FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka...

83
i FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI BELANDA TERHADAP PROPOSAL KEANGGOTAAN TURKI KE UNI EROPA PADA TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos) oleh MUHAMMAD BINTANG AGASSI 108083000041 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka...

Page 1: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

i

FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR

NEGERI BELANDA TERHADAP PROPOSAL

KEANGGOTAAN TURKI KE UNI EROPA PADA

TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

oleh

MUHAMMAD BINTANG AGASSI

108083000041

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI BELANDA

TERHADAP PROPOSAL KEANGGOTAAN TURKI KE UNI EROPA PADA

TAHUN 2005

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 27 Juli 2015

Muhammad Bintang Agassi

Page 3: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan Ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa :

Nama : Muhammad Bintang Agassi

NIM : 108083000041

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah selesai penulisan skripsi dengan judul :

Faktor-Faktor Domestik Kebijakan Luar Negeri Belanda Terhadap Proposal

Keanggotaan Turki ke Uni Eropa Pada Tahun 2005

Telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 27 Juli 2015

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Badrus Sholeh, M.A M. Adian Firnas, M.Si

NIP. 19710211 199903 1 002

Page 4: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI

BELANDA TERHADAP PROPOSAL KEANGGOTAAN TURKI KE UNI

EROPA PADA TAHUN 2005

OLEH

MUHAMMAD BINTANG AGASSI

108083000041

Telah dipertahankan dalam ujian sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Juli

2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Hubungan Internasional.

Ketua,

Eva Mushoffa, MHSPS

Penguji I, Penguji II,

Andar Nubowo, DEA Rahmi Fitriyanti, M.Si

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 30 Juli 2015.

Ketua Program Studi Hubungan Internasional,

Badrus Sholeh, M.A

NIP. 19710211 199903 1 002

Page 5: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

v

ABSTRAKSI

Skripsi ini menganalisa mengenai faktor-faktor domestik kebijakan luar negeri Belanda

terhadap proposal keanggotaan Turki ke Uni Eropa pada tahun 2005. Turki yang

berkeinginan untuk bergabung ke Uni Eropa sejak beberapa dekade lalu mendapat

berbagai halangan dan penolakan dari sebagian anggota Uni Eropa. Namun kemudian,

pemerintah Belanda yang memiliki sejarah keterkaitan kerjasama dengan Turki dalam

kurun waktu yang lama, menginginkan masuknya Turki ke Uni Eropa. Belanda

beranggapan bahwa Turki mampu menjembatani beberapa permasalahan seperti

permasalahan Transatlantic dan juga jembatan kepada Dunia Islam. Terjadi pro-kontra

terhadap permasalahan masuknya Turki ke Uni Eropa di-internal negara Belanda. Selain

partai dan kelompok kepentingan, sikap publik pun berubah terhadap masuknya Turki ke

Uni Eropa, yang semula mengikuti keinginan pemerintah, sejak serangan 11 September

dan serangkaian kejadian yang ada di Belanda, publik menjadi skeptis terhadap masuknya

Turki ke Uni Eropa.

Keyword: Belanda, Turki, Uni Eropa, Kebijakan Luar Negeri, Faktor Domestik

Page 6: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan Karunia-Nya serta Nabi Muhammad SAW yang membawa kecerahan

pada dunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-

Faktor Domestik Kebijakan Luar Negeri Belanda Terhadap Proposal Keanggotaan

Turki ke Uni Eropa Pada Tahun 2005”.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini juga dikerjakan dengan tekun dan penuh

keseriusan, dan dibantu pula oleh dosen pembimbing untuk mengkoreksi serta

membimbing dalam pengerjaan skripsi ini. Untuk itu penulis berterima kasih

kepada berbagai pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu

kepada :

1. Orang tua penulis, Ibunda Hernita dan Ayah Djoko Sidharto (alm.),

yang selalu memberikan dorongan moril serta materi, serta atas kasih

sayang, do’a dan kesabaran terhadap penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Tak lupa, Kakanda penulis, Muhammad Fajar Ramadhan

yang penulis jadikan role model. Terima kasih atas dukungan dan do’a

kalian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak M. Adian Firnas, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi

penulis, yang telah memberikan bimbingannya dalam bentuk arahan, saran,

Page 7: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

vii

dan ilmunya serta kesabaran yang sangat membantu hingga penulisan

skripsi ini selesai dengan baik.

3. Nurul Putri Pratiwi yang senantiasa bersabar dan memberikan

dukungan terhadap penulis, terima kasih atas semangat dan motivasi

yang diberikan kepada penulis.

Terimakasih banyak, semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan

yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis sebagai

tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang studi Ilmu Hubungan Internasional.

Jakarta, 27 Juli 2015

Muhammad Bintang Agassi

Page 8: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………….……………………… ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI………………………………... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……….………………………. iv

ABSTRAKSI………………………………………………………………….... v

KATA PENGANTAR………………………………...……………………….. vi

DAFTAR ISI………………………………………...……………………....... viii

DAFTAR TABEL………………………………...………………………….... x

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………….. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah……………………………………………… 1

1.2. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………. 7

1.4. Tinjauan Pustaka……………………………………………….. 8

1.5. Kerangka Teoritis……………………………………………….. 9

1.6. Metode Penelitian…………………………………………….... 14

1.7. Sistematika penulisan………………………………………...... 15

BAB II SISTEM POLITIK SERTA SIKAP POLITIK BELANDA

TERHADAP PROPOSAL KEANGGOTAAN TURKI KE UNI EROPA

2.1. Sistem Pemerintahan Belanda………………………………… 17

2.1.1. Sistem Pemerintahan…………………………………..... 17

2.1.2. Konstitusi……………………………………………….. 20

Page 9: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

ix

2.1.3. Lembaga Pemerintahan…………………………………. 23

2.2. Partai Politik di Belanda………………………………………. 27

2.3. Prinsip Kebijakan Luar Negeri Belanda………………………. 29

2.4. Posisi Belanda di Uni Eropa…………………………………... 30

2.5. Sikap Belanda Terhadap Proposal Keanggotaan Turki……….. 32

BAB III PROPOSAL KEANGGOTAAN TURKI KE UNI EROPA

3.1. Perluasan dan Keanggotaan Negara Anggota Uni Eropa pasca

Maastricht Treaty………………………………………………………………. 33

3.2. Persyaratan untuk Menjadi Anggota Uni Eropa…………………… 37

3.3. Proposal Turki ke Uni Eropa………………………………………. 42

3.3.1. Sejarah Keanggotaan Turki ke Uni Eropa……………….. 42

3.3.2. Upaya Turki untuk Masuk ke Uni Eropa………………… 46

BAB IV ANALISA FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR

NEGERI BELANDA TERHADAP PROPOSAL KEANGGOTAAN TURKI

KE UNI EROPA

4.1. Pemerintahan yang Tengah Menjabat……………………………... 51

4.2. Partai Politik……………………………………………………….. 54

4.3. Kelompok Kepentingan…………………………………………..... 57

4.4. Opini Publik dalam Isu Integrasi…………………………………... 59

BAB V PENUTUP…………...………………………………………………... 64

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 66

Page 10: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

x

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Perjanjian Penting dalam Uni Eropa...................................................33

Tabel III.2 Daftar Nama-Nama Negara Anggota Uni Eropa……………….........36

Tabel III.3 Turkey-EU Membership Timeline….…………………………….......45

Page 11: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

xi

DAFTAR SINGKATAN

ARP : Anti-Revolutionary Party

CDA : Christen Democratish Appèl

CILC : The Center for International Legal Cooperation

D66 : Democrat 66

ECSC : European Coal and Steel Community

EEC : European Economic Community

EU : European Union

HAM : Hak Asasi Manusia

KTT : Konferensi Tingkat Tinggi

LN : Luar Negeri

LPF : List Pim Fortuyn

ODA : Official Development Assistance

PKK : Kurdistan Worker’s Party

PvdA : Partij van de Arbeid

PvdD : Partij voor de Dieren

PVV : Partij Voor de Vrijheid

SP : Socialist Party

UU : Undang-Undang

VVD : Volkspartij voor Vrijheid en Democratie

Page 12: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah

Uni Eropa adalah suatu organisasi regional yang menghimpun negara-

negara di benua Eropa dalam suatu kerangka kerjasama yang bertujuan untuk

menghindari konflik (Christiansen, 2001:495). Organisasi ini terbentuk atas dasar

ide dari seorang diplomat asal Perancis, Jean Monet. Monet berpandangan bahwa

sebuah organisasi regional dapat mencegah berulangnya kehancuran Eropa seperti

yang terjadi pasca Perang Dunia I dan II. Kerjasama dalam organisasi tersebut

akan menciptakan sebuah ketergantungan antar negara sehingga potensi untuk

saling menginvasi satu sama lain menjadi lebih kecil (Christiansen, 2001:495).

Bermula dari pembentukan European Coal and Steel Community (ECSC)

pada tahun 1952, organisasi ini terus berkembang hingga menjadi Uni Eropa di

tahun 1992 yang ditandai dengan ditandatanganinya Treaty of European Union di

Maastricht atau dikenal juga dengan sebutan Maastricht Treaty. Hingga saat ini,

Uni Eropa telah memiliki 27 negara anggota yang saling bekerjasama dalam

bidang ekonomi, moneter, politik, transportasi dll (European, 2008:34).

Untuk dapat menjadi anggota Uni Eropa, dalam Article 49 Treaty of

European Union, disebutkan bahwa suatu negara dapat mengajukan proposal

keanggotaan jika negara kandidat itu dapat memenuhi persyaratan yang berbunyi:

“Membership requires that the candidate country has achieved stability of

institutions guaranteeing democracy, the rule of law, human rights and respect for

Page 13: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

2

and protection of minorities, the existence of a functioning market economy as

well as the capacity to cope with competitive pressure and market forces within

the Union. Membership presupposes the candidate's ability to take on the

obligations of membership including adherence to the aims of political, economic

and monetary union” (Article 49 and Article 6 (1))

Artinya:

“Syarat keanggotaan mengharuskan negara kandidat untuk mencapai

stabilitas institusi negara yang menjamin berjalannya demokrasi, aturan hukum,

hak asasi manusia dan penghargaan serta penghormatan terhadap kaum minoritas.

Keberadaan dari fungsi ekonomi dan juga kapasitasnya untuk bekerjasama dengan

kompetitif serta berimbang dan calon negara anggota juga harus menunjukkan

komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik,

ekonomi, dan moneter”

Dalam kebijakan perluasannya (Enlargement policy), Uni Eropa

melakukan penerimaan anggota dalam jumlah terbesar di tahun 2004 yaitu hingga

10 negara. Pada tahun 2007, Romania dan Bulgaria ikut bergabung hingga jumlah

negara Uni Eropa mencapai 27 negara (Morelli, 2009:11). Adapun negara yang

baru saja diberikan status keanggotaannya pada Juli 2013 adalah Kroasia,

sedangkan negara yang tengah dalam proses negosiasi sebagai negara kandidat

(country candidate) adalah Turki, Serbia, Montenegro, dan Islandia (European

Union Enlargement, 2013).

Page 14: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

3

Dari keempat negara di atas, Turki adalah negara dengan proses

penerimaan terlama, yaitu sejak pengajuan proposal keanggotaan pertama di tahun

1959 (Khan & Yavuz, 2004:390). Pada tahun 1987 Turki kembali mengajukan

proposal keanggotaan dan baru dibahas oleh Uni Eropa pada tahun 1989 dengan

menyatakan bahwa Uni Eropa mendukung upaya Turki untuk berintegrasi, namun

Uni Eropa masih belum menetapkan tanggal pasti, kapan Turki akan menjadi

anggota penuh Uni Eropa. Dalam KTT Uni Eropa di Luxemburg di tahun 1997,

Uni Eropa menyatakan belum bisa menerima proposal keanggotaan Turki dengan

alasan Turki harus mereformasi sistem hukum dan politiknya seperti, hukuman

mati, Undang-Undang mengenai perempuan, dan juga campur tangan militer di

pemerintahan.

Baru pada tahun 1999 dalam KTT di Helsinski Uni Eropa akhirnya

menerima proposal keanggotaan Turki. Dengan diterimanya proposal keanggotaan

ini, Turki resmi menjadi negara kandidat (country candidate) di Uni Eropa.

Setelah status ini didapatkan, maka proses negosiasi dan diplomasi antara Turki

dan Uni Eropa mulai dilakukan pada tahun 2005 dan diperkirakan baru akan

berakhir dalam 10 sampai 15 tahun kemudian dengan tanpa kepastian kapan Turki

bisa menjadi anggota penuh Uni Eropa (Turkey’s EU Entry Talks, 2006).

Setelah proses penantian panjang oleh Turki, sekitar empat dekade, pada

KTT Brussel, akhirnya Uni Eropa membuka jalan untuk bernegosiasi dengan

Turki pada 3 Oktober 2005. Pengambilan keputusan ini menjadi proses yang

begitu rumit, dikarenakan arah proses negosiasi ini menjadi tak menentu, apakah

para Menteri Luar Negeri dari Uni Eropa yang notabene sebagai wakil masing-

Page 15: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

4

masing negara bisa mencapai sebuah kesepakatan bersama dan akhirnya turut

menetukan nasib keanggotaan Turki di Uni Eropa.

Namun demikian, pada satu hari sebelum negosiasi Uni Eropa dengan

Turki dibuka, hambatan masuknya Turki sudah dimulai dengan kerasnya sikap

Mentri Luar Negeri Austria dan Jerman, yang secara konsisten menolak

kemungkinan masuknya Turki ke Uni Eropa dengan memberikan pilihan atau opsi

lain sebagai asosiasi atau rekanan yg lebih lepas dan tanpa kejelasan, secara halus

dapat diartikan sebagai kerjasama istimewa (Privilage Partnership), daripada

memberikan keanggotaan penuh Turki di Uni Eropa. Tetapi kemudian, Perdana

Menteri Turki menolak opsi yang ditawarkan dengan menyatakan “Apapun selain

keanggotaan penuh di Uni Eropa, tidak dapat diterima.” (Turkish Press Review,

September 2005).

Setelah negosiasi bilateral yang cukup intens antara Kepemimpinan Uni

Eropa, yang saat itu diadakan di Inggris, dan Austria, serta 25 anggota Uni Eropa

saat itu, berakhir pada kebuntuan yang tidak berkesudahan. Maka dari itu, sesuai

mandat dari Dewan Uni Eropa pada saat diadakan pertemuan pada Desember

2004, anggota resmi Uni Eropa sepakat terhadap sebuah pernyataan tertulis yang

berjudul “Negotiating Framework” yang berisi peraturan dasar mengenai proses

negosiasi antara Uni Eropa dan Turki.

Meskipun demikian, berbagai macam proses negosiasi biasanya menuju

kepada sebuah solusi, yaitu, penawaran menjadi anggota penuh, tetapi dalam

negotiating framework dinyatakan secara jelas dan dengan penuh rasa hormat

kepada Turki, bahwa, negosiasi ini merupakan proses akhir yang terbuka, dengan

Page 16: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

5

hasil yang belum tentu bisa terjamin.

“The Negotiating Framework, which is covering all relevant international

organisations, cannot be interpreted as prejudicing the autonomy of decision-

making and rights of any of those international organisations or of their members,

or of the Member States of the European Union.” (Negotiating Framework for

Turkey, 2005).

Ketika proses tersebut berjalan, pemerintahan Belanda menjadi advokat

atas permintaan Turki untuk masuk sebagai anggota Uni Eropa. Faktanya, Perdana

Menteri Belanda ke-49, Jan Peter Balkenende, dan Menteri Luar Negeri Belanda,

Bernard Rudolph Bot, memiliki peranan penting saat memediasi Dewan Uni

Eropa dengan Turki pada tanggal 16 dan 17 Desember 2004.

