FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA …lib.unnes.ac.id/3092/1/6574.pdfii ABSTRAK Maknawan...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA …lib.unnes.ac.id/3092/1/6574.pdfii ABSTRAK Maknawan...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KINERJA KOORDINATOR PENGGERAK JAMINAN
PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT
(JPKM) DESA DI KABUPATEN BANJARNEGARA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Maknawan Canggih Kusuma
NIM 6450405147
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
ii
ABSTRAK Maknawan Canggih Kusuma, 2010, "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kinerja Koordinator Penggerak Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Desa di Kabupaten Banjarnegara", Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dra. E.R Rustiana, M.Si., II. Drs. Bambang B.R, M. Si.
Kata Kunci: JPKM, Kinerja, Koordinator Penilaian kinerja merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja dari
anggota organisasi yang nantinya dapat mendukung tumbuh dan berkembangnya organisasi secara keseluruhan. Salah satunya adalah penilaian kinerja koordinator penggerak JPKM desa berkenaan tugasnya dalam merekrut peserta JPKM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa.
Jenis penelitian ini adalah survey explanatory. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Desain penelitian ini dipilih kelompok koordinator penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara, Jumlah sampel sebanyak 73 orang yang ditentukan dengan metode Proporsional area random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 57,5% responden memiliki kemampuan buruk; 82,2% responden memiliki persepsi yang baik; 58,9% responden memiliki motivasi sedang; 79,5% responden menganggap kepemimpinan atasan cukup; 86,3% responden menganggap imbalan yang diberikan sudah memuaskan dan 69,9% responden memiliki kinerja yang cukup. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman hanya satu variabel dengan tingkat signifikansi <0,05 yaitu kemampuan (0,000<0,05) yan artinya ada hubungan yang signifikansi antara kemampuan dengan kinerja koordinator. Variabel lain memiliki tingkat signifikansi >0,05 yaitu persepsi koordinator (0,168>0,05), motivasi koordinator (0,619>0,05), kepemimpinan atasan (0,225>0,05), imbalan yang diberikan (0,252>0,05).
Simpulan dari penelitian ini yaitu, ada pengaruh kemampuan koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. Saran yang diberikan oleh peneliti bagi koordinator penggerak JPKM agar bisa meningkatkan kemampuan diri dengan banyak mengikuti pelatihan dan untuk lebih sering berkoordinasi dengan kader. Pemerintah sebaiknya sering mengadakan pelatihan dan untuk lebih sering melakukan monitoring. Sedangkan bagi peneliti lain, saran yang diberikan oleh peneliti adalah agar melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan melakukan pengukuran dengan teknik pendekatan yang berbeda dan waktu pengamatan penelitian yang lebih lama.
iii
ABSTRACT
Advanced Maknawan Kusuma, 2010, "Factors Associated with Driving Performance Assurance Coordinator Health Maintenance Organizations (JPKM) village in Banjarnegara District", Thesis, Department of Public Health Sciences, Faculty of Sport Sciences, State University of Semarang. Mentors: I. Dra. E.R Rustiana, M.Sc., II. Drs. Bambang B.R, M. Si. Keywords: JPKM, Performance, Coordinator Performance appraisal is one way to evaluate the performance of the member organizations will be able to support growth and development of the organization as a whole. One of them is the assessment of driving performance JPKM village coordinator duties in regard to recruiting participants JPKM. The purpose of this research is to determine the factors associated with driving performance JPKM Village coordinator.
Type of survey research is explanatory. The design used in this study is cross sectional. This research design selected group of movers JPKM Village coordinator in District Banjarnegara, Number 73 samples determined by the proportional area random sampling method. The data was collected using questionnaires.
The results showed that 57.5% of respondents have a poor ability; 82.2% of respondents have a good perception; 58.9% of respondents were motivated; 79.5% of respondents considered quite superior leadership; 86.3% of respondents consider the rewards given was satisfactory and 69.9% of respondents have a sufficient performance. Based on Spearman Rank statistical test only one variable with a significance level <0.05 is the ability (0.000 <0.05) yan means there is a significance relationship between the ability of the coordinator's performance. Other variables have a significance level> 0.05 is the perception of the coordinator (0.168> 0.05), motivated coordinator (0.619> 0.05), superior leadership (0.225> 0.05), rewards are given (0.252> 0.05) .
Conclusion of this research is, there ability to influence the performance coordinator coordinator JPKM JPKM in Banjarnegara District in 2010. Advice given by the researchers for driving JPKM coordinator in order to improve themselves with a lot of training and for more frequent coordination with the cadre. The government should conduct frequent training and for more frequent monitoring. As for other researchers, the advice given by the researchers is to conduct a more in-depth research by performing measurements with different techniques and approaches which research observation time is longer.
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kinerja Koordinator Penggerak Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) Desa di Kabupaten Banjarnegara” telah dipertahankan
di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang pada tanggal 18 Februari 2010 dan telah diperbaiki serta
mendapat pengesahan dari Panitia Ujian dan para Penguji Skripsi.
Mengesahkan,
Panitia dan Penguji Nama dan Tanda Tangan Tanggal Penandatanganan
Ketua Panitia Ujian Skripsi
Drs. H. Harry Pramono, M.Si. NIP. 19591019.198503.1.001
Sekretaris Ujian Skripsi
Irwan Budiono, S. KM., M.Kes. NIP. 19751217.200501.1.003
Penguji I
dr. H. Mahalul Azam, M.Kes. NIP. 19751119.200112.1.001
Penguji II
Dra. E.R Rustiana, M.Si NIP. 19470427.198503.2.001
Penguji III
Drs. Bambang B.R, M.Si NIP. 19601217.198601.1.001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat
menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika
kesempatan bertemu dengan kesiapan (Thomas A. Edison, 2008).
Persembahan:
Skripsi ini Ananda persembahkan untuk:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta
2. UNNES
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kinerja Koordinator Penggerak Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) Desa di Kabupaten Banjarnegara” dapat terselesaikan dengan
baik. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai tersusunnya skripsi ini,
dengan rasa rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, Bapak Drs. Said Junaidi, M. Kes., atas ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Bapak dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas
persetujuan penelitian.
3. Pembimbing I, Ibu Dra. E.R Rustiana, M.Si., atas arahan, bimbingan, dan
masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Pembimbing II, Bapak Drs. Bambang B.R, M.Si., atas arahan, bimbingan, dan
masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Kepala Bidang Pemberdayaan, Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Imron Rosyadi, SH, atas ijin penelitian.
6. Kepala Seksi Pengembangan Promosi Kesehatan, Taat Nur Utomo, SKM.,
M.Kes, atas ijin pengambilan data dan bimbingannya selama penelitian.
vii
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan IKM, atas ilmunya selama kuliah.
8. Ayahanda (Maksum) dan Ibunda (Sumiati) tercinta, atas perhatian, kasih
sayang, motivasi dan doa, yang sungguh berarti bagi saya hingga akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Saudara-saudaraku: Mas Aan, Mbak Risty, Dek Prisca dan Keponakanku
Hemaz atas dorongan dan doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Teman IKM Angkatan 2005, atas bantuan dan motivasinya dalam
penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku: Novan, Bang Roby, Bang Yoz, Bang Gun.
12. Semua pihak yang terlibat, atas bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dalam laporan ini sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Semarang, Januari 2010
Penyusun
viii
DAFTAR ISI Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
ABSTRACK ................................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penenlitian .................................................................................. 6
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................. 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 10
2.2 Kerangka Teori ....................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 33
3.2 Hipotesis ................................................................................................. 33
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................... 34
3.4 Variabel Penelitian .................................................................................. 34
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............................................ 35
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 37
3.7 Sumber Data Penelitian ........................................................................... 39
3.8 Instrumen Penelitian................................................................................ 40
ix
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Penenlitian ................................................................. 43
4.2 Analisis Univariat ................................................................................... 48
4.3 Analisis Bivariat...................................................................................... 55
BABA V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ......................................................................... 59
5.2 Hasil Uji Univariat .................................................................................. 60
5.3 Hasil Uji Bivariat .................................................................................... 64
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ................................................................................................. 73
6.2 Saran ....................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................ 8
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .................................. 42
Tabel 3.2 Jumlah Koordinator Penggerak JPKM Desa .................................. 44
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur ... 51
Tabel 4.2 Proporsi Koordinator Penggerak JPKM Desa ................................ 52
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Usia pada Koordinator .................. 53
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Koordinator .......... 54
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Koordinator ........ 56
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Koordinator ............... 57
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Koordinator .............. 58
Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan Kepemimpinan yang Dilakukan ................ 59
Tabel 4.9 Distribusi Responden Terhadap Imbalan ....................................... 60
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Koordinator .............. 61
Tabel 4.11 Hubungan Kemampuan Koordinator dengan kinerja .................... 57
Tabel 4.12 Hubungan Persepsi Koordinator dengan Kinerja .......................... 58
Tabel 4.13 Hubungan Motivasi Koordinator dengan Kinerja ......................... 64
Tabel 4.14 Hubungan Kepemimpinan yang dilakukan dengan Kinerja .......... 65
Tabel 4.15 Hubungan Imbalan yang Diterima dengan Kinerja ....................... 66
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Hubungan Kerja antar pelaku JPKM ......................................... 15
Gambar 2. 2 Diagram skematis teori prilaku dan kinerja ............................... 19
Gambar 2. 3 Kerangka Teori ......................................................................... 39
Gambar 3.1 Krangka Konsep Penelitian ........................................................ 40
Gambar 4.1 Distribusi Usia Responden ......................................................... 54
Gambar 4.2 Distribusi Pekerjaan Responden ................................................. 55
Gambar 4.3 Distribusi Kemampuan Responden ............................................ 56
Gambar 4.4 Distribusi Persepsi Responden ................................................... 57
Gambar 4.5 Distribusi Motivasi Responden .................................................. 58
Gambar 4.6 Distribusi Kepemimpinan yang dilakukan pada Responden ....... 60
Gambar 4.7 Distribusi Imbalan yang diberikan pada Responden ................... 61
Gambar 4.8 Distribusi Kinerja Responden .................................................... 62
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ...................................................................................................... Halaman
1. Kuesioner .............................................................................................. 79
2. Validitas dan Realibilitas........................................................................ 83
3. Daftar KP JPKM di Kab. Banjarnegra .................................................... 87
4. Jumlah Peserta JPKM Kab.Banjarnegara th 2009 ................................... 106
5. Tabulasi Data Hasil Penelitian................................................................ 107
6. Analisis Univariat .................................................................................. 113
7. Analisis Bivariat .................................................................................... 115
8. SK Pembimbing ..................................................................................... 120
9. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan............................ 121
10. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA...................................................... 124
11. SK Penguji ............................................................................................. 125
12. Dokumentasi .......................................................................................... 126
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Dep.Kes (2003)
menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara
yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku
yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI,2003).
Salah satu program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan adalah
pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. Salah satu strategi untuk
mencapai tujuan tersebut yaitu melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM). Untuk itu pemerintah menegaskan JPKM harus
dikembangkan di semua daerah. Badan Pelaksana (Bapel) JPKM dibentuk sebagai
salah satu pelaksana jaminan pemeliharan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2006 menyebutkan bahwa
secara umum cakupan JPK di Indonesia masih rendah, hanya sekitar 19% jauh
dari pencapaian Indonesia Sehat (IS) 2010 (80%). Cakupan JPK menurut jenisnya
didominasi oleh Askeskin yang mecakup 25,90%, Askes PNS 6,36%, Jamsostek
13,63%. Upaya JPK yang berasal dari masyarakat yaitu dana sehat masih sangat
2
rendah yaitu 0,40%. Askes dan Jamsostek masih banyak dimiliki oleh kelompok
ekonomi tinggi, sebaliknya kepemilikan JPKM dan kartu sehat lebih banyak
dimiliki oleh kelompok ekonomi lemah. Kepemilikan kartu sehat yang jumlahnya
masih sangat terbatas ternyata 23% dimiliki oleh peserta rumah tangga kelompok
mampu. Ini berarti masih terjadi adanya salah pendistribusian kartu sehat (Depkes
RI,2006).
Pemahaman tentang asuransi kesehatan di Indonesia masih sangat
beragam. Dahulu banyak yang menganggap bahwa JPKM adalah bukan asuransi
kesehatan kemudian JPKM dianggap sebagai asuransi sosial karena dijual
umumnya kepada masyarakat miskin di daerah-daerah. Asuransi kesehatan sosial
(social health insurance) adalah suatu mekanisme pendanaan pelayanan kesehatan
yang semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena kehandalan sistem ini
dalam menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara. Namun di Indonesia
pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih sangat rendah karena sejak
lama hanya mendapatkan informasi yang bias tentang asuransi kesehatan yang
didominasi dari Amerika yang didominasi oleh asuransi kesehatan komersial.
Literatur yang mengupas asuransi kesehatan sosial juga sangat terbatas. Pola pikir
kebanyakan sudah diarahkan kepada segala sesuatu yang bersifat komersial,
termasuk dalam pelayanan rumah sakit. Begitu ada kata sosial, seperti dalam
asuransi sosial dan fungsi sosial rumah sakit maka hal itu hampir selalu difahami
dengan pelayanan atau program untuk orang miskin. Sesungguhnya asuransi
sosial bukanlah asuransi untuk orang miskin. Fungsi sosial bukanlah fungsi orang
miskin. Ini merupakan kekeliruan besar yang sudah mendarah daging di Indonesia
3
yang menghambat pembangunan kesehatan yang berkeadilan sesuai amanat UUD
45. Bahkan konsep Undang-undang Kesehatan yang dikeluarkan tahun 1992 (UU
nomor 23/1992) jelas-jelas memerintahkan Pemerintah dengan mendorong
pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (PAMJAKI,2009).
JPKM dirumuskan sebagai upaya Indonesia untuk mengatasi ancaman
terhadap pelayanan kesehatan akibat kenaikan biaya kesehatan yang juga
mengacam penurunan mutunya. Setelah bertahun-tahun terhadap berbagai bentuk
pemeliharaan kesehatan mancanegara, disadari bahwa pembayaran tunai langsung
dari konsumen atau pembayaran melalui pihak ketiga terhadap tagihan pemberi
pelayanan kesehatan telah mendorong kenaikan biaya kesehatan. Sistem JPKM
dirumuskan keterlibatan masyarakat untuk membiayai kesehatan dengan iuran
dimuka, keterlibatan pihak ketiga sebagai badan penyelenggara yang
bertanggungjawab mengelola iuran secara efisien, keterlibatan sarana pelayanan
kesehatan untuk melaksanakan layanan bermutu namun ekonomis dengan
pembayaran Pra-upaya, dan keterlibatan pemerintah sebagai badan pembina yang
mengarahkan hubungan saling menguntungkan antar para pelaku JPKM tersebut.
Dengan demikian, JPKM yang dalam UU No.23/1992 dinyatakan sebagai suatu
cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna, berdasarkan asas
usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang
terjamin, serta dengan pembiayaan yang dilaksanakan secara pra-upaya, pada
hakekatnya adalah sistem pemeliharaan kesehatan yang memadukan penataan
subsistem pelayanan dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Tujuannya adalah
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dengan menjaga mutu pelayanan dan
4
mengendalikan biaya pelayanan sehingga tidak menghambat akses masyarakat
(Depkes RI, 2002).
Undang-undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) menyebutkan bahwa seluruh penduduk Indonesia di wajibkan
untuk menjadi peserta JPK baik dalam bentuk Jamsostek, Kartu Sehat, Askes,
dana sehat maupun JPKM. Berdasarkan data kepesertaan JPK tahun 2009 di
wilayah Kabupaten Banjarnegara dari 917.630 jiwa, yang telah menjadi peserta
Askes sebanyak 6,4%, Jamsostek 1,2%, dan JPK lainya sebanyak 1,07%. Ini
berarti yang menjadi target peserta JPKM sebanyak 91,33%. Hasil pencapaian
peserta JPKM di wilayah Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2009 hanya 4%,
berarti masih terdapat sekitar 87,33% penduduk yang belum menjadi peserta
JPKM (Dinkes Banjarnegara, 2009).
Program JPKM juga tidak lepas dari adanya peran aktif dari berbagai
pihak, baik pemerintah kabupaten, swasta termasuk Badan Pembina (Bapim) dan
Badan Pelaksana (Bapel) sebagai stakeholder, dan seuruh komponen termasuk
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada, serta adanya peran koordinator
Pengerak JPKM baik di tingkat Kecamatan maupun Desa. Koordinator Penggerak
JPKM Desa merupakan ujung tombak dalam perekrutan peserta JPKM. Hal ini
dikarenakan koordinator penggerak JPKM Desa berperan sebagai mata rantai
komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial dimana koordinator penggerak
JPKM Desa mempelopori perubahan pola pikir masyarakat yang menjadi
kliennya dalam usaha perubahan.
