari masing-masing jumlah sampel per unit rawat inap digunakan
simple random sampling dengan cara mengambil acak nama
perawatpelaksana per unit ruang rawat inap yang akan dijadikan sampel
dengan bantuan daftar nama perawat pelaksana dengan menggunakan alat
bantu berupa kocokan. Lebih rinci jumlah populasi dan responden menurut
unit rawat jalan RSUD Cibinong, seperti terlihat pada tabel berikut :
77
Tabel 4.3
Jumlah perawat pelaksana ruang rawat inap
berdasarkan jumlah populasi dan sampel Di RSUD Cibinong tahun 2014
Pelayanan rawat inap Jumlah populasi Jumlah sampel
Anggre k 1 25 12
Anggre k 2 14 7
Da hlia 9 5
Ce mpa ka 9 5
Fla mboya n 11 5
Raff lesia 19 9
Seruni 21 10
Bouge nvil 12 6
Jumlah 120 59
4.4 Sumber Pengumpulan Data Penelitian
Sumber data yang digunakan adalah :
1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti mengenai
faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat
pelaksana seperti motivasi, tingkat penghasilan, lingkungan kerja,
kesempatan berprestasi, manajemen dan status gizi yang diperoleh melalui
penyebaran kuesioner kepada para perawat pelaksana di ruang rawat inap.
2. Data sekunder didapatkan dari bagian unit kepegawaian dan keperawatan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong berupa profil rumah sakit,
data dari kepala komite keperawatan terkait pencapaian kinerja perawat
78
pelaksana dan data unit kepegawaian terkait jumlah perawat pelaksana
yang bekerja aktif pada tahun 2014.
4.5 Instrumen Data Penelitian
4.5.1 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan
pertanyaan tertutup yang disebarkan ke perawat pelaksana di ruang rawat inap
yang menjadi sampel dari penelitian ini. Kuesioner ini diadopsi dari :
1. Lukmanul Hakim (2010) tesis yang berjudul Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010.
2. Jaenudin (2003) tesis yang berjudul Hubungan antara motivasi kerja dengan
produktivitas kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Serang Tahun 2003.
3. Emanuel (1998) skripsi yang berjudul Faktor- faktor yang berhubungan
dengan produktivitas tenaga pelaksana keperawatan di ruang rawat inap
Rumah sakit Sukmul Jakarta utara tahun 1998.
Kuesioner tidak menggunakan skala likert dengan lima kriteria karena kriteria
netral akan membuat ambigu responden sehingga kriteria netral tidak digunakan
dalam kuesioner ini. Adapun pengukuran dalam kuesioner dengan menggunakan
skala likert dengan empat kriteria yaitu 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3=
setuju, 4= sangat setuju.
79
4.5.2 Uji validitas dan reliabilitas
Sebelum instrument/alat ukur digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian, maka perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari kevalidan
dan reliabilitas alat ukur tersebut. Uji validitas berguna untuk mengetahui
apakah alat ukur tersebut valid, valid artinya ketepatan mengukur atau a lat
ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah variabel yang akan diukur. Jumlah
responden untuk uji coba minimal 30 responden (Suharto, 2009).
a. Uji validitas
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 sampel sehingga didapatkan
nilai R tabel adalah 0,320. Dapat disimpulkan bahwa 91 pertanyaan yang
terdiri dari variabel motivasi, lingkungan kerja, kesempatan berprestasi,
manajemen dan produktivitas kerja adalah valid.
b. Uji reliabilitas
Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai r hitung adalah 0,967.
Jumlah sampel (n) = 40 sampel. Dengan nilai alpha 0,05 didapatkan r tabel
sebesar 0,320. Dapat disimpulkan bahwa cronbach’s alpha (0,967) > r
tabel (0,320) maka reliabel sehingga dapat digunakan untuk alat ukur
pengujian selanjutnya.
80
4.6 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan berupa :
1.Mengkode data (data coding)
Kegiatan pemberian kode pada setiap variabel yang dikumpulkan
untuk mempermudah proses pemasukan dan pengolahan data selanjutnya.
Untuk kasus diberi kode 0 dan non kasus diberi kode 1, sedangkan untuk
kategori yang produktivitas rendah diberi nilai 0 dan yang produktivitas baik
diberi nilai 1.
a. Produktivitas kerja: 0.Produktivitas rendah, jika hasil skor < median,
1.Produktivitas baik, jika hasil skor >= median
b. Motivasi kerja : 0.Motivasi rendah, jika hasil skor < median, 1.Motivasi
tinggi, jika hasil skor >= median
c. Tingkat penghasilan: 0.Penghasilan rendah, jika UMK Bogor < Rp
2.578.576, 1.Penghasilan tinggi, jika UMK Bogor Rp 2.578.576
d. Lingkungan kerja : 0.lingkungan kerja kurang baik, jika hasil skor <
median, 1.Lingkungan kerja baik, jika hasil skor >= median
e. Kesempatan berprestasi: 0.kesempatan berprestasi kurang, jika hasil skor
< median, 1.Kesempatan berprestasi baik, jika hasil skor >= median
f. Manajemen : 0.manajemen kurang, jika hasil skor < median, 1.manajemen
baik, jika hasil skor >= median
g. Status gizi : 0. 0= IMT < 18,4 gizi kurang , 1= IMT 18,5 - 25,0 gizi
normal, 2= IMT > 25,1 gizi lebih
81
2. Menyunting data (data editing)
Menyunting data dilakukan untuk memeriksa kebenaran dan
kelengkapan data, seperti konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner,
kelengkapan pengisian dan kesalahan pengisian. Data ini merupakan data
input utama untuk penelitian.
3. Memasukkan data (data entry)
Data yang sudah diberi kode kemudian di input ke dalam komputer
dengan menggunakan software SPSS.
4. Membersihkan data (cleaning)
Pengecekkan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan
data tersebut tidak ada yang salah, sehingga data tersebut siap diolah dan
dianalisis.
4.7 Analisis Data
4.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi
frekuensi dari variabel yang diteliti, yaitu mendeskripsikan variabel
dependen (produktivitas kerja) dan variabel independen (faktor- faktor
yang mempengaruhi produktivitas kerja perawat pelaksana). Fungsi
analisis univariat adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan
data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut berupa
ukuran-ukuran statistik, tabel dan juga grafik. (Hastono, 2007).
82
4.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu
faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat
(motivasi kerja, tingkat penghasilan, lingkungan kerja, kesempatan
berprestasi, manajemen dan status gizi), sedangkan variabel dependennya
adalah produktivitas kerja.
Untuk mencari hubungan antara variabel faktor produktivitas kerja
(motivasi kerja, tingkat penghasilan, lingkungan kerja, kesempatan
berprestasi, manajemen dan status gizi) dengan produktivitas kerja diuji
menggunakan chi-square. Penelitian ini menggunakan uji kemaknaan 5%.
Jika P value <= 0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara variabel
(motivasi kerja, tingkat penghasilan, lingkungan kerja, kesempatan
berprestasi, manajemen dan status gizi) dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana dan jika P value >= 0,05 berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara variabel (motivasi kerja, tingkat penghasilan,
lingkungan kerja, kesempatan berprestasi, manajemen dan status gizi)
dengan produktivitas kerja perawat.
83
BAB V
HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum RSUD Cibinong 5.1.1 Gambaran RSUD Cibinong
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong merupakan rumah sakit umum
daerah sebagai satuan kerja perangkat daerah yang merupakan badan layanan
umum. RSUD Cibinong terletak di jalan KSR Kusmayadi No. 27, Cipayung,
Cibinong Bogor, Jawa Barat cibinong kabupaten bogor. RSUD Cibinong adalah
rumah sakit tipe B non Pendidikan yang dikukuhkan dengan SK bupati No
445/338/Kpts/Huk/2009, badan rumah sakit umum daerah Cibinong ditetapkan
sebagai satuan kerja perangkat daerah yang menetapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Dalam
perkembangannya hingga sekarang, RSUD cibinong memiliki 233 tempat tidur
untuk pelayanan rawat inap termasuk ruang perawatan intensif dan perinatologi.
RSUD Cibinong lulus akreditasi dengan status penuh 16 pelayanan.
Berdasarkan Perda Kab. Bogor No.14 Th.2008 Struktur organisasi RSUD
Cibinong Kabupaten Bogor dipimpin oleh seorang direktur RSUD Cibinong.
Pengelolaan RSUD Cibinong sepenuhnya diserahkan oleh direktur RSUD
Cibinong dengan dibawah badan pengawas dari Bupati Kabupaten Bogor.
Berdasarkan data unit kepegawaian SDM RSUD Cibinong pada tahun 2014
84
berjumlah 747 pegawai yang diantaranya 265 pegawai adalah tenaga perawat di
RSUD Cibinong yang terdiri dari sebagai berikut :
Tabel 5.1
Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Jenis Pelayanan
Di RSUD Cibinong Bulan Januari-Mei Tahun 2014
No Jenis pelayanan Jumlah
1 Ruang rawat jalan 60
2 Ruang rawat inap 142
3 Pelayanan IGD 10
4 Ruangan ICU 10
5 Pelayanan tindakan bedah 10
6 Pelayanan bersalin, perinatologi, dan neonatologi 10
7 Kegiatan KB 3
8 Pelayanan intensif 8
9 Pelayanan bank darah 2
10 Pelayanan kesehatan gigi 10
Total 265
Sumber : Unit kepegawaian Tahun 2014 5.1.2 Jenis Pelayanan di RSUD Cibinong
RSUD Cibinong memiliki 23 pelayanan yang terdiri dari :
a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
buka setiap hari 24 jam, dilayani oleh dokter umum yang bertugas secara
bergantian.
85
b. Pelayanan rawat jalan
Memiliki 18 pelayanan spesialistik yaitu klinik kesehatan anak, klinik mata,
klinik kebidanan dan kandungan, klinik bedah, klinik bedah tulang
(orthopedi), klinik bedah urologi, klinik DOTS, klinik paru, klinik penyakit
dalam, klinik syaraf, klinik kulit dan kelamin, klinik THT, klinik edukasi
diabetes, klinik gizi, klinik rehabilitasi medis, klinik gigi dan mulut, klinik
gigi spesialis orthodonti dan klinik umum.
c. Pelayanan rawat inap
Memiliki 8 (delapan) ruang rawat inap yang terdiri dari Ruang anggrek 1,
Ruang anggrek 2, Ruang dahlia, Ruang Cempaka, Ruang flamboyan, Ruang
Rafflesia, Ruang seruni, Ruang bogenfil ( bedah anak dan dewasa) dan Ruang
ICU
d. Pelayanan tindakan bedah
Memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 10 buah sebagai ruang perawatan
khusus.
e. Pelayanan bersalin, perinatologi, dan neonatologi
f. Kegiatan KB dan imunisasi
g. Pelayanan intensif, pelayanan adminstasi manajemen, Pelayanan radiologi ,
Pelayanan laboratorium, Farmasi dan gizi, Pelayanan laundry, pelayanan
pemeliharaan sarana dan limbah
h. Pelayanan pengendalian infeksi, pelayanan bank darah, dan pemulasaran
jenazah, Pelayanan kesehatan gigi, Pelayanan ambulan, Pelayanan
hemodialisa, Pelayanan rekam medik dan Pelayanan administrasi manajemen.
86
5.1.3 Pelayanan di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
Tabel 5.2
Pelayanan Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
No Nama ranap Jenis Pelayanan Klasifikasi kelas berdasarkan jumlah TT
Kelas I Kelas Kelas Kelas Isolasi Total
Utama I II III TT
1 Anggrek 1 Kebidanan dan kandungan 0 6 10 25 0 41
2 Anggrek 2 Penyakit umum anak 0 0 2 27 0 29
3 Dahlia Neonatal 0 10 18 2 0 30
4 Cempaka Penyakit bedah 0 0 0 10 2 12
5 Flamboyan Penyakit dalam 0 0 0 17 3 20
6 Rafflesia Penyakit umum 21 0 0 0 0 21
7 Seruni Penyakit umum dewasa 9 12 10 0 9 40
8 Bogenfil Bedah anak dan dewasa 5 8 8 9 0 30
9 ICU Pelayanan ICU 0 0 0 0 10 10 Jumlah 35 36 48 90 24 233
87
5.1.4 Visi Misi RSUD Cibinong
Visi : “ RSUD Cibinong diandalkan dan dipercaya di jawa barat “
Misi :
1. Meningkatkan performa rumah sakit
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas
5.1.5 Tujuan dan Sasaran RSUD Cibinong
Tujuan RSUD Cibinong adalah :
1. Peningkatan manajemen administrasi umum dan keuangan yang akuntabel
sesuai standar pelayanan.
2. Peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit
3. Peningkatan keterampilan sumberdaya manusia rumah sakit
4. Peningkatan profesionalisme sumberdaya manusia rumah sakit
5. Peningkatan sarana alat kedokteran sesuai standar dan perkembangan
teknologi.
6. Peningkatan jumlah dan jenis dokter spesialis sesuai standar dan kebutuhan
pelayanan medik.
7. Peningkatan jumlah dan keterampilan perawat sesuai standar asuhan
keperawatan
88
5.1.6 Struktur Organisasi RSUD Cibinong Kabupaten Bogor Berdasarkan Perda Kab. Bogor No.14 Th.2008
89
5.1.7 Ketenagaan perawat di ruang rawat inap
Berikut ini akan diuraikan jumlah perawat di ruang rawat inap
RSUD Cibinong. Jumlah ketenagaan yang ada sewaktu-waktu dapat
berubah bila terjadi penambahan jumlah pegawai melalui proses
rekrutmen dan seleksi pegawai.
Tabel 5.3
Jumlah Perawat Di Ruang Rawat Inap berdasarkan Status Pegawai
Tahun 2014
No Ruang Jenis Pera wa t Total
ra wat ina p
Kepala Ketua tim Pelaksana
ruangan
PNS Non PNS Non PNS Non
PNS PNS PNS
1 Anggre k 1 1 - 2 - 8 17 28
2 Angrek 2 1 - 2 - 4 10 17
3 Da hlia 1 - 2 - 3 6 11
4 Cempaka 1 - 2 - 4 5 11
5 Fla mboya nt 1 - 2 - 4 7 14
6 Raff lesia 1 - 2 - 8 11 22
7 Seruni 1 - 2 - 6 15 24
8 Boge nfil 1 - 2 - 8 4 15
Jumlah 8 - 14 - 45 75 142
Sumber : Unit kepegawaian tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah perawat
terbanyak terdapat di ruang rawat inap anggrek 1 sedangkan jumlah
perawat terendah terdapat di ruang rawat inap dahlia dan cempaka.
90
5.1.8 Gaji Pokok Pegawai di RSUD Cibinong tahun 2014 a. Gaji Pegawai PNS di RSUD Cibinong Tahun 2014 Tingkatan gaji pegawai berdasarkan PP no 22 tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4
Gaji Pegawai PNS Berdasarkan Golongan Tahun 2014
No Golongan Klasifikasi Gol Gaji
1 Gol.1 1a Rp 1.979.900,00
1b Rp 2.096.100,00
1c Rp 2.184.800,00
1d Rp 2.277.200,00
2 Gol.2 2a Rp 2.859.500,00
2b Rp 2.980.500,00
2c Rp 3.106.000,00
2d Rp 3.238.000,00
3 Gol.3 3a Rp 3.590.900,00
3b Rp 3.742.800,00
3c Rp 3.901.100,00
4 Gol.4 4a Rp 4.238.000,00
4b Rp 4.417.400,00
4c Rp 4.604.200,00
4d Rp 4.799.000,00
4e Rp 5.002.000,00
Sumber : Unit kepegawaian tahun 2014 b. Gaji Pegawai Non PNS di RSUD Cibinong tahun 2014
Gaji pegawai Non PNS di RSUD Cibinong tahun 2014 sebesar Rp
2.242.240,00 meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.