Dibawah kepemimpinan Belanda, kesepakatan tercapai dengan kondisi

sebagai awal dari negosiasi dengan Turki pada 3 Oktober 2005. Dan pada

kenyataannya hal tersebut merupakan sebuah kondisi yang sejalan dengan

rekomendasi dari Dewan Uni Eropa, dan pemerintahan Belanda secara

menyatakan bahwa, jika Turki mampu untuk memenuhi syarat sesuai dengan

kriteria politik Copenhagen, maka, tidak ada lagi keberatan untuk memulai

pembicaraan mengenai masuknya Turki ke Uni Eropa. (European Commission,

2004).

Setelah kesepakatan Dewan pada Oktober 2005, delegasi pemerintahan

Belanda menunjukan sikap optimis atas kesepakatan yang telah tercipta tersebut.

Sikap optimis Belanda dilontarkan oleh Sekertaris Eropa dari Negara Belanda,

Atzo Nicolaï, yang menyatakan bahwa, “Para pemimpin Uni Eropa seharusnya

Page 17: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

6

jangan ragu tentang keanggotaan penuh Turki.” (Turkish Press Review, 2005).

Pada saat kepemimpinan Belanda di Uni Eropa dibebani dengan kewajiban

untuk membawa proses negosiasi atas Turki berhasil, pemerintahan Belanda

menghadapi tantangan baru mengenai publiknya sendiri, masyarakat Belanda,

yang skeptis terhadap masuknya Turki ke Uni Eropa. Peran sebagai

kepemimpinan Uni Eropa membuat pemerintahan Belanda sedikit tertekan atas

pendapat yang dikeluarkan oleh publiknya sendiri sebagai sebuah aspirasi yang

harus ditanggapi secara serius. Publik Belanda menilai keputusan untuk membuka

jalan Turki ke Uni Eropa bukan merupakan hal yang tepat. Pada tahun 2005,

terjadi peroses pembaharuan dari konstitusi Uni Eropa, dan salah satu isinya

mengenai perluasaan keanggotaan Uni Eropa.

Belanda menanggapi pengambilan kebijakan ini dengan mengikuti tradisi

serta kemauan publik Belanda, yaitu dengan referendum. Hasil dari referendum

tersebut membuat Perdana Menteri Belanda, Balkenende, merasa kecewa karena

publik Belanda memutuskan untuk menolak konstitusi Uni Eropa yang baru.

Menurut Maurice de Hond, Direktur Peil.nl, salah satu lembaga polling Belanda,

mengatakan bahwa keputusan menolak yang diajukan publik Belanda merupakan

sebuah sindiran bahwa para politikus sebaiknya mendengar opini publik.

(http//www.dw.de/dutch-reject-eu-constitution/a-1603076)

Publik menilai bahwa Turki harus memenuhi kriteria politik Copenhagen

terlebih dahulu sebelum memulai negosiasi atas masuknya Turki ke Uni Eropa.

Publik Belanda menegaskan mengenai kurangnya Hak Asasi Manusia (HAM)

yang ada pada Turki. Sebut saja permasalahan suku Kurdi dan konflik antara

Page 18: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

7

Yunani, Cyprus dan Turki, dimana terjadi banyak kekerasan yang melanggar

batasan HAM pada kriteria politik Copenhagen. Menurut Eurobarometer

mengenai opini publik Belanda, hanya 39% dari masyarakat Belanda yang

menyetujui masuknya Turki ke Uni Eropa, sedangkan 53% menolak, dan sisanya

abstain atau skeptis perihal masuknya Turki. (European Comission, 2005).

Dengan perbedaan yang mencolok ini dirasa menarik untuk diteliti

mengenai faktor-faktor yang lebih mendalam tentang sikap pemerintahan Belanda

dan sikap publik Belanda atas keinginan masuknya Turki ke Uni Eropa. Adapun

tingkat analisisnya, menurut Patrick Morgan yang dikutip dalam buku Mohtar

Masoed (1990), adalah individu, kelompok kepentingan, negara-bangsa,

kelompok negara-negara dalam suatu region, dan sistem global, yang menjadi

faktor penentu kebijakan Belanda terhadap Turki di Uni Eropa.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Faktor-faktor domestik apa saja yang mempengaruhi kebijakan luar negeri

Belanda terhadap keanggotaan Turki ke Uni Eropa pada tahun 2005?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini untuk mengetahui Faktor-faktor domestik apa

saja yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Belanda terhadap keanggotaan

Turki ke Uni Eropa dan juga sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh

gelar sarjana sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Manfaat penelitian skripsi ini sebagai tambahan informasi dalam bentuk

tulisan ilmiah mengenai Faktor-faktor domestik yang mempengaruhi kebijakan

luar negeri Belanda terhadap keanggotaan Turki ke Uni Eropa

Page 19: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

8

1.4. Tinjauan Pustaka

Beberapa literatur mengenai keinginan masuknya Turki ke Uni Eropa lebih

menekankan kepada sisi agama di negara tersebut, seperti literatur hasil karya E.J.

Zürcher dan H. van der Linden (2004), The European Union, Turkey, and Islam.

Didalam literatur tersebut membahas mengenai perbedaan agama diantara

masyarakat Eropa dan Turki. Literatur ini juga menjelaskan mengenai Islam yang

ada di Turki dan integrasinya terhadap Eropa. Dimana Turki yang menganut

paham sekularisme serta tinjauan dalam penerapan di negaranya dibandingkan

dengan kebiasaan dan integritas masyarakat Eropa.

Kekerasaan yang muncul di Turki juga menjadi salah satu bahasan yang

penting, dimana didalam literatur tersebut, Islam dikategorikan sebagai salah satu

penyebab terjadinya kekerasaan di Turki. Dan kekerasaan atau apapun yang

menyangkut dengan HAM, tidak sejalan dengan kriteria politik Copenhagen yang

menjadi basis dasar dari syarat keanggotaan dari negara-negara yang ingin masuk

kedalam Uni Eropa.

Adapun literatur lain seperti jurnal yang ditulis oleh Talip Kucukcan dan

Veyis Gungor, Image of Turkey and Perception of European Identity among Euro-

Turks in Holland (2009) lebih menekankan kepada gambaran mengenai imigran

Turki. Pembentukan kelompok masyarakat Turki menjadi kelompok tersendiri

tetapi tetap mengedepankan proses integrasi antara imigran Turki dengan

masyarakat Belanda. Segala bentuk dukungan dan bantuan yang diberikan

imigran Turki untuk pembangunan Belanda dilakukan atas dasar keinginan untuk

tetap tinggal di Belanda.

Page 20: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

9

Rusaknya penggambaran mengenai imigran Turki muncul ketika Belanda

mulai kedatangan imigran Turki yang memiliki pendidikan rendah serta perbedaan

mekanisme bentuk kehidupan antara di Belanda dengan di Turki. Kultur Belanda

memiliki aturan norma tersendiri yang tidak sama dengan imigran Turki yang

datang kemudian. Rusaknya gambaran mengenai imigran Turki bergeser menjadi

keburukan dari Islam Turki. Pergeseran gambaran imigran Turki ini berdampak

kepada kebijakan yang diambil pemerintahan Belanda terhadap imigran,

khususnya imigran Turki.

Dari uraian diatas, literatur tersebut membahas hanya dari segi perbedaan

agama antara Turki dan masyarakat Eropa secara umum serta perbedaan kultur

antara Turki dan Belanda. Skripsi ini ingin meneliti faktor lain yang lebih terpusat

dan mendalam. Bukan hanya Uni-Eropa, tetapi juga salah satu negara anggotanya,

Belanda, dimana Belanda bersikap kooperatif, tetapi dilain sisi mendapatkan

pandangan berbeda dari dalam negerinya.

1.5. Kerangka Teoritis

Dalam proses pembahasan mengenai faktor-faktor domestik yang

mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri Belanda terhadap Keanggotaan Turki di

Uni Eropa, dalam skripsi ini menggunakan konsep kebijakan luar negeri, analisa

tingkat negara dengan acuan sumber domestik kebijakan luar negeri, dan dengan

prespektif konstruktivisme. Menurut Andrew Morovscik (1993:159), kebijakan

luar negeri adalah upaya yang dilakukan suatu negara untuk mencapai

kepentingan nasionalnya berdasarkan pengaruh yang muncul dari dalam negeri

seperti identitas nasional, kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam negeri.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

10

Menurut Christopher Hill (2003:222) kebijakan luar negeri adalah

"Foreign policy is the sum of official external relations conducted by

independent actor (usually a state) in the international relations"

Artinya:

“Kebijakan luar negeri adalah hasil dari suatu hubungan luar negeri resmi

yang dibuat oleh aktor independen (biasanya negara) dalam hubungan

internasional”

Selanjutnya disebutkan Morovscik bahwa negara akan membuat kebijakan

luar negerinya berdasarkan kondisi dalam negeri. Sikap negara (state behavior)

tergantung pada hubungan yang saling mempengaruhi antara berbagai faktor di

dalam negara seperti institusi politik, konsepsi nasional dan kondisi sosial

ekonomi. Menciptakan kebijakan luar negeri yang sejalan dengan masukan (input)

yang didapat dari faktor-faktor tersebut sangat penting untuk menciptakan kondisi

domestik yang stabil dan saling mendukung satu sama lain (Morovscik,

1993:199).

Untuk membantu menganalisa faktor-faktor domestik apa sajakah yang

dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara, dalam skripsi ini juga

menggunakan prespektif konstruktivisme yang dalam pendekatannya berfokus

kepada interaksi sosial dari aktor atau agent didalam dunia politik (Griffiths,

Martin, Steven C. Roach, & M. Scott Solomon, 2009:123). Interaksi sosial

merupakan hal mendasar dalam hubungan antar manusia yang pada akhirnya akan

membentuk sebuah identitas, kepentingan, dan nilai seiring berjalannya waktu.

Identitas, kepentingan, dan nilai yang terbentuk atas interaksi sosial akan

Page 22: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

11

menciptakan sebuah fakta sosial karena merupakan sebuah hasil kesepakatan dari

interaksi sosial yang terjalin (Flockhart, 2012:83).

Menurut Alexander Wendt (2003:1), struktur yang terbentuk di masyarakat

merupakan hasil dari pemikiran atau ide secara bersama tanpa ada tekanan, dan

identitas serta kepentingan yang menjadi tujuan aktor-aktor negara merupakan

sebuah konstruksi dari hasil pemikiran bersama daripada sesuatu yang telah

diberikan secara alami. Adanya sebuah kesepakatan antar manusia didalam

masyarakat yang menciptakan gagasan mengenai jati diri masyarakat tersebut

tanpa adanya unsur keterpaksaan melainkan konstruksi sosial yang dibentuk

secara bersama.

Triane Flockhart (2012:85) berpendapat bahwa, aksi dari agent atau aktor

didalam politik internasional dipengaruhi oleh identitas dan juga mengakui adanya

hal-hal penting seperti, sejarah, budaya, politik, dan konteks sosial. Pemerintahan

sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan dan serta

kebijakan politik baik dalam maupun luar negeri dalam proses pengambilan

keputusannya berdasarkan kepada konstruksi sosial yang telah terbentuk. Struktur

(pemerintahan, institusi, dll) saling berhubungan secara positif (mutually

constituted) dengan aktor-aktor atau agent dalam politik (Flockhart, 2012:86).

Dalam bukunya international conflict Three level of analysis, David Singer

menjelaskan bahwa state level of analysis adalah upaya untuk menganalisa suatu

kebijakan luar negeri yang dipengaruhi oleh struktur dalam negeri seperti kondisi

politik domestik (Soltani, 2014:167). Ketika merumuskan kebijakan luar negeri,

suatu negara harus mempertimbangkan tidak hanya posisinya di sistem yang lebih

Page 23: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

12

besar seperti dunia internasional, namun juga mempertimbangkan aktor-aktor

dalam negeri yang berbeda di masing-masing negara. Kebijakan luar negeri suatu

negara tidak hanya merupakan sebuah pilihan atau keputusan satu individu,

melainkan sebuah hasil secara keseluruhan dari interaksi yang terjadi (Wendt,

2003:149).

Proses terbentuknya suatu kebijakan di negara Demokrasi adalah suatu

proses yang kompleks, sulit dan tidak selalu berjalan mulus (Rourke, 2009:89).

Hal ini disebabkan oleh karena banyaknya kepentingan yang muncul dari berbagai

aktor politik domestik untuk menentukan kebijakan mana yang akhirnya dibuat.

Namun, terciptanya sebuah kebijakan seharusnya merupakan sebuah kesepakatan

terhadap kesamaan pandangan terkait identitas dan ide bersama karena adanya

saling keterkaitan antara struktur dan aktor-aktor terkait (Wendt, 2003:156).

Diantara aktor-aktor domestik yang dapat mempengaruhi kebijakan luar

negeri adalah pemerintahan yang tengah menjabat (political executives), lembaga

legislatif, lawan politik (political opponent) kelompok kepentingan (interest

groups) dan opini publik (the peoples) (Rourke, 2009:82).

a. Pemerintahan yang tengah menjabat

Pemerintahan eksekutif (presiden, perdana menteri, dll) merupakan bagian

terpenting dalam proses pengambilan suatu keputusan atau kebijakan, terutama

dalam kebijakan keamanan dan luar negeri. Selain pemimpin pemerintahan,

eksekutif yang berpengaruh juga diantaranya adalah menteri luar negeri dan

menteri pertahanan. Namun di negara Demokrasi, pemerintahan yang menjabat

tidak bisa membuat kebijakannya sendiri melainkan harus mempertimbangkan

Page 24: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

13

masukan dari aktor negara yang lain.

b. Legislatif

Di negara demokratis, lembaga Legislatif memiliki peran yang besar

dalam pembuatan suatu kebijakan. Hal ini karena kewenangannya yang cukup

luas seperti membuat Undang-Undang, mengawasi kinerja pemerintah eksekutif

dan kewenangan lainnya. Dukungan dari lembaga legislatif sangat dibutuhkan

oleh pemerintah eksekutif karena suatu kebijakan akan lebih mudah

diimplementasikan jika kebijakan tersebut disetujui oleh Legislatif.

c. Kelompok kepentingan

Adalah suatu kelompok yang memiliki pandangan tertentu terhadap suatu

isu dan menekan pemerintah untuk mengadopsi pandangan tersebut. Biasanya,

kelompok kepentingan lebih banyak berperan aktif dalam pembuatan kebijakan

dalam negeri dari pada luar negeri. Diantara kelompok kepentingan adalah

cultural group seperti kelompok etnik, agama, ras dan kelompok kepentingan lain

yang memiliki kepentingan atas suatu isu tertentu. Selain cultural group,

kelompok kepentingan lain diantaranya adalah economic group, issue-oriented

group dan transnational interest groups.

d. Opini publik (public opinion)

Dalam negara Demokrasi opini publik memiliki pengaruh yang besar

dalam pembentukan suatu kebijakan (Everts & Isernia, 2001:65). Hal ini karena di

semua negara Demokrasi, pemerintahan yang menjabat dipilih melalui suatu

pemilihan umum yang secara langsung dipilih oleh rakyat. Karenanya, ada

pengaruh tidak langsung dari opini publik terhadap kebijakan yang dibuat melalui

Page 25: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

14

pemimpin yang dipilihnya. Meskipun tidak memiliki pengaruh langsung terhadap

proses pembentukan kebijakan, warga negara akan memilih pemimpin yang

memiliki kebijakan luar negeri yang sesuai dengan pandangannya.

Di pihak lain, pemerintah juga membutuhkan masukan dari warga negara

karena berbagai alasan. Pertama, public opinion adalah salah satu faktor utama

yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan luar negeri. Kedua, para

pembuat kebijakan percaya bahwa suatu kebijakan dapat lebih sukses diterapkan

jika didukung oleh warga negaranya dan ketiga, para pembuat kebijakan ini harus

berhati-hati dalam membuat kebijakannya karena dapat mempengaruhi suara yang

di dapat dalam pemilu mendatang jika mereka mengabaikan public opinion yang

mayoritas.

e. Lawan politik (political opponents)

Sesuai dengan penjelasan dalam bagian public opinion, lawan politik juga

dapat mempengaruhi kebijakan yang dibuat karena mempunyai kepentingan

politiknya sendiri.Pemerintahan harus berhati-hati dalam menghadapi lawan

politik ini karena mereka berusaha mencari kesempatan untuk mengambil suara

dari pemerintahan yang tengah menjabat untuk pemilu selanjutnya.