5
Program JPKM di Banjarnegara mulai dikembangkan sejak tahun 2004
sejak turunya SK Bupati Nomor 277 tahun 2004 tentang Pelaksanaan JPKM di
Kabupaten Banjarnegara. Pada tahun 2006 kepesertaan JPKM di Banjarnegara
mencapai 931 KK, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi 1618
KK, pada tahun 2008 juga mengalami kenaikan menjadi sebanyak 2309 KK, dan
pada tahun 2009 justru mengalami penurunan menjadi 1529 KK. Data tersebut
menunjukan adanya ke tidak percayaan masyarakat Banjarnegara pada pelayanan
JPKM, dan menunjukan bahwa kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa belum
dapat dilihat secara optimal (Dinkes Banjarnegara, 2008).
Penilaian kinerja dapat digunakan untuk penentuan secara periodik
efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan oleh organisasi (Mulyadi, 1999).
Program JPKM merupakan salah satu cara untuk mewujudkan Visi
Indonesia Sehat 2010, tetapi keberhasilan program JPKM tidak terlepas dari peran
Koordinator Penggerak JPKM Desa .Oleh karena itu, penulis mengambil judul
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Desa di Kabupaten
Banjarnegara”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan peneliti bahas adalah :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kinerja Koordinator
Penggerak JPKM Desa dalam perekrutan peserta Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) di Kab. Banjarnegara?
2. Bagaimana hubungan antara kemampuan kerja Koordinator Penggerak JPKM
Desa dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa?
3. Bagaimana hubungan antara persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa
tantang JPKM dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa?
4. Bagaimana hubungan antara motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa?.
5. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja Koordinator
Penggerak JPKM Desa.
6. Bagaimana hubungan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam perekrutan peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) di Banjarnegara.
2. Mengetahui hubungan antara kemampuan kerja Koordinator Penggerak JPKM
Desa dengan kinerja koordinaor Penggerak JPKM Desa.
7
3. Mengetahui hubungan antara persepsi Koordintaor Penggerak JPKM Desa
tantang JPKM dengan kinerja koordinaor Penggerak JPKM Desa.
4. Mengetahui hubungan antara motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
dengan kinerja Koordinaor Penggerak JPKM Desa.
5. Mengetahui hubungan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa.
6. Megetahui hubungan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
1.4.1 Bagi jurusan ilmu kesehatan masyarakat FIK UNNES :
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pustaka bagi
pengembangan jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, FIK UNNES.
1.4.2 Bagi penulis
Penelitian ini digunakan sebagai sarana belajar dan penerapan ilmu yang
diperoleh selama di perkuliahan, serta sebagai media penambah pengalaman.
Memperoleh pengetahuan tentang promosi kesehatan yaitu faktor-faktor
yang berhubungan dengan kinerja koordinator dalam perekrutan peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
1.4.3 Bagi Pemerintah
Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah setempat dalam
mewujudkan keberhasilan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan
upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan kuratif.
8
1.5 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini merupakan matrik yang memuat tentang judul
penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, desain penelitian, variabel dan hasil penelitian (Tabel 1.1). Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul/ Peneliti/ Lokasi
Penelitian Th Desain Variable Hasil
1. Pengaruh Supervisi Kepala Ruang Rawat Inap, Kemampuan, Motivasi dan Imbalan Tenaga Perawat Pelaksana Terhadap Kinerja Tenaga Perawat Peaksana di ruang Rawat Inap RSUD Sidorejo. (Siagian,2006)
2006 Cross sectional
Kemampuan Motivasi Imbalan
Ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada Hubungan
2 Hubungan Antara Persepsi Perawat Tentang Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Purbalingga. (Rini,2006)
2006
Cross sectional
Persepsi Kepemimpinan
Ada Hubungan Tidak ada Hubungan
3 Persepsi dan Pengaruh Sistem Pembagian Jasa Pelayanan Terhadap Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Jiwa Madrani. (Nofinaldi,2006)
2006 Cross Sectional
Persepsi SPJP
Ada Hubungan Tidak ada Hubungan
4 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Pelayanan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru tahun 2008 (Syah,2008)
2008 survey explanatory
Motivasi Imbalan Persepsi Kepemimpinan
Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Tidak ada Hubungan
5 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Negri Sipil (Studi Tentang Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai di Bappeda Kab.Purbalingga) (Supriyanto,2007)
2007 Cross Sectional
Kepemimpinan Kinerja
Ada Hubungan
9
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian -
penelitian yang sebelumnya adalah :
1. Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja
koordinator penggerak Jaminan Pemeliharaan Kesehatn Masyarakat (JPKM)
belum pernah dilakukan.
2. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey explanatory.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai Oktober sampai dengan
Desember 2009
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang akan diteliti adalah Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak Desa Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) di Kabupaten Banjarnegara.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatn Masyarakat (JPKM)
2.1.1. Pengertian JPKM
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) adalah suatu
konsep atau metode penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna
(preventif, promotif, rehabilitatif dan kuratif) berdasarkan azas usaha bersama dan
kekeluargaan yang berkesinambungan dengan mutu yang terjamin serta
pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya (Dinkes Banjarnegara, 2004).
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM/ Managed Health
Care) dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 pasal 66, disebutkan sebagai
"Cara Penyelenggaraan dan Pengelolaan" upaya pemeliharaan kesehatan yang
pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya. Pemeliharaan kesehatan,
sebagaimana dimaksud pasal 10 UU No. 23/1992, merupakan pelayanan
kesehatan yang paripurna (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), terpadu,
berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan bertujuan melindungi dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Cara penyelenggaraan dan pengelolaan upaya pemeliharaan kesehatan
(JPKM) ini bertujuan mengefisienkan pemanfaatan (konsumsi) dan produksi
(pelaksanaan) pelayanan kesehatan, juga pengalokasian sumberdaya kesehatan.
Tujuan di atas hanya dapat dicapai dengan jalan memadukan fungsi pemeliharaan
11
kesehatan dengan fungsi pembiayaannya, karena dengan pengelolaan secara
terpadu ini akan dapat ditingkatkan pemerataan pemeliharaan kesehatan yang
paripurna, berkesinambungan dan bermutu, yang diselenggarakan secara
berdayaguna dan berhasilguna (cost-effective).
JPKM sebagaimana dicantumkan dalam UU No. 23/1992 juga merupakan
ketetapan tentang Strategi Penyelenggaraan dan Pemerataan Pemeliharaan
Kesehatan Paripurna dan Pembiayaannya, yang bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya pemeliharaan kesehatan yang bermutu,
paripurna, berkesinambungan serta terjangkau oleh masyarakat dan sekaligus juga
merupakan strategi untuk mendorong, membina, mengatur dan mengawasi
peranserta swasta dan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan (Widodo
Sutopo,2003).
2.1.2 Hakekat JPKM
JPKM di dalam pasal 66, UU No. 23/1992, ditetapkan sebagai
dasar/landasan (cara pengelolaan) setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan
yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya (pre-paid health care).
Hakekat JPKM adalah cara pengelolaan yang mampu menjamin pemeliharaan
kesehatan paripurna, berkesinambungan dan bermutu, yang diselenggarakan
secara berdayaguna dan berhasilguna. Ketetapan yang telah dibuat untuk
menjadikan JPKM sebagai landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya merupakan satu
keputusan yang diambil berdasarkan satu kajian jauh ke depan dan merupakan
antisipasi yang tepat untuk menghadapi dan dapat mengendalikan meningkatnya
12
biaya pemeliharaan kesehatan yang disebabkan karena makin meningkatnya usia
harapan hidup serta meningkatnya jenis dan jumlah penyakit menahun yang selain
memerlukan berbagai pelayanan kesehatan dengan frekuensi, intesitas, dan
kecanggihan yang meningkat juga biaya yang tinggi (Widodo Sutopo,2003).
JPKM dirumuskan setelah telaah bertahun-tahun terhadap sistem
pemeliharaan kesehatan di manca negara. JPKM merupakan penyempurnaan
terkini setelah sistem pemeliharaan kesehatan dengan pembayaran tunai, asuransi
ganti rugi, asuransi dengan tagihan provider mengalami kegagalan dalam
mengendalikan biaya kesehatan. Kelebihan JPKM terhadap sistem asuransi
kesehatan tradisional adalah pembayaran pra upaya kepada PPK yang
memungkinkan pengendalian biaya oleh PPK dan memungkinkan Bapel berbagi
resiko biaya dengan PPK.
2.1.3 Manfaat JPKM
JPKM dirancang untuk memberi manfaat kepada semua pihak yang terkait
dengan pemeliharaan kesehatan, baik masyarakat konsumen jasa kesehatan,
pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dijenjang pelayanan tingkat pertama, tingkat
kedua, dan tingkat ketiga, para badan penyelenggara (Bapel), pemerintah serta
dunia usaha, dapat diuraikan manfaat yang diperoleh masing-masing pihak
tersebut dengan terselenggaranya JPKM sebagai berikut
(http://www.jpkmonline.net, 2001).
2.1.3.1 Manfaat bagi Masyarakat
1. Masyarakat terlindung / terjamin dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang dibutuhkannya.
13
2. Masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan paripurna (preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif).
3. Masyarakat memperoleh biaya yang ringan untuk kesehatan karena asas
usaha bersama dan kekeluargaan dalam JPKM memungkinkan subsidi silang
yang mana yang sehat membantu yang sakit dan yang muda membantu yang
tua
4. Terjaminnya pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
5. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat utamanya melalui upaya
preventif, promotif agar seseorang tidak jatuh sakit.
2.1.3.2 Manfaat bagi Dunia Usaha
1. Pemeliharaan kesehatan karyawan dapat terlaksana secara lebih efisien /
efektif
2. Biaya pelayanan kesehatan dapat direncanakan secara tepat.
3. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan lebih efisien dibandingkan dengan
sistem klaim, ganti rugi, atau fee for services.
4. Terjaminnya kesehatan karyawan yang mendorong peningkatan produktifitas.
5. Merupakan komoditi baru yang menjajikan bagi dunia usaha bila menjadi
Bapel, karena akan memperoleh laba finansial maupun laba sosial.
2.1.3.3 Manfaat bagi PPK
1. PPK dapat merencakan pelayanan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
bagi peserta karena ditunjang sistem pembayaran kapitasi.
2. PPK akan memperoleh balas jasa yang makin besar dengan makin
terpeliharanya kesehatan konsumen.
14
3. PPK dapat lebih meningkatkan profesionalisme, kepuasan kerja, dan
mengembangkan mutu pelayanan.
4. Sarana pelayanan tingkat pertama, kedua, dan ketiga yang selama ini
menerapkan tarif subsidi / murah akandapat menerapkan tarif riil yang wajar
untuk menjamin kesinambungan dan mutu pelayanannnya.
2.1.3.4 Manfaat bagi Pemerintah / Pemda
1. Pemda memperoleh masyarakat yang sehat dan produktif dengan biaya yang
berasal dari masyarakat sendiri.
2. Pengeluaran pemda untuk membiayai bidang kesehatan dapat lebih efisien.
3. Subsidi pemerintah dapat dialokasikan kepada yang lebih memerlukan
utamanya bagi masyarakat miskin.
4. Kapitasi dalam JPKM memakai perhitung unit cost riil / non subsidi, maka
pemda dapat menyesuaikan tarif bagi masyarakat mampu.
2.1.4 Tujuan JPKM
2.1.4.1 Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya dan dengan
cara gotong royong antar peserta JPKM dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan (Dinkes Banjarnegara,2004).
2.1.4.2 Tujuan Khusus
1. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang komperhensif dengan
mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dalam
bentuk paket yankes bagi peserta JPKM.
15
2. Meningkatkan mutu yankes pada PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) yang
menjadi jaringan pelayanan kesehatan dalam program JPKM.
3. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.
4. Pembudayaan perilaku hidup.
2.1.5 Tata Hubungan Kerja Antara Pelaku JPKM
Gambar 2.1: Hubungan Kerja antar pelaku JPKM (Departemen Kesehatan RI
tahun 2004)
Jaminan kesehatan prabayar yang berdasarkan JPKM dapat digambarkan
sebagai suatu tatanan dengan sedikitnya empat pelaku. Para pelaku tersebut
meliputi :
Peseta yang mendaftarkan diri dalam satuan keluarga, kelompok atau unit
organisasi, dengan membayar kepada bapel sejumlah iuran tertentu secara teratur
untuk membiayai pemeliharaan kesehatannya. Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK), yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan kesehatan terorganisir
untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang secara efektif
dan efisien. Badan Penyelenggara JPKM (Bapel JPKM) sebagai badan hukum
yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan JPKM dengan secara profesional
BAPIM
BAPEL
PPK PESERTA
prabayar
Pelayanan kesehatan
Pra-upaya
16
menerapkan trias manajemen, meliputi manajemen kepesertaan, keuangan dan
pemeliharaan kesehatan. Pemerintah sebagai badan pembina yang melalsanakan,
fungsi untuk mengembangkan, membina dan mendorong penyelenggaraan JPKM.
Pelaku-pelaku tersebut terjadi hubungan yang saling menguntungkan dan
berlaku penerapan jurus-jurus kendali biaya, kendali mutu pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan medis para peserta, dalam bentuk pelayanan kesehatan
paripurna dan berjenjang.
2.2 Kinerja
Kinerja (performance) adalah penampilan hasil karya anggota baik
kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja juga dapat merupakan
penampilan individu atau kelomok kerja. Penampilan hasil kerja tidak terbatas
pada seseorang yang mengaku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran anggota di dalam organisasi (Ilyas, 2001).
Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau
produktifitas kerja sumber daya manusia baik yang berorientasi produksi barang,
jasa maupun pelayanan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang
membanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam
bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya. Agar dicapai kinerja yang profesional
maka perlu dikembangkan hal-hal seperti : kesukarelaan, pengembangan diri
pribadi, pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi
seutuhnya (Hadipranata, 1996:34).
17
Adapun kinerja menurut Mulyadi (1999) adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal
dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang
telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan oleh organisasi.
Penilaaian kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak
semstinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya
diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian
penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Illyas (1999) berpendapat bahwa tenaga profesional adalah sumber daya
terbaik suatu organisasi sehingga evaluasi kinerja mereka menjadi salah satu
variabel yang penting bagi efektifitas organisasi. Sangatlah penting untuk
memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja profesional
yang menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan
kinerja organisasi yang efektif. Menurut teori Gibson yang dikutip oleh Illyas
(1999), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
yaitu:
2.2.1 Variabel individu
Kemampuan dan keterampialan merupakan variable individu yang dapat
mempengaruhi kinerja. Kemampuan merupakan potensi atau kecakapan seseorang
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sekaligus sebagai hasil dari pengetahuan.
18
Ketrampilan dipengaruhi oleh tingakat pendidikan, latihan dan pengembangan
dalam hubunganya dengan tugas yang dimiliki.
Kemempuan fisik macamnya adalah kesehatn karyawan, faktor usia, jenis
kelamin dan pengalaman kerja. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja
yang lagsung berhubungan dengan pelaksanaan tugas, tetapi juga sebagai
landasan untuk mengembangkan diri dalam proses kelancaran tugas. Semakin
tinggi pendidikan seseorang (dalam hal ini koordinator penggerak JPKM) maka
semakin tinggi pula prestasi yang dimiliki yang tentunya akan semakin tinggi pula
kinerjanya.
2.2.2 Variabel Organisasi
Sumber daya manusia, kepemimpinan dan kompensasi (reward
upah/imbalan) termasuk dalam variabel organisasi. Manusia adalah sumber daya
yang berharga, karena melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan
memudahkan organisasi mencapai tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan
merupakan aspek yang paling penting karena suatu organisasi akan menjadi
kurang efisien tanpa adanya pemimpin. Bawahan memandang seseorang
pemimpin efektif atau tidak efektif dari sudut kepuasan yang mereka peroleh
selama bekerja. Salah satunya adalah reward yang diterima.
2.2.3 Variabel Psikologis
Pemupukan motivasi dan minat kerja bawahan yang berorientasi pada
peningkatan prestasi atau hasil kerja membutuhkan waktu yang lama dan
memerlukan teknik tertentu. Teknik ini antara lain adalah dengan menciptakan
19
iklim kerja dan lingkungan kerja yang menyenangkan serta adanya komunikasi
dan hubungan kerja yang kondusif.
Sikap merupakan salah satu faktor penentu perilaku bawahan dalam
bekerja. Hal ini dikarenakan sikap berhubungan erat dengan persepsi dan
motivasi. Sikap yang dimiliki oleh seorang pekerja dapat menunjukan apakah
pekerja tersebut termotivasi dalam bekerja yang nantinya digunakan untuk
meningkatkan kinerjanya.
Diagram skematis teori prilaku dan kinerja
Gambar 2.2 : Diagram skematis teori prilaku dan kinerja (Gibson, 1986)
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa
2.3.1 Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Menurut Chaplin (1997), kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,
kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
Variabel Individu
- Kemampuan dan ketrampilan : mental &fisik
- Latar Belakang: Keluarga, Tingkat sosial, dan Pengalaman
- Demografis: Umur, Etnis, dan Jenis Kelamin
Variabel Individu (apa yang dikerjakan)
KINERJA
Psikologis - Persepsi - Sikap - Kepribadian - Belajar - Motivasi Variabel Organisasai
- Sumber daya - Kepemimpinan - Imbalan - Struktur - Disain pekerjaan
20
perbuatan. Kemampuan bisa merupakan suatu kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins, 2001).