91
5.1.9 Distribusi Sampel Perawat Pelaksana Berdasarkan Status Pegawai Tahun
2014
Tabel 5.5
Distribusi sampel perawat pelaksana berdasarkan status
pegawai Bulan Januari-Mei 2014 No Ruang ra wat ina p Perawat pelaksana Jumlah
PNS Non PNS
1 Anggre k 1 4 8 12
2 Anggre k 2 0 7 7
3 Da hlia 1 4 5
4 Cempaka 2 3 5
5 Fla mboya n 2 3 5
6 Rafflesia 6 3 9
7 Seruni 0 10 10
8 Boge nfil 6 0 6
Jumlah 21 38 59
5.2 Analisis Univariat 5.2.1 Gambaran Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
Grafik 5.1
Distribusi Produktivitas Kerja Secara Umum Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
Produktivitas Kerja
51% 49%
kura ng bai k
cukup baik
92
Berdasarkan grafik 5.1 didapatkan perawat yang memiliki produktivitas
kerja kurang baik sebanyak 29 perawat (49%) dari 59 perawat. Sedangkan perawat
yang memiliki produktivitas kerja cukup baik sebanyak 30 orang (51%) dari 59
perawat.
Tabel 5.6
Distribusi produktivitas kerja diruang rawat inap RSUD Cibinong Tahun 2014
Ruang ra wat Kategori Produktivitas kerja Total
Ina p
Kurang baik Cukup baik
N % N % N %
Anggre k 1 4 33,33 8 66,67 12 100
Anggre k 2 6 85,72 1 14,28 7 100
Da hlia 5 100 0 0 5 100
Ce mpa ka 0 0 5 100 5 100
Fla mboya n 4 80 1 20 5 100
Reff lesia 6 66,67 3 33,33 9 100
Seruni 1 10 9 90 10 100
Boge nfil 3 50 3 50 6 100
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan produktivitas kerja kurang baik dengan
jumlah terbanyak adalah ruang rawat inap dahlia. Sedangkan produktivitas kerja
cukup baik dengan jumlah terbanyak adalah ruang rawat inap cempaka .
93
Tabel 5.7
Indikator penilaian Produktivitas kerja
NO PRODUKTIVITAS KERJA KAT EG ORI N %
1 Pencapaian tujuan Kura ng baik 8 13,6
Cukup baik 51 86,4
Total 59 100
2 Kreativitas Kura ng baik 29 49,2
Cukup baik 30 50,8
Total 59 100
3 Tingkat pelayanan dan umpan balik Kura ng baik 25 42,4
Cukup baik 34 57,6
Total 59 100
Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan produktivitas kerja kurang baik dengan
persentase terbanyak adalah kreativitas sebesar 49,2%. Sedangkan produktivitas
kerja cukup baik dengan presentase terbanyak adalah pencapaian tujuan sebesar
13,6%.
5.2.2 Gambaran Motivasi Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD
Cibinong
Grafik 5.2
Distribusi Motivasi Secara Umum di Ruang Rawat Inap RSUD
Cibinong Tahun 2014
Motivasi
39% 61%
rendah
tinggi
94
Berdasarkan grafik 5.2 didapatkan perawat yang memiliki motivasi rendah
sebanyak 23 perawat (39%) dari 59 perawat. Sedangkan perawat yang memiliki
motivasi tinggi sebanyak 36 orang (61%) dari 59 perawat.
Tabel 5.8
Distribusi Motivasi Diruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
Rua ng Kategori Motivasi Total
rawat
Rendah
Tinggi
inap
N
% N
% N
%
Anggre k 1 2 16,67 10 83,33 12 100
Anggre k 2 5 71,42 2 28,58 7 100
Da hlia 3 60 2 40 5 100
Ce mpa ka 0 0 5 100 5 100
Fla mboya n 4 80 1 20 5 100
Raff lesia 3 33,33 6 66,67 9 100
Seruni 3 30 7 70 10 100
Boge nfil 3 50 3 50 6 100
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan motivasi rendah dengan jumlah terbanyak
adalah ruang rawat inap flamboyan. Sedangkan motivasi tinggi dengan jumlah
terbanyak adalah ruang rawat inap cempaka.
95
Tabel 5.9
Indikator Penilaian Motivasi
NO MOTIVASI KAT EG ORI N %
1 Pencapaian Prestasi kerja Rendah 12 20,3
Tinggi 47 79,7
Total 59 100
2 Pengakuan Hasil kerja Rendah 29 49,2
Tinggi 30 50,8
Total 59 100
3 Pengembangan Potensi Individu Rendah 17 28,2
Tinggi 42 71,2
Total 59 100
4 Kualitas Supervisi Rendah 3 5,1
Tinggi 56 94,9
Total 59 100
Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan motivasi rendah dengan persentase
terbanyak adalah pengakuan hasil kerja sebesar 49,2% sedangkan motivasi tinggi
dengan presentase terbanyak adalah kualitas supervisi sebesar 13,6%.
5.2.3 Gambaran Tingkat Penghasilan Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Grafik 5.3
Distribusi Tingkat Penghasilan Secara Umum Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
Tingkat Penghasilan
36% rendah
64% tinggi
96
Berdasarkan grafik 5.3 didapatkan perawat yang memiliki penghasilan
rendah sebanyak 38 perawat (64%) dari 59 perawat. Sedangkan perawat yang
memiliki penghasilan tinggi sebanyak 21 orang (36%) dari 59 perawat.
Tabel 5.10
Distribusi Tingkat Penghasilan Diruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
Ruang ra wat Kategori Tingkat Penghasilan Total
Ina p
Rendah Tinggi
N % N % N %
Anggre k 1 8 66,67 4 33,33 12 100
Anggre k 2 7 100 0 0 7 100
Da hlia 4 80 1 20 5 100
Ce mpa ka 3 60 2 40 5 100
Fla mboya n 3 60 2 40 5 100
Raff lesia 3 33,33 6 66,67 9 100
Seruni 10 100 0 0 10 100
Boge nfil 0 0 6 100 6 100
Berdasarkan tabel 5.10 didapatkan penghasilan rendah dengan jumlah
terbanyak adalah ruang rawat inap anggrek 2 dan seruni. Sedangkan penghasilan
tinggi dengan jumlah terbanyak adalah ruang rawat inap rafflesia karena 6 dari 9
perawat di ruang rawat inap bogenfil.
97
5.2.4 Gambaran Lingkungan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
RSUD Cibinong
Grafik 5.4
Distribusi Lingkungan Kerja Secara Umum Di Ruang rawat Inap RSUD
Cibinong Tahun 2014
Lingkungan Kerja
42% Kura ng baik 58%
Cukup baik
Berdasarkan grafik 5.4 didapatkan perawat yang memiliki lingkungan kerja
kurang baik sebanyak 25 perawat (42%) dari 59 perawat. Sedangkan perawat
yang memiliki lingkungan kerja cukup baik sebanyak 34 orang (58%) dari 59
perawat.
Tabel 5.11
Gambaran Variabel Lingkungan Kerja Diruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Tahun 2014
Ruang ra wat Ka te gori Lingkunga n Ke rja Total
Ina p
Kurang baik Cukup baik
N % N % N %
Anggre k 1 5 41,67 7 58,33 12 100
Anggre k 2 5 71,43 2 28,57 7 100
Da hlia 3 60 2 40 5 100
Ce mpa ka 1 20 4 80 5 100
Fla mboya n 3 60 2 40 5 100
Raff lesia 3 33,33 6 66,67 9 100
Seruni 3 30 7 70 10 100
Boge nfil 2 33,33 4 66,67 6 100
98
Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan lingkungan kerja kurang baik dengan
jumlah terbanyak adalah ruang rawat inap anggrek 2. Sedangkan lingkungan kerja
cukup baik dengan jumlah terbanyak adalah ruang rawat inap cempaka.
Tabel 5.12
Indikator Penilaian Lingkungan Kerja
NO LINGKUNGAN KERJA KAT EG ORI N %
1 Hub. Antar rekan kerja kura ng baik 7 11,9
cukup baik 52 88,1
Total 59 100
2 Kerjasama dlm melaksanakan tugas kura ng baik 10 16,9
cukup baik 49 83,1
Total 59 100
3 Fasilitas pendukung kerja kura ng baik 20 33,9
cukup baik 39 66,1
Total 59 100
4 Kondisi tempat kerja Kura ng baik 17 28,8
Cukup baik 42 71,2
Total 59 100
5 Proses kegiatan rapat Kura ng baik 12 20,3
Cukup baik 47 79,7
Total 59 100
Berdasarkan tabel 5.12 didapatkan lingkungan kerja kurang baik dengan
persentase terbanyak adalah fasilitas pendukung kerja sebesar 33,9% sedangkan
lingkungan kerja cukup baik dengan presentase terbanyak adalah proses kegiatan
rapat sebesar 79,7%.
99
5.2.5 Gambaran Kesempatan Berprestasi Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
RSUD Cibinong
Grafik 5.5
Distribusi Kesempatan Berprestasi Secara Umum Di Ruang Rawat Inap RSUD
CibinongTahun 2014
Kesempatan
Berprestasi
42% Kurang baik
58% Cukup baik
Berdasarkan grafik 5.5 didapatkan perawat yang memiliki kesempatan
berprestasi kurang baik sebanyak 25 perawat (42%) dari 59 perawat. Sedangkan
perawat yang memiliki kesempatan berprestasi cukup baik sebanyak 34 orang
(58%) dari 59 perawat.
Tabel 5.13
Distribusi Kesempatan Berprestasi Diruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun
2014
Rua ng Kategori Kesempatan Berprestasi Total
rawat
Ina p Kurang baik Cukup baik
N % N % N %
Anggre k 1 3 25 9 75 12 100
Anggre k 2 4 57,14 3 42,86 7 100
Da hlia 2 40 3 60 5 100
Ce mpa ka 3 60 2 40 5 100
Fla mboya n 4 80 1 20 5 100
Raff lesia 4 44,44 5 55,56 9 100
Seruni 3 30 7 70 10 100
Boge nfil 2 33,33 4 66,67 6 100
100
Berdasarkan tabel 5.13 didapatkan kesempatan berprestasi kurang baik
dengan jumlah terbanyak adalah ruang rawat inap flamboyan. Sedangkan
kesempatan berprestasi cukup baik dengan jumlah terbanyak adalah ruang rawat
inap anggrek 1.
Tabel 5.14
Indikator Penilaian Kesempatan Berprestasi
NO KESEMPATAN BERPRESTASI KAT EG ORI N %
1 Kesempatan mengembangkan diri Kurang baik 26 44,1
Cukup baik 33 55,9
Total 59 100
2 Kemajuan naik pangkat Kurang baik 24 40,7
Cukup baik 35 59,3
Total 59 100
3 Adanya reward Kurang baik 27 45,8
Cukup baik 32 54,2
Total 59 100
4 Pekerjaan sesuai dengan pendidikan dan pelatihan Kurang baik 22 37,3
Cukup baik 37 62,7
Total 59 100
Berdasarkan tabel 5.14 didapatkan kesempatan berprestasi kurang baik
dengan persentase terbanyak adalah adanya reward sebesar 45,8% sedangkan
kesempatan berprestasi cukup baik dengan presentase terbanyak adalah pekerjaan
sesuai dengan pendidikan dan pelatihan sebesar 62,7%.
101
5.2.6 Gambaran Manajemen Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD
Cibinong
Grafik 5.6
Distribusi Manajemen Secara Umum di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Tahun 2014
Manajemen
39% kurang baik
61% cukup baik
Berdasarkan grafik 5.6 didapatkan perawat yang memiliki manajemen
kurang baik sebanyak 23 perawat (39%) dari 59 perawat. Sedangkan perawat
yang memiliki manajemen cukup baik sebanyak 36 orang (61%) dari 59 perawat.
Tabel 5.15
Distribusi Variabel Manajemen Diruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
Rua ng Kategori Manajemen Total
rawat
Kurang baik Cukup baik
inap
N % N % N %
Anggre k 1 2 16,67 10 83,33 12 100
Anggre k 2 4 57,14 3 42,86 7 100
Da hlia 5 100 0 0 5 100
Ce mpa ka 1 20 4 80 5 100
Fla mboya n 4 80 1 20 5 100
Raff lesia 3 33,33 6 66,67 9 100
Seruni 1 10 9 90 10 100
Boge nfil 3 50 3 50 6 100
Total 23 38,99 36 61,01 59 100
102
Berdasarkan tabel 5.15 didapatkan manajemen kurang baik dengan jumlah
terbanyak adalah ruang rawat inap dahlia. Sedangkan manajemen cukup baik
dengan jumlah terbanyak adalah ruang rawat inap seruni.
Tabel 5.16
Indikator Penilaian Manajemen
NO MANAJEMEN KAT EG ORI N %
1 Perencanaan Kurang baik 24 40,7
Cukup baik 35 59,3
Total 59 100
2 Pengorganisasian Kurang baik 23 39,0
Cukup baik 36 61,0
Total 59 100
3 Pengarahan Kurang baik 22 37,3
Cukup baik 37 62,7
Total 59 100
4 Pengendalian Kurang baik 25 42,4
Cukup baik 34 57,6
Total 59 100
Berdasarkan tabel 5.16 didapatkan manajemen kurang baik dengan
persentase terbanyak adalah pengendalian sebesar 42,4% sedangkan manajemen
cukup baik dengan presentase terbanyak adalah pengorganisasian sebesar 61%.
103
5.2.7 Gambaran Status Gizi Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD
Cibinong
Grafik 5.7
Distribusi Status Gizi Secara Umum di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Tahun 2014
Status Gizi
3%
17 % Gizi re nda h
80%
Gizi normal
Gizi lebih
Berdasarkan grafik 5.7 didapatkan perawat yang memiliki gizi kurang
sebanyak 2 perawat (3%) dari 59 perawat. Perawat yang memiliki gizi normal
sebanyak 47 perawat (79,66%) dari 59 perawat. Sedangkan perawat yang
memiliki gizi lebih sebanyak 10 orang (16,95%) dari 59 perawat.
104
Tabel 5.17
Distribusi Status Gizi Diruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014
Rua ng ra wa t status gizi Total
Ina p
Gizi kurang Gizi normal Gizi lebih
N % N % N % N %
Anggre k 1 0 0 9 75 3 25 12 100
Anggre k 2 1 14,29 0 0 6 85,71 7 100
Da hlia 0 0 5 100 0 0 5 100
Ce mpa ka 0 0 5 100 0 0 5 100
Fla mboya nt 0 0 5 100 0 0 5 100
Raff lesia 1 11,11 7 77,78 1 11,11 9 100
Seruni 0 0 10 100 0 0 10 100
Boge nfil 0 0 6 100 0 0 6 100
Berdasarkan tabel 5.17 didapatkan perawat yang memiliki gizi kurang
dengan jumlah terbanyak adalah ruang rawat inap anggrek 2. Perawat yang
memiliki gizi normal terbanyak adalah ruang rawat inap dahlia, cempaka,
flamboyant, seruni dan bogenfil. Sedangkan perawat yang memiliki gizi lebih
terbanyak adalah anggrek 2.
105
5.3 Analisis Bivariat
5.3.1 Hubungan Variabel Motivasi dengan Produktivitas Kerja
Tabel 5.18
Hubungan Motivasi dengan produktivitas kerja di RSUD Cibinong tahun 2014
Kategori Kategori produktivitas Total P value
Motivasi
Produktivitas Produktivitas
kurang baik cukup baik
N % N % N %
Motivasi rendah 16 69,57 7 30,43 23 100 0,025
Motivasi tinggi 13 36,11 23 63,89 36 100
Total 29 49,15 30 50,85 59 100
Berdasarkan tabel 5.18 didapatkan perawat yang memiliki motivasi rendah
dan produktivitas kurang baik ada 16 dari 23 orang (63,57%). Sedangkan perawat
yang memiliki motivasi tinggi dan produktivitas kurang baik ada 13 orang dari 36
orang (36,11%). Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (p value) < alpha
0,05 artinya ada hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja.
5.3.2 Hubungan Variabel Tingkat Penghasilan dengan Produktivitas Kerja
Tabel 5.19
Hubungan tingkat penghasilan dengan produktivitas kerja di RSUD
Cibinong tahun 2014
Kategori Kategori produktivitas Total P value
Tingkat penghasilan
Produktivitas Produktivitas
kurang baik cukup baik
N % N % N %
penghasilan rendah 17 44,74 21 55,26 38 100 0,522
penghasilan tinggi 12 57,14 9 42,86 21 100
Total 29 49,15 30 50,85 59 100
106
Berdasarkan tabel 5.19 didapatkan perawat yang memiliki tingkat
penghasilan rendah dan produktivitas kurang baik ada 17 dari 38 orang (44,74%).