Teori dan konsep diatas diharapkan mampu membantu dalam menganalisa

faktor domestik apa saja yang mempegaruhi kebijakan luar negeri yang dibuat

oleh pemerintah Belanda tarhadap isu upaya masuknya Turki ke Uni Eropa.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang mengandung

pengertian bahwa dalam melakukan penelitian dalam Hubungan Internasional,

Page 26: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

15

seorang peneliti harus melihat permasalahan yang ada dan mengkaitkan

permasalahan itu dengan teori dalam Hubungan Internasional (Mas’oed,

1990:223). Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

studi pustaka.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui teknik penelitian kepustakaan (Library Resarch) yang berkaitan dengan

penggunaan data seperti buku, koran, jurnal, artikel dan bahan bacaan lainnya.

Untuk mendapatkan berbagai sumber dalam skripsi ini dilakukan melalui

pencarian data dengan kunjungan ke berbagai perpustakaan yang ada di Jakarta

seperti perpustakaan Universitas Indonesia dan perpustakaan nasional RI serta

melalui media teknologi.

Selanjutnya data yang telah dikumpulkan akan dibahas dengan

menggunakan teknik Pengumpulan data, yaitu penelitian kepustakaan yang

dilakukan guna mencari data dari berbagai referensi untuk kemudian data itu

dianalisis untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian (Nazir, 1998:54). Teknik

analisa data tersebut diharapkan dapat membantu penulisan skripsi ini mengenai

faktor-faktor domestik kebijakan luar negeri Belanda terhadap proposal

keanggotaan Turki ke Uni Eropa pada tahun 2005.

1.7. Sistematika Penulisan

Bab pertama skripsi ini membahas mengenai pernyataan masalah yang

berisikan perbedaan pandangan antara pemerintah Belanda dengan publik Belanda

terkait proposal Turki ke Uni Eropa, pertanyaan penelitian mengenai faktor-faktor

domestik apa saja yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Belanda terhadap

Page 27: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

16

proposal Turki ke Uni Eropa pada tahun 2005, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka pemikiran yang berdasarkan kepada konsep kebijakan

luar negeri dengan prespektif konstruktivis serta menggunakan analisa berdsarkan

sumber domestik kebijakan luar negeri di level negara, metode penelitian, serta

sistematika penulisan. Pada bab berikutnya dibahas mengenai sistem politik

Belanda dan sikap politiknya terhadap proposal Turki ke Uni Eropa yang mengacu

kepada poin-poin seperti, sistem pemerintahan Belanda, partai politik di Belanda,

prinsip kebijakan luar negeri Belanda, posisi Belanda di Uni Eropa, dan sikap

Belanda terhadap proposal keanggotaan Turki.

Bab ketiga dalam skripsi ini membahas proposal keanggotaan Turki ke Uni

Eropa dengan membahas mengenai perluasaan dan keanggotaan negara anggota

Uni Eropa pasca Maastricht Treaty, persyaratan untuk menjadi anggota Uni

Eropa, dan proposal Turki ke Uni Eropa yang membahas mengenai sejarah

proposal keanggotaan Turki serta upaya Turki untuk masuk ke Uni Eropa. Bab

keempat menganalisa faktor-faktor domestik yang mempengaruhi kebijakan luar

negeri Belanda terhadap proposal keanggotaan Turki ke Uni Eropa pada tahun

2005 dengan melihat dari pemerintahan yang tengah menjabat, pandangan partai

politik, kelompok kepentingan, serta opini publik dalam isu integrasi Turki. Dan

pada bab terakhir sebagai penutup yang berupa kesimpulan.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

17

BAB II

SISTEM POLITIK DAN SIKAP POLITIK BELANDA TERHADAP

PROPOSAL KEANGGOTAAN TURKI KE UNI EROPA

2.1. Sistem Pemerintahan Belanda

2.1.1. Sistem Pemerintahan

Secara geografis, Belanda merupakan negara yang relatif kecil dengan

tingkat kependudukan yang cukup padat. Di Barat dan Utara Belanda berbatasan

dengan samudera Atlantik, North Sea, di Timur berbatasan dengan negara industri,

Jerman, dan dibagian Selatan berbatasan dengan Belgia (Local Government in

The Netherlands, 2008:7). Sejak abad ke-17, Belanda merupakan salah satu dari

kekuatan ekonomi di dunia. Hal tersebut dikarenakan lokasi strategis yang

dimiliki Belanda, sehingga bukan sebuah kebetulan jika pasca Perang Dunia 2,

Belanda memiliki peranan aktif dalam pembentukan serta pendirian yang

sekarang dikenal dengan Uni Eropa (Local Government in The Netherlands,

2008:10).

Banyaknya industri dan agrikultur yang baik, membuat Belanda memiliki

tingkat produktivitas ekonomi yang tinggi. Belanda juga memiliki pendapatan per

kapita senilai USD 45.000, sehingga Belanda menjadi salah satu negara dengan

pendapatan per kapita tertinggi di dunia (http://amsterdam.info/netherlands).

Dengan pendapatan per kapita yang cukup besar tersebut, Belanda secara konstan

berhasil dalam membangun sistem kesejahteraan menyeluruh, baik pendidikan,

kesehatan, dan bahkan dana pensiun, dengan cara membuat efisiensi dalam

Page 29: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

18

pemerintahan (Ministry of Foreign Affairs of The Netherlands, 2013).

Sejak tahun 1815 saat kerajaan Belanda secara resmi dibentuk melalui

perkumpulan kekuatan besar Eropa melalui kongres yang dilaksanakan di Wina,

Belanda menggunakan sistem pemerintahan Monarki Konstitusional (Politics in

Netherlands, 2013:11). Kepemimpinan tertinggi pemerintahan Belanda berada

pada kekuasaan Raja atau Ratu Belanda, dengan peraturan yang diatur melalui

konstitusi.

Kekuasaan Raja atau Ratu Belanda mengalami perubahan melalui

amandemen pada konstitusi. Proses amandemen terbesar yang terjadi pada

konstitusi Belanda terjadi pada tahun 1848, dan amandemen terhadap konstitusi

Belanda pada saat itu menjadi penanda awal terciptanya Demokrasi Parlementer

yang ada di Belanda (Politics in Netherlands, 2013:11). Amandemen tersebut

dimaksudkan untuk menyeimbangkan kekuasaan eksekutif dengan parlemen serta

lembaga-lembaga hukum dan pemerintahan lainnya.

Gagasan mengenai penyeimbangan kekuasaan eksekutif dengan kekuasaan

parlemen dikenal dengan istilah konstitusionalisme (Constitutionalism). Menurut

Carl J. Fredrich dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik (Budiardjo, 2008:112),

Konstitusionalisme adalah:

“A set of activities organized and operated on behalf of the people but

subject to a series of restraints which attempt to ensure that the power which is

needed for such governance is not abused by those who are called upon to do the

govering”

Page 30: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

19

Artinya:

“Suatu kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi

yang tunduk kepada beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberi jaminan

bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan tidak disalahgunakan oleh

mereka yang mendapat tugas untuk memerintah”.

Pembatasan kekuasaan tersebut dimaksudkan agar sistem pemerintahan yg

berjalan tidak bertindak sewenang-wenang. Monarki Belanda tetap merupakan

anggota resmi dari pemerintahan hal tersebut tertulis dalam Konstitusi Belanda

tetapi tidak memiliki kewajiban politik. Pada artikel 42 dalam Konstitusi Belanda

disebutkan bahwa, 1. Pemerintahan terdiri dari Raja dan para Menteri. 2. Para

Menteri, dan bukan Raja, bertanggung jawab atas berjalannya pemerintahan

(Politics in Netherlands, 2013:12). Hal ini menjadikan Parlemen sebagai badan

tertinggi di Belanda, yang bahkan Raja atau Ratu Belanda, menjadi subordinate

parlemen.

Pada dasarnya, sebuah kekuasaan merupakan tugas yang diberikan atas

unsur kepercayaan oleh satu orang atau kelompok, kepada orang tertentu yang

diberikan kewenangan untuk membawa kelompok tersebut menjadi lebih baik.

Monarki Konstitusional yang ada di Belanda, sebelumnya disebutkan untuk

mencegah terjadinya kesewenang-wenangan, seperti pemikiran Lord Acton,

seorang ahli sejarah Inggris menyatakan, “Power tends to corrupt, but absolute

power corrupts absolutely”, yang artinya “kekuasaan cenderung disalahgunakan,

tetapi, kekuasaan tak terbatas pasti akan disalahgunakan secara tak terbatas”

(Budiardjo, 2008:107).

Page 31: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

20

Dengan Demokrasi Parlementer atau Konstitusional, hal tersebut bisa

diminimalisir, karena amandemen yang terjadi di Belanda pada tahun 1848

bertujuan untuk mencegah hal tersebut, dan lebih bertujuan untuk

mensejahterakan masyarakat. Menurut Talcott Parson, kekuasaan adalah

kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat,

oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif (Budiardjo,

2008:63).

Dengan kekuasaan yang lebih mengarah kepada kepentingan masyarakat

atau Demokrasi, Belanda berusaha menjamin adanya hak-hak yang tetap dimiliki

masyarakat tanpa campur tangan dari pemerintah dan meminimalisir terjadinya

perusakan kekuasaan oleh penguasa. Dengan menggunakan sistem Rules of Law

yang menjamin supremasi hukum atas hak-hak warga negaranya.

2.1.2. Konstitusi

Pada tahun 1815 ketika Kerajaan Belanda berdiri untuk pertama kalinya

dan juga munculnya konstitusi serta adanya Parlemen Belanda (States General),

dengan adanya permintaan dari bagian selatan Belanda (pada era modern,

kebanyakan pada akhirnya menjadi Belgia), didirikan dua lembaga perwakilan,

yang pertama adalah Senat, yang dipilih oleh Raja Belanda, dan yang kedua

adalah Dewan Perwakilan yang dipilih oleh orang-orang kaya di Belanda (The

Binnenhof, 2013:14).

Meskipun sudah ada Dewan Perwakilan Rakyat, proses pemilihan untuk

perwakilan rakyat tersebut dinilai kurang mewakili karena hanya dipilih oleh

kalangan atas, di Kerajaan Belanda. Namun kemudian, pada 1848, dengan melihat

Page 32: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

21

fenomena yang terjadi di masyarakat, Menteri Kerajaan Belanda, Johan Rudolph

Thorbecke, merancang kembali konstitusi Belanda dengan amandemen sehingga

mengurangi pengaruh politik Raja Belanda (Michels, 2007:8). Langkah yang

diambil oleh Thorbecke menjadi sebuah langkah penting dalam sistem

perpolitikan serta sistem parlemen Belanda. Dengan melakukan hal tersebut,

Thorbecke membuat sebuah gebrakan baru dalam perkembangan sistem

demokrasi di Belanda yang bertahan sampai sekarang.

Prinsip konstitusi yang digunakan oleh parlemen Belanda berdasarkan

kepada Konstitusi Belanda. Konstitusi tersebut berisikan mengenai aturan-aturan

kewarganegaraan, aturan dalam hak memilih, aturan Kotamadya, dan aturan untuk

Provinsi yang ada di Belanda. Politik fundamental dan hak sosial masyarakat

Belanda tertuang pada bagian pertama dari Konstitusi Belanda. Pada Artikel 1

disebutkan bahwa:

“All persons in the Netherlands shall be treated equally in equal cases.

Discrimination on the grounds of religion, philosophy of life, political persuasion,

race, sex or any other ground is not permitted” (The Dutch Political System in

Nutshell, 2008:10).

Artinya:

“Setiap orang di negara Belanda harus diperlakukan setara dalam segala

bentuk. Diskriminasi terhadap hal yang berkaitan dengan agama, tata cara

pandangan hidup, pandangan politik, ras, perbedaan gender atau yang lainnya

tidak diperkenankan”.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

22

Dengan demikian pemerintahan Belanda memberikan kebebasan dalam

menjalankan kehidupan masyarakatnya. Kebebasan beragama, kebebasan

berekspresi, hak untuk memilih dan dipilih, kebebasan pers, kebebasan berkumpul

dan berserikat, hak atas kebebasan pribadi, hak atas kepemilikan dan yang

terpenting hak untuk merdeka, meskipun kedua hak terakhir bisa dicabut melalui

pengadilan (The Dutch Political System in Nutshell, 2008:11).

Kebebasan yang didapat oleh warga negara Belanda tersebut merupakan

hak-hak perorangan yang tidak dapat diganggu gugat. Hal tersebut adalah Rules of

Law yang dijlankan oleh pemerintahan Belanda. Dikemukakan bahwa syarat-

syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah

Rules of Law (Budiardjo, 2008:116) adalah:

a. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa, konstitusi, selain

menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara

prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang

dijamin.

b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and

impartial tribunals).

c. Pemilihan umum yang bebas.

d. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.

e. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.

f. Pendidikan kewarganegaraan (civil education).

Page 34: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

23

2.1.3. Lembaga pemerintahan

Sejak tahun 1918, setiap warga negara Belanda berhak memilih dan dipilih

dalam lingkup Parlemen (Lower House), Dewan Provinsi, Dewan Kotamadya,

dan sejak tahun 1979, berhak atas Parlmen Eropa (European Parliament) (Local

Government in The Netherlands, 2008:16). Dewan perwakilan yang dipilih oleh

warga negara Belanda berdasarkan kepada sistem representasi yang telah

ditetapkan oleh konstitusi.

Sebagai wakil dari masyarakat, diharapkan Dewan Perwakilan mewakili

suara rakyat Belanda. Tercantum dalam UU Belanda artikel 50 (Grondwet, 2008)

bahwa Parlemen harus mewakili seluruh masyarakat Belanda. Parlemen (States

General) yang ada di Belanda dibagi menjadi dua, Upper House (Eerste Kamer)

dan Lower House (Tweede Kamer). Lower House memiliki total 150 anggota di

parlemen, sedangkan Upper House hanya memiliki 75 anggota (Summary of

Statutory Regulations, 2008:9).

Lower House (Tweede Kamer)

“Lower House shall consist of one hundred and fifty members”

(Grondwet, 2008). Lower House dipilih langsung oleh publik Belanda yang

memiliki hak pilih yang sah. Artikel 54 UU Belanda menyatakan mengenai

pemilih yang sah adalah,

1. “The member of Lower House shall be elected directly by Dutch

nationals who attained the age of eighteen, with the exception of any Dutch

nationals who may be excluded by act of Parliement by virtue of the fact they are

not resident in the Netherlands”

Page 35: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

24

2. “Anyone who has commited an offence designated by Act of Parliement

and has been sentenced as a result by a final and conclusive judgement of a court

of law to a custodial sentence of not less than one year and simultaneously

disqualified from voting, shall not be entitled to vote” (Grondwet, 2008).

Lower House memiliki 150 anggota yang dipilih langsung oleh masyarakat

Belanda yang memiliki hak pilih yang sah, dan memiliki masa jabatan selama

empat tahun, terkecuali jika parlemen mengalami kejatuhan yang kemudian

diharuskan melakukan pemilihan ulang (The Dutch Political System in Nutshell,

2008:31).

Lower House atau House of Representatives memiliki peranan yang lebih

besar dibandingkan dengan Upper House atau Senat. Tugas utama dari Lower

House adalah membantu dalam pembuatan undang-undang dan memastikan

pemerintah menjalankan tugasnya dengan tepat (Tweede Kamer, 2013:4). dengan

demikian rancanan undang-undang yang diajukan oleh pemerintah hanya bisa di

setujui oleh Lower House, dan Lower House berhak untuk melakukan amandemen

terhadap RUU ataupun UU yang berlaku (The Dutch Political System in Nutshell,

2008:33).