Lebih lanjut Robbins (2001) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari
dua faktor yaitu kemampuan intelektual adalah merupakan kemampuan
melakukan aktivitas secara mental dan kemampuan fisik adalah kemampuan
melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik.
Kemempuan perlu didukung oleh beberapa hal, unsur-unsur yang
mendukung kemampuan antara lain:
2.3.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan
yang diberikan pada bawahan. Pengetahuan Koordinator Penggerak akan
pelaksanaan tugas maupun pengetahuan umum yang mempengaruhi pelaksanan
tugas sangat menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas dengan baik.
Koordinator yang kurang memiliki pengetahuan yang cukup tantang bidang
kerjanya akan bekerja secara tersendat-sendat (Ranupandjodjo, 1990).
2.3.2 Ketrampilan
Ketrampilan merupakan kemampuan untuk mengoprasikan pekerjan
secara mudah dan cermat. Ketrampilan karyawan (koordinator penggerak)
merupakan salah satu faktor utama dalam usaha mencapai sukses bagi tujuan
organisasi. Bagi karyawan baru atau karyawan yang menghadapai pekerjaan baru,
diperlukan adanya tambahan ketrampilan guna menunjang pelaksanan tugas
dengan baik. Manulang (2001), membedakan ktrampilan menjadi tiga yaitu:
21
2.3.2.1 Ketrampilan Teknis
Pengetahuan dan penguasaan kegiatan yang bersangkutan dengan cara,
proses dan prosedur yang menyangkut pekerjaan dengan alat-alat.
2.3.2.2 Ketrampilan Manusiawi
Kemampuan untuk bekerja dengan kelompok, menciptakan suasana
dimana orang merasa aman dan bebas, maka mereka menyatakan pendapat.
2.3.2.3 Ketrampilan Konseptual
Kemampuan untuk melihat gambaran kasar, mengenai dan menyadari
adanya unsur yang penting dalam situasi serta memahami hubungan dantaranya
unsur-unsur tersebut.
2.3.3 Pengalaman Kerja
Pengalaman masa lampau mengenai pekerjaan-pekerjaan yang sama atau
hampir sama merupakan titik tolak dalam mengerjakan pekerjaan berikutnya. Hal
ini menunjukan bahwa kinerja masa lampau, dengan kata lain banyaknya
pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tugasnya akan
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan kerja karyawan tersebut.
Pengalaman kerja di sini dapat di lihat dari lamanya masa kerja, sejauh mana
manfaat dari pengalaman kerja tersebut dapat mempengaruhi kelancaran tugasnya
dan berhasil mengatasi masalah sehubungan dengan tugas pekerjaan (Siagian,
2000).
2.3.2 Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa terhadap Program JPKM
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998), adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
22
informasi dan menafslrkan pesan. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan
Hilgard (1991) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
Gibson(1994) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh seorang individu.
Persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian
stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi
dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga
orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya
sendiri (Gibson, 1986). Pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya
stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang
berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure".
Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan
berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap
penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan
disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan
interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna
terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.
Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran
objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986).
Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto
2001) mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor
utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.
23
3.2.3.1 Proses Terbentuknya Persepsi
Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses
yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana
ada informasi yang diperoleh lewat memori organisme yang hidup. Fakta ini
memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi
individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul
berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi.
Menurut Mulyana (2005), persepsi sosial adalah proses menangkap arti
obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita.
Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung
resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di
sekelilingnya.
3.2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Wilson (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto, 2001), mengemukakan
ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi diantaranya
sebagai berikut :
3.2.3.2.1 Faktor eksternal atau dari luar :
1. Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan
dibandingkan dengan yang obyektif.
2. Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk di persepsikan
dibanding dengan hal-hal yang baru.
3. Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi
munculnya persepsi lebih efektif di bandingkan dengan gerakan yang lambat.
24
4. Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan
telepon dan lain-lain.
3.2.3.2.2. Faktor internal atau dari dalam :
1. Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk istirahat.
2. Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak menarik
3. Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian
4. Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat,
merasakan dan lain-lain.
Menurut Krech dan Crutchfield (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001),
menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural.
Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan
mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut faktor-faktor
personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi
karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
Penelitian mengenai persepsi masyarakat tentang pengertian JPKM
diperoleh hasil bahwa ternyata persepsi responden tentang hal tersebut cukup
variatif. Sejumlah responden berpendapat bahwa JPKM adalah JPSBK dalam
pengertian program bantuan sosial kesehatan yang dananya disediakan oleh
pemerintah, ynag dikelola oleh suatu badan yang disebut Bapel yang PPK-nya
adalah Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Pemerintah. Inilah juga yang
menyebabkan JPKM makin sulit untuk dikembangkan , karena masyarakat
beranggapan bahwa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh JPKM merupakan
hak dan bebas bea atau gratis (Ilyas, 2003).
25
2.3.3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Motivasi adalah perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai
tujuan tertentu. Memengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut
melakukan apa yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan
adalah untuk memimpin, maka kemampuan untuk memengaruhi orang adalah hal
yang penting.
Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi
untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam
memenuhi beberapa kebutuhan individu. Berikut ini adalah tiga teori spesifik
yang merupakan penjelasan yang paling baik untuk motivasi karyawan yang
dikutip oleh Robbins (2003) :
1. Teori Hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow
Terdiri dari kebutuhan fisiologis, keamanan,sosial,penghargaan dan
aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial merupakan kebutuhan
tingkat rendah (faktor eksternal) dan kebutuhan penghargaan, aktualisasi diri
merupakan kebutuhan tingkat tinggi(faktor internal). Teori ini mengasumsikan
bahwa orang berupaya memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (psikologi)
sebelum memenuhi kebutuhan yang tertinggi (aktualisasi diri).
2. Teori Dua Faktor
Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas
dan faktor yang membuat orang merasa puas (Dissatisfier–Satisfier) atau faktor
yang membuat orang merasa sehat dan faktor yang memotivasi orang
(Hygiene–Motivators), atau faktor ekstrinsik dan intrinsik (Extrinsic–Intrinsic).
26
3. Teori kebutuhan McClelland
Mc Clelland memberikan tiga tingkatan kebutuhan tentang motivasi
sebagai berikut : Kebutuhan akan prestasi (Need for Achievement ), afiliasi
(Need for Affiliation). kekuasaan (Need for Power).
2.3.4 Kepemimpinan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai bidang yang berbeda pula (Handoko, 1994).
Sebagian besar definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa
kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk
menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing,
membuat struktur, dan memfasilitasi aktifitas dalam hubungan berorganisasi atau
kelompok. Beberapa definisi lain tentang teori kepemimpinan hanya
memperlihatkan sedikit kesamaan. Definisi berbeda dalam berbagai hal termasuk
siapa yang bisa mengamankan pengaruhnya, maksud tujuan dari pengaruh itu,
cara menanamkan pengaruh dan hasil pengaruhnya. Perbedaan terletak pada
pandangan ilmiah dan besarnya ketidak setujuan mengenai identifikasi pemimpin
dan proses kepemimpinan. Peneliti mempunyai perbedaan konsep mengenai
kepemimpinan, serta memilih fenomenal yang berbeda untuk diteliti dan
diinterprestasikan. Ketika kepemimipinan didefinisikan secara sempit, hal ini
berarti prespektif definisi dipersempit sehingga hanya mencakup proses yang akan
dipelajari. Hal tersebut menyebabkan ketidak sesuaian asumsi awal tentang
efektifitas kepemimpinan.
Definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli:
27
1. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penatan berupa kemampuan
mempengaruhi prilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bakerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sutarto dalam Handoko,
1994).
2. Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok orang yang saling
berhubungan tugasnya (Stoner dalam Handoko, 1994).
3. Tannenbaum mengatakan kepemimpinan adalah sebagai saling pengaruh antar
pribadi, dilatih dalam situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi untuk
mencapai tujuan atau tujuan khusus (Sutarto dalam Handoko, 1994).
Para ahli mengemukakan bahwa peranan yang perlu ditampilkan
pemimpin adalah: mencetuskan ide atau sebagai seorang kepala, memberi
informasi, sebagai seorang perencana, memberi sugesti, mengaktifkan anggota,
mengawasi kegiatan, memberi semangat untuk mencapai tujuan, sebagai
katalisator, mewakili kelompok, member tanggung jawab, menciptakan rasa aman
dan sebagai ahli dalam bidang yang dipimpinnya. Sebagai pemimpin kelompok,
seseorang harus berperan mendorong anggota beraktivitas sambil memberi sugesti
dan semangat agar tujuan dapat tercapai.
Menurut Covey dalam (Kris Yuliani, 2002: 6) ada tiga peranan pemimpin
dalam kelompok/organisasi antara lain:
1. Pathfinding (pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi dengan
kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut the
strategic pathway (jalur strategi).
28
2. Aligning (penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan
operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi dan misi
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan pemegang saham lain yang
terlibat.
3. Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan dalam diri
orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas laten,
untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang
disepakati untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama dalam melayani
kebutuhan pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat.
Peranan pemimpin kelompok yang sangat perlu dilaksanakan oleh seorang
pemimpin kelompok yaitu: Membantu kelompok dalam mencapai tujuannya,
Memungkinkan para anggota memenuhi kebutuhan, Mewujudkan nilai kelompok,
Merupakan pilihan para anggota kelompok untuk mewakili pendapat mereka
dalam interaksi dengan pemimpin kelompok lain, Merupakan seorang fasilitator
yang dapat menyelesaikan konflik kelompok (Sulaksana 2002).
Menurut Sondang (1999), lima fungsi kepemimpinan yang dibahas secara
singkat adalah sebagai berikut: pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh
dalam usaha pencapaian tujuan, wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan
dengan pihak-pihak di luar organisasi, pimpinan selaku komunikator yang efektif,
mediator yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam
menangani situasi konflik, pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional,
objektif dan netral.
29
2.3.5 Imbalan yang diberikan
Imbalan adalah sesuatu yang meningkatkan frekuensi kegiatan seorang
pegawai. Sesuatu dinamakan imbalan atau bukan, tergantung pada keseluruhan
pengaruh terhadap perilaku pegawai. Jika kinerja seorang pegawai diikuti oleh
sesuatu dan kinerja lebih sering terjadi di saat kemudian setelah sesuatu, maka
sesuatu tersebut disebut imbalan (Prawirosentono, 1999).
Imbalan dapat dikategorikan dalam dua hal yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
2.3.5.1 Imbalan Intrinsik
Imbalan intrinsik (Simamora, 1997) adalah imbalan yang dinilai di dalam
dan dari diri pegawai, yang melekat pada aktivitas itu sendiri. Pemberian imbalan
ini tidak tergantung pada kehadiran atau tindakan orang lain. Tipe imbalan
intrinsik adalah seperti perasaan yang berbeda yang dialami oleh pegawai sebagai
akibat kinerja mereka pada pekerjaan. Contoh imbalan intrinsik ini adalah
perasaan individu akan kemampuan pribadi (personal competence) sebagai akibat
dari pelaksanaan pekerjaan dengan baik, perasaan pencapaian pribadi,
tanggungjawab dan otonomi pribadi dan perasaan pertumbuhan dan
pengembangan pribadi.
Imbalan intrinsik memiliki potensi untuk memberikan pengaruh yang kuat
terhadap perilaku individu dalam organisasi. Alat utama yang dapat digunakan
agar individu dapat mendapatkan imbalan intrinsik dari pekerjaan mereka terletak
dalam cara-cara organisasi merancang pekerjaan pegawai-pegawainya.
30
2.5.2 Imbalan Ekstrinsik
Imbalan ekstrinsik tidak mengikuti secara alamiah atau secara inheren
kinerja sebuah aktivitas, namun diberikan kepada pegawai oleh pihak-pihak dari
luar. Imbalan-imbalan ini sering digunakan oleh organisasi dalam usaha untuk
mempengaruhi perilaku dan kinerja pegawai. Termasuk dalam imbalan ekstrinsik
adalah pengakuan dan pujian dari atasan, promosi, tunjangan-tunjangan finansial
serta imbalan sosial seperti kesempatan untuk berteman dan menjumpai banyak
orang baru.
Imbalan ekstrinsik dihasilkan oleh sumber-sumber dari luar, maka agar
pegawai mendapat pujian, promosi dan imbalan sosial tergantung pada persepsi
dan pertimbangan individu oleh atasannya. Perolehan imbalan finansial
tergantung pada kebijakan-kebijakan gaji dan keuangan dari organisasi.
Menurut Handoko (2000), tujuan pemberian imbalan atau kompensasi
adalah untuk :
1. Memperoleh personalia yang kualified
Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk menarik para pelamar,
karena perusahaan-perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja, tingkat
pengupahan harus sesuai dengan kondisi suplai dan permintaan tenaga kerja.
Kadang-kadang tingkat gaji yang relatif tinggi diperlukan untuk menarik para
pelamar cakap yang sudah bekerja diberbagai perusahaan lain.
31
2. Mempertahankan para karyawan yang ada
Bila tingkat kompensasi tidak kompentitip, niscaya banyak karyawan yang
baik akan keluar. Untuk mencegah perputaran karyawan, pengupahan harus
dijaga agar tetap kompetitip dengan perusahaan-perusahaan lain.
3. Menjamin keadilan
Administrasi pengupahan dan penggajian berusaha untuk memenuhi
prinsip keadilan. Keadilan atau konsisten internal dan eksternal sangat penting
diperhatikan dalam penentuan tingkat kompensasi. Menghargai perilaku yang
diinginkan.
Kompensasi hendaknya mendorong perilaku-perilaku yang diinginkan.
Prestasi kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan
perilaku-perilaku lain dapat dihargai melalui rencana kompensasi yang efektif.
5. Mengendalikan biaya-biaya
Suatu program kompensasi yang rasional membantu organisasi untuk
mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusianya pada tingkat
biaya yang layak. Tanpa struktur pengupahan dan penggajian sistematika
organisasi dapat membayar kurang (underpay) atau lebih (overpay) kepada
para karyawannya.
6. Memenuhi peraturan-peraturan legal
Seperti aspek-aspek manajemen personalia lainnya, administrasi
kompensasi menghadapi batasan-batasan legal. Program Kompensasi yang
baik memperhatikan kendala-kendala tersebut dan memenuhi semua peraturan
pemerintah yang mengatur kompensasi karyawan.
32
2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori
mengenai Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa, yang terdiri dari faktor
Intrinsik, dan faktor ekstrinsik (Gambar 2.3).
Partisipasi Koordinator Penggerak
JPKM Desa Kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa
Faktor Intrinsik • Pendidikan • Pekerjaaan • Sosial Ekonomi • Pengetahuan • Sikap • Kemampuan dan
Ketrampilan
Faktor Ekstrinsik • Insentif/Imbalan • Dukungan dari
aparat • Pembinaan • Kekuasaan Sosial • Persepsi • Motivasi • Kepemimpinan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Menurut (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:43) kerangka konsep penelitian
adalah suatu hubungan atau kaidah antara konsep satu terhadap konsep yang
lainya dari masalah yang diteliti.
Variabel Bebas
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 3.1: Krangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga sementara
yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Soekidjo
Notoatmodjo,2003:72). Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di
atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
3.2.1 Ada hubungan antara kemempuan koordinator penggerak JPKM Desa
dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa.
Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa tentang JPKM
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kepemimpinan atasan Imbalan yang diberikan
Kinerja Koordinator Penggerak
JPKM Desa
34
3.2.2 Ada hubungan antara persepsi koordinator penggerak JPKM Desa tentang
JPKM dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa.
3.2.3 Ada hubungan antara motivasi koordinator penggerak JPKM Desa dengan
kinerja koordinator penggerak JPKM Desa.
3.2.4 Ada hubungan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja koordinator
penggerak JPKM Desa.
3.2.5 Ada hubungan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja koordinator
penggerak JPKM Desa.
3.3 Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode (survey explanatory) yaitu suatu
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok dengan maksud menjelaskan
hubungan kausal dan pengujian hipotesa.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey dengan
desain studi cross sectional dimana variable-variabel penelitian diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo,2002).
3.4 Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan
dengan jelas sebelum pengumpulan data. Variabel merupakan objek atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1997). Variabel penelitian ini
adalah sebagai berikut :
35
3.4.1. Variabel Bebas (Independent)
3.4.1.1 Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
3.4.1.2 Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa tentang JPKM
3.4.1.3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
3.4.1.4 Kepemimpinan atasan
3.4.1.5 Imbalan yang diberikan
3.4.2 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja koordinator pengerak
JPKM Desa.
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Devinisi operasional adalah sekala pengukuran variabel kepada suatu
variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontak
atau variabel tersebut (Moh.Nazir,2006).
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Pengukuran Kriteria/skor Skala
1 Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kapasitas yang dimiliki oleh koordinator untuk mengerjakan tugas yang diberikan meliputi ketrampilan yang dimiliki , lama kerja, pendidikan, dan kesanggupan.