Sedangkan perawat yang memiliki tingkat penghasilan tinggi dan produktivitas
kurang baik ada 12 orang dari 21 orang (57,14%). Dari hasil statistik diperoleh
nilai probabilitas (p value) > alpha 0,05 artinya tidak ada hubungan antara tingkat
penghasilan dengan produktivitas kerja.
5.3.3 Hubungan Variabel Lingkungan Kerja dengan Produktivitas Kerja
Tabel 5.20
Hubungan tingkat penghasilan dengan produktivitas kerja di RSUD
Cibinong tahun 2014
Ka te gori Kategori produktivitas Total P value
Lingkungan kerja
Produktivitas Produktivitas
kurang baik cukup baik
N % N % N %
Lingkungan kerja kurang baik 16 64 9 36 25 100 0,091
Lingkungan kerja cukup baik 13 38,23 21 61,77 34 100
Total 29 49,15 30 50,85 59 100
Berdasarkan tabel 5.20 didapatkan perawat yang memiliki lingkungan
kerja kurang baik dan produktivitas kurang baik ada 16 dari 25 orang (64%).
Sedangkan perawat yang memiliki lingkungan kerja cukup baik dan produktivitas
kurang baik ada 13 orang dari 34 orang (38,23%). Dari hasil statistik diperoleh
nilai probabilitas (p value) > alpha 0,05 artinya tidak ada hubungan antara
lingkungan kerja dengan produktivitas kerja.
107
5.3.4 Hubungan Variabel Kesempatan Berprestasi dengan Produktivitas Kerja
Tabel 5.21
Hubungan kesempatan berprestasi dengan produktivitas kerja di RSUD
Cibinong tahun 2014
Ka te gori Kategori produktivitas Total P value
Ke se mpata n berprestas i
Produktivitas Produktivitas
kurang baik cukup baik
N % N % N %
Kesempatan berprestasi kurang baik 18 72 7 28 25 100 0,006
Kesempatan berprestasi cukup baik 11 32,35 23 67,65 34 100
Total 29 49,15 30 50,85 59 100
Berdasarkan tabel 5.21 didapatkan perawat yang memiliki kesempatan
berprestasi kurang baik dan produktivitas kurang baik ada 18 dari 25 orang (72%).
Sedangkan perawat yang memiliki kesempatan berprestasi cukup baik dan
produktivitas kurang baik ada 11 orang dari 34 orang (32,35%). Dari hasil statistik
diperoleh nilai probabilitas (p value) < alpha 0,05 artinya ada hubungan antara
kesempatan berprestasi dengan produktivitas kerja.
5.3.5 Hubungan Variabel Manajemen dengan Produktivitas Kerja
Tabel 5.22
Hubungan manajemen dengan produktivitas kerja di RSUD Cibinong tahun 2014
Kategori Kategori produktivitas Total P value
Manajemen
Produktivitas Produktivitas
kurang baik cukup baik
N % N % N %
Manajemen kurang baik 18 78,26 5 21,74 23 100 0,001
Manajeman cukup baik 11 30,56 25 69,44 36 100
Total 29 49,15 30 50,85 59 100
108
Berdasarkan tabel 5.22 didapatkan perawat yang memiliki manajemen
kurang baik dan produktivitas kurang baik ada 18 dari 23 orang (78,26%).
Sedangkan perawat yang memiliki manajemen cukup baik dan produktivitas
kurang baik ada 11 orang dari 36 orang (330,56%). Dari hasil statistik diperoleh
nilai probabilitas (p value) < alpha 0,05 artinya ada hubungan antara manajemen
dengan produktivitas kerja.
5.3.6 Hubungan Variabel Status Gizi dengan Produktivitas Kerja
Tabel 5.23
Hubungan status gizi dengan produktivitas kerja di RSUD Cibinong tahun 2014
Kategori Kategori produktivitas Total P value
Status gizi
Produktivitas Produktivitas
kurang baik cukup baik
N % N % N %
Status gizi kurang 2 100 0 0 2 100 0,165
Status gizi normal 24 51,06 23 48,94 47 100
Status gizi lebih 3 30 7 70 10 100
Total 29 49,15 30 50,85 59 100
Berdasarkan tabel 5.24 didapatkan perawat yang memiliki status gizi
kurang dan produktivitas kurang baik ada 2 dari 2 orang (100%). Perawat yang
memiliki status gizi normal dan produktivitas kurang baik ada 24 orang dari 47
orang (51,06%). Sedangkan perawat yang memiliki status gizi lebih dan
produktivitas kurang baik ada 3 dari 10 orang (30%). Dari hasil statistik diperoleh
nilai probabilitas (p value) > alpha 0,05 artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan produktivitas kerja.
109
BAB VI
PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menemukan hambatan dan keterbatasan.
Adapun hambatan dan keterbatasan tersebut adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bias karena 5 dari 7 variabel yang diteliti
hanya berdasarkan persepsi perawat sehingga hasilnya akan sangat
subjektif. Namun demikian, peneliti sudah mengupayakan agar data yang
diperoleh dapat terjamin validitasnya dengan cara memberikan pengarahan
agar para perawat mengisi dengan objektif dan sejujurnya. Selain itu,
peneliti pun menjamin kerahasiaan identitas dan berjanji bahwa kesediaan
perawat dalam mengisi kuesioner tidak akan membawa konsekuensi yang
merugikan bagi mereka.
2. Tidak adanya data sekunder yang spesifik menjelaskan deskripsi pekerjaan
perawat pelaksana yang sesuai dengan klasifikasi pelayanan di ruang rawat
inap. Sehingga sulit untuk menggambarkan rendahnya produktivitas kerja
dan faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja di masing-
masing ruang rawat inap RSUD Cibinong.
3. Tingkat penghasilan pada penelitian ini meliputi gaju pokok dan tunjangan
tetap tidak termasuk tunjangan tidak tetap. Oleh karena itu responden
harus diberitahu maksud dari tingkat penghasilan agar data tidak menjadi
bias.
110
6.2 Gambaran Faktor- Faktor dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja
Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
6.2.1 Gambaran Produktivitas Kerja Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Menurut Sedarmayanti (2009) dalam bukunya Sumber daya manusia dan
produktivitas kerja, filosofi dan spirit tentang produktivitas kerja sudah ada
sejak peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the
will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatan kualitas kehidupan
dan penghidupan di segala bidang. Menurut Sedarmayanti (2011)
produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai
semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Produktivitas kerja
sebagian besar tergantung dari sikap (attitude) dan hanya kita sendiri sebagai
mayarakat dapat mewujudkan sikap yang tepat dan hanya kita sendiri sebagai
masyarakat dapat mewujudkan sikap yang tepat (Bertens, 2008). Indikator
penilaian yang digunakan untuk mengukur produktivitas adalah pencapaian
tujuan, kreatifitas, tingkat pelayanan dan umpan balik (Hakim, 2009).
Berdasarkan hasil penelitan univariat didapatkan gambaran perawat yang
memiliki produktivitas kerja kurang baik sebanyak 29 (49%) dari 59 perawat.
Produktivitas kerja kurang baik dengan jumlah terbanyak adalah ruang rawat
inap dahlia. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelitian univariat
didapatkan 100% manajemen di ruang rawat inap dahlia memiliki manajemen
kurang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Carnadi (2010) bahwa
produktivitas kerja kurang baik lebih banyak daripada produktivitas kerja
cukup baik.
111
Walaupun hasil penelitian di RSUD Cibinong menyatakan 30 (51%) dari
59 perawat yang memiliki produktivitas cukup baik namun 29 (49%) dari 59
perawat memiliki produktivitas kurang baik. Hal ini dikarenakan berdasarkan
hasil penelitian univariat didapatkan 23 perawat (39%) dari 59 perawat
memiliki motivasi rendah, 30 perawat (64,40%) dari 59 perawat memiliki
tingkat penghasilan rendah, lingkungan kerja kurang baik sebanyak 25 perawat
(42,37%) dari 59 perawat dan kesempatan berprestasi kurang baik sebanyak
25 perawat (42,37%) dari 59 perawat, 23 perawat (39%) dari 59 perawat
memiliki manajemen kurang baik dan 2 perawat (3%) dari 59 perawa t
memiliki gizi kurang. Hal ini sejalan dengan Sedarmayanti (2011) bahwa
faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah motivasi, tingkat
penghasilan, lingkungan kerja, kesempatan berprestasi, manajemen dan status
gizi.
Sesuai dengan teori Triantoro (2005) jika imbalan dirasakan kurang,
ketidakpuasan akan muncul. Jika ketidakpuasan ini berlarut- larut maka
motivasi kerja akan menurun, akibatnya produktivitas kerja juga akan
menurun. Didukung dengan teori Hasibuan (2010), motivasi kerja perawa t
akan terdorong dari lingkungan kerja. Jika lingkungan kerja mendukung, maka
akan timbul keinginan perawat untuk melakukan tugas dan tanggung
jawabnya. Keinginan ini kemudian akan menimbulkan persepsi perawat dan
kreativitas perawat yang diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Produktivitas kerja lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik-teknik
manajemen akan tetepi mengandung filosofi dan sikap yang didasarkan pada
motivasi yang kuat untuk secara terus menerus berusaha mencapai mutu
112
kehidupan yang lebih baik (Kongres produktivitas sedunia ke IV di Oslo
norwegia dalam Emanuel 1998). Diperkuat dengan teori Sedarmayanti (2009)
mengatakan bahwa orang yang mempunyai sikap tersebut terdorong untuk
menjadi dinamis, kreatif, inovatif serta terbuka, tetapi kritis terhadap ide- ide
baru dan perubahan-perubahan. Produktivitas kerja bukan semata-mata
ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan
kualitas untuk kerja juga penting diperhatikan. Sebagaimana diungkapkan
bahwa produktivitas individu dapat dinilai dan apa yang dilakukan oleh
individu tersebut dalam kerjanya.
Orang yang produktif akan menggambarkan potensi, persepsi dan
kreatifitas yang senantiasa menyumbangkan kemampuannya agar bermanfaat
bagi dirinya dan lingkungan (Sedarmayanti, 2009). Budaya produktif
dirumuskan sebagai totalitas kesadaran, pikiran, perasaan, sikap, dan
keyakinan yang mendasari, menggerakkan, mengarahkan, serta memberi arti
pada seluruh perilaku dan proses produktif dalam suatu sistem produksi.
(Sinamo dalam kartikasari, 2008).
Menurut Mulianto (2006) beberapa faktor yang sangat menunjang dan
menentukan dalam keberhasilan usaha peningkatan produktivitas kerja
perawat yaitu dukungan penuh semua manajer yaitu manajer tingkat atas
(direktur dan wadir), tingkat menengah (kepala komite keperawatan dan
kepala bidang medis) dan tingkat bawah (kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana) untuk meningkatkan produktivitas kerja perawat,
komunikasi yang efektif antar perawat, partisipasi atau keikutsertaan semua
perawat dari segala lapisan bila ada kegiatan yang berkaitan dengan hal
113
penunjang kinerja khususnya perawat seperti pelatihan, usaha yang terus-
menerus dan terprogram dengan cara setiap ruang rawat inap memiliki standar
program kerja, ada organisasi atau pejabat yang bertanggung jawab dalam
usaha peningkatan produktivitas dan selalu mengadakan pemantauan serta
melakukan tindak lanjut seperti diadakan penghargaan bagi perawat di ruang
rawat inapnya yang memiliki program kerja diatas standar sehingga perawat
diberikan stimulus untuk bekerja lebih baik.
Usaha peningkatan produktivitas diatas akan berhasil apabila setiap
perawat merasa terlibat dan berkepentingan, Pimpinan puncak memberikan
dukungan sepenuhnya, pimpinan lain (tidak terkecuali) secara aktif terlibat
dalam usaha peningakatan produktivitas. Usaha peningkatan produktivitas
dilakukan secara terus menerus dan dilakukan pemantauan, evaluasi, tindak
lanjut, dan apresiasi kepada mereka yang berhasil memberikan kontribusi
(Mulianto, 2006).
Menurut Sudarma (2008) salah satu peran perawat adalah sebagai anggota
yang kreatif, produktif dan terbuka terhadap perubahan serta berorientasi ke
masa depan sesuai dengan perannya dengan cara menggali dan
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk membantu
menyelesaikan masalah masyarakat dibidang kesehatan. Rendahnya
produktivitas kerja perawat dipengaruhi oleh faktor yang dominan yaitu
motivasi, tingkat penghasilan, kesempatan berprestasi dan manajemen karena
berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor motivasi, kesempatan
berprestasi dan manajemen berhubungan dengan produktivitas kerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong.
114
Indikator penilaian produktivitas kerja perawat dinilai melalui empat
indikator yaitu pencapaian tujuan, kreatifitas, tingkat pelayanan dan umpan
balik. Produktivitas kerja yang rendah disebabkan oleh kreatifitas perawat
yang kurang baik. Kreativitas ini meliputi kreatif dalam memecahkan masalah,
kreatif dalam memanfaatkan waktu kerja dan waktu luang. Sesuai dengan
Sinamo dalam Kartikasari (2008) dengan nilai produktif maka setiap individu
memanfaatkan waktunya sebaik dan sekreatif mungkin untuk membuat hal-hal
yang positif dan generasi mudah juga akan lebih produktif untuk belajar dan
menghasilkan karya juga prestasi. perilaku kerja yang produktif seperti rajin,
hemat, bersemangat, teliti, tekun, ulet, sabar, akuntabel, responsibel,
berintegritas, menghargai waktu, menghargai pengetahuan, kreatif, inovatif,
dan sebagainya (Sinamo dalam kartikasari, 2008).
Berdasarkan teori diatas kreatifitas penting karena perawat yang kreatif
dalam memecahkan masalah dan memanfaatkan waktu kerja dan waktu luang
akan menghasilkan output yang berkualitas. Kreatifitas juga merupakan salah
satu ciri dari perilaku orang yang produktif. Cara meningkatkan kreativitas
perawat antara lain mengadakan pelatihan terkait asuhan keperawatan dan
mengadakan kegiatan diskusi (Swanburg, 1995).
Dalam penelitian faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana di RSUD Cibinong, berdasarkan hasil analisis bivariat
diperoleh hasil bahwa terdapat 3 (tiga) faktor yang memiliki hubungan dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Cibinong adalah motivasi, kesempatan berprestasi dan manajamen.
115
Hal ini dapat disimpulkan bahwa bahwa terdapat 29 (49,15%) dari 59
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong (RSUD) Cibinong yang
belum memiliki keinginan (the will) dan upaya (effort) yang serius untuk
selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang
termasuk dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Cibinong. Cara meningkatkan kreativitas perawat
antara lain mengadakan pelatihan terkait asuhan keperawatan dan mengadakan
kegiatan diskusi (Swanburg, 1995).
6.2.2 Gambaran Motivasi Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Di
Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Menurut Sudarma (2008) salah satu peran perawat adalah bertanggung
jawab dalam mengelola asuhan keperawatan mencakup melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam mengelola asuhan
keperawatan serta bertindak sebagai pemimpin baik formal maupun informal
untuk meningkatkan motivasi dan kinerja dari anggota-anggota tim kesehatan
dalam mengelola asuhan keperawatan. Untuk menciptakan motivasi yang baik
perawat tersebut harus memiliki tujuan tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan,
maka ia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan antusias dan penuh semangat,
termasuk dalam pencapaian cita-cita yang dinginkan. Motivasi merupakan
dorongan atau penggerak bagi seseorang dalam pencapaian sesuatu yang
diinginkan.
116
Motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi
antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang
(wahjosumidjo, 1992). Menurut teori Maslow dalam Frank (1987) untuk
meningkatkan motivasi perawat diruang rawat inap RSUD Cibinong dapat dilihat
dari lima tahapan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Menurut Frank (1987) seseorang tidak
dapat pindah ke tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi, sampai semua kebutuhan
pada tingkat bawah telah terpenuhi. Untuk menciptakan tingkat kebutuhan yang
lebih tinggi bagi perawat di ruang rawat inap RSUD Cibinong diperlukan
kerjasama antara manajer tingkat bawah hingga tingkat atas terkait pencapaian
prestasi kerja, pengakuan hasil kerja, pengembangan potensi individu dan kualitas
supervisi bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong. Bila
tingkatan motivasi menjadi lebih tinggi maka akan tercipta produktivitas kerja
yang baik sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu di RSUD
Cibinong.