Upper House (Eerste Kamer)

Anggota dari Senat atau Upper House dipilih oleh anggota Dewan

Provonsi tak lebih dari tiga bulan setelah pemilihan Dewan Provinsi (Politics in

The Netherlands, 2013:34). Pemilihan terhadap Senat pada awalnya dilakukan

oleh Raja Belanda, tetapi setelah amandemen yang dilakukan Thorbecke pada

tahun 1848, merubah cara pemilihan Senat menjadi berada ditangan Dewan

Page 36: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

25

Provinsi. Dewan Provinsi dipilih dalam waktu empat tahun sekali, berbarengan

dengan pemilihan Lower House. Upper House atau Senat, dipilih secara tidak

langsung oleh anggota Dewan Provinsi (Tweede Kamer, 2013:5).

Meskipun Upper House tidak memiliki tugas sebesar Lower House, Upper

House memiliki kontribusi penting dalam pengesahan UU yang di ajukan

pemerintah atau pengesahan dalam amandemen yang diajukan oleh Lower House.

Upper House juga memiliki tempat khusus dalam pemerintahan Belanda dan

memiliki fungsi prinsip dalam memberikan opini secara menyeluruh terhadap

RUU pada akhir proses yang dilakukan legislatif (Eerste Kamer der Staten-

Generaal, 2009:6). Meskipun tidak dapat melakukan amandemen terhadap UU,

Upper House memiliki hak yang cukup vital dalam UU, yaitu mengesahkan atau

membatalkan.

Namun demikian, sebelum Upper House melakukan pengesahan atau

penolakan terhadap UU, ada proses yang harus dicapai, yaitu “nouvelle”. Meski

Upper House tidak memiliki hak amandemen seperti Lower House, Upper House

masih bisa memberikan tekanan kepada perintah dengan mengkritisi secara

beralasan mengenai UU yang diajukan, dan proses ini dinamakan “nouvelle”

(Eerste Kamer der Staten-Generaal, 2009:8). Pemerintah yang mengajukan UU

atau Lower House yang ingin mengamandemen UU diharuskan memberikan

alasan yang konkrit kepada Upper House, sehingga permintaan dalam UU yang

diajukan menjadi pertimbangan bagi Upper House untuk mengesahkan atau tidak.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

26

The Government

Berdasarkan kepada Konstitusi Belanda, The Government atau

pemerintahan Belanda terdiri dari Raja dan para Menteri. Ketika Raja berasal dari

garis keturunan Raja William I, Pangeran Orange-Nassau, maka lain halnya

dengan para menteri. Para menteri ditunjuk atau diberhentikan langsung oleh

Raja. Hal tersebut tercantum dalam Konstitusi Belanda chapter 2 artikel 43, yang

berisi,

“The Prime Minister and the other Ministers shall be appointed and

dismissed by Royal decree” (Grondwet, 2008).

Artinya

“Perdana Menteri dan para Menteri lainnya ditunjuk dan diberhentikan

oleh keputusan (titah) kerajaan”.

Tugas dan tanggung jawab para menteri ini tidak hanya tugas mengenai

kementerian, tetapi juga mengenai tindakan dan perkataan yang dilakukan oleh

Raja dan anggota kerajaan. Bisa dikatakan bahwa, menurut Konstitusi, Raja tidak

memiliki kewenangan dalam masalah politik karena hal tersebut dijalankan oleh

Perdana Menteri dan jajaran menteri lainnya. Perintah juga memiliki para

sekertaris negara yang mendampingi para menteri. Sekertaris negara ini memiliki

tugas yang lebih spesifik, biasanya berkaitan langsung dengan parlemen (Politics

in The Netherlands, 2013:65). Perdana Menteri, jajaran menteri, dan jajaran

sekertaris negara inilah yang disebut sebagai kabinet pemerintahan di Belanda

yang bertugas menjalankan pemerintahan Belanda dan bertanggung jawab atas

segala aksinya di dan dalam pemerintahan.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

27

2.2. Partai Politik di Belanda

Kemunculan partai politik pertama di Belanda terjadi pada pertengahan

abad ke-19. Partai politik di Belanda muncul dengan tujuan untuk mewakili

pandangan masyarakat terhadap skema politik yang ada di Belanda.

1. Christian Democratic Appeal

Christian Democratic Appeal atau Christen Democratish Appèl (CDA)

terbentuk dari penggabungan tiga partai pertama yang ada di Belanda. Pertama

adalah Anti-Revolutinary Party (ARP), The Reformed Protestan Church, dan

Roman Catholic Party. CDA memiliki empat prinsip utama yang menjadi

pedoman dasar, yaitu, keadilan, saling berbagi tanggung jawab atas pemerintahan

dan masyarakat, solidaritas, serta pelayanan (saling berbagi tanggung jawab atas

lingkungan dan kultur) (Politics in The Netherlands, 2013:20). CDA merupakan

partai besar yang ada di Belanda serta memiliki tujuan untuk saling berbagi dalam

hal apapun. CDA berpedoman erat kepada Injil (Bible), sehingga dapat dengan

mudah berintegrasi dengan masyarakat Belanda.

2. The Labour Party

The Labour Party atau Partij van de Arbeid (PvdA) merupakan partai

dengan pandangan mengenai solidaritas, yang lebih spesifik mengenai masyarakat

yang tidak memiliki posisi menguntungkan di masyarakat, bertujuan untuk

membela kelas pekerja yang ada di Belanda (Politics in The Netherlands,

2013:20). PvdA pada awalnya berusaha masuk ke segmen masyarakat secara

menyeluruh, baik lapisan masyarakat yang memiliki pandangan sekuler maupun

agamis. Namun demikian, hal tersebut gagal dilakukan, dan dengan kegagalan

Page 39: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

28

tersebut, PvdA lebih memilih untuk berusaha memberikan gambaran mengenai

partainya secara bertahap, sehingga asumsi mengenai partai buruh yang agak ke-

kiri-an bisa memudar.

3. People’s Party for Freedom and Democracy

People’s Party for Freedom and Democracy atau Volkspartij voor Vrijheid

en Democratie (VVD) bergerak atas dasar pergerakan Dutch Liberal (Politics in

The Netherlands, 2013:21). Awalnya para Liberal menolak mendirikan partai.

Tetapi kemudian, karena mulai merebaknya berbagai kejadian yang ada di

Belanda, para Liberal ini memutuskan untuk membuat partai agar dapat mengawal

kebebasan yang ada di Belanda. Pandangan serta tujuan VVD adalah untuk

membatasi intervensi pemerintah dalam hal yang berkaitan dengan sosial dan

ekonomi. VVD juga senantiasa mengingatkan dan mengedepankan isu mengenai

hak kebebasan tiap individu di Belanda menjadi tujuan utamanya yang mengacu

kepada Konstitusi Belanda.

Ketiga partai tersebut adalah partai terbesar yang ada di Belanda. Masih

ada partai-partai lain yang muncul beriringan setelah itu. Sebut saja Socialist

Party (SP) yang kemudian menjadi rival dari PvdA. SP memiliki pandangan yang

berbeda dengan partai-partai lainnya dan mencanangkan isu tempat tinggal dan

kesehatan sebagai isu penting. Ada pula partai lain seperti, The Party Green Left

yang merupakan hasil peleburan partai-partai kecil di Belanda. Partai ini berisikan

orang-orang berideologi Pacifist, Katolik radikal, Evangelist, dan Komunis.

Kemudian partai Democrat 66 (D66) yang lebih mengarah kepada pandangan

serta pemikiran sosial dan liberal. Muncul partai yang bertujuan untuk

Page 40: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

29

menghentikan imigrasi dan melakukan penentangan terhadap Islam, yaitu

Freedom Party (PVV), dipimpin oleh poitikus kontroversi, Geert Wilders, yang

senantiasa melancarkan berbagai kritikan terhadap Islam. Dan yang terakhir

adalah Party of the Animals (PvdD) yang bertujuan untuk mensejahterakan serta

melindungi hak hewan atau binatang (The Dutch Political System in Nutshell,

2008:14).

2.3. Prinsip Kebijakan Luar Negeri Belanda

Prinsip kebijakan luar negeri Belanda berasaskan kepada tiga hal, yaitu

kebijakan mengenai keamanan dan HAM, unifikasi Uni Eropa atau integrasi Uni

Eropa, serta bantuan untuk pembangunan kepada negara-negara berkembang

(Baehr, 1980:223). Sudah dalam kurun waktu yang lama Belanda melakukan

serangkaian aksi dalam mepromosikan sistem internasional yang stabil.

Mempromosikan Hak Asasi Manusia keseluruh dunia juga merupakan hal yang

telah dilakukan Belanda, seperti penentangan terhadap terorisme, diskriminasi dan

lainnya.

Proteksi atas kehidupan manusia serta memberikan jaminan secara utuh,

adalah merupakan HAM yang relevan bagi setiap orang di dunia. Salah satu cara

Belanda menjalankan prinsip kebijakan luar negerinya adalah dengan bantuan dari

The Center for International Legal Cooperation (CILC). CILC merupakan

organisasi non-profit yang membantu Belanda dalam memberikan perkembangan

serta menjalankan prinsip kebijakan LN Belanda (Annual Report 2007:6).

Selain itu Belanda juga memiliki agenda mengenai bantuan kepada negara-

negara berkembang. Dalam hal ini pemerintahan Belanda membentuk sebuah

Page 41: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

30

lembaga yang bertanggung jawab atas hal tersebut, yaitu Official Development

Assistance (ODA). Fokus dari ODA adalah menjadi donatur bagi negara-negara

miskin. Belanda akan selalu bersama negara termiskin (Considerations on ODA,

2013). Maksud dari perkataan tersebut menjurus kepada perhatian Belanda secara

khusus terhadap negara-negara berkembang atau bahkan negara-negara miskin.

Belanda akan terus berjuang melawan kemiskinan dan menciptakan kesetaraan

menyeluruh bagi setiap masyarakat di dunia.

Ketiga, mengenai unifikasi serta integrasi Uni Eropa, Belanda memiliki

tanggung jawab terhadap kestabilan serta selalu memberikan dukungannya secara

penuh terhadap Uni Eropa. Dukungan Belanda ini tercermin dari sikap serta aksi

politiknya dengan cara melalui lembaga-lembaga yang ada dan atau bekerjasama

dengan Uni Eropa. Sebut saja, NATO, Lembaga Ekonomi Eropa, dan bahkan

sampai pengembangan terhadap Rules of Law bagi negara-negara yang sedang

mengalami krisis internal atau eksternal serta negara-negara yang menginginkan

masuk ke Uni Eropa, tetapi masih memiliki permasalahan pada sektor tersebut,

yang dinamakan dengan Program Matra.

2.4. Posisi Belanda di Uni Eropa

Secara historis, Belanda merupakan salah satu pendiri Uni Eropa bersama

dengan Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Luxemburg (http://europa.eu). Meskipun

Belanda tidak sebesar Jerman atau Perancis, Belanda memiliki pengaruh yang

cukup signifikan dalam hal ide dan pemikiran terhadap Uni Eropa, baik dari segi

pembuat perundang-undangan Uni Eropa. Belanda juga merupakan salah satu

kekuatan ekonomi besar di dunia. Belanda juga merupakan pemberi sumbangan

Page 42: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

31

terbesar untuk Uni Eropa. Dasar dari pengaruh Belanda di Uni Eropa, ditunjukan

dengan keseriusan Belanda terhadap Uni Eropa, dengan menjadikan Uni Eropa

sebagai salah satu dasar prinsip dari kebijakan politik luar negeri Belanda.

Berdasarkan hasil keputusan dari pertemuan Uni Eropa di Kopenhagen

pada tahun 2002, bahwa proses masuknya Turki akan dilakukan kembali, dan jika

pada Desember 2004 Turki memenuhi kriteria yang diajukan, Uni Eropa akan

membuka accession negotiations terhadap Turki tanpa adanya penundaan

(Council of European Union, 2003). Hasil tersebut sebenarnya sejalan dengan

keinginan pemerintah Belanda yang menginginkan Turki menjadi anggota dari

Uni Eropa.

Ada sebuah keuntungan sekaligus hambatan bagi Belanda, yaitu, pada

tahun 2004, kepresidenan Uni Eropa di jabat oleh Belanda. Terjadi sedikit

keraguan atau bahkan ketidakjelasan atas apa yang akan dilakukan Belanda

mengenai langkah dalam membawa Turki ke Uni Eropa (Hollander, 2007:17).

Meskipun demikian, ada keinginan Belanda yang lain, yaitu mensuksekan proses

kepemimpinan Belanda hingga akhir.

Pada masa Belanda sebagai pemimpin Uni Eropa (pada tahun 2004),

Belanda semaksimal mungkin menjadi mediator atas pre-accession Turki. Hal

tersebut ditunjukan dari sikap yang dilakukan oleh Perdana Menteri Belanda, Jan

Peter Balkenende, dan Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bot meyakinkan

negara-negara Uni Eropa lainnya untuk meloloskan Turki menjadi anggota tetap

Uni Eropa. Bisa dikatakan bahwa, pemerintah Belanda sebagai “penyambung

lidah” antara Uni Eropa dan Turki.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

32

2.5. Sikap Belanda Terhadap Proposal Keanggotaan Turki

Salah satu dari prinsip kebijakan luar negeri Belanda adalah mengenai Uni

Eropa. Baik mengenai penyatuan hingga perluasaan (enlargment) adalah sebuah

perhatian khusus yang diberikan Belanda terhadap Uni Eropa. Kerjasama antara

Belanda dan Turki merupakan kerjasama yang sudah melalui waktu yang cukup

panjang. Pada 2012, kerjasama Belanda dan Turki sudah memasuki tahun ke-400

(Netherlands Ministry of Foreign Affairs, 2012) dalam hal ini ditunjukan dengan

kedekatan Belanda terhadap Turki. Keinginan Turki untuk masuk ke Uni Eropa

dibantu oleh Belanda. Ketika Uni Eropa mempertanyakan mengenai HAM yang

ada di Turki, Belanda pun berupaya dalam membantu prosesi penyelarasan Hak

Asasi Manusia yang ada di Turki dengan bantuan yang diberikan pemerintah

Belanda melalui program Matra (http://government.nl/issues/matra).

Dengan bantuan yang diberikan Belanda terhadap Turki, bertujuan agar

Turki dengan secepatnya menjadi anggota Uni Eropa. Penantian panjang Turki

untuk menjadi anggota Uni Eropa mulai tercerahkan dibawah kendali Belanda.

Namun demikian, Belanda berusaha berupaya profesional. Meski memberikan

perhatian lebih atas Turki, tetapi Belanda juga berusaha menjadi figur yang

mencerminkan Uni Eropa secara keseluruhan dikarenakan tugas yang diembannya

tersebut. Pemerintah Belanda selalu percaya mengenai besarnya Turki, mampu

menjadi keuntungan tersendiri bagi Uni Eropa. Bisa dikatakan, menurut Belanda,

Uni Eropa akan sempurna jika benar-benar mengabaikan perbedaan Uni Eropa

dengan Turki.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

33

BAB III

PROPOSAL KEANGGOTAAN TURKI DI UNI EROPA

3.1. Perluasan dan Keanggotaan Negara Anggota Uni Eropa Pasca

Maastricht Treaty

Uni Eropa terbentuk resmi pada tahun 1992 ketika para negara anggota

menyetujui Perjanjian Maastricht atau Maastricht Treaty yang menandakan

perubahan European Community menjadi Uni Eropa. Perjanjian ini antara lain

mengatur kebijakan mata uang tunggal, yaitu, Euro sebagai satu-satunya mata

uang bagi negara-negara Uni Eropa.

Perjanjian ini juga mengatur mengenai perjanjian kerjasama negara-negara

Uni Eropa di bidang pendidikan seperti pembentukan Erasmus dan pemberian

wewenang yang lebih besar kepada pemerintahan Eropa seperti Parlemen Eropa,

Mahkamah Eropa, Badan Pemeriksa Keuangan Eropa dan Komisi Ekonomi dan

Sosial Eropa. Perjanjian kerjasama yang terbentuk selanjutnya seperti Amsterdam

Treaty (1997), Nice Treaty (2000) dan Lisbon Treaty (2007) merupakan

pengaturan teknis yang menyempurnakan perjanjian yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam Maastricht Treaty (Treaty of Maastricht, 2010).