Kuesioner Baik; 16-20 Cukup; 10-15 Buruk; 5-9 (Saifudin Azwar, 2008)
Ordinal
36
No Variabel Definisi Cara Pengukuran Kriteria/skor Skala
2 Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
Pandangan koordinator mengenai program JPKM meliputi pengertian, manfaat, tujuan dan kepesertaan JPKM.
Kuesioner Baik; 19-24 Cukup; 12-18 Buruk; 6-11 (Saifudin A, 2008)
Ordinal
3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Pandangan Koordinator Penggerak JPKM Desa mengenai dorongan yang berasal dari dalam dan luar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerjanya yang meliputi beban kerja, kepercayaan dan dukungan yang diberikan, posisi koordinator dalam perekrutan peserta serta kesulitan yang dialami dalam menjalankan tugas.
Kuesioner Tinggi; 16-20 Sedang; 10-15 Rendah; 5-9
Ordinal
4 Kepemimpinan atasan
Penilaian Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam kemampuan yang dimiliki oleh kepala puskesmas, camat, kepala desa, dan Bapel JPKM dalam melakukan pengarahan, komunikasi, koordinasi, pengawasan (monitoring), dan evaluasi.
Kuesioner Baik; 16-20 Cukup; 10-15 Buruk; 5-9
Ordinal
37
No Variabel Definisi Cara Pengukuran Kriteria/skor Skala
5 Imbalan yang diberikan
Penilaian Koordinator Penggerak JPKM Desa mengenai penghargaan yang diberikan kepada koordinator baik dalam betuk psikis maupun fisik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja koordinator.
Kuesioner Memuaskan; 19-24 Cukup memuaskan; 12-18 Tidak memuaskan; 6-11
ordinal
6 Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kemampuan Koordinator Pengerak JPKM Desa dalam merekrut peserta, meliputi kemampuan berkomunikasi, berkoordinasi, bersosialisasi dan berinisiatif serta jumlah peserta yang berhasil direkrut.
Kuesioner Baik; 28-36 Cukup; 18- 27 Buruk; 9-17
ordinal
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2002:55).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah Koordinator
Penggerak JPKM Desa Kabupaten Banjarnegara yaitu 275 orang.
38
3.5.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode Proporsional area random sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan wilayah masing-masing bagian terambil sampelnya secara acak.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam tehnik proporsional area random
sampling adalah sebagai berikut :
(a) Menentukan populasi setiap Koordinator Penggerak JPKM Desa pada tiap
Kecamatan.
(b) Menentukan Jumlah sampel keseluruhan atau yang dikehendaki dengan cara
menjumlahkan sampel-sampel masing-masing Kecamtan.
(c) Mengambil dari setiap Kecamatan yang telah ditentukan sampelnya secara
acak.
Penentuan sampel dihitung dengan rumus (Supranto, 2007):
21 NeNn
+=
n = 275 1+ (275) (0,01)
n = 275 3,75
n = 73
Dengan demikian, pengambilan sampel sebanyak 73 Koordinator Penggerak
JPKM Desa sudah dianggap representatif. Adapun Perincian jumlah sampel yang
diambil dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
39
Tabel 3.2 Jumlah Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kab. Banjarnegara
Wilayah/Kecamatan Populasi % Sampel PembulatanSusukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwanegara Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Karangkobar Pejawaran Pagentan Wanayasa Batur Punggelan Kalibening Pandanarum
15 8
14 13 17 13 9
15 20 17 11 11 13 17 16 17 8
17 16 8
5,45 2,91 5,09 4,73 6,18 4,73 3,27 5,45 7,27 6,18 4,00 4,00 4,73 6,18 5,82 6,18 2,91 6,80 5,82 2,91
3,98 2,12 3,71 3,45 4,51 3,45 2,38 3,98 5,31 4,51 2,92 2,92 3,45 4,51 4,25 4,51 2,12 4,51 4,25 2,12
4 2 4 3 5 3 2 4 5 5 3 3 3 5 4 5 2 5 4 2
Jumlah 275 100 73 73
3.7 Sumber Data Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
dalam penelitian ini adalah :
3.6.1 Data Primer
Menurut Arikunto (2006 :193 ) metode kuisioner merupakan suatu daftar
pertanyaan tertulis atau angket yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
40
Metode ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara.
3.6.2 Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dengan metode dokumentasi dari data yang
sudah tersedia di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara.
Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data atau
informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan
jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka maupun
keterangan (tulisan atau papan, tempat dan orang) (Arikunto 1998:131) . Pada
penelitian ini metode dokumentasi yang dipakai untuk mengetahui data jumlah
Koordinator Penggerak JPKM Desa, selain data-data laporan tertulis, untuk
kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari
berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data (Soekidjo Notoatmodjo,2002:48). Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
3.7.1. Lembar Kuisioner
Lembar kuisioner dalam penelitian ini digunakan sebagai pengumpul
data hasil jawaban dari Koordinator Penggerak JPKM Desa untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM
Desa.
41
3.7.2. Dokumentasi
Dokunentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis (Suharsimi Arikunto, 2002:153)
3.8 Validitas dan Reabilitas
3.8.1 Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 2006 : 170). Untuk menguji kesahihan
dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa butir dengan mengkoreliskan
skor-skor yang ada dengan skor-skor total. Skor-skor pada butir dianggap sebagai
nilai X dan Y, kemudian rumus yang digunakan :
rxy = ( )( )22 ∑∑∑
yx
xy
Keterangan :
x = XX −
y = YY −
X = skor rata-rata dari X
Y = skor rata-rata dari Y
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui semua butir soal valid, sehingga
dapat digunakan untuk penelitian.
3.8.2 Reliabilitas
Dalam menghitung reliabilitas dalam penelitian menggunakan rumus
Alpha., dengan menggunakan rumus :
42
)1)()1(
( 2
2
11t
b
kkr
σσ∑−
−= (Suharsimi, 2006 : 196)
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2∑ bσ : jumlah varians soal
t2σ : varians total
Berdasarkan rumus diatas maka hasil perhitungan reliabilitas angket dapat
diperoleh r11 sebesar 0.860. Hasil perhitungan rhitung sebesar 0.860 dengan n = 15
ternyata lebih besar dari rtabel sebesar 0.514 maka dapat disimpulkan bahwa angket
penelitian reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.8.1 Anilasis Univariat
Analiss ini dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variable (Soekidjo Notoatmodjo (2002:188). Adapun variabel yang dianalisis
adalah karakteristik responden yang meliputi umur dan pekerjaan, beberapa faktor
yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa seperti
kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa, persepsi Koordinator Penggerak
JPKM Desa tentang JPKM, motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa,
kepemimpinan yang dilakukan, dan imbalan yang diberikan serta kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam perekrutan peserta JPKM.
43
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki
hubungan atau berkolerasi dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
yaitu kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa, persepsi Koordinator
Penggerak JPKM Desa, motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa,
kepemimpinan yang dilakukan dan imbalan yang diberikan. Adapun analisis
bivariat yang dilakukan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman. Uji
koefisien korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau
menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Banjarnegara
4.1.1 Keadaan Geografis
Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi
Jawa Tengah yang letaknya berada pada jarak 120 km ke arah Barat dari Ibu Kota
propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara kurang lebih
1,069.71 km2 atau 106.970,997 Ha atau sekitar 3,29% dari Luas Wilayah Propinsi
Jawa Tengah (3,25 Juta Ha). Banjarnegara terbagi dalam 20 Kecamatan dan 275
Desa.
Secara Astronomi terletak diantara 70.12’ – 70.31’ Lintang Selatan dan 1090.29’ –
1090.45’.50’’ Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen
Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas
Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo
4.1.2 Keadaan Penduduk
Berdasaarkan data dari BPS Kab. Banjarnegara, jumlah penduduk di Kab.
Banjarnegara tahun 2009 adalah 917.630 jiwa. Dengan perbandingan jumlah
penduduk laki-laki adalah 460.841 jiwa dan perempuan adalah 441.331 jiwa
dengan jumlah rumah tangga di wilayaw kerja Dinas Kabupaten Banjarnegara
adalah 231.861 dengan kepadatan penduduk 1 jiwa/km2. berdasarkan data dari
44
BPS Banjarnegara tahun 2009, ratio jenis kelamin penduduk di Kab.Banjarnegara
tahun 2009 sebesar 104.
Data rinci mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur
Kab. Banjarnegara adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009
Golongan Umur (Tahun)
Jumlah PendudukLaki-laki Perempuan Laki-laki dan
Perempuan <11–4 5–9
10– 14 15–19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 > 75
9.36730.446 37.711 43.312 33.371 30.116 29.945 29.471 28.264 27.167 23.683 21.366 18.949 16.107 13.045 8.497 5.506
9.32828.861 37.047 41.284 33.462 30.834 31.338 30.306 28.875 27.859 23.653 20.412 19.123 16.452 13.087 9.578 5.668
18.695 59.307 74.758 84.416 66.833 60.950 61.238 59.777 57.139 55.026 47.340 41.778 38.072 32.559 26.132 18.075 11.174
Total 1,711,657 1,717,103 1,722,306 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Tahun 2009
Dari data distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten
Banjarnegara tahun 2009, ada 85.197 jiwa yang tidak/belum pernah sekolah, 114.870
jiwa yang tidak/belum tamat SD/MI, 91.103 jiwa tamat SLTP/MTs, 54.204 jiwa
tamat SLTA/MA, 9.244 jiwa tamat akademi/Diploma, dan tingkat pendidikan
yang tamat PT sebanyak 5.977 jiwa. Penduduk Kabupaten Banjarnegara
mayoritas memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar (SD/MI) yaitu 235.428 jiwa.
4.1.3 Peserta JPKM
Program JPKM di Banjarnegara mulai di kembangkan sejak tahun 2004
sejak turunya SK Bupati Nomor 277 tahun 2004 tentang Pelaksanaan JPKM di
45
Kabupaten Banjarnegara. Pada tahun 2006 kepesertaan JPKM di Banjarnegara
mencapai 931 KK, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi 1618
KK, pada tahun 2008 juga mengalami kenaikan menjadi sebanyak 2309 KK, dan
pada tahun 2009 justru mengalami penurunan menjadi 1529 KK. Data tersebut
menunjukan adanya kepercayaan masyarakat Banjarnegara pada pelayanan
JPKM, tetapi jumlah tersebut masih jauh dari harapan (Dinkes Banjarnegara,
2008).
4.1.4 Jumlah Koordinator Penggerak JPKM Desa
Koordinator dan kader merupakan ujung tombak dalam perekrutan peserta
JPKM. Di Kabupaten Banjarnegara Koordinator JPKM kebanyakan merangkap
juga sebagai pegawai kelurahan dan juga melaksanakan tugas-tugas lain baik yang
bersifat terus-menerus maupun insidentil. Jumlah koordinator penggerak JPKM
desa di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 275 orang yang tersebar di 20
Kecamatan. Adapun proporsi Koordinator Penggerak JPKM Desa pada masing-
masing kecamatan dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Proporsi Koordinator Penggerak JPKM Desa di Masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009
No Wilayah/Kecamatan Jumlah Koordinator (Orang)
Presentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwanegara Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu
15 8 14 13 17 13 9 15 20 17
5,45 2,91 5,09 4,73 6,18 4,73 3,27 5,45 7,27 6,18
46
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Wanadadi Rakit Karangkobar Pejawaran Pagentan Wanayasa Batur Punggelan Kalibening Pandanarum
11 11 13 17 16 17 8 17 16 8
4,00 4,00 4,73 6,18 5,82 6,18 2,91 6,80 5,82 2,91
Jumlah 275 100 Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010
4.2 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah koordinator penggerak JPKM Desa di Kab
Banjarnrgara. Karakteristik responden yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi usia dan pekerjaan. Distribusi responden menurut usia dan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
4.2.1 Usia Responden
Usia yang dimaksud dalam penelitian ini dikelompokan dalam 4 kategori
yaitu ≤ 30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan ≥ 51 tahun. Distribusi responden
menurut usia adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Usia pada Koordinator di Kab. Banjarnegara Tahun 2010
Usia (Th.) Frekuensi Prosentase (%)
(1) (2) (3)
≤ 30 2 2,7
31-40 24 32,9
41-50 43 58,9
≥ 51 4 5,5
Jumlah 73 100
47
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berusia
antara 41 sampai 50 tahun (58,9 %), dengan usia rata-rata adalah 41 tahun. Usia
termuda adalah 28 tahun dan usia tertua responden adalah 53 tahun. Distribusi
Usia Responden Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara
tahun 2010 digambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.1)
Gambar 4.1 Distribusi Usia Responden 4.2.2 Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan dalam penelitian ini meliputi bekerja sebagai pegawai
kelurahan dan bekerja di luar pegawai kelurahan. Distribusi responden menurut
pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Koordinator di Kab. Banjarnegara Tahun 2010
Status Gizi Frekuensi Prosentase (%)
(1) (2) (3) Pegawai Kelurahan 69 95
Bukan Pegawai Kelurahan 4 5
Jumlah 73 100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden (95 %)
bekerja sebagai pegawai kelurahan, sedangkan sisanya sebanyak 5 % bekerja
48
bukan sebagai pegawai kelurahan seperti kader posyandu dan perangkat desa.
Distribusi Pekerjaan Responden Koordinator Penggerak JPKM Desa di
Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 digambarkan dengan diagram batang
(Gambar 4.2)
Gambar 4.2 Distribusi Pekerjaan Responden
4.3 Analisis Univariat
4.3.1 Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM
Kemampuan koordinator penggerak JPKM yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi lama kerja, pendidikan terakhir, dan frekuensi mengikuti pelatihan yang
dikelompokan dalam tiga kategori yaitu baik, cukup dan buruk. Hasil analisis
univariat menunjukan bahwa terdapat sel yang kosong yaitu pada kategori baik
sehingga variabel yang ada harus direduksi menjadi dua kategori yaitu cukup dan
buruk. Distribusi frekuensi untuk fariabel kemampuan kader berdasarkan kategori
dapat dilihat pada table di bawah ini.
49
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Kemampuan Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010
Kemampuan Koordinator JPKM
Frekuensi Prosentase (%)
(1) (2) (3)
Cukup 31 42,5
Buruk 42 57,5
Jumlah 73 100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden (57,5 %) memiliki kemampuan yang cukup, kemudian berkemampuan
buruk (57,5). Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten
Banjarnegara tahun 2010 di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Distribusi Kemampuan Responden
4.3.2 Persepsi Koordinator Penggerak JPKM
Persepsi koordinator penggerak JPKM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pandangan responden terhadap JPKM yaitu meliputi pengertian, tujuan, manfaat
dan kepesertaan yang dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan
buruk. Hasil analisis univariat menunjukan bahwa terdapat sel yang kosong yaitu
50
pada kategori buruk sehingga variabel yang ada harus direduksi menjadi dua
kategori yaitu baik dan cukup.
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Persepsi Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010
Persepsi Koordinator Frekuensi Prosentase (%)
(1) (2) (3) Baik 60 82,2
Cukup 13 17,8
Jumlah 73 100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hampr seluruh responden
(82,2 %) memiliki persepsi yang baik mengenai adanya program JPKM dan (17,8
%) memiliki persepsi yang cukup mengenai adanya program JPKM. Persepsi
Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010
tentang program JPKM di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.4).
4.3.3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa yang dimaksud dalam penelitian ini
mencakup keikhlasan dalam bekerja, kepercayaan dan dukungan yang diberikan,
serta kesulitan yang dihadapi selama bertugas yang kesemuanya dikelompokan
51
menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Distribusi frekuensi untuk
variabel motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Motivasi Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010
Motivasi Koordinator Frekuensi Prosentase (%)
(1) (2) (3) Tinggi 28 38,4
Sedang 43 58,9
Rendah 2 2,7
Jumlah 73 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
(58,9%) memiliki motivasi yang sedang dalam menjalankan tugas, 38,4 %
memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan tugas, dan 2,7 % memiliki
motivasi yang rendah dalam menjalankan tugas. Motivasi Koordinator Penggerak
JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 di gambarkan dengan
diagram batang (Gambar 4.5).
Gambar 4.5 Distribusi Motivasi Responden
4.3.4 Kepemimpinan Atasan
Kepemimpinan atasan dalam penelitian ini meliputi pandangan responden
berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki pemimin yang meliputi kemampuan
52
berkoordinasi, berkomunikasi, monitoring, evaluasi dan kesempatan untuk sharing
yang dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan buruk. Distribusi
frekuensi untuk variabel kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan kategori
dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Kepemimpinan Atasan pada Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010
Kepemimpinan yang Dialakukan
Frekuensi Prosentase (%)
(1) (2) (3)
Baik 2 2,7
Cukup 58 79,5
Buruk 13 17,8
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.8 Sebagian besar responden (79,5%) menyatakan
kepemimpinan yang dilakukan adalah cukup, 17,8% menyatakan bahwa
kepemimpinan yang dilakukan adalah buruk, dan 2,7 % menyatakan
kepemimpinan yang dilakukan adalah baik. Kepemimpinan atasan pada
Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 di
gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.6).