Berdasarkan hasil penelitian univariat didapatkan perawat yang memiliki
motivasi rendah sebanyak 23 perawat (39%) dari 59 perawat. Perawat yang
memiliki motivasi rendah terbanyak adalah di ruang rawat inap anggrek 2. Hal ini
disebabkan karena ruang rawat inap anggrek 2 memiliki 29 tempat tidur dengan
jumlah perawat pelaksana sebesar 7 orang artinya 1 perawat menangani 4 pasien.
Padahal berdasarkan RI.NO.262/Men.Kes/Per/VII/1997 ratio perawat dan pasien
adalah 1:1. Diperkuat dengan 100% perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Cibinong memiliki tingkat penghasilan yang rendah. Hal ini sejalan dengan teori
Triantoro (2005) yang menyatakan bahwa tingkat penghasilan rendah akan
117
menimbulkan ketidakpuasan, ketidakpuasan yang berlarut akan menurunkan
semangat kerja, semangat kerja yang rendah akan menurunkan produktivitas kerja
perawat pelaksana.
Banyaknya perawat yang memiliki motivasi rendah dikarenakan
rendahnya pengakuan hasil kerja yang mereka kerjakan. Rendahnya pengakuan
hasil kerja merupakan salah satu indikator penilaian motivasi di ruang rawa inap
RSUD Cibinong. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian univariat perawat yang
memiliki pengakuan hasil kerja kurang baik sebanyak 29 (49,2%) dari 59 perawat.
Menurut Soeroso dalam Maharlin (2013) salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi adalah kebutuhan pengakuan yaitu kebutuhan yang berkaitan tidak hanya
menjadi bagian dari orang lain (masyarakat) tetapi lebih jauh dari itu, yaitu diakui,
dihormati, dan dihargai orang lain karena keahlian dan kemampuan dalam
pekerjaannya. Hal ini didukung oleh Hasibuan (2010) yang menyatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi yang berasal dari organisasi meliputi
pengawasan (supervision), pengakuan hasil kerja dan pekerjaan itu sendiri (job
itself).
Pentingnya pengakuan hasil kerja dalam motivasi juga diperkuat dengan
teori Motivation Human Relation yaitu teori ini mengutamakan hubungan
seseorang dengan lingkungannya. Menurut teori ini seseorang akan berprestasi
baik jika ia diterima dan diakui dalam pekerjaan serta lingkungannya. Teori ini
menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan
kontrak-kontrak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah
kerja. Teori ini menganjurkan bila dalam memotivasi bawahan memerlukan kata-
118
kata, hendaknya kata-kata itu mengandung kebijakan, sehingga dapat
menimbulkan rasa dihargai dan sikap optimis (Hasibuan, 2005).
Cara meningkatkan pengakuan hasil kerja perawat antara lain dengan
kepala ruangan memberikan kata-kata pujian atau pengakuan seperti “pendapat
anda sangat bagus”, memakai ungkapan non verbal sebagai tanda menyetujui
misalnya tersenyum, menganggukkan kepala, atau menepuk punggung untuk
menyakinkan, akan mendorong perawat untuk mau lebih banyak berpartisipasi
atau berusaha lebih keras memperbaiki kinerja mereka. (Bastable, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian bivariat diperoleh nilai p = 0,025, ini
menunjukkan ada hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja. Hal ini
sesuai dengan penelitian Carnadi (2010) dan Jaenudin (2003) terdapat hubungan
antara motivasi dengan produktivitas kerja perawat di Rumah Sakit Awal Bros
tahun 2010. Motivasi menjadi berhubungan dengan produktivitas kerja karena
motivasi menjadi penyebab, penyalur dan pendukung perilaku manusia, supaya
mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2005).
Produktivitas seseorang tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap
pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi motivasi seseorang untuk melakukan
pekerjaan, semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya (Justine, 2002). Motivasi
semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk
dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkannya
sehingga menghasilkan pegawai yang produktif. Oleh karena itu motivasi menjadi
faktor penting dalam produktivitas kerja.
119
Hal ini sesuai dengan pendapat Sustermeister dalam sedarmayanti (2001),
Yuniarsih (2008) dan Siagian (2001) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah motivasi. Menurut Wahjosumidjo
(1992) dalam suatu organisasi, motivasi sebagai sesuatu yang penting, sehingga
diperlukan kemampuan pemimpin untuk memberikan motivasi kepada bawahan.
Menurut Mulianto (2006) motivasi kerja adalah dorongan kehendak yang
mempengaruhi perilaku tenaga kerja untuk dapat meningkatkan produktivitas
kerja karena adanya keyakinan bahwa peningkatan produktivitas mempunyai
manfaat bagi dirinya. Motivasi rendah ditimbulkan oleh berbagai sebab yang
berakibat pada rendahnya produktivitas. Menurut Ilyas (1999) motivasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, hal ini juga
didukung dengan pendapat Siagian (1995) yang menyatakan bahwa apabila
seseorang termotivasi, yang bersangkutan akan berusaha keras untuk melakukan
sesuatu.
Dikemukakan oleh Hasibuan (2010) dimana dikatakan bahwa motivasi
sangat penting karena dengan motivasi diharapkan setiap individu dapat
membangkitkan keinginan untuk bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi. Setiap orang memiliki motivasi dalam hidup yang
dapat dijadikan sebagai satu alasan pendorong untuk bekerja lebih keras lagi untuk
menghasilkan output secara maksimal.
Menurut Sudarma (2008) kualitas sebuah rumah sakit sangat ditentukan
oleh kualitas keperawatan. Oleh karena itu, peningkatan mutu layanan rumah sakit
identik dengan peningkatan layanan keperawatan. Peningkatan layanan
120
keperawatan sama maknanya dengan pentingnya perhatian terhadap mutu dan
produktivitas kerja tenaga perawat. Oleh karena itu motivasi kerja perawat sangat
penting dan dibutuhkan untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi, sehingga
tujuan daripada organisasi dapat tercapai. Perawat dapat bekerja dengan
produktivitas tinggi karena dorongan motivasi kerja (Hasibuan, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa 39% perawat di ruang rawat inap RSUD
Cibinong masih memiliki motivasi yang rendah dan ada hubungan antara motivasi
kerja dengan produktivitas kerja. Banyaknya perawat yang memiliki motivasi
rendah dikarenakan rendahnya pengakuan hasil kerja yang mereka kerjakan. Cara
meningkatkan pengakuan hasil kerja perawat antara lain dengan kepala ruangan
memberikan kata-kata pujian baik verbal maupun non verbal. Cara meningkatkan
pengembangan potensi diri dengan mengadakan pelatihan baik internal maupun
eksternal dan cara meningkatkan pencapaian prestasi kerja dengan adanya reward
sehingga perawat akan bersaing untuk mendapatkan prestasi kerja. (Bastable,
1997).
6.2.3 Gambaran Tingkat Penghasilan Dan Hubungannya Dengan Produktivitas
Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Tingkat penghasilan adalah jenjang penghasilan yang diperoleh oleh tiap
individu sebagai balas jasa atau imbalan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh individu- individu tersebut (Carnadi,2010).
Penghasilan melatarbelakangi seseorang untuk memutuskan memasuki
dunia kerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan gaji yang
121
didapatkannya maka seorang tenaga kerja atau individu yang bekerja dapat secara
otomatis membiayai segala macam kebutuhan hidupnya baik sandang, pangan
maupun papan. Penghasilan atau gaji bagi pegawai merupakan biaya yang harus
dikeluarkan oleh organisasi dan dimasukkan dalam biaya Bagaimanapun gaji
merupakan kebutuhan paling dasar bagi pegawai termasuk perawat. Jika gaji ini
tidak mencukup maka kebutuhan karyawan pun akan terancam karena gaji
dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Menurut Frank (1987) kebutuhan manusia berbentuk sistem hirarkis,
sehingga kebutuhan yang dibawah jika tidak tercukupi akan menghambat
pemenuhan kebutuhan yang diatasnya. Menurut Frank (1987) membagi kebutuhan
manusia menjadi lima tingkatan seperti tingkatan diatas aktualisasi diri, harga diri,
sosial, rasa aman dan kebutuhan fisiologis (makan, minum dan tempat tinggal).
Gaji merupakan hasil pertukaran antara apa yang telah diberikan pegawai kepada
institusi atas usaha yang diberikan oleh pegawainya. Jika imbalan dirasakan
kurang, ketidakpuasan akan muncul. Jika ketidakpuasan ini berlarut-larut maka
motivasi kerja akan menurun, akibatnya produktivitas kerja juga akan menurun
(Triantoro, 2005). Indikator tingkat penghasilan adalah nominal gaji yang
didapatkan pegawai sebagai balas jasa atau imbalan dari instansi (Carnadi, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian univariat didapatkan perawat pelaksana di
ruang rawat inap RSUD Cibinong yang memiliki penghasilan rendah sebanyak 38
perawat (64,40%) dari 59 perawat. Sedangkan perawat yang memiliki penghasilan
tinggi sebanyak 21 orang (35,60%) dari 59 perawat. Hal ini sesuai dengan
penelitian Carnadi (2010) yang menyatakan bahwa tingkat penghasilan rendah
lebih banyak daripada tingkat penghasilan tinggi. Namun tidak sejalan dengan
122
penelitian Emanuel (1998) yang menyatakan tingkat penghasilan tinggi lebih
banyak daripada tingkat penghasilan rendah. Padahal ketika rumah sakit merekrut
perawat yang diharapkan adalah perawat dapat melakukan kegiatan yang
produktif sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk
menghasilkan perawat yang produktif perawat harus merasakan kepuasan internal
organisasi.
Namun di RSUD Cibinong penghasilan perawat non PNS masih di bawah
UMK Kabupaten Bogor tahun 2014 yaitu sebesar Rp 2.242.240,00 per bulan.
Berdasarkan Permen No. 1 tahun 1999 ayat 1 UMK Bogor sebesar Rp
2.578.576,00. Di RSUD Cibinong perawat yang memiliki tingkat penghasilan
dibawah golongan satu sebesar 64,40% dan perawat yang memilik i penghasilan
diatas golongan satu sebesar 35,60%. Tingkat penghasilan rendah terbanyak
terdapat di ruang rawat inap anggrek 2 dan seruni. Hal ini disebabkan karena
jumlah perawat non PNS lebih banyak daripada jumlah perawat PNS di ruang
rawat inap anggrek 2 dan seruni.
Dari pernyataan diatas dapat dilihat perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSUD Cibinong telah memiliki tingkat penghasilan diatas UMK Bogor. Hal ini
berarti tingkat penghasilan perawat pelaksana telah layak dan mencerminkan
imbalan atas hasil kerja perawat sehingga mendorong perawat untuk produktif
(Simanjuntak, 1998).
Uang merupakan bentuk penghargaan langsung yang mempunyai nilai
ekonomi murni dan karyawan mengharapkan dibayar untuk pekerjaan yang
mereka lakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Upah berupa uang tersebut
123
mempengaruhi tingkat motivasi dan dengan demikian memberikan sumbangan
yang maksimal kepada organisasi. Namun menurut Leksono (2010) Semangat
kerja dipengaruhi oleh faktor material maupun non material. Pemenuhan
kebutuhan yang sifatnya material bukanlah satu-satunya faktor penentu yang dapat
membuat karyawan bersemangat dalam bekerja. Pemenuhan kebutuhan non
material seperti kenyamanan tempat kerja karyawan adalah faktor yang tak kalah
pentingnya untuk diperhatikan.
Berdasarkan Permenkes nomor 647 tahun 2000 menjelaskan bahwa
keperawatan adalah sebuah profesi. Dengan status seperti ini menuntut setiap
perawat untuk mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sesuai
dengan misi perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan atau perawatan
prima, paripurna, dan berkualitas bagi klien, keluarga dan masyarakat (Sudarma,
2008). Perawat tidak bisa memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat
apabila perawat merasa bahwa rumah sakit tidak pernah peduli dengan kemajuan
karier dan penghasilan yang diterima perawat sehingga perawat menjadi kecewa
dan akan menurunkan semangat kerja yang mengakibatkan kontribusi kerja bagi
rumah sakit menjadi menurun.
Berdasarkan hasil penelitian bivariat diperoleh nilai p = 0,522, ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat penghasilan dan
produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Cibinong. Hal ini sejalan dengan penelitian dan Carnadi (2010) yang menyatakan
tidak ada hubungan antara tingkat penghasilan dan produktivitas kerja. Namun hal
ini tidak sejalan dengan penelitian Emanuel (1998) bahwa ada hubungan antara
tingkat penghasilan dengan produktivitas tenaga pelaksana keperawatan di ruang
124
rawat inap Rumah sakit Sukmul Jakarta utara. Hal ini disebabkan karena status
perawat pelaksana dalam penelitian Emanuel (1998) terdiri dari pegawai tetap dan
pegawai kontrak sedangkan pada penelitian di RSUD Cibinong status perawat
terdiri dari perawat dengan status PNS, pegawai tetap dan kontrak. Hal ini dapat
disebabkan karena perawat tersebut memiliki faktor pendorong lain yang lebih
kuat sehingga mereka tetap memiliki produktivitas kerja baik.
Menurut teori Hasibuan (2008) yang dikutip oleh Lukmanul Hakim (2009)
penghasilan mencerminkan imbalan atas jasa seseorang terhadap organisasi
berupa uang. Dengan adanya ketidakpuasan dari sebagian besar tenaga pelaksana
keperawatan, maka hal ini dapat mengakibatkan tidak termotivasinya pekerja
untuk bekerja lebih produktif. Namun sebaliknya apabila tingkat peghasilan
memuaskan tenaga pelaksana keperawatan, maka hal ini dapat memotivasi mereka
untuk bekerja lebih produktif. Sedangkan menurut Siagian (2001) para psikolog
berpendapat bahwa manusia banyak memiliki kebutuhan yang hanya sebagian
dapat dipenuhi secara langsung dengan uang.
Namun keadaannya di RSUD Cibinong terdapat perawat yang penghasilan
rendah tetapi produktivitas kerja cukup baik yaitu 21 dari 59 perawat yang
memiliki produktivitas kerja. Hal ini dapat disebabkan karena perawat tersebut
memiliki faktor pendorong lain yang lebih kuat sehingga mereka tetap memiliki
produktivitas kerja baik. Hal ini sejalan dengan teori Wahyuningtyas (2013) yang
menyatakan bila karyawan memandang penghasilan atau gaji mereka tidak
memadai, kesempatan berprestasi, motivasi dan kepuasan kerja mereka bisa turun
secara dramatis (Wahyuningtyas, 2013). Hal ini diperkuat dengan Sedarmayanti
(2011) yang menyatakan bahwa apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi,
125
maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta
pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja
(Sedarmayanti, 2011).
Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui berbagai cara
salah satunya adalah perbaikan kinerja ekonomi menjadi kunci utama dalam
menopang keberhasilan pengembangan SDM, baik dari aspek kualitas maupun
kuantitasnya. Karena telah terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki peran
besar dalam menggerakkan seluruh aspek dalam pembangunan. Oleh karena itu
tingkat penghasilan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi
produktivitas kerja (Tjiptoheriyanto, 2008).
Namun bila penghasilan perawat di RSUD Cibinong dibawah UMK
kabupaten maka beban kerja pun disesuaikan karena bila beban kerja terus
meningkat sedangkan kebutuhan perawat tidak terpenuhi maka akan tercipta
kualitas pelayanan kesehatan yang buruk di RSUD Cibinong (Wahyuningtyas,
2013).
Oleh karena itu perlunya kebijakan lintas sektor terkait tingkat penghasilan
perawat di RSUD Cibinong guna terciptanya produktivitas kerja bagi perawat di
RSUD Cibinong karena manfaat pemberian penghasilan atau gaji sesuai UMK
untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai dengan cara
mendorong/merangsang agar pegawai bekerja lebih bersemangat dan cepat,
bekerja lebih disiplin dan bekerja lebih kreatif. Sedangkan manfaat bagi pegawai
dengan pemberian penghasilan atau gaji sesuai UMK adalah Standar prestasi
dapat diukur secara kuantitatif, Standar prestasi di atas dapat digunakan sebagai
126
dasar pemberian balas jasa yang diukur dalam bentuk uang dan pegawai harus
lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.