Tabel III.1

Perjanjian Penting dalam Sejarah Uni Eropa

Tahun Perjanjian Pembahasan utama

1952 Perjanjian Paris

(Paris treaty)

Mengatur tentang produksi batu bara dan

besi antara masing-masing negara anggota.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

34

1957 Perjanjian Roma

(Rome Treaty)

Merencanakan terbentuknya pasar bersama

dan tercapainya perjanjian untuk

menghilangkan tarif imasuk untuk barang-

barang yang diproduksi oleh negara anggota.

1985 Perjanjian Schangen

(Schengen agreement)

Penghapusan kontrol di perbatasan antar

negara dan kebijakan visa tunggal

1987 Single European Act Penghapusan biaya perpindahan bagi orang,

barang, servis maupun modal di antara

negara anggota.

1992 Perjanjian Maastricht

(Maastricht Treaty)

Tercapainya kesepakatan penyatuan (union)

dalam tiga hal

Ekonomi berlakunya mata uang tunggal

(Euro)

Politik perubahan nama dari European

Community menjadi European Union

Keamanan dan kebijakan di dalam UE

pembentukan pilar dan struktur Uni Eropa

Sumber Christiansen, important events in the history of the EU. 2001

Secara geografis, negara-negara Uni Eropa terletak di benua Eropa.

Namun tidak semua negara yang terletak di Benua Eropa merupakan anggota dari

Uni Eropa. Beberapa negara di sebelah Timur Eropa seperti Rusia, Ukraina dan

Belarusia bukan anggota Uni Eropa. Sedangkan 19 dari ke-27 negara anggota Uni

Eropa yang terletak di Eropa Barat memiliki letak yang berdekatan sehingga

hanya dibatasi oleh perbatasan darat. Negara-negara Uni Eropa meliputi 66.000

km garis pantai yang meliputi Laut Atlantik, Laut Meditterania, Laut Hitam dan

laut Baltik. Sedangkan dataran tinggi yang terletak di Uni Eropa adalah Gunung

Alpen, Gunung Carpathian, gunung Balkan dan Gunung Skandinavia dengan titik

tertinggi adalah Mont Blanc di Swiss (let’s explore Europe!, 2008:5).

Perluasan Uni Eropa di mulai dengan bergabungnya sembilan negara ke

Uni Eropa yaitu Inggris, Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Spanyol Austria,

Page 46: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

35

Finlandia dan Swedia. Peristiwa diruntuhkannya tembok Berlin yang

melambangkan penyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur pada tahun 1990 juga

menjadi peristiwa penting dalam sejarah perkembangan Uni Eropa. Peristiwa ini

menandakan berakhirnya kontrol Uni Soviet di Eropa sehingga memunculkan

gelombang demokratisasi di negara-negara Eropa yang sebelumnya Komunis

(Christiansen, 2001:496).

Uni Eropa pun menerima banyak negara yang sebelumnya merupakan

bekas Komunis untuk ikut bergabung dengan Uni Eropa seperti Bulgaria,

Polandia, Rep. Ceko, Slovenia, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Slovakia dan

Rumania, Cyprus dan Malta. Dengan perkembangan ini, maka Uni Eropa

beranggotakan 27 negara yang terdiri dari bagian timur, tengah dan barat Eropa.

Pada tahun 2013, Kroasia menjadi anggota terbaru Uni-Eropa, sekaligus

menjadi negara ke-28, yang disetujui pada 1 Juli 2013 (European Commission,

2013). Kroasia pertama kali mengajukan proposal keanggotaan pada tahun 2003.

Selama proses sejak pengajuan hingga diterimanya keanggotaan Kroasia secara

resmi, pada tahun 2011 Uni Eropa melakukan penilaian tentang kondisi Kroasia.

Hal ini diperlukan karena Kroasia harus memenuhi kriteria Kopenhagen yang

menjadi syarat utama keanggotaan Uni Eropa. Dengan masuknya Kroasia pada

2013, maka negara ini menjadi negara bekas Yugoslavia kedua yang menjadi

anggota Uni Eropa setelah Slovenia di tahun 2004 (Europa, 2013).

Page 47: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

36

Tabel III.2

Daftar Nama Negara-Negara Anggota Uni Eropa

No. Negara Tahun masuk

1 Netherlands 1953

2 Germany 1953

3 France 1953

4 Italy 1953

5 Belgium 1953

6 Luxembourg 1953

7 United Kingdom 1973

8 Denmark 1973

9 Ireland 1973

10 Greece 1981

11 Portugal 1986

12 Spain 1986

13 Swedan 1995

14 Austria 1995

15 Finland 1995

16 Cyprus 2004

17 Czech Republic 2004

18 Estonia 2004

19 Hungary 2004

20 Latvia 2004

21 Lithuania 2004

22 Malta 2004

23 Poland 2004

24 Slovakia 2004

25 Slovenia 2004

26 Bulgaria 2007

27 Romania 2007

28 Croatia 2013

Sumber Europa.eu, list of member countries. http//europa.eu/about-eu/countries/

Selain ke-28 negara yang sudah disebutkan diatas, Uni Eropa juga tengah

memproses proposal keanggotaan yang diajukan oleh negara-negara ex-

Yugoslavia seperti Albania, Bosnia Herzegovina, Macedonia, Kosovo,

Montenegro, Serbia, serta dua negara non-Balkan yaitu Turki dan Islandia.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

37

3.2. Persyaratan untuk Menjadi Anggota Uni Eropa

Pada bulan Juni 1993 Uni Eropa mengadakan Sidang Dewan Eropa di

Kopenhagen, pada sidang tersebut Dewan Eropa memutuskan bahwa negara-

negara di Eropa Tengah maupun Eropa Timur yang ingin menjadi anggota Uni

Eropa dapat diproses serta menjadi anggota Uni Eropa. Status keanggotaan Uni

Eropa akan diberikan jika negara yang ingin bergabung menjadi anggota Uni

Eropa mampu memenuhi beberapa kriteria baik Ekonomi maupun Politik. Kriteria

tersebut dicantumkan dalam Kriteria Kopenhagen, yang dideklarasikan pada

Sidang Dewan Eropa Juni 1993.

Dalam Kriteria Kopenhagen, disebutkan beberapa kriteria yang harus

dipenuhi jika suatu negara ingin menjadi anggota Uni Eropa (European

Comission, 1998). Adapun bunyi Kriteria Kopenhagen ini adalah

“Membership requires that the candidate country”

a. “Has achieved stability of institution guarenting Democracy, the

rule of law, human rights and respects for and protection of

minority”

b. “The existence of a functioning market economy as well as the

capacity to cope with competitive pressures and market forces

within the Union”

c. “Has the ability to take on the obligations of membership including

adherence to the aim of political, economic and monetary union.”

Negara calon anggota harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. “Telah mencapai stabilitas pemerintahan yang demokratis,

Page 49: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

38

berjalannya aturan hukum dan penghormatan terhadap HAM

serta perlindungan kepada kaum minoritas”

b. “Ekonomi pasar yang berfungsi dengan baik serta kemampuan

negara dalam menghadapi tekanan dan kekuatan pasar yang

kompetitif di dalam Uni Eropa”.

c. “Memiliki kemampuan dan komitmen dalam rangka pencapaian

tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi dan moneter”.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keanggotaan Uni Eropa

diberikan ketika suatu negara telah memenuhi tiga kriteria, yaitu kriteria politik,

ekonomi dan kriteria untuk memiliki visi yang sama dengan Uni Eropa dalam

pencapaian cita-cita bersama. Kriteria-kriteria tersebut akan dibahas lebih lanjut

dalam penjabaran berikut ini (Communication from The Commission to The

European Parliament and The Council, 2009-2010:3):

a. Kriteria Politik

Dalam laporan yang diberikan oleh Komisi Eropa ke Parlemen dan dewan

Eropa (Communication from The Commission to The European Parliament and

The Council, 2009-2010:6), di jelaskan bahwa kriteria politik bagi negara calon

anggota Uni Eropa mengharuskan negara tersebut telah mencapai suatu tingkat

institusi kenegaraan yang stabil serta dapat menjamin berjalannya pemerintahan

secara demokratis dan terlaksananya aturan-aturan hukum dan menjaga

kehormatan serta perlindungan terhadap kaum minoritas.

Sejak pengajuan proposal keanggotaan Turki ke Uni Eropa pada tahun

1959, Turki mengalami berbagai macam instabilitas politik seperti kudeta yang

Page 50: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

39

dilancarkan oleh elit militer (1960, 1971 dan 1980), invasi ke Cyprus Utara pada

tahun 1974 dan peperangan dengan Kurdistan Worker’s Party (PKK), kelompok

separatisme suku Kurdi yang ingin memisahkan diri dari Turki. Operasi militer

yang dilancarkan oleh tentara Turki ini melibatkan hingga 45 ribu tentara dan

menyebabkan 15 ribu suku Kurdi kehilangan tempat tinggalnya dan menjadi

pengungsi di Irak (Turkey Timeline, 2012).

Negara-negara yang menginginkan menjadi anggota Uni Eropa, terutama

Turki, diharapkan tidak hanya mengakui prinsip Demokrasi dan aturan hukum

yang berlaku, tetapi juga harus mempraktekkan prinsip-prinsip tersebut kedalam

kehidupan sehari-hari baik dalam bernegara maupun dalam ranah sosial

masyarakat. Negara calon anggota juga harus menjamin bahwa lembaga-lembaga

negara yang ada bisa beroperasi dengan stabil. Dengan adanya stabilitas dalam

lembaga-lembaga otoritas publik seperti kehakiman, keamanan dan pemerintahan

lokal, maka nilai-nilai Demokrasi dapat diterapkan.

Selain kehidupan yang demokratis, kriteria Kopenhagen juga menekankan

terhadap penghormatan atas kaum minoritas. Penghormatan ini merupakan salah

satu hal yang wajib dipenuhi dalam pemenuhan kriteria untuk menjadi anggota

Uni Eropa karena merupakan salah satu unsur perlindungan HAM yang tercantum

dalam Konvensi Dewan Eropa mengenai perlindungan HAM. Selain itu, adanya

integrasi antara populasi minoritas dan mayoritas di suatu negara adalah syarat

bagi terbentuknya negara yang Demokrasi (Communication from The

Commission to The European Parliament and The Council, 2009-2010:13).

Page 51: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

40

b. Kriteria Ekonomi

Kriteria Ekonomi yang tercantum dalam Kriteria Kopenhagen

mengharuskan negara calon anggota Uni Eropa untuk memastikan ekonomi

pasarnya berfungsi dengan baik dan mampu bersaing dengan negara-negara Uni

Eropa lainnya (Communication from The Commission to The European

Parliament and The Council, 2009-2010:33). Untuk menjamin berfungsinya

ekonomi pasar, maka beberapa kondisi berikut perlu dipenuhi oleh negara calon

anggota. Yaitu:

1. Tercapainya keseimbangan antara penawaran dan permintaan

yang muncul akibat adanya kebebasan bersaing dari

kekuatan pasar.

2. Tidak adanya hambatan terhadap keluar masuknya barang

atau jasa kedalam suatu negara (free trade area).

3. Berlakunya sistem hukum termasuk pengaturan atas hak

cipta sehingga kontrak bisnis dapat dilakukan.

4. Tercapainya stabilitas makro ekonomi termasuk stabilitas

keuangan publik.

5. Adanya konsensus bersama dari masyarakat terkait kebijakan

ekonomi.

Selain kelima kondisi diatas, negara calon anggota Uni Eropa juga harus

memiliki daya saing ekonomi yang kuat, sehingga mampu bersaing saat

menghadapi tekanan persaingan dengan negara-negara anggota di dalam Uni

Eropa.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

41

Untuk mencapai hal tersebut, suatu negara juga harus mempertimbangkan

faktor-faktor lain seperti,

1. Tingkat stabilitas ekonomi makro yang baik, sehingga

pelaku ekonomi dapat mengambil keputusan dalam

nuansa perekonomian yang stabil.

2. Jumlah modal finansial dan manusia yang cukup,

termasuk juga tersedianya infrastruktur yang memadai

untuk menjamin berlangsungnya pendidikan dan

penelitian dengan jumlah biaya yang sesuai.

3. Adanya batasan-batasan, sejauh mana pemerintah dapat

mempengaruhi daya saing perekonomian melalui

kebijakan perdagangan, persaingan, bantuan negara,

bahkan dukungan bagi usaha kecil menengah.

4. Banyaknya barang serta jenis barang yang telah

diperdagangkan dengan negara anggota.

5. Proporsi perusahaan kecil dalam ekonomi.

c. Kriteria untuk memiliki visi yang sama dengan Uni Eropa dalam

pencapaian cita-cita bersama

Dalam proses untuk dapat menjadi negara anggota Uni Eropa, negara

calon anggota harus dapat menerima tujuan yang tercantum dalam Treaty on

European Union termasuk juga tujuan Uni-Moneter, Uni-Ekonomi dan Uni-

Politik. Negara-negara calon anggota juga harus turut serta dalam berpartisipasi

dan ikut mendukung upaya Uni Eropa untuk membentuk kebijakan keamanan

Page 53: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

42

dalam dan luar negeri bersama yang merupakan cita-cita Uni Eropa

(Communication from The Commission to The European Parliament and The

Council, 2009-2010:39).

3.3. Proposal Turki ke Uni Eropa

3.3.1. Sejarah Proposal Keanggotaan Turki ke Uni Eropa

Turki merupakan negara Islam dengan sistem pemerintahan khalifah, Pada

tahun 1923, sejak menjadi Republik, Turki melakukan revolusi dibawah

pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk (Aydinli & Waxman, 2001:381). Turki

berubah menjadi negara sekuler dan lebih condong ke negara-negara barat.

Attaturk bersama pengikutnya yang tergabung dalam partai Republik (Republican

People’s Party) meyakini bahwa faktor utama yang harus dilakukan jika ingin

menjadi negara yang maju seperti negara-negara barat adalah dengan memisahkan

ajaran Islam (agama) dari kehidupan bernegara. Seiring dengan diberlakukannya

prinsip ini, Turki akhirnya menginginkan untuk menjadi anggota Uni Eropa

sebagai tujuan utama kebijakan luar negerinya.

Proses Turki untuk menjadi negara anggota Uni Eropa dimulai ketika

negara itu mengajukan proposal keanggotaan untuk pertama kalinya pada tahun

1959 ketika Uni Eropa masih berbentuk European Economic Communities

(Europa, 2012). Sebagai respon, ditandatanganilah perjanjian Ankara (Ankara

Agreement) antara Uni Eropa dan Turki pada tahun 1963 yang bertujuan untuk

mempersiapkan Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa.

Selanjutnya pada tahun 1987 Turki mengajukan proposal keanggotaan

penuh saat di pimpin oleh Presiden Turgut Ozal. Presiden Ozal meyakini bahwa

Page 54: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

43

keanggotaan Turki di Uni Eropa akan mampu mendorong pemodal asing untuk

berinvestasi di Turki. Dua tahun kemudian, yaitu pada 1989, komisi Uni Eropa di

Brussels memberi jawaban atas aplikasi keanggotaan yang diajukan Turki yang

berisi dukungan atas usaha Turki untuk bisa berintegrasi dengan Eropa. Namun

jawaban ini tidak menetapkan tanggal pasti kapan Turki akan diterima menjadi

anggota Uni Eropa.

Dalam jawabannya komisi Eropa menyebutkan beberapa alasan mengapa

belum bisa menerima Turki ke Uni Eropa, diantaranya adalah Uni Eropa belum

siap untuk memperluas keanggotaannya dan menilai bahwa Turki belum siap

menjadi anggota Uni Eropa. Penolakan ini berkaitan dengan permasalahan HAM

yang terjadi di Turki dimana terjadi pembantaian terhadap etnis minoritas Kurdi

dan kondisi ekonomi Turki yang masih dibawah standar Uni Eropa (Aydinli &

Waxman, 2001:382).