53
Gambar 4.6 Distribusi Kepemimpinan atasan pada Responden
4.3.5 Imbalan yang Diberikan
Imbalan yang diberikan dalam penelitian ini meliputi bentuk imbalan yang
diterima responden baik psikis (non-materi) maupun fisik (materi) yang
dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu memuaskan, cukup memuaskan dan
tidak memuaskan. Distribusi frekuensi untuk variabel kepemimpinan yang
dilakukan berdasarkan kategori dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Imbalan yang Diberikan Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010
Imbalan yang Diberikan Frekuensi Prosentase (%)
(1) (2) (3)
Memuaskan 5 6,8
Cukup 63 86,3
Tidak Memuaskan 5 6,8
Jumlah 73 100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden (86,3 %) mengatakan bahwa imbalan yang diberikan cukup
54
memuaskan, 6,8 % mengatakan imbalan yang diberikan memuaskan dan 6,8 %
mengatakan imbalan yang diberikan tidak memuaskan. Imbalan yang diberikan
pada Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010
di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.7).
Gambar 4.7 Distribusi Imbalan yang diberikan pada Responden
4.3.6 Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam penelitian ini meliputi
pembuatan rencana kerja, frekuensi mendapat teguran, dan jumlah peserta yang
berhasil direkrut yang dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan
buruk. Distribusi frekuensi untuk variabel kinerja Koordinator Penggerak JPKM
Desa berdasarkan kategori dapat dilhat pada tabel
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Kinerja Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010
Kinerja Koordinator Frekuensi Prosentase (%)
(1) (2) (3) Baik 18 24,7
Cukup 51 69,9
Buruk 4 5,5
Jumlah 73 100
55
Berdasarkan tabel 4.10. Diketahui bahwa 69,9 % responden memiliki
kinerja yang cukup, 24,7 % memiliki kinerja yang baik, dan 5,5 % responden
memiliki kinerja yang buruk. Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di
Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 di gambarkan dengan diagram batang
(Gambar 4.8).
Gambar 4.8 Distribusi Kinerja Responden
4.4 Analisis Bivariat
4.4.1 Hubungan Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kab. Banjarnegara
Hasil analisis tabulasi silang antara kemampuan koordinator penggerak JPKM
desa dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
56
Tabel 4.11 Hubungan Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kab. Banjarnegara Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kinerja Total Nilai P Buruk Cukup Baik Σ % 0,000
Σ % Σ % Σ %
Buruk 4 12,9 25 80,6 2 6,5 31 100
Cukup 0 0 26 61,9 16 38,1 42 100
Total 4 5,5 51 69,9 18 24,7 73 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 38,1 % responden dengan
kemampuan cukup memiliki kinerja yang baik, dan 6,5 responden dengan
kemampuan buruk memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang merupakan hasil
analisis Rank Spearman sebesar 0,000 (< 0,05) yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara kemampuan yang diberikan dengan kinerja koordinator
penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010.
4.4.2 Hubungan Persepsi Koordinator Penggerak JPKM dengan Kinerja
Koordinator Penggerak JPKM.
Hasil analisis tabulasi silang antara persepsi koordinator penggerak JPKM desa
tentang program JPKM dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
57
Tabel 4.12 Hubungan Persepsi Koordinator Penggerak JPKM dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM.
Persepsi Koordinaor Penggerak
JPKM Desa
Kinerja Total Nilai P
Buruk Cukup Baik Σ % 0,168
Σ % Σ % Σ %
Cukup 2 15,4 9 69,2 2 15,4 13 100
Baik 2 3,3 42 70 16 26,7 60 100
Total 4 5,5 51 69,9 18 24,7 73 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 26,7 % responden dengan persepsi baik
memiliki kinerja yang baik, dan 15,4 % responden dengan persepsi cukup
memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang merupakan hasil analisis Rank Spearman
sebesar 0,168 (>0,005) yang berarti tida ada hubungan yang signifikan antara
persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa tentang program JPKM dengan
kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun
2010.
4.4.3 Hubungan Motivasi Koordinator Penggerak JPKM dengan Kinerja
Koordinator Penggerak JPKM.
Hasil analisis tabulasi silang antara motivasi koordinator penggerak JPKM desa
tentang program JPKM dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
58
Tabel 4.13 Hubungan Motivasi Koordinator Penggerak JPKM dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM.
Motivasi Koordinator Penggerak
JPKM Desa
Kinerja Total Nilai P
Buruk Cukup Baik Σ % 0,619 Σ % Σ % Σ %
Rendah 1 50 1 50 0 0 2 100 Sedang 3 7,0 28 65,1 12 27,9 43 100 Tinggi 0 0 22 78,6 6 21,4 28 100 Total 4 5,5 51 69,9 18 14,7 73 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 21,4 % responden dengan motivasi
tinggi memiliki kinerja yang baik, 27,4% responden dengan motivasi sedang
memiliki kinerja yang baik, dan tidak ada responden dengan motivasi rendah
memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang merupakan hasil analisis Rank Spearman
sebesar 0,619 (> 0,05) yang berarti tida ada hubungan yang signifikan antara
motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinator
Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010.
4.4.4 Hubungan Kepemimpinan Atasan dengan Kinerja Koordinator
JPKM.
Hasil analisis tabulasi silang antara kepemimpinan atasan dengan kinerja
koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
59
Tabel 4.14 Hubungan Kepemimpinan Atasan dengan Kinerja Koordinator JPKM. Kepemimpinan
Atasan Kinerja Total Nilai
P Buruk Cukup Baik Σ % 0,225
Σ % Σ % Σ %
Buruk 3 23,1 8 61,5 2 15,4 13 100
Cukup 0 0 42 72,4 16 14,3 58 100
Baik 1 50 1 50 0 0 2 100
Total 4 5,5 51 69,9 18 24,7 73 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak ada responden dengan
kepemimpinan atasan baik memiliki kinerja yang baik, 14,3 % responden dengan
kepemimpinan atasan cukup memiliki kinerja yang baik, dan 15,4 % responden
dengan kepemimpinan atasan buruk memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang
merupakan hasil analisis Rank Spearman sebesar 0,225 (> 0,05) yang berarti tida
ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan atasan Koordinator
Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di
Kabupaten Banjarnegara tahun 2010.
4.4.5 Hubungan Imbalan yang Diterima dengan Kinerja Koordinator
JPKM.
Hasil analisis tabulasi silang antara kepemimpinan yang dilakukan dengan kinerja
koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
60
Tabel 4.15 Hubungan Imbalan yang Diterima dengan Kinerja Koordinator JPKM.
Imbalan yang
Diberikan
Kinerja Total Nilai P
Buruk Cukup Baik Σ % 0,252Σ % Σ % Σ %
Tidak Memuaskan
1 20 4 80 0 0 5 100
Cukup Memuaskan
3 4,8 43 44 17 27 68 100
Memuaskan 0 0 4 80 1 20 5 100 Total 4 5,5 51 69,9 18 24,7 73 100 Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 20 % responden dengan imbalan yang
diberikan memuaskan memiliki kinerja yang baik, 27 responden dengan imbalan
yang diberikan cukup memuaskan memiliki kinerja yang baik, dan tidak ada
responden dengan motivasi buruk memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang
merupakan hasil analisis Rank Spearman sebesar 0,252 (> 0,05) yang berarti tida
ada hubungan yang signifikan antara imbalan yang diberikan Koordinator
Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di
Kabupaten Banjarnegara tahun 2010.
59
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Usia Responden
Karakteristik usia responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah
usia 41-50 tahun sebanyak 43 responden, 24 responden (32,9%) usia 31-40 tahun,
4 responden (5,5%) usia ≥50 tahun, dan 2 responden (2,7%) usia ≤ 30 tahun.
Tidak ada syarat khusus untuk menjadi Koordinator JPKM Desa, hanya
saja diharapkan koordinator adalah orang yang aktif, kreatif, inofatif da
komunikatif. Dan usia 31-50 tahun merupakan usia yang produktif sehingga
tidaklah mengherankan responden dalam penelitian ini yang banyak dijumpai
adalah rentang usia ini. Surat Gubernur Jawa Tengah No: 411.3/1025 tanggal 10
Mei 2006 menyebutkan bahwa syarat kader (posyandu) / koordinator JPKM
adalah sebagai berikut:
1. Dewasa, umur > 17 tahun.
2. Minimal pendidikan SD.
3. Tahu, mau dan mampu.
4. Aktif, kreatif, inovatif dan komunikatif.
5. Bekerja secara sukarela dan mengabdi tanpa pamrih.
6. Berdomisili di sekitar posyandu/puskesmas.
60
5.1.2 Pekerjaan Responden
Karakteristik pekerjaan Responden dalam penelitian ini sebagian besar
responden (95 %) adalah bekerja sebagai pegawai Keurahan, sisanya (5 %) bukan
sebagai pegawai Kelurahan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Bupati
Banjarnegara No: 440/476 bahwa seorang Koordnator JPKM ditetapkan dengan
Keputusan Bupati yang dibentuk dari para pegawai kelurahan, pegawai
puskesmas, dan kader posyandu.
5.2 Hasil Uji Univariat
5.2.1 Kemampuan Koordinator Pengerak JPKM Desa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan
kemampuan cukup sebesar 42,5 % dan buruk 57,5 %. Variabel kemampuan dalam
penelitian ini mencakup lima item pertanyaan yaitu berkaitan dengan lama kerja,
pendidikan terakhir, pelatihan yang diikuti, dan lama waktu bekerja.
Kemampuan yang dimiliki koordinator dapat ditingkatkan, salah satu
caranya adalah dengan mengadakan pelatihan dan pengembangan. Umar (1997)
menyatakan program pelatihan (training) dilakukan dengan tujuan memperbaiki
penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk
kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan
pegawainya untuk siap memangku jabatan tertentu di masa datang.
Umar (1997) menyatakan bahwa pelatihan yang dilaksanakan dapat
dilakukan pada 2 tempat yaitu:
61
1. Pelatihan di tempat kerja (on the job training)
Pelatihan ini dilaksanakan melalui demonstrasi (praktek untuk
menyelesaikan sesuatu untuk meningkatkan skill karyawan), melatih (lebih
mengarahkan pada raktek manajerial dan professional), melatih dengan cara
mengerjakan sendiri dan rotasi kerja.
2. Pelatihan di luar tempat kerja (off the job training)
Pelatihan ini dilaksanakan melalui ceramah, studi kasus, permainan peran,
grup diskusi, pusatpengembangan, dinamika grup, belajar melalui tindakan,
proyek, permainan bisnis dan pelatihan di tempat terbuka.
5.2.2 Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa Tentang Program
JPKM
Hasil analisis univariat menunjukan bahwa 82,2 % responden memiliki
persepsi yang baik mengenai program JPKM dan sisanya sebesar 17,8 % memiliki
persepsi yang cukup. Variabel persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa
mencakup pertanyaan berkaitan dengan pandangan responden mengenai JPKM
yang meliputi pengertian, manfaat, tujuan dan kepesertaan JPKM.
Hampir seluruh responden setuju dengan diadakanya JPKM, hal ini
berkaitan dengan manfaat yang dirasakan responden dengan adanya JPKM,
seperti adanya kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan. Pengalaman yang
baik tentang JPKM menjadikan responden memiliki persepsi yang baik pula
terhadap program JPKM. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Mulyana
(2003) bahwa persepsi seseorang terhadap orang lain, obyek atau kejadian dan
62
reaksi mereka terhadap hal itu berdasarkan pada pengalaman dan pembelajaran
masa lalu mereka berkaitan dengan orang, obyek atau kejadian yang serupa.
5.2.3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Hasil analisis univariat menunjukan bahwa 58,9 % responden memiliki
motivasi yang cukup dalam bekerja, 38,4 % memiliki motivasi yan tinggi, dan 2,7
% memiliki motivasi yang rendah dalam bekerja. Motivasi individu dipengaruhi
oleh faktor internal maupun faktor eksternal dari masing-masing idividu. Faktor
internal dalam penelitian ini meliputi keikhlasa dalam bekerja dan faktor
eksternalnya berupa kepercayaan dan dukungan yang diberikan.
Alasan seseorang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja tetntunya
berbeda-beda. Varom dalam Umar (2006) menyatakan bahwa sesorang akan
termaotvasi untuk melakukan sesuatu didasarkan pada:
1. Pengharapan bahwa suatu kinerja tertentu akan menghasilkan sesuatu yang
diinginkan orang tersebut.
2. Pengharapan bahwa usaha yang dikerahkan akan menghasilkan sesuatu yang
diinginkan orang tersebut.
3. Pengharapan bahwa perilaku yang diinginkan seseorang pasti mengarahkan ke
berbagai hasil.
5.2.4 Kepemimpinan yang Dilakukan
Hasil penelitian menunjukan bahwa 79,5 % responden berpendapat bahwa
kepemimpinan yang dilakukan adalah cukup, 17,8% kepemimpinan yang
dilakukan adala buruk, dan 2,7 % kepemimpinan yang dilakukan adalah baik.
Bentuk dari kepemimpinan yang dilakukan meliputi koordinasi, komunikasi,
63
kesempatn untuk sharing, monitoring dan evaluasi. Pemimpin yang dimaksud
dalam peneliputi Koordinator Penggerak JPKM Kecamatan, Bapel JPKM
Kabupaten dan Bapim JPKM.
Responden lebih menyoroti mengenai peran dari pihak Koordinator
Penggerak JPKM Kecamatan dan Bapel JPKM. Secara umum menurut responden
pemimpi telah menjalankan tugasnya dengan baik. Hanya saja responden berharap
pada saat mereka bertugas ada pendampingan dari pemimpin, meskipun tidak
bersifat langsung.
5.2.5 Imbalan yang Diberikan
Hasil penelitian menunjukan bahwa 86,3 % responden berpendapat bahwa
imbalan yang diberikan masih cukup memuaskan, 6,8 % responden berpendapat
imbalan yang diberikan memuaskan, dan sisanya 6,8 % responden mengatakan
imbalan yang diberikan masih kurang memuaskan. Sebagian responden mengaku
mendapat imbalan setelah bertugas, meskipun terkadang dirasa tidak setimpal
dengan tugas yang merekan kerjakan. Imbalan yang diterima responden tidak
hanya berbentuk fisik (materi) saja tetapi juga psikis (non materil). Bentuk
imbalan materi yang diterima berupa potongan premi dan piagam penghargaan,
sedangkan bentuk dari imbalan non materil berupa ucapan terima kasih.
Bentuk imbalan lain yang diterima adalah kemudahan dalam mengurus
surat di kelurahan dan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan. Meskipun
demikian menurut responden tidak ada perlakuan yang istimewa baik dari pihak
kecamatan maupun PPK berkenaan profesi mereka sebagi Koordinator Penggerak
JPKM Desa.
64
5.2.6 Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Hasil penelitian menunjukan bahwa 69,9 % responden berpendapat
memiliki kinerja yang cukup, 24,7 % mengatakan memiliki kinerja yang baik, dan
5,5 % responden memiliki kinerja yang buruk. Indikator kinerja dalam penelitian
ini dimulai dari persiapan sebelum bertugas hingga hasil yang dicapai. Pada
permulaan sebelum bertugas, sebagian besar responden mengatakan mereka
membuat rencana kerja terlebih dahulu, meskipun tidak tertulis. Dalam
pelaksanaanya rencana kerja ini sering tidak sesui dengan kenyataan di lapangan.
Sebagian besar responden merasa tidak dapat merekrut peserta sesuai
dengan target puskesmas. Meskipun demikian berbagi usaha mereka lakukan
untuk dapat meningkatkan jumlah peserta yang direkrut, usaha ini misalnya
dalam bentuk kerja sama dengan koordinator penggerak JPKM desa lain.
5.3 Analisis Bivariat
5.3.1 Hubungan Kemampuan Koordinator JPKM dengan Kinerja
Koordinator JPKM
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai p adalah 0,000 (< 0,05) sehingga
Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kemempuan
koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM. Hal ini sesuai dengan
penelitian dari Jatmiko (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
kemempuan pegawaidengan kinerja pegawai pada dinas pendidikan Kabupaten
Banyumas. Hal ini serupa juga dikemukakan oleh Siagian (2003) berkaitan
65
dengan penelitian yang dilakukanya di RSUD Sidoarjo yaitu terdapat hubungan
yang signifikan antara kemampuan perawat pelaksana dengan kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Sidoarjo.
Kemampuan seseorang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan
pengalaman kerja (Gibson, 1996). Responden dalam penelitian ini rata-rata lama
kerjanya adalah 2 tahun. Hal inilah yang menyebabkan kinerja koordinator JPKM
rendah. Selain itu kemampuan koordinator JPKM untuk berkoordinasi dengan
kader dan kemampuan dalam merekrut peserta juga menyebabkan kinerja rendah.
Seorang koordinator JPKM akan dapat membantu pelaksanaan kegiatan dengan
baik apabila mempunyai pengalaman menjadi koordinator JPKM sekurangnya 60
bulan (5 tahun). Koordinator JPKM yang aktif lebih dari 5 tahun pada umumnya
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan koordinator JPKM yang
aktif kurang dari 5 tahun ini dikarenakan mereka belum mendapat pelatihan.