Dapat disimpulkan bahwa perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Cibinong dominan masih memiliki penghasilan rendah sebanyak 38 (64,40%) dari
59 perawat dan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat
penghasilan dan produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cibinong. Hal ini dapat disebabkan karena perawat tersebut
memiliki faktor pendorong lain yang lebih kuat sehingga mereka tetap memiliki
produktivitas kerja baik yaitu motivasi, kesempatan berprestasi dan manajemen
serta perawat yang dijadikan responden sebagian besar merupakan pegawai Non
PNS yang gajinya masih dibawah UMK Bogor sebesar Rp 2.578.576,00.
6.2.4 Gambaran Lingkungan Kerja dan Hubungannya dengan Produktivitas kerja
Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Menurut Supardi dalam Novita (2013) lingkungan kerja merupakan
keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik yang dapat
memberikan kesan yang menyenangkan, mengamankan, menentramkan, dan betah
kerja. Seperti halnya di rumah sakit yang bertugas sebagai instansi pelayanan
kesehatan masyarakat yang melayani masyarakat. Jika ingin menghasilkan
kualitas pelayanan yang bermutu yang harus diperhatikan adalah kualitas tenaga
kesehatan yang harus didukung dengan lingkungan kerja yang baik. Lingkungan
kerja itu mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan
hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan
127
fisik tempat pegawai bekerja (Supardi dalam Novita 2013). Jika perawat
menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan
betah di tempat kerjanya, melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan
secara efektif. Salah satu aspek penting lingkungan kerja dalam fungsi perawat
adalah interdependen perawat yaitu tindakan perawatan berdasarkan pada
kerjasama dengan tim perawatan atau tim kesehatan lain. Fungsi ini tampak ketika
perawat bersama tenaga kesehatan lain berkolaborasi mengupayakan kesembuhan
pasien.
Berdasarkan hasil penelitian univariat didapatkan perawat yang memiliki
lingkungan kerja kurang baik sebanyak 25 perawat (42,37%) dari 59 perawat.
Sedangkan perawat yang memiliki lingkungan kerja cukup baik sebanyak 34
orang (57,63%) dari 59 perawat. Lingkungan kerja kurang baik terbanyak terdapat
di ruang rawat inap anggrek 2 karena 11,9% memiliki hub. antar rekan kerja
kurang baik, 16,9% memiliki kerjasama dlm melaksanakan tugas yang kurang
baik, 33,9% memiliki fasilitas pendukung kerja yang kurang baik, 28,8% memiliki
kondisi tempat kerja yang kurang baik, dan 20,3% memiliki proses kegiatan rapat
yang kurang baik.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Carnadi (2010) yang menyatakan
lingkungan kerja kurang baik lebih banyak daripada lingkungan kerja cukup baik.
di Awal Bros Hospital Bekasi sebesar 61,7% dan lingkungan kerja baik 38,3%.
Namun tidak sejalan dengan penelitian Emanuel (1998) yang menyatakan
lingkungan kerja cukup baik lebih banyak daripada lingkungan kerja kurang baik.
Padahal lingkungan kerja yang baik akan mendorong perawat agar senang bekerja
dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih
128
baik menuju kearah peningkatan produktivitas. Menurut Hasibuan (2010),
motivasi kerja perawat akan terdorong dari lingkungan kerja. Jika lingkungan
kerja mendukung, maka akan timbul keinginan perawat untuk melakukan tugas
dan tanggung jawabnya. Keinginan ini kemudian akan menimbulkan persepsi
perawat dan kreativitas perawat yang diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Indikator penilaian lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah hubungan
antar rekan kerja, kerjasama dalam melaksanakan tugas, fasilitas pendukung kerja,
kondisi tempat kerja dan proses kegiatan rapat (Hakim, 2009). Lingkungan kerja
yang rendah disebabkan oleh fasilitas pendukung kerja yang kurang baik. Hal ini
dapat terlihat dari indikator penilaian lingkungan kerja dengan kategori kurang
baik dan persentase terbesar adalah fasilitas pendukung kerja sebanyak 20
(33,9%) dari 59 perawat.
Menurut Ferina (2008) dalam Nitisemito (2000) lingkungan kerja dibagi
menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan non fisik. Lingkungan kerja lebih
dititikberatkan pada keadaan fisik tempat kerja karena dengan tidak adanya
gangguan dalam lingkungan bekerja maka perawat akan dapat bekerja dengan
baik. terdapat disekeliling karyawan yang dapat dilihat dan dirasakan kemudian
memberikan efek samping baik negatif maupun positif terhadap hasil dari
pekerjaan.
Menurut Handari (1990) fasilitas kerja merupakan suatu bentuk pelayanan
perusahaan terhadap karyawan agar menunjang kinerja dalam memenuhi
kebutuhan karyawan, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
Adanya fasilitas kerja yang disediakan oleh perusahaan sangat mendukung
129
karyawan dalam bekerja. Menurut Handari (1990) dengan adanya fasilitas kerja
karyawan akan merasa nyaman dalam bekerja dan menimbulkan semangat kerja
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan oleh perusahaan. Variabel fasilitas kerja
dapat dilihat dari adanya fasilitas pendukung seperti : fasilitas ibadah, toilet / WC
dan lain- lain. Cara meningkatkan fasilitas pendukung kerja dengan menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan oleh perawat pelaksana yang berguna sebagai alat atau
sarana dan prasarana untuk membantu karyawan agar lebih mudah menyelesaikan
pekerjaannya dan karyawan akan bekerja lebih produktif dan memelihara fasilitas
yang telah ada.
Menurut Mangkunegara (2004) manfaat lingkungan kerja adalah
menciptakan gairah kerja sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu,
manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang yang termotivasi adalah
pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai
standar yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya akan
dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan membutuhkan terlalu
banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian bivariat diperoleh p = 0,091, ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dan produktivitas kerja. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian Emanuel (1998) yang menyatakan bahwa tidak
adanya hubungan antara lingkungan kerja dengan produktivitas kerja. Hal tersebut
tidak sesuai dengan penelitian Praningrum (2007) dan Carnadi (2010) yang
menyatakan adan hubungan lingkungan kerja dengan produktivitas kerja perawat
pelaksana. Hal tesebut juga tidak sesuai dengan teori Sedarmayanti (2009) yang
menyatakan bahwa lingkungan kerja yang baik akan mendorong pegawai agar
130
senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan dengan lebih baik dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas.
Lingkungan kerja yang kondusif bagi pemanfaatan kompetensi pegawai
secara optimal adalah adanya kepercayaan timbal balik antara manajemen dan
pegawai, adanya komitmen pegawai terhadap visi, misi dan nilai-nilai organisasi,
kesediaan manajemen puncak memberikan wewenang kepada pegawai untuk
melakukan akses ke pusat informasi sehingga memungkinkan pegawai mengambil
keputusan berkualitas, kesediaan manajemen puncak memberikan wewenang
kepada karyawan untuk mengambil keputusan atas pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya dan adanya sistem penghargaan berbasis kinerja bukan
berbasisi posisi (Mulyadi, 2007).
Namun tidak demikian menurut Sofyan (2013) lingkungan kerja adalah
faktor- faktor diluar manusia baik fisik mau pun non fisik dalam sesuatu
organisasi. Menurut teori diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja masuk
kedalam faktor di luar manusia yang mempengaruhi produktivitas kerja. Menurut
Simanjutak (1985) lingkungan kerja termasuk dalam faktor sarana pendukung
yang mempengaruhi produktivitas kerja. Namun faktor utama yang menyangkut
kualitas dan kemampuan fisik karyawan meliputi motivasi, pendidikan dan
pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja tidak berhubungan dengan
produktivitas kerja karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong yaitu motivasi,
kesempatan berprestasi dan manajemen.
131
Untuk membangun hubungan kerja yang baik di RSUD Cibinong
diperlukan aktivitas untuk meningkatkan lingkungan kerja yang positif yaitu
mengembangkan misi, sasaran dan objektif organisasi, membuat kepercayaan dan
keterbukaan melalui komunikasi yang mencakup umpan balik dan merangsang
motivasi segara dan sering, memberikan kesempatan untuk bertumbuh dan
berkembang termasuk pengembangan karier dan program pendidikan
berkelanjutan (Swanburg,1993). Berdasarkan teori (Swanburg,1993) disimpulkan
bahwa pengelolaan hubungan kerja di tempat kerja sangat perlu untuk
diperhatikan karena akan memberikan dampak terhadap prestasi kerja karyawan.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja kurang baik sebanyak 25
(42%) dari 59 perawat di ruang rawat inap RSUD Cibinong. Cara meningkatkan
fasilitas pendukung kerja dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh
perawat pelaksana yang berguna sebagai alat atau sarana dan prasarana untuk
membantu karyawan agar lebih mudah menyelesaikan pekerjaannya dan
karyawan akan bekerja lebih produktif dan memelihara fasilitas yang te lah ada.
Cara meningkatkan kondisi tempat kerja dengan menjaga kebersihan, keamanan
dan kenyaman tempat kerja. Cara meningkatkan proses kegiatan rapat adalah
mengadakan rapat dengan menghasilkan keputusan berdasarkan diskusi dari
semua anggota rapat. Cara meningkatkan kerjasama dalam melaksanakan tugas
adalah mengadakan kerja tim disetiap tugasnya. Cara meningkatkan hubungan
antar rekan kerja adalah mengadakan team building diluar jam kerja (Handari,
1990).
132
6.2.5 Gambaran Kesempatan berprestasi dan Hubungannya Dengan
Produktivitas kerja di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Kesempatan berprestasi adalah persepsi perawat terhadap peluangnya
untuk mendapatkan prestasi kerja, apresiasi, dan sistem yang mendorong untuk
mencapai prestasi tersebut dalam pekerjaannya. Menurut Herzberg dalam Siagian
(2009) jika karyawan berpandangan positif terhadap tugas pekerjaannya, tingkat
kepuasannya biasanya tinggi dan sebaliknya jika para karyawan memandang tugas
pekerjaannya secara negatif maka tingkat kepuasannnya rendah.
Salah satu peran perawat adalah mengembangkan diri secara terus-
menerus untuk meningkatkan kemampuan professional yaitu menerapkan konsep-
konsep professional dalam melaksanakan kegiatan keperawatan, melaksanakan
kegiatan keperawatan dengan menggunakan pendekatan ilmiah, berperan sebagai
pembaharu dalam setiap kegiatan keperawatan di berbagai tatanan pelayanan
keperawatan atau kesehatan, mengikuti perkembangan dan menerapkan IPTEK
secara terus-menerus melalui kegiatan yang menunjang dan berperan serta secara
aktif dalam setiap kegiatan ilmiah yang relevan dengan keperawatan.
Pengembangan diri merupakan salah satu indikator kesempatan berprestasi. Oleh
karena itu kesempatan berprestasi merupakan faktor penting dalam pemenuhan
peran perawat guna meningkatkan produktivitas kerja.
Berdasarkan hasil penelitian univariat perawat yang memiliki kesempatan
berprestasi kurang baik sebanyak 25 perawat (42,37%) dari 59 perawat.
Sedangkan perawat yang memiliki kesempatan berprestasi cukup baik sebanyak
34 orang (57,63%) dari 59 perawat. Perawat yang memiliki kesempatan
133
berprestasi kurang baik terbanyak terdapat di ruang rawat inap flamboyan. Karena
ruang rawat inap flamboyant 44,1% memiliki kesempatan mengembangkan diri
yang kurang baik, 40,7% memiliki kemajuan naik pangkat yang kurang baik,
45,8% memiliki reward yang kurang baik dan 37,3% memiliki pekerjaan sesuai
dengan pendidikan dan pelatihan yang kurang baik.
Hal ini sesuai dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
kepada kepala komite keperawatan yang menjelaskan bahwa RSUD Cibinong
melakukan pelatihan keperawatan baik internal maupun eksternal setahun sekali
itupun tidak rutin diselenggarakan. Untuk kesempatan berprestasi baik perawat
PNS maupun non PNS tidak dibedakan artinya semua perawat berhak memiliki
kesempatan berprestasi yang sama untuk menunjang pengetahuan perawat.
Padahal apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan menimbulkan
dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang
dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja (Sedarmayanti, 2011).
Indikator penilaian kesempatan berprestasi dalam penelitian ini adalah
pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki
seseorang, kesempatan mengembangkan diri dengan program pendidikan lanjutan
yang dibiayai oleh organisasi tersebut, kemajuan kenaikan pangkat dan adanya
reward (Sedarmayanti, 2011).
Indikator penilaian kesempatan berprestasi dengan presentase terbesar
adalah reward sebanyak 27 (45,8%) dari 59 perawat. Menurut Panggabean dalam
Tampubolon (2013) reward atau penghargaan dapat diberikan kepada mereka
yang dapat bekerja melampui standar yang telah ditentukan dalam bentuk
134
finansial. Namun menurut artikel yang ditulis Hermansyah (2013) sebagai
langkah nyata dalam hasil pembinaan maka diadakan pemberian penghargaan
pegawai yang telah menunjukkan prestasi kerja yang baik.
Adapun pengertian dari penghargaan dalam perusahaan kerap dalam
bentuk pemberian berupa piagam dan sejumlah uang dari perusahaan pegawai
yang mempunyai prestasi. Ada juga perusahaan yang memberikan penghargaan
kepada pegawai karena masa kerja dan pengabdiannya dapat dijadikan teladan
bagi pegawai lainnya. Pemberian penghargaan karena masa kerja pegawai
bertujuan untuk memotivasi gairah dan loyalitas perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa adanya reward dapat meningkatkan kesempatan
berprestasi. Cara menciptakan reward salah satunya melalui financial saja namun
bisa juga memberikan predikat pegawai teladan yag bertujuan untuk
meningkatkan kesempatan berprestasi perawat (Edy, 2008).
Menurut artikel Irawan (2009) bentuk penghargaan (reward) dapat dibagi
2 (dua) jenis, yaitu Penghargaan Umum dan Penghargaan Khusus. Penghargaan
umum dapat diberikan kepada seluruh karyawan yang dinilai secara metode dapat
diberikan untuk menilai kinerja karyawan secara objektif, sedangkan penghargaan
khusus dapat diberikan kepada karyawan yang dianggap (dinilai) telah
berkontribusi secara khusus kepada instansi. Bentuk penghargaan tersebut dapat
dijadikan pilihan bagi RSUD Cibinong untuk terus meningkatkan produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong.
Berdasarkan hasil penelitian bivariat diperoleh nilai p = 0,006, ini
menunjukkan ada hubungan antara kesempatan berprestasi dan produktivitas kerja
135
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong. Hal ini sesuai dengan
Sedarmayanti (2009) yang menyatakan apabila terbuka kesempatan untuk
berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan
dedikasi serta pemanfataan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
Menurut Herzberg dalam Siagian (2001) yang dikutip dalam Lukmanul
Hakim (2009), jika para karyawan berpandangan positif terhadap tugas
pekerjaannya, tingkat kepuasannya biasanya tinggi dan sebaliknya jika para
karyawan memandang tugas pekerjaannya secara negatif maka tingkat
kepuasannya rendah. Kepuasan yang bersifat instrinsik tidak banyak kaitannya
dengan hal-hal yang bersifat materi,sehingga untuk meningkatkan kesempatan
berprestasi mereka dapat dilakukan dengan memberikan pengakuan dan
memberikan pekerjaan yang lebih menantang dengan cara mengadakan predikat
pegawai berpretasi. Menurut Gollerman (1984) yang dikutip dalam Lukmanul
Hakim (2009), pada dasarnya orang yang berorientasi pada prestasi kerja hanya
ingin diberitahu apa yang diharapkan manajemen untuk mereka perbuat dan
selanjutnya mereka berharap dibiarkan melakukannya sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa kesempatan berprestasi bagi perawat pelaksana
di RSUD Cibinong perawat yang memiliki kesempatan berprestasi cukup baik
sebanyak 34 orang (58%) dari 59 perawat. Cara meningkatkan kesempatan
berprestasi melalui reward adalah memberikan penghargaan kepada pegawai
karena masa kerja dan pengabdiannya dapat dijadikan teladan bagi pegawai
lainnya (Panggabean dalam Pangkubolon, 2013).