Dengan adanya keputusan ini, maka Komisi Eropa meyarankan agar

sebaiknya hubungan Turki dan Uni Eropa dikuatkan lagi dengan tetap

menggunakan Ankara Association Agreement sebagai kerangka kerjasama untuk

upaya integrasi Turki ke Uni Eropa di masa depan. Usul ini kemudian disetujui

oleh Turki pada tahun 1990 di Dublin, Irlandia.

Pada KTT Luxemburg di tahun 1997, Turki dikejutkan dengan tidak

dimasukannya Turki ke dalam daftar negara kandidat anggota oleh Uni Eropa.

Padahal kerjasama pemenuhan Ankara Association Agreement antara kedua belah

pihak telah berlangsung cukup lama sejak perjanjian terakhir di tahun 1990. Hal

ini memunculkan protes dari pihak Turki karena menilai negara-negara lain yang

Page 55: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

44

masuk kedalam daftar negara kandidat seperti Slovakia, Bulgaria dan Rumania

yang baru berubah dari sistem Komunis ke Demokrasi memiliki kondisi politik

dan ekonomi yang lebih lemah dibandingkan Turki (Aydinli & Waxman,

2001:383).

Baru pada tahun 1999 dalam KTT Helsinski Uni Eropa secara formal

menerima proposal keanggotaan Turki dan memberikan status “negara kandidat”

kepada Turki. Dengan diberikannya status ini, maka proses negosiasi dan

diplomasi antara Turki dan Uni Eropa dilanjutkan kembali meskipun masih tanpa

kepastian kapankah Turki akan bergabung dan menjadi anggota penuh Uni Eropa.

Dengan diberikannya status ini, Turki berusaha mereformasi pemerintahannya

agar sesuai dengan Kriteria Kopenhagen yang telah disyaratkan oleh Uni Eropa

(Aydinli & Waxman, 2001:382).

Pada tahun 2001, disetujuilah European Union Acession Partnership

antara Turki dan Uni Eropa (Yavuz & Kahn, 2004:392). Dokumen ini berisi hasil

penilaian atas proses pemenuhan Kriteria Kopenhagen yang telah dilakukan oleh

Turki berdasarkan pada Ankara Agreement yang menjadi kerangka dasar penilaian

atas kedua belah pihak. Dalam penilaian ini, Uni Eropa menegaskan mengenai

pelaksanaan HAM dan demokratisasi yang dinilai belum memenuhi syarat untuk

menjadi negara anggota Uni Eropa.

Pada November 2002, Turki menggelar pemilu demokratis pertamanya

dan hasilnya adalah kemenangan partai oposisi yang didirikan oleh Racep Tayyip

Erdogan, dan ini dimaksudkan pula untuk merubah keadaan yang terus

menghambat keanggotaan Turki. Sedangkan partai Republik yang diisi oleh elit

Page 56: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

45

Militer dan Kemalist berada di posisi kedua. Hal ini kemudian mengantarkan

Erdogan menjadi Perdana Menteri Turki (Yavuz & Kahn, 2004:392).

Dalam menjalankan pemerintahannya, Erdogan melakukan reformasi

politik dengan mengamandemen Undang-Undang terkait peran militer di

pemerintahan dan membatasi campur tangan militer dalam Badan Keamanan

Negara. Perdana Menteri Erdogan bahkan mengalihkan anggaran militer yang

sebelumnya diatur oleh militer menjadi oleh sipil. Dalam hal etnis Kurdi, Erdogan

juga membolehkan siaran radio dalam bahasa Turki yang sebelumnya dilarang.

Sebulan setelah pemilu, Uni Eropa yang mengadakan pertemuan

Copenhagen Summit di Denmark mendeklarasikan bahwa negosiasi keanggotaan

Turki bisa dimulai pada tahun 2004 jika Turki berhasil memenuhi persyaratan

hukum yang diminta. Pada tahun 2004, Uni Eropa menepati janjinya dengan

menyetujui rencana negosiasi keanggotaan Turki agar dibuka kembali dan akan

dimulai pada tahun 2005. Hal ini menjadi babak baru bagi pemerintahan Turki

yang telah begitu lama mengharapkan keanggotaan Uni Eropa.

Tabel III. 3

Turkey-EU Membership Timeline

Tahun Peristiwa

1959 Turki mengajukan proposal keanggotaan EU untuk pertama

kalinya, saat itu EU masih bernama EEC

1963 Disetujuinya perjanjian Ankara “Ankara agreement” sebagai

kerangka dasar bagi hubungan Turki-EU

1987 Turki mengajukan keanggotaan penuh di EEC

1995 Disetujuinya perjanjian custom union antara Turki dan Uni

Eropa

1997 UE menyatakan Turki memenuhi syarat untuk menjadi

anggota Uni Eropa

Page 57: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

46

1999 Turki mendapatkan status “country candidate”

2004 Uni Eropa setuju untuk membuka accession negotiations

dengan Turki

2005 Acession Negotiations antara Turki dan EU resmi dimulai

Sumber: http://ec.europa.eu/enlargement/countries/detailed\-

countryinformation/turkey/index.en

3.3.2. Upaya Turki Untuk Masuk ke Uni Eropa

Sejak berubah menjadi negara sekuler Turki menjadikan keanggotaan Uni

Eropa sebagai tujuan dari kebijakan luar negerinya. Sebagai dasar ideologi negara,

Turki juga mengadopsi nilai-nilai dari Attaturkisme (Dinan, 2000:467) yang berisi

prinsip-prinsip Republikanisme, Nasionalisme, Sekularisme, Demokrasi serta

Reformasi. Namun sejak pengajuan proposal keanggotaan Turki ke Uni Eropa

pada tahun 1959, Turki mengalami berbagai macam instabilitas politik (Turkey

Timeline, 2012). Kondisi seperti ini tentu saja menghambat keanggotaan Turki di

Uni Eropa.

Pada tahun 1987, Komisi Eropa menyatakan bahwa Acession talks antara

Turki dan Uni Eropa belum bisa dimulai karena ketidakstabilan kondisi ekonomi

dan politik Turki serta hubungan buruk Turki dengan Yunani dan konflik dengan

Cyprus (Turkey 2007 Progress Report, 2007:6). Sikap ini ditegaskan kembali

dalam accession talks yang dibuka oleh Dewan Uni Eropa pada tahun 1997 yang

hanya melibatkan Cyprus tetapi belum melibatkan Turki.

Di tahun 2001, pengadilan HAM Uni Eropa menyatakan Turki bersalah

karena telah melanggar HAM penduduk Cyprus-Yunani selama masa pendudukan

Turki di Cyprus. Di tahun yang sama Uni Eropa juga menangguhkan penerimaan

Turki karena Uni Eropa menilai Turki telah melanggar HAM atas suku minoritas

Page 58: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

47

Kurdi (Turkey 2007 Progress Report, 2007:12)

Seiring dengan masih belum diterimanya proposal keanggotaan Turki,

Pemerintahan Turki yang baru dibawah pimpinan Presiden Abdullah Gul dan

Perdana menteri Racep Tayyip Erdogan dari partai Justice and Development party

(AKP) kemudian menyadari bahwa meskipun sekularisme budaya penting, namun

nilai-nilai dasar demokratisasi seperti pemerintahan yang tidak otoriter dan

penghargaan terhadap HAM juga merupakan aspek penting yang harus dipenuhi

jika Turki ingin menjadi anggota Uni Eropa (Khan & Yavuz, 2003:122).

Faktor tersebut yang belum mampu dipenuhi oleh pemerintahan Kemalist

yang militeristik dan otoriter. Karenanya, partai AKP yang dipimpin oleh

Abdullah Gul dan Recep Tayyip Erdogan yang berhasil menduduki pemerintahan

lewat pemilu pada tahun 2002 memiliki visi yang lebih demokratis, toleran dan

civilian-ruled demi memenuhi persyaratan demokrasi yang diberlakukan oleh Uni

Eropa. Hal ini dilakukan bukan hanya untuk memenuhi kriteria dalam Acession

Partnership yang disetujui dengan Uni Eropa, namun juga untuk mendapatkan

keanggotaan penuh yang juga menjadi tujuan kebijakan luar negeri pemerintahan

Erdogan (Khan & Yavuz, 2003:122).

Dalam upaya mereformasi pemerintahan baru dibawah Perdana Menteri

Erdogan, dimulai dengan mengamandemen Undang-Undang yang membatasi

peran militer di pemerintahan dan mengalihkan urusan keuangan yang

sebelumnya diatur oleh militer menjadi diatur oleh sipil (Khan & Yavuz,

2004:392). Dalam hal suku Kurdi, Parlemen Turki juga mencabut larangan

penggunaan bahasa Kurdi sejak tahun 2003 dan terus mengurangi personil militer

Page 59: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

48

yang ditempatkan di wilayah Kurdi, yaitu di Turki selatan.

Untuk membantu integrasi suku Kurdi dengan bangsa Turki, pemerintah

juga meluncurkan program “Kurdish Initiative” yang memberikan hak bahasa dan

kebudayaan kepada suku Kurdi (Turkey Profile, 2013). Pada tahun 2004 untuk

pertama kalinya Turki membolehkan siaran televisi berbahasa Kurdi di Turki dan

di tahun yang sama juga Turki mencabut praktek hukuman mati dimana hal ini

kemudian mendapatkan sambutan positif dari Uni Eropa.

Upaya perubahan ini memberikan hasil positif bagi Turki dimana dalam

laporan accession pertamanya sejak proses acession dimulai pada tahun 2004,

disebutkan bahwa Turki telah mengalami perubahan yang fundamental terutama

dalam bidang HAM, hak-hak wanita, hak minoritas dan hak penduduk non-

Muslim. Hubungan Turki dengan Yunani juga membaik, ditandai dengan semakin

banyaknya perjanjian bilateral yang dibuat oleh kedua negara. Sedangkan dalam

hal permasalahan dengan Cyprus, Turki juga telah menunjukkan kemajuan positif

dengan ikut mendukung upaya PBB dalam mengakhiri konflik Cyprus (EU

commission progress report on Turkey, 2005). Akhirnya pada 3 Oktober 2005

proses negosiasi (acession process) antara Turki dan Uni Eropa secara resmi

dimulai.

Pada tahun 2006, negosiasi antara Uni Eropa dan Turki menemui jalan

buntu ketika Turki menolak mengakui kemerdekaan Cyprus (europa.eu, 2012).

Akhirnya, negosiasi baru dimulai lagi pada tahun 2010 serta membahas mengenai

keamanan pangan, veternitarian dan kebijakan kesehatan. Negosiasi-negosiasi lain

mengenai seluruh persyaratan yang tercantum dalam accession partnership

Page 60: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

49

document ini akan terus berlanjut dalam proses yang tidak terbatas pada waktu

dan dapat berubah kapan saja (open-ended process).

Dalam bidang politik, komisi Uni Eropa menilai Turki terus berupaya

memenuhi kriteria politik Uni Eropa dengan terus melakukan perubahan.

Perubahan ini diantaranya adalah pada September 2010, Turki mengamandemen

undang-undangnya yang berhubungan dengan hak dasar dan yang berkaitan

dengan administrasi publik. Undang-Undang ini juga merubah sistem militer

Turki dengan membatasi campur tangan militer di pemerintahan dan merubah

kembali struktur sistem pengadilan. Selain itu, Undang-Undang ini juga menjamin

perlindungan hukum bagi anak-anak dan wanita, perlindungan data penduduk dan

pendirian Ombudsman atau Advokat publik yang ditunjuk oleh pemerintah (EU

Commission Progress Report on Turkey, 2010).

Dalam bidang ekonomi, hasil evaluasi komisi Uni Eropa yang dilaporkan

pada tahun 2010 itu menyebutkan bahwa Uni Eropa memiliki sistem pasar yang

berfungsi (functioning market economy) dan pertumbuhan ekonomi terus

meningkat setiap tahunnya. Turki juga memberikan kemudahan investasi hingga

perkembangan ekonomi baik di sektor publik maupun swasta mengalami

pertumbuhan. Laporan ini juga menyebutkan bahwa Turki telah berhasil membuat

perubahan yang substansial dalam pemerintahannya dalam rangka finalisasi

negosiasi antara Turki dan Uni Eropa (EU Commission Progress Report on

Turkey, 2010).

Sejak dibukanya negosiasi masuknya Turki ke Uni Eropa yang dimulai

pada tahun 2005 hingga tahun 2012, Turki dan Uni Eropa sudah membuka 13 sesi

Page 61: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

50

negosiasi dari 35 sesi yang harus dipenuhi Turki sebelum akhirnya keputusan

akhir diambil. Dari ke-13 sesi itu, hanya satu yang sudah selesai pembahasannya

yaitu dalam hal ilmu pengetahuan dan penelitian. Setelah pembahasan itu selesai

pada tahun 2010, pembicaraan terkait accession Turki belum dilanjutkan kembali

dan belum ada sesi baru yang dibuka. Sedangkan ada sekitar 18 sesi yang

dibekukan oleh Uni Eropa karena sikap Turki yang menolak kapal laut dari

Cyprus mendarat dipelabuhannya dan 10 sesi lainnya di-veto oleh pemerintah

Perancis dan Cyprus (Head, 2012).

Page 62: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

51

BAB IV

ANALISA FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK YANG MEMPENGARUHI

KEBIJAKAN LUAR NEGERI BELANDA TERHADAP PROPOSAL

KEANGGOTAAN TURKI KE UNI EROPA PADA TAHUN 2005

Bagian ini akan mencoba memberikan analisa mengenai faktor-faktor

domestik yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Belanda pada tahun 2005

terkait proposal keanggotaan Turki di Uni Eropa. Telah dijelaskan di bagian

sebelumnya, bahwa, faktor domestik yang mempengaruhi kebijakan luar negeri

berasal dari pemerintah yang menjabat, partai politik, kelompok kepentingan, dan

juga opini publik.

4.1. Pemerintahan yang Tengah Menjabat

Belanda merupakan negara dengan sistem Monarki Konstitusional.

Dengan kepala pemerintahan Perdana Menteri. Perdana Menteri Belanda pada

tahun 2005 adalah Jan Peter Balkenende, anggota dari partai CDA yang memiliki

cara pandangan objektif terhadap masalah di Uni Eropa, terutama masalah

accession Turki ke Uni Eropa. Pemerintahan yang berjalan di Belanda pada tahun

2004-2005 merupakan pemerintahan yang dipilih melalui pemilihan umum yang

ada di Belanda pada tahun 2002, dimana pemilu ini merupakan pemilu yang

berbeda dari pemilu Belanda yang terjadi pada masa sebelumnya (Jones,

2002:62).

Perbedaan pemilu ini dengan pemilu sebelumnya adalah adanya partai List

Pim Fortuyn (LPF) dengan pemimpinnya Pim Fortuyn yang memiliki sudut

Page 63: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

52

pandang populis atau ekstrim-kanan serta membawa pemikiran mengenai anti-

imigran yang sudah terlalu merebak di Belanda dan juga kematian Fortuyn yang

tewas dibunuh beberapa hari sebelum hasil pemilu keluar (Jones, 2002:67).

Meskipun terjadi sedikit gejolak, dikarenakan terjadinya pembunuhan atas

seorang politisi tidak pernah terjadi di Belanda sejak Kerajaan Belanda berdiri, hal

tersebut tetap membuat pemerintahan terus berjalan. Ditunjuknya Jan Peter

Balkenende sebagai Perdana Menteri oleh Ratu Beatrix, meyakinkan Balkenende

sebagai penerus dari kebijakan luar negeri Belanda yang sudah ada dari masa lalu.

Keinginan Belanda dari masa pemerintahan sebelumnya adalah menjaga

kestabilan Uni Eropa dan membuka jalan bagi siapapun yang ingin masuk ke Uni

Eropa melalui pertimbangan khusus, terutama posisi negara yang berada di Eropa

dan sisanya mengikuti kriteria yang telah disepakati sebelumnya.