Hal lain yang turut menyebabkan kinerja koordinator JPKM dalam
merekrut peserta rendah adalah adanya berbagai alasan dari masyarakat untuk
menolak mengikuti JPKM. Salah satu penyebabnya adalah budaya masyarakat
yang belum dapat menerima konsep asuransi, pemahaman terhadap program
JPKM yang masih rendah dan biaya pelayanan kesehatan, khususnya di
puskesmas yang biayanya relative murah dan terjangkau sehingga masyarakat
merasa tidak perlu ikut program JPKM untuk menjamin kesehatan keluarganya.
66
5.3.2 Hubungan Persepsi Koordinator JPKM tentang Program JPKM
dengan Kinerja Koordinator JPKM
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p adalah 0,168 (> 0,05)
sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifika antara
persepsi koordinator tentang program JPKM dengan kinerja koordinator JPKM.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini
(2006) yang menyatakan ada hubungan antara persepsi perawat tentang
kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala ruangan dengan kinerja perawat di
RSUD Purbalingga. Hal serupa juga dikemukakan oleh Nofrinaldi (2006) dalam
penelitianya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
persepsi terhadap system pembagian jasa pelayanan dengan kinerja karyawan di
RS Madani.
Sikap seseorang berhubungan erat dengan persepsi. Sikap yang baik dari
seseorang akan berpengaruh terhadap persepsi mereka, yang dapat menunjukan
apakah seseorang termotivasi, yang nantinya digunakan untuk meningkatkan
kinerjanya (Gibson,1996). Pengukuran sikap secara langsung dapat dinyatakan
dengan pernyataan atau pendapat seseorang terhadap suatu obyek (Ahmadi,1991).
Berdasarkan hasil pngukuran sikap diperoleh rata-rata responden setuju
dengan adanya JPKM. Mereka merasa JPKM sangat bermanfaat ini dibuktikan
dengan semakin mudahnya mereka dalam memperoleh pelayanan kesehatan,
walaupun terkadang mereka merasa mendapat perbedaan dalam memperoleh
pelayanan kesehatan.
67
Persepsi yang baik dari koordinator JPKM bila tidak didukung dengan
persepsi yang baik pula dari masyarakat akan menyebabkan kinerja koordinator
JPKM dalam merekrut peserta rendah. Salah satu yang menyebabkan persepsi
yang buruk dari masyarakat tentang JPKM yang berimbas terhadap keenganan
menjadi peserta adalah tingkat pengetahuan kesehatan masyarakat yang jauh dari
cukup dimana masyarakat menggangap kesehatan bukan merupakan perioritas
utama. Didukung dengan adanya budaya mereka dalam menghadapi risiko sakit
yang masih kurang menguntungkan dan diperparah dengan keterbatasan kondisi
kemampuan ekonomi masyarakat (Ghufron,2000).
5.3.3 Hubungan Motivasi Koordinator JPKM dengan Kinerja Koordinator
JPKM
Hasil analisis bivariat menunjkan bahwa nilai p adalah 0,169 (> 0,05)
sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
motivasi koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM. Hal ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syah (2004) yang
menyatakan ada hubungan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat dalam
memberikan pelayanan di ruang rawat inap di RS Jiwa Pekanbaru. Meskipun
demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siagian
(2003) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
motivasi perawat dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Sidorejo.
Motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh kombinasi
antara kekuatan yang berasal dari dalam diri individu itu sediri dengan kekuatan
68
yang berasal dari lingkungan kerjanya. Salah satu faktor dari dalam diri individu
yang mempengaruhinya adalah harapan individu bila sesuatu itu dilaksanakan
(Umara2006).
Harapan koordinator JPKM untuk merekrut peserta sebanyak-banyaknya
tidak dapat dengan mudah terlaksanan. Banyak kendala yang dihadapi koordinator
JPKM selama bertugas, beberapa diantaranya adalah keluhan dari masyarakat
tentang belum adanya perbaikan pelayanan kesehatan yang diberikan PPK
(Ghufron,2000). Meskipun demikian berbagai usaha dilakukan oleh koordinator
JPKM untuk dapat meningkatkan jumlah peserta yang berhasil direkrut antara lain
dengan kerjasama antar koordinator JPKM, pengadaan tabungan JPKM, simpan
pinjam JPKM, dan menjaring ibu-ibu hamil.
5.3.4 Hubungan Kepemimpinan Atasan dengan Kinerja Koordinator
JPKM
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p adalah 0,225 (>0,05)
sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signiikan antara
kepemimpinan atasan dengan kinerja koordinator JPKM. Hasil ini bertentangan
dengan penelitian Supriyanto (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin dengan kinerja
pegawai di Bapeda Kabupaten Purbalingga.
Gibson (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berpengaruh
terhadap kinerja. Hal ini berarti apabila kepemimpinan dalam suatu organisasi
baik, maka akan menciptakan suatu kinerja yang baik pula, begitu pula
sebaliknya. Kepemimpinan dala penelitian ini menggunakan pendekatan sifat.
69
Pendekatan sifat dilandasi pemikiran bahwa untuk menjadi pemimpin yang
berhasil melaksanakan pengaruhnya yang bersangkutan harus memiiki sifat-sifat
tertentu (Sutarto, 1995). Sifat kepemimpinan tersebut antara lain:
5.3.4.1 Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi dalam hal ini meliputi kemampuan pimpinan
dalam melakukan koordinasi dan kemampuan mendengarkan keluhan dari
koordinator JPKM. Komunikasi memiliki peranan yang sangat besar dalam
menciptakan kepemimpinan yang efektif. Azwar (1996) menyatakan peranan
komunikasi dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Menyempurnakan Pekerjaan Administrasi
Melalui komunikasi akan diperoleh berbagai keterangan yang apabila
dapat diolah dengan baik akan dapat dmanfaatkan untuk membantu administrator
dalam mengambil keputusan (decicion) sehingga pekerjan yang sedang dilakukan
dapat lebih disempurnakan.
2. Menimbulkan Suasana Kerja yang Menguntungkan
Melalui komunikasi akan dapat dibina suasana yang menguntungkan yaitu
degan baiknya hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan atau hubungan
antara sesame karyawan (employees relationship).
5.3.4.2 Kemampuan Pengawasan
Kemampuan pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi
kemampuan pemimpin dalam meaksanakan monitoring dan evaluasi. Azwar
(1996) menyatakan bahwa apabila pengawasan dilakukan dengan baik maka akan
didapatkan :
70
1. Tujuan yang ditetapkan dapat diharapkan pencapaianya dan selanjutnya
pecapaian tersebut adalah dalam kualitas dan kuantitas tertinggi yang
direncanakan.
2. Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak melebihi
apa yang telah ditetapkan dan bahkan mungkin dapat ditekan sehingga
efisiensi dapat lebih ditingkatkan.
Pengawasan yang baik dapat memacu karyawan berpartisipasi dan
birokrasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. JPKM adalah program
yang berkelanjutan dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat, sehingga
koordinator JPKM tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk memahami
tujuan dari program ini. Namun tujuan JPKM ini kurang dapat di komunikasikan
oleh koordinator JPKM kepada masyarakat sehingga banyak masyarakat yang
tidak mengikuti JPKM. Inilah salah satu alasan mengapa kepemimpinan atasan
tidak begitu berpengaruh terhadap kinerja koordinator JPKM.
5.3.5 Hubungan Imbalan yang Diberikan dengan Kinerja Koordinator
JPKM
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p adalah 0,252 (>0,05)
sehngga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
imbalan yang diberikan dengan kinerja koordinator JPKM. Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Syah (2004) bahwa terdapat hubungan antara
imbalan (kompensasi) yang diterima dengan kinerja perawat di ruang inap RS
Jiwa Pekanbaru.
71
Imbalan atau kompensasi yang diberikan hendaknya mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh karena imbalan dapat meningkatkan atau menurunkan
prestasi kerja, kepuasan kerja maupun motivasi kerja bila karyawan merasa
kompensasi yang diterima tidak memadai (Kurnianingsih, 2001). Imbalan yang
langsungterikat dengan kinerja juga dapat memotivasi mengakibatkan rusaknya
motivasi kerja atau kinerja karyawan apabila system penilaian kinerja tiak adil
atau keabsahan cara penilaian kinerja tidak jelas. Meskipun demikian imbalan
bukan sesuatu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan etapi kinerja individu
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti motivasi dan harapan akan usaha
yang dikerjakan (Nofrinaldi,2006).
5.3.6 Kinerja Koordinator JPKM
Penelitian terhadap kinerja penting dilakukan. Soeroso (2003) menyatakan
beberapa alasan mengapa penilaian kinerja penting dilakukan, antara lain :
1. Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan promosi dan
penetapan gaji.
2. Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun
karyawan untuk melakukan introspeksi dan meninjau kembali perilaku
selama ini, baik yang positif maupun negative untuk kemudian dirumuskan
kembali sebagai perilaku yang mendukung tumbuh dan berkembangnya
budaya organisasi secara keseluruhan.
3. Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatihan dan pelatihan
kembali (retraining) serta perkembangan.
72
Kinerja koordinator JPKM yang belum stabil menjadi bahan pertimbangan
tersendiri bagi pihak-pihak yang terkait dengan JPKM dalam rangka
pengembangan program JPKM selanjtnya. Oleh karena itu diperlukan beberapa
pendekatan untuk meningkatkan kinerja koordinator JPKM. Anorogo (2003)
menyatakan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kegairahan kerja karyawan yangdapat berlanjut pada tingginya kinerja pegawai,
antara lain:
1. Memberikan penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan.
2. Pemberian perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai seorang individu.
3. Melakukan ajakan partisipasi.
4. Menghapuskan disiplin besi dari atas.
5. Memperbaiki moral karyawan.
6. Memperbaiki kondisi kerja.
7. Member kesempatan karyawan untuk mengemukakan keluhan.
8. Memberi uang atau imbalan.
Empat dari lima variabel independent dalam penelitian ini tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan variabel dependent. Variabel tersebut adalah
persepsi koordinator JPKM, motivasi koordinator JPKM, kepemimpinan atasan,
dan imbalan yang di berikan. Sementara variabel kemampuan koordinator JPKM
memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja koordinator JPKM. Salah satu
faktor yang mempengaruhi hal ini adalah teknik atau pendekatan dalam
pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh individu yang
bersangkutan merupakan salah satu dari teknik pengukuran kinerja. Teknik
73
penilaian kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penilaian
sendiri. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini antara lain lebih
murah dan mudah bila dibandingkan dengan penilaian atau observasi oleh tim
(Nofrinaldi,2006). Kerugiannya adalah memungkinkan pemberian skor yang
tinggi oleh karyawan tersebut untuk menilai pekerjaan sendiri. Hal ini
memungkinkan terjadinya bias personal yang memungkinkan terjadinya hasil
yang berbeda antara penilaian sendiri dengan penilaian orang lain. Karena
penilaian sendiri dipengaruhi oleh kepribadian, pengalaman, pengetahuan dan
sosio demografis (Ilyas,2001). Maka dari itu dilakukan pengendalian yaitu
mencocokan dengan data sekunder yang ada.
.
73
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan koordinator JPKM
dengan kinerja koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,000 (< 0,05). Tidak ada
hubungan yang signifikan antara persepsi koordinator tentang program JPKM
dengan kinerja koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,168. Tidak ada
hubungan yang signifikan antara motivasi koordinator JPKM dengan kinerja
koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,619. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja koordinator JPKM dengan
nilai p adalah 0,225. Tidak ada hubungan yang signifikan antara imbalan yang
diberikan dengan kinerja koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,252.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pemerintah
1. Pemerintah dapat meningkatkan kemampuan koordinator penggerak JPKM
Desa dengan mengadakan pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar
tentang JPKM.
2. Pemerintah perlu melakukan monitoring dan evaluasi yang lebih mendalam
tentang kinerja koordinator penggerak JPKM Desa. Dan perlu ditingkatkan
koordinasi dan komunikasi dari BAPEL.
74
3. Pemerintah dapat lebih memperhatikan imbalan atau insentif yang di berikan
terhadap koordinator penggerak JPKM Desa.
6.2.2 Bagi Karyawan
1. Diharapkan bisa meningkatkan kemampuan koordinator penggerak JPKM
dengan sering mengikuti pelatihan-pelatihan tentang JPKM dan menambah
waktu untuk selalu berkoordinasi dengan kader dan untuk merekrut peserta.
2. Diharapkan lebih meningkatkan motivasi diri karena sudah memiliki persepsi
yang baik tentang program JPKM.
6.2.3 Bagi Peneliti Lain
Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan melakukan
pengukuran dengan tehnik pendekatan yang berbeda dan waktu pengamatan
penelitian yang lebih lama.
75
DAFTAR PUSTAKA
Anorogo, P dan Ninik W.1993. Psikologi dalam Perusahan. Rineka Cipta.Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Asngari, Pang S. 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Keresidenan dan Kepala Penyuluhan Pertanian Terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pertanian di Negara Bagian Texas, Amerika Serikat. Bogor: Media Peternakan IX: 2 Fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Atkinson, R. C. 1991. Pengantar psikologi, diterjemahkan oleh Nurjanah Taufik dan Rukmini. Barhana. Jakarta: Erlangga.
Azwar,A. 1996. Pegantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksana. Jakarta.
Chaplin, C.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Press.
Departemen Kesehatan RI. 2002. JPKM Pengertian dan Pelaksanaanya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
_______, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penerapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten / Kota Sehat. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
_______. 2006. Survei Kesehatan Nasional, Survai Sosial Ekonomi Nasional 2004 Substansi Kesehatan, Status Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Prilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Dep Kes RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan Banjarnegara. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Kabupaten Banjarnegara. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara.
________. 2009. Lampiran SK Buati Banjarnegara No: 440/475 Tahun 2009. Dnas Kesehatan Banjarnegara. Banjarnegara.
76
________. 2008. Pelaksanaan JPKM 2004-2008 Kabupaten Banjarnegara. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara.
________. 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara.
Ghufron, A.M. 2000. Berbagai Model Alternatif Sistem Penyelenggaran Asuransi Kesehatan di Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 03 Nomor 01.3-7
Gibson, James. 1984. Organisasi dan Manajemen, terjemahan oleh Djoerban Wahid..Jakarta: Penerbit Erlangga.
_______. 1996. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses. Diterjemah oleh Djoerban Wahid. Jakarta: Erlangga.
Hadipranata. 1996. Produktivitas Insani (Human Productivity). Jogjakarta: Buletin Psikologi IV.
Handoko,H.T. 1994. Manajemen. Yogyakarta: UGM Press.
Ilyas. 2001. Kinerja Teori, Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan. Jakarta: FKM UI.
_______. 2003. Asuransi Kesehatan Review Utilisasi, Manajemen Klaim dan Froud (Kecurangan Asuransi Kesehatan). Jakarta: FKM UI.
Jatmiko,T. 2006. Hubungan Antara Kemampuan dan Pembinaan Pegawai dengan Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas. Skripsi. FISIP. UNSOED, Purwokerto (tidak dipublikasikan)
Kris Yuliani. H. 2002. Penilaian Anggota Terhadap Gaya Kepemimpinan dan Dinamika Kelompok (Skripsi Sarjana Pertanian). Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian.
Kurnianingsih,R dan Nur I.2001. Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargan Terhadap Keefektifan Penerapan Teknik Quality Management Studi Empiris pada Perusahan di Indonesia. Jurnal Sosio Humanika. Volume 14, no 2,7-9
Manulang M dan Marihot M. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta: UGM Press.
77
Moh.Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999, Sistem Perencanaan Dan Pengendalian Manajemen, Yogyakarta: Aditya Media.
Mulyana .2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Nofrinaldi, Andreasta M dan Adi U. 2006. Persepsi dan Pengaruh Sistem Pembagian Jasa Pelayanan Terhadap Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Jiwa Madrani. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 09 Nomor 02.65-71.
Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Asuransi Kesehatan Indonesia. 2009. Asuransi Kesehatan Indonesia. www.pamjaki.org/pamjaki-266/.../id-11-pendahuluan.html.
Prawirosentono, 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia. Jogjakarta: BPFE.
Rakhmat Jalaludin. 1993. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ranupandjojo, Saud. 1990. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.
Rata Ginting. 1999. Peranan Pemimpin Informal Dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat Untuk Pembangunan Desa (Disertasi Doktor). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rini,B.A. 2006. Hubungan Antara Persepsi Perawat Tentang Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Purbalingga. Skripsi. PSKM. UNSOED. Purwokerto (tidak dipublikasikan)
Robbins. 2003. Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia Jilid 1. Jakarta: Penerbit:PT Indeks, gramedia Grup.
Siagian, Sondang P. 1997. Organisasi, Kepemimpinan & Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
_______. 1994. Teori dan praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta
78
Siagian, H. 2003. Pengaruh Supervisi Kepala Ruang Rawat Inap, Kemampuan , Motivasi dan Imbalan Tenaga Perawat Pelaksana Terhadap Kinerja Tenaga Perawat Plaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Sioarjo. http://www.diglib.unair.ac.id. Diakses 15 September 2007.
Simamora, Henry. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua. Jogjakarta: Bagian Penerbit STIE YKPN.