136
6.2.6 Gambaran Manajemen Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja
Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Cibinong
Menurut Wahyuni (2007) manajemen keperawatan adalah persepsi perawat
tentang model praktek keperawatan professional melalui tahapan yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Indikator
manajemen dalam penelitian ini adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian (Siagian,1995).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan perawat yang memiliki persepsi
manajemen kurang baik sebanyak 23 perawat (39%) dari 59 perawat. Sedangkan
perawat yang memiliki persepsi manajemen cukup baik sebanyak 36 orang (61%)
dari 59 perawat. Walaupun 61% perawat di RSUD Cibinong memiliki persepsi
manajemen yang cukup baik namun 39% masih memiliki persepsi manajemen
yang kurang baik. Persepsi manajemen kurang baik dengan persentase terbanyak
terdapat di ruang rawat inap dahlia. Hal ini disebabkan karena 40,7% memiliki
perencanaan yang kurang baik, 39% memiliki pengorganisasian yang kurang baik,
37,3% memiliki pengarahan yang kurang baik dan 42,4% memiliki pengendalian
yang kurang baik.
Indikator penilaian persepsi manajemen terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Oleh karena itu RSUD Cibinong
harus memperbaiki manajemen pada fungsi pengendalian bagi perawat pelaksana
di ruang rawat inap RSUD Cibinong karena manjemen berperan penting dalam
perencanaan, pengorganisasian (organizing), memimpin (leading) dan
pengendalian (controlling) berjalankan proses pelayanan di RSUD Cibinong.
137
Berdasarkan hasil penelitian indikator persepsi manajemen yang memiliki
kontribusi paling besar dalam kurang baiknya persepsi manajemen adalah
pengendalian. Pengendalian menjadi penting karena berdasarkan PP No. 23 tahun
2005, Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Melakukan sistem pengendalian merupakan salah satu indikator mutu untuk
meningkatkan efisiensi rumah sakit. Cara meningkatkan pengendalian dengan cara
membuat form laporan kegiatan keperawatan baik kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana, melakukan evaluasi terkait laporan keperawatan dengan cara
memeriksa dan menganalisis laporan keperawatan dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Ryuliana, 2009).
Dengan memperbaiki manajemen perawat di ruang rawat inap, RSUD
Cibinong memiliki manfaat untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan dengan
cara aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan perusahaan dengan
menetapkan sendiri sasaran kerja dan standar prestasi yang harus dicapai dalam
kurun waktu tertentu. Peningkatan yang terjadi pada prestas i karyawan secara
perorangan pada akhirnya akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara
keseluruhan yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas, merangsang minat
dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan
prestasi pribadi serta potensi karyawan dengan cara memberikan umpan balik
pada mereka tentang prestasi kerjanya dan dapat menyusun program
pengenbangan dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.
138
Padahal menurut Sedarmayanti (2011) suatu organisasi apabila manajemennya
tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat
mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif. Berdasarkan
penelitian Emanuel (1998) perawat yang memiliki manajemen cukup baik
sebanyak 11 orang (23,9%) sedangkan perawat yang memiliki manajemen kurang
baik sebanyak 36 orang (76,1%).
Berdasarkan hasil penelitian bivariat diperoleh nilai p= 0,001 hal ini
menunjukkan ada hubungan antara manajemen dan produktivitas kerja. Hal ini
sesuai dengan penelitian Fahriani (2011) dan Sinangun (1987) bahwa adanya
hubungan antara manajemen dengan produktivitas kerja perawat pelaksana.
Menurut artikel Kurnia (2012) manajemen menjadi penting dalam
produktivitas karena kebanyakan strategi intervensi program perbaikan berasal
dari rendahnya manajemen di suatu organisasi. Hal ini sesuai dengan pengamatan
di berbagai institusi, sekitar 80-85% dari masalah produktivitas dalam institusi
adalah lebih karena faktor- faktor sistem daripada faktor manusia. Contoh
ketidakberhasilan penerapan gugus kendali manajemen sangat ditentukan oleh
kesalahan manajemen. Implikasinya adalah perbaikan produktivitas dan mutu
lebih banyak didasarkan pada sistemnya itu sendiri tidak selalu dari unsur
manusianya.
Dapat disimpulkan bahwa perawat yang memiliki persepsi manajemen cukup
baik lebih dominan dari perawat yang memiliki persepsi manajemen kurang baik.
Namun 25 (42,37%) dari 59 perawat masih memiliki persepsi manajemen yang
kurang baik. Indikator persepsi manajemen yang memiliki kontribusi terbesar
139
dalam kurang baiknya manajemen adalah pengendalian. Cara meningkatkan
pengendalian dengan cara membuat form laporan kegiatan keperawatan baik
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan evaluasi terkait
laporan keperawatan dengan cara memeriksa dan menganalisis laporan
keperawatan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit
(Ryuliana, 2009).
6.2.6 Gambaran Status Gizi Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Di
Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi salah
satunya diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan. Salah satu faktor yang
berhubungan dengan produktivitas adalah status kesehatan yang dalam hal ini
berkaitan dengan faktor gizi seseorang. Penilaian gizi berupa proporsi badan
dengan melihat berat badan dan tinggi badan (Rismayanti, 2009). Kemampuan
fisik pegawai dipengaruhi oleh keadaan gizi dan kesehatan pegawai yang baik
akan memberikan kemampuan serta kesegaran fisik dan mental tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaan. Semakin tinggi keadaan gizi dan kesehatan pegawai,
cenderung semakin tinggi tingkat produktivitasnya (Tjiptoheriyanto, 2008).
Menurut Wardhani (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan
kecukupan gizi kerja adalah ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), usia, jenis
kelamin, kegiatan sehari-hari (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban
kerja, kondisi tubuh tertentu, dan lingkungan kerja. Oleh karena itu status gizi
pada penelian ini menggunakan IMT dengan mengukur berat dan tinggi badan.
140
Berdasarkan hasil penelitian univariat didapatkan perawat yang memiliki
gizi kurang sebanyak 2 perawat (3%) dari 59 perawat. Perawat yang memiliki gizi
normal sebanyak 47 perawat (80%) dari 59 perawat. Sedangkan perawat yang
memiliki gizi lebih sebanyak 10 orang (17%) dari 59 perawat. Perawat yang
memiliki gizi kurang terbanyak terdapat di ruang rawat inap anggrek 2
dikarenakan sebagian besar perawat memiliki status pegawai non PNS. Padahal
menurut Sedarmayanti (2011) apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya
dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai
semangat yang tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
Pegawai yang kurang makan akan lemah, baik daya kegiatan, pekerjaan-
pekerjaan fisik, maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan
yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Sekalipun seseorang
memiliki kebiasaan malas, namun kurangnya gizi merupakan penyebab utama
(Agung, 2002). Bagi orang dewasa yang bekerja dengan energi yang melebihi dari
kewajaran (membanting tulang demi untuk memperoleh pendapatan yang lebih)
umumnya ia menggunakan cadangan energi dalam tubuhnya, akibat penggunaan
tersebut dan tidak adanya penggantian energi dan energi cadangan sehubungan
dengan kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam tubuhnya, tentulah dari
pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya
produktivitas kerja yang dikehendaki. Oleh karena itu, bagi para pegawai yang
bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang
dianggap berat, adanya pembatasan waktu kerja merupakan suatu kebijaksanaan
instansi untuk mempertahankan produktivitas kerja yang dikehendaki organisasi
dari para pegawainya (Matjan, 2010)
141
Berdasarkan hasil penelitian bivariat diperoleh nilai p = 0,165, ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dan produktivitas kerja.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Trisnawati (2012) dan Emanuel (1998)
yang menyatakan ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana. Menurut (Sudiarti dan Indrawani, 2007) cara melihat status
gizi pada perawat selain dengan IMT bisa menggunakan defisiensi zat besi, energi
dan Vitamin B1. Cara meningkatkan status gizi kurang dengan makan teratur 3
kali sehari dengan gizi seimbang, berolahraga secara teratur dan cukup istirahat.
Cara mempertahankan status gizi normal dengan pertahankan kebiasaan maka n
dengan susunan menu gizi seimbang, pertahankan kebiasaan olah raga yang
teratur dan tetap melakukan kebiasaan fisik sehari-hari. Cara menurunkan status
gizi lebih dengan makan teratur dengan gizi seimbang, hindari minuman
beralkohol, olah raga dan kegiatan fisik.
Menurut Hidayat (1997) menyebutkan faktor gizi berperan untuk
meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja. Adapun keadaan gizi
kurang dapat dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasit, tingkat
penghasilan yang rendah, dan beban kerja yang terlalu besar dan lingkungan kerja
kurang membantu untuk produktivitas optimal tenaga kerja (Siagian, 2009). Jadi
berdasarkan teori tersebut status gizi yang mempengaruhi produktivitas kerja
bukan hanya dilihat dari IMT (Indeks Massa Tubuh) saja melainkan dari tingkat
penghasilan, beban kerja dan lingkungan. Hal tersebut juga bisa dilihat dari hasil
penelitian univariat yang menyatakan bahwa perawat pelaksana (79,66%)
memiliki status gizi normal. Oleh karena itu status gizi tidak menjadi
permasalahan bagi perawat pelaksana di RSUD Cibinong karena dalam penelitian
142
ini status gizi tidak berhubungan dengan produktivitas kerja. Namun faktor lain
yang lebih dominan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan produktivitas
kerja adalah motivasi, kesempatan berprestasi dan manajemen.
Dapat disimpulkan bahwa 3% perawat memiliki gizi kurang. Berdasarkan
hasil penelitian bivariat menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan produktivitas kerja. Namun secara
keseluruhan perawat di ruang rawat inap RSUD Cibinong memiliki gizi normal.
143
BAB VII
PENUTUP 7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perawat pelaksana yang memiliki produktivitas cukup baik lebih banyak
dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki produktivitas
kurang baik.
2. Perawat pelaksana yang memiliki motivasi tinggi lebih banyak
dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki motivasi rendah.
3. Perawat pelaksana yang memiliki tingkat penghasilan rendah lebih banyak
dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki tingkat
penghasilan tinggi.
4. Perawat pelaksana yang memiliki lingkungan kerja cukup baik lebih
banyak dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki
lingkungan kerja kurang baik.
5. Perawat pelaksana yang memiliki kesempatan berprestasi cukup baik lebih
banyak dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki
produktivitas kurang baik.
6. Perawat pelaksana yang memiliki manajemen cukup baik lebih banyak
dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki manajemen
kurang baik.
144
7. Perawat pelaksana yang memiliki status gizi normal lebih banyak
dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki status gizi normal
dan lebih.
8. Hubungan antara faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja:
a. Ada hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
b. Ada hubungan antara kesempatan berprestasi dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun
2014
c. Ada hubungan antara manajemen dengan produktivitas kerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi RSUD Cibinong
1. Meningkatkan produktivitas kerja perawat pelaksana melalui peningkatan
kreatifitas dengan cara :
- Membuat pelatihan internal terkait asuhan keperawatan
Pelatihan internal dibuat setiap 6 (enam) bulan sekali. Peserta pelatihan
internal adalah perawat pelaksana yang secara acak dipilih hingga
semua perawat dapat ikut aktif dalam pelatihan internal. Pelatihan
dilakukan dengan mendatangkan narasumber dengan kriteria sebagai
berikut:
145
a. ahli dibidang asuhan keperawatan
b. pendidikan minimal S1 Keperawatan (Ners)
c. memiliki pengalaman dibidang asuhan keperawatan
minimal 3 tahun.
- Mengadakan curah pendapat
Pemimpin curah pendapat adalah kepala seksi penunjang
keperawatan. Tugas kepala seksi penunjang kperawatan adalah
mengontrol waktu, membuat soal berupa contoh kasus praktis yang
akan didiskusikan oleh perawat dan mengontrol kemajuan dari
diskusi.
2. Meningkatkan motivasi perawat melalui peningkatan pengakuan hasil
kerja dengan cara kepala ruangan memberikan kata pujian kepada setiap
perawat yang melakukan tindakan sesuai dengan model praktek
keperawatan professional yang didukung pula dengan cara peningkatan
reward sehingga dapat meningkatkan motivasi perawat.
3. Meningkatkan kesempatan berprestasi melalui :
a. peningkatan reward bagi perawat pelaksana dengan cara mengadakan
perawat berprestasi setiap tahunnya guna meningkatkan kesempatan
berprestasi dan motivasi perawat. Penghargaan diberikan bagi perawat
berprestasi tanpa memandang status perawat yaitu pegawai PNS dan
non PNS. Penilaian perawat pelaksana terbaik dilakukan oleh kepala
dan anggota komite keperawatan melalui kinerja perawat dengan
melihat buku harian kegiatan keperawatan pada akhir bulan disertakan
tanda tangan kepala ruangan. Buku kegiatan keperawatan tersebut
146
dinilai oleh bagian komite keperawatan. Perawat yang terpilih akan
dijadikan perawat teladan oleh pihak RSUD dengan diberikan
sertifikat penghargaan dan bonus berupa uang.
4. Meningkatkan manajemen melalui peningkatan pengendalian dengan cara:
- Membuat form laporan kegiatan keperawatan bagi perawat pelaksana.
Pembuatan form laporan dibuat berdasarkan peraturan yang telah
ditetapkan oleh kemenkes. Form laporan sesuai dengan model praktek
keperawatan professional.
- Masing-masing kepala ruangan melakukan evaluasi terkait laporan
harian kegiatan keperawatan bagi perawat pelaksana dengan cara
memeriksa dan menganalisis laporan harian kegiatan keperawatan
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh RSUD
Cibinong.
7.2.2 Bagi perawat pelaksana
- Mengisi laporan harian kegiatan keperawatan yang setiap bulannya
dilaporkan kepada masing-masing ketua tim. Ketua tim akan
membuat laporan dari hasil perawat pelaksana yang akan diserahkan
kepada kepala ruangan. Dan kepala ruangan yang akan melakukan
evaluasi dari laporan harian kegiatan keperawatan untuk dilakukan
per tri semester.
- Ikut aktif dalam pelatihan internal yang diadakan oleh pihak RSUD
Cibinong dan menjadikan pelatihan internal sebagai ajang
meningkatkan kreatifitas perawat pelaksana.
147
- Mengikuti kegiatan curah pendapat secara aktif dan menjadikan
kegiatan curah pendapat sebagai ajang menambah ilmu pengetahuan.
7.2.3 Bagi Peneliti lain
- Melakukan penilaian faktor- faktor yang berhubungan dengan
produktivitas kerja tidak hanya menggunakan persepsi perawat
melainkan dengan menggunakan observasi untuk memperkuat hasil
penelitian
- Memastikan adanya data sekunder yang spesifik menjelaskan
deskripsi pekerjaan perawat pelaksana yang sesuai dengan klasifikasi
pelayanan di ruang rawat inap agar mendapatkan gambaran yang jelas
tentang kondisi di setiap ruang rawat inap.
- Melakukan penelitian dengan tingkat penghasilan meliputi gaji
pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap agar
menggambarkan tingkat penghasilan yang sebenarnya.
148
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Jakarta: Grasindo.
2005
Agung, Ari. Kacang Ijo Meningkatkan Produktivitas Kerja. Patria Untag.
Surabaya. 2000
Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan . Edisi ketiga. Biarumpa aksara.
Jakarta. 1996
Bastable, Susan. Perawat sebagai pendidik. Buku kedokteran EGC. Jakarta : 1997
Bertens. Perspektif etika baru. Jakarta. Penerbit kanisius. 2008
Budiana, Asep. Pemprov Jabar Tetapkan Besaran UMK Tahun 2014. Bandung
: galuhpost.com. 2014
Carnadi, Andina. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produktivitas
KerjaPerawat Di Global Awal Bros Hospital Bekasi Tahun 2010. Depok :
FKM UI.Skripsi. 2010
Departemen Kesehatan RI. Sistem Perumah Sakitan, Manajemen Rumah
Sakit. Jakarta. 1998
Depkes RI. Sistem kesehatan nasional. Jakarta. 2007
Edy. Pengaruh Budaya Organisasional dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Perawat “Rumah Sakit Mata Dr. YAP” Yogyakarta dengan Motivasi dan
149
Kepuasan Kerja sebagai Variabel Pemediasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
2. Yogyakarta: USU. 2008
Emanuel, stefanus. Faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas
tenagapelaksana keperawatan di ruang rawat inap Rumah sakit Sukmul
Jakarta utara tahun 1998. Depok : FKM UI. Tesis. 1998
Efitra. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerjaperawat puskesmas di Kota Padang tahun 2002. Depok : FKM UI. S1.