Keinginan pemerintah terkait perluasan (enlargment) Uni Eropa, bersifat

lebih leluasa. Pemerintah Belanda selalu mendukung enlargment Uni Eropa, dan

menerima proposal negara-negara yang ingin masuk ke Uni Eropa. Salah satunya

adalah Turki. Pemerintahan Belanda berpandangan bahwa masuknya Turki ke Uni

Eropa akan membawa perubahan besar. Perubahan ini berkaitan dengan pengaruh

yang dimiliki Turki terhadap kasus-kasus Transatlantic, Timur-Tengah, dan

bahkan pemerintah Belanda percaya bahwa Turki mampu menjadi jembatan Uni

Eropa kepada dunia Islam (Yackley, 2008:10).

Pada masa kepresidenan Belanda pada tahun 2004, Belanda berhasil

menyelesaikan tampuk kepemimpinannya dengan baik. Namun demikian,

kepercayaan diri dari pemerintahan Belanda ini masih terkesan sepihak.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

53

Dikarenakan, dalam sejarahnya, opini publik selalu mengikuti arus pemerintah.

Seiring berjalannya Uni Eropa yang sudah cukup lama, yaitu sekitar tujuh tahun

(perhitungan berdirinya Uni Eropa tahun 1992 sampai 2004), Publik mulai

mempertanyakan mengenai keputusan yang pemerintah ambil di Uni Eropa,

dikarenakan setiap keputusan yang pemerintah Belanda ambil, akan diterapkan

menjadi bagian dari publik.

Hal ini sedikit demi sedikit membuat publik merasa terbebani dengan

keputusan yang diambil oleh pemerintah Belanda di Uni Eropa dikarenakan ada

beberapa keputusan yang diambil, seperti, pemberlakuan mata uang Euro yang

disinyalir mempermudah dan menguntungkan, malah membuat publik kecewa

karena segala sesuatunya (kebutuhan hidup) menjadi lebih mahal, sehingga publik

Belanda tidak menginginkan kejadian yang sama terhadap apa yang akan terjadi

di Uni Eropa yang akan merugikan publik Belanda (Dekker, van der Horst, Kok,

van Noije, & Wennekers, 2008:39).

Pada tahun 2005, Uni Eropa mengadakan ratifikasi terhadap Konstitusi

Uni Eropa yang baru, dimana konstitusi tersebut berisi mengenai beberapa hal,

dan salah satunya mengenai perluasaan Uni Eropa. Publik Belanda memiliki andil

dalam proses ini, dikarenakan pemerintahan Belanda menggunakan skema

referendum. Publik Belanda akan memilih, apakah akan menyetujui konstitusi Uni

Eropa atau tidak, dikarenakan hal ini cukup penting, karena akan mempengaruhi

kebijakan yang akan pemerintah Belanda ambil terutama mengenai Turki di Uni

Eropa.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

54

4.2. Partai Politik

Atzo Nicolai menyatakan dalam pidatonya dalam simposium “Turkey and

The EU: Looking Beyond Prejudice” pada 4 April 2004, bahwa,

“Turkey can count on the Netherlands, during its Presidency, to do its

utmost to ensure a fair and objective decision.” “Religion will not be an issue.

Our motto will be, “a deal is a deal”” (Nicolai, 2004:16)

Artinya:

“Turki bisa mengandalkan Belanda, ketika masa Belanda sebagai

pemimpin Uni Eropa, dan dengan sepenuhnya memastikan keputusan yang adil

dan objektif.” “Agama tidak akan menjadi isu. Motto kami akan menjadi,

“kesepakatan adalah kesepakatan””.

Meskipun ada janji secara lisan yang disampaikan oleh anggota kabinet

Belanda, para anggota di dalam kabinet Belanda yang lain, ada yang tidak

meyakini dengan pesan yang disampaikan oleh Nikolai. Bahkan beberapa dari

anggota kabinet tetap melakukan penolakan terhadap masuknya Turki ke Uni

Eropa. Dua tokoh CDA, Cees Veerman, Menteri Pertanian, dan Aart Jan de Geus,

Menteri Sosial, berpendapat bahwa accession dari sebuah negara Islam besar

seperti Turki, tidak konsisten dengan warisan Kristen di Eropa (Hollander,

2007:18).

Tak luput juga, dari anggota VVD pun demikian. Menteri Dalam Negeri,

Johan Remkes, Menteri Kesehatan, Hans Hoogevorst, dan Menteri Keuangan,

Gerrit Zalm, menolak masuknya Turki karena faktor ekonomi, yang

dikhawatirkan memungkinkan terjadinya imigrasi besar-besaran oleh Turki ke

Page 66: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

55

negara anggota Uni Eropa dan menambah beban bagi negara anggota yang

memiliki pendapatan yang lebih tinggi (Hollander, 2007:18).

The Christian Democratic Party (CDA)

Partai pengusung dua orang terpenting di Belanda, Perdana Menteri Jan

Peter Balkenende dan Menteri Luar Negeri Bernard Bot, memiliki kritik terhadap

keanggotaan Turki di Uni Eropa. Meski Balkenende dan Bot, sama-sama

mendukung accession negotiations Turki ke Uni Eropa secara konsisten mengenai

keanggotaan resmi Turki. Namun demikian, tetap ada pandangan kontra, meski

pandangan kontra yang dibawa anggota partai CDA lainnya berfokus kepada

pandangan agama Turki yang merupakan Islam (ketakutan terhadap Islam ekstrim

atau Islamophobia).

Kekhawatiran yang ditakutkan oleh anggota CDA tersebut ditentang oleh

Maxime Verhagen, ketua dari fraksi parlemen, menyatakan dengan jelas bahwa

agama bukan sesuatu hal yang dijadikan perdebatan atas accession Turki ke Uni

Eropa (Hollander, 2007:18). Hal tersebut serupa dengan yang dikatakan oleh

senior CDA, Arie Oostlander, bahwasanya permasalahan antara Turki dan Uni

Eropa semata-mata permasalahan politik dan sistem pemerintahan yang berlaku

(Beyond Enlargement Fatigue, 2006:6).

The Liberal Party (VVD)

Partai besar lainnya yang terbagi dalam pro-kontra accession Turki adalah

VVD. Atzo Nikolai yang merupakan sekertaris urusan Eropa, secara konsisten

mendukung keanggotaan Turki, dan juga memainkan peranan penting dalam

memediasi Turki, hal tersebut tidak hanya terlihat dari perkataannya yang telah

Page 67: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

56

disebutkan sebeumnya, tetapi dari aksi nyata yang Nikolai lakukan dalam

membawa misi penyuksesan accession Turki ke Uni Eropa. Meski pun Nikolai

menjadi bagian yang mendukung, lain halnya dengan para koleganya di partai

dimana Nikolai berada. Anggota VVD, para kolega Nikolai, baik yang berada di

kabinet dan fraksi liberal parlemen tidak teryakini dengan perkataan Nikolai, dan

menunjuk bahwa Turki hanya akan menambah beban keuangan di Belanda

(Hollander, 2007:21). Namun akhirnya, VVD tetap menyepakati dan mengikuti

kemauan pemerintah, yaitu mendukung accession Turki ke Uni Eropa.

The Labour Party (PvdA)

Ketika dua partai besar di Belanda masih memiliki sedikit keraguan

terhadap Turki, lain halnya dengan PvdA yang justru mendukung accession Turki

secara penuh. Pada tahun 2004, Frans Timmermans, anggota PvdA pernah

menyatakan bahwa, “Jika kita menolak Turki atas dasar Islam, sama saja dengan

mengatakan kepada jutaan penduduk Muslim yang tinggal disini, bahwa, 'kalian

tidak diterima disini'” (Beyond Enlargement Fatigue, 2006:16).

Pernyataan Timmermans tersebut cukup tegas dalam dukungannya

terhadap masuknya Turki ke Uni Eropa. Hal serupa pun ditunjukan oleh

koleganya yang merupakan pemimpin PvdA, Wouter Bos yang menyatakan dalam

tulisannya dalam surat kabar Volkskrant bahwa, Turki merupakan milik Uni

Eropa, dan Turki yang memiliki fokus terhadap Uni Eropa adalah pendukung

dalam menjaga perdamaian dan keamanan di benua Eropa (Beyond Enlargement

Fatigue, 2006:16).

Page 68: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

57

Pernyataan secara langsung dari pimpinan partai biasanya merupakan

pernyataan yang cukup krusial jika ada perbedaan diantara anggotanya, tapi tidak

demikian dengan PvdA, yang mengikuti instruksi dari pimpinannya dalam

mendukung accession Turki ke Uni Eropa.

Dari ketiga partai besar tersebut, hampir mengatakan hal senada, yaitu,

mendukung bergabungnya Turki ke Uni Eropa. Hal yang menjadi pertimbangan

bahwa ketiga partai ini mendukung Turki ke Uni Eropa adalah mengenai

multikultural yang ada di Belanda. Sejak awal berdirinya, Kerajaan Belanda

merupakan sebuah melting pot atau tempat pertemuan berbagai perbedaan budaya

yang saling berasimilasi dan berakulturasi dengan baik. Selain itu, Turki dinilai

mampu untuk menanggulangi permasalahan transatlantic dan juga sebagai

jembatan Uni Eropa terhadap dunia Islam.

Berbeda pandangan dengan partai-partai minoritas di Belanda, yang

menjadi oposisi dari tiga partai besar tersebut. SP, LPF, dan partai minoritas lain,

menolak atas apa yang di ajukan oleh pemerintah dalam mendukung accession

Turki ke Uni Eropa. Basis atau dasar yang diutarakan oleh partai-partai ini adalah

mengenai perihal imigrasi besar-besaran yang akan menyerang Belanda, yang

nantinya dapat menyebabkan krisis identitas Eropa khususnya Belanda. Ketakutan

terhadap Islam juga menjadi pemikiran partai-partai ini dalam menolak Turki ke

Uni Eropa. Partai-partai tersebut juga berpendapat bahwa Uni Eropa merupakan

kebudayaan Kristen.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

58

4.3. Kelompok Kepentingan

Ketika partai-partai kecil menolak accession Turki ke Uni Eropa, begitu

pula dengan Geert Wilders. Mantan anggota parlemen yang keluar dari partai

VVD pada tahun 2004 karena ketidaksepahaman Wilders dengan VVD mengenai

accession Turki ke Uni Eropa. Setelah keluarnya Wilders dari VVD, Wilders

mendirikan Grup Wilders (Groep Wilders) yang berpandangan mengenai anti-

imigrasi, penolakan atas perluasaan Uni Eropa, dan masuknya Turki ke Uni Eropa

(Harmsen, 2007).

Groep Wilders merupakan cikal bakal berdirinya Freedom Party atau PVV

pada tahun 2005. Grup Wilders pada mulanya mengkritisi pemerintah Belanda

terhadap kontribusi pendanaan pemerintah yang terlalu besar. Namun, Grup

Wilders melihat bahwa imigran yang ada di Belanda semakin banyak, dan mulai

mendominasi Belanda. Grup Wilders dengan pemikirannya menjadi penerus dari

pemikiran Fortuyn yang tewas pada 2002, sebuah pemikiran konservatif anti-

imigran. Wilders pernah mengatakan bahwa, "Turki terlalu besar, terlalu miskin,

dan terlalu muslim. Bahkan secara geografis dan sejarah, Turki bukan bagian dari

Uni Eropa" (Hollander, 2007:22).

Sebuah pernyataan yang diberikan oleh Wilders tersebut cukup

kontroversi. Pernyataan tersebut merupakan sindiran terhadap Turki. Sejak

serangan 11 September di Amerika Serikat, pembunuhan Fortuyn (2002), dan

bahkan pembunuhan atas sutradara Theo Van Gogh (2004), menjadi kebangkitan

kembali atas ketakutan terhadap Islam di Belanda. Wilders menilai bahwa

semakin banyaknya imigran yang hadir di Belanda, akan menciptakan krisis

Page 70: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

59

identitas di Belanda.

Pada tahun 2005 akan diadakannya ratifikasi terhadap konstitusi Uni

Eropa, dan disini Wilders melihat bahwa, dari segi perluasaan Uni Eropa, harus

mendapat perhatian khusus, karena perluasaan yang terjadi di Uni Eropa akan

membawa dampak besar apalagi jika Turki dapat dengan mudah masuk ke Uni

Eropa. Jika Turki masuk ke Uni Eropa, akan merubah skema Uni Eropa. Uni

Eropa yang pengambilan keputusan kebijakannya melalui jajak pendapat serta

dari banyaknya jumlah penduduk, akan dengan mudah di dominasi oleh Turki.

Jumlah penduduk Turki bahkan lebih banyak dari negara-negara yang memiliki

dominasi di Uni Eropa, yaitu Jerman, Perancis, dan Inggris.

Dengan adanya hal tersebut, pada tahun 2005, Wilders mengkampanyekan

untuk menolak konstitusi Uni Eropa yang dinilai lebih banyak merugikan publik

Belanda. Dengan mengkampanyekan penolakan terhadap konstitusi Uni Eropa,

Wilders berharap bahwa accession Turki bisa diredam dan dipikirkan ulang oleh

pemerintah Belanda. Penjabaran yang dilakukan oleh Wilders dapat dikatakan

sebagai pandangan eurosceptical atau keraguan terhadap Eropa terkait

permasalahan Turki yang berkaitan dengan imigrasi dan Islam fundamental serta

permasalahan etnik dan budaya.

4.4. Opini Publik Dalam Isu Integrasi Turki

Sejak beberapa tahun terakhir, topik mengenai perluasaan Uni Eropa

menjadi perhatian khusus, terutama sejak tahun 1999 dan seterusnya yang

membahas mengenai accession Turki ke Uni Eropa (Hollander, 2007:25).

Eurosceptism sudah menjangkit publik Belanda terhadap masuknya Turki ke Uni

Page 71: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

60

Eropa. Awalnya, publik tidak memiliki permasalahan khusus mengenai masuknya

Turki di Uni Eropa, bahkan menurut Eurobarometer, publik Belanda mendukung

kebijakan pemerintah Belanda dalam membantu accession Turki ke Uni Eropa.

Namun, Hasil dari referendum dalam pengesahan Konstitusi Uni Eropa yang baru,

menunjukan bahwa publik menolak konstitusi tersebut dengan persentase 62%

(http//www.dw.de/dutch-reject-eu-constitution/a-1603076).

Penolakan tersebut berkaitan dengan permasalahan perluasan didalam

Konstitusi Uni Eropa yang juga berkaitan dengan krisis identitas yang mungkin

terjadi, serta kebijakan pemerintah Belanda yang akan diambil kedepan terutama

mengenai sikap Belanda terhadap Turki. Publik menilai bahwa Uni Eropa

bergerak terlalu cepat dan terburu-buru.

Setelah dikejutkan atas pembunuhan Pim Fortuyn pada tahun 2002 dan

pembunuhan Theo Van Gogh, seorang sutradara film kontroversi yang dibunuh

oleh militan Islam pada tahun 2004 (Mohd Zin, Ahmad & Sakat, 2011:2966).

Publik juga mengalami sebuah shock-theraphy, dimana ditemukannya jaringan

militan Islam di Belanda (Leidschendam, 2002). Ketika berbicara mengenai

Islam, publik Belanda akan mengacu kepada dua elemen imigran, Turki dan

Maroko. Turki sebagai salah satu imigran terbesar di Belanda, mendapat perhatian

khusus publik Belanda (McLaren, 2007:258).

Imigran Turki yang menjadi newcomers menjadi perhatian yang dinilai

perlu dipertimbangkan oleh pemerintah Belanda dikarenakan imigran Turki yang

menjadi newcomers di Belanda merupakan sebuah krisis yang dialami publik

Belanda. Perbedaan dari cara hidup, budaya, dan cara pandang Turki, bisa

Page 72: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

61

dikategorikan sebagai perusakan dalam tatanan hidup yang telah ada di Belanda.

Menurut Tajfel dan Turner, terkait dengan teori identitas sosial adalah bahwa,

psikologi sosial terkait kebiasaan, yang memberikan pemikiran bahwa identitas

dari satu anggota kelompok mewakili seluruh anggotanya (Alexander, Levin &

Henry, 2005:33). Dengan kematian Fortuyn, Fortuyn berhasil dalam

“mengembalikan” ingatan publik Belanda terhadap banyaknya imigran yang

datang ke Belanda.