Soekidjo Notoatmodjo,2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Soeroso,S. 2003.Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit.EGC. Jakarta
Sri Tjahjorini Sugiharto. 2001. Persepsi anak Jalanan Terhadap Bimbingan Sosial Melalui Rumah Singgah DI Kotamadya Bandung(Tesis mangister sains). Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sugiono, 2004. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sulaksana. J 2002. Peranan Pemimpin Informal Dalam Keberlanjutan Kelompok (Tesis Mangister sains). Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sutarto.1995.Dasar-Dasar Organisasi. Gadjah Mada Universitiy Press.Yogyakarta
Syah, N. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Pelayanan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru tahun 2008. http://www.adln.lib.unair.ac.id. Diakses 17 Juni 2009.
Umar, H. 1997. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Widodo Sutopo. 2003. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dan Implikasinya terhadap Pengelolaan Rumah Sakit. Jakarta: PERSI Hospital Expo.
75
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA
KOORDINATOR PENGGERAK JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) DESA
DI KABUPATEN BANJARNEGARA
Indentitas Responden
No Responden :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
I. Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
1. Sudah berapa lama Anda menjadi Koordinator Penggerak JPKM Desa?.
a.1th b.2th c.3th d.>4th
2. Apa pendidikan terakhir Anda?.
a.SD b.SMP c.SMA d.PT
3. Apakah Anda sering mengikuti pelatihan tentang JPKM?.
a.tidak b.jarang c.kadang d.selalu
4. Dalam sehari berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk berkoordinasi
dengan Kader?
a.<1jam b.2 jam c.3 jam d.>4 jam
5. Dalam sehari berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk merekrut
peserta?
a.<1 jam b.2 jam c.3 jam d.>4 jam
II. Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa
6. Setujukah Anda dengan diselenggarakanya program JPKM?.
a.sangat tidak setuju c.setuju
b.tidak setuju d.Sangat setuju
76
7. Menurut Anda, apakah JPKM bermanfaat?.
a.Sangat tidak bermanfaat c.bermanfaat
b.Tidak bermanfaat d.Sangat bermanfaat
8. Menurut Anda, apakah seluruh masyarakat Banjarnegara wajib menjadi
peserta JPKM?
aTidak c.Sebagian besar
b.Sebagian kecil saja d.seluruhnya
9. Menurut Anda, apakah dengan adanya JPKM masyarakat mendapat
kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan?.
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
10. Menurut Anda apakah terdapat perbedaan pelayanan kesehatan yang
diberikan bagi peserta JPKM?
a.Ya b.Kadang c.Jarang d.Tidak
11. Menurut Anda apakah setiap pserta JPKM wajib membayar premi tiap
tahunya?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
III. Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
12. Apakah Anda melakukan tugas dengan terpaksa?.
a.Ya b.Kadang c. Jarang d.Tidak
13. Apakah kepercayaan yang diberikan kepada Anda, membuat Anda bekerja
secara optimal?.
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
14. Apakah dukungan yang diberikan kepada Anda, membuat Anda bekerja
secara optimal?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
15. Apakah Anda bangga menjadi seorang Koordinator Penggerak JPKM
Desa?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
16. Apakah Anda mengalami kesulitan ketika menjalankan tugas?.
a.Ya b.Kadang c.Jarang d.Tidak
77
IV. Kepemimpinan yang dilakukan
17. Apakah pemimpin melakukan koordinasi sebelum Anda bertugas?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
18. Apakah pemimpin sering berkomunikasi dengan Anda?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
19. Apakah pemimpin memberikan kesempatan kepada Anda untuk sharing
mengenai kendala yang dihadapi?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
20. Apakah pemimpin melakukan monitoring ketika Anda bertugas?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
21. Apakah pemimpin mengevaluasi hasil kerja Anda?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
V. Imbalan yang Diberikan
22. Apakah Anda mendapat imbalan setelah bertugas?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
23. Apakah imbalan yang Anda terima setimpal dengan tugas yang Anda
jalakan?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
24. Apakah Anda mendapat kemudahan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan di Puskesmas, Pustu, dan RSUD?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
25. Apakah Anda mendapat kemudahan mengurus surat-surat di Kelurahan,
Kecamatan, dan Kabupaten?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
26. Apakah pemimpin mengucapkan terimakasih setelah Anda selesai
bertugas?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
27. Apakah Anda pernah mendapat piagam penghargaan dari Kelurahan,
Kecamatan, dan Kabupaten?.
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
78
VI. Kinerja
28. Apakah Anda membuat rencana kerja terlebih dahulu sebelum Anda
bertugas?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
29. Menurut Anda apakah Anda menjalankan tugas sesuai dengan rencana
kerja yang Anda buat?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
30. Apakah masyarakat pernah mengeluh mengenai kerja Anda?
a.Pernah b.Kadang c.Jarang d.Tdk pernah
31. Apakah Kader pernah mengeluh mengenai kerja Anda?
a.Pernah b.Kadang c.Jarang d.Tdk pernah
32. Apakah pemimpin pernah kecewa dengan hasil kerja Anda?
a.Pernah b.Kadang c.Jarang d.Tdk pernah
33. Apakah Anda pernah mendapat teguran dari pemimpin?
a.Pernah b.Kadang c.Jarang d.Tdk pernah
34. Apakah Anda bekerja sama dengan Koordinator Penggerak JPKM lain
untuk meningkatkan jumlah peserta yang Anda rekrut?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
35. Apakah jumlah peserta yang di rekrut Kader sesusi dengan target?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
36. Apakah Anda juga ikut mencari peserta?
a.Tidak b.Jarang c.Kadang d.Ya
79
PERHITUNGAN VALIDITAS ANGKET PENELITIAN Rumus : ( )( )
( ){ } ( ){ }2222xyrΣΥ−ΝΣΥΣΧ−ΝΣΧ
ΣΥΣΧ−ΝΣΧΥ=
Kriteria Butir angket Valid jika rxy > rtabel Perhitungan : berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomor 1.
No. X Y X2 Y2 XY 1 1 89 1 7921 89 2 3 106 9 11236 318 3 1 75 1 5625 75 4 1 83 1 6889 83 5 2 100 4 10000 200 6 1 115 1 13225 115 7 4 112 16 12544 448 8 1 48 1 2304 48 9 3 120 9 14400 360
10 2 81 4 6561 162 11 4 112 16 12544 448 12 1 61 1 3721 61 13 3 98 9 9604 294 14 1 91 1 8281 91 15 1 89 1 7921 89 16 1 81 1 6561 81 17 2 117 4 13689 234 18 4 119 16 14161 476 19 3 90 9 8100 270 20 1 49 1 2401 49 Σ 40 1836 106 177688 3991
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh :
20 x 3991 40 x 1836 rxy =
20 x 106 - 40 2 20 x 177688 - 1836 2
rxy = 0,654
80
Pada α = 5% dengan N= 20 diperoleh rtabel = 0,444 karena rxy > r tabel, maka angket No. 1 tersebut Valid.
PERHITUNGAN RELIABILITAS ANGKET PENELITIAN
Rumus :
Kriteria Apabila r11 > r tabel, maka angket tersebut reliabel Perhitungan
177688
1836
σt2 = 20
20
= 481,221
2. Varians Butir
106
40
σb12 = 20 = 1,3
7 20
138
50
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ Σ−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−= 2
2
11 11k
k
t
brσσ
( )
ΝΝ
ΣΥ−ΣΥ
=
22
2tσ
81
σb22 = 20 = 0,6
8 20
131 45
σb362 = 20 = 1,57
20
Σσb2 = 24,31
3. Koefisien reliabilitas
r11 =
36 1
- 24,31
36 - 1
481,221
r11 = 0,977
Pada α = 5% dengan N = 20 diperoleh r tabel = 0.444 Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel
75
Tabulasi Data Hasil Penelitian
No Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM
Desa Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang
JPKM 1 2 3 4 5 Jumlah Kriteria 6 7 8 9 10 11 Jumlah Kriteria
1 1 4 1 1 1 8 Buruk 4 4 4 3 1 4 20 Baik 2 3 3 2 1 1 10 Cukup 4 4 3 4 4 4 23 Baik 3 1 3 2 1 1 8 Buruk 3 4 3 4 2 4 20 Baik 4 1 3 1 2 2 9 Cukup 3 3 3 3 3 4 19 Baik 5 2 4 2 1 1 10 Cukup 4 4 2 3 2 4 19 Baik 6 1 2 1 1 1 6 Buruk 3 4 4 4 4 3 22 Baik 7 4 3 3 2 1 13 Cukup 4 4 4 3 3 4 22 Baik 8 1 4 2 1 2 10 Cukup 4 3 3 3 2 4 19 Baik 9 3 3 3 2 1 12 Cukup 3 3 4 4 3 4 21 Baik 10 2 4 2 1 1 10 Cukup 3 3 3 3 3 3 18 Cukup 11 4 3 3 1 1 12 Cukup 4 4 3 4 3 4 22 Baik 12 1 4 1 1 1 8 Buruk 3 4 3 3 1 4 18 Cukup 13 1 4 1 1 1 8 Buruk 3 3 4 3 3 3 19 Baik 14 1 3 1 1 3 9 Cukup 3 3 3 3 3 4 19 Baik 15 1 4 1 1 2 9 Cukup 3 3 3 3 2 4 18 Cukup 16 1 3 2 1 1 8 Buruk 3 3 4 4 3 4 21 Baik 17 2 3 2 2 1 10 Cukup 4 4 3 3 4 3 21 Baik 18 4 3 3 1 2 13 Cukup 3 3 3 3 4 4 20 Baik 19 1 4 1 1 1 8 Buruk 4 4 3 3 2 4 20 Baik 20 1 4 1 1 1 8 Buruk 2 2 2 1 1 4 12 Cukup 21 1 3 1 2 1 8 Buruk 4 4 3 2 3 3 19 Baik 22 1 3 2 1 1 8 Buruk 4 4 4 3 3 3 21 Baik 23 1 2 1 1 2 7 Buruk 3 4 3 3 3 3 19 Baik 24 1 4 1 1 3 10 Cukup 3 4 3 4 4 4 22 Baik 25 2 3 1 1 1 8 Buruk 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 26 1 4 1 1 2 9 Cukup 4 4 4 4 3 4 23 Baik 27 2 4 2 1 1 10 Cukup 3 3 3 2 3 4 18 Cukup 28 1 4 1 2 1 9 Cukup 4 4 4 4 3 4 23 Baik 29 1 3 1 1 1 7 Buruk 3 4 4 3 3 4 21 Baik 30 4 3 3 1 1 12 Cukup 4 4 3 3 4 4 22 Baik 31 1 3 2 4 2 12 Cukup 4 4 3 3 2 3 19 Baik 32 4 4 3 1 2 14 Cukup 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 33 1 4 1 1 1 8 Buruk 3 3 3 4 4 4 21 Baik 34 1 4 1 1 1 8 Buruk 3 4 4 3 2 4 20 Baik 35 1 3 2 2 2 10 Cukup 3 4 3 3 2 4 19 Baik 36 2 3 1 1 1 8 Buruk 4 4 3 3 4 3 21 Baik 37 1 3 1 1 1 7 Buruk 3 4 3 4 4 3 21 Baik 38 1 3 1 1 1 7 Buruk 3 4 4 3 2 3 19 Baik 39 1 4 1 1 1 8 Buruk 4 4 3 4 2 3 20 Baik 40 1 3 1 3 2 10 Cukup 4 4 4 3 4 4 23 Baik 41 4 3 2 1 1 11 Cukup 4 4 4 3 2 3 20 Baik 42 4 3 2 1 1 11 Cukup 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 43 1 4 3 1 2 11 Cukup 4 4 3 3 2 3 19 Baik 44 1 4 2 1 1 9 Cukup 3 3 4 4 4 4 22 Baik 45 3 3 2 2 1 11 Cukup 3 3 4 3 2 4 19 Baik 46 1 4 3 1 1 10 Cukup 4 4 3 3 4 4 22 Baik 47 1 4 1 2 1 9 Cukup 3 3 3 2 1 3 15 Cukup 48 1 4 1 1 1 8 Buruk 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 49 2 3 2 1 1 9 Cukup 3 3 3 3 4 4 20 Baik
76
No Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM
Desa Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang
JPKM 1 2 3 4 5 Jumlah Kriteria 6 7 8 9 10 11 Jumlah Kriteria
50 1 2 1 1 1 6 Buruk 4 4 4 4 4 4 24 Baik 51 1 3 1 1 1 7 Buruk 3 3 3 4 4 4 21 Baik 52 1 3 1 1 1 7 Buruk 3 3 3 3 1 4 17 Cukup 53 1 3 1 1 1 7 Buruk 4 4 4 4 4 4 24 Baik 54 1 2 1 1 1 6 Buruk 4 4 4 3 2 3 20 Baik 55 3 4 1 1 1 10 Cukup 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 56 4 4 2 1 1 12 Cukup 4 4 4 3 4 4 23 Baik 57 4 3 2 1 2 12 Cukup 3 3 3 3 4 4 20 Baik 58 4 3 1 2 1 11 Cukup 4 4 3 3 4 4 22 Baik 59 4 4 2 1 1 12 Cukup 4 4 3 3 3 3 20 Baik 60 4 4 3 1 1 13 Cukup 4 3 3 3 4 4 21 Baik 61 4 3 2 1 1 11 Cukup 4 4 4 3 3 3 21 Baik 62 4 3 1 1 2 11 Cukup 4 4 4 3 4 4 23 Baik 63 4 3 2 1 1 11 Cukup 3 3 4 3 4 4 21 Baik 64 1 4 1 1 1 8 Buruk 3 3 3 3 4 4 20 Baik 65 4 3 1 3 2 13 Cukup 3 3 3 3 3 3 18 Cukup 66 1 3 2 1 1 8 Buruk 3 3 4 4 4 4 22 Baik 67 1 3 1 1 1 7 Buruk 4 4 3 3 4 4 22 Baik 68 1 3 2 1 1 8 Buruk 3 3 3 3 4 4 20 Baik 69 1 3 1 2 1 8 Buruk 3 3 3 4 3 3 19 Baik 70 4 3 1 2 1 11 Cukup 4 4 4 3 4 4 23 Baik 71 4 3 3 1 2 13 Cukup 3 3 3 3 4 4 20 Baik 72 3 4 1 1 1 10 Cukup 3 4 3 3 4 4 21 Baik 73 1 4 1 1 1 8 Buruk 3 3 3 3 4 4 20 Baik
77
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Kepemimpinan yang dilakukan
12 13 14 15 16 Jumlah Kriteria 17 18 19 20 21 Jumlah Kriteria 4 3 3 4 1 15 Cukup 3 3 4 3 4 17 Baik 4 4 1 1 2 12 Cukup 3 2 3 3 2 13 Cukup 4 1 1 4 2 12 Cukup 1 1 1 1 1 5 Buruk 4 2 2 3 2 13 Cukup 1 2 2 2 1 8 Buruk 3 3 3 3 3 15 Cukup 2 2 2 2 3 11 Cukup 4 4 4 4 2 18 Baik 3 3 3 3 2 14 Cukup 4 3 3 2 2 14 Cukup 2 4 3 1 3 13 Cukup 2 2 2 3 1 10 Cukup 1 1 2 1 2 7 Buruk 4 3 3 3 2 15 Cukup 2 2 2 2 2 10 Cukup 2 3 3 3 4 15 Cukup 1 1 1 1 1 5 Buruk 4 4 3 4 2 17 Baik 2 2 2 3 4 13 Cukup 4 1 1 1 2 9 Cukup 1 1 2 2 2 8 Buruk 4 1 3 4 3 15 Cukup 3 2 1 1 1 8 Buruk 4 3 1 4 2 14 Cukup 1 3 3 3 2 12 Cukup 4 3 1 4 2 14 Cukup 1 2 4 3 1 11 Cukup 4 3 3 3 1 14 Cukup 2 1 1 1 2 7 Buruk 4 2 1 3 2 12 Cukup 2 3 3 3 1 12 Cukup 3 1 4 4 2 14 Cukup 2 2 3 3 1 11 Cukup 4 4 2 3 1 14 Cukup 3 2 4 3 1 13 Cukup 1 1 2 1 1 6 Buruk 1 1 1 1 1 5 Buruk 4 2 1 1 2 10 Cukup 3 2 1 1 2 9 Cukup 3 2 1 1 2 9 Cukup 3 2 4 3 3 15 Cukup 3 1 4 4 1 13 Cukup 3 3 3 1 2 12 Cukup 4 4 3 4 2 17 Baik 2 2 3 3 4 14 Cukup 3 3 3 4 4 17 Baik 1 3 3 3 2 12 Cukup 4 3 3 3 2 15 Cukup 1 1 3 3 2 10 Cukup 4 3 2 4 1 14 Cukup 1 2 3 3 1 10 Cukup 4 3 4 4 1 16 Baik 1 3 4 4 3 15 Cukup 4 3 1 3 1 12 Cukup 2 3 1 1 1 8 Buruk 4 3 3 3 1 14 Cukup 3 2 2 1 3 11 Cukup 4 3 3 3 2 15 Cukup 2 2 3 3 3 13 Cukup 4 3 3 4 4 18 Baik 2 1 3 3 1 10 Cukup 4 4 2 1 2 13 Cukup 2 2 3 3 1 11 Cukup 4 4 3 4 1 16 Baik 2 1 3 3 4 13 Cukup 4 3 3 4 2 16 Baik 2 2 4 3 1 12 Cukup 4 4 3 3 1 15 Cukup 1 3 3 1 3 11 Cukup 4 3 3 4 1 15 Cukup 1 1 3 1 1 7 Buruk 3 1 1 1 1 7 Buruk 3 1 3 3 4 14 Cukup 4 3 3 4 1 15 Cukup 2 2 2 1 3 10 Cukup 4 3 3 3 1 14 Cukup 1 2 1 3 3 10 Cukup 4 3 3 3 3 16 Baik 1 2 3 1 3 10 Cukup