2002
Efendi. Marihot Tua. Manajemen Sumber Daya Manusia
(Pengadaan,Pengembangan, Pengkompensasian, Dan Peningkatan
Produktivitas Pegawai). Jakarta : PT Grasindo. 2002
Fahriani. Analisis Faktor Budaya Organisasi Yang Berhubungan
DenganProduktivitas Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Gorontalo: 2011
Frank G. Goble, Mazhab ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow,
Yogyakarta : Kanisius, 1987
Gibson, james. Organisasi Dan Manajemen : Perilaku, Struktur, Dan Proses.
Edisi keempat. Erlangga. Jakarta. 1998
Gitosudarmo, Indriyo & Sudita, I Nyoman, Perilaku Keorganisasian, Edisi 1,
Yogyakarta: BPFE. 2000
Handari, Nawawi. Administrasi Personel untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.
Jakarta: Gramedia. 1990
150
Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi pertama, PT Bumi aksara,
Jakarta. 2005
Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi, PT Bumi aksara,
Jakarta. 2008
Hasibuan. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010 Hermansyah. Penghargaan Sebagai Bentuk Apresiasi Kepada Pegawai. Jakarta.
Okezone.com. 2013
Hidayat Syarief. Membangun SDM Berkualitas. Suatu Telaahan Gizi
Masyarakatdan Sumber Daya Keluarga. IPB. Bogor. 1997
Jaenudin. Hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja perawat
diruang rawat inap RSUD Serang tahun 2003. Depok : FKM UI. Tesis. 2003
Justine, Sirait. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya
ManusiaDalam Organisasi. Jakarta : PT Grasindo. 2002
Kartikasari, Fani. Ingin Cum Laude Harus Smart. Jakarta : Gramedia. 2008 Kurnia, Ahmad. Produktivitas Organisasi. Jakarta. 2012
Kuswantoro, Putra. Pengaruh Mutu Pelayanan Keperawatan Terhadap
KepuasanPasien (Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malang) tahun
2012.
Medan. Skipsi. USU FKUB. 2012.
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/MAJALAH%20Ervi
%20TS.pdf
151
Lukmanul hakim. Faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerjakaryawan di dinas kesehatan kabupaten tabalong provinsi Kalimantan
selatan Tahun 2009. Depok: FKM UI. Tesis. 2009
Leksono, Senja. Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Produktivitas
KaryawanPada PT.NOVA AYU LESTARI. Jakarta. USU. 2010
Matjan, Batinus. Bahan Ajar Tata Gizi Seimbang. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia. 2010
Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Penerbit PT Remajarosdakarya. bandung. 2001
Mangkunegara, Anwar P. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: PT.Refika
Aditama. 2004
Minarsih. Hubungan Lingkungan Kerja Perawat Dengan Produktivitas
KerjaPerawat Di RSUP DR.M.Djamil Padang. Padang : Universitas Andalas.
2011
Muhammad, Iman, 2008. Pengaruh Motivasi Kerja Perawat
OutsourcingTerhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan Instalasi Rawat Inap
Di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009.FKM USU skripsi
2009.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22105/5/Chapter%20I.p
df
Mulianto, Sindu. Supervise diperkaya perspektif syariah. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo. 2006
Mulyadi. Sistem Perencanaan Dan Pengendalian Manajemen. Jakarta : Salemba
empat. 2007
152
Novita. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Dan Non Fisik Terhadap
KinerjaKaryawan. Medan : USU. 2013
Nitisemito, Alex. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2000
Ilyas, yaslis. kinerja-teori-penilaian dan penelitian. Depok. FKM UI. 1999
Irawan. Pentingnya Reward dan Punishment Dalam Suatu Organisasi. Jakarta :
PT Kaffah Gemilang. 2009
Praningrum. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
DanProduktivitas Kerja Perawat Di Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu.
Bengkulu :2007
Ryuliana. 2009. Pedoman Pendidikan Dan Pelatihan Jaminan Mutu ( Qa )
DiRumah Sakit Dan Puskesmas.
http://www.lrckesehatan.net/pedoman/ped-diklatjamurs.html
Rismayanti. Bahan Ajar Gizi Olahraga Status Gizi. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta. 2009
Sedarmayanti. sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Bandung : mandar
maju. 2001
Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia Dan Produkivitas Kerja. cetakan pertama.
Bandung : penerbit mandar maju. 2009
Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia Dan Produkivitas Kerja. cetakan kedua.
Bandung : penerbit mandar maju. 2011
Siagian, sondang P. Teori motivasi dan aplikasinya. Jakarta, rineka cipta. 1995
Siagian, Sondang, P., Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: penerbit:
rineka cipta. 2009
153
Siagian, PS. Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Penerbit rineka cipta, Jakarta.
2001
Suharto, Kumpulan Bahan Kuliah Statistika. Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Metro. 2007.
Simanjuntak, Payaman J. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1985
Simanjuntak, J. Payaman. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Penerbit
FEUI ( Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ), Jakarta. 1998
Sinungan, Muchdarsyah. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta : Bina
Aksara. 1987
Sofyan, Khairani Diana. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
KerjaPegawai BAPPEDA. Aceh: Universitas Malikussaleh. 2013
Sudarma, Momon. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta : Penerbit salemba medika.
2008
Sudiarti, T dan Indrawani, Y.M. Bahan Makanan dan Zat Gizi dalam Gizi
danKesehatan Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat
FKMUI. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007
Sugiono. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung : CV. Alfabeta.
2003
Sugiono. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesebelas. Bandung : CV. Alfabeta.
2008
154
Swansburg, Russel. Pengembangan Staff Keperawatan. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta : 1995
Swanburg, Russel. Pengantar Kepemimpinan Dan Manajemen
KeperawatanUntuk Perawat Klinis. Buku kedokteran EGC. Jakarta : 1993
Swanburg. C. Russell. Alih bahasa sama.suharyati. Pengantar KepemimpinanDan
Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta. 2000
Tampubolon. Penghargaan dan sanksi. Semarang : Universitas Diponegoro. 2013
Tjiptoheriyanto, Priyono. Pengambangan Sumber daya manusia diantara
peluangdan tantangan. Jakarta : Penerbit LIPI (Indonesian institute of
sciences) pusatpenelitian kependudukan. 2008
Triantoro, Safaria. Menjadi Pribadi Berprestasi (Strategi Kerasan Kerja
DiKantor). Jakarta: PT Grafindo. Jakarta. 2005
Wahjosumijo. Kepemimpinan Dan Motivasi. Jakarta. Ghalia Indonesia. 1992
Wahyuningtyas, Nadya. Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Kepuasan
KompensasiTerhadap Kinerja Karyawan. Semarang : Universitas
Diponegoro. 2013
155
156
LAMPIRAN KUESIONER
KUESIONER PENELITIAN TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT
INAP RSUD CIBINONG TAHUN 2014
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya Fitria Aryani salah seorang mahasiswi FKIK UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Kami sedang melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas perawat di RSUD Cibinong tahun 2014. Pengisian kuesioner akan berlangsung 10 menit. Informasi yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Kami berharap Anda dapat berpartisipasi karena pendapat Anda sangat penting bagi penelitian kami. Saat ini, apakah Anda bersedia mengisi kuesioner ini ? Apakah saya dapat memberikan kuesioner ini pada anda ?
A. Identitas responden
1. Nama :……………………………………………………
2. Umur :………………………………………....................
3. Jenis kelamin :……………………………………………………
4. Unit kerja :… … … … … … … … … … … … … … … … … … … …. 5. Tingkat penghasilan:
a. Kurang dari Rp 2.242.240/ bulan b. Rp 2.242.240/ bulan c. Lebih dari Rp 2.242.240,00/ bulan
6. Status Gizi : a. Berat badan :……………......... b. Tinggi badan :…………………
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Keterangan: STS : sangat tidak setuju TS : Tidak setuju S : Setuju SS : Sangat setuju
Notes : mohon mengisi kuesioner dengan jujur dan sesuai dengan keadaan tempat anda
bekerja. Identitas akan terjaga kerahasiaannya. Dimohon kerjasamanya.. terima kasih.. :)
TERIMA KASIH…..
C. Kuesioner
No Teks kuesioner Jawaban/ pertanyaan
STS TS S SS
C1 MOTIVASI
Pencapaian Prestasi Kerja
C1.1 Selama saya bekerja di rumah sakit ini, saya selalu
melakukan pekerjaan dengan baik tanpa ada kesalahan
tindakan keperawatan
C1.2 Saya berupaya mencapai prestasi kerja yang lebih baik
dalam bekerja di rumah sakit
C1.3 Saya bertanggung jawab dengan semua tindakan
keperawatan yang saya lakukan
C1.4 Saya tidak pernah puas dengan hasil kerja saya karena saya
ingin melebihi hasil kerja rekan saya
Pengakuan Hasil Kerja
C1.5 Rekan kerja akan memberikan pujian, jika bekerja dengan
baik
C1.6 Penghargaan hasil kerja yang diberikan atasan saya,
mendorong saya bekerja lebih giat
C1.7 Saya memberikan pengakuan atas prestasi kerja yang
dicapai oleh rekan kerja
C1.8 Pengakuan atas prestasi kerja yang diberikan oleh rekan
kerja membuat saya merasa senang
Pengembangan Potensi Individu
C1.9 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri terbuka
bagi perawat di rumah sakit ini
C1.10 Di rumah sakit ini, prestasi kerja saya dihargai dengan cara
pemberian reward
C1.11 Di rumah sakit ini tidak membatasi pengembangan potensi
individu seperti mengizinkan perawat untuk melanjutkan
pendidikan dengan biaya sendiri
Kualitas Supervisi
C1.12 Supervisi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan
dilakukan secara wajar
C1.13 Di ruangan tempat saya bekerja, kegiatan supervisi yang
dilakukan oleh atasan dilakukan secara efektif
C1.14 Perawat yang melakukan tindak penyimpangan kerja
diberikan teguran oleh atasan
C2 LINGKUNGAN KERJA
Hubungan Antar Rekan Kerja
C2.1 Di ruangan tempat saya bekerja, tercipta hubungan saling
tolong menolong antar rekan kerja
C2.2 Diruangan tempat saya bekerja, sesama perawat tidak terjadi
saling permusuhan
C2.3 Apabila terjadi masalah diantara perawat dilakukan
penyelesaian dengan baik Kerjasama Dalam Melaksanakan Tugas
C2.4 Dalam melaksanakan pekerjaan, rekan kerja akan membantu
jika diperlukan
C2.5 Perawat yang ditunjuk dalam kerja tim melakukan kerja
dengan baik
C2.6 Di ruangan tempat saya bekerja, kerja tim berjalan dengan
baik dan solid Fasilitas Pendukung Kerja
C2.7 Fasilitas kerja yang tersedia di ruang tempat kerja saya
sangat mendukung pelaksanaan tugas
C2.8 Saya tidak dapat bekerja secara maksimal bila fasilitas kerja
tidak tersedia di tempat kerja
C2.9 Di ruangan tempat saya bekerja memiliki fasilitas penunjang
yang cukup
C2.10 Fasilitas kerja yang tersedia di ruang tempat kerja saya,
kualitasnya layak dalam menunjang tugas keperawatan
Kondisi Tempat Kerja
C2.11 Saya merasa ruang tempat kerja kami menciptakan rasa
nyaman
C2.12 Bila pekerjaan telah selesai dilakukan, perawat merapikan
peralatan kerja yang digunakan
C2.13 Di ruangan tempat saya bekerja, saya selalu membersihkan
ruangan setelah selesai jam kerja saya
C2.14 Di ruangan tempat saya bekerja tercipta rasa aman dan tertib
sehingga membuat saya nyaman bekerja di rumah sakit ini
Proses Kegiatan Rapat
C2.15 Saya mendapat kesempatan memberikan pendapat dalam
setiap rapat
C2.16 Setiap keputusan hasil rapat yang diambil oleh kepala
ruangan berdasarkan musyawarah antar semua perawat
C3 KESEMPATAN BERPRESTASI
Kesempatan Mengembangkan Diri dengan Program
lanjutan
C3.1 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri terbuka
bagi perawat di rumah sakit ini
C3.2 Saya merasa kesempatan untuk mengembangkan potensi
diri diberlakukan secara adil bagi perawat
C3.3 rumah sakit memberikan kesempatan kepada pegawai dalam
promosi karier
C3.4 Rumah sakit memiliki program beasiswa pendidikan
lanjutan yang dibiayai rumah sakit bagi perawat yang
berprestasi
C3.5 Rumah sakit ini memberikan program beasiswa pendidikan
lajutan secara adil bagi perawat yang berprestasi
C3.6 Selama saya bekerja di rumah sakit ini, saya merasa tidak
terjadi peningkatan ilmu pengetahuan
C3.7 Tidak adanya kesempatan berprestasi di rumah sakit ini,
menghambat produktivitas kerja saya
Kemajuan Naik Pangkat
C3.8 Di rumah sakit ini, saya merasa kenaikan pangkat saya
sesuai dengan lamanya saya bekerja dirumah sakit
C3.9 Di rumah sakit ini, kenaikan pangkat perawat dilakukan
secara adil sesuai dengan standar operasional prosedurnya
Adanya Reward
C3.10 rumah sakit memberikan reward kepada pegawai yang
berprestasi
C3.11 Reward diberikan secara adil sesuai dengan pekerjaan yang
saya kerjakan
Pekerjaan yang Sesuai Dengan Pendidikan dan
Pelatihan
C3.12 Di rumah sakit ini, penunjukkan perawat untuk mengikuti
pelatihan di lakukan secara adil
C4 MANAJEMEN
Fungsi Perencanaan
C4.1 Saya mengetahui visi misi rumah sakit ini
C4.2 Visi misi rumah sakit selalu menjadi acuan saya dalam
menjalankan tugas keperawatan saya
C4.3 Saya mengetahui standar asuhan keperawatan yang
diterapkan oleh rumah sakit ini
C4.4 Saya selalu menerapkan standar asuhan keperawatan dalam
melaksanakan tugas keperawatan saya
C4.5 Saya mengetahui standar operasional prosedur (SOP) yang
ada di dalam ruangan saya
C4.6 Saya selalu menerapkan standar operasional prosedur (SOP)
dalam melaksanakan prosedur keperawatan saya
C4.7 Di ruangan tempat saya bekerja, aturan rotasi perawat
dilakukan secara profesional seperti tidak terjadi benturan
jadwal rotasi antar perawat
C4.8 Di ruangan tempat saya bekerja, sistem informasi
manajemen dijalankan secara komputerisasi
Pengorganisasian
C4.9 Di ruangan tempat saya bekerja menggunakan metode
modifikasi tim primer (MPKP) untuk memberikan asuhan
keperawatan
C4.10 Saya mengetahui struktur organisasi yang ada di ruangan
kerja saya
C4.11 Dalam bekerja saya selalu melakukan tugas sesuai dengan
uraian tugas yang disepakati ruangan
C4.12 Saya membuat dokumentasi proses keperawatan sesuai
dengan format yang ada (pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi)