Hal ini memicu penurunan dukungan publik terhadap Turki. Publik

menilai bahwa, jika memang Turki menginginkan masuk ke Uni Eropa, sebaiknya

Turki melakukan perubahan terhadap HAM dan juga berkaitan pula dengan hak-

hak perempuan. Publik Belanda menilai dalam hal politik ataupun ekonomi, Turki

dinilai masih belum mampu untuk memenuhinya. Sebanyak 96% publik Belanda

menilai Turki harus memperbaiki sistem HAM dan sebanyak 86% merasa Turki

harus mengembangkan ekonominya (Eurobarometer 63.4, 2005:4).

Pada tahun 2005, ketika Uni Eropa memutuskan untuk memperbaharui

konstitusi Uni Eropa, dan kepercayaan diri yang tinggi dari pemerintahan bahwa

publik akan mendukung keputusan pemerintah, mendapat sambutan lain dari

publik Belanda. Publik lebih menekankan terhadap penyelarasan sistem Turki

dengan Kriteria Kopenhagen sedangkan pemerintah Belanda yang terlalu

menginginkan Turki, seakan mengabaikan pandangan publik.

Publik yang sudah merasa cukup atas kebijakan yang diambil oleh

pemerintah Belanda, merasa perlu mengambil tindakan agar pemerintah

menyadari bahwa suara masyarakat atau publik Belanda harus di dengar (Best,

Page 73: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

62

2007:181). Imigran yang semakin banyak di Belanda juga dinilai publik sebagai

hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah, karena mulai menipisnya lapangan

pekerjaan serta tidak memakmurkan publik Belanda sendiri.

Islam, sejak terjadinya serangan 11 September, dikenal sebagai

fundamental di Eropa. Hal ini yang dikhawatirkan pula oleh publik Belanda, dan

membawa terror tersendiri serta mengembalikan pandangan mengenai

Islamophobia bagi publik Belanda (Saz, 2011:481). Walaupun Turki sebagai

negara sekuler, publik masih beranggapan bahwa Islam merupakan hal utama di

Turki.

Pandangan tersebut menciptakan image tersendiri bagi publik Belanda.

Image dari sebuah negara adalah kumpulan dari kepercayaan pemikiran

masyarakat, ide, dan kesan terhadap sebuah negara (Jenes, 2012:4). Image Turki

sebagai masyarakat yang masih memiliki kekurangan dalam hal ekonomi, politik,

dan HAM, membuat publik berpandangan hal serupa terhadap Islam (Saz,

2011:482). Perbedaan mengenai kultur, budaya, serta sejarah Turki juga membuat

pandangan publik bahwa, Turki bukan bagian Eropa dan hanya sebagian dari

geografis Turki yang masuk ke Eropa. Sebayak 55% dari publik Belanda sepakat

bahwa perbedaan budaya antara Turki dan Eropa terlalu besar (Eurobarometer 66,

2006:6).

Publik juga beranggapan bahwa penolakan terhadap konstitusi Uni Eropa,

bukan penolakan terhadap Uni Eropa, melainkan, penolakan terhadap kinerja Uni

Eropa, terutama kinerja pemerintah Belanda dan penolakan terhadap accession

Turki ke Uni Eropa (Grosskopf, 2007:6). Penolakan ini mengejutkan

Page 74: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

63

pemerintahan Belanda, dimana pemerintah merasa optimis pada awalnya, tetapi

mendapat hasil yang mengecewakan. Dengan penolakan ini pula, pemerintah

melihat sikap publik sebagai sebuah perhatian khusus.

Pemerintah Belanda pada akhirnya meredam keinginan untuk memaksakan

masuknya Turki ke Uni Eropa. Terjadi kesepahaman antara publik dan perintah.

Pemerintah Belanda, dalam menjaga integritas politiknya pun mengambil langkah

yang pas. Langkah politik tersebut bisa dikategorikan sebagai win-win solution.

Kedekatan pemerintah Belanda dengan Turki serta keinginan publik Belanda,

menjadi perhatian khusus pemerintah Belanda, sehigga Belanda mengambil

keputusan untuk mengembalikan proses masuknya Turki ke Uni Eropa kepada

Kriteria Kopenhagen sesuai dengan keinginan publik Belanda.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

64

BAB V

PENUTUP

Sejak pengajuan Turki menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 1959, Turki

mengalami pasang surut dalam proses penerimaannya sebagai anggota Uni Eropa.

Turki mengalami penolakan terhadap permasalahan yang diemban Turki terutama

permasalahan Cyprus, HAM, serta perkembangan ekonomi Turki. Belanda yang

notabene sebagai pendukung accession Turki ke Uni Eropa melakukan berbagai

upaya dalam melancarkan proses Turki bergabung dengan Uni Eropa. Bantuan

yang diberikan pun tidak hanya melalui program bantuan pemerintah, tetapi juga

ikut berdiplomasi dengan negara-negara Uni Eropa lainnya dalam accession Turki

ke Uni Eropa. Pemerintah pun berpandangan bahwa masuknya Turki menjadi

sebuah keuntungan besar bagi Uni Eropa.

Dengan gencarnya perlakuan pemerintah Belanda terhadap Turki, Publik

melihat dari sudut pandangan yang berbeda, ketika terjadi pembunuhan terhadap

politisi Belanda yang melakukan aksi anti-imigrasi, serta pembunuhan terhadap

sutradara film kontroversi oleh militan Islam, publik akhirnya me-review ulang

apakah accession Turki ke Uni Eropa merupakan hal yang bisa dilakukan. Publik

menilai bahwa accession Turki ke Uni Eropa bukan hal yang tepat, dikarenakan

publik melihat Turki belum mampu untuk memenuhi Kriteria Kopenhagen

disamping permasalahan imigran dan Islam.

Penolakan terhadap konstitusi Uni Eropa yang mengejutkan pemerintah

Belanda terhadap sikap Publik, membuat pemerintah harus mengambil langkah

yang tepat dalam dukungan penuh pemerintah Belanda terhadap accession Turki

Page 76: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

65

ke Uni Eropa. Sehingga membuat pemerintah Belanda melakukan pengambilan

kebijakan mengikuti kemauan publik Belanda, dengan memberikan dukungan

penuh terhadap Turki, jika Turki mampu untuk memenuhi Kriteria Kopenhagen.

Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik merupakan sebuah

pertimbangan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh pemerintah.

Opini publik merupakan cerminan keinginan masyarakat dalam pengambilan

keputusan pemerintah. Publik Belanda mengambil hal yang tepat, agar suara

publik bisa di dengar. Arogansi dari pemerintah Belanda terhadap suara publik

bisa teredam dengan penolakan yang terjadi, sehingga pemerintah Belanda

mengambil langkah bijak untuk mengembalikan dukungan internasionalnya

kepada publik Belanda, terutama karena Uni Eropa bergantung kepada masyarakat

Eropa, khususnya publik Belanda.

Page 77: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

66

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Budiardjo, M. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.

Christiansen, Thomas. 2001. European and Regional Integration in John Baylis

and Steve Smith,eds., The Globalization of World Politics: An Introduction

to International Relations, 2nd edition. Oxford: Oxford University Press

Considerations on ODA. 2013. Dutch Ministry of Foreign Affair

Dinan, D. 2000. Encyclopedia of the European Union. London: McMillan Press

Eerste Kamer der Staten-Generaal.2009. Den Haag: Communicatie en Protocol

Eerste Kamer der Staten-Generaal

Griffiths, Martin, Steven C. Roach, & M. Scott Solomon. 2009. Fifty Key Thinkers

in International Relations. 2nd

ed. New York: Routledge

Hill, C. 2003. The Changing Politics of Foreign Policy. Palgrave McMillan

Leidschendam. 2002. Recruitment for the Jihad in the Netherlands: From Incident

to Trend. Den Haag: Algemene Inlichtingen en Veiligheidsdienst

Lets Explore Europe!. 2008. Luxembourg: Office for Official Publication of the

European Communities

Local Government in The Netherlands. 2008. The Hague: VNG, Association of

Netherlands Municipalities

Mas’oed, M. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metedologi.

Jakarta: LP3ES

Michels, Ank. 2007. Theories and Core Principles of Dutch Democracy. Eurogov

Page 78: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

67

Moravcsik, A. 1993. Preferences and Power in the European Community: A

Liberal Intergovernmentalist Approach. Common Market Studies, 31st

edition

Morelli, V. 2009. European Union Enlargement: a status report on Turkey’s

accession negotiation. Congressional Research Service

Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Press

Political System in Nutshell. 2008. The Hague: Instituut voor Publiek en Politiek

Politics in Netherlands. 2013. The Hague: ProDemos, Huis voor Democratie en

Rechstaat

Rourke, J. 2009. Level of Analysis and Foreign Policy on International politics on

the world stages.10th

ed. McGrawhill Education.

Summary of Statutory Regulations: for Chief Officers and Chief Engineers. 2008.

2nd

ed. Ministerie van Verkeer en Waterstaat.

The Binnenhof. 2013. Netherlands Ministry

Turkey Europe: More Than Promise?. 2004. Brussel: British Council & Open

Society Institute

Turkish Press Review. September 2005. “Anything besides full EU Membership is

unacceptable”

Tweede Kamer: House of Representative. 2013. Huis voor Democratie en

Rechstaat

Van Keulen, M. & Alfred Pijpers. 2005. Chairing the Enlarged Union: The

Netherlands 2004 EU Council Presidency. The Hague: Netherlands

Institute of Internaional Relations Clingendael.

Page 79: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

68

Wendt, Alexander. 2003. Social Theory of International Politics. Cambridge:

Cambridge University Press.

JURNAL

Alexander, Michele G., Shana Levin & P. J. Henry. 2005. Image Theory, Social

Identity, and Social Dominance: Structural Characteristics and Individual

Motives Underlying International Images. Political Psychology 26(1):27-

45.

Annual report 2007. 2007. Amsterdam: The Center For International Legal

Cooperation

Aydinli, E & D Waxman. 2001. A Dream Become Nightmare? Turkey's Entry into

The European Union. Current History Journal 100(649):381-388.

Baehr, Peter R 1980. Dutch Foreign Policy. International Studies Quarterly

24(2):223-261

Best, Edward. 2005. After the French and Dutch Referendums: What Is to Be

Done?. Intereconomics Forum:180-200

Beyond Enlargment Fatigue: Part 1 - The Dutch Debate on Turkey Accession.

2006. ESI

Communication from The Commission to The European Parliament and The

Council: Enlargment Strategy and Main Challanges. 2009-2010. Brussel

Communication from The Commission to The European Parliament and The

Council: Eu Commission Progress Report On Turkey. 2004-2005. Brussel

Page 80: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

69

Communication from The Commission to The European Parliament and The

Council: Turkey 2007 Progress Report. 2007. Brussel

Communication from The Commission to The European Parliament and The

Council: Turkey 2009 Progress Report. 2009. Brussel

Communication from The Commission to The European Parliament and The

Council: Turkey 2010 Progress Report. 2010. Brussel

Dekker, Paul, Albert van der Horst, Suzzane Kok, Lonneke van Noije, dan

Charlotte Wennekers. 2008. Europe’s Neighbour: European

Neighbourhood Policy and Public Opinion on the European Union. The

Hague: The Netherlands Institute for Social Research, SCP, CPB.

Eurobarometer 66. 2006. National Report Executive Summary The Netherlands.

TNS Opinion & Social.

Eurobarometer 70. 2008. National Bericht Deutschland, Executive Report.

European Unification in The Wake of Maastricht. Journal of Common Market

Studies, Vol. 32, No. 4, 1994

Flockhart, Trine. 2012. Constructivism and Foreign Policy. Foreign Policy:

Oxford University Press:78-93

Grosskopf, Anke. 2007. Why ‘non’ and ‘nee’ to the EU Constitution?:

Reconsidering The Shock of the Dutch and French Referenda. Montreal:

Long Island University, C.W. Post Campus

Harmsen, Robert. 2007. Refarming a National Narrative of European Integration:

The Shifting Contours of The Dutch European Debate. Presentation Paper.

Montreal: Queen's University

Page 81: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

70

Hollander, Ms. S. 2007. The Accession of Turkey in European Union: The

Political Decision-Making Process on Turkey in Netherlands. The Hague:

WRR

Jenes, Barbara. 2012. Theoretical and Practical Issues in Measuring Country

Image: Dimensions and Measurement Model of Country Image and

Country Brand. Theses of Ph.D. Dissertation. Budapest: Doctoral School

of Business Administration

Jones, Erik. 2002. Politics Beyond Accomodation? The May 2002 Dutch

Parliamentary Elections. Dutch Crossing: Journal of Low Countries

Studies 26(1):61-78

McLaren, Lauren M. 2007. Explaining Opposition to Turkish Membership of the

EU. Journal of European Union Politics 8 (2): 251–278.

Mohd Zin, Mohammad Zaid, Anzaruddin Ahmad & Ahamad Asmadi Sakat. 2011.

European Union’s Refusal on Turkey’s Membership: Another Episode of

Western Religious Agenda. Australian Journal of Basic and Applied

Sciences 5(12): 2965-2972.

Nicolai, Atzo. 2004. Turkey and The European Union: Looking Beyond Prejudice.

Keynote Speech. Maastricht: Maastricht School of Management

Recommendation of the European Commission on Turkey’s. 2004. European

Commission

Saz, Gokhan. 2011. Turkophobia and Rising Islamophobia in Europe: A

Quantification for the Negative Spillovers on the EU Membership Quest of

Turkey. European Journal of Social Sciences 19(4): 479-491

Page 82: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

71

Soltani, Fakhreddin, Saeid Naji, & Reza Ekhtiari Amiri. 2014. Level Analysis in

International Relations and Regional Security Complex Theory. Journal of

Public Administration and Governance 4(4):166-171

Standard Eurobarometer Report number 63. 2005. European Commission

Who is Who? in the Debate on Turkey: The Netherlands. 2006. ESI

Yackley, Joseph. 2008. Turkey, The EU and Democracy: How Public Opinion

Divides Ankara and Brussel. Zurich: International Relations and Security

Network, ETH.

Yavuz, H & Mujeeb R. K. 2003. Bringing Turkey into Europe. Current History

Journal 102(662):119-123.

------. 2004. Turkey and Europe: Will East meet west?. Current History Journal

103(676):389-393.

DOKUMEN

Negotiating Framework for Turkey. 2005. Brussel: The Council of European

Union.

The Maastricht Treaty: Provisions Amending The Treaty Establishing The

European Economic Community With a View To Establishing The

European Community.. 1992. The Council of European Union

Bookje Grondwet: The Constitution of Kingdom of the Netherlands. 2008.

Ministry of the Interior and Kingdom Relations, Constitutional Affairs and

Legislation Division in collaboration with the Translation Department of

the Ministry of Foreign Affairs.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR DOMESTIK KEBIJAKAN LUAR NEGERI … · 2016. 1. 29. · komitmennya dalam rangka pencapaian tujuan Uni Eropa di bidang politik, ekonomi, d. an moneter” Dalam kebijakan

72

WEB

Dutch Rejection Towards EU Constitution. 2005. diunduh pada 23 Januari

2015 (http//www.dw.de/dutch-reject-eu-constitution/a-1603076)

Head, J. 2012: 28 Mei. Turkey Long Wait to Join Eu Club (www.bbc.co.uk)

diunduh pada 12 Maret 2015 (http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-

18108049)

http://amsterdam.info/netherlands

http://europa.eu

Membership Criteria: Who Can Join?. 2008: 26 Februari. europa.eu (online)

diunduh pada 5 Januari 2015

(http://ec.europa.eu/enlargement/policy/conditions-

membership/index_en.htm)

Programme of Matra http://government.nl/issues/matra

Q&A: Turkey’s EU Entry Talks. 2006: 11 Desember. bbc.co.uk. diunduh pada

18 November 2014 (http://news.bbc.co.uk/2/hi/4107919.stm).

Turkey Timeline. 2012: 22 Maret. A Chronology of Key Events (www.bbc.co.uk)

diunduh pada 21 Desember 2014

(http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/country_profiles/1023189.stm)