78
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Kepemimpinan yang dilakukan
12 13 14 15 16 Jumlah Kriteria 17 18 19 20 21 Jumlah Kriteria 4 4 4 4 1 17 Baik 1 1 4 1 1 8 Buruk 3 4 3 3 4 17 Baik 2 3 4 3 4 16 Baik 4 4 1 1 1 11 Cukup 3 2 3 1 4 13 Cukup 4 3 3 1 1 12 Cukup 2 2 3 1 1 9 Cukup 3 4 3 3 1 14 Cukup 2 1 3 1 1 8 Buruk 3 1 1 4 4 13 Cukup 1 2 1 1 1 6 Buruk 4 4 3 3 1 15 Cukup 2 3 3 3 1 12 Cukup 4 4 3 3 2 16 Baik 2 2 4 3 3 14 Cukup 4 3 4 3 3 17 Baik 2 2 4 4 3 15 Cukup 3 4 3 4 1 15 Cukup 2 2 3 3 1 11 Cukup 4 4 3 3 3 17 Baik 1 1 4 3 3 12 Cukup 4 3 1 3 1 12 Cukup 2 2 1 1 3 9 Cukup 4 4 3 3 1 15 Cukup 3 1 4 2 3 13 Cukup 4 3 4 4 2 17 Baik 2 3 3 3 1 12 Cukup 4 3 3 3 4 17 Baik 1 2 1 3 4 11 Cukup 4 4 3 4 3 18 Baik 2 2 1 1 4 10 Cukup 4 3 3 3 3 16 Baik 2 1 1 3 4 11 Cukup 4 4 3 3 3 17 Baik 1 2 3 3 4 13 Cukup 3 1 1 2 4 11 Cukup 2 1 3 3 4 13 Cukup 4 4 3 3 2 16 Baik 1 2 3 3 4 13 Cukup 4 3 3 4 3 17 Baik 2 3 3 3 4 15 Cukup 3 3 3 2 3 14 Cukup 3 1 4 3 4 15 Cukup 4 3 3 2 2 14 Cukup 2 2 3 4 1 12 Cukup 4 4 1 4 2 15 Cukup 2 2 3 3 4 14 Cukup 4 3 3 4 3 17 Baik 1 2 4 3 3 13 Cukup 4 4 3 4 3 18 Baik 3 1 3 4 3 14 Cukup 4 3 3 4 3 17 Baik 2 2 1 2 4 11 Cukup 4 4 3 4 4 19 Baik 1 2 4 3 4 14 Cukup 4 3 1 3 1 12 Cukup 2 1 3 3 4 13 Cukup 4 3 3 4 3 17 Baik 1 2 3 1 4 11 Cukup 4 4 3 4 3 18 Baik 2 3 3 3 4 15 Cukup 4 4 3 4 3 18 Baik 2 3 3 1 1 10 Cukup
79
Imbalan yang diberikan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
22 23 24 25 26 27 Jumlah Kriteria 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Jumlah Kriteria 1 1 3 4 4 1 14 Cukup 1 3 2 2 2 2 1 1 1 15 Buruk 4 1 4 3 3 1 16 Cukup 2 3 4 4 4 4 4 2 4 31 Baik 1 1 3 3 1 1 10 Buruk 1 1 4 4 4 4 1 1 2 22 Cukup 1 1 3 4 2 1 12 Cukup 1 2 3 4 3 4 2 1 2 22 Cukup 3 3 3 3 2 1 15 Cukup 3 2 4 4 4 3 1 1 3 25 Cukup 2 4 4 4 3 1 18 Cukup 2 2 4 4 4 4 3 1 3 27 Cukup 4 3 2 3 2 1 15 Cukup 3 3 4 3 4 4 2 1 4 28 Baik 1 1 3 3 2 1 11 Cukup 2 3 3 4 3 4 2 2 3 26 Cukup 4 2 4 4 2 1 17 Cukup 3 2 4 4 3 4 3 2 3 28 Baik 2 1 3 3 3 1 13 Cukup 2 2 3 3 3 3 3 2 2 23 Cukup 4 3 3 3 2 1 16 Cukup 2 2 2 2 3 3 3 1 4 22 Cukup 1 1 3 3 3 1 12 Cukup 1 1 2 2 2 2 1 1 1 13 Buruk 1 1 3 3 3 1 12 Cukup 2 3 4 4 4 4 1 2 1 25 Cukup 1 1 3 4 3 1 13 Cukup 1 2 4 4 4 4 1 2 1 23 Cukup 1 1 3 4 4 1 14 Cukup 1 3 4 4 4 4 2 2 2 26 Cukup 1 1 4 4 1 1 12 Cukup 2 3 2 3 4 4 1 1 1 21 Cukup 4 1 4 4 4 1 18 Cukup 1 4 4 4 4 4 4 2 4 31 Baik 4 3 4 3 3 1 18 Cukup 1 2 4 4 4 4 4 2 4 29 Baik 1 1 3 3 1 1 10 Buruk 1 3 3 3 4 4 1 1 1 21 Cukup 1 1 3 3 1 1 10 Buruk 1 1 2 2 3 3 1 1 1 15 Buruk 1 1 4 3 4 1 14 Cukup 2 1 4 4 4 4 3 3 3 28 Baik 1 1 3 4 3 1 13 Cukup 3 3 3 3 4 4 1 1 1 23 Cukup 1 1 4 3 3 1 13 Cukup 2 2 4 4 4 4 1 2 1 24 Cukup 4 4 3 4 3 1 19 Baik 2 2 4 4 4 4 1 1 3 25 Cukup 1 1 2 4 4 1 13 Cukup 1 2 4 4 4 4 1 1 1 22 Cukup 1 1 2 4 1 1 10 Buruk 1 3 4 2 3 3 1 1 3 21 Cukup 1 1 3 4 1 1 11 Cukup 1 2 4 4 4 4 1 2 1 23 Cukup 1 1 4 4 2 1 13 Cukup 2 3 4 4 4 4 2 2 3 28 Baik 1 1 3 3 3 1 12 Cukup 2 2 3 2 2 2 1 1 1 16 Buruk 4 3 3 3 4 1 18 Cukup 1 1 4 4 4 4 4 2 4 28 Baik 1 1 2 4 3 1 12 Cukup 2 2 4 4 4 4 1 1 1 23 Cukup 4 1 4 3 3 1 16 Cukup 1 1 4 3 2 4 4 3 4 26 Cukup 1 1 3 4 3 1 13 Cukup 3 3 2 2 4 4 1 1 1 21 Cukup 1 1 3 3 4 1 13 Cukup 1 3 3 4 4 4 1 1 1 22 Cukup 1 1 3 4 1 2 12 Cukup 1 3 4 4 3 2 1 1 1 20 Cukup 1 1 3 3 1 1 10 Buruk 1 1 4 4 4 4 2 2 3 25 Cukup 1 1 3 4 2 1 12 Cukup 2 3 4 2 3 4 1 1 1 21 Cukup 1 1 3 4 2 1 12 Cukup 2 3 4 4 4 4 1 1 1 24 Cukup 4 3 3 3 4 1 18 Cukup 1 3 3 4 3 4 1 1 1 21 Cukup 4 3 4 3 4 1 19 Baik 1 1 4 4 4 4 1 1 1 21 Cukup 1 1 3 3 2 1 11 Cukup 1 3 3 4 3 3 4 3 4 28 Baik 4 3 2 3 1 1 14 Cukup 1 2 3 4 4 4 4 2 4 28 Baik
80
Imbalan yang diberikan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa 22 23 24 25 26 27 Jumlah Kriteria 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Jumlah Kriteria 1 1 3 4 4 1 14 Cukup 2 1 4 4 4 4 1 1 1 22 Cukup 4 1 3 4 3 1 16 Cukup 1 3 4 3 2 3 1 1 1 19 Cukup 4 3 4 3 4 1 19 Baik 4 3 4 4 4 4 1 1 3 28 Baik 1 1 3 3 2 1 11 Cukup 1 3 4 4 4 4 3 2 3 28 Baik 1 1 4 4 3 1 14 Cukup 2 2 2 2 3 3 1 2 1 18 Cukup 1 1 4 3 3 2 14 Cukup 2 2 4 4 4 4 1 1 2 24 Cukup 4 1 4 4 3 1 17 Cukup 1 3 4 4 4 4 1 1 2 24 Cukup 4 3 4 3 4 1 19 Baik 1 3 2 2 2 2 1 1 3 17 Cukup 1 1 2 3 3 1 11 Cukup 2 3 4 4 4 4 1 1 1 24 Cukup 4 2 3 4 1 1 15 Cukup 2 2 4 4 4 4 2 2 4 28 Baik 1 1 4 3 2 1 12 Cukup 2 3 4 4 4 4 1 1 1 24 Cukup 1 1 4 4 3 1 14 Cukup 1 2 3 4 4 4 1 1 2 22 Cukup 1 1 4 4 2 1 13 Cukup 3 1 3 4 3 3 1 1 2 21 Cukup 4 2 3 4 3 1 17 Cukup 1 3 2 2 3 3 4 2 4 24 Cukup 4 3 3 4 3 1 18 Cukup 1 3 2 4 4 4 3 2 3 26 Cukup 4 1 3 3 4 2 17 Cukup 1 2 2 2 2 3 4 3 4 23 Cukup 4 2 4 3 1 1 15 Cukup 2 2 4 4 4 4 3 2 3 28 Baik 3 3 4 3 1 1 15 Cukup 2 3 4 4 4 4 3 2 3 29 Baik 4 1 3 4 1 1 14 Cukup 2 2 4 4 4 4 4 3 4 31 Baik 4 3 3 4 3 1 18 Cukup 2 3 2 2 3 3 3 2 3 23 Cukup 4 3 3 3 3 1 17 Cukup 2 3 4 4 4 4 4 3 4 32 Baik 3 3 3 4 1 1 15 Cukup 1 3 4 4 4 4 1 1 2 24 Cukup 4 3 4 3 1 2 17 Cukup 1 1 4 4 4 4 4 1 4 27 Cukup 3 3 3 3 4 4 20 Baik 2 3 2 2 3 3 1 1 1 18 Cukup 1 1 3 4 4 1 14 Cukup 1 3 4 4 4 4 2 1 3 26 Cukup 3 2 4 3 3 1 16 Cukup 1 2 3 4 4 4 1 1 2 22 Cukup 1 1 3 3 3 2 13 Cukup 1 3 4 4 4 4 1 1 2 24 Cukup 4 3 4 3 3 1 18 Cukup 2 4 2 4 4 4 4 2 4 30 Baik 4 1 3 4 4 1 17 Cukup 1 3 2 2 3 3 4 2 4 24 Cukup 4 1 3 4 3 1 16 Cukup 1 2 2 4 4 4 3 2 3 25 Cukup 1 1 3 3 4 1 13 Cukup 1 1 4 4 4 4 1 1 2 22 Cukup
81
Crosstabs
Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Total Buruk Cukup Baik
Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Buruk Count 4 25 2 31
Expected Count 1.7 21.7 7.6 31.0
% within Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
12.9% 80.6% 6.5% 100.0%
Cukup Count 0 26 16 42
Expected Count 2.3 29.3 10.4 42.0
% within Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
.0% 61.9% 38.1% 100.0%
Total Count 4 51 18 73
Expected Count 4.0 51.0 18.0 73.0% within Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
5.5% 69.9% 24.7% 100.0%
Nonparametric Correlations
Correlations
Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Spearman's rho Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient 1.000 .423**
Sig. (2-tailed) . .000
N 73 73
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient .423** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 73 73**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
82
Crosstabs
Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM
Desa Crosstabulation
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Total Buruk Cukup Baik
Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
Cukup Count 2 9 2 13
Expected Count .7 9.1 3.2 13.0
% within Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
15.4% 69.2% 15.4% 100.0%
Baik Count 2 42 16 60
Expected Count 3.3 41.9 14.8 60.0
% within Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
3.3% 70.0% 26.7% 100.0%
Total Count 4 51 18 73Expected Count 4.0 51.0 18.0 73.0% within Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
5.5% 69.9% 24.7% 100.0%
Nonparametric Correlations
Correlations
Kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa
Persepsi Koordinator
Pengerak JPKM Desa tentang
JPKM
Spearman's rho Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient 1.000 .163
Sig. (2-tailed) . .168
N 73 73
Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
Correlation Coefficient .163 1.000
Sig. (2-tailed) .168 .
N 73 73
83
Crosstabs
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Total Buruk Cukup Baik
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Buruk Count 1 1 0 2
Expected Count .1 1.4 .5 2.0
% within Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
50.0% 50.0% .0% 100.0%
Cukup Count 3 28 12 43
Expected Count 2.4 30.0 10.6 43.0% within Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
7.0% 65.1% 27.9% 100.0%
Baik Count 0 22 6 28
Expected Count 1.5 19.6 6.9 28.0
% within Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
.0% 78.6% 21.4% 100.0%
Total Count 4 51 18 73Expected Count 4.0 51.0 18.0 73.0% within Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
5.5% 69.9% 24.7% 100.0%
Nonparametric Correlations
Correlations
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Spearman's rho Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient 1.000 .059
Sig. (2-tailed) . .619
N 73 73
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient .059 1.000
Sig. (2-tailed) .619 .
N 73 73
84
Crosstabs
Kepemimpinan yang dilakukan * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Total Buruk Cukup Baik
Kepemimpinan yang dilakukan
Buruk Count 3 8 2 13
Expected Count .7 9.1 3.2 13.0
% within Kepemimpinan yang dilakukan
23.1% 61.5% 15.4% 100.0%
Cukup Count 0 42 16 58
Expected Count 3.2 40.5 14.3 58.0
% within Kepemimpinan yang dilakukan
.0% 72.4% 27.6% 100.0%
Baik Count 1 1 0 2
Expected Count .1 1.4 .5 2.0
% within Kepemimpinan yang dilakukan
50.0% 50.0% .0% 100.0%
Total Count 4 51 18 73
Expected Count 4.0 51.0 18.0 73.0% within Kepemimpinan yang dilakukan
5.5% 69.9% 24.7% 100.0%
Nonparametric Correlations
Correlations
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kepemimpinan yang dilakukan
Spearman's rho Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient 1.000 .135
Sig. (2-tailed) . .255
N 73 73Kepemimpinan yang dilakukan
Correlation Coefficient .135 1.000
Sig. (2-tailed) .255 .
N 73 73
85
Crosstabs
Imbalan yang diberikan * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Total Buruk Cukup Baik
Imbalan yang diberikan
Buruk Count 1 4 0 5
Expected Count .3 3.5 1.2 5.0
% within Imbalan yang diberikan
20.0% 80.0% .0% 100.0%
Cukup Count 3 43 17 63
Expected Count 3.5 44.0 15.5 63.0
% within Imbalan yang diberikan
4.8% 68.3% 27.0% 100.0%
Baik Count 0 4 1 5
Expected Count .3 3.5 1.2 5.0
% within Imbalan yang diberikan
.0% 80.0% 20.0% 100.0%
Total Count 4 51 18 73
Expected Count 4.0 51.0 18.0 73.0% within Imbalan yang diberikan
5.5% 69.9% 24.7% 100.0%
Nonparametric Correlations
Correlations
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Imbalan yang diberikan
Spearman's rho Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient 1.000 .136
Sig. (2-tailed) . .252
N 73 73
Imbalan yang diberikan Correlation Coefficient .136 1.000Sig. (2-tailed) .252 .
N 73 73
86
Frequency Table
Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Buruk 31 42.5 42.5 42.5
Cukup 42 57.5 57.5 100.0
Total 73 100.0 100.0
Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup 13 17.8 17.8 17.8
Baik 60 82.2 82.2 100.0
Total 73 100.0 100.0
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Buruk 2 2.7 2.7 2.7
Cukup 43 58.9 58.9 61.6
Baik 28 38.4 38.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
Kepemimpinan yang dilakukan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Buruk 13 17.8 17.8 17.8
Cukup 58 79.5 79.5 97.3
Baik 2 2.7 2.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
Imbalan yang diberikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Buruk 5 6.8 6.8 6.8
Cukup 63 86.3 86.3 93.2
Baik 5 6.8 6.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
87
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Buruk 4 5.5 5.5 5.5
Cukup 51 69.9 69.9 75.3
Baik 18 24.7 24.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
88
Dokumentasi
Dokumentasi 1
Pengisisan kuesioner
Dokumentasi 2
Pengisian Kuesioner
89
Dokumentasi 3
Pengisian Kuesioner
Dokumentasi 4
Pengsisian Kuesioner