C4.13 Jumlah tenaga keperawatan yang ada diruangan saya
bekerja telah sesuai dengan beban kerja perawat
C4.14 Pengaturan shift di ruangan tempat saya bekerja telah
berjalan dengan baik seperti tidak terjadi kekosongan shift
Pengarahan
C4.15 Saya termotivasi dalam melakukan asuhan keperawatan
karena diruangan ada program motivasi dengan penerapan
program rewad dan punishmen
C4.16 Saya menikmati kerja karena diruangan ada program
manajemen konflik sehingga jika ada konflik di selesaikan
dengan cara yang baik
C4.17 Didalam bekerja saya tenang karena setiap saat ada kegiatan
supervisi terdapat pengarahan yang jelas bagi kami
C4.18 Saya tahu betul pekerjaan saya karena setiap dinas ada
program operan antar ship yang jelas
C4.19 Saya tahu betul pekerjaan saya sebagai perawat pelaksana
karena sebelum dinas ada pre konferen dari kepala tim
untuk menjelaskan pekerjaan yang akan kita lakukan
C4.20 Saya mengetahui pekerjaan dengan baik karena setiap hari
ada program post conferen dari kepala tim untuk
menjelaskan evaluasi pekerjaan kita lakukan
C4.21 Saya senang karena ada kegiatan ronde keperawatan diruang
untuk menyelesaikan kasus kompleks diruangan
Pengendalian
C4.22 Saya memiliki buku harian kegiatan keperawatan
C4.23 Saya selalu mengisi buku harian kegiatan keperawatan
sesuai dengan shift kerja saya
C4.24 Saya selalu memberikan laporan harian kegiatan
keperawatan secara rutin kepada kepala ruangan
C4.25 Diruangan saya dilakukan evaluasi terhadap kinerja perawat
diruangan masing-masing yang dilakukan oleh ketua tim
dan perawat pelaksana
C4.26 Diruangan saya selalu rutin diadakan evaluasi terhadap
kinerja perawat
C5 PRODUKTIVITAS KERJA
Pencapaian Tujuan
C5.1 Di ruangan tempat saya kerja, salah satu tujuan asuhan
keperawatan adalah memandirikan pasien
C5.2 Di ruangan tempat saya kerja, saya selalu memberikan
kualitas pelayanan keperawatan terbaik bagi pasien
C5.3 Saya selalu bersedia melakukan berbagai cara agar dapat
memenuhi kebutuhan pasien
C5.4 Saya selalu menjalankan standar asuhan keperawatan dalam
menangani pasien
Kreatifitas
C5.5 Saya selalu aktif dan memberikan kontribusi yang positif di
setiap pekerjaan yang saya lakukan di ruangan saya
C5.6 Di ruangan tempat saya bekerja, Saya selalu memberikan
asuhan keperawatan lebih baik dari yang telah saya lakukan
sebelumnya
C5.7 di ruangan tempat saya bekerja, saya selalu menyelesaikan
persoalan sendiri tanpa bantuan rekan kerja saya
C5.8 Saya suka meminta bantuan atasan untuk mengatasi masalah
yang tidak dapat diatasi sendiri
C5.9 Waktu bekerja saya betul-betul digunakan untuk kegiatan
yang bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien
C5.10 Saya pernah melakukan kegiatan non keperawatan (ngobrol,
pergi untuk urusan pribadi, istirahat berlebihan) pada jam
kerja
C5.11 Saya tidak pernah melanggar peraturan yang berlaku di
dalam ruangan tempat saya bekerja
C5.12 Saya selalu masuk kerja tepat waktu sesuai dengan jam
kerja shift saya
Tingkat Pelayanan Dan Umpan Balik
C5.13 Saya dapat melakukan pengkajian dengan baik terhadap
pasien dengan berbagai gangguan sistem tubuh
C5.14 Disetiap tindakan keperawatan yang saya lakukan, saya
selalu memberikan penyuluhan kepada pasien
C5.15 Setiap harinya di ruangan tempat saya bekerja, selalu ada
evaluasi di setiap tindakan keperawatan
C5.16 Saya selalu mencatat setiap kegiatan asuhan keperawatan
yang telah saya lakukan dengan lengkap, singkat dan jelas
C5.17 Kepala ruangan dan ketua tim ditempat saya bekerja
melakukan penilaian individu kepada perawat pelaksana
untuk menilai kualitas kerja saya
C5.18 Saya selalu menerima saran terhadap kekurangan yang telah
saya lakukan
C5.19 Dengan kinerja yang saya hasilkan, ruangan saya dapat
menjadi ruang rawat inap dengan kualitas kerja terbaik
dibanding dengan ruang rawat inap lainnya
C5.20 Saya selalu menghasilkan output kerja lebih banyak
dibanding dengan rekan kerja saya
C5.21 Saya selalu menciptakan ide kreatif disetiap adanya masalah
keperawatan di ruangan saya
C5.22 Saya selalu ambius untuk menghasilkan kinerja yang
berkualitas
C5.23 Saya selalu bekerja sesuai dengan target yang diinginkan
oleh kepala ruangan dan ketua tim
LAMPIRAN ANALISIS
UNIVARIAT a. Variabel motivasi
Indikator penilaian motivasi
1. Pencapaian prestasi kerja
Statistics
Statistics
tot_motivasiC1
N Valid 59
Missing 0
Mean 39.76
Median
40.00
Mode 40a
Minimum 28
Maximum 45
a. Mult iple modes ex ist. The
smallest value is show n 2. Pengakuan hasil kerja 3. Pengembangan potensi diri
motiv_1
N Valid 59
Missing 0
Mean 11.58
Median 11.00
Minimum 9
Maximum 14
Statistics motiv_2
N Valid 59
Missing 0
Mean 11.41
Median 12.00
Statistics
motiv_3
N Valid 59
Missing 0
Mean 8.49
Median 9.00
Minimum 4
Maximum 10
4. Kualitas supervisi
Statistics
motiv_4
N Valid 59
Missing 12
Mean 3.07
Me dia n 3.00
b. Variabel lingkungan kerja
Statistics
tot_lingkerjaC2
N Valid 59
Missing 0
Mean 47.27
Median 47.00
Mode 45a
Std. Deviation 5.669
Minimum
32
Maximum 59
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Indikator penilaian lingkungan kerja
1. Hub. antar rekan kerja 2. Kerjasama dlm melaksanakan tugas 3. Fasilitas pendukung kerja
Statistics
lingker_1 Statistics Sta tis tic s
N Valid 59 lingker_2 lingker_3
Missing 0 N Valid 59 N Valid 59
Mean 9.58 Missing
12 Missing 12
Median 9.00 Mean
9.17
Mean 10.80
Minimum 4 Median
9.00
Median 11.00
Maximum 12 Minimum 5
Maximum 14
4. kondisi tempat kerja
5. Proses kegiatan rapat
Statistics Statistics
lingker_4 lingker_5
N Valid
59 N Valid 59
Missing
0 Missing 12
Mean
11.90 Mean 5.83
Median 12.00 Median 6.00
c. Variabel kesempatan berprestasi
Statistics
tot_kespresC3
N Valid 59
Missing 0
Mean 29.07
Median 30.00
Mode 30
Std. Deviation 4.042
Minimum 19
Maximum 36
Indikator penilaian kesempatan berprestasi
1. Kesempatan mengembangkan diri 2. Kemajuan naik pangkat
3. Adanya reward
Statistics kespres_1
N Valid 59
Missing 0
Mean 16.51
Median 17.00
Minimum 11
Maximum 21
Statistics
kespres_2
N Valid 59
Missing 0
Mean 5.46
Median 6.00
Minimum 2
Maximum 8
Statistics
kespres_3
N Valid 59
Missing 0
Mean 4.59
Median 5.00
Minimum 2
Maximum 6
4. Pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaan
Statistics
kespres_4
N Valid 59
Missing 12
Mean 2.51
Median 3.00
Minimum 1
Maximum 3
d. Variabel manajemen
Statistics
tot_manajC4
N Valid 59
Missing 12
Mean 72.97
Median 73.00
Std. Deviation 5.928
Minimum
58
Maximum 84
Sum 4305
Indikator Penilaian manajemen
1. Perencanaan 2.Pengorganisasian 3. Pengarahan
Statistics Statistics Sta tis tic s
manaj_1 ma naj _2 ma naj _3
N Valid 59 N Valid 59 N Valid 59
Missing 12 Missing 12 Missing 12
Mean 23.71 Mean 17.56 Mean 19.36
Median 24.00 Median 18.00 Median 20.00
Minimum 19 Minimum 12 Minimum 11
Maximum 29 Maximum 23 Maximum 26
4. Pengendalian
Statistics
manaj_4
N Valid 59
Missing 12
Mean 12.15
Median 12.00
e. Variabel produktivitas
Statistics
tot_produkC5
N Valid 59
Missing 0
Mean 67.42
Median 67.00
Mode
65
Std. Deviation 5.328
Minimum 58
Maximum 81
Sum 3978
Indikator penilaian produktivitas kerja
1. Pencapaian tujuan 2. Kreativitas 3. Tingkat pelayanan&umpan balik
Sta tis tic s Sta tis tic s
Sta tis tic s produk_2
produk_3
produk_1 N Valid 59
N Valid 59
N Valid 59
Missing 12
Missing 12
Missing 12 Mean 29.17
Mean
20.54
Mean 17.71 Median 29.00
Median
21.00
Median 17.00 Minimum 23 Minimum 17
Minimum 16 Maximum 36
Maximum 27
Maximum 21
LAMPIRAN ANALISIS BIVARIAT
a. Variabel motivasi dan produktivitas kerja kateg_motivasi * kateg_produk Crosstabulation
Count
kateg_produk
produktivitas produktivitas
kurang baik cukup baik Total
kateg_motivasi motivasi kurang baik 16 7 23
motivasi cukup baik 13 23 36
Total 29 30 59
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exac t Sig. (2- Exac t Sig. (1-
Value df sided) side d) side d)
Pearson Chi-Square 6.284a 1 .012
Continuity Correctionb 5.017 1 .025
Likelihood Ratio 6.415 1 .011
Fisher's Exact Test .017 .012
Linear-by-Linear Association 6.178 1 .013
N of Valid Casesb 59
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.31. b. Computed only for a 2x2 table
b. Variabel tingkat penghasilan dan produktivitas kerja
kateg_penghasilan * kateg_produk Crosstabulation
Count
kateg_produk
produktivitas produktivitas
kurang baik cukup baik Total
kateg_penghasilan tingkat penghasilan rendah 17 21 38
tingkat penghasilan tinggi 12 9 21
Total 29 30 59
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exac t Sig. (2- Exac t Sig. (1-
Value df sided) side d) side d)
Pearson Chi-Square .833a 1 .361
Continuity Correctionb .410 1 .522
Likelihood Ratio .835 1 .361
Fisher's Exact Test .422 .261
Linear-by-Linear Association .819 1 .366
N of Valid Casesb 59
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.32. b. Computed only for a 2x2 table
c. Variabel lingkungan kerja dan produktivitas kerja
kateg_lingker * kateg_produk Crosstabulation
Count
kateg_produk
produktivitas produktivitas
kurang baik cukup baik Total
kateg_lingker lingkungan kerja kurang baik 16 9 25
lingkungan kerja cukup baik 13 21 34
Total 29 30 59
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exac t Sig. (2- Exac t Sig. (1-
Value df sided) side d) side d)
Pearson Chi-Square 3.827a 1 .050
Continuity Correctionb 2.865 1 .091
Likelihood Ratio 3.870 1 .049
Fisher's Exact Test .067 .045
Linear-by-Linear Association 3.762 1 .052
N of Valid Casesb 59
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.29. b. Computed only for a 2x2 table
d. Variabel kesempatan berprestasi dan produktvitas kerja
kateg_kespres * kateg_produk Crosstabulation
Count
kateg_produk
produktivitas produktivitas
kurang baik cukup baik Total
kateg_kespres kesempatan berprestasi 18 7 25
kurang baik
kesempatan berprestasi 11 23 34
cukup baik
Total 29 30 59
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exac t Sig. (2- Exac t Sig. (1-
Value df sided) side d) side d)
Pearson Chi-Square 9.061a 1 .003
Continuity Correctionb 7.544 1 .006
Likelihood Ratio 9.321 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .003
Linear-by-Linear Association 8.907 1 .003
N of Valid Casesb 59
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.29. b. Computed only for a 2x2 table
e. Variabel manajemen dan produktivitas kerja
kateg_manaj * kateg_produk Crosstabulation
Count
kateg_produk
produktivitas produktivitas
kurang baik cukup baik Total
kateg_manaj manajemen kurang baik 18
5 23
manajemen cukup baik 11 25 36
Total 29 30 59
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exac t Sig. (2- Exac t Sig. (1-
Value df sided) side d) side d)
Pearson Chi-Square 12.779a 1 .000
Continuity Correctionb 10.942 1 .001
Likelihood Ratio 13.374 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 12.562 1 .000
N of Valid Casesb 59
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.31. b. Computed only for a 2x2 table
f. Variabel status gizi dan produkitvitas kerja
kateg_statgizi * kateg_produk Crosstabulation
Count
kateg_produk
produktivitas produktivitas
kurang baik cukup baik Total
kateg_statgizi status gizi kurang 2
0 2
status gizi normal 24 23 47
status gizi lebih 3 7 10
Total
29
59
30
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 3.605a 2 .165
Likelihood Ratio 4.423 2 .110
Linear-by-Linear Association 3.098 1 .078
N of Valid Cases 59
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .98.
LAMPIRAN UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Stan d ardize d
Alp ha It ems N of Items
.967 .968 93
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted Item Deleted Total Correlation
A5 259.13 1265.599 -.540
A6 258.68 1234.430 -.075
C1.1 257.73 1209.538 .469
C1.2 258.00 1198.615 .482
C1.3 257.83 1214.199 .369
C1.4 258.00 1209.692 .550
C1.5 257.83 1214.199 .369
C1.6 257.80 1214.523 .351
C1.7 258.28 1202.051 .499
C1.8 257.73 1209.538 .469
C1.9 258.00 1198.615 .482
C1.10 258.28 1202.051 .499
C1.11 257.98 1211.922 .412
C1.12 257.83 1214.199 .369
C1.13 258.00 1202.821 .672
C1.14 257.83 1214.199 .369
C2.1 257.58 1213.892 .333
C2.2 257.55 1212.972
.509
C2.3 257.50 1209.487 .403
C2.4 257.55 1212.972
.509
C2.5 257.65 1211.823 .470
C2.6 257.80 1203.036 .512
C2.7 257.95 1191.792 .613
C2.8 257.65 1211.823 .470
C2.9 258.28 1203.589 .563
C2.10 258.23 1197.256 .631
C2.11 258.00 1210.410 .395
C2.12 258.28 1203.589 .563
C2.13 258.23 1197.256 .631
C2.14
257.78
1196.846
.589
C2.15 257.98 1209.820 .411
C2.16 257.73 1201.281 .582
C3.1 257.95 1193.792 .644
C3.2 258.13 1211.394 .439
C3.3 258.33 1206.738 .436
C3.4 258.60 1202.964 .579
C3.5 258.53 1194.563 .688
C3.6 258.40 1193.015 .617
C3.7 258.58 1199.174 .508
C3.8
258.53
1194.563
.688
C3.9
258.13
1211.394
.439
C3.10 258.25 1193.731 .643
C3.11 258.03 1209.974 .439
C3.12 258.05 1206.459 .480
C4.1 257.95 1196.203 .602
C4.2 257.95 1196.203 .602
C4.3 257.30 1214.369 .328
C4.4 258.15 1201.362 .538
C4.5 257.95 1196.203 .602
C4.6 258.15 1201.362 .538
C4.7 257.95 1196.203 .602
C4.8 258.15 1201.362 .538
C4.9 257.60 1207.272 .592
C4.10 257.95 1196.203 .602
C4.11 258.18 1183.020 .712
C4.12 258.05 1209.126 .451
C4.13
258.18
1183.020
.712
C4.14 258.05 1209.126 .451
C4.15 258.23 1198.640 .581
C4.16 258.05 1208.151 .394
C4.17 258.23 1198.640 .581
C4.18
258.23
1199.102
.497
C4.19 258.23 1198.640 .581
C4.20 258.33 1186.892 .793
C4.21 258.10 1190.605 .775
C4.22 258.33 1186.892 .793
C4.23 258.30 1195.856 .565
C4.24 258.43 1199.122 .488
C4.25 258.25 1190.603 .612
C4.26 258.30 1195.856 .565
C5.1 257.48 1218.461 .414
C5.2 257.48 1218.461 .414
C5.3
258.10
1211.374
.362
C5.4 257.48 1218.461 .414
C5.5 258.10 1211.374 .362
C5.6 258.10 1211.374 .362
C5.7 257.50 1212.923 .420
C5.8 257.48 1218.461 .414
C5.9 257.63 1217.471 .353
C5.10 257.50 1212.923 .420
C5.11 257.50 1212.923 .420
C5.12 257.50 1212.923 .420
C5.13
257.60
1207.477
.547
C5.14
257.65
1218.182
.345
C5.15 257.60 1207.477 .547
C5.16 257.88 1210.625 .404
C5.17 257.98 1210.589 .350
C5.18 257.88 1210.625 .404
C5.19 257.85 1210.490 .415
C5.20 257.65 1214.900 .397
C5.22 257.65 1214.900 .397
C5.23 257.70 1209.138 